ANALISIS PRODUKSI SIARAN BERITA TELEVISI (Proses Produksi Siaran Program Berita Reportase Minggu Di Trans Tv) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh Nurhasanah NIM: 107051102311
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H./2011 M.
ANALISIS PRODUKSI SIARAN BERITA TELEVISI (PROSES PRODUKSI SIARAN PROGRAM BERITA REPORTASE MINGGU DI TRANS TV)
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh : Nurhasanah NIM : 107051102311
Pembimbing,
Drs. Sunandar, MA NIP : 19620626 199403 1 002
KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H./2011 M.
i
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul ANALISIS PRODUKSI SIARAN BERITA TELEVISI (Proses Produksi Siaran Program Berita Reportase Minggu Di Trans Tv) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 15 Maret 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Program Studi Konsentrasi Jurnalistik. Jakarta, 24 Maret 2011 Sidang Munaqasyah
Ketua merangkap anggota,
Sekretaris merangkap anggota
Drs. Study Rizal, LK, MA
Ade Rina Farida, M. Si.
NIP. 19640428 199303 1 002
NIP. 19770513 200701 2018
Anggota Penguji I
Penguji II
Drs. Jumroni, M. Si.
Rubiyanah, MA
NIP. 19630515 199203 1 006
NIP. 19730822 199803 2 001
Pembimbing
Drs. H. Sunandar, M. Ag. NIP. 19620626 199403 1 002
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 24 Maret 2011
Nurhasanah
ABSTRAK
Nurhasanah (107051102311) Analisis Produksi Siaran Berita Televisi (Proses Produksi Siaran Program Berita Reportase Minggu di Trans Tv) Televisi merupakan media massa yang saat ini banyak digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan informasi. Oleh karenanya, demi memenuhi kebutuhan masyarakat, stasiun televisi menyediakan program news yang memberikan informasi mengenai berbagai peristiwa dalam kehidupan masyarakat. Trans Tv misalnya, dengan salah satu program newsnya, Reportase Minggu yang memberikan sajian news yang ringan dan juga beberapa informasi terkini yang terangkum dalam segmen Reportase Utama. Pertanyaan yang muncul adalah, bagaimana proses produksi berita yang dilakukan redaksi Reportase Minggu? Serta siapa saja yang berperan dalam proses produksi beritanya? Berita diproduksi melalui proses yang bertahap yang meliputi pencarian berita dan pengumpulan bahan-bahan berita. Kemudian bahan berita yang telah diliput, ditulis dalam naskah. Kemudian naskah yang telah rapi akan didubbing. Setelah itu dilakukan proses editing dan selanjutnya hasil akhir editing akan diserahkan pada control room untuk dioperasikan oleh beberapa kru pada saat live. Saat itulah berita akan sampai pada penonton di rumah. Metodologi penelitian di sini menggunakan paradigma kualitatif dengan model deskriptif. Penulis tidak menguji hipotesis, dan hanya menjelaskan dan menggambarkan secara kualitatif sebuah proses produksi berita pada program Reportase Minggu di Trans tv. Data diperoleh melalui pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu kemudian akan dianalisa dengan mengacu pada kerangka teori. Proses produksi sebuah berita yang melalui beberapa tahap itu sesuai dengan Teori Arus Berita milik Bass. Teori yang menyatakan bahwa dalam memproduksi berita melalui dua tahap yang saling berkaitan. Tahap pertama terjadi ketika para pencari berita membuat “berita kasar” menjadi atau “bahan berita”. Tahap kedua terjadi ketika para pengolah berita merubah atau menggabung-gabungkan bahan itu menjadi “hasil akhir” (sebuah siaran berita). Dengan melakukan penelitian dan pencarian data melalui pengamatan, wawancara dan dokumentasi, maka dapat disimpulkan bahwa redaksi Reportase Minggu melalui proses untuk menyampaikan beritanya pada masyarakat. Sesuai dengan teori Bass, tahap pertama yaitu penentuan tema dan ide oleh produser. Kemudian, pencarian bahan berita oleh tim liputan yang ditugaskan oleh korlip. Selanjutnya, reporter menulis naskah dari bahan berita yang diliput. Setelah naskah diedit oleh produser, maka dilakukan dubbing. Selanjutnya, gambar liputan yang dicapture ke komputer dan hasil dubbingan naskah telah diproses, maka seluruhnya siap diedit. Hasil akhir editing akan dipreview oleh produser. Jika sudah disetujui, maka akan diprint ke dalam bentuk kaset video atau data yang dikirim ke server. Di ruang control room lah, video itu dioperasikan untuk sampai ke televisi pemirsa. Itu dilakukan saat siaran live yang dikomando oleh seorang program director.
KATA PENGANTAR
Puji sukur, Alhamdulillah hanya bagi Sang Maha Penguasa Alam, Allah SWT. Hanya dengan limpahan rahmat, nikmat, serta kebaikanNya lah skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat
beserta
salam
kepada
Nabi
Muhammad
SAW,
Sang
Revolusioner dan mujahid sejati, pembawa kedamaian, penyebar ilmu, penangkis kejahiliyahan. Semoga kebaikan, rasa cinta kasih dan hakikat kehidupan yang disampaikan beliau akan terus memberi kesegaran pada kehidupan manusia. Penulis sadari, selama penulisan karya ilmiah ini banyak sekali pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak. Terima kasih penulis ucapkan kepada mereka yang telah berperan dalam penulisan ini. Baik melalui doa, bimbingan, dukungan, maupun terlibat langsung dalam memberikan informasi, sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini. Terima kasih kepada: 1. Orang tua, yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil kepada penulis. Melalui doa, nasihat, kesabarannya membimbing, bahkan keringat kerja kerasnya sehingga mampu menguliahkan penulis hinga selesai. 2. Umi dan Alm. Abah, yang telah berbesar hati menjadi orang tua kedua bagi penulis, serta senantiasa mendukung lewat doa dan nasihatnya yang tak pernah berhenti. 3. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, Dr. Arief Subhan, MA., Pembantu Dekan Bidang
i
Akademik, Drs. Wahidin Saputra, MA., Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum, Drs. M. Mahmud Jalal, MA., dan Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan, Drs. Study Rizal LK, MA. 4. Ketua
Konsentrasi
Jurnalistik,
Rubiyanah,
MA
serta
Sekretaris
Konsentrasi Jurnalistik, Ade Rina Farida, M.Si. Terima kasih telah banyak membantu dan mendukung penulis. 5. Dosen pembimbing, Drs. Sunandar, MA, yang senantiasa membimbing dan membantu penulis menemukan solusi permasalahan dan menambah banyak informasi dalam menulis skripsi ini. 6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, terima kasih untuk semua ilmunya yang sangat bermanfaat bagi penulis, bahkan sangat bermanfaat sampai akhir penulisan skripsi ini. 7. Pimpinan dan para staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 8. Redaksi Reportase Minggu Trans Tv, Mba Yuli, Mba Ayu, Mba Fia, Mba Irene, Mas Ivan, Mas Zulhaq, dan seluruh kru Reportase Minggu yang bersedia memberikan bantuan, dukungan, serta informasi pada penulis. 9. Keluarga Besar H. Hafidz. Tante, Om, saudara sepupu, terima kasih yang tak terhingga untuk kasih sayang, dukungan, serta nasihat kalian. Aku cinta kalian. 10. Adik2 ku tersayang, terima kasih dukungannya. 11. Aa Salim Firdaus, yang selalu mendukung dan mendoakanku. 12. Teman-teman seperjuangan di bangku kuliah, Konsentrasi Jurnalistik angkatan 2007. Terima kasih untuk kebersamaanya. Tak ada yang dapat
ii
menukar bahkan membayar harga kebersamaan kita. Singkat namun sangat berarti. 13. Sahabat-sahabat di kampus, Nunu, Nia, Tya, Lola, dan Silvi, terima kasih untuk “perlombaan” menuju kesuksesan serta kebersamaannya. 14. Teman-teman Kost Annida, Arya, Dewi, Neng, Anis, Indah. Terima kasih untuk semua dukungannya. Aku akan terus merindukan kebersamaan kita. 15. Teman-teman VOC (Voice Of Communication), Alfi, Nunu, Nissa, Abda, Angel, Dini, Tika, K’ Fitrah, K’ Dani, K’ Ina, K’ isna, Teh Nenk, dan seluruh anggota lainnya yang tidak penulis sebutkan, namun tetap, terima kasih untuk kalian semua yang ikut memberi dukungan dan semangat kebersamaan. 16. Semua pihak yang membantu penulis secara langsung maupun tidak. Tanpa menyebutkan satu per satu, namun tidak mengurangi rasa terima kasih penulis. Akhir kata, penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pihak yang membacanya.
Jakarta, 24 Maret 2011
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... KATA PENGANTAR .......................................................................................i DAFTAR ISI ......................................................................................................iv
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..............................................................1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ...................................................6 C. Tujuan Penelitian .........................................................................6 D. Manfaat Penelitian .......................................................................7 E. Metodologi Penelitian .................................................................7 F. Tinjauan Pustaka .........................................................................10 G. Sistematika Penulisan ..................................................................12
BAB II
KAJIAN TEORITIS A. Model Komunikasi Bass (Arus Berita) .......................................14 B. Proses Produksi ...........................................................................15 C. Pengertian Siaran .........................................................................21 D. Program Berita (news) di Televisi ...............................................22 E. Televisi ........................................................................................24 1. Pengertian Televisi ...............................................................24 2. Sejarah Televisi ...................................................................25 3. Perkembangan Televisi ........................................................27 iv
4. Televisi Sebagai Media Massa .............................................29 F. Berita ...........................................................................................31 1. Pengertian Berita ..................................................................31 2. Jenis-Jenis Berita ..................................................................32 3. Nilai Berita ...........................................................................34 4. Format Berita ........................................................................37 5. Kaidah Berita ........................................................................43
BAB III GAMBARAN UMUM TRANS TV DAN PROGRAM REPORTASE MINGGU A.
B.
Trans Tv.......................................................................................46 1.
Sejarah berdirinya Trans Tv ................................................46
2.
Visi dan Misi Trans Tv ........................................................49
3.
Logo Trans Tv .....................................................................50
4.
Struktur Organisasi Trans Tv ...............................................50
5.
Program Acara Trans Tv......................................................51
6.
Penghargaan Trans Tv .........................................................55
Program Berita Reportase Minggu ..............................................60 1.
Latar Belakang Program Berita Reportase Minggu ............60
2.
Profil Reportase Minggu .....................................................62
3.
Redaksi Reportase Minggu ..................................................63
4.
Tagline “Lebih Dekat dan Berbeda” ..................................64
v
BAB IV ANALISIS PROSES PRODUKSI SIARAN PROGRAM BERITA REPORTASE MINGGU DI TRANS TV A.
Pelaksanaan Produksi Reportase Minggu di Trans Tv ................67
B.
Teori Arus Berita (Bass) dalam Proses Produksi Berita Reportase Minggu di Trans TV ………………………………………….82
C.
Analisis Produksi Berita Reportase Minggu di Trans Tv ………93
D.
Kendala dan Pendukung dalam Proses Produksi Berita Reportase Minggu di Trans Tv ……………………………………………98
BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan .................................................................................105
B.
Saran ............................................................................................109
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................111 LAMPIRAN
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Di era yang semakin dikuasai oleh teknologi dan informasi saat ini menuntut manusia untuk selalu tahu berbagai informasi. Media massa sebagai sarana informasi menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal atau menyeluruh.1 Melalui media massa dalam bentuk cetak maupun elektronik, program maupun informasi gencar disajikan dalam bentuk yang dikemas secara menarik. Media massa lah yang menjadi sumber kebutuhan informasi masyarakat dewasa ini. Karena media sangat berpengaruh bagi kehidupan, maka perlu diketahui bagaimana media massa bekerja. Beberapa diantaranya yang perlu direnungkan, melalui media massa, setiap orang mengetahui hampir segala sesuatu diluar lingkungan mereka. Warga yang berpengetahuan dan aktif sangat mungkin terwujud di dalam demokrasi modern hanya jika media massa berjalan dengan baik. Setiap orang membutuhkan media massa untuk mengekspresikan ide-ide mereka ke khalayak luas. Tanpa media massa, gagasan seseorang hanya sampai kepada orang-orang di sekitarnya.2
1
BurhanBungin, SosiologiKomunikasi, cet.ke-3. (Jakarta: KencanaPrenada, 2008),h . 72. John Vivian, TeoriKomunikasi Massa (Jakarta: KencanaPrenada Media Group, 2008),
2
h.5.
1
2
Media massa saat ini yang ikut berperan dalam menyajikan informasi kepada masyarakat luas adalah televisi. Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keseharian dan kehidupan manusia. Bahkan bagi beberapa orang, tv dianggap sebagai teman dan sebagai cerminan perilaku masyarakat. Tak dapat dipungkiri, salah satu jenis media massa ini mampu menghipnotis para penikmatnya dengan sajian berbagai acara dan informasi yang memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Menurut Peter Herford, setiap stasiun televisi dapat menayangkan berbagai program hiburan seperti film, musik, kuis, talk show, dan sebagainya, tetapi siaran berita merupakan program yang mengidentifikasikan suatu stasiun tv kepada pemirsanya. Program berita menjadi identitas khusus atau identitas lokal yang dimiliki suatu stasiun tv. Dengan demikian, stasiun tv tanpa program berita akan menjadi stasiun tanpa identitas setempat. Program berita juga menjadi bentuk kewajiban dan tanggung jawab pengelola tv kepada masyarakat yang menggunakan gelombang udara publik. 3 Media massa biasanya dianggap sebagai penyampai informasi. Inti dari fungsi media sebagai penyampai pesan informasi adalah berita (news).4 Menurut pakar komunikasi, JB Wahyudi, berita adalah laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memiliki nilai penting, menarik dari sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan secara luas melalui media massa periodik. Peristiwa atau pendapat tidak akan menjadi berita bila tidak
3
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir (Bandung: Kencana, 2008), h. 2.
4
John Vivian, Teori Komunikasi Massa, h. 6.
3
dipublikasikan melalui media massa periodik.5 Berbagai keadaan di luar lingkungan bisa diakses masyarakat melalui media massa dengan sajian program beritanya. Tidak salah jika salah satu program acara yang menjadi andalan stasiun televisi di Indonesia adalah program berita. Stasiun televisi berkompetisi merebut audiens dengan menyajikan program berita yang tentunya dikemas dan disajikan semenarik mungkin. Disini lah tempat diproduksinya berbagai informasi yang diharapkan mampu memenuhi informasi yang dibutuhkan masyarakat. Sebagaimana suatu perusahaan, stasiun televisi memiliki struktur organisasi yang sama seperti perusahaan lain pada umumnya. Dengan satu departemen khusus, yakni depertemen atau bagian pemberitaan, segala hal yang berkaitan dengan proses produksi siaran berita diatur. Sebagian besar stasiun televisi membentuk bagian pemberitaan sebagai departemen yang terpisah dari bagian program. Bagian pemberitaan biasanya diketuai seorang manajer atau direktur pemberitaan yang bertanggung jawab langsung kepada pimpinan stasiun televisi. Head and Sterling (1982) mengatakan: “This separation (news) from entertainment programming arises because of the timely natureof news.” (Pemisahan bagian pemberitaan dari bagian hiburan disebabkan sifat berita yang sangat terikat oleh waktu). 6 Salah satu stasiun televisi yang memiliki program berita sebagai andalannya yaitu Trans Tv. Melalui pengamatan sehari-hari, stasiun televisi 5
Arifin S. Harahap, Jurnalistik Televisi Teknik Memburu dan Menulis Berita (PT Indeks, 2006), h. 4. 6
Ibid., h. 41-42.
4
Trans Tv memfokuskan penyajian berbagai programnya dalam bentuk hiburan. Namun, dari sekian banyak program acara hiburan milik Trans Tv, terdapat salah satu program berita yaitu Reportase. Reportase merupakan program bulletin berita milik Trans Tv yang hadir 4 kali sehari yaitu pagi, siang, sore, dan malam. Program berita Reportase terdiri dari banyak jenis, salah satu diantaranya adalah Reportase Minggu. Reportase Minggu adalah program buletin dari divisi news Trans TV yang tayang tiap Minggu sore. Menariknya, pada Reportase Minggu, kumpulan news yang terdiri dari berbagai bentuk feature disajikan secara menarik dan berbeda. Bahkan presenternya menyampaikan informasi dengan melakukan perjalanan wisata. Sehingga, informasi berbagai feature menarik yang disampaikan akan semakin terasa santai dan lebih ringan. Reportase Minggu berbeda dengan Reportase yang disajikan pada pagi, siang, sore dan malam di Senin-Jum’at yang lebih menitikberatkan pada berita “hard news”. Reportase Minggu disuguhkan dengan suasana lebih santai yang mengalir melalui informasi-informasi feature menariknya dari berbagai daerah. Reportase Minggu menyampaikan berbagai liputan feature yang menarik, unik, edukatif dan informatif yang sesuai dengan akhir pekan. Dengan penyampaiannya secara khas, unik dan akrab membuat Reportase Minggu menjadi liputan yang sangat menarik untuk dilihat. Reportase Minggu juga tetap menyampaikan perkembangan terbaru yang menyangkut masalah
5
politik, ekonomi dan sosial budaya yang disampaikan dalam segmen Reportase Utama.7 Dengan tagline “Lebih Dekat dan Berbeda”, program berita Reportase Minggu berusaha menyajikan program beritanya dengan format yang berbeda dengan program berita di stasiun televisi lainnya. Dengan dua presenternya yang menyampaikan informasi dengan berjalan-jalan di luar studio atau lokasi menarik di berbagai daerah, Reportase Minggu menyuguhkan berbagai informasi berita yang memiliki unsur keunikan, berbeda, dan tentunya lebih dekat dengan kehidupan masyarakat. Dengan penyampaian yang lugas, informasi unik dan berbeda itu disampaikan pada masyarakat luas, bahkan masyarakat kalangan manapun bisa menikmatinya. Merencanakan sebuah produksi program televisi, seorang produser professional akan dihadapkan pada lima hal sekaligus yang memerlukan pemikiran mendalam, yaitu materi produksi, sarana produksi (equipment), biaya produksi (financial), organisasi pelaksana produksi, dan tahapan pelaksanaan produksi.8 Oleh karena itu, mengingat pentingnya mengetahui langkah-langkah produksi dalam suatu produksi acara berita, termasuk program berita Reportase Minggu di Trans Tv, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Produksi Siaran Berita Televisi (Proses Produksi Siaran Program Berita Reportase Minggu di Trans Tv)”
7
“Reportase Minggu,” artikel diakses pada 24 November 2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Reportase_(Trans_TV) 8 Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Berita (Yogyakarta: Pinus, 2007), h. 23.
dari
6
B. Batasan dan Rumusan Masalah 1.
Batasan Masalah Agar
penelitian
lebih
terarah
dan
mempermudah
dalam
penyusunan, maka penelitian ini akan dibatasi pada permasalahan bagaimana proses produksi berita program Reportase Minggu di Trans Tv dilaksanakan. Mulai dari bagaimana berita di peroleh hingga siap siar. Serta faktor apa saja yang manjadi pendukung serta kendala dalam proses produksi beritanya.
2. Rumusan Masalah Penelitian ini bermaksud mengupas permasalahan utama untuk dianalisa, yaitu: a. Bagaimana proses produksi berita program Reportase Minggu di Trans Tv dilaksanakan serta siapa saja yang berperan di dalamnya? b. Apa saja kendala serta pendukung dalam proses produksi berita program Reportase Minggu di Trans Tv?
C. Tujuan Penelitian Bertolak dari latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah diungkapkan diatas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui bagaimana proses produksi berita pada program Reportase Minggu dilaksanakan serta siapa saja yang terlibat di dalamnya. 2. Mengetahui apa saja yang menjadi kendala serta pendukung dalam proses produksi berita Reportase Minggu di Trans Tv.
7
D. Manfaat Penelitian 1.
Akademis Penelitian ini membantu pembaca untuk lebih mengetahui pemaparan teori mengenai proses produksi berita. Bagaimana sebuah siaran, berita khususnya, melalui beberapa tahap agar bisa tayang sebagai sebuah program berita secara utuh. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian ilmu komunikasi, khususnya dalam bidang jurnalistik mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proses produksi siaran berita.
2.
Praktis Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menemukan dan menginformasikan mengenai proses dalam sebuah produksi siaran berita secara menyeluruh. Dalam hal ini proses penyajian program berita Reportase Minggu di Trans Tv.
E. Metodologi Penelitian 1.
Pendekatan dan Metode Penelitian Paradigma atau pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis atau model deskriptif. Penulis menguraikan serta mendeskripsikan bagaimana proses produksi berita pada program Reportase Minggu di Trans Tv. Pendekatan kualitatif ini
8
menitikberatkan pada data-data penelitian yang akan dihasilkan melalui pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi.
2.
Teknik Pengumpulan Data a.
