PENGARUH STRATEGI PROMOSI KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA TATANAN RUMAH TANGGA DI KECAMATAN PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG
TESIS
Oleh SUCI HATI 067012058/AKK
K O L
CA
A
A
U
N
PA
S
U
S
H
S
E
SARJ
A
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
MEDAN 2008 PENGARUH STRATEGI PROMOSI KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA TATANAN RUMAH TANGGA DI KECAMATAN PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
SUCI HATI 067012058/AKK
.
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Judul Tesis
:
Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi Konsentrasi
: : : :
MEDAN 2008 PENGARUH STRATEGI PROMOSI KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA TATANAN RUMAH TANGGA DI KECAMATAN PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG Suci Hati 067012058 Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Rismayani, SE, Msi) Ketua
Ketua Program Studi,
(Dr. Drs. Surya Utama, MS)
(Dra. Syarifah, MS) Anggota
Direktur,
(Prof. Dr. Ir.T. Chairun Nisa B., MSc)
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Tanggal Lulus: 6 Agustus 2008 Telah diuji pada Tanggal 22 Juli 2008
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua
: Dr. Rismayani, SE,MSi
Anggota
: 1. Dra. Syarifah, MS 2. Dr.Drs. Surya Utama, MS 3. Drs. Amru Nasution, M.Kes
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
PERNYATAAN
PENGARUH STRATEGI PROMOSI KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA TATANAN RUMAH TANGGA DI KECAMATAN PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan,
Agustus 2008
Suci Hati 067012058
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
ABSTRAK
Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, dengan strategi yang ditekankan agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Puskesmas Patumbak Kabupaten Deli Serdang dalam meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga di wilayah kerjanya berusaha melakukan strategi promosi kesehatan sebaik-baiknya. Tingkat PHBS rumah tangga dipengaruhi oleh strategi promosi kesehatan yang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi promosi kesehatan terhadap tingkat perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Jenis penelitian yang digunakan adalah survei dengan tipe penelitian penjelasan (Explanatory research). Populasi seluruh Kepala Keluarga di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang: 14.394 KK. Sampel diambil dari tiap desa/ kelurahan sebanyak 100 KK dengan teknik Proposional Sampling To Size . Analisa Data dengan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi promosi kesehatan mempunyai pengaruh terhadap tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Pengaruh yang paling dominan adalah Pemberdayaan masyarakat. Koefisien Determinasi (R2) menunjukkan bahwa variabel bebas yang diteliti memberikan kontribusi 56,6 % terhadap tingkat PHBS dan sisanya 43,4 % dijelaskan oleh variabel bebas lainnya yang tidak diteliti. Disarankan kepada pengambil keputusan dan pembuat kebijakan agar menjamin tersedianya tenaga, dana, sarana dan prasarana untuk program promosi kesehatan (advokasi, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat). Puskesmas harus mampu mengelola potensi masyarakat dan dunia usaha yang ada di wilayah kerjanya serta melakukan analisa situasi sebagai dasar penyusunan dan pelaksanaan program strategi promosi kesehatan untuk PHBS. Puskesmas sebaiknya meningkatkan kualitas kerja sama lintas sektoral, antar unit organisasi pemerintahan dan organisasi masyarakat. Kata Kunci: Strategi Promosi Kesehatan, Tingkat PHBS, Tatanan Rumah Tangga
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
ABSTRACT
Health promotion is an effort to increase the ability of community through learning from, by, for and together with the community themselves with the strategy emphasized in order that they can help themselves and develops the community based activity with the local socio-culture and supported by the health oriented public policy. In order to improve the Healthy and Clean Life Behavior (PHBS), the Community Health Center (Puskesmas) Patumbak, Deli Serdang District has tried to apply the health promotion strategy. The level of household PHBS is influenced by the health promotion strategy. The purpose of this survey study with explanatory research type is to analyze the influence of health promotion strategy on the level of PHBS in the households in Patumbak Sub-district, Deli Serdang District. The population of this study is all of the 14.394 heads of households in Patumbak Sub District, Deli Serdang District. Through the proportional sampling technique, 100 heads of households of each rural village/ urban village were selected to be the samples for this study. The data were analyzed by multiple linear regression analysis. The result of this study reveals that health promotion strategy has an influence on the level of PHBS in Patumbak Sub-district, Deli Serdang District. The most dominant influence is Community Empowerment. Coefficient of Determination (R2) shows that the independent variables studied gives the contribution of 56,6 % to the level of PHBS and the remaining 43,4 % is explained by the other independent variables which are not studied. The policy makers are suggested to guarantee the availability of power, fund, facilities and infrastructures for the health promotion program (advocating, condition development, and community empowerment). Puskesmas must be able to manage the potential of community and the available word business in its work area and to analyze the situation as the basic of the PHBS health promotion strategy program planning and development. Puskesmas should improve the quality of inter-sectoral cooperation between the unit of government organization and that of community organization
Key words: Heath Promotion Strategy, Level of Healthy and Clean Life Behavior (PHBS), Household
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul: Pengaruh Strategi Promosi Kesehatan Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Tesis ini merupakan tugas akhir dalam rangka memperoleh gelar Magister Kesehatan (M.Kes) Program Kebijakan dan Kesehatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof.Dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H,DSAK
selaku
Rektor
Universitas
Sumatera
Utara
dan
Ibu
Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,M.Sc., selaku Direktur Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah menyediakan fasilitas perkuliahan. Kepada Bapak Dr.Drs. Surya Utama, MS., selaku Ketua Program. Ibu Dr.Dra. Ida Yustina, MSi selaku Sekretaris Program Studi Administrasi Kebijakan dan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah mengarahkan dan membimbing penulis selama masa perkuliahan. Kepada Dr.Hj. Rismayani, SE,MS, dan Dra. Syarifah, MS, selaku komisi pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan semangat kepada penulis sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Kepada Dr.Drs. Surya Utama, MS dan Drs. Amru Nasution, M.Kes., selaku komisi pembanding dan penguji yang telah banyak memberikan saran kepada penulis.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Kepada Kepala Dinas Kesehatan Deli Serdang dan Kepala Puskesmas Patumbak, yang banyak membantu dalam pengumpulan data di lokasi penelitian. Kepada orang tua terkasih; Prof.Dr.Ir. Meneth Ginting, M.A.D.E; Mami (Almh) Dra.Hj. Rehmalem Sitepu; Mama Drg. Sofie Adelly, yang terus memberikan bimbingan, semangat, dorongan, kasih sayang dan doa. Semoga Allah membalasnya dengan yang lebih baik dan berlipat ganda. Kepada suami Dr. Candra Syafei, SpOG dan anak anakku tercinta; Aka, Dekka, Cika, yang selalu sabar saat ditinggalkan selama mengikuti pendidikan dan terima kasih atas semangat, dorongan, kasih sayang dan doanya. Kepada kakak dan adik tersayang, keluarga; Dra. Lila P. Hati Ginting, Msi., Cahaya Hati Ginting, SH. dan Ir. Yusuf, B.B. Ginting, Aff. Tulisan ini diharapkan sebagai sumbangsih dan menambah wawasan dalam membuat strategi kebijakan yang ditujukan untuk suatu lingkup masyarakat luas. Penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan tesis ini.
Medan,
Agustus 2008
Penulis
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
RIWAYAT HIDUP
Suci Hati, lahir pada tanggal 30 Januari 1970 di Medan. Anak ketiga dari empat bersaudara dari Bapak Prof.Dr.Ir.H.Meneth Ginting, M.A.D.E dan Ibu (Almh) Dra.Hj. Rehmalem Sitepu. Menikah dengan Dr. Candra Syafei, SpOG, dikaruniai tiga putra/putri: 1. Rezky Pamaska/Aka; 2. Dekka Andra/Dekka; 3. Cika Radezky/ Cika. Pada tahun 1976-1982, sekolah di SD Angkasa I Medan dengan status berijazah. Tahun 1982–1985 SMP Angkasa Medan dengan status berijazah. Tahun 1985-1988 SMA Negeri 1 Kabanjahe dengan status berijazah. Tahun 1988-1996 Kedokteran Umum-USU Medan dengan status berijazah, serta pada tahun 2006-2008 melanjutkan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan di Universitas Sumatera Utara. Bekerja sejak tahun 1996-1999 sebagai staff di Puskesmas Namorambe-Kab. Deli Serdang. Tahun 1999-2004 Kepala Puskesmas Longat-Kab.Mandailing Natal. Tahun 2004-2006 Kepala Puskesmas Panyabungan Jae-Kab.Mandailing Natal. Tahun 2006-sekarang: Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal
Medan, Agustus 2008
Suci Hati
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... ABSTRACT ........................................................................................................ KATA PENGANTAR ...................................................................................... RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................... DAFTAR TABEL ........................................................................................... DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
i ii iii v vi viii ix x
BAB 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5
1 1 8 8 9 9
PENDAHULUAN ............................................................................... Latar belakang ................................................................................... Permasalahan ..................................................................................... Tujuan Penelitian ................................................................................ Hipotesis ............................................................................................. Manfaat Penelitian .............................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... . 2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ......................................................... 2.2 Strategi Promosi Kesehatan................................................................. 2.3 Landasan Teori ................................................................................... 2.4 Kerangka Konsep Penelitian .............................................................
10 10 20 26 28
BAB 3 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7
METODE PENELITIAN .................................................................. . Jenis Penelitian .................................................................................. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ............................................ Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................ Metode Pengumpulan Data ............................................................... Variabel dan Definisi Operasional .................................................... Metode Pengukuran .......................................................................... Metode Analisis Data .......................................................................
29 29 29 29 31 34 40 43
BAB 4 HASIL PENELITIAN ....................................................................... . 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 4.2. Karakteristik Responden .................................................................... 4.3. Strategi Promosi Kesehatan serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat .... 4.4. Hasil Analisis .....................................................................................
44 44 47 50 54
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
BAB 5 PEMBAHASAN ................................................................................. . 5.1. Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ........................................... 5.2. Pengaruh Strategi Promosi Kesehatan terhadap tingkat PHBS ............ 5.3. Keterbatasan Penelitian .....................................................................
58 58 61 80
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 6.1. Kesimpulan ....................................................................................... 6.2. Saran .................................................................................................
82 82 84
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
88
LAMPIRAN .......................................................................................................
91
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Klasifikasi PHBS Tatanan Rumah Tangga Menurut Tingkat Keluarga............................................................................................. Tabel 3.1. Lokasi Sampel Penelitian ................................................................. Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Variabel Advokasi.............................................. Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas variabel Bina Suasana………………………..... Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas variabel Pemberdayaan Masyarakat…………... Tabel 3.5. Pengukuran Variabel Independen .................................................... Tabel 3.6. Pengukuran Variabel Dependen ....................................................... Tabel 4.1. Tenaga di Puskesmas Patumbak ....................................................... Tabel 4.2. Karakteristik Responden .................................................................. Tabel 4.3. Strategi Promosi Kesehatan .............................................................. Tabel 4.4. Hasil Analisis Regresi Ganda ............................................................
13 30 32 32 33 41 43 45 48 50 55
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Kerangka Kerja Precede .............................................................
18
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian .......................................................
28
Gambar 4.1. Nilai-nilai sebaran komulatif data sebagai syarat uji regresi (uji Normalitas data) .........................................................................
56
Gambar 4.2. Homoskedasitas pada advokasi, bina suasana dan pemberdayaan Masyarakat terhadap PHBS .......................................................
57
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Izin Penelitian .................................................................................... 2. Daftar Pertanyaan ............................................................................... 3. Output Penelitian ................................................................................
91 94 106
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
BAB 1
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku hidup bersih dan sehat hakikatnya adalah dasar pencegahan manusia dari berbagai penyakit. Kesehatan merupakan dambaan dan kebutuhan setiap orang. Prinsip perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ini menjadi salah satu landasan dan program pembangunan kesehatan di Indonesia. Visi pembangunan kesehatan Indonesia saat ini adalah Indonesia Sehat 2010, yang ditandai dengan penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat. Visi ini dijabarkan menjadi masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat, dengan mengajak serta memotivasi masyarakat dan penyelenggara pelayanan kesehatan untuk mengubah pola pikir dari sudut pandang sakit menjadi sudut pandang sehat; dan jabaran ini disebut dengan Paradigma Sehat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perwujudan riil paradigma sehat dalam budaya hidup perorangan, keluarga dan masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara dan melindungi kesehatannya (Depkes RI, 2006). Survei Kesehatan Nasional (2004) menunjukkan bahwa pencapaian rumah yang melaksanakan PHBS (klasifikasi IV) baru berkisar 24,38 %. Di Sumatera Utara, rumah tangga yang ber PHBS baru mencapai 55,32 %. Salah satu kabupaten yang termasuk rendah dalam rangka pelaksanaan PHBS ini adalah kabupaten Deli Serdang dengan tingkat pencapaian 28,57 %, masih jauh dari target minimal pemerintah, yaitu 65 % pada tahun 2010.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Peningkatan PHBS tersebut dilaksanakan melalui 5 tatanan, diantaranya adalah tatanan rumah tangga. Terdapat 10 indikator PHBS tatanan rumah tangga, yaitu; (1) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, (2) Bayi diberi ASI ekslusif, (3) Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, (4) Ketersediaan air bersih, (5) Ketersediaan jamban sehat, (6) Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, (7) Lantai rumah bukan lantai tanah, (8) Tidak merokok di dalam rumah, (9) Melakukan aktifitas fisik setiap hari, dan (10) Makan buah dan sayur setiap hari. Keberhasilan program PHBS tatanan rumah tangga, didasarkan kepada 10 indikator yang dibagi menjadi 4 tingkatan atau kategori: Sehat I, Sehat II, Sehat III, dan Sehat IV; dengan target pemerintah yaitu tercapainya penduduk Indonesia yang ber-PHBS pada tingkat Sehat IV (Depkes RI, 2006). Tingkat keberhasilan PHBS di Indonesia cenderung belum maksimal. Hasil Survei Kesehatan Nasional (2004), menunjukkan bahwa: (1) Cakupan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 64%, dengan target nasional 90%; (2) Bayi diberi ASI eksklusif 39,5 %, dengan target nasional 80%; (3) Cakupan JPKM 19%, target nasional 80%; (4) Jenis sumber air yang paling banyak digunakan adalah air sumur terlindung sebesar 35% dan ketersediaan air bersih 81 %, target nasional 85 %; (5) Rumah tangga yang menggunakan jamban sehat 49%, target nasional 80%; (6) Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni 35 % dengan target nasional 80 % (7) Lantai rumah bukan lantai tanah 35% target nasional 80%; (8) Hanya 36 % penduduk
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Indonesia yang tidak merokok dalam rumah; (9) Hanya 18% penduduk yang melakukan aktifitas fisik; (10) Hanya 16 % yang makan buah dan sayur setiap hari. Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara (2007), diketahui antara lain: cakupan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 67,78%; ASI ekslusif 33,92%; cakupan JPKM 8,26%; ketersediaan air bersih 75 %, rumah tangga yang menggunakan jamban sehat 68,63%; kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni 27,38 %; lantai rumah bukan lantai tanah 27,38%. Cakupan PHBS di Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu yang terendah di propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara (2007) dan Surkesda Deli Serdang (2007), di ketahui cakupan PHBS kabupaten Deli Serdang, antara lain: pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 82,18%; bayi diberi ASI Ekslusif 38,57%; mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 30,76%; ketersediaan air bersih 81,17%; ketersediaan jamban sehat 52,7%; kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni/menggunakan ruangan bergabung 46,01% ; lantai rumah bukan lantai tanah 93%; 91,35 % penduduk yang merokok melakukannya di dalam rumah; melakukan aktifitas fisik sedang setiap hari 38,19%;
