50 IDENTIFIKASI Vibrio sp. YANG DIISOLASI DARI RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii YANG TERSERANG PENYAKIT ICE-ICE Oleh: Hamsah1 dan Rahmad Sofyan Patadjai 2
ABSTRACT This study was conducted to identify bacteria of Vibrio sp. in seaweed of K.alvarzii green variety in Toli-toli which infected of ice-ice disease. The seaweed was identified by isolation of thallus of sea weed, and then homogenized by using 225 ml of Alkaline Pepton Water (APW) for 2 - 3 minutes. After homogenized, sample were dilute with distillation water in 1 to 5 times and incubated for 24 hours. The sample was stretched in TCBS media and incubated again for 24 hours. Sample isolated in TCBS were purified with inoculating it in T1N1 media before performed with biochemistry test in TSIA and KIA media.The results showed that the tallus isolated of sea weed that infected of ice-ice disease were found bacteria of Vibrio sp. The results of characterization of the seaweed infected ice-ice disease in TSIA and KIA media was Vibrio cholera. Keywords : Vibrio sp., K. alvarezii, Vibrio cholerae
PENDAHULUAN Rumput laut memiliki nilai ekonomi yang tinggi (high value commodity), daya serap tenaga kerja yang tinggi, teknologi budidaya yang mudah, masa tanam yang pendek (45 hari) dan biaya per unit dalam satu kali produksi sangat murah. Namun permasalahan yang sering timbul pada usaha budidaya rumput laut yaitu adanya serangan penyakit ice-ice. Gejala penyakit ice-ice umumnya ditandai dengan pemutihan pada bagian pangkal thallus, tengah dan ujung thallus muda, yang diawali dengan perubahan warna thallus menjadi putih bening atau transparan. Pada umumnya penyebaran penyakit ice-ice terjadi secara vertikal oleh bibit thallus dan secara horizontal melalui perantaraan air (DKP 2004). Pengendalian penyakit ice-ice pada rumput laut K.alvarezii di Indonesia belum tertangani dengan baik yang berakibat penurunan produksi rumput laut berkisar 70-100%. Penyakit ice-ice juga menyerang sentra budidaya di beberapa negara produsen rumput laut seperti di Filipina, Malaysia dan Tanzania (Vairappan et al. 2008). Untuk menghindari hal tersebut, perlu diupayakan pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit rumput laut secara hati-hati dan teliti
agar tidak menimbulkan kesalahan yang merugikan. Hasil identifikasi beberapa jenis bakteri pada thallus rumput laut didapatkan bakteri patogen penyebab penyakit ice-ice pada pengelolaan budidaya rumput laut K.alvarezii yakni bakteri Vibrio sp. (Largo et al. 2003), Berdasarkan permasalahan diatas dan hasil penelitian Largo et al. (2003), perlu adanya kajian lebih lanjut untuk mengetahui secara pasti jenis bakteri Vibrio sp. yang ditemukan pada rumput laut yang terserang penyakit ice-ice sebagai acuan pengendalian dan pengobatan selanjutnya. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2012. Sampel rumput laut K. alvarezi yang terserang penyakit ice-ice diperoleh dari usaha budidaya rumput laut di Desa Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto, Sulawesi Tenggara. Isolasi dan identifikasi Vibrio sp. pada rumput laut K. alvarezi yang terserang ice-ice dilakukan di Laboratorium Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara. Sampel rumput laut K. alvarezi terdiri atas 2 sampel yaitu bagian ujung thallus yang
) Staf Pengajar Fakultas Perikanan danVolume Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo, 2012, KendarISSN 0854-0128 AGRIPLUS, 22 Nomor : 01Januari
1
50
51 terserang penyakit ice-ice dan bagian ujung thallus tanpa gejala ice-ice. (masing-masing sampel sebanyak 25 g) dengan 3 kali ulangan (lokasi pengambilan sampel). Bagian ujung thallus yang terserang penyakit ice-ice diberi tanda RLS (1), RLS (2), RLS (3), dan bagian ujung thallus tanpa gejala ice-ice diberi tanda RLH (1), RLH (2), RLH (3). Masing-masing sampel rumput laut K. alvarezi (sebanyak 25 gram) dihaluskan dengan menggunakan penggerus (mortar), setelah itu ditambahkan Butterfield’s phosphate buffered (BFP) sebanyak 225 ml hingga homogen. Total bakteri dihitung menggunakan metode hitungan cawan dengan teknik agar tuang yang diawali dengan media pertumbuhan pada TSA. Penentuan jumlah koloni bakteri berdasarkan SNI (2006) dalam Hikmah (2011), dapat dihitung sebagai berikut:
dimana: N = Jumlah koloni produk, dinyatakan dalam koloni perml atau per gram ∑ C = Jumlah koloni pada semua cawan yang dihitung n1 = Jumlah cawan pada pengenceran pertama yang dihitung = Jumlah cawan pada pengenceran kedua n2 yang dihitung d = Pengenceran pertama yang dihitung
Tahap identifikasi bakteri Vibrio sp. berdasarkan Hikmah (2011) adalah : 1) menimbang sampel rumput laut sebanyak 25 gr; 2) melakukan pengkayaan dengan menggunakan media APW (Alkaline Pepton Water); 3) isolasi bakteri Vibrio sp. pada media TCBS; 4) A
mengamati koloni bakteri Vibrio sp. yang tumbuh di media TCBS; 5) inokulasi ke media T1N1 10 ml kemudian inkubasi selama 24 jam; 6) inokulasi kembali koloni ke media Triple Sugar Iron (TSI) Agar dan Kliger iron Agar (KIA) pada suhu 360C selama 24 jam; 7) mengamati jenis bakteri Vibrio sp. berdasarkan buku identifikasi Standar Nasional Indonesia. Analisis Data Data jenis dan total bakteri Vibrio sp. pada rumput laut K.alvarezii yang terserang penyakit ice-ice selama penelitian ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Total Bakteri Hasil perhitungan total bakteri yang diisolasi dari rumput laut K. alvarezii baik yang terserang penyakit ice-ice maupun tanpa gejala ice-ice pada media TSA dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1. Tabel 1. Rata-Rata Total Bakteri yang Diisolasi dari Rumput Laut K. alvarezii Berdasarkan Lokasi Pengambilan Sampel pada Media TSA Rata-rata Jumlah Bakteri (C/gr) Terserang Tanpa gejala Sampel ice-ice ice-ice RL (1) 37.863 16.794 RL (2) 22.227 18.477 RL (3) 36.954 18.999 Keterangan: RL (1) : Rumput Laut Lokasi Pertama; RL (2) : Rumput Laut Lokasi Kedua; RL (3) : Rumput Laut Lokasi Ketiga B
Gambar 1. Koloni Bakteri yang Diisolasi dari Rumput Laut K. alvarezii yang Terserang Penyakit ice-ice (tanda panah) pada Media TSA (Gambar A) dan Tanpa Gejala ice-ice (Gambar B).
