Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak
POTENSI DAN PROSPEK PENGGUNAAN LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI LAHAN KERING KABUPATEN TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN ENI SITI ROHAENI, N. AMALI, A. SUBHAN, A. DARMAWAN dan SUMANTO BPTP Kalimantan Selatan, Jl. Panglima Batur Barat No. 4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan Telp. (0511) 4772346 Fax (0511) 4781810
ABSTRAK Tanah Laut merupakan salah satu Kabupaten di Kalimantan Selatan yang dikenal sebagai daerah pertanian dengan sebagian besar agroekosistemnya adalah lahan kering. Komoditas yang diprioritaskan dalam pengembangannya di Kabupaten ini yaitu jagung dan sapi potong. Luas tanam dan panen jagung di Tanah laut pada tahun 2004 masing-masing 10.404 ha dan 8.501 ha dengan rataan produktivitas yang dihasilkan 4,6 ton/ha dengan populasi ternak sapi sekitar 63.409 ekor. Salah satu masalah yang dihadapi dalam pengembangan ternak sapi yaitu sulitnya mendapatkan hijauan terutama pada musim kemarau, hal ini menyebabkan turunnya pertumbuhan sehingga banyak ternak yang dijual oleh petani dengan harga yang lebih murah. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui potensi dan prospek penggunaan limbah jagung sebagai pakan ternak. Produk sampingan yang dihasilkan dari usahatani jagung yaitu daun, batang dan janggel jagung dengan produksi sebesar 12,19 ton/ha untuk daun dan batang sedang jenggel 1 ton/ha. Berdasarkan produksi limbah yang dihasilkan maka dapat diprediksi limbah jagung yang dapat dihasilkan di Tanah laut yaitu sekitar 112.128,19 ton/tahun. Potensi limbah jagung yang dihasilkan ini bila dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan ternak sapi dapat memberikan kontribusi sebesar 14,92% dari total kebutuhan hijauan dengan populasi ternak 63.409 ekor. Selama ini limbah jagung yang telah dimanfaatkan hanya daun dan batangnya dengan jumlah yang terbatas, hal ini disebabkan karena jagung dipetik tidak dalam keadaan segar, tapi dibiarkan kering pada pohonnya, sehingga limbah jagung berupa batang dan brangkasan jagung tidak dapat dimanfaatkan. Limbah lain janggel jagung selalu dibuang atau dibakar. Pemanfaatan limbah jagung berupa daun dan batang dapat diberikan secara segar, untuk meningkatkan daya simpannya dapat diolah menjadi silase atau hay dan untuk meningkatkan kualitasnya dapat dilakukan fermentasi. Pemanfaatan janggel jagung perlu perlakuan secara fisik dan biologi untuk meningkatkan kualitas dan daya gunanya. Perlakuan fisik berupa penggilingan agar diperoleh ukuran yang layak untuk dikonsumsi ternak dan pencampuran dengan bahan pakan lain atau sebagai salah satu bahan dasar penyusun pakan lengkap. Perlakuan biologi untuk meningkatkan daya gunanya adalah dengan cara fermentasi. Masalah yang dihadapi dapat pemanfaatan janggel jagung adalah perlu tambahan modal untuk alat/mesin untuk menggiling janggel. Kata Kunci: Limbah jagung, sapi, lahan kering, Tanah Laut, Kalimantan Selatan
PENDAHULUAN Luas lahan kering di Kalimantan Selatan tercatat 1.400.370 Ha dan sekitar 471.139 Ha (33,64%) berada di Kabupaten Tanah Laut dan yang telah dimanfaatkan untuk tanaman pangan sekitar 70.394 ha atau 14,94% (BPS Kalimantan Selatan, 1995). Luasnya lahan ini merupakan potensi yang belum optimal untuk diusahakan. Tanah Laut merupakan salah satu daerah sentra pengembangan komoditas jagung dan ternak sapi potong di Kalimantan Selatan. Luas tanam jagung di Tanah Laut pada tahun 2004 sebanyak 10.404 ha dengan produktivitas ratarata 4,6 ton/ha (DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TANAH LAUT, 2005).