pada indikator makan buah dan sayur setiap hari dijumpai 11,15%
masyarakat yang mengkonsumsi buah; dan 86,58 % mengkonsumsi sayur setiap hari. Salah satu kecamatan yang mempunyai cakupan rumah tangga ber-PHBS terendah di kabupaten Deli Serdang adalah kecamatan Patumbak (urutan 20 dari 22 kecamatan), dengan indikator antara lain; pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan: dokter (10,26 %) dan bidan (87,18%); bayi diberi ASI ekslusif 27,27 %;
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 32,43 %; ketersediaan air bersih 100 %; ketersediaan jamban sehat 64,95 %; dan 100 % penduduk merokok di dalam rumah; 34,34 % makan buah setiap hari dan 88,70 % makan sayur setiap hari; dan 29,11 % melakukan aktifitas sedang setiap hari(Profil Kesehatan Kab.Deli Serdang dan Surkesda, 2007). Strategi promosi kesehatan PHBS yang dilaksanakan Dinas Kesehatan Deli Serdang, dibiayai dengan dana yang relative terbatas, sebab proporsi anggaran kesehatan baru mencapai 6,2% dari total APBD, masih jauh dari target 15 % dari APBD sesuai rekomendasi Depkes RI. Pelaksanaan PHBS juga mendapat dukungan dari organisasi non pemerintah, khususnya dari USAID dengan Health Service Programe (HSP), dalam program kesehatan seperti program cuci tangan pakai sabun dalam peningkatan program PHBS. Namun seluruh upaya ini belum mampu memenuhi target capaian PHBS (Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2006). Saat ini Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang memprioritaskan program PHBS,
dengan
menerapkan
strategi pencapaian
PHBS
melalui
kegiatan:
(1) Advokasi, (2) Bina suasana, dan (3) Gerakan pemberdayaan masyarakat. Promosi PHBS menjadi salah satu tugas pokok puskesmas (Dinkes Deli Serdang, 2007). Berdasarkan hasil wawancara dengan staf puskesmas Patumbak (Maret, 2008) dapat diketahui bahwa promosi kesehatan kepada masyarakat tentang PHBS atau penggunaan media komunikasi kepada masyarakat belum memberikan informasi yang baik bagi masyarakat; karena keterbatasan dalam hal pelaksanaan kegiatan dan
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
sarana atau media informasi, seperti tulisan, leaflet, penyuluhan, dan media penyaluran informasi lainnya. Upaya promosi kesehatan dilakukan oleh puskesmas, karena puskesmas merupakan sarana kesehatan dasar yang memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat melalui pemberdayaan kader kesehatan, tokoh masyarakat dan lintas sektoral untuk mempromosikan berbagai program-program kesehatan termasuk PHBS. Puskesmas merupakan penghubung langsung antara program pemerintah dengan masyarakat, dan melalui promosi kesehatan pemberdayaan masyarakat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mereka mencapai perubahan lingkungan fisik dan sosial melalui aktivitas organisasi dan upaya bersama (Muninjaya, 2004). Hasil penelitian
Hasibuan
(2004)
di
Kabupaten
Tapanuli
Selatan,
menunjukkan bahwa responden yang pernah menerima penyuluhan tentang PHBS sebesar 44,9%; dan tidak ada hubungan antara frekuensi penyuluhan dengan tingkat PHBS klasifikasi IV dan belum klasifikasi IV. Namun menurut Hasibuan, yang mengutip hasil penelitian Syafrizal (2002) di Kabupaten Bungo Jambi, diketahui bahwa penyuluhan mempunyai pengaruh terhadap PHBS. Penyuluhan merupakan kegiatan yang sangat penting untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat keluarga. Hasil penelitian Sinaga, dkk (2004), di Kabupaten Bantul, menunjukkan rendahnya cakupan PHBS disebabkan oleh kurangnya pemberdayaan masyarakat, terbatasnya anggaran biaya PHBS, rendahnya peran puskesmas dalam kegiatan
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
penyuluhan PHBS kepada masyarakat, dan rendahnya dukungan dari lintas sektoral terhadap program PHBS. Penelitian yang dilakukan oleh Darubekti (2001) Kabupaten Bengkulu Utara, menyimpulkan bahwa kurangnya perilaku kesehatan masyarakat di desa Talang Pauh akibat kurangnya pengetahuan, alasan ekonomi dan tidak adanya waktu, sehingga sikap yang sudah positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud. Berdasarkan pendapat para ahli (seperti Muninjaya, 2004; McKenzie, 2007;) dapat dikatakan bahwa promosi kesehatan sebagai kombinasi terencana dari mekanisme pendidikan, politik, lingkungan, peraturan, maupun mekanisme organisasi yang mendukung tindakan dan kondisi kehidupan yang kondusif untuk kesehatan individu, kelompok dan masyarakat. Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang didukung oleh sumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat, dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Berdasarkan pendapat Green (1980), dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan merupakan determinan penting dari perilaku hidup sehat masyarakat. Promosi kesehatan mempengaruhi 3 faktor penyebab mengapa seseorang melakukan perilaku tertentu, yaitu: (1) Faktor pemungkin atau predisposing factor, sebagai factor pemicu perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana; (2) Faktor pemudah atau reinforcing factor, adalah faktor dasar atau motivasi bagi
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
perilaku, misalnya pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai yang dimiliki seseorang; (3) Faktor penguat atau enabling factor, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang dipercaya oleh masyarakat. Berdasarkan pendapat McKenzie (2007) dan Sarwono (2004), dapat disimpulkan bahwa untuk mengatasi persoalan kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat, ada dua kemampuan penting yang harus dikuasai, yaitu ketrampilan untuk mengatur suatu masyarakat dan ketrampilan untuk merencanakan sebuah program promosi kesehatan. Promosi kesehatan mempunyai kekuatan untuk merubah perilaku masyarakat. Perilaku merupakan reaksi individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respons ini dapat bersifat pasif (berfikir, berpendapat, bersikap) dan aktif (melakukan tindakan). Dengan demikian promosi kesehatan dapat menjadi faktor penting dalam perubahan perilaku masyarakat menuju perilaku hidup sehat, baik dalam ukuran sifat perilaku pasif maupun perilaku aktif. Selanjutnya berdasarkan pendapat Notoadmodjo (2003), dapat dijelaskan bahwa proses pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat dan emosi untuk memproses pengaruh dari luar. Faktor yang berasal dari luar (eksternal) meliputi objek, orang kelompok, dan hasil-hasil kebudayaaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya. Promosi kesehatan yang berisi nilai-nilai kesehatan yang berasal dari luar diri individu, cenderung dapat mempengaruhi kondisi internal dan eksternal individu atau masyarakat.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Berdasarkan paparan di atas, sangat penting dianalisis peran strategi promosi (meliputi aspek advokasi, bina suasana, dan gerakan pemberdayaan masyarakat) terhadap tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga, agar mencapai tingkat/ klasifikasi Sehat IV yang merupakan sasaran yang diharapkan pemerintah. Diharapkan hasil analisis ini dapat memberi kontribusi bagi pemecahan masalah PHBS di lokasi penelitian, dan dapat memberi kontribusi bagi pengembangan pengetahuan manajemen promosi kesehatan.
1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian, yaitu: bagaimana pengaruh strategi promosi kesehatan (advokasi, bina suasana, dan gerakan pemberdayaan masyarakat) terhadap tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menganalisi pengaruh strategi promosi kesehatan (advokasi, bina suasana, dan gerakan pemberdayaan masyarakat) terhadap tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
1.4 . Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian, dapat dirumuskan, yaitu: Strategi promosi kesehatan (advokasi, bina suasana, dan gerakan pemberdayaan masyarakat) mempunyai pengaruh terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.
1.5 . Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat, sebagai berikut: 1.5.1. Sebagai masukan untuk Dinas Kesehatan dalam menyusun program promosi kesehatan yang ada kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan PHBS. 1.5.2. Masukan untuk puskesmas untuk menyusun pola implementasi promosi kesehatan dalam kegiatan PHBS. 1.5.3. Masukan dalam pengembangan kebijakan promosi kesehatan dan program PHBS, pada tingkat kabupaten, propinsi, maupun pemerintah pusat. 1.5.4. Diharapkan
dapat memberi masukan dalam pengembangan
konsep dan
pengetahuan bidang manajemen promosi kesehatan, khususnya aspek strategi promosi kesehatan.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau PHBS adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan advokasi, bina suasana (Social Support) dan gerakan masyarakat (Empowerment) sehingga dapat menerapkan cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat . Adapun sasaran dari program PHBS tersebut mencakup lima tatanan, yaitu: tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum dan sarana kesehatan (Depkes RI, 2002 dan Depkes RI, 2006). Menurut Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI (2006) , PHBS di rumah tangga adalah upaya memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Adapun tujuan PHBS di rumah tangga adalah sebagai berikut: (1).Untuk meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas kesehatan, petugas lintas sektor, media massa, organisasi masyarakat, LSM, tokoh masyarakat, tim penggerak PKK dan dunia usaha dalam pembinaan PHBS di rumah tangga (2).Meningkatkan kemampuan keluarga untuk melaksanakan PHBS dan berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
Sasaran PHBS tatanan rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga yaitu: pasangan usia subur, ibu hamil dan atau ibu menyusui, anak dan remaja, usia lanjut, dan pengasuh anak (Depkes RI , 2006).
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Indikator adalah suatu petunjuk yang membatasi fokus perhatian suatu penilaian. Adapun indikator PHBS tatanan rumah tangga, adalah: 1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, yaitu pertolongan pertama pada persalinan balita termuda dalam rumah tangga dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan dan paramedis lainnya). 2. Bayi diberi ASI ekslusif, adalah bayi termuda usia 0-6 bulan mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan; 3. Mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, adalah anggota-anggota rumah tangga mempunyai pembiayaan praupaya kesehatan seperti askes, kartu sehat, dana sehat, Jamsostek dan lain sebagainya; 4. Ketersediaan air bersih, adalah rumah tangga yang memiliki akses terhadap air bersih dan menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari yang berasal dari air dalam kemasan, air leding, air sumur terlindung dan penampungan air hujan. Sumber air pompa, sumur dan mata air terlindung berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah. 5. Ketersediaan jamban sehat, adalah rumah tangga yang memiliki atau menggunakan jamban leher angsa dengan tangki septik atau lubang penampungan kotoran sebagai pembuangan akhir; 6. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, adalah rumah tangga yang mempunyai luas lantai rumah yang ditempati dan digunakan untuk keperluan sehari-hari dibagi dengan jumlah penghuni (9m2 per orang);
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
7. Lantai rumah bukan tanah, adalah rumah tangga yang mempunyai rumah dengan bawah atau dasar terbuat dari semen, papan, ubin dan kayu. 8. Tidak merokok di dalam rumah, adalah penduduk / anggota keluarga umur 10 tahun keatas tidak merokok di dalam rumah selama ketika berada bersama anggota keluarga lainnya selama 1 bulan terakhir. 9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari, adalah penduduk/ anggota keluarga umur 10 tahun keatas dalam 1 minggu terakhir melakukan aktifitas fisik (sedang maupun berat) minimal 30 menit setiap hari. 10. Makan buah dan sayur setiap hari, adalah anggota rumah tangga umur 10 tahun keatas yang mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari dalam 1 minggu terakhir (Depkes RI , 2006). Dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan PHBS tatanan rumah tangga, dibuat suatu klasifikasi tingkat pencapaian berdasarkan 10 indikator. Jawaban ya/ dilaksanakannya indikator tersebut menentukan tingkat pencapaian sehat. Jawaban ya/ dilaksanakan tidak harus berturut-turut sesuai penomoran. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1.Klasifikasi PHBS Tatanan Rumah Tangga Menurut Tingkat Keluarga No Klasifikasi PHBS Indikator Tingkat PHBS % 1
Klasifikasi I
1-3 dari 10 Variabel PHBS
Sehat I
% sehat 4 = 0 – 25 %
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
2
Klasifikasi II
4-6 dari 10 Variabel PHBS 3 Klasifikasi III 7-9 dari 10 Variabel PHBS 4 Klasifikasi IV Sehat 3 + dana sehat Sumber: Depkes RI, 2002
Sehat II
% sehat 4 = 26 – 50 %
Sehat III
% sehat 4 = 51 – 75 %
Sehat IV
% sehat 4 = 76 – 100 %
Target yang ingin dicapai dari program PHBS pada substansi dasarnya adalah klasifikasi/tingkat IV, sehingga penggolongan klasifikasi/tingkat kepada I,II,II dapat saja digabungkan menjadi satu tingkat tersendiri tanpa harus mengurangi makna target yang dicapai. Namun dari aspek pemantauan pelaksanaan program dan hasil pelaksanaan maka dilakukan stratifikasi untuk melihat hasil yang telah dicapai. Juga dapat terjadi keluarga yang berada di klasifikasi/ tingkat
I langsung mencapai
klasifikasi / tingkat IV tanpa melalui tahapan klasifikasi/ tingkat II, dan III. Pada Renstra Depkes 2005-2009, PHBS merupakan salah satu
program
prioritas pemerintah melalui puskesmas dan menjadi sasaran luaran dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2006).
Menurut Azwar (1996), Puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan , pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatan secara menyeluruh , terpadu dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu. Puskesmas mempunyai tiga fungsi utama dalam menjalankan kegiatannya, yaitu: (1) pusat penggerakan pembangunan berwawasan kesehatan, (2) pusat pelayanan kesehatan strata pertama dan (3) pusat pemberdayaan masyarakat.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, puskesmas harus selalu berupaya agar individu, keluarga dan masyarakat memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk melayani diri sendiri dan masyarakat di bidang kesehatan dengan memperhatikan kondisi dan situasi serta perilaku sosial budaya masyarakat setempat (Depkes, 2006). Mengubah perilaku
seseorang agar
disampaikan tidaklah mudah. Batasan Perilaku
dapat mengikuti keinginan
yang
menurut Notoatmodjo (2003) dari
pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hekekatnya adalah aktivitas dari manusia itu sendiri. Untuk kepentingan analisis perilaku perlu diketahui apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Sarwono (1993) dan Notoatmodjo (2003), perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan dan sikap merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau rangsang yang masih bersifat terselubung, dan disebut covert behavior. Sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai respon seseorang terhadap stimulus (practice) adalah merupakan overt behavior. Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
penyakit, sistem pelayanan kesehaan, makanan, dan minuman serta lingkungan. Berdasarkan batasan ini, Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan, yaitu: a. Perilaku pemeliharaaan kesehatan (health maintenance), yaitu perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bila sakit. b. Perilaku
pencarian pengobatan (health seeking behaviour), yaitu upaya atau
tindakan seseorang pada saat menderita sakit atau kecelakaan. Perilaku ini mulai dari mengobati sendiri sampai mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan tradisional maupun modern c. Perilaku kesehatan lingkungan, yaitu bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik fisik maupun sosial budaya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat d. Dalam proses pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat dan emosi untuk memproses pengaruh-pengaruh dari luar. Faktor yang berasal dari luar (eksternal) meliputi objek, orang kelompok, dan hasil-hasil kebudayaaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya. Perilaku merupakan respons/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respons ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat (overt) sedangkan perilaku pasif tidaklah tampak, seperti misalnya pengetahuan, persepsi atau motivasi. Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk perilaku kedalam tiga domain yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan atau sering kita dengar dengan istilah knowledge, attitude, practice (Sarwono, 2004). Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sutu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni melalui mata dan telinga. Ada 6 tingkatan pengetahuan yang tercakup dalam ranah kognitif ini, yaitu: (1). Tahu (know), diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu; (2). Memahami (comprehension), artinya seseorang itu telah dapat mengenterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut; (3).Aplikasi (application), diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahuinya pada situasi yang lain; (4). Analisis (analysis),adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/ atau memisahkan , kemudian mencari hubungan antara komponenkomponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui; (5). Sintesis (synthesis), menunjukkan kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki; (6). Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2005).
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Dengan kata lain sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2005). Notoatmodjo (2003), yang mengutip pendapat Achmadi, menjelaskan jenis sikap, yaitu: (a) Sikap positif, yang menunjukkan atau memperlihatkan menerima, menyetujui terhadap norma – norma yang berlaku dimana individu itu beda; (b)Sikap negatif, menunjukkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berbeda. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan , kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui , proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya /dinilai baik. Menurut Green (1980), dalam mencapai kualitas hidup yang baik (quality of life) dapat dicapai melalui peningkatan derajat kesehatan, faktor perilaku dan gaya hidup (behaviour and lifestyle) serta lingkungan atau environment (gambar 2.1). Faktor paling besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan adalah faktor perilaku dan gaya hidup serta lingkungan, misalnya seorang menderita diare karena minum air yang tidak di masak (masalah perilaku) atau seorang yang tidak merokok terkena kanker
paru
akibat
berada
lingkungan
orang
yang
merokok
(masalah
lingkungan).Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul karena adanya aksi dan reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkungan nya. Faktor
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
perilaku akan terjadi apabila ada rangsangan, sedangkan pola kebiasaan seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan untuk mengikuti trend atau hanya meniru tokoh idolanya .
