ANALISIS WILLINGNESS TO PAY (WTP) PENGUNJUNG TERHADAP PAKET WISATA DI WANA WISATA CURUG NANGKA (WWCN) KABUPATEN BOGOR
SITI DEVI FADILAH H44062274
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
SUMMARY SITI DEVI FADILAH. Analisize Willingness to Pay (WTP) Visitors To Package-Tours in Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) Bogor Regency. Guidance SUTARA HENDRAKUSUSMAATMAJA. Tourism development will provide a positive impact on a country's economic development. Tourism can create and enhance employment opportunities, increase public revenues, as a multiplier effect that occurs as a result of tourist spending, increase tax revenues and local governments retribution, increasing the national income or Gross Domestic Product (GDP), encouraging investment from the industrial tourism sector and other economies sector, and strengthening balance of payments. Tourism activities have become an important part of basic human needs. Along with the development of technology and time, the industrial toursm sector growth in line with these changes socials, culturals, economics, technological and politicals (Weber, 2006). Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) is one of five ecotourism in Bogor Regency wich managed by Perhutani stated-owened enterprises as a from a public enterprise management of forest resources. The prime attraction of these ecotoursm.have three waterfalls, such as Nangka waterfall, Daun waterfall, and Kawung waterfall. WWCN existance is quite near about ±15 KM from the heart of Bogor City make it easily accessible. In developing the management WWCN, Perhutani planned to create a package-tour, which could be chosen by the visitors. The planed tour packages that might be offered by WWCN the jogging track plus package and conservation package. The tour packages are expected to increase satisfaction for the visitors in a tour at WWCN. The tour package activity aimed to encourage the visitors to take an active role in enjoying the outdoors and participating activelly in conserving environmental. The purpose of this research namely 1) estimated the value of WTP visitors to determine the potential maximum price that can still be paid by visitors to the tour packages offered. 2) analyzed the factors that influence the willingness of the visitors to pay and the value of WTP visitors. This research was based on the field observation and interviewing to the visitors also the stakeholders. The sampling was conducted on randomly 80 visitors. Data processed base on the qualitative method of logically analayzing, CVM and multiple linear regression. Variables thought to affect significantly the decision of respondents to be willing to pay a jogging track plus travel packages and conservation are the same in the variables age, duration of his education, income level, and travel expenses. While that does not affect real variables are the variables of sex, visiting duration, and frequency of visits. The average result of WTP for the package is a jogging track plus Rp 56,132.00 with a total value of WTP (TWTP) is USD 387,366,932.00. Package
i
conservation’s WTP average value is Rp 127,313.00 and the value’s of Rp 878,587,013.00 TWTP. The average value of WTP of respondents to both the package is smaller than the fare plan that will be enforced by the manager that is Rp 65,000 and Rp 170,000. Factors thought to affect significantly the value of WTP of respondents for both the tour package is a variable length of his education and income levels. The travel variabel cost was only influence the conservation package for the package while jogging track plus. Variable number of visits, number of dependents and the frequency of visits did not significantly affect WTP values of respondents. Key words: Package tours, jogging track plus, Conservation, WTP, Guest
ii
RINGKASAN SITI DEVI FADILAH. Analisis Willingness to Pay (WTP) pengunjung terhadap Paket Wsata Di Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh SUTARA HENDRAKUSUSMAATMAJA. Pengembangan pariwisata akan memberikan dampak positif bagi pembangunan ekonomi suatu negara. Pariwisata dapat menciptakan dan meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, sebagai akibat multiplier effect yang terjadi dari pengeluaran wisatawan, meningkatkan penerimaan pajak pemerintah dan retrbusi daerah, meningkatkan pendapatan nasional atau Gross Domestic Bruto (GDP), mendorong peningkatan investasi dari sektor industri pariwisata dan sektor ekonomi lainya, serta memperkuat neraca pembayaran. Aktivitas pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar manusia. Seiring berjalannya waktu kegiatan pariwisata terus mengalami perkembangan hal tersebut sejalan dengan terjadinya perubahan perubahan sosial. budaya, ekonomi, tekhnologi dan politik (Weber, 2006). Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) merupakan salah satu dari lima wana wisata yang ada di Kabupaten Bogor yang pengelolaanya berada di bawah Perum Perhutani. Daya tarik dari objek wisata ini adalah memiliki tiga air terjun atau curug yang terdiri dari Curug Nangka, Curug Daun, dan Curug Kawung. Keberadaan WWCN yang cukup dekat sekitar 15 KM dari jantung Kota Bogor menjadikan Wana Wisata ini mudah diakses. Dalam pengembangan pengelolaan WWCN, Perum Perhutani berencana akan membuat suatu paket-paket wisata yang dapat dipilih oleh pengunjung. Adapun rencana paket-paket wisata andalan yang akan ditawarkan WWCN adalah paket jogging track plus dan paket konservasi. Adanya paket-paket wisata ini diharapkan dapat meningkatkan kepuasan bagi pengunjung dalam berwisata di WWCN. Kegitaan dalam paket wisata tersebut bertujuan untuk mengajak pengunjung berperan aktif dalam menikmati alam dan ikut serta dalam menjaga kelestarian lingkungannya. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengestimasi nilai WTP pengunjung untuk menentukan potensi harga maksimum yang masih bisa dibayarkan pengunjung untuk paket wisata yang ditawarkan. 2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan pengunjung membayar serta besarnya nilai WTP pengunjung. Penelitian dilakukan dengan observasi lapangan dan wawancara terhadap pengunjung maupun pihak yang terkait. Pengambilan contoh dilakukan terhadap 80 orang pengunjung yang dipilih secara acak. Data diolah secara kualitatif dengan menggunakan metode analaisis logit, CVM dan regresi linear berganda. Variabel yang diduga mempengaruhi secara nyata terhadap keputusan responden untuk bersedia membayar paket wisata jogging track plus dan konservasi adalah sama yakni variabel usia, lamanya menempuh pendidikan, tingkat pendapatan, dan biaya perjalanan. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata adalah variabel jenis kelamin, lama di lokasi, dan frekuensi kunjungan.
iii
Nilai rataan WTP yang dihasilkan untuk paket jogging track plus adalah sebesar Rp 56.132,00 dengan nilai total WTP (TWTP) adalah Rp 387.366.932,00. Paket konservasi nilai rata-rata WTPnya adalah sebesar Rp 127.313,00 dan nilai TWTPnya sebesar Rp 878.587.013,00. Nilai rata-rata WTP responden terhadap kedua paket tersebut ternyata lebih kecil dari rencana tarif yang akan diberlakukan oleh pihak pengelola yakni Rp 65.000 dan Rp 170.000. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi secara nyata besarnya nilai WTP responden untuk kedua paket wisata tersebut adalah variabel lamanya menempuh pendidikan dan tingkat pendapatan. Variabel biaya perjalanan hanya berpengaruhi nyata untuk paket konservasi sedangkan untuk paket jogging track plus tidak berpengaruh nyata. Variabel jumlah kunjungan, jumlah tanggungan dan frekuensi kunjungan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden. . Kata kunci:
Paket wisata, jogging track plus, Konservasi, WTP, Pengunjung
iv
ANALISIS WILLINGNESS TO PAY (WTP) PENGUNJUNG TERHADAP PAKET WISATA DI WANA WISATA CURUG NANGKA (WWCN) KABUPATEN BOGOR
SITI DEVI FADILAH H44062274
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
v
Judul Skripsi : Analisis Willingness to Pay (WTP) Pengunjung Terhadap Paket Wisata di Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) Kabupaten Bogor Nama
: Siti Devi Fadilah
NIM
: H44062274
Menyetujui, Pembimbing
Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, MSc NIP. 19480601 197301 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP. 19660717 199203 1 003
Tanggal Lulus :
vi
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS WILLINGNESS TO PAY (WTP) PENGUNJUNG TERHADAP PAKET WISATA DI WANA WISATA CURUG NANGKA (WWCN) KABUPATEN BOGOR” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH
GELAR
AKADEMIK
TERTENTU.
SAYA
JUGA
MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Juli 2011
Siti Devi Fadilah H44062274
vii
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah serta nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Willingness to Pay (WTP) Pengunjung Terhadap Paket Wsata Di Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) Kabupaten Bogor”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian penulis, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini menganalisis mengenai nilai willingness to pay atau kesediaan pengunjung dalam membayar paket wisata jogging track plus dan konservasi di Wana Wisata Curug Nangka, serta ingin mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesediaan membayar dan nilai WTP pengunjung.. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Peribahasa mengatakan tak ada gading yang tidak retak. Atas kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, penulis memohon maaf. Saran dan keritik diharapkan dapat meningkatkan kualitas terhadap karya-karya selanjutnya. Bogor, Juli 2011
Siti Devi Fadilah
viii
UCAPAN TERIMA KASIH Dalam kesempatan ini, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam penyususnan skripsi ini yaitu kepada: 1. Kedua orang tua, terutama kepada ibu tercinta (Neneng Salmiah), kakak (M. Syamtidar ) dan kedua adikku (Siti Afiqah dan M. Nabhan), enin tersayang, dan seluruh keluarga yang telah memberikan kasih sayang, semangat serta doa yang tak henti. 2. Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan ilmu dan membimbing penulis dengan sabar dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 3. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr. selaku dosen penguji utama yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan, kritik dan ilmu yang bermanfaat untuk penyempurnaan skripsi ini. 4. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah
memberikan
masukan
dalam
perbaikan
tata
bahasa
untuk
penyempurnaan skripsi ini. 5. Ibu Lina, Bapak Memed serta para staf Perum Perhutani yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk dapat melakukan penelitian di lokasi yang dikelola. 6. Sahabat-sahabat terbaik penulis, Nissa Mayangsari, Arini Hardjanto dan Dwiyanti Nur Shifa. Terima kasih atas doa, semangat dan dukungannya selama ini.
ix
7. Teman-teman satu bimbingan skripsi, Riska Novianti dan Fani Angela. Terima kasih atas dukungan yang telah diberikan. 8. Teman-teman penulis, Norma, Emil Niar, Dwi, Ekta, Ulhaq, Irvan, Zenal, Sari, Ario, Rifqa, Bryan dan mahasiswa ESL 43 lainnya. Terima kasih atas kebersamaan dan keceriaan selama masa perkuliahan. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan. Bogor, Juli 2011
Siti Devi Fadilah
x
DAFTAR ISI Halaman SUMMARY…………………………………………………………….
i
RINGKASAN…………………………………………………………..
iii
LEMBAR PERNYATAAN……………………………………………
v
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………….
vi
PERNYATAAN………………………………………………………..
vii
KATA PENGANTAR………………………………………………….
viii
UCAPAN TERIMAKASIH……………………………………………
ix
DAFTAR ISI…………………………………………………………...
xi
DAFTAR TABEL……………………………………………………...
xiv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………...
xv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………...
xvi
I.
II.
III.
PENDAHULUAN……………………………………………..
1
1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5.
Latar Belakang…………………………………………. Perumusan Masalah…………………………………….. Tujuan Penelitian……………………………………….. Manfaat Penelitian……………………………………… Ruang Lingkup Penelitian………………………………
1 4 7 7 8
TINJAUAN PUSTAKA………………………………………..
9
2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5.
Pariwisata……………………………………………….. Wisatawan………………………………………………. Wana Wisata……………………………………………. Continget Valuation Method (CVM)…………………… Penelitian Terdahulu…………………………………….
9 10 11 12 12
KERANGKA PEMIKIRAN…………………………………...
15
3.1.
Kerangka Teoritis……………………………………….
15
3.1.1. 3.1.2.
Konsep Nilai Wisata dan Willingnes To Pay…. Konsep CVM…………………………………. 3.1.2.1. Keunggulan dan Kelemahan CVM.. 3.1.3. Skenario dan Rencana Paket Wisata yang Ditawarkan……………………………………. 3.1.4. Dasar Pemilihan Variabel…………………….. Kerangka Operasional…………………………………... Hipotesis………………………………………………..
15 15 16
METODELOGI PENELITIAN………………………………..
25
3.2. 3.3. IV.
18 20 22 24
xi
4.1.
Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………………….. Jenis dan Sumber Data………………………………….. Metode Pengambilan Sampel…………………………... Pengumpulan Data……………………………………… Metode Pengolahan dan Analisis Data…………………. 4.5.1. Estimasi Nilai WTP Pengunjung………………. 4.5.2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Membayar dan Besarnya Nilai WTP Pengunjung Terhadap Paket Wisata…………… Pengujian Parameter…………………………………….
30 32
GAMBARAN UMUM LOKASI………………………………
35
4.2. 4.3. 4.4. 4.5.
4.6. V.
5.1.
Keadaan Lokasi Penelitian……………………………………………….. Objek Wisata……………………………………………. Aksesbilitas……………………………………………...
35 36 38
KARAKTERISTIK RESPONDEN…………………………...
39
6.1.
Karakteristik Pengunjung……………………………….
39
6.1.1. Umur Responden………………………………. 6.1.2. Tingkat Pendidikan…………………………….. 6.1.3. Pekerjaan Utama……………………………….. 6.1.4. Tingkat Pendapatan……………………………. 6.1.5. Daerah Asal……………………………………. 6.1.6. Jenis Kendaraan……………………………….. 6.1.7. Frekuensi Kunjungan…………………………... 6.1.8. Biaya Perjalanan……………………………….. Penilaian Responden Terhadap Kondisi WWCN………. 6.2.1. Keindahan Objek Wisata………………………. 6.2.2. Kemudahan Mencapai Lokasi…………………. 6.2.3. Kebersihan Lokasi……………………………... 6.2.4. Fasilitas yang Menunjang……………………… 6.2.5. Keamanan Lokasi………………………………
39 40 41 42 43 44 45 46 47 47 48 48 49 50
HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………...
51
7.1.
51
5.2. 5.3 VI.
6.2.
VII.
25 25 25 26 27 27
Analisis Kesediaan Membayar Responden……………... 7.1.1.
VIII.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Membayar Responden…………………………. 7.2. Analisis Willingness To Pay (WTP) dengan Pendekatan Contingent Valuation Methode……………. 7.3. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP……………………………………………… KESIMPULAN DAN SARAN………………………………...
64 69
8.1.
Kesimpulan……………………………………………..
69
8.2.
Saran……………………………………………………
70
56 60
xii
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..
72
LAMPIRAN……………………………………………………………
74
RIWAYAT HIDUP…………………………………………………….
86
xiii
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Perkembangan Jumlah Wisatawan yang Berkunjung Ke Objek Wisata di Kabupaten Bogor 2005-2009………………… 2
2.
Perkembangan Pengunjung Objek Wisata yang Pengelolaannya Di Bawah Perum Perhutani (Orang)………………………………
4
Perkembangan Jumlah Wisatawan ke Wana Wisata Curug Nangka...................................................................................
5
Matriks Keterkaitan Tujuan, Sumber Data dan Metode Analisis Data………………………………………………
27
5.
Sebaran Kelompok Usia Responden Berdasarkan Umum…………
40
6.
Persentase jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Akhir………………………………………….
41
7.
Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Pekerjaan………….....
42
8.
Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan….
43
9.
Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Daerah Asal………….
44
10.
Persentase Jumlah Responden Berdasarka Kendaraan yang Digunakan…………………………………………………..... 45
11.
Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Frekuensi Kunjungan……………………………………………....
46
12.
Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Biaya Perjalanan…….
47
13.
Persepsi Responden Terhadap Keindahan Lokasi……………........
48
14.
Persepsi Responden Terhadap Kebersihan Lokasi……………….... 49
15.
Persepsi Responden Terhadap Jumlah Fasilitas Penunjang……......
16.
Persepsi Responden Terhadap Keamanan Lokasi………………..... 50
17.
Hasil Analisis Regresi Logit untuk Kesediaan Membayar Pengunjung Terhadap Paket Jogging Track Plus…….....................
3. 4.
50
53
18.
Hasil Analisis Regresi Logit untuk Kesediaan Membayar Pengunjung Terhadap Paket Wisata Konservasi……...................... 55
19.
Hasil Analisis Regresi Berganda Fungsi WTP Responden Terhadap Paket Wisata Jogging Track Plus ……………………...
65
Hasil Analisis Regresi Berganda Fungsi WTP Responden Terhadap Paket Wisata Konservasi…………………………….......
65
20.
xiv
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Bagan Alir Kerangka Pemikiran Operasional…………………... 23
2.
Grafik Hubungan Tingkat Pendapatan dan Nilai WTP Pada Paket Wisata Jogging Track Plus…………………...
3.
62
Grafik Hubungan Tingkat Pendapatan dan Nilai WTP Pada Paket Wisata Konservasi……………………………. 62
xv
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Halaman Distribusi Nilai WTP Responden Terhadap Paket Wisata Jogging Track Plus…………………..................
74
Distribusi Nilai WTP Responden Terhadap Paket Wisata Jogging Track Plus………………………………...
74
Rincian Anggaran Biaya Paket Wisata Jogging Track Plus Awal……………………………………..
75
Rincian Anggaran Biaya Paket Wisata Jogging Track Plus yang Telah Disesuaikan dengan Nilai WTP………….....
75
Rincian Anggaran Biaya Paket Wisata Konservasi Awal……………………………………………...
76
Rincian Anggaran Biaya Paket Wisata Konservasi yang Telah Disesuaikan dengan Nilai WTP………………………..
76
Hasil Output Regresi Logit dengan SPSS 16 untuk Paket Jogging Track Plus………………………………………....
77
Hasil Output Regresi Logit dengan SPSS 16 untuk Paket Konservasi………………………………………......... Hasil Output Regresi Berganda dengan Progam Minitab 14 For Windows untuk Paket Jogging Track Plus…………….
79 83
Hasil Output Uji Heterokedastisitas Paket Wisata Jogging Track Plus………………………………………………...
85
11.
Uji Normalitas Paket Wisata Jogging Track Plus…………….
81
12.
Hasil Output Regresi Berganda dengan Progam Minitab 14 For Windows untuk Paket Konservasi………………….....
82
13.
Hasil Output Uji Heterokedastisitas Paket Wisata Konservasi.
83
14.
Uji Normalitas Paket Wisata Konservasi……………………
84
15.
Peta Lokasi Wana Wisata Curug Nangka…………………….
85
xvi
I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Indonesia memiliki potensi kekayaan sumber daya alam yang melimpah,
keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis budaya, serta berbagai peninggalan sejarah. Semua hal tersebut menjadikan Indonesia memiliki potensi yang cukup besar dalam mengembangkan sektor pariwisata, khususnya wisata alam. Yoeti (2008) menyebutkan bahwa dampak pengembangan pariwisata dilihat dari kacamata ekonomi makro akan memberikan dampak positif. Sebagai suatu industri, pariwisata dapat menciptakan kesempatan berusaha, meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan sekaligus mempercepat pemerataan pendapatan masyarakat, sebagai akibat multiplier effect yang terjadi dari pengeluaran wisatawan yang relatif cukup besar, meningkatkan penerimaan pajak pemerintah dan retribusi daerah, meningkatkan pendapatan nasional atau Gross Domestic Bruto (GDP), mendorong peningkatan investasi dari sektor industri pariwisata dan sektor ekonomi lainya, serta memperkuat neraca pembayaran. Kabupaten Bogor memiliki banyak daya tarik wisata alam yang beragam, unik, dan tersebar di wilayahnya. Ada sekitar 46 objek wisata yang tersebar di seluruh daerah di Kabupaten Bogor. Wiasatawan yang berkunjung ke objek wisata yang ada di Kabupaten Bogor dari tahun ke tahun mengalami peningkatan baik wisatawan nusantara/domestik maupun wisatawan mancanegara/asing. Data
1
jumlah
wisatawan baik wisatawan domestik maupun mancanegara yang
berkunjung ke objek wisata di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Jumlah Wisatawan yang Berkunjung Ke Objek Wisata di Kabupaten Bogor 2005-2009 Jumlah Wisatawan (Orang) Tahun
Wisatawan
Wisatawan
Nusantara
Mancangara
2005
1.886.441
14.540
1.900.981
2006
1.553.232
90.081
1.643.313
2007
2.009.371
24.055
2.033.426
2008
2.209.764
20.246
2.230.010
2009
2.526.084
22.463
2.548.547
Jumlah
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor (2010),
Aktivitas pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar manusia. Seiring berjalannya waktu kegiatan pariwisata terus mengalami perkembangan hal tersebut sejalan dengan terjadinya perubahan - perubahan sosial, budaya, ekonomi, tekhnologi dan politik (Damanik, 2006). Peningkatan kebutuhan akan pariwisata dapat mendorong peningkatan penawaran produk atau objek wisata di suatu negara. Salah satu sektor wisata alam yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan adalah wisata alam hutan. Wisata alam hutan atau wana wisata diartikan sebagai hutan yang mencakup bagian daratan maupun lautan terutama dapat dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam (Atmajaya (2002) dalam Rahayu (2006)). Pengelolaan objek wisata alam hutan ini dimaksudkan sebagai
2
salah satu upaya untuk memanfaatkan fungsi hutan secara optimal, serba guna dan lestari dengan tetap mempertahankan aspek konservasi, keserasian dan keseimbangan lingkungan serta tidak merubah bentuk aslinya (Perum Perhutani, KPH Bogor). Perum Perhutani KPH Bogor disamping menjalankan misi pokoknya yaitu melakukan usaha-usaha produktif dibidang penguasaan hutan meliputi : penanaman, pemeliharaan, pungutan, pengelolaan dan pemasaran hasil hutan, juga turut aktif mengembangkan sektor pariwisata dengan memanfaatkan fungsi hutan. Beberapa lokasi objek wisata hutan tersebut telah dikebangkan menjadi objek wisata hutan dengan tidak meninggalkan asas perlindungan dan kelestarian alam, yang biasa disebut wana wisata. (Perum Perhutani, KPH Bogor). Kabupaten Bogor memiliki lima lokasi wana wisata (WW) andalan yang pengelolaannya berada di bawah Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Wana wisata tersebut yaitu Wana Wiasta Curug Cilember, Wana Wisata Curug Nangka (WWCN), Wana Wisata Bumi Perkemahan Sukamantri, Wana Wisata Bumi Perkemahan Gunung Bunder, dan Wana Wisata Penangkaran Rusa. (Perum Perhutani, KPH Bogor). Kelima wana tersebut memiliki daya tarik masingmasing dan banyak diminati oleh pengunjung, baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Jumlah pengunjung yang datang ke lima wana wisata dalam kurun waktu lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2.
3
Tabel 2. Perkembangan Pengunjung Objek Wisata yang Pengelolaanya di bawah Perum Perhutani (Orang) Tahun Objek Wisata 2005 2006 2007 2008 2009 Wana Wisata Curug Cilember
121.816
128.477
111.985
128.412
191.503
87.717
96.503
97.852
67.495
64.514
46.298
49.652
58.947
69.437
77.282
6.674
4.000
4.220
1.956
2.075
-
-
8.875
11.603
11.951
Wana Wisata Curug Nangka Wana Wisata Buper Gunung Bunder Buper Sukamantri Penangkaran Rusa/WW Giri Jaya
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor 2010
1.2.
Perumusan Masalah Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) merupakan salah satu dari lima
wana wisata yang ada di Kabupaten Bogor yang pengelolaannya berada di bawah Perum Perhutani. Daya tarik dari objek wisata ini adalah adanya tiga air terjun atau curug yang terdiri dari Curug Nangka, Curug Daun, dan Curug Kawung dengan masing-masing ketinggian antara 10-20 meter dan memiliki keunikan tersendiri. Selain dapat menikmati keindahan curug yang ada di WWCN kegiatan lain yang dapat dilakukan pengunjung di kawasan WWCN, antara lain menyusuri sungai, berenang di sungai, bermain flaying fox, serta berkemah atau camping. Keberdaan WWCN yang cukup dekat sekitar 15 KM dari jantung Kota Bogor
4
menjadikan wana wisata ini mudah diakses. Jumlah pengunjung yang datang ke WWCN dalam kurun waktu lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan Jumlah Wisatawan ke Wana Wisata Curug Nangka 2005-2009 Wisatawan Tahun Jumlah (orang) Domestik Asing (Orang) (Orang) 2005 87.660 57 87.717 2006
96.438
70
96.508
2007
97.797
55
97.852
2008
67.480
15
67.495
2009
64.489
25
64.514
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor 2010
Jumlah pengunjung yang berkunjung ke WWCN dari tahun 2008 hingga 2009 mengalami penurunan, untuk itu pihak pengelola yakni Perum Perhutani berencana melakukan pengembangan pengelolaan. Marpaung (2002) menyatakan bahwa dalam pengembangan objek dan daya tarik wisata bagi taman atau daerah konservasi memiliki konsep yang dianggap penting yaitu adanya tujuan pendidikan bagi pengunjung tentang apa yang mereka lihat, khususnya penekanan terhadap masalah ekologi dan konservasi. Pendekatan ini sangat sesuai kecenderungan keinginan dan kebutuahan pengunjung akan informasi yang memadai tentang lingkungan yang mereka kunjungi. Dalam pengembangan pengelolaan WWCN, Perum Perhutani berencana akan membuat suatu paket-paket wisata yang dapat dipilih oleh pengunjung. Adapun rencana paket-paket wisata andalan yang akan ditawarkan WWCN adalah
5
paket jogging track plus dan paket konservasi. Paket-paket tersebut memiliki manfaat, tujuan, kegiatan, serta fasilitas yang berbeda. Adaya paket-paket wisata ini diharapkan dapat meningkatkan kepuasan bagi pengunjung dalam berwisata di WWCN. Kegitan dalam paket wisata tersebut bertujuan untuk mengajak pengunjung berperan aktif dalam menikmati alam serta ikut berperan dalam menjaga kelestarian lingkungannya. Wana wisata alam merupakan tempat rekreasi yang dapat dikatagorikan sebagai barang publik (public goods). Fauzi (2006) menyatakan barang publik memiliki dua sifat yang dominan yaitu non-rivalry dan non-excludability. Sifat non-rivalery yaitu setiap pengunjung objek wisata (konsumen) dapat memperoleh kepuasan rekreasi tanpa mengurangi kepuasan konsumen lain. Sifat nonexcludability berarti bahwa setiap orang dapat menikmati wisata alam tanpa dibatasi, oleh karena itu barang publik tidak memiliki data pasar, sehingga sulit untuk menentukan harganya. Ketiadaan pasar pada barang publik dapat diatasi dengan membuat kurva permintaan pada kesediaan membayar (Willingness to pay) atau metode biaya perjalanan (travael cost method). Dari uraian di atas maka rumusan permasalahan dari penelitian ini adalah: 1. Berapa nilai Willingness to pay (WTP) pengunjung untuk menentukan potensi harga maksimum yang masih bersedia dibayarkan untuk paket wisata yang akan ditawarkan di WWCN? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kesediaan membayar pengunjung serta besarnya nilai Willingness to pay (WTP) pengunjung?
6
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah : 1. Mengestimasi nilai WTP pengunjung untuk menentukan potensi harga maksimum yang masih bersedia dibayarkan untuk paket wisata yang ditawarkan di WWCN. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan pengunjung membayar paket wisata di WWCN serta besarnya nilai WTP yang dibayarkan pengunjung. 1.4.
Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi : 1. Pemerintah
Kabupaten
Bogor
umumnya
Dinas
Pariwisata
dan
Kebudayaan Kabupaten Bogor khususnya dalam menentukan kebijakan pengelolaan sektor pariwisata. 2. Perum Perhutani sebagai pengelola WWCN, penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan tarif paket wisata yang ditawarkan WWCN. 3. Para akedemisi dimana hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya dan sejenis.
7
1.5.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini diadakan di wana Wisata Curug Nangka Kabupaten Bogor.
Ruang lingkup penelitian untuk memperjelas dan mempersempit, maka dalam penilitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu: 1. Pokok bahasan penelitian ini adalah studi mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan pengunjung untuk membayar tiket paket wisata serta nilai kesedian membayar harga tiket maksimum pengunjung Wana Wisata Curug Nangka berdasarkan analisis kesediaan membayar (WTP). 2. Kesediaan membayar adalah jumlah uang yang bersedia dibayarkan oleh seseorang guna memperoleh manfaat dari suatu peningkatan kondisi lingkungan yang lebih baik dari sebelumnya.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Pariwisata Menurut undang-undang No. 10 tahun 2009, Pariwisata adalah berbagai
macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Wahab (1992), menyatakan pariwisata adalah salah satu industri baru yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup, dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam
negara
penerima
wisatawan.
Wahab
(1992)
juga
menyatakan
kepariwisataan menggambarkan beberapa bentuk perjalanan dan penginapan sesuai dengan motivasi yang mendasari kepergian tersebut. Orang melakukan perjalanan untuk memperoleh berbagai tujuan dan memuaskan bermacam-macam keinginan. Pariwisata terkait dengan kegiatan wisata yang meliputi perjalanan ke tempat tujuan atau komunitas yang terkenal dalam periode jangka waktu yang singkat, dalam rangka untuk mewujudkan kepuasan kebutuhan konsumen untuk satu atau kombinasi kegiatan, Gilbert (1990) dalam Vanhove (2005). Pendit (2006) membagi bentuk- bentuk pariwisata berdasarkan katagori : a. Menurut asal wisatawan Pariwisata terdiri dari wisatawan domestik yakni wiasatawan yang berasal dari dalam negeri. Wisatawan internasional yakni wisatawan yang datang dari luar negeri
9
b. Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran Terdiri dari pariwisata aktif dan pasif. Disebut pariwisata aktif karena adanya pemasukan valuta asing yang berdampak positif terhadap neraca pembayaran luar negeri suatu negara yang dikunjunginya. Pariwisata pasif terjadi karena adanya kepergian seorang warga negara ke luar negeri memberikan dampak negative terhadap neraca pembayaran luar negerinya. c. Menurut jangka waktu Terdiri dari pariwisata jangka pendek dan pariwisata jangka panjang dimana kedatangan seorang wisatawan diperhitungkan menurut lamanya ia tinggal di tempat atau negara yang bersangkutan. d. Menurut jumlah wisatawan Terdiri dari pariwisata tunggal dan pariwisata rombongan tergantung atas jumlah wisatawan yang datang. e. Menurut alat angkut yang diperhitungkan. Katagori ini dapat dibagi menjadi pariwisata udara, pariwisata laut, pariwisata kereta api, dan pariwisata mobil. Tergantung apakah wisatawan tiba dengan pesawat udara, kapal laut, kereta api atau mobil. 2.2.
Wisatawan Wisatawan merupakan unsur utama dalam pariwisata. Wisata merupakan
suatu pengalaman yang sangat manusiawi, dapat dinikmati, dapat diantisipasi dan merupakan saat yang penting dalam hidup mereka, (Cooper et al. 1998). Pelaku perjalanan akan disebut wisatawan ketika mereka melakukan kegiatan wisata atau kegiatan yang bersifat rekreatif untuk menikmati suatu obyek wisata (Wardiyanta, 2006). Menurut Wahab (1992), batasan wisatawan mencakup dua kategori yakni
10
wisatawan yang menetap sekurang-kurangnya 24 jam di suatu negara dan maksud kedatangan mereka didasarkan atas : (1) waktu luang (berekreasi, cuti, untuk kesehatan, studi agama, dan olah raga). (2) bisnis, keluarga, misi, rapat dinas. Plog (1972) mengelompokkan tipologi wisatawan sebagai berikut1: 1. Allocentris, yaitu wisatawan hanya ingin mengunjungi tempat-tempat yang belum diketahui, bersifat petualangan, dan mau memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh masyarakat local. 2. Psycocentris, yaitu wisatawan yang hanya ingin mengunjungi daerah tujuan wisata sudah mempunyai fasilitas dengan standar yang sama dengan di negaranya. 3. Mid-Centris, yaitu terletak diantara tipologi Allocentris dan Psycocentris 2.3.
Wana Wista Wana wisata adalah obyek-obyek wisata alam yang dibangun dan
dikembangkan oleh perum perhutani di dalam kawasan hutan produksi atau hutan lindung secara terbatas dengan tidak mengubah fungsi pokoknya. Menurut Atmajaya (2002) dalam Rahayu (2006), hutan wisata alam didefinisikan sebagai hutan yang mencakup bagian daratan maupun lautan terutama yang dapat dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam (out-bond), dengan kriteria sebagai berikut : 1. memiliki keadaan alam yang menarik adan indah 2. memenuhi kebutuhan untuk rekreasi. 1 http//pengertian-pariwisata file:///F:/PARIWISAT KAJIAN SOSIOLOG DAN EKONOMI Bahan Kuliah dan Judul Penelitian.htm.diakses tanggal 9 Juni 2010.
11
3. Berdekatan dengan zona pemukiman. 4. Memiliki jenis-jenis satwa baru. 5. Cukup luas dan keadaan lapangan tidak membahayakan. 2.4.
Contingent Valuation Method (CVM) Fauzi, 2006 menyatakan Pendekatan CVM sering digunakan untuk
mengukur nilai pasif (nilai non-pemanfaatan) sumberdaya alam atau sering juga dikenal dengan nilai keberadaan. CVM pada hakikatnya bertujuan untuk mengetahui: pertama, keinginan membayar (Willingness To Pay atau WTP) dari masyarakat, misalnya terhadap perbaikan kualitas lingkungan (air, udara dsb) dan kedua, keinginan menerima (Willingness To Accep atau WTA). Tekhnik CVM didasarkan pada asumsi mendasar mengenai hak kepemilikan (Garrod dan Willis, 1999), karena itu jika individu yang ditanya tidak memiliki hak atas barang dan jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam, pengukuran yang relevan adalah keinginan membayar yang maksimum (Maximum Willingness To Pay) untuk memperoleh barang tersebut. Sebaliknya, jika individu yang ditanya memiliki hak atas sumber daya alam, pengukuran yang relevan adalah keinginan menerima (Willingness To Accept) kompensasi yang paling minimum atas hilang atau rusaknya sumber daya alam yang dia miliki 2.5.
Penelitian Terdahulu Aprilian (2009) meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan wisata dan surplus konsumen di Taman Wisata Alam Situ Gunung, dengan menggunakan methode biaya perjalanan. Dari hasil penilitian tersebut didapat bahwa faktor-faktor sosial yang mempengaruhi secara signifikan jumlah 12
kunjungan wisatawan ke Taman Wisata Alam Situ Gunung adalah biaya perjalanan, waktu tempuh, dan daya tarik wisata. Nilai surplus konsumen total kunjungan per individu yang diperoleh adalah sebesar Rp 277.477,00 sedangkan nilai surplus konsumen per kunjungan per individu adalah sebesar Rp 46.847,00. Nilai manfaat ekonomi yang diperoleh dari Taman Wisata Alam Situ Gunung adalah sebesar Rp 1.340.709.910,00 Fitriani (2008) meneliti faktor-faktor apa yang mempengaruhi pengunjung Agrowisata Taman Wisata Mekarsari (TWM) dengan menggunakan metode kontingensi. Faktor-faktor sosial ekonomi dan lingkungan yang mempengaruhi frekuensi kunjungan ke lokasi Agrowisata TWM adalah jumlah tanggungan keluarga, hari kunjungan, waktu yang dihabiskan di lokasi, kesediaan membayar, dan waktu tempuh. Jumlah kesediaan membayar dari seluruh pengunjung pada tahun 2006 adalah sebesar Rp. 8.681.092.500 sedangkan jumlah kesediaan membayar tahunan dari setiap pengunjung TWM sebesar Rp 23.000. Surplus konsumen yang didapat sebesar Rp 4.906.702.500, dengan rata-rata surplus konsumen sebesar Rp 13.000 untuk setiap orangnya. Amanda (2009) melakukan penelitian mengenai nilai WTP pengunjung objek wisata Danau Situgede dalam upaya pelestarian lingkungan Danau Situdege. Dari hasil penelitiannya didapat sebanyak 81 persen responden (34 orang) menyatakan kesediaan untuk membayar dalam upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan responden untuk membayar adalah faktor tingkat usia, tingkat pendidikan, dan pemahaman serta pengetahuan responden mengenai manfaat serta kerusakan
13
danau. Nilai rata-rata WTP pengunjung Danau Situgede sebesar Rp 3.588,24 sedangkan nilai total WTP pengunjing Danau Situgede sebesar Rp 2.342.000. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP pengunjung adalah faktor tingkat pendapatan, pemahaman serta pengetahuan responden mengenai manfaat serta kerusakan danau, dan biaya kunjungan responden.
14
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.
Kerangka Teoritis
3.1.1. Konsep Nilai Wisata dan Willingness To Pay Bermacam-macam
teknik
penilaian
dapat
digunakan
untuk
mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar dalam penilaian ekonomi yang mendasari semua teknik adalah kesediaan membayar dari individu untuk jasa-jasa lingkungan atau sumberdaya (Munasinghe, 1993 dalam Djijono, 2002). Teknik penilaian manfaat, didasarkan pada kesediaan konsumen membayar perbaikan atau kesediaan menerima kompensasi dengan adanya kemunduran kualitas lingkungan dalam sistem alami serta kualitas lingkungan sekitar (Hufschmidt et al., 1987). Kesediaan membayar atau kesediaan menerima merefleksikan preferensi individu, kesediaan membayar dan kesediaan menerima adalah ‘bahan mentah’ dalam penilaian ekonomi (Pearce dan Moran, 1994 dalam Djijono, 2002 ). 3.1.2. Konsep Contingen Valuation Method Garrod and Kennet (1999) menyatakan Contingent Valuation Method (CVM) merupakan metode yang dianggap dapat digunakan untuk menghitung jasa-jasa lingkungan atau fungsi ekosistem yang dianggap tidak memiliki nilai guna. Dalam menilai dan mengukur barang dan jasa lingkungan terdapat dua pendekatan yaitu revealed preference approach dan stated preference approach. Metode valuasi kontingensi (CVM) termasuk pendekatan stated preference approach. Menghitung nilai CVM ini dapat ditanyakan langsung ke
15
individu/masyarakat sejauh mana masyarakat mau membayar untuk perubahan kualitas lingkungan. CVM adalah metode tekhnik survey untuk menayakan penduduk tentang nilai atau harga yang mereka belikan terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar, seperti barang lingkungan, jika pasarnya betul-betul tersedia atau jika ada cara-cara pembayaran lain seperti pajak yang diterapkan. Tujuan CVM yaitu untuk menghitung nilai (harga) atau penawaran yang mendekati keadaan yang sebenarnya jika pasar dari barang-barang tersebut benar-benar ada. Asumsi yang digunakan dalam CVM yaitu individu yang terlibat dalam menilai lingkunganya memahami benar tentang kondisi lingkunganya, dapat memahami dan menentukan pilihan yang ada dengan tepat. Jawaban yang diberikan individu haruslah benar-benar apa yang akan dilakukannya seandainya kondisi lingkungan yang diharapkan benar-benar terjadi. 3.1.2.1. Keunggulan dan Kelemahan CVM Keunggulan-keunggulan dari penggunaan CVM yaitu : 1. Sifatnya yang fleksibel dan dapat diterapkan pada beragam kekayaan lingkungan, tidak hanya terbatas pada benda atau kekayaan alam yang terukur secara nyata dipasar saja. 2. Dapat diaplikasikan pada semua kondisi dan memiliki dua hal yang penting, yaitu sering kali menjadi hanya satu-satunya tekhnik untuk mengestimasi manfaat, dapat diaplikasikan berbagai konteks kebijakan lingkungan. 3. Dapat digunakan dalam berbagai macam penelitian barang-barang
16
lingkungan di sekitar masyarakat. 4. Dibandingkan dengan tekhnik penilaian yang lain, CVM memiliki kemampuan untuk mengestimasi nilai non pengguna. Seseorang yang menggunakan CVM mungkin dapat mengukur utilitas dari penggunaan barang lingkungan bahkan jika digunakan secara langsung. 5. Kapasitas CVM dapat menduga ''nilai non pengguna'' (Non use value). 6. Responden dapat dipisahkan ke dalam kelompok pengguna dan non pengguna sesuai dengan informasi yang didapatkan dari kegiatan wawancara, sehingga memungkinkan perhitungan nilai tawaran pengguna dan pengguna secara terpisah. Menurut Hanley dan Spash (1993), keterbatasan utama dari penggunaan CVM adalah timbulnya bias, yang terjadi jika dalam penggunaan CVM timbul nilai WTP/WTA yang lebih tinggi atau nilai WTP/WTA yang lebih rendah dari nilai sebenarnya. Bias tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain : 1. Bias strategi (strategic bias), yaitu bias yang terjadi karena barang lingkungan memiliki sifat ''non-excludabillity'' dalam pemanfaatanya, sehingga akan mendorong terciptanya respoden yang bertindak sebagai ''free rider'' dan tidak jujur dalam memberikan informasi. 2. Bias Rancangan (design bias), yaitu mencakup cara informasi disajikan, instruksi yang diberikan, format pertanyaan, dan jumlah serta tipe informasi yang disajikan kepada responden.
17
3. Bias yang berhubungan dengan kondisi kejiwan responden (mental account bias), yang terkait dengan langkah proses pembuatan keputusan seorang individu dalam memutuskan seberapa besar pendapatan, kekayaan dan waktunya dihabiskan untuk barang lingkungan tertentu dalam periode waktu tertentu. 4. Kesalahan pasar hipotetis (hypothetical market error), terjadi jika fakta yang ditanyakan kepada responden dalam pasar hipotesis membuat tanggapan responden berbeda dengan konsep yang diinginkan peneliti sehingga nilai WTP yang dihasilakan menjadi berbeda dengan nilai sesungguhnya. 2.1.3. Skenario dan Rencana Paket Wisata yang Ditawarkan Pihak Pengelola Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) yakni Perum Perhutani KPH Bogor berencana akan melakukan pengembangan pengelolaan wisata yaitu dengan membuat paket-paket wisata andalan yang dapat dinikmati oleh pengunjung WWCN. Paket wisata tersebut diantaranya paket jogging track plus dan paket konservasi. 1. Paket Jogging track plus Kegiatan dalam paket jogging track plus dilakukan selama satu hari. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menciptakan suasana rekreasi baru, tidak hanya itu pengunjung juga akan mendapatkan pengetahuan tentang keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa dalam kawasan hutan. Kegiatan yang akan dilakukan dalam paket wisata ini adalah tracking menyusuri hutan sejauh dua kilometer, selama diperjalanan pengunjung akan dipandu oleh pemandu dan akan diberikan
18
penjelasan mengenai flora dan fauna yang ada di hutan. Kegiatan diakhiri dengan bermain atau mandi di air terjun. Manfaat dari paket wisata ini adalah selain kita dapat menikmati pemandangan hutan, kegiatan menyusuri hutan ini sangat menyehatkan karena kita dapat menghirup udara segar dan berolah raga serta dapat mengenal tentang fungsi dan manfaat sumber daya hutan untuk menuju ramah lingkungan. Fasilitas yang diperoleh dari paket wisata ini adalah tiket masuk kawasan, snack, makan siang, medis dan pemandu. 2. Paket Konservasi Kegiatan dalam paket ini dilakukan selama dua hari satu malam. Tujuan dari kegiatan paket ini adalah untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, mempunyai rasa kepedulian untuk membangun kelestarian alam. Kegiatan yang dilakukan dalam paket ini adalah berkemah, api unggun, penyampaian materi, hiking, dan menanam pohon. Adapun manfaat dari kegiatan ini adalah pengunjung dapat menganal fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati dan ekosistem hutan. Fasilitas yang dapat diperoleh dari peket ini adalah tiket masuk kawasan, tenda, makan empat kali, api unggun, bibit, lahan tanam, lampu penerangan, dan pemandu. Adanya paket wisata ini diharapkan dapat meningkatkan kepuasan pengunjung WWCN. Dari skenario di atas maka pertanyaan yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:
19
Apakah Sauadara berminat terhadap paket-paket wisata yang ditawarkan? Bersediakah Saudara membayar sejumlah uang tertentu untuk paket wisata tersebut? Berapa nilai harga tiket maksimum yang masih dapat Saudara bayarkan?
3.1.4. Dasar Pemilihan Variabel Analisis
terhadap
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kebersediaan
membayar serta besarnya nilai WTP terhadap paket wisata di WWCN diduga dipengaruhi oleh variabel-variebel sebagai berikut : 1.
Tingkat Pendapatan Variabel tingkat pendapatan dipilih sebagai variabel yang mempengaruhi
analisis terkait dengan teori kebutuhan hidup manusia yang diungkapkan oleh Abraham Maslow. Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka tingkat kebutuhan hidupnya akan semakin meningkat, bukan hanya kebutuhan pokok (sandang pangan papan), tetapi juga kebutuhan tersier lainya seperti rekreasi. Variabel tingkat pendapatan diduga akan mempengaruhi secara positif terhadap kesediaan membayar dan nilai WTP pengunjung. 2.
Biaya perjalanan Biaya perjalanan dapat diartikan sebagai biaya keseluruhan yang
dikeluarkan oleh setiap pengunjung dalam satu kali kegiatan rekreasi. Biaya perjalanan mencakup biaya sejak awal berangkat ke tempat wisata hingga kembali ke tempat semula. Biaya perjalanan diduga akan mempengaruhi secara negatif terhadap kesediaan membayar dan nilai WTP pengunjung, semakin besar biaya
20
perjalanan maka nilai WTP yang diberikan akan semakin kecil, karena pengunjung akan merasa menambah terbebani dengan adanya tarif yang besar. 3.
Usia Menurut Wahab (1992), umur dapat membuat individu melakukan aktivitas
rekreasi yang berbeda. Kebutuhan dan kegemaran rekreasi berbeda pada tingkatan usia. Individu dengan usia lebih muda atau remaja cenderung akan melakukan rekreasi yang lebih kepada olah raga. Anak-anak atau yang berusia dini cenderung lebih menyukai rekreasi permainan dan menuntut ilmu. 4.
Lamanya pendidikan yang di tempuh Tingkat pendidikan menunjukan lamanya pendidikan formal yang pernah
ditempuh seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka, pemikiran wawasan serta pandanganya akan semakin luas sehingga dapat berfikir lebih cepat. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi penilaian orang tersebut terhadap masalah ekologi dan konservasi. Tingkat pendidikan diduga akan mempengaruhi secara positif terhadap kesediaan membayar dan nilai WTP pengunjung. 5.
Waktu yang dihabiskan di lokasi Berbagai sarana dan prasarana serta fasilitas yang lengkap yang disediakan
oleh pengelola wisata akan membuat para pengujung merasa nyaman dan betah berlama-lama dilokasi tersebut, sehingga dapat mempengaruhi persepsi terhadap tempat wisata tersebut. Waktu yang dihabiskan dilokasi akan mempengaruhi secara positif terhadap kesediaan membayar dan nilai WTP. Semakin lama orang
21
tersebut berada dilokasi maka nilai WTP yang diberikan semakin besar. 6.
Jumlah Tanggungan keluarga Jumlah tanggungan keluarga akan berkaitan dengan banyaknya pengeluaran
yang akan dikeluarkan oleh keluarga tersebut. Semakin banyak jumlah keluarga maka semakin meningkat pengeluaran keluarga tersebut. Jumlah tanggungan keluarga diduga akan berpengaruh negatif terhadap kesediaan membayar dan nilai WTP. 2.1.2. Kerangka Operasional Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) merupakan salah satu tempat wisata di Kabupaten Bogor yang banyak diminati oleh pengunjung yang berasal dari Bogor maupun luar Bogor. Keindahan alam serta terdapatnya tiga curug yang indah menjadikan daya tarik WWCN untuk dijadikan alternatif tempat berwisata. Keberadaan tempat wisata tentu memiliki nilai manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung yang dapat dirasakan oleh pengunjung maupun pihak pengelola wisata. Jumlah pengunjung yang datang ke WWCN mengalami penurunan, untuk itu Perum Perhutani selaku pengelola berencana untuk mengembangkan pengelolaan wisata agar dapat memanfaatkan potensi sumber daya yang ada semaksimal
mungkin.
Rencana
Perum
Perhutani
dalam
pengembangan
pengelolaan WWCN yaitu dengan membuat paket-paket wisata. Dimana dengan adanya paket-paket wisata ini diharapkan dapat meningkatkan kepuasan pengunjung serta meningkatkan jumlah wisatawan yang datang ke WWCN. Penelitian ini dilakukan untuk mengestimasi nilai Willingness to pay (WTP)
22
pengunjung dalam menentukan potensi harga maksimum yang masih bisa dibayarkan oleh pengunjung terhadap paket wisata yang ditawarkan. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar pengunjung serta besarnya nilai WTP pengunjung. Alur dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar1. Penurunan jumlah pengunjung
Wana Wisata
Rencana pengelolaan pengembangan WWCN dengan membuat paket-paket wisata
Paket Konservasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar dan besarnya nilai WTP pengunjung
Paket Jogging Track Plus
Estimasi Willingness to pay (WTP) pengunjung untuk paket Wisata yang ditawarkan.
Regresi Logit dan Linear Berganda
CVM
Alokasi Sumberdaya Optimal dalam Rangka meningkatkan Jumlah Pengungjung Gambar 1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran Operasional. 23
3.3.
Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Nilai WTP pengunjung lebih besar dari nilai tarif yang akan ditetapkan oleh pihak pengelola yakni Perum Perhutani. 2. Kesediaan pengunjung membayar terhadap paket wisata diduga dipengaruhi secara positif oleh variabel usia, jenis kelamin, lamanya pendidikan yang di tempuh, tingkat pendapatan, dan waktu yang dihabiskan di lokasi. Variabel biaya perjalanan dan frekuensi kunjungan akan berpengaruh negatif terhadap kesediaan membayar pengunjung. 3. Besarnya nilai WTP pengunjung diduga dipengaruhi positif oleh variabel tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, waktu yang dihabiskan di lokasi dan frekuensi kunjungan. Variabel biaya perjalanan dan jumlah tanggungan diduga akan berpengaruh negatif terhadap nilai WTP.
24
IV. METODELOGI PENELITIAN 4.1.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wana Wisata Curug Nangka Kabupaten
Bogor. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Pemilihan lokasi Wana Wisata Curug Nangka sebagai tempat penelitian didasari karena wisata ini merupakan salah satu wana wisata yang sering dikunjungi di Kabupaten Bogor. Pengambilan data primer dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2010. 4.2
Jenis dan Sumber data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner dengan pengunjung Wana Wisata Curug Nangka sebagai responden. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka dari beberapa dinas terkait instasi terkait di daerah penelitian yang meliputi dokumen atau arsip dan laporan dari pemerintah daerah, penelitian-penelitian terdahulu, dan lain sebagainya yang dapat menunjang tujuan yang ingin dicapai. 4.3.
Metode Pengambilan Sampel Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah
dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung Wana Wisata Curug Nangka. Sampel yang diambil sebanyak 80 responden. Penetapan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi kaidah pengambilan sampel secara statistik yaitu minimal sebanyak 30 data/sampel dimana data tersebut 25
mendekati sebaran normal. Teknik pengambilan sampelnya dilakukan secara convenience sampling atau accidential sampling yaitu pengambilan berdasarkan spontanitas. Dalam hal ini siapa saja orang yang ditemui, maka orang terebut dijadikan sampel (responden) dengan persyaratan resonden berusia diatas 15 tahun. 4.4.
Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data dan informasi yang sesuai dengan kebutuhan
penelitian, maka dilakukan pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan sebagai berikut: a. Observasi langsung ke lapangan (direct observation), dimaksudkan untuk mengetahui dan melihat secara langsung kondisi biofisik objek penelitian, seperti karakteristik pengunjung. b. Wawancara (interview), dilakukan untuk mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif. Data dan informasi dikumpulkan untuk mengetahui aspek ekonomi, sosial dan lingkungan pengunjung . c. Wawancara mendalam (in-depth interview), dilakukan untuk mengetahui aspek-aspek kualitatif secara lebih mendalam dengan mewawancarai informan kunci yang memiliki pengetahuan lebih terhadap Wana Wisata Curug Nangka itu sendiri.
26
4.5.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif dan
kuantitatif. Pengolahan dan analilsis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan menggunakan progam Microsoft Office Excel, Minitab for Windows Release 14.2. dan progam SPSS 15.0 for windows. Tabel 4 akan menguraikan matriks keterkaitan antara sumber data dan metode analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuan-tujuan dalam penelitian. Tabel 4. Matriks Keterkaitan Tujuan, sumber Data dan Metode Analisis Data No Tujuan Penelitian Sumber Data Jenis Data Metode Analisis Data 1.
Mengestimasi nilai WTP pengunjung terhadap harga paket wisata yang ditawarkan
Pengunjung dengan wawancara menggunakan kuesioner
Data primer berupa CVM besarnya nilai yang bersedia pengunjung bayarkan
2.
Menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi kesediaan membayar dan nilai WTP pengunjung
Pengunjung dengan wawancara menggunakan kuesioner
Data primer terdiri dari variabel jenis kelamin, usia, pendidikan, pendapatan, biaya perjalanan, waktu yang di habiskan lokasi, jumlah tanggungan, dan frekuensi kunjungan.
Analisis Logit dan regresi linear berganda.
4.5.1. Estimasi Nilai WTP Pengunjung Nilai WTP pengunjung untuk menjaga keindahan alam dan kelestarian lingkungan Wana Wisata Curug Nangka dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan CVM.
Fauzi (2006) menyatakan di dalam tahap operasional
27
penerapan pendekatan CVM terdapat lima tahap kegiatan atau proses. Tahapan tersebut dapat dikatagorikan sebagai berikut: 1.
Membuat Hipotesis Pasar Skenario yang dapat dibuat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Pihak pengelola Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) yakni Perum Perrhutani KPH Bogor berencana akan melakukan pengembangan pengelolaan wisata yaitu dengan membuat paket-paket wisata yang dapat dipilih oleh pengunjung WWCN. Paket tersebut diantaranya paket jogging track plus dan paket konservasi. Adanya paket wisata ini diharapkan dapat meningkatkan kepuasan pengunjung WWCN. Apakah Saudara bersedia membayar paket wisata tersebut? Berapakah nilai harga tiket maksimum yang masih dapat dibayarkan untuk paket wisata tersebut?.
2.
Mendapatkan Nilai Lelang (Bids) Nilai tawaran yang digunakan untuk menentukan nilai WTP adalah permainan lelang (Bidding Game) dimana responden diberi pertanyaan secara berulang-ulang tentang keinginan membayar sejumlah tertentu sampai mendapatkan nilai maksimum yang ingin dibayarkan.
3.
Menghitung Rataan WTP Dugaan rataan WTP dihitung dengan menggunakan rumus
EWTP =
∑WTP.X N
28
Dimana :
4.
EWTP
= Dugaan rata-rata WTP (Rp)
WTPXi
= Nilai WTP tiap responden (Rp)
N
= Jumlah responden (Orang)
Memperkirakan Kurva Lelang (Bid Curve) Pendugaan kurva penawaran akan dilakukan dengaa persamaan sebagai berikut: WTP = ( PNDK, PNDTN, BP, JT, LK, FK ) Dimana :
5.
WTP
= Nilai WTP yang ingin dibayarkan (Rp)
PNDKN
= Lamanya menempuh pendidikan (Tahun)
PNDTN
= Tingkat pendapatan (Rp/Bulan)
BYPJ
= Biaya perjalanan (Rp)
JT
= Jumlah tanggungan (Orang)
LK
= Lamanya di Lokasi (Jam)
FK
= Frekuensi Kunjungan (Kali)
Mengagregatkan Data Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai rata-rata penawaran dikonversikan terhadap populasi yang dimaksud. Maka nilai total WTP didapat dengan menggunakan rumus : TWTP = EWTP.Ni
29
Dimana : TWTP = Total WTP (Rp) EWTPi = Rataan WTP (Rp) Ni = Populasi (Orang) 4.5.2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Membayar dan Besarnya Nilai WTP Pengunjung Terhadap Paket Wisata. Analisis data yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar pengunjung terhadap paket wisata di WWCN dilakukan dengan menggunakan alat analisis regresi logit. Variabelvariabel yang mempengaruhi kesediaan membayar pengunjung adalah jenis kelamin,
lamanya menempuh pendidikan, tingkat pendapatan, usia, biaya
perjalanan, dan waktu yang dihabiskan dilokasi dan frekuensi kunjungan. Bentuk model logit yang akan digunakan adalah : Li = β 0 + β 1USAI+ β 2JKI+ β 3PNDKNI + β 4PNDTNI - β 5BPI + β 6LKI - β 7FKI Dimana : Li β0 β 0.. β6 USA JK PNDKN PNDTN BP LK FK
= Kesediaan pengunjung membayar terhadap paket wisata (bernilai 1 jika besedia dan ber nilai 0 jika tidak bersedia) = Konstanta = Koefisien regresi = Usia (Tahun) = Jenis kelamin(bernilai 1 jika laki-laki, bernilai 0 jika perempuan) = Lamanya pendidikan yang di tempuh (Tahun) = Tingkat pendapatan (Rp/Bulan) = Biaya perjalanan ( Rp ) = Waktu yang dihabiskan di Lokasi (Jam) = Frekuensi kunjungan (kali)
30
Model logit diturunkan berdasarkan funsi peluang logistic kumulatif yang dispesifikan sebagai berikut (Juanda, 2009) : Pi = F (Z i) = F ( α + βXi) =
=
…… (1)
Dimana: Pi = Peluang individu untuk mengambil keputusan α = Intersep β = Koefisien Regresi Xi = Variabel Bebas Untuk melihat model pada persamaan (1) dapat diestimasi hal yang pertama dilakukan dalah mengalikan kedua sisi persamaan dengan
untuk
mendapatkan,
(1 + e-Zi)Pi = 1 =>
=
-1=
= Dengan ln di kedua sisi,
Zi = ln
ln
= Zi = α + βXi
Analisis faktor-faktor yang mempegaruhi besarnya nilai WTP pengunjung dapat dilkukan dengan menggunakan model regresi linear berganda. Dimana fungsi persamaanya sebgai berikut : Y = β 0 + β 1PNDKNI + β 2PNDTNI - β 3BPI - β 4JTI + β 5FK5 + β 6LK6 Dimana : Y β0
= Nilai WTP yang ingin dibayarkan (Rp) = Konstanta
31
β 0.. β5 PNDKN PNDTN BP JT FK LK
4.6.
= Koefisien Regresi = Lamanya menempuh Pendidikan (Tahun) = Tingkat pendapatan (Rp/Bulan) = Biaya Perjalanan ( RP ) = Jumlah tanggungan (Orang) = Frekuensi Kunjungan (Kali) = Lamanaya di Lokasi (jam)
Pengujian Parameter Uji kebaikan dari model yang telah dibuat dapat dilakukan secara statistik.
Uji yang dilakukan adalah : 1. Uji Likelihood Ratio Uji likelihood ratio adalah uji secara keseluruhan model logit dimana rasio fungsi kemungkinan modelUR (lengkap) terhadap fungsi kemungkinan modelR (Ho benar) (Juanda, 2009). Hipotesis yang digunakan adalah : Ho: β1 = β2 = ...= βn H1 : minimal ada βj ≠ 0, untuk j = 1,2,...n Statistik uji-G dibawah ini menyebar menurut sebaran khi-kuadrat dengan derajat bebas. G = -2 ln [
] = 2 ln [
] ≈ X2 (k-1)
= 2[ln(likelihood_modelUR ) – ln(likelihood_modelR )] Jika menggunakan taraf nyata α, hipotesis Ho ditolak jika: statistik G > X2 α,(k-1)
32
2. Uji kendalan Uji ini dilakukan dalam evaluasi pelaksanaan CVM dilihat dengan nilai RSquare ( R2 ) dari OLS ( Ordinary Laest Square ) WTP. 3. Uji Statistik F Uji F merupakan uji model secara keseluruhan. Tahapan uji statistik-F dalam ANOVA adalah sebagai berikut (Juanda, 2009) Hipotesis statistik: H0: σR2 = σe2 (atau σR2 ≤ σe2)
atau (β2 = β3 = 0)
H1: σR2 > σe2 (atau σR2 / σe2 > 1) atau (β2 atau β3 ≠0) Stataistik uji yang digunakan adalah Fhit = KTR/KTS ~ F(dbr,dbe), secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
F(K-1, N-1) =
dbr = banyaknya peubah X = (k-1) dbe = n-k Kriteria keputusan dalam uji-F adalah Jika Fhit > Fα(dbr,dbe) maka terima H1 Jika Fhit < Fα(dbr,dbe) maka terima H0
33
4.
Uji Terhadap Kolinearitas Ganda ( Multicolinearity ) Salah satu asumsi dasar dari model regresi berganda adalah bahwa tidak ada hubungan linear sempurna antar peubah bebas dalam model tersebut. Jika hubungan tersebut ada, kita katakan bahwa peubah-peubah bebas tersebut berkolinearitas ganda sempurana (perfect Multicolinearity) (Juanda,2009). Masalah Multicolinearity dapat dilihat langsung melalui output komputer, dimana apabila nilai VIF ( Varian Inflation Factor ) < 10 maka tidak ada masalah Multicolinearity .
5. Uji Heteroskedastisitas Salah satu asumsi metode dari model regresi linear adalah homoskedastitas yaitu sisaan ( ε ) sama atau homogen. Jika ragam sisaan tidak sama maka terjadi heteroskedastisitas. Adanya Heteroskedastisitas dapat dideteksi menggunakan metode grafik.
34
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1.
Keadaan Lokasi Penelitian Wana Wisata curug Nangka (WWCN) keberadaannya termasuk di dalam
Kawasan
Taman
Nasional
Gunung
Halimun
Salak
(THNGS)
namun
pengelolaanya masih di bawah Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. WWCN secara administratif terletak di desa Sukajadi Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor, Jawa barat. Kawasan WWCN merupakan kawasan wisata/rekreasi alam dengan batas-batas disebelah utara dan timur berbatasan dengan Desa Sukajadi, sebelah barat berbatasan dengan Desa Gunung Malang, dan sebelah selatan berbatasan dengan Gunung Salak. Secara umum topografi WWCN berbentuk lembah, dengan bentukan lahan yang bervariasi dan memiliki jenis tanah latosol coklat. Kawasan WWCN berada pada ketinggian 750 meter di atas permukaan laut (Mdpl). Tepatnya berada diantara 5055’-6051’LS dan 1060 25’ – 1070 19’ BT dengan luas total kawasan ± 27.5 hektar, sedangkan luas kawasan yang telah di kelola seluas 5 hektar. Vegetasi yang mendominasi kawasan Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) adalah pinus (Pinus merkusii), adapun jenis vegetasi alam lainya yang berada di WWCN antara lain rasamala (Altingia excelsa), puspa (Schima noronhae), ramogiling (Schefflera actinophylla), seuhang (Pygum latifolium), ipis kulit (Kibessia azzorea), paku tiang (Cyathea arborea), dan pasang (Quercus sp). Jenis satwa yang cukup banyak ditemui di kawasa WWCN ini adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Jenis fauna lain yang dapat dijumpai di kawasan ini yaitu seperti ayam hutan (Gallyussgallus), elang hitam, babi hutan (Suscrofa),
35
ular tanah (Agkis trodon rodusthoma), burung kutilang (Pynonoctus aurigaster), dan burung pipit (Lonchura Leucogastroides). 5.2.
Objek Wisata Daya tarik objek wisata alam yang ada di kawasan WWCN yaitu adanya
beberapa air terjun dengan ketinggian yang berbeda. Air terjun yang mempunyai ketinggian 17 meter dan berada di tempat yang rendah, yaitu curug Nangka. Tidak banyak pengunjung yang mendatangi lokasi ini, hal ini dikarenakan lokasi curug ini cukup sulit untuk dilewati sebab luasannya sempit dan dikelilingi oleh tebing yang cukup tinggi. Pengunjung untuk mencapai lokasi ini harus melewati sungai yang berbentuk terowongan dan harus berbasah-basah di sungai karena tidak terdapat daratan pada lokasi ini. Sungai yang mengalir dari air terjun merupakan daya tarik tersendiri karena mempunyai air yang jernih serta bentuk alirannya yang berundak yang menyerupai air terjun kecil. Air terjun terbesar dan yang paling banyak dikunjungi oleh pengunjung adalah Curug Kawung yang mempunyai ketinggian 20 meter. Curug Kawung yang terletak beberapa ratus meter dari Curug Nangka ini, berada di tempat yang lebih tinggi untuk mencapainya biasanya pengunjung melewati jalur setapak di sebelah kiri sungai. Pada lokasi ini air terjun yang jatuh membentuk kolam alami yang tidak terlalu dalam sehingga banyak pengunjung yang melaukan aktivitas mandi atau bermain air. Area di Curug Kawung ini cukup luas, sehingga para pengunjung dapat leluasa dalam menikmati pemandangan air terjun. Banyaknya batu-batu besar dijadikan sebagai tempat bersantai atau tempat duduk bagi pengunjung dalam menikmati pemandangan disana.
36
Selain kedua air terjun tersebut, juga terdapat Curug Daun. Curug Daun merupakan aliran sungai yang berupa undakan-undakan sehingga terlihat seperti air terjun kecil. Aliran air sungai ini membentuk kolam-kolam air,sehingga banyak pengunjung yang berenang atau sekedar bermain air di kawasan ini. Beberapa kolam yang ada di Curug Daun ini memiliki kedalaman yang cukup dalam, sehingga ada penduduk setempat yang menyewakan ban untuk berenang. Area ini cukup banyak didatangi oleh pengunjung karena untuk menuju Curug Kawung pengunjung pasti akan melewati Curug Daun. Curug Daun ini banyak dijadikan tempat istirahat sementara bagi pengunjung yang akan menuju Curug Kawung. Selain air terjun dan sungai, dikawasan wisata ini juga terdapat hamparan rumput yang relatif datar seluas satu hektar yang dijadikan sebagai area perkemahan (camping ground) dan area piknik yang terbagi menjadi lima blok. Pengelola kawasan WWCN juga menyediakan arena permainan flying fox bagi pengunjung. Pengunjung yang ingin bermain flying fox dikenakan biaya lagi sebesar Rp 20.000 bagi dewasa dan Rp 15.000 bagi anak-anak untuk sekali meluncur. Dalam menunjang kegiatan aktivitas berwisata pengunjung, pihak pengelola telah menyediakan beberapa fasilitas penunjang, walaupun secara jumlah dan kualitas belum memadai. Beberapa fasilitas yang dapat digunakan oleh pengunjung antara lain kamar mandi umum, musholla, pusat informasi, areal parkir, shelter serta warung-warung yang menjual berbagai macam makanan dan cenderamata. Penggunaan kamar mandi pengunjung dikenakan biaya sebesar Rp.
37
2000 per orang dan area parkir pengunjung dikenakan biaya Rp. 2000 per kendaraan. 5.3.
Aksesbilitas Aksesbilitas untuk menuju lokasi wisata ini relatif cukup mudah.
Pengunjung untuk mencapai lokasi ini dapat menggunakan berbagai jenis kendaraan pribadi maupun umum. Perjalanan menuju lokasi ini berjarak 17 kilometer dari kota Bogor, dan dapat ditempuh selama ± satu jam dengan kendaraan bermotor. Jenis jalan yang menghubungkan Kota Bogor dengan kawasan WWCN terbagi menjadi dua, yaitu jalan kabupaten/kotamadya sepanjang 16 kilometer dan jalan desa sepanjang dua kilometer. kondisi kedua jalan tersebut telah beraspal dan dapat dilewati kendaraan dengan baik.
38
VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1.
