ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUNGA KARANG DAN INVERTEBRATA PT ANEKA TIRTA SURYA TANAH KUSIR, KEBAYORAN LAMA, JAKARTA SELATAN
Oleh : LUTHVIA VAZA CAESAR AGRIZA A14105568
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN LUTHVIA VAZA CAESAR AGRIZA. Analisis Usaha Bunga Karang dan Invertebrata, PT Aneka Tirta Surya, Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan (Di bawah bimbingan SRI HARTOYO) Salah satu sumberdaya alam perairan tropis yang penting dan memiliki potensi yang besar adalah kawasan terumbu karang. Terumbu karang memiliki nilai dan arti yang sangat penting baik dari segi ekologi laut maupun sosial ekonomi. Pemanfaatan perdagangan bunga karang yang diperuntukan bagi pembuatan akuarium laut masih dapat dipertimbangkan mengingat jumlah bunga karang yang diperlukan relatif tidak banyak. Di dunia perdagangan internasional, jenis-jenis koral dimasukkan dalam Appendix II CITES (Convention on International Trade Endangered Species of Wild Fauna And Flora) yang artinya walaupun perdagangan international jenis-jenis koral adalah legal, namun perdagangannya harus dikontrol secara internasional dan ketat untuk mencegah kemungkinan terjadinya eksploitasi berlebihan yang dapat mengakibatkan punahnya jenis-jenis koral tersebut. Salah satu bentuk pemanfaatan hasil terumbu karang dari segi nilai ekonomis yaitu pengelolaan hasil terumbu karang dalam bentuk bunga karang yang diekspor ke berbagai negara. PT Aneka Tirta Surya (ATS) melakukan kegiatan ekspor ke beberapa negara seperti negara-negara Eropa, Amerika maupun Asia. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Menganalisis kelayakan finansial bunga karang dan invertebrata di PT Aneka Tirta Surya 2) Menganalisis perubahanperubahan harga input dan harga output terhadap kelayakan usaha bunga karang di PT Aneka Tirta Surya. Penelitian dilaksanakan di PT Aneka Tirta Surya, Jalan Bendi Utama No.8 Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Pemilihan objek penelitian dilakukan dengan sengaja dengan mempertimbangkan bunga karang dan invertebrata sebagai komoditi utama perusahaan. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2008. Metode pengolahan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah Analisis Kriteria Investasi yang meliputi NPV, Net B/C, IRR dan Payback Periode serta analisis sensitivitas untuk melihat tingkat kelayakan usaha terumbu karang dan invertebrata. PT Aneka Tirta Surya memproduksi jenis bunga karang dan invertebrata. Kedua komoditas tersebut memiliki tingkat nilai ekspor yang tinggi, meskipun dengan volume yang berbeda. Nelayan maupun pemasok menjual komoditas kepada PT ATS rata-rata Rp 10.000,00/ pieces tergantung ketersediaan barang tersebut di pemasok. Harga yang ditawarkan pemasok berbeda-beda tergantung ukuran, jenis dan kualitas. Bahan baku merupakan subsistem yang utama dalam menjalankan perusahaan. Produksi bahan baku berupa koral dan invertebrata yang diperoleh berasal dari Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Bangka Belitung, NTT, NTB, Sulsel, Sultra, Sulteng. Didalam penyediaan bunga karang
di PT ATS, dibagi menjadi beberapa tahap yaitu pemesanan, penyortiran I, penyimpanan, perawatan, penyortiran II dan pendistribusian bunga karang. Berdasarkan volume ekspor penjualan bunga karang maupun jatah kuota yang diberikan oleh pemerintah khususnya pihak BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) sebesar 2.000.000/ pieces /tahun/seluruh perusahaa, maka jatah pangsa pasar (market share) PT Aneka Tirta Surya sebesar 23%. PT Aneka Tirta Surya melakukan kegiatan ekspor ke berbagai negara di Asia, Eropa, Amerika sampai Timur Tengah. Umumnya penjualan yang rutin dilakukan berskala besar mencapai lebih dari 100 boks atau sekitar 1 ton. PT Aneka Tirta Surya melakukan promosi penjualan yaitu dengan mengikuti pameran-pameran bunga karang yang diadakan di luar negeri setiap 2 tahun sekali, seperti Pameran Interzoo di Jerman pada tahun 2004 yang lalu. Rata-rata jumlah produksi terumbu karang sebesar 15-20 pieces per hari dengan harga beli dari pemasok sebesar Rp 10.000,00 / pieces tergantung ketersediaan barang tersebut di pemasok. Rata-rata penjualan produk sebesar 50 US $ / pieces. Pinjaman modal yang diberikan pihak bank adalah sebesar Rp 300.000.000,00 yang harus dilunasi selama 5 tahun dengan bunga sebesar 15 persen dan pelunasannya dilakukan melalui cicilan per tahun sebanyak Rp 58.080.588,00. Pembelian bahan baku terumbu karang yang diterima dari pemasok sebesar 6720 pieces / tahun dengan harga senilai Rp 100.000,00 / pieces atau sekitar 10 US $ / pieces. Biaya pembelian bahan baku merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan oleh perusahaan yaitu mencapai nilai Rp 604.800.000,00/ tahun dari total biaya opearsional perusahaan. Analisis kelayakan finansial PT Aneka Tirta Surya pada tingkat diskonto 11 persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp 1 milyar atau lebih besar daripada nol. Nilai Net B/C yang dihasilkan pada tingkat diskonto 11 persen yaitu sebesar 1,72. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap nilai pengeluaran biaya sebesar Rp 1,00 akan menghasilkan manfaat sebesar 1,72. Hasil analisis tersebut juga menunjukkan bahwa nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 36 persen. Hasil analisis payback periode maka diperlukan waktu selama 2 tahun 5 bulan. Analisis sensitivitas manunjukkan kenaikan harga bahan baku dan penurunan harga penjualan sensitif terhadap perubahan. Hal ini menunjukkan resiko yang besar terhadap usaha ekspor bunga karang dan invertebrata oleh PT Aneka Tirta Surya dalam menjalankan usahanya.
ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUNGA KARANG DAN INVERTEBRATA PT ANEKA TIRTA SURYA TANAH KUSIR, KEBAYORAN LAMA, JAKARTA SELATAN
Oleh : LUTHVIA VAZA CAESAR AGRIZA A14105568
Skripsi Sebagai Salah Satu untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI DENGAN JUDUL ”ANALISIS USAHA BUNGA KARANG DAN INVERTEBRATA DI PT ANEKA TIRTA SURYA, TANAH KUSIR, KEBAYORAN LAMA, JAKARTA SELATAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI
KARYA TULIS
ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, November 2008
Luthvia Vaza Caesar Agriza A14105568
Judul
Nama NRP
: Analisis Usaha Bunga Karang dan Invertebrata PT Aneka Tirta Surya, Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan : Luthvia Vaza Caesar Agriza : A 14105568
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir Sri Hartoyo, MS NIP. 131 124 021
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP 131 124 019
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan putri ketiga dari pasangan Bapak Dr. Ir. H. Moehaimin Sovan dan Ibu Wilujeng Herminanti yang lahir pada tanggal 01 Februari 1984 di Malang. Pada tahun 1990 penulis menamatkan pendidikan Taman Kanak- kanak di TK Endrastek II, Jakarta dan pada tahun 1996 penulis menamatkan pendidikan dasar di SDN Pesanggrahan 02 Pagi, Jakarta. Selanjutnya, penulis melanjutkan menengah pertama di SMPN 177, Jakarta serta menamatkan pendidikan SMA di SMAN 47 Tanah Kusir, Jakarta pada tahun 2002. Pada tahun yang sama, penulis juga diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) di Departemen Ilmu- Ilmu Sosial Ekonomi Perikanan dengan Program Studi Diploma III Manajemen Bisnis Perikanan angkatan 39, melalui progaram test seleksi. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 pada program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil ’alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang senantiasa memberikan kasih sayang, anugerah dan melimpahkan rahmat dan berkahNYA kepada penulis yang tiada habis-habisnya. Maka atas izin Allah SWT pula penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam waktu yang telah ditentukan. Skripsi ini menganalisis bagaimana usaha bunga karang dan invertebrata dimasa yang akan datang, apakah layak untuk dijalankan lebih lanjut dengan melihat keuntungan yang diperoleh pada investasi usaha ini. Akhirnya penulis berharap semoga karya ilmiah atau skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan sebagai bahan referensi dan dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai salah satu komoditas perikanan bagi siapa saja yang membaca. Penelitian ini merupakan hasil maksimal yang dapat dikerjakan oleh penulis, walaupun masih banyak yang perlu diperbaiki.
Bogor, November 2008
Luthvia Vaza Caesar Agriza A14105568
UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillahi robbil ’alamin atas rahmat dan karunia Allah SWT akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Penyelesaian skripsi ini tidaklah terlepas dari bantuan berbagai pihak oleh karena itu, pada bagian ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, ilmu, arahan dan masukan-masukan untuk skripsi ini. 2. Ir. Popong Nurhayati, MS selaku dosen evaluator pada kolokium yang telah memberikan masukan-masukan dan arahan untuk kemajuan skripsi ini. 3. Kedua orang tua penulis, yang tidak ada hentinya mendoakan dan memberi semangat dalam bentuk apapun agar penulis dapat menyelesaikan pendidikan 4. Yogi Sumarga dan Soulthaan Arju Zayd Sumarga. Suami dan calon anakku tercinta, atas semangat, doa, kasih sayang, pengertian, perhatian dan hiburannya selama ini. 5. Keluarga Sovan : Emil san, Fikar san, Dhika, Gani san, Rindha san, Miftah san, Khumaira chan, Althaf Kun, Eshan kun. Terima kasih atas cinta, dorongan dan penjagaan ketat kepadaku selama ini. 6. Bapak Susanto Herlambang selaku direktur PT Aneka Tirta Surya beserta seluruh karyawan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian serta memberikan banyak informasi kepada penulis.
7. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung : Rani dan Lia. Terima kasih selama 15 tahun lebih mendukungku. 8. M15 : Nana, Hani, Asti, Zee, Yanti, Kris, Irma, Dede, Nova, Cici (Alm), Choti, Puspita, Angra, Duna. Terima kasih atas kebersamaan yang indah selama menjadi anak kos. 9. Teman-teman Ekstensi MAB 13 dan D III MBP Angkatan 39. Kebersamaan yang indah selama di IPB. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ........................................................................................ iii DAFTAR GAMBAR.................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ v I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah ........................................................................ 5 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 7 1.4 Kegunaan Penelitian ....................................................................... 8 1.5 Ruang Lingkup Penelitian............................................................... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 9 2.1 Deskripsi Terumbu Karang ............................................................ 9 2.1.1 Ekosistem Terumbu Karang .................................................. 9 2.1.1.1 Aspek Biologi Karang................................................ 9 2.1.1.2 Aspek Ekologi Karang............................................... 10 2.1.2 Pertumbuhan Karang ............................................................ 11 2.1.3 Pemeliharaan Terumbu Karang .......................................... 14 2.2 Transplantasi Karang ...................................................................... 18 2.3 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 18 III. KERANGKA PEMIKIRAN................................................................. 22 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ......................................................... 22 3.1.1 Analisis Proyek…………………………………………….. 22 3.1.1.1 Aspek Pasar................................................................ 23 3.1.1.2 Aspek Teknis.............................................................. 23 3.1.1.3 Aspek Manajemen...................................................... 24 3.1.2 Analisis Finansial .................................................................. 25 3.1.3Analisis Sensitivitas ................................................................27 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ................................................... 28
IV. METODE PENELITIAN ..................................................................... 33 4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 33
4.2
Jenis dan Sumber Data................................................................. 33
4.3
Metode Analisis Data................................................................... 34 4.4.1 Analisis Kriteria Investasi ................................................ 35 4.4.2 Analisis Sensitivitas ......................................................... 36
4.4
Definisi Operasional dan Asumsi Dasar ...................................... 37
V. KERAGAAN ASPEK NON FINANSIAL .......................................... 43 5.1.
Sejarah dan Perkembangan Perusahaan..................................... 43
5.2.
Lokasi Perusahaan ....................................................................... 43
5.3.
Layout Bangunan ......................................................................... 44
5.4
Aspek Teknis
........................................................................ 45
5.4.1 Karakteristik Produk ......................................................... 45 5.4.2 Pedoman Teknis .................................................................. 46 5.4.3 Pemilihan Jenis Teknologi dan Peralatan ........................... 51 5.4.4 Bahan Baku Utama dan Bahan Pembantu ........................ 51 5.5
Aspek Manajemen ..................................................................... 62 5.5.1 Organisasi Perusahaan ...................................................... 64 5.5.1.1 Struktur Organisasi ................................................ 64 5.5.1.2 Ketenagakerjaan ................................................... 65 5.5.1.3 Pembagian Kerja ................................................... 65
5.6
Aspek Pasar
........................................................................... 68
5.6.1 Daya Serap Pasar ............................................................... 70 5.6.2 Kondisi Pasar ..................................................................... 71 5.6.2.1 Rantai Pemasaran ................................................... 71 5.6.2.2 Penetapan Harga ................................................... 72 5.6.2.3 Sistem Pembayaran ................................................ 76 5.6.2.4 Program Pemasaran ................................................ 76
VI. KERAGAAN ASPEK FINANSIAL ................................................ 78 6.1 Arus Tunai ................................................................................. 78 6.1.1 Arus Manfaat .................................................................. 79 6.1.2 Arus Biaya ........................................................................ 81 6.2 Analisis Kriteria Kelayakan Finansial ......................................... 83 6.3 Analisis Sensitivitas
............................................................... 86
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ................................................................................. 89 7.2 Saran ............................................................................................ 89
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 92 LAMPIRAN ............................................................................................. 93
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.
Volume dan Nilai Ekspor Bunga Karang Indonesia Menurut Negara Tujuan Pada Tahun 2002-2006 .................................................................................... 4
2.
Data Karyawan PT Aneka Tirta Surya .......................................... 65
3.
Data Penjualan Bunga Karang dan Invertebrata PT Aneka Tirta Surya Periode 2002-2006 ................. 69
4.
Coefisien Variant Rata-Rata Penjualan Tahun 2002-2006 ............ 70
5.
Data Pembelian Bunga Karang dan Invertebrata PT Aneka Tirta Surya Periode 2002-2006 ............... 75
6.
Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Rata-Rata Bank Umum Periode Oktober 2007 – September 2008 ................................................... 79
7.
Proyeksi Penjualan Total PT Aneka Tirta Surya ................................... 80
8.
Biaya Operasional Rata-rata pertahun PT Aneka Tirta Surya ...... 82
9.
Tarif Pajak Untuk Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap ............................................................... 84
10.
Hasil Analisis Kelayakan Usaha PT Aneka Tirta Surya pada Tingkat Diskonto 11 Persen ................................................... 85
11.
Analisis Switching Value Terhadap PT Aneka Tirta Surya Pada Tingkat Diskonto 11 persen ................................................ 88
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Bagan Kerangka Pemikiran Operasional .................................... 32
2.
Aliran Proses Produksi ............................................................... 57
3.
Kepengurusan Surat-Surat Ekspor ............................................. 62
4.
Struktur Organisasi PT Aneka Tirta Surya ................................. 65
5.
Alur Kegiatan Operasional PT Aneka Tirta Surya ..................... 71
6.
Pameran Interzoo di Jerman ...................................................... 77
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Analisis Kelayakan Finansial PT Aneka Tirta Surya .................... 94
2.
Analisis Switching Value Kenaikan Bahan Baku Sebesar 80% ................................................................................. 97
3.
Analisis Switching Value Penurunan Harga Penjualan Sebesar 30,11% .............................................................................. 100
4.
Analisis Switching Value Kenaikan Harga Bahan Baku dan Penurunan Penjualan ....................................................................................... 103
5.
Daftar Nama Importir dan Pemasok ............................................. 104
6.
Layout Perusahaan PT Aneka Tirta Surya .................................... 105
7.
Sarana dan Prasarana PT Aneka Tirta Surya ................................. 106
8.
Bunga Karang Produk PT Aneka Tirta Surya .............................. 107
9.
Jenis dan Ukuran Karang Hias Yang Diperdagangkan .................. 108
10.
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)............................................ 110
11.
Contoh General Invoice ............................................................... 111
12.
