ANALISIS STUDI GERAK DAN WAKTU PADA PROSES PRODUKSI MINUMAN LIDAH BUAYA DI UMKM (STUDI KASUS: PT. DRIYAMA PURWANA, BOGOR)
Oleh THIA TASTANNY H 24086048
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
RINGKASAN THIA TASTANNY. H24086048. Analisis Studi Gerak dan Waktu pada Proses Produksi Minuman Lidah Buaya di UMKM (Studi Kasus: PT. Driyama Purwana, Bogor). Di bawah bimbingan HETI MULYATI
PT. Driyama Purwana merupakan perusahaan yang mengolah lidah buaya menjadi minuman kemasan. Teknologi yang digunakan perusahaan tersebut masih sederhana sehingga kemampuan tenaga kerja berpengaruh besar terhadap produktivitas perusahaan. Analisa gerak dan waktu, diperlukan untuk dapat meminimalkan gerakan kerja yang tidak efektif sehingga akan diperoleh waktu kerja yang optimal. Peningkatan produktivitas pekerja selain analisa studi gerak dan waktu juga berkaitan dengan lingkungan fisik kerja. Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisa studi gerak dalam proses produksi minuman lidah buaya di PT. Driyama Purwana, (2) Menganalisa standar waktu kerja dalam proses produksi minuman lidah buaya di PT. Driyama Purwana, dan (3) Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan produktivitas pekerja khususnya di bagian produksi pada PT. Driyama Purwana. Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi rekaman semua proses produksi, pengukuran, pencatatan data, serta wawancara dengan pemilik dan karyawan PT. Driyama Purwana. Sedangkan pengumpulan data sekunder diperoleh dari studi pustaka, internet, dan data atau dokumen yang dimiliki perusahaan. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan uji keseragaman data, kecukupan data dan perhitungan waktu standar dengan bantuan software Excel 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gerakan pekerja di bagian proses produksi minuman lidah buaya di PT. Driyama Purwana terdiri dari tujuh gerakan Therblig, yaitu: memegang, mengarahkan, membawa, melepas, mengarahkan sementara, pemeriksaan, dan memakai. Waktu baku dari proses produksi adalah sebesar 111,62 detik/ cup atau 1 menit 51 detik/ cup. Penghilangan gerakan yang kurang efektif yaitu (1) Gerakan meletakkan cup yang sudah di sealer di meja akhir produksi, (2) Gerakan memindahkan cup minuman lidah buaya dari meja akhir produksi ke dalam panci pasteurisasi, dan (3) Pengurangan waktu pada saat melakukan perendaman gel lidah buaya dan pencucian gel lidah buaya tahap II. Apabila ketiga gerakan tersebut dihilangkan maka akan menghasilkan penghematan waktu sebesar 10,84 detik/ cup atau penghematan waktu yang dapat dilakukan dalam satu kali proses produksi minuman lidah buaya yang menghasilkan sekitar 180 cup (kemasan gelas plastik) minuman lidah buaya adalah sebesar 1.951,2 detik atau 34,2 menit. Jika selama 1 (satu) bulan PT.Driyama Purwana melakukan produksi sebanyak 20 kali, maka penghematan yang dapat dilakukan adalah sebesar 684 menit.
ANALISIS STUDI GERAK DAN WAKTU PADA PROSES PRODUKSI MINUMAN LIDAH BUAYA DI UMKM (STUDI KASUS: PT. DRIYAMA PURWANA, BOGOR)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh THIA TASTANNY H 24086048
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul Skripsi
: Analisis Studi Gerak Dan Waktu Pada Proses Produksi Minuman Lidah Buaya Di UMKM (Studi Kasus: PT.Driyama Purwana, Bogor)
Nama
: Thia Tastanny
NIM
: H24086048
Menyetujui, Dosen Pembimbing
(Heti Mulyati, STP, MT) NIP : 19770812 200501 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc) NIP : 19610123 198601 1 002
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lhokseumawe pada tanggal 8 Juni 1986. Penulis merupakan
puteri bungsu dari pasangan Sutrisno dan Karina Belinda Tandjung.
Pada tahun 1992, penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Kartika IX
Jakarta Selatan, kemudian pindah ke Sekolah Dasar Islam Al‐Hasanah Tangerang pada tahun 1995. Selanjutnya pada tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 219 Jakarta Barat, lalu pada tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 90 Jakarta Selatan.
Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Diploma III Politeknik Univesitas
Indonesia (UI), Jurusan Akuntansi, Program Studi Keuangan Perbankan. Tahun 2008 penulis melanjutkan ke Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB). Selama masa perkuliahan di IPB penulis berpartisipasi aktif dalam organisasi mahasiswa Program Sarjana Alih Jenis Manajemen IPB atau Extension of Management (EXOM) Bagian Kewirausahaan periode 2008 ‐ 2009.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayat‐Nya berupa kekuatan dan kesehatan lahir batin, sehingga laporan skripsi berjudul ”Analisis Studi Gerak dan Waktu pada Proses Produksi Minuman Lidah Buaya di UMKM (Studi Kasus: PT.Driyama Purwana, Bogor)” dapat diselesaikan. Penelitian ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas akhir di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini perlu dilakukan karena studi gerak dan waktu dapat mengetahui gerakan yang tidak perlu dan waktu baku untuk menyelesaikan proses produksi minuman lidah buaya. Hal tersebut secara tidak langsung berdampak pada produktivitas perusahaan. Selama ini studi gerak dan waktu banyak diamati pada perusahaan besar. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang studi gerak dan waktu di usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Dengan demikian, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang studi gerak dan waktu pada UMKM minuman lidah buaya, khususnya dan dapat diterapkan pada UMKM lainnya. Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat menghargai saran dan masukan yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Bogor, Maret 2011
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Selama proses penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu baik
secara moril maupun materiil. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Heti Mulyati, STP, MT selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan motivasi, masukan dan bimbingan yang sangat bermanfaat selama menyelesaikan tugas akhir ini. 2. Bapak Dr.Ir. Jono Mintarto Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen yang selalu memotivasi untuk menyelesaikan perkuliahan. 3. Bapak Dr.Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc dan Bapak Alim Setiawan, STP, M.Si, atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menjadi dosen penguji dan memberikan masukan yang berharga untuk skripsi ini. 4. Bapak Iwan Purwana selaku pemilik usaha industri minuman lidah buaya PT.Driyama Purwana beserta seluruh pekerja yang telah memberikan bimbingan serta informasi dalam skripsi ini. 5. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, FEM IPB yang telah banyak membantu pelaksanaan tugas akhir penulis. 6. Keluarga Tercinta Papa, Mama, Kak Ichayuen, Kak Baihaqi yang selalu memberikan doa, dukungan, serta perhatiannya. 7. Suami Tersayang Farid Wibisono dan anakku Afkarul Kamil yang selalu memberikan doa dan bantuannya. 8. Sahabat‐sahabatku terbaik di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, FEM IPB Yusi Saragi, Pandu Prasetyo, Adhelia Okti, Ledyana Gultom, Damayana, Ayu, Dewi Kashita, dan lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Semoga selamanya kebersamaan dan persahabatan kita tetap terjalin. 9. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... iii KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1.2. Perumusan Masalah ............................................................................. 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................. 1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................
1 1 3 4 4 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 2.1. Tata Cara Kerja . .................................................................................. 2.2. Studi Gerak ......................................................................................... 2.3. Pengukuran Kerja ................................................................................ 2.4. Studi Waktu . ....................................................................................... 2.5. Peta Kerja ............................................................................................. 2.6. Penyesuaian dan Kelonggaran ............................................................ 2.6.1 Penyesuaian ................................................................................ 2.6.2 Kelonggaran ............................................................................... 2.7. Produktivitas Kerja .............................................................................. 2.8. Penelitian Terdahulu ............................................................................
6 6 7 11 12 13 15 15 18 20 22
III. METODE PENELITIAN ......................................................................... 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ........................................................... 3.2. Tahapan Penelitian .............................................................................. 3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data ................................................. 3.5. Pengolahan dan Analisis Data ............................................................
24 24 26 27 28 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 32 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ............................................................. 32 4.2. Proses Produksi Minuman Lidah Buaya .............................................. 33
4.3. 4.4. 4.5. 4.6.
Studi Gerak Pada Proses Produksi Minuman Lidah Buaya ................. Studi Waktu Pada Proses Produksi Minuman Lidah Buaya ................ Produktivitas Kerja .............................................................................. Implikasi Manajerial ............................................................................
38 44 48 51
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 54 1. Kesimpulan ................................................................................................... 54 2. Saran .............................................................................................................. 54 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 56 LAMPIRAN ...................................................................................................... 58
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
1. Macam-macam elemen gerakan Therbligs .................................................... 2. Penyesuaian menurut Westinghouse .............................................................. 3. Penyesuaian menurut tingkat kesulitan cara objektif ..................................... 4. Kelonggaran berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh............................ 5. Jenis dan metode pengumpulan data .............................................................. 6. Rangkaian gerak bagian produksi minuman Lidah Buaya sudah ada............ 7. Saran perubahan gerak bagian produksi minuman Lidah Buaya ................... 8. Subgrup dari proses produksi minuman Lidah Buaya ................................... 9. Penyesuaian menurut Westinghouse .............................................................. 10. Penyesuaian objektif .................................................................................... 11. Kelonggaran .................................................................................................
7 16 17 19 29 38 41 45 46 46 47
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1. Langkah-langkah penelitian kerja ................................................................. 2. Kerangka pemikiran penelitian .................................................................... 3. Tahapan penelitian ....................................................................................... 4. Produk minuman Lidah Buaya ..................................................................... 5. Peta aliran proses produksi minuman Lidah Buaya ....................................... 6. Peta proses operasi produksi minuman Lidah Buaya .................................... 7. Implikasi manajerial .......................................................................................
6 25 26 32 34 35 52
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1. Data sampel waktu ........................................................................................ 2. Perhitungan uji keseragaman data ................................................................ 3. Perhitungan uji kecukupan data ................................................................... 4. Perhitungan waktu standar ............................................................................
59 59 61 62
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Salah satu agroindustri pengolahan hasil pertanian yang sekarang sedang dikembangkan adalah agroindustri lidah buaya. Pengembangan agroindustri tersebut merupakan salah satu upaya untuk menjadikan komoditas lidah buaya berdaya saing tinggi. Agroindustri yang berdaya saing harus ditunjang oleh berbagai komponen, diantaranya adalah mengoptimalkan produktivitas kerja perusahaan. Produktivitas kerja adalah rasio jumlah keluaran yang dihasilkan per total tenaga kerja yang dipekerjakan (Wignjosoebroto, 2008). Meningkatnya hasil keluaran kerja per jam (output) ataupun waktu yang telah dihabiskan menunjukkan adanya peningkatan produktivitas kerja. Dalam hal peningkatan daya saing, perusahaan tidak saja harus mampu meningkatkan produktivitasnya, tetapi juga harus mampu meningkatkan kualitas, dan menekan biaya produksi (cost reduction) serta memenuhi keinginan pelanggan secara tepat waktu. Peningkatan produktivitas secara terus menerus dan menyeluruh merupakan hal penting yang tidak saja berlaku bagi setiap individu pekerja,
melainkan
juga bagi perusahaan. Faktor
yang
mempengaruhi
produktivitas adalah sumber daya manusia, peralatan/teknologi, dan lingkungan. Selain faktor tersebut, agar produktivitas meningkat maka perlu juga diupayakan untuk menghindari atau meminimalkan langkah-langkah kegiatan yang tidak perlu atau tidak produktif. Pendekatan secara ergonomi dalam perancangan tempat kerja bertujuan untuk mendapatkan keserasian antara manusia dengan sistem kerja (man-machine system). Penataan tata letak dan fasilitas kerja merupakan hal penting untuk dilakukan agar menghasilkan gerakan-gerakan kerja yang efisien. Gerakangerakan manusia dalam melakukan pekerjaanya perlu untuk dirancang secara ergonomis, agar tidak menimbulkan resiko sakit anggota badan, lelah dan nyeri. Oleh sebab itu, agar terciptanya keseimbangan beban tubuh dengan beban kerja perlu adanya pengaturan ulang atau modifikasi alat dan lingkungan kerja. Pendekatan ergonomi banyak diaplikasikan dalam banyak hal. Mulai dari perancangan produk, fasilitas kerja dan tempat kerja (work stations/places)
dengan sasaran untuk menambah efektivitas dan efisiensi gerak serta waktu kerja. Hal ini pada akhirnya akan membawa dampak peningkatan produktivitas pekerja. Selain itu untuk memperbaiki kenyamanan, keselamatan dan kesehatan kerja. Kinerja yang optimal akan bisa dipenuhi ketika peralatan/fasilitas kerja, stasiun kerja, produk dan tata cara kerja dirancang dan disesuaikan dengan pendekatan dan prinsip-prinsip ergonomi. Ergonomi menurut Sutalaksana, dkk (2006), adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia. Secara hakiki akan berhubungan dengan segala aktivitas manusia yang dilakukan untuk menunjukkan kinerja yang terbaik. Dengan demikian, prinsip ergonomi khususnya studi gerak dan waktu penting untuk dijadikan sebagai kerangka dasar dalam peningkatan produktivitas perusahaan melalui penggunaan waktu dan gerak secara efektif dan efisien. Analisa waktu (time study) adalah penentuan waktu kerja selama periode tertentu agar bisa ditentukan waktu yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan (waktu standar) (Wignjosoebroto, 2008). Hal tersebut dapat dilakukan melalui studi terhadap gerak dan waktu dalam pekerjaan. Studi gerak dan waktu merupakan penelitian terhadap suatu pekerjaan tertentu yang sedang dilaksanakan oleh seorang pekerja demi meningkatkan efisiensinya. Hal ini dilakukan dengan cara mengukur waktu yang dipakai untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Studi gerak dan waktu penting untuk dilakukan agar dapat meminimalkan gerakan-gerakan kerja yang tidak efektif sehingga akan diperoleh waktu kerja yang optimal. Peningkatan produktivitas pekerja selain analisa studi gerak dan waktu juga berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Keselamatan dan kesehatan kerja dapat dipengaruhi dari berbagai faktor. Salah satu faktor penting adalah lingkungan fisik kerja. Menurut Suma’mur (1976), lingkungan fisik kerja meliputi penerangan, suhu/kelembaban, kebisingan, dan sirkulasi udara. PT. Driyama Purwana merupakan perusahaan berskala kecil yang bergerak di bidang agroindustri lidah buaya berlokasi di Kabupaten Bogor. Perusahaan ini memproduksi lidah buaya menjadi minuman lidah buaya kemasan. Proses produksi lidah buaya menjadi minuman kemasan dilakukan melalui beberapa
tahap. Tahap pertama adalah pencucian pelepah lidah buaya yang telah dipanen untuk menghilangkan kotoran, pengupasan pelepah, pemotongan daging lidah buaya. Proses berikutnya adalah pencucian awal dengan air bersih, perendaman dan pencucian kedua yang kemudian diikuti dengan proses perebusan. Tahap kedua adalah tahap pengemasan yang dimulai dengan memasukkan gel yang telah ditiriskan ke dalam kemasan berupa gelas plastik (cup) disertai penambahan campuran gula dan air. Selanjutnya kemasan (cup) tersebut yang berisi potonganpotongan lidah buaya dan campuran air gula ditutup dengan menggunakan mesin sealer. Tahap terakhir adalah melakukan pasteurisasi dan pendinginan, dimana pendinginan dilakukan di dalam ember berisi air yang mengalir. Proses pembuatan minuman lidah buaya penting untuk dianalisis, terutama studi gerak dan waktunya. Peran pekerja dalam proses ini memegang peranan penting. Hal ini disebabkan karena pekerjaan tersebut dilakukan manual sehingga diperlukan tingkat ketelitian dan kecepatan yang tinggi dari pekerja. Oleh karena itu, penulis melakukan analisa studi gerak dan waktu dalam proses poduksi minuman lidah buaya di PT. Driyama Purwana, Bogor. Selain itu, akan dianalisa pula hal-hal yang mempengaruhi produktivitas pekerja dan pengamatan terhadap lingkungan fisik kerja yang meliputi tingkat penerangan, suhu/kelembaban, kebisingan, dan sirkulasi udara. 1.2. Perumusan Masalah PT. Driyama Purwana merupakan perusahaan yang mengolah lidah buaya menjadi minuman kemasan. Proses produksi tersebut sangat bergantung pada kemampuan tenaga kerja dan teknologi yang digunakan. Teknologi yang digunakan perusahaan tersebut masih sederhana sehingga kemampuan tenaga kerja berpengaruh besar terhadap produktivitas perusahaan. Kemampuan tenaga kerja yang produktif dapat dilakukan dengan cara meminimalkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan sehingga tidak terjadi pemborosan waktu dan gerakan yang tidak perlu terjadi. Waktu minimal dapat diperoleh jika lingkungan fisik kerja dapat menunjang pekerjaan menjadi lebih efektif. Analisa gerak dan waktu (time and motion study), diperlukan untuk menetapkan waktu standar dalam melakukan suatu gerakan agar menghasilkan metode kerja yang tepat. Metode kerja yang tepat merupakan salah
satu faktor penunjang untuk meningkatkan produktivitas perusahaan, dengan adanya efektivitas dan efisiensi dalam penggunaan waktu dan gerak pekerja selama proses produksi dilakukan. Analisis studi gerak dan waktu dilakukan terhadap pekerja untuk mendapatkan hasil waktu dan gerakan yang efektif dan efisien. Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana studi gerak dalam proses produksi minuman lidah buaya di PT.Driyama Purwana? 2. Bagaimana standar waktu kerja dalam proses produksi minuman lidah buaya di PT. Driyama Purwana? 3. Faktor-faktor apa yang dapat meningkatkan produktivitas pekerja khususnya di bagian produksi pada PT. Driyama Purwana? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan dari permasalahan yang ada maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisa studi gerak dalam proses produksi minuman lidah buaya di PT. Driyama Purwana. 2. Menganalisa standar waktu kerja dalam proses produksi minuman lidah buaya di PT. Driyama Purwana. 3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan produktivitas pekerja khususnya di bagian produksi pada PT. Driyama Purwana. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan mengamati dan menganalisis permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan khususnya mengenai studi gerak dan studi waktu dalam kegiatan produksi atau di lingkup manajemen produksi dan operasi.
2. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan perusahaan untuk meningkatkan kinerja menuju kondisi yang lebih baik agar terciptanya keefektifan waktu dan gerakan. Dengan demikian, perusahaan dapat meminimalkan biaya dan waktu yang diperlukan selama proses produksi, yang sesuai dengan visi, misi dan tujuan perusahaan. 3. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan para pembaca dan dapat dijadikan perbandingan atau acuan dalam melakukan studi lebih lanjut khususnya mengenai studi gerak dan studi waktu atau di lingkup manajemen produksi dan operasi. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian studi gerak dan waktu di PT. Driyama Purwana dibatasi pada analisa gerak dan waktu kerja pada proses produksi minuman lidah buaya. Selain itu dilakukan pula analisa produktivitas pekerja dan pengamatan terhadap lingkungan fisik kerja. Proses produksi dipilih sebagai pengamatan untuk analisa gerak dan waktu karena pada proses ini diperlukan tingkat ketelitian dan kecepatan pekerja dalam melakukan pekerjaannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tata Cara Kerja
Menurut Sutalaksana, dkk (2006), perancangan sistem kerja adalah suatu ilmu
yang terdiri dari teknik‐teknik dan prinsip‐prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem kerja. Teknik‐teknik dan prinsip‐prinsip ini digunakan untuk mengatur komponen‐komponen sistem kerja yang terdiri dari manusia dengan sifat dan kemampuannya, bahan, perlengkapan dan peralatan kerja, serta lingkungan kerja sedemikian rupa sehingga dicapai tingkat efisiensi dan produktifitas yang tinggi yang diukur dengan waktu yang dihabiskan, tenaga yang dipakai serta akibat‐akibat psikologis dan sosiologis yang ditimbulkannya. Secara sistematis hubungan antara studi tentang tata cara kerja dan pengukuran kerja dapat dilihat dalam Gambar 1 berikut: PRINSIP‐PRINSIP PENGATURAN METODE KERJA
• Ergonomic • Studi Gerakan • Ekonomi gerakan
PENELITIAN KERJA
TEKNIK‐TEKNIK PENGUKURAN KERJA • Pengukuran Waktu • Pengukuran Tenaga • Pengukuran Dampak Psikologis & Sosiologis
Beberapa alternatif sistem kerja lebih baik
Alternatif sistem kerja terbaik
Produktivitas lebih tinggi
Gambar 1. Langkah‐langkah penelitian kerja (Wignjosoebroto, 2008) 2.2. Studi Gerak
Studi gerakan adalah analisa terhadap beberapa gerakan bagian badan pekerja
dalam melakukan pekerjaannya. Tujuan dari studi gerak adalah untuk mengurangi atau menghilangkan gerakan yang kurang efektif agar mendapatkan gerakan yang cepat dan efektif (Niebel, 1988). Oleh karena itu, industri harus lebih memperhatikan kebutuhan untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan ergonomika dan mengurangi jenis pekerjaan yang berbahaya. Aspek dari studi gerakan ini meliputi sebagian besar prosedur untuk gerakan, analisa sistematis dan perbaikan metode kerja dengan memperhatikan bahan baku, desain produk, proses atau tujuan kerja, peralatan, tempat kerja, dan perlengkapan untuk setiap tahapan proses.
Untuk mempermudah penganalisaan terhadap gerakan‐gerakan yang ada,
terlebih dahulu mengetahui gerakan‐gerakan dasar yang membentuk kerja tersebut. Guna melaksanakan tujuan ini, maka Frank dan Lilian Gilberth telah berhasil menciptakan simbol/kode dari gerakan‐gerakan dasar kerja yang dikenal dengan nama THERBLIG (dieja dari nama Gilberth secara terbalik). Sebagian besar dari elemen‐elemen dasar Therbligs merupakan gerakan tangan yang biasa terjadi apabila suatu pekerjaan terjadi, terlebih‐lebih bila pekerjaan bersifat manual. Di sini Frank dan Lilian Gilberth menguraikan gerakan‐gerakan kerja ke dalam 17 gerakan dasar Therbligs. Secara garis besar masing‐masing Therbligs tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut (Wignjosoebroto, 2008): Tabel 1. Macam‐macam elemen gerakan Therbligs Nama Therbligs
Lambang Huruf
Kode Warna
Lambang Gambar
Mencari (search)
Sh
Black
Memilih (select)
Sl
Gray, Light
Memegang (grasp)
G
Lake Red
TE
Olive Green
Menjangkau atau Membawa tanpa beban (transport empty)
Lanjutan Tabel 1. Macam‐macam elemen gerakan Therbligs
Nama Therbligs
Lambang Huruf
Kode Warna
Membawa dengan beban (transport
TL
Green
Memegang untuk Memakai (hold)
H
Gold Ochre
Melepas (release load)
RL
Carmine Red
Lambang Gambar
loaded)
Mengarahkan (position)
Mengarahkan Awal (pre position)
P
Blue
PP
Sky Blue
Memeriksa (inspect)
I
Burn Ochre
Merakit (assemble)
A
Violet, Heavy
DA
Violet
Mengurai Rakit (diassembly)
0
Memakai (use)
Kelambatan yang Tak Terhindarkan
U
Purple
UD
Yellow Ochre
AD
Lemon Yellow
Pn
Brown
B
R
Orange
P
(unavoidable delay)
Kelambatan yang Dapat Dihindarkan (avoidable delay)
Merencanakan (plan)
Istirahat untuk Menghilangkan Lelah (rest to overcome fatigue)
Sumber: Wignjosoebroto (2008) 1) Mencari (search)
Mencari merupakan gerakan dasar dari pekerja untuk menemukan lokasi
obyek. Gerakan kerja dalam hal ini dilakukan oleh mata. Gerakan dimulai pada saat mata bergerak mencari obyek dan berakhir bila obyek sudah ditemukan. 2) Memilih (select)
Memilih adalah elemen Therbligs yang merupakan gerakan kerja untuk
menemukan/memilih suatu obyek di antara dua atau lebih obyek. Bagian badan yang digunakan untuk melakukan gerakan ini yaitu tangan dan mata. Therbligs ini dimulai pada saat tangan dan mata mulai bergerak memilih dan berakhir bila obyek sudah ditemukan. 3) Memegang (grasp)
Memegang merupakan elemen gerakan tangan yang dilakukan dengan
menutup jari‐jari tangan obyek yang dikehendaki dalam suatu operasi kerja. Elemen ini biasanya didahului oleh gerakan menjangkau dan dilanjutkan dengan gerakan membawa. 4) Menjangkau atau Membawa tanpa beban (transport empty)
Menjangkau adalah elemen yang menggambarkan gerakan tangan berpindah
tempat tanpa beban atau hambatan, baik gerakan menuju atau menjauhi obyek. Gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan melepas dan diikuti oleh gerakan memegang. 5) Membawa dengan beban (transport loaded)
Membawa merupakan gerak perpindahan tangan, hanya dalam gerakan ini
tangan dalam keadaan dibebani. Gerakan ini didahului oleh gerakan memegang dan dilanjutkan dengan gerakan melepas. 6) Memegang untuk Memakai (hold)
Memegang untuk Memakai terjadi bilamana tangan memegang obyek tanpa
menggerakan obyek tersebut. Gerakan ini berawal pada saat satu tangan memegang dan memakai obyek dan berakhir apabila tangan yang lainnya selesai melakukan kerja terhadap obyek tersebut. 7) Melepas (release)
Melepas terjadi pada saat tangan operator melepaskan kembali obyek yang
dipegang sebelumnya. Dengan demikian elemen gerak ini diawali sesaat jari‐jari tangan membuka lepas dari obyek yang dibawa dan berakhir begitu semua jari jelas tidak menyentuh atau memegang obyek lagi. 8) Mengarahkan (position) Mengarahkan adalah elemen gerakan Therbligs yang terdiri dari menempatkan obyek pada lokasi yang dituju secara tepat. Gerakan ini biasanya diawali oleh gerakan membawa dan diikuti oleh gerakan merakit atau melepas. Gerakan dimulai sejak tangan memegang/mengontrol obyek tersebut ke arah lokasi yang dituju dan berakhir pada saat gerakan merakit atau melepas/memakai dimulai. 9) Mengarahkan Awal (pre position)
Mengarahkan Awal merupakan elemen kerja Therbligs yang mengarahkan
obyek pada suatu tempat sementara. Elemen ini sering terjadi bersamaan dengan Therbligs yang lain seperti membawa dan melepaskan. 10) Memeriksa (inspect) Memeriksa merupakan pekerjaan memeriksa obyek untuk menjamin bahwa obyek telah memenuhi persyaratan kualitas yang ditetapkan. Elemen gerakan ini dapat berupa gerakan melihat seperti memeriksa warna, meraba seperti memeriksa kehalusan permukaan benda, dan lain‐lain aktivitas yang prinsipnya memeriksa obyek kerja untuk dibandingkan dengan standar yang ada. 11) Merakit (assemble) Merakit adalah gerakan untuk menggabungkan satu obyek dengan obyek yang lain menjadi satu kesatuan. Merakit biasanya akan didahului oleh gerakan mengarah atau membawa dan diikuti oleh gerakan melepas. 12) Mengurai Rakit (diassembly) Mengurai Rakit merupakan gerakan yang didahului oleh gerakan memegang dan dilanjutkan oleh membawa atau bisa juga dilanjutkan dengan elemen gerakan melepas. 13) Memakai (use) Memakai adalah elemen gerakan Therbligs dimana salah satu atau kedua tangan digunakan untuk memakai/mengontrol suatu alat/obyek untuk tujuan‐ tujuan tertentu selama kerja berlangsung. 14) Kelambatan yang tak terhindarkan (unavoidable delay) Kelambatan yang tak terhindarkan diakibatkan oleh hal‐hal yang terjadi di luar kemampuan mengendalikan dari pekerja. Kondisi ini menimbulkan terjadinya waktu menganggur selama siklus kerja berlangsung baik yang dialami oleh satu atau kedua tangan pekerja. 15) Kelambatan yang dapat dihindarkan (avoidable delay)
Kelambatan yang dapat dihindarkan merupakan setiap waktu menganggur yang terjadi pada siklus kerja yang berlangsung merupakan tanggung jawab operator baik secara sengaja maupun tidak sengaja. 16) Merencanakan (plan) Merencanakan merupakan proses mental, dimana pekerja berhenti sejenak bekerja dan memikir untuk menentukan tindakan‐tindakan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Elemen kerja ini bisa terjadi pada saat siklus kerja berlangsung, akan tetapi umumnya sering dijumpai pada pekerja yang masih baru. Cara memperbaikinya adalah dengan memberi pelatihan yang cukup. 17) Istirahat untuk Menghilangkan Lelah (rest to overcome fatigue) Istirahat untuk Menghilangkan Lelah tidak terjadi pada setiap siklus kerja, tetapi terjadi secara periodik. Waktu untuk memulihkan lagi kondisi badannya dari rasa fatigue sebagai akibat kerja berbeda‐beda, tidak saja karena jenis pekerjaannya tetapi juga oleh individu pekerjaannya. 2.3. Pengukuran Kerja Menurut Wignjosoebroto (2008), pengukuran kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Pengukuran waktu kerja ini berhubungan dengan usaha‐usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku ini merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata‐rata untuk menyelesaikan pekerjaan. Dalam hal ini meliputi waktu kelonggaran yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi pekerjaan yang harus diselesaikan. Dengan demikian maka waktu baku yang dihasilkan dalam aktivitas pengukuran kerja ini dapat digunakan sebagai alat untuk membuat rencana penjadwalan kerja yang menyatakan berapa lama suatu kegiatan harus berlangsung dan berapa output yang dihasilkan serta berapa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut. Teknik‐teknik pengukuran waktu kerja ini dapat dibagi kedalam dua bagian, yaitu pengukuran waktu kerja seara langsung dan pengukuran kerja secara tidak langsung. Cara pertama disebut demikian karena pengukurannya dilaksanakan secara langsung, yaitu ditempat dimana pekerjaan diukur dijalankan. Dua cara termasuk
didalamnya adalah cara pengukuran kerja dengan menggunakan jam henti (stopwatch time study) dan sampling kerja (work sampling). Sebaliknya cara tidak langsung melakukan perhitungan waktu kerja tanpa si pengamat harus ditempat pekerjaan yang diukur. Disini aktivitas yang dilakukan hanya melakukan perhitungan waktu kerja dengan membaca tabel‐tabel waktu yang tersedia (Wignjosoebroto, 2008). 2.4. Studi Waktu
Pengukuran waktu merupakan pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat
waktu kerja baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat‐alat penghitung waktu (Sutalaksana dkk, 2006). Hasil pengukuran waktu adalah mendapatkan waktu baku atau waktu standar penyelesaian pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Di dalam sistem produksi peranan penentuan waktu bagi suatu pekerjaan sangat besar, seperti halnya untuk sistem upah perangsang, penjadwalan kerja dan mesin, pengaturan tata letak pabrik, penganggaran, dan sebagainya.
Studi terhadap waktu dapat menunjukkan ukuran kerja, yang melibatkan teknik
dalam penetapan waktu baku yang diijinkan untuk melakukan tugas yang telah diberikan berdasarkan ukuran suatu metode kerja dengan memperhatikan faktor kelelahan, pekerja dan kelambatan yang tidak dapat dihindarkan. Analisa studi waktu dapat menggunakan beberapa teknik untuk menetapkan sebuah standar yaitu dengan cara studi waktu menggunakan stopwatch, pengolahan data dengan menggunakan komputerisasi, data standar, dasar mengenai data gerakan, pengambilan contoh kerja, dan penghitungan berdasarkan masa lalu. Setiap teknik mempunyai penerapan tersendiri pada setiap kondisi. Studi analisa waktu harus dapat diketahui ketika hal ini harus menggunakan teknik tertentu dan kemudian menggunakan teknik tersebut secara benar (Niebel, 1988)
Studi waktu adalah bagian dari prosedur pengukuran kerja yang digunakan,
dimana usaha manusia menjadi bagian dari aktivitas produktif dan beberapa prosedur yang digunakan untuk mengukur ”human time” untuk beberapa konsep dari sebuah level standar dari suatu usaha (Mundel and Danner, 1994). Pengukuran kerja merupakan sebuah ketentuan umum yang digunakan oleh banyak teknik sistematik dalam pengembangan koefisien numerik untuk mengubah pernyataan kuantitatif dari beban
kerja menjadi sebuah pernyataan kuantitatif dari waktu yang dibutuhkan dalam penggunaan sumberdaya seperti mesin, manusia atau robot. Aspek studi waktu terdiri dari bermacam‐macm prosedur untuk menentukan jumlah waktu yang diperlukan dan kondisi standar yang dapat diukur, yang meliputi tugas manusia, mesin atau kombinasi keduanya. 2.5. Peta Kerja
Peta kerja atau peta proses (process chart) merupakan suatu alat komunikasi
yang sistematis dan logis guna menganalisa proses kerja dari tahap awal sampai akhir (Wignjosoebroto, 2008). Sedangkan peta kerja menurut Sutalaksana, dkk (2006) adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas (biasanya kerja produksi). Peta kerja merupakan alat yang dipakai untuk menganalisa suatu operasi kerja
dengan tujuan mempermudah atau menyederhanakan proses kerja yang ada. Jika dilakukan studi yang seksama terhadap suatu peta kerja, maka usaha untuk memperbaiki metoda kerja dari suatu proses produksi akan lebih mudah dilaksanakan. Perbaikan‐perbaikan yang mungkin dilakukan antara lain: a) Menghilangkan aktivitas handling yang tidak efisien. b) Mengurangi jarak perpindahan operasi kerja dari suatu elemen ke elemen yang lain. c) Mengurangi waktu‐waktu yang tidak produktif seperti waktu menunggu (delay). d) Mengatur operasi kerja menurut langkah‐langkah kerja yang lebih efektif dan efisien. e) Menggabungkan suatu operasi kerja dengan operasi kerja yang lain bilamana mungkin. f)
Menemukan operasi kerja yang lebih efektif dengan maksud memperrmudah pelaksanaan.
g) Menemukan mesin atau fasilitas‐fasilitas produksi lainnya yang mampu bekerja lebih produktif. h) Menunjukkan aktivitas‐aktivitas inspeksi yang berlebihan.
Lewat peta kerja dapat melihat semua langkah atau kejadian yang dialami oleh
suatu benda kerja dari mulai masuk ke pabrik (berbentuk bahan baku), kemudian
menggambarkan semua langkah yang dialaminya, seperti transportasi, operasi kerja, inspeksi, menunggu, dan menyimpan sampai akhirnya menjadi produk akhir (finished goods product) yang merupakan keluaran yang diinginkan (Wignjosoebroto, 2008).
Dalam Wignjosoebroto (2008), American Society of Mechanical Engineers telah
menetapkan lima standar simbol. Simbol ini telah dimodifikasi dengan menyingkat simbol dari Gilbreth yaitu panah digantikan dengan lingkaran kecil dan tambahan simbol baru untuk menandai waktu menunggu. Berikut ini adalah kelima simbol tersebut:
Operasi. Operasi terjadi ketika objek dirubah dari sifat atau karakteristiknya aslinya. Transportasi. Terjadi ketika benda kerja, pekerja atau perlengkapan mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan bagian dari operasi. Pemeriksaan. Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila suatu obyek diperiksa, baik pemeriksaan pada segi kualitas atau kuantitas. Menunggu. Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan tidak mengalami kegiatan apa‐apa selain menunggu. Penyimpanan. Proses penyimpanan terjadi apabila suatu obyek disimpan untuk jangka waktu yang lama.
Pada dasarnya peta‐peta kerja dibagi dalam dua kelompok besar berdasarkan
kegiatannya, yaitu: 1) Peta‐peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja keseluruhan. 2) Peta‐peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja setempat.
Suatu kegiatan disebut sebagai kegiatan kerja keseluruhan apabila kegiatan
tersebut melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan untuk membuat atau mengerjakan produk yang bersangkutan. Sedangkan suatu kegiatan kerja disebut kegiatan kerja setempat apabila kegiatan tersebut terjadi dalam suatu stasiun kerja. Kaitan antara kedua macam kegiatan diatas terlihat bila untuk menyelesaikan
suatu produk diperlukan beberapa stasiun kerja, dimana satu dengan lainnya saling berhubungan. Dalam hal ini kelancaran proses produksi secara keseluruhan akan sangat tergantung pada kelancaran setiap stasiun kerja.
Berbagai macam peta kerja yang umum dipakai menganalisa proses kerja
keseluruhan, antara lain peta proses operasi (operation process chart), peta proses produk banyak (multi product process chart), peta aliran proses (flow process chart), diagram aliran (flow diagram/string diagram). Dan peta kerja yang termasuk kedalam kerja setempat, yaitu peta pekerja dan mesin (man and machine process chart), peta kelompok kerja (gang process chart), peta tangan kiri dan tangan kanan (left and right process chart) atau peta operator (operator process chart). 2.6. Penyesuaian dan Kelonggaran 2.6.1 Penyesuaian
Dalam Sutalaksana, dkk (2006), penyesuaian dilakukan dengan mengalikan
waktu siklus rata‐rata atau waktu elemen rata‐rata dengan suatu harga P yang disebut faktor penyesuaian. Bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja diatas normal (terlalu cepat) maka harga P nya akan lebih besar dari pada satu (P>1). Sebaliknya, jika operator dianggap bekerja dibawah normal, maka harga P nya akan lebih kecil dari pada 1 (P<1). Seandainya pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan wajar maka harga P sama dengan satu (P=1).
Untuk keperluan penyesuaian keterampilan dibagi menjadi enam kelas
dengan ciri‐ciri dari setiap kelas dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Penyesuaian menurut Westinghouse Faktor
Kelas
Lambang
Penyesuaian
A1
+0,15
A2
+0,13
B1
+0,11
B2
+0,08
C1
+0,06
Super skill
Keterampilan Excellent
Good
C2
+0,03
D
+0,00
E1
‐0,05
E2
‐0,10
F1
‐0,16
F2
‐0,22
A1
+0,13
A2
+0,12
B1
+0,10
B2
+0,08
C1
+0,05
C2
+0,02
D
+0,00
E1
‐0,04
E2
‐0,08
F1
‐0,12
F2
‐0,17
Ideal
A
+0,06
Excellent
B
+0,04
Good
C
+0,02
D
+0,00
E
‐0,03
Poor
F
‐0,07
Average fair
Poor
Excessive
Excellent
Good Usaha
Average fair
Poor
Kondisi kerja Average fair
Lanjutan Tabel 2. Penyesuaian menurut Westinghouse Faktor
Kelas
Lambang
Penyesuaian
Perfect
A
+0,04
Excellent
B
+0,03
Good
C
+0,01
D
+0,00
E
‐0,02
F
‐0,04
Konsistensi Average fair
Poor Sumber : Sutalaksana,dkk (2006)
Penyesuaian menurut tingkat kesulitan cara objektif memperhatikan dua faktor, yaitu kecepatan kerja dan tingkat kesulitan pekerjaan. Kecepatan kerja adalah kecepatan dalam melakukan pekerjaan. Sedangkan kesulitan kerja merupakan berbagai keadaan kesulitan kerja seperti apakah pekerjaan tersebut memerlukan banyak anggota badan, pedal kaki dan sebagainya. Tabel 3 menyajikan penyesuaian menurut tingkat kesulitan cara objektif. Tabel 3. Penyesuaian menurut tingkat kesulitan cara objektif Keadaan
Lambang
Penyesuaian
Jari
A
0
Pergelangan tangan dan jari
B
1
Lengan bawah, pergelangan tangan dan jari
C
2
Lengan atas, lengan bawah, dan seterusnya
D
5
Badan
E
8
Mengangkat beban dari lantai dengan kaki
E2
10
Anggota Badan Terpakai
Pedal Kaki
Tanpa pedal, atau satu pedal dengan sumbu di bawah kaki
F
0
Satu atau dua pedal dengan sumbu tidak dibawah kaki
G
5
Kedua tangan saling bantu atau bergantian
H
0
Kedua tangan mengerjakan gerakan yang sama pada saat yang sama
H2
18
Penggunaan Tangan
Lanjutan Tabel 3. Penyesuaian menurut tingkat kesulitan cara objektif
Lambang
Penyesuaian
Sangat sedikit
I
0
Cukup dekat
J
2
Konstan dan dekat
K
4
Sangat dekat
L
7
Lebih kecil dari 0,04 cm
M
10
N
0
Keadaan
Koordinasi Mata dengan Tangan
Peralatan Dapat ditangani dengan mudah
Dengan sedikit kontrol
O
1
Perlu kontrol dan penekanan
P
2
Perlu penanganan hati‐hati
Q
3
Mudah pecah, patah
R
5
Berat Beban (Kg)
Tangan
Kaki
0,45
B‐1
2
1
0,90
B‐2
6
1
1,35
B‐3
6
1
1,80
B‐4
10
1
2,25
B‐5
13
3
2,70
B‐6
15
3
3,15
B‐7
17
4
3,60
B‐8
19
5
4,05
B‐9
20
6
4,50
B‐10
22
7
4,95
B‐11
24
8
5,40
B‐12
25
9
5,85
B‐13
27
10
6,30
B‐14
28
10
Sumber : Sutalaksana,dkk (2006) 2.6.2 Kelonggaran Jenis kelonggaran dibagi menjadi 3 (tiga) jenis yaitu kelonggaran untuk kebutuhan pribadi, kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique, dan kelonggaran untuk hambatan yang tak terhindarkan. Besarnya persentase untuk masing‐masing kelonggaran dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kelonggaran berdasarkan faktor‐faktor yang berpengaruh Faktor
Contoh Pekerjaan
Ekuivalen Beban
A. Tenaga yang dikeluarkan
Kelonggaran (%) Pria
Wanita
1. Dapat diabaikan
Bekerja di meja, duduk
Tanpa beban
0 – 6
0 – 6
2. Sangat ringan
Bekerja di meja, berdiri
0 – 2,25 kg
6 – 7,5
6 – 7,5
3. Ringan
Menyekop, ringan
2,25 – 9 kg
7,5 – 12
7,5 – 16
4. Sedang
Mencangkul
9 – 18 kg
12 – 19
16 – 30
5. Berat
Mengayun palu yang berat
18 – 27 kg
19 – 30
6. Sangat berat
Memanggul beban
27 – 50 kg
30 – 50
7. Luar biasa berat
Memanggul karung berat
di atas 50 kg
B. Sikap kerja 1. Duduk
Bekerja duduk, ringan
0 – 1
2. Berdiri di atas dua kaki
Badan tegak, bertumpu pada dua kaki
1 – 2,5
3. Berdiri di atas satu kaki
Satu kaki mengerjakan alat kontrol
2,5 – 4
4. Berbaring
Pada bagian sisi, belakang atau depan badan
2,5 – 4
5. Membungkuk
Badan dibungkukkan bertumpu pada kedua kaki
4 – 10
C. Gerakan kerja 1. Normal
Ayunan bebas dari palu
0
2. Agak terbatas
Ayunan terbatas dari palu
0 – 5
3. Sulit
Membawa beban berat dengan satu tangan
0 – 5
4. Pada anggota badan terbatas
Bekerja dengan tangan di atas kepala
5 ‐ 10
5. Seluruh anggota badan terbatas
Bekerja di lorong pertambangan yang sempit
10 – 15 Pencahayaan
D. Kelelahan mata Baik
Buruk
1. Pandangan yang terputus‐putus
Membawa alat ukur
0 – 6
0 – 6
2. Pandangan yang hampir terus menerus
Pekerjaan yang teliti
6 – 7,5
6 – 7,5
3. Pandangan terus menerus dengan fokus tetap
Pemeriksaan yang sangat teliti
7,5 – 12
7,5 – 16
Memeriksa cacat pada kain
12 – 19
16 – 30
4. Pandangan terus menerus dengan
fokus berubah 5. Pandangan terus menerus dengan konsentrasi tinggi dan fokus tetap
19 – 30
6. Pandangan terus menerus dengan konsentrasi tinggi dan fokus berubah
30 – 50 Kelelahan 0
E. Keadaan suhu tempat kerja
Suhu ( C) Normal
Berlebihan
di bawah 0
di atas 10
di atas 12
2. Rendah
0 ‐ 13
10 – 0
12 ‐ 5
3. Sedang
13 22
5 – 0
8 ‐ 0
4. Normal
22 ‐ 28
0 – 5
0 ‐ 8
5. Tinggi
28 ‐ 38
5 – 40
8 ‐ 100
di atas 38
di atas 40
di atas 100
1. Beku
6. Sangat tinggi F. Keadaan atmosfer 1. Baik
Ruang yang berventilasi baik, udara segar
0
2. Cukup
Ventilasi kurang baik, ada bau‐bauan (tidak berbahaya)
3. Kurang baik
Adanya debu‐debuan beracun atau tidak beracun tetapi banyak
5 – 10
4. Buruk
Adanya bau‐bauan berbahaya yang mengharuskan menggunakan alat pernapasan
10 – 20
0 – 5
G. Keadaan lingkungan yang baik 1. Bersih, sehat, cerah dengan tingkat kebisingan rendah 2. Siklus kerja berulang‐ulang antara 5‐10 detik
0 – 1
3. Siklus kerja berulang‐ulang antara 0‐5 detik
1 – 3
4. Sangat bising
0 – 5
5. Jika faktor‐faktor yang berpengaruh dapat menurunkan kualitas
0 – 5
6. Terasa adanya getaran lantai
5 – 10
7. Keadaan‐keadaan yang luar biasa (bunyi, kebersihan, dan lain‐lain)
5 – 15
Sumber : Sutalaksana, dkk (2006) Catatan pelengkap: kelonggaran untuk kebutuhan pribadi pria = 0% – 2,5%
0
kelonggaran untuk kebutuhan pribadi wanita = 2% – 5%
2.7. Produktivitas Kerja
Drucker dalam Kussriyanto (1993), menyebutkan bahwa produktivitas pekerja
menjadi tanggungjawab manajer. Namun dalam perspektif individu, produktivitas seseorang menjadi tanggungjawab pribadi orang itu sendiri.
Produktivitas tenaga kerja merupakan tolok ukur utama bagi kemajuan suatu
perusahaan. Produktivitas adalah salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan produktivitas berarti meningkatkan kesejahteraan dan mutu perusahaan. Produktivitas adalah rasio output dan input suatu proses produksi dalam periode tertentu (Mangkuprawira dan Hubeis, 2007).
Peningkatan produktivitas kerja perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor
penting, diantaranya: 1)
Sumber Daya Manusia
Menurut Kussriyanto (1993), Pendidikan dan pelatihan untuk menambah
pengetahuan dan meningkatkan keterampilan pekerja dapat mempunyai dampak paling langsung terhadap produktivitas. Kegiatan pengembangan ini menjadikan pertumbuhan produktivitas yang terus menerus. 2)
Peralatan dan Teknologi
Banyak dari masalah produktivitas dalam perusahaan adalah karena faktor‐
faktor sistem. Faktor‐faktor sistem yang dapat menyebabkan produktivitas rendah, antara lain keterbatasan peralatan pendukung produksi, penggunaan peralatan yang tidak modern, kurangnya pemeliharaan peralatan produksi. Faktor‐faktor penyebab produktivitas rendah tersebut dapat dihilangkan dengan cara memiliki staf pemelihara alat‐alat yang tersedia setiap saat untuk memperbaiki alat serta meningkatkan kualitas peralatan secara berkala (Mangkuprawira dan Hubeis, 2007). 3)
Lingkungan Lingkungan fisik kerja merupakan semua keadaan yang terdapat disekitar tempat kerja, yang akan mempengaruhi pekerja baik secara langsung ataupun tidak langsung (Sutalaksana dkk, 2006). Lingkungan tempat bekerja yang menyenangkan memberikan kontribusi nyata dalam peningkatan produktivitas kerja. Manusia dan
beban kerja serta faktor‐faktor dalam lingkungan kerja merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan (Suma’mur, 1976). Beban kerja yang berlebihan atau kondisi lingkungan kerja yang kurang nyaman bagi pekerja dapat menurunkan produktivitas kerja.
Faktor fisik yang penting untuk diperhatikan dalam memberikan kondisi
lingkungan kerja nyaman meliputi penerangan yang baik, siklus udara yang baik, tingkat kelembaban yang baik, serta tingkat kebisingan masih dalam batas kewajaran. a)
Penerangan Penerangan yang baik memungkinkan pekerja melihat obyek‐obyek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat. Penerangan yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan yang menyegarkan. Akibat dari penerangan yang tidak baik atau buruk, meliputi kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan pegal di daerah mata serta sakit kepala disekitar mata, kerusakan alat penglihatan, dan meningkatkan kecelakaan (Suma’mur, 1976).
b)
Suhu dan Kelembaban Menurut Silalahi dan Silalahi (1985), suhu yang ekstrem sangat mempengaruhi produktivitas dan kesehatan para karyawan. Setiap mesin menimbulkan panas. Debu, kelembaban udara, dan pencemar udara serta tubuh manusia sendiri adalah sumber ketidaknyamanan di lingkungan kerja di samping panasnya udara. Rentang suhu dimana manusia merasakan kenyamanan sangat bervariasi. Variasi tersebut bergantung pada jenis pakaian yang digunakan dan aktivitas fisik yang dilakukan. Sinar matahari yang berhasil masuk ke ruang kerja meningkatkan suhu yang ada. Oleh sebab itu, perlu adanya alat pengendalian suhu, debu, dan bau di setiap tempat kerja. Pengendali suhu yang umum adalah AC central yang dapat disalurkan ke seluruh tempat kerja. Guna mengalirkan udara yang telah disejukkan, AC perlu dipasang di sudut‐sudut tertentu. Udara yang nyaman dan mengalir mengurangi bakteri dan hawa bau dari udara. Penempatan AC perlu memperhatikan juga tingkat kelembaban ruangan.
Tingkat kelembaban yang terlalu tinggi juga mempengaruhi produktivitas. Di negara tropis, kelembaban udara perlu dipantau secara periodik. Hal tersebut perlu dilakukan karena kelembaban udara sangat mempengaruhi bahan yang digunakan dalam proses produksi. c)
Kebisingan Dalam Suma’mur (1976), intensitas kebisingan dinyatakan dengan desibel. Kebisingan sendiri merupakan bunyi‐bunyi yang tidak dikehendaki. Biasanya suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah gelombang‐gelombang sederhana dari beraneka frekuensi. Nada dari suatu kebisingan ditentukan oleh frekuensi‐ frekuensi yang ada. Kebisingan secara langsung mempengaruhi dampak pekerja sehingga pada akhirnya mengganggu produktivitasnya. Kebisingan di atas batas normal (85 db) perlu disisihkan dari tempat‐tempat kerja guna mencegah kemerosotan syaraf karyawan dan mengurangi keletihan mental.
d) Sirkulasi udara Udara merupakan hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Jika sirkulasi udara dalam suatu ruangan tidak bekerja dengan baik maka orang yang berada di dalamnya akan terkena sesak nafas dan mudah lemas. Untuk menjaga agar udara disekitar tempat kerja tetap sehat dan cukup mengandung oksigen, oleh sebab itu harus dipikirkan tentang sirkulasi udara yang baik, sehingga udara dapat diganti dengan udara yang bersih dan segar (Sutalaksana dkk, 2006). 2.8. Penelitian Terdahulu
Rohman (2008), melakukan penelitian dengan judul “Studi Gerak dan Waktu
Dengan Analisis Biomekanika Pada Proses Panen Tebu di PG.Bungamayang, Lampung”. Penelitian ini bertujuan untuk (1). Menentukan waktu stándar kerja pada sejumlah komponen kerja yang terlibat dalam proses pemanenan tebu, (2). Membangun sistem yang lebih baik dengan indikasi beban kerja yang lebih ringan dan waktu yang lebih cepat.
Hasil penelitian menyatakan bahwa (1). Proses pemanenan tebu terdiri dari
enam segmen gerakan, yaitu menjangkau, menebang, menarik, membersihkan trash, mengarahkan dan menganggur, (2). Tenaga tebang wanita memiliki waktu siklus rata‐
rata sebesar 10,01 detik dan untuk tenaga tebang pria memiliki waktu siklus rata‐rata sebesar 10,10 detik, (3). Berdasarkan pengamatan rekaman proses tebang, didapatkan bahwa tenaga tebang wanita memiliki angka produktivitas sebesar 7,26 batang/menit atau 76 ikat/hari kerja, dan meningkat menjadi 10,54 batang/menit atau 110 ikat/hari kerja setelah dilakukan perbaikan kerja, sedangkan tenaga tebang pria memiliki angka produktivitas sebesar 8,37 batang/menit atau 88 ikat/hari kerja dan meningkat menjadi 11,90 batang/menit atau 125 ikat/hari kerja setelah perbaikan kerja, (4). Waktu baku proses pemanenan bagi tenaga tebang wanita adalah sebesar 34,88 detik, sedangkan bagi tenaga tebang pria sebesar 14,49 detik, (5). Berdasarkan perhitungan, tenaga tebang wanita otot bahu kanan memiliki karakteristik miografi dengan rentang kerja otot 12,679 N – 69,343 N, dan untuk tenaga tebang pria didapatkan karakteristik miografi dengan rentang kerja otot sebesar 0,515 N – 42,761 N, sedangkan untuk bahu kiri pada tenaga tebang wanita memiliki karakteristik miografi dengan rentang kerja otot sebesar 18,222 N – 25,573 N dan untuk tenga tebang pria, otot bahu memiliki karakteristik miografi dengan rentang kerja otot sebesar 23,078 N – 42,761 N.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Tanaman lidah buaya merupakan produk pertanian tropis yang berpeluang besar untuk dikembangkan secara komersial, tidak hanya untuk penjualan lokal tetapi juga penjualan bertaraf internasional. Pengembangan agroindustri lidah buaya tidak sebatas dilihat dari segi adanya penambahan lahan ataupun pemeliharaan untuk menjaga atau meningkatkan kualitas produk, tetapi harus dilihat juga dari segi produktivitas pekerja. Meningkatnya produktivitas kerja merupakan hal penting bagi setiap individu pekerja dan perusahaan. Peningkatan produktivitas kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan mutu kerja yaitu menghindari langkah-langkah kegiatan yang tidak produktif dan meminimalkan waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan. Studi gerak meneliti tentang gerak para pekerja dalam melakukan suatu kegiatan. Penelitian ini akan mencari gerak-gerak mana yang perlu dan tidak perlu untuk dilakukan. Dalam penelitian tersebut dapat disusun proses produksi yang lebih baik, sehingga dapat menghemat tenaga dan waktu dalam menyelesaikan produk. Studi waktu merupakan lanjutan dari pada studi gerak, karena penelitian waktu ini dilakukan setelah ditentukannya gerak yang efisien dengan menggunakan studi gerak, baru ditentukan waktu yang efisien dalam melakukan aktifitas dengan studi waktu. Perusahaan perlu menentukan standar waktu kerja dalam menyelesaikan pekerjaan. Hal ini bertujuan agar perusahaan dapat melakukan pengendalian dan evaluasi kerja setiap karyawan. Dalam menentukan waktu kerja tersebut salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan analisa studi gerak dan studi waktu. Proses pembuatan minuman lidah buaya yang penting untuk dilakukan analisis studi gerak dan waktunya adalah pada proses produksi minuman lidah buaya. Peran pekerja dalam proses ini sangat diperlukan karena pekerjaan tersebut dilakukan secara manual sehingga diperlukan tingkat ketelitian dan kecepatan yang tinggi dari pekerja.
