ANALISIS KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN KECUKUPAN MODAL TERHADAP RENTABILITAS (Sensus Pada Sektor Perbankan yang Terdaftar d BEI) Evi Rohayati (093403094) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Jln. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya
ABSTRACT This research objectives were to know asset quality and capital adequacy to earnings. The method used in this research is descriptive method of analysis with census approach. Data was collected through library research and documentation. Is an analysis tool used path analysis. The results indicate that the asset quality significantly influence the Bank's capital adequacy listed on the Stock Exchange. As well as asset quality and capital adequacy simultaneously and partially have a significant impact on bank profitability are listed on the Stock Exchange. It is suggested that the banks maintain asset quality and maintain a level of capital adequacy in accordance with the provisions of BI that will increase bank profitability. Keywords: asset quality, capital adequacy, profitability.
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas aktiva produktif dan kecukupan modal terhadap rentabilitas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan sensus. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan dan dokumentasi. Alat analisis yang digunakan adalah analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas aktiva produktif berpengaruh signifikan terhadap kecukupan modal Bank yang terdaftar di BEI. Serta kualitas aktiva produktif dan kecukupan modal secara simultan dan parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas Bank yang terdaftar di BEI. Disarankan agar pihak perbankan menjaga kualitas aktiva produktif dan menjaga tingkat kecukupan modal sesuai dengan ketetapan BI sehingga akan menaikkan rentabilitas bank. Kata kunci:
kualitas aktiva produktif, kecukupan modal, rentabilitas.
PENDAHULUAN Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi pembayaran, serta alat transmisi kebijakan moneter. Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat kompleksitas yang tinggi, dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank. Kompleksitas usaha perbankan yang tinggi dapat meningkatkan risiko yang dihadapi oleh bank-bank yang ada di Indonesia. Lemahnya kondisi bank seperti manajemen yang kurang memadai, pemberian kredit kepada kelompok atau grup usaha sendiri serta modal yang tidak dapat mengcover terhadap risiko-risiko yang dihadapi oleh bank tersebut menyebabkan kinerja bank menurun. Penurunan kinerja bank dapat menurunkan pula kepercayaan masyarakat.(Permono: 2000) Faktor-faktor yang mempengaruhi rentabilitas bank dapat bersumber dari berbagai kinerja operasi yang ditunjukkan beberapa indikator. Salah satu sumber utama indikator yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan. Analisis laporan keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, baik pemerintah dan para pemakai laporan keuangan lainnya dalam menilai kondisi keuangan suatu perusahaan, tidak terkecuali perusahaan perbankan. Salah satu faktor yang menyebabkan turunnya rentabilitas adalah aktiva produktif. Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/ 15 /PBI/2012 Tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum Aktiva produktif adalah penanaman dana bank dalam bentuk rupiah maupun valuta asing, kredit yang diberikan, surat berharga yang diterbitkan serta penempatan pada bank lain. Dalam peraturan tersebut dikemukakan bahwa aktiva produktif yang dinilai kualitasnya meliputi penanaman dana baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit. Penilaian terhadap aktiva produktif didasarkan pada tingkat kolektabilitasnya. Penggolongan kolektabilitas aktiva produktif sampai sejauh ini hanya terbatas pada kredit yang diberikan. Ukuran utamanya adalah ketepatan kembali pokok dan bunga serta kemampuan debitur baik ditinjau dari prospek usaha maupun nilai agunan kredit yang bersangkutan. Kepercayaan masyarakat akan relative bertambah apabila suatu bank dapat dipandang sehat baik dari segi capital (permodalan), asset quality (kualitas asset), manajemen, earning (rentabilitas), dan liquiditas. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Untuk menjalankan fungsinya dengan baik, maka sebuah bank harus mempunyai modal yang cukup, menjaga kualitas aktivanya dengan baik, dikelola dengan baik, dioperasikan berdasarkan prinsip kehati-hatian, menghasilkan keuntungan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. (Dahlan Siamat: 2005) Dalam menganalisis suatu bank, pada umumnya perhatian lebih difokuskan kepada modal bank karena masalah solvensi memang penting. Namun, menganalisis kualitas aktiva produktif juga tidak kalah pentingnya. Karena kualitas aktiva produktif yang rendah secara implisit akan menghapus modal bank. Walaupun secara riil bank
