How to be a good Master of Ceremonies ? oleh : Supriyanto Widyaiswara Pusdiklat Pengembangan Sumber Daya Manusia BPPK
“Mohon petunjuk Bapak, kira-kira siapa yang akan kita tunjuk sebagai MC acara sosialisasi Hari Senin depan ya Pak?” tanya Kepala Sub bagian Umum salah satu kantor pelayanan Kementerian Keuangan di Surabaya. Kepala Kantor menjawab, “ Menurutmu siapa yang mampu? “. Kasubag Umum menjawab,” Bagaimana kalau si Erna saja Pak. Dia kan cantik dan sudah beberapa kali kita percaya jadi MC.” “Ya sudah, suaranya juga bagus, ia cerdas dan sepertinya akan sangat membantu kegiatan sosialisasi yang akan kita adakan”, Kepala Kantor itu memutuskan.
Potongan pembicaraan sebagai ilustrasi di atas sering kita jumpai di kantor-kantor tempat kita bertugas. Apabila akan diadakan suatu acara formal maupun nonformal maka yang akan ditunjuk sebagai Master of Ceremony (MC) adalah orang yang dianggap mampu. Mampu ini sering dikaitkan dengan seberapa sering seseorang diberi tugas untuk melakukan satu kegiatan serta penilaian tentang penampilan fisik, kualitas suara juga menjadi bahan pertimbangan pimpinan. Apakah ini salah? Tentu kita tidak sedang menilai itu salah atau tidak. Satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa seorang MC merupakan orang yang akan memandu jalannya suatu acara mulai dari awal sampai akhir. Oleh karena itu orang yang diberi tugas tersebut akan memegang peran yang penting bagi suksesnya acara yang dipandunya.
1
Pernah satu kali penulis menjadi narasumber diundang oleh sebuah kantor vertikal Kementerian
Keuangan.
Karena
acaranya
formal,
penulis—seperti
biasa—
menggunakan setelan jas. Tamu undangan yang akan menjadi peserta kegiatan itu sudah menempati tempat duduk yang disediakan oleh panitia dengan mengenakan seragam Kementerian Keuangan. Kemudian muncul seorang gadis mengenakan celana jeans, sepatu tidak resmi dengan baju santai. Ia sangat percaya diri memegang mic yang disiapkan untuk seorang MC. Sedikit kaget ketika itu, apakah ini MC acara tersebut? Ternyata benar. Suaranya lantang dan cukup berwibawa membawakan acara demi acara sampai selesai.
Pertanyaan yang muncul di hati penulis ketika itu adalah apakah pegawai tersebut terlambat dan baru datang dari luar kota sehingga tidak sempat menggunakan seragam selayaknya pegawai yang lain sesuai ketentuan kantor? Pertanyaan berikutnya adalah apakah tidak ada orang lain yang mampu menjadi MC selain orang tersebut sehingga dipaksakan ia menjadi MC? Ataukah kantor ini tidak peduli dengan ketentuan, kebiasaan, kepantasan dan lain-lain?
Mungkin peserta yang duduk di kursi undangan juga memikirkan hal yang sama dengan penulis. Mereka semua berasal dari kantor-kantor yang biasa juga melakukan kegiatan pelatihan,
sosialisasi,
serta workshop.
Acara-acara tersebut
sudah
dipastikan
menggunakan MC juga. Kesan pertama yang muncul ketika seseorang menjadi MC dengan penampilan seperti tersebut di atas adalah acara tersebut tidak dipersiapkan dengan baik. Dalam bukunya yang berjudul How to make people like you in 90 seconds or less, Boothman mengatakan bahwa first impression itu sangat penting. Hal itu akan merebut hati orang yang diajak berkomunikasi sehingga menentukan proses komunikasi selanjutnya. Satu hal penting lainnya adalah personal image itu akan menjadi
2
institutional image. Orang akan menilai suatu kantor dengan penampilan seorang petugas yang seperti itu.
