41 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 41-53
ISSN 1412-1468
ANALISIS SOSIAL EKONOMI USAHATANI KELAPA SAWIT DI DESA SULILIRAN BARU KECAMATAN PASIR BELENGKONG KABUPATEN PASER (Economic Social Analysis of Palm Farming in Suliliran Baru Village, Pasir Belengkong sub district in Paser District) Tetty Wijayanti Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Samarinda
ABSTRACT The purpose of this research was to know income from plasma farmer and self supporting oil palm farming, to know different income between oil palm farming with plasma farmer of self supporting and to know social economic factor’s influence such as farmer decision for expend to oil palm farming. This research is done in Suliliran Baru Village Pasir Belengkong Subdistrict Paser Regency from July until September 2008. The data’s was used in this research was primer and secunder, the sample methode using Disproportional Stratified Random Sampling with sample summary as many 40 respondent. Data analyzed used income analyzed, t-test and multiple linear regression. The result of this research showed that average income of plasma farmer is Rp 7,517,095.12/ha/year and self supporting farmer is Rp 10,644,557.74/ha/year. Oil Palm farming income between plasma farmer with self supporting to be different. Based on F test way to kind exam table showing is F count > F table. This matter it’s mean farming income, land wide, study level, summary of responsibility family and farmer age according with real influence such as plasma farmer and self supporting for expend to oil palm farming. Based on t test knowing is just farming income and land wide variable real influence such as plasma farmer and self supporting expend to oil palm farming with get result analysist t count > t table. Keywords : Income, plasma farmer, palm farming PENDAHULUAN Sektor pertanian menjadi prioritas utama dalam pembangunan perekonomian nasional, salah satu subsektor yang mampu berperan nyata dalam pembangunan adalah subsektor perkebunan. Komoditas perkebunan yang terus digalakkan pengembangannya adalah kelapa sawit, yang merupakan komoditas yang handal dan menduduki peringkat nilai ekspor tertinggi dari komoditas perkebunan lainnya yang dikembangkan di Indonesia. Kelapa sawit di Indonesia berkembang pesat seiring dengan perkembangan teknologi dan industri bahan makanan maupun bahan nonpangan untuk keperluan industri. Hal ini terbukti dengan Indonesia menjadi salah satu
produsen utama minyak sawit dunia. Minyak yang berasal dari kelapa sawit sendiri ada dua macam yaitu dari daging buah (mesocarp) disebut minyak sawit kasar atau crude palm oil (CPO) dan minyak yang berasal dari inti sawit (kernel) disebut minyak inti sawit atau palm kernel oil (PKO). Kelapa sawit telah dikembangkan di berbagai daerah di Indonesia, salah satunya adalah daerah Kalimantan Timur. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2007), perkembangan produksi perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur sendiri mengalami kenaikan yang cukup menggembirakan. Produksinya pada tahun 2004 mencapai 957.058 ton dengan luas areal 171.580,50 ha, pada tahun 2005 produksi
42 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 41-53
kelapa sawit meningkat menjadi 1.012.788,50 ton dengan luas areal 201.087 ha dan kemudian pada tahun 2006 produksi kelapa sawit meningkat menjadi 1.268.600 ton dengan luas areal 225.337 ha. Salah satu daerah yang merupakan daerah perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Paser adalah Kecamatan Paser Belengkong. Menurut data laporan profil Desa Suliliran Baru Tahun 2006, Kecamatan Pasir Belengkong sendiri terdiri atas dua belas desa, yang mana salah satu desanya adalah Desa Suliliran Baru dengan luas wilayah 47,24 Km2 (4,77%) dari luas Kecamatan Pasir Belengkong dan berpenduduk sekitar 2.627 jiwa yang terdiri dari 700 kepala keluarga (KK). Sebagian besar masyarakat di Desa Suliliran Baru bekerja pada sektor perkebunan, dimana kelapa sawit merupakan komoditas utama di daerah tersebut. Perusahaan perkebunan kelapa sawit yang ada di Kecamatan Pasir Belengkong adalah PTPN XIII, bentuk perkebunannya dengan model PIR-Bun. Dimana PTPN XIII berperan sebagai inti, serta memiliki kebun plasma. Sebagian plasma perkebunan kelapa sawit itu adalah petani yang ada di Desa Suliliran Baru. Petani plasma sendiri adalah petani yang dalam menjalankan usahataninya memperoleh bantuan dari perusahaan inti berupa lahan, bibit, pupuk, pestisida dan memperoleh bimbingan dari perusahaan inti, tetapi hasil produk kelapa sawitnya harus dijual ke perusahaan inti itu juga. Selain petani plasma, terdapat pula petani swadaya. Petani swadaya adalah petani yang dalam menjalankan usahataninya secara mandiri, tanpa bantuan dari perusahaan inti dan hasil produk kelapa sawitnya bebas boleh dijual ke perusahaan atau para tengkulak. Dengan demikian terdapat kemungkinan terjadinya perbedaan tingkat pendapatan antara petani plasma dan swadaya. Baik petani plasma maupun swadaya dalam melakukan kegiatan usahataninya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan meningkatkan taraf hidup menjadi lebih baik lagi, tetapi umumnya para petaninya
ISSN 1412-1468
sendiri kurang memperhatikan faktor-faktor sosial ekonomi seperti pendapatan usahatani, luas lahan, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan tingkatan umur petani dalam melaksanakan usahataninya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui : (1) pendapatan yang diperoleh petani plasma dan petani swadaya dari usahatani kelapa sawit di Desa Suliliran Baru Kecamatan Pasir Belengkong Kabupaten Paser; (2) perbedaan tingkat pendapatan usahatani kelapa sawit antara petani plasma dengan petani swadaya; dan (3) pengaruh dari faktor-faktor sosial ekonomi seperti pendapatan usahatani, luas lahan, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan tingkatan umur petani terhadap keputusan petani plasma maupun swadaya mengusahakan usahatani kelapa sawit. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai September 2008 di Desa Suliliran Baru Kecamatan Pasir Belengkong Kabupaten Paser. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional tentang variabelvariabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Responden adalah petani plasma dan swadaya di Desa Suliliran Baru Kecamatan Pasir Belengkong Kabupaten Paser. 2. Tingkatan umur adalah masing-masing umur responden (tahun). 3. Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan yang ditempuh responden (tahun). 4. Jumlah tanggungan keluarga meliputi istri, anak serta keluarga yang lainnya yang tinggal satu rumah dengan responden ( jiwa). 5. Luas lahan adalah luas lahan yang dimiliki oleh responden yang digunakan untuk menanam kelapa sawit (ha).
43 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 41-53
6. Keputusan, ditunjukan dengan sikap keputusan petani plasma dan petani swadaya untuk mengusahakan usahatani kelapa sawit. 7. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dan dinyatakan dengan uang (Rp/ha/tahun) yang meliputi: a. Biaya pembelian sarana produksi yaitu bibit (Rp/kg), pupuk (Rp/kg) dan pestisida (Rp/liter). b. Biaya penyusutan alat pertanian dihitung dengan cara harga pembelian dibagi dengan umur teknis (Rp/tahun). c. Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan baik untuk tenaga kerja keluarga atau tenaga kerja upahan, biaya ini dihitung berdasarkan upah yang berlaku dilokasi penelitian berdasarkan hari orang kerja (HOK) yang dikonversikan setara dengan pria dewasa (Rp/HOK). 1 HOK pria = 1 HOK pria 1 HOK wanita = 0,8 HOK pria 1 HOK anak-anak = 0,5 HOK Pria d. Biaya lain-lain adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani responden selain dari biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan alat (Rp/tahun). 8. Harga adalah merupakan harga TBS (Tandan Buah Segar) yang terjadi di lokasi penelitian berdasarkan kesepakatan petani dengan perusahaan perkebunan atau petani dengan tengkulak (Rp/kg). 9. Hasil produksi kelapa sawit adalah buah sawit dalam bentuk TBS (Tandan Buah Segar) (kg/ha/tahun). 10. Penerimaan usaha perkebunan kelapa sawit adalah total hasil produksi kelapa sawit dikalikan dengan harga penjualan TBS (Rp/ha/tahun). 11. Pendapatan petani plasma dan swadaya adalah pendapatan petani yang diterima dari usaha kelapa sawit berdasarkan penerimaan dan penjualan TBS dikurangi dengan biaya total produksi (Rp/ha/tahun).
ISSN 1412-1468
Pengumpulan Data dan Pengambilan Sampel 1. Data primer diperoleh langsung dari hasil observasi di lokasi penelitian dan hasil wawancara terhadap responden dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun sesuai dengan tujuan penelitian. 2. Data sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan data dari pihak-pihak lain diantaranya instansi terkait, petugas penyuluh lapangan setempat, studi kepustakaan dan sumber lain yang turut menunjang dalam penelitian. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan menggunakan metode sampel acak distratifikasi tidak berimbang (disproportional stratified random sampling) (Daniel (2002). Jumlah populasi yang ada sebanyak 625 terbagi dalam dua lapisan kelompok (stratum) yaitu petani plasma berjumlah 500 orang (diambil 20 sebagai sampel) dan petani swadaya berjumlah 125 (diambil 20 sebagai sampel). Analisis Data Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel, kemudian dianalisis, dibahas dan ditarik kesimpulan dengan menggunakan analisis data sebagai berikut: 1. Pendapatan Untuk mengetahui berapa besar pendapatan petani sawit, maka terlebih dahulu melalui tahapan analisis data sebagai berikut: a. Biaya : untuk menghitung besarnya biaya yang dikeluarkan, dapat dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan biaya menurut Suratiyah (2006), sebagai berikut: TC = TFC + TVC Keterangan: TC = Total biaya (Total cost); TFC = Total biaya tetap (Total fixed cost); TVC = Total biaya variabel (Total variable cost);
44 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 41-53
b. Penerimaan dihitung berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh Suratiyah (2006), sebagai berikut: TR = P . Q Keterangan : TR = Total penerimaan (Total revenue); P = Harga produk (Price); dan Q = Jumlah produk (Quantity). c. Pendapatan dihitung berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh Suratiyah (2006), sebagai berikut: I = TR - TC Keterangan: I = Pendapatan (Income); TR = Total penerimaan (Total revenue); TC = Total biaya (Total cost); 2. Perbedaan Tingkat Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit antara Petani Plasma dan Petani Swadaya. Perbedaan tingkat pendapatan usahatani kelapa sawit antara petani plasma dan swadaya ditentukan dengan mengunakan analisis uji-t. Sebelum t hitung diketahui, terlebih dahulu dilakukan uji-F digunakan untuk mengetahui apakah varian sama atau tidak sama. 3. Pengaruh Faktor-Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Keputusan Petani Plasma Maupun Petani Swadaya Untuk mengetahui pengaruh faktorfaktor sosial ekonomi seperti pendapatan usahatani, luas lahan, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan tingkatan umur petani terhadap keputusan petani plasma maupun petani swadaya mengusahakan usahatani kelapa sawit, digunakan analisis Regresi Linier Berganda. Menurut Supranto (2005), Regresi Linier Berganda mempunyai persamaan sebagai berikut: Yi = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + єi dan penaksiran persamaan Regresi Linier Berganda tersebut adalah: Y = b0 + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + єi Keterangan:
Y
ISSN 1412-1468
: Variabel keputusan petani plasma dan petani swadaya untuk mengusahakan usahatani kelapa sawit, dimana Y = 1 apabila petani sebagai petani plasma dan Y = 0 apabila petani sebagai petani swadaya, (variabel terikat); : Pendapatan usahatani kelapa sawit X1 (variabel bebas I); : Luas lahan (variabel bebas II); X2 : Tingkat pendidikan (variabel X3 bebas III); : Jumlah tanggungan keluarga X4 (variabel bebas IV) : Umur (variabel bebas V); X5 b0 : Koefisien intersef; b1-b5 : Koefisien regresi; єi : Epsilon Menurut Sugandi dan Sugiarto (2002), untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel tidak bebas maka dilakukan pengujian hipotesis secara simultan dengan menggunakan uji F (sidik ragam). 1. Jika F hitung > F tabel (α = 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti pendapatan usahatani, luas lahan, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan tingkatan umur petani secara simultan berpengaruh terhadap keputusan petani plasma dan swadaya untuk mengusahakan usahatani kelapa sawit. 2. Jika F hitung < F tabel (α = 0,05), maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti pendapatan usahatani, luas lahan, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan tingkatan umur petani secara simultan tidak berpengaruh terhadap keputusan petani plasma dan swadaya untuk mengusahakan usahatani kelapa sawit. Menurut Supranto (2005), untuk mengetahui besarnya persentase pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel tak bebas (Y) dilakukan dengan menggunkan koefisien determinasinya (R2), dan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas (X) terhadap variabel tidak bebas (Y), dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t.
45 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 41-53
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 40 responden di Desa Suliliran Baru Kecamatan Pasir Belengkong Kabupaten Paser serta pengamatan langsung di lokasi penelitian, maka diperoleh gambaran karakteristik responden sebagai berikut: 1. Umur Responden Umur responden dalam penelitian ini berkisar antara 29-83 tahun, dengan rincian yaitu : umur 29-39 tahun sebanyak 6 responden (15,00%), umur 40-50 tahun sebanyak 16 responden (40,00%), umur 51-61 tahun sebanyak 13 responden (32,50%), umur 62-72 tahun sebanyak 3 responden (7,50%), dan umur 73-83 tahun sebanyak 2 responden (5,00%). Tingkatan umur merupakan faktor yang mempengaruhi aktivitas kerja petani dalam mengelola usahatani. Jumlah responden terbanyak pada umur 40-50 tahun, umur ini termasuk dalam kelompok umur produktif, hal ini berarti mereka cukup potensial dalam pengembangan usahataninya untuk meningkatkan produksi dan pendapatan. 2. Pendidikan Responden Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi cara petani dalam mengelola usahataninya. Tingkat pendidikan responden terbanyak adalah tamatan SD sejumlah 30 jiwa (75,00%), tamat SLTP/SMP sejumlah 2 jiwa (5,00%), tamat SLTA/SMA sejumlah 7 jiwa (17,50%), dan tamat S1 sejumlah 1 jiwa (2,50%), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa responden umumnya pernah mengenyam pendidikan formal sehingga dapat memahami informasi yang ada. 3. Tanggungan Keluarga Responden Tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan kegiatan usahatani. bahwa jumlah tanggungan keluarga
ISSN 1412-1468
berkisar 1-6 orang, dan yang memiliki jumlah tanggungan keluarga terbanyak 5-6 orang yaitu sebesar 22 jiwa atau sebesar 55,00% dari keseluruhan responden yang ada. Jumlah tanggungan keluarga responden pada umumnya ada satu sampai dua orang yang berperan serta dalam mengelola usahataninya, yaitu istri dan anak yang telah berumur 15 tahun ke atas. Dengan demikian diperkirakan bahwa petani tidak akan banyak mengalami kesulitan dalam penyediaan tenaga kerja. Gambaran Umum Usahatani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit merupakan komoditi yang diusahakan di Desa Suliliran Baru, dan mulai dikembangkan di Desa Suliliran Baru pada tahun 1988/1989, melalui sistem kemitraan dengan pihak PTPN XIII. Sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani, dimana kelapa sawit merupakan komoditi utama di daerah tersebut. Petani sawit di Desa Suliliran Baru sendiri terdiri atas petani plasma dan petani swadaya, luas lahan yang dimiliki oleh responden berkisar antara 1–3 ha dengan status lahan milik sendiri. Tanaman kelapa sawit di Desa Suliliran Baru umumnya dikembangkan secara generatif (melalui biji), dimana bibit kelapa sawit tersebut berasal dari Medan Sumatra Utara. Umur tanaman kelapa sawit yang diusahakan di Desa Suliliran Baru rata-rata berumur 20 tahun. Adapun tahapan-tahapan usahatani kelapa sawit yang dilakukan oleh responden di Desa Suliliran Baru adalah sebagai berikut : (1) pengolahan lahan, (2) pemupukan, (3) pengendalian gulma, (4) pemangkasan, (5) pemeliharaan, dan (6) pemanenan. Biaya Produksi Usahatani Kelapa Sawit Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan output. Adapun biaya-biaya produksi yang diperhitungkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
46 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 41-53
1. Biaya Sarana Produksi a. Biaya pupuk Pupuk yang digunakan untuk usahatani kelapa sawit di lokasi penelitian adalah jenis pupuk Urea, SP-36, KCL, dan Phonska. Jumlah biaya pupuk yang dikeluarkan oleh petani plasma sebesar Rp 36.825.000,00/ha/tahun dengan rata-rata Rp1.841.250,00/ha/ tahun, sedangkan untuk petani swadaya biaya pupuk yang dikeluarkan sebesar Rp 34.100.000,00/ha/tahun dengan rata-rata Rp 1.705.000,00/ha/tahun. b. Biaya Herbisida Herbisida yang digunakan oleh petani responden adalah Round Up, Ally, dan Gromoxon. Jumlah biaya herbisida yang dikeluarkan oleh petani plasma sebesar Rp 19.136.000,00/ha/tahun dengan rata-rata Rp 956.800,00/ha/tahun, sedangkan untuk petani swadaya biaya herbisida yang dikeluarkan sebesar Rp 21.405.000,00/ha/tahun dengan rata-rata Rp 1.070.250,00/ha/tahun. 2. Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja yang diperhitungkan adalah biaya tenaga kerja keluarga dan biaya tenaga kerja upahan. Biaya tenaga kerja meliputi biaya pemeliharaan seperti pemupukan, penunasan, pengendalian gulma dan pemanenan. Jumlah biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani plasma sebesar Rp 18.953.550,00/ha/tahun dengan rata-rata Rp 947.677,50/ha/tahun, sedangkan untuk petani swadaya sebesar Rp 23.406.833,33/ha/tahun dengan rata-rata Rp 1.170.341,67/ha/tahun. 3. Biaya Penyusutan Alat Biaya penyusutan alat yang dikeluarkan oleh petani responden usahatani kelapa sawit meliputi biaya penyusutan alat yaitu egrek, parang, kapak, arco, handsprayer, dan cangkul. Biaya penyusutan alat dihitung dengan cara mengalikan jumlah alat dengan harga alat, kemudian dibagi dengan umur teknis alat tersebut. Jumlah
ISSN 1412-1468
biaya penyusutan alat yang dikeluarkan oleh petani plasma sebesar Rp 5.524.547,62/ha/tahun dengan rata-rata Rp 276.227,38/ha/tahun, sedangkan untuk petani swadaya biaya penyusutan alat yang dikeluarkan sebesar Rp 5.547.011,90/ha/tahun dengan rata-rata Rp 277.350,60/ha/tahun. 4. Biaya Lain-Lain Biaya lain-lain adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani responden dalam mengelola usahataninya selain dari biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan. Dalam penelitian ini biaya lainlain hanya diperuntukkan pada petani plasma, karena petani plasma memiliki keterkaitan dengan pihak PTPN XIII. Dimana petani plasma dikenai potongan-potongan dari pihak PTPN XIII berupa biaya transportasi sebesar Rp. 40,00/kg, pajak kebun sebesar Rp. 5.000,00/bulan, usaha simpam pinjam sebesar Rp. 20.000,00/bulan, uang jasa KUD (FEE KUD) sebesar Rp. 2,00/kg, dana sosial sebesar Rp. 2,00/kg, dana administrasi sebesar Rp. 1,00/kg, simpanan wajib sebesar Rp. 4.000,00/bulan dan Iuran Dana Peremajaan Tanaman Perkebunan (IDAPERTABUN) sebesar Rp. 30.000,00/bulan. Jadi jumlah biaya lain-lain yang dikeluarkan oleh petani plasma sebesar Rp. 13.749.000,00/ha/tahun dengan rata-rata Rp 687.450,00/ha/tahun. Jumlah keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani plasma yang meliputi biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja, biaya penyusutan alat, dan biaya lainlain adalah sebesar Rp 94.188.097,62/ha/tahun dengan rata-rata Rp 4.709.404,88/ha/tahun, sedangkan untuk petani swadaya sebesar Rp 84.458.845,24/ha/tahun dengan rata-rata Rp 4.222.942,26/ha/tahun. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah keseluruhan biaya produksi dapat dilihat pada ringkasan Tabel 1 dan Tabel 2.
47 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 41-53
ISSN 1412-1468
Tabel 1. Rincian Total Biaya Produksi Petani Plasma Usahatani Kelapa Sawit di Desa Suliliran Baru. No
Total
Total
Total
Total
Total
Total
Resp
Biaya Pupuk
Biaya Herbisida
BiayaTenaga Kerja
Biaya Penyusutan
Biaya Lain-lain
Biaya Produksi
(Rp/ha/tahun)
(Rp/ha/tahun)
(Rp/ha/tahun)
(Rp/ha/tahun)
(Rp/ha/tahun)
(Rp/ha/tahun)
2.175.000,00 2.250.000,00 1.240.000,00 1.250.000,00 1.650.000,00 1.300.000,00 1.200.000,00 1.885.000,00 2.125.000,00 1.625.000,00 1.740.000,00 1.155.000,00 2.175.000,00 1.325.000,00 2.090.000,00 3.350.000,00 1.040.000,00 2.910.000,00 2.600.000,00 1.740.000,00
1.000.000,00 740.000,00 1.125.000,00 208.000,00 1.050.000,00 2.700.000,00 1.150.000,00 950.000,00 824.000,00 475.000,00 950.000,00 1.670.000,00 570.000,00 920.000,00 1.050.000,00 1.160.000,00 665.000,00 1.004.000,00 475.000,00 450.000,00
1.041.250,00 1.155.000,00 1.365.000,00 1.041.250,00 980.000,00 1.163.750,00 918.750,00 1.234.800,00 673.750,00 813.750,00 787.500,00 813.750,00 778.750,00 918.750,00 997.500,00 1.015.000,00 708.750,00 857.500,00 866.250,00 822.500,00
322.500,00 275.833,33 238.833,33 285.833,33 282.500,00 292.500,00 207.083,33 289.250,00 365.000,00 238.333,33 210.130,95 213.333,33 261.666,67 283.750,00 311.333,33 345.000,00 197.500,00 403.333,33 234.583,33 266.250,00
705.000,00 759.000,00 556.500,00 556.500,00 556.500,00 732.000,00 516.000,00 786.000,00 786.000,00 624.000,00 624.000,00 759.000,00 556.500,00 759.000,00 624.000,00 786.000,00 759.000,00 840.000,00 678.000,00 786.000,00
5.243.750,00 5.179.833,33 4.525.333,33 3.341.583,33 4.519.000,00 6.188.250,00 3.991.833,33 5.145.050,00 4.773.750,00 3.776.083,33 4.311.630,95 4.611.083,33 4.341.916,67 4.206.500,00 5.072.833,33 6.656.000,00 3.370.250,00 6.014.833,33 4.853.833,33 4.064.750,00
36.825.000,00 1.841.250,00
19.136.000,00 956.800,00
18.953.550,00 947.677,50
5.524.547,62 276.227,38
13.749.000,00 687.450,00
94.188.097,62 4.709.404,88
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Jumlah Rata-rata
Sumber: Data Primer (diolah), 2008 Tabel 2. Rincian Total Biaya Produksi Petani Swadaya Usahatani Kelapa Sawit di Desa Suliliran Baru. No
Total
Total
Total
Total
Total
Total
Resp
Biaya Pupuk
Biaya Herbisida
BiayaTenaga Kerja
Biaya Penyusutan
Biaya Lain-lain
Biaya Produksi
(Rp/ha/tahun)
(Rp/ha/tahun)
(Rp/ha/tahun)
(Rp/ha/tahun)
(Rp/ha/tahun)
(Rp/ha/tahun)
3.000.000,00 1.800.000,00 1.340.000,00 1.300.000,00 2.740.000,00 1.960.000,00 1.675.000,00 1.500.000,00 1.500.000,00 1.750.000,00 1.675.000,00 1.280.000,00 1.560.000,00
700.000,00 1.600.000,00 1.000.000,00 950.000,00 950.000,00 950.000,00 1.160.000,00 570.000,00 1.270.000,00 1.350.000,00 1.300.000,00 1.625.000,00 1.000.000,00
933.333,33 1.155.000,00 1.059.333,33 1.330.000,00 1.003.333,33 1.131.666,67 1.137.500,00 1.347.500,00 1.038.333,33 1.120.000,00 1.592.500,00 1.190.000,00 1.061.666,67
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
412.083,33 212.916,67 373.333,33 227.166,67 244.166,67 320.000,00 392.500,00 211.666,67 312.857,14 272.500,00 235.000,00 215.500,00 243.750,00
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5.045.416,67 4.767.916,67 3.772.666,67 3.807.166,67 4.937.500,00 4.361.666,67 4.365.000,00 3.629.166,67 4.121.190,48 4.492.500,00 4.802.500,00 4.310.500,00 3.865.416,67
48 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 41-53 2.640.000,00 1.020.000,00 1.600.000,00 700.000,00 1.920.000,00 1.440.000,00 1.700.000,00
1.370.000,00 1.400.000,00 380.000,00 950.000,00 710.000,00 900.000,00 1.270.000,00
1.120.000,00 1.207.500,00 1.085.000,00 1.295.000,00 921.666,67 1.347.500,00 1.330.000,00
184.464,29 252.857,14 297.500,00 400.833,33 262.500,00 245.416,67 230.000,00
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5.314.464,29 3.880.357,14 3.362.500,00 3.345.833,33 3.814.166,67 3.932.916,67 4.530.000,00
34.100.000,00
21.405.000,00
23.406.833,33
5.547.011,90
0,00
84.458.845,24
1.705.000,00
1.070.250,00
1.170.341,67
277.350,60
0,00
4.222.942,26
14 15 16 17 18 19 20 Jumlah Ratarata
ISSN 1412-1468
Sumber: Data primer (diolah), 2008
Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Produksi adalah hasil yang diperoleh dalam satu kali panen. Berdasarkan hasil penelitian terhadap petani responden usahatani kelapa sawit di Desa Suliliran Baru selama setahun, untuk petani plasma diperoleh produksi sebesar 148.200 kg/ha/tahun dengan rata-rata produksi sebesar 7.410 kg/ha/tahun, sedangkan untuk petani swadaya diperoleh produksi sebesar 220.000 kg/ha/tahun dengan rata-rata 11.000 kg/ha/tahun. Perbedaan produksi akan terjadi dan terlihat karena adanya perbedaan dalam pengelolaan usahatani. Responden yang mengelola usahataninya dengan baik, maka akan menghasilkan produksi yang tinggi. Penerimaan adalah hasil perkalian antara jumlah produksi kelapa sawit dengan harga kelapa sawit yang berlaku ditingkat petani. Harga jual yang berlaku ditingkat petani berbeda antara petani plasma dengan petani swadaya. Hal tersebut terjadi karena petani plasma berkewajiban menjual hasil produksinya ke perusahaan inti melalui perantara KUD yang ada di desa tersebut
dengan harga rata-rata Rp. 1.650,00/kg, sedangkan petani swadaya menjual hasil produksinya ke para tengkulak dengan harga rata-rata Rp. 1.350,00/kg. Jadi jumlah penerimaan yang diterima oleh petani plasma sebesar Rp 244.530.000,00/ha/tahun dengan rata-rata Rp 12.226.500,00/ha/tahun, sedangkan penerimaan yang diterima oleh petani swadaya sebesar Rp 297.350.000,00/ha/tahun dengan rata-rata Rp 14.867.500,00/ha/tahun. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya produksi. Berdasarkan hasil penelitian terhadap petani responden usahatani kelapa sawit di Desa Suliliran Baru selama setahun, untuk petani plasma diperoleh pendapatan sebesar Rp 150.341.902,38/ha/tahun dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 7.517.095,12/ha/tahun, sedangkan untuk petani swadaya diperoleh pendapatan sebesar Rp 212.891.154,76/ha/tahun dengan rata-rata Rp 10.644.557,74/ha/tahun. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah pendapatan dapat dilihat pada ringkasan Tabel 3 dan 4.
Tabel 3. Rincian Hasil Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Petani Plasma Usahatani Kelapa Sawit di Desa Suliliran Baru No Resp Petani Plasma 1 2 3 4 5 6
Hasil Produksi (kg/ha/tahun) 7.800,00 9.000,00 4.500,00 4.500,00 4.500,00 8.400,00
Penerimaan (Rp/ha/tahun) 12.870.000,00 14.850.000,00 7.425.000,00 7.425.000,00 7.425.000,00 13.860.000,00
Total Biaya Produksi (Rp/ha/tahun) 5.243.750,00 5.179.833,33 4.525.333,33 3.341.583,33 4.519.000,00 6.188.250,00
Total Pendapatan (Rp/ha/tahun) 7.626.250,00 9.670.166,67 2.899.666,67 4.083.416,67 2.906.000,00 7.671.750,00
50 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 41-53
7 3.600,00 8 9.600,00 9 9.600,00 10 6.000,00 11 6.000,00 12 9.000,00 13 4.500,00 14 9.000,00 15 6.000,00 16 9.600,00 17 9.000,00 18 10.800,00 19 7.200,00 20 9.600,00 Jumlah 148.200,00 Rata-rata 7.410,00 Sumber: Data Primer (diolah), 2008
5.940.000,00 15.840.000,00 15.840.000,00 9.900.000,00 9.900.000,00 14.850.000,00 7.425.000,00 14.850.000,00 9.900.000,00 15.840.000,00 14.850.000,00 17.820.000,00 11.880.000,00 15.840.000,00 244.530.000,00 12.226.500,00
ISSN 1412-1468
3.991.833,33 5.145.050,00 4.773.750,00 3.776.083,33 4.311.630,95 4.611.083,33 4.341.916,67 4.206.500,00 5.072.833,33 6.656.000,00 3.370.250,00 6.014.833,33 4.853.833,33 4.064.750,00 94.188.097,62 4.709.404,88
1.948.166,67 10.694.950,00 11.066.250,00 6.123.916,67 5.588.369,05 10.238.916,67 3.083.083,33 10.643.500,00 4.827.166,67 9.184.000,00 11.479.750,00 11.805.166,67 7.026.166,67 11.775.250,00 150.341.902,38 7.517.095,12
Tabel 4. Rincian Hasil Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Petani Swadaya Usahatani Kelapa Sawit di Desa Suliliran Baru No Resp
Hasil Produksi (kg/ha/tahun)
Petani swadaya 1 12.000,00 2 9.600,00 3 9.600,00 4 9.000,00 5 12.800,00 6 8.000,00 7 12.000,00 8 9.600,00 9 11.200,00 10 12.000,00 11 12.000,00 12 10.800,00 13 12.800,00 14 12.000,00 15 12.000,00 16 12.000,00 17 9.000,00 18 12.000,00 19 9.600,00 20 12.000,00 Jumlah 220.000,00 Rata-rata 11.000,00 Sumber: Data Primer (diolah), 2008
Penerimaan (Rp/ha/tahun)
15.600.000,00 12.480.000,00 12.480.000,00 11.700.000,00 17.920.000,00 10.800.000,00 16.200.000,00 12.960.000,00 14.560.000,00 16.800.000,00 16.800.000,00 14.580.000,00 17.280.000,00 16.200.000,00 16.800.000,00 16.800.000,00 12.150.000,00 16.200.000,00 13.440.000,00 15.600.000,00 297.350.000,00 14.867.500,00
Total Biaya Produksi (Rp/ha/tahun) 5.045.416,67 4.767.916,67 3.772.666,67 3.807.166,67 4.937.500,00 4.361.666,67 4.365.000,00 3.629.166,67 4.121.190,48 4.492.500,00 4.802.500,00 4.310.500,00 3.865.416,67 5.314.464,29 3.880.357,14 3.362.500,00 3.345.833,33 3.814.166,67 3.932.916,67 4.530.000,00 84.458.845,24 4.222.942,26
Total Pendapatan (Rp/ha/tahun) 10.554.583,33 7.712.083,33 8.707.333,33 7.892.833,33 12.982.500,00 6.438.333,33 11.835.000,00 9.330.833,33 10.438.809,52 12.307.500,00 11.997.500,00 10.269.500,00 13.414.583,33 10.885.535,71 12.919.642,86 13.437.500,00 8.804.166,67 12.385.833,33 9.507.083,33 11.070.000,00 212.891.154,76 10.644.557,74
51 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 41-53
Perbedaan Tingkat Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit antara Petani Plasma dan Petani Swadaya Pendapatan rata-rata petani plasma untuk usahatani kelapa sawit adalah sebesar Rp 7.517.095,12/ha/tahun dan pendapatan rata-rata petani swadaya untuk usahatani kelapa sawit sebesar Rp 10.644.557.74/ha/tahun. Perbedaan tingkat pendapatan usahatani kelapa sawit dapat diketahui dengan cara membandingkan pendapatan petani plasma dan petani swadaya kelapa sawit dengan menggunakan uji-t. Hasil analisis data, diperoleh hasil t hitung = 3,53 dan t tabel ( α= 0,05) sebesar 1,681 sehingga t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti terdapat perbedaan tingkat pendapatan usahatani kelapa sawit antara petani plasma dengan petani swadaya. Berdasarkan perhitungan pendapatan, pendapatan rata-rata petani plasma lebih rendah bila dibandingkan dengan pendapatan rata-rata petani swadaya. Ini disebabkan karena perbedaan besar biaya produksi yang telah dikeluarkan oleh masing-masing petani plasma dan petani swadaya selama kegiatan produksi, perbedaan penggunaan faktorfaktor produksi seperti penggunaan pupuk, penggunaan pestisida dan penggunaan tenaga kerja, perbedaan tempat penjualan hasil produksi dimana petani plasma menjual hasil produksinya ke KUD sedangkan petani swadaya menjual hasil produksinya ke tengkulak sehingga menyebabkan perbedaan harga jual dan produktivitas yang rendah karena umur kelapa sawit yang diusahakan petani plasma dan petani swadaya rata-rata telah berumur 20 tahun, produksinya mulai menurun dan karena kurangnya perawatan secara intensif oleh petani, seperti penyemprotan dan penebasan gulma, pemangkasan pelepah kelapa sawit, serta pemupukan tanaman kelapa sawit yang kurang optimal oleh petani dan kehilangan hasil yang cukup tinggi akibat penanganan panen yang kurang tepat sehingga banyak
ISSN 1412-1468
buah yang rontok dan tersangkut pada ketiak pelepah kelapa sawit. Pengaruh Faktor-Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Keputusan Petani Plasma Maupun Petani Swadaya Untuk mengetahui pengaruh pendapatan usahatani (X1), luas lahan (X2), tingkat pendidikan (X3), jumlah tanggungan keluarga (X4), dan umur petani (X5), terhadap keputusan petani plasma dan petani swadaya untuk mengusahakan usahatani kelapa sawit (Y), digunakan persamaan regresi linier berganda, hasil perhitungan regresi linier berganda diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = -0,172 + 0,000 X1 + 0,611X2 − 0,013 X3 − 0,027X4 + 0,005X5 Hasil uji F (sidik ragam regresi) diperoleh nilai F hitung > F tabel (α = 0,05; 5:34) yang berarti Ha diterima yang berarti pendapatan usahatani, luas lahan, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan umur petani secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap keputusan petani plasma dan petani swadaya untuk mengusahakan usahatani kelapa sawit. Koefisien korelasi (R) antara variabel X (pendapatan usahatani, luas lahan, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan umur petani) terhadap Y (keputusan petani plasma dan swadaya mengusahakan usahatani kelapa sawit) adalah sebesar 0,797 atau 79,7%, artinya antara variabel X dan Y memiliki hubungan sangat kuat; dan koefisien determinasi (R2) antara variabel X terhadap variabel Y ditunjukkan dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,635 atau 63,5%, artinya 63,5% variasi atau naik turunnya variabel Y disebabkan oleh variabel X1, X2, X3, X4, X5, sisanya disebabkan oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam model ini. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
