PERBEDAAN PENGGUNAAN METODE CERAMAH DAN METODE AUDIO VISUAL PADA PENDIDIKAN KESEHATAN IUD TERHADAP MOTIVASI MENGGUNAKAN IUD PADA IBU POST PARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WANASARI KABUPATEN BREBES Agi Yulia Ria Dini1), Adil Zulkarnain2), Fitria Primi Astuti3) Program Studi DIV Kebidanan Ngudi Waluyo ABSTRAK Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah masih tingginya pertumbuhan penduduk. Pemerintah terus berupaya melalui peningkatan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Upaya pemerintah ini tidak berbanding lurus dengan rendahnya motivasi pengunaan metode kontrasepsi jangka panjang khususnya IUD. Tujuan peneliti adalah mengetahui perbedaan penggunaan metode ceramah dan audio visual terhadap motivasi menggunakan IUD pada calon aksptor KB di Wilayah kerja Puskesmas Wanasari Kabupaten Brebes. Studi yang digunakan adalah quasy experiment dengan pendekatan one group pretest-posttest. Sampel mengunakan teknik proporsional random sampling sebanyak 24 calon akseptor KB. Hasil penelitian menggambarkan adanya perbedaan penggunaan metode ceramah dan metode audio visual (pvalue>α), dimana rata-rata metode audio visual (39,50) lebih besar dari rata-rata metode ceramah (35,33) yang berarti metode audio visual lebih meningkatkan motivasi menggunakan IUD dibandingkan metode ceramah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan perlu adanya upaya dari bidan desa dalam memilih metode yang digunakan dalam memberikan pendidikan kesehatan sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Kata Kunci : Motivasi, Pendidikan Kesehatan, Metode Ceramah, Metode Audio visual Kepustakaan : 21 pustaka (2004-2014) ABSTRACT The main problem faced by Indonesia is high population growth. The government continues its efforts through increasing the use of long-term contraceptive method (LTM). This government's effort is not supported by the comunity, because there is a low motivation to use long-term contraceptive methods, especially the IUD. Find the differences in using lecture and audio-visual methods in IUD health education toward the motivation to use IUD in family planning acceptors in the working area of Wanasari health center Brebes. In this research used a queasy experimental method with the approach of one group pre-test and post- test, the samples use proportional random sampling technique to 24 family planning acceptors Based on the analysis of the data, the average value of mothers’ motivation after getting health education using audio-visual methods was 39.50 which was greater than the average value of mothers’ motivation after getting health education using lecture method which was 35.33 1
Perbedaan Penggunaan Metode Ceramah dan Metode Audio Visual Terhadap Motivasi Menggunakan IUD pada Ibu Post Partum di Wilayah Kerja Puskesmas Wanasari Kabupaten Brebes
IUD health education using audio-visual method can increase mothers motivation more than lecture method Key words Bibliographies
: Motivation, health education, lecture method, audio-visual method. : 21 (2004-2014)
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang kependudukan yang masih tingginya pertumbuhan penduduk. Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu Pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan dengan Program Keluarga Berencana (Annisa, 2011). Diperkirakan penduduk Indonesia pada tahun 2015 mencapai 255,5 Juta. Oleh karena itu pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan dengan program Keluarga Berencana (KB). Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk ikut serta menciptakan kesejahteraan pendidikan indonesia, untuk mencapai keseimbangan yang baik (Depkes RI, 2011). Salah satu program untuk menurunkan angka kematian ibu dan menekan angka pertumbuhan penduduk yakni melalui program Keluarga Berencana (KB). Program KB memiliki peranan dalam menurunkan resiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, penundaan usia kehamilan serta menjarangkan kehamilan dengan 2
