4. KONDISI SISTEM SOSIAL EKOLOGI WILAYAH PENELITIAN Secara geografis Desa Olele terletak di perairan selatan Provinsi Gorontalo dan termasuk pada kawasan Teluk Tomini pada koordinat 0 024’41.25” LU dan 123008’52.93” BT. Kawasan ini terletak di Desa Olele dengan luas daratan adalah 2 540 ha. Desa Olele memiliki empat dusun, Dusun I yaitu Dusun Indato, Dusun II yaitu Dusun Olele Tengah dan Dusun III yaitu Dusun Pentadu dan Dusun IV adalah Hungayokiki. Desa ini dapat dijangkau melalui jalan darat, menggunakan kendaraan roda empat dan roda dua, dengan waktu tempuh kurang lebih satu jam dari ibukota Provinsi Gorontalo. Topografi berdasarkan ketinggian dari permukaan laut di desa ini 1-3 meter, hanya sebagian kecil yang memiliki ketingian dari permukanan laut yaitu di daerah perkebunan memiliki ketinggian kurang lebih 50-70 meter dari permukaan laut. Desa Olele memiliki batas-batas sebelah Utara dengan Kecamatan Suwawa, sebelah Timur dengan Desa Tolotio, sebelah Selatan dengan Perairan Teluk Tomini, sebelah Barat dengan Desa Oluhuta. Penduduk asli desa ini berasal dari suku Gorontalo. Pada tahun 2003 Desa Olele resmi menjadi desa yang di kepalai oleh seorang kepala desa yang biasa disebut Ayahanda (DKP Bone Bolango 2006: Profil Desa Olele 2007).
4.1. Kondisi Iklim Keadaan klimatologi didaerah ini umumnya sebagaimana daerah-daerah lain di pesisir selatan Gorontalo maka Desa Olele memiliki iklim tropis yang dipengaruhi oleh musim hujan dan musim kemarau. Curah hujan di daerah ini berlangsung antara bulan Oktober sampai dengan April, musim kemarau sekitar bulan Juni sampai September. Kondisi angin di daearah ini yaitu angin utara bertiup pada bulan Januari sampai bulan Maret bersamaan dengan datangnya musim kemarau, Angin barat terjadi selama dua bulan yaitu bulan April sampai Mei pada kisaran bulan ini keadaan laut cukup bersahabat. Pada bulan November sampai Desember terjadi angin tenggara pada kondisi ini laut cukup kencang,
38
tinggi gelombang berkisar antara 1 sampai 2 meter. Sementara untuk angin selatan bertiup pada bulan juli sampai Agustus (DKP Bone Bolango 2006). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Badan Metreologi dan Geofisika tahun 2010 (Tabel 6), maka kisaran suhu rata-rata di daerah Gorontalo secara umum 240 C dan 280 C. Rata-rata suhu maksimum 32.670 C dan rata-rata suhu minimum adalah kisaran suhu maksimum 23.760 C dengan kelembaban udara yang relatif tinggi dengan rata-rata 92.17%. Rata-rata curah hujan di daerah ini berkisar antara 45-378 mm. Sementara untuk kecepatan angin rata-rata sebesar 1.75 m/det. Untuk persentase penyinaran matahari rata-rata sebesar 61.17% dengan persentase terbesar terjadi pada bulan maret yaitu 80.9% (Gorontalo dalam Angka 2011).
Tabel 6. Kondisi klimatologi Provinsi Gorontalo
1
Januari
27.2
100
Kecepatan Angin (m/det) 2
2
Februari
24.4
45
3
78.9
89.5
3
Maret
27.9
38
3
80.9
92.8
4
April
27.8
153
2
61.3
90.7
5
Mei
28
378
2
64.1
91.9
6
Juni
27
263
1
57.2
93.9
7
Juli
26.7
172
1
54.5
93.5
8
Agustus
26.9
277
2
52.2
92.9
9
September
26.9
302
1
55
92
10
Oktober
27.1
250
1
58.7
92.4
11
November
27.3
84
2
64.8
91.7
12
Desember
26.8
250
1
47.4
93.5
No
Bulan
Suhu RataRata (0 C)
Curah Hujan (mm)
Penyinaran Matahari (%) 59
Kelembaban Nisbi (%) 91.2
Sumber: Gorontalo dalam angka, 2011
4.2. Kondisi Hidro-Oseanografi Pesisir selatan Provinsi Gorontalo termasuk Desa Olele berhadapan langsung dengan perairan Teluk Tomini. Teluk Tomini sendiri adalah perairan semi tertutup, memanjang dari barat ke timur dengan mulut teluk berada di timur berhadapan langsung dengan Laut Maluku. Teluk Tomini merupakan satu-satunya teluk terbesar di dunia yang tepat berada di khatulistiwa.
39
Gambaran pola arus di Olele adalah sama dengan gambaran pola arus pesisir selatan Provinsi Gorontalo secara umum. Pola arus di Gorontalo memperlihatkan pola pergerakan arus rata-rata bulanan yang dibangkitkan oleh angin. Perubahan arah arus yang dibangkitkan pasang surut terjadi lebih cepat karena periode pasang surut yang lebih pendek (harian) dibandingkan dengan periode angin (musiman). Arus di perairan Gorontalo mewakili empat musim sebagai berikut (DKP Bone Bolango 2006): 1. Musim Barat Musim ini terjadi pada bulan Desember sampai dengan bulan Februari. Pada saat ini angin bertiup dari Barat ke Timur. Pola arus musim ini diwakili oleh arus bulan Februari. Pergerakan arus di daerah sekitar pantai jelas mengarah ke Timur diakibatkan angin Barat. Pada musim barat (Desember - Februari), arus bergerak ke arah Barat dan arus yang memasuki Teluk Tomini mempunyai kecepatan yang lebih besar, kemudian membelok ke arah Laut Maluku. 2. Musim Peralihan 1 Musim ini terjadi pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei. Pada musim ini mulai terjadi peralihan arah angin yang bergerak dari Timur ke Barat. Arah arus pada musim ini menuju ke Barat walaupun nilainya masih kecil. Kondisi ini diakibatkan oleh kekuatan angin yang relatif masih lemah. 3. Musim Timur Musim ini terjadi dari bulan Juni sampai dengan bulan Agustus. Kondisi angin bertiup dari Timur ke Barat. Pada musim timur bulan Agustus memperlihatkan bahwa kecepatan arus permukaan di sekitar pantai lebih kuat dibandingkan arus yang terjadi pada bulan Mei dengan arah dari Timur ke Barat. 4. Musim Peralihan 2 Musim ini terjadi pada bulan September sampai dengan bulan November. Kondisi angin mulai membelok ke arah Timur atau mulai terjadi peralihan dari musim timur ke musim barat. Dengan demikian arus permukaan di sekitar pantai yang pada awalnya bergerak ke Barat mulai melemah dan kemudian akan membelok ke arah Timur. Proses perubahan ini akan diikuti oleh pergerakan massa air.
40
Pasang surut di perairan Gorontalo, diklasifikasikan sebagai tipe pasang surut ganda (semidiurnal), yaitu mempunyai perioda dua kali pasang dan dua kali surut. Rata-rata tenggang pasang dan surut sekitar 1-2 meter. Pengaruh musim barat dan timur terhadap kondisi gelombang dengan jelas terlihat di perairan Gorontalo. Pola umum arah penjalaran gelombang laut di perairan Gorontalo mengikuti kecenderungan angin musim yang berlaku. Pada musim timur gelombang bergerak bersesuaian dengan pergerakan angin musim timur, yaitu dari Timur menuju Barat dengan kecenderungan untuk bergerak dalam arah tegak lurus pantai ketika gelombang mendekati pantai, dengan tinggi gelombang perairan dalam terletak pada kisaran 0,2 - 0,5 m. Pada musim barat, karakteristik gelombang perairan dalam di perairan Gorontalo menguat bersesuaian dengan angin musim barat yang cenderung bertiup lebih kencang dibandingkan dengan musim timur. Tinggi gelornbang di perairan Gorontalo pada musim barat berkisar antara 0,5 – 1 m (DKP Bone Bolango 2006).
4.3. Sistem Ekologi 4.3.1. Karakteristik Ekosistem Secara umum Desa Olele merupakan daratan pada bagian utara dengan keadaan topografinya yang bergelombang dan berbukit-bukit serta merupakan daerah pertanian, perkebunan, hutan desa. Bagian Timur keadaan tanahnya pada umumnya kasar ditutupi oleh tanaman kelapa, hortikultura dan palawija. Pantai Olele merupakan daerah pantai yang langsung dibatasi oleh dinding-dinding bukit terjal (dengan kemiringan >600). Perbukitan yang sekitar pantai tandus dengan dengan vegetasi semak yang tipis. Dasar perairannya merupakan hamparan rataan terumbu karang dengan keanekaragaman jenis yang tinggi. Terumbu karangnya terhampar dari tepi ke arah laut dengan lebar 5-100 m pada kedalaman 3-15 m, kecuali di dekat Tanjung Kerbau, yang mencapai kedalaman + 40 meter. Disamping itu, lahan gisik didominasi oleh batuan pantai dan sedikit pasir putih yangmemberikan pemandangan yang cukup indah disekitar wilayah pantai. Kondisi demikian, salah satu yang membuat pantai di lokasi tersebut telah dijadikan salah satu obyek wisata bahari di Provinsi Gorontalo.
41
Isu-isu potensial yang sebagai ancaman serius bagi perairan pantai Olele antara lain: (a) pemanfaatan punggung-punggung bukit untuk perkebunan jagung dan palawija lainnya akan merusak permukaan tanah dan menyebabkan terjadinya erosi yang membawa material lumpur ke ekosistem terumbu karang, (b) pertumbuhan pemukiman yang tidak dilengkapi sistem sanitasi lingkungan yang baik (termasuk drainase) yang akan meningkatkan akumulasi sampah organik maupun anorganik ke perairan, (c) tingkat pengetahuan dan keterampilan yang rendah, wawasan lingkungan tidak memadai akan berimplikasi negatif terhadap lingkungan sumberdaya alam karena masyarakat
mempergunakan alat-alat
destruktif dalam menangkap ikan (seperti penggunaan bom dan racun), dan (d) status kawasan pantai Olele yang belum memiliki bingkai hukum untuk pengelolaan terpadu akan menyebabkan tumpang tindih pemanfaatan ruang yang berujung pada eskalasi kerusakan.
4.3.2. Karakteristik Perikanan Tangkap Penangkapan ikan sangat bergantung pada daerah terbuka atau dengan kata lain setiap nelayan memiliki hak yang sama terhadap sumber daya. Karena tangkapan mereka bersifat liar bergerak dari satu tempat ke tempat lain akan menciptakan persaingan, sehingga nelayan harus terus bergerak (mobile). Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut di Desa Olele masih dilakukan dalam skala kecil dan kebanyakan menggunakan alat tangkap tradisional. Umumnya nelayan yang ada di Desa Olele adalah nelayan pancing tuna menggunakan alat tangkap senar, kawat tembaga dan mata pancing. Ukuran tali nilon yang digunakan nomor 70 sampai 100. Melaut menggunakan perahu yang disebut dengan katintin yang berukuran panjang 5 meter, lebar 60 cm dan tinggi 70 cm. Perahu dilengkapi dengan mesin, dayung dan layar sedangkan umpan yang digunakan untuk menangkap tuna adalah cumi-cumi. Beberapa nelayan diantaranya menggunakan pancing dasar untuk menangkap ikan demersal hasilnya bukan untuk dijual tetapi untuk dikonsumsi sendiri, seperti jenis ikan kuwe, cumi-cumi dan kerapu. Tabel 7 menunjukkan unit penangkapan ikan yang terdiri dari kapal/perahu serta alat yang digunakan dalam penangkapan ikan yang beroperasi di Kawasan Perairan Kecamatan Kabila Bone termasuk Olele yang
42
diklasifikasikan tiga jenis kapal/perahu penangkapan ikan, yaitu jenis Perahu Motor Tempel (PMT), Kapal Motor (KM), Perahu Tanpa Motor (PTM).
Tabel 7. Jumlah kapal/perahu dan alat penangkapan ikan Kecamatan Kabila Bone Tahun 2010.
Desa
Huangobotu Botu Barani Biluango Botutonuo Bintalahe Modelomo Molotabu Oluhuta Olele
PMT
KM
PTM
Pukat Pancing Pancing Gillnet Serok Cincin Tegak Ulur
Pukat Cincin
Pancing Gillnet Ulur
6 1 -
-
27 37 29 22 17 48 79 36 150
33 37 46 22 17 48 79 35 150
150
7 1 -
6 17 25 -
-
Jumlah
79 74 92 44 34 96 183 73 450
Sumber : DKP Kabupaten Bone Bolango 2010.
4.3.3. Karakteristik Kawasan Konservasi Laut Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) memiliki luasan perairan 321 ha, saat ini oleh pemerintah setempat sedang mengusahakan untuk memperluas kawasan dan diusulkan untuk menjadikan status kawasan sebagai Taman Nasional Laut Olele. Terumbu karang merupakan ekosistem utama yang ada di KKLD Olele. Di dalam ekosistem terumbu karang terdapat biota-biota penyusun terumbu karang yang dominan, seperti karang batu, ikan karang, alga, karang lunak dan fauna lain.Desa Olele merupakan kawasan yang memiliki potensi terumbu karang yang baik. Data yang diperoleh menyebutkan bahwasanya pada ekosistem terumbu karang Desa Olele memiliki kurang lebih 16 genus karang batu dan puluhan jenis spesies. Secara keseluruhan, genus karang yang mendominasi sebaran karang, antara lain Montipora, selanjutnya diikuti oleh Acropora, Porites, Fungia dan Pectinia yang menyebar merata. Sementara untuk jenis ikan sebanyak 22 Famili, 55 genus, dan 104 speseis. Seluruh komunitas ikan yang yang ada, dapat dibagi menjadi 3 kelompok populasi, yaitu kelompok populasi spesies indikator (1
43
famili, 3 genus, dan 16 spesies); kelompok populasi spesies target (12 famili, 22 genus, dan 40 spesies); serta kelompok populasi spesies mayor (9 famili, 25 genus dan 48 spesies) (DKP Bone Bolango 2006). Untuk morfologi dasar laut KKLD Olele tergolong dalam bentuk morfologi dasar laut lembah (Gambar 9) (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan 2004).
Gambar 9. Morfologi dasar laut Olele (Sumber: PPPGL, 2004) Morfologi dasar laut lembah merupakan suatu kenampakan morfologi dasar laut yang memiliki kedalaman yang besar. Umumnya lembah ini terdapat di bagian tengah dan tepi Teluk Tomini. Daerah pesisir selatan Gorontalo memiliki morfologi dasar laut yang curam dimana sedalam 200 meter hanya dapat ditemui hingga 10 km dari garis pantai. Keadaan pasang surut (pasut) di daerah ini dipengaruhi oleh rambatan pasut dari Samudra Pasifik yang masuk melalui Laut Sulawesi dan Laut Maluku (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan 2004).
44
4.4. Sistem Sosial 4.4.1. JumlahPenduduk Salah satu yang mempengaruhi kerentanan suatu ekosistem pesisir salah satunya adalah meningkatnya jumlah penduduk. Jumlah penduduk Desa Olele tahun 2010 adalah 983 jiwa.Laki-laki berjumlah 535 jiwa (54%) dan perempuan 448 jiwa (46%). Penduduk tersebar di desa yang terdiri dari 4 dusun (Tabel 8). Bila dihubungkan dengan luas wilayah (2 540 ha), maka rata-rata penduduk 1 jiwa menghuni lahan seluas 2.58 ha.
Tabel 8. Klasifikasi penduduk Desa Olele menurut umur Tahun 2010. Tingkat Umur (Tahun) 0-5 5-12 13-15 16-24 25-44 >45 Total
Jumlah 120 161 58 178 264 202 983
Persentase (%) 12 16 6 18 27 21 100
Sumber: Hasil olahan data primer 2010
Berdasarkan tabel diatas penduduk Desa Olele pada tahun 2010 sebagian besar termasuk dalam kelompok umur produtif (16-44) sebesar 45% dan kelompok umur muda (0-15) 34% sementara untuk kelompok umur tua (>45) sebesar 21%. Klasifikasi penduduk berdasarkan kelompok umur memberikan gambaran mengenai tingkat ketergantungan penduduk usia non produktif terhadap penduduk usia produktif pada tahun 2010. Usia produktif Desa Olele yaitu sejumlah 442 jiwa dan usia non produktif 339 jiwa. Semakin besar penduduk usia non produktif maka akan semakin besar pula tingkat ketergantungan terhadap penduduk produktif dan sebaliknya.
4.4.2. Tingkat Pendidikan Tabel 9 memperlihatkan bahwa jumlah penduduk di Desa Olele menurut tingkat pendidikan persentase tertinggi pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 83%. Sedangkan persentase tingkat pendidikan terendah pada tingkat pendidikan D1-S1 (perguruan tinggi) dengan jumlah 13 orang atau sebesar
45
3%. Persentase tingkat pendidikan sebesar 9% yang juga persentase pendidikan kedua setelah SD adalah SMP dengan jumlah 42 orang. Penduduk yang melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) harus sekolah di ibukota Kecamatan Kabila Bone yang jaraknya dari Desa Olele di tempuh dengan kendaraan umum kurang lebih 30 menit. Sementara beberapa orang yang sempat melanjutkan studi ke perguruan tinggi umumnya melanjutkan studinya ke ibukota provinsi yang denpgan jarak tempuh kurang lebih satu jam.
Tabel 9. Klasifikasi tingkat pendidikan penduduk
109
Dusun II (Olele Tengah) 108
SMP
1
18
22
1
42
9
3
SMA
2
17
5
1
25
5
4
D1-S1
4
5
2
2
13
3
5
S2
-
-
-
-
-
-
Menurut Pendidikan
No 1
SD
2
Dusun I (Idanto)
Dusun III (Pentadu)
Dusun IV (Hungayokiki)
Jumlah
Persentase (%)
91
75
384
83
Sumber : Hasil olahan data primer 2010
4.4.3. Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Penduduk Desa Olele memiliki jenis pekerjaan yang bervariasi seperti terlihat pada Tabel 10. Jenis pekerjaan di Desa Olele terdiri dari petani, nelayan, pegawai, pedagang dan wiraswasta. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah penduduk dengan pekerjaan sebagai nelayan asli adalah lebih besar yaitu 43% dengan jumlah nelayan sebesar 139 orang.
Tabel 10. Jumlah penduduk menurut jenis pekerjaan No 1
Lokasi
Petani 78
Dusun I (Idanto) 2 Dusun II 5 (Olele Tengah) 3 Dusun III 1 (Pentadu) 4 Dusun IV 16 (Hungayokiki) Jumlah 100 Persentase (%) 31 Sumber : Hasil olahan data primer 2010
Nelayan 13
Jenis Pekerjaan Pegawai Pedagang 3 2
Wiraswasta 25
25
3
7
27
54
-
5
6
57
-
1
1
139 43
6 2
15 5
60 19
46
Untuk jenis pekerjaan yang menempati urutan kedua terbanyak adalah petani dengan persentase 31% dengan jumlam petani 100 orang. Jumlah nelayan terbesar terdapat pada Dusun IV Hungayokiki dengan jumlah nelayan 57 orang. Jenis pekerjaan yang menempati urutan ketiga adalah wiraswasta dengan persentase 19% atau sekitar 60 orang.
4.4.4. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa di Desa Olele umumnya menggunakan Perahu Motor Tempel serta menggunakan alat tangkap pancing tegak dan pancing ulur terbanyak yaitu 150 unit. Jumlah kapal atau perahu penangkapan di Kecamatan Kabila Bone didominasi oleh jenis perahu motor tempel. Alat tangkap yang dominan pada tabel diatas umumnya digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis kecil, dengan operasi penangkapan dilakukan pada malam hari. Perahu motor tempel lebih diminati oleh nelayan secara umum karena dapat menempuh fishing ground yang lebih jauh dari pada tanpa motor dan juga harganya lebih murah dibandingkan dengan kapal motor. Nelayan yang menggunakan perahu jenis ini biasanya merupakan nelayan kecil. Seperti halnya masyarakat nelayan pada umumnya, nelayan Desa Olele jarang ada yang mempunyai daerah spesifik untuk menangkap ikan secara individu. Lokasi daerah tersebut sering ditentukan secara visual, sementara pengetahuan tentang ikan diberikan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Selain karakteristik diatas, variabilitas cuaca dan ketidakpastian alam di daerah pinggiran pantai, akan sangat mempengaruhi terhadap hasil tangkapan. Kecamatan Kabila Bone memiliki tempat pendaratan ikan (TPI) untuk membantu mendaratkan ikan dan pemasarannya yaitu TPI Inengo. Jarak TPI Inengo dengan Desa Olele kurang lebih 30 menit melalui perjalanan darat, namun ironisnya nelayan Desa Olele beberapa diantaranya lebih memilih menjual hasil tangkapannya ke TPI Kota Gorontalo melalui perjalanan darat atau laut. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa harga jual di TPI Kota Gorontalo lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual yang ada di TPI Inengo.