Pada usahatani jagung dihasilkan produk utama berupa jagung pipilan dan produk sampingan berupa brangkasan, batang, daun, kulit dan janggel jagung. Populasi ternak sapi di Tanah Laut sebanyak 63.409 ekor atau sekitar 38,09% dari total populasi sapi di Kalimantan Selatan, dengan produksi yang dihasilkan sekitar 20,75% dari total produksi daging asal semua ternak (DINAS PETERNAKAN KALIMANTAN SELATAN, 2004). Hal ini menunjukkan bahwa ternak sapi mempunyai kontribusi yang besar terhadap sumber protein asal hewan, sumber pendapatan dan peluang usaha atau kerja. Sumber utama penghasil daging sampai saat ini masih dipegang oleh sapi potong. Ini berarti bahwa aspek penyediaan konsumsi
163
Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak
daging sapi cukup penting, apalagi setelah diputuskan bahwa produk daging selain telur dan susu merupakan komponen baru dari sembilan bahan pokok (sembako) menggantikan ikan asin, tekstil kasar dan sabun cuci. Selain memegang peranan penting sebagai pemasok daging, ternak sapi mempunyai peran bagi petani tidak hanya berfungsi sebagai sumber pendapatan, tetapi juga sebagai sarana investasi, tabungan, fungsi sosial, sumber pupuk dan membantu dalam pengolahan tanah (HERMAWAN et al., 1996). Salah satu masalah yang dihadapi dalam pengembangan ternak sapi di Tanah Laut yaitu sulitnya ketersediaan hijauan terutama pada musim kemarau. Hal ini dapat menyebabkan turunnya produktivitas ternak, dan tak sedikit petani yang menjual ternaknya dengan harga yang relatif lebih murah dibanding musim hujan. Menurut HERMAWAN dan PRASETYO (1991), masalah yang dihadapi peternak sapi di lahan kering adalah kurang tersedianya pakan ternak dan sangat rendah mutunya terutama pada musim kemarau. Pada pola peternakan sapi potong secara tradisional, budidaya penanaman hijauan tidak dilakukan. Hijauan yang diberikan untuk sapi potong sebagian besar adalah rumput lapang yang ketersediaannya sangat tergantung pada musim. Makalah ini bertujuan untuk melihat gambaran potensi dan prospek penggunaan limbah jagung sebagai pakan ternak di lahan kering yaitu di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. POTENSI LIMBAH JAGUNG Pada umumnya limbah jagung yang dihasilkan di Tanah Laut belum dimanfaatkan secara optimal untuk pakan ternak. Hal ini disebabkan karena jagung dipetik tidak dalam keadaan segar, tapi dibiarkan kering pada pohonnya, sehingga limbah jagung berupa batang dan brangkasan jagung tidak dapat diberikan untuk ternak sapi dalam keadaan segar. Limbah lain yang dihasilkan komoditas jagung yaitu janggel yang diperoleh setelah jagung dipipil (AMALI et al., 2003). Kebiasaan petani sampai saat ini adalah janggel jagung selalu dibuang atau dibakar padahal sebetulnya dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi
164
dengan cara dilakukan fermentasi agar lebih mudah untuk dicerna (BADAN LITBANG PERTANIAN, 2002). Pada Tabel 1 ditampilkan luas tanam, panen dan produktivitas jagung di Kabupaten Tanah Laut. Tabel 1. Luas tanam dan panen serta produktivitas jagung di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan pada tahun 2004 Kecamatan
Luas (ha)
Produktivitas
Tanam
Panen
Pelaihari
2.529
1.644
5,56
Takisung
632
629
5,50
Panyipatan
3.001
2.523
4,39
Batu Ampar
1.807
1.561
4,57
432
552
4,25
Jorong Kintap
(ton/ha)
54
51
3,61
Tambang Ulang
1.007
916
3,90
Bati-bati
915
611
3,50
Kurau
27
14
3,57
Jumlah
10.404
8.501
4,60
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilaporkan Rohaeni et al. (2004) diketahui potensi limbah berupa daun dan batang sebesar 12,19 ton/ha dalam bentuk segar sedang janggelnya 1 ton/ha. Hasil ini dapat diprediksi produksi limbah jagung di Tanah Laut bila luas panen jagung adalah 8.501 ha maka akan dihasilkan tongkol sebanyak 8.501 ton sedang daun dan batang sebanyak 103.627,19 ton/tahun (Tabel 2). Bila tidak dimanfaatkan maka akan menjadi limbah dan mencemari lingkungan. Padahal sampah ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan, katakanlah pada musim paceklik rumput yaitu musim kemarau antara bulan Juli s/d Oktober. Tabel 2. Prediksi limbah jagung yang dihasilkan di Tanah Laut dengan luas tanam 10.404 ha/tahun dan luas panen 8.501 ha Limbah
Produksi (ton)
%
8.501
7,58
Daun dan batang
103.627,19
92,42
Jumlah
112.128,19
100,00
Janggel
Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak
Berdasarkan data populasi ternak sapi di Tanah Laut sebanyak 63.409 ekor maka bila kebutuhan hijauan sekitar 30 kg/ekor/hari maka hijauan yang harus tersedia sekitar 694.328,55 ton/tahun. Bila produksi limbah jagung dapat dioptimalkan pemanfaatannya maka dapat menyediakan sebesar 14,92% dari total kebutuhan hijauan atau dapat menyuplai sekitar 4,84 kg/ekor/hari. Atau bisa juga pemanfaatan limbah jagung dikonsentrasikan pada saat musim kemarau karena kita ketahui bahwa pada musim kemarau, khususnya di lahan kering seperti di Tanah Laut para petani kesulitan untuk mendapatkan hijauan/rumput sebagai pakan untuk ternaknya. Sebetulnya petani telah memanfaatkan limbah hasil pertanian, namun belum optimal terutama pada musim panen banyak limbah yang tidak dimanfaatkan yang akhirnya busuk dan dibuang. Pemanfaatan limbah pertanian biasanya dilakukan saat panen, namun setelah 2-3 minggu panen tidak digunakan lagi karena kualitas limbah tidak terlihat segar atau hijau lagi. Limbah pertanian ini sebetulnya masih dapat kita manfaatkan asalkan dikelola dengan baik agar dapat dikonsumsi ternak. PEMANFAATAN LIMBAH JAGUNG UNTUK TERNAK SAPI Dalam sistem usahatani ternak sapi potong rakyat, suplai pakan sangat tergantung oleh ketersediaan hijauan makanan ternak yang tumbuh di luar lahan olah tanaman pangan dan beberapa limbah dari tanaman pangan. Ketersediaan bahan-bahan ini dapat berfluktuasi seiring dengan adanya perubahan musim. Pada saat musim kemarau (pertengahan sampai akhir musim) merupakan periode kritis ketersediaan bahan pakan sapi sehingga untuk mengatasi hal tersebut, peternak hendaknya dapat mengelola HMT dan limbah pertanian pada saat produksi berlebihan/musim panen, misalnya dengan cara pengawetan atau fermentasi. Untuk meningkatkan mutu gizi limbah pertanian dapat dilakukan beberapa perlakuan diantaranya perlakuan fisik, kimia, fisik dan kimia serta biologi (SUHARTO, 2004 dan IBRAHIM, 1981 dalam SUDARYANTO, 1999). Perlakuan fisik berupa pemotongan, penggilingan, perendaman, perebusan, dibuat
pelet atau penjemuran/pengeringan; perlakuan kimia yaitu menggunakan bahan kimia misalnya NaOH, Ca (OH)2, amonium hidroksida, urea, sodium karbonat, sodium klorida dan lain-lain; perlakuan fisik dan kimia adalah menggabungkan kedua cara di atas; perlakuan biologi dilakukan dengan menambah enzim, jamur, bakteri atau lainnya. Perlakuan biologi dengan cara fermentasi terbuka dapat menggunakan probiotik hal ini bertujuan untuk mempercepat proses pemecahan serat limbah pertanian agar lebih mudah dicerna ternak (SUHARTO, 2004). Selanjutnya hasil analisis proksimat pada janggel jagung baik yang difermentasi maupun tidak yang dilaporkan oleh ROHAENI et al., (2004) ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil analisis kandungan janggel jagung Janggel jagung
Janggel jagung fermentasi
%
%
Kadar air
59,21
45,75
Bahan Kering
40,79
54,25
Protein kasar
3,25
3,99
Lemak kasar
0,33
0,52
Serat kasar
29,89
31,15
Zat gizi
Abu
1,49
2,04
BETN
65,04
62,30
TDN
46,68
48,63
Hasil pengkajian yang dilaporkan oleh AMALI et al., (2003) tentang pemanfaatan janggel jagung yang dicampur dedak padi dengan perbandingan 1 : 3 terhadap sapi muda menghasilkan pertambahan berat badan sebesar 0,345 kg/ekor/hari, hasil ini lebih tinggi dibanding sapi kontrol yaitu sebesar 0,219 kg/ekor/hari (Tabel 4). Tabel 4. Keragaan bobot badan sapi bakalan pengkajian Uraian Pengamatan (hari) Pbbh (kg/hari)
Pemberian janggel fermentasi + dedak Kontrol padi 101
101
0,345
0,219
Sumber : AMALI et al., (2003).
