116 ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 116-128
ISSN 1412-1468
PERANAN PENYULUH PERTANIAN DALAM PENGEMBANGAN KELOMPOK TANI DI DESA BUKIT RAYA KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA (The Role of Agriculture Instructor in Farmer Group Development in Bukit Raya Village Tenggarong Seberang Subdistrict Kutai Kartanegara Regency)
M. Najib dan Henny Rahwita Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Email :
[email protected]
ABSTRACT The research was done to know the role of agriculture instructor in Farmer Group Development and to know the obstacles standed before by agriculture instructor in field. The research started in April until June 2008 in Bukit Raya Village Tenggarong Seberang Subdistrict Kutai Kartanegara Regency. Samples were taken by Proportional Stratified Random Sampling, with precision scale 15%. Role of agriculture instructor in Farmer Group Development were analyzed using Chi-Square with two categories, Role of agriculture Instructor and Farmer Group Development which is in each category there are variables to discribe the agriculture Intructor’s Role in Farmer Group Development. The results showed that the farmers gave good respond to the agriculture instructor and farmer group development, result of counting with analysis Chi-Square for agriculture instructor χ² count 11,26 and χ² table ( α = 0,05 ) 9,49 such as farmer group development χ² count 20,71 dan χ² table ( α = 0,05 ) = 9,49 so we can get the conclusion that there are many role of the Agriculture Instructor in farmer group development in Bukit Raya Village Tenggarong seberang Subdistrict Kutai Kartanegara Regency. Key words : farmer, agriculture instructor
PENDAHULUAN Pemerataan dalam pembangunan di Kalimantan Timur diperluas melalui sektor pertanian, oleh karena itu perlu ada usaha mengembangkan dan memotivasi petani dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatannya. Untuk memudahkan dan membantu petani dalam melakukan usaha tani maka pemerintah bekerja sama dengan instansi dan perusahaan - perusahaan yang bergerak di bidang pertanian untuk memberikan penyuluhan kepada petani di pedesaan dalam rangka memudahkan menyerap ilmu dan teknologi yang terus
berkembang guna meningkatkan produksi usahatani dan kesejahteraan petani. Penyuluh pertanian harus merupakan ahli pertanian yang berkompeten, dapat berkomunikasi secara efektif dan cepat tanggap dalam menghadapi setiap permasalahan dan pertanyaan yang nantinya akan diajukan oleh para petani. Penyuluh memegang peranan penting dalam membimbing petani agar dapat memberikan yang terbaik dalam pengelolaan usaha tani yang dilakukannya. Untuk meningkatkan efektivitas sistem kerja latihan dan kunjungan dari kegiatan penyuluhan guna menumbuhkan peran petani dalam
117 ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 116-127
pembangunan pertanian, maka dilakukanlah pembinaan terhadap kelompok-kelompok tani yang telah terbentuk agar nantinya kelompok tani mampu berkembang menjadi kekuatan ekonomi yang memadai dan selanjutnya mampu menopang kesejahteraan anggotanya. Peranan kelompok tani akan semakin meningkat apabila kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh kelompok tersebut dapat menggerak dan mendorong perilaku anggotanya ke arah pencapaian tujuan kelompok, sehingga kelompok tani tersebut akan berkembang menjadi lebih dinamis. Agar kegiatan kelompok tani dinamis maka harus didukung oleh seluruh kegiatan yang memiliki peran penting dalam pengembangan kelompok tani dalam melaksanakan rencana kerja kelompok yang telah disepakati bersama. Pembentukan suatu kelompok tani diharapkan pula dapat membantu untuk mengefisienkan waktu, biaya dan tenaga. Oleh karenanya penyuluh pertanian sebagai perantara antara kemajuan teknologi dan ilmu pertanian yang semakin berkembang