HUBUNGAN ANTARA METODE PENDIDIKAN ANAK DI KELUARGA DENGAN PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI DESA REJOAGUNG KECAMATAN TRANGKIL KABUPATEN PATI Diar Nanda Wulansari1), Heni Hirawati Pranoto2), Priyanto3) Program Studi DIV Kebidanan Ngudi Waluyo ABSTRAK Kemampuan bahasa merupakan salah satu aspek perkembangan yang penting. Salah satu faktor yang mempengaruhi dalam perkembangan bahasa adalah metode pendidikan anak. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara metode pendidikan anak di keluarga dengan perkembangan bahasa pada anak usia prasekolah di Desa Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati. Studi yang digunakan adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional menggunakan instrument berupa kuesioner. Populasi sebanyak 97 anak dengan teknik pengambilan sampel menggunakan Proportional Random Sampling dan didapatkan jumlah sampel 49 anak. Hasil penelitian menggunakan uji chi square menunjukkan mayoritas Ibu menggunakan metode pendidikan demokratis (53,1%) dan 53,1 % anak tergolong dalam kategori normal dalam perkembangan bahasanya. Ada hubungan antara metode pendidikan anak di keluarga dengan perkembangan bahasa pada anak usia prasekolah di Desa Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati (p value =0,000). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebaiknya dalam hal mendidik anak, orang tua menggunakan metode pendidikan demokratis dikarenakan metode ini menjadikan anak mempunyai kompetensi sosial, percaya diri, dan bertanggung jawab secara sosial dalam hal memilih dan melakukan sesuatu tindakan sesuai kemampuannya.
Kata kunci : Metode Pendidikan, Perkembangan Bahasa, Anak Usia Prasekolah Daftar pustaka : 21 Pustaka (2005-2014)
ABSTRACT Verbal capability is an important aspect of development. One of the influencing factors of the verbal development is childhood educational method. The purpose of this study is to find the correlation between childhood educational method in family and the verbal capability development in preschool age children at Rejoagung Village Trangkil Sub-district Pati Regency. This was a descriptive- correlative study with cross sectional approach and used questionnaires as the study instrument. The population in this study was 97 children sampled by using proportional random sampling technique and obtained 49 children as the samples. The results of this study use Chi Square indicated that most of the mothers had democratic method in education (53.1%) and 53.1% of children were classified in the category of normal in verbal development. There was a correlation between childhood educational method in family and the verbal development in preschool age children at Rejoagung Village Trangkil Sub-district Pati Regency (p value=0,000). Based on the results of this study, the parents in educating their children should apply the democratic educational methods because this makes the children have social competence, Hubungan Antara Metode Pendidikan Di Keluarga Dengan Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Prasekolah Di Desa Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati
1
confidence, and social responsibility in terms of selecting and conducting an appropriate action and doing something within their capabilities. Keywords : Educational Method, Verbal Development, Preschool Age Children Bibliographies : 21 (2005-2014) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak anak masih dalam kandungan. Upaya kesehatan ibu yang dilakukan sebelum dan semasa hamil hingga melahirkan, ditujukan untuk menghasilkan keturunan yang sehat dan lahir dengan selamat. Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupannya, ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang optimal, baik fisik, metal, emosional, maupun sosial serta memiliki intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Berdasarkan estimasi penduduk sasaran program pembangunan kesehatan, jumlah balita laki-laki dan perempuan adalah 24.053.816 dari total penduduk semua umur pada tahun 2014 di Indonesia dibandingkan tahun 2013 dengan total sebanyak 23.700.676 balita (Kemenkes RI, 2011). Mengingat jumlah balita di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10% dari seluruh populasi, maka sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi
2
genetiknya dan mampu bersaing di era global (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Anak memiliki suatu ciri khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja dengan menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya. Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Pencapaian suatu kemampuan setiap anak bisa berbeda-beda namun ada patokan umur tentang kemampuan apa saja yang dicapai seorang anak pada umur tertentu. Pemantauan perkembangan anak ada empat aspek yang dinilai yaitu motorik kasar, motorik halus, kemampuan bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Kemampuan bicara dan bahasa merupakan salah satu aspek perkembangan yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Dalam berkomunikasi, minimal ada dua ketrampilan yang perlu dikuasai yaitu kemampuan menangkap pesan dari orang lain dan kemampuan menyampaikan pesan kepada orang lain. Komunikasi ini diungkapkan dalam berbagai macam bahasa, seperti lisan, tertulis, bahasa isyarat tangan, mimik dan sebagainya (Marimbi, 2010). Menurut Hurlock (1980) dalam Soetjiningsih (2012), berbicara merupakan sarana berkomunikasi. Untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain individu
Hubungan antara Metode Pendidikan di Keluarga Dengan Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Prasekolah Di Desa Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati
harus mengerti apa yang dimaksud oleh orang lain dan memiliki kemampuan mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kepada orang lain. Sampai bayi berusia 18 bulan, komunikasi dalam bentuk kata-kata harus diperkuat dengan isyarat, seperti menunjuk benda. Pada usia 2 tahun, ratarata bayi sudah dapat mengerti beberapa perintah sederhana. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan berfikir individu. Perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasanya, yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan (Yusuf, 2011). Sedangkan bicara merupakan bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata untuk menyampaikan suatu maksud (Soetjiningsih, 2012). Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang saling mempengaruhi. Beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan bahasa pada anak antara lain kecerdasan, kesehatan, jenis kelamin, ukuran keluarga, urutan kelahiran dan juga metode pendidikan anak (Soetjiningsih, 2012). Metode yang dipilih orang tua sebagai metode pendidikan pada anak, yaitu otoriter, permisif atau demokratis, dan sebagian akan bergantung pada cara mereka sendiri dibesarkan, dan sebagian berdasarkan pengalaman pribadi atau pengalaman teman (Hurlock, 2010). Anakanak yang dibesarkan dengan disiplin yang lemah cenderung lebih banyak bicara daripada anak yang dibesarkan dengan disiplin otoriter (Marimbi, 2010). Orang tua yang otoriter akan mendesak anak-anak untuk mengikuti petunjuk dan menghormati mereka. Metode ini menempatkan batasan tegas dan kontrol terhadap anak dan
memungkinkan sedikit pertukaran verbal. Sementara pada metode pendidikan demokratis, proses memberi dan menerima secara verbal diperbolehkan dan orang tualah yang memberikan dukungan, memelihara serta melakukannya. Hal ini berbeda dengan metode pendidikan permisif, dimana orang tua menghabiskan sedikit waktu dengan anak-anak mereka (Santrock, 2014). Orang tua memainkan peranan penting dalam mendukung dan mendorong prestasi akademik dan sikap anaknya di sekolah, termasuk dalam kemampuan berbicara dan bahasa (Santrock, 2014). Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi (peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama orangtuanya). Hubungan yang sehat antara orang tua dengan anak (penuh perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya), memfasilitasi perkembangan bahasa anak, sedangkan hubungan yang tidak sehat mengakibatkan anak akan mengalami kesulitan atau kelambatan dalam perkembangan bahasanya (Yusuf, 2011). Orang tua sebaiknya melakukan pengasuhan anak secara bersama-sama saling mendukung satu sama lain untuk bersama-sama membesarkan anak, serta tidak menghukum atau menyendiri, hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Kirana di Bawen, pada anak usia prasekolah pada tahun 2014. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa intensitas temper tantrum pada anak pra sekolah di Dusun Ngemplak, Bawen tergolong sedang dan pola asuh yang digunakan cenderung otoriter. Anak yang dibesarkan dengan pola asuh demokratis memiliki intensitas temper tantrum yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoriter dan pola asuh permisif. Penelitian lain yang dilakukan oleh Hastuti pada tahun 2014 juga menunjukkan ada hubungan antara komunikasi dalam keluarga dengan perkembangan bahasa pada anak usia prasekolah.
Hubungan Antara Metode Pendidikan Di Keluarga Dengan Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Prasekolah Di Desa Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati
3
Adanya hambatan dalam perkembangan bahasa akan membuat anak merasa tidak diterima oleh temantemannya, tidak percaya diri dan tidak memiliki keberanian untuk berbuat. Kondisi ini dapat dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak di kemudian hari. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan sarana penting dalam kehidupan anak. Perkembangan anak terkadang tidak berjalan secara baik, untuk itu perlu adanya pemantauan atau deteksi dini mengingat dari beberapa masalah tumbuh kembang anak yang perlu dijadikan acuan dalam pendeteksian diantaranya, 10% anak akan mencapai kemampuan pada usia dini, 50% anak akan mencapai kemampuan kemudian, 75% anak akan mencapai kemampuan lebih kemudian, 90% anak akan sudah harus dapat mencapai kemampuan pada usia paling lambat masih dalam batas normal dan 10% anak dimasukkan dalam kategori terlambat apabila belum bisa mencapai kemampuannya (Hidayat, 2005). Oleh karena itu pemantauan dilakukan secara berkala pada anak untuk mendeteksi gangguan perkembangan pada anak. Skrining perkembangan salah satunya menggunakan DDST (Denver Developmental Screening Test II). Denver II terdiri dari 125 tugas perkembangan yang disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor perkembangan yang meliputi sektor personal sosial, motorik halus adaptif, bahasa, dan motorik kasar (Muslihatun, 2010). Hasil studi pendahuluan dari wawancara dengan Bidan Puskesmas Trangkil mengatakan desa terbanyak dengan anak yang mengalami keterlambatan bahasa adalah Desa Rejoagung yang berjumlah 8 orang. Berdasarkan hasil studi pendahuluan dari 10 orang balita menggunakan Denver II, terdapat 3 anak yang menunjukkan hasil suspect . Sementara hasil wawancara
4
singkat dengan Ibu, dari 7 anak yang tidak mengalami keterlambatan bahasa terdapat 6 ibu yang membiasakan untuk bermusyawarah dengan suami dan keluarga dalam hal pengambilan keputusan masalah anak serta menerapkan disiplin pada anak dengan tetap memperhatikan kondisi anak, dan 1 Ibu mengatakan akan menghukum anaknya dengan cara menjewer dan mencubit apabila anak tersebut melakukan kenakalan. Sedangkan 3 anak dengan keterlambatan bahasa terdapat 1 ibu yang mengatakan akan menghukum anaknya dengan cara mencubit apabila anak tersebut melakukan kenakalan serta 2 orang Ibu mengatakan akan memenuhi semua keinginan anak demi kebaikannya dan kurang adanya interaksi secara penuh dikarenakan mereka bekerja. Keterlambatan bahasa pada anak juga terlihat pada saat teman lawan bicaranya sedang berbicara dan anak satunya hanya diam saja. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai hubungan antara metode pendidikan anak di keluarga dengan kemampuan bahasa pada anak usia prasekolah di Desa Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif hubungan antara metode pendidikan anak di keluarga dengan perkembangan bahasa pada anak usia prasekolah dengan instrument penelitian menggunakan kuesioner. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2015 dengan jumlah populasi berjumlah 97 anak. Sample dalam penelitian ini sejumlah 49 anak yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini menggunakan teknik Accidental Sampling dengan pendekatan cross sectional. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah balita usia prasekolah (1-3 tahun) yang tidak mengalami cacat fisik dan mental, belum pernah mengikuti sekolah pendidikan usia dini dan anak dengan
Hubungan antara Metode Pendidikan di Keluarga Dengan Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Prasekolah Di Desa Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati
urutan kelahiran pertama, kedua atau ketiga. Kriteria ekslusinya adalah anak menolak dilakukan screening (untestable), atau tidak dapat diuji apabila ada skor menolak pada satu item tes atau lebih Analisis data penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji statistik Chi Square HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menggunakan analisa univariat dan bivariat. 1. Analisis Univariat Tabel 1. Distribusi Frekuensi Metode Pendidikan Orang Tua pada Anak Usia Prasekolah Metode Frekuensi Persentase Pendidikan (%) Demokratis 26 53,1 Otoriter 12 24,5 Permisif 11 22,4 Total 49 100
Tabel 1, menunjukkan metode pendidikan keluarga yang sering diterapkan responden adalah metode Demokratis dengan jumlah 26 keluarga (53,1 %), metode otoriter dengan jumlah 12 keluarga (24,5%) dan metode permisif dengan jumlah 11 keluarga (22,4%). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Perkembangan Bahasa Anak Usia Prasekolah Perkembangan Frekuensi Presentase Bahasa (%) Normal 26 53,1 Suspect 23 46,9 Total 49 100
Tabel 2, menunjukkan perkembangan bahasa pada anak usia prasekolah tergolong dalam kategori normal dengan jumlah 26 anak (53,1%) dan kategori suspect sebanyak 23 anak (46,9%).
Analisis Bivariat
Hubungan Antara Metode Pendidikan Anak Di Keluarga Dengan Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Prasekolah Di Desa Rejoagung Tabel 3.
Hubungan antara metode pendidikan anak di keluarga dengan perkembangan bahasa pada anak usia prasekolah di Desa Rejoagung Metode Pendidikan Demokratis Otoriter Permisif Total p value = 0,000
Perkembangan Bahasa Normal Suspect f % f % 22 84,6 4 15,4 3 25,0 9 75,0 1 9,1 10 90,9 26 53,1 23 46,9
Berdasarkan tabel 3, didapatkan hasil metode pendidikan di keluarga dengan perkembangan bahasa normal yaitu metode pendidikan demokratis sebanyak 84,9%, metode pendidikan Otoriter sebanyak 25,0%, serta metode pendidikan Permisif sebanyak 9,10%. Hasil perhitungan menggunakan uji statistik Chi-Square dengan menunjukkan hasil p value sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari α (α=0,05) artinya Ha diterima yaitu ada hubungan yang signifikan antara
Total f 26 12 11 49
% 100,0 100,0 100,0 100,0
metode pendidikan anak di keluarga dengan perkembangan bahasa pada anak usia prasekolah di Desa Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati. Hubungan antara metode pendidikan anak di keluarga dengan perkembangan bahasa anak usia prasekolah di Desa Rejoagung Berdasarkan hasil uji statistik ChiSquare diperoleh nilai p value sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari α artinya Ha diterima yaitu ada hubungan yang
Hubungan Antara Metode Pendidikan Di Keluarga Dengan Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Prasekolah Di Desa Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati
5
signifikan antara metode pendidikan anak di keluarga dengan perkembangan bahasa pada anak usia prasekolah di Desa Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati. Hasil penelitian pada 49 responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 26 Ibu (53,1%) menerapkan metode pendidikan demokratis dimana sebanyak 22 anak (84,6%) tergolong dalam perkembangan bahasa normal, dan sisanya 4 anak (15,4%) tergolong kategori perkembangan bahasa suspect. Metode ini dipilih karena Ibu memahami tentang bagaimana harus memperlakukan anak dan cara mendidik anak yang tepat sehingga dapat membimbing dan mengontrol dengan hangat anak-anaknya dalam hal memilih dan melakukan sesuatu tindakan sesuai kemampuannya. Metode pendidikan demokratis merupakan metode pendidikan terbanyak yang diterapkan oleh orang tua kepada anaknya karena metode pendidikan demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan. Metode ini lebih menekankan aspek edukatif dari disiplin dari pada aspek hukumannya. Pada pola asuh ini menggunakan hukuman dan penghargaan, dengan penekanan yang lebih besar pada penghargaan. Hukuman tidak pernah keras dan biasanya tidak berbentuk hukuman badan. Hukuman hanya digunakan bila terdapat bukti bahwa anak-anak secara sadar menolak melakukan apa yang diharapkan dari mereka. Bila perilaku anak memenuhi standar yang diharapkan, orang tua yang demokratis akan menghargainya dengan pujian atau persetujuan orang lain (Hurlock, 2010). Metode pendidikan orang tua kepada anaknya akan memberikan pengaruh besar kepada anak, terkadang orang tua terlalu mengekang anaknya dikarenakan orang tua takut anak menjadi anak yang tidak mau patuh di kemudian hari, sehingga orang tua mengharuskan anaknya untuk menuruti
6
segala perintah dan aturan yang diberikan, atau dapat dikatakan orang tua menerapkan metode pendidikan otoriter. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yaitu sebanyak 12 orang (24,5%) Ibu yang masih menerapkan metode pendidikan otoriter dalam mengasuh anaknya di rumah dimana sebanyak 3 anak (25,0%) tergolong dalam kategori perkembangan bahasa normal dan sebanyak 9 anak (75,0%) tergolong dalam kategori suspect. Anak yang tergolong dalam kategori suspect tersebut terdiri dari 5 anak laki-laki dan 4 anak perempuan. Kelima anak laki-laki tersebut merupakan anak yang berasal dari keluarga dengan jumlah anak 3 sebanyak 2 keluarga, jumlah anak 2 sebanyak 2 keluarga dan sisanya merupakan anak tunggal. Menurut Dariyo (2011), orang tua yang otoriter tidak mendorong anak untuk mandiri dalam hal mengambil keputusankeputusan yang berhubungan dengan tindakan mereka. Sebaliknya, mereka hanya mengatakan apa yang harus dilakukan. Jadi anak-anak kehilangan kesempatan untuk belajar bagaimana mengendalikan perilaku mereka sendiri. Kondisi tersebut mempengaruhi perkembangan diri anak. Banyak anak yang dididik dengan metode pendidikan otoriter ini, cenderung tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang suka membantah, memberontak, dan berani melawan arus terhadap lingkungan sosial. Terkadang anak tidak mempunyai sikap peduli, antisipasi, pesimis, dan anti sosial. Hal ini akibat dari tidak adanya kesempatan bagi anak untuk mengemukakan gagasan, ide, pemikiran, maupun inisiatifnya. Apapun yang dilakukan oleh anak tidak pernah mendapat perhatian, penghargaan dan penerimaaan yang tulus oleh lingkungan, keluarga atau orang tuanya. Membebaskan anak memang dapat menjadikan anak menjadi mudah melakukan suatu hal yang berguna untuk anaknya kelak, namun apabila tanpa adanya kontrol dari orang tua malah akan
Hubungan antara Metode Pendidikan di Keluarga Dengan Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Prasekolah Di Desa Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati
membuat anak menjadi sulit diatur. Menurut Hurlock (2010), Biasanya pola asuh permisif tidak membimbing anak ke pola perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman. Orang tua membiarkan anak-anak meraba-raba dalam situasi yang terlalu sulit untuk ditanggulangi oleh mereka sendiri tanpa bimbingan atau pengendalian dari orang tua. Bagi banyak orang tua, disiplin permisif merupakan protes terhadap disiplin yang kaku dan keras pada masa kanak-kanak mereka. Dalam hal seperti itu, anak sering tidak diberi batas-batas tentang apa saja yang boleh dilakukan, mereka diijinkan untuk mengambil keputusan sendiri dan berbuat sekehendak mereka sendiri. Hal ini didukung oleh pendapat Baumrind dalam Santrock (2014) yang menjelaskan bahwa metode yang permisif ialah suatu gaya dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak mengembangkan perasaan bahwa aspek-aspek lain kehidupan orang tua lebih penting daripada diri mereka. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yaitu sebanyak 12 orang (22,4%) Ibu yang masih menerapkan metode pendidikan permisif dalam mengasuh anaknya di rumah dimana sebanyak 1 anak (9,1%) tergolong dalam kategori perkembangan bahasa normal dan sebanyak 10 anak (90,9%) tergolong dalam kategori suspect. Anak yang tergolong dalam kategori suspect tersebut terdiri dari 7 anak laki-laki dan 3 anak perempuan. Ketujuh anak lakilaki tersebut merupakan anak yang berasal dari keluarga dengan jumlah anak 3 sebanyak 2 keluarga, jumlah anak 2 sebanyak 5 keluarga dan sisanya merupakan anak tunggal. Hubungan antara metode pendidikan dengan kemampuan berbahasa pada anak usia prasekolah menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan (p value= 0,000). Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Nurul (2011), yang menyatakan bahwa apabila orang tua menerapkan pola asuh yang tepat maka akan mempengaruhi kemampuan
bahasanya, karena orang tua mempunyai tujuan untuk menyeimbangkan pemikiran, sikap dan tindakan antara anak dan orang tua. Baik orang tua maupun anak mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan suatu gagasan, ide, atau pendapat untuk mencapai suatu keputusan. Metode demokratis ini akan dapat berjalan secara efektif bila ada tiga syarat yaitu orang tua dapat menjalankan fungsi sebagai orang tua yang memberi kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya, anak memiliki sikap yang dewasa yakni dapat memahami dan menghargai orang tua sebagai tokoh utama yang tetap memimpin keluarganya, serta orang tua belajar memberi kepercayaan dan tanggung jawab terhadap anaknya. Kesimpulan Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa : 1. Jenis kelamin anak yang paling banyak adalah Perempuan yaitu 29 anak (59,2%). Urutan kelahiran anak yang paling banyak adalah urutan pertama sebanyak 26 anak (53,1%). Pendidikan Ibu yang paling banyak adalah SMA dan Perguruan Tinggi, masing-masing sebanyak 15 ibu (30,6%). Pekerjaan Ibu yang paling banyak adalah Ibu Rumah Tangga yaitu 15 ibu (30,6%). Jumlah anak yang paling banyak adalah keluarga dengan memiliki 1 anak yaitu sebanyak 22 keluarga (44,9%). 2. Metode pendidikan keluarga yang sering diterapkan Ibu adalah metode Demokratis dengan jumlah 26 keluarga (53,1 %), namun masih terdapat keluarga yang menerapkan pula metode otoriter sebanyak 12 keluarga (24,5%) dan metode permisif sebanyak 11 keluarga (22,4%) dalam mendidik anakanaknya. 3. Perkembangan bahasa pada anak usia prasekolah tergolong dalam kategori normal sebanyak 26 anak (53,1%) dengan maksimal 1 keterlambatan serta masih terdapat 23 anak (46,9%) yang tergolong dalam kategori suspect
Hubungan Antara Metode Pendidikan Di Keluarga Dengan Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Prasekolah Di Desa Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati
7
dengan keterlambatan minimal 2 atau lebih tugas perkembangan bahasa sesuai kategori umur anak. 4. Ada hubungan antara metode pendidikan anak di keluarga dengan perkembangan bahasa pada anak usia prasekolah di Desa Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati (p value =0,000). Saran Berdasarkan hasil analisis dan simpulan yang didapat dari hasil penelitian, penulis menyampaikan saran sebagai berikut : 1. Bagi Ibu Untuk menjadikan masukan bagi ibu khususnya mengenai tugas perkembangan bahasa anak usia prasekolah agar dapat meningkatkan pengetahuan akan pentingnya stimulasi bahasa serta dalam hal mendidik anak, orang tua menggunakan metode pendidikan demokratis dikarenakan metode ini menjadikan anak mempunyai kompetensi sosial, percaya diri, dan bertanggung jawab secara sosial dalam hal memilih dan melakukan sesuatu tindakan sesuai kemampuannya. 2. Bagi Peneliti Berikutnya Bagi peneliti berikutnya agar dapat mengembangkan penelitian dengan menambah variabel penelitian seperti kesehatan, kecerdasan, status sosial ekonomi, kelahiran kembar dan penyesuaian diri yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa anak serta dapat melakukan skrining lebih dari 1 kali untuk meminimalkan bias pada penelitian. 3. Bagi Tenaga Kesehatan Diharapkan tenaga kesehatan khususnya bidan dapat selalu memantau perkembangan bahasa anak usia prasekolah sesuai tahapan usia anak menggunakan DDST yang dilakukan secara berkala.
8
4. Bagi Institusi Diharapkan dapat berpartisipasi dan berperan aktif dalam kegiatan sosialisasi terhadap perkembangan anak seperti pengabdian masyarakat mengingat jumlah anak balita yang semakin tinggi dan kesehatan anak tidak terlepas dari dunia kesehatan serta dapat dijadikan referensi dalam pengembangan penelitian yang berhubungan dengan perkembangan bahasa anak usia prasekolah. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. Penelitian. Mahasatya
(2006). Prosedur Jakarta: Asdi
-------------------------. (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta: Asdi Mahasatya
Cahyaningsih, Dwi Sulistyo. (2011). Pertumbuhan Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Trans Info Media
Dariyo, Agus. (2011). Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung: Refika Aditama
Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang. (2012). Profil Kesehatan Angka Tahun 2012. Kabupaten Semarang
Hidayat, A Aziz Alimul. (2003). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba Medika ------------------------------. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak II. Jakarta: Salemba Medika
Hubungan antara Metode Pendidikan di Keluarga Dengan Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Prasekolah Di Desa Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati
Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak Jakarta: Erlangga
(2010a). Jilid I.
-------------------------. Perkembangan Anak Jakarta: Erlangga
(2010b). Jilid II.
Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (201a). Data penduduk sasaran program pembangunan kesehatan 2011-2014 . Jakarta --------------------------------------------------------. (2010). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarta: Rineka Cipta
dan Anak Prasekolah di Kabupaten Semarang Tahun 2011. (Akses tanggal 15 Maret 2014 pukul 20.30 WIB). Didapat dari : http/www.eprints.undip.ac.id
Muslihatun, Wafi Nur. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogjakarta: Fitramaya
Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika Santrock, John W. (2012). Life Span Development. Jakarta: Erlangga
______________. Pendidikan. Humanika
(2014). Jakarta:
Psikologi Salemba
Setiawan dan Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogjakarta : Nuha Medika
-------------------------------. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarta: Rineka Cipta
Soetjiningsih, Christiana Hari. (2012). Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir . Jakarta : Prenada Media Group
Nursalam. (2003). Ilmu Kesehatan Anak. Yogjakarta: Fitramaya
Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian . Bandung : Alfabeta
Marimbi, Hanum. (2010). Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar Pada Balita. Yogjakarta: Nuha medika
------------. (2012). Statistika Untuk Penelitian . Bandung : Alfabeta
Van Tiel, Julia Maria. (2008). Anakku Terlambat Bicara. Jakarta: Prenada Media Group
Masruroh. Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Bidan Desa dalam Pelaksanaan SDIDTK Balita Hubungan Antara Metode Pendidikan Di Keluarga Dengan Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Prasekolah Di Desa Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati
9
Yusuf,
10
Syamsu, (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Hubungan antara Metode Pendidikan di Keluarga Dengan Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Prasekolah Di Desa Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati