ANALISIS DAN PERBAIKAN SISTEM KERJA BERDASARKAN METODE STUDI GERAK DAN WAKTU PADA PROSES PRODUKSI BISKUIT LONG STICK
SKRIPSI
RATIH KARTIKASARI NUGRAHA PUTRI F14070113
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
ANALYSIS AND REPAIR WORK SYSTEM BASED ON TIME AND MOTION STUDIES IN PRODUCTION PROCCESS OF LONG STICK BISCUIT Ratih Kartikasari Nugraha Putri and Sam Herodian Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia. Phone +62 89 88 488 098, e-mail:
[email protected]
ABSTRACT Every company want to increase their productivity. To achieve high productivity required special attention to effectiveness and efficiency of work accomplished. For that reason there is a need for analysis working movement and labor time required for one cycle of proccess. Time required to perform a proccess at the beginning and the end of a shift is different, related to decrement of labor’s motivation and stamina due to fatigue. Fatigue can be caused by working conditions, work capacity of workers, and others. Standard time is a “factor looseness and the adjustment factor is summed with the cycle time”. Standard time for the proccess of preparation of raw flour is 112.68 seconds, while the standard time for the packaging process is 90.74 seconds. Productivity can be calculated by dividing the output of that day with the number of workers and duration to accomplish one proccess, was obtained from the calculation of productivity of each workers in the process of preparation of wheat flour is 400 kilogram/hour, while the packaging productivity of each workers is 3.76 cartons/hour.
Keywords: productivity, effectiveness, efficiency of work, cycle time, standard time
Ratih Kartikasari Nugraha Putri. F14070113. Analisis dan Perbaikan Sistem Kerja Berdasarkan Metode Studi Gerak dan Waktu pada Proses Produksi Biskuit long stick. Dibawah bimbingan Dr. Ir. Sam Herodian, MS. 2011
RINGKASAN
Analisa dan penelitian kerja pada hakikatnya berupaya mengidentifikasikan kondisi-kondisi kerja yang tidak produktif. Perusahaan menyadari jika menginginkan produktivitas perusahaan tinggi, maka yang perlu diperhatikan adalah kenyamanan pekerja saat sedang bekerja, kesehatan pekerjanya, gerakan pekerja, dan juga waktu yang dibutuhkan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaanya. Tujuan penelitian ini adalah menentukan waktu standar kerja pada sejumlah komponen kerja yang terlibat dalam proses produksi biskuit long stick dan memberikan usulan sistem, serta metode kerja yang lebih baik dengan indikasi beban kerja yang lebih ringan dan waktu yang lebih cepat. Pengambilan data dilakukan pada proses preparasi dan proses pengemasan biskuit long stick melalui pengamatan langsung dan mencatat seluruh kegiatan pekerja, yang dicatat adalah waktu yang dibutuhkan pekerja untuk setiap kegiatan yang dilakukan serta bagaimana gerakan dan posisi pekerja saat melakukan kegiatan tersebut. Untuk kegiatan yang waktu siklusnya terjadi kurang dari 6 detik digunakan pengambilan data dengan cara menghitung banyaknya siklus gerakan yang terjadi dalam waktu 30 detik. Waktu normal yang dibutuhkan pekerja untuk mengerjakan pekerjaannya berbeda saat awal dan akhir shift, pada awal shift pekerja membutuhkan waktu 84.70 detik untuk kegiatan preparasi, sedangkan pada akhir shift pekerja membutuhkan waktu 94.10 detik untuk satu siklusnya. Pada proses pengemasan pekerja membutuhkan waktu selama 67.04 detik untuk satu siklusnya, sedangkan di akhir shift pekerja membutuhkan waktu selama 71.81 detik. Perbedaan waktu yang dibutuhkan pekerja untuk satu siklusnya di awal dan akhir shift disebabkan oleh sudah menurunnya motivasi dan stamina dari pekerja saat melakukan kerjanya. Banyak hal yang menyebabkan turunnya motivasi dan stamina pekerja diantaranya adalah kejenuhan pekerja karena melakukan kerjanya selama 8 jam. Kondisi lingkungan seperti temperatur, pencahayaan, kebisingan, kelembaban, bau-bauan, dan lain-lain juga sangat mempengaruhi kualitas kerja dari pekerja, hal ini juga yang dapat menurunkan motivasi dan stamina pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Waktu siklus yang dibutuhkan pekerja untuk satu kali siklus proses preparasi adalah 89.40 detik, dalam satu siklus yang diolah oleh pekerja adalah 25 kilogram tepung, sedangkan untuk waktu siklus yang dibutuhkan pekerja untuk satu siklus mengemas 1 cup biskuit long stick adalah 69.42 detik. Waktu baku/standar yang ditetapkan adalah waktu yang didapat melalui perhitungan dari waktu siklus ditambah dengan faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran. Dari perhitungan tersebut didapat bahwa waktu baku untuk satu siklus proses preparasi adalah 112.68 detik, sedangkan waktu baku yang dibutuhkan untuk satu siklus proses pengemasan 1 cup biskuit long stick adalah 90.74 detik. Produktivitas pekerja di proses preparasi adalah 400 kilogram tepung/jam, sedangkan pada pengemasan produktivitas pekerjanya adalah 3.76 karton/jam. Gerakan yang dilakukan pekerja 80% sudah sesuai, artinya 80% gerakan yang dilakukan pekerja sudah merupakan gerakan efektif, seperti menjangkau, memakai, membawa dengan beban, memegang untuk memakai, dan melepas. Gerakan tidak efektif yang dilakukan oleh pekerja di antaranya adalah mencari, memegang, memilih, mengarahkan, memeriksa, dan menganggur, gerakan
ini hanya terjadi sebanyak 20% dari keseluruhan proses, baik pada proses preparasi dan pengemasan. Gerakan menganggur banyak terjadi di akhir shift, gerakan ini kebanyakan terjadi karena pekerja sudah mengalami kelelahan. Proses preparasi dan pengemasan ini termasuk dalam kegiatan high repetitive task sehingga diduga rasa sakit yang mungkin ditimbulkan dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan di bagian preparasi diantaranya adalah sakit pada bagian pinggang, leher, bahu kanan dan kiri atas, pergelangan tangan, kemungkinan rasa sakit ini timbul karena pekerja harus mengangkat beban seberat 25 kilogram setiap 1.5 menit, meskipun masih dapat ditolerir namun sebaiknya dikurangi. Untuk proses pengemasan diduga rasa sakit yang mungkin ditimbulkan adalah sakit pada bagian pinggang dan bokong karena posisi dan duduk terlalu lama di kursi plastik yang tidak ada busanya, sakit pada lengan kanan dan kiri atas karena gerakan yang dilakukan oleh pekerja di bagian ini memiliki waktu siklus kurang dari 6 detik. Terdapat beberapa hal yang diharapkan dapat diperbaiki terkait dengan kenyamanan pekerja dalam melakukan pekerjaannya, perbaikan yang dilakukan ini juga diharapkan dapat mempersingkat proses, mengurangi waktu kerja yang dibutuhkan untuk satu siklusnya, dan juga meningkatkan kinerja dari pekerja dalam melaksanakan kerjanya. Perbaikan tersebut di antaranya adalah perbaikan ventilasi yang ada di ruangan preparasi dan pengemasan, posisi dari mesin pengayak di bagian preparasi, letak tempat membuang sampah di bagian preparasi, adanya peredam getaran untuk mengurangi getaran di ruang preparasi, perbaikan kipas angin di bagian pengemasan, dibuatnya wadah pisau yang melekat pada tubuh pekerja saat bekerja agar pekerja tidak perlu lagi mencari pisau saat akan membuka karung tepung, membuat alat bantu untuk menjangkau karung tepung yang jauh pada proses preparasi, dan lain-lain.
ANALISIS DAN PERBAIKAN SISTEM KERJA BERDASARKAN METODE STUDI GERAK DAN WAKTU PADA PROSES PRODUKSI BISKUIT LONG STICK
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Oleh :
RATIH KARTIKASARI NUGRAHA PUTRI F14070113
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul Skripsi
:
Analisis dan Perbaikan Sistem Kerja Berdasarkan Metode Studi Gerak dan Waktu pada Proses Produksi Biskuit Long Stick
Nama
:
Ratih Kartikasari Nugraha Putri
NIM
:
F14070113
Menyetujui, Dosen Pembimbing Akademik
Dr. Ir. Sam Herodian, MS 19620529 198703 1 002
Mengetahui, Ketua Departmen Teknik Mesin dan Biosistem
Dr. Ir. Desrial, M.Eng 19661201 199103 1 004
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Analisis dan Perbaikan Sistem Kerja Berdasarkan Metode Studi Gerak dan Waktu pada Proses Produksi Biskuit Long Stick adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2011 Yang membuat pernyataan
Ratih Kartikasari Nugraha Putri F14070113
© Hak cipta milik Ratih Kartikasari Nugraha Putri, tahun 2011 Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilin, dan sebagainya
BIODATA PENULIS
Ratih Kartikasari Nugraha Putri. Lahir di Klaten, 9 Juni 1990 dari ayah Didik Sumarjono dan ibu Maryam Wedaring Rachmawati, sebagai putri pertama dari dua bersaudara. Penulis memulai pendidikannya di SD Negeri Setia Dharma 06, Bekasi pada tahun 1996-2002. Pada periode 2002-2004 penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama dengan mengikuti program akselerasi di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam, Solo. Penulis menamatkan SMA pada tahun 2007 dari SMA Negeri 1 Tambun Selatan, Bekasi dan pada tahun yang sama diterima di IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi Teknik Mesin dan Biosistem pada Mayor Teknik Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan kampus seperti kepanitiaan kegiatan Masa Orientasi Mahasiswa Baru di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem pada tahun 2009 dan juga kepanitiaan kegiatan Pekan Teknik Pertanian pada tahun 2008. Pada bulan Juni sampai Agustus 2010, penulis melaksanakan Praktek Lapang di PT. Agro Mitra Madani, Jambi, dengan judul Mempelajari Aspek Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Proses Pengolahan Kelapa Sawit Di PT. Agro Mitra Madani Jambi. Pada bulan April sampai Juli 2011 penulis melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsinya dengan judul Analisis dan Perbaikan Sistem Kerja Berdasarkan Metode Studi Gerak dan Waktu pada Proses Produksi Biskuit Long Stick.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian dengan judul Analisis dan Perbaikan Sistem Kerja Berdasarkan Metode Studi Gerak dan Waktu pada Proses Produksi Biskuit Long Stick dilaksanakan di PT. Arnott’s Indonesia sejak bulan Mei sampai Juli 2011. Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Dr. Ir. Sam Herodian, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan, pengarahan, saran serta dukungan.
2.
Bapak Pandi Sutardi selaku Operations Improvement Manager pada PT. Arnotts Indonesia yang telah mengijinkan Penulis melakukan penelitian di departemen yang dipimpinnya.
3.
Bapak M. Sukri selaku mentor yang telah membimbing dan membantu Penulis menyelesaikan penelitian di PT. Arnotts Indonesia.
4.
Bapak Anjar, Bapak Yono, dan Bapak Azis selaku department head pada Packaging Nyam-nyam, Oven 4, dan Preparasi yang telah mengijinkan Penulis melakukan pengambilan data di linenya.
5.
Bapak Diperanata dan Bapak Eko atas kesediaannya memberikan pengetahuan dan bantuan selama Penulis melakukan penelitian di PT. Arnotts Indonesia.
6.
Segenap karyawan PT. Arnotts, khususnya departemen Operations Improvement yang selama ini memberikan saran dan dukungan selama Penulis melakukan penelitian di PT. Arnotts Indonesia.
7.
Papa, Mama, dan Adik yang telah memberikan dukungan baik moral maupun materiil, semangat serta do’a yang diberikan hingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis tidak akan dapat melakukan yang terbaik tanpa adanya do’a, dukungan, cinta, kasih sayang, perhatian, serta semangat dan didikan dari Papa dan Mama sejak kecil.
8.
Kistiar Primadiono yang memberikan dukungan, semangat, do’a, bantuan dan kesetiaan mendampingi Penulis selama kurang lebih lima tahun.
9.
Keluarga Bapak Kamsi atas dukungan dan do’a yang telah diberikan selama ini.
10. Teman-teman TEP 44 untuk kebersamaan selama 3 tahun di Teknik Pertanian, canda, tawa, ilmu, dan pengalaman yang dijalani bersama. 11. Novianda Rachmatia selaku senior yang banyak membantu dan membimbing Penulis selama penelitian.
vii
12. Dewi Sartika TEP 44 dan Dela Ayu Basuki ITP 44 yang mengizinkan Penulis menginap di kostannya selama Penulis menyusun skripsi. 13. Adissa AD dan Dany AS selaku teman-teman seperjuangan praktek kerja di PT. Arnott’s Indonesia yang telah banyak membantu penulis dalam pengerjaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang teknologi pertanian, khususnya pada studi gerak dan waktu.
Bekasi, Agustus 2011
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................................................. xii DAFTAR TABEL......................................................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................ xvi I. PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1 1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................................... 1 1.2 TUJUAN ............................................................................................................................... 2 1.3 RUANG LINGKUP PERMASALAHAN ............................................................................. 2 II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................. 3 2.1 PROSES PEMBUATAN BISKUIT ...................................................................................... 3 2.2 PROSES PENGEMASAN .................................................................................................... 4 2.3 ERGONOMI.......................................................................................................................... 5 2.4 TEKNIK TATA CARA KERJA ........................................................................................... 6 2.5 STUDI GERAK..................................................................................................................... 7 2.6 STUDI WAKTU ................................................................................................................. 10 2.7 PETA KERJA ...................................................................................................................... 11 III. METODOLOGI ..................................................................................................................... 12 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN............................................................................ 12 3.2 PERALATAN ..................................................................................................................... 12 3.3 PROSEDUR PENELITIAN ................................................................................................ 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................... 16 4.1 PROSES PRODUKSI LONG STICK .................................................................................. 16 4.2 ANALISIS GERAKAN KERJA ......................................................................................... 23 xii
4.3 ANALISIS WAKTU KERJA .............................................................................................. 29 4.4 ANALISIS METODE KERJA ............................................................................................ 51 V. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................................ 56 5.1 SIMPULAN......................................................................................................................... 56 5.2 SARAN ............................................................................................................................... 57 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 58 LAMPIRAN ................................................................................................................................... 59
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Gerakan Therblig ................................................................................................................ 7 Tabel 2. Berat Beban Yang Dapat Ditolerir Untuk Aktivitas Angkat Yang Sering ........................ 24 Tabel 3. Tindakan Yang Harus Dilakukan Sesuai Dengan Batas Angkat ....................................... 24 Tabel 4. Pengaruh Temperatur Terhadap Pekerja ........................................................................... 25 Tabel 5. Standar Tinggi Kursi Untuk Pekerjaan Yang Dilakukan Sambil Berdiri .......................... 28 Tabel 6. Waktu Normal Preparasi Pada Awal Shift ........................................................................ 42 Tabel 7. Waktu Normal Preparasi Pada Akhir Shift ........................................................................ 43 Tabel 8. Waktu Normal Pengemasan Pada Awal Shift ................................................................... 45 Tabel 9. Waktu Normal Pengemasan Pada Akhir Shift ................................................................... 46 Tabel 10. Nilai Penyesuaian ............................................................................................................ 48 Tabel 11. Nilai Kelonggaran ........................................................................................................... 50 Tabel 12. Waktu Baku Preparasi ..................................................................................................... 50 Tabel 13. Waktu Baku Pengemasan ................................................................................................ 51
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Bagan Sistematis Dari Langkah-langkah Penelitian Kerja .............................................. 6 Gambar 2. Stopwatch ...................................................................................................................... 12 Gambar 3. Termometer ................................................................................................................... 13 Gambar 4. Contoh time and motion sheet ....................................................................................... 14 Gambar 5. Diagram Alir Metode Penelitian.................................................................................... 15 Gambar 6. Diagram alir proses preparasi tepung ............................................................................ 16 Gambar 7. Diagram alir proses pengemasan long stick................................................................... 21 Gambar 8. Simulasi Gerakan Memilih Biskuit ............................................................................... 31 Gambar 9. Simulasi Gerakan Menjangkau Tepung ........................................................................ 32 Gambar 10. Simulasi Gerakan Menjangkau cup ............................................................................. 33 Gambar 11. Simulasi Gerakan Menjangkau tray ............................................................................ 33 Gambar 12. Simulasi Gerakan Melepas Ring ke Atas Cup ............................................................. 36 Gambar 13. Simulasi Gerakan Melepas Biskuit ke Dalam Cup ...................................................... 37 Gambar 14. Simulasi Gerakan Melepas Cup Ke Dalam Tray ......................................................... 37 Gambar 15. Simulasi Gerakan Melepas Tray Ke Dalam Karton .................................................... 37 Gambar 16. Simulasi Gerakan Memeriksa Kualitas Cup Yang Baru Keluar Dari Mesin Welding........................................................................................................................ 39 Gambar 17. Simulasi gerakan Memeriksa kualitas cup yang baru keluar dari mesin cup sealer dan cutting seal ............................................................................................................ 39 Gambar 18. Sarung Tangan Latex Food Grade .............................................................................. 55
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Peta Tangan Kiri dan Kanan Pada Proses Pengayakan Tepung Saat Ini .................... 60 Lampiran 2. Peta Tangan Kiri dan Kanan Pada Proses Pengayakan Tepung Usulan ..................... 61 Lampiran 3. Peta Tangan Kiri dan Kanan Pada Proses Pengemasan Tepung ................................. 62 Lampiran 4. Peta Tangan Kiri dan Kanan Pada Proses Meletakkan Ring ....................................... 63 Lampiran 5. Peta Tangan Kiri dan Kanan Pada Proses Memasukkan Biskuit ................................ 64 Lampiran 6. Peta Tangan Kiri dan Kanan Pada Proses Memasukkan Cup Ke Tray ....................... 65 Lampiran 7. Peta Tangan Kiri dan Kanan Pada Proses Memasukkan Tray Ke Karton .................. 66 Lampiran 8. Denah Ruang Proses Pengayakan Tepung .................................................................. 67 Lampiran 9. Denah Ruang Proses Pengemasan Tepung ................................................................. 68 Lampiran 10. Denah Ruang Proses Pengemasan Long Stick .......................................................... 69 Lampiran 11. Peta Kerja Proses Pengemasan ................................................................................. 70 Lampiran 12. Hasil pengolahan data proses preparasi dengan SPSS .............................................. 71 Lampiran 13. Hasil pengolahan data proses pengemasan dengan SPSS ......................................... 72 Lampiran 14. Time and motion sheet pada masing-masing proses ................................................. 73
xvi
I.
1.1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Salah satu hal yang diharapkan oleh perusahaan adalah optimasi produktivitas kerja, sehingga dapat dihasilkan produk yang optimum dan berkualitas yang akan meningkatkan profit perusahaan. Peningkatan produktivitas dapat terlihat dari meningkatnya hasil keluaran kerja per jam ataupun waktu yang telah dihabiskan. Perangkat yang digunakan dalam peningkatan produktivitas adalah metode atau cara kerja, studi terhadap waktu (time study) dan gaji atau upah. Pekerjaan dikatakan efektif dan tepat waktu apabila kita tinjau dengan adanya gerakan yang membentuk kerja tersebut. Gerakan–gerakan yang dilakukan seorang pekerja adakalanya sudah tepat atau sesuai dengan gerakan yang diperlukan, tetapi adakalanya pula seorang pekerja melakukan gerakan yang tidak efektif atau tidak diperlukan. Sehingga kita dapat merancang suatu sistem atau metode kerja yang sedapat mungkin mengefektifkan semua gerakan sehingga produktivitas dapat tercapai. Dalam sistem kerja diperlukan pengukuran terhadap waktu untuk menentukan produktivitas. Unsur manusia, mesin dan peralatan, dan lingkungan fisik pekerjaan harus diperhatikan baik secara individual maupun dalam kaitannya satu sama lainnya karena dari semua unsur ini adalah bagian dari sistem kerja. Sistem kerja terbaik didapatkan dengan pengukuran kerja yang mencakup pengukuran waktu, tenaga, akibat psikologis dan sosiologis. Metode kerja perlu dipelajari agar kelelahan kerja dapat dikurangi, menghindari masalah yang timbul pada sistem kerangka otot, dan mendapatkan hasil pekerjaan yang lebih baik. Perhatian terhadap desain sistem kerja dan metodenya merupakan suatu awal langkah untuk menemukan metode yang ideal sehingga mudah digunakan. Menemukan masalah, mendefinisikan masalah dan menemukan solusi yang baik adalah tahapan dalam memperbaiki kondisi kerja yang ada. Perbaikan pada setiap bagian kerja akan mempermudah pekerja dalam mengefisienkan gerakan agar kelelahan kerja dapat dikurangi sehingga waktu yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk menjadi semakin singkat. Penentuan waktu standar dari setiap bagian kerja akan menghasilkan suatu metode kerja yang baik. Proses produksi biskuit terdiri dari proses preparasi atau proses penyiapan bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan biskuit, kemudian proses pembuatan biskuit, dan proses pengemasan biskuit. Proses pembuatan biskuit terdiri dari 3 proses utama yaitu proses pencampuran (mixing), proses pembentukan/pencetakan (forming), dan proses pemanggangan (baking). Proses pencampuran (mixing) adalah proses dimana bahan-bahan untuk membuat biskuit dicampur menjadi satu dengan air dan zat pengembang sehingga terbentuk adonan, sedangkan proses pembentukan/pencetakan (forming) adalah proses dibentuk/dicetaknya adonan biskuit yang sudah dibuat sebelumnya, kemudian proses pemanggangan (baking) adalah proses pematangan adonan biskuit yang telah dibentuk/dicetak. Proses produksi dilakukan untuk menghasilkan produk dengan spesifikasi, jumlah, ukuran, warna dan kualitas yang sama. Karena itu diperlukan suatu metode kerja yang baku dalam proses preparasi tepung sebelum masuk ke dalam proses pembuatan adonan. Untuk meningkatkan produktivitas juga perlu adanya perhatian khusus dalam proses pengemasan produk, karena jika pengemasan produk dilakukan dengan baik maka cacat pada produk pun dapat berkurang sehingga tidak perlu adanya proses pengemasan ke dua yang bertujuan untuk memperbaiki produk-produk yang telah diproses pada proses pengemasan yang pertama, waktu pun menjadi tidak terbuang percuma karena pabrik dapat memproses untuk produk-produk yang selanjutnya.
1
1.2
TUJUAN Studi gerak dan waktu yang dilakukan pada proses produksi biskuit long stick ini bertujuan
untuk: 1. Menentukan waktu standar kerja pada sejumlah komponen kerja yang terlibat dalam proses produksi biskuit long stick. 2. Memberikan usulan sistem dan metode kerja yang lebih baik dengan indikasi beban kerja yang lebih ringan dan waktu yang lebih cepat.
1.3
RUANG LINGKUP PERMASALAHAN
Berdasarkan tujuan dari penelitian, dan agar lebih memusatkan perhatian pada pemecahan masalah maka perlu dilakukan pembatasan masalah, beberapa batasan-batasan terhadap masalah yang akan dibahas antara lain : 1. Penelitian akan dilakukan pada proses produksi biskuit long stick, khususnya pada proses preparasi dan pengemasan. 2. Proses preparasi yang diteliti adalah proses preparasi tepung yang digunakan untuk membuat biskuit long stick. 3. Produk yang akan diteliti adalah produk biskuit long stick. 4. Metode dan sistem kerja yang akan diteliti hanya pada satu jenis produk biskuit long stick. 5. Posisi pekerja saat melakukan pekerjaan. 6. Tata letak ruang kerja, alat, dan proses pekerjaan.
2
II.
2.1
TINJAUAN PUSTAKA
PROSES PEMBUATAN BISKUIT
Biskuit merupakan produk pangan hasil pemanggangan yang dibuat dengan bahan dasar tepung terigu, dengan kadar air akhir kurang dari 5%.Biasanya formulasi biskuit dibuat dengan diperkaya bahan-bahan tambahan seperti lemak, gula (ataupun garam) serta bahan pengembang. Biskuit dibuat dengan bermacam-macam jenis, terutama dibedakan atas keseimbangan yang ada antara bahan utama tepung, gula, lemak, dan telur. Kemudian juga bahan tambahan seperti cokelat, buah-buahan, dan rempah-rempah yang memiliki pengaruh terhadap cita rasa (Omobuwoajo 2003 dalam Anonim 2010). Proses pembuatan biskuit secara garis besar terdiri dari pencampuran (mixing), pembentukan (forming) dan pemanggangan (baking). Tahap pencampuran bertujuan meratakan pendistribusian bahan-bahan yang digunakan dan untuk memperoleh adonan dengan konsistensi yang halus. Terdapat tiga metode pencampuran yaitu single-stage, multiple-stage dan continous. Pada metode single-stage, semua bahan dicampur menjadi satu dan dimixer bersamaan. Pada multiple-stage, mungkin terdiri dari dua tahap atau lebih. Pertama yang dicampur adalah lemak dan gula., kemudian bahan-bahan cair, selanjutnya bahan-bahan lainnya. Pada metode continous biasanya dipilih karena keefektifannya, memaksimalkan output dan meminimalkan input karena proses yang kontinyu (Kobs 2001 dalam Anonim 2010). Pencampuran adonan biskuit biasanya diawali pencampuran antara gula dan shortening (disebut creaming method) kemudian bahan-bahan lain seperti tepung dan bahan pengembang dimasukkan (Bennion 1980 dalam Anonim 2010). Adonan yang diperoleh selanjutnya dicetak sesuai dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan. Adonan biskuit dibentuk lembaran-lembaran dan dipotong-potong dengan pisau pemotong atau alat pencetak biskuit. Adonan yang telah dicetak selanjutnya dipanggang dengan oven. Menurut Desrisier (1998) dalam Anonim (2010) pemanggangan merupakan hal yang penting dari seluruh urutan proses yang mengarah pada produk yang berkualitas. Selama pemanggangan, lemak mencair, gula larut, bahan pengembang melanjutkan aktifitasnya, struktur terbentuk, cairan dipindahkan dan terjadi crust pada permukaan dan pembentukan warna (Kobs 2001 dalam Anonim 2010). Temperatur oven untuk proses pemanggangan tergantung pada jenis, bentuk, dan ukuran dari produk yang dibuat dan dijaga sifat-sifat dari bahan-bahan penyusunnya. Pada umumnya temperatur pemanggangan biskuit antara lain 218-2320C dalam waktu 15-20 menit (Fellows 1992 dalam Anonim 2010). Hui (1992) dalam Anonim (2010) juga menyatakan pemanggangan dilakukan dengan oven dan jenis biskuit. Semakin sedikit kandungan gula dan lemak, temperatur pemanggangan dapat lebih tinggi. Oven sebaiknya tidak terlalu panas ketika bahan dimasukkan sebab bagian luar akan terlalu cepat matang. Hal ini dapat menghambat pengembangan dan permukaan biskuit menjadi retak-retak. Setelah pengembangan, diperlukan penanganan selama pendinginannya. Jika biskuit terlalu cepat didinginkan bisa terjadi keretakan. Keretakan internal biasanya tidak segera terlihat, tetapi karena kerusakan selama pengemasan dan pendistribusiannya (Kobs 2001 dalam Anonim 2010). Mutu biskuit disamping ditentukan oleh nilai gizinya juga ditentukan oleh warna, aroma, cita rasa dan kerenyahannya. Dari sekian parameter tersebut, menurut Matz (1992) dalam Anonim (2010) yang paling menentukan adalah kerenyahannya.