Sistem kerja yang baik diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas produk yang dihasilkan karena kebersihan terjamin, pekerja bekerja secara teratur dan waktu menunggu berkurang. Dengan meningkatnya produktivitas dan kualitas ini diharapkan produk dapat dipasarkan lebih luas sehingga meningkatkan keuntungan. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini:
Lidah buaya potensial untuk dikembangkan
PT. Driyama Purwana merupakan perusahaan yang memproduksi minuman kemasan lidah buaya Produktivitas diperlukan untuk efisiensi dan efektivitas Mengidentifikasi elemen gerakan kerja di bagian produksi minuman lidah buaya Mengidentifikasi standar waktu kerja di bagian produksi minuman lidah buaya Perbaikan tata cara kerja bagian produksi pada PT. Driyama Purwana Peningkatan produktivitas untuk meningkatkan hasil produksi Rekomendasi untuk perusahaan sehingga mampu melakukan produksi secara kontinyu Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian
3.2. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian dimulai dari mempelajari gambaran umum perusahaan. Selanjutnya mempelajari proses produksi dan lingkungan fisik kerja. Kemudian diikuti analisa studi gerak, analisa studi waktu, dan analisa produktivitas. Adapun tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini: Mulai
Mempelajari gambaran umum perusahaan
Mempelajari proses produksi minuman lidah buaya dan lingkungan fisik kerja
Analisa studi gerak pada proses produksi minuman lidah buaya dengan menggunakan metode therbligs
Analisa studi waktu pada proses produksi minuman lidah buaya dengan menggunakan metode pengukuran stopwatch Analisa produktivitas berdasarkan lingkungan fisik kerja
Perbaikan Sistem Kerja padabagian produksi Proses produksi minuman lidah buaya dapat dilakukan secara efektif dan efisien
Selesai Gambar 3. Tahapan penelitian
Tahapan penelitian secara umum terdiri dari: 1. Tahapan Pendahuluan Langkah pertama dari tahap pendahuluan adalah mempelajari gambaran umum perusahaan. Gambaran umum tersebut didapatkan dari wawancara dengan pemilik perusahaan dan karyawan bagian produksi. Langkah kedua adalah mempelajari proses produksi dan lingkungan fisik kerja. Proses produksi diamati secara keseluruhan untuk studi gerak dan waktu. Selanjutnya adalah mengamati lingkungan fisik kerja yang meliputi suhu atau kelembaban, tingkat kebisingan, sirkulasi udara, dan penerangan. Langkah ketiga adalah mengamati dan menganalisa gerakan (studi gerak) pada proses produksi. Seluruh gerakan yang berperan dalam produksi akan didata dan dideskripsikan untuk selanjutnya dibuat tahapan-tahapan gerak yang harus dilalui. Langkah keempat adalah mengamati waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap tahapan gerakan yang sudah dibuat dalam studi gerak. Langkah terakhir adalah analisa produktivitas berdasarkan lingkungan fisik kerja. 2. Tahapan Pengukuran Tujuan tahap pengukuran adalah untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan. Pengukuran dilakukan terhadap waktu yang dibutuhkan pada gerakan untuk menyelesaikan tahapan dalam proses produksi. Selain itu, dilakukan pengamatan terhadap lingkungan fisik kerja yang meliputi suhu/kelembaban, kebisingan, sirkulasi udara, dan penerangan. 3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di PT. Driyama Purwana. Perusahaan berlokasi di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan selama tiga bulan (Oktober 2010 - Desember 2010). Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan mempertimbangkan bahwa Kabupaten Bogor akan dijadikan sebagai sentra usahatani lidah buaya. PT. Driyama Purwana merupakan salah satu unit usaha kecil yang menghasilkan produk minuman kemasan lidah buaya.
3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama seperti hasil dari pengamatan secara langsung, meliputi rekaman semua proses produksi, pengukuran, pencatatan data, dan wawancara dengan pemilik usaha produk olahan lidah buaya di PT. Driyama Purwana, serta karyawan di bagian produksi. Pencatatan dilakukan terhadap waktu kegiatan produksi baik secara kontinyu atau berulang. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data proses produksi, lama waktu penyelesaian setiap kegiatan dan jumlah tenaga kerja. Sedangkan pengumpulan data sekunder diperoleh dari studi pustaka, internet, literatur atau dokumen perusahaan. Dalam pelaksanaan penelitian, metode yang digunakan yaitu pengamatan langsung, wawancara, dan studi literatur. Penjelasan metode penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1) Pengamatan langsung, penulis secara langsung mencatat untuk mengamati rangkaian gerakan yang sering dilakukan. Selanjutnya melakukan pencatatan waktu kerja dari gerakan tersebut dengan menggunakan stopwatch, digital camera, dan meteran. 2) Wawancara dan diskusi, dilakukan dengan tanya jawab kepada pemilik usaha lidah buaya di PT. Driyama Purwana serta karyawan di bagian produksi. 3) Studi literatur, berupa tulisan-tulisan atau teori tentang produktivitas kerja, kondisi lingkungan fisik, dan tata cara kerja yang meliputi studi gerak, pengukuran waktu, dan peta proses produksi. Jenis dan metode pengumpulan data secara ringkas disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Jenis dan metode pengumpulan data No
1
Data yang Diperlukan
Jenis Data
Metode Pengumpulan Data
Teknik Tata Cara Kerja Observasi
Primer 1) Proses produksi minuman lidah buaya Primer a) Peta aliran proses Primer b) Peta proses operasi Primer dan Sekunder 2) Studi gerak Primer dan Sekunder 3) Studi waktu Primer a) Waktu rata-rata Primer b) Waktu normal Primer c) Waktu baku 2
Observasi Observasi Observasi dan literatur Observasi dan literatur Observasi Observasi Observasi
Lingkungan Fisik Kerja 1) 2) 3) 4)
Penerangan Suhu/Kelembaban Kebisingan Sirkulasi udara
Primer dan Sekunder Primer dan Sekunder Primer dan Sekunder Primer dan Sekunder
Observasi dan literatur Observasi dan literatur Observasi dan literatur Observasi dan literatur
Primer dan Sekunder Primer dan Sekunder Primer dan Sekunder
Wawancara dan literatur Wawancara dan literatur Wawancara dan literatur
3 Produktivitas 1) Sumber daya manusia 2) Peralatan/teknologi 3) Lingkungan
Alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebagai berikut: • Lembaran-lembaran pengamatan digunakan sebagai tempat mencatat hasilhasil pengamatan/pengukuran data dan waktu. • Stopwatch sebanyak 1 buah digunakan untuk mengukur waktu kerja. • Digital Camera sebanyak 1 buah digunakan untuk dokumentasi. • Meteran sebanyak 1 buah digunakan untuk mengukur jarak dan luas tempat yang digunakan untuk proses produksi. 3.5. Pengolahan dan Analisis Data Menurut Sutalaksana (2006) analisis waktu standar dengan data waktu yang didapatkan dapat diuji dengan beberapa uji statistik, yaitu:
1. Uji Keseragaman Data Data dikelompokkan ke dalam subgroup yang berisi empat buah data dan diuji dengan rumus: =
……………………………………………...…….………….. (1)
δ=
……….….…………………………….…………...…. (2)
δx =
……………….…………..……….……………………...…... (3) =
+ 3δ
Batas Kontrol Bawah (BKB) =
- 3δ
Batas Kontrol Atas (BKA)
Keterangan: = Harga rata-rata dari subgroup (detik) Xi = Harga rata-rata dari subgroup ke-i (detik) Xj = Waktu penyelesaian selama pengukuran pendahuluan (detik) δ = Simpangan baku dari data waktu pendahuluan (detik) δx = Simpangan baku dari distribusi harga rata-rata subgroup (detik) k = Banyaknya subgroup yang terbentuk n = Besarnya subgroup N = Jumlah pengukuran pendahuluan 2. Uji Kecukupan Data Jumlah pengamatan yang harus dilakukan agar mendapat ketelitian 5 persen dengan tingkat keyakinan 95 persen ditentukan dengan menggunakan rumus:
N’ =
………...…….………………….……… (4)
Keterangan:
= Jumlah pengukuran pendahuluan
Dimana jika
> N, dilakukan pengukuran kembali hingga data
mencukupi. 3. Perhitungan Waktu Standar Perhitungan waktu siklus rata-rata (Ws), Wa = waktu normal (Wn), dan waktu standar (Wb) dihitung dengan rumus: Ws =
………………………………………………………..…… (5)
Wn = Ws x p ………….………………………………….………….. (6) Wb = Wn + (Wn x i) ……………………………………….……...…. (7) Keterangan: Xj = Data hasil pengukuran ke-i N = Jumlah pengamatan p = Faktor penyesuaian (%) i = Kelonggaran (%)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT. Driyama Purwana yang didirikan pada tahun 2002 merupakan salah satu perusahaan lidah buaya yang memproduksi lidah buaya menjadi minuman kemasan dengan merk dagang ”minuman lidah buaya Driyama”. Perusahaan tersebut berlokasi di Cijujung Rt 07/06, Desa Sukaraja, Kabupaten Bogor dengan kantor berpusat di Jakarta Timur. Perusahaan ini hanya fokus kepada satu produk karena bahan bakunya mudah diperoleh. Selain itu, Jawa Barat merupakan sentra utama pemasok tanaman lidah buaya. PT. Driyama Purwana memiliki lahan lidah buaya seluas 6 hektar, yang terletak di Desa Sukaraja dekat dengan lokasi pabrik pengolahan minuman lidah buaya. Perusahaan tersebut mampu menghasilkan sekitar 180 cup (kemasan gelas plastik) minuman lidah buaya per sekali masak. Frekuensi melakukan pemasakan minuman lidah buaya adalah minimal 3 kali dalam seminggu. Komposisi untuk satu adonan masak terdiri dari 30 liter air campuran (gula dan asam sitrat), kurang lebih 10 kg pelepah lidah buaya dengan berat 0,8 kg – 1 kg. Contoh produk minuman lidah buaya dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Produk minuman lidah buaya Struktur organisasi pada perusahaan ini dikepalai oleh direktur yang merangkap sebagai pemilik, kemudian seorang manajer produksi, dan seorang merangkap sebagai manajer pemasaran dan manajer keuangan. Jumlah tenaga kerja yang terlibat dibagian produksi dan lahan sebanyak 4 (empat) orang. Proses
pemasaran produk minuman lidah buaya dilakukan secara langsung (direct selling), dengan cara penjualan langsung kepada konsumen maupun dengan cara mengikuti bazar/pameran. 4.2. Proses Produksi Minuman Lidah Buaya Pengembangan suatu komoditas menjadi produk turunannya dapat memberikan nilai tambah terhadap komoditas tersebut. Lidah buaya merupakan tanaman yang dapat diolah menjadi minuman lidah buaya dengan memanfaatkan gel yang terdapat pada bagian pelepahnya. Pembuatan minuman lidah buaya membutuhkan pelepah lidah buaya yang memiliki berat 0,8-1 kg/pelepah dengan umur 12-14 bulan. Ciri pelepah yang akan dipanen adalah pelepah besar sudah cukup umur dan posisi pelepah agak miring atau jatuh ke tanah. Kriteria atau syarat pelepah lidah buaya yang akan dipanen biasanya disesuaikan dengan standar pabrik pengolahan seperti berat minimum pelepah 0,8 kg, pelepah tidak cacat atau luka, warna pelepah hijau mulus, pelepah tidak busuk, pelepah mempunyai tekstur keras (Wahjono, 2002). Gambar 5 menyajikan peta aliran proses produksi minuman lidah buaya. Sedangkan pada Gambar 6 menunjukkan peta proses operasi produksi minuman lidah buaya.
Peta aliran proses produksi minuman Lidah Buaya
Peta Aliran Proses Sekarang Kegiatan
Jumlah
Operasi
Waktu (menit)
Pekerjaan :
11
Dipetakan oleh :
Transportasi
Tanggal dipetakan :
Menunggu
Pengemasan Minuman Lidah Buaya Thia Tastanny 2 Desember 2010
1
Pemeriksaan Penyimpanan Jarak (meter)
Waktu (menit)
Lambang
1
Pencucian pelepah lidah buaya
1
16
2
Pengupasan pelepah lidah buaya
0,5
20
3
Pemotongan gel lidah buaya
0,3
17
4
Pencucian gel lidah buaya tahap I
1,3
30
5
Perendaman gel lidah buaya dengan air
0,55
25
6
Pencucian gel lidah buaya tahap II
0,55
25
7
Perebusan gel lidah buaya
3,6
30
8
Pemasukkan gel lidah buaya ke dalam cup (kemasan gelas plastik)
0,4
32
9
Penambahan air campuran (air gula dan asam sitrat) ke dalam cup (kemasan gelas plastik)
10
Penutupan cup (kemasan gelas plastik)
0,45
75
11
Pasteurisasi minuman lidah buaya
1,6
40
12
Pendinginan minuman lidah buaya
0,8
20
No
Uraian Kegiatan
18
Jumlah waktu (menit)
348
Gambar 5. Peta aliran proses produksi minuman Lidah Buaya Keterangan: Operasi
Menunggu
Transportasi
Pemeriksaan
Peta proses operasi produksi minuman Lidah Buaya
Penyimpanan
Ket
Peta Proses Operasi Nama Objek
Proses Pembuatan Minuman Lidah Buaya
Dipetakan Oleh
Thia Tastanny
Tanggal dipetakan
2 Desember 2010 Lidah Buaya
16
O‐1
Pencucian pelepah lidah buaya
20
O‐2
Pengupasan pelepah lidah buaya
17
O‐3
30
O‐4
Pencucian gel lidah buaya tahap I
O‐5
Perendaman gel lidah buaya dengan air
O‐6
Pencucian gel lidah buaya tahap II
30
O‐7
Perebusan gel lidah buaya
32
O‐8
Pemasukkan gel lidah buaya ke dalam cup (kemasan gelas plastik)
18
O‐9
75
O‐10
Penutupan cup (kemasan gelas plastik)
40
O‐11
Pasteurisasi minuman lidah buaya
20
O‐12
Pendinginan minuman lidah buaya
25
25
Pemotongan gel lidah buaya
Penambahan air campuran (air gula dan asam sitrat) ke dalam cup (kemasan gelas plastik)
Ringkasan Kegiatan
Jumlah
Waktu (menit) atau (jam)
Operasi
12
348 menit atau 5 jam 48 menit
Inspeksi
3
Gambar 6. Peta proses operasi produksi minuman Lidah Buaya Gambar 6 menyajikan peta proses operasi produksi minuman lidah buaya, dengan penjelasan sebagai berikut:
1) Pencucian pelepah lidah buaya Pelepah lidah buaya yang telah dipanen, kemudian dibersihkan dengan air bersih untuk menghilangkan tanah atau kotoran yang masih menempel. Pelepah yang sudah bersih dimasukan ke dalam ember berkapasitas lebih kurang 50 liter yang berisi air. 2) Pengupasan pelepah lidah buaya Hal yang harus diperhatikan sebelum proses pengupasan pelepah lidah buaya adalah penggunaan sarung tangan untuk menjaga kebersihan dan mengurangi rasa licin dari lendir. Selain itu, pengupasan harus menggunakan pisau yang berkondisi baik atau tidak terdapat karat pada bagian pisau. Pengupasan dimulai dari bagian tepi, selanjutnya pengupasan bagian kulit yaitu memisahkan antara kulit dengan gel. Pada proses ini, penyortiran awal dilakukan dengan cara membuang/memotong bagian yang terluka. 3) Pemotongan gel lidah buaya Pemotongan gel lidah buaya dilakukan dengan mesin pemotong lidah buaya. Umumnya gel yang dihasilkan berbentuk dadu dengan ukuran berkisar 2-3 cm. Pada proses pemotongan gel ini juga dilakukan penyortiran untuk ukuran gel yang tidak sesuai standar dan gel-gel yang terdapat bintik hitam. Gel yang sudah dipotong kemudian dikumpulkan kedalam wadah penampungan berupa ember yang berisi air. Tujuannya adalah agar gel-gel tersebut tidak mengalami perubahan tekstur/mengecil. 4) Pencucian gel lidah buaya tahap I Gel yang telah dipotong-potong masih memiliki banyak lendir pada permukaannya. Oleh sebab itu, pencucian ini dilakukan untuk mengurangi lendir dan membersihkan gel dari kotoran-kotoran yang ada. 5) Perendaman gel lidah buaya dengan air Gel yang telah melalui proses pencucian tahap I selanjutnya dilakukan perendaman dengan air bersih. Hal ini bertujuan untuk mengurangi lendir.
6) Pencucian gel lidah buaya tahap II
Gel yang telah direndam di dalam air, selanjutnya dilakukan pencucian kedua untuk memastikan lendir pada gel menjadi hilang. 7) Perebusan gel lidah buaya Proses perebusan gel selama 30 menit bertujuan untuk menghilangkan rasa getir atau langu. Selain itu proses perebusan bertujuan untuk membunuh mikroorganisme sehingga minuman menjadi aman untuk dikonsumsi. 8) Pemasukkan gel lidah buaya ke dalam cup (kemasan gelas plastik) Setelah gel lidah buaya diambil dari panci rebusan, selanjutnya gel tersebut dimasukkan ke dalam cup (kemasan gelas plastik). 9) Penambahan air campuran (air gula dan asam sitrat) ke dalam cup (kemasan gelas plastik) Minuman lidah buaya terdiri dari gel lidah buaya yang dicampur dengan air yang telah diproses sebelumnya. Sejumlah air dipanaskan dengan penambahan gula pasir dan asam sitrat. Penambahan gula pasir bertujuan untuk menambahkan rasa manis pada minuman tersebut. Sedangkan pemberian asam sitrat dilakukan untuk memperpanjang umur simpan. Penambahan air campuran kedalam cup (kemasan gelas plastik) sampai dengan batas tera pada cup. 10) Penutupan cup (kemasan gelas plastik) Setelah gel lidah buaya dan campuran air sudah dimasukan kedalam cup (kemasan gelas plastik), kemudian cup (kemasan gelas plastik) ditutup dengan menggunakan alat cup sealing. Pada minuman ini diberikan etiket yang didepannya tertera komposisi bahan, merk produk, logo halal dan tanggal pembuatan serta tanggal kadaluarsa produk. 11) Pasteurisasi minuman lidah buaya Proses pasteurisasi merupakan proses pemanasan dengan temperatur sekitar 800C. Proses pasteurisasi bertujuan untuk memperpanjang umur simpan produk dengan cara membunuh semua mikroorganisme patogen (penyebab penyakit) dan sebagian besar mikroorganisme pembusuk, melalui proses pemanasan. 12) Pendinginan minuman lidah buaya
Proses pendinginan dilakukan di dalam ember berisi air yang mengalir. Hal tersebut bertujuan untuk memperpanjang umur simpannya produk karena tidak semua mikroorganisme pembusuk mati oleh proses pasteurisasi. 4.3. Studi Gerak Pada Proses Produksi Minuman Lidah Buaya Gerakan di bagian proses produksi minuman lidah buaya di PT. Driyama Purwana
terdiri
dari
tujuh
gerakan
Therblig
diantaranya
memegang,
mengarahkan, membawa, melepas, mengarahkan sementara, pemeriksaan, dan memakai. Hasil perhitungan waktu yang dilakukan pada bagian produksi ini merupakan waktu yang dibutuhkan dalam proses pengemasan untuk per satu cup (kemasan gelas plastik) minuman lidah buaya. Rangkaian gerakan yang sudah ada pada bagian produksi minuman lidah buaya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rangkaian gerak produksi minuman Lidah Buaya yang sudah ada No
Langkah
Gerakan Therblig
Lambang
Waktu (detik)
Memegang
Ω
1,87
Pencucian pelepah lidah buaya 1
Memegang pelepah lidah buaya
2
Mengarahkan pelepah lidah buaya ke kran air
3
Meletakkan pelepah lidah buaya yang sudah bersih ke dalam ember berisi air
Mengarahkan
4,76
Melepas
1,23
Pengupasan pelepah lidah buaya 4
Memegang pelepah dari ember penampungan sementara
5
Mengarahkan pisau ke pelepah lidah buaya
6 7
Memegang
Ω
1,37
Mengarahkan
0,56
Menggunakan pisau untuk mengupas pelepah lidah buaya
Memakai
3,34
Melakukan pengecekkan terhadap lidah buaya yang sudah dikupas
Pemeriksaan
0
5,21
Pemotongan gel lidah buaya 8
Meletakkan gel lidah buaya ke mesin pemotongan
Melepas
1,14
9
Melakukan pemotongan gel lidah buaya dengan mesin pemotong
Memakai
2,58
10
Memasukkan gel lidah buaya yang sudah dipotong ke dalam ember berisi air
Melepas
1,20
Lanjutan Tabel 6. Rangkaian gerak produksi minuman Lidah Buaya yang sudah ada
No
11 12 13
Langkah Pencucian gel lidah buaya tahap I Mengarahkan keranjang angkut lidah buaya ke ember berisi gel lidah buaya Membawa keranjang angkut berisi gel lidah buaya ke air kran untuk pencucian gel lidah buaya tahap I Memasukkan gel lidah buaya yang sudah dicuci tahap I ke dalam ember
Gerakan Therblig
Lambang
Waktu (detik)
Mengarahkan
0,43
Membawa
6,56
Melepas
1,36
Perendamana gel lidah buaya dengan air 14
Mengarahkan selang air ke ember berisi gel lidah buaya untuk dilakukan perendaman
Menagarahkan
0,34
15
Merendam gel lidah buaya di dalam ember berisi air
Melepas
6,23
Mengarahkan
0,12
Membawa
5,56
Melepas
0,33
Memakai
4,20
Pencucian gel lidah buaya tahap II 16 17 18
19
Mengarahkan keranjang angkut lidah buaya ke ember perendaman gel lidah buaya Membawa keranjang angkut yang berisi gel lidah buaya ke air kran untuk dilakukan pencucian tahap II Memasukkan gel lidah buaya yang sudah dilakukan pencucian tahap II ke dalam panci rebusan Perebusan gel lidah buaya Melakukan perebusan gel lidah buaya Pemasukkan gel ke dalam cup
20
Memegang wadah dari ember tirisan lidah buaya
Memegang
Ω
0,31
21
Mengarahkan wadah ke panci rebusan lidah buaya
Mengarahkan
0,29
22
Membawa wadah berisi lidah buaya
Membawa
0,43
23
Melepas wadah berisi lidah buaya ke ember tirisan
Melepas
0,13
24
Mengambil cup plastik dari rak
Mengarahkan sementara
1,26
25
Memasukkan lidah buaya ke dalam cup
Mengarahkan
9,98
26
Meletakkan cup yang sudah terisi lidah buaya di meja produksi
Membawa
2,67
Lanjutan Tabel 6. Rangkaian gerak produksi minuman Lidah Buaya yang sudah ada
No
Langkah
Gerakan Therblig
Lambang
Waktu (detik)
Memegang
Ω
0,36
Penambahan air campuran (air gula dan asam sitrat) 27
Memegang teko 3 liter
28
Mengarahkan teko 3 liter ke panci rebusan air campuran (air gula dan asam sitrat)
29
Membawa teko berisi air campuran (air gula dan asam sutrat)
30
Menuangkan air campuran (air gula dan asam sitrat) dari 3 liter ke dalam teko 1 liter
31
Mengangkat teko 1 liter
32
33 34
Menuangkan air campuran (air gula dan asam sitrat) dalam teko 1 liter ke dalam cup berisi lidah buaya Pengsealeran Mengangkat cup yang sudah berisi lidah buaya dan air campuran (air gula dan asam sitrat) ke meja mesin sealer Melakukan pengecekan ulang terhadap kuantitas air dan kualitas lidah buaya
Mengarahkan
0,27
Membawa
0,38
Mengarahkan
0,63
Memegang
Ω
0,31
Mengarahkan
2,10
Membawa
3,32
Pemeriksaan
0
9,95
35
Melakukan sealer untuk menutup cup
Memakai
12,25
36
Meletakkan cup yang sudah di sealer di meja akhir produksi
Membawa
2,71
Pasteurisasi minuman lidah buaya 37
Memindahkan cup minuman lidah buaya dari meja produksi ke dalam panci pasteurisasi
Membawa
2,13
38
Membawa panci pasteurisasi ke atas kompor
Membawa
2,34
39
Melakukan pasteurisasi
Melepas
8,22
Pendinginan minuman lidah buaya 40
Membawa wadah panci rebusan menuju ke ember berisi air untuk dilakukan pendinginan
Membawa
3,39
41
Merendam cup minuman lidah buaya di dalam ember berisi air mengalir
Melepas
5,17
TOTAL
117,5 detik /
5 jam 52 menit
Berdasarkan hasil pengamatan, rangkaian gerakan (Tabel 6) masih terdapat gerakan yang kurang efektif. Gerakan yang dirasakan kurang efektif ada tiga yaitu 1) Gerakan meletakkan cup (kemasan gelas plastik) yang sudah di sealer di meja akhir produksi, 2) Gerakan memindahkan cup (kemasan gelas plastik) minuman lidah buaya dari meja akhir produksi ke dalam panci pasteurisasi, dan 3) Perlunya pengurangan waktu pada saat melakukan
perendaman gel lidah buaya dan
pencucian gel lidah buaya tahap II. Hal ini dikarenakan lendir yang ada pada gel
lidah buaya sudah banyak berkurang pada saat dilakukannya pencucian gel lidah buaya tahap I dan pada proses pasteurisasi juga merupakan salah satu proses untuk menghilangkan lendir pada gel lidah buaya. Dengan menghilangkan gerakan tersebut maka membantu dalam meminimalkan waktu dan gerakan yang digunakan sehingga akan meningkatkan produktivitas pekerja. Tabel 7. Saran perubahan gerak bagian produksi minuman Lidah Buaya No
Langkah
Gerakan Therblig
Lambang
Waktu (detik)
Memegang
Ω
1,87
Pencucian pelepah lidah buaya 1
Memegang pelepah lidah buaya
2
Mengarahkan pelepah lidah buaya ke kran air
3
Meletakkan pelepah lidah buaya yang sudah bersih ke dalam ember berisi air
Mengarahkan
4,76
Melepas
1,23
Pengupasan pelepah lidah buaya 4
Memegang pelepah dari ember penampungan sementara
5
Mengarahkan pisau ke pelepah lidah buaya
6 7
Memegang
Ω
1,37
Mengarahkan
0,56
Menggunakan pisau untuk mengupas pelepah lidah buaya
Memakai
3,34
Melakukan pengecekkan terhadap lidah buaya yang sudah dikupas
Pemeriksaan
0
5,21
Pemotongan gel lidah buaya 8
Meletakkan gel lidah buaya ke mesin pemotongan
Melepas
1,14
9
Melakukan pemotongan gel lidah buaya dengan mesin pemotong
Memakai
2,58
10
Memasukkan gel lidah buaya yang sudah dipotong ke dalam ember berisi air
Melepas
1,20
Lanjutan Tabel 7. Saran perubahan gerak bagian produksi minuman Lidah Buaya
No
11 12 13
Langkah Pencucian gel lidah buaya tahap I Mengarahkan keranjang angkut lidah buaya ke ember berisi gel lidah buaya Membawa kernjang angkut berisi gel lidah buaya ke air kran untuk pencucian gel lidah buaya tahap I Memasukkan gel lidah buaya yang sudah dicuci tahap I ke dalam ember
Gerakan Therblig
Lambang
Waktu (detik)
Mengarahkan
0,43
Membawa
6,56
Melepas
1,36
Perendamana gel lidah buaya dengan air 14
Mengarahkan selang air ke ember berisi gel lidah buaya untuk dilakukan perendaman
Menagarahkan
0,34
15
Merendam gel lidah buaya di dalam ember berisi air
Melepas
4,23
Mengarahkan
0,12
Membawa
1,56
Melepas
0,33
Memakai
4,20
Pencucian gel lidah buaya tahap II 16 17 18
19
Mengarahkan keranjang angkut lidah buaya ke ember perendaman gel lidah buaya Membawa keranjang angkut yang berisi gel lidah buaya ke air kran untuk dilakukan pencucian tahap II Memasukkan gel lidah buaya yang sudah dilakukan pencucian tahap II ke dalam panci rebusan Perebusan gel lidah buaya Melakukan perebusan gel lidah buaya Pemasukkan gel ke dalam cup
20
Memegang wadah dari ember tirisan lidah buaya
Memegang
Ω
0,31
21
Mengarahkan wadah ke panci rebusan lidah buaya
Mengarahkan
0,29
22
Membawa wadah berisi lidah buaya
Membawa
0,43
23
Melepas wadah berisi lidah buaya ke ember tirisan
Melepas
0,13
24
Mengambil cup plastik dari rak
Mengarahkan sementara
1,26
25
Memasukkan lidah buaya ke dalam cup
Mengarahkan
9,98
26
Meletakkan cup yang sudah terisi lidah buaya di meja produksi
Membawa
2,67
Lanjutan Tabel 7. Saran perubahan gerak bagian produksi minuman Lidah Buaya
No
Langkah
Gerakan Therblig
Lambang
Waktu (detik)
Memegang
Ω
0,36
Penambahan air campuran (air gula dan asam sitrat) 27
Memegang teko 3 liter
28
Mengarahkan teko 3 liter ke panci rebusan air campuran (air gula dan asam sitrat)
29
Membawa teko berisi air campuran (air gula dan asam sutrat)
30
Menuangkan air campuran (air gula dan asam sitrat) dari 3 liter ke dalam teko 1 liter
31
Mengangkat teko 1 liter
32
33 34
Menuangkan air campuran (air gula dan asam sitrat) dalam teko 1 liter ke dalam cup berisi lidah buaya Pengsealeran Mengangkat cup yang sudah berisi lidah buaya dan air campuran (air gula dan asam sitrat) ke meja mesin sealer Melakukan pengecekan ulang terhadap kuantitas air dan kualitas lidah buaya
Mengarahkan
0,27
Membawa
0,38
Mengarahkan
0,63
Memegang
Ω
0,31
Mengarahkan
2,10
Membawa
3,32
Pemeriksaan
0
9,95
35
Melakukan sealer untuk menutup cup
Memakai
12,25
36
Meletakkan cup yang sudah di sealer di meja akhir produksi
Membawa
2,71
Pasteurisasi minuman lidah buaya 37
Memindahkan cup minuman lidah buaya darimeja produksi ke dalam panci pasteurisasi
Membawa
2,13
38
Membawa panci pasteurisasi ke atas kompor
Membawa
2,34
39
Melakukan pasteurisasi
Melepas
8,22
Pendinginan minuman lidah buaya 40
Membawa wadah panci rebusan menuju ke ember berisi air untuk dilakukan pendinginan
Membawa
3,39
41
Merendam cup minuman lidah buaya di dalam ember berisi air mengalir
Melepas
5,17
TOTAL
106,66 detik/
5 jam 20 menit
Perhitungan pada Tabel 6 (rangkaian gerak bagian produksi minuman lidah buaya yang sudah ada) dan Tabel 7 (saran perubahan gerak bagian produksi minuman lidah buaya), merupakan waktu yang dibutuhkan dalam melakukan proses pembuatan minuman lidah buaya di bagian produksi berdasarkan hasil perhitungan waktu per satu cup (kemasan gelas plastik) minuman lidah buaya. Sehingga dari saran perubahan gerak bagian produksi minuman lidah buaya didapatkan hasil waktu yang diperlukan untuk proses produksi per satu cup (kemasan gelas plastik) minuman lidah buaya adalah 106,66 detik/cup atau 1,77
menit/cup. Dibandingkan dengan hasil pada Tabel 6, waktu yang dibutuhkan dalam proses produksi per satu cup (kemasan gelas plastik) minuman lidah buaya sebesar 117,5 detik/cup atau 1,96 menit/cup. Hal tersebut menunjukkan adanya penghematan waktu sebesar 10,84 detik/cup atau 0,19 menit/cup. Setelah didapatkan penghematan waktu sebesar 10,84 detik/cup atau 0,19 menit/cup, maka dapat diketahui besarnya penghematan waktu yang dapat dilakukan dalam satu kali proses produksi atau satu kali adonan minuman lidah buaya yang menghasilkan sekitar 180 cup (kemasan gelas plastik) minuman lidah buaya adalah sebesar 1.951,2 detik atau 34,2 menit atau ½ jam 4 menit. Jika selama 1 (satu) bulan PT. Driyama Purwana melakukan produksi sebanyak 20 kali, maka penghematan yang dapat dilakukan adalah sebesar 684 menit atau 11 jam 24 menit. Adapun waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi satu cup minuman lidah buaya dari awal sampai akhir adalah lebih kurang 1,96 menit waktu produksi. Sehingga dalam waktu 1 bulan, PT. Driyama Purwana mampu menambah kapasitas produksi lebih kurang 348 cup minuman lidah buaya. Bila harga produksi minuman lidah buaya per cup sebesar Rp 2.500,- maka terdapat penambahan hasil produksi sebesar Rp 870.000,- per bulan atau 8,8% dari hasil produksi sebelum adanya saran perubahan. 4.4. Studi Waktu Pada Proses Produksi Minuman Lidah Buaya Setelah data waktu pada bagian proses produksi per satu cup (kemasan gelas plastik) diperoleh, maka selanjutnya data tersebut dikelompokkan untuk mempermudah dalam melakukan perhitungan harga atau nilai rata-rata, standar deviasi, dan lain sebagainya (Lampiran 1). Pada Tabel 8 menyajikan subgrup data waktu proses produksi minuman lidah buaya.
Tabel 8. Subgrup dari proses produksi minuman lidah buaya Subgrup ke-
Waktu penyelesaian
Harga rata-rata
berturut-turut (detik)
(detik)
1
78,47
78,47
2
80,87
80,87
3
81,15
81,15
Jumlah
240,50
Nilai / Harga rata-rata (detik)
80,17
Standar Deviasi (detik)
1,47
Standar Deviasi subgrup (detik)
0,85
Batas Kendali Atas (BKA) (detik)
82,72
Batas Kendali Bawah (BKB) (detik)
77,61
Waktu Siklus (Ws) (detik)
80,17
Waktu Normal (Wn) (detik)
93,79
Waktu Baku (Wb) (detik)
111,62
Dari hasil perhitungan subgrup dari proses produksi minuman lidah buaya, didapatkan nilai rata-rata sebesar 80,17 detik dengan standar deviasi 1,47 detik. Sedangkan standar deviasi subgrup sebesar 0,85 detik. Berdasarkan hasil perhitungan, Batas Kendali Atas (BKA) dan Batas Kendali Bawah (BKB) didapat masing-masing, BKA sebesar 82,72 detik dan BKB sebesar 77,61 detik (Lampiran 2). Batas kendali digunakan untuk mengendalikan keseragaman data yang telah diperoleh dari pengamatan yang telah dilakukan. Banyaknya pengukuran setelah dilakukan perhitungan didapatkan sebesar 0,36 (N’). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengukuran yang dilakukan telah cukup karena hasil N’ yang lebih kecil dibandingkan dengan N (N’=0,36 < N=16) (Lampiran 3). Maka perhitungan selanjutnya dapat dilakukan ke tahapan berikutnya, yaitu perhitungan waktu siklus. Waktu siklus bertujuan untuk mendapatkan waktu penyelesaian rata-rata selama pengukuran didapatkan sebesar 80,17 (Lampiran 4). Setelah memperoleh waktu siklus rata-rata dari ke-3 nilai waktu, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan yang memperhatikan cara kerja pekerja dalam metode Westinghouse. Perhitungan penyesuaian menggunakan metode westinghouse,
didapatkan nilai penyesuaian 1,04 dimana klasifikasi pekerjaan pekerja mengacu pada Tabel 9. Tabel 9. Penyesuaian menurut Westinghouse Penyesuaian Faktor
Kelas
Lambang
Penyesuaian
Average
D
0,00
Usaha
Good
C2
+0,02
Kondisi kerja
Good
C
+0,02
Average
D
0,00
Keterampilan
Konsistensi
Total
0,04
Setelah melakukan perhitungan penyesuaian tahap pertama (p1) dengan menggunakan metode Westinghouse, maka dilakukan perhitungan tahap kedua (p2) yaitu penyesuaian menurut tingkat kesulitan pekerja dalam bekerja. Penyesuaian objektif diperoleh nilai 1,13. Data pekerjaan yang dilakukan pekerja dalam penyesuaian menurut tingkat kesulitan ini mengacu pada Tabel 10. Tabel 10. Penyesuaian objektif Penyesuaian cara objektif Keadaan Lambang Anggota badan terpakai Lengan atas, lengan bawah, dst D Pedal kaki Tanpa pedal F Penggunaan tangan Kedua tangan saling bantu atau bergantian H Koordinasi mata dengan tangan Cukup dekat J Peralatan Dengan sedikit kontrol N Berat beban (Kg) 0,45 B-1 Total
Penyesuaian 5 0 0 2 0 6 13%
Setelah mendapatkan perhitungan penyesuaian dengan dua metode yang berbeda, maka langkah selanjutnya adalah penggabungan kedua hasil penyesuaian tersebut. Nilai total dari kedua penyesuaian didapatkan nilai 1,17. Selanjutnya
melakukan perhitungan untuk mendapatkan waktu normal. Waktu normal yang diperoleh sebesar 93,79 detik (Lampiran 4). Setelah waktu normal diketahui, maka dilakukan perhitungan waktu baku dengan memperhitungkan faktor kelonggaran. Nilai dari kelonggaran yang diperoleh sebesar 0,19. Perhitungan nilai kelonggaran mengacu pada Tabel 11. Tabel 11. Kelonggaran Kelonggaran Tenaga yang dikeluarkan Sangat ringan Sikap kerja Berdiri di atas dua kaki Gerakan kerja Normal Kelelahan mata Pandangan yang hampir terus menerus Keadaan suhu tempat kerja Normal Keadaan atmosfer Baik Keadaan lingkungan Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi Hambatan yang tak terhindarkan Total
6 1 0 6 2 0 0 2 2 19%
I = 19/100 = 0,19 Waktu baku dari proses produksi pekerjaan ini sebesar 111,62 detik atau 1 menit 51 detik. Waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Dalam hal ini, waktu baku yang diperoleh pada proses produksi minuman lidah buaya sebesar 111,62 detik atau 1 menit 51 detik (Lampiran 4). Produksi
minuman
lidah
buaya
dalam
sehari
rata-rata
mampu
menghasilkan 180 cup (kemasan gelas plastik) per adonan masak. Bila dalam proses produksi per satu cup (kemasan gelas plastik) dibutuhkan waktu 111,62 detik atau 1 menit 51 detik maka untuk 180 cup dibutuhkan waktu lebih kurang
(180 cup X 111,62 detik) sebesar 5 jam 35 menit. Dengan mengacu pada total waktu untuk proses produksi sebesar 111,62 detik atau 5 jam 35 menit, jumlah satu orang karyawan yang menangani bagian produksi masih mampu maka belum diperlukan adanya shift kerja pada perusahaan ini. Bahkan produksi dapat ditingkatkan maksimal menjadi 230 cup. Dimisalkan hasil per sekali masak sebanyak 180 cup dengan waktu per satu cup 111,62 detik, selanjutnya dilakukan penambahan sebanyak 50 cup sehingga menjadi 230 cup yang dihasilkan per sekali masak, maka waktu yang diperlukan untuk proses produksi lebih kurang (250 cup X 111,62 detik) sebesar 7 jam 45 menit. Dapat disimpulkan waktu produksi sebesar 7 jam 45 menit untuk menghasilkan minuman lidah buaya sebanyak 250 cup (kemasan gelas plastik) dengan satu orang pekerja maka peningkatan ini masih dapat dilakukan. 4.5. Produktivitas Kerja Berdasarkan wawancara dengan pemilik perusahaan, hal terpenting dalam peningkatan produktivitas kerja PT. Driyama Purwana diantaranya sumber daya manusia, lingkungan serta peralatan dan teknologi. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Mangkuprawira (2007) menyebutkan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja perusahaan, diantaranya sumber daya manusia, peralatan dan teknologi, serta lingkungan. 4) Sumber Daya Manusia Proses penerimaan pekerja di PT. Driyama Purwana dilakukan melalui proses seleksi wawancara. Proses seleksi ini dilakukan untuk memberikan penilaian terhadap calon pekerja berdasarkan kemampuan, keterampilan, pengetahuan dan kepribadian. Peningkatkan pengetahuan dan keterampilan pekerja memiliki dampak langsung terhadap peningkatan produktivitas kerja perusahaan. Sumber daya manusia bagi PT. Driyama Purwana adalah hal yang penting karena merupakan salah satu faktor yang menjadi tolok ukur keberhasilan perusahaan. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan pekerja pada perusahaan dilakukan dengan cara memberikan informasi yang berkaitan dengan produk lidah buaya. Selanjutnya dilakukan pelatihan atau pembinaan secara langsung untuk proses produksi. Upaya ini bertujuan untuk
menambah
keterampilan
dan
pengetahuan
pekerja,
sehingga
dapat
meningkatkan produktivitas kerja perusahaan. Beberapa faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam memilih tenaga kerja di PT. Driyama Purwana adalah pekerja yang bertanggung jawab, menyukai pekerjaan, cekatan, teliti, dan memiliki kualitas kerja yang baik. Permasalahan yang sering ditemukan pada pekerja di PT. Driyama Purwana adalah kurangnya pengetahuan terhadap komoditas lidah buaya. Selain itu pekerja terkadang merasa jenuh dengan kegiatan produksi yang dilakukan secara rutin. 5) Lingkungan Menurut Sutalaksana (2004), lingkungan fisik merupakan semua keadaan yang terdapat disekitar tempat kerja, yang mempengaruhi para pekerja tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja, diantaranya penerangan, suhu dan kelembaban, kebisingan, dan sirkulasi udara. Selain itu, lingkungan kerja yang dirancang secara ergonomik memberikan pengaruh dalam peningkatan produktivitas kerja. PT. Driyama Purwana sudah merancang lingkungan kerja secara ergonomik dengan memperhatikan tata letak pabrik dan peralatan yang digunakan. Tata letak dan penyusunan peralatan di dalam pabrik pembuatan minuman lidah buaya telah disesuaikan dengan alur kegiatan produksi dari awal sampai akhir proses produksi dan juga kondisi pekerja. Berdasarkan pengamatan secara langsung, kondisi lingkungan kerja pada PT. Driyama Purwana adalah sebagai berikut: a) Penerangan Penerangan dapat mempengaruhi penglihatan manusia dalam melihat suatu obyek secara jelas dan tepat tanpa menimbulkan kesalahan. Penerangan yang suram dan sumber cahaya yang menyilaukan mata dapat mengakibatkan
mata
pekerja
cepat
lelah
karena
mata
berusaha
menyesuaikan penglihatannya. Sumber cahaya di PT. Driyama Purwana berasal dari lampu neon yang ditempatkan di area pabrik. Penerangan dengan menggunakan lampu neon sudah cukup baik dalam menerangi pabrik yang memiliki luas 5,8m x 4,2m.
Selain itu, sumber cahaya lainnya berasal dari beberapa jendela berukuran besar yang memungkinkan sinar matahari dapat masuk ke dalam pabrik sehingga hal ini memberikan efek terang di dalam pabrik. Pemilihan waktu proses pengolahan minuman yang hanya dilakukan pagi hingga siang hari juga bertujuan menjaga agar lingkungan di dalam pabrik tetap dalam kondisi terang. b) Suhu dan Kelembaban Temperatur atau suhu merupakan hal yang berkaitan dengan daya tahan tubuh pekerja. Suhu kerja yang efektif berada pada kisaran 22-280C (Sutalaksana, 2004). Rentang suhu yang berhasil diamati pada PT. Driyama Purwana adalah 24-270C. Keadaan tersebut masih sesuai dengan kondisi suhu kerja yang normal/efektif. Terjaganya suhu tersebut dipengaruhi juga oleh banyaknya titik ventilasi sehingga kenaikan suhu tidak terjadi di suatu titik lokasi. Tingkat kelembaban pada lingkungan kerja sangat dipengaruhi oleh keadaan temperatur yang ada. Analisa kelembaban hanya berdasarkan pengamatan dan tidak dilakukan pengukuran secara khusus. Temperatur yang berkisar 24-270C menunjukkan bahwa suhu di ruangan produksi PT.Driyama Purwana memiliki tingkat kelembaban yang normal. c) Kebisingan Kebisingan dapat mengganggu aktivitas bekerja seorang karyawan. Kebisingan yang dibiarkan terlalu lama dapat mengganggu pendengaran. Di Indonesia Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan adalah 85 desibel (dB). Nilai Ambang Batas merupakan standar faktor tempat kerja yang diterima pekerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan. Secara umum, kebisingan pada PT. Driyama Purwana tidak terlalu tinggi, berkisar 35-40 desibel (dB). Hal tersebut terjadi karena tidak adanya mesin atau peralatan yang digunakan dalam proses produksi yang mengeluarkan kebisingan yang tinggi.
d) Sirkulasi udara
Sirkulasi udara merupakan hal yang penting bagi lingkungan fisik pabrik. Sirkulasi mempengaruhi hampir semua unsur lingkungan fisik kerja baik itu suhu, kelembaban, penerangan, maupun kebisingan. Jika sirkulasi udara dalam ruangan tidak bekerja dengan baik maka orang yang berada di dalamnya akan mudah lelah. Sirkulasi udara pada PT. Driyama Purwana bisa dikatakan baik. Penempatan ventilasi dilakukan pada bagian atas setiap dinding dengan ukuran yang besar. Oleh sebab itu sirkulasi yang terjadi di dalam pabrik tidak ada masalah. Ventilasi yang baik merupakan tempat pertukaran udara sehingga udara kotor bisa diganti dengan udara bersih dan segar. Selain itu disekitar lokasi pabrik terdapat beberapa pohon, yang dapat memberikan rasa sejuk dan segar selama bekerja. Di dalam pabrik tidak menggunakan exhaust fan karena ventilasi yang ada dianggap cukup untuk pengaturan sirkulasi udara. Sedangkan kipas angin tidak digunakan agar kehigienisan proses produksi tetap terjaga dengan baik. 6) Peralatan dan Teknologi Salah
satu
masalah
yang
mempengaruhi
produktivitas
dalam
perusahaan ini adalah faktor peralatan dan teknologi. PT. Driyama Purwana dalam melakukan proses produksi masih menggunakan peralatan dan teknologi modern dan tidak modern. Peralatan modern sudah digunakan untuk beberapa proses produksi seperti pemotongan gel lidah buaya dengan mesin pemotong lidah buaya dan
penutupan cup dengan mesin sealer.
