PENGARUH KREATIVITAS GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMP PGRI 1 CIPUTAT
Oleh : TARJONO NIM : 205011000317
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431H / 2010 M
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama NIM Jurusan/Semester Angkatan Tahun Alamat Judul Skripsi
: TARJONO : 205011000317 : Pendidikan Agama Islam : 2005 : Jl. Karang Anyar 1 Patrol Baru Rt.01/02 Patrol – Indramayu 45257 : “Pengaruh Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di SMP PGRI 1 Ciputat”.
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 Desember 2009 Yang Menyatakan
TARJONO
PENGARUH KREATIVITAS GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMP PGRI 1 CIPUTAT Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Mencapai Gelar Strata Satu (S.Pd.I) Oleh TARJONO 205011000317
Pembimbing
Bahrissalim, M.Ag NIP : 19680307199803 1 002
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI Skripsi Berjudul “Pengaruh Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di SMP PGRI 1 Ciputat”. yang disusun oleh Tarjono Nomor Induk Mahasiswa 205011000317, jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Telah selesai melewati bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang Munaqasyah sesuai ketentuan yang ditetapkan fakultas.
Jakarta, Januari 2010
Yang mengesahkan, Pembimbing skripsi
Bahrissalim, M. Ag NIP. 19680307199803 1 002
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi yang berjudul: “Pengaruh Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di SMP PGRI 1 Ciputat”. Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqasyah pada 15 Februari 2010 dihadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 15 Februari 2010
Panitia Ujian Munaqasyah Tanggal
Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan) Dr. H. Abdul Fattah Wibisono, M.A. NIP. 19580112.198803.1.002
…………………..
…………………..
Sekrtaris Panitia (sekretaris Jurusan) Drs. Sapiuddin Shidiq, M.A. NIP. 19670328.200003.1.001
…………………..
…………………..
Penguji I Dr. Zaimuddin, M.A NIP. 19590705. 199103.1.002
…………………..
…………………..
Penguji II Drs. H. M. Alisuf Shobri NIP. 150 033 454
…………………..
…………………..
Mengetahui : Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. NIP: 19571005.198703.1.001
ABSTRAK TARJONO, Pengaruh Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di SMP PGRI 1 Ciputat. Universitas Islam Negeri Jakarta, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Desember 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya Pengaruh Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa, Sekolah yang dipilih adalah SMP PGRI 1 Ciputat. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan angket. Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah dan guru pendidikan agama Islam dengan tanya jawab langsung, sedangkan angket diberikan kepada siswa. Dari populasi sebanyak 100 orang telah terpilih sampel sebanyak 33 orang, dengan tekhnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cara acak (Random Sampling) artinya setiap populasi mempunyai kesempatan untuk dijadikan sampel. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan metode kuantitatif dan uji hipotesis. Sedangkan untuk mendapatkan data-data yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan penulis menyebarkan angket yang ditujukan kepada siswa kelas 8-1, 8-2, 8-3 SMP, angket tersebut terdiri dari 30 item pertanyaan. Dalam menganalisa, penelitian ini memperoleh angka 0,06 dari perhitungan rumus “r” Product Moment, kemudian rxy tersebut dibandingkan dengan “r” tabel dari derajat bebas (degree of freedom) 31 maka diperoleh angka 0,348 pada taraf signifikansi 5%, dan 0,449 pada taraf sigifikansi 1%. Pada taraf signifikasi 5% dan pada taraf signifikasi 1% hasil yang di peroleh dari perbandingan tersebut ternyata rxy lebih kecil dari “r” tabel baik pada taraf signifikasi 5% maupun 1% atau dengan kata lain 0,06<0,348 dan untuk mengetahui seberapa besar kedua variabel mempengaruhi maka penulis menghitung koefisien penentuan (Coeficient of Determination) mendapat angka prosentasi 0,36%, jadi diantara variabel tersebut 36% saling mempengaruhi Dengan demikian penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang lemah antara Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di SMP PGRI 1Ciputat. Saran yang penulis sampaikan dari hasil penelitian ini bagi kepala sekolah selaku pimpinan di lembaga pendidikan hendaknya selalu melakukan pengawasan terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas, terutama kreativitas guru dalam mengajar. Dan bagi para guru hendaknya selalu meningkatkan kreativitas dalam mengajar. Supaya pelajaran yang di sampaikan mudah di mengerti oleh siswa dan siswa tidak merasa jenuh dalam belajar, sebab guru adalah motivator bagi siswanya.
i
KATA PENGANTAR G¡+Ýo ¯2Ù{´ ¯2lµo Assalamu’alaikum Wr. Wb. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayahnya kepada kita semua sehingga pada kesempatan ini penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Dalam menyelesaiakan penulisan skripsi ini tentunya tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan meskipun belum sempurna. Oleh karena itu tiada ungkapan yang lebih pantas diucapkan kecuali rasa terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dosen pembimbing skripsi Bahrissalim M.A. yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat dan arahan kepada penulis selama menyusun skripsi ini. 4. Semua Dosen UIN Syarif Hidayatullah, yang telah mengajarkan mata kuliah kepada penulis, khususnya Pendidikan Agama Islam. 5. Pimpinan
perpustakaan
Jurusan/Prodi
Pendidikan
Agama
Islam,
perpustakaan Utama beserta staffnya yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi pustaka. 6. Bapak Cartam, S.Pd., M.Pd. kepala sekolah SMP PGRI 1 Ciputat beserta staf dan seluruh dewan guru semua yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan penelitian. 7. Bapak M. Syarifuddin S.Pd.I yang telah meluangkan waktu, selalu mendoakan dan memberikan nasihat serta bimbingan kepada penulis.
ii
8. Bapak Drs. Amin Mukhtar kepala sekolah MI Nurun Najjah II Rengas Ciputat Timur beserta staf dewan guru semua yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan penelitian. 9. Ayahanda Muari dan ibunda tercinta Karniti, yang selalu mendoakan dan memberikan support, baik moril maupun materil dan memberikan nasihat serta bimbingan kepada penulis untuk selalu semangat meneruskan perjuangan, harapan dan cita-cita. 10. Adik-adikku tercinta (Taryana, Siti Fitriyah), yang selalu mendoakan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di kampus tercinta ini UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 11. Kepada Mardhiya Adnin terima kasih atas supportnya, dan yang tak hentihentinya memberikan motivasi kepada penulis. 12. Semua sahabat-sahabat seperjuanganku PAI A & B angkatan tahun 2005, Andi, Dahlan, Deni, Fitri, Mely, Lia, Lina, Shaufi, yang telah memberikan dorongan, spirit, dan saling membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 13. Teman-teman Persatuan Mahasiswa Indramayu PERMAI-AYU DKI Jakarta, (Amar, Yogi, Zaenal, Hasyim, Wildan, Anton, Opick dll) yang senantiasa membantu kepada penulis memberikan semangat, masukan, ide dan pikiran bahkan tenaga selama penulisan skripsi ini. Saran dan kritik sangat penulis butuhkan demi kebaikan penulisan skripsi, karena penulis yakin dalam penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Kurang lebihnya kami mohon maaf. Wallahu ‘alam bishowab.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Ciputat, 07 Januari 2010 Penulis
Tarjono NIM : 205011000317 iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR .......................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
1
B. Identifikasi Masalah .....................................................................
5
C. Pembatasan Masalah Penelitian ...................................................
5
D. Rumusan Masalah ........................................................................
5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .....................................................
6
LANDASAN TEORI A. Kreativitas Guru 1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam ................................
7
2. Kedudukan Guru ........................................................................ 10 3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam ........................................................... 11 4. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam .............................. 12 5. Pengertian Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam ........................................................... 13 6. Faktor-faktor yang Membentuk Kreativitas ............................... 16 7. Ciri-ciri Guru yang Kreatif......................................................... 20 B. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Prestasi Belajar......................................................... 23 2. Pengertian Belajar ...................................................................... 24 3. Indikator Prestasi Belajar ........................................................... 25 4. Ciri-ciri Kriteria Kegiatan Belajar ............................................. 28 5. Teori-teori Belajar ...................................................................... 30
iv
6. Macam-macam Teori belajar ..................................................... 30 7. Aplikasi Teori Belajar dalam Pendidikan .................................. 33 C. Kerangka Berpikir ........................................................................ 34 D. Hipotesis ....................................................................................... 35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 36 B. Variabel Penelitian ....................................................................... 36 C. Metode Penelitian ......................................................................... 36 D. Populasi dan Sampel .................................................................... 37 1. Populasi .................................................................................... 37 2. Sampel ...................................................................................... 37 E. Instrumen ...................................................................................... 37 F. Teknik Pengumpulan Data............................................................ 40 1. Observasi .................................................................................. 40 2. Wawancara ............................................................................... 40 3. Angket ...................................................................................... 40 G. Teknik Analisa Data ..................................................................... 41
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tentang Objek Penelitian ............................... 44 B. Deskripsi Data .............................................................................. 52 C. Prestasi Belajar Siswa .................................................................. 70 D. Analisa Data ................................................................................. 71 E. Interprestasi Data .......................................................................... 74
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .................................................................................. 78 B. Saran ............................................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 80 LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL 1. Tabel Indikator Prestasi Belajar….. ..............................................................25 2. Tabel Kisi-Kisi Instrumen Penelitian…. .......................................................38 3. Tabel Frekuensi…. ........................................................................................41 4. Tabel Skala Prosentase…..............................................................................42 5. Tabel Indeks Korelasi “r”…. ........................................................................43 6. Tabel Data Siswa dalam 4 (empat) Tahun Terakhir…. ................................45 7. Tabel Keadaan Ruang Kelas….. ...................................................................45 8. Tabel Data Ruangan Lain…. ........................................................................45 9. Tabel Data Guru….. ......................................................................................46 10. Tabel siswa memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru agama Islam… .........................................................................................................53 11. Tabel guru agama Islam meminta pendapat anda dalam belajar pada suatu pembahasan.. .................................................................................................53 12. Tabel Guru agama Islam memberikan tugas rumah dari materi yang disampaikan ..................................................................................................54 13. Tabel Sebelum memulai materi baru guru agama Islam mengingatkan kembali materi sebelumnya...........................................................................54 14. Tabel Guru agama Islam mengarahkan bakat yang anda miliki... ................55 15. Tabel Media pembelajaran yang digunakan sesuai dengan keperluan pengajaran... ..................................................................................................55 16. Tabel Nilai pendidikan agama Islam anda selalu bagus... ............................56 17. Tabel Anda merasa nyaman belajar di sekolah anda... .................................56 18. Tabel Guru agama Islam selalu memberikan semangat dalam belajar... ......57 19. Tabel Guru agama Islam selalu membimbing anda dalam belajar... ............57 20. Tabel Guru agama Islam menyuruh anda mengulang pelajaran di rumah....58 21. Tabel Anda mengerjakan tugas rumah yang diberikan oleh guru agama Islam.... ..........................................................................................................58 22. Tabel Anda selalu bertanya kepada guru agama Islam tentang apa yang anda belum mengerti... ..................................................................................59 vi
23. Tabel Terbayang oleh anda, ketika guru agama Islam menceritakan sesuatu pada anda.......................................................................................................59 24. Tabel Anda bisa menyimpulkan pelajaran yang disampaikan oleh guru agama Islam... ...............................................................................................60 25. Tabel Guru agama Islam dalam mengajar menggunakan alat peraga...........60 26. Tabel Saya memperoleh pengetahuan yang belum saya ketahui setelah proses pembelajaran.... .. ...............................................................................61 27. Tabel Guru agama Islam anda memahami apa yang anda inginkan dalam belajar... .........................................................................................................61 28. Tabel Siswa bersemangat dalam belajar karena metode yang digunakan guru agama Islam berbeda-beda dan sesuai sehingga mudah dipahami... ............62 29. Tabel Siswa selalu mendapatkan nilai yang bagus.. .....................................62 30. Tabel Guru agama Islam mendemonstrasikan di depan kelas cara shalat yang baik.. .....................................................................................................63 31. Tabel Guru anda selalu menegur dan mengingatkan anda ketika berbuat kesalahan.. .....................................................................................................63 32. Tabel Guru agama Islam memberikan tugas kelompok... .............................64 33. Tabel Guru agama Islam membiasakan murid-murid untuk membaca AlQuran sebelum belajar... ...............................................................................64 34. Tabel Guru agama Islam membantu siswa yang bermasalah dalam belajar... .........................................................................................................65 35. Tabel Guru agama Islam selalu menggunakan metode yang sesuai dengan materi pembelajaran... ...................................................................................65 36. Tabel Dalam berdiskusi guru agama Islam mengarahkan kami cara berdiskusi yang baik......................................................................................66 37. Tabel Guru agama Islam dalam menyampaikan materi wudhu menggunakan media gambar.........................................................................66 38. Tabel Guru agama Islam meminta anda menyelesaikan sebuah soal di papan tulis.. ...............................................................................................67 39. Tabel Apakah guru agama Islam menggunakan OHP/Laptop dalam mengajar... .....................................................................................................67
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Di zaman sekarang ini banyak siswa yang malas belajar, hal ini dikarenakan bukan hanya pengaruh lingkungan, tetapi hal ini juga disebabkan kurangnya kreativitas guru dalam mengajar, sehingga siswa jenuh dengan cara yang digunakan guru dalam pembelajaran. Masa depan suatu bangsa sangat erat kaitannya dengan komitmen politik dan upaya nyata bangsa dalam membangun pendidikan untuk mencerdaskan generasi mudanya. Sedangkan keberhasilan suatu bangsa dalam membangun mutu pendidikannya sangat ditentukan oleh mutu gurunya. Rendahnya mutu pendidikan telah memberikan akibat lansung pada rendahnya mutu sumber daya manusia bangsa kita. Karena proses untuk melahirkan sumber daya manusia yang bermutu hanya bisa melalui alur pendidikan dan proses pembelajaran yang bermutu pula. Dalam proses pendidikan, guru tidak hanya menjalankan fungsi alih ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi juga berfungsi menanamkan nilai (values) serta membangun karakter (character buiding) peserta didik secara berkelanjutan. 1 Dalam situasi pendidikan atau pengajaran terjalin interaksi antara siswa dengan guru atau antara peserta didik dengan pendidik. Interaksi ini sesungguhnya merupakan interaksi antara dua kepribadian, yaitu kepribadian guru sebagai orang dewasa dan kepribadian siswa sebagai anak yang belum dewasa dan sedang berkembang mencari bentuk kedewasaan. Guru adalah manusia yang memiliki kepribadian sebagai individu, kepribadian guru terdiri atas aspek jasmaniah, intelaktual, sosial, emosional dan moral. Seluruh aspek kepribadian tersebut terintegrasi membentuk satu kesatuan yang utuh, yang memiliki ciri-ciri yang khas. Integritas dan kekhasan ciri-ciri 1
Asrorun Ni’am, H.M. Membangun Profesionalitas Guru, (Jakarta, Elsas, 2006) cet.ke-1
h 3-6.
1
2
individu terbentuk sepanjang perkembangan hidupnya, yang merupakan hasil perpaduan dari ciri-ciri dan kemampuan bawaan dengan perolehan dari lingkungan dan pengalaman hidupnya. Tugas utama guru sebagai pengajar adalah membantu perkembangan intelaktual, afektif dan psikomotor, melalui menyampaikan pengetahuan, pemecahan masalah, latihan-latihan Afektif dan keterampilan. Guru sebagai pengajar dipandang sebagai ekspert, sebagai ahli dalam bidang ilmu yang diajarkannya. 2 Guru pendidikan agama Islam mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, guru pendidikan agama Islam harus kreatif dalam memilih metode dan dalam melaksanakan pengajaran. Kreativitas guru pendidikan agama Islam harus disesuaikan dengan kondisi siswanya, agar ia mengetahui gagasan dan metode apa yang harus ia pergunakan dalam pengajaran. Tanpa adanya kreativitas guru pendidikan agama Islam dalam mengajar, siswanya tidak akan termotivasi untuk belajar dan untuk berprestasi. Guru yang baik ialah guru yang mampu melaksanakan inspiring teaching, yaitu guru yang melalui kegiatan mengajarnya mampu mengilhami murid-muridnya. Melalui kegiatan mengajar yang memberikan ilham, guru yang baik memberikan gagasan-gagasan yang besar, keinginan yang besar pada murid-muridnya. 3 Kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Kreativitas meliputi ciri-ciri kognitif (aptitude) seperti kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan keaslian (orisinalitas) dalam pemikiran. Biasanya orang menganggap bahwa keberbakatan hanya ditentukan oleh kecerdasan yang tinggi. Akan tetapi, kenyataan menunjukkan tidaklah demikian halnya. Misalnya seorang mempunyai bakat teknik, tetapi tanpa ada kreativitas pada dirinya untuk mencoba-coba, bereksperimen untuk menciptakan sesuatu yang baru, serta dorongan dan semangat yang kuat dalam mengerjakan dan menyelesaikan apa yang telah ia 2
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) cet. ke-4 h.251-253. 3 Mochtar Buchori, Ilmu Pendidikan Dan Praktek Pendidikan Dalam Renungan, (Jogja: PT Tiara Wacana, 1994) cet. ke-1 h.36.
3
mulai, meskipun mengalami banyak rintangan atau kegagalan, maka ia tidak akan menghasilkan karya-karya yang bermakna. 4 Untuk meningkatkan semangat dan motivasi siswa dalam belajar, guru harus kreatif dalam menyampaikan pelajaran, serta menggunakan metode yang menarik, yang membuat siswa semangat dalam belajar, sehingga pelajaran yang disampaikan cepat dimengerti oleh siswa. Dengan adanya kreativitas guru dalam mengajar, akan mendorong siswa untuk lebih bersungguh-sungguh dalam belajar, sehigga apa yang mereka cita-citakan dapat tercapai, dan siswa sebagai penerus bangsa dapat terwujud. Kemampuan untuk memanfaatkan teknologi modern dalam upaya mengembangkan pendidikan pada saat sekarang ini sangat diperlukan, terutama bagi seorang guru, ia harus kreatif dalam proses belajar mengajar guna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan menciptakan peserta didik yang dari lahirnya memiliki potensi yang harus dikembangkan. Pengembangan potensi peserta didik tersebut harus dilaksanakan oleh guru yang kreatif. Pendidikan berfungsi mengembangkan apa yang secara potensial dan aktual telah dimiliki peserta didik, sebab peserta didik bukanlah gelas kosong yang harus diisi dari luar. Mereka telah memiliki sesuatu, sedikit atau banyak, telah berkembang (teraktualisasi) atau sama sekali masih kuncup (potensial). Peran pendidiklah yang mengaktualkan yang masih kuncup, dan mengembangkan lebih lanjut apa yang baru sedikit atau baru sebagian teraktualisasi, semaksimal mungkin sesuai dengan kondisi yang ada dan sesuai dengan kualitas dan kreativitas yang dimilki guru 5 Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut aktifitas, kreativitas, dan kearifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan, secara efektif dan menyenangkan. Saylor (1998 : 227) dalam E. Mulyasa buku yang berjudul "kurikulum yang disempurnakan" menyatakan bahwa "Instructional is thus the 4
Utami Munandar, Memupuk Bakat Kreativitas Siswa Sekolah Menengah, (Jakarta: PT Gramedia, 1984) cet. ke-1 h.7. 5 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,), cet. k- 4 2007, h.4.
4
implementation of curriculum plan, usually, but not necessarily, involving teachcingin the sense of student, teacher interaction in an aducational setting". 6 Guru secara fungsional memegang peranan yang sangat menentukan dalam keberhasilan pembelajaran siswa. Tugas guru mencakup banyak aspek, merencanakan,
melaksanakan
proses
pembelajaran,
membimbing
siswa,
mengevaluasi proses dan hasil belajar. Tak kalah penting, meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran tersebut. Dengan demikian guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar. Apakah kegiatan pembelajaran dihentikan, diubah metodenya, atau mengulang dulu pembelajaran yang lalu. Guru harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran, pemilihan dan penggunaan media pembelajaran, pemilihan dan penggunaan metode mengajar, keterampilan menilai hasil belajar, serta memilih dan menggunakan strategi dan pendekatan pembelajaran. Kompetensi-kompetensi tersebut merupakan bagian integral bagi seorang guru sebagai tenaga professional, yang hanya dapat dikuasai dengan baik melalui pengalaman praktek secara intensif. Model pembelajaran merupakan salah satu unsur yang ikut membangun iklim kelas, termasuk kreativitas siswa dalam pencapaian hasil belajar. Oleh sebab itu, guru harus dapat menerapkan berbagai model belajar mengajar secara tepat. Meskipun disadari bahwa menentukan model pembelajaran yang dianggap paling tepat adalah suatu yang sulit, namun banyak model pembelajaran yang dapat digunakan, masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan, tergantung tujuan pembelajaran itu sendiri.
6
E. Mulyasa, Kurikulum Yang Disempurnakan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), cet. Ke-1 h. 189-190.
5
B. Identifikasi Masalah Mengingat pada latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah yang berhubungan dengan pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa, diantaranya yaitu: 1. Pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam dalam membangkitkan semangat belajar siswa. 2. Pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam dalam mengembangkan potensi siswa. 3. Pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
C. Pembatasan Masalah Penelitian Karena keterbatasan penelitian dalam hal waktu, tenaga, dan biaya serta untuk menjaga agar penelitian lebih terarah dan fokus, maka diperlukan adanya pembatasan masalah. Dengan demikian, maka penelitian ini dibatasi pada masalah “Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam dalam upaya meningkatkan Prestasi Belajar Siswa”.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam berpengaruh positif Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di SMP PGRI 1 Ciputat.
