ZIRAA’AH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman 22-27
22 ISSN 1412-1468
ANALISIS FINANSIAL USAHATANI PADI CIHERANG PADA SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DI KECAMATAN SUNGAI TABUKAN KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA PROPINSI KALIMANTAN SELATAN (Financial Analysis Of Ciherang Rice Farming On Cropping Systems Jajar Legowo In The District Of Sungai Tabukan Hulu Sungai Utara Regency Province South Kalimantan) Azwar Saihani Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Amuntai
ABSTRACT This Research aims to determine the cost of production, receipts, revenues, profits, determine the feasibility and know the break-even point. The research was conducted in the District of Sungai Tabukan Hulu Sungai Utara regency Province South Kalimantan. In system planting jajar legowo, the average cost of total respondents for one-time farmer planting season is Rp. 4.207.776,31,-/farming. Receipts obtained average is Rp. 4.763.500,-/farming and the average farm income is Rp 3.299.445,33, -/farming. while the average profit farm farmer respondent was Rp. 555.723,69,-/farming, profits obtained by farmers every kilograms respondent was Rp. 342,66, /farming. Feasibility average in rice farming on Ciherang cropping systems jajar legowo is equal to 1,12 /farm so the farm on a jajar legowo cropping systems worth the effort. In the system of non jajar legowo feasibility averages on rice farming Ciherang received by farmers is for farmers is 0,97 meaning that farming is not worth the effort. Break even point on rice farming Ciherang in jajar legowo cropping systems in the District of Sungai Tabukan during the growing season is reached on the volume of production amounting to 1.253,83 kg, while according to the results achieved on the sale or receipt of Rp. 4.420.547,93,-. Keywords: Analysis Financial, Rice of Ciherang, Jajar Legowo
PENDAHULUAN Propinsi Kalimantan Selatan merupakan salah satu daerah sentra produksi pertanian khususnya tanaman pangan (padi) dan Hortikultura yang secara nasional telah menjadi salah satu daerah yang ditetapkan sebagai lumbung padi. Kabupaten Hulu Sungai Utara merupakan salah satu Kabupaten yang termasuk dataran rendah atau rawa, oleh sebab itu penduduk kabupaten hulu sungai utara kebanyakan petani padi dibandingkan dengan peternakan dan perikanan. pada tahun 2010 dari luas tanam, luas panen menempati urutan
ketujuh, produksi sebesar 174.842 ton menempati urutan ke enam dan produktivitasnya sebesar 76,19 Kw/Ha menempati urutan pertama dari 13 Kabupaten (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Hulu Sungai Utara , 2010). Kecamatan Sungai Tabukan pada tahun 2010 dari luas tanam, luas panen dan produktivitasnya menempati urutan pertama dari 10 Kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Utara, untuk produksinya sebesar 2.100 ton. Peningkatan produktivitas tanaman padi di Kecamatan Sungai Tabukan didukung dengan adanya perubahan pola tanam, sebagian petani sudah melaksanakan pola tanam sistem jajar
ZIRAA’AH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman 22-27
legowo (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Hulu Sungai Utara , 2010). Prospek tanaman padi Ciherang cukup besar, namun belum di ketahui tingkat pendapatan, keuntungan dan kelayakan usahatani padi Ciherang dengan sistem tanam jajar legowo. Penelitian ini bertujuan : (1) Mengetahui biaya, penerimaan, pendapatan dan keuntungan yang diperoleh dari usahatani padi Ciherang dengan pola tanam jajar legowo (2) Mengetahui kelayakan usahatani padi Ciherang pada pola tanam jajar legowo (3) Mengetahui titik impas (break event point) dari usahatani padi Ciherang pola tanam jajar legowo (4) Mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh petani dalam pelaksanaan usahatani padi Ciherang pola tanam jajar legowo di Kecamatan Sungai Tabukan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Sungai Tabukan Kabupaten Hulu Sungai Utara. Waktu penelitian dilaksanakan dari bualan Oktober 2010 sampai Januari 2011, Metode penarikan sampel dari penelitian ini adalah dilakukan secara sampel stratifikasi (stratified sampling) dengan terlebih dahulu mengklasifikasikan populasi berdasarkan jumlah luas lahan yang digunakan petani dalam melakukan usahatani padi ciherang menggunakan pola tanam jajar legowo. Kemudian dari setiap kelompok petani yang sudah diklasifikasikan berdasarkan jumlah luas lahan tersebut diambil 30 persen sebagai sampel (Kuncoro, 2007). Dalam hal ini jumlah petani yang berusahatani padi ciherang menggunakan pola tanam jajar legowo adalah sebanyak 153 orang, kemudian diambil 30 persen dari 153 orang petani maka didapatkan jumlah sampel sebanyak 50 orang petani.
23 ISSN 1412-1468
Analisis Data Data yang dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis. Analisis meliputi biaya, penerimaan, pendapatan dan keuntungan petani dalam membudidayakan padi Ciherang. Untuk Mengetahui tujuan pertama yaitu besarnya biaya produksi, penerimaan dan keuntungan digunakan perhitungan: Besarnya biaya total yang dikeluarkan petani secara matematis dinyatakan sebagai berikut: TC = FC + VC dimana: TC = Biaya total (total cost), (Rp/musim tanam) FC = Biaya tetap (fixed cost), (Rp/musim tanam) VC = Biaya variabel (variable cost), (Rp/musim tanam) Besarnya penerimaan dari usaha tanaman padi Ciherang selama musim tanam, secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: TR = Y . Py dimana: TR = Penerimaan total (total revenue), (Rp/musim tanam) Y = Produksi (belik) per musim tanam Py = Harga produksi (price), (Rp/belik) Untuk menghitung pendapatan dari usaha tanaman padi Ciherang selama musim tanam, secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: FI = TR - TCe dimana: FI = Pendapatan petani (Rp/musim tanam) TR = Penerimaan (Rp/musim tanam) TCe = Biaya eksplisit (Rp/musim tanam) Besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha tanaman padi Ciherang selama musim tanam, dapat dirumuskan sebagai berikut: π = TR - (TCe + TCi) dimana: π = Keuntungan (profit), (Rp/musim TR = Penerimaan total (total revenue),
ZIRAA’AH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman 22-27
TCe TCi
(Rp/musim tanam) = Biaya total eksplisit, (Rp/musim tanam) = Biaya implisit, (Rp/musim tanam)
Untuk mengetahui kelayakan usahatani padi Ciherang, dapat dirumuskan sebagai berikut: TR RCR = TC dengan: RCR = Revenue Cost Ratio TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya Perhitungan titik impas (break event point) berdasarkan dua cara yaitu yang pertama b.
24 ISSN 1412-1468
berdasarkan volume produksi/penjualan dalam unit yaitu pada tingkat produksi berdasarkan jumlah, dan yang kedua berdasarkan penjualan yaitu dari penjualan barang yang dinyatakan dalam rupiah a. Atas dasar penjualan dalam unit FC BEP = P - AVC dimana: BEP = Titik impas (break even point) FC = Biaya tetap (fixed cosp P = Harga (price) Rp AVC = Biaya rata-rata variabel (average variable cost)
Atas dasar penjualan dalam rupiah F C BEP
1 - —VC S
=
HASIL DAN PEMBAHASAN Biaya Total Dalam perhitungan dari usahatani padi Ciherang ini biaya total merupakan
BEP = Titik impas (break even point) Rp FC = Biaya tetap (fixed cost), Rp VC = Biaya variabel (variable cost), Rp S = Tingkat penjualan (Rp)
penjumlahan dari biaya eksplisit dan biaya implisit. Rincian biaya total rata-rata padi Ciherang pada sistem tanam jajar legowo dan non legowo dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Biaya total rata-rata petani responden padi Ciherang pada sistem tanam jajar legowo dan non jajar legowo selama musim tanam Mei – Oktober 2009 No Uraian Biaya Jumlah Biaya (Rp) Persentase (%) 1 Biaya Implisit 2.743.721,64 65,21 2 Biaya eksplisit 1.464.054,67 34,79 Jumlah 4.207.776,31 100 Sumber: Hasil pengolahan data primer Berdasarkan Tabel 1 diatas, biaya terbesar yang harus dikeluarkan oleh petani responden pada sistem tanam jajar legowo adalah biaya implisit yaitu sebesar Rp 2.743.721,64,-/usahatani dengan persentase 65,21 %, sedangkan biaya yang terkecil adalah
biaya eksplisit yaitu sebesar Rp 1.464.054,67,/usahatani dengan persentase sebesar 34,79 %. Penerimaan Penerimaan usahatani adalah besarnya produksi dari usahatani dikalikan dengan harga
ZIRAA’AH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman 22-27
yang berlaku di tingkat petani. Rata-rata jumlah produksi adalah 1.361 /kg/usahatani dan rata-rata harga jual adalah Rp 3.500,/kg/usahatani. Dari hasil perhitungan diperoleh
25 ISSN 1412-1468
rata-rata penerimaan pada petani responden padi Ciherang pada sistem tanam jajar legowo adalah sebesar Rp 4.763.500,/usahatani.
Tabel 2. Penerimaan rata-rata petani responden padi Ciherang pada sistem tanam jajar legowo selama musim tanam Mei – Oktober 2009 No Keterangan Nilai 1. Jumlah Produksi (Kg) 1.361 2 Harga (Rp/Kg) 3.500 3. Jumlah Penerimaan (Rp) 4.763.500,00 4. Total Biaya Eksplisit (Rp) 1.464.054,67 5. Total Biaya Implisit (Rp) 2.743.721,64 5. Jumlah Pendapatan (Rp) 3.299.445,33 6. Biaya Total 4.207.776,31 7. Keuntungan rata-rata (Rp/usahatani) 555.723,69 8. Keuntungan (rp)/kg 342.66 9 Kelayakan 1,12 10. Titik impas (kg/usahatani) 1.253,83 Pendapatan Pendapatan usahatani adalah besarnya penerimaan dikurangi dengan biaya eksplisit. Pendapatan rata-rata petani responden pada sistem tanam jajar legowo dan non jajar legowo dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2, jumlah pendapatan rata-rata petani responden padi Ciherang pada sistem jajar legowo sebesar Rp. 3.299.445,33,-/usahatani i. Pendapatan dapat diperoleh lebih besar apabila petani mampu meningkatkan penerimaan dan menekan biaya eksplisit seperti efesiensi tenaga kerja, pembelian sarana produksi yang murah dan berkualitas serta masa penggunaan alat dan perlengkapan atau barang modal yang relatif lama. Tingginya pendapatan yang diperoleh petani akan memudahkan petani dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan secara tidak langsung akan mensejahterakan kehidupan petani.
Keuntungan Keuntungan petani responden padi Ciherang pada sistem tanam jajar legowo adalah besarnya penerimaan dikurangi dengan biaya total. Biaya total merupakan penjumlahan rata-rata biaya eksplisit yaitu sebesar Rp.1.464.054,67,-/usahatani dengan rata-rata biaya implisit yaitu sebesar Rp 2.743.721,64,-/usahatani, sedangkan besarnya penerimaan rata-rata adalah sebesar Rp 4.763.500,-/usahatani, maka besarnya keuntungan rata-rata yang diterima petani responden adalah sebesar Rp 555.723,69,/usahatani, sedangkan keuntungan rata-rata setiap kilogram yang diterima petani adalah sebesar Rp 342,66,-/kg. Keuntungan merupakan indikator atau ukuran bagi keberhasilan pelaksanaan usahatani, banyak faktor yang mempengaruhi keuntungan diantaranya adalah unsur-unsur biaya, penerimaan, pendapatan dan sebagainya. Keuntungan merupakan sumber pendapatan bagi usahatani karena keuntungan adalah imbalan yang diterima petani atas biaya-biaya
26 ISSN 1412-1468
ZIRAA’AH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman 22-27
yang dikeluarkannya selama pelaksanaan usahatani. Makin besar keuntungan makin berhasil pula petani dalam mengelola usahataninya. Kelayakan (Revenue Cost Ratio/RCR) Kelayakan yang diperoleh dari usahatani padi Ciherang pada sistem tanam jajar legowo adalah besarnya total penerimaan dibagi dengan besarnya biaya total. Hasil perhitungan menunjukkan rata-rata RCR dari usahatani padi Ciherang pada sistem tanam jajar legowo yang diterima petani adalah 1,12 artinya usahatani padi Ciherang tersebut layak dibudidayakan.