Salinan Surat Izin Usaha Pengedar Koral .................................... 112
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Keberhasilan sektor perikanan mempunyai peranan penting di Indonesia,
antara lain berfungsi sebagai sumber devisa bagi pembiayaan pembangunan negara. Pemanfaatan potensi perikanan dapat terus dikembangkan, sehingga dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan petani atau nelayan, pendapatan regional dan devisa negara. Salah satu sumberdaya alam perairan tropis yang penting dan memiliki potensi yang besar adalah kawasan terumbu karang. Terumbu karang dapat dijadikan sebagai sumber mata pencaharian utama bagi ratusan hingga ribuan nelayan Indonesia yang subsisten. Terumbu karang juga dapat berfungsi sebagai penahan terhadap erosi gelombang laut (Nybakken, 1988). Terumbu karang memiliki nilai dan arti yang sangat penting baik dari segi ekologi laut maupun sosial ekonomi. Ditinjau dari segi ekologi laut, terumbu karang memiliki fungsi antara lain sebagai gudang keanekaragaman hayati, tempat tinggal sementara atau tetap, tempat mencari makan, berpijah, daerah asuhan dan tempat berlangsungnya siklus biologi, kimia, fisika secara global yang memiliki tingkat produktivitas yang sangat tinggi dan juga sebagai pelindung dari hempasan gelombang. Dari segi sosial ekonomi, terumbu karang memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Indonesia merupakan negara pemilik terumbu karang terluas kedua di dunia setelah Australia, dengan luas 51.000 kilometer persegi atau 17 persen dari luas terumbu karang dunia. Ekosistem terumbu karang tersebut tersebar di hampir dua per tiga garis pantai Indonesia yang panjangnya 80.000 km. Koral atau karang
2
hias adalah sejenis hewan berongga penghasil kapur. Koral merupakan bagian dari suatu ekosistem terumbu karang yang merupakan sumber keanekaragaman hayati laut yang paling kaya. Pemanfaatan perdagangan bunga karang yang diperuntukan bagi pembuatan akuarium laut masih dapat dipertimbangkan mengingat jumlah bunga karang yang diperlukan relatif tidak banyak. Ukuran bunga karang yang diambil biasa relatif kecil dan cara mengambilnya dari lautpun dilakukan dengan hati-hati supaya bunga karang tetap hidup. Dari segi manfaat, akuarium laut penting artinya sebagai wahana untuk hiburan dan rileksasi bagi orang-orang di kota-kota besar yang sibuk dengan pekerjaannya. Terumbu karang dapat menjadi sumber devisa yang diperoleh dari para pengelola wisata selam dan kegiatan wisata bahari lainnya. Disamping itu, karena keanekaragaman hayatinya yang unik. Terumbu karang menarik perhatian besar para ahli, mahasiswa, perusahaan farmasi, sehingga hal ini mendorong permintaan luar negeri atau perdagangan bunga karang bertambah. Permintaan komoditas dari luar negeri terus bertambah, mengingat indonesia merupakan negara tropis terluas penghasil bunga karang. Dalam perdagangan internasional, jenis-jenis koral dimasukkan dalam Appendix II CITES (Convention on International Trade Endangered Species of Wild Fauna And Flora) yang artinya walaupun perdagangan international jenisjenis koral adalah legal, namun perdagangannya harus dikontrol secara internasional dan ketat untuk mencegah kemungkinan terjadinya eksploitasi berlebihan yang dapat mengakibatkan punahnya jenis-jenis koral tersebut. Sumber pengambilan koral yang perdagangannya diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah
3
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 62/Kpts-II/1998 tentang Tata Usaha Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar berasal dari luar kawasan konservasi (kawasan pelestarian alam dan kawasan suaka alam). Izin sebagai pengedar Tumbuhan dan Satwa Liar Dalam Negeri diterbitkan oleh Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Pemegang izin sebagai pengedar dalam negeri yang akan mengambil atau menangkap satwa wajib memiliki izin pengambilan atau penangkapan yang diterbitkan oleh Kepala Balai KSDA, serta wajib memiliki tempat dan fasilitas penampungan tumbuhan dan satwa liar yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal. Satwa hasil penangkapan, dapat diangkut ke daerah lain untuk diedarkan di dalam negeri, atau dapat juga diangkut ke pengedar dalam negeri di daerah lain yang selanjutnya diangkut ke luar negeri. Pengangkutan di dalam negeri spesimen satwa liar wajib dilengkapi dengan Surat Angkut Tumbuhan dan Satwa Liar Dalam Negeri (SATS-DN) yang diterbitkan oleh Kepala Balai KSDA. Dalam hal ini AKKII (Asosiasi Koral, Kerang dan Ikan Hias Seluruh Indonesia) diberikan kewenangan dalam memegang izin pengedar khusus komoditas satwa laut yang langka. Salah satu bentuk pemanfaatan hasil terumbu karang dari segi nilai ekonomis yaitu pengelolaan hasil terumbu karang dalam bentuk bunga karang yang diekspor ke berbagai negara. PT Aneka Tirta Surya (ATS) melakukan kegiatan ekspor ke beberapa negara seperti negara-negara Eropa, Amerika maupun Asia. Perusahaan yang bergerak dalam bisnis ekspor tanaman/ hewan laut (bunga karang) berjumlah kurang lebih 20 perusahaan yang tersebar di berbagai
4
daerah di indonesia yaitu Jakarta, Tangerang, Bogor, Bekasi, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali (AKKII, 2003). Untuk mengetahui volume dan nilai ekspor bunga karang Indonesia kebeberapa Negara tujuannya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Bunga Karang Indonesia Menurut Negara Tujuan Pada Tahun 2002-2006 Produksi 2002 Volume (Kg) Nilai (US$) 2003 Volume (Kg) Nilai (US$) 2004 Volume (Kg) Nilai (US$) 2005 Volume (Kg) Nilai (US$) 2006 Volume (Kg) Nilai (US$)
Jepang
Italia
Negara Amerika
Perancis
Jerman
163145 308240
35649 143381
3660 12931
588 862
16497 15483
104696 178537
403532 258315
25059 79842
22958 8162
15753 12891
114709 156455
513407 345879
30509 87850
25697 10752
16783 13780
126540 160578
505390 257600
48760 92713
24789 9754
18480 16789
168753 324758
567986 287509
49763 93723
25762 9875
20745 18388
Sumber : AKKII, 2007
Berdasarkan pada Tabel 1, volume dan nilai ekspor mengalami peningkatan ekspor secara signifikan, meskipun pada tahun 2003 sempat mengalami penurunan. Volume penurunan dikarenakan stok komoditas di Indonesia yang masih relatif belum stabil. Jepang dan Italia merupakan dua negara pengimpor bunga karang terbesar di dunia. Peluang peningkatan ekspor ke dua Negara tersebut maupun Negaranegara lainnya masih terbuka, mengingat jumlah permintaan yang semakin meningkat. Dukungan oleh potensi serta peluang pasar yang semakin luas dan terbuka, Indonesia sebenarnya mempunyai kesempatan sebagai pemasok bunga
5
karang. Nilai ekonomi melalui ekspor ini sangat tinggi karena pasar internasional masih terbuka lebar. Pemanfaatan karang dalam perdagangan dunia biasanya untuk keperluan estetika dan farmasi. Di bidang agribisnis dan agroindustri, sektor perikanan termasuk salah satu penyumbang devisa negara nonmigas cukup besar bersama sektor kehutanan dan perkebunan. Sesuai dengan sasaran yang diharapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Kelautan dan Perikanan tahun 2005 – 2009, kontribusi sektor perikanan terhadap produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2009 diharapkan mencapai 5,10% ( Faisal, 2007). Ada beberapa alasan kenapa pendekatan agribisnis-agroindustri menjadi hal yang diprioritas (a) dengan agribisnis-agroindustri peluang usaha yang menguntungkan masyarakat menjadi lebih banyak (b) dengan agribisnisagroindustri masyarakat dapat meningkatkan nilai tambah produknya (c) dengan adanya agribisnis-agroindustri dapat menampung lebih banyak tenaga kerja (d) dengan adanya kegiatan ini dapat meningkatkan variabilitas produk yang dihasilkan masyarakat pesisir (e) dapat berdampak pada peningkatan ekspor nonmigas dan devisa negara (f) dan dengan ini dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
1.2
Perumusan Masalah Indonesia memiliki biodiversitas (keanekaragaman) ekosistem laut paling
tinggi di dunia, termasuk terumbu karang di dalamnya. Perairan yang kaya mineral dan sinar matahari itu merupakan lahan subur untuk pertumbuhan terumbu karang. Sebagai ekosistem terumbu karang sangat kompleks dan produkstif dan keanekaraman jenis biota yang amat tinggi. Variasi bentuk
6
pertumbuhannya di Indonesia sangat kompleks dan luas sehingga bisa ditumbuhi oleh jenis biota lain. PT Aneka Tirta Surya (ATS) merupakan salah satu perusahaan eksportir bunga karang dan invertebrata. Perusahaan penampungan terumbu karang di Indonesia yang diberikan ijin oleh pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) hanya sebanyak 20 perusahaan. Ijin tersebut diberikan untuk pengumpulan terumbu karang di laut yang jenisnya tidak dilindungi. Untuk tetap memenuhi permintaan konsumen, perusahaan terus memproduksi bunga karang melalui kegiatan penampungan dan pemeliharaan komoditas sesuai pedoman teknis yang dianjurkan pihak pemerintah. Perdagangan bunga karang, masih dapat diizinkan apabila lokasi pengambilan dan luasnya dapat dipetakan secara jelas. Berdasarkan peta lokasi pengambilan bunga karang itu, pihak management authority dan scientific authority dapat menentukan jenis-jenis bunga karang yang dapat dimanfaatkan secara ekonomis di lokasi tersebut tanpa mengganggu pelestariannya, yaitu dengan menghitung jumlah stok bunga karang yang dimanfaatkan dan menentukan kuota yang boleh diambil dari lokasi tesebut dalam jangka waktu tertentu. Pengendalian persediaan terumbu karang sangat penting dilakukan oleh PT Aneka Tirta Surya untuk menjaga kontinuitas usaha tersebut. Menganalisis aspek-aspek kelayakan usaha memegang peranan penting dalam menjaga kelangsungan proses produksi perusahaan. Salah satu permasalahan yang dihadapi perusahaan yaitu secara teknis belum mampu menyediakan terumbu karang yang sesuai dengan pesanan. Hal ini disebabkan keterbatasan komoditas di alam dan
7
pemeliharaan di kolam penampungan. Selain itu faktor non teknis yaitu kelayakan aspek yang diterapkan di perusahaan. Oleh karena itu yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sampai sejauh mana kelayakan usaha bunga karang yang dijalankan oleh PT Aneka Tirta Surya.
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai atau diharapkan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Menganalisis kelayakan finansial bunga karang dan invertebrata di PT Aneka Tirta Surya. 2. Menganalisis perubahan-perubahan harga input dan harga output terhadap kelayakan usaha bunga karang di PT Aneka Tirta Surya.
1.4
Kegunaan Penelitian
1. Bagi PT Aneka Tirta Surya, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi atau bahan pertimbangan dalam mengelola tingkat persediaan bunga karang dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan perusahaan. 2. Bagi peneliti, penelitian ini sangat bermanfaat, khususnya peneliti dapat menerapkan segala informasi dan pengetahuan yang telah dipelajarinya dalam perkuliahan. 3. Sebagai bahan informasi dan bahan rujukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
8
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini aspek non finansial yang dibahas adalah aspek teknis,
aspek manajemen dan aspek pasar. Aspek finansial yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kriteria kelayakan investasi yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit per Cost (Net B/C), dan Discounted Payback Periode. Dibahas mengenai kegiatan proses produksi yang meliputi penerimaan komoditas, pemeliharaan hingga penjualan bunga karang ke negara-negara tujuan ekspor. Lingkup penelitian ini adalah PT Aneka Tirta Surya, bunga karang dari pemasok, serta pihak yang berwenang dalam pemberian izin ekspor.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Deskripsi Terumbu Karang
2.1.1 Ekosistem Terumbu Karang Komunitas dalam ekologi didefinisikan sebagai kumpulan biota yang hidup dalam suatu lingkungan yang sama. Komunitas biota dan lingkungannya memiliki fungsi bersama-sama sebagai suatu sistem ekologi atau lebih sering dinamakan ekosistem (Odum, 1988). 2.1.1.1 Aspek Biologi Karang Karang (coral) adalah hewan dari ordo scleractinia, yang semua anggotanya mempunyai skeleton (kerangka) batu kapur keras. Cara hidup karang khususnya karang hermatifik (karang pembangun terumbu) yang sangat tergantung pada sinar matahari. Hewan karang hidup dengan membentuk koloni yang terbangun dalam bentuk terumbu. Makanan utama hewan karang adalah senyawa organik yang dihasilkan dan diekskresikan oleh zooxanthellae yang hidup di dalam jaringannya. Zooxanthellae mampu mensuplai 98 % total kebutuhan makanan bagi hewan karang. Sumber makanan lainnya berupa debris organik atau plankton (Odum, 1988). Perkembangbiakan hewan karang dapat terjadi dengan dua cara yaitu secara vegetatif dan generatif. Secara vegetatif merupakan cara memperbanyak diri dengan membelah diri berulang kali. Secara generatif, merupakan pembuahan antar sel kelamin jantan dan sel kelamin betina yang terdapat dalam satu polip dan biasanya dalam jaringan yang sama.
10
2.1.1.2 Aspek Ekologi Karang Terumbu karang merupakan ekosistem khas yang tersebar di perairan dangkal wilayah lautan topis. Penyebarannya hampir secara eksklusif antara 30° LU dan 30° LS, dan terkonsentrasi pada empat bidang besar yaitu Laut Merah dan Samudera Hindia bagian barat, Samudera Hindia dan Samudera Pasifik bagian barat (Indo-Pasifik), Samudera Pasifik Selatan, dan Laut Karibia dan Samudera Atlantik bagian barat. Ketergantungannya terhadap sinar matahari dan perairan yang hangat di daerah tropis, terumbu karang hanya berkembang baik pada perairan dangkal laut ekuatorial di daerah berlintang rendah. Sukarno (1995) dalam Dinny (2002), penyebaran terumbu karang dibatasi oleh permukaan yang isoterm 20°C. Terumbu karang adalah suatu ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO3) khususnya jenis-jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya seperti jenis mollusca, crustacean, echinodermata, polichaeta, porifera dan tunikata serta biota-biota lainnya yang hidup bebas di perairan sekitarnya termasuk jenis-jenis plankton dan jenis-jenis ikan. Terumbu karang dibedakan antara hewan karang (reef coral) sebagai individu organisme dan terumbu karang (coral reef) sebagai suatu ekosistem termasuk organisme karang. Dikenal dua kelompok terumbu karang yaitu karang yang membentuk terumbu (karang hermatipik) dan karang yang tidak dapat membentuk terumbu (karang ahermatipik). Kelompok pertama dalam prosesnya bersimbiosis dengan zooxanthellae dan membutuhkan sinar matahari untuk membentuk bangunan dari kapur yang kemudian dikenal sebagai reef building corals, sedangkan kelompok kedua tidak dapat membentuk bangunan kapur
11
sehingga dikenal sebagai non-reef building corals dimana secara normal hidupnya tidak tergantung pada sinar matahari. Ekosistim ini adalah ekosistim daerah tropis yang memiliki keunikan dan keindahan yang khas yang pemanfaatannya harus secara lestari. Ekosistim terumbu karang ini umumnya terdapat pada perairan yang relatif dangkal dan jernih serta suhunya hangat ( lebih dari 22 derajat celcius) dan memiliki kadar karbonat yang tinggi. Binatang karang hidup dengan baik pada perairan tropis dan sub tropis serta jernih karena cahaya matahari harus dapat menembus hingga dasar perairan. Sinar matahari diperlukan untuk proses fotosintesis, sedangkan kadar kapur yang tinggi diperlukan untuk membentuk kerangka hewan penyusun karang dan biota lainnya. Menurut
Nybakken (1988), terumbu karang memiliki produktivitas
organik yang tinggi, mengatakan secara biologis terumbu karang merupakan ekosistem yang paling produktif di perairan tropis dan bahkan mungkin di seluruh ekosistem baik di laut maupun di daratan. Hal tersebut dikarenakan kemampuan terumbu karang untuk menahan nutrient dalam sistem dan berperan sebagai kolam untuk menampung segala masukan dari luar. Selain itu, terumbu karang yang sehat memiliki keragaman spesies penghuninya dan ikan merupakan organisme yang jumlahnya terbanyak. 2.1.2 Pertumbuhan Karang Sebaran terumbu karang dipengaruhi beberapa faktor lingkungan. Secara umum faktor-faktor lingkungan tersebut adalah seperti berikut :
12
1. Kedalaman Kebanyakan terumbu karang tumbuh pada kedalaman kurang dari 25 meter dan tidak dapat hidup di perairan yang lebih dalam dari 50 – 70 meter. Alasan adanya pembatasan kedalaman adalah kebutuhan karang hermatipik dengan cahaya. 2. Cahaya Cahaya merupakan faktor pembatas bagi terumbu karang, hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis yang dilakukan oleh zooxanthellae
yang
membutuhkan sinar matahari. Tanpa cahaya yang cukup laju fotosintesis akan berkurang dan bersamaan dengan itu kemampuan karang untuk menghasilkan kalsium karbonat dan membentuk terumbu akan berkurang pula (Nybakken, 1992). Faktor yang mempengaruhi penetrasi cahaya antara lain kondisi cuaca, kekeruhan dan waktu pengamatan. 3. Suhu Suhu optimal untuk terumbu karang ialah sekitar 23°C - 25°C dan masih dapat mentolerir suhu hingga 36°C - 40°C (Nybakken, 1992). Perubahan suhu yang teramat besar dapat berakibat mematikan sebagian besar jenis karang batu sehingga yang dapat hidup hanyalah jenis-jenis yang kuat. Suhu memiliki peranan penting dalam membatasi penyebaran terumbu karang. Tingkat suhu yang ekstrim akan mempengaruhi binatang karang, seperti metabolisme, reproduksi dan pengapuran (kalsifikasi).
13
4. Salinitas Kisaran salinitas normal untuk terumbu karang yaitu 32 ‰ – 35 ‰, terumbu karang masih dapat hidup dalam batas kisaran salinitas 25 ‰- 40 ‰. 5. Sedimentasi Terumbu karang tidak dapat hidup di daerah yang sedimentasinya tinggi, karena sediment ini akan menutupi polip-polip karang sehingga karang tidak mendapatkan makanan dan sinar
matahari yang dibutuhkan untuk
kehidupannya. 6. Substrat Substrat yang keras dan bersih diperlukan sebagai tempat melekatnya larva planula, sehingga memungkinkan pembentukan koloni baru (Sukarno et al, 1983). Substrat keras ini dapat berupa benda padat yang terdapat di dasar laut, yaitu batu, cangkang moluska bahkan kapal karam (Nontji, 1984). 7. pH Terumbu karang sebagai biota laut membutuhkan tingkat keasaman yang sesuai dengan pH rata-rata yang terdapat di perairan laut. Menurut Tomascik et.al (1997), habitat yang cocok bagi pertumbuhan karang adalah yang memiliki pH 8,2-8,5. Perubahan pH air laut (asam atau basa) akan mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas biologis (Bishop, 1983 dalam Abel, 1989). Jika nilai pH tinggi atau bersifat asam berarti kandungan oksigen rendah.
14
2.1.3 Pemeliharaan Terumbu Karang Sesuai dengan pembahasan awal tentang terumbu karang, jenis koral yang dapat dipelihara adalah jenis yang bersimbiosis dengan alga (berfotosintesis), di mana koral jenis ini mendapatkan makanan dari limpahan nutrisi alga yang tumbuh bersama dengannya. Sedangkan jenis koral non-simbiosis sebaiknya dihindari karena tingkat kesulitan yang tinggi untuk memeliharanya. Dari sekian banyak koral yang berfotosintesis, dan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti temperatur dan lain-lain, maka berikut adalah jenis-jenis koral umum, dimulai dari yang mudah dipelihara : 1.
Koral Jamur (Actinodiscus sp., Ricordea sp., dan Rhodactis sp.) Sejenis koral yang tidak berkarang yang berbentuk mirip jamur yang biasa
kita jumpai di daratan. Beberapa di antara mereka adalah yang mempunyai permukaan kulit yang halus (Actinodiscus sp.), ada yang sedikit kasar (Rhodactis sp.) dan ada yang mempunyai tentakel-tentakel kecil (Ricordea sp.). Jamurjamuran mempunyai toleransi terhadap yang cukup tinggi terhadap jumlah cahaya, temperatur bahkan kualitas air. 2.
Karang Piring Pendek (Fungia sp.) Fungia merupakan koral berkarang yang soliter (tidak berkoloni). Seperti
jamur-jamuran mereka juga mempunyai tingkat adaptasi yang cukup tinggi (tapi perhatikan bahwa sepupunya – Karang Piring (Heliofungia sp.) mempunyai tingkat adaptasi kebalikannya). Fungia bisa beradaptasi dengan pencahayaan yang kurang, temperatur yang tinggi dan juga kualitas air yang relatif buruk. Hanya saja tidak seperti jamur-jamuran yang mudah berkembang biak, Fungia termasuk jarang berkembang biak di akuarium.
15
3.
Kolang Kaling Buah (Plerogyra sinuosa) Dengan cahaya yang cukup, arus yang bagus, serta suplai kalsium yang
memadai, maka Buah dapat tumbuh yang berkembang semakin besar dalam akuarium. Beberapa Kolang Kaling Buah juga mempunyai cara pemeliharaan yang sama, hanya saja mereka membutuhkan kualitas air yang lebih prima (nitrat mendekati angka nol). Mereka adalah Kolang Kaling Beras (Plerogyra sp.), Kolang Kaling Mutiara (physogyra lichtensteini), dan Kolang Kaling Buah Cabang (Plerogyra simplex). 4.
Karang Nanas, Karang Lobo, Karang Otak, Karang Gigi, Karang Melati, Karang Donat Karang Nanas (Favia sp.), Karang Lobo (Lobophyllia sp.), Karang Otak
(Trachyphyllia
sp.),
Karang
Gigi
(Caulastrea
sp.),
Karang
Melati
(Nemenzophyllia turbida), dan Karang Donat (Scolymia sp.) adalah jenis-jenis koral berkarang yang juga relatif mudah dipelihara. Membutuhkan pencahayaan sedang, arus sedang, kualitas air yang prima. 5.
Karang Payungan, Payungan Keriting, Karang Muda Payungan (Sarcophyton sp.), Payungan Keriting (Lobophytum sp.), dan
Karang Muda (Cladiella sp., Capnella sp.) adalah jenis karang lunak (soft coral) yang relatif mudah dipelihara. Hanya saja setelah beberapa tahun tinggal di dalam akuarium, insting untuk mendominasi wilayah tidak dapat dihindarkan. Kedua jenis hard coral ini biasa ditemukan di daerah berpasir dan mengandung banyak nutrisi pada kandungan airnya. Sistem filtrasi dengan penggunaan protein skimmer sangat tidak disarankan untuk pemeliharaan koral ini. Diduga mereka
16
banyak menyerap nutrisi dari air yang tidak didapat dari akuarium berproteinskimmer. 6.
Polip Kuning (Parazoanthus sp.), Polip Kancing/Pasir (Protopalythoa sp., Zoanthus sp.) Jenis polip relatif mudah dipelihara juga, hanya saja membutuhkan cahaya
yang relatif lebih tinggi dari koral-koral yang telah disebutkan sebelumnya. Jika polip-polip ini ditempatkan pada akuarium dengan pencahayaan sedang, sebaiknya ditempatkan pada bagian atas di mana terdapat penetrasi cahaya yang cukup. Polip juga termasuk koral yang mudah berkembang biak dengan cara mrnghasilkan kulit yang kemudian diikuti oleh polip-polip muda. Dengan cahayaa yang bagus, polip kuning dengan mudah akan menyebar ke bebatuan sekitarnya. 7.
Karang Pipa Salim (Blastomussa merletti), Karang Anemone, Karang Kuku, Siwalan, dan lain-lain (Euphyllia sp.) Sedikit lebih sulit adalah koral-koral dari genus Euphyllia dan Karang Pipa
Salim (Blastomussa merletti). Membutuhkan cahaya dan arus sedang tetapi dengan kualitas air yang prima, mereka adalah Karang Anemone (Euphyllia glabrescens), Karang Kuku (Euphyllia parancora), Karang Kopal (Euphyllia paradivisa), Karang Babut (Euphyllia divisa), dan Siwalan (Euphyllia ancora). Meskipun masih tergolong mudah untuk dipelihara, koral-koral ini membutuhkan penanganan yang baik, terutama dari segi kualitas air. Sehingga pengukuran kadar nitrat secara periodik sangat diperlukan.
17
8.
Polip Cengkeh (Clavularia sp.), Karang Pipa (Tubipora musica), Polip Bintang (Pachyclavularia violacea) Polip Cengkeh, Karang Pipa, dan Polip Bintang adalah keluarga soft coral
juga. Meskipun demikian kemampuan mereka dalam mengeluarkan racun untuk kompetisi ruang sangat minim. Hanya saja pencahayaan yang lebih kuat sangat dibutuhkan demi kelanjutan kehidupan mereka di dalam akuarium. Meski koral-koral ini termasuk sangat mudah berkembang biak, pertumbuhan mereka sangat dibatasi oleh sengatan tentakel-tentakel dari hard coral. 9.
Batu Yo (Goniopora sp.) dan Batu Yo Cabang (Alveopora sp.) Kedua jenis hard coral ini biasa ditemukan di daerah berpasir dan
mengandung banyak nutrisi pada kandungan airnya. Sistem filtrasi dengan penggunaan protein skimmer sangat tidak disarankan untuk pemeliharaan koral ini. Diduga mereka banyak menyerap nutrisi dari air yang tidak didapat dari akuarium ber-proteinskimmer. 10.
Karang Piring (Heliofungia sp.), Kolang Kaling Kembang (Catalaphyllia jadirnei) Karang Piring dan Kolang Kaling Kembang merupakan koral dengan
tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Mereka sangat membutuhkan kualitas air yang prima, sehingga disarankan agar pemeliharaan hanya bisa dilakukan setelah sistem (akuarium) sudah matang selama beberapa bulan sebelum mereka mulai ditempatkan. Juga faktor temperatur sangat berpengaruh terhadap kesehatan mereka. Temperatur pada kisaran 23 sampai dengan 25 °C mutlak diperlukan. Kolang Kaling Kembang juga merupakan salah satu koral dengan sengatan terkuat. Hindarkan koral lain dari jangkauannya. Sedang Karang Piring
18
merupakan koral soliter yang biasa ditemukan pada permukaan pasir. Untuk meniru pola kehidupan aslinya, penempatannya pada akuarium harus pada permukaan pasir, bukan di atas batu karang.
2.2
Transplantasi Karang Transplastasi karang (budidaya karang) merupakan proses penumbuhan
potongan karang yang diambil dari bibit yang sudah dipilih dan ditempelkan pada substrat buatan. Bibit karang yang diambil ¼ bagian dari bibit tersebut dengan cara dipotong kecil ± 4-5 cm (tergantung ukuran induk karang bibit) secara hatihati agar tidak terjadi stress yang berlebihan, kemudian ditempelkan pada substrat buatan dengan menggunakan perekat (lem) yang ramah lingkungan atau diikatkan pada substrat buatan dengan menggunakan tali plastik (AKKII, 2003).
2.3
Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Ambar (2001) dengan judul Keragaan dan Analisi Kelayakan Investasi Usaha Budidaya Lobster di CV Mutiara Dua, Pelabuhan Ratu, Sukabumi menunjukkan bahwa usaha budidaya lobster di CV Mutiara Dua layak dilaksanakan dan dikembangkan. Hal tersebut ditinjau dari aspek teknis, aspek pemasaran, dan aspek fianansial. Kriteria investasi yang diperoleh dengan discount factor sebesar 24% (tingkat suku bunga pinjaman Bank BRI) adalah Net Present Value sebesar Rp 213 juta dan Net B/C sebesar 3,45. dari nilai kriteria investasi yang diperoleh, maka usaha budidaya lobster di CV Mutiara Dua secara finansial layak untuk dilaksanakan lebih lanjut.
19
Penelitian mengenai Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tambak Udang Windu CV Surya Putra Agroindustri di Kecamatan Sindang barang, Kabupaten Cianjur, dilakukan oleh Ruslan pada tahun 2004. hasil penelitiannya menjelaskan analisis usaha yang dilakukan menunjukkan kegiatan tersebut menguntungkan. Hasil analisis kelayakan finansial usaha didapatkan nilai NPV (+), Net B/C ≥ 1. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa usaha tambak udang di CV Surya Putra Agroindustri dikategorikan layak untuk dijalankan. Penelitian yang dilakukan oleh Femmy (2000) dengan judul Analisis Ekonomi Terumbu Karang (Studi Kasus di Kawasan Kelurahan Pulau Kelapa, Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, DKI Jakarta). Penelitian tersebut menjelaskan bahwa nilai ekonomi terumbu karang di kawasan Kelurahan Pulau Kelapa yang berada di dalam wilayah Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu adalah sebesar nilai manfaat total ekosistem terumbu karang kawasan tersebut. Apabila kawasan tersebut rusak atau tidak lagi dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Masyarakat setempat yang hidupnya sangat tergantung pada baikburuknya kualitas terumbu karang tersebut. Umumnya nelayan adalah pihak yang langsung menderita kerugian ekonomi sebesar nilai manfaat total ekonomi tersebut. Disisi lain masyarakat luar tidak lagi dapat menikmati manfaat keberadaan yang dalam hal ini ekoturisme dari kawasan terumbu karang wilayah Pulau Kelapa. Sari (1997) mengadakan penelitian pada PT. Ika Nusa Fishtama di Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Tanggamus, Propinsi Lampung. Dalam menganalisis proyek pembangunan usaha tambak udang digunakan kriteria investasi NPV, Net B/C dan IRR. Selain itu juga dilakukan analisis terhadap
20
sensitivitas usaha terhadap kemungkinan terjadinya perubahan harga input maupun harga output. Hasil analisis diperoleh nilai NPV sebesar Rp 4 milyar; Net B/C ratio 2,90 dan IRR 55,38. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan tambak udang yang direncanakan ini menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga benur 9,14 persen diperoleh NPV sebesar Rp 3 milyar; IRR 50,68 dan Net B/C ratio 2,63. analisis sensitivitas ini juga terhadap penurunan harga udang sebesar 3,05 persen diperoleh nilai NPV Rp 4 milyar; IRR 54,93 persen dan Net B/C ratio 2,87. hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa harga kenaikan harga benur 9,14 persen dan penurunan harga udang tidak terlalu mempengaruhi permintaan perusahaan. Suherliyanti (2003) dalam penelitiannya tentang analisis kelayakan finansial perusahaan tahu di Kabupaten Sumedang, mengkaji keragaan usaha tahu di Kabupaten Sumedang yang dibagi ke dalam dua skala usaha, yaitu skala usaha menengah dan skala usaha kecil. Hasil kajian menunjukkan bahwa usaha tahu Sumedang secara finansial layak untuk dilaksanakan pada kedua skala usaha dengan umur proyek selama 7 tahun. Berdasarkan hasil perhitungan analisis finansial bahwa usaha tahu pada skala menengah layak untuk diusahakan yang ditunjukkan dengan nilai NPV yang lebih besar daripada nol (NPV > 0) yaitu sebesar Rp 500 juta; Rasio Net B/C yang dihasilkan lebih besar (Net B/C > 0) yaitu sebesar 5,8 dengan nilai IRR yang diperoleh sebesar 150 persen serta tingkat pengembalian investasi selam 9 bulan. Sementara untuk skala usaha kecil, usaha tahu ini layak untuk diusahakan yang ditunjukkan dengan nilai NPV yang lebih besar daripada nol (NPV > 0) yaitu sebesar Rp 125 juta; Rasio Net B/C yang
21
dihasilkan sebesar 3,6 dengan nilai IRR yang diperoleh sebesar 85 persen serta tingkat pengembalian investasi selama 1 tahun 4 bulan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu pada penelitian ini dilakukan analisis sensitivitas dengan variasi lain yaitu perubahan harga input maupun output pada komoditas bunga karang dan invertebrata. Dalam analisis ini akan dicoba melihat kondisi kelayakan perusahaan ekspor terumbu karang yang terjadi apabila dilakukan perubahan-perubahan dalam biaya dan manfaat. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat sampai sejauh mana perubahan yang terjadi dapat ditoleransi dan akhirnya membuat suatu usaha tidak layak untuk dilaksanakan.
22
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis Suatu usaha mengindikasikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan
investasi. Di bidang pertanian, kegiatan investasi yang dilakukan mempunyai suatu konsekuensi yang besar. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan serta pengkajian yang mendalam dan menyeluruh mengenai pemanfaatan modal, untuk melihat besarnya manfaat yang diperoleh serta besarnya biaya yang dikeluarkan. Selanjutnya diperlukan suatu analisis yang disebut studi kelayakan usaha atau studi kelayakan proyek, yang melihat secara menyeluruh berbagai aspek mengenai kemampuan suatu proyek dalam memberikan manfaat sehingga resiko kerugian dimasa yang akan datang dapat diantisipasi. 3.1.1 Analisis Proyek Proyek bisnis pada dasarnya merupakan proyek investasi. Beberapa ahli mendefinisikan proyek sebagai suatu usaha yang direncanakan sebelumnya dan memerlukan sejumlah pembiayaan serta penggunaan masukan (input) lain, yang bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit) atau suatu aktivitas yang mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan datang, dan yang dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit (Kadariah et al., 1998).
23
Menurut Gitinger (1986), analisis proyek adalah memperbaiki pemilihan investasi. Sumber-sumber yang tersedia terbatas maka perlu diadakan pemilihan antara berbagai macam proyek. Tujuan melakukan studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk suatu kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Kesalahan dalam memilih proyek dapat mengakibatkan pengorbanan terhadap sumber-sumber yang langka. Ada beberapa aspek dalam analisa proyek, diantaranya aspek pasar, teknis, manajemen dan finansial. 3.1.1.1 Aspek Pasar Aspek pasar bertujuan untuk menguji serta menilai sejauh mana pemasaran dari produk yang dihasilkan dapat mendukung pengembangan usaha / proyek yang direncanakan (Ibrahim, 2003). Para pemasar menggunakan sejumlah alat untuk mendapatkan tanggapan yang diinginkan dari pasar sasaran mereka. Alat-alat itu membentuk suatu bauran pemasaran. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat-alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Alat-alat itu diklasifikasikan menjadi empat kelompok yang luas yang disebut empat P dalam pemasaran yaitu produk (product), harga (price),saluran distribusi (place) dan promosi (promotion). Empat P menggambarkan pandangan penjual tentang alat-alat pemasaran yang dapat digunakan untuk mempengaruhi pembeli (Kotler, 2004). 3.1.1.2 Aspek Teknis Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun (Ibrahim, 2003). Aspek teknis meliputi evaluasi tentang input
24
dan output dari barang dan jasa yang akan diperlukan dan diproduksi oleh proyek (Kadariah et,a.,1999). Analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa (Gittinger, 1996). Hal yang perlu mendapatkan perhatian utama pada aspek teknis adalah lokasi proyek, skala operasi/ luas produksi, pemilihan mesin, proses produksi dan jenis teknologi yang digunakan. Variabel utama yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi proyek adalah ketersediaan bahan mentah, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, penyediaan tenaga kerja, fasilitas transportasi (Husnan dan Muhammad, 2000). 3.1.1.3 Aspek Manajemen Dilihat dari segi manajemen operasi, aspek ini berkaitan dengan fungsinya, antara lain perencanaan, pengorganisasian, pengadaan tenaga verja, pengarahan pekerjaan dan pelaksanaan pengawasan (Ibrahim,2003). Aspek ini juga menyangkut kemampuan staff proyek untuk menjalankan administrasi aktivitas dalam usuran besar (large scale activities). Keahlian manajemen hanya dapat dievaluasi secara subjektif, jika tidak diperhatikan maka banyak kemungkinan terjadi pengambilan keputusan yang kurang realistis dalam proyek yang diremcanakan (Kadariah et,al., 1999). Menurut Gitinger (1986), selain aspek-aspek yang saling berkaitan tersebut, dalam suatu proyek terdapat rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek yang disebut sebagai siklus proyek. Tahap-tahap yang membentuk suatu siklus proyek yaitu tahap identifikasi, tahap persiapan dan analisa, tahap penilaian, tahap pelaksanaan dan tahap implementasi. Evaluasi dalam suatu studi
25
kelayakan proyek adalah alat yang penting dalam proyek-proyek yang sedang berjalan dan dapat dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek. Evaluasi juga dapat menilai apakah suatu proyek dapat dijalankan atau tidak. Untuk menganalisa suatu proyek biasanya digunakan dua pendekatan umum yaitu analisa finansial dan analisis ekonomi. Analisis finansial menganalisis hasil proyek dari segi individu pelaku proyek, sedangkan analisis ekonomi melihat hasil proyek dari segi perekonomian secara keseluruhan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan suatu usaha dengan menggunakan pendekatan analisis finansial yang bertujuan untuk memberikan gambaran kepada pihak pengguna informasi mengenai usaha yang dijalankan. 3.1.2 Analisis Finansial Analisis finansial merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk melakukan analisis proyek. Analisis finansial adalah analisis yang melihat proyek dari sudut pandang individu yang secara langsung terlibat dalam proyek (Gray et al., 1997). Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya-biaya dengan manfaat (benefit) untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek (Gittinger, 1996). Dalam analisis finansial, proyek dilihat dari sudut badan-badan atau orangorang yang menanam modalnya dalam proyek, ialah hasil yang harus diterima oleh para petani, pengusaha, perusahaan swasta, suatu badan pemerintah atau siapa saja yang berkepentingan dalam pembangunan proyek. Hasil finansial sering juga disebut private return (Kadariah et al., 1999). Kriteria analisis finansial yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode discounted criteria. Kriteria ini mengkoversikan nilai uang yang akan
26
diperoleh dikemudian hari dengan nilainya sekarang. Kriteria ini memasukkan pengaruh waktu terhadap nilai uang. Tingkat suku bunga yang digunakan untuk mendiskontokan manfaat dan biaya-biaya haruslah mencerminkan opportunity cost of capitalI, yaitu tingkat pengembalian (rate of return) investasi alternatif proyek lainnya (Kadariah et al., 1999). Berkaitan dengan discounted cash flow, terdapat beberapa tolak ukur penilaian suatu investasi, yaitu : 1. Net Present Value (NPV), merupakan nilai sekarang dari selisih antara penerimaan dan biaya pada tingkat diskonto tertentu. Penggunaan criteria NPV ditujukan untuk mengetahui gambaran nilai bersih suatu proyek. Suatu bisnis dikatakan layak apabila NPV lebih besar dari nol dan semakin layak bisnis tersebut untuk dilaksanakan. Sebaliknya apabila NPV dibawah nol maka menunjukkan bahwa bisnis tidak layak untuk diusahakan karena kegiatan usaha tersebut tidak menguntungkan. 2. Internal Rate of Return (IRR), merupakan tingkat diskonto pada saat NPV sama dengan nol. Perhitungan IRR dimaksudkan untuk mengetahui nilai tingkat suku bunga social yang membuat NPV proyek sama dengan nol. Tingkat suku bunga tersebut adalah tingkat suku bunga maksimum apabila modal yang digunakan didepositokan ke bank. Adapun pembanding yang digunakan untuk mengukur kelayakan berdasarkan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku. Suatu bisnis dikatakan layak bila dapat memberikan nilai IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku. 3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), merupakan angka pembanding antara jumlah present value yang bernilai postif dengan yang bernilai negatif. Kriteria ini digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana manfaat yang
27
diterima oleh bisnis dapat menutup seluruh biaya yang dikeluarkan dan mempunyai modal lagi bagi kelanjutannya. Suatu bisnis dikatakan layak berdasarkan kriteria investasi ini, apabila nilai Net B/C > 1. Sebaliknya, nilai Net B/C < 1, menunjukkan bahwa manfaat yang diperoleh adalah lebih kecil dari pada biaya yang dikeluarkan. Net B/C = 1 berarti besarnya manfaat yang diperoleh adalah sama besarnya dengan biaya yang dikelurkan untuk mendapatkan manfaat tersebut. 4. Pay Back Periode (PP), merupakan kriteria tambahan dalam analisis kelayakan untuk melihat periode waktu yang diperlukan dalam melunasi seluruh pengeluaran investasi. Kriteria payback periode digunakan untuk mengetahui tingkat kecepatan modal investasi yang dikeluarkan dapat kembali. Suatu bisnis dikatakan layak apabila bisnis tersebut dapat mengembalikan modal sebelum berakhirnya umur proyek tersebut. 3.1.3 Analisis Kepekaan (Analisis Sensitivitas) Untuk merencanakan suatu proyek, semua biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh setiap tahun dihitung berdasarkan data yang ada. Sementara itu kondisi lingkungan yang selalu berubah akan memperhitungkan biaya serta manfaat yang akan diperoleh, sehingga terdapat kemungkinan terjadinya suatu kekeliruan atau ketidaktepatan biaya dan penerimaan akibat adanya perubahan-perubahan. Analisis ini digunakan untuk mengetahui prediksi perubahan pendapatan dan pengeluaran yang menyebabkan perubahan pada arus kas. Analisis sensitivitas untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan dan perbaikaan usaha ekspor bunga karang di masa depan sebagai dampak dari perubahan-perubahan
28
variabel seperti biaya dan penerimaan. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat sampai sejauh mana perubahan yang terjadi dapat ditorelansi dan akhirnya membuat suatu usaha tidak layak untuk dilaksanakan.
3.2
Kerangka Pemikiran Operasional Pemanfaatan perdagangan bunga karang yang diperuntukan bagi
pembuatan akuarium laut masih dapat dipertimbangkan mengingat jumlah bunga karang yang diperlukan relatif tidak banyak. Ukuran bunga karang yang diambil biasa relatif kecil dan cara mengambilnya dari lautpun dilakukan dengan hati-hati supaya bunga karang tetap hidup. Dari segi manfaat, akuarium laut penting artinya sebagai wahana untuk hiburan dan rileksasi bagi orang-orang di kota-kota besar yang sibuk dengan pekerjaannya. Sebagai salah satu penyumbang kelestarian dan kerusakan ekosistem terumbu karang akan terancam apabila ekspor terhadap karang hias tidak diperhatikan. Oleh karena itu merupakan kebutuhan mendesak untuk menerapkan konservasi dan rencana-rencana pengelolaan yang baik untuk melindungi terumbu karang dari kerusakan yang semakin parah. Langkah dan kebijakan yang perlu dilakukan untuk mengurangi ancaman terhadap terumbu karang di Indonesia Indonesia merupakan negara pengekspor karang hidup terbesar dunia. Tercatat 200 ribu karang pada 2002 sampai 800 ribu karang pada 2005 telah di ekspor dari Indonesia. Sementara sumbangan produksi terumbu karang Indonesia di sektor perikanan mencapai US$ 600 juta per tahun. Ini karena Indonesia terletak dalam jantung kawasan segitiga karang dunia (heart of global coral
29
triangle). Lokasi ini menjadikan Indonesia memiliki jumlah jenis karang terbesar di dunia dari sekitar 700 jenis karang di dunia, 590 diantaranya ada di Indonesia. Meningkatkan
kesadaran
masyarakat
terhadap
perlunya
menjaga
kelestarian terumbu karang dan mengadakan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir yang baik dengan cara mengidentifikasi tingkat kerawanan dari terumbu karang dan meningkatkan pengelolaan yang berkesinambungan. Menetapkan batas maksimum pemanfataan tahunan terhadap bahan-bahan karang dan spesies yang berasosiasi dengannya seperti ikan dan karang-karang. Pembatasan hasil panen pada nilai maksimum tersebut akan menyeimbangkan proporsi masingmasing spesies yang dapat menjaga keberlangsungan produksi. Selain keindahannya, terumbu karang juga punya manfaat penting lainnya. Ekosistem terumbu karang punya nilai manfaat dalam bentuk use value maupun non-use value (sama-sama mempunyai kegunaan ketika dimanfaatkan maupun dibiarkan). Hasil studi yang dilakukan Herman Cesar (1996) dalam Malay (2000) menyajikan keuntungan ekonomi dari berbagai tipe pemanfaatan terumbu karang. Pada kategori tutupan karang Indonesia yang cukup baik, kegiatan penambangan karang diperkirakan menghasilkan keuntungan ekonomis setara US$ 121.000 per km2 luasan karang. Terumbu karang di Indonesia diperkirakan mempunyai total nilai ekonomis setara US$ 912.500 per km2 Visi pengelolaan terumbu karang yaitu terumbu karang merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang harus dikelola dengan bijaksana, terpadu dan berkelanjutan dengan memelihara daya dukung dan kualitas lingkungan melalui pemberdayaan masyarakat dan stakeholders (pengguna). Hal itu berguna
30
memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat dan penggunaan secara berkelanjutan (sustainable). Disisi lain kegiatan penambangan (penangkapan bunga karang) juga memberikan pemasukan bagi negara Indonesia bagi penambahan devisa. Melihat perusahaan pesaing sejenis yang berjumlah kurang lebih 20 perusahaan yang tersebar di Indonesia (lampiran 1) maka persaingan cukup ketat. Berdasarkan Surat Keputusan Ditjen PHKA No 33/IV-KKH/2007, besarnya kuota pada tahun 2007 mencapai 1,7 juta bongkah karang dan jumlah tersebut ditetapkan untuk seluruh perusahaan eksportir maka perusahaan memiliki strategi masing-masing dalam memperoleh pasokan bahan baku. Melihat prospek yang baik dalam pemenuhan pasar internasional, maka PT Aneka Tirta Surya ikut mengembangkan bisnis perdagangan bunga karang. Namun dalam pemenuhan permintaan konsumen dalam maupun dalam negeri, pihak eksportir belum mampu memaksimalkan kondisi bunga karang (kualitas dan kuantitas) agar tetap dapat memenuhi order bunga karang setiap minggunya. Terkait bahwa bunga karang tergolong komoditas yang langka dan bernilai tinggi dalam perdagangan internasional. Perusahaan belum dapat menyikapi volume pasokan bahan baku yang terbatas dengan kondisinya yang rentan terhadap lingkungan. Selain itu, penanganan produksi yang belum maksimal menjadi factor penting dalam minimnya penjualan bunga karang ke negara-negara tujuan. Hal ini dilihat dari data penjualan yang selalu dibawah volume pembelian disampin karena tingkat mortalitas bunga karang itu sendiri. Penelitian ini juga menganalisis mengenai proyek tersebut apakah tetap layak dimasa yang akan datang. kriteria yang digunakan dalam analisis proyek ini
31
yaitu mencakup beberapa aspek yaitu aspek pasar, teknis, manajemen dan finansial. Aspek finansial itu sendiri menggunakan alat-alat analisis, yaitu NPV, Net B/C, IRR dan Payback Periode. Hasil dari analisis kelayakan proyek tersebut diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memasuki usaha ini sekaligus menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai kelangsungan proyek ini. Apabila berdasarkan perhitungan usaha ini layak untuk dijalankan , maka perusahaan tetap mempertahankan usahanya. Dalam menganalisa suatu proyek, biasanya akan menghadapi ketidakpastian atau perubahan-perubahan yang dapat terjadi pada keadaan yang telah diperkirakan. Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan, baik pada arus manfaat maupun arus biaya perlu dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui seberapa besar perubahan pada tingkat manfaat dan biaya dapat terjadi. Untuk memperjelas gambaran mengenai penelitian yang dilakukan, dapat dilihat bagan kerangka pemikiran operasional yang disajikan dalam Gambar 1. Prospek Usaha Perdagangan Bunga Karang
Pemanfaatan Sumberdaya Langka Segi Ekonomis
Usaha Perdagangan Bunga Karang oleh PT ATS
Proses Produksi Bunga Karang
Analisis Finansial
Aspek Pasar
Aspek Teknis
Aspek Manajemen
Keuntungan R/C ratio Payback Periode NPV Net B/C IRR Analisis Sensitivitas
32
Layak
Tidak Layak
Evaluasi Kegiatan Usaha
----- Ruang lingkup penelitian Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN
4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT Aneka Tirta Surya, Jalan Bendi Utama No.8
Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Pemilihan objek penelitian dilakukan dengan sengaja dengan mempertimbangkan bunga karang dan invertebrata sebagai komoditi utama perusahaan. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2008.
4.2
Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian mencakup data primer dan data
sekunder. Sumber data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pemilik dan pekerja di perusahaan serta pengamatan langsung di lapangan. Data sekunder diperoleh dari data yang dimiliki oleh perusahaan mengenai data stok komoditi, data penjualan dan gambaran umum perusahaan. Data sekunder juga dari instansi terkait, antara lain : Badan Pusat Stastik, Perpusatakaan LSI, Perpustakaan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB,
33
Departemen Kelautan dan Perikanan, AKKII dan perusahaan yang bersangkutan serta literature-literatur dan situs internet yang relevan dengan penelitian.
4.3
Metode Analisis Data Data yang telah terkumpul diolah, ditabulasi dan dianalisis secara
deskriptif. Alat analisis data yang digunakan antara lain sebagai berikut :
4.3.1 Analisis Kriteria Investasi a.
Net Present Value (NPV) Net Present Value merupakan penerimaan bersih yang diterima sekarang
untuk proyek yang dilaksanakan dimasa yang akan datang pada tingkat diskonto tertentu yang dinyatakan dalam rumus sebagai berikut : n
NPV = ∑ NBi (1+i) -n t=1
Keterangan : NB = Net Benefit = Benefit - Cost n = umur kegiatan usaha i = tingkat suku bunga t = 1,2,3…n Penilaian kelayakan finansial berdasarkan NPV yaitu : 1) NPV > 0, berarti secara finansial proyek layak dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar daripada biaya. 2) NPV = 0, berarti secara finansial proyek tersebut berada dalam keadaan break even point (BEP) dimana TR = TC dalam bentuk present value
34
3) NPV < 0, berarti secara finansial proyek tidak layak dilaksanakan karena manfaat yang diperlukan lebih kecil daripada biaya yang dikelurkan.
b.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C merupakan perbandingan antara net benefit yang telah di discount
positif (+) dengan net benefit yang telah di discount negatif (-). Usaha dapat dikategorikan layak apabila rasio net B/C lebih sama dengan 1. Sebaliknya,
35
apabila rasio net B/C kurang sama dengan 1 maka usaha tersebut tidak layak dikembangkan. Rasio net B/C sama dengan 1, maka usaha tersebut termasuk usaha pulang pokok. Rumus yang digunakan untuk menghitung kelayakan pada rasio net B/C yaitu : n
∑ NBi(+) Net B/C =
i =1 n
∑
NBi (−)
i =1
Keterangan : NB = Net Benefit = Benefit - Cost n = umur kegiatan usaha i = tingkat suku bunga t = 1,2,3…n c.
Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah tingkat suku bunga pada saat NPV sama dengan nol. Nilai IRR
yang lebih besar atau sama dengan tingkat diskonto yang telah ditentukan, maka usaha layak dijalankan. Suatu proyek dikatakan layak jika nilai IRR yang diperoleh proyek tersebut lebih besar dari tingkat diskonto. d.
Payback Periode Analisis ini mengetahui berapa lama usaha atau proyek yang dikerjakan
baru dapat mengembalikan investasi. Semakin cepat dalam pengembalian biaya investasi sebuah proyek, semakin baik proyek tersebut karena semakin lancar perputaran modal. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : Payback Periode =
Investasi NetBenefit
X 1tahun
36
Jika masa pengembalian investasi (payback periode) lebih singkat daripada umur proyek yang ditentukan, maka proyek tersebut layak dilaksanakan. Pada dasarnya semakin cepat payback periode menunjukkan semakin kecil resiko yang dihadapi oleh investor. 4.4.2 Analisis Kepekaan (Analisis Sensitivitas) Untuk mengkaji sejauh mana perubahan unsur-unsur dalam aspek finansial kegiatan usaha yang akan dijalankan, digunakan analisis kepekaan. Analisis sensitivitas akan melihat apa yang akan terjadi dengan hasil dengan hasil kegiatan usaha jika terjadi perubahan-perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan pendapatan. Dalam penelitian ini diusahakan analisis sensitivitas untuk melihat sejauh mana perubahan pada input, output ataupun kombinasi keduanya dapat mengakibatkan nilai NPV maksimal (Gitinger, 1996). Perubahan-perubahan yang terjadi dalam analisis sensitivitas ini yaitu perubahan harga input (kenaikan harga bahan baku) maupun harga output (harga penjualan).
4.5
Definisi Operasional dan Asumsi Dasar Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini bertujun untuk
menyamakan pengertian mengenai istilah-istilah yang digunakan di dalam penelitian ini. Beberapa istilah yang digunakan antara lain : 1. Manfaat adalah segala sesuatu yang menambah pendapatan suatu proyek. Sedangkan biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi pendapatan suatu proyek yang terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Manfaat dan
37
biaya yang diperhitungkan adalah manfaat dan biaya yang dapat diukur (tangible). 2. Analisis kelayakan financial digunakan untuk mengetahui kelayakan finansial suatu proyek melalui kriteria NPV, IRR, Net B/C dan payback periode. 3. Biaya investasi perusahaan PT Aneka Tirta Surya antara lain bangunan, pembeliaan kendaraan, perlatan produksi, peralatan kantor serta peralatan kerja. 4. Biaya operasional PT Aneka Tirta Surya antara lain pembelian bahan baku (terumbu karang), bahan pembantu, perlengkapan pendukung, gaji dan upah tenaga kerja, biaya listrik dan air, biaya telepon, biaya perawatan mesin, biaya transportasi, biaya administrasi, biaya sewa lahan, pelunasan pinjaman serta bunga, dan biaya lain-lain. 5. PT Aneka Tirta Surya adalah perusahaan perdagangan tanaman hias air laut dan komoditi laut lainnya untuk di jual di dalam negeri maupun luar negeri. 6. Usaha ekspor terumbu karang PT Aneka Tirta Surya merupakan usaha skala kecil yang memiliki tenaga kerja sebanyak 16 orang. Hal tersebut berdasarkan data dari BPS bahwa industri kecil adalah industri yang menggunakan tenaga kerja sebanyak 5 sampai 19 orang. 7. Perusahaan adalah suatu unit usaha yang berada pada lokasi tertentu yang melakukan kegiatan mengubah bahan baku dengan menggunakan mesin atau dengan tangan menjadi barang yang memiliki nilai yang lebih tinggi dan pada akhirnya akan dijual kepada konsumen.
38
8. PT Aneka Tirta Surya adalah unit usaha yang melakukan kegiatan perdagangan / ekspor terumbu karang dengan melakukan penampungan dan pemeliharaan selama jangka waktu tertentu. Asumsi dasar yang digunakan dalam analisis usaha bunga karang PT Aneka Tirta Surya ini adalah sebagai berikut : 1. Umur proyek disesuaikan dengan umur ekonomis bak penampung yaitu selama 5 tahun, karena bak penampung merupakan asset penting dalam proses produksi. 2. Produk yang digunakan untuk analisis cash flow yaitu terumbu karang sebagai produk utama, ikan dan komoditas invertebrate lainnya merupakan produk sampingan. 3. Total produksi merupakan jumlah output yang dihasilkan dalam satu tahun. Nilai total penjualan merupakan jumlah output yang dihasilkan tiap tahun dikalikan dengan harga jualnya. 4. Dalam satu tahun terdapat 365 hari produksi. 5. Total produksi perhari diasumsikan sama yaitu 15 pieces terumbu karang setelah memperhitungkan produk yang rusak selama proses produksi yang diasumsikan sebesar 5 persen. 6. Tingkat diskonto yang digunakan adalah sebesar 11 persen yang merupakan tingkat suku bunga rata-rata deposito berjangka bank umum. 7. Modal usaha berasal dari modal sendiri dan modal pinjaman dari bank dengan tingkat suku bunga 15 persen. Perusahaan memperoleh pinjaman modal mulai dari tahun pertama setelah beroperasi (tahun ke-satu) sebesar Rp 300.000.000,00 yang harus dilunaskan berikut bunganya dalam 5 tahun.
39
8. Analisis data menggunakan data pajak penghasilan yang dikenakan kepada pengusaha ekspor berdasarkan tarif pajak menurut UU Republik Indonesia No.17 tahun 2000 tentang pajak penghasilan. 9. Terumbu karang merupakan ekosistem khas dan unik di daerah tropis dan terdapat di lingkungan perairan yang agak dangkal, sedangkan bunga karang yaitu bagian dari terumbu karang. 10. Bunga karang atau karang hias adalah sejenis hewan berongga penghasil kapur yang merupakan penghuni dan pembentuk utama terumbu karang yang dimanfaatkan sebagai hiasan akuarium air laut. 11. Investasi adalah jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun suatu usaha dari usaha dilaksanakan sampai usaha berjalan , dinyatakan dalam Rupiah. 12. Biaya tetap adalah biaya yg besarnya tidak tergantung pada jumlah produksi yang dihasilkan, dinyatakan dalam Rupiah. 13. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada jumlah produksi sehingga akan berubah-ubah, dinyatakan dalam Rupiah. 14. Pengeluaran usaha adalah pengeluaran yang diperlukan untuk menjalankan usaha ekspor dalam waktu 1 tahun yang meliputi biaya variabel dan tetap, dinyatakan dalam Rupiah. 15. Penerimaan adalah jumlah produk yang dihasilkan dikalikan dengan harganya dalam waktu 1 tahun, dinyatakan dalam Rupiah. 16. Keuntungan adalah penerimaan usaha dikurangi pengeluaran selama 1 tahun, dinyatakan dalam Rupiah.
40
V. ASPEK NON FINANSIAL
5.1
Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT Aneka Tirta Surya (ATS), didirikan berdasarkan Akte Notaris No. 106
dihadapan notaris Esther Daniar Iskandar, pada tanggal 28 april 1987. Perusahaan didirikan oleh Susanto Herlambang. Awalnya perusahaan ini bergerak dalam bidang trading dengan pelbagai barang yang diperjualbelikan namun hanya bertahan selama 3 tahun. Pada tahun 1990 mencoba bisnis baru di bidang perikanan replika bunga karang yang diekspor namun tidak berlangsung lama karena adanya kebijakan dari pemerintah Indonesia untuk tidak memperkenankan perusahaan melakukan jual-beli bunga karang hias. Hal tersebut dinilai pemerintah tidak mengarah kepada pola pemanfaatan karang secara lestari atau sumber daya alam yang tidak produktif sehingga usaha tersebut tidak dilanjutkan. Latar belakang didirikan perusahaan adalah melihat adanya peluang usaha dibidang ekspor perikanan. Selain turut mendukung program rehabilitasi kondisi karang, perusahaan mengembangkan jumlah komoditas agar tetap sesuai pesanan melalui kegiatan transplantasi. Kerjasama dengan para nelayan maupun kompetitor sejenis merupakan tujuan dalam memenuhi permintaan pasar.
5.2
Lokasi Perusahaan Lokasi perusahaan PT ATS yang berada terletak di kota Jakarta ini cukup
strategis karena dekat dengan sarana transportasi darat maupun udara. Hal tersebut memudahkan dalam proses penyaluran produk. Jarak antara lokasi perusahaan menuju bandara Soekarno-Hatta sekitar 15 km dan ditempuh dalam
41
waktu 45 menit. Lokasi perusahaan yang berada di wilayah pemukiman penduduk mampu menjaga keamanan lingkungan perusahaan dan sekitarnya serta kondisi lingkungan luar yang bersih. lokasi perusahaan juga memudahkan nelayan maupun pemasok menyalurkan bahan baku yang berasal dari berbagai daerah. Pemilihan lokasi ini juga memudahkan perusahaan mengambil air laut untuk kebutuhan hidup terumbu karang yaitu di Sea World, Ancol.
5.3
Layout Bangunan Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor penting didalam
kegiatan perusahaan. Lahan seluas 1500 m² terdiri atas 4 bangunan yaitu tempat penampungan invertebrata dan coral, 5 mess karyawan, kantor dan gudang penyimpanan. Luas bangunan untuk penampungan yaitu seluas 300 m². Tempat proses budidaya dilakukan di kolam yang berbeda. Bangunan tempat penampungan bunga karang dan invertebrata terbuat dari kayu dengan atap yang terbuat dari bahan sirosil transparan. Bahan solartuff mampu memantulkan sinar ultraviolet dan menerima sinar matahari yang baik bagi pertumbuhan bunga karang dan invertebrata sehingga dapat tumbuh sehat. Pipa paralon digunakan untuk menghindarkan terjadinya proses karat (korosi) karena pengaruh air laut. Perusahaan memiliki kolam pemeliharaan sebanyak 10 buah yang terbuat dari beton dengan ukuran panjang 12 m, lebar 1,5 m dan tinggi 2 m. Selain kolam pemeliharaan, perusahaan juga menggunakan akuarium sebanyak 15 buah untuk memelihara bunga karang maupun invertebrata. Sarana dan prasarana yang digunakan perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 6.
42
5.4
Aspek Teknis Kelancaran suatu usaha berhubungan erat dengan teknis yang dimiliki
oleh perusahaan tersebut. Apabila aspek teknis diabaikan maka dapat menimbulkan kesulitan bahkan kegagalan dalam pelaksanaan suatu usaha. Faktorfaktor yang berhubungan dengan aspek teknis yaitu karakteristik produk yang dihasilkan, lokasi usaha, layout bangunan usaha, pemilihan jenis teknologi dan peralatan, bahan baku utama dan pembantu, serta proses produksi. 5.4.1 Karakteristik produk 1.
Bunga Karang Khusus untuk komoditi bunga karang yang terdiri atas jenis-jenis karang
batu, maka karang batu yang boleh diambil adalah karang batu anakan , yaitu karang batu yang ukuran diameter koloninya < 25 cm (jenis-jenis karang batu yang mempunyai ukuran koloni lebih besar dari ukuran itu). Untuk jenis-jenis karang batu yang ukuran maksimum koloninya rata-rata lebih kecil, perlu dibuatkan aturan tersendiri (penentuan ukuran untuk karang batu anakan secara arbitrary dapat berbeda-beda menurut ukuran maksimum koloni jenis- jenis karang batu). Penentuan kuota bunga karang yang boleh diambil di suatu lokasi pengambilan dalam waktu tertentu, didasarkan atas hasil penelitian jumlah stok karang batu anakan (dengan ukuran koloni maksimum tertentu) yang terdapat di lokasi pengambilan, dan waktu yang diperlukan oleh jenis-jenis karang batu tersebut untuk mencapai ukuran diameter koloni karang batu anakan, sedangkan jumlah persentase yang boleh diambil dari jumlah stok karang batu anakan harus diambil dari persentase yang paling aman, misalnya 2,5% dari jumlah karang batu anakan yang mortalitynya paling tinggi di lokasi tersebut mencapai 90%.
43
2.
Invertebrata Jenis invertebrata laut juga turut diekspor oleh PT Aneka Tirta Surya ke
beberapa Negara, namun jumlahnya tidak sebanyak bunga karang. Jenis invertebrate yang diekspor antara lain anemone, teripang, udang, lobster, bulu babi, cumi dan kima raksasa. Hal tersebut karena jenisnya tidak seunik dan seindah bunga karang, maka hanya jenis invertebrata tertentu saja yang memiliki nilai ekonomis tinggi yang diekspor ke luar negeri. 5.4.2 Pedoman Teknis Pedoman Teknis Penampungan Koral disusun sebagai salah satu kegiatan Proyek Pemantapan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Tahun Anggaran 2003. Pedoman teknis ini disusun sebagai bahan pembinaan dan pemantauan pelaksanaan pemanfaatan koral bagi jajaran Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam baik di Pusat maupun di Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam kepada pelaku ekonomi yang memperdagangkan koral khususnya untuk tujuan ekspor. Diharapkan pedoman teknis ini dapat menjadi satu alat pembinaan yang efektif dalam mengendalikan pemanfaatan koral secara lestari. A. Syarat umum tempat penampungan
Tempat penampungan koral yang dimiliki oleh eksportir koral harus memenuhi syarat umum sebagai berikut: 1.
Memiliki ijin dari pemerintah setempat yang berwenang berupa Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) dan keberadaannya tidak mengganggu masyarakat sekitar.
44
2.
Jarak tempat penampungan sedekat mungkin ke pelabuhan udara pemberangkatan keluar negeri.
3.
Memiliki konstruksi yang kuat dan tidak mudah rusak.
4.
Memiliki luas yang cukup sedemikian rupa sehingga koral tidak ditumpuk dalam penampungan.
5.
Penampungan
dirancang
sedemikian
rupa
sehingga
memungkinkan
terjadinya sirkulasi air laut. 6.
Suhu air 27oC + 3 oC.
7.
Terlindung dari pengaruh cuaca (hujan dan sinar matahari) secara langsung.
8.
Terlindung dari bakteri, parasit, hama serta unsur pengganggu lainnya.
9.
Terlindung dari elemen-elemen bahan kimia yang bersifat racun seperti : bahan bakar, cat asap, pestisida,dan lain-lain.
10.
Memiliki fasilitas pendukung yang memadai untuk perawatan, diantaranya; protein Skimmer, Chiller, pompa air, tabung oksigen, Thermometer, Refractonometer, pH dan blower.
11.
Ketersediaan air laut yang bersih dengan parameter fisika, kimia dan biologi yang sesuai dengan habitat asal.
12.
Ketersediaan bak-bak penampungan yang dilengkapi dengan penyaringan air laut.
13.
Penempatan koral dalam bak penampungan dikelompokan sesuai dengan jenisnya masing-masing.
14.
Memiliki tempat khusus untuk mengisolasi dan merawat koral yang terkena penyakit.
45
15.
Mudah dibersihkan, memiliki drainase dan sanitasi yang baik setara tempat pembuangan limbah.
B. Bak Penampungan Syarat minimum bak penampungan koral hidup/karang hias, soft coral dan karang mati adalah sebagai berikut: 1. Bahan: Beton/fiber/kaca atau papan dilapisi bahan kedap air. 2. Bentuk bak penampungan persegi panjang dengan ukuran: a. Bahan beton - Panjang minimal
: 5 meter
- Lebar minimal
: 1 meter
- Tinggi minimal
: 0,5 meter
Jarak antar bak penampungan dengan bahan beton 0,6 meter b. Bahan Fiber atau kaca - Panjang minimal
: 1 meter
- Lebar minimal
: 1 meter
- Tinggi minimal
: 1 meter
Jarak antar bak penampungan dengan bahan fiber atau kaca disesuaikan. 3. Ketebalan minimum bahan beton, fiber atau kaca untuk bak penampungan: a. 5 mm apabila terbuat dari kaca b. 2 mm apabila terbuat dari fiber c. 2 cm apabila terbuat dari beton Atau disesuaikan dengan ukuran bak penampungan. C. Fasilitas Pendukung Fasilitas pendukung minimal yang harus disediakan antara lain:
46
1. Ruang administrasi/kantor. 2. Peralatan administrasi (mesin tik/komputer). 3. Alat komunikasi (telepon/faximili). 4. Alat transportasi pengangkut air laut (untuk tempat penampungan yang berjauhan dengan laut/air laut diambil dengan kendaraan pengangkut air laut), dan kendaraan box untuk pengiriman koral ke pelabuhan udara. 5. Ruang fasilitas pengepakan termasuk sarana pendukungnya (alat timbangan). 6. Gudang. 7. Alat pemadam kebakaran dan P3K. 8. Sumber air tawar. D. Kapasitas Penampungan Kapasitas maksimum jumlah koral yang dapat ditampung di masing-masing bak penampungan per m2 dibedakan untuk tiap jenis koral, sebagai berikut: 1. Koral hidup (bunga karang) a. 60 buah per m2 untuk koral hidup ukuran S b. 30 buah per m2 untuk koral hidup ukuran M c. 20 buah per m2 untuk koral hidup ukuran L d. 10 buah per m2 untuk koral hidup ukuran XL 2. Soft coral (substrat) a. 30 buah per m2 untuk Soft Coral ukuran S b. 20 buah per m2 untuk Soft Coral ukuran M c. 10 buah per m2 untuk Soft Coral ukuran L d. 5 buah per m2 untuk Soft Coral ukuran XL
47
3. Karang mati (base rock/live rock) a. 60 buah per m2 untuk karang mati ukuran S b. 30 buah per m2 untuk karang mati ukuran M c. 20 buah per m2 untuk karang mati ukuran L d. 10 buah per m2 untuk karang mati ukuran XL E. Perawatan Tempat Penampungan Dalam rangka perawatan tempat penampungan koral, diperlukan tindakantindakan antara lain berupa: 1. Perawatan kebersihan bak, berupa pemeriksaan kebersihan berkala, pembersihan dar sampah dan kotoran lain secara manual serta sirkulasi air laut secara teratur. 2. Perawatan kebersihan lingkungan, berupa pemeriksaan kebersihan lingkungan sekitar tempat penampungan serta pembersihan lingkungan secara berkala. 3. Pembuangan air limbah, menjamin kelancaran saluran pembuangan air limbah dari sampah dan kotoran serta tidak membuang limbah langsung ke sungai atau saluran umum, namun harus disediakan bak penampungan limbah sementara. 4. Penanganan koral yang tidak terpakai, koral yang mati di tempat penampungan harus dikubur di tempat khusus karena mengeluarkan bau yang tidak sedap. Dengan adanya pedoman teknis ini, diharapkan koral yang berada di dalam tempat penampungan dapat tetap terjaga kesehatan dan kualitasnya,
48
sehingga tingkat kematian atau kerusakan koral yang ada di bak penampungan dapat ditekan sampai dengan di bawah 1%. 5.4.3 Pemilihan Jenis Teknologi dan Peralatan Teknologi yang digunakan PT ATS masih relatif modern sesuai kebutuhan jenis komoditasnya. Untuk menghitung kadar PH, salinitas, suhu dan lainnya maka perusahaan menggunakan teknologi tertentu agar lebih efektif dan efisien. Peralatan yang digunakan perusahaan terdiri dari peralatan yang digunakan untuk proses produksi dan non-produksi. Peralatan yang digunakan untuk proses nonproduksi yaitu mesin komputer, mesin tik, meja, lemari, telepon, dll. Peralatan produksi seperti tabung oksigen, mesin skimmer, freezer, dll. 5.4.4 Bahan Baku Utama dan Bahan Pembantu A.
Bahan Baku Utama Bahan baku merupakan subsistem yang utama dalam menjalankan
perusahaan. Produksi bahan baku berupa koral dan invertebrata yang diperoleh berasal dari Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Bangka Belitung, NTT, NTB, Sulsel, Sultra, Sulteng. Untuk jenis bunga karang dan invertebrata di PT ATS dikategorikan menjadi 6 kategori ukuran yaitu : 1. SS (Super Small) : 4 cm – 6 cm 2. S (Small)
: 6 cm – 8 cm
3. M (Medium)
: 8 cm – 10 cm
4. L (Large)
: 10 cm - 12 cm
5. XL (Extra Large) : 12 cm – 14 cm 6. Jumbo
: ≥ 14 cm
49
Bahan baku utama terdiri dari empat bahan baku, yaitu : 1) Bunga karang (coral) Bahan baku yang digunakan oleh perusahaan didapat dari para supplier dan nelayan. Jenis kmoditas tersebut ditangkap di beberapa peta wilayah luar konservasi alam. Beragam ukuran, harga, jenis, dan kualitas yang ditawarkan kepada konsumen. Jenis yang ditawarkan berdasarkan kondisi stok yang tersedia dan dominasi permintaan importir. 2) Air laut Air laut merupakan media hidup bagi komoditas perikanan laut, air yang digunakan pada kolam dan akuarium PT ATS berasal dari Sea World, Ancol. Air dimasukkan ke tempat penampungan melalui proses penyaringan agar menjadi steril. Pada proses pengiriman pesanan, untuk mengisi kemasan plastik, maka air diberi zat kimia yaitu karbonat agar komoditas tetap bertahan hidup. 3) Oksigen Oksigen sangat dibutuhkan oleh komoditas agar tetap bertahan hidup dalam kemasan plastik pada saat diekspor. Pembelian tabung oksigen sesuai dengan banyaknya jumlah pengiriman dalam waktu seminggu tersebut. Minimal 1 kali dalam seminggu proses pengiriman pesanan sehingga diperlukan 3 tabung oksigen. 4) Kantong plastik Salah satu alat kemas yang digunakan yaitu kantong plastik. Pada saat pengemasan jumlah lapisan kantong plastik yang digunakan adalah sebanyak 3 lapis. Ujung plastiknya sudah diberi perekat lakban untuk mencegah kebocoran.
50
B.
Bahan Baku Pembantu Bahan baku pembantu yang digunakan adalah obat-obatan berupa bahan
kimia yang sudah diformulasikan sendiri oleh pihak perusahaan. Hal ini untuk menunjang kualitas fisik bunga karang. C.
Proses Produksi Kegiatan pengelolaan persediaan di PT ATS mencakup pencatatan
terhadap bunga karang yang masuk dan keluar, melakukan proses penseleksian atau penyortiran terhadap bunga karang yang masuk, pengawasan kuantitas stok bunga karang, kegiatan penyediaan bunga karang dan pemeliharaan. Persediaan komoditas disuplai oleh nelayan atau pemasok, namun jika komoditas tidak tersedia maka perusahaan membeli dari perusahaan lain (masih kerabat dekat). Tujuan pembelian ini adalah untuk menjaga persediaan bunga karang. Biasanya komoditas yang berkualitas baik dan memerlukan perawatan ekstra diletakkan di akuarium. Jenis bunga karang yang dimasukkan ke dalam akuarium tersebut yaitu Acropora dan jenis invertebrata Anemon. Jenis-jenis ini rentan terhadap lingkungan sekitar dan memerlukan sirkulasi air yang jauh lebih baik dimana tidak bisa terkena lendir maupun kotoran yang dikeluarkan oleh bunga karang lainnya. Biasanya komoditas yang berkualitas baik dan memerlukan perawatan ekstra diletakkan di akuarium. Beberapa komoditas seperti Acropora, Anemon, Karang Surabaya, Karang Lidah dan Karang Daging Warna. Pengurasan untuk kolam minimal setiap dua minggu sekali serta untuk akuarium setiap dua kali dalam seminggu agar sirkulasi air maupun manajemen air beroperasi dengan baik.
51
Pada proses pemeliharaan dilakukan kegiatan antara lain pengendalian penyakit, pengontrolan kualitas komoditas dan pengontrolan kualitas air. 1. Pengendalian Penyakit Salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan pemeliharaan komoditas adalah mengendalikan hama dan penyakit yang menekan tingkat mortalitas
bunga karang. Penyakit yang menyerang komoditas berasal dari
beberapa jasad renik
dan mikroorganisme yang hidup di lingkungan bunga
karang dan invertebrate. Penyakit pada bunga karang dan invertebrate disebabkan oleh lumut merah dan jamur. Perusahaan melakukan pemeliharaan dengan mengganti air secara intensif dan berkala. 2. Pengontrolan Kualitas Fungsi dari pengontrolan komoditas adalah menjaga kesehatan bunga karang maupun invertebrate lainnya. Kegiatan pengontrolan dilakukan setiap hari pada kolam pemeliharaan dan keranjang yang berisi komoditas. Jika terdapat spons pada bagian karang maka dibersihkan dengan menggunakan sikat dengan lembut, namun jika sudah busuk bagian tersebut dipotong menggunakan tang. Penyakit yang sudah menyebar pada seluruh bagian karang harus segera dibuang agar tidak menulari karang lainnya. Ada beberapa bunga karang yang tidak boleh terkena matahari secara langsung, seperti Polip Matahari dan Scholomya. Atapnya dipasang penahan sinar matahari yang terbuat dari plastic berwarna hitam. Langkah ini merupakan cara yang tepat agar kualitas bunga karang terjaga dengan baik.
52
3. Pengontrolan Air Laut Manajemen air laut harus memperhatikan sifat-sifat air dan cara menangani sirkulasi air di bak penampung. Pengurasan air laut dilakukan 2 minggu sekali walaupun kotoran yang ada di kolam pemeliharaan telah disedot oleh alat skimmer. Pembersihan alat skimmer dilakukan setiap hari dengan cara disikat pada bagian yang sulit dibersihkan oleh air. Air laut untuk kolam pemeliharaan diperoleh dari Ancol
yang terlebih dahulu telah difiltrasi.
Perusahaan membeli air laut sebanyak 20 kali dalam sebulan dengan kapasitas volume masing-masing 5000 liter dan 6000 liter. Beberapa sifat air laut yang perlu diperhatikan antara lain suhu, derajat keasaman, kadar garam : a. Suhu Air Laut Suhu air laut yang digunakan perusahaan dalam bak penampung sudah sesuai dengan kebutuhan komoditas yaitu berkisar antara 27° - 28°C. Semakin tinggi suhu maka kandungan oksigen terlarut mejadi berkurang, dan jika air dalam kolam terlalu dingin maka bunga karang dan invertebarata menjadi kurang nyaman bertahan hidup. Tinggi air laut dalam kolam pemeliharaan sekitar 60 cm. Untuk menurunkan suhu air laut dan menjaga suhu agar tetap stabil, dalam akuarium dan kolam dilengkapi chille / pendingin. b. Tingkat Keasaman Air laut Keasaman air yang terlalu tinggi atau rendah akan menjadi racun bagi komoditas itu sendiri yang hidup di kolam. Kadar PH di perusahaan sudah mendekati ideal yaitu berkisar antara 7,9 – 8,0. untuk menjaga kestabilan tingkat keasaman air laut dilakukan juga penggantian air secara berkala dan rutin. Alat yang digunakan untuk mengukur tingkat keasaman yaitu Iwaki Pyrex dari Jepang.
53
c. Salinitas atau Kadar Garam Dalam pengontrolan air bak penampung perlu diperhatikan kadar air salinitas diatas 1,030 ppt maka perusahaan menambahkan sedikit air tawar agar seimbang. Kisaran ideal salinitas antara 1,025 ppt – 1,030 ppt sehingga perlu penambahan air tawar. Volume air yang terkandung dalam kolam pemeliharaan sebesar 25.000 liter /bak. Untuk menghitung kadar salinitas alat yang digunakan yaitu Salinometer dan Refractometer. Didalam penyediaan bunga karang di PT ATS, dibagi menjadi beberapa tahap, kegiatan tersebut dapat diuraikan pada gambar sebagai berikut : Pemasok
PT Aneka Tirta Surya
Penanganan awal bunga karang dan invertebrate
Penyortiran I
buang (rusak)
hidup Keranjang
Pemeliharaan
Penyortiran II
Pengemasan
Ekspor
Gambar 2. Aliran Proses Produksi
54
PT ATS merupakan suatu perusahaan yang bergerak dibidang usaha ekspor bunga karang dan invertebrata melalui kegiatan penangkapan dan budidaya komoditas. Kegiatan usaha yang dilakukan yaitu mulai dari pengadaan bahan baku dari pemasok sampai dengan kegiatan ekspor. Komoditas-komoditas tersebut dipelihara sementara dengan sistem yang baik agar pada saat ditampung bunga karang dan invertebrata mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi di kolam penampungan. Sebelum produk diekspor terlebih dahulu disortir berdasarkan jenis dan ukuran berdasarkan permintaan konsumen. Komoditas yang diekspor merupakan komoditas yang hidup dan tanpa cacat, oleh karena itu proses penanganan
dan
pemeliharaan
merupakan
hal
penting.
Hal
tersebut
mempengaruhi mutu dan kualitas bunga karang untuk mempertahankan loyalitas konsumen. Semakin baik mutu dan kualitas maka harga yang diberikan semakin tinggi. A.
Pemesanan Stok Setiap hari perusahaan melakukan negosiasi produk bunga karang dengan
pihak nelayan. Hal ini dikarenakan jumlah permintaan dari importir yang meningkat atau jumlah komoditas yang ada di perusahaan tidak banyak. Komoditas yang telah dipesan oleh perusahaan kepada pengumpul langsung dikirim sesuai jumlah pesanan. Komoditas yang dikirim ke perusahaan menggunakan truk dimasukkan ke dalam keranjang. Pemesanan dilakukan minimal tiga sampai empat kali dalam seminggu tergantung dengan kondisi persediaan bunga karang. Selain itu, jumlah pemesanan terkadang tidak selalu terpenuhi oleh produsen tergantung dengan kondisi bunga karang dialam maupun
55
stok nelayan. Permintaaan jumlah bunga karang juga dipengaruhi oleh kondisi alam, jika cuaca kurang mendukung maka volume yang dipesan turut berkurang. B.
Penyortiran I Bunga karang yang ada di dalam plastik dan diikat karet langsung dibuka
dan dilakukan penyortiran berdasarkan jenis dan kualitas. Jika ada komoditas yang rusak maka langsung dikembalikan ke pihak produsen. Hal ini untuk mengantisipasi agar bunga karang yang lain tidak ikut mengalami stress dan perusahaan tidak mengalami kerugian. C.
Penyimpanan Komoditas yang telah disortir langsung dimasukkan kedalam keranjang
dan di masukkan ke dalam bak penampung sesuai jenis bunga karang. Ada beberapa jenis bunga karang yang tidak bisa terkena sinar matahari. Hal ini akan menyebabkan komoditas tidak tumbuh dengan baik dan dapat mengalami mortalitas. Penanganan bunga karang harus secara hati-hati karena sifat fisiknya yang rentan terhadap kondisi sekitar habitatnya. Penyimpanan juga dilakukan berdasarkan grade A dan grade B, karena dapat memudahkan penanganan lebih lanjut. D.
Perawatan Bunga karang tergolong komoditas yang rentan dan peka terhadap
lingkungan sekitar seperti guncangan, goresan, patahan maupun kondisi air bak penampung. Setiap hari karyawan perusahaan melakukan perawatan terhadap bunga karang. Tidak hanya bunga karangnya saja yang dirawat namun peralatan yang mendukung juga turut diperhatikan. Bunga karang satu-persatu diperiksa kondisinya, jika ada yang berlendir harus segera dibersihkan.
56
Selain itu jika terdapat bintik-bintik hitam pada batang bunga karang contoh Acrpora maka segera disikat menggunakan sikat halus secara perlahan. Hal ini dilakukan agar kondisi bunga karang bisa sehat kembali. Jika pada cabang bunga karang terdapat bunga yang busuk maka bagian tersebut segera dipatahkan secara perlahan menggunakan tang. Apabila terdapat bunga karang yang sudah tidak bisa disembuhkan maka langsung dibuang agar tidak menulari bunga karang yang lain. E.
Penyortiran II Karyawan bagian ekspor menerima list order dari importir masing-masing
negara tujuan, maksimal dua hari sebelum penyortiran komoditas. Selanjutnya list order diberikan ke bagian perawatan untuk melihat stok yang ada di kolam pemeliharaan. Bagian pembelian akan segera menghubungi pihak pemasok apabila kekurangan stok komoditas yang ada di perusahaan. Kemudiaan barang yang sudah disortir berdasarkan jenis, ukuran dan kualitas dimasukkan ke dalam keranjang berdasarkan nama importir masing-masing. F.
Pengemasan Selanjutnya produk-produk tersebut diangkat dari keranjang dan
dimasukkan ke dalam plastik yang sebelumnya telah diisi bubuk karbon, air dan udara. Kemudian plastik diikat dan dimasukkan ke dalam boks styrofoam, dimana didalamnya terdapat batu es dan koran. Hal tersebut untuk menjaga kondisi komoditas agar tetap sehat selama perjalanan. Setalah itu boks tersebut dimasukkan ke dalam kardus yang telah diberi nama-nama importir / perusahaan. Selanjutnya produk-produk tersebut ditimbang dan dihitung jumlah boksnya.
57
Setelah itu produk dimasukkan ke dalam truk pengangkut dan siap untuk dikirim ke bandara untuk diekspor. G.
Ekspor Sebelumnya karyawan bagian ekspor telah mengurus surat-surat yang
diperlukan untuk keperluan pengiriman. CITES, NPWP dan SIUP telah diurus sebelumnya ke bandara Soekarno-Hatta. Adapun beberapa kegunaan dari masingmasing surat yaitu : 1.
CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) CITES merupakan legalitas atau surat izin angkut satwa atau tumbuhan ke
luar negeri (SATS-LN) dan merupakan alat control pemerintah untuk mengetahui dan mengatur lalu lintas perdagangan hewan dan tumbuhan (traffic control). Lembaga yang mengeluarkan dokumen CITES ini adalah Departemen Kehutanan, bagian Konservasi dan Perlindungan Alam sebagai lembaga yang mengatur lalu lintas perdagangan hewan dan tumbuhan. Untuk mendapatkan dokumen ini perusahaan membuat permohonan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA). Setelah itu membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dan kemudiaan barulah Form-C yang dikeluarkan oleh BKSDA DKI dengan merujuk dan mengacu pada Berita Acara Pemeriksaan. Hal tersebut mengenai jumlah, jenis, mutasi stok dan alamat tujuan ekspor. Untuk selanjutnya diproses oleh Departemen Kehutanan. Contoh CITES dapat dilihat pada Lampiran 12. 2.
PEB (Surat Pemberitahuan Ekspor Barang) Dokumen ini dibuat untuk memperoleh persetujuan dari Bea Cukai.
Dokumen PEB ini dikeluarkan oleh Bea Cukai dengan melaporkan beberapa
58
dokumen seperti CITES, Invoice, Certificate of Origin, dan Airway Bill. Syaratsyarat yang terpenuhi akan dilanjuti oleh pihak Bea Cukai untuk mengeluarkan dokumen ini dan dapat persetujuan untuk memuat barang. 3.
Airway Bill Dokumen airway bill didapat dari perusahaan penerbangan memesan kargo
pesawat terbang. 4.
Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin) Sertifikat ini diperoleh dari Deperindag(Departemen Perindustrian dan
Perdagangan) yang diberikan pada perusahaan. Sertifikat ini berisi tentang asal negara yang akan diekspor. Surat-surat yang diperlukan untuk mendapatkan sertifikat ini adalah surat permohonan yang dibuat perusahaan, surat PEB dan invoice.
Kepengurusan Surat-Surat
Dep Hut (CITES)
Dep Pajak (NPWP)
Deperindag (SIUP)
Balai Karantina 1.SCFLA 2.Annexe 24, 26
Perusahaan penerbangan (Air Waybill)
Gambar 3. Kepengurusan Surat-Surat Ekspor
5.5
Aspek Manajemen Aspek manajemen merupakan aspek yang paling penting dalam
menjalankan suatu usaha. Manajemen yang baik akan menciptakan kondisi yang
59
tertib, terkoordinasi serta langkah-langkah yang yang akan dilakukan menjadi lebih terarah. Adanya hubungan baik antara karyawan dan pimpinan perusahaan dapat menciptakan suasana kerja yang nyaman. Manajemen yang menentukan pertumbuhan atau kebangkrutan suatu perusahaan. Dengan adanya suatu pengelolaan dan manajemen yang baik maka suatu perusahaan akan mampu bertahan dari segala tekanan, kendala, dan rintangan yang ada. Bahkan akan berkembang menjadi lebih besar dan lebih baik lagi. Dalam mengelola perusahaan maka ada prinsip dan standarisasi dimana halhal tersebut akan sangat membantu perkembangan perusahaan bila diterapkan dengan baik. Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan kunci penggerak perusahaan. Dengan adanya SDM yang mampu menggerakkan perusahaan dengan baik maka suatu perusahaan akan mampu berkembang dan melakukan bisnisnya dengan efektif dan efisien. SDM yang berkualitas tidaklah cukup untuk menjalankan perusahaan dalam jangka panjang. Diperlukan loyalitas pegawai terhadap perusahaan tempat dimana dia bekerja. Dengan membangun hubungan emosional antara perusahaan dan pegawainya maka seorang pegawai akan berusaha semaksimal mungkin memberikan kontribusi terbaik buat perusahaan. Manajemen yang diterapkan oleh PT Aneka Tirta Surya dimulai dari perencanaan pemasaran sampai dengan kegiatan pengendalian/ pengawasan telah diimplementasikan. PT Aneka Tirta Surya dapat merencanakan kebutuhan sumber daya manusia, sumber daya keuangan maupun sumber daya komoditasnya agar dimanfaatkan secara efisien.
60
Adanya perencanaan yang dilakukan PT ATS yaitu dapat memonitor dan mengukur kemajuan untuk mencapai tujuan sehingga tindakan korektif dapat diambil bila kemajuan tidak memuaskan. Bentuk rencana penjualan yang disusun PT ATS adalah Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang selalu disusun perusahaan setiap satu tahun sekali di awal tahun oleh karyawan bagian ekspor. Pada fungsi pengorganisasian, direktur belum memaksimalkan pekerjaan sesuai kapasitas karyawan. Hal ini dapat dilihat masih adanya rangkap kerja yang dilakukan oleh beberapa karyawan. Pengarahan oleh direktur dilakukan setiap hari pada jam kerja khususnya pada karyawan produksi dan ekspor. 5.5.1 Organisasi Perusahaan 5.5.1.1 Struktur Organisasi Menurut Handoko (2000), struktur organisasi adalah suatu alat manajemen untuk mencapai tujuan suatu kesuksesan dalam pelaksanaan suatu strategi. Struktur organisasi PT ATS berupa struktur organisasi garis / lini. Perusahaan tersebut masih berskala relatif kecil. Jumlah tenaga kerja masih sedikit yaitu 16 orang, antara karyawan dan pimpinan masih mudah diadakan pengawasan dan spesialisasi kerja. Didalam organisasi lini, terdapat garis komando langsung dari pimpinan puncak ke bawahan terendah, sedangkan pertanggungjawaban dimulai dari karyawan terendah sampai kepada pimpinan puncak. Bentuk struktur organisasi ini juga melihat dari luasnya kegiatan usaha itu sendiri dan menyangkut orang-orang yang ditempatkan. PT ATS bergerak dibidang perikanan maka jangkauan struktur organsasinya disesuaikan dengan berbagai macam aspek dan kebutuhan. Struktur organisasi PT ATS dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini.
61
Direktur
Bagian Pembelian
Bagian Ekspor
Bagian Keuangan
Bagian Administrasi
Sub Bagian Perawatan
Keterangan : ---- : garis koordinasi : garis perintah : garis tanggung jawab
Gambar 4. Struktur Organisasi PT Aneka Tirta Surya 5.5.1.2 Ketenagakerjaan PT Aneka Tirta Surya memiliki karyawan sejumlah 16 orang yang terdiri dari 14 pria dan 2 wanita. Jumlah karyawan terbagi dalam 12 karyawan di bagian produksi, teknisi, supir, security, kurir, kebersihan dan 4 karyawan di bagian dalam kantor. Karyawan yang bekerja merupakan karyawan tetap. Usia para karyawan berkisar 16 tahun – 42 tahun dengan tingkat pendidikan yang berbedabeda. Data karyawan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Data Karyawan PT Aneka Tirta Surya Usia Tingkat Pendidikan (Tahun) SD SLTP SLTA 16-30 4 1 5 31-43 3 Jumlah 4 1 8 Sumber : PT Aneka Tirta Surya, 2008
Jumlah PT 2 1 3
12 4 16
62
Kemampuan intelektual karyawan disesuaikan dengan pekerjaan yang dijalani di perusahaan. Karyawan yang hanya sampai tingkat pendidikan sekolah dasar ditempatkan pada bagian pemeliharaan komoditas dan kebersihan maupun supir. Sistem kerja antara karyawan kantor dengan karyawan lapang sedikit berbeda karyawan lapang harus siap sedia 24 jam, karena jika perusahaan mendapatkan komoditas dari pemasok terutama pada malam hari dan karyawan lapang berkewajiban melaksanakan tanggung jawabnya menyortir komoditas. 5.5.1.3 Pembagian Kerja Berdasarkan struktur organisasi yang dilakukan oleh PT ATS maka tugas, wewenang, tanggungjawab dari pimpinan dan masing-masing staf serta karyawan adalah sebagai berikut : 1. Direktur bertugas menangani kelancaran jalannya perusahaan baik dari segi operasional maupun keuangan. 2. Bagian Pembelian bertugas menetapkan pengadaan barang dan melakukan penstokan komoditas. 3. Bagian Keuangan bertugas mencatat seluruh kegiatan akuntansi keuangan dan mengeluarkan dana untuk kebutuhan dan kegiatan perusahaan. 4. Bagian Ekspor bertugas melakukan penyortiran koral dan pengepakan barang dan melakukan pengiriman barang sampai tiba di bandara. 5. Bagian Administrasi bertugas mengelola administrasi perusahaan yang berhubungan dengan surat menyurat, dokumen, perijinan, booking pesawat dan arsip.
63
6. Sub Bagian Perawatan bertugas merawat serta memelihara komoditas mulai dari pengurasan bak-
bak, penggantian air asin, mengontrol karang dan
mengukur kadar keasaman air.
5.6 Aspek Pasar Pembahasan yang dilakukan dalam aspek pasar dan pemasaran bertujuan untuk menguji serta menilai sejauh mana pemasaran dari produk yang dihasilkan dapat mendukung pengembangan usaha / proyek yang direncanakan. Faktor utama yang perlu dinilai dalam aspek pasar dan pemasaran, antara lain : daya serap pasar, kondisi pemasaran dan besarnya persaingan di masa yang akan datang. Tabel 3. Data Penjualan Bunga Karang dan Invertebrata PT Aneka Tirta Surya Periode 2002-2006 Penjualan No Bulan 2002 2003 2004 2005 2006 (pieces) (pieces) (pieces) (pieces) (pieces) 1 Januari 425 427 370 310 421 2 Febuari 407 398 391 354 429 3 Maret 360 360 380 345 471 4 April 348 401 308 311 427 5 Mei 320 548 323 340 462 6 Juni 411 317 372 331 446 7 Juli 342 412 428 387 470 8 Agustus 381 397 402 402 502 9 September 310 332 369 448 480 10 Oktober 300 320 318 459 442 11 November 378 306 309 482 505 12 Desember 309 299 323 409 497 Jumlah 4291 4293 4578 4517 5552 Sumber : PT Aneka Tirta Surya (Data Diolah), Tahun 2008
64
Dilihat perbedaan gap antara volume pembelian bunga karang dengan volume penjualan bunga karang di PT Aneka Tirta Surya cukup besar. Hal ini tentu sangat merugikan pihak perusahaan untuk memperoleh keuntungan. mengingat pasokan bunga karang sudah tentu merupakan komoditas yang langka. Seharusnya PT ATS dapat menekan tingkat kematian bunga karang agar order setiap minggunya dari konsumen luar negeri tetap terpenuhi. Stabilitas penjualan (fluktuasi penjualan) perlu dipertimbangkan pada koefisien variasi pertahun. Semakin tinggi koefisien variasi maka semakin fluktuatif/tidak stabil. Switching value yang tinggi
memiliki kecenderungan
penjualan rendah dengan fluktuasi yang ditunjukkan koefisien varian yang tinggi maka perusahaan tersebut sangat sensitif dan rawan terhadap faktor eksternal penjualan. Selama beberapa tahun terkahir akan terlihat pada tahun berapa kondisi rata-rata penjualan stabil, maka bisa dibandingkan dengan melakukan perhitungan analisis koefisen variasi. Hasil Koefisien Variasi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Coefisien Varian Rata-Rata Penjualan Tahun 2002-2006
CV (%)
2002 12,07
2003 18,72
Tahun 2004 11,25
2005 15,44
2006 6,44
Dengan menggunakan perhitungan koefisien variasi maka rata-rata penjualan selama lima tahun terakhir menunjukkan pada tahun 2006 koefisien varian sebesar 6,44% yang merupakan kondisi stabil dibandingkan tahun lainnya. Tingkat kematian tersebut disebabkan oleh tingkat adaptasi bunga karang yang rendah dan rentan terhadap kondisi alam buatan yang baru. Penyakit bunga karang yang menyebakan kematian, seperti bintik-bintik putih (white spot). Penanganan teknis yang tepat oleh pegawai perusahaan juga menentukan kualitas
65
bunga karang. Kondisi bunga karang yang rentan terhadap lingkungan eksternal merupakan faktor penentu volume bunga karang yang siap diekspor. 5.6.1 Daya Serap Pasar Daya serap pasar merupakan peluang pasar yang dapat dimanfaatkan dalam memasarkan hasil produksi dari usaha / proyek yang direncanakan. Sebuah gagasan usaha yang direncanakan, kendati telah feasible untuk dikembangkan jika dilihat dari aspek teknis, manajemen, keuangan dan lingkungan, tapi kalau produk yang dihasilkan tidak mempunyai pemasaran tidak ada artinya usaha ini dikembangkan. Demikian pula terhadap sesuatu produk yang telah mempunyai pasaran yang baik apabila dikembangkan di daerah /negara lain. Komoditas bunga karang sampai sekarang tetap menjadi primadona hasil laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Tidak saja untuk pengobatan /farmasi maupun untuk keindahan estetika akuarium laut yang banyak diminati di seluruh dunia. Hal ini terlihat dari volume penjualan ekspor bunga karang ke berbagai negara di dunia. Hal ini memiliki efek positif dari dunia perdagangan hasil laut agar tetap melanjutkan usaha penangkapan bunga karang sesuai kaidah yang berlaku. Berdasarkan volume ekspor penjualan bunga karang maupun jatah kuota yang diberikan oleh pemerintah khususnya pihak BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) sebesar 2.000.000/ pieces /tahun/seluruh perusahaa, maka jatah pangsa pasar (market share) PT Aneka Tirta Surya sebesar 23 persen. Hasil perhitungan tersebut berdasarkan hasil rata-rata total penjualan bunga karang selama 5 tahun terhadap seluruh total penjualan perusahaan.
66
PT Aneka Tirta Surya merupakan perusahaan yang tergolong dalam follower market / pengikut pasar. Berdasarkan karakter perusahaan dalam analisis persaingan, salah satu ciri pengikut pasar yaitu pangsa pasar < 30%. Dalam mengisi peluang usaha yang ada, perlu diperhatikan tentang faktor persaingan dari perusahaan sejenis, terutama terhadap usaha yang telah ada dan kemungkinan tentang berdirinya usaha sejenisnya dimasa yang akan datang. 5.6.2 Kondisi Pemasaran Kondisi pasar adalah keadaan pasar yang mendasari proses dan kegiatan pemasaran dari kegiatan usaha yang direncanakan, seperti rantai pemasaran, penetapan harga dan sistem pembayaran serta program pemasaran. 5.6.2.1Rantai Pemasaran Rantai pemasaran yang dimaksud adalah pola tata niaga mulai dari produsen sampai pada konsumen akhir. PT Aneka Tirta Surya melakukan kegiatan ekspor ke berbagai negara di Asia, Eropa, Amerika dan Timur Tengah. Alur kegiatan operasional perusahaan PT Aneka Tirta Surya pada Gambar 5. Pemasok /Nelayan
PT Aneka Tirta Surya
ekspor
Gambar 5. Alur Kegiatan Operasional PT Aneka Tirta Surya
Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa kegiatan usaha perusahaan yaitu menampung bunga karang dan invertebrata, serta melakukan diversifikasi produk bunga karang untuk di ekspor. Kegiatan usaha yang dilakukan yaitu mulai dari pengadaan bahan baku dari pemasok sampai dengan kegiatan ekspor. Komoditas tersebut dipelihara semaksimal mungkin dengan sistem yang baik agar pada saat
67
ditampung bunga karang dan invertebrata mampu menyesuaikan diri /beradaptasi di kolam penampungan yang baru. Sebelum produk diekspor terlebih dahulu disortir berdasarkan jenis dan ukuran yang sesuai dengan permintaan pelanggan. Aktivitas proses produksi dilaksanakan dari hari senin sampai dengan sabtu mulai pukul 09.00-17.00 WIB, khusus hari minggu dilakukan proses produksi berlangsung apabila perusahaan melakukan ekspor. Bahan baku yang diterima dari pemasok sebanyak empat kali dalam seminggu tergantung kebutuhan stok komoditas. Selanjutnya komoditas di tampung dan di pelihara sesuai kebutuhan jenisnya. Setelah itu, komoditas siap diekspor ke negara tujuan. Hasil dari penjualan bunga karang dan invertebrata merupakan pendapatan bagi perusahaan yang digunakan sebagai kontinuitas serta pengembangan usaha. Lokasi penangkapan jenis karang yang tidak dilindungi undang-undang yaitu di berbagai wilayah Indonesia yang bukan kawasan konservasi dan di luar daerah kawasan pariwisata. Hal tersebut dikarenakan stok jenis karang masih cukup banyak populasinya. Daerah-daerah tersebut antara lain Jawa, Bali, Lampung dan Nusa Tenggara Timur. 5.6.2.2 Penetapan Harga Kebijakan dalam penetapan harga adalah kegiatan yang amat penting, karena apabila harga terlalu tinggi,produk tersebut mengalami kesulitan dalam memasuki pasar. Demikian pula sebaliknya dengan harga terlalu rendah menyebabkan kerugian terhadap kegiatan usaha. Penetapan harga komoditas yang dilakukan PT ATS menggunakan strategi harga tetap yaitu berdasarkan jenis, ukuran dan kualitas produk. Sebelum menetapkan harga, para perusahaan yang bergerak dibidang koral dan invertebrata maupun ikan hias yang tergabung dalam
68
anggota AKKII (Asosiasi Koral Lerang dan Ikan Hias Indonesia) membahas masalah penetapan harga yang sesuai dan layak. Variasi jenis dan ukuran menentukan harga yang diberikan kepada pelanggan, karena semakin langka produk tersebut maka harga semakin tinggi. Koral dengan ukuran jumbo sangat diminati oleh pelanggan karena gerakan bunga tersebut yang semakin indah dalam nilai estetikanya. Kesalahan dalam penetapan harga akan menyebabkan kesalahan dalam kelayakan usaha, oleh karenanya kebijakan dalam penetapan harga harus benarbenar diperhitungkan secara tepat dan benar. PT ATS juga menetapkan harga dengan cara menghitung biaya produksi secara keseluruhan ( biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead). Kisaran harga yang ditetapkan antara 40-60 US $ / piece bunga karang berdasarkan jenis, ukuran dan grade. Pengaklasifikasian berdasarkan grade bunga karang, berikut ini kisaran harga untuk bunga karang dengan jenis Acropora,Sp dengan grade A : 1. SS (Super Small)
: 40 - 45 US $ (5%)
2. S (Small)
: 45 - 50 US $ (30%)
3. L (Large)
: 50 - 55 US $ (40%)
4. XL (Extra Large)
: 55 - 60 US $ (20%)
5. Jumbo
: > 60 US $ (5%)
5.6.2.2.1 Biaya Bahan Baku Biaya bahan baku adalah biaya bahan yang dikeluarkan untuk memproduksi sejumlah barang sesuai dengan jumlah produksi yang direncanakan. Besarnya jumlah bahan baku yamg diperkirakan berdasarkan pada rencana penjualan. Dengan mengetahui rencana penjualan, akan dapat diketahui secara
69
pasti tentang jenis dan jumlah bunga karang yang akan diekspor yang diperlukan. Order list diterima satu minggu atau maksimal tiga hari jika ada penambahan pesanan. Berdasarkan pada jenis dan jumlah bahan baku akan dihitung jumlah biaya baik dalam satu bulan maupun dalam satu tahun dan jumlah ini dibagi dengan jumlah produksi. Jumlah ini adalah harga pokok produksi dari segi bahan baku. Bahan baku yang diterima langsung dibayarkan kepada pemasok sesuai pesanan. Bunga karang yang busuk bisa langsung dikembalikan dan bukan menjadi tanggung jawab perusahaan selama proses penyortiran awal masih berjalan. Biaya bahan baku setiap minggunya berbeda tergantung banyaknya pesanan yang dapat terpenuhi oleh pemasok. Dalam satu kali pemesanan bunga karang, pemasok mengirim bunga karang dan invertebrata sebanyak order yang diminta. Walaupun terkadang tidak sesuai dengan pesanan (misal komoditas mati / cacat) bahkan tidak terpenuhinya pesanan karena langka produknya di alam. Harga pembelian komoditas dari pemasok berbeda-beda dan disesuaikan dengan jenis dan ukurannya. Penetapan harga pembelian berdasarkan tawarmenawar antara pihak perusahan dengan pemasok. Selama dua hingga tiga hari komoditas diterima oleh perusahaan maka saat itu perusahaan mengecek kondisi bunga karang (soft coral dan hard coral) dan invertebrata.
70
Tabel 5. Data Pembelian Bunga Karang dan Invertebrata PT Aneka Tirta Surya Periode 2002-2006 No Bulan Pembelian 2002 2003 2004 2005 2006 (pieces) (pieces) (pieces) (pieces) (pieces) 1 Januari 430 458 513 315 429 2 Febuari 415 405 408 360 436 3 Maret 370 368 387 350 477 4 April 350 407 412 321 432 5 Mei 325 558 386 348 468 6 Juni 420 329 409 336 453 7 Juli 348 414 438 393 478 8 Agustus 390 423 411 410 509 9 September 336 344 397 453 485 10 Oktober 307 325 477 465 449 11 November 405 315 313 487 511 12 Desember 321 310 420 413 502 Jumlah 4417 4971 4651 4656 5629 Sumber : PT Aneka Tirta Surya (Data Diolah), Tahun 2008
Data pembelian maupun penjualan menunjukkan penurunan pada tahun 2005 disebabkan oleh bencana tsunami di Aceh pada akhir bulan Desember 2004. Hal tersebut yang merupakan gejolak penurunan penawaran bunga karang. Sebagian nelayan yang takut melaut karena bencana tersebut menyebakan persediaan bunga karang tidak terpenuhi. 5.6.2.2.2 Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan terhadap tenaga kerja yang langsung berhubungan dengan produksi. Pemilihan salah satu cara dalam pembayaran upah tergantung pada jenis produk dan jenis produksi serta kebijaksanaan pimpinan dalam pembayaran upah. PT Aneka Tirta Surya tidak menerapkan sistem tersebut karena tidak memiliki tenaga kerja langsung
71
/buruh, perusahaan hanya memiliki karyawan tetap yang digaji setiap bulannya beserta insentif maupun THR (Tunjangan Hari Raya) setiap tahunnya. 5.6.2.2.3 Biaya Overhead Biaya overhead terdiri dari biaya bahan penolong, biaya listrik, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya penyusutan, biaya perawatan, dan biaya-biaya lainnya di luar biaya bahan mentah. 5.6.2.3 Sistem Pembayaran dan Biaya Pemasaran Dalam sistem pembayaran dari hasil penjualan produksi juga perlu diketahui secara jelas, apakah produk yang dijual secara cash atau kredit dan berapa besar potongan-potongan yang diberikan kepada penjual. Dalam satu kali pengiriman perusahaan memperoleh nilai rata-rata penjualan komoditas invertebrata sebesar Rp 30.000.000 dengan menggunakan sistem FOB (Free On Board). Beberapa negara tujuan ekspor antara lain negara-negara (Eropa, Asia, Amerika dan Timur Tengah). Umumnya penjualan yang rutin dilakukan berskala besar mencapai lebih dari 100 boks atau sekitar 1 ton. Demikian pula halnya dalam biaya pemasaran, apakah biaya pemasaran seperti
biaya transportasi, biaya pajak
dan pungutan-pungutan lainnya
merupakan beban pembeli atau meruapakan beban perusahaan. Biaya pemasaran sudah dihitung berdasarkan harga penjualan produk. 5.6.2.4 Program Pemasaran Salah satu program pemsaran yang harus disusun secara jelas yaitu promosi. Promosi merupakan alat untuk mengkomunikasikan produk ke pasar sasaran yang berisi tema pesan yang harus disampaikan kepada konsumen. Promosi ini menjadi alat penting karena berkaitan dengan bagaimana
72
memposisikan produk dimata konsumen. PT Aneka Tirta Surya melakukan promosi penjualan yaitu dengan mengikuti pameran-pameran bunga karang yang diadakan di luar negeri setiap 2 tahun sekali, seperti Pameran Interzoo di Jerman pada tahun 2004 yang lalu.
Gambar 6. Pameran Interzoo di Jerman
73
VI. ASPEK FINANSIAL
Analisis finansial terhadap suatu usaha berkaitan dengan keputusan pengalokasian sumberdaya yang langka kedalam suatu peluang investasi yang ada sehingga dapat memberikan keuntungan yang maksimal. Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi usaha, menghindari pemborosan sumber daya dan mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga dapat memilih alternatif usaha yang paling menguntungkan. PT Aneka Tirta Surya merupakan suatu usaha perdagangan yang menggunakan sumber daya modal
dalam menjalankan usahanya sehingga
memerlukan perhitungan yang tepat dalam penggunaan sumber daya yang ada. Analisis kelayakan finansial ini ditujukan untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha perusahan Aneka Tirta Surya yang telah dijalankan. Kriteria kelayakan yang digunakan dalam analisis ini yaitu NPV, Net B/C, IRR dan Payback Periode.
6.1
Arus Tunai (Cash Flow) Arus tunai ( cash flow) PT Aneka Tirta Surya terdiri dari komponen arus
manfaat sebagai arus masuk kas (inflow) dan arus biaya sebagai arus keluar kas (outflow). Manfaat dan biaya yang bersifat tangible. Arus tunai yang diperhitungkan dalan analisis ini dimulai dari tahun ke-nol sebagai tahun saat perusahaan belum memulai produksi dan hanya mengeluarkan biaya investasi. Umur proyek yang digunakan dalam analisis ini adalah selama 5 tahun. Hal
74
tersebut berdasarkan umur ekonomis bak penampung yang merupakan asset yang paling penting dalam proses produksi pemeliharaan terumbu karang di perusahaan ini. Analisis finansial pada usaha ini menggunakan asumsi bahwa semua manfaat dan biaya yang terjadi pada tahun pertama adalah sama sampai dengan tahun ke-lima. Tingkat diskonto (discount rate) yang digunakan adalah sebesar 11 persen yang merupakan tingkat suku bunga deposito berjangka rata-rata bank umum periode Oktober 2007 – September 2008 yang disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Rata-Rata Bank Umum Periode Oktober 2007- September 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan Okt-07 Nop-07 Des-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust-08 Sep-08 Rata-rata
Suku Bunga (%) 7,70 7,95 8,25 8,49 9,51 10,00 11,00 12,25 12,75 12,75 12,75 12,75 10,51
Sumber : www.bi.go.id
6.1.1
Arus Manfaat (Inflow) Arus manfaat dari PT Aneka Tirta Surya terdiri dari nilai penjualan total
yaitu penjualan dari komoditas invertebrata yaitu terumbu karang maupun hewan lainnya sebagai hasil sampingan. Selain itu di dalam arus manfaat terdapat pinjaman yang diperoleh dari bank.
75
a.
Nilai Penjualan Total Nilai penjualan total perusahaan terumbu karang PT Aneka Tirta Surya
berasal dari penjualan terumbu karang yang diproduksi yaitu dimulai dari proses perawatan hingga pengiriman komoditas ke negara tujuan. Nilai penjualan total tahun pertama yaitu hasil perkalian antara jumlah produk yang dihasilkan dengan harga jualnya. Nilai total tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-5 berbeda sesuai dengan order yang dibutuhkan importir dan stock list yang ada di perusahaan. Sebagian besar komoditas tergantung dari kondisi geo-kelautan yang tidak menentu yang mengakibatkan gelombang pasang di laut. Nilai penjualan diasumsikan berbeda dari tahun pertama proyek sampai akhir proyek. Tabel 7. Perubahan Harga Input dan Output Selama 5 Tahun (2002-2006) Tahun Harga Input (Rp)/ pieces Harga Output (US$) /pieces 2002 7500 35 2003 7500 35 2004 8000 40 2005 8500 45 2006 8500 45 Sumber : PT Aneka Tirta Surya (2008)
Rata-rata jumlah produksi terumbu karang sebesar 15-20 pieces per hari dengan harga beli dari pemasok sebesar
Rp 10.000,00 / pieces tergantung
ketersediaan barang tersebut di pemasok. PT Aneka Tirta Surya menjual komoditas terumbu karang sebesar 40 US$ - 60 US $ kepada importir. Rata-rata penjualan produk sebsar 50 US $ / pieces. Proyeksi penjualan total PT Aneka Tirta Surya dalam satu tahun yang diasumsikan 365 hari disajikan pada Tabel 8.
76
Tabel 8. Proyeksi Penjualan Total PT Aneka Tirta Surya No.
Jenis Komoditas
1 2
Terumbu Karang Invertebrata Lain
Jumlah Produksi Harga Per per Hari (pcs) Satuan (Rp) 15 450000 7 270000 Total Penjualan
Nilai Pertahun (Rp) 2268000000 635040000 2903040000
Sumber : PT Aneka Tirta Surya (Data Diolah), Tahun 2008
b.
Pinjaman Bank Modal usaha yang digunakan PT Aneka Tirta Surya adalah modal sendiri
serta pinjaman dari bank. Pemilik meminjam modal usaha kepada Bank BRI ,Jakarta. Pinjaman modal yang diberikan pihak bank adalah sebesar Rp 300 juta yang harus dilunasi selama 5 tahun dengan bunga sebesar 15 persen dan pelunasannya dilakukan melalui cicilan per tahun sebanyak Rp 58 juta 6.1.2 Arus Biaya (Outflow) Arus biaya dari perusahaan PT Aneka Tirta Surya terdiri dari investasi yang dikeluarkan sebelum memulai suatu usaha . Jumlah biaya investasi yang dikeluarkan pemilik yaitu sebesar Rp 1,8 milyar. Biaya investasi ini terdiri dari biaya mendirikan bangunan senilai Rp 1 milyar , selanjutnya perusahaan ini membeli dua kendaraan mobil senilai Rp 400 juta dan 2 motor serta 1 truk masing-masing senilai Rp 10 juta dan Rp 130 juta. PT ATS mengeluarkan biaya reinvestasi untuk asset yang umurnya kurang dari umur proyek yaitu selama 5 tahun. Untuk semua asset yang berunur ekonomis hanya satu tahun, maka reinvestasi asset tersebut dilakukan setiap tahun. Sedangkan asset perusahaan yang berumur ekonomis selama lima tahun maka reinvestasi dilakukan pada tahun ke-lima.
77
2.
Biaya Operasional Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan setiap tahun selama
PT Aneka Tirta Surya beroperasi. Adapun yang termasuk kedalam biaya operasional perusahaan ini yaitu biaya pembelian bahan baku utama, bahan pembantu, biaya gaji dan upah,
biaya listrik dan air, biaya telepon, biaya
perawatan mesin, biaya insentif tenaga kerja, biaya administrasi, biaya sewa lahan, pelunasan pinjaman dan bunga, dan biaya lain-lain. Pembelian bahan baku terumbu karang yang diterima dari pemasok sebesar 6720 pieces / tahun dengan harga senilai Rp 100.000,00 / pieces atau sekitar 10 US $ / pieces. Pembelian bahan pembantu seperti obat-obatan salahsatunya karbonat. Bahan tersebut penting saat proses pengiriman terumbu karang ke luar negeri dalam waktu lama. Rincian biaya operasional dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Biaya Operasional Rata-rata pertahun PT Aneka Tirta Surya No 1 2
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Uraian Bahan baku Bahan Pembantu - obat-obatan - karet - plastik Gaji/ Upah Tenaga Kerja Biaya Listrik dan Air Biaya telepon Biaya Perawatan Mesin Biaya Transportasi Biaya Insentif Tenaga Kerja Biaya Administrasi Biaya Sewa Lahan Pembelian Air Laut Pelunasan Pinjaman dan Bunga Biaya lain-lain Total Biaya Operasional
Sumber : PT Aneka Tirta Surya (Data Diolah), Tahun 2008
Nilai (Rp) (juta) 604,8 5 0,1 0.5 225,6 24 18 24 25 33,6 36 45 100 58 6 1610
78
Pada Tabel 9. dapat ditunjukkan bahwa biaya pembelian bahan baku merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan oleh perusahaan yaitu mencapai nilai Rp 604 juta tahun dari total biaya opearsional perusahaan.
Hal tersebut
menunjukkan bahwa bahan baku utama terumbu karang sangat penting karena masih tingginya permintaan bunga karang, baik dari domestik maupun non domestik. Bahan pembantun lainnya seperti karet dan plastik merupakan bahan untuk mengikat dan membungkus dengan lapisan plastik. Jumlah lapisan laret sebanyak 3 lembar. Hal ini dilakukan agar plastik tidak bocor karena bahan terumbu karang yang tajam. Biaya operasional lainnya yaitu biaya gaji dan upah karyawan perusahaan. Sebanyak 16 karyawan yang terdiri dari karyawan 12 karyawan berpendidikan tinggi serta 4 karyawan berpendidikan menengah. Gaji yang diberikan berbedabeda tergantung skill yang dimiliki serta posisi diperusahaan. Rata-rata gaji untuk karyawa biasa berkisar Rp 900.000,00 – Rp 1.000.000,00 / bulan. Gaji yang diberikan untuk karyawan dalam berkisar Rp 1,6 juta – Rp 2 juta / bulan. Biaya transportasi digunakan untuk mengirim komoditas ke luar negeri melalui transportasi udara. Biaya yang dikeluarkan meliputi pengeluaran pembelian bahan bakar bensin dan transportasi jalan tol sebesar Rp 25 juta / tahun. Biaya insentif bertujuan untuk meningkatkan kinerja karyawan. Pelunasan pinjaman dan bunga bank dihitung berdasarkan pinjaman bank sebesar Rp 300juta yang harus dilunasi selama satu tahun dengan bunga 15 persen per tahun. Berdasarkan perhitungan, maka dalam satu tahun perusahaan melunasi pinjaman dan bunga sebesar Rp 58.080.588,00/ tahun selama lima tahun. Selain itu juga terdapat biaya administrasi, biaya sewa lahan dan biaya lain-lain (pungutan liar di
79
kargo bandara) serta tarif pengangkutan sampah maupun tarif keamanan lingkungan perusahaan.
6.2
Analisis Kriteria Kelayakan Finansial Analisis kriteria kelayakan finansial digunakan untuk menilai kelayakan
usaha ekspor terumbu karang ini. Dalam penelitian ini digunakan beberapa kriteria kelayakan usaha yaitu NPV, Net B/C, IRR dan discounted payback periode. Tingkat diskonto yang digunakan yaitu sebesar 11 persen yang merupakan tingkat suku bunga deposito berjangka rata-rata bank umum. Perhitungan kelayakan usaha pada PT Aneka Tirta Surya yaitu dengan menggunakan data manfaat bersih (net benefit) yang diperoleh dari selisih manfaat dan biaya setiap tahun serta dikurangi pajak berdasarkan tarif pajak yang ditentukan di dalam peraturan pemerintah. Tarif pajak wajib kepada bentuk usaha dalam negeri dan bentuk usaha tetap dengan manfaat bersih diatas 100 juta dikenakan tarif pajak 30% (UU RI No.17 Tahun 2000 Tentang Perubahan Ketiga Atas UU No.17 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan dalam Suherliyanti, 2003.) Data manfaat bersih yang diperoleh kemudian didiskonto dengan tingkat diskonto tertentu untuk melihat nilai sekarang (present value) dari manfaat bersih tersebut, kemudian dilakukan perhitungan NPV, Net B/C, IRR serta discounted payback periode analisis kelayakan finansial dilakukan dengan menggunakan tingkat suku bunga 11 persen yang merupakan tingkat suku bunga deposito berjangka rata-rata bank umum. Arus tunai (cashflow) PT Aneka Tirta Surya dengan tingkat diskonto 11 persen dapat dilihat pada Lampiran 4.
80
Berdasarkan cashflow tersebut, dapat dianalisis kelayakan finansial berdasarkan kriteria NPV, Net B/C, IRR serta discounted payback periode.
Tabel 10. Hasil Analisis Kelayakan Usaha PT Aneka Tirta Surya pada Tingkat Diskonto 11 Persen Nilai Investasi (Rp) 1,8 milyar
NPV (Rp) 1 milyar
Net B/C 1,72
IRR (%) 36,98
Payback Periode 2 tahun 5 bulan
Dari hasil perhitungan analisis kelayakan finansial PT Aneka Tirta Surya pada tingkat diskonto 11 persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp 1 milyar atau lebih besar daripada nol. Hal ini berarti bahwa usaha perdagangan ekspor terumbu karang PT Aneka Tirta Surya adalah layak untuk dilaksanakan karena akan memberikan keuntungan dengan nilai sekarang (present value) selama umur proyek yaitu selama lima tahun. Nilai Net B/C yang dihasilkan pada tingkat diskonto 11 persen yaitu sebesar 1,72. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap nilai pengeluaran biaya sebesar Rp 1,00 akan menghasilkan manfaat sebesar 1,72. Selain itu, dapat disebutkan bahwa pendapatan bersih yang diperoleh adalah sebesar 1,72 kali dari biaya yang dikeluarkan. Nilai Net B/C yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa usaha ekspor terumbu karang PT Aneka Tirta Surya layak untuk dilaksanakan. Hasil analisis tersebut juga menunjukkan bahwa nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 36,98 persen. Nilai ini menunjukkan bahwa akan lebih menguntungkan bagi perusahaan jika modal yang dimiliki digunakan untuk investasi terhadap penjualan bunga karang dibandingkan apabila modal tersebut
81
didepositokan ke bank yang hanya memiliki tingkat suku bunga sebesar 11 persen. Hasil analisis tingkat pengembalian investasi (payback periode) yang berdasarkan nilai sekarang dengan tingkat diskonto 11 persen memperlihatkan bahwa untuk memperoleh kembali nilai investasi yang telah ditanamkan, maka diperlukan waktu selama 2 tahun 5 bulan. Hal ini berarti bahwa usaha ini dapat dilaksanakan karena memenuhi kriteria kelayakan. Dari hasil analisis finansial yang menggunakan 4 kriteria kelayakan usaha, dapat disimpulkan bahwa perusahaan ekspor bunga karang PT Aneka Tirta Surya layak untuk dijalankan.
6.3
Analisis Sensitivitas Hasil kelayakan finansial menunjukkan bahwa usaha ekspor terumbu karang
PT Aneka Tirta Surya layak untuk dilaksanakan berdasarkan beberapa kriteria investasi. Keadaan tersebut terjadi apabila tidak terdapat perubahan-perubahan baik arus manfaat maupun pada arus biaya. Untuk melihat kembali hasil analisis kelayakan usaha ini apabila terjadi perubahan-perubahan dalam perhitungannya, maka dilakukan analisis sensitivitas terhadap arus manfaat dan biaya. Penelitian ini menganalisis kelayakan usaha melalui kriteria kelayakan usaha apabila terjadi perubahan pada manfaat dan biaya. Beberapa asumsi yang digunakan di dalam analisis ini adalah : 1.
Peningkatan harga beli bunga karang dari pemasok, yaitu berdasarkan biaya yang merupakan komponen terbesar dari total biaya operasional perusahaan.
82
2.
Penurunan harga penjualan bunga karang, yaitu akibat dampak krisis moneter di Amerika, memppengaruhi kemampuan daya beli masyarakat dunia khususnya negara-negara importir bunga karang.
3.
Semua manfaat dan biaya selain harga bahan baku dan volume penjualan diasumsikan konstan (cateris paribus). Analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan
pada harga beli dan volume penjualan yang akan menghasilkan keuntungan normal. Mencari nilai pengganti dilakukan dengan menguji secara coba-coba sampai seberapa persen perubahan harga beli dan volume penjualan dapat terjadi yang masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi. Pada Tabel 10. ditunjukkan bahwa secara finansial pada tingkat diskonto 11 persen usaha ekspor terumbu karang PT Aneka Tirta Surya akan memperoleh keuntungan normal jika harga bahan baku naik maksimal sebesar 25 persen dan volume penjualan turun maksimal sebesar 20 persen.
Tabel 11. Analisis Usaha dan Sensitivitas Perubahan Harga (%) Kriteria Investasi Bahan Baku Penjualan IRR NPV Net B/C Payback Periode 0 0 36% 1 milyar 1,72 2 tahun 5 bulan +25% 0 14% 408 juta 1,27 3 tahun 3 bulan 0 -20% 18% 338 juta 1,22 3 tahun 4 bulan +15% -30% 15% 127 juta 1,08 3 tahun 9 bulan
Tabel di atas menunjukkan nilai-nilai kriteria investasi yang tidak layak lagi akibat adanya perubahan-perubahan pada masing-masing harga bahan baku. Hasil analisis sensitivitas manunjukkan bahwa NPV maksimal diperoleh pada kenaikan harga bahan baku sebesar 25 persen. Hal ini mengandung arti kenaikan yang masih ditoleransi oleh kelayakan usaha adalah lebih kecil dari 25 persen.
83
Berdasarkan hasil perhitungan analisis kelayakan finansial usaha ekspor terumbu karang PT Aneka Tirta Surya pada tingkat diskonto 11% diperoleh NPV sebesar Rp 1 milyar; IRR sebesar 36,89 persen ; Net B/C 1,72 sebesar dan discounted payback periode selama 2 tahun 5 bulan, dengan demikian usaha tersebut layak untuk dilaksanakan. Selain itu, dari hasil analisis sensitivitas diketahui bahwa kenaikan harga bahan baku dan penurunan harga penjualan sensitif terhadap perubahan. Hal ini menunjukkan resiko yang besar terhadap usaha ekspor bunga karang dan invertebrata oleh PT Aneka Tirta Surya dalam menjalankan usahanya.
84
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1
Kesimpulan Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada PT Aneka Tirta Surya baik
dari aspek finansial maupun aspek non finansial, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu : 1.
Kelayakan usaha ekspor terumbu karang PT Aneka Tirta Surya jika dilihat dari aspek finansial dikatakan layak untuk dilaksanakan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil perhitungan analisis kelayakan usaha PT Aneka Tirta Surya pada tingkat diskonto 11 persen yaitu diperoleh nilai NPV sebesar Rp 1 milyar ; IRR sebesar 36,98 persen ; Net B/C 1,72 sebesar dan discounted payback periode selama 2 tahun 5 bulan, dengan demikian usaha tersebut layak untuk dilaksanakan.
2.
Hasil analisis sensitivitas diketahui bahwa kenaikan harga bahan baku maupun penurunan harga penjualan sensitif terhadap perubahan. Hal ini ditunjukkan dengan persentase perubahan input sebesar 25 persen dan output sebesar 20 persen. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ekspor bunga karang dan invertebarata yang dijalankan oleh PT Aneka Tirta Surya memiliki resiko yang cukup besar.
85
7.2
Saran Beberapa saran yang dapat diberikan dari hasil analisis kelayakan finansial
ekspor terumbu karang yaitu : 1.
