ANALISIS FIRM SIZE DAN RECEIVABLE TURN OVER TERHADAP RENTABILITAS PADA EMITEN SEKTOR PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Oleh ASEP JAMALUDDIN NPM 093403001 Pembimbing : Dr. Dedi Kusmayadi, SE., M.Si,Ak. Rita Tri Yusnita, SE., MM. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis: (1) Pengaruh secara parsial Firm Size terhadap rentabilitas pada emiten sektor Perbankan yang terdaftar di BEI (2) Pengaruh secara parsial Receivable Turn Over terhadap rentabilitas pada emiten sektor Perbankan yang terdaftar di BEI (3) Pengaruh secara simultan Firm Size dan Receivable Turn Over terhadap rentabilitas pada emiten sektor Perbankan yang terdaftar di BEI. Objek Penelitian ini meliputi, Firm Size, Receivable Turn Over dan Rentabilitas pada Emiten Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriftif analitis dengan pendekatan sensus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data sekunder. Alat analitis yang digunakan adalah analisis koefisien korelasi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa : Firm Size secara parsial berpengaruh positif terhadap Rentabilitas, Receivable Turn Over secara parsial tidak berpengaruh positif terhadap Rentabilitas sebesar, Firm Size dan Receivable Turn Over secara simultan berpengaruh positif terhadap Rentabilitas.
Kata Kunci : Firm Size, Receivable Turn Over dan Rentabilitas
1. Latar Belakang Pada umumnya semua Negara yang sedang berkembang seperti halnya Indonesia mempunyai program pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat secara keseluruhan. Dalam konteks ini peranan perbankan menjadi sangat vital layaknya sebuah jantung dalam manusia. Keduanya saling mempengaruhi dalam arti perbankan menjadi salah satu sumber pambiayaan yang akan mengalirkan dana bagi kegiatan ekonomi, sehingga Bank yang sehat akan memperkuat kegiatan ekonomi suatu bangsa. Sebaliknya, kegiatan ekonomi yang tidak sehat, lesu atau rapuh juga akan sangat mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. Bank sangat penting dan berperan untuk mendorong pertumbuhan perekonomian suatu bangsa karena bank tempat menabung yang efektif dan produktif bagi masyarakat, pelaksana dan memperlancar lalu lintas pembayaran dengan aman, praktis, dan ekonomis. Bank adalah suatu badan yang tugas utamanya sebagai perantara untuk memberikan penawaran dan permintaan kredit pada waktu yang ditentukan. Juga bank merupakan suatu badan yang tugas utamanya menghimpun uang dari pihak ketiga. Terdapat banyak definisi mengenai bank, namun antara satu dengan yang lainnya pada dasarnya tidaklah berbeda. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 7 tahun 1992, Bank didefinisikan : “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Kepercayaan masyarakat akan relatif bertambah jika bank dapat dipandang sehat baik dari segi permodalan, assets, manajemen, likuiditas, solvabilitas, rentabilitas/profitabilitas maupun dari aspek lainnya. Perusahaan yang besar umumnya lebih dikenal oleh masyarakat sehingga informasi mengenai prospek perusahaan besar lebih mudah diperoleh investor daripada perusahaan kecil dan dengan melihat ukuran perusahaan akan lebih mudah dalam menilai kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari suau proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Salah satu parameter kinerja tersebut adalah laba. Untuk menilai kinerja suatu perusahaan dapat menggunakan rasio keuangan dan ukuran perusahaan. Rasio keuangan merupakan salah satu bentuk informasi akuntansi yang penting dalam proses penilaian kinerja perusahaan, sehingga rasio keuangan tersebut dapat mengungkapkan kondisi keuangan suatu perusahaan maupun kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu periode tertentu. Sedangkan Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki perusahaan (Saidi, 2004). Tingkat ketidakpastian yang akan dihadapi oleh calon investor mengenai masa depan perusahaan emiten dapat diperkecil apabila informasi yang diperolehnya banyak. Berdasarkan aspek informasi tentang perusahaan yang memadai, akan memberikan ivestasi yang lebih luas. Sehingga semakin besar ukuran perusahaan akan meningkatkan laba. Setiap tahun perusahaan yang telah Go Public menerbitkan laporan keuangannya sebagai pertanggungjawabannya kepada pemilik modal dan pemerintah. Laporan yang berisi informasi keuangan dan non keuangan akan digunakan oleh investor, kreditor, dan pengguna lainnya dalam menganalisis kondisi ekonomi. Kondisi ekonomi yang terus mengalami perubahan meningkatkan persaingan dalam dunia usaha. Untuk dapat bersaing perusahaan harus lebih transparan mengungkapkan informasi keuangannya. Krisis keuangan global pada tahun 2008 mengakibatkan banyaknya perusahaan berukuran kecil yang bangkrut, karena perusahaan- perusahaan tersebut tidak memilki kemampuan untuk mempertahankan aktivitas perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya hubungan antara ukuran perusahaan dan besarnya kemampuan perusahaan
untuk mempertahankan aktivitas perusahaan atau menghasilkan laba dari hasil penjualan perusahaan dan operasional perusahaan. Akibatnya akan mempengaruhi investor dalam melakukan investasi pada suatu perusahaan untuk mengatisipasi resiko yang mungkin akan terjadi. Sebelum investor melakukan investasi mereka terlebih dahulu menelaah kelangsungan hidup perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan. Ukuran perusahaan menjadi penting ketika perusahaan melakukan go publik. Besar kecilnya ukuran perusahaan dapat menjadi gambaran prospek perusahaan kedepan. Ukuran perusahaan dilihat dari Total Asset perusahaan mampu memberikan sinyal bahwa perusahaan memiliki asset yang besar akan memiliki prospek yang baik. Asset perusahaan yang besar akan membuat perusahaan lebih stabil dibandingkan perusahaan kecil, hal ini menjelaskan alasan mengapa perusahaanperusahaan besar mempunyai kondisi yang lebih baik adalah karena memiliki kontrol yang lebih baik terhadap kondisi pasar, kurang rentan terhadap fluktuasi ekonomi, sehingga mampu menghadapi persaingan ekonomi. Sisi lain mungkin berpendapat bahwa asset yang besar bukan segala-galanya, tetapi bagaimana komposisi asset tersebut dibentuk. Asset besar tetapi komposisi utang lebih banyak juga akan menyulitkan perusahaan nantinya. Salah satu kondisi seperti inilah yang membuat investor sangat berhati-hati dalam berinvestasi, dan berlomba-lomba untuk menjadi informed investor atau paling tidak merasa menjadi informed investor sehingga akan memiliki nyali lebih dalam keputusan investasinya. Besar kecilnya ukuran perusahaan dilihat dari Total Asset yang dimiliki perusahaan jelas akan memepengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. Kelangsungan hidup perusahaan merupakan kemampuan untuk mempertahankan aktivitas perusahaan dan perusahaan tidak akan dilikuidasi dalam jangka pendek yang diukur dari kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dan melunasi kewajibannya. Pengungkapan yang memadai akan membantu investor menganalisis informasi dalam laporan keuangan. Adapun Unsur-unsur laporan keuangan yang berhungan langsung dengan pengukuran posisi keuangan : 1. Aktiva : Sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan. 2. Kewajiban : Merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi 3. Ekuitas : Hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Dalam neraca, aktiva atau asset biasanya dikelompokkan menjadi aset lancar dan aset tidak lancar. Aset lancar merupakan jenis aset yang dapat digunakan dalam jangka waktu dekat, biasanya satu tahun. Contoh aset lancar antara lain adalah kas, piutang, investasi jangka pendek, persediaan, dan beban dibayar dimuka. Disamping itu ukuran perusahaan juga merupakan faktor yang harus dipertimbangkan investor dalam melakukan investasi. Ukuran perusahaan memiliki peranan yang signifikan dalam hubungannya dengan rentabilitas. Besar kecilnya suatu perusahaan dapat ditentukan dari total penjualan, total aktiva, maupun kapitalisasi pasar. Perusahaan besar dianggap telah mantap posisi likuiditasnya dan mampu memperoleh tingkat profitabilitas/rentabilitas yang tinggi, sehingga mudah akses ke pasar modal guna memperoleh kebutuhan dana dari pihak eksternal. Hal ini mengakibatkan perusahaan tidak menanggung resiko yang terlalu besar sehingga saham perusahaan besar cenderung akan menghasilkan rentabilitas yang lebih besar. Sedangkan perusahaan kecil rentabilitasnya cenderung lebih kecil dan kurang dapat diduga dibandingkan dengan perusahaan besar.
Dalam kegiatan usahanya, bank selalu memberikan pinjaman kepada para nasabahnya. Pinjaman tersebut merupakan penghasilan utama bank dalam memperoleh laba, sehingga akan menghasilkan piutang bagi bank. Piutang merupakan pos penting dalam perusahaan karena merupakan bagian aktiva lancar yang likuid dan selalu dalam keadaan berputar. Artinya piutang dapat dijadikan (dikonversikan) menjadi kas dengan segera dimana jangka waktu paling lama satu tahun. Semakin tinggi probabilitas piutang dapat diterima pada waktunya, semakin dapat dijadikan jaminan bagi pembayaran kas yang telah dijadwalkan. Seberapa cepat piutang dikonversikan menjadi kas dalam jangka waktu satu tahun disebut dengan perputaran piutang. Tingkat perputaran piutang untuk setiap perusahaan juga dipengaruhi oleh periode perputaran piutang. Periode perputaran piutang ini tergantung dari panjang pendeknya ketentuan waktu yang ditetapkan oleh perusahaan dalam syarat pembayaran kredit. Semakin lama syarat pembayaran kredit, maka akan semakin lama pula terikatnya elemen dari modal kerja tersebut dalam piutang dan hal ini berarti bahwa semakin rendah tingkat perputaran piutang dalam satu periode, begitu juga sebaliknya. Semakin cepat periode penagihan piutang berarti semakin tinggi tingkat perputaran piutang dan semakin tinggi pula tingkat laba yang akan mampu dihasilkan oleh perusahaan. Perputaran piutang akan menentukan besar kecilnya keuntungan yang akan diperoleh perusahaan. Hal ini akan mempengaruhi operasi perusahaan secara tidak langsung yang berdampak pada tingkat perolehan keuntungan perusahaan yang bersangkutan. Semakin tinggi perputaran piutang maka semakin tinggi pula tingkat rentabilitasnya. Dengan ukuran perusahaan dan perputaran piutang dengan baik, maka bukan tidak mungkin laba yang diperoleh bank akan meningkat. Dimana laba merupakan salah satu penilaian tingkat rentabilitas yang digunakan adalah Return On Assets (ROA). Rasio rentabilitas ini dijadikan sebagai ukuran untuk menilai kemampuan bank didalam menghasilkan laba dan rasio ini diharapkan dapat mewakili beberapa penilaian yang seharusnya dijadikan sebagai patokan bank dalam menjalankan usahanya. Dalam hal ini bahwa tingkat rentabilitas bank sangat penting untuk diketahui oleh direktur atau pimpinan bank, agar dapat mengetahui kendala-kendala atau kelemahan yang terjadi agar dapat langsung diantisipasi atau dilakukan pembenahan dan perbaikan terhadap pengelolaan bank dengan terus meningkat rentabilitas bank tersebut.
2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian dapat di identifikasikan sebagai berikut : 1. Bagaimana firm size, receivable turn over, dan rentabilitas pada emiten sektor perbankan yang terdaftar di BEI 2. Bagaimana pengaruh secara parsial Firm Size terhadap rentabilitas pada emiten sektor Perbankan yang terdaftar di BEI. 3. Bagaimana pengaruh secara parsial Receivable Turn Over terhadap rentabilitas pada emiten sektor Perbankan yang terdaftar di BEI. 4. Bagaimana pengaruh secara simultan Firm Size dan Receivable Turn Over terhadap rentabilitas pada emiten sektor Perbankan yang terdaftar di BEI.
3. Tinjauan Pustaka 3.1. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki perusahaan (Saidi, 2004). Firm Size adalah suatu ukuran yang menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan, antara lain total penjualan, rata-rata tingkat penjualan, dan total aktiva. Pada umumnya perusahaan besar yang memiliki total aktiva yang besar mampu menghasilkan laba yang besar (Widjadja, 2009).
3.2. Perputaran Piutang Menurut Kasmir (2012: 176) Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah (bandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik. Sebaliknya jika rasio semakin rendah ada over investment dalam piutang. Hal ini jelas adalah rasio perputaran piutang memberikan pemahaman tentang kualitas piutang dan kesuksesan penagihan piutang.
3.3. Rentabilitas Menurut Kasmir (2008 : 297) rasio rentabilitas sering disebut profitabilitas usaha. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Laba yang diraih dari kegiatan yang dilakukan merupakan cerminan kinerja sebuah perusahaan dalam menjalankan usahanya. Dengan kata lain, rasio rentabilitas selain bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya. Menurut Malayu Hasibuan (2006 : 100) Rentabilitas bank adalah suatu kemampuan bank untuk memperoleh laba yang dinyatakan dalam persentase. Rentabilitas pada dasarnya adalah laba (Rp) yang dinyatakan dalam % profit.”
4. Kerangka Pemikiran Bank sangat penting dan berperan untuk mendorong pertumbuhan perekonomian suatu bangsa karena bank tempat menabung yang efektif dan produktif bagi masyarakat, pelaksana dan memperlancar lalu lintas pembayaran dengan aman, praktis, dan ekonomis. Inti dari suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat, ini sesuai dengan Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 perbankan bahwa Bank adalah usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakatdalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Kepercayaan masyarakat akan relatif bertambah jika bank dapat dipandang sehat baik dari segi permodalan, assets, manajemen, likuiditas, solvabilitas, rentabilitas/profitabilitas maupun dari aspek lainnya. Perusahaan yang besar umumnya lebih dikenal oleh masyarakat sehingga informasi mengenai prospek perushaan besar lebih mudah diperoleh investor daripada perusahaan kecil dan dengan melihat ukuran perusahaan akan lebih mudah dalam menilai kinerja perusahaan.
Kinerja perusahaan merupakan hasil dari suatu proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Salah satu parameter kinerja tersebut adalah laba. Untuk menilai kinerja suatu perusahaan dapat menggunakan rasio keuangan dan ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki perusahaan (Saidi, 2004). Menurut Ferry dan Jones (dalam Sujianto, 2001), ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata–rata total penjualan dan rata–rata total aktiva, indikator uji Total Asset. Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan.. Ada tiga teori yang secara implisit menjelaskan hubungan antara Firm Size dan tingkat keuntungan (Kusuma, 2005), antara lain : 1. Teori teknologi: yang menekankan pada modal fisik, economies of scale, dan lingkup sebagai faktor - faktor yang menentukan besarnya ukuran perusahaan yang optimal serta pengaruhnya terhadap profitabilitas. 2. Teori organisasi: menjelaskan hubungan profitabilitas dengan Firm Size yang dikaitkan dengan biaya transaksi organisasi, didalamnya terdapat teori critical resources. 3. Teori institusional: mengkaitkan Firm Size dengan faktor-faktor seperti perundangundangan, peraturan anti - trust, perlindungan paten, ukuran pasar dan perkembangan pasar keuangan. Besar kecilnya ukuran perusahaan secara langsung akan mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas operasi maupun investasi perusahaan. Pada umumnya semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar pula kegiatan operasi dan investasi yang dilakukan perusahaan tersebut. Kegiatan operasi dan investasi yang dilakukan tersebut secara langsung akan mempengaruhi kondisi likuiditas perusahaan (Aldyanti: 2006). Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Pada umumnya perusahaan besar yang memiliki total aktiva yang besar mampu menghasilkan laba yang besar (Widjadja, 2009). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin besar ukuran bank maka semakin bagus kinerja bank. Dalam neraca, aktiva atau asset biasanya dikelompokkan menjadi aset lancar dan aset tidak lancar. Aset lancar merupakan jenis aset yang dapat digunakan dalam jangka waktu dekat, biasanya satu tahun. Contoh aset lancar antara lain adalah kas, piutang, investasi jangka pendek, persediaan, dan beban dibayar dimuka. Dalam kegiatan usahanya, bank selalu memberikan pinjaman kepada para nasabahnya. Pinjaman tersebut merupakan penghasilan utama bank dalam memperoleh laba, sehingga akan menghasilkan piutang bagi bank. Piutang merupakan pos penting dalam perusahaan karena merupakan bagian aktiva lancar yang likuid dan selalu dalam keadaan berputar. Piutang merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran-kelonggaran kepada para pelanggan pada waktu melakukan penjualan. Kelonggaran-kelonggaran yang diberikan biasanya dalam bentuk mempernolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudian atas penjualan barang atau jasa yang dilakukan. (Soemarso, 2004:338). Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dilihat dengan menghitung perputaran piutang tersebut (turn over receivable). Yaitu dengan membagi total penjualan kredit (netto) dengan piutang rata-rata. (S. Munawir, 2004:75). Sedangkan Kasmir (2012:176) menambahkan bahwa Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah (bandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya
kondisi ini bagi perusahaan semakin baik. Sebaliknya jika rasio semakin rendah ada over investment dalam piutang. Hal ini jelas adalah rasio perputaran piutang memberikan pemahaman tentang kualitas piutang dan kesuksesan penagihan piutang. Pada tingkat perputaran yang tinggi maka piutang yang kembali menjadi kas dapat digunakan lagi sehingga operasional perusahaan tidak terganggu. Kas yang kembali tersebut meliputi unsur pokok pinjaman atau harga pokok penjualan dan jasa pinjaman (bunga) atau laba penjualan. Dengan demikian pada tingkat perputaran piutang yang tinggi, dapat menghasilkan jasa pinjaman yang diterima dalam jumlah yang tinggi serta dapat meminimalkan biaya yang dikeluarkan, sehingga laba bersih yang diterima akan tinggi jumlahnya. Tingginya laba akan mempertinggi jumlah peputaran piutang. Tingginya laba akan mempertinggi pula tingkat rentabilitas. Dengan demikian tingkat perputaran piutang yang tinggi mengakibatkan tingkat rentabilitas meningkat (Esther Theresia O.S., 2009) . Dengan ukuran perusahaan yang besar dan perputaran piutang yang baik maka diharapkan laba akan bertambah besar, semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan pertumubuhan laba yang diharapkan semakin tinggi. Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Pada umumnya perusahaan besar yang memiliki total aktiva yang besar mampu menghasilkan laba yang besar (Widjadja, 2009). Sedangkan pada tingkat perputaran piutang yang tinggi maka piutang yang kembali menjadi kas dapat digunakan lagi sehingga operasional perusahaan tidak terganggu. Kas yang kembali tersebut meliputi unsur pokok pinjaman atau harga pkok penjualan dan jasa pinjaman(bunga) atau laba penjualan. Dengan demikian pada tingkat perputaran piutang yang tinggi, dapat menghasilkan jasa pinjaman yang diterima dalam jumlah yang tinggi serta dapat meminimalkan biaya yang dikeluarkan, sehingga laba bersih yang diterima akan tinggi jumlahnya. Dengan demikian, tingginya laba akan mempertinggi pula tingkat rentabilitas. (Esther Theresia O.S., 2009). Rentabilitas bank adalah suatu kemampuan bank untuk memperoleh laba yang dinyatakan dalam persentase. Rentabilitas pada dasarnya adalah laba (Rp) yang dinyatakan dalam % profit. (Malayu Hasibuan, 2006 : 100). Dimana tingkat rentabilitas tersebut salah satunya diukur dengan menggunakan rasio ROA (Return On Assets). Analisis rasio rentabilitas ini menggunakan ROA dikarenakan Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat (Lukman Dendawijaya, 2009 : 119). Dalam penelitian ini indikator Return On Assets (ROA) yang digunakan adalah menurut Lukman Dendawijaya (2001:120), dimana dalam penilaian resiko rentabilitasnya menggunakan Return On Assets (ROA), yaitu dengan membandingkan laba bersih dengan total aktiva. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan yang besar dan perputaran piutang yang baik maka tingkat rentabilitas dapat semakin tinggi. Semakin besar ukuran perusahaan dan tingkat perputaran piutangnya yang baik maka diharapkan laba yang diperoleh akan meningkat yang akhirnya rentabilitas juga cenderung akan meningkat. 5. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan hipotesis : 1. Firm Size secara parsial berpengaruh positif terhadap Rentabilitas. 2. Receivable Turn Over secara parsial berpengaruh positif terhadap Rentabilitas.
3. Firm Size dan Receivable Turn Over secara simultan berpengaruh positif terhadap Rentabilitas. 6. Metode Penelitian 6.1. Metode Penelitian Yang Digunakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis dengan pendekatan sensus. Metode deskriptif analisis adalah suatu metode yang meneliti status kelompok manusia, objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan membuat deskripsi, gambaran atau lukisan sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.(Mohammad Nazir, 2003: 54). Metode sensus adalah proses pengumpulan data seluruh populasi untuk mengetahui besaran – besaran populasi (dengan demikian tidak melalui proses penaksiran). (Abdul Hakim, 2001: 11) Sensus adalah mengumpulkan informasi dari seluruh unsur dalam suatu populasi. (Sri Mulyono, 2003: 171) Dilihat dari ketetapan hasil, tentu saja sensus akan memberikan ketetapan yang lebih berfungsi dari pada metode penaksiran sampel. (Abdul Hakim, 2001: 11). 6.2. Operasional Variabel a. Variabel Bebas (Independen) Yaitu variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (Sugiyono, 2006: 3). Bahkan variabel independen merupakan varibel yang keberadaannya menjadi faktor penyebab yang dapat mempengaruhi varibel lain, dalam hal ini variabel dependennya. Dalam penelitian ini yang dijadikan variabel independen adalah : a). Firm Size (X1), dimana indikatornya Total Assets. b). Receivable Turnover (X2), dimana indikatornya Penjualan Kredit dibagi Piutang Rata-rata. b. Variabel Terikat (Dependen) Yaitu variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2006: 3). Dalam penelitian ini yang dijadikan variabel dependen adalah: Rentabilitas (Y) Adapun indikatornya adalah ROA (Return On Asset). Untuk lebih jelasnya mengenai variabel penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 1:
Variabel Firm Size (X1)
Tabel 1 Operasionalisasi Variabel Definisi Variabel Indikator Total Asset Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki perusahaan (Saidi, 2004).
Skala Rasio
Receivable Turnover (X2)
“Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dilihat dengan menghitung perputaran piutang tersebut (turn over receivable). Yaitu dengan membagi total penjualan kredit (netto) dengan piutang rata-rata”. (S. Munawir, 2004:75)
Penjualan Kredit dibagi Piutang Ratarata.
Rasio
Rentabilitas (Y)
“Rentabilitas bank adalah suatu kemampuan bank untuk memperoleh laba yang dinyatakan dalam persentase. Rentabilitas pada dasarnya adalah laba (Rp) yang dinyatakan dalam % profit”. (Malayu Hasibuan, 2006 : 100)
ROA (Return On Asset): - Laba Sebelum Pajak - Total Asset
Rasio
6.3. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi merupakan segala sesuatu yang di jadikan subjek penelitian dengan memiliki sifat dan karakteristik yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah 33 perusahaan pada sektor perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. b. Sampel Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah non probabilty sampling dengan teknik sampling purposive sampling dengan syarat: 1. Bank yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2012. 2. Bank yang termasuk 10 perusahaan yang memiliki asset terbesar. Adapun perusahaan tersebut dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Sampel Penelitian No Kode Nama Perusahaan 1 BBCA Bank Cenral Asia Tbk 2 BBNI Bank Negara Indonesia (persero) Tbk 3 BBRI Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk 4 BBTN Bank Tabungan Negara (persero) Tbk 5 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 6 BMRI Bank Mandiri (persero)Tbk 7 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk 8 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 9 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk 10 BNLI Bank Permata Tbk Sumber : Bursa Efek Indonesia Tahun 2013
6.4. Paradigma Penelitian
X1 Y X2
Gambar 1 Paradigma Penelitian Keterangan : X1= Firm Size X2= Receivable Turnover Y = Rentabilitas ε = Faktor Lain Berdasarkan paradigma penelitian di atas, maka penulis menggunakan alat analisis sebagai berikut : a. Persamaan Regresi Berganda Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan funsional antara variasivariasi variabel X terhadap Y, dengan rumus: Y = bo + b1X1 + b2X2 + e (Sugiyono, 2007: 261) Keterangan: Y = Rentabilitas bo = Konstanta e = Standar error b1, b2 = Koefisien regresi = Firm Size X1 X2 = Receivable Turn Over Dalam pengujian regresi berganda, untuk memperoleh penelitian yang akurat diperlukan pengujian dengan uji asumsi klasik yaitu: 1. Uji Normalitas Penggunaan Statistik Parametris, bekerja dengan asunsi bahwa data setiap variabel penelitian yang akan dianalisis membentuk distribusi normal. Bila data tidak normal, maka teknik Statistik Parametris tidak dapat digunakan untuk alat analisis. Dalam menguji normalitas di dalam penelitian ini menggunakan teknik uji Kolmogorov-Smirnov. Menurut Suliyanto (2011:75) dinyatakan normal bila nilai Kolmogorov-Smirnov Z < nilai kritis Z tabel atau nilai signifikan > α. 2. Uji Multikolinearitas Kesalahan standar dari koefisien untuk berbagai variabel independen cukup besar kaitannya dengan ukuran koefisien, sehingga hanya sedikit keyakinan yang dapat ditempatkan pada hubungan yang diestimasi antara setiap variabel independen dengan variabel dependen. Masalah ini berkaitan dengan Multikolinearitas, yang diartikan sebagai kondisi di mana variabel-variabel independen tidak benar benar independen satu sama lain tetapi memiliki nilai-nilai yang ditetapkan secara bersama-sama. Pada program
SPSS 17.0 dapat diuji ada tidaknya multikolinearitas dengan memperhatikan nilai Variance Inflaton Factor (VIF). Menurut Suliyanto (2011:82) bahwa hasil dari Uji Multikolinearitas adalah nilai dari Variance Inflaton Factor (VIF) < 10. 3. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menhuji apakah dalam model sebuah regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual antara pengamatan yang satu dengan yang lainnya. Jika ada perbedaan varians yang besar, berarti telah terjadi Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi Heteroskedastisitas. 4. Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deretan waktu) atau ruang (seperti dalam data cross-sectional). Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, penulis menggunakan uji Durbin-Watson (DW test) dan Run test. Model persamaan regresi dinyatakan tidak mengandung Autokorelasi jika nilai DurbinWatson terletak diantara dU dengan 4-dU (Suliyanto, 2011: 129). Dan Run test merupakan nonparameterik yg dapat digunakan untuk melihat apakah residual terjadi secara random atau tidak. b. Analisis Koefisien Korelasi Berganda Untuk mengetahui keeratan hubungan anatara variabel X1, X2, dengan Y maka dipergunakan perhitungan koefisien korelasi ganda dengan rumus ditulis sebagai berikut:
Ryx1x2 = (sumber:Sugiyono:2007)
Keterangan : Ryx1x2 = korelasi ganda anatara x1, x2, secara serentak dengan variabel y ryx1 = korelasi antara x1 dengan y ryx2 = korelasi antara x2 dengan y rx1x2 = korelasi ganda antara x1 dan x2 Untuk menginterpretasikan kriteria nilai koefisien korelasi maka digunakan pedoman interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut.
Tabel 3 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Terhadap Koefisien Korelasi Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Sangat rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat kuat
(Sumber Sugiyono, 2007 : 183)
c. Analisis Koefisien Determinasi Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya Hubungan Firm Size dan Receivable Turn Over dengan Rentabilitas. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut : (Sugiyono, 2004: 210) Kd = r2 x 100% Keterangan : Kd = Koefisien Determinasi r = Koefisien Korelasi d. Rancangan Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis disajikan melalui langkah-langkah sebagai berikut : a. Penetapan hipotesis Adapun hipotesis ini dapat penulis rumuskan sebagai berikut : Ho1 : ρyx1 = 0 : Firm Size secara parsial tidak berpengaruh positif terhadap Rentabilitas. : Firm Size secara parsial berpengaruh positif terhadap Ha1 : ρyx1 > 0 Rentabilitas. : Receivable Turn Over secara parsial tidak berpengaruh positif Ho2 : ρyx2 = 0 terhadap Rentabilitas. : Receivable Turn Over secara parsial berpengaruh positif Ha2 : ρyx2 > 0 terhadap Rentabilitas. Ho3, ρyx1 = ρyx2 = 0 : Firm Size dan Receivable Turn Over secara simultan tidak berpengaruh positif terhadap Rentabilitas : Firm Size dan Receivable Turn Over secara simultan Ha3, ρyx1 = ρyx2 > 0 berpengaruh positif terhadap Rentabilitas. b. Uji signifikansi Untuk menguji signifikansi dilakukan dua pengujian, yaitu : 1. Secara parsial menggunakan uji t:
t
r n2
1 r
2
(Sugiyono, 2007: 209)
Keterangan : t = nilai uji t r = nilai koefisien korelasi n = periode waktu 2.
Secara simultan menggunakan uji F: F=
(Sugiyono, 2007: 264)
Daerah kritis dapat dicari dengan melihat tabel. Nilai tabel dapat dicari pada tabel t yakni nilai t dari α = 0,05 dengan derajat kebebasan df: n-2. c. Kriteria Pengujian 1. Secara parsial Ho diterima dan Ha ditolak jika thitung ≤ ttabel Ho ditolak dan Ha diterima jika thitung > ttabel 2. Secara simultan Tolak Ho jika Fhitung > ftabel dan terima Ho jika Fhitung ≤ ftabel. d. Penarikan simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian di atas, penulis akan melakukan analisis baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Dari hasil analisa tersebut akan ditarik kesimpulan, apakah hipotesis yang telah ditetapkan itu diterima atau ditolak. 7. Pembahasan 7.1. Hasil Penelitian Jumlah Total Asset paling tinggi adalah Bank Mandiri (persero) Tbk yaitu sebesar Rp. 635.618.708.000.000,. Total Asset Bank Mandiri (persero) Tbk ini naik 15,17% dibandingakan dengan tahun sebelumnya 2011 yaitu Rp. 551.891.704,. Sedangkan Total Asset yang paling rendah di antara perusahaan-perusahaan lain yang termasuk perusahaan dengan 10 aset terbesar adalah Bank Tabungan Negara (persero) Tbk Rp. 111.748.593.000.000,. Receivable Turn Over paling tinggi adalah Bank Permata Tbk yaitu sebesar 21,29 kali. Peputaran Piutang tahun 2012 ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 18,50 kali. Sedangkan Receivable Turn Over yang paling rendah di antara perusahaan-perusahaan yang lain adalah Bank Danamon Indonesia Tbk yaitu sebesar 4,42 kali. Peputaran Piutang tahun 2012 ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 5,43 kali. Rasio rentabilitas paling tinggi adalah Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk dengan nilai ROA sebesar 4,33%. Rentabilitas tahun 2012 ini mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya dengan ROA sebesar 3,99%. Sedangkan rasio rentabilitas yang paling rendah adalah Bank Permata Tbk yaitu sebesar 1,43%. Rentabilitas tahun 2012 ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya dengan ROA sebesar 1,54%. 7.2. Pembahasan Sebelum masuk ke pembahasan dilakukan Uji asumsi klasik terlebih dahulu. Model regresi berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi beberapa asumsi yang kemudian disebut dengan asumsi klasik. Uji asumsi yang harus dilakukan terhadap suatu model regresi tersebut yaitu uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi, maka hasil perhitungan yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut : Yang pertama adalah Uji normalitas, uji ini menggunakan uji statistik nonparametik Kolmogorov-Smirnov merupakan uji normalitas menggunakan fungsi distribusi kumulatif. Nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal jika nilai Sig. > alpha. Dengan menggunakan SPSS, terlihat output yang dihasilkan bahwa nilai Sig. (2tailed) sebesar 0,816 > 0,05. Oleh sebab itu Ho tidak dapat ditolak. Hal itu berarti residual terstandarisasi dinyatakan menyebar secara normal. Selanjutnya untuk menguji adanya korelasi yang tinggi atau sempurna diantara variabel bebas dalam model regresi adalah dengan uji multikolinearitas. Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Jika nilai VIF tidak lebih dari 10, maka model dinyatakan tidak terdapat gejala multikolinear. Untuk menguji gejala multikolinear dengan melihat VIF digunakan SPSS. Berdasarkan SPSS terlihat bahwa nilai VIF variabel Firm Size dan Receivable Turn Over sebesar 1,041. Nilai VIF dua variabel dalam kasus ini sama, hal ini karena dalam model regresi ini hanya terdiri dari dua variabel bebas saja sehingga nilai R2X1X2 sama dengan R2X2X1. Dengan melihat VIF variabel Firm Size dan Receivable Turn Over sebesar 1,041 lebih kecil dari 10, maka pada model regresi yang terbentuk tidak terjadi gejala multikolinier. Selanjutnya untuk menguji ada atau tidaknya varian variabel pada model regresi yang konstan adalah dengan Uji heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dengan metode Rank Spearmen dilakukan dengan mengkorelasikan semua variabel bebas terhadap nilai mutlak residualnya menggunakan korelasi Rank Spearman. Jika terdapat korelasi variabel bebas yang signifikan positif dengan nilai mutlak residualnya maka dalam model regresi yang dibentuk terdapat masalah heteroskedastisitas. Dengan menggunakan SPSS dapat diketahui bahwa pada model regresi tidak terdapat gejala heteroskedastisitas. Hal ini karena Sig. Variabel Firm Size terhadap Unstandarized Residual sebesar 0,533 > 0,05, sedangkan Sig. Variabel Receivable Turn Over terhadap Unstandarized Residual sebesar 0,751 > 0,05. Selanjutnya untuk mengetahui apakah ada korelasi antara data observasi yang digunakan adalah dengan Uji Autokorelasi. Uji Durbin-Watson merupakan uji yang sangat populer untuk mengkaji ada tidaknya masalah autokorelasi dari model empiris yang diestimasi. Kesimpulan uji autokorelasi ditarik dengan kriteria sebagai berikut: Tabel 4 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson DW
Kesimpulan
< dL
Ada otokorelasi (+)
dL s/d dU
Tanpa Kesimpulan
dU s/d 4 – dU
Tidak ada Autokorelasi
4 – dU s/d 4 - dL
Tanpa Kesimpulan
> 4 - dL
Ada Autokorelasi (-)
Pada perhitungan dengan menggunakan SPSS dihasilkan nilai Durbin-Watson sebesar 3,045. Pengambilan keputusan pada asumsi ini memerlukan dua nilai bantu yang
diperoleh dari tabel Durbin-Watson, yaitu nilai dari dL dan dU, dengan K= jumlah variabel bebas dan n= ukuran sampel. Kesimpulannya, apabila pada tabel Durbin –Watson dengan nilai n=10, K=2, maka akan diperoleh nilai dL= 0,697 dan dU=1,641, sehingga nilai 4-dU sebesar 41,641=2,359 sedangkan 4-dL sebesar 4-0,697=3,303. Berdasarkan program SPSS, diperoleh nilai Durbin-Watson 3,045 terletak diantara 4-dU dengan 4-dL, hal ini berarti model regresi tidak dapat disimpulkan. Dikarenakan menurut Durbin-Watson model regresi tidak dapat disimpulkan, maka penulis menguji dengan alat uji lain yakni dengan Uji Run Test. Kriteria Pengujian : Jika asymp sig. pada output runs test > 5%, maka data tidak mengaalami/mengandung autokorelasi, dan sebaliknya. Berdasarkan program SPSS, diperoleh nilai asymp sig. 0,314. Tampak bahwa signifikansi adalah sebesar 0,314 > 0,05 yang menunjukkan bahwa tidak terjadi gangguan autokorelasi pada model penelitian. 7.2.1.Pengaruh Firm Size secara parsial terhadap Rentabilitas pada Emiten Sektor Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2012 Berdasarkan program SPSS, nilai koefisien regresi variabel Firm Size diperoleh sebesar 0,759, yang berarti bahwa Firm Size mempunyai hubungan yang kuat terhadap Rentabilitas yaitu sebesar 0,759. Dengan nilai koefisien regresi yang positif, hal ini berarti bahwa setiap perubahan dari Firm Size akan diikuti oleh perubahan Rentabilitas. Berdasarkan program SPSS, diperoleh thitung yang didapat dari uji t adalah sebesar 3,081 jika dibandingkan dengan ttabel dimana α =5% dan df = 10-2=8, didapat ttabel sebesar 1,860 sehingga thitung > ttabel (3,081 > 1,860) dengan tingkat signifikansi 0,018 lebih kecil dari 0,05. Dengan kaidah keputusan terima Ha jika t hitung > ttabel, diperoleh thitung = 3,081 dan ttabel = 1,860 maka thitung jatuh pada daerah penerimaan Ha sehingga Ho ditolak. Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis penelitian teruji bahwa Firm Size secara parsial berpengaruh positif terhadap rentabilitas pada Emiten Sektor
Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa dengan asset yang besar akan membuat kepercayaan masyarakat meningkat, sehingga informasi mengenai prospek perusahaan kedepan lebih mudah diperoleh investor dan juga dengan asset yang besar membuat perusahaan lebih stabil dalam menghadapi persaingan ekonomi. Dengan meningkatnya kepercayaan investor dan kemampuan perusahaan dalam menghadapi persaingan akan membuat kemampuan bank dalam menghasilkan laba semakin besar. Sehingga dengan ukuran perusahaan yang besar membuat rentabilitas bank semakin meningkat.
7.2.2.Pengaruh Receivable Turn Over secara parsial terhadap Rentabilitas pada Emiten Sektor Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2012 Berdasarkan program SPSS, nilai koefisien regresi variabel Receivable Turn Over diperoleh sebesar -0,321, yang berarti bahwa Receivable Turn Over tidak mempunyai hubungan yang positif terhadap Rentabilitas. Dengan nilai koefisien regresi yang negatif, hal ini berarti jika Receivable Turn Over mengalami kenaikan, maka Rentabilitas akan mengalami penurunan.
Berdasarkan program SPSS, diperoleh thitung yang didapat dari uji t adalah sebesar -0,897 jika dibandingkan dengan ttabel dimana α =5% dan df = 10-2=8, didapat ttabel sebesar 1,860 sehingga thitung ≤ ttabel (-0,897 ≤ 1,860) dengan tingkat signifikansi 0,399 lebih besar dari 0,05. Dengan kaidah keputusan terima Ho jika thitung ≤ ttabel, diperoleh thitung = -0, 897 dan ttabel = 1,860 maka thitung jatuh pada daerah penerimaan Ho sehingga Ha ditolak. Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis penelitian tidak teruji bahwa Receivable Turn Over tidak berpengaruh positif terhadap rentabilitas pada Emiten Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa Receivable Turn Over dengan Rentabilitas terjadi hubungan yang negatif, yang berarti bahwa dengan semakin meningkatnya Receivable Turn Over maka membuat Rentabilitas cenderung lebih rendah. Hal ini terjadi karena diduga adanya kredit bermasalah yang cukup tinggi. Kredit bermasalah merupakan pinjaman yang mengalami penangguhan dalam pembayaran angsuran pokok dan tunggakan bunga atau bahkan tidak dilunasi sama sekali, sehingga pengembalian kredit tidak dilakukan tepat waktu dan tepat jumlah sesuai perjanjian kredit. Sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi kredit bermasalah yang cukup tinggi membuat rentabilitas cenderung lebih kecil. 7.2.3.Pengaruh Firm Size dan Receivable Turn Over secara simultan terhadap Rentabilitas pada Emiten Sektor Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2012 Yang pertama, untuk menganalisis pengaruh Firm Size dan Receivable Turn Over terhadap Rentabilitas digunakan Analisis Regresi Berganda, diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = 2,204 + 3,860E-15 X1 – 0,044 X2 Berdasarkan regresi di atas, diketahui bahwa nilai konstanta adalah sebesar 2,204, artinya jika Firm Size dan Receivable Turn Over nilainya adalah 0, maka Rentabilitas nilainya adalah 2,204. Adapun nilai B1 adalah sebesar 3,860E-15, artinya jika Firm Size mengalami kenaikan Rp. 1, maka Rentabilitas akan mengalami peningkatan 3,860E-15. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara Firm Size dengan Rentabilitas, semakin meningkat Firm Size maka semakin meningkat Rentabilitas. Dan nilai B2 adalah sebesar -0,044, koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara Receivable Turn Over dengan Rentabilitas, semakin meningkat Receivable Turn Over maka membuat Rentabilitas cenderung lebih rendah. Sedangkan untuk mengetahui derajat asosiasi atau derajat keeratan antara variabel independen dan variabel dependen yang sedang diteliti dugunakan Analisis Koefisien Korelasi Berganda. Berdasarkan perhitungan SPSS Versi 17.0, diperoleh nilai r sebesar 0,760, nilai tersebut dapat diinterpretasikan bahwa Firm Size dan Receivable Turn Over terhadap Rentabilitas mempunyai hubungan dengan derajat keeratan yang termasuk pada kategori kuat, karena berada diantara 0,60 – 0,799. Dengan nilai r positif, hal ini berarti jika Firm Size dan Receivable Turn Over semakin meningkat semakin besar pula kemungkinan untuk menghasilkan laba dan semakin optimal tingkat rentabilitas. Demikian pula dengan yang terjadi sebaliknya, jika Firm Size dan Receivable Turn Over menurun, maka tingkat Rentabilitas yang dicapai akan kurang baik. Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Firm Size dan Receivable Turn Over secara simultan terhadap Rentabilitas digunakan Koefisien determinasi.
Setelah diolah dengan mepergunakan SPSS 17.0 diperoleh nilai R Square sebesar 0,578, maka besarnya pengaruh Firm Size dan Receivable Turn Over secara simultan terhadap Rentabilitas adalah sebesar 57,8%. Dalam hal ini, Rentabilitas dipengaruhi oleh Firm Size dan Receivable Turn Over sebesar 57.8%, sisanya adalah sebesar 42,2% yang merupakan pengaruh faktor lain yang tidak diteliti, misalnya dana pihak ketiga, kredit yang diberikan, jumlah modal, kualitas kredit yang dberikan dan pengambilannya, perpencaran bunga bank, dan lain-lain. Sedangkan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh Firm Size dan Receivable Turn Over terhadap Rentabilitas secara simultan digunakan uji F. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini bahwa Firm Size dan Receivable Turn Over berpengaruh positif dan signifikan terhadap Rentabilitas. Berdasarkan program SPSS yang terdapat dalam tabel ANOVAbpada lampiran 1, diperoleh nilai Fhitung sebesar 4.791 kemudian Fhitung ini dibandingkan dengan Ftabel dengan dk pembilang = 2 dan dk penyebut = (10 – 2 – 1) = 7 dengan taraf kesalahan 5%, harga Ftabel sebesar 4.74. Ternyata harga Fhitung lebih besar dari Ftabel (4.791 > 4.74). Karena Fh > Ft maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan diterimanya Ha, maka Firm Size dan Receivable Turn Over berpengaruh positif secara simultan terhadap Rentabilitas pada Emiten Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa dengan asset yang besar akan membuat kepercayaan masyarakat meningkat, sehingga informasi mengenai prospek perusahaan kedepan lebih mudah diperoleh investor dan juga dengan asset yang besar membuat perusahaan lebih stabil dalam menghadapi persaingan ekonomi. Dengan meningkatnya kepercayaan investor dan kemampuan perusahaan dalam menghadapi persaingan akan membuat kemampuan bank dalam menghasilkan laba semakin besar. Sehingga dengan ukuran perusahaan yang besar membuat rentabilitas bank semakin meningkat. Begitu juga dengan perputaran piutang , dengan semakin cepatnya perputaran piutang akan mempercepat piutang yang kembali menjadi kas, sehingga laba yang dapat diterima semakin tinggi , sehingga akan mempengaruhi pada rentabilitas yang diperoleh perusahaan. 8. Simpulan dan Saran 8.1 Simpulan 1. Perusahaan pada Emiten Sektor Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memiliki Total Asset paling besar adalah Bank Mandiri (persero) Tbk, perusahaan dengan Receivable Turn Over paling tinggi adalah Bank Permata Tbk, dan perusahaan dengan Rentabilitas paling tinggi adalah Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. 2. Berdasarkan hasil perhitungan dapat ditarik kesimpulan bahwa Firm Size berpengaruh positif terhadap rentabilitas. Hal ini terjadi karena Total Asset tiap perusahaan semakin meningkat dan juga rentabilitas tiap perusahaan mengalami peningkatan, karena semakin besarnya aset perusahaan semakin besar pula kemungkinan untuk menghasilkan laba sehingga semakin optimal tingkat rentabilitas yang dicapai dan sebaliknya apabila aset perusahaan semakin kecil maka tingkat rentabilitas yang dicapai kurang baik. 3. Berdasarkan hasil perhitungan dapat ditarik kesimpulan bahwa Receivable Turn Over tidak berpengaruh positif terhadap rentabilitas. Hal ini terjadi karena diduga adanya kredit bermasalah yang cukup tinggi. Kredit bermasalah merupakan pinjaman yang mengalami penangguhan dalam pembayaran angsuran pokok dan
4.
tunggakan bunga atau bahkan tidak dilunasi sama sekali, sehingga pengembalian kredit tidak dilakukan tepat waktu dan tepat jumlah sesuai perjanjian kredit. Sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi kredit bermasalah yang cukup tinggi membuat rentabilitas cenderung lebih kecil. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa Firm Size dan Receivable Turn Over secara simultan berpengaruh postif terhadap Rentabilitas. Hal ini disebabkan Semakin besar aset yang dimiliki oleh bank dan kemungkinan semakin besar perputaran piutang, maka kemampuan bank dalam menghasilkan laba, atau dengan kata lain rasio rentabilitas bank akan semakin naik.
8.2 Saran 1. Bagi Investor Bagi investor dalam memilih emiten sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia memperhatikan ukuran perusahaan berdasarkan perkembangan total asset yang dimiliki oleh bank, terutama untuk bank, asset lancar (seperti kas, surat berharga, piutang, wesel tagih, persediaan dan beban dibayar dimuka) peran asset lancar sangat vital karena menunjukkan prospek perusahaan kedepan, dan juga dengan asset yang besar akan membuat perusahaan lebih stabil sehingga mampu menghadapi persaingan ekonomi. Dengan semakin baiknya pertumbuhan asset perusahaan maka akan mempengaruhi pada meningkatnya rentabilitas yang diperoleh oleh perusahaan. Dan juga harus memperhatikan perputaran piutang karena dengan semakin cepatnya perputaran piutang akan mempercepat piutang yang kembali menjadi kas, sehingga laba yang dapat diterima semakin tinggi , sehingga akan mempengaruhi pada rentabilitas yang diperoleh perusahaan. Walaupun hasil penelitian menunjukkan bahwa Receivable Turn Over tidak berpengaruh positif terhadap rentabilitas, tetapi manajemen perputaran piutang harus ditingkatkan, sehingga dapat meningkatkan pendapatan. 2. Bagi Pihak Lain Sebaiknya dalam penelitian berikutnya dianjurkan melakukan penelitian yang sama dengan objek yang diteliti menggunakan seluruh populasi pada Emiten Sektor Perbankan yang Terdaftar di Indonesia guna memberikan informasi yang bermanfaat dalam penelitian tehadap perkembangan suatu/beberapa perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Dendawijaya, L. 2005. Manajemen Perbankan (ed. 2). Bogor: Ghalia Indonesia. _____________. 2009. Manajemen Perbankan (ed. 2). Bogor: Ghalia Indonesia. Gitosudarmo, I dan Basri. 2002. Manajemen Keuangan (ed. 3). Yogyakarta: BPFE. Hakim, A. 2001. Statistika Deskriptif untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: Ekonisia. Hasibuan, M. S.P. 2006. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah (ed. revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Kansil. 2001. Hukum Perusahaan Indonesia. Jakarta: Madya Pramita. Kasmir. 2008. Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers. ______. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Machfoedz. 1994. Financial Ratio Analysis And The Prediction Of Earning Changes in Indonesia. Jakarta: Erlangga. Mulyono, S. 2003. Statistika untuk Ekonomi (ed. 2). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Munawir, S. 2004. Analisis Laporan Keuangan (ed. 4). Yogyakarta: Liberty. Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Riyanto, B. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BEP. Saidi. 2004. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur Go Public di BEJ 1997-2002. Jurnal Bisnis dan Ekonomi vol. 11 no.1 Sawir, A. 2003. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan. Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. ________. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Soemarso. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar (ed. 5). Jakarta: Salemba Empat. Sugiyono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. ________. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. ________. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suhayati dan Anggadini. 2009. Akuntansi Keuangan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta: Penerbit Andi Suwito dan Herawaty. 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Tindakan Perataan Laba yang dilakukan oleh Perusahaan yang Terdaftar di ursa Efek Jakarta. SNA VIII Solo. September Swastha, B dan Ibnu Sukotjo. 2002. Pengantar Bisnis Modern (ed. 6). Yogyakarta: Liberty. Yusuf H. 2001. Dasar-dasar Akuntansi (ed. 6). Jakarta: Salemba Empat. http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2061522-pengertianpiutang/#ixzz2NbwjmbZ7 tanggal 14/03/2013 http://mbegedut.blogspot.com/2012/04/pengertian-definisi-piutangmenurut.html#.UUgR1Rwqxec tanggal 14/03/2013 http://www.adipedia.com/2011/04/mengenal-jenis-jenis-perusahaan.html tanggal 14/03/2013 estomesin.files.wordpress.com/2010/11/peraturan-menteri-perdagangan-republikindonesia-tahun-2009-tentang-surat-izin-usaha-perdagangan.pdf tanggal 14/03/2013