Titik Impas (Break Event Point) Dari hasil usahatani padi Ciherang pada sistem tanam jajar legowo, nilai titik impas dilihat dari volume produksi sebesar 1.253,83 kg/usahatani dan dilihat dari jumlah penerimaan atau hasil penjualan adalah sebesar Rp 4.420.547,93,-/usahatani. Ini berarti bahwa petani harus menjual harga sesuai harga yang telah ditentukan apabila menjual lebih dari harga maka petani akan untung tetapi malah rugi. secara grafik titik impas dapat dilihat pada Gambar 1.
(Rp)
TR
Rp. 4.763.500 TC Rp. 4.207.776,31 VC
Rp. 1.684.723
Rp. 4.420.547,93 BEP
FC Rp. 2.820.263,31
O
1.253,83
1,361
Q ( kg )
Gambar1. Kurva Break Event Point pada usahatani padi Ciherang pada sistem tanam jajar legowo selama musim tanam
ZIRAA’AH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman 22-27
27 ISSN 1412-1468
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian pada usahatani padi Ciherang pada sistem tanam jajar legowo dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Biaya total rata-rata usahatani padi Ciherang pada sistem tanam jajar legowo di Kecamatan Sungai Tabukan untuk satu kali musim tanam. Biaya Total rata-rata petani responden untuk satu kali musim tanam adalah sebesar Rp 4.207.776,31 ,/usahatani. Penerimaan rata-rata yang diperoleh adalah sebesar Rp 4.763.500,/usahatani dan pendapatan rata-rata usahatani adalah sebesar Rp 3.299.445,33,/usahatani., sedangkan keuntungan ratarata usahatani petani responden adalah sebesar Rp 555.723,69,-/usahatani, keuntungan yang didapatkan perkg oleh petani responden adalah sebesar Rp 342,66,/usahatani. 2. Kelayakan rata-rata pada usahatani padi Ciherang pada sistem tanam jajar legowo di Kecamatan Sungai Tabukan. Kelayakan rata-rata pada usahatani padi Ciherang yang diterima petani adalah sebesar 1,12/usahatani, jadi usahatani pada sistem tanam jajar legowo layak diusahakan 3. Titik impas (Break Event Point) pada usahatani padi Ciherang pada sistem tanam jajar legowo di Kecamatan Sungai Tabukan. Titik impas (Break Event Point) pada usahatani padi Ciherang selama musim tanam tercapai pada volume produksi sebesar 1.253,83 kg, sedangkan menurut hasil penjualan atau penerimaan tercapai pada Rp 4.420.547,93,-.
2.
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai analisiss finansial padi Ciherang pada sistem tanam jajar legowo dan non legowo dalam luas lahan yang sama
Saran 1. Petani di Kecamatan Sungai Tabukan supaya menggunakan sistem tanam jajar legowo.
Mosher, 1981. Menggerakkan dan Membangun Pertanian, Yasaguna, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Anonim 2011,Pola Tanam jajar Legowo. ww.http://bppkedamean. Data Primer Hasil Wawancara Dengan Petani Responden. Farida. 2008. Studi Analisis Keuntungan Padi Ciherang Di Kecamtan Babirik. (STIPER) Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian . Amuntai. Gumbirasaid, S. 2001. Manajemen Agribisnis. Penerbit Galia Indonesia. Jakarta. Kartasapoetra, A. G.1998. Pengantar Ekonomi Produksi Pertanian. Bina Aksara. Jakarta. Kasim, A. S. 2000. Seluk Beluk Ilmu Usah Tani. Faperta UNLAM. Banjarbaru. Koncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga. Jakarta. Laporan Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sungai Tabukan Tahun 2009. Laporan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2009. Kabupaten Hulu Sungai Utara.