ANALISIS DAYA SAING BUAH-BUAHAN TROPIS INDONESIA
Oleh WINA YUDPI MUDJAYANI H14102097
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN WINA YUDPI MUDJAYANI. H14102097. Analisis Daya Saing buah-buahan Tropis Indonesia (dibimbing oleh SRI MULATSIH). Indonesia mempunyai peluang yang sangat baik untuk memposisikan diri sebagai salah satu produsen buah-buahan. Iklim yang sedemikian rupa telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu tempat bagi ketersediaan berbagai jenis buah-buahan yang lebih dikenal dengan sebutan buah-buahan tropis. Namun andil Indonesia sebagai salah satu negara pemasok buah tropis segar dunia sangat kecil yakni kurang dari 1 persen (Bank Indonesia, 2007). Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan pangsa dan nilai ekspor buah-buahan tropis Indonesia, kajian mengenai analisis daya saing buah-buahan tropis dirasakan cukup penting agar dapat menunjang peningkatan ekspor buah-buahan tropis Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) menganalisis daya saing buahbuahan tropis Indonesia, (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing buah-buahan tropis Indonesia, dan (3) merumuskan strategi yang dapat mendukung peningkatan daya saing buah-buahan tropis Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif untuk menjelaskan pengkajian potensi, kendala, dan peluang yang berarti menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keunggulan kompetitif buah-buahan tropis Indonesia (dalam hal ini yang diteliti adalah manggis, nenas, pepaya, dan pisang). Analisis dilakukan dengan pendekatan Teori Berlian Porter (Porter’s Diamond Theory). Sedangkan analisis kuantitatif untuk menjelaskan kekuatan daya saing dilakukan dengan analisis RCA (Revealed Comparative Advantage) untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing buah-buahan tropis Indonesia (komoditas yang diteliti manggis, nenas, pepaya, pisang), dengan metode regresi linear berganda yaitu menggunakan model analisis OLS (Ordinary Least Square). Hasil analisis kuantitatif digunakan untuk merumuskan strategi yang dapat mendukung peningkatan daya saing buah-buahan tropis Indonesia . Hasil penelitian ini menunjukan bahwa berdasarkan analisis keunggulan kompetitif (Porter’s Diamond) dengan menganalisis kondisi eksternal serta kondisi internal, buah-buahan tropis Indonesia (manggis. nenas, pepaya, pisang) memiliki keunggulan kompetitif. Berdasarkan analisis keunggulan komparatif (Revealed Comparative Analysis) dari hasil perhitungan nilai RCA, buah-buahan tropis Indonesia memiliki keunggulan komparatif terlihat dari hasil nilai RCA (RCA > 1) buah-buahan tropis Indonesia memiliki daya saing kuat. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing buah-buahan tropis Indonesia adalah produktivitas yang berpengaruh positif terhadap daya saing, nilai ekspor yang berpengaruh positif terhadap daya saing, harga ekspor yang berpengaruh negatif terhadap daya saing, dan dummy krisis yang berpengaruh negatif terhadap daya saing. Selain variabel dummy krisis, semua variabel regresi berpengaruh signifikan pada taraf nyata 10 persen. Dari hasil penelitian strategi yang dapat dilakukan untuk peningkatan daya saing buah-buahan tropis Indonesia adalah : (1) menjaga kualitas buah-buahan tropis Indonesia dengan memperbaiki infrastruktur yaitu dengan pengadaan alat
pendingin, pemberantasan hama penyakit, dan konsistensi dalam hal pemasokan buah-buahan ke pasar. (2) meningkatkan kinerja ekspor buah-buahan tropis Indonesia. (3) meningkatkan produktivitas buah-buahan tropis Indonesia (dalam penelitian ini adalah manggis, nenas, pepaya, pisang), peningkatan produktivitas dapat meningkatkan jumlah produksi yang berarti meningkatkan daya saing buahbuahan tropis Indonesia. (4) meningkatkan volume ekspor buah-buahan tropis Indonesia yang dapat meningkatkan nilai ekspor buah-buahan tropis sehingga dapat meningkatkan daya saing buah-buahan tropis Indonesia.
ANALISIS DAYA SAING BUAH-BUAHAN TROPIS INDONESIA
Oleh WINA YUDPI MUDJAYANI H14102097
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa
: Wina Yudpi Mudjayani
Nomor Registrasi Pokok
: H14102097
Departemen
: Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi
: Analisis Daya Saing Buah-Buahan Tropis Indonesia
dapat diterima sebagai syarat untuk memperolah gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr.Ir.Sri Mulatsih, M.Sc. Agr NIP.131 849 397
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr.Ir.Rina Oktaviani, MS NIP.131 846 872
Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2008
Wina Yudpi Mudjayani H14102097
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 17 Januari 1984 di Kota Banjar, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, pasangan ayah Mahyudin dan ibu Dodoh Hapidoh, Jenjang pendidikan penulis dimulai dari sekolah dasar, SDN Sumanding I lulus tahun 1996, melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP I Banjar lulus tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN I Banjar dan lulus pada tahun 2002. Setelah lulus SMU, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Departemen Ilmu Ekonomi. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi Hipotesa, kepengurusan tahun 2003. Selain itu aktif mengikuti kegiatan kemahasiswaan.
KATA PENGANTAR Alhamdulilah penulis ucapkan atas segala rahmat yang telah dilimpahkan Allah SWT, shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurah kepada beliau yang menjadi suri tauladan manusia, rahmat semesta alam Nabi Muhammad SAW. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas segala kesempatan dan kemudahan sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi yang diberi judul “Analisis Daya Saing Buah-Buahan Tropis Indonesia” skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Indonesia kaya akan keanekaragaman buah-buahan dan berpeluang sebagai produsen buah-buahan di pasar Internasional, namun peran serta Indonesia sebagai salah satu negara pemasok buah tropis dunia sangat kecil yakni kurang dari satu persen. Karena alasan itulah penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik tersebut, untuk mengetahui bagaimana daya saing buahbuahan tropis Indonesia. Penulis menyadari penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dukungan baik secara moril maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Dr.Ir.Sri Mulatsih, MSc, yang telah memberikan bimbingan, kritik dan saran yang membangun kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 2. Alla Asmara, Spt, MSi dosen penguji utama dalam sidang skripsi. Semua saran dan kritikan beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. 3. Fifi Diana Thamrin, Sp, MSi selaku komisi pendidikan yang telah banyak memberi saran dalam tata cara penulisan skripsi ini. Serta dosen-dosen FEM dan staf departemen Ilmu Ekonomi. 4. Keluarga penulis yaitu Mahyudin (ayah), Dodoh Hapidoh (ibu), Arief Fajriana (adik) serta Wildan Aziz Adzani (adik) yang selalu mendoakan, memotivasi,
memberi kasih sayang, semangat serta senantiasa sabar yang berarti sangat besar dalam proses penyelesaian skripsi ini. 5. Keluarga besar Dr.Ir.Achmad Suryana atas segala bantuannya dalam proses penyelesaian skripsi ini, Ua Rita Nurmalina untuk bimbingannya, teh Anggit untuk bantuan dalam pencarian data. 6. Mba Liesca yang selalu memotivator, menasehati, menemani, mendengar keluh kesah serta membantu penulis. Fitri, Susi, Fifi, Sandra, Dede yang selalu direpotkan oleh penulis serta crew Az-zahra lainnya terimakasih atas kebersamaanya. Rayyan, Yuyun, Kiki, dan Bembi terimakasih atas persahabatannya. 7. Keluarga besar IE’39, Rusniar yang telah bersedia menjadi pembahas, Mela Setiana yang selalu setia menjadi sahabat terbaik penulis, serta teman-teman lain di IPB yang telah memberi warna dalam kehidupan penulis. 8. Peserta seminar hasil penelitian skripsi penulis, atas masukan, saran dan kritik yang sangat membantu penulis dalam penyempurnakan penulis skripsi ini. 9. Penulis juga berterimakasih kepada pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya keterbatasan dalam penyusunan skripsi ini, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan tulisan ini.
Bogor, Agustus 2008
Wina Yudpi Mudjayani H14102097
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ...............................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ iv DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... v I. PENDAHULUAN ............................................................................
1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 1.5 Ruang Lingkup Penelitian .............................................................
1 5 7 7 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................
8
2.1 Buah-buahan Tropis ................................................................ 2.1.1 Manggis (Garcinia mangostana L) ................................ 2.1.2 Nenas (Anenas comosus (L.) Merr) .................................. 2.1.3 Pepaya (Carica papaya L) .............................................. 2.1.4 Pisang (Musa spp) ............................................... .............. 2.2 Pengertian Daya Saing .............................................................. 2.2.1 Keunggulan Kompetitif .................................................... 2.2.2 Keunggulan Komparatif.................................................... 2.3 Penelitian Terdahulu ................................................................. 2.3.1 Studi Mengenai Daya Saing .............................................. 2.3.2 Studi Mengenai Buah-Buahan ..........................................
8 8 8 10 11 12 13 16 17 18 19
III. KERANGKA PEMIKIRAN .......................................................... 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ...................................................... 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ............................................... 3.3 Hipotesis ....................................................................................
21 21 22 25
IV. METODOLOGI ............................................................................. 26 4.1 Jenis dan Sumber Data .............................................................. 26 4.2 Metode Analisis Data ................................................................. 26 4.2.1 Analisis Porter’s Diamond Theory ................................... 27 4.2.2 Analisis Revealed Comparative Advantage ...................... 28 4.2.3 Metode Regresi Linear Berganda ..................................... 31 4.3 Definisi Operasional Variabel dalam Model ................................ 33 4.4 Uji Kesesuaian Model .............................................................. 35
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 41 5.1 Daya saing Buah-buahan Tropis Indonesia ................................ 5.1.1 Analisis Keunggulan Kompetitif (Porter’s Diamond) ...... 5.1.1.1 Kondisi Faktor ..................................................... 5.1.1.2 Kondisi Permintaan .............................................. 5.1.1.3 Industri Terkait dan Industri Pendukung ............... 5.1.1.4 Persaingan, Struktur, dan Strategi Perusahaan ...... 5.1.1.5 Peranan Pemerintah .............................................. 5.1.1.6 Peranan Peluang ................................................... 5.1.2 Kelemahan dan Keunggulan Komponen Porter’s Diamond ............................................................ 5.1.3 Analisis Keunggulan Komparatif (Revealed Comparative Advantage) ....................................................................... 5.2 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Saing Buah-buahan Tropis Indonesia (Ordinary Least Square) .............. 5.2.1 Uji Ekonometrika ............................................................ 5.2.2 Uji Statistik...................................................................... 5.2.3 Uji Uji Kriteria Ekonomi ................................................. 5.3 Analisis Strategi Peningkatan Daya saing Buah-buahan Tropis Indonesia .....................................................................................
41 41 41 51 52 53 54 54 55 57 65 65 67 68 70
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 71 6.1 Kesimpulan ............................................................................... 71 6.2 Saran ......................................................................................... 72 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 73 LAMPIRAN ......................................................................................... 75
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Ekspor Buah-buahan Tropis Indonesia Di Pasar Internasional ............
2
2.
Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Buah-buahan* Indonesia ...... 3
3.
Keragaan Ekspor Buah-buahan Tropis Indonesia* ................................ 6
4.
Produksi Manggis Di Beberapa Wilayah di Indonesia......................... 42
5.
Produksi Nenas Di Beberapa Wilayah di Indonesia ............................ 44
6.
Produksi Pepaya Di Beberapa Wilayah di Indonesia ........................... 46
7.
Produksi Pisang Di Beberapa Wilayah di Indonesia ............................ 48
8.
Konsumsi Perkapita Buah-buahan Tropis Indonesia Tahun 1996-2005 ............................................................................... 52
9.
Daya saing Manggis .......................................................................... 58
10.
Daya saing Nenas ............................................................................... 59
11.
Daya saing Pepaya.............................................................................. 61
12.
Daya saing Pisang .............................................................................. 62
13.
Indeks RCA buah-buahan tropis Indonesia di pasar internasional ....... 62
14.
Estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing buah-buahan Tropis Indonesia ................................................................................. 68
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Kerangka Pemikiran Operasional...........................................................
24
2. Porter’s Diamond ..................................................................................
27
3. Keunggulan dan Kelemahan Komponen Porter’s Diamond ...................
57
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Pertumbuhan Produksi Buah-buahan Tropis Indonesia ........................
76
2. Pertumbuhan Nilai Ekspor Buah-buahan Indonesia .............................
76
3. Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test .....................................
77
4. White Heteroskedasticity Test .............................................................
77
5. Correlation Matrix .............................................................................
77
6. Jarque Bera-Test ................................................................................
77
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pola makan yang sehat tidak akan terlepas dari buah-buahan, mengkonsumsi buah-buahan membantu kita hidup sehat, karena bagian dari prinsip back to nature yaitu suatu gaya hidup yang memanfaatkan bahan-bahan segar alami. Buah-buahan merupakan makanan yang banyak mengandung vitamin, sehingga baik untuk kesehatan tubuh manusia. Beberapa manfaat buahbuahan antara lain: mampu menurunkan kolesterol, kadar gula, mencegah penyebaran sel kanker, menyembuhkan luka lambung, sebagai antibiotik (Astawan, 2007). Selain mengandung berbagai jenis vitamin, buah-buahan juga kaya akan serat yang baik untuk sistem pencernaan manusia. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi buah-buahan, menjadikan buahbuahan merupakan salah satu komoditas yang sangat diminati di seluruh dunia. Bahkan diperlukan perdagangan antar negara untuk memenuhi permintaan konsumsi buah-buahan masyarakat dunia. Indonesia mempunyai peluang yang sangat baik untuk memposisikan diri sebagai salah satu produsen buah-buahan. Iklim yang sedemikian rupa telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu tempat bagi ketersediaan berbagai jenis buah-buahan yang lebih dikenal dengan sebutan buah-buahan tropis. Buah-buahan termasuk dalam kelompok hortikultura yang pengembangannya mendapat perhatian pemerintah. Kebijakan pengembangan buah di Indonesia dilakukan berdasarkan pertimbangan nilai ekonomis, keunggulan komparatif, dan kesesuaian agroklimat, agribisnis serta agro industri (Astawan, 2007).