Observasi Dalam
melakukan
penelitian,
penulis
mengumpulkan
beberapa data yang nantinya membantu penulis dalam penulisan skripsi. Salah satu teknik yang dilakukan adalah melalui observasi. Observasi yang dilakukan penulis adalah dengan melakukan pengamatan pada objek yang akan diteliti secara langsung maupun tidak langsung. Berbagai fakta dan data yang diperoleh lewat pengamatan nantinya akan dikumpulkan untuk menarik sebuah informasi.
b.
Wawancara Wawancara dalam penelitian ini yaitu melakukan tanyajawab secara langsung dengan pihak redaksi Reportase Minggu, yaitu produser pelaksana, koordinator liputan, kameramen, reporter, editor, dan program director. Teknik yang digunakan adalah tehnik wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Hal ini bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada penulis untuk bertanya, namun tetap terarah pada masalah penelitian yang diangkat.
9
c. Dokumentasi Dokumentasi tersebut berupa tulisan-tulisan berbentuk catatan, buku, naskah, dokumen ataupun arsip-arsip yang terkait dengan pembahasan penelitian ini. Dari dokumentasi tersebut, nantinya penulis gunakan untuk mengumpulkan data dengan mempelajari bahan tertulis sehingga dapat membantu penulis dalam mencari informasi yang terkait dengan permasalahan penelitian.
3.
Analisis Data Untuk menganalisis data, penulis menjelaskan bagaimana produksi siaran berita yang dilaksanakan pada program berita Reportase Minggu di Trans Tv. Mulai dari bagaimana berita di peroleh, hingga siap siar. Penulis melaporkan data dengan memberi gambaran mengenai proses produksi program Reportase Minggu di Trans Tv. Sebagai sumber data, penulis melakukan observasi langsung dan tidak langsung dan wawancara dengan tim redaksi Reportase Minggu. Data yang diperoleh dari observasi dan wawancara akan dideskriptifkan secara kualitatif dengan didukung data-data yang didapat dari berbagai dokumen, literatur serta data-data yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini. Maka, penulis mendapatkan jawaban penelitian dengan menganalisa data berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi dengan mengacu pada kerangka teori.
10
4.
Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah stasiun televisi Trans Tv. Sedangkan objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah proses produksi salah satu program berita di Trans Tv, yaitu Reportase Minggu.
5.
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di lokasi program berita Reportase Minggu diproduksi, yaitu di Gedung Trans Tv, Jl. Kapten P. Tendean no. 12-14A, Jakarta 12790.
6.
Pedoman Penulisan Penulisan dalam penelitian ini menggunakan teknik yang mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ini, diambil referensi dari beberapa pustaka dan menggunakan pendekatan teori tertentu untuk memperkuat dan mempertajam analisa. Penelitian dengan judul “Analisis Produksi Siaran Berita Televisi (Proses Produksi Siaran Program Berita Reportase Minggu di Trans Tv)” ini terinspirasi dari beberapa skripsi yang telah ada sebelumnya.
11
Pertama, skripsi karya Yefhy Ardiyanti, mahasiswa Jurnalistik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2005 dengan judul “Analisis Deskriptif Produksi Program Warta Pemilu Di TVRI”, yang membahas bagaimana sebuah program berita dalam periode pemilu di produksi. Yefhy mengangkat masalah bagaimana sebuah program berita dalam periode tertentu (masa pemilu) diprogram, sedangkan penulis lebih menitik beratkan pada berita yang secara rutinitas diproduksi. Skripsi karya Irham Maulana dari universitas yang sama, dengan judul skripsi “Produksi Program Apa Kabar Indonesia di TV One” juga menginspirasi penulis dalam mengambil judul dan pembahasan. Irham menitikberatkan pada produksi program berita yang diproduksi secara live dengan format talkshow, sedangkan penulis membahas pembuatan suatu program berita yang secara rutin diproduksi dengan format penyajiannya, presenter berjalan-jalan di suatu daerah, yang juga di segmen akhirnya disajikan live dengan lokasi di studio. Ketiga, skripsi milik Pessi Andayani yang berjudul “Analisis Produksi Program Pemberitaan Dunia Dalam Berita di TVRI” yang secara khusus membahas produksi program berita Dunia Dalam Berita pada “ Thailand: prime Minister “. Sedangkan penulis lebih mengkhususkan pada pembahasan produksi berita secara keseluruhan (umum). Dan terakhir, skripsi milik Wahyu Hidayat, mahasiswa jurusan Ilmu Jurnalistik Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) dengan judul “Proses Penyajian Berita Lintas Peristiwa di Televisi Pendidikan Indonesia”. Selain
12
menjadi pembanding, skripsi ini juga memberi tambahan masukan kepada penulis dalam melengkapi skripsi yang penulis susun. Melalui tinjauan pustaka ke perpustakaan utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan IISIP, juga menelusuri situs di internet, skripsi dengan judul “Analisis Produksi Siaran Berita Televisi (Studi Proses Produksi Siaran Program Berita Reportase Minggu Di Trans Tv)” belum pernah diteliti sebelumnya. Meskipun penulis terinspirasi dari keempat skripsi sebelumnya yang telah disebutkan diatas, namun seluruh skripsi ini memliki objek dan subjek penelitian yang berbeda, meski tak bisa disangkal keempatnya memberikan banyak masukan untuk penulis dalam melakukan penelitian. Selain skripsi-skripsi di atas, buku Teknik Produksi Program Televisi karya Fred Wibowo memberi sumbangan besar dalam ide penulisan skripsi ini. Pemaparan mengenai berbagai hal yang harus dipikirkan secara matang dalam produksi seperti materi produksi, sarana produksi (equipment), biaya produksi (financial), organisasi pelaksana produksi, dan tahapan pelaksanaan produksi membantu penulis untuk menjelaskan mengenai apa saja yang perlu diperhatikan dalam produksi program berita.
G. Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini, terbagi ke dalam lima bab yang memiliki pembahasan masing-masing. Kelima bab itu adalah sebagai berikut:
13
Bab I, pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori dan sistematika penulisan. Bab II, kajian teoritis, berisi penjelasan teori arus berita milik Bass, proses produksi, pengertian siaran, tentang berita yang meliputi pengertian berita, jenis berita, nilai berita, format berita televisi, dan kaidah berita televisi. Seputar hal mengenai televisi, meliputi pengertian televisi, sejarah televisi, perkembangan televisi, serta televisi sebagai media massa. Terakhir subbab mengenai program berita (news) di televisi. Bab III, gambaran umum Trans Tv dan program Reportase Minggu, berisi mengenai Trans Tv yang meliputi sejarah berdirinya Trans Tv, visi dan misi Trans Tv, logo Trans Tv, struktur organisasi Trans Tv, program acara Trans Tv dan beberapa penghargaan Trans Tv yang pernah diraih. Juga berisi mengenai program berita Reportase Minggu yang meliputi, latar belakang program berita Reportase Minggu, profil Reportase Minggu, redaksi Reportase Minggu dan makna dari tagline “Berbeda dan Lebih Dekat”. Bab IV, pelaksanaan produksi program Reportase Minggu Trans Tv serta proses produksi berita Reportase Minggu di Trans TV, peran redaksi dalam produksi berita, dan faktor pendukung dan kendala dalam produksi berita Reportase Minggu. Terakhir bab V, yaitu penutup yang terdiri dari kesimpulan yang berisi paparan jawaban dari hasil penelitian secara menyeluruh. Dan berisi saran dari hasil penelitian yang telah ditemukan.
BAB II KAJIAN TEORITIS
B. Model Komunikasi Bass (Arus Berita) Teori Bass menjelaskan proses pencarian dan pengumpulan bahan berita atau proses produksi sebuah berita sebagai berikut: Tindakan gatekeeping yang paling penting terjadi di dalam organisasi pemberitaan, dan bahwa prosesnya dapat dibagi dalam dua tahap: perolehan berita dan pengolahan berita, seperti pada gambar berikut: Tahap I
Bahan berita
Tahap II
Pencari Berita
Copy Berita
Misal: penulis,
Pengolah
Produk Akhir
Misal: redaksi
juruwarta
copy reader
editor lokal
penterjemah
Bass menjelaskan tahap pertama terjadi ketika para pencari berita membuat “berita kasar” (peristiwa, pidato dan konferensi pers) menjadi “copy berita” atau “bahan berita”. Tahap kedua terjadi ketika para pengolah berita merubah atau menggabung-gabungkan bahan itu menjadi “hasil akhir” (sebuah surat kabar atau sebuah siaran berita) yang disiarkan kepada umum.1
1
DennisMcQuail, Model-Model Komunikasi. AlihBahasaPutuLaxmanPendit (Jakarta: UniPrimas, 1985), h. 110.
14
15
C. Proses Produksi Proses berasal dari bahasa Latin processus yang berarti geraknya, jalannya, kemajuan, berhasil, perkara; berasal dari procession (bahasa Inggris) yang artinya gerakan, maju, prosesi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, proses adalah rangkaian tindakan, pembuatan atau pengolahan yang menghasilkan suatu produk. Sedangkan produksi adalah barang yang dihasilkan atau kegiatan yang menghasilkan suatu barang atau jasa.2 Setiap media massa pasti memiliki program yang akan disampaikan kepada masyarakat luas. Begitu juga dengan televisi yang memiliki beragam program untuk disuguhkan ke tengah khalayak luas. Program-program yang akan disuguhkan itu sudah pasti melalui berbagai proses yang pada akhirnya terbentuk satu program yang dapat dinikmati masyarakat. Proses dibuatnya program di televisi biasa disebut dengan proses produksi. Dimana maksud dari proses produksi adalah sekumpulan tindakan, pembuatan atau pengolahan yang terarah dan teratur untuk menghasilkan sebuah produk atau program. Produksi
televisi
merupakan
proses
pembuatan
acara
untuk
ditayangkan di televisi. Proses produksi ini merupakan perjalanan panjang yang melewati berbagai tahapan, melibatkan banyak sumber daya manusia dengan berbagai keahlian, dan berbagai peralatan serta dukungan biaya. Merencanakan sebuah produksi program televisi, seorang produser professional akan dihadapkan pada lima hal sekaligus yang memerlukan pemikiran mendalam, yaitu materi produksi, sarana produksi (equipment), 2
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1998), h. 701-703.
16
biaya produksi (financial), organisasi pelaksana produksi, dan tahapan pelaksanaan produksi. 1. Materi Produksi Adalah barang atau material yang akan diproduksi menjadi sebuah tayangan yang layak siar dan layak jual sekaligus. Materi produksi dapat berupa apa saja, seperti kejadian, pengalaman, hasil karya, benda, binatang, dan manusia merupakan bahan yang dapat diolah menjadi produksi yang bermutu.
2. Sarana Produksi Sarana
produksi
adalah
sarana
yang
menjadi
penunjang
terwujudnya ide menjadi konkret, yaitu hasil produksi. Ada tiga tiga pokok peralatan yang diperlukan sebagai alat produksi, yaitu unit peralatan perekam gambar, unit peralatan perekam suara, dan unit peralatan pencahayaan. Selebihnya berfungsi sebagai peralatan penunjang produksi. Seperti alat transportasi untuk produksi luar studio dan unit studio dengan dekorasi untuk produksi dalam studio.
3. Biaya Produksi Seorang produser harus memikirkan sejauh mana biaya produksi itu untuk memperoleh dukungan financial dari suatu pusat produksi atau stasiun televisi.
17
4.
Organisasi Pelaksana Produksi Supaya pelaksanaan shooting dapat berjalan dengan lancar, produser harus memikirkan juga penyusunan organisasi pelaksana produksi yang serapi-rapinya. Suatu organisasi pelaksana produksi yang tidak disusun dengan rapi akan menghambat jalannya produksi, berarti kerugian waktu dan uang. Dalam hal ini, produser dapat dibantu dengan asisten produser, Ia mendampingi dalam mengendalikan organisasi. 3 Pada divisi pemberitaan, secara umum organisasi pelaksana produksi terdiri dari direktur pemberitaan, produser, asisten produser, koordinator liputan, kameramen, editor, pengarah program, dan penyiar berita.
5. Tahap Pelaksanaan Produksi Tahapan produksi terdiri dari tiga bagian di televisi yang lazim disebut standard operation procedure (SOP), yaitu; a. Pra-Produksi (perencanaan dan persiapan) Tahap pra-produksi meliputi tiga bagian, sebagai berikut: 1) Penemuan Ide Tahap ini dimulai ketika seorang produser menemukan ide atau gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta penulis naskah mengembangkan gagasan menjadi naskah sesudah riset.
3
Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi (Yogyakarta: Pinus, 2007), h. 23.
18
2)
Perencanaan Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule), penyempurnaan naskah, pemilihan artis, lokasi, dan crew. Selain estimasi biaya dan rencana alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat secara hati-hati dan teliti.
3)
Persiapan Tahap ini meliputi pemberesan semua kontrak, perijinan, dan surat-menyurat. Latihan para artis dan pembuatan setting, meneliti, dan melengkapi peralatan yang diperlukan. Semua persiapan ini paling baik diselesaikan menurut jangka waktu kerja (time schedule) yang sudah ditetapkan.
b. Produksi (pelaksanaan) Sesudah perencanaan dan persiapan selesai, pelaksanaan produksi dimulai. Sutradara bekerja sama dengan para artis dan crew mencoba mewujudkan apa yang direncanakan dalam kertas dan tulisan (shooting script) menjadi gambar, susunan gambar yang dapat becerita. Selain sutradara, penata cahaya dan suara juga mengatur dan bekerja agar gambar dan suara bisa tayang dengan baik.
c. Pasca-Produksi (penyelesaian dan penayangan) Pasca-produksi memiliki beberapa langkah, yaitu:
19
1) Editing offline dengan teknik analog Setelah shooting selesai, penulis skrip membuat logging yaitu mencatat kembali semua hasil shooting berdasarkan catatan shooting dan gambar. Di dalam logging time code (nomor kode yang berupa digit frame, detik, menit, dan jam dimunculkan dalam gambar) dan hasil pengambilan setiap shoot dicatat. Kemudian berdasarkan catatan itu sutradara akan membuat editing kasar yang disebut editing offline sesuai dengan gagasan yang ada dalam sinopsis dan treatment.4 Materi hasil shooting langsung dipilih dan disambung-sambung dalam pita VHS. Sesudah editing kasar ini, hasilnya dilihat dalam screening. Setelah hasil editing offline dirasa cukup, maka dibuat editing script. Di dalam naskah editing, gambar dan nomor kode waktu tertulis jelas untu memudahkan pekerjaan editor. Kemudian hasil shooting asli dan naskah editing diserahkan kepada editor untuk dibuat editing online. 2)
Editing online dengan teknik analog Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shooting asli. Sambungan-sambungan setiap shoot dan adegan (scene) dibuat tepat berdasarkan catatan time-code dalam naskah editing. Demikian pula sound asli dimasukkan dengan level yang seimbang dan sempurna. Setelah editing online ini siap, proses berlanjut dengan mixing.
4
Treatment adalah langkah pelaksanaan perwujudan gagasan menjadi program.
20
3)
Mixing (pencampuran gambar dengan suara) Narasi yang sudah direkam dan ilustrasi musik yang juga sudah direkam, dimasukkan ke dalam pita hasil editing online sesuai dengan petunjuk atau ketentuan yang tertulis dalam naskah editing. Keseimbangan antara sound effect, suara asli, suara narasi dan musik harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak saling manggangu dan terdengar jelas. Sesudah proses mixing ini sudah selesai, secara menyeluruh produksi juga selesai. Setelah produksi selesai, biasanya diadakan preview.
4)
Editing offline dengan teknik digital atau non-linier: Editing non-linier aatau editing digital adalah editing yang menggunakan computer dengan peralatan khusus untuk editing. Tahapan pertama yang harus dilakukan adalah memasukkan seluruh hasil shoot (gambar) yang dalam catatan atau logging memperoleh OK, ke dalam hardisk. Proses ini disebut capturing atau digitizing, yaitu mengubah hasil gambar ke pita menjadi file. Dalam editing offline dengan sistem digital ini, penyusunan tidak harus mengikuti urutan adegan seperti dalam sistem analog. Sesudah tersusun baik maka diurutkan kemudian dipersatukan agar shoot-shoot yang sudah disambung dapat dilihat secara utuh, proses ini disebut render. Setelah render, dapat dilakukan screening. Setelah semuanya dirasa memuaskan, boleh dikatakan editing offline selesai. Bahan offline dalam computer langsung dibuat menjadi online.
21
5)
Editing online dengan teknik digital: Editing online dengan teknik digital sebenarnya tinggal penyempurnaan hasil editing offline dalam computer, sekaligus mixing dengan musik ilustrasi atau efek gambar dan suara (sound effect atau narasi) yang harus dimasukkan. Sesudah semua sempurna, hasil online ini kemudian dimasukkan kembali dari file menjadi gambar pada pita Betacam SP atau pita dengan kualitas broadcast sandart. Setelah program dimasukkan pita, boleh dikatakan pekerjaan selesai. Selanjutnya adalah bagian dari pekerjaan di stasiun televisi. 5
D. Pengertian Siaran Penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran.6 Penyiaran merupakan dunia yang selalu menarik perhatian bagi masyarakat. Tak hanya dapat dinikmati sebagai tontonan atau didengarkan, penyiaran merupakan lahan bisnis yang menggiurkan dan bisa mencapai keuntungan yang besar jika program yang disiarkan dinikmati khalayak.
5 6
h. 4.
Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi (Yogyakarta: Pinus, 2007), h. 39. FOKUSMEDIA, Undang-undang Penyiaran dan Pers (Bandung: Fokusmedia, 2005),
22
Aktivitas penyiaran tidaklah semata merupakan kegiatan ekonomi, tetapi ia juga memiliki peran sosial yang tinggi sebagai medium komunikasi.7 Siaran juga berarti mata acara atau rangkaian mata acara berupa pesanpesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar yang dapat didengar dan atau dilihat oleh khalayak dengan pesawat penerima siaran dengan / tanpa alat bantu. Media massa seperti televisi dan radio memiliki berbagai program yang disajikan kepada masyarakat luas melalui kegiatan penyiaran, baik di studio maupun di luar studio. Dengan proses siaran itu, berbagai program mampu disuguhkan ke tengah khalayak penikmatnya.
E. Program Berita (news) di Televisi Tidak dapat disangkal bahwa dalam media komunikasi, baik cetak maupun audio-visual, kehadiran informasi atau berita merupakan faktor yang sangat penting. Informasi dan berita memang menjadi tujuan utama dari media komunikasi. Ia berada di posisi teratas dalam skala prioritas media dibandingkan dengan pendidikan atau hiburan sebagai tujuan-tujuan lain. Seiring dengan perkembangan wacana mengenai teknologi komunikasi yang semakin berkembang pada masyarakat modern, informasi dan berita menempati posisi yang sangat strategis. Ia menjadi salah satu kebutuhan yang paling mendesak untuk segera dipenuhi pada masa kini.8
7
Drs. Tommy Suprapto, Berkarier di Bidang Broadcasting (Yogyakarta: Media Pressindo, 2006), h. 2. 8 Tim Redaksi LP3ES, Jurnalisme Liputan6 SCTV: Antara Peristiwa dan Ruang Publik (Jakarta: Pustaka LP3ES, 2006), h. 33.
23
Untuk memenuhi sifat keingintahuan manusia terhadap berbagai hal yang terjadi di sekelilingnya, televisi bersaing menyajikan programprogramnya. Melalui berbagai jenis program yang disajikan itu, pengelola stasiun televisi mengeksplorasi rasa keingintahuan masyarakat untuk menarik sebanyak mungkin audien. Salah satu program andalan televisi dalam memenuhi kebutuhan informasi masyarakat luas adalah program berita (news). Program informasi (news) di televisi memberikan banyak informasi untuk memenuhi rasa ingin tahu penonton terhadap suatu hal. Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memeberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak audien. Daya tarik program ini adalah informasi, dan informasi itulah yang „dijual‟ kepada audien. Dengan demikian, program informasi tidak hanya melulu program berita dimana presenter atau penyiar membacakan berita tetapi segala bentuk penyajian informasi termasuk talkshow (perbincangan) misalnya wawancara dengan artis, orang terkenal, atau dengan siapa saja.9 Televisi dengan tayangan beritanya sudah menjadi bagian dari kehidupan. Dengan sifatnya yang immediaty, media televisi mampu mendekatkan peristiwa dan tempat kejadian dengan penontonnya.10 Untuk berita di televisi, para redaksi harus mengusahakan secara baik dalam menyajikan pendapat dari narasumber yang relevan secara langsung dan orisinal. Dalam menyusun berita pada media televisi, reporter dituntut untuk memiliki keterampilan dan kemampuan dalam mengombinasikan uraian
9
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir (Jakarta: Kencana, 2008), h. 25. Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 59. 10
24
fakta, pendapat, dan penyajian pendapat yang relevan dari narasumber secara dinamis dan lebih variatif sesuai dengan arah uraian dan ketentuan.
F. Televisi 1.
Pengertian Televisi Kata televisi terdiri dari kata tele yang berarti jarak dalam bahasa Yunani dan kata visi yang berarti citra atau gambar dalam bahasa Latin. Jadi, kata televisi berarti suatu sistem penyajian gambar berikut suara dari suatu tempat yang berjarak jauh.11 Pendapat lain menyebutkan, televisi dalam bahasa Inggris disebut television. Televisi berasal dari kata tele (bahasa Yunani) dan vision (bahasa Latin); yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan melihat (vision). Jadi televisi berarti melihat dengan jauh.12 Televisi merupakan salah satu bentuk media massa sebagai alat komunikasi
massa.
Komunikasi
massa
adalah
pesan
yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Media komunikasi yang termasuk media massa yaitu radio siaran, televisi, film yang dikenal sebagai media elektronik, serta surat kabar dan majalah yang keduanya termasuk media cetak.13
11
Sutisno. P.C.S., Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Radio (Jakarta: PT Grasindo, 1993), h. 1. 12 Sunarjo Djoenaesih S, Himpunan Istilah Komunikasi, cet ke-2. (Yogyakarta: Liberty, 1983), h. 125. 13 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 3.
25
2.
Sejarah Televisi Tidak diragukan lagi, bahwa informasi sangat dibutuhkan untuk berbagai kepentingan yang sifatnya sangat mendasar, karena itu peranannya
sangat
luar
biasa.
Sejak
munculnya
Acta
Diurna
(Pengumuman Pemerintah) dan Acta Senata (Pengumuman Senat) di kerajaan Romawi Kuno saat Pemerintah Julius Caesar, tahun 59 SM, para ahli menilai bahwa hal tersebut merupakan cikal bakal adanya penyebaran informasi melalui tulisan.14 Selanjutnya muncul teknologi terbaru dalam hal cara mencetak dengan huruf lepas yang ditemukan pada tahun 1423 serta penemuan mesin pembuat kertas pada abad ke-18. Selanjutnya media radio ikut memainkan peran dalam dunia informasi sejak seorang ilmuwan bernama Dane menyatakan pada tahun 1802 bahwa pesan dapat dikirim melalui kawat beraliran listrik dalam jarak pendek. Seiring perjalanan waktu dan semakin pesatnya perkembangan teknologi, muncullah media massa yang disebut televisi. Kemunculannya memberikan warna baru dalam dunia informasi di dunia. Peranannya tak kalah penting dengan media sebelumnya, surat kabar dan radio. Televisi merupakan perkembangan medium berikutnya setelah radio yang diketemukan dengan karakternya yang spesifik yaitu audio visual. Peletak dasar utama teknologi pertelevisian tersebut adalah Paul Nipkow dari Jerman pada tahun 1884. Ia menemukan sebuah alat yang kemudan 14
disebut
sebagai
Jantra
Nipkow
atau
Nipkow
Sheibe.
Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 3.
26
Penemuannya tersebut melahirkan electrische teleskop atau televisi elektris.15 Keterangan lainnya yaitu dalam buku Empat Windu TVRI disebutkan, televisi merupakan media temuan orang-orang Eropa. Perkembangan pertelevisian di dunia sejalan dengan kemajuan teknologi elektonika yang bergerak pesat sejak ditemukannya transistor oleh Wiliam Socley dan kawan-kawan pada tahun 1946. Transistor yang dibuat dengan pasir silicon di California, amerika Serikat ini merupakan benda sebesar pasir yang berfungsi sebagai penghantar listrik bebas hambatan. Transistor ini sanggup menggantikan fungsi tabung (vacuum tube) yang diciptakan oleh Lee De Fores pada tahun 1912. Selanjutnya pada tahun 1923, Vladimir Katajev Zworykin berhasil menciptakan sistem televisi elektris. Dan tahun 1930 Philo T. Farnsworth menciptakan sistem televisi. Penemuan dasar televisi ini terus berkembang sampai akhirnya Paul Nipkow melahirkan televisi mekanik. Hal ini dibuktikan ketika di New York World’s Fair tahun 1939 dipamerkan pesawat televisi berukuran 8x10 inci. Dan pertama kalinya gambar televisi mulai terlihat tahun 1920 di Amerika Serikat.16
15
Ibid., h. 4. Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 7. 16
27
3.
Perkembangan Televisi Penemuan baru di bidang teknologi komunikasi dan informasi telah mendorong terus berkembangnya media elektronik. Berbagai kemajuan dan perubahan terjadi dalam percepatan yang semakin meningkat. Sejak ditemukannya radio dan televisi hitam putih dibutuhkan waktu yang cukup lama. Tapi pada perkembangan berikutnya, mulai dari TV berwarna sampai pada penemuan teknologi komunikasi interaktif lewat internet, misalnya, perubahannya menjadi sangat cepat.17 Seperti yang telah diketahui, televisi mulai diperkenalkan pada public pada acara pameran dunia tahun 1939, ketika berlangsungnya World‟s Fair di New York, Amerika Serikat, tetapi Perang Dunia II telah mnyebabkan kegiatan dalam bidang televisi itu terhenti. Baru setelah tahun 1946 kegiatan dalam bidang televisi dimulai lagi. Pada saat itu di seluruh Amerika Serikat hanya terdapat beberapa buah pemancar saja, tetapi kemudian disebabkan suasana yang mengizinkan dan teknoligi yang berkembang pesat, jumlah studio/pemancar tv meningkat dengan hebatnya.18 Perkembangan televisi tidak hanya di Amerika saja, tetapi juga di Inggris (1924). John Logle Baird mendemonstrasikan televisi pada tahun 1924. BBC, yang merupakan salah satu organisasi terbesar di dunia, mencoba-coba mengadakan siaran sejak tahun 1929. Selanjutnya, setelah perang usai, mengiringi pembangunan berbagai gedung-gedung yang
17
Asep Saiful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori & Praktik (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 95. 18 Askurifai , Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik, h. 12-13.
28
hancur serta perbaikan segala aspek, badan-badan siaran televisi juga muncul di Negara-negara lain. Di Perancis, Jerman Barat, Nederland, Belgia, Luxemburg, Italia, Denmark, Austria, Swedia, Switzerland, dan negara lainnya. Televisi juga berkembang di Asia, yakni di Indonesia dan Republik China (1962), Jepang (1953), Philipina (1953), Muangthai (1955), Singapura (1963), dan kemudian disusul Malaysia. Siaran televisi pertama kali di Indonesia diperkenalkan pada tahun 1962, ketika Indonesia mendapat kehormatan untuk menyelenggarakan pesta olahraga Asian Games di Jakarta. Saat itu, masyarakat Indonesia disuguhi tontonan realita yang begitu memukau. Meskipun hanya siaran televisi hitam putih, namun siaran pertama televisi di Indonesia itu menjadi momentum yang sangat bersejarah. Sementara puncak ketenaran (booming) televisi di Indonesia sendiri dimulai tahun 1992 ketika RCTI mulai mengudara dengan bantuan decoder atau alat pemancar.19 Saat ini, di Indonesia sudah mengudara satu televisi pemerintah, yakni TVRI, dan beberapa televisi swasta, antara lain SCTV, TPI, ANTV, Indosiar, MetroTV, Trans TV, Trans7, TVOne, Global TV, serta stasiun televisi lokal seperti O Channel, JakTV, CTV Banten, dan lain-lain. Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Perkembangan televisi swasta Indonesia saat ini justru tidak sehat bagi demokrasi, terutama bila dilihat dari perspektif kepentingan publik. Stasiun siaran swasta Indonesia kini memiliki kekuatan luar biasa. Salah satu kondisi yang kurang memperoleh perhatian
19
Ibid., h. 15.
29
namun sebenarnya sangat vital dalam sistem penyiaran Indonesia adalah fakta bahwa selama lima stasiun televisi swasta dan stasiun televisi publik memiliki jangkauan siaran nasional.20
4.
Televisi Sebagai Media Massa Kekuatan televisi dibandingkan dengan media lainnya adalah kemampuannya untuk membawa penonton kelokasi kejadian dengan meggunakan gambar. Gambar yang dikombinasikan denagan suara alami adalah faktor yang membuat televisi memberikan pengaruh atau dampak yang sangat kuat kepada penonton. Dikatakan bahwa gambar dapat bercerita jauh lebih banyak dibandingkan kata-kata. Televisi merupakan salah satu bentuk media massa sebagai alat komunikasi
massa.
Komunikasi
massa
adalah
pesan
yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Media komunikasi yang termasuk media massa yaitu radio siaran, televisi, film yang dikenal sebagai media elektronik, serta surat kabar dan majalah yang keduanya termasuk media cetak.21 Televisi merupakan media yang dapat mendominasi komunikasi massa, karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak. Media ini mempunyai kelebihan dari media massa lainnya yaitu bersifat audio visual (didengar dan dilihat), dapat menggambarkan kenyataan dan langsung dapat menyajikan peristiwa yang sedang terjadi ke 20
Direktorat Publikasi Pemerintah Badan Informasi dan Komunikasi Nasional, Sistem Komunikasi Indonesia: Suatu Bunga Rampai, h. 64. 21 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 3.
30
setiap rumah para pemirsa di manapun mereka berada.22 Selain itu, media ini juga menyajikan berbagai kebutuhan manusia, baik hiburan, informasi, maupun pendidikan dengan sangat memuaskan. Penyebaran informasi melalui media massa, baik cetak, elektronik, maupun online, seperti surat kabar, televisi, radio, film, dan internet telah membentuk pengetahuan dan pendapat manusia mengenai berbagai peristiwa atau hal yang menyangkut kehidupannya.23 Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Abdul Muis, salah seorang pakar komunikasi, dalam tulisannya di majalah Analisis CSIS (1991): “… kemajuan teknologi komunikasi dan informasi menghadirkan aneka ragam saluran (media) yang kian lama kian canggih dan memungkinkan segala macam kejadian.”24 Akibat perkembangan teknologi komunikasi massa, dalam hal ini televisi akan memberikan pengaruh-pengaruh (dampak) dalam kehidupan manusia. Dampak atau efek komunikasi tersebut dapat dilihat dari setiap perubahan yang terjadi di dalam diri penerima, yang menerima pesan-pesan dari suatu sumber berita.25 Secara umum, media massa dengan berbagai program, pesan atau tulisan yang disuguhkannya, termasuk juga media televisi memiliki fungsifungsinya terhadap masyarakat, yaitu memberikan informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi masyarakat melalui kendali atau kontrol sosial.
22
Ibid., h. 40. Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2007), h. 136. 24 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Isi Media Televisi (Rineka Cipta, 1996), h. 1-2. 25 Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, cet ke-1. (Jakarta: PT Grasindo, 2000), , h. 39. 23
31
G. Berita 1. Pengertian Berita Dean M. Lyle Spencer dalam bukunya yang berjudul News Writings yang kemudian dikutip oleh George Fox Mott (New Survey Journalism) menyatakan bahwa: “Berita dapat didefinisikan sebagai setiap fakta yang akurat atau suatu ide yang dapat menarik perhatian bagi sejumlah besar pembaca.” Sedangkan Mitchel V. Charnley dalam bukunya Reporting edisi III (Holt-Reinhart &Winston, New York, 1975 halaman 44) menyebutkan: “Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas.”26 Williard C. Bleyer dalam Newspaper Writing and Editing menulis, berita adalah sesuatu yang termasa yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar karena menarik minat atau mempunyai makna bagi pembaca surat kabar atau karena dapat menarik para pembaca untuk membaca berita tersebut.27 Ada pula sebuah pernyataan sederhana, yaitu: sebuah berita sudah pasti sebuah informasi, tetapi sebuah informasi belum tentu sebuah berita. Hal itu karena informasi baru dapat dikatakan berita apabila informasi itu
26
Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 2. 27 A.S. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional (Bandung: PT Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 64.
32
memiliki unsur-unsur yang mempunyai „nilai berita‟ atau nilai jurnalistik dan disebarluaskan kepada khalayak.28 Banyak para ahli lainnya yang mendefinisikan sebuah berita dengan beragam pendapat. Dari sekian macam pengertian itu, belum ada satupun definisi mengenai berita yang dapat dijadikan patokan secara mutlak. Namun, sebagai pegangan, pengertian berita dapat dikemukakan seperti berikut: Berita ialah laporan terkini tentang fakta atau pendapat atau ide terbaru yang aktual, benar, penting atau menarik bagi khalayak dan disebar luaskan melalui media massa periodik seperti surat kabar, televisi, radio, maupun media online atau internet.
2. Jenis-Jenis Berita -
Jenis berita berdasarkan jenis peristiwa dan penggalian data
1) Hard News (berita berat) artinya berita tentang peristiwa yang dianggap penting bagi masyarakat baik sebagai individu, kelompok, maupun organisasi. Berita tersebut misalnya mengenai mulai diberlakukannya suatu kebijakan atau peraturan baru pemerintah. 2) Soft News (berita ringan) seringkali disebut dengan feature, yaitu berita yang tidak terikat dengan aktualitas namun memiliki daya tarik bagi pemirsanya. Berita-berita semacam ini seringkali menitikberatkan pada hal-hal yang dapat menakjubkan dan mengherankan pemirsa. Misalnya
28
Jani Yosef, To Be Journalist: Menjadi Jurnalis TV, Radio, dan Surat kabar yang Profesional (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 22.
33
tentang lahirnya hewan langka di kebun binatang atau masyarakat kecil yang mendapatkan undian milyaran rupiah. 3) Investigative Reports (laporan penyelidikan atau investigasi) adalah jenis berita yang eksklusif. Datanya tidak bisa diperoleh di permukaan, tetapi harus dilakukan berdasarkan penyelidikan. Penyajian berita ini membutuhkan waktu lama dan tentu akan menghabiskan energi reporternya. 29
-
Jenis berita berdasarkan sifat kejadiannya
1) Berita diduga, artinya peristiwa yang direncanakan atau sudah diketahui sebelumnya, seperti lokal karya, pemilihan umum, peringatan hari-hari bersejarah. 2) Berita tak terduga, artinya peristiwa yang sifatnya tiba-tiba, tidak direncanakan, dan tidak diketahui sebelumnya, seperti kereta api terguling, gedung perkantoran terbakar, bus tabrakan, kapal tenggelam, pesawat dibajak, anak-anak sekolah disandera, atau terjadi ledakan bom di pusat keramaian.30
-
Jenis berita berdasarkan lokasi kejadian
1) Berita yang terjadi di tempat tertutup ( indoor news ) Berita tentang sidang kabinet, seminar, pengadilan, berlangsung di tempat tertutup. Berita jenis ini umumnya masuk kategori berita ringan 29
Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 40-42. 30 A.S. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional (Bandung: PT Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 66.
34
(soft news), karena berita tersebut tidak sampai mengguncangkan perhatian serta tidak menimbulkan dampak yang luas terhadap masyarakat. 2) Berita yang terjadi di tempat terbuka ( outdoor news ) Berita tentang kerusuhan, bencana alam, peperangan, terjadi di tempat terbuka. Berita jenis ini umumnya masuk kategori berita berat (hard news).31
-
Jenis berita berdasarkan isinya Ditinjau dari segi cakupan isinya, berita terdiri dari berita politik, ekonomi, kebudayaan, pendidikan, hukum, seni, agama, kejahatan, olahraga, militer, laporan ilmu pengetahuan, dan teknologi, dan sebagainya.32
3. Nilai Berita Nilai pada berita adalah kriteria umum yang dapat dijadikan acuan oleh para jurnalis untuk memilih dan memutuskan berbagai fakta yang dianggap pantas dijadikan berita dan mana yang lebih baik untuk diangkat. Dengan kriteria umum nilai berita, reporter dapat dengan mudah dalam mendeteksi dan menentukan peristiwa mana saja yang harus diliput dan dilaporkan. Begitu juga untuk editor, kriteria umum nilai berita membantu editor untuk mempertimbangkan, memilih dan memutuskan berita terbaik dan terpenting untuk dipublikasikan pada khalayak lewat media massanya. 31 32
Ibid., h. 66-67. Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h. 56.
35
Kriteria umum nilai berita, menurut Brian S. Brooks, George Kennedy, Darly R. Moen, dan Don Ranly dalam News Reporting and Editing (1980: 6-17) menunjuk pada Sembilan hal. Menurut pakar lain terdapat dua hal lain yang juga termasuk kriteria umum nilai berita. Jadi, terdapat 11 nilai berita secara umum, yaitu:33 1) Keluarbiasaan (Unusualness) News is unusualness. Berita adalah sesuatu yang luar biasa. Dalam pandangan jurnalistik, berita merupakan suatu peristiwa yang luar biasa. Semakin besar suatu peristiwa, semakin besar pula nilai berita yang ditimbulkannya. 2) Kebaruan (Newness) News is new. Berita adalah semua yang terbaru. Semua hal yang baru apapun namanya, pasti memiliki nilai berita. 3) Akibat (Impact) News has impact. Berita adalah sesuatu yang berdampak luas.S uatu peristiwa tidak jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupan masyarakat. Semakin besar dampak sosial budaya ekonomi atau politik yang ditimbulkannya, maka semakin besar nilai berita yang dikandungnya. 4) Aktual (Timeliness) News is timeliness. Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru terjadi. Aktual berarti menunujuk pada peristiwa yang baru atau yang
33
A.S. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional (Bandung: PT Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 81-91.
36
sedang terjadi. Media massa harus memuat atau menyiarkan beritaberita aktual yang sangat dibutuhkan masyarakat. 5) Kedekatan (Proximity) News is nearby. Suatu pernyataan atau pendapat yang terjadi di dekat khalayak, baik dekat secara geografis maupun dekat secara emosional dapat menarik perhatian penonton, pendengar, dan pembaca.34 6) Informasi (Information) News is information. Berita adalah informasi. Menurut Wilbur Schramm, informasi adalah segala yang bisa menghilangkan ketidakpastian. 7) Konflik (Conflict) News is conflict. Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsure atau sarat dengan dimensi pertentangan. 8) Orang Penting (Public Figure, News Maker) News is about people. Berita adalah tentang orang-orang penting, ternama, pesohor, selebriti, figur publik. Orang-orang penting, terkemuka, dimanapun selalu dibuat berita. 9) Kejutan (Surprising) News is surprising. Kejutan adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, di luar dugaan, tidak direncanakan, di luar perhitungan, tidak diketahui sebelumnya. 10) Ketertarikan Manusiawi (Human Interest)
34
Jani Yosef, To Be Journalist: Menjadi Jurnalis TV, Radio, dan Surat kabar yang Profesional (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 30.
37
News
is
interesting.
Kadang-kadang
suatu
peristiwa
tidak
menimbulkan efek berarti pada seseorang atau masyarakat, tetapi telah menimbulkan getaran pada suasana hati, suasana kejiwaan, dan alam perasaannya. 11) Seks (Sex) News is sex. Berita adalah seks, seks adalah berita. Sepanjang sejarah peradaban manusia, segala hal yang berkaitan dengan perempuan pasti menarik dan menjadi sumber berita.
4. Format Berita Dalam dunia televisi dikenal sejumlah istilah yang terkait dalam format yang digunakan dalam suatu berita. Kelompok istilah ini melihat pada format yang berbeda digunakan untuk jenis berita yang berbeda. Salah satu tantangan yang dihadapi pengelola berita adalah mencari cara atau format terbaik dalam menyajikan setiap berita. Dalam program berita televisi dikenal beberapa format berita yaitu cara bagaimana satu berita itu ditampilkan atau disajikan. Format apa yang akan dipilih tentunya tidak dapat dilakukan sesukanya saja. Terdapat sejumlah kriteria atau persyaratan untuk menentukan suatu format berita dalam suatu program berita televisi. Suatu format dipilih tentunya karena terdapat alasan untuk itu. Suatu berita dapat disajikan dalam beberapa bentuk yaitu:
38
1) Reader ( RDR ). Sebuah cara paling dasar menyajikan berita. Presenter di studio hanya membaca isi berita tanpa ada gambar pendukung. Format seperti ini hanya digunakan jika sebuah berita penting terjadi pada saat program berita masih “on air”. Tentu saja belum ada gambar yang tersedia karena tim liputan belum dikirim ketempat kejadian tetapi informasi yang penting itu harus segera dilaporkan setidaknya pada fakta-fakta dasarnya saja. Dengan demikian, Reader merupakan fomat berita singkat yang disampaikan presenter tanpa didukung gambar (video). Format ini biasanya digunakan untuk melaporkan peristiwa penting dan mendadak belum ada videonya. Dikenal istilah lain setelah Reader seperti “berita copy” dan “invision only” yang memiliki pengertian yang sama dengan reader. Laporan dalam format reader dapat dimulai dengan kata-kata: “Berita yang baru saja kami terima….” Format berita reader ini biasanya diakhiri dengan kata-kata:” kami akan menyampaikan perkembangan selanjutnya segera setelah kami merima informasi terakhir.” 2) Voice Over (VO). Sering disingkat dengan sebutan VO saja yang mana naskah berita untuk VO dibacakan oleh presenter. Format VO menyajikan video atau gambar pendek (biasanya sekitar satu menit) yang diiringi dengan kata-kata penyiar. Format biasa ini digunakan untuk menceritakan sebuah topik dalam waktu yang singkat. VO adalah
39
format berita dengan video yang keseluruhan narasinya melalui intro hingga kalimat terakhir dibacakan oleh presenter. Presenter tampil di depan kamera (on-cam) setelah itu muncul gambar berita namun suara presenter tetap terdengar mengiringi gambar. Dalam format ini presenter muncul didepan kamera untuk membacakan intro (kata-kata yang diucapkan oleh presenter untuk mengantarkan sebuah berita). Istilah lain untuk intro adalah lead atau kepala berita) dan diikuti oleh pemutaran gambar video yang biasanya berlangsung sekitar 45 detik sementara suara si presenter atau VO terdengar membaca berita mengiringi gambar. 3) Reader Sound on Tape (RDR SOT). Format berita Reader Sound on Tape (RDR SOT) terdiri dari presenter yang muncul membacakan intro dan kemudian muncul soundbite on tape (SOT) dari narasumber berita. SOT adalah cuplikan suara dari narasumber atau cuplikan dari wawancara panjang dengan narasumber. Istilah lain SOT adalah sync (baca “sing”). SOT sebaiknya diusahakan pendek dan fokus sehingga bisa membantu memberikan efek dramatis dari berita yang dibacakan sebelumnya. Dalam intro presenter menjelaskan nama sumber dan informasi singkat SOT-nya, namun tidak boleh sama persis (Parroting) dengan SOTnya. Format berita semacam ini sering disebut dengan Reader SOT. Format berita semacam ini sering disebut dengan Reader SOT.
40
4) Voice Over-Sound on Tape (VO/SOT). Format berita ini merupakan gabungan antara format VO dan SOT yang mana VO mengenai peristiwa atau isu yang relevan atau ada kaitannya dengan apa yang diungkapkan dalam SOT. Sedangkan SOT adalah bagian pernyataan sumber yang penting atau spesifik berkaitan dengan peristiwa (event) atau isu bersangkutan. 5) Reader-Grafis (RDR-GRF). Format berita reader-grafis (RDR-GRF) biasanya digunakan jika sebuah berita penting baru saja terjadi dalam stasiun televisi belum mendapatkan akses untuk mengambil gambar dan merekamnya dalam kaset video. Untuk menggantikan gambar video yang belum ada maka digunakan ilustrasi berupa grafis. Pada banyak kasus terutama jenis berita bencana maka grafis yang dibutuhkan adalah berupa peta yang menujukan di mana lokasi bencana itu terjadi. Grafis dapat pula muncul dalam bentuk foto seseorang, misalnya dalam menyampaikan berita bahwa seseorang yang terkenal meninggal dunia atau mengundurkan dari suatu jabatan. Dalam format berita grafis, pertama-tama presenter muncul membacakan intro (lead berita) dan kemudian muncul gambar grafis sementara suara presenter terdengar membacakan kelanjutan berita tersebut. 6) Paket (Package/PKG). Paket adalah laporan berita lengkap dengan narasi (voice over) yang direkam ke dalam pita kaset. Narasi dalam kaset dibacakan oleh
41
seorang pengisi suara atau dubber yang biasanya adalah reporter atau penulis berita (writer). Dengan kata lain, format berita paket (package) adalah format berita yang bersifat komprehensif dengan intro dibacakan presenter sedangkan naskah paket
dibacakan atau
dinarasikan sendiri oleh reporter atau pengisi suara (dubber). Jadi berbeda dengan format VO dimana narasi dibacakan oleh presenter di studio. Biasanya rata-rata durasi sebuah paket dalam suatu program berita adalah 1,5 hingga 2,5 menit. Tentu saja ada paket yang berdurasi lebih lama, misalnya 5 menit atau bahkan 30 menit untuk sebuah laporan khusus. Dalam sebuah paket biasanya mengandung bagian-bagian sebagai berikut: gambar, narasi, suara alami, kutipan langsung narasumber, grafis dan laporan reporter di depan kamera (stand up). Paket selalu dimulai dengan presenter membacakan intro. 7) Laporan Langsung (Live). Jika
suatu
peristiwa
yang
mengandung
berita
masih
berlangsung sementara program berita masih “on air”, maka stasiun televisi dapat menyampaikan berita dengan format laporan langsung (live report). Hal ini dimungkinkan karena komunikasi dapat dilakukan melalui hubungan satelit atau microwave. Dalam format seperti ini presenter akan langsung berbicara dengan reporter yang berada di lokasi yang sedang meliput suatu peristiwa; seperti pertemuan politik yang penting atau sebuah kebakaran besar dan peristiwa penting
42
lainnya. Format seperti ini disebut juga sebagai format dua arah (two way). Laporan langsung akan dimulai dengan layar yang terbagi dua memperlihatkan presenter distudio pada bagian kiri layar dan reporter dari lokasi berita pada bagian kanan layar. Jika
stasiun
televisi
atau
reporter
tidak
mendapatkan
kesempatan untuk melakukan laporan langsung secara visual, maka presenter dapat mewawancarai reporter dari lokasi melalui telepon yang dikenal dengan istilah laporan langsung melalui telepon live by phone (LBP). Dalam format seperti ini presenter akan tampil bersama dengan grafis yang memperlihatkan foto reporter yang sedang menyampaikan laporan atau sebuah peta atau gambar lokasi yang sudah terkenal di mana si reporter menyampaikan laporannya. Dalam suatu laporan langsung, narasumber tidak selalu harus reporter tetapi bisa saja salah seorang yang benar-benar terlibat dalam berita, yang tentu saja akan memberikan kredibilitas yang lebih baik daripada sekedar laporan wartawan. Durasi bagi suatu laporan langsung tidak terbatas dan bergantung terhadap peristiwa itu sendiri 8) Breaking News. Berita yang sangat penting dan harus disiarkan, bila memungkinkan bersamaan dengan terjadinya peristiwa tersebut. Breaking news merupakan berita tidak terjadwal karena dapat terjadi kapan saja. Misalnya: berita-berita kecelakaan besar, serangan teror, bencana alam yang mengancam keselamatan jiwa, kerusuhan massa yang berdampak luas, keputusan politik dan ekonomi yang sangat
43
penting dan berdampak pada hidup orang banyak, perang dan pemecahan rekor dunia seperti bidang olahraga, film, dan musik. Durasi breaking news mulai dari dua menit hingga tak terbatas. 9) Laporan Khusus. Berita dengan format paket, lengkap dengan narasi dan soundbite dan sejumlah narasumber yang memberikan pendapat dan analisis
mereka.
Biasanya
merupakan
laporan
panjang
yang
komprehensif mengenai berbagai peristiwa atau isu seperti politik, hukum, kriminal, dan bencana (sering disebut dengan current affair). Laporan khusus biasanya disajikan dalam program tersendiri diluar program berita karenanya memiliki durasi panjang (30 menit atau lebih). 35
5. Kaidah Berita Televisi merupakan media massa pandang dengar, artinya siaran televisi dapat dilihat dan didengar sekaligus. Sebagai media audio visual, maka siaran televisi harus memadukan unsur gambar, naskah, dan suara. Ketiga unsur tersebut harus sinkron dan saling terkait. Begitu pun dalam berita televisi, terdapat tiga kaidah yang harus diperhatikan, yaitu: a. Kaidah Gambar (video) Gambar merupakan unsur pertama dalam berita televisi. Selain itu, gambar merupakan kekuatan utama dalam berita televisi, karena gambar ikut berbicara bahkan kadang lebih berbicara dari naskah dan
35
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir (Jakarta: Kencana, 2008), h. 33-40.
44
audio. Agar gambar dalam berita televisi itu menarik, ada beberapa unsur yang harus dimiliki, yakni: 1. Aktualitas, adalah gambar berita televisi yang ditampilkan dalam berita harus aktual atau paling baru. 2. Sinkronisasi, yakni gambar berita televisi harus sinkron dengan peristiwa yang diinformasikan, antara naskah dengan gambar harus sesuai. 3. Simbolis,
yakni
gambar
simbolis
berarti
bukan
gambar
sesungguhnya dalam berita, tetapi hanya menggambarkan kejadian yang diberitakan. Hal ini dikarenakan gambar yang sesungguhnya sulit didapat. 4. Ilustrasi, adalah gambar berita yang dibuat atau direkayasa berdasarkan suatu peristiwa yang memang terjadi, tetapi gambar yang aktual, sinkron, dan simbolis tidak tersedia. 5. Dokumentasi, yakni dokumen gambar yang kadangkalanya diperlukan kalau peristiwa itu sangat penting, sementara gambar yang aktual, sinkron, dan simbolis tidak tersedia. 6. Estetika, yaitu gambar berita televisi harus bersifat estetis, agar enak dipandang, kemudian gambar yang dihasilkan fokus, komposisinya bagus, dan warna yang didapat jelas.
b. Kaidah Naskah Naskah berita televisi sebagaimana naskah berita pada umumnya harus memenuhi unsur 5W+1H. Ada dua bentuk penyajian
45
naskah berita yaitu: a) naskah reading adalah naskah berita yang seluruh isinya, mulai dari lead sampai tubuhnya dibaca oleh presenter. b) naskah voice over adalah naskah berita yang leadnya dibaca presenter sedangkan tubuhnya di dubbing.
c. Kaidah Suara (audio) Audio atau suara dalam berita televisi sangatlah penting, disamping gambar dan naskah. Suatu berita biarpun ada naskah dan gambarnya, tetapi tidak ada suara, maka berita tersebut tidak akan jelas maksudnya. Selain gambar dan naskah, audio juga merupakan salah satu unsur pada berita televisi, jadi apabila salah satu dari unsur tersebut tidak ada, maka bukan berita namanya. Ada dua unsur audio dalam berita televisi, yaitu: 1. Atmosfer, adalah suasana dari suatu peristiwa yang gambarnya diberitakan. 2. Narasi, adalah suara reporter baik berdasarkan naskah yang dibaca maupun melaporkan tanpa naskah dan suara narasumber yang diwawawancarai.36
36
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h. 67-83.
BAB III GAMBARAN UMUM TRANS TV DAN PROGRAM REPORTASE MINGGU A. Trans Tv 1. Sejarah Trans Tv PT. Televisi Transformasi Indonesia (Trans Tv) merupakan perusahaan yang dimiliki oleh Trans Corporation, yang juga merupakan pemilik dari Trans7. Trans Tv memperoleh siaran pada bulan Oktober 1998. Trans Tv menyiarkan program yang bertajuk Trans Tune-In, program ini dikemas dengan gaya radio untuk memperkenalkan Trans Tv pada masyarakat. Mulai 1 Desember 2001, Trans Tune-In berganti dengan Transvaganza, seiring dengan bertambahnya jam siaran Trans Tv. Setelah dinyatakan lulus dari ujian kelayakan yang dilakukan oleh tim antar departemen pemerintah, maka sejak 15 Desember 2001, Trans Tv memulai siaran secara resmi. Penambahan jam tayang secara bertahap ini akan memuncak pada tanggal 1 Maret 2002, saat Trans Tv mulai siaran penuh, yaitu 18 jam sehari pada hari Senin hingga Jum’at. Pada September, Trans Tv mulai mengudara 20 jam setiap hari terkecuali hari Sabtu yaitu 24 jam nonstop. Mulai Selasa, 12 Juli 2005 hingga enam bulan ke depan, dikeluarkan
Peraturan
Menteri
Menkominfo
No.
11/P/M.
Kominfo/7/2005, dimana dalam peraturan menteri tersebut diberlakukan pembatasan jam siar hingga jam 01.00 dan mulai kembali siaran jam 05.00.
46
47
Trans Tv mulai saat diberlakukannya pembatasan jam siaran tersebut membatasi jam tayang dengan sing-off jam 02.00 dan sing-on kembali jam 04.00 dalam sehari mendapatkan libur 2 jam. Untuk jam tayang hari Sabtu dan Minggu terkadang tayang nonstop 24 jam. Pada dasarnya, siaran Trans Tv menganut konsep General Entertainment, sehingga pemirsa bisa menikmati berbagai tayangan hiburan drama maupun nondrama, serta tayangan berita. Pada tahun pertama, 50% tayangan stasiun ini berasal dari luar negeri dan 50% sisanya merupakan produk lokal. Pada tahun kedua, porsi produk lokal akan menjadi 70% dan sisanya merupakan produk asing. Pada tahun keempat sudah lebih 75% merupakan produk lokal. Trans Tv dibangun dengan modal investasi Rp.600 milyar. Dana sebesar ini berasal dari grup Para sebesar Rp.300 milyar dan sisanya berupa dana pinjaman komersial dari Bank Mandiri. Dibawah “strategi partnership” Trans Tv-Tv7, pada awal Agustus 2006 telah ditandatangani nota kesepakatan antara Jakob Oetama, pemilik Tv7 dengan Chairul Tanjung pemilik Trans Tv. Nota kesepakatan strategic partnership antara Trans Tv dan TV7 dilakukan di Gedung Bank Mega (bagian dari grup para), di Jl. Kapten Tendean, Jakarta pada 4 agustus 2006. Penandatanganan dilakukan Chairman Trans Corp, Chairul Tanjung dan Presiden Direktur Kelompok Kompas Gramedia (KKG), Jakob Oetama. Berdasarkan kesepakatan itu, Trans Tv memiliki 49% dari saham Tv7, sesuai dengan batasan kepemilikan saham untuk tambahan stasiun
48
televisi sebagaimana ditetapkan undang-undang. Dengan jumlah saham sebesar itu, Trans Corp, sebagai pemilik Trans Tv menjadi saham mayoritas. Karena itu diberi wewenang untuk memimpin pengelolaan Tv7. Dalam konteks ini telah disepakati pada RUPS, tanggal 4 Agustus 2006. Bertepat pada hari ulang tahun Trans Tv ke-5 pada tanggal 15 Desember 2006 diadakan acara relaunch Tv7 menjadi Trans7. Memperoleh ijin siaran pada bulan Oktober 1998 setelah dinyatakan lulus dari ujian kelayakan yang dilakukan tim antar departemen pemerintah, maka sejak tanggal 15 Desember 2001, Trans Tv memulai siaran secara resmi. Seluruh saham trans tv dikuasai oleh Chairul Tanjung lewat kepemilikan 99,99 persen PT Para Inti Investindo (pada tahun 2006, diganti namanya dengan PT Trans Corpora, atau Trans Corp), dan sisanya PT Para Investindo. Keduanya dari kelompok bisnis Grup Para milik Tanjung. Lahir diera reformasi, Trans Tv tidak memiliki stigma negatif warisan rezim Soeharto. Perusahaan Grup Para tidak ada yang masuk BPPN (Badan Penyehatam Perbankan Nasional), dan tidak pernah kena kasus kriminal seperti sebagian konglomerat era Orde Baru. Kontribusi Trans Tv juga tidak kecil. Sekurang-kurangnya Trans Tv sudah mengalami break event point by operation pada tahun kedua, sekitar Mei 2003. Artinya, sudah tak perlu kucuran dana lagi dari pemilik. Titik balik keberhasilan Trans Tv berlangsung sejak kuartal satu 2002. Menurut survey Nielsen media research, saat itu Trans Tv berada pada peringkat kelima sebagai peraih iklan terbanyak dari 10 stasiun televisi. Nominalnya sebesar Rp. 149,2 milyar. Berbekal kesuksesan kinerja, dan
49
menyodok keurutan kedua
pada 2005, Trans
Tv lewat
induk
perusahaannya Trans Corpora pada Juni 2006 membuat kejutan, dengan membuat MoU untuk membeli saham mayoritas (55 persen) milik TV7. Menurut Chairul Tanjung, pihaknya ingin membentuk aliansi seluasluasnya dengan kelompok kompas gramedia (KKG) yang memiliki TV7. Selain pertimbangan bisnis, ada kesamaan visi antara Trans Tv dan TV7, yaitu sama-sama merah putih dan ingin menyejahterakan serta mencerdaskan masyarakat Indonesia.
2. Visi dan Misi Trans Tv Visi: Menjadi televisi terbaik di Indonesia maupun di ASEAN, memberikan hasil usaha yang positif bagi stakeholders, menyampaikan program-program berkualitas, berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral budaya kerja yang dapat diterima oleh stakeholders serta mitra kerja, dan memberikan
kontribusi
dalam
meningkatkan
kesejahteraan
serta
kecerdasan masyarakat.
Misi: Wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk mencerdaskan serta mensejahterakan bangsa, memperkuat persatuan dan menumbuhkan nilainilai demokrasi.1
1
Research and Development Trans Tv, “Visi dan Misi Trans Tv,” diakses pada 7 Februari 2011 dari http://www.transtv.co.id/
50
3. Logo Trans Tv
Logo Trans TV berbentuk berlian, yang menandakan keindahan dan keabadian. Kilauannya mereflesikan kehidupan dan adat istiadat dari berbagai pelosok daerah di Indonesia sebagai simbol pantulan kehidupan serta budaya masyarakat Indonesia. Huruf dari jenis serif, yang mencerminkan karakter abadi, klasik, namun akrab dan mudah dikenali.2
4. Struktur Organisasi Trans Tv Komisaris Utama
: Chairul Tanjung
Komisaris
: Chairal Tanjung
Komisaris
: Ishadi S.K
Direktur Utama
: Wishnutama
Direktur Sales dan Marketing
: Atiek Nur Wahyuni
2
Research and Development Trans Tv, “Logo Trans Tv,” diakses pada 7 Februari 2011 dari http://www.transtv.co.id/
51
Direktur Keuangan dan Corp. Services
: Warnedy
Kepala Divisi News
: Gatot Triyanto
Kepala Divisi Tech. and Facilities Services
: Azuan Syahril
Kepala Divisi Finance
: Hannibal K. Pertama
Kepala Divisi Programming
: A. Ferizqo Irwan
Kepala Divisi Corporate Services : Latief Harnoko Kepala Divisi Produksi
: Roan Yandi A Emil Syarief
5. Program Acara Trans Tv Trans Tv memiliki berbagai program acara yang terdiri dari berbagai kategori. Trans Tv bukan merupakan stasiun televisi yang secara konsentrasi menyajikan program berita, di dalamnya juga terdapat berbagai program acara yang dikemas secara menarik dan menghibur. Bahkan,beberapa program berita yang ditayangkan juga dikemas secara menarik dan menghibur. Program acara Trans Tv terdiri dari beberapa kategori, yaitu: a. Series, terdiri dari program acara:
Suami Suami Takut Istri
Kejar Tayang
Two And A Half Man
MADtv
52
Tremors I
Fringe I
Battlestar Galactica 2
b. Movie, terdiri dari program acara:
Bioskop TransTV
Bioskop Indonesia
Bioskop Indonesia Siang
Sinema Dini Hari
Mr. Bean
Bioskop TRANSTV Spesial
Sinema Pagi
c. Entertainment, terdiri dari program acara:
Extravaganza Pilihan
Derings
Realigi
Sketsa
Termehek Mehek
Online
Sinden Sip Sip Sip
86
Loe Boleh Gila
Indonesia Mencari Bakat 2
53
Peppi The Explorer
Diary Indonesia Mencari Bakat 2
Ethnic Runaway
Ranking 1
Gaul Bareng Bule
Suara Indonesia
3 Sahabat
1001 Dongeng
Liga Premier Indonesia
Cinta Cenat Cenut
d. News, terdiri dari program acara:
Jelajah
Reportase Siang
Jelang Siang
Reportase Pagi
Reportase Sore
Reportase Malam
Benu Buloe
Hidup Ini Indah
Jika Aku Menjadi
Bosan Jadi Pegawai
John Pantau
Harmoni Alam
54
Makna Kehidupan
Para Pemburu
Belajar Indonesia
Bingkai Berita
The Camp
Hidup Kedua
Kenali Anak Negeri
e. Information, terdiri dari program acara:
Ceriwis Pagi Manis
Insert Pagi
Insert
Insert Sore
Gula Gula
Koper Dan Ransel
Ngulik
Ala Chef
Celebrity On Vacation
Griya Unik
Kuliner Pilihan
f. Religious, terdiri dari program acara:
Teropong Iman
Halal ?
55
Islam Itu Indah
IQRA
6. Penghargaan Trans Tv Beberapa penghargaan yang pernah diperoleh Trans Tv adalah: a. Pada tahun 2002, Trans Tv memperoleh:
CAKRAM, sebagai Kategori Media Pendatang Potensial
MAJELIS
ULAMA INDONESIA, pada Anugerah Syiar
Ramadhan 1423 H,
Kategori Siaran Pendukung Suasana
Ramadhan Terpuji b. Pada tahun 2003, Trans Tv memperoleh:
CAKRAM, sebagai Kategori Televisi Nasional Terbaik
MAJELIS
ULAMA INDONESIA, pada Anugerah Syiar
Ramadhan 1424 H, Kategori Siaran Menjelang Buka Puasa Penghargaan III c. Pada tahun 2004, Trans Tv memperoleh:
ASIAN TELEVISION AWARD 2004 1. Kategori Best Reality Program: Dunia Lain “Lawang Sewu” 2. Nominasi Best Music Program: Diva Dangdut Nirwana
FOR ALL NATION (FAN) CAMPUS, sebagai Kategori Media Elektronik Peduli Narkoba
56
d. Pada tahun 2005, Trans Tv memperoleh:
PANASONIC AWARD 1. Kategori program Talk Show Terfavorit : Ceriwis 2. Pesenter Talk Show terfavorit: Indy Barends “Ceriwis”
ANUGERAH
KEBUDAYAAN
2005;
KEMENTERIAN
KEBUDAYAAN & PARIWISATA
1.
Kategori Acara Anak: Surat Sahabat
2.
Nominasi Kategori Features: Jelajah
THE ASIA PACIFIC BROADCASTING UNION (ABU) / CASBAA UNICEF Child Rights Award 2005 Anugerah Kebudayaan untuk Acara Anak: Surat Sahabat episode “Daman Anak Dayak Ngaju”
Sertifikat ISO 9001:2000 Revenue Cycle: Divisi Sales & Marketing, Divisi Finance & Resource Development In House Production: Divisi Produksi, Divisi News, Divisi Production & Technical Services, dan Dept. Budget Management Accounting
e. Pada tahun 2006, Trans Tv memperoleh:
PANASONIC AWARD 2006 1.
Program “Current Affair” Terfavorit: Kejamnya Dunia
2. Program Komedi/Lawak Terfavorit: Extravaganza 3. Program Anak-Anak Terfavorit: Dapur Klok-Klok
57
PENGHARGAAN JAWA POS Grup Lawak Terfavorit 2006: Variety Show Extravaganza
SERTIFIKAT ISO 9001 : 2000 Unit Procurement, Divisi HC, Divisi GS, dan Divisi Programming
f. Pada tahun 2007, Trans Tv memperoleh:
KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) AWARD 2007 Program Televisi Anak-Anak Terbaik: Surat Sahabat
WATER AND SANITATION PROGRAM (WORLD BANK) Best Sanitation Reporting Award in East Asia Ministerial Conference on Sanitation and Hygiene (EASAN) 2007 Media Competition: Cerita Anak
ANUGERAH PESONA WISATA INDONESIA 2007 “Terbaik I” Kategori Media Televisi: Jelajah
PANASONIC AWARD 2007 1. Program Talkshow Terfavorit: Ceriwis 2. Program Komedi Terfavorit: Extravaganza 3. News Magazine Terfavorit: Jelang Siang
CAKRAM, Kategori Televisi Nasional Terbaik 2006
SERTIFIKAT ISO 9001 : 2000 Broadcast System: Dept. Promo On Air, Unit Marketing PR, Dept. IT, Unit Corporate Legal
ISAS BC Pengakuan
Standard
Operating
Procedures
“Integrated Broadcast System” pertama di dunia
(SOP)
untuk
58
PERTAMINA PRESS AWARD Feature TV: Reportase
MARKETING MIX 1. 2nd Biggest Number of Audience: Extravaganza Roadshow 2. 2n Best in Coverage: Extravaganza Roadshow 3. 3rd Best in Interaction: Extravaganza Roadshow
g. Pada tahun 2008, Trans Tv memperoleh:
CITRA PARIWARA 2008 1. Best of 2008: TV Station for Inhouse Advertisement of The Year 2008 2. Gold Award: Promo Badminton “Juice is Deuce” 3. Silver Award: Promo Bioskop “Loket Sepi” 4. Silver Award: Promo Badminton “Single or Double?”
XY Kids, Program Anak Favorit: Akhirnya Datang Juga
h. Pada tahun 2009, Trans Tv memperoleh:
PANASONIC AWARD 2009 1. Program Reality Show Terfavorit: Termehek-Mehek 2. Program Komedi/Lawak Terfavorit: Extravaganza 3. Program Kuis & Game Show Terfavorit: Gong Show 4. Program News Magazine Terfavorit: KPK (Kumpulan Perkara Korupsi) 5. Presenter Infotainment Terfavorit: Cut Tary (Insert) 6. Pelawak Terfavorit: Olga Syahputra Presenter Reality Show Terfavorit
59
FESTIVAL FILM BANDUNG 2009 Sinetron Lepas Terpuji: Bioskop Indonesia “Baju Seragam Anak Pemulung”
SWA Sembada Word of Mouth Marketing Award (Most First Recommended Brand 2009) TRANS TV : First Winner in Broadcast Television Category
KPID JAWA BARAT, TRANS TV: Diversity of Content
LOMBA JURNALISTIK 2009 oleh Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), “Juara II” Kategori Jurnalis Televisi
i. Pada tahun 2010, Trans Tv memperoleh:
CITRA PARIWARA 2010 "Gold Awards" Kategori Movie Promo: Spiderman Wayang
2010 PROMAX ASIA Best Promo Not Using Programme Footage - Spider Puppet Show Bioskop TRANS TV " Spiderman"
THE BEST CEO INDONESIA 2010 Survei
oleh
Majalah
SWA
Direktur Utama TRANS TV: Bpk. Wishnutama
MARKETEERS
AWARD:
INDONESIA'S
MOST
FAVORITE NETIZEN BRAND 2010, "Brand Favorit" Kategori Television
ANUGERAH PEDULI PENDIDIKAN
60
Oleh
Menteri
Pendidikan
Nasional
Republik
Indonesia
TRANSCORP: Perusahaan yang Peduli Pendidikan
PANASONIC GOBEL AWARDS 2010 1. Program Feature Terfavorit: Griya Unik 2. Program Kuis & Game Show Terfavorit: Gong Show 3. Pelawak Terfavorit: Olga Syahputra (Saatnya Kita Sahur)
B. Program Berita Reportase Minggu 1. Latar Belakang Program Reportase Minggu Reportase adalah program berita bulletin Trans TV. Hadir 4 kali sehari yaitu pagi, siang, sore, dan malam. Nama Reportase pertama kali digunakan untuk program berita bulletin pada Program Reportase Pagi. Selanjutnya berturut-turut yaitu lahir Reportase Malam, Reportase Sore, dan terakhir Reportase Siang. Sementara di program berita sore hari sebelum akhirnya menggunakan nama reportase Sore, sempat beberapa kali berganti-ganti nama program dan jam tayang.
Tayang perdana pada 1 Austus 2002 dengan nama BERITA TRANS PETANG (17.00 -17:30 WIB) dengan performa awal adalah TVR 0.9 dan TVS 5.7%. Berubah nama menjadi REPORTASE SORE per tanggal 27 November 2003 (tayang 16:30-17:00 wib).
Pada tanggal 29 November 2004 dipercaya untuk head to head dengan Liputan 6 Petang dan Seputar Indonesia di jam 18:00 WIB. Dan setelah hampir satu tahun Reportase belum menunjukan seperti yang
61
dijanjikan, sehinga pada tanggal 3 Oktober 2005 “dilempar” ke jam 16:00 WIB atau 2 jam lebih awal. Dengan kondisi saat itu, Reportase dianggap “kesiangan”, karena banyak peristiwa/materi berita datang terlalu mepet, sehingga kesulitan dalam persiapan dan waktu editing materi berita.
Pada 4 November 2006, tayang perdana Rep weekend, sabtu dengan REPORTASE INVESTIGASI dan hari minggu menjadi REPORTASE MINGGU.
Pada
8
November
2008
REPORTASE
INVESTIGASI
dan
REPORTASE MINGGU dipindahkan ke 16:30 WIB. Kini reportase hadir dengan Tagline “lebih dekat dan berbeda”.3 Reportase Minggu hadir melengkapi Reportase Senin sampai Jumat yang lebih menitikberatkan pada informasi hard news. Reportase Minggu hadir dalam bentuk yang lebih soft menyerupai magazine, dimana di dalamnya penuh informasi berbagai feature yang menarik, unik, edukatif dan berbeda. Mengingat bahwa mayoritas masyarakat Indonesia yang menjadi audiens Trans Tv adalah kaum perempuan, maka Reportase Minggu dihadirkan untuk menginformasikan berbagai macam informasi mengenai kuliner, wisata, maupun kegiatan menarik lainnya yang cocok dengan suasana akhir pekan. Selain itu juga, karena hari Minggu merupakan hari santai kebanyakan orang, maka tidak salah jika Reportase Minggu
3
Research and Development Trans Tv, “ Sejarah Program News Trans Tv,” artikel diakses pada 11 Februari 2011 dari www.transtv.co.id
62
dihadirkan ke tengah pemirsanya untuk menginformasikan berbagai feature menarik.
2. Profil Reportase Minggu Reportase Minggu merupakan acara yang mewadahi berbagai informasi yang lebih bersifat wisata keluarga, seperti informasi yang menghibur, info wisata keluarga, kuliner sehat atau mainan yang bersifat edukatif. Namun, tetap menyediakan informasi terkini di bidang politik, hukum, budaya, atau kejadian yang sedang marak diperbincangkan, meski porsinya sedikit dan tidak sebanyak hard news dalam Reportase sore hari Senin sampai Jumat. “Reportase Minggu adalah sebagai tempat atau sebuah acara yang mewadahi informasi yang lebih bersifat keluarga dan lebih soft. Setiap harinya kan sudah ada Senin sampai Jumat mainnya Reportase hard news, yaitu bulletin yang benar-benar hard news. Untuk mewadahi reportase yang lebih soft, semacam kuliner atau info wisata keluarga, itulah gunanya Reportase Minggu. Informasi yang lebih menginspirasi keluarga untuk berwisata, memilih kuliner sehat, atau permainan yang edukatif. Tapi semua itu dikemas secara news, bukan entertainment.”4 Tayang setiap hari Minggu pukul 17.00-17.30 WIB, Reportase Minggu mengahadirkan berbagai informasi menarik seputar kuliner, lokasi wisata, maupun hal-hal yang berkaitan dengan keluarga dengan pembagian tiga segmen. Tiga segmen dalam waktu 30 menit itu diselingi commercial break sebanyak dua kali. Segmen pertama berisi liputan presenter dengan lokasi
4
Wawancara Pribadi dengan Produser Acara Reportase Minggu Trans Tv, Yuli Juanda, Kamis, 11 Februari 2011.
63
taping di luar studio dengan penyampaian liputan beberapa feature. Segmen kedua, masih berisi liputan presenter dengan sajian soft newsnya. Dan segmen ketiga dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi lanjutan informasi soft news yang disampaikan presenter dari lokasi di luar studio, atau sambil jalan-jalan, dan bagian kedua berisi informasi hard news yang terangkum dalam Reportase Utama. Sajian soft news Reportase Minggu hadir dengan memperhatikan mayoritas audiens Trans Tv. Audiens Trans Tv yang kebanyakan adalah perempuan membuat Reportase Minggu memiliki sasaran atau target programnya bagi perempuan. Reportase Minggu biasanya menyajikan berbagai informasi yang lebih bernuansa perempuan. Baik dari segi kuliner ataupun tempat-tempat belanja dan wisata.
3. Redaksi Reportase Minggu Trans Tv Kadept Bulletin & CA Shanta Curanggana Wapemred
Kasubdep Bulletin I Ponco D Wijaya Executive Produser
Reportase Minggu
64
Producer Yuli Juanda
Producer Ast Mulyantoro Rahmadi (untuk setiap kru liputan, baik Reporter atau Kameramen, semua disediakan oleh Koordinator Liputan)
4. Tagline “Lebih Dekat dan Berbeda” Program berita Reportase di Trans Tv memiliki tagline “Lebih Dekat dan Berbeda”. Tagline itu berlaku untuk semua program Reportase, termasuk Reportase Minggu. Seperti pada program berita televisi lainnya, tagline digunakan untuk mencirikan sebuah program tersebut. Begitu juga dengan program berita Reportase Minggu di Trans Tv yang juga menggunakan tagline “Lebih Dekat dan Berbeda”. Tagline tersebut tidak muncul begitu saja tanpa makna. Tagline tersebut memiliki arti dan kandungan makna tersendiri untuk program Reportase Minggu, terutama berkaitan dengan ciri penyampaian informasinya. Kata “lebih dekat” memiliki maksud bahwa Reportase dalam menyampaikan informasinya berusaha untuk selalu dekat dengan masyarakat. Menginformasikan berbagai fakta dan keadaan yang berada di sekeliling masyarakat dengan pengemasan yang sederhana dan menarik. Sehingga, kalangan masyarakat manapun bisa menikmatinya. Bahkan tak
65
jarang, seorang presenter harus turun langsung ke tengah masyarakat atau lokasi dimana suatu informasi atau fakta diangkat menjadi sebuah berita. Misalnya saja ketika menginformasikan masalah kemiskinan, presenter terjun langsung dan melakukan liputan di tengah-tengah masyarakat miskin. Atau bicara masalah sampah, presenternya pun menyampaikan laporannya melalui tempat kejadian atau di tumpukan sampah. “Reportase itu berbeda. Kehadiran presenternya di situ, di tempat kejadian. Misalnya hard news mengenai kemiskinan, presenter melaporkan di situ. Atau tentang sampah, reporter juga melaporkan di situ. Jadi lebih dekat dengan masyarakat dan kejadian. Kita memberikan sesuatu dari tempatnya dan dengan cara package yang berbeda. Misalnya tentang kenaikan BBM, Kita bicara dampaknya terhadap masyarakat, tidak menyampaikannya secara serta merta seperti itu.”5 Sedangkan kata “berbeda” memiliki makna bahwa Reportase mengemas berbagai informasi yang akan disampaikan secara berbeda. Berbeda dengan yang lainnya, berbeda dengan program berita di televisi lain.
Berbeda
dalam
pengemasan
beritanya,
seperti
ketika
menginformasikan masalah kenaikan BBM. Redaksi tidak secara serta merta mengemukakannya seperti itu, namun redaksi Reportase melihat sisi lainnya. Misalnya saja mengangkat sisi dampaknya terhadap masyarakat yang harus mengeluarkan uang lebih untuk transportasi karena mahalnya harga BBM. Dalam program berita Reportase Minggu sendiri, tagline “Lebih Dekat dan Berbeda” terwujud dalam bentuk dan ciri penyampaian informasinya. Feature atau berbagai informasi yang ditayangkannya berasal 5
dari
lingkungan
sekitar
masyarakat
yang begitu
kental
Wawancara Pribadi dengan Produser Acara Reportase Minggu Trans Tv, Yuli Juanda, Kamis, 11 Februari 2011.
66
menggambarkan suatu kehidupan masyarakat atau bahkan yang terlupakan oleh lingkungan di luarnya, namun hal itu ternyata menarik dan penting diketahui. Seperti misalnya liputan mengenai seorang nenek tua di Sleman Jogjakarta. Kesehariannya sebagai pembuat mainan tradisional tidak begitu diketahui banyak orang. Dengan liputan yang khas dan berbeda, Reportase Minggu berusaha mengangkat hal itu ke tengah masyarakat bahwa sebenarnya hal itu penting diketahui. Konsep penyampaian informasi yang dilakukan di luar studio juga menggambarkan kedekatan terhadap lingkungan dan masyarakat. Taping dua presenter yang dilakukan di lokasi berbagai daerah menjadikan suasana keakraban semakin terasa. Bahkan tak jarang taping dilakukan dengan melibatkan masyarakat sekitar.
BAB IV PROSES PRODUKSI SIARAN PROGRAM BERITA REPORTASE MINGGU DI TRANS TV
A. Pelaksanaan Produksi Reportase Minggu di Trans Tv Dalam proses produksi sebuah program televisi, termasuk program berita Reportase Minggu di Trans Tv pasti memerlukan beberapahal yang dianggap penting. Hal-hal tersebut harus dengan matang dipikirkan oleh seorang produser atau bagian yang bertanggung jawab terhadapnya. Sesuai dengan pendapat Fred Wibowo dalam bukunya, Teknik Produksi Program Televisi, seorang produser dihadapkan oleh lima hal penting yang harus secara matang dipikirkan. Kelima hal itu adalah materi produksi, sarana produksi, biaya produksi, organisasi pelaksana produksi, dan terakhir adalah tahapan pelaksanaan produksi. Dalam program berita Reportase Minggu di Trans Tv juga sangat memperhatikan kelima hal tersebut. Dalam proses produksi berita atau informasinya, kelima hal itu jelas dipikirkan secara matang agar mendapatkan hasil siaran yang baik dan diminati masyarakat. Terutama agar menghasilkan siaran berita yang lebih dekat dengan kehidupan audiensnya, dan berbeda dengan program berita lainnya. Sesuai dengan tagline yang dimiliki Reportase, termasuk Reportase Minggu, yaitu, “Lebih Dekat dan Berbeda”.
a. Materi Produksi
67
68
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa program Reportase Minggu merupakan program news di Trans Tv yang lebih menitikberatkan pada penyajian feature. Dikemas secara news, namun bisa diterima di kalangan masyarakat. Karena sajian informasinya berupa feature dan lebih soft dibanding dengan sajian news di program Reportase lainnya, maka untuk materi beritanya pun berbeda. “Untuk mewadahi reportase yang lebih soft semacam kuliner atau info wisata keluarga ada Reportase Minggu. Reportase Minggu, informasinya lebih menginspirasi keluarga untuk berwisata, untuk memilih kuliner sehat, juga permainan edukatif. Tapi semua itu dikemas secara news, bukan kemasan entertainment. Bentuknya news, tapi bisa diterima.”1 Materi produksi untuk program berita Reportase Minggu adalah berbagai informasi yang lebih soft. Secara umum, materi Reportase Minggu biasanya seputar kuliner, lokasi-lokasi wisata, atau mainan edukatif. Pada intinya, materi ini disajikan sebagai pemberi inspirasi bagi keluarga untuk berwisata, memilih kuliner sehat atau permainan edukatif bagi putera-puterinya. Karena bentuknya bukan penyajian hard news, materinya didapat dari permintaan produser acara kepada koordinator liputan di kantor redaksi. Biasanya permintaan produser terhadap apa yang akan diliput sebagai bahan berita di Reportase Minggu adalah tema-tema yang sebelumnya sudah didesign, istilahnya its all by designed. Misalnya saja menjelang tahun baru Imlek, maka produser akan meminta korlip untuk menyediakan kru yang bertugas meliput 1
Wawancara Pribadi dengan Produser Acara Reportase Minggu Trans Tv, Yuli Juanda, Kamis, 11 Februari 2011.
69
berbagai peristiwa yang bernuansa Imlek. Begitu juga dengan hari-hari lainnya. Misalnya, saat tahun baru, Hari Bumi, Hari Pahlawan, dan hari-hari penting lainnya. Itu semua akan di request oleh produser kepada korlip sebagai bahan atau materi yang akan disajikan di Reportase Minggu. Selanjutnya, korlip yang akan menugaskan para kru untuk meliput permintaan produser tersebut. Namun, produser punya pertimbangan sendiri dalam memilih berita. Produser lebih mempertimbangkan sisi audiens Trans Tv yang kebanyakan female. Penonton setia Trans Tv yang memiliki jumlah lebih banyak adalah kaum perempuan, membuat produser memilih berita dan mengemasnya dengan nuansa female. Begitu juga dengan materinya, biasanya produser lebih utama memuat unsur perempuan dalam informasinya. Reportase Minggu juga menyajikan informasi terkini yang terangkum dalam Reportase Utama. Alasannya, karena masyarakat pun perlu tahu informasi terkini yang sedang terjadi atau bersifat aktual. Maka, di segmen akhir Reportase Minggu, redaksi menyajikan informasi yang bersifat hard news, meskipun porsinya tidak banyak. “Biasanya tema berita itu diproyeksi oleh koordinator liputan. Selain itu, Kita searching sendiri, riset sendiri. Bisa dari internet, koran, atau mungkin informasi dari teman. Yang paling sering adalah melakukan riset. Kita biasanya riset terlebih dahulu. Setelah kita dapat ide, kita laporkan ke koordinator liputan atau produser mengenai riset yang kita miliki. Kemudian mereka yang memutuskan apakah menarik untuk diliput atau tidak.”2
2
Wawancara Pribadi dengan Reporter Reportase Minggu Trans Tv, Ivan Kurnia, Minggu, 13 Februari 2011.
70
Untuk materi berita pada Reportase Utama berasal dari berbagai informasi yang telah ditulis dalam daftar liputan pada sebuah whiteboard di kantor redaksi. Barisan informasi ini telah diagendakan, apa saja yang teraktual dan selanjutnya akan diliput. Dari barisan daftar itu, selanjutnya produser lah yang akan menentukan berita mana yang akan diangkat atau sajikan dalam segmen ini. Selain dari yang telah diproyeksi atau ditentukan oleh koordinator liputan sesuai permintaan produser atau memang sudah diagendakan, materi biasanya di dapat dengan cara riset. Riset yang dilakukan oleh reporter juga bisa diambil sebagai bahan materi produksi berita. Hasil riset yang telah disetujui oleh produser lah yang nantinya akan menjadi bahan liputan sebagai materi berita di Reportase Minggu. Selanjutnya kembali pada tugas koordinator liputan untuk menugaskan siapa saja yang harus melakukan tugas liputan ke lokasi yang telah ditentukan.
b. Sarana Produksi Setiap proses produksi berita, distasiun televisi manapun pasti memerlukan saranan pendukung demi lancarnya sebuah proses. Begitu juga dengan program berita Reportase Minggu di Trans Tv. Dalam peliputan ataupun saat produksi dan siap siar, Reportase Minggu membutuhkan berbagai sarana sebagai pendukung terwujudnya kelancaran dalam proses produksi.
71
Sarana pendukung dalam proses produksi berita Reportase Minggu antara lain, kamera dan perangkatnya seperti baterai, tripod, lampu pencahayaan, dan mic. Selain itu juga secara otomatis membutuhkan apa yang disebut control room, yang nantinya sangat dibutuhkan ketika siaran berita ditayangkan atau on air. Sarana lainnya meliputi komputer, layanan internet, telepon, dan studio. Berbagai saranan tersebut sangat diperlukan guna mendukung kelancaran proses produksi berita pada program Reportase Minggu.
c. Biaya Produksi Setelah materi dan sarana, selanjutnya hal yang diperlukan dalam pelaksanaan produksi berita pada program Reportase Minggu adalah biaya produksi. Proses produksi tanpa biaya, tidak akan berjalan dengan lancar. Oleh karenanya, biaya produksi harus direncanakan secara matang. Biaya produksi dalam proses produki berita di Reportase Minggu tidak selalu sama. Pengeluaran biaya bergantung atas lokasi pelaksanaan produksinya. “Per episode itu rata-rata tiga sampai lima jutaan. Tergantung, kalo ke luar kota, Bandung misalnya, bisa tiga sampai lima jutaan per episode. Tapi kalo di sini, tidak sampai nominal segitu.”3 Secara umum, biasanya untuk pengeluaran biaya produksi per episode berkisar antara tiga hingga lima juta rupiah. Biaya itu bisa saja dihabiskan untuk produksi yang dilakukan di luar kota seperti 3
Wawancara Pribadi dengan Produser Acara Reportase Minggu Trans Tv, Yuli Juanda, Kamis, 11 Februari 2011.
72
Bandung. Sedangkan untuk produksi yang dilakukan di dalam kota Jakarta, maka biaya pengeluaran tidak sampai pada angka tersebut. “Kalo di Trans Tv sendiri, masing-masing divisi punya tugas sendiri. Bagian news ya kewajibannya bikin news atau berita, nanti yang cari duit bagian marketing. Tapi bagian ini saling membantu, ketika program kita perform, tentu marketing akan dengan mudah cari duitnya.”4 Sesuai dengan keterangan dari wawancara dengan Yuli, produser Reportase Minggu, biaya diperoleh dari divisi marketing yang bertanggung jawab terhadap biaya pengeluaran dalam proses produksi dalam program acara di Trans Tv. Begitu juga dengan proses produksi berita pada Reportase Minggu, biaya yang didapatkan dari divisi marketing. Meskipun seperti itu, divisi news yang bertugas mencari news untuk program-program berita, termasuk Reportase Minggu dengan divisi marketing yang bertugas menyediakan biaya produksi saling melakukan kerja sama agar program tetap bisa berjalan dengan lancar dan biaya pun bisa dipenuhi secara baik.
d. Organisasi Pelaksana Produksi Dalam program berita Reportase Minggu ini, redaksinya termasuk ke dalam divisi pemberitaan Trans Tv. Secara umum, organisasi pelaksana produksi yang saling bekerja sama terdiri dari direktur pemberitaan, produser, asisten produser, koordinator liputan, reporter, kameramen, editor, pengarah program, dan penyiar berita.
4
Wawancara Pribadi dengan Produser Acara Reportase Minggu Trans Tv, Yuli Juanda.
73
-
Direktur pemberitaan: adalah seseorang yang independen bahkan ia harus independen dari pemilik stasiun TV itu sendiri (Peter Herford, 2000). Untuk melaporkan berita secara akurat dan adil, staf pemberitaan dan direktur pemberitaan harus bebas dari tekanan politik dan ekonomi.
-
Produser: orang yg bertanggung jawab untuk mempersiapkan penayangan
suatu
program
berita.
Produser
acara
harus
memutuskan berita apa yang akan disiarkan dan ia mempersiapkan segala sesuatu, agar berita itu dapat ditayangkan.5 -
PA (Producer Assistance): membantu produser dalam persiapan pra produksi suatu program maupun post production, membuat direktur produksi pada saat pelaksanaan produksi, melakukan control editing pada saat post production.
-
Koordinator liputan: bertugas mengkoordinir wartawan dan mengatur tugas-tugas liputan para wartawan. Ia merupakan komando
peliputan
yang
membawahi
para
reporter
dan
cameramen.6 -
Reporter: seseorang yang bertugas meliput suatu berita bersama kameramen yang telah ditugaskan oleh korlip. Reporter juga melakukan penulisan naskah terhadap peristiwa atau kejadian apa yang telah diliput.
5
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008),
h. 43-44. 6
Zaenuddin HM, The Journalist (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), h. 71.
74
-
Kameramen: seseorang yang bertugas merekam gambar pada saat peliputan. Kameramen juga bertugas mencatat time gambar yang diperkirakan akan masuk dalam daftar editing gambar, agar lebih mempermudah proses editing.
-
Editor: seseorang yang bertanggung jawab terhadap proses editing gambar. Ia juga bertugas menggabung-gabungkan potonganpotongan bahan berita hingga menjadi kesatuan yang utuh.
-
Pengarah program: seseorang yang bertugas mengarahkan program pada saat live di studio. Ia menjadi komando atau pengarah atas berlangsungnya siaran berita yang secara live ditayangkan dari studio. Ia juga bekerja sama dengan semua kru yang berada di studio maupun control room.
-
Penyiar berita: seseorang yang
juga disebut sebagai presenter
berita. Ia bertugas sebagai pembaca berita pada saat siaran live di studio. Ia yang menyampaikan berbagai informasi yang telah dibuat melalui proses-proses tertentu.
e. Tahapan Pelaksanaan Produksi Sama seperti program berita lainnya, Reportase Minggu juga melewati beberapa tahapan proses produksi beritanya. Mulai dari bagaimana materi berita diperoleh, hingga materi berita yang sudah siap siar.
75
Tahapan proses produksi menurut Fred Wibowo dalam bukunya Teknik Produksi Program Televisi, meliputi proses yang terdiri dari pra produksi, produksi, serta pasca produksi. 1. Pra produksi Dalam tahapan pertama ini memiliki tiga bagian, sebagai berikut: a. Penemuan ide Tahap ini dimulai ketika seorang produser memiliki atau menemukan ide dan gagasan dalam menentukan tema maupun isi/konten materi berita yang akan diliput. Tidak hanya produser, pihak lain seperti reporter pun juga bisa mengajukan saran sebagai bahan liputan. Namun, semua itu harus dilakukan terlebih dahulu apa yang dinamakan riset. Riset dilakukan terhadap suatu hal atau peristiwa yang dianggap menarik dijadikan materi liputan. b. Perencanaan Tahap ini dilakukan setelah penemuan ide selesai. Ide atau gagasan yang kemudian dijadikan bahan atau materi program selanjutnya akan dikoordinasikan kepada koordinator liputan. Produser akan mengajukan idenya sebagaimana yang telah dipikirkan secara matang, kemudian meminta koordinator liputan untuk menyediakan kru liputan serta meliput berbagai hal yang tertuang dalam ide tersebut. Pada saat inilah, semua akan direncanakan. Penetapan serta pengadaan tim liputan, penetapan jangka waktu liputan,
76
serta lokasi liputan. Selain estimasi biaya dan rencana alokasi dana yang disediakan oleh bagian marketing juga harus direncanakan secara hati-hati dan teliti. c. Persiapan Setelah semua apa yang menjadi gagasan selesai direncanakan dengan matang dan baik, tahap selanjutnya adalah melakukan persiapan. Persiapan
meliputi
kegiatan
pemberesan
semua
perijinan dan surat-menyurat. Persiapan keberangkatan tim liputan,
persiapan
pembuatan
atau
setting,
melengkapi
latihan
meneliti
peralatan
yang
penampilan
berbagai diperlukan
presenter,
keperluan, untuk
serta taping
selanjutnya. Persiapan ini dilakukan beberapa hari sebelum taping dilakukan.
2. Produksi (pelaksanaan) a. Liputan berita Setelah semua gagasan selesai direncanakan dan disiapkan dengan baik, maka pelaksanaan produksi dimulai. Para
kru
liputan
yang
bertugas
bekerja
sama
serta
berkoordinasi dengan koordinator liputan dan produser acara untuk mewujudkan berbagai hal yang telah direncanakan serta disiapkan sebelumnya.
77
Program Reportase Minggu memiliki sajian berbeda dengan Reportase lainnya. Pertama, dua presenter berita menyampaikan informasi dari lokasi di luar studio. Kedua, materi yang disajikan berupa sekumpulan feature yang menarik dan sesuai dengan suasana akhir pekan. Ketiga, program berita ini memiliki segmen Reportase Utama di akhir penayangan, dimana berita “hard news” disampaikan oleh seorang presenter yang secara live menyampaikannya di studio. Oleh karena itu, produksi atau pelaksanaan ide dan gagasan yang telah disiapkan secara matang juga terdiri dari beberapa bentuk. Pertama, pelaksanaan produksi dalam program berita Reportase Minggu yaitu melakukan liputan yang telah ditentukan oleh produser. Produksi dimulai pada saat kru liputan melakukan taping ke suatu lokasi yang telah ditentukan sebagai lokasi shooting pengambilan gambar. Karena konsep dari Reportase Minggu adalah penyampaian informasi secara santai, maka produksi dilakukan di luar studio. Kedua, produksi dilakukan oleh kru liputan yang juga ditugaskan untuk meliput berbagai hal yang akan dijadikan sebagai item-item berita untuk ditayangkan. Ini dilakukan oleh tim liputan ke berbagai daerah, sesuai yang ditugaskan oleh koordinator liputan.
78
Karena item berita yang akan ditayangkan pada program Reportase Minggu memiliki dua bentuk, feature menarik dan hard news (berita aktual), maka langkah produksinya pun berbeda. Pada sajian feature, produser menentukan
tema
mengkoordinasikannya
yang pada
akan
diliput,
koordinator
kemudian
liputan
untuk
selanjutnya koorlip menyediakan kru liputan. Sedangkan untuk hard news, tema berita sudah terdaftar di list kantor redaksi. Produser akan memilih apa yang akan diangkat sebagai meteri berita, kemudian koorlip akan menugaskan tim liputan untuk meliputnya. Pada saat semua bahan berita diliput, pada saat itulah berlangsung proses produksi gagasan-gagasan berita yang akan diproses lebih lanjut untuk selanjutnya ditayangkan. b. Penulisan naskah dan dubbing Setelah liputan berbagai bahan berita selesai, kemudian para kru akan kembali ke kantor redaksi. Di sana, mereka melakukan tugas selanjutnya. Para reporter di tugaskan menuliskan naskah sesuai apa yang mereka liput. Sedangkan kameramen, bertugas mengecek ulang gambar yang telah diliput untuk kemudian dicapture ke komputer. Reporter menulis naskah dari daftar gambar yang telah diliput oleh kameramen. Reporter tidak diperbolehkan menulis naskah dengan melebihkan atau mengurangi informasi. Naskah
79
ditulis sebagaimana fakta yang telah ia peroleh. Setelah penulisan naskah selesai, naskah akan diserahkan kepada produser untuk diedit dan ditulis kembali. Setelah naskah rapi, maka selanjutnya adalah proses dubbing suara. Dubbing bisa dilakukan oleh siapapun yang memiliki suara baik dan mampu melakukan dubbing suara. Naskah dibacakan oleh seorang dubber yang kemudian akan direkam untuk selanjutnya digabungkan bersama gambar-gambar.
3. Pasca produksi (penyelesaian/penyuntingan dan penayangan) Pasca produksi merupakan tahap selanjutnya setelah gagasan ditemukan, direncanakan dan disiapkan secara matang, serta diproduksi atau diliput dan ditulis dalam bentuk naskah yang juga didubbing. Tahapan ini meliputi proses penyuntingan atau editing gambar serta penayangan secara live di studio. a. Penyuntingan atau editing Setelah meteri berita diliput, naskah rapi telah didubbing, dan gambar liputantelah dipastikan tidak ada masalah, maka selanjutnya adalah proses penyuntingan atau editing. Proses editing dilakukan setelah tersedianya kaset rekaman gambar liputan dan naskah rapi yang telah didubbing. Jika kedua hal itu telah siap, maka semua siap diedit. Editing
80
dilakukan dengan cara online dengan teknik digital. Editing online teknik digital ini merupakan metode atau cara mengedit yang lebih mudah dibandingkan dengan teknik analog. Karena proses editing materi berita Reportase Minggu tidak cut to cut, maka dalam mengedit gambar langsung menggunakan cara online. Editing dimulai dengan proses pengcapturean gambar. Artinya, memasukkan seluruh shoot gambar rekaman dalam bentuk kaset yang telah diliput kameramen. Seluruh gambar dipindah ke dalam komputer di ruang editing dan diubah ke dalam bentuk file. Penyusunan gambar tidak mesti berurutan, dan karenanya seorang editor kemudian melakukan tugas menyusun seluruh shoot atau gambar. Setelah seluruh gambar tersusun dengan baik, maka diurutkan dan disatukan agar seluruh gambar yang sudah disambung dapat dilihat secara utuh. Setelah semua dirasa memuaskan, maka selanjutnya adalah proses mixing. Mixing adalah proses dimana terdapat penggabungan antara gambar, suara asli, suara narasi atau dubbing, musik, sound effect, dan lainnya. Semua itu harus diseimbangkan sedemikian rupa agar tidak saling mengganggu dan dapat terdengar jelas. Setelah proses mixing selesai, proses editing pun selesai. Biasanya, hasil editing akan dipreview kembali oleh
81
produser untuk memastikan kesinambungan gambar dan suara, kecocokan gambar, durasi, dan sebagainya. Setelah produser menyetujui hasil editing tersebut, maka hasil editing akan diprint dalam bentuk kaset atau data yang dikirim melalui server. Hasilnya akan disampaikan ke master control room untuk kemudian ditayangkan. b. Penayangan Tahap ini adalah tahapan terakhir setelah bahan berita yang telah diedit diprint ke dalam bentuk kaset atau dikirim dalam bentukn data ke server yang nantinya sampai pada master control room. Dalam proses penayangan, bagian production and facilities bekerja sama dengan bagian news. Proses penayangan berita secara keseluruhan akan dikendalikan oleh seorang program director. Ia akan bekerja sama dengan dua bagian. Pertama dengan bagian news yang memang merupakan tempat dimana program itu dibuat dan berita-beritanya dihasilkan. Kedua dengan bagian yang berada di master control room, sebagai lokasi dimana program ini nantinya akan dikendalikan dan ditayangkan dengan kerja sama para kru lainnya. Di master control room atau studio yang banyak bertanggung jawab saat penayangan dan berkaitan dengan permasalahan durasi acara atau commercial break yang akan ditayangkan, PD bekerja sama dengan banyak kru. Mereka
82
adalah switcher-person, bagian CG atau character generator yang bertugas menyiapkan template, VTR-person yang bertugas mengoperasikan video player, lighting-person, dan seorang floor director yang merupakan kepanjangtanganan PD yang berada di studio. Selain floor director, PD juga bekerja sama dengan presenter, camera person, audio-person yang bertugas mengatur suara saat live, TS, bagian yang lebih banyak mengurusi urusan teknis, seperti kerusakan pada alatalat, dan MCR atau master control room yang lebih banyak bertugas pada urusan live, serta bagian-bagian dan kru studio lainnya yang cukup banyak. Melalui alat komunikasi bernama “intercom”, seorang PD mengkoordinasikan serta mengomunikasikan semua urusan penayangan dengan para kru lainnya. Berbagai hal seperti kapan berita ditayangkan, kapan presenter mulai, kapan commercial break tayang, dan sebagainya dikoordinasikan melalui alat tersebut.
B. Teori Arus Berita (Bass) dalam Proses Produksi Berita Reportase Minggu di Trans Tv Mengacu pada teori arus berita milik Bass yang menyatakan bahwa dalam produksi sebuah berita, prosesnya akan melalui dua tahapan yang saling berhubungan, penulis akan menghubungkannya dengan proses produksi berita program Reportase Minggu di Trans Tv.
83
Bass menjelaskan tahap pertama terjadi ketika para pencari berita membuat “berita kasar” (peristiwa, pidato dan konferensi pers) menjadi “copy berita” atau “bahan berita”. Tahap kedua terjadi ketika para pengolah berita merubah atau menggabung-gabungkan bahan itu menjadi “hasil akhir” (sebuah surat kabar atau sebuah siaran berita) yang disiarkan kepada umum.7 Dari penjelasan teori milik Bass tersebut, penulis memahami bahwa proses produksi berita dalam sebuah sajian program berita yang diproduksi oleh suatu organisasi pemberitaan dibagi ke dalam dua tahapan yang saling terkait. Tahap pertama ditandai sebagai proses perolehan dan pengumpulan bahan berita. Ini terjadi ketika pencari berita atau kru yang bertugas mencari dan membuat berita “kasar” menjadi copy berita atau bahan berita. Tahap kedua atau selanjutnya terjadi ketika pengolah berita atau para kru yang bertugas merubah atau menggabung-gabungkan bahan berita yang diperoleh sebelumnya menjadi sebuah hasil akhir, dalam hal ini adalah sebuah siaran berita Reportase Minggu. Tahap I: a. Tahap pengumpulan bahan-bahan berita Pada tahap ini, proses produksi berita dimulai dari sebuah proses permintaan atau request liputan berita dari seorang produser pada koordinator liputan. Karena program Reportase Minggu merupakan sajian news yang berbentuk feature, maka produser lebih menitikberatkan pada pemilihan berita yang bersifat feature atau lebih 7
DennisMcQuail, Model-Model Komunikasi. Alih Bahasa Putu Laxman Pendit (Jakarta: Uni Primas, 1985), h. 110.
84
soft dibandingkan dengan sajian berita pada program Reportase Sore di Senin hingga Jumat. Biasanya “berita kasar” ini ditentukan produser dengan melihat moment-moment yang sedang “hangat” terjadi. Misalnya saja ketika menjelang perayaan tahun baru Cina, maka produser akan merequest pada koordinator liputan untuk meliput berbagai peristiwa yang berkaitan dengan suasana Imlek. Namun, bentukinformasinya tetap soft. Seperti mengulik informasi yang meliputi kuliner, tempat atau lokasi-lokasi wisata menarik, atau berbagai informasi lainnya yang tetap menggambarkan suasana Imlek. Setelah produser meminta berita apa saja yang akan diliput, selanjutnya tugas koordinator liputan untuk menentukan dan menugaskan siapa saja kru yang terlibat dalam proses peliputan. Namun, karena Reportase Minggu lebih menitikberatkan pada informasi yang berbentuk feature, maka penting sekali apa sebuah tindakan yang dinamakan riset. Riset dilakukan dengan tujuan menentukan lokasi dan tema liputan. Dari riset akan diketahui apa langkah selanjutnya yang harus dilakukan reporter dan timnya untuk melakukan peliputan. “Riset tujuannya untuk menentukan lokasi tapingnya mau dimana, lokasi liputannya mau dimana. Kekuatan riset itu sangat besar dalam program-program feature di Trans Tv.”8 Riset dilakukan sebelum liputan. Biasanya reporter juga melakukan riset untuk menemukan bahan liputan. Selanjutnya bisa
8
Wawancara Pribadi dengan Produser Acara Reportase Minggu Trans Tv, Yuli Juanda.
85
melaporkannya tentang apa yang di dapat dalam riset kepada produser atau koordinator liputan. Produser lah yang nantinya akan menyetujui dan memutuskan untuk diliput atau tidak. Secara umum, riset dapat dirumuskan sebagai pencarian pengetahuan atau setiap penyelidikan sistematis terhadap fakta-fakta yang ada. Riset adalah proses mengumpulkan, menganalisis, dan menerjemahkan
informasi
atau
data
secara
sistematis,
untuk
menambah pemahaman kita terhadap suatu fenomena tertentu yang menarik perhatian.9 Dalam Reportase Minggu juga terdapat segmen yang dikenal dengan Reportase Utama. Dalam segmen ini berisi informasi yang sedang “hangat”. Informasi yang teraktual disajikan ke pemirsa dengan jumlah atau porsi yang tidak banyak. Pengumpulan bahan atau cara mendapatkan bahan beritanya pun berbeda. Prinsip pemilihan materi atau bahan di segmen Reportase Utama sama halnya dengan pemilihan materi di Reportase Sore. Bahan-bahan itu biasanya telah tersusun dalam agenda yang rinciannya di tulis di sebuah whiteboard kantor redaksi. Dari sekian bahan berita yang tertulis disana, produser akan memilihnya untuk dijadikan bahan berita dalam segmen Reportase Utama. Bahan-bahan yang dipilih produser akan dilaporkannya pada koordinator liputan, dan selanjutnya tugas koordinator liputan untuk menentukan tim atau kru yang bertugas sebagai tim peliput. 9
Satrio Arismunandar, “Peran Riset Di Divisi News Trans Tv”, Artikel diakses pada 19 November 2010 dari http://satrioarismunandar6.blogspot.com.
86
Penugasan korlip kepada reporter dan kameramen untuk meliput “berita kasar” yang prosesnya telah dijelaskan, adalah sebuah langkah pertama proses peliputan. Ketika satu tim liputan telah menuntaskan tugasnya dalam meliput, maka “berita kasar” tersebut sudah di dapat dan selanjutnya menjadi “copy berita” atau “bahan berita” yang akan di edit sebelum akhirnya disiarkan.
b. Tahap penulisan naskah berita Tahap selanjutnya yaitu penulisan naskah yang dikerjakan oleh reporter yang meliput. Dari liputan yang telah dilakukan oleh reporter beserta kameramen, selanjutnya adalah menuangkan apa yang didapat dalam peliputan ke dalam sebuah tulisan atau naskah yang berfungsi sebagai penjelasan dari gambar yang direkam kameramen. Copy berita atau bahan berita yang terdiri dari rekaman gambar yang berhasil diliput oleh tim yang terdiri dari reporter dan kameramen, selanjutnya akan di preview ulang setelah sampai di kantor redaksi. Dari apa yang telah dilihat langsung di lapangan sebagai bahan berita oleh reporter, maka akan dituangkan ke dalam naskah atau tulisan pelengkap atau sebagai keterangan dari gambar yang didapat. Penulisan naskah harus singkat, jelas, dan padat dan sesuai dengan gambar yang direkam kameramen. Naskah yang baik ditulis oleh reporter dengan apa adanya seperti yang terlihat di lokasi peristiwa. Dari naskah yang telah ditulis, selanjutnya reporter
87
menyerahkannya pada produser. Naskah yang telah sampai di tangan produser, kemudian akan diedit sesuai dengan gambar yang telah dilihat/preview. Proses yang dilalui setelah naskah ditulis rapi oleh reporter dan kemudian diedit kembali oleh produser, adalah dubbing. Mengisi suara atau dubbing untuk paket reporter dapat dilakukan dengan cara merekam suara reporter terlebih dahulu sebelum menyunting gambar dimulai. Tahapannya adalah sebagai berikut, setelah naskah selesai disusun oleh reporter yang bersangkutan lalu biasanya diserahkan kepada editor in chief
untuk dikoreksi.
Selesai tahapan ini, reporter, redaktur, atau writer menulis kembali naskah yang telah diperbaiki tersebut (rewriting). Pada tahapan ini naskah sudah siap untuk dibacakan. Reporter pun dapat memulai persiapan dubbing/voicing over yaitu antara lain dengan mempelajari naskah yang akan dibacakannya terlebih dahulu.10 Dalam proses dubbing di program Reportase Minggu pun tidak jauh berbeda dengan apa yang disebutkan di atas. Dubbing dilakukan setelah naskah yang ditulis oleh reporter diedit dan ditulis kembali oleh produser. Proses dubbing sendiri bisa dilakukan oleh reporter atau siapapun yang dinilai bersuara baik.
10
Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 156.
88
Tahap II : a. Tahap penyuntingan dan editing berita Tahap kedua ini dilalui oleh dua proses, yakni penyuntingan dan editing berita serta penayangan materi berita. Tahap pertama adalah penyuntingan dan editing materi berita. Editing berita dilakukan setelah gambar yang direkam oleh camera person atau kameramen dicapture serta naskah yang telah diedit produser selesai didubbing. Video
editing
adalah
pekerjaan
memotong-motong
dan
merangkaikan (menyambung) potongan-potongan gambar sehingga menjadi film berita yang utuh dan dapat dimengerti. Pekerjaan ini dilakukan di ruang editing yang dilakukan oleh editor gambar atau penyunting gambar. Gambar dan suara yang direkam dengan bantuan kamera sepanjang belasan ataupun puluhan menit harus dipotongpotong dan “disusun kembali” hingga menjadi sepanjang beberapa menit saja untuk dapat disiarkan menjadi berita singkat.11 Editing gambar merupakan proses yang dilakukan pada saat post production. Artinya, kegiatan ini dilakukan setelah bahan berita selesai diliput, dan produksi naskah maupun proses dubbing pun selesai dilakukan. Di ruang editing, kru yang dinamakan editor mulai melakukan tugasnya untuk memotong-motong gambar dan menyatukannya
11
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir (Bandung: Kencana, 2008), h. 217.
89
kembali menjadi satu bagian yang utuh, lengkap dengan suara, maupun efek-efek musik. Karena bahan berita Reportase Minggu diedit bukan secara cut to cut, maka teknik yang dipakai pada saat mengedit adalah editing online. Editing online akan lebih sederhana dan mudah dibandingkan dengan editing offline. Prosesnya dimulai dengan mengcapture seluruh gambar yang telah didapat oleh camera person atau bisa dikatakan memindahkan dan memasukkan seluruh hasil gambar yang telah dicatat ke dalam komputer. Sesudah tersusun baik maka diurutkan kemudian dipersatukan agar shoot-shoot atau gambar yang sudah disambung dapat dilihat secara utuh. Langkah selanjutnya adalah mixing. Editor akan melakukan mixing dengan cara memasukkan berbagai musik ilustrasi yang dipilih, efek-efek gambar, ataupun dibentuk klip-klip. Selain itu juga memasukkan suara dubber yang telah dilalui dalam proses dubbing naskah tadi. Tak jarang editor mengalami kekurangan gambar untuk membuat sebuah paket berita. Hal yang dilakukannya jika kekurangan gambar adalah mengulang-ulang gambar yang terdahulu dengan perbedaan dan perubahan segi shoot size atau angelnya. Hal ini dilakukan agar pengulangan gambar tersebut tidak terlalu terlihat oleh penonton. “Kekurangan gambar sangat pernah dialami. Misalkan dari dubbingnya saja dua menit, gambarnya cuma satu menit. Pertama, konfirmasi dulu dengan produser mengenai naskah. Naskah yang sudah padat ada yang perlu dibuang atau tidak. Kalau bisa dibuang kan
90
terbantu dengan gambar yang sedikit. Tapi kalau tidak bisa, ya paling mengulang-ulang gambar.Tapi angel atau sizenya ya dirubah dan dibedakan. Biar tidak terlalu kelihatan ngulangnya, jadi di bedain shoot sizenya.”12 Setelah proses mixing selesai, maka editor akan melakukan proses print dari apa yang telah digabung-gabungkan menjadi suatu berita yang utuh. Print hasil editing itu bukan berupa kertas, melainkan berupa kaset. Selain diprint dalam bentuk kaset, hasil editing tadi juga bisa dikirim melalui server yang nantinya juga akan sampai di master control room. Hanya saja, karena dikhawatirkan server mengalami kerusakan yang nantinya mengakibatkan pada ketidaklancaran penayangan, maka kaset hasil print tadi yang akan menjadi penggantinya. Di kantor redaksi Reportase Minggu, editor didampingi oleh producer assistant dalam proses mengedit gambar menjadi satu paket berita yang utuh. Dia juga yang mencatat durasi editing dan selanjutnya memasukkan ke rundown acara. Setelah proses editing selesai, producer assistat atau produser akan mempreview kembali hasil akhir tersebut. Mereka lihat kembali kecocokan gambar dengan naskah yang telah didubbing, atau bahkan durasi yang ternyata melewati batas. Jika sudah seperti itu, biasanya editor akan memperbaiki hasil editing tersebut. Hasil akhir dari proses editing yang telah disetujui oleh produser, selanjutnya akan diprint dalam bentuk kaset. Kaset itu akan
12
Wawancara Pribadi dengan Editor Reportase Minggu Trans Tv, Reni Sofia, Minggu, 20 Februari 2011.
91
diberikan kepada VTR-person yang selanjutnya kru studio akan mengoperasikannya di control room pada saat proses penayangan.
b. Tahap penayangan Tahap penayangan merupakan tahap akhir dalam produksi sebuah berita. Penayangan berita yang telah menjadi satu kesatuan yang utuh biasanya disajikan secara live. Begitu juga dengan program Reportase Minggu, selain beberapa segmennya terdiri dari tapingan yang sudah diedit oleh editor, juga terdapat siaran berita live (siaran langsung)
dari
studio.
Dari
studio,
seorang
presenter
akan
menyampaikan berbagai informasi feature atau hard news dalam Reportase Utama kepada pemirsa di rumah. Tepat pukul 17.00 WIB, siaran Reportase Minggu berlangsung di stasiun televisi Trans Tv. Selama 30 menit, penayangan berita dimulai secara live. Berbagai informasi yang disajikan berasal dari materi berita yang telah diedit oleh editor yang kemudian diubah menjadi bentuk kaset atau pengiriman data melalui server kepada komputer yang akan dioperasikan VTR-person di master control room. Dalam proses penanayangan ini, kru dari production and facilities bekerja sama dengan bagian news. Mereka yang akan mengendalikan siaran berita hingga akhir durasi penayangan. Proses penayangan berita, secara keseluruhan akan dikomando oleh seorang program director (PD). Selama proses panayangan berlangsung, PD bekerja sama dengan dua bagian. Pertama, dengan pihak news, yaitu
92
produser acara yang banyak bertanggung jawab terhadap masalah konten serta materi berita. Kedua dengan bagian di master control room yang bertanggung jawab terhadap permasalahan durasi acara dan iklan yang ditayangkan. Di master control room juga terdiri dari banyak kru yang bertugas pada saat live. PD bekerja sama dengan kru di studio dalam melakukan tugas saat penayangan berita. Mereka adalah switcher-person, bagian CG atau character generator yang bertugas menyiapkan template, VTRperson yang bertugas mengoperasikan video player, lighting-person, dan seorang floor director yang merupakan kepanjangtanganan PD yang berada di studio. Selain floor director, PD juga bekerja sama dengan presenter, camera person, audio-person yang bertugas mengatur suara saat live, TS, bagian yang lebih banyak mengurusi urusan teknis, seperti kerusakan pada alat-alat, dan MCR atau master control room yang lebih banyak bertugas pada urusan live, serta bagian-bagian dan kru studio lainnya yang cukup banyak. PD bertugas mengkomunikasikan berbagai instruksi, seperti kapan presenter harus memulai siaran. kapan berita-berita dalam segmen ditayangkan, atau mengenai perubahan yang terjadi pada saat penayangan, baik karena kesalahan teknis atau memang permintaan produser. Berbagai instruksi itu disampaikan kepada kru-kru yang saling bekerja sama melalui sebuah alat komunikasi bernama “intercom”.
93
Dalam mengkomunikasikan berbagai intruksi, seorang PD mengacu pada rundown acara yang diserahkan oleh produser beberapa saat sebelum penayangan. Dari rundown, PD bisa mengetahui berbagai keterangan waktu kapan berita atau segmen-segmen ditayangkan, kapan
commercial
breaknya
ditayangkan,
atau
kapan
harus
menyiarkan soft news atau hard news. Semua materi berita itu sudah dijahit dalam proses editing, PD hanya menjalankan saja dalam tahap penyiaran atau penayangan. Rundown biasanya diserahkan oleh produser pada PD atau kru yang bertugas di master control room sekitar setengah jam sebelum acara dimulai. Pada saat itu, mereka mempelajari itu untuk dijadikan acuan pada saat penayangan. Walaupun pada kenyataannya, saat acara berlangsung masih sering terjadi perubahan. Terutama jika berkaitan dengan masalah durasi dan akibat kerusakan alat-alat teknis.
C. Analisis Produksi Berita Reportase Minggu di Trans Tv Redaksi pemberitaan program berita Reportase Minggu di Trans Tv harus melalui beberapa proses dalam memproduksi beritanya agar bisa sampai ke tengah masyarakat melalui siaran di televisi. Menurut Fred Wibowo dalam bukunya, Teknik Produksi Program Televisi, program berita diproduksi melalui beberapa tahapan yang terdiri dari proses pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Pra produksi terdiri dari serangkaian kegiatan meliputi penemuan ide, perencanaan, dan persiapan. Produksi sendiri meliputi kegiatan
94
peliputan berita, penulisan naskah, serta proses dubbing. Terakhir adalah pasca produksi yang merupakan langkah akhir sebuah produksi yang meliputi kegiatan editing serta penayangan berita secara live. Dalam teori arus berita milik Bass juga menyatakan, setiap materi berita di sebuah redaksi pemberitaan diproduksi melalui beberapa tahapan yang saling berkaitan. Siaran televisi berupa program berita tidak begitu saja hadir ke tengah masyarakat. Di dalamnya terdapat proses yang pada akhirnya menghasilkan sebuah siaran televisi. Bass menyatakan bahwa proses pembuatan atau produksi berita dilalui dengan dua tahapan. Bass menjelaskan tahap pertama terjadi ketika para pencari berita membuat “berita kasar” (peristiwa, pidato dan konferensi pers) menjadi “copy berita” atau “bahan berita”. Tahap kedua terjadi ketika para pengolah berita merubah atau menggabung-gabungkan bahan itu menjadi “hasil akhir” (sebuah surat kabar atau sebuah siaran berita) yang disiarkan kepada umum.13 Mulainya proses produksi ditandai dengan tahapan pertama yang meliputi kegiatan pengumpulan bahan-bahan berita, penulisan naskah serta dubbing suara. Sedangkan tahapan kedua sebagai tahapan terakhir dilalui dengan proses editing, mixing, dan penayangan secara live agar informasi bisa sampai ke tengah masyarakat. Dalam produksinya
program dilalui
berita
dengan
Reportase kegiatan
Minggu yang
sendiri,
bertahap.
proses Pertama,
pengumpulan bahan berita yang diawali dengan penentuan tema dari 13
DennisMcQuail, Model-Model Komunikasi. AlihBahasaPutuLaxmanPendit (Jakarta: UniPrimas, 1985), h. 110.
95
produser. Tema tersebut dikoordinasikan bersama koordinator liputan untuk selanjutnya koorlip menugaskan kru liputan untuk meliput bahan berita yang telah diminta oleh produser. Kedua, bahan berita yang telah diliput oleh kru liputan kemudian dibawa kembali ke kantor redaksi. Kameramen bertanggung jawab terhadap penyediaan gambar liputan, sedangkan reporter bertugas menulis naskah dari apa yang dia liput. Naskah yang telah ditulis oleh reporter kemudian diserahkan kepada produser untuk kemudian diedit kembali agar lebih rapi. Setelah naskah rapi, maka naskah tersebut akan didubbing oleh siapapun yang mampu melakukan dan bersuara baik. Setelah naskah rapi, suara dubbing, dan kaset gambar liputan telah siap, maka semua itu siap diedit di ruang editing. Dalam proses editing, semua itu mengalami penggabunggabungan agar menjadi kesatuan materi yang utuh. Gambar, efek suara, maupun suara dubbing disatukan secara rapi agar tidak mengalami gangguan dalam penanyangan dan agar bisa dilihat serta didengar dengan baik. Semua itu pada akhirnya akan diprint dalam bentuk kaset maupun data yang dikirim mealui server untuk sampai di master control room. Video atau data itulah yang nantinya akan dioperasikan oleh VTR person dengan komando program director serta kerja sama para kru lainnya dalam proses penayangan secara live di televisi. Kedua penjelasan mengenai proses produksi berita dalam sebuah program berita diatas pada dasarnya memiliki sebuah runtutan atau tahapan kegiatan yang tidak jauh berbeda. Intinya, setiap program,
96
termasuk program berita diproduksi melalui tahapan-tahapan yang saling berkaitan. Menurut Fred Wiboowo dalam bukunya, Teknik Produksi Program Televisi, bahwa setiap program televisi termasuk program berita memiliki tiga tahapan utama yang terdiri dari proses pra produksi, produksi, maupun pasca produksi. Dalam program berita di televisi banyak yang menggunakan tahapan ini meskipun dalam setiap prosesnya memiliki langkah-langkah yang terkadang berbeda. Misalnya saja pada tahap pra produksi. Ada beberapa program berita yang memulainya dengan langkah rapat redaksi terlebih dahulu, namun ada pula yang langsung memulai langkah produksinya dengan penentuan tema dari pihak yang berwenang, produser misalnya. Sedangkan Bass dalam teorinya “Arus Berita” menjelaskan bahwa setiap berita dalam program berita diproduksi dengan tahapan yang saling berkaitan. Setiap langkah atau tahapan produksi tidak dibagi kedalam proses pra produksi, produksi, maupn pasca produksi. Bass menyatakan secara jelas urutan yang digunakan redaksi pemberitaan dalam menmproduksi beritanya. Langkah pertama, ia menyatakan setiap bahan berita akan diubah menjadi copy berita. Disini dilakukan oleh kru liputan maupun jajaran redaksi pemberitaan. Mereka melakukan pengumpulan bahan berita yang pada akhirnya menjadi berita mentah sebelum editing. Setelah itu barulah dilakukan langkah kedua, dimana bahan berita mentah yang telah dikumpulkan tadi mengalami penggabungan melalui proses editing. Semua bagian disatukan agar menjadi satu kesatuan materi berita
97
yang utuh. Proses editing akan menghasilkan sebuah hasil akhir dari rangkaian proses produksi, yaitu sebuah siaran berita di televisi, dalam hal ini yaitu Reportase Minggu di Trans Tv. Setelah penulis analisa berbagai sumber data yang diperoleh melalui wawancara, dokumentasi maupun buku-buku, serta wawancara mendalam dengan para kru atau redaksi Reportase Minggu, program berita dengan format seperti ini lebih sesuai dengan penggunaan teori Bass dalam meruntutkan langkah proses produksinya. Meskipun, sebenarnya tidak salah juga menggunakan serta menerapkan apa yang telah menjadi kebiasaan dalam sebuah proses produksi program televisi, yakni tahapan proses pra produksi, produksi, dan terakhir pasca produksi. Teori Bass merupakan teori pendukung dari apa yang dikatakan Fred Wibowo mengenai tahapan produksi. Hanya saja, Bass tidak membaginya dalam tiga proses seperti Fred. Bass secara lebih lugas merunutkan kegiatan produksi dengan menyebutkan siapa yang bertugas di dalamnya. Misalnya, pencari berita yang mengubah sebuah bahan berita (ide) menjadi bahan berita mentah sebelum editing. Dan pengolah berita seperti seorang editor yang mengubah bahan berita mentah tadi menjadi sebuah hasil akhir berupa siaran televisi. Karena penulis mengacu pada teori Bass dalam menjelaskan langkah produksi berita Reportase Minggu di Trans Tv, maka dengan menganalisa data dari wawancara, buku-buku dan pengamatan, penulis menyimpulkan proses produksi berita Reportase Minggu di Trans Tv sesuai dan menerapkan teori arus berita milik Bass.
98
D. Kendala dan Pendukung dalam Proses Produksi Berita Reportase Minggu di Trans Tv Dalam setiap produksi program acara televisi, pasti setiap redaksinya mengalami berbagai faktor yang menjadi kendala dan pendukung dalam melakukan proses produksi. Begitu juga dengan program Reportase Minggu Trans Tv. Kru atau redaksi yang bertugas dalam setiap tahap proses produksi beritanya juga mengalami hal-hal yang menjadi faktor pendukung maupun kendala saat melakukan tugas. Setiap kendala dan pendukung akan dialami setidaknya oleh redaksi yang mengatur program Reportase Minggu. Mulai dari produser, koordinator liputan, reporter, ataupun kameramennya akan menemui berbagai kendala bahkan pendukung dalam mengerjakan tugasnya. Beberapa kendala yang penulis ketahui melalui wawancara pribadi dengan beberapa kru Reportase Minggu adalah seputar masalah peliputan dan sumber daya manusianya atau kru itu sendiri. Bagi produser, faktor yang dianggap sebagai kendala yaitu ketiadaan tim. Memiliki ide konten atau bahan berita yang sebaik apapun jika tidak didukung dengan kerja sama tim, maka tidak akan ada maknanya bahan berita itu. Setidaknya, kerja sama tim akan sangat membantu dalam proses mendapatkan berita yang baik, kerja yang efektif, dan gambar berita yang menarik. “Kendalanya, ketika tidak ada tim. Karena format dan bentuknya feature, maka kameramen paling tidak harus dua orang. Bukan satu kamera. Agar kerjanya lebih efektif, gambar lebih menarik, kerjanya lebih
99
cepat. Kalau satu kamera kan takenya harus diulang-ulang. Begitu juga dengan presenter. Harus ada dua orang biar lenih menarik.”14 Koordinator liputan juga mengalami kendala-kendala seperti itu, yakni seputar permasalahn tim dan kru. Berubahnya konsep penampilan presenter dari satu menjadi dua orang, secara otomatis juga berpengaruh pada penambahan kameramen maupun kru lainnya. Semakin banyak tuntutan penyediaan banyak kru untuk meliput, semakin menjadi kendala bagi seorang koordinator liputan. Apalagi koorlip juga harus mengatur jadwal para kru yang meliput. Memperhatikan betul kapan waktu mereka libur dan bertugas. Mau tidak mau, korlip harus memenuhi kendala dan keharusan itu. Penugasan banyak kru dalam liputan, merupakan suatu keharusan yang semaksimal mungkin dilakukan koorlip demi mensupport permintaan produser acara Reportase Minggu. “Setiap taping, Reportase Minggu selalu membawa orang banyak, yang pasti presenternya dua dan kameramennya juga dua, jadi empat orang. Bagi kita di korlip, itu kendalanya yang pasti terjadi. Ya harus semaksimal mungkin mensupport permintaan Reportase Minggu yang berhubungan dengan orang.”15 Lain lagi dengan seorang reporter. Dalam melaksanakan tugasnya, reporter mengalami kendala seputar masalah peliputan. Ketertinggalan mengenai informasi merupakan kendala pertama bagi seorang reporter. Jika informasi mengenai suatu kejadian atau peristiwa telat didapat, otomatis kru peliputan pun akan telat sampai di TKP. Jika sudah seperti itu, bisa saja informasi yang didapat kurang mendalam dan akurat atau gambar terkadang kurang bagus. 14
Wawancara Pribadi dengan Produser Acara Reportase Minggu Trans Tv, Yuli Juanda. Wawancara Pribadi dengan Koordinator Liputan Reportase Minggu Trans Tv, Irene Iriawati, Minggu, 13 Februari 2011. 15
100
“Kendalanya ketika Kita telat mendapatkan informasi. Jadi, tidak maksimal kita dapatkan beritanya di lapangan. Kita dapat informasi telat, terus kita menuju ke TKP ternyata kita kurang maksimal mendapat informasinya di sana, karena ketinggalan. Contoh peristiwa kebakaran. kita baru dapat informasi, kita telat sampai sana, kebakarannya sudah selesai. Pastinya informasinya kurang dan gambar kurang bagus.”16 Selain dari segi informasi yang telat didapat, cuaca juga dianggap reporter sebagai suatu kendala. Bagitu juga dengan komunikasi yang kurang baik antara reporter dengan kameramen ataupun driver yang mengantar tim liputan. Untuk pendukungnya, reporter menganggap pendukung utama itu adalah komunikasi yang baik antara sesama tim peliput. Yaitu antara reporter, kameramen, ataupun driver. Kekompakan lah yang pada akhirnya dapat mendukung terhadap perolehan hasil lipuatan yang baik. Seorang kameramen dalam program Reportase Minggu pun mengaku memiliki kendala pada saat peliputan. Misalnya saja ketika lokasi peliputan tidak memadai, sehingga perolehan gambar pun tidak maksimal dan kurang bagus. Begitu juga dengan kondisi lingkungan maupun keadaan penduduk yang berada di sekitar lokasi terkadang menjadi faktor kendala juga. Untuk segi teknis, kameramen mengaku belum pernah mengalami hal-hal yang pada akhirnya menjadi sebuah kendala atau tidak mendukung terhadap tugas seorang kameramen.
16
Wawancara Pribadi dengan Reporter Reportase Minggu Trans Tv, Ivan Kurnia, Minggu, 13 Februari 2011.
101
“Kendala bagi seorang kameramen, terkadang ketika di lapangan. Seperti tempat atau lokasi yang tidak memadai. Keadaan lingkungan dan orang-orangnya, seperti itu. Kalau dari segi teknis, hampir tidak ada.”17 Begitu juga dengan seorang editor yang lebih banyak berperan dalam proses editing gambar untuk menjadikannya kesatuan berita yang utuh. Editor pun mengalami apa yang dianggapnya sebagai pendukung dan penghambat dalam melakukan tugasnya. Kendala bagi editor yang penulis wawancarai diantaranya adalah suhu di ruangan editing yang sangat dingin. Suhu yang seperti itu terkadang membuat pekerjaan editor terganggu, karena terkadang editor mengalami sesak pada saat melakukan editing gambar. Akibatnya, tingkat konsentrasinya dalam mengedit gambar terganggu. Sedangkan untuk pendukungnya, perolehan gambar yang baik dari seorang kameramen akan membantu editor dalam mengedit gambar. Gambar yang baik dan tepat akan mengurangi durasi editing gambar. Maka dari itu, jika gambar yang didapat kurang bagus dan terlalu panjang durasinya, justru itu menjadi kendala bagi seorang editor. Hal yang paling mempengaruhi pekerjaan seorang editor adalah perolehan kualitas gambar dari seorang kameramen saat meliput, sehingga hal itu juga berdampak pada durasi mengedit. Setidaknya, waktu yang cukup panjang untuk persiapan mengedit akan menghasilkan sebuah editan gambar yang baik pula.
17
Wawancara Pribadi dengan Kameramen Reportase Minggu Trans Tv, ZulfikriHaq, Minggu, 13 Februari 2011.
102
“Yang mempengaruhi sekali itu kualitas gambar dan cepat atau tidaknya mengedit. Kalau waktunya lebih banyak kan editannya bisa bagus. Kalau terburu-buru juga, kualitasnya juga gak begitu bagus.”18 Pada saat materi berita yang telah diedit siap siar atau disiarkan, bukan berarti segala kendala dan pendukung tidak dialami. Terutama bagi seorang program director yang notabene memegang kendali sebagai pengarah program atau komando acara agar berjalan dengan lancar. Saat diwawancarai, ia pun mengemukakannya pada penulis mengenai apa yang menjadi kendala serta pendukung saat bertugas. Baginya, pendukung yang paling besar adalah ketika alat-alat yang difasilitasi sudah cukup sempurna. Ia menganggap, alat-alat teknis itu sudah memiliki standar broadcast. Kerusakan alat-alat atau masalah teknis yang mengakibatkan gambar tidak mau bergerak, atau tidak muncul misalnya, maka akan menjadi suatu kendala bagi tim yang bertugas pada saat penayangan berita secara live. Kerusakan tiba-tiba seperti itu sudah biasa dialami kru. Selanjutnya tugas TS lah yang mengecek dan memperbaiki kembali kerusakan teknis tersebut. Bagi kru, hal seperti itu bukan suatu kendala yang sangat besar, karena semua bisa segera diatasi. Misalnya saja, ketika gambar tidak pindah, maka instruksi selanjutnya adalah meminta presenter kembali melanjutkan berita selanjutnya dengan sebelumnya meminta maaf kepada pemirsa atas kesalahan teknis itu. Selain segi teknis, pendukung juga bisa datang dari hal yang sifatnya non teknis. Misalnya saja komunikasi antar kru yang bertugas. 18
Wawancara Pribadi dengan Editor Reportase Minggu Trans Tv, Reni Sofia, Minggu, 20 Februari 2011.
103
Kesalahan dalam menyampaikan komunikasi dapat berakibat fatal pada saat penayangan berita secara live. Misalnya saja, kesalahan instruksi dari PD untuk menayangkan commercial break, padahal waktunya belum sampai untuk ke segmen itu, maka kemungkinannya adalah penayangan yang membingungkan dan tidak berurutan. Bahkan bisa saja materi berita yang harusnya disiarkan menjadi gagal siar karena durasi yang terbatas. Terlebih lagi, seorang pengarah program (PD) dalam bertugas lebih mendahulukan komunikasi yang baik dengan para kru. Karena dia seorang komando yang menyampaikan berbagai instruksi, maka jika dia salah mengkomunikasikan, maka acara akan gagal. “Non teknis lebih ke bagaimana berkomunikasi. Seputar komunikasi dan koordinasi. Karena semua dituntut serba cepat, semuanya pun harus dikomunikasikan dari awal. Kalau mendadak tidak akan bisa. Komunikasi yang baik adalah pendukung. Kerja saya justru lebih ke situ, bagaimana mengomunikasikan instruksi-instruksi. Kalau saya salah mengomunikasikan bisa salah semuanya.Sesuatu itu bisa berjalan dengan lancar kalau sesuatu itu dikomunikasikan dengan baik dan benar juga.”19 Secara umum, kendala dalam proses produksi berita dalam program Reportase Minggu terbagi ke dalam dua hal, yaitu teknis dan non teknis.Dari segi teknis biasanya meliputi kerusakan-kerusakan alat-alat pendukung yang digunakan untuk meliput sampai menyiarkan sebuah berita. Tapi, sampai saat ini, kerusakan-kerusakan seperti itu masih bisa diatasi secara baik. Sehingga, hal itu bukanlah menjadi kendala yang sangat berarti. Kru yang bertugas sudah terlatih dan terbiasa menghadapi hal itu, sehingga semua masih bisa berjalan secara baik dan lancar. Sedangkan dari segi non teknis, biasanya kendalanya seputar masalah 19
Wawancara Pribadi dengan Program Director Reportase Minggu Trans Tv, Asni Rahayu, Minggu, 20 Februari 2011.
104
komunikasi dan koordinasi. Karena sebuah produksi berita adalah tugas antar kru dan tugas satu tim, maka komunikasi antar kru menjadi sangat penting. Jalinan komunikasi yang tidak baik atau sering terjadinya kesalahpahaman komunikasi akan berakibat pada ketidaklancaran tugas produksi. Ada kendala, ada pula pedukung. Dalam produksi berita Reportase minggu sendiri, secara umum pendukung juga terbagi ke dalam dua hal. Pertama segi teknis, ini juga berkaitan dengan fasilitas alat-alat yang biasanya menjadi pendukung bagi kelancaran proses produksi berita. Alatalat yang memfasilitasi para kru dalam melakukan tugasnya, rata-rata sudah memiliki standart broadcasting. Dimana alat-alat tersebut sudah memiliki kemampuan bekerja yang baik untuk sebuah proses produksi berita di sebuah stasiun televisi. Meski pada kenyataanya, sering timbul masalah-masalah kecil, seperti alat yang error. Namun, sampai saat ini masalah-masalah seperti itu masih bisa diatasi oleh para krunya, sehingga masih bisa melakukan proses produksi dengan baik. Kedua dari segi non teknis. Hal ini berkaitan dengan komunikasi antar kru. Komunikasi yang baik merupakan satu kekuatan bagi kerja sama tim seperti dalam tim produksi berita Reportase Minggu. Komunikasi yang terjalin dengan baik, serta koordinasi yang dilakukan secara baik akan menghasilkan produksi berita yang baik pula.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari apa yang telah penulis tulis dalam bab I hingga bab IV, karya ilmiah ini memiliki beberapa kesimpulan yang menerangkan sebuah kesatuan isi dalam penelitian yang diangkat. Kesimpulan ini berkaitan dengan bagaimana proses produksi berita dalam program Reportase Minggu di Trans Tv. Berita yang disajikan dalam program Reportase Minggu melalui beberapa proses dalam produksinya untuk sampai kepada pemirsa melalui penyiaran di televisi. Proses yang dilaluinya meliputi dua tahapan. 1. Tahap pertama yaitu ketika para pencari berita membuat berita kasar menjadi copy berita atau bahan berita. Tahap ini meliputi dua hal: a. Tahap pengumpulan bahan-bahan berita Seorang produser menentukan berita kasar (ide) yang akan diangkat menjadi materi dalam siaran berita. Setelah menentukan tema yang dipilih, ia melaporkannya pada korlip. Selanjutnya korlip menugaskan kru liputan, yang terdiri dari reporter dan kameramen. Dari peliputan itulah, berita kasar diperoleh dan membentuk bahan-bahan berita, namun masih dalam bentuk “mentah”, belum diedit ataupun diproses lebih lanjut.
105
106
b. Tahap penulisan naskah berita Setelah bahan berita didapat melalui liputan, selanjutnya adalah tahap penulisan naskah sesuai dengan apa yang di dapat di lapangan. Penulisan naskah berita dilakukan oleh seorang reporter yang meliput berita itu. Reporter menulis naskah dengan apa adanya sesuai dengan yang ia saksikan di lapangan. Setelah reporter selesai menulis naskah, naskah itu diserahkan kepada produser. Tugas produser berikutnya adalah mengedit dan menulis ulang naskah yang diterimanya dari reporter. Naskah yang sudah rapi, selanjutnya dibacakan oleh seorang dubber dalam proses dubbing (mengisi suara). Dubber bisa siapa saja yang dinilai mampu dan bersuara baik.
2. Tahap kedua yaitu ketika para pengolah berita merubah atau menggabunggabungkan bahan berita yang didapat menjadi sebuah hasil akhir berupa siaran berita. a. Tahap penyuntingan dan editing berita Ketika kaset video yang berisi gambar dari camera person sudah dicapture atau dipindahkan ke komputer dan naskah rapi sudah selesai didubbing, barulah dimulai proses editing. Editor didampingi oleh asisten produser dalam melakukan editing gambar. Dalam proses editing online, editor memotong-motong gambar yang dipilih untuk disiarkan, memasukkan suara dubber pada
107
gambar yang sesuai. Memberikan efek-efek musik atau gambar yang menarik dan membuat klip-klip. Tujuannya agar lebih terlihat menarik disajikan dalam bentuk feature. Untuk berita yang bersifat hard news, editor tidak memberikan efek musik atau suara dan durasinya juga lebih singkat agar tidak membosankan pemirsa yang melihatnya. Setelah proses editing selesai, semua itu akan diprint dalam bentuk kaset maupun data yang dikirim melalui server. Semua itu akan diterima oleh VTR-person yang mengoperasikannya di master control room.
b. Tahap penayangan Tahap terakhir setelah proses editing adalah penayangan siaran berita dalam bentuk live. Ini dilakukan setelah hasil akhir editing diprint dalam bentuk kaset atau data yang dikirim melalui server dan dioperasikan oleh VTR-person di master control room. Dalam proses penayangan ini, semua dikendalikan oleh program
director
sebagai
pengarah
program.
Ia
yang
mengkomunikasikan berbagai instruksi penyiaran dengan mengacu pada rundown yang telah diterimanya dari produser beberapa saat sebelum siaran dimulai. Pukul 17.00 WIB, Reportase Minggu disiarkan secara live. Selama tiga puluh menit acara berlangsung, PD mengomandokan siaran tersebut hingga berjalan dengan lancar. Ia berkoordinasi dengan banyak kru di studio selama penayangan siaran berita. Melalui alat
108
komunikasi bernama “intercom”, Ia menyampaikan instruksi pada kru lain. Termasuk floor director, kepanjangtanganannya di studio yang bertanggung jawab terhadap urusan penayangan di studio. Semua berita yang disiarkan adalah hasil editing seluruh materi berita atau tapingan yang sudah diedit. PD dan kru produksi di studio dan di control room hanya bertugas menyiarkan dan menayangkannya. Dalam proses produksi berita di Reportase Minggu, redaksi memiliki berbagai hal yang menjadi kendala serta pendukung terlaksananya proses produksi. Kendala dalam proses produksi pada umumnya terbagi ke dalam dua bagian, teknis dan non teknis. Dari segi teknis biasanya meliputi kerusakan alat-alat produksi ataupun permasalahan yang timbul dari kesalahan-kesalahan teknis alat pada saat proses produksi. Sedangkan dari segi non teknis berupa jalinan komunikasi yang tidak seimbang dan tidak terjalin dengan baik. Hal itu akan mengganggu jalannya proses produksi. Faktor pendukung sendiri juga terdiri dari dua hal, taknis dan non teknis. Segi teknis ditandai dengan ketersediaan alat-alat produksi yang sudah sangat memadai. Apalagi alat-alat tersebut sudah memiliki standart broadcast. Yaitu alat-alat yang sudah memiliki kemampuan bekerja baik untuk sebuah proses produksi berita di sebuah stasiun televisi. Untuk segi non teknis juga berkaitan dengan komunikasi yang terjalin antar kru pemberitaan. Komunikasi yang terjalin dengan baik
109
akan menjadi pendukung kelancaran proses produksi berita di Reportase Minggu. B. Saran Selama melakukan penelitian, penulis memiliki banyak hal sebagai bahan pengalaman. Dari banyak hal yang penulis temukan kemudian akan muncul beberapa saran untuk beberapa pihak terkait yang mungkin dapat digunakan sebagai masukan agar menjadi lebih baik. 1. Meski disajikan dalam bentuk soft news, sebaiknya program tersebut menayangkan informasi yang mendidik dan menambah wawasan masyarakat. Sehingga dapat ikut berkontribusi demi kesejahteraan dan kecerdasan masyarakat. 2. Sebaiknya menghindari tayangan berita yang memperlihatkan dengan jelas sebuah aksi kekerasan, pembunuhan, atau aniaya bahkan bernilai pornografi. 3. Hendaknya semua kru yang bertugas memproduksi berita dengan mengacu pada kode etik seorang jurnalis. 4. Hendaknya setiap kendala dalam proses produksi dapat ditangani dan disikapi dengan baik, hingga berita tetap bisa disiarkan dengan baik pula. Lebih baik lagi jika kendala bisa diatasi secara bertahap dan berangsur menjadi pendukung proses produksi. 5. Hendaknya pendukung dalam proses produksi dapat tetap dipertahankan, sehingga proses produksi bisa tetap berjalan dengan lancar.
110
6. Sebaiknya para kru tetap melakukan ibadah di sela-sela tugasnya sebagaimana menjadi kewajiban utama disamping tugas mencari dan memproduksi berita. 7. Hendaknya penonton siaran berita ini memiliki sikap kritis, sehingga bisa menilai mana informasi yang benar dan mana yang dikonstruksi secara berlebihan. 8. Hendaknya iklan yang ditayangkan saat segmen commercial break selaras dengan visi misi program berita ini. Artinya selektif dari tayangantayangan pornografi, pornoaksi dan kekerasan. 9. Hendaknya pembaca karya tulis ini tidak menjadikan tulisan ini sebagai satu-satunya acuan. Tetapi bisa dilengkapi dan bahkan dibandingkan dengan karya tulis lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku Ardianto, Elvinaro dan Komala, Lukiati. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005. Baksin, Askurifai. Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006.
Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada, 2008. Direktorat Publikasi Pemerintah Badan Informasi dan Komunikasi Nasional, Sistem Komunikasi Indonesia: Suatu Bunga Rampai.
FOKUSMEDIA. Undang-undang Fokusmedia, 2005.
Penyiaran
dan
Pers.
Bandung:
Harahap, Arifin S. Jurnalistik Televisi: Teknik Memburu dan Menulis Berita. PT Indeks Kelompok Gramedia, 2006. HM, Zaenuddin. The Journalist. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007. Iskandar Muda, Deddy. Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008. Kuswandi, Wawan. Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Isi Media Televisi. Rineka Cipta, 1996.
McQuail, Denis. Model-Model Komunikasi. Alih Bahasa Putu Laxman Pendit. Jakarta: Uni Primas, 1985. Muhtadi, Asep Saiful. Jurnalistik Pendekatan Teori & Praktik. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999.
Mulyana, Dedi. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Rosdakarya, 2004. Morissan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008. P.C.S., Sutisno. Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Radio. Jakarta: PT Grasindo, 1993. Roudhonah. Ilmu Komunikasi. Ciputat: UIN Jakarta Press, 2007. Sumadiria, A.S. Haris. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: PT Simbiosa Rekatama Media, 2006.
111
112
Sunarjo, Djoenaesih S. Himpunan Istilah Komunikasi. Yogyakarta: Liberty, 1983. Suprapto, Tommy. Berkarier di Bidang Broadcasting. Yogyakarta: Media Pressindo, 2006. Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia, 2005.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1998. Tim Redaksi LP3ES. Jurnalisme Liputan6 SCTV: Antara Peristiwa dan Ruang Publik. Jakarta: Pustaka LP3ES, 2006. Vivian, John. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008. Wibowo, Fred. Teknik Produksi Program Televisi. Yogyakarta: Pinus, 2007. Wiryanto. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: PT Grasindo, 2000. Yosef, Jani. To Be Journalist: Menjadi Jurnalis TV, Radio, dan Surat Kabar yang Profesional. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
B. Internet
Arismunandar, Satrio. “Peran Riset Di Divisi News Trans Tv. ” Artikel diakses pada 17 Februari 2011 dari http://satrioarismunandar6.blogspot.com. “Reportase Minggu.” artikel diakses pada 24 November 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Reportase_(Trans_TV) Research and Development Trans Tv. “Logo Trans Tv.” Diakses pada 7 Februari 2011 dari http://www.transtv.co.id/ Research and Development Trans Tv. “Sejarah Program News Trans Tv.” Diakses pada 11 Februari 2011 dari http://www.transtv.co.id/
C. Hasil Wawancara Wawancara pribadi dengan Asni Rahayu, Program Director Reportase Minggu Trans Tv, Jakarta, 20 Februari 2011.
113
Wawancara pribadi dengan Irene Iriawati, Koordinator Liputan Reportase Minggu Trans Tv, Jakarta, 13 Februari 2011. Wawancara pribadi dengan Ivan Kurnia, Reporter Reportase Minggu Trans Tv, Jakarta, 13 Februari 2011. Wawancara pribadi dengan Reni Sofia, Editor Reportase Minggu Trans Tv, Jakarta, 20 Februari 2011. Wawancara pribadi dengan Yuli Juanda, Produser Pelaksana Program Reportase Minggu Trans Tv, Jakarta, 10 Februari 2011. Wawancara pribadi dengan Zulfikar Haq, Kameramen Reportase Minggu Trans Tv, Jakarta, 13 Februari 2011.