156 ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 156-161
ISSN 1412-1468
PENGARUH PERBANDINGAN SEMEN DENGAN PENGENCER CAMPURAN SARI KACANG HIJAU – SITRAT DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP DAYA HIDUP SPERMATOZOA KAMBING KACANG (Capra hircus) (The Effect of Semen Proportion with Dilution of Mixing Extract Mung Bean-Citrate and the During Storage to Spermatozoa Living Capacity of Goat Kacang (Capra hircus)
Muhammad Irwan Zakir Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Islam Kalimantan
ABSTRACT The effect of semen proportion with dilution of mixing extract mung bean-citrate and the during storage to spermatozoa living capacity of Kacang Goat (Capra hircus) with the proportion : 1 : 25, 1 : 50 and 1 : 75, where the extract mung bean mixing is one portion and the solution of citrate is one portion, too. The living capacity percentage of semen was evaluated after being kept in the temperature of 0o C for 0.24, 72, and 120 hours. A completely randomized factorial design, 3x4 with three repetition was used. Results of this experiment indicated that diluting and during storage non significant effect to spermatozoa’s living capacity of Kacang Goat (Capra hircus). That is, the diluting 1 : 25 without the keeping of 0 hour indicates the best survival (80.33 %). Key words : spermatozoa, extract mung bean-citrate, and kacang goat
PENDAHULUAN Untuk memenuhi permintaan daging dan bibit ternak khususnya kambing, maka perlu digalakan usaha peningkatan populasi dengan cara inseminasi buatan (IB). Program IB akan lebih berhasil jika faktor penanganan semen dengan pencampuran bahan pengencer perlu digalakan guna mencapai dosis yang lebih banyak lagi dengan tingkat kelahiran ternak yang optimal. Selanjutnya Yasin dan Dilaga (1993 ) mengatakan bahwa Kambing Kacang mempunyai beberapa keunggulan yaitu kemampuan kerja baik, daya reproduksi tinggi, mampu tumbuh dan berkembang dalam kondisi lingkungan dan pakan yang kurang baik. Suherni dan Tatik (1992) mengemukakan bahwa sari kacang hijau dan sari kacang kedelai merupakan bahan yang dapat digunakan sebagai bahan pengencer
sperma, akan tetapi sari kacang hijau merupakan bahan yang dapat memberikan perlindungan yang paling baik terhadap kehidupan sel spermatozoa yang disimpan dalam suhu dingin. Toelihere (1993) mengemukakan bahwa permukaan spermatozoa tersebut dibungkus oleh membran lipoprotein dan apabila sel tersebut mati, maka permeabilitas selnya meningkat terutama di daerah pangkal kepala. Hal ini merupakan dasar dalam pewarnaan sperma untuk membedakan spermatozoa yang hidup dan mati. Tingkat perbandingan semen dengan bahan pengencer berdasarkan hasil percobaan Stewart dan Melrose (Salisbury, et al, 1985), yang menggunakan larutan 1 bagian 0,9% NaCl dan 1 bagian kuning telur dengan derajat pengenceran 1 : 20 sampai 1 : 50 dalam uji fertilitas.
157 ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 156-161
Herliantin (1992) dan Situmorang (1992) mengemukakan bahwa zat pewarna yang dapat digunakan untuk membedakan sel sperma yang hidup dan yang mati salah satunya adalah eosin nigrosin, yakni dengan cara pembuatan pewarnaan preparat ulas semen. Preparat yang sudah diwarnai dengan zat tersebut kemudian diperiksa di bawah mikroskop pada lapang pandang jumlahnya dapat mencapai 100 – 200 spermatozoa, dengan ditandai sperma yang hidup tidak menyerap warna, sedangkan yang mati menyerap warna. Dari hasil perhitungan kemudian ditentukan persentase spermatozoa yang hidup dan mati (Partodihardjo, 1987 dan Toelihere, 1993). METODE PENELITIAN Percobaan ini adalah percobaan faktorial 3 x 4 dengan 3 ulangan. Dua faktor yang diteliti adalah : 1. Tingkat perbandingan semen dengan pengencer, sebanyak 3 taraf yaitu : P1 = semen dengan pengencer 1 : 25 P2 = semen dengan pengencer 1 : 50 P3 = semen dengan pengencer 1 : 75 2. Lama penyimpanan sebanyak 4 taraf : L0 = Tanpa peyimpanan 0 jam L24 = penyimpanan selama 24 jam L72 = penyimpanan selama 72 jam L120 = penyimpanan selama 120 jam Pelaksanaan Pelaksanaan penelitian disesuai kan dengan prosedur pelaksanaan meliputi : 1. Pembuatan bahan pengencer sari kacang hijau sebagai berikut : Kacang hijau yang sudah dipilih yang mempunyai kebernasan biji yang baik kemudian dicuci dan dibersihkan dari kotoran yang menempel. Rendam selama 5-6 jam dengan air bersih dan hangat hingga bijinya membengkak dan pecah– pecah. Tiriskan kemudian diblender atau digerus supaya menjadi halus. Hasil gerusan yang sudah halus kemudian disaring untuk diambil sarinya dan
ISSN 1412-1468
kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer dengan ditutup bagian atasnya menggunakan alumunium foil (kertas timah). 2. Pembuatan larutan Sitrat, sebagai berikut : Timbang Natrium sebanyak 5,8 g (2,9 g), kemudian tambahkan glokosa sebanyak 1,6 ml (0,8 ml). Ambil aqua sebanyak 200 ml dan ditempatkan pada erlenmeyer, lalu campurkan Natrium Sitrat dan aduk hingga homogen kemudian ditutup dengan Alumunium Foil 3. Penampungan semen untuk pekerja an penampungan menggunakan vagina buatan 4. Pengenceran semen. Campuran sari kacang hijau dengan larutan Sitrat dengan perbandingan 1 : 1 yang bertindak sebagai buffer kedalam Erlenmeyer dengan jumlah masing-masing 180 ml. Larutan bahan pengencer tersebut ditambahkan antibiotik Streptomycin sebanyak 0,18 mg. Sampel Semen terlebih dahulu dihomogenkan dengan pengaduk kaca kemudian dibagi sebanyak 36 sampel, dimana setiap sampel disedot dengan menggunakan pipet tetes sebanyak 0,25 ml ke dalam tabung reaksi.Tuangkan bahan pengencer kedalam tabung reaksi yang berisi semen melalui dinding secara bertahap. Goyangkan tabung perlahanlahan dan berhati-hati hingga campurannya merata. Semua tabung berisi semen ditutup dengan alumunium foil. 5. Penyimpanan semen Alat penyimpanan sampel semen dalam penelitian ini adalah menggunakan refrigenerator sebanyak 3 buah yang diatur suhunya sekitar 0 oC. Percobaan dan pengamat an suhu pada masingmasing refrigerator dengan menambah kan alat pengukur suhu lain masing masing sebuah termometer. Siapkan gelas piala yang diisi dengan air biasa dan masukkan tabung-tabung yang berisi semen encer masing-masing 12 unit contoh percobaan dengan cara diacak. Prosedur ini, yang memberi penurunan suhu semen secara graduil dengan
158 ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 156-161
kecapatan sekitar 1 0C setiap 4 menit, dimaksudkan untuk mencegah rusaknya sel akibat cold shock. Masukkan gelas piala bersama isinya ke dalam lemari pendingin. Dengan demikian semen tersebut akan mencapai suhu penyimpanan minimal 0o C secara graduil dalam waktu 1,5 sampai 2 jam. 6. Pembuatan Eosin Negrosin Timbang Natrium sebanyak 0,2 g dan Eosin sebanyak 0,3 g. Tambahkan aquadestila sebanyak 10 ml yang diaduk dengan Natrium dan Eosin secara homogen lalu masukkan kedalam Erlenmeyer. 7. Pemeriksaan daya hidup spermatozoa Buat preparat ulas tipis pada gelas obyek steril dengan cara meneteskan setetes sampel semen, kemudian tambahkan 2 tetes eosen red 0,5 % selanjutnya diaduk dengan bulu ayam dan diulas dengan menggunakan gelas obyek yang lain membentuk sudut 45 o hasilnya dikeringkan dengan diatas nyala api lampu bunsen. Dimanapun sperma yang mati akan mengabsorbsi warna merah epsin sedangkan yang hidup tidak akan menyerap warna merah tersebut dengan
ISSN 1412-1468
menggunakan mikroskop. Letakkan pada meja obyek mikroskop elektrik, untuk melihat awal pemeriksaan dengan pembesaran 10 x 10 kemudian 10 x 40 lalu amati dalam sekali pandang. Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dinyatakan dalam persen. Jika tidak memenuhi asumsi–asumsi dasar analisis ragam, data tersebut terlebih dahulu ditransformasi. Untuk mengetahui perbedaan perlakuan terhadap perubahan yang diamati, sebelum dianalisa ragam dilakukan uji kenormalan, kemudian dilakukan analisa ragam dengan menggunakan uji F pada taraf 5% dan 1 %. Jika hasil analisis menunjukkan beda nyata atau sangat nyata, maka dilanjutkan dengan uji Beda Nilai Terkecil (BNT) untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-tara daya hidup spermatozoa kambing kacang seperti disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai Rata-rata daya hidup spermatozoa Kambing Kacang pada Pengencer Sari Kacang Hijau Lama Penyimpanan (Jam) L0 L24 L72 L120 Rata-rata
P1 (25) 80,50 78,40 67,50 71,50 75,50a
Perbandingan Semen dengan Pengencer P2 (50) P3 (75) 78,50 78,50 75,11 74,50 72,50 69,42 70,00 67,50 b 74,03 72,42c
Rata-rata % 79,11a 76,00a 70,50b 69,11b
Keterangan: Superskrip huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (p<0.05).
Daya Hidup Spermatozoa Hasil penelitian menunjukkan interaksi perlakuan pengenceran dan lama penyimpanan tidak berpengaruh nyata (P > 0,05) terhadap daya hidup spermatozoa kambing kacang pada penyimpanan suhu 0o
Dari hasil terbaik pada perlakuan P1L0, dimana perbandingan semen dengan pengencer (1:1) dan dilakukan tanpa penyimpanan 0 jam memperoleh daya hidup spermatozoa lebih baik . Hal ini disebabkan ketersediaan komposisi pengencer yang
159 ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 156-161
cukup dan volume pengencerannya dapat terjadi perubahan pH. Pengenceran Perbandingan bahan pengencer semen campuran sari kacang hijau – sitrat berbeda sangat nyata (P > 0,05), dimana F Hitung lebih besar dari F Tabel terhadap daya hidup spermatozoa kambing kacang. Rata-rata daya hidup spermatozoa kambing kacang tertinggi pada perlakuan P1 sebesar 75,50 % dan yang terendah pada perlakuan P3 sebesar 72,42 %. Perbedaan rata-rata persentase daya hidup spermatozoa kambing kacang tersebut diduga disebabkan oleh tingkatan perbandingan pencampuran bahan pengencer, semakin sedikit bahan pengencer maka volume semennya padat, sehingga yang hiduppun relatif banyak, jika dibandingkan dengan bahan pengencernya yang banyak (Salisbury, et al, 1985). Hal ini sesuai dengan pendapat Tambing et al, (2000) bahwa semen segar yang dicampur dengan bahan pengencer gliserol dan Tris sitrat tanpa dilakukan penyimpanan terlebih dahulu, diperoleh ratarata daya hidup sebesar 83,43 %. Akan tetapi sebaliknya setelah mengalami penyimpanan pada suhu 3 – 5o daya hidup yang diperoleh mencapai 65,03 %. Pendapat lain dikemukakan Situmorang (1992) bahwa semen sapi yang dilakukan pencampuran dengan bahan pengencer tris sitrat, skim milk, glieserol ataupun kuning telur yang disimpan di dalam suhu 1 – 5o C selama masing-masing 24, 48, 72 dan 96 jam, menunjukkan hasil rata-rata daya hidup yang rendah yakni berkisar antara 28,33 – 67,72 %. Perbedaan persentase daya hidup spermatozoa sapi tersebut, dikemukakan Corteel (1973) dalam Situmorang (1992) bahwa masing-masing bahan pengencer mempunyai pengaruh yang relatif buruk terhadap kehidupan semen, akan tetapi jika dicampur dengan bahan lain seperti sitrat, efek tersebut dapat dicegah walaupun tidak mencapai angka yang tinggi. Pada perlakuan P1, semakin sedikit bahan campuran pengencer semen tersebut, maka persentase
ISSN 1412-1468
daya hidup spermatozoa kambing kacang, menunjukkan angka yang tertinggi jika dibandingkan dengan perlakuan P2 dan P3 yang bahan pengencernya semakin banyak maka daya hidupnya semakin menurun. Perbedaan yang didapat pada penelitian ini adanya akibat perbedaan komposisi zat pengencer yang dipakai, dimana semua semakin lama disimpan pada suhu 0-5oC maka ketersediaan zat pengencer menjadi berkurang (Situmorang, 1992). Hal ini sesuai dengan pendapat Enswistle dan Martin (1972) dalam Situmorang (1992) bahwa sebagai contoh penurunan daya hidup spermatozoa disebabkan oleh tingginya persentase campuran bahan pengencer. Dan juga kemungkinan peningkatan asam laktat yang lebih besar, sehingga terjadi perubahan keasaman yang berpengaruh pada daya hidup spermatozoa. Affandhy et al (1999), mengemukakan bahwa pengenceran semen dengan bahan tertentu akan diperoleh daya hidup yang berbeda, hal tersebut tergantung kepada jenis dan kandungan bahan pengencer, pH, cara penanganan, cara penyimpanan dan suhu penyimpanan. Lama Penyimpanan Lama penyimpanan semen berbeda nyata (P < 0,05), dimana F Hitung lebih besar dari F Tabel terhadap daya hidup spermatozoa kambing kacang. Ratarata daya hidup spermatozoa kambing kacang tertinggi pada perlakuan L0 sebesar 79,11%, sementara terendah pada perlakuan L 120 sebesar 69,11 %. Hal ini sesuai dengan pendapat Situmorang (1992) bahwa semen yang dilakukan pencampuran dengan bahan pengencer tris sitrat, skim milk, gliserol ataupun kuning telur yang disimpan di dalam suhu 0 – 5o C selama masingmasing 24, 48, 72 dan 96 jam, menunjukkan hasil rata-rata daya hidup yang rendah yakni berkisar antara 28,33 – 67,72 %. Untuk mempertahankan daya hidup spermatozoa secara optimal maka perlu dilakukan penyimpanan pada suhu 0 – 5o C,
160 ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 156-161
dengan menggunakan bahan pengencer sitrat dengan perbandingan 1 : 4 atau tidak kurang dari 20 %, akan meningkatkan daya hidup spermatozoa sebesar 73,2 % (Toelihire, 1993 ; Susilo, 1994). Selanjutnya Toelihere et al, (1982) mengemukakan bahwa dengan menggunakan beberapa bahan pengencer yang sesuai dapat melindungi spermatozoa mencapai daya hidup sebesar 80 %, dimana yang perlu diperhatikan adalah proses suhu dan lama penyimpanan. Salisbury dan Van Denmark (1985) mengatakan bahwa pengenceran semen dengan menggunakan sitrat dapat meningkatkan perbaikan daya hidup spermatozoa dalam penyimpanan selama 180 jam pada suhu 5o C. Pada perlakuan L0 (tanpa penyimpanan) menunjukkan angka daya hidup spermatozoa tertinggi, jika dibandingkan perlakuan lainnya semakin lama tingkatan waktu penyimpanan maka menunjukkan daya hidup yang semakin menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat Susilo (1984) bahwa semen segar yang diencerkan tanpa dilakukan penyimpanan yang terlalu lama daya hidup spermatozoa dapat dipertahankan dengan baik. Pendapat tersebut diperkuat oleh pernyataan Tambing et al, (2000) bahwa untuk memperoleh daya hidup dan motilitas yang tinggi semen segar pada waktu ingin diperiksa dengan mikroskop tidak perlu dilakukan penyimpanan terlebih dahulu. Akan tetapi sebaliknya jika untuk keperluan dalam waktu yang lama, sudah barang tentu semen perlu dilakukan pencampuran dengan bahan penyanggah tertentu seperti citrat gliserol, skim, tris, kuning telur dan bahan lainnya (Toelihire) et al, (1982) ; Salisbury dan Vandenmaer (1995) ; Situmorang (1992).
ISSN 1412-1468
bahan pengencer sari kacang hijau - sitrat berpengaruh sangat nyata (P > 0,01) terhadap daya hidup spermatozoa. Tetapi lama penyimpanan berpengaruh nyata (P > 0,05) terhadap daya hidup spermatozoa. 2. Perbandingan bahan pengencer yang terbaik 1 : 25 dengan memberikan hasil rata-rata daya hidup spermatozoa tertinggi sebesar 75,5 % dan 1 : 50 sebagai alternatif bahan pengenceran. 3. Lama penyimpanan semen encer 0 jam memberikan perlindungan spermatozoa lebih baik dengan rata-rata persentase daya hidup 17, 11 % dan dapat juga disimpan selama 24 jam dengan rata-rata daya hidup 76 %. DAFTAR PUSTAKA Affandy. L.V. Umiyasin dan K. Ma’sum. 1999. Evaluasi Kualitas Semen Beku Sapi Madura Dengan Berbagai Diluter dan Kandungan Kuning Telur. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, Bogor 1- 2 Desember 1998. Badan Litbang Pertanian. Puslitbangnak. Bogor. Direktorat Jenderal Peternakan. 1992. Petunjuk Teknis Materi Pelatihan Inseminasi Buatan. Jakarta. Hanafiah, A.K. 1991. Rancangan Percobaan, Teori dan Aplikasi. Penerbit Rajawali Press. Jakarta. Herliantin. 1992. Penampungan, Prosesing, Distribusi dan Penilaian Mani Beku. Diktat Pelatihan IB-ISMAPETI. Malang, 28 – 30 Oktober 1992.
KESIMPULAN
Partodihardjo. 1987. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara Sumber Widjaja. Jakarta.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Interaksi antara bahan pengencer dan lama penyimpanan tidak berpengaruh nyata (P > 0,05) terhadap daya hidup spermatozoa kambing kacang. Perlakuan campuran
Salisbury, G.W, N.L. Vandenmark, R. Djanuar. 1985. Fisiologi Reproduksi Dan Inseminasi Buatan Pada Sapi : Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
161 ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 156-161
Santoso, J. 1996. Mortalitas Spermatozoa Kambing Kacang pada Beberapa Interval Waktu Thawing dengan Inseminasi. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian Jurusan Peternakan. UNISKA. Banjarbaru. Situmorang, P. 1992. Pengaruh Pengencer Glycerol dan Tingkat Kuning Telur Terhadap Daya Hidup Spermatozoa. Jurnal Ilmu dan Peternakan Nomor I Volume 5. Balai Penelitian Ternak. Puslitbangnak. Bogor. Soetirto, E. 1997. Pemberdayaan Peternakan Rakyat Dan Industri Peternakan Menuju Pasar Bebas. Prosiding Seminar Peternakan dan Veteriner. Puslitbangnak. Bogor, 7 – 8 Januari 1997. Susilo, T. 1994. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Semen Domba Tanpa Bahan Pengencer Terhadap Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa. Skripsi.
ISSN 1412-1468
Fakultas Malang.
Peternakan.
UNISMA.
Suherni dan tatik, H. 1992. Kacang Kedelai Dapat Memperpanjang Spermatozoa kambing. Majalah Peternakan Indonesia. Nomor 86. Edisi September 1992. Suhubudi, Y dan S.H. Dilaga. 1993. Peternakan Kambing Kacang Dan Permasalahannya. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. Tambing, S.N, M. R. Toelihore. T. L Yusuf dan I.K Sutama. 2000. Pengaruh Gliserol Dalam Pengencer Tris Terhadap Kualitas Semen Beku Kambing Peranakan Etawah (PE). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner Vol. 5 (2). Puslitbangnak. Bogor. Zakir, I. 2005. Ilmu Reproduksi Ternak. Diktat Faperta Uniska, Banjarmasin.