3
2.2
PROSES PENGEMASAN
Secara umum pengemasan adalah suatu cara atau suatu perlakuan pengamanan terhadap bahan/produk agar supaya bahan/produk tersebut baik yang belum maupun yang sudah mengalami pengolahan sampai ke tangan konsumen dengan selamat. Di dalam pelaksanaan pengemasan terjadi gabungan antara seni, ilmu dan teknologi penyiapan bahan untuk pengangkutan dan penjualan, karena pengemasan harus mampu melindungi bahan yang akan dijual dan menjual bahan yang dilindungi. Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan memegang peranan penting dalam pengawetan bahan hasil pertanian. Pada umumnya pengemasan berfungsi untuk menempatkan bahan atau hasil pengolahan atau hasil industri ada dalam bentuk-bentuk yang memudahkan penyimpanan, pengangkutan dan distribusi ke masyarakat pembeli. Fungsi pengemasan yang lainnya adalah : 1. Melindungi bahan terhadap kontaminasi dari luar, baik dari mikroorganisme maupun kotoran-kotoran serta gigitan serangga dan binatang pengerat. 2. Menghindarkan terjadinya penurunan atau peningkatan kadar air bahan yang dikemas. Jadi bahan yang dikemas tersebut tidak boleh berkurang kadar airnya karena merembes ke luar atau bertambah kadar airnya karena menyerap uap air dari atmosfer. 3. Menghindarkan terjadinya penurunan kadar lemak bahan yang dikemasnya seperti pada pengemasan mentega digunakan pengemas yang tidak bisa ditembus lemak. 4. Mencegah masuknya bau dan gas-gas yang tidak diinginkan dan mencegah keluarnya bau dan gas-gas yang diinginkan. 5. Melindungi bahan yang dikemas terhadap pengaruh sinar. Hal ini terutama ditujukan untuk bahan pangan yang tidak tahan terhadap sinar seperti minyak dikemas dalam pengemas yang tidak tembus sinar. 6. Melindungi bahan dari bahaya pencemaran dan gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan getaran. 7. Membantu konsumen untuk dapat melihat produk yang diinginkan. Misalnya dengan digunakan pengemas yang transparan (tembus pandang). 8. Merangsang atau meningkatkan daya tarik pembeli, sehingga bentuk, warna dan dekorasi pengemas perlu direncanakan dengan baik. Persyaratan dan spesifikasi bahan pengemas untuk keperluan yang satu berbeda dengan yang lain. Beberapa persyaratan bahan pengemas yang perlu mendapat perhatian adalah : 1. Permeabilitasnya terhadap udara (oksigen dan gas lain). 2. Harus bersifat tidak toksik dan tidak bereaksi (inert), sehingga tidak terjadi reaksi kimia yang dapat menyebabkan atau menimbulkan perubahan warna, flavor dan cita rasa produk yang dikemas. 3. Harus mampu menjaga produk yang dikemas agar tetap bersih dan merupakan pelindung terhadap pengaruh panas, kotoran dan kontaminan lain. 4. Harus mampu melindungi produk yang dikemasnya dari kerusakan fisik, perubahan kadar air dan gangguan dari cahaya (penyinaran). 5. Harus mempunyai fungsi yang baik, efisien dan ekonomis khususnya selama proses penempatan bahan ke dalam kemasan. 6. Harus mudah dibuka dan ditutup dan dapat meningkatkan kemudahan penanganan, pengangkutan dan distribusi. 7. Harus mempunyai ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai dengan norma atau standar yang ada, mudah dibuang dan mudah dicetak atau dibentuk kembali.
4
8.
Harus mampu menjelaskan identifikasi dan informasi dari bahan yang dikemasnya, sehingga dapat membantu promosi atau memperlancar proses penjualan.
Efek perlindungan pengemas terhadap bahan yang dikemas terutama disebabkan oleh kemampuan pengemas tersebut untuk mengisolasi dan melindungi bahan dari pengaruh luar atau pengaruh lingkungan. Efektifitas pengemas dalam melindungi bahan yang dikemas tidak hanya tergantung dari kondisinya, tetapi juga kondisi bahan dan perlakuan yang diberikan pada bahan. Secara ideal pengemas dapat melindungi bahan yang dikemas dengan cara mencegah terjadinya kerusakan mekanis, kerusakan kimiawi dan kerusakan mikrobiologis. Namun demikian tidak semua jenis pengemas dapat mencegah ketiga tipe kerusakan tersebut dengan baik, karena masing-masing pengemas mempunyai ambang batas kemampuan dan spesifikasi kegunaan yang berbeda. Oleh karena itu diperlukan penilaian dan pemilihan pengemas yang tepat jika ingin mendapatkan efek perlindungan yang optimal.
2.3
ERGONOMI
Istilah ergonomi yang juga dikenal dengan human factors berasal dari bahasa Latin yaitu “ergo” yang berarti kerja, dan “nomos” yang berarti hukum alam. Sehingga, ergonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang aspek–aspek manusia dalam lingkungan kerjanya, yang dapat ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen, dan perancangan (Nurmianto, 2004). Di dalam ergonomi, diperlukan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Metode pendekatannya dengan menganalisa hubungan fisik antara manusia dengan fasilitas kerjanya. Pada dasarnya, ergonomika memiliki tujuan penting. Tujuan pertama adalah meningkatkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan, serta aktivitas lain yang dilakukan, termasuk meningkatkan kemampuan pengguna, mengurangi kesalahan, dan meningkatkan produktivitas. Tujuan kedua adalah, meningkatkan keinginan tertentu; seperti keselamatan, kenyamanan, penerimaan pengguna, kepuasan kerja dan kualitas kehidupan, sama halnya dengan mengurangi kelelahan dan stres (Fitriani 2003 dalam Rohman 2008). Menurut Bridger (1995), ergonomi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia, mesin dan lingkungan yang bertujuan untuk menyesuaikan pekejaan dengan manusia. Menurut Bridger (1995) terdapat perbedaan antara ergonomi dengan human factors, yaitu ergonomi lebih menenkankan kepada faktor manusia sebagai sistem biologis, sedangkan human factors lebih menekankan kepada aspek psikologis (psikologi eksperimental dan psikologi teknik) dan menekankan kepada integrasi pertimbangan faktor manusia di dalam total desain. Walaupun demikian, human factors dan ergonomi mempunyai banyak persamaan dan tetap diasumsikan sama. Pendekatan ergonomi dalam perancangan tempat kerja bertujuan untuk mendapatkan keserasian antara manusia dengan sistem kerja (man – machine system). Pengaturan tata letak dan fasilitas kerja penting dilakukan karena untuk mencari gerakan–gerakan kerja yang efisien. Gerakan– gerakan manusia dalam bekerja perlu dirancang secara ergonomis, agar tidak menimbulkan mudah lelah atau nyeri. Oleh karena itu, agar terjadi keseimbangan beban tubuh dengan beban kerja perlu adanya design, redesign, substitusi, atau modifikasi alat dan lingkungan kerja. Konsebiskuitnsi situasi kerja dengan lingkungan kerja yang kurang sesuai secara ergonomi adalah kondisi tubuh menjadi kurang optimal, tidak efisien, kualitas rendah dan seseorang bisa mengalami ganguan kesehatan seperti nyeri, gangguan otot rangka, dan penurunan daya dengar. Maka, manfaat dan tujuan penerapan
5
ilmu ini adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan saat bekerja. Dengan demikian ergonomi berguna sebagai media pencegah terhadap kelelahan kerja sedini mungkin sebelum berakibat fatal kronis.
2.4
TEKNIK TATA CARA KERJA
Teknik tata cara kerja menurut Sutalaksana dkk, 2004 dalam Rohman, 2008 adalah suatu ilmu yang terdiri dari prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancangan (desain) terbaik dari sistem kerja. Wignjosoebroto (2003) juga menjelaskan bahwa prinsip-prinsip dan teknik kerja ini digunakan untuk mengatur komponen-komponen yang ada dalam sistem kerja yang terdiri dari manusia dengan sifat dan kemampuan-kemampuannya, bahan baku, mesin dan peralatan kerja lainnya, serta lingkungan kerja fisik yang ada sedemikian rupa sehingga dicapai tingkat efektifitas dan efisiensi kerja yang tinggi yang diukur dengan waktu yang dihabiskan, tenaga yang dipakai serta akibat psikologis atau sosiologis yang ditimbulkannya. Menurut Meyers (1992) teknik tata cara kerja merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mendapatkan metode terbaik untuk melakukan suatu pekerjaan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka ruang lingkup teknik tata cara kerja dapat dibagi ke dalam dua bagian besar, yaitu pengaturan kerja dan pengukuran kerja. Pengaturan kerja berisi prinsip-prinsip mengatur komponen-komponen sistem kerja untuk mendapatkan alternatif-alternatif sistem kerja terbaik. Pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan pengaturan terhadap pekerja, bahan, peralatan dan perlengkapan serta lingkungan kerja adalah apa yang dipelajari melalui ergonomi, studi gerakan dan ekonomi gerakan. Setelah mendapatkan beberapa alternatif terbaik, langkah berikutnya adalah memilih satu diantara yang terbaik. Ada empat kriteria yang dipandang sebagai pengukur yang baik tentang kebaikan suatu sistem kerja yaitu waktu, tenaga, psikologis dan sosiologis. Berdasarkan keempat kriteria tersebut dipilih satu sistem kerja terbaik yang memiliki syarat memungkinkan waktu penyelesaian sangat singkat, tenaga yang diperlukan untuk penyelesaian kerja tersebut sedikit dan mudah, serta dampak-dampak psikologis dan sosiologis yang mungkin ditimbulkan sangat sedikit. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.
PRINSIP-PRINSIP PENGATURAN METODE KERJA • Ergonomi • Studi Gerakan • Ekonomi Gerakan
PENELITIAN KERJA TEKNIK-TEKNIK PENGUKURAN KERJA • Pengukuran Waktu • Pengukuran Tenaga • Pengukuran Dampak • Psikologis & Sosiologis
Beberapa alternatif sistem kerja lebih baik
Alternatif sistem kerja terbaik
Produktivitas lebih tinggi
Gambar 1. Bagan sistematis dari langkah-langkah penelitian kerja (Wignjosoebroto, 2003)
6
2.5
STUDI GERAK
Studi gerak adalah analisis terhadap beberapa bagian badan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya agar gerakan-gerakan yang tidak efektif dapat dikurangi bahkan dihilangkan sehingga akan diperoleh penghematan waktu kerja dan kelelahan dari pekerja dapat diminimalisasi. Suatu pekerjaan dapat diuraikan menjadi beberapa elemen gerakan untuk dilakukan studi guna mendapatkan rangkaian gerakan yang lebih efisien dengan cara menghilangkan gerakan-gerakan kerja yang tidak efektif dan tidak diperlukan, menyederhanakan gerakan kerja, serta menetapkan gerakan dan urutan langkah kerja yang paling efektif guna mencapai tingkat efisiensi kerja yang optimal. Metode kerja perlu untuk dipelajari agar kelelahan kerja dapat dikurangi, menghindari masalah yang timbul pada sistem kerangka otot, dan mendapatkan hasil pekerjaan yang lebih baik (Nurmianto, 2004). Hal tersebut perlu dilakukan karena semua jenis pekerjaan akan menghasilkan kelelahan kerja. Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri. Untuk itu, dalam rangka untuk meminimumkan kelelahan dan resiko terhadap rusaknya tulang dan otot dalam kondisi kerja yang repetitive, maka dalam penempatan dan pengoperasian posisi pengendali (Control) harus seergonomis mungkin sehingga pengoperasiannya dalam keadaan paling efisien. Frank B. Gilberth dan istrinya (1909) dalam Wignjosoebroto (2003) merupakan pelopor studi gerakan secara manual. Mereka juga membuat teknik gambar-gerakan yang membuat detail dari studi gerakan ini yang dikenal dengan “micromotion studies” (studi gerakan mikro), yang telah teruji sangat berharga dalam mempelajari operasi manual yang berulang. Jenis dari studi ini melibatkan observasi yang teliti dari operasi dan gambaran mengenai proses pekerjaan operator dan gambaran analisis berdasarkan hukum dari ekonomi gerakan. Bagian dasar untuk menyempurnakan konsep ini, Gilberth dan istrinya menguraikan gerakan-gerakan kerja ke dalam 17 gerakan dasar THERBLIG. Sebagian besar dari elemen-elemen dasar Therblig merupakan gerakan tangan yang biasa terjadi apabila suatu pekerjaan terjadi, terlebih bila bersifat manual. Tujuh belas elemen kerja dalam therblig ditampilkan dalam Tabel 1. dan telah dibedakan antara gerakan efektif dan tidak efektif dalam tabel tersebut. Tabel 1. Gerakan Therblig Gerakan Therblig Gerakan Efektif
Gerakan Tidak Efektif
a. Menjangkau (Reach )
i. Mencari (Search)
b. Memegang (Grasp)
j. Memilih (Select)
c. Membawa (Move)
k. Mengarahkan (Position)
d. Mengarahkan awal (Preposition)
l. Memeriksa (Inspection)
e. Memakai (Use)
m. Merencanakan (Plan)
f. Merakit (Assemble)
n. Menahan (Hold)
g. Mengurai rakit (Dissamble)
o. Avoidable delay
h. Melepas (Release)
p. Unavoidable delay q. Rest to overcome fatigue
Sumber : Wignjosoebroto S (2008) dalam Rachmatia N (2010)
7
Secara garis besar masing-masing Therbligs tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut : 1. Mencari (Search) Elemen gerakan mencari merupakan gerakan dasar dari pekerja untuk menemukan lokasi objek. Yang bekerja dalam hal ini adalah mata. Gerakan ini dimulai pada saat mata bergerak mencari objek dan berakhir bila objek sudah ditemukan. 2. Memilih (Select) Memilih merupakan gerakan untuk menemukan suatu objek yang tercampur. Tangan dan mata adalah dua bagian badan yang digunakan untuk melakukan gerakan ini. Therblig ini dimulai pada saat tangan dan mata mulai memilih dan berakhir bila objek sudah ditemukan. 3. Memegang (Grasp) Memegang adalah elemen gerakan tangan yang dilakukan dengan menutup jari-jari tangan pada objek yang dikehendaki dalam suatu operasi kerja. Elemen Therblig ini biasanya didahului oleh gerakan menjangkau dan dilanjutkan dengan gerakan membawa. 4. Menjangkau (Reach) Pengertian menjangkau dalam Therblig adalah gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik gerakan mendekati maupun menjauhi objek. Gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan melepas dan diikuti oleh gerakan memegang. 5. Membawa (Move) Elemen gerak membawa juga merupakan gerak perpindahan tangan, hanya dalam gerakan ini tangan dalam keadaan dibebani. Gerakan membawa biasanya didahului oleh gerakan memegang dan dilanjutkan dengan gerakan melepas. Therblig ini mulai dan berakhir pada saat yang sama dengan menjangkau, karena itu faktor-faktor yang mempengaruhi waktu geraknya pun hampir sama yaitu jarak pindah dan macamnya. 6. Memegang untuk Memakai (Hold) Pengertian memegang untuk memakai disini adalah memegang tanpa menggerakkan objek yang dipegang tersebut. Perbedaan dengan elemen gerak memegang, tangan memegang objek dan dilanjutkan dengan gerakan membawa, sedangkan elemen gerakan memegang untuk memakai ini terjadi dimana tangan yang satu melakukan gerak kerja memegang dan mengontrol objek sedangkan tangan yang lain melakukan kerja terhadap objek tersebut. 7. Melepas (Release) Elemen gerak melepas terjadi pada saat tangan operator melepaskan kembali objek yang dipegang sebelumnya. Dengan demikian elemen gerak ini diawali sesaat jari-jari tangan membuka lepas dari objek yang dibawa dan berkahir begitu semua jari jelas tidak menyentuh atau memegang objek lagi. 8. Mengarahkan (Position) Mengarahkan adalah elemen gerakan Therblig yang terdiri dari menempatkan objek pada lokasi yang dituju secara tepat. Gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan membawa dan diikuti oleh gerakan merakit atau melepas. Gerakan dimulai sejak tangan memegang/mengontrol objek
8
tersebut ke arah lokasi yang dituju dan berakhir pada saat gerakan merakit atau melepas/memakai dimulai. 9. Mengarahkan Sementara (Pre position) Mengarahkan sementara merupakan elemen gerak mengarahkan objek pada suatu tempat sementara. Tujuan dari gerakan ini adalah untuk memudahkan pemegangan apabila objek tesebut akan dipakai kembali. 10. Pemeriksaan (Inspect) Therblig ini merupakan pekerjaan memeriksa objek untuk mengetahui apakah objek telah memenuhi syarat-syarat tertentu atau belum. Elemen gerakan ini dapat berupa gerakan melihat seperti memeriksa warna, meraba seperti memeriksa kehalusan permukaan, mencium, mendengarkan dan kadang-kadang merasa dengan lidah. 11. Perakitan (Assemble) Perakitan adalah gerakan untuk menggabungkan satu objek dengan objek yang lain menjadi satu kesatuan. Gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan membawa atau mengarahkan dan dilanjutkan oleh therblig melepas. 12. Lepas Rakit (Disassemble) Therblig ini merupakan kebalikan dari Therblig di atas, disini dua bagian objek dipisahkan dari satu kesatuan. Gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan memegang dan dilanjutkan oleh membawa atau bisa juga dilanjutkan oleh melepas. 13. Memakai (Use) Yang dimaksud dengan memakai disini adalah bila satu tangan atau kedua-duanya dipakai untuk menggunakan alat. 14. Kelambatan yang Tak Terhindarkan (Unavoidable delay) Kelambatan yang dimaksudkan disini adalah kelambatan yang diakibatkan oleh hal-hal yang terjadi di luar kemampuan mengendalikan pekerja. Hal ini timbul karena ketentuan cara kerja yang mengakibatkan satu tangan menganggur sedangkan tangan lainnya bekerja. 15. Kelambatan yang dapat Dihindarkan (Avoidable delay) Kelambatan ini disebabkan oleh hal yang ditimbulkan sepanjang waktu kerja oleh pekerjanya sendiri baik disengaja maupun tidak disengaja. 16. Merencana (Plan) Merencana merupakan proses mental, dimana operator berpikir untuk menentukan tindakan yang akan diambil selanjutnya. 17. Istirahat untuk Menghilangkan Fatigue (Rest to Overcome Fatigue) Hal ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja, tetapi terjadi secara periodik. Waktu untuk memulihkan lagi kondisi badannya dari rasa fatigue sebagai akibat kerja berbeda-beda, tidak saja karena jenis pekerjaannya tetapi juga oleh individu pekerjanya.
9
Dalam menganalisa gerakan kerja seringkali dijumpai kesulitan dalam menentukan batas-batas suatu elemen Therblig dengan elemen Therblig lainnya karena waktu gerakan kerja terlalu singkat. Demikian juga seringkali kita jumpai bahwa elemen Therblig itu sendiri dengan singkat pelaksanaanya sehingga sangat sulit untuk diamati secara visual. Analisa gerakan kerja dengan rekaman film (studi gerakan mikro/ micromotion study) dilakukan dengan merekam gerakan-gerakan kerja dengan menggunakan rekaman film dan segala perlengkapannya. Hasil rekaman yang diambil dapat diputar ulang sehingga analisis gerakan kerja bisa dilakukan dengan lebih teliti.
2.6
STUDI WAKTU
Waktu merupakan salah satu sumber input seperti halnya dengan dengan material, energi, dan sebagainya. Waktu adalah sumber yang tidak dapat digantikan, sekali terlewat maka tidak bisa diulang kembali. Penggunaan waktu yang efektif akan memberi dampak langsung terhadap produktivitas. Aktivitas pengaturan dalam hal ini harus dirancang untuk menangani lebih banyak pekerjaan. Studi waktu adalah bagian dari prosedur pengukuran kerja yang digunakan, dimana usaha manusia menjadi bagian dari aktivitas produktif dan beberapa prosedur yang digunakan untuk mengukur “human time” untuk beberapa konsep dari sebuah level standar dari suatu usaha (Mundel and Danner, 1994). Pengukuran kerja sendiri adalah sebuah ketentuan umum yang digunakan oleh banyak teknik sistematik dalam pengembangan koefisien numerik untuk mengubah pernyataan kuantitatif dari beban kerja menjadi sebuah pernyataan kuantitatif dari waktu yang dibutuhkan dalam penggunaan sumberdaya seperti mesin, manusia atau robot. Aspek studi waktu terdiri dari bermacammacam prosedur untuk menentukan jumlah waktu yang diperlukan dan kondisi standar yang dapat diukur, yang meliputi tugas manusia, mesin atau kombinasi keduanya. Pengukuran waktu ditujukan juga untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Peranan penentuan waktu bagi suatu pekerjaan sangat besar di dalam sistem produksi seperti untuk sistem upah perangsang, penjadwalan kerja dan mesin, pengaturan tata letak pabrik, penganggaran dan sebagainya (Sutalaksana dkk, 2004 dalam Rohman, 2008). Studi terhadap waktu dapat menunjukkan ukuran kerja, yang melibatkan teknik dalam penetapan waktu baku yang diijinkan untuk melakukan tugas yang telah diberikan berdasarkan ukuran suatu metode kerja dengan memperhatikan faktor kelelahan, pekerja dan kelambatan yang tidak dapat dihindarkan. Analisa studi waktu dapat menggunakan beberapa teknik untuk menetapkan sebuah standar yaitu dengan cara studi waktu menggunakan stopwatch, pengolahan data dengan menggunakan komputerisasi, data standar, dasar mengenai data gerakan, pengambilan contoh kerja, dan perhitungan berdasarkan masa lalu. Setiap teknik mempunyai penerapan tersendiri pada setiap kondisi, studi analisis waktu harus dapat diketahui ketika hal ini harus menggunakan teknik tertentu dan kemudian menggunakan teknik tersebut secara benar (Anggraini, 2006). Standar waktu digunakan untuk menentukan tenaga kerja dan peralatan yang dibutuhkan; untuk membantu dalam pengembangan metode kerja yang efektif; untuk mengatur pekerja dalam melakukan pekerjaannya; untuk membantu dalam membandingkan performansi kerja dari suatu rencana yang sudah ditetapkan dengan beban kerja dan sumberdaya yang digunakan; dan untuk melaksanakan pengukuran produktivitas secara total (Mundel and Danner, 1994 dalam Rohman, 2008). Aktivitas pengukuran waktu kerja diperkenalkan pertama kali untuk penyelesaian kerja. Dengan adanya waktu ini maka sistem pengaturan upah atau insentif akan dapat dibuat berdasarkan “a
10
fair day’s pay for a fair day’s work”. Begitu pula dengan mengetahui waktu ini maka estimasi akan keluaran kerja yang dihasilkan serta jadwal perencanaan kerja dapat dibuat secara lebih akurat. Produktivitas kerja pada negara berkembang akan selalu terkait dengan usaha-usaha yang dilakukan oleh sumber daya manusia yang digunakan, yaitu mengenai efektivitas dan efisiensi kerja. Nilai efisiensi tersebut dapat diartikan suatu rasio antara keluaran (output) dengan masukan (input). Efisiensi atau produktivitas dari tenaga kerja ditunjukkan sebagai rasio dari jumlah keluaran yang dihasilkan per total tenaga kerja yang dipekerjakan. Total tenaga kerja ini direpresentasikan sebagai jam-manusia (man hours), yaitu jam kerja yang dipakai untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada 2 unsur yang membentuk produktivitas, yaitu besar kecilnya keluaran yang dihasilkan dan waktu kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Masukan berupa waktu ini dapat diteliti dan diperoleh dengan cara melakukan studi mengenai tata cara kerja dan pengukuran waktu kerja (motion & time study).
2.7
PETA KERJA
Menurut Wignjosoebroto (2003) peta kerja atau sering disebut dengan peta proses adalah suatu alat komunikasi yang sistematis dan logis guna menganalisa proses kerja dari tahap awal sampai akhir. Sedangkan menurut Sutalaksana, dkk. (2004) peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan secara sistematis dan jelas (biasanya kerja produksi). Tujuan dari teknik ini adalah untuk mengetahui operasi dari stasiunstasiun kerja dan bagaimana untuk memperbaikinya (Meyers, 1992). Peta kerja akan merupakan alat yang baik untuk dipakai menganalisa suatu operasi kerja dengan tujuan mempermudah atau menyederhanakan proses kerja yang ada. Jika dilakukan studi yang seksama terhadap suatu peta kerja, maka usaha untuk memperbaiki metoda kerja dari suatu proses produksi akan lebih mudah dilaksanakan. Perbaikan-perbaikan yang mungkin dilakukan anatara lain : 1. Menghilangkan aktivitas handling yang tidak efisien. 2. Mengurangi jarak perpindahan operasi kerja dari suatu elemen ke elemen yang lain. 3. Mengurangi waktu-waktu yang tidak produktif seperti waktu menunggu (delay). 4. Mengatur operasi kerja menurut langkah-langkah kerja yang lebih efektif dan efisien. 5. Menggabungkan suatu operasi kerja dengan operasi kerja yang lain bilamana mungkin. 6. Menemukan operasi kerja yang lebih efektif dengan maksud mempermudah pelaksanaan. 7. Menemukan mesin atau fasilitas-fasilitas produksi lainnya yang mampu bekerja lebih produktif. 8. Menunjukkan aktivitas-aktivitas inspeksi yang berlebihan. Pada dasarnya peta-peta kerja yang ada sekarang bisa dibagi ke dalam dua kelompok besar berdasarkan kegiatannya, yaitu peta kerja keseluruhan dan peta kerja setempat. Suatu kegiatan disebut kegiatan kerja keseluruhan apabila kegiatan tersebut melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan untuk membuat produk yang bersangkutan. Sedangkan suatu kegiatan disebut kegiatan kerja setempat apabila kegiatan kerja tersebut terjadi dalam suatu stasiun kerja yang biasanya hanya melibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah terbatas. Jenis-jenis peta yang termasuk kelompok kegiatan kerja keseluruhan antara lain: peta proses operasi, peta aliran proses, peta proses kelompok kerja dan diagram aliran. Sedangkan jenis-jenis peta yang termasuk ke dalam kelompok kegiatan kerja setempat adalah peta pekerja dan mesin, peta tangan kiri dan tangan kanan.
11
III.
3.1
METODOLOGI
WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Kegiatan Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juli 2011. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Arnott’s Indonesia dan Laboratorium Ergonomi dan Elektronika Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pengambilan data dilakukan pada unit produksi biskuit long stick, mulai dari preparasi sampai pengemasan selama beberapa kali siklus pada awal dan akhir shift pertama. Objek penelitian ini adalah pekerja yang bekerja pada proses produksi biskuit long stick dan dipilih secara acak.
3.2
PERALATAN Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Lembar pengamatan (Time and motion Sheet) Lembar pengamatan digunakan sebagai tempat mencatat hasil-hasil pengamatan secara langsung di lapangan. Form ini digunakan untuk mencatat waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan satu siklus pekerjaan dengan membaginya ke dalam beberapa elemen kerja. 2. Stopwatch Stopwatch digunakan untuk melihat waktu kerja setiap elemen kerja dan dicatat dalam time and motion sheet. Stopwatch yang digunakan adalah stopwatch digital seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2. Stopwatch
3. Termometer Termometer yang digunakan untuk penelitian ini adalah termometer digital yang dilengkapi dengan alat pengukur kelembaban. Termometer ini digunakan untuk mengukur temperatur dan kelembaban ruang kerja. Termometer yang digunakan ini dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.
