144 ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 144-149
ISSN 1412-1468
KARAKTERISTIK DAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK RIMPANG KUNYIT PUTIH KANCING (Curcuma zedoarea (Berg) Roscoe) (Characteristics and Bioactivity of Botton White Turmeric Extract (Curcuma zedoarea (Berg) Roscoe)
Suroto Hadi Saputra Peneliti Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda
ABSTRACT There are some kinds of turmeric such as turmeric ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.), turmeric giring (Curcuma heyneana Val. & v. Zyp), white turmeric mango (Curcuma mangga Val. & v. Zyp), turmeric lawak (Curcuma xanthorrhiza), and tumeric botton (Curcuma zidoaria (Berg) Roscoe). Result of the research indicated that characteristics of white turmeric botton combined white methanol solvent have character as solid yellow pale greasy, non-crystalline, aromatic and sucrose content of sugar can crop or sample extract 8,7%; the extract combined whith etanol solvent have character as solid yellow pale greasy, non crystalline, aromatic and sucrose content of sugar cane crop or sample extract 8,2%; and the extract combined with water have character as solid dark brown (gummy), non-crystalline, non-aromatic and sucrose content of sugar cane crop or sample extrac11,4%. Bioactivity extract of white turmeric button continued anti-mushroom polluted bacteria with methanol and ethanol >50% and water 0%; The activity with mushroom Penicillium sp methanol extract, ethanol and water 0%; while for activity of methanol and ethanol extract with Salmpnella thypusa bacteria and Bacillus cereus bacteria about >50% and water 0%, toxicity concerned Arteria methanol extract and ethanol extract 100% while water extract 0%. Extract of white turmeric button combined with methanol solvent, ethanol have anti-oxidant about 61±0,8% and water 5±0,3%. Key words : chracteristics, bioactivity, tumeric white
PENDAHULUAN Kunyit putih kancing dalam kehidupan sehari-hari digunakan sebagai obat-obatan dalam bentuk bubuk instant. Khasiat kunyit putih kancing sebagai obat antara lain obat kembung, keputihan, kanker, kista dan kolesterol. Kandungan kimia rimpang Curcuma zedoaria (Berg) Roscoe terdiri dari : 1-2,5% minyak menguap dengan komposisi utama sesquiterpene. Minyak menguap tersebut mengandung lebih dari 20 komponen antara lain curzerenone (zedoarin) yang merupakan komponen terbesar, curzerene, pyrocurcuzerenone, curcumin, curcumemone, epicurcumenol, curcumol
(curcumenol), isocurcumenol, procur cumenol, dehydrocurdone, furanodienone, isofuranodienone, furanodiene, zederone, dan cudione, sulfur, gum, resin, tepung, dan sedikit lemak. Selain itu kunyit putih kancing mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol. Adanya informasi penggunaan dan khasiat dari pada kunyit putih kancing serta beberapa kandungan kimia, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik dan bioaktivitasnya. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh karakteristik dan bioaktivitas kunyit putih kancing untuk bahan tambahan pangan.
116 ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 144-149
ISSN 1412-1468
Gambar 1. Kunyit putih kancing (Curcuma zedoaria (Berg) Roscoe) METODE PENELITIAN Bahan dan Alat Bahan yang digunakan antara lain kunyit putih kancing (Curcuma zidoara (Berg) Roscoe), metanol, kertas saring, etanol, Potato Dextrose Agar, aseton, nutrient agar, saboraud’s dextrose agar, Penicillin dan Teramycin, Artemia. Sedangkan alat yang digunakan antara lain tabung reaksi, blender, alat ekstraksi (soxlet), cawan penguat, rotary vakum evaporator, gelas piala, pipet volumetrik, oven, desikator, neraca analitik, erlenmyer, pipet tetes, statif, corong, pemisah, spray, shacker, pisau, sliser, Hot plat, loup, reflux, spectrofotometer, destilasi unit, buret, botol ekstraksi, tanur, degester. Metode 1. Ekstraksi metanol Sampel (2 x 100 g) direndam dengan metanol (masing-masing 3 x 500 ml) selama 24 jam dengan dibantu pengocokan (shaking). Selanjutnya larutan ekstrak disaring dengan menggunakan kertas saring untuk kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator. Pengeringan ekstrak selanjutnya dilakukan dengan pengeringan vakum untuk
memperoleh padatan ekstrak methanol. Kuantifikasi ekstrak dihitung berdasarkan berat sampel kering udara. 2. Ekstraksi etanol Sampel (2 x 100 g) direndam dengan etanol (masing-masing 3 x 500 ml) selama 24 jam dengan dibantu pengocokan (shaking). Selanjutnya larutan ekstrak disaring dengan menggunakan kertas saring untuk kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator. Pengeringan ekstrak selanjutnya dilakukan dengan pengeringan vakum untuk memperoleh padatan ekstrak ethanol. Kuantifikasi ekstrak dihitung berdasarkan berat sampel kering udara. 3. Ekstraksi air Sampel (50 g) direndam dengan 200 ml air panas dan dipanaskan selama 1 jam pada pelat pemanas (hot plate). Selanjutnya larutan ekstrak disaring dengan menggunakan kertas saring untuk kemudian dipekatkan pada rotary evaporator. Pengeringan untuk memperoleh padatan dilakukan dengan bantuan pengering vakum (vacuum dryer).
146 ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 144-149
Kuantifikasi ekstrak dihitung berdasarkan berat sampel kering udara. 4. Bioassay aktifitas anti jamur-anti bakteri a. Metode air-borne PDA steril (20 ml) dan ekstrak (setara dengan 2 g sampel) dalam aseton dicampur dan dituang pada Petri dish 15x90 mm. Petri dish kontrol hanya menggunakan aseton. Selanjutnya media diletakkan pada tempat terbuka agar terkontaminasi oleh jamur dan bakteri dari udara selama 1 jam kemudian. Inkubasi dilakukan pada suhu ruangan selama 7 hari. Aktifitas anti jamur dan bakteri kontaminan dievaluasi berdasarkan kenampakan keragaman (diversity appearance). b. Metode paper disc Permukaan media agar (nutrient agar untuk bakteri, saboraud’s dextrose agar untuk jamur) diinokulasi dengan suspensi jamur atau bakteri dengan konsentrasi yang diketahui. Selanjutnya lempeng selulosa yang mengandung ekstrak atau pun tidak (kontrol) diletakkan pada permukaan media. Penicillin dan Teramycin digunakan sebagai kontrol positif. Inkubasi dilakukan selama 24-48 jam pada kondisi gelap dan suhu ruang. Diameter zona hambat pada Petri dish berisi ekstrak diukur dalam milimeter dan dibandingkan dengan zona hambat pada kontrol positif (fungisida atau bakterisida komersial). 5. Toksisitas terhadap udang renik (Brine shrimp lethality assay) Ekstrak yang dilarutkan dalam air laut dimasukkan ke tabung uji dan air laut ditambahkan hingga volume akhir 10 ml (100-500 ppm). Selanjutnya 10 larva Artemia yang berumur 48 jam di
ISSN 1412-1468
masukkan ke dalam tabung contoh uji. Sebagai kontrol, tabung uji hanya diisi dengan air laut. Setelah 24 jam berikutnya, tabung uji diamati dengan loup (kaca pembesar) dan jumlah larva yang masih hidup dihitung dan dicatat. Perbandingan antara larva yang mati dengan jumlah larva pada kontrol dihitung sebagai toksisitas dan dinyatakan dalam persen.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Rendemen Ekstrak (metanol, etanol, air) Berdasarkan hasil analisa sampel ekstrak kunyit putih kancing pada tabel 1 tersebut di atas memiliki sifat dan rendemen secara berturut-turut ekstrak metanol antara lain padatan kuning pucat berminyak, non kristalin, aromatik, persentase ekstrak 8,7%; ekstrak etanol padatan kuning pucat berminyak, non kristalin, aromatik, persentase ekstrak 8,2%; dan ekstrak air padatan coklat-marun (gummy), non kristalin, non aromatik, persentase ekstrak 11,4%. Adanya perbedaan sifat hasil ekstraksi metanol dan etanol aromatik dan ekstrak air non aromatik hal ini diduga bahwa kandungan senyawa kimia hasil ekstrak air tidak larut atau terurai secara sempurna sehingga tidak bersifat aromatik. Warna kuning pucat sampai coklat marun pada ekstrak methanol, etanol dan air diduga kontribusi dari terekstraknya senyawa pewarna polar alami (kuning pucat-coklat marun) terutama dari polimer fenol atau polifenol seperti tannin, melanin, lignin, dan/atau kuinon, serta sebagian kecil alkaloida berwarna. Pigmen kuinon pada tanaman diketahui memiliki warna mulai dari kuning sampai cvoklat marun/tua (Harbone, 1987).
147 ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 144-149
ISSN 1412-1468
Tabel 1. Data Pengujian Ekstrak Kunyit Putih Kancing (Curcuma zedoaria (Berg) Roscoe). No
Jenis Pengujian
Sampel
Metode
1.
Ekstraksi metanol (MeOH)
Serbuk kunyit kancing
ekstraksi dingin
2.
Ekstraksi etanol (EtOH)
Serbuk kunyit kancing
ekstraksi dingin
3.
Ekstraksi air
Serbuk kunyit kancing
ekstraksi panas
Adanya perbedaan persentase rendemen ekstrak air yang lebih besar 11,4% dibanding dengan ekstrak metanol 8,7%, dan etanol 8,2%, hal ini diduga bahwa hasil ekstrak air masih banyak komponen campuran yang menjadi satu dalam ekstrak tersebut. Moyler (1995) pelarut organik digunakan dalam ekstraksi komponenkomponen bioaktif dari tanaman merupakan faktor penting dan menentukan untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran ekstraksi kompnen. B. Bioaktifitas dan Toksisitas Berdasarkan hasil analisa aktifitas anti jamur-bakteri baik ekstrak kunyit putih dengan metanol dan dengan etanol menunjukkan persen hasil yang sama yaitu 50%, namun ekstrak dengan air tidak memberikan efek aktifitas penghambatan. Hal ini diduga bahwa senyawa aktif tidak terurai secara sempurna. Setelah diaplikasikan uji aktifitas antitoksitas pada jamur Penicillium sp baik ekstrak metanol, etanol dan air tidak memberikan efek toksisitas, hal ini diduga jamur Penicillium sp tahan terhadap senyawa aktif yang ada di kunyit putih. Namun setelah diaplikasikan
Hasil Terlarut dengan sangat baik di pelarut metanol. Ekstrak MeOH: padatan kuning pucat berminyak, non kristalin, aromatik. Persentase ekstrak: 8,7%. Terlarut dengan sangat baik di pelarut etanol. Ekstrak EtOH: padatan kuning pucat berminyak, non kristalin, aromatik. Persentase ekstrak: 8,2%. Terlarut dengan cukup baik di pelarut air. Ekstrak air: padatan coklat-marun (gummy), non kristalin, non aromatik. Persentase ekstrak: 11,4%.
ekstrak methanol dan ethanol ke jenis bakteri Salmonella thyposa, dan Bacillus cereus mampu menghambat pertumbuhan > 50%). Sedangkan ekstrak air tidak mampu menghambat kedua jenis bakteri tersebut. Pada diaplikasikan uji aktifitas antitoksitas pada larva serangga Artemia menunjukkan bahwa semakin tinggi doses yang diberikan mampu membunuh larva serangga tersebut hingga 100%, namun ekstrak air tidak mampu menberikan toksisitas terhadap udang renik. Menurut Robinson T (1995) mengatakan bahwa beberapa tumbuhan tampaknya menjadi tahan serangan fungus (jamur) karena senyawa fenol yang dikandungnya, tetapi ketahanannya itu mungkin bersifat khas, hanya terhadap jenis fungus (jamur) tertentu. Dijelaskan Riawan S (1990) bahwa fenol digunakan sebagai antiseptikum (Mungkin karena mempunyai sifat mengkoagulasi protein). Selain itu Koefisien fenol merupakan perbandingan konsentrasi fenol dengan konsentrasi zat untuk mematikan suatu macam bakteri dalam waktu yang sama.
148 ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 144-149
ISSN 1412-1468
Tabel 3. Data Pengujian Bioaktifitas (anti jamur- bakteri pencemar, anti jamur Penicillium sp, anti bakteri Salmonella thyposa, anti bakteri Baccilus cereus) No 1.
Jenis Pengujian Aktivitas anti jamurbakteri pencemar
Sampel ekstrak metanol
ekstrak metanol
Metode Air-borne agar dilution Air-borne agar dilution Air-borne agar dilution Paper disc assay
ekstrak etanol
Paper disc assay
ekstrak air
Paper disc assay
ekstrak metanol
Paper disc assay
ekstrak etanol
Paper disc assay
ekstrak air
Paper disc assay
ekstrak metanol
Paper disc assay
ekstrak etanol
Paper disc assay
ekstrak air
Paper disc assay
ekstrak metanol
Uji kematian udang renik Uji kematian udang renik Uji kematian udang renik
ekstrak etanol ekstrak air
2.
3.
4.
5.
Aktivitas anti jamur Penicillium sp
Aktivitas anti bakteri Salmonella thyposa
Aktivitas anti bakteri Bacillus cereus
Toksisitas
ekstrak etanol ekstrak air
C. Antioksidan Hasil analisa ekstrak kunyit kancing dengan methanol, air panas memiliki persen antioksidan sebesar 61± 0,8% dan 5 ± 0,3%, sebagai control (pembanding) dengan vitamin C memiliki antioksidan sebesar 92 ± 1,9%. Perbedaan persen antioksidan ini diduga bahwa dengan pelarut methanol senyawa kimia yang terdapat pada bawang tiwai dapat ditarik oleh pereaksi metanol sehingga persen antioksidannya lebih besar dibandingkan dengan pelarut air panas. Namun bila dilihat dari sudut keamanan kesehatan maka lebih
Hasil Aktif ( > 50% penghambatan) Aktif ( > 50% penghambatan) Tidak aktif (0% penghambatan) Tidak aktif (0% penghambatan) Tidak aktif (0% penghambatan) Tidak aktif (0% penghambatan) Aktif ( > 50% penghambatan) Aktif ( > 50% penghambatan) Tidak aktif (0% penghambatan) Aktif ( > 50% penghambatan) Aktif ( > 50% penghambatan) Tidak aktif (0% penghambatan) Toksik (100% kematian) Toksik (100% kematian) Tidak aktif (0% penghambatan)
baik mengunakan air biasa. Berdasarkan analisa fitokimia yang telah dilakukan bahwa kunyit putih kancing memiliki kandungan flavonoid yang merupakan sumber antioksidan. Menurut Kumalaningsih S (2006) mengatakan bahwa antioksidan merupakan senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu sama sekali dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas. Anti oksidan alami yang dapat diperoleh dari tanaman atau hewan
149 ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 144-149
yaitu tokoferol, vitamin C, betakaroten, flavonoid dan senyawa fenolik. Bentuk nyata radikal bebas yang terlihat dialam bebas antara lain pembakaran tidak sempurna pada asap rokok (CO), pembakaran kendaraan bermotor yang tidak sempurna (CO), superoksida (O2), hidrogen pereoksida (H2O2), hidroxyl radikal OH, singlet oxygen O2, hypoclorus radikal OCL, Ozon (O 3). Terbentuknya radikal bebas berupa atom, molekul, ataupun grup beberapa atom yang memiliki elektron yang tidak berpasangan sehingga menjadi radikal bebas reaktif. Akibat radikal reaktif bebas ini akan berdampak mencuri elektron dari senyawa lain seperti protein, lipid, karbohidrat dan juga DNA. Apabila DNA mengalami kerusakan maka akan berdampak pada berbagai macam penyakit seperti katarak, kanker, dan penyakit degeneratif yang banyak menyerang manula. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Ekstrak kunyit putih kancing dengan menggunakan metanol, etanol dan air memiliki karakteristik dan rendemen yang berbeda-beda. 2. Ekstrak kunyit putih kancing dengan menggunakan metanol dan etanol memiliki bioaktivitas antimikrobial dan antioksidan 3. Ekstrak dengan menggunakan air tidak baik untuk antimikrobial, namun memungkinkan sebagai antioksidan. Saran 1. Sebaiknya dalam melakukan ekstraksi menggunakan metanol atau etanol 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan aplikasi isolasi bahan aktif kunyit putih kancing untuk bahan pengawet pangan (antimikrobial dan antioksidan).
ISSN 1412-1468
DAFTAR PUSTAKA Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan (Penerjemah: K. Padmawinata dan I. Soediro). ITB. Bandung. Kumalaningsih S, 2006. Antioksidan dan penangkal Radikal Bebas, Trubus Agrisarana. Surabaya. Moyler, D.A. 1995. Oleoresins, Tinctures and Extracts. Dalam Asrurst. P.R. (Ed). Food Flavorings. Blackie Academic & Profesional. New York. Riawan S. 1990. Kimia Organik. Bina rupa Aksara. Grogol Robinson. T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Penerbit ITB. Bandung