PT Aneka Tirta Surya telah menggunakan teknologi dan pemilihan peralatan dengan baik, namun dalam struktur organisasi manajemen perlu adanya penambahan karyawan bagian ekspor. Hal ini agar memudahkan pihak manajemen dalam proses ekspor terumbu karang. Pemasaran yang cukup luas untuk perusahaan yang sedang berkembang sehingga perusahaan ini harus mempertahankan kondisi tersebut dan meningkatkan kualitas kemampuan karyawannya.
2.
Kegiatan PT Aneka Tirta Surya masih tahap awal dalam pengiriman terumbu karang melalui pengambilan bahan baku di laut. Hal tersebut belum sampai pada tahap pengembangan produk yaitu transplantasi terumbu karang. Hal ini agar mencegah tindakan kesalahan dalam pengambilan terumbu karang (eksploitasi berlebihan) serta menjaga kontinuitas produk agar tetap tersedia.
DAFTAR PUSTAKA
AKKII. 2003. Panduan Pengenalan Jenis-Jenis Karang Hias Yang Diperdagangkan. Penerbit : AKKII. Jakarta. Ambar. 2001. Keragaan dan Analisis Kelayakan Investasi Usaha Budidaya Lobster di CV Mutiara Dua, Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. BAKOSURTANAL. Pengembangan Prototipe Wilayah Pesisir dan Marine Bali. Tim Kerja Survei Oscar Sumber Alam Laut. Proyek Pembinaan Survei Udara dan Dirgantara. 1995. Dinny, Ratu. 2002. Analisis Sistem Persediaan Bunga Karang Di Cabang CV Dinar, Tangerang. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ermin, Faisal. 2007. Analisis Kelayakan Investasi Pengusahaan Lobster Air Tawar CV. Vizan Farm dan CV. Sejahtera Lobster Farm. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Gittinger, J. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Penerbit : Universitas Indonesia (UI Press). Jakarta. Ibrahim, Yacob. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Revisi. Penerbit : Rineka Cipta. Jakarta. Kadariah. 1998. Evaluasi Proyek Analisa Ekonomis. Edisi 2. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta Kotler, Philip. 2004. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol. Jilid 1. Jakarta. Penerbit : Prehalindo. Malay, Femmy Nasrin. 2000. Analisis Ekonomi Terumbu Karang (Studi Kasus di Kawasan Kelurahan Pulau Kelapa, Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, DKI Jakarta). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nazir, M. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.662 Hal. 1998. Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut: suatu pendekatan ekologis. Penerbit : Gramedia. Jakarta Odum, E.P. 1988. Dasar-Dasar Ekologi. (Terjemahan). Edisi 3. Penerbit :Universitas Gajah Mada (UGM Press). Yogyakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseonologi-LIPI Pemanfaatan Karang Hias Secara Lestari. Yayasan WWF Indonesia. Jakarta Hal 22.1998.
Ruslan, Budi Muhammad. 2004. Analisis Kelayakan Finanasial Usaha Tambak Udang Windu CV Surya Putra Agroindustri di Kecamatan Sindang Barang, Kabupaten Cianjur. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sari. 1997. Analisis Kelayakan Usaha Tambak Udang PT Ika Nusa Fishtama di Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Tanggamus, Propinsi Lampung. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Siswanti, Dwi Ambar. 2001. Keragaan dan Analisis Kelayakan Investasi Usaha Budidaya Lobster di CV Mutiara Dua, Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sofian, Asep. 2004. Studi Keterkaitan Keanekaragaman Bentuk Pertumbuhan Karang dengan Ikan Karang di Sekitar Kawasan Wilayah Barat Kepulauan Belitung. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suherliyanti. 2003. Analisis Kelayakan Finansial Perusahaan Tahu di Kabupaten Sumedang. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suratiyah, Ken. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Lampiran 1.Analisis Kelayakan Finansial PT Aneka Tirta Surya Uraian Tahun ke0 1 2 A. Penerimaan (Inflow) Nilai penjualan Penjualan bunga karang 2268000000 2268000000 Invertebrata lainnya 635040000 635040000 Pinjaman Modal 300000000 Total Manfaat B. Pengeluaran (Outflow) 1. Biaya Investasi a. Bangunan b. Kendaraan - mobil (2 buah) - motor - truk c. Peralatan Kantor - lemari - mesin komputer - mesin tik - faksimili - telepon - mesin fotokopi - mesin printer - meja dan kursi - kamera - mesin scanner d. Peralatan Produksi - Bak Penampung - Akuarium
300000000
1000000000 400000000 10000000 130000000 26000000 12000000 750000 450000 900000 5000000 6000000 5000000 3000000 3500000 50000000 50000000
2903040000
2903040000
3
4
5
2268000000 635040000
2268000000 635040000
2268000000 635040000
2903040000
2903040000
2903040000
- Tabung oksigen - Mesin Skimmer - Freezer - Generator - Genset - Mesin pompa - Timbangan - Air conditioner - Salinometer - PH meter - Gelas tabung kecil - Boks styrofoam - Boks kardus - Serokan - Selang - Saringan - Ember - Jaring - Keranjang Total Biaya Investasi 2. Biaya Operasional a. Bahan baku invertebrata b. Bahan Pembantu - obat-obatan - karet - plastik c. Gaji/ Upah Tenaga Kerja d. Biaya Listrik dan Air e. Biaya telepon f. Biaya Perawatan Mesin
2000000 30000000 5000000 1500000 5000000 16000000 1000000 8000000 600000 3000000 600000 2880000 720000 200000 60000 30000 300000 100000 500000 1780090000
600000 3000000 600000 2880000 720000 200000 60000 30000 300000 100000 500000 8990000
600000 3000000 600000 2880000 720000 200000 60000 30000 300000 100000 500000 8990000
600000 3000000 600000 2880000 720000 200000 60000 30000 300000 100000 500000 8990000
600000 3000000 600000 2880000 720000 200000 60000 30000 300000 100000 500000 8990000
600000 3000000 600000 2880000 720000 200000 60000 30000 300000 100000 500000 8990000
604800000 290304000
604800000 290304000
604800000 290304000
604800000 290304000
604800000 290304000
5000000 100000 500000 225600000 24000000 18000000 24000000
5000000 100000 500000 225600000 24000000 18000000 24000000
5000000 100000 500000 225600000 24000000 18000000 24000000
5000000 100000 500000 225600000 24000000 18000000 24000000
5000000 100000 500000 225600000 24000000 18000000 24000000
g. Biaya Transportasi h. Biaya Insentif i Biaya Administrasi j. Biaya Sewa Lahan k.Pembelian Air Laut l. Pelunasan Pinjaman m. Biaya Reparasi Kendaraan n. Biaya lain-lain Total Biaya Operasional Total Biaya C. Manfaat Bersih Sbm Tax D. Pajak E. Manfaat Bersih Stlh Tax DF 11% Present Value NPV NPV Positif NPV Negatif Net B/C IRR Payback Periode
1780090000 -1480090000 0.00 -1480090000 1 -1480090000 1073574479 2553664479 -1480090000 -1,725344053 36,98% 2 tahun 5 bulan
25000000 33600000 36000000 450000000 100000000 58080588 6000000 6000000 1906984588 1915974588 987065412 296119623,6 690945788,4 0,900900901 622473683,2
25000000 33600000 36000000 450000000 100000000 58080588 6000000 6000000 1906984588 1915974588 987065412 296119623,6 690945788,4 0,811622433 560787102
25000000 33600000 36000000 450000000 100000000 58080588 6000000 6000000 1906984588 1915974588 987065412 296119623,6 690945788,4 0,731191381 505213605,4
25000000 33600000 36000000 450000000 100000000 58080588 6000000 6000000 1906984588 1915974588 987065412 296119623,6 690945788,4 0,658730974 455147392,3
25000000 33600000 36000000 450000000 100000000 58080588 6000000 6000000 1906984588 1915974588 987065412 296119623,6 690945788,4 0,593451328 410042695,7
Lampiran 2.Analisis Sensitivitas PT Aneka Tirta Surya Terhadap Kenaikan Harga Bahan Baku Sebesar 25% Tahun keUraian 0 1 2 3 4 A. Penerimaan (Inflow) Nilai penjualan Penjualan bunga karang 2268000000 2268000000 2268000000 2268000000 Invertebrata lainnya 635040000 635040000 635040000 635040000 Pinjaman Modal 300000000 Total Manfaat B. Pengeluaran (Outflow) 1. Biaya Investasi a. Bangunan b. Kendaraan - mobil (2 buah) - motor - truk c. Peralatan Kantor - lemari - mesin komputer - mesin tik - faksimili - telepon - mesin fotokopi - mesin printer - meja dan kursi - kamera - mesin scanner d. Peralatan Produksi - Bak Penampung - Akuarium - Tabung oksigen
300000000
2903040000
2903040000
2903040000
2903040000
5
2268000000 635040000
2903040000
1000000000 400000000 10000000 130000000 26000000 12000000 750000 450000 900000 5000000 6000000 5000000 3000000 3500000 50000000 50000000 2000000
50000000 50000000 2000000
- Mesin Skimmer - Freezer - Generator - Genset - Mesin pompa - Timbangan - Air conditioner - Salinometer - PH meter - Gelas tabung kecil - Boks styrofoam - Boks kardus - Serokan - Selang - Saringan - Ember - Jaring - Keranjang Total Biaya Investasi 2. Biaya Operasional a. Bahan baku Invertebrata b. Bahan Pembantu - obat-obatan - karet - plastik c. Gaji/ Upah Tenaga Kerja d. Biaya Listrik dan Air e. Biaya telepon f. Biaya Perawatan Mesin g. Biaya Transportasi h. Biaya Insentif
30000000 5000000 1500000 5000000 16000000 1000000 8000000 600000 3000000 600000 2880000 720000 200000 60000 30000 300000 100000 500000 1780090000
600000 3000000 600000 2880000 720000 200000 60000 30000 300000 100000 500000 8990000
600000 3000000 600000 2880000 720000 200000 60000 30000 300000 100000 500000 8990000
600000 3000000 600000 2880000 720000 200000 60000 30000 300000 100000 500000 8990000
600000 3000000 600000 2880000 720000 200000 60000 30000 300000 100000 500000 8990000
30000000 5000000 1500000 5000000 16000000 1000000 8000000 600000 3000000 600000 2880000 720000 200000 60000 30000 300000 100000 500000 177490000
725760000 399168000
725760000 399168000
725760000 399168000
725760000 399168000
725760000 399168000
5000000 100000 500000 225600000 24000000 18000000 24000000 25000000 33600000
5000000 100000 500000 225600000 24000000 18000000 24000000 25000000 33600000
5000000 100000 500000 225600000 24000000 18000000 24000000 25000000 33600000
5000000 100000 500000 225600000 24000000 18000000 24000000 25000000 33600000
5000000 100000 500000 225600000 24000000 18000000 24000000 25000000 33600000
i Biaya Administrasi j. Biaya Sewa Lahan k.Pembelian Air Laut l. Pelunasan Pinjaman m. Biaya Reparasi Kendaraan n. Biaya lain-lain Total Biaya Operasional Total Biaya C. Manfaat Bersih Sblm Tax D. Pajak E. Manfaat Bersih Stlh Tax DF 11% Present Value NPV NPV Positif NPV Negatif Net B/C IRR Payback Periode
1780090000 -1480090000 0.00 -1480090000 1 -1480090000 408992809,2 1889082809 -1480090000 -1,276329689 14% 3 tahun 3 bulan
36000000 450000000 100000000 58080588 6000000 6000000 2136808588 2145798588 757241412 227172423,6 530068988,4 0,900900901 477539629,2
36000000 450000000 100000000 58080588 6000000 6000000 2136808588 2145798588 757241412 227172423,6 530068988,4 0,811622433 430215882,2
36000000 450000000 100000000 58080588 6000000 6000000 2136808588 2145798588 757241412 227172423,6 530068988,4 0,731191381 387581875,8
36000000 450000000 100000000 58080588 6000000 6000000 2136808588 2145798588 757241412 227172423,6 530068988,4 0,658730974 349172861,1
36000000 450000000 100000000 58080588 6000000 6000000 2136808588 2314298588 588741412 176622423,6 412118988,4 0,593451328 244572561
lampiran 3.Analisis Switching Value PT Aneka Tirta Surya Terhadap Penurunan Harga Penjualan Sebesar 20% Tahun keUraian 0 1 2 3 4 A. Penerimaan (Inflow) Nilai penjualan Penjualan bunga karang 1995840000 1995840000 1995840000 1995840000 Invertebrata lainnya 650160000 650160000 650160000 650160000 Pinjaman Modal 300000000 Total Manfaat B. Pengeluaran (Outflow) 1. Biaya Investasi a. Bangunan b. Kendaraan - mobil (2 buah) - motor - truk c. Peralatan Kantor - lemari - mesin komputer - mesin tik - faksimili - telepon - mesin fotokopi - mesin printer - meja dan kursi - kamera - mesin scanner d. Peralatan Produksi - Bak Penampung - Akuarium - Tabung oksigen
300000000
2646000000
2646000000
2646000000
2646000000
5
1995840000 650160000
2646000000
1000000000 400000000 10000000 130000000 26000000 12000000 750000 450000 900000 5000000 6000000 5000000 3000000 3500000 50000000 50000000 2000000
50000000 50000000 2000000
- Mesin Skimmer - Freezer - Generator - Genset - Mesin pompa - Timbangan - Air conditioner - Salinometer - PH meter - Gelas tabung kecil - Boks styrofoam - Boks kardus - Serokan - Selang - Saringan - Ember - Jaring - Keranjang Total Biaya Investasi 2. Biaya Operasional a. Bahan baku Invertebrata b. Bahan Pembantu - obat-obatan - karet - plastik c. Gaji/ Upah d. Biaya Listrik dan Air e. Biaya telepon f. Biaya Perawatan Mesin g. Biaya Transportasi h. Biaya Insentif
30000000 5000000 1500000 5000000 16000000 1000000 8000000 600000 3000000 600000 2880000 720000 200000 60000 30000 300000 100000 500000 1780090000
600000 3000000 600000 2880000 720000 200000 60000 30000 300000 100000 500000 8990000
600000 3000000 600000 2880000 720000 200000 60000 30000 300000 100000 500000 8990000
600000 3000000 600000 2880000 720000 200000 60000 30000 300000 100000 500000 8990000
600000 3000000 600000 2880000 720000 200000 60000 30000 300000 100000 500000 8990000
30000000 5000000 1500000 5000000 16000000 1000000 8000000 600000 3000000 600000 2880000 720000 200000 60000 30000 300000 100000 500000 177490000
604800000 290304000
604800000 290304000
604800000 290304000
604800000 290304000
604800000 290304000
5000000 100000 500000 225600000 24000000 18000000 24000000 25000000 33600000
5000000 100000 500000 225600000 24000000 18000000 24000000 25000000 33600000
5000000 100000 500000 225600000 24000000 18000000 24000000 25000000 33600000
5000000 100000 500000 225600000 24000000 18000000 24000000 25000000 33600000
5000000 100000 500000 225600000 24000000 18000000 24000000 25000000 33600000
i Biaya Administrasi j. Biaya Sewa Lahan k.Pembelian Air Laut l. Pelunasan Pinjaman m. Biaya Reparasi Kendaraan n. Biaya lain-lain Total Biaya Operasional Total Biaya C. Manfaat Bersih Sblm Tax D. Pajak E. Manfaat Bersih Stlh Tax DF 11% Present Value NPV NPV Positif NPV Negatif Net B/C IRR Payback Periode
1780090000 -1480090000 0.00 -1480090000 1 -1480090000 338581536 1818671536 -1480090000 -1,228757397 18% 3 tahun 4 bulan
36000000 450000000 100000000 58080588 6000000 6000000 1906984588 1915974588 730025412 219007623,6 511017788,4 0,900900901 460376385,9
36000000 450000000 100000000 58080588 6000000 6000000 1906984588 1915974588 730025412 219007623,6 511017788,4 0,811622433 414753500,9
36000000 450000000 100000000 58080588 6000000 6000000 1906984588 1915974588 730025412 219007623,6 511017788,4 0,731191381 373651802,6
36000000 450000000 100000000 58080588 6000000 6000000 1906984588 1915974588 730025412 219007623,6 511017788,4 0,658730974 336623245,6
36000000 450000000 100000000 58080588 6000000 6000000 1906984588 2084474588 561525412 168457623,6 393067788,4 0,593451328 233266601
lampiran 4.Analisis Switching Value PT Aneka Tirta Surya Terhadap Kenaikan Harga Bahan Baku dan Penjualan Tahun keUraian 0 1 2 3 4 A. Penerimaan (Inflow) Nilai penjualan Penjualan bunga karang 2116800000 2116800000 2116800000 2116800000 Invertebrata lainnya 544320000 544320000 544320000 544320000 Pinjaman Modal 300000000 Total Manfaat B. Pengeluaran (Outflow) 1. Biaya Investasi a. Bangunan b. Kendaraan - mobil (2 buah) - motor - truk c. Peralatan Kantor - lemari - mesin komputer - mesin tik - faksimili - telepon - mesin fotokopi - mesin printer - meja dan kursi - kamera - mesin scanner d. Peralatan Produksi - Bak Penampung - Akuarium - Tabung oksigen
300000000
2661120000
2661120000
2661120000
2661120000
5
2116800000 544320000
2661120000
1000000000 400000000 10000000 130000000 26000000 12000000 750000 450000 900000 5000000 6000000 5000000 3000000 3500000 50000000 50000000 2000000
50000000 50000000 2000000
- Mesin Skimmer - Freezer - Generator - Genset - Mesin pompa - Timbangan - Air conditioner - Salinometer - PH meter - Gelas tabung kecil - Boks styrofoam - Boks kardus - Serokan - Selang - Saringan - Ember - Jaring - Keranjang Total Biaya Investasi 2. Biaya Operasional a. Bahan baku Invertebrata b. Bahan Pembantu - obat-obatan - karet - plastik c. Gaji/ Upah d. Biaya Listrik dan Air e. Biaya telepon f. Biaya Perawatan Mesin g. Biaya Transportasi h. Biaya Insentif
30000000 5000000 1500000 5000000 16000000 1000000 8000000 600000 3000000 600000 2880000 720000 200000 60000 30000 300000 100000 500000 1780090000
600000 3000000 600000 2880000 720000 200000 60000 30000 300000 100000 500000 8990000
600000 3000000 600000 2880000 720000 200000 60000 30000 300000 100000 500000 8990000
600000 3000000 600000 2880000 720000 200000 60000 30000 300000 100000 500000 8990000
600000 3000000 600000 2880000 720000 200000 60000 30000 300000 100000 500000 8990000
30000000 5000000 1500000 5000000 16000000 1000000 8000000 600000 3000000 600000 2880000 720000 200000 60000 30000 300000 100000 500000 177490000
665280000 326592000
665280000 326592000
665280000 326592000
665280000 326592000
665280000 326592000
5000000 100000 500000 225600000 24000000 18000000 24000000 25000000 33600000
5000000 100000 500000 225600000 24000000 18000000 24000000 25000000 33600000
5000000 100000 500000 225600000 24000000 18000000 24000000 25000000 33600000
5000000 100000 500000 225600000 24000000 18000000 24000000 25000000 33600000
5000000 100000 500000 225600000 24000000 18000000 24000000 25000000 33600000
i Biaya Administrasi j. Biaya Sewa Lahan k.Pembelian Air Laut l. Pelunasan Pinjaman m. Biaya Reparasi Kendaraan n. Biaya lain-lain Total Biaya Operasional Total Biaya C. Manfaat Bersih Sblm Tax D. Pajak E. Manfaat Bersih Stlh Tax DF 11% Present Value NPV NPV Positif NPV Negatif Net B/C IRR Payback Periode
1780090000 -1480090000 0.00 -1480090000 1 -1480090000 127347716,2 1607437716 -1480090000 -1,086040522 15% 3 tahun 9 bulan
36000000 36000000 450000000 450000000 100000000 100000000 58080588 58080588 6000000 6000000 6000000 6000000 2003752588 2003752588 2012742588 2012742588 648377412 648377412 194513223,6 194513223,6 453864188,4 453864188,4 0,900900901 0,811622433 408886656,2 368366357
36000000 450000000 100000000 58080588 6000000 6000000 2003752588 2012742588 648377412 194513223,6 453864188,4 0,731191381 331861582,8
36000000 450000000 100000000 58080588 6000000 6000000 2003752588 2012742588 648377412 194513223,6 453864188,4 0,658730974 298974399
36000000 450000000 100000000 58080588 6000000 6000000 2003752588 2181242588 479877412 143963223,6 335914188,4 0,593451328 199348721,2
Lampiran 7. Bunga Karang Produk PT Aneka Tirta Surya