dengan para petani, diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan yang berguna bagi petani di bawah naungan kelompok tani sebagai wadah berkumpul dan bertukar pikiran, sehingga perkembangan dalam suatu kelompok tani sudah seharusnya memiliki kaitan dengan penyuluh pertanian. Desa Bukit Raya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan suatu daerah yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, serta terdapat kelompok-kelompok tani sebagai wadah berkumpulnya para petani yang memiliki tujuan bersama, yaitu mengubah kehidupan sosial menjadi lebih sejahtera dengan bantuan penyuluh pertanian yang ditempatkan di daerah tersebut. Permasalahan yang dapat dikemukakan adalah: (1) Bagaimana peran penyuluh pertanian dalam pengembangan kelompok tani di Desa Bukit Raya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara?; dan (2) adakah kendala
ISSN 1412-1468
penyuluh pertanian di lapangan dalam upaya pengembangan kelompok tani? Tujuan penelitian adalah: (1) untuk mengetahui peranan penyuluh pertanian dalam pengembangan kelompok tani di Desa Bukit Raya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara; dan (2) untuk mengetahui berbagai kendala yang dihadapi oleh penyuluh pertanian di lapangan. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan April sampai dengan Juni 2008 di Desa Bukit Raya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara. Pengambilan Data Data yang dikumpulkan terdiri atas: (1) data primer diperoleh dengan mengadakan tanya jawab langsung dengan petani dan penyuluh pertanian dengan menyebar daftar pertanyaan (quisioner) di wilayah penelitian, dan (2) data sekunder diperoleh dari Kantor Kecamatan dan Kantor Desa serta instansi terkait maupun aparat pemerintah yang mempunyai aktivitas dalam kegiatan kelompok tani. Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Random Sampling. Di Desa Bukit Raya terdapat 612 petani padi sawah yang tergabung dalam 16 kelompok tani. Menurut Rakhmat (1989) cara pengambilan sampel dapat menggunakan rumus : n= N N (d)² + 1 dengan tingkat presisi (15%) dari jumlah petani yang ada peneliti menggunakan sampel yang bisa mewakili jumlah keseluruhan petani tersebut yaitu sebanyak 4141 sampel yang terbagi dalam tiga stratum. Untuk menghitung besarnya tiap stratum digunakan rumus seperti dikemukakan Harum Al-Rasyid dalam Juraemi (1994) sebagai berikut :
118 ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 116-127
ni = Ni x n N
ISSN 1412-1468
Ni = jumlah data perkelompok tani Berdasarkan rumus di atas diperoleh sampel yang dapat mewakili disajikan pada Tabel 1.
Dimana : ni = jumlah sampel per stratum
Tabel 1. Data Jenis Kelompok Tani dan Jumlah Sampel No
Kelas Kelompok
Jumlah Kelompok
Jumlah Anggota
Sampel
1 2 3
Pemula Lanjut Madya Jumlah
2 11 3
58 441 113 N = 612
4 29 8 n = 41
Sumber : Data Primer , 2008 (diolah)
menggunakan Skala Likert melalui tabulasi dimana skor responden dijumlahkan, ini merupakan total skor kemudian dihitung rataratanya, dan rata-rata inilah yang ditafsirkan sebagai posisi penilaian responden pada skala likert sehingga mempermudah dalam mengelompokkan dan mempersentasekan data.
Analisis Data Dari jawaban responden pada kuisioner diperoleh data yang kemudian dianalisis dengan menggunakan metode skoring (skor). Semua kriteria penilaian peranan penyuluh pertanian akan diberi skor yang telah ditentukan. Cara yang digunakan dalam menyusun data tersebut adalah Tabel 2. Skor Penilaian Peranan Penyuluh Pertanian No
Indikator
Skor Minimum
Skor Maksimum
1. 2.
Penyuluh Sebagai Pembimbing Penyuluh sebagai pemantau dan pengevaluasi Penyuluh sebagai teknisi Penyuluh sebagai konsultan
4 4
12 12
2 3
6 9
Jumlah
13
39
3. 4.
Sumber : Data Primer, 2008 (diolah)
Tabel 3. Skor Penilaian Pengembangan Kelompok Tani No
Indikator
Skor Minimum
Skor Maksimum
1.
Kegiatan yang kontinyu dan pembagian tugas Fasilitas memadai Pengalaman Bertani Norma dan Aturan Kelompok Prestasi Kelompok Kelas Kelompok Jumlah
4
12
3 3 4 6 1 21
9 9 12 18 3 63
2 3 4 5 6
Sumber : Data Primer 2008 (diolah)
Untuk mengetahui banyaknya kelas interval yang diperlukan maka tingkat
peranan penyuluh pertanian dan pengembangan kelompok tani dibedakan
119 ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 116-127
menurut tiga tingkatan kelas(tinggi, sedang dan rendah). Banyaknya kelas interval dapat ditentukan dengan menggunakan rumus Suparman (1996), yaitu : X Xi C n K Dimana : C = Interval kelas Xn = Skor maksimum K = Jumlah Kelas Xi = Skor minimum Interval kelas pada masing-masing kategori dihitung dengan rumus di atas sehingga kelas interval secara keseluruhan pada kedua kategori adalah sebagai berikut :
ISSN 1412-1468
1. Tingkat Peranan Penyuluh 39 13 = 8,67 C1 3 2. Tingkat Pengembangan Kelompok Tani 63 21 = 14,00 C2 3 Hasil perhitungan di atas dapat dipergunakan untuk membuat klasifikasi tingkat peranan penyuluh menurut interval kelas, yaitu tidak berperan, berperan, dan sangat berperan dan klasifikasi tingkat pengembangan kelompok tani menurut interval kelas, yaitu tidak baik, baik, dan sangat baik.
Tabel 4 . Kategori Peranan Penyuluh No 1. 2. 3.
Interval kelas 13,00 – 21,67 21,68 – 30,35 30,36 – 39,03
Tingkat Peranan penyuluh Tidak berperan Berperan Sangat berperan
Sumber : Data Primer, 2008 (diolah)
Tabel 5 . Kategori Pengembangan Kelompok Tani No
Interval kelas
Tingkat pengembangan kelompok tani
1. 2. 3.
21,00 – 35,00 35,01 – 49,01 49,02 – 63,02
Tidak baik Baik Sangat baik
Sumber : Data Primer 2008
HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui peranan penyuluh pertanian dalam pengembangan kelompok tani, dapat digunakan analisis Chi – Square (Siegel 1994). Setelah χ² dihitung, kemudian dapat dibandingkan dengan χ²tabel (db; α = 0,05)dengan kaidah keputusan : Jika χ² hit < χ² tabel 0,05 maka Ho diterima Hi ditolak yang artinya penyuluh pertanian tidak berperan dalam pengembangan kelompok tani; Jika χ² hit > χ² tabel 0,05 maka Ho ditolak Hi diterima yang aritnya penyuluh pertanian berperan dalam pengembangan kelompok tani.
Peranan Penyuluh Pertanian Penyuluh pertanian diharuskan membuat perencanaan tentang beberapa hal yang dapat membantu petani dalam mengemukakan pendapat, mengambil keputusan yang efektif serta dapat meningkatkan produktivitas kelompok tani yang ada di Desa Bukit Raya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara. Adapun variabel yang dapat dijadikan pengukuran peranan Penyuluh Pertanian di Desa Bukit Raya terhadap Kelompok Tani antara lain sebagai berikut:
120 ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 116-127
1. Penyuluh Pertanian Sebagai Pembimbing Berdasarkan hasil quisioner dan analisis data menggunakan Chi-Square diperoleh nilai rata-rata untuk tanggapan responden terhadap peran penyuluh sebagai pembimbing adalah
ISSN 1412-1468
9,12. Angka ini menunjukkan bahwa bagi para petani penyuluh pertanian berperan sebagai pembimbing. Hal ini didasarkan pada klasifikasi tingkat peranan penyuluh seperti terlihat pada tabel 6.