sasaran utama adalah Pasangan Usia Subur (PUS). Sesuai dengan tuntutan perkembangan program, maka program KB telah berkembang menjadi gerakan Keluarga Berencana Nasional yang mencangkup gerakan masyarakat. Gerakan keluarga berencana disiapkan untuk membangun keluarga sejahtera dalam rangka membangun sumber daya manusia yang optimal, dengan ciri semakin meningkatnya peran serta masyarakat dalam memenuhi kebutuhan untuk mendapatkan pelayanan KB (BKKBN, 2011). Bidan mempunyai peran yang besar terutama di desa untuk meningkatkan penerimaan gerakan keluarga berencana. Makin meningkat penerimaan gerakan keluarga berencana berarti semakin berkurang kelompok ibu dengan kehamilan beresiko tinggi, dengan akibat semakin turun angka kesakitan dan kematian . Angka kematian ibu dan perinatal merupakan cermin kemampuan negara untuk memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh dan bermutu (Manuaba, 2006). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/Menkes/Per/x/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan, pada BAB III pasal 12 huruf a dinyatakan bahwa bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana di maksud dalam Pasal 9 huruf c, berwenang untuk memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Perbedaan Penggunaan Metode Ceramah dan Metode Audio Visual Terhadap Motivasi Menggunakan IUD pada Ibu Post Partum di Wilayah Kerja Puskesmas Wanasari Kabupaten Brebes
Salah satu strategi dari pelaksanaan program KB sendiri seperti tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2004-2009 adalah meningkatnya penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) seperti IUD (Intra Uterine Device), implant (susuk) dan sterilisasi. IUD merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi non hormonal dan termasuk alat kontrasepsi jangka panjang yang ideal dalam upaya menjarangkan kehamilan (Arum, 2008). Di Kabupaten Brebes, khususnya di kecamatan Wanasari menurut data dari puskesmas Wanasari pada tahun 2012 terdapat 439 akseptor baru IUD sedangkan 2013 mengalami penurunan jumlah akseptor KB baru IUD yaitu hanya terdapat 173 akseptor baru KB IUD. Apabila dibandingkan antara akseptor IUD dan kontrasepsi lain, maka angka peserta kontrasepsi IUD jauh lebih sedikit dibandingkan peserta kontrasepsi lainnya seperti kontrasepsi suntik dan pil. Bila dilihat dari persentase, pada tahun 2013 akseptor baru KB IUD di kecamatan Wanasari hanya 1,7%, MOW 1,5%, implan 4,2%, kondom 4,8%, pil 31,1% dan akseptor baru KB suntik mencapai 56,7% (Data PLKB puskesmas Wanasari, 2012). Berdasarkan hasil study pendahuluan yang dilakukan di tiga desa yaitu desa Pesantunan, desa Kertabesuki dan desa Sawojajar pada 15 orang wanita usia subur yang dilakukan dengan cara wawancara didapatkan hasil bahwa 4 diantaranya mengatakan takut terhadap efek samping kontrasepsi IUD, 5 orang mengatakan tidak ingin memakai KB IUD karena belum tahu banyak tentang KB IUD dan kelebihan dari KB IUD, 3 orang mengatakan takut sakit saat pemasangan dan pelepasan, 3
3 orang diantanya menggunakan KB IUD mengatakan puas dan nyaman menggunakan IUD karena tidak perlu bolak balik setiap bulan ke bidan untuk KB. Di wilayah kerja puskesmas Wanasari sendiri ada sebanyak 24 bidan desa dan bidan puskesmas, yang mana dari 24 bidan tersebut ada 22 bidan yang telah mengikuti pelatihan IUD dan memiliki sertifikat untuk melakukan pelayanan IUD. Berdasarkan data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa rendahnya motivasi menggunakan IUD disebabkan kurangnya pengetahuan tentang IUD sehingga mereka enggan dan takut menggunakan kontrasepsi IUD. Faktor pendukung dalam perubahan perilaku yaitu pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai, tradisi (Notoatmodjo, 2005). Untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan menambah peserta baru keluarga berencana diperlukan komunikasi, informasi dan edukasi yang diberikan kepada masyarakat. Didalam pelayanan kesehatan keluarga berencana terpadu, termasuk juga pelayanan penyuluhan dan pendidikan kesehatan keluarga berencana (Hartanto,2004). Menurut Walgito (2005), faktor yang mempengaruhi dalam pendidikan kesehatan adalah faktor proses penyuluhan dimana alat peraga dan metode yang digunakan harus sesuai dan menarik sehingga mempermudah pemahaman sasaran. Dalam promosi kesehatan ada tiga macam alat bantu (peraga), atau media yaitu alat bantu lihat (visual aids) yang berguna menstimulasikan indra mata (penglihatan) pada waktu proses penerimaan pesan, alat bantu dengar (audio aids) yang merupakan alat yang dapat membantu untuk menstimulasikan indra pendengaran