Karakteristik Pengunjung Responden dalam penelitian ini adalah pengunjung aktual, yakni
pengunjung yang ditemui secara langsung di kawasan Wana Wisata curug Nangka (WWCN). Jumlah pengunjung Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) yang dijadikan sebagai responden adalah sebanyak 80 orang, terdiri dari 47 orang responden pria (58,75 %) dan 33 orang responden perempuan (42,25%). Karakteristik sosial ekonomi pengunjung dapat dilihat dari segi usia, tingkat pendidikan terakhir, pekerjaan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, daerah asal, jenis kendaraan yang digunakan, frekuensi kunjungan, jumlah rombongan, dan biaya perjalanan. 6.1.1. Umur Responden Umur responden dalam penelitian ini dibatasi, dimana pengunjung yang dijadikan responden adalah berusia minimal 15 tahun. Hal ini dikarenakan pada batas usia tersebut, mereka dianggap telah mampu untuk menentukan pengambilan keputusan dalam memilih tempat berwisata. Pengunjung WWCN memiliki keragaman usia mengingat WWCN merupakan suatu tempat wisata alam yang menawarkan keindahan alam dan kesejukan udaranya. Tidak adanya batasan umur bagi pengunjung menjadikan WWCN ini dapat dikunjungi oleh pengunjung berusia berapa pun. Jumlah responden yang paling banyak melakukan kunjungan wisata yaitu kelompok usia 15-24 tahun sebanyak 46 orang (57,5%). Kelompok usia ini
39
termasuk usia remaja dan pemuda sehingga kebanyakan sebagian responden belum berkeluarga, dan kebanyakan dari mereka datang bersama pacar maupun teman untuk bermain dan bersenang-senang. Jumlah responden berdasarkan kelompok usia pengunjung lainnya yang berkunjung ke WWCN yaitu kelompok usia 25-34 tahun sebanyak 17 orang (21,25%). Kelompok usia 35-44 tahun sebanyak 13 orang (16,25%), dan kelompok usia 45-54 tahun sebanyak empat orang (5%). Adapaun sebaran kelompok usia dengan jumlah responden dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Sebaran Kelompok Usia Responden Berdasarkan Umur Kelopok Usia (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) 15 - 24 46 57,50 25 - 34 17 21,25 35 - 44 13 16,25 45 – 44 4 5,00 Sumber : Hasil Survey, diolah tahun 2010
6.1.2. Tingkat Pendidikan Pengunjung yang datang ke WWCN memiliki keragaman latar belakang tingkat pendidikan akhir, dari mulai lulusan Sekolah dasar (SD) hingga lulusan Pasca sarjana (S2). Sebagian besar jumlah responden yang berkunjung ke WWCN memiliki latar belakang pendidikan terakhirnya adalah tingkat Sekolah Menengah Atas atau Kejuruan (SMA/SMK). Jumlah responden yang tingkat pendidikan akhirnya SMA/SMK adalah sebanyak 44 orang (55%). Responden yang tingkat pendidikan akhiryanya hanya Sekolah Dasar (SD) sebanyak delapan orang (10%). Lima belas orang (18,75%) tingkat pendidikan akhirnya adalah SMP. Dua belas orang (15%) tingkat pendidikan akhirnya adalah S1. Hanya satu orang (1,25%)
40
responden yang tingkat pendidikan akhirnya S2. Adapun persentase banyaknya jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan akhirnya dapat dilihat pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Akhir Jumlah Responden Tingkat Pendidikan Akhir Persentase (%) (Orang) 10,00 SD 8 18,75 SMP 15 55,00 SMA 44 15,00 S1 12 1,25 S2 1 Sumber : Hasil survey ,diolah tahun 2010
6.1.3. Pekerjaan Utama Responden yang berkunjung ke WWCN sebagian besar telah bekerja. Kebanyakan pekerjaan utama responden yang berkujung ke WWCN antara lain pegawai swasta, PNS, buruh, wiraswasta, mahasiswa, pelajar, dan lain-lain. Jumlah responden yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta sebanyak 16 orang (20 %). Responden yang bekerja sebagai wiraswasta adalah sebanyak 13 orang (16,25%). Responden yang bekerja sebagai buruh adalah sebanyak 16 orang (20%). Responden yang bekerja sebagai PNS adalah sebanyak empat orang (5%). Sebelas orang (15%) responden memiliki pekerjaan lain selain yang disebutkan diatas. Pekerjaan lain tersebut diantaranya adalah guru, SPG, ibu rumah tangga, tukang las, kurir, sopir, dan bidan. Sebanyak dua orang responden (2,5%) tidak memiliki pekerjaan atau pengangguran. Adapun responden yang masih berstatus sebagai mahasiswa sebanyak 12 orang (15%) dan pelajar sebanyak enam orang (7,5%). Persentase jumlah responden berdasarkan pekerjaannya dapat dilihat pada Tabel 7 berikut. 41
Tabel 7. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Wiraswasta 13 16,25 Peg. Swasta 16 20,00 PNS 4 5,00 Buruh 16 20,00 Mahasiswa 12 15,00 Pelajar 6 7,50 Lain-lain 11 13,75 Pengangguran 2 2,50 Sumber : Hasil survey, diolah tahun 2010
6.1.4. Tingkat Pendapatan Beragamnya pekerjaan yang dimilki oleh responden menyebabkan tingkat pendapatan responden pun beragam. Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian adalah pendapatan bersih responden selama satu bulan. Sedangkan untuk responden yang berstatus pelajar dan mahasiswa pendapatan bersihnya dilihat dari jumlah uang saku yang diterimanya. Responden yang mempunyai pendapatan bersih kurang dari Rp 1.000.000 sebanyak 27 orang (33,75%). Responden yang mempunyai pendapatan bersih dengan interval Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 ada sebanyak 31 orang (38,75%). Pendapatan bersih dengan interval Rp 2.000.001 – Rp 3.000.000 ada sebanyak 14 orang (17,5%). Responden yang mempunyai pendapatan bersih dengan interval Rp 3.000.001 – Rp 4.000.000 sebanyak enam orang (7,5%). Responden yang mempunyai pendapatan bersih dengan interval Rp 4.000.001 – Rp 5.000.000 sebanyak dua orang (2,5%). Persentase banyaknya jumlah responden berdasarkan tingkat pendapatannya dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.
42
Tabel 8. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Persentase Tingkat Pendapatan (Rp) Jumlah Responden (Orang) (%) > 1.000.000 27 33,75 1.000.000 - 2.000.000 31 38,75 2.000.001 - 3.000.000 14 17,50 3.000.001 - 4.000.000 6 7,50 4.000.001 - 5.000.000 2 2,50 Sumber : Data primer, diolah tahun 2010
6.1.5. Daerah Asal Letak WWCN yang dekat dengan pusat Kota Bogor menjadikan tempat ini mudah diakses dari manapun. Kebanyakan pengunjung yang datang adalah pengunjung
lokal
dan
hampir
semua
responden
berasal
dari
daerah
JABODETABEK. Keberadaan WWCN yang ada di wilayah Bogor menjadikan responden yang berasal dari Bogor yang paling banyak dijumpai. Sebanyak 46 orang responden (57,5%) berasal dari Bogor baik yang berasal dari Kota Bogor maupun Kabupaten Bogor. Responden yang berasal dari Jakarta sebanyak 16 orang responden (20%). Berasal dari Depok sebanyak tujuh orang responden (8,75%). Bekasi sebanyak enam orang responden (7,5%), dan Tanggerang sebanyak tiga orang responden (3,75%). Sedangkan responden yang berasal dari luar JABODETABEK sebanyak dua orang (2,5%). Masing-masing responden tersebut berasal dari daerah Bandung dan Cianjur. Persentase banyaknya jumlah responden berdasarkan daerah asal dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.
43
Tabel 9. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Daerah Asal Daerah Asal Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) Bogor 46 57,50 Jakarta 16 20,00 Depok 7 8,75 Bekasi 6 7,50 Tanggerang 3 3,75 Bandung 1 1,25 Cianjur 1 1,25 Sumber : Hasil survey, diolah tahun 2010
6.1.6. Jenis Kendaraan Kualitas jalan yang cukup bagus untuk menuju lokasi tempat wisata ini menjadikan, tempat wisata ini dapat dilalui oleh berbagai jenis kendaraan baik kendaraan pribadi maupun umum. Kebanyakan responden datang ke WWCN menggunakan sepeda motor yaitu sebanyak 53 orang ( 66,25%) hal ini di karenakan, menurut mereka menggunakan sepedah motor dapat lebih hemat dan cepat sampai ke tempat tujuan. Tujuh belas orang responden (21,25%) datang ke WWCN dengan menggunakan angkutan umum. Responden yang menggunakan mobil pribadi ada sebanyak sembilan orang (11,25%), biasanya pengunjung yang menggunakan mobil pribadi kebanyakan berasal dari daerah luar Bogor. Adapun satu orang responden (1,25%) bersama rombonganya menggunakan bus sewaan untuk datang ke WWCN. Persentase banyaknya jumlah responden berdasarkan kendaraan yang digunakan untuk menuju tempat wisata ini dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.
44
Tabel 10. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Kendaraan yang Digunakan Jenis Kendaraan Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Motor 53 66,25 Mobil Pribadi 9 11,25 Angkutan Umum 17 21,25 Bus 1 1,25 Sumber : Hasil Survey, diolah tahun 2010
6.1.7. Frekuensi Kunjungan Jumlah frekuensi kunjungan responden ke WWCN selama lima tahun terakhir cukup beragam tetapi kebayakan responden yang ditemui baru pertama kali datang ke tempat wisata ini. Sebanyak 45 orang responden (56,25%) menyatakan bahwa mereka baru pertama kali datang ke WWCN. Pada umumnya mereka mengetahui informasi mengenai keberadaan tempat wisata ini dari teman atau saudaranya. Responden yang menyatakan datang untuk ke dua kalinya ke tempat wisata ini berjumlah 15 orang (18,75%). Sebanyak delapan orang responden (10%) menyatakan bahwa kunjungan mereka kali ini untuk yang ke tiga kalinya. Dua orang responden (2,5%) menyatakan sudah empat kali berkunjung ke tempat wisata ini. Sisa responden lainya yaitu sepuluh orang (12,5%) menyatakan bahwa mereka sudah lebih dari empat kali berkunjung ke WWCN. Bahkan ada responden yang sudah berkunjung ke WWCN selama lima tahun terakhir ini lebih dari 20 kali, hal ini dikarenakan tempat tinggal responden tersebut sangat dekat dengan tempat wisata ini. Persentase banyaknya jumlah responden berdasarkan frekuensi jumlah kunjungan dapat dilihat pada Tabel 11 berikut.
45
Tabel 11.Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Frekuensi Kunjungan Jumlah Kunjungan Jumlah Responden (orang) Persentase (%) 1 kali 45 56,25 2 kali 15 18,75 3 kali 8 10,00 4 kali 2 2,50 >4kali 10 12,50 Sumber : Hasil survey, diolah tahun 2010
6.1.8. Biaya Perjalanan Setiap yang melakukan perjalanan wisata pasti akan ada biaya yang dikeluarkan selama perjalanan. Jumlah biaya perjalanan yang dikeluarkan setiap pengunjung tentunya akan berbeda-beda. Dari penelitian ini didapat bahwa responden yang mengeluarkan biaya perjalanan dengan interval Rp 0 – Rp 50.000 yaitu sebanyak 47 orang (58,75%) hal ini dikarenakan kebanyakan responden berasal dari Bogor, sehingga uang yang dikeluarkan untuk berwisata tidak terlalu banyak. Sedangakan responden yang mengeluarkan biaya perjalanan dengan interval Rp 50.001 – Rp100.000 sebanyak 23 orang (28,75%). Responden yang mengeluarkan biaya perjalanan dengan interval Rp 100.001 – Rp 150.000 adalah sebanyak enam orang (7,5%). Responden yang mengeluarkan biaya perjalanan dengan interval Rp 150.001 – Rp 200.000 adalah sebanyak tiga orang (3,75%). Hanya ada satu orang responden (1,25%) yang mengeluarkan biaya perjalanan lebih dari Rp 200.000. Persentase banyaknya jumlah responden berdasarkan jumlah biaya perjalanan dapat dilihat pada Tabel 12 berikut.
46
Tabel 12. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Biaya Perjalanan Biaya Perjalanan (Rp) Jumlah Responden (orang) Persentase (%) 0 - 50.000 47 58,75 50.001 - 100.000 23 28,75 100.001- 150.000 6 7,50 150.001 - 200.000 3 3,75 ≥ 200.000 1 1,25 Sumber : Hasil survey, diolah tahun 2010
6.2.
Penilaian Responden Terhadap Kondisi WWCN Kunjungan seorang wisatawan terhadap suatu tempat wisata alam tentu
akan dipengaruhi oleh bagaimana kondisi tempat wisata tersebut. Baik dari segi keindahan
objek wisata, fasilitas-fasilitas penunjang, kebersihan maupun
keamanan tempat wisata tersebut. Semua hal tersebut akan berpengaruh terhadap kenyamanan pengunjung dalam berwisata serta keinganan pengunjung untuk kembali lagi ke tempat wisata tersebut. Dalam penelitian ini, pengunjung juga ditanyai mengenai persepsi mereka terhadap kondisi di WWCN. setiap pengunjung memiliki penilaian yang berbedabeda terhadap kondisi disana. Adapun penilaian pengunjung terhadap keindahan objek wisata, kebersihan, kemudahan mencapai lokasi, keberadaan fasilitas penunjang serta keamanan lokasi dapat dipaparkan sebagai berikut. 6.2.1. Keindahan Objek Wisata Keindahan alam berupa air terjun, sungai yang mengalir serta hutan yang mengelilingi tempat wisata ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang datang. Persepsi pengunjung terhadap keindahan objek wisata cukup beragam. Sebanyak 58 orang responden (72,5%) yang mengatakan objek wisata Curug
47
Nangka indah. Responden yang mengatakan keindahan objek wisata curug Nangka sedang atau biasa saja adalah sebanyak 21 orang (26,25%). Hanya satu orang responden (1,25%) yang menyatakan objek wisata ini tidak indah. Persentase persepsi responden mengenai keindahan wisata dapat dilihat pada Tabel 13 berikut. Tabel 13. Persepsi Responden Terhadap Keindahan Lokasi Keindahan lokasi Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Indah 58 72,50 Sedang 21 26,25 Tidak indah 1 1,25 Sumber : Hasil Survey , diolah tahun 2010
6.2.2. Kemudahan Mencapai Lokasi Letak objek wisata WWCN yang cukup strategis yaitu dekat dengan pusat kota Bogor menjadikan bagi sebagian orang cukup mudah untuk diakses. Dari keseluruhan jumlah responden, responden yang menyatakan bahwa akses menuju lokasi ini mudah dicapai adalah sebanyak 55 orang (68,75%). Sedangkan sisanya yaitu sebanyak 25 orang responden (31,25%) mengatakan bahwa akses menuju tempat wisata ini cukup sulit. Kebanyakan responden yang mengatakan sulit untuk mencapai tempat wisata ini adalah responden yang berasal dari luar Bogor dan menggunakan kendaraan umum untuk menuju lokasi ini. 6.2.3. Kebersihan Lokasi Kebersihan lokasi merupakan salah satu faktor yang menunjang kenyamanan bagi pengunjung dalam berwisata. Penilaian pengunjung akan kebersihan tempat wisata cukup beragam. Kebanyakan responden menilai kebersihan di WWCN kurang atau kotor, sebanyak 31 orang responden (38,75%)
48
mengatakan demikian dan sebanyak tiga orang responden (3,75%) mengatakan bahwa tempat wisata ini sangat kotor. Adapula responden yang menilai untuk kebersihan di lokasi wisata sudah bersih dan sedang, dengan jumlah masingmasing responden yang menyatakan demikian sebanyak 18 orang (22,5%) dan 28 orang (35%). Mereka yang menilai kebersihan di lokasi wisata kurang bersih dikarenakan mereka melihat banyak sampah yang berserakan disekitar lokasi. Hal ini dikarenakan kurangnya fasilitas tempat sampah yang disedikan oleh pengelola serta kurangnya kesadaran pengunjung akan menjaga kebersihan di tempat lokasi. Persentase persepsi responden mengenai kebersihaan lokasi dapat dilihat pada Tabel 14 berikut. Tabel 14. Persepsi Responden Terhadap Kebersihan Lokasi Kebersihan Lokasi Jumlah Responden (orang) Persentase (%) 18 22,50 Bersih 28 35,00 Sedang 31 38,75 Kotor 3 3,75 Sangat kotor Sumber : Hasil Survey, diolah tahun 2010
6.2.4. Fasilitas yang Menunjang Pengelola menyediakan beberapa fasilitas penunjang untuk menunjang kenyamanan pengunjung dalam berwisata. Fasilitas tersebut antara lain kamar mandi, mushola, tempat parkir, tempat sampah, dan warung makan. Pengungjung menilai untuk kondisi kualitas dari fasilitas penunjang di WWCN sudah cukup memadai, namun dari segi jumlah fasilitas yang ada dinilai cukup kurang. Sebanyak 46 orang responden (57,5%) mengatakan fasilitas di WWCN kurang banyak, 27 orang responden (33,75%) mengatakan fasilitas di WWCN cukup banyak dan tujuh responden (8,75%) mengatakan fasilitas di WWCN banyak. 49
Persentase persepsi responden mengenai fasilitas penunjang wisata dapat dilihat pada Tabel 15 berikut. Tabel 15. Persepsi Responden Terhadap Jumlah Fasilitas Penunjang Jumlah Fasilitas Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Kurang banyak 46 57,50 Cukup banyak 27 33,75 Banyak 7 8,75 Sumber : Hasil survey, diolah tahun 2010
6.2.5. Keamanan Lokasi Sebanyak 32 orang responden (40%) merasa bahwa lokasi wisata ini kurang aman dan tujuh orang responden (8,75%) mengatakan tidak aman untuk dikunjungi. Hal ini dikarenakan lokasi wisata yang dikelilingi oleh tebing-tebing ini membuat responden takut akan terjadinya longsor. Tidak adanya pos pengamanan diberbagai titik lokasi membuat pengunjung kurang merasa aman. Sedangkan 25 orang responden (31,25%) mengatakan tempat lokasi ini cukup aman dan 16 orang responden (20%) merasa tempat wisata ini aman untuk dikunjungi. Persentase persepsi responden mengenai keamanan lokasi dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Persepsi Responden Terhadap Keamanan Lokasi Keamanan Lokasi Jumlah Responden (orang) Perentase (%) Aman 16 20,00 Cukup Aman 25 31,25 Kurang Aman 32 40,00 Tidak Aman 7 8,75 Sumber : Hasil survey, diolah tahun 2010
50
VII. HASIL DAN PEMBAHASAN
7.1.
Analisis Kesediaan Membayar Responden Analisis kesediaan membayar dilakukan untuk mengetahui apakah
responden bersedia atau tidak membayar daripada paket-paket wisata yang rencanaya akan dibuat di WWCN. Setiap responden ditanyakaan mengenai kesediaan membayar terhadap paket wisata jogging track plus dan paket wisata konservasi. Dari hasil wawancara yang dilakukan tehadap 80 responden, didapat responden yang menyatakan bersedia membayar untuk paket jogging track plus adalah sebanyak 53 orang (66,25%) sedangkan yang tidak bersedia 27 orang (33,75%). Dari 27 orang yang menyatakan tidak bersedia membayar, sebanyak 22 orang (81,48%) beralasan karena ketiadaan biaya. Sisanya beralasan tidak mau membayar paket wisata ini dikarenakan mempunyai penyakit yang tidak memungkinkan untuk mengikuti paket wisata tersebut seperti jantung, reumatik dan asma. Responden yang bersedia membayar untuk paket konservasi adalah sebanyak 67 orang (85%) dan 13 orang (15%) menyatakan tidak bersedia. Sama halnya seperti paket jogging track plus, kebanyakan alasan responden yang tidak bersedia membayar paket ini dikarenakan faktor biaya yang mahal. Dari 13 responden yang menyatakan tidak bersedia membayar karena mahalnya biaya ada sebanyak sepuluh orang (76,92%). Dua orang responden beralasan kegiatan paket wisata tersebut akan membosankan dan satu orang responden tidak memberikan alasanya.
51
Variabel respon yang digunakan pada analisis ini adalah peluang responden memilih bersedia atau tidak bersedia membayar paket wisata dengan menggunakan analisis regresi logit. Jika responden bersedia membayar, maka diberi nilai satu dan jika responden tidak bersedia membayar, maka diberi nilai nol. Variabel-variabel penjelas (independent) yang digunakan dalam model logit terdiri dari variabel kontinu yaitu usia (USA), pedapatan (PNDPT), lama menempuh pendidikan (PNDKN), biaya perjalanan (BP), lama di lokasi (LK), dan frekuensi kunjungan sebelumnya (FK), sedangkan jenis kelamin (JK) merupakan variabel dummy. Berdasarkan hasil analis regresi logit, untuk paket wisata jogging track plus didapat nilai -2log likelihood sebesar 65,828 yang menghasilkan nilai Chisquare pada model sebesar 36,470 dengan signifikan 0,000. Kesimpulan dari hasil tersebut adalah hipotesis nol yang menyatakan bahwa semua slope dalam model sama dengan nol harus ditolak pada taraf nyata α=1%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat minimal satu slope model yang tidak sama dengan nol atau variabel penjelas secara bersamaan berpengaruh nyata terhadap peluang kesediaan dan ketidaksediaan responden untuk membayar paket wisata jogging track plus. Pengertian lain bahwa model logit yang dihasilkan dapat menjelaskan atau memprediksi pilihan responden. Hasil dari anlisis regresi logit mengenai kebersediaan pengunjung dalam membayar paket wisata jogging track plus dapat dilihat pada Tabel 17.
52
Tabel 17. Hasil Analisis Regresi Logit untuk Kesediaan Membayar Pengunjung Terhadap Paket Wisata Jogging Track Plus Variabel
Koefisien
Sig.
Odds Ratio
-2,704 0,195 Constant JK 0,028 0,968 USA -0,126 0,037b PNDKN 0,323 0,015b PNDPT 0,000 0,003a BP 0,000 0,089c LK 0,384 0,131d FK -0,069 0,432 -2 Log likelihood = 65,828 Tests of Model Coefficients Chi-square Df
0,067 1,028 0,882 1,381 1,000 1,000 1,469 0,934
Model
0,000
Step 1
36,470 7 Hosmer and Lemeshow Test Chi-square Df 4,854
8
Sig.
Sig. 0,773
Sumber : Data Primer setelah diolah (2010)
Keterangan :
a signifikan pada tingkat kepercayaan b signifikan pada tingkat kepercayaan c signifikan pada tingkat kepercayaan d signifikan pada tingkat kepercayaan
99% 95% 90% 85%
Berdasarkan uji kebaikan model dengan metode Hosmer-Lemeshow yang ditunjukkan pada Tabel 17 diperoleh nilai Chi-square sebesar 4,854 dengan signifikan 0,773 yang lebih besar dari taraf nyata α = 20%, sehingga model regresi yang dihasilkan dinyatakan model yang baik. Model regresi yang dihasilkan adalah sebagai berikut ; Li = -2,704+ 0,028JK -0,126USA + 0,323PNDKN +0,000 PNDPTN + 0,000 BP + 0,384LK -0,069FK.
Hasil analisi regresi logit untuk kesediaan membayar responden untuk paket konservasi, didapat nilai -2log likelihood sebesar 44,232 yang menghasilkan
53
nilai Chi-square pada model sebesar 27,431 dengan signifikan 0,000. Kesimpulan dari hasil tersebut adalah hipotesis nol yang menyatakan bahwa semua slope dalam model sama dengan nol harus ditolak pada taraf nyata α=1% yakni menunjukkan bahwa terdapat minimal satu slope model yang tidak sama dengan nol atau variabel penjelas secara bersamaan berpengaruh nyata terhadap peluang kesediaan dan ketidaksediaan responden untuk membayar paket wisata konservasi. Hasil dari anlisis regresi logit mengenai kebersediaan pengunjung dalam membayar paket wisata konservasi dapat dilihat pada Tabel 18. Berdasarkan uji kebaikan model dengan metode Hosmer-Lemeshow yang ditunjukkan pada Tabel 18 diperoleh nilai Chi-square sebesar 2,962 dengan signifikan 0,937 yang lebih besar dari taraf nyata α = 20%, sehingga model regresi yang dihasilkan dinyatakan model yang baik. Model regresi yang dihasilkan adalah sebagai berikut ; Li = -3,578+1,037 JK -0,136 USA + 0,281 PNDKN +0,000 PNDPTN + 0,000 BP +0,672 LK -0,043 FK.
54
Tabel 18. Hasil Analisis Regresi Logit untuk Kesediaan Membayar Pengunjung Terhadap Paket Wisata Konservasi. Variabel
Koefisien
Sig.
Odds Ratio
-3,578 0,167 Constant 1,037 0,268 JK b -0,136 0,080 USA b 0,084 0,281 PNDKN a 0,032 0,000 PNDPT 0,000 0,255 BP b 0,070 0,672 LK -0,043 0,690 FK -2 Log likelihood = 44,232 Tests of Model Coefficients Chi-square Df 27,431 7 Model Hosmer and Lemeshow Test Step 1
0,028 2,821 0,873 1,325 1,000 1,000 1,958 0,958
Sig. 0,000
Chi-square
Df
Sig.
2,962
8
0,937
Sumber : Data Primer setelah diolah (2010)
Keterangan :
a signifikan pada tingkat kepercayaan 95% b signifikan pada tingkat kepercayaan 90%
Dari kedua hasil analisis tersebut didapat variabel kontinu yang berkoefisien positif terhadap peluang kesediaan membayar untuk kedua paket tersebut adalah sama yaitu lama menempuh pendidikan, pendapatan, biaya perjalanan dan lamanya di lokasi. Dapat disimpulkan jika nilainya meningkat satu satuan maka peluang responden bersedia membayar semakin besar. Pada variabel dummy, jika dummy bernilai satu maka peluang responden bersedia membayar akan lebih besar dari peluangnya untuk tidak bersedia membayar.
55
7.1.1. Faktor-Faktor Responden.
yang
Mempengaruhi
Kesediaan
Membayar
Varaiabel-variabel yang berpengaruh secara nyata terhadap kesediaan responden dalam membayar paket wisata jogging track plus dan paket konservasi yaitu tingkat usia, lamanya menempuh pendidikan, tingkat pendapatan dan lamanya di loaksi. Variabel biaya perjalanan hanya berpengaruh nyata terhadap paket jogging track plus. 1.
Usia Variabel tingkat usia pada paket jogging track plus memiliki P-value 0,037
berpengaruh nyata secara signifikan pada taraf nyata α = 0,05 dan paket konservasi memiliki P-value 0,080 berpengaruh nyata secara signifikan pada taraf nyata α = 0,1. Kedua paket tersebut memiliki koefisien bertanda negatif berarti semakin bertambah usia pengunjung peluang untuk kebersediaan membayar paket wisata semakin kecil. Hal ini menunjukan bahwa peminat paket wisata baik paket jogging track plus maupun konservasi lebih banyak diminati oleh usia remaja. Nilai odds ratio variabel usia pada paket jogging track plus adalah sebesar 0,882 yaitu berarti pengunjung yang usianya lebih tua, peluang untuk membayar paket wisata jogging trakc plus turun 0,882 kali dibandingkan peluangnya untuk tidak membayar paket wisata jogging trakc plus. Paket konservasi memiliki nilai odds ratio sebesar 0,873 yaitu berarti pengunjung yang usianya lebih tua, peluang untuk membayar paket wisata konservasi turun 0,873 kali dibandingkan peluangnya untuk tidak membayar paket wisata konservasi. 2.
Lamannya menempuh pendidikan
56
Variabel lamanya menempuh pendidikan pada paket wisata jogging track plus memiliki P value 0,015 berpengaruh nyata signifikan pada taraf nyata α = 0,05 dan paket wisata konservasi memiliki P value 0,084 berpengaruh nyata signifikan pada taraf nyata α = 0,1. Keduanya memiliki koefisien positif yang artinya semakin lama tingkat pendidikan pengunjung, maka peluang pengunjung untuk membayar paket wisata semakin besar. Hal ini disebabkan karena seseorang yang mempuh pendidikan lebih lama biasanya pola fikir orang tersebut akan semakin tinggi, sehingga dapat lebih merasakan adanya manfaat dari paket-paket wisata tersebut. Paket wisata jogging track plus memiliki nilai odds ratio sebesar 1,381 berarti jika lamanya menempuh pendidikan meningkat satu tahun maka peluang pengunjung untuk membayar paket wisata jogging track plus 1,381 kali lebih tinggi dibandingkan peluangnya untuk tidak membayar paket wisata jogging track plus. Paket konservasi memiliki nilai odds ratio sebesar 1,325 yang artinya jika lamanya pendidikan yang ditempuh meningkat satu tahun maka peluang pengunjung untuk membayar paket wisata konservasi lebih tinggi 1,325 kali dibandingkan peluangnya untuk tidak membayar paket wisata konservasi. 3.
Tingkat pendapatan Variabel tingkat pendapatan pada paket jogging track plus memiliki P-value
0,003 berpengaruh nyata secara signifikan pada taraf nyata α = 0,01. Paket konservasi memiliki P-value 0,032 berpengaruh nyata secara signifikan pada taraf nyata α = 0,05 Keduanya memiliki koefisien positif yang artinya semakin tinggi tingkat pendapatan responden, maka responden akan semakin bersedia membayar paket wisata. Hal ini dikarenakan semakin tinggi pendapatan seseorang maka
57
semakin tinggi pula kemampuan ekonominya sehingga semakin tinggi pula kesempatan orang tersebut untuk mengikuti paket wisata. Paket jogging track plus dan konservasi memiliki nilai odds ratio yang sama yakni satu, artinya tingkat pendapatan tidak mempengaruhi peluang pengunjung untuk membayar paket wisata jogging track plus dan konservasi. 4.
Biaya perjalanan Variabel biaya perjalanan pada paket wisata jogging trakc plus memiliki P
value sebesar 0,089 berpengaruh nyata secara signifikan pada taraf nyata α = 0,1. Koefisien biaya perjalanan bertanda positif dan tidak sesuai dengan hipotesis awal, dimana biaya perjalanan akan berpengaruh secara negatif terhadap kesediaan pengunjung membayar paket wisata. Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah uang yang dikeluarkan dalam berwisata bagi responden bukan menjadi suatu masalah jika dibandingkan dengan manfaat yang akan diterimanya. Nilai odds ratio biaya perjalanan sebesar satu berarti biaya perjalanan tidak mempengaruhi peluang pengunjung untuk membayar paket jogging trakc plus. Variabel biaya perjalanan pada paket konservasi tidak berpengaruh nyata terhadap kesediaan membayar pengunjung karena memiliki p value yang lebih besar dari taraf nyata α = 0,15 yaitu 0,255 5.
Lamanaya di lokasi Variabel lamanya dilokasi pada paket jogging trakc plus memiliki P value
sebesar 0,131 berpengaruh nyata secara signifikan pada taraf nyata α = 0,15. Pada paket konservasi P valuenya sebesar 0,070 berpengaruh nyata secara signifikan pada taraf nyata α = 0,1. Variabel lamanya dilokasi pada kedua paket memiliki 58
tanda keofisien positif, artinya semakin lama pengunjung berada ditempat lokasi maka semakin bersedia responden membayar paket wisata. Nilai odds ratio lamanya di lokasi pada paket jogging track plus sebesar 1,469 artinya jika lama waktu yang dihabiskan pengunjung dilokasi di lokasi meningkat satu jam,maka peluang untuk membayar paket jogging track plus 1,469 kali lebih tinggi dibandingkan peluangnya untuk tidak membayar paket jogging track plus. Paket konservasi memiliki nilai odds ratio sebesar 1,958 artinya jika lama waktu yang dihabiskan pengunjung dilokasi meningkat satu jam maka peluang membayar paket konservasi 1,958 kali lebih besar dibandingkan peluangnya untuk tidak membayar paket konservasi. Variabel jenis kelamin dan frekuensi kunjungan tidak berpengaruh terhadap kesediaan membayar responden terhadap paket wisata jogging track plus dan konservasi. Variabel jenis kelamin tidak berpengaruh nyata pada keduanya karena memiliki p value yang lebih besar dari taraf nyata α = 0,15 yaitu 0,968 dan 0,268, hal ini dikarenakan karena kegiatan-kegiatan yang ada pada paket jogging track plus maupun konservasi dapat diikuti oleh semua jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan. Variabel frekuensi kunjungan pada kedua paket tersebut memiliki P value yang lebih besar dari taraf nyata α = 0,15 yaitu 0,432 dan 0,690. Hal ini disebabkan karena kebanyakan responden adalah pengunjung yang baru pertama kali datang ke tempat wisata ini, yaitu sebanyak 45 orang responden (56 %).
59
7.2.
Analisis Nilai Willingness To Pay (WTP) dengan Pendekatan Contingent Valuation Methode Pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) dalam penelitian ini
digunakan untuk menganalisis nilai WTP responden WWCN terhadap tarif paket wisata yang direncanakan oleh pengelola WWCN. Adapun hasil pelaksanaan langkah kerja dalam metode CVM adalah sebagai berikut : 1.
Membuat Hipotesis Pasar Seluruh responden diberikan informasi mengenai rencana pembuatan paket
wisata di WWCN yakni paket jogging track plus dan paket konservasi. Responden juga diberikan informasi mengenai kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan dalam paket wisata, manfaat serta fasilitas yang diberikan oleh pihak pengelola dalam tiap paket wisata. Adanya paket-paket wisata ini diharapkan dapat meningkatkan kepuasan pengunjung dalam berwisata, selain itu juga pengunjung dapat berpartisipasi dalam menjaga kelesatarian sumber daya yang terdapat di tempat wisata ini. Pengelola dalam merencanakan paket wisata ini sudah mengestimasi mengenai tarif paket wisata yang nantinya akan dikenakan. Informasi mengenai tarif maksimal yang bersedia dibayarkan oleh pengunjung terhadap paket wisata tersebut sangat diperlukan bagi pengelola, yaitu sebagai bahan pertimbangan kembali dalam menentukan tarif untuk paket wisata. 2.
Mendapatkan Nilai Lelang (Bids) WTP Pada penelitian ini nilai penawaran yang digunakan untuk mengetahui nilai
WTP masing-masing paket wisata responden didapatkan melalui metode permainan lelang (Bidding Game). Dimana responden diberi pertanyaan secara
60
berulang-ulang
tentang
keinginan
membayar
sejumlah
tertentu
sampai
mendapatkan nilai maksimum yang ingin dibayarkan. 3.
Menghitung Nilai Rata-Rata WTP Dugaan nilai rata-rata WTP responden WWCN terhadap tarif maksimal
untuk paket wisata diperoleh berdasarkan rasio jumlah nilai WTP yang diberikan responden dengan jumlah total responden yang bersedia membayar. Distribusi nilai WTP responden untuk masing-masing paket wisata dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Mengacu pada Lampiran 1 dan Lampiran 2 diperoleh nilai rata-rata WTP responden untuk paket jogging track plus adalah sebesar Rp 56.132,00 sedangkan untuk paket konservasi nilai rata-rata WTPnya adalah sebesar Rp 127.313,00. Nilai rata-rata WTP responden terhadap kedua paket tersebut ternyata lebih kecil dari rencana tarif yang akan diberlakukan oleh pihak pengelola yakni Rp 65.000 dan Rp 170.000. 4.
Memperkirakan Kurva WTP Kurva lelang atau bid curve diperoleh, misalnya dengan meregresikan WTP
sebagai variabel tidak bebas (dependent variabel) dengan bebarapa variabel bebas (Fauzi, 2004). Berdasarkan analisis regresi berganda, bahwa nilai WTP dipengaruhi secara nyata oleh variabel tingkat pendapatan, lamanya menenempuh pendidikan. Hubungan tingkat pendapatan dan nilai WTP pada paket jogging track plus dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3 untuk paket konservasi.
61
Hubungan Pendapatan dan WTP 150000
hubungan WTP dan Pendapatan
WTP
100000 50000
Linear (hubungan WTP dan Pendapatan )
0 0
2000000
4000000
6000000
Pendapatan
Gambar 2. Grafik Hubungan Tingkat Pendapatan dan Nilai WTP Pada Paket Wisata Jogging Track Plus.
Hubungan Pendapatan dan WTP
WTP
250000 200000 150000 100000 50000 0
Hubungan Pendapatan dan WTP 0
1000000 2000000 3000000 4000000 5000000
Linear (Hubungan Pendapatan dan WTP )
Pendapatan
Gambar 3. Grafik Hubungan Tingkat Pendapatan dan Nilai WTP Pada Paket Wisata Konservasi.
5.
Menjumlahkan Data Untuk Menentukan Total WTP (TWTP) Nilai total WTP (TWTP) responden dihitung berdasarkan data distribusi
WTP responden. Nilai rataan WTP yang telah diperoleh kemudian dikalikan dengan populasi pengunjung. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai TWTP responden pengunjung WWCN untuk paket jogging track plus adalah sebesar Rp 387.366.932,00 sedangkan untuk paket konservasi nilai TWTPnya adalah Rp 878.587.013,00. Dimana asumsi total populasi dalam sebulan yaitu 6.901 orang.
62
Dari hasil analisis WTP dengan menggunakan metode CVM menghasilkan nilai rataan WTP pengunjung terhadap paket wisata lebih kecil dari tarif yang direncanakan oleh pengelola. Hal tersebut tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa nilai WTP pengunjung lebih besar dari nilai tarif yang sudah direncanakan oleh pengelola. Pengelola dalam menentukan tarif paket wisata menggunakan pendekatan harga pasar. Biaya yang dikenakan pada pengunjung terhadap paket jogging track plus terdiri dari biaya masuk kawasan, makan siang, snack, jalur track, medis, dan pemandu. Biaya yang dikenakan untuk paket Konservasi terdiri dari biaya masuk kawasan, makan empat kali, tenda regu, api unggun, lampu penerangan, bibit, pemandu, dan lobang tanam. Hasil WTP ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak pengelola dalam menetapkan tarif paket wisata. Pihak pengelola dapat menurunkan biaya tetap dan biaya variabel dalam paket wisata tersebut. Turunnya tarif paket wisata nantinya akan dapat meningkatkan jumlah permintaan pengunjung terhadap paket wisata tersebut, sehingga akan terbentuk keseimbangan harga pasar baru yang efisien dari paket wisata tersebut. Perbedaan tarif yang direncanakan pihak pengelola dengan nilai rataan WTP pengunjung tidak terlalu jauh pada paket jogging track plus. Pengelola dapat mengurangi sedikit komponen biaya pada paket jogging track plus biaya yang dapat dikurangi oleh pengelola adalah seperti pada biaya jalur track, biaya operasional seperti biaya pemandu dan biaya medis dapat dikurangi sebesar Rp 25.000. Makan siang dan snack dapat diganti dengan menu lain yang biayanya lebih murah. Perbandingan rincian anggaran biaya paket jogging track plus yang
63
awal dan biaya yang telah disesuaikan dengan nilai WTP dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4. Paket konservasi memiliki nilai WTP yang sangat jauh berbeda dengan tarif awal yang akan dikenakan oleh pengelola. Pihak pengelola untuk menyesuaikan dengan tarif dari WTP pengunjung harus cukup banyak mengurangi komponen biaya yang ada. Biaya tetap yang dapat dikurangi oleh pihak pengelola adalah biaya untuk tenda regu, lampu penerangan, dan api anggun. Biaya pemandu dapat dikurangi oleh pihak pengelola. Makan sebanyak empat kali dapat dikurangi menjadi tiga kali dan digantikan dengan snack, selain itu pihak pengelola dapat mengganti menu dengan menub yang lebih murah. Perbandingan anggaran biaya paket konservasi yang awal dan biaya yang telah disesuaikan dengan nilai WTP dapat dilihat pada Lampiran 5 dan Lampiran 6. 7.3. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP responden terhadap paket wisata di WWCN dianalisis menggunakan analisis regresi berganda dengan mengunakan enam variabel penjelas, yaitu variabel lamanya menempuh pendidikan (PNDKN), tingkat pendapatan (PNDPT), biaya perjalanan (BP), lama di lokasi (LK), jumlah tanggungan (JT) dan frekuensi kunjungan (JK). Hasil analisis regresi berganda untuk masing-masing paket wisata dapat dilihat pada Tabel 19 dan Tabel 20.
64
Tabel 19. Hasil Analisis Regresi Berganda Fungsi WTP Responden Terhadap Paket Wisata Jogging Track Plus Standar Variabel Koefisien P-value VIF Keofisien (Beta) 8316 0,470 Constant c 1633,9 0,056 1,5 0,209 PNDKN a 0,013528 0,000 2,4 0,741 PNDPTN -0,00350 0,960 2,4 BP 0,006 LK JT FK R-sq F-statistik Durbin Watson
1016
0,501
1,2
-1022
0,514
1,5
114,4
0,872
1,1
66,30% 15,06
0,000
0,063 0,071 0,015
1,58316
Sumber : Data Primer, Diolah (2010)
Tabel 20. Hasil Analisis Regresi Berganda Fungsi WTP Responden terhadap paket Konservasi. Standar Variabel Koefisien P-value VIF Keofisien (Beta) 45448 0,029 Constant b 0,215 0,034 1,7 3278 PNDKN a 0,770 0,027925 0,000 2,1 PNDPTN c -0,201 -0,18099 0,051 1,8 BP 0,013 429 0,873 1,2 LK 0,102 2733 0,286 1,6 JT 0,068 804,4 0,413 1,2 FK 65,20% R-sq 18,72 0,000 F-statistik Durbin 1,55233 Watson Sumber : Data Primer, Diolah (2010)
Keterangan : a signifikan pada tingkat kepecayaan 99%, b signifikan pada tingkat kepecayaan 95% c signifikan pada tingkat kepecayaan 90%
65
Berdasarkan hasil analilsis regtesi bergganda tersebut diketahui nilai R2 untuk paket jogging track plus sebesar 66,30 persen. Artinya bahwa keragaman nilai WTP responden dapat dijelaskan oleh variabel dalam model sebesar 66,30 persen sedangkan sisaanya sebesar 33,70 persen dijelaskan oleh variabel di luar model. Begitupula dengan paket konservasi yang memliki nilai R2 sebesar 65,20 persen yang artinya bahwa keragaman nilai WTP responden dapat dijelaskan oleh variabel dalam model sebesar 65,20 persen sedangkan sisaanya sebesar 34,80 persen dijelaskan oleh variabel di luar model. Nilai Fhitung pada masing-masing paket wisata adalah sebesar 15,061 dan 18,72 dengan P value yang sama yaitu 0,000 menunjukan variabel-variabel penjelas dalam model kedua paket secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden pada taraf α = 0,01. Model yang dihasilkan telah diuji multikolinearitas, heteroskedasitas dan normalitasnya, berdasarkan hasil uji diketahui bahwa model tidak mengalami pelanggaran asumsi OLS. Dari tabel tersebut juga dapat diketahui bahwa variabel pendapatan adalah variabel yang paling berpengaruh terhadap besarnya nilai WTP yang diberikan oleh responden untuk kedua paket wisata tersebut. Hal tersebut dikarenakan variabel pendapatan memiliki nilai beta koefisien yang lebih besar dibandingkan dengan variabel-variabel lainya. Model regresi yang diperoleh dari hasil analisi data tersebut adalah sebagai berikut . Model paket wisata jogging track plus : WTP = 8316 + 1634 PNDKN + 0,0135 PNDPTN - 0,0035 BP + 1016 LK 1022 JT+ 114 FK + εi
66
Model paket wisata Konservasi WTP = 45448 + 3278 PNDKN + 0,0279 PNDPTN - 0,181 BP + 429 LK + 2733 JT + 804 FK +εi Variabel-variabel yang mempengaruhi secara nyata trehadap nilai WTP responden untuk masing-masing paket wisata adalah sebagai berikut : 1.
Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan berpengaruh nyata terhadap nilai WTP. Paket wisata
jogging track plus dan konservasi memiliki P value yang sama yakni 0,000 sehingga mempengaruhi nilai WTP secara signifikan pada taraf nyata α = 0,01. Keduanaya memiliki koefisien bertanda positif yang berarti bahwa semakin tinggi pendapatan maka semakin tinggi pula nilai WTP responden terhadap paket-paket wisata. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi pendapatan seseorang maka orang tersebut akan lebih memperhatikan kebutuhan lain selain kebutuhan pokok yang sudah terpenuhi seperti rekreasi. Sehingga responden akan membayar nilai WTP yang lebih besar untuk memenuhi kepuasannya. 2.
Tingkat Pendidikan Variabel tingkat pada paket wisata jogging track plus memiliki P value
sebesar 0,056 signifikan pada taraf nyata α = 0,1. Pada paket konservasi memiliki P value
sebesar 0.034. Kedua koefisien variabel ini bertanda positif artinya
semakin lama responden menempuh pendidikan semakin besar nilai WTP yang diberikan. Hal tersebut dikarenakan responden yang lebih lama menempuh pendidikan cenderung lebih memiliki tingkat kesadaran akan manfaat yang akan
67
diterima dengan mengikuti paket wisata baik untuk diri sendiri maupun lingkungan. 3.
Biaya perjalanan Variabel biaya perjalanan hanya berpengaruh nyata pada paket konservasi,
dimana p value pada paket ini sebesar 0,051 signifikan pada taraf α = 0,1. Koefisien variabel biaya perjalanan bertanda negatif, yang artinya semakin besar biaya perjalanan maka besar nilai WTP yang diberikan semakin kecil. Hal ini dikarenakan, responden yang mengeluarkan biaya perjalanan yang besar akan merasa keberatan untuk memberikan nilai WTP yang besar. Pada paket jogging track plus variabel biaya perjalanan memiliki nilai p value yang lebih besar pada taraf α = 0,15 yaitu sebesar 0,960 sehingga variabel ini tidak berpengaruh nyata terhadap nilai WTP unutk paket jogging track plus. Variabel-variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap paket wisata jogging track plus maupun paket konservasi yaitu variabel jumlah tanggungan, lama dilokasi dan frekuensi kunjungan dimana pada semua variabel tersebut memiliki P value yang lebih besar pada taraf α = 0,15. Variabel jumlah tanggungan, lama di lokasi dan jumlah frekuensi kunjungan tidak dapat mencerminkan minat responden akan paket-paket wisata tersebut, hal ini dikarenakan nilai WTP yang diberikan responden dicerminkan oleh tingkat pendapatan dan pendidikan yang diikuti oleh pemahaman mengenai kepuasan akan berekreasi serta manfaat yang dapat diraskan oleh adanya paket-paket wisata
68
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitia ini adalah sebagai berikut : 1. Dari 80 responden yang diwawancarai mengenai kesediaan dalam membayar paket wisata. Sebanyak 66,25 persen responden menyatakan bersedia untuk membayar paket wisata Jogging track plus dan untuk paket konservasi sebanyak 83,75 persen responden menyatakan bersedia membayar. Variabel-variabel yang diduga mempengaruhi secara nyata terhadap keputusan responden untuk bersedia membayar paket wisata jogging track plus ataupun konservasi adalah variabel usia, lamanya menempuh pendidikan, tingkat pendapatan, dan lamanya di lokasi. Variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap kesediaan membayar untuk kedua paket tersebut adalah variabel jenis kelamin dan frekuensi kunjungan. Variabel biaya perjalanan hanya berpengaruh nyata pada paket wisata jogging track plus saja. 2. Paket wisata jogging track plus memiliki nilai rataan WTP sebesar Rp 56.132,00 dengan nilai total WTP (TWTP) adalah Rp 387.366.932,00. Paket konservasi memiliki nilai rataan WTP sebesar Rp 127.313,00 dan nilai TWTPnya sebesar Rp 878.587.013,00. Nilai rata-rata WTP responden terhadap kedua paket tersebut ternyata lebih kecil dari rencana tarif yang akan diberlakukan oleh pihak pengelola yakni Rp 65.000 dan Rp 170.000.
69
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi secara nyata besarnya nilai WTP responden untuk kedua paket wisata tersebut adalah variabel lamanya menempuh pendidikan dan tingkat pendapatan. Variabel biaya perjalanan hanya berpengaruhi nyata untuk paket konservasi sedangkan untuk paket jogging track plus tidak berpengaruh nyata. Variabel jumlah kunjungan, jumlah tanggungan dan frekuensi kunjungan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden untuk kedua paket tersebut. 8.2. Saran 1. Pengelola harus dapat lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas dari fasilitas fasilitas penunjuang wisata agar pengunjung merasa nyaman dalam berwisata di WWCN ini. Khususnya dalam hal kebersihan dan keamanan lokasi, dimana pihak pengelola dapat menyediakan tempattempat sampah serta pos-pos keamanan diberbagai titik di tempat lokasi. Selain itu pengelola juga dapat memasang papan himbauan yang isinya untuk menjaga kebersihan, hal ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan kesadaran pengunjung dalam menjaga kebersihan tempat wisata. 2.
Besarnya nilai rata-rata WTP pengunjung dapat dijadikan acuan atau bahan pertimbangan dalam penetapan biaya tarif paket-paket wisata di Curug Nangka. Dimana pengelola dapat menurunkan harga tarif paket wisata. Pengelola dapat mengurangi biaya-biaya operasional serta fasilitas yang ada dalam paket wisata tersebut. Pada paket wisata jogging track plus komponen biaya yang dapat diturunkan yaitu biaya jalur track, medis, pemandu, makan siang dan snack. Pada paket konservasi biaya komponen
70
biaya yang dapat diturunkan yaitu biaya sewa tenda, makan, pemandu, api unggun, lampu dan penerangan. Penurunan biaya ini diharapkan akan dapat meningkatkan jumlah peminat paket wisata, sehingga nantinya akan didapat keseimbagan harga pasar yang baru. 3. Pengelola sebaiknya meningkatkan dalam hal promosi dari rencana paketpaket wisata, sehingga khalayak umum dapat mengatahui mengenai adanya paket wisata di WWCN.
71
DAFTAR PUSTAKA Aprilian, R. 2009. Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Taman Wisata Alam Situ Gunung Dengan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Amanda, Sylvia. 2009. Analisis Willingness To Pay Pengunjung Obyek Wisata Danau Situgede Dalam Upaya Pelestarian lingkungan. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan manajemen. Insititut Pertanian Bogor, Bogor Cooper, C., Fletcher, J., Gilbert, D. dan Wanhill, S. (1998). Tourism, Principles & Practice. Pitman Publishing. London. Damanik, J. dan H. F. Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata: dari Teori ke Aplikasi. ANDI. Yogyakarta. Djijono. 2002. Valuasi Ekonomi Menggunakan Metode Travel Cost Taman Wisata Hutan di Taman Wan Abdul Rachman, Propinsi Lampung. Makalah Pengantar Falsafah Sains Progam Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor. 2010. Fauzi, A.2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi. P.T Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Fitriani, Yulia.2008.Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengunjung Agrowisata Taman Buah Mekarsari dan Surplus Konsumen Menggunakan Metode Kontingensi. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Garrod, et. all.1999.Economic Valuation Of The Enviroment: Methods and case Studies.Edward Elgar Publishinng Limited. United Kingdom. Gujarati, Damodar.1978. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta. Hufschmidt, et. all. 1987. Lingkungan, Sistem Alami, dan Pembangunan Pedoman Penelitian ekonomis (dalam bahasa Inggris). Diterjemahkan oleh : Reksohadiprodjo, Sukanto. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Hanley, N dan CL Spash. 1993. Cost Benefit Analysis and The Enviroment Methods and Case Studies. Edward Elgar Publishinng Limited. United Kingdom. Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Arsindo. Jakarta Juanda, B.2009. Ekonometrika : Pemodelan dan pendugaan. IPB Press, Bogor. Marpaung, Happy.2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Alfabeta, Bandung
72
Pendit, N.S. 2006. Ilmu Pariwistata : Sebuah Pengantar Perdana. Pradnya Paramita. Jakarta. Perum Perhutani, KPH Bogor. 2010. Rahayu, Nurdianti.2006. Analisis Proses Pengambilan Keputusan Preferensi Konsumen Terhadap Wana Wisata Curug Nangka KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.Skripsi.Fakultas Ekonomi dan Manajemen.Institut, Pertanian Bogor, Bogor Vanhove, N. 2005. The Economics of Tourism Destinations. Elsevier. Burlington. Wahab, Salah. 1992. Manajemen Kepariwisataan. Penerjemah Frans Gromang. Pradnya Paramita. Jakarta. Wardiyanta, 2006. Metode Penelitian Pariwisata. ANDI. Yogyakarta Yoeti, Oka A. 2006. Tours and Travel Marketing. Pradnya Paramita. Jakarta Yoeti, Oka A. 2008. Ekonomi Pariwisata. Kompas. Jakarta
73
Lampiran 1. Distribusi Nilai WTP Responden Terhadap Paket Wisata Jogging Track Plus NO.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total
WTP
Jumlah Responden
Persentase
WTPx ΣResponden
(Rp)
(orang)
(%)
(Rp)
30000 35000 40000 45000 50000 60000 65000 70000 75000 80000 100000 120000
6 6 2 5 12 4 5 3 3 2 4 1 53
11,3 11,3 3,8 9,4 22,6 7,5 9,4 5,7 5,7 3,8 7,5 1,9 100
180000 210000 80000 225000 600000 240000 325000 210000 225000 160000 400000 120000 2975000
Sumber : Data Primer, setelah diolah 2010
Lampiran 2. Distribusi Nilai WTP Responden Terhadap Paket Wisata Konservasi WTP Jumlah Responden Persentase WTPx ΣResponden NO. (Rp) (orang) (%) (Rp) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Total
50000 70000 75000 80000 85000 100000 110000 120000 130000 135000 140000 145000 150000 165000 170000 175000 180000 185000 200000
1 4 2 5 4 10 2 8 2 2 1 2 6 1 3 4 3 3 4 67
1,5 6,0 3,0 7,5 6,0 14,9 3,0 11,9 3,0 3,0 1,5 3,0 9,0 1,5 4,5 6,0 4,5 4,5 6,0 100
50000 280000 150000 400000 340000 1000000 220000 960000 260000 270000 140000 290000 900000 165000 510000 700000 540000 555000 800000 8530000
Sumber : Data Primer, setelah diolah 2010
74
Lampiran 3. Rincian Anggaran Biaya Paket Wisata Jogging Track Plus Awal Harga Harga 20 No Uraian Banyaknya Satuan Satuan Orang 1 Tiket masuk 20 orang 8000 160000 2 Jalur Track 20 orang 10000 200000 3 Medis 1 orang 75000 75000 4 Pemandu 1 orang 100000 100000 5 Snack 20 dus 7500 150000 6 makan Siang 20 box 17000 340000 Jumlah 1025000 Profit Margin 15% 153750 Marketing Fee 10% 102500 jumlah per 20 orang 1281250 Haga Per Orang 64062,5 Dibulatkan 65000 Lampiran 4. Rincian Anggaran Biaya Paket Wisata Jogging Track Plus yang Telah Disesuaikan dengan Nilai WTP Harga Harga 20 No Uraian Banyaknya Satuan Satuan Orang 1 Tiket masuk 20 orang 8000 160000 2 Jalur Track 20 orang 7500 150000 3 Medis 1 orang 50000 50000 4 Pemandu 1 orang 75000 75000 5 Snack 20 dus 7000 140000 6 makan Siang 20 box 15000 300000 Jumlah 875000 Profit Margin 15% 131250 Marketing Fee 10% 87500 jumlah per 20 orang 1093750 Haga Per Orang 54687,5 Dibulatkan 57000
75
Lampiran 5. Rincian Anggaran Biaya Paket Wisata Konservasi Awal No
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8
Banyaknya
Tiket Masuk Tenda Regu Perhutani makan 4 kali @17000 Api Unggun Lampu Penerangan Bibit Penjelasan materi Lobang Tanam Jumlah Profit Margin 15% Marketing Fee 10% jumlah per 20 orang Haga Per Orang Dibulatkan
20 1 20 1 3 20 1 20
Satuan Orang Unit Box Paket Titik Pohon Orang Lobang
Harga Satuan
Harga 20 Orang
8000 510000 17000 100000 50000 10000 200000 1500
160000 510000 1360000 100000 150000 200000 200000 30000 2710000 406500 271000 3387500 169375 170000
Lampiran 6. Rincian Anggaran Biaya Paket Wisata Konservasi yang Telah Disesuaikan dengan Nilai WTP No
Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tiket Masuk Tenda Regu Perhutani Makan 3 Kali @15000 Snack Api Unggun Lampu Penerangan Bibit Penjelasan materi Lobang Tanam Jumlah Profit Margin 15% Marketing Fee 10% jumlah per 20 orang Haga Per Orang Dibulatkan
Banyaknya
Satuan
Harga Satuan
20 1 20 20 1 3 20 1 20
Orang Unit Box dus Paket Titik Pohon Orang Lobang
8000 400000 15000 5000 50000 30000 10000 100000 1500
Harga 20 Orang 160000 400000 900000 100000 50000 90000 200000 100000 30000 2030000 304500 203000 2537500 126875 127000
76
Lampiran 7. Hasil Output Regresi Logit dengan SPSS 16 untuk Paket Jogging Track Plus Classification Tablea,b Predicted kesediaan membayar Observed Step 0
tidak bersedia
kesediaan membayar
Percentage Correct
bersedia
tidak bersedia
0
27
.0
Bersedia
0
53
100.0
Overall Percentage
66.2
a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
Block 1: Method = Enter Model Summary Step -2 Log likelihood 1
Cox & Snell R Square
65.828a
Nagelkerke R Square
.366
.507
a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001. Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
36.470
7
.000
Block
36.470
7
.000
Model
36.470
7
.000
Hosmer and Lemeshow Test Step 1
Chi-square
df
4.854
Sig. 8
.773 Classification Tablea Predicted kesediaan membayar
Observed Step 1
kesediaan membayar
tidak bersedia tidak bersedia bersedia
Overall Percentage
Percentage Correct
bersedia 18
9
66.7
6
47
88.7 81.2
a. The cut value is ,500
77
Variables in the Equation B Step 1
a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
JK(1)
.028
.693
.002
1
.968
USIA
1.028
-.126
.060
4.354
1
.037
.882
PNDPTN
.000
.000
9.022
1
.003
1.000
PNDKN
.323
.132
5.961
1
.015
1.381
BP
.000
.000
2.891
1
.089
1.000
LK
.384
.254
2.284
1
.131
1.469
FK
-.069
.087
.618
1
.432
.934
-2.704
2.087
1.678
1
.195
.067
Constant
a. Variable(s) entered on step 1: JK, USIA, PNDPTN, PNDKN, BP, LK, FK.
Lampiran 8. Hasil Output Regresi Logit dengan SPSS 16 untuk Paket Konservasi Classification Tablea,b Predicted Ksediaan membayar Observed Step 0
tidak bersedia
Ksediaan membayar
bersedia
Percentage Correct
tidak bersedia
0
13
.0
bersedia
0
67
100.0
Overall Percentage
83.8
a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
27.431
7
.000
Block
27.431
7
.000
Model
27.431
7
.000
Model Summary Hosmer and Lemeshow Test Step 1 Step 1
Chi-square
df
2.962 -2 Log likelihood 43.576a
Sig. 8
Cox & Snell R Square
.937 Nagelkerke R Square
.290
.493
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.
78
Classification Tablea Predicted Ksediaan membayar Observed Step 1
tidak bersedia
Ksediaan membayar
Percentage Correct
bersedia
tidak bersedia
6
7
46.2
Bersedia
2
65
97.0
Overall Percentage
88.8
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation B Step 1
a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
JK(1)
1.037
.935
1.229
1
.268
USA
2.821
-.136
.077
3.075
1
.080
.873
PNDKN
.281
.163
2.979
1
.084
1.325
PNDPTN
.000
.000
4.622
1
.032
1.000
BP
.000
.000
1.295
1
.255
1.000
LK
.672
.370
3.288
1
.070
1.958
FK
-.043
.107
.159
1
.690
.958
-3.578
2.587
1.912
1
.167
.028
Constant
a. Variable(s) entered on step 1: JK, USA, PNDKN, PNDPTN, BP, LK, FK.
Lampiran 9. Hasil Output Regresi Berganda dengan Progam Minitab 14 for Windows untuk Paket Jogging Track Plus Regression Analysis: WTP versus pndkn; pndptn; Bp; lk; jt; Fk The regression equation is WTP = 8316 + 1634 pndkn + 0,0135 pndptn - 0,0035 Bp + 1016 lk - 1022 jt + 114 Fk Predictor Coef SE Coef T Constant 8316 11403 0,73 pndkn 1633,9 833,3 1,96 pndptn 0,013528 0,002419 5,59 Bp -0,00350 0,07000 -0,05 lk 1016 1498 0,68 jt -1022 1553 -0,66 Fk 114,4 708,2 0,16
P VIF 0,470 0,056 1,5 0,000 2,4 0,960 2,4 0,501 1,2 0,514 1,5 0,872 1,1
S = 13095,3 R-Sq = 66,3% R-Sq(adj) = 61,9% PRESS = 13005095913 R-Sq(pred) = 44,38% Analysis of Variance Source DF Regression 6 Residual Error 46 Total 52
SS MS 15493685514 2582280919 7888389958 171486738 23382075472
F P 15,06 0,000
79
Source pndkn pndptn Bp lk jt Fk
DF Seq SS 1 6080000000 1 9237682164 1 4994641 1 92282591 1 74254418 1 4471699
Unusual Observations Obs 4 19 23 38 51
pndkn WTP Fit SE Fit 16,0 65000 59428 8523 16,0 65000 90529 5900 12,0 100000 73510 6485 11,0 30000 37680 12038 18,0 65000 90797 5971
Residual St Resid 5572 0,56 X -25529 -2,18R 26490 2,33R -7680 -1,49 X -25797 -2,21R
R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence. Durbin-Watson statistic = 1,58316
R es idual P lots for W TP No rm al P ro b ab ilit y P lo t o f t h e R esid u als R esid u als Versu s t h e Fit t ed Valu es
Percent
99 90
0000
50
0000 0
10 1 - 30000
-15000
0 Residual
0000 30000 0000
15000
20000
40000
10,0
20000
7,5
10000
5,0 2,5 0,0
60000 80000 F itte d V alue
100000
R esid u als Versu s t h e Ord er o f t h e D at a
Residual
Frequency
H ist o g ram o f t h e R esid u als
0 -10000 -20000
- 24000
- 12000
0 Residual
12000
1
24000
5
10 15 20 25 30 35 40 45 50
O bser v ation O r de r
Lampiran10. Hasil Output Uji Heterokedastisitas Paket Wisata Jogging Track Plus Regression Analysis: RESI1 versus pndkn; pndptn; Bp; lk; jt; Fk The regression equation is RESI1 = 0 - 0 pndkn - 0,00000 pndptn - 0,0000 Bp - 0 lk - 0 jt + 0 Fk Predictor Coef Constant 0 pndkn -0,0 pndptn -0,000000 Bp -0,00000 lk -0 jt -0
SE Coef 11403 833,3 0,002419 0,07000 1498 1553
T 0,00 -0,00 -0,00 -0,00 -0,00 -0,00
P 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
VIF 1,5 2,4 2,4 1,2 1,5
80
Fk
0,0
708,2
0,00
1,000
1,1
S = 13095,3 R-Sq = 0,0% R-Sq(adj) = 0,0% PRESS = 13005095913 R-Sq(pred) = 0,00% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 6 0 0 0,00 1,000 0.000 Residual Error 46 7888389958 171486738 Total 52 7888389958
Source pndkn pndptn Bp lk jt Fk
Seq DF 1 1 1 1 1 1
SS 0 0 0 0 0 0
Unusual Observations Obs 4 19 23 38 51
pndkn RESI1 16,0 5572 16,0 -25529 12,0 26490 11,0 -7680 18,0 -25797
Fit 0 -0 -0 0 -0
SE Fit Residual St Resid 8523 5572 0,56 X 5900 -25529 -2,18R 6485 26490 2,33R 12038 -7680 -1,49 X 5971 -25797 -2,21R
R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence. Durbin-Watson statistic = 1,5831
Lampiran 11. Uji Normalitas Paket Wisata Jogging Track Plus P r o b a b ility P lo t o f S R E S 3 Norm al 99
M ean S tD e v N KS P - V a lu e
95 90
- 0,01 36 9 1,03 8 53 0,10 4 > 0,15 0
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
-3
-2
-1
0 S R ES 3
1
2
3
81
Lampiran 12. Hasil Output Regresi Berganda dengan Progam minitab 14 for
Windows untuk Paket Konservasi Regression Analysis: WTP versus PNDKN; PNDPTN; BP; LK; JT; FK The regression equation is WTP = 45448 + 3278 PNDKN + 0,0279 PNDPTN - 0,181 BP + 429 LK + 2733 JT + 804 FK Predictor Coef Constant 45448 PNDKN 3278 PNDPTN 0,027925 BP -0,18099 LK 429 JT 2733 FK 804,4
SE Coef T 20366 2,23 1513 2,17 0,004020 6,95 0,09090 -1,99 2678 0,16 2537 1,08 975,9 0,82
P 0,029 0,034 0,000 0,051 0,873 0,286 0,413
VIF 1,7 2,1 1,8 1,2 1,6 1,2
S = 25365,2 R-Sq = 65,2% R-Sq(adj) = 61,7% PRESS = 49151381112 R-Sq(pred) = 55,67% Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF SS MS F P 6 72262702597 12043783766 18,72 0,000 60 38603715314 643395255 66 1,10866E+11
Source PNDKN PNDPTN BP LK JT FK
Seq SS 25715875011 43244907303 2071960953 114870292 677968560 437120478
DF 1 1 1 1 1 1
Unusual Observations Obs PNDKN WTP Fit SE Fit Residual 17 12,0 175000 123308 4039 51692 46 11,0 70000 106301 16578 -36301 47 6,0 100000 90259 16750 9741 59 14,0 150000 99146 5950 50854 63 16,0 75000 158941 6577 -83941
St Resid 2,06R -1,89 X 0,51 X 2,06R -3,43R
R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence. Durbin-Watson statistic = 1,55233
82
R e s i d u a l P l o ts f o r W T P No rm a l P ro b a b ilit y P lo t o f t h e R e s id u a ls
R e s id u a ls V e rs u s t h e Fit t e d V a lu e s
99,9
50000
90
Residual
Percent
99
50 10 1 0,1
- 100000
- 50000
0 R e s id u a l
0 - 50000 - 100000
50000
H is t o g ra m o f t h e R e s id u a ls
200000
50000
9
Residual
Frequency
150000 F itte d V a lu e
R e s id u a ls V e rs u s t h e O rd e r o f t h e D a t a
12
6 3 0
100000
- 80000
- 60000
- 40000
- 20000
R e s id u a l
0
20000
0 - 50000 - 100000
40000
1
5
10 15
20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
O b s e r v a tio n O r d e r
Lampiran 13. Hasil Output Uji Heterokedastisitas Paket Wisata Konservasi Regression Analysis: RESI1 versus PNDKN; PNDPTN; BP; LK; JT; FK The regression equation is RESI1 = - 0 + 0 PNDKN - 0,00000 PNDPTN + 0,0000 BP - 0 LK + 0 JT + 0 FK Predictor Constant PNDKN PNDPTN BP LK JT FK
Coef SE Coef -0 20365 0 1513 -0,000000 0,004020 0,00000 0,09090 -0 2677 0 2537 0,0 975,8
T -0,00 0,00 -0,00 0,00 -0,00 0,00 0,00
P 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
VIF 1,7 2,1 1,8 1,2 1,6 1,2
S = 25364,4 R-Sq = 0,0% R-Sq(adj) = 0,0% PRESS = 49148210300 R-Sq(pred) = 0,00% Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total Seq Source PNDKN PNDPTN BP LK JT FK
DF SS MS F P 6 0 0 0,00 1,000 60 38601111505 643351858 66 38601111505 DF 1 1 1 1 1 1
SS 0 0 0 0 0 0
Unusual Observations Obs
PNDKN
RESI1
Fit
SE Fit
Residual
St Resid
83
17 46 47 59 63
12,0 11,0 6,0 14,0 16,0
51708 -0 -36201 -0 9816 -0 50767 -0 -84017 -0
4039 16578 16750 5950 6577
51708 -36201 9816 50767 -84017
2,06R -1,89 X 0,52 X 2,06R -3,43R
R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence. Durbin-Watson statistic = 1,55170
Lampiran 14. Uji Normalitas Paket Wisata Konservasi P r o b a b ility P lo t o f R E S I1 Norm a l 9 9 ,9
M ean S tD e v N KS P - V a lu e
99
Percent
95 90
- 5 ,8 4 2 4 9 E - 1 1 24184 67 0 ,0 7 3 > 0 ,1 5 0
80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0 ,1
-100000
-50000
0 R E S I1
50000
Lampiran 15. Peta Lokasi Wana Wisata Curug Nangka
84
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, 14 Juni 1988 merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Penulis dilahirkan dari pasangan Alm. Sulaeman dan Neneng Salmiah. Penulis menempuh pendidikan dibangku sekolah dasar pada tahum 1993-2002 di SDN Bogor Baru. Melanjutkan ke pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 1999 hingga tahun 2002 di SLTPN 3 Bogor. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di SMUN 7 Bogor dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB. Penulis memilih progam studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti beberapa organisasi kemahasiswaan. Pada tahun 2007-2008, penulis menjadi Bendahara Departemen Politik, Kajian, Strategis dan Advokasi BEM FEM IPB. Pada tahun 2009, penulis menjadi Sekertaris Divisi E-Ship di REESA. Selama menjadi mahasiswa penulis juga aktif diberbagai kepanitiaan acara.
85