Predisposing factor
Health promotion Health Education
Reinforcing factor
Behaviour And Lifestyle
Health
Policy regulation organization
Enabling factor
Quality Of life
Environment
sumber:Green, Health Promotion Planning and Education and Environment Approach Institue of Health Promotion Research University of British Colombia (1991;44)
Gambar 2.1. Kerangka Kerja Precede
Ada 3 faktor penyebab mengapa seseorang melakukan perilaku tertentu, yaitu: (a). Faktor pemungkin ( predisposing factor), adalah faktor pemicu terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk di dalamnya keterampilan petugas kesehatan, ketersediaan sumber daya dan komitmen pemerintah dan masyarakat terhadap masyarakat, (b). Faktor-faktor pemudah (reinforcing factor), adalah faktor pemicu yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku, misalnya
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai yang dimiliki seseorang, dan (c). Faktor penguat (enabling factor), yang terwujud dalam sikap dan perilaku kesehatan atau petugas lainnya yang dipercaya oleh masyarakat.
petugas
Ketiga faktor ini
dipengaruhi oleh faktor penyuluhan (health education) dan faktor kebijakan (policy), peraturan (regulation) serta organisasi (organization). Semua faktor-faktor tersebut merupakan ruang lingkup promosi kesehatan (Green, 1980). Anggota masyarakat yang memiliki potensi besar untuk mengubah sistem nilai dan norma adalah mereka yang disebut dengan pemuka masyarakat atau tokoh masyarakat. Tokoh masyarakat ini terdiri atas dua kategori, yaitu tokoh masyarakat yang formal dan tokoh masyarakat yang informal. Tokoh masyarakat formal adalah orang yang memiliki posisi menentukan dalam sistem pemerintahan (disebut juga penentu kebijakan), seperti gubernur, bupati/walikota, anggota dewan perwakilan rakyat, dan lain-lain. Adapun tokoh masyarakat informal ada berbagai jenis, misalnya tokoh atau pemuka adat, tokoh atau pemuka agama, tokoh politik, tokoh pertanian, dan lain-lain. Pemuka atau tokoh adalah seseorang yang memiliki kelebihan di antara kelompoknya. Ia akan menjadi panutan bagi kelompoknya atau bagi masyarakat karena ia merupakan figur yang menonjol. Di samping itu, ia dapat mengubah sistem nilai dan norma masyarakat secara bertahap, dengan terlebih dulu mengubah sistem nilai dan norma yang berlaku dalam kelompoknya (Depkes RI, 2006). Kemampuan penting yang harus dikuasai dalam upaya mengatasi persoalan kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat, adalah: ketrampilan untuk
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
mengatur suatu masyarakat dan ketrampilan untuk merencanakan sebuah program promosi kesehatan (McKenzie, 2007). Sejak era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma pembangunan kesehatan. Dengan paradigma ini berarti pembangunan kesehatan harus lebih mengutamakan upaya-upaya promotif dan preventif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Dengan demikian program promosi kesehatan mendapat tempat yang sangat penting dalam pembangunan kesehatan.
2.2. Strategi Promosi Kesehatan Committee on Health Education and Promotion Terminology yang dikutip oleh McKenzie (2007) menyatakan bahwa promosi kesehatan sebagai kombinasi terencana apapun dari mekanisme pendidikan, politik, lingkungan , peraturan , maupun mekanisme organisasi yang mendukung tindakan dan kondisi kehidupan yang kondusif untuk kesehatan individu, kelompok dan masyarakat. Pada Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Dalam melakukan promosi kesehatan tidak terlepas dari perilaku. Perilaku tidak hanya menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
norma, melainkan juga dimensi ekonomi .Sistem nilai dan norma merupakan ramburambu bagi seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sistem nilai dan norma “dibuat” oleh masyarakat untuk dianut oleh individu-individu anggota masyarakat tersebut. Namun demikian sistem nilai dan norma, sebagai sistem sosial, adalah sesuatu yang dinamis. Artinya, sistem nilai dan norma suatu masyarakat akan berubah
mengikuti perubahan-perubahan
lingkungan dari
masyarakat
yang
bersangkutan (Depkes RI, 2006). Hasil Konferensi Internasional ke-4 tentang Promosi kesehatan, yang dikutip oleh Liliweri ( 2007), menyatakan bahwa prioritas promosi kesehatan dalam abad 21 adalah: (1). Mempromosikan tanggung jawab sosial bagi kesehatan; (2). Meningkatkan modal untuk pengembangan kesehatan ; (3). Konsolidasi dan perluasan kemitraan untuk kesehatan; (4) Meningkatkan kapasitas komunitas dan memperkuat individu dan ; (5) Melindungi keamanan infrastruktur promosi kesehatan. Promosi kesehatan diharapkan dapat melaksanakan strategi yang bersifat paripurna (komprehensif), khususnya dalam menciptakan perilaku baru. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan, yaitu (1) advokasi, (2)gerakan pemberdayaan masyarakat dan, (3) bina suasana, yang diperkuat oleh kemitraan serta metode dan sarana komunikasi yang tepat (Depkes RI, 2006).
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Menurut Notoadmodjo (2003 yang mengutip pendapat Hopkins, defenisi advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacammacam bentuk komunikasi persuasif. Advokasi dapat diartikan sebagai upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Berbeda dengan bina suasana, advokasi diarahkan untuk menghasilkan dukungan yang berupa kebijakan (misalnya dalam bentuk peraturan perundang-undangan), dana, sarana, dan lain-lain sejenis. Stakeholders yang dimaksud bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh adat, dan lain-lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu “kebijakan” (tidak tertulis) di bidangnya. Tidak boleh dilupakan pula tokoh-tokoh dunia usaha, yang diharapkan dapat berperan sebagai penyandang dana non-pemerintah (Puspromkes Depkes, 2006). Strategi advokasi dilakukan dengan melalui pengembangan kebijakan yang mendukung pembangunan kesehatan melalui konsultasi pertemuan-pertemuan dan kegiatan-kegiatan lain kepada para pengambil keputusan baik kalangan pemerintah, swasta maupun pemuka masyarakat (Notoatmodjo, 2005).
Bina Suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) memiliki opini yang positif terhadap perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses Pemberdayaan Masyarakat, khususnya dalam upaya mengajak para individu meningkat dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana (Depkes RI, 2006).
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Pada pelaksanaannya terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana, yaitu (1) Pendekatan Individu, (2) Pendekatan Kelompok, dan (3) Pendekatan Masyarakat Umum (Depkes RI, 2006), dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Bina Suasana Individu, ditujukan
kepada individu tokoh masyarakat.
Melalui pendekatan ini diharapkan mereka akan menyebarluaskan opini yang positif terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan. Mereka juga diharapkan dapat menjadi individu-individu panutan dalam hal perilaku yang sedang diperkenalkan dengan bersedia atau mau mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut misalnya seorang pemuka agama yang rajin melaksanakan 3 M yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur demi mencegah munculnya wabah demam berdarah. Lebih lanjut bahkan dapat diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan turut menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang kondusif bagi perubahan perilaku individu. 2. Bina Suasana Kelompok, ditujukan kepada kelompok-kelompok dalam masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun Warga (RW), kelompok keagamaan, perkumpulan seni, organisasi profesi, organisasi wanita, organisasi siswa/mahasiswa, organisasi pemuda, dan lain-lain. Pendekatan ini dapat dilakukan oleh dan atau bersama-sama dengan pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli. Diharapkan kelompok-kelompok tersebut menjadi peduli terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan dan menyetujui atau mendukungnya. Bentuk dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut lalu bersedia juga mempraktikkan perilaku yang
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
sedang diperkenalkan, mengadvokasi pihak-pihak yang terkait, dan atau melakukan kontrol sosial terhadap individu-individu anggotanya. 3. Bina Suasana Masyarakat Umum, dilakukan terhadap masyarakat umum dengan membina dan memanfaatkan media-media komunikasi, seperti radio, televisi, koran, majalah, situs internet, dan lain-lain, sehingga dapat tercipta pendapat umum. Dengan pendekatan ini diharapkan media-media massa tersebut menjadi peduli dan mendukung perilaku yang sedang diperkenalkan. Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan dirasakan pula sebagai pendukung atau “penekan” (social pressure) oleh individu-individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan. Strategi bina suasana dilakukan melalui: (1) Pengembangan potensi budaya masyarakat dengan mengembangkan kerja sama lintas sektor termasuk organisasi kemasyarakatan, keagamaan, pemuda, wanita serta kelompok media massa;
dan (2) Pengembangan penyelenggaraan
penyuluhan, mengembangkan media dan sarana, mengembangkan metode dan teknik serta hal-hal lain yang mendukung penyelenggaraan penyuluhan. Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice) (Natoadmodjo, 2003).
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat. Dalam mengupayakan agar seseorang tahu dan sadar, kuncinya terletak pada keberhasilan membuat orang tersebut memahami bahwa sesuatu (misalnya diare) adalah masalah baginya dan bagi masyarakatnya. Sepanjang orang yang bersangkutan belum mengetahui dan menyadari bahwa sesuatu itu merupakan masalah, maka orang tersebut tidak akan bersedia menerima informasi apa pun lebih lanjut. Manakala ia telah menyadari masalah yang dihadapinya, maka kepadanya harus diberikan informasi umum lebih lanjut tentang masalah yang bersangkutan (Depkes RI, 2006) Perubahan dari tahu ke mau pada umumnya dicapai dengan menyajikan faktafakta dan mendramatisasi masalah. Tetapi selain itu juga dengan mengajukan harapan bahwa masalah tersebut bisa dicegah dan atau diatasi. Di sini dapat dikemukakan fakta yang berkaitan dengan para tokoh masyarakat sebagai panutan; misalnya tentang seorang tokoh agama yang dia sendiri dan keluarganya tak pernah terserang diare karena perilaku yang dipraktikkannya (Depkes RI, 2006). Bilamana sasaran sudah akan berpindah dari mau ke mampu melaksanakan, boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang seringkali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat (community organization) atau pembangunan masyarakat (community development). Pemberdayaan akan lebih berhasil jika dilaksanakan melalui kemitraan serta menggunakan metode dan teknik yang tepat. Pada saat ini banyak dijumpai Lembaga-
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang kesehatan atau peduli terhadap kesehatan. LSM ini harus digalang kerjasamanya, baik di antara mereka maupun antara mereka dengan pemerintah, agar upaya pemberdayaan masyarakat dapat berdayaguna dan berhasilguna (Puspromkes Depkes, 2006).
2.3. Landasan Teori
Berdasarkan hasil studi kepustakaan dapat dirumuskan bahwa perilaku sehat adalah atribut personal seperti kepercayaan, harapan, motif, nilai, persepsi dan unsur kognitif lainnya, dan dalam bentuk yang perrilaku yang tampak (overt) adalah tindakan dan kebiasaan yang berhubungan dengan mempertahankan, memelihara dan meningkatkan kesehatan . Para ahli menekankan bahwa kualitas hidup dipengaruhi oleh kesehatan, dan kesehatan dipengaruhi oleh perilaku. Perilaku dipengaruhi oleh predisposing factors, reinforcing factors dan enabling factors. Ketiga factor ini dipengaruhi oleh promosi kesehatan Promosi kesehatan sebagai kombinasi terencana apapun dari mekanisme pendidikan, politik, lingkungan, peraturan, maupun mekanisme organisasi yang mendukung tindakan dan kondisi kehidupan yang kondusif untuk kesehatan individu, kelompok dan masyarakat. Adapun strategi promosi kesehatan yang umunya diterapkan dalam implementasi program promosi kesehatan adalah: (1) kegiatan advokasi, yang dapat diartikan sebagai upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait; (2) bina suasana, adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan; dan (3) Pemberdayaan masyarakat, adalah proses pemberian informasi secara kontinyu mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Ketiga strategi ini digunakan dalam pembangunan kesehatan di Indonesia, untuk mencapai derajat kesehatan dan kualitas hidup setinggitingginya yang dijabarkan sebagai keadaan klasifikasi Sehat IV.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Berdasarkan paparan di atas, maka Strategis promosi kesehatan dapat diukur dari aspek Advokasi, Bina Suasana, dan Pemberdayaan masyarakat yang diasumsikan mempunyai hubungan kasualitas terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Makna Perilaku Hidup bersih dan sehat terukur dari 10 indikator, yaitu: pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi diberi ASI ekslusif, jaminan pemeliharaan kesehatan, ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban sehat, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, lantai rumah bukan tanah, tidak merokok di dalam rumah, melakukan aktifitas fisik setiap hari, dan makan buah dan sayur setiap hari. Selanjutnya, dari kesepuluh indikator tersebut disusun atas tingkatan : sehat I,sehat II sehat III, dan Sehat IV .
2.4. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan hasil studi kepustakaan dan landasan teoritis, dapat dirumuskan kerangka konsep penelitian (Gambar 2.2) sebagai berikut:
Variabel Independen
Variabel dependen
STRATEGI PROMOSI KESEHATAN 1. Bina Suasana 2. Advokasi 3. Pemberdayaan Masyarakat
TINGKAT PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian Penelitian
ini
adalah
Survei
dengan
tipe
penelitian
penjelasan
(Explanatory research), yang ditujukan untuk menganalisis pengaruh strategi promosi kesehatan (advokasi, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat) dengan tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah wilayah kerja Puskesmas Patumbak, Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Alasan pemilihan lokasi adalah: ditemukannya masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di lokasi penelitian. Sesuai data/informasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dan Puskesmas Patumbak, tahun 2008. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 (enam) bulan terhitung bulan Desember 2007 sampai dengan Mei 2008.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan data dinas kesehatan Kabupaten
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Deli Serdang (2008), diketahui jumlah kepala keluarga di Kecamatan Patumbak sebesar 14.394 KK. Sampel penelitian ini adalah sebagian dari kepala keluarga di atas, dengan besar sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Nasir,2003): n = N/N.d2 + 1 dengan ketentuan : n = jumlah sampel ; N = jumlah populasi; d2 = presisi yang ditetapkan (10%); sehingga: n = 14.394/14.394 . (0,1)2 + 1
= 14.394/ 144,94
n = 99,31 Rumah Tangga
n = 100 Rumah Tangga. Sesuai perhitungan di atas, diperoleh jumlah sampel penelitian ini sebanyak 100 kepala rumah tangga. Pemilihan responden yang tersebar di Kecamatan Patumbak dilakukan dengan rumus : ni = fi .n ; dengan ketentuan ni = sampel strata i; fi = jumlah sampel tiap strata dibagi jumlah seluruh populasi; dan n
=
jumlah
sampel; dengan hasil perhitungannya dirinci pada Tabel 3.1
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Tabel 3.1. Lokasi Sampel Penelitian Nama Desa Jumlah sampel tiap strata Marindal I 4389 Marindal II 2442 Patumbak Kp 2712 Sigara-gara 1517 Patumbak I 1334 Patumbak II 1068 Lantasan Lama 469 Lantasan Baru 463
Jumlah sampel 30.49 = 31 16.96 = 17 18.84 = 19 10.53 = 11 9.26 = 9 7.41 = 7 3.25 = 3 3.21 = 3
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Total sampel
14394
100
Pengambilan sampel KK dalam satu desa berdasarkan hasil perkalian proporsi dengan jumlah desa, dilakukan secara simple random sampling, sampai memenuhi jumlah 100 RT. 3.4. Metode Pengumpulan Data Data primer diperoleh melalui metode wawancara (interview) dengan tipe wawancara langsung, berpedoman pada daftar pertanyaan ( questionaire) penelitian. Data sekunder diperoleh melalui studi dokumentasi dari dinas kesehatan Kabupaten Deli Serdang, dinas kesehatan propinsi Sumatera Utara , Departemen Kesehatan RI, dan Puskesmas Patumbak. Khusus untuk daftar pertanyaan (questionaire) penelitian, agar dapat menjadi instrumen penelitian yang valid dan reliabel sebagai alat pengumpul data, dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas. 3.4.1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat . Uji validitas instrumen penelitian yang digunakan adalah Validitas Konstruk dengan memakai rumus korelasi product moment dari Pearson. Suatu pertanyaan dikatakan valid atau bermakna sebagai alat pengumpul data bila korelasi hasil hitung (r – hitung) lebih besar dari angka kritik nilai korelasi (r-tabel).
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Taraf signifikansi yang dipilih adalah 5 %. Kegunaan validitas konstruk adalah mencari tahu apakah setiap pertanyaan yang tersusun mempunyai validitas yang tinggi. Sebuah pertanyaan dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total (Arikunto, 2005). Hasil analisis uji validitas dengan mengunakan uji statistik korelasi product moment diperoleh hasil sebagai berikut: (Tabel 3.2 s/d Tabel 3.4) Tabel. 3.2 Hasil Uji Validitas Variabel Advokasi No Variabel BinaSuasana r hitung R tabel 1 Ad1 0.558 2 Ad2 0.812 3 Ad3 0.787 4 Ad4 0.796 5 Ad5 0.615 6 Ad6 0.614 7 Ad7 0.661 8 Ad8 0.714 0.361 9 Ad9 0.866 10 Ad10 0.791 11 Ad11 0.676 12 Ad12 0.617 13 Ad13 0.668 14 Ad14 0.617 15 Ad15 0.812 Sumber: Hasil penelitian, 2008 (data diolah)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Variabel Bina Suasana Variabel BinaSuasana r hitung r table Keterangan Bs1 0.812 Valid Bs2 0.893 Valid Bs3 0.716 Valid Bs4 0.570 Valid Bs5 0.746 0.361 Valid Bs6 0.614 Valid Bs7 0.713 Valid Bs8 0.753 Valid Bs9 0.730 Valid
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
10 Bs10 0.596 Sumber: Hasil penelitian, 2008 (data diolah)
Valid
Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas Variabel Gerakan Pemberdayaan Masyarakat No Variabel BinaSuasana R hitung R tabel Keterangan 1 GPM1 0.733 Valid 2 GPM2 0.555 Valid 3 GPM3 0.778 Valid 4 GPM4 0.805 Valid 5 GPM5 0.551 Valid 0.361 6 GPM6 0.506 Valid 7 GPM7 0.422 Valid 8 GPM8 0.821 Valid 9 GPM9 0.459 Valid 10 GPM10 0.620 Valid Sumber: Hasil penelitian, 2008 (data diolah) Hasil uji statistic product Moment menunjukkan bahwa item variabel Advokasi, item variabel bina suasana, dan item variabel gerakan pemberdayaan masyarakat adalah valid karena r hitung masing masing item variabel > (0.361) r tabel. Pertanyaan dikatakan reliabel jika jawaban responden terhadap pertanyaan (kuesioner) adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar dan sesuai kenyataan, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama. Teknik yang dipakai untuk menguji kuesioner penelitian,adalah adalah teknik single test double trial, yaitu dengan
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
menguji coba instrumen kepada sekelompok responden. Pada kali lain instrumen tersebut diberikan kepada kelompok semula untuk dikerjakan lagi. Kemudian kedua hasil tersebut dikorelasikan (Arikunto, 2005).
3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Strategi Promosi kesehatan (Variabel Bebas) Strategi promosi kesehatan merupakan kelompok variabel bebas, dengan definisi sebagai berikut: Sekumpulan cara, upaya atau mekanisme yang terdiri dari Advoksi, Bina Suasana, dan Pemberdayaan Masyarakat untuk mendukung tindakan individu, keluarga atau masyarakat dalam meningkatkan kualitas kesehatannnya. Dalam penelitian ini, Strategi Promosi diukur dari 3 varibel, dengan definisi operasional sebagai berikut: 3.5.1.1 Advokasi. adalah upaya atau proses yang terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait, yang diukur dari ketersediaan sarana/prasarana, sumber daya manusia (SDM), sosialisasi, dan kelengkapan data. Variabel indikator ini, adalah; a. Sarana /prasarana, adalah kondisi dan kelengkapan peralatan atau fasilitas yang mendukung promosi kesehatan yang dapat mempengaruhi perilaku masyarakat dalam pelaksanaan PHBS b.Sumber Daya manusia (SDM), adalah petugas promosi PHBS , yang meliputi ketersediaan petugas, sikap, perbuatan , keahlian dan kemampuan yang dapat berpengaruh terhadap masyarakat dalam pelaksanaan PHBS
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
c.Sosialisasi, adalah usaha petugas promosi PHBS memberikan informasi kepada pemerintah sehingga hasilnya berpengaruh terhadap masyarakat dalam pelaksanaan PHBS. d.Kelengkapan data, adalah pendataan yang akurat yang dilakukan oleh petugas promosi kesehatan sehingga berpengaruh terhadap tingkat PHBS pada masyarakat.
3.5.1.2. Bina Suasana adalah suatu upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong anggota masyarakat untuk mau melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang dipromosikan; yang diukur dari pelaksanaan kegiatan pertemuan, perlombaan, dan penyuluhan. Variabel indikator ini, adalah: a.Pertemuan adalah : kegiatan tatap muka yang dilakukan oleh petugas promosi kesehatan dengan masyarakat baik individu, kelompok maupun masyarakat luas b.Perlombaan adalah : suatu kegiatan yang dilakukan petugas promosi kesehatan PHBS sendiri atau bekerjasama dengan lintas sektoral maupun swasta dalam memberikan penghargaan terhadap masyarakat yang melaksanakan PHBS c.Penyuluhan : suatu kegiatan yang dilakukan petugas promosi kesehatan agar dalam kehidupan sehari-harinya masyarakat mengetahui dan mau melaksanakan PHBS.
3.5.1.3. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyarakat untuk melakukan perubahan perilaku Hidup Bersih dan Sehat, dengan ukuran terbentuknya
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
posyandu, kader kesehatan dan pengorganisasian kelompok kesehatan. Variabel indikator ini, adalah a. Posyandu : Suatu wadah komunikasi alih tekhnologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dan keluarga berencana, yaitu dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan tekhnis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana , yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini . b. Kader kesehatan : Wakil dari warga setempat untuk membantu masyarakat dalam masalah kesehatan , agar diperoleh kesesuaian antara fasilitas pelayanan dan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. c. Pengorganisasian/kelompok kesehatan: Wadah yang dibentuk dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dalam mencari solusi permasalahan kesehatan yang dijumpai diwilayah setempat. Setiap indikator dari variabel bebas akan disusun dalam bentuk pertanyaan, sebagai alat pengumpulan data (kuesioner); dan setiap pertanyaan tersedia 5 kategori pilihan jawaban, yaitu: sangat baik/sangat bermanfaat, baik/bermanfaat, kurang baik/kurang bermanfaat, tidak baik/tidak bermanfaat, sangat tidak baik/sangat tidak bermanfaat ; dengan definisi sebagai berikut: 1. sangat baik/sangat bermanfaat, adalah hasil penilaian responden yang merasakan bahwa strategi promosi kesehatan (advokasi, bina suasana, pemberdayaan masyarakat) telah memenuhi kebutuhan tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat secara menyeluruh.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
2. baik/bermanfaat, adalah hasil penilaian responden yang merasakan bahwa strategi promosi kesehatan (advokasi, bina suasana, pemberdayaan masyarakat) sebagian besar memenuhi kebutuhan tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. 3. kurang baik/kurang bermanfaat, adalah hasil penilaian responden yang merasakan bahwa strategi promosi kesehatan (advokasi, bina suasana, pemberdayaan masyarakat) sebagian saja yang memenuhi kebutuhan tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. 4. tidak baik/tidak bermanfaat adalah hasil penilaian responden yang merasakan bahwa strategi promosi kesehatan (advokasi, bina suasana, pemberdayaan masyarakat) sebagian besar tidak memenuhi kebutuhan tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. 5.
sangat tidak baik/sangat tidak bermanfaat adalah hasil penilaian responden yang merasakan bahwa strategi promosi
kesehatan (advokasi, bina suasana,
pemberdayaan masyarakat) hampir seluruhnya sampai seluruhnya tidak memenuhi kebutuhan tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
3.5.2 Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Variabel Terikat) Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada tatanan Rumah Tangga merupakan kelompok variabel terikat atau dependen. Definisi PHBS sebagai suatu upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
pendekatan Advokasi, Bina Suasana dan Pemberdayaan Masyarakat sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Rumah Tangga, diukur dari 10 variabel dengan definisi, sebagai berikut: 11. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, yaitu: proses
kelahiran balita
termuda dalam rumah tangga dibantu dokter, bidan dan paramedis lainnya. 12. Bayi diberi ASI ekslusif, yaitu anak termuda usia usia 0-6 bulan mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan. 13. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, adalah anggota rumah tangga mempunyai pembiayaan praupaya kesehatan seperti askes, kartu sehat, dana sehat, Jamsostek dan yang sejenisnya. 14. Ketersediaan air bersih, adalah rumah tangga yang memilikki akses air yang layak untuk di konsumsi untuk kebutuhan sehari-hari yang berasal dari air dalam kemasan, air leding, ari sumur terlindung dan penampungan air hujan; dan sumber air pompa, sumur dan mata air terlindung berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah. 15. Ketersediaan jamban sehat, adalah rumah tangga yang memiliki atau menggunakan jamban leher angsa dengan tangki septik atau lubang penampungan kotoran sebagai pembuangan akhir.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
16. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, adalah perbandingan ideal antara jumlah anggota keluarga serumah dengan luas lantai 9m2/orang, yang ditempati dan digunakan untuk keperluan sehari-hari 17. Lantai rumah bukan tanah, adalah rumah tangga yang mempunyai rumah dengan bawah atau dasar terbuat dari semen, papan, ubin dan kayu. 18. Tidak merokok di dalam rumah, adalah anggota keluarga umur 10 tahun ke atas tidak merokok di dalam rumah selama dan ketika berada bersama anggota keluarga lainnya selama 1 bulan terakhir. 19. Melakukan aktifitas fisik setiap hari, adalah anggota keluarga umur 10 tahun ke atas dalam 1 minggu terakhir melakukan kegiatan minimal 30 menit setiap hari. 20. Makan buah dan sayur setiap hari, adalah anggota rumah tangga umur 10 tahun ke atas yang mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari dalam 1 minggu terakhir. Setiap indikator dari variabel dependen akan disusun dalam bentuk pertanyaan sebagai alat pengumpulan data (dalam daftar pertanyaan). Jawaban responden, terdiri dari kategori YA dan TIDAK; dan jawaban ini diketegorikan sebagai jawaban awal. Selanjutnya, pilihan jawaban awal ini, akan diakumulasikan oleh peneliti, menjadi 5 kategori jawaban, dan setiap responden akan berada dalam 1 kategori jawaban. Adapun 5 kategori tersebut, adalah: 1. Tidak sehat, adalah keadaan tidak dimiliki atau terpenuhi 10 indikator dari variabel PHBS
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
2. Sehat I, adalah keadaan yang dimiliki atau terpenuhi hanya 1 sampai 3 indikator dari variabel PHBS 3. Sehat II, adalah keadaan yang dimiliki atau terpenuhi 4 sampai 6 indikator dari variabel PHBS. 4. Sehat III, adalah keadaan yang dimilikki atau terpenuhi 7 sampai 9 indikator dari variabel PHBS. 5. Sehat IV, adalah keadaan yang dimiliki atau terpenuhi 7 sampai 9 indikator dari variabel PHBS ditambah dana sehat. Dana Sehat adalah dana yang dikumpulkan secara rutin oleh masyarakat yang digunakan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan di wilayah setempat.
3.6.Metode Pengukuran Pengukuran variabel bebas mengggunakan Skala Likert, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Promosi Kesehatan diukur melalui 3 variabel, yaitu: advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat. Variabel Advokasi diukur melalui empat (4) , indikator; variabel bina suasana diukur melalui tiga (3) indikator, dan variabel pemberdayaan masyarakat diukur melalui tiga (3) indikator. 2.
Indikator pada variabel dikembangkan menjadi pertanyaan
3. Setiap pertanyaan tersedia 5 jawaban, dan hanya 1 jawaban yang harus dipilih responden 4. Setiap jawaban diberi nilai dengan ketentuan:
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
a. Sangat baik/sangat bermanfaat, nilai 5 b. Baik/ bermanfaat,nilai 4 c. Kurang baik/ kurang bermanfaat, nilai 3 d. Tidak baik/ tidak bermanfaat, nilai 2 e. Sangat tidak baik/ sangat tidak bermanfaat, nilai 1. Berdasarkan ketentuan di atas, maka pengukuran variabel bebas dapat dirinci pada Tabel 3.5. dibawah ini. Tabel 3.5. Pengukuran Variabel Independen Variabel bebas A. Advokasi, ind: 1.Sarana/ prasarana 2.SDM 3.Sosialisasi 4.Kelengkapan data B. Bina Suasana, ind: 1.Pertemuan 2.Perlombaan 3.Penyuluhan C. Pemberdayaan Masyarakat, ind: 1.Posyandu 2.Kader Kesehatan 3.Pengorganisasian Kesehatan Promosi Kesehatan, Var: 1. Advokasi, ind: 2. Bina suasana 3. Pemberdayaan Masyarakat
Pert 4 4 4 3 3 2 5
3 2 5 35
Nilai 1 pertanyaan 5 = Sangat baik 4 = Baik, 3 = agak baik 2 = kurang baik 1 = sangat kurang baik 5 = Sangat baik 4 = Baik, 3 = agak baik 2 = kurang baik 1 = sangat kurang baik
Nilai 1 Variabel/1 Responden 75 = Sangat baik 60 = Baik 45 = kurang baik 30 = tidak baik 15= sangat tidak baik 50 = Sangat baik 40 = Baik 30 = kurang baik 20 = tidak baik 10 = sangat tidak baik
5 4 3 2 1
= Sangat baik = Baik, = agak baik = kurang baik = sangat kurang baik
50 = Sangat baik 40 = Baik 30 = kurang baik 20 = tidak baik 10 = sangat tidak baik
5 4 3 2 1
= Sangat baik = Baik, = agak baik = kurang baik = sangat kurang baik
Nilai 3 variabel/1 Responden: 175 = Sangat baik 140 = Baik 105 = agak baik 70 = kurang baik 35 = sangat kurang baik
Ket: Ind = Indikator; Pert = Pertanyaan; Var = Variabel
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Variabel dependen diukur dengan menggunakan Skala Interval, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. PHBS diukur melalui 10 variabel, dan setiap variabel PHBS dikembangkan menjadi 1 pertanyaan. Dengan demikian, PHBS akan dikembangkan menjadi 10 pertanyaan dalam kuesioner. 2. Setiap pertanyaan tersedia 2 jawaban, yaitu: Ya dan Tidak; dan responden diminta memilih 1 jawaban dari setiap pertanyaan. 3. Jawaban yang dipilih responden atas 10 pertanyaan akan dijumlahkan, berdasarkan kategori jawaban YA atau TIDAK. 4. Jumlah jawaban responden sesuai penjelasan no. 3; selanjutnya diakumulasikan, dikategorikan, dan diberi skor; dengan ketentuan: a. Tidak Sehat = 10 indikator PHBS tidak terpenuhi, Skor = 20 b. Sehat I = 1-3 indikator PHBS terpenuhi, skor = 40 c. Sehat II = 4-6 indikator PHBS terpenuhi, skor 60 d. Sehat III = 7-9 indikator terpenuhi, skor = 80 e. Sehat IV = 7-9 indikator PHBS terpenuhi ditambah dana sehat, skor = 100. 5. Penetapan skor untuk kategori jawaban yang diuraikan pada ketentuan no.4; mengikuti kelaziman dalam penggunaan angka persentase cakupan indikator PHBS, dan selanjutnya dalam penelitian ini angka persentase diterjemahkan menjadi Skor (Lihat Tabel 3.6).
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Tabel 3.6. Pengukuran Variabel Dependen Variabel PHBS: 1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 2. Bayi diberi ASI ekslusif 3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 4. Ketersediaan air bersih 5. Ketersediaan jamban sehat 6. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni 7. Lantai rumah bukan tanah 8. Tidak merokok di dalam rumah 9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari 10. Makan buah dan sayur setiap hari
Kategori Tidak Sehat
Jlh Indikator 0
Skor 20
Sehat 1
1-3
40
Sehat II
4-6
60
Sehat III
7-9
80
Sehat IV
7-9+ Dana Sehat
100
3.7 Metode Analisa Data Uji Statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan kausalitas variabel dalam penelitian ini adalah Regresi Berganda, yaitu untuk menganalisis seberapa besar pengaruh promosi kesehatan (advokasi,
bina suasana, dan pemberdayaan
masyarakat) terhadap tingkat perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga di kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Patumbak merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 46,79 Km2 , terdiri dari 8 desa dengan 49 dusun, dan batas wilayah, sebelah: (1) Utara, dengan kota Medan dan kecamatan Percut Sei Tuan, (2) Selatan, dengan kecamatan STM Hilir dan kecamatan Biru-biru, (3) Timur, dengan kecamatan STM Hilir dan kecamatan Tanjung Morawa, serta (4) Barat, dengan kecamatan Deli Tua dan Kota Medan (Dinkes Deli Serdang, 2008). Penduduk Kecamatan Patumbak sebanyak 70.801 jiwa, terdiri laki-laki 35.902 jiwa dan perempuan 34.899 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 14.394 KK, dan anggota keluarga rata-rata sebesar 5 jiwa. Data spesifik kependudukan yang tercatat di puskesmas, menunjukkan bahwa jumlah keluarga miskin sebanyak 12.680 KK, bayi sebanyak 1918 orang, balita sebanyak 7089 orang, Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 11.272 orang, ibu hamil (bumil) 11698 orang, ibu bersalin (bulin) dan nipas yang ditolong oleh tenaga kesehatan 1698 orang, dan wanita usia subur 1154 orang (Puskesmas Patumbak, 2008). Sebaran penduduk di Kecamatan Patumbak, relatif tidak merata pada 8 desa, yaitu: (1) Marindal I = 4389 KK, (2) Marindal II = 2442 KK, (3) Patumbak = 2712 KK, (4) Sigara-gara = 1517 KK, (5) Patumbak I = 1334 KK, (6) Patumbak II = 1068
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
KK, (7) Lantasan Lama = 469 KK, dan (8) Lantasan Baru = 463 KK (Puskesmas Patumbak, 2008). Kecamatan Patumbak memiliki 1 puskesmas, dan diberi nama Puskesmas Patumbak. Dengan demikian wilayah kerja Puskesmas Patumbak sama dengan wilayah Kecamatan Patumbak (Puskesmas Patumbak, 2008). Sarana kesehatan pendukung atau yang terkait dengan puskesmas Patumbak, meliputi: (1)Puskesmas Pembantu 2 buah, (2)Posyandu Aktif 51 buah, (3) Posyandu Usila 8 buah, (4)Polindes 5 buah, dan (5)Balai Pengobatan Swasta 25 buah (Puskesmas Patumbak, 2008). Jumlah tenaga di Puskesmas Patumbak sebanyak 64 orang, dengan jenis tenaga relative bervariasi, diantaranya jumlah dokter umum 3 orang, dokter gigi 3 orang, dan jumlah tenaga terbanyak adalah bidan sebanyak 28 orang (Tabel 4.1).
Tabel 4.1 Tenaga di Puskesmas Patumbak No Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah 1 Dokter Umum 3 2 Dokter Gigi 3 3 Sarjana Kesehatan Masyarakat 3 4 Bidan/ akademi bidan 28 5 Perawat/ akademi perawat 8 6 Sanitarian 1 7 Asisten Apoteker 3 8 Gizi 2 9 Analis Kesehatan 2 10 Pendidikan Kesehatan 2 11 Perawat Gigi 2 12 Lain-lain (non kesehatan) 5 Total 64 Sumber: Puskesmas Patumbak, 2008.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Berdasarkan penjelasan Kepala Puskesmas Patumbak (Mei, 2008) diketahui jumlah staf puskesmas yang mengelola atau melaksanakan kegiatan PHBS sebanyak 30 orang , dengan jenis tenaga antara lain dokter umum termasuk kepala puskesmas, sarjana kesehatan masyarakat, sanitarian dan bidan di desa . Berdasarkan struktur organisasi, Puskesmas Patumbak dipimpin oleh Kepala Puskesmas, yang membawahi 5 Unit organisasi pelayanan kesehatan, yaitu: (1) Seksi kesejahteraan keluarga, tugas pokok bidang kesehatan ibu, kesejahteraan anak, keluarga berencana , usia lanjut, dan gizi; (2) Seksi Pelayanan Kesehatan, tugas pokok bidang pengobatan, farmasi, laboratorium, gigi dan mulut, jiwa, mata, SP2TP, poliklinik umum, kesehatan olahraga, register kunjungan, dan PHB; (3) Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular, tugas pokok bidang pencegahan penyakit atau imunisasi, pengamatan penyakit, P2 ML, dan P2B2; (4)
Seksi
Kesehatan Lingkungan, tugas pokok pengelolaan kesehatan lingkungan; dan (5) Seksi Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, tugas pokok PKM, PSM, P.I., sarana dan metode, UKS, dan Posyandu. Selanjutnya, Kepala Puskesmas juga membawahi
8 unit
pelayanan kesehatan lainnya, yaitu: 2 Puskesmas Pembantu, dan 6 bidan desa yang membuka pelayanan pada 6 desa (Puskesmas Patumbak, 2008). Kegiatan puskesmas dalam bidang Promosi Kesehatan sepanjang tahun 2007, dengan jumlah standar promosi 60 kegiatan (100%), tingkat pencapaian sebanyak 44 kegiatan (66%); maka masalah kekurangan Promosi Kesehatan sebanyak 20 kegiatan (44%). Khusus untuk kegiatan di Posyandu, dengan standar 612 kegiatan (100%), tingkat pencapaian sebanyak 576 kegiatan (94,12%). Kegiatan di posyandu ini,
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
biasanya juga dijadikan sarana kegiatan promosi kesehatan, terutama dalam bentuk penyuluhan, seperti penyuluhan KIA, gizi, kesehatan lingkungan (3M), dan pendataan bayi, balita, dan ibu. Adapun kegiatan promosi kesehatan dalam bentuk pertunjukkan media keliling dan siaran keliling, atau jenis pemberdayaan masyarakat, meskipun termasuk dalam daftar kegiatan, namun sepanjang tahun 2007 sampai Mei 2008 kegiatan ini tidak/belum pernah dilakukan Namun kegiatan strategi promosi yang meliputi advokasi, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat tidak dilakukan dalam bentuk kegiatan yang khusus atau sepenuhnya untuk PHBS di posyandu, melainkan hanya melengkapi kegiatan pelayanan kesehatan di posyandu, saat tenaga puskesmas dan bidan desa berkunjung ke posyandu. Jenis kegiatan promosi yang dilakukan hanya dalam bentuk penyuluhan, dan penyebaran kartu PHBS tetapi masih hanya di satu desa, dengan jumlah kartu sebanyak 1600 kartu. (Puskesmas Patumbak, 2008).
4.2 Karakteristik Responden Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (68 orang; 64%) berusia antara 26 sampai 43 tahun, dengan responden wanita (89 orang; 89%) lebih banyak dari pria (Tabel 4.2). Lebih besarnya responden wanita dibanding pria, disebabkan oleh: (1) penelitian ini tidak membatasi responden berdasarkan jenis kelamin, dan (2) kegiatan penelitian dilakukan pada waktu pagi hingga sore, sehingga lebih banyak wanita yang berada dirumah dibanding pria.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (44 orang; 44%) berpendidikan SLTA, dan menyusul sebanyak 37 orang (37%) berpendidikan SLTP (Tabel 4.2). Tabel 4.2: Karakteristik Responden Frekuensi Umur (dalam tahun)
(%)
26 – 34 35 – 43 44 – 52 53 – 61 62 – 71 Total
34 34 16 10 6 100
34 34 16 10 6 100
Marindal I Marindal II Patumbak KP Sigara-gara Patumbak I Patumbak II Lantasan Lama Lantasan Baru
31 17 19 11 9 7 3 3
31 17 19 11 9 7 3 3
Total
100
100
11 89 100
11 89 100
SD SLTP SLTA AKADEMI
14 37 44 5
14 37 44 5
Total
100
100
Tempat Tinggal
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Total Tingkat pendidikan
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Lanjutan tabel 4.2
Jumlah Anggota keluarga 2 orang 3 3 orang 10 30 4 orang 5 orang 28 16 6 orang 7 orang 9 2 8 orang 0 9 orang 10 orang 2 Total 100 Pekerjaan IRT 64 Wiraswasta 19 Karywan/Buruh 9 PNS 5 Petani 3 Total 100 Sumber: Hasil Penelitian, 2008 (Data diolah)
3 10 30 28 16 9 2 0 2 100 64 19 9 5 3 100
Berdasarkan domisili responden, diketahui responden yang berada di desa Marindal I adalah yang paling besar (31 orang; 31%), menyusul di desa Patumbak KP sebanyak 19 orang (19%), dan Marindal II sebanyak 1 orang atau 17%. Besarnya jumlah responden pada 3 desa ini, disebabkan oleh populasi penduduk yang lebih besar dibanding 5 desa lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki jumlah anggota keluarga 4 orang dan 5 orang, masing masing (30%) dan 28%), lainnnya adalah memiliki jumlah angota keluarga > 5 orang dan < 4 orang. Hasil
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah Ibu Rumah Tangga yaitu 64%, dan responden paling sedikit petani (3%). (Tabel 4.2). 4.3 Strategi Promosi Kesehatan Serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Strategi Promosi Kesehatan diukur melalui variabel Advokasi, Bina Suasana, dan Pemberdayaan masyarakat. Adapun Perilaku Hidup Sehat atau PHBS diukur melalui 10 indikator PHBS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (64 orang; 64%) menilai aspek advokasi dalam kategori kurang baik. Adapun aspek bina suasana, sebanyak 50 responden (50%) menilai kurang baik, dan sebanyak 30 responden (30%) menilai baik. Selanjutnya, untuk aspek pemberdayaan masyarakat, sebagian besar responden (57 orang; 57%) menilai tidak baik, dan sebanyak 23 responden (23%) menilai kurang baik (Tabel 4.3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (46 orang; 46%) menilai Strategi Promosi Kesehatan (Advokasi, Bina Suasana, Pemberdayaan Masyarakat), dikategorikan kurang baik, dan sebanyak 31 responden (31%) menilai Strategi Promosi Kesehatan dikategorikan tidak baik (Tabel 4.3). Tabel 4.3 Strategi Promosi Kesehatan Frekuensi Variabel Penelitian Advokasi Sangat Tidak Baik 0 Tidak Baik 17 Kurang Baik 64 Baik 15 Sangat Baik 4 Total 100
(%) 0 17 64 15 4 100
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Tabel 4.3. Lanjutan Bina Suasana Sangat Tidak Baik Tidak Baik Kurang Baik Baik Sangat Baik Total Pemberdayaan Masyarakat Sangat Tidal Baik Tidak Baik Kurang Baik Baik Sangat Baik Total Strategi Promosi Kesehatan Sangat Tidak Baik Tidak Baik Kurang Baik Baik Sangat Baik Total
0 18 50 30 2 100
0 18 50 30 2 100
1 57 23 19 0 100
1 57 23 19 0 100
0 31 46 21 2 100
0 31 46 21 2 100
PENCAPAIAN INDIKATOR PHBS Jumlah Indikator PHBS Tidak Sehat 0 Sehat I 5 Sehat II 56 Sehat III 14 Sehat IV 25 Total 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2008 (Data diolah)
% 0 5 56 14 25 100
Selanjutnya, Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS) diukur melalui 10 variabel PHBS, yang disusun dalam 5 kategori (Tidak Sehat, Sehat I, Sehat II, Sehat III, Sehat IV). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (56 orang; 56%) berada pada kategori Sehat II, dan hanya ada responden (5 orang; 5%) yang berada pada kategori Sehat I (Tabel 4.3).
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa setiap pencapaian tingkat PHBS sesuai kategori Sehat, maka tingkat sehat dalam kategori yang sama indikatornya dapat bervariasi. Sebagai contoh: 1. Sehat I, adalah terpenuhi 1 sampai 3 indikator, dapat berupa: bayi diberi asi ekslusif, memiliki sarana air minum yang sehat, dan jamban keluarga; atau dapat juga terpenuhi indikator Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, lantai rumah bukan lantai tanah, dan tidak merokok dalam rumah. Dijumpai bahwa dari 5 responden yang berada pada tingkat sehat I, secara keseluruhan menyatakan ya pada kepemilikan jamban sehat. Melahirkan ditolong oleh petugas kesehatan 3 responden. Masing-masing 2 responden ; menyatakan memiliki sarana air minum sehat, mempunyai kartu sehat dan tidak merokok di dalam rumah. Memakan buah dan sayur setiap hari 1 responden. Selebihnya indikator lain tidak dipilih oleh responden. 2. Sehat II, adalah terpenuhi 4 sampai 6 indikator, dapat berupa: pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, memiliki sarana air minum yang sehat, jamban keluarga, luas lantai rumah sesuai syarat kesehatan, kamar memenuhi syarat kesehatan. Dapat pula terpenuhi indikator kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, Lantai rumah bukan lantai tanah, Tidak merokok di dalam rumah, dan makan buah dan sayur setiap hari. Termasuk pula jika terpenuhi hanya indikator tidak merokok di dalam rumah, melakukan aktifitas fisik setiap hari, makan buah dan sayur setiap hari, bayi diberi asi ekslusif, memiliki JPKM, dan sarana air minum sehat. Dari indikator yang ada, seluruh responden pada tingkat sehat II ini
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
memilih melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan. Kesepuluh indikator ada dipilih/ dilaksanakan oleh 56 responden yang ada. Indikator terendah yang dipilih yaitu hanya 4 responden yang melakukan olah raga setiap hari 3. Sehat III, adalah terpenuhi 7 sampai 9 indikator, dapat berupa: bayi diberi asi ekslusif, memiliki JPKM, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, memiliki sarana air minum yang sehat, jamban keluarga, luas lantai rumah sesuai dengan syarat kesehatan, kamar yang memenuhi syarat kesehatan. Dapat juga terpenuhi indikator Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, Bayi diberi ASI ekslusif, Ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban sehat, Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, Lantai rumah bukan lantai tanah, Tidak merokok di dalam rumah, Melakukan aktifitas fisik setiap hari, dan Makan buah dan sayur setiap hari. Berdasarkan hasil penelitian, keseluruhan indikator ada yang memilih dan apabila sudah memenuhi indikator kepemilikan dana sehat maka responden langsung berada pada sehat IV. Dari 14 responden yang berada pada tingkat sehat III , secara keseluruhan menyatakan ya pada; melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan, kepemilikan air minum sehat, kepemilikan jamban sehat, lantai rumah tidak dari tanah dan tidak merokok di dalam rumah. Indikator yang paling sedikit dilaksanakan hanya 3 responden yang memilih olah raga setiap hari 4. Sehat IV, adalah terpenuhi 7 sampai 9 indikator ditambah dana sehat, dapat berupa: Mempunyai JPKM, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi diberi ASI ekslusif, Ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban sehat, Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, Lantai rumah bukan lantai tanah,
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Tidak merokok di dalam rumah, dan makan buah dan sayur setiap hari. Syarat responden harus terpenuhi kepemilikan dana sehat. Selain harus terpenuhi dana sehat, dari 25 responden secara keseluruhan memilih ya dalam memilih tenaga kesehatan untuk pertolongan persalinan. Olahraga setiap hari hanya dilakukan oleh 3 responden pada tingkat ini. 4.4.Hasil Analisis Uji regresi ganda digunakan untuk memprediksi pengaruh Strategi Promosi kesehatan (Advokasi, Bina Suasana, dan Pemberdayaan Masyarakat) terhadap tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Berdasarkan hasil uji Regresi Ganda, dapat disimpulkan (Tabel 4.4), bahwa: 1. Seluruh variabel strategi promosi kesehatan mempunyai
pengaruh terhadap
tingkat PHBS, dengan tingkat signifikansi (sign) dibawah 5% (0,05), yaitu: (1) Advokasi, sign 0,011; (2) Bina suasana, sign 0,005; dan (3) Pemberdayaan masyarakat, sign 0,0001. 2. Secara bersama faktor advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat mempunyai pengaruh terhadap terjadinya variasi tingkat PHBS, sebesar (nilai R² = 0,566 x 100%) 56,6%. Dengan demikian, PHBS responden ditentukan oleh faktor lain atau faktor diluar Strategi Promosi Kesehatan sebesar 43,4%. 3. Secara parsial, faktor pemberdayaan masyarakat mempunyai pengaruh yang relatif lebih besar (0,104) terhadap tingkat PHBS, dibanding faktor bina suasana (0,81) dan advokasi (0,043).
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
4. Berdasarkan hasil uji dapat disusun persamaan teoritis, pengaruh strategi promosi kesehatan (advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat) terhadap tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), yaitu: Ý (PHBS) = -1,062 + 0,104(P. Masyarakat) + 0,081(B. Suasana) + 0,043(Advokasi). Tabel 4.4 Hasil Analisis Regresi Ganda No Var. Independen: Strategi Promosi Kesehatan B 1 Advokasi 0,043 2 Bina Suasana 0,081 3 Pemberdayaan Masyarakat 0,104 Constant (B) : -1,062 R² : 0,566 (56,6%) Variabel Dependen: PHBS Sumber: Hasil Penelitian, 2008 (data diolah)
Sign 0,011 0,005 0,0001
Berdasarkan persamaan di atas, dapat ditafsirkan bahwa: apabila faktor advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat ditingkatkan atau bertambah baik, maka dapat diperkirakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dari responden juga akan meningkat menjadi lebih baik. Hasil analisis residual statistik menunjukkan bahwa nilai-nilai sebaran probabilitas kumulatif data terletak di sekitar garis lurus atau persyaratan normalitas terpenuhi sehingga syarat persamaan regresi terpenuhi (Gambar 4.1) .
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Normal P-P Plot of Regression Stand Dependent Variable: phbs 1.00
Expected Cum Prob
.75
.50
.25
0.00 0.00
.25
.50
.75
1.00
Observed Cum Prob
Gambar 4.1: Nilai Nilai Sebaran Komulatif data Sebagai Syarat Uji Regresi (Uji Normalitas data)
Hubungan nilai prediksi dengan Studentized Delete Residual untuk variabel PHBS menunjukan bahwa sebaran data tidak membentuk suatu pola garis tertentu, maka model regresi layak dipakai. Dengan demikian asumsi homoskedasitas terpenuhi (Gambar 4.2.).