12
Gambar 3. Termometer
4. Seperangkat komputer dan alat tulis Komputer dan alat tulis ini digunakan untuk proses pengolahan data. Beberapa software utama yang digunakan adalah Ms. Office, Ms. Excel, dan software SPSS 16.0 for Windows untuk megolah data yang telah didapat selama penelitian.
3.3
PROSEDUR PENELITIAN
Pengambilan Data Data yang diperlukan adalah proses produksi, metode kerja, lama waktu penyelesaian setiap kegiatan dan jumlah tenaga kerja. Pengambilan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung dan pencatatan data. Dalam metode ini juga diamati mengenai kenyamanan untuk mengetahui keadaan pekerja yang dipengaruhi oleh lingkungan dan juga kelelahan serta faktor ergonomika yang lainnya seperti posisi kerja, dimensi ruang kerja, temperatur ruang kerja, kelembaban, dan lain-lain. Cara pengambilan datanya adalah saat pekerja melakukan kegiatannya stopwatch dinyalakan dan tidak berhenti sampai batas akhir penelitian. Selama penelitian tersebut apapun kegiatan yang dilakukan oleh pekerja dicatat dalam time and motion sheet, baik kegiatannya maupun waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan tersebut, dari data yang didapat maka dapat dilihat waktu siklus yang pantas diberikan untuk setiap kegiatan yang dilakukan. Contoh Time and motion sheet untuk melihat waktu yang pantas untuk tiap kegiatan dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini, sedangkan data hasil dari penelitian dapat dilihat pada Lampiran 20. Setelah waktu yang pantas didapat barulah kemudian dilakukan pengambilan waktu per kegiatan, untuk kegiatan yang siklus gerakannya terjadi kurang dari 10 detik pengambilan datanya dilakukan cara menghitung berapa banyak gerakan tersebut terjadi dalam waktu 30 detik, sedangkan untuk gerakan yang waktu siklusnya lebih dari 10 detik pengambilan data dilakukan dengan menggunakan stopwatch dan dicatat pada time and motion sheet saja. Pengulangan yang dilakukan baik untuk gerakan yang siklusnya kurang maupun lebih dari 10 detik adalah 10 kali.
13
Kegiatan : Shift : Lama : Pengukuran
Banyaknya Pekerja Keterangan
Waktu Menit Detik
Simbol
Waktu Menit Detik
: :
Simbol
Gambar 4. Contoh time and motion sheet
Tahapan Penelitian 1. Tahap Pendahuluan Dalam tahap pendahuluan didapatkan pengukuran waktu yang pantas diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Terlebih dahulu dilakukan pemilihan pekerjaan yang akan diukur, kemudian dilakukan penentuan terhadap elemen-elemen kerja dari setiap tahap proses produksi agar dapat ditentukan titik awal dan titik patah dari setiap elemen. 2. Tahap Pengukuran Alat yang digunakan adalah Time and Motion Sheet dan stopwatch. Pencatatan dilakukan terhadap waktu kegiatan, baik secara kontinyu maupun berulang. Kondisi kerja, lingkungan, dan tata letak tempat pekerjaan dicatat selama terjadi pengukuran kerja untuk keperluan menentukan waktu penyesuaian dan kelonggaran. 3. Tahap Pengolahan Data Data-data hasil pengamatan yang ada di Time and Motion sheet digunakan sebagai sumber data utama untuk dianalisis. Data dioalah menggunakan software Ms. Excel. Data yang dicatat pada time and motion sheet dapat dilihat pada Lampiran 12. 4. Tahap Analisis a. Analisis Elemen gerak Analisis dilakukan terhadap metode kerja yang telah ada. Metode kerja dilihat dalam serangkaian gerakan yang pada akhirnya akan membentuk satu siklus kerja. Siklus kerja tersebut akan diuraikan ke dalam elemen-elemen gerak berdasarkan 17 gerakan THERBLIGS. Penguraian siklus kerja tersebut merupakan langkah awal untuk mendapatkan rangkaian kerja yang lebih efisien.
14
b. Analisis Elemen Waktu Waktu standar yang dijadikan acuan adalah waktu standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan, kemudian dibandingkan dengan pengamatan yang dilakukan secara langsung. 5. Tahap Perbaikan Setelah didapatkan pengukuran waktu baku, maka tahap yang selanjutnya dilakukan adalah menganalisa apakah sistem kerja yang sebelumnya sudah baik atau belum. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan produktivitas serta tujuan paling utama adalah kenyamanan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dari pekerja. Perbaikan yang mungkin dilakukan adalah menghilangkan operasi-operasi yang tidak perlu, menggabungkan suatu operasi dengan operasi lainnya, menemukan suatu urutan-urutan proses produksi yang lebih baik, menentukan mesin atau peralatan yang lebih ekonomis, menghilangkan waktu menunggu antara operasi, dan menemukan gerakan dengan beban yang lebih kecil. Perbaikan sistem kerja diharapkan dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan karena kebersihan terjamin, pekerja bekerja secara teratur dan waktu menunggu berkurang. Dengan meningkatkan kualitas ini diharapkan produk dapat dipasarkan lebih luas sehingga meningkatkan keuntungan (Alwi dalam Anggraini, 2006). Tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini.
Mulai Mempelajari perusahaan secara umum, proses produksi Nyam-nyam, sketsa tempat kerja
Mempelajari metode kerja dan memecahkan masalah operasi ke dalam elemen kerja
Memilih operator Menghitung waktu siklus dan pola kerja
Waktu normal
Kelonggaran
Pribadi
Hambatan yang tak terhindarkan
Waktu baku
Selesai Gambar 5. Diagram alir metode penelitian
15
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bagian preparasi dan pengemasan merupakan bagian yang prosesnya dapat dikategorikan sebagai kegiatan produksi tipe flow shop karena proses produksi terjadi secara terus menerus dan berulang-ulang, menghasilkan produk dalam jumlah yang besar, spesifikasi produk sedikit dan standar dalam jangka waktu yang lama, dan siklus waktu produksi relatif singkat.
4.1
Proses Produksi biskuit long stick
Pada proses produksi long stick terdapat banyak sekali kegiatan yang dilakukan, mulai dari preparasi tepung yang baru masuk dari supplier sampai biskuit long stick yang sudah jadi dan siap untuk dikemas dan dimassukkan ke dalam gudang penyimpanan untuk dikirim ke distributor. Beberapa kegiatan untuk memproduksi biskuit long stick ada yang sudah menggunakan mesin, ada pula yang masih menggunakan tenaga manusia. Proses preparasi adalah proses dilakukannya persiapan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat biskuit sebelum menjadi adonan, salah satu bahan yang digunakan untuk adonan tersebut adalah tepung. Sebelum tepung masuk ke dalam proses produksi untuk dibuat menjadi adonan, tepung perlu melewati beberapa proses agar lebih steril dan memiliki ukuran yang seragam, sehingga adonan yang nantinya akan terbentuk pun menjadi adonan yang baik. Proses yang perlu dilewati oleh tepung di antaranya adalah proses pengayakan, kemudian tepung akan ditempatkan di dalam karung yang telah ditetapkan beratnya sebelumnya. Setelah tepung melewati beberapa proses dan dinyatakan steril maka tepung langsung dibawa ke bagian yang akan membuat adonan untuk produk, seperti untuk bagian pembuatan long stick. Pada proses preparasi tepung ini masih banyak menggunakan tenaga manual (manusia), namun menggunakan beberapa alat bantu seperti mesin pengayak tepung, timbangan, forklift, dan lain-lain. Proses preparasi dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini. Manusia
Mulai
Membuka karung tepung
Selesai
Manusia Menuang Tepung
Mesin Mengayak tepung
Manusia
Manusia
Memindahkan tepung ke pallet
Menampung dan menimbang
Gambar 6. Diagram alir proses preparasi tepung Ruangan untuk mengayak tepung berada di lantai 2 dengan lubang yang diberi pipa sebagai penyalur tepung yang sudah diayak ke ruang pengemasan di bawahnya yang biasa dipakai untuk membungkus tepung ke dalam plastik. Ruangan pengayak ini berlantaikan besi dan selalu terasa
16
bergetar karena adanya mesin pengayak. Menurut Wignjosoebroto (2003) ruangan yang selalu bergetar dirasa kurang baik karena dapat menghilangkan konsentrasi pekerjanya bila terlalu lama berada di ruangan tersebut. Bukan tidak mungkin nantinya getaran ini akan menyebabkan tubuh dari pekerja yang bekerja dalam jangka waktu yang lama di ruangan tersebut akan selalu terasa bergetar. Untuk mengurangi efek getaran yang sangat terasa, sebaiknya mesin pengayak yang ada di ruangan ini diberi bantalan karet atau peredam getaran dan jarak antara lubang peletakan mesin pengayak dengan lantai diperbesar. Ruangan ini kurang memiliki ventilasi yang baik untuk menjadi tempat kerja selama 8 jam karena tidak terdapat jendela yang menjadi tempat sirkulasi udara yang ada di dalam ruang ayak dengan udara yang lebih segar di luar, hanya terdapat satu pintu besar yang biasanya menjadi tempat masuknya pallet-pallet berisi tepung yang akan diayak yang diangkat naik dengan menggunakan forklift. Pallet-pallet itu biasanya tidak akan dipindahkan mendekat dengan mesin sampai tepungtepung yang berada pada pallet yang dekat dengan mesin telah habis diayak. Pallet-pallet yang tidak dipindahkan ini dibiarkan saja di ambang pintu besar tersebut dan tidak dipindahkan kemana-mana karena tidak terlalu banyak bagian yang kosong yang terdapat di ruangan ini. Menurut Wignjosoebroto (2003) ruangan yang baik untuk menjadi tempat kerja selama 8 jam sebaiknya memiliki sedikit ruang gerak bebas agar ruang kerja dari pekerja tidak terbatas, untuk itu sebaiknya ruangan ini agak sedikit diperluas dan ditambah dengan adanya ventilasi alami (jendela) yang baik karena tidak mungkin di dalam ruangan ini diberikan ventilasi buatan seperti kipas angin, hal ini dapat menyebabkan tepung-tepung terbang dan berhamburan, jika menggunakan air conditioner maka dapat dipastikan air conditioner yang ada di ruangan ini akan cepat rusak karena pori-porinya tertutupi oleh tepung-tepung yang diproses. Ventilasi buatan yang mungkin dibuat di ruangan ini adalah exhaust fan yang diletakkan di atap ruangan. Lantainya pun sebaiknya bukan menggunakan besi/baja, melainkan menggunakan semen dan permukaannya dibuat kasar. Lantai yang terbuat dari semen dapat mengurangi resiko pekerja terjatuh akibat lantai yang licin karena banyak tepung yang berceceran, apalagi gerakan-gerakan yang dilakukan oleh pekerja ini cukup berbahaya mengingat bahwa tepung-tepung yang akan diayak berat satu karungnya adalah 25 sampai 50 kilogram. Denah ruang pengayakan tepung ini dapat dilihat pada Lampiran 8. Satu pallet yang diangkut ke ruang ayak berisi 30 karung tepung. Jika tepung yang akan diayak berat satu karungnya adalah 25 kilogram maka satu pallet ini beratnya 750 kilogram atau sekitar 0.75 ton, sementara jika tepung yang akan diayak berat satu karungnya adalah 50 kilogram maka berat satu palletnya adalah 1500 kilogram atau sekitar 1.5 ton. Pekerja biasanya mengangkat satu karung tepung ini sendiri atau berdua dengan rekannya saat menuang ke mesin pengayak, mungkin pada saat karungnya masih banyak pekerja tidak perlu mengeluarkan tenaga yang besar karena hanya menggeser tepung tersebut ke mulut mesin pengayak, namun jika tepung yang akan diayak sudah sedikit pekerja akan sangat mengalami kesulitan saat menuang tepung ke mesin pengayak. Hal berbahaya yang dapat terjadi adalah jatuhnya pekerja dari ketinggian saat sedang menuang tepung ke mesin pengayak. Aktivitas dari gerakan-gerakan seperti menarik dan mengangkat adalah aktivitas yang paling sering dilakukan oleh pekerja di ruangan ini, hal ini dapat menyebabkan pegal-pegal atau sakit di daerah sekitar pinggang, bahu kiri dan kanan, serta lengan atas kiri dan kanan. Untuk kegiatan menuang tepung ke dalam mesin pengayak, jika pekerja melakukannya di atas tepung yang masih tinggi biasanya pekerja akan membungkuk, sementara jika tepung sudah sedikit maka pekerja harus mengangkat karung-karung tepung tersebut untuk menuangnya ke dalam mesin pengayak. Hal ini tidak seharusnya terjadi karena satu karung tepung tersebut beratnya antara 25-50 kg, sebaiknya mesin pengayak ditempatkan pada posisi yang lebih rendah atau bahkan hampir disejajarkan dengan lantai, jika hal ini dirasa memperpendek perjalanan tepung untuk sampai pada
17
proses pembungkusan dengan plastik, maka sebaiknya jarak antara atap ruang pengemasan dengan lantai ruangan ayak perlu diperbesar. Keadaan lingkungan yang kurang baik ditambah dengan pekerjaan berat yang harus dilakukan pekerja akan menyebabkan pekerja lebih cepat merasa kelelahan, untuk itu mungkin perlu dilakukan adanya perbaikan-perbaikan lingkungan kerja seperti yang telah disebutkan di atas. Tempat membuang sampah yang terlalu jauh menyebabkan waktu yang dipakai untuk membuang sampah menjadi lebih lama, sebaiknya tempat sampah atau pallet-pallet yang sudah tidak terpakai dan karung-karung bekas diletakkan di tengah-tengah antara mesin ayak satu dengan mesin ayak lain sehingga tidak dibutuhkan waktu yang lama untuk membuang sampah, hal ini akan mengurangi waktu yang dibutuhkan pekerja untuk membuang sampah. Pekerja juga sering terlihat meratakan tepung yang ada di atas mesin pengayak, hal ini mungkin disebabkan oleh masih penuhnya pipa penyalur karena tepung belum dimasukkan ke dalam plastik oleh pekerja-pekerja yang berada di ruangan pengemasan yang bertugas membungkus tepung-tepung yang telah diayak ke dalam plastik dengan berat maksimum nantinya adalah 25 kilogram. Tersumbatnya mesh atau saringan yang terdapat pada mesin pengayak juga bisa menjadi salah satu penyebab terhambatnya aliran tepung ke pipa penyalur. Mesin pengayak yang digunakan di ruangan ini terdiri dari tiga tingkat, tingkat pertama (yang paling atas) adalah kawat yang ukuran lubangnya masih besar, kemudian di bawahnya adalah kawat kotak, sementara lapisan yang paling bawah adalah mesh dengan bola dan gelang di atasnya. Bola dan gelang yang terdapat di atas mesh ini berfungsi sebagai perata agar tepung yang sudah tersaring langsung turun ke bawah. Mesh yang digunakan pada mesin ini adalah mesh 40. Untuk mengambil air minum pekerja harus turun ke bawah, sebaiknya air minum untuk pekerja yang bekerja di ruang ayak ini diletakkan di setiap ruangan agar pekerja tidak perlu turun untuk mengambil air minum. Hal ini selain dapat memperlambat kerja dari pekerja juga dapat membuat terjadinya gangguan metabolisme pada pekerja karena kurang minum. Setelah tepung selesai diayak dan masuk ke pipa penyalur maka tepung-tepung ini dikemas oleh tiga operator, dua operator yang bertugas untuk mengemas tepung dan satu orang yang lain bertugas mengikat plastik, memindahkan pallet, dan lain-lain. Mereka bertiga melakukan pekerjaan ini secara bergantian, hal ini dirasa cukup baik karena mengurangi kejenuhan dan keletihan dalam menjalankan satu jenis pekerjaan. Denah ruang pengemasan tepung dapat dilihat pada Lampiran 9. Setelah proses preparasi selesai dilakukan, proses selanjutnya adalah proses pembuatan long stick. Proses pembuatan long stick dianggap merupakan proses pembuatan biskuit yang paling sulit, alasan di antaranya adalah karena bentuk long stick dan cetakannya yang pipih dan panjang, sering terselip sisa adonan di dalam cetakan yang membuat biskuit hasil cetakan yang berikutnya menjadi kurang sempurna, sementara parameter yang dikontrol untuk produk biskuit long stick sangat banyak, seperti warna harus kuning kecoklatan, permukaaan biskuit halus dan tidak retak, bentuknya harus sempurna, tidak boleh bertumpuk, tidak boleh bengkok, tidak boleh mengkerut, dan lain-lain. Pada proses pembuatan biskuit long stick ini terdapat empat proses utama yang berurutan sampai pada akhirnya biskuit sudah dalam keadaan finished goods dan siap didistribusikan ke bagian pengemasan. Berikut ini adalah empat proses utama yang dilakukan pada saat pembuatan biskuit long stick. Pencampuran atau mixing adalah proses pertama yang dilakukan pada proses pembuatan biskuit, pada proses ini dilakukan pemasukan beberapa bahan untuk dijadikan satu adonan yang baik. Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan bahan-bahan yang akan dimasukkan, jika ada biskuit yang tidak memenuhi standar maka biskuit tersebut tidak dibuang melainkan ikut dimasukkan untuk diolah kembali, awalnya masukkan biskuit dan tambahkan air, nyalakan mesin dan mesin akan mengaduk sesaat, setelah biskuit hancur dan menjadi larutan encer maka bahan-bahan dimasukkan,
18
setelah bahan-bahan dimasukkan maka dilakukan mixing sebanyak 150 putaran, setelah itu masukkan tepung, setelah menjadi adonan maka adonan tersebut diukur temperaturnya, jika temperatur dinyatakan baik maka adonan dituang ke bak adonan dan diistirahatkan selama 15 menit, kemudian dilanjutkan ke reduction roller. Dari mixer menuju reduction roller dibutuhkan waktu 5 menit. Pekerja yang mengerjakan semua pekerjaan di bagian mixing ini adalah 3-4 orang. Temperatur di bagian mixer adalah sekitar 32-32.3oC dengan kelembaban 56-58%. Temperatur ini akan mempengaruhi kinerja dari para pekerja yang bekerja di bagian ini, namun pada bagian ini sudah tersedia kipas angin untuk mengurangi panasnya temperatur yang dirasakan oleh pekerja. Setelah melewati tahap pencampuran maka tahap selanjutnya adalah pemotongan. Proses pemotongan (cutting) adalah proses lanjutan pada pembuatan biskuit long stick, yang dilakukan pada proses ini adalah pencetakan atau pemotongan adonan menjadi bentuk seperti yang diinginkan yaitu bentuk seperti batang yang panjangnya 60.5 mm dan tebalnya 6 mm . Proses pencetakan atau pemotongan ini dilakukan dengan menggunakan mesin, sementara untuk memeriksa kualitas baik tidaknya biskuit yang tercetak ini biasanya ditempatkan dua orang pekerja di sana. Pekerja tersebut bertugas memeriksa kualitas dan menimbang berat biskuit yang telah tercetak. Biskuit yang tercetak dikumpulkan sebanyak 20 pieces, setelah 20 pieces biskuit tersebut ditimbang. Waktu yang dibutuhkan biskuit dari reduction roller sampai dengan oven adalah 10 menit. Pekerja yang bertugas di bagian cutting ini melakukan tugasnya dengan cara duduk di samping mesin dan posisinya hampir seperti bersujud, pekerjaan ini dilakukan selama 8 jam. Temperatur yang ada di sekitar mesin cutting (tempat bekerjanya operator) adalah sekitar 33-34oC dengan kelembaban 51-58%. Temperatur yang tinggi akan menyebabkan ketidaknyamanan pada pekerja sehingga pekerja akan cepat merasa lelah, namun adanya kipas angin sebagai ventilasi buatan cukup membantu meringankan beban pekerja akibat tingginya temperatur di bagian cutting tersebut. Pekerja yang bekerja di bagian cutting harus memiliki sifat fokus dan teliti karena harus memperhatikan biskuitbiskuit tersebut selama 8 jam. Mata dari pekerja harus bekerja ekstra karena memperhatikan benda yang bentuknya sama secara terus menerus, pencahayaan di ruangan ini juga harus baik agar mendukung kerja dari mata pekerja yang dituntut untuk teliti memeriksa hasil cetakan. Sebaiknya tinggi dari mesin cutting ini dikurangi agar pekerja tidak perlu lagi naik untuk duduk di samping mesin memeriksa biskuit yang tercetak, lebih baik mesin dibuat lebih rendah dan pekerja bekerja di samping mesin namun duduk di atas kursi. Agar mengurangi kelelahan yang terjadi pada pekerja akibat jenuh yang dirasakan maka pekerja perlu diberikan jadwal menimbang biskuit secara bergantian tiap jamnya, biasanya penimbangan biskuit dilakukan setiap 15 menit, sehingga dalam 1 jam pekerja akan menimbang biskuit sebanyak 4 kali. Setelah biskuit melewati proses pemotongan maka proses selanjutnya adalah proses pemanggangan. Pemanggangan (baking) adalah proses pematangan biskuit yang telah dicetak dengan cara dibakar/dipanggang. Oven yang digunakan untuk proses pemanggangan ini panjangnya mencapai 79 meter, yang terdiri dari empat zona, masing-masing zona harus diatur temperaturnya agar kematangan biskuit benar-benar sempurna. Pada zona pertama oven dilengkapi dengan proses preheating atau pemanasan awal yang berguna untuk mencegah terjadinya biskuit yang bengkok ataupun tidak mengembang, untuk preheating ini temperatur yang diatur pada oven adalah 230.7oC, namun aktualnya yang terjadi temperatur pada bagian preheating adalah antara 177.7-177.9oC, preheating juga berfungsi untuk mengembangkan biskuit. Sebenarnya temperatur di oven dapat terus diubah asal kadar air dari biskuit yang sudah matang masih memenuhi standar yang telah ditetapkan dan temperaturnya harus di atas 100oC. Zona 1-3 adalah zona pengembangan dan pematangan, kemudian zona 4 dan 5 adalah zona untuk membuat warna menjadi sesuai dengan yang diinginkan. Waktu yang digunakan untuk
19
pemanggangan biskuit ini adalah 5 menit. Pada oven ini terdapat banyak sekali burner, burner ini dibagi menjadi dua tempat yaitu burner bawah dan burner atas. Pada bagian baking ini operator yang bekrja hanya satu orang. Pekerja yang bekerja di bagian baking ini mempunyai tugas untuk selalu memeriksa kadar air, warna, berat, tebal, dan panjang long stick setiap 15 menit. Selain itu pekerja yang bekerja pada bagian baking ini harus selalu memeriksa burner oven setiap saat, karena itulah hampir tidak pernah ditemukan pekerja di bagian baking ini diam. Temperatur di sekitar oven ini sangat tinggi dan menyebabkan ketidaknyamanan dalam bekerja, yaitu sekitar 35-38oC dengan kelembaban 47-55%. Untuk mengurangi kelelahan akibat kondisi lingkungan yang kurang baik maka di bagian ini disediakan exhaust fan agar terjadi sirkulasi udara antara udara yang di dalam ruangan dengan udara luar. Setelah melewati proses pemanggangan maka long stick harus disiapkan untuk dikirim ke bagian pengemasan. Pada bagian ini dilakukan pembungkusan long stick dengan menggunakan bantuan bak, baik bak kecil dan bak besar, jika menggunakan bak besar maka long stick yang dimasukkan seberat 9 kilogram, namun jika yang digunakan adalah bak kecil maka berat long stick yang dimasukkan adalah 7 kilogram. Bagian ini merupakan bagian yang paling banyak menggunakan tenaga manusia dibandingkan dengan bagian-bagian lain pada proses pembuatan long stick ini yaitu 7-8 orang, pekerjaan yang dilakukan diantaranya adalah memeriksa atau menyortir long stick sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, menyiapkan bak dan plastik sebagai wadah long stick, menimbang dan membungkus long stick, memindahkan bak-bak yang telah terisi long stick, dan juga membawa pallet yang telah terisi bak ke gudang untuk dikirimkan ke bagian pengemasan long stick. Untuk menyortir long stick dipekerjakan 2 orang operator, tugas mereka hanya menyortir long stick yang masuk ke ruang pengemasan long stick, sementara itu untuk menampung, menimbang dan membungkus long stick dipekerjakan 3 orang operator. Satu orang operator dipekerjakan untuk memindahkan bak yang telah terisi long stick dan juga membawa pallet ke gudang, satu orang pekerja lainnya yang menyiapkan plastik dan bak untuk menjadi wadah long stick. Kondisi lingkungan di ruangan ini cukup baik untuk bekerja karena temperatur di ruangan ini memenuhi standar temperatur yang baik untuk bekerja, yaitu antara 27-29oC dengan kelembaban ruangan sebesar 50-54%. Kondisi ini dirasa cukup baik untuk bekerja sehingga pekerja yang bekerja di bagian ini tidak cepat merasa lelah, apalagi pekerjaan yang harus dilakukannya tidak begitu mengharuskan mereka untuk bekerja dengan cepat. Long stick yang sudah dibungkus dibawa ke ruang pengemasan. Proses pengemasan dilakukan setelah wadah (cup) dan biskuitnya sudah siap untuk dikemas. Biasanya saat wadah (cup) tiba di bagian pengemasan maka cup tersebut disimpan di gudang pengemasan sampai pada saat yang ditentukan untuk dipakai, sedangkan biskuit yang baru tiba dari oven 4 (long stick) yang baru tiba biasanya diambil sampel pada salah satu baknya, sampel diambil dari bagian atas bak, tengah bak, dan bawah bak. Sampel yang sudah diambil kemudian ditumbuk dan dimasukkan ke sebuah alat pengukur kadar air. Setelah kadar air dari biskuit ini didapat maka selanjutnya biskuit yang kadar airnya layak untuk dipakai akan diproses, sementara jika kadar airnya tidak laayak untuk diproses maka biskuit tersebut akan dikembalikan ke proses pembuatan. Proses pengemasan (packaging) ini dilakukan di sebuah ruangan yang atapnya terbuat dari seng dan kurangnya ventilasi. Di ruangan ini memang terdapat ventilasi alami dan ventilasi buatan, namun hal ini dirasa kurang karena di dalam ruangan ini masih sangat terasa panas, kecuali di officenya. Ventilasi alami yang terdapat di ruangan ini hanya berupa lubang angin yang terdapat di atap ruangan, sedangkan ventilasi buatan yang ada di ruangan ini adalah kipas angin. Kipas angin yang ada di ruangan ini pun kebanyakan sudah tidak dapat bekerja seperti seharusnya. Sebaiknya ruangan ini dilengkapi dengan exhaust fan di atapnya agar terjadi pertukaran udara antara udara di
20
dalam ruangan dengan yang berada di luar ruangan. Denah ruang pengemasan dapat dilihat pada Lampiran 10. Proses yang terjadi pada bagian pengemasan di antaranya adalah penyatuan antara cup dan ring, pemasukan biskuit, pemasukan cream, sealing cup, pengkodean cup, pemasukan cup-cup ke dalam tray, sampai penyusunan karton yang telah terisi beberapa tray ke atas pallet. Diagram alir proses pengemasan ini dapat dilihat pada Gambar 7 di bawah ini. Pada proses memasukkan cup yang dilakukan adalah beberapa cup dimasukkan ke dalam feeder mesin, gasket yang terdapat dalam mesin yang akan memisahkan satu per satu cup tersebut dan memasukkannya ke dalam jalur conveyor berlubang untuk kemudian dimasukkan ring ke dalamnya. Setelah cup sudah berada di dalam conveyor, maka dilakukan pemasukan ring yang biasanya dikerjakan juga oleh mesin, namun mesin yang digunakan kebanyakan rusak pada bagian ini, maka akhirnya pekerjaan ini dikerjakan oleh pekerja sebanyak dua orang, sedangkan satu orang operator yang lain bertugas untuk mengambil cup dan ring ke gudang, mengisi mesin dengan cup-cup yang telah diambil, membuka dan menyiapkan ring untuk diberikan ke dua operator lainnya yang bertugas untuk meletakkan ring di atas cup.
