9 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 9-15
ISSN 1412-1468
PENGARUH BIAYA PRODUKSI PADA PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA SAMARINDA (The Influence of Production Cost Forward Income Cultivate Tiram Mushroom Effort in Samarinda) Dina Lesmana, Siti Balkis, dan Safriadi Program Studi Ekonomi Pertanian Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Samarinda.
ABSTRACT The aim of this research was to know : (1) the influence of production cost forward income cultivate tiram mushroom effort, and (2) how many cultivate tiram mushroom effort and to know relationship between production cost and income cultivate tiram mushroom effort. This research was conducted in Samarinda from April until June 2009. The sampling done with used purposive sampling. The data taking to pass interview with responden and observation to the research location. The data analysed with linear regression simple equal. The hypothesis from linear regression simple equal is :Y = 313592.9 + 1.997 X1, from t-test indicate that cost production (X) have real influential forward income cultivate tiram mushroom effort (Y) with determination coefficient (R 2) that is 0.766 % which that means 76.6% change of variation variable (Y) income influenced by cost production variable (X). Coefficient correlation that is 0.875 indicate that have relationship between cost production and total income. Keywords : Cultivate of tiram mushroom, cost of production, income
PENDAHULUAN Perkembangan pertanian di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat, kebanyakan budidaya tanaman hortikultura meliputi tanaman sayuran, tanaman bumbu, tanaman obat, tanaman buah-buahan dan tanaman hias berkembang sesuai dengan perkembangan urbanisasi dan perkembangan industri (Haryono, 2000). Jamur tiram merupakan salah satu komoditi pertanian yang memiliki potensi ekonomi sosial yang cukup tinggi, karena peluang pasarnya cukup luas baik pasar lokal maupun regional. Seiring dengan popularitas dan memasyarakatnya jamur tiram sebagai bahan makanan yang bergizi dan lezat, maka permintaan konsumen akan jamur tiram terus mengalami peningkatan. Usaha budidaya jamur tiram di Kota Samarinda masih berskala kecil, hal ini
disebabkan kurangnya faktor produksi yang mendukung untuk digunakan terutama modal. Faktor produksi sering pula disebut dengan korbanan produksi karena faktor produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan produksi. oleh karena itu untuk menghasilkan suatu produk maka diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output), sehingga rendahnya pendapatan petani adalah besarnya biaya produksi yang dikeluarkan serta manajemen tataniaganya yang kurang terorganisir (Soekartawi, 2003). Masalah yang sering dihadapi petani adalah kurangnya pengetahuan cara berproduksi. Umumnya petani hanya menginginkan jumlah produksi yang tinggi, tanpa perhitungan sarana produksi yang dipergunakan. Jika petani kurang menguasai cara berproduksi dengan baik dan kurang
10 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 9-15
memperhitungkan penggunaan sarana produksi secara efisien, maka hal ini akan menyebabkan peningkatan biaya produksi yang akhirnya mempengaruhi penerimaan usahatani (Soeharjo dan Patong, 1994). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1 pengaruh biaya produksi yang digunakan pada pendapatan usaha budidaya jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus); (2) pendapatan petani yang membudidayakan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus); dan (3) keeratan hubungan antara biaya produksi dan pendapatan usaha budidaya jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu mulai bulan April sampai Juni 2009 pada pengusaha yang membudidayakan jamur tiram.di Kota Samarinda Kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi : studi pustaka, observasi, persiapan penelitian, pengambilan data primer dan sekunder, pengolahan data, dan pelaporan Data yang dikumpulkan meliputi : (1) data primer diperoleh dengan cara sebagai berikut : (a) pengamatan langsung (observasi) yaitu meneliti dengan mengadakan pengamatan terhadap obyek yang teliti secara langsung, dan (b) wawancara yaitu melalui komunikasi langsung dengan orang atau pengusaha yang membudidayakan jamur tiram di Kota Samarinda. Pengumpulan data dan informasi menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun sesuai dengan tujuan penelitian; dan (2) data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dan infomasi dari instansi- instansi yang terkait dengan pelaksanaan penelitian, yang meliputi . monografi kecamatan, laporan tahunan, laporan tahunan BPS. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara Purposive Sampling (bertujuan), Menurut Soekartawi (1995) bahwa purposive sampling dapat diartikan sebagai pengambilan sampel berdasarkan kesengajaan,
ISSN 1412-1468
maka pemilihan sampel berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya oleh peneliti.
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel, kemudian dianalisis, dibahas dan ditarik kesimpulan. Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (x) terhadap variabel tak bebas (Y), digunakan analisis regresi linier sederhana dengan model persamaan yang dikemukakan oleh Supranto (1994) yaitu : Y = 0 + 1x1 + i Keterangan : Y = Variabel tak bebas (Total pendapatan Rp bln-1) 0 = konstanta 1 = Koefisien regresi X1 = Variabel bebas (biaya produksi) (Rp bln-1) = Kesalahan pengganggu Untuk mengetahui besarnya persentase pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel tak bebas (Y) digunakan koefisien determinasi (R2); dan untuk mengetahui derajat keeratan hubungan antara variabel bebas (biaya produksi) dengan variabel tak bebas (total pendapatan) digunakan koefisiensi korelasi (r) (Supranto, 1994). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kota Samarinda yang terdiri atas 8 responden yang mengusahakan usaha budidaya jamur tiram, maka diperoleh gambaran karakteristik responden sebagai berikut : 1. Karakteristik Petani Tingkat umur sangat mempengaruhi aktivitas kerja dalam meningkatkan pendapatannya, umur responden yang mengusahakan budidaya jamur tiram sebagian besar berumur antara 10-19 tahun (1 orang), 20-29 tahun (4 orang), 30-39 tahun (1 orang), dan 40-49 tahun (2 orang).
11 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 9-15
2. Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi cara petani dalam mengelola hasil usahataninya, semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang ditempuh semakin baik pula kualitas sumber daya manusianya. Klasifikasi responden berdasrkan tingkat pendidikan yaitu : tamat SD (1 orang), tamat SLTP/sederajat (4 orang), tamat SLTA/sederajat (3 orang), dan sarjana (1 orang). 3. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor yang turut
ISSN 1412-1468
menentukan aktivitas responden dalam mengelola usaha budidaya jamur tiramnya dan mempengaruhi keputusan seseorang untuk bekerja. Jumlah tanggungan keluarga responden berkisar antara 2-4 jiwa. 4.
Skala Usaha Responden Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa skala usaha tiap responden berbeda-beda, lahan yang digunakan untuk usaha budidaya jamur tiram ada yang memanfaatkan perkarangan rumah dan ada pula yang menyiapkan lahan khusus. Klasifikasi responden berdasarkan skala usaha budidaya jamur tiram dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi responden usaha budidaya jamur tiram di Kota Samarinda berdasarkan skala usaha budidaya jamur tiram tahun 2009 No
Responden
Luas Lahan Yang Diusahakan (m2)
1 Tanto Susanto 2 Fauzi 3 Dwik Istianti 4 Umi Khasanah 5 Karsadi 6 Agus Susanto 7 Sri Maulidah Noor SP 8 Gianto, SPd. SIP Sumber : Data primer (diolah), 2009.
Gambaran Umum Usaha Budidaya Jamur Tiram Usaha budidaya jamur tiram di Kota Samarinda sebagian besar dilakukan sebagai usaha sampingan untuk menambah pendapatan keluarga, dan dilakukan berdasarkan keahlian dan pengetahuan yang dimiliki oleh pemilik usaha tersebut, tanpa didasari oleh pendidikan khusus yang menyangkut budidaya jamur tiram. Untuk jenis jamur tiram yang dibudidayakan umumnya adalah jenis jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Selain memproduksi bibit jamur tiram sendiri beberapa responden juga mendapakan bibit jamur tiram dengan
12 x 9 6x4 6x4 7x2 5x4 8x8 8x4 13 x 9
Jumlah baglog 1.500 1.125 1.000 553 953 1.000 800 2.000
membeli bibit jamur tiram di Balai Pengkajian Teknoloi Pertanian (BPTP) Samarinda ataupun mendatangkan langsung bibit jamur tiram dari luar Kalimantan yaitu dari Pulau Jawa khususnya Kota Solo. Usaha budidaya jamur tiram di Kota Samarinda memiliki peluang yang sangat besar karena masih sedikit petani yang mengusahakannya. Sedangkan untuk mengatasi masalah-masalah yang menyangkut usaha budidayanya para pengusaha jamur tiram biasanya membaca literatur-literatur mengenai jamur tiram serta saling berbagi informasi dan pengalaman
12 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 9-15
dengan pengusaha budidaya jamur tiram lainnya. Tahapan Budidaya Jamur Tiram Untuk pelaksanaan kegiatan tahapan budidaya jamur tiram di Kota Samarinda yang dilakukan adalah : (1) persiapan media tumbuh, (2) pembungkusan, (3) sterilisasi, (4) inokulasi, (5) inkubasi, (6) penumbuhan, (7) pengendalian hama, (8) pemanenan. Produksi, Biaya Produksi dan Keuntungan
ISSN 1412-1468
Tiap-tiap responden memiliki jumlah produksi yang berbeda, jumlah produksi jamur tiram rata-rata responden adalah 266,34 kg responden-1. Harga jual jamur tiram pada setiap responden berbeda-beda, harga jual rata-rata yang berlaku di tingkat petani jamur tiram adalah Rp 35.625,00 kg-1. Perbedaan harga biasanya terjadi antara penjualan langsung kepada tengkulak dengan penjualan ke pasar. Data mengenai jumlah produksi dan harga jual jamur tiram pada setiap responden dapat dilihat pada Tabel 2.
1. Produksi Tabel 2. Produksi dan harga jual jamur tiram dari 8 responden usaha budidaya jamur tiram di Kota Samarinda tahun 2009 No. Jumlah Umur Responden (baglog) (bln) 1 1.500 4 2 1.125 5 3 1.000 5 4 553 6 5 953 5 6 1.000 6 7 800 4 8 2.000 6 Jumlah 8.931 41 Rata-rata 1.116 5,125 Sumber : Data Primer (diolah), 2009
2. Biaya Produksi Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan dalam kegiatan usaha budidaya jamur tiram. Biaya produksi untuk usaha budidaya jamur tiram terdiri atas dua jenis, yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel yang dikeluarkan oleh responden meliputi biaya sarana produksi yaitu : bibit, serbuk kayu, dedak, kapur, gypsum, tepung tapioka, menir, kalsium, pupuk, kapas, kapuk, plastik, kayu ring, karet gelang, alcohol, spritius, minyak tanah, kayu bakar, gas dan lain-lain. Total biaya produksi dari 8 responden adalah sebesar Rp 22.876.366,66 produksi-1 dengan biaya ratarata sebesar Rp 2.859.545,83 produksi-1 responden-1.
Jumlah Produksi (kg) 405 306 259,5 106,2 155 284 102 513 2.130,70 266,34
Harga Jual (Rp kg-1) 25.000,00 35.000,00 40.000,00 40.000,00 40.000,00 35.000,00 40.000,00 30.000,00 285000,00 35.625,00
Biaya tetap meliputi : (1) biaya penyusutan kumbung yang dikeluarkan oleh 8 responden adalah sebesar Rp 1.784.722,22 produksi-1 dengan biaya rata-rata sebesar Rp 223.090,28 produksi-1 responden-1 ; (2) biaya penyusutan alat yang dikeluarkan oleh 8 responden adalah sebesar Rp 1.189.944,44 produksi-1 dengan biaya rata-rata sebesar Rp 148.743,06 produksi-1 responden-1 ; dan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh 8 responden adalah sebesar Rp 8.433.700,00 produksi-1 dengan biaya rata-rata sebesar Rp 1.054.212,50 produksi-1 responden-1 Hasil analisis menunjukkan bahwa biaya variabel merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan, yaitu 50,22% dibandingkan dengan biaya tetap, yaitu 49,78% dari total biaya keseluruhan. Sedangkan rata-rata biaya
13 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 9-15
variabel yang terbesar terdapat pada biaya bibit, yaitu Rp 306.562,50 produksi-1 responden-1. Hal ini disebabkan orang yang melakukan usaha pengembangan bibit jamur tiram di Kota Samarinda masih sangat terbatas, sehingga harga jual bibit jamur tiram di Kota Samarinda relatif mahal.
ISSN 1412-1468
penerimaan yang didapatkan responden adalah Rp8.884.125,00 produksi-1 responden1 dan rata-rata biaya produksi adalah Rp 2.859.545,83 produksi-1 responden-1 sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh responden yaitu sebesar Rp 6.024.579,17 produksi-1 responden-1. Rekapitulasi analisis keuntungan disajikan pada Tabel 3.
3. Keuntungan Keuntungan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya produksi. Rata-rata Tabel 3. Analisis keuntungan dari 8 responden usaha budidaya jamur tiram di Kota Samarinda per umur produksi tahun 2009. Uraian
Nilai (Rp)
Biaya 1.436.000,00 1. Biaya variabel 2. Biaya tetap 1.423.545,83 Total Biaya 2.859.545,83 Penerimaan Penjualan 8.884.125,00 Keuntungan 6.024.579,17 Sumber : Data Primer (diolah), 2009
Analisis Hasil Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah biaya produksi (X1) sebagai variabel bebas dan total pendapatan (Y) sebagai variabel tidak bebas. Hasil analisis dengan menggunakan regresi linier sederhana diperoleh persamaan regresi dengan dugaan yaitu: Ŷ = 313592,9 + 1,997 X1 (artinya bila biaya berubah sebesar Rp 1,00 menyebabkan total pendapatan (Y) berubah sebesar Rp 1,997 dengan asumsi faktor lain dianggap konstan). Berdasarkan nilai koefisien regresi dapat diketahui bahwa biaya produksi mempunyai pengaruh yang positif terhadap total pendapatan usaha budidaya jamur tiram di Kota Samarinda. Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar 0,766 (berarti bahwa 76,60% perubahan variasi total pendapatan dipengaruhi oleh variabel biaya
Persentase (%) 50,22 49,78 100,00
produksi, sedangkan sisanya sebesar 23,40% disebabkan oleh faktor lainnya). Kemudian dari hasil pengujian dengan menggunakan uji t pada taraf kepercayaan 95% diperoleh hasil bahwa thitung X1 = 4,435 > ttabel = 2,447 yang berarti H1 diterima (bahwa biaya produksi berpengaruh nyata terhadap total pendapatan yang diperoleh pengusaha budidaya jamur tiram di Kota Samarinda). Hasil analisis menunjukkan bahwa biaya produksi secara bersamaan mempengaruhi total pendapatan dari usaha budidaya jamur tiram. Hal ini berarti bahwa peningkatan biaya produksi yang dikeluarkan oleh responden akan meningkatkan total pendapatan atau dengan kata lain bertambahnya biaya akan berpengaruh terhadap penambahan total pendapatan. Pada teori ekonomi, diambil satu asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi produksi, yaitu “The Law of Deminising Return”. Hukum ini menyatakan bila satu macam input
14 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 9-15
ditambah terus menerus sedang input lain dianggap tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input tersebut mula-mula menaik dan setelah mencapai maksimum kemudian menurun (Soedarsono, 1992). Selanjutnya hasil analisis diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,875 dengan kata lain nilai (R) mendekati 1. Hal ini berarti bahwa keeratan hubungan antara variabel bebas (biaya produksi) dengan variabel tak bebas (total pendapatan) adalah erat dan positif. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Biaya produksi berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan petani usaha budidaya jamur tiram di Kota Samarinda, dengan persamaan regresi dugaannya yaitu : Y = 313592,9+ 1,997 X1. 2. Rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan oleh responden adalah Rp 2.859.545,83 produksi-1 dan rata-rata pendapatan petani usaha budidaya jamur tiram sebesar Rp 6.024.579,17 -1 produksi . 3. Hubungan antara biaya produksi pada pendapatan usaha budidaya jamur tiram adalah erat dan positif, hal ini dapat dilihat dari perhitungan nilai koefisien korelasi (R) = 0,875 dan nilai (R2) = 0,766 yang berarti pendapatan usaha budidaya jamur tiram 76,6 % dipengaruhi oleh biaya produksi, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain seperti pengalaman petani dan harga jual. Saran Adapun saran yang dapat diberikan sehubungan dengan hasil penelitian adalah sebagai berikut : 1. Hendaknya petani lebih memperhatikan dalam penggunaan biaya produksi tenaga
ISSN 1412-1468
kerja karena penggunaan tenaga kerja secara efisien dapat meningkatkan pendapatan petani, misalnya pada kegiatan pengayakan dapat dikerjakan sendiri dengan cara ayakan digantung dengan tali tanpa harus menambah tenaga kerja. 2. Untuk peletakan baglog hendaknya baglog diletakan secara direbahkan atau dibaringkan agar rak dapat menampung lebih banyak baglog sehingga tidak memerlukan tempat yang terlalu luas 3. Perlu adanya pendataan, pembentukan kelompok tani dan pembinaan oleh pihak Balai Pelatihan Teknis Pertanian (BPTP) agar petani jamur tiram yang ada di Samarinda khususnya dapat diketahui keberadaannya sehingga antar petani dapat saling bertukar pengalaman guna meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi jamur tiram guna memenuhi permintaan pasar. 4. Perlunya bantuan modal usaha dari pemerintah tanpa bunga atau bunga ringan kepada petani yang melaksanakan usaha budidaya jamur tiram di Kota Samarinda, agar para petani budidaya jamur tiram bisa lebih mengembangkan usahanya khususnya Dinas Pertanian
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2008. Samarinda dalam angka. Badan Pusat Statistik Kalimantan Timur. Samarinda. Haryono Semangun, 2000. Penyakit tanaman hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Soeharjo dan Patong. 1994. Sendi-sendi pokok ilmu usahatani. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang. Soekartawi. 1995. Metode penelitian. Rajawali Press, Jakarta.
15 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 9-15
Soekartawi. 2003. Teori ekonomi produksi. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sudarsono. 1992. Pengantar ekonomo makro. LP3ES, Jakarta.
ISSN 1412-1468
Supranto, J. 1994. Metode peramalan kualitatif untuk perencanaan. Gramedia, Jakarta. Tim Redaksi Agromedia Pustaka. 2002. Budidaya jamur konsumsi. Agromedia Pustaka, Jakarta.