HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN DIVISI PRODUKSI ( Studi Kasus di Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta )
SKRIPSI SETYO UTOMO
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN DIVISI PRODUKSI ( Studi Kasus di Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta )
SETYO UTOMO D34102075
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN DIVISI PRODUKSI ( Studi Kasus di Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta )
Oleh : SETYO UTOMO D34102075
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 27 Juli 2006
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Ir. Sutisna Riyanto, MS. NIP. 131 779 500
Ir. H. Ismail Pulungan, MSc. NIP. 130 345 020
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Ronny Rachman Noor, MRur.Sc. NIP. 131 624 188
RINGKASAN SETYO UTOMO. D34102075. Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Efektivitas Kerja Karyawan Divisi Produksi (Studi Kasus di Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing utama : Ir. Sutisna Riyanto, MS. Pembimbing anggota : Ir. H. Ismail Pulungan, MSc. Perkembangan industri pengolahan susu (IPS) di Indonesia semakin pesat baik dalam skala usaha kecil, menengah, dan besar disebabkan seiring dengan meningkatnya permintaan masyarakat akan susu olahan, sehingga menimbulkan persaingan di antara IPS yang semakin kuat pula. Upaya dalam memenangkan persaingan antara perusahaan sejenis, IPS dituntut untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam mencapai efisiensi operasi, peningkatan produktivitas kerja, serta efektivitas kerja yang terjadi dalam lingkungan perusahaan. Efektivitas kerja yang dicapai dalam lingkungan perusahaan dapat dilihat dari proses komunikasi yang terjadi di dalam lingkungan kerja, salah satunya yaitu pada perilaku komunikasi karyawan. Tujuan dari penelitian ini yaitu : 1) mengidentifikasikan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku komunikasi karyawan, 2) mendeskripsikan perilaku komunikasi karyawan dalam lingkungan kerjanya, 3) mengkaji tingkat efektivitas kerja karyawan dalam lingkungan kerjanya, dan 4) mengkaji hubungan perilaku komunikasi dengan efektivitas kerja karyawan. Penelitian berlangsung selama satu bulan (2 – 31 Maret 2006) di Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta. Populasi penelitian adalah seluruh karyawan Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta yang berjumlah 150 orang. Sampel karyawan sebanyak 60 orang yang dipilih secara acak dengan menggunakan metode simple random sampling dari karyawan Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer (kuesioner) dan data sekunder (catatan, arsip perusahaan). Analisis data meliputi analisis deskriptif (rataan skor dan persentase), serta uji korelasi rank Spearman (rs). Hasil penelitian berdasarkan uji korelasi rank Spearman (rs) menunjukkan bahwa : 1) karakteristik individu tidak berhubungan nyata dengan perilaku komunikasi karyawan, 2) hampir seluruh faktor-faktor organisasi tidak berhubungan nyata dengan perilaku komunikasi karyawan, hanya ketersediaan forum dan sarana komunikasi yang berhubungan nyata dengan perilaku mencari informasi meskipun dengan tingkat hubungan yang lemah, 3) sebagian besar perilaku komunikasi berhubungan nyata dengan efektivitas kerja meskipun dalam tingkat hubungan yang lemah. Kata kunci : Karakteristik individu, faktor-faktor organisasi, perilaku komunikasi, efektivitas kerja
ABSTRACT The Correlation between Communication Behaviour and Production Division Employee Working Effectivity ( Case Study in Powder Production Division PT. Indomilk Jakarta ) Utomo, S., S. Riyanto, I. Pulungan Communication behaviour is considered as an important factor in building employee work effectivity. The aims of this research are: (1) to identify factors that associated with employee communication behavior, (2) to describe the employee communication behaviour in their work environment (3) to study employee work effectivity in their work environment, and (4) to study correlation between communication behaviour and employee work effectivity. This research was conducted for 1 month in March, 2nd – 31st 2006 at Powder Production Division PT INDOMILK Jakarta. The research populations are 150 employees of Powder Production Department with 60 employees were used as samples. Method for choosing samples was using simple random sampling technique based on the research purpose to explain the observed variables and then analyze the relations between them. Collected data consist of primary data and secondary data. Data analyses include descriptive analysis (score average and percentage) and rank Spearman correlation test. The results based on rank Spearman correlation test (rs) show that: (1) individual characteristic did not correlated with employee communication behaviour (2) almost all organization factors not correlated with employee communication behaviour, only the forum availability and means of communication that correlated with information seeking behavior even tough only at low correlation level (3) almost all of communication behaviour correlated with work effectivity altough only at low correlation level. Keywords: Individual characteristic, organization factors, communication behaviour, work effectivity.
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 20 Mei 1984 di Jakarta. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Targono dan Ibu Pujowati Santoso. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1996 di SD Negeri 07 Pekayon, Jakarta Timur. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1999 di SMP Negeri 49 Jakarta dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2002 di SMA Negeri 58 Jakarta. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Program Studi Sosial Ekonomi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2002. Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Industri Peternakan (HIMASEIP) periode 2005-2006, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan juga aktif dalam keanggotaan Forum Silaturahmi Mahasiswa Bogor (FOSMA Bogor) 2006. Selain itu penulis juga mendapat kesempatan menjadi asisten praktikum mata kuliah Ilmu Penyuluhan periode 2005-2006.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T. atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.
Penyusunan skripsi yang berjudul hubungan perilaku komunikasi dengan
efektivitas karyawan divisi produksi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana peternakan pada Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasikan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku komunikasi karyawan, mendeskripsikan perilaku komunikasi karyawan dalam lingkungan kerjanya, mengkaji tingkat efektivitas kerja karyawan dalam lingkungan kerjanya, dan mengkaji hubungan perilaku komunikasi dengan efektivitas kerja karyawan. Skripsi ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pembuat keputusan untuk dapat mengetahui perilaku komunikasi yang dilakukan oleh karyawan dalam lingkungan kerjanya sehingga kegiatan kerja dapat berjalan secara efektif, serta memberikan sumbangan pemikiran dan bahan masukan bagi karyawan dalam bekerja. Selain itu juga menjadi bahan rujukan bagi penelitian lebih lanjut atau penelitian lain yang sesuai dengan hasil penelitian. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan. Amin yaa robbal ’aalamiin.
Juli 2006
Penulis
PENDAHULUAN Latar Belakang Peta pembangunan pada saat ini semakin banyak yang diarahkan pada sektor usaha berbasis pertanian. Hal ini disebabkan pertanian merupakan ujung tombak dari perputaran roda ekonomi, yang mampu mengubah sumberdaya alam yang tersedia menjadi produk-produk dengan nilai tambah yang tinggi, salah satunya pada sektor usaha peternakan. Peternakan merupakan salah satu usaha agribisnis yang memiliki potensi yang tinggi dan strategis untuk dikembangkan saat ini dan di masa yang akan datang. Sektor usaha peternakan meliputi usaha ternak unggas, ruminansia kecil, ruminansia besar, dan satwa harapan yang disertai dengan usaha pemeliharaan, pengolahan hasil ternak, pemasaran produk, dan sebagainya. Hasil utama yang didapat dari usaha peternakan berupa pangan hewani yang dapat dikonsumsi oleh manusia, seperti daging, telur, susu, dan madu yang setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup berarti, seiring dengan meningkatnya konsumsi produk oleh masyarakat. Ternak sapi perah merupakan salah satu andalan sub sektor peternakan yang tetap prospektif dalam pengembangan agribisnis di Indonesia. Usaha ternak sapi perah telah memberikan dampak yang positif dalam memperkuat mata rantai pembangunan masyarakat seperti meningkatkan pendapatan peternak, perluasan kesempatan kerja, peluang usaha yang strategis, peningkatan ketersediaan pangan asal hewani baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi susu segar maupun kebutuhan bahan baku industri pengolahan susu, dan penghematan devisa negara. Perkembangan usaha ternak sapi perah secara tradisional maupun modern harus didukung terhadap upaya dalam membantu peternak untuk memasarkan susu yang diperoleh dari usaha tersebut. Salah satu pasar tersebut adalah industri pengolahan susu (IPS) yang nantinya akan mengolah susu segar menjadi produk susu olahan yang layak dikonsumsi oleh masyarakat. Industri pengolahan susu harus terus dikembangkan sehingga akan menjamin pasar secara luas baik dalam negeri maupun luar negeri akan kebutuhan susu. Industri pengolahan susu skala usaha kecil, menengah, dan besar yang berkembang pesat saat ini disebabkan seiring dengan meningkatnya produksi dan konsumsi susu. PT. Indomilk Jakarta menjadi salah satu perusahaan besar yang bergerak di bidang
pengolahan susu dengan produk-produk olahannya yang mempunyai jumlah tenaga kerja cukup banyak. Upaya dalam memenangkan persaingan antara perusahaan sejenis dan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, PT. Indomilk harus mampu meningkatkan kualitas sumberdaya manusia untuk mencapai efisiensi operasi, peningkatan produktivitas kerja, dan efektivitas kerja yang terjadi dalam lingkungan perusahaan. Efektivitas kerja yang timbul merupakan hasil dari proses terciptanya pekerjaan yang baik dan benar untuk memudahkan anggota melakukan pekerjaan, sehingga akan mencerminkan pencapaian hasil kerja antara kebutuhan individu dengan tujuan perusahaan. Kepuasan kerja, prestasi kerja, dan semangat kerja merupakan bagian dari suatu tingkat efektivitas kerja karyawan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Efektivitas kerja yang timbul dalam lingkungan perusahaan dapat dilihat dari kegiatan komunikasi yang terjadi di dalam lingkungan kerja PT Indomilk Jakarta. Kegiatan komunikasi yang terjadi di lingkungan perusahaan mencakup berbagai macam bentuk baik komunikasi verbal atau non verbal meliputi pengiriman pesan-pesan antara dua orang atau lebih, antara sekelompok orang, atau dalam satu atau beberapa bidang yang mempengaruhi perilaku komunikasi dalam perusahaan. Perilaku komunikasi dalam perusahaan biasanya timbul karena tuntutan dan tanggung jawab individu karyawan terhadap pekerjaan. Perilaku komunikasi ini dapat diamati dari kebiasaan karyawan di lingkungan kerjanya. Perumusan Masalah Perusahaan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan salah satunya harus memiliki kinerja karyawan yang efektif. Efektivitas kerja karyawan adalah hasil yang diperoleh dari suatu proses terciptanya pekerjaan yang baik dan benar untuk memudahkan anggota dalam melakukan suatu pekerjaan. Efektivitas kerja yang meliputi kepuasan kerja, prestasi kerja, dan semangat kerja karyawan akan berpengaruh pada pencapaian tujuan dari perusahaan. Hal-hal yang dapat menimbulkan masalah akan menghambat jalannya komunikasi dalam perusahaan yang berdampak pada kelancaran komunikasi dan efektivitas kerja dari karyawan. Efektivitas kerja karyawan akan sangat bergantung pada proses komunikasi karyawan di perusahaan tersebut.
Proses komunikasi akan memudahkan sumberdaya manusia dalam suatu lingkungan kerja untuk melakukan suatu kegiatan, terutama menyangkut dengan pekerjaan di lingkungan kerja. Perilaku komunikasi merupakan suatu respon atau tindakan seseorang dalam suatu lingkungan kerja dan situasi komunikasi yang akan sangat
berpengaruh
pada
kelancaran
proses
komunikasi,
terutama
dalam
melancarkan tugas dan pekerjaan di organisasi tersebut. Organisasi yang dimaksud merupakan bagian dari kumpulan pekerja atau karyawan dari suatu perusahaan yang bergerak di bidang usaha pengolahan hasil ternak, yaitu PT. Indomilk sebagai salah satu industri pengolahan susu (IPS) yang memiliki jumlah tenaga kerja cukup besar. Perbedaan perilaku komunikasi karyawan dalam lingkungan perusahaan dipengaruhi oleh karakteristik individu yang merupakan ciri khas dan sifat yang melekat pada setiap individu karyawan dalam bekerja. Karakteristik individu meliputi usia, tingkat pendidikan, pendapatan/upah yang diterima, lama bekerja, dan jumlah tanggungan keluarga. Selain itu, perilaku komunikasi karyawan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor organisasi yang merupakan segala sesuatu yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan tempat seseorang bekerja. Faktor-faktor organisasi meliputi ketersediaan forum dan sarana komunikasi, serta iklim komunikasi organisasi (kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas, dan perhatian pada tujuan kinerja tinggi). Perlu adanya upaya dalam menelaah dan menganalisa hubungan perilaku komunikasi dan efektivitas kerja karyawan divisi produksi PT INDOMILK, sehingga kegiatan kerja dapat berjalan efektif dan tujuan perusahaan dapat terwujud. Berdasarkan gambaran yang dikemukakan tersebut, dirumuskan beberapa masalah antara lain : 1.
Faktor-faktor apa yang berhubungan dengan perilaku komunikasi karyawan ?
2.
Bagaimana perilaku komunikasi karyawan dalam lingkungan kerjanya ?
3.
Bagaimana efektivitas kerja karyawan dalam lingkungan kerjanya ?
4.
Bagaimana hubungan perilaku komunikasi karyawan dengan efektivitas kerja ?
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menelaah perilaku komunikasi karyawan divisi produksi di PT INDOMILK sebagai faktor penting yang membentuk efektivitas kerja. Tujuan penelitian adalah : 1. Mengidentifikasikan
faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
perilaku
komunikasi karyawan 2. Mendeskripsikan perilaku komunikasi karyawan dalam lingkungan kerjanya 3. Mengkaji tingkat efektivitas kerja karyawan dalam lingkungan kerjanya 4. Mengkaji hubungan perilaku komunikasi dengan efektivitas kerja karyawan. Kegunaan Penelitian Secara umum kegunaan penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan saran di antaranya : 1.
Bagi perusahaan, diharapkan mampu memberikan masukan dan bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan pengelolaan tenaga kerja dan menciptakan kinerja yang efektif pada masa yang akan datang
2.