Tabel 6. Tingkat Peranan Penyuluh Sebagai Pembimbing No
Interval Kelas
Tingkat Peran Penyuluh Sebagai Pembimbing
1 2 3
4,00 – 6,67 6,68 – 9,35 9,36 – 12,03
Tidak Berperan Berperan Sangat berperan
Sumber : Data Primer, 2008 (diolah)
Respon yang positif ini disebabkan karena penyuluh pertanian di Desa Bukit Raya bersikap profesional dengan selalu memberikan pembinaan pada petani baik dari pengalaman hidup maupun secara teoritis. Kegiatan rutin pada masing-masing kelompok tani dilakukan sebanyak 1 kali dalam sebulan setiap tanggal 16. Pelaksanakan penyuluhan yang diadakan selama 1 kali dalam sebulan sudah dirasa optimal oleh kelompok tani, jika pertemuan sering justru mereka akan merasa bosan. Peran penyuluh pertanian dalam mengusahakan bantuan modal dan memberi informasi mengenai sumber dana kredit sudah optimal, penyuluh berusaha merekomendasi kelompok tani agar bisa mendapatkan bantuan dari Dinas Pertanian maupun perusahaan-perusahaan terkait. Namun, ada juga responden yang menyatakan bahwa penyuluh kurang berperan. Ini disebabkan karena kurang puasnya responden terhadap usaha yang dilakukan penyuluh pertanian dalam mengupayakan bantuan ataupun modal
yang belum terlaksana selama ini. Tetapi jika dilihat dari keseluruhan tanggapan dari beberapa responden anggota kelompok tani, maka peran penyuluh pertanian di Desa Bukit Raya cukup baik karena penyuluh dirasa telah cukup optimal dalam memenuhi perannya sebagai pembimbing. 2. Penyuluh Pertanian Sebagai Pemantau dan Pengevaluasi Peranan penyuluh pertanian sebagai pemantau dan pengevaluasi adalah membantu petani untuk memberikan pantauan dan mengevalusi hal-hal yang telah dilakukan oleh petani. Berdasarkan hasil quisioner dan analisis data menggunakan Chi-Square diperoleh nilai rata-rata untuk tanggapan responden terhadap peran penyuluh sebagai pemantau dan pengevaluasi adalah 8,85 yang artinya penyuluh pertanian berperan sebagai pemantau dan pengevaluasi bagi para petani, menurut klasifikasi tingkat peran penyuluh seperti tertera pada tabel 7.
Tabel 7. Tingkat Peranan Penyuluh Sebagai Pemantau dan Pengevaluasi No
Interval Kelas
1 2 3
4,00 – 6,67 6,68 – 9,35 9,36 – 12,03
Sumber : Data Primer, 2008 (diolah)
Tingkat Peran Penyuluh Sebagai Pemantau dan Pengevaluasi Tidak Berperan Berperan Sangat Berperan
121 ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 116-128
3. Penyuluh Pertanian sebagai Teknisi Berdasarkan hasil quisioner dan analisis data menggunakan Chi-Square diperoleh nilai rata-rata tanggapan responden mengenai tingkat keahlian dan ketrampilan yang dimiliki oleh penyuluh sebagian teknisi
ISSN 1412-1468
adalah 4,97. Menurut klasifikasi tingkat peran penyuluh yang disajikan pada tabel 8 berikut, angka ini berarti sangat berperan, menunjukkan bahwa bagi para petani penyuluh pertanian sangat berperan sebagai teknisi.
Tabel 8 . Tingkat Peranan Penyuluh Sebagai Teknisi No
Interval Kelas
Peran Penyuluh sebagai Teknisi
1 2 3
2,00 – 3,33 3,34 – 4,67 4,68 – 6,01
Tidak Berperan Berperan Sangat Berperan
Sumber : Data Primer, 2008 (diolah)
Tanggapan responden mengenai tingkat keahlian dan ketrampilan yang dimiliki oleh penyuluh sebagian besar menyatakan baik. Hal ini disebabkan cara penyuluh dalam menyampaikan informasi kepada petani mudah dipahami dan cukup sering melakukan demonstrasi praktek pertanian walaupun masih adanya keterbatasan alat-alat teknologi yang digunakan, namun secara teori dan teknis cukup menguasai dan optimal. Pada waktu kegiatan penyuluhan, penyuluh harus berusaha agar semua anggota kelompok tani
terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar. 4. Penyuluh Pertanian sebagai Konsultan Berdasarkan hasil quisioner dan analisis data menggunakan Chi-Square diperoleh nilai rata-rata tanggapan responden mengenai tingkat keahlian dan ketrampilan yang dimiliki oleh penyuluh sebagian teknisi adalah 7,41 yang artinya bagi para petani penyuluh pertanian sangat berperan sebagai konsultan, menurut klasifikasi yang ada pada tabel 9 di bawah ini:
Tabel 9. Peran Penyuluh Sebagai Konsultan No 1 2 3
Interval Kelas 3,00 – 5,00 5,01 – 7,01 7,02 – 9,02
Tingkat Peran Penyuluh Pertanian Tidak Berperan Berperan Sangat Berperan
Sumber : Data Primer, 2008 (diolah)
Penyuluh selalu memberikan informasi dan memperkenalkan teknologiteknologi terapan, walaupun dalam pengaplikasiannya masih kurang optimal. Selain penyuluh pertanian, ada juga organisasi pertanian atau LSM yang memberikan penyuluhan untuk menambah wawasan para petani dan hal ini memang disambut baik oleh masing-masing anggota kelompok tani, karena dengan adanya LSM, para petani dapat menambah wawasan dan bertukar pikiran untuk menambah
pengalaman bertani mereka. Organisasi pertanian swasta atau LSM di bidang pertanian memang dirasakan semakin berkembang peranannya daripada penyuluh pertanian dari pemerintah, terutama masalah media atau teknologi yang digunakan pada saat penyuluhan, LSM terlihat lebih maju. Pengembangan Kelompok Tani 1. Kegiatan kontinyu dan pembagian tugas Berdasarkan analisis data menggunakan Chi-Square diperoleh nilai
122 ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 116-127
rata-rata tanggapan responden mengenai tingkat pengembangan kelompok tani melalui pembagian tugas yang berkelanjutan adalah
ISSN 1412-1468
9,07 yang berarti baik, seperti terlihat pada tabel 10 di bawah ini:
Tabel 10. Kegiatan Berkelanjutan dan Pembagian Tugas No
Interval Kelas
Kegiatan berkelanjutan dan pembagian tugas
1 2 3
4,00 – 6,67 6,68 – 9,35 9,36 – 12,03
Tidak baik Baik Sangat Baik
Sumber : Data Primer, 2008 (diolah)
Kegiatan dalam masing-masing kelompok tani di Desa Bukit Raya sudah berjalan efektif walaupun ada yang beberapa yang sebelumnya sempat vakum, namun berkat penyuluh kegiatan dapat berjalan efektif kembali. Sistem pembagian tugas dalam kelompok tani sudah berjalan seimbang, hal ini dibuktikan dalam prakteknya yaitu setiap anggota mendapat tugas secara adil dan bergiliran.
2. Fasilitas yang memadai Berikut hasil penelitian berdasarkan tanggapan responden mengenai fasilitas yang tersedia, berdasarkan analisis data menggunakan Chi-Square diperoleh nilai rata-rata tanggapan responden mengenai tingkat pengembangan kelompok tani melalui fasilitas yang memadai adalah 6,15, yang berarti fasilitas yang memadai tersedia, seperti terlihat pada tabel 11.
Tabel 11 . Fasilitas Memadai No
Interval Kelas
Fasilitas
1 2 3
3,00 – 5,00 5,01 – 7,01 7,02 – 9,02
Tidak Tersedia Tersedia Banyak Tersedia
Sumber : Data Primer, 2008 (diolah)
Meskipun belum terlalu menggunakan teknologi yang modern seperti halnya masih menggunakan alat peraga, peta singkap dan demplot namun tetap bisa dimaksimalkan.Fasilitas yang dimiliki oleh kelompok tani untuk memajukan usaha tani sudah cukup optimal karena ada beberapa kelompok tani yang sudah mendapat bantuan berupa hand traktor dari Dinas Pertanian. Setiap mengadakan pertemuan, dan melaksanakan kegiatan rutin kelompok tani melakukan di balai desa setempat.
3. Pengalaman bertani Berikut hasil penelitian berdasarkan tanggapan responden mengenai pengalaman bertani, berdasarkan analisis data menggunakan Chi-Square diperoleh nilai rata-rata tanggapan responden mengenai tingkat pengembangan kelompok tani melalui pengalaman bertani adalah 7,54. Berdasarkan tabel 12 berikut ini, angka tersebut berarti sangat baik.
