Seminar Nasional Peternakan clan Veteriner 2000
ALTERNATIF PENGEMBANGAN TERNAK RUMINANSIA MELALUI PENDEKATAN INTEGRASI DENGAN SISTEM PERTANIAN TERPADU D. PAsAMBE, SURYA NATAL TAMBING, SYAmsu BAHAR, clan A. NURHAYU Instalast Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Gowa, Kotak Pos 4 Sungguminasa-Gowa MATHEUs SARwBANG,
ABSTRAK
Integrasi ternak pada usaha pertanian dan peternakan memerlukan upaya sosiologi dan realisasi terus mencrus pertanian/perkebunan/petemakan yang mendiri merupakan kunci suksesnya sektor pertanian yang menjadi pilar utama pembangunan bangsa yang akan diikuti oleh sektor lain, negara kita adalah negam agmris, yang sebagian besar penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Pola integrasi tersebut berupa pemanfaatan limbah pertanian,khususnya jerami padi fermentasi sebagai pakan temak ruminansia, sedangkan kotoran temak dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk pertumbuhan tanaman . Dengan adanya integrasi antara pertanian dengan peternakan melalui perdekatan sistem usahatani terpadu diharapkan terjadi peningkatan produktivitas sekaligus peningkatan pendapatan petani-peternak . Kata kunci: Integrasi, sistem pertanian terpadu, limbah pertanian, kotoan temak PENDAHULUAN Sistem pemeliharaan ternak di pedesaan masih banyak dilakukan secara tradisional yang belum memanfaatkan sumber daya secara optimal . Sistem pengembalaan bebas yang hampir tanpa campur tangan manusia, masih dipengaruhi oleh fluktuasi ketersediaan hijauan pakan akibat musim kemarau yang menjadi kendala pembangunan peternakan. Berlimpahnya hijauan pada musim hujan sehingga tak dapat dimanfaatkan seluruhnya, serta susahnya hijauan pada musim kemarau clan belum terbiasanya memanfaatkan limbahn tanaman pertanian untuk pakan merupakan masalah tersendiri. Berdasarkan hasil penelitian (PUSLITBANGNAK, 1992) menunjukkan bahwa perbaikan manajemen pemeliharaan (kandang, pakan, perawatan temak) berdampak positif terhadap peranan ternak dalam sistem usaha tani, yang mengarah pada dinamika pembangunan pertanian berwawasan agribisnis. Sistem pertanian yang berkesinambungan clan tidak dapat berdiri sendiri . Misalnya tanaman padi, dari tanaman padi ini sedikit yang clapat digunakan manusia sebagai pangan (food), lainnya merupakan biomas yang terbuang . Dari biomas yang terbuang ini dapat digunakan sebagai pakan (feed) bagi hewan clan sebagian menjadi kompos . Dari hewan ini juga mengeluarkan limbah (kotoran) yang nantinya apabila dikelola secara besar akan memberikan manfaat optimal bagi tanaman. Dengan dihasilkannya kompos yang mempunyai nilai yang murah, karena merupakan sumberclaya lokal, maka akan dapat menekan input dari luar. Dampak integrasi ternak pada usaha pertanian clan perkebunan Sub sektor peternakan sebagian sektor pertanian dapat melakukan integrasi ternak dengan sub sektor pertanian clan perkebunan untuk meningkatkan produktivitas masing-masing sub sektor. Artinya ketiga komponen ini dapat saling menopang untuk saling mengisi dalam peningkatan produktivitas dengan memanfaatkan produk-produk sampingan usaha temak yang diusahakan dapat 473
Seminar Nasionat Peternakan dan Yeteriner 2000
diitegmsikan dengan usaha pertanian dan perkebunan untuk saling mengisi sehingga masing-masing usaha dapat memberikan hasil optimal . Usaha ternak memiliki kendala yaitu ketergantungan pada penyediaan sumber pakan ternak secara kontinyu (baik hijauan maupun konsentrat), terbatasnya lahan untuk pengembangan usaha, kesulitan pembuangan hasil samping usaha (limbah) berupa kotoran ternak dan permasalahan lingkungan sekitar usaha. Upaya memadukan ternak dengan usaha pertanian dan perkebunan akan membawa dampak budidaya, sosial dan ekonomis yang positif Budidaya ternak akan semakin efisien karena ketersediaan pakan dapat dilakukan secara kontinyu, problem