Mulai
Mesin
Manusia
Meletakkan cup ke conveyor
Meletakkan ring ke atas cup
Manusia
Mesin
Mesin
Meletakkan cup ke tray
Sealing cup and Cutting Seal
Memasukkan cream ke cup
Mesin Jalan di atas conveyor
Mesin Welding
Manusia Memasukkan biskuit ke cup
Mesin
Mesin
Mesin
Wrapping
Shrinking
Jalan di atas conveyor
Manusia Selesai
Memasukkan tray ke dalam
Gambar 7. Diagram alir proses pengemasan long stick Ketiga operator yang bekerja pada proses meletakkan cup diharuskan untuk memakai ear muff karena berada sangat dekat dengan sumber bising yaitu mesin press (welding) yang memiliki kebisingan sebesar 89 dB. Batas yang diizinkan untuk tidak memakai ear plug atau ear muff adalah 85 dB, jika kebisingan lebih besar dari 85 dB maka pekerja diwajibkan menggunakan ear plug atau ear muff. Setelah ring diletakkan di atas cup, maka ring dan cup tersebut disatukan dengan cara mengepress ring kepada cup agar dapat merekat dan tidak terlepas. Pengepressan ini dilakukan oleh
21
mesin welding yang memiliki tekanan 30 bar. Dengan adanya tekanan yang besar maka cup dan ring akan melekat dan sangat sulit untuk dilepaskan dan mencegah terjadinya kebocoran. Hal ini dimaksudkan agar biskuit yang ada di dalamnya tidak berkurang kerenyahannya. Setelah cup dan ring menyatu, barulah dilakukan pengisian biskuit long stick ke dalam cup. Biskuit dimasukkan dengan cara manual menggunakan tenaga manusia sebanyak 8-10 orang. Biskuit yang dimasukkan harus disesuaikan dengan standar baik dari bentuk, ukuran, kadar air, maupun banyaknya biskuit yang dimasukkan. Cream yang dimasukkan ke dalam cup ini berasal dari holding tank yang dialirkan melalui pipa dan masuk ke dalam penampungan di mesin cup sealer dan seal cutter dengan cara manual yaitu dibuka katupnya oleh operator. Operator yang bertugas memasukkan biskuit ke dalam cup ini sebenarnya memiliki tugas tambahan yaitu memeriksa keadaan cup, sebelum ia memasukkan biskuit ke dalamnya ia harus memeriksa cup yang akan diisikan biskuit tersebut, jika cup kurang memenuhi standar maka ia harus mengganti cupnya dengan cup baru yang sudah memenuhi standar. Penimbangan cream dan biskuit dilakukan setiap 30 menit sekali oleh pekerja yang memang ditugaskan untuk menimbang banyaknya cream dan biskuit yang terdapat di dalam satu cup, namun untuk lebih mengetahui adanya perubahan yang terjadi dengan lebih teliti maka operator melakukan penimbangan cream dan biskuit setiap 15 menit sekali, jika berat per cup kurang memenuhi standar maka cup akan melewati proses yang sama seperti di awal sampai berat per cupnya sudah memenuhi standar. Pada proses pemberian kode pada cup ini yang terjadi adalah pemberian kode pada tutup cup dengan menggunakan mesin yang diisi oleh tinta kemudian diinjeksikan. Kode yang tertera pada tutup cup ini sebelumnya harus diatur terlebih dahulu. Kode ini terdiri dari tanggal pembuatan, tanggal kadaluarsa, dan shift yang mengemas biskuit long stick tersebut. Sealing cup terjadi pada mesin cup sealer dan seal cutter, yang dilakukan pada saat sealing cup adalah menekan plastik Oriented Polypropylene ke cup agar dapat merekat dengan sempurna sehingga tidak terjadi kebocoran yang dapat menyebabkan biskuit yang ada di dalamnya melempem atau cream yang ada di dalamnya tumpah, penekanan yang dilakukan juga ditambah dengan adanya panas yang dihasilkan oleh heater. Mesin cup sealer dan seal cutter selain melakukan sealing cup, juga melakukan cutting seal atau pemotongan tutup pada cup, jika potongan yang dihasilkan oleh mesin ini kurang sempurna maka pekerja yang akan melanjutkan potongan tersebut untuk diperbaiki agar standar pada tutup cup tersebut dapat terpenuhi. Pekerja yang memasukkan cup ke dalam tray berjumlah 2-4 orang, pekerja ini selain memasukkan cup ke dalam tray, mereka juga bertugas untuk menyortir cup, apabila ada cup yang kurang memenuhi standar tampilan maka cup tersebut dimasukkan ke dalam keranjang kemudian akan diproses seperti proses awal sampai cup tersebut memenuhi standar yang telah ditetapkan. Standar yang biasanya sering tidak terpenuhi adalah kurang tepatnya pemotongan tutup cup sehingga cup harus kembali melewati proses sealing cup dan cutting seal. Pada bagian pemasukan cup ke dalam tray ini ada satu orang operator yang bertugas untuk memeriksa kualitas cup yang baru saja keluar dari mesin cup sealer dan seal cutter, biasanya operator ini tidak ikut memasukkan cup ke dalam tray. Operator lainnya yang bertugas memasukkan cup ke dalam tray juga harus tetap memeriksa cup yang mereka masukkan ke tray untuk menghindari masuknya cup yang kualitasnya kurang baik ke dalam tray. Cup yang sudah dimasukkan ke dalam tray akan dialirkan dengan menggunakan conveyor untuk melewati proses-proses selanjutnya. Sebelum tray yang terisi cup ini diberi plastik dan di shrink, tray-tray ini akan melewati beberapa titik, titik yang pertama adalah titik penimbangan.
22
Penimbangan ini dilakukan per tray dengan menggunakan mesin, berat cup per tray yang masih kurang akan dihempaskan oleh angin yang dihembuskan mesin. Tray yang sudah terisi penuh oleh cup dan melewati beberapa proses agar sesuai standar, kemudian diplastikkan dengan menggunakan mesin wrapping. Tray yang sudah diberi plastik kemudian dirapatkan/shrink dengan menggunakan mesin yang meniupkan uap panas agar plastik merekat erat dengan tray yang sudah terisi cup. Tujuan dari wrapping dan shrinking plastik ini adalah agar lebih mudah untuk mendistribusikan tray dan membuat cup-cup yang ada di dalam tray tidak tumpah. Pada bagian ini hanya terdapat satu operator yang bertugas untuk mengawasi plastik dan shrink agar sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan. Setelah tray dishrink, maka tray-tray tersebut dimasukkan ke dalam karton. Satu karton diisi oleh 9 tray. Karton yang sudah terisi penuh oleh tray kemudian direkatkan dengan perekat karton berupa isolasi. Perekat karton ini pun menggunakan alat bantu sehingga operator hanya perlu memasukkan karton ke bibir alat bantu perekat, kemudian alat tersebut akan dengan sendirinya menjalankan karton, apabila karton sudah terekatkan bagian atas dan bawahnya maka karton akan keluar dari sisi yang lain. Pada bagian ini terdapat satu orang operator yang bertugas memasukkan tray-tray ke dalam karton, mengisolasi/merekatkan karton, dan membawa karton-karton yang telah siap ke atas pallet dan menyusunnya. Biasanya akan ada satu orang operator sebagai operator tambahan karena ia hanya akan membantu jika operator di bagian ini tidak mampu mengerjakan tugasnya seorang diri. Setelah karton direkatkan maka operator melakukan pemindahan dari alat bantu perekat ke atas pallet, setelah itu karton juga harus disusun di atas pallet agar mudah dalam transportasinya. Penyusunan di atas pallet ini juga harus dilakukan secara hati-hati sedemikian sehingga membentuk posisi yang aman agar tidak terjatuh.
4.2
Analisis Gerakan Kerja
Sikap dan posisi kerja para pekerja yang bekerja pada proses pengayakan tepung di bagian preparasi tepung ini dirasakan kurang baik karena mereka harus berdiri dalam jangka waktu yang lama dan mengangkat karung tepung yang beratnya melebihi kapasitas angkat yang seharusnya. Berat beban yang dapat ditolerir untuk kegiatan angkat yang sering dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa sebenarnya pekerjaan ini masih dapat ditolerir karena mereka mengangkat beban seberat 25 kilogram setiap 1.5 menit, waktu 1.5 menit ini didapat dari banyaknya tepung yang harus diolah dibagi dengan jumlah jam kerja yaitu 7.5 jam dan banyaknya pekerja yang melakukan pekerjaan tersebut yaitu dua orang pekerja. Hal ini berlaku pula pada proses pengemasan tepung di bagian preparasi tepung. Sebenarnya untuk mengangkat tepung yang beratnya 25 kilogram ini pekerja masih belum memerlukan alat angkat, namun perlu adanya perbaikan pada metode angkat yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan Tabel 3 yang memperlihatkan tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkatnya. Metode kerja yang mungkin perlu untuk diperbaiki adalah tidak menitik beratkan beban yang diangkat (dalam hal ini adalah tepung) hanya pada satu titik seperti tangan. Saat mengangkat beban yang berat ini sebaiknya beban yang diangkat dapat disebarkan di beberapa titik sehingga tidak menimbulkan sakit di satu titik akibat terlalu lama menjadi titik berat beban yang diangkat. Saat mengangkat karung tepung posisi pekerja sebaiknya tidak membungkuk melainkan berjongkok untuk menyebarkan beban agar beban tidak terasa memberatkan satu titik, sehingga pekerja tidak merasa cepat lelah.
23
Tabel 2. Berat beban yang dapat ditolerir untuk aktivitas angkut yang sering Frekuensi Angkut 30 menit 15 menit 12 menit 10 menit 5 menit
Berat yang boleh diangkat 95 kg 85 kg 66 kg 56 kg 33 kg
Sumber : Nurmianto, Eko (2004)
Selama ini pekerja menjangkau tepung dengan posisi badan yang agak membungkuk, sebaiknya pekerja tidak terlalu banyak membungkuk atau berjinjit, terutama saat menuang tepung ke mesin pengayak dan meletakkan plastik tepung ke atas pallet. Untuk pekerja yang menuang tepung ke mesin pengayak, sebaiknya mesin pengayak ini dibuat agak sedikit lebih rendah, misalnya sejajar dengan perut pekerja, tinggi dari mesin pengayak ini sebaiknya dibuat kurang lebih 100 cm dari lantai, hal ini dimaksudkan agar pekerja tidak perlu mengangkat tinggi-tinggi karung tepung yang akan dituang. Mesin pengayak yang ada di ruang ayak saat ini tingginya kurang lebih 150 cm, jika tinggi mesin dibuat menjadi 100 cm diharapkan pekerja akan membutuhkan waktu yang lebih sedikit karena tidak perlu terlalu bersusah payah mengangkat tepung untuk menuangnya ke mesin pengayak. saat mesin pengayak tingginya 150cm dari lantai pekerja membutuhkan waktu selama 10 detik untuk membawa tepung ke mulut mesin pengayak, jika mesin pengayak dibuat lebih rendah bukan tidak mungkin jika waktu yang dibutuhkan pekerja untuk membawa karung tepung ke mulut mesin pengayak hanya 5 detik. Pekerja yang bekerja pada bagian preparasi tepung ini diduga dapat merasakan sakit pada bagian pinggang karena terlalu sering membungkuk, sakit pada bagian bahu dan lengan kanan dan kiri atas karena mengangkat tepung yang berat dengan frekuensi yang tinggi. Tabel 3. Tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkat Level 1 2
Batas Angkat (kg) =16 16-25
3
25-34
4
>34
-
Tindakan Tidak diperlukan tindakan khusus Tidak diperlukan alat dalam mengangkat Ditekankan pada metode angkut Tidak diperlukan alat dalam mengangkat Dipilih job redesign (raancangan ulang terhadap tipe pekerjaan) Harus dibantu dengan peralatan mekanis
Sumber : Worksafe Australia (1986) dalam Nurmianto, Eko (2004)
Dimensi ruang kerja proses pengayakan tepung di bagian preparasi ini secara teori kurang memadai karena kurangnya ruang gerak bebas bagi pekerja, pekerja masih agak sedikit kesulitan saat ingin mendekatkan pallet yang berisi karung-karung tepung yang akan diayak ke mesin pengayak, sebaiknya ruangan di bagian pengayakan ini agak diperluas agar pekerja dapat dengan mudah mendekatkan pallet ke mesin pengayak dan masih terdapat ruang gerak bebas bagi pekerja, selain itu penempatan tempat sampah di antara kedua mesin pengayak juga akan meningkatkan efisiensi gerakan yang dilakukan pekerja di bagian ini. Jika ruangan ini dirasa sulit untuk diperluas mungkin cara peletakan mesinnya dapat diubah, selain itu warna tembok pada ruangan ini juga bisa diubah untuk memberi efek lebih luas, seperti warna kuning. Warna ini juga akan meningkatkan kenyamanan pekerja yang bekerja di dalamnya karena dalam ruangan yang sempit biasanya dapat membuat pekerja tegang dan stres dalam melakukan pekerjaannya. Untuk ruangan pengemasan tepung perlu ditambahkan adanya jendela sebagai ventilasi untuk tempat terjadinya pertukaran udara yang ada di dalam dengan udara yang ada di luar ruangan. Sama halnya dengan ruang pengemasan tepung, ruang
24
pengayakan tepung pun dirasa perlu untuk menambahkan jendela sebagai ventilasi. Jika ventilasi di kedua ruangan ini kurang maka tidak ada pertukaran antara udara yang ada di dalam ruangan dengan udara yang ada di luar ruangan, hal ini akan menyebabkan pekerja lebih cepat merasa lelah dan debudebu halus dari tepung akan terhisap oleh pekerja, debu-debu halus yang terhisap oleh pekerja ini akan menyebabkan terjadinya gangguan pernafasan yang diderita oleh pekerja. Temperatur pada ruang ayak berkisar antara 30.7-32.1oC dengan kelembaban 52-58%, sedangkan pada ruang pengemasan tepung adalah 30-31.8oC dengan kelembaban 54-64%. Tentu saja hal ini membuat pekerja merasa kurang nyaman dalam bekerja, biasanya pekerja mengatasi hal ini dengan menggunakan alat pembersih pakaian mereka yang dapat menghembuskan angin. Berdasarkan Tabel 4 yang membahas mengenai akibat yang ditimbulkan jika pekerja bekerja pada temperatur tertentu, dapat disimpulkan bahwa pekerja yang bekerja di ruang pengayakan tepung bagian preparasi tepung ini akan cepat merasa lelah. Kelembaban di ruangan pengemasan tergolong tinggi, menurut Wignjosoebroto (2003) suatu keadaan dimana udara sangat panas dan kelembaban tinggi akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran karena sistem penguapan, pengaruh lainnya adalah semakin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, sehingga pekerja akan cepat merasa lelah. Kelembaban udara yang ekstrim dapat berkaitan dengan buruknya kualitas udara. RH yang rendah dapat mengakibatkan terjadinya gejala SBS (Sick Building Syndrome) iritasi mata, iritasi tenggorokan, dan batuk-batuk. Dalam menjaga kualitas udara dalam ruangan, Kepmen telah memberikan standar parameter kimia, fisik, dan biologi yang dapat memberikan kenyamanan terhadap pekerja. Adapun standar parameter fisik yaitu debu, suhu, kelembaban, dan pencahayaan yang diatur sebagaimana daam SK Gubernur No. 54 tahun 2008 mengenai Baku Mutu Kualitas Udara dalam Ruangan (khususnya tempat kerja perkantoran) yaitu suhu (23-28oC) ; kelembaban (40-60%); dan pencahayaan minimal 100 lux (Sari, 2009).
Tabel 4. Pengaruh temperatur terhadap pekerja Temperatur
Akibat yang ditimbulkan
± 49°C
Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh di atas tingkat kemampuan fisik dan mental
± 30°C
Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan, timbul kelelahan fisik
± 24°C
Kondisi optimum
± 10°C
Kelakuan fisik yang ekstrim mulai muncul
Sumber : Nurmianto, Eko (2004)
Pada proses preparasi ini tidak dibutuhkan ketelitian yang tinggi sehingga faktor pencahayaan pada ruangan ini tidak begitu berpengaruh dalam kegiatan yang dilakukan di dalamnya. Kebisingan yang terjadi di ruangan ini disebabkan oleh adanya getaran yang ditimbulkan oleh mesin pengayak, karena itu maka pekerja diharuskan menggunakan ear plug/ear muff. Getaran yang dirasakan di ruangan pengayakan tepung cukup kuat sehingga bisa mempengaruhi konsentrasi dari pekerja yang terlalu lama bekerja di dalam ruangan tersebut, untuk mengurangi getaran yang dirasakan pekerja di ruangan ini sebaiknya diberikan karet atau alat peredam getaran yang dapat mengurangi getaran yang dirasakan pekerja. Peredam getaran ini perlu diberikan pada mesin pengayak yang terus bergetar, selain itu mungkin sebaiknya lantai ruangan pengayakan ini tidak terbuat dari besi atau baja,
25
melainkan dari semen. Bau-bauan yang terdapat di ruangan pengayakan dan pengemasan tepung dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pernafasan pada pekerja yang terlalu lama bekerja di dalamnya, oleh karena itu pekerja sebaiknya menggunakan masker agar dapat mengurangi bau yang tercium, ventilasi yang baik juga akan membantu mengurangi bau-bauan tersebut karena udara dapat terus bersirkulasi. Untuk mendukung efisiensi ekonomi gerakan dan pengaturan fasilitas kerja, maka sebaiknya dilakukan pengaturan fasilitas kerja seperti tempat sampah yang ditempatkan di antara kedua mesin pengayak yang ada di ruang ayak, tempat mengambil air minum berada di masing-masing ruangan, dan sebaiknya kegiatan mencari pisau dihilangkan karena hal ini merupakan kegiatan yang tidak efektif. Pisau yang akan digunakan untuk membuka karung tepung ini sebaiknya ditempatkan di satu tempat saja dan tidak pernah dipindahkan dari tempat tersebut, misalnya membuatkan wadah seperti tas yang diletakkan di tubuh pekerja, atau agar lebih mudah mungkin bisa dibuatkan tempat seperti tempat pisau pramuka dan diletakkan di paha pekerja, jika sudah dibuatkan wadah seperti ini maka pekerja tidak perlu meletakkan pisau di sembarang tempat hingga waktu untuk mencari pisau saat akan membuka karung bisa dihilangkan. Pada proses meletakkan ring di atas cup pada bagian pengemasan posisi duduk pekerja adalah duduk saling berhadapan selama 7.5 jam, namun terkadang pekerja menghadap ke depan seperti saling berdampingan saat meletakkan ring, hal ini disebabkan oleh pekerja yang harus mengambil ring yang ada di dalam karton. Dimensi ruang kerja pada bagian ini dianggap kurang baik karena pekerja masih terbatas melakukan gerakan kerjanya, hal ini dapat dilihat dari tinggi meja di bagian meletakkan ring ini yaitu 74.5 cm dari lantai, sedangkan tinggi kursi yang digunakan adalah 59.5 cm dari lantai, dengan meja yang tidak ada lubang di bagian bawahnya, tentu hal ini membuat pekerja akan merasa kurang nyaman saat sedang bekerja. Saat posisi duduk pekerja saling berhadapan salah satu kaki pekerja diletakkan di atas siku mesin karena pada bagian bawah mesin tidak terdapat lubang atau pijakan kaki, walaupun disediakan pijakan kaki pada tempat duduk yang dipakai, pekerja lebih nyaman dengan posisi kerja seperti itu, padahal posisi kerja seperti itu diduga dapat menyebabkan sakit di beberapa titik seperti pada pinggang, leher, dan kaki. Temperatur pada proses meletakkan ring ke atas cup di bagian pengemasan ini adalah 33.7o 34.6 C dengan kelembaban antara 46-55%. Sama seperti pada proses preparasi, hal ini dianggap dapat membuat pekerja menjadi lebih cepat lelah, kelembaban yang rendah dengan temperatur yang tinggi ini membuat tubuh pekerja melakukan penguapan udara terus-menerus sehingga motivasi dan stamina dari pekerja menjadi jauh berkurang (Wignjosoebroto, 2003). Ventilasi yang ada di bagian ini adalah ventilasi buatan yaitu kipas angin, namun kipas angin yang ada di bagian ini sudah tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya karena sudah rusak. Kerusakan ini sebaiknya segera diperbaiki, karena dengan ketidak nyamanan pekerja saat bekerja di bagian itu pekerja akan berkurang semangat bekerjanya sehingga produktivitasnya pun menjadi rendah. Pada bagian ini tidak diperlukan pencahayaan yang begitu baik karena pekerja tidak diharuskan untuk memeriksa produk, namun di bagian ini tingkat kebisingannya paling tinggi (89 dB) daripada di bagian-bagian lain yang ada di ruangan pengemasan, oleh karena itu pekerja diharuskan untuk menggunakan ear plug/ear muff. Tidak terdapat bau-bauan yang dapat mengganggu pernafasan pekerja dan getaran yang mengganggu konsentrasi pekerja yang bekerja di bagian ini. Tidak terdapat banyak gerakan yang dilakukan pekerja pada bagian pengemasan karena pada bagian pengemasan hampir seluruh kegiatan dilakukan sambil duduk sampai pekerja beristirahat. Pekerja yang bekerja pada proses meletakkan ring ini dianggap sudah dapat mengefisiensikan gerakannya karena ia melakukan dua gerakan sekaligus saat ia harus mengambil ring yang ada di dalam karton dengan menggunakan satu tangan dan tangan yang lainnya tetap bekerja meletakkan ring ke atas cup.
26
Pada proses memasukkan biskuit posisi duduk pekerja adalah duduk di samping conveyor karena pekerja harus mengambil cup yang berada di atas conveyor dan juga mengambil biskuit di samping tempat duduk pekerja, karena butuh kecepatan yang tinggi maka pekerja duduk dengan posisi duduk seperti ini. Posisi duduk yang seperti ini diduga dapat membuat leher, pingang, bahu, dan bagian seperti lengan kanan dan kiri atas terasa sakit dan menjadi cepat lelah. Hal ini dapat diatasi jika sebelum bekerja operator tersebut melakukan warming up (pemanasan), hal ini setidaknya dapat menguarangi kram ataupun sakit dan pegal-pegal yang dialami operator, apalagi operator tersebut akan bekerja selama 8 jam di bagian tersebut. Warming up (pemanasan) seringkali dianggap bukan merupakan sesuatu yang penting jika ingin memulai suatu pekerjaan, padahal dengan adanya warming up (pemanasan) sebelum bekerja ini akan memperkecil resiko kelelahan dan kecelakaan operator saat sedang bekerja. Dalam warming up (pemanasan) yang dilakukan sebelum memulai pekerjaan ini gerakan yang dilakukan tidak perlu yang terlalu rumit dan sulit, yang penting dapat meregangkan otot-otot pekerja yang nantinya akan bekerja di bagian-bagian yang membutuhkan ketahanan fisik yang baik. Warming up (pemanasan) ini dapat dilakukan pada saat sedang dilakukannya DDS (Daily Direction Setting) , jadi di dalam DDS pekerja ini tidak hanya memberitahukan target yang harus diraih, evaluasi harian mengenai apa yang telah dicapai, dan berapa jumlah kecelakaan kerja yang terjadi. Dalam warming up ini gerakan yang perlu dilakukan adalah peregangan otot bahu kiri dan kanan, peregangan otot leher, dan peregangan otot pinggang. Menurut Nurmianto (2004) tempat duduk yang baik adalah yang tingginya sesuai dengan standar, terdapat busa pada bagian dudukan dan terdapat sandarannya, karena itulah tempat duduk yang ada di bagian ini dianggap kurang mendukung pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja karena tempat duduk yang ada di bagian ini tidak dilengkapi dengan busa pada bagian dudukannya dan tidak terdapat sandarannya, namun untuk pekerjaan ini memang sebaiknya tidak diberi sandaran karena pekerja harus melakukan kerjanya dengan gerakan yang cepat. Tempat duduk yang dipakai pada bagian ini dapat membuat bokong merasa sakit, sebaiknya tempat duduk di bagian ini diperbaiki dengan adanya pemberian busa pada bagian dudukannya agar dapat mengurangi rasa sakit dan cepat lelah yang dirasakan pekerja. Tinggi dari meja di sini adalah 74.5 cm dari lantai, sedangkan kursi yang dipakai tingginya adalah 48 cm dari lantai. Posisi tangan saat pekerja sedang melakukan kerjanya dianggap baik karena pekerja tidak perlu membungkuk untuk menjangkau cup yang berada di dalam conveyor. Temperatur pada proses memasukkan biskuit ini adalah 34-36°C dengan kelembaban 43-45%. Temperatur yang tinggi ini membuat pekerja tidak nyaman, oleh karena itu perusahaan menyediakan kipas angin. Secara keseluruhan temperatur ruangan pengemasan ini memang cukup tinggi, begitu pula dengan kelembabannya, pada ruangan ini tidak mungkin diberi ventilasi buatan seperti air conditioner karena akan merusak biskuit yang akan dikemas. Panas yang terasa oleh pekerja semakin terasa di siang hari karena atap ruangan ini terbuat dari seng, sebaiknya pada atap ruangan ini diberi blower/fan agar terjadi sirkulasi antara udara yang ada di luar dengan udara yang ada di dalam sehingga panas yang ada di dalam pun dapat bertukar dengan udara segar. Ventilasi alami yang ada di ruangan ini hanya berupa jendela/lubang angin kecil, hal ini dianggap tidak mencukupi untuk pergantian udara di ruangan yang sebesar ini. Pencahayaan yang baik sangat diperlukan pada bagian ini karena pekerja harus memeriksa cup yang akan diisi biskuit dan juga memeriksa biskuit yang layak untuk dimasukkan ke dalam cup. Kebisingan pada area ini adalah 81-89 dB, kebisingan tertinggi terjadi di titik yang paling dekat dengan mesin welding, karena mesin inilah yang dianggap menjadi sumber kebisingan. Pekerja sebaiknya menggunakan ear plug untuk mengurangi resiko kerusakan dan gangguan pendengaran,
27
namun kebanyakan pekerja masih belum menyadari bahwa hal ini bertujuan untuk keselamatan dan kesehatan kerjanya sendiri. Mereka masih menganggap kebisingan yang terjadi bukanlah hal penting sehingga alat pelindungan diri seperti ear plug tidak perlu dipakai. Tidak terdapat bau-bauan yang dapat mengganggu pernafasan pekerja dan juga getaran mekanis yang terjadi pada bagian ini. Pada proses meletakkan cup ke dalam tray pekerja duduk berhadapan dan terkadang menjangkau cup dengan daerah jangkauan terjauh yang mereka bisa, hal ini tidak seharusnya dilakukan karena masing-masing pekerja seharusnya menjangkau cup yang letaknya paling dekat dengan tempat ia duduk. Pada bagian ini pekerja dapat duduk dengan agak santai karena pada bagian bawah meja terdapat penyangga kaki, selain itu tempat duduk yang mereka duduki juga terdapat busa di bagian dudukannya. Sakit yang diduga dapat dialami pekerja adalah sakit pada punggung, pinggang, dan bahu, hal ini mungkin disebabkan duduk terlalu lama, namun dimensi ruang kerja di bagian ini dianggap sudah cukup baik karena pekerja tidak terbatas dalam melakukan gerakan. Tinggi dari meja di bagian ini adalah 72.5 cm dari lantai, sedangkan tinggi kursinya adalah 42 cm dari lantai. Temperatur pada area ini adalah 35-36oC dengan kelembaban antara 43-45%, tingginya temperatur pada bagian ini mungkin disebabkan karena adanya heater pada mesin cup sealer dan seal cutter yang berfungsi untuk sealing cup dan seal cutter. Pada area ini terdapat kipas angin yang dapat mengurangi panas yang dirasakan oleh pekerja. Pencahayaan menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan di bagian ini, karena pekerja harus memeriksa cup yang telah melewati proses sealing cup dan seal cutter, pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan tutup cup apakah ada kebocoran atau tidak, dan juga pemotongan tutup cup tersebut dari seal cutter sudah sesuai standar. Kebisingan di area ini adalah 81-85 dB sehingga kebisingan dapat menganggu konsentrasi dari pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja, oleh karena itu pekerja yang bekerja di bagian ini harus menggunakan ear plug. Tidak terdapat bau-bauan yang mengganggu pernafasan dan juga getaran mekanis yang dirasakan oleh pekerja pada area ini. Pada proses memasukkan tray ke dalam karton pekerja melakukan pekerjaannya sambil berdiri, meskipun di sana telah disediakan kursi tinggi yang sudah standar untuk pekerjaan yang dilakukan sambil berdiri namun pekerja tidak menggunakannya sampai mereka merasa lelah berdiri. Hal ini sebenarnya baik karena pekerja dianggap mampu menentukan batas kemampuan ia melakukan pekerjaan dengan posisi badannya, hal ini akan mengurangi kelelahan yang dirasakan pekerja. Tinggi dari meja di bagian ini adalah 78 cm dari tanah, sedangkan tinggi kursinya adalah 67 cm dari tanah, ini dianggap akan mempermudah pekerjaan yang dilakukan pekerja yang seharusnya dilakukan sambil berdiri meskipun tinggi dari kursi tidak masuk ke dalam standar tinggi kursi untuk pekerjaan yang harus dilakukan sambil berdiri seperti yang terlihat pada Tabel 5. Pekerja akan merasakan sakit di daerah sekitar pinggang dan kaki akibat terlalu lama duduk atau berdiri, namun dengan posisi bekerja yang berdiri dan duduk setelah lelah ini pekerja dianggap sudah memahami prinsip ekonomi gerakan. Tabel 5. Standar tinggi kursi untuk pekerjaan yang dilakukan sambil berdiri Sumber data R. Farley (1985) Dreyfuss (1967) E. Grandjean (1980) Untuk kerja ringan Standard Australia
Wanita 940 mm 810-860 mm 850-900 mm
Pria 1020 mm 910-970 mm 900-950 mm
900 mm
950-1000 mm
Sumber : Nurmianto, Eko (2008)
28
Temperatur pada area ini adalah antara 33-34oC dengan kelembaban 58-59%. Pada bagian ini karena frebiskuitnsi pekerja melakukan pekerjaannya tidak terlalu tinggi maka temperatur ini tidak dianggap terlalu mengganggu dan mempengaruhi pekerjaan tersebut. Pencahayaan juga bukan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan di area ini karena pekerja hanya bertugas memasukkan tray-tray yang sudah diwrapping dan shrinking ke dalam karton yang sudah mereka bentuk sebelumnya.
4.3
Analisis Waktu Kerja
Suatu pekerjaan akan dikatakan diselesaikan secara efisien apabila waktu penyelesaiannya berlangsung paling singkat. Untuk menghitung waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan guna memilih alternatif metode kerja yang terbaik, maka perlu diterapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik pengukuran kerja. Pengukuran waktu kerja ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaan. Definisi Pekerjaan Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk pengukuran waktu kerja adalah dengan teknik micromotion study. Metode ini baik sekali diaplikasikan untuk meneliti siklus operasi kerja yang pendek, berlangsung secara berulang-ulang dan dilaksanakan secara manual. Menurut Wignjosoebroto (2003) aktivitas pengukuran kerja ini memiliki kriteria-kriteria pekerjaan yang harus dipenuhi, yaitu : a. Pekerjaan tersebut harus dilaksanakan secara repetitive dan uniform. b. Isi atau macam pekerjaan itu harus homogen. c. Hasil kerja (output) harus dapat dihitung secara nyata (kuantitatif) baik secara keseluruhan ataupun untuk tiap-tiap elemen kerja yang berlangsung. d. Pekerjaan tersebut cukup banyak dilaksanakan dan teratur sifatnya sehingga akan memadai untuk diukur dan dihitung waktu bakunya. Sesuai dengan batasan masalah yang diuraikan, bahwa proses produksi yang dimaksud adalah mulai dari proses penyiapan tepung untuk membuat biskuit long stick yang kegiatannya dimulai dari proses pengayakan tepung sampai pengemasan tepung untuk dikirim ke bagian pembuatan biskuit long stick, kemudian dilanjutkan dengan proses pembuatan biskuit long stick yang kegiatannya dimulai dari pencampuran (pembuatan adonan) sampai penyiapan biskuit long stick untuk dikirim ke bagian pengemasan, sampai pada kegiatan pengemasan biskuit long stick yang kegiatannya dimulai dari pemasukan cup dan ring di dalam conveyor sampai pada peletakan karton di atas pallet untuk dibawa ke gudang, namun batasan masalah yang ditetapkan secara spesifik adalah membahas mengenai proses preparasi dan pengemasan long stick saja. Pekerjaan pada unit preparasi 100% kegiatannya dikerjakan oleh tenaga kerja pria karena mengharuskan pekerjanya untuk mengangkat barang-barang yang berat, sedangkan pada unit pembuatan biskuit long stick 80% pekerjaannya dikerjakan oleh tenaga kerja pria, namun ada pula 20% pekerjaan yang dikerjakan oleh tenaga kerja wanita seperti pengecekan berat adonan, pemeriksaan kualitas adonan, dan penyiapan biskuit long stick untuk dikirim ke pengemasan. Untuk bagian pengemasan 80% pekerjaannya dikerjakan oleh tenaga kerja wanita karena butuh ketelitian dan kecermatan dalam setiap pekerjaannya, namun ada 20% pekerjaan yang dikerjakan oleh tenaga kerja pria yaitu pekerjaan-pekerjaan berat yang membutuhkan tenaga besar, seperti menarik pallet, menuang biskuit dan cream. Output dari masingmasing pekerjaan yang dilakukan di setiap bagian ini berbeda, untuk bagian preparasi output yang
29
dihasilkan dihitung dengan sistem pallet, yaitu berapa pallet yang dihasilkan oleh pekerja dalam 8 jam yang dikirim ke bagian lainnya. Output dari bagian pembuatan biskuit long stick adalah sistem berat dalam kilogram, yaitu banyaknya biskuit long stick dalam kilogram output yang dihasilkan selama 8 jam. Output dari bagian pengemasan menggunakan sistem banyaknya karton yang dihasilkan selama 8 jam kerja. Untuk kontinuitas, pekerjaan pada bagian preparasi dan pengemasan dilakukan selama lima hari, dari hari senin sampai dengan hari jum’at dan terbagi dalam tiga shift, shift pertama pukul 06.3014.30 WIB, shift kedua pukul 14.30-22.30 WIB, dan shift ketiga pukul 22.30-06.30 WIB, sedangkan untuk bagian pembuatan biskuit long stick hanya dilakukan jika ada permintaan dari bagian pengemasan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pekerjaan pada bagian preparasi tepung dan pengemasan memang layak untuk dilakukan aktivitas pengukuran kerja. Pembagian Operasi Menjadi Elemen-Elemen Kerja Mengukur waktu kerja sekaligus dari saat awal persiapan sampai akhir pekerjaan tersebut selesai dilakukan adalah satu hal yang tidak bisa dibenarkan (Wignjosoebroto, 2003). Dalam pelaksanaan pengukuran kerja, umumnya yang dilakukan terlebih dahulu adalah membagi operasi menjadi elemen-elemen kerja. Berdasarkan 17 gerakan dasar yang telah diuraikan oleh Gilbreth, maka satu operasi preparasi tepung dan pengemasan dapat diuraikan menjadi beberapa segmen gerakan yang diberi nama sesuai elemen gerak yang terjadi. Segmen-segmen tersebut antara lain : 1. Mencari (Search) Mencari (Sh) adalah elemen dasar gerakan pekerja untuk menentukan lokasi suatu obyek. Gerakan ini dilakukan oleh mata. Gerakan dimulai pada saat mata bergerak mencari obyek dan berakhir bila obyek tersebut sudah ditemukan. Berdasarkan definisi gerakan ini, pada proses pengayakan tepung di bagian preparasi gerakan ini dimulai ketika mata pekerja bergerak mencari pisau untuk membuka karung tepung sampai pekerja menemukan dimana letak pisau yang akan digunakan untuk membuka karung tepung tersebut. Gerakan ini termasuk gerakan tidak efektif dan sebisa mungkin dieliminasi, waktu yang dibutuhkan untuk mencari pisau ini adalah 1.9 detik yang dilanjutkan dengan gerakan menjangkau pisau yang membutuhkan waktu selama 1,5 detik. Waktu siklus gerakan ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Sebenarnya kegiatan mencari dapat dihilangkan oleh pekerja yaitu dengan cara meletakkan pisau dalam posisi menancap pada karung tepung yang akan dibuka selanjutnya. Hal ini sudah dapat mengurangi bahkan menghilangkan gerakan mencari karena gerakan ini merupakan gerakan tidak efektif, namun terkadang pekerja sendiri tidak meletakkan pisau di karung yang akan dibuka, melainkan meletakkannya sembarangan sehingga ia lupa dimana meletakkan pisau itu. Hal yang dapat dilakukan untuk menghindari kejadian seperti ini sebaiknya dibuatkan wadah atau tas pinggang yang terbuat dari plastik keras yang kaku seperti bahan plastik yang digunakan untuk celengan, plastik ini akan difungsikan sebagai wadah pisau dan dipakai di pinggang atau di kaki sehingga pekerja tidak perlu lagi menaruh pisau di karung tepung atau di tempat-tempat lainnya yang memungkinkan untuk dilupakan oleh pekerja, penggunaan wadah ini akan mempercepat waktu pengerjaan yang mereka butuhkan, sehingga diharapkan dapat memperbesar produktivitas kerja dari pekerja pada bagian preparasi. Waktu yang diharapkan dapat dicapai jika perusahaan membuat wadah untuk meletakkan pisau ini dapat dilihat pada Lampiran 2. 2. Memilih (Select) Memilih (Sl) adalah gerakan kerja untuk menemukan atau memilih suatu obyek di antara dua atau lebih obyek yang sama lainnya. Gerakan ini dimulai pada saat tangan dan mata mulai bergerak
30
memilih dan berakhir bila obyek yang dikehendaki sudah ditemukan. Berdasarkan definisi ini, pada proses memasukkan biskuit ke dalam cup di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika tangan dan mata mulai bergerak memilih biskuit di genggaman tangan dan berakhir saat biskuit dimasukkan ke dalam cup, gerakan ini dapat dilihat pada Gambar 8 di bawah ini. Gerakan ini termasuk gerakan tidak efektif dan sebisa mungkin dihilangkan, waktu yang dibutuhkan untuk memilih biskuit ini adalah 1.2 detik. Waktu yang dibutuhkan untuk tiap siklusnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Kegiatan memilih dapat dihapuskan jika kualitas biskuit long stick yang masuk ke bagian pengemasan sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan perusahaan, namun di bagian penyiapan biskuit long stick untuk dikirim ke bagian pengemasan masih banyak melewatkan biskuit long stick yang kurang memenuhi standar, terkadang juga biskuit long stick yang sudah memenuhi standar menjadi rusak dan tidak memenuhi standar karena proses pendistribusian biskuit long stick dari bagian penyiapan ke pengemasan. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi bahkan menghilangkan kegiatan memilih ini adalah adanya pekerja yang memeriksa atau memilih biskuit long stick ini saat tiba di ruang pengemasan, setelah dipilih dan diperiksa biskuit long stick yang sudah memenuhi standar diletakkan di tempat tersendiri dengan perlakuan yang baik dan tidak ditumpuktumpuk untuk menghindari terjadinya kerusakan.
Gambar 8. Simulasi gerakan memilih biskuit 3. Menjangkau (Transport Empty) dan Memegang (Grasp) Menjangkau (TE) adalah gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik gerakan mendekati maupun menjauhi objek, sedangkan memegang (G) sendiri didefinisikan sebagai gerakan tangan yang dilakukan dengan menutup jari-jari tangan pada suatu objek yang dikehendaki dalam suatu operasi kerja. Berdasarkan definisi tersebut, dalam proses pengayakan tepung di bagian preparasi gerakan ini dimulai pada saat operator mulai menggerakkan tangannya menuju karung tepung yang akan dibuka, sampai menutupnya jari-jari tangan setelah memegang karung tepung. Elemen gerak ini dilakukan oleh tangan kanan dan kiri, gerakan ini dapat dilihat pada Gambar 9 di bawah ini. Gerakan tangan kanan dan kiri ini termasuk dalam gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau karung tepung ini adalah 1.8 detik, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Gerakan menjangkau karung tepung ini dirasa kurang baik karena pekerja harus membungkuk untuk menjangkau tepung, gerakan yang sebaiknya dilakukan adalah berjongkok atau menggunakan alat bantu untuk menjangkau karung tepung yang diinginkan. Terdapat beberapa hal yang membuat gerakan menjangkau karung tepung ini menjadi lebih lama yaitu letak dari karung tepung yang jauh dari tempat berdirinya pekerja, namun keterlambatan yang tak dapat dihindarkan ini tidak terlalu berpengaruh terhadap waktu pengerjaan yang dilakukan pekerja. Sebaiknya pekerja diberi alat bantu seperti gancu (gagang yang terbuat dari besi dan bentuknya seperti tanda tanya dengan ujung yang runcing) agar lebih mudah dalam gerakan menjangkau karung tepung ini.
31
Gambar 9. Simulasi gerakan menjangkau tepung Pada proses pengemasan tepung di bagian preparasi gerakan ini dimulai pada saat operator mulai menggerakkan tangannya menuju kantung plastik yang akan dipakai sebagai wadah tepung, sampai menutupnya jari-jari tangan setelah memegang kantung plastik. Kedua elemen gerak ini dominan dilakukan oleh tangan kanan. Tangan kiri sendiri pada bagian ini tidak melakukan gerak apapun. Gerakan tangan kanan ini termasuk dalam gerakan efektif, sedangkan gerakan yang dilakukan oleh tangan kiri merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau kantung plastik yang akan dipakai ini adalah 5 detik, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 3. Banyak hal yang dapat memperlambat pekerja untuk menjangkau kantung plastik yang akan dipakai ini, diantaranya adalah terlalu rapatnya jarak antara satu plastik dengan plastik yang lainnya karena pengaruh bahan dari plastik yang digunakan, bisa juga keterlambatan ini terjadi akibat dari pekerja yang sudah lelah melakukan pekerjaan. Untuk menghindari terjadinya plastik yang merekat dengan plastik yang lain karena bahannya, mungkin bahan plastik bisa diganti dengan plastik yang permukaannya lebih lembut sehingga tidak melekat dengan plastik sebelumnya. Pada proses peletakan ring di atas cup pada bagian pengemasan gerakan ini dimulai pada saat operator mulai menggerakkan tangannya menuju ring yang akan diletakkan di atas cup yang berada di conveyor, sampai menutupnya jari-jari tangan setelah memegang ring. Kedua elemen gerak ini dominan dilakukan oleh tangan kanan. Tangan kiri sendiri pada bagian ini meletakkan ring di atas cup yang berada di conveyor. Gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan dan kiri ini termasuk dalam gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau ring yang masih di dalam karton adalah 4.4 detik, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 4. Terdapat beberapa hal yang dapat memperlambat waktu penjangkauan ring ini, diantaranya adalah karena operator terpecah konsentrasinya, karena selain harus menjangkau ring ia juga melakukan pekerjaan meletakkan ring di atas cup. Pada proses memasukkan biskuit ke dalam cup pada bagian pengemasan gerakan ini dimulai pada saat operator mulai menggerakkan tangannya menuju cup yang berada di conveyor untuk menjadi wadah biskuit long stick, sampai menutupnya jari-jari tangan setelah memegang cup, gerakan ini dapat dilihat pada Gambar 10 di bawah ini. Kedua elemen gerak ini dominan dilakukan oleh tangan kiri. Tangan kanan sendiri pada bagian ini juga melakukan gerakan menjangkau yang dimulai pada saat operator mulai menggerakkan tangannya menuju biskuit long stick yang akan dimasukkan ke dalam cup, sampai menutupnya jari-jari tangan setelah memegang biskuit. Gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan dan kiri ini termasuk dalam gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau cup ini adalah 1.2 detik, waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau cup ini dapat dilihat pada Lampiran 5. Hal yang dapat memperlambat pengambilan cup saat akan memasukkan biskuit ini adalah karena pekerja harus memeriksa dulu kualitas dari cup yang baru keluar dari mesin welding, untuk menghindari terjadinya keterlambatan ini adalah dengan cara menempatkan 2 orang pekerja yang bertugas untuk memeriksa kualitas dari cup yang baru saja mengalami proses pengepressan oleh
32
mesin welding, sehingga pekerja yang bertugas untuk memasukkan biskuit tidak perlu lagi memeriksa kulaitas dari cup yang baru dipress.
Gambar 10. Simulasi gerakan menjangkau cup Pada proses memasukkan cup ke dalam tray pada bagian pengemasan gerakan ini dimulai pada saat operator mulai menggerakkan tangannya menuju tray yang akan menjadi tempat cup, sampai menutupnya jari-jari tangan setelah memegang tray, gerakan ini dapat dilihat pada Gambar 11 di bawah ini. Kedua elemen gerak ini dilakukan oleh tangan kanan. Tangan kiri sendiri pada bagian ini hanya memegang busa sebagai alas tray tanpa melakukan gerakan apapun. Gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan termasuk dalam gerakan efektif, sedangkan gerakan yang dilakukan oleh tangan kiri termasuk ke dalam gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau tray ini adalah 1.18 detik, yang membuat penjangkauan tray ini menjadi lama adalah karena masih terekatnya tray yang terbuat dari karton dengan tray lainnya, karena tidak terlalu mempengaruhinya waktu keterlambatan ini maka waktu keterlambatan dapat dianggap tidak ada.
Gambar 11. Simulasi gerakan menjangkau tray Pada proses memasukkan cup ke dalam tray pada bagian pengemasan gerakan ini dimulai pada saat operator mulai menggerakkan tangannya menuju cup yang akan diletakkan di dalam tray, sampai menutupnya jari-jari tangan setelah memegang cup. Kedua elemen gerak ini dilakukan oleh tangan kanan dan kiri. Gerakan yang dilakukan oleh kedua tangan ini termasuk dalam gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau cup ini adalah 1.01 detik, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 6, yang dapat menyebabkan keterlambatan saat menjangkau cup ini adalah posisi dari pekerja yang jauh dari mesin cup sealer dan seal cutter, dapat juga disebabkan oleh mesin dikurangi kecepatannya atau mati sama sekali. Pada proses pemasukan tray ke dalam karton di bagian pengemasan gerakan ini dimulai pada saat operator mulai menggerakkan tangannya menuju karton yang akan dipakai sebagai wadah tray,
33
sampai menutupnya jari-jari tangan setelah memegang karton. Kedua elemen gerak ini dominan dilakukan oleh tangan kanan. Tangan kiri sendiri pada bagian ini tidak melakukan gerak apapun. Gerakan tangan kanan ini termasuk dalam gerakan efektif, sedangkan gerakan yang dilakukan oleh tangan kiri merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau karton ini adalah 1.54 detik, waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau karton ini dapat dilihat pada Lampiran 7. Hal yang dapat memperlambat penjangkauan karton ini adalah letak karton yang mungkin jauh dari dari pekerja, jika karton habis pun pekerja harus mengambil karton di tempat yang agak jauh dari tempat memasukkan tray ke dalam karton. 4. Membawa dengan beban (Transport Loaded) Membawa dengan beban (TL) merupakan gerak perpindahan tangan, hanya saja tangan yang berpindah ini bergerak dalam kondisi membawa beban (obyek). Gerakan ini dimulai dan diakhiri pada saat yang sama dengan elemen gerakan menjangkau hanya saja tangan yang menjangkau ini dalam kondisi membawa beban. Berdasarkan definisi ini, pada proses pengayakan di bagian preparasi gerakan ini dimulai ketika pekerja membawa karung tepung yang sudah dibuka ke mulut mesin pengayak dan berakhir ketika melepas karung tersebut. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan pekerja dan merupakan gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk membawa karung tepung yang sudah dibuka ke mulut mesin pengayak adalah 10 detik. Hal yang dapat memperlambat pekerja dalam membawa karung tepung menuju ke mulut mesin pengayak adalah berat karung tepung yang minimal 25 kilogram, lantai ruang ayak yang licin, dan stamina dari pekerja itu sendiri. Untuk mengurangi terjadinya keterlambatan yang tidak dapat dihindarkan maka sebaiknya dibuat alat atau mesin yang dapat mengangkat tepung seperti katrol, karena tepung yang harus diangkat mendekati mesin pengayak kapasitasnya melebihi kapasitas angkat manusia dalam bekerja, apalagi pekerjaan ini harus dilakukan selama 8 jam. Pada proses pengemasan tepung di bagian preparasi gerakan ini dimulai ketika pekerja membawa kantung plastik yang sudah terisi tepung ke atas pallet dan berakhir ketika melepas kantung plastik tersebut. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan pekerja dan merupakan gerakan efektif. Waktu yang digunakan untuk membawa plastik yang sudah terisi tepung ke atas pallet adalah 5 detik. Hal yang mempengaruhi keterlambatan waktu saat membawa plastik tepung ke atas pallet adalah pallet yang mulai agak penuh sehingga pekerja harus berjalan lebih jauh untuk mencapai pallet di sisi yang lain. Untuk itu sebaiknya pallet diletakkan di antara kedua mesin pengayak, sehingga operator yang satu tidak perlu berjalan lebih jauh untuk mencapai sisi yang lainnya saat membawa kantung plastik, ia hanya mengisi pallet di sisi yang paling dekat dengan dirinya, hal ini juga dapat diterapkan untuk proses pengayakan tepung. Pada proses meletakkan ring di atas cup di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika pekerja membawa ring dan berakhir ketika melepas ring ke atas cup di conveyor. Gerakan ini dilakukan oleh tangan kiri, tangan kanan sendiri saat ini hanya memegang ring yang lain saja. Gerakan yang dilakukan tangan kiri merupakan gerakan efektif, sedangkan gerakan yang dilakukan tangan kanan merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk membawa ring ke atas cup adalah 0.94 detik. Hal yang dapat memperlambat kerja operator membawa ring ke atas cup adalah sulitnya ring dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Sebenarnya pada bagian pengemasan ini sudah terdapat mesin yang berfungsi meletakkan ring ke atas cup, namun mesin itu sudah tidak berfungsi. Hal ini sebenarnya merupakan sesuatu yang kurang baik karena apabila mesin itu dapat berfungsi seperti yang seharusnya maka bukan tidak mungkin jika output yang dihasilkan perusahaan akan menjadi lebih banyak. Perbaikan dan perawatan mesin memang sangat diperlukan agar tidak terjadi hal serupa.
34
Pada proses meletakkan cup yang telah terisi biskuit ke conveyor di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika pekerja membawa cup yang telah terisi biskuit dan berakhir ketika melepas cup yang telah terisi biskuit ke conveyor. Gerakan ini dilakukan oleh tangan kiri, tangan kanan sendiri saat ini menjangkau biskuit yang akan dimasukkan ke dalam cup berikutnya. Gerakan yang dilakukan oleh kedua tangan ini merupakan gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk membawa cup ini adalah 1.5 detik, yang memperlambat waktu pembawaan cup adalah pekerja yang memeriksa kualitas cup terlebih dahulu. Pada proses memasukkan cup ke dalam tray di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika pekerja membawa cup dan berakhir ketika melepas cup tersebut ke tray. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan pekerja. Gerakan yang dilakukan oleh kedua tangan ini merupakan gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk membawa cup ini adalah 13 detik, yang memeperlambat waktu tersebut adalah pekerja yang bercanda atau mengobrol dengan rekan kerjanya sehingga tidak fokus, selain itu hal lain yang dapat menyebabkan terjadinya keterlambatan adalah memperbaiki posisi dari cup yang sudah dimasukkan ke dalam tray ataupun posisi dari itu sendiri. Pada proses memasukkan tray ke dalam karton di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika pekerja membawa tray dan berakhir ketika melepas tray ke karton. Gerakan ini dilakukan oleh tangan kanan, tangan kiri sendiri saat ini hanya memegang karton saja. Gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan merupakan gerakan efektif, sedangkan gerakan yang dilakukan oleh tangan kiri merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk memasukkan tray ke dalam karton adalah 3 detik. Hal yang memperlambat waktu pengerjaan ini adalah karton yang masih sering kembali ke bentuk awalnya karena pekerja melipatnya tidak begitu baik, pekerja kelelahan ataupun bekerja sambil mengobrol dengan rekan kerjanya. 5. Memegang untuk memakai (Hold) Gerakan ini terjadi saat tangan yang satu melakukan gerak kerja memegang dan mengontrol obyek sedangkan tangan yang lain melakukan kerja terhadap obyek tersebut. Gerakan ini dimulai pada saat satu tangan memegang dan memakai (mengendalikan) obyek dan berakhir ketika tangan yang lainnya selesai melakukan kerja terhadap obyek tersebut. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pada proses pengemasan tepung di bagian preparasi gerakan ini dimulai ketika pekerja memegang kantung plastik sambil menimbang, sementara tangan lainnya membuka tutup katup pipa penyalur, gerakan ini berakhir ketika pekerja menutup katup yang ada di pipa penyalur tepung. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan pekerja. Gerakan yang dilakukan oleh kedua tangan ini merupakan gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk memegang untuk memakai adalah 44 detik. Hal yang dapat memperlambat adalah tepung yang tidak turun dari atas entah karena tersendat ataupun belum dituang untuk diayak dari atas. 6. Melepas (Release) Elemen gerakan melepas (RL) terjadi pada saat tangan operator melepaskan kembali obyek yang dipegang sebelumnya. Gerakan ini diawali saat jari-jari tangan membuka lepas dari obyek yang dibawa dan berakhir ketika semua jari sudah tidak menyentuh obyek lagi. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pada proses pengayakan tepung di bagian preparasi gerakan ini dimulai ketika pekerja melepas karung tepung yang telah terbuka ke atas mesin pengayak dan berakhir ketika tangan pekerja tidak lagi menyentuh karung tepung. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan pekerja. Gerakan yang dilakukan oleh kedua tangan ini merupakan gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk melepas karung tepung ini adalah 6 detik. Hal yang dapat memperlambat waktu pelepasan karung ini adalah menyangkutnya karung di mulut pengayak.