6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui apakah guru Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 1Ciputat kreatif dalam mengajar. 2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat mendukung dan menghambat kreativitas guru dalam mengajar. 3. Apakah kreativitas guru dalam mengajar membuat siswa semangat dalam belajar. 4. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
kreativitas guru
Pendidikan Agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa di SMP PGRI 1 Ciputat. Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan akademik pada umumnya. Terutama peningkatan pembelajaran. 2. Bagi para guru, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam proses pembelajaran agar dapat berlangsung dengan baik dan tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai. 3. Sedangkan bagi peneliti sendiri, hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan tentang metode pembelajaran atau cara yang tepat digunakan dalam menunjang proses pembelajaran.
BAB II Landasan Teori A. Kreativitas Guru 1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam Kata guru berasal dari bahasa Indonesia yang berarti "Orang yang kerjanya mengajar". 1 Dalam bahasa Inggris dijumpai kata teacher
yang berarti
2
"pengajar". Selain itu terdapat kata tutor yang berarti guru pribadi yang mengajar di rumah, mengajar ekstrakurikuler, memberi les tambahan pelajaran, educator, pendidik, ahli didik, lecturer, pemberi kuliah, penceramah. Dalam bahasa Arab istilah yang mengacu kepada kepentingan guru lebih banyak lagi seperti al-alim (jamaknya ulama) atau al-mua’lim yang berarti orang yang mengetahui dan banyak yang digunakan para ulama/ahli pendidikan untuk menunjuk pada arti orang yang mengajar atau orang yang memberi pelajaran. 3 Kata berikutnya yang dekat dengan istilah guru atau pendidik adalah istilah murabbi yang dapat dipahami dari do’a seorang anak kepada kedua orang tuanya yang telah mendidiknya sewaktu kecil. Kata murabbi secara eksplisit tidak dijumpai dalam al-Quran. Yang ada dalam al-Quran adalah kata rabbaya. 4
Terdapat dalam firman Allah:
☺
☺
☺⌧
☺
⌧
1
Amier Dain Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), h.333. 2 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1982), h.581. 3 Abuddin Nata, Persepektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru dan Murid, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), Cet. ke-1 h. 41-42. 4 Abuddin Nata,…..h.46-47.
7
8
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil". (Q.S. Al-Israa’24) 5
Pendidikan agama Islam menurut Ahmad Marimba yaitu bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum- hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran- ukuran Islam. 6 Menurut Alisuf Sabri, pendidikan agama Islam (PAI) adalah “sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan Nasional.” 7 Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dalam Bab I pasal 1 ayat 1, yang dimaksud dengan Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 8 Dari definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa guru pendidikan agama Islam adalah seseorang yang melakukan bimbingan jasmani dan rohani secara sadar berdasarkan hukum- hukum Islam untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami dan menghayati serta mengamalkan ajaran agama Islam. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam adalah: a. Guru sebagai pribadi Guru adalah manusia yang memiliki kepribadian sebagai individu. Kepribadian guru, seperti halnya kepribadian individu pada umumnya terdiri atas aspek jasmaniah, intelektual, sosial, emosional, dan moral. Seluruh aspek kepribadian tersebut terintegrasi membentuk satu kesatuan yang utuh, yang memiliki ciri-ciri yang khas. Integritas dan kekhasan ciri-ciri individu terbentuk sepanjang perkembangan hidupnya, yang merupakan hasil perpaduan dari ciri-ciri
5
Depag RI, Al-Quran dan Terjemah…..h.387. Ahmad Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al- Ma’arif, 1989), Cet. Ke- 8, h. 23. 7 Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: UIN Pers, 2005), Cet. Ke- 1, h. 111. 8 Direktoat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI tahun 2006, UndangUndang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, (Jakarta: 2006) h.83. 6
9
dan kemampuan bawaan dengan perolehan dari lingkungan dan pengalaman hidupnya.
b. Guru sebagai pendidik dan pengajar Guru mempunyai peranan ganda sebagai pengajar dan pendidik. Kedua peran tersebut bisa dilihat perbedaannya, tetapi tidak bisa dipisahkan. Tugas utama sebagai pendidik adalah membantu mendewasakan anak. Dewasa secara psikologis, sosial dan moral. Dewasa secara psikologis berarti individu telah bisa berdiri sendiri, tidak tergantung kepada orang lain, juga telah mampu bertanggung jawab atas segala perbuatannya, mampu bersikap objektif. Dewasa secara sosial berarti telah mampu menjalin hubungan sosial dan kerja sama dengan orang dewasa lainnya, telah mampu melaksanakan peran-peran sosial. Dewasa secara moral, yaitu telah memiliki seperangkat nilai yang ia akui kebenarannya, ia pegang teguh dan mampu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang menjadi pegangannya. 9 Guru (pendidik) adalah: individu yang mampu melaksanakan tindakan mendidik dalam satu situasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. 10 Menurut Langeveld Guru (pendidik) adalah: orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan dan kedewasaan seorang anak. 11 Ny. Roestiyah mendefinisikan bahwa guru (pendidik) adalah: bukan hanya sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya didepan kelas tetapi merupakan seorang tenaga professional yang dapat menjadikan siswa mampu merencanakan, menganalisa, menyimpulkan masalah-masalah yang dihadapi. 12 Tugas utama guru sebagai pengajar adalah membantu perkembangan intelektual, afektif dan psikomotor, melalui menyampaikan pengetahuan pemecahan masalah, latihan-latihan afektif dan keterampilan. 9
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) cet. ke-4 h.251-252. 10 Jalaluddin dan Abdullah, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Prana, 1997), h. 122. 11 M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press,2005), h.10. 12 Roestiyah N.K, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), h.177
10
c. Guru sebagai pembimbing Sebagai pembimbing, guru perlu memiliki pemahaman yang seksama tentang para siswanya, memahami segala potensi dan kelemahamannya, masalah dan kesulitan-kesulitannya, dengan segala latar belakangnya. Agar tercapai kondisi seperti itu, guru perlu banyak mendekati siswa, membina hubungan yang lebih dekat dan akrab, melakukan pengamatan dari dekat serta mengadakan dialog-dialog secara langsung. 13
2. Kedudukan Guru Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dalam Bab II pasal 2 ayat (1) Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga professional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ayat (2) pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga professional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Pasal 4 kedudukan guru sebagai tenaga professional sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. 14 Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar masih tetap memegang peranan yang penting. Peranan penting guru dalam proses belajar mengajar belum dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder, ataupun oleh komputer yang paling modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi kebebasan dan lain-lain yang diharapkan merupakan hasil dari proses pengajaran yang tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut. Disinilah manusia dalam hal ini guru lebih unggul dalam mencetak generasi penerus yang berwawasan luas serta berbudi pekerti mulia dari pada alat 13
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, h.253-254. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depaertemen Agama RI tahun 2006, UndangUndang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: 2006), h.86. 14
11
alat atau teknologi yang diciptakan manusia untuk membantu dan mempermudah kehidupan. 15
3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun diluar dinas, dalam bentuk pengabdian. Uzer Usman dalam bukunya menjadi guru professional mengelompokan tiga jenis tugas guru, yaitu tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, melatih, mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih adalah mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Dia harus mampu menarik simpati para muridnya sehingga dia menjadi idola para siswanya. Tugas guru dalam bidang masyarakat karena masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya, karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. 16 Tanggung jawab guru tidak hanya sebatas di lingkungan sekolah tetapi juga di luar sekolah. Dalam hal ini mau tidak mau guru harus memperhatikan sikap, tingkah laku dan perbuatan anak didik. Karena dalam kenyataannya tugas seorang guru dapat dikatakan sempurna disamping mengajar ilmu, ia pun turut menanamkan pada batin siswanya segala sesuatu aturan yang baik serta nilai-nilai kehidupan yang pantas menurut pandangan umum, yang didalamnya tentu saja menyangkut tata krama, sopan santun, wibawa, martabat dan faktor-faktor kepribadian primer lainnya, yang tentu saja masih ada hubungan dengan pelajaran.
15
Abudin Nata, Filsafat pendidikan Islam I, (Jakarta: Logos Wacana), h. 68.
16
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1998), h.5.
12
Jabatan guru mempunyai tanggung jawab seperti dokter, tugas seorang dokter menolong orang sakit agar sembuh kalau tidak ditolong akan mati. Guru pun pekerjaannya menolong anak bodoh menjadi pandai, anak yang nakal menjadi tidak nakal, dan anak yang malas menjadi tidak malas. 17 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tugas dan tanggung jawab guru tidak hanya sebagai pendidik, mengajar dan melatih tapi guru juga mempunyai tanggung jawab seperti dokter, tugas dokter menolong orang sakit menjadi sembuh sedangkan guru membantu anak dari yang tidak bisa membaca dan menulis sampai bisa membaca dan menulis, membimbing siswa yang nakal menjadi tidak nakal, memotivasi siswa yang malas menjadi rajin belajar.
4. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam Yang dimaksud kompetensi guru adalah kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh dari pendidikan dan latihan. Adapun kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dalam Bab IV pasal 10 ayat (1) kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. 18 Agar tujuan pendidikan dapat tercapai, maka guru harus meningkatkan kompetensinya. Diantara kriteria-kriteria kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi kompetensi kognitif (bidang intelektual), kompetensi afektif (bidang sikap), dan kompetensi psikomotorik (perilaku/performance). Kompetensi bidang kognitif, artinya kemampuan intelektual seperti penjelasan mata pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan tentang bimbingan dan penyuluhan, pengetahuan tentang administrasi kelas, 17
Roestiyah N.K, Didatik Metodik, (Jakarta: Bina Aksara 1986), h.31.
18
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depaertemen Agama RI tahun 2006, UndangUndang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: 2006), h.88.
13
pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar siswa serta pengetahuan umum lainnya. Kompetensi bidang afektif, artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan tugas dan profesinya. Misalnya sikap menghargai pekerjaan, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi terhadap teman seprofesi, memiliki kemampuan yang keras untuk meningkatkan hasil pekerjaannya. Kompetensi perilaku atau performance, artinya kemampuan guru dalam berbagai keterampilan atau perilaku, seperti keterampilan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, dan lain-lain. 19 Dari uraian di atas maka seorang guru dalam mengajar harus memiliki ketiga kompetensi tersebut, dengan memiliki ketiga kompetensi maka seorang guru akan memiliki kreativitas yang tinggi dalam mengajar.