Dalam tulisan ini akan disampaikan beberapa tips untuk dapat dipedomani agar seorang MC memiliki kualitas yang baik. Sebagaimana diketahui, MC adalah orang yang memimpin serangkaian urutan acara secara teratur, terstruktur, rapi dan lancar. Kemampuan seorang MC akan menentukan apakah suatu acara berjalan lancar atau tidak. Oleh karena itu, seorang MC atau pembawa acara perlu memiliki kemampuan khusus yang dapat dinalogikan dengan seorang sutradara sebuah film. Hal ini tidaklah berlebihan ketika kita menempatkan kualitas acara pada posisi yang perlu diperhatikan.
Dalam sebuah kegiatan, MC merupakan pusat perhatian dari seluruh audience. Ia bagaikan seorang aktor atau aktris yang setiap gerakan dan ucapannya tidak luput dari perhatian seluruh pengunjung atau audience. Sebagian besar orang berpendapat bahwa seorang MC cukup bermodalkan tampang yang elok (cantik atau tampan) serta suara yang bagus. Kedua hal tersebut baik, dan masih banyak hal-hal lain yang tidak kalah pentingnya perlu dimiliki oleh seorang pembawa acara/MC.
Mengingat pentingnya tugas seorang pembawa acara/MC, terdapat beberapa syarat yang perlu dipenuhi oleh orang yang ditunjuk sebagai MC.
Pertama, ia harus memiliki tingkat intelegensi yang memadai serta pengetahuan umum yang update. Hal ini penting karena yang akan dihadapi adalah sekumpulan orang dengan tingkat intelegensi yang beragam dan memiliki pengalaman yang bervariasi juga. Tingginya tingkat intelegensi akan membuat MC mampu berpikir dan bertindak yang tepat sesuai suasana yang diciptakan. Demikian juga dengan update-nya
3
pengetahuan akan memudahkan dalam mengungkapkan apa yang akan diwujudkan dalam bahasa atau kalimat.
Kedua, seorang MC dipersyaratkan memiliki sifat dan kepribadian yang baik. Apakah sifat baik atau kurang baik akan kelihatan pada saat seseorang memandu acara? Jawabannya, tentu iya. Orang dengan sifat baik akan memunculkan kebaikan-kebaikan dalam tutur kata dan perbuatannya. Lao Tzu mengatakan bahwa your believe become your thought, your thought become your words, your words become your action, your actions become your habits, your habits become your values, and your values become your destiny. Pentingnya sifat baik itu akan mengarahkan acara ke arah yang positif.
Ketiga, seorang MC harus berpenampilan yang menarik dan simpatik. Penampilan ini penting karena MC menjadi
pusat perhatian sepanjang acara. Acara resmi yang
dipandu oleh seorang MC yang berpenampilan seadanya dan tidak resmi akan membuat acara tersebut kehilangan kesakralannya.
Keempat, seorang MC perlu memiliki bahasa yang tertata baik serta mahir berkomunikasi. Cara untuk mengarahkan acara, mengondisikan audience serta memandu urutan acara adalah menggunakan bahasa yang tertata baik. Bahasa ini akan muncul dari orang yang memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik juga. Kata demi kata yang dipilih juga perlu disesuaikan dengan jenis acara yang dipandunya. Dengan demikian seluruh audience akan merasakan kenyamanan selama mengikuti kegiatan.
Kelima, seorang MC perlu memiliki jiwa kepemimpinan yang memadai. Sebagai pemimpin acara tentu saja MC akan memberikan instruksi-instruksi kepada petugas maupun kepada audience. Instruksi tersebut akan cepat dimengerti dan dengan
4
sukarela dilakukan ketika disampaikan dengan jiwa kepemimpinan. Pengambilan keputusan di saat darurat selama acara berlangsung juga menuntut jiwa kepemimpinan seorang MC. Untuk itu langkah antisipasi diperlukan layaknya seorang pemimpin mengantisipasi situasi dalam kendali kepemimpinannya.
Keenam, seorang MC harus sabar dan memiliki rasa humor yang tinggi. Bayangkan jika seorang MC mudah tersinggung dan selera humornya rendah, niscaya acara yang dipimpinnya dapat berubah menjadi ajang untuk menumpahkan emosinya. Oleh karena itu sifat penyabar diperlukan oleh seorang MC. Rasa humor yang tinggi juga bermanfaat ketika peserta telah sampai pada saat jenuh maka MC yang akan mampu mencairkan suasana.
Sumber : http://www.successworksusa.com
Setelah mengetahui persyaratan untuk menjadi MC kemungkinan orang akan menjadi enggan menjadi MC. Perlu diketahui bahwa menjadi MC itu bukan masalah mau atau tidak mau, bukan will melainkan skill. Oleh karenanya untuk menjadi MC yang baik butuh dilatih dan praktik.
5
Vidi Ruhaedi (seorang MC profesional) mengatakan bahwa persiapan yang memadai adalah salah satu kunci kesuksesan seorang MC. Persiapan yang baik adalah bagian dari profesionalisme. Seorang yang mampu bertugas tanpa persiapan bukanlah yang dikatakan profesional. Seorang MC yang baik akan mempersiapkan segala sesuatunya, seperti busana dan materi acara, supaya dapat berlangsung dengan lancar, bahkan perangkat alat kecantikan—walaupun dia adalah seorang laki-laki—agar pada saat tampil tidak terlihat kusam.
Bagi seorang profesional yang memiliki jam terbang tinggi umumnya lebih memiliki persiapan dibandingkan MC yang jam terbangnya sedikit. Namun, itu tidak sepenuhnya menjadi jaminan. Banyak juga MC yang memiliki jam terbang tinggi tidak bisa menampilkan performa terbaik. Hal semacam ini wajar saja terjadi, karena memang berbagai faktor nonteknis mungkin saja terjadi. Satu kunci yang harus kita ingat adalah bahwa keberhasilan menjadi MC sangat tergantung dari persiapan yang kita lakukan. Semakin baik persiapan seseorang, semakin baik hasil yang diperoleh.
Benjamin
Franklin mengatakan, “If you fail to plan, you are planning to fail.”
Tidak berbeda jauh dari pendapat Vidi Ruhaedi, Efi Diah Indrawati dalam blognya dengan judul Master of Ceremony memberikan panduan langkah persiapan dengan garis besar sebagai berikut:
1. Pastikan kondisi tubuh rileks dan suara fit, segar, normal. Apabila gugup atasi dengan menarik nafas yang panjang dan dalam. Gerakkan badan sedikit untuk melemaskan otot yang kaku. Badan yang digerakkan dapat yang tidak terlihat oleh audience seperti jari-jari kaki di dalam sepatu.
6
2. Know the room. Hal ini penting karena seorang MC harus mengenali ruangan tempat acara, seberapa luas, bagaimana posisi audience, di mana duduknya pejabat atau tamu kehormatan, serta di mana posisi MC selama acara berlangsung. 3. Know the audience. Hal ini juga sangat penting diketahui oleh MC. Karakteristik audience, latar belakang pendidikan serta asal instansi akan menentukan pemilihan kata dalam acara. 4. Know the material. Seorang MC perlu mengetahui dan menguasai bahan acara yang akan dibawakannya. Untuk itu persiapkan diri dengan membaca literatur terkait. Semakin banyak hal yang diketahui maka acara akan semakin lancar. 5. Menyusun pointer. Rundown acara tidak semuanya dapat dihafal oleh MC, untuk mengatasinya poin-poin penting untuk mengingat apa yang akan diucapkan perlu dibuat oleh seorang MC. Dari pointer tersebut seorang MC akan mudah membuat acara mengalir dengan lancar. 6. Berpakaian yang sesuai dengan acara yang akan dipandu. Pakaian MC disesuaikan dengan acara apa yang akan dibawakannya. Perlu membedakan sedikit assesories untuk membedakan MC dengan panitia secara umum mengingat MC adalah pusat perhatian. 7. Menggunakan make up secukupnya. Make up tidak perlu berlebihan. Penggunaan make up ditujukan untuk lebih membuat penampilan MC menjadi lebih menarik. 8. Hindari makanan dan minuman yang akan mengganggu organ tubuh minimal satu jam sebelum tampil. Contohnya adalah menghindari makanan pedas, asam atau berlemak. Demikian juga disarankan untuk menghindari minuman soda dan sejenisnya. 9. Munculkan keyakinan diri dan jadilah diri sendiri yang luar biasa.
7
Keyakinan diri merupakan modal yang utama bagi seorang MC. Persiapan 1—9 penting dan persiapkan diri untuk menjadi seorang MC yang hebat. Kita boleh merujuk pada salah satu MC yang dikagumi, tetapi tetap harus menjadi diri sendiri.
Setelah semua persiapan tersebut dilakukan maka selanjutnya perlu diketahui kemampuan dasar bagi seorang MC. Dari berbagai literatur dapat dikerucutkan menjadi beberapa kemampuan dasar sebagai berikut:
1. Keterampilan vocal Suara merupakan salah satu modal menjadi MC. Sering kita mendengar seorang MC menggunakan suaranya yang renyah dan menarik. Ada kalanya kita menemui seorang MC yang memiliki suara yang garing, tidak jelas, bahkan membosankan.
Dalam memproduksi suara dibutuhkan pengetahuan dan
kemampuan khusus. Berikut ini beberapa tip untuk mengolah suara agar nyaman didengarkan: a. speed.
Suara
yang
dihasilkan
memiliki
standar
kecepatan
yang
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi. Tidak terlalu cepat juga tidak terlalu lambat. Artikulasi perlu dijaga dengan baik. Setiap kata yang diucapkan harus jelas, mudah dipahami dan bulat maknanya. Penggunaan phrasing atau jeda, maupun stressing atau penekanan akan memudahkan pendengar memahami makna kalimat. b. Volume, dalam memandu acara, suara yang dikeluarkan harus bulat. Tidak terlalu keras dan juga tidak terlalu pelan sehingga kurang terdengar oleh audience. Untuk acara resmi, volume diusahakan kuat. c. Tone, tinggi rendah suara harus diatur agar audience tidak merasa bosan selama acara berlangsung. Penggunaan infleksi atau lagu kalimat dapat
8
membantu mempermudah pemahaman. Untuk acara resmi, tone yang digunakan rendah agar menunjukkan kesan resminya acara. d. Timbre, suara yang dihasilkan harus ekspresif yang akan mempengaruhi pendengar. Untuk acara resmi perlu timbre yang khidmat atau serius. e. Power, kekuatan suara yang dihasilkan harus tepat sesuai dengan pemakaian kata. Hal ini dilakukan dengan pengaturan nafas perut yang memiliki power lebih kuat. 2. Teknik Performa dan Gesture Seorang MC perlu menunjukkan performa yang baik dan didukung oleh bahasa tubuh yang positif. Dalam kaitan dengan hal ini terdapat beberapa tip untuk memberi kesan yang positif bagi seluruh audience. a. Jaga eye contact, hal ini penting untuk menunjukkan koneksi dengan audience. Adanya eye contact akan memelihara emosional antara MC dan audience yang positif, Dalam melakukan eye contact dilakukan bukan dengan menatap mata audience secara langsung, melainkan pada segitiga bull’s eye yaitu segitiga antara kedua alis dan pertengahan dahi. Lakukan hal tersebut kepada semua pihak sekitar 2—3 detik secara berpindah-pindah. b. Lakukan smiling voice. Setiap kalimat yang diucapkan disertai senyuman sehingga suara yang dihasilkan akan terasa lebih lembut dan nyaman didengar. c. Tidak melakukan gerakan monoton dan berulang-ulang. Gerakan ini biasanya kita lihat seperti meremas-remas tangan, menepuk punggung tangan, memasukkan tangan ke dalam saku dan lain-lain. d. Melakukan gerakan secukupnya tergantung jumlah audience. Semakin banyak audience maka gerakan dapat lebih bervariasi, tetapi jika audience hanya sedikit gerakan secukupnya.
9
e. Seni melemparkan joke. Melempar joke perlu sesekali dilakukan untuk membuat suasana lebih hidup. Usahakan joke sesuai tema. Terdapat etiket dalam melempar joke antara lain materi joke tidak terkait SARA. Kemudian hindari membuat joke yang membuat diri sendiri terpingkal-pingkal. Berikan waktu kepada audience untuk tertawa atas joke yang kita lempar.
3. Penguasaan Suasana Seorang MC yang menjadi pusat perhatian seluruh audience perlu menguasai seluruh suasana dalam acara tersebut. Dalam melangkah seorang MC harus mantap, tenang dan meyakinkan. Kemudian posisi berdiri diusahakan dapat dilihat oleh semua yang hadir. Posisi berdiri tegak, tidak membungkuk atau bersandar pada tiang, dinding atau meja.
Memulai acara dilakukan dengan mengucapkan salam dengan tulus dan bersungguh-sungguh. Berikan waktu kepada audience untuk menjawab salam kita. Setiap berbicara lakukan dengan jelas, dengan ekspresi wajah yang baik.
Terdapat etiket seorang MC antara lain tidak harus membacakan seluruh susunan acara pada pembukaan acara kecuali acara tersebut adalah acara resmi. Seorang MC tidak perlu mengucapkan terima kasih kepada pejabat yang selesai
memberikan
sambutan
apalagi
komentar/tanggapan
tentang
sambutannya tersebut. MC meninggalkan standing mic pada saat yang bersamaan dengan pejabat meninggalkan tempat duduknya menuju tempat untuk memberikan sambutan.
Acara dilanjutkan ketika pejabat yang telah
selesai memberikan sambutan telah duduk ditempatnya. Apabila acara diliput oleh media, artinya ada wartawan, fotographer dan kameramen maka beri
10
kesempatan secara formal kepada media dan diakhiri dengan formal juga. Untuk mencoba mic sebaiknya tidak memukul, meniup atau selalu menggerakgerakkan mic pada saat berbicara.
Keseluruhan acara ada dalam penguasaan seorang MC sehingga seorang MC harus benar-benar memusatkan perhatian pada jalannya acara dan tidak melakukan kegiatan lain selain terkait kegiatan tersebut apalagi meninggalkan tempat berlangsungnya acara.
Demikian tulisan mengenai bagaimana menjadi MC
yang baik. Perlu
diperhatikan apa saja syarat untuk menjadi MC. Kemudian langkah-langkah persiapan apa saja yang diperlukan agar MC dapat membawakan acara dengan baik dan lancar. Demikian juga telah kita bahas apa saja yang membuat performa seorang MC menjadi lebih baik. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca sekalian. Selamat mencoba!
Referensi: Boothman, Nicholas. How to Make People Like You in 90 seconds or less. New York: Workman Publishing Company, Inc., 2008. Kartini, Agung Rai, Sukses Menjadi Pembawa Acara (MC), Bali: PANAKOM Publishing, 2008. Indrawati, Evi Diah. “Master of Ceremony”. http://efidrew.wordpress.com “Tips Menjadi MC yang Baik” http://celotehvidi.wordpress.com “Tips untuk Menjadi MC yang Baik dan Benar” http://informasi-berfaedah.blogspot.com “14 Kemampuan Komunikasi yang Efektif” http://www.akuinginsukses.com
11