Sebagai media bagi peneliti untuk meningkatkan kemampuan berpikir, nalar dan keterampilan dalam menggali dan menganalisis permasalahan yang dijumpai sesuai dengan disiplin ilmu yang diperoleh
3.
Sebagai bahan studi, rujukan dan pertimbangan dalam penelitian sejenis selanjutnya.
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Upaya perusahaan untuk mengembangkan usahanya dan juga memperoleh keuntungan yang maksimal sangat dipengaruhi oleh kinerja yang efektif yang terjadi dalam lingkungan perusahaan tersebut. Kinerja yang efektif bergantung pada efektivitas kerja yang ditunjukkan oleh karyawan dalam lingkungan perusahaan. Efektivitas kerja karyawan adalah hasil yang diperoleh dari suatu proses terciptanya pekerjaan yang baik dan benar yang dapat memudahkan anggota untuk melakukan suatu pekerjaan yang meliputi kepuasan kerja, prestasi kerja, dan semangat kerja karyawan di lingkungan perusahaan. Efektivitas kerja juga dapat mencerminkan kesesuaian pencapaian hasil kerja yang efektif antara kebutuhan individu dengan tujuan perusahaan. Upaya mencapai efektivitas kerja karyawan sangat bergantung pada kegiatan komunikasi yang terjadi di lingkungan perusahaan, salah satunya pada perilaku komunikasi karyawan yang terjadi. Proses komunikasi akan memudahkan sumberdaya manusia dalam suatu lingkungan kerja untuk melakukan suatu kegiatan, terutama perilaku komunikasi karyawan di lingkungan kerja. Perilaku komunikasi karyawan meliputi perilaku mencari informasi, perilaku menerima informasi, dan partisipasi dalam kelompok atau forum-forum di lingkungan pekerjaannya. Perilaku komunikasi karyawan dipengaruhi oleh karakteristik individu yang merupakan ciri khas dan sifat yang melekat pada setiap orang dalam bekerja. Karakteristik individunya, meliputi usia, tingkat pendidikan, pendapatan/upah yang diterima, lama bekerja, dan jumlah tanggungan keluarga. Selain itu, perilaku komunikasi karyawan juga ditentukan oleh faktor-faktor organisasi yang merupakan segala sesuatu yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan tempat seseorang bekerja, yang meliputi ketersediaan forum dan sarana komunikasi, serta iklim komunikasi organisasi (kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas, perhatian pada tujuan kinerja tinggi). Kerangka pemikiran hubungan perilaku komunikasi pegawai dengan efektivitas kerja karyawan di tempat kerja dapat dilihat pada Gambar 1.
Karakteristik individu meliputi : 1. usia 2. tingkat pendidikan 3. pendapatan/upah 4. lama bekerja 5. jumlah tanggungan keluarga
Faktor-faktor organisasi meliputi: 1. Ketersediaan forum dan sarana komunikasi 2. Iklim komunikasi organisasi, antara lain : kepercayaan pembuatan keputusan bersama kejujuran keterbukaan dalam komunikasi ke bawah mendengarkan dalam komunikasi ke atas perhatian pada tujuan kinerja tinggi
Perilaku komunikasi karyawan meliputi : 1. perilaku mencari informasi 2. perilaku menyampaikan informasi 3. partisipasi dalam kelompok/forum-forum
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Efektivitas Kerja Karyawan
Efektivitas kerja meliputi : 1. kepuasan kerja 2. prestasi kerja 3. semangat kerja
Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : H1a : Terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik individu dengan perilaku komunikasi karyawan H1b : Terdapat hubungan yang nyata antara faktor-faktor organisasi dengan perilaku komunikasi karyawan H1c : Terdapat hubungan yang nyata antara perilaku komunikasi dengan efektivitas kerja karyawan. H0
:Tidak terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik individu dengan perilaku komunikasi karyawan, faktor-faktor organisasi dengan perilaku komunikasi karyawan, dan perilaku komunikasi dengan efektivitas kerja karyawan.
TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Organisasi Proses Komunikasi Komunikasi merupakan suatu proses memberi dan menerima informasi sampai pada pemahaman makna (Suwarto, 1999). Komunikasi dapat berhasil jika komunikator (sumber) dalam menyampaikan sebuah pesan atau informasi yang memiliki pengertian sehingga mudah diterima oleh penerima dengan baik. Proses komunikasi menurut Suwarto (1999) yaitu suatu langkah-langkah antara satu sumber dan penerima yang menghasilkan pentransferan dan pemahaman makna dari pesan atau informasi yang disampaikan tersebut. Model proses komunikasi secara sederhana disajikan pada Gambar 2.
PESAN SUMBER
PESAN PENGKODEAN
PESAN SALURAN
PESAN PENGKODEAN
PENERIMA
UMPAN BALIK
Gambar 2. Proses Komunikasi Sumber : Suwarto, 1999
Menurut Suwarto (1999) unsur-unsur dalam proses komunikasi yaitu : 1) Sumber, yaitu seseorang yang mempunyai gagasan, informasi, maksud dan tujuan dalam berkomunikasi (komunikator) 2) Pesan, merupakan suatu produk fisik yang sebenarnya apa yang di komunikasikan 3) Pengkodean adalah suatu proses mengubah suatu pesan komunikasi menjadi bentuk simbol. Empat kondisi yang mempengaruhi pesan terkode tersebut adalah keterampilan, sikap, pengetahuan, dan sistem sosial budaya 4) Saluran adalah suatu medium lewat mana suatu pesan komunikasi dapat berjalan 5) Pengkodean/penguraian simbol, adalah penerjemahan ulang pesan komunikasi seorang pengirim 6) Penerima adalah seseorang yang menerima dan mengurai gagasan, informasi, maksud, dan tujuan berkomunikasi
7)
Umpan balik adalah tautan akhir dalam proses komunikasi, mengembalikan pesan ke dalam sistem guna memeriksa kesalahpahaman. Unsur-unsur dalam proses komunikasi jika dilakukan dengan ketidakpastian
maka semua faktor tersebut dapat menghasilkan penafsiran pesan yang berbeda dari yang dibayangkan pengirim. Kegaduhan atau kegelisahan dalam komunikasi dapat dianggap sebagai faktor yang mengganggu pesan yang dikehendaki (Suwarto, 1999). Komunikasi Dalam Organisasi Manusia dalam kehidupannya tidak akan pernah lepas dari suatu komunikasi. Sejak dahulu manusia telah melakukan komunikasi yang memegang peranan sangat penting dalam kehidupan. Setiap orang harus mampu berkomunikasi dengan efektif, sehingga penyampaian dan penerimaan pesan akan dapat berjalan dengan baik. Proses komunikasi dilakukan dalam berbagai bentuk antara lain komunikasi personal, komunikasi kelompok, komunikasi massa, komunikasi organisasi, komunikasi publik, dan bentuk komunikasi lainnya. Komunikasi dalam suatu organisasi mutlak diperlukan dan sangat penting dalam rangka meningkatkan kelancaran kegiatan organisasi. Wursanto (2003) mengemukakan beberapa hal yang menjadikan pentingnya komunikasi dalam organisasi yaitu : 1) Menimbulkan rasa kesetiakawanan dan loyalitas antara bawahan dengan atasan, bawahan dengan bawahan, atasan dengan atasan, pegawai dengan organisasi tersebut dan pihak organisasi dengan pihak luar 2) Meningkatkan gairah kerja pegawai, moral dan disiplin pegawai yang tinggi; semua jajaran pimpinan dapat mengetahui keadaan bidang yang menjadi tugasnya sehingga akan berlangsung pengendalian operasional yang efisien 3) Semua pegawai dapat mengetahui kebijakan, peraturan, dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh organisasi; semua informasi yang dibutuhkan oleh pegawai dapat diperoleh dengan segera; meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap semua pegawai; timbulnya rasa saling pengertian dan menghargai dalam melaksanakan pekerjaan masing-masing; meningkatkan kerjasama 4) Komunikasi adalah suatu cara untuk menjelaskan persepsi hal-hal yang diharapkan dari suatu tanggung jawab; suatu cara untuk mendorong manusia berpikir kreatif; suatu cara untuk memenuhi keingintahuan manusia
5) Komunikasi penting untuk suatu keputusan; komunikasi memberikan pengertian sebagian dari suatu bagian tujuan. Widjaja (2000) mengidentifikasikan tiga fungsi komunikasi dalam suatu organisasi, yaitu : 1) Fungsi perintah Komunikasi memperbolehkan anggota
organisasi untuk membicarakan,
menerima, manafsirkan, dan bertindak atas suatu perintah. Komunikasi yang mendukung pelaksanaan fungsi ini adalah pengarahan dan umpan balik, tujuannya agar berhasil mempengaruhi anggota lain dalam organisasi. 2) Fungsi relasional Komunikasi
memperbolehkan
anggota
organisasi
menciptakan
dan
mempertahankan bisnis produktif dan hubungan personal dengan orang lain. Hubungan dalam pekerjaan mempengaruhi kinerja pekerjaan, dalam berbicara misalnya kepuasan kerja, aliran komunikasi, dan tingkat pelaksanaan perintah. Hubungan yang baik akan memperlancar tugas dan meminimalkan konflik yang dapat terjadi. 3) Fungsi manajemen ambigu Komunikasi penting untuk mengatasi dan mengurangi ketidakjelasan yang melekat dalam suatu organisasi. Menurut Suwarto (1999) desain sebuah organisasi harus memungkinkan terjadinya komunikasi ke empat arah sehingga dapat memahami berbagai hambatan komunikasi yang efektif dalam organisasi serta dapat mengatasi hambatan-hambatan yang ada, yaitu : 1) Komunikasi ke bawah, yaitu komunikasi yang mengalir dari tingkat atas ke tingkat bawah dalam sebuah organisasi dan mencakup kebijaksanaan pimpinan, instruksi, dan memo resmi 2) Komunikasi ke atas, yaitu komunikasi yang mengalir dari tingkat bawah ke tingkat atas sebuah organisasi dan mencakup kotak saran, pertemuan kelompok, dan prosedur keluhan 3) Komunikasi horisontal, yaitu komunikasi yang mengalir melintasi berbagai fungsi
dalam
organisasi.
Bentuk
komunikasi
ini
diperlukan
mengkooordinasikan dan mengintegrasikan berbagai fungsi organisasi
untuk
4) Komunikasi diagonal, yaitu komunikasi silang melintasi fungsi dan tingkat dalam organisasi. Hal ini penting dalam situasi di mana anggota tidak dapat berkomunikasi lewat saluran ke atas, ke bawah, ataupun horisontal. Klasifikasi komunikasi menurut Wursanto (2003) berdasarkan perilaku komunikasi yang dapat terlihat dalam suatu organisasi, dibedakan menjadi : 1) Komunikasi formal, ialah komunikasi yang terjadi diantara para anggota organisasi yang secara tegas telah diatur dan telah ditentukan dalam struktur organisasi Komunikasi formal dapat berbentuk : a) Perintah-perintah (lisan maupun tertulis) b) Saran-saran, baik yang diberikan oleh bawahan kepada atasannya maupun dari atasan kepada bawahan c) Laporan-laporan, yang pada umumnya datang dari bawahan d) Rapat-rapat e) Konferensi. 2) Komunikasi informal, ialah komunikasi yang terjadi di dalam suatu organisasi, tetapi tidak direncanakan atau tidak ditentukan dalam struktur organisasi. Komunikasi informal merupakan komunikasi yang tidak mendapat pengakuan resmi. Komunikasi dari mulut ke mulut merupakan bagian komunikasi informal, dan merupakan berita atau kabar angin atau desas-desus. Kebenaran informasi dalam komunikasi informal kemungkinan bertentangan dengan kepentingan perusahaan. Pola penyampaian informasi pada komunikasi informal pada umumnya melalui rantai kerumunan (cluster chain). Fungsi komunikasi informal adalah untuk memelihara hubungan sosial persahabatan kelompok informal, penyebaran informasi yang bersifat private (gosip, desas desus, dan lain-lain). Komunikasi ini sifatnya tidak resmi, tetapi memegang peranan penting dalam rangka memelihara persahabatan dalam kelompok informal. 3) Komunikasi semiformal, ialah komunikasi antara yang bersifat resmi dengan tidak resmi, antara yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan organisasi dengan jalinan pekerjaan yang berkenaan dengan hubungan pribadi. Selain itu, komunikasi nonformal ini juga merupakan jembatan atau perantara antara komunikasi informal yang dapat memperlancar penyelesaian tugas resmi,
serta dapat pula mengarahkan komunikasi informal kepada komunikasi formal. Oleh karena itu, komunikasi semiformal merupakan saluran bagi pimpinan untuk mendapatkan gagasan yang baru, ide baru, metode baru yang sangat berguna bagi pimpinan dalam rangka menggerakkan organisasi ke arah tercapainya tujuan organisasi. Menurut Suwarto (1999) jalinan komunikasi dalam suatu organisasi dapat meningkatkan kinerja anggotanya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja, menurutnya antara lain : 1) Pemahaman, mempunyai interpretasi yang akurat dan dapat diterima atas informasi 2) Apresiasi atau menghargai, yaitu seperangkat kepercayaan, perasaan, nilai, dan preferensi yang baik 3) Kemampuan, yaitu keahlian untuk melaksanakan perilaku secara fisik dan mental untuk melakukan pekerjaan. Komunikasi Efektif Tujuan dari proses komunikasi adalah terciptanya komunikasi yang efektif yaitu kesamaan makna pesan antara pemberi pesan dengan penerima pesan. Widjaja (2000) mengemukakan bahwa dalam komunikasi dicirikan oleh atribut-atribut yang berarti bagi peningkatan pengertian kita mengenai komunikasi dan prosesnya serta kefektifan komunikasi, yaitu : 1) Terjadinya komunikasi tidak dapat dihindari 2) Manusia selalu berusaha mencari interaksi sosial, sehingga berhubungan erat dengan perilaku yang memiliki potensi sebagai pesan yaitu bahwa perilaku memiliki potensi yang dapat melekatkan arti kepada persepsi orang lain 3) Komunikasi merupakan konsep transaksional 4) Konsepsi komunikasi sebagai proses merujuk pada interaksi tak terputus dari sejumlah variabel yang tak terhitung banyaknya dengan perubahan terusmenerus dalam nilai-nilai yang diambil dari variabel-variabel itu 5) Komunikasi telah terjadi apabila penerima pesan atau informasi telah terpengaruh 6) Komunikasi telah terjadi bila seseorang bermaksud berkomunikasi, ini terjadi jika penerima pesan mengaitkan arti perilaku ke dalam persepsinya. Penerima
tidak hanya bereaksi terhadap perilaku dalam wilayah persepsinya, ia juga menggerakkan pribadinya secara menyeluruh dalam proses interpretasi. Dalam melakukan itu, arti tersebut mengaitkan pada sebuah persepsi 7) Komunikasi tidak dapat berdiri sendiri di luar konteks 8) Apabila dikaitkan dengan persuasi, kita dapat menyatakan bahwa faktor-faktor konteks dan bukan pesan seringkali menjadi determinan bagi adanya tanggapan. Konteks akan mempengaruhi sebuah komunikasi yang seringkali menceritakan banyak mengenai perilaku yang diamati. Menurut Widjaja (2000) komunikasi yang efektif terjadi tidak hanya sekadar saat seseorang telah melekatkan arti tertentu terhadap perilaku oarng lain, tetapi juga pada persepsinya yang sesuai dengan pemberi pesan atau informasi. Salah satu cara untuk menjamin hal itu adalah dengan menghindarkan pesan yang tidak jelas/tidak spesifik serta dengan meningkatkan frekuensi umpan balik (feed back) guna mengurangi tingkat ketidakpastian dan tanda tanya mengenai suatu pesan. Effendy (1990) mengatakan bahwa efektivitas komunikasi dalam organisasi harus dapat membangkitkan kebutuhan komunikan dan cara-cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Terciptanya komunikasi yang efektif akan berpengaruh pada efektivitas pekerjaan, antara lain kepuasan kerja, semangat kerja, dan prestasi kerja (Zikri, 2002). Menurut Wursanto (2003) faktor-faktor yang menyebabkan komunikasi yang efektif yang juga disebut the seven C’s communication, adalah sebagai berikut : 1) Credibility (keterpercayaan) Dalam komunikasi antara komunikator dengan komunikan saling mempercayai. Kalau tidak ada unsur saling mempercayai, komunikasi tidak akan berhasil, tidak adanya rasa saling percaya akan menghambat komunikasi. 2) Context (perhubungan, pertalian) Keberhasilan komunikasi berhubungan erat dengan situasi atau kondisi lingkungan pada waktu komunikasi berlangsung. Misalnya pada situasi atau keadaan yang sedang kacau, maka komunikasi akan terhambat sehingga komunikasi tidak berhasil.
3) Content (kepuasan) Komunikasi harus dapat menimbulkan rasa kepuasan, antara kedua belah pihak. Kepuasan ini akan tercapai apabila isi berita dapat dimengerti oleh pihak komunikan dan sebaliknya pihak komunikan mau memberikan reaksi atau respons kepada pihak komunikator. 4) Clarity (kejelasan) Kejelasan yang dimaksud disini adalah kejelasan yang meliputi kejelasan akan isi berita, kejelasan akan tujuan yang hendak dicapai, kejelasan istilah-istilah yang dipergunakan dalam pengoperan lambang-lambang. 5) Continuity and consistency (kesinambungan dan konsistensi) Komunikasi harus dilakukan secara terus-menerus dan informasi yang disampaikan jangan bertentangan dengan informasi yang terdahulu. 6) Capability of audience (kemampuan pihak menerima berita) Pengiriman berita harus diseusaikan dengan kemampuan dan pengetahuan pihak penerima berita. Janganlah mempergunakan istilah-istilah yang kemungkinan tidak dimengerti oleh pihak penerima berita. 7) Channels of distribution (saluran penerima berita) Agar komunikasi berhasil, hendaknya saluran-saluran komunikasi yang sudah biasa dipergunakan dan sudah dikenal oleh umum. Saluran komunikasi yang sering dipergunakan, bisa melalui media cetak (surat, buletin, majalah) atau melalui radio, televisi, dan telepon. Iklim Komunikasi Organisasi Iklim komunikasi dan organisasi merupakan hal yang perlu menjadi perhatian seorang pimpinan organisasi karena faktor tersebut banyak sedikitnya mempengaruhi kepada tingkah laku karyawan. Iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, harapanharapan, konflik-konflik antarpersonal, dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi tersebut (Pace dan Faules, 2005). Menurut Pace dan Faules (2005) iklim komunikasi sebuah organisasi mempengaruhi cara hidup kita, kepada siapa kita bicara, siapa yang kita sukai, bagaimana perasaan kita, bagaimana kegiatan kerja kita, bagaimana perkembangan kita, apa yang ingin kita capai, dan bagaimana cara kita menyesuaikan diri dengan organisasi.
Iklim komunikasi organisasi terdiri dari persepsi-persepsi atas unsur-unsur organisasi dan pengaruh unsur-unsur tersebut terhadap komunikasi (Pace dan Faules, 2005). Enam faktor yang mempengaruhi iklim komunikasi organisasi , yaitu : 1) Kepercayaan 2) Pembuatan keputusan bersama 3) Kejujuran 4) Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah 5) Mendengarkan dalam komunikasi ke atas 6)
Perhatian pada tujuan berkinerja tinggi. Pengaruh ini didefinisikan, disepakati, dikembangkan, dan dikokohkan secara
berkesinambungan melalui interaksi dengan anggota organisasi. Pengaruh ini menghasilkan pedoman bagi keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan individu serta mempengaruhi pesan-pesan mengenai organisasi (Pace dan Faules, 2005). Perilaku Komunikasi Organisasi Keberadaan suatu organisasi tidak akan terlepas dari beberapa hal berikut yaitu koordinasi, tujuan bersama, pembagian kerja dan integrasi. Koordinasi diperlukan untuk melakukan dan memperlancar suatu kegiatan, sehingga kehadiran beberapa atau banyak orang akan memperlancar suatu kegiatan atau pekerjaan. Setiap kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan mempunyai tujuan yang jelas. Kooordinasi akan memudahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Davis dan Newstrom (1996) kegiatan dalam suatu organisasi adalah untuk mencapai beberapa tujuan yaitu tujuan organisasi, tujuan individu serta tujuan masyarakat akan keberadaan suatu organisasi. Davis dan Newstrom (1996) mengemukakan bahwa seseorang yang bergabung dalam suatu organisasi dengan membawa seperangkat keinginan, kebutuhan, hasrat, dan harapan-harapan. Jika semua tujuan ini dapat tercapai maka eksistensi organisasi akan dapat terus bertahan dengan baik, sehingga perlu dilakukan pembagian kerja untuk efektivitas dan efisiensi kerja. Pembagian kerja didasarkan pada minat dan keahlian yang dimiliki oleh setiap orang. Walaupun bekerja pada bagian yang berbeda dengan pekerjaan yang berbeda pula, maka diperlukan suatu faktor pemandu (integrasi) untuk memastikan bahwa semua orang bekerja kearah tercapai tujuan bersama (Zikri, 2002).
Perilaku komunikasi seseorang akan menentukan keberhasilan pekerjaan seseorang dengan baik. Komunikasi penting untuk koordinasi pekerjaan dan kerjasama, perilaku komunikasi akan berpengaruh pada perilaku organisasi (orangorang yang bekerja, struktur, lingkungan kerja dan teknologi). Proses komunikasi organisasi yang terjadi akan berpengaruh pada prestasi kerja pegawainya (Gambar 3). Perilaku komunikasi merupakan suatu tindakan atau respon seseorang dalam lingkungan dan situasi komunikasinya. Perilaku komunikasi ini dapat diamati melalui kebiasaan komunikasi seseorang, sehingga perilaku komunikasi seseorang akan pula menjadikan kebiasaan pelakunya. Definisi perilaku komunikasi tidak akan terlepas dari pengertian perilaku dan komunikasi. Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan yaitu perilaku atau kebiasaaan seseorang umumnya dimotivasi
oleh
keinginan
untuk
mendapatkan
sesuatu.
Motif
timbul
mempertahankan aktivitas serta menentukan arah umum perilaku sesorang (Davis dan Newstrom, 1996).
Manajer
Kegiatan Manajemen
Kegiatan Komunikasi
Kelompok Kerja
Prestasi Kerja
Gambar 3. Proses Komunikasi Organisasi Sumber : Davis dan Newstrom, 1996
Dalam suatu organisasi, seseorang merupakan bagian dari anggota organisasi sehingga perilaku komunikasi seseorang akan ditentukan oleh watak, temperamen, ciri-ciri, pembawaan, cita-cita, keinginan dan harapan orang tersebut. Awal mulanya perilaku tersebut merupakan orientasi pribadi, kemudian perilaku ini harus dapat diarahkan dalam bentuk perilaku komunikasi organisasi (Davis dan Newstrom, 1996) Zikri (2002) mengemukakan bahwa paling tidak perilaku komunikasi seseorang dapat diamati melalui beberapa variabel antara lain perilaku mencari, menerima, dan menyampaikan informasi, penggunaan media dalam komunikasi, dan interaksi dengan orang lain. Perilaku membicarakan informasi adalah perilaku mencari dan menyampaikan informasi. Pada dasarnya tindakan komunikasi yang
terjalin secara langsung dapat dikatakan seseorang tersebut telah mencari dan menyampaikan informasi. Kebutuhan akan informasi akan menggerakkan seseorang secara aktif untuk mencari informasi, sehingga dalam proses pencarian sampai memperoleh informasi, seseorang telah memberikan informasi yang dimilikinya berkaitan dengan kebutuhan. Menurut Zikri (2002) hal ini dalam bentuk komunikasi yang
merupakan
proses
penafsiran
seseorang
terhadap
perilaku
lawan
komunikasinya, yang dapat berwujud dalam pembicaraan, gerak tubuh dan sikap, kemudian lawan memberikan reaksi terhadap hal tersebut. Penggunaan media dapat menjaring sebanyak mungkin informasi yang dibutuhkan serta dapat pula berfungsi untuk meminimalkan peluang kehilangan informasi karena terjadinya berbagai distorsi informasi dan gangguan yang dialami saluran media tersebut. Zikri (2002) mengemukakan bahwa penggunaan media ini akan berpengaruh pada efek perilaku seseorang yang meliputi efek kognitif (peningkatan kesadaran, belajar, dan tambahan pengetahuan), efek afektif (berhubungan dengan emosi, perasaan, dan sikap), serta efek konatif (berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu dengan cara tertentu) Davis dan Newstrom (1996) secara umum menyebutkan empat standar etika dalam konteks komunikasi organisasi yang dibagi dalam dua bagian, yaitu: A. Tugas etis terhadap diri sendiri a) Kehati-hatian komunikator harus menggunakan kemampuan persuasifnya sendiri untuk menilai secara menyeluruh pesan-pesan yang jelas dan tersembunyi dari organisasi tersebut dan menghindari penerimaan konversional secara otomatis tanpa berfikir b) Mudah untuk dicapai; komunikator harus terbuka terhadap kemungkinan diubahnya pesan dari orang lain yang dibujuk. Keyakinan yang dipegang secara dogmatis atau pandangan berfokus sempit yang membutakan kita terhadap informasi yang berguna, pandangan yang berbeda tentang suatu masalah atau penyelesaian alternatif perlu diseimbangkan atau dikurangi. B. Tugas etis anggota terhadap orang lain a) Tanpa kekerasan; penipuan terang-terangan ataupun tersembunyi adalah sesuatu hal yang harus dihindari untuk menungkatkan kepercayaan orang terhadap informasi yang diberikan
b) Empati; komunikator empatis benar-benar mendengarkan argumen, opini, nilai, dan asumsi orang lain yang terbuka terhadap perbedaan pendapat. Efektivitas Kerja Efektivitas adalah pengukuran tercapainya sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Handayaningrat, 1990). Bila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya, maka hal tersebut dapat dikatakan efektif. Senada dengan hal itu, Giil (1993) menyatakan bahwa efektivitas adalah suatu tingkatan prestasi suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang diinginkan, sejauh mana tujuan tersebut dapat tercapai.