Scatterplot
Partial Regression Plot Dependent Variable: phbs
3
3
2
2
1
1
0
0
-1
-1
-2
-2
phbs
Regression Studentized Residual
Dependent Variable: phbs
-3 -2
-1
0
1
Regression Standardized Predicted Value
(a)
2
3
-3 -20
-10
0
10
20
30
ADVOKASI
(b)
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Partial Regression Plot
Partial Regression Plot
Dependent Variable: phbs
Dependent Variable: phbs
4
3
3
2
2 1 1 0 0 -1
-2
-2
phbs
phbs
-1
-3 -20
-10
0
BSUASANA
10
20
-3 -20
-10
0
10
20
GPM
(c)
(d)
Gambar 4.2 : Homoskedasitas pada Advokasi, Bina Suasana , dan Pemberdayaan masyarakat Terhadap PHBS (a), Advokasi terhadap PHBS (b), Bina suasana terhadap PHBS (c), dan Pemberdayaan masyarakat terhadap PHBS (d)
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Penelitian ini mengukur PHBS melalui 10 indikator yang ditetapkan Departemen Kesehatan RI, yaitu: (1) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, (2) Bayi diberi ASI ekslusif, (3) Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, (4) Ketersediaan air bersih, (5) Ketersediaan jamban sehat, (6) Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, (7) Lantai rumah bukan lantai tanah, (8) Tidak merokok di dalam rumah, (9) Melakukan aktifitas fisik setiap hari, dan (10) Makan buah dan sayur setiap hari. Selanjutnya, pencapaian PHBS ditetapkan melalui kategori Sehat I (1 sampai 3 indikator), Sehat II (4-6 indikator) Sehat III (7 sampai 9 indikator), dan Sehat IV (7 sampai 9 indikator + dana sehat). Berdasarkan ketentuan di atas, maka responden yang berada pada kategori sehat yang sama, dapat mempunyai indikator PHBS yang bervariasi. Sebagai contoh pencapaian kategori sehat responden untuk PHBS, yaitu: 1. Pencapaian Sehat I, responden memiliki 1 sampai 3 indikator PHBS, contoh: (a) responden 1, mempunyai indikator ketersediaan air bersih, tidak merokok dalam rumah, dan lantai rumah bukan tanah; dan (b) responden 2, mempunyai indikator pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, jamban sehat, dan asi ekslusif. Adapun yang paling dominan adalah keseluruhan responden menyatakan memiliki jamban sehat
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
2. Pencapaian Sehat II, responden memiliki 4 sampai 6 indikator PHBS, contoh: (a) responden 3, mempunyai indikator ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban sehat, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, lantai rumah bukan lantai tanah, dan (b) responden 4, mempunyai mempunyai indikator tidak merokok di dalam rumah, melakukan aktifitas fisik setiap hari, makan buah dan sayur setiap hari, ASI ekslusif, jamban sehat, dan lantai rumah bukan dari tanah. Adapun pencapaian indikator yang paling dominan adalah secara keseluruhan responden memilih persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. 3. Pencapaian Sehat III, responden memiliki 7 sampai 9 indikator PHBS, contoh: (a) responden 5,
mempunyai
indikator pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, bayi diberi ASI ekslusif, mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban sehat, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, lantai rumah bukan lantai tanah; dan (b) responden 6, mempunyai mempunyai indikator pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi diberi ASI ekslusif, ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban sehat, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, lantai rumah bukan lantai tanah, tidak merokok di dalam rumah, melakukan aktifitas fisik setiap hari, dan makan buah dan sayur setiap hari. Adapun dominan indikator yang dipilih oleh keseluruhan responden ; melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan, kepemillikan air minum, kepemilikan jamban sehat, lantai rumah bukan dari tanah dan tidak merokok di dalam rumah.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
4. Pencapaian Sehat IV, responden memiliki 7 sampai 9 indikator PHBS ditambah dana sehat, contoh: (a)responden 7, mempunyai indikator pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi diberi ASI ekslusif, mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban sehat, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, lantai rumah bukan lantai tanah, tidak merokok di dalam rumah, melakukan aktifitas fisik setiap hari; dan (b) responden 8, mempunyai indikator PHBS tidak merokok di dalam rumah, melakukan aktifitas fisik setiap hari, makan buah dan sayur setiap hari, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi diberi ASI ekslusif, mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan dan ketersediaan air bersih. Adapun indikator yang paling dominan dilaksanakan yaitu pertolongan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PHBS sebagian besar responden (56 orang, 56%) berada pada kategori Sehat II, menyusul Sehat IV sebanyak 25 responden (25%), sehat III sebanyak 14 responden (14%), dan sehat I sebanyak 5 responden (5%). Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden belum memenuhi standar kategori sehat yang ditetapkan Departemen Kesehatan, yaitu PHBS kategori sehat IV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi PHBS dilokasi penelitian, khususnya kondisi PHBS responden penelitian, cenderung dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya dipengaruhi oleh aspek Strategi Promosi kesehatan.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
5.2 Pengaruh Strategi Promosi Kesehatan terhadap tingkat PHBS Hasil analisis menunjukkan bahwa Strategi Promosi kesehatan (Advokasi, Bina Suasana, dan Pemberdayaan Masyarakat) mempunyai pengaruh terhadap tingkat PHBS, dengan tingkat signifikansi seluruh variabel dibawah 5% atau 0,05. Adapun kontribusi strategi promosi kesehatan (advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat) terhadap terjadinya tingkat PHBS responden sebesar 56,6%. Dengan demikian, tingkat PHBS responden ditentukan oleh faktor lain atau faktor diluar Strategi Promosi Kesehatan sebesar 43,4%. Hasil analisis juga memberikan perkiraan bahwa apabila strategi promosi (advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat) ditingkatkan atau bertambah baik, maka PHBS responden juga akan meningkat menjadi lebih baik. Selanjutnya, secara parsial, faktor pemberdayaan masyarakat mempunyai pengaruh yang relatif lebih besar (0,104) terhadap tingkat PHBS, dibanding bina suasana (0,081) dan advokasi (0,043). Hasil penelitian ini cenderung sesuai dengan pendapat para ahli (seperti Green, 1980; McKenzie, 2007; Notoadmodjo, 2005), yang dapat disimpulkan bahwa strategi promosi merupakan determinan penting perilaku sehat dari masyarakat, keluarga, dan individu. Secara kelembagaan, hasil penelitian ini menunjukkan kesamaan dengan ketetapan Committee on Health Education and Promotion Terminology yang dikutip oleh McKenzie (2007), hasil Konferensi Internasional ke-4 tentang Promosi
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Kesehatan yang dikutip oleh Liliweri (2007), dan Ketetapan Departemen Kesehatan RI, yang menjadikan Strategi Promosi kesehatan sebagai determinan penting dari perilaku sehat, dan menjadikan strategi promosi kesehatan sebagai program untuk meningkatkan perilaku sehat atau perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dari masyarakat, keluarga, dan individu. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa semakin baik pelaksanaan strategi promosi akan dapat membantu atau mendorong peningkatan mutu perilaku hidup sehat dari masyarakat, keluarga atau individu. Pandangan di atas dapat dijelaskan melalui pendekatan perilaku dan promosi kesehatan yang dikembangkan para ahli (seperti Sarwono, 1993; Green, 1980; McKenzie, 2007), yang dapat diuraikan secara sederhana, sebagai berikut: 1.
Perilaku sehat merupakan respon dari masyarakat, keluarga, atau individu terhadap stimulus tentang sehat, sakit, pelayanan kesehatan, makanan, minuman, dan lingkungan. Perilaku sehat meliputi tindakan pemeliharaaan kesehatan, pencarian pengobatan, dan tindakan penataan lingkungan yang mempengaruhi kesehatan.
2. Promosi kesehatan menciptakan dan memberikan ruang lingkup faktor pemungkin, faktor pemudah, dan faktor penguat untuk merubah perilaku dari tidak sehat menjadi perilaku sehat. 3. Strategi Promosi, yang meliput i faktor advokasi, gerakan pemberdayaan masyarakat, bina suasana, merupakan metode atau sekumpulan prosedur atau cara yang
dilakukan untuk mewadahi implementasi
faktor pemungkin, faktor
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
pemudah, dan faktor penguat, dalam rangka merubah perilaku
tidak sehat
menjadi perilaku sehat. 4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang berkualitas sebagai hasil dari pelaksanaan strategi promosi kesehatan, tetap harus terpeliharan dengan baik melalui pelaksanaan strategi promosi yang berkesinambungan atau terus menerus. 5. Diperlukan dukungan diluar faktor Strategi Promosi Kesehatan, untuk meningkatkan perilaku sehat seperti kebijakan sektor kesehatan, ekonomi, pendidikan, lingkungan, dan industri, serta pemahaman yang mendalam dari karakteristik keluarga atau masyarakat, yang mendukung terciptanya situasi yang lebih mudah bagi masyarakat, keluarga, dan invidu
untuk membentuk
perilaku hidup bersih dan sehat. Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (46 orang; 46%) menilai strategi promosi kesehatan (advokasi, bina suasana, pemberdayaan masyarakat), dikategorikan kurang baik, dan sebanyak 31 responden (31%) menilai strategi promosi kesehatan dikategorikan tidak baik. Kondisi ini menunjukkan bahwa program strategi promosi kesehatan yang meliputi kegiatan advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat, yang dilakukan oleh puskesmas secara umum belum baik atau belum optimal. Menurut Depkes RI (2006), Puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan terdepan untuk melaksanakan strategi promosi kesehatan dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Dengan demikian, tingkat kinerja puskesmas
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
dalam pelaksanaan strategi promosi kesehatan akan mempengaruhi tingkat pencapaian PHBS masyarakat, keluarga, atau individu. Hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas dan Penanggungjawab Program Promosi Kesehatan Puskesmas Patumbak (Mei, 2008) dapat diketahui bahwa strategi promosi kesehatan telah dilakukan oleh puskesmas, melalui tahapan proses sebagai berikut: 1. Penyusunan Perencanaan Strategi Promosi kesehatan, yang meliputi kegiatan advokasi, bina suasana, dan gerakan pemberdayaan masyarakat, disusun melalui kegiatan lintas program di puskesmas dan lintas sektor di tingkat kecamatan. 2. Pertemuan antar Kepala Puskesmas ditingkat Kabupaten/Dinas Kesehatan untuk merumuskan substansi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan strategi promosi kesehatan, meliputi kegiatan advokasi, bina suasana, dan gerakan pemberdayaan masyarakat. 3. Sosialisasi hasil pertemuan kabupaten kepada lintas sektor di kecamatan dan lintas program di puskesmas, sampai ke bidan desa dan institusi di desa, seperti perwiridan, posyandu, dan pada pelayanan pengobatan gratis. 4. Pelaksanaan kegiatan strategi promosi kesehatan, melalui kegiatan advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan dengan jenis sasaran, adalah perorangan, keluarga, kelompok masyarakat, dan massa (dibahas secara terinci pada sub bab advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat di bawah). 5. Evaluasi pelaksanaan kegiatan strategi promosi kesehatan, melalui evaluasi pelaksanaan kegiatan advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas Patumbak (Mei, 2008), dapat diketahui, bahwa pelaksanaan program strategi promosi kesehatan untuk peningkatan PHBS masyarakat, keluarga, dan invidu oleh puskesmas; menghadapi masalah atau hambatan, antara lain: (1) Puskesmas tidak memiliki tenaga ahli atau profesional dalam bidang promosi kesehatan, (2) Kegiatan promosi kesehatan masih menjadi komponen tugas sebagian besar bidan atau perawat, (3) keterbatasan biaya, sarana dan prasarana promosi, (3) Jumlah penduduk yang relatif besar, dan heterogen dari karakteristik demografis, sosio budaya, dan ekonomi; (4) wilayah kerja yang relatif luas; (5) dukungan lintas sektor yang belum optimal baik ditingkat kecamatan maupun desa; dan (6) perkembangan lingkungan yang pesat, yang tidak dapat diatur atau dikelola oleh puskesmas. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penilaian sebagian besar responden bawa strategi promosi belum baik, adalah penilaian yang didukung oleh fakta kelemahan atau keterbatasan puskesmas dalam melaksanakan strategi promosi kesehatan ditengah-tengah masyarakat. Fenomena strategi promosi kesehatan yang mempengaruhi PHBS responden, dapat digambarkan lebih terinci melalui pelaksanaan komponen strategi promosi, yaitu kegiatan advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat oleh puskesmas, yang diuraikan pada sub bab di bawah ini. 5.2.1 Pengaruh Pemberdayaan Masyarakat terhadap tingkat PHBS Hasil penelitian menunjukkan bahwa 57% responden menilai aspek pemberdayaan masyarakat dikategorikan tidak baik, sebanyak
23% responden
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
menilai kurang baik, dan hanya 19% yang menilai baik. Selanjutnya, hasil analisis, menunjukkan bahwa secara parsial, faktor pemberdayaan masyarakat mempunyai pengaruh yang relatif lebih besar (0,104) terhadap tingkat PHBS, dibanding faktor bina suasana (0,81) dan advokasi (0,043). Berdasarkan fakta di atas, dapat diketahui bahwa hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa pemberdayaan mempunyai pengaruh terhadap PHBS responden, relatif sesuai dengan pendapat para ahli (seperti Notoadmodjo, 2003; Green, 1980; dan McKenzie, 2007) yang menegaskan bahwa pemberdayaan masyarakat dapat menentukan atau mempengaruhi perilaku manusia, seperti perilaku hidup bersih dan sehata atau PHBS. Pemberdayaan adalah pemberian informasi yang sifatnya terus menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran (masyarakat, keluarga atau invidu), membantu sasaran agar mau berubah dengan bertambahnya pengetahuan, selanjutnya sasaran mau melakukan, dan pada akhirnya mampu melaksanakan perilaku yang diharapkan. Pendapat di atas diperkirakan menjadi pertimbangan Departemen Kesehatan RI, yang menetapkan pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu bentuk strategi promosi kesehatan yang diharapkan dapat meningkatkan status PHBS masyarakat. Selanjutnya, Departemen Kesehatan menetapkan Puskesmas sebagai sebagai sarana pelayanan kesehatan yang berada di ”garis depan” untuk pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam bidang PHBS. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sinaga dkk (2004) di Kabupaten Bantul, dan Darubaekti (2001) di Kabupaten Bengkulu Utara, bahwa
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
lemahnya pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya cakupan PHBS. Hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas dan Penanggungjawab Program Promosi Kesehatan dan Program Puskesmas Patumbak (Mei, 2008) dapat diketahui bahwa pemberdayaan masyarakat telah dilakukan oleh puskesmas. Adapun proses dan bentuk pemberdayaan yang dilakukan, adalah: 1. Penyusunan Perencanaan Gerakan Pemberdayaan Masyarakat, yang disusun melalui kegiatan lintas program di puskesmas dan lintas sektor di tingkat kecamatan. 2. Pertemuan antar Kepala Puskesmas ditingkat Kabupaten/Dinas Kesehatan untuk merumuskan substansi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. 3. Sosialisasi hasil pertemuan Kabupaten kepada lintas sektor di kecamatan dan lintas program di puskesmas,
sampai ke bidan desa dan institusi di desa, seperti
perwiridan, posyandu, dan pada pelayanan pengobatan gratis. 4. Bentuk kegiatan pemberdayaan dengan jenis sasaran, sebagai berikut: (1) Perorangan atau keluarga, kegiatannya adalah penyuluhan perorangan, peragaan, kunjungan rumah, membagikan poster; (2) Kelompok masyarakat, melalui wadah Perwiridan atau Posyandu, kegiatannya adalah ceramah, peragaan, pembinaan kader, dan membagikan poster; dan (3) Massa, kegiatannya adalah pengobatan gratis, peragaan, dan kegiatan ”Jum’at Bersih”. 5. Hasil dari kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan puskesmas, yaitu: (a) Posyandu aktif sebanyak 51 posyandu, (b) kelompok kesehatan yang
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
terorganisir belum ada; (c) Kader kesehatan aktif sebanyak 255 orang; (d) Pengetahuan masyarakat dan juga kader kesehatan diperkirakan meningkat, tetapi ukuran peningkatannya tidak atau belum diukur; (e) Sebagian orang memperbaiki perilaku sehat, seperti cuci tangan sebelum makan, tetapi jumlah orang yang memperbaiki perilakunya tidak diketahui; dan (f) Sebagian kelompok masyarakat melaksanakan kegiatan ”Jum’at Bersih” 1 kali sebulan; dengan jumlah peserta tidak dihitung. Hasil penelitian menunjukkan secara umum penilaian responden tentang kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan puskesmas, dan upaya yang dilakukan masyarakat secara mandiri (dihimpun dari alasan pilihan jawaban responden dalam kuesioner), yaitu: 1. Jumlah Posyandu relatif terbatas, sehingga tidak dapat mewadahi pelayanan kesehatan Ibu dan anak untuk semua desa/kelurahan (49 desa/kelurahan). 2. Penanganan dan informasi tentang kesehatan ibu dan bayi yang dilaksanakan di posyandu belum maksimal. Posyandu yang aktif lebih banyak melaksanakan tugas pemeriksaan keasehatan dan pengobatan. 3. Posyandu merupakan wadah yang tepat dalam memberi informasi tentang PHBS, tetapi prakteknya belum maksimal. 4. Kader kesehatan diperlukan dalam membantu petugas kesehatan di tengah-tengah masyarakat, tetapi jumlah masih dalam batas minimal dan kemampuanya sangat terbatas.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
5. Pendataan mengenai hal-hal yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan PHBS (misalnya: jumlah penduduk, kepemilikan JPKM, rumah sehat, dll) belum dilaksanakan oleh kader kesehatan 6. Pengorganisasian dari dan untuk masyarakat dalam rangka olahraga untuk kebugaran bersama sudah ada, seperti untuk kegiatan sepakbola, bola voli, bulutangkis, tetapi atas inisiatif masyarakat sendiri, tidak ada dukungan dalam bentuk apapun dari puskesmas. 7. Pengorganisasian masyarakat dalam membentuk kelompok dana sehat tidak ada, tetapi ada anggota masyarakat yang diberi kartu sehat. 8. Puskesmas belum melakukan pengorganisasian masyarakat untuk menyediakan sumber air bersih. Pengadaan air bersih dilakukan oleh masing-masing keluarga. 9. Kegiatan arisan jamban untuk keluarga yang belum mempunyai jamban melalui PKK atau lembaga swadaya masyarakat belum pernah dilakukan. Pengadaan jamban dilakukan oleh keluarga masing-masing 10. Tempat pembuangan sampah dilakukan oleh rumahtangga, tanpa ada intervensi puskesmas atau pengorganisasian masyarakat. Berdasarkan paparan di atas, dapat diketahui bahwa pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh puskesmas cenderung belum maksimal untuk mendukung terciptanya PHBS yang baik atau memenuhi kategori Sehat IV. Namun demikian, kesadaran sebagian masyarakat relatif sudah memadai untuk menyediakan berbagai sarana di rumah tangga (seperti jamban, tempat sampah, air bersih, membuat lantai rumah dari semen atau keramik, berobat,) yang
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
mendukung terciptanya PHBS keluarga, tanpa harus mendapat intervensi dari puskesmas. Kesadaran masyarakat ini diperkirakan muncul dari latar belakang responden, seperti tingkat pendidikan, kondisi ekonomi keluarga, dan akses informasi yang mudah dan beragam dari media massa, sehingga keinginan untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam rumah tangga yang memenuhi rasa aman dan nyaman dapat dipenuhi, seperti pengadaan air bersih, membuat jamban, melantai rumah dengan semen atau keramik, membersihkan lingkungan rumah, dan berobat ke petugas kesehatan jika sakit. Kesadaran masyarakat yang mendukung terjadinya PHBS, yang bukan sepenuhnya dari hasil intervensi puskesmas, tidak menjadi bagian dari penelitian ini. Namun fenomena ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa strategi promosi memberi konrtribusi sebesar 56,6% terhadap tingkat PHBS responden. Dengan demikian, hal ini membutuhkan penelitian lebih lanjut. 5.2.2 Pengaruh Bina Suasana terhadap tingkat PHBS Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor bina suasana dinilai oleh 50 responden (50%) dapat dikategorikan kurang baik, sebanyak 18 responden (18%) menilai tidak baik, dan hanya 32 responden (32%) menilai baik sampai sangat baik. Selanjutnya, hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial,
bina suasana
mempunyai pengaruh dan kontribusi (0,81) terhadap terjadinya tingkat PHBS. Berdasarkan fakta di atas, dapat diketahui bahwa secara umum bina suasana yang diukur melalui indikator kegiatan pertemuan, perlombaan, dan penyuluhan yang
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
dilakukan oleh puskesmas dapat dikategorikan belum baik; dan kondisi ini berpengaruh terhadap PHBS responden. Hasil penelitian ini, secara teoritis, menunjukkan kesesuaian dengan pendapat para ahli (seperti
Notoadmodjo, 2006; Green, 1980; McKenzie, 2007), yang
menjelaskan bahwa bina suasana sebagai unsur strategi promosi kesehatan dapat mempengaruhi perilaku sehat masyarakat, keluarga atau individu. Bina suasana melalui indikator pertemuan, perlombaan, dan penyuluhan, adalah sekumpulan kegiatan yang dapat menjadi sarana untuk menyampaikan isi pesan bidang kesehatan kepada sasaran (massa, kelompok, keluarga atau perorangan); yang diharapkan isi pesan dapat diterima sehingga menjadi pengetahuan, dipahami, dan selanjutnya isi pesan kesehatan dilaksanakan oleh sasaran. Mekanisme penyusunan perencanaan Bina Suasana oleh puskesmas, sama dengan bahkan menyatu dengan proses penyusunan perencanaan pemberdayaan masyarakat yang telah dijelaskan pada sub bab 5.2.1. Berdasarkan penjelasan kepala Puskesmas Patumbak (Mei, 2006) dapat diketahui bahwa kegiatan bina suasana (dalam bentuk pertemuan, perlombaan, dan penyuluhan) menjadi satu kesatuan yang utuh dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Secara umum kegiatan bina suasana yang dilakukan puskesmas masih sangat terbatas. Adapun kegiatan yang sudah dilakukan puskesmas, adalah: (1) penyebarluasan kartu PHBS tahap 1 sebanyak 1600 kartu masih dilakukan di satu desa, (2) penyuluhan kesehatan lingkungan, (3) pertemuan dan penyuluhan KIA di Posyandu; dan (4) penyebaran leaflet atau poster di posyandu yang aktif.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Terbatasnya kegiatan bina suasana ini, diduga menjadi penyebab sebagian besar responden (68%) menilai kegiatan bina suasana yang dilakukan puskesmas dikategorikan kurang baik sampai tidak baik. Penilaian ini diperkirakan berasal dari tingkata cakupan saasaran yang relatif terbatas pada saat penyuluhan, hanya sebagaian kecil anggota masyarakaat yang memperoleh brosur atau atau poster, dan hanya sebagian kecil ibu-ibu yang mengikuti posyandu. Berdasarkan penjelasan yang diperoleh dari alasan pilihan jawaban responden dalam kuesioner, dapat diketahui kondisi bina suasana yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh puskesmas, sebagai berikut: 1. Umumnya reponden tidak mengetahui adanya kegiatan pertemuan rutin (1 kali perbulan) antar warga. Desa/ kelurahan sayang ibu sudah terlaksana 2. Umumnya responden tidak tahu atau tidak pernah mengikuti pertemuan yang diadakan di balai desa/kantor lurah dalam rangka penyelenggaran kebersihan lingkungan. Namun beberapa responden mengaku biasa melakukan gotong royong di tingkat gang jalan atau kompleks, atau RT sekitar 3 atau 4 bulan sekali. 3. Kegiatan olahraga biasanya hanya diikuti anak-anak, remaja dan sedikit orang dewasa dan orangtua. Kegiatan olahraga biasanya bola kaki, voli, atau badminton. Kegiatan olahraga ini melibatkan hanya sebagian kecil warga. 4. Beberapa responden pernah mengikuti penyuluhan ASI Ekslusif hanya di Posyandu. Sebagian besar responden belum pernah mengikuti, dengan alasan tidak punya bayi atau punya bayi tetapi diberi PASI, serta belum pernah ke posyandu.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
5. Umumnya responden belum pernah mengikuti perlombaan rumah sehat. 6. Umumnya responden belum pernah mengikutkan bayinya dalam lomba bayi atau balita sehat beberapa responden pernah mengikuti 1 kali saja, dan dianggap bagus untuk melihat langsung contoh bayi sehat. 7. Sebagian besar responden tidak pernah mengikuti penyuluhan tentang air bersih, sebab urusan kebutuhan air menjadi urusan rumah tangga sendiri. 8. Sebagian besar responden tidak pernah mengikuti penyuluhan tentang pentingnya jamban keluarga dan syarat-syarat jamban sehat. Beberapa responden pernah mendengar masalah jamban hanya sekilas informasi di posyandu. 9. Seluruh responden belum pernah mengikuti penyuluhan tentang bahaya merokok 10. Sebagian besar responden belum pernah mengikuti penyuluhan manfaat makan buah dan sayur; dan beberapa respopnden pernah mengikutinya saat hadir di posyandu. 11. Sebagian besar responden belum pernah mengikuti penyuluhan pada kelompok atau organisasi dimasyarakat (PKK, keagamaan, dll). Beberapa responden pernah mengikutinya di PKK, dan para penyuluh kesehatan dinilai baik. Lemahnya peran puskesmas dalam aspek bina suasana, tidak secara total dan langsung berdampak pada buruknya PHBS masyarakat. Kondisi ini disebabkan sebagian masyarakat telah memiliki kesadaran dan melakukan sendiri beberapa aspek PHBS, tanpa harus mengikuti program bina suasana yang dilakukan puskesmas, seperti pengadaan jamban di rumah, air bersih, mengkonsumsi buah dan sayur, olahraga, rumah sehat, dan gotong royong membersihkan lignkungan.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
5.2.3 Pengaruh Advokasi terhadap tingkat PHBS Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (64 orang; 64%) menilai aspek advokasi dalam kategori kurang baik, 17 responden (17%) menilai tidak baik, dan
19 responden (19%) menilai baik sampai sangat baik.
Selanjutnya, hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial, advokasi mempunyai pengaruh dan kontribusi (0,043) terhadap terjadinya
tingkat PHBS. Dengan
demikian, aspek advokasi merupakan variabel yang paling rendah kontribusinya terhadap terjadinya tingkat PHBS responden dibanding aspek pemberdayaan masyarakat dan bina suasana. Advokasi sebagai komponen strategi promosi,
yang secara parsial
berpengaruh terhadap PHBS responden, secara teoritis menunjukkan kesesuaian dengan pendapat para ahli (seperti Notoadmodjo, 2006; Green, 1980; McKenzie, 2007), yang dapat dijelaskan bahwa advokasi sebagai unsur strategi promosi kesehatan dapat mempengaruhi perilaku sehat masyarakat, keluarga atau individu. Advokasi yang diukur melalui indikator ketersediaan sarana dan prasarana, sumber daya manusia, sosialisasi, dan kelengkapan data merupakan merupakan alat dan strategi
pelaku (petugas promosi kesehatan) untuk mendapatkan komitmen dan
dukungan dari pihak terkait yang diharapkan nantinya dapat memberikan kontribusi dalam penyelenggaraan kegiatan PHBS sehingga isi pesan PHBS dapat diterima menjadi pengetahuan, dipahami, dan selanjutnya dilaksanakan oleh sasaran. Berdasarkan penjelasan Kepala Puskesmas Patumbak (Mei, 2008) dapat disimpulkan bahwa Proses Penyusunan Perencanaan Advokasi relatif agak berbeda
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
dengan pemberdayaan masyarakat dan bina suasana. Advokasi diartikan sebagai upaya untuk merencanakan dan dengan hasil memperoleh anggaran, sarana dan prasarana, serta tenaga yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan promosi kesehatan untuk PHBS. Adapun proses penyusunan advokasi adalah, sebagai berikut: 1. Kepala puskesmas beserta staf merumuskan usulan kegiatan beserta anggaran biaya, sarana dan prasaran, dan tenaga yang diperlukan 2. Usulan sesuai no. 1 disampaikan kepada Seksi PKM Dinas Kesehatan Kabupaten, untuk dipelajari dan hasilnya disampaikan kepada Kepala Dinas kesehatan kabupaten untuk dipelajari dan diperbaiki jika ada kesalahan. 3. Pertemuan antar Kepala Puskesmas di Dinas Kesehatan membahas permintaan puskesmas, dipimpin Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten. 4. Jika usulan puskesmas telah dinyatakan layak, maka Kepala Dinas mengajukan usulan kepada Pemerintah Kabupaten. 5. Jika pemerintah daerah menyetujui usulan, maka hasil usulan disampaikan kepada Dinas kesehatan, selanjutnya diserahkan kepada puskesmas untuk digunakan dalam kegiatan prmosi kesehatan untuk PHBS. 6. Hasil yang diterima oleh pihak puskesmas dari hasil advokasi, antara lain: anggaran, poster, leaflet, TOA atau pengeras suara, OHP, spanduk, flim, pelatihan petugas, dan reklame dijalan umum. Adapun jenis sarana/prasarana yang bersifat permanen atau kebutuhan rutin habis pakai (seperti mobil, sepeda motor, gedung), umumnya merupakan “jatah” puskesmas atau hasil advokasi puskesmas dalam
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
rentang waktu lama atau jangka waktu tertentu, bukan bagian dari kegiatan advokasi rutin setiap tahun. Peneliti tidak memperoleh besaran jumlah dari setiap komponen hasil advokasi yang dilakukan dan diterima puksemas. Namun menurut penjelasan Kepala Puskesmas, bahwa jumlah hasil advokasi semuanya serba terbatas. Hasil advokasi akan digunakan untuk menopang kegiatan promosi kesehatan khusunya kegiatan pemberdayaan masyarakat dan bina suasana dalam program PHBS. Dengan asumsi bahwa hasil advokasi yang relatif terbatas, termasuk jumlah tenaga promosi kesehatan di puskesmas yang juga terbatas, maka wajar apabila kegiatan pemberdayaan dan bina suasana juga relatif terbatas; sehingga pelaksanaan strategi promosi kesehatan oleh puskesmas tidak maksimal; dan selanjutnya diperkirakan berakibat tidak maksimalnya pengaruh strategi promosi kesehatan terhadap PHBS. Berdasarkan penjelasan yang diperoleh dari alasan pilihan jawaban responden dalam kuesioner, dapat diketahui pandangan responden secara umum tentang kegiatan advokasi yang dilakukan oleh puskesmas, sebagai berikut: 1. Gedung atau tempat khusus yang disediakan pemerintah untuk promosi PHBS:
umunya responden menyatakan tidak ada, kecuali puskesmas atau posyandu, atau prakatek bidan desa, atau balai desa. Kendaraan yang disediakan pemerintah untuk membantu pelaksanaan kegiatan promosi PHBS, biasa hanya ambulan, mobil petugas sendiri, atau sepeda motor puskesmas/pribadi. 2. Kelengkapan alat-alat
yang disediakan pemerintah
untuk mendukung
pelaksanaan penyuluhan kegiatan promosi perilaku hidup bersih dan sehat (TOA,
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
selebaran/ leaflet , poster, mik, dll); sebagian besar responden tidak mengetahui, sebagian kecil responden pernah memperoleh atau melihatnya. 3. Fasilitas yang disediakan pemerintah (misalnya tong sampah, sarana air bersih,)
untuk mendukung pelaksanaan kegiatan promosi PHBS: seluruh responden menyediakan sendiri, kecuali untuk air, sebagian berlangganaan air PDAM. 4. Sarana dan prasarana olahraga tidak ada yang disediakan pemerintah maupun
stakeholder terkait : masyarakat mengadakan sendiri. 5. Ketersediaan petugas kesehatan/banyaknya petugas yang melaksanakan kegiatan
promosi PHBS: sangat sedikit, biasanya dilakukan oleh perawat atau bidan desa. Seluruh responden tidak tahu ada petugas khusus promosi kesehatan. 6. Sikap petugas kesehatan dalam melaksanakan kegiatan promosi PHBS: sebagian
besara tidak tahu, dan sebagian lainnya menganggap biasa saja, dan sebagian kecil menilai ramah dan baik, terutama terkait dengan pelayanan persalinan, pengobatan di puskesmas atau posyandu. 7. Keahlian dan kemampuan petugas kesehatan dalam melaksanakan kegiatan
promosi PHBS: sebagian besar tidak tahu, sebagian lainnya menganggap biasa saja, dan sebagian kecil menilai baik terutama untuk kegiatan di posyandu atau pelayanan di puskesmas. 8. Hasil pekerjaan petugas kesehatan dalam melaksanakan kegiatan promosi PHBS:
sebagian besar menyatakan tidak jelas atau tidak tahu, kecuali sebagain kecil reponden menilai baik hasil pekerjaan petugas untuk aspek pertolongan persalinan dan kegiatan di posyandu.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
9. Usaha yang dilakukan oleh petugas kesehatan kepada pemerintah terkait
membuahkan hasil
(misalnya ketersediaan fasilitas yang lengkap untuk
mendukung pelaksanaan PHBS): umumnya tidak tahu upaya petugas kesehatan; dan sebagian kecil tahu dan menganggap kurang banyak berhasil. 10. Hasil usaha yang dilakukan oleh petugas kesehatan kepada DPRD setempat
(misalnya dukungan pembuatan peraturan daerah mengenai pelaksanaan PHBS). Umumnya responden tidak tahu. 11. Hasil usaha yang dilakukan oleh petugas kesehatan kepada tokoh masyarakat
(misalnya : adanya penyuluhan tentang hidup bersih dan sehat pada saat acara adat, dll): sebagian besar tidak tahu, yang lainnya pernah melihat ada dilakukan tetapi hasilnya tidak tahu. 12. Hasil usaha yang dilakukan oleh petugas kesehatan kepada tokoh agama
(misalnya: adanya penyuluhan tentang hidup bersih dan sehat pada saat acara keagamaan, dll): sebagian besar tidak tahu, sebagian kecil pernah melihat ada dilakukan dan mengikuti tetapi hasilnya tidak tahu. 13. Pendataan masyarakat untuk mendapatkan jaminan kesehatan (askes, askeskin,
JPKM, dll) yang sudah terlaksana. Sebagian besar tidak tahu atau tidak pernah dilakukan, sebagian kecil pernah di data oleh pejabat desa/dusun. 14. Pelaksanaan pendataan tentang jumlah anggota keluarga yang dilakukan petugas
pemerintah: terlaksana Sebagian besar tidak tahu atau tidak pernah dilakukan, sebagian kecil pernah di data oleh pejabat desa/dusun.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
15. Rutinitas pendataan tentang rumah sehat yang dilakukan: tidak pernah dilakukan
atau mungkin dilakukan tetapi responden tidak tahu. Menurut Notoadmodjo (2003) yang mengutip pendapat Hopkins, advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik, yang diartikan sebagai upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak terkait, yang diarahkan untuk menghasilkan dukungan yang berupa kebijakan, memperoleh dana, sarana, dan lain-lain sejenis. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan yang berkedudukan (secara struktural) paling rendah dalam organisasi kesehatan, cenderung tidak mampu untuk membuat usulan kebijakan. Kemampuan puskesmas umumnya relatif terbatas pada kegiatan advokasi untuk mendapat tenaga, dana, dan sarana dari pemerintah kabupaten melalui dinas kesehatan kabupaten sebagai induk organisasinya. Dengan demikian, hasil advokasi puskesmas, sangat tergantung pada kemampuan dinas kesehatan untuk melakukan advokasi kepada pimpinan kabupaten dan lembaga legislatif kabupaten tersebut; dan pada akhirnya ditentukan oleh prioritas kebutuhan pembangunan kabupaten dan kemampuan daerah untuk memenuhi kebutuhan puskesmas. Kegiatan advokasi dengan pelaksanaan kewenangan maksimal dapat dilakukan oleh puskesmas, pada tingkat kecamatan dan desa sebagai wilayah kerja puskesmas. Puskesmas dapat melakukan advokasi kepada Camat, para pimpinan lintas sektor tingkat kecamatan, kepala desa/lurah, tokoh masyarakat, dan pengusaha di wilayah kerja puskesmas; dalam rangka memperoleh dukungan tenaga, dana, dan
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
sarana/prasaran promosi kesehatan untuk PHBS bersumber dari potensi masyarakat dan dunia usaha. Jika pola advokasi ini dilakukan oleh puskesmas, maka pola ini dapat diharapkan untuk mengatasi atau memperkecil keterbatasan sarana, tenaga, dan dana untuk pelaksanaan strategi promosi kesehatan dalam upaya meningkatkan kualitas PHBS. Pola advokasi tersebut di atas, sebenarnya telah direkomendasi para ahli dan Departemen
Kesehatan
RI,
yang
menegaskan
perlunya
melibatkan
tokoh
pemerintahan dan tokoh non pemerintah diwilayah setempat, yang mempunyai potensi untuk mengatasi berbagai kekurangan yang terjadi dalam pembangunan kesehatan di wilayah kerja puskesmas. Dengan demikian, upaya untuk mengoptimalkan pelaksanaan strategi promosi untuk PHBS, dengan terlebih dahulu mengatasi keterbatasan sumberdaya organisasi yang diperlukan, sangat tergantung pada kemampuan dan kreatifitas kepala puskesmas dan staf yang bekerja di puskesmas untuk mengelola potensi masyarakat di lokasi puskesmas. 5.3 Keterbatasan Penelitian Berdasarkan proses penelitian yang telah dilaksanakan, disadari bahwa penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya: 1. Penelitian ini membatasi kajiannya hanya pada pengaruh strategi promosi kesehatan terhadap tingkat PHBS. Hal ini menyebabkan bahasan tentang strategi promosi kaitannya dengan PHBS relatif tidak komprehensif, sebab diperkirakan
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
faktor karakterisitik masyarakat/keluarga/individu dan karakteristik puskesmas turut berperan dalam kaitan strategi promosi kesehatan dengan PHBS. 2.
Keterbatasan data sekunder aspek pelaksanaan strategi promosi dan data PHBS yang dapat dimanfaatkan penelitian ini, relatif terbatas baik pada tingkat puskesmas, kabupaten, dan propinsi; sehingga pembahasan yang akurat tidak dapat dilakukan sepenuhnya.
3. Penelitian ini menggunakan pendekatan data kuantitatif untuk menganalisis pengaruh strategi promosi bersifat kuantitatif. Hal ini cenderung belum sepenuhnya dapat menjelaskan secara menyeluruh tentang bagaimana pengaruh strategi promosi kesehatan (advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat) di tengah-tengah masyarakat untuk mendukung pencapaian tingkat PHBS. Namun demikian, peneliti memperkecil kelemahan ini dengan menambah data kualitatif yang bersumber dari responden maupun pimpinan dan staf puskesmas. 4. Penggunaan sampel penelitian yang relatif terbatas sebagai sumber informasi, diperkirakan dapat ”mengganggu atau tidak 100% akurat” generalisasi hasil penelitian terhadap seluruh anggota populasi di lokasi penelitian 5. Penelitian tentang strategi promosi kesehatan untuk perilaku hidup bersih dan sehat yang komprehensif masih relatif kurang di Indonesia, sehingga peneliti sulit menemukan perbandingan penelitian, dan keragaman variabel penelitian.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan: 1. Strategi
Promosi
Kesehatan
(Advokasi,
Masyarakat,) dinilai sebagian besar
Bina
Suasana,
Pemberdayaan
reponden (77%) terentang dari kategori
kurang baik sampai tidak baik. Berdasarkan variabel strategi promosi kesehatan, diketahui bahwa: (a) Aspek Advokasi dinilai sebagian besar responden (81%) dari kategori kurang baik sampai tidak baik, (b) Aspek Bina Suasana dinilai sebagian besar responden (68%) dari kategori kurang baik sampai tidak baik, dan (c) Aspek Pemberdayaan Masyarakat dinilai sebagain besar responden (81%) dari kurang baik sampai sangat tidak baik. 2. Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau tingkat PHBS sebagian besar responden (61%) terentang dari kategori Sehat I sampai dengan II, dan sebanyak 14% responden berada pada kategori III. Kondisi ini masih jauh dari pemenuhan standard tingkat PHBS terbaik yang ditetapkan Departemen Kesehatan RI, yaitu kategori Sehat IV. Setiap pencapaian tingkat PHBS sesuai kategori Sehat, maka tingkat sehat dalam kategori yang sama indikatornya dapat bervariasi. 3. Hasil analisis menunjukkan bahwa Strategi Promosi Kesehatan (melalui variabel Advokasi, Bina Suasana, Pemberdayaan Masyarakat) mempunyai terhadap PHBS, dengan tingkat signifikansi dibawah 5%
pengaruh
atau 0,05. Secara
bersama faktor Advokasi, Bina Suasana, dan Pemberdayaan Masyarakat
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
mempunyai pengaruh terhadap terjadinya variasi tingkat PHBS, sebesar 56,6%. Secara parsial, factor Pemberdayaan Masyarakat mempunyai pengaruh yang relatif lebih besar (0,104) terhadap tingkat PHBS. Berdasarkan persamaan teoritis hasil analisis, dapat ditafsirkan bahwa: Apabila strategi promosi kesehatan (melalui factor Advokasi, Bina Suasana, dan Pemberdayaan Masyarakat) ditingkatkan atau bertambah baik, maka dapat diperkirakan Perilaku Hidup Bersih akan meningkat atau bertambah baik. 4. Pelaksanaan strategi promosi kesehatan untuk PHBS yang dilakukan puskesmas cenderung belum maksimal, yang disebabkan adanya hambatan atau masalah: (1) tidak memiliki tenaga ahli/profesional promosi kesehatan, (2) promosi kesehatan masih menjadi komponen tugas sebagian besar bidan atau perawat, (3) keterbatasan biaya, sarana dan prasarana promosi, (3) Jumlah penduduk yang relatif besar, dan heterogen dari karakteristik demografis, sosio budaya, dan ekonomi; (4) wilayah kerja yang relatif luas; (5) dukungan lintas sektor yang belum optimal ditingkat kecamatan dan desa; dan (6) perkembangan lingkungan yang pesat, yang tidak dapat diatur atau dikelola oleh puskesmas. Kondisi ini kemungkinan berakibat pada pencapaian tingkat PHBS. Diperkirakan kondisi ini mempengaruhi hubungan kausalitas strategi promosi kesehatan dengan tingkat PHBS; dan sesuai sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sekitar 43,4% tingkat PHBS dipengaruhi oleh faktor diluar strategi promosi kesehatan. Fenomena ini tidak menjadi bagian dari analisis penelitian ini, sehingga penting dilakukan penelitian lebih lanjut.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
5. Terdapat indikasi bahwa karakteristik masyarakat/keluarga/individu (seperti pendidikan, kemampuan ekonomi, akses informasi) mempunyai peranan dalam kaitannya dengan pencapaian tingkat PHBS; sehingga tingkat PHBS yang dicapai masyarakat/keluarga/individu tidak hanya dipengaruhi atau ditentukan oleh pelaksanaan
strategi
promosi
oleh
puskesmas.
Responden
mempunyai
kemampuan mandiri untuk menyediakan berbagai indikator PHBS, seperti jamban, air bersih, pencarian pengobatan kepada petugas kesehatan, pengadaan sarana atau melaksanakan olahraga, membuat lantai rumah dari semen atau keramik, penyediaan air bersih, dan tempat sampah, sebagian tidak merokok. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sekitar 43,4% PHBS dipengaruhi oleh faktor diluar strategi promosi kesehatan. Fenomena ini tidak menjadi bagian dari analisis penelitian ini, sehingga sangat penting dilakukan penelitian lebih lanjut.
6.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan penelitian, dapat disusun saran-saran sebagai berikut: 1. Kebijakan Kesehatan. Sangat penting ditetapkan kebijakan kesehatan tingkat kabupaten yang menjamin tersedianya tenaga profesional, dana, sarana dan prasarana yang mencukupi untuk program promosi kesehatan (advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat) yang diselenggarakan puskesmas, untuk peningkatan
PHBS
masyarakat.
Berdasarkan
pelaksanaan
desentralisasi
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
kesehatan,
maka
Pemerintah
Daerah
mempunyai
kewenangan
untuk
merealisasikan kebijakan tersebut, baik dalam bentuk Peraturan Daerah atau Keputusan Bupati.. 2. Pengelolaan Potensi Masyarakat dan Dunia Usaha. Puskesmas harus mampu mengelola potensi masyarakat dan dunia usaha yang ada di wilayah kerja puskesmas melalui pendekatan advokasi yang persuasif; yang dilakukan dengan cara menghimpun para pejabat dari beberapa instansi yang berkedudukan di kecamatan, pejabat desa, tokoh masyarakat (agama, pendidik, sosial atau adat, pemuda), dan pengusaha untuk berperan aktif dalam pembangunan kesehatan di wilayah kerja puskesmas.Adapun yang diharapkan dari para tokoh ini, adalah: dukungan dana, sarana dan prasarana, kesediaan menjadi tokoh dan kader penggerak pembangunan kesehatan, kontribusi ide dan pemikiran, dan membantu merekrut anggota masyarakat untuk kader kesehatan yang bertugas sebagai tenaga promosi kesehatan untuk PHBS. Jika diperlukan, maka para tokoh ini dapat dihimpun dalam satu wadah (misalnya)
Dewan Kesehatan Kecamatan,
Paguyuban Kesehatan Desa, atau wadah yang sejenis. 3. Analisa Situasi. Kegiatan analisa situasi sangat diperlukan sebagai dasar penyusunan perencanaan dan pelaksanaan Strategi Promosi kesehatan. Puskesmas sebaiknya melakukan analisa situasi masyarakat yang bersifat menyeluruh sebagai dasar untuk menyusun perencanaan strategi promosi untuk PHBS. Analisa situasi ini sangat penting dilakukan sesuai dengan dinamika masyarakat dengan karakteristiknya yang beragam; yang sebagian sudah mempunyai
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
kemampuan mandiri untuk melaksanakan PHBS, dan sebagian lainnya diperkirakan masih membutuhkan intervensi puskesmas dalam rangka mencapai PHBS terbaik. Analisa situasi ini diharapkan dapat membantu penyusunan manajemen promosi kesehatan, diantaranya berisi tentang pola cara advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat yang relatif sesuai dengan karakteristik masyarakat setempat; untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar masyarakat atau sasaran promosi untuk PHBS diwilayah kerja puskesmas. 4. Lintas sektor. Puskesmas sebaiknya meningkatkan kualitas kerjasama lintas sektor atau antar unit-unit organisasi pemerintah yang ada di tingkat kecamatan dan organisasi kemasyarakatan yang ada di masyarakat, yang bergerak dibidang kepemudaan, agama, sosial, pendidikan, kesehatan, dan lainya yang relevan. Kerjasama lintas sektor ini, diharapkan dapat memberi “payung “ pada pengelolaan potensi masyarakat dan dunia usaha, juga sebagai mitra dalam pelaksanaan strategi promosi kesehatan untuk PHBS di masyarakat. 5. Penelitian lebih lanjut. Hasil penelitian ini mendukung teori perilaku yang yang dikembang para ahli, yang menegaskan strategi promosi kesehatan mempunyai pengaruh terhadap perilaku sehat atau perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Namun berdasarkan hasil penelitian, diketahui ruang lingkup penelitian
ini
relative terbatas. Pada sisi lain, hasil penelitian ini menegaskan bahwa diduga faktor karakteristik mayarakat/keluarga/individu, perkembangan lingkungan, dan faktor karakteristik sarana pelayanan kesehatan (seperti puskesmas) sebagai penyelenggara strategi promosi kesehatan; mempunyai peranan dalam pola
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
hubungan kausalitas strategi promosi terhadap PHBS. Dengan demikian, sangat dianjurkan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut yang komprehensif dengan memasukkan unsur karakteristik sarana pelayanan kesehatan, karakteristik masyarakat/keluarga/individu, perkembangan lingkungan dalam permasalahan penelitian. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas saran perbaikan pelaksanaan program promosi kesehatan, dan untuk pengembangan pengetahuan promosi kesehatan, perilaku kesehatan, serta
administrasi dan
kebijakan kesehatan.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
DAFTAR PUSTAKA Azwar A., Pengantar administrasi Kesehatan , Edisi Ketiga, Binarupa Aksara, Jakarta, 1996. Arikunto,S., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, Rineka Cipta, Jakarta, 1997. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2006, Survei Kesehatan Nasional (SUSENAS) tahun 2004. Darubekti N., Perilaku Kesehatan Masyarakat Desa Talang pauh , Kecamatan Pondok Kelapa, kabupaten Bengkulu Utara, Jurnal Penelitian UNIB, Vol VII, Juli, 2001. Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2006, Rencana Pembangunan Kesehatan Tahun 2005 – 2009. Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2006, Rencana Strategis Departemen Kesehatan RI 2005-2009. Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2000, Buku Pedoman Pembinaan Program PHBS di tatanan Rumah Tangga. Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2003, Indikator Sehat 2010. Departemen Kesehatan RI, Jakarta 2004, Kepmenkes no 128 tahun 2004. Departemen Kesehatan RI, Jakarta 2006, Promosi Kesehatan, Buku Saku Bidan Poskesdes. Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2007, Jejaring Nasional, Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (PTM). Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2006, Panduan Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga Melalui Tim Penggerak PKK. Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, Medan, 2006, Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2006. Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang,Lubuk Pakam, 2006, Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang 2005.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Direktorat Promosi Kesehatan.Depkes RI, Jakarta, 2000, Buku Panduan Strategi Promosi Kesehatan di Indonesia. Green L.W., Perencanaan Pendidikan Kesehatan: Sebuah Pendekatan Diagnostik, Edisi terjemahan , Proyek Pengembangan FKM, Dep P & K RI, Jakarta. Green, L, (1991) Health Promotion Planning and Education and Environtment Approach, Institue of Health Promotion Research University of British Colombia Hasibuan H., Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga di Lokasi Proyek Kesehatan Keluarga Dan Gizi (Kkg) Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2004, Tesis S-2 Pascasarjana IKM USU Medan,2005 Liliweri A., Dasar – Dasar Komunikasi Kesehatan, Pustaka Pelajar, Kupang, 2007 Mc.Kenzie J.F., Pinger R.R., Kotecki J.E., Kesehatan Masyarakat Suatu Pengantar, EGC, Jakarta, 2007 Ministry of Health Republic of Indonesia, Jakarta, 2007. Indonesia Health Profile 2005. Muninjaya Gde., A.A., Manajemen Kesehatan, Edisi 2, EGC ,Jakarta, 2004 Notoadmodjo S., Ilmu Kesehatan Masyarakat : Prinsip-Prinsip Dasar , Rineka Cipta, Jakarta, 1997 Notoadmodjo S., Promosi Kesehatan ; Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta, 2005 Notoadmodjo S., Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003 Notoatmodjo S., Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, Rineka Cipta, 2005 Nasir,M., Metodologi Penelitian, Cetakan ke-6, PT.Ghalia, Indonesia, 2005 Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2006, Buku Saku Promosi Kesehatan. Puspromkes Departemen Kesehatan, Jakarta,2006, Rumah Tangga Sehat dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Sarifah, Dkk, Laporan Survei Kesehatan Daerah (Surkesda) Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007, Kerja sama Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, Lubuk Pakam,2007. Sinaga, Dkk, (2005). Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat: Studi Kasus Kabupaten Bantul 2003, Jurnal JMPK Volume 08/No.02/Juni/2005, Yogyakarta,2005 Sarwono S., Sosiologi Kesehatan :Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya, Gajah Mada University Pers, Jakarta, 2004 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2004 Utama S, Prioritas Kebutuhan Staf Berdasarkan Karakteristik Individu Pengaruhnya Terhadap Kepuasan Kerja, Suatu Studi manajemen Kesehatan Masyarakat pada 3 Suku Bangsa di Organisasi Puskesmas, Disertasi, Unair, Surabaya,1996.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.