ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PADA PT. BRINGIN LIFE SYARIAH
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh: ISNANIAH NIM : 106046201736
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan in telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, September 2010
Isnaniah
ABSTRAK
Isnaniah, 106046201736, “Analisis Manajemen Risiko Pada PT. BRIngin Life Syariah”, Program Strata 1 (S1), Program Studi Muamalat, Konsentrasi Asuransi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Risiko adalah ketidakpastian yang bisa mendatangkan kerugian. Manajemen risiko adalah pengelolaan atau cara penanggulangan risiko. Manajemen risiko mencakup beberapa tahapan, diantaranya seperti identifikasi risiko, penilaian risiko, eliminasi risiko, dan risk sharing. Perusahaan asuransi merupakan jenis usaha dalam bidang pertanggungan sebuah risiko. Untuk meminimalisir risiko yang ditanggung perusahaan asuransi, maka harus dilakukan proses underwriting (seleksi risiko), guna menyeleksi risiko calon peserta asuransi. Underwriting ini sangat penting, karena akan berdampak pada profit yang diterima perusahaan asuransi. Proses seleksi risiko ini harus dilakukan dengan ketat dan menggunakan metode underwriting yang tepat. Jika tidak begitu, maka perusahaan asuransi akan menderita kerugian. Selain itu, harus diperhatian faktorfaktor yang dipertimbangkan oleh underwiter dalam menyeleksi risiko, seperti usia, pekerjaan, hobi, dan riwayat kesehatan calon peserta maupun keluarganya. Penelitian ini ingin menjelaskan manajemen risiko yang diterapkan oleh perusahaan asuransi, khususnya risiko underwriting. Melalui observasi dan wawancara diketahui bahwa metode underwriting yang digunakan oleh underwriter dalam meyeleksi risiko cukup efektif dan optimal, sehingga tingkat klaimnya pun cukup rendah. Hal ini juga berdampak pada nilai tingkat solvabilitas perusahaan asuransi yang cukup maksimal.
Kata Kunci
: Manajemen Risiko, Underwriting, dan PT. BRIngin Life Syariah
Dosen Pembimbing : 1. Dr. Abdurrahman Dahlan, MA 2. Iim Qoi’muddin, SE., M.Si Buku Rujukan
: Tahun 1999-2006
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan nikmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat meyelesaikan penulisan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad saw, sebagai pembawa risalah Islam melalui kitab-Nya serta kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya dan segenap kaum muslimin-muslimat. Penelitian ini merupakan salah satu usaha untuk menjelaskan manajemen risiko di PT. BRIngin Life Syariah, khususnya tentang underwriting. Akan tetapi penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini belum maksimal. Penelitian ini baru merupakan satu titik kecil dalam lembaran sejarah penelitian tentang manajemen risiko di PT. BRIngin Life Syariah. Penulis sangat berharap hasil dari penelitian ini dapat memberikan dorongan dan masukan kepada pihak yang penulis teliti, sehingga manajemen risiko PT. BRIngin Life Syariah bisa lebih optimal. Selanjutnya, penulis juga menyadari bahwa hasil yang kecil ini bukan hasil jerih payah penulis sendiri. Hasil ini diperoleh berkat bimbingan, dorongan, dukungan, dan yang tiada henti penulis peroleh dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dari hati yang paling dalam dan penghargaan yang setinggi-tingginya pada:
ii
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah. 2. Dr. Euis Amalia M.Ag, Ketua Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah. 3. H. Ah. Azharuddin Lathif, Sekretaris Jurusan Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah. 4. Dr. Abdurrahman Dahlan, MA dan Iim Qoi’muddin SE., M.Si, Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, khususnya Konsentrasi Asuransi Syariah Prodi Muamalat tanpa mengurangi rasa hormat yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis selama dibangku kuliah. 6. Basuki Achmad, Underwriter Asuransi PT. BRIngin Life Syariah, dan staf Underwriting yang telah membantu dalam penelitian yang penulis lakukan di perusahaan tersebut. 7. Bapak H. M. Basri S.Ag dan Emi Hj. Juwaeriah tersayang, yang telah mencurahkan kasih sayang, pengorbanan, nasihat, dan do’a yang begitu besar, serta perhatian yang tiada henti memberi penulis semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
iii
8. Teh Eneng, Titin, dan Iah yang menjadi menyemangat untuk penulis menyelesaikan skripsi ini. 9. Teman-teman kelas Asuransi Syariah Angkatan 2006, genk Semur (Evot, Nita, Dinda, Zami, Dikin, Edvan, dan Erfan), teman-teman Kosan Kuning dan Irakian, serta FIMY yang selalu memberi semangat dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Ayang Ies, yang selalu mendo’akan dan memberi semangat serta menjadi tempat berkeluh-kesah penulis, baik suka atau duka. Thanks you so much! Terima kasih atas dukungan dan motivasinya, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Ahkir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amiin.
Jakarta, 24 September 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI BAB I
BAB II
i
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
7
D. Kajian Pustaka
9
E. Kerangka Teori dan Konsep
13
F. Metodelogi Penelitian
14
G. Sistematika Penulisan
17
TINJAUAN UMUM RISIKO DAN UNDERWRITING A. Risiko 1. Pengertian Risiko
19
2. Manajemen Risiko
20
3. Macam-macam Risiko
24
4. Klasifikasi Risiko Perusahaan
26
v
B. Risiko dalam Perspektif Islam
31
C. Risiko Underwriting Dalam Asuransi Jiwa Syariah 1. Pengertian Underwriting
34
2. Tujuan Underwriting
35
3. Tugas dan Fungsi Underwriting
35
4. Jenis-jenis
Risiko
dan
Penetapan
Kondisi
36
Underwriting 5. Proses Underwriting BAB III
BAB IV
39
TINJAUAN UMUM PT. BRINGIN LIFE SYARIAH A. Sejarah Berdirinya PT. BRIngin Life Syariah
42
B. Profil PT. BRIngin Life Syariah
43
C. Visi dan Misi
45
D. Nilai-nilai Budaya PT. BRIngin Life Syariah
46
E. Produk Asuransi PT. BRIngin Life Syariah
47
MANAJEMEN RISIKO PT. BRINGIN LIFE SYARIAH A. Manajemen Risiko PT. BRIngin Life Syariah
54
B. Profil Nasabah BRIngin Dana Investasi Syariah II
55
C. Faktor-faktor yang dipertimbangkan Underwriter
56
dalam Seleksi Risiko D. Metode Underwriting
62
vi
E. Proses Underwriting
63
F. Efektivitas Metode Underwriting yang digunakan
69
terhadap Klaim Asuransi BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan
72
B. Saran
73
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
74
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar, dan negara berpenduduk muslim yang terbesar ± 86,1% dari 240.271.522 penduduk Indonesia di tahun 2000. 1 Ditambah lagi dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk semakin mengekspresikan identitas kemusliman mereka merupakan pasar yang berpotensi besar. Sebagai contoh, hadirnya lembaga-lembaga keuangan syariah, seperti perbankan syariah, BPRS, asuransi syariah, pegadaian syariah, pasar modal syariah dan BMT. Sisi lain kebutuhan dalam transaksi keuangan meningkat pesat, sehingga diperlukan lebih banyak lembaga-lembaga keuangan ataupun lembaga pembiayaan yang berbasiskan syariah. Kebutuhan akan lembaga keuangan syariah bertambah kuat seiring dengan berkembangnya sektor industri jasa keuangan bank atau non-bank. Demikian pula dengan asuransi syariah, yang masih diperlukan lebih banyak. Data jumlah perusahaan asuransi dan reasuransi dengan prinsip syariah mengalami pertumbuhan, yang terlihat pada tabel di bawah ini:
1
Biro Pusat Statistik, Kependudukan berdasarkan Provinsi, Diakses pada 03 Juni 2010 dari www.bps.com
2
PERTUMBUHAN USAHA ASURANSI DAN REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH 2004-2009 No 1
Keterangan
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Jiwa
2
2
2
2
2
2
Perusahaan Asuransi Kerugian
1
1
1
1
1
1
3
8
9
12
13
17
11
13
15
19
19
19
1
2
3
3
3
3
18
26
30
37
38
42
Perusahaan
Asuransi
dengan prinsip Syariah 2
dengan prinsip Syariah 3
Perusahaan Asuransi Jiwa yang Memiliki Unit Syariah
4
Perusahaan Asuransi Kerugian yang memiliki Unit Syariah
5
Perusahaan
reasuransi
yang
memiliki Unit Syariah Total
Sumber: Biro Perasuransian Bapepam-LK, 2009
Melihat pasar yang masih besar tersebut, perusahaan asuransi asing pun mulai mengincar market di dalam negeri. Ini akan membuat industri asuransi makin kompetitif. Agar asuransi syariah lokal dapat bersaing dengan asuransi syariah asing tersebut, maka serangkaian cara dilakukan, diantaranya dengan mengembangkan produk-produk yang inovatif, Sumber Daya Manusia (SDM)-nya diperbaiki dan modalnya dikembangkan.
Selain itu bisa juga melalui perencanaan strategi
pemasarannya baik mengambil pangsa pasar di Indonesia, yang tidak hanya bersaing dengan perusahaan-perusahaan asuransi lokal baik perusahaan asuransi konvesional
3
ataupun syariah. Tetapi juga akan bersaing dengan perusahaan asuransi asing yang beroperasi di Indonesia yang telah memiliki SDM dan modal yang kuat. Untuk kemajuan sebuah perusahaan asuransi syariah juga tidak boleh melupakan penyeleksian risiko, karena perusahaan asuransi mengelola pertanggungan sebuah risiko. Sehingga untuk mencapai kesuksesan, perusahaan asuransi syariah harus dapat mengelola risiko agar perusahaan terlindungi dari risiko yang merugikan. Ruang lingkup manajemen risiko dalam perusahaan asuransi syariah meliputi divisi underwriting, divisi administrasi polis, divisi administrasi klaim, dan divisi investasi. Semua divisi ini harus saling bekerja sama untuk mengelola risiko-risiko yang mungkin terjadi agar perusahaan asuransi syariah terhindar dari kerugian. Jika pengelolaan dan penanggulangan risiko ini dijalankan dengan baik, maka perusahaan asuransi syariah pun akan mendapatkan profit yang diinginkan, begitu juga sebaliknya. Jika perusahaan asuransi syariah tidak dapat mengelola risiko dengan baik, maka perusahaan asuransi syariah akan menderita kerugian sehingga profit yang didapatkan pun tidak sesuai yang diharapkan. Industri asuransi jiwa mulai bangkit dari dampak krisis global. Peluang asuransi jiwa untuk tumbuh memang masih terbuka lebar. Apalagi, beberapa produknya diminati pasar. Salah satunya adalah produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi, unitlink. Pertumbuhan produk asuransi unitlink diperkirakan naik
4
50% menjadi Rp 32 triliun pada tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu, yaitu Rp 21,5 triliun. 2 Hal ini terlihat dari pertumbuhan premi per 31 Desember berikut ini: PERTUMBUHAN PREMI Per 31 Desember (Rp Triliun) Indikator 2008 2009 Premi
47,33
60,24
Premi Produksi Baru
30,80
40,41
Premi Lanjutan
16,53
19,82
Unitlink
13,85
21,5
Sumber: Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Penjualan unitlink setiap tahun memang tumbuh secara signifikan. Data AAJI menyebutkan, penjualan unitlink pada 2005 mencapai Rp 4,8 triliun untuk premi baru dan Rp 1,2 triliun untuk premi terusan. Pada 2006 jumlah premi baru unitlink naik menjadi Rp 4,6 triliun dan Rp 2,1 triliun untuk yang terusan. 3 Sepanjang 2007 penjualan unitlink terus naik menjadi Rp 13,8 triliun untuk premi baru dan Rp 4,1 triliun premi terusan. Tahun lalu penjualan unitlink baru naik lagi menjadi Rp 13,9 triliun dan Rp 6,7 triliun premi terusan. Pada awal 2009 ini, penjualan kembali meningkat dan berlanjut di tahun 2010. Data statistik yang dimiliki Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menunjukkan bahwa tahun 2010 produk unitlink kembali diminati masyarakat. Ini tercermin dari pertumbuhan premi unitlink
2
Stphen B. Juwono, Unitlink Diproyeksikan Tumbuh 50%, Artikel Bisnis Indonesia edisi 25
Mei 2010 3
Evelina F. Pietruschka, Andalkan Unitlink, Jurnal Online Kontan, 16 januari 2010
5
yang naik 37,82 % dari Rp 10,63 triliun pada kuartal tiga 2008 menjadi Rp 14,65 triliun pada kuartal tiga 2009. 4 Melihat animo masyarakat yang begitu tinggi, hampir semua perusahaan asuransi jiwa terdorong memasarkan produk unitlink. Hal ini juga dilakukan PT. Asuransi jiwa BRIngin Life yang meluncurkan produknya pada semester dua tahun 2008. Di tahun 2008, PT. Asuransi Jiwa BRIngin Life menargetkan total pendapatan premi sebesar Rp 1,3 triliun, atau tumbuh sebesar 30-40% dibanding perolehan tahun 2007 sekitar Rp 900 miliar. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi diatas target rata-rata pertumbuhan industri asuransi nasional sebesar 20-25%. 5 Di tahun 2009 premi PT. BRIngin Life ditargetkan sebesar 1,6 triliun.6 Sedangkan untuk Unit syariah BRIngin Life mencatat premi Rp 28 miliar dari target Rp 34 miliar di 2009. 7 Melihat perolehan premi di atas yang tumbuh signifikan, dan berdasarkan laporan keuangan PT. BRIngin Life per 30 Juni 2008 dan 31 Desember 2009, terlihat bahwa total Kekayaan Yang Diperkenankan mengalami peningkatan dari tahun 2008 sebesar Rp 1,174,871 triliun menjadi Rp 1,455,332 triliun pada tahun 2009. Selain
4
Unitlink Masih Jadi Produk Pilihan Nasabah, Media Asuransi edisi Januari 2010 No. 228 tahun XXXI 5
Trihadi Deritanto, 2008 BRIngin LifeTargetkan Pertumbuhan Premi 40%, Diakses pada 03 Juni 2010 dari www.bringinlife.com 6
Sultan Hamid, BRIngin Life Targetkan Premi 1,6 triliun, Diakses pada 03 Juni 2010 dari www.bringinlife.com 7
Etty Supiantini, Premi BRIngin Life Syariah Capai Rp 28 miliar, Diakses pada 03 Juni 2010 dari www.bringinlife.com
6
itu, total Kewajiban yang mengalami penurunan sebesar Rp 1,425,014 triliun di tahun 2008 meningkat menjadi Rp 1,269,508 triliun di tahun 2009. 8 Sesuai dengan Pasal 43 ayat 2 Keputusan Menteri Keuangan No. 424/KMK.06/2003
tentang
Kesehatan
Keuangan
Perusahaan
Asuransi
dan
Perusahaan Reasuransi, maka rasio pencapaian tingkat solvabilitas sekurangkurangnya adalah 120%. Namun, yang terjadi tahun 2008 di PT. BRIngin Life untuk rasio pencapaian Batas Tingkat Solvabilitas mengalami -187%. 9 Melihat kondisi laporan keuangan PT. BRIngin Life yang kurang optimal, khususnya pencapaian tingkat solvabilitasnya, maka ada permasalahan yang menyebabkan perusahaan tidak mencapai target yang diharapkan. Maka sangat perlu mengangkat
permasalahan
tersebut
untuk
diteliti
dan
memberikan
solusi
pemecahannya. Oleh karena itu, judul skripsi ini adalah: “Analisis Manajemen Risiko Pada PT. BRIngin Life Syariah”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Untuk memfokuskan dalam penelitian ini, maka batasan penelitian sebagai berikut: a. Penelitian dilakukan pada PT. BRIngin Life Syariah.
8
PT. BRIngin Life Syariah, Laporan Keuangan PT. BRIngin Life Per 30 Juni 2008 dan 31 Desember 2009, Diakses pada 2 Januari 2010 dari www.bringinlife.com 9
PT. BRIngin Life Syariah, Laporan Keuangan PT. BRIngin Life Per 30 Juni 2008 dan 31 Desember 2009, Diakses pada 2 Januari 2010 dari www.bringinlife.com
7
b. Penelitian ini dibatasi hanya untuk nasabah produk asuransi BRIngin Dana Investasi Syariah II, berdasarkan usia dan jenis kelamin. c. Penelitian dilakukan terhadap analisis manajemen risiko PT. BRIngin Life Syariah, khususnya risiko internal perusahaan yaitu risiko underwriting. Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang ditemukan adalah nilai tingkat solvabilitas yang kurang optimal, yang akan berdampak kepada profit perusahaan. Hal ini bisa disebabkan oleh manajemen risiko yang kurang maksimal, khususnya faktor internal perusahaan yaitu risiko underwriting dalam menyeleksi risiko calon tertanggung. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, maka harus terlebih dahulu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang akan diuraikan pada pembahasan berikutnya. Adapun pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut: a. Bagaimana manajemen risiko yang diterapkan di PT. BRIngin Life Syariah? b. Bagaimana profil nasabah produk BRIngin Dana Investasi Syariah II? c. Apa faktor-faktor yang dipertimbangkan underwriter dalam seleksi risiko asuransi BRIngin Dana Investasi Syariah II? d. Bagaimana metode dan proses underwriting dalam seleksi risiko calon peserta asuransi BRIngin Dana Investasi Syariah II? e. Bagaimana
efektivitas
metode
underwriting
yang
digunakan
dalam
menyeleksi risiko calon peserta asuransi BRIngin Dana Investasi Syariah II terhadap klaim asuransi?
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Menjelaskan mananjemen risiko yang diterapkan di PT. BRIngin Life Syariah. b. Menjelaskan profil nasabah asuransi BRIngin Dana Investasi Syariah II. c. Menjelaskan faktor-faktor yang dipertimbangkan underwriter dalam seleksi risiko asuransi BRIngin Dana Investasi Syariah II. d. Memaparkan metode dan proses underwriting dalam menyeleksi risiko calon peserta asuransi BRIngin Dana Investasi Syariah II. e. Menjelaskan efektivitas metode underwriting yang digunakan dalam menyeleksi risiko terhadap klaim asuransi.
2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari adanya penelitian ini, yaitu: a. Bagi Penulis, hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan yang luas dan mendalam mengenai manajemen risiko PT. BRIngin Life Syariah, khususnya risiko underwriting. b. Bagi Perusahaan, membantu memudahkan pihak–pihak terkait secara langsung maupun tidak langsung dalam upaya mengelola risiko perusahaan asuransi syariah.
9
c. Bagi Akademisi, adalah untuk memberikan acuan referensi dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi untuk menunjang perkembangan penulisan selanjutnya. d. Bagi Masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan yang lebih mendalam tentang dunia asuransi syariah.
D. Kajian Pustaka Penelitian tentang pembahasan ini memang bukan penelitian yang pertama, penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya: 1. Achmad Suhadi, judul skripsi “Manajemen Risiko Pada Perusahaan Asuransi (Studi Kasus PT. Asuransi Syariah Mubarakah)”, 2004. Dalam skripsi ini, ruang lingkup manajemen risiko di dalam PT. Asuransi Syariah Mubarakah meliputi divisi underwriter, divisi administrasi polis, divisi administrasi klaim dan divisi investasi. Kedudukan manajemen risiko di dalam perusahaan asuransi syariah saat ini tidak dapat dipisahkan dari setiap kegiatan operasional perusahaan, karena manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisa dana mengendalikan risiko dalam operasional perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi kinerja perusahaan sekaligus mampu menghasilkan laba (profit) bagi perusahaan.
10
Di dalam proses manajemen risiko, setiap perusahaan berbagai pilihan di dalam pengendalian risiko yaitu risiko diterima, diabaikan, dihindari atau dialihkan ke pihak lain. Proses pengidentifikasian risiko merupakan suatu sistem yang secara sistematis dan terus menerus melakukan identifikasi dan menganalisa kegiatan perusahaan yang akan menimbulkan risiko dan dampak kerugian yang ditimbulkan dari risiko tersebut. Proses evaluasi risiko meliputi dua hal: (a) severity, dampak kerugian yang ditimbulkan dari risiko tersebut dan (b) frequency, tingkat keseringan risiko tersebut timbul.
2. Ahmad Humairo, judul skripsi “Manajemen Risiko Asuransi Konvesional dan Asuransi Islam (Studi Perbandingan)”, 2004. Skripsi ini menjelaskan perbedaaan manajemen risiko yang ada dalam asuransi konvesional dan asuransi Islam, yang meliputi: a. Prinsip-prinsip Dalam asuransi konvesional memakai prinsip ekonomi “Dengan modal kecil harus mendapatkan laba yang sebesar-besarnya”. Sedangkan manajemen risiko dalam asuransi Islam sangatlah memperhatikan nilai-nilai religiusnya. b. Tujuan Manajemen risiko yang ada dalam asuransi konvesional mempunyai tujuan hanya semata-mata untuk menanggulangi risiko atau mengurangi, lain halnya dengan
11
manajemen risiko dalam asuransi Islam merupakan sebagai ibadah atau senatiasa mencari keridhaan Allah. c. Langkah-langkah Langkah-langkah yang ditempuh asuransi konvesional dalam hal manajemen risiko yang terpenting adalah bagaimana cara menentukan kebijakan-kebijakan agar perusahaan tidak rugi. Sedangkan langkah-langkah asuransi Islam dalam hal manajemen risiko harus sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan dan harus mnyenangkan nasabah tanpa ada tekanan dan paksaan serta tidak mengabaikan perusahaan.
3. Wahyu Gunawan, judul skripsi “Manajemen Risiko dan Penerapannya di PT. Asuransi Takaful Keluarga”, 2004. Skripsi ini menjelaskan menanggulangi permasalahan risiko yang dihadapi oleh PT. Asuransi Takaful Keluarga dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut: a. Identifikasi risiko perusahaan. Di dalam pelaksanaan kegiatan pengidentifikasian terhadap risiko perusahaan, pihak pimpinan dan para kepala divisi bekerja sama untuk menganalisa segala risiko perusahaaan yang dapat menghambat laju operasional perusahaan. b. Perumusan program-program manajemen risiko perusahaan. Setiap programprogram yang dibuat dalam rangka mengantisipasi timbulnya risiko perusahaan
12
dimaksudkan untuk menghindari tingkat pengeluaran yang tidak efisien di perusahaan. c. Pengalokasian program-program manajemen risiko. Kepala divisi yang ada di PT. Asuransi Takaful Keluarga berperan penting didalam menyampaikan segala program-program yang terkait dengan bidang kerja divisinya, terutama programprogram manajemen risiko perusahaan. d. Evaluasi terhadap program-program yang telah berjalan. Kegiatan evaluasi berkala yang dilakukan setiap akhir tahun di lingkungan kerja PT. Asuransi Takaful Keluarga dimaksudkan untuk instropeksi diri bagi internal perusahaan di dalam mencari pemecahan masalah yang terkait dengan pelaksanaan program manajemen risiko perusahaaan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu menganalisis risiko yang berkenaan dengan metode dan proses underwriting, dan efektivitas metode underwriting yang digunakan untuk menyeleksi risiko peserta asuransi syariah terhadap klaim asuransi. Sedangkan penelitian-penelitian terdahulu hanya meneliti masalah manajemen risiko perusahaan asuransi syariah secara umum. Oleh karena itu, sangat perlu mengangkat penelitian yang berkaitan dengan analisis manajemen risiko perusahaan asuransi jiwa syariah.
13
E. Kerangka Teori dan Konsep 1. Kerangka Teori Risiko muncul karena ada ketidakpastian mengenai risiko masa depan. 10 Untuk itu diperlukan manajemen risiko untuk mengendalikan risiko yang dihadapi tersebut. Manajemen risiko mencakup pengidentifikasian dan penilaian risiko yang dihadapi. Untuk mengeliminasi atau menguranginya dengan cara: a) menghindari risiko, b) mengendalikan risiko, c) menerima risiko, dan d) mengalihkan atau memindahkan risiko. Perorangan atau perusahaan menghadapi dua macam risiko, yaitu 1) risiko spekulatif (speculatif risk) yaitu risiko yang sengaja ditimbulkan oleh seseorang, agar terjadinya ketidakpastian itu memberikan keuntungan kepadanya dan 2) risiko murni (pure risk) yaitu risiko yang apabila terjadi tentu menimbulkan kerugian dan terjadinya tanpa disengaja. Jenis risiko murni yang hanya bisa diasuransikan, sedangkan risiko spekulatif tidak bisa diasuransikan. 11 Underwriting adalah proses Penilaian dan penggolongan tingkat risiko yang dimiliki oleh seorang calon tertanggung atau sekumpulan calon tertanggung, atau pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak risiko tersebut. 12 Sebelum underwriter menetapkan suatu kondisi underwriting terhadap calon tertanggung, 10
Harriett E. Jones dan Dani L.Long, Prinsip-prinsip Asuransi: Jiwa, Kesehatan dan Anuitas, Penerjemah Arif Rahman dan Nurmansyah Taufik ( LOMA, 1999), h. 29 11
Goenawan Hadidjojo, Seminar Nasional: Asuransi dan Globalisasi, 20 Mei 2010 (Jakarta: UIN Jakarta, 2010), h. 1 12
Jane Lightcap Brown dan Kristen L. Falk, Administrasi Asuransi, Penerjemah Nurmansyah Taufik (LOMA, 2002), h. 22
14
maka underwriter harus mempertimbangkannya dari segi pengaruh risiko dan jenis polis yang diinginkan oleh calon tertanggung. Klaim adalah proses dimana peserta dapat memperoleh hak-hak berdasarkan perjanjian sebelumnya. 13 Hak klaim muncul apabila peserta mengalami musibah meninggal dunia atau telah mencapai akhir masa asuransi. Apabila terjadi klaim, pemegang polis harus mengajukan klaim kepda perusahaan selambat-lambatnya 6 bulan sejak tanggal terjadinya kematian.
2. Kerangka Konsep
Identifikasi Risiko
Penilaian Risiko Manajemen Risiko Eliminasi Risiko
Sharing of Risk F. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan, dimana peneliti melakukan observasi langsung pada objek penelitian ini. Di
13
M. Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem Operasional, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h. 259
15
samping itu peneliti juga menggunakan buku-buku referensi yang berkaitan dengan masalah penelitian ini.
2. Pendekatan Penelitian Manajemen risiko internal perusahaan yaitu underwriting, yang ditampilkan bersifat empiris, artinya berdasarkan data yang terjadi di lapangan, sehingga penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini lebih tepat agar data diperoleh lebih mendalam dan akurat.
3. Jenis dan Sumber Data Adapun dalam penyusunan skripsi ini menggunakan dua jenis sumber data, yaitu: a. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari PT. BRIngin Life Syariah mengenai metode dan proses underwriting, dan efektivitas metode underwriting yang digunakan untuk menyeleksi risiko terhadap klaim, khususnya pada produk asuransi BRIngin Dana Investasi Syariah II. b. Data Sekunder Dalam penelitian ini, penulis melakukan studi kepustakaan (Library Reseach) yaitu dengan mempelajari buku kepustakaan, literatur, buletin, majalah, jurnal,
16
artikel, modul serta materi kuliah, dan website yang berkaitan dengan pembahasan masalah ini.
4. Teknik Pengumpulan Data Di dalam penelitian ini, pengumpulan data dengan menggunakan beberapa teknik tertentu, diantaranya: a. Dokumentasi merupakan tehnik pengumpulan data yang ditujukan kepada subjek penelitian dokumen, dapat berupa: catatan pribadi, Buku Pedoman Operasional (BPO) perusahaan, laporan keuangan, database nasabah asuransi, modul pelatihan dan lain sebagainya. Dalam kaitannya dengan penelitian ini digunakan data-data dan profil PT. BRIngin Life Syariah. b. Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan tentang kondisi sebenarnya di lapangan. Adapun observasi yang dilakukan adalah untuk mengetahui kondisi di PT. BRIngin Life Syariah, khususnya mengenai underwriting dalam menyeleksi risiko yang dilakukan perusahaan asuransi syariah. c. Wawancara merupakan suatu alat pengumpulan informasi dengan bertanya langsung kepada narasumber. Dalam wawancara ini diajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan underwriting perusahaan asuransi syariah.
17
5. Analisis Data Data yang dihasilkan merupakan data kualitatif dan akan dianalisis dengan metode deskriptif yaitu metode yang menggambarkan secara jelas tentang topik penelitian yang diteliti.
6. Teknik Penulisan Adapun teknik penulisan dalam skripsi ini adalah menggunakan buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”.
G. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini dimulai dengan pemaparan prosedur standar penelitian ilmiah, yang ditempatkan pada bab I Pendahuluan. Adapun sub bab I meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, kerangka teori dan konsep, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Untuk memberikan gambaran bagi pembaca tentang masalah-masalah penelitian maka penulis membahas tentang teori-teori yang berkaitan dengan topik penelitian, dengan tujuan untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi atau pembahasan penelitian, sekaligus sebagai pengantar atau pintu gerbang pembahasan penelitian ini. Pemaparan ini ditempatkan pada bab II, yang berjudul Tinjauan Umum
18
Risiko dan Underwriting. Bab II ini akan membahas lebih mendalam tentang risiko secara umum dan risiko dalam perspektif Islam, serta underwriting perusahaan asuransi syariah. Agar pembaca mengenal tempat penelitian, maka penulis pun menceritakan sekilas tentang profil PT. BRIngin Life Syariah. Uraian ini akan ditempatkan pada bab III berjudul Gambaran Umum PT. BRIngin Life Syariah, yang terdiri dari sejarah berdirinya perusahaan, visi dan misi, nilai-nilai dan budaya perusahaan, struktur organisasi serta produk dan jasa. Selanjutnya, pembahasan inti dari penelitian ini yang menjelaskan tentang temuan-temuan di lapangan, yang kemudian di analisis dengan menggunakan metode deskriptif. Penulis menempatkan pembahasan ini pada bab IV, yang berjudul Analisis Manajemen Risiko Pada PT. BRIngin Life Syariah. Sebagai akhir dari pemaparan dari skripsi ini, maka penulis menyampaikan inti dari penelitian ini yang diberi judul Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan diperoleh berdasarkan hasil penelitian di lapangan, yang sudah di analisis oleh penulis. Sedangkan saran-saran yang penulis berikan bertujuan untuk kemajuan PT. BRIngin Life Syariah.
19
BAB II TINJAUAN UMUM RISIKO DAN UNDERWRITING
A. Risiko 1.
Pengertian Risiko bisa menimpa siapa saja, kapan saja dan dimana saja, baik pada saat
dalam perjalanan, rekreasi bahkan pada saat kita bernafas. Menurut para ahli, ada beberapa definisi tentang risiko, diantaranya: 1. Risiko menurut Abbas Salim adalah ketidaktentuan atau uncertainty yang mungkin melahirkan kerugian (loss). 1 2. Menurut Herman Darmawi, risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tak diinginkan, atau tidak terduga. 2 Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa risiko adalah ketidakpastian yang mungkin terjadi dan bisa mendatangkan kerugian. Sedangkan manajemen risiko adalah pengelolaan untuk menanggulangi risiko yang dilakukan dengan berbagai cara.
1
A. Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Risiko, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), Ed. 2, h. 4 2
Herman Darmawi, Manajemen Risiko, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), h. 21
20
2.
Manajemen Risiko Penanggulangan risiko dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pengelolaan
berbagai cara penanggulangan risiko inilah yang disebut Manajemen Risiko. 3 Manajemen risiko mencakup beberapa tahapan, yaitu: 1. Identifikasi Risiko Identifikasi risiko dilakukan dengan menganalisa sejumlah faktor yang dapat meningkatkan atau menurunkan kecenderungan seseorang atau objek lain akan terjadinya kehilangan atau kerugian. 4 a. Physical Hazards : Karakteristik fisik yang dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya kehilangan atau kerugian, misalnya: riwayat serangan jantung, overweight, kendaraan, gedung dan lain-lain. b. Moral Hazards : Kecenderungan seseorang untuk berperilaku tidak jujur dalam transaksi asuransi, misalnya: memberikan keterangan palsu saat mengisi Surat Permintaan asuransi (SPA). 2. Penilaian Risiko Penilaian risiko untuk asuransi jiwa individu, calon tertanggung dimasukkan ke dalam kelas-kelas (risk class). Risk class adalah sekolompok tertanggung yang 3
Soeisno Djojosoedarso, Prinsip-prinsip Manajemen Risiko Asuransi, (Jakarta: Salemba Empat,2003), h.1 4
Rini Endang Kusumarini, Pengantar Underwriting, 04 Februari 2010 (Jakarta: Departemen Underwriting PT. ReIndo, 2010), h. 3
21
menunjukkan tingkat risiko yang sama dalam suatu perusahaan asuransi. Sebagian perusahaan asuransi mengidentifikasikan kelas-kelas risiko tersebut sebagai berikut: 5 a. Preferred class, umumnya mengacu ke calon tertanggung yang perkiraan tingkat mortalitasnya jauh lebih rendah daripada rata-rata dan yang menggambarkan tingkat risiko yang paling rendah. b. Standard class, mencakup calon tertanggung yang perkiraaan tingkat mortalitasnya berada pada tingkat rata-rata, yang lebih tinggi daripada perkiraan tingkat mortalitas orang-orang yang berada di dalam kelas preferred namun lebih rendah daripada perkiraan tingkat mortalitas yang berada di dalam kelas substandard. c. Substandard class, biasanya mencakup calon tertanggung yang perkiraan tingkat mortalitasnya lebih tinggi daripada rata-rata, namun mereka dianggap masih bisa diasuransikan. d. Declined class, hanya digunakan untuk calon tertanggung yang memiliki kondisi kesehatan dan perkiraan mortalitas tambahan sedemikian buruk sehingga perusahaan asuransi tidak dapat memberikan pertanggungan dengan premi yang terjangkau bagi mereka, atau calon tertanggung yang baru saja mengalami peristiwa medis sehingga tingkat mortalitasnya tidak dapat diperkirakan secara tepat.
5
Jane Lightcap Brown dan Kristen L. Falk, Administrasi Asuransi, Penerjemah Nurmansyah Taufik (LOMA, 2002), h. 18
22
3. Mengeliminasi Risiko Untuk mengeliminasi atau mengurangi risiko yang kita hadapi, maka ada empat cara, yaitu: 6 a. Menghindari Risiko Metode pengelolaan risiko yang pertama, dan mungkin yang paling mudah dilakukan adalah menghindari risiko tersebut. Kita dapat menghindari risiko kerugian financial pada pasar saham dengan tidak melakukan investasi saham. b. Mengendalikan Risiko Kita dapat berusaha untuk mengendalikan risiko dengan mengambil langkahlangkah untuk mencegah atau mengurangi risiko. Misalnya untuk mengurangi kemungkinan kebakaran, pemilik SPBU melarang konsumennya untuk merokok di areal SPBU. Selain itu, pemilik SPBU juga dapat memasang system penyemprotan air pemadam kebakaran (sprinkler) di SPBU guna menekan tingkat kerusakan yang disebabkan oleh kebakaran. c. Menerima atau menahan Risiko Secara sederhana dinyatakan, menerima risiko sama dengan menanggung seluruh risiko tersebut. Self insurance (asuransi sendiri) adalah tehnik manajemen risiko dimana seseorang atau perusahaan menerima tanggung jawab financial atas kerugian-kerugian terkait dengan risiko-risiko tertentu. Misalnya, suatu perusahaan secara sebagian melakukan self insurance atas
6
Harriett E. Jones dan Dani L.Long, Prinsip-prinsip Asuransi: Jiwa, Kesehatan dan Anuitas, Penerjemah Arif Rahman dan Nurmansyah Taufik ( LOMA, 1999), h. 31
23
program manfaat biaya perawatan medis yang dikeluarkan oleh karyawannya sampai jumlah tertentu. d. Mengalihkan Risiko Apabila kita mengalihkan risiko ke pihak lain, kita mengalihkan tanggung jawab financial atas risiko tersebut ke pihak lain yang umumnya atas dasar pemberian imbalan (fee). Cara yang paling umum bagi perorangan, keluarga dan perusahaan untuk mengalihkan risiko adalah dengan membeli pertanggungan asuransi. 4. Risk Sharing Pada hakikatnya manusia harus saling tolong menolong dan saling menanggung antara yang satu dengan lainnya. Semangat berasuransi dalam menghadapi risiko musibah menekankan pada kepentingan bersama atas dasar rasa persaudaraan diantara para peserta. Ada berbagai cara manusia menangani risiko terjadinya musibah. Cara pertama adalah dengan menanggungnya sendiri (risk retention). Kedua, mengalihkan risiko ke pihak lain (risk transfer) dan ketiga mengelolanya bersama-sama (risk sharing). Cara yang ketiga inilah filosofi dan dasar dalam asuransi syariah. Jadi, risk sharing inilah sesungguhnya esensi asuransi dalam Islam, dimana didalamnya diterapkan prinsip-prinsip kerja sama, proteksi dan saling bertanggung jawab. Secara umum, para pihak dalam asuransi syariah terdiri dari peserta, asuransi syariah dan reasuransi syariah dan masing-masing partisipan memberikan kontribusi modal dengan tujuan saling menanggung risiko atas dasar tolong menolong.
24
Hubungan ketiganya adalah hubungan kerjasama dengan menggunakan prinsip risk sharing, dimana peserta asuransi memberikan delegasinya kepada perusahaan asuransi dalam hal pengelolaan risiko dan perusahaan asuransi sebagai wakil dari peserta mengadakan kerjasama dengan perusahaan reasuransi dengan memberikan delegasi pengelolaan sebagian portofolio. Proses hubungan peserta dan perusahaan dalam mekanisme pertanggungan pada asuransi syariah adalah sharing of risk (saling menanggung risiko). Apabila terjadi musibah, maka semua peserta asuransi syariah saling menanggung. 7
3.
Macam-macam Risiko Risiko dapat dibedakan dari berbagai macam, yaitu: 8 1. Menurut sifatnya, risiko dibedakan menjadi : a. Risiko yang tidak sengaja (Risiko Murni), adalah risiko yang apabila terjadi tentu menimbulkan kerugian dan terjadinya tanpa disengaja; misalnya risiko terjadinya kebakaran, bencana alam, pencurian, penggelapan, pengacauan, dan sebagainya. b. Risiko yang disengaja (Risiko Spekulatif), adalah risiko yang sengaja ditimbulkan oleh seseorang, agar terjadinya ketidakpastian itu
7
M. Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem Operasional, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h. 303 8
Soeisno Djojosoedarso, Prinsip-prinsip Manajemen Risiko Asuransi, (Jakarta: Salemba Empat,2003), h.3
25
memberikan keuntungan kepadanya, misalnya risiko utang piutang, perjudian, perdagangan berjangka, dan sebagainya. c. Risiko fundamental, adalah risiko yang penyebabnya tidak dapat dilimpahkan kepada seseorang dan yang menderita tidak hanya satu atau beberapa orang saja tetapi banyak orang, seperti banjir, angin topan, dan sebagainya. d. Risiko khusus adalah risiko yang bersumber pada peristiwa yang mandiri dan umumnya mudah diketahui penyebabnya, seperti kapal kandas, pesawat jatuh, tabrakan mobil, dan sebagainya. e. Risiko dinamis, adalah risiko yang timbul karena perkembangan dan kemajuan (dinamika) masyarakat di bidang ekonomi, ilmu dan teknologi, seperti risiko keusangan, risiko luar angkasa,. Kebalikannya disebut risiko Statis, seperti risiko hari tua, risiko kematian dan sebagainya. 2. Dapat-tidaknya risiko tersebut dialihkan kepada pihak lain, maka risiko dapat dibedakan ke dalam; a. Risiko
yang
dapat
dialihkan
kepada
pihak
lain,
dengan
mempertanggungkan suatu objek yang akan terkena risiko kepada pengusaha asuransi dengan membayar sejumlah premi asuransi sehingga semua kerugian menjadi tanggungan (pindah) pihak perusahaan asuransi.
26
b.Risiko yang tidak dapat dialihkan kepada pihak lain (tidak dapat diasuransikan) umumnya meliputi semua jenis risiko spekulatif. 3. Menurut sumber/penyebab timbulnya, risiko dapat dibedakan ke dalam: a. Risiko Intern yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri, seperti kerusakan aktiva karena ulah karyawan sendiri, kecelakaan kerja, kesalahan manajemen dan sebagainya. b.Risiko ekstern yaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan, seperti risiko pencurian, penipuan, persaingan, fluktuasi harga, perubahan kebijakan pemerintah, dan sebagainya.
4. Klasifikasi Risiko Perusahaan Risiko perusahaan dapat dikategorikan ke dalam empat jenis risiko, yang masing-masing kategori risiko terdiri dari beberapa jenis risiko, yaitu: 9 1. Risiko keuangan Risiko keuangan adalah fluktuasi tingkat keuangan atau ukuran moneter perusahaaan karena gejolak berbagai variabel makro. Risiko keuangan terdiri dari tiga jenis risiko, yaitu: a. Risiko Likuiditas Risiko likuiditas adalah ketidakpastian atau kemungkinan perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran jangka pendek atau pengeluaran 9
Bramantyo Djohanputro, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi, (Jakarta: Penerbit PPM, 2006), Cet. 2, h. 34
27
tak terduga, seperti utang dagang, utang pajak, utang bank yang jatuh tempo dan kewajiban jangka pendek lainnya. b. Risiko Kredit Risiko kredit adalah risiko bahwa debitur atau pembeli secara kredit tidak dapat membayar utang dan memenuhi kewajiban seperti tertuang dalam kesepakatan. Misalnya, pembiayaan yang diberikan perbankan. c. Risiko Permodalan Risiko permodalan adalah risiko yang dihadapi perusahaan berupa kemungkinan tidak dapat menutup kerugian. Risiko ini merupakan risiko yang dihadapi perusahaan dan merupakan akumulasi berbagai risiko yang terjadi sebelumnya antara lain risiko suku bunga, risiko likuiditas, risiko nilai tukar dan risiko operasional. 2. Risiko Pasar Risiko pasar berkaitan dengan potensi penyimpangan hasil keuangan karena pergerakan variabel pasar selama periode likuidasi dan perusahaan harus secara rutin melakukan penyesuaian nilai terhadap pasar. 3. Risiko Operasional Risiko operasional adalah potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem, SDM, teknologi atau faktor lain. Risiko operasional bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
28
a. Risiko Produktivitas Risiko produktivitas berkaitan dengan penyimpangan hasil atau tingkat produktivitas yang diharapkan karena adanya penyimpangan dari variabel yang mempengaruhi produktivitas kerja. Termasuk didalamnya adalah teknologi, peralatan, material dan SDM. b. Risiko Teknologi Risiko teknologi berupa potensi penyimpangan hasil karena teknologi yang digunakan tidak lagi sesuai dengan kondisi. Misalnya, transaksi terhambat karena teknologi klien tidak compitable, atau karena terjadinya perubahan kualitas dan spesifikasi bahan baku menyebabkan teknologi pengolahan saat ini tidak lagi sesuai. c. Risiko Inovasi Risiko inovasi adalah potensi penyimpangan hasil karena terjadinya pembaharuan, modernisasi atau transformasi dalam beberapa aspek bisnis. d. Risiko Sistem dan Prosedur Risiko ini merupakan bagian dari risiko proses, yaitu potensi penyimpangan hasil karena adanya cacat atau ketidaksesuaian siatem dalam operasi perusahaaan. e. Risiko Proses Risiko proses adalah rsisiko mengenai potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan dari proses karena ada penyimpangan atau kesalahan dalam kombinasi sumber daya dan karena perubahan lingkungan, contoh kesalahan prosedur.
29
4. Risiko Strategis Risiko strategis adalah risiko yang dapat mempengaruhi eksposur korporat dan eksposur strategis sebagai akibat keputusan strategis yang tidak sesuai dengan lingkungan eksternal dan internal usaha. a. Risiko usaha Risiko usaha adalah potensi penyimpangan hasil korporat dan hasil keuangan karena perusahaan memasuki suatu bisnis tertentu dengan lingkungan industri yang khas dan menggunakan teknologi tertentu. Misalnya, perusahaan yang bergerak di bidang makanan cenderung memiliki risiko rendah dibanding dengan usaha properti. b. Risiko Transaksi Strategis Risiko transaksi strategis adalah potensi penyimpangan hasil korporat maupun strategis sebagai akibat perusahaan melakukan transaksi strategis, seperti merger, akuisisi, investasi baru, divestasi, spin off, likuidasi, aliansi dan sejenisnya. c. Risiko Hubungan Investor Adalah risiko yang berkaitan dengan potensi penyimpangan hasil dari eksposur korporat dan terutama eksposur keuangan karena ketidaksempurnaan dalam membina hubungan dengan investor, baik pemegang saham maupun kreditur. Misalnya, bagi perusahaan go public isu dan informasi perusahaaan sangat penting untuk memastikan persepsi investor positif terhadap perusahaan.
30
5. Risiko Eksternalitas Risiko eksternalitas yaitu potensi penyimpangan hasil pada eksposur korporat dan strategis, dan bisa berdampak pada potensi penutupan usaha karena pengaruh dari faktor eksternal. a. Risiko reputasi Adalah potensi hilangnya atau hancurnya reputasi perusahaan karena penerimaan lingkungan eksternal yang rendah, bahkan bisa terjadi penolakan. Contohnya, ketidakmampuan perusahaan mengambil tindakan terhadap isu eksternal yang terkait dengan perusahaan. b. Risiko Lingkungan Yaitu potensi penyimpangan hasil, bahkan potensi penutupan perusahaan karena ketidakmampuan perusahaan dalam mengelola polusi dan dampaknya yang ditimbulkan oleh perusahaan, seperti limbah industri. c. Risiko Sosial Adalah potensi penyimpangan hasil karena tidak akrabnya perusahaan dengan lingkungan tempat perusahaan berada, seperti CSR. d. Risiko Hukum Adalah kemungkinan penyimpangan hasil karena perusahaan tidak mematuhi peraturan dan norma yang berlaku, seperti dalam bidang perbankan dikenal dengan risiko kepatuhan (compliance risk).
31
B. Risiko Dalam Perspektif Islam Pada dasarnya Islam mengakui bahwa kecelakaan, kemalangan (kerugian), dan kematian merupakan takdir Allah. Hal ini tidak dapat ditolak, hanya saja kita sebagai manusia juga diperintahkan untuk membuat perencanaan untuk menghadapi ketidakpastian di masa depan. Allah berfirman dalam QS. Al-Hasyr ayat 18:
☺
☺
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Konsep manajemen Islam menjelaskan bahwa setiap manusia hendaknya memperhatikan yang telah diperbuat pada yang telah lalu untuk merencanakan hari esok. Perencanaan yang akan dilakukan harus disesuaikan dengan keadaan situasi dan kondisi pada masa lampau, saat ini, serta prediksi masa datang. Manusia itu tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok atau yang akan diperolehnya, namun demikian mereka diwajibkan berusaha. Allah berfirman dalam QS. Al-Luqman ayat 34:
⌧ ☺ Artinya: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang
32
akan diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” Dalam QS. Yusuf ayat 43-49, Allah juga menggambarkan contoh usaha manusia membentuk sistem proteksi menghadapi kemungkinan yang buruk di masa depan. Secara singkat, ayat ini bercerita tentang pertanyaan Raja mesir tentang mimpinya kepada Nabi Yusuf, dimana Raja mesir bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi kurus. Raja Mesir juga melihat gandum yang hijau berbuah, serta tujuh tangkai yang merah mengering tidak berbuah. Dalam hal ini, Nabi Yusuf menjawab supaya Raja Mesir bertanam selama tujuh tahun dan dari hasilnya hendaklah disimpan sebagian. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang akan mengahbiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapi masa sulit tersebut, kecuali sedikit dari apa yang disimpan. Sangat jelas bahwa dalam ayat ini kita dianjurkan untuk berusaha menjaga kelangsungan kehidupan dengan memproteksi kemungkinan terjadinya kondisi yang buruk. Selain itu, sangat jelas ayat di atas menyatakan bahwa Allah mengajurkan adanya upaya-upaya menuju kepada perencanaan masa depan dengan sistem proteksi (asuransi). Rasulullah sangat memperhatikan kehidupan yang akan terjadi di masa mendatang. Meninggalkan keluarga (ahli waris) yang berkecukupan materi, dalam pandangan Rasulullah sangatlah baik daripada meninggalkan mereka dalam keadaan terlantar. Seperti dalam sabda Nabi Muhammad saw, yang artinya: Diriwayatkan dari Amr bin Saad bin Abi Wasaqy, telah bersabda Rasulullah saw: “Lebih baik jika engkau meninggalkan anak-anakmu (ahli waris) dalam
33
keadaan kaya raya daripada meninggalkan mereka dalam keadaan miskin (kelaparan) yang meminta-minta kepada manusia lainnya”
Dari beberapa contoh, terlihat bahwa Islam sangat memperhatikan fungsi manajemen risiko dan syariat Islam sangat kental dengan kultur manajemen risiko, demi kemaslahatan manusia itu sendiri. Demikian juga halnya bagi perusahaan asuransi syariah harus selalu menjalankan fungsi manajemen risiko karena sudah merupakan Sunnatullah dan keharusan dari agama Islam. Maka, sudah menjadi karakter dan kultur yang inheren bagi asuransi syariah mengembangkan dan mengaplikasikan fungsi manajemen didalam mengelola amanah financial yang diembannya sehingga tidak menimbulkan kerugian financial yang tidak perlu terjadi bagi pihak mudharib maupun shahibul maal. Manusia tidak mengetahui dan tidak mampu memprediksi apa yang akan terjadi di masa mendatang. Kerugian merupakan salah satu bentuk risiko dari setiap aspek kehidupan manusia, termasuk dalam bermuamalat. Namun, apabila kita melihat kandungan dalam QS. Al-Ashr ayat 1-3, bahwa ada satu golongan (al-Mi’minu) yang akan terhindar dari risiko atau kerugian tersebut karena mereka selalu melakukan kebaikan, dan selelu memberi nasehat dalam kebenaran dengan penuh kesabaran. Jadi, Manajemen risiko dalam Islam adalah suatu usaha untuk mencapai tujuan perusahaan dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen dengan prinsip syariat Islam.
34
C. Risiko Underwriting Dalam Asuransi Jiwa Syariah 1. Pengertian Underwriting Underwriting menurut asuransi jiwa adalah proses penaksiran mortalitas (tingkat kematian) atau mordibitas (tingkat kesehatan) calon tertanggung untuk menetapkan apakah akan menerima atau menolak calon peserta dan menetapkan klasifikasi peserta. 10 Underwriting adalah proses Penilaian dan penggolongan tingkat risiko yang dimiliki oleh seorang calon tertanggung atau sekumpulan calon tertanggung, atau pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak risiko tersebut. 11 Underwriting disebut juga seleksi risiko, adalah proses penaksiran dan penggolongan tingkat risiko yang terdapat pada seorang calon tertanggung. 12 Jadi, dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa underwriting adalah proses penilaian dan pengklasifikasian risiko seseorang atau sekelompok calon tertanggung, yang bertujuan untuk melindungi perusahaan asuransi dari kerugian.
10
Abdullah Amrin, Asuransi Syariah : Keberadaan dan kelebihannya di Tengah Asuransi Konvesional, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2006), h. 103 11
Bramantyo Djohanputro, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi, (Jakarta: Penerbit PPM, 2006), Cet. 2, h. 22 12
AM. Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), Ed. 1, Cet. Ke-2, h. 89
35
2. Tujuan Underwriting Tujuan utama underwriting adalah melindungi perusahaan terhadap seleksi kerugian. Namun, proses underwriting perusahaan asuransi tetap berfokus pada pemberian persetujuan dan penerbitan pertanggungan yang: a. Bertanggung jawab dalam risk assessment (penilaian risiko yaitu proses penentuan tingkat risiko setiap/group calon tertanggung dimana setiap tertanggung membayar premi yang mencerminkan tingkat risiko yang dimiliki dan sesuai dengan produk asuransi yang diminta. b. Wajar dan adil bagi para tertanggung dan perusahaan. c. Delivery by the agent (dapat disampaikan oleh agen) Seorang pemohon asuransi perorangan membuat keputusan akhir yaitu akan menerima polis asuransi pada saat diserahkan. Jika si pembeli memilih untuk tidak menerima polis asuransi pada saat agen asuransi berusaha untuk menyerahkan polisnya, maka polis tersebut dikatakan undeliveriable (tidak dapat disampaikan) atau not taken. d. Memberikan profit bagi perusahaan.
3. Tugas dan Fungsi Underwriter Seorang underwriter adalah bagian penting dari perusahaan asuransi. Untuk itu tugas dan fungsi underwriter harus dijalankan dengan prinsip keadilan, baik untuk peserta atau perusahaan asuransi. Adapun tugas dan fungsi underwriter adalah sebagai berikut:
36
a. Tugas Underwriter Tugas underwriter antara lain mengatur penggunaan dana efektif mungkin dan seefisien mungkin untuk menghasilkan laba yang maksimal. Peranan lain underwiter, yaitu: 13 1. Mempertimbangkan risiko yang diajukan 2. Memutuskan untuk menerima atau menolak yang diajukan. 3. Menentukan syarat dan beberapa ketentuan serta lingkup ganti rugi. 4. Mengenakan biaya upah pada dana kontribusi peserta. 5. Mempertahankan, meningkatkan, dan mengamankan margin profit. b. Fungsi Underwriter Underwriter merupakan salah satu fungsi utama dalam proses: 1. Menilai dan menggolongkan tingkat risiko yang dimiliki oleh seorang calon tertanggung atau sekelompok orang dalam pertanggungan sehubungan dengan produk asuransi tertentu. 2. Mengambil keputusan untuk menerima atau menolak risiko.
4. Jenis-jenis Risiko dan Penetapan Kondisi Underwriting Jenis-jenis risiko yang mempengaruhi penetapan underwriting adalah: 14
13
Abdullah Amrin, Asuransi Syariah (Keberadaan dan kelebihannya di Tengah Asuransi Konvesional), (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2006), h. 104 14
PT. Reasuransi Internasional Indonesia, ReINDO In-House Training: Basic Life Underwriting, 2-25 Maret 2010(Jakarta: Divisi Reasuransi Jiwa PT. ReINDO, 2010), h. 34
37
a. Increasing Risk (Risiko Menaik) Ada beberapa penyakit tertentu dimana besarnya risiko akan bertambah dengan kenaikan umur calon tertanggung, contoh overweight dan hipertensi. b. Reducing/Decreasing Risk (Risiko Menurun) Pada jenis risiko ini, risiko yang tinggi dialami pada tahun-tahun pertama dari polis. Semakin lama polis itu berjalan, maka risikonya semakin menurun, contoh tumor ganas yang telah dioperasi. c. Constant Extra Risk (Risiko Ekstra yang menetap) Pada jenis risiko ini, risiko tambahan berada pada tingkat tetap selama masa pertanggungan. Contohnya risiko pekerjaan yang menimbulkan adanya risiko kecelakaan, serta hobby tertanggung. Setelah mengetahui jenis-jenis risiko, maka langkah selanjutnya bagi underwriter adalah bagaimana menetapkan kondisi underwriting dari suatu pertanggungan. Ada beberapa cara, yaitu: 15 1. Ekstra Premi Jika suatu risiko adalah dari jenis risiko yang menaik, maka pengenaan tambahan level ekstra premium adalah metode yang tepat. Perusahaan akan menerima ekstra premium terseut sebelum risiko ekstra tersebut semakin berat, karena sebagian besar risiko ekstra dihubungkan dengan adanya gangguan kesehatan. Dengan demikian gangguan kesehatann tersebut semakin lama akan semakin berbahaya.
15
PT. Reasuransi Internasional Indonesia, ReINDO In-House Training: Basic Life Underwriting, 2-25 Maret 2010(Jakarta: Divisi Reasuransi Jiwa PT. ReINDO, 2010), h. 35
38
2. Debt On The Sum Assured Debt adalah suatu jumlah uang pertanggungan yang berlaku dikurangi setiap tahunnya apabila tertanggung masih hidup, sehingga pada akhir kontrak debt akan menjadi nol. 16 Sebagai pengganti pembayaran ekstra premi, pemegang polis dapat memilih suatu alternatif, yaitu membayar premi standard sesuai tabel underwriting tetapi menerima penutupan asuransi jiwa lebih rendah dari uang pertanggungan yang telah ditentukan. Alternatif ini lebih sesuai untuk jenis polis yang dipergunakan sebagai investasi. 3. Liening Conditions Dalam polis yang dikenakan kondisi ini, pembayaran uang pertanggungan jika terjadi klaim akan diperhitungkan menururt rate yang telah ditentukan. 4. Alteration of Contract (Perubahan kontrak) Jika suatu pertanggungan dari jenis risiko yang menaik, maka risiko ekstra akan jatuh pada kehidupan yang akan datang. Suatu alternatif untuk mengenakan ekstra premi yang lebih besar adalah dengan menurunkan atau memperpendek jangka waktu pertanggungannya, untuk menghindari masa dimana risikonya sudah sangat tinggi.
16
PT. Reasuransi Internasional Indonesia, ReINDO In-House Training: Basic Life Underwriting, 2-25 Maret 2010(Jakarta: Divisi Reasuransi Jiwa PT. ReINDO, 2010), h. 38
39
5. Exclusion (Pengecualian) Pengecualian ini akan diberlakukan oleh underwriter jika menghadapi risiko yang sangat berbahaya, yang berhubungan dengan pekerjaannya. Dan perlu diingat bahwa pengecualian hanya diberlakukan apabila tidak ada alternatif lain kecuali menolak suatu permintaan pertanggungan. 6. Postpone or Decline (Ditunda atau ditolak) Pada akhirnya jika tidak ada lagi kondisi underwriting yang sesuai atau cukup untuk melindungi perusahaan, maka penyelesaiannya hanyalah menolak atau menangguhkan permintaan pertanggungannya sampai risikonya menurun dan dapat diterima dengan kondisi underwriting tertentu. 17
5. Proses Underwriting Seleksi risiko memerlukan serangkaian tahap kegiatan. Para agen memulai proses underwriting sewaktu mereka mengisi permohonan asuransi bersama dengan calon tertanggung. Setelah dikirim ke kantor pusat, permohonan diperiksa kembali sebelum ditaksir oleh seorang underwriter kantor pusat. Bahkan beberapa permohonan dapat saja tidak diperiksa oleh seorang underwriter karena dilakukan jet screening atau computer screening.
17
PT. Reasuransi Internasional Indonesia, ReINDO In-House Training: Basic Life Underwriting, 2-25 Maret 2010(Jakarta: Divisi Reasuransi Jiwa PT. ReINDO, 2010), h. 42
40
Berikut tahap awal proses underwriting asuransi jiwa: 18 a. Field Underwriting Field underwriting terjadi bila seorang agen mengumpulkan informasi mengenai calon tertanggung dan mencatatkan informasi tersebut dalam permohonan asuransi. Permohonan tersebut kemudian menjadi suatu faktor penting dalam keputusan seleksi risiko. Setiap permohonan yang diterima, baik di kantor pusat atau kantor operasional, biasanya ditandai dengan suatu nomor identifikasi. Nomor ini digunakan untuk keperluan pengontrolan dan kemudian sebagai nomor polis jika polis sampai diterbitkan. Permohonan dan materi-materi pendukung diperiksa untuk memastikan lengkapnya file.
b. Jet Screening Jet Screening yaitu penyelesaian suatu kasus segera mungkin. Jika permohonan asuransi menemukan kriteria yang lengkap maka staf jet screening, dapat menyetujui permohonan tersebut dan meminta agar polis segera diterbitkan. Jika permohonan asuransi tidak mempunyai kriteria-kriteria tersebut, maka filenya segera diteruskan kepada seorang underwriter untuk dievaluasi. Diantara kriteria yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan untuk diselesaikan oleh jet screening adalah sebagai berikut: 18
Kenneth Huggins dan Robert D. Land, Operasi Perusahaan Asurasni Jiwa dan Asuransi Kesehatan, (Jakarta: Yayasan Dharma Bumiputera, 1996), h. 270
41
•
Usia calon tertanggung harus berada diantar kelompok tertentu, biasanya antara 15 sampai dengan 50 tahun.
•
Jumlah asuransi yang diminta tidak melebihi jumlah tertentu misalnya antar $50.000 sampai dengan $100.000, tergantung pada usia pemohon dan perusahaan.
•
Seluruh pertanyaan dibagian 1 dan 2 formulir permohonan harus dijawab.
•
Calon tertanggung harus tidak mempunyai masalah kesehatan yang berarti.
•
Catatan-catatan perusahaan dan laporan biro informasi medis harus berisi informasi underwriting yang tidak merugikan mengenai calon tertanggung.
•
Tinggi dan berat badan calon tertanggung harus berada dalam standar yang dapat diterima.
•
Pekerjaan calon tertanggung harus dapat diterima.
c. Computer Screening Computer
screening
menggunakan
sistem-sistem
otomatis
untuk
penyederhanaan proses underwriting. Perusahaan asuransi membuat programprogram komputer dengan kriteria yang diperlukan untuk membuat formulir-formulir permohonan.
42
BAB III TINJAUAN UMUM PT. BRINGIN LIFE SYARIAH
A. Sejarah Berdirinya BRIngin Life PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera berdiri berdasarkan Akte Nomor: 116 tanggal 28 Oktober 1987 yang dibuat oleh Notaris Ny. Poerbaningsih Adi Warsito, Notaris di Jakarta, dan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. Kep.181/ KM 13 / 1988 tanggal 10 Oktober 1988 tentang Pemberian Ijin Usaha dalam Bidang Asuransi Jiwa kepada PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera dengan menggunakan merek dagang BRIngin Life. 1 BRIngin Life sebagai salah satu perusahaan asuransi jiwa nasional terbesar di Indonesia, pada awalnya dibentuk guna memenuhi kebutuhan dan memberikan pelayanan kepada nasabah perbankan, khususnya nasabah kredit kecil BRI. Namun dalam perkembangan selanjutnya mengingat akan kebutuhan jasa asuransi yang meliputi; asuransi jiwa, asuransi kesehatan, program dana pensiun, asuransi pendidikan, kecelakaan diri, anuitas, dan program kesejahteraan hari tua cukup besar, maka bisnis BRIngin Life merambah pasar di luar BRI untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, baik secara individu maupun kumpulan. 2
1
PT. BRIngin Life Syariah, Sejarah PT. BRIngin Life, Diakses pada 06 Juni 2010 dari www.bringinlife.com 2
PT. BRIngin Life Syariah, Sejarah PT. BRIngin Life, Diakses pada 06 Juni 2010 dari www.bringinlife.com
43
Untuk lebih meningkatkan pelayanan jasa asuransi kepada masyarakat luas, BRIngin Life membuka kantor-kantor penjualan di beberapa kota besar di Indonesia untuk memperluas pangsa pasar serta memberikan pelayanan yang lebih baik dan lebih dekat kepada nasabah. Seiring dengan berkembangnya kantor-kantor penjualan tersebut, BRIngin Life juga dilengkapi dengan petugas-petugas penjualan yang handal di lapangan yang bertugas sebagai konsultan bagi nasabah dalam membantu menemukan program asuransi yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Pada tahun 1995, atas dasar keputusan Menteri Keuangan RI No. Kep184/KM.17/1995 BRIngin Life mendirikan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat akan kebutuhan pensiun di hari tua. BRIngin Life secara terus menerus selalu mengembangkan produknya, baik program asuransi individu, asuransi kumpulan maupun bancassurance. Hal ini tak lain adalah untuk selalu menyesuaikan dengan perkembangan dan kondisi saat ini dan di masa mendatang agar selalu dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
B. Profil BRIngin Life Syariah BRIngin Life juga mulai membuka unit usaha baru berupa Asuransi Syariah. Izin operasional Kantor Cabang Syariah BRIngin Life telah dikeluarkan oleh Menteri
44
Keuangan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor : KEP007/KM.6/2003 tanggal 21 Januari 2003. BRIngin Life Syariah merupakan divisi khusus di bidang asuransi dari PT. Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera. Adapun identitas dari perusahaan adalah sebagai berikut: 3 Modal
: Rp 250.000.000.000,-
Kepemilikan
: Dana Pensiun Bank Rakyat Indonesia (90,15%) Yayasan Kesejahteraan Pegawai BRI (9,59%) Koperasi Karyawan PT. AJ BRIngin Jiwa Sejahtera (0,26%)
Dewan Komisaris
: Purwanto – Komisaris Utama Ali Muddin – Komisaris
Dewan Direksi
: Sultan Hamid - Direktur Utama Kukuh Prihadi - Direktur Keuangan Sugeng Soedibjo - Direktur Teknik Trihadi Deritanto - Direktur Pemasaran
Dewan Pengawas Syariah
: KH. Ma’ruf Amin – Ketua KH. Prof. Ali Mustafa Yaqub, MA H. Drs. Moh. Hidayat, MBA, MBL
Kepala Divisi Syariah
3
: Muhammad Isman
Marketing PT. BRingin Life Syariah. Proposal Asuransi Investasi Syariah II, (Jakarta: PT. BRIngin Life Syariah, 2010), h. 1
45
Jaringan Kerja
: 1. Kantor cabang yang tersebar di Indonesia 2. Mitra Kerja PT. Bank Rakyat Indonesia
Reasuransi
: PT. Reasuransi Umum Indonesia PT. Tugu Jasatama Reasuransi Indonesia PT. Nasional Reasuransi PT. Maskapai Reasuransi Indonesia
Reasuransi Syariah
: Seluruh Divisi Syariah dari Reasuransi di Indonesia
Konsultan Keuangan
: Kantor Akuntan Publik Doli Bambang Sudarmaji
dan Akunting
& Co. (A Member Firm Of Morison Internasional)
Konsultan Aktuaria
: PT. Konsultan Aktuaria Binaputera Jaga Hikmah
Konsultan Hukum
: Roesidi Prawiro Atmojo, SH
Bankir
: Semua Bank Syariah
C. Visi dan Misi VISI Menjadi perusahaan asuransi jiwa yang terkemuka Di Indonesia MISI 1. Melaksanakan bisnis asuransi jiwa secara professional di Indonesia. 2. Memberikan pelayanan prima kepada Nasabah dan Pemegang Saham melalui jaringan kerja yang luas.
46
3. Memberikan keuntungan Pemegang Saham dan meningkatkan kesejahteraan pegawai.
D. Nilai-nilai Budaya BRIngin Life 1. Integritas BRingin Life Syariah menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan niat baik bagi kepentingan seluruh nasabah. Kepercayaan nasabah senantiasa dipelihara dengan baik berdasarkan kode etik yang berlaku dalam industri asuransi jiwa syariah. 2. Profesional BRIngin Life Syariah mengutamakan profesionalisme dalam pengelolaan bisnis asuransi syariah. BRIngin Life Syariah senantiasa memberikan pelayanan terbaik kepada nasabah dengan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional, jaringan organisasi yang luas, serta system dan teknologi tingkat tinggi yang handal. 3. Inovatif BRingin Life Syariah selalu berusaha memenuhi kepuasan nasabah melalui peningkatan kualitas pelayanan, pengembangan produk, teknologi unggul dan sumber daya manusia yang trampil dan ramah.
47
4. Kemitraan BRIngin Life Syariah profesionalisme asuransi sebagai bagian dari perusahaan selalu mengembangkan sikap kerjasama dan kemitraan yang menciptakan sinergi untuk kepentingan kemajuan perusahaan. 5. Kualitas Sumber Daya Manusia BRIngin Life Syariah menghargai sumber daya manusia sebagai aset utama perusahaan,
karena
itu
kami
selalu
merekrut,
mengembangkan
dan
mempertahankan sumber daya manusia yang berkualitas serta berusaha menjadi teladan.
E. Produk Asuransi BRIngin Life Syariah Produk di cabang syariah merupakan suatu program perencanaan keuangan dengan konsep tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan (wa ta'awannu alal birri wat taqwa) yang memberikan manfaat tabungan dengan sistem bagi hasil dan manfaat santunan bila terjadi musibah (meninggal). Semua peserta asuransi BRIngin Life Syariah merupakan sebuah keluarga besar yang akan saling menanggung satu sama lain terhadap musibah yang dialami oleh peserta lain. Sistem ini diatur dengan meniadakan tiga unsur yang masih sering dipertanyakan, yaitu ketidakpastian (gharar), untung-untungan (maisir), dan bunga (riba).
48
Baik untuk Asuransi Individu maupun kumpulan, BRIngin Life Syariah secara umum membedakan produknya berdasarkan beberapa jenis yaitu : 4 1. Produk Asuransi Jiwa Berjangka (Term Insurance) Adalah produk asuransi non tabungan yang memberikan jaminan atas risiko kematian Peserta, apabila peserta ditakdirkan meninggal dunia dalam masa perjanjian maka termaslahat (ahli waris) yang ditunjuk akan menerima sejumlah dana Kebajikan (manfaat asuransi) dan apabila peserta ditakdirkan panjang umur sampai dengan akhir masa asuransi, termaslahat (ahli waris) yang ditunjuk tidak mendapat sejumlah dana kebajikan (manfaat asuransi). Apabila produk Asuransi Jiwa Berjangka (Term Insurance) di hubungkan dengan pemberian fasilitas kredit maka produk itu disebut Asuransi Jiwa Kredit (AJK) seperti AJK BRI Syariah, yaitu apabila peserta (debitur) ditakdirkan meninggal dunia dalam masa asuransi maka dana kebajikan (manfaat asuransi) digunakan untuk melunasi pinjaman. 2. Produk Asuransi Jiwa Dwiguna (Endowment Insurance) Adalah produk asuransi yang memiliki unsur tabungan dimana manfaatnya adalah memberikan jaminan atas risiko kematian peserta, apabila peserta ditakdirkan meninggal dunia dalam masa perjanjian maka termaslahat (ahli waris) yang ditunjuk akan menerima sejumlah dana Kebajikan (manfaat asuransi), dana Tabungan serta bagian hasil Investasi Peserta dan apabila peserta ditakdirkan
4
PT. BRIngin Life Syariah, Buku Pedoman Operasional,(Jakarta: PT. BRIngin Life Syariah, 2009), h. 3
49
panjang umur sampai dengan akhir masa asuransi maka penerima manfaat mendapat sejumlah dana tabungan dan bagian hasil Investasi peserta. 3. Produk Asuransi Kesehatan Adalah asuransi yang menanggung risiko sakit atas diri peserta apabila Peserta mengalami musibah sakit sehingga perlu perawatan di Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan batasan yang berlaku pada produk BRIngin Life Syariah saat itu. Adapun ragam produk sebagai berikut : 1. Produk Individu : a. BRIngin Dana Siswa Syariah Program Asuransi Jiwa yang dirancang khusus bagi kelangsungan pendidikan putera-puteri peserta. b. BRIngin Dana Investasi Syariah II Program perencanaan keuangan yang mengandung nilai investasi secara syariah dimana ada tambahan manfaat asuransi. Program BRIngin Investasi Syariah bertujuan untuk memberikan perlindungan diri terhadap risiko yang terjadi sekaligus sebagai jaminan keuangan peserta didalam masa asuransi dan setelah mencapai masa akhir kontrak polis.
50
Skema berikut ini akan menjelaskan tentang pengelolaan dana BRIngin Investasi Syariah II, yaitu: PT. BRIngin Life Syariah
Back-Up Risiko & Mudharabah Report
PERUSAHAAN
LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
DATA PESERTA
Premi yang dibayarkan peserta (shahibul maal) bersifat sebagai tabarru’. Kumpulan dana inilah yang akan digunakan oleh BRIngin Life Syariah sebagai pengelola dana (mudharib) dan merupakan mitra yang tepat bagi perusahaan yang mengharapkan pelayanan terbaik. Program asuransi investasi syariah dengan menggunakan akad mudharabah yang memberikan bagi hasil, dengan nisbah 80:20 melalui penggalangan dana peserta. 5
5
Marketing PT. BRingin Life Syariah. Proposal Asuransi Investasi Syariah II, (Jakarta: PT. BRIngin Life Syariah, 2010),h. 7
51
c. BRIngin Dana Hari Tua Syariah Program perencanaan keuangan sebagai persiapan secara financial bila memasuki masa pensiun. Selain dengan pembayaran premi yang tetap, peserta: 6 1. Dapat meningkatkan pembayaran premi setiap tahunnya dengan pilihan 5% atau 10% . 2. Dapat memilih usia pensiun yang dikehendaki yaitu 50, 55 atau 60 tahun. d. BRIngin Dana Haji Syariah Program yang membantu perencanaan secara financial untuk ongkos naik haji ke Tanah Suci. Dalam program ini peserta: 7 1. Dapat meningkatkan pembayaran premi setiap tahunnya dengan pilihan 5%, 10%, 15%, atau 20% 2. Membayar premi tabarru’ yang sama untuk peserta yaitu 2,5% dari premi tahunan. e. BRIngin Swakadana Syariah Program asuransi jiwa dengan sistem syariah
6
PT. BRIngin Life Syariah, Brosur BRIngin Dana Hari Tua Syariah, (Jakarta: PT. BRIngin Life Syariah, 2010) 7
PT. BRIngin Life Syariah, Brosur BRIngin Dana Haji Syariah, (Jakarta: PT. BRIngin Life Syariah, 2010)
52
2. Produk Kumpulan : a. Asuransi Pembiayaan Syariah Program asuransi bagi pengambil kredit di lembaga keuangan yang akan memberikan santunan sebesar sisa kredit yang belum terbayar apabila terjadi suatu risiko. b. Asuransi Kesehatan Syariah Program asuransi yang menjamin pembayaran manfaat asuransi secara pasti bagi peserta yang mengalami sakit. c. Asuransi Tabungan Hari Tua Syariah Program asuransi yang memberikan proteksi diri dan jaminan financial di hari tua secara bersamaan. d. Asuransi Berjangka Dan Kecelakaan Diri Syariah Program asuransi yang memberikan proteksi diri dan jaminan meninggal dunia dan kecelakaan diri serta penggantian biaya pengobatan karena kecelakaan. e. Asuransi Pesangon Dan Pensiun Syariah Program asuransi yang memberikan proteksi diri dan jaminan meninggal dunia dan jaminan financial sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 dan PSAK 24, 57 tentang Manfaat Pesangon. f. Asuransi BRIngin Link Produk asuransi jiwa hasil sinergi antara BRIngin Life Syariah sebagai institusi asuransi pengelola risiko dengan PT. Batasa Capital (BTS Capital) sebagai
53
Manajer Investasi. Manfaat bagi nasabah adalah dapat mendukung rencana keuangan keluarga untuk biaya pendidikan, investasi maupun dana hari tua.
54
BAB IV MANAJEMEN RISIKO PT. BRINGIN LIFE SYARIAH
A. Manajemen Risiko PT. BRIngin Life Syariah Manajemen Risiko yang diterapkan di perusahaan asuransi BRIngin Life Syariah meliputi beberapa tahapan berikut: 1. Identifikasi Risiko, dilakukan ketika ada pengajuan aplikasi berupa SPA (Surat Permohonan Asuransi), seluruh data isian di SPA tersebut mulai dari nama, usia, jumlah manfaat dan lainnya diidentifikasi dan dinilai oleh underwriter. 2. Penilaian Risiko merupakan proses lanjutan dari pengidentifikasian risiko, yang kemudian menggolongkan risiko dari masing-masing calon peserta. Penggolongan risiko yang dimaksud adalah kemungkinan tingkat risiko yang menyebabkan kematian. Adapun penggolongan risiko di PT. BRIngin Life Syariah terbagi menjadi tiga, yaitu risiko standard, substandard dan declined (ditolak). 3. Eliminasi Risiko atau disebut juga sebagai Kontrol Risiko adalah bagaimana cara perusahaan mengurangi risiko financial perusahaan atas risiko kematian yang tinggi dari peserta asuransi. Adapun mengeliminasi risiko ini biasanya terjadi pada risiko yang tergolong pada substandard, dimana jika hal ini terjadi yang dilakukan perusahaan adalah dengan menambah jumlah premi atau extra premi, atau ada juga dengan cara mengurangi jumlah manfaat asuransi, serta ada juga dengan cara mengecualikan risiko yang dengan nyata sudah teridentifikasi dari awal. 4. Risk sharing, yaitu dari penggolongan risiko pada saat penilaian risiko sekaligus perusahaan melakukan risk sharing atau membagi risiko dari calon peserta, dengan kategori seperti: a. Jumlah manfaat > 50 juta b. Risiko tergolong substandard atau declined Risk sharing di PT. BRIngin Life Syariah hanya dilakukan ke seluruh divisi perusahaan Reasuransi Syariah di Indonesia, seperti ReINDO. 1 1
Wawancara Pribadi dengan Underwriter BRIngin Life Syariah, Basuki Achmad. Jakarta: 23 Agustus 2010
55
Jadi, dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa risiko-risiko calon peserta asuransi yang ada dikelola dan diterapkan dengan baik di PT.BRIngin Life Syariah. Proses identifikasi risiko, penilaian risiko, eliminasi risiko, dan risk sharing di PT. BRIngin Life Syariah benar-benar dilakukan dengan ketat pada saat proses underwriting untuk menyeleksi risiko calon peserta. Manajemen risiko harus dikelola dengan optimal agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
B. Profil Nasabah BRIngin Dana Investasi Syariah II Risiko masing-masing peserta asuransi berbeda-beda, yang dapat dilihat dari isian Surat Permintaan Asuransi (SPA) sesuai usia, pekerjaan atau hobbi yang berbahaya, riwayat kesehatan peserta dan keluarga. Apabila risiko yang dimiliki peserta kecil, maka premi yang dibayarkan pun kecil. Sedangkan jika risikonya besar, maka premi peserta pun menjadi mahal. Tahun 2006-2007, nasabah produk BRIngin Dana Investasi Syariah II dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Data Nasabah BRIngin Dana Investasi Syariah II 2006-2007 Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Tahun
Usia
Total
Jenis Kelamin
Peserta
7 – 30
31- 60
Laki-laki
Perempuan
2006
15
9
6
6
9
2007
15
8
7
5
10
Sumber: Data Nasabah BRIngin Dana Investasi Syariah II 2006-2007
56
Berdasarkan Data Nasabah BRIngin Dana Investasi Syariah II di atas, tahun 2006 didominasi peserta usia muda 7 – 30 tahun sebanyak 9 peserta dari total peserta 15 orang, dan ± 60% peserta berjenis kelamin perempuan. Total peserta BRIngin Dana Investasi Syariah II tidak mengalami peningkatan di tahun 2007, dengan total 15 peserta. Namun, tahun 2007 peserta perempuan mengalami sedikit peningkatan menjadi ± 70%. Sedangkan usia peserta mengalami perubahan dibandingkan tahun 2006, peserta usia muda berjumlah 8 peserta dan peserta usia tua menjadi 7 peserta. Usia muda kemungkinan masa hidupnya lebih panjang dibandingkan dengan usia tua yang lebih pendek masa hidupnya. Selain usia, jenis kelamin juga menjadi factor seleksi risiko. Dimana perempuan lebih sering jatuh sakit tetapi masa hidupnya lebih panjang. Beda halnya dengan laki-laki yang jarang sakit akan tetapi masa hidupnya lebih pendek.
C. Faktor-faktor yang dipertimbangkan Underwriter dalam Seleksi Risiko Dalam melakukan proses underwriting asuransi jiwa individu, seorang underwriter secara hati-hati mempertimbangkan beberapa faktor pribadi yang dapat memberikan dampak pada klasifikasi risiko seorang calon tertanggung. Faktor-faktor pribadi tersebut terdapat dalam Surat Permintaan Asuransi (SPA). Surat Permintaan Asuransi (SPA) PT. BRIngin Life Syariah terdiri dari delapan bagian, yaitu sebagai berikut:
57
1. Bagian I merupakan data pribadi calon peserta. 2. Bagian II merupakan data program asuransi, seperti manfaat yang diinginkan calon peserta dan cara pembayarn premi. 3. Bagian III berisi tentang ahli waris (termaslahat) yang akan ditunjuk calon peserta jika peserta ditakdirkan meninggal dunia. 4. Bagian IV yang memuat pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan riwayat kesehatan calon peserta. 5. Bagian V berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan riwayat kesehatan keluarga calon peserta, yang dikhawatirkan ada penyakit menular, bawaan atau diturunkan dari keluarga. 6. Bagian VI merupakan ketentuan-ketentuan yang bethubungan dengan Perjanjian Asuransi (polis). 7. Bagian VII adalah keterangan tambahan yang dibutuhkan perusahaan asuransi. 8. Bagian VIII merupakan Pernyataan calon peserta. 2 Dari kedelapan bagian Surat Permintaan Asuransi (SPA) di atas dan berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu underwiter PT. BRIngin Life Syariah, ada beberapa bagian yang menjadi pertimbangan penting underwriter dalam menyeleksi risiko calon peserta asuransi, diantaranya adalah: a. Usia Pertimbangan pertama adalah umur atau usia masuk calon tertanggung, dimana usia pada umumnya mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kemungkinan hidup seseorang. Orang yang lebih muda pada saat masuk asuransi kemungkinan hidupnya lebih lama bila dibandingkan dengan orang yang lebih tua. 3 2
Surat Permintaan Asuransi (SPA) Individu PT. BRIngin Life Syariah. Setiap perusahaan asuransi mempunyai SPA yang berbeda-beda tergantung kebutuhannya, tapi bagian terpenting dari SPA adalah tentang usia, jenis kelamin, pekerjaan dan hobbi, riwayat kesehatan calon peserta dan riwayat kesehatan keluarga. Jika SPA tidak diisi dengan lengkap maka tidak akan diproses oleh perusahaan asuransi. 3
Wawancara Pribadi dengan Underwriter BRIngin Life Syariah, Basuki Achmad. Jakarta: 23 Agustus 2010
58
Perusahaan-perusahaan asuransi jiwa biasanya menetapkan ketentuan mengenai batasan usia calon yang dapat diterima atau ditolak permintaan asuransinya. Begitu pula dengan yang PT. BRIngin Life Syariah yang menerapkan usia sebagai salah satu factor risiko yang dipertimbangkan dalam proses underwriting. Semakin tinggi tingkat usia maka risiko semakin tinggi, artinya jumlah harga preminya lebih tinggi dibandingkan usia muda.
b. Jenis kelamin Banyak perusahaan asuransi yang menggunakan tabel aktuaria berbasis jenis kelamin untuk menetapkan premi asuransi, karena masa hidup wanita cenderung lebih lama daripada pria. 4 Namun di PT. BRIngin Life Syariah saat ini, jenis kelamin sudah tidak menjadi faktor risiko yang dipertimbangkan oleh underwriter asuransi. 5
c. Bentuk dan Ukuran Badan Bentuk dan ukuran badan yang dimaksud adalah hubungan antara tinggi badan dan berat badan seseorang, atau kurus dan gemuknya badan seseorang. Artinya bahwa seseorang dengan ukuran normal dengan tinggi tertentu mempunyai berat badan tertentu berdasarkan rata-rata. 4
Jane Lightcap Brown dan Kristen L. Falk, Administrasi Asuransi, Penerjemah Nurmansyah Taufik, (LOMA, 2002), h. 100 5
Wawancara Pribadi dengan Underwriter BRIngin Life Syariah, Basuki Achmad. Jakarta: 23 Agustus 2010
59
d. Pekerjaan dan Hobbi Banyak jenis-jenis pekerjaan yang mengandung bahaya kecelakaan, dan lainnya yang mempunyai pengaruh terhadap kesehatan, dimana kondisi pekerjaan yang tidak sehat tentunya akan menimbulkan tingkat mortalita yang tinggi. 6 Beberapa jenis pekerjaan memiliki tingkat risiko tinggi seperti pelaut, tentara, atlit profesional, wartawan, dan pekerjaan lainnya. Oleh karena itu, calon peserta asuransi diharapkan dapat memberikan informasi secara jelas dan terperinci tentang jenis pekerjaan. Selain pekerjaan, ada beberapa hobbi yang masuk dalam kategori risiko tinggi, seperti hobbi pacuan kuda, menyelam, dan mendaki gunung. Risiko-risiko tersebut akan mempengaruhi proses underwriting.
e. Kondisi Fisik Untuk mengetahui keadaan fisik atau kesehatan calon-calon tertanggung pada saat mengajukan permintaan asuransi adalah dengan melakukan pemeriksaan kesehatan atau badan dari dokter. Pemeriksaan fisik terhadap calon tertanggung yang dilakukan oleh dokter, meliputi pemeriksaan: • • • •
Tinggi dan berat badan Sistem peredaran darah, termasuk tekanan darah, nadi serta kelainan didalam darah sendiri melalui pemeriksaan laboratorium Sistem pernapasan meliputi kelainan pada hidung, tenggorakan dan paru-paru. Sistem pencernaan meliputi kelainan atau gangguan pada saluran pencernaan (mulut, lambung, usus halus/besar) serta hati, empdu dan pankreas.
6
Wawancara Pribadi dengan Underwriter BRIngin Life Syariah, Basuki Achmad. Jakarta: 23 Agustus 2010
60
•
Sistem saluran kemih meliputi kelainan pada ginjal, ureter, kandung kemih serta salurannya. Sistem syaraf Kelainan pada mental dan lain sebagainya. 7 Surat Permintaan Asuransi (SPA) individu PT. BRIngin Life Syariah terdiri
• •
dari informasi medis calon tertanggung. Surat Permintaan Asuransi yang dipersyaratkan terutama tergantung pada usia calon tertanggung dan jumlah uang pertanggungan yang diminta. Umumnya semakin tinggi risiko calon tertanggung terhadap perusahaan asuransi, maka semakin banyak pula informasi yang dibutuhkan. PT. BRIngin Life Syariah berhak meminta medical check up kepada calon peserta asuransi jika diperlukan. Pemeriksaan kesehatan calon peserta tergantung kepada risiko dan besarnya uang pertanggungan yang diinginkan calon peserta. Berikut ini Underwriting Limit dan Syarat Pemeriksaan Kesehatan Asuransi Jiwa Individu di PT. BRIngin Life Syariah, yaitu: Tabel Underwriting Limit dan Syarat Pemeriksaan Kesehatan Asuransi Jiwa Individu BRIngin Life Syariah Usia (dalam tahun) Jumlah No Uang Pertanggungan
20-45
46-50
51-60
1
0 s/d 200.000.000
NM
NM
ABC
2
200.000.001 - 250.000.000
NM
ABC
ACDE
7
PT. Reasuransi Internasional Indonesia, ReINDO In-House Training: Basic Life Underwriting, 2-25 Maret 2010(Jakarta: Divisi Reasuransi Jiwa PT. ReINDO, 2010), h. 24
61
3
250.000.001 - 350.000.000
ABC
ACDE
ACEFG
4
350.000.001 - 450.000.000
ACDE
ACEFG
ACEFGH
5
450.000.001 - 600.000.000
ACEFG
ACEFGH
ACEFGHI
6
600.000.001 - 750.000.000
ACEFGH
ACEFGHI
ACEFGHI
7
Diatas 1.000.000.000
ACEFGHI
ACEFGHI
ACEFGHI
Keterangan : NM
: Non Medis (hanya mengisi SPA)
A
: LPK ( Laporan Pemeriksaan Kesehatan)
B
: Urine
C
: EKG (Elektrokardiogram)
D
: ADA (Analisa Darah dan Air Seni)
E
: TP (Thorax Photo)
F
: ADAL (Analisa Darah dan Air Seni Lengkap)
G
: Treadmill Test
H
: SPD (Surat Pernyataan Dokter)
I
: HIV Test
f. Riwayat Kesehatan Calon Peserta Laporan tentang keadaan kesehatan calon-calon tertanggung merupakan unsur yang sangat penting dari faktor-faktor riwayat kesehatan calon peserta. Riwayat kesehatan ini yang paling penting, karena masing-masing risiko dan peluang
62
terjadinya risiko kematian dapat dilihat dari faktor-faktor riwayat kesehatan yang tentunya masing-masing pribadi (calon peserta) berbeda-beda. 8 Informasi yang lengkap perihal penyakit-penyakit masa lalu, operasi dan lainnya dapat menentukan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan atau khusus yang diperlukan pada saat mengajukan permintaan asuransi jiwa.
g. Riwayat Kesehatan Keluarga Perlu pula untuk diketahui tentang riwayat keluarga calon tertanggung selengkap mungkin, karena informasi ini mempunyai nilai tambah atau kurang dalam menentukan akseptasi bagi underwriter. Riwayat keluarga ini mempunyai arti yang penting sebagai salah satu faktor risiko yang mempengaruhi mortalita calon tertanggung, karena adanya beberapa jenis penyakit tertentu yang bersifat menular dan penyakit yang diturunkan atau bawaan, seperti TBC, Diabetes Mellitus, penyakit jiwa dan lain-lain. 9
D. Metode Underwriting Metode atau cara yang diterapkan PT. BRIngin Life Syariah dalam menyeleksi risiko calon tertanggung terdiri dari tiga metode, yaitu: 8
Wawancara Pribadi dengan Underwriter BRIngin Life Syariah, Basuki Achmad. Jakarta: 23 Agustus 2010 9
Wawancara Pribadi dengan Underwriter BRIngin Life Syariah, Basuki Achmad. Jakarta: 23 Agustus 2010
63
1. Manual Underwriting, dilakukan apabila perusahaan tidak memiliki pengalaman data atas faktor risiko calon peserta maka perusahaan akan menilai risiko berdasarkan buku panduan (manual guide) yang dimiliki perusahaan asuransi. 2. Experience Underwriting, dilakukan apabila perusahaan telah memiliki data tentang faktor risiko, dengan melihat rasio klaim perusahaan dan data-data yang perusahaan miliki di masa lalu. 3. Blended Underwriting, yaitu campuran atau melakukan dengan menggabungkan kedua metode manual underwriting dan experience underwriting. 10 Ketiga metode underwriting di atas digunakan berdasarkan masing-masing risiko yang dimiliki calon peserta asuransi. Jika ada risiko calon peserta yang belum pernah dimiliki perusahaan, maka risiko tersebut akan dinilai berdasarkan buku panduan yang dimiliki perusahaan asuransi. Inilah yang dinamakan metode manual underwriting. Namun, jika risiko calon peserta sudah pernah dimiliki perusahaan, maka akan dilihat rasio klaim dari risiko tersebut di masa yang lalu, yang disebut dengan metode experience underwriting. PT. BRIngin Life Syariah juga menggunakan metode blended underwriting, yang menggabungkan manual underwriting dan experience underwriting dalam menyeleksi risiko calon peserta . E. Proses Underwriting Berdasarkan Buku Pedoman Operasional (BPO) PT. BRIngin Life Syariah, proses underwriting yang dilakukan terdiri dari beberapa tahap, diantaranya: 11
10
Wawancara Pribadi dengan Underwriter BRIngin Life Syariah, Basuki Achmad. Jakarta: 23 Agustus 2010
64
1. Proses Awal Underwriting Proses awal underwriting dilakukan oleh: A. Staf Underwriting 1. Menerima pengiriman berkas dari Kantor Cabang dan dari GMD 2. Meregister semua berkas yang diterima 3. Memeriksa kebenaran dan kelengkapan seluruh berkas dan data pada database mengenai kelengkapan, kebenaran hasil entry serta seleksi awal underwriting mengenai data yang tidak bersifat medis (contoh : kebenaran mengenai jenis usaha & Alamat) 4. Dari pemeriksaan data menghasilkan tiga keputusan yakni : a) Jika data tidak benar maka dilanjutkan pada proses penolakan b) Jika data tidak lengkap maka dilanjutkan pada proses tunda c) Jika data benar maka dilnjutkan dengan pemeriksaan pada treaty reasuransi 5. Memeriksa jenis treaty reasuransi pada jenis produk dan manfaat masing-masing peserta dan pemegang polis secara keseluruhan a) Jika harus melakukan perjanjian baru dengan reasuradur atau bisa juga termasuk Fakultatif maka Underwriting menyerahkan copy
11
PT. BRIngin Life Syariah, Buku Pedoman Operasional,(Jakarta: PT. BRIngin Life Syariah, 2009), h. 18
65
berkas dokumen pra closing kepada Bagian Reasuransi dan dilanjutkan dengan proses reasuransi b) Jika
termasuk
ke
treaty
otomatis
maka
dilanjutkan
dengan
pemisahan data medical atau non medical b.1. Jika data termasuk non medical maka dilanjutkan ke proses akseptasi limit b.2. Jika data termasuk data medical maka harus dilengkapi dengan dokumen medis sesuai dengan ketentuan underwriting limit yang berlaku serta dilanjutkan dengan proses medis.
B. Staf Reasuransi 1. Membuat surat penawaran fakultatif kepada perusahaan reasuransi yang ditandatangani oleh Supervisornya 2. Mengirimkan seluruh berkas penawaran fakultatif yang terdiri dari surat penawaran dan copy berkas dokumen pra closing 3. Dari Perusaan reasuransi bisa memberikan tiga jawaban a) Jika tidak diterima maka dilanjutkan ke Proses Penolakan b) Jika ada hal-hal yang kurang lengkap (ditunda) dilanjutkan ke Proses Ditunda c) Jika penawaran diterima maka dilanjutkan dengan pemeriksaan data medical atau non medical
66
2. Proses Seleksi Medical Perusahaan berhak meminta calon peserta untuk melakukan seleksi medica, baik melalui SPA atau medical check up. Seleksi medical ini dilakukan oleh: A. Staf Underwriting 1. Seluruh daftar peserta di periksa mengenai batasan medisnya a) Jika peserta masih termasuk ke dalam non medical maka dilanjutkan ke proses Akseptasi. b) Jika peserta termasuk ke dalam medical maka berkas dokumen pra closing beserta hasil medis peserta diserahkan ke Medical Adviser.
B. Medical Adviser 1. Menerima seluruh berkas medical dari staff Underwriting untuk diperiksa, analisa dan diteliti data medis dari masing-masing peserta. 2. Memberikan kesimpulan dan rekomendasi dari data medis peserta: a) Jika hasil rekomendasi data medis menyatakan bahwa risiko tidak dapat diterima maka dilanjutkan ke Proses Penolakan. b) Jika ada hal-hal yang kurang lengkap (ditunda) dilanjutkan ke Proses Ditunda. c) Jika hasil rekomendasi data medis menyatakan diterima maka dilanjutkan dengan Proses Akseptasi Limit.
67
3. Proses Akseptasi Limit A. Staf Underwriting 1. Staf Underwriting memeriksa mengenai batasan wewenang akseptasi polis sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. Menyerahkan
seluruh
Supervisor/Kabag/Direksi
berkas sesuai
dokumen dengan
pra
closing
kepada
kewenangan
untuk
ditandatangani dan di paraf pada kolom yang sudah disediakan. 3. Supervisor/Kabag/Direksi memberikan keputusan dari berkas dokumen pra closing, yaitu: a. Jika keputusan dapat diterima maka dilanjutkan dengan proses generating data b. Jika keputusan ditunda maka ke proses akseptasi tunda c. Jika keputusan ditolak maka ke proses akseptasi penolakan
4. Proses Akseptasi Tunda Proses akseptasi tunda yang dilakukan oleh staf underwriting, meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Memberikan konfirmasi kepada staf penjualan di kantor cabang untuk diteruskan ke FC/UM jika dari kanca atau ke ME/GMM jika dari GMD mengenai hal-hal yang berkaitan mengenai penundaan akseptasi Polis.
68
2. Update data pada database, dilanjutkan ke proses generating data 3. Setelah menerima konfirmasi dari Kanca atau GMD maka kembali ke proses awal underwriting.
5. Proses Penolakan/Persetujuan Polis Staf Underwriting membuat keputusan berupa surat penolakan peserta asuransi, yang kemudian diperiksa supervisor.
6. Proses Generating Data Generating data berfungsi untuk memisahkan database yang ditunda, ditolak maupun data yang disetujui secara otomatis. Proses ini dilakukan oleh staf underwriting. Secara sederhan proses underwriting dapat digambarkan dengan skema di bawah ini: ALUR PROSES UNDERWRITING
AGEN
Field Underwriting
UNDERWRITING
Identifikasi Risiko
Table of Underwriter Requirement Mengumpulkan informasi tambahan Klasifikasi Risiko
Keputusan Underwriting
69
F. Efektivitas Metode Underwriting yang digunakan terhadap Klaim Menurut underwriter PT. BRIngin Life Syariah menganggap bahwa ada korelasi yang sangat besar antara metode underwriting yang digunakan untuk menyeleksi risiko terhadap klaim asuransi, sebab metode underwriting yang ketat tentu akan menambah jumlah premi. 12 Dengan kata lain, premi menjadi mahal tetapi ini akan berdampak pada rendahnya tingkat klaim dan ini berlaku sebaliknya. Jika underwriting dilakukan dengan tidak ketat maka premi menjadi murah, dan tingkat klaim menjadi tinggi. Jadi, semakin ketat underwriting melakukan seleksi risiko maka tingkat klaim akan kecil. Efektivitas metode underwriting yang digunakan terhadap klaim yang dibayarkan perusahaan, dapat dilihat dari analisis berikut ini: Jumlah Nasabah dan Klaim yang Dibayarkan Berdasarkan Usia Peserta BRIngin Dana Investasi Syariah II Tahun 2006 - 2007 Jumlah Nasabah
Jumlah Klaim
Usia 2006
2007
2006
2007
7 - 10
-
4
-
-
11 - 20
-
3
-
2
21 - 30
9
1
1
2
31- 40
2
4
2
2
12
Wawancara Pribadi dengan Underwriter BRIngin Life Syariah, Basuki Achmad. Jakarta: 23 Agustus 2010
70
41 - 50
4
2
4
1
51 - 60
-
1
-
-
Total
15
15
7
7
Sumber: Laporan Operasional Individu PT BRIngin Life Syariah 2006-2007
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2006 usia peserta BRIngin Dana Investasi Syariah II didominasi oleh usia muda antara 21-30 tahun yang berjumlah 9 peserta dari total peserta 15 orang. Selain usia muda, peserta asuransi ada juga yang berusia tua, yaitu 41-50 tahun yang berjumlah 4 peserta. Dari jumlah peserta di tahun 2006 sebanyak 15 peserta, ± 50% yang mengajukan klaim merupakan peserta yang berusia tua, dengan jumlah klaim 4 peserta. Sedangkan klaim usia muda relatif rendah, hanya ada 1 peserta di tahun 2006. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin tua usia peserta maka kemungkinan klaimnya semakin tinggi karena usia tua kemungkinan hidupnya lebih pendek dibandingkan usia muda. Di tahun 2007, usia peserta BRIngin Dana Investasi Syariah II lebih bervariasi. Selain usia peserta muda dan usia peserta tua, ada juga peserta yang masih anak-anak, yaitu usia 7-10 tahun berjumlah 4 peserta. Sedangkan untuk total klaim asuransi tahun 2007 adalah 7 orang, yang tersebar di usia muda dan usia tua. Dari fakta-fakta tersebut metode underwriting yang digunakan PT. BRIngin Life Syariah cukup efektif, karena ± 50% peserta asuransi mengajukan klaim. Hal ini akan mengakibatkan PT. BRIngin Life Syariah memperoleh profit yang tidak sesuai dengan target sebelumnya. Proses underwriting bisa berjalan efektif apabila dilakukan seleksi risiko peserta dengan ketat, yang bertujuan untuk melindungi
71
perusahaan dari kerugian. Hal ini akan berdampak pada rendahnya tingkat klaim yang dibayarkan perusahaan, karena kemungkinan terjadinya risiko sangat kecil yang sudah diprediksi sebelumnya pada saat proses underwriting.
71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, wawancara, dan temuan di lapangan, penulis dapat menyimpulkan bahwa pencapaian nilai tingkat solvabilitas PT. BRIngin Life Syariah cukup maksimal. Hal ini terlihat dari tingkat klaim asuransi yang dibayarkan PT. BRIngin Life Syariah cukup rendah. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut bisa terjadi di PT. BRIngin Life Syariah, diantaranya: 1. Manajemen risiko yang diterapkan PT. BRIngin Life Syariah cukup optimal, baik dari proses identifikasi risiko, penilaian risiko, eliminasi risiko, dan risk sharing. 2. Nasabah produk BRIngin Dana Investasi Syariah II lebih banyak usia dibawah 30 tahun dibandingkan usia diatas 30 tahun. 3. Faktor-faktor penting yang dipertimbangkan oleh underwriter dalam menyeleksi peserta asuransi diantaranya usia, pekerjaan, hobi dan riwayat kesehatan peserta asuransi dan keluarganya. 4. Proses underwriting dilakukan dengan cukup ketat terhadap calon peserta asuransi. 5. Metode yang digunakan underwriter dalam seleksi risiko cukup efektif dan optimal, sehingga klaim yang dibayarkan PT. BRIngin Life Syariah cukup rendah pula.
72
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan temuan di lapangan yang telah diuraikan penulis sebelumnya, maka agar PT. BRIngin Life Syariah memperoleh keuntungan yang lebih maksimal lagi, perlu adanya koordinasi atau kerja sama antara staf underwriter dengan underwriter dalam meyeleksi risiko, sehingga tidak akan terjadi kesalahan di masa yang akan datang. Penulis melihat seleksi risiko calon peserta hanya dilakukan oleh staf underwriter, sedangkan underwiter hanya memberikan keputusan untuk menerima atau menolaknya. Jika hal ini tidak diperbaiki maka akan merugikan PT. BRIngin Life Syariah, dengan tingginya tingkat klaim asuransi yang akan dibayarkan perusahaan tersebut.
74
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahnya. Ali, A. Hasyim, dkk. Kamus Asuransi. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002. Ali, AM. Hasan. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam. Jakarta: Kencana, 2004. Amrin, Abdullah. Asuransi Syariah (Keberadaan dan kelebihannya di Tengah Asuransi Konvesional). Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2006.
Brown, Jane Lightcap dan L. Falk, Kristen. Administrasi Asuransi. Penerjemah Nurmansyah Taufik. LOMA, 2002. Darmawi, Herman. Manajemen Risiko. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006. Djohanputro, Bramantyo. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Jakarta: Penerbit PPM, 2006. Djojosoedarso, Soeisno. Prinsip-prinsip Manajemen Risiko Asuransi. Jakarta: Salemba Empat, 2003. Hafidhuddin, Didin dan Tanjung, Hendri. Manajemen Syariah Dalam Praktik. Jakarta: Gema Insani Press, 2003. Huggins, Kenneth dan D. Land, Robert. Operasi Perusahaan Asurasni Jiwa dan Asuransi Kesehatan. Jakarta: Yayasan Dharma Bumiputera, 1996. Janwari, H.A. Lembaga-lembaga Perekonomian Umat Sebuah Pengenalan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2002. Jones, Harriett E. dan L.Long, Dani. Prinsip-prinsip Asuransi: Jiwa, Kesehatan dan Anuitas. Penerjemah Arif Rahman dan Nurmansyah Taufik. LOMA, 1999. Kusumarini, Rini Endang. Pengantar Underwriting, 04 Februari 2010. Jakarta: Departemen Underwriting PT. ReIndo, 2010. PT. Reasuransi Internasional Indonesia. ReINDO In-House Training: Basic Life Underwriting, 2-25 Maret 2010. Jakarta: Divisi Reasuransi Jiwa PT. ReINDO, 2010.
75
Salim, A. Abbas. Asuransi dan Manajemen Risiko. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005. Sukandarrumidi. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004. Sula, M. Syakir. Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem Operasional. Jakarta: Gema Insani Press, 2004. Suma, M. Amin. Asuransi Syariah dan Asuransi Konvesional: Teori, Sistem, Aplikasi dan Pemasaran. Jakarta: Kholam Publishing, 2006. Tim Penyusun, Buku Pedoman Penulisan Skripsi 2007. Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. Artikel Bisnis Indonesia edisi 25 Mei 2010 Buku Pedoman Operasional BRIngin Life Syariah, 2009. Brosur BRIngin Dana Hari Tua Syariah Brosur BRIngin Dana Haji Syariah Jurnal AAMAI, Tahun VII, No.12 Jurnal Online Kontan 16 Januari 2010 Media Asuransi edisi Januari 2010 No. 228 tahun XXXI Proposal Asuransi BRingin Dana Investasi Syariah II, 2010. www.bringinlife.com www.bps.com www.Tazkia.com