35
Pada proses pengemasan tepung di bagian preparasi gerakan ini dimulai ketika pekerja melepas kantung plastik yang telah terisi tepung ke atas pallet dan berakhir ketika tangan pekerja sudah tidak meyentuh kantung plastik tersebut. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan pekerja dan merupakan gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk melepas kantung plastik ini adalah 2 detik, hal yang dapat memperlambat waktu pelepasan kantung plastik adalah kantung plastik yang tumpah tepungnya atau sempat terjatuh, dan juga stamina dari pekerja yang sudah jauh berkurang. Pada proses meletakkan ring di atas cup di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika tangan pekerja melepas ring ke atas cup dan berakhir ketika tangan pekerja sudah tidak lagi menyentuh ring, gerakan ini dapat dilihat pada Gambar 12 di bawah ini. Gerakan ini dilakukan oleh tangan kiri, tangan kanan sendiri saat ini hanya memegang ring yang lain saja. Gerakan yang dilakukan oleh tangan kiri merupakan gerakan efektif, sedangkan gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk melepas ring adalah 0.78 detik. Hal yang dapat memperlambat waktu pelepasan ring ini adalah ring yang susah dilepas atau dipisahkan dari ring yang lain.
Gambar 12. Simulasi gerakan melepas ring ke atas cup Pada proses memasukkan biskuit ke dalam cup di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika tangan pekerja melepas biskuit long stick ke dalam cup dan berakhir ketika tangan pekerja sudah tidak lagi menyentuh biskuit, gerakan ini dapat dilihat pada Gambar 13 di bawah ini. Gerakan ini dilakukan oleh tangan kanan, tangan kiri sendiri saat ini memegang cup. Gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan ini merupakan gerakan efektif, sedangkan gerakan yang dilakukan oleh tangan kiri merupakan gerakan tidak efektif. Selain itu gerakan melepas ini juga dimulai saat tangan pekerja melepas cup yang telah terisi oleh biskuit ke conveyor dan berakhir ketika tangan pekerja sudah tidak lagi menyentuh cup. Gerakan ini dilakukan oleh tangan kiri, tangan kanan sendiri saat ini menjangkau biskuit long stick yang siap dimasukkan ke cup berikutnya. Gerakan yang dilakukan oleh kedua tangan pekerja ini merupakan gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk melepas biskuit long stick adalah 1.5 detik. Hal yang memperlambat pelepasan long stick ini adalah tempat long stick yang kurang besar sehingga pekerja agak sedikit kesulitan melepas 12 long stick sekaligus, selain itu gerakan melepas ini juga dimulai saat tangan pekerja melepas cup yang telah terisi oleh biskuit ke conveyor dan berakhir ketika tangan pekerja sudah tidak lagi menyentuh cup. Waktu yang dibutuhkan pekerja untuk melepas cup ke conveyor adalah 1.5 detik, hal yang dapat memperlambat waktu ini adalah kebingungan pekerja mencari lubang conveyor yang mana yang kosong dan belum ditempati cup yang telah terisi long stick.
36
Gambar 13. Simulasi gerakan melepas biskuit ke dalam cup Pada proses meletakkan cup ke dalam tray di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika tangan pekerja melepas cup dan mengarahkan cup untuk dimasukkan ke dalam tray, gerakan ini berakhir ketika tangan pekerja sudah tidak lagi menyentuh cup, gerakan ini dapat dilihat pada Gambar 14 di bawah ini. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan pekerja dan merupakan gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk melepas cup ini adalah 1.25 detik, hal yang dapat memperlambat pekerja adalah posisi cup yang kurang tepat ataupun tray yang tidak stabil.
Gambar 14. Simulasi gerakan melepas cup ke dalam tray Pada proses meletakkan tray ke karton di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika tangan pekerja melepas tray ke karton dan berakhir ketika tangan pekerja sudah tidak lagi menyentuh tray. Gerakan ini dilakukan oleh tangan kanan, tangan kiri sendiri saat ini hanya memegang karton saja, gerakan ini dapat dilihat pada Gambar 15 di bawah ini. Gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan merupakan gerakan efektif, sedangkan gerakan yang dilakukan oleh tangan kiri merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk melepas tray ini adalah 3 detik, hal yang dapat memperlambat adalah belum adanya tray yang harus dimasukkan, karton yang masih sering kembali ke bentuk awal, dan pekerja yang bekerja sambil mengobrol atau brcanda dengan rekan kerjanya.
Gambar 15. Simulasi gerakan melepas tray ke dalam karton
37
7. Mengarahkan (Position) Mengarahkan (P) adalah gerakan yang menempatkan obyek pada lokasi yang dituju secara tepat. Gerakan ini biasanya didahului oleh elemen gerakan (move) dan diikuti oleh gerakan merakit (assembling) atau melepas (release). Gerakan dimulai sejak tangan memegang/mengontrol obyek tersebut ke arah lokasi yang dituju dan berakhir pada saat gerakan berakhir atau melepas/memakai dimulai. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pada proses pengayakan tepung di bagian preparasi gerakan ini dimulai ketika pekerja mengarahkan karung tepung yang telah terbuka ke atas mesin pengayak dan berakhir ketika tangan pekerja melepas karung tepung. Gerakan yang dilakukan ini merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk mengarahkan karung tepung ini adalah 0.23 detik. Hal ini seharusnya dapat dihilangkan dari proses pengayakan tepung. Pada proses pengemasan tepung di bagian preparasi gerakan ini dimulai ketika pekerja mengarahkan kantung plastik yang telah terisi tepung ke atas pallet dan berakhir ketika tangan pekerja melepas karung tepung. Gerakan yang dilakukan ini merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk mengarahkan kantung plastik ini adalah 0.18 detik. Gerakan ini harus dihilangkan dari proses karena merupakan gerakan yang tidak efektif. Pada proses meletakkan ring ke atas cup di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika pekerja mengarahkan ring ke atas cup dan berakhir ketika tangan pekerja melepas ring. Gerakan yang dilakukan ini merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk mengarahkan ring ke atas cup adalah 0.06 detik, gerakan ini sebisa mungkin dihilangkan karena gerakan ini merupakan gerakan tidak efektif. Oleh karena itu sebaiknya mesin untuk meletakkan ring ke atas cup diperbaiki agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga operator hanya perlu memeriksa kerja mesin. Pada proses memasukkan biskuit long stick ke dalam cup di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika pekerja mengarahkan biskuit long stick ke dalam cup dan berakhir ketika tangan pekerja melepas biskuit. Gerakan yang dilakukan ini merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk mengarahkan biskuit ke dalam cup adalah 0.23 detik, gerakan ini sebisa mungkin dihilangkan karena merupakan gerakan tidak efektif. Pada proses meletakkan cup ke dalam tray di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika pekerja mengarahkan cup ke tray dan berakhir ketika tangan pekerja melepas cup. Gerakan yang dilakukan ini merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk mengarahkan cup ke tray adalah 0.34 detik, gerakan mengarahkan ini sebisa mungkin dihilangkan karena merupakan gerakan yang tidak efektif. Pada proses meletakkan tray ke dalam karton di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika pekerja mengarahkan tray ke dalam karton dan berakhir ketika tangan pekerja melepas tray. Gerakan yang dilakukan ini merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan pekerja untuk mengarahkan tray ke dalam karton adalah 0.25 detik, gerakan ini sebisa mungkin dihilangkan karena merupakan gerakan yang tidak efektif. 8. Memeriksa (Inspect) Elemen gerakan ini termasuk langkah kerja untuk menjamin bahwa obyek telah memenuhi persyaratan kualitas yang ditetapkan. Gerakan kerja dilaksanakan dengan pengecekan secara rutin oleh operator selama proses kerja berlangsung. Elemen dapat berupa gerakan melihat seperti memeriksa warna, meraba seperti memeriksa kehalusan permukaan benda kerja dan lain-lain aktivitas yang prinsipnya memeriksa obyek kerja untuk dibandingkan dengan standar yang ada. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pada proses memasukkan biskuit ke dalam cup di bagian pengemasan gerakan ini dilakukan ketika pekerja memeriksa cup yang baru keluar dari mesin welding, gerakan ini dapat dilihat pada Gambar 16 di bawah ini. Gerakan yang dilakukan ini merupakan gerakan tidak
38
efektif. Waktu yang diperlukan untuk memeriksa cup ini adalah 0.12 detik, gerakan ini sebaiknya dihilangkan karena merupakan gerakan yang tidak efektif.
Gambar 16. Simulasi gerakan memeriksa kualitas cup yang baru keluar dari mesin welding Pada proses meletakkan cup ke dalam tray di bagian pengemasan gerakan ini dilakukan ketika pekerja memeriksa kualitas dari cup dan tutupnya yang baru keluar dari mesin cup sealer dan seal cutter, gerakan ini dapat dilihat pada Gambar 17 di bawah ini. Gerakan yang dilakukan ini merupakan gerakan tidak efektif. Kegiatan ini dilakukan agar tidak ada tutup yang bocor. Waktu yang dibutuhkan untuk memeriksa cup ini adalah 0.28 detik.
Gambar 17. Simulasi gerakan memeriksa kualitas cup dan seal yang baru keluar dari mesin cup sealer dan seal cutter 9. Memakai (Use) Memakai adalah elemen gerakan dimana salah satu atau kedua tangan digunakan untuk memakai atau mengontrol suatu alat/obyek untuk tujuan tertentu selama kerja berlangsung. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pada proses pengayakan tepung di bagian preparasi gerakan ini dimulai ketika tangan pekerja membuka karung tepung dengan menggunakan pisau dan berakhir ketika karung tepung telah terbuka. Gerakan ini dilakukan oleh tangan kanan, sedangkan tangan kiri sendiri memegang karung tepung. Gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan merupakan gerakan efektif, sedangkan gerakan yang dilakukan oleh tangan kiri merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk membuka karung tepung dengan menggunakan pisau adalah 8 detik, yang memperlambat gerakan membuka karung tepung dengan menggunakan pisau ini adalah jahitan benang pada karung tepung yang sangat rumit sehingga sulit untuk dibuka, selain itu pisau yang tumpul juga akan memperlambat waktu pembukaan karung tepung. Untuk mengatasi keterlambatan tersebut maka sebaiknya pisau yang dipakai untuk membuka karung tersebut diasah setiap hari.
39
Pada proses pengemasan tepung di bagian preparasi gerakan ini dimulai ketika tangan pekerja merekatkan kantung-kantung plastik berisi tepung yang ada di atas pallet agar tidak jatuh dengan menggunakan isolasi dan berakhir ketika tangan pekerja melepas isolasi. Gerakan ini dilakukan oleh tangan kiri, sedangkan tangan kanan sendiri memegang kantung plastik. Gerakan yang dilakukan oleh tangan kiri merupakan gerakan efektif, sedangkan gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk mengisolasi kantung plastik ini adalah 38 detik. Hal yang dapat memperlambat gerakan pekerja adalah jatuhnya kantung plastik karena susunannya kurang baik sehingga pekerja masih harus mengambil kantung plastik yang terjatuh kemudian menyusunnya kembali. Pada proses memasukkan tray ke dalam karton di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika tangan pekerja mendorong karton yang telah terisi tray dan merekatkannya dengan alat yang mengisolasi karton kemudian berakhir dengan gerakan membawa karton ke pallet. Gerakan ini dilakukan oleh tangan kanan, sedangkan tangan kiri sendiri tidak melakukan gerakan apapun. Gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan merupakan gerakan efektif, sedangkan gerakan yang dilakukan oleh tangan kiri merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk mendorong karton ke alat perekat karton ini adalah 8 detik. Hal yang dapat memperlambat waktu kerja yang dibutuhkan ini adalah adanya karton yang masih terdapat di ujung alat perekat ini sehingga menghambat karton baru yang akan direkatkan, pekerja harus menyingkirkan karton yang lama terlebih dahulu kemudian merekatkan karton yang baru. 10. Menganggur (Delay) Gerakan menganggur yang dimaksud adalah gerakan menganggur yang dilakukan pekerja selama bekerja. Gerakan ini termasuk ke dalam elemen-elemen kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (UD), kelambatan yang dapat dihindarkan (AD) dan istirahat untuk menghilangkan lelah (R). Ada beberapa kegiatan yang sering dilakukan oleh para pekerja di bagian preparasi dan pengemasan pada gerakan ini, yaitu berdiri diam, membersihkan kotoran pada baju seragam, menyapu (membersihkan ruangan kerja), bercanda dengan teman dan mengobrol. Gerakan menganggur ini merupakan gerakan yang dipengaruhi oleh motivasi dari pekerja dan juga stamina yang ia miliki. Dapat dilihat dari data yang telah diambil bahwa pekerja lebih banyak melakukan gerakan menganggur pada akhir shift dibanding dengan awal shift, hal ini menunjukkan bahwa motivasi dan stamina pekerja di akhir shift memang sudah jauh berkurang dibandingkan dengan motivasi dan stamina di awal shift. Stamina dari pekerja sudah jauh berkurang karena pekerjaan yang ia lakukan merupakan pekerjaan yang dilakukan secara cepat dan berulang-ulang selama 8 jam. Pada pengamatan yang dilakukan selama 30 menit di awal dan akhir shift kepada 2 orang operator pengayakan di bagian preparasi, dapat dilihat bahwa operator 1 dan 2 ini melakukan banyak gerakan menganggur di akhir shift. Gerakan menganggur yang mereka lakukan di antaranya adalah mengambil sampah, membuang sampah, berjalan, mendekatkan pallet, membersihkan badan, membetulkan ayakan, dan menyapu. Dalam gerakan menganggur ini ada gerakan yang wajib dilakukan dan ada pula gerakan yang sebaiknya dihindari. Gerakan yang wajib dilakukan di antaranya adalah menyapu, hal ini harus dilakukan karena tempat kerja akan menjadi kotor dan licin jika pekerja tidak menyapu kotorannya, selain menyapu hal lain yang wajib untuk dilakukan pekerja adalah membuang sampah, jika pekerja tidak membuang sampah maka sampah akan menumpuk, tidak terurus dan menciptakan lingkungan kerja yang tidak sehat bagi pekerja. Mendekatkan pallet ke tempat mengayak adalah gerakan menganggur yang juga wajib untuk dilakukan, jika pallet tidak didekatkan ke mesin pengayak maka pekerja akan mengalami kesulitan saat akan menuang tepung ke
40
mesin pengayak karena jarak antara pallet yang baru saja diangkat ke atas dengan mesin pengayak jauh, selain itu pallet yang tidak didekatkan ke mesin pengayak ini akan menghambat pallet lain yang nantinya akan diangkat ke atas. Dalam waktu 30 menit di awal shift operator 1 melakukan gerakan mengambil sampah selama 14 detik dan membuang sampah selama 16 detik, waktu ini sebenarnya dapat diperkecil (dipercepat) jika tempat sampah diletakkan dekat dengan tempat berdirinya pekerja untuk mengayak tepung karena selain memperkecil waktu itu, hal ini juga dapat memperkecil waktu pekerja untuk berjalan ke tempat sampah yang dilakukan selama 199 detik atau sekitar 3,3 menit. Untuk mendekatkan pallet ke mesin pengayak dibutuhkan waktu 68 detik, waktu ini dapat dikurangi jika di ruang pengayakan tersebut terdapat rel yang dapat mengarahkan atau menjadi tempat jalannya pallet, tentu saja pallet ini harus diberi roda di bawahnya, sehingga tidak dibutuhkan alat pengangkut dan pekerja harus menarik sendiri pallet tersebut untuk mendekati mesin pengayak. Operator 1 menyapu untuk membersihkan ruangan sebanyak 2 kali dengan lama waktu sekitar 16 detik, hal ini ia lakukan agar tepung yang tercecer dapat dibuang dan tidak mengotori ruangan, karena tepung tersebut selain mengotori ruangan juga dapat membuat lantai menjadi licin dan meningkatkan resiko terjadinya kecelakaan kerja yaitu terjatuhnya pekerja saat sedang bekerja. Operator 1 sempat memperbaiki mesin pengayak yang sempat tidak bergetar untuk mengayak selama 24 detik. Kegiatan yang paling tidak produktif yang dilakukan pekerja adalah berdiam diri tanpa melakukan apapun, dan kegiatan ini dilakukan oleh operator 1 selama 350 detik atau sekitar 5.8 menit selama pengamatan yang dilakukan di 30 menit pertama shift 1 dan 415 detik atau sekitar 6.9 menit pada 30 menit terakhir shift 1. Hal ini dilakukan oleh operator 1 karena ia menunggu mesin selesai mengayak dan juga beristirahat untuk menghilangkan lelah. Pada akhir shift operator 1 ini sempat mengambil air minum yang berada di kantor bawah selama 167 detik atau sekitar 2.7 menit, hal ini tentu sangat mengurangi efisiensi kerja dari operator. Sebaiknya penempatan air minum ini dilakukan di setiap tempat yang ada pekerjanya, bukan di satu tempat saja karena hal ini akan menyulitkan pekerja yang tidak bekerja di ruang yang terdapat air minum tersebut. Operator 1 menyapu ruangan sebanyak satu kali selama 21 detik. Ia mengambil dan membuang sampah selama 21 detik dan 30 detik. Pada 30 menit pertama shift operator 2 membutuhkan waktu selama 13 detik untuk satu kali menyapu ruangan, 13 detik untuk mengambil sampah, dan 16 detik untuk membuang sampah. Operator 2 ini berdiam diri pada 30 menit pertama shift selama 606 detik atau sekitar 10.1 detik, hal ini terjadi karena ia menuang tepung ke dalam mesin pengayak lebih banyak dibanding operator 1, operator 2 menuang beberapa karung tepung secara bersamaan sehingga waktu menunggu sampai tepung yang ada di mesin pengayak turun ke bawah lebih lama. Ketika 30 menit terakhir shift, ia berdiam diri selama 710 detik atau sekitar 11.8 menit. Pada bagian pengemasan, kegiatan berdiam diri sangat jarang ditemukan karena pekerja diharuskan untuk bekerja secara cepat agar dapat memenuhi target yang telah di tetapkan hari itu. operator yang bertugas mengambil cup ke gudang dan meletakkan cup ke mesin tidak berdiam diri di 15 menit pertama, sementara pada 30 menit terakhir shift operator ini berdiam diri selama 7.2 menit. Operator ini berdiam diri karena memang sudah tidak ada lagi hal yang harus ia kerjakan, ia sudah mengambil banyak karton sekaligus sehingga tidak perlu kembali ke gudang untuk mengambil karton yang berisi cup dan ring yang akan diberikan ke mesin dan operator lain. Terdapat dua orang operator yang bertugas meletakkan ring ke atas cup, operator 1 dan 2 tidak pernah berdiam diri selama pengamatan berlangsung baik di 10 menit pertama shift, maupun di 10 menit terakhir shift, kalaupun mungkin mereka berdiam diri itu pasti disebabkan oleh mesin yang
41
dimatikan. Pada bagian memasukkan biskuit yang dilakukan oleh 8-10 orang operator juga tidak ditemui waktu untuk berdiam diri, karena mesin terus berjalan. Pekerja yang bertugas untuk memasukkan cup ke dalam tray berjumlah 2-4 orang, saat pengamatan berlangsung operator yang bertugas memasukkan cup ke tray berjumlah 4 orang, namun hanya diambil 2 sampel. Operator 1 di awal shift sempat berdiam diri selama 4 detik karena tidak mendapat cup untuk dimasukkan ke dalam traynya, sedangkan pada akhir shift ia sempat berdiam diri selama 262 detik atau sekitar 4.4 menit karena mesin dimatikan. Operator 2 berdiam diri di awal shift sebanyak 4 kali dengan rata-rata waktu diamnya 3 detik, di akhir shift ia berdiam diri selama 4 detik, operator 2 ini berdiam diri karena tidak kebagian cup untuk dimasukkan ke dalam tray. Pekerja yang bertugas untuk memasukkan tray ke dalam karton hanya satu orang, pada bagian inilah paling banyak waktu pekerja yang digunakan untuk berdiam diri karena tugasnya hanya memasukkan tray yang sudah dishrink ke dalam karton, waktu berdiam diri yang dilakukan oleh operator ini dikarenakan ia harus menunggu tray yang sudah dishrink datang.
Waktu Normal dan Waktu Siklus Waktu normal adalah waktu yang dibutuhkan oleh pekerja untuk melakukan gerakan dalam pekerjaannya. Waktu normal untuk proses preparasi pada awal dan akhir shift dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7, sedangkan waktu normal untuk proses pengemasan pada awal dan akhir shift dapat dilihat pada Tabel 8 dan 9. Waktu siklus adalah waktu rata-rata yang dibutuhkan oleh pekerja untuk melakukan setiap elemen gerakan. Tabel 6 dan 7 memperlihatkan waktu yang dibutuhkan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan preparasi pada awal dan akhir shift, terlihat bahwa pada awal shift waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut lebih cepat dibanding dengan pekerjaan yang dilakukan di akhir shift. Banyak faktor yang mempengaruhi hal ini, di antaranya adalah kelelahan yang dialami pekerja, menurunnya motivasi kerja dari pekerja, mesin yang sudah tidak dapat bekerja dengan baik, dan lainlain. Tabel 6. Waktu normal yang dibutuhkan preparasi pada awal shift
Min
Max
Waktu Ratarata (detik)
Pengulangan No.
1
Kegiatan
2
Buka Karung Tepung Menuang Tepung
3
Mengayak
4
Menampung & Menimbang Tepung Memindahkan Tepung Ke Pallet
5
Waktu (detik) 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
12
16
14
12
13
11
12
12
20
11
20
13.40
6
8
8
9
12
8
8
7
8
6
6
12
8
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
9
10
12
9
8
9
11
9
9
9
8
12
9.50
3
4
4
4
4
5
3
3
4
4
3
5
3.80
78
99
84.70
Total
42
Tabel 7. Waktu normal yang dibutuhkan untuk preparasi pada akhir shift
Min
Max
Waktu Ratarata (detik)
Pengulangan No. 1
Kegiatan
2
Buka Karung Tepung Menuang Tepung
3
Mengayak
4
Menampung & Menimbang Tepung Memindahkan Tepung Ke Pallet
5
Waktu (detik) 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
17
18
17
19
17
17
17
22
18
20
17
22
18.20
11
12
13
11
11
11
11
10
11
12
10
13
11.30
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
10
10
12
11
9
9
12
11
9
10
9
12
10.30
4
5
4
4
5
5
4
3
5
4
3
5
4.30
89
102
94.10
Total
Pada awal shift pekerja membutuhkan waktu rata-rata untuk preparasi selama 84.70 detik untuk satu siklusnya, satu siklus di sini adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu kali proses preparasi tepung sebanyak 25 kilogram. Untuk akhir shift waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu siklus preparasi adalah 94.10 detik. Dengan menggunakan software SPSS 16.0 for Windows dapat dilihat perbedaan antara proses preparasi yang dilakukan pada awal dan akhir shift. Pada data hasil pengolahan software SPSS 16.0 for Windows ini terdapat beberapa istilah yaitu negative ranks, positive ranks, ties, dan asymp. sig. Negative ranks menunjukkan seberapa banyak sample yang membutuhkan waktu lebih cepat pada akhir shift dari waktu yang dibutuhkan pada awal shift. Positive ranks menunjukkan seberapa banyak sample yang membutuhkan waktu lebih lama pada akhir shift dari waktu yang dibutuhkan pada awal shift. Ties menunjukkan menunjukkan seberapa banyak sample yang membutuhkan waktu yang sama pada awal dan akhir shift dengan pengulangan yang sama. Asymp. sig adalah derajat perbedaan dalam taraf nyata 95%. Jika Asymp. sig bernilai lebih dari 0.05 maka perbedaan yang terjadi tidak signifikan, sedangkan jika Asymp. sig bernilai kurang dari 0.05 maka perbedaan yang terjadi merupakan perbedaan yang signifikan. Pada proses preparasi tidak ada sample di akhir shift yang membutuhkan waktu lebih cepat dibanding dengan pada awal shift, ada 8 sample yang menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan di akhir shift lebih lama dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan pada awal shift. Terdapat 2 sample yang menunjukkan kebutuhan waktu yang sama di awal dan akhir shift. Nilai Asymp. sig untuk proses preparasi adalah 0.012, hal ini berarti terjadi perbedaan secara signifikan antara kecepatan pekerja saat proses preparasi di awal dan akhir shift yaitu sebesar 0.012 pada taraf nyata 95%. Kegiatan yang paling lama dan seringkali mengalami keterlambatan pada proses pengayakan tepung adalah kegiatan membuka karung tepung, hal ini mungkin disebabkan oleh kegiatan mencari pisau yang harus dilakukan terlebih dahulu. Selain itu mungkin keterlambatan yang terjadi pada saat membuka karung tepung ini bisa juga disebabkan oleh tumpulnya pisau yang digunakan untuk membuka karung tepung, atau jahitan karung tepung dari perusaahaan tepung ini terlalu kuat dan rumit sehingga pekerja agak kesulitan saat membukanya. Hal ini akan semakin memperlambat waktu yang digunakan untuk membuka karung tepung di akhir shift karena pekerja sudah terlalu lelah. Pada proses pengemasan tepung kegiatan yang paling lama dan sering menjadi sebab terjadinya keterlambatan adalah kegiatan menampung dan menimbang tepung. Banyak hal yang dapat menjadi penyebab bagian ini seringkali terjadi keterlambatan, diantaranya adalah lamanya tepung keluar dari pipa penyalur tepung. Lama keluarnya tepung ini mungkin disebabkan oleh tersumbatnya
43
pipa penyalur tepung, untuk itu perlu adanya pembersihan atau maintenance yang rutin dilakukan agar kebersihan pipa dapat tetap terjaga. Penyebab lain yang mungkin menyebabkan lama turunnya tepung dari pipa penyalur tepung adalah karena katup yang digunakan untuk membuka dan menutupnya jalur keluar-masuk tepung sudah tidak bekerja dengan baik. Untuk waktu normal yang dibutuhkan di bagian pengemasan pada awal dan akhir shift dapat dilihat di Tabel 8 dan 9 di bawah, dari tabel ini dapat dilihat bahwa pada awal shift pekerja membutuhkan waktu selama 67.04 detik untuk tiap siklusnya. Tiap siklus disini maksudnya adalah satu kali proses pengemasan satu cup. Pada akhir shift dibutuhkan waktu 71.815 detik untuk tiap siklusnya. Terdapat selisih waktu selama 4.775 detik antara waktu yang dibutuhkan untuk mengemas cup tiap siklusnya pada awal dan akhir shift.