5. Pengertian Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Akhir-akhir ini baik dalam tulisan ilmiah maupun dalam tulisan populer selalu ditekankan perlunya perangsang kreativitas sejak kecil sampai dewasa melalui pendidikan formal maupun non formal, baik di sekolah, dalam keluarga, maupun di dalam masyarakat. Apa sebetulnya kreativitas? kata kreativitas dapat diartikan melalui dua segi, yaitu secara etimologi dan terminologi. Dalam tinjauan etimologi, kreativitas berasal dari bahasa Inggris yaitu “to create” yang artinya “mencipta” turunan kata sifatnya adalah “creative”. Dalam kamus bahasa Indonesia adalah memiliki daya cipta: memiliki kemampuan untuk mencipta.20 Di dalam al-Quran ada disebut empat sifat Allah sebagai maha pencipta yaitu al-Khaliq, al-Khallaq, al-Badi’, dan al-Musawwir. Seperti berturut-turut digambarkan dalam ayat-ayat berikut:
⌧
⌧
19 20
Moh Uzer Usman, Op, cit, h. 14. WJS. Purwanirata, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1979), h.46
14
“Itulah Tuhanmu, tiada Tuhan kecuali Dia, pencipta segala sesuatu. Dialah pengurus segala sesuatu”. (Q.S. Al-An’am; 102).
Selanjutnya ayat:
☺
“Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? benar, dia berkuasa. dan dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui”. (Q.S. Yaasiin 81). Demikian juga ayat:
☺
⌧
⌧
“Dia Pencipta langit dan bumi. bagaimana dia mempunyai anak padahal dia tidak mempunyai isteri. dia menciptakan segala sesuatu; dan dia mengetahui segala sesuatu”. (Q.S. Al-an’am: 101). Begitu juga ayat:
⌧
“Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. Ali-Imran:6). Itulah empat gelar Tuhan sebagai pencipta, barang kali manusia berlaku pada penciptaan bentuk ketiga, yaitu dalam hal penciptaan yang terus-menerus,
15
yakni merubah suatu bentuk ke bentuk lain, seperti halnya, mencipta rumah dari kayu atau batu dan lain-lain. 21 Sedangkan secara terminologi, kata kreativitas banyak diartikan oleh beberapa ahli: Menurut George J. Seidel dalam The Crisis Of Creativity, kreativitas adalah “kemampuan untuk menghubungkan dan mengaitkan, kadangkadang dengan cara yang ganjil, namun mengesankan, dan ini merupakan dasar pendayagunaan kreatif dari daya rohani manusia dalam bidang atau lapangan manapun”. 22 Sedangkan David Campbell mengartikan kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya: a. Baru (novel): inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh, mengejutkan. b. Berguan (asefull): lebih enak, lebih praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil lebih baik/banyak. c. Dapat dimengerti (understanble): hasil yang sama dapat dimengerti dan dibuat lain waktu. 23 Mengupas arti kreativitas menurut Utami Munandar, “harus diakui bahwa memang sukar untuk menentukan satu definisi yang operasional dari kreativitas, karena kreativitas merupakan konsep majemuk dan multidimensional 24 akan tetapi, Utami yang berpendapat bahwa kreativitas sebagai salah satu ciri anak berbakat mengemukan bahwa: a. Kreativitas
adalah
kemampuan
untuk
membuat
kombinasi
baru
berdasarkan data, infromasi, atau unsur-unsur yang ada. b. Kreativitas
(berpikir
kreatif
atau
divergen)
adalah
kemampuan
berdasarkan data atau infromasi yang tersedia menemukan banyak 21
Hasan Langgulung, Kreativitas dan pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1991), cet ke-1, h. 45-47. 22 Julius Candra, Kreativitas Bagaimana Menanam, Membangun, dan Mengembangkan, (Yogyakarta: Kanisius, 1994) cet ke-1, h.15. 23 David Campbell, disadur oleh A. M Mangunharjo, Mengembangkan Kreativitas, (Yogyakarta: Kanisius, 1986) h. 11-12. 24 Utami Munandar, Mengembangkan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Gramedia, 1997), h.7.
16
kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekananya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keseragaman jawaban. c. Secara personal kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, (fleksibelitas), dan orisinalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gaagsan. 25 Dari beberapa pengertian yang diberikan oleh para ahli, seperti yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang dalam menciptakan sesuatu yang baru, namun apa yang diciptakannya itu tidak perlu sesuatu yang baru sama sekali tetapi merupakan pengembangan dari suatu yang sudah ada sebelumnya atau dapat berupa gabungan (kombinasi) berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya, akan tetapi hasilnya merupakan hasil yang sama dan dapat dimengerti serta dapat dibuat lain waktu. 6. Faktor-Faktor yang membentuk Kreativitas Kreativitas seseorang dapat terwujud dimana saja dan oleh siapa saja, tidak tergantung pada usia, jenis kelamin, keadaan sosial ekonomi atau tingkat pendidikan tertentu. Sesungguhnya bakat kreatif dimiliki oleh semua orang tanpa pandang bulu dan yang lebih penting lagi ditinjau dari segi pendidikan bahwa bakat kreatif itu dapat ditingkatkan, oleh karena itu perlu dipupuk sejak dini. Hal ini sesuai dengan firman Allah yang berbunyi:
☺
☯
⌧
☺
25
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: Gramedia, 1999), cet. Ke-3, h. 47-50
17
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka".(Q.S. Al-Imran: 190-191) Dalam ayat di atas diterangkan bahwa kebesaran Allah yang telah diciptakan berupa langit dan bumi tidak untuk dinikmati saja tetapi juga dipikirkan. Allah memberikan akal kepada manusia untuk dipergunakan memikirkan tentang keindahan ciptaan-Nya. Dengan kata lain bahwa dalam diri manusia sesungguhnya terdapat suatu potensi yang berupa akal. Bagaimana potensi itu dapat dikembangkan maka tergantung pada manusia itu sendiri, lingkugan, pendidikan yang diperolehnya. Memang harus diakui bahwa setiap orang mempunyai bakat yang berbeda walaupun kreativitas merupakan potensi positif yang dimiliki oleh banyak individu, namun kalau tidak dipupuk bakat tersebut tidak akan berkembang bahkan bisa menjadi bakat yang terpendam yang tidak dapat diwujudkan. Tentu kita mengingingkan yang demikian, karena kita tahu kreativitas itu penting bagi kelangsungan peradaban manusia kearah masa depan yang prospektif. Sebab itu tidak banyak faktor yang perlu kita ketahui, yang dapat berpengaruh dan membentuk kreativitas. Menurut Utami Munandar yang dikutip oleh Fuad Nashori, faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas terdiri atas aspek kognitif, dan aspek kepribadian. Faktor kognitif (kemampuan berpikir) terdiri dari kecerdasan (intelegensi) dan memperkaya bahan berpikir berupa pengalaman dan keterampilan. Faktor kepribadian terdiri dari rasa ingin tahu, harga diri dan kepercayaan diri, sifat mandiri, berani mengambil resiko dan asertif, tipe kepribadian. 26 26
H. Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharan, Mengembangkan Kreativitas Dalam Perspektif Psikologi Islami, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002), cet. Ke-1, h 53-54.
18
Dalam pengembangan kreativitas, seseorang akan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor pendukung atau pun faktor penghambat. Faktor tersebut bisa berasal dari dalam guru dan dapat pula berasal dari luar guru, sebagaimana diungkapkan oleh Robert W. Olson. 27
Faktor Penghambat: Intern: 1) 2) 3) 4) 5)
Adanya transfer kebiasaan Takut gagal Ketidak mampuaan mengenal masalah Pendirian yang tidak tetap Terlalu cepat berpuas diri
Ekstern: 1) Waktu yang terbatas 2) Lingkungan 3) Kritik yang dilancarkan orang lain Faktor Pendukung: Intern: 1) Adanya motivasi untuk mengenal suatu masalah 2) Berani dan percaya diri 3) Adanya motivasi untuk selalu terbuka terhadap gagasan sendiri dan orang lain Ekstern: 1) Adanya dukungan dari lingkungan 2) Materi yang cukup 3) Waktu luang 4) Adanya kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan. Pada dasarnya faktor-faktor penghambat tersebut dapat dihindari dan faktor-faktor pendukung dapat ditingkatkan dengan menciptakakn lingkungan serta suasana yang dapat membantu meningkatkan kreativitas guru. Pertimbangan 27
Robert Olson, Seni Berfikir Kreatif, Sebuah Pedoman Praktis, alih Bahasa oleh Alfonsus Samosir, (Jakarta: Erlangga, 1992), h.25-41.
19
ini didasarkan pada sebuah asumsi yang menyatakan bahwa suasana kerja yang mati hanya akan membunuh daya inovatif dan kreativitas guru. Kreativitas itu penting dalam pendidikan, karena mengemukakan empat alasan. 1) Karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya dan perwujudan dirinya, dan perwujudan diri termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. 2) Kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. 3) Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat tetapi juga memberikan kepuasaan kepada individu. 4) Kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. 28 Kreativitas merupakan suatu potensi yang dimiliki setiap orang tidak bergantung pada usia, jenis kelamin, dan kedudukan hidup seseorang. Namun yang terpenting adalah bakat kreatif itu dipupuk dan dikembangkan sejak dini. Dalam upaya pengembangan kreativitas, dan menjaga usaha agar pengembangan itu berjalan lancar. Maka perlu diperhatikan komponenkomponen untuk membangun kretivitas dan cara untuk mengembangkan kretivitas. 1) Komponen-komponen membangun kreativitas a) Kraetivitas memerlukan kesehatan jasmani dan rohani. b) Kreativitas memerlukan pertumbuhan pribadi yang seimbang antara jasmani dan rohani. c) Kreativitas memerlukan kemerdekaan berpikir dan bekerja. d) Keadaan atau trauma batin akan tercermin dari penampilan dan tutur kata yang diucapkan seseorang. 2) Cara-cara mengembangkan kreativitas a) Kreativitas memerlukan informasi pengetahuan sebagai bahan untuk berpikir, maksudnya segala macam informasi khusus atau 28
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Petunjuk bagi Orang Tua, (Jakarta: PT. Gramedia, 1999), Cet ke-3, h. 45-46.
20
umum, informasi yang khusus tentang sesuatu akan memberikan informasi peluang yang bervariasi. b) Produktifitas yang diperoleh dengan menggarap kreativitas tidak langsung membawa atau menghasilkan produk akhir, justru dapat menghasilkan atau mencetuskan ide dan resep untuk bekerja. c) Kreasi yang memberi peluang yang bervariasi juga menawarkan pilihan yang bervariasi, sehingga kelak terdapat banyak pilihan. 29 Dari pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa apabila seseorang ingin membangun kreativitas harus memperhatikan kesehatan jasmani dan rohani. Jika jasmani seseorang itu sehat ia dapat mewujudkan ide dan gagasan yang dihasilkan. Kesehatan rohani merupakan kesehatan yang menghasilkan ide atau gagasan yang dihasilkan. Kesehatan rohani merupakan kesehatan yang menghasilkan ide atau gagasan-gagasan tersebut.
7. Ciri-ciri Guru yang Kreatif Halman (1967), berpendapat bahwa pendekatan pengajaran guru kreatif dapat dilakukan dengan memperhatikan saran-saran sebagai berikut: 1). Guru yang kreatif memperlakukan proses belajar mengajar dengan memprakarsai belajar sendiri (self-initialed learning) pada sebagian siswa. Prinsip yang dipandang baik dalam proses belajar mengajar dilaksanakan, tetapi semua itu dilakukan dalam rangka menginduksi respon yang kreatif dari siswa, seperti melakukan aktifitas untuk mendorong
siswa
eksperimen
dan
untuk
menyelidiki
mengambil
sendiri,
kesimpulan
melaksanakan
sementara
terhadap
eksperimen yang dilakukan tersebut. 2). Guru yang kreatif menciptakan lingkungan belajar yang tidak otoriter, kondisi yang bebas memberikan fasilitas kepada siswa untuk berkreatif, jenis kebebasan yang diperlakukan agar siswa menjadi
29
Samuel MP, Mari Mempertinggi Kreativitas, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1987), h.
161-162.
21
kreatif adalah kebebasan yang berkenaan dengan psikologi, simbolik, dan kebebasan untuk mengungkapkan pengalaman secara spontan. 3). Guru yang kreatif mendorong siswa belajar lebih banyak (Over Learn) untuk memperkaya mereka dengan informasi, mengimajinasikan, dan memberi makna dari informasi itu. Siswa harus dapat menerima kenyataan bahwa dalam proses belajar mengajar seperti ini mereka harus memiliki disiplin keras kepada diri mereka sendiri. 4). Guru yang kreatif mendorong proses berfikir kreatif siswa. Dia memberikan rangsangan kepada siswa untuk mencari hubunganhubungan yang baru antar data, mengimajinasikannya, mencari pemecahan-pemecahan masalah yang sedang dihadapi, membuat perkiraan secara cepat. Menemukan ide-ide sampingan untuk membentuk
ide-ide
baru.
Dia
mendorong
siswa
untuk
mengungkapkan hubungan-hubungan yang tidak mungkin antara elemen-elemen, dalam rangka menemukan suatu teori yang tidak masuk akal atau meyimpang dari yang biasa. 5). Guru yang kreatif dapat menunda keputusan. Dia tidak menutup kemungkinan diadakannya penyelidikan dan mengumumkan hasil penyelidikan tersebut. Dia menunda untuk mengakhiri penyelesaian pokok persoalan. Dia memelihara fleksibilitas kesimpulan dari sebuah hasil penyelidikan. 6). Guru yang kreatif mempromosikan fleksibilitas intelektual (promote intellectual flexibility) diantara siswa. Dia mendorong siswa untuk mengangkat
posisi
observasi
yang
mereka
lakukan
untuk
memvariasikan pendekatan menuju masalah-masalah yang akan dipecahkan. 7). Guru yang kreatif mendorong individu untuk mengevaluasi sendiri kemajuan hasil belajarnya (encourages self-evaluation). 8). Guru yang kreatif menolong siswa untuk menjadi orang yang lebih sensitif terhadap suasana hati dan perasaan orang lain, terhadap semua stimulus (rangsangan) yang datangnya dari luar, terhadap masalah
22
yang bersifat sosial dan yang bersifat pribadi, masalah umum, bahkan terhadap masalah sehari-hari. 9). Guru yang kreatif mengetahui bagaimana mengungkapkan pertanyaan, tetapi pertanyaan tersebut harus bersifat operasional dan terbuka (Open-Ended), bermakna bagi siswa, serta jawabannya bukan bersifat fakta. Pertanyaan operasional bertitik pangkal kepada usaha yang kreatif dari siwa untuk memecahkan jawaban dari pertanyaan tersebut. 10). Guru yang kreatif membantu siswa dalam menanggulangi frustasi dan kegagalan. Perhatian orang yang kreatif berbeda dengan perhatian orang yang kurang kreatif terhadap kesanggupan mereka untuk menerima dan menyesuaikan diri mereka pada sesuatu ketidak pastian. 11). Guru yang kreatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk memanipulasi materi, ide-ide, konsep-konsep, alat-alat, dan strukturstruktur, keahlian adalah suatu unsur yang diperlukan dalam kreativitas yang bersifat pribadi, bila hal itu berhubungan dengan keahlian menggunakan kata-kata seperti bersajak atau mengarang, menggunakan warna seperti menggambar, menggunakan nada seperti dalam bernyanyi, dan menggunakan kayu seperti pertukangan. 12). Guru yang kreatif mendorong siswa untuk melihat masalah secara keseluruhan. Melihat suatu masalah secara keseluruhan lebih baik dari pada melihat suatu masalah sepotong-sepotong. Parnes (1972) mengungkapkan bahwa kemampuan kreativitas didapatkan dengan masalah yang mengacu kepada lima macam perilaku kreatif yaitu: 1). Fluency (kelancaran), yaitu kemampuan mengemukakan ide-ide yang serupa untuk memecahkan suatu maalah. 2). Fleksibility (keluwesan), yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda,
23
mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, dan mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara berfikir. 3). Originality (keaslian), yaitu kemampuan memberikan respon atau tanggapan yang unik atau luar biasa. 4). Elaboratio (keterperincian), yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan, memperinci detil-detil dari suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. 5). Sensitivity (kepekaan), yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi. 30 Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa, disamping mampu mengajar, semua guru tentu saja diharapkan untuk mampu membangkitkan kreativitas siswa sehingga dapat menciptakan lingkungan belajar yang kreatif, menstimulus siswa memotivasi, mendorong siswa untuk dapat mengevaluasi sendiri kemajuannya, dan yang lebih utama tersebut memiliki perilaku kreatif seperti kelancaran, keluwesan, keaslian, keterperincian dan kepekaan terhadap suatu masalah.
B. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Prestasi Belajar Menurut kamus besar bahasa Indonesia, “Prestasi: hasil
yang telah
dicapai, dilakukan, dikerjakan dan sebagainya.” 31 Bila diartikan secara bahasa, “kata prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha.” 32 Sedangkan menurut Nana Sudjana, “prestasi belajar diartikan sebagai penguasaan pengetahuan atau
30
Fuad Nashori dan Rachma Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002), h. 44. 31 Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Karya Abditama, 2001) cet ke.1, h. 330. 32 Zaenal Arifin, Evaluasi Hasil Instruksional, Prinsip, Teknik, Prosedur , (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1990) h.2.
24
keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau nilai angka yang diberikan oleh guru”. 33 Prestasi siswa tidak bisa diukur hanya dengan melihat hasil dari ujian semester. Karena prestasi juga ditentukan oleh faktor lain, menurut Neni Zikri Iska “prestasi adalah tolok ukur belajar yang problematik” 34 maksudnya ialah bahwa prestasi bergantung pada banyak faktor disamping faktor belajar, perasaan, kelelahan dan motivasi. Prestasi belajar bukanlah sesuatu yang hanya dinilai pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor, keseluruhan pencapaian hasil belajar merupakan cerminan proses seseorang, tidak hanya pada aspek penggetahuan terhadap materi tertentu tetapi juga perilaku dan sikap yang ditunjukan lewat pergaulan dan interaksi seseorang baik secara formal di sekolah maupun secara informal di luar sekolah. Di sekolah, siswa dibebankan sejumlah materi pelajaran yang harus dipelajari dalam waktu tertentu, diakhir waktu yang telah ditentukan akan dilaksanakan evaluasi belajar yang diselenggarakan oleh sekolah dalam bentuk ulangan semester dan ujian nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah. Ulangan semester merupakan gambaran dari hasil belajar dan hasil mengajar guru dalam satu semester, biasanya hasil belajar itu ditunjukan dalam bentuk nilai angka maupun huruf dan dibukukan yang disebut raport. Raport merupakan hasil evaliuasi belajar siswa yang disajikan untuk melihat kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran yang diajarkan, meskipun raport tidak mewakili secara keseluruhan prestasi sesungguhnya yang telah dicapai oleh siswa, karena biasanya guru tidak bisa memperhatikan siswa secara individual dari sisi perkembangan kognitif, afektif dan psikomotornya, penilaian guru sering bersifat subjektif dan tidak memenuhi keseluruhan indikator prestasi yang telah ditetapkan. Karena perubahan belajar sering kali tidak bisa
33
Nana sudjana, Penilaian Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1992) cet ke-4, h.22. 34 Neni Zikri Iska, Psikologi Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brothers, 2006) cet ke-1, h. 85.
25
diraba, yang bisa dilakukan hanyalah melihat pencapaian indikator secara umum atau pada ranah yang ingin dinilai.
2. Pengertian Belajar Menurut kamus Lengkap Bahasa Indonesia, ”Belajar: berusaha, berlatih, untuk mendapat pengetahuan”. 35 Sedangkan menurut kamus psikologi, “Belajar: 1. Perolehan dari sebarang perubahan yang relatif permanen dalam tingkah laku, sebagai hasil dari praktek atau hasil pengalaman. 2. Proses mendapatkan reaksireaksi sebagai hasil dari praktek dan latihan khusus”. 36 Beberapa definisi belajar adalah ”Belajar atau yang disebut juga dengan learning adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman”. 37 Sedangkan menurut James O. Whittaker, “Learning may be defined as a process by which behavior originates or is altered through training or experience.”(belajar dapat di definisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman). 38 Senada dengan definisi di atas adalah yang dikemukakan oleh Arthur T Jersid bahwa “belajar adalah perubahan tingkah laku karena pengalaman dan latihan.” 39 Sedangkan menurut Muhibbin Syah, ”secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku inidividu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”. 40 Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman-pengalaman yang didapatkan oleh seseorang.
3. Indikator Prestasi Belajar 35
Dessy Anwar,….,,h..85. J.P Chaplin, kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Utama, 2002), h. 37 Neni Zikri Iska…,,h.76. 38 M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya 1996), cet.2. h. 55. 39 Ahmad Thonthowi, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Aksara, 1993), h.98. 40 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), cet. Ke3, h.68. 36
26
Tabel 1 Indikator Prestasi Ranah/Jenis prestasi a. Ranah
Indikator
Cara evaluasi
Cipta
(Kognitif). 1. Pengamatan.
1. Dapat menunjukan
1. Tes Lisan.
2. Dapat
2. Tes Tertulis.
membandingkan.
3. Observbasi.
3. Dapat menghubungkan.
2. Ingatan.
1. Dapat
1. Tes Lisan.
menyebutkan.
2. Tes Tertulis.
2. Dapat menunjukan
3. Observasi.
kembali.
3. Pemahaman.
1. Dapat menjelaskan
1. Tes Lisan.
2. Dapat
2. Tes Tertulis.
mendefinisikan dengan
lisan
sendiri Dapat memberikan contoh.
4. Penerapan.
1. Dapat menggunakan secara tepat.
1. Tes Tertulis. 2. Pemberian Tugas. 3. Observasi.
5. Analisis
1. Dapat
1. Tes Tertulis.
27
(Pemeriksaan pemilihan
dan secara
teliti).
menguraikan.
2. Pemberian
2. Dapat
Tugas.
mengklasifikasika n.
6. Sintesis (Membuat paduan baru dan
1. Dapat
1. Tes Tertulis.
menghubungkan. 2. Dapat
utuh).
2. Pemberian Tugas.
menyimpulkan. 3. Dapat menggeneralisasik an
(membuat
prinsip umum). b. Ranah
Rasa
(Afektif). 1. Penerimaan. 1. Menunjukan sikap menerima.
1. Tes Tertulis. 2. Tes Skala Sikap
2. Menunjukan sikap
3. Observasi.
menolak. 2. Sambutan. 1. Kesediaan
1. Tes Skala Sikap
berpartisipasi/terli bat.
2. Pemberian Tugas.
2. Kesediaan
3. Observasi.
memanfaatkan.
3. Apresiasi
(sikap
menghargai).
1. Menanggap penting bermanfaat.
1. Tes dan
Skala
Penilaian sikap /sikap.
28
2. Menganggap
2. Pemberian
indah
dan
harmonis
Tugas. 3. Observasi.
3. Mengagumi.
4. Internalisasi
1. mengakui
(pendalaman).
dan
menyakini.
1. Tes Skala Sikap 2. Pemberian
2. Mengingkari.
Tugas ekspresif (yang menyatakan sikap)
dan
proyektif (yang menyatakan pikiran/ramala). 5. Karakteristik
1. melembagakan
(penghayatan).
atau meniadakan. 2. menjelmakan
1. Pemberian Tugas ekspresip dan proyektif.
dalam pribadi dan
2. Observasi.
perilaku sehari-hari.
c. Ranah
Karsa
(Psikomotor) 1. Keterampilan bergerak
1. mengkoordinasika dan
bertindak.
n
gerak
mata,
1. Observasi. 2. Tes Tindakan.
tangan, kaki dan anggota
tubuh
lainnya.
2. Kecakapan ekspresi
verbal
1. Mengucapkan.
1. Tes Lisan.
2. membuat
2. Observasi.
mimik
29
dan non verbal.
dan gerak jasmani
3. Tes Tindakan.
4. Ciri-ciri dan kriteria kegiatan Belajar Berdasarkan pengertian atau definisi-definisi belajar yang telah diuraikan di atas, maka belajar sebagai suatu kegiatan dapat diidentifikasi ciri-ciri kegiatannya sebagai berikut: a.
Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar (dalam arti perubahan tingkah laku) baik aktual maupun potensial.
b. Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama. c.
Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja).
Dengan demikian ciri-ciri yang menunjukan bahwa seseorang melakukan kegitan belajar dapat ditandai dengan adanya: a.
Perubahan tingkah laku yang aktual atau potensial. Aktual berarti perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil belajar itu nyata dapat dilihat seperti: hasil belajar keterampilan motorik (psikomotor), dan juga hasil belajar kognitif seperti pengetahuan fakta/ingatan, pemahaman dan aplikasi.
b. Sedangkan perubahan yang potensial berarti perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar tidak dapat dilihat perubahannya secara nyata, perubahan hanya dapat dirasakan oleh yang belajar saja, seperti hasil belajar: afektif (penghargaan, keyakinan, dan sebagainya) juga hasil belajar kognitif tinggi pengetahuan/kemampuan analisis, sintesis dan evaluasi. c.
Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar di atas bagi individu merupakan kemampuan baru dalam bidang kognitif, afektif, atau psikomotor, yaitu sebagai kemampuan yang betul-betul baru diperoleh
30
atau
sebagai
kemampuan
hasil
perbaikan/peningkatan
dari
kemampuan sebelumnya. d.
Adanya usaha atau aktifitas yang sengaja dilakukan oleh orang yang belajar dengan pengalaman (memperhatikan, mengamati, memikirkan, merasakan, menghayati dan sebagainya) atau dengan latihan (melatih, menirukan).
Dalam kegiatan yang disebut belajar harus ada 4 kondisi yang fundamental pada diri orang yang belajar, yaitu adanya: 1.
Suatu dorongan atau kebutuhan untuk belajar/mempelajari sesuatu.
2.
Suatu perangsang atau isyarat tertentu sebagai signal/tanda atau bahan atau materi yang akan dipelajari.
3.
Suatu respon utama dari diri orang yang belajar, apakah berupa tindakan
motorik,
pengamatan,
pemikiran,
penghayatan
atau
perubahan fisiologis. 4.
Suatu ganjaran pengukuhan sebagai hasil belajar yang dicapai. 41
Dari uraian diatas terlihat jelas bahwa ciri- ciri dari kegiatan belajar merupakan perubahan tingkah laku yang aktual atau potensial bagi setiap individu baik dalam bidang kognitif, afektif atau psikomotorik.
5. Teori –Teori Belajar Teori ialah pendapat yang dikemukakan oleh seorang ahli. Pendapat ahli yang bersifat teoritis itu biasanya berisi “konsep” (pengertian/definisi) dan “prinsip” (aplikasi konsep/cara-cara pelaksanaan konsep tersebut). Teori-teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli psikologi itu dapat dikelompokan menjadi tiga bagian yaitu: teori belajar menurut Ilmu Jiwa Daya; Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Assosiasi; Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Gestalt.
6. Macam-Macam Teori Belajar 41
M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet.2.h…56-58.
31
a. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya Menurut teori ini jiwa manusia itu terdiri dari berbagai daya dimana masing-masing daya itu mempunyai fungsinya sendiri. Daya jiwa tersebut adalah: daya ingatan, daya berpikir, daya fantasi dan lain-lain sebagainya. Belajar menurut teori ini ialah dengan mengasah/melatih daya-daya itu agar berfungsi secara tajam. Sebab menurut pendapat teori ini, apabila fungsi daya itu sudah tajam, maka daya jiwa itu dapat digunakan untuk apa saja dalam hidup ini. Dengan demikian tujuan belajar menurut teori Ilmu Jiwa daya ini bukan untuk menguasai materi pengetahuan yang diajarkan tetapi untuk membentuk kemampuan daya jiwa agar dapat berfungsi secara tajam, atau disebut dengan tujuan pembentukan formil.
b. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Assosiasi Ilmu jiwa assosiasi berpendirian bahwa keseluruhan itu merupakan perjumlahan dari bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Teori-teori belajar berdasarkan ilmu jiwa ini tampaknya lebih menekankan kepada segi hubungan yang erat antara stimulus dan respon Menurut teori Ilmu Jiwa Assosiasi, belajar itu diartikan dengan memperkuat hubungan stimulus dengan respon; atau teori ini digambarkan dengan rumus: S – R = Bond. Dalam aliran ini dikenal dua macam teori yaitu: Teori Connectionisme (Thordike) dan teori Conditioning. Dan teori conditioning ada tiga macam, yakni: Teori Classical Conditioning dari Pavlov; Teori Operant Conditioning dari Skinner dan Teori Conditioning dari Guthrie. 1). Teori Connectionisme Menurut teori ini, belajar adalah penguatan hubungan stimulus (S) dengan respon (R). Untuk memperkuat hubungan stimulus-respon, Throndike mengemukakan beberapa hokum atau ketentuan; yaitu:
32
a). Law of Effect Hubungan stimulus-respon bertambah kuat apabila disertai dengan perasaan senang atau puas. b). Law Exercise atau Law of Use and Dissue Hubungan stimulus-respon bertambah kuat apabila sering digunakan dan akan berkurang erat atau lenyap jika jarang atau tidak pernah digunakan. Oleh karena itu untuk memperkuat hubungan stimulus-respon harus dilakukan banyak latihan ulangan, dan pembiasaan. c). Law of Multiple Respon Dalam menghadapi sesuatu yang problematis dimana belum jelas diketahui respon yang tepat maka individu akan mengadakan “Trial and Error”, yaitu mengadakan bermacam-macam percobaan yang tidak berhasil tetapi lama kelamaan akhirnya mungkin dapat memberikan hasil baik.
d). Law of Assimilation atau Law of Analogy Seseorang dapat menyesuaikan diri atau memberikan respon terhadap situasi yang baru dengan menyesuaikan menganalogikannya dengan apa yang sudah dialami/diketahui. e). Law of Readines Hubungan stimulus dengan respon akan bertambah kuat apabila didukung oleh adanya kesiapan untuk betindak atau bereaksi sehingga respon atau reaksinya semakin mantap. 42
2). Teori Conditioning a). Teori Conditioning Pavlop dan Watson (Classical Conditioning) Pavlop menegaskan bahwa belajar pada manusia secara umum ditafsirkan sebagai perolehan ide, persepsi, relasi logika, dan seterusnya, yang kesemuanya sangat mentalistik dan tidak ilmiah. Pavlop mengembangkan konsep refleks agar tidak hanya mencakup respon yang tidak dipelajari dan ditentukan secara genetik 42
M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, ( Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet.2.h…62-65.
33
tetapi juga reaksi yang dipelajari. Dengan demikian, belajar menurut Pavlop dan Watson adalah perubahan yang ditandai dengan adanya hubungan-hubungan antara stimulus dan respon. b). Teori Conditioning dari Skinner (Operant Conditioning) Teori pengkondisian peran ini digagas dan dikembangkan oleh B.F. Skinner (1904-1906). Dalam bukunya yang berjudul About Behaviorism, yang diterbitkan pada tahun 1974, ia mengemukakan bahwa tingkah laku dibentuk oleh konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri. Teori B.F. Skinner mirip dengan teori trial and error learning dari Thorndike. Menurut B.F. Skinner tingakah laku belajar selalu melibatkan penguatan, sedangakan menurut Thorndike selalu melibatkan kepuasan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa teori S-R Bond maupun dalam teori Operant Conditioniong langsung atau tidak, mengakui law of effect. 43 c). Teori conditioning dari Guthrie Menurut Guthrie, tingkah laku manusia itu secara keseluruhan merupakan rangkaian unit-unit tingkah laku. Unit-unit tingkah laku ini merupakan responrespon dari stimulus sebelumnya dan setiap unit itu merupakan stimulus yang kemudian menimbulkan respon bagi unit tingkah laku yang berikutnya. Demikianlah seterusnya sehingga terjadi rangkaian/rentetan unit tingkah laku yang terus menerus. Jadi proses terbentuknya rentetan/rangkaian tingkah laku tersebut menurut Guthrie terjadi dengan conditioning melalui proses assosiasi, dank arena sering diulang-ulang berkali-kali maka assosiasi antara unit tingkah laku yang satu dengan unit tingkah laku lainnya menjadi semakin kuat. Prinsip belajar untuk pembentukan tingkah laku seperti ini oleh Guthrie disebut “law of association”.
c. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt Teori ini sering disebut Organism Psychology atau Field Psychology atau Insight Full Learning. 43
Fadilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan Dalam Persepektif Islam (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet.1.h..67-69.
34
Teori ini berpendirian bahwa keseluruhan itu lebih penting dari bagianbagian/unsur-unsur. Dan bahwa manusia itu adalah organisme yang aktif berusaha mencapai tujuan, bahwa individu itu bertindak atas berbagai pengaruh baik dari dalam maupun dari luar diri individu. Oleh karena itu menurut teori Ilmu Jiwa Gestalt belajar itu bukan hanya sekedar proses assosiasi antara stimulus dengan respon yang diperkuat dengan koneksi-koneksi atau conditioning dengan melalui latihan-latihan atau ulanganulangan, akan tetapi menurut teori ini belajar itu terjadi jika ada pemahaman (insight).
7. Aplikasi Teori Belajar Dalam Pendidikan Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan yang sengaja didirikan oleh pemerintah atau masyarakat untuk mempersiapkan anggota masyarakat atau warga Negara yang sesuai dengan tujuan masyarakat atau negara. Jadi sekolah bertanggung jawab untuk mendidik dan mengajar anak didik sebagai calon anggota masyarakat/warga Negara yang berkualitas yang memiliki bekal kemampuan, pengetahuan dan sikap yang memadai yang diperlukan oleh masyarakat dan Negara. Oleh karena itu maka sebaiknya ketiga jenis teori belajar tersebut dimanfaatkan untuk memperkaya pengalaman belajar siswa agar tujuan pendidikan sekolah tercapai dengan baik. Yaitu, teori belajar Ilmu Jiwa Daya digunakan untuk membentuk kemampuan berpikir, mengingat dan sebagainya, teori belajar Ilmu Jiwa Asossiasi dimanfaatkan untuk memperkaya pengetahuan, menanamkan sikap dan keterampilan, sedangakan teori Ilmu JIwa Gestalt digunakan untuk pengembangan pengetahuan agar siswa memiliki pemahaman dan penalaran serta memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah. 44 Dari teori belajar yang disebutkan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa teori belajar adalah cara atau teknik yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Teori belajar menurut jiwa daya meliputi daya ingat, daya berfikir, dan 44
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional,( Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet.2.h…69-75.
35
daya fantasi. Teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi lebih menekankan kepada segi hubungan yang erat antara stimulus dan respon. Sedangkan aplikasi teori belajar dalam pendidikan adalah tercapainya tujuan pembelajaran dengan baik serta pengembangan pengetahuan agar siswa memiliki pemahaman dan penalaran serta memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah.
C. KERANGKA BERPIKIR Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kreativitas guru pendidikan agama Islam adalah kemampuan seseorang dalam menciptakan sesuatu yang baru, namun apa yang diciptakannya itu tidak perlu sesuatu yang baru sama sekali tetapi merupakan pengembangan dari suatu yang sudah ada sebelumnya atau dapat berupa gabungan (kombinasi) berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya, akan tetapi hasilnya merupakan hasil yang sama dan dapat dimengerti serta dapat dibuat lain waktu. Prestasi belajar adalah merupakan tingkat kemanusian siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Dengan demikian, jika kreativitas guru pendidikan agama Islam berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa, maka prestasi belajar siswa akan meningkat.
D. HIPOTESIS Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan di atas, untuk menguji penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: Ha: terdapat pengaruh yang signifikan antara kreativitas guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa Ho: tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara kreativitas guru
pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A . Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilaksanakan di SMP PGRI 1 Ciputat, adapun waktu penelitiannya mulai pada bulan Agustus sampai bulan November 2009
B. Variabel Penelitian Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. 1 adapun variabel dalam penelitian ini adalah: a. Independent variabel, yaitu variabel pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam di SMP PGRI 1 Ciputat, yang disimbolkan dengan huruf (X). b. Dependent variabel, yaitu variabel prestasi belajar siswa SMP PGRI 1 Ciputat, yang disimbolkan dengan huruf (Y).
C. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi, yakni “melihat hubungan antara variabel- variabel yang diteliti. Metode korelasi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara suatu variabel dengan variabel yang lain” dan “bertujuan pula melihat hubungan antara dua gejala atau lebih”. Metode ini diharapkan dapat menemukan pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Disamping itu, metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena, untuk memperoleh data yang obyektif maka digunakan beberapa penelitian:
1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rimeka Cipta, 1996), Cet. Ke- 10, h.99
36
37
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca dan menganalisa buku yang relevansinya dengan masalah yang dibahas di dalam skripsi ini. 2. Penelitian Lapangan (Fiel Research) yaitu penelitian untuk memperoleh data- data lapangan.
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah batasan penelitian yang mesti ada dan ditemui dalam setiap penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 2 SMP PGRI 1 Ciputat yang berjumlah 100 orang. Penelitan ini tidak meneliti seluruh siswa, tapi hanya sebagian saja karena keterbatasan penelitian. 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data. Sampel dalam penelitian ini menggunakan random sampeling. Jadi setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel, maka penelitian mengambil sampel sebanyak 33 orang.
E. Instumen 1. Instrument penelitian Instrument penelitian yang penulis gunakan untuk memperoleh data yang valid mengenai pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa adalah berbentuk angket. Angket yang digunakan terdiri dari 15 butir soal (variable X) dan 15 butir soal (variable Y) yang disebarkan kepada 33 siswa.
38
Tabel 2 Kisi-kisi Instrument Penelitian No
Variabel
Dimensi
Dimensi Variabel
Indikator
Jumlah
No Item
Item 1
Kreativitas
1a.
kreativitas 1. Guru yang kreatif 1.
guru
memerlukan
pendidikan
kesehatan
agama
dan rohani.
memperlakukan jasmani proses mengajar
guru
dapat
5
menjalankan
belajar tugasnya sebagai dengan pengajar
9,
10,
17,
18,
24
dan
Islam
memprakarsai belajar pendidik, dengan
(variabel
sendiri pada sebagian mengajar secara
X).
siswa.
up to date sesuai dengan kebutuhan siswa.
1b.
kreativitas 2. Guru yang kreatif 2.
memerlukan
menciptakan
pertumbuhan pribadi lingkungan yang
guru
yang
5
6, 21, 23, 26, 28
4
4, 16, 25, 30
dalam mengajar belajar selalu
seimbang yang tidak otoriter.
menggunakan
antara jasmani dan
metode
rohani.
dapat
yang
memotivasi siswa
dalam
belajar. 1c.
kreativitas 3. guru yang kreatif 3.
guru
memerlukan
mendorong
kemerdekaan
belajar lebih banyak kualitas
berfikir dan bekerja.
(over learn).
bisa
siswa meningkatkan mengajarnya.
39
1d.
keadaan
atau 4. guru yang kreatif 4.
guru
5
2, 3, 5, 11, 22
5
1, 8, 13,
trauma batin akan mendorong individu memotivasi tercermin
dari untuk
mengevaluasi siswa
penampilan dan tutur sendiri
2
Prestasi belajar siswa (Y).
kemajuan mempertahankan
kata yang diucapkan hasil belajarnya.
prestasi
seseorang.
belajarnya.
2a. ranah kognitif
1. Perubahan
meliputi:
tingkah laku yang memiliki
pengamatan,
aktual
ingatan,
potensial.
1.
siswa
19, 27
atau pengetahuan dan pemahaman
pemahaman, penerapan,
untuk
yang baik. analisis
dan sintesis. 2b.
ranah
afektif
2. Perubahan
2.
siswa
meliputi:penerimaan
tingkah
laku memperoleh
, sambutan, apresiasi
sebagai
hasil nilai yang baik
(sikap menghargai),
belajar
di
internalisasi
bagi
individu (afektif)
(pendalaman),
merupakan
karakteristik
kemampuan baru
atas atau
3
7, 12, 20
3
14,
bagus
(penghayatan). 2c.
ranah
motorik
psiko meliputi:
keterampilan bergerak
dan
bertindak, kecakapan ekpresi verbal dan non verbal.
3. Adanya usaha atau aktifitas yang sengaja dilakukan oleh orang yang belajar
dengan
pengalaman.
3. siswa dapat mempertahankan prestasi belajarnya.
15
29,
40
F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penulisan skripsi sebagaimana lazimnya yang dilakukan oleh para mahasiswa tarbiyah dalam membuat karya ilmiah, yaitu: 1. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara lansung ke objek penelitian dengan sistematika fenomena-fenomena yang di selidiki. Teknik ini dilakukan dengan cara mengamati lansung objek penelitian di lapangan dan kreativitas guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan prestasi belajar siwa di SMP PGRI Ciputat. 2. Wawancara Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dengan dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi atau keterangan-keterangan untuk memperoleh informasi yang objektif, penulis mengadakan wawancara dengan kepala sekolah dan guru pendidikan agama Islam SMP PGRI 1 Ciputat untuk melengkapi data-data yang di perlukan dan sebagai bahan analisa. 3. Angket Angket adalah sejumlah pertanyaan yang tertulis, yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya. Dalam hal ini adalah siswasiswi kelas VIII yang berjumlah 40 responden mengenai masalah yang akan diteliti. Adapun angket yang akan disebarkan untuk variabel kreativitas guru pendidikan agama Islam dan prestasi hasil belajar siswa terdiri dari 30 item, yang tertera pada tebel berikut ini.
41
G. Teknik Analisis Data Dalam pegelolaan data, penulis menggunakan cara sebagai berikut: 1. Editing yaitu meneliti kembali kelengkapan data yang telah diisi dan dikembalikan oleh responden satu persatu dari nomor satu sampai terakhir. 2. Coding yaitu setelah data tersebut diedit, lalu penulis mengkode dan mengkelompokkan data-data tersebut berdasarkan kategori pembahasan sebagai berikut. Tabel 3 Frekuensi Alternatif Jawaban
Skor Positif
Negatif
Selalu
4
1
Sering
3
2
Kadang- kadang
2
3
Tidak pernah
1
4
3. Tabulating yaitu memindahkan jawaban responden ke dalam blanko yang telah tersusun secara rapih dan dirinci dalam bentuk tabel. Hal ini dilakukan untuk memudahan penulis dalam mengelola data yang telah diedit. 4. Prosentase Untuk menganalisis setiap variabel digunakan teknik analisis secara deskriptif dengan rumus prosentase, yaitu: P = F/N X 100 Keterangan: P = Prosentase yang dicari. F = Frekuensi jawaban responden. N= Jumlah responden (number of case).
42
Tabel 4 Skala Prosentase No
Prosentase
Penafsiran
1
100%
Seluruhnya
2
90%-99%
Hampir seluruhnya
3
60%-89%
Sebagian besar
4
51%-59%
Lebih dari setengahnya
5
50%
Setengahnya
6
40%-49%
Hampir setengahnya
7
10%-39%
Sebagian kecil
8
1%-9%
Sedikit sekali
9
0%
Tidak ada sama sekali
5. Korelasi Untuk menganalisis hubungan antara variabel X (pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam) dengan variabel Y (prestasi belajar siswa) digunakan tekhnik analisis korelasional dengan mencari angka indeks korelasi “r” Product Moment antara variabel X dan Variabel Y (rxy) dengan rumus:
rxy =
N ∑ Y − (∑ X )(∑ Y ) [ N ∑ X − (∑ X ) ][ N ∑ Y − (∑ Y ) ] 2
2
2
2
keterangan : Rxy = angka indeks korelasi "r" produk moment N
= Number of cases (jumlah sampel keseluruhan)
∑xy = jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y
∑x
= jumlah seluruh skor x
∑y
= jumlah seluruh skor y
43
Setelah diketahui hubungan dari dua variabel, langkah selanjutnya adalah diadakan interpretasi data dengan dua cara yaitu: a. Interpretasi kasar atau sederhana, yaitu dengan mencocokkan hasil perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” Product Moment seperti dibawah ini: Tabel 5 Angka Indeks Korelasi “r” Besarnya “r”
Interpretasi
Product Moment 0,00-0,20
Variabel X dan Y terdapat korelasi sangat lemah
0,20-0,40
Variabel X dan Y terdapat korelasi yang rendah
0,40-0,70
Variabel X dan Y terdapat korelasi yang sedang/ cukup
0,70-0,90
Variabel X dan Y terdapat korelasi yang kuat/ tinggi
0,90-1,00
Variabel X dan Y terdapat korelasi yang kuat/ sangat tinggi
b. Interpretasi nilai “r” Product Moment dengan rumus: df=N-nr keterangan:
df = derajat bebas N = banyak responden yang diteliti nr = banyaknya variabel yang dikorelasikan.
Setelah hasil dicocokkan dengan tabel koefisien korelasi “r” Product Moment untek berbagai df, baik pada taraf signifikansi 1% ataupun pada taraf siknifikansi5%. Selanjutnya untuk mencari dan mengetahui seberapa besar konstribusi varibel X terhadap variabel Y dipergunakan rumus sebagai berikut: KD = r kuadrat X 100% Keterangan: KD = koefisien determination (konstribusi variabel X terhadap variabel ) r = koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y. 2 2
180-193.
Anas Sujiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Grafindo Persada 2005), hal
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Tentang Objek Penelitian Sejarah Berdiri 1. 1975 – 1979 Terdaftar Pada tahun 1979 pendiri SMP PGRI 1 Ciputat mendapat izin dari Kantor Wilayah DEPDIKBUD Jakarta Raya dengan nomor izin: 329/I/01-4/R4/79 tertanggal 29 maret 1979 (Terdaftar). 2. 1979 – 1986 Diakui Pada tanggal 25 Februari 1986, SMP PGRI 1 Ciputat telah berstatus “Diakui” dengan surat keputusan Dirjen Dikdasmen dengan nomor: B.02. 0075 tanggal 25 Februari 1986, dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS): 204020417055 dan Data sekolah nomor: B.040.52.002. 3. 1986 – 2004 Disamakan Pada tahun 1992 status SMP PGRI 1 Ciputat berubah dari diakui menjadi “DISAMAKAN” dengan Nomor: 876/I/ 1982 tertanggal 27 November 1992 dan diakreditasi ulang dengan status tetap disamakan pada tahun 1999 dengan Nomor: 16581a/I.02/Kep/1999. 4. 2004 – 2005 terakreditasi A Pada November 2004 kembali diakreditasi ulang, dengan keputusan Badan Akreditasi Sekolah (BAS) Daerah Kabupaten Tangerang Nomor: 008/BASDA/KAB-TNG/2004 tertanggal 29 Desember 2004, status sekolah menjadi Terakreditasi A.
44
45
Tabel 6 Data Siswa dalam 4 (empat) tahun terakhir Kelas I
Kelas II
Jml Total Siswa (Kelas I + II + II)
Kelas III
Jml Jml Jml Jml Jml Jml Siswa Rombel Siswa Rombel Siswa Rombel Tahun 2003 / 2004 Tahun 2004 / 2005 Tahun 2005 / 2006 Tahun 2006/ 2007 Tahun 2007/ 2008 Tahun 2008/2009 Tahun 2009/2010
Siswa
Rombel
356
8
538
11
492
11
1386
30
503
11
358
8
518
11
1379
30
438
10
480
11
360
8
1278
29
389
10
413
10
457
11
1259
31
347
9
369
10
394
10
1110
29
334
8
330
8
357
9
1023
25
455
10
335
8
319
8
1.109
26
Tabel 7 Keadaan Ruang Kelas Jumlah ruang kelas asli (d) Ukuran Ukuran Ukuran Jumlah 7x9 m2 >63 m2 < 63m2 =(a+b+c) (a) (b) (c) (d) Ruang Kelas
-
24
-
Jumlah Ruang lainnya yang digunakan Untuk r. kelas (e)
Jumlah ruang yang digunakan u. R. Kelas (f)=(d+e)
24
24
Tabel 8 Data Ruang Lain Jenis Ruangan 1. Perpustakaan 2. Lab. IPA 3. Keterampilan
Jumlah (buah) 1 1 1
Ukuran (m)
Jenis Ruangan
6X9
4. Lab. Bahasa
8X9 6X9
5. Asrama Guru 6. Lab. Audio Visual
Jumlah (buah) 1
Ukuran (m) 7X8
46
Tabel 9 Data Guru : Jumlah Guru/Staf Guru Tetap (PNS) Guru Kontrak Guru Honorer Sekolah
SMP Negeri -
Staf Tata Usaha
-
Jumlah Guru/Staf Guru PNS (DPK) Guru Tetap Yayasan (GTY) Guru Bantu Sekolah (GBS)
SMP Swasta 9 3 2
Guru Tidak Tetap (Honorer) Guru PNS Staf Tata Usaha Tata Laksana
15 14 9 5
Keterangan
Visi: •
Menjadi sekolah unggulan yang didasari oleh IMTAQ dan IPTEK, serta berwawasan lingkungan budaya.
Misi: •
Menyiapkan generasi muda yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dengan landasan IMTAQ.
•
Meningkatkan pengetahuan peserta didik yang cerdas, terampil dan berbudi luhur.
•
Menjadikan lulusan sebagai calon pemimpin masa depan yang menguasai IPTEK.
Model kreativitas guru pendidikan agama Islam di SMP PGRI 1 Ciputat:
a. Menggunakan metode yang sesuai dengan materi pelajaran Dalam pembahasan tentang materi wudhu pertama-tama guru pendidikan agama Islam sebelum memulai pelajaran diawali dengan membaca basmallah dan mengucapkan salam (assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatu), kemudian guru memeriksa kebersihan ruangan kelas dan kerapihan siswa, setelah itu siswa membaca do’a dan membaca ayat al-Quran yang berhubungan dengan materi
47
pelajaran secara bersama-sama, setelah itu guru mengabsen siswa untuk mengetahui siapa saja siswa yang tidak hadir pada pelajaran pendidikan agama Islam pada pertemuan kali itu, setelah itu guru pendidikan agama Islam menanyakan kembali pelajaran minggu yang lalu agar siswa tidak lupa begitu saja, kemudian guru pendidikan agama Islam melanjutkan materi selanjutnya yaitu materi tentang wudhu, setelah itu guru pendidikan agam Islam memberikan apersepsi kepada siswa dan memberikan pertanyaan-pertanyaan sekitar materi wudhu, seperti kenapa kita sebelum shalat diwajibkan untuk berwudhu? kenapa kita juga harus suci dari hadast besar dan hadast kecil sebelum melaksanakan shalat? Maka beragam jawaban dari siswa yang hadir ketika itu ada yang menjawab karena Allah itu suci jadi kalau kita akan melaksanakan shalat harus suci dari hadast besar dan hadast kecil, diantaranya untuk menghilangkan hadats kecil yaitu dengan berwudhu, ada juga yang menjawab karena Allah itu bersih maka sebelum kita melaksanakan shalat kita harus bersih-bersih dulu dengan berwudhu dll. Setelah guru pendidikan agama Islam mendengar berbagai jawaban dari siswa, maka guru pendidikan agama Islam mulai menerangkan materi wudhu dengan menggunakan metode ceramah, guru pendidikan agama Islam menjelaskan pengertian wudhu menurut bahasa dan istilah, menyebutkan syaratsyarat dari wudhu, menyebutkan juga rukun-rukun dari wudhu, sunnat-sunnat wudhu dan hal-hal yang membatalkan wudhu. Kemudian guru juga menjelaskan tentang tata cara berwudhu dengan menggunakan media visual yaitu gambar orang
yang
sedang
melakukan
wudhu
disertai
guru
langsung
mendemonstrasikannya (mempraktekannya) di depan kelas dan seluruh siswa memperhatikannya, ditengah pelajaran ada salah seorang siswa yang membuat kegaduhan dengan mengajak salah seorang temannya untuk bercanda maka guru pendidikan agama Islam menghentikan sejenak proses belajar mengajar kemudian guru pendidikan agama Islam menenangkan seluruh siswa dan menegur siswa yang membuat kegaduhan tadi, kemudian guru pendidikan agama Islam melanjutkan kembali pelajaran, setelah selesai menerangkan dan menjelaskan materi tentang wudhu guru pendidikan agama Islam menanyakan kepada seluruh
48
siswa yang berada di dalam ruangan kelas apakah kalian semua sudah paham mengenai pengertian dari wudhu menurut bahasa dan istilah, kalian bisa menyebutkan syarat-syarat dari wudhu, menyebutkan juga rukun-rukun dari wudhu, sunnat-sunnat wudhu dan hal-hal yang membatalkan wudhu. Setelah itu guru mengajak siswa keluar kelas dan menuju ketempat wudhu, sebelum sampai ketempat wudhu ada beberapa siswa yang bercandacanda, dan guru agama Islam menegurnya dan menertibkannya, ada siswa yang minta ijin untuk pergi ke kamar kecil. Setelah itu guru pendidikan agama Islam menyuruh beberapa siswa untuk mempraktekkan tata cara wudhu yang baik dan benar dan siswa yang lain diminta untuk memperhatikannya dengan seksama, setelah dirasa seluruh siswa cukup memahami tentang materi wudhu maka guru pendidikan agama Islam mengakhiri pelajaran pada hari itu dengan mengucapkan hamdalah dan siswa diminta untuk kembali ke kelas dengan tertib dan guru pendidikan agama Islam mengikutinya dari belakang agar tidak mengganggu kelas lain. 1
b. Menjadikan suasana belajar yang kondusif sehingga siswa selalu semangat dalam belajar dan tidak merasa jenuh. Sebelum memulai proses belajar mengajar guru pendidikan agama Islam memeriksa kebersihan kelas dan memeriksa kerapihan siswa, setelah itu guru pendidikan agama Islam menyuruh siswa untuk berdoa bersama, kemudian guru pendidikan agama Islam memulai pelajaran dengan menanyakan pelajaran yang sebelumnya, hal ini dilakukan agar pelajaran yang sebelumnya tidak dilupakan siswa begitu saja, kemudian guru melanjutkan materi pelajaran berikutnya. Dalam menyampaikan materi pelajaran, guru pendidikan agama Islam tidak hanya menggunakan metode ceramah saja tetapi juga menggunakan metode yang lain hal ini dilakukan agar siswa mudah memahami pelajