ANALISIS PROSES PRODUKSI PROGRAM “HOW TO BE” DI MNC FASHION Amelia Marcelina Universitas Bina Nusantara
[email protected] Pembimbing: Dra. Endang Setiowati, M.Si Abstract RESEARCH GOAL, is to know the production process program "How To Be" covers the stages of preproduction, production and post-production. As well as knowing what the constraints are encountered at the beginning of production until the finish, and also know the solutions of these obstacles. RESEARCH METHODS in this study with Finding information on how the program production process step "How To Be" from the pre-production stages to begin post-production by means of participant observation and in-depth interviews with informants who are authorized to assist the researchers in completing this study. RESULTS ACHIEVED research was to determine the production process of the program "How To Be" in MNC Fashion from start pre-production, production, and post production. CONCLUSION obtained after doing the research is in accordance with the theory of the television production process. So the production process of the program "How To Be" in accordance with the theory of the production process Fred Wibowo.
Keywords: How To Be, MNC Fashion, Production Process, Magazine
Abstrak TUJUAN PENELITIAN, adalah mengetahui proses produksi program acara “How To Be” meliputi tahapan pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Serta mengetahui kendala apa saja yang ditemui pada saat awal produksi hingga selesai, dan juga mengetahui solusi dari hambatan tersebut. METODE PENELITIAN dalam penelitian ini dengan Mencari informasi bagaimana tahapan proses produksi program “How To Be” dari mulai tahapan pra produksi hingga pasca produksi dengan cara melakukan observasi partisipan dan wawancara secara mendalam dengan informan yang berwenang untuk membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini. HASIL YANG DICAPAI peneliti adalah mengetahui proses produksi program “How To Be” di MNC Fashion dari mulai pra produksi, produksi, hingga pasca produksi. SIMPULAN yang didapatkan setelah melakukan penelitian adalah sesuai dengan teori proses produksi televisi. Jadi proses produksi program “How To Be” sesuai dengan teori proses produksi dari Fred Wibowo.
Kata Kunci : How To Be, MNC Fashion, Proses Produksi, Magazine PENDAHULUAN Di era ini televisi kabel atau televisi berbayar sedang digemari masyarakat khususnya di Indonesia. Salah satu televisi kabel di Indonesia yang memiliki banyak saluran adalah MNC. MNC memiliki beberapa saluran yaitu MNC Sports, MNC Lifestyle, MNC Fashion, MNC News, MNC Entertainment, MNC Music, MNC Business, MNC Internasional, MNC Muslim, MNC Drama dan MNC Kids. Berbagai macam saluran ini tentunya diharapkan bisa memenuhi kebutuhan semua penonton yang beragam.Televisi kabel ini sendiri dihadirkan oleh perusahaan yang sudah lama berkecimpung dalam dunia broadcasting, yaitu PT. Media Nusantara Citra, TBK. Dalam beberapa saluran yang sudah disebutkan diatas,ada satu saluran yang jarang ada di Indonesia.Saluran tersebut adalah MNC Fashion. Seperti kita ketahui sebelumnya di Indonesia belum ada
saluran televisi yang membahas fashion secara mendalam dan menyeluruh. Salah satu stasiun televise yang memiliki program fashion adalah Net TV dengan program bertajuk I Look. Jadi MNC Fashion adalah satu-satu nya televisi channel di Indonesia yang membahas fashion dari berbagai macam sudut pandang. Melihat perkembangan dunia fashion di Indonesia, MNC mencoba menghadirkan saluran khusus dengan tujuan untuk memenuhi keperluan informasi para penonton melalui setiap program yang ada didalamnya. Selain itu, MNC fashion memberikan media kepada para designer Indonesia untuk bisa memperlihatkan karyanya. Di Indonesia sendiri belum banyak televisi yang mengkhususkan programnya dalam bidang fashion. Namun akhir-akhir ini mulai bermunculan program fashion dengan beragam bahasan. Dengan adanya sajian tayangan fashion ini tentunya membuat masyarakat pecinta fashion terpenuhi kebutuhannya atas informasi yang diberikan.. Program fashion pun disajikan dengan konsep dan format yang beragam. Ada yang berjenis news, magazine, features, infotainment dan lain sebagainya. Fashion adalah merupakan mode atau style yang menggambarkan jati diri dan status sosial seseorang. Jaman dahulu baju atau busana adalah merupakan keperluan pokok setiap manusia, sekarang baju adalah sebuah trend. Di setiap perubahan jaman fashion pun ikut berkembang dan memunculkan gaya baru ditengah masyarakat. Menurut sejarah fashion di Indonesia sendiri, pelopor utama yang membawa fashion ke Indonesia adalah Peter Sie. Selain itu ada juga Susan Budihardjo yang mendirikan sekolah fashion pertama di Indonesia pada tahun 1980. Di Indonesia pada tahun 1980. Dari situlah lahir banyak designer kenamaan Indonesia yang membawa Indonesia berkembang dalam dunia fashion. Dalam MNC fashion ada satu program yang menarik, yaitu How To Be. How To Be adalah program yang memberikan informasi dan acuan berbusana untuk bisa berpenampilan seperti artis atau public figure.Program ini berdurasi 30 menit yang terbagi dalam tiga segmen. Artis atau public figure yang menjadi tema dalam setiap episode berbeda-beda. Pada segmen satu, membahas mengenai profil lengkap sang artis.Selanjutnya di segmen dua biasanya dibahas mengenai casual style / formal style sang artis.Dan pada segmen terakhir adalah panduan untuk bisa berbusana seperti artis tersebut. How To be tayang setiap hari Senin – Jumat pada pukul 20.30 – 21.00 dan pukul 08.30 – 09.00 untuk tayangan ulangnya. Jam tayang dari How To Be termasuk dalam kategori jam tayang prime time. Yang menjadi target audience dalam program How To Be adalah wanita yang berumur 25 – 40 tahun. Dalam program ini ada host yang bertugas untuk menghantarkan paket tayangan dari opening sampai closing. Materi yang digunakan dalam program ini merupakan hasil peliputan dan juga video atau foto dari internet. Karena program ini termasuk dalam kategori magazine ,maka informasi yang diberikan adalah informasi ringan dan dibawakan secara santai. Diharapkan setelah menonton tayangan ini penonton bisa mendapatkan referensi yang baik untuk bisa bergaya seperti artis idola nya. Latar belakang peneliti meneliti program How To be adalah peneliti ingin mengetahui bagaimana proses produksi televisi channel, apakah ada perbedaan dengan produksi pada televisi nasional pada umumnya. Selain itu peneliti juga memiliki ketertarikan yang besar terhadap program How To Be. Dimana program ini menyajikan tayangan yang memberikan acuan dan cara untuk bisa berbusana seperti artis idola meskipun dengan budget yang rendah. Dibandingkan dengan program lainnya di MNC Fashion, program ini merupakan salah satu program unggulannya. Hal ini terbukti dengan masuknya How To Be di peringkat kedua dalam survey yang diadakan oleh Indovision dengan kategori program dengan minat penonton yang tinggi. Dengan adanya program How To Be, memberikan dampak tersendiri untuk masyarakat khususnya dalam kelompok masyarakat pecinta fashion. Untuk itu peneliti merasa bahwa program ini layak untuk diangkat sebagai bahan penelitian. Peneliti memilih untuk meneliti proses produksi How To Be, karena dengan mengetahui proses produksi nya peneliti akan mendapatkan hasil yang sesuai yaitu ingin mengetahui apakah proses produksi nya sama dengan televisi nasional. Dan bagaimana proses produksi program How To Be mulai dari pencarian ide sampai siap ditayangkan kepada penonton. METODE PENELITIAN Seperti yang sudah dinyatakan sebelumnya bahwa dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Yang dalam proses penelitiannya menggunakan teori relevan dengan masalah yang di teliti untuk dapat menemukan solusi dalam masalah tersebut. Penelitian kualitatif adalah salah satu metode penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui proses berpikir induktif (Dr. Basrowi & Dr.Suwandi, 2008:1). Pendekatan kualitatif ini dipilih oleh peneliti berdasarkan dengan konsep judul dan juga rumusan masalah yang sudah dijelaskan pada bab pendahuluan yang mengarah pada studi kasus. Metode kualitatif juga dapat digunakan untuk mencapai dan memperoleh suatu cerita, pandangan yang segar dan cerita mengenai segala sesuatu yang sebagian besar sudah dan dapat diketahui. Metode kualitatif juga diharapkan mampu
memberikan suatu penjelasan secara terperinci tentang fenomena yang sulit disampaikan dengan metode kuantitatif (Dr. Basrowi & Dr.Suwandi, 2008:8). Sementara itu, menurut (Sugiyono, 2009:15), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositifsime, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi (gabungan) analisis data bersifat induktif / kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada generalisasi. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistic (naturalistic research), karena penelitian dilakukan dalam kondisi yang alamiah (natural setting). Disebut juga penelitian etnografi, karena pada awalnya metode ini banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya. Selain itu disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan dianalisis lebih bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik. Ada beberapa ciri penelitian kualitatif, yaitu : 1. Menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu situasi sosial merupakan kajian utama penelitian kualitatif. Peneliti pergi ke lokasi tersebut, memahami dan mempelajari situasi. Studi dilakukan pada waktu interaksi berlangsung di tempat kejadian. Peneliti mengamati, mencatat, bertanya, menggali sumber yang erat hubungannya dengan peristiwa yang terjadi saat itu. Hasil-hasil yang diperoleh pada saat itu segera disusun saat itu pula. Apa yang diamati pada dasarnya tidak lepas dari konteks lingkungan di mana tingkah laku berlangsung. 2. Memiliki sifat deskriptif analitik Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data yang diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan angka-angka. Peneliti segera melakukan analisis data dengan memperkaya informasi, mencari hubungan, membandingkan, menemukan pola atas dasar data aslinya dan tidak ditransformasikan ke dalam bentuk angka. Hasil analisis data berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian naratif. Hakikat pemaparan data pada umumnya menjawab pertanyaan-pertanyaan mengapa dan bagaimana suatu fenomena terjadi. Untuk itu peneliti dituntut memahami dan menguasai bidang ilmu yang ditelitinya sehingga dapat memberikan justifikasi mengenai konsep dan makna yang terkandung dalam data. 3. Tekanan pada proses bukan hasil Tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada hasil. Data dan informasi yang diperlukan berkenaan dengan pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana untuk mengungkap proses bukan hasil suatu kegiatan. Apa yang dilakukan, mengapa dilakukan dan bagaimana cara melakukannya memerlukan pemaparan suatu proses mengenai fenomena tidak dapat dilakukan dengan ukuran frekuensinya saja. Pertanyaan di atas menuntut gambaran nyata tentang kegiatan, prosedur, alasanalasan, dan interaksi yang terjadi dalam konteks lingkungan di mana dan pada saat mana proses itu berlangsung. Proses alamiah dibiarkan terjadi tanpa intervensi peneliti, sebab proses yang terkontrol tidak akan menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Peneliti tidak perlu mentransformasi data menjadi angka untuk mengindari hilangnya informasi yang telah diperoleh. Makna suatu proses dimunculkan konsep-konsepnya untuk membuat prinsip bahkan teori sebagai suatu temuan atau hasil penelitian tersebut. 4. Bersifat induktif Penelitian kualitatif sifatnya induktif. Penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari lapangan yakni fakta empiris. Peneliti terjun ke lapangan, mempelajari suatu proses atau penemuan yang tenjadi secara alami, mencatat, menganalisis, menafsirkan dan melaporkan serta menarik kesimpulan-kesimpulan dari proses tersebut. Kesimpulan atau generalisasi kepada lebih luas tidak dilakukan, sebab proses yang sama dalam konteks lingkungan tertentu, tidak mungkin sama dalam konteks lingkungan yang lain baik waktu maupun tempat. Temuan penelitian dalam bentuk konsep, prinsip, hukum, teori dibangun dan dikembangkan dari lapangan bukan dari teori yang telah ada. Prosesnya induktif yaitu dari data yang terpisah namun saling berkaitan. 5. Mengutamakan makna Penelitian kualitatif mengutamakan makna. Makna yang diungkap berkisar pada persepsi orang mengenai suatu peristiwa. Misalnya penelitian tentang peran kepala sekolah dalam pembinaan guru,
peneliti memusatkan perhatian pada pendapat kepala sekolah tentang guru yang dibinanya. Peneliti mencari informasi dari kepala sekolah dan pandangannya tentang keberhasilan dan kegagalan membina guru. Apa yang dialami dalam membina guru, mengapa guru gagal dibina, dan bagaimana hal itu terjadi. Sebagai bahan pembanding peneliti mencari informasi dari guru agar dapat diperoleh titik-titik temu dan pandangan mengenai mutu pembinaan yang dilakukan kepala sekolah. Ketepatan informasi dari partisipan (kepala sekolah dan guru) diungkap oleh peneliti agar dapat menginterpretasikan hasil penelitian secara tepat. Berdasarkan penjelasan tersebut maka peneliti akan melakukan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan program “How To Be” sebagai objek dan tim produksi “How To Be” sebagai subjeknya. Peneliti memilih pendekatan penelitian ini karena dinilai paling cocok dengan apa yang akan diteliti. Selain itu untuk bisa menjawab pertanyaan penelitian maka diperlukan hasil yang terperinci, jelas, dan sesuai dengan keadaan dari apa yang diteliti. HASIL DAN BAHASAN Proses produksi sebuah program televisi harus melewati beberapa tahapan. Tahapan – tahapan tersebut meliputi tahap pra produksi, produksi dan pasca produksi. Dan dalam setiap tahapan proses nya melibatkan banyak orang yang tergabung dalam beberapa tim. Dari mulai produser, kreatif, editor, host, production assistant, dan lain sebagainya. Dengan ide dan kerja keras dari banyak orang tadi lah, sebuah program dapat dipersembahkan untuk para penonton. Sepeti hal nya program How To be yang diproduksi dengan menyajikan informasi maupun