ANALISIS BEBAN KERJA KARYAWAN PADA DIVISI PRODUKSI (STUDI KASUS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII GUNUNG MAS, BOGOR)
Oleh SITI HANIFAH SUFIATI H24103101
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
ABSTRAK Siti Hanifah Sufiati. H24103101. Analisis Beban Kerja Karyawan Pada Divisi Produksi (Studi Kasus PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas, Bogor). Di bawah bimbingan Sjafri Mangkuprawira. Persaingan yang semakin kompetitif, menuntut setiap perusahaan untuk lebih meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) yang dimiliki. Tantangan yang dihadapi perusahaan saat ini tidak hanya terkonsentrasi pada kepuasan (customer satisfaction) tetapi lebih berorientasi pada nilai (customer value). PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas, sebagai perusahaan penghasil teh berupaya terus menerus untuk meningkatkan kualitas SDM yang dimiliki. Berkaitan dengan hal tersebut, perusahaan perlu menghitung tingkat beban kerja dengan kesesuaian jumlah karyawan yang dimiliki, sehingga adanya keseimbangan antara beban kerja dengan jumlah karyawan yang efektif dan efisien. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan mengidentifikasi permasalahan pada tiap unit di divisi produksi, menganalisis kesesuaian antara beban kerja dengan karyawan yang tersedia pada tiap unit di divisi produksi, dan memberikan rekomendasi alternatif solusi bagi pemecahan masalah mengenai beban kerja pada tiap unit di divisi produksi PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas. Penelitian dilakukan selama enam bulan yaitu dari MaretSeptember 2007. Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling sedangkan metode analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan Pengukuran Beban Kerja I (PBK I), PBK II, PBK III. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Permasalahan pada unit meber yaitu pelaksanaan tugas yang tidak sesuai dengan tanggung jawab masing-masing karyawan dan pelatihan mengenai pembeberan pucuk daun teh yang belum rutin dilaksanakan sedangkan permasalahan pada unit pelayuan yaitu kurangnya perhatian dari atasan dan insentif atas kerja lembur yang belum memadai. Permasalahan pada unit penggilingan dan oksidasi enzymatis yaitu kurangnya pelatihan untuk pemeliharan mesin serta kondisi kerja yang bising. Sedangkan pada unit pengeringan, permasalahan yang dihadapi yaitu kondisi kerja yang panas dan bising. Adapun permasalahan bagi unit sortasi yaitu kurangnya pelatihan dan insentif yang kecil. Pada unit pengepakan permasalahan yang dihadapi yaitu pelatihan mengenai pengepakan dan penempatan karyawan yang tidak sesuai dengan kemampuan dan keahlian; 2) Berdasarkan hasil perhitungan PBK, jumlah karyawan yang efisien untuk unit meber yaitu sebanyak lima orang, unit pelayuan empat orang, unit penggilingan dan oksidasi enzymatis dua orang, unit pengeringan empat orang, unit sortasi lima orang, dan unit pengepakan sebanyak tujuh orang; 3) Rekomendasi yang dapat diberikan kepada PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas adalah memperbanyak pelatihan berdasarkan unit kerja, memberikan insentif yang sesuai dengan jam kerja, menempatkan karyawan sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki serta memberikan perhatian yang lebih dari atasan sehingga dapat lebih meningkatkan kinerja karyawan.
ANALISIS BEBAN KERJA KARYAWAN PADA DIVISI PRODUKSI (STUDI KASUS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII GUNUNG MAS, BOGOR)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh SITI HANIFAH SUFIATI H24103101
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN ANALISIS BEBAN KERJA KARYAWAN PADA DIVISI PRODUKSI (STUDI KASUS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII GUNUNG MAS, BOGOR)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh SITI HANIFAH SUFIATI H24103101 Menyetujui,
Januari 2008
Prof. Dr. Ir. Tb. Sjafri Mangkuprawira Dosen Pembimbing Mengetahui,
Dr. Ir. Jono Mintarto Munandar, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal Ujian : 25 September 2007
Tanggal lulus
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Siti Hanifah Sufiati, dilahirkan di Bogor 17 November 1984. Merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan H. Pepen Supendi, MM dan Titim Fatimah. Penulis telah menyelesaikan pendidikan di TK Kenanga Bogor tahun 1990 sampai 1991, Sekolah Dasar Negeri Gunung Batu I Bogor pada tahun 1991 sampai 1997, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 4 Bogor tahun 1997 sampai 2000, Sekolah Menengah Umum Negeri 5 Bogor pada tahun 2000 sampai 2003. Lalu penulis diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur penerimaan USMI. Selama menjalani perkuliahan, penulis berpartisipasi dalam organisasi Koperasi Mahasiswa (Kopma) IPB. Penulis juga aktif mengikuti beberapa kegiatan seminar dan juga pelatihan.
KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, skripsi penelitian yang berjudul Analisis Beban Kerja Karyawan Pada Divisi Produksi (Studi Kasus PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas, Bogor) telah dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana, guna memenuhi syarat kelulusan pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Pengukuran beban kerja bertujuan untuk menetapkan jumlah karyawan berdasarkan beban kerja yang dibebankan pada setiap unit sehingga dapat tercapai efisiensi dan efektivitas kerja, dengan menggunakan metode pengukuran beban kerja ini akan berguna bagi manajemen pada bagian produksi PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas untuk mengetahui kesesuaian jumlah beban kerja dengan karyawan yang tersedia. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ungkapan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. TB. Sjafri Mangkuprawira selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dalam membimbing, memberikan motivasi, ilmu, saran dan pengetahuan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 2. Ratih Maria Dhewi, SP, MM. selaku assisten pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, memberikan saran, kritik, motivasi dan pengarahan yang sangat berarti bagi penulis. 3. Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto dan Ir. Anggraeni Sukmawati, MM. atas kesediaannya meluangkan waktu untuk menjadi dosen penguji dan memberikan masukan, saran dan kritik sebagai penyempurnaan skripsi ini. 4. Pak Dedi selaku sinder PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas, Ibu Eni, Pak Ujang, Pak Dede, Mas Wawan dan terima kasih kepada seluruh karyawan pada divisi produksi yang telah meluangkan waktu untuk wawancara dan memberikan informasi kepada penulis.
5. Pak Acep, Mba Dina, Mas Hadi, Mas Yadi, Mas Dedi, Mas Iwan dan seluruh staf Departemen Manajemen yang telah membantu kelancaran administrasi. 6. Rekan satu bimbingan (Melly, Imel, Betty, Sansa, Gema, Elang) untuk kerjasama dan motivasi selama bimbingan dan konsultasi skripsi. 7. Sahabat-sahabat terbaik (Pasus, Uci, Yayuk, Ety, Else, Rinrin, Ami, Ulfa, Irwan, Ruslan, Adit, Dika, Iyan, Trisna, Irma, Indras, Fuad, Wicak, Raj) untuk dukungan dan kebersamaannya selama ini, dan rekan-rekan Manajemen 40 untuk persahabatan selama 4 tahun di masa perkuliahan. 8. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah ikut membantu selama penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2008
Penulis
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ iii KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah .............................................................................. 2 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6 1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................ 7 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia ...................................................... 8 2.2. Analisis Pekerjaan ................................................................................. 9 2.2.1. Deskripsi Pekerjaan ..................................................................... 9 2.2.2. Spesifikasi Pekerjaan .................................................................. 11 2.3. Pengukuran Beban Kerja ....................................................................... 12 2.4. Perencanaan Sumber Daya manusia ..................................................... 12 2.4. Tinjauan Studi Terdahulu ...................................................................... 13 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................................. 15 3.1.1. Kerangka Pemikiran Konseptual ................................................. 15 3.1.2. Kerangka Pemikiran Operasional ................................................ 17 3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................ 19 3.3. Metode Penelitian ................................................................................. 19 3.3.1. Pengumpulan Data ...................................................................... 19 3.3.2. Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan................................................................ 25 4.1.1. Sejarah Perusahaan....................................................................... 25 4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan............................................................. 26 4.1.3. Tujuan dan Sasaran Perusahaan .................................................. 26 4.1.4. Sumber Daya Manusia ................................................................ 27 4.1.5. Struktur Organisasi ..................................................................... 28 4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................................. 29
4.2.1. Hasil Uji Validitas........................................................................ 29 4.2.2. Hasil Uji Reliabilitas .................................................................... 30 4.3. Karakteristik Responden ........................................................................ 30 4.3.1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin .................................... 31 4.3.2. Karakteristik Berdasarkan Usia.................................................... 31 4.3.3. Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........................... 31 4.3.4. Karakteristik Berdasarkan Masa Kerja ........................................ 32 4.3.5. Karakteristik Berdasarkan Golongan Jabatan .............................. 32 4.4. Unit Meber ............................................................................................. 32 4.4.1. Persepsi Responden Terhadap Analisis Pekerjaan....................... 33 4.4.2. Persepsi Responden Terhadap Kondisi Kerja .............................. 34 4.4.3. Persepsi Responden Terhadap Kinerja Pekerjaan........................ 35 4.4.4. Analisis Permasalahan yang Dihadapi Unit Meber ..................... 35 4.4.5. Pengukuran Beban Kerja I ........................................................... 36 4.4.6. Pengukuran Beban Kerja II.......................................................... 38 4.4.7. Pengukuran Beban Kerja III......................................................... 38 4.5. Unit Pelayuan ......................................................................................... 39 4.5.1. Persepsi Responden Terhadap Analisis Pekerjaan....................... 40 4.5.2. Persepsi Responden Terhadap Kondisi Kerja .............................. 41 4.5.3. Persepsi Responden Terhadap Kinerja Pekerjaan........................ 41 4.5.4. Analisis Permasalahan yang Dihadapi Unit Pelayuan ................. 42 4.5.5. Pengukuran Beban Kerja I ........................................................... 42 4.5.6. Pengukuran Beban Kerja II.......................................................... 43 4.5.7. Pengukuran Beban Kerja III......................................................... 43 4.6 Unit Penggilingan dan Oksidasi Enzymatis............................................ 44 4.6.1. Persepsi Responden Terhadap Analisis Pekerjaan....................... 45 4.6.2. Persepsi Responden Terhadap Kondisi Kerja .............................. 46 4.6.3. Persepsi Responden Terhadap Kinerja Pekerjaan........................ 47 4.6.4. Analisis Permasalahan yang Dihadapi Unit Oksidasi Enzymatis .................................................................................... 47 4.6.5. Pengukuran Beban Kerja I ........................................................... 48 4.6.6. Pengukuran Beban Kerja II.......................................................... 49 4.6.7. Pengukuran Beban Kerja III......................................................... 49 4.7. Unit Pengeringan.................................................................................... 50 4.7.1. Persepsi Responden Terhadap Analisis Pekerjaan....................... 50 4.7.2. Persepsi Responden Terhadap Kondisi Kerja .............................. 51 4.7.3. Persepsi Responden Terhadap Kinerja Pekerjaan........................ 52 4.7.4. Analisis Permasalahan yang Dihadapi Unit Pengeringan............ 52 4.7.5. Pengukuran Beban Kerja I ........................................................... 53 4.7.6. Pengukuran Beban Kerja II.......................................................... 53 4.7.7. Pengukuran Beban Kerja III......................................................... 53 4.8. Unit Sortasi ............................................................................................ 54 4.8.1. Persepsi Responden Terhadap Analisis Pekerjaan....................... 55 4.8.2. Persepsi Responden Terhadap Kondisi Kerja .............................. 55 4.8.3. Persepsi Responden Terhadap Kinerja Pekerjaan........................ 56 4.8.4. Analisis Permasalahan yang Dihadapi Unit Sortasi..................... 57 4.8.5. Pengukuran Beban Kerja I ........................................................... 57 4.8.6. Pengukuran Beban Kerja II.......................................................... 58
4.8.7. Pengukuran Beban Kerja III......................................................... 58 4.9. Unit Pengepakan .................................................................................... 59 4.9.1. Persepsi Responden Terhadap Analisis Pekerjaan....................... 59 4.9.2. Persepsi Responden Terhadap Kondisi Kerja .............................. 60 4.9.3. Persepsi Responden Terhadap Kinerja Pekerjaan........................ 60 4.9.4. Analisis Permasalahan yang Dihadapi Unit Pengepakan............. 61 4.9.5. Pengukuran Beban Kerja I ........................................................... 61 4.9.6. Pengukuran Beban Kerja II.......................................................... 62 4.9.7. Pengukuran Beban Kerja III......................................................... 62 5.1 Implikasi Manajerial ............................................................................... 63 5.1.1. Permasalahan Pada Unit Meber .................................................... 63 5.1.2. Beban Kerja Unit Meber ............................................................... 65 5.1.3. Jumlah Karyawan yang Efisien di Unit Meber ............................. 65 5.1.4. Permasalahan Pada Unit Pelayuan ................................................ 65 5.1.5. Beban Kerja Unit Pelayuan........................................................... 67 5.1.6. Jumlah Karyawan yang Efisien di Unit Pelayuan......................... 67 5.1.7. Permasalahan Pada Unit Penggilingan dan Oksidasi.................... 67 5.1.8. Beban Kerja Unit Penggilingan dan Oksidasi............................... 69 5.1.9. Jumlah Karyawan yang Efisien di Unit Penggilingan dan Oksidasi .................................................................................. 69 5.1.10. Permasalahan Pada Unit Pengeringan......................................... 69 5.1.11. Beban Kerja Unit Pengeringan.................................................... 70 5.1.12. Jumlah Karyawan yang Efisien di Unit Pengeringan ................. 71 5.1.13. Permasalahan Pada Unit Sortasi.................................................. 71 5.1.14. Beban Kerja Unit Sortasi ............................................................ 72 5.1.15. Jumlah Karyawan yang Efisien di Unit Sortasi .......................... 72 5.1.16. Permasalahan Pada Unit Pengepakan ......................................... 72 5.1.17. Beban Kerja Unit Pengepakan .................................................... 73 5.1.18. Jumlah Karyawan yang Efisien di Unit Pengepakan .................. 74 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan .......................................................................................... 75 2. Saran..................................................................................................... 76 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 77 LAMPIRAN ...................................................................................................... 78
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Data produksi teh Januari - Maret 2007........................................................ 3 2. Data produksi teh April - Juni 2007.............................................................. 4 3. Data produksi teh tahun 2002 - 2006 ........................................................... 5 4. Nilai jawaban responden ............................................................................... 22 5. Nilai skor rataan ............................................................................................ 22 6. Jumlah karyawan PT.PN.VIII Gunung Mas ................................................. 28 7. Uji reliabilitas ............................................................................................... 30 8. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin ....................................................... 31 9. Karakteristik berdasarkan usia ...................................................................... 31 10. Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan............................................... 31 11. Karakteristik berdasarkan masa kerja ........................................................... 32 12. Karakteristik berdasarkan golongan jabatan ................................................. 32 13. Persepsi responden terhadap analisis pekerjaan unit Meber ......................... 33 14. Persepsi responden terhadap kondisi kerja ................................................... 34 15. Persepsi responden terhadap kinerja pekerjaan............................................. 35 16. Pengukuran beban kerja I.............................................................................. 37 17. Pengukuran beban kerja III ........................................................................... 39 18. Persepsi responden terhadap analisis pekerjaan unit Pelayuan..................... 40 19. Persepsi Responden terhadap kondisi kerja .................................................. 41 20. Persepsi Responden terhadap kinerja pekerjaan ........................................... 42 21. Pengukuran beban kerja I.............................................................................. 43 22. Pengukuran beban kerja III ........................................................................... 44 23. Persepsi responden terhadap analisis pekerjaan unit Oksidasi Enzymatis.... 45 24. Persepsi responden terhadap kondisi kerja .................................................. 46 25. Persepsi responden terhadap kinerja pekerjaan............................................. 47 26. Pengukuran beban kerja I.............................................................................. 48 27. Pengukuran beban kerja III ........................................................................... 50 28. Persepsi responden terhadap analisis pekerjaan unit Pengeringan ............... 51 29. Persepsi responden terhadap kondisi kerja ................................................... 51 30. Persepsi responden terhadap kinerja pekerjaan............................................. 52 31. Pengukuran beban kerja I.............................................................................. 53 32. Pengukuran beban kerja III ........................................................................... 54 33. Persepsi responden terhadap analisis pekerjaan unit Sortasi ........................ 55 34. Persepsi responden terhadap kondisi kerja ................................................... 56 35. Persepsi responden terhadap kinerja pekerjaan............................................. 56 36. Pengukuran beban kerja I.............................................................................. 57 37. Pengukuran beban kerja III ........................................................................... 58 38. Persepsi responden terhadap analisis pekerjaan unit Pengepakan ................ 59 39. Persepsi responden terhadap kondisi kerja ................................................... 60 40. Persepsi responden terhadap kinerja pekerjaan............................................. 61 41. Pengukuran beban kerja I.............................................................................. 62 42. Pengukuran beban kerja III ........................................................................... 63
DAFTAR GAMBAR Nomor 1. 2. 3. 4. 5.
Halaman
Data produksi teh bulan Januari – Maret 2007 ............................................. 4 Data produksi teh bulan April – Juni ............................................................ 4 Data produksi teh tahun 2002 – 2006 .......................................................... 5 Alur kerangka pemikiran konseptual ........................................................... 16 Alur kerangka pemikiran operasional .......................................................... 18
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Halaman
Lembar kuesioner ......................................................................................... 78 Hasil uji realibilitas dengan teknik cronbach ............................................... 91 Hasil pengukuran beban kerja II .................................................................. 97 Peta lokasi penelitian ................................................................................... 108 Peta kebun Gunung Mas I ............................................................................ 109 Peta kebun Gunung Mas II ........................................................................... 110 Peta kebun Cikopo Selatan ........................................................................... 111 Struktur organisasi PT Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas ............... 112
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kebutuhan sumberdaya manusia (SDM) semakin meningkat baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Untuk mendapatkan SDM yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan maka dibutuhkan pengukuran beban kerja sehingga karyawan dapat optimal dalam menjalankan pekerjaannya. Pengukuran beban kerja diperlukan untuk menetapkan waktu bagi seorang karyawan yang memenuhi persyaratan (qualified) dalam menjalankan pekerjaan tertentu pada tingkat prestasi yang telah ditetapkan. (Menteri Aparatur Pendayagunaan Negara No. 20/1990) Pengukuran beban kerja diperlukan untuk menganalisis waktu efektif yang diperlukan dalam menyelesaikan satu produk atau pekerjaan. Pengukuran beban kerja juga dapat digunakan untuk menghitung jumlah kebutuhan karyawan berdasarkan standar waktu kerja efektif per tahun. Untuk menghadapi persaingan yang semakin kompetitif perusahaan membutuhkan kualitas SDM yang memiliki kompetensi tinggi. Tantangan yang dihadapi setiap perusahaan saat ini terfokus pada pelayanan kebutuhan konsumen dan pelanggan, yang terkonsentrasi tidak hanya pada kepuasan (customer satisfaction) tetapi lebih berorientasi pada nilai (costumer value). Berdasarkan hal tersebut perusahaan harus mampu memberikan tanggapan yang cepat terhadap perubahan kebutuhan dan tuntutan konsumen. Oleh karena itu diperlukan perencanaan SDM yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Beberapa faktor yang dapat dijadikan tolak ukur untuk menghadapi persaingan yang semakin kompetitif adalah kompetensi bidang tugas yang dapat dipenuhi oleh SDM, kemampuan profesionalisme dan komitmen karyawan terhadap tuntutan yang diinginkan perusahaan. Indonesia merupakan salah satu penghasil teh dengan konsumsi yang cukup tinggi. Salah satu perusahaan penghasil teh yang berhasil mengekspor teh dari Indonesia ke mancanegara, antara lain India, Pakistan, Irak, Amerika, Inggris, dan Belanda yaitu PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas, yang berada di daerah puncak, Bogor, Jawa Barat. Terletak pada daerah yang sejuk
di ketinggian 800 meter sampai 1200 meter diatas permukaan laut dengan suhu rata-rata 12ºC sampai 22ºC. PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas memiliki area perkebunan teh yang memiliki luas sekitar 1703,65 Ha dan didukung oleh proses higienis serta mesin-mesin yang canggih, menjadikan PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas salah satu perusahaan yang telah mencapai standar Internasional dengan produknya yang berupa teh hitam (Black tea) bermutu tinggi. PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas telah memenuhi standar operasional Internasional atau yang lebih dikenal dengan ISO (International Organization for Standarization). Pemberian standarisasi oleh pihak Internasional menunjukkan bahwa PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas dengan produknya berupa teh telah diterima oleh masyarakat Internasional. Tentunya berdasarkan atas berbagai persyaratan yang mutlak diperlukan oleh perusahaan yang telah memasuki pasar Internasional, salah satu syarat yang menjadi standar ISO yaitu didukung oleh sistem manajerial yang baik dengan adanya keseimbangan antara beban kerja yang diberikan kepada setiap karyawan sehingga hasil (output) tiap karyawan mampu mencapai target yang telah ditetapkan perusahaan. Pencapaian target PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas tidak terlepas dari pasokan bahan baku yang tersedia, karena bahan baku berupa daun teh yang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor alam seperti cuaca maupun adanya gangguan hama tanaman, maka akan berdampak pada volume beban kerja dan kebutuhan karyawan pada tiap unit. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu analisis yang mengukur beban kerja pada tiap unitnya sehingga dapat diketahui seberapa banyak karyawan yang dibutuhkan dengan jumlah beban kerja pada tiap unitnya. Hal tersebut dapat berimplikasi terhadap produktivitas kerja karyawan serta keefektifan penggunaan mesin maupun waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu produksi pengolahan daun teh. 1.2. Perumusan Permasalahan SDM merupakan aset penting bagi perusahaan. Untuk itu harus dapat dipertahankan dan diberdayakan sehingga dapat terus memberikan kontribusi
bagi perusahaan. Setiap unit dalam suatu divisi tentunya memiliki beban kerja yang berbeda-beda. Begitu pula dengan kemampuan dan keterampilan karyawan yang berbeda, diperlukan suatu pengukuran beban kerja untuk setiap masing-masing unit sehingga dapat diketahui tingkat pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh setiap unit. Berdasarkan pra survey yang dilakukan pada PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas dengan cara wawancara kepada sinder pabrik, mandor pelayuan, mandor penggilingan, mandor pengepakan serta tiga orang karyawan pada bulan April 2007 di unit produksi, diperoleh bahwa triwulan pertama tahun 2007 yaitu dari bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2007, turunnya produksi teh berkaitan dengan adanya penurunan jumlah bahan baku daun teh yang disebabkan oleh perubahan cuaca yang menyebabkan sebagian perkebunan terserang hama, proses gilir pemetikan yang belum merata, kurangnya kadar kandungan pupuk dan kurangnya penggemburan tanah. Sedangkan pada bulan Maret 2007 terjadi peningkatan hasil produksi walaupun masih berada di bawah target perusahaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data Produksi Teh (kg) Bulan Januari - Maret 2007 No Bulan Target Produksi Hasil Produksi Gap produksi (kg) (kg) (kg) 1. Januari 96.000 67.450 28.550 2. Februari 90.000 61.527 28.473 3. Maret 106.000 85.372 20.628 Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa penurunan hasil produksi pada bulan Januari dari target produksi yang telah ditetapkan yaitu sebesar 28.550 kg. Penurunan hasil produksi juga terjadi pada bulan Februari. Hasil produksi tidak memenuhi target produksi sebesar 28.473 kg sedangkan pada bulan Maret terjadi peningkatan hasil produksi dari bulan sebelumnya yaitu sebesar 23.845 kg. Namun hasil produksi pada bulan Maret tetap berada di bawah target produksi yaitu sebesar 20.628 kg. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa dari bulan Januari sampai Maret 2007 terjadi Gap antara target produksi dengan hasil produksi. Untuk lebih jelas, data tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Data Produksi Teh (kg) Bulan Januari - Maret 2007 120000 100000 80000 Jumlah Produksi
60000
Hasil Produksi
40000
Target Produksi
20000 0 Januari
Februari
Maret
Bulan
Sumber: PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas Tabel 2. Data Produksi Teh (kg) Bulan April - Juni 2007 No Bulan Target Produksi Hasil Produksi (kg) (kg) 1. April 149.000 77.922 2. Mei 137.000 71.971 3. Juni 124.000 64.410
Gap Produksi (kg) 71.078 65.029 59.590
Tabel 2 menunjukkan data produksi teh pada triwulan kedua yaitu bulan April sampai Juni 2007. Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa penurunan hasil produksi pada bulan April dari target produksi yang telah ditetapkan yaitu sebesar 71.078 kg. Penurunan hasil produksi juga terjadi pada bulan Mei. Hasil produksi tidak memenuhi target produksi sebesar 65.029 kg. Hasil produksi pada bulan Juni tetap berada di bawah target produksi yaitu sebesar 59.590 kg. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa dari bulan April sampai Juni 2007 terjadi Gap antara target produksi dengan hasil produksi. Untuk lebih jelas, data tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Data Produksi Teh (kg) Bulan April - Juni 2007 160000 140000 120000 Jumlah Produksi
100000 80000
Hasil Produksi
60000
Target Produksi
40000 20000 0 April
Mei
Juni
Bulan
Sumber: PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas
Penurunan jumlah produksi ternyata telah dialami selama kurun waktu lima tahun sampai pada periode triwulan yang berlangsung pada tahun 2007. Berikut disajikan tabel produksi dari tahun 2002 sampai dengan 2006. Tabel 3. Data Produksi Teh (kg) Tahun 2002 - 2006 No Tahun Target Produksi Hasil Produksi (kg) (kg) 1. 2002 970.000 953.942 2. 2003 1.030.000 1.189.251 3. 2004 1.191.000 1.185.845 4. 2005 1.315.000 931.133 5. 2006 1.200.000 634.857
Gap Produksi (kg) 16.058 159.251 5.155 383.867 565.143
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa pada tahun 2002 terjadi penurunan hasil produksi dari target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 16.059 kg, sedangkan pada tahun 2003 terjadi peningkatan hasil produksi dari target produksi sebesar 159.251 kg. Penurunan hasil produksi dari target produksi terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 5.155 kg. Pada tahun 2005 terjadi pula penurunan hasil produksi dari target produksi yaitu sebesar 383.867 kg. Penurunan cukup drastis antara hasil produksi dengan target produksi terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 565.143 kg sehingga hasil produksi pada tahun 2006 dapat dijadikan acuan untuk perbaikan ditahun selanjutnya. Untuk lebih jelas, data tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 3. Data Produksi Teh (kg) Tahun 2002 - 2006 1400000 1200000 1000000 Jum lah Produksi
800000 600000
Hasil Produksi
400000
Target Produksi
200000 0 2002
2003
2004
2005
2006
Tahun
Sumber: PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas
Pengolahan daun teh dengan penggunaan mesin CTC (Cutting, Tearing, Curling) yaitu memotong, menyobek dan menggulung adapun optimalisasi tenaga kerja berjumlah 42 orang yang terdiri dari 31 KHT (Karyawan Harian Tetap) dan 11 KHL (Karyawan Harian Lepas). Dengan adanya penurunan jumlah bahan baku dari target yang ditetapkan oleh perusahaan maka hanya digunakan satu mesin CTC. Penggunaan satu mesin CTC yaitu bila bahan baku berada pada kisaran di bawah target perusahaan yaitu rata-rata bahan baku teh yang dihasilkan sebesar 12.000 kg per hari. Pengurangan bahan baku akan menyebabkan adanya pengurangan jumlah karyawan pada tiap unitnya, karyawan yang dipakai yaitu KHT sedangkan untuk KHL untuk sementara waktu diliburkan sampai menunggu produksi daun teh meningkat kembali. Hal ini tentunya akan berdampak pada volume beban kerja serta jumlah karyawan yang digunakan. Berdasarkan
uraian
tersebut
maka
permasalahan
yang
dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut. 1. Masalah apa yang terdapat pada tiap unit yang berkaitan dengan beban kerja pada bagian produksi PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas? 2. Berapa beban kerja dan jumlah karyawan yang efektif pada setiap unit bagian produksi PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas? 3. Bagaimana solusi alternatif untuk pemecahan masalah mengenai beban kerja pada unit divisi PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas? 1.3. Tujan Penelitian Berdasarkan
latar
belakang
dan
permasalahan
yang
telah
dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan: 1. Mengetahui dan mengidentifikasi permasalahan pada tiap unit divisi Produksi di PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas 2. Menganalisis kesesuaian antara beban kerja dan kebutuhan tenaga kerja yang tersedia pada tiap unit di divisi produksi PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas 3. Memberikan rekomendasi alternatif solusi bagi pemecahan masalah mengenai beban kerja pada tiap unit divisi produksi PT. Perkebunan VIII Gunung Mas
1.4. Manfaat Penelitian kegunaan penelitian ini adalah: 1. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk menambah wawasan permasalahan dalam sumber daya manusia pada praktek di bidang kerja 2. Bagi para peneliti lain, yang ingin mengembangkan ide serta permasalahan yang berkaitan mengenai pengukuran beban kerja 3. Bagi perusahaan, dapat dijadikan sebagai acuan dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja 4. Bagi para pembaca pada umumnya, agar dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat beban kerja karyawan dan kebutuhan karyawan pada tiap unit. Penelitian ini dilakukan hanya pada divisi produksi yang membawahi 6 unit kerja yaitu unit pembeberan, unit pelayuan, unit penggilingan dan enzymetis, unit pengeringan, unit sortasi, dan unit pengepakan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumberdaya manusia (MSDM) merupakan unsur penting dalam kemajuan dan pengembangan sebuah organisasi atau perusahaan. Hal itu terkait dengan manusia sebagai faktor penggerak dalam pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan. Sebagai unsur manusia yang harus selalu dikembangkan dan dikelola yaitu cipta, rasa, dan karsa yang kemudian berkembang menjadi bagian dari ilmu manajemen yang disebut MSDM (Arep dan Tanjung, 2003). Sebagai suatu bagian bidang manajemen, MSDM khusus mempelajari hubungan dan peran manusia dalam perusahaan, karena unsur utama dalam MSDM adalah manusia itu sendiri yang merupakan unsur utama dalam pencapaian tujuan perusahaan. MSDM memiliki peran penting untuk memberdayakan, mengembangkan, dan mempertahankan karyawan dalam perusahaan agar mampu memberikan kontribusi secara optimal terhadap pencapaian tujuan perusahaan berdasarkan keahlian, pengetahuan, dan kemampuan yang dimiliki. MSDM merupakan suatu kegiatan pengelolaan yang meliputi pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa bagi manusia sebagai individu anggota organisasi atau perusahaan (Samsudin, 2005) Menurut Hasibuan (2001) MSDM adalah ilmu dan seni yang mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Keragaman karakteristik setiap individu memerlukan suatu perhatian khusus, seperti terdapatnya perbedaan pikiran, sifat, keinginan dan latar belakang yang heterogen. Untuk dapat menyamakan persepsi dan tujuan perusahaan maka diperlukan MSDM yang memiliki fungsi-fungsi dalam pengaturan peranan manusia dalam sebuah perusahaan. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa MSDM berkaitan dengan cara pengelolaan sumberdaya manusia dalam perusahaan dan lingkungan yang mempengaruhinya agar mampu memberikan
kontribusi yang optimal bagi pencapaian tujuan organisasi. Oleh karena itu, penelitian ini akan sangat berguna bagi pihak manajemen PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas agar lebih optimal mengelola sumberdaya manusia sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. 2.2. Analisis Pekerjaan Perusahaan merupakan sistem manajerial yang menuntut pola hubungan manajerial yang produktif. Hal tersebut berkaitan dengan upaya memberdayakan secara efektif orang-orang pada jabatannya, kejelasan tugas, kewajiban dan tanggung jawab. Analisis pekerjaan merupakan kegiatan pengumpulan data tentang pekerjaan yang dilakukan oleh perusahaan dan kemudian dianalisis untuk berbagai keperluan (Mangkuprawira, 2003). Dalam melakukan analisis pekerjaan dibutuhkan pengetahuan dan kemampuan serta pengalaman dari seorang analis. Adapun syarat-syarat teknis analisis pekerjaan yang diperlukan meliputi: 1. Harus dinamis sejalan dengan perubahan-perubahan lingkungan eksternal dan internal 2. Prosedurnya harus dapat diaplikasikan dan dikelola secara akurat, absah dan efisien serta objektif 3. Pelaksana
analisis
jabatan
memiliki
pengetahuan,
keahlian
dan
pengalaman yang memadai 4. Melibatkan semua komponen karyawan dan pimpinan secara aktif Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa analisis pekerjaaan tidak terlepas dari dua hal yang saling berkaitan yaitu uraian pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan. Oleh karena itu, penelitian ini akan berguna bagi pihak manajemen PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas untuk mengetahui sejauh mana keefektifan antara tugas, kewajiban dan tanggung jawab dengan kualifikasi pengetahuan, kemampuan, dan keahlian yang dimiliki. 2.2.1. Deskripsi Pekerjaan Deskripsi pekerjaan (job description) diketahui serta disusun berdasarkan informasi yang telah dihasilkan oleh analisis pekerjaan.
Deskripsi pekerjaan biasanya digunakan untuk tenaga operasional. Deskripsi pekerjaan harus ditetapkan secara jelas untuk setiap jabatan, supaya pejabat tersebut mengetahui tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan. Deskripsi pekerjaan memberikan standar tugas yang harus dicapai oleh masing-masing pemegang jabatan tersebut. Menurut Arep dan Tanjung (2003) deskripsi pekerjaan adalah informasi tertulis yang menguraikan tugas dan tanggung jawab, kondisi pekerjaan, hubungan pekerjaan dan aspek-aspek pekerjaan pada suatu jabatan tertentu dalam organisasi. Deskripsi pekerjaan harus diuraikan secara jelas agar persepsinya mudah dipahami, menurut Hasibuan (2001) deskripsi pekerjaan menguraikan hal-hal berikut : 1. Identifikasi pekerjaan atau jabatan, yakni memberi nama jabatan, pada tiap-tiap karyawan yang memiliki jabatan seperti manajer dan direktur. 2. Hubungan tugas dan tanggung jawab, yakni perincian tugas dan tanggung jawab secara nyata diuraikan secara terpisah agar jelas diketahui. 3. Standar wewenang dan pekerjaan, yakni kewenangan dan prestasi yang harus dicapai oleh setiap pejabat harus jelas. 4. Syarat kerja harus diuraikan dengan jelas, seperti alat-alat, mesinmesin, dan bahan baku yang akan dipergunakan untuk melakukan pekerjaan tersebut. 5. Ringkasan pekerjaan suatu jabatan, hendaknya menguraikan bentuk umum pekerjaan dengan hanya mencantumkan fungsifungsi dan aktivitas utamanya. 6. Penjelasan tentang jabatan di bawah dan di atasnya, yaitu harus dijelaskan jabatan mana petugas tersebut dipromosikan dan ke jabatan mana petugas tersebut akan dipromosikan. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa deskripsi pekerjaan merupakan suatu pernyataan tertulis yang menguraikan berbagai segi suatu pekerjaan, sehingga terdapat
kejelasan atas apa yang harus dikerjakan, mengapa dikerjakan, dimana dikerjakan dan bagaimana mengerjakan. Oleh karena itu, penelitian ini akan berguna bagi karyawan pada bagian produksi PT. Perkebunan Nusantara VII Gunung Mas sebagai panduan untuk melaksanakan pekerjaan. 2.2.2. Spesifikasi Pekerjaan Spesifikasi pekerjaan (job specification) disusun berdasarkan deskripsi pekerjaan yang telah dibuat perusahaan yang menunjukkan persyaratan orang yang akan direkruit dan menjadi dasar untuk melaksanakan seleksi sehingga dapat mencegah penempatan karyawan yang tidak sesuai dengan kemampuan, pengetahuan dan keahlian yang nantinya
dapat
menyebabkan
rendahnya
produktivitas
kerja.
Spesifikasi pekerjaan menyebutkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan individu yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan dengan memuaskan (Mathis dan Jackson, 2001) Menurut Arep dan Tanjung (2003) spesifikasi pekerjaan adalah uraian persyaratan kualitas minimum orang yang bisa diterima dalam menjalankan suatu jabatan dengan baik dan kompeten. Menurut Hasibuan (2001) Spesifikasi pekerjaan memberikan uraian mengenai hal-hal berikut: 1.
Tingkat pendidikan karyawan
2.
Jenis kelamin karyawan
3.
Keadaan fisik karyawan
4.
Pengetahuan dan kecakapan karyawan
5.
Batas umur karyawan
6.
Minat karyawan
7.
Status karyawan
8.
Emosi dan temperamen karyawan
9. Pengalaman karyawan Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa spesifikasi pekerjaan merupakan uraian mengenai ciri, karakteristik, pendidikan dan yang lainnya dari orang yang akan melaksanakan
pekerjaan tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini akan berguna bagi manajemen PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas dalam menentukan karyawan yang akan dipekerjakan sehingga dapat terjaring karyawan yang berkompeten pada bidangnya. 2.3. Pengukuran Beban Kerja Pengukuran Beban Kerja (PBK) merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan di berbagai instansi negeri maupun swasta. Berdasarkan keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara N0. 20/1990, beban kerja diperlukan untuk menetapkan waktu bagi seorang pekerja yang memenuhi persyaratan (qualified) dalam menyelesaikan pekerjaan tertentu pada suatu tingkat prestasi yang telah ditetapkan. Beban kerja merupakan suatu proses penentuan jumlah jam kerja orang (man hour) yang dipergunakan atau yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu (Panggabean, 2004). Jumlah jam kerja setiap karyawan akan menunjukkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan sehingga produktivitas kerja dapat optimal sesuai dengan tujuan perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengukuran beban kerja bertujuan untuk menetapkan jumlah karyawan berdasarkan beban kerja yang dibebankan pada setiap unit sehingga dapat tercapai efisiensi dan efektivitas kerja. Oleh karena itu, penelitian ini akan berguna bagi manajemen pada bagian produksi PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas untuk mengetahui kesesuaian jumlah beban kerja dengan karyawan yang tersedia. 2.4. Perencanaan Sumber Daya Manusia Perencanaan SDM merupakan langkah awal dalam menyiapkan SDM yang berkompeten pada bidangnya yang diharapkan tercipta efisiensi dan efektifitas kerja sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Perencanaan SDM atau perencanaan tenaga kerja adalah sebagai proses menentukan kebutuhan tenaga kerja dan berarti mempertemukan kebutuhan tersebut agar pelaksanaannya berintegrasi dengan rencana organisasi (Sikula dalam Mangkunegara, 2003). Menurut Alwi (2001)
perencanaan SDM adalah perencanaan yang disusun pada tingkat operasional yang ditujukan untuk memenuhi permintaan sumberdaya manusia dengan kualifikasi tersebut. Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa perencanaan SDM merupakan suatu cara untuk menentukan kualitas dan kuantitas karyawan yang akan mengisi semua jabatan dalam perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini akan berguna bagi manajemen PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas untuk dapat meningkatkan daya guna SDM dalam upaya mencapai tujuan perusahaan berdasarkan kualitas, kuantitas, dan penempatan karyawan tepat sesuai kebutuhan. 2.5. Tinjauan Studi Terdahulu Menurut Kokom Komariah dalam skripsinya yang berjudul Analisis Beban Kerja Tenaga Penunjang di Lingkungan Institut Pertanian Bogor (Studi Kasus pada Fakultas Kehutanan IPB) menyatakan bahwa berdasarkan hasil penelitian terhadap beban kerja yang dilakukan di TU Fakultas, terlihat bahwa jenis kegiatan yang paling tinggi beban kerjanya adalah Urusan Rumah Tangga (URT) sebesar 13010 beban kerja dan yang paling sedikit adalah beban kerja Komisi Praktek Lapang yaitu sebesar 1405 beban kerja. Berdasarkan rincian tugas jumlah beban kerja yang dapat dilihat, beban unit kerja bendahara Fakultas yaitu sebesar 4217 beban kerja sebenarnya memerlukan pegawai sebanyak tiga orang, tetapi pegawai yang ada dua orang berarti kekurangan satu orang, sedangkan untuk unit yang banyak kelebihan pegawai adalah Urusan Rumah Tangga (URT) dengan beban kerja sebesar 13010 sebenarnya cukup dengan sembilan orang, tetapi pegawai yang ada sebanyak 17 orang, dan berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di unit Departemen Manajemen Hutan, secara keseluruhan memiliki kelebihan pegawai sebanyak lima orang dan belum terjadinya pemerataan dalam penempatan pegawai di unit pendidikan dengan jumlah beban kerja 11295 dengan delapan orang pegawai tetapi jumlah yang ada 14 orang, demikian juga dengan bagian kemahasiswaan dan petty cash masingmasing kekurangan satu orang pegawai.
Berdasarkan penelitian Apoh Ibrahim Saragih dalam skripsinya yang berjudul Analisis Beban Kerja, Kompensasi dan Kepuasan Kerja Karyawan Puskesmas (Studi Kasus Puskesmas Bogor Timur) menyatakan bahwa beban kerja karyawan dilihat dari waktu standar hariannya secara keseluruhan untuk seluruh karyawan melebihi waktu kerja puskesmas, dan adanya karyawan yang bertanggung jawab terhadap lebih dari satu unit pelayanan sehingga beban waktu standar hariannya bertambah. Penerapan kompensasi di Puskesmas berdasarkan beban kerja pada tiap karyawan. Penerapan kompensasi berasal dari dana hasil tindakan di Puskesmas yang sesuai dengan beban kerja yang ditetapkan pada tiap-tiap karyawan. Rangking jabatan karyawan yang ditetapkan menjadi dasar pembagian dana yang diperoleh dari hasil tindakan tersebut, sedangkan hubungan antara beban kerja dan kompensasi tergolong sedang, untuk hubungan beban kerja dengan kepuasan kerja tergolong rendah dan tidak berpengaruh nyata, dan untuk hubungan antara kompensasi terhadap kepuasan kerja tergolong rendah dan tidak berhubungan nyata. Berdasarkan penelitian Suryanti Gunadi dalam tesisnya yang berjudul Studi Tentang Beban Kerja Perawat di Unit Rawat Inap Penyakit Dalam Lantai III Rumah Sakit Tebet menyatakan bahwa jenis kegiatan pelayanan keperawatan yang dikerjakan oleh tenaga perawat digolongkan menjadi kegiatan langsung yang meliputi komunikasi dan memberikan terapi dan kegiatan tidak langsung yaitu administrasi pasien, menyiapkan terapi, pergantian shift dan interaksi profesi, sedangkan yang terakhir yaitu kegiatan pribadi yang terdiri dari kegiatan yang diperkenankan meliputi makan, minum, sembahyang, ke kamar mandi dan kegiatan non produktif antara lain membaca koran, mengobrol dan menelepon untuk urusan pribadi.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran 3.1.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Perkebunan Gunung Mas merupakan salah satu unit usaha PT. Perkebunan Nusantara VIII yang memiliki visi, misi dan tujuan yang jelas sehingga mencapai efisiensi dan efektivitas organisasi. SDM merupakan salah satu faktor penting yang harus dioptimalkan dalam mencapai tujuan perusahaan. PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas memiliki tujuan divisi dan tujuan unit yang merupakan turunan dari tujuan perusahaan. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan perencanaan SDM yang merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan perusahaan. Perencanaan sumberdaya manusia dapat diartikan sebagai suatu proses penentuan kebutuhan tenaga kerja berdasarkan peramalan pengembangan, pengimplementasian, dan pengendalian kebutuhan yang berintegrasi dengan perencanaan organisasi agar tercipta jumlah pegawai, penempatan pegawai yang tepat dan bermanfaat secara ekonomis (Mangkunegara, 2003). Proses perencanaan sumberdaya manusia dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis pekerjaan yang salah satu fungsinya adalah menghasilkan deskripsi pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan (Tanjung dan Arep, 2003). Disamping itu, digunakan pula analisis beban kerja yang menghasilkan jumlah beban kerja dan analisis kebutuhan tenaga kerja yang menghasilkan jumlah tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja bertujuan agar setiap pegawai pada semua unit organisasi mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan tugas dan wewenang tanggung jawabnya (Mangkunegara, menghasilkan
2003). efisiensi
Perencanaan dan
SDM
efektivitas
yang
kerja
tepat
akan
sehingga
dapat
meningkatkan produktivitas kerja dan pada akhirnya tujuan PT.
Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas dapat tercapai. Alur kerangka konseptual tersebut terdapat pada Gambar 4.
VISI, MISI DAN TUJUAN PT. PN VIII (RENCANA STRATEGIS)
TUJUAN MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA
TUJUAN DIVISI
TUJUAN UNIT PERENCANAAN SDM
DESKRIPSI PEKERJAAN SPESIFIKASI PEKERJAAN
JUMLAH BEBAN KERJA JUMLAH TENAGA KERJA
ANALISIS PEKERJAAN
ANALISIS BEBAN KERJA DAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA
EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS TENAGA KERJA
PRODUKTIVITAS KERJA
Gambar 4. Alur Kerangka Pemikiran Konseptual
3.1.2. Kerangka Pemikiran Operasional Persaingan
yang
semakin
kompetitif
dalam
industri
perkebunan khususnya untuk komoditi teh menuntut perusahaan produsen teh untuk mengoptimalkan semua sumber daya yang dimiliki. SDM adalah aset perusahaan yang merupakan salah satu faktor penting yang harus dioptimalkan dalam mencapai tujuan perusahaan. Untuk mampu bersaing dalam pasar Internasional, perusahaan produsen teh harus mampu menghasilkan teh dengan kualitas tinggi. Kualitas produk yang dihasilkan tidak terlepas dari peranan SDM yang dimiliki. Komitmen karyawan untuk bekerja dengan giat mutlak diperlukan selain kemampuan dan keterampilan dalam menghasilkan produk yang berkualitas. Perusahaan harus mampu mengidentifikasi tugas-tugas yang akan dilaksanakan oleh setiap tenaga kerja sehingga tugas yang diberikan dapat diselesaikan dengan baik dan sesuai dengan target perusahaan. Beban kerja yang ditetapkan harus cukup dalam hal ini tidak terlalu ringan ataupun terlalu berat, karena dapat berdampak pada hasil pekerjaan. Pada setiap unit kerja masing-masing pegawai memiliki beban kerja yang berbeda. Sehingga dapat terlihat kesesuaian jumlah karyawan dengan beban kerja yang diberikan pada tiap unitnya. Bila terdapat ketidaksesuaian antara beban kerja yang diberikan dengan jumlah karyawan yang ada maka perlu dilakukan penambahan atau pengurangan jumlah karyawan. Tujuan penelitian ini tidak terlepas dari perencanaan SDM. Langkah awal yaitu dengan menganalisis deskripsi pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan dengan menyebarkan kuesioner pada tiap unit, kemudian dianalisis dengan menggunakan skala likert. Langkah selanjutnya yaitu dengan menganalisis jumlah beban kerja dan kebutuhan tenaga kerja dengan menggunakan metode analisis Pengukuran Beban Kerja (PBK) I, II dan III. Hasil analisis tersebut
dapat diketahui jumlah beban kerja pada tiap unit serta jumlah karyawan yang dibutuhkan. Sehingga terjadi kesesuaian jumlah beban kerja dengan jumlah karyawan yang pada akhirnya dapat dijadikan rekomendasi kepada pihak manajemen sebagai bahan perencanaan SDM. Alur kerangka operasional terdapat pada Gambar 5.
Tujuan Divisi Produksi PT. Perkebunan Nusantara VIII
Tujuan Unit
Pembeberan
Pelayuan
Penggilingan dan oksidasi enzimatis
Pengeringan
Sortasi
Pengepakan
Perencanaan SDM
Deskripsi Pekerjaan Spesifikasi Pekerjaan
Analisis Pekerjaan
- Analisis PBK I PBK II PBK III - Analisis Deskriptif
Jumlah Beban Kerja Jumlah Tenaga Kerja Analisis Beban Kerja & Kebutuhan Tenaga Kerja
Rekomendasi
Gambar 5. Alur Kerangka Pemikiran Operasional
3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas, yang beralamat di Jl. Raya Puncak–Kotak Pos 6 Cisarua, Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa PT. Perkebunan Nusantara merupakan produsen teh hitam yang telah memiliki ISO 9001. Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, mulai dari bulan Maret sampai dengan September 2007. 3.3. Metode Penelitian 3.3.1. Pengumpulan Data 1. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif dan kualitatif. a. Data Primer Mengumpulkan data tentang hal-hal yang berhubungan dengan karyawan, langsung dari perusahaan yang bersangkutan maupun dari hasil pengisian kuesioner dan tanya jawab dengan responden b. Data Sekunder Mengumpulkan data tentang pengukuran beban kerja melalui buku-buku, skripsi dan berbagai literatur yang berkaitan dengan pokok permasalahan. 2. Pengambilan sampel Responden yang dipilih adalah para karyawan pada bagian produksi. Teknik pengambilan contoh yang digunakan adalah total sampling, yaitu mengambil sampel dari seluruh populasi yaitu seluruh karyawan pada bagian pengolahan yang berjumlah 42 orang karyawan. 3.3.2. Pengolahan dan Analisis Data 1. Uji Validitas Uji validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mampu menjawab tujuan yang diinginkan (Ancok, 1995). Uji validitas
digunakan untuk mendapatkan pertanyaan yang valid dari sejumlah pertanyaan yang sudah terlebih dahulu diberikan kepada responden, jumlah pertanyaan yang valid (setelah yang gagal dihilangkan) kemudian diuji kembali dengan metode realibilitas (Umar, 2004) Menurut Ancok (1995) adapun langkah-langkah dalam menguji validitas kuesioner adalah sebagai berikut : a. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur, yaitu dengan cara : 1. Mencari definisi dan rumusan konsep dan literatur, jika sudah ada rumusan yang cukup rasional, maka rumusan tersebut dapat langsung dipakai, apabila rumusan tersebut belum operasional, maka peneliti harus merumuskannya seoperasional mungkin. 2. Jika dalam literatur tidak diperoleh definisi atau rumusan konsep yang akan diukur, peneliti harus mendiskusikan dengan para ahli lain. Pendapat para ahli lain ini kemudian dirumuskan dalam bentuk rumusan yang operasional. 3. Bertanya
langsung
kepada
calon
responden
penelitian
mengenai aspek-aspek konsep yang akan diukur. Dari jawaban yang diperoleh peneliti membuat kerangka konsep dan membuat pertanyaan operasional. 4. Bertanya
langsung
kepada
calon
responden
penelitian
mengenai aspek-aspek konsep yang menyusun pertanyaan yang operasional. b. Melakukan uji coba skala pengukuran minimal terhadap 30 responden. c. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban. d. Menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan atau pernyataan dengan skor total dengan menggunakan rumus Product Moment, yaitu : r =
N ( Σ XY ) – ( Σ X Σ Y )
.................................. (1)
√ ( N Σ X2- ( Σ X2 )) (N Σ Y2 – ( Σ Y )2
Dimana: N = Jumlah responden X = Skor masing-masing pertanyaan dari tiap-tiap responden Y =
Skor total semua pertanyaan dari tiap responden
2. Uji Reliabilitas Uji
reliabilitas
bertujuan
untuk
mengetahui
kekonsistenan,
keterandalan dan kestabilan alat ukur di dalam mengukur gejala yang sama (Umar, 2002). Keterandalan ditentukan dengan menggunakan rumus alpha cronbach, yaitu: 2 ⎡ k ⎤ ⎡ ∑σ 1 ⎤ α= ⎢ ⎢1 − ⎥ ……………………….. (2) σ t2 ⎦⎥ ⎣ k −1⎥⎦ ⎣⎢
Dimana: α
= Koefisien alpha cronbach
k
= Butir pertanyaan yang valid
∑σ σ t2
2 1
= Jumlah varians butir pertanyaan yang valid = Varians skor total
Perhitungan koefisien alpha cronbach diperoleh dari penggunaan program SPSS 11.5 for windows.
σ = 2 t
(
X
2
)− (∑ x) n
2
………………………….(3)
n 3. Skala Likert Menurut (Riduan, 2005) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial. Skala Likert digunakan untuk mengubah data kualitatif dalam kuesioner menjadi data kuantitatif. Cara penilaian terhadap hasil jawaban kuesioner dengan skala likert dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Bobot Nilai Jawaban Responden Jawaban Responden Sangat Setuju Setuju Cukup Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Bobot Nilai 5 4 3 2 1
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk menjelaskan data dari hasil sebaran kuesioner secara umum dengan menggunakan persentase dan rataan skor. Rs =
(m − 1) .............................................. (4) m
dimana m adalah jumlah alternatif jawaban tiap item Rs =
(5 − 1) 5
Rs = 0,8 Nilai skor rataan dihasilkan dari perkalian antara bobot nilai jawaban berdasarkan skala dengan jumlah jawaban responden, kemudian dibagi dengan jumlah responden. Berdasarkan nilai skor rataan tersebut, maka posisi keputusan penilaian memiliki rentang, dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Nilai Skor Rataan Skor Rataan 1,0 – 1,8 1,8 – 2,6 2,6 – 3,4 3,4 – 4,2 4,2 – 5,0
Penilaian Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Cukup setuju Setuju Sangat Setuju
Interpretasi untuk tiap-tiap skor rataan yaitu bila terdapat pada rentang 1,0 sampai 1,8 maka dikatakan sangat tidak baik dan skor rataan yang terdapat pada rentang 1,8 sampai 2,6 dikatakan tidak baik. Sedangkan nilai skor rataan pada rentang 2,6 – 3,4 dikatakan cukup baik. Penilaian baik terdapat pada rentang 3,4 sampai 4,2 dan penilaian sangat baik terdapat pada rentang 4,2 sampai 5,0.
4. Format Pengukuran Beban Kerja (PBK)
Untuk mendapatkan data dan informasi yang valid, dapat dipercaya dan relevan, maka prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui penyiapan instrumen Pengukuran Beban Kerja (PBK) I, II, dan III. Instrumen disusun berdasarkan ketetapan SK Menpan No. 20. tahun 1999 yang meliputi pengolahan data yang terdiri dari: a. Formulir pengumpulan data terdiri dari PBK I, PBK II, PBK III. Formulir ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan untuk pengukuran beban kerja yang bersangkutan, seperti: 1)
Data produk atau hasil kerja dari setiap rincian tugas unit kerja jabatan terendah pada unit kerja yang akan di ukur
2)
Data
proses
atau
prosedur
yang
dilakukan
untuk
menghasilkan setiap produk 3)
Data frekuensi atau beban kerja setiap produk selama satu tahun
b. Formulir pengolahan data terdiri dari: 1)
Formulir inventarisasi produk (Form Pengukuran Beban Kerja I). Formulir ini digunakan untuk menginventarisasi data tentang produk atau hasil kerja dari satu unit kerja berdasarkan tugas dan fungsi serta rincian tugas unit kerja yang bersangkutan.
2)
Formulir rincian proses atas prosedur (Form Pengukuran Beban
Kerja
II).
Formulir
ini
digunakan
untuk
menginventarisasi dan merinci proses atau prosedur yang dilakukan untuk mendapatkan satu produk atau hasil kerja. Pada formulir ini juga terdapat kolom atau lajur untuk menginventarisasi jumlah beban kerja, standar waktu, serta isi kerja untuk setiap jabatan atau petugas yang terlibat dalam setiap proses atau prosedur.
3)
Formulir rekapitulasi perhitungan beban kerja (Form Pengukuran Beban Kerja III). Formulir ini digunakan untuk menginventarisasi seluruh isi kerja setiap produk serta karyawan yang terlibat dalam menghasilkan semua produk. Jumlah seluruh isi kerja yang ada pada unit kerja tersebut dinamakan “beban kerja”. Berdasarkan beban kerja ini, akan dapat dihitung jenis dan jumlah pemegang jabatan yang layak pada setiap unit kerja.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Perusahaan
Perkebunan Gunung Mas merupakan salah satu unit usaha PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) yang terletak di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Pada awalnya terdapat dua perkebunan yaitu “Goenoeng Mas Francoise Nederlandise de Culture et de Commerce” yang didirikan oleh maskapai Perancis pada tahun 1910 dan perkebunan “NV. CULTURE MY TJIKOPO ZSUID” yang didirikan oleh perusahaan Jerman pada tahun 1992. Pada tahun 1949 Perkebunan “NV. CULTURE MY TJIKOPO ZSUID” diambil alih oleh Pemerintahan Belanda karena Pemerintah Jerman mengalami kekalahan dalam Perang Dunia ke II, sedangkan pengelolaannya diserahkan kepada Pusat Perkebunan Negara. Pada tahun 1954 pengelolaan Perkebunan “Goenoeng Mas Francoise Nederlandise de Culture et de Commerce” diserahkan kepada Perusahaan Belanda, yaitu “NV TIEDEMAN E. VAN KERCHEM (TVK)” yang memiliki kantor pusat di Bandung. Pada tahun 1958 ke dua perkebunan tersebut diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia (dinasionalisasi) dan dimasukkan dalam PPN Baru kesatuan Jabar II. Pada Tahun 1963 dilakukan reorganisasi perusahaan dan Perkebunan Gunung Mas dimasukkan dalam PPN Antan VII. Hanya berlangsung tujuh tahun untuk selanjutnya dengan kebijaksanaan Pemerintah Perusahaan Negara menjadi PNP XII Sejak tanggal 1 Agustus 1971 status PNP XII berubah lagi menjadi PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero). Kemudian terhitung mulai tanggal 11 Maret 1996 diadakan penggabungan (merger) tiga PTP (PTP XI, PTP XII dan PTP XIII) menjadi PT. Perkebunan Nusantara VIII yang meliputi Wilayah Provinsi Jawa Barat dan Banten, sehingga Perkebunan Gunung Mas ada di bawah
manajemen PT. Perkebunan Nusantara VIII yang berkantor pusat di Jalan Sindangsirna No. 4 Bandung. PT. Perkebunan Nusantara VIII didirikan berdasarkan Akta Notaris Harun Kamil, SH No. C2/8336 HT.01.01 TH. 1996 tanggal 8 Agustus 1996. Hal ini merupakan tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 13 Tahun 1996 tentang peleburan Perusahaan Perseroan (Persero). PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas merupakan salah satu unit usaha dari PT. Perkebunan Nusantara VIII yang bergerak dalam perkebunan teh, terdiri dari 3 perkebunan utama yaitu Gunung Mas I, Gunung Mas II, dan Cikopo Selatan. 4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas sebagai suatu organisasi telah menetapkan suatu visi atau pandangan ke depan dan misi sebagai penjabaran dari visi tersebut. Adapun rumusan visi tersebut adalah menjadi BUMN yang tangguh dalam bidang agribisnis dan agroindustri untuk memuaskan stakeholder (pelanggan, pemilik saham dan karyawan) serta peduli dan berwawasan lingkungan. Sedangkan misi yang diemban oleh PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas, yaitu: A. Sebagai BUMN, PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung mas memiliki tugas utama mengelola perkebunan berdasarkan Tri Dharma Perkebunan. B. Memberikan kontribusi dalam: 1. Pembangunan nasional yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan 2. Meningkatkan pendapatan nasional serta kesejahteraan bangsa. 4.1.3. Tujuan dan Sasaran Perusahaan
PT. Perkebunan VIII selaku BUMN memiliki tujuan yang telah ditetapkan, yaitu turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di subsektor kehutanan atau perkebunan
dalam arti seluas-luasnya dengan tujuan memupuk keuntungan berdasarkan
prinsip-prinsip
perusahaan
yang
sehat
dengan
sumbangan
bidang
berlandaskan azas Tri Dharma Perkebunan Plus, yaitu: b. Mempertahankan
dan
meningkatkan
perkebunan bagi pendapatan nasional yang diperoleh dari hasil produksi dan pemasaran beberapa jenis komoditi atau produk untuk keperluan ekspor dan konsumsi dalam negeri. c. Memperluas lapangan kerja untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya dan meningkatkan taraf hidup petani pada khususnya. d. Memelihara kekayaan alam, khususnya menjaga kelestarian dan meningkatkan kesuburan tanah, sumber dan tata air. e. Sebagai Agent of Development (wahana pembangunan). Sasaran perusahaan yang ingin dicapai oleh PT. Perkebunan Nusantara VIII
antara lain mencapai produktivitas tanaman dan
sumber daya lainnya yang optimal, mencapai tingkat harga jual ratarata dan volume penjualan yang tinggi, memperoleh sumber daya yang terampil dan profesional, memiliki likuiditas dan rentabilitas, meningkatkan kesejahteraan pegawai, mendorong pengembangan golongan pengusaha kecil dan koperasi, terutama yang menjadi binaan PT. Perkebunan Nusantara VIII agar dapat mandiri dan berkembang dengan baik. 4.1.4. Sumber Daya Manusia
Sumberdaya manusia merupakan faktor penting dalam proses suatu produksi. PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas membutuhkan
karyawan
berkualitas
yang
memiliki
keahlian,
keterampilan, dan disiplin kerja yang tinggi disetiap unit kerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan dan tercapainya tujuan perusahaan. PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas memiliki dua jenis karyawan yaitu Karyawan Harian Tetap (KHT) dan Karyawan Harian
Lepas (KHL). Adapun jumlah karyawan PT. Perkebunan Nusantara VIII dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah Karyawan PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas Tahun 2007 Bagian Karyawan Tetap Karyawan Lepas (orang) (orang) Kantor Induk 49 7 Wisata Agro 63 25 Produksi 31 11 Teknik 46 18 Gunung Mas I 196 105 Gunung Mas II 151 77 Cikopo Selatan 184 85 Staf atau Pimpinan 11 Jumlah 731 328 Sumber: PT.Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas, Juni 2007 4.1.5. Struktur Organisasi
Perkebunan Gunung Mas dipimpin oleh seorang administratur yang bertanggung jawab kepada direksi PT. Perkebunan Nusantara VIII. Administratur dibantu oleh sinder kepala, sinder pabrik, Sinder Tata Usaha Kantor (TUK), Sinder Wisata Agro dan Sinder teknik. Sinder Kepala bertugas untuk mengelola segala pekerjaan baik teknis maupun administrasi meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap kegiatan yang menyangkut tanaman
teh
sesuai
kebijakan
administratur.
Sinder
kepala
membawahi tiga kepala bagian, yaitu: 2. Kepala bagian kebun (Sinder Afdeling) Gunung Mas I 3. Kepala bagian kebun (Sinder Afdeling) Gunung Mas II 4. Kepala bagian kebun (Sinder Afdeling) Cikopo Selatan Sinder Afdeling bertugas mengoperasikan dan mengatur seluruh kegiatan di lapangan meliputi kegiatan persemaian, penanaman, pemeliharaan dan pemetikan. Sinder Afdeling dibantu oleh mandor besar rawat dan mandor besar petik. Mandor besar rawat bertugas merawat tanaman mulai dari pembibitan, penanaman, penanggulangan hama dan penyakit, pemupukan, dan pemangkasan. Sedangkan mandor besar petik bertugas mengawasi pekerjaan
karyawan secara langsung di lapangan serta melaporkan hasilnya kepada mandor besar. Sinder pabrik bertugas melaksanakan kebijakan administrator yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan terhadap perkerjaan dan persoalan yang berkaitan dengan pengolahan teh dan pengendalian kualitas teh. Sinder pabrik dibantu oleh mandor besar basah, mandor besar kering, kepala urusan CTC, kepala urusan tea bag (teh celup), juru tata usaha, mandor pelayuan, mandor penggilingan, mandor fermentasi, mandor pengeringan, mandor sortasi, dan mandor pengepakan. Sinder
TUK
berkewajiban
menyelenggarakan
dan
menyelesaikan hal-hal yang berhubungan dengan persoalan keuangan dan pergudangan. Sinder TUK dibantu oleh kepala urusan umum, kepala urusan TU, kepala urusan keuangan, dan kepala urusan keselamatan. Sinder Teknik bertanggung jawab terhadap persoalan-persoalan teknik
meliputi
mesin
pengolahan,
penerangan
atau
listrik,
perumahan, pengairan, dan kendaraan. Sinder Wisata Agro melaksanakan tugas dan kebijaksanaan Administratur dalam hal pariwisata perkebunan serta mengelola secara fisik operasional bagian wisata agro baik segi peencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan sesuai ketentuan yang berlaku. Untuk lebih jelas gambar struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas dapat dilihat pada Lampiran 8. 4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas 4.2.1. Hasil Uji Validitas Kuesioner
Uji Kuesioner dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana kuesioner mengukur hal yang akan dikaji dalam penelitian. Berdasarkan uji validitas ini akan diketahui apakah pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner memenuhi syarat sah untuk dijadikan dalam penelitian.
Kuesioner disebarkan kepada 42 responden. Kuesioner yang dibagikan terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berisikan pertanyaan mengenai identitas responden dan bagian kedua berisikan pertanyaan mengenai aspek-aspek yang diamati yaitu analisis pekerjaan, kondisi kerja dan kinerja, dengan total 30 pertanyaan. Pertanyaan tersebut terdiri dari 12 pertanyaan mengenai analisis pekerjaan, delapan pertanyaan mengenai kondisi kerja dan 10 pertanyaan mengenai kinerja. Berdasarkan hasil uji validitas dengan korelasi Product Moment dan menggunakan Software SPSS 11 for Windows. Semua pertanyaan valid dan memenuhi syarat untuk diolah lebih lanjut karena r hitung>r tabel, dengan r tabel sebesar 0,36 dan α sebesar 0,05 (5%). Hasil uji validitas ini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. 4.2.2. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Pengujian reliabilitas menggunakan metode Alpha Cronbach. Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan suatu konstruk variabel dikatakan baik jika alpha>0,6 (Nugroho,2005). Hasil uji reliabilitas ini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 7. Tingkat Reliabilitas Metode Alpha Cronbach Alpha Tingkat Reliabilitas 00,00 – 0,20 Kurang reliabel > 0,20 – 0,40 Agak reliabel > 0,04 – 0,06 Cukup reliabel > 0,06 – 0,08 Realiabel > 0,80 – 1,00 Sangat Reliabel 4.3. Karakteristik Responden
Penelitian ini melibatkan 42 responden yang merupakan karyawan bagian produksi pada PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas. Peneliti menggunakan variabel demografi untuk mengelompokkan responden. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, masa kerja dan golongan jabatan.
4.3.1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, responden yang berjenis kelamin pria sebanyak 40 orang atau 95% dari 42 orang responden, sedangkan 5% atau dua orang responden lainnya berjenis kelamin wanita. Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Responden (Orang) Pria 40 Wanita 2 JUMLAH
42
4.3.2. Karakteristik Berdasarkan Usia
Pengelompokan
responden
berdasarkan
jenis
kelamin,
memberikan hasil sebagai berikut : responden yang berusia kurang dari sampai dengan 30 tahun berjumlah 13 orang atau (31%), responden yang berusia antara 31 tahun sampai 40 tahun berjumlah 25 orang atau (60%), responden yang berusia antara 41 tahun sampai 50 tahun berjumlah empat orang atau (9%) dan responden yang berusia lebih dari 50 tahun tidak ada atau (0%). Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia (Tahun) Responden (Orang) = < 30 13 31 – 40 25 41 – 50 4 > 50 0 JUMLAH 42 4.3.3. Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Dilihat tingkat pendidikan yang telah diselesaikan, 35 orang responden atau (83%) tamatan SD, lima orang responden atau (12%) tamatan SMP, dua orang responden atau (5%) tamatan SMA, tamatan Diploma tidak ada atau (0%) dan tamatan Sarjana juga tidak ada. Tabel 10. Berdasarkan Karakteristik Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Responden (Orang) Tamat SD 35 Tamat SMP 5 Tamat SMA 2 Tamat Diploma 0 Tamat Sarjana 0 JUMLAH 42
4.3.4. Karakteristik Berdasarkan Masa Kerja
Dilihat dari masa kerja karyawan pada bagian produksi tiga orang responden atau (7%) memiliki masa kerja kurang dari satu tahun, 11 orang responden atau (26%) memiliki masa kerja antara satu sampai lima tahun, empat orang responden atau (10%) memiliki masa kerja antara enam sampai 10 tahun, dua orang atau (5%) memiliki masa kerja antara 11 sampai 15 tahun, tiga orang atau (7%) memiliki masa kerja antara 16 sampai 20 tahun dan 19 orang atau (45%) memiliki masa kerja lebih dari 20 tahun. Tabel 11. Karakteristik Berdasarkan Masa Kerja Masa Kerja (Tahun) Responden (Orang) <1 3 1–5 11 6 – 10 4 11 – 15 2 16 – 20 3 > 20 19 JUMLAH 42 4.3.5. Karakteristik Berdasarkan Golongan Jabatan
Berdasarkan golongan jabatan karyawan sebanyak 35 orang responden atau (83%) memiliki golongan IA, lima orang responden atau (12%) memiliki golongan IB dan dua orang responden atau (5%) memiliki golongan ID. Tabel 12. Karakteristik Berdasarkan Golongan Jabatan Golongan Jabatan Responden (Orang) IA 35 IB 5 ID 2 JUMLAH 42 4.4. Unit Meber
Tugas dari unit meber yaitu melakukan pembeberan yang merupakan proses awal dari pelayuan. Pucuk teh dibeberkan di atas Withering Trough (WT). Pada tahap pembeberan, dialirkan angin yang berasal dari fan (kipas angin). Tebal hamparan pucuk daun teh segar dalam WT ± 30 cm, sehingga tingkat kelayuan pada daun teh dapat merata.
4.4.1. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Analisis Pekerjaan
Persepsi responden terhadap permasalahan pada analisis pekerjaan di unit meber diwakili oleh 12 pertanyaan. Tabel 13 menunjukkan permasalahan analisis pekerjaan di unit meber dinilai telah baik. Permasalahan yang dihadapi karyawan dan atasan dapat diatasi dengan baik. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari skor rataan semua penilaian berindikasi baik dengan rata-rata nilai 3,6. Tabel 13. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Analisis Pekerjaan di Unit Meber Indikator Permasalahan Pedoman atau petunjuk kerja telah ada Pedoman kerja sudah jelas Tugas dan tanggung jawab kerja sudah jelas Pedoman kerja telah sesuai dengan pengetahuan, kemampuan dan keahlian Atasan telah memberikan bimbingan dalam melaksanakan pekerjaan Tugas dan tanggung jawab telah sesuai dengan kemampuan dan keahlian Tugas dan kewajiban telah dilaksanakan sesuai dengan pedoman kerja Kemampuan dan keterampilan telah sesuai dengan pekerjaan Pengetahuan dan pendidikan yang dimiliki sudah memenuhi kualifikasi pekerjaan Kemampuan untuk menangkap adanya penyimpangan atau hambatan dengan segera mengambil keputusan Pelatihan dan kursus telah rutin dilakukan Pelatihan dan kursus telah sesuai dengan tugas dan pekerjaan Rata-rata
Skor Rataan 3,6 3,6 4 3,6
Penilaian Setuju Setuju Setuju Setuju
3,6
Setuju
3,6
Setuju
3,6
Setuju
3,8
Setuju
3,6
Setuju
3,6
Setuju
3,6 3,6
Setuju Setuju
3,6
Setuju
Karyawan menilai pedoman kerja yang mengatur tugas-tugas yang harus dikerjakan sudah jelas. Selain itu, tugas dan tanggung jawab yang diberikan dinilai baik dan sesuai dengan kemampuan dan keterampilan karyawan. Berdasarkan hasil wawancara dengan mandor meber diketahui bahwa pembagian tugas untuk masing-masing karyawan belum jelas walaupun pedoman kerja yang diberikan telah memuat tugas, fungsi dan tanggung jawab masing-masing karyawan. Namun kenyataannya masih ada karyawan yang melaksanakan tugas diluar dari tanggung jawabnya.
4.4.2. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Kondisi Pekerjaan
Tabel 14 menunjukkan persepsi responden terhadap permasalahan kondisi pekerjaan di unit meber dinilai telah baik. Karyawan menilai kelengkapan sarana kerja telah memadai, kondisi dan lingkungan kerja mendukung pekerjaan dan hubungan kerjasama antara karyawan dengan atasan terjalin dengan baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan skor rataan tertinggi yang bernilai empat. Tabel 14. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Kondisi Pekerjaan di Unit Meber Indikator Permasalahan Kelengkapan sarana telah memadai Kondisi dan lingkungan kerja mendukung pekerjaan dan tugas yang dilakukan Lembur dilakukan jika produksi meningkat Rotasi pekerjaan antar karyawan telah sesuai Jumlah karyawan telah sesuai Pada saat produksi meningkat diperlukan tambahan karyawan Penempatan kerja telah sesuai dengan kemampuan, keahlian dan pendidikan Hubungan kerjasama antara karyawan dengan atasan telah dilakukan dengan baik Rata-rata
Skor Rataan 4 3,8
Penilaian Setuju Setuju
3,6
Setuju
3,6
Setuju
3,6 3,6
Setuju Setuju
3,6
Setuju
4
Setuju
3,7
Setuju
Kondisi dan lingkungan kerja dinilai baik oleh karyawan merupakan suatu proses yang telah lama dilakukan sehingga untuk halhal seperti mengangkat pucuk daun teh dari truk ke WT (Withering Trough) yang dapat menyebabkan karyawan menjadi bungkuk bila dilakukan terus menerus karena harus memikul beban sebanyak ± 25 kg/karung pucuk daun teh. Namun hal tersebut dirasakan oleh karyawan unit meber sebagai hal yang biasa. Oleh karena itu, rataan penilaian kondisi kerja pada unit meber berindikasi baik.
4.4.3. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Kinerja
Persepsi responden terhadap permasalahan kinerja dilakukan untuk mengevaluasi kinerja karyawan. Penilaian mengenai kinerja karyawan disajikan pada tabel berikut: Tabel 15. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Kinerja di Unit Meber Indikator Permasalahan Jam kerja telah sesuai dengan beban kerja Tugas dan pekerjaan telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan pedoman Atasan telah puas terhadap penyelesaian tugas Beban kerja telah sesuai dengan kemampuan Evaluasi beban kerja telah dilakukan Kemampuan adaptasi terhadap perubahan dan ide-ide baru Evaluasi pekerjaan rutin dilakukan Kemampuan mengenali masalah dan mencari solusi Ketelitian dalam menjaga kualitas pekerjaan Kemampuan membuat keputusan yang tepat dalam bekerja Rata-rata
Skor Rataan 3,6
Penilaian Setuju
4
Setuju
3,6
Setuju
3,8
Setuju
3,8
Setuju
3,6
Setuju
3,8 3,4
Setuju Setuju
3,6
Setuju
3,6
Setuju
3,68
Setuju
Hasil perhitungan, skor rataan persepsi responden terhadap permasalahan kinerja dapat dilihat pada Tabel 15, karyawan menilai beban kerja telah sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Hal tersebut sangat berkaitan dengan pengalaman yang dimiliki,
karena
kebanyakan
karyawan
masih
ada
hubungan
kekerabatan dengan karyawan lainnya. 4.4.4. Analisis Permasalahan Yang Dihadapi Unit Meber
Berdasarkan persepsi responden terhadap permasalahan di unit meber, tidak terdapat masalah yang dapat menghambat pelaksanaan pekerjaan. Kegiatan atau tugas yang harus dilakukan di unit meber dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan pedoman kerja.
Walaupun tugas, fungsi dan tanggung jawab dari masing-masing karyawan masih belum dilaksanakan dengan baik. 4.4.5. Pengukuran Beban Kerja I
Untuk menganalisis ketersediaan karyawan, jumlah beban kerja dibagi kedalam satu tahun jam kerja sehingga dihasilkan jumlah karyawan yang ditetapkan atau dibutuhkan di unit kerja masing-masing. Untuk mendapatkan waktu efektif satu tahun digunakan enam hari kerja
dengan
perhitungan
berpedoman
pada
Bagian
Umum
Kepegawaian PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas dengan rincian sebagai berikut : 1 Tahun
= 365 hari
Cuti Tahunan
= 12 hari (-) 353 hari
Hari Senin
=
52 hari (-) 301 hari
Hari Libur Resmi =
11 hari (-) 290 hari
Waktu kerja
= 48 jam/minggu
Waktu kerja 1 Hari
= 48 = 8 jam/hari 6
Waktu Efektif kerja 1 hari = 8-1 (jam istirahat) =7 jam/hari Waktu Efektif 1 Tahun
= 290 x 7 jam/hari = 2030 jam/tahun
Catatan : Tidak termasuk hari izin dan keperluan penting atau sakit Berdasarkan rincian di atas didapatkan jumlah jam kerja selama satu tahun sebesar 2030 jam/tahun. PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas menetapkan hari senin sebagai hari libur untuk divisi produksi. Bila terdapat hari libur resmi, maka tidak semua karyawan diliburkan melainkan secara bergantian atau dapat digantikan dihari lain mengingat proses produksi harus terus berjalan. Pemilihan hari senin sebagai hari libur, karena para pemetik pada hari minggu diliburkan sehingga tidak terdapat kegiatan pemetikan. Proses produksi tetap berjalan pada hari minggu karena
proses pada hari minggu merupakan pengolahan pucuk teh pada hari sebelumnya yaitu hari sabtu. PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas menerapkan sistem shift pada unit pelayuan karena proses pelayuan berlangsung selama ±14 jam dengan pembagian tugas yaitu masing-masing tujuh jam kerja. Tabel 16. Pengukuran Beban Kerja I No Rincian Tugas 1. 2.
3.
Menjalankan kipas Withering Through (WT) Mengeluarkan pucuk dari kontainer untuk diatur pengisiannya ke dalam WT Mengerjakan tugas pembeberan pucuk sesuai dengan standar
4.
Membuang benda-benda asing
5.
Menjaga kebersihan lantai disekitar WT dari pucuk yang berceran Bertanggung jawab kepada Mandor meber
6.
Produk/Hasil Menghasilkan angin dari fan Pemindahan pucuk dari truk ke WT
Frekuensi dalam 1 Tahun 2900 kali 580 kali
Hamparan pucuk daun teh dalam WT sesuai dengan standar Membersihkan daun dari ulat, batangbatang, dan daundaun tua Menjaga WT agar tetap bersih
580 kali
Laporan kepada Mandor meber
580 kali
580 kali
870 kali
Pengamatan dilakukan berdasarkan hasil rataan selama dua tri wulan yaitu dari bulan Januari sampai dengan Juni 2007. Rataan tersebut menghasilkan sebanyak 71.442 kg/bulan hasil teh kering. Bila dirata-ratakan berarti dalam sehari menghasilkan 2.381,4 kg dengan asumsi pembagi sebesar 30 hari per bulan. Diketahui pula bahwa ratarata produksi basah daun teh yang dihasilkan selama dua tri wulan sebanyak 320.125 kg/bulan. Untuk mengetahui rata-rata produksi basah per hari maka hasil rata-rata tersebut dibagi dengan asumsi satu bulan sebanyak 30 hari. Maka rata-rata produksi basah per hari menjadi 10.670,833 kg/hari Hal tersebut jauh dari harapan PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas yang memprediksi rata-rata target basah per hari sebanyak 20.000 kg/hari.
Pada unit meber terdapat lima orang karyawan dengan tugas berdasarkan uraian pekerjaan yang tertera pada tabel 16. karyawan menjalankan kipas sebanyak dua kali. Hal ini berdasarkan datangnya daun teh dari kebun sebanyak dua kali yaitu pada antara jam 10.0012.00 WIB dan antara jam 14.00-15.00 WIB. sedangkan Withering Through (WT) yang digunakan pada kondisi ±10 kg hanya 10 WT dengan kapasitas masing-masing WT sebanyak ± 1000 kg. 4.4.5. Pengukuran Beban Kerja II
Pengukuran beban kerja II (PBK II) merupakan form yang merinci proses dari suatu unit kerja. PBK II menjelaskan bagaimana proses terjadinya suatu produksi mulai dari tahap awal sampai tahap akhir berdasarkan job description yang telah ditetapkan. Proses yang terjadi pada unit meber yaitu mulai dari menjalankan mesin WT sebanyak 10 kali karena ada 10 WT yang digunakan pada produksi daun teh basah sebesar 10.670,833 kg/hari. Selanjutnya mengeluarkan pucuk dari truk dilakukan sebanyak dua kali karena berdasarkan datangnya truk pengangkut pucuk daun teh dari kebun, lalu mengamati jalannya mesin WT. Untuk menghindari kerusakan tiba-tiba pada mesin sehingga akan mengganggu kerataan layuan maka jalannya mesin WT harus selalu diamati. Setelah itu membuang benda-benda asing yang terdapat dalam hamparan pucuk daun teh. Menjaga kebersihan ruangan dan alat setiap kali proses pembeberan, karena banyak daun yang berserakan dan laporan tanggung jawab kepada mandor pembeberan. Untuk data yang lebih rinci mengenai waktu penyelesaian kerja pada PBK II dapat dilihat pada Lampiran 3. 4.4.5. Pengukuran Beban Kerja III
Form Pengukuran Beban Kerja III, merinci waktu yang diselesaikan oleh masing-masing karyawan sekaligus menghitung berapa jumlah karyawan yang efisien berada pada unit kerja tersebut. Untuk menghitung karyawan yang efisien dilakukan dengan membagi jumlah beban kerja dengan waktu produktif yang dikerjakan selama satu tahun, dengan rumus sebagai berikut:
Jumlah karyawan = Beban kerja karyawan selama satu tahun .......(5) Efektif dan efisien Waktu produktif dalam satu tahun Unit meber memiliki delapan orang karyawan. Terdiri dari lima orang Karyawan Harian Tetap (KHT) dan tiga orang Karyawan Harian Lepas (KHL) berdasarkan perhitungan jumlah PBK III maka unit meber memiliki 10.854,7 beban kerja per tahun. Untuk menghitung jumlah karyawan yang efisien maka dilakukan perhitungan sebagai berikut: Unit Meber = 10.854,7 = 5,34 2030 Berdasarkan
perhitungan
tersebut
dilakukan
pembulatan
menjadi lima. hal ini berarti bahwa jumlah karyawan pada unit meber yang efektif dan efisien berdasarkan jumlah rata-rata produksi basah 10.670,833 kg/hari berjumlah lima orang. Dalam artian unit meber memiliki kelebihan karyawan sebanyak tiga orang. Untuk melihat hasil analisis PBK III dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel. 17. Pengukuran Beban Kerja III No. Produk/ Hasil Menghasilkan angin dari fan 1. Pemindahan pucuk dari truk ke 2. Withering Through (WT) Hamparan daun teh dalam WT sesuai 3. dengan standar Membersihkan daun dari ulat, 4. batang-batang dan daun-daun tua Menjaga WT agar tetap bersih 5. Laporan kepada mandor meber 6. Jumlah
Beban Kerja 493 986 4060 2900 2175 240,7 10854,7
4.5. Unit Pelayuan
Pelayuan merupakan tahap awal dimana pucuk dipersiapkan untuk diolah lebih lanjut. Pelayuan bertujuan untuk menurunkan kadar air pucuk daun teh menjadi 68% hingga 74%. Pelayuan akan menyebabkan perubahan senyawa-senyawa kimia yang terkandung di dalam daun. Pelayuan berlangsung selama 10 sampai 14 jam.
Proses pelayuan dihentikan apabila kerataan tingkat kelayuan telah mencapai 90% ditandai dengan lemasnya daun dan jika digenggam tidak menimbulkan patah pada tangkai maupun daun. 4.5.1. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Analisis Pekerjaan
Persepsi responden terhadap permasalahan analisis dan kondisi pekerjaan di unit pelayuan dinilai telah baik. Tabel 18 dan 19 menunjukkan hasil perhitungan skor rataan persepsi responden terhadap permasalahan analisis dan kondisi pekerjaan Tabel 18. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Analisis Pekerjaan di Unit Pelayuan Indikator Permasalahan Skor Rataan Penilaian Pedoman atau petunjuk kerja telah ada Pedoman kerja sudah jelas Tugas dan tanggung jawab kerja sudah jelas Pedoman kerja telah sesuai dengan pengetahuan, kemampuan dan keahlian Atasan telah memberikan bimbingan dalam melaksanakan pekerjaan Tugas dan tanggung jawab telah sesuai dengan kemampuan dan keahlian Tugas dan kewajiban telah dilaksanakan sesuai dengan pedoman kerja Kemampuan dan keterampilan telah sesuai dengan pekerjaan Pengetahuan dan pendidikan yang dimiliki sudah memenuhi kualifikasi pekerjaan Kemampuan untuk menangkap adanya penyimpangan atau hambatan dengan segera mengambil keputusan Pelatihan dan kursus telah rutin dilakukan Pelatihan dan kursus telah sesuai dengan tugas dan pekerjaan Rata-rata
3,69 3,31 3,69
Setuju Cukup setuju Setuju
3,31
Cukup setuju
3,15
Cukup setuju
3,38
Cukup setuju
3,38
Cukup setuju
3,46
Setuju
3,46
Setuju
3,46
Setuju
3,53 3,53
Setuju Setuju
3,68
Setuju
Karyawan menilai atasan kurang memberikan bimbingan kepada bawahan. Hal tersebut berindikasi pada penilaian cukup baik yaitu sebesar 3,15 yang merupakan nilai terendah. Seringnya komunikasi antara atasan dan bawahan akan meningkatkan motivasi kerja karyawan.
4.5.2. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Kondisi Pekerjaan
Kondisi kerja pada unit pelayuan telah dinilai baik. Responden menilai kelengkapan sarana kerja telah memadai. Hal tersebut berdasarkan
penilaian
tertinggi
persepsi
responden
terhadap
permasalahan kondisi kerja yaitu sebesar 3,76. Tabel 19. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Kondisi Pekerjaan di Unit Pelayuan Indikator Permasalahan Kelengkapan sarana telah memadai Kondisi dan lingkungan kerja mendukung pekerjaan dan tugas yang dilakukan Lembur dilakukan jika produksi meningkat Rotasi pekerjaan antar karyawan telah sesuai Jumlah karyawan telah sesuai Pada saat produksi meningkat diperlukan tambahan karyawan Penempatan kerja telah sesuai dengan kemampuan, keahlian dan pendidikan Hubungan kerjasama antara karyawan dengan atasan telah dilakukan dengan baik Rata-rata
Skor Rataan 3,76 3,69
Penilaian Setuju Setuju
3,2
Cukup setuju
3,46
Setuju
3,46 3,62
Setuju Setuju
3,31
Cukup setuju
3,62
Setuju
3,73
Setuju
Penilaian terendah terdapat pada insentif kerja lembur yang dirasa kurang oleh karyawan. Hal tersebut menjadi keluhan karyawan pada saat kerja lembur. 4.5.3. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Kinerja
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari skor rataan Tabel 20, semua penilaian berindikasi pada penilaian cukup baik. Persepsi responden terhadap permasalahan kinerja dinilai cukup baik. Karyawan menilai telah melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik sesuai dengan pedoman kerja walaupun pada saat pelaksanaannya tugas untuk masing-masing karyawan masih belum jelas. karyawan menilai bahwa jam kerja tidak sesuai dengan beban kerja kondisi ini terjadi pada saat permintaan konsumen sedang meningkat.
Tabel 20. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Kinerja di Unit Pelayuan Indikator Permasalahan Jam kerja telah sesuai dengan beban kerja Tugas dan pekerjaan telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan pedoman Atasan telah puas terhadap penyelesaian tugas Beban kerja telah sesuai dengan kemampuan Evaluasi beban kerja telah dilakukan Kemampuan adaptasi terhadap perubahan dan ide-ide baru Evaluasi pekerjaan rutin dilakukan Kemampuan mengenali masalah dan mencari solusi Ketelitian dalam menjaga kualitas pekerjaan Kemampuan membuat keputusan yang tepat dalam bekerja Rata-rata
Skor Rataan 3,15 3,46
Penilaian Cukup setuju Setuju
3,31
Cukup setuju
3,38
Cukup setuju
3,38 3,38
Cukup setuju Cukup setuju
3,38 3,31
Cukup setuju Cukup setuju
3,38
Cukup setuju
3,38
Cukup setuju
3,35
Cukup setuju
4.5.4. Analisis Permasalahan yang Dihadapi Unit Pelayuan
Pada unit pelayuan diperlukan ketelitian karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya. Karyawan harus mengetahui tingkat kelayuan daun sehingga hasil pelayuan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Disamping itu, karyawan juga harus melakukan proses pelayuan dengan benar agar kelayuan daun merata sehingga dapat dihasilkan teh dengan kualitas yang baik. Hubungan komunikasi yang kurang, insentif lembur yang kecil, dan tidak sesuainya jam kerja dengan beban kerja merupakan permasalahan yang terdapat pada bagian pelayuan. 4.5.5. Pengukuran Beban Kerja I
Hamparan daun yang terdapat pada unit pelayuan sama dengan pada unit pemeberan karena WT digunakan selain sebagai tempat hamparan daun teh juga digunakan untuk pelayuan. Berdasarkan waktu pada dilakukannya penelitian terdapat 10 hamparan atau 10 WT (Withering Trough). Pembalikan daun teh dilakukan hanya satu kali untuk meratakan kadar air yang terdapat dalam daun. Rincian deskripsi
pekerjaan dan rincian produk serta frekuensi selama satu tahun dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel. 21. Pengukuran Beban Kerja I No. Rincian Tugas 1. 2.
3. 4.
5.
Menurunkan kadar air pada daun segar sehingga hasil pelayuan sesuai standar Membalikkan pucuk dengan cara yang benar sesuai dengan standar perlakuan pelayuan Menjaga kebersihan WT, alat-alat dan ruangan Mencapai persentase kerataan layuan minimal 90% dan MC layuan sesuai standar Bertanggung jawab kepada Mandor pelayuan
Produk/Hasil Daun menjadi layu
Frekuensi dalam 1 Tahun 870 kali
Kelayuan daun merata
290 kali
Menjaga hygienitas alatalat dan ruangan Daun menjadi lemas dan jika digenggam tidak menimbulkan patah pada tangkai maupun daun Laporan kepada mandor pelyuan
290 kali 290 kali
580 kali
4.5.6. Pengukuran Beban Kerja II
Rincian proses pada unit pelayuan mulai dari mengambil sampel daun sehingga dapat diketahui apakah daun yang telah dilayukan telah mencapai standar kelayuan yaitu sebesar 68 hingga 78%. Selanjutnya daun tersebut dibalikkan untuk mencapai kerataan layuan. Proses membalikkan daun tidak terlepas dari pucuk daun yang berceceran untuk itu kebersihan daerah sekitar WT perlu diperhatikan untuk menjaga hygienitas teh yang akan dihasilkan. Tugas yang terakhir untuk unit pelayuan yaitu memberikan laporan kepada mandor pelayuan. Laporan dilakukan sebanyak tiga kali per hari yaitu laporan kadar air awal sebelum dilayukan, kadar air ketika akan dibalikkan dan setelah dibalikkan. Untuk mengetahui hasil analisis PBK II dapat dilihat pada Lampiran 3. 4.5.7. Pengukuran Beban Kerja III
Unit pelayuan memiliki jumlah karyawan sebanyak delapan orang karyawan dengan jumlah KHT sebanyak enam orang dan KHL sebanyak dua orang. Berdasarkan hasil perhitungan PBK III, diketahui
bahwa unit pelayuan memiliki jumlah beban kerja sebanyak 7540. Berikut perhitungan jumlah karyawan yang efektif dan efisien. Unit Pelayuan = 7540 = 3,714 2030 Hasil perhitungan tersebut selanjutnya dilakukan pembulatan menjadi empat. Hal ini berarti pada unit pelayuan jumlah karyawan yang efektif dan efisien sebanyak empat orang dan unit pelayuan memiliki kelebihan karyawan sebanyak empat orang. Rincian PBK III mengenai waktu proses pengerjaan dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Pengukuran Beban Kerja III No. Produk/ Hasil Pucuk daun teh menjadi layu 1. Kelayuan daun merata 2. Menjaga hygienitas alat-alat dan 3. ruangan Daun menjadi lemas jika 4. digenggam, tidak menimbulkan patah pada tangkai maupun daun Laporan kepada mandor pelayuan 5.
Beban Kerja
Jumlah
2175 1450 1450 2030 435 7540
4.6. Unit Penggilingan dan Oksidasi Enzymatis
Pada unit penggilingan dan oksidasi enzymatis sebagian besar dilakukan dengan menggunakan mesin mulai dari pucuk yang layu dicurahkan melalui sebuah lubang persegi empat ke dalam Green Leaf Sifter (GLS). GLS berfungsi untuk memisahkan pucuk dari benda asing dengan cara diayak. Setelah pucuk bebas dari benda asing, lalu pucuk dihancurkan dan dipotong oleh mesin Barbara Leaf Conditioner (BLC) dengan ukuran masih kasar. Hasil gilingan dari BLC diteruskan ke mesin Crushing Tearing Curling (CTC) yang berfungsi untuk memotong, menyobek, dan menggulung daun. CTC terdiri atas tiga mesin CTC I, CTC II, CTC III. Proses oksidasi enzimetis membuat teh yang telah digiling dari mesin CTC mengalami perubahan warna dari hijau tua menjadi coklat tua. Setelah itu bubuk teh dihamparkan pada mesin Fermenting Unit (FU) dengan tebal hamparan 6 cm sampai 10 cm. FU dilengkapi dengan spiral yang berfungsi
untuk meratakan ketebalan hamparan dan agitator untuk mengangkat dan membalik bubuk teh agar proses oksidasi merata. Lama proses oksidasi enzimetis ditentukan oleh Green Dhool Test yaitu suatu pengujian untuk menilai rasa, aroma, dan warna air seduhan sebagai penentu lama proses yang optimal. Proses oksidasi enzimatis berlangsung selama 60 menit sampai 100 menit dengan hasil akhir menunjukkan perubahan pada warna bubuk teh dari hijau berangsur menjadi coklat kehitaman. 4.6.1. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Analisis Pekerjaan
Sebagian besar persepsi responden pada unit penggilingan dan oksidasi enzymatis terhadap permasalahan analisis pekerjaan, kondisi kerja dan kinerja menunjukkan penilaian cukup baik. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 23, 24 dan 25. Tabel 23. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Analisis Pekerjaan di Unit Penggilingan dan Oksidasi Enzymatis Indikator Permasalahan Pedoman atau petunjuk kerja telah ada Pedoman kerja sudah jelas Tugas dan tanggung jawab kerja sudah jelas Pedoman kerja telah sesuai dengan pengetahuan, kemampuan dan keahlian Atasan telah memberikan bimbingan dalam melaksanakan pekerjaan Tugas dan tanggung jawab telah sesuai dengan kemampuan dan keahlian Tugas dan kewajiban telah dilaksanakan sesuai dengan pedoman kerja Kemampuan dan keterampilan telah sesuai dengan pekerjaan Pengetahuan dan pendidikan yang dimiliki sudah memenuhi kualifikasi pekerjaan Kemampuan untuk menangkap adanya penyimpangan atau hambatan dengan segera mengambil keputusan Pelatihan dan kursus telah rutin dilakukan Pelatihan dan kursus telah sesuai dengan tugas dan pekerjaan Rata-rata
Skor Rataan 4 4,13 3 3
Penilaian Setuju Setuju Cukup setuju Cukup setuju
3,38
Cukup setuju
3
Cukup setuju
3
Cukup setuju
3,13
Cukup setuju
3,63
Setuju
3
Cukup setuju
3 3
Cukup setuju Cukup setuju
3,27
Cukup setuju
Pelatihan dan kursus untuk unit penggilingan dan oksidasi enzymatis pada tahun 2007 baru dilakukan satu kali yaitu pelatihan penyegaran (internal) pada bulan Februari yang berkaitan dengan Good
Manufacturing Practice (GMP) dan Hazard Analysis Critical Control Point
(HACCP).
Pelatihan
penyegaran
dimaksudkan
untuk
mengevaluasi kembali tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk masing-masing karyawan. 4.6.2. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Kondisi Pekerjaan
Persepsi
responden
terhadap
kondisi
kerja
pada
unit
penggilingan dan oksidasi enzymatis dinilai cukup baik. Hal tersebut berdasarkan rata-rata nilai skor rataan yaitu sebesar 3,21. Rincian nilai skor rataan dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel. 24. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Kondisi Pekerjaan di Unit Penggilingan dan Oksidasi Enzymatis Indikator Permasalahan Kelengkapan sarana telah memadai Kondisi dan lingkungan kerja mendukung pekerjaan dan tugas yang dilakukan Lembur dilakukan jika produksi meningkat Rotasi pekerjaan antar karyawan telah sesuai Jumlah karyawan telah sesuai Pada saat produksi meningkat diperlukan tambahan karyawan Penempatan kerja telah sesuai dengan kemampuan, keahlian dan pendidikan Hubungan kerjasama antara karyawan dengan atasan telah dilakukan dengan baik Rata-rata
Skor Rataan 3,75 3,5
Penilaian Setuju Setuju
3 3 2,88 2,63
Cukup setuju Cukup setuju Cukup setuju Cukup setuju
3,88
Cukup setuju
3
Setuju
3,21
Cukup setuju
Berdasarkan hasil nilai skor rataan nilai terendah terdapat pada kurangnya jumlah karyawan pada saat produksi meningkat yang mengharuskan karyawan kerja lembur. Walaupun sebagian besar pekerjaan dilakukan oleh mesin namun karena kendala teknologi mesin yang belum begitu canggih, sehingga masih perlu dilakukan pengawasan terhadap mesin setiap saat. Pengawasan dilakukan setiap jam dengan cara gilir jaga masing-masing karyawan mendapat giliran jaga sebanyak dua jam secara bergantian, karena kondisi ruangan yang tidak memungkin karyawan dalam waktu lama berada di dalam ruangan yang bising. Dengan adanya gilir jaga diharapkan produktivitas kerja karyawan tetap optimal.
4.6.3. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Kinerja
Tabel 25. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Kinerja di Unit Penggilingan dan Oksidasi Enzymatis Indikator Permasalahan Jam kerja telah sesuai dengan beban kerja Tugas dan pekerjaan telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan pedoman Atasan telah puas terhadap penyelesaian tugas Beban kerja telah sesuai dengan kemampuan Evaluasi beban kerja telah dilakukan Kemampuan adaptasi terhadap perubahan dan ide-ide baru Evaluasi pekerjaan rutin dilakukan Kemampuan mengenali masalah dan mencari solusi Ketelitian dalam menjaga kualitas pekerjaan Kemampuan membuat keputusan yang tepat dalam bekerja Rata-rata
Skor Rataan 2,5 3
Penilaian Tidak setuju Cukup setuju
2,38
Tidak setuju
3 3,75 3
Cukup setuju Setuju Cukup setuju
3,5 3
Setuju Cukup setuju
3 3
Cukup setuju Cukup setuju
3,01
Cukup setuju
Skor rataan menunjukkan penilaian karyawan terhadap jam kerja tidak sesuai dengan beban kerja karyawan. Pada unit penggilingan proses produksi dijalankan dengan mesin yang setiap saat harus selalu dalam pengawasan agar tidak terjadi kendala atau kerusakan mesin yang dapat menghambat pengolahan teh. Sedangkan kondisi pabrik berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara kepada mandor penggilingan dan oksidasi enzymatis, karyawan merasakan kondisi kerja sangat bising karena sebagian besar pekerjaan dijalankan oleh mesin. 4.6.4. Analisis Permasalahan yang Dihadapi Unit Penggilingan dan Oksidasi Enzymatis
Sebagian besar pekerjaan pada unit penggilingan dan oksidasi enzymatis dilakukan oleh mesin. Kondisi tersebut menyebabkan suasana kerja yang kurang nyaman bagi karyawan, karena adanya suara bising dari mesin, sehingga karyawan merasa beban kerjanya cukup berat. Pada unit ini diperlukan karyawan yang memiliki kemampuan mengoperasikan dan pengetahuan tentang mesin sehingga proses oksidasi dapat berjalan dengan baik.
4.6.5. Pengukuran Beban Kerja I
Pada unit penggilingan dan oksidasi enzymatis sebagian besar pekerjaan dilakukan oleh mesin sehingga karyawan hanya bertugas untuk mengawasi jalannya mesin agar dapat berjalan sebagaimana mestinya. Pada saat bahan baku diatas standar minimum rata-rata yaitu kurang dari ±12.000 kg maka digunakan dua line mesin sedangkan untuk produksi dibawah ±12.000 kg hanya digunakan satu line mesin. Berdasarkan rata-rata produksi basah dua triwulan pertama pada tahun 2007 maka mesin yang digunakan yaitu satu line mesin. Hal tersebut dengan memperhitungkan jumlah kapasitas bahan bakar (ADO) yang digunakan mesin yaitu sebesar 250 kg basah per 60 liter. Maka untuk mengoptimalkan penggunakan mesin maka digunakan satu line mesin dengan demikian efektifitas kerja karyawan akan juga akan optimal. Rincian mengenai deskripsi pekerjaan pada unit penggilingan dan oksidasi enzymatis dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel. 26. Pengukuran Beban Kerja I No Rincian Tugas 1.
2.
3.
4. 5.
Mengoperasikan mesin penggilingan sesuai dengan skema giling yang telah ditetapkan Melaksanakan pekerjaan penggilingan, pengayakan dan oksidasi enzymatis sesuai dengan skema giling yang ditetapkan agar diperoleh firing order yang tepat Menjaga, memelihara, merawat mesin dan fasilitas giling serta memelihara kebersihan dan hygienitas ruang dan alat Menangani limbah diruang giling sesuai dengan standar Bertanggung jawab kepada Mandor penggilingan dan oksidasi enzymatis
Produk/Hasil Mesin dapat berjalan sebagaimana harusnya
Frekuensi dalam 1 Tahun 290 kali
Menghasilkan daun teh yang sesuai dengan standar
2030kali
Mesin, ruang dan alat-alat menjadi bersih
290 kali
Ruangan terhindar dari limbah debu
2030 kali
Laporan kepada mandor penggilingan dan oksidasi enzymatis
1160 kali
4.6.6. Pengukuran Beban Kerja II
Rincian proses penggilingan dan oksidasi enzymatis mulai dari memeriksa mesin penggilingan dan oksidasi enzymatis sebanyak satu kali dalam satu hari, mengoperasikan mesin satu kali per hari, mengamati jalannya proses penggilingan dan oksidasi enzymatis sebanyak tujuh kali per hari berarti setiap saat mesin harus selalu diawasi, mengambil sampel hasil penggilingan untuk diserahkan kepada bagian uji mutu teh sebanyak tiga kali per hari, menjaga kebersihan ruangan, alat dan mesin sebanyak sebanyak satu kali per hari yaitu setelah proses penggilingan dan oksidasi enzymatis selesai, menangani limbah debu yang dapat mencemari proses hygienitas enzymatis setiap jam per hari serta laporan tanggung jawab kepada mandor penggilingan dan oksodasi enzymatis sebanyak empat kali per hari yaitu laporan sampel bubuk teh dan laporan akhir atas keseluruhan jumlah produksi pada unit penggilingan dan oksidasi enzymatis. Rincian tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3. 4.6.7. Pengukuran Beban Kerja III
Unit penggilingan dan oksidasi enzymatis memiliki lima karyawan yang terdiri dari empat KHT dan satu KHL. Berdasarkan perhitungan PBK III maka dapat diketahui jumlah beban kerja pada unit penggilingan dan oksidasi enzymatis yaitu sebesar 4750. Berdasarkan jumlah beban kerja tersebut maka dapat diketahui jumlah karyawan yang efektif dengan perhitungan sebagai berikut: Unit Penggilingan dan Oksidasi Enzymatis = 4750 = 2,33 2030 Nilai 2,33 dilakukan pembulatan menjadi dua. hal tersebut berarti bahwa pada unit penggilingan dan oksidasi enzymatis jumlah karyawan yang efektif dan efisien sebanyak dua orang. Oleh karena itu unit penggilingan dan oksidasi enzymatis memiliki kelebihan karyawan sebanyak tiga orang. Rincian mengenai beban kerja dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Pengukuran Beban Kerja III No. Produk/ Hasil 1. Mesin dapat berjalan dengan baik 2. Menghasilkan bubuk daun teh yang sesuai dengan standar 3. Mesin, ruang dan alat-alat menjadi bersih 4. Ruangan terhindar dari limbah debu 5. Laporan kepada mandor penggilingan dan oksidasi enzymatis Jumlah
Beban Kerja 870 1015 1740 1015 110
4750
4.7. Unit Pengeringan
Unit pengeringan bertujuan untuk menghentikan proses oksidasi enzimatis, membunuh mikroorganisme, dan menurunkan kadar air hingga 2,5% sampai 3%. Proses pengeringan dilakukan selama 15 menit sampai 18 menit menggunakan mesin Fluidized Bed Dryer (FBD) yang memiliki tujuh seksi dengan enam tray dan satu cooling fan (kipas pendingin). Udara panas dialirkan masuk ke dalam tray dengan suhu antara 100°C sampai 120 ºC sedangkan suhu yang keluar dari FBD (outlet) berkisar antara 80ºC sampai 105ºC. Mesin lain yang digunakan pada proses pengeringan adalah Heat Exchanger (HE) yang berfungsi menghasilkan udara panas bersih yang bercampur dengan udara segar dari ruangan. Udara kotor dibuang melalui ducting (lorong). Bubuk teh hasil pengeringan berwarna hitam mengkilat, kering dan tidak menggumpal serta memiliki aroma yang khas. 4.7.1. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Analisis Pekerjaan
Persepsi responden terhadap permasalahan analisis pekerjaan di unit pengeringan menunjukkan skor rataan pada penilaian cukup baik. Hal tersebut berdasarkan pada penilaian skor rataan sebesar 3,22. nilai skor rataan dapat dilihat pada Tabel 28. Penilaian terendah terdapat pada kurangnya pengetahuan, kemampuan dan keahlian karyawan karena pelatihan yang tidak rutin dilakukan. Hal tersebut akan berdampak pada tugas dan tanggung jawab kerja karyawan yang belum dapat dilaksanakan dengan baik.
Tabel 28. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Analisis Pekerjaan di Unit Pengeringan Indikator Permasalahan Pedoman atau petunjuk kerja telah ada Pedoman kerja sudah jelas Tugas dan tanggung jawab kerja sudah jelas Pedoman kerja telah sesuai dengan pengetahuan, kemampuan dan keahlian Atasan telah memberikan bimbingan dalam melaksanakan pekerjaan Tugas dan tanggung jawab telah sesuai dengan kemampuan dan keahlian Tugas dan kewajiban telah dilaksanakan sesuai dengan pedoman kerja Kemampuan dan keterampilan telah sesuai dengan pekerjaan Pengetahuan dan pendidikan yang dimiliki sudah memenuhi kualifikasi pekerjaan Kemampuan untuk menangkap adanya penyimpangan atau hambatan dengan segera mengambil keputusan Pelatihan dan kursus telah rutin dilakukan Pelatihan dan kursus telah sesuai dengan tugas dan pekerjaan Rata-rata
Skor Rataan 3,67 4 3 3
Penilaian Setuju Setuju Cukup setuju Cukup setuju
3,33
Cukup setuju
3
Cukup setuju
3
Cukup setuju
3,67
Setuju
3
Cukup setuju
3
Cukup setuju
3 3
Cukup setuju Cukup setuju
3,22
Cukup setuju
4.7.2. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Kondisi Pekerjaan
Tabel 29.
Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Kondisi Pekerjaan di Unit Pengeringan
Indikator Permasalahan Kelengkapan sarana telah memadai Kondisi dan lingkungan kerja mendukung pekerjaan dan tugas yang dilakukan Lembur dilakukan jika produksi meningkat Rotasi pekerjaan antar karyawan telah sesuai Jumlah karyawan telah sesuai Pada saat produksi meningkat diperlukan tambahan karyawan Penempatan kerja telah sesuai dengan kemampuan, keahlian dan pendidikan Hubungan kerjasama antara karyawan dengan atasan telah dilakukan dengan baik Rata-rata
Skor Rataan 3 2
Penilaian Cukup setuju Tidak setuju
3 3
Cukup setuju Cukup setuju
3 2,3
Cukup setuju Tidak setuju
3
Cukup setuju
3,67
Setuju
2,87
Cukup setuju
Pada persepsi responden terhadap permasalahan kondisi pekerjaan, karyawan menilai kondisi dan lingkungan kerja tidak mendukung karena mesin pengeringan mengeluarkan suhu udara yang cukup panas. Begitu pula terhadap penambahan jumlah karyawan pada
saat produksi meningkat, dirasakan tidak perlu karena pada unit pengeringan sebagian besar pekerjaan dilakukan oleh mesin. 4.7.3. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Kinerja
Tabel 30. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Kinerja di Unit Pengeringan Indikator Permasalahan Jam kerja telah sesuai dengan beban kerja Tugas dan pekerjaan telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan pedoman Atasan telah puas terhadap penyelesaian tugas Beban kerja telah sesuai dengan kemampuan Evaluasi beban kerja telah dilakukan Kemampuan adaptasi terhadap perubahan dan ide-ide baru Evaluasi pekerjaan rutin dilakukan Kemampuan mengenali masalah dan mencari solusi Ketelitian dalam menjaga kualitas pekerjaan Kemampuan membuat keputusan yang tepat dalam bekerja Rata-rata
Skor Rataan 2,67 3
Penilaian Cukup setuju Cukup setuju
3
Cukup setuju
3,67
Setuju
3 3
Cukup setuju Cukup setuju
4 3
Setuju Cukup setuju
3,33
Cukup setuju
3
Cukup setuju
3,17
Cukup setuju
Karyawan menilai jam kerja belum sesuai dengan beban kerja. Hal tersebut berkaitan pula dengan kondisi kerja yang tidak nyaman sehingga karyawan merasa beban kerjanya berat walaupun sebagian besar pekerjaan dilakukan oleh mesin. Kondisi pada unit pengeringan hampir sama dengan unit penggilingan dan oksidasi enzymatis dimana karyawan merasa beban kerja yang diberikan cukup berat karena pengaruh kondisi teknologi mesin yang masih belum cukup canggih. 4.7.4. Analisis Permasalahan yang Dihadapi Unit Pengeringan
Penggunaan mesin-mesin pada unit pengeringan menyebabkan kondisi kerja tidak nyaman dan tidak sehat bagi karyawan karena pada unit pengeringan mesin mengeluarkan suara bising dan suhu udara yang panas sehingga karyawan merasa beban kerjanya cukup berat. Kondisi demikian menyebabkan kinerja karyawan tidak optimal dan tujuan perusahaan dapat terhambat.
4.7.5. Pengukuran Beban Kerja I Tabel. 31. Pengukuran Beban Kerja I No Rincian Tugas 1.
2. 3. 4. 5.
Memasukkan teh oksidasi enzymatis ke mesin pengering, mengumpulkan dan mengirimkan hasil keringan ke bagian sortasi Mengendalikan temperatur inlet dan outlet Menjaga kebersihan dan hygienitas mesin atau alat-alat dan ruangan Menangani limbah debu pengeringan sesuai dengan standar Bertanggung jawab kepada Mandor pengeringan
Produk/Hasil
Menghentikan proses oksidasi enzymatis, membunuh mikroorganisme dan menurunkan kadar air 2,5-3% Mengatur udara panas yang akan dialirkan Menghasilkan bubuk teh yang hygienis dan berkualitas baik Ruangan terhindar dari limbah debu Laporan kepada mandor pengeringan
Frekuensi dalam 1 Tahun 870 kali
870 kali 290 kali 870 kali 2030 kali
Unit selanjutnya setelah unit penggilingan dan oksidasi yaitu unit pengeringan. Di unit pengeringan daun teh akan mengalami beberapa proses, diantaranya yaitu dihentikannya proses oksidasi enzymatis, membunuh mikroorganisme dan menurunkan kadar air 2,5% sampai 3%. Proses ini dilakukan oleh mesin dalam suhu 100°C hingga 120 ºC hingga tercapai standar mutu teh yang baik. 4.7.6. Pengukuran Beban Kerja II
Rincian pada proses pengeringan mulai dari proses mengamati jalannya mesin pengeringan sebanyak tiga kali per hari, mengendalikan temperatur inlet dan outlet tiga kali per hari, menjaga kebersihan dan hygienitas ruangan, alat-alat dan mesin sebanyak satu kali per hari sesudah proses produksi. Menangani limbah debu dari proses pengeringan sebanyak tiga kali per hari serta bertanggung jawab kepada mandor pengeringan sebanyak tujuh kali per hari, rincian PBK II terdapat pada Lampiran 3. 4.7.7. Pengukuran Beban Kerja III
Unit pengeringan memiliki jumlah karyawan sebanyak lima orang yang terdiri dari tiga KHT dan dua KHL. Untuk mengetahui
berapa jumlah efektif dan efisien karyawan bagian unit pengeringan maka dilakukan perhitungan sebagai berikut : Unit Pengeringan = 8120 = 4 2030 Berdasarkan beban kerja sebanyak 8120 maka dapat diketahui bahwa
jumlah karyawan yang efektif dan efisien sebanyak empat
orang. Berarti unit pengeringan memiliki kelebihan jumlah karyawan sebanyak satu orang. Rincian PBK III terdapat pada tabel berikut. Tabel. 32. Pengukuran Beban Kerja III No. Produk/ Hasil 1. Menghentikan proses oksidasi enzymatis, membunuh mikroorganisme dan menurunkan kadar air 2,5-3% 2. Mengatur udara panas yang akan dialirkan 3. Menghasilkan bubuk teh yang berkualitas baik 4. Ruangan terhindar dari limbah debu 5. Laporan harian Jumlah
Beban Kerja 2610 2175 1450 870 1015 8120
4.8. Unit Sortasi
Pada unit sortasi bertujuan memisahkan bubuk teh berdasarkan berat dan ukuran pertikel sehingga diperoleh jenis teh yang memiliki ukuran dan bentuk yang seragam. Alat yang pertama digunakan dalam proses sortasi adalah midleton yang berfungsi untuk memisahkan fraksi kasar dan halus. Midleton memiliki dua jenis mesh, yaitu mesh 12 dengan ayakan berukuran 5 mm. bubuk teh polos pada mesh ini, masuk jalur A. mesh yang kedua yaitu mesh 12 dengan ayakan 8 mm. bubuk teh yang lolos pada mesh ini, masuk ke lajur B. kapasitas midleton antara 400 sampai 450 kg. Pada lajur A, teh diterusakan ke mesin Vibro Blank yang berfungsi untuk memisahkan serat dari bubuk teh kering. Vibro Blank memiliki empat corong tempat pengeluaran bubuk teh, tetapi bubuk teh yang keluar belum memiliki nama jenis. Kemudian bubuk teh masuk ke Vibro Mesh untuk dipisahkan partikel tiap jenis.
4.8.1. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Analisis Pekerjaan
Tabel 33.
Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Analisis Pekerjaan di Unit Sortasi
Indikator Permasalahan Pedoman atau petunjuk kerja telah ada Pedoman kerja sudah jelas Tugas dan tanggung jawab kerja sudah jelas Pedoman kerja telah sesuai dengan pengetahuan, kemampuan dan keahlian Atasan telah memberikan bimbingan dalam melaksanakan pekerjaan Tugas dan tanggung jawab telah sesuai dengan kemampuan dengan pekerjaan Tugas dan kewajiban telah dilaksanakan sesuai dengan pedoman kerja Kemampuan dan keterampilan telah sesuai dengan kemampuan Pengetahuan dan pendidikan yang dimiliki sudah memenuhi kualifikasi pekerjaan
Skor Rataan 3,87 3 3 3
Penilaian Setuju Cukup setuju Cukup setuju Cukup setuju
2,88
Cukup setuju
3
Cukup setuju
3,5
Setuju
3
Cukup setuju
3,63
Setuju
Kemampuan untuk menangkap adanya penyimpangan atau hambatan dengan segera mengambil keputusan Pelatihan dan kursus telah rutin dilakukan Pelatihan dan kursus telah sesuai dengan tugas dan pekerjaan Rata-rata
3
Cukup setuju
2,75 3
Cukup setuju Cukup setuju
3,14
Cukup setuju
Penilaian analisis permasalahan yang dihadapi unit sortasi sebagian besar berindikasi pada penilaian cukup baik. Tabel 33. menunjukkan karyawan telah melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan pedoman kerja. Selain itu, karyawan menilai pengetahuan dan pendidikan yang dimiliki sudah memenuhi kualifikasi pekerjaan sekarang. Penilaian terendah terdapat pada pelatihan kerja karyawan karena pelatihan hanya dilakukan pada dua kali dalam satu tahun yaitu pelatihan penyegaran (internal) dan pelatihan in house training (internal). 4.8.2. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Kondisi Pekerjaan
Responden pada unit sortasi menilai bahwa kondisi kerja pada unit sortasi berindikasi cukup baik berdasarkan nilai skor rata-rata sebesar 2,94. Nilai terendah terdapat pada kerja lembur. Berdasarkan wawancara dengan mandor sortasi, adanya lembur pada saat produksi
meningkat sering dikeluhkan oleh karyawan karena jumlah insentif yang diberikan menurut karyawan sangat kecil. Tabel 34. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Kondisi Pekerjaan di Unit Sortasi Indikator Permasalahan Kelengkapan sarana telah memadai Kondisi dan lingkungan kerja mendukung pekerjaan dan tugas yang dilakukan Lembur dilakukan jika produksi meningkat Rotasi pekerjaan antar karyawan telah sesuai Jumlah karyawan telah sesuai Pada saat produksi meningkat diperlukan tambahan karyawan Penempatan kerja telah sesuai dengan kemampuan, keahlian dan pendidikan Hubungan kerjasama antara karyawan dengan atasan telah dilakukan dengan baik Rata-rata
Skor Rataan 3 3
Penilaian Cukup setuju Cukup setuju
2,63 3 3 2,75
Cukup setuju Cukup setuju Cukup setuju Cukup setuju
3,13
Cukup setuju
3
Cukup setuju
2,94
Cukup setuju
4.8.3. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Kinerja
Permasalahan kinerja pada unit sortasi dinilai cukup baik. Hal tersebut terlihat dari nilai tertinggi yaitu pada ketelitian karyawan dalam bekerja. Nilai skor rataan mengenai permasalahan kinerja dapat dilihat pada Tabel 35. Tabel 35. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Kinerja di Unit Sortasi Indikator Permasalahan Jam kerja telah sesuai dengan beban kerja Tugas dan pekerjaan telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan pedoman Atasan telah puas terhadap penyelesaian tugas Beban kerja telah sesuai dengan kemampuan Evaluasi beban kerja telah dilakukan Kemampuan adaptasi terhadap perubahan dan ide-ide baru Evaluasi pekerjaan rutin dilakukan Kemampuan mengenali masalah dan mencari solusi Ketelitian dalam menjaga kualitas pekerjaan Kemampuan membuat keputusan yang tepat dalam bekerja Rata-rata
Skor Rataan
Penilaian
3 3,5
Cukup setuju Setuju
3,13
Cukup setuju
3
Cukup setuju
3,5 3
Cukup setuju Cukup setuju
3 3
Cukup setuju Cukup setuju
3,63
Setuju
3
Cukup setuju
3,18
Cukup setuju
4.8.4. Analisis Permasalahan yang Dihadapi Unit Sortasi
Pada unit sortasi diperlukan ketelitian karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. Disamping itu, pada unit ini diperlukan karyawan yang memiliki kemampuan mengoperasikan mesin sortasi sehingga mesin dapat berjalan sebagaimana mestinya. Oleh karena tuntutan hal tersebut, terdapat beberapa permasalahan yang perlu ditangani oleh pihak PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas yaitu kurangnya pelatihan, insentif yang kecil, serta kurangnya koordinasi antara atasan dan bawahan. 4.8.5. Pengukuran beban Kerja I
Pada unit sortasi dapat diketahui bebagai macam jenis teh berdasarkan tingkat kualitas jenis teh. Hampir semua pekerjaan dilakukan oleh mesin. Bubuk teh yang telah dipisahkan berdasarkan jenisnya, dari mesin akan masuk ke botong yaitu seperti drum yang fungsinya menampung bubuk teh untuk selanjutnya dilakukan penimbangan dan diteruskan ke bagian pengepakan. Rincian deskripsi pekerjaan pada unit sortasi dapat dilihat pada Tabel 36. Tabel. 36. Pengukuran Beban Kerja I No Rincian Tugas 1. 2.
3.
4. 5. 6.
7.
Mengoperasikan mesin sortasi Melaksanakan sortasi teh kering sesuai dengan skema sortasi yang ditetapkan Menyerahkan hasil sortasi kepada mandor sortasi dan mandor besar untuk diperiksa dan ditimbang Menyimpan hasil sortasi kedalam peti miring Menjaga hygienitas mesin atau alat-alat dan ruangan Menangani debu dan bubuk hasil sortasi agar tidak mencemari lingkungan Bertanggung jawab kepada Mandor sortasi
Produk/Hasil
Mesin berjalan sebagaimana harusnya Memisahkan fraksi kasar dan halus, memisahkan serat dan bubuk teh Mengetahui jumlah total bubuk teh berdasarkan jenis masing-masing Menyiapkan bubuk teh yang akan di pak Menjaga agar bubuk teh tetap baik Menghindari pencemaran lingkungan Laporan kepada mandor sortasi
Frekuensi dalam 1 Tahun 870 kali 870 kali
2030 kali
2320 kali 290 kali 870 kali
290 kali
4.8.6. Pengukuran Beban Kerja II
Sortasi merupakan proses pemilihan jenis teh berdasarkan mutu masing-masing. Adapun rincian proses sortasi mulai dari mengoperasikan mesin sortasi tiga kali dalam satu hari, mengamati jalannya mesin sortasi tiga kali per hari dengan perhitungan dua jam satu kali, menyerahkan laporan kepada mandor besar hasil timbangan untuk diperiksa kembali tujuh kali per hari, menyimpan hasil sortasi ke peti miring delapan kali per hari, menjaga hygienitas rungan, mesin, dan alat-alat sortasi delapan kali per hari, menangani limbah debu sebanyak tiga kali per hari serta memberikan laporan kepada mandor Sortasi sebanyak satu kali per hari. Rincian PBK II dapat dilihat pada Lampiran 3. 4.8.7. Pengukuran beban Kerja III Tabel. 37. Pengukuran Beban Kerja III No. Produk/ Hasil 1. Mesin dapat berjalan dengan baik 2. Memisahkan fraksi kasar dan halus serta memisahkan serat dan bubuk teh 3. Mengetahui jumlah total bubuk teh berdasarkan jenis masing-masing 4. Menyiapkan bubuk teh yang akan di pak 5. Menjaga agar bubuk teh tetap baik 6. Menghindari pencemaran lingkungan 7. Laporan harian Jumlah
Beban Kerja 652,5 2610 2375,1 2320 1450 217,5 95,7 9720,8
Berdasarkan PBK III diketahui bahwa jumlah beban kerja pada unit sortasi sebanyak 9720,8 beban kerja. Dengan rincian jumlah karyawan yang ada pada bagian sortasi yaitu sebanyak delapan orang dengan enam orang KHT dan dua orang KHL maka, untuk mengetahui jumlah karyawan yang efektif dan efisien dilakukan perhitungan sebagai berikut : Unit Sortasi = 9720,8 = 4,78 2030
Hasil perhitungan tersebut merupakan jumlah karyawan yang efektif dan efisien untuk unit sortasi. Berdasarkan pembulatan maka karyawan yang efektif dan efisien sebanyak lima orang. Berarti terjadi kelebihan karyawan sebanyak tiga orang. Rincian lampiran PBK III dapat dilihat pada tabel berikut. 4.9. Unit Pengepakan
Proses pengepakan merupakan proses akhir dalam suatu produksi. Proses pengepakan teh diawali dengan mengeluarkan kelas mutu teh yang dipilih dari tea bins (peti piring), kemudian dengan bantuan belt conveyer dimasukkan ke dalam tea bulker, setelah keluar dari tea bulker, teh siap dikemas dengan paper sack (kantong kertas). Lalu dipadatkan dengan tea bag packer dan dipress dengan bag shaver hingga mencapai ketebalan 20 cm. 4.9.1. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Analisis Pekerjaan
Tabel 38. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Analisis Pekerjaan di Unit Pengepakan Indikator Permasalahan Pedoman atau petunjuk kerja telah ada Pedoman kerja sudah jelas Tugas dan tanggung jawab kerja sudah jelas Pedoman kerja telah sesuai dengan pengetahuan, kemampuan dan keahlian Atasan telah memberikan bimbingan dalam melaksanakan pekerjaan Tugas dan tanggung jawab telah sesuai dengan kemampuan dan keahlian Tugas dan kewajiban telah dilaksanakan sesuai dengan pedoman kerja Kemampuan dan keterampilan telah sesuai dengan pekerjaan Pengetahuan dan pendidikan yang dimiliki sudah memenuhi kualifikasi pekerjaan Kemampuan untuk menangkap adanya penyimpangan atau hambatan dengan segera mengambil keputusan Pelatihan dan kursus telah rutin dilakukan Pelatihan dan kursus telah sesuai dengan tugas dan pekerjaan Rata-rata
Tabel
38.
Menunjukkan
Skor Rataan 4 3 3,2 3
Penilaian setuju Cukup setuju Cukup setuju Cukup setuju
3,2
Cukup setuju
3
Cukup setuju
3,8
Setuju
3
Cukup setuju
3,6
Setuju
3
Cukup setuju
2,8 3
Cukup setuju Cukup setuju
3,22
Cukup Setuju
persepsi
responden
terhadap
permasalahan analisis pekerjaan di unit pengepakan berindikasi pada
penilaian cukup baik. Sama halnya pada unit sortasi penilaian terendah untuk permasalahan mengenai analisis pekerjaan terdapat pada kurangnya pelatihan mengenai pengepakan. 4.9.2. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Kondisi Pekerjaan
Tabel 39. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Kondisi Pekerjaan di Unit Pengepakan Indikator Permasalahan Kelengkapan sarana telah memadai Kondisi dan lingkungan kerja mendukung pekerjaan dan tugas yang dilakukan Lembur dilakukan jika produksi meningkat Rotasi pekerjaan antar karyawan telah sesuai Jumlah karyawan telah sesuai Pada saat produksi meningkat diperlukan tambahan karyawan Penempatan kerja telah sesuai dengan kemampuan, keahlian dan pendidikan Hubungan kerjasama antara karyawan dengan atasan telah dilakukan dengan baik Rata-rata
Skor Rataan 3 2,8
Penilaian Cukup setuju Cukup setuju
3,6 3 3 3,6
Setuju Cukup setuju Cukup setuju Setuju
2,8
Cukup setuju
3
Cukup setuju
3,1
Cukup setuju
Persepsi responden terhadap permasahan kondisi kerja pada unit pengepakan yaitu kondisi dan lingkungan kerja yang kurang nyaman, dan penempatan kerja yang masih belum sesuai dengan kemampuan, keahlian dan pendidikan karyawan. Rincian nilai skor rataan untuk permasalahan kondisi perkerjaan pada unit pengepakan dapat dilihat pada Tabel 39. 4.9.3. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Kinerja
Persepsi responden terhadap permasalahan kinerja di unit pengepakan dinilai cukup baik. Karyawan menilai cara kerja saat ini telah baik dan ketelitian dalam menjaga kualitas pekerjaan juga dinilai telah baik. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 39.
Tabel 39. Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Kinerja di Unit Pengepakan Indikator Permasalahan Jam kerja telah sesuai dengan beban kerja Tugas dan pekerjaan telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan pedoman Atasan telah puas terhadap penyelesaian tugas Beban kerja telah sesuai dengan kemampuan Evaluasi beban kerja telah dilakukan Kemampuan adaptasi terhadap perubahan dan ide-ide baru Evaluasi pekerjaan rutin dilakukan Kemampuan mengenali masalah dan mencari solusi Ketelitian dalam menjaga kualitas pekerjaan Kemampuan membuat keputusan yang tepat dalam bekerja Rata-rata
Skor Rataan
Penilaian
3 3,6
Cukup setuju Setuju
3
Cukup setuju
3
Cukup setuju
3 3
Cukup setuju Cukup setuju
3,6 3
Setuju Cukup setuju
3,8
Setuju
3
Cukup setuju
3,2
Cukup setuju
4.9.1. Analisis Permasalahan yang Dihadapi Unit Pengepakan
Pengepakan merupakan proses akhir dalam suatu produksi. Keahlian, ketelitian, dan keterampilan karyawan dalan proses pengepakan sangat penting. Pada akhirnya, dengan kemasan yang baik dan menarik akan menentukan tingkat penjualan teh. Peningkatan mutu dapat berhasil bila dilakukan pelatihan yang rutin namun pada unit pengepakan pelatihan masih khusus untuk pengepakan masih kurang, begitu pula dengan kondisi kerja yang dirasa kurang nyaman karena bersatu dengan gudang penyimpanan sementara teh yang sudah dikemas. Berdasarkan hasil wawancara dengan mandor pengepakan dan seorang karyawan bagian pengepakan yaitu kurangnya perhatian dari pihak atasan dan juga masih rendahnya gaji bagi karyawan. 4.9.5. Pengukuran Beban Kerja I
Unit pengepakan merupakan unit terakhir dalam proses produksi. Pada unit pengepakan terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan sebelum sampai pada tahap penyusunan paper sack di gudang. Tahapan tersebut terdapat pada Tabel. 40.
Tabel. 40. Pengukuran Beban Kerja I No Rincian Tugas 1. 2. 3. 4.
5. 6.
Mempersiapkan paper sack atau karung sesuai dengan rencana pengepakan Mempersiapkan teh dalam bulker siap untuk dipak Mengoperasikan mesin pengepakan dan mengambil teh untuk contoh Menyusun paper sack atau karung hasil pengepakan sesuai aturan penyimpanan papersack atau karung yang ditetapkan Menjaga dan memelihara mesin atau alat-alat dan ruangan pengepakan Bertanggung jawab kepada mandor pengepakan
Produk/Hasil Paper sack yang sesuai dengan standar
Frekuensi dalam 1 Tahun 2320 kali
Teh siap untuk di pak
2900 kali
Teh siap untuk diberi kode berdasarkan kualitas teh Memudahkan pengambilan teh berdasarkan kualitas dari gudang
2320 kali
Menjaga hygienitas teh yang telah di pak
870 kali
Laporan kepada mandor pengepakan
290 kali
2320 kali
4.9.6. Pengukuran Beban Kerja II
Proses pengepakan terdiri dari beberapa job description yang telah ditetapkan. Adapun rincian dari unit pengepakan antara lain yaitu mulai dari memilih paper sack untuk menghindari kebocoran atau sobekan pada paper sack sebanyak delapan kali dalam satu hari, menyiapkan teh dalam bulker 100 kali per hari, mengoperasikan mesin pengepakan delapan kali per hari, menyusun paper sack yang telah di cap sesuai dengan jenis mutu teh ke dalam gudang delapan kali per hari, menjaga dan memelihara kebersihan mesin dan alat-alat pengepakan tiga kali per hari, serta bertanggung jawab kepada mandor pengepakan satu kali per hari. Rincian PBK II dapat dilihat pada Lampiran 3. 4.9.7. Pengukuran Beban Kerja III
Unit pengepakan memiliki delapan orang karyawan yang terdiri dari enam KHT dan dua KHL. Berdasarkan perhitungan PBK III, diketahui bahwa jumlah beban kerja pada unit pengepakan yaitu sebesar 14.064 beban kerja. Untuk mengetahui jumlah karyawan yang efektif dan efisien dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Unit Pengepakan = 14.064 = 6,92 2030 Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat diketahui bahwa karyawan yang efektif dan efisien bagi unit pengepakan yaitu sebanyak tujuh orang. Hal ini berarti bahwa unit pengepakan kelebihan satu karyawan agar dapat mengoptimalkan pekerjaannya. Rincian PBK III dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel. 41. Pengukuran Beban Kerja III No. Produk/ Hasil 1. Memilik paper sack yang sesui dengan standar 2. Teh siap untuk di pak 3. Teh diberi kode berdasarkan kualitas masing-masing 4. Memudahkan pengambilan teh dari gudang 5. Menjaga hygienitas teh yang telah di pak 6. Laporan harian Jumlah
Beban Kerja 185,6 1450 393,4 9280 2610 145 14064
5.1. Implikasi Manajerial
Pembahasan mengenai persepsi responden untuk mengetahui berbagai permasalahan yang berkaitan dengan analisis pekerjaan, kondisi kerja dan kinerja pada masing-masing unit divisi produksi PT Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas. Selain untuk mengetahui permasalahan pada tiap unit divisi produksi juga memberikan solusi sebagai bahan pertimbangan bagi PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan. 5.1.1. Permasalahan pada Unit Meber
Berdasarkan hasil dari pembahasan permasalahan pada unit Meber dapat diperoleh solusi sebagai berikut: a. Analisis pekerjaan. Permasalahan yang berkaitan dengan analisis pekerjaan pada unit meber berdasarkan penelitian diketahui dalam hal ini hampir tidak terjadi permasalahan yang berat. Karyawan menilai pedoman kerja, tugas dan tanggung jawab, dinilai baik
karena telah sesuai dengan kemampuan dan keterampilan masingmasing karyawan. Analisis juga dilakukan dengan wawancara kepada mandor unit meber dan diketahui bahwa walaupun deskripsi pekerjaan yang diberikan sudah jelas namun masih ada karyawan yang mengerjakan lebih dari satu macam pekerjaan diluar tanggung jawabnya. Adapun solusi untuk permasalahan tersebut adalah mengevaluasi ulang pelaksanaan kerja dengan memisahkan tugas dan tanggung jawab masing-masing karyawan sehingga tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan dengan menghitung beban kerja dan kemudian membagi beban kerja secara merata sesuai dengan kompetensi karyawan. b. Kondisi kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi kerja pada unit meber dinilai baik. Berbagai kelengkapan sarana kerja, lingkungan kerja, dan hubungan sesama rekan kerja maupun atasan telah dinilai baik. Kondisi kerja yang telah berlangsung lama merupakan suatu kebiasaan yang dinilai tidak ada permasalahan. Padahal bila ditelusuri lebih lanjut seperti tugas mengangkat pucuk daun teh dari truk ke WT (Withering Through) dapat menyebabkan permasalahan
bagi
fisik
karyawan
tersebut.
Solusi
untuk
permasalahan tersebut adalah menyediakan alat untuk memindahkan pucuk daun teh dari truk ke WT sehingga tidak memerlukan banyak tenaga manusia. c. Kinerja. Persepsi responden menunjukkan bahwa pada unit meber permasalahan kinerja hampir tidak ada karena berdasarkan persepsi responden kinerja pada unit meber telah dinilai baik. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan bagi perusahaan untuk terus meningkatkan kinerja karyawannya dengan mengadakan berbagai pelatihan yang dilaksanakan secara rutin baik yang diselenggarakan oleh perusahaan sendiri maupun oleh pihak luar. Pelatihan yang diharapkan rutin dilaksanakan yaitu in house training (internal) mengenai pengolahan teh dan pelatihan ESQ untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan
5.1.2. Beban Kerja Unit Meber
Pekerjaan yang efisien dan efektif dapat meningkatkan kinerja karyawan. Hal tersebut tidak terlepas dari beban kerja yang diberikan oleh pihak perusahaan. Berdasarkan persepsi responden karyawan unit meber dan wawancara dengan mandor meber diketahui bahawa pada saat kondisi hasil produksi pucuk daun teh basah rata-rata 10.670,833 kg/hari, beban kerja di unit meber dinilai ringan, karena nilai tersebut jauh dari target perusahaan yaitu sebesar ± 20.000 kg/hari. Untuk pemecahan masalah tersebut yaitu perusahaan harus mengevaluasi ulang target perusahaan dan peramalan permintaan konsumen yang telah ditetapkan sebelumnya. 5.1.3. Jumlah karyawan yang efisien di Unit Meber
Optimalisasi kerja dapat dilakukan bila jumlah karyawan sesuai dengan jumlah beban kerja. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Pengukuran Beban Kerja I ( PBK I), PBK II, dan PBK III, diketahui bahwa jumlah karyawan yang efisien untuk unit meber yaitu sebanyak lima orang karyawan dari delapan orang karyawan yang sudah ada. Hal tersebut berarti pada unit meber memiliki kelebihan jumlah karyawan sebanyak tiga orang. Solusi untuk permasalahan tersebut adalah meliburkan Karyawan Harian Lepas (KHL) sampai menunggu hasil produksi kembali meningkat. KHL merupakan karyawan tidak tetap yang bekerja berdasarkan kontrak kerja. KHL hanya akan dipekerjaan bila produksi meningkat. Berdasarkan kondisi dilapangan banyak KHL yang bekerja walaupun produksi teh sedang menurun. Untuk itu diperlukan ketegasan dari pihak atasan untuk mengoptimalkan jumlah karyawan berdasarkan tingkat produksi yang sedang berlangsung. 5.1.4. Permasalahan pada Unit Pelayuan
a. Analisis pekerjaan. Sama halnya dengan unit meber pada unit pelayuan tidak terdapat permasalahan yang berat hal tersebut diketahui berdasarkan skor rataan yang tertinggi yaitu pedoman,
tugas, dan tanggung jawab karyawan telah baik. Walaupun secara umum permasalahan pada unit pelayuan hampir tidak ada, perusahaan harus tetap memberikan motivasi bagi peningkatan kinerja karyawannya. Bila dilihat berdasarkan nilai yang terendah yaitu
atasan
yang
kurang
memberikan
bimbingan
dalam
melaksanakan pekerjaan, maka perusahaan dalam hal ini atasan dari karyawan unit pelayuan mulai dari sinder sebagai kepala pabrik, mandor unit pelayuan dan mandor besar basah perlu untuk lebih memberikan bimbingan kepada bawahan sehingga terjadinya hubungan yang baik antara karyawan dengan atasannya. Hubungan komunikasi yang kurang antara atasan dan bawahan karena shift kerja yang ditetapkan pada unit pelayuan sehingga tidak semua karyawan dapat berinteraksi langsung dengan atasannya, untuk itu perlu dilakukan evaluasi ulang mengenai shift jam kerja. b. Kondisi Pekerjaan. Persepsi responden terhadap kondisi kerja pada unit pelayuan berdasarkan skor rataan dinilai baik. Namun bila dilihat dari skor yang terendah yaitu adanya lembur jika produksi meningkat dinilai cukup baik. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti melakukan wawancara kepada pihak mandor pelayuan, atas penilaian terhadap waktu lembur. Ternyata diketahui bahwa pada saat produksi meningkat dan dilakukan kerja lembur, insentif yang diberikan kurang memadai. Oleh karena itu, solusi yang berkaitan dengan kerja lembur yaitu adanya penyesuaian insentif dengan waktu kerja lembur yang dilakukan. c. Kinerja. Pembahasan mengenai kinerja berdasarkan rata-rata skor rataan pada unit pelayuan dinilai baik. Skor rataan nilai terendah berada pada permasalahan jam kerja dengan beban kerja yang dinilai cukup baik. Pada saat kondisi beban kerja meningkat karyawan harus lebih meningkatkan kinerja karena terkait dengan jam kerja yang diberikan maupun dengan jumlah pesanan teh yang harus segera dipenuhi. Solusi untuk permasalahan tersebut yaitu, adanya
penyesuaian antara beban kerja dengan waktu yang diberikan perusahaan untuk menyelesaikan pekerjaan. 5.1.5. Beban Kerja Unit Pelayuan
Dalam hal tempat kerja pada unit meber dan unit pelayuan berada pada satu tempat yang sama. Hal yang membedakannya yaitu jam kerja. Karyawan unit pelayuan akan bekerja setelah unit pemeberan selesai melaksanakan tugasnya. Karyawan unit pelayuan dapat bekerja di luar jam biasa karyawan bekerja, mulai dari malam hari sampai pada keesokan harinya. Hal tersebut karena proses pelayuan yang memakan waktu hingga 14 jam. Meskipun demikian waktu efektif bekerja untuk masing-masing karyawan tetap tujuh jam per hari, karena hanya pada unit pelayuan dilakukan shift kerja. Berdasarkan hasil persepsi responden dan perhitungan beban kerja, maka diketahui bahwa beban kerja unit pelayuan dinilai ringan. Oleh karena itu, pihak manajemen harus tetap memotivasi karyawan agar terus meningkatnya kinerjanya walaupun kondisi produksi sedang menurun. 5.1.6. Jumlah karyawan yang efisien di Unit Pelayuan
Jumlah karyawan pada unit pelayuan sebanyak delapan orang. enam diantaranya Karyawan Harian Tetap (KHT) dan dua orang Karyawan Harian Lepas (KHL). Berdasarkan hasil perhitungan jumlah karyawan yang efesien untuk unit pelayuan yaitu sebanyak empat orang, berarti unit pelayuan memiliki kelebihan karyawan sebanyak empat orang untuk mengoptimalkan jumlah karyawan maka dua orang KHL harus diliburkan dan dua orang KHT dimutasikan untuk sementara waktu ke divisi lain, seperti divisi afdeling (perkebunan), divisi teknik, divisi TUK maupun divisi agro. 5.1.7. Permasalahan pada Unit Penggilingan dan Oksidasi Enzymatis
a. Analisis pekerjaan. Berdasarkan hasil pembahasan mengenai permasalahan analisis perkerjaan dinilai cukup baik. Tidak sesuainya kompetensi karyawan dengan tuntutan perusahaan menyebabkan
kurang optimalnya output yang diharapkan oleh perusahaan. Solusi untuk permasalahan tersebut adalah dilakukan pelatihan in house training (internal) khusus mengenai teknik pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan mesin penggilingan dan oksidasi enzymatis karena pada ini hampir sebagian besar pekerjaan dilakukan oleh mesin. b. Kondisi kerja. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa permasalahan pada unit penggilingan dan oksidasi enzymatis dinilai cukup baik. Nilai terendah berada pada kurangnya jumlah karyawan pada saat produksi meningkat karena mesin penggilingan dan oksidasi enzymatis yang masih belum canggih sehingga harus selalu diawasi setiap saat untuk menghindari kerusakan selama berjalannya proses produksi. Solusi untuk hal tersebut yaitu membagi waktu untuk tiap karyawan dalam mengawasi mesin. Untuk mengetahui permasalahan kondisi kerja juga dilakukan wawancara kepada salah satu karyawan bagian unit penggilingan dan oksidasi enzymatis, berdasarkan wawancara tersebut ada hal lain yang menunjukkan permasalahan pada bagian unit ini yaitu bisingnya suara mesin. Sehingga sebagian karyawan yang berada pada unit penggilingan dan oksidasi enzymatis cenderung meninggalkan tempat kerja, walaupun hanya beberapa saat. Padahal mesin harus selalu diawasi setiap saat. Solusi untuk permasalahan tersebut adalah memberikan peredam suara (ear protection) sehingga suara mesin tidak terdengar bising. Walaupun fasilitas ear protection sudah ada namun karyawan pada unit penggilingan dan oksidasi enzymatis tidak menggunakannya. Hal tersebut tidak terlepas dari kebiasaan karyawan yang tidak pernah menggunakan peredam suara untuk mengurangi suara bising dari mesin. c. Kinerja. Permasalahan yang berkaitan dengan kinerja dinilai cukup
baik. Bila dilihat dari nilai yang terendah maka permasalahan pada unit penggilingan dan oksidasi enzymatis yaitu belum sesuainya jam kerja dengan beban kerja yang diberikan. Hal tersebut tidak terlepas
dari kondisi yang tidak nyaman sehingga karyawan merasa beban kerjanya berat, walaupun produksi sedang menurun. Solusi untuk permasalahan tersebut yaitu menciptakan kondisi kerja yang nyaman dengan berbagai fasilitas yang memadai sehingga karyawan dapat terus meningkatkan kinerjanya. 5.1.8. Beban Kerja Unit Penggilingan dan Oksidasi Enzymatis
Responden karyawan unit penggilingan dan oksidasi enzymatis menilai beban kerja pada kondisi produksi teh basah saat ini sangat ringan karena sebagian besar pekerjaan dilakukan oleh mesin. Karyawan akan merasa beban kerjanya berat bila terjadi kerusakan pada mesin. Oleh karena itu, perusahaan perlu memberikan pelatihan mengenai pemeliharaan dan perbaikan mesin, sehingga bila terjadi kerusakan sewaktu-waktu karyawan dapat mengatasi dengan cepat. Pelatihan in house training mengenai tata cara pengolahan teh yang baik harus rutin dilakukan minimal tiga kali dalam setahun dan diikuti oleh seluruh karyawan pada bagian pengolahan. 5.1.9. Jumlah karyawan yang efisien di unit Penggilingan dan oksidasi enzymatis
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah karyawan yang efisien di unit penggilingan dan oksidasi enzymatis adalah sebanyak dua orang. Berarti terjadi kelebihan jumlah karyawan sebanyak tiga orang karena jumlah karyawan saat ini berjumlah lima orang yang terdiri dari empat orang KHT dan satu orang KHL. Oleh karena itu, pihak manajemen harus meliburkan satu karyawan KHL dan memindahkan dua orang KHT ke divisi lain. 5.1.10. Permasalahan pada Unit Pengeringan
a. Analisis pekerjaan. Berdasarkan hasil pembahasan mengenai permasalahan yang terjadi pada unit pengeringan memiliki nilai ratarata cukup baik. Hal tersebut terlihat dari nilai skor rataan tertinggi terdapat pada tugas atau pedoman kerja telah ada begitu pula pada kemampuan dan keterampilan telah sesuai dengan pekerjaan.
