Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI
DI KABUPATEN TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN SiNDuAKHADiARTo
Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Jl. MH. Thamrin No. 8, Gd. II, Lantai 17, Jakarta-10340 ABSTRAK Kabupaten Tanah Laut yang dahulu dikenal sebagai "gudang ternak" di Kalimantan, merupakan daerah yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai daerah peternakan . Namun karena kurangnya pola penanganan, sehingga produksinya terns mengalami penurunan . Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai prospek peternakan sapi potong, maka dilakukan penelitian di daerah Tanah Laut, yang merupakan sentral ternak di Kalimantan . Sedangkan aspek yang diteliti antara lain meliputi : Daya Dukung Lingkungan (DDL), Sistem Pengelolaan, Teknologi Produksi, Analisis Pendapatan Usaha, Analisis Kelayakan Usaha dan Analisis Resiko Usaha. Berdasarkan hasil penelitian (termasuk analisis NPV, BCR clan IRR) dapat disimpulkan bahwa usaha penggemukan sapi potong layak untuk diusahakan, dengan pola usaha yang paling sesuai yaitu Perusahaan Inti Rakyat . Kata kunci : Sapi, kelayakan usaha PENDAHULUAN Latar belakang Dari berbagai aspek yang diteliti, beberapa propinsi di Kawasan Timur Indonesia (KTI), berpeluang menjadi alternatif pengembangan budidaya ternak, khususnya ternak memamah biak (ruminansia) . Hal ini antara lain didukung oleh faktor kondisi Geofisik (lahan, jenis tanali, kesuburan dan tata air) dan Geoklimat (suhu, kelembaban dan curah liujan). Berdasarkan alasan tersebut, maka pola pengembangan usaha ternak, khususnya sapi potong perlu dilakukan. Sedangkan beberapa aspek yang mendukung pengembangan peternakan tersebut antara lain Daya Dukung Lingkungan (DDL), jenis ternak yang sesuai, teknologi produksi, analisis pendapatan, analisis kelayakan usaha dan analisis resiko usaha. Salah satu daerah KTI yang mempunyai potensi pengembangan peternakan tersebut adalah Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Mata pencaharian penduduk Kabupaten Tanah Laut sebagian besar adalah bertani. Sumbangan sektor pertanian ke PDRB Kabupaten Tanah Laut lebih dari 50%, angka ini akan tetap dominan dalam beberapa talmn mendatang. Pada sektor peternakan, maka Kabupaten Tanali Laut merupakan salah satu pemasok utama kebutulian protein hewani di daerah Kalimantan Selatan . Perkembangan secara umum menunjukkan adanya peningkatan yang cukup baik . Hal ini selain karena luasnya areal penggembalaan (lahan kering, padang alang-alang dan areal perkebunan tebu), didukung pula oleh adanya Balai Pembibitan Ternak dan Hijanan Makanan Ternak (BPTHMT) serta Sekolah Pembangunan Pertanian. Potensi lahan kering/padang alang-alang yang cukup Was tersebut sangat bermanfaat bagi pengembangan peternakan . Disamping itu terdapat areal perkebunan tebu seluas sekitar 8.000 ha, yang limbahnya sampai saat ini belum termanfaatkan. Untuk itu dalam mencukupi kebutulian 577
SeminarNasionalPeternakan dan Veteriner 1998
pangan dan meningkatkan pendapatan petani, maka upaya pembangunan perlu diarahkan pada pemanfaatan lahan-lahan kering dan limbah perkebunan seoptimal mungkin. Berbagai usaha untuk menangani lahan kering/padang alang-alang tersebut telah dilakukan, tetapi karena tidak dimulai dengan suatu perencanaan pada tingkat fanning systeni, sehingga sering mengalami kegagalan. Masalah lain yang sering dihadapi oleh peternak dalam usaha peningkatan produksinya, antara lain ketersediaan bakalan yang semakin sulit diperolch clan ketersediaan pakan, khususnya pada musim kemarau. Salah satu upaya untuk memanfaatkan padang alang-alang dan limbah tebu tersebut adalah dengan mengembangkan usaha peternakan . Untuk itu perlu dikaji clan diteliti potensi daerah tersebut, kemudian mengupayakan alternatif pola pengembangannya. Tujuan dan kegunaan Tujuan penelitian ini antara lain : (a) Mengetahui potensi clan analisis kelayakan usaha daerah Tanah Laut dalam mendukung pengembangan peternakan, khususnya sapi potong ; (b) Menyusun pola pengembangan usaha peternakan yang sesuai dengan daya dukung (potensi) wilayah . Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan masukan, baik bagi pemerintah daerah, maupun pihak lainnya, dalam upaya mengembangkan peternakan khususnya penggemukan sapi potong, sehingga akan dapat mememihi kebutuhan protein hewani di daerah Kapet-KTI . DESAIN DAN METODE PENELITIAN Lingkup, waktu dan lokasi penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini antara lain meliputi : (a) Melakukan identifikasi potensi wilayah, terutama potensi pertanian; (b) Melakukan identifikasi pola usahatani, termasuk usaha ternak ; (c) Menyusun analisis kelayakan usaha clan pola pengembangan usaha peternakan sapi potong . Penelitian dilaksanakan sejak Agustus 1995 sampai Maret 1996, dengan metode survai yang diarahkan langsung ke daerah sasaran pengembangan . Lokasi penelitian terbagi menjadi dua kategori, yaitu kategori I : adalah daerah pertanian lahan kering dengan usaha campuran intensif, dan kategori II : adalah daerah pertanian lahan kering dengan dominan tanaman tebu . Atas dasal kriteria tersebut di atas, maka kegiatan penelitian akan dilakukan di Kecamatan Takisung (kategori I), dan Kecamatan Pelaihari (kategori II). Dari masing-masing kecamatan, dipilih satti desa secara purposive untuk pemilihan petani sampel . Sampel penelitian Petani sampel (responden) akan dipilih secara acak . Responden tersebut akan dibedakar menjadi dua kelompok, yakni petani peter** dan petani non-peternak . Jumlah petani sampe pada kedua lokasi tersebut ada 210 KK, yang terdiri atas petani peternak (memiliki ternak sapi potong) dan petani non-peternak (tidak memiliki ternak sapi potong). Pengumpulan data Data yang dikumpulkan mencakup data primer dan data sekunder . Data primer diperoleh dar petani sampel, sedangkan data sekunder diperoleh dari Bappeda, Kantor Statistik, Dina 57 8
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
Peternakan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Kantor Kecamatan, dan instansi lain yang terkait . Pengumpulan data, khususnya data primer dilakukan dengan teknik wawancara dan pengamatan langsung di lapangan dengan mempergunakan perangkat kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Analisis data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan PC komputer. Analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif clan analisis kelayakan . Analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif (misalnya : rata-rata, proporsi, variasi, dan standar deviasi) yang digunakan untuk menjelaskan hal-hal yang bersifat deskriptif Sedangkan analisis kelayakan yang dimaksud adalah analisis kelaykan usaha (investasi) dengan menggunakan alat analisis Net Present Value (NPV), Benefit-Cost Ratio (BCR), dan Incremental Rate ofReturn (IRR) . HASIL DAN PEMBAHASAN Daya dukung fngkungan (DDL) Luas Kabupaten Tanah Laut sekitar 3 .729,30 km2 atau 372.930 ha . Secara administratir Kabupaten Tanah Laut terdiri atas tujuh kecamatan dan empat perwakilan kecamatan dengan 125 buah desa. Ibukota kabupaten ini di Pelaihari yang berjarak sekitar 65 km dari Ibukota Propinsi (Banjarmasin) . Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Tanah Laut terdiri atas jenis tanah Organosol, Aluvial, Latosol, Komplek Podsolik Merah, Kuning dan Laterit . Sumber air utama di Kabupaten Tanah Laut berasal dari air sungai . Iklim di Kabupaten Tanah Laut termasuk Mini tropis (termasuk tipe C menurut klasifikasi Smith dan Ferguson), dengan curah hujan rata-rata 2.379 mm/tahun dan temperatur rata-rata 29,9°C. Pada akhir talum 1994, penduduk Kabupaten Tanah Laut berjumlah 139 .926 jiwa (45 .263 KK) dengan kepadatan penducluk 53 jiwa/km 2. Peranan sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Tanah Laut tetap dominan, walaupun persentasenya mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada talum 1983 kontribusinya mencapai 61,3% dan pada tahun 1991 menurun menjadi 58,4% . Pembangunan prasarana transportasi di Kabupaten Tanah Laut secara umum terus mengalami perbaikan . Jenis transportasi yang dominan adalah transportasi darat dan hampir disennia kecamatan sudah dapat dijangkau dengan transportasi darat. Di bidang peternakan, maka Kabupaten Tanah Laut merupakan daerah produsen utama ternak sapi potong . Populasi ternak sapi potong tahun 1995 berjumlah 49.381 ekor atau 31,05% dari total populasi sapi potong di Kalimantan Selatan . Konsumsi masyarakat terhadap produk asal ternak secara umum menunjukkan peningkatan, baik konsumsi daging maupun telur. Sistem pengelolaan yang sesuai Berdasarkan potensi sumberdaya yang terdapat di Kabupaten Tanah Laut, khususnya potensi bidang peternakan dan hasil analisis usaha ternak yang dilakukan terhadap petani sampel, maka pola pengembangan usaha peternakan yang tepat adalah sistem penggemukan (fattening) . Penggemukan sapi potong tersebut lebih tepat dilakukan dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR), di mana petani sebagai plasma dan pihak investor/swasta sebagai inti. Piliak inti menyediakan sarana produksi (sapi bakalan, obat, teknologi) dan jaminan pemasaran, sedangkan 579
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998
plasma melaksanakan budidaya penggemukan untuk mendapatkan pertambahan berat badan da daging berkualitas . Pengembangan pola ini bertitik tolak dari konsep pengembangan usall peternakan melalui sistem agribisnis . Pihak Bank, BUMN, Perusahaan Swasta dan Koperasi diharapkan berperan dalam penyedia dana . Sebagai inti atau Bapak Angkat adalah perusahaan Swasta/Koperasi, sedangkan peterna sebagai plasma berperan sebagai pengelola usaha penggemukan . Alternatif kerjasama antar pilia terkait, baik dalam hal sumber dana maupun kegiatan pengelolan disesuaikan dengan tipolol usaha tersebut . Ilustrasi pelaksanaan pola PIR usaha ternak sapi potong tersebut disajikan pad Gambar 1 . PIHAK TERKAIT BANK/BUMN
Sa rotan
Pen
AGRI13ISNIS emukan
Pen olahan
Pemasaran
- RPH - Industri -it Pengolahan
- Domestik
- RPH - hidustri -it - Pengolahan
- Domestik
Kerjasama Permodalan
1
SWASTA/KOPERASI Kerjasama hiti-Plasma
PETERNAK (Plasma)
- Bakalan - Konsentrat - Makanan - Tambalian - Obat-obatan - Hi jauan
Penggemukan
- Ekspor
- Ekspor
Gambar 1 . Peiaksanaan pola PIR penggemukan sapi potong Teknologi produksi Usaha peternakan sapi potong di Indonesia pada umutnnya dapat digolongkan menjadi : (1, untuk daerah Jawa, dilakukan dengan usaha sinall holder yang meliputi usahatani dengan ternak usahatani kereman ; dan usaha sapi bakalan ; (2) untuk daerah di luar Jawa dilakukan secart ekstensif dan sistem ranching . Usaha ternak sapi potong dapat merupakan usaha penunjang dalart usahatani dengan memanfaatkan hijauan sisa hasil pertanian, rerumputan alam, sisa pengolahai hasil pertanian dan rumput unggul yang sengaja ditanam sebagai hijauan makanan ternak . Agar usaha peternakan sapi potong dapat berhasil, ada tiga faktor pokok yang peril diperhatikan, yaitu : (a) Menentukan bakalan/bibit sapi potong yang unggul, (b) Penlediaan dai pemberian makanan yang mencukupi dan berkualitas, dan (c) Pengelolaan yang benar, sepert pembuatan kandang yang memenuhi syarat kesehatan, pengawasan terhadap penyakit ternak dal sebagainya .
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998
(a) Penyedisan bibit Penyediaan sapi bibit/bakalan dapat diperoleh dari peternakan rakyat yang ada di Kabupaten Tanah Laut yakni dengan memanfaatkan bakalan yang dihasilkan peternak, atau dengan mendatangkan bakalan dari luar daerah, misalnya dari Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Dari wawancara dengan petani setempat, saat ini belum dirasakan adanya kesulitan dalam penanaman bakalan . Dari segi program, Dinas Peternakan Kabupaten Tanah Laut telah merintis untuk program pembibitan yang selanjutnya diharapkan mampu menunjang program penggemukan . Bibit sapi juga dapat diperoleh dengan mengimpor dari negara lain, seperti Australia, yang telah cukup teruji kualitasnya . Ini terbukti dari jumlah impor sapi dari negara tersebut yang cukup besar, yakni sebanyak 40.310 ekor selama kurun waktu 1990-1992 (Ditjen Peternakan) . (b) Penyedisan pakan Areal alang-alang di daerah ini cukup luas yaitu lebih dari 23% dari luas keselurulian kabupaten, sehingga sangat potensi untuk dikembangkan sebagai daerah peternakan . Selain itu di daerah ini juga memiliki areal perkebunan tebu yang cukup luas (sekitar 8.000 ha) dsn pabrik giling tebu. Limbah perkebunan dan alang-alang tersebut, merupakan bahan pakan ternak yang cukup potensi untuk dikembangkan. Limbah tebu (daun tebu, pucuk tebu, bagas dsn tetes) dapat dijadikan pakan ternak . Dengan tata cara pemanfaatan yang tepat (formulasi ransum yang benar), Lmbah tebu tersebut dapat menjadi ransum ternak yang baik . Berdasarkan hasil analisa pakan pucuk tebu, yang digunakan peternak di Kabupaten Tanah Laut, terlihat bahwa pemberian pakan belum optimal . Sebagian besar hijauan yang diberikan (rumput lapang, rumput gajah, Setaria sp, daun jagung, kolonjono, alang-alang) mempunyai kandungan energi (kalori), protein, kalsium, fosfor, sodium yang kurang dari standar gizi untuk sapi penggemukan. Hasil evaluasi mineral darah dan hati sapi yang dipotong di Rumah Potong Hewan (RPH) Banjarmasin, memperlihatkan sapi-sapi di Kalimantan mengalami defisiensi kalsium (Ca), seng (Zn), mangan (Mn) clan zat besi (Fe), sedsngkan mineral P, Mg, K clan Cu berada dalam kisaran normal . Untuk mengatasi hal tersebut, maka upaya yang dapat ditempuh adalah : (a) Meningkatkan keragaman sumber pakan, misalnya melalui penanaman hijauan pakan (seperti lamtoro, gamal, kaliandra dsn turi), dan tanaman pagar (kembang sepatu, banten) . Kegiatan seperti ini, oleh beberapa petani di Kabupaten Tanah Laut telah dilakukan, namun sampai saat ini belum menjadi suatu gerakan bersama. Tampaknya program penyuluhan dan dukungan perlu ditingkatkan. (b) . Melalui program suplementasi dengan memanfaatkan bahan baku setempat, misalnya memanfaatkan tetes (sebagai sumber kalori) yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan tebu. Untuk mengatasi permasalahan nutrisi mineral di daerah Tanah Laut, dapat digunakan "Mineral Blok" yang diperkaya dengan sumber protein . Pembuatan pakan suplemen seperti ini telah diterapkan di peternakan lahan kering (Pulau Lombok) dengan hasil yang positif Hal ini disebabkan adanya pengkajian sebelumnya secara seksama/sistematis tentang status nutrisi ternak di wilayah tersebut. Untuk kondisi peternakan di Kalimantan Selatan, perlu formulasi yang tepat, sesuai hasil-liasil studi tersebut . (c) Pensnganan pasca panen Bagaimanapun baiknya mutu dsn kondisi sapi potong, jika penanganannya kurang memadai, baik sebelum dipotong, saat pemotongan, maupun setelah dipotong, maka kualitas daging yang 581
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998
dihasilkan akan menurun . Ternak yang akan dipotong perlu cukup istirahat, tidak mengalami stre: pada waktu dipotong clan ditangani dengan baik setelah dipotong. Hal ini dilakukan untul mencegah terjadinya PSE (Park, Soft, Exudative) atau DFD (Dark, Firm, Dry) yang akai mempengaruhi kandungan nilai gizi, penampilan maupun rasanya (flavour) sehingga tidak layal dikonsumsi. Untuk meningkatkan nilai ternak yang dipotong, RPH yang ada seyogyanya dilengkap dengan fasilitas pengolahan daging yang memenuhi standar sehingga produk (daging) yanl dihasilkan tidak saja potongan-potongan daging komersial (Whole Sale atau Retail Cut), tetap juga daging olahan seperti sosis, daging giling, daging asap dan lain sebagainya. Untul memperoleh daging yang diinginkan seperti di atas, sebaiknya RPH yang ada atau yan ; direncanakan akan dibangun, harus memenuhi persyaratan kesehatan hewan . Dengan adanya pengolahan di atas, produsen daging tidak perlu mengirimkan ternak hidup melainkan cukup dalam bentuk daging yang dibekukan untuk dipasarkan ke daerah tujuai (konsumen) . Cara tersebut dapat menghindari/mengurangi resiko (biaya) yang mungkin timbu ketika mengirimkan ternak sapi hidup, seperti resiko kematian dan penyusutan bobot badan. Analisis pendapatan usaha penggemukan Pada usaha penggemukan sapi potong yang dianjurkan dapat berupa : (1) pola usah penggemukan dengan 5 ekor sapi bakalan, dan (2) pola usaha penggemukan dengan 10 ekor sap bakalan . Pola mana yang dipilih, tergantung kemampuan permodalan pihak inti dan kemampua petani plasma . Selanjutnya agar mempermudah pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan usaha in maka setiap petani plasma harus terganung dalam satu kelompok . Misalnya untuk pola usah penggemukan dengan 5 ekor, dibentuk satu kelompok (5 anggota), atau untuk pola usaha denga 10 ekor dibentuk satu kelompok (10 anggota) . Masing-masing kelompok dipimpin oleli ketil kelompok yang dipilih dari anggota yang dianggap mempunyai kemampuan untuk mengkoordina anggotanya. Adanya kelompok ini, selain mempermudah dalam pembinaan clan pengawasan ole pihak inti, juga meningkatkan kerjasama diantara sesama anggota sehingga setiap anggota dapi saling membantu jika anggota yang lain mengalami permasalahan. (a) Pola usaha 5 ekor Seperti terlihat pada Tabel 1, maka junilah bakalan yang digemukkan pada setiap taltu adalah 10 ekor (2 siklus) . Biaya yang diperlukan yang mencakup biaya operasional, penyusutq dan angsuran pinjaman selama tahun pertama berjunilah Rp 12.578.500,- ; sedangkan penerunaa total yang diperoleh dari hasil penggemukan adalah Rp 14 .775 .000,- Dengan demikian pendapata bersih (dengan memperhitungkan biaya tenaga kerja keluarga) pada talitin pertama Rp 2 .196.50(1 atau Rp 439.300,- per orang selama satu talitln pertaina, atau Rp 36.608,33/orang/bula! Sedangkan jika tanpa memperhitungkan tenaga kerja keluarga, pendapatan total selama tahu pertama adalah Rp 2.556.500,- atau Rp 511 .300,-/orang atau Rp 42.608,33/orang/ bula Sedangkan pendapatan pada talutn-tahtin berikutnya, pendapatan tersebut lebih besar, yakni F 2.203.100,-/tahun atau Rp 440.620,-/orang/talitin (dengan memperhitungkan tenaga ker keluarga) ; dan Rp 2.563 .100,-/tahun atau Rp 512 .620,-/orang/tahun (tanpa memperhitungki tenaga kerja keluarga) . Dengan demikian, usaha penggemukan sapi potong ini dapat menamb,
582
Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1998
pendapatan keluarga petani/peternak, sehingga petani tidak selalu bergantung pada hasil usatiataiii tanaman pangan, atau pendapatan luar usahataninya . (b) Pols usaha 10 ekoi Jumlah bakalan yang digemukkan pada setiap tahun adalah 20 ekoi (2 siklus). Pendapatan bersih (dengan memperhitungkan tenaga kerja keluarga) pada tahun pertama adalah Rp 7.980 .000,- atau Rp 798.000,- per orang selama satu tahun pertama, atau Rp 66 .500,-/orang/bulan . Pendapatan tersebut tanpa memperhitungkan biaya pinjaman karena pinjaman mulai diangsur pada tahun kedua. Pendapatan pada tahun kedua sampai dengan tahun terakhir, lebih rendah dari tahun pertama. Hal ini karena pada tahun kedua sampai dengan tahun terakhir, pendapatan dikurangi pinjaman (pokok dan bunga) . Pendapatan pada tahun berikutnya, dapat dilihat pada Tabel 2. Analisis kelayakan usaha Hasil analisis kelayakan usaha penggemukan sapi potong, baik pola usalia 5 ekor, maupun pola usaha 10 ekor, disajikan pads Tabel 3 dan 4 . Dari basil analisis tersebut, ternyata usalia (investasi) penggemukan sapi potong ini layak untuk dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari nilai indikator kelayakan yang mencakup nilai Net Present Value (NPV), Benefit-Cost Ratio (BCR), dan Incremental Rate ofReturn (IRR) yang memenuhi syarat . Metode NPV : Metode ini akan mengkalkulasikan selisih nilai sekarang dari pemasukan dan pengeluaran yang akan datang melalui pengurangan oleh batas bunga (discount rate) yang akan mengurangi modal awal . Kegiatan ini dianggap layak jika NPV positif. Nilai NPV pada kedua pola usaha tersebut menunjukkan nilai yang positif (lebih besar dari nol) baik pada tingkat bunga 12 persen, 15 peisen, maupun 18 peisen . Ini menunjukkan bahwa usaha penggemukan sapi potong layak dilakukan. Demikian pula halnya dengan nilai BCR yang bernilai lebih besar dari satu (>1) pada setiap bunga di atas . Nilai BCR yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa benefit (keuntungan bersih) dari usaha penggemukan melebihi biaya total yang dikeluarkan . Metode IRR : metode ini akan menunuukan tingkat bunga yang dicapai yang dapat membuat NPV kegiatan sama dengan 0 atsu membuat nilai BCR = 1 . Kegistan ini layak hanya jika IRR lebih besar dari batas maksimal bunga kredit . Hasil analisis memperlihatkan bahwa nilai IRR pada kedua pola di atas bernilai lebih besar dari 50 persen . Ini menunjukan bahwa nilai IRR tersebut lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, sehingga investasi tersebut layak untuk dilakukan. Berdasarkan hasil analisis terhadap ketiga indikator di atas, dapat disimpulkan bahwa usalia penggemukan sapi potong layak untuk dilakukan. Analisis resiko usaha Dalam suatu usaha penggemukan pasti ada resiko usaha, resiko kematian sapi penggemmukan oleh petani akan dibebankan kepada petani, tetapi cara pembayarannya dapat dilakukan secara kredit/diangsur dari hasil keuntungan periode selanjutnya.
58 3
Tabel 1 . Analisis pendapatan usahapenggemukan sapi, pola usaha5 ekor (Rp) Keterangan
A.
Penerimaan (Penjualan Temak)
B.
Penyusutan
C.
Biaya Operasional 1.
Tenaga Kerja Keluarga
2.
Pembelian Bakalan " "
Jumalh (ekor) Nilai (Rp)
Tahun 1
1
3
4
5
6
7
8
9
10
Total
14 .775 .000
14 .775 .000
14 .775,000
14 .775 .000
14.775 .000
14.775 .000
14.775 .000
14.775 .000
14.775 .000
14 .775 .000
147.750 .000
37.500
37.500
37 .500
37 .500
37.500
37.500
37 .500
37 .500
37 .500
37.500
375.000
360 .000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360 .000
360 .000
360.000
360.000
3.600 .000
A A l
A O
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
100
9.375 .000
9.375 .000
9.375.000
9.375 .000
9.375 .000
9.375.000
9.375 .000
9.375 .000
9.375 .000
9.375 .000
93.750.000
1 .350 .000
1 .350 .000
1 .350.000
1.350.000
1 .350.000
1.350,000
1.350.000
1,350.000
1.350.000
1.350 .000
13.500.000
m sa a
b m
3.
Konsentrat
4.
Obat-obatan
50.000
50.000
50.000
50 .000
50 .000
50.000
50 .000
50000
50 .000
50.000
500.000
A
5.
Pupuk HMT
0
45.000
45 .000
45 .000
45 .000
45 .000
45 .000
45000
45 .000
45.000
405.000
m
6.
Lain-lain
50.000
50.000
50 .000
50.000
50.000
50 .000
50 .000
50000
50 .000
50.000
500.000
Sub Total
11 .185 .000
11 .230.000
11 .230 .000
11 .230.000
11 .230.000
1 .1230.000
11 .230.000
11230000
11 .230 .000
11 .230.000
112.255 .000
m
D.
Bunga Pinjaman
1 .356 .000
1.304.400
1 .304 .400
1 .304.400
1.304.400
1 .304 .400
1 .304.400
1304400
1 .304 .400
1 .304.400
11 .739 .600
E.
Pendapatan-1 (A-B-C-D)
2.196 .500
2.203 .100
2.203 .100
2.203 .100
2.203.100
2.203.100
2.203.100
2203100
2.203.100
2.201100
22 .024.400
F.
Pendapatan-2 (A-B-C-D+ Cl)
2.556 .500
2.563 .100
2.563 .100
2.563 .100
2.563 .100
2.563 .100
2 .563 .100
2563100
2.563 .100
2.563 .100
25 .624.400
Keterangan 1. Bobot hidup bakalan = 250kg/ekor 2. Pertambahan bobot badan = 800g/hari/ekor 3. Masa penggemukan = 6 bulan 4. Pemberian konsentrat = 5 kg/ekor/hari @ Rp. 150,/kg 5. Bobot akhir = 394 kg/ekor 6. Harga sapi = Rp . 3.750,/kg bobot hidup 7 YP&eu6.e I-A. - T.6--I =n- . . 13 vin- 1ti- - -__
b
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
F
a
g
Y O
a
a
.
an
5'
rn
s=
a
A
t
iE
e m
r4
e
r _I
I -~ .1 4
F
z
n c
O
TaW 3. Perhitungan NPV, BCR dan IRR usaha penggemukan sapi (Rp) - paket 5 ekor
Tahun -I
Uraian A
Nominal 1. Investasi 2. Biaya Operasional & Bunga 3.
B
Penerimaan Benefit-Cost (3-1-2) Present Value(i = 12 ^/o/tahrm) I. Investasi 2. BiayaOperasional & Bunga 3. Penerimaan 4.
Benefit-Cost (3-1-2)
4.
C
Present Value (i = 12 "/o/tahun) 1. Investasi
Biaya Operasional &Bung& Penennlaan Benefit-Cost (3-1-2)
2.
3.
4.
D
Present Value (i = 12 "/a/tahun) 1. Investasi Biaya Operasional & Bunga 2. 3. 4.
Perxrunaan Benefit-Cost (3-1-2)
Tahun -2
Tahun -3
Tahun -4
Tahun -5
Tahun -6
Tahun -7
0,00 12534400,00
0,00 12534400,00
0,00 12534400,00
0,00 12534400,00
0,00 12534400,00
14776000,00 2241600,00
14776000,00 2241600,00
14776000,00 2241600,00
14776000,00 2241600,00
477500o,00
0,00
12541000,00 14776000,00 1760000,00
12534400,00 14776M,00 2241600,00
475000,00
0,00 9992346,94
0,00 8921738,34
0,00 7965837,80
0,00 7112355,18
11779336,73 1786989,80
10517264,94 1595526,60
9390415,13 1424577,32
0,00 9477807,18 11172778,83 1694971,64
0,00 8241571,46 9715459,85 1473888,39
0,00 9002010,92 10611893,13 1609882,22
0,00 7628822,81 8993129,13 1609882,22
11197321,43 13192857,14 1571428,57
475000,00 10905217,39 12848695,65 1530434,78
475000,00 10627966,10 12522033,90 1491525,42
Total
0,00
0,00
475000,00
14776000,00 2241600,00
12534400,00 14776000.00 2241600,00
12534400,00 14776000,00 2241600,00
125350600,00 147760000.00 21934400,00
0,00 6350317,13
0,00 5669926,00
0,00 5062433,93
0,00 4520030,30
0,00 4035741,34
475000,00 70828048,38
8384299,22 1271944,04
7485981,45 1135664,32
6683912,01 1013986,00
5967778,58 905344,64
5328373,73 809343,43
4757476,54 721735,21
83487695,47 12235539,94
0,00 7166583,88 8448225,96 1281642,08
0,00 6231812,07
0,00 5418967,02
0,00 4097517,59
638872,56 969105,54
0,00 3563058,78 4200261,40 637202,62
0,00
7346283,44 1114471,37
0,00 4712145,23 5554845,70 842700,47
3099311,98 3652401,22 554089,24
475000,00 62912992,59 74157325,22 10831289,14
0,00 6465104,08 7621296,42 1156192,34
0,00 5478901,76
0,00 2825956,58 3331338,90 505382,33
0,00 2394878,45 2823168,56 428290,11
475000,00 56336268,48 66104619,09 9665808,25
6458725,78 979824,02
4830300,61 732783,02
0,00
0,00
0,00
4643137,08 5473496,42 830359,34
3934861,94 4638556,29 703694,35
3334628,76 3930979,91 596351,15
12235539,94 1,17 1081289,14 1,17 966808,25 1,17 > 50%
KtAtranpa _
Tahun -10
0,00
NPV (I = I S °/a/th) BCR (1 = 1S °/o/th) IRR __
Tahun -9
12534400,00 14776000,00 2241600,00
NPV (1 = 12 °/u/th) BCR (1 = 12 "/o/th) NPV (I = 15 %/th) BCR (1 = 15 %/th)
., .
Tahun -8
_ _
_
.d 0 ua xmn _
d.e ~.n~e.o.nYeh,m 4rlfr
O 51u a. an 10a0m.-
C i
a
b t a g
Tabel 4 . Perhitungan NPV, BCR dan IRR usaha penggemukan sapi (rp), paket 10 ekor
Uraian A.
Nominal
1 2 3 4
Investasi Biaya Operasional & Bunga Penerimaan Benefit-Cost (3-1-2)
B. I 2 3 4 C. I 2 3 4 D. 1 2 3 4
Present Value (i = 12 %/tahun) Investasi Biaya Operasional & Bunga Penerimaan Benefit-Cost (3-1-2) Present Value (i = 12 %/tahun) In estasi Biaya Operasional & Bunga Penerimaan Benefit-Cost (3-1-2) Present Value (i = 12 !,/tahun) Investasi Biaya Operasional & Bunga Penerimaan Benefit-Cost (3-1-2)
Tahun -1
Tahun -2
Tahurt -3
Tahurt -4
Tahurt -5
Tahurt -6
Tahun -7
Tahurt -8
Tahurt -9
950000,00 24834000,00 29550000,00 3766000,00
0,00 24820800,00 29550000,00 4729200,00
0,00 24820800,00
0,00 24820800,00
0,00 24820800,00
29550000,00 4729200,00
29550000,00 4729200,00
29550000,00 4729200,00
0,00 24820800,00 29550000,00 4729200,00
0,00 24820800,00 29550000,00
0,00 24820800,00 29550000,00
0,00 24820800,00
4729200,00
4729200,00
950000,00 22173214,29 26383928,57 3260714,29
0,00 1978989,80 23557079,08 3770089,29
0,00 17666955,17
0,00 15774067,12
21033106,32 3366151,15
18779559,22 3005492,10
14083988,50 16767463,59 2683475,09
0,00 12574989,73 14970949,63 2395959,90
0,00 11227669,40 13366919,31
0,00 10024704,83
950000,00 21594782,61 25695652,17 3150869,57
0,00 18768090,74 22344045,37 3575954,63
950000,00 21045762,71 25042372,88 3046610,17
0,00 17825912,09 21222349,90 3396437,81
0,00
2139249,91
0,00
0,00
16320078,90 19429604,67 3109525,77
14191372,96 16895308,01 2703935,45
0,00 12340324,31 14691572,53 2351248,22
0 .00 10730716 .79 12775280 .48 2044563 .67
0,00 9331058,08 11108939,53
0,00
0,00 12802292,51 15241561,26 2439268,75
0,00 10849400,43 12916577,34 2067176,91
0 .00 9194407.15 10946251 .98 1751844,84
0,00 7791870,46 927,6484,73
15106705,16 17985042,29 287833 7,,12
1777881,45
1484614,27
11934749,39 1910044,56
29550000,00 4729200,00 0,00 8950629,31 10656026,24 1705396,93
Tahurt -10 0,00
950000,00
24820800,00 29550000,00 4729200,00
248221200,00 295500000,00 46328800,00
0,00 7991633,31 9514309,14 1522675,83
950000,00 100254841,46 166964090,46 25759249,03
0,00
0,00
8113963,55 9659947,42 1545983,87
7055620,48 8399954,28 1344333,80
0,00 6135322,15 7304308,07 1168985,91
950000,00 124581330,57 148304612,89 22773282,32
0,00 6603280,05 7861427,74 1258147,68
0,00 5596000,05 6662226,90 1066226,85
0,00 4742372,92 5645955,00 903582,08
111558003,55 132800250,02 20292246,47
950000,00
NPV (1 = 12 %/th) BCR (I = 12%/th)
25759249,03 1,18
N PV (I = 15%/th) BCR (I = I5%/th)
22773282,32 1,18
N PV (I = 18%/th) BCR (I = I8°"6/th)
20292246I,8 ,1S
IRR Keterangan A I : Pembuatan kandang = 10 x 3 m'= 30 m' @ Rp . 25 .000; Penyiapan kebun HDfT 1,0 ha = Rp . 200 .000 ;
> 50°>
SeminarNasionalPeternakan dan Veteriner 1998
Resiko lain adalah pencemaran lingkungan (polusi udara), hal ini terutama dikaitkan dengan dicanangkannya kebijaksanaan pemerintah tentang pemukiman dan wisata . Akibatnya, kebijaksanaan tersebut telah menggeser wilayah pengembangan peternakan yang potensial sekalipun, dan untuk membangunnya kembali membutuhkan waktu, karena menyangkut masalah sosial, ekonomi dan daya dukung lingkungan yang baru tersebut. Selain itu berbagai kebijaksanaaii yang masih memprioritaskan tanaman pangan, mengakibatkan peternakan memperoleh laham lahan yang tidak produktif Solusi dari hambatan ini adalah Pemda kabupaten Tanah Laut perlu menetapkan Struktur Tata Ruang Sapi Potong, sehingga tidak akan terjadi masalah dikemudiar hari. Adanya beberapa penyakit ternak yang dapat mengancam usaha adalah penyakit yang bersifa Zoonosis (penyakit ternak yang dapat menular pada manusia) merupakan salah satu ancaman yanj perlu diwaspadai. Penyakit tersebut antara lain : radang limpa, penyakit ngorok, kudis piroplasmosis, radang paha, dan penyakit keluron menular. Penyakit-penyakit itu bila tidal ditangani secara serius akan mengakibatkan produk yang dihasilkan cukup berbahaya bag kesehatan manusia yang pada gilirannya dapat mengurangi kepercayaan konsumen terhada l produk hasil peternakan . Ini dapat terjadi terutama jika pemotongan sapi dilakukan pada RPI yang tidak memenuhi syarat/liar dan kurang mendapat pengawasaan yang ketat. Untuk mengatm hal tersebut antara lain melalui penanganan pra produksi dan pasca produksi yang lebih baik. Tantangan dan sekaligus ancaman dalam pemasaran produk daging merah (daging sapi adalah adanya daging putih (daging unggas) . Hal ini terutama disebabkan karena daging puti memiliki kemampuan produksi yang cepat dan harganya yang lebih terjangkau oleh konsumel Dengan demikian daging unggas merupakan substitusi utama daging sapi. Dampak selanjutny adalah produksi/pemasaran daging sapi akan terancam bila terjadi kenaikan harga input produks tanpa diikuti oleh kenaikan pendapatan konsumen. Solusi dari permasalahan ini adalah denga meningkatkan efisiensi, baik efisiensi produksi maupun efisiensi pemasaran produk daging sal sehingga dapat menekan biaya produksi dan biaya pemasaran . Pada kondisi inilah perana perusahaan inti dalam pengolahan dan promosi daging sapi perlu mendapat perhatian yang cuku serius. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil survai/pengkajian dan analisis kelayakan usaha, maka usaha penggemukl ternak sapi potong oleh petani lahan kering memungkinkan dan layak untuk dikembangkan. Usal ternak tersebut merupakan usaha andalan bagi petani dalam upaya meningkatkan tat kesejahterlan . Secara umum teknik beternak telah dapat dikuasai oleh peternak, namun belu memanfaatkan seluruh sumberdaya alam secara tepat. Sampai saat ini keterlibatan pill swasta/koperasi/pertankan sebagai penyandang dana/permodalan (penggerak) belum bany, terlihat. Keterbatasan permodalan ini, tampaknya merupakan kendala dalam pengembangan usa tersebut . Dalam upaya mendorong pengembangan usaha penggemukan tersebut, maka sedikitnya a dua perekayasaan utama yang dapat mendukung kegiatan tersebut, yaitu : (a) . Perekayasaan sosi, ekonomi dalam aspek permodalan/investasi dan (b) . Perekayasaan teknologi berupa teki pemanfaatan limbah pertanian (tebu) yang efisien dalam suatu sistem usahatani terpadu . Sebal langkah awal perekayasaan sosial-ekonomi, maka dalam survai ini telah dicoba melakukan anali 588
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998 usaha/finansial penggemukan sapi, bahwa pada tingkat Skala 5 (lima) ataupun 10 (sepiluh) ekor dengan lama penggemukan 6 (enanr) bulan dalam waktu kredit 10 tahin dapat merupakan suatu usaha yang layak, baik dari sisi pandang perbankan/investor maupun dari petani selaku pelaksana (nasabah). Sesuai dengan konsep keterpaduan dan memaksimalkan sumberdaya setempat, maka teknologi pemanfaatan limbah tebu sebagai pakan ternak dirasakan perlu untuk dikembangkan . Kegiatan yang dapat dikembangkan adalah : (a) Sistem panen dan penyimpanan limbah tebu, (b) Pembuatan pakan suplemen (urea molases blok) dan (c) Menggalakkan penanaman hijauan pakan, baik sebagai tanaman pagar maupun tanaman sela di lahan milik petani . Saran Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disaralilcan perlu adanya suatu -Pilot Percontohan" usaha penggemukan sapi untuk petani/peternak, baik di sektor perkebunan tebu maupun pada lahan kering dengan pola penanaman campuran . Sedangkan kegiatan yang dapat dilaksanakan pada Pilot Percontohan tersebut antara lain : (a) . Usaha peternakan merupakan pola usaha utama (kontribusi peternakan cukup besar dalam pendapatan keluarga), sehingga Skala usaha dapat mencapai 5 - 10 ekor, (b) Menranfaatkan kredit usaha dengan sistem bergulir, (c). Memanfaatkan limbah pertanian baik yang berasal dari perkebunan tebu maupun limbah lainnya yang diperoleh pada sistem pertanaman campuran/bergilir, dan (d) Menggunakan teknik suplementasi pakan secara terpadu, untuk mengatasi permasalahan kondisi setempat .
DAFTAR PUSTAKA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT . 1995 . Hasil Lokakarya Sinkromsasl Perencanaan Pembangunan Pertanian Pelita VI Kabupaten Tanah Laut, Pelaihari 20 - 22 Desenrber 1994 . Pelaihari. BALAI PEMBIBITAN TERNAK DAN HIJAUAN MAKANAN TERNAK (BPT-HMT) Kalimantan Selatan. 1993/1994 . Laporan Pelaksanaan Pencatatan Produksi Berbagai Jenis HMT. DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN TANAH LAUT . 1996 . Laporan Tallunan 1995, Pelaihari. FAKULTAS PETERNAKAN IPB . 1994 . Penyusunan Pola dan Sistem Penyebaran dan Pengenrbangan Tentak . Bogor. LINDSAY, D.B . and J.P . HOGAN. 1987 Balancing nutrisit for efficient beef production under tropical conditions, Proc . 10 th. Ann. Conf. MASP . MCDOWELL, L.R ., et al. 1993 . Minerals for grazing nuninants in tropical regions, 2,, , Univ . of Florida, Gainsville, USAID and CBAG . PEMERINTAH KABUPATEN DATI II TANAH LAUT . 1995 . Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Tanah Laut dan Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam (Repelita VI) Kabupaten Dati II Tanah Laut 1994/1995 - 1998/1999, Pelaihari. PRESTON, T.R . and R. LENG . 1986 . Matching Livestock Production .System with Available Resources . Penambul Book, Armidale . SURYAHADi dan W.G . ILIANG . 1990 . Status Nutrisi Mineral Ternak di Propinsi Kalimatan Selatan. Laporan Penelitian PAU Ilmu Hayat, Bogor. SOETIRTO, E., 1997 . Pemberdayaan peternakan rakyat dan industri peternakan menuju pasar bebas. Pokok bahasan : Ternak potong. Proc . Seminar Nasional Peternakan dan Veneriner, 7-8 Januari 1997, Pusat Penelitian dan Pengenrbangan Peternakan Bogor. hal : 19-30 58 9