123 ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 116-127
ISSN 1412-1468
Tabel 12. Pengalaman Bertani No 1 2 3
Interval Kelas 3,00 – 5,00 5,01 – 7,01 7,02 – 9,02
Pengalaman Bertani Tidak Baik Baik Sangat Baik
Sumber : Data Primer, 2008 (diolah)
Lamanya kelompok tani berdiri ternyata cukup mempengaruhi produktivitas kelompok karena semakin lama kelompok itu berdiri semakin banyak diperoleh pengalamanpengalaman ataupun prestasi yang telah diraih. Walaupun banyak responden yang menyatakan lamanya kelompok tani berdiri mempengaruhi produktivitas kelompok, namun ada juga beberapa responden yang kurang sependapat menilai hal itu menurut mereka walaupun usia kelompok muda tetapi jika mereka mampu bersaing dan memiliki kreativitas yang lebih pasti bisa disejajarkan
dengan kelompok tani diatasnya. Setiap kelompok harus menjalin komunikasi antar anggotanya agar tercipta hubungan yang harmonis untuk saling berbagi ilmu. 4. Norma dan aturan kelompok Berdasarkan analisis data menggunakan Chi-Square diperoleh nilai rata-rata tanggapan responden mengenai tingkat pengembangan kelompok tani melalui norma dan aturan kelompok adalah 8,80 yang berarti baik, seperti terlihat pada tabel 13 di bawah ini:
Tabel 13. Norma dan Aturan Kelompok No 1 2 3
Interval Kelas 4,00 – 6,67 6,68 – 9,35 9,36 – 12,03
Norma dan Aturan Kelompok Tidak Baik Baik Sangat Baik
Sumber : Data Primer, 2008 (diolah)
Norma, tingkah laku dan AD/ART yang terdapat dalam masing-masing kelompok tani sudah cukup baik. Walaupun kebanyakan pada masing-masing kelompok tani di Desa Bukit Raya ini belum memiliki norma ataupun AD/ART secara tertulis hanya melalui lisan saja. Upaya untuk menjaga nama baik kelompok tani pun mendapat respon sangat baik, sebab nama baik kelompok merupakan tanggung jawab bersama. Adanya sanksi bagi anggota yang melanggar norma dan aturan dalam kelompok tani kurang mendapat respon yang baik, sebab sebagian besar anggota kelompok tani beranggapan bahwa seharusnya pelanggar diingatkan terlebih dahulu sebelum dikenai sanksi ataupun dihukum. Kelompok tani lebih menyukai penyelesaian kasus pelanggaran dilakukan secara musyawarah dan kekeluargaan.
Tanggapan responden mengenai adanya penghargaan bagi anggota maupun pengurus yang berprestasi juga kurang ditanggapi baik oleh responden, sebab jika seseorang masuk dalam suatu kelompok berarti dia membawa nama baik kelompok bukan individu. Menurut mereka pemberian penghargaan hanya akan menyebabkan terjadinya kecemburuan sosial. Namun, ada juga yang beranggapan baik, sebab akan memotivasi antara anggota dan pengurus untuk memajukan kelompok sehingga akan membawa nama baik kelompok itu sendiri. 5. Prestasi kelompok Berdasarkan analisis data menggunakan Chi-Square diperoleh nilai rata-rata tanggapan responden mengenai tingkat pengembangan kelompok tani melalui Prestasi Kelompok sebesar 12,49 berarti
124 ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 116-127
masuk pada klasifikasi baik, seperti terlihat
ISSN 1412-1468
pada Tabel 14 di bawah ini:
Tabel 14. Prestasi Kelompok No 1 2 3
Interval Kelas 6,00 – 10,00 10,01 – 14,01 14,02 – 18,02
Prestasi Kelompok Tidak Baik Baik Sangat Baik
Sumber : Data Primer, 2008 (diolah)
Perlu diadakan pameran mengenai pertanian mendapat sambutan baik dari responden, sebab hal ini akan menjadi ajang bertukar ilmu dan saling berbagi pengalaman mengenai hal-hal yang baru sehingga dapat menambah wawasan petani maupun kelompok taninya. Pada masing-masing kelompok tani di Desa Bukit Raya sudah merasa berupaya meningkatkan kreativitas Peranan Penyuluh pertanian dalam pengembangan kelompok tani di Desa Bukit Raya dapat diketahui dari hasil wawancara terhadap 41 responden dengan menggunakan quisioner sehingga dapat diketahui bahwa
pada kelompoknya dengan memberi masukan maupun saran untuk perkembangan kelompoknya. Kelompok tani berusaha mencari terobosan baru dengan tidak hanya mengandalkan penyuluhan dari PPL maupun LSM terkait. Peran Penyuluh dalam Pengembangan Kelompok Tani Penyuluh memiliki peranan dalam pengambangan kelompok tani hal ini sesuai dengan hasil perhitungan rata-rata jawaban responden seperti terlihat pada tabel 15.