Perbedaan Penggunaan Metode Ceramah dan Metode Audio Visual Terhadap Motivasi Menggunakan IUD pada Ibu Post Partum di Wilayah Kerja Puskesmas Wanasari Kabupaten Brebes
pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan atau pengajaran dan yang ketiga alat bantu lihat-dengar, seperti televise, video cassette dan DVD (Notoatmodjo,2012). Media pemutaran video (Tape atau Video Cassete) hampir sama dengan rekaman (recording), yakni meliputi rekaman gambar. Rekaman diputar ulang dan tampak gambar film
yang berkombinasi dengan suara. Media ini hampir sama dengan film biasa, lebih sederhana, dan lebih praktis. Keunggulan yang dimiliki oleh rekaman, radio, film dan televisi juga dimiliki media ini.
.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain quasy eksperimen motivasi menggunakan IUD sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan kesehatan dengan instrument penelitian menggunakan kuesioner. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2014 dengan jumlah populasi berjumlah 119 ibu post partum. Sample dalam penelitian ini sejumlah 24 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini menggunakan teknik proporsional random sampling l.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah ibu yang bersedia dijadikan responden, ibu post partum yang tidak memiliki penyakit yang merupakan kontraindikasi IUD, ibu post partum yang belum pernah memakai kontrasepsi.Kriteria ekslusinya adalah ibu post partum yang tidak bisa melihat atau mendengar, ibu post partum yang tidak bisa membaca. Analisis data penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji statistik Uji T.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis univariat digunakan untuk mengetahui gambaran motivasi menggunakan IUD sebelum di berikan pendidikan kesehatan metode ceramah pada ibu post partum di wilayah kerja puskesmas Wanasari.
Hasil Penelitian Hasil penelitian menggunakan analisa univariat dan bivariat.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi motivasi menggunakan IUD sebelum di berikan pendidikan kesehatan metode ceramah Motivasi menggunakan IUD Rendah Tinggi Total Tabel 1, menunjukkan motivasi sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan metode ceramah paling banyak
4
Frekuensi 10 2 12
Persentase (%) 83,3 16,7 100
adalah motivasi rendah dengan jumlah 10 orang (83,3%)
Perbedaan Penggunaan Metode Ceramah dan Metode Audio Visual Terhadap Motivasi Menggunakan IUD pada Ibu Post Partum di Wilayah Kerja Puskesmas Wanasari Kabupaten Brebes
Tabel 2. Distribusi Frekuensi motivasi menggunakan IUD sesudah di berikan pendidikan kesehatan metode ceramah Motivasi menggunakan IUD Frekuensi Persentase (%) Rendah 4 33,3 Tinggi 8 66,7 Total 12 100 Tabel 2, menunjukkan motivasi sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan metode ceramah paling banyak
adalah motivasi tinggi dengan jumlah 8 orang (66,7%)
Tabel 3. Distribusi Frekuensi motivasi menggunakan IUD sebelum di berikan pendidikan kesehatan metode audio visual Motivasi menggunakan IUD Frekuensi Persentase (%) Rendah 10 83,3 Tinggi 2 16,7 Total 12 100 Tabel 3, menunjukkan motivasi sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan metode ceramah paling banyak
adalah motivasi rendah dengan jumlah 10 orang (83,3%)