44
Tabel 8. Waktu normal yang dibutuhkan pengemasan pada awal shift Pengulangan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kegiatan Meletakkan Cup Meletakkan Ring Welding Memasukkan Biskuit Memasukkan Cream Mengepress, Memotong dan Memberi Kode Pada Tutup cup Memasukkan ke dalam tray Conveyor Wrapping Shrinking Conveyor Memasukkan tray ke Dalam Karton
Waktu (detik)
Min
Max
Waktu Rata-rata (detik)
1 2.5 0.78 2.5 4.28 2.5
2 2.5 0.78 2.5 5 2.5
3 2.5 0.76 2.5 4.28 2.5
4 2.5 1.03 2.5 3.75 2.5
5 2.5 0.83 2.5 3.75 2.5
6 2.5 1 2.5 3.75 2.5
7 2.5 0.96 2.5 4.28 2.5
8 2.5 1 2.5 4.28 2.5
9 2.5 1.03 2.5 5 2.5
10 2.5 1 2.5 4.28 2.5
2.5 0.76 2.5 3.75 2.5
2.5 1.03 2.5 5 2.5
2.5 0.91 2.5 4.22 2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
11 2.5 2.5 2.5 2.5 35.91
19 2.5 2.5 2.5 2.5 28.81
13 2.5 2.5 2.5 2.5 28.44
15 2.5 2.5 2.5 2.5 26.81
16 2.5 2.5 2.5 2.5 36.31
15 2.5 2.5 2.5 2.5 21.69
15 2.5 2.5 2.5 2.5 36.28
14 2.5 2.5 2.5 2.5 29.09
17 2.5 2.5 2.5 2.5 26.9
13 2.5 2.5 2.5 2.5 21.69 59.2
19 2.5 2.5 2.5 2.5 36.31 81.34
15 2.5 2.5 2.5 2.5 26.91 67.04
18 2.5 2.5 2.5 2.5 25.78 Total
45
Tabel 9. Waktu normal yang dibutuhkan pengemasan pada akhir shift Pengulangan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kegiatan Meletakkan Cup Meletakkan Ring Welding Memasukkan Biskuit Memasukkan Cream Mengepress, Memotong dan Memberi Kode Pada Tutup cup Memasukkan ke dalam tray Conveyor Wrapping Shrinking Conveyor Memasukkan tray ke Dalam Karton
Waktu (detik)
Min
Max
Waktu Rata-rata (detik)
1 2.5 1 2.5 5 2.5
2 2.5 1.03 2.5 4.28 2.5
3 2.5 0.61 2.5 4.28 2.5
4 2.5 0.93 2.5 4.28 2.5
5 2.5 0.9 2.5 4.28 2.5
6 2.5 0.96 2.5 4.28 2.5
7 2.5 0.65 2.5 4.28 2.5
8 2.5 1.03 2.5 4.28 2.5
9 2.5 1.07 2.5 4.28 2.5
10 2.5 1.07 2.5 5 2.5
2.5 0.61 2.5 4.28 2.5
2.5 1.07 2.5 5 2.5
2.5 0.925 2.5 4.4 2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
17 2.5 2.5 2.5 2.5 30.22
9 2.5 2.5 2.5 2.5 27.85
20 2.5 2.5 2.5 2.5 28.22
20 2.5 2.5 2.5 2.5 26.13
17 2.5 2.5 2.5 2.5 36.81
16 2.5 2.5 2.5 2.5 29.92
15 2.5 2.5 2.5 2.5 38.82
15 2.5 2.5 2.5 2.5 27.22
16 2.5 2.5 2.5 2.5 26.43
9 2.5 2.5 2.5 2.5 26.13 60.02
20 2.5 2.5 2.5 2.5 38.82 84.89
15.6 2.5 2.5 2.5 2.5 30.89 71.815
11 2.5 2.5 2.5 2.5 37.28 Total
46
Dengan menggunakan software SPSS 16.0 for Windows dapat dilihat perbedaan antara proses pengemasan yang dilakukan pada awal dan akhir shift. Pada data hasil pengolahan software SPSS 16.0 for Windows ini terdapat beberapa istilah yaitu negative ranks, positive ranks, ties, dan asymp. sig. Negative ranks menunjukkan seberapa banyak sample yang membutuhkan waktu lebih cepat pada akhir shift dari waktu yang dibutuhkan pada awal shift. Positive ranks menunjukkan seberapa banyak sample yang membutuhkan waktu lebih lama pada akhir shift dari waktu yang dibutuhkan pada awal shift. Ties menunjukkan menunjukkan seberapa banyak sample yang membutuhkan waktu yang sama pada awal dan akhir shift dengan pengulangan yang sama. Asymp. sig adalah derajat perbedaan dalam taraf nyata 95%. Jika Asymp. sig bernilai lebih dari 0.05 maka perbedaan yang terjadi tidak signifikan, sedangkan jika Asymp. sig bernilai kurang dari 0.05 maka perbedaan yang terjadi merupakan perbedaan yang signifikan. Pada proses pengemasan terdapat 3 sample di akhir shift yang membutuhkan waktu lebih cepat dibanding dengan pada awal shift, ada 7 sample yang menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan di akhir shift lebih lama dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan pada awal shift. Tidak terdapat sample yang menunjukkan kebutuhan waktu yang sama di awal dan akhir shift. Nilai Asymp. sig untuk proses pengemasan adalah 0.169, hal ini berarti tidak terjadi perbedaan secara signifikan antara kecepatan pekerja saat proses pengemasan di awal dan akhir shift pada taraf nyata 95%. Pada proses pengemasan ini yang seringkali mengalami keterlambatan adalah pada bagian memasukkan biskuit ke dalam cup dan memasukkan cup ke dalam tray, hal ini mungkun disebabkan karena tidak adanya spesialisasi kerja pada proses pengemasan ini, seharusnya pada proses pengemasan ini diadakan spesialisasi pekerjaan agar pekerja yang sudah berpengalaman dan memiliki keahlian pada bagian tertentu dapat terus bekerja di bagian itu sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan menjadi lebih cepat. Pekerja yang lebih berpengalaman pasti lebih mengerti bagaimana caranya untuk menghemat waktu agar pekerjaannya dapat lebih cepat diselesaikan. Penyebab lain yang mungkin terjadi adalah kekurangan sumber daya manusia untuk melakukan pekerjaan di bagian itu, sehingga saat terjadi keterlambatan pada bagian ini maka mesin harus dimatikan dan pekerja kembali memenuhi kekurangannya. Sebaiknya pola kerja yang seperti ini mulai diubah, pekerja yang beristirahat secara bergantian ini akan mengurangi produksi yang dilakukan, daripada mesin harus dimatikan berkali-kali karena keteteran, lebih baik seluruh pekerja melakukan istirahat secara bersamaan sehingga tidak ada lagi keteteran yang terjadi pada proses pengemasan. Jika pada waktu normal dan pekerja lengkap produksi dapat menghasilkan 86.52 karton/jam dan jika pekerja dikurangi 5 orang hanya bisa menghasilkan 67.68 karton/jam, maka akan ada beberapa kali produksi yang hanya menghasilkan 67.68 karton/jam, namun jika pekerja beristirahat serentak selama 30 menit maka tidak akan ada produksi 67.68 karton/jam, produksi hanya kehilangan 43.26 karton karena beristirahat selama 30 menit. Jika beristirahat secara bergantian dilakukan sebanyak 5 kali karena jumlah pekerja seluruhnya adalah 23 orang maka akan terjadi produksi sebanyak 67.68 karton/jam sebanyak 3 kali yang mengakibatkan perusahaan kehilangan 56.52 karton, belum lagi jika mesin mati akibat pekerja yang sudah kewalahan karena harus mengerjakan tugas yang seharusnya dikerjakan oleh pekerja lainnya yang sedang beristirahat, oleh karena itu sebaiknya perusahaan memberlakukan sistem istirahat seluruh karyawan secara bersamaan.
Waktu Baku Seorang operator dianggap bekerja secara wajar jika seorang operator yang dianggap berpengalaman bekerja tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja
47
yang ditetapkan dan menunjukkan dalam menjalankan pekerjaannya. Teknik yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan cara Westinghouse. Waktu siklus rata-rata yang telah didapatkan harus melewati 2 faktor pertimbangan terlebih dahulu, yaitu faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran. Waktu baku didapat dari waktu siklus ditambah dengan faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran seperti yang dapat dilihat pada Tabel 10 dan 11 di bawah ini. Faktor penyesuaian dan kelonggaran ini didapat dari penilaian yang dilakukan melalui pengamatan. Nilai-nilai penyesuaian dan kelonggaran ini dikalikan dengan waktu normal yang ada yang kemudian menjadi faktor penyesuaian dan kelonggaran yang akan ditambahkan dengan waktu normal. 1. Faktor Penyesuaian Faktor penyesuaian ini terdiri dari 4 faktor yang menyebabkan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Keterampilan atau skill didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. Nilai-nilai penyesuaian dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini. Berdasarkan ciri-ciri dari setiap kelas ketrampilan maka tenaga kerja pada bagian preparasi dan pengemasan ini memiliki ketrampilan mulai dari poor F2 (+0,11) sampai dengan excellent B1(+0,11). Tenaga kerja yang masuk dalam kategori poor memiliki karakter ragu-ragu dalam melakukan pekerjaanya, gerakannya kaku dan seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang ia lakukan. Sedangkan excellent dipilih karena tenaga tersebut memiliki karakter bekerja cepat tetapi halus, berirama dan terkoordinasi. Tabel 10. Nilai Penyesuaian
Ketrampilan Superskill Excellent Good Average Fair Poor
A1 A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F1 F2
Usaha 0.15 0.13 0.11 0.08 0.06 0.03 0 -0.05 -0.1 -0.16 -0.22
Superskill
0.04 0.03 0.01 0 -0.02 -0.04
Ideal Excellently Good Average Fair Poor
Konsistensi Perfect Excellently Good Average Fair Poor
A B C D E F
Excellent Good Average Fair Poor
A1 A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F1 F2
0.13 0.12 0.1 0.8 0.05 0.02 0 -0.04 -0.08 -0.12 -0.17
Kondisi Kerja A B C D E F
0.06 0.04 0.02 0 -0.03 -0.07
Sumber : Metode Westinghouse pada Nurmianto, Eko (2004)
48
2. Faktor Kelonggaran Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatigue, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Kelonggaran waktu untuk kebutuhan pribadi yang diberikan adalah sebesar 5% untuk wanita dan 2% untuk pria, besarnya kelonggaran ini diberikan karena operator bekerja secara terus menerus selama ± 8 jam tanpa istirahat resmi. Nilainilai kelonggaran dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini. Faktor kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatigue dilihat dari beberapa faktor yang berpengaruh. Faktor yang pertama adalah tenaga yang dikeluarkan. Untuk aktivitas yang dilakukan di bagian preparasi tenaga yang dibutuhkan sangat besar karena harus mengangkat beban minimal seberat 25 kilogram dan dilakukan selama 8 jam, maka dari itu aktivitas ini termasuk ke dalam aktivitas berat dan diberi kelonggaran sebesar 20%. Aktivitas yang dilakukan di ruang pengemasan termasuk dalam aktivitas tanpa beban dan sangat ringan, maka kelonggaran yang diberikan untuk tenaga kerjanya adalah 6%. Faktor kedua adalah sikap kerja, nilai yang diberikan untuk tenaga kerja yang bekerja di bagian preparasi adalah 2%, angka ini diberikan karena sebagian besar sikap kerja dari pekerjaan ini adalah berdiri, membungkuk dan bertumpu pada kedua kaki. Untuk tenaga kerja yang bekerja di bagian pengemasan diberikan nilai 0.8% karena pada bagian pengemasan ini sebagian besar pekerjaan yang harus dikerjakan adalah dengan posisi kerja duduk. Faktor ketiga adalah gerakan kerja. Pada faktor ini diberikan nilai 0% karena dianggap pekerjaan ini masih melakukan gerakan-gerakan kerja yang normal. Faktor keempat adalah kelelahan mata. Untuk tenaga kerja yang bekerja di bagian preparasi nilai yang diberikan sebesar 0% karena tenaga kerja tidak perlu terus menerus memandang objek. Untuk tenaga kerja yang bekerja di bagian pengemasan diberikan nilai 2% karena harus memeriksa cacat yang ada pada produk, pencahayaan di ruang pengemasan cukup baik sehingga nilai kelonggarannya pun tidak terlalu besar. Faktor kelima adalah temperatur. Nilai yang diberikan untuk tenaga kerja yang bekerja di bagian preparasi adalah 15% karena rata-rata temperatur pada tempat ini adalah 30-32oC, sedangkan untuk tenaga kerja yang bekerja di bagian pengemasan diberikan nilai 30% karena temperatur tempat bekerjanya adalah antara 31-36oC. Faktor keenam adalah keadaan atmosfer. Nilai yang diberikan untuk tenaga kerja yang bekerja di bagian preparasi adalah 5%, karena pada tempat kerja tidak memiliki ventilasi yang baik dan terdapat debu-debu halus (tepung) tetapi tidak beracun. Untuk bagian pengemasan diberikan nilai 3% karena ventilasi ruangan kurang baik dan terdapat bau-bauan yang tidak berbahaya. Faktor yang ketujuh adalah keadaan lingkungan. Nilai yang diberikan untuk tenaga kerja yang bekerja di bagian pengayakan tepung pada preparasi adalah sebesar 6 %, karena pada tenaga kerja yang bekerja di bagian pengayakan selalu terasa adanya getaran pada lantai dan untuk bagian pengemasan tepungnya diberikan nilai 4% karena faktor-faktor yang dapat menurunkan kualitas kerjanya adalah seperti ventilasi ruangan yang kurang baik. Untuk bagian pengemasan long stick, tenaga kerja yang bertugas meletakkan ring di atas cup diberikan nilai 3% karena siklus pekerjaannya berulang-ulang antara 0-5 detik, sementara untuk tenaga kerja yang bertugas memasukkan biskuit diberikan nilai kelonggaran sebesar 1% karena siklus pekerjaannya dilakukan berulang-ulang antara 5-10 detik, untuk tenaga kerja yang bertugas memasukkan cup ke tray dan memasukkan tray ke karton diberikan nilai 2% karena faktor-terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas kerjanya. Faktor kelonggaran waktu untuk hambatan-hambatan yang tak terhindarkan diberikan nilai sebesar 5 %.
49
Tabel 11. Nilai kelonggaran Faktor Kelonggaran Tenaga Yang Dikeluarkan Sikap Kerja Gerakan Kerja Kelelahan Mata Temperatur Tempat Kerja Atmosfer
Keadaan Lingkungan
Pribadi
Tepung NN Tepung NN Tepung NN Tepung NN Tepung NN Tepung NN ayak kemas ring biskuit tray karton pria wanita
0.2 0.06 0.02 0.008 0 0 0 0.02 0.15 0.3 0.05 0.03 0.06 0.04 0.03 0.01 0.02 0.05 0.02 0.05
Sumber : Metode Westinghouse pada Nurmianto, Eko (2008)
Setelah waktu siklus ditambahdengan faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran yang telah dinilai dan dihitung sebelumnya maka didapatkan waktu baku untuk bagian preparasi dan bagian pengemasan. Waktu baku pada proses preparasi ini adalah 112.68 detik atau sekitar 1.87 menit per siklusnya seperti yang dapat dilihat pada Tabel 12. Pada bagian preparasi ini memang tidak terlalu dibutuhkan kerja yang cepat seperti yang harus dilakukan pada bagian pengemasan, sehingga spesialisasi kerja dan pengalaman kerja tidak begitu dibutuhkan di bagian preparasi ini, sedangkan waktu baku dari proses pengemasan adalah 90.74 detik. Waktu baku proses pengemasan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 12. Waktu baku preparasi Waktu Baku (detik)
No.
Kegiatan
Waktu Siklus (detik)
Faktor Penyesuaian
1 2 3 4 5
Buka Karung Tepung Menuang Tepung Mengayak Menampung & Menimbang Tepung Memindahkan Tepung Ke Pallet
15.8 9.65 50 9.9 4.05
1.01 0.97 0 0.94 0.94
7.9 4.82 0 4.75 1.94
24.71 15.44 50 15.59 6.93
89.4
3.86
19.42
112.68
Total
Faktor Kelonggaran
50
Tabel 13. Tabel waktu baku pengemasan
No. 1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12
Kegiatan Meletakkan Cup Meletakkan Ring Welding Memasukkan Biskuit Memasukkan Cream Mengepress, Memotong dan Memberi Kode Pada Tutup cup Memasukkan ke dalam tray Jalan Di Atas Conveyor Wrapping Shrinking Jalan Di Atas Conveyor Memasukkan tray ke Dalam Karton Total
Waktu Siklus
Faktor Penyesuaian
Faktor Kelonggaran
Waktu Baku
2.5 0.91 2.5 4.31 2.5
0 0.12 0 0.88 0
0 0.46 0 2.06 0
2.5 1.49 2.5 7.25 2.5
2.5
0
0
2.5
15.3
1
7.46
23.76
2.5 2.5 2.5 2.5
0 0 0 0
0 0 0 0
2.5 2.5 2.5 2.5
28.9
1.05
8.28
38.23
69.42
3.05
18.26
90.73
Waktu baku yang ditetapkan dapat berfungsi sebagai perencanaan jumlah pekerja yang harus dipekerjakan pada bagian atau proses-proses tertentu agar produktivitas perusahaan meningkat. Hal ini diharapkan dapat memberikan keuntungan lebih pada perusahaan karena semua sumber daya manusia dialokasikan ke tempat-tempat yang tepat dan melakukan kegiatan kerja yang efektif.
4.4
Analisis Metode Kerja
1. Produktivitas Secara umum ada dua kriteria yang dapat dimasukkan sebagai kriteria produktivitas, yaitu besar kecilnya keluaran yang dihasilkan dan waktu kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Waktu kerja disini adalah suatu ukuran umum dari nilai masukan yang harus diketahui guna melaksanakan penelitian dan penilaian dari produktivitas kerja manusia. Nilai produktivitas tenaga kerja didapatkan melalui hasil perhitungan waktu siklus. Berdasarkan pengamatan, tenaga kerja shift 1 di PT. Arnott’s Indonesia bekerja mulai pukul 06.30 WIB sampai pukul 14.30 WIB atau selama 8 jam kerja. Waktu ini adalah waktu kotor dari tenaga kerja untuk bekerja. Untuk menghitung waktu siklus, kecepatan mesin yang digunakan untuk mengemas biskuit long stick ini semuanya diasumsikan sama, yaitu 2.5 detik per cupnya. Produktivitas pekerja yang bekerja di bagian preparasi ini adalah 400 kilogram tepung/jam. Nilai produktivitas ini didapat dari banyaknya output yang dihasilkan oleh bagian preparasi yaitu 20 pallet tepung, yang masing-masing palletnya berisi 30 kantung tepung dengan berat 25 kilogram. Satu pallet ini berisi 750 kilogram tepung, sehingga jika yang dihasilkan adalah 20 pallet maka dalam 7.5 jam kerja (jam kerja bersih) mereka ini yang dihasilkan adalah 15000 kilogram tepung. Maka setiap jamnya pekerja mampu menghasilkan 2000 kilogram tepung, karena pekerja yang bekerja pada bagian
51
preparasi ini ada lima orang, maka produktivitas dari masing-masing pekerja adalah 400 kilogram/jam. Produktivitas masing-masing pekerja di bagian pengemasan ini adalah 3.76 karton/jam, produktivitas ini didapat dari jumlah karton yang dihasilkan selama 8 jam kerja yaitu 692.2 karton, sehingga tiap jamnya yang diproduksi adalah 86.525 karton dari 23 orang pekerja, karena itulah produktivitas tiap orang yang bekerja di bagian pengemasan ini adalah 3.76 karton/jam. 2. Rasa Sakit yang Terjadi Akibat Pekerjaan Easmant (1986) menyebutkan bahwa suatu pekerjaan termasuk ke dalam highly repetitive task jika memiliki siklus waktu 30 detik atau kurang. Berdasarkan hal tersebut, maka gerakan-gerakan yang terdapat di dalam proses preparasi dan pengemasan ini dapat dimasukkan dalam klasifikasi highly repetitive task, meskipun waktu baku yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu cup dan 25 kilogram preparasi tepung ini lebih dari 30 detik. Kebutuhan energi oleh pekerja ini biasanya cukup rendah, kerja yang berulang-ulang ini biasanya menggunakan sekumpulan kecil dari otot dan berotasi di sekitar pergelangan tangan, bahu kanan dan kiri atas, selain itu bagian pinggang pun diduga akan sering terasa pegal karena pekerja perlu membungkukkan badannya untuk meletakkan tepung ke atas pallet pada bagian preparasi tepung, sakit pinggang yang dirasakan oleh pekerja yang bekerja di bagian pengemasan biasanya dikarenakan terlalu lama duduk dengan posisi tegak, apalagi kursi-kursi yang ada di bagian pengemasan ini tidak ada busa di bagian dudukannya dan juga tidak diberi sandaran untuk tempat bersandar, sebaiknya paling tidak kursi yang dipakai adalah kursi yang diberi busa pada dudukannya. Sakit ini biasanya diikuti oleh gejala-gejala dari peradangan dan rasa sakit yang tergabung menjadi satu yang disebut repetitive-motion disorders. Sekumpulan rasa sakit itu terjadi mulai dari peradangan sendi sampai menyebabkan rasa sakit pada otot akibat terjebaknya syaraf. Peradangan ini yang menyebabkan timbulnya rasa sakit pada sendi-sendi yang terlibat. Repetitive-motion disorders ini sering terjadi pada tubuh bagian atas dan wilayah sekitar leher. Kecepatan dalam bekerja akan mempengaruhi gaya-gaya yang terjadi pada tendon dari otot tangan dan lengan, yang juga diikuti oleh meningkatnya bahaya akibat terjadinya repetitive-motion disorders. Pada kecepatan yang tinggi, puncak gaya yang terjadi juga akan meningkat dan pengulang-ulangan kerja pada level ini akan memperparah gejala sakitnya. Besarnya tenaga yang dibutuhkan dan banyaknya otot yang bekerja akan mempengaruhi terjadinya kelelahan dan peradangan yang terjadi pada otot dan sendi. Jika frebiskuitnsi dari pengulangan kerja tinggi, waktu istirahat yang tidak cukup akan meningkatkan potensi dari terjadinya penyakit. Jika pekerjaan tersebut terjadi dalam waktu yang lama dan waktu untuk istirahat tidak mencukupi, maka rasa sakit dari otot dan sendi akan terus meningkat. Proses preparasi tepung merupakan pekerjaan yang dikategorikan sebagai kerja berat, lain halnya dengan pekerja yang bekerja di bagian pengemasan yang tidak digolongkan dlaam pekerjaan berat namun dituntut untuk harus bekerja cepat. Hal inilah yang juga kemungkinan besar menyebabkan terjadinya muscular fatigue pada otot pekerja. Muscular fatigue menurut Grandjean (1993) adalah fenomena rasa sakit yang timbul akibat kerja berlebih pada otot. Akibat dari terjadinya muscular fatigue ini adalah berkurangnya daya angkat, kontraksi dan relaksasi dari otot menurun dan waktu latency menjadi lebih lama. Karakter dari muscular fatigue ini tidak hanya menurunkan tenaga tetapi juga membuat gerakan menjadi lambat, juga termasuk terganggunya koordinasi dan meningkatnya kecenderungan untuk melakukan kesalahan dan juga terjadinya kecelakaan kerja selama terjadinya kelelahan otot tersebut.
52
3. Perbaikan Metode Kerja Untuk mendapatkan hasil kerja yang baik, diperlukan perancangan sistem kerja yang baik pula. Suatu sistem kerja harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan yang ekonomis. Prinsip dari ekonomi gerakan menurut Niebel (1999) adalah pengetahuan dasar mengenai fisiologi manusia dan menggunakannya sebagai pertimbangan utama dalam analisis aplikasi suatu metode kerja. Perbaikan kerja dilakukan dengan melakukan analisis pada peta tangan kiri dan tangan kanan yang telah dibuat. Analisa dilakukan pada keseimbangan kerja dari tangan kiri dan tangan kanan, juga untuk menemukan gerakan-gerakan yang efisien. Dari analisa yang dibuat maka pola gerakan tangan yang dianggap tidak efisien dan bertentangan dengan prinsip-prinsip ekonomi gerakan diusulkan untuk diperbaiki. Selain itu juga diharapkan terjadi keseimbangan gerakan yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan, sehingga siklus kerja akan berlangsung dengan lancar dalam ritme gerakan yang lebih baik yang akhirnya mampu memberikan delay maupun kelelahan yang minimum. Pada pengamatan yang dilakukan di bagian preparasi, dapat dilihat bahwa urutan kerja pada proses pengayakan dimulai dari elemen gerak yang dilakukan oleh kedua tangan. Analisis pertama dilakukan pada gerakan menjangkau karung tepung. Pada gerakan ini pekerja harus melakukannya dengan mencondongkan badan ke depan jika karung tepung tersebut letaknya jauh di depan dan menjangkaunya dengan tangan sehingga harus agak membungkuk. Posisi tubuh pekerja yang seperti ini akan menyebabkan pekerja cepat merasa lelah, sebaiknya disediakan alat yang membantu agar pekerja tidak perlu lagi membungkuk atau mencondongkan tubuhnya ke depan untuk menjangkau karung tepung, alat ini di perkebunan sawit sering disebut gancu. Gancu adalah alat yang terbuat dari besi, berbentuk seperti tanda tanya dengan ujungnya yang tajam, gagang gancu terbuat dari kayu agar tangan pekerja tidak sakit saat menggunakannya, dengan adanya alat bantu ini juga diharapkan dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan pekerja untuk menjangkau karung tepung. Gerakan yang kedua yang dilakukan pekerja pada bagian pengayakan ini adalah mencari dan menjangkau pisau, untuk mengurangi waktu pengerjaan maka sebaiknya gerakan mencari dihilangkan, untuk itu sebaiknya dibuatkan wadah atau tas yang dipakai di pinggang atau paha pekerja untuk meletakkan pisau. Dengan adanya tas atau wadah ini maka waktu untuk mencari pisau dapat dihilangkan sehingga waktu pengerjaan untuk mengayak tepung ini dapat lebih singkat. Gerakan yang ketiga adalah gerakan membawa karung tepung mendekati mesin ayak, gerakan ini dapat terbantu dengan adanya alat bantu gancu, sehingga waktu yang dibutuhkan pun akan menjadi lebih singkat, posisi tubuh pekerja pada saat mendekatkan karung tepung ke mesin pengayak ini adalah mencondongkan tubuh ke belakang karena karung tepung ini terlalu berat. Gerakan terakhir yang dilakukan pekerja ini adalah menuang tepung ke mesin pengayak, posisi tubuh pekerja saat menuang tepung ini tergantung dari tumpukan tepung karena pekerja sering menuang tepung dari atas tumpukan tepung, hal ini akan meningkatkan resiko terjadinya kecelakaan kerja. Untuk mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja ini maka sebaiknyaa tinggi dari mesin pengayak perlu dikurangi atau bahkan mesin pengayak diletakkan agak ke bawah agar pekerja tidak perlu naik atau mengangkat tepung untuk menuangnya ke dalam mesin pengayak. Hal ini tentu saja dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mengayak tepung. Pada proses pengemasan tepung di bagian preparasi ini gerakan pertama yang dilakukan adalah menjangkau kantung plastik dengan menggunakan tangan kanan, yang menghambat dan memperlambat waktu untuk menjangkau ini adalah bahan dari plastik yang sering melekat pada plastik yang lainnya, posisi tubuh dari pekerja saat menjangkau plastik ini adalah berdiri, sebaiknya untuk proses pengemasan tepung ini pekerja diberi kursi tinggi yang biasa digunakan untuk pekerja yang tugasnya harus dikerjakan sambil berdiri, selama ini pekerja yang bekerja di bagian pengemasan
53
tepung ini tidak disediakan kursi sehingga aktivitas apapun yang dilakukan di ruangan ini harus dikerjakan sambil berdiri. Pada saat memegang kantung plastik sambil mengontrol katup dan timbangan pekerja juga melakukannya sambil berdiri, hal ini tentu saja dapat menyebabkan pekerja cepat mengalami kelelahan. Pekerja yang bertugas menampung dan menimbang tepung ke dalam kantung plastik ini juga membawa kantung plastik ini ke pallet, sebaiknya yang membawa plastik ke pallet adalah pekerja lainnya agar pekerja ini tetap di tempatnya, namun pertukaran tugas juga baik untuk dilakukan jika dijadwalkan, agar pekerja tidak cepat merasa lelah dan jenuh terhadap tugas yang ia lakukan. Pekerja yang bekerja di bagian pengemasan 90% operator melakukan tugasnya dalam posisi duduk di kursi, hanya yang bertugas memasukkan tray ke karton saja yang melakukan tugasnya dengan berdiri, meskipun telah disediakan kursi di sana, ia lebih nyaman melakukan tugasnya sambil berdiri karena ia juga harus meletakkan karton yang telah terisi tray ke atas pallet. Pada proses meletakkan ring ke atas cup gerakan yang pertama dilakukan adalah menjangkau ring yang ada dalam karton dengan menggunakan tangan kanan dan meletakkan ring ke atas cup yang berada di atas conveyor dengan menggunakan tangan kiri. Gerakan ini merupakan gerakan efektif dan waktu yang dibutuhkan pun masih memenuhi waktu standar, namun sebaiknya untuk lebih meningkatkan efisiensi dan memperkecil cost lebih baik untuk meletakkan ring di atas cup ini menggunakan mesin, mesin yang digunakan harus dimaintenance secara rutin agar tidak cepat rusak. . Posisi duduk dari pekerja yang bertugas meletakkan ring ini adalah berhadap-hadapan, untuk pengamatan ini pekerja yang diamati adalah pekerja yang berada di sebelah kanan mesin. Posisi duduk pekerja yang berhadapan ini tidak didukung dengan adanya penyangga kaki di bawah meja conveyor, sehingga kaki pekerja diletakkan di siku-siku meja dan ini merupakan posisi yang tidak nyaman untuk bekerja karena tidak semua bagian dari kaki dapat masuk ke dalam siku meja tersebut. Sebaiknya jika harus menggunakan manusia untuk meletakkan ring tersebut dibuatlah penyangga kaki di bawah meja conveyor. Gerakan yang mengawali kegiatan memasukkan biskuit ke dalam cup adalah menjangkau biskuit dengan menggunakan tangan kanan dan melepaskan cup yang sudah terisi biskuit ke dalam conveyor dengan menggunakan tangan kiri. Posisi duduk dari pekerja yang bertugas memasukkan biskuit ini tidak berhadap-hadapan meskipun tempat duduk mereka posisinya saling berhadapan. Untuk memasukkan biskuit ini pekerja duduk menyamping sehingga tidak perlu memutar badannya ketika harus mengambil biskuit atau meletakkan cup ke conveyor, tetapi tempat duduk yang mereka duduki bukanlah tempaat duduk yang nyaman untuk diduduki selama 8 jam kerja, karena tempat duduk ini hanya tempat duduk biasa yang terbuat dari plastik dan tidak terdapat busa pada dudukannya. Pekerja akan merasa cepat lelah dan sakit pada bagian pinggang dan bokong karena tempat duduk yang seperti ini, sebaiknya kursi ini segera diganti. Gerakan pertama yang dilakukan pekerja di bagian memasukkan tray ke dalam karton adalah membentuk karton, posisi pekerja di bagian ini adalah berdiri, meskipun sudah disediakan tempat duduk yang tinggi khusus untuk pekerjaan yang harus dilakukan sambil berdiri namun pekerja lebih senang melakukan pekerjaannya tisak sambil duduk, ia hanya akan duduk saat merasa sudah lelah. Hal ini dirasa baik karena pekerja tahu sampai batas mana ia merasa masih sanggup melanjutkan pekerjaannya dan sampai batas mana ia sudah merasa lelah dan perlu mengembalikan staminanya. Pada proses preparasi sampai pengemasan diperlukan perhatian khusus mengenai sanitasi pekerjanya, sebaiknya pekerja yang bekerja dengan kontak langsung pada bahan baku ataupun biskuit yang akan dikemas menggunakan sarung tangan khusus. Cuci tangan dengan sabun dan menggunakan hand sanitizer belum dirasa cukup untuk menghilangkan bakteri yang dapat mengkontaminasi bahan baku ataupun biskuit yang akan dikemas, sebaiknya pekerja menggunakan sarung tangan latex yang
54
sangat halus, tipis, dan food grade, biasanya sarung tangan jenis ini banyak digunakan pada perusahaan pangan, obat/kimia, dan perusahaan minyak. Pekerja yang hanya mencuci tangannya dengan sabun dan menggunakan hand sanitizer masih dapat terkontaminasi oleh lingkungan kerjanya seperti mesin yang disentuh, alat yang dipakai, mungkin juga kontaminan justru berasal dari tubuh pekerja tersebut. Untuk itulah maka pemakaian sarung tangan latex yang food grade sangat dianjurkan. Sarung tangan latex yang food grade dapat dilihat pada Gambar 18 di bawah ini.