Suatu perusahaan pasti
memiliki tujuan yang telah ditentukan dan ingin dicapai, contohnya seperti ingin mendapatkan keuntungan yang maksimal, mampu memenangkan persaingan antara perusahaan sejenis, menciptkan lingkungan kerja yang kondusif, dan sebagainya. Hal itu akan terlihat dan sangat ditentukan dari kinerja yang dilakukan oleh perusahaan tersebut apakah sudah efektif atau tidak. Menurut Zikri (2002) efektivitas kerja merupakan hasil yang diperoleh dari suatu proses terciptanya pekerjaan yang baik dan benar yang dapat memudahkan anggota untuk melakukan suatu pekerjaan. Efektivitas kerja suatu organisasi meliputi : 1) Kepuasan kerja, adalah suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong, diri anggota atau pegawai yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan meliputi aspekaspek seperti upah atau gaji yang diterima, kesempatan pengembangan karir, penempatan kerja, kondisi lingkungan kerja, fasilitas kerja, hubungan dengan pegawai lainnya, mutu pengawasan, jenis pekerjaan, dan struktur organisasi perusahaan (Davis dan Newstrom, 1996). Kepuasan menunjukkan kesesuaian antara harapan yang timbul dan imbalan yang disediakan oleh organisasi tersebut. Seseorang yang memiliki simbol status yang lebih tinggi akan cenderung merasa puas karena kejelasan karier dan mereka mendapatkan gaji dan kondisi kerja yang lebih baik (Davis dan Newstrom, 1996). Menurut Zikri (2002) kepuasan kerja merupakan tingkat kesesuaian dari suatu proses dengan hasil yang diperoleh dari pekerjaannya. Mangkunegara (2001) mengatakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu :
a) Faktor pegawai, meliputi kecerdasan, kecakapan, pendidikan; pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian, cara berpikir, persepsi, dan sikap kerja b) Faktor pekerjaan, meliputi jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat, kedudukan, mutu pengawasan, jaminan finansial, kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial, dan hubungan kerja. 2) Prestasi kerja, yaitu penilaian hasil kerja yang sesuai antara kebutuhan organisasi dan kebutuhan pribadi. Pemberian penghargaan atau reward akan mempengaruhi
penilaian
terhadap
hasil
kerja
yang
dilakukan
oleh
karyawan/pegawai dalam suatu organisasi atau perusahaan (Zikri, 2002). Menurut Gomes (1995) prestasi kerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Unsurunsur yang digunakan untuk penilaian prestasi kerja antara lain kualitas kerja; kuantitas kerja; kreativitas; kerjasama; tanggung jawab; dan inisatif yang dihasilkan oleh karyawannya. 3) Semangat kerja, yaitu perilaku terhadap hasil yang diperoleh dari pekerjaannya dan hubungannya dengan lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi kerja. Semangat kerja dapat dipengaruhi oleh upah yang diterima karyawan, penghargaan, dan suasana lingkungan kerja (Zikri, 2002). Industri Pengolahan Susu Industri pengolahan susu merupakan salah satu industri pengolahan bahan pangan yang penting bagi peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Perkembangan industri pengolahan susu dituntut untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha, dalam arti dapat menghasilkan produk yang bermutu dan produk yang kontinyu dengan biaya yang seminimal mungkin sehingga menghasilkan keuntungan yang optimal (Erwidodo dan Hasan, 1993). Produksi susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya (Tabel 1) seiring dengan meningkatnya jumlah industri pengolahan susu di tanah air. Pesatnya perkembangan industri susu segar dalam negeri selama periode tahun 1979-1996 tidak terlepas dari bebagai kebijakan yang kondusif (Ilham dan Swastika, 2001). Menurut Ilham dan Swastika (2001) pada tahun 1983 pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri, yaitu Menteri Pertanian, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan dan Koperasi yang isinya menyatakan
bahwa industri pengolahan susu (IPS) diwajibkan menyerap SSDN (susu segar dalam negeri) sebagai pendamping dari susu impor untuk bahan baku industrinya. Sampai saat ini kebijakan tersebut masih berlaku guna membantu peningkatan kesejahteraan peternak sapi perah yang ada di Indonesia.
No 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 1. Produksi Susu Nasional Tahun 1998 - 2004 Tahun Jumlah Produksi Susu (ton) 1998 375.380 1999 435.990 2000 495.650 2001 479.850 2002 493.370 2003 553.440 2004 596.310
Sumber : Departemen Pertanian , 2004
Industri pengolahan susu melakukan proses pengolahan susu menjadi beberapa produk-produk olahannya didasarkan pada tahapan proses pengolahan susu, yaitu unit pengolahan susu dan pabrik pengolahan susu (Erwidodo dan Hasan, 1993). Unit pengolahan susu melakukan pengolahan susu segar sampai tahap pasteurisasi, sedangkan pabrik pengolahan susu melakukan pengolahan susu segar yang telah dipasteurisasi menjadi produk susu jadi. Menurut Erwidodo dan Hasan (1993) pabrik pengolahan susu menghasilkan produk yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu produk setengah jadi dan produk akhir. Produk setengah jadi diantaranya skim milk powder, full cream milk powder, anhydrous milk fat, butter milk, dan lactose. Sedangkan produk akhir seperti susu kental manis, full cream milk powdered, liquid milk, mentega, dan keju (Erwidodo dan Hasan, 1993). Perkembangan yang pesat mengenai industri pengolahan susu di Indonesia dapat menjadi acuan bahwa usaha tersebut sangat diandalkan untuk memproduksi kebutuhan masyarakat akan bahan pangan yang berasal dari hewan. PT. Indomilk sebagai salah satu produsen susu bermutu international dan pelopor susu kental manis di Indonesia, memiliki beragam produknya yang mencangkup susu kental manis, susu pasteurisasi, susu cair, susu bubuk, susu steril, susu UHT (Ultra High Temperature), yoghurt, dan mentega.
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Indomilk, Jl. Raya Bogor KM. 26,6 Gandaria, Jakarta 13710 – Indonesia. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja didasarkan pertimbangan bahwa aspek yang diteliti akan mudah diamati, sehingga mudah dan fokus untuk melihat karakteristik individu karyawan dan juga perilaku komunikasi yang akan berpengaruh pada efektivitas kerja dari karyawan Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta yang bersifat homogen. Waktu penelitian dilakukan selama satu bulan (2 - 31 Maret 2006). Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah para karyawan Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta berjumlah 150 orang yang seluruhnya berstatus sebagai karyawan tetap dan berjenis kelamin laki-laki. Perhitungan besarnya sampel dengan menggunakan teknik menghitung sampel menurut pendapat Slovin atau yang dikenal dengan rumus Slovin (Umar, 1999), yaitu dengan rumus :
N n =
1 + N e2 Keterangan : n N e
= ukuran sampel = ukuran populasi = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolelir/diinginkan yaitu 10%
Penentuan sampel penelitian yaitu sebagian karyawan Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta yang dipilih menjadi responden dengan menggunakan rumus Slovin yaitu sebanyak 60 orang. Sampel penelitian dipilih secara acak dengan menggunakan metode simple random sampling, berdasarkan pembagian shift kerja karyawan Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta (Tabel 2). Desain Penelitian Desain penelitian dengan menggunakan metode deskriptif untuk menjelaskan variabel-variabel yang diteliti dan metode korelasional untuk menggambarkan
hubungan karakteristik individu dengan perilaku komunikasi karyawan, faktor-faktor organisasi dengan perilaku komunikasi karyawan, dan perilaku komunikasi dengan efektivitas kerja karyawan Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta. Tabel 2. Distribusi Sampel dengan Menggunakan Simple Random Sampling Keterangan Jumlah Sampel (orang) Shift pagi 20 Shift siang 20 Shift malam 20 Total Sampel 60 Data dan Instrumentasi Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diambil langsung dari lokasi penelitian melalui pengisian kuesioner kepada responden. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari catatan-catatan, arsip, dan dokumentasi yang ada pada instansi perusahaan tersebut. Pelaksanaan penelitian menggunakan alat bantu sebagai instrumen berupa kuesioner untuk keperluan dalam pengumpulan data. Kuesioner terdiri dari empat bagian, yaitu : 1) Bagian pertama berisi pertanyaan tentang karakteristik individu karyawan 2) Bagian kedua berisi pertanyaan tentang faktor-faktor organisasi karyawan 3) Bagian ketiga berisi pertanyaan tentang perilaku komunikasi karyawan 4) Bagian keempat berisi pertanyaan tentang efektivitas kerja karyawan Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksanakan selama satu bulan yaitu sejak tanggal 2 Maret sampai dengan 31 Maret 2006, yang berlokasi di Divisi Produksi Susu Bubuk PT Indomilk Jakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menggunakan kuesioner secara langsung dengan melibatkan karyawan yang menjadi responden dalam penelitian ini sebanyak 60 orang dipilih secara acak. Teknis pengumpulan data primer dan data sekunder dibantu oleh Manajer divisi produksi susu bubuk selama melakukan penelitian.
Analisis Data Analisis statistika yang digunakan yaitu menggunakan analisis deskriptif untuk menjelaskan variabel-variabel yang diteliti berdasarkan rataan skor dan persentase jumlah dari masing-masing variabel tersebut. Sedangkan untuk menguji hubungan karakteristik individu dengan perilaku komunikasi, faktor-faktor organisasi dengan perilaku komunikasi, dan perilaku komunikasi dengan efektivitas kerja karyawan yaitu dengan menggunakan analisis korelasional. Menurut Usman dan R. Purnomo (2003) mengatakan bahwa penelitian yang menggambarkan hubungan dua variabel yaitu menggunakan uji korelasi rank Spearman (rs) jika dua variabel tersebut menggunakan jenis data ordinal. Pengolahan data untuk menganalisa hubungan dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 11.5. n
rs = 1 -
6∑ di 2 i =1
n3 − n Keterangan : rs = koefisien Korelasi rank Spearman n = jumlah sampel d = selisih antara kedua peringkat variabel Besarnya nilai rs, terletak antara -1 < 0 < 1, dengan probabilitas < 0,05 dan probabbilitas < 0,01. menurut Budi (2006) penjelasan nilai rs, disertai dengan interpretasi terhadap nilai rs hasil analisis korelasi pada Tabel 3 yaitu antara lain : •
0 > rs < 1, yaitu hubungan yang berpola searah atau hubungan positif jika terjadi pola kenaikan atau penurunan searah antara kedua variabel (misalnya variabel X dan variabel Y). Hubungan positif ditunjukkan apabila nilai variabel X semakin tinggi, maka semakin tinggi pula nilai variabel Y, atau juga sebaliknya semakin rendah nilai variabel X, maka semakin rendah nilai variabel Y
•
-1 > rs < 0, yaitu hubungan yang berpola kebalikan arah atau hubungan negatif jika terjadi pola kenaikan yang berkebalikan diantara kedua variabel (misalnya variabel X dan variabel Y). Semakin tinggi nilai variabel X, maka akan semakin rendah nilai variabel Y, atau sebaliknya semakin rendah nilai variabel X, maka akan semakin tinggi nilai variabel Y
•
rs = 0, yaitu tidak ada hubungan antara kedua variabel.
Tabel 3. Interpretasi Terhadap Nilai rs Hasil Analisis Korelasi Interval Nilai rs *) Interpretasi 0,001 – 0,200 Korelasi sangat lemah 0,201 – 0,400 Korelasi lemah 0,401 – 0,600 Korelasi cukup kuat 0,601 – 0,800 Korelasi kuat 0,801 – 1,000 Korelasi sangat kuat * ) Interptretasi berlaku untuk nilai rs positif maupun negatif Sumber : Budi, 2006
Definisi Operasional 1) Karakteristik individu karyawan adalah ciri dan sifat yang melekat pada setiap individu karyawan yang meliputi : a) Usia, yaitu lamanya seorang karyawan hidup dari lahir sampai saat ini, diukur berdasarkan ukuran waktu dalam hitungan tahun, yang diukur dengan skala ordinal yaitu <25 tahun (usia muda), 25–40 tahun (usia sedang), dan >40 tahun (usia tua); b) Tingkat pendidikan, yaitu jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh seorang karyawan yang diukur dengan skala ordinal berdasarkan pendidikan formal, SMP/Sederajat (rendah), SMU/Sederajat (sedang), dan Perguruan Tinggi/Sederajat (tinggi); c) Pendapatan/upah per bulan, yaitu jumlah uang dalam rupiah yang diterima oleh karyawan setiap bulan dari seluruh pekerjaannya, diukur dalam skala ordinal dengan
(pendapatan/upah
sedang),
dan
>Rp.1.500.000,00
(pendapatan/upah tinggi) d) Lama bekerja, yaitu lamanya karyawan melakukan kegiatan bekerja yang diukur dengan skala ordinal yaitu <5 tahun (rendah), 5–10 tahun (sedang), dan >10 tahun (tinggi); e) Jumlah tanggungan keluarga, yaitu banyaknya jumlah anggota keluarga dalam lingkungan rumah tangga yang menjadi tanggungan karyawan yang diukur dengan skala ordinal yaitu <3 orang (kecil), 3–6 tahun (sedang), dan >6 orang (besar). 2) Faktor-faktor organisasi adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan yang berhubungan dengan proses komunikasi, meliputi :
a) Ketersediaan forum dan sarana komunikasi, yaitu forum-forum interaksi yang ada (rapat, forum diskusi, pelatihan, organisasi karyawan, dan lainlain), dan sarana penunjang dalam berkomunikasi (media cetak, telepon, papan pengumuman, brosur, dan lain-lain) yang diukur dengan skala ordinal berdasarkan skor yaitu ya dan tidak; b) Iklim komunikasi organisasi, yaitu suatu gambaran dan keadaan yang meliputi persepsi-persepsi dan pengaruh unsur-unsur organisasi terhadap proses komunikasi yang terjadi dalam organisasi tersebut, antara lain : 1) Kepercayaan, yaitu setiap personel harus berusaha keras untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan dalam organisasi. Diukur dengan skala ordinal berdasarkan skor yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi; 2) Pembuatan keputusan bersama, yaitu personel di semua tingkat organisasi harus diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai masalah dalam semua wilayah kebijakan organisasi untuk berperan serta dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan. Diukur dengan skala ordinal berdasarkan skor yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi; 3) Kejujuran, yaitu semua personel di semua tingkat organisasi mampu mengatakan “apa yang ada dipikiran mereka” tanpa mengindahkan apakah mereka berbicara kepada teman sejawat, bawahan, dan atasan. Diukur dengan skala ordinal berdasarkan skor yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi; 4) Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, yaitu semua anggota organisasi relatif mudah memperoleh informasi yang berhubungan dengan
pekerjaan
dan
mempengaruhi
kemampuannya
untuk
mengkoordinasikan pekerjaan dengan orang-orang atau bagian-bagian lainnya, serta berhubungan luas dengan organisasi, atasan, dan rencanarencana pekerjaan. Diukur dengan skala ordinal berdasarkan skor yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi; 5) Mendengarkan dalam komunikasi ke atas, yaitu semua personel di semua tingkat organisasi mampu mendengarkan saran-saran dan
laporan-laporan masalah yang dikemukakan oleh bawahan secara berkesinambungan
dan terbuka.
