ANALISIS AKUNTANSI PERSEDIAAN PD SUSI JAYA PASAR INDUK CIPINANG NAMA : SITI AISYAH NURZANAH NPM : 2A214328 PRODI : EKONOMI/AKUNTANSI PEMBIMBING: RINO RINALDO, SE., MMSI
PENDAHULUAN • LATAR BELAKANG MASALAH Perusahaan tidak melakukan pencatatan dan penilaian persediaan barang dagang sesuai dengan standart akuntansi keuangan yang berlaku (PSAK no. 14) Pencatatan persediaan hanya dengan menggunakan buku jurnal sederhana dan tidak membuat laporan L/R
PENDAHULUAN • TUJUAN Untuk mengetahui kesesuaian pencatatan dan penilaian akuntansi persediaan yang berlaku di PD Susi Jaya Pasar Induk Cipinang dengan PSAK No. 14 Mengetahui adanya kesesuaian penerapan metode pencatatan dan penilaian persediaan barang dagang pada PD Susi Jaya Pasar Induk Cipinang.
METODE PENELITIAN
• Objek Penelitian Objek penelitian tentang akuntansi persediaan ini dilakukan langsung pada PD Susi Jaya yang berlokasi di Jalan Pisangan Lama Pasar Induk Cipinang Los DD No. 1A dan 20A.
Data Hasil Penelitian Tanggal Sept
Keterangan
Unit
Harga satuan
1
Saldo awal
80
Rp. 487.500
1
Pembelian
200
Rp. 490.000
3
Penjualan
40
Rp. 507.500
4
Penjualan
20
Rp. 507.500
7
Penjualan
100
Rp. 509.500
10
Penjualan
80
Rp. 510.000
12
Pembelian
200
Rp. 492.500
12
Penjualan
60
Rp. 511.000
14
Penjualan
100
Rp. 512.500
18
Pembelian
150
Rp. 497.000
20
Penjualan
5
Rp. 512.500
23
Penjualan
80
Rp. 520.000
25
Penjualan
80
Rp. 520.000
29
Pembelian
50
Rp.500.000
• Dengan asumsi perusahaan membayar gaji sebesar Rp. 1.600.000 pada bulan September. • Analisis dilakukan dengan metode FIFO (Perpetual)
Analisis Akuntansi Persediaan Barang Dagangan Table 4.2 Kartu Persediaan Dengan Metode FIFO (Perpetual) Per 31 September Tgl sept
Unit
Pembelian Harga/Unit
Total
Unit
Harga Pokok Penjualan Harga/Unit Total
1 1
200
Rp490,000.00
Rp 98,000,000.00
3
40
Rp 487,500.00
Rp 19,500,000.00
4
20
Rp 487,500.00
Rp
20 80 80
Rp 487,500.00 Rp 490,000.00 Rp 490,000.00
Rp 9,750,000.00 Rp 39,200,000.00 Rp 39,200,000.00
40 20 100
Rp 490,000.00 Rp 492,500.00 Rp 492,500.00
Rp 19,600,000.00 Rp 9,850,000.00 Rp 49,250,000.00
5
Rp 492,500.00
Rp
75 5 80
Rp 492,500.00 Rp 497,500.00 Rp 497,500.00
Rp 36,937,500.00 Rp 2,487,500.00 Rp 39,800,000.00
7 10 12
200
Rp492,500.00
Rp 98,500,000.00
12 14 18
150
Rp497,500.00
Rp 74,625,000.00
20 23 25 29
50
Rp500,000.00
9,750,000.00
2,462,500.00
Rp 25,000,000.00
*unit dalam satuan 50 kg Besarnya persediaan akhir unit harga/ unit total 65 Rp 497,500.00 Rp 32,337,500.00 50 Rp 500,000.00 Rp 25,000,000.00 115 Rp 57,337,500.00 Sumber: Data Olahan Penulis
Unit 80 80 200 40 200 20 200
Persediaan Harga/Unit Rp 487,500.00 Rp Rp 487,500.00 Rp Rp 490,000.00 Rp Rp 487,500.00 Rp Rp 490,000.00 Rp Rp 487,500.00 Rp Rp 490,000.00 Rp
120
Rp 490,000.00
Rp 58,800,000.00
40 40 200
Rp 490,000.00 Rp 490,000.00 Rp 492,500.00
Rp 19,600,000.00 Rp 19,600,000.00 Rp 98,500,000.00
180
Rp 492,500.00
Rp 88,650,000.00
80 80 150 75 150
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
145
Rp 497,500.00
Rp 72,137,500.00
65 65 50
Rp 497,500.00 Rp 497,500.00 Rp 500,000.00
Rp 32,337,500.00 Rp 32,337,500.00 Rp 25,000,000.00
492,500.00 492,500.00 497,500.00 492,500.00 497,500.00
Total 39,000,000.00 39,000,000.00 98,000,000.00 19,500,000.00 98,000,000.00 9,750,000.00 98,000,000.00
39,400,000.00 39,400,000.00 74,625,000.00 36,937,500.00 74,625,000.00
Analisis Akuntansi Persediaan Barang Dagangan Dari data diatas dapat diketahui perhitungan harga pokok penjualan sebagai berikut: Persediaan Awal : Rp. 39.000.000 Pembelian Bersih : Rp. 296.125.000 + Barang Tersedia Untuk Dijual: Rp. 335.125.000 Persediaan Akhir : Rp. 57.337.500 + Harga Pokok Penjualan : Rp. 277.787.500 Berikut adalah perhitungan Laba Kotor dan Laba Bersih : Penjualan Harga Pokok penjualan : Persediaan Awal Pembelian Bersih Harga Pokok Barang yang Dapat Dijual Persediaan Akhir Harga Pokok Penjualan Laba Kotor Beban Usaha: Beban Gaji Beban Usaha Laba Bersih
Rp Rp
39,000,000.00 296,125,000.00
Rp
335,125,000.00
Rp
57,337,500.00
Rp
Rp
289,872,500.00
Rp Rp
277,787,500.00 12,085,000.00
Rp Rp
1,600,000.00 10,485,000.00
1,600,000.00
Rangkuman hasil penelitian • Dengan menggunakan metode FIFO diperoleh Harga Pokok Penjualan sebesar Rp. 277.787.500, Persediaan Akhir Rp. 57.337.500 dan Laba kotor yang diperoleh perusahaan sebesar Rp. 12.085,000 dan untuk laba bersih perusahaan memperoleh sebesar Rp. 9.085.000. • Metode yang digunakan untuk perhitungan dan penilaian persediaan diatas sudah sesuai dengan ketentuan PSAK No. 14. Dimana penilaian dapat dilakukan dengan metode FIFO maupun Rata-rata tertimbang (Average). • Dengan perusahaan menggunakan metode penilaian FIFO (Perpetual) dengan asumsi harga barang selalu naik, akan menyajikan harga pokok penjualan yang rendah, laba kotor yang tinggi dan menghasilkan persediaan akhir yang tinggi.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan • Hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa, penulis mencatat persediaan dengan menggunakan metode perpetual, dengan menggunakan metode perpetual perusahan dengan mudah mendapatkan informasi mengenai jumlah persediaan dalam gudang terbaru setiap saatnya. Pencatatan dengan mengunakan metode ini meggunakan 2 jurnal, selain menambah kas/Piutang usaha(D) dan mengurangi Penjualan(K), perusahaan juga harus mencatat Harga Pokok penjualan(D) dan persediaan Barang dagang(K). Nilai persediaan juga akan mempengaruhi laba kotor dalam Laporan Laba rugi dan Neraca. Dengan menggunakan penilaian FIFO Laba kotor yang tersaji akan besar. • Menurut hasil analisis yang telah dilakukan bahwa perhitungan yang telah dilakukan berawal dari pembuatan kartu persediaan, pembuatan jurnal, penetapan Harga Pokok Penjualan, dan pengakuan kedalam Laporan Laba Rugi dianggap sudah sesuai dengan PSAK No 14.
KESIMPULAN DAN SARAN Saran • Metode FIFO dapat digunakan unuk perusahaan yang persediaannya rentan sekali mengalami kerusakan. Dan dengan asumsi harga selalu naik perusahaan dapat menggunakan terus metode FIFO sebagai penilaian persediaannya. Laba kotor yang akan tersaji dalam laporan Laba Rugi juga akan besar. Tetapi, pengunaan metode FIFO tidak lagi efektif jika barang atau persediaan mengalami penurunan harga terus menerus. Maka perusahaan dapat menggunakan metode lainnya seperti Average (rata-rata tertimbang) yang bisa digunakan saat harga sedang mengalami penurunan.
• Penulis selanjutnya juga diharapkan dapat mengembangkan dari metode yang lainnya. Seperti pencatatan persediaan menggunakan metode Perpetual atau Periodic. Penggunaan metode penilaian persediaan juga harus disesuaikan dengan jenis dari persediaan barang tersebut, dengan menggunakan metode FIFO atau Average.