Tabel 15. Tingkat Peran Penyuluh No 1 2
Perana Penyuluh Sebagai Pembimbing Pengevaluasi dan Pemantau
3 4
Teknisi Konsultan Jumlah Sumber : Data Primer 2008, (diolah) Untuk mengetahui tingkat peranan penyuluh dalam pengembangan kelompok tani, maka skor yang diperoleh masing masing petani responden dari dua kategori peran penyuluh dan pengembangan kelompok
Nilai Rata-Rata 9,12 8,58 4,97 7,41 30,09
tani tersebut masing - masing dijumlahkan sehingga diperolah hasil rata-rata mengenai tanggapan petani terhadap peran penyuluh dalam pengembangan kelompok tani
125 ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 116-127
ISSN 1412-1468
Tabel 16. Tingkat Pengembangan Kelompok tani No 1 2 3 4
Pengembangan Kelompok tani Kegiatan dan pembagian tugas Fasilitas Pengalaman Bertani Norma dan aturan kelompok
5 6
Prestasi Kelompok Kelas Kelompok Jumlah Sumber : Data Primer, 2008 (diolah)
Dengan menggunakan analisi Chi kuadrat (χ²), akan dapat diketahui apakah penyuluh pemiliki peranan dalam pengembangan kelompok tani yang menunjukan hasil perhitungan untuk χ² hitung sebesar 11,26 dan χ² tabel (0,05 ; 4 ) sebesar 9,49 sehingga dapat diketahui bahwa χ² hitung > χ² tabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima untuk kategori peran penyuluh. Sedangkan untuk kategori pengembangan kelompok tani diperoleh hasil perhitungan χ² hitung sebesar 20,71 dan χ² tabel (0,05 ; 4) 9,49 sehingga didapat hasil χ² hitung > χ² tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima untuk klasifikasi pengembangan kelompok tani,sehingga dapat ditarik kesimpulan sesuai dengan kaidah keputusan bahwa jika χ² hitung > χ² tabel , maka Ho ditolak dan Ha dan penyuluh pertanian memiliki peranan dalam pengembangan kelompok tani di Desa Bukit Raya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegtara. Kendala-Kendala yang Dihadapi Penyuluh Pertanian Penyuluh pertanian senantiasa mengalami hambatan atau kendala yang dapat menghambat kinerja penyuluh dilapangan. Ada beberapa kriteria masalah/ kendala yang dihadapi oleh penyuluh dilapangan, yang dapat dogolongkan dalam dua kriteria masalah yaitu : 1. Kendala Kebijakan Kurang terkoordinirnya penyampaian suatu masukan, inforrmasi, dan teknologi
Nilai Rata-Rata 9,07 6,15 7,54 8,80 12,49 2,20 46,24
baru dari Dinas Pertanian, LSM atau Lemabaga terkait lainnya kepada Penyuluh yang bertugas dilapangan menyebabkan rasa tidak nyaman dalam diri penyuluh. Penyuluh merasa kurang dihargai karena untuk menyampaikan informasi atau teknologi baru kepada petani Dinas Pertanian, LSM atau Lemabaga terkait tidak melakukan pembahasan atau pemberitahuan terlebih dahulu kepada penyuluh melainkan langsung kepada petani. 2. Kendala Pelaksanaan Untuk mendapatkan Informasi atau teknologi baru untuk disampaikan kepada petani penyuluh pertanian harus mencari sendiri hal-hal yang ingin diberikan kepada petani, dalam menyampaikan materi langsung kepada petani penyuluh masih menggunakan cara tradisional misalnya menggunakan demplot, hal ini dikarenakan peralatan belum lengakap. Rendahnya tingkat pendapatan penyuluh merupakan kendala lainnya yang dihadapi oleh penyuluh. Terlepas dari semua permasalah yang ada, penyuluh berusaha untuk tetap eksis dan profesional dalam menjalankan tugasnya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian mengenai Peranan Penyuluh Pertanian dalam Pengembangan Kelompok Tani di Desa Bukit Raya
126 ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 116-127
Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara, dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Kegiatan penyuluhan di Desa Bukit Raya sudah berjalan optimal. Peranan penyuluh pertanian dalam pengembangan kelompok tani dari hasil perhitungan χ² hitung adalah sebesar 11,26 sedangkan χ² tabel ( α = 0,05 ) = 9,49 (kategori peran penyuluh) dan χ² hitung = 20,71 dan χ² tabel ( α = 0,05 ) = 9,49 (kategori pengembangan kelompok tani) maka Ho ditolak Ha diterima, hal ini menunjukkan bahwa penyuluh pertanian memiliki peranan dalam pengembangan kelompok tani di Desa Bukit Raya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara. 2. Kendala yang dihadapi oleh penyuluh di lapangan dapat digolongkan dalam dua kategori kendala pertama adalah kendala kebijakan yaitu, kurang terkoordinasinya penyampaian informasi dari Dinas Pertanian, LSM atau lembaga lainnya kepada Penyuluh di lapangan. Kedua adalah kendala pelasanaan yaitu, dalam mengolah program kerja yang ingin disampaikan kepada petani penyuluh harus mengusahakannya sendiri namun penyuluh berusaha untuk tetap profesional dalam menjalankan tugas dan fungsinya kepada petani. Saran 1. Agar kendala kebijakan dapat terselesaikan maka perlu adanya koordinasi yang baik antar Dinas Pertanian, LSM maupun Lembaga lainnya dengan penyuluh pertanian. 2. Penyuluh pertanian hendaknya lebih banyak belajar dari pengalaman petani yang berhasil, sebab masih banyak para penyuluh yang kurang menyadari bahwa petani sekarang lebih kreatif, inovatif dan terpelajar walaupun juga masih ada yang berpendirian kuno. 3. Mengadakan observasi dan wawancara pada kelompok tani, sebaiknya tidak
ISSN 1412-1468
didampingi oleh penyuluh agar menjaga akurasi data. 4. Peran penyuluh sebagai Konsultan hendaknya lebih ditingkatkan agar terwujud petani yang mandiri dan tidak harus selalu tergantung pada penyuluh. DAFTAR PUSTAKA Hawkins dan Van den Ban. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. Huraerah, Abu.2006. Dinamika Kelompok Konsep dan Aplikasi. PT Refika Aditama.Bandung Ibrahim,
Jabal Tarik. 2003. Sosiologi Pedesaan. Universitas Muhammadiyah Malang Press. Malang.
Ibrahim, Jabal Tarik, A Sudiyono dan Harpowo. 2003. Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian. Bayumedia Publishing dan UMM Press. Malang Jarmie, Muhammad Yunus. 1994. Sistem Penyuluhan Pembangunan Pertanian di Indonesia (desertasi). Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Juraemi, 1994. Hubungan Antara Keragaman Organisasi KUD dengan Kelancaran Pelaksanaan Kredit Usahatani ( Studi di Pemukiman Eks. Transmigrasi Daerah Tk.II Kabupaten Kutai Kalimantan Timur). Tesis untuk gelar Magister Sains Program Pendidikan Magister UNPAD, Bandung. 145 hlm. Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta. Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku Organisasi. PT. INDEKS Kelompok Gramedia. Jakarta.
127 ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 116-127
Soedarmanto. 1992. Dasar-Dasar Pengelolaan Penyuluhan Pertanian. Fakultas Pertanian Unibraw. Malang. Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas Indonesia. Jakarta.`
ISSN 1412-1468
Sudiyono, Armand dkk.1998. Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian. Fakultas Pertanian UMM. Malang. Suhardiyono, L. 1990. Penyuluhan Petunjuk bagi Penyuluh Pertanian. Erlangga. Jakarta. Wiriaatmadja, Soekandar. 1990. PokokPokok Penyuluhan Pertanian. CV. Yasaguna. Jakarta.