Meskipun demikian motivasi kerja karyawan perlu terus ditingkatkan karena kondisi kerja yang kurang memadai. Solusi untuk peningkatan
kemampuan
kerja
karyawan
yaitu
memberikan
pelatihan yang sesui dengan bidang kerja pada bagian pengeringan. b. Kondisi kerja. Sama halnya dengan unit penggilingan dan oksidsi enzymatis responden menilai kondisi kerja dan lingkungan tidak nyaman karena mesin-mesin pengeringan mengeluarkan suhu udara yang cukup panas. Sehingga sebagian besar karyawan tidak berada ditempat untuk mengawasi jalannya mesin maupun mengatur suhu mesin. Padahal seharusnya mesin-mesin tersebut harus selalu diawasi setiap saat. Solusi untuk permasalahan tersebut adalah dilakukannya shift untuk mengatur jumlah karyawan yang harus selalu berada di tempat. c. Kinerja. Permasalahan pada unit pengeringan mengenai kinerja berdasarkan hasil pembahasan dinilai cukup baik. Berdasarkan skor nilai terendah terdapat pada jam kerja dengan jumlah beban kerja. Walaupun pada unit pengeringan tidak diperlukan penambahan karyawan karena sebagian besar pekerjaan dilakukan oleh mesin namun karyawan merasa beban kerjanya berat karena dipengaruhi oleh kondisi lingkungan kerja yang tidak nyaman. Oleh karena itu perusahaan perlu memberikan fasilitas pelindung kerja bagi karyawan unit pengeringan yaitu bagi karyawan harus menggunakan baju anti panas sehingga pengawasan terhadap mesin-mesin pengeringan maupun pengaturan suhu inlet dan outlet dapat terus berjalan walaupun dalam suasana kerja yang kurang mendukung karena teknologi yang digunakan masih belum canggih. 5.1.11. Beban Kerja Unit Pengeringan
Sama seperti unit penggilingan dan oksidasi enzymatis. Pada unit pengeringan sebagian besar pekerjaan dilakukan oleh mesin. Berdasarkan persepsi dan perhitungan beban kerja pada unit pengeringan dinilai ringan, namun pada kondisi dilapangan tugas
pada unit pengeringan dirasakan berat karena bekerja pada kondisi lingkungan yang panas dan bising sehingga tugas utama dari unit pengeringan yaitu mengatur kendali suhu inlet (udara panas masuk) dan outlet (udara panas keluar) kurang optimal. 5.1.12. Jumlah karyawan yang efisien di Unit Pengeringan
Unit pengeringan memiliki jumlah karyawan sebanyak lima orang. tiga KHT dan dua KHL. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa jumlah karyawan yang efisien untuk unit pengeringan sebanyak empat orang. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pada unit pengeringan terjadi kelebihan karyawan sebanyak satu orang orang. Oleh karena itu, satu orang KHL harus diliburkan. 5.1.13. Permasalahan pada Unit Sortasi
a. Analisis pekerjaan. Permasalahan mengenai analisis pekerjaan pada unit sortasi yaitu kurangnya pelatihan, bahkan berdasarkan wawancara yang dilakukan pada karyawan sortasi pelatihan yang yang rutin dilakukan setahun sekali yaitu pelatihan penyegaran (internal) ketika akan dilakukan audit HACCP. Namun pelatihan tersebut hanya bersifat umum, bukan pada bidang tugas masingmasing unit. Solusi untuk permasalahan tersebut yaitu memberikan pelatihan secara rutin mengenai pengolahan teh yang baik dan benar sehingga karyawan dapat lebih meningkatkan kemampuan kerjanya. b. Kondisi kerja. Responden pada unit sortasi menilai bahwa kondisi kerja pada unit sortasi cukup baik. Berdasarkan nilai skor rataan penilaian terendah ada pada kerja lembur. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada mandor sortasi, adanya lembur pada saat produksi meningkat sering dikeluhkan oleh karyawan unit sortasi, karena jumlah insentif tidak sesuai dengan jam kerja lembur. Solusi untuk permasalahan tersebut adalah mengevaluasi kembali jam kerja lembur dengan uang insentif yang harus diberikan. c. Kinerja. Permasalahan kinerja pada unit sortasi dinilai cukup baik. Hal tersebut terlihat dari nilai tertinggi yaitu pada ketelitian
karyawan dalam bekerja sedangkan nilai terendah ada pada kepuasan atasan atas penyelesaian kerja oleh karyawan. Solusi untuk nilai terendah yaitu adanya koordinasi yang baik antara atasan dan bawahan sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan. 5.1.14. Beban Kerja Unit Sortasi
Deskripsi pekerjaan unit sortasi paling banyak diantara unitunit yang lain, mulai dari mengoperasikan mesin sortasi, melaksanakan sortasi teh kering sesuai dengan skema sortasi yang ditetapkan, menyerahkan hasil sortasi kepada mandor sortasi dan mandor besar untuk diperiksa dan ditimbang, menyimpan hasil sortasi kedalam peti miring, menjaga hygienitas mesin atau alat-alat dan ruangan, menangani debu dan bubuk hasil sortasi agar tidak mencemari lingkungan dan bertanggung jawab kepada Mandor sortasi. Namun demikian, untuk produksi basah di bawah ± 12.000 kg, beban kerja dirasakan ringan. Oleh karena itu, perusahaan harus terus meningkatkan kinerja karyawan sehingga bila produksi telah selesai sebelum jam kerja berakhir. Karyawan masih dapat melakukan tugas yang lain sehingga efektifitas kerja karyawan dapat optimal. 5.1.15. Jumlah karyawan yang efisien di Unit Sortasi
Unit sortasi memiliki jumlah karyawan sebanyak delapan orang. enam orang KHT dan dua orang KHL. Perhitungan PBK III, menunjukkan bahwa unit sortasi memiliki kelebihan karyawan sebanyak tiga orang. Untuk mengefisiensikan jumlah karyawan maka
perusahaan
harus
meliburkan
dua
orang
KHL
dan
memindahkan satu karyawan KHT ke divisi lain, seperti divisi teknik, divisi TUK, divisi afdeling maupun divisi agrowisata. 5.1.16. Permasalahan pada Unit Pengepakan
a. Analisis pekerjaan. Permasalahan pada unit pengepakan berdasarkan skor rataan telah dinilai cukup baik. Berdasarkan nilai terendah berada pada pelatihan dan kursus yang telah dilakukan. Karyawan
merasa perlu dilakukan lebih banyak pelatihan karena keterampilan, kemampuan dan pengetahuan masih terbatas. Seperti diketahui bahwa rata-rata pendidikan pada divisi produksi yaitu SD (Sekolah Dasar). Solusi untuk permasalahan tersebut yaitu harus dilakukannya pelatihan
maupun
kursus-kursus
sehingga
kemampuan
dan
keterampilan karyawan dapat meningkat. Pelatihan yang harus rutin dilakukan yaitu in house training untuk meningkatkan kemampuan kerja karyawan dan bila dimungkinkan karyawan yang pendidikan terakhirnya SD dilakukan sekolah kejar paket B. b. Kondisi kerja. Berdasarkan nilai skor rataan terendah permasalahan pada unit pengepakan adalah kondisi dan lingkungan pekerjaan yang dirasakan masih kurang dan penempatan kerja yang masih belum sesuai dengan kemampuan, keahlian, dan pendidikan karyawan. Solusi
untuk
permasalahan
tersebut
yaitu
perlu
dilakukan
peningkatan atas fasilitas kerja dan juga dilakukan rekruitmen secara profesional dalam mencari karyawan baru bukan berdasarkan adanya orang dalam. c. Kinerja. Permasalahan yang ada pada unit pengepakan mengenai kinerja dinilai cukup baik. Hasil wawancara yang dilakukan kepada mandor dan seorang karyawan bagian pengepakan yaitu kurangnya perhatian dari pihak atasan dan juga masih rendahnya gaji bagi karyawan. Solusi untuk permasalahan tersebut yaitu atasan memberikan perhatian yang lebih kepada karyawannya dengan lebih banyak berinteraksi serta berkomunikasi dengan bawahannya sehingga karyawan dapat meningkatkan kinerjanya. 5.1.17. Beban Kerja Unit Pengepakan
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai beban kerja hampir semua unit pada divisi produksi menilai bahwa beban kerja pada saat kondisi produksi teh basah 10.670,833 kg/hari berindikasi ringan. Oleh karena itu, pihak perusahaan harus memberikan solusi untuk mengefektifkan karyawan pada saat jumlah produksi menurun.
Perusahaan juga perlu melakukan perputaran kerja antar karyawan, sehingga tidak terjadi kejenuhan kerja yang dapat menurunkan kinerja karyawan. 5.1.18. Jumlah karyawan yang efisien di Unit Pengepakan
Karyawan pada unit pengepakan yang efisien berdasarkan perhitungan yaitu sebanyak tujuh orang. Oleh karena itu, unit pengepakan memiliki kelebihan karyawan sebanyak satu orang karena jumlah seluruh karyawan pada saat ini berjumlah delapan orang. Enam orang KHT dan dua orang KHT. Perusahaan harus meliburkan salah satu orang KHL sehingga jumlah kinerja karyawan akan optimal.
V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan
1. Permasalahan yang terjadi pada unit meber yaitu karyawan belum melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab masing-masing. Permasalahan lain yaitu belum rutinnya pelatihan mangenai pembeberan pucuk daun teh, dikarenakan pengalaman kerja yang telah berlangsung secara turun-temurun sehingga pelatihan untuk peningkatan pengetahuan maupun keterampilan kerja karyawan belum optimal. 2. Permasalahan pada unit pelayuan yaitu kurangnya bimbingan dari atasan dikarenakan shift kerja yang berbeda antara mandor dengan karyawan, sedangkan insentif lembur yang belum memadai dikarenakan proses produksi pada bagian pelayuan yang memerlukan waktu cukup lama. 3. Permasalahan pada unit penggilingan dan oksidasi enzymatis yaitu pelaksanaan in house training yang belum rutin dilakukan. Adapun permasalahan lain yaitu kondisi lingkungan kerja yang kurang nyaman, dalam hal ini dikarenakan suara bising dari mesin. Walaupun perusahaan telah menyediakan pelindung kerja seperti peredam kerja (ear protection) namun karyawan pada unit penggilingan dan oksidasi enzymatis tidak menggunakan alat pelindung kerja tersebut. 4. Permasalahan unit pengeringan yaitu kondisi lingkungan kerja yang panas dan bising disebabkan oleh kondisi mesin yang sudah tua. 5. Permasalahan
unit
sortasi
yaitu
kemampuan,
keterampilan
dan
pengetahuan yang terbatas disebabkan oleh kurangnya pelatihan mengenai pengolahan teh atau in house training. 6. Permasalahan unit pengepakan yaitu, pelatihan mengenai proses pengepakan yang terbatas hanya pada beberapa orang karyawan sehingga berdampak pada belum optimalnya kerja karyawan dan penempatan karyawan yang tidak sesuai dengan kemampuan dan keahlian dapat menghambat proses produksi teh.
7. Terdapat keragaman jumlah kelebihan karyawan. Hal tersebut berdasarkan jumlah produksi yang menurun. Jumlah produksi yang menurun dikarenakan jumlah pucuk daun the berkurang yang disebabkan oleh faktor cuaca, gilir pemetikan, kesuburan tanah dan pemberantasan hama yang tidak merata sehingga terjadi kelebihan karyawan pada masingmasing unit. Kelebihan karyawan disebabkan oleh tidak dilaksanakannya pengurangan jumlah Karyawan Harian Lepas (KHL) ketika produksi pucuk daun teh mengalami penurunan. Hasil penelitian menunjukkan pada unit meber terdapat kelebihan karyawan sebanyak tiga orang, sedangkan pada unit pelayuan terdapat kelebihan karyawan sebanyak empat orang. Unit penggilingan dan oksidasi enzymatis terdapat kelebihan karyawan sebanyak tiga orang, unit pengeringan kelebihan karyawan sebanyak satu orang, unit sortasi kelebihan karyawan sebanyak tiga orang dan unit pengepakan kelebihan satu orang karyawan. 8. Semua unit memiliki kelebihan karyawan, ketidaksesuaian antara jumlah karyawan dengan beban kerja dikarenakan jumlah produksi bahan baku yang menurun di bawah standar target perusahaan. Dalam artian jumlah bahan baku yang menurun akan berdampak pada semakin ringannya beban kerja karyawan sehingga jumlah karyawan yang ada tidak dioptimalkan karena karyawan kekurangan beban kerja. 2. Saran
i.
Peneliti tidak hanya pada divisi produksi tetapi pada divisi lain yang ada di PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas.
2.
Perlu penelitian dengan menggunakan alat analisis lain yang digunakan untuk perencanaan sumberdaya manusia. Alat analisis tersebut diantaranya teknik matrik peluang, teknik delphi maupun analisis trend.
ii.
Perlu evaluasi untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi beban kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Arep, I dan Hendri Tanjung. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Universitas Trisakti, Jakarta. Alwi, S. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategi Keunggulan Kompetitif. BPFE, Yogyakarta. Dessler, G. 1997. Edisi B. Indonesia Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Prenhallindo. Jakarta. Gunadi, S. 1997. Studi Tentang Beban Kerja di Unit Rawat Inap Penyakit Dalam Lantai III Rumah Sakit Tebet. Tesis. Jurusan Kajian Administrasi Rumah Sakit. Universitas Indonesia, Jakarta. Hasibuan, M. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara, Jakarta. Herujito, Y. 1996. Dasar-dasar Manajemen. Jurusan ilmu-ilmu sosial ekonomi pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Komariah, K. 2006. Analisis Beban Kerja Tenaga Penunjang di Lingkungan Institut Pertanian Bogor. Skripsi. Jurusan Manajemen. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi. Pandu Madania. Bogor. Mawawi, H. 2001. Perencanaan Sumber Daya Manusia untuk Organisasi Profit Yang Kompetititf. Gajah Mada, Yogyakarta. Mangkunegara, A. 2003. Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. PT. Refika Aditama, Bandung. Mangkuprawira, S. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik. PT. Ghalia Indonesia, Jakarta. Nazir, M. 1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta. Saragih, A. 2004. Analisis Beban Kerja, Kompensasi dan Kepuasan Kerja Karyawan Puskesmas (Studi Kasus Puskesmas Bogor Timur Kota Bogor). Skripsi. Jurusan Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Stoner, J, dkk. 1996. Edisi B. Indonesia. Manajemen. PT. Prenhallindo, Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA KARYAWAN PADA DIVISI PRODUKSI (Studi Kasus PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas Bogor)
PETUNJUK UMUM
1. Kuesioner ini hanya untuk kepentingan penelitian semata dan jawaban yang diberikan tidak akan berpengaruh terhadap penilaian kinerja dan karier Bapak/Ibu/Saudara. 2. Kuesioner ini terdiri dari identitas responden dan pertanyaan seputar beban kerja. 3. Saya mengharapkan kejujuran anda supaya hasil penelitian saya ini lebih akurat. 4. Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara, Saya sampaikan rasa terimakasih.
Nama Nrp Fakultas PT
: Siti Hanifah Sufiati : H24103101 : Ekonomi dan Manajemen : Institut Pertanian Bogor
IDENTITAS RESPONDEN Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap sesuai!
1. Berapakah umur Anda? (pilih selang angka yang sesuai) a. Kurang atau sama dengan 30 th c. 41-50 th b. 31-40 th d. Lebih dari 50 th 2. Apakah jenis kelamin Anda? a. Laki-laki
b. Perempuan
Lanjutan Lampiran 1
3. Apakah tingkat pendidikan terakhir Anda? a. SD/Iptidaiyah d. Diploma b. SMP/Sanawiyah c. SMA/Kejuruan/Madrasah Aliyah
e. Sarjana f . Pasca Sarjana
4. Berapa lamakah Anda bekerja di perusahaan ini? a. <1 th d. 11-15 th b. 1-5 th e. 16-20 th c. 6-10 th f. >20 th 5. Pada unit apakah Anda bekerja? a. Pembeberan b. Pelayuan c. Penggilingan dan enzymatis
f. Pengeringan g. Sortasi h. Pengepakan
6. Apakah golongan jabatan Anda? a. I A b. II A c. III A d. IV A e. I B f. II B g. III B h. IV B
i. I C j. II C k. III C l. IV C m. I D n. II D o. III D p. IV D
Lanjutan Lampiran 1
Berilah tanda silang pada kotak jawaban yang anda anggap paling sesuai! Keterangan : STS : Sangat Tidak Setuju TS : Tidak Setuju CS : Cukup Setuju S : Setuju SS : Sangat Setuju
No 1.
2. 3. 4.
5. 6.
7.
ANALISIS PEKERJAAN Pertanyaan STS TS Saya mengetahui adanya pedoman atau petunjuk kerja Saya memahami dengan jelas pedoman kerja tersebut Menurut saya tugas dan tanggungjawab pekerjaan yang harus dilakukan sudah jelas Pedoman kerja yang dibuat telah sesuai dengan pengetahuan, kemampuan dan keahlian yang saya miliki Atasan saya telah membimbing saya dalam melaksanakan tugas Menurut saya tugas dan tanggung jawab yang diberikan telah sesuai dengan kemampuan dan keahlian saya Saya sudah melaksanakan tugas dan kewajiban dengan baik sesuai dengan pedoman kerja
8.
Kemampuan dan keterampilan yang saya miliki telah sesuai dengan pekerjaan saya sekarang
9.
Pengetahuan dan pendidikan yang saya miliki sudah memenuhi kualifikasi pekerjaan
CS
S
SS
Lanjutan Lampiran 1
No 10.
ANALISIS PEKERJAAN Pertanyaan STS TS Saya memiliki kemampuan untuk menangkap adanya penyimpangan/hambatan dalam palaksanaan tugas di unit kerja saya dan dengan segera mengambil tindakan pencegahan
11.
Perusahaan rutin memberikan pelatihan dan kursus untuk karyawannya
12.
Pelatihan dan kursus yang diberikan telah sesuai dengan tugas dan pekerjaan saya
No. 1.
Pertanyaan Menurut saya kelengkapan sarana kerja telah memadai
2.
Kondisi dan lingkungan kerja mendukung pekerjaan dan tugas saya
3.
Perusahaan mengadakan lembur jika produksi meningkat Perusahaan telah melakukan rotasi karyawan antar unit kerja
4.
5.
Jumlah karyawan pada bagian unit saya sudah mencukupi untuk penyelesaian perkerjaan
KONDISI KERJA STS TS
CS
CS
S
S
SS
SS
Lanjutan Lampiran 1 No. 4.
5.
6.
Pertanyaan Perusahaan telah melakukan rotasi karyawan antar unit kerja
Jumlah karyawan pada bagian unit saya sudah mencukupi untuk penyelesaian perkerjaan Perusahaan telah melakukan tambahan karyawan pada saat produksi meningkat
6.
Perusahaan telah melakukan tambahan karyawan pada saat produksi meningkat
7.
Menurut saya penempatan di unit kerja sekarang ini telah sesuai dengan kemampuan, keahlian dan pendidikan saya
8.
Saya dapat bekerjasama baik dengan rekan sekerja maupun dengan atasan
STS
TS
CS
S
SS
Lanjutan Lampiran 1 KINERJA KERJA No. Pertanyaan STS TS 1. Menurut saya jam kerja telah sesuai dengan beban kerja yang saya jalankan
2.
Saya sudah melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik sesuai pedoman yang diberikan
3.
Atasan saya sudah puas terhadap tugas yang telah saya selesaikan Beban kerja sehari-hari sudah sesuai dengan kemampuan saya
4.
5.
Perusahaan telah mengevaluasi kesesuaian beban kerja yang diberikan dengan jumlah karyawan yang ada
6.
Saya sudah mampu beradaptasi terhadap perubahan dan selalu terbuka untuk ide-ide baru
7.
Menurut saya perusahaan telah melakukan evaluasi pekerjaan di setiap unit kerja
8.
Saya sudah mampu mengenali masalah dan mencari solusi yang terbaik
9.
Saya sudah teliti dalam menjaga kualitas hasil pekerjaan
10.
Saya sudah mampu membuat keputusan yang tepat dalam bekerja
CS
S
SS
Lanjutan Lampiran 1 Dimohon kerja samanya untuk mengisi uraian pertanyaan berikut :
1. Apa yang Anda butuhkan agar Anda dapat bekerja dengan baik dari kinerja Anda sekarang ? ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... 2. Bagaimana pendapat Anda jika terjadi ketidaksesuaian antara beban kerja dengan jumlah karyawan (misalnya, di unit kerja Anda kelebihan tenaga kerja sedangkan di unit lain membutuhkan banyak karyawan pada saat beban kerja meningkat). Apa yang sebaiknya dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut ? ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... 3. Permasalahan apa saja yang Anda ketahui di unit kerja Anda yang berhubungan dengan beban kerja ? Jelaskan ! ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... 4. Alternatif solusi apa saya yg sudah dilakukan perusahaan untuk mengatasi permasalahan beban kerja dengan jumlah karyawan di setiap unit kerja yang Anda ketahui ? ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... .......................................................................................................................
BAGIAN MEBER PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII GUNUNG MAS Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang ada di bawah ini sesuai dengan persepsi Anda Keterangan
No
Persepsi Anda Tentang Pekerjaan Anda Sangat Ringan Ringan Sedang Berat Sangat Berat
Alasan
Frekuensi Rata-Rata Waktu Per Hari Penyelesaian Per Hari
Alasan
Frekuensi Rata-Rata Waktu Per Hari Penyelesaian Per Hari
1 Menjalankan kipas Withering Trough (WT) 2 Mengeluarkan pucuk dari kontiner untuk diatur pengisiannya ke dalam WT 3 Mengerjakan tugas pembeberan pucuk sesuai dengan standar 4 Membuang benda-benda asing 5 Menjaga kebersihan lantai disekitar WT dari pucuk yang berceceran 6 Bertanggung jawab kepada mandor meber
BAGIAN PELAYUAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII GUNUNG MAS Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang ada di bawah ini sesuai dengan persepsi Anda No
Keterangan
Persepsi Anda Tentang Pekerjaan Anda Sangat Ringan Ringan Sedang Berat Sangat Berat
1 Menurunkan kadar air pada daun segar sehingga hasil pelayuan sesuai dengan standar 2 Membalikkan pucuk dengan cara yang benar sesuai dengan standar perlakuan pelayuan 3 Menjaga kebersihan WT, alat-alat pembantu dan ruangan 4 Mencapai persentase kerataan layuan minimal 90 %dan MC layu sesuai standar 5 Bertanggung jawab kepada mandor pelayuan
BAGIAN PENGGILINGAN DAN OKSIDASI ENZYMATIS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII GUNUNG MAS Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang ada di bawah ini sesuai dengan persepsi Anda Keterangan
No
1 Mengoperasikan mesin penggilingan sesuai dengan skema giling yang telah ditetapkan 2 Melaksanakan pekerjaan penggilingan, penganyakan dan oksidasi enzymatis sesuai dengan skema giling yang telah yang telah ditetapkan agar diperoleh firing order yang tepat 3 Menjaga, memelihara, merawat mesin dan fasilitas giling serta memelihara kebersihan dan hygienitas ruang dan alat 4 Menangani limbah di ruang giling sesuai dengan standar 5 Bertanggung jawab kepada mandor penggilingan dan oksidasi enzymatis
Persepsi Anda Tentang Pekerjaan Anda Sangat Ringan Ringan Sedang Berat Sangat Berat
Alasan
Frekuensi Rata-Rata Waktu Per Hari Penyelesaian Per Hari
BAGIAN PENGERINGAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII GUNUNG MAS Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang ada di bawah ini sesuai dengan persepsi Anda No
Keterangan
Persepsi Anda Tentang Pekerjaan Anda Sangat Ringan Ringan Sedang Berat Sangat Berat
Alasan
Frekuensi Rata-Rata Waktu Per Hari Penyelesaian Per Hari
Alasan
Frekuensi Rata-Rata Waktu Per Hari Penyelesaian Per Hari
Alasan
Frekuensi Rata-Rata Waktu Per Hari Penyelesaian Per Hari
1 Memasukkan teh hasil oksidasi enzymatis ke mesin pengering, mengumpulkan dan mengirimkan hasil keringan ke bagian sortasi 2 Mengendalikan temperatur inlet dan outlet 3 Menjaga kebersihan dan hygienitas mesin/ alat-alat dan ruangan 4 Menangani limbah debu pengeringan sesuai standar 5 Bertanggung jawab kepada mandor pengeringan
BAGIAN SORTASI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII GUNUNG MAS Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang ada di bawah ini sesuai dengan persepsi Anda No
Keterangan
Persepsi Anda Tentang Pekerjaan Anda Sangat Ringan Ringan Sedang Berat Sangat Berat
1 Mengoperasikan mesin sortasi 2 Melaksanakan sortasi teh kering sesuai dengan skema sortasi yang ditetapkan 3 Menyerahkan hasil sortasi kepada mandor sortasi dan mandor besar untuk diperiksa dan ditimbang ke dalam peti miring 4 Menjaga kebersihan dan hygienitas mesin/ alat-alat dan ruangan 5 Menangani limbah debu dan bubuk hasil sortasi agar tidak mencemari lingkungan 6 Menjaga agar tidak terjadi pencemaran lingkungan dari ruang sortasi 7 Bertanggung jawab kepada mandor sotasi
BAGIAN PENGEPAKAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII GUNUNG MAS Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang ada di bawah ini sesuai dengan persepsi Anda No
Keterangan
1 Mempersiapkan paper sack atau karung sesuai dengan rencana pengepakan 2 Mempersiapan teh dalam bulker siap untuk dipak 3 Mengoperasikan mesin pengepakan dan mengambil teh untuk contoh 4 Menyusun paper sack atau karung hasil pengepakan sesuai aturan penyimpanan yang ditetapkan 5 Menjaga dan memelihara mesin/alat-alat dan ruang 6 Melaksanakan tugas pengepakan, pengambilan contoh dan penyimpanan paper sack atau karung sesuai dengan aturan yang ditetapkan 7 Bertanggung jawab kepada mandor pengepakan
Persepsi Anda Tentang Pekerjaan Anda Sangat Ringan Ringan Sedang Berat Sangat Berat
Lampiran 2. Reliabilitas
Warnings
The covariance matrix is calculated and used in the analysis
Case Processing Summary
N
% 100.0 .0 100.0
30 0 30
Cases Valid Excludeda Total
a. Listwise deletion based on all Variables in procedure
Reliability Statistics
Cronbach’s Alpha
Cronbach’s Alpha Based on Standarized Items
.979
N of Items
.984
8
Item Statistics
Mean VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008
3.23 3.20 3.13 3.13 3.13 3.17 3.13 3.20
Std. Deviation .504 .484 .346 .346 .346 .461 .346 .407
N 30 30 30 30 30 30 30 30
Lanjutan lampiran 2
Inter-Item Correlation Matrix VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008
1.000 .933 .805 .805 805 .865 .805 .942
.933 1.000 .865 .865 .865 .927 .865 .840
.805 .865 1.000 1.000 1.000 .937 1.000 .784
.805 .865 1.000 1.000 1.000 .937 1.000 .784
.805 .865 1.000 1.000 1.000 .937 1.000 .784
.865 .927 .937 .937 .937 1.000 .937 .735
.805 .865 1.000 1.000 1.000 .937 1.000 .784
.942 .840 .784 .784 .784 .735 .784 1.000
The covariance matrixis calculated and used in the analysis
Mean 25.33
Scale Statistic Variance Std. Deviation 9.402 3.066
Alpha = 0,979 Kesimpulan α > 0,80-1,00 (sangat reliabel)
N of Items 8
Lanjutan lampiran 2
Warnings
The covariance matrix is calculated and used in the analysis
Case Processing Summary
Cases
N 30 0 30
Valid Excludeda Total
% 100.0 .0 100.0
a. Listwise deletion based on all Variables in procedure
Reliability Statistics
Cronbach’s Alpha
Cronbach’s Alpha Based on Standarized Items
.987
N of Items
.987
10
Item Statistics
Mean VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR000010
3.13 3.20 3.13 3.17 3.17 3.13 3.17 3.10 3.13 3.13
Std. Deviation .346 .407 .346 .379 .379 .346 .379 .305 .346 .346
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Lanjutan lampiran 2
Inter-Item Correlation Matrix VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR000010 VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR000010
1.000 .784 .1000 .877 877 .1000 .877 .850 1.000 1.000
.784 1.000 .784 .894 .894 .784 .894 .667 784 784
1.000 .784 1.000 .877 .877 1.000 .877 ..850 1.000
.877 .894 .877 1.000 1.000 .877 1.000 .745 .877 .877
.877 .894 .877 1.000 1.000 .877 1.000 .745 .877 .877
1.000 .784 .1000 .877 877 .1000 .877 .850 1.000 1.000
.877 .894 .877 1.000 1.000 .877 1.000 .745 .877 .877
.850 .667 .850 .745 .745 .850 .745 1.000 .850 .850
1.000 .784 .1000 .877 877 .1000 .877 .850 1.000 1.000
The covariance matrixis calculated and used in the analysis
Mean 31.47
Scale Statistic Variance Std. Deviation 11.499 3.391
Alpha = 0,987 Kesimpulan α > 0,80-1,00 (sangat reliabel)
N of Items 10
1.000 .784 .1000 .877 877 .1000 .877 .850 1.000 1.000
Lanjutan lampiran 2
Warnings
The covariance matrix is calculated and used in the analysis
Case Processing Summary
Cases
N 30 0 30
Valid Excludeda Total
% 100.0 .0 100.0
a. Listwise deletion based on all Variables in procedure
Reliability Statistics
Cronbach’s Alpha
Cronbach’s Alpha Based on Standarized Items
.965
N of Items
.971
12
Item Statistics
Mean VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR000010 VAR000011 VAR000012
3.70 3.17 3.27 3.13 3.17 3.17 3.13 3.20 3.10 3.13 3.13 3.13
Std. Deviation .446 .379 .521 .346 .379 .461 .346 .484 .305 .346 .346 346
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Lanjutan lampiran 2 Inter-Item Correlation Matrix VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR000010VAR000011VAR000012 VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR000010 VAR000011 VAR000012
1.000 .098 .341 .257 .293 .241 .257 .275 .218 .257 .257 .257
.098 1.000 .640 .614 .760 .822 .877 .751 .745 .877 .877 .877
.341 .640 1.000 .753 .815 .814 .753 .875 .694 753 .753 753
.257 .614 .753 1.000 .614 721 .712 .865 .850 .712 .712 .712
.293 .760 .815 .614 1.000 .822 .877 .751 .745 .877 .877 .877
.241 .822 .814 .721 .822 1.000 .937 .927 .858 .937 .937 .937
.257 .877 .753 .712 .877 .937 1.000 .865 .850 1.000 1.000 1.000
.275 .751 .875 .865 .751 .927 .865 1.000 .793 .865 .865 865
.218 .745 .694 .850 .745 .858 .850 .793 1.000 .850 .850 850
The covariance matrixis calculated and used in the analysis
Mean 38.43
Scale Statistic Variance Std. Deviation 16.530 4.066
Alpha = 0,965 Kesimpulan α > 0,80-1,00 (sangat reliabel)
N of Items 12
.257 .877 .753 .712 .877 .937 1.000 .865 .850 1.000 1.000 1.000
.257 .877 .753 .712 .877 .937 1.000 .865 .850 1.000 1.000 1.000
.257 .877 .753 .712 .877 .937 1.000 .865 .850 1.000 1.000 1.000
Lampiran 3. Hasil Pengukuran Beban Kerja II FORMULIR PBK II PROSEDUR/RANGKAIAN PROSES UNIT MEBER 1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi No PROSES
1.
Menjalankan mesin WT sehingga angin dihasilkan oleh kipas WT yang berada di bawah hamparan daun Jumlah
1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi No PROSES
1.
Pucuk daun teh diangkut dari truk dipindahkan ke WT untuk selanjutnya dilakukan pemeberan Jumlah
1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi No PROSES
1.
Mengamati jalannya mesin WT dan mengaturan pemeberan daun teh ke dalam WT hingga ketebalan ±30 cm sesuai dengan standar Jumlah
: Menjalankan kipas Withering Through (WT) : Menghasilkan angin dari fan : 2900 kali/tahun Frekuensi Norma Isi Kerja Jabatan Pemroses (Frekuensi X Norma Kerja Waktu Waktu) 2900
0,17
493
493 : Mengeluarkan pucuk dari kontainer untuk diatur pengisiannya ke dalam WT : Pemindahan pucuk dari truk ke WT : 580 kali/tahun Frekuensi Norma Isi Kerja Jabatan Pemroses Kerja Waktu (Frekuensi X Norma Waktu) 580
1,7
986
986 : Mengerjakan tugas pemeberan pucuk sesuai dengan standar : Hamparan daun teh dalam WT sesuai dengan standar : 580 kali/tahun Frekuensi Norma Isi Kerja Jabatan Pemroses Kerja Waktu (Frekuensi X Norma Waktu) 580
7
4060
4060
Lanjutan lampiran 3 1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi No PROSES
1.
Memeriksa daun teh yang telah dihamparkan di WT agar ulat, batang-batang dan daun-daun tua tidak ikut terbawa dalam proses selanjutnya Jumlah
1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi No PROSES
1.
Pada saat pemeberan dilakukan pembersihan lantai dari pucuk yang berceceran dengan menyapu lantai Jumlah
1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi No PROSES
1. 2.
Melaporkan daun teh yang turun dari truk Melaporkan hasil akhir kepada mandor meber atas kerataan pembeberan sehingga sesuai dengan standar pembeberan Jumlah
: Membuang benda-benda asing : Membersihkan daun dari ulat, batang-batang dan daun-daun tua : 580 kali/tahun Frekuensi Norma Isi Kerja Jabatan Pemroses (Frekuensi X Norma Kerja Waktu Waktu) 580
5
2900
2900 : Menjaga kebersihan lantai disekitar WT dari pucuk yang berceceran : Menjaga Withering Trough agar tetap bersih : 870 kali/tahun Frekuensi Norma Isi Kerja Jabatan Pemroses kerja Waktu (Frekuensi X Norma Waktu) 870
2,5
2175
45 : Bertanggung jawab kepada Mandor Meber : laporan kerja : 580 kali/tahun Frekuensi Norma Isi Kerja Jabatan Pemroses (Frekuensi X Norma Kerja Waktu Waktu) 290
0,33
95,7
290
0,5
145
240,7
Lanjutan lampiran 3 FORMULIR PBK II PROSEDUR/RANGKAIAN PROSES UNIT PELAYUAN 1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi No PROSES
1.
Mengambil sampel ditiaptiap WT secara acak untuk mengetahui apakah kadar air telah mencapai 68-78% Jumlah
1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi No PROSES
1.
Daun teh yang telah dihamparkan di WT, dibalik sehingga kelayuan teh merata Jumlah
1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi No PROSES
1.
Membersihkan WT, alatalat dan ruangan setiap kali akhir proses pelayuan Jumlah
1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi
: Menurunkan kadar air pada daun teh sehingga hasil pelayuan sesuai standar : Daun menjadi layu : 870 kali/tahun Frekunsi Norma Isi Kerja Jabatan Pemroses (Frekuensi X Norma Kerja Waktu Waktu) 870
2,5
2175
2175 : Membalikkan pucuk dengan cara yang benar sesuai dengan standar perlakuan pelayuan : Kelayuan daun merata : 290 kali/tahun Frekuensi Norma Isi Kerja Jabatan Pemroses Kerja Waktu (Frekuensi X Norma Waktu) 290
5
1450
1450 : Menjaga kebersihan WT, alat-alat dan ruangan : Menjaga hygienitas alat-alat dan ruangan : 290 kali Frekuensi Norma Isi Kerja Jabatan Pemroses (Frekuensi X Norma Kerja Waktu Waktu) 290
5
1450 1450
: Mencapai persentase kerataan layuan minimal 90% dan MC layuan sesuai standar : Daun menjadi lemas jika digenggam, tidak menimbulkan patah pada tangkai maupun daun : 290 kali/tahun
Lanjutan lampiran 3 No
PROSES
Frekuensi kerja
Norma Waktu
Isi Kerja Jabatan Pemroses (Frekuensi X Norma Waktu)
1.
Mengamati pelayuan berlangsung selama 14 jam sehingga dapat mencapai kerataan layuan minimal 90% Jumlah
290
7
2030
1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi No PROSES
1. 2..
Melaporkan tingkat kelayuan daun teh Melapokan hasil akhir jumlah daun teh yang telah layu Jumlah
2030 : Bertanggung jawab kepada mandor pelayuan : Laporan kerja : 580 kali/tahun Frekuensi Norma Isi Kerja Jabatan Pemroses (Frekuensi X Norma Kerja Waktu Waktu) 290
0,5
145
290
1
290 435
FORMULIR PBK II PROSEDUR/RANGKAIAN PROSES UNIT PENGGILINGAN DAN OKSIDASI ENZYMATIS 1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi No PROSES
1.
Sebelum dijalankan mesin-mesin diperiksa terlebih dahulu sehingga mengurangi kendala pada saat mesin dijalankan Jumlah
1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi
: Mengoperasikan mesin penggilingan sesuai dengan skema giling yang telah ditetapkan : Mesin dapat berjalan sebagaimana seharusnya : 290 kali/tahun Frekuensi Norma Isi Kerja Jabatan Pemroses Kerja Waktu (Frekuensi X Norma Waktu) 290
3
870
870 : Melaksanakan pekerjaan penggilingan, pengayakan, dan oksidasi enzymatis sesuai dengan skema giling yang ditetapkan agar diperoleh firing order yang tepat : Menghasilkan bubuk daun teh yang sesuai dengan standar : 2030 kali/tahun
Lanjutan lampiran 3 No
PROSES
Frekuensi Kerja
Norma Waktu
Isi Kerja Jabatan Pemroses (Frekuensi X Norma Waktu)
1.
Mengamati proses jalannya penggilingan dan oksidasi sehingga sesuai dengan standar penggilingan dan oksidasi Jumlah
2030
0,5
1015
1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi No PROSES
1.
Setelah proses penggilingan dan oksidasi enzymatis karyawan kebersihan harus selalu membersihkan mesin, alat dan ruangan Jumlah
1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi No PROSES
1.
Limbah debu yang berserakan dibersihkan dengan cara disemprotkan oleh kompresor yang bertekanan tinggi Jumlah
1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi
1015 : Menjaga, memelihara, merawat mesin, fasilitas giling serta memelihara kebersihan dan hygienitas ruang dan alat : Mesin, ruang dan alat-alat menjadi bersih : 290 kali/tahun Frekuensi Norma Isi Kerja Jabatan Pemroses (Frekuensi X Norma Kerja Waktu Waktu) 290
6
1740
1740 : Menangani limbah di ruang giling sesuai dengan standar : Ruangan terhindar dari limbah debu yang dapat mengganggu pekerjaan karyawan : 2030 kali/tahun Frekuensi Norma Isi Kerja Jabatan Pemroses (Frekuensi X Norma Kerja Waktu Waktu) 2030
0,5
1015
1015 : Bertanggung jawab kepada Mandor Penggilingan dan oksidasi enzymatis : Laporan kerja : 580 kali/tahun
Lanjutan lampiran 3 No
PROSES
Frekuensi Kerja
Norma Waktu
Isi Kerja Jabatan Pemroses (Frekuensi X Norma Waktu)
1.
Melaporkan hasil sampel kepada mandor penggilingan dan oksidasi enzymatis Melaporkan hasil penggilingan dan oksidasi enzymatis Jumlah
3
30
90
1
20
20
2.
110
FORMULIR PBK II PROSEDUR/RANGKAIAN PROSES UNIT PENGERINGAN 1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi No PROSES
1.
Mengamati jalannya mesin pengeringan Fluidized Bed Dryer (FBD) yang memiliki 7 seksi dengan 6 tray dan 1 cooling fun (kipas pendingin) Jumlah
1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi No PROSES
1.
Mengendalikan udara panas yang akan dialirkan masuk ke dalam (inlet) dengan suhu udara 100– 120 ºC, sedangkan suhu yang keluar dari (outlet) berkisar antara 80-105 ºC Jumlah
: Memasukkan teh oksidasi enzymatis ke mesin pengering, mengumpulkan dan mengirim hasil keringan ke bagian sortasi : Menghentikan proses oksidasi enzymatis, membunuh mikroorganisme dan menurunkan kadar air 2,5 – 3 % : 870 kali/tahun FrekuensiKe Norma Isi Kerja Jabatan Pemroses (Frekuensi X Norma rja Waktu Waktu) 870
3
2610
2610 : Mengendalikan temperatur inlet dan outlet : Mengatur udara panas yang akan dialirkan : 870 kali/tahun Frekuensi Norma Isi Kerja Jabatan Pemroses (Frekuensi X Norma Kerja Waktu Waktu) 870
2,5
2175
2175
Lanjutan lampiran 3 1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi No
1.
: Menjaga kebersihan dan hygienitas mesin dan ruangan : Menghasilkan bubuk teh yang hygienitas dan berkualitas baik : 290 kali/tahun Frekuensi Norma Isi Kerja Jabatan Pemroses Kerja Waktu (Frekuensi X Norma Waktu)
PROSES
Sesudah proses pengeringan mesin dan ruangan dibersihkan sehingga menjaga kebersihan mesin dan alat-alat Jumlah
1. Tugas
Debu yang berserakan dikumpul dengan cara disapu, lalu dimasukkan ke dalam karung untuk selanjutnya dibuang Jumlah
1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi No PROSES
1.
5
1450
1450
: Menangani limbah debu pengeringan sesuai standar : Ruangan terhindar dari limbah debu : 870 kali/tahun Frekuensi Norma Isi Kerja Jabatan Pemroses Kerja Waktu (Frekuensi X Norma Waktu)
2. Produk 3. Frekuensi No PROSES
1.
290
870
1
870
180 : Bertanggung jawab kepada Mandor Pengeringan : Laporan kerja : 2030 kali Jumlah Norma Isi Kerja Jabatan Pemroses (Beban Kerja X Norma Beban Waktu Waktu) Kerja
Melaporkan sampel bubuk teh hasil pengeringan Jumlah
2030
0,5
1015 1015
FORMULIR PBK II PROSEDUR/RANGKAIAN PROSES UNIT SORTASI 1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi
: Mengoperasikan mesin sortasi, melaksanakan sortasi teh : Mesin dapat berjalan dengan baik : 870 kali/tahun
Lanjutan lampiran 3 No
1.
PROSES
Menjalankan mesin dan secara berkala diperiksa agar dapat tetap berjalan sebagaimana harusnya
Frekuensi Kerja
Norma Waktu
Isi Kerja Jabatan Pemroses (Frekuensi X Norma Waktu)
870
0,75
652,5
Jumlah
652,5
1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi PROSES
1.
Mengamati proses jalannya sortasi mulai dari bubuk teh dimasukkan ke mesin midleton untuk memisahkan fraksi kasar dan fraksi halus. Lalu masuk ke mesin Vibro blank untuk memisahkan serat dari bubuk teh kering Jumlah
1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi No PROSES
1.
Secara berkala laporan hasil sortasi teh bubuk dilaporkan kepada mandor sortasi dan mandor besar Jumlah
: Melaksanakan sortasi teh kering sesuai dengan skema sortasi yang ditetapkan : Memisahkan fraksi kasar dan halus serta memisahkan serat dan bubuk teh : 870 kali/tahun Frekuensi Norma Isi Kerja Jabatan Pemroses (Frekuensi X Norma Kerja Waktu Waktu) 870
3
2610
2610 : Menyerahkan hasil sortasi kepada mandor sortasi dan mandor besar untuk diperiksa dan ditimbang : Mengetahui jumlah total bubuk teh berdasarkan jenis masing-masing : 2030 kali/tahun Frekuensi Norma Isi Kerja Jabatan Pemroses Kerja Waktu (Frekuensi X Norma Waktu) 2030
1,17
2375,1
2375,1
Lanjutan lampiran 3 1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi No PROSES
1.
Bubuk teh dimasukkan ke dalam drum-drum besar untuk selanjutnya ditimbang dan dibawa ke peti miring Jumlah
1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi No PROSES
1.
Setelah proses produksi. Mesin, alat-alat dan rungan di bersihkan untuk menjga hygienitas bubuk teh Jumlah
1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi No PROSES
1.
Bubuk teh yang berserakan ke lantai dibersihkan dengan cara disemprot oleh kompresor gas yang bertekanan tinggi Jumlah
1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi
: Menyimpan hasil sortasi ke dalam peti miring : Menyiapkan bubuk teh yang akan di pak : 2320 kali/tahun Frekuensi Norma Isi Kerja Jabatan Pemroses (FrekuensiX Norma Waktu) Kerja Waktu 2320
1
2320
2320 : Menjaga hygienitas mesin atau alat-alat dan ruangan : Menjaga agar bubuk teh tetap baik : 290 kali/tahun Frekuensi Norma Isi Kerja Jabatan Pemroses (Frekuensi X Norma Kerja Waktu Waktu) 290
5
1450
1450 : Menangani debu dan bubuk hasil sortasi agar tidak mencemari lingkungan : Menghindari pencemaran lingkungan agar tidak mengganggu aktivitas bekerja : 870 kali/tahun Frekuensi Norma Isi Kerja Jabatan Pemroses (Frekuensi X Norma Kerja Waktu Waktu) 870
0,25
217,5
217,5 : Bertanggung jawab kepada Mandor Sortasi : Laporan kerja : 290 kali/tahun
Lanjutan lampiran 3 No
1.
PROSES
Frekuensi Kerja
Norma Waktu
Isi Kerja Jabatan Pemroses (Frekuensi X Norma Waktu)
290
0,33
95,7
Melaporkan hasil sortasi keseluruhan kepada mandor sortasi Jumlah
95,7
FORMULIR PBK II PROSEDUR/RANGKAIAN PROSES UNIT PENGEPAKAN 1. Tugas : Mempersiapkan paper sack yang sesuai dengan standar 2. Produk : Paper sack yang sesuai dengan standar 3. Frekuensi : 2320 kali/tahun No PROSES Frekuensi Norma Isi Kerja Jabatan Pemroses Kerja Waktu (Frekuensi X Norma Waktu) 1.
1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi No PROSES
1.
2320
Paper sack dipilih dan diperiksa untuk menghindari kebocoran atau sobek pada paper sack Jumlah
0,08
185,6
185,6 : Mempersiapkan teh dalam bulker siap untuk di pak : Teh siap untuk di pak : 2900 kali/tahun Frekuensi Norma Isi Kerja Jabatan Pemroses Kerja Waktu (Frekuensi X Norma Waktu)
Setelah dari peti miring kemudian dimasukkan ke tea bulker sehingga teh siap untuk di pak
2900
0,5
1450
Jumlah
1450
1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi No
1.
PROSES
: Mengopersikan mesin pengepakan dan mengambil teh untuk contoh : Teh siap diberi kode berdasarkan kualitas teh : 2320 kali/tahun Frekuensi Norma Isi Kerja Jabatan Pemroses Kerja Waktu (Frekuensi X Norma Waktu)
Mengambil contoh bubuk teh untuk beri kode berdasarkan kualitas teh yang dihasilkan Jumlah
2320
0,17
394,4 394,4
Lanjutan lampiran 3 1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi No PROSES
1.
Bubuk teh yang telah di pak kemudian di bawa ke gudang penyimpanan, layout pada gudang telah ditentukan untuk menyimpan teh sesuai dengn kualitas yang dihasilkan Jumlah
1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi No PROSES
1.
Sebelum, selama dan sesudah proses pengepakan, mesin atau alat-alat dan ruangan pengepakan dibersihkan Jumlah
1. Tugas 2. Produk 3. Frekuensi No PROSES
1.
Melaporkan jumlah teh yang telah di pak berdasarkan kualitas masing-masing Jumlah
: Menyusun paper sack atau karung hasil pengepakan sesuai dengan aturan penyimpanan paper sack atau karung yang ditetapkan : Memudahkan pengambilan teh berdasarkan kualitas dari gudang : 2320 kali/tahun Frekuensi Norma Isi Kerja Jabatan Pemroses Kerja Waktu (Frekuensi X Norma Waktu) 2320
4
9280
9280 : Menjaga dan memelihara mesin atau alat-alat dan ruangan pengepakan : Menjaga hygienitas teh yang telah di pak : 580 kali/tahun Frekuensi Norma Isi Kerja Jabatan Pemroses Kerja Waktu (Frekuensi X Norma Waktu) 870
3
2610
2610 : Bertanggung jawab kepada mandor pengepakan : Laporan kerja : 290 kali/tahun Frekuensi Norma Isi Kerja Jabatan Pemroses (Frekuensi X Norma Kerja Waktu Waktu) 290
0,5
145
145