12 ZIRAA’AH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 12-19
ISSN 1412-1468
APLIKASI PUPUK HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABE KERITING DI LAHAN RAWA LEBAK (Biofertilizer Application To Growth and Yield Curly Chilly On Lebak Wetland) Mahdiannoor Program Studi Agroteknologi STIPER Amuntai Jl. Bihman Villa No. 07B Telp. (0527) 62202 - +628125175125 Amuntai 71411 Http : www.agroswamp.w.pw Email :
[email protected] ABSTRACT Curly chilli are versatile plants, mainly used as household consumption such as herbs but can also be used in the food processing industry. Lebak wetland nature and character similar to acid sulfate soil that affects the physical, chemical and biological soil, to solving issues specifically to support the cultivation of curly chilli, one attempts to do is to provide input inorganic materials. This study aims to (i) know the biofertilizer, and (ii) get the best dosage application the biofertilizer to the growth and yield of curly chilli on lebak wetlands. This research was held at Pasar Senin Village, Amuntai Tengah District, Hulu Sungai Utara Regency from May to August 2012. This research used Randomized Block Design (RBD), with 5 treatments and 5 replicates, so get 25 units of exspriment. Factor test is biofertilizers, which are: t0 = 0 cc 1-1, 1-1 cc t1 = 1, t2 = 2 cc 1-1, 1-1 cc t3 = 3, t4 = 4 cc 1-1 . The results of this study indicate that biofertilizer treatment highly significant for all variables are observed, namely plant height, total of productive branches, fruit weight and total of fruit crops. Biofertilizer treatment 4 cc.l-1 is the best treatment for all variables. Key words : curly chilli, lebak wetland, biofertilizer.
PENDAHULUAN Cabe keriting tanaman yang serbaguna, terutama digunakan sebagai konsumsi rumah tangga seperti bumbu dapur tetapi juga dapat digunakan dalam industri pengolahan makanan (Wahyu, 2008). Di Kabupaten Hulu Sungai Utara belum ada petani yang membudidayakan tanaman cabe keriting dan untuk cabe besar hanya terdapat pada beberapa kecamatan saja yang membudidayakannya, karena kebanyakan lahan digunakan untuk membudidayakan jenis tanaman yang lain. Luas lahan lebak di Indonesia diperkirakan 13,28 juta ha, yang terdiri dari 4,167juta ha lebak dangkal, 6,075 juta ha lebak tengahan dan 3,038 juta ha lebak Pada musim kemarau lebak mengalami kekeringan dan merupakan hamparan lahan yang luas, cukup potensial untuk berbagai macam
komoditi seperti padi palawija dan sayuran. Komoditas sayuran sudah banyak diusahakan oleh petani-petani di lahan lebak, tetapi baru terbatas pada jenis-jenis lokal (Saleh dan E. William, 2006). Pupuk hayati yang dibuat mengandung mikroorganisme tertentu dalam jumlah yang banyak dan mampu menyediakan hara yang cukup untuk membentu pertumbuhan tanaman. Pupuk hayati dapat diterima sebagai pupuk yang berharga murah dibanding pupuk kimia, dan tidak menimbulkan pengaruh negatif baik terhadap kesehatan tanah maupun lingkungan. Pupuk hayati yang dikembangkan merupakan sumber nitrogen dan fosfor (Sutanto, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aplikasi dan dosis terbaik pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabe keriting di lahan rawa lebak.
13 ZIRAA’AH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 12-19
ISSN 1412-1468
Analisis data yang digunakan adalah uji F dan uji beda nilai tengah menggunakan DMRT pada taraf 5%.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasar Senin Kecamatan Amuntai Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara pada bulan Mei – Agustus 2012. Menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan adalah dosis pupuk hayati agrobost (T) sebanyak 5 taraf yaitu t0 =0 cc1-1, t1= 1 cc 1-1, t2= 2 cc 1-1, t3 = 3 cc 1-1 dan t4= 4 cc 1-1 dengan 5 kelompok sehingga terdapat 25 satuan percobaan. Variabel pengamatan yang diteliti adalah : tinggi dan jumlah cabang produktif tanaman cabe keriting 15, 25 dan 35 hst, berat dan jumlah buah pertanaman.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Berdasarkan data pengamatan dan analisis ragam tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan pemberian beberapa dosis pupuk hayati berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 15, 25 dan 35 hst. Rerata tinggi tanaman umur 15, 25 dan 35 hst di sajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil uji beda rerata tinggi tanaman cabe keriting umur 15, 25, 35 hst terhadap pupuk hayati pada lahan rawa lebak. Rerata tinggi tanaman (cm) Umur 15 hst Umur 25 hst Umur 35 hst a a 11,00 18,3 29,2a 12,40ab 20ab 36,8b b b 12,70 21,7 38,2b 14,60c 25,7c 44,3c d d 16,06 29,6 51,3d
Perlakuan dosis pupuk hayati t0 t1 t2 t3 t4 Keterangan :
aplikasi
Nilai rerata yang diikuti huruf superscript yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf nyata 5 %
Tinggi Tanaman (cm)
Pada Tabel 1, rerata tinggi tanaman cabe keriting umur 15, 25 dan 35 hst perlakuan t4 berbeda nyata dengan perlakuan t0, t1, t2 dan
t3 untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.
120 100 80 60 40 20 0
Tinggi tanaman umur 35 hst Tinggi tanaman umur 25 hst t0
t1
t2
t3
t4
Dosis pupuk hayati (cc 1-1)
Tinggi tanaman umur 15 hst
Gambar 1. Grafik hubungan rerata tinggi tanaman cabe keriting umur 15, 25 dan 35 hst terhadap aplikasi pupuk hayati pada lahan rawa lebak.
14 ZIRAA’AH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 12-19
Pada Gambar 1 terlihat bahwa rerata tinggi tanaman cabe keriting terbaik pada umur 15 hst didapati pada perlakuan t4 yaitu 16,06 cm, pada umur 25 hst rerata tinggi tanaman terbaik di jumpai pada perlakuan t4 juga yaitu 29,6 cm dan untuk umur 35 hst rerata tinggi tanaman terbaik juga pada perlakuan t4 yaitu 51, 3 cm. Jadi dari grafik dapat dikatakan bahwa makin besar dosis pupuk hayati maka rerata tinggi tanaman juga makin tinggi, atau
ISSN 1412-1468
rerata tinggi tanaman berbanding lurus dengan dosis pupuk hayati. Jumlah Cabang Produktif Berdasarkan data pengamatan dan analisis ragam jumlah cabang produktif tanaman cabe keriting,menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah cabang produktif umur 15, 25 dan 35 hst. Rerata jumlah cabang produktif tanaman cabe keriting umur 15, 25 dan 35 disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil uji beda rerata jumlah cabang produktif tanaman cabe keriting umur 15 hst, 25 hst dan 35 hst terhadap aplikasi pupuk hayati pada lahan rawa lebak. Perlakuan dosis pupuk hayati t0 t1 t2 t3 t4 Keterangan :
Rerata jumlah cabang produktif (buah) Umur 15 hst Umur 25 hst Umur 35 hst 6,4a 9,4a 14,2a b b 7,8 11,2 21,4b 9,6c 12,8c 23,4bc d d 10,6 17 24c 12e 22e 28,8d
Nilai rerata yang diikuti huruf superscript yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf nyata 5 %.
Pada Tabel 2, jumlah cabang produktif tanaman cabe keriting umur 15, 25 dan 35 hst perlakuan t4 berbeda nyata dengan perlakuan
t0, t1, t2 dan t3 untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.
Jumlah Cabang Produktif (buah)
80 Jumlah cabang produktif umur 35 hst
60 40 20 0 t0
t1
t2
t3
t4
Dosis pupuk hayati (cc 1-1)
Jumlah cabang produktif umur 25 hst
Gambar 2. Grafik hubungan rerata jumlah cabang produktif cabe keriting umur 15, 25 dan 35 hst terhadap pemberian pupuk agrobost pada lahan rawa lebak.
15 ZIRAA’AH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 12-19 Dari Gambar 2 terlihat bahwa rerata jumlah cabang produktif tanaman cabe keriting terbaik pada umur 15 hst didapati pada perlakuan t4 yaitu 12 buah, pada umur 25 hst rerata jumlah cabang produktif terbaik di jumpai pada perlakuan t4 juga yaitu 22 buah dan untuk umur 35 hst rerata jumlah cabang produktif terbaik juga pada perlakuan t4 yaitu 28,8 buah. Jadi dari grafik dapat dikatakan bahwa makin besar dosis pupuk hayati maka rerata jumlah cabang produktif tanaman juga makin banyak, atau rerata jumlah cabang
ISSN 1412-1468
produktif tanaman berbanding lurus dengan dosis pupuk hayati. Jumlah Buah Pertanaman Berdasarkan data pengamatan dan analisis ragam untuk jumlah buah pertanaman pada tanaman cabe keriting menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk hayati berpangaruh sangat nyata terhadap jumlah buah pertanaman. Rerata jumlah buah pertanaman disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil uji beda rerata jumlah buah pertanaman cabe keriting terhadap aplikasi pupuk hayati pada lahan rawa lebak. Perlakuan t0 t1 t2 t3 t4 Keterangan :
Rerata jumlah buah (buah) 4,27a 12,37b 12,8b 14,9bc 19,77c Nilai rerata yang diikuti huruf superscript yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf nyata 5 %.
Jumlah Buah pertanaman (buah)
Pada Tabel 3 rerata jumlah buah pertanaman cabe keriting pada perlakuan t4 berbeda nyata
dengan perlakuan t0, t1, t2 dan t3 untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.
20 15 10 5 0 t0 t1 t2 t3 t4 Dosis pupuk hayati (cc 1-1)
Gambar 3. Grafik hubungan rerata jumlah buah cabe keriting terhadap pemberian pupuk hayati pada lahan rawa lebak. Dari grafik terlihat jelas bahwa pemberian perlakuan dosis pupuk hayati memberikan peningkatan rerata jumlah berat buah yang berbeda antar perlakuan, dimana perlakuan terbaik adalah perlakuan t4 sebesar
3,96 buah. Dapat dikatakan bahwa makin besar dosis pupuk hayati maka rerata jumlah buah pertanaman cabe keriting juga makin banyak, atau rerata jumlah buah pertanaman berbanding lurus dengan dosis pupuk hayati.
16 ZIRAA’AH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 12-19
ISSN 1412-1468
berpengaruh sangat nyata terhadap berat buah pertanaman. Rerata berat buah pertanaman disajikan pada Tabel 4.
Berat Buah Pertanaman Berdasarkan hasil analis ragam menunjukkan bahwa dosis pupuk hayati
Tabel 4. Hasil uji beda rerata berat buah pertanaman terhadap aplikasi pupuk hayati pada lahan rawa lebak. Perlakuan t0 t1 t2 t3 t4
Rerata Berat buah (g) 8,75a 27b 46c 101,63d 181,63e
Keterangan : Nilai rerata yang diikuti huruf superscript yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf nyata 5 %.
Berat Buah Pertanaman (g)
Pada Tabel 4 perlakuan t4 berbeda nyata dengan perlakuan t0, t1, t2 dan t3 untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4. 200 100 0 t0
t1
t2
t3
Dosis pupuk hayati (cc
t4 1-1)
Gambar 4. Grafik hubungan rerata berat buah pertanaman cabe keriting terhadap aplikasi pupuk hayati pada lahan rawa lebak. Dari grafik terlihat jelas bahwa peningkatan dosis pemberian perlakuan pupuk hayati mampu memberikan peningkatan berat buah, dimana berat buah terbaik terdapat pada perlakuan t4 yaitu sebesar 181,63 g. Dapat dikatakan bahwa makin besar dosis pupuk hayati maka rerata berat buah pertanaman cabe keriting juga makin berat, atau rerata jumlah buah pertanaman berbanding lurus dengan dosis pupuk hayati. Tinggi Tanaman Tinggi rendahnya hasil tanaman dipengaruhi oleh faktor selama tanaman itu mengalami pertumbuhan.Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman antara lain seperti faktor eskternal terdiri dari mineral, kelembaban, udara, suhu, dan intensitas sinar matahari, dan faktor internal terdiri dari faktor hormon. Kandungan pupuk hayati dapat diserap dan dimanfaatkan oleh tanaman cabe keriting. Hal ini karena unsur hara dari larutan tanah dalam bentuk ion dapat diserap oleh akar, batang, cabang, daun dari tanaman cabe keriting. Dengan terserapnya larutan tanah yang mengandung unsur hara maka dapat ditrasportasikan kepermukaan akar. Transportasi unsur hara dari larutan tanah kepermukaan akar dengan aliran massa dan difusi (Agustina, 2004).
17 ZIRAA’AH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 12-19 Hasil analisis tanah yang menunjukkan pH 5,59 (Lampiran 1) dan dikategorikan agak masam. Pada tanah rawa lebak proses pemasaman tanah terjadi, karena akibat adanya senyawa pirit (FeS2) pada lapisan tanahnya, yang jika teroksidasi akibat terjadi kekeringan yang mengakibatkan hancurnya kisi-kisi mineral liat dan menghasilkan ion Al3+Fe2+ yang beracun bagi tanaman.Aktivitas biologi di dalam tanah juga dipengaruhi oleh pH tanah . Pengaruhnya didalam kecepatan penguraian bahan organik (Agustina, 2004) Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan dengan aplikasi pupuk hayati berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 15, 25 dan 35. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri penambat unsur N seperti Azotobacter dan Azospirillium dalam pupuk hayati yang di aplikasikan dapat menambat N dari lingkungan tanaman dan dimanfaatkan oleh tanaman dalam pembentukkan atau pertumbuhan bagian vegetatif tanaman seperti batang, daun, cabang dan akar. Fase vegetatif dari tinggi tanaman telah melalui pertumbuhan dimana tanaman sudah membentuk cabang yang menyerap nitrogen lebih cepat dan lebih banyak sehingga pertumbuhan lebih baik. Nitrogen juga berperan dalam pembentukkan hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis, pembentukkan protein dan lemak. Protein merupakan penyusun utama protoplasma yang berfungsi sebagai proses metabolisme dalam tanaman dan akan memacu pembelahan dan pemanjangan sel (Lingga, 2007). Unsur P diperlukan tanaman untuk pembentukkan dan pertumbuhan akar dimana akar tanaman yang subur yang dapat memperkuat berdirinya tanaman dan dapat meningkatkan penyerapan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Menambahkan bahwa unsur P juga diperlukan untuk tanaman memperbanyak pertumbuhan generatif (bunga dan buah) sehingga kekurangan unsur P dapat
ISSN 1412-1468
menyebabkan produksi tanaman menurun.Unsur K yang berperan penting dalam setiap proses metabolisme tanamanyaitu dalam sintesis, asam amino dan protein dari ion-ion ammonium serta berperan dalam pemeliharaan tekanan dan menjamin kesimbungan pemanjangan sel (Lingga, 2007). Dari Tabel 3 juga terlihat jelas bahwa tinggi tanaman yang tertinggi pada umur 15 hst dihasilkan oleh perlakuan t4, tinggi tanaman yang tertinggi pada umur 25 hst juga dihasilkan oleh perlakuan t4 dan juga tinggi tanaman yang tertinggi pada umur 35 hst juga dihasilkan oleh perlakuan t4, dimana perlakuan t4 adalah dosis minimum yang sudah dapat memenuhi akan kebutuhan tanaman cabe keriting dalam masa vegetatif. Jumlah Cabang Produktif Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk agrobost berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah batang produktif pada umur 15, 25, 35 hst. Pada perlakuan t4 menunjukkan jumlah cabang produktif yang tertinggi pada umur 15, 25, dan 35 hst, dimana perlakuan t4 adalah dosis minimum yang sudah dapat memenuhi akan kebutuhan tanaman cabe keriting dalam masa vegetatif. Hal ini didukung pupuk hayati yang diaplikasikan dapat diserap dan dimanfaatkan dengan baik oleh tanaman cabe keriting. Nitrogen terkandung di udara dalam jumlah yang besar, tetapi dalam bentuk yang tidak dapat di manfaatkan oleh tanaman secara langsung (N2). Bakteri tersebut dapat menambat N ke udara menjadi amoniak (NH3). Mikroorganisme yang mampu memfiksasi N2 dari udara yaitu berasosiasi oleh bakteri Azospirillum, Azotobacter, dan mikroba pelarut fosfat yang memberi kontribusi N sebesar 12-313 kg/ha/tahun (Agustina, 2004). Bakteri pelarut fosfat dapat berperan sebagai biokontrol yang dapat meningkatkan kesehatan akar dan pertumbuhan tanaman melalui proteksinya terhadap penyakit. Mikroba tanah banyak yang berperan dalam
18 ZIRAA’AH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 12-19 penyediaan maupun penyiapan unsur hara bagi tanaman, karena bakteri tersebut mampu menghasilkan hormon tanaman yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Hormon yang dihasilkan oleh bakteri akan diserap oleh tanaman sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat (Sutanto, 2002). Azospirillum adalah bakteri yang berperan untuk menambah jumlah percabangan akar. Bakteri ini memiliki kemampuan menambat N2 fitohormon. Fitohormon adalah hormon tumbuhan yang berupa senyawa organik yang di buat pada suatu bagian tanaman dan kemudian di angkut ke bagian yang lain, yang dengan konsentransi rendah menyebabkan suatu dampak fisiologis. Fitohormon yang di hasilkan berupa auksin, giberillin, sitokinin, dan etilen (Sutanto, 2002). Azotobacter bakteri yang menghasilkan hormon pertumbuhan dan mengurangi serangan hama. Bakteri dari famili azotobactereceae merupakan sebagian besar dari bakteri pemfiksasi nitrogen yang hidup bebas. Azotobacter yang diinokulasi dari tanah atau biji dengan tanah atau azotobacter efektif meningkatkan hasil budi daya pada tanah yang di pupuk dengan kandungan bahan organik yang cukup. Azotobacter adalah bakteri aerob obligat, enzim nitrogenase yang dimilikinya yaitu enzim yang mengkatalisis pengikatan N2, bersifat sensitif terhadap O2 (Sutanto, 2002). Bakteri selulotik merupakan mikroba pemecah dinding sel yang berfungsi merubah sifat kimia yang terkandung dalam bahan. Diantara bakteri ini yang sering di jumpai dan sebagai produk komersial adalah lactobacillus. Bakteri ini dapat memicu enzim yang terkandung dalam sel sehingga menghasilkan protein (Sutanto, 2002). Unsur K sangat memegang peranan penting dalam pembentukkan pertumbuhan vegetatif terutama pembentukkan cabang. Selama proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman memerlukan berbagai unsur hara seperti N yang dapat meningkatkan pertumbuhan akar, batang,
ISSN 1412-1468
daun, cabang tanaman, memberikan warna hijau pada daun tanaman yang berhubungan dengan klrofil dalam perannya pada proses fotosintesis, berperan dalam mengatur penggunaan fosfor dan kalium pada suatu tanaman. Penambahan dalam unsur N di ikuti oleh meningkatnya kandungan senyawa yang mengandung N pada tanaman yang bersangkutan seperti asam amino, protein, dan vitamin B. Tanaman yang kekurangan unsur N menyebabkan daun-daun lebih kecil dan mengalami gangguan produksi enzim, sehingga reaksi-reaksi enzimatik tidak berjalan dengan baik. Adapun efek samping dan kekurangan unsur N yaitu tanaman tumbuh kerdil, sistem perakarannya terbatas serta warna daun yang pucat (Wijaya, 2008). Jumlah Buah dan Berat Buah Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk agrobost berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah buah pertanaman dan berat buah pertanaman. Hal ini didukung dengan adanya unsur hara yang terkandung didalam pupuk hayati dapat memenuhi kebutuhan unsur hara yang diperlukan tanaman cabe keriting dan juga diserap serta dimanfaatkan dengan baik oleh tanaman. Unsur N yang terkandung dalam pupuk berperan dalam penyusun protein, sedangkan unsur P yang terkandung didalam pupuk hayati juga berperan dalam pembentukkan bunga dan buah, dan unsur K yang berperan dalam pembentukkan karbohidrat dan gula yang berfungsi untuk membuat kualitas bunga dan buah yang dihasilkan akan lebih baik (Rosmarkan dan Yuwono, 2002). Fosfor (P) merupakan unsur hara yang diperlukan dalam jumlah yang besar (hara makro). Jumlah fosfor dalam tanaman lebih kecil dibandingkan nitrogen dan kalium. Tetapi fosfor dianggap sebagai kunci kehidupan. Unsur fosfor ditanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan dan mineralmineral di dalam tanah. Tanaman menyerap fosfor dalam bentuk ion ortofosfat H2PO4) dan ion ortofosfat sekunder (HPO4) menurut
19 ZIRAA’AH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 12-19 Thomson (1982) dalam Rosmarkan dan Yuwono (2002), bahwa kemungkinan unsur P diserap dalam bentuk senyawa organik yang larut dalam air, misalnya asam nukleat dan phitin. Fosfor berfungsi untuk pembelahan sel pewmbentukan albumin, pembentukan bunga, buah dan biji. Selain itu fosfor juga berfungsi mempercepat pematangan buah, memperkuat batang untuk perkembangan akar dan memperbaiki kualitas tanaman.Wilayah tanah yang bersinggungan langsung dengan akar, jaraknya 1-4 mm tempat kegiatan mikrobia. Eksodut organik dari akar merupakan cadangan makanan. Suasana pH risosfer dan aktivitas mikrobia mempengaruhi ketersediaan unsur hara melalui proses pelarutan dan khelasi, pH lebih rendah dan adanya asam organik meningkatkan kelarutan. Akar dan mikrobia dirisosfer dapat menghasilkan khelasi, akar dan aktivitas mikrobia juga menurunkan redoks potensial sehingga meningkatkan ketersediaan hara. Berdasarkan hasil penelitian pada variabel tinggi, jumlah cabang produktif, jumlah buah dan berat buah pertanaman mengalami pertumbuhan dan hasil yang baik dengan aplikasi pupuk hayati menunjukkan bahwa tanaman cabe keriting dapat dibudidayakan dilahan rawa lebak. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Aplikasi pupuk hayati diketahui memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabe keriting dilahan rawa lebak. 2. Perlakuan pupuk hayati dosis 4 cc.l-1 merupakan perlakuan terbaik terhadap variabel pertumbuhan dan hasil tanaman cabe keriting dilahan rawa lebak.
ISSN 1412-1468
Saran Penggunaan pupuk hayati untuk budidaya tanaman pada lahan rawa lebak merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan. DAFTAR PUSTAKA Agustina, L. 2004. Dasar Nutrisi Tanaman. PT Rineka Cipta. Jakarta. Lingga, P. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Rosmarkam, A. dan Yuwono, N.A. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Angkasa. Kanisius. Yogyakarta. Saleh, M dan E. William. 2006. Evaluasi fenotipik, heritabilitas dan korelasi antara Komponen hasil dengan hasil cabai merah Di lahan rawa lebak. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi dan Pengembangan Terpadu Lahan Rawa 2006. Ballitra. Banjarbaru. Sutanto, R. 2002. Pertanian Kanisius. Yogyakarta.
Organik.
Wahyu T. B. 2008. Budidaya dan Bisnis Cabai. Agromedia. Jakarta. Wijaya, K. A. 2008. Nutrisi Tanaman Sebagai Penentu Kualitas Hasil Dan Resistensi Alam Tanaman. Prestasi Pustaka. Jakarta.