Jenis buah tropis di Indonesia sangat banyak ragamnya misalnya alpukat, pisang,
jambu biji,
mangga,
manggis,
jeruk,
pepaya,
markisa, nenas,
belimbing. Berdasarkan analisis SWOT yang dilakukan oleh para pakar pertanian dan agribisnis yang tergabung dalam tim Rusnas buah, peringkat paling banyak dikenal dan dikonsumsi masyarakat lokal, serta memiliki potensi di pasaran internasional adalah pisang, manggis, nenas, pepaya, mangga, dan salak (Yun, 2002). Namun dalam penelitian ini buah-buahan tropis yang diteliti daya saingnya adalah Manggis, Nenas, Pepaya, dan Pisang dikarenakan tingkat ekspor dari keempat komoditas tersebut lebih banyak dibandingkan dengan ekspor buahbuahan tropis lainnya hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Ekspor Buah-buahan Tropis Indonesia Di Pasar Internasional Tahun Alpukat Jeruk Manggis Nenas Pepaya Pisang 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
9,699 1,187 14,485 3,163 1,103 3,240 5,084 1,937 1,948 47,327 24,023 13,727 84,828 169,049 5,411 5,121
20,941 36,024 131,726 100,397 89,250 377,625 447,713 264,397 266,598 280,180 312,982 671,639 478,531 151,753 641,213 526,038
3.283,847 1.981,421 1.808,221 267,231 4.743,493 7.182,098 4.868,528 6.512,423 9.304,511 3.045,379 8.472,770
27,646 191,272 69,343 39,900 21,875 2.284,084 11.336,750 5.590,025 45,901 1.133,966 2.976,685 2.020,440 3.734,414 2.284,432 2.431,225 643,716
108,839 58,319 139,015 102,408 90,096 378,568 447,964 264,812 266,714 284,172 318,087 674,901 528,287 187,972 524,707 600,485
154,693 426,546 140,904 24.917,054 33.148,536 55.332,456 102.301,184 71.134,456 77.472,672 76.135,611 2.221,567 693,733 585,798 244,732 1.197,530 3.647,035
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2006
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB (Rusnasbuah, 1998) Indonesia berpeluang untuk melakukan ekspor
komoditas buah-buahan, hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 pertumbuhan mengenai produksi, luas panen, dan produktivitas buah-buahan Indonesia. Tabel 2. Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Buah-buahan* Indonesia Produksi Tahun
Luas Panen
Produktivitas
Ton
Pertumbu han (%)
Ha
Pertumbu han (%)
1997
6.266.986
-
227.527
-
1998
5.727.105
-9,43
233.341
1999
6.022.447
4,91
2000
6.800,639
2001
Ton/Ha
Pertumbu han (%)
27,54
-
2,50
24,54
-12,22
209.178
-11,55
28,79
14,76
11,45
223.252
6,31
30,46
5,48
7.776.196
12,55
268.469
16,84
28,96
-5,18
2002
7.955.836
2,26
415.502
35,39
19,15
-51,23
2003
8.903.112
10,64
488.700
14,98
18,22
-5,10
2004 10,057.702
11,48
520,616
6,13
19,32
5,69
2005 12.549.657 Rata -rata 8.006.631
19,86 7,97
403.068 332.184
-29,16 5,18
31,14 25,35
37,96 -1,23
Sumber : Ditjen Hortikultura, Departemen Pertanian 2006 , (diolah). * (alpukat, durian, jeruk, mangga, manggis, pepaya, pisang, nenas, rambutan)
Pada Tabel 2 diperlihatkan bahwa produksi buah-buahan (alpukat, durian, jeruk, mangga, manggis, pepaya, pisang, nenas, rambutan) sebesar 6.266.986 ton pada tahun 1997 dan mengalami peningkatan pada tahun 2005 sebesar 12.549.657 ton dengan pertumbuhan produksi buah-buahan Indonesia dari tahun 1997 sampai 2005 mengalami peningkatan dari 9,43 persen pada periode tahun 1997/1998 menjadi 19,86 persen pada tahun 2004/2005 dengan rata-rata pertumbuhan mengalami peningkatan sebesar 8.006.631 ton atau 7,97 persen. Luas panen buahbuahan Indonesia (alpukat, durian, jeruk, mangga, manggis, pepaya, pisang, nenas, rambutan) sebesar 227.527 ha pada tahun 1997, mengalami peningkatan pada tahun 2005 sebesar 403.068 ha dengan pertumbuhan luas panen buah-buahan Indonesia mengalami penurunan dari 2,50 persen pada periode tahun 1997/1998
menjadi sebesar 29,16 persen pada periode tahun 2004/2005.Rata-rata pertumbuhan mengalami peningkatan sebesar 332.184 ha atau 5,18 persen (Ditjen Hortikultura, Departemen Pertanian 2006). Produktivitas buah-buahan Indonesia (alpukat, durian, jeruk, mangga, manggis, pepaya, pisang, nenas, rambutan) sebesar 27,54 ton/ha pada tahun 1997 dan mengalami peningkatan pada tahun 2005 sebesar 31,14 ton/ha. Pertumbuhan produktivitas buah-buahan Indonesia mengalami peningkatan dari 12,22 persen pada periode tahun 1997/1998 menjadi 37,96 persen pada tahun 2004/2005. Ratarata pertumbuhan mengalami penurunan sebesar 25,35 ton/ha atau 1,23 persen (Ditjen Hortikultura, Departemen Pertanian 2006). Secara garis besar terdapat tiga kawasan yang berpotensi untuk pemasaran buah-buahan tropis termasuk dari Indonesia, yaitu (1) Kawasan Eropa yang terdiri dari Jerman, Perancis, dan Inggris menyerap sebesar 58 persen dari pasar dunia. (2) Kawasan Amerika yang terdiri dari Amerika Serikat dan Kanada menyerap sebesar 10,2 persen dari pasar dunia. (3) Kawasan Asia Pasifik yang terdiri dari Jepang, Hongkong, Singapura, dan Australia menyerap 9,3 persen pasar dunia. Di ASEAN, terdapat tiga negara yang memiliki kontribusi ekspor buah-buahan terbesar ke dunia, yaitu Thailand, Indonesia, dan Malaysia. Sebagai salah satu negara agraris di dunia yang beriklim tropis dan memiliki tanah yang sangat subur, dengan luas wilayah yang sangat luas Indonesia seharusnya memiliki potensi yang besar untuk menjadi salah satu negara eksportir buah-buahan terbesar di dunia. Namun, dalam kenyataannya nilai ekspor buah-buahan Indonesia masih sangat jauh tertinggal jika dibandingkan dengan Thailand yang memiliki luas wilayah lebih kecil dibandingkan Indonesia (CSIS, 2007)
Andil Indonesia sebagai salah satu negara pemasok buah tropis segar dunia sangat kecil yakni kurang dari 1 persen (Bank Indonesia, 2007). Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan pangsa dan nilai ekspor buah-buahan tropis Indonesia, kajian mengenai analisis daya saing buah-buahan tropis dirasakan cukup penting agar dapat menunjang peningkatan ekspor buah-buahan tropis Indonesia.
1.2.
Perumusan Masalah Buah-buahan tropis merupakan salah satu komoditas yang ikut berperan
memberikan sumbangan devisa yang cukup besar. Di pasar internasional Indonesia termasuk negara pemasok buah-buahan tropis yang sangat diminati karena citarasanya yang khas dan spesifik. Sebenarnya buah-buahan tropis asal Indonesia telah mampu memenuhi pasaran dunia termasuk Eropa Barat, tetapi jumlah pasokan masih sangat kecil. Permasalahan yang selalu muncul dalam pengembangan agribisnis buahbuahan tropis di Indonesia yaitu tidak kontinunya suplai buah, rendahnya kualitas buah, dan sedikitnya suplai buah berkualitas, serta tingginya harga buah-buahan Indonesia. Hal ini akan menyebabkan rendahnya daya saing buah-buahan Indonesia di luar negeri, bahkan di dalam negeri (Puslitbanghorti, 1997). Dapat dilihat dari keragaan ekspor buah-buahan tropis Indonesia (dalam penelitian ini adalah manggis, nenas, pepaya, dan pisang) pada Tabel 3.
Tabel 3. Keragaan Ekspor Buah-buahan Tropis Indonesia* Tahun
Manggis
Nenas
Ton
US$
1990
-
-
Ton 27,646
1991
-
-
1992
-
-
1993
-
-
US$
Pepaya
Ton
40.606
108,839
191,272
185.789
69,343
23.359
39,900 21,875
US$
Pisang
Ton
US$
88.302
154,693
281.900
58,319
59.141
426,546
409.655
9,015
8.334
13,904
29.735
15.605
2,408
1.626
24.917,054
3.300.686
1994
-
-
9.643
0,096
223
33.148,536
5.882.993
1995
3.283,847
2.688.666
2.284,084
1.326.882
3,568
1.052
55.332,456
8.673.955
1996
1.981,421
1.523.770
11.336,750
6.905.057
13,964
13.608
102.301,184
20.063.416
1997
1.808,221
2.286.016
5.590,025
4.216.618
13,812
1998
147,231
1999
4.743,493
3.887.816
1.133,966
727.907
2000
7.182,098
5.885.038
2.976,685
1.123.566
2001
4.868,528
3.953.234
2.020,440
886.687
2002
6.512,423
6.956.915
3.734,414
2003
9.304,511
9.306.042
2.284,432
2004
3.045,379
3.291.855
2.431,225
147.896
45,901
106.054
13.518
71.134,456
13.262.130
0,714
311
77.472,672
14.073.666 11.174.208
4,172
5.603
76.135,611
18,087
14.648
2.221,567
4,901
5.507
2.784.582
3,287
6.643
585,798
1.078.574
2.315.283
187,972
231.350
244,732
514.020
529.116
524,707
1.301.371
1.197,530
778.498
293,733
8.472,770 6.386.091 643,716 219.703 60,485 112.597 3.647,035 2005 Sumber : UN Comtrade 2007 diakses 06 Maret * (manggis, pepaya, pisang, nenas)
533.450 87.680
1.288.892
Upaya untuk mempertahankan juga meningkatkan peranan komoditas buah-buahan tropis sebagai komoditas ekspor yang cukup menyumbang banyak devisa, perlu adanya peningkatkan daya saing buah-buahan tropis Indonesia baik di pasar internasional maupun domestik. Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana daya saing buah-buahan tropis Indonesia? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi daya saing buah-buahan tropis Indonesia? 3. Strategi apa yang dapat mendukung peningkatan daya saing buah-buahan tropis Indonesia?
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah dirumuskan, penelitian
ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis daya saing buah-buahan tropis Indonesia. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing buah-buahan tropis Indonesia. 3. Merumuskan strategi yang dapat mendukung peningkatan daya saing buahbuahan tropis Indonesia.
1.4.
Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak sebagai
bahan studi komparatif bagi penelitian lain yang berkaitan dengan masalah ini.. Penelitian ini juga berguna bagi penulis sebagai penyelaras teori diperkuliahan dengan kondisi nyata yang sedang terjadi.
1.5.
Ruang lingkup Penelitian Penelitian ini membahas mengenai analisis daya saing buah-buahan tropis
di Indonesia. Dalam penelitian analisis daya saing ini hanya membahas mengenai daya saing buah-buahan tropis, faktor yang mempengaruhi, dan strategi untuk meningkatkan daya saing. Buah-buahan tropis dalam penelitian ini adalah pisang, manggis, nenas, dan pepaya. Periode waktu yang dianalisis dari tahun 1990 sampai 2005.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Buah-buahan Tropis
2.1.1 Manggis Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, antara lain Indonesia. Dari Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawaii dan Australia Utara. Klasifikasi Botaninya adalah : Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Keluarga : Guttiferae Genus : Garcinia Spesies : garcinia mangostana L. Di Indonesia manggis disebut dengan berbagai macam nama lokal seperti Manggu (Jawa Barat), Manggus (Lampung), Manggusto (Sulawesi Utara), Manggista (Sumatera Barat). Pusat penanaman manggis di Indonesia adalah Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Jawa Barat (Jasinga, Ciamis, Wanayasa), Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, Jawa Timur dan Sulawesi Utara (Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB, 2007). 2.1.2 Nenas Nenas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Anenas comosus. Memiliki nama daerah danas (Sunda) dan neneh (Sumatera).
Dalam bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol menyebutnya pina. Masuk ke Indonesia pada abad ke-15, tepatnya tahun 1599. Di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pekarangan, dan meluas dikebunkan di lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah nusantara. Tanaman ini kini dipelihara di daerah tropik dan sub tropik. Klasifikasi botaninya adalah: Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Farinosae Famili : Bromiliaceae Genus : Anenas Species : anenas comosus (L.) Merr Penanaman nenas di dunia berpusat di negara-negara Brazil, Hawaii, Afrika Selatan, Kenya, Pantai Gading, Mexico dan Puerte Rico. Di Asia tanaman nenas ditanam di negara-negara Thailand, Filipina, Malaysia dan Indonesiayang terdapat di daerah Sumatera utara, Jawa Timur, Riau, Sumatera Selatan dan Jawa Barat. Berdasarkan habitus tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis golongan nenas, yaitu : Cayene (daun halus, tidak berduri, buah besar), Queen (daun pendek berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut), Spanyol/Spanish (daun panjang kecil, berduri halus sampai kasar, buah bulat dengan mata datar), Abacaxi (daun panjang berduri kasar, buah silindris atau seperti piramida), (Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB, 2007).
2.1.3 Pepaya Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari famili Caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat yang memiliki empat genus yaitu Carica, Jarilla, Jacaranta dan Cylocormorpha ketiga genus pertama merupakan asli amerika tropis sedangkan genus keempat merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Genus Carica mempunyai 24 spesies salah satunya pepaya. Tanaman pepaya banyak ditanam orang, baik di daeah tropis maupun sub tropis. di daerah-daerah basah dan kering atau di daerah-daerah dataran dan pegunungan (sampai 1000 m dpl). Buah pepaya merupakan buah meja bermutu dan bergizi yang tinggi. Di Indonesia tanaman pepaya tersebar dimana-mana bahkan telah menjadi tanaman perkarangan. Sentra penanaman buah pepaya di Indonesia adalah daerah Jawa Barat (Kabupaten Sukabumi), Jawa Timur (Kabupaten Malang), Yogyakarta (Sleman), Lampung Tengah, Sulawesi Selatan (Toraja), Sulawesi Utara (Manado). Jenis pepaya : •
Pepaya Jantan; Pohon pepaya ini memiliki bunga majemuk yang bertangkai panjang dan bercabang-cabang. Bunga pertama terdapat pada pangkal tangkai. Ciri-ciri bunga jantan ialah putih/bakal buah yang rundimeter yang tidak berkepala, benang sari tersusun dengan sempurna.
•
Pepaya Betina; Pepaya ini memiliki bunga majemuk artinya pada satu tangkai bunga terdapat beberapa bunga. Tangkai bunganya sangat pendek dan terdapat bunga betina kecil dan besar. Bunga yang besar akan menjadi buah. Memiliki bakal buah yang sempurna, tetapi tidak mempunyai benang sari, biasanya terus berbunga sepanjang tahun.
•
Pepaya Sempurna; Pepaya sempurna memiliki bunga yang sempurna susunannya, bakal buah dan benang sari dapat melakukan penyerbukan sendiri maka dapat ditanam sendirian. Terdapat 3 jenis pepaya sempurna, yaitu: Berbenang sari 5 dan bakal buah bulat, Berbenang sari 10 dan bakal buah lonjong, Berbenang sari 2 - 10 dan bakal buah mengkerut (Pusat Kajian Buahbuahan Tropika IPB, 2007).
2.1.4 Pisang Pisang merupakan tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Klasifikasi botaninya adalah : Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Famili : Musaceae Genus : Musa Spesies : musa spp Hampir di setiap tempat dapat dengan mudah ditemukan tanaman pisang. Pusat produksi pisang yang ada di Jawa Barat adalah Cianjur, Sukabumi dan daerah sekitar Cirebon. Indonesia termasuk salah satu negara tropis yang memasok pisang segar/kering ke Jepang, Hongkong, Cina, Singapura, Arab, Australia, Belanda, Amerika Serikat dan Perancis. Jenis- jenis pisang antara lain : •
Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak, yaitu M. paradisiaca var. Sapientum, M. nana atau disebut juga M. cavendishii, M. sinensis. Contohnya:
Pisang Ambon, Pisang Susu, Pisang Raja, Pisang Cavendish, Pisang Barangan dan Pisang Mas. •
Pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak, yaitu M. paradisiaca forma typica atau disebut juga M. paradisiaca normalis. Contohnya: Pisang Nangka, Pisang Tanduk, dan Pisang Kepok.
•
Pisang yang diambil seratnya, contohnya Pisang Manila (Abaca).
•
Pisang berbiji, yaitu M. brachycarpa yang di Indonesia dimanfaatkan daunnya. Contohnya: Pisang Batu dan Pisang Klutuk (Pusat Kajian Buahbuahan Tropika IPB, 2007).
2.2
Pengertian Daya Saing Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam kamus Bahasa Indonesia
tahun 1995 berpendapat bahwa daya saing adalah kemampuan komoditi untuk memasuki pasar luar negeri dan kemampuan untuk bertahan didalam pasar tersebut. Daya saing sering diidentikan dengan produktifitas (tingkat output yang dihasilkan untuk setiap unit input yang digunakan). Peningkatan produktifitas meliputi peningkatan jumlah input fisik (modal dan tenaga kerja), peningkatan kualitas input yang digunakan dan peningkatan teknologi (total faktor produktifitas). Daya saing juga mengacu pada kemampuan suatu negara untuk memasarkan produknya yang dihasilkan negara itu relatif terhadap kemampuan negara lain (Bappenas, 2007). Pendekatan yang sering digunakan untuk mengukur daya saing suatu komoditi dilihat dari dua indikator yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif.
2.2.1 Keunggulan Kompetitif Keunggulan kompetitif suatu komoditi adalah suatu keunggulan yang dapat dikembangkan, jadi keunggulan ini harus diciptakan untuk dapat memilikinya. Konsep keunggulan kompetitif dikembangkan pertama kali oleh Porter (1990), ada empat faktor utama yang menentukan daya saing yaitu kondisi faktor (factor condition), kondisi permintaan (demand condition), industri terkait dan industri pendukung yang kompetitif (related and supporting industry), serta kondisi struktur, persaingan dan strategi industri (firm strategy, structure, and rivalry). Ada dua faktor yang mempengaruhi interaksi antara keempat faktor tersebut yaitu faktor kesempatan (chance event) dan faktor pemerintah (goverment). Secara bersama-sama faktor-faktor ini membentuk sistem dalam peningkatan keunggulan daya saing yang disebut Porter’s Diamond Theory. 1.
Kondisi faktor (factor condition) Sumberdaya yang dimiliki suatu bangsa merupakan suatu faktor produksi
yang sangat penting untuk bersaing. Faktor sumberdaya terdiri dari lima kelompok, (1) sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia terdiri dari jumlah tenaga kerja yang tersedia, kemampuan manajerial dan keterampilan yang dimiliki, tingkat upah yang berlaku juga etika kerja. Kesemuanya ini sangat berpengaruh pada daya saing nasional. (2) sumberdaya fisik atau alam yang mencakup biaya, aksebilitas, mutu dan ukuran. Selain itu juga ketersediaan air, mineral, energi serta sumberdaya pertanian, perikanan termasuk kelautan, perkebunan, perhutanan serta sumberdaya lainnya, baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Begitu juga kondisi cuaca dan iklim, luas wilayah geografis, kondisi topografis,
dan lain-lain. (3) sumberdaya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Sumberdaya ini terdiri dari ketersediaan pengetahuan pasar, pengetahuan teknis, pengetahuan ilmiah yang menunjang dan diperlukan dalam memproduksi barang dan jasa. Sama halnya dengan ketersediaan sumber-sumber pengetahuan dan teknologi, seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga statistik, literatur bisnis dan ilmiah, basis data, laporan penelitian, serta sumber pengetahuan dan teknologi lainnya. (4) sumberdaya modal yang terdiri dari jumlah dan biaya yang tersedia, jenis pembiayaan atau sumber modal, aksetabilitas terhadap pembiayaan, kondisi lembaga pembiayaan dan perbankan. Selain itu juga diperlukan peraturan keuangan, peraturan moneter dan fiskal untuk mengetahui tingkat tabungan masyarakat dan kondisi moneter dan fiskal. (5) sumberdaya infrastruktur terdiri dari ketersediaan jenis, mutu dan biaya penggunaan infrastruktur yang mempengaruhi daya saing. Seperti sistem transportasi, komunikasi, pos dan giro, serta sistem pembayaran dan transfer dana, air bersih, energi listrik, dan lain-lain. Kelima kelompok sumberdaya tersebut sangat mempengaruhi daya saing nasional. 2.
Kondisi Permintaan (demand condition) Kondisi permintaan sangat mempengaruhi penentuan daya saing, terutama
mutu permintaan. Mutu permintaan merupakan sarana pembelajaran bagi perusahaan-perusahaan
untuk
bersaing
secara
global.
Mutu
persaingan
memberikan tantangan bagi perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya dengan memberikan tanggapan terhadap persaingan yang terjadi. Ketika kondisi permintaan konsumsi dalam ekonomi lebih banyak akan menjadi tekanan terbesar
bagi perusahaan untuk bergerak secara konstan bersaing melalui inovasi produk dan peningkatan kualitas. 3.
Industri Terkait dan Industri Pendukung (related and supporting industry) keberadaan industri terkait dan pendukung (related and supporting
industry) mempengaruhi daya saing secara global. Diantaranya adalah industri hulu yang mampu memasok input bagi industri utama dengan harga lebih murah, mutu yang lebih baik, pelayanan yang cepat, pengiriman tepat waktu dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan industri. Sama halnya dengan industri hilir yang menggunakan produk industri utama sebagai bahan bakunya. Apabila industri hilir memiliki daya saing global maka akan dapat menarik industri hulu untuk memiliki daya saing pula 4.
Pesaingan, Struktur dan Strategi Perusahaan (firm strategy, structure, and rivalry) Tingkat persaingan bagi perusahaan akan mendorong kompetisi dan
inovasi. Keberadaan pesaing lokal yang handal merupakan penggerak untuk memberikan tekanan pada perusahaan lain untuk meningkatkan daya saing. Perusahaan yang teruji dalam persaingan yang ketat akan memenangkan persaingan dibandingkan perusahaan yang berada dalam kondisi persaingan yang rendah. Struktur perusahaan maupun struktur industri menentukan daya saing dengan cara melakukan perbaikan dan inovasi. Hal ini jika dikembangkan dalam situasi persaingan akan berpengaruh pada strategi yang dijalankan oleh perusahaan.
5.
Peran Pemerintah (goverment) Peranan pemerintah sebenarnya tidak berpengaruh langsung terhadap
upaya peningkatan daya saing global, tetapi berpengaruh terhadap faktor-faktor penentu daya saingnya. Pemerintah bertindak sebagai fasilitator agar perusahaan dan industri senantiasa meningkatkan daya saingnya. Pemerintah dapat mempengaruhi tingakat daya saing global melalui kebijakan yang memperlemah atau memperkuat faktor penentu daya saing industri, tetapi pemerintah tidak dapat menciptakan keunggulan bersaing secara langsung. Peran pemerintah dalam upaya peningkatan daya saing adalah memfasilitasi lingkungan industri yang mampu memperbaiki kondisi faktor daya saing sehingga bisa didayagunakan secara aktif dan efisien. 6.
Peran Kesempatan (chance event) Peran kesempatan berada diluar kendali perusahaan maupun pemerintah
namun mempengaruhi tingkat daya saing. Beberapa hal yang dianggap keberuntungan merupakan peran kesempatan, seperti adanya penemuan baru yang murni, biaya perusahaan yang tidak berlanjut akibat perubahan harga minyak atau depresiasi mata uang. Selain itu juga terjadinya peningkatan permintaan produk industri yang lebih besar dari pasokannya atau kondisi politik yang menguntungkan bagi peningkatan daya saing.
2.2.2 Keunggulan Komparatif Suatu negara akan memperoleh keuntungan dari perdagangan dengan negara lain bila negara tersebut berspesialisasi dalam komoditi yang dapat diproduksi dengan lebih efisien (mempunyai keunggulan absolut) dan mengimpor
komoditi yang kurang efisien (mengalami kerugian absolut). Konsep keunggulan komparatif yang dipopulerkan oleh David Ricardo (1823) menyatakan bahwa sekalipun suatu negara mengalami kerugian atau ketidakunggulan absolut untuk memproduksi dua komoditi jika dibandingkan dengan negara lain, namun perdagangan yang saling menguntungkan masih dapat berlangsung. Negara yang kurang efisien akan berspesialisasi dalam memproduksi komoditi ekspor pada komoditi yang mempunyai kerugian absolut kecil. Dari komoditi ini negara tersebut mempunyai keunggulan komparatif dan akan mengimpor komoditi yang kerugian absolut lebih besar. Dari komoditi inilah negara mengalami kerugian komparatif (Salvatore, 1997). Model Ricardian ini mengasumsikan bahwa tenaga kerja merupakan satusatunya faktor produksi. Teori nilai kerja ini menyatakan bahwa nilai atau harga dari suatu komoditi sama dengan atau dapat diperoleh dari jumlah waktu tenaga kerja yang dipakai memproduksi komoditi. Hal ini secara tidak langsung manyatakan (1) hanya tenaga kerjalah faktor produksi atau tenaga kerja yang dipakai untuk memproduksi komoditi, dan (2) tenaga kerja homogen. Teori nilai kerja ini merupakan kelemahan dari model Ricardian, karena (1) tenaga kerja bukanlah satu-satunya faktor produksi, juga tidak digunakan dalam proporsi yang tetap sama dalam produksi semua komoditi, dan (2) tenaga kerja tidak homogen. Ahli ekonomi lainnya yaitu Eli Heckser dan Bertil Ohlin dalam Salvatore (1997) menelaah sebab-sebab dan dampak keunggulan komparatif bagi tiap negara dalam hubungan perdagangan terhadap pendapatan faktro produksi di kedua negara. Teori Heckser-Ohlin menyatakan bahwa suatu negara memiliki keunggulan komparatif dalam menghasilkan komoditi secara intensif memanfaatkan
kepemilikan faktor-faktor produksi yang berlimpah di negaranya. Teori ini disebut juga sebagai teori keunggulan komparatif berdasarkan keberlimpahan faktor (factor endowment theory of comparative advantage) yang mengasumsikan bahwa tiap negara memiliki kesamaan fungsi produksi, sehingga faktor produksi yang sama menghasilkan keluaran yang sama namun dibedakan oleh harga-harga relatif faktor produksi tiap negara.
2.3 Penelitian Terdahulu 2.3.1 Studi Mengenai Daya Saing Penelitian-penelitian
mengenai
daya
saing
cukup
banyak,
diantaranya adalah penelitian mengenai daya saing industri manufaktur Indonesia yang dilakukan Aswicahyono (1996) berjudul “Transformasi Industri Indonesia dalam Era Perdagangan Bebas” yang menunjukan bahwa dibandingkan dengan Malaysia, Thailand (terkecuali tahun 1965), Cina, Korea Selatan, dan negara lain atau NSB rata-rata, indeks RCA (Revealed Comparative Advantage) Indonesia paling rendah walaupun mengalami peningkatan pada tahun 1996 hanya mencapai 0,67. Hanya Cina dan Korea Selatan yang pada tahun 1994 mempunyai keunggulan komparatif diatas dunia untuk produk-produk manufaktur. Penelitian lain mengenai daya saing dilakukan oleh Yulliati (2003) komoditi yang dibahas mengenai produksi kopi di Indonesia. Dari hasil analisis menunjukan daya saing industri kopi di Indonesia mempunyai daya saing yang baik. Untuk meningkatkan daya saing dalam penelitian ini digunakan strategi peningkatan jumlah perkebunan kopi atau ke perbaikan sistem perkebunan kopi.
2.3.2 Studi Mengenai Buah-Buahan Penelitian yang membahas mengenai analisis kajian daya saing buahbuahan tropis dan strategi pengembangannya pernah dilakukan oleh Hartoyo dkk (2000) jenis buah yang diteliti terdiri dari sembilan buah yang kemudian dengan menggunakan AHP (Analytical Hierarchy Process) diperoleh tiga buah unggulan yaitu salak, durian, dan mangga. Hasil penelitian menunjukan bahwa ketiga komoditas mempunyai keunggulan kompetitif dan komperatif. Artinya ketiga komoditas tersebut dapat bersaing dalam pasar dunia dengan produk yang sama dari luar negeri. Upaya untuk mempercepat perkembangan komoditas tersebut perlu adanya dukungan dari kebijakan pemerintah yang sifatnya tidak protektif, tetapi lebih mengarah pada upaya penciptaan pasar termasuk fasilitas, baik prasarana maupun pemasaran. Irawadi (2007) melakukan penelitian daya saing manggis dengan kasus di Kecamatan Guguk, Sumatera Barat. Metode yang dipakai adalah PAM yang berguna untuk mengetahui efisiensi ekonomi dan efisiensi finansial dengan nilai rasio biaya privat (PCR) dan rasio sumberdaya domestik (DCR). Hasil usahatani manggis Kecamatan Guguk memiliki keunggulan kompetitif (efisien secara privat) dan keunggulan komparatif (efisien secara sosial). Hasil analisis marjin tataniaga menunjukan saluran tataniaga yang paling efisien adalah jalur ketiga dan farmer’s share sebesar 22,22 persen. Silalahi (2007) melakukan penelitian daya saing komoditas nenas dan pisang Indonesia di pasar internasional. Melalui pengkajian potensi, kendala, dan peluang komoditas nenas dan pisang juga menganalisa struktur pasar dalam perdagangan nenas dan pisang sehingga dapat mengetahui posisi daya saing nenas
dan pisang di pasar internasional. Dari hasil analisisnya terlihat bahwa daya saing komoditas nenas belum memiliki posisi daya saing yang begitu bagus sementara untuk komoditas pisang mengindikasikan bahwa negara Indonesia belum memiliki keunggulan komparatif dalam perdagangan pisang dunia. Persamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah pada komoditas yang dianalisis yaitu subsektor hortikultura komoditas buahbuahan. Penelitian ini menganalisis buah-buahan tropis Indonesia yang dibatasi pada komoditas manggis, nenas, pepaya, dan pisang. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah ruang lingkup analisis yang berbeda juga metode yang digunakan, penelitian ini berupaya untuk melengkapi beberapa penelitian sebelumnya dengan merumuskan strategi untuk meningkatkan daya saing buah-buahan tropis Indonesia di pasar internasional.
III.
3.1
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis Teori tentang perdagangan internasional telah berkembang mulai dari teori
merkantilis hingga teori Adam Smith (Keunggulan Absolut), David Ricardo (Keunggulan Komparatif), Haberler (Keunggulan Komparatif dengan Pendekatan Biaya Imbangan), dan keunggulan kompetitif. Konsep keunggulan kompetitif dikembangkan pertama kali oleh Porter dengan bertitik tolak dari kenyataankenyataan perdagangan nasional yang ada. Menurut Porter (1990), ada empat faktor utama yang menentukan daya saing industri yaitu kondisi faktor (factor condition), kondisi permintaan (demand condition), industri terkait dan industri pendukung yang kompetitif (related and supporting industry), serta kondisi struktur, persaingan dan strategi industri (firm strategy, structure, and rivalry). Ada dua faktor yang mempengaruhi interaksi antara keempat faktor tersebut yaitu faktor kesempatan (chance event) dan faktor pemerintah (goverment). Secara bersama-sama faktor-faktor ini membentuk sistem dalam peningkatan keunggulan daya saing yang disebut Porter’s Diamond Theory. Konsep keunggulan komparatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode RCA (Revaled Comparative Advantage) didasarkan pada suatu konsep bahwa perdagangan antar wilayah sebenarnya menunjukan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu wilayah. Variabel yang diukur adalah kinerja ekspor suatu produk/komoditi terhadap total ekspor suatu wilayah yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai produk dalam perdagangan dunia.
3.2
Kerangka Pemikiran Operasional Buah-buahan sebagai sumber vitamin dan mineral semakin dibutuhkan
oleh masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas sumberdaya manusia Indonesia seutuhnya. Sebagai negara tropis, Indonesia sangat kaya akan buahbuahan, terutama buah-buahan yang dikenal dengan sebutan buah-buahan tropis. Buah-buahan tersebut selain mempunyai manfaat yang besar bagi kesehatan juga menyumbang devisa bagi negara, dilihat dari perkembangannya buah-buahan tropis Indonesia mampu bersaing dengan buah-buahan lain di pasar internasional meskipun pangsa pasarnya dan peranannya masih sedikit. Buah-buahan tropis merupakan salah satu unggulan ekspor hortikultura Indonesia, untuk mempertahankan bahkan meningkatkan pangsa pasar dan peranannya dalam pasar internasional, buah-buahan tropis Indonesia harus berdaya saing tinggi. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan dari penelitian “Daya saing Buah-buahan Tropis Indonesia” ini adalah menganalisa keunggulan komparatif (menghitung nilai RCAnya) dan kompetitif (menggunakan Porter’s Diamond Theory) dari Buah-buahan Tropis Indonesia serta menganalisis posisi daya saing dan merumuskan strategi untuk meningkatkan daya saing buah-buahan tropis Indonesia di pasar internasional. Tahapan dalam penelitian ini adalah melakukan pengkajian potensi, kendala, dan peluang buah-buahan tropis Indonesia (dalam hal ini yang diteliti adalah manggis, nenas, pepaya, dan pisang). Analisis dilakukan dengan pendekatan Teori Berlian Porter (Porter’s Diamond Theory) tentang keunggulan bersaing negara-negara. Dalam penelitian ini berarti menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi keunggulan kompetitif komoditas yang diteliti yaitu buahbuahan tropis (manggis, nenas, pepaya, pisang) Indonesia. Pendekatan lain yang digunakan adalah analisis kuantitatif yaitu Revealed Comparative Advantage (RCA). RCA digunakan untuk menjelaskan kekuatan daya saing buah-buahan tropis Indonesia (komoditas yang diteliti manggis, nenas, pepaya, pisang) secara relatif terhadap produk sejenis dari negara lain (dunia) yang juga menunjukkan posisi komparatif Indonesia sebagai produsen buahbuahan tropis dibandingkan dengan negara lainnya dalam pasar buah-buahan (komoditas yang diteliti manggis, nenas, pepaya, pisang) internasional. Analisis kuantitatif lainnya adalah metode regresi linear berganda dengan menggunakan model analisis OLS (Ordinary Least Square) untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing buah-buahan tropis Indonesia. Setelah itu merumuskan strategi yang dapat mendukung peningkatan daya saing buah-buahan tropis Indonesia. Untuk lebih jelasnya diperlihatkan gambaran lengkap kerangka pemikiran operasional dari penelitian ini dalam Gambar 1.
Pangsa pasar buahbuahan tropis Indonesia di pasar internasional masih kecil
Peluang Indonesia sebagai produsen buah-buahan tropis di pasar internasional
Analisis daya saing buah-buahan tropis Indonesia
Analisis Keunggulan Kompetitif
Analisis Keunggulan Komparatif
Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing
Porter’s Diamond Theory
Revealed Comparative Advantage (RCA)
Metode Ordinary Least Square
Analisis Strategi Peningkatan Daya saing Buah-buahan Tropis
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
3.3
Hipotesis Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1.
Nilai RCA buah-buahan tropis Indonesia lebih besar dari satu, artinya Indonesia memiliki keunggulan komparatif pada komoditi (diatas rata-rata dunia) sehingga komoditi tersebut memiliki daya saing kuat.
2.
Indeks RCA buah-buahan tropis Indonesia lebih besar dari satu artinya terjadi peningkatan RCA atau kinerja ekspor buah-buahan tropis Indonesia di pasar internasional.
3.
Semua variabel bebas yang digunakan (produktivitas, ekspor buah-buahan tropis Indonesia yang diteliti, harga ekspor buah tropis, dan krisis) memiliki pengaruh terhadap variabel tidak bebas (daya saing buah tropis Indonesia) ∗ Produktivitas berhubungan positif terhadap daya saing buah tropis Indonesia, semakin tinggi produktivitas maka semakin tinggi daya saing buah tropis Indonesia. ∗ Nilai ekspor buah Indonesia berhubungan positif terhadap daya saing buah tropis Indonesia, semakin tinggi nilai ekspor maka semakin tinggi daya saing. ∗ Harga ekspor buah-buahan tropis Indonesia diduga berpengaruh negatif terhadap daya saing buah-buahan tropis Indonesia. Peningkatan harga akan mengurangi konsumsi masyarakat dunia, sehingga ekspor akan mengalami penurunan. ∗ Dummy krisis ekonomi memiliki koefisien yang negatif terhadap daya saing buah-buahan tropis Indonesia, dimana ketika terjadi krisis maka akan menurunkan daya saing buah-buahan tropis Indonesia.
IV.
4.1.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder deret waktu (time series) dengan periode waktu 15 tahun yaitu dari tahun 1990-2005. Jenis data meliputi data produksi, produktivitas, ekspor, harga ekspor, total ekspor buah-buahan tropis Indonesia, dan total ekspor dunia. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian (Deptan), website UN Comtrade, studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang bersumber dari buku-buku dan literatur seperti perpustakaan di IPB dan sekitar lingkungan IPB.
4.2.
Metode Analisis Data Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif kualitatif dan analisis
kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif untuk menjelaskan pengkajian potensi, kendala, dan peluang yang berarti menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keunggulan kompetitif buah-buahan tropis Indonesia (dalam hal ini yang diteliti adalah manggis, nenas, pepaya, dan pisang). Analisis dilakukan dengan pendekatan Teori Berlian Porter (Porter’s Diamond Theory). Sedangkan analisis kuantitatif untuk menjelaskan kekuatan daya saing dilakukan dengan analisis RCA (Revealed Comparative Advantage) serta untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing buah-buahan tropis Indonesia (komoditas yang diteliti manggis, nenas, pepaya, pisang), dengan metode regresi linear berganda yaitu menggunakan model analisis OLS (Ordinary
Least Square). Hasil analisis kuantitatif digunakan untuk merumuskan strategi yang dapat mendukung peningkatan daya saing buah-buahan tropis Indonesia.
4.2.1 Analisis Daya saing (Porter’s Diamond Theory) Keunggulan
kompetitif
dalam
penelitian
ini
dianalisis
dengan
menggunakan Porter’s Diamond Theory, metode ini merupakan metode kualitatif yaitu menganalisis tiap komponen dalam teori berlian porter (porter’s diamond theory). Komponen tersebut seperti ditampilkan pada Gambar 2. Firm Strategy, Structure, and Rivalry Demand Conditions
Factor Conditions
Related and Supporting Industries Gambar 2. Porter’s Diamond a.
Factor Condition (FC) yaitu keadaan faktor – faktor produksi seperti Sumber Daya Alam, dan Sumber Daya Manusia, modal, infrastruktur dan IPTEK.
b.
Demand Condition (DC) yaitu keadaan permintaan atas barang dan jasa dalam negara.
c.
Related and Supporting Industries (RSI) yaitu keadaan para penyalur dan industri lainnya yang saling mendukung dan berhubungan.
d.
Firm Strategy, Structure, and Rivalry (FSSR) yaitu strategi yang dianut perusahaan pada umumnya, struktur industri dan keadaan kompetisi dalam suatu industri domestik. Selain itu ada komponen lain yang terkait dengan keempat komponen
utama tersebut yaitu faktor pemerintahan dan kesempatan. Keempat faktor utama dan dua faktor pendukung tersebut saling berinteraksi. Dari hasil analisis komponen penentu daya saing selanjutnya ditentukan komponen yang menjadi keunggulan dan kelemahan daya saing buah-buahan tropis. Keunggulan tiap faktor dalam penentu daya saing buah-buahan tropis dilambangkan dengan (+) sedangkan kelemahan tiap faktor dalam komponen penentu daya saing buahbuahan tropis disimbolkan dengan (-). Hasil keseluruhan interaksi antar komponen yang saling mendukung sangat menentukan perkembangan yang dapat menjadi competitive advantage dari suatu komoditi.
4.2.2 Analisis Daya saing Revealed Comparative Advantage (RCA) Untuk mengetahui daya saing buah-buahan tropis di Indonesia dalam penelitian ini digunakan analisis Revealed Comparative Advantage (RCA). Metode RCA (Revealed Comparative Advantage) didasarkan pada suatu konsep bahwa
perdagangan
antar
wilayah
sebenarnya
menunjukan
keunggulan
komparatif yang dimiliki oleh suatu wilayah. Variabel yang diukur adalah kinerja ekspor suatu produk/komoditi terhadap total ekspor suatu wilayah yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai produk dalam perdagangan dunia. RCA didefinisikan bahwa jika pangsa ekspor komoditi buah-buahan tropis didalam total ekspor komoditi dari suatu negara lebih besar dibandingkan pangsa
pasar ekspor komoditi buah-buahan tropis didalam total ekspor komoditi dunia, diharapkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam produksi dan ekspor komoditi buah-buahan tropis. Apabila nilai RCA lebih dari satu berarti negara itu mempunyai keunggulan komparatif (di atas rata-rata dunia) untuk komoditi buah-buahan tropis dalam penelitian ini artinya komoditas tersebut (buah-buahan tropis Indonesia) berdaya saing kuat. Sebaliknya jika nilai lebih kecil dari satu berarti keunggulan komparatif untuk komoditas buah-buahan tropis rendah (di bawah rata-rata dunia) atau berdaya saing lemah. Kinerja ekspor buah-buahan tropis Indonesia (dalam penelitian ini manggis, nenas, pepaya, pisang) terhadap total ekspor Indonesia ke pasar dunia yang selanjutnya dibandingkan dengan pangsa nilai ekspor buah-buahan tropis dunia terhadap total nilai ekspor dunia, menggunakan rumus RCA yaitu :
X ij RCA ij =
X is Wj
……………………………………………………….. (1)
Ws Dimana :
RCAij = keunggulan komparatif (daya saing) Indonesia tahun ke t X ij
= nilai ekspor buah-buahan tropis Indonesia tahun ke t
X is
= nilai total ekspor (buah-buahan tropis dan lainnya) Indonesia tahun ke t
Wj
= nilai ekspor buah-buahan tropis didunia tahun ke t
Ws
= nilai total ekspor produk dunia tahun ke t
t
= 1990,.....,2005 Nilai daya saing dari suatu komoditi ada dua kemungkinan, yaitu :
1.
Jika nilai RCA > 1, berarti suatu negara memiliki keunggulan komparatif diatas rata-rata dunia sehingga komoditi tersebut memiliki daya saing kuat.
2.
Jika nilai RCA < 1, berarti suatu negara memiliki keunggulan komparatif dibawah rata-rata dunia sehingga suatu komoditi memiliki daya saing lemah. Indeks RCA merupakan perbandingan antara nilai RCA sekarang dengan
nilai RCA tahun sebelumnya. Rumus indeks RCA adalah sebagai berikut :
Indeks RCA
=
RCA t …………………………………………...... (2) RCA t- 1
Dimana :
RCA t = nilai RCA tahun sekarang (t) RCA t −1 = nilai RCA tahun sebelumnya (t-1) t = 1990,....,2005
Nilai indeks RCA berkisar dari nol sampai tak hingga. Nilai indeks RCA sama dengan satu berarti tidak terjadi kenaikan RCA atau kinerja ekspor buahbuahan tropis Indonesia di pasar internasional tahun sekarang sama dengan tahun sebelumnya. Nilai indeks RCA lebih kecil dari satu berarti terjadi penurunan RCA atau kinerja ekspor buah-buahan tropis Indonesia di pasar internasional sekarang lebih rendah dari pada tahun sebelumnya. Nilai indeks RCA lebih besar dari satu berarti terjadi peningkatan RCA atau kinerja ekspor buah-buahan tropis Indonesia di pasar internasional sekarang lebih tinggi dari pada tahun sebelumnya. Pendekatan Revealed Comparative Advantage (RCA) merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukan perubahan keunggulan komparatif atau tingkat daya saing suatu komiditi di suatu negara.
4.2.3 Metode Regresi Linear Berganda Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh pada daya saing buah-buahan tropis Indonesia adalah regresi linear berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS) atau metode kuadrat terkecil biasa. Metode OLS diperkenalkan oleh seorang ahli matematika berkebangsaan Jerman yang bernama Carl Frederich Gauss (Gujarati, 1978). Dengan asumsi-asumsi tertentu, metode Ordinary Least Square (OLS) mempunyai beberapa sifat statistik yang membuatnya menjadi satu metode analisis regresi yang paling kuat (powerful) dan populer. Menurut Koutsoyiannis (1977), terdapat beberapa kelebihan metode Ordinary Least Square (OLS) seperti berikut: 1. Hasil estimasi parameter yang diperoleh dengan metode OLS memiliki beberapa kondisi optimal (BLUE); 2. Tata cara pengolahan data dengan metode Ordinary Least Square (OLS) relatif lebih mudah dari pada metode ekonometrik yang lain, serta tidak membutuhkan data yang terlalu banyak; 3. Metode Ordinary Least Square (OLS) telah banyak digunakan dalam penelitian ekonomi dengan berbagai macam hubungan antar variabel dengan hasil yang memuaskan; 4. Mekanisme pengolahan data dengan metode Ordinary Least Square (OLS) mudah dipahami; 5. Metode Ordinary Least Square (OLS) juga merupakan bagian dari kebanyakan metode ekonometrik yang lain meskipun dengan penyesuaian di beberapa bagian.
Beberapa sifat penduga yang utama agar metode OLS dapat digunakan adalah tidak bias, efisien, dan varian minimum (Nachrowi dan Usman, 2005). Asumsi-asumsi atau persyaratan yang melandasi estimasi koefisien regresi dengan metode OLS berdasarkan teori Gauss-Markov sebagai berikut : E (ui) = 0 atau E (ui|xi) = 0 atau E(Yt) = β1 + β2Xi
1
ui menyatakan variabel-variabel lain yang mempengaruhi Yi akan tetapi tidak terwakili di dalam model. Tidak ada korelasi antara ui dan uj {cov (ui,uj) = 0}; i ≠ j
2
Artinya, pada saat Xi sudah terobservasi, deviasi Yi dari rata-rata populasi (mean) tidak menunjukkan adanya pola {E(ui,uj) = 0} Homoskedastisitas : yaitu besarnya varian ui sama atau var (ui) = σ2 untuk
3
setiap i. 4
Kovarian antara ui dan Xi nol. {cov (ui,Xi) = 0}. Asumsi tersebut sama artinya bahwa tidak ada korelasi antara ui dan Xi.
5
Model regresi dispesifikasi secara benar. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : -
Model harus berpijak pada landasan teori
-
Perhatikan variabel-variabel yang diperlukan
-
Bagaimana bentuk fungsinya. Sifat yang akan dimiliki oleh estimator pada model regresi OLS dengan
memenuhi asumsi-asumsi di atas adalah best linear unbiased estimator (BLUE). Ragam minimum (efisien) dan konsisten serta berasal dari model yang linear. Selain itu, nilai estimasi dari contoh (sample) akan mendekati nilai populasi.
Dalam penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing buah-buahan tropis Indonesia dilihat dari produktivitas, ekspor buahbuahan tropis Indonesia, harga ekspor buah-buahan tropis, dan dummy krisis. Secara matematis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing buah-buahan tropis Indonesia dapat ditulis seperti berikut: DS t = f (PROt , NX t , PX t , DK t ) DS t = α + β1 PROt + β 2 NX t + β 3 PX t + β 4 DK t + ε t
……………………… (3)
di mana :
α
= Autonomous daya saing (dolar)
βt
= Parameter yang diduga, dengan t = 1,2,...,4
DS t = Daya saing buah-buahan tropis pada tahun ke-t (nilai RCA) PROt = Produktivitas buah-buahan tropis Indonesia pada tahun ke-t (ton/ha) NX t = Nilai ekspor buah-buahan tropis Indonesia periode ke-t (dolar/tahun) PX t = Harga ekspor buah-buahan tropis Indonesia periode ke-t (dolar/ton) DK t = Dummy krisis ekonomi (1 untuk sesudah krisis, 0 untuk sebelum krisis)
εt
= Error term pada periode ke-t
t
= tahun ke-t
4.2.4 Definisi Operasional Variabel dalam Model 1.
Daya saing Daya saing buah-buahan tropis Indonesia yang menjadi variabel tak bebas
dalam model di atas merupakan hasil olah dari kinerja ekspor buah-buahan tropis Indonesia (dalam penelitian ini manggis, nenas, pepaya, pisang) terhadap total ekspor Indonesia ke pasar dunia yang selanjutnya dibandingkan dengan pangsa nilai ekspor buah-buahan tropis dunia terhadap total nilai ekspor dunia.
2.
Produktivitas Produksi output yang dihasilkan oleh setiap sumberdaya input; dalam
penelitian ini berarti produksi buah-buahan tropis Indonesia (manggis, nenas, pepaya, pisang) dibagi luas panen buah-buahan tropis Indonesia (manggis, nenas, pepaya, pisang). 3.
Nilai ekspor Nilai ekspor merupakan nilai dari penjualan barang yang dihasilkan oleh
suatu negara ke negara lain. Dalam penelitian ini berarti nilai ekspor buah-buahan tropis Indonesia adalah nilai dari hasil penjualan manggis, nenas, pepaya, dan pisang di pasar internasional. 4.
Harga ekspor buah-buahan tropis Indonesia Harga ekspor buah-buahan tropis Indonesia adalah harga ekspor manggis,
nenas, pepaya, dan pisang di pasar internasional yang diperoleh dari hasil pembagian antara nilai ekspor manggis, nenas, pepaya, dan pisang secara keseluruhan pada periode ke-t dengan volume ekspor manggis, nenas, pepaya, dan pisang pada periode yang sama. Variabel ini menggambarkan harga buah-buahan tropis Indonesia yang diterima oleh konsumen pada harga dunia ditingkat tertentu. 5.
Dummy Krisis Dummy krisis ekonomi merupakan variabel pembeda antara periode
sebelum terjadinya krisis ekonomi yaitu sebelum tahun 1998 dan periode pada saat krisis ekonomi mulai dan sedang terjadi yaitu tahun 1998 sampai dengan 2005.
4.2.5 Uji Kesesuaian Model Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan bahwa model yang telah dihasilkan adalah baik. Pada umumnya digunakan tiga kriteria kesesuaian model seperti berikut. 1.
Kriteria Ekonometrika Pengujian dengan menggunakan kriteria ekonometrika didasarkan pada
pelanggaran asumsi yang digunakan dalam metode OLS. Hal-hal yang dilihat dalam kriteria ekonometrika antara lain adalah multikolinearitas, autokorelasi, dan heterokedastisitas.
A. Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan diantara galat dalam persamaan regresi yang diperoleh. Jika kita mengabaikan adanya autokorelasi, maka akan berdampak terhadap pengujian hipotesis dan proses peramalan. Autokorelasi cenderung akan mengestimasi standar eror lebih kecil dari pada nilai sebenarnya, sehingga nilai statistic-t akan lebih besar (overestimates). Dampaknya adalah uji F dan t menjadi tidak valid dan peramalan juga menjadi tidak efisien. Walaupun demikian, hasil estimasi dan peramalannya masih bersifat konsisten dan tidak bias. Sifat konsisten pada hasil estimasi dan peramalan model yang mengabaikan adanya autokorelasi tidak akan bertahan lama, kecuali lag dependent variabel diikutsertakan sebagai variabel penjelas. Untuk melakukan pengujian ada atau tidaknya autokorelasi pada hasil estimasi di atas, kita akan menggunakan metode Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test.
Sebelum melakukan pengujian, lebih dulu disusun hipotesis awal dan hipotesis tandingannya. H0 : Tidak Ada autokorelasi H1 : Ada autokorelasi Taraf nyata = α Pengambilan kesimpulan bisa dilakukan dengan melihat apakah nilai probabilitas dari obs*R-squared lebih kecil atau lebih besar daripada taraf nyata
α . Jika nilai obs*R-squared lebih besar daripada taraf nyata α , maka terima H0, Artinya tidak terdapat autokorelasi dalam model regresi yang diperoleh. Dan jika sebaliknya, maka simpulkan terdapat autokorelasi yang signifikan pada model regresi tersebut.
B. Heteroskedastisitas Kondisi heteroskedastisitas merupakan kondisi yang melanggar asumsi dari regresi linera klasik. Heteroskedastisitas menunjukan nilai varian dari variabel bebas yang berbeda, sedangkan asumsi yang dipenuhi linear klasik adalah mempunyai varian yang sama (konstan) atau homokedastisistas. Pengujian masalah
heteroskedastisitas
dilakukan
dengan
menggunakan
uji
White
Hetereskedasticity Test (Gujarati, 1995). Pengujian ini dilakukan dengan cara melihat probabilitas obs*R-squarednya. H0
:δ=0
H1
:δ≠0
Taraf nyata = α Pengambilan kesimpulan bisa dilakukan dengan melihat apakah nilai probabilitas dari obs*R-squared lebih kecil atau lebih besar daripada taraf nyata α . Jika nilai
obs*R-squared lebih besar daripada taraf nyata α , maka terima H0, Artinya tidak mengalami gejala heteroskedastisitas dalam model regresi yang diperoleh.Jika sebaliknya, maka bisa disimpulkan adanya gejala heteroskedastisitas pada model regresi tersebut.
C. Multikolinearitas Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilakukan dengan cara melihat correlations matrix. Multikolinearitas dideteksi dengan melihat koefisien korelasi antar variabel bebas. Jika korelasinya kurang dari 0,8 (rule of tumbs 0,8) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas. Tetapi jika nilai koefisien korelasinya lebih besar dari 0,8 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat multikolinearitas dalam model tersebut. Multikolinearitas yang dapat menyebabkan adanya pelanggaran
terhadap
asumsi
OLS adalah exact
multicolinearity (multikolinearitas sempurna). Jika dalam suatu model terdapat miltikolinearitas yang sempurna maka akan diperoleh nilai R2 yang tinggi tetapi tidak ada koefisien variabel dugaan yang signifikan.
D. Normalitas Uji ini dilakukan untuk memeriksa apakah error term mendekati distribusi normal. Uji ini perlu dilakukan jika jumlah sampel yang digunakan kurang dari 30 (n<30). Hipotesis pengujiannya adalah : Ho : α = 0, error term terdistribusi normal. H1 : α ≠ 0 error term tidak terdistribusi normal. Wilayah kritis penolakan Ho adalah Jarque Bera > X 2 df − 2 atau probabilitas (pvalue) < α, sedangkan daerah penerimaan adalah Jarque Bera < X 2 df − 2 atau probabilitas (p-value) > α. Jika Ho ditolak maka disimpulkan errror term tidak
terdistribusi normal, sedangkan jika Ho diterima maka disimpulkan bahwa error term terdistribusi normal.
2.
Kriteria Statistika Ada beberapa uji yang dapat digunakan untuk menentukan kesesuaian
model regresi yang telah didapat secara statistika.
A. Uji F Uji F digunakan untuk menguji bagaimanakah pengaruh seluruh variabel independen terhadap variabel dependennya. Hipotesis : H0 : β1 = β 2 = ... = β t = 0 (tidak ada variabel independenyang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen )
t = 1,2,..., n
H1 : Minimal ada satu β t yang tidak sama dengan 0 (paling tidak ada satu variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen). Jika probability t-statistic < taraf nyata (α), maka tolak Ho dan simpulkan minimal ada satu variabel independen yang mempengaruhi variabel dependennya. Jika probability t-statistic > taraf nyata (α), maka terima Ho dan tidak ada variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen.
B. Uji t Uji t juga disebut sebagai uji signifikansi variabel secara parsial karena melihat signifikansi masing-masing variabel yang terdapat di dalam model. Besaran yang digunakan dalam uji ini adalah statistik t .
Langkah pertama untuk melaksanakan uji t adalah dengan menuliskan hipotesis pengujian. H0 : β t = 0
t = 1,2,..., n
H1 : β t ≠ 0 Selanjutnya dilakukan penghitungan t statistik dengan menggunakan rumus: ∧
β − βt t= Seβ di mana: ∧
β βt
=
Parameter dugaan
=
Parameter hipotesis
Seβ
=
Standard error parameter β
Jika statistik t yang didapat pada taraf nyata sebesar α lebih besar daripada t-Tabel (t-stat>t-Tabel), maka tolak H0, Kesimpulannya koefisien dugaan β tidak sama dengan 0 dan variabel yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. Sebaliknya, jika statistik t lebih kecil daripada t-Tabel (t-stat
C. Uji R2 ataupun adj-R2 Uji R2 ataupun adj-R2 digunakan untuk melihat sejauh mana variabel-variabel yang terdapat di dalam model dapat menjelaskan variasi yang terjadi pada variabel tak bebasnya. Nilai R2 ataupun adj-R2 yang besar menunjukkan bahwa model yang didapat semakin baik.
Nilai R2 dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini. ∑ Y − Y t R2 =
2
^ Yt − Y ………………………................................. (4) 2 ^ 2 Yt − Y ∑ Y t − Y
(
∑(
)
)
di mana: Yt = Y aktual ∧
Y t = Y dugaan Y
= Y rata-rata Dalam praktek ekonometrika, penggunaan nilai adj-R2 lebih disarankan
dari pada penggunaan R2, karena R2 cenderung untuk memberikan gambaran yang terlalu baik terhadap hasil regresi. Hal ini terutama terjadi saat jumlah variabel bebas dalam model cukup besar atau mendekati jumlah pengamatan (Theil dalam Gujarati, 1988).
3.
Kriteria Ekonomi Dalam kriteria ekonomi akan diuji tanda dan besaran dari tiap koefisien
dugaan yang telah diperoleh. Kriteria ekonomi mensyaratkan tanda dan besaran yang terdapat pada tiap koefisien dugaan sesuai dengan teori ekonomi. Apabila model tersebut memenuhi kriteria ekonomi, maka model tersebut dapat dikatakan baik secara ekonomi.
V.
5.1
HASIL DAN PEMBAHASAN
Daya saing Buah-buahan Tropis Indonesia
5.1.1 Analisis Keunggulan Kompetitif (Porter’s Diamond Theory) Daya saing buah-buahan tropis Indonesia (dalam penelitian ini manggis, nenas, pepaya, pisang) dinilai dengan menggunakan Teori Berlian Porter (Porter’s
Diamond Theory) yang membantu menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal.
5.1.1.1 Kondisi Faktor Semakin tinggi kualitas faktor input, maka semakin besar peluang industri dan negara untuk meningkatkan daya saing.
A. Sumberdaya Alam Indonesia dapat dikatakan kaya dalam segala sumberdaya alam baik mineral maupun non mineral. Berbagai keanekaragaman genetis dapat ditemukan diberbagai tempat di Indonesia. Salah satunya adalah keanekaragaman genetis buah-buahan yang sulit ditemukan ditempat lain. Di Indonesia buah-buahan tropis banyak macamnya seperti: Pohon manggis dapat tumbuh di daerah dataran rendah sampai di ketinggian dibawah 1.000 m dpl. Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah dengan ketinggian dibawah 500-600 m dpl. Daerah yang cocok untuk budidaya manggis adalah daerah yang memiliki curah hujan rata-rata tiap tahun 1.500–2.500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun dengan periode basah 6 bulan, dengan temperatur udara berada pada kisaran 22-32 derajat Celcius (BAPPENAS, 2000).
Tanaman manggis dapat tumbuh pada tanah yang kaya akan bahan organik, serta tanah yang aerasinya cukup baik. Manggis juga dapat tumbuh pada jenis tanah agak berat sampai tanah ringan, tetapi tanah yang paling baik untuk budidaya manggis adalah tanah yang subur, gembur, serta mengandung bahan organik. Untuk pertumbuhan tanaman manggis memerlukan daerah dengan drainase baik serta air tanah berada pada kedalaman 50–200m (BAPPENAS, 2000). Pada tahun 2005 di pulau Jawa terdapat 425.857 tanaman manggis, sedangkan di Luar Pulau Jawa 486.120 tanaman manggis. Produksi yang dihasilkan di pulau Jawa sebesar 28.564 ton, sementara di Luar Jawa 36.147 ton. Pertumbuhan produksi manggis dari tahun 2004-2005 terlihat adanya peningkatan sebesar 4,17 persen. Pertumbuhan produksi manggis di beberapa wilayah di Indonesia dapat terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Produksi Manggis Di Beberapa Wilayah di Indonesia Wilayah Keterangan
Jawa
Sumatera
Bali & Nusa Tenggara
Kalimantan
Sulawesi
Maluku & Papua
Indonesia
Tanaman yang menghasilkan (rumpun ) 2004
315464
401593
59603
30236
32244
7685
846830
2005
425857
310663
60395
43561
61639
9892
911977
34,99
-22,64
1,33
44,07
91,16
28,72
7,69
2004
27822
27942
2090
1960
1872
431
62117
2005
28564
28110
2713
1790
2011
1523
64711
2,67
0,60
29,61
-8,67
7,43
71,70
4,17
2004
3155
4018
597
303
323
77
8473
2005
4260
3105
604
435
616
99
9119
Pertumbuhan (%)
35,02
-22,72
1,17
43,56
90,71
28,57
7,62
Pertumbuhan (%) Produksi (Ton)
Pertumbuhan (%) Luas panen (Ha)
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian, 2005, diolah
Di Indonesia sentra penanaman nenas terpusat di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Nenas cocok ditanam di ketinggian 800-1200 m dpl. Pertumbuhan optimum tanaman nenas pada daerah dengan ketinggian antara 100-700 m dpl. Tanaman nenas dapat tumbuh pada keadaan iklim basah maupun kering, baik tipe iklim A, B, C maupun D, E, F. Tipe iklim A terdapat di daerah yang amat basah, B (daerah basah), C (daerah agak basah), D (daerah sedang), E (daerah agak kering) dan F (daerah kering) (BAPPENAS, 2000). Pada umumnya tanaman nenas toleran terhadap kekeringan serta memiliki kisaran curah hujan yang luas sekitar 1000-1500 mm/tahun, tetapi tanaman nenas tidak toleran terhadap hujan salju karena suhunya terlalu rendah. Suhu yang sesuai untuk budidaya tanaman nenas adalah 23-32 derajat Celcius. Pada umumnya hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok untuk tanaman nenas, meskipun demikian lebih sesuai pada jenis tanah yang mengandung pasir, subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik serta kandungan kapur rendah (BAPPENAS, 2000). Derajat keasaman yang cocok adalah dengan pH 4.5-6.5, jika tanah yang digunakan banyak mengandung kapur (pH lebih dari 6.5) menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan klorosis, sedangkan tanah yang asam (pH 4,5 atau lebih rendah) mengakibatkan penurunan unsur Fosfor, Kalium, Belerang, Kalsium, Magnesium, dan Molibdinum dengan cepat. Air sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman nenas untuk penyerapan unsur-unsur hara yang dapat larut di dalamnya, akan tetapi kandungan air dalam tanah jangan terlalu banyak atau tidak becek (menggenang). Hal yang harus diperhatian adalah aerasi dan drainasenya harus baik, sebab tanaman yang terendam akan sangat mudah
terserang busuk akar. Kelerengan tanah tidak banyak berpengaruh dalam penanaman nenas, namun nenas sangat suka jika ditanam di tempat yang agak miring, agar air tidak menggenang dan cepat kering (BAPPENAS, 2000). Pada tahun 2005 di Pulau Jawa terdapat
124.428.880 tanaman nenas,
sedangkan di luar Pulau Jawa terdapat 124.626.167 tanaman nenas. Produksi nenas di Pulau Jawa sebesar 459.606 Ton, sementara produksi nenas diluar Pulau Jawa sebesar 456.476 Ton. Pertumbuhan produksi nenas dari tahun 2004-2005 terlihat adanya peningkatan sebesar 30,30 persen. Pertumbuhan produksi nenas dibeberapa wilayah di Indonesia dapat terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Produksi Nenas Di Beberapa Wilayah di Indonesia Wilayah Keterangan
Jawa
Sumatera
Bali & Nusa Tenggara
Kalimantan
Sulawesi
Maluku & Papua
Indonesia
Tanaman yang menghasilkan (rumpun ) 2004
191173
60457015
242448209
7131299
1478769
1349815
285838792
2005
124428880
104977232
7120909
10204851
1956255
366920
249055047
99,85
42,41
-70,63
30,12
24,41
-72,82
-12,86
2004
435754
2218547
21634
23823
5090
1770
709918
2005
459606
403744
17919
36998
5953
862
925082
5,19
45,05
-20,73
35,61
14,05
-51,30
30,30
2004
7646
2419
970
284
60
53
11432
2005
49770
4199
285
408
78
15
9962
Pertumbuhan (%)
84,64
42,39
-70,62
30,39
23,08
-71,70
-12,85
Pertumbuhan (%) Produksi (Ton)
Pertumbuhan (%) Luas panen (Ha)
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian, 2005, diolah
Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari famili Caricaceae, Di Indonesia tanaman pepaya tersebar dimana-mana bahkan telah menjadi tanaman
perkarangan. Sentra penanaman buah pepaya di Indonesia adalah daerah Jawa Barat (Kabupaten Sukabumi), Jawa Timur (Kabupaten Malang), Yogyakarta (Sleman), Lampung Tengah, Sulawesi Selatan (Toraja), Sulawesi Utara (Manado). Pepaya dapat ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 700 m– 1000 m dpl. Angin diperlukan untuk penyerbukan bunga, angin yang tidak terlalu kencang sangat cocok bagi pertumbuhan tanaman (BAPPENAS, 2000). Tanaman pepaya tumbuh subur pada daerah yang memilki curah hujan 1000-2000 mm/tahun, dengan suhu udara optimum 22-26 derajat Celcius serta kelembaban udara sekitar 40 persen. Tanah yang baik untuk tanaman pepaya adalah tanah yang subur dan banyak mengandung humus. Tanah itu harus banyak menahan air dan gembur. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang ideal adalah netral dengan pH 6-7(BAPPENAS, 2000) . Kandungan air dalam tanah merupakan syarat penting dalam kehidupan tanaman pepaya, air menggenang dapat mengundang penyakit jamur perusak akar hingga tanaman layu (mati). Apabila kekeringan air, tanaman akan kurus, daun, selain itu bunga dan buah juga rontok. Tinggi air yang ideal tidak lebih dalam daripada 50–150 cm dari permukaan tanah (BAPPENAS, 2000). Pada tahun 2005 di Pulau Jawa terdapat 4.468.074 tanaman pepaya, sedangkan di luar Pulau Jawa terdapat 3.411.666 tanaman pepaya. Produksi yang dihasilkan di Pulau Jawa 324.541 ton, sementara di luar Pulau Jawa 224.116 ton. Pertumbuhan produksi pepaya dari tahun 2004-2005 terlihat adanya penurunan sebesar 25,10 persen. Pertumbuhan produksi pepaya dibeberapa wilayah di Indonesia dapat terlihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Produksi Pepaya Di Beberapa Wilayah di Indonesia Wilayah Keterangan
Jawa
Sumatera
Bali & Nusa Tenggara
Kalimantan
Sulawesi
Maluku & Papua
Indonesia
Tanaman yang menghasilkan (rumpun ) 2004
5491921
1430203
1096220
560680
451121
105616
9135761
2005
4468074
1374934
932397
395567
585738
123030
7879740
-18,64
-3,86
-14,94
-29,45
29,84
16,49
-13,74
2004
531437
87929
42006
27781
40003
3755
732611
2005
324541
84353
48632
29044
53470
224116
548657
5,19
45,05
-20,73
35,61
14,50
-51,30
-25,10
2004
5493
1430
1096
561
449
105
9134
2005
4468
1375
932
396
586
3411
7879
Pertumbuhan (%)
-18,66
-3,85
-14,96
29,41
30,51
96,92
-13,73
Pertumbuhan (%) Produksi (Ton)
Pertumbuhan (%) Luas panen (Ha)
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian, 2005, diolah
Pisang adalah tanaman buah berupa herba, Hampir di setiap tempat dapat dengan mudah ditemukan tanaman pisang. Pusat produksi pisang di Jawa Barat adalah Cianjur, Sukabumi dan daerah sekitar Cirebon, sentra penanaman lainnya di daerah Sumatera. Tanaman pisang tahan terhadap ketinggian dan kekeringan. Di Indonesia umumnya dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang ambon, nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl (BAPPENAS, 2000). Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang. Namun demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis. Pada kondisi tanpa air, pisang masih tetap tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang berair tetapi tidak dapat berbuah dengan baik. Angin dengan kecepatan tinggi
seperti angin kumbang dapat merusak daun dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering. Variasi curah hujan harus diimbangi dengan ketinggian air tanah agar tanah tidak tergenang (BAPPENAS, 2000). Pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanah berat. Tanaman pisang banyak memerlukan makanan sehingga sebaiknya pisang ditanam di tanah berhumus dengan pemupukan. Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh menggenang karena pertanaman pisang harus diairi dengan intensif. Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50-200 cm, di daerah setengah basah 100 - 200 cm dan di daerah kering 50 – 150 cm . Tanah yang telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisang yang baik. Tanah harus mudah meresapkan air. Pisang tidak hidup pada tanah yang mengandung garam 0,07 persen (BAPPENAS, 2000). Pada tahun 2005 di Pulau Jawa terdapat 60,038.175 tanaman pisang, sedangkan di luar Pulau Jawa terdapat 41.426.949 tanaman pisang. Produksi yang dihasilkan di Pulau Jawa 3.270,005 ton, sementara di luar Pulau Jawa 1.907.603 ton. Pertumbuhan produksi pisang dari tahun 2004-2005 terlihat adanya peningkatan sebesar 6,21 persen. Pertumbuhan produksi pisang dibeberapa wilayah di Indonesia dapat terlihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Produksi Pisang Di Beberapa Wilayah di Indonesia Wilayah Keterangan
Jawa
Sumatera
Bali & Nusa Tenggara
Kalimantan
Sulawesi
Maluku & Papua
Indonesia
Tanaman yang menghasilkan (rumpun ) 2004
55510360
19630242
6920315
5501546
4969601
2900860
95432924
2005
60038175
23028588
6665111
5603645
4995928
1133677
101465124
8,16
17,31
-3,69
1,86
0,53
-60,92
6,32
2004
3108377
940390
246937
240778
295885
42072
4874439
2005
3270005
1008891
297739
260817
300968
39188
5177608
5,20
7,28
20,57
8,32
1,72
-6,85
6,21
2004
55511
19630
6921
5501
4970
2901
95434
2005
60038
23029
6665
5603
4996
1134
101465
8,16
17,32
-3,70
1,85
0,52
-60,91
6,31
Pertumbuhan (%) Produksi (Ton)
Pertumbuhan (%) Luas panen (Ha)
Pertumbuhan (%)
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian, 2005, diolah
B. Sumberdaya Manusia Menurut Menteri Pertanian Anton Apriyantono (Media Indonesia, 2008) Pelaku usaha agribisnis di Indonesia masih belum mau berperan dalam sektor holtikultura khususnya buah-buahan. Padahal, cita rasa dan kualitas buah asal Indonesia tidak kalah dibanding dengan negara lain, meskipun teknologi sudah tersedia dan bisa dikuasai. Selain itu minimnya kemampuan petani dan produsen buah lokal dalam menjaga konsistensi pasokan sesuai kebutuhan pasar baik pasar domestik maupun pasar Internasional. Produsen manggis terbesar di Indonesia berada di Provinsi Jawa Barat. Tercatat kontribusi produksi manggis di Propinsi Jawa Barat terhadap produksi manggis nasional adalah sebesar 38 persen. Sebagian besar produksi manggis
berasal dari Kabupaten Purwakarta, Subang, Bogor dan Tasikmalaya. Kontribusi produksi manggis dari empat kabupaten tersebut terhadap Provinsi Jawa Barat sebesar 90 persen, dan terhadap produksi nasional sebesar 29 persen, Produsen nenas di Indonesia ada di daerah Sumatera utara, Jawa Timur, Riau, Sumatera Selatan dan Jawa Barat (Ditjen Hortikultura, 2008). Produsen pepaya di Indonesia ada di daerah Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Sentra produksi pisang di Indonesia meliputi Jawa Barat adalah Cianjur, Sukabumi, dan daerah sekitar Cirebon, pulau halmahera (Maluku Utara), Lampung, Mojokerto (Jawa Timur) (Ditjen Hortikultura, 2008).
C. Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Perkembangan dalam teknologi budidaya buah-buahan tropis sudah baik, ditandai dengan adanya peningkatan produksi buah-buahan tropis nasional (dalam hal ini yang diteliti adalah manggis, nenas, papaya, pisang) meningkat dari tahun 1990 sampai 2005 dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 4,28 persen pertahun selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Ada pula teknologi diversifikasi pengolahan buah-buahan tropis yang dapat meningkatkan nilai guna dari buah-buahan diantaranya dijadikan sirup, jus, pewarna tekstil, dan obat tradisional. Selain itu telah dikembangkan teknologi perbanyakan bibit antara lain: dengan disain kebun produksi benih pepaya, teknologi penyimpanan benih pepaya, metode perbanyakan in vitro pisang (rajabulu, kepok kuning, mas jember, dan tanduk), bakteri endofitik penginduksi pengakaran manggis dan perbanyakan
bibit nenas secara konvensional dengan stek daun.
Pengembangan teknologi
produksi lapang yang meliputi: penentuan kebutuhan pupuk (status hara) yang tepat untuk tanaman nenas dan manggis, acuan pemupukan kalium pada pisang rajabulu, dan memperkecil ukuran mahkota nenas. Teknologi-teknologi lain yang berhasil dikembangkan seperti pengendalian hama masing-masing varietas unggul, perpanjangan daya simpan, dan penundaan kematangan pisang (IPB, 2008). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS) ada beberapa varietas unggul buah-buahan tropis diantaranya manggis yaitu manggis Puspahiang, manggis Wanayasa, dan manggis Malinau. Varietas unggul pepaya yakni pepaya kecil (Arum Bogor dan IPB3), pepaya medium-besar (prima Bogor, IPB 9, IPB 6C). Varietas unggul pisang yakni rajabulu kuning. Varietas unggul nenas antara lain delika subang dan mahkota bogor (Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT), IPB).
D. Sumberdaya Modal Sumberdaya modal menjadi salah satu bagian penting dalam pengusahaan buah-buahan tropis (dalam hal ini yang diteliti adalah manggis, nenas, pepaya, dan pisang). Saat ini sudah ada lembaga yang dapat membantu mengatasi kendala tersebut, seperti Perbankan, dan pusat pembiayaan Departemen Pertanian. Selain perbankan yang dapat membantu kredit pemberian modal, pusat pembiayaan Departemen Pertanian menawarkan Pembiayaan Syariah meliputi: Pengembangan
Skema
Pembiayaan
Berbasis
Syariah,
Pengembangan
Kelembagaan Usaha petani yang berasal dari kelompok usaha tani, Program
fasilitasi Skim Pelayanan Pembiayaan Pertanian (SP-3) dan Kerjasama pemanfaatan Bantuan Luar Negeri (Pusat Pembiayaan, DEPTAN, 2007).
E. Sumberdaya Infrastruktur Komoditas manggis sebagian besar berasal dari perkebunan rakyat, dengan fasilitas infrastruktur yang masih sederhana. Budidaya manggis belum menggunakan teknologi budi daya yang optimal, masih belum adanya fasilitas pengemasan, serta alat transportasi (Warid, 2007). Nenas di Indonesia kebanyakan di tanam di lahan kering (tegalan), fasilitas infrastruktur seperti pengairan masih belum optimal, dan alat transportasi yang belum cukup memadai (Warintek, 2007). Sebagian besar usaha tani pepaya berasal dari perkebunan rakyat, dengan penggunaan teknologi budidaya yang belum optimal serta kurangnya fasilitas infrastruktur pengairan (Warintek, 2007). Usaha tani kebun pisang di Indonesia kebanyakan di pekarangan dan tegalan. Fasilitas infrastruktur khususnya pengairan belum ada, fasilitas pengemasan, alat transportasi, rumah/gudang untuk penanganan segar juga belum memenuhi standar yang baik (Badan Litbang, 2007).
5.1.1.2 Kondisi Permintaan Ketika suatu masyarakat sudah maju maka permintaan (demand) suatu komoditas juga akan lebih banyak, sehingga industri akan selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas produk atau melakukan inovasi untuk memenuhi keinginan konsumen.
A.Kondisi Permintaan Domestik Permintaan buah-buahan domestik dapat dilihat dari konsumsi perkapita domestik (Indonesia). Pada tahun 2005 Nenas 0,57 kg/tahun, pisang 7,85 kg/tahun, pepaya 2,29 kg/tahun, manggis 0,83 kg/tahun. Konsumsi perkapita domestik mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2004 yaitu Nenas 0,52 kg/tahun, pisang 7,59 kg/tahun, manggis 0,31 kg/tahun , namun khusus untuk pepaya mengalami penurunan dari 2,34 kg/tahun pada tahun 2004 menjadi 2,29 kg/tahun pada tahun 2005. Pertumbuhan konsumsi perkapita domestik selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Konsumsi Perkapita Buah-buahan Tropis Indonesia Tahun
1996
1999
2002
2004
2005
Nenas (Kg) Pisang (Kg) Pepaya (Kg) Manggis (Kg)
0,94 9,05 2,86 0,42
0,68 8,27 3,12 0,21
0,47 7,8 2,24 0,88
0,52 7,59 2,34 0,31
0,57 7,85 2,29 0,83
Pertumbuhan 2005 dari 2004 (% per tahun) 3,33 1,14 -0,74 5,56
Sumber : Statistical Pocketbook of Indonesia 2007.
B. Kondisi Permintaan Ekspor Nilai ekspor buah-buahan tropis Indonesia (manggis, nenas, pepaya, pisang) ke pasar internasional pada tahun 1990 sampai 2005 terlihat mengalami peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 94,87 persen pertahun. Peningkatan pertumbuhan ekspor dapat terlihat pada Lampiran 2.
5.1.1.3 Industri Terkait dan Industri Pendukung Di Indonesia industri terkait sudah cukup baik, banyaknya perusahaan pengolahan buah-buahan telah menjadi inovasi yang dapat meningkatkan daya saing buah-buahan tropis Indonesia. Seperti adanya perusahaan pengolahan nenas,
yang memproduksi kripik nenas, selai nenas dan jus nenas. Adanya juga penangkar bibit atau benih yang dapat membantu petani untuk mendapatkan benih atau bibit berkualitas, yang pengembangannya dilakukan dibawah pengawasan Ditjen Litbang Departemen Pertanian.
5.1.1.4 Persaingan, Struktur, dan Strategi Perusahaan Persaingan buah-buahan tropis Indonesia di pasar internasional cukup bagus, seperti manggis yang merupakan salah satu komoditas buah andalan Indonesia, permintaan ekspor meningkat terus sehingga dapat dikatakan buah manggis sebagai primadona ekspor yang menjadi andalan Indonesia. Sumbangan ekspor buah manggis sangat besar dalam rangka meningkatkan devisa negara dan pendapatan petani. Namun buah-buahan tropis Indonesia masih belum bisa mengalahkan buah-buahan tropis produksi negara eksportir lainnya. Rendahnya mutu, ketidakseragaman jenis buah, dan kesulitan transportasi menjadikan Indonesia sulit meningkatkan ekspor buah-buahan ke pasar internasional. Kesulitan ini diperberat oleh adanya berbagai batasan teknis di negara-negara tujuan yang menghambat masuknya buah tropis Indonesia. Untuk contoh kasus ekspor pisang Indonesia masih kalah jauh dengan produk Amerika Selatan dan Filipina alasannya buah-buahan tropis Indonesia banyak mengandung hama penyakit, seperti lalat buah (Omni Suksestama, 2008). Meski demikian buah-buahan tropis Indonesia sudah memiliki lembaga yang mendukung dalam upaya peningkatan daya saing buah-buahan tropis Indonesia dengan melakukan penelitian serta pengembangan, yaitu Ditjen Hortikultura
dibawah
naungan
Departemen
Pertanian.
Strategi
untuk
meningkatkan daya saing buah-buahan tropis dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kualitas buah-buahan tropis Indonesia salah satu acaranya yaitu penanganan hama penyakit secara efektif dan menyeluruh.
5.1.1.5 Peranan Pemerintah Pemerintah telah berupaya untuk memajukan pengembangan buah-buahan tropis (manggis, nenas, pepaya, pisang) dengan cara pengembangan wilayah kawasan agrobisnis hortikultura. Menurut Ahmad Dimyati, Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian, pengembangan kawasan hortikultura, antara lain, dilakukan melalui perbaikan kawasan yang sudah ada maupun pembentukan kawasan baru. “Dalam kawasan itu akan dibuat usaha besar-besaran yang dilengkapi fasilitas dan faktor pendukung (BEI, 2006).
5.1.1.6 Peranan Peluang Manggis merupakan primadona ekspor Indonesia dengan negara tujuan Thailand, Singapura, Hongkong atau Cina, dan Jepang. Di negara-negara tersebut manggis menjadi bagian dari sesaji pada upacara keagamaan (Pusat Kajian Buahbuahan Tropika (PKBT) Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat, IPB). Negara-negara tersebut berpeluang menjadi pasar potensial bagi ekspor buah manggis. Pasar potensial untuk ekspor buah nenas adalah jepang yang sampai saat ini masih mengandalkan pasokan dari Thailand dan filipina (Silalahi, 2007). Pasar potensial untuk ekspor pepaya adalah Inggris, Perancis, Jerman, Belanda, dan Swedia (Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS).
Pasar yang berpeluang cukup potensial untuk mengekspor pisang adalah Amerika Serikat, Jerman dan Jepang. (Pusat Data dan Informasi Pertanian, Departemen Pertanian, 2006, Outlook Komoditas Pertanian Hortikultura)
5.1.2 Kelemahan dan Keunggulan Komponen Porter’s Diamond Dari analisis tiap komponen daya saing di atas, buah-buahan tropis memiliki keunggulan dan kelemahan. Pada komponen sumberdaya alam memiliki keunggulan terlihat dari banyaknya jenis komoditas buah-buahan tropis Indonesia, juga hasil produksi yang dapat memenuhi konsumsi domestik juga dapat mengekspor ke pasar internasional. Dari komponen sumberdaya manusia masih terlihat adanya kelemahan yaitu masih banyak pelaku agribisnis yang belum mau berperan dalam sektor hortikultura, termasuk buah-buahan tropis juga minimnya kemampuan petani dan produsen buah lokal yang belum bisa menjaga konsistensi pasokan buah. Komponen ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki keunggulan terlihat dari adanya pengembangan bibit unggul buah-buahan tropis Indonesia. Komponen infrastruktur memiliki kelemahan dikarenakan belum adanya alat pendingin yang dapat digunakan untuk menghambat proses oksidasi atau respirasi yang akan mempercepat laju pembusukan dari produk pertanian, padahal diperlukan untuk menjaga kualitas buah-buahan Tropis Indonesia. komponen modal memiliki keunggulan terlihat dengan adanya lembaga yang dapat membantu permasalahan modal yang ada. Pada kondisi permintaan kedua unsur memiliki keunggulan baik dari kondisi permintaan domestik maupun permintaan ekspor. Komponen persaingan,
struktur dan strategi perusahaan memiliki kelemahan, terlihat bahwa pada persaingan buah-buahan tropis Indonesia masih belum dapat bersaing dengan buah-buahan tropis dari negara eksportir lainnya dikarenakan hama penyakit, meskipun telah ada lembaga yang dapat menyelesaikan permasalahan tersebut tetap perlu adanya strategi agar hama penyakit tersebut dapat ditangani secara efektif dan menyeluruh. Pada komponen industri pendukung dan terkait setelah dianalisis terlihat adanya keunggulan, hal ini terlihat dari banyaknya industri terkait yang dapat membantu meningkatkan daya saing buah-buahan tropis Indonesia. selain itu adanya penangkar benih/bibit yang dapat menghasilkan benih/bibit yang berkualitas juga ikut berperan dalam peningkatan daya saing buah-buahan tropis. Dilihat dari peranan pemerintah dan kesempatan juga memiliki keunggulan, peran serta pemerintah dalam pengembangan kawasan agribisnis hortikultura termasuk buah-buahan yang dapat mempengaruhi peningkatan buah-buahan tropis Indonesia. Juga banyaknya peluang pasar yang cukup potensial untuk mengekspor buah-buahan tropis Indonesia dapat meningkatkan daya saing buah-buahan tropis Indonesia. Pada Gambar 3 akan digambarkan faktor mana saja yang akan menjadi kelemahan maupun keunggulan pada buah-buahan tropis Indonesia. Tanda (+) menunjukan faktor tersebut merupakan keunggulan bersaing pada buah-buahan Indonesia sedangkan tanda (-) merupakan kelemahan buah-buahan Indonesia.
Peranan kesempatan (+)
1. 2. 3. 4. 5.
Persaingan struktur dan strategi perusahaan 1. Persaingan (-) 2. Struktur (+) 3. Strategi (+)
Kondisi faktor Sumberdaya SDA (+) SDM (-) IPTEK (+) Modal (+) Infrastruktur (-)
Kondisi Permintaan 1.Permintaan domestik (+) 2.Permintaan ekspor (+)
Industri Pendukung dan Terkait 1. Industri pendukung (+) 2. Industri terkait (+)
Peranan pemerintah (+)
Gambar 3. Keunggulan dan Kelemahan Komponen Porter’s Diamond
5.1.3 Analisis Keunggulan Komparatif (Revealed Comparative Advantage) Analisis daya saing buah-buahan tropis Indonesia di pasar internasional menggunakan pendekatan Revealed Comparative Advantage (RCA). Metode ini didasarkan pada suatu konsep bahwa perdagangan antar wilayah sebenarnya menunjukan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu wilayah. Variabel yang diukur adalah kinerja ekspor buah-buahan tropis Indonesia (dalam hal ini yang diteliti adalah manggis, nenas, pepaya, dan pisang) terhadap total ekspor Indonesia yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai produk dalam perdagangan dunia.
RCA dapat didefinisikan bahwa jika pangsa ekspor komoditi buah-buahan tropis didalam total ekspor komoditi dari suatu negara lebih besar dibandingkan pangsa pasar ekspor komoditi buah-buahan tropis didalam total ekspor komoditi dunia, diharapkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam produksi dan ekspor komoditi buah-buahan tropis. Apabila nilai RCA lebih dari satu berarti negara itu mempunyai keunggulan komparatif (di atas rata-rata dunia) untuk komoditi buah-buahan tropis dalam hal ini berdaya saing kuat. Sebaliknya jika nilai lebih kecil dari satu berarti keunggulan komparatif untuk komoditas buah-buahan tropis rendah (di bawah rata-rata dunia) berdaya saing lemah. Hasil analisis daya saing buah-buahan tropis Indonesia masing-masing komoditas diperlihatkan pada Tabel 9, 10, 11, dan Tabel 12 berikut.
Tabel 9. Daya Saing Manggis Tahun 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
RCA Manggis 0,998281028 0,390741512 0,569059437 0,029867850 1,054512748 1,348962242 0,929712422 1,839182966 1,877152981 0,814467301 1,203167310
Daya Saing lemah lemah lemah lemah kuat kuat lemah kuat kuat lemah kuat
Sumber : UN Comtrade, 2007 (diolah)
Berdasarkan informasi dapat dilihat pada tabel bahwa komoditas manggis mulai diekspor dari tahun 1995 masih memiliki daya saing yang lemah, terlihat dari nilai RCAnya kurang dari satu sebesar 0,998 hal ini terus berlanjut sampai tahun 1998 ketika terjadi krisis ekonomi. Namun ketika tahun 1999-2000, saat Indonesia mulai pulih dari krisis ekonomi daya saing manggis menguat dengan
nilai RCA lebih dari satu tahun 1999 sebesar 1,054 dan tahun 2000 sebesar 1,348. Pada tahun 2001 ketika produksi menurun daya saing manggis kembali melemah dengan nilai RCA kurang dari satu yaitu sebesar 0,929, namun kembali menguat pada tahun 2002-2003 dengan nilai RCA pada tahun 2002 sebesar 1,839 dan 2003 sebesar 1,877. Pada tahun 2004 kembali daya saing manggis melemah karena produksinya kembali menurun, sehingga nilai RCAnya kurang dari satu yaitu sebesar 0,814. Pada tahun 2005 daya saing manggis menguat dengan nilai RCA lebih dari satu yaitu sebesar 1,203. Berdasarkan nilai RCA pada Tabel 10, dapat dijelaskan bahwa nenas pada tahun 1990 hingga tahun 1995 nilai RCA berada pada posisi kurang dari satu yaitu pada tahun 1990 sebesar 0,242, tahun 1991 sebesar 0,513, tahun 1992 sebesar 0,048, tahun 1993 sebesar 0,027, tahun 1994 sebesar 0,005, 1995 sebesar 0,595 yang berarti bahwa Indonesia mempunyai keunggulan komparatif untuk komoditas nenas yang rendah (dibawah rata-rata dunia). Bisa diartikan juga bahwa pangsa pasar nenas Indonesia lebih rendah daripada pangsa pasar pesaingnya di pasar internasional. Namun pada tahun 1996 dan tahun 1997 nilai RCA berada diposisi lebih dari satu yaitu pada tahun 1996 sebesar 2,196, tahun 1997 sebesar 1,127 yang berarti bahwa Indonesia mempunyai keunggulan komparatif untuk nenas yang tinggi (diatas rata-rata dunia), bisa diartikan juga bahwa pangsa pasar nenas Indonesia lebih tinggi daripada pangsa pasar pesaingnya di pasar internasional. Tahun 1998-2005 kembali nilai perhitungan RCA berada pada posisi kurang dari satu yaitu tahun 1998 sebesar 0,030 hal ini dikarenakan adanya krisis ekonomi
yang terjadi di Indonesia yang mempengaruhi perekonomian Indonesia secara keseluruhan.
Tabel 10. Daya Saing Nenas Tahun 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
RCA Nenas 0,242765663 0,513299525 0,048184418 0,027315851 0,005849624 0,595568550 2,196969088 1,127331789 0,030598405 0,160977178 0,265432451 0,179970374 0,515603789 0,343432650 0,083769078 0,024782022
Daya Saing lemah lemah lemah lemah lemah lemah kuat kuat lemah lemah lemah lemah lemah lemah lemah lemah
Sumber : UN Comtrade, 2007 (diolah)
Tahun 1999 sebesar 0,160, tahun 2000 sebesar 0,265, tahun 2001 sebesar 0,179, tahun 2002 sebesar 0,515, tahun 2003 sebesar 0,343, tahun 2004 sebesar 0,083, tahun 2005 sebesar 0,024 sehingga dapat disimpulkan juga bahwa Indonesia mempunyai keunggulan komparatif untuk nenas yang rendah (dibawah rata-rata dunia), bisa diartikan juga bahwa pangsa pasar nenas Indonesia lebih rendah daripada pangsa pasar pesaingnya di pasar internasional. Untuk daya saing pepaya yang dapat dilihat pada tabel 11, berdasarkan nilai RCAnya dapat dijelaskan bahwa pepaya secara garis besar dari tahun 19902005 daya saingnya lemah dengan nilai RCA berada pada posisi kurang dari satu, yang berarti bahwa Indonesia mempunyai keunggulan komparatif untuk komoditas pepaya yang rendah (dibawah rata-rata dunia). Bisa diartikan juga bahwa pangsa pasar pepaya Indonesia lebih rendah daripada pangsa pasar
pesaingnya di pasar internasional. Namun pada tahun 2004 daya saingnya kuat dengan nilai RCA berada pada posisi lebih dari satu yaitu sebesar 1,031 yang berarti bahwa Indonesia mempunyai keunggulan komparatif untuk komoditas pepaya yang tinggi (diatas rata-rata dunia). Bisa diartikan juga bahwa pangsa pasar pepaya Indonesia lebih tinggi daripada pangsa pasar pesaingnya di pasar internasional.
Tabel 11. Daya Saing Pepaya Tahun 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
RCA Pepaya 0,370310150 0,139372047 0,016361829 0,002824226 0,000440122 0,001860105 0,017463765 0,019498368 0,000482095 0,006938010 0,013298359 0,004788157 0,005920184 0,181901893 1,031883549 0,081236960
Daya Saing lemah lemah lemah lemah lemah lemah lemah lemah lemah lemah lemah lemah lemah lemah kuat lemah
Sumber : UN Comtrade, 2007 (diolah)
Untuk daya saing pisang yang dapat dilihat pada tabel 12, berdasarkan nilai RCAnya dapat dijelaskan bahwa pisang dari tahun 1990-2005 daya saingnya lemah dengan nilai RCA berada pada posisi kurang dari satu, yang berarti bahwa Indonesia mempunyai keunggulan komparatif untuk komoditas pepaya yang rendah (dibawah rata-rata dunia). Bisa diartikan juga bahwa pangsa pasar pepaya Indonesia lebih rendah daripada pangsa pasar pesaingnya di pasar internasional.
Tabel 12. Daya Saing Pisang Tahun 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
RCA Pisang 0,166800251 0,014999658 0,000277398 0,151655693 0,180310287 0,234289228 0,452140461 0,255670258 0,301369719 0,259694299 0,009648870 0,001244635 0,024666366 0,000199423 0,022293305 0,029824686
Daya Saing lemah lemah lemah lemah lemah lemah lemah lemah lemah lemah lemah lemah lemah lemah lemah lemah
Sumber : UN Comtrade, 2007 (diolah)
Untuk mengetahui kinerja ekspor buah-buahan tropis Indonesia (dalam penelitian ini manggis, nenas, pepaya, pisang) dapat terlihat pada Tabel 13 indeks RCA buah-buahn tropis Indonesia di pasar internasional.
Tabel 13. Indeks RCA Buah-buahan Tropis Indonesia* di Pasar Dunia Tahun Manggis Nenas Pepaya Pisang 1990 1991 2,114 0,376 0,090 1992 0,094 0,117 0,018 1993 0,567 0,173 5,708 1994 0,214 0,156 1,189 1995 1,813 4,226 1,299 1996 0,391 3,689 9,389 1,930 1997 1,456 0,513 1,117 0,565 1998 0,052 0,027 0,025 1,179 1999 5,306 5,261 4,391 0,862 2000 1,279 1,649 1,917 0,037 2001 0,689 0,678 0,360 0,129 2002 1,978 2,865 1,236 9,818 2003 1,021 0,666 9,726 0,008 2004 0,434 0,244 5,673 1,789 2005 1,477 0,296 0,079 1,338 Rata-rata 1,408 1,379 2,597 1,731 Sumber : UN Comtrade 2007 * (manggis, pepaya, pisang, nenas)
Berdasarkan nilai indeks RCA dari Tabel 13, maka dapat dijelaskan bahwa untuk komoditas manggis pada tahun 1990-1995 belum memiliki nilai indeks RCA karena ekspor manggis baru dimulai dari tahun 1995. Tahun 1996, 1998, 2001, 2004 nilai indeks RCAnya lebih kecil dari satu yaitu tahun 1996 sebesar 0,391, tahun 1998 sebesar 0,052, tahun 2001 sebesar 0,689, tahun 2004 sebesar 0,434 artinya terjadi penurunan kinerja ekspor manggis Indonesia di pasar internasional pada tahun tersebut dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 1997, 1999, 2000, 2002, 2003, dan 2005 nilai indeks RCA lebih dari satu yaitu tahun 1997 sebesar 1,456, tahun 1999 sebesar 5,306, tahun 2000 sebesar 1,279, tahun 2002 sebesar 1,978, tahun 2003 sebesar 1,021, tahun 2005 sebesar 1,477 yang artinya mengalami peningkatan pada kinerja ekspor manggis Indonesia di pasar Internasional pada tahun tersebut dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk komoditas nenas yang nilai indeks RCAnya lebih kecil dari satu yaitu tahun 1992 sebesar 0,094, tahun 1993 sebesar 0,567, tahun 1994 sebesar 0,214, tahun 1997 sebesar 0,513, tahun 1998 sebesar 0,027, tahun 2001 sebesar 0,689, tahun 2003 sebesar 0,666, tahun 2004 sebesar 0,244, tahun 2005 sebesar 0,296 artinya terjadi penurunan kinerja ekspor nenas Indonesia di pasar internasional pada tahun tersebut dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 1991, 1995-1996, 1999-2000, dan 2002 nilai indeks RCA lebih dari satu yaitu tahun 1991 sebesar 2,114, tahun 1995 sebesar 1,813, tahun 1996 sebesar 3,689, tahun 1999 sebesar 5,261, tahun 2000 sebesar 1,649, tahun 2002 sebesar 2,865 yang artinya mengalami peningkatan pada kinerja ekspor nenas Indonesia di pasar Internasional pada tahun tersebut dibandingkan tahun sebelumnya.
Untuk komoditas pepaya yang nilai indeks RCAnya lebih kecil dari satu yaitu tahun 1991 sebesar 0,376, tahun 1992 sebesar 0,117, tahun 1993 sebesar 0,173, tahun 1994 sebesar 0,156, tahun 1998 sebesar 0,025, tahun 2001 sebesar 0,360, tahun 2005 sebesar 0,079 artinya terjadi penurunan kinerja ekspor pepaya Indonesia di pasar internasional pada tahun tersebut dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 1995-1997, 1999-2000, dan 2002-2004 nilai indeks RCA lebih dari satu yaitu tahun 1995 sebesar 4,226, tahun 1996 sebesar 9,389, tahun 1997 sebesar 1,117, tahun 1999 sebesar 4,391, tahun 2000 sebesar 1,917, tahun 2002 sebesar 1,236, tahun 2003 sebesar 9,726, tahun 2004 sebesar 5,673 yang artinya mengalami peningkatan pada kinerja ekspor pepaya Indonesia di pasar Internasional pada tahun tersebut dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk komoditas pisang yang nilai indeks RCAnya lebih kecil dari satu yaitu tahun 1991 sebesar 0,090, tahun 1992 sebesar 0,018, tahun 1997 sebesar 0,565, tahun 1999 sebesar 0,862, tahun 2000 sebesar 0,037, tahun 2001 sebesar 0,129, tahun 2003 sebesar 0,008 artinya terjadi penurunan kinerja ekspor pisang Indonesia di pasar internasional pada tahun tersebut dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 1993-1996, 1998, 2002, dan 2004-2005 nilai indeks RCA lebih dari satu yaitu tahun 1993 sebesar 5,708, tahun 1994 sebesar 1,189, tahun 1995 sebesar 1,299, tahun 1996 sebesar 1,930, tahun 1998 sebesar 1,179 tahun 2002 sebesar 9,818, tahun 2004 sebesar 1,789, tahun 2005 sebesar 1,338, yang artinya mengalami peningkatan pada kinerja ekspor pisang Indonesia di pasar Internasional pada tahun tersebut dibandingkan tahun sebelumnya.
5.2.
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Saing Buah-buahan Tropis Indonesia (Ordinary Least Square)
5.2.1 Uji Ekonometrika Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan perangkat Eviews 4.1 dapat diketahui melalui serial correlation LM Test, jika nilai probability
obs * R − squared pada model lebih besar dari taraf nyata (α = 10%) yang digunakan sehingga dapat disimpulkan bahwa model persamaan tidak mengalami gejala autokorelasi. Sebaliknya jika nilai probability obs * R − squared pada model lebih kecil dari taraf nyata (α = 10%) model persamaan tersebut mengalami gejala autokorelasi. Dari model persamaan dalam penelitian ini (daya saing buahbuahan tropis Indonesia) yang dapat dilihat pada Lampiran 3 bahwa nilai
probability obs * R − squared adalah sebesar 0,655, lebih besar dari taraf nyata yang digunakan yaitu sebesar sepuluh persen (α = 10%), sehingga dapat disimpulkan bahwa model persamaan yang digunakan tidak mengalami gejala autokorelasi. Kriteria berikutnya yang perlu diuji adalah heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas ditujukan untuk melihat apakah model regresi memenuhi asumsi bahwa model memiliki gangguan variannya sama (homoskedastisitas). Pengujian asumsi ini menggunakan uji White Heteroskedascity. Apabila hasil nilai
probability obs * R − squared lebih besar dari taraf nyata yang digunakan yaitu (α = 10%) maka kesimpulan bahwa model persamaan mempunyai variabel penggangu yang variannya sama (homokedastitas) dan sebaliknya jika nilai
probability obs * R − squared lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan (α =
10%) maka model persamaan mempunyai variabel penggangu yang variannya beda (heteroskedastisitas). Dari uji yang dilakukan dapat dilihat pada Lampiran 4 bahwa nilai
probability obs * R − squared adalah sebesar 0,395 lebih besar dari taraf nyata yang digunakan (α = 10%) sehingga disimpulkan bahwa model tidak memiliki masalah heteroskedastisitas. Multikorinearitas merupakan suatu keadaan dimana terjadinya satu atau dua variabel bebas yang berkorelasi sempurna atau mendekati sempurna dengan variabel bebas lainnya. Terjadinya multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat correlation matrix, jika korelasi antar variabel bebas dalam persamaan regresi kurang dari 0,8 (rule of thumb) maka disimpulkan bahwa dalam persamaan regresi tidak terjadi multikolinearitas, dan sebaliknya jika
coefficient matrix lebih 0,8 (rule of thumb) maka disimpulkan bahwa dalam persamaan regresi terjadi gejala multikolinearitas. Namun menurut uji klein bahwa gejala multikolinearitas dimana coefficient > rule of thumb dapat diabaikan jika koefisien determinasi > dari koefisien matriksnya. Hasil uji korelasi dapat dilihat pada Lampiran 5, bahwa nilai coefficient
matrixnya kurang dari 0,8 sehingga disimpulkan bahwa model persamaan yang digunakan tidak mengalami gejala multikolinearitas. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah error term terdistribusi secara normal, uji normalitas salah satu asumsi klasik pada OLS yang jika jumlah sample yang kurang dari 30 (n>30), uji ini menggunakan Jarque Bera-Test. Hasil Jarque Bera-Test dapat dilihat pada Lampiran 6 bahwa nilai probability (p-value) yaitu sebesar 0,946 lebih besar dari taraf nyata (α = 10%) sehingga dapat disimpulkan bahwa pada syarat 90% error termnya terdistribusi normal.
5.2.2 Uji Statistik Setelah kriteria ekonometrika selanjutnya masuk ke kriteria statistik pertama dilakukan Uji F yang bertujuan untuk melihat pengaruh variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependennya. Dari tabel dapat terlihat bahwa probabilitas (f-statistic) atau sering disebut p-value adalah sebesar 0,000394 yang lebih kecil dari taraf nyata (α = 10%). Nilai ini menandakan bahwa persamaan tersebut mendukung keabsahan model atau dengan kata lain bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh keseluruhan variabel penjelas terhadap variabel terikat atau dependennya adalah baik. Selanjutnya uji t-statistik, dari hasil estimasi yang ditunjukan ada tiga variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya pada taraf nyata (α = 10%). Variabel-variabel tersebut adalah produktivitas, nilai ekspor, dan harga ekspor. Sedangkan variabel lainnya yakni dummy krisis tidak signifikan mempengaruhi variabel tak bebasnya (daya saing) pada taraf nyata sepuluh persen (α = 10%). Tetapi walaupun sebagian variabel tidak signifikan, secara keseluruhan pengaruh semua variabel bebasnya mempengaruhi daya saing buah-buahan tropis Indonesia. Dugaan persamaan regresi untuk model daya saing buah-buahan tropis Indonesia yang dihasilkan berdasarkan output Eviews dapat dilihat pada Tabel 14 , 2 pada persaman tersebut memiliki nilai R sebesar 0,823 dan adj − R 2 sebesar
0,759 artinya bahwa variasi variabel endogennya (DS atau daya saing) dapat dijelaskan secara linear oleh variabel bebasnya didalam persamaan sebesar 76 persen dan sisanya 24 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar persamaan.
Tabel 14. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing Buah-buahan Tropis Indonesia Variable C PRO NX PX DKRISIS R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
Coefficient 2.874467 0.014512 7405,947343 -0.001959 -0.620929 0.823860 0.759809 0.444945 2.177736 -6.748594 2.113367
Std. Error
t-Statistic
0.835326 3.441131 0.004345 3.339886 4.220936 175,457450 0.000500 -3.915774 0.402011 -1.544556 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
Prob. 0.0055 0.0066 0.0014 0.0024 0.1507 1.338539 0.907878 1.468574 1.710008 12.86256 0.000394
Keterangan pada taraf nyata (α = 10%)
5.2.3 Uji Kriteria Ekonomi Dari hasil estimasi diketahui produktivitas berpengaruh positif terhadap daya saing seperti yang ditunjukkan oleh hasil regresi OLS. Koefisien regresi variabel produktivitas adalah sebesar 0,014 dan nilai elastisitasnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
elastisitas = (∂Y Y ) (∂X X ) =
∂Y X ⋅ , dimana ∂X Y
∂Y 1 ⋅ ∂X Y
adalah 0,014. Nilai
elastisitasnya menjadi 0,014 × 141.1 atau sama dengan 1.97 Artinya, setiap peningkatan produktivitas sebesar 1 persen akan meningkatkan daya saing buahbuahan tropis sebesar 1,97 persen. Pengaruh variabel produktivitas signifikan pada taraf nyata 10 persen, temuan empiris ini sesuai dengan hipotesis bahwa produktivitas berhubungan positif terhadap daya saing buah tropis Indonesia, semakin tinggi produktivitas maka semakin tinggi daya saing buah tropis Indonesia.
Nilai ekspor berpengaruh positif terhadap daya saing dengan koefisien sebesar 7405,947 dan nilai elastisitasnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
elastisitas = (∂Y Y ) (∂X X ) =
∂Y X ∂Y 1 ⋅ , dimana ⋅ adalah 7405,947. Nilai ∂X Y ∂X Y
elastisitasnya menjadi 7405,947 × 93,21 atau sama dengan 69,30. Artinya, setiap peningkatan nilai ekspor sebesar 1 persen akan meningkatkan daya saing buahbuahan tropis sebesar 69,30 persen. Pengaruh variabel nilai ekspor signifikan pada taraf nyata 10 persen, temuan empiris ini sesuai dengan hipotesis bahwa nilai ekspor buah Indonesia berhubungan positif terhadap daya saing buah tropis Indonesia, semakin tinggi ekspor maka semakin tinggi daya saing. Harga ekspor berpengaruh negatif terhadap daya saing dengan koefisien regresi variabel harga ekspor adalah sebesar 0,0019 dan nilai elastisitasnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
elastisitas = (∂Y Y ) (∂X X ) =
∂Y X ∂Y 1 ⋅ , dimana ⋅ adalah 0,0019. ∂X Y ∂X Y
Nilai elastisitasnya menjadi 0,0019 × 4056 atau sama dengan 7,71. Artinya, setiap peningkatan harga ekspor sebesar 1 persen akan menurunkan daya saing buahbuahan tropis sebesar 7,71 persen. Pengaruh variabel harga ekspor signifikan pada taraf nyata 10 persen, dan sesuai dengan hipotesis bahwa harga ekspor buahbuahan tropis Indonesia diduga berpengaruh negatif terhadap daya saing buahbuahan tropis Indonesia. Peningkatan harga akan mengurangi konsumsi masyarakat dunia, sehingga ekspor akan mengalami penurunan. Dummy krisis berpengaruh negatif terhadap daya saing dengan koefisien regresi variabel dummy krisis 0,620 menunjukkan bahwa apabila terjadi krisis
ekonomi maka akan menurunkan daya saing buah-buahan tropis Indonesia. Pengaruh variabel dummy tidak signifikan terhadap taraf nyata 10 persen, dan sesuai dengan hipotesis bahwa dummy krisis memiliki koefisien yang negatif terhadap daya saing buah-buahan tropis Indonesia, dimana ketika terjadi krisis maka akan menurunkan daya saing buah-buahan tropis Indonesia
5.3
Analisis Strategi Peningkatan Daya saing Buah-buahan Tropis Indonesia Dari ketiga alat analisis yang telah diuraikan yaitu analisis keunggulan
kompetitif dengan menggunakan Porter’s Diamond, analisis keunggulan komparatif dengan Revealed Comparative Analysis, analisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing buah-buahan tropis Indonesia dengan metode Ordinary Least Square maka dapat ditentukan strategi yang bisa digunakan agar daya saing buah-buahan tropis Indonesia mengalami peningkatan. Strategi yang dapat dilakukan adalah (1) menjaga kualitas buah-buahan tropis Indonesia dengan memperbaiki infrastruktur yaitu dengan pengadaan alat pendingin, pemberantasan hama penyakit, dan konsistensi dalam hal pemasokan buah-buahan ke pasar. (2) meningkatkan kinerja ekspor buah-buahan tropis Indonesia. (3) meningkatkan produktivitas buah-buahan tropis Indonesia (dalam penelitian ini adalah manggis, nenas, pepaya, pisang), peningkatan produktivitas dapat meningkatkan jumlah produksi yang berarti meningkatkan daya saing buahbuahan tropis Indonesia. (4) meningkatkan volume ekspor buah-buahan tropis Indonesia yang dapat meningkatkan nilai ekspor buah-buahan tropis sehingga dapat meningkatkan daya saing buah-buahan tropis Indonesia.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan 1.
Berdasarkan analisis keunggulan kompetitif (Porter’s Diamond), analisis keunggulan komparatif (Revealed Comparative Analysis) buah-buahan tropis Indonesia memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif, memiliki daya saing kuat, yang terlihat dari nilai rata-rata RCA buah-buahan tropis Indonesia yang lebih dari satu.
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing buah-buahan tropis Indonesia adalah produktivitas, nilai ekspor, harga ekspor, dan dummy krisis. Selain variabel dummy krisis, semua variabel regresi berpengaruh signifikan pada taraf nyata 10 persen.
3.
Strategi yang dapat dilakukan untuk peningkatan daya saing buahbuahan tropis Indonesia adalah : (1) menjaga kualitas buah-buahan tropis Indonesia. (2) meningkatkan kinerja ekspor buah-buahan tropis Indonesia. (3) meningkatkan produktivitas buah-buahan tropis Indonesia (dalam penelitian ini adalah manggis, nenas, pepaya, pisang. (4) meningkatkan volume ekspor buah-buahan tropis Indonesia.
6.1
Saran 1
Melakukan promosi untuk meningkatkan ekspor buah-buahan tropis Indonesia, agar dapat berdaya saing dengan buah-buahan tropis negara lain.
2
Mengembangkan buah-buahan tropis yang memiliki keunggulan komparatif serta keunggulan kompetitif, agar dapat meningkatkan daya saing buah-buahan tropis Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, S. 2006. “Meningkatkan Keunggulan Bebuahan Tropis”. Edisi I. Yogyakarta: Andi. Astawan, M. 2007. “Sehat Optimal Dengan Sayur dan Buah”. Kompas Cyber Media. www.kompas.com. [diakses 12 Februari]. Aswicahyono. 1996. “Transformasi Industri Indonesia dalam Era Perdagangan Bebas”. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen-IPB. Bogor. Badan Pusat Statistik. 2007. www.bps.go.id, [diakses 26 Maret]. Bappenas. 2000. www.bappenas.go.id, [diakses 12 Maret]. Direktorat
Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian. 2007. www.hortikultura.go.id. [diakses 13 Maret, 14 April, dan 9 Mei].
Gujarati, Damodar dan Sumarno Zain. 1978. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga, Jakarta Hady, H. 2004. Ekonomi Internasional. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal 62-63. Hartoyo, S. Dkk. 2000, Analisis Kajian Daya saing Buah-buahan Tropis dan Strategi Pengembangannya. IPB. Bogor. Irawadi, A. 2007. Analisis Daya saing dan Pemasaran Buah Manggis (kasus Kec Guguk Sumatera,Kab Lima Puluh Kota, Propinsi Sumatera Barat). Skripsi. Fakultas Pertanian, Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis-IPB. Bogor. Koutsoyiannis, A. 1977. Theory of Econometrics: An Introductory Exposition of Econometrics. 2nd Edition. New York: Harper and Row Publishers Inc. Kurniawan, M. 2007. Petani Manggis Sulit Penuhi Permintaan Ekspor. Kompas cybermedia. www.kompas.com. [diakses 2 Agustus]. Lindert, P.H & C.P. Kendleberger. 1995. Ekonomi Internasional. Edisi Kedelapan. Penerjemah Burhanuddin Abdullah. Jakarta: Erlangga. Bab 3 Hal 48-57. Mankiw, G. 2003. Teori Makroekonomi. Edisi Kelima. Penerjemah Imam Nurmawan. Jakarta: Erlangga. Nachrowi D dan Hardius Usman. 2006. Ekonometrika. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Porter, M.E. 1990, The Competitive Advantage of Nations. New York: Free Press Prihatmanti, W. 2005. Analisis Struktur Pasar, Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Udang Indonesia di Pasar Amerika Serikat. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Bogor. Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Edisi Kelima. Penerjemah Haris Munandar. Jakarta: Erlangga. Silalahi, B. 2007. Analisis Daya saing Komoditas Nenas dan Pisang Indonesia Di Pasar Internasional. Skripsi. Fakultas Pertanian-IPB. Bogor. Soesastro, H. “Budidaya Buah-buahan Unggul Aspek Pemasaran : Permintaan”. Economics Working Paper Series. www.csis.or.id. [Diakses 12 Februari].
United Nations Comodity Trade (COMTRADE) Statistical Database. 2007. http://unstat.un.org/unsd/comtrade. [diakses 13 Maret, 14 April, dan 9 Mei]. Widayunita, P. 2007. “Analisis Daya Saing Industri Semen Indonesia Periode 1978-2005”. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Bogor. Sistem Informasi Pola Pembiayaan/Lending Model Usaha Kecil. 2008. www.bi.go.id. [Diakses 12 Februari]
Pusat Kajian Buah-buahan Tropika. 2007. www.rusnasbuah.or.id. [diakses 7 Februari dan 24 April]. Warid, A. 2007. “Buah Manggis Primadona Ekspor Indonesia”. Kompas Cyber Media. www.kompas.com. [diakses 14 Februari] Yun. 2002. “Riset Unggulan Buah Tropis Indonesia”. Kompas Cyber Media. www.kompas.com. [diakses 14 Februari] Yulliati, D.S. 2003. “Analisis Industri dan Strategi Peningkatan Daya Saing Industri Kopi” . Skripsi. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
LAMPIRAN Lampiran 1. Pertumbuhan Produksi Buah-buahan* Tropis Indonesia Tahun Produksi (Ton) Pertumbuhan (%) 1990 3.150,900 1991 3.199.615 1,522 1992 3.433.706 6,817 1993 3.525.316 2,598 1994 3.804.487 7,337 1995 5.130.916 25,851 1996 3.922.849 -30,795 1997 3.820,838 -2,669 1998 4.017.164 4,887 1999 4.161.794 3,475 2000 4.601.868 9,562 2001 5.321.773 13,527 2002 5.607.221 5,090 2003 5.560.062 -0,848 2004 6.379.085 12,839 2005 6.716.058 5,017 4,280 Rata-rata Sumber : Ditjen Hortikultura, Departemen Pertanian 2006 , diolah dengan Microsoft Excel * (alpukat, durian, jeruk, mangga, manggis, pepaya, pisang, nenas, rambutan)
Lampiran 2. Pertumbuhan Nilai Ekspor Buah-buahan* Indonesia Nilai Ekspor Indonesia Volume ekspor Tahun Pertumbuhan (%) (US$) (Ton) 1990 410,587 291,157 1991 591.266 583,911 30,55 1992 49.247 89,848 -91,67 1993 3.317.917 24.959,347 98,51 1994 5.830,800 33.114,413 43,09 1995 12.654.033 60.889,373 53,92 1996 27.729.647 114.827,309 54,36 1997 19.740.407 78.440,059 -40,47 1998 14.327.935 77.627,107 -37,77 1999 15.723.821 81.968,494 8,87 2000 7.436.068 12.282,537 -52,70 2001 4.895.276 7.156,777 -51,90 2002 10.727.869 10.762,693 54,36 2003 11.860,574 11.787,53 9,55 2004 5.845.070 6.993,833 10,55 2005 8.007.264 12.823,998 27,00 94,87 Rata-rata Sumber : UN Comtrade 2007 diakses 06 Maret, diolah. * (alpukat, durian, jeruk, mangga, manggis, pepaya, pisang, nenas, rambutan)
Lampiran 3. Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test F-statistic
0,125928112048
Probability
0,730061825906
Obs*R-squared
0,198979270885
Probability
0,655546013649
Lampiran 4. White Heteroskedasticity Test F-statistic
0,967061875045
Probability
0,511053495786
Obs*R-squared
7.33345207538
Probability
0,395005781632
Lampiran 5. Correlation Matrix DS DS PRO NX PX DK
1 0,536663 0,698122 -0,019365 0,279943
PRO NX PX DK 0,536663 0,698122 -0,019365 0,279943 1 0,367958 0,497144 0,772927 0,367958 1 0,355838 0,072471 0,497144 0,355838 1 0,163323 0,772927 0,072471 0,163323 1
Lampiran 6. Jarque Bera-Test 7 Series: Residuals Sample 1990 2005 Observations 16
6 5
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
4 3 2 1
Jarque-Bera Probability
0 -0.5
0.0
0.5
1.0
5.13E-16 0.021135 0.799085 -0.666738 0.381028 0.161761 2.756984 0.109149 0.946888