memiliki modal yang cukup besar namun apabila kualitas aktiva produktifnya rendah maka modalnya sedikit demi sedikit akan terkikis akibat memburuknya kualitas aktiva produktif. Kelangsungan kegiatan operasi perbankan sangat dipengaruhi oleh kesiapan pihak bank dalam menaggung kemungkinan timbulnya risiko kerugian dalam kegiatannya menanamkan dana kedalam aktiva produktif (earning asset) dan untuk mengantisipasi terjadinya risiko serta meminimalkan potensi kerugian ini maka pihak bank wajib menjaga kualitas aktiva produktifnya. Dalam penilaian aktiva produktif, pihak bank juga harus memperhatikan tingkat kecukupan modal. (Dahlan Siamat:2005) Setiap pembentukan aktiva yang dilakukan oleh bank, selain berpotensi memperoleh laba juga berpotensi terjadinya risiko. Maka untuk menutupi risiko tersebut bank memerlukan modal. Karena salah satu fungsi modal adalah untuk menyerap kerugian yang ditimbulkan dari kerugian suatu aktiva. Maka semakin besar penciptaan aktiva yang dilakukan oleh bank, semakin besar juga modal yang dibutuhkan. (Dahlan Siamat:2005) Permodalan yang kuat akan mampu menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank yang bersangkutan. Berdasarkan prinsip kehati-hatian BI mengeluarkan peraturan No 14/ 18 /PBI/2012 tentang Kewajiban Penyediaan Minimum Modal Bank Umum besarnya modal minimum yang harus dimiliki Bank Umum adalah 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Angka ini merupakan penyesuaian dari ketentuan yang berlaku secara internasional. Berdasarkan ketentuan Bank International Settlement (BIS). Bagi setiap perusahaan dalam hal ini termasuk bank, masalah rentabiltas jauh lebih penting dari pada laba, karena laba yang besar belum tentu dapat menjadi ukuran bahwa manajemen telah bekerja dengan efektif dan efisien dalam mengelola asset perusahaan. Rentabilitas digunakan untuk mengukur dan melihat keberhasilan kemampuan serta kinerja bank dalam menggunakan aktivanya secara produktif. Pada penelitian ini penulis mengambil subjek penelitian sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan data yang diperoleh ( http:/www.idx.co.id, maret 2013), sampai dengan bulan maret 2013 jumlah bank yang terdaftar di bursa efek Indonesia adalah sebanyak 32 bank. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana Kualitas Aktiva Produktif, Kecukupan Modal Dan Rentabilitas Pada Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Birsa Efek Indonesia (BEI). 2. Bagaimana Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif Secara Parsial Terhadap Rentabilitas Pada Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI). 3. Bagaimana Pengaruh Kecukupan Modal Secara Parsial Terhadap Rentabilitas Pada Sektor Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 4. Bagaimana Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif Dan Kecukupan Modal Secara Simultan Terhadap Rentabilitas Pada Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI).
TINJAUAN PUSTAKA Kualitas Aktiva Produktif Aktiva Produktif menurut peraturan bank Indonesia nomor 14/15/PBI/2012 tentang kualitas aktiva produktif dan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif adalah : “Aktiva Produktif adalah penyediaan dana dalam rupiah maupun valuta asing untuk memperoleh penghasilan, dalam bentuk Kredit, Sertifikat Bank Indonesia, Dan Penempatan Dana Antar Bank.” Penilaian asset suatu bank cenderung pada penilaian kualitas aktiva produktif (KAP) untuk lebih mengetahui sejauh mana kualitas aktiva produktif yang dimiliki sebagai salah satu faktor pendukung dalam menghasilkan laba pada suatu bank (Abdulah dan Suryanto, 2004:27) Pengertian kualitas dimaksudkan sebagai keadaan pembayaran pokok atau angsuran dan bunga kredit oleh nasabah serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan atau yang sering disebut dengan istilah kolektabilitas, penggolongan kolektabilitas aktiva produktif sejauh ini hanya terbatas pada kredit yang diberikan. Ukuran utamanya adalah ketepatan pembayaran kembali pokok dan bunga serta kemampuan debitur ditinjau dari usaha maupun nilai agunan yang bersangkutan. Menurut Dahlan Siamat ( 2005: 229) kualitas aktiva produktif bank dinilai berdasarkan pada ketepatan pembayaran kembali pokok dan bunga serta kemampuan peminjam yang ditinjau dari keadaan usaha yang bersangkutan untuk kredit yang diberikan. Tingkatan kesehatan bank merupakan hal penting yang harus diusahakan oleh manajemen bank , selanjutnya pengelola bank diharuskan memantau keadaan kualitas aktiva produktif yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatanya. Penilaian terhadap faktor kualitas aktiva produktif didasarkan pada dua rasio, yaitu: 1. Bad Debt Ratio (BDR) Bad Debt Ratio (BDR) atau dalam hal ini lebih dikenal dengan rasio kualitas aktiva produktif (KAP). Merupakan rasio yang membandingkan aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap total aktiva produktif. Rumus :
2. Rasio penyisihan Penghapusan aktiva produktif (PPAP) Lukman dendawijaya ( 2005 : 153 ) mengemukakan penilaian kualitas aktiva produktif (KAP) adalah perbandingan rasio antara penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk (PPAD) dan penyisihan aktiva produktif yang wajib dibentuk (PPAWD). penilaian KAP dapat dirumuskan sebagai berikut : Dalam penelitian ini penulis menggunakan rasio BDR yang lebih dikenal dengan rasio KAP yang digunakan sebagai indikator dari operasional operasional variable independen X1 yaitu kualitas aktiva produktif
Rumus :
Keterangan: Aktiva produktif yang diklasifikasikan (APYD) adalah aktiva produktif, baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan keuntungan atau menimbulkan kerugian bagi Bank Total aktiva produktif adalah total dari penanaman dana Bank dalam bentuk kredit yang diberikan, surat berharga, penempatan dana pada bank lain dan penyertaan yang dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan Rasio Kulitas Aktiva Produktif menyatakan perbandingan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap total aktiva produktif adapun yang dimaksud dengan aktiva produktif yang diklasifikasikan menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tertanggal 31 Mei 2004 yaitu aktiva produktif baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian. Untuk dapat melakukan penilaian terhadap kualitas aktiva produktif dan pembentukan cadangan atas kualitas aktiva produktif yang diklasifikasikan diperlukan adanya pengaturan dan prinsip-prinsip akuntansi yang jelas dan diterapkan secara konsisten oleh semua bank. Tingkat Kecukupan Modal Bank Bank Indonesia sebagai Pembina dan pengawas tentu harus menyesuaikan diri terhadap perkembangan perbankan Internasional untuk dapat menyiapkan perbankan nasional menjadi bank yang siap bersaing. Untuk itu pula maka Bank Indonesia telah mengeluarkan peraturan tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang dapat menjadi persyaratan bagi bank dalam mengelola modalnya tanpa mengabaikan risiko. Sesuai dengan Bank International Settlement (BIS), maka Bank Indonesia mensyaratkan untuk menyediakan modal minimum sebesar 8% sejak dikeluarkannya ketentuan Bank Indonesia dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/1/BPPP tanggal 29 Mei 1993. Penetapan persentase modal wajib tersebut dilakukan dengan melihat kegiatan Perbankan Indonesia saat ini yang secara bertahap mengikuti globalisasi perbankan. Bank Indonesia menetapkan Capital Adequacy Ratio (CAR) yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Menurut Dahlan Siamat (2005 : 249) tentang masalah tingkat kecukupan modal menyatakan bahwa : “ Tingkat Kecukupan Modal yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai sebuah proporsi tertentu dari total aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR).” Sedangkan Malayu Hasibuan mengemukakan tingkat kecukupan modal sebagai berikut : “ Tingkat Kecukupan Modal adalah modal minimum bank yang diukur berdasarkan modal bank terhadap aktiva tertimbang menurut risik (ATMR).” Bank Indonesia menetapkan kebijakan bagi setiap bank untuk memenuhi rasio CAR minimal 8% jika kurang dari 8%, maka akan dikenakan sanksi oleh Bank Indonesia. Ketentuan CAR pada prinsipnya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku
secara Internasional, yaitu standar Bank for International Settlementt (BIS). Capital Adequacy Ratio yang didasarkan pada standar BIS 8% adalah salah satu cara untuk menghitung apakah modal yang ada pada suatu bank telah memadai atau belum. Jika modal rata-rata suatu bank lebih baik dari bank lainnya, maka bank bersangkutan akan lebih baik solvabilitasnya. Ketetapan CAR 8% bertujuan untuk : 1) Menjaga kepercayaan masyarakat kepada perbankan. 2) Melindungi dana pihak ketiga (dana masyarakat) pada bank bersangkutan. 3) Untuk memenuhi ketentuan standar BIS. Rentabilitas Rentabilitas suatu bank digunakan untuk mengukur dan melihat keberhasilan, kemampuan serta kinerja suatu bank didalam menggunakan aktivanya secara produktif.” Menurut Agnes Sawir (2005: 31) mengemukakan pendapatnya tentang rentabilitas yaitu: “Rentabilitas adalah kemampuan suatu bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektivitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahan.” Analisa Rasio Rentabilitas bank adalah alat untuk mengalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. (Lukman Dendawijaya, 2009:118) : 1. Return On Assets Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : % 2. Return On Equity ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan ROE modal sendiri. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank (baik pemegang saham pendiri maupun pemegang saham baru) serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank yang bersangkutan (jika bank tersebut telah go public) Dalam menentukan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya ROA dan tidak memasukkan unsur ROE dikarenakan Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan Assets yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat. 3. Rasio Maya (Beban) Operasional Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam menaklukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara yaitu menghimpun dan menyalurkan dana (misalnya dana masyarakat) maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga. 4. Net Profit Margin (NPM) Ratio Net Profit Margin adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Sebagaimana halnya dengan perhitungan rasio sebelumnya, rasio NPM pun mengacu kepada pendapatan operasional bank yang terutama berasal dari kegatan pemberian kredit yang dalam praktiknya memiliki berbagai risiko, seperti risiko kredit (kredit bermasalah dan kredit macet), bunga (negative spread), kurs valas (jika kredit diberikan dalam valas), dan lain-lain. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan sensus. Menurut Sugiyono (2007:73) metode studi deskriptif (descriptive study) adalah upaya peneliti untuk menjabarkan dan menggambarkan berbagai karakteristik dari variabel yang dikaji berkaitan dengan situasi dan kondisi ketika penelitian ini dilakukan. Riset dapat didesain untuk mengungkap hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya, baik korelasinya secara parsial (satu persatu) maupun hubungan secara serempak antara variabel yang dianalisis (Sugiyono, 2007:73). Penelitian pada dasarnnya merupakan suatu cara untuk menemukan kebenaran atau membenarkan suatu kebenaran mengenai penelitian yang sedang diteliti. Usaha untuk mencari kebenaran dilakukan oleh para ahli, peneliti, maupun oleh para praktisi melalui model-model tertentu. Model penelitian biaanya dikenal dengan paradigma. Paradigma adalah kumpulan dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berfikir dan penelitian. Bertitik tolak pada judul yaitu “analisis kualitas aktiva produktif dan kecukupan modal terhadap rentabilitas”, maka berikut digambarkan paradigma penelitian X1 Y X2 Gambar Model paradigma penelitian Keterangan: X1 : Kualitas Aktiva Produktif X2 : Kecukupan Modal Y :Rentabilitas
Teknik yang digunakan adalah analisis jalur (path Analisis).seperti yang diungkapkan Sugiyono (2007:297) bahwa analisis jalur digunakan untuk melukiskan dan menguji model hubungan antara variabel yang berbentuk sebab akibat bukan bentuk hubungan intertif/reciprokal). Melalui analisis jalur ini akan dapat digunakan jalur mana yang paling tepat dan singkat suatu variabel independen menuju variabel dependen yang terakhir. HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Aktiva Produktif pada Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Kualitas aktiva produktif yaitu tolak ukur unrtuk menilai tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam aktiva produktif (pokok termasuk bunga) berdasarkan kriteria tertentu di Indonesia kualitas aktiva produktif dinilai berdasarkan tingkat ketertagihannya, yaitu lancar, dalam perhatian khusus, kredit kurang lancar, kredit diragukan atau kredit macet. 12
10
8
6
4
2
AGRO BABP BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BUBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA
0
Gambar Kualitas Aktiva Produktif pada Sektor Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2012 Berdasarkan Gambar di atas diperoleh kualitas aktiva produktif pada bank yang terdaftar di BEI yang tertinggi pada periode 2012 yaitu PT Bank Mutiara Tbk sebesar 10,98% dan kualitas aktiva produktif terendah diperoleh PT Bank Ekonomi Raharja Tbk sebesar 0,13%.
Kecukupan Modal pada Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Kecukupan modal adalah suatu regulasi perbankan yang menetapkan suatu kerangka kerja mengenai bagaimana bank dan lembaga penyimpanan harus menangani permodalan mereka. Bank Indonesia menetapkan Capital Adequacy Ratio (CAR) yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Bank Indonesia menetapkan kebijakan bagi setiap bank untuk memenuhi rasio CAR minimal 8% jika kurang dari 8%, maka akan dikenakan sanksi oleh Bank Indonesia. Ketentuan CAR pada prinsipnya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku secara Internasional, yaitu standar Bank for International Settlementt (BIS). Capital Adequacy Ratio yang didasarkan pada standar BIS 8% adalah salah satu cara untuk menghitung apakah modal yang ada pada suatu bank telah memadai atau belum. Jika modal rata-rata suatu bank lebih baik dari bank lainnya, maka bank bersangkutan akan lebih baik solvabilitasnya. 30 25 20 15 10 5
AGRO BABP BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BUBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA
0
Gambar Kecukupan Modal pada Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2012 Berdasarkan Gambar di atas diperoleh kecukupan modal pada bank yang terdaftar di BEI yang tertinggi pada periode 2012 yaitu PT Bank Kesawan Tbk sebesar 27,78% dan kecukupan modal terendah diperoleh PT Bank Mutiara Tbk sebesar 10,09%. Rentabilitas pada Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Rentabilitas suatu bank digunakan untuk mengukur dan melihat keberhasilan, kemampuan serta kinerja suatu bank didalam menggunakan aktivanya secara produktif. Analisa Rasio Rentabilitas bank adalah alat untuk mengalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan.
Dalam penelitian ini untuk mengukur rentabilitas bank menggunakan Return On Assets (ROA). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : % 6 5 4 3 2 1
-1
AGRO BABP BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BUBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA
0
-2
Gambar Rentabilitas pada Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2012 Berdasarkan Gambar di atas diperoleh rentabilitas bank yang terdaftar di BEI yang tertinggi pada periode 2012 yaitu PT Bank Central Asia Tbk sebesar 3,6% dan rentabilitas terendah diperoleh PT Bank Kesawan Tbk sebesar (0,81)%.
Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif Secara Parsial Terhadap Rentabilitas pada Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Untuk mengetahui pengaruh kualitas aktiva produktif secara parsial terhadap rentabilitas pada sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), maka dilakukan uji statistic koefisien jalur. Koefisien jalur ini akan menentukan tingkat keeratan pengaruh antar variable kualitas aktiva produktif dengan rentabilitas. Pengaruh kualitas aktiva produktif secara parsial terhadap rentabilitas pada sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat dilihat pada sub struktur berikut ini:
X 1Y
0,504
Y
= 0,804
Y
X1
Gambar Pengaruh Struktural X1 Terhadap Y Hasil analisis dengan menggunakan SPSS versi 16.0 tabel coefficients menunjukkan bahwa koefisien jalur variabel kualitas aktiva produktif dengan rentabilitas adalah sebesar -0,504. Tabel Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients Model 1
B
Std. Error
Beta
(Constant)
3.073
1.398
KAP
-.384
.126
CAR -.234 a. Dependent Variable: ROA
.076
t
Sig.
2.198
.036
-.504
-2.761
.005
-.293
-1.747
.009
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa hipotesis penelitian teruji, artinya kualitas aktiva produktif berpengaruh terhadap rentabilitas. Adapun untuk melihat besarnya pengaruh secara parsial dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: Tabel Pengaruh Parsial X1 Terhadap Y Nama Variabel Kualitas Aktiva Produktif
Formula
a. Pengaruh Langsung X1 Tehadap Y
( YX1)( YX1)
b. Pengaruh Tidak Langsung X1 Melalui X2 Pengaruh X1 Total Terhadap Y
( YX1) ( rX1X2)( YX2) a+b
0,2540 -0,0719 0,1821
Berdasarkan tabel tersebut diketahui besarnya pengaruh kualitas aktiva produktif terhadap rentabilitas pada sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah sebesar 18,21%. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang disampaikan Sadewo (2009: 77) yang menyebutkan, kemampuan suatu bank untuk menghasilkan laba selama periode tertentu juga akan sangat dipengaruhi oleh kualitas aktiva produktif, sampai sejauh mana manajemen bank mampu memberdayakan dan mengelola asset yang menjadi sumber dana, dengan kata lain terletak pada kemampuan dalam meningkatkan kualitas aktiva produktifnya. Apabila PPAP naik, diprediksikan Rentabilitas akan turun karena PPAP merupakan beban bagi bank. Selain itu, hasil
penelitian ini juga sesuai dengan teori Simanjuntak (2009: 66), yang menyebutkan bahwa Semakin besar nilai yang ditunjukkan oleh KAP maka semakin besar pula bank harus mencadangkan keuntungan yang diperoleh untuk aktiva produktif, sehingga laba bersih yang diperoleh bank akan semakin kecil. Oleh karena itu, kualitas aktiva produktif harus dikelola dengan lebih baik agar semakin besar peluang kredit tergolong lancar, sehingga akan ada kontribusi pendapatan atau income bagi bank yang salah satunya merupakan pendapatan bunga yang akan meningkatkan kemampuan suatu bank dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi rasio KAP suatu bank, maka kemungkinan bank mengalami kesulitan keuangan semakin kecil sebab kualitas aset bank yang bersangkutan tergolong semakin baik dan dengan risiko portofolio yang sangat minimal. Baiknya kualitas aset tersebut memberikan informasi bahwa kebijakan dan prosedur pemberian pembiayaan dan pengelolaan resiko dari pembiayaan bank yang bersangkutan telah dilaksanakan dengan baik, sesuai dengan skala usaha bank, dan kondisi kegiatan operasional yang dilakukan berada pada level yang aman dan sehat. Sebaliknya, semakin buruk atau kecil rasio KAP pada suatu bank, maka dapat dimaknai bahwa pada bank tersebut terdapat kelemahan yang sangat signifikan dan kemungkinan bank mengalami kesulitan keuangan akan semakin besar, dan kesulitan keuangan tersebut berpotensi mengancam kelangsungan hidup bank. Sebab, kelangsungan usaha bank tergantung dari kemampuan dalam melakukan penanaman dana dengan mempertimbangkan risiko dan prinsip kehati-hatian berupa pemenuhan kualitas aktiva dan penyisihan penghapusan aktiva yang memadai.
Pengaruh Kecukupan Modal Secara Parsial Terhadap Rentabilitas pada Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Untuk mengetahui pengaruh kecukupan modal secara parsial terhadap rentabilitas pada sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), maka dilakukan uji statistic koefisien jalur. Koefisien jalur ini akan menentukan tingkat keeratan pengaruh antar variable kecukupan modal dengan rentabilitas. Pengaruh kecukupan modal secara parsial terhadap rentabilitas pada sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat dilihat pada sub struktur berikut ini:
X 1Y X2
0,293
Y
= 0,804
Y Gambar Pengaruh Struktural X2 Terhadap Y
Hasil analisis dengan menggunakan SPSS versi 16.0 tabel coefficients menunjukkan bahwa koefisien jalur variabel kecukupan modal dengan rentabilitas adalah sebesar -0,293. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa hipotesis penelitian
teruji, artinya kecukupan modal berpengaruh terhadap rentabilitas. Adapun untuk melihat besarnya pengaruh secara parsial dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: Tabel Pengaruh Parsial X2 Terhadap Y Nama Variabel Kecukupan Modal (CAR)
Formula
c. Pengaruh Langsung X2 Tehadap Y
( YX2)( YX2)
d. Pengaruh Tidak Langsung X2 Melalui X1 Pengaruh X2 Total Terhadap Y
( YX2)( rX1X2)( YX1) c+d
0,0858 -0,0719 0,0139
Berdasarkan tabel tersebut diketahui besarnya pengaruh kecukupan modal terhadap rentabilitas pada sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah sebesar 1,39%. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang disampaikan Dahlan Siamat (2005: 288) yakni permodalan yang kuat akan mampu menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank yang bersangkutan. Dimana semakin tinggi kepercayaan masyarakat terhadap suatu bank maka masyarakat tidak akan ragu untuk menggunakan layanan perbankan tersebut sehingga rentabilitas bank tersebut akan meningkat seiring dengan perolehan laba bank tersebut. Semakin tinggi rasio CAR suatu bank, maka kemungkinan bank mengalami kesulitan keuangan semakin kecil dan bank mempunyai kemampuan keuangan yang kuat, serta mampu mengendalikan risiko kerugian yang dihadapi. Sebaliknya, semakin buruk atau kecil rasio CAR pada suatu bank, maka dapat dimaknai bahwa kemungkinan bank mengalami kesulitan keuangan akan semakin besar, dan kesulitan keuangan tersebut berpotensi membahayakan kelangsungan usaha bank yang bersangkutan.
Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif dan Kecukupan Modal Secara Simultan Terhadap Rentabilitas pada Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Besarnya pengaruh kualitas aktiva produktif ( ) dan kecukupan modal ( ) terhadap rentabilitas (Y) Bank yang terdaftar di BEI, dapat dilihat dari indikator yang digunakan masing-masing variabel, dengan menggunakan analisis jalur. Setelah melakukan penelitian dan memperoleh data-data yang diperlukan maka dilakukan pengujian hipotesis yang diajukan. Analisis Jalur Analisis jalur digunakan untuk mencari koefisien jalur yang menggambarkan nilai pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam perhitungan analisis jalur digunakan SPSS versi 16.0 untuk menghitung korelasi antar variable independen, dan untuk mencari koefisien jalur. Adapun hasil perhitungan analisis jalur dapat dilihat pada diagram jalur pada gambar dibawah ini:
X1 rX1X2 = -0,487
Ɛ= 0,804 YX1 = -0,504
Y X2
YX2 = -0,293
Gambar Hubungan Kausalitas antara Variabel X1, X2 Terhadap Y Dari gambar diatas, dapat diketahui nilai koefisien jalur antara variabel independen dengan variabel dependen. Adapun untuk perhitungan nilai koefisien jalur antara variable independen dengan variabel dependen dapat dilihat pada table Coefficients (halaman 62). Sedangkan nilai korelasi antar variable independen dapat dilihat pada table correlation berikut ini: Tabel Correlations Suku_bunga_pinjaman KAP
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N CAR
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Jumlah_kredit -.487
**
.005 31
31
**
1
-.487
.005 31
31
Nilai koefisien jalur variabel kualitas aktiva produktif (X1) terhadap rentabilitas perusahaan (Y) sebesar -0,504, nilai koefisien jalur variabel kecukupan modal (X2) terhadap rentabilitas perusahaan (Y) sebesar -0,293, dan nilai korelasi antara kualitas aktiva produktif (X1) dengan kecukupan modal (X2) sebesar -0,487. Dari nilai koefisien jalur dan korelasi tersebut, kemudian digunakan untuk mencari pengaruh proporsional setiap variabel independen terhadap variabel dependen, rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung X1 dan X2 Terhadap Y No 1
2
Nama Variabel KAP a. Pengaruh Langsung X1 Tehadap Y b. Pengaruh Tidak Langsung X1 Melalui X2 Pengaruh X1 Total Terhadap Y CAR c. Pengaruh Langsung X2 Tehadap Y d. Pengaruh Tidak Langsung X2 Melalui X1 Pengaruh X2 Total Terhadap Y Total Pengaruh X1 & X2 terhadap Y Pengaruh lain yang tidak diteliti
Formula ( YX1)( YX1) ( YX1) ( rX1X2)( YX2) a+b……(1) ( YX2)( YX2) ( YX2)( rX1X2)( YX1) c+d……..(2) (1)+(2)=kd 1-kd=knd
0,2540 -0,0719 0,1821 0,0858 -0,0719 0,0139 0,1960 0,8040
Secara ekonomi dapat diartikan bahwa kualitas aktiva produktif secara langsung akan dapat berpengaruh pada rentabilitas sebesar 25,4%, sedangkan pengaruh kualitas aktiva produktif terhadap rentabilitas melalui hubungannya dengan kecukupan modal sebesar -7,19%, dengan demikian secara total variabel kualitas aktiva produktif akan dapat mempengaruhi rentabilitas sebesar 18,21%. Adapun kecukupan modal secara langsung akan dapat berpengaruh pada rentabilitas sebesar 8,58%, sedangkan pengaruh kecukupan modal terhadap rentabilitas melalui hubungannya dengan kualitas aktiva produktif sebesar -7,19%, dengan demikian secara total variabel kecukupan modal akan dapat mempengaruhi rentabilitas sebesar 1,39%. Total pengaruh secara proporsional variabel kualitas aktiva produktif dan kecukupan modal terhadap rentabilitas sama dengan nilai koefisien determinasi (R2) pada table model summary output SPSS (terlampir) atau dapat dilihat pada table 4.8. nilai koefisien determinasi yaitu 0,1821 + 0,0139 = 0,1960. Dari nilai koefisien determinasi tersebut diketahui bahwa pengaruh variabel kualitas aktiva produktif dan kecukupan modal terhadap rentabilitas secara simultan atau bersama-sama adalah sebesar 19,6%, sedangkan 80,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Berdasarkan hasil pembahasan diketahui bahwa terdapat pengaruh variabel kualitas aktiva produktif (KAP) dan kecukupan modal (CAR) terhadap rentabilitas (ROA). Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dika sucianti (2009) yang menyebutkan bahwa secara simultan kualitas aktiva produktif, tingkat likuiditas dan kecukupan modal berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROA); Diah Aristya Hesti (2010) menyebutkan bahwa ukuran perusahaan, kecukupan modal, kualitas aktiva produktif, dan likuiditas secara simultan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan (ROA); dan penelitian yang dilakukan oleh Chindy Anggraeni Luthfihani (2010) yang menyebutkan bahwa secara simultan kualitas aktva produktif dan kredit bermasalah berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori Masyhud Ali (2004: 109) yang menyebutkan bahwa seberapa besar sebuah bank dapat meraih keuntungan atau laba terutama tergantung pada keberhasilan manajemen bank tersebut dlam memberdayakan asset serta liabilitasnya. Dari pernyataan tersebut yang menjadi permasalahan rentabilitas adalah seberapa besar kontribusi dari aktiva atau modal yang dapat
menghasilkan laba pada suatu periode terhadap suatu bank. Dengan demikian semakin baik kualitas aktiva produktif dan semakin meningkat kecukupan modal dengan demikian rentabilitas bank akan meningkat. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Kualitas aktiva produktif pada bank yang terdaftar di BEI yang tertinggi pada periode 2012 yaitu PT Bank Mutiara Tbk dan yang terendah adalah PT Bank Ekonomi Raharja Tbk. Untuk tingkat kecukupan modal pada bank yang terdaftar di BEI yang tertinggi pada periode 2012 yaitu PT Bank Kesawan Tbk dan yang terendah adalah PT Bank Mutiara Tbk. Sedangkan rentabilitas bank yang terdaftar di BEI yang tertinggi pada periode 2012 yaitu PT Bank Central Asia Tbk dan terendah adalah PT Bank Kesawan Tbk. 2. Kualitas aktiva produktif berpengaruh signifikan terhadap kecukupan modal Bank yang terdaftar di BEI. 3. Kualitas aktiva produktif dan kecukupan modal secara simultan dan parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas Bank yang terdaftar di BEI. SARAN Berdasarkan simpulan yang dikemukan di atas, penulis mencoba memberikan saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat kepada Bank yang terdaftar d BEI yaitu disarankan: 1. Untuk menjaga kualitas aktiva produktif terutama bagi bank yang memiliki kualitas aset tidak baik dengan melakukan evaluasi dan perbaikan kebijakan serta prosedur pemberian pembiayaan dan pengelolaan resiko dari pembiayaan yang telah dilaksanakan, memperbaiki dokumentasi dan administrasi dengan lebih baik yang sesuai dengan skala usaha bank. 2. Untuk menjaga tingkat kecukupan modal sesuai dengan ketetapan BI sehingga bank memiliki kemampuan keuangan yang memadai dalam mendukung rencana pengembangan usaha dan pengendalian risiko apabila terjadi perubahan yang signifikan pada industri perbankan. 3. Untuk meningkatkan rentabilitas dengan dengan mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan dan atau menekan biaya.
DAFTAR PUSTAKA Agnes Sawir. 2005. Analisis Kinerja Keuangan Dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Cetakan Kelima. Jakarta : PT Sun Bambang Ryanto. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat, Cetakan Ketujuh. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta Chindy Anggraeni Luthfihani, (2010). Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Dan Kredit Bermasalah Terhadap Profitabilitas. Studi Kasus Pada PT. BNI Tbk Dahlan Siamat.2005. Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter Dan Perbankan. Edisi Kelima. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Dewi Sartika. 2012. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif Dan Likuiditas Terhadap Return On Assets (ROA). Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Dika Sucianti, (2009). Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif, Tingkat Likuiditas Dan Kecukupan Modal Terhadap Tingkat Profitabilitas. Malang Dyah Aristya, 2010. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Akiva Produktif, Dan Likuiditas Terhadap Kinerja Keuangan , Semarang Imam Ali Arridho, (2011).Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif Terhadap Lingkungan Bank. Tasikmalaya Kasmir. 2008. Manajemen Perbankan. Edisi Kesatu Cetakan Kelima. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Laila Suci Amalia. (2010), Pengaruh CAR, NPL, NIM, BOPO, LDR Dan PPAP Terhadap Kinerja Rentabilitas. Survey Pada Bank Devisa Dan Bank Non Devisa Lukman Dendawijaya. 2009. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua, Cetakan Kedua. Jakarta : Ghalia Indonesia M. Faisal Abdullah. 2004. Manajemen Perbankan. Malang : Universitas Muhamadiyah Malang Munawir . 2004. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta : Liberty Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012 Tentang Kualitas Aktiva Produktif Dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/18/PBI/2012 Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2006. Tentang Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/21/PBI/2001 Tentang Modal Perbankan Sugyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Cetakan Ke 16. Bandung: Alfabeta Warjiyo, Perry. 2004. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Di Indonesia. Pusat Pendidikan Dan Studi Kebanksentralan BI, Jakarta