Gambar 18. Sarung tangan latex food grade
55
V.
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan 1.
Pada proses preparasi dan pengemasan terdapat beberapa elemen gerakan Therblig di dalamnya, elemen gerakan Therblig tersebut adalah mencari, memilih, menjangkau dan memegang, membawa, membawa dengan beban, memegang untuk memakai, mengarahkan, melepas, menganggur.
2.
Terdapat perbedaan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan antara pekerjaan yang dikerjakan di awal shift dan pekerjaan yang dikerjakan di akhir shift. Pada bagian preparasi pekerja membutuhkan waktu selama 84.70 detik untuk, sedangkan pada akhir shift pekerja membutuhkan waktu selama 94.10 detik. Untuk bagian pengemasan pekerja membutuhkan waktu selama 67.04 detik di awal shift dan 71.81 detik di akhir shift untuk tiap siklusnya mengemas satu cup biskuit long stick. Perbedaan waktu yang terjadi antara awal dan akhir shift menunjukkan bahwa terjadi penurunan stamina, motivasi, dan kualitas kerja dari para pekerjanya.
3.
Dengan menggunakan software SPSS 16.0 for Windows didapat nilai Asymp. sig yang menunjukkan bahwa terjadi perbedaan yang signifikan pada proses preparasi dan tidak terjadi perbedaan yang signifikan pada proses pengemasan. Terjadinya perbedaan secara signifikan pada proses preparasi di awal dan akhir shift dinyatakan dengan besarnya nilai Asymp. sig yang lebih kecil daripada 0.05, yaitu sebesar 0.012.
4.
Waktu normal yang dibutuhkan pekerja tiap siklus di bagian preparasi untuk tiap 25 kilogram tepung adalah 89.40 detik, sedangkan untuk pengemasan satu cup long stick adalah 69.42 detik, ditambah dengan faktor penyesuaian, maka didapat waktu baku untuk preparasi tiap siklusnya adalah 112.68 detik atau sekitar 1.87 menit, sedangkan waktu baku untuk mengemas satu cup long stick adalah 90.74 detik atau sekitar 1.5 menit.
5.
Berdasarkan data yang didapat maka dapat dihitung produktivitas pekerja pada proses preparasi dan pengemasan. Di proses preparasi produktivitas pekerjanya adalah 400 kilogram tepung/jam, sedangkan pada pengemasan produktivitas pekerjanya adalah 3.76 karton/jam.
6.
Terdapat beberapa alat dan mesin yang digunakan di bagian preparasi dan pengemasan yang harus diperbaiki agar mencapai produktivitas tertinggi dan tingkat efisiensi yang tinggi, diantaranya adalah peletakan mesin pengayak menjadi lebih rendah dengan tinggi mulut mesin pengayak 100 cm dari atas lantai, kemudian penggunaan gancu untuk menjangkau karung, penggunaan katrol untuk membawa karung ke mesin pengayak, pemberian wadah yang menempel pada tubuh pekerja untuk meletakkan pisau pembuka karung, pemberian ventilasi seperti blower/ fan pada ruang preparasi, penempatan air minum di setiap ruangan, dan penggantian lantai ruang preparasi.
56
7.
Pekerjaan pada bagian preparasi dan pengemasan ini dapat dimasukkan dalam klasifikasi highly repetitive task. Hal ini biasanya diikuti oleh gejala-gejala dari peradangan dan rasa sakit yang tergabung menjadi satu yang disebut repetitive motion disorders, selain itu hal inilah yang kemungkinan besar juga menyebabkan terjadinya muscular fatigue pada otot pekerja.
5.2 Saran 1.
Perlunya penggunaan sarung tangan latex yang food grade untuk menghindari kontaminasi pada bahan baku dan biskuit yang akan dikemas, karena mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan hand sanitizer dirasa kurang cukup.
2.
Banyak terdapat posisi-posisi atau gerakan kerja pekerja yang sebaiknya diperbaiki dengan cara dikurangi atau dihilangkan dengan bantuan adanya alat bantu, seperti pada proses preparasi tepung di bagian pengayakan tepung sebaiknya pekerja diberi wadah untuk menyimpan pisau agar gerakan mencari tidak perlu lagi dilakukan, selain itu pada bagian ini lebih baik pekerja menggunakan alat bantu seperti gancu untuk menjangkau dan mendekatkan karung tepung ke mesin pengayak.
3.
Penelitian serupa diharapkan membahas tentang dampak psikologis dan fisiologis operator terhadap perubahan kebijakan perusahaan. Mahasiswa diharapkan sudah lebih mengerti metode observasi yang baik dan benar, sehingga dalam pengumpulan data menggunakan waktu dengan efektif. Penelitian tersebut sebaiknya dilakukan dengan menerapkan kaidahkaidah ergonomi agar benar-benar didapatkan metode kerja yang cocok dengan para operator.
57
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Diah. 2006. Studi Gerak dan Waktu pada Proses Sortasi Udang di PT. Kelola Mina Laut, Gresik, Jawa Timur [skripsi]. Bogor:Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor Anonim. 2011 Prosedur operasional standar sanitasi. http://www.scribd.com/doc/5431604/SSOP20HACCP. [21 Juli 2011] Bridger, R.S. 1995. Introduction to Ergonomics. Mc Graw-Hill, inc, USA. Hermawan, Elfa. 2008. Tips penggunaan sarung tangan. http://www.kulinologi.biz/preview.php?view &id=35. [21 Juli 2011] Mahasiswa ITP-FTP Universitas Brawijaya. 2010. Komposisi dan proses pembuatan biskuit. http:// www.lordbroken.wordpress.com/2010/06/08/komposisi-dan-proses-pembuatan-biskuit. [21 Maret 2011] Niebel B. W. 1988. Motion and Time Study. Irwin. Homewood, Illinois. Nurmianto, Eko.2004.Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya.Edisi Kedua.Guna Widya:Surabaya Prawira, Santi Yudha. 1998. Studi Gerak dan Waktu Pembuatan Kerupuk Putih dan Kerupuk Merah di Perusahaan Doa Ibu, Darmaga, Bogor [skripsi]. Bogor:Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor Rachmatia, Novianda. 2010. Penerapan Pelatihan Gl’s Role Dan Toyota Production System Pada Unit Assembly Shop, Karawang Plant PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia [skripsi]. Bogor:Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor Rohman, Abdul Malik Hosyiyar. 2008. Studi Gerak Dan Waktu Dengan Analisis Biomekanika Pada Proses Panen Tebu Di Pg. Bungamayang, Lampung [skripsi]. Bogor:Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor Sari, Duniantri Wenang. 2009. Hubungan parameter pencemar udara dan dampaknya terhadap kesehatan. http://www.google.co.id/url?Sa=t&source=web&cd=7&ved=0CD8QFjAG&url= http%3A%2F%2Fwww.lontar.ui.ac.id%2FFile%3Ffile%3Ddigital%2F125272-S-5625Hubungan%2520parameter-Literatur.pdf&ei=BfRBTur7F4KrrAfzkvilBw&usg= [10 AFQjCNGmn8gVfmKZpFd76-RHqiXYSEmHOw&sig2=1aUJTDkKbdx—GGJieb6A. Agustus 2011] Wignjosoebroto, Sritomo.2008. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu.Edisi Keempat.Guna Widya:Surabaya
58
LAMPIRAN
59
Lampiran 1. Peta tangan kiri dan kanan saat ini pada proses pengayakan tepung di bagian preparasi PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN TENAGA KERJA PRIA : MENUANG TEPUNG KE MESIN PENGAYAK : PREPARASI TEPUNG
PEKERJAAN DEPARTEMEN
SEKARANG / USULAN DIPETAKAN OLEH TANGGAL DIPETAKAN
Tangan Kiri
: RATIH KARTIKASARI NUGRAHA PUTRI : 14 JUNI 2011 Waktu (detik)
Simbol
Simbol
Menjangkau karung tepung
1.8
TE
Diam
3.4
TE
Memegang karung Membawa karung ke dekat mesin ayak Menuang tepung ke mesin ayak Total
8 10 6 29.2
H TL R
TE S TE U TL R
RINGKASAN WAKTU TIAP SIKLUS JUMLAH TEPUNG TIAP SIKLUS WAKTU UNTUK MENGAYAK SATU KARUNG TEPUNG
Waktu (detik) 1.8
Tangan Kanan Menjangkau karung tepung
3.4
Mencari dan Menjangkau pisau
8 10 6 29.2
Buka karung dengan menggunakan pisau Membawa karung ke dekat mesin ayak Menuang tepung ke mesin ayak
: : 29.2 detik : 25 kilogram (1 karung tepung) : 29.2 detik
60
Lampiran 2. Peta tangan kiri dan kanan usulan pada proses pengayakan tepung di bagian preparasi PETA TANGAN KANAN DAN TANGAN KANAN TENAGA KERJA PRIA : MENUANG TEPUNG KE MESIN PENGAYAK : PREPARASI TEPUNG
PEKERJAAN DEPARTEMEN
SEKARANG / USULAN
DIPETAKAN OLEH TANGGAL DIPETAKAN Tangan Kiri Menjangkau karung tepung
: RATIH KARTIKASARI NUGRAHA PUTRI : 14 JUNI 2011 Waktu (detik) 1.8
Simbol
Simbol
TE
TE S TE U TL R
Diam
1.5
TE
Memegang karung Membawa karung ke dekat mesin ayak Menuang tepung ke mesin ayak Total
8 10 6 27.3
H TL R
RINGKASAN WAKTU TIAP SIKLUS JUMLAH TEPUNG TIAP SIKLUS WAKTU UNTUK MENGAYAK SATU KARUNG TEPUNG
Waktu (detik) 1.8
Tangan Kanan Menjangkau karung tepung
1.5
Menjangkau pisau
8 10 6 27.3
Buka karung dengan menggunakan pisau Membawa karung ke dekat mesin ayak Menuang tepung ke mesin ayak
: : 27.3 detik : 25 kilogram (1 karung tepung) : 27.3 detik
61
Lampiran 3. Peta tangan kiri dan kanan saat ini pada proses pengemasan tepung di bagian preparasi PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN TENAGA KERJA PRIA : MENGEMAS TEPUNG : PREPARASI TEPUNG
PEKERJAAN DEPARTEMEN
SEKARANG / USULAN
DIPETAKAN OLEH TANGGAL DIPETAKAN Tangan Kiri Diam Memegang kantung plastik Membawa plastik ke pallet Meletakkan kantung plastik di atas pallet Total RINGKASAN WAKTU TIAP SIKLUS JUMLAH TEPUNG TIAP SIKLUS WAKTU UNTUK MENGEMAS SATU KANTUNG PLASTIK TEPUNG
: RATIH KARTIKASARI NUGRAHA PUTRI : 14 JUNI 2011 Waktu (detik) 5 44 5 2 56
Simbol
Simbol
D G TL R
TE H TL R
Waktu (detik) 5 44 5 2 56
Tangan Kanan Menjangkau kantung plastik Memegang katup dan memakai timbangan Membawa plastik ke pallet Meletakkan kantung plastik di atas pallet
: : 56 detik : 25 kilogram (1 kantung plastik) : 56 detik
62
Lampiran 4. Peta tangan kiri dan kanan saat ini pada proses peletakan ring di bagian pengemasan PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN TENAGA KERJA WANITA : MELETAKKAN RING : PENGEMASAN
PEKERJAAN DEPARTEMEN
SEKARANG / USULAN DIPETAKAN OLEH TANGGAL DIPETAKAN
: RATIH KARTIKASARI NUGRAHA PUTRI : 15 JUNI 2011 Tangan Kiri
Meletakkan ring ke atas cup Meletakkan ring ke atas cup Total RINGKASAN WAKTU TIAP SIKLUS JUMLAH RING TIAP SIKLUS WAKTU UNTUK MELETAKKAN SATU RING KE ATAS SATU CUP
Waktu (detik) 0.78 4.4 5.18
Simbol
Simbol
R R
TE H
Waktu (detik) 0.78 4.4 5.18
Tangan Kanan Memegang ring Menjangkau ring
: : 5.18 detik : 5 ring : 0.78 detik
63
Lampiran 5. Peta tangan kiri dan kanan saat ini pada proses memasukkan biskuit di bagian pengemasan PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN TENAGA KERJA WANITA : MEMASUKKAN BISKUIT : PENGEMASAN
PEKERJAAN DEPARTEMEN
SEKARANG / USULAN
DIPETAKAN OLEH TANGGAL DIPETAKAN Tangan Kiri Melepas cup ke conveyor Menjangkau cup Memegang cup Total RINGKASAN WAKTU TIAP SIKLUS JUMLAH CUP YANG TERISI BISKUIT WAKTU UNTUK MEMASUKKAN BISKUIT KE DALAM CUP
: RATIH KARTIKASARI NUGRAHA PUTRI : 15 JUNI 2011 Waktu (detik) 1.5 1.2 1.5 4.2
Simbol
Simbol
R TE H
TE Sl R
Waktu (detik) 1.5 1.2 1.5 4.2
Tangan Kanan Menjangkau biskuit Memilih biskuit Melepas biskuit ke dalam cup
: : 4.2 detik : 1 Cup : 4.2 detik
64
Lampiran 6. Peta tangan kiri dan kanan saat ini pada proses memasukkan cup ke tray di bagian pengemasan PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN TENAGA KERJA WANITA : MELETAKKAN CUP KE TRAY : PENGEMASAN
PEKERJAAN DEPARTEMEN
SEKARANG / USULAN DIPETAKAN OLEH TANGGAL DIPETAKAN
Tangan Kiri Menjangkau tray Menjangkau cup Melepas cup ke tray Total
: RATIH KARTIKASARI NUGRAHA PUTRI : 16 JUNI 2011 Waktu (detik) 1.54 12.21 1.25 15
RINGKASAN WAKTU TIAP SIKLUS
: : 15 detik
JUMLAH CUP TIAP SIKLUS
: 12 cup : 1.25 detik
Simbol
Simbol
TE TE R
H TE R
Waktu (detik) 1.54 12.21 1.25 15
Tangan Kanan Memegang busa Menjangkau cup Melepas cup ke tray
WAKTU UNTUK MELETAKKAN SATU CUP KE TRAY
65
Lampiran 7. Peta tangan kiri dan kanan saat ini pada proses memasukkan tray ke karton di bagian pengemasan PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN TENAGA KERJA WANITA : MEMASUKKAN TRAY KE KARTON : PENGEMASAN
PEKERJAAN DEPARTEMEN
SEKARANG / USULAN DIPETAKAN OLEH TANGGAL DIPETAKAN
Tangan Kiri Diam Membentuk karton
: RATIH KARTIKASARI NUGRAHA PUTRI : 16 JUNI 2011 Waktu (detik) 1.54 13.75
Memegang karton
11.52
Total
26.81
RINGKASAN WAKTU TIAP SIKLUS JUMLAH TRAY TIAP SIKLUS WAKTU UNTUK MELETAKKAN SATU TRAY KE KARTON
Simbol
Simbol
D U
TE U TE R
H
Waktu (detik) 1.54 13.75 8.52 3 26.81
Tangan Kanan Menjangkau karton Membentuk karton Menjangkau tray Melepas tray ke dalam karton
: : 26.81 detik : 1 tray : 3 detik
66
Lampiran 8. Denah Ruang Proses Pengayakan
67
Lampiran 9. Denah Ruang Proses Pengemasan Saat Ini
68
Lampiran 10. Denah Ruang Proses Pengemasan
.
69
Lampiran 11. Peta Kerja Proses Pengemasan
70
Lampiran 12. Hasil pengolahan data pada proses preparasi dengan menggunakan software SPSS 16.0 for Windows
71
Lampiran 13. Hasil pengolahan data pada proses pengemasan dengan menggunakan software SPSS 16.0 for Windows
72
Lampiran 14. Time and motion sheet untuk memberi waktu yang pantas pada masing-masing proses Bagian
:
Mengayak tepung
Shift
:
1 (awal)
Lama Pengukuran
:
13 menit
Waktu Menit
Detik 0 16 29 58 58 12 20 25 35 44 2 16 55 10 18 38 45 51 1 7
1 2 3 3 3 3 3 4 4 5 6 6 6 6 6 7 7
Bagian
:
Shift Lama Pengukuran
: : Waktu
Menit
1 1 1 2 2 2 2 3 3 6 6 6 7 7 7
Detik 0 27 33 43 54 4 30 51 24 30 36 42 22 31 18 34 54 6 18 35
2 orang Operator1
Simbol T BS DP S AS BS AP J TP D ArP D J BP T D BP T D
Mengayak tepung 1 (akhir) 13 menit Simbol T J DP BP J D S D BP T BS D J AM BP T BP T J
Waktu Menit 7 7 7 8 8 8 8 8 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 13 13
Detik 7 17 34 2 19 27 38 52 17 31 53 2 21 58 10 29 32 40 4 23
Simbol BP T BP BP T J TF BP T BP T BP T BB AS J D BP T
2 orang Operator1
Waktu Menit 7 8 8 9 9 9 9 10 10 10 10 11 11 11 11 11 12 12 13 13
Detik 35 18 45 10 20 36 48 3 19 30 41 1 14 23 31 41 7 23 19 25
Simbol D MT BP T BP T BP T BP T BP T BP T J D J D J
73
Bagian
:
Shift Lama Pengukuran
: : Waktu
Menit
Detik 0 3 6 19 12 16 23 28 37 34 38 43 56 54 58 3 10 41 45 52
1 1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 4 4 4 4 4
Bagian
:
Shift Lama Pengukuran
: : Waktu
Menit
1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 5 5 5 6
Detik 0 56 1 5 18 10 14 22 25 5 13 18 30 19 24 31 36 41 48 36
Pengemasan tepung 1 (awal) 10 menit Simbol TR I A TM TR I J A TM TR I A TM TR I A TM TR
3 orang Operator1
Waktu Menit 4 5 5 5 5 6 6 6 8 8 8 8 9 10 10
Detik 52 2 7 51 56 1 38 49 4 27 42 51 9 10 20
Simbol J A TM TR I S J D R I D I D I D
I
Pengemasan tepung 1 (akhir) 10 menit Simbol TM TR I A TM TR I A TM TR I A TM TR A TM TR A
3 orang Operator1
Waktu Menit 6 6 6 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 10
Detik 36 42 48 34 40 44 56 1 36 43 49 43 52 56 51
Simbol TR A TM TR I R A TM TR A TM TR A TM TR
TM
74
Bagian
:
Meletakkan Ring
Shift
:
1 (awal)
Lama Pengukuran
:
10 menit
2 orang Operator1
Waktu
Waktu Simbol
Menit
Detik
1 1
48 51 41 44
2 2
34 38
3 3 4 4 5 5 6 6 6 7 7 8 8 Bagian
19 25 9 13 8 13 1 5 58 3 55 0 41 :
0
Simbol Menit
Detik
M
8
41
A
A M A
8 9 9 10
52 42 45 0
M A M
M A M A M A M A M A M A M A M Meletakkan Ring
Shift
:
1 (akhir)
Lama Pengukuran
:
10 menit
2 orang Operator1
Waktu
Waktu Simbol
Menit
1 1 2 2 3 3 4 4 4 4 5 5 6 6 7 7 7
Detik 0 33 45 40 43 30 35 22 26 15 19 56 59 44 49 26 30 4 8 49
M A M A M A M A M A M A M A M A M A
Simbol Menit 7 7 8 8 9 9 10
Detik 49 52 28 32 5 15 0
A M A M A M
M
75
Bagian
:
Memasukkan Biskuit
Shift
:
1 (awal)
Lama Pengukuran
:
2 menit
Waktu Menit
Detik 0 2 5 10 15 22 29 33 38 41 46 50 55 0 6 11 14 19 24 29
1 1 1 1 1 1 1
Bagian
:
Shift Lama Pengukuran
: : Waktu
Menit
1 1 1 1 1 1
Detik 0 3 6 11 15 19 23 27 33 38 43 47 51 57 2 6 9 14 17 21
Simbol A M AT M AT M AT M AT M AT M AT M AT M AT M
10 orang Operator1
Waktu Menit 1 1 1 1 1 1 1 2
Detik 29 33 43 47 51 54 59 5
Simbol M AT M AT M AT M AT
AT
Memasukkan Biskuit 1 (akhir) 2 menit Simbol A M AT M AT M AT M AT M AT M AT M AT M AT M
10 orang Operator1
Waktu Menit 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
Detik 25 30 33 37 41 44 48 51 54 58 1
Simbol M AT M AT M AT M AT M AT M
AT
76
Bagian
:
Shift Lama Pengukuran Waktu Menit
: :
1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2
Memasukkan Ke Tray 1 (awal) 5 menit
Detik 0 2 13 14 33 35 53 55 8 10 25 27 43 45 0 2 17 19 33 37
Bagian
:
Shift Lama Pengukuran
: : Waktu
Menit
1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2
Detik 0 2 17 19 32 34 46 59 10 12 22 27 40 43 59 1 16 18 31 34
Simbol A M A M A M A M A M A M A M A M A M A
Memasukkan Ke Tray 1 (akhir) 10 menit Simbol A M A M A M D M A M A M A M A M A M A
2 orang Operator1
Waktu Menit 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5
Detik 37 54 56 12 16 27 29 42 44 58 1 14 16 32 35 48 52 8 11 27
Simbol M A M D M A M A M A M A M A M A M A M
Operator1
Waktu Menit 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 9 9 9
Detik 34 48 51 8 10 22 24 35 37 50 52 5 7 23 25 45 47 9 24 26
Simbol M A M A M A M A M A M A M A M A D M A
77
Bagian
:
Shift Lama Pengukuran
: : Waktu
Menit
Detik 0 14 20 32 44 52 2 18 29 35 51 26 29 43 50 7 14 20 32 43
1 1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 3
Bagian
:
Shift : Lama : Pengukuran Waktu Menit Detik 0 21 30 32 46 1 10 1 17 1 29 1 54 2 5 2 8 2 15 2 16 2 22 2 26 2 48 2 54 3 1 3 6 3 8
Memasukkan Ke Karton 1 (awal) 10 menit Simbol MB MK D MK D MK D MK BI MB MK BI MB D MK D MK D MK
Memasukkan Ke Karton 1 (akhir) 6 menit Simbol MK D MK D MK BI MB MK D MK D MK D MK MB MK R MK R
1 orang
Waktu Menit 3 3 4 4 4 5 5 5 6 6 7 7 8 8 8 8 8 9 9 9
Detik 43 56 4 12 30 24 34 48 34 48 3 37 12 24 40 43 54 16 25 37
Simbol MB MK BI D MK BI MB MK BI MB MK R MB R MK D MK R MB
1 orang
Waktu Menit 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6
Detik 8 18 28 48 56 6 29 42 48 57 10 18 25 36 48 52 59 9 19 24
Simbol D MK D MK MB MK D MK J MK R MB MK R MK R MK MB MK
78