52 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 41-53
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Biaya produksi yang dikeluarkan untuk usahatani kelapa sawit petani plasma ratarata sebesar Rp 4.709.404,88/ha/tahun dan petani swadaya rata-rata sebesar Rp 4.222.942,26/ha/tahun. Penerimaan yang dihasilkan untuk petani plasma rata-rata sebesar Rp 12.226.500,00/ha/tahun dan petani swadaya rata-rata sebesar Rp 14.867.500,00/ha/tahun. Pendapatan yang diperoleh untuk petani plasma rata-rata sebesar Rp 7.517.095,12/ha/tahun dan petani swadaya rata-rata sebesar Rp 10.644.557,74/ha/tahun. 2. Pendapatan usahatani kelapa sawit antara petani plasma dengan petani swadaya terdapat perbedaan. Hal ini berdasarkan uji-t diperoleh t hitung = 3,53 (mutlak) sedangkan t tabel (α = 0,05) sebesar1,681 sehingga t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. 3. Berdasarkan hasil regresi linier berganda pendapatan usahatani, luas lahan, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan umur petani secara bersama-sama atau simultan berpengaruh nyata terhadap keputusan petani plasma dan petani swadaya mengusahakan usahatani kelapa sawit. Namun secara parsial atau masingmasing hanya variabel pendapatan usahatani dan luas lahan yang berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan petani plasma dan petani swadaya mengusahakan usahatani kelapa sawit. Saran Saran yang dapat diberikan sehubungan dengan hasil penelitian adalah: 1. Perlu adanya perubahan dan perbaikan lembaga ekonomi di pedesaan seperti Koperasi Unit Desa (KUD), sehingga dapat menampung hasil produksi para petani dengan tujuan meningkatkan pendapatan petani.
ISSN 1412-1468
2. Perlu adanya bimbingan dan arahan dari PPL setempat dan perusahaan inti (PTPN XIII) untuk cara budidaya yang baik seperti pemupukan, pemeliharaan, dan pemanenan, sehingga dapat meningkatkan produksi dan pendapatan DAFTAR PUSTAKA Boediono. 2002. Pengantar ilmu ekonomi. BPFE, Yogyakarta. BPS. 2007. Kalimantan dalam angka 2007. Badan Pusat Statistik Kalimantan Timur, Samarinda. Daniel, M. 2002. Pengantar ekonomi pertanian. Bumi Aksara, Jakarta. Daniel, M. 2002. Metode penelitian sosial ekonomi. Bumi Aksara, Jakarta. Gilarso. 1994. Harga dan pasar. Kanisius, Yogyakarta. Hartono. 1995. Masalah pendidikan dan angkatan kerja. Dara Karsa Utama, Jakarta. Horton, P. dan H. Chester . 1993. Sosiologi. Erlangga, Jakarta. Lubis, AU. 1992. Kelapa sawit (elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Marihat, Bandar Kuala. Mangoensoekarjo, S. dan Semangun, H. 2005. Manajemen agrobisnis kelapa sawit. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Mosher, A.T. 2002. Menggerakkan dan membangun pertanian. Yasaguna, Jakarta. Mubyarto. 1994. Pengantar ekonomi pertanian. LP3ES, Jakarta.
53 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 41-53
Partadiredja, A. 1998. Pengantar ekonomi. BPFE, Jakarta. Peranginangin, S. 2007. Kelapa sawit (budidaya, pengolahan dan pemasaran). Dinamika Media, Jakarta. Rosyidi, S. 2001. Pengantar teori ekonomi (pendekatan kepada teori ekonomi mikro dan makro). Raja Grafindo Persada, Jakarta. Samuelson, P.A dan W. D. Nordhaus. 1993. Ekonomi mikro edisi ke-14. Erlangga, Jakarta. Soekanto. 1995. Sosiologi (suatu pengantar). Raja Grafindo Persada, Jakarta. Soekartawi. 1993. Prinsip dasar ekonomi pertanian (teori dan aplikasi). Rajawali Perss, Jakarta. Soekartawi. 2003. Teori ekonomi produksi dengan pokok bahasan analisis fungsi
ISSN 1412-1468
cobb-dougas. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Supranto, J. 2005. Ekonometrika (edisi satu). Gahlia Indonesia, Bogor. Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1995. Prinsip dan prosedur statistika terjemahan. Gramedia, Jakarta. Sugandi, E. dan Sugiarto. 2002. Rancangan percobaan. Andi Offset, Yogyakarta. Sugihen, T.B. 1996. Sosiologi pedesaan (suatu pengantar). Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sukirno, S. 2002. Pengantar teori mikroekonomi. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Suratiyah, K. 2006. Ilmu usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta.
28 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 41-53
ISSN 1412-1468
29 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 41-53
ISSN 1412-1468