Diukur
dengan
skala
ordinal
berdasarkan skor yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi; 6) Perhatian pada tujuan kinerja tinggi, yaitu dimana setiap personel dalam perusahaan harus menunjukkan suatu komitmen dan perhatian terhadap produktivitas kerja, kualitas kerja, dan sebagainya. Diukur dengan skala ordinal berdasarkan skor yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi. 3) Perilaku komunikasi karyawan adalah suatu tindakan atau respon individu karyawan yang terpola dalam berkomunikasi di lingkungan dan situasi komunikasinya, meliputi : a) Perilaku mencari informasi karyawan, yaitu tindakan individu karyawan untuk memperoleh informasi tentang pekerjaan dari atasan/manajer, sesama karyawan, dan luar perusahaan dengan menggunakan media komunikasi. Diukur dengan skala ordinal dengan berdasarkan skor yaitu sering, jarang, sekali-sekali,dan tidak pernah; b) Perilaku menyampaikan informasi karyawan, yaitu tindakan individu karyawan untuk menyampaikan informasi tentang pekerjaan kepada atasan/manajer,
sesama
karyawan,
dan
luar
perusahaan
dengan
menggunakan media komunikasi. Diukur dengan skala ordinal dengan berdasarkan skor yaitu sering, jarang, sekali-sekali,dan tidak pernah; c) Partisipasi dalam kelompok atau forum-forum, yaitu proses interaksi dan hubungan komunikasi karyawan dengan orang lain yang terjadi lingkungan kerja baik dalam organisasi yang ada (serikat pekerja) atau dalam forumforum (rapat, pelatihan, diskusi, dan sebagainya) yang ada dalam perusahaan dengan menggunakan media komunikasi. Diukur dengan skala ordinal dengan berdasarkan skor yaitu sering, jarang, sekali-sekali, dan tidak pernah. 4) Efektivitas kerja, yaitu hasil yang diperoleh dari suatu proses terciptanya pekerjaan yang baik dan benar yang dapat memudahkan anggota untuk melakukan suatu pekerjaan dalam lingkungan kerjanya meliputi :
a) kepuasan kerja karyawan, yaitu suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri anggota atau karyawan yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun kondisi dirinya. Kepuasan kerja dibagi menjadi dua yaitu kepuasan terhadap kondisi kerja dan kepuasan terhadap kompensasi kerja yang diukur dengan skala ordinal dengan berdasarkan skor yaitu puas, cukup puas, dan tidak puas; b) prestasi kerja karyawan, yaitu
hasil kerja yang dicapai oleh individu
karyawan sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan kebutuhan dirinya dalam bekerja yang diukur dengan skala ordinal dengan berdasarkan persentase pernah dan tidak pernah; c) semangat kerja karyawan, yaitu perilaku atau tindakan terhadap hasil yang diperoleh dari pekerjaannya dan hubungannya dengan lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi kerja yang diukur dengan skala ordinal dengan berdasarkan skor yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
KEADAAN UMUM LOKASI Deskripsi Ringkas PT. Indomilk ini didirikan pada tahun 1967 sebagai penanam modal asing pertama serta pelopor dalam pembuatan susu kental manis secara modern di Indonesia. PT. Indomilk memperoleh status PMDN di tahun 1986 setelah terjadinya alih teknologi dan permodalan. Berawal dengan 200 karyawan, kini berjumlah lebih dari 1000 orang, kapasitas produksi jauh meningkat, serta ragam produk berkembang lebih banyak dan lengkap. Selama lebih dari 30 tahun, PT. Indomilk dikenal sebagai produsen susu bermutu international dan pelopor susu kental manis di Indonesia. Ragam produknya kini mencangkup susu kental manis, susu pasteurisasi, susu cair, susu bubuk, susu steril, yoghurt hingga mentega. Pada tahun 1994 PT. Indomilk adalah perusahaan susu pertama di Indonesia yang memperoleh rekomendasi untuk mencatumkan label “HALAL” pada semua produknya setelah memenuhi persyaratan ketat yang diterapkan oleh Departemen Kesehatan dan Departemen Agama Republik Indonesia dalam hal bahan baku, formulasi, pengolahan, peralatan, ujicoba kontaminasi dan radiasi, kebersihan sarana kerja, control mutu dan kemasan serta penanganan limbah. Pada tahun 2001 PT. Indomilk mendapat sertifikat ISO 9002 dibidang industri pengolah susu dari lembaga Sertifikat International SGS dan UKAS Quality Management dengan No. Certificate : Q53616. Berkat reputasi dan kualitas standar internasional, sejak 1988 susu kental manis Indomilk telah di ekspor ke berbagai negara, seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Bangladesh, Vietnam, Myanmar, Taiwan, Timur Tengah, Afrika, Amerika Tengah, dan Amerika Latin. PT. Indomilk atau kini telah berganti nama menjadi PT. Ultrindo Intijaya mantap melangkah ke depan. Kini perusahaan mentargetkan diri untuk menjadi pabrik pengolahan susu terlengkap, dan mampu bersaing di pasar domestik dan di kawasan ASEAN. Sasaran ini harus dapat terwujud melalui upaya kerjasama dengan koperasi-koperasi susu domestik dan pemasok susu bubuk di negara penghasil susu. Total Quality Management (TQM) diterapkan pada setiap lapis organisasi perusahaan, dimana setiap mata rantai dalam sebuah proses terpacu motivasinya untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi bagi mata rantai selanjutnya. Secara
berkala perusahaan menyelenggarakan pelatihan-pelatihan yang menunjang Total Quality Management agar kesadaran akan mutu dijadikan budaya dalam perusahaan. Sejak awal berdirinya, perusahaan berusaha menyiapkan lingkungan yang merangsang pengembangan dan pertumbuhan pribadi, serta peningkatan karier bagi tiap karyawan. Berbagai program pendidikan dan pelatihan ditawarkan, dilakukan ditempat/dimancanegara. Mereka dipacu untuk menambah keterampilan dan pengetahuan di bidang industri. Para karyawan menikmati tunjangan tambahan seperti fasilitas kesehatan, asuransi kesehatan, dan pinjaman pendidikan tanpa bunga. Kepuasan kerja merupakan unsur utama di perusahaan dan Serikat Kerja Karyawan dianggap sebagai bagian dari keluarga PT. Indomilk. Visi dan Misi PT. Indomilk mempunyai visi dan misi dalam melakukan segala aktivitas yang ada di perusahaan. Visi PT. Indomilk yaitu “turut mencerdaskan anak bangsa”, diharapkan generasi muda akan terus selalu membangun bangsa ini dengan minum susu setiap hari. Misi PT. Indomilk yaitu mampu menyediakan produk unggul yang halal, menyehatkan, bermutu, aman dan mudah diperoleh. Struktur Organisasi Divisi Produksi Divisi produksi PT. Indomilk dipimpin oleh seorang General Manager Plant (GM Plant) yang dibantu oleh Production Deputy General Manager Plant dan Sekretaris Produksi. Divisi produksi terbagi menjadi 5 Department yaitu diantaranya Department FM Management, Department Production SKM, Department Production Liquid Milk, Department Production Powder, dan Department Process Engineering, yang masing-masing Department dipimpin oleh seorang Manajer. Salah satu objek penelitian ini yaitu pada Department Production Powder atau yang lebih dikenal dengan divisi produksi susu bubuk. Divisi produksi susu bubuk PT. Indomilk Jakarta merupakan bagian dari divisi produksi yang memproduksi susu cair menjadi susu bubuk dalam berbagai bentuk kemasan dan cita rasa. Divisi produksi susu bubuk dipimpin oleh seorang manajer yang dibantu oleh tiga orang bagian administrasi di antaranya administrasi packaging, administrasi production, dan administrasi IT. Dibawah manajer ada empat orang supervisor yang ditugaskan untuk mengawasi kegiatan kerja karyawan divisi produksi susu bubuk. Divisi produksi susu bubuk memiliki jumlah karyawan
sebagai pelaksana kerja sebanyak 150 orang, yang semuanya berstatus sebagai karyawan tetap. Susu bubuk yang dihasilkan oleh PT. Indomilk Jakarta mulai dipasarkan pada tahun 1991, yang tersedia dengan berbagai macam rasa dan kemasan. Ada empat macam susu bubuk yang dihasilkan oleh Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta, antara lain : 1) Susu Bubuk Omega-3 Indomilk 2) Susu Bubuk Indomilk Calskim 3) Susu Bubuk Indomilk Bio 4) Susu Bubuk Indomilk Bio Kids Peraturan-Peraturan Kerja PT. Indomilk menetapkan beberapa kebijakan untuk menjaga kedisiplinan karyawan dan agar karyawan dapat bekerja secara efisien, adapun kebijakannya adalah : 1)
Karyawan pabrik bekerja selama lima hari dalam seminggu, dimana jam kerja per hari adalah delapan jam
2)
Karyawan administrasi hari kerja adalah Senin hingga Jum’at, dengan jam kerja per hari adalah delapan jam
3)
Mengingat proses produksi dilaksanakan selama 24 jam, maka karyawan pabrik bekerja menurut jadwal shift dengan ketentuan antara lain : a) Shift pagi
: 06.30 – 15.00 WIB
b) Shift siang
: 14.30 – 23.00 WIB
c) Shift malam : 22.30 – 07.00 WIB Waktu penukaran shift dilakukan minimal satu minggu sekali. 4)
Perusahaan memberikan waktu istirahat selama 30 menit bagi para karyawan. Untuk mengontrol jam kerja karyawan, PT. Indomilk menyediakan fasilitas
finger print (absensi) yang merupakan catatan waktu pada saat karyawan datang dan pulang. Selain itu PT. Indomilk juga menetapkan penalty untuk setiap pelanggaran kehadiran, di antaranya adalah : 1) Keterlambatan dan meninggalkan pekerjaan sebelum waktunya tanpa alasan, akan dikenai pemotongan upah dan akan mempengaruhi penilaian kualitas kerja karyawan yang bersangkutan
2) Apabila dalam 6 hari berturut-turut karyawan tidak masuk tanpa pemberitahuan atau alasan yang diberikan tidak dapat dibuktikan, maka karyawan tersebut dianggap mengundurkan diri.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Individu Karyawan Karakteristik individu karyawan adalah ciri dan sifat yang melekat pada setiap individu karyawan di dalam lingkungan kerjanya yang meliputi usia, tingkat pendidikan terakhir, upah/gaji per bulan, lama bekerja, dan jumlah tanggungan keluarga. Karakteristik individu akan mempengaruhi individu karyawan dalam melakukan pekerjaannya, dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Karakteristik Individu Karyawan Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta Karakteristik
Klasifikasi
Jumlah (orang) 3 53 4
Persentase (%) 5,00 88,33 6,67
Usia
< 25 tahun 25 - 40 tahun > 40 tahun
Pendidikan Terakhir
SMA/Sederajat Perguruan Tinggi (Diploma)
58 2
96,67 3,33
Upah/Gaji per bulan
Rp 750.000,00 - Rp 1.500.000,00 > Rp 1.500.000,00
48 12
80,00 20,00
Lama Bekerja
< 5 tahun 5 - 10 tahun > 10 tahun
19 26 15
31,67 43,33 25,00
Jumlah Tanggungan Keluarga
< 3 orang 3 - 6 orang > 6 orang
34 25 1
56,67 41,67 1,66
Semua karyawan Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk dalam usia yang produktif, sehingga masih dalam kisaran usia yang mampu untuk melakukan aktifitas pekerjaan di PT. Indomilk. Sebagian besar karyawan berusia sedang antara 25-40 tahun, yaitu sebanyak 88,33%, sedangkan 5% berusia muda ( kurang dari 25 tahun), dan 6,67% berusia tua (lebih dari 40 tahun). Tingkat pendidikan karyawan cukup baik, dengan pendidikan terakhir SMA/Sederajat sebanyak 96,67%, dan Perguruan Tinggi (jenjang Diploma) sebanyak 3,33%. Hal ini membuktikan bahwa PT. Indomilk melihat faktor pendidikan ini sangat mempengaruhi penempatan posisi kerja, dan sebagai batasan
untuk menjadi karyawan PT. Indomilk minimal harus berpendidikan terakhir SMU/Sederajat. Mayoritas karyawan sebanyak 80% mendapatkan gaji antara Rp 750.000,00Rp 1.500.000,00 per bulan. Selain itu 20% karyawan mendapatkan gaji lebih dari Rp 1.500.000,00 per bulan. Pendapatan yang diperoleh karyawan sudah sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional) DKI Jakarta sebesar Rp 819.100,00 per bulan dan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan terakhir serta lamanya seorang karyawan dalam bekerja di Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk. Karyawan Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk yang sudah bekerja selama 5–10 tahun sebanyak 43,33%. Selain itu, 31,67% karyawan bekerja selama kurang dari 5 tahun, dan 25% karyawan bekerja lebih dari 10 tahun. Hal ini disebabkan perusahaan membutuhkan orang yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam bekerja khususnya dalam proses produksi susu bubuk di PT Indomilk. Jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki oleh karyawan Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk sebagian besar berjumlah kurang dari 3 orang (56.67%). Hal ini disebabkan jumlah tanggungan keluarga yang besar akan mempengaruhi kesesuaian pengeluaran untuk kebutuhan hidup keluarganya, sehingga harus mampu menyesuaikan dengan gaji yang didapatkan dalam bekerja. Selain itu 41,67% karyawan memiliki jumlah tanggungan keluarga antara 3-6 orang, dan 1,67% karyawan memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih dari 6 orang. Faktor-Faktor Organisasi Faktor-faktor organisasi merupakan segala sesuatu yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan yang berhubungan dengan proses komunikasi. Faktorfaktor organisasi tersebut akan mempengaruhi segala aktivitas kerja yang dilakukan oleh karyawan khususnya dalam proses komunikasi yang terjadi di lingkungan kerja. Faktor-faktor organisasi meliputi ketersediaan forum dan sarana komunikasi, serta iklim komunikasi organisasi (kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas, dan perhatian pada tujuan kinerja tinggi). Persepsi karyawan terhadap ketersediaan forum dan sarana komunikasi disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Persentase Persepsi Karyawan Tentang Ketersediaan Forum dan Sarana Komunikasi Karyawan Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta Kategori Forum Komunikasi Rapat dengan atasan Rapat dengan sesama rekan kerja Pelatihan pengembangan kinerja karyawan Organisasi karyawan (SPSI, dsb) Diskusi dengan sesama karyawan (obrolan santai, dsb) Forum kerohanian (pengajian, dsb) Sarana Komunikasi Telepon Brosur Komputer/Internet Faksimili Papan Pengumuman Memo/Surat Koran/Majalah/Tabloid/dsb
Jumlah (orang)
Persentase (%)
tersedia
tidak
tersedia
tidak
49 44 51 60 52 55
11 16 9 0 8 5
81,67 73,33 85 100 86,67 91,67
18,33 26,67 15 0 13,33 8,33
59 39 58 51 60 55 10
1 21 2 9 0 5 50
98,33 65 96,67 85 100 91,67 10
1,67 35 3,33 15 0 8,33 90
Karyawan berpendapat bahwa di PT. Indomilk cukup tersedia secara memadai forum dan sarana komunikasi, hanya pada sarana komunikasi tercetak (koran, majalah, tabloid, dan sebagainya) yang masih dirasa kurang tersedia di lingkungan perusahaan PT. Indomilk. Hal ini dikarenakan sarana komunikasi tercetak tersedia dalam jumlah yang sedikit dan hanya dapat dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu yang ada di lingkungan perusahaan seperti pimpinan, manajer, dan sebagainya sehingga sulit untuk karyawan dalam memanfaatkan sarana tersebut. Penilaian karyawan divisi produksi susu bubuk PT. Indomilk terhadap iklim komunikasi organisasi dapat dilihat pada Tabel 6. Secara keseluruhan iklim komunikasi organisasi yang terjadi di PT. Indomilk dirasakan cukup baik oleh karyawan. Iklim komunikasi organisasi di PT. Indomilk sudah cukup mampu menumbuhkan kepercayaan kepada atasan dan rekan kerja, pembuatan keputusan bersama antara pihak perusahaan dengan karyawan, kejujuran kepada atasan dan rekan kerja, keterbukaan atasan dalam komunikasi ke bawah/karyawan, dan mendengarkan dalam komunikasi ke atas.
Tabel 6. Rataan Iklim Komunikasi Organisasi Karyawan Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta Iklim Komunikasi Organisasi Kepercayaan Pembuatan keputusan bersama Kejujuran Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah Mendengarkan dalam komunikasi ke atas Perhatian pada tujuan kinerja tinggi Total Rataan Seluruh Aspek Keterangan : 0,45 – 1,44 = sangat rendah 1,45 – 2,44 = rendah 2,45 - 3,44 = sedang
Rataan Skor 3,20 2,91 3,37 3,25 3,27 3,61 3,26 3,45 – 4,44 = tinggi 4.45 – 5,00 = sangat tinggi
Perhatian karyawan terhadap tujuan pada kinerja yang tinggi dinilai tinggi atau baik oleh karyawan. Hal ini disebabkan karyawan memiliki rasa tanggung jawab dan komitmen yang tinggi dalam menyelesaikan pekerjaan di perusahaan tersebut. Tanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu akan mampu meningkatkan produkvitas kerja karyawan dan akan berpengaruh kepada pencapaian tujuan perusahaan. Perilaku Komunikasi Karyawan Proses komunikasi akan memudahkan sumberdaya manusia dalam suatu lingkungan kerja untuk melakukan suatu kegiatan, terutama menyangkut dengan pekerjaan di lingkungan kerja. Salah satunya dilihat dari bagaimana perilaku karyawan dalam berkomunikasi di lingkungan mereka bekerja. Perilaku komunikasi karyawan merupakan suatu tindakan atau respon individu karyawan yang terpola dalam berkomunikasi di lingkungan dan situasi komunikasinya yang berdasarkan arah komunikasi dan media komunikasi yang digunakan oleh karyawan dalam bekerja. Tabel 7. Rataan Skor Perilaku Komunikasi Karyawan Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta Perilaku Komunikasi Rataan Skor Mencari informasi 2,10 Menyampaikan informasi 1,96 Partisipasi dalam kelompok/forum-forum komunikasi 2,32 Total Rataan Seluruh Aspek 2,12 Keterangan : 0,45–1,44 = Tidak Pernah (jika tidak pernah melakukannya dalam sebulan) 1,45–2,44 = Sekali-Sekali (jika frekuensi 1 - 4 kali dalam sebulan) 2,45-3,44 = Jarang (jika frekuensi 5 - 10 kali dalam sebulan) 3,45–4,00 = Sering (jika frekuensi lebih dari 10 kali dalam sebulan)
Perilaku komunikasi karyawan meliputi perilaku mencari informasi, perilaku menerima informasi, dan partisipasi dalam kelompok atau forum-forum di lingkungan pekerjaannya. Hasil yang didapat mengenai perilaku komunikasi karyawan dapat dilihat pada Tabel 7. Secara keseluruhan aspek perilaku komunikasi karyawan, memiliki total rataan seluruh aspek sebesar 2,12. Karyawan hanya sekalisekali (1-4 kali dalam sebulan) berkomunikasi dengan berbagai pihak yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Hal ini disebabkan konsentrasi karyawan tertuju pada penyelesaian tugas dan tanggung jawabnya untuk menyelesaikan pekerjaan, sehingga waktu yang ada sebagian besar digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan. Perilaku Mencari Informasi Perilaku mencari informasi yaitu tindakan individu karyawan untuk memperoleh informasi tentang pekerjaan dari atasan/manajer, sesama karyawan, dan luar perusahaan dengan menggunakan media komunikasi. Berdasarkan Tabel 8 didapatkan total rataan skor sebesar 2,10 yang menunjukkan bahwa perilaku dalam mencari informasi hanya dilakukan sekali-sekali dalam sebulan oleh karyawan. Kesibukan karyawan dalam memprioritaskan penyelesaian pekerjaan sangat mempengaruhi perilaku dalam mencari informasi, sehingga karyawan kurang aktif dalam mencari informasi mengenai pekerjaan. Perilaku dalam mencari informasi mengenai pekerjaan kepada atasan hanya sekali-sekali dilakukan oleh karyawan dalam sebulan. Hanya perilaku komunikasi secara tatap muka langsung kepada atasan yang jarang dilakukan karyawan, yaitu antara 5-10 kali dalam sebulan. Hal ini disebabkan tugas dan tanggung jawab yang berbeda antara manajer/atasan dengan karyawan dalam lingkungan perusahaan. Manajer Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk dalam berkomunikasi dengan karyawannya biasanya terjadi jika manajer tersebut melakukan pemantauan dan pengecekan kinerja ke lokasi tempat karyawan, walaupun waktunya tidak tertentu. Sedangkan penggunaan media cetak dan media elektronik dalam mencari informasi kepada atasan sekali-sekali dilakukan oleh karyawan dalam sebulan. Perilaku dalam mencari informasi mengenai pekerjaan kepada rekan kerja jarang dilakukan oleh karyawan dalam sebulan. Perilaku yang sering dilakukan karyawan dalam mencari informasi adalah melalui tatap muka secara langsung dengan rekan kerja, dikarenakan karyawan selalu bertemu dengan rekan kerja di
lokasi pekerjaan sehingga memudahkan dalam mencari informasi. Selain itu, penggunaan media cetak hanya sekali-sekali dilakukan, serta penggunaan media elektronik jarang dilakukan oleh karyawan dalam mencari informasi kepada rekan kerja. Tabel 8. Rataan Skor Perilaku Mencari Informasi, Karyawan Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta Perilaku Mencari Informasi Arah/tujuan Media yang digunakan 1. Atasan - secara langsung (tatap muka) - media cetak (memo, surat, dsb) - media elektronik (telepon, handphone, faksimili, email, dsb) Rataan komunikasi dengan atasan 2.Rekan kerja
Rataan Skor 2,91 1,56 2,38 2,28
- secara langsung (tatap muka) - media cetak (memo, surat, dsb) - media elektronik (telepon, handphone, faksimili, email, dsb)
3,65 1,67 2,71 2,67
- secara langsung (tatap muka) - media cetak (memo, surat, dsb) - media elektronik (telepon, handphone, faksimili, email, dsb) - media massa (surat kabar, tabloid, majalah,dsb)
1,61 1,45 1,53 1,46 1,51
Total Rataan Seluruh Aspek Keterangan : 0,45–1,44 = Tidak Pernah (jika tidak pernah melakukannya dalam sebulan) 1,45–2,44 = Sekali-Sekali (jika frekuensi 1 - 4 kali dalam sebulan) 2,45-3,44 = Jarang (jika frekuensi 5 - 10 kali dalam sebulan) 3,45–4,00 = Sering (jika frekuensi lebih dari 10 kali dalam sebulan)
2,10
Rataan komunikasi dengan rekan kerja 3. Luar perusahaan
Rataan komunikasi dengan luar perusahaan
Secara keseluruhan perilaku mencari informasi dari luar perusahaan hanya dilakukan sekali-sekali oleh karyawan dalam sebulan, yaitu informasi yang berasal dari media massa, keluarga, tetangga, dan sebagainya. Fokus pada pekerjaan yang menjadi pengaruh karyawan dalam mencari informasi dari luar perusahaan, sehingga informasi yang menurut karyawan baik dan dapat dipercaya berasal dari dalam perusahaan. Perilaku Menyampaikan Informasi Perilaku menyampaikan informasi yaitu tindakan individu karyawan untuk menyampaikan informasi tentang pekerjaan kepada atasan/manajer, sesama karyawan, dan luar perusahaan dengan menggunakan media komunikasi. Berdasarkan Tabel 9 didapatkan total rataan skor sebesar 1,96 yang menunjukkan
bahwa perilaku dalam menyampaikan informasi hanya dilakukan sekali-sekali dalam sebulan oleh karyawan. Sama halnya dalam mencari informasi, kesibukan karyawan dalam bekerja mempengaruhi kegiatan dalam menyampaikan informasi mengenai pekerjaan. Tabel 9. Rataan Skor Perilaku Menyampaikan Informasi, Karyawan Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta Perilaku Menyampaikan Informasi Arah/tujuan Media yang digunakan 1. Atasan - secara langsung (tatap muka) - media cetak (memo, surat, dsb) - media elektronik (telepon, handphone, faksimili, email, dsb) Rataan komunikasi dengan atasan 2.Rekan kerja
- secara langsung (tatap muka) - media cetak (memo, surat, dsb) - media elektronik (telepon, handphone, faksimili, email, dsb)
3,45 1,68 2,46 2,53
- secara langsung (tatap muka) - media cetak (memo, surat, dsb) - media elektronik (telepon, handphone, faksimili, email, dsb) - media massa (surat kabar, tabloid, majalah,dsb)
1,43 1,35 1,41 1,25 1,36
Rataan komunikasi dengan rekan kerja 3. Luar perusahaan
Rataan Skor 2,71 1,56 2,33 2,20
Rataan komunikasi dengan luar perusahaan Total Rataan Skor Seluruh Aspek Keterangan : 0,45–1,44 = Tidak Pernah (jika tidak pernah melakukannya dalam sebulan) 1,45–2,44 = Sekali-Sekali (jika frekuensi 1 - 4 kali dalam sebulan) 2,45-3,44 = Jarang (jika frekuensi 5 - 10 kali dalam sebulan) 3,45–4,00 = Sering (jika frekuensi lebih dari 10 kali dalam sebulan)
1,96
Perilaku dalam menyampaikan informasi kepada atasan hanya dilakukan sekali-sekali oleh karyawan dalam sebulan. Tatap muka secara langsung dengan atasan dalam menyampaikan informasi jarang dilakukan, dikarenakan karyawan sungkan bertemu dengan atasan dan juga dalam menyampaikan informasi mengenai pekerjaan kepada atasan haruslah berhati-hati sesuai dengan fakta yang ada. Selain itu, penggunaan media cetak dan media elektronik hanya sekali-sekali dilakukan oleh karyawan dalam sebulan untuk menyampaikan informasi kepada atasan. Perilaku dalam menyampaikan informasi mengenai pekerjaan kepada rekan kerja jarang dilakukan oleh karyawan dalam sebulan. Perilaku yang sering dilakukan karyawan dalam menyampaikan informasi adalah melalui tatap muka secara langsung dengan rekan kerja, dikarenakan karyawan selalu bertemu dengan rekan
kerja di lokasi pekerjaan sehingga memudahkan karyawan dalam menyampaikan informasi. Selain itu, penggunaan media cetak hanya sekali-sekali dilakukan, serta penggunaan media elektronik jarang dilakukan dalam sebulan oleh karyawan untuk menyampaikan informasi kepada rekan kerja. Secara keseluruhan perilaku menyampaikan informasi ke luar perusahaan tidak pernah dilakukan oleh karyawan dalam sebulan. Fokus karyawan hanya pada penyelesaian pekerjaan, dan berarti memang jarang terjadi permasalahan yang berpengaruh kepada karyawan dalam bekerja sehingga karyawan tidak pernah memberikan informasi ke luar perusahaan. Partisipasi Dalam Kelompok/Forum-Forum Komunikasi Partisipasi dalam kelompok atau forum-forum komunikasi, yaitu proses interaksi dan hubungan komunikasi karyawan dengan orang lain yang terjadi lingkungan kerja yang ada dalam perusahaan. Berdasarkan Tabel 10 didapatkan total rataan
skor
sebesar
2,32
yang
menunjukkan
bahwa
partisipasi
dalam
kelompok/forum-forum komunikasi hanya dilakukan sekali-sekali dalam sebulan oleh karyawan. Tabel
10.
