61 ZIRAA’AH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman 61-66
ISSN 1412-1468
PEMANFAATAN KAYU PUPU PELANDUK (Neoscortechinia kingii) FAMILI EUPHORBIACEAE SEBAGAI BAHAN BAKU KAYU PERTUKANGAN PADA ARAH AKSIAL DAN RADIAL BATANG (Wood Utilization Pupu Pelanduk (Neoscortechinia kingii) Family Euphorbiaceae as Wood Carpentry of Raw Materials In The Direction Of Axial And Radial Stem) Grace Siska Fakultas Pertanian Jurusan Kehutanan Program Studi Teknologi Hasil Hutan Universitas Palangkaraya. Jl.H. Timang Palangka Raya, Kampus UNPAR Tunjung Nyaho, Kalimantan Tengah 73111A Email :
[email protected]
ABSTRACT All physical properties in this research were not influenced significantly in the direction of axial and radial shaft. The average value of total physical properties of wood Pupu Pelanduk fresh water content of 52,73%, 12,03% water content of normal, normal density of 0,81 g/cm3, 0,78 g/cm3 density of the dry kiln, radial shrinkage 4,71%, tangential shrinkage 6,17%, 0,11% longitudinal shrinkage. Mechanical properties in this reseacrh were not influenced significantly in the direction of axial and radial shaft. The average value of total wood mechanical properties Pupu Pelanduk MoE 16084,91 N/mm2, MoR 148,08 N/mm2, compression parallel grain 70,94 N/mm2, impact banding 0,094 J/mm2, shear parallel grain 5,06 N/mm2, hardness 16.23 N/mm2 radial, tangential hardness 800,00 N/mm2, hardness transverse8,58N/mm2.
PENDAHULUAN Areal hutan penghasil kayu semakin menyusut untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri serta kebutuhan lainnya yang rata-rata berasal dari jenis kayu yang sudah dikenal (commonly-known) oleh masyarakat, khususnya dalam dunia perdagangan sehingga mendorong perkembangan penelitian terhadap jenis kayu yang belum dikenal (lesser-known species) agar dapat dimanfaakan secara optimal. Pemanfaatan kayu kurang dikenal secara optimal dapat diperoleh dengan memanfaatkan seluruh bagian pohon secara maksimal sehingga diperoleh data-data mengenai kayu tersebut. Kelengkapan data atau informasi akan membuka peluang bagi pemanfaatannya.
Kualitas suatu jenis kayu merupakan kesesuaian kayu tersebut dengan penggunaannya, sedangkan sifat-sifat dasar berhubungan erat dengan kemungkinan penggunaannya (Soenardi, 1978b). Penggunaan kayu yang sesuai untuk bahan bangunan, mebel, papan partikel, papan lamina, arang dan lain-lain memerlukan suatu ketentuan tertentu yang berkaitan erat dengan sifat dasar kayu. Struktur kayu, sifat fisika, sifat mekanika dan kimia kayu merupakan faktor-faktor yang dapat dijadikan dasar pemilihan dalam penggunaaan kayu. Selain pengetahuan sifat dasar, kayu juga memiliki sifat yang bervariasi bahkan dalam satu pohon sekalipun. Kayu yang dihasilkan oleh pohon sering kali dianggap memiliki struktur dan sifat yang sama. Dalam kenyataannya, kayu yang dihasilkan oleh pohon pada bagian yang berbeda dari jenis
62 ZIRAA’AH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman 61-66
yang sama tidak pernah identik dan bersifat sejenis (bervariasi) hanya dalam batasan yang sangat luas. Semua sifat kayu dalam satu pohon bervariasi (dihubungkan dengan posisi radial dan aksial dari batang) serta menunjukan kisaran nilai (Panshin and de Zeeuw, 1980). Hal ini melatarbelakangi diadakannya penelitian tentang variasi anatomi, sifat fisika dan mekanika kayu Pupu Pelanduk (Neoscortechinia kingii). Kayu Pupu Pelanduk (Neoscortechinia kingii) adalah salah satu jenis pohon yang kurang dikenal tetapi memiliki potensi yang cukup tersebar di daerah Kalimantan Tengah. Kayu Pupu Pelanduk memiliki nilai ekonomis yang cukup baik terutama kayunya dapat dipergunakan sebagai bahan baku bangunan, pertukangan dan kayu api. Selama ini masyarakat di Desa Kereng Bangkirai, Kecamatan Sebangau, Kotamadya Palangka Raya, telah mengenal jenis kayu Pupu Pelanduk (Neoscortechinia kingii) dan telah memanfaatkannya sebagai bahan bangunan dan mebel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui pengaruh letak kayu pada batang pohon (arah radial dan aksial batang) terhadap sifat fisika (kadar air kayu segar, kadar air normal, kerapatan, penyusutan) dan mekanika kayu (keteguhan lengkung statik, keteguhan tekan sejajar serat, keteguhan geser sejajar serat, keteguhan pukul dan kekerasan). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang variasi sifatsifat kayu pada arah aksial dan radial kayu Pupu Pelanduk sehingga pemanfaatannya sesuai dengan sifat-sifat fisika dan mekanikanya. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya.
ISSN 1412-1468
Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini selama 3 bulan meliputi pengambilan kayu, pembuatan contoh uji, pengujian dan pengolahan data dan penyusunan laporan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kayu Pupu Pelanduk yang tumbuh pada daerah rawa gambut dengan umur pohon rata-rata 18 tahun, diambil sebanyak 3 pohon secara acak. Pohon Pupu Pelanduk yang terpilih dalam keadaan sehat dan diambil sebanyak 3 pohon secara acak, ditebang setinggi dada (±130 meter di atas permukaan tanah), pohon diukur panjang bebas cabangnya dan dipotong menjadi tiga bagian yang sama panjangnya 250 cm mulai dari arah pangkal, tengah, ujung pohon dengan masing-masing jarak ± 50 cm untuk tiap-tiap bagian batang. Untuk contoh uji kadar air segar dan fisika sepanjang ± 20 cm segera dibungkus plastik dan diberi lakban untuk mencegah penguapan dan contoh uji mekanika sepanjang ± 225 cm dan pada setiap ujung-ujung batang diberi cat agar tidak terjadi pecah - pecah. Contoh uji sifat fisika dan mekanika kayu dibuat dari tiap pohon dibagi menjadi tiga bagian arah aksial yaitu pangkal, tengah, ujung. Tiap-tiap bagian dipotong menjadi kayu berbentuk balok dengan ukuran 6 cm x 6 cm sebanyak 4 buah menurut arah radial yaitu dua dari empulur ke kulit di satu sisi, dua di sisi yang lainnya. Pengamatan yang dilakukan adalah sifat fisika dan mekanika kayu. pengujian fisika mekanika mengacu pada standar DIN. Rancangan percobaan yang digunakan untuk menganalisa data sifat fisika dan mekanika (lengkung statis,keteguhan tekan sejajar serat, keteguhan pukul) adalah rancangan acak lengkap faktorial yaitu faktor 3 x 2 dengan 3 kali ulangan. Faktor A arah
63 ZIRAA’AH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman 61-66
ISSN 1412-1468
aksial kayu terdiri dari 3 level yaitu bagian pangkal (P), tengah (T), dan ujung (U), faktor B adalah arah radial terdiri dari 2 level yaitu dekat hati (DH) dan dekat kulit (DK) dengan 3 ulangan berupa pohon 1, pohon 2, pohon 3. Analisa data untuk sifat mekanika (keteguhan geser sejajar serat, kekerasan kayu) adalah rancangan acak lengkap dengan 1 faktor yaitu arah aksial batang (pangkal,tengah,ujung). Analisa data hanya pada arah aksial batang saja tidak pada arah radial karena diameter kayu yang kecil sehingga pembuatan contoh uji tidak cukup untuk ukuran pengujian. Analisa statistik sifat fisika dan mekanika dengan menggunakan Soft Ware Minitab versi 14,0 dan Microsoft Office Excel tahun 2007. Hasil yang diperoleh melalui uji F, jika terdapat perbedaan antar perlakuan dilakukan perbandingan perlakuan dengan menggunakan uji BNT (Beda Nyata Terkecil).
dalam penelitian ini, tumbuh di pinggir sungai pada kawasan hutan rawa gambut tropis dengan rata-rata umur pohon 18 tahun dan penyebarannya merata di dalam hutan. Pohon Pupu Pelanduk yang diambil sebagai bahan penelitian mempunyai tinggi tajuk antara 6,5 - 7 meter, tinggi pohon bebas cabang 8,5 - 9 meter, diameter ± 21 cm dengan panjang percabangan pohon dapat mencapai 1,7 - 1,8 meter. Pohon Pupu Pelanduk memiliki buah berwarna merah (jika telah masak), berbentuk lonjong dan kecil. Buah pohon ini jika masih menggantung di pohon sebagai bahan makanan bagi binatang kelelawar, uwauwa dan tupai. Tetapi jika buah sudah jatuh ke tanah akan dimakan binatang kancil / pelanduk. Bunga pohon Pupu Pelanduk berwarna putih kekuning-kuningan dengan diameter ± 2,5 mm. Bentuk daun lonjong, permukaan daunnya licin. Pohon tidak mengeluarkan getah damar. Masyarakat di sekitar kawasan hutan menamai pohon Pupu Pelanduk karena batang pohonnya seperti paha kancil / pelanduk.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ciri Makroskopis Warna kayu Pupu Pelanduk berwarna kuning muda. Batas antara kayu gubal dan kayu teras pada saat baru ditebang mudah dibedakan. Lingkaran tumbuh tidak terlihat jelas. Bau kayu Pupu Pelanduk seperti tebu. Tekstur kayu halus sampai sedang dan mengkilat. Serat kayu lurus.
Deskripsi Tempat Tumbuh dan Pohon Pupu Pelanduk Habitat utama kawasan areal pengambilan pohon merupakan hutan rawa gambut tropis, yang menggambarkan keadaan hutan tersebut sebagai ekosistem campuran, terdiri dari ekosistem hutan tropis di atas lapisan ketebalan gambut 1 - 5 meter. Pada hutan rawa gambut tropis ini memiliki kanopi 30 - 35 m, tergenang banjir sepanjang musim hujan. Pada musim hujan air dapat mencapai kedalaman hampir 2 m, ini berarti bahwa hanya beberapa jenis pohon dapat bertahan hidup dan hampir tidak ada pohon yang dapat tumbuh tinggi. Pohon Pupu Pelanduk yang diambil
Sifat Fisika Kayu Letak contoh uji pada batang kayu tidak berpengaruh signifikan terhadap sifat fisika kayu. Nilai rataan sifat fisika kayu dapat dilihat pada Tabel 1.
64 ZIRAA’AH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman 61-66
ISSN 1412-1468
Tabel 1. Nilai Rataan Sifat Fisika Kayu pada Arah Aksial dan Radial Batang Letak contoh uji Arah aksial P T U Rataan KV (%) Arah radial DH DK Rataan KV (%)
KAS (%)
KAN (%)
KN (g/cm3)
KT (g/cm3)
PR (%)
PT (%)
PL (%)
RASIO T/R
53,99 50,69 53,50 52,73 8,27
12,02 11,98 12,09 12,03 3,62
0,80 0,81 0,83 0,81 4,97
0,77 0,78 0,80 0,78 4,45
4,63 4,68 4,83 4,71 1,82
6,15 6,16 6,20 6,17 0,96
0,10 0,12 0,13 0,11 28,34
1,33 1,32 1,28
51,78 53,68 52,73 7,66
12,01 12,05 12,03 1,16
0,81 0,82 0,81 4,65
0,77 0,79 0,78 3,93
4,67 4,76 4,71 3,75
6,12 6,22 6,17 3,51
0,10 0,13 0,11 53,57
1,31 1,31
Keterangan: KAS = Kadar air segar, KAN = Kadar air normal, KN = Kerapatan normal, KT = Kerapatan kering tanur, PR = Penyusutan radial, PT = Penyusutan tangensial, PL = Penyusutan longitudinal, Rasio T/R = Rasio tangensial/radial Sifat Mekanika Kayu Letak contoh uji pada batang kayu tidak berpengaruh signifikan terhadap sifat
mekanika kayu. Nilai rataan sifat mekanika pada arah aksial dan radial batang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai Rataan Sifat Mekanika pada Arah Aksial dan Radial Batang Letak contoh uji Arah aksial P T U Rataan KV (%) Arah radial DH DK Rataan KV (%)
MoE N/mm2
MoR N/mm2
KTSS N/mm2
KP J/mm2
KGSS N/mm2
KR N/cm2
KT N/cm2
KTR N/cm2
15465,0 16044,83 16744,81 16084,91 9,75
145,73 148,06 150,46 148,08 3,91
71,92 73,37 67,54 70,94 10,47
0,087 0,100 0,095 0,094 17,08
16,88 16,55 16,34 16,59 5,06
7933,33 8306,67 8173,33 8137,78 16,23
7246,67 8346,67 8146,67 8080,00 17,23
9033,33 8987,67 8146,67 8722,22 8,58
15520,64 16649,17 16084,91 14,90
146,91 149,26 148,08 3,36
68,08 73,80 70,94 17,09
0,076 0,113 0,094 85,25
Keterangan: MoE = Modulus of elasticity, MoR= Modulus of rupture, KTSS= Keteguhan tekan sejajar serat, KP= Keteguhan pukul, KGSS=Keteguhan geser sejajar serat, KR=Kekerasan radial, KT=Kekerasan tangensial, KTR=Kekerasan transversal
66 ZIRAA’AH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman 61-66
Kualitas Kayu Kualitas suatu jenis kayu merupakan kesesuaian kayu tersebut dengan penggunaannya, sedangkan sifat-sifat dasar berhubungan erat dengan kemungkinan penggunaannya. Menurut Soenardi (1978b), menyatakan kualitas suatu jenis kayu berkaitan erat dengan sifat-sifat dasarnya. Dari hasil penelitian terlihat bahwa meskipun ada variasi pada struktur anatomi, fisika dan mekanika kayu, tetapi umumnya masih dalam kelas kualitas yang sama sehingga dapat dikatakan bahwa letak bagian batang baik pada arah aksial maupun radial tidak berpengaruh terhadap parameter penelitian sehingga dalam penggunaan nantinya tidak berpengaruh. Untuk kebutuhan bahan baku kayu lapis, kayu Pupu Pelanduk tidak memenuhi standar karena memiliki nilai kerapatan yang tinggi, sedangkan syarat kerapatan pembuatan finir kayu lapis menurut FAO dalam Martawijaya (1981) adalah 0,40-0,70 g/cm3 dan yang terbaik 0,50-0,55 g/cm3 tetapi memenuhi syarat sebagai kayu lapis seperti pendapat Kasmudjo (1993) dalam Christy (2000) bahwa kayu untuk tujuan kayu lapis mempunyai kekerasan sedang, mempunyai arah serat lurus, kandungan zat ekstraktif cukup rendah dan secara terbatas memerlukan sifat dekoratif. Kayu Pupu Pelanduk dari segi dekoratif yang ditimbulkan dari lingkaran tumbuh dan warna kuning mendukung kayu ini sebagai bahan baku kayu lapis yang akan memberikan nilai tambah. Kerapatan merupakan salah satu syarat baku sebagai bahan konstruksi, berdasarkan kelas kuat kayu dari Anonim (1976), kayu Pupu Pelanduk masuk dalam kelas kuat II atau tergolong kayu yang berat.
ISSN 1412-1468
Nilai rasio penyusutan dari kondisi basah ke kondisi kering tanur 1,28-1,31. Angka penyusutan yang kecil ini menunjukkan kayunya lebih stabil sehingga retak, pecah dan bengkok dapat dihindari dan kayu ini dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan yang baik. Nilai pengujian lengkung statis diperoleh keteguhan sampai batas patah (MoR) kayu Pupu Pelanduk berkisar antara 145,73 - 150,46 N/mm2 termasuk dalam kelas kuat I. Nilai keteguhan lentur/ elastisitas (MoE) diperoleh nilai 15465,07-16744,81 N/mm2 termasuk kelas kuat I dan nilai keteguhan tekan sejajar serat 67,54-73,37 N/mm2. Nilai MoR, MoE dan keteguhan tekan sejajar serat lebih tinggi dengan nilai rata-rata kerapatan kayu normalnya hanya 0,84 g/cm3 sehingga kayu Pupu Pelanduk dapat dipergunakan untuk tujuan kontruksi sedang. Kayu Pupu Pelanduk kemungkinan masih cocok untuk mebel, termasuk dalam kelas kuat I/II, tekstur agak halus karena memiliki diameter rataan pori 105,69 mikron sehingga pori berukuran kecil, kayu berwarna kuning kecoklatan dengan nilai rasio penyusutan yang kecil sehingga retak, pecah ataupun bengkok dapat terjadi kecil kemungkinannya. KESIMPULAN DAN SARAN Ciri makroskopis kayu adalah warna kayu Pupu Pelanduk berwarna kuning muda. Batas antara kayu gubal dan kayu teras pada saat baru ditebang mudah dibedakan. Lingkaran tumbuh tidak terlihat jelas. Bau kayu Pupu Pelanduk seperti tebu. Tekstur kayu halus sampai sedang dan mengkilat. Serat kayu lurus.
67 ZIRAA’AH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman 61-66
Semua sifat-sifat fisika dalam penelitian ini tidak dipengaruhi secara signifikan oleh bagian batang pada arah aksial dan radial. Nilai rata-rata total sifat fisika kayu Pupu Pelanduk yaitu kadar air segar 52,73%, kadar air normal 12,03%, kerapatan normal 0,81 g/cm3 , kerapatan kering tanur 0,78 g/cm3, penyusutan radial 4,71%, penyusutan tangensial 6,17%, penyusutan longitudinal 0,11. Semua sifat-sifat mekanika dalam penelitian ini tidak dipengaruhi secara signifikan oleh bagian batang pada arah aksial dan radial. Nilai rata-rata total sifat mekanika kayu Pupu Pelanduk yaitu : MoE 16084,91 N/mm2, MoR 148,08 N/mm2, keteguhan tekan sejajar serat 70,94 N/mm2, keteguhan pukul 0,094 J/mm2, keteguhan geser sejajar serat 5,06 N/mm2, kekerasan radial 16,23 N/mm2, kekerasan tangensial N/mm2 , kekerasan transversal 8,58 N/mm2. Dari hasil penelitian struktur anatomi dan sifat-sifat kayu memberikan kemungkinan kayu Pupu Pelanduk dapat digunakan sebagai papan serat, kayu lapis, konstruksi sedang dan mebel. Saran berdasarkan hasil penelitian ini adalah perlu diadakannya penelitian sifat kimia kayu dan pada kelas diameter yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA
ISSN 1412-1468
Kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda. Tidak diterbitkan. Dwianto.W. dan S.N. Marsoem. 2008. Tinjauan Hasil-hasil Penelitian Faktor-faktor Alam yang Mempengaruhi Sifat Fisik dan Mekanik Kayu Indonesia. Jurnal Tropical Wood Science and Technology Vol. 6. No. 2. Iswanto. A.H. 2008. Sifat Fisis Kayu: Berat Jenis dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu. Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. http://www.linkpdf.com/. Panshin, A.J dan Carl de Zeeuw. 1980. Textbook of Wood Technology Structure, Identification, Uses And Properties of the Commercial Woods of The United States and Canada. McGrawHill Book Company Inc., New York. Pandit, I.K.N dan D. Kurniawan. 2008. Struktur Kayu. Sifat Kayu Sebagai Bahan Baku dan Ciri Diagnostik Kayu Perdagangan Indonesia. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian. Bogor.
Anonim, 1998. Prosea. Plant Resources of South-East Asia. Nomor 5(3). Timber Tress: Lesser-known Timbers. Editor MSM.Sosef, L.T. Hong and S. Prawirohatmodjo. Bogor.
Supraptono, B. 1987. Penelitian Nilai Pemanfaatan Secara Teknologi Dari Kayu Medang Tanduk (Nothaphoebe ceratoxylon Kosterm., Spec. inert) dari Famili Lauraceae di Kalimantan Timur. Disertasi. Universitas Goettingen. Jerman.
Christy, E.O. 2000. Struktur Anatomi Dan Variasi Sifat-Sifat Kimia, Fisika Dan Mekanika Kayu Kembalitan Putih (Polyalthia glauca (Hassk.) F.v.Mueller) dan Kembalitan Rawa (Polyalthia jenkensii (Hk.f et Thoms.) Hk.f.et.Thoms.). Tesis Magister Imu
Supriyati,W. 2002. Variabilitas Struktur Anatomi Dan Sifat Fisika-Mekanika Jenis Kayu Arang (Diospyros Borneensis Hiern) Dan Dara-Dara (Myristica Iners Blume). Tesis Program Pascasarjana Universitas Mulawarman. Samarinda. Tidak diterbitkan.