PENGARUH RETURN ON ASSETS (ROA) DAN BOPO TERHADAP HARGA SAHAM (Sensus Pada Emiten Sektor Perbankan Yang Terdaftar di BEI)
EGGI JULIANA NPM. 093403077 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Return On Assets (ROA) dan BOPO Terhadap Harga Saham. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sensus pada Emiten Bursa Efek Indonesia Sektor Perbankan. Pengumpulan data dilakukan melalui penelitian kepustakaan. Dari hasil perhitungan mengenai pengaruh Return On Assets (ROA) dan BOPO Terhadap Harga Saham, untuk pengujian simultan diperoleh Fhitung 24,310 > Ftabel sebesar 3,35 pada tingkat keyakinan 95 % dan signifikansi 0,000. Untuk pengujian parsial pengaruh ROA terhadap Harga Saham diperoleh thitung 2,520, ttabel sebesar 2,048 maka thitung (2,520) > ttabel ( 2,048) dengan kriteria t < -t ½ atau t > t ½ . BOPO Terhadap Harga Saham didapat thitung -4,837, ttabel sebesar - 2,048 maka thitung ( -4,837) < ttabel ( -2,048) dengan kriteria t < -t ½ atau t > t ½ Berdasarkan perhitungan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Kredit yang Diberikan dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas. Kata kunci : Return on Assets, BOPO dan Harga Saham PENDAHULUAN Permasalahan yang sering timbul dalam dunia usaha di Indonesia sekarang ini sangat kompleks. Pada kenyataannya banyak sekali perbankan yang bermunculan dalam beberapa tahun terakhir ini. Sehingga dengan hal ini perbankan harus mampu mempertahankan lingkungan terutama para pelanggannya untuk dapat meningkatkan kontinuitas perbankan. Perbankan yang mampu untuk bertahan dalam kondisi dengan banyaknya persaingan, dimana dengan kondisi perekonomian yang kurang kondusif adalah perbankan yang memiliki tingkat kinerja yang
baik dari manajemennya, keuangan maupun yang lainnya. Dengan pengelolaan keuangan secara optimal perbankan mampu untuk mempertahankan bisnisnya terutama yang terdaftar dalam pasar modal bursa Efek Indonesia. Pasar modal merupakan salah satu lembaga yang memobilisasi dana masyarakat dalam hal ini investor, yaitu dengan menyediakan sarana dan tempat untuk mempertemukan penjual dan pembeli dana jangka panjang yang disebut efek. Dalam hal ini pasar modal memiliki fungsi ekonomi yaitu menyediakan fasilitas atau tempat mempertemukan dua pihak yang memerlukan dana
1
dan pihak yang kelebihan dana (penawar) dan kelebihan dana (pembeli) tersebut diperdagangkan dalam suatu lembaga penunjang yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) (Sunariyah, 2004). Untuk mengurangi risiko saham dibutuhkan informasi yang aktual, akurat dan transparan. Para investor dalam melakukan transaksi jual beli saham tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor mikro perbankan dan faktor makro ekonomi. Faktor mikro (internal perbankan) yang mempengaruhi transaksi perdagangan saham antara lain : harga saham, tingkat keuntungan yang diperoleh, tingkat resiko, kinerja perbankan dan corporate action yang dilakukan perbankan tersebut. Sedangkan faktor makro (eksternal perbankan) Identifikasi Masalah Bagaimana Returm on asset (ROA), BOPO dan harga saham pada emiten Bursa Efek Indonesia Sektor Perbankan, Bagaimana Pengaruh Retun on assets (ROA) terhadap harga saham pada emiten Bursa Efek Indonesia Sektor Perbankan, Bagaimana Pengaruh Tinjauan Pustaka Rentabilitas suatu bank digunakan untuk mengukur dan melihat keberhasilan, kemampuan serta kinerja suatu bank dalam menggunakan aktivanya secara produktif. Munawir (2001:33) mendefinisikan rentabilitas sebagai berikut : Dari pengertian-pengertian tersebut yang jadi permasalahan dalam rentabilitas adalah seberapa besar
(investor). Perdagangan antara adalah tingkat perkembangan inflasi, nilai tukar atau kurs rupiah, keadaan perekonomian, dan kondisi sosial politik negara yang bersangkutan. Bagi perbankan sangat penting sekali untuk menghasilkan pertumbuhan laba, karena itulah yang diharapkan oleh pemegang saham. Apalagi untuk sektor perbankan, investor tidak hanya ingin melihat laba saat ini, tetapi lebih penting lagi pertumbuhan laba. Sebenarnya meskipun saat ini perbankan masih dalam keadaan rugi, asal di masa depan bisa menghasilkan laba, investor akan membeli juga, malah untuk perbankan yang demikian harga sahamnya bisa murah pada saat ini dan baru kemudian akan naik.
Menurut Munawir (2001:33) terdapat dua macam rentabilitas, yaitu :
1) Rentabilitas ekonomis, yaitu perbandingan antara laba usaha dengan seluruh modal yang
BOPO Terhadap Harga Saham Pada Emiten Bursa Efek Indonesia Sektor Perbankan, Bagaimana Pengaruh Return on assets (ROA), BOPO secara simultan Terhadap Harga Saham Pada Emiten Bursa Efek Indonesia Sektor Perbankan.
“Rentabilitas adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba dan dinyatakan dalam persentase.”
kontribusi aktiva atau modal untuk menghasilkan laba tersebut dalam satu periode tertentu.
2
digunakan (modal sendiri dan modal asing). 2) Rentabilitas modal sendiri atau rentabilitas usaha, yaitu perbandingan antara laba yang Rasio Rentabilitas Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentailitas yang terus meningkat di atas standar yang telah ditetapkan (Kasmir, 2008:41). Faktor rentabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/ 23 /DPNP 2001 kepada semua bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional di Indonesia, rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur rentabilitas bank adalah Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM) dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Terdapat beberapa pengertian Retun on Asset (ROA) diantaranya: Menurut (Dendawijaya, 2000:120) : “Retun on Asset (ROA) adalah rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan aspek earning atau profitabilitas. ROA berfungsi untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula posisi bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset”. Retun on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagi berikut:
tersedia untuk pemilik perusahaan dengan jumlah modal sendiri yang dimasukkan oleh pemilik.
(berdasarkan SE BI No.3/30/ DPNP tanggal 14 Desember 2001) Return on Assets = Laba Sebelum Pajak X 100% Total Aset Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 : “Rasio Return on Assets dapat diukur dengan perbandingan antara laba sebelum pajak terhadap total asset (total aktiva). Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional bank sebelum pajak”. Pengertian Rasio BOPO Untuk mengukur efisiensi bank, salah satu indikator yang dipakai adalah perbandingan antara beban operasional dan pendapatan operasional (BOPO). Menurut Lukman D Wijaya (2000, 120) rasio BOPO adalah : “Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasi. Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar”. Menurut Riyadi (2006 : 159) rasio BOPO adalah : “BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional, semakin 3
rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan”. Rasio yang disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisiensi biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Berdasarkan Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001, maka rasio ini dapat dirumuskan yaitu sebagai berikut : Rasio Biaya (Beban) Operasional = Biaya (Beban) Operasional X 100% Pendapatan Operasional Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pada Hakekatnya harga saham merupakan : “Penerimaan besarnya pengorbanan yang harus dilakukan oleh setiap investor untuk penyertaan dalam perusahaan”. Saham merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas. Harga suatu saham sangat erat kaitannya dengan harga pasar suatu saham. Hipotesis Terdapat Pengaruh signifikan Return on Assets (ROA) Terhadap Harga Saham Pada Emiten Bursa Efek Indonesia Sektor Perbankan, Terdapat Pengaruh signifikan BOPO Terhadap Harga Saham Pada Emiten Bursa Efek Indonesia Sektor Perbankan, Terdapat Pengaruh signifikan Return on Assets (ROA) dan BOPO secara simultan Terhadap
Yang dimaksud harga pasar saham menurut Abdul Halim (2005 : 16) “Harga pasar saham adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham itu tercatat di bursa”. Harga dasar suatu saham merupakan harga perdananya. Perubahan harga saham dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar sekunder. Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan suatu saham, maka harganya akan semakin naik. Dan sebaliknya jika semakin banyak investor yang menjual atau melepaskan maka akan berdampak pada turunnya harga saham. Harga saham merupakan nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut. Secara umum semakin baik keuangan perusahaan dan semakin banyak keuntungan yang dinikmati oleh pemegang saham, kemungkinan harga saham akan naik. Tetapi saham yang memiliki tingkat keuntungan yang baik juga bisa mengalami penurunan harga. Hal ini dapat disebabkan oleh keadaan pasar saham. Hal seperti ini tidak akan hilang jika kepercayaan pemodal belum pulih, kondisi ekonomi belum membaik ataupun hal-hal lain yang membaik. Harga Saham Pada Emiten Bursa Efek Indonesia Sektor Perbankan. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan sensus. Menurut Moh. Nazir (1999:63) Metode deskriptif analisis adalah: “Suatu metode yang meneliti status kelompok manusia, 4
objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang terjadi”.
2010: 39). Bahkan variabel independen merupakan variabel yang keberadaannya menjadi faktor penyebab yang dapat mempengaruhi variabel lain, dalam hal ini variabel dependennya. Dalam hal ini, variabel independen (X1) adalah Return on Asset (ROA), dan variabel independen (X2) adalah BOPO. 2. Variabel Dependen / Variabel Terikat (Y) Variabel Dependen / Variabel Terikat adalah suatu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. (Sugiyono, 2010:39) . Dalam hal ini, variabel dependen (Y) adalah harga saham. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak lain dalam bentuk data yang dipublikasikan, baik catatan perusahaan maupun dari Indonesia Capital Market Directory. Adapun data diperoleh dari laporan keuangan emiten sektor perbankan yang telah dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang diperoleh dari website http://www.idx.co.id yang dikeluarkan secara resmi oleh PT. Bursa Efek Indonesia.
Dengan demikian, penelitian ini menggunakan prosedur penelitian sensus. Menurut Irawan (2004: 89), prosedur penelitian sensus adalah jika jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi penelitian. Dengan alasan tersebut, maka dalam penelitian ini tidak diperlukan teknik khusus untuk mengambil sampel. Untuk proses pengujian diperlukan beberapa tahap yaitu Operasionalisasi variabel, teknik pengumpulan data, dan alat analisa data. Sesuai dengan judul penelitian, yaitu Pengaruh Return on Assets (ROA) dan BOPO Terhadap Harga Saham, maka terdapat 3 buah variabel yang akan diukur, yaitu: 1. Variabel Independen / Variabel Bebas (X) Variabel Independen adalah suatu variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (Sugiyono, Hasil Penelitian Dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian penulis mengenai Retun on Assets (ROA) perbankan pada tahun 2011 dapat dilihat pada tabel di bawah ini sebagai berikut : Tabel 4.1 ROA dan BOPO Pada Emiten Bursa Efek Indonesia Sektor Perbankan Tahun 2011 No
Stock
Nama Emiten
ROA (%)
1
AGRO
Bank Agroniaga Tbk
1,39
Sehat
91,65
2
BABP
Bank ICB Bumi Putera Tbk
1,64
Sehat
114,63
3
BACA
Bank Capital Indonesia Tbk
0,84
Tidak sehat
5
Predikat
BOPO (%)
92,82
Predikat Sehat Tidak sehat Sehat
4
BAEK
Bank Ekonomi Raharja Tbk
1,49
5
BBCA
Bank Central Asia Tbk
3,80
Kurang sehat Sehat
81
6
BBKP
Bank Bukopin Tbk
1,87
Sehat
82,05
7
BBNI
Bank Negara Indonesia Tbk
2,90
Sehat
72,6
8
BBNP
Bank Nusantara Parahyangan Tbk
1,53
Sehat
85,77
9
BBRI
4,93
Sehat
66,69
10
BBTN
2,03
Sehat
81,75
Sangat sehat Sehat
11
BCIC
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Bank Mutiara Tbk
2,17
Sehat
87,22
Sehat
12
BDMN
Bank Danamon Indonesia Tbk
2,60
Sehat
51,6
13
BEKS
Bank Pundi Indonesia Tbk
4,75
Sehat
118,69
14
BJBR
Bank Jabar Banten Tbk
2,65
Sehat
79,03
Sehat
15
BKSW
Bank Kesawan Tbk
0,46
Tidak sehat
96,67
16
BMRI
Bank Mandiri (Persero) Tbk
3,40
Sehat
33,6
17
BNBA
Bank Bumi Arta Tbk
2,11
Sehat
86,68
Cukup sehat Sangat sehat Sehat
18
BNGA
Bank Cimb Niaga Tbk
2,85
Sehat
76,10
Sehat
19
BNII
Bank Internasional Indonesia Tbk
1,11
92,75
Sehat
20
BNLI
Bank Permata Tbk
1,66
Cukup Sehat Sehat
85,42
Sehat
21
BSIM
Bank Sinar Mas Tbk
0,93
93,11
Sehat
22
BSWD
Bank Of India Indonesia Tbk
3,66
Kurang sehat Sehat
67,52
23
BTPN
4,40
Sehat
69,88
24
BVIC
Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk Bank Victoria Internasional Tbk
2,65
Sehat
78,33
Sangat sehat Sangat sehat Sehat
25
INPC
0,72
Tidak Sehat
92,43
Sehat
26
MAYA
Bank Artha Graha Internasional Tbk Bank Mayapada Internasional Tbk
2,07
Sehat
83,38
Sehat
27
MCOR
0,96
Sehat
MEGA
2,29
Kurang sehat Sehat
92,97
28
Bank Windu Kenjtana Internasional Tbk Bank Mega Tbk
81,84
Sehat
29
NISP
Bank Ocbc Nisp Tbk
1,91
Sehat
79,85
Sehat
30
PNBN
Bank Pan Indonesia Tbk
2,02
Sehat
85,42
Sehat
60,9
Sehat Sangat sehat Sehat Sangat sehat Sehat
Sangat sehat Tidak sehat
(Sumber : www.idx.co.id dan diolah kembali)
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa Return On Assets (ROA) pada emiten bursa efek Indonesia sektor perbankan tahun 2011 dengan 4 (empat) predikat yaitu sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat dapat diketahui bahwa
perbankan yang memiliki predikat sehat dilihat dari tingkat ROA nya sebanyak 13 (tiga belas) perbankan diantaranya adalah Bank Agroniaga Tbk, Bank ICB Bumi Putera Tbk, Bank Jabar Banten Tbk, Bank Central Asia Tbk , Bank Bukopin
6
Tbk, Bank Negara Indonesia Tbk, Bank Nusantara Parahyangan Tbk, Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Bank Mutiara Tbk, Bank Danamon Indonesia Tbk, Bank Pundi Indonesia Tbk, Bank Mandiri (Persero) Tbk, Bank Bumi Arta Tbk, Bank Cimb Niaga Tbk, Bank Permata Tbk, Bank Of India Indonesia Tbk, Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk, Bank Victoria Internasional Tbk, Bank Mayapada Internasional Tbk, Bank Mega Tbk, Bank Ocbc Nisp Tbk, Bank Pan Indonesia Tbk. Tingkat ROA paling tinggi pada sektor perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2011 yaitu Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebesar 4,93%. Semakin tinggi laba yang dihasilkan, maka semakin tinggi pula ROA, hal itu berarti perusahaan semakin efektif dalam penggunaan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian Emiten akan berusaha meningkatkan ROA nya karena pentingnya keuntungan bagi masa depan perusahaan. Jika terjadi kenaikan dalam ROA ini, berarti juga terjadi kenaikan laba bersih perusahaaan. Sedangkan dalam hasil penilitian juga dapat diketahui bahwa perbankan yang terdaftar di BEI yang memiliki predikat cukup sehat yaitu Bank Internasional Indonesia Tbk dengan ROA dan perbankan yang memiliki predikat kurang sehat yaitu Bank Sinar Mas Tbk, Bank Ekonomi Raharja Tbk dan Bank Windu Kenjtana Internasional Tbk. Serta dilihat dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa perbankan yang memiliki predikat tidak sehat dan memiliki ROA nya rendah yaitu Bank Capital Indonesia Tbk 0,84%, Bank Kesawan Tbk 0,46%, dan Bank Artha Graha Internasional Tbk.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa BOPO pada emiten bursa efek Indonesia sektor perbankan tahun 2011 dengan 5 (lima) predikat yaitu sangat sehat, sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat dapat diketahui bahwa perbankan yang memiliki predikat sangat sehat dilihat dari tingkat BOPO nya sebanyak 7 (tujuh) perbankan diantaranya adalah Bank Central Asia Tbk, Bank Negara Indonesia Tbk, Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Bank Danamon Indonesia Tbk, Bank Mandiri (Persero) Tbk, Bank Of India Indonesia Tbk, Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. Untuk perbankan dengan predikat sehat yang dilihat dari tingkat BOPO tahun 2011 sebanyak 20 (dua puluh) perbankan diantaranya adalah Bank Agroniaga Tbk, Bank Capital Indonesia Tbk, Bank Ekonomi Raharja Tbk, Bank Jabar Banten Tbk, Bank Bukopin Tbk, Bank Nusantara Parahyangan Tbk, Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Bank Mutiara Tbk, Bank Bumi Arta Tbk, Bank Cimb Niaga Tbk, Bank Internasional Indonesia Tbk, Bank Permata Tbk, Bank Sinar Mas Tbk, Bank Victoria Internasional Tbk, Bank Artha Graha Internasional Tbk, Bank Mayapada Internasional Tbk, Bank Windu Kenjtana Internasional Tbk, Bank Mega Tbk, Bank Ocbc Nisp Tbk, Bank Pan Indonesia Tbk. Dan untuk perbankan dengan predikat cukup sehat pada tahun 2011 yaitu Bank Kesawan Tbk. Sedangkan untuk perbankan dengan predikat tidak sehat pada tahun 2011 yaitu Bank ICB Bumi Putera Tbk dan Bank Pundi Indonesia Tbk. Nilai rasio BOPO yang ideal berada antara 50% -75% sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
7
Bank yang nilai rasio BOPO nya dalam kondisi bermasalah semakin tinggi menunjukkan bahwa bank kecil. tersebut tidak beroperasi dengan Dengan demikian tingkat efisien sehingga kemungkinan suatu BOPO paling tinggi pada sektor bank dalam dalam kondisi perbankan yang terdaftar pada BEI bermasalah semakin besar. Semakin tahun 2011 yaitu Bank Pundi kecil rasio ini berarti semakin Indonesia Tbk sebesar 118,69% efisiensi biaya operasional yang (tidak sehat) dan paling rendah Bank dikeluarkan bank yang bersangkutan Mandiri (Persero) Tbk sebesar 33,6% sehingga kemungkinan suatu bank (sangat sehat). Harga saham mengindikasikan seberapa besar saham perusahaan yang bersangkutan diminati oleh masyarakat dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut :
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Tabel 4.3 Harga Saham Pada Emiten Bursa Efek Indonesia Sektor Perbankan Harga Saham Harga Saham Stock Nama Emiten Tahun 2010 Tahun 2011 (Rp) (Rp) AGRO Bank Agroniaga Tbk 168 118 BABP Bank ICB Bumi Putera Tbk 135 73 BACA Bank Capital Indonesia Tbk 102 160 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk 2.500 2.050 BBCA Bank Central Asia Tbk 6.400 8.000 BBKP Bank Bukopin Tbk 626 580 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk 3.875 3.800 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk 1.230 1.300 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 5.250 6.750 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 1.577 1.163 BCIC Bank Mutiara Tbk 50 50 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 5.535 4.100 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk 138 116 BJBR Bank Jabar Banten Tbk 1.450 910 BKSW Bank Kesawan Tbk 404 710 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 6.392 6.750 BNBA Bank Bumi Arta Tbk 164 139 BNGA Bank Cimb Niaga Tbk 1.910 1.220 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk 780 420 BNLI Bank Permata Tbk 1.790 1.360 BSIM Bank Sinar Mas Tbk 405 270 BSWD Bank Of India Indonesia Tbk 600 600 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 2.640 3.400 BVIC Bank Victoria Internasional Tbk 139 129 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk 107 96 MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk 1.330 1.430 MCOR Bank Windu Kenjtana Internasional Tbk 150 187 MEGA Bank Mega Tbk 2.770 3.500 NISP Bank Ocbc Nisp Tbk 1.700 1.080 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 1.140 780
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa harga saham pada emiten bursa efek Indonesia sektor perbankan yang mengalami
peningkatan dari akhir tahun 2010 sampai akhir tahun 2011 sebanyak 10 (sepuluh) perbankan yaitu Bank Capital Indonesia Tbk, Bank Central
8
Asia Tbk, Bank Negara Indonesia Tbk, Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Bank Kesawan Tbk, Bank Mandiri (Persero) Tbk, Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk, Bank Mayapada Internasional Tbk, Bank Windu Kentjana Internasional Tbk, Bank Mega Tbk. Sedangkan untuk perbankan yang harga saham penutupannya sama dari tahun 2010 sampai 2011 yaitu Bank Mutiara Tbk dan Bank Of India Indonesia Tbk. Untuk perbankan yang harga saham penutupannya mengalami penurunan dari tahun 2010 sampai 2011 sebanyak 18 (delapan belas) diantaranya adalah adalah Bank Agroniaga Tbk, Bank ICB Bumi Putera Tbk, Bank Ekonomi Raharja Tbk, Bank Bukopin Tbk, Bank Jabar
Banten Tbk, Bank Nusantara Parahyangan Tbk, Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Bank Danamon Indonesia Tbk, Bank Pundi Indonesia Tbk, Bank Bumi Arta Tbk, Bank Cimb Niaga Tbk, Bank Internasional Indonesia Tbk, Bank Permata Tbk, Bank Sinar Mas Tbk, Bank Victoria Internasional Tbk, Bank Artha Graha Internasional Tbk, Bank Ocbc Nisp Tbk, Bank Pan Indonesia Tbk. Harga saham tertinggi pada sektor perbankan yang terdaftar pada BEI tahun 2011 yaitu Bank Central Asia Tbk dengan harga saham pada penutupan Rp. 8.000 dan terendah yaitu Bank Mutiara Tbk dengan harga saham pada penutupan Rp. 50.
Pengaruh Return On Assets (ROA) Secara Parsial Terhadap Harga Saham Pada Emiten Bursa Efek Indonesia Sektor Perbankan Hasil perhitungan SPSS versi.16 antara ROA terhadap Harga Saham dapat diketahui Nilai thitung yang didapat dari uji t adalah sebesar 2,520 jika dibandingkan dengan ttabel dimana α = 5 % dan df = 30-2=28, didapat ttabel sebesar 2,048 maka thitung (2,520) > ttabel ( 2,048). Dengan diperoleh uji signifikasi sebesar 0,018 lebih kecil dari tingkat α= 0,05. Karena thitung > ttabel , maka dari hasil pengujian tersebut mengandung makna bahwa hipotesis diterima dan kaidah keputusan Ho ditolak dan Ha diterima hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis dapat diterima artinya bahwa Return On Asset (ROA) berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Dengan kata lain Return On Asset (ROA) secara parsial berpengaruh signifikan Terhadap Harga Saham Pada Emiten Bursa Efek Indonesia Sektor
Perbankan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Syahrir dan Marzuki (1999:50) bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham diantaranya adalah Laba perusahaan. Perolehan laba yang dicapai perusahaan, semakin besar tingkat laba perusahaan semakin besar pula harapan investor untuk memperoleh dividen dan kepastian keberlangsungan perusahaan sehingga akan meningkatkan minat investasi dan mendorong pergerakan harga pasar saham. Dan searah dengan studi empiris oleh Novi Indriana (2008) yang menyatakan bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Pengaruh BOPO Secara Parsial Terhadap Harga Saham Pada Emiten Bursa Efek Indonesia Sektor Perbankan Hasil dari perhitungan SPSS versi.16 diketahui antara BOPO terhadap Harga Saham diperoleh
9
nilai thitung yang didapat dari uji t adalah sebesar -4,837 jika dibandingkan dengan ttabel dimana α = 5 % dan df = 30-2=28, didapat ttabel sebesar - 2,048 maka thitung ( -4,837) < ttabel ( -2,048). Dengan diperoleh uji signifikasi sebesar 0,000 lebih kecil dari tingkat α= 0,05. Maka dari hasil pengujian tersebut mengandung makna kaidah keputusan Ho ditolak dan Ha diterma hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis diterima artinya bahwa BOPO berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Dengan kata lain BOPO secara parsial berpengaruh signifikan Terhadap Harga Saham Pada Emiten Bursa Efek Indonesia Sektor Perbankan. Hal ini sesuai dengan teori menurut Ananto (2007:58) yang menyatakan tingginya harga saham dapat dijadikan dasar pembuatan keputusan dalam hal pendanaan, selain itu terdapat hal yang lebih penting lagi bagi para pemilik perbankan yaitu dengan tingginya nilai saham yang mencerminkan laba per lembar saham (earning per share) akan meningkat, laba yang diperoleh adalah dengan membandingkan penghasilan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan apabila pendapatan perbankan lebih besar jika dibandingkan dengan biaya operasional maka perbankan tersebut mendapatkan laba. Dan searah dengan studi empiris oleh Novi Indriana (2008) yang menyatakan bahwa BOPO berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
0,802 dan koefisien determinasi sebesar 0,617 atau 61,7% . artinya jika ROA dan BOPO bersama-sama meningkat atau memberikan dampak positif, maka Harga Saham pun akan memberikan dampak positif atau meningkat pula. Dari hasil perhitungan SPSS versi 16 (lampiran) diperoleh nilai Fhitung sebesar 24,310 dengan kriteria penolakan Ho, jika Fhitung > Ftabel, dengan mengambil taraf signifikan sebesar 5 %, maka dari tabel distribusi Fsnedecor diperoleh F ;k ; (n-k-1) = 30-2-1 adalah sebesar 3,35 atau dengan melihat sig F yaitu 0,000 yang artinya dengan lebih kecil dari 5 % maka menunjukkan signifikan. Dikarenakan 24,310 lebih besar dari 3,35 dan sig F sebesar 0,000 maka Ho ditolak dan Ha diterima atau dengan kata lain ROA (X1) dan BOPO (X2) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham (Y) sebesar koefisien determinasi 0,617 atau 61,7 %. Hal ini sesuai dengan teori menurut Smith and Skousen (2000:132) yang menyatakan Informasi tentang laba atau tingkat return yang diperoleh perbankan yang tercermin dalam laporan keuangan akan menimbulkan reaksi terhadap harga saham perbankan. Apabila nilai rentabilitas yang diperoleh perbankan tinggi, maka deviden yang akan dibagikan kepada pemegang saham juga tinggi sehingga investor banyak yang tertarik untuk menanamkan investasi di perbankan. Sebaliknya, apabila laba yang diperoleh perbankan rendah, maka deviden yang akan dibagikan kepada pemegang sahan akan rendah sehingga akan menurunkan minat investor untuk menanamkan investasi di perbankan. Dan searah dengan studi empiris
Pengaruh Return On Assets dan BOPO secara Simultan Terhadap Harga Saham Pada Emiten Bursa Efek Indonesia Sektor Perbankan Hasil perhitungan SPSS versi 16 diperoleh nilai r yaitu sebesar
10
Novi Indriana (2008) yang menyatakan bahwa ROA dan BOPO
berpengaruh harga saham.
Simpulan dan Saran Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pengaruh Return On Assets (ROA) dan BOPO Terhadap Harga Saham Pada Emiten Bursa Efek Indonesia Sektor Perbankan penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Tingkat Return On Assets (ROA) paling tinggi pada sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 yaitu Bank Rakyat Indonesia Tbk sebesar 4,93% dengan predikat (sangat sehat) dan paling rendah Bank Kesawan 0.46% dengan predikat (tidak sehat). Tingkat BOPO paling tinggi pada sektor perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2011 yaitu Bank Pundi Indonesia Tbk sebesar 118.69% dengan predikat (tidak sehat) dan paling rendah Bank Mandiri Persero 33.6% predikat (sangat sehat). Sedangkan harga saham tertinggi pada sektor perbankan yang terdaftar pada BEI tahun 2011 yaitu Bank Central Asia Tbk dengan harga saham pada penutupan Rp. 8,000 dan terendah yaitu Bank Mutiara Tbk dengan harga saham pada penutupan Rp. 50. 2. Berdasarkan hasil pembahasan didapat bahwa Return On Assets (ROA) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada emiten bursa
efek indonesia sektor perbankan. 3. Berdasarkan hasil pembahasan didapat bahwa BOPO secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. 4. Berdasarkan hasil pembahasan bahwa ROA dan BOPO secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham sebesar koefisien determinasi 0,617 atau 61,7 % pada sektor perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2011. Saran Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan di atas, penulis mencoba memberikan saran-saran yang diharapkan dapat memberi manfaat yang berguna baik bagi kemajuan perusahaan, adapun saran tersebut adalah : 1. Berdasarkan simpulan bahwa terdapat pengaruh secara signifikan dari ROA dan BOPO terhadap harga saham. Dengan demikian beberapa hal yang perlu ditingkatkan oleh pihak bank, diantaranya : a. Diharapkan kepada perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk terus meningkatkan dividen nya agar dapat lebih menarik minat investor untuk berinvestasi. b. Diharapkan kepada perusahaan agar meningkatkan kinerja perusahaan
11
signifikan
terhadap
sehingga semakin membaik perusahaan maka akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya. 2. Bagi penelitian selanjutnya Dari hasil penelitian diketahui bahwa secara simultan semua variabel
berpengaruh secara signifikan. Sehingga saran yang dapat diberikan adalah Apabila akan melakukan penelitian pada objek yang sama diharapkan variabel yang diteliti adalah variabel selain dari ROA dan BOPO.
DAFTAR PUSTAKA Abdul
Agnes
Manajemen Portofolio Edisi. Pertama. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta
Halim. (2005). Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat.
Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariante dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Dipenegoro.
Sawir. 2003. “Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan”; Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Gujarati, Damodar. 2006. Alih Bahasa: Zain Sumarno. Basic Econometrics. Jakarta: Erlangga.
Alimansyah & Padji, 2003. Kamus Istilah Akuntansi. Bandung: Yrama Widya. Amirin,
Harnanto. (1992). Akuntansi Keuangan Intermediete. Yogyakarta: Liberty
Atmaja, Lukas Setia, 1994. Manajemen Keuangan, Buku Satu, Andi Offset, Yogyakarta
Husnan, Suad (2001). Manajemen Keuangan Teori Dan Penerapan (Keputusan Jangka Pendek) Buku 2 Edisi 4 Cetakan Pertama. Yogyakarta : BPFE.
Bambang Riyanto.(1997). DasarDasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE Darmadji, Tjiptono dan Hendi, M, Fakhruddin, 2001. Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab, Edisi Pertama, Jakarta
Kasmir. 2000. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Margaretha, Farah. (2004). Teori dan Aplikasi Manajemen. Keuangan. Jakarta: PT GramediaWidisarana Indonesia.
Dendawijaya, Lukman, 2005. Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, Cetakan. Kedua, Ghalia Indonesia
Martono, SU dan D.Agus Harjito,2005, “Manajemen Keuangan”;Yogyakarta:
Eduardus Tandelilin. (2001). Analisis Investasi dan
12
Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UI.
Sunariyah, 2004, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Penerbit UPP AMP YKPN : Yogyakarta.
Mas’ud Machfoedz (1994), Financial Ratio Analysis and The Predictions of Earnings Changes in Indonesia.
Syahrir dan Marzuki. 1999. Pendewasaan pasar modal. Jakarta: Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia.
Mohammad. Nazir. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
http://www.idx.co.id. Diakses pada tanggal 25 April 2013
Munawir, 2001. Akuntansi Keuangan dan Manajmen, Edisi Pertama, BPFE,. Yogyakarta Riyadi, Slamet. 2004. Banking Asset & Liabillity Management. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Edisi ke-2: Jakarta Santoso, Singgih. 2010. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Smith
and Skousen 2000. Accounting for income taxes and statement of cash flows : S.N.
Soeharsono, Irawan. 2004. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : PT Remaja Rosdakarya Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Edisi ke Tigabelas, cetakan ke Lima belas. Bandung: Cv Alfabeta. Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan teori,Konsep dan aplikasi. Edisi Pertama. Cetakan ketujuh. Penerbit Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi Yogyakarta.
13