sosial yang seringkali terjadi akibat limbah yang menimbulkan polusi (kotoran ternak, sisa panen, limbah perkebunan/pertanian) dapat diatasi dan membawa pengaruh yang baik. Sementara itu, secara ekonomis petani/peternak dapat melakukan efisiensi usaha (tingkat pendapatan semakin meningkat). Akhirnya kemandirian petani/peternak dalarn berusaha dapat diwujudkan dan ketergantungan sarana produksi dari luar dapat ditekan . Pemanfastan jerami pertanian sebagai pakan ternak yang berkualitas Kebutuhan energi, protein, mineral dan vitamin perlu disesuaikan dengan tujuan pemberian pakan yaitu untuk hidup pokok (maintenance requirement) dan tujuan produksi (production requirement) . Dengan kebutuhan pakan pada ternak dapat didukung dengan memperdayakan limbah pertanian sehubungan dengan pola pertanian yang intensif untuk mencapai swasembada pangan seperti Upsus Gema Palagung 2001 dan Hortina 2001 . Serta percepatan produksi komoditas tanaman tertentu dalam memenuhi permintaan ekspor, maka akan semakin banyak hasil limbah yang potensial untuk pakan ternak ruminansia. Beberapa limbah penting yang dapat dijadikan sumber paken adalah limbah-limbah sereal, kacang-kacangan, umbi-umbian dan pucuk tebu yang diperkirakan produksi per ha tertera pada Tabel 1 . Tabel 1. Perkiman produksi limbah pertanian sebagai pakan temak ruminansia Jenis bahan Jerami padi Jerami sorghum Jeramijagung Jerami kacang tanah Jerami kedelai Jerami kacang hijau Jerami ubi kayu Jerami tebu Somber: FAre'rUom (1972) dan Mut.t.Eat (1974)
Produksi (ton/ha) 2,5-3,9 2,6 2,1-6,0 2,1-2,7 1,6-2,5 1,5-1,8 0,9-1,0 3,8-4,0
Sampai saat ini penggunaan limbah tersebut dalam pakan ternak ruminansia diperkirakan mencapai 25% disebabkan oleh rendahnya kandungan gizi dan kecernaan untuk mengantisipasi masalah tersebut maka dapat diperbaiki dengan teknologi pemanfaatan Mikroorganisme (SB) untuk meningkatican nilai gizi tersebut. 474
Seminar Nasional Perernakan dan Veleriner 1000 Pemanfaatan limbah ternak (kompos) sebagai pupuk tanaman pertanian Pemupukan berimbang tidak harus pemupukan dengan pupuk lengkap, makro clan mikro jadi bukan pemupukan dengan pupuk N, P, K plus . Pemupukan berimbang adalah pemupukan untuk mencapai status semua hara dalam tanah optimum untuk pertumbuhan dan hasil suatu tanaman. Unsur hara yang telah berada dalam status optimum tidak perlu diikutkan dalam pemupukan berimbang (WIDJAJA ADHI, 1986) . Berkurangnya kandungan bahan organik untuk lahan pertanian di Indonesia dewasa ini menunjukkan bahwa sebenarnya diperlukan tidak kurang dari 100% tambahan bahan organik untuk mengembalikan pada kesehatan tanah yang normal . Hal ini berarti akan diperlukan pupuk organik yang sangat besar untuk membuat kembali keadaan normal tersebut. Dilain pihak, peternakan terutama ternak ruminansia memberikan peluang yang besar untuk menghasilkan kotoran yang dapat diproses menjadi pupuk organik. Kandungan mikroba rumen dapat dimanfaatkan untuk membantu proses dekomposisi bahan organik yang ada pada manure ternak tersebut . Di lain pihak, peternakan terutama ternak ruminansia memberikan peluang yang besar untuk menghasilkan kotoran yang dapat diproses menjadi pupuk organik. Kandungan mikroba rumen dapat dimanfaatkan untuk membantu proses dekomposisi bahan organik yang ada pada manure ternak tersebut . Di samping itu, limbah-limbah pertanian lainnya juga berpotensi untuk digunakan sebag6 bahan pembuatan pupuk organik. a. Bahan yang diperlukan o
Bahan dasar yang diperlukan adalah manure (kotoran ternak), mikroba rumen atau disebut jugs mikroorganisme (SB), sumber Kalsium, Kalium, Potasium dan Phospor.
o
Bangunan beratap yang berfungsi sebagai tempat proses pembuatan pupuk kompos
o
Bshan penunjang lain, antara lain kandang (cangkul, sekop, lori dsn lain-lain, kantong plastik, alat jakit pengikat, timbangan.
b. Cara pembuatan Manure ternak dikumpulkan melalui sistem penampungan dari kandang. Cara yang -paling sederhana adalah menerapkan pemeliharaan ternak dengan sistem kereman, dimana lantai kandang ditaburi serbuk gergaji sebagai alas kandang. Sementara itu, kotoran ternak (feses clan urine) tidak dikeluarkan dari kandang selama period tertentu (kurang lebih 3 mirggu), kemudian dipindahkan ke tempat pembuatan pupuk organik. Tempat pemrosesan pembuatan pupuk organik harus dijaga agar tidak mendapatkan panas langsung dari sinar matahari, dan juga terlindung dari hujan. Manure tersebut di campur dengan mikroorganisme (SB) atau mikroba rumen disebut juga probiotik dengan imbangan 2,5 kg untuk setiap ton bahan pupuk, selanjutnya ditumpuk pada ternpat sekitar 1 meter . Sumber unsur Kalsium (kapur) ditambah dan dicampurkan dengan kebutuhan 2,5 kg per ton bahan pupuk, sumber untuk phospor (TSP) ditambah sebanyak 2,5 kg juga campuran tersebut didiamkan selama kurang lebih 3 mirggu dengan pembalikan dilakukan setiap minggu . Setelah menunjukkan proses dekomposisi sehingga proses pembuatan pupuk organik telah selesai. Bahan sumber Kalsium (CaC03) dan sumber potasium (abu seaamm) dapat ditambahkan clan diaduk merata sebanyak 2,5 kg CaC03 dan 100 kg abu seaamm untuk setiap. ton pupuk organik . Untuk mendapatkan 47 5
Seminar Nasional Peternakan dan Vetertner1000
partikem pupuk organik yang relatif sama dilakukan pengeringan dengan sinar matahari pada periode satu minggu terakhir, kemudian dilanjutkan dengan penyaringan secara fisik. Pupuk organik yang sudah siap ini selanjutnya disimpan dalam kantong plastik (ukuran tergantung pada tujuan pengepaken) dan selanjutnya siap untuk didistribusikan . c. Kualitas pupuk organik Kualitas pupuk organik ditentukan oleh kandungan unsur-unsur hara tanaman yang ada didalamnya. Kandungan unsur Karbon (C), Nitrogen (N), P205, K20 dan unsur mineral makro. Adapun kandungan unsur hara dalam pupuk organik yang siap dipakai tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi kimia di dalam pupuk organik Unsur hara Karbon (C) Nitrogen (N)
Kandungan (%) 36 1,81
P2G5
1,89
Mg0
0,76
K20
1,96 20
C/N
Sumbangan tenaga kerja sapi potong dalam usahatani permusim tanam Tenaga kerja sapi dalam mengolah lahan pertanian senantiasa sangat ,dibutuhkan kehadirannya namun tetap dibantu manusia sebagai pengawas/pengatur ternak yang bekerja, maupun ikut melancarkan penyelesaian tanah yang tidak tergarap bajak atau guru yang ditarik sapi. Pada saat musim menggamp sawah yang relatif pendek (rata-rata 40 hari). Pemanfaatan ternak sapi untuk mengolah lahan pertanian rata-rata kurang dari 30 hari jam kerja ternak setiap hari disesuaikan dengan jam kerja manusia yaitu antara 4-6 jam dengan rata-rata 5 jam/hari . Keterlibatan ternak sapi dalam mengolah lahan sawah sampai siap tanam antara 8-19 hari dengan rata-rata 14,8 hari. Dari segi pendapatan sumbangan dari upah sewa ternak sekitar 16-19% dari seluruh pendapatan usahatani per musim (LUBIS dan SURAD I SASTRA, 1989) . Lebih lanjut hasil penelitian (PUStiTBANGNAK, 1991). Menunjukkan bahwa ternak sapi merupakan ternak penyumbang utama (81-92%) terhadap pendapatan sub sektor peternakan . KESIMPULAN DAN SARAN Peningkatan produksi ternak ruminansia memerlukan penyediaan jumlah pakan dalam jumlah besar, terutama pakan kasar yang murah maka sangat strategis memanfatkan limbah pertanian melalui peningkatan kualitas dengan mikroorganisme (SB) juga limbah ternak dapat. dijadikan sebagai pupuk pada tanaman pertanian yang murah dan relatif DAFTAR PUSTAKA ANONYMOUS . 2000 . Moduk Pelatihan Integrated Farming System . CV
Research Station Solo-Indonesia
476
Lembah Hijau Multifarm (LHM)-
Seminar Nasional Peternakan dan Yeteriner 2000 HARYANTo, B dan KUSWANDI . 2000 . Pakan Berserat untuk Ruminansia. Modul dan Bimbingan Teknis Manajemen Penelitian dan Pengkajian Bidang Petemakan. Puslitbangnak bekerja sama dengan Proyek Pembinaan Kelembagaan Penelitian dan Pengembangan Pertanian/ARMP-II 1999/2000. LuBIS, AM dan KEDI SURADISASTRA . 1989. Integraci usaha temak sapi potong dalam sistem usahatani di Kabupaten Sumedang . Proc. Pertemuan Ilmiah Ruminasia Besar. Puslitbangnak Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. WIDIAYA ADHI, IPG. 1986. Penentuan Kelas Ketersediaan hara dengan metode analisa keragaman yang dimodifikasi Pembr. Pen Tanah dan Pupuk. 5 (1986) :23-28 .