edukasi dalam bidang fashion. Ide awal dari program How To Be ini berasal pada saat MNC Fashion pertama berdiri. Pada saat itu produser memberikan briefing kepada semua kreatif untuk menciptakan beberapa program yang tentunya mengandung unsur fashion. Dari beberapa program yang tercipta, salah satu program yang terpilih dan di setujui oleh executive produser maupun produser adalah program How To Be. Program How To Be ini dinilai bisa diterima dimasyarakat dengan baik, dengan memberikan panduan cara berbusana yang bisa dijadikan influence dalam berbusana oleh penonton. Dan dengan informasi yang mendidik juga edukasi ringan mengenai cara berbusana yang jarang didapatkan oleh masyarakat Indonesia. Seperti yang diungkapkan oleh produser, WA : “ Ehmmm, sebenernya kalo ngomongin ide dasar, ya maksudnya kan kita ngomongin tentang fashion. Kita brief kreatif untuk membuat beberapa program, trus kita sortir- sortirin. Nah salah satunya yang pada saat pembentukan MNC Fashion, salah satunya yang kita approve adalah How To Be, karena How To Be karena memang How To Be kan ngangkat ehm ngangkat gaya berbusana si celebrity atau public figure yang lain yang yang kemungkinan besarnya jadi influence dandanannya orang – orang banyak lah, masyarakat secara umum.” Menurut observasi peneliti dalam menentukan ide yang mempunyai andil besar adalah creative. Produser hanya memberikan arahan dan standard mengenai batasan-batasan nya. Jadi setiap sebelum memproduksi suatu episode, maka creative sendiri yang mencari mana artis atau public figure yang layak untuk diangkat menjadi tema. Saat menemukan kendala yaitu artis yang akan diangkat menjadi tema sudah habis, maka produser akan mencarikan solusinya. Solusi utama yang menjadi pilihan produser adalah dengan membahas artis yang sudah pernah dibahas, namun dari sudut pandang yang berbeda. Karena pada dasarnya style atau fashion para public figure itu selalu mengalami revolusi atau perubahan. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, program ini memberikan informasi mengenai cara berbusana dengan melihat sosok artis maupun public figure sebagai acuan. Namun pada awalnya program ini memberikan panduan berbuasana berdasarkan dari berbagai macam jenis style yang ada. Karena hampir semua jenis style sudah dibahas, maka tim produksi merubah sumber influence nya menjadi para artis maupun public figure dunia, terutama Hollywood. Hal ini berdasarkan ungkapan dari creative, KP : “ How To Be itu jadi ehmm kan kita fashion jadi kita ngomonginnya gaya, style. Jadi kita itu bikin program kaya gimana sih caranya kita bisa bergaya ngikutin dengan selebriti yang kita suka. Ga cuman selebriti sih awalnya How To Be itu tu kita ngomongin style gaya. Ehmm misalnya kaya gaya classic atau misalnya gaya 70’s punk kaya gitu. Jadi lebih ke roots nya, trus item apa aja yang dipakai. Jenis jenisnya dari aksesoris baju sampai item nya, dari gaya itu tu. Tapi kalo sekarang kan namanya style kan ga banyak ya akhirnya kita lari ke public figure. Tapi kita bahas juga dia tu ehmm apa namanya item yang style nya dia itu kita bahas trus gimana caranya kalo bergaya seperti dia. “
Dan juga dibenarkan oleh production assistant, AF : “ Dulu konsepnya ngebahas macam macam style, tapi kalo sekarang lebih ke ini apa sih ehmm artis atau public figue. Ya contohnya How To Be nya Lady Gaga lah. “
Pada saat pertama tayang, program How To Be dibagi atas 4 segmen. Namun untuk sekarang, program ini dibagi atas 3 segmen. Pada segmen pertama membahas mengenai sejarah style yang dijadikan tema, atau untuk artis yang dibahas adalah profile dan eksistensinya dalam bidang fashion. Setelah itu untuk segmen ke 2 membahas mengenai busana – busana yang menjadi ciri khas dari suatu style atau busana yang menjadi icon dari artis. Mulai dari busana casual nya sampai busana lainnya yang dikenakan saat menghadiri acara penting, seperti ajang penghargaan ataupun premiere film. Dan untuk segmen terakhir, segmen 3 membahas tentang aksesoris atau pelengkap bagi sang artis dalam berbusana. Aksesoris tersebut meliputi headpiece, gelang, kalung, sepatu, cincin, hairstyle, dsb. KP : “ okee, Kalo segmen yang pertama itu kita ngebahas dari ehmm style itu tadi misalnya gaya 70’s punk. Kita jelasin dulu itu gayanya apa sih, trus mulai pertama ehmm booming nya tu tahun berapa trus pakaiannya apa aja, trus sejarah nya lah. Trus kalo misalnya seleb kita jelasin dulu si sosok profilnya itu, trus apa namanya eksistensinya dia di dunia fashion itu gimana. Baru segmen dua kita ngomongin tentang item item fashion nya dia. Dia biasanya pakai apa sih. Trus segmen tiga itu baru unsur unsur pelengkapnya. Kalo seleb misalnya dia di dunia fashion dia punya koleksi lain. Misalnya dia pakai baju ini aksesoris nya ini. “ Tayangan program How To Be berdurasi 30 menit. Dalam menentukan jam dan hari tayangnya, produser maupun kreatif tidak ikut ambil bagian. Yang menentukan hari dan jam tayangnya program ini adalah programming. Pada awalnya How To Be ditayangkan pada jam malam, yaitu pukul 22.00 WIB. Dan setelah dilakukan survey oleh bagian research & development, ternyata rating How To be pada jam tersebut sangat rendah. Sehingga kemudian jam tayangnya dimajukan menjadi pukul 20.30 WIB. Dengan jam tayang yang memasuki jam primetime, rating How To Be mulai bagus dan mengalami perubahan yang signifikan. Program ini juga ditayangkan ulang pada keesokan harinya pukul 08.00 WIB. Untuk hari tayang adalah dari hari Senin sampai Jumat. KP : “How To Be itu tayang dari senin sampai jumat, tapi jam nya saya lupa. Kalo ga salah jam 08.30 malam. Kalo yang pagi itu re run nya. “ Menurut observasi saya, tim produksi dari How To Be memang tidak memiliki wewenang untuk menentukan kapan How To Be ditayangkan. Hal ini berkaitan dengan adanya kepentingan dari pemilik channel televisi MNC Fashion itu sendiri. Terkadang jika ada acara lain yang dirasa lebih penting makan jam tayang How To Be akan dimajukan atau dimundurkan. Dan hal ini semua diputuskan dan di diskusikan oleh executive produser. Produser hanya diberi tahu hasil dari keputusan para executive produser dan petinggi. Seperti halnya program – program TV lain, tentunya How To be memiliki target audience. Yang menjadi target audience program ini bila dilihat dari gender adalah wanita. Dan dari segi umur yang menjadi target adalah umur 25 sampai 40 tahun. Lalu jika melihat dari segi profesi target nya adalah wanita karir. Jadi bisa dikatakan target audience dari program ini adalah termasuk dalam S.E.S kelas A. Maka dari itulah jam tayang How To be disesuaikan dengan jam pada saat wanita karir sudah berada dirumah. Namun pernah dilakukan riset yang menonton How To Be jika dilihat dari segi umur, ada yang dibawah 25 tahun dan ada yang diatas 40 tahun. WA : “ Ehmm awalnya itu kalo ga salah 25 – 40 tahun, terus tapi kalo setelah dilihat risetnya yang umur diatas itu juga nonton. Pernah juga kita ada sebuah riset yang ternyata yang nonton tu umurnya justru malah 40 tahun, wanita 40 tahun. Nah tapi target sebenarnya adalah wanita 25- 40 tahun. “ Pernyataan tersebut diatas juga diperjelas oleh kreatif, KP : “ Sebenernya targetnya dulu umur 25 an sampai 40 an. Tapi sekarang yang nonton dibawah umur 25 ada, dan diatas umur 40 an pun juga ada. Tapi memang disini kita ehmm konten yang kita
kasi itu yg high nya, kelas nya A. Kita ga mau yang bawah , dan info yang kita kasi pun semuanya yang A. Makanya banyak brand brand luar yang luxury itu yang kita naikin. “ Menurut observasi peneliti, target audience How To Be sudah memadahi. Hal ini berkaitan dengan tema atau bahasan dalam program How To Be itu sendiri. Selain itu standarisasi How To Be yang mengangkat bahasan mengenai artis Hollywood juga menjadi alasannya. Dengan mengangkat tema yang seperti itu bisa disimpulkan bahwa penontonnya berasal dari kalangan menengah ke atas seperti wanita karir, fashionista, sosialita, dll. Berdasarkan pertimbangan ini juga maka jam tayang How To Be dibuat untuk mneyesuaikan jam santai bagi para wanita karir, dll. Seperti proses produksi pada program TV lainnya, program How To Be pun melewati tahapan pra produksi. Pada tahap pra produksi, yang utama dilakukan adalah mencari ide yang layak diangkat dan diproses untuk disajikan kepada penonton. Tentunya yang mencari ide adalah kreatif, dan sebelumnya kreatif sudah diberi kriteria tertentu mengenai standarisasi dari topik yang akan diangkat. Setelah itu dibicarakan dengan produser, mengenai topik yang akan diangkat. Dan produser pun akan menilai ide dari kreatif, jika sudah memenuhi standar maka kreatif akan dikomando untuk mengerjakan naskah. Peran dari kreatif sangat besar pada bagian ini. Jadi bisa disimpulkan bahwa sebelum proses pra produksi dilakukan, tidak ada meeting khusus yang dilakukan oleh tim produksi. Namun ada pembicaraan khusus antara kreatif dan produser mengenai ide dalam program. WA : “ Sebenernya gini, jadi kita udah udah tentuin standar. Biasanya kalo sekarang setiap kreatif harus memberikan ide kreatifnya. Memang ga perlu ga sampai meeting besar gitu juga sih. Kalo memang produksinya kejar tayang gitu juga. Mereka ngajuin ide, trus ide ini diajuin ke executive producer kalo udah di approve ya kita kerjain. Jadi sebenernya tema nya yang jelas memang kreatif lebih banyak menyumbangkan ide nya. “ Hal tersebut diatas juga dipertegas dengan pernyataan dari kreatif dan production assistant, KP : “ Pembicaraan sih, ehmm biasanya dari kreatif kan cari ide dulu, kita cari berita dulu. Trus baru kita tanya ke produser, ini boleh diangkat ga? Karena kan mungkin ada ketentuan tertentu yang ga boleh diangkat. Udah sih gitu paling produser nanya itu apa beritanya, trus kalo memang misalnya masuk lalu kita angkat. Kalo ga kita kan di satu tim ada 2 kreatif nah itu bisa didiskusiin enaknya ini ngangkat apa ya. Semacem chit chat gitu. “ Dalam proses pra produksi program How To Be ada beberapa hal yang dilakukan. Yang pastinya pra produksi sangat berkaitan dengan pencarian ide. Disinilah, kekreatifitasan dari seorang kreatif diuji. Produser memberikan kesempatan kepada kreatif untuk mencari tema atau ide, yang kemudian akan dipertimbangkan kembali oleh produser. Yang menjadi pertimbangan adalah apakah ide yang diajukan oleh kreatif sesuai dengan kriteria yang ada. Dalam mencari ide, kreatif selain mempertimbangkan eksistensi artis dalam fashion. Setelah kriteria dari kreatif tersebut terpenuhi, maka ide akan diserahkan kepada produser untuk mendapatkan persetujuan. KP : “Nah itu kita pertama merencanakan dulu, kita cari berita, kita cari stockshoot materi dulu. Stockchoot materi disini video sama foto dan itu semua kualitasnya harus high resolution. Kalo ga ada cari yang lain. Kalo udah ada kita bikin script VO, misalkan video yang ini di segmen ini. WA : “ Mereka ngajuin ide, trus ide ini diajuin ke executive producer kalo udah di approve ya kita kerjain. Jadi sebenernya tema nya yang jelas memang kreatif lebih banyak menyumbangkan ide nya. “ Seperti yang sudah dijelaskan secara singkat diatas, bahwa dalam menentukan idea atau tema seorang produser memberikan ketentuan khusus. Ketentuan dari produser tersebut diantaranya adalah artis yang akan dibahas adalah artis Hollywood dengan prestasi yang berkaitan dengan dunia fashion. Misalnya saja artis yang memenangkan best dress dalam ajang Oscar atau Toronto International Film festival. Selain itu kriteria lainnya adalah artis tersebut merupakan artis Hollywood kelas A. Tak hanya produser yang memiliki kriteria, kreatif pun juga memiliki kriteria, yaitu materi foto dan video artis tersebut harus banyak. Karena bisa dikatakan materi foto dan video juga berperan penting dalam tayangan How To Be. Dan yang lebih penting lagi adalah artis yang dipilih harus fashionable. Seperti yang diungkapkan oleh ketiga informan berikut,
KP : “ Yang pasti sih dia harus fashionable ya, itu pasti. Dan yang pasti gayanya harus yang ga biasa. Misalnya saja kaya Paris Hilton kan dia gayanya biasa aja kaya cewe kebanyakan, standard gitu. Nah kalo tim kita bicara tim ya itu nyarinya yang ada statement nya yang nyeleneh. Dan kunci utamanya stockshoot harus banyak, kalo ga ada itu mati, itu kuci utamanya. “ WA : “ Harusnya sih memang artisnya kelas A nya Hollywood. Kadang ada juga, sebenernya kalo kita mau lihat ehmm referensi mode banyak juga model model yang bajunya keren keren segala macem, tapi kan ada juga yang secara ketika ini kita lempar ke penonton. Penonton ga peuli sama model itu,sosok nya itu yang dicari.Bahkan kita pernah angkat beberapa kali lokal, kaya misalnya Agnes Monica, yang sebenernya memang menarik. Tapi kalau lokal target 25- 40 tahun dan kelas AB itu jadi menurun. “ Menurut pengamatan saya, dalam menentukan tema ini yang menjadi andalan dalam tim produksi adalah kreatif. Karena sebenarnya produser hanya menanyakan apa yang dijadikan tema tanpa dilakukan diskusi yang mendalam. Jika memang dilakukan pembicaraan, itu sifatnya hanya berupa pembicaraan santai yang non formal. Kecuali jika didapati ada nya kendala yang cukup berarti barulah kreatif melakukan pembicaraan serius dengan produser. Dan dalam tahapan pra produksi ini tidak ada kendala yang berarti, selain penentuan tema. Setelah melewati tahapan pra produksi, tahapan selanjutnya dalam proses produksi program How To Be adalah produksi. Dalam proses produksi ini yang dilakukan adalah mencari materi seperti foto dan video. Setelah itu yang dilakukan selanjutnya adalah tapping host. Tapping host dilakukan di Studio 5 RCTI pada hari Senin, Selasa dan Kamis. Tapping host menggunakan green screen. Lalu ada juga VO (voice over). Setelah semua materi terkumpul, juga dengan hasil tapping host dan VO maka semua file tersebut diserahkan kepada editor untuk di edit menjadi satu tayangan. KP
: “ Jadi untuk How To Be ini kita ada host, jadi untuk host kita memang ganti ganti sih ya. Kemarin ada Dea, sekarang Jovita ya. Kita ada tapping host itu setiap Kamis, Senin, dan Selasa. Itu tapping sih kita tapping host di studio 5 pagi pagi. Kita pake ini nya green screen. Ntar setelah tapping kita lempar ke editing. Jadi kita kasi ke editing itu tappingan host dan script.”
Untuk pemilihan host sendiri pada awalnya produser dan kreatif ikut terlibat, namun untuk saat- saat ini sudah tidak. Pemilihan host dilakukan langsung oleh executive produser. Dan yang menjadi host semua adalah dari Star Media Nusantara Management, yang juga masih satu group dengan MNC Fashion. Dalam SMN, semuaya adalah mantan ataupun finalis Miss Indonesia. Jadi artis atau host yang bukan dari SMN tidak bisa menjadi host. Dan kebanyakan dari host SMN sebelumnya tidak memiliki basic sebagai seorang host. Hal ini dikemukakan olhe kreatif, seperti berikut, KP : “ Pemilihan host itu bukan kita yang nentuin, itu dari executive produsernya. Kalo dulu banget pertama banget ini berdiri memang creative ikut juga pas test cam host. Rata – rata disini host yang dipakai itu dari management SMN (Star Media Nusantara). Jadi host nya itu semua harus dari SMN, artis luar ga bisa jadi host sini. Dan kebanyakan itu yang Miss Indonesia. “ Dalam proses produksi ini juga mengalami beberapa kendala. Yang menjadi kendala adalah jadwal tapping host yang berganti- ganti. Hal ini karena host nya sering diganti – ganti oleh executive produser. Dengan bergantinya host, pasti harus menyesuaikan jadwal lagi. Kendala lainnya adalah pada saat sebelum tapping host, host melakukan make up. Dan ketika semua sudah siap untuk tapping, ternyata host belum selesai make up. Selain itu adalah wardrobe untuk host juga mengalami kendala, karena host harus nya mengenakan wardrobe yang sesuai dengan tema pada episode yang dibawakan. Pernyataan tadi sesuai dengan yang diungkapkan oleh kreatif berikut, KP : “ Kalo untuk host itu sih host nya ganti ganti. Jadi kita harus nyesuain jadwal tapping lagi, sama kendala How To Be ini wardrobe. Karena untuk How To Be ini apa yang kita bahas host nya juga pake wardrobe yang serupa. Jadi wardrobe nya kadang stylist nya suka susah untuk nyari baju yang pas, puter otak disitu aja. Karena ga enak dong misalnya kaya Lady Gaga tapi gayanya kaya biasa aja kaya Paris Hilton, kan jadinya kurang maksimal. Makanya kita mau maksimalin juga gaya host nya itu sendiri. “
Menurut observasi saya pada saat tapping ada kendala lainnya yang cukup mengganggu pelaksanaan tapping. Hal ini berkaitan dengan penggunaan studio untuk tapping yang bergantian dengan RCTI. Jadi sering terjadi keterlambatan atau tidak tepatnya waktu tapping dikarenakan menunggu RCTI yang juga sedang melaksanakan syuting di studi 5. Jika sudah begitu maka tim produksi How To Be tidak bisa mencari cara lain. Satu-satunya cara adalah dengan menunggu RCTI selesai melakukan syuting. Lalu kendala lainnya adalah terbatasnya ruang make up untuk host. Raung make up memang disediakan, tetapi berbarengan dengan dua program lainnya dari RCTI. Yaitu berbarengan dengan talent dari program Dahsyat dan juga Kuis Indonesia Pintar. Sehingga sering kali dan bahkan setiap kali make up, dilakukan didalam studio. Kerugian yang diakibatkan adalah make up host kurang maksimal karena pencahayaan yang kurang pada saat make up. Tidak dipungkiri tayangan How To Be ini sangat bergantung pada materi yaitu foto dan video. Itulah juga merupakan salah satu alasan mengapa program ini hanya membahas artis luar negeri, karena artis Indonesia stockshoot nya susah untuk didapatkan mengingat waktu produksi yang juga singkat. Foto dan video didapatkan dari beberapa sumber pencarian di internet, seperti youtube, google, vimeo, dan beberapa blog fashion. Yang pastinya foto dan video harus memiliki kualitas gambar high resolution. Namun sebenarnya ada akses khusus bagi tim produksi untuk mendapatkan materi dari routers yang hak ciptanya sudah dibeli oleh pihak programming MNC Fashion. Namun kendala nya adalah sering kali materi yang dibutuhkan lebih cepat tersedia di youtube atau google dari pada routers itu sendiri. Dan untuk mempercepat waktu produksi, maka diputuskan untuk mengunduh materi dari situs pencarian yang sudah disebutkan diatas. Sesuai dengan pernyataan dari ketiga informant, WA : “ Ehmm kita dapet materi dari programming itu beli dari mana gitu. Jadi memang kita pasti dapet yang terbaru, mungkin yang bisa lebih simple dijelasin itu kaya routers. Jadi routers itu nyediain materi ehmm Hollywood kek apa segala macem itu mereka tinggal ngasi password dan apanya, bisa kita download. Karena memenag udah beli, jadi misalnya dri programming misalnya kita minta materi dari acara apa gitu memang ada hak ciptanya yang kita sudah beli. Tapi kita tetep memakai apa yang tersedia di internet karena memang untuk waktunya kan kita bener bener ngejar banget. “ KP : “ Kalo untuk How To Be itu kita emang basic nya bergantung banget sama internet, bergantung sama youtube sama google. Karena yang dibhas disini kan artis luar, jadi ga mungkin juga kan kita liputan. Jadi kita memnag basic nya internet. Kalo untuk web atau blog tertentu sih ga sih. Ya sedapetnya aja. “ Walaupun materi bisa dicari di beberapa situs pencarian, namun tetap saja ada kendala yang ditemui. Kendala tersebut adalah terkadang materi yang diinginkan baik foto maupun video, tidak ada. Selama ini yang sering susah untuk dicari adalah video, foto masih bisa dikatakan mudah untuk dicari. Karena itulah jika video nya sangat minim, maka disiasati dengan memperbanyak materi foto. Selain itu kendala berikutnya adalah kualitas dari materi yang tidak sesuai dengan ketentuan, misalnya kualitas foto yang resolusinya kurang dari 500mb atau video yang kualitas nya masih 360 pixels. Dan satu lagi kendalanya adalah internet yang lama ketika digunakan untuk men download video. Menurut observasi saya, kendala lainnya adalah dalam hal peralatan. Untuk menyimpan materi foto dan video diperlukan hardisk dengan kapasitas yang besar. Hardisk tersebut ada, namun sangat terbatas. Ada beberapa hardisk yang sudah rusak dan penggunaannya pun harus bergantian dengan MNC Life Style. Sehingga biasanya production assistant membawa hardisk milik pribadi untuk mempermudah dan memperlancar proses penyimpanan materi. Terdapat kendala lainnya setelah saya observasi, yaitu jaringan internet yang digunakan untuk mencari dan men download materi sangat lama. Hal ini terjadi karena penggunaannya yang berbarengan dengan MNC Life Style. Sedangkan untuk materi yang harus di download itu semuanya mempunyai size file yang besar, apalagi untuk video. Jika jaringan internet dalam keadaan sangat lambat, maka untuk men download satu video bisa menghabiskan waktu seharian. Untuk mensiasati ini biasanya PA datang ke kantor pagi-pagi karena masih sepi dan belum banyak yang menggunakan internet, sehingga bisa download lumayan cepat. Atau bisa juga dengan men download materi dirumah masing-masing. KP : “ Ada karena ga semua yang kita bahas materi di youtube ada. Kalo foto mungkin banyak tapi untuk youtube ga semua ada. Jadi kaya gitu aja sih. “ AF : “ Ya itu tadi kendalanya standar sih kalo disini mungkin akses internet nya yang suka agak lama dan materi yang dicari susah. Dan walaupun ada mungkin juga hasilnya kurang bagus gitu.
Setelah tahapan pra produksi dan produksi, maka saat nya untuk memasuki proses pasca produksi. Dalam tahapan ini yang dilakukan adalah editing, yang dilakukan oleh editor. Semua materi seperti foto, video, VO, tapping host dan script diserahkan kepada bagian editing. Pada proses ini editor didampingi oleh production assistant, hal ini dilakukan agar hasil editing sesuai dengan kemauan dari produser dan kreatif. Karena jika hanya melihat dari script, terkadang persepsi editor berbeda dengan apa yang diingini oleh kreatif. Setelah tayangan selesai di edit, maka production assistant akan memberikan tayangan kepada kreatif dan produser untuk preview. Jika tayangan sudah dinilai layak dan tidak ada kesalahan, maka tayangan siap untuk dikirim ke NLE. Namun jika ada kesalahan maka produser atau pun kreatif akan meng timecode kesalahan dan mneyerahkan notes kepada editor untuk revisi. Setelah direvisi maka tayangan akan kembali di preview, dan jika semuanya sudah sempurna tayangan siap untuk dikirim ke NLE. WA : “ Kalo mungkin produser punya pola yang beda beda ya, ada produser yang bisa nungguin, kalo gue pribadi gue ga ikut syuting disuru nunggu editing, gue agak pusing. Maksudnya gue jadi ga bisa ngerubah, karena takut jadi geser timeline nya.Nah kalo gue lebih pilih kalo editing udah jadi gue suruh PA nya eksport trus gue preview sendiri, nah point point salahnya gue timecode jadi di menit sekian audionya jelek, ganti ini. “ Hambatan yang dihadapi pada saat pasca produksi adalah dalam hal filing. Setelah tayangan dikirim ke NLE maka ada ketentuan filing dari pihak NLE. Mereka memberlakukan adanya grid untuk menamai file. Jadi jika tayangan bermasalah di NLE, maka ketika diminta oleh NLE untuk di edit maka tim produksi akan bingung mencari dan menentukan tayangan mana yang dimaksud. Lalu kendala lainnya adalah perbedaan software dari editing dan pihak NLE. Jadi terkadang apa yang dijadikan efek saat editing oleh editor, ketika sudah sampai di NLE efek tersebut tidak terbaca. Dan juga kendala lain seperti audio dan gambar yang jitter (bergetar). AF : “ Kadang kadang audio nya ga ada, trus gambarnya suka stretch. Kadang pas preview kan kita liatnya ga teliti trus gambarnya ada yang stretch. Ada juga yang disini udah aman, disana ga tau. “ WA : “ Ehmmm hambatannya paling gini , filing sih yang missed disini dan disana soal grid. Jadi mereka tu punya kode untuk setiap tayangan. Kalo kita bilang episode 73 nah disana ada grid nya. Misalkan grid nya tuh 00 berapa berapa berapa. Nah yang mereka salah nya ketika nulis grid itu ga ditulis episode nya apa. Begitu mereka suatu saat request ke kita minta yang grid sekian dong, grid sekian itu kita ga tau yang mana. Sama mungkin ada kendalanya ya secara teknis ada salah eksport jadi gambarnya jitter (bergetar). “ Peran dan cara kerja editor dalam tahap ini adalah lebih kepada memberikan taste dan juga bagaimana menyesuaikan transisi dari satu frame ke frame lainnya. Hal pertama yang dilakukan oleh editor adalah meng export semua materi lalu menyesuaikan semua format file yang ada pada materi seperti foto atau pun video. Setelah semua format sudah sesuai, mulailah editor me raft cut materi berdasarkan segmennya. Dan juga memberikan efek dan juga backsound. Sebelum hasil editing di import, editor mempersilahkan production assistant untuk preview terlebih dahulu. Setelah semua nya dinilai sempurna, maka hasil editing akan di import. FA : “ Kalau untuk rincian tahap nya sih paling si PA tu nge loading materinya ke tempat editing dari semua segmen sama VO sama naskah sama tapping host juga. Trus ngegantiin format video yang beda, di cocokin samain dengan apa sih dengan apa yang bisa dipakai di komputer editor. Nah dari situ dia mulai nge raft cut untuk segmen satu sampai tiga baru closing. Trus abis itu PA review dulu, kalo emang udah bener dang ga ada kesalahan dang ga ada revisi langsung di import. “ WA : “ Editor disini kan mereka prosesnya convert dulu gambar segala macem trus pilih pilih. Jadi sistem kerjanya disini adalah karena kita download jadi filing materinya harus jelas. Jadi PA tu harus jelas bikin file nya misalnya segmen satu artisnya ini bajunya ini. Sebenernya sudah harus difolderin, jadi begitu script VO ini gambar nya ini. Jadi biar editor nya ga usah nyari sendiri. Karena penyampaiannya yang sudah adalah kita dapet editor yang ga tau fashion , seleb itu susah. Trus ehmm editor juga harus milih musik sebenernya, tapi balik itu lagi karena taste dan fashion knowledge nya sedikit gitu jadi seringnya terjadi missed. “
Setelah tayangan selesai di edit oleh editor tentunya dilakukan preview berulang – ulang. Hal ini unutk memastikan bahwa tayangan yang akan dikirim sudah sangat layak untuk ditayangkan. Jadi walaupun ada masalah atau kekurangan, masih bisa diperbaiki. Yang diperhatikan dalam preview adalah dari segi musik tidak boleh melebihi VO, lalu gambar yang tidak boleh jitter (bergetar) atau pun flicker, kemudian untuk credit title penulisannya harus benar dan sesuai. Preview akhir ini dilakukan oleh produser, kreatif dan juga production assistant. KP : ” Kita preview dulu nanti kalo memang ada bagian yang missed ini, kita koreksi. Editor disini kan jadwal nya beda beda jadi paling kita kasi notes aja menit sekian apanya yang kurang gitu aja sih. Akhirnya mereka revisi, udah selesai nanti gue preview lagi kalo oke baru dikirim ke NLE. “ FA : “ Di preview sih. Semuanya sih, misalkan dari PA pertamanya trus lebih ke produser sama kreatif. Kalo emang semua udah fix kita kirim ke NLE dan MCR. “ Dalam keseluruhan proses produksi ini, sampai sekarang belum pernah terjadi keterlambatan untuk menyerahkan tayangan ke NLE. Hal ini karena tim produksi menggunakan sistem menabung. Maksudnya adalah satu tayangan yang diproduksi minggu ini, untuk ditayangkan minggu depan. Jadi walaupun ada keterlambatan saat proses editing pun, tidak menjadi masalah yang berarti. KP : “ Itu pernah karena disini itu sistemnya minggu ini edit tayangnya minggu depan. Jadi bukannya hari ini edit trus tayang besok, jadi istilahnya nabung. Kalo dibilang terlambat pasti sering, jadi misalnya hari ini masuk hari ini edit hari ini juga selesai. Tapi ada editor yang hari ini masuk besok baru jadi. Tapi ga masalah, semua masih bisa di handle. “ WA : “ Ehmm alhamdulilah sih engga ya, ya memang ada beberapa kesalahan. Tapi kalo itu sih ga pernah. Karena kita sistem nya nabung. “ MNC Fashion adalah salah satu dari sekian banyak saluran televisi lainnya yang tergabung dalam MNC Pictures. Dan MNC Fashion adalah merupakan televisi berbasis channel pertama di Indonesia yang berkonsentrasi dalam memberikan tayangan berkenaan dengan Fashion kelas international bahkan dunia. Dengan umur yang masih muda, tidak menjadikan MNC Fashion kecil. Karena sampai sekarang, MNC Fashion mendapatkan banyak perhatian baik dari masyarakat maupun pengamat fashion juga label – label fashion. Hal ini dapat dibuktikan dengan rating yang ada. Selain itu MNC Fashion juga dinyatakan sebagai program yang menduduki tingkat tiga teratas untuk kategori “Lifestyle Channel” di Indovision. Tentunya itu semua adalah berkat dari kerja keras para tim produksi yang selalu mencoba menyajikan tontonan berkelas mengenai fashion kepada para penonton. MNC Fashion juga memberikan kontribusi dalam berbagai acara fashion di Indonesia, dengan menjadi media partner. Yang tentunya hal ini sangat menguntungkan para designer Indonesia dalam mempromosikan karyanya. Dan dalam berbagai program di MNC Fashion, salah satu program unggulannya adalah How To Be. Program How To Be adalah merupakan program yang dilahirkan oleh para kreatif di MNC Fashion. Program ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan informasi dan sedikit banyak edukasi yang tentunya berhubungan langsung dengan fashion yaitu perihal cara berbusana. Seiring dengan berkembangnya dunia fashion di Indonesia, maka akan semakin banyak masyarakat yang membutuhkan tayangan seperti How To be ini untuk bisa dijadikan influence dalam berbusana. Menurut tipe jenis programnya, How To Be masuk dalam kategori program Magazine. Program ini di Indonesia dikenal dengan sebutan majalah udara. Dengan begitu How To Be juga memiliki jam tayangan dengan jangka waktu sesuai dengan keinginan produser. Menurut Morissan bahwa pengertian dari magazine adalah program yang menampilkan informasi ringan namun mendalam atau magazine adalah feature dengan durasi yang lebih panjang (Morissan, 2011 : 221). Dan teori magazine dari Morissan juga sesuai dengan program How To Be ini yang memberikan informasi ringan seputar bagaimana berbusana seperti public figure. Dengan budget yang rendah, program ini memiliki kualitas yang tak kalah dengan program lainnya yang serupa. How To Be dibuat dnegan budget 30 juta untuk setiap bulannya. Dengan budget sekian maka How To Be seakan memiliki batasan dalam hal mendapatkan materi. Untuk itu sampai saat ini How To Be hanya mendapatkan materi dari internet berupa foto dan video. Untuk itu program ini mengandalkan kepandaian dari tim produksi dalam menciptakan setiap tayangan. Tim produksi dalam program How To be terdiri atas produser, kreatif, production assistant, narrator, host, editor, dan juga stylist. Masing masing anggota tim bersinergi untuk bisa mencapai tujuan yang sama yaitu
memberikan persembahan tayangan yang sempurna bagi penontonnya. Dengan berbagai kelebihan maupun kekurangan, yang berhasil diatasi dengan adanya kerjasama yang solid. Program How To be sendiri adalah merupakan program magagzine, dengan durasi 30 menit. Program ini tayang setiap hari Senin sampai Jumat pada pukul 20.30 sampai pukul 21.00 WIB dan pukul 08.30-09.00 untuk tayangan ulangnya. Dengan konten atau isi program nya adalah panduan untuk berbusana sesuai dengan style ataupun artis yang memiliki eksistensi di dunia fashion. How To be terbagi menjadi tiga segmen, pada segmen pertama membahas mengenai sejarah style atau profil artis dan eksistensinya di dunia fashion. Lalu segmen kedua membahas mengenai busana yang menjadi ciri khas dari artis idola. Dan segmen terakhir membahas mengenai apa saja aksesoris atau pelengkap penampilan yang kerap dikenakan oleh sang artis. Artis yang dibahas dalam How To Be semuanya adalah artis Hollywood yang fashionable dan iconic. Proses produksi How To Be tak jauh berbeda dengan proses produksi program pada umunya. Yang perlu diingat disini adalah perbedaan dalam hal penyiarannya. How To be disiarkan atau ditayangkan hanya di televisi channel, tidak pada televisi nasional. Tentunya hal ini memang menjadikan How To Be lebih eksklusif. Dengan pola produksi yang bisa dikatakan cukup simple, How To Be sudah ada menemani penonton setianya selama kurang lebih dua tahun. Pada tahap pra produksi, yang menjadi tonggak nya adalah tim kreatif. Tim kreatif ini beranggotakan satu atau dua orang. Untuk menentukan tema atau ide disetiap episode nya, mereka sudah diberi ketentuan khusus oleh produser. Artis yang menjadi tema, haruslah yang fashionable. Selain itu artis tersebut juga memiliki eksistensi dalam dunia fashion, dan tak kalah penting materi yang tersedia pun harus banyak. Jadi kreatif mencari ide sekaligus secara acak melihat apakah tema yang diangkat memiliki ketersediaan materi yang cukup. Setelah itu barulah tim kreatif mengajukan ide kepada produser, dan setelah mendapat persetujuan dari produser kreatif langsung membuat script. Menurut Fred wibowo, dalam proses penyusunan materi yang akan diproduksi atau pencarian ide dilakukan oleh produser (Wibowo, 2009 : 197). Dalam program ini yang menjadi pencari ide utama adalah kreatif. Tim kreatif yang terdiri atas dua orang melakukan sendiri diskusi dengan mempertimbangkan standarisasi yang diberi oleh produser. Setelah menemukan ide hasil kesepakatan tim kreatif, maka barulah produser diberi tahu. Dan setelah disetujui makan akan langsung dibuat naskah nya. Fred juga mengungkapkan bahwa naskah presenter dibuat setelah penyusunan materi selesai (Wibowo, 2009 : 198). Namun pada proses itu, kreatif membuat naskahhost terlebih dahulu baru menyusun materi. Pada tahap pra produksi yang menjadi kendala secara umum adalah habis nya ide akan artis atau public figure siapa yang akan dibahas. Dan menurut pengamatan peneliti, biasanya kendala ini bisa diselesaikan dengan baik. Yaitu dengan cara produser melakukan diskusi khusus bersama dengan kreatif dan juga production assistant. Artis yang sudah pernah diangkat sebelumnya, diangkat kembali dengan pembahasan sudut pandang yang berbeda. Karena setiap artis pasti juga memiliki revolusi dalam berbusana dari waktu ke waktu. Menurut teori magazine yang diungkapkan oleh Fred Wibowo dinyatakan bahwa dalam proses perencanaan produser memiliki reporter dan kamerawan yang bertugas untuk hunting materi (Wibowo, 2009 : 197). Hal ini berbeda dengan program How To Be, tidak ada reporter dalam proses perencanaan. Yang mencari ide adalah kreatif langsung dengan standarisasi dari produser. Selain itu dalam produksi program ini juga tidak terdapat kamerawan untuk mencari materi, kamerawan hanya ditugaskan pada saat proses produksi untuk tapping host. Fred Wibowo menyatakan bahwa pada tahap penemuan ide, dimulai dengan rapat redaksi lalu kemudian produser menuliskan naskah atau menggambarkan gagasan menjadi naskah sesudah riset (Wibowo, 2009 : 38). Dalam proses produksi How To Be ini tidak dilakukan rapat redaksi. Dan produser juga tidak mencari ide, karena semua dilimpahkan kepada tim kreatif. Tahapan selanjutnya adalah proses produksi. Dalam proses produksi ini production assistant mencari materi yang dibutuhkan sesuai dengan keterangan pada script. Pencarian materi meliputi mengunduh foto dan video dari situs pencarian. Yang harus sangat diperhatikan adalah kualitas dari materi harus high resolution. Dengan ketentuan untuk foto diatas 1000 Kb dan video minimal medium pixel. Selain itu , materi tadi juga harus difolderkan sesuai dengan segmen, agar memudahkan pekerjaan dari editor. Selain pencarian materi, ada juga tapping host. Tapping dilakukan setiap hari Senin, Selasa, dan Kamis pada pagi hari di studio 5 RCTI. Tapping menggunakan system green screen. Pada saat sebelum tapping tentunya host di make up dan mengenakan busana yang sesuai dengan tema pada episode tersebut. Lalu ada minimal 3 orang untuk menjadi operator peralatan syuting. Yaitu pada bagian master control, prompter, dan director. Proses tapping dilakukan kurang lebih 20 menit untuk setiap program nya.
Pada saat tapping, busana yang dikenakan host adalah sponsor dari label fashion yang bekerja sama dengan MNC Fashion. Yang menentukan busana apa yang dipakai adalah stylist. Kreatif menjalin kerjasama dengan stylist untuk bisa menampilkan karakter dari tema yang dibahas per episode nya melalui busana yang dikenakan oleh host. Namun terkadang terjadi kendala, yaitu saat stylist tidak bisa menemukan busana yang sesuai dengan tema, dan pernah pada suatu saat host membawa sendiri wardrobe ataupun aksesoris untuk dikenakan saat tapping. Kendala lainnya pada proses produksi adalah materi video yang terbatas. Hal ini disiasati dengan cara mengunduh materi foto yang banyak, sehingga kekurangan tadi bisa teratasi. Juga ada kendala pada saat materi tidak memiliki kualitas yang bagus, kualitas gambar rendah sehingga mempngaruhi kualitas tayangan juga. Internet yang lambat juga menghambat proses pencarina materi. Untuk mengunduh video memerlukan waktu yang cukup lama. Untuk pemilihan host sendiri, pada saat ini adalah sepenuhnya wewenang dari executive produser. Jadi produser maupun kreatif tidak ikut andil dalam pemilihan host. Karena host sendirinya sudah terpilih dari management Star Media Nusantara, yang juga masih satu grup dengan MNC Fashion. Semua host atau artis pada SMN sendiri, adalah merupakan mantan dan finalis Miss Indonesia Ada satu lagi yang tak kalah penting, yaitu narator. Narator bertugas untuk menjadi sumber informasi bagi penonton dalam bentuk VO. Narator melakukan tugasnya dirumah, tidak perlu ke kantor. Kreatif akan mengirimkan script VO kepada narator melalui e-mail. Kemudian setelah merekam VO dalam bentuk file mp3, maka narator akan kembali mengirimkan kepada production assistant. Dan setelah semua materi selesai dijadikan satu folder untuk di loading ke editing. Dalam tahapan produksi menurut Fred Wibowo dinyatakan bahwa produser mengarahkan tim produksi dalam menentukan pengambilan gambar (shooting) (Wibowo, 2009 : 43 ). Pada tahapan produksi program How To Be, produser tidak melakukan pengarahan dan penentuan pengambilan gambar. Pengambilan dilakukan oleh PA yang dibantu oleh kamerawan. Dan tahapan terakhir adalah pasca produksi. Setelah semua materi diloading oleh PA ke editing, maka editor akan langsung meng export materi. Setelah itu semua materi disamakan formatnya. Lalu langsung masuk ke raft cut, materi dibagi setiap segmennya. Untuk membuat tayangan menarik dan menjadi lebih enak dilihat, editor menambahkan berbagai macam efek dan transisi. Setelah lengkap, maka editor akan mempersilahkan PA untuk preview. Ketika PA sudah preview, maka tayangan di import. Untuk selanjutnya PA memberikan tayangan kepada kreatif dan produser untuk preview akhir. Jika tidak ada revisi, maka tayangan langsung dikirim ke NLE. Namun jika ada revisi maka tayangan terlebih dahulu di revisi dan di preview kembali. Setelah preview kembali dan tidak ada masalah, maka tayangan siap dikirim ke NLE. Pada tahap ini yang menjadi kendala adalah kurangnya pengetahuan editor mengenai fashion, sehingga kurang ada taste dalam hasil editan. Namun hal ini bisa diatasi dengan adanya production assistant yang mendampingi editor pada proses editing. Menurut Fried Wibowo, pasca produksi memiliki tiga langkah utama, yaitu editing offline, editing online, dan mixing (Wibowo, 2009 : 42-44). Dalam proses editing, How To Be melewati semua tahapan editing seperti yang disebutkan diatas. Hanya saja proses editing yang dilakukan oleh tim produksi yaitu editor How To Be setelah jadi satu tayangan akan diedit kembali dengan sistem non linear editing. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan kualitas dan standarisasi dari master room control yang akan menanyangkan How To Be. Pada intinya keseluruhan proses produksi program How To be sudah berjalan sesuai dengan yang seharusnya. Namun ada beberapa perbedaan dengan teori konsep produksi televisi oleh Fred Wibowo yang digunakan oleh peneliti. Hubungan para karyawan menurut pengamatan peneliti sangat bagus. Tidak ada jarak ataupun senioritas, karyawan bisa bersikap professional pada saat bekerja dan juga akrab dalam hubungan pribadi. Namun tugas karyawan belum sesuai dengan job desk yang seharusnya. Masih ada karyawan yang melimpahkan pekerjaannya untuk dilakukan oleh bawahannya. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap proses produksi program How To be di MNC Fashion, peneliti dapat menarik kesimpulan yang merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut : Pada umumnya proses produksi pada program How To Be tidak berbeda jauh dengan produksi program televisi lainnya. Proses produksi meliputi tiga tahap yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi.Dalam tahapan pra produksi yang dilakukan adalah kreatif mencari ide terlebih dahulu. Tentunya dalam mencari ide seorang kreatif sudah diberikan ketentuan tertentu oleh produser. Ide yang dicari adalah siapa artis atau pun public figure yang akan dibahas cara berbusana nya. Yang pasti artis
atau public figure yang akan dibahas harus memiliki style yang fashionable dan sedang menjadi sorotan khalayak umum. Dan karena program ini sangat mengandalkan materi berupa foto dan video, maka yang menjadi syarat lainnya adalah artis atau public figure yang akan diangkat harus memiliki materi foto dan video yang banyak dan bisa dicari di berbagai situs pencarian seperti google dan youtube. Setalah menemukan ide barulah kreatif mengajukan ide kepada produser. Setelah produser mneyetujui, maka kreatif akan membuat naskahnya. Dalam membuat naskah, kreatif akan menentukan materi apa saja yang akan digunakan. Selain itu kreatif juga menentukna pembagian per segmennya. Setelah pra produksi, selanjutnya adalah produksi. Dalam tahap ini PA yang adalah production assistant bertugas men download materi yang sudah ditentukan oleh kreatif, lalu narator merekam narasi, dan juga dilakukan tapping host. Tapping host dilakukan untuk menghantarkan tayangan setiap segmennya. Dalam tahap ini, peran kreatif juga tetap dibutuhkan. Kreatif akan mengawal setiap proses produksi untuk meyakinkan semuanya sesuai dengan naskah yang sudah ada. Tahap terakhir adalah pasca poduksi. Pada tahap ini PA me-loading semua materi yang diperlukan untuk editing. Setelah semua materi di loading, maka editor akan mulai bekerja dengan menyamakan format materi. Setelah semua sama, mulailah editor membagi materi berdasarkan segmen. Dan sebelum di import, maka editor akan meminta kepada PA untuk mengkoreksi. Setelah semua dirasa cukup, maka tayangan akan di import. Setelah di import akan dilakukan preview akhir oleh produser dan kreatif, jika masih ada kesalahan maka akan di lakukan revisi. Setelah semua selesai, maka tayangan siap untuk dikirim ke NLE. Kesimpulan utama dari penelitian ini adalah proses produksi program How To Be di MNC Fashion sudah sesusai dengan teori konsep produksi televise dari Zettl. Namun ada beberapa tahapan yang berbeda, terutama dalam hal pengambilan gambar yang diambil dari internet. Setelah melakukan penelitian di perusahaan MNC Fashion, saran yang diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut Saran Praktis 1. Ketersediaan peralatan dan perlengkapan untuk proses produksi harus lebih diperhatian. 2. Pergantian host jangan dilakukan terus menerus, karena akan menganggu proses produksi. 3. Jaringan internet hendaknya diperbaiki untuk memperlancar proses pengunduhan materi. Saran Akademis Untuk yang sedang mendalami ilmu komunikasi maupun broadcasting, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan untuk menambah pengetahuan. Saran Umum Dengan adanya penelitian ini, diharapakan masyarakat bisa sedikit banyak mengetahui bagaimana suatu program televisi di produksi. REFERENSI Buku Ardianto, E., Komala, L., & Karlinah, S. (2009). Komunikasi Massa : Suatu Pengantar (Edit Revisi). Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Basrowi, & Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Bungin, B. (2008). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group. Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi, Cetakan Keempat. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Effendy, Onong Uchjana. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya. Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Fachruddin, A. (2012). Dasar-Dasar Produksi Televisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Kriyantono, Rahmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group. Morissan. (2011). Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Muda, Deddy I. 2005. Jurnalistik Televisi, Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyana, Dedy. 2011. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nurudin. (2007). Definisi Komunikasi Massa. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Pace, R. W., & Faules, D. F. (2010). Komunikasi Organisasi : Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan (Cetakan ke-7). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sendjaja, Sasa Djuarsa. 2005. Paradigma Baru Pendidikan Ilmu Komunikasi di Indonesia, Komunika, Warta Ilmiah Populer Komunikasi dalam Pembangunan, Vol. 8 No. 1. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Syahputra, Iswandi. 2006. Jurnalistik Infotainment: Kancah Baru Jurnalistik Dalam Industri Televisi. Yogyakarta: Pilar Media. Wibowo, Fred. (2009). Teknik Produksi Program Televisi. Yogyakarta: Pinus Book Publisher. Zettl, Herbert. (2010). Video Basic Sixth Edition. Boston: Cengage Learning. RIWAYAT PENULIS Amelia lahir di Semarang, tanggal 26 Juni 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 pada Universitas Bina Nusantara dalam bidang Broadcasting pada tahun 2014.