165
Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak
Teknologi pakan lengkap merupakan salah satu metode/teknik pembuatan pakan yang digunakan untuk meningkatkan pemanfaatan limbah pertanian dan limbah agroindustri melalui proses pengolahan dengan perlakuan fisik dan perlakuan suplementasi untuk produksi pakan ternak ruminansia. Proses pengolahannya meliputi pemotongan untuk merubah ukuran partikel bahan serat dan konsentrat yang berupa padatan maupun cairan serta pengemasan produk akhir. Pemberian pakan lengkap dimaksudkan untuk menjaga pH rumen stabil agar mikroba dalam rumen dapat tetap dipertahankan terutama pada penggunaan konsentrat yang tinggi dalam pakan. Bentuk dan ukuran partikel pakan lengkap dapat diperbesar sehingga aktivitas ruminasi tetap berjalan dan pH rumen mengarah ke netral (HARDIANTO, 2003). Pemahaman mekanisme pencernaan pada sapi potong yang diberi pakan lengkap (complete feed) yang mempunyai pelepasan sumber energi dan sumber protein seimbang dan memberikan hasil akhir fermentasi dalam rumen berupa asam propionate merupakan hal yang penting pada manajemen pakan sapi potong. Pakan lengkap adalah campuran hijauan dan konsentrat yang disusun sedemikian rupa sehingga mencukupi kebutuhan nutrien sesuai dengan tujuan pemeliharaan ternak. Complete feed (CF) sangat cocok diterapkan di Indonesia mengingat sebagian besar peternak sapi potong adalah peternak tradisional yang kurang mengusai penyusunan pakan dan adanya problem hijauan pada musim kemarau. Dengan pesatnya perkembangan penggemukan sapi potong tradisional dengan berdirinya kelompok-kelompok ternak, maka complete feed merupakan salah satu teknologi pemberian pakan yang perlu dipertimbangkan. Pakan lengkap merupakan salah satu alternative teknologi yang dapat ditawarkan pada peternak sapi potong di Indonesia mengingat: 1) Terdapat 2 musim yang sangat kontras, dan pada musim kemarau peternak kesulitan mendapatkan hijauan pakan ternak, 2) Tingkat pendidikan peternak yang relativ rendah, sehingga dengan adanya pakan lengkap mempermudah dan menjamin gizi yang diberikan pada ternaknya. Jika ternak diberikan pakan lengkap tidak perlu kita sediakan rumput lagi, karena pakan lengkap sudah komplit
166
mengandung berbagai macam pakan baik itu sebagai sumber serat dan sumber protein dan nutrisi lainnya. Pemberiannya antara 2,5-3% dari BB ternak. Dalam pembuatan CF yang perlu dipertimbangkan adalah ketersediaan bahan, harga, dan kandungan bahan yang digunakan. Gunakanlah bahan pakan yang banyak tersedia di lokasi dengan harga yang murah selain itu tidak bersifat racun. Dalam penyusunan CF harus mengacu pada kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan ternak. Berdasarkan rekomendasi kebutuhan pakan basal untuk ruminansia adalah sebagai berikut: bahan kering 80-90%, protein kasar 12-15%, lemak kasar 2-5%, serat kasar 18-24% dan TDN 58-65%. Hasil pengkajian yang telah dilaporkan oleh ROHAENI et al., (2004) tentang pemanfaatan pakan lengkap dengan menggunakan bahan dasar janggel jagung sebanyak 55% dihasilkan PBBH sebesar 0,5 kg/ekor pada sapi Bali muda, pertumbuhan yang dihasilkan lebih tinggi daripada sapi kontrol. Pada Tabel 5 ditampilkan komposisi pakan yang digunakan dalam pembuatan pakan lengkap dan Tabel 6 disajikan keragaan ternak sapi yang diberikan pakan lengkap . Tabel 5. Komposisi pakan lengkap (Complete Feed/CF) dan Urea Multinutrien Block (UMB) Bahan Jagung
CF
UMB %
3
10
Dedak
28
20
Ikan
2,5
15
Bungkil kelapa
3
-
Sawut
5
3
Janggel fermentasi
55
-
Urea
1,5
6
Kapur
1
6
Garam
-
2,5
Mineral
1
2,5
Ampas kecap
-
35
Jumlah (kg)
100
100
PK (%)
12,5
26,0
TDN (%)
60,0
60,0
475-500
865-900
Harga/kg (Rp)
Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak
Tabel 6. Keragaan ternak sapi yang diberi pakan lengkap dengan bahan dasar janggel jagung di lahan kering pada musim kemarau Uraian Rataan konsumsi pakan (kg/ekor/hari): Pakan lengkap Hijauan UMB
Perlakuan
3,52 2 0,038 0,500 7.500
PBBH (kg/ekor/hari) Pendapatan dari PBBH (Rp/hari)
Kontrol
15 0,140 2.100
ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI SAPI Hasil pengkajian yang dilaporkan oleh AMALI et al., (2003) bahwa penggunaan janggel fermentasi dan dedak padi memberikan nilai R/C sebesar 1,08 dibanding kontrol (tanpa
janggel) sebesar 1,04 (Tabel 7). Secara umum pemeliharaan ternak sapi yang dilakukan layak untuk dilakukan karena nilai R/C yang dihasilkan lebih besar dari 1. Selanjutnya ROHAENI et al., (2004) melaporkan bahwa pemanfaatan janggel jagung sebagai bahan dasar pembuatan pakan lengkap menghasilkan nilai R/C sebesar 1,19, nilai ini lebih tinggi dibanding pakan kontrol (0,99). Berdasarkan analisis di atas diketahui bahwa pemeliharaan ternak sapi pada musim kemarau bila dilakukan secara tradisional tidak layak untuk diusahakan. Hal ini disebabkan karena pakan yang disediakan baik dari segi jumlah dan mutunya tidak mencukupi sehingga pertumbuhan terhambat. Oleh karena itu pemeliharaan ternak sapi pada musim kemarau perlu penanganan dan pengelolaan yang lebih intensif misalnya dengan penyediaan dan penyusunan pakan lengkap. Beberapa hasil penelitian lain yang dilaporkan nilai R/C yang
Tabel 7. Analisis biaya dan pendapatan pemeliharaan sapi selama 101 hari Uraian
Kooperator
Kontrol
Sapi 8 ekor x 200 kg x Rp 15.000
24.000.000
-
Sapi 6 ekor x 200 kg x Rp 15.000
-
18.000.000
8 ekor x 101hr x 15kg x Rp50
606.000
-
6 ekor x 101hr x 15kg x Rp50
-
454.500
303.000
-
96.960
-
200.000
150.000
Input :
HMT :
Dedak : 0,5kg x 8 ekor x 101hr x Rp 750 Janggel fermentasi : 8 ekor x 2 kg x 101hr x Rp 60 Kandang Tenaga Kerja
1.262.500
947.500
Jumlah (Rp)
26.468.460
19.552.000
Output : Sapi 8 ekor x kg x Rp 15.000
28.181.400
-
Sapi 6 ekor x kg x Rp 15.000
-
19.990.710
Kotoran sapi 8 ekor x 5 kg x 101 hr x Rp 100
404.000
-
Kotoran sapi 6 ekor x 5kg x101 hr x Rp 100
-
303.000
Jumlah (Rp)
28.585.400
20.203.710
Pendapatan (Rp)
2.116.940
438.710
1,08
1,04
R/C
167
Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak
Tabel 8. Analisis biaya dan pendapatan usaha pemeliharaan ternak sapi selama 90 hari, skala 20 ekor dengan pemberian pakan lengkap di Kabupaten Tanah Laut Kooperator
Uraian
Fisik
Kontrol Nilai
Fisik
Nilai
Input : 151 kg
Bibit sapi
152 kg
45.600.000
Pakan Lengkap
3,52 kg
3.168.000
Hijauan
2 kg
UMB
0,038 kg
Obat-obatan
Rp 5.000/ekor
100.000
Rp 5.000/ekor
Tenaga Kerja
0,025HOK/ekor
900.000
0,05 HOK
Kandang
Rp 2.790/ekor
360.000 68.400
55.800
15kg
2.700.000 -
-
Rp 2.790/ekor
100.000 1.800.000 55.800 49.955.800
50.252.200
Jumlah
45.300.000 -
-
Output : Bibit sapi
197 kg
Kotoran
300 karung
59.100.000 900.000
163,6 kg 10 karung
49.080.000 300.000
Jumlah
60.000.000
49.380.000
Pendapatan
9.747.800
-575.800
1,19
0,99
R/C
dihasilkan dari pemeliharaan ternak sapi berkisar antara 1,12-1,3. Hasil pengkajian yang dilaporkan SUNANDAR et al., (1999) diketahui hasil analisis finansial usaha penggemukan selama 90 hari pemeliharaan dengan skala 12 ekor diperoleh nilai R/C 1,13 dengan pakan yang diberikan hijauan 20 kg/ekor/hari dan ampas tahu 5 kg/ekor/hari dengan jenis sapi PO. Hasil di atas meskipun nilai R/C yang dihasilkan tidak terlalu tinggi, namun bila dilihat pendapatan yang dihasilkan dari usahatani ternak sapi sebesar Rp 487.000/ekor per tiga bulan. Jumlah ini cukup besar dan mempunyai prospek yang cerah apalagi didukung dengan potensi alam, limbah pertanian yang melimpah dan permintaan konsumen akan daging yang terus meningkat dari waktu ke waktu (ROHAENI et al., 2004).
permasalahan kekurangan hijauan khususnya pada musim kemarau. Limbah jagung yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan yaitu daun, batang dan janggel. Produksi yang dihasilkan dari daun dan batang jagung sebesar 12,19 ton/ha dalam keadaan segar dan janggel 1 ton/ha. Prediksi limbah jagung yang dihasilkan di Tanah Laut sebesar 112.128,19 ton/tahun dapat memberikan kontribusi sebesar 14,92% terhadap total kebutuhan hijauan untuk populasi ternak sapi yang ada. Untuk meningkatkan kualitas dan ketahanannya dapat diperlakukan secara fisik, kimia dan biologi. Pemanfaatan limbah jagung memberikan peluang usaha secara lebih intensif sehingga populasi dan produksi dapat ditingkatkan lagi untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
KESIMPULAN
AMALI, N., E. S. ROHAENI, A. DARMAWAN, SUMANTO, A. SUBHAN, PAGIYANTO dan S. NURAWALIYAH. 2003. Pengkajian adaptif sapi potong dalam sistem usahatani tanaman pangan di lahan kering Kalsel. BPTP Kalimantan Selatan. Banjarbaru.
Limbah jagung merupakan sumber pakan yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan untuk ternak sapi secara lebih optimal, potensi ini dapat digunakan untuk mengatasi
168
DAFTAR PUSTAKA
Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN. 2002. Panduan Teknis Sistem Integrasi Padi-Ternak. Badan Litbang Pertanian. Deptan, Jakarta. BIRO PUSAT STATISTIK KALIMANTAN SELATAN. 1995. Kalimantan Selatan dalam Angka. Banjarmasin. DINAS PETERNAKAN PROPINSI KALIMANTAN SELATAN. 2004. Buku Saku Peternakan. Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru. DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN TANAH LAUT. 2005. Bahan Rapat Evaluasi Program 2004 dan Penjabaran Program Tahun 2005. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Tanah Laut. HARDIANTO, R. 2003. Rakitan Teknologi Pakan Lengkap. BPTP Jawa Timur. Malang. HERMAWAN, A., C. SETIYANI, dan T. PRASETYO. 1996. Suplementasi introduksi tanaman pakan sebagai upaya penegmbangan peternakan rakyat di lahan kering. Pros. Temu Ilmiah. Hasil-hasil Penelitian Peternakan. CiawiBogor 9-11 Januari 1996. P. 111-122.
ROHAENI, E. S., N. AMALI, A, DARMAWAN, A. SUBHAN dan SUMANTO. Pemanfaatan Limbah Jagung Sebagai Pakan Lengkap dalam Sistem Usaha Ternak Sapi dan Jagung di Lahan Kering Kalimantan Selatan. Laporan Akhir. BPTP Kalimantan Selatan. SUDARYANTO, B. 1999. Peluang penggunaan daun kelapa sawit sebagai pakan ternak ruminansia. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 1-2 Desember 1998. P. 428-433. SUHARTO, M. 2004. Dukungan teknologi pakan dalam usaha sapi potong berbasis sumberdaya lokal. Prosiding Lokakarya Nasional Sapi Potong. Yogyakarta 8-9 Oktober 2004. P. 1421. SUNANDAR, N., E. SUJITNO, dan N.S. DIMYATI. 1999. Keragaan usaha penggemukan sapi Peranakan Onggol jantan di pondok Pesantren Darunnajah Desa Argapura Kecamamatan Cigudeg Kabupaten Bogor. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor 12 Desember 1998. Jilid II. P. 627-630.
HERMAWAN, A. dan T. PRASETYO. 1991. Strategi pengembangan rumput unggul di DAS Jratunseluna. Risalah Lokakarya Hasil Penelitian P3HTA / UACP-FSR. Bandungan 25-26 Januari 1991. P3HTA. p. 162-172.
169