Sedangkan pada proses pasteurisasi dan pendinginan masih menggunakan peralatan dan teknologi yang manual yaitu menggunakan panci untuk proses pasteurisasi dan ember berisi air untuk proses pendinginan. 4.6. Implikasi Manajerial Implikasi manajerial dari analisis studi gerak dan waktu menunjukkan adanya pengaruh secara tidak langsung terhadap keuangan, teknologi, dan tenaga kerja. Hal tersebut dikarenakan dengan analisis studi gerak dan waktu dapat mengetahui gerakan yang tidak perlu, sehingga dapat menghemat tenaga dan waktu dalam menyelesaikan produk. Dengan demikian, diharapkan perusahaan mampu untuk menciptakan metode kerja yang lebih baik. Terciptanya metode
kerja yang lebih baik, maka memberikan kemudahan pada perusahaan untuk meningkatkan produktivitas. Peningkatan produktivitas dapat ditunjang beberapa hal diantaranya keuangan, peralatan/teknologi dan tenaga kerja. Gambar 7 menyajikan implikasi manajerial, dengan penjelasan sebagai berikut:
Keuangan Studi gerak dan studi waktu
Teknologi
Tenaga kerja
Gambar 7. Implikasi manajerial 1) Keuangan Pentingnya analisis studi gerak dan waktu adalah bahan pertimbangan untuk perusahaan dalam meningkatkan jumlah kapasitas yang dihasilkan. Meningkatkan jumlah kapasitas, maka perusahaan perlu menambah investasi. Penambahan investasi perusahaan harus dipertimbangkan skala ekonomi produksi minuman lidah buaya sehingga menghasilkan nilai yang optimal bagi perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan perlu menganalisis kelayakan usaha perusahaan. Hal ini dikarenakan, perusahaan dapat memenuhi kebutuhan pergantian peralatan/teknologi yang lebih modern dan memiliki kemampuan untuk menambah jumlah tenaga kerja. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan. 2) Teknologi Penggunaan teknologi yang modern merupakan salah satu cara perusahaan untuk dapat mengurangi waktu dan tenaga yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan. Selama ini penggunaan teknologi masih bersifat manual. Apabila perusahaan ingin meningkatkan produktivitas, maka perusahaan harus menambah teknologi yang ada. 3) Tenaga kerja
Peningkatan
produktivitas
perusahaan
dapat
dilakukan
dengan
menambah jumlah tenaga kerja. Apabila perusahaan menambah jumlah tenaga kerja maka dapat dilakukan pembagian tugas secara jelas kepada masing-masing karyawan. Dengan demikian karyawan dapat lebih cepat dan tepat dalam menyelesaikan pekerjaannya. Pembagian tugas karyawan yang dapat dilakukan dalam proses produksi adalah dengan menempatkan karyawan pada masing-masing tahapan proses produksi. Misalnya tahapan pertama pada proses pencucian pelepah lidah buaya, pengupasan pelepah lidah buaya dan pemotongan gel lidah buaya dilakukan oleh satu pekerja. Tahapan kedua pada proses pencucian gel lidah buaya I, perendaman gel lidah buaya, pencucian gel lidah buaya II, dan perebusan gel lidah buaya dilakukan oleh satu pekerja. Tahapan ketiga pada proses pemasukkan gel lidah buaya ke dalam cup, penambahan air campuran ke dalam cup, penutupan cup, pasteurisasi minuman lidah buaya, dan pendinginan minuman lidah buaya dilakukan oleh satu pekerja.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan 1)
Proses produksi minuman lidah buaya di PT. Driyama Purwana terdiri dari tujuh gerakan Therblig, yaitu memegang, mengarahkan, membawa, melepas, mengarahkan sementara, pemeriksaan, dan memakai. Gerakan yang dapat dihilangkan untuk mengurangi waktu proses produksi ada tiga yaitu 1) Gerakan meletakkan cup yang sudah di sealer di meja akhir produksi, 2) Gerakan memindahkan cup minuman lidah buaya dari meja akhir produksi ke dalam panci pasteurisasi, dan 3) Pengurangan waktu pada saat melakukan perendaman gel lidah buaya dan pencucian gel lidah buaya tahap II. Penghilangan gerakan tersebut dapat memberikan penghematan waktu dalam proses pengemasan per satu cup (kemasan gelas plastik) sekitar 10,84 detik/cup atau 0,19 menit/cup. Jika dalam satu adonan masak menghasilkan sekitar 180 cup (kemasan gelas plastik) maka penghematan yang dapat dilakukan adalah sebesar 1951,2 detik atau 34,2 menit.
2)
Waktu baku yang diperoleh dalam proses produksi minuman lidah buaya di PT. Driyama Purwana sebesar 111,62 detik/cup dengan kelonggaran sebesar 19 persen.
3)
Faktor yang dapat meningkatkan produktivitas adalah sumber daya manusia (SDM), dengan cara meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pekerja melalui pelatihan yang terkait dengan produksi lidah buaya. Selain itu faktor lainnya yang dapat meningkatkan produktivitas adalah teknologi. Teknologi di perusahaan masih tergolong sederhana. Faktor lingkungan fisik pun mempengaruhi produktivitas. Perusahaan telah merancang lingkungan kerja sesuai dengan aturan‐aturan dan alur kegiatan poduksi.
2. Saran 1)
Gerakan‐gerakan yang dianggap tidak efektif sebaiknya dihilangkan, tetapi tetap dengan mempertimbangkan faktor ergonomi gerakan. Perbaikan dilakukan
dengan menggabungkan gerakan yang memiliki kemungkinan untuk dilakukan secara bersamaan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dibuat, maka diusulkan saran perubahan gerak yaitu menghilangkan gerakan meletakkan cup yang sudah di sealer di meja akhir produksi dan gerakan memindahkan cup minuman lidah buaya dari meja akhir produksi ke dalam panci pasteurisasi. Selain itu perlunya pengurangan waktu pada saat melakukan perendaman gel lidah buaya dan pencucian gel lidah buaya tahap II. 2)
Pengetahuan dan keterampilan pekerja pada perusahaan dilakukan dengan cara mengikuti seminar agribisnis tanaman lidah buaya, pelatihan budidaya tanaman lidah buaya dan praktek kerja langsung untuk proses produksi minuman lidah buaya. Upaya ini bertujuan untuk menambah keterampilan dan pengetahuan pekerja agar proses produksi berjalan dengan baik dan optimal. Hal penting lainnya untuk tetap menjaga kualitas produksi minuman lidah buaya dengan memperhatikan dan menjaga kondisi lingkungan fisik kerja yang sudah baik.
3)
Peningkatan atau penambahan teknologi modern untuk meningkatkan produktivitas minuman lidah buaya.
DAFTAR PUSTAKA Alwi, J.R. 1991. Desain Sistem Kerja dan Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja Optimal pada Lini Proses Pengalengan Jagung Muda PT. NAI, Sukabumi. Skripsi pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Anggraini, D. 2006. Studi Gerak dan Waktu pada Proses Sortasi Udang di PT. Kelola Mina Laut Gresik, Jawa Timur. Skripsi pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Bridger, R.S. 2003. Introduction to Ergonomics 2nd edition. Taylor & Francis, Inc. London. Heizer, J., dan B. Render. 2001. Prinsip‐prinsip Manajemen Operasi. Salemba Empat, Jakarta. Kanawaty, G. 1992. Introduction to work study (fourth edition). International Labour Office (ILO), Geneva. Kussriyanto, B. 1993. Meningkatkan Produktivitas Karyawan Seri Manajemen No.95. LPPM dan PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta. Mangkuprawira, S., dan A.V. Hubeis. 2007. Manajemen Mutu Sumber Daya Manusia. Ghalia Indonesia, Bogor. Mundel, M.E. 1983. Improving Productivity and Effectiveness. Prentice Hall, Inc. New Jersey. Mundel, M.E., and David L. Danner. 1994. Motion and Time Study Improving Productivitys. Prentice Hall, Inc. New Jersey. Niebel, B.W. 1988. Motion and Time Study 8th edition. Irwin. Homewood, Illionis. United States of America. Nugraha, S. 2008. Analisis Kinerja Usahatani dan pengolahan Lidah Buaya di kabupaten Bogor. Skripsi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nurmianto, E. 2008. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Guna Widya, Surabaya. Prawira, S.Y. 1998. Studi Gerak dan Waktu Pembuatan Kerupuk Putih dan Kerupuk Merah di Perusahaan Doa Ibu, Darmaga. Skripsi pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rohman, A. 2008. Studi Gerak dan Waktu dengan Analisis Biomekanika pada Proses Panen Tebu di PG. Bungamayang Lampung. Skripsi pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Siagian, S. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara, Jakarta. Silalahi, B., dan R. Silalahi. 1985. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. PT.Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta. Suma’mur, P.K. 1976. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. PT.Gunung Agung, Jakarta. Susila, D.P. 2009. Rancang Bangun Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pembangunan Agroindustri Berbasis Lidah Buaya (Aloe vera Linn) di Kabupaten Bogor. Skripsi pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sutalaksana., dkk. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja. Departemen Teknik Industri, ITB, Bandung. Timpe, A. 1992. Produktivitas Seri Ilmu dan Seni Manajemen Bisnis. PT.Elex Media Komputindo, Jakarta. Vitanayadi, A. 2010. Mempelajari Pengukuran Waktu Baku pada Bagian Finishing di PT.Tirta Investama. Laporan Praktik Kerja Lapangan pada Program Keahlian Perencanaan dan Pengendalian Produksi Manufaktur/Jasa, Diploma Institut Pertanian Bogor, Bogor. Wahjono, E., dan Koesnandar. 2002. Mengebunkan Lidah Buaya Secara Intensif. PT.Agromedia Pustaka, Jakarta. Wetik, J.L. 1983. Penelitian Kerja dan Pengukuran Kerja seri International Labour Office (ILO). Erlangga, Jakarta. Wignjosoebroto, S. 2008. Ergonomic Studi Gerak dan Waktu: Teknik Analisis untuk Penningkatan Produktivitas Kerja. Guna Widya, Surabaya.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data sampel waktu waktu pengukuran (detik) pengukuran ke1
2
3
4
5
6
7
8
jumlah A (detik)
jumlah A' (detik)
1
56,72
81,69
80,07
82,06
82,60
82,19
82,35
80,11
627,79
78,47
2
79,32
80,41
79,27
81,51
81,55
81,92
81,60
81,42
646,99
80,87
3
82,21
81,88
81,32
81,43
79,90
80,02
80,30
82,17
649,22
81,15
1924,00
240,50
Lampiran 2. Perhitungan uji keseragaman data Subgrup ke-
Waktu penyelesaian berturut-turut (detik)
Harga rata-rata (detik)
1
78,47
78,47
2
80,87
80,87
3
81,15
81,15
Jumlah
240,50
Nilai / Harga rata-rata
80,17
Standar Deviasi
1,47
Standar Deviasi subgrup
0,74
Batas Kendali Atas (BKA)
82,38
Batas Kendali Bawah (BKB)
77,96
Lanjutan Lampiran 2. Perhitungan uji keseragaman data
1. Harga rata-rata = = 240,50 3 = 80,17 detik 2. Standar Deviasi (SD) δ =
(78,47 – 80,17)2 + (80,87 - 80,17)2 + (81,15 – 80,17)2
δ =
(3–1) δ = 1,47 detik
3. Standar Deviasi Subgrup δx = δx =
1,47 3
δx =
0,85 detik
4. Batas Kendali Atas (BKA) BKA =
+ 3δ
BKA = 80,17 + 3(0,85) BKA = 82,72 detik Lanjutan Lampiran 2. Perhitungan uji keseragaman data 5. Batas Kendali Bawah (BKB)
BKB =
- 3δ
BKB = 80,17 - 3(0,85) BKB = 77,61 detik
Lampiran 3. Perhitungan uji kecukupan data
Subgrup ke-
Waktu penyelesaian berturut-turut (detik) Xj2
Xj
1
78,47
6158,17
2
80,87
6540,47
3
81,15
6585,74
Jumlah
240,50
19284,38
1. Jumlah Pengukuran Pendahuluan N’ = N’ =
2 40
3
19284,38
240,50
240,50 N’ = 0,36 Lampiran 4. Perhitungan waktu standar
Subgrup ke-
Waktu penyelesaian berturut-turut (detik) Xj
2
1
78,47
2
80,87
3
81,15
Jumlah
240,50
1. Waktu Siklus Rata-rata Ws = Ws = 240,50 3 Ws = 80,17 detik 2. Waktu Normal Wn = Ws x p Wn = 80,17 x 1,17 Wn = 93,79 detik
3. Waktu Standar Wb = Wn + (Wn x i) Wb = 93,79 + (93,79 x 0,19) Wb = 111,62 detik