AGRIPLUS, Volume 23 Nomor : 01 Januari 2013, ISSN 0854-0128
52 Saat penelitian juga terlihat bagian thallus muda dari rumput laut K. alvarezii relatif lebih banyak terserang ice-ice dibandingkan dengan thallus yang relatif tua (batang). Bagian thallus muda merupakan bagian titik tumbuh rumput laut dan memiliki lapisan epidermis yang tipis sehingga mudah terserang bakteri dan sensitif terhadap perubahan lingkungan (Ekawati, 2008)
Hasil perhitungan dan pengamatan total bakteri yang diisolasi dari rumput laut K. alvarezii (Tabel 1 dan Gambar 1), terlihat jumlah total bakteri pada rumput laut K. alvarezii yang terserang penyakit ice-ice lebih banyak dibandingkan pada rumput laut K. alvarezii tanpa gejala ice-ice. Hal ini menandakan pada thallus rumput laut K. alvarezii yang terserang penyakit ice-ice lebih banyak ditumbuhi bakteri dibandingkan dengan thallus rumput laut K. alvarezii tanpa gejala ice-ice. Pada thallus yang terserang penyakit ice-ice terdapat banyak lendir dan terlihat lebih buram (kotor) dibandingkan dengan thallus tanpa gejala ice-ice sehingga peluang untuk ditumbuhi bakteri relatif lebih banyak pada thallus rumput laut yang terserang ice-ice. Hal ini sejalan dengan informasi yang ditulis oleh DKP (2005), bahwa pada keadaan stres, rumput laut (misalnya Gracilaria, atau Kappaphycus) akan Eucheuma membebaskan substansi organik yang menyebabkan thallus berlendir dan merangsang bakteri tumbuh melimpah disekitarnya.
2. Identifikasi Bakteri Vibrio sp. Identifikasi bakteri Vibrio sp. pada rumput laut K. alvarezii didahului dengan isolasi rumput laut K. alvarezii baik yang terserang iceice maupun tanpa gejala ice-ice pada media TCBS sebagai media selektif Vibrio sp. Hasil isolasi rumput laut K. alvarezii yang terserang ice-ice pada media TCBS diperoleh hasil koloni bakteri Vibrio sp. ditandai dengan berubahnya media yang berwarna hijau menjadi kuning sementara pada rumput laut K. alvarezii tanpa gejala ice-ice tidak diperoleh koloni bakteri Vibrio sp. yang ditandai dengan media TCBS tidak berubah warna (Gambar 2). B
A
Gambar 2. Koloni Bakteri Vibrio sp. yang Diisolasi dari Rumput Laut K. alvarezii yang Terserang Penyakit ice-ice (tanda panah) pada Media TCBS (Gambar A) dan Tanpa Gejala ice-ice (Gambar B).
Hasil isolasi pendugaan bakteri Vibrio sp. yang diperoleh pada media TCBS diinokulasi kembali kedalam T1N1 sebanyak 10 ml kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 360C dengan tujuan sebagai pemurnian bakteri Vibrio sp. Hasil pengamatan diperoleh perubahan warna dari bening menjadi keruh pada masing-masing sampel yang diduga tumbuh bakteri Vibrio sp. Perbedaan warna dari hasil inokulasi pada media T1N1 disebabkan perbedaan kepadatan bakteri
yang tumbuh, warna keruh kehijauan menandakan terlalu banyak bakteri sehingga media menjadi terlihat berwarna hijau, dan pada media yang berwarna keruh kekuningan dan keruh keputihan tumbuh bakteri namun tidak padat, sedangkan media yang berwarna bening diduga tidak tumbuh bakteri seperti hasil isolasi pada rumput laut K. alvarezii tanpa gejala ice-ice (Gambar 3).
AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN 0854-0128
53
Gambar 3. Hasil inokulasi Vibrio sp. pada media T1N1. Hasil karakteristik bakteri Vibrio sp. yang telah dilakukan pada uji lanjut biokimia dengan menggunakan media TSIA dan KIA ditemukan jenis bakteri Vibrio cholerae yang terdapat pada rumput laut K. alvarezii yang terserang penyakit ice-ice. ice. Hal ini ditandai dengan menghasilkan asam (warna merah) pada agar miring, asam (warna kuning) pada agar tegak dan tidak A
menghasilkan gas serta H2S,, sedangkan pada rumput laut tanpa gejala ice ice tidak ditemukan adanya bakteri. Morfologi koloni dan karakteristik bakteri V. cholerae yang ditemukan pada rumput laut K. alvarezii yang terserang penyakit ice-ice ice disajikan pada Gambar 4 dan Tabel 2.
B
Gambar 4. Morfologi Koloni Bakteri V. cholerae (tanda panah) ; A pada Media TSIA dan B pada Media KIA. Hanna et al (2000) menyatakan bahwa Vibrio cholerae merupakan bakteri gram negatif, berbentuk basil (batang) dan bersifat motil (dapat bergerak), berhabitat alami di lingkungan akuatik dan umumnya berasosiasi dengan eukariot. Bakteri dari spesies Vibrio secara langsung ak akan menimbulkan penyakit (pathogen), yang dapat menyebabkan kematian biota laut dan secara
tidak langsung bakteri yang terbawa biota laut seperti ikan dan rumput laut akan dikonsumsi oleh manusia, sehingga menyebabkan penyakit pada manusia. Salah satu jenis bakteri yang dikenal berbahaya pada manusia adalah bakteri Vibrio cholera yang dikenal sebagai penyebab sakit perut (gastroenteritis)) (Chen et al., 2002).
AGRIPLUS, Volume 223 Nomor : 01 Januari 2013, ISSN 0854-0128 0128
54 Tabel 2. Hasil Karakteristik Bakteri Vibrio sp. pada Media TSIA dan KIA
1
Terserang ice-ice
Jenis Vibrio sp. TSIA KIA V. cholerae V. cholerae
2.
Terserang ice-ice
V. cholerae
V. cholerae
3.
Terserang ice-ice
V. cholerae
V. cholerae
4 5. 6.
Tanpa gejala ice-ice Tanpa gejala ice-ice Tanpa gejala ice-ice
Negatif Negatif Negatif
Negatif Negatif Negatif
No.
Rumput Laut K. alvarezii
KESIMPULAN Berdasarkan hasil identifikasi dan karakteristik pada media TSIA dan KIA dapat disimpulkan bahwa jenis bakteri Vibrio sp. yang ditemukan pada thallus rumput laut K. alvarezii yang terserang penyakit ice-ice di desa Toli-Toli adalah jenis Vibrio cholerae.
DAFTAR PUSTAKA Chen, C.H., T. Shimada, N. Elhadi, S. Radu and M. Nishibuchi., 2002. Phenotypic and genotypic characteristic and epidemiological significance of strains of Vibrio cholerae from seafood in Malaysia, Applied Enviromental Microbiology. 70:64-72. DKP. 2004. Profil Rumput Laut Indonesia. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya.Jakarta. DKP, 2005. Petunjuk Pengendalian Penyakit IceIce pada Budidaya Rumput Laut. Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan. Jakarta. 15 hal. Ekawati, C., 2008. Identifikasi Penyebab Penyakit Ice-ice pada Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Gigartinales,
Karakteristik Berwarna kuning, datar (pipih), bagian tengah keruh, diameter 2-3 mm, halus, warna media berubah menjadi kuning
Rhodophyta) dengan Metode Long Line di Desa Puasana Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan. Skripsi. Jurusan Perikanan. Universitas Haluoleo. 41 hal. Hanna, P.J, Altmann K., Chen D., Smith A, Cosic S and Moon P, 2000. Development of monoclonal antibodies for the rapid identification of epizootic Vibrio species. Fish Disease 15:63-69. Hikmah, A., 2011. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Vibrio cholerae Pada Kerang Di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Wilayah Sidoarjo. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya. 7: 1-20. Largo D.B, Fukami K, Adachi M, Nishijima T. 2003. Immunofluorescent detection of iceice Disease-Promoting Bacterial Strain Vibrio sp. P11of the Farmed Macro Alga, Kappaphycus alvarezii of Aquatic Environmental Science (LAQUES), Departement of Aquaculture, Faculty of Agriculture, Kochi University-Japan. Vairappan, C.S., Chung, C.S., Hurtado, A.Q., Soya, F.E., Bleicher-Lhonneur, G. Critchley, A. 2008. Distribution and symptoms of epiphyte infection in major carrageenophyte-producing farms. J. Appl. Phycol. 20: 477–483.
AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN 0854-0128