Rataan Skor Partisipasi Dalam Kelompok/Forum-Forum Komunikasi, Karyawan Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta
Partisipasi dalam Kelompok/Forum-Forum Mengikuti rapat dengan atasan/manajer atau pihak perusahaan Mengikuti rapat dengan sesama karyawan Mengikuti diskusi / obrolan santai dengan sesama karyawan (di kantin, dsb) Mengikuti kegiatan di Serikat Pekerja Karyawan (SPSI) Mengikuti pelatihan pengembangan bagi karyawan Mengikuti forum kerohanian karyawan Total Rataan Seluruh Aspek Keterangan : 0,45–1,44 = Tidak Pernah (jika tidak pernah melakukannya dalam sebulan) 1,45–2,44 = Sekali-Sekali (jika frekuensi 1 - 4 kali dalam sebulan) 2,45-3,44 = Jarang (jika frekuensi 5 - 10 kali dalam sebulan) 3,45–4,00 = Sering (jika frekuensi lebih dari 10 kali dalam sebulan)
Rataan Skor 1,96 2,28 3,30 1,71 2,31 2,36 2,32
Hal ini disebabkan waktu yang diberikan perusahaan sangat diprioritaskan untuk rutinitas penyelesaian target pekerjaan yang harus dilakukan karyawan, sehingga maksimal hanya sekali dalam seminggu karyawan dapat berpartisipasi. Meskipun cukup tersedianya forum-forum komunikasi, tetapi hanya orangorang/karyawan tertentu (perwakilan dari karyawan) yang dapat berpartisipasi dalam
forum-forum komunikasi yang ada dalam lingkungan perusahaan seperti rapat dengan atasan, mengikuti kegiatan di serikat pekerja dengan menjadi pengurus, mengikuti forum kerohanian karyawan dan mengikuti pelatihan pengembangan karyawan sehingga karyawan tidak dilibatkan seluruhnya. Frekuensi karyawan dalam mengikuti diskusi/obrolan santai mengenai informasi tentang pekerjaan dengan sesama karyawan jarang dilakukan dalam sebulan. Hal ini yang hanya dapat dilakukan karyawan pada waktu istirahat kerja dan setelah selesai bekerja. Partisipasi karyawan dengan mengikuti rapat dengan atasan/pihak perusahaan, rapat dengan sesama karyawan, mengikuti kegiatan di organisasi karyawan seperti Serikat Pekerja (SPSI), mengikuti pelatihan pengembangan bagi karyawan seperti HACCP, TQM, dan lain-lain, serta mengikuti forum kerohanian karyawan hanya dilakukan sekalisekali dalam sebulan. Efektivitas Kerja Karyawan Upaya perusahaan untuk mengembangkan usahanya serta memperoleh keuntungan yang maksimal sangat dipengaruhi oleh kinerja yang efektif yang terjadi dalam lingkungan perusahaan tersebut. Perusahaan harus mampu memuaskan kerja karyawannya, mampu menimbulkan semangat karyawannya dalam bekerja, dan memberikan prestasi kerja bagi karyawannya, sehingga efektivitas kerja akan tercapai. Efektivitas kerja karyawan adalah hasil yang diperoleh dari suatu proses terciptanya pekerjaan yang baik dan benar yang dapat memudahkan karyawan untuk melakukan pekerjaan yang meliputi kepuasan kerja, prestasi kerja, dan semangat kerja karyawan di lingkungan perusahaan. Secara umum efektivitas kerja karyawan Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta sudah tercapai dengan cukup baik. Karyawan cukup puas dengan kompensasi dan kondisi kerja yang ada di perusahaan, sebagian besar karyawan belum pernah mendapatkan prestasi kerja, serta memiliki semangat kerja yang sedang. Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri anggota atau karyawan yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun kondisi dirinya. Kepuasan kerja dibagi menjadi dua yaitu kepuasan terhadap kondisi kerja dan kepuasan terhadap kompensasi kerja yang diberikan oleh perusahaan. Berdasarkan Tabel 11 total rataan skor kepuasan kerja sebesar 2,29
menunjukkan bahwa karyawan merasa cukup puas dalam bekerja selama ini. Sarana dan prasarana kerja bagi karyawan dapat dipenuhi oleh perusahaan, sehingga memudahkan kelancaran karyawan dalam bekerja. Tabel 11. Rataan Skor Kepuasan Kerja Karyawan Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta Kepuasan Kerja Kondisi Kerja Fasilitas peralatan kerja Fasilitas keselamatan kerja Kebersihan lingkungan Penerangan dan ventilasi udara Keamanan lingkungan kerja Kondisi gedung/tempat kerja Hubungan kerja dengan atasan /rekan kerja Total rataan skor kondisi kerja
Rataan Skor 2,48 2,55 2,41 2,35 2,45 2,41 2,23 2,41
Kompensasi Kerja Sistem penggajian yang diterapkan perusahaan Sistem absensi yang diterapkan perusahaan Pemberian upah (gaji bulanan, premi lembur, THR, dsb) Fasilitas transportasi (kendaraan jemputan) untuk karyawan Fasilitas kantin/tempat iatirahat Fasilitas tempat ibadah dan WC Fasilitas kesehatan (klinik, P3K, dsb) Kebijakan dan peraturan kerja Pemberian cuti dan lembur Total rataan skor kompensasi kerja Total Rataan Seluruh Aspek Keterangan : 0,45 – 1,44 = tidak puas
1,45 – 2,44 = cukup puas
2,11 2,36 2,20 1,48 2,11 2,43 2,53 2,11 2,25 2,17 2,29 2,45 - 3,00 = puas
Kondisi kerja seperti fasilitas peralatan kerja, fasilitas keselamatan kerja, dan keamanan lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan dinilai memuaskan oleh para karyawan karena kondisi tersebut memang nyata ada di
lingkungan
perusahaan. Selain itu kondisi kerja seperti kebersihan lingkungan, penerangan dan ventilasi udara, keamanan lingkungan, kondisi gedung, dan hubungan kerja dengan atasan maupun rekan kerja dinilai cukup memuaskan oleh karyawan. Kepuasan terhadap kompensasi kerja seperti fasilitas kesehatan yang diberikan perusahaan bagi karyawan dirasa memuaskan karena perusahaan memiliki klinik gratis yang disediakan untuk karyawan beserta keluarganya. Sistem penggajian, sistem absensi, pemberian upah (gaji, premi lembur, THR, dan sebagainya), fasilitas transportasi (kendaraan jemputan bagi karyawan), fasilitas kantin, fasilitas tempat ibadah dan WC, kebijakan dan peraturan dalam bekerja, serta
pemberian cuti atau lembur yang diterapkan perusahaan kepada karyawannya dirasa cukup memuaskan. Perusahaan memberikan segala fasilitas bagi karyawannya, supaya dapat memperlancar kinerja karyawan di PT. Indomilk. Prestasi Kerja Prestasi kerja karyawan merupakan hasil kerja yang dicapai oleh individu karyawan sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan kebutuhan dirinya dalam bekerja. Sejauh mana seorang karyawan mendapatkan prestasi kerja yang diberikan oleh perusahaan, berdasarkan produktivitas kerja yang dihasilkan selama bekerja dan juga lamanya karyawan bekerja di perusahaan tersebut. Pihak perusahaan akan memberikan imbalan berupa penghargaan atau reward bagi karyawan yang memiliki prestasi kerja yang baik.
16,67%
83,33%
Gambar 4. Persentase Prestasi Kerja yang Pernah Diperoleh Karyawan Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta Berdasarkan Gambar 4 bahwa prestasi kerja yang diperoleh seperti menjadi karyawan teladan, karyawan terbaik, dan sebagainya hanya dirasakan oleh 10 orang karyawan (16,67%) yang pernah mendapatkan penghargaan dari perusahaan. Sedangkan mayoritas karyawan sebanyak 50 orang karyawan (83,33%) belum pernah mendapatkan prestasi kerja dalam bekerja selama ini. Perusahaan memiliki wewenang untuk memberikan prestasi kerja bagi karyawannya, dengan melakukan proses seleksi dan pertimbangan perusahaan dari berbagai aspek dalam menetapkan karyawan yang berprestasi.
Semangat Kerja Semangat kerja karyawan merupakan perilaku atau tindakan terhadap hasil yang diperoleh dari pekerjaannya dan hubungannya dengan lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan. Semangat kerja yang ditimbulkan oleh karyawan akan berdampak baik pagi produktivitas kerja perusahaan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Berdasarkan rataan seluruh aspek semangat kerja pada Tabel 12 sebesar 1,87 menunjukkan bahwa semangat kerja yang ditimbulkan oleh karyawan dalam bekerja dirasa sedang, karena semangat kerja dipengaruhi oleh suasana kerja dan kondisi fisik atau pikiran setiap individu dalam melakukan pekerjaan. Selain itu timbulnya masalah dalam bekerja, rasa lelah yang timbul dalam bekerja, dan frekuensi untuk bekerja lembur, dirasakan sedang oleh karyawan artinya karyawan masih tetap semangat dalam bekerja. Semangat kerja yang tinggi ditimbulkan oleh karyawan dalam upaya untuk mendapatkan promosi jabatan dan upaya untuk meningkatkan upah/gaji yang diterima selama ini. Promosi jabatan diharapkan mampu meningkatkan gaji dan kepuasan diri dalam bekerja. Gaji yang diterima selama ini perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang dirasa juga semakin meningkat pula. Tabel 12. Rataan Skor Semangat Kerja Karyawan Divisi Produksi Susu Bubuk PT Indomilk Jakarta Semangat Kerja Timbulnya masalah dalam bekerja Rasa lelah dalam bekerja Keinginan untuk membolos kerja Frekuensi Anda untuk kerja lembur Niat ingin cepat pulang jika sedang bekerja Keinginan untuk mencari pekerjaan di tempat lain Upaya untuk mendapatkan promosi jabatan Upaya untuk meningkatkan upah/gaji Total Rataan Seluruh Aspek Keterangan : 0,45 – 1,44 = rendah 1,45 – 2,44 = sedang
Rataan Skor 1,90 1,95 1,06 1,91 1,35 1,43 2,53 2,85 1,87 2,45 - 3,00 = tinggi
Sedangkan tidak adanya keinginan karyawan untuk membolos kerja, niat ingin cepat pulang jika sedang bekerja, dan keinginan untuk mencari pekerjaan tidak mempengaruhi karyawan untuk tetap semangat dalam bekerja. Karyawan masih tetap ingin bekerja di PT Indomilk karena sebagian besar mengatakan sulitnya mencari pekerjaan pada saat ini, dan status karyawan tetap yang diberikan perusahaan kepada
seluruh karyawan mempengaruhi karyawan untuk tetap bersemangat dalam bekerja, sehingga karyawan tidak akan khawatir mengenai masa depannya di perusahaan tersebut. Hubungan Karakteristik Individu dengan Perilaku Komunikasi Karyawan Karakteristik individu yang diukur hubungannya dengan perilaku komunikasi karyawan Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta adalah: (1) umur, (2) tingkat pendidikan terakhir, (3) gaji per bulan, (4) lama bekerja, dan (5) jumlah tanggungan keluarga. Hubungan karakteristik individu dengan perilaku komunikasi karyawan dilakukan dengan menggunakan uji korelasi rank Spearman (Tabel 13). Hasil pengujian seluruh aspek menunjukkan bahwa tidak ada satupun karakteristik individu yang terbukti berhubungan nyata dengan perilaku komunikasi karyawan, sehingga hipotesis ditolak (tolak H1a atau terima H0). Hal ini membuktikan bahwa perbedaan karakteristik individu tidak menimbulkan perbedaan dalam perilaku komunikasi karyawan. Tabel 13. Koefisien Korelasi Karakteristik Individu Dengan Perilaku Komunikasi Karyawan Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta Karakteristik Individu Umur Tingkat Pendidikan Terakhir Upah/gaji per bulan Lama Bekerja Jumlah Tanggungan Keluarga
Perilaku Komunikasi Karyawan Perilaku Perilaku Partisipasi Dalam Mencari Menyampaikan Kelompok/ForumInformasi Informasi Forum -0,149 -0.087 0.113 -0,019 -0.005 0.016 0,092 0.170 0.177 -0,103 0.009 0.146 -0,100 0.073 -0.143
Umur tidak berhubungan nyata, baik secara keseluruhan maupun terhadap masing-masing aspek perilaku komunikasi. Artinya bahwa tidak ada perbedaaan perilaku komunikasi diantara karyawan yang berbeda umurnya. Hal ini disebabkan karyawan dalam melakukan kegiatan berkomunikasi, dilakukan dengan baik sehingga perbedaan umur muda hingga tua tidak lagi mempengaruhi perilaku komunikasi karyawan dalam bekerja. Tingkat pendidikan tidak berhubungan nyata, baik secara keseluruhan maupun terhadap masing-masing aspek perilaku komunikasi. Artinya bahwa tidak
ada perbedaaan perilaku komunikasi diantara karyawan yang berbeda pendidikannya. Kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh karyawan tidak membedakan tingkat pendidikan, sehingga karyawan sama-sama mau mencari dan menyampaikan informasi serta berpartisispasi dalam kelompok/forum-forum komunikasi dalam pekerjaannya. Gaji yang diterima karyawan selama sebulan bekerja tidak berhubungan nyata, baik secara keseluruhan maupun terhadap masing-masing aspek perilaku komunikasi. Artinya bahwa tidak ada perbedaaan perilaku komunikasi diantara karyawan yang berbeda pendapatannya. Besar kecilnya gaji yang diterima karyawan setiap bulan tidak akan mempengaruhi karyawan dalam mencari dan menyampaikan informasi serta turut berpartisipasi dalam kelompok/forum-forum komunikasi, sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya dalam berkomunikasi dengan sesama karyawan. Lamanya karyawan dalam bekerja tidak berhubungan nyata, baik secara keseluruhan maupun terhadap masing-masing aspek perilaku komunikasi. Artinya bahwa tidak ada perbedaan perilaku komunikasi diantara karyawan yang berbeda lama bekerjanya. Lamanya karyawan dalam bekerja tidak akan mempengaruhi dalam mencari
dan
menyampaikan
informasi
serta
turut
berpartisipasi
dalam
kelompok/forum-forum komunikasi yang ada di perusahaan, sehingga kegiatan komunikasi dapat berjalan dengan baik. Jumlah tanggungan keluarga tidak berhubungan nyata, baik secara keseluruhan maupun terhadap masing-masing aspek perilaku komunikasi. Artinya bahwa tidak ada perbedaaan perilaku komunikasi diantara karyawan yang berbeda jumlah keluarganya. Besar kecilnya jumlah keluarga yang dimiliki karyawan tidak akan mempengaruhi karyawan dalam mencari dan menyampaikan informasi serta turut berpartisipasi dalam kelompok/forum-forum komunikasi yang ada. Hubungan Faktor-Faktor Organisasi dengan Perilaku Komunikasi Karyawan Faktor-faktor organisasi yang diukur hubungannya dengan perilaku komunikasi karyawan Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta adalah : (1) ketersediaan forum dan sarana komunikasi, (2) kepercayaan, (3) pembuatan keputusan bersama, (4) kejujuran, (5) keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, (6)
mendengarkan dalam komunikasi ke atas, dan (7) perhatian pada tujuan kinerja tinggi. Hubungan faktor-faktor organisasi dengan perilaku komunikasi karyawan dilakukan dengan menggunakan uji korelasi rank Spearman (Tabel 14). Hasil pengujian menunjukkan bahwa secara keseluruhan faktor-faktor organisasi tidak berhubungan nyata dengan perilaku komunikasi karyawan, hanya ketersediaan forum dan sarana komunikasi yang berhubungan secara nyata dengan perilaku mencari informasi sehingga hipotesis ditolak (tolak H1b atau terima H0). Pendapat karyawan tentang faktor-faktor organisasi pada umumnya sudah baik, sehingga tidak menimbulkan perbedaan pada perilaku komunikasi karyawan. Tabel 14. Koefisien Korelasi Faktor-Faktor Organisasi Dengan Perilaku Komunikasi Karyawan Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta Faktor-Faktor Organisasi
Perilaku Komunikasi Karyawan Perilaku Perilaku Partisipasi Dalam Mencari Menyampaikan Kelompok/ForumInformasi Informasi Forum 0,168 0,222 0,259*
Ketersediaan Forum dan Sarana Komunikasi Kepercayaan -0,053 Pembuatan Keputusan Bersama 0,153 Kejujuran -0,128 Keterbukaan Dalam Komunikasi ke 0,036 Bawah Mendengarkan Dalam Komunikasi ke 0,063 Atas Perhatian Pada Tujuan Kinerja Tinggi 0,101 * ) signifikan pada taraf kepercayaan 95% (p<0,05)
-0,063 0,099 -0,032 -0,162
0,013 0,109 -0,080 -0,118
0,081
-0,049
0,102
0,076
Ketersediaan forum dan sarana komunikasi berhubungan nyata (p<0,05) dengan perilaku mencari informasi, meskipun pada tingkat hubungan yang lemah (0,201
0,400). Hal ini disebabkan semakin tinggi ketersediaan forum dan sarana komunikasi maka akan semakin tinggi perilaku mencari informasi, sehingga akan mempermudah karyawan dalam hal mencari informasi mengenai pekerjaan. Tetapi untuk ketersediaan forum dan sarana komunikasi tidak berhubungan nyata dengan perilaku menyampaikan informasi dan partisipasi karyawan dalam kelompok/ forumforum komunikasi. Artinya tidak ada perbedaan perilaku menyampaikan informasi dan partisipasi dalam kelompok/forum-forum komunikasi diantara karyawan yang berbeda persepsi mengenai ketersediaan forum dan sarana komunikasi. Hal ini disebabkan kesibukan karyawan dalam bekerja, sehingga ketersediaan forum dan
sarana komunikasi tidak mempengaruhi karyawan dalam menyampaikan informasi dan berpartisipasi dalam kelompok/forum-forum komunikasi yang ada. Secara umum iklim komunikasi organisasi tidak berhubungan nyata dengan perilaku komunikasi karyawan, baik secara keseluruhan maupun terhadap masingmasing aspek perilaku komunikasi. Kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas, dan tujuan pada kinerja yang tinggi tidak berhubungan nyata dengan perilaku komunikasi. Artinya bahwa tidak ada perbedaaan perilaku komunikasi diantara karyawan yang berbeda persepsi mengenai iklim komunikasi organisasi. Hal ini disebabkan tinggi rendahnya persepsi karyawan terhadap iklim komunikasi organisasi, tidak akan mempengaruhi perilaku komunikasi karyawan. Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Efektivitas Kerja Karyawan Perilaku komunikasi yang diukur hubungannya dengan efektivitas kerja karyawan Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta adalah : (1) perilaku mencari informasi, (2) perilaku menyampaikan informasi, dan (3) partisipasi dalam kelompok/forum-forum komunikasi. Hubungan perilaku komunikasi dengan efektivitas kerja karyawan dilakukan dengan menggunakan uji korelasi rank Spearman (Tabel 15). Hasil pengujian seluruh aspek menunjukkan bahwa perilaku komunikasi merupakan faktor penting dalam membentuk efektivitas kerja karyawan. Sebagian besar perilaku komunikasi terbukti secara nyata berhubungan dengan efektivitas kerja karyawan sehingga hipotesis diterima (terima H1c atau tolak H0). Tabel 15. Koefisien Korelasi Perilaku Komunikasi Dengan Efektivitas Kerja Karyawan Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta Perilaku Komunikasi
Efektivitas Kerja Karyawan Kepuasan Prestasi Kerja Semangat Kerja Kerja 0,137 0,258* 0,368** 0,084 0,297* 0,405** 0,174 0,111 0,280*
Perilaku mencari informasi Perilaku menyampaikan informasi Partisipasi dalam kelompok/forum-forum komunikasi **) signifikan pada taraf kepercayaan 99% (p<0,01) * ) signifikan pada taraf kepercayaan 95% (p<0,05)
Perilaku mencari informasi berhubungan nyata (p<0,05) dengan kepuasan kerja karyawan, meskipun pada tingkat hubungan yang lemah (0,2010,400).
Artinya ada perbedaan kepuasan kerja diantara karyawan yang berbeda perilakunya dalam mencari informasi. Semakin sering karyawan mencari informasi mengenai pekerjaan, maka kepuasan dalam bekerja akan semakin mudah diperoleh. Begitu juga perilaku mencari informasi berhubungan sangat nyata (p<0,01) dengan prestasi kerja karyawan, meskipun pada tingkat hubungan yang lemah (0,2010,400). Artinya ada perbedaan prestasi kerja diantara karyawan yang berbeda perilakunya dalam mencari informasi. Semakin sering karyawan mencari informasi mengenai pekerjaan maka akan semakin tinggi peluang untuk mendapatkan prestasi kerja, sehingga akan mempermudah karyawan dalam memperoleh prestasi kerja. Perilaku menyampaikan informasi berhubungan nyata (p<0,05) dengan kepuasan kerja karyawan, pada tingkat hubungan yang cukup kuat (0,4010,600). Artinya ada perbedaan kepuasan kerja diantara karyawan yang berbeda perilakunya dalam menyampaikan informasi. Semakin sering karyawan menyampaikan informasi, maka kepuasan kerja akan semakin mudah diperoleh. Begitu juga perilaku menyampaikan informasi berhubungan sangat nyata (p<0,01) dengan prestasi kerja karyawan, meskipun pada tingkat hubungan yang lemah (0,2010,400). Artinya ada perbedaan prestasi kerja diantara karyawan yang berbeda perilakunya dalam menyampaikan informasi. Semakin sering karyawan menyampaikan informasi mengenai pekerjaan maka akan semakin tinggi peluang untuk mendapatkan prestasi kerja, sehingga akan mempermudah karyawan dalam memperoleh prestasi kerja. Partisipasi karyawan dalam kelompok/forum-forum komunikasi berhubungan nyata (p<0,05) dengan kepuasan kerja, meskipun pada tingkat hubungan yang lemah (0,2010,400). Artinya ada perbedaan kepuasan kerja diantara karyawan yang berbeda partisipasinya dalam kelompok/forum-forum komunikasi. Semakin sering karyawan dalam berpartisipasi dalam kelompok/forum-forum komunikasi, maka kepuasan kerja akan semakin mudah diperoleh. Tetapi untuk partisipasi karyawan dalam kelompok/forum-forum komunikasi tidak berhubungan nyata dengan prestasi kerja. Artinya tidak ada perbedaan prestasi kerja diantara karyawan yang berbeda partisipasinya dalam kelompok/forum-forum komunikasi. Hal ini disebabkan prestasi kerja yang diperoleh tidak akan mempengaruhi karyawan dalam berpartisipasi dalam kelompok/forum-forum komunikasi yang ada dalam lingkungan kerjanya.
Secara keseluruhan perilaku komunikasi tidak berhubungan secara nyata dengan semangat kerja karyawan. Artinya bahwa tidak ada perbedaaan semangat kerja diantara karyawan yang berbeda dalam perilaku komunikasi. Semakin sering perilaku komunikasi yang dilakukan oleh karyawan, maka tidak akan mempengaruhi semangat karyawan dalam bekerja. Semangat kerja karyawan hanya akan timbul jika dipengaruhi oleh upah/gaji yang didapatkan dan promosi jabatan selama bekerja di Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini yaitu : 1) Karyawan Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta sebagian besar masuk ke dalam kelompok usia produktif, tamat SMU/Sederajat, gaji sesuai UMR, sudah bekerja cukup lama, dan jumlah keluarga yang ideal. Faktor-faktor organisasi juga dirasa sudah cukup baik. 2) Karyawan kurang aktif dalam berkomunikasi sehingga perilaku komunikasi karyawan hanya dilakukan sekali-sekali dalam sebulan. 3) Penilaian karyawan terhadap efektivitas kerja karyawan cukup baik. 4) Karakteristik individu karyawan tidak berhubungan nyata dengan perilaku komunikasi. Faktor-faktor organisasi sebagian besar tidak berhubungan nyata dengan perilaku komunikasi, hanya ketersediaan forum dan sarana komunikasi yang berhubungan nyata dengan perilaku mencari informasi. 5) Perilaku komunikasi merupakan faktor penting dalam membentuk efektivitas kerja karyawan. Sebagian besar perilaku komunikasi berhubungan nyata dengan efektivitas kerja karyawan, meskipun dengan tingkat hubungan yang lemah. Tetapi perilaku komunikasi tidak berhubungan nyata dengan semangat kerja karyawan. Saran 1) Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta perlu memberikan perhatian kepada karyawan dalam kegiatan dan aktivitas komunikasi dengan menambah sarana dan prasarana penunjang berupa media tercetak, supaya pelaksanaan kerja karyawan dapat berjalan efektif.
UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karunia dan cintaNya yang tak terhingga kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ir. Sutisna Riyanto, MS. dan Ir. H. Ismail Pulungan, MSc. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan serta kesabarannya membantu penulis dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh, MS. dan Ir. Anita Sardiana, MRur.Sc. sebagai dosen penguji sidang yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini. Kepada Dr. Ir. Amri Jahi sebagai pembimbing akademik atas nasehat dan motivasinya selama perkuliahan. Kepada Ir. Hadiyanto, MS. sebagai penguji seminar dan kepada Dr. Ir. Sri Mulatsih MSc.Agr. selaku panitia seminar dan sidang. Ucapan terimakasih juga kepada Bapak Diyarmo sebagai Manajer Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta sekaligus sebagai pembimbing lapang, serta kepada seluruh staf dan karyawan Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta yang telah banyak memberikan bantuan selama penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua dan kakak, serta keluarga besar yang telah memberikan do’a, materi, motivasi, maupun kasih sayang. Kepada Febry Ajronah Pane, terima kasih atas dorongan dan motivasi yang diberikan kepada penulis selama ini. Kepada teman-teman SEIP’39 (Komunikasi, Bisnis, dan Ekper) terima kasih atas kerja sama, semangat dan kenangan indah yang diberikan selama perkuliahan. Kepada Pak Kamto, Pak Trisno, Teh Yeni, temanteman SEIP’40, SEIP’41, THT’39, ex Pengurus HIMASEIP 2004-2005, dan FOSMA Bogor atas kebersamaannya di kampus tercinta, serta teman-teman di Pondokan Amalia (khususnya Deny dan Roy), dan Asrama C3 kamar 333 atas kebersamaannya di Bogor. Terakhir penulis ucapkan terimakasih kepada teman-temanku yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Bogor, Agustus 2006
Penulis
DAFTAR PUSTAKA Budi, T.P. 2006. SPSS 13.0 Terapan : Riset Statistik Parametrik. Penerbit Andi, Yogyakarta. Davis, K. dan J.W. Newstrom, 1996. Perilaku dalam Organisasi. Terjemahan Agus Dharma. Jilid II. Edisi ke tujuh. Penerbit Erlangga, Jakarta. Departemen Pertanian. 2004. Data Produksi Susu Nasional. Departemen Pertanian, Jakarta. Effendy, O.U. 1990. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek. Remaja Rosadakarya, Bandung. Erwidodo, dan F. Hasan. 1993. Evaluasi kebijakan industri persusuan di indonesia. Jurnal Agro Ekonomi. Vol.12 No.1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta. Giil, M. 1993. Pedoman Pengembangan Organisasi Bagi Manajer Operasional. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta. Gomes, F.C. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Andi Offset, Yogyakarta. Handayaningrat, S. 1990. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen. Gunung Agung, Jakarta. Ilham, N. dan Dewa K.S. Swastika. 2001. Analisis daya saing susu segar dalam negeri pasca krisis ekonomi dan dampak kebijakan pemerintah terhadap usaha peternakan sapi perah di indonesia. Jurnal Agro Ekonomi. Vol.19 No.1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta. Mangkunegara, P.A.A.A. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Remaja Rosadakarya, Bandung. Pace, R.W. dan D.F. Faules. 2005. Komunikasi Organisasi : Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Cetakan ke empat. Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung. Suwarto, FX. 1999. Perilaku Keorganisasian : Buku Panduan Mahasiswa. Penerbitan Atma Jaya, Yogyakarta Umar, H. 1999. Riset Sumberdaya Manusia Dalam Organisasi. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Usman,H. dan R.Purnomo S.A. 2003. Pengantar Statistika. Cetakan ke tiga. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Widjaja, H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi : Pengantar Studi. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Wursanto, Ig. 2003. Etika Komunikasi Kantor. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Zikri, I. 2002. Perilaku komunikasi pegawai di tempat kerja dan keefektifan pekerjaannya (kasus pada Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Taman Mini Indonesia Indah – PPIPTEK TMII). Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.