Tabel 4. Distribusi Frekuensi motivasi menggunakan IUD sesudah di berikan pendidikan kesehatan metode audio visual Motivasi menggunakan IUD Frekuensi Persentase (%) Rendah 1 8,3 Tinggi 11 91,7 Total 12 100 Tabel 4, menunjukkan motivasi sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan metode ceramah paling banyak adalah
motivasi tinggi dengan jumlah 11 orang (91,7%)
2. Analisa bivariat untuk mengetahuai Perbedaan Motivasi Menggunakan IUD antara Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Metode Ceramah dan Metode Audio-Visual
pada Ibu Post Partum Calon Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Wanasari
Tabel 5. Uji Kesetaraan Motivasi Menggunakan KB IUD Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan antara Kelompok Ceramah dan Audio-Visual pada Ibu Post Partum Calon Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Wanasari Variabel Kelompok N Mean SD T p-value Motivasi Menggunakan IUD
5
Ceramah
12 28,67
4,438
Audio-visual
12 28,83
4,174
-0,095
0,925
Perbedaan Penggunaan Metode Ceramah dan Metode Audio Visual Terhadap Motivasi Menggunakan IUD pada Ibu Post Partum di Wilayah Kerja Puskesmas Wanasari Kabupaten Brebes
Berdasarkan tabel 5, didapatkan hasil nilai t hitung sebesar -2,096 dengan pvalue 0,048. Karena kedua p-value 0,048 < (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan motivasi menggunakan
IUD antara sesudah diberikan pendidikan metode ceramah dengan sesudah diberikan pendidikan metode audio-visual pada Ibu Post Partum Calon Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Wanasari
Tabel 5. Perbedaan Motivasi Menggunakan IUD antara Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Metode Ceramah dan Metode Audio-Visual pada Ibu Post Partum Calon Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Wanasari Variabel Kelompok N Mean SD T p-value Motivasi Ceramah Menggunakan IUD Audio-Visual
Berdasarkan tabel 5, didapatkan hasil nilai t hitung sebesar -0,095 dengan pvalue 0,952. Karena kedua p-value 0,952 > (0,05), maka dapat
12
35,33
5,087
12
39,50
4,642
-2,096
0,048
disimpulkan bahwa motivasi sebelum dilakukan pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan audio visual bersifat homogen atau setara.
Tabel 6. Uji normalitas data pada ibu post partum kelompok ceramah dan kelompok audio-visual sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan Shapiro-Wilk Kelompok Statistic df Significance Motivasi pretest Ceramah ,958 12 ,695 Audio visual ,957 12 ,740 Motivasi posttest Ceramah ,955 12 ,713 Audio Visual ,958 12 ,973 Berdasarkan tabel 6, didapatkan hasil tidak ada nilai signifikan < α (0,05) yang berarti distribusi data normal
sehingga analisis data yang digunakan adalah uji T dependen dan uji T independen
Tabel 7. Perbedaan Motivasi Ibu Menggunakan IUD Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Metode Ceramah Variabel Perlakuan n Mean SD T p-value Motivasi Menggunakan IUD
6
Sebelum
12 28,67
4,438
Sesudah
12 35,33
5,087
-4,304
0,001
Perbedaan Penggunaan Metode Ceramah dan Metode Audio Visual Terhadap Motivasi Menggunakan IUD pada Ibu Post Partum di Wilayah Kerja Puskesmas Wanasari Kabupaten Brebes
Berdasarkan tabel 7, didapatkan hasil nilai t hitung sebesar -4,304 dengan pvalue sebesar 0,001. Terlihat bahwa pvalue 0,001 < (0,05), ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan motivasi menggunakan
IUD sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan metode ceramah pada ibu post partum calon akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Wanasari.
Tabel 8. Perbedaan Motivasi Ibu Menggunakan IUD Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Metode Audio visual Variabel Perlakuan n Mean SD T p-value Motivasi Menggunakan IUD
Sebelum
12
28,83
4,174
Sesudah
12
39,50
4,642
Berdasarkan tabel 8, didapatkan hasil nilai t hitung sebesar -7,368 dengan pvalue sebesar 0,000. Terlihat bahwa pvalue 0,000 < (0,05), ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan motivasi menggunakan
-7,368
0,000
IUD sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan metode audiovisual pada ibu post partum calon akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Wanasari.
Tabel 9. Perbedaan Motivasi Menggunakan IUD antara Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Metode Ceramah dan Metode Audio-Visual pada Ibu Post Partum Calon Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Wanasari Variabel Kelompok N Mean SD T p-value Motivasi Ceramah Menggunakan IUD Audio-Visual
Berdasarkan tabel 9, didapatkan hasil nilai t hitung sebesar -2,096 dengan pvalue 0,048. Karena kedua p-value 0,048 < (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan motivasi menggunakan IUD antara sesudah diberikan
7
12
35,33
5,087
12
39,50
4,642
-2,096
0,048
pendidikan metode ceramah dengan sesudah diberikan pendidikan metode audio-visual pada Ibu Post Partum Calon Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Wanasari
Perbedaan Penggunaan Metode Ceramah dan Metode Audio Visual Terhadap Motivasi Menggunakan IUD pada Ibu Post Partum di Wilayah Kerja Puskesmas Wanasari Kabupaten Brebes
Pembahasan Perbedaan penggunaan metode ceramah dan metode audio visual pada pendidikan kesehatan IUD terhadap motivasi menggunakan IUD pada ibu post partum di wilayah kerja puskesmas Wanasari Kabupaten Brebes Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa sesudah diberikan pendidikan kesehatan metode ceramah rata-rata skor motivasi ibu menggunakan IUD sebesar 35,33, ini lebih rendah dibandingkan rata-rata skor motivasi ibu sesudah diberikan pendidikan kesehatan metode audio-visual sebesar 39,50. Berdasarkan uji t independen, didapatkan nilai t hitung sebesar -2,096 dengan p-value 0,048. Karena kedua pvalue 0,048 < (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan motivasi menggunakan IUD antara motivasi sesudah diberikan pendidikan metode ceramah dengan kelompok metode audio-visual pada Ibu Post Partum Calon Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Wanasari. Ini juga berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan penggunaan pendidikan kesehatan IUD dengan metode ceramah dan metode audio visual terhadap motivasi menggunakan KB IUD pada calon akseptor KB di wilayah kerja puskesmas Wanasari. Pengetahuan manusia yang diperoleh dari indra yang paling banyak menyalurkan pengetahuan kedalam otak adalah mata yaitu sebesar 83%. Sedangkan Kesimpulan Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa : 1. Motivasi ibu post partum sebelum diberikan pendidikan kesehatan ceramah yang memiliki motivasi rendah yaitu sebanyak 10 orang (83,3%). 2. Motivasi ibu post partum sesudah diberikan pendidikan kesehatan 8
pengetahuan yang diperoleh dari indra pendengaran hanya sebesar 11%. Hal ini dapat menunjukan bahwa pendidikan kesehatan dengan metode audio visual lebih baik pada metode ceramah yang hanya menggunakan indra pendengaran (Notoatmodjo, 2012). Orang yang mempunyai pengetahuan yang baik biasanya juga mempunyai tujuan yang baik, hal ini diperkuat dari pernyataan Sunaryo (2004) bahwa tujuan bisa dicapai karena pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan dapat diperoleh dari penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan. Perbedaan pengetahuan masing-masing ibu akan menentukan tercapai tidaknya tujuan dari pendidikan kesehatan. Diharapkan pemberian pendidikan kesehatan dengan media yang modern bisa mencapai tujuan dengan tepat sasaran dan mampu menumbuhkan motivasi pada diri ibu. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang diberikan pendidikan kesehatan IUD dengan metode audio visual lebih meningkatkan motivasi dibandingkan responden dengan metode ceramah. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pengetahuan yang didapatkan dari audio visual akan lebih mudah dipahami oleh responden dan dengan adanya pengetahuan yang meningkat juga akan meningkatkan pula motivasi menggunakan IUD.
ceramah yang memiliki motivasi tinggi yaitu sebanyak 8 orang (66,7%). 3. Motivasi ibu post partum sebelum diberikan pendidikan kesehatan audio visul yang memiliki motivasi rendah yaitu sebanyak 10 orang (83,3%). 4. Motivasi ibu post partum sesudah diberikan pendidikan kesehatan audio
Perbedaan Penggunaan Metode Ceramah dan Metode Audio Visual Terhadap Motivasi Menggunakan IUD pada Ibu Post Partum di Wilayah Kerja Puskesmas Wanasari Kabupaten Brebes
5.
6.
7.
8.
9
visual yang memiliki motivasi tinggi yaitu sebanyak 11 orang (91,7%). Ada perbedaan motivasi ibu post partum sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan metode ceramah, motivasi ibu lebih meningkat setelah diberikan pendidikan kesehatan metode ceramah karena dengan metode ceramah pesan yang disampaikan lebih mudah diterima bagi responden dengan tingkat pendidikan rendah maupun tinggi. Ada perbedaan motivasi ibu post partum sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan metode audio visual, motivasi ibu lebih meningkat setelah diberikan pendidikan kesehatan metode audio visual karena dengan metode audio visual responden tidak mudah bosan dengan tampilan gambar bergerak dengan suara yang membuat responden tertarik untuk memperhatikan. Motivasi ibu post partum sebelum di berikan pendidikan kesehatan metode ceramah maupun audio visual tidak ada perbedaan yang bermakna karena karakteristik responden pada kelompok ceramah dan kelompok audio visual sama . Metode ceramah lebih meningkatkan motivasi menggunakan IUD di bandingkan metode audio visual karena kelebihan dari metode audio visual mampu memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang realistis sehingga dapat memikat perhatian sepenuhnya dari responden yang kemudian menumbuhkan minat dan motivasi seseorang.
Saran Berdasarkan hasil analisis dan simpulan yang didapat dari hasil penelitian, penulis menyampaikan saran sebagai berikut : a. Bagi Peneliti Dalam memperoleh hasil penelitian ini diharapkan peneliti yang telah melaksanakan langkah-langkah sesuai prosedur penelitian dapat menambah pengalaman penulis dalam melakukan penelitian khusus nya masalah motivasi menggunakan IUD serta metode pemberian pendidikan kesehatan yang efektif. b. Bagi Bidan Desa Berdasarkan penelitian yang dilakukan di harapkan bidan desa dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang KB IUD agar dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu post partum calon akseptor KB dengan alat bantu audio-visual. c. Bagi Responden Dari hasil penelitian ini diharapkan responden dapat berperan lebih aktif dalam program Keluarga Berencana dengan cara lebih banyak mencari tahu tentang alat kontrasepsi khususnya IUD untuk mendukung program pemerintah dalam peningkatan metode kontrasepsi jangka panjang. d. Bagi Institusi Dari hasil Penelitian ini diharapkan dapat di publikasikan melalui perpustakaan sehingga dapat diakses oleh mahasiswa untuk digunakan sebagai refrensi dan evaluasi lanjutan dan pertimbangan bagi penelitian sejenis.
Perbedaan Penggunaan Metode Ceramah dan Metode Audio Visual Terhadap Motivasi Menggunakan IUD pada Ibu Post Partum di Wilayah Kerja Puskesmas Wanasari Kabupaten Brebes
DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. (2010). Standar pelayanan Kebidanan.Depkes RI. Jakarta Hasibuan, Malayu. 2014. Organisasi & Motivasi. Jakarta : PT. Bumi Aksara Machfoed, Ircham. 2005. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Fitramaya
Walgito, B. 2005. Bimbingan dan Konseling (Study dan Karir). Yogyakarta: Nuha Medika Widayatun. (2009). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: Rajawali Press Uno, Hamzah B. 2013. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Martini dan Yeni Anggraini. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Rohima Press Mulyani, Nina Siti dan Mega Rinawati. 2013. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi.Yogyakarta: Nuha Medika Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Ilmu Perilaku dan Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. 2009. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Saifudin, Abdul Bahri, dkk. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi 2. Jakarta: PT. Bina Pustaka Prawiroharjo
10
Perbedaan Penggunaan Metode Ceramah dan Metode Audio Visual Terhadap Motivasi Menggunakan IUD pada Ibu Post Partum di Wilayah Kerja Puskesmas Wanasari Kabupaten Brebes