1 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 1- 8
ISSN 1412-1468
RESPON TANAMAN BAWANG DAUN TERHADAP DOSIS DAN WAKTU PEMBERIAN AMPAS TEH YANG TELAH DIFERMENTASI DENGAN EM-4 (Response of Weish Onion (Allium fistulosum L.) on the Dosage and Application Time of Tea Waste Fermentation by EM-4) Alvera Prihatini Dewi Nazari Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Samarinda
ABSTRACT The objectives of experiment was : (1) to understand of response growth and yield of weish onion (Allium fistulosum L.) on the dosage and application time of tea waste fermentation and it’s interaction on the growth and yield of weish onion plant, and (2) to find out the proper dosage and application time of tea waste fermentation for weish onion plant. The experiment was conducted at Experimental Garden of Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Propinsi Kalimantan Timur, Samarinda on July 2007 until October 2007. The experiment design was used Completely Randomized Design arranged in Factorial Experiment 3 x 3 with five replications. The first factor was dosage of tea waste fermentation (D) consisted three levels i.e : without tea waste fermentation (d0), 150 g polibag-1 (d1), and 300 g polibag-1 (d2) The second factor was time of tea waste fermentation application (W) consisted three levels i.e : one week before planting (w1), two weeks before planting (w2), and three weeks before planting (w3). The result of experiment showed that : (1) response of increase of plant height at 30, 45 days after planting and harvest time, increase of number of leaves at 30, 45 days after planting and harvest time, number of shoots, and weight of fresh plant was significant different on the dosage of tea waste fermentation treatment. The highest of fresh weight namely 7,47 g plant-1 was achieved on 300 g polybag-1 (d1), while the lowest of fresh weight namely 5,47 g plant-1 was achieved on without tea waste fermentation (d0); (2) response of increase of plant height at 30, 45 days after planting and harvest time, increase of number of leaves at 30, 45 days after planting and harvest time, number of shoots, and weight of fresh plant was significant different on the time of tea waste fermentation application treatment. The highest of fresh weight namely 7,73 g plant-1 was achieved on two weeks before planting (w2), while the lowest of fresh weight namely 5,60 g plant-1 was achieved on one week before planting (w1); and (3) response of all parameters was no significant different on interaction of both factors. Keywords : Tea waste fermentation, weish onion plant
PENDAHULUAN Jenis tanaman hortikultura yang mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan adalah tanaman sayuran, selain untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga/masyarakat dan dapat menambah penghasilan petani. Salah satu jenis tanaman sayuran daun yang dapat dimanfaatkan
sebagai campuran berbagai macam masakan adalah bawang daun (Allium fistulosum L.). Bawang daun sangat digemari oleh hampir semua orang, karena dapat menyedapkan masakan dan memiliki kandungan gizi yang tinggi (Rukmana, 1995). Di daerah Kalimantan Timur, berdasarkan data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Tahun 2005 bahwa rata-rata
2 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 1- 8
produktivitas tanaman bawang daun adalah 2,62 Mg ha-1, hasil tersebut adalah lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas bawang daun secara nasional yang telah mencapai 10,50 Mg ha-1. Rendahnya tingkat produktivitas tanaman tersebut disebabkan oleh berbagai factor, diantaranya adalah faktor iklim, teknik budidaya yang belum intensif, penanaman masih dalam skala kecil, dan tingkat kesuburan tanah yang rendah. Untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan kering perlu dicari suatu teknologi yang lebih menitikberatkan pada teknologi yang secara ekonomi terjangkau petani tetapi mampu meningkatkan produktivitas lahan. Salah satu upaya yang dianjurkan adalah penggunaan bahan organik. Seperti dikemukakan oleh Basa dkk (1992) bahwa pemberian bahan organik diharapkan dapat mendukung peningkatan produktivitas lahan kering, karena bahan organik memiliki kemampuan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis tanah. Ampas teh merupakan salah satu limbah rumah tangga yang dapat digunakan sebagai salah satu jenis pupuk organik. Menurut Amalia (2005), ampas teh mengandung 3,28% N; 0,50% P2O5; 0,42% K2O, 0,97% CaO; dan 0,26% MgO. Selain itu dikemukakan oleh Hartoyo (2003) bahwa ampas teh banyak mengandung katekin yang bersifat antimikroba yang dapat menghilangkan gangguan nematoda yang sering mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Untuk berhasilnya usaha pemberian pupuk, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya adalah jenis, dosis/konsentrasi pupuk serta cara pemberiannya, selain itu juga waktu pemberiannya karena sangat berkaitan erat dengan jumlah dan waktu ketersediaan unsur hara harus bersesuaian dengan kebutuhan tanaman. Mengingat ampas teh merupakan bahan organik, sehingga apabila diberikan secara langsung ke dalam tanah memerlukan waktu relatif lama sebelum tersedia bagi tanaman,
ISSN 1412-1468
untuk itu perlu dilakukan fermentasi dengan menggunakan Effective Microorganism 4 (EM-4). Tujuan penelitian adalah untuk memahami respon tanaman bawang daun terhadap dosis dan waktu pemberian ampas teh yang telah difermentasi dengan EM-4 serta interaksi antara kedua faktor tersebut.
METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Propinsi Kalimantan Timur, Samarinda. Rancangan Percobaan Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap yang disusun dalam Percobaan Faktorial 3 x 3 yang diulang sebanyak 5 kali. Faktor pertama adalah dosis ampas teh yang telah difermentasi (D) yang terdiri atas : tanpa pemberian ampas teh yang telah difermentasi (d0), pemberian 150 g polibag-1 (d1) dan pemberian 300 g polibag-1 (d2). Faktor kedua adalah waktu pemberian ampas teh yang telah difermentasi (W) yang terdiri atas 3 taraf, yaitu : diberikan 1 minggu sebelum tanam (w1), diberikan 2 minggu sebelum tanam (w2), dan diberikan 3 minggu sebelum tanam (w2). Kegiatan Penelitian Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian, meliputi : studi pustaka, observasi, persiapan tempat penelitian, persiapan media tanam, pemberian kapur dolomit, pembuatan/fermentasi ampas teh, pemberian ampas teh, persiapan bibit, penanaman, pemeliharaan tanaman (penyulaman, penyiraman, penyiangan gulma, pembumbunan, pemangkasan daun tua), pemanenan, pengumpulan dan analisis data, dan pelaporan.
3 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 1- 8
Ampas teh difermentasi dengan menggunakan EM-4 selama 5 hari dan telah menunjukkan ciiri-ciri yaitu bwrwarna hitam, tidak panas dan tidak berbau. Setelah proses fermentasi selesai, selanjutnya ampas teh hasil fermentasi siap diberikan sesuai dengan perlakuan. Pengumpulan dan Analisis Data Data yang dikumpulkan, yaitu antara lain : pertambahan tinggi tanaman dan pertambahan jumlah daun pada umur 15, 30, 45 hari setelah tanam dan pada saat panen, jumlah anakan per rumpun pada saat panen, dan berat segar tanaman. Untuk mengetahui respon pertumbuhan dan hasil tanaman bawang daun terhadap dosis dan waktu pemberian ampas teh yang telah difermentasi serta interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut dilakukan dengan menggunakan sidik ragam. Bila hasilnya berbeda nyata (F hitung > F tabel 5%) atau berbeda sangat nyata (F hitung > F tabel 5%) dilakukan uji lanjutan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Rekapitulasi hasil penelitian respon pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun pada umur 15, 30 dan 45 hari setelah tanam serta pada saat panen, jumlah anakan per rumpun dan berat segar tanaman terhadap dosis dan waktu pemberian ampas teh yang telah difermentasi serta terhadap interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut disajikan pada Tabel 1. Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Daun terhadap Dosis Ampas Teh yang telah Difermentasi dengan EM-4 Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa respon pertambahan tinggi tanaman dan pertambahan jumlah daun pada umur 15 hari setelah tanam adalah berbeda tidak nyata terhadap perlakuan pemberian berbagai dosis ampas teh yang telah difermentasi dengan
ISSN 1412-1468
EM-4. Hal disebabkan kebutuhan tanaman bawang daun terhadap unsur hara masih relatif sedikit dan masih dapat dipenuhi oleh media tanam tempat tumbuhnya (kandungan unsur hara tanah berdasarkan hasil analisis laboratorium yaitu : 0,18% N total (rendah); 597,7 ppm P tersedia (sangat tinggi) dan 396,3 ppm K tersedia (sangat tinggi). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa respon pertambahan tinggi tanaman dan pertambahan jumlah daun pada umur 30, 45 hari setelah tanam dan pada saat panen serta jumlah anakan pada saat panen adalah berbeda nyata sampai berbeda sangat terhadap perlakuan pemberian berbagai dosis ampas teh yang telah difermentasi dengan EM-4. Hasil penelitian pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa pemberian ampas teh yang telah difermentasi sebesar 150 g polibag-1 (d1) dan 300 g polibag-1 (d2) menghasilkan pertambahan tinggi tanaman dan jumlah anakan tanaman bawang daun yang lebih besar dan jumlah anakan per rumpun yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian ampas teh (d0). Keadaan ini disebabkan dengan bertambahnya umur tanamaan, maka kebutuhan tanaman terhadap unsur hara dan senyawa lainnya juga bertambah dan hal tersebut tidak dapat dipenuhi semuanya oleh media tempat tumbuhnya.
4 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 1- 8
Tabel.1
ISSN 1412-1468
Rekapitulasi Hasil Penelitian Tanggap Tanaman Bawang Daun terhadap Dosis dan Waktu Pemberian Ampas Teh yang Telah Difermentasi dengan EM-4
Faktor-Faktor Perlakuan
Pertambahan Tinggi Tanaman (cm) pada Umur 15 HST 30 HST 45 HST Saat Panen
Pertambahan Jumlah Daun (Helai) pada Umur 15 HST 30 HST 45 HST Saat Panen
Jumlah Anakan per Rumpun *
Dosis Ampas Teh tn * * * tn * ** ** (D) Tanpa Ampas Teh 8,71 10,46a 16,59a 19,73a 1,60 6,80a 11,78a 14,47a 2,87a (d0) 150 g polibag -1 8,83 11,14ab 17,79b 22,00b 1,60 7,47ab 13,33ab 16,47ab 3,53b (d1) 300 g polibag -1 9,47 12,77b 18,97b 22,81b 1,73 8,47b 14,93b 18,53b 3,53b (d2) Waktu tn * * * tn * ** ** * Pemberian (W) 1 MST 8,51 10,37a 14,45a 18,99a 1,53 7,07a 12,40a 14,80a 3,13a (w1) 2 MST 9,65 12,99b 20,33b 23,77b 1,93 8,60b 14,73b 18,87b 3,73b (w2) 3 MST 8,85 11,01a 18,56b 21,78b 1,47 7,07a 13,00ab 15,80a 3,07a (w3) Interaksi tn tn tn tn tn tn tn tn tn (D x W) d0w1 8,28 9,82 13,38 15,94 1,40 5,80 10,20 13,20 2,80 d0w2 8,40 11,20 19,46 22,96 1,80 7,60 12,20 15,40 2,80 d0w3 9,46 10,36 16,94 20,30 1,60 7,00 13,20 14,80 3,00 d1w1 9,42 10,78 14,08 21,88 1,40 7,80 14,20 16,00 3,60 d1w2 9,42 12,45 19,78 21,48 2,00 8,20 14,40 19,20 4,20 d1w3 7,64 10,18 19,50 22,64 1,40 6,40 11,40 14,20 2,80 d2w1 7,82 10,50 15,90 19,16 1,80 7,60 12,80 15,20 3,00 d2w2 11,14 15,32 21,76 26,88 2,00 10,00 17,60 22,00 4,20 d2w3 9,46 `12,48 19,24 22,40 1,40 7,80 14,40 18,40 3,40 Keterangan : angka rata-rata pada setiap kolom yang diikuti dengan huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata berdasarkan hasil uji BNT taraf 5%. tn = berbeda tidak nyata; * = berbeda nyata; ** = berbeda sangat nyata; HST = hari setelah tanam; MST = minggu sebelum tanam
Berat Segar Tananam (g) * 5,47a 6,67ab 7,47b * 5,60a 7,73b 6,27ab tn 5,20 5,60 5,60 6,40 8,00 5,60 5,20 9,60 7,60
5 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 1- 8
Dengan pemberian berbagai dosis ampas teh yang telah difermentasi dengan EM-4 diperkirakan dapat meningkatkan ketersediaan dan serapan unsur hara terutama unsur hara nitrogen oleh tanaman bawang daun, sehingga dapat memacu pertumbuhan tinggi, jumlah daun dan jumlah anakan tanaman bawang daun. Seperti dikemukakan oleh Wilkins (1989) bahwa pembentukan tunas dan daun-daun baru berkaitan dengan tersedianya unsur hara, unsur hara yang diserap oleh tanaman selanjutnya diproses dan dihasilkan senyawa/bahan dan energi yang digunakan untuk pembelahan, perpanjangan dan differensiasi sel yang mengarah kepada proses morfogenesis jaringan tanaman seperti pembentukan organ vegetatif tanaman. Selanjutnya dijelaskan oleh Gadnerd dkk (1991) bahwa pembentukan organ vegetatif memerlukan sejumlah unsur hara terutama nitrogen dalam jumlah yang cukup yang akan digunakan dalam pembentukan karbohidrat dan protein. Bila kedua senyawa tersebut tersedia dalam yang cukup, maka akan meningkatkan pembentukan organ vegetatif tanaman. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa respon berat segar tanaman adalah berbeda nyata terhadap perlakuan pemberian berbagai dosis ampas teh yang telah difermentasi dengan EM-4. Hasil penelitian pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa pemberian ampas teh yang telah difermentasi sebesar 300 g polibag-1 (d2) menghasilkan berat segar tanaman yang paling tinggi, yaitu sebesar 7,47 g tanaman-1, diikuti perlakuan 150 g polibag-1 (d1) yaitu sebesar 6,67 g tanaman-1, dan yang paling rendah pada perlakuan tanpa pemberian ampas teh (d0), yaitu hanya sebesar 5,47 g tanaman-1. Hal ini disebabkan dengan pemberian ampas teh yang telah difermentasi dengan EM-4 diduga mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Sepertti dikemukakan oleh Lingga dan Marsono (2002), pemberian bahan organik dapat memperbaiki sifat-sifat tanah.. Dengan perbaikan sifat-sifat tanah tersebut dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara dan
ISSN 1412-1468
serapan unsur hara oleh tanaman bawang daun, sehingga dapat meningkatkan proses metabolisme pembentukan karbohidrat dan protein dalam tanaman. Karbohidrat yang terbentuk sebagian digunakan untuk pembentukan energi dan sebagian lagi disimpan sebagai cadangan makanan. Seperti dikemukakan oleh Lakitan (2000) bahwa fotosintat yang dihasilkan kemudian ditranslokasikan ke organ-organ atau jaringan tanaman lainnya untuk pertumbuhan dan juga ditimbun sebagai cadangan makanan. Kemudian dikemukakan oleh Kamil (1996) bahwa dengan meningkatnya pertumbuhan tanaman maka akan mempengaruhi produksi tanaman yang ditandai dengan meningkatnya berat segar tanaman. Hasil analisis orthogonal polinomial diperoleh hasil bahwa hubungan fungsional antara dosis ampas teh (x) dengan berat segar tanaman (y) bersifat linier dengan persamaan regresi dugaan ŷ = 5,533 + 0,007x dengan koefisien korelasi (r) = 0,993, ini menunjukkan bahwa belum diperoleh dosis optimum dari ampas teh yang diberikan. Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Daun terhadap Waktu Pemberian Ampas Teh yang telah Difermentasi dengan EM-4 Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa respon pertambahan tinggi tanaman dan pertambahan jumlah daun pada umur 15 hari setelah tanam adalah berbeda tidak nyata terhadap berbagai perlakuan waktu pemberian ampas teh yang telah difermentasi dengan EM-4. Hal disebabkan tanaman bawang daun masih kecil/muda dan masih dalam tahap pertumbuhan awal, sehingga masih menggunakan cadangan makanan dari bahan tanam. Di samping itu, tanaman belum mampu menyerap unsur hara dari dalam tanah karena perakaran yang terbentuk belum berfungsi secara maksimal. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa respon pertambahan tinggi tanaman dan pertambahan jumlah daun pada umur 30, 45
6 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 1- 8
hari setelah tanam dan pada saat panen serta jumlah anakan pada saat panen adalah berbeda nyata sampai berbeda sangat terhadap perlakuan waktu pemberian ampas teh yang telah difermentasi dengan EM-4. Hasil penelitian pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa perlakuan waktu pemberian ampas teh 2 minggu sebelum tanam (w2) menghasilkan pertambahan tinggi dan jumlah daun yang lebih besar serta menghasilkan jumlah anakan per rumpun yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan waktu pemberian ampas teh 1 minggu sebelum tanam (w1) dan perlakuan waktu pemberian ampas teh 3 minggu sebelum tanam (w3). Keadaan ini disebabkan waktu pemberian 2 minggu sebelum tanam diperkirakan ampas teh yang telah difermentasi dengan EM-4 telah mengalami proses dekomposisi sehingga unsur hara menjadi tersedia dan dapat diserap oleh perakaran tanaman. Seperti dikemukakan oleh Setyati Harjadi (1996) bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam usaha pemupukan agar pupuk tersebut efektif dan efisien, yaitu antara lain : kondisi tanaman, kondisi tanah, jenis dan dosis pupuk yang diberikan serta waktu aplikasinya. Waktu pemberian pupuk sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, terutama untuk pupuk organik yang memerlukan beberapa waktu untuk proses dekomposisinya sebelum siap diserap oleh tanaman. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa respon berat segar tanaman adalah berbeda nyata terhadap perlakuan waktu pemberian ampas teh yang telah difermentasi dengan EM-4. Hasil penelitian pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa waktu pemberian ampas teh yang telah difermentasi 2 minggu sebelum tanam (w2) menghasilkan berat segar tanaman yang paling tinggi, yaitu sebesar 7,73 g tanaman-1, diikuti perlakuan waktu pemberian 3 minggu sebelum tanam (w3) yaitu sebesar 6,27 g tanaman-1, dan yang paling rendah pada perlakuan waktu pemberian 1 minggu sebelum tanam (w1),
ISSN 1412-1468
yaitu hanya sebesar 5,60 g tanaman-1. Hal ini disebabkan waktu pemberian ampas teh 2 minggu sebelum tanam mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara dan serapan unsur hara oleh perakaran tanaman bawang daun, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan memberikan hasil yang tinggi. Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa perlakuan waktu pemberian ampas teh yang dilakukan 3 minggu sebelum tanam (w3) menghasilkan pertumbuhan dan hasil tanaman bawang daun yang rendah dibandingkan dengan perlakuan waktu pemberian ampas teh yang dilakukan 2 minggu sebelum tanam (w2). Hal ini disebabkan ampas teh yang telah difermentasi dengan EM-4 banyak mengalami dekomposisi sebelum tanaman siap untuk menyerap unsur hara hasil dekomposisi tersebut, namun unsur hara tersebut banyak hilang akibat proses pencucian dari air penyiraman yang dilakukan selama pemeliharaan tanaman. Dikemukakan oleh Mulyani dan Kartasapoetra (2002) bahwa kebutuhan tanaman terhadap bermacammacam unsur hara selama pertumbuhan dan perkembangannya membutuhkan waktu yang berbeda dan tidak sama banyaknya. Dengan demikian maka waktu pemberian pupuk harus memperhatikan waktu kebutuhan tanaman serta macam unsur hara yang berada dalam keadaan defisiensi. Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Daun terhadap Interaksi antara Faktor Dosis dan Waktu Pemberian Ampas Teh yang telah Difermentasi dengan EM-4 Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa respon pertambahan tinggi tanaman dan pertambahan jumlah daun pada umur 15, 30, 45 hari setelah tanam dan pada saat panen, jumlah anakan per rumpun pada saat panen dan berat segar tanaman adalah berbeda tidak nyata terhadap interaksi antara faktor dosis dan waktu pemberian ampas teh yang telah difermentasi dengan EM-4. Kejadian ini
7 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 1- 8
ISSN 1412-1468
memperlihatkan bahwa kedua faktor perlakuan tersebut tidak bersama-sama dalam mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman bawang daun. Seperti dinyatakan oleh Steel dan Torrie (1991), bahwa bila pengaruh interaksi berbeda tidak nyata maka disimpulkan bahwa diantara faktor perlakuan tersebut bertindak bebas satu sama lainnya. Hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa pemberian ampas teh yang telah difermentasi dengan EM-4 dengan dosis 300 g polibag-1 dan diberikan 2 minggu sebelum tanam cenderung menghasilkan pertambahan tinggi dan jumlah daun tanaman yang lebih berat, jumlah anakan per rumpun yang lebih banyak, dan berat segar tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan berbagai kombinasi perlakuan lainnya.
pemberian 2 minggu sebelum tanam (w2) menghasilkan berat segar tanaman yang paling tinggi, yaitu sebesar 7,73 g tanaman-1. 3. Seluruh parameter pengamatan memberi kan respon berbeda tidak nyata terhadap interaksi antara faktor dosis dengan waktu pemberian ampas teh yang telah difermetasi dengan EM-4.
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan, yaitu sebagai berikut : 1. Pertambahan tinggi tanaman dan pertambahan jumlah daun pada umur 30, 45 hari setelah tanam dan pada saat panen, jumlah anakan per rumpun dan berat segar tanaman memberikan respon berbeda nyata sampai berbeda sangat nyata terhadap perlakuan berbagai dosis pemberian ampas teh yang telah difermetasi dengan EM-4. Dosis -1 pemberian sebesar 300 g polibag (d2) menghasilkan berat segar tanaman yang paling tinggi, yaitu sebesar 7,47 g tanaman-1. 2. Pertambahan tinggi tanaman dan pertambahan jumlah daun pada umur 30, 45 hari setelah tanam dan pada saat panen, jumlah anakan per rumpun dan berat segar tanaman memberikan respon berbeda nyata sampai berbeda sangat nyata terhadap perlakuan berbagai waktu pemberian ampas teh yang telah difermetasi dengan EM-4. Waktu
Saran Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan saran, yaitu : perlu penelitian lanjutan di lapangan untuk memahami pengaruh pemberian ampas teh yang telah difermentasi dengan EM-4 terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman, serapan unsur hara oleh tanaman dan sifat fisik dan kimia tanah.
Amalia Trisnayani. 2005. Uji Pemberian Teh dan Waktu Pemberiannya terhadap Pertumbuhan dan Kualitas Hasil Bawang Prei. Skripsi Sarjana Faperta Unmul, Samarinda (Tidak Dipublikasikan). Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 2005. Tanaman Pangan dan Hortikultura dalam Angka 2000-2004. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Kalimantan Timur, Samarinda. Gardner, F.P.; R.B. Pearce; dan R.L. Mitchell. 1991. Physiologi of Crop Plant (Terjemahan Herawati Susilo). UI Press, Jakarta. Kamil, J. 1996. Teknologi Benih I. Angkasa Raya, Padang. Lakitan, B. 2000. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
8 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 1- 8
ISSN 1412-1468
Mulyani Sutejo, M. dan A.G. Kartasapoetra. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.
Setyati Harjadi, M.M.S. 1996. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Lingga, P. dan Marsono. 2003. Petunjuk dan Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.
Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1991. Principles, Procedures of Statistics (Terjemahan Bambang Sumantri). Gramedia, Jakarta.
Rukmana, R. 1995. Bawang Daun. Kanisius, Yogyakarta. Setyamidjaja, D. 2000. Teh : Budidaya dan Pengolahan Pascapanen. Kanisius, Yogyakarta.
Wilkins, M.B. 1992. Physiologi of Plant Growth and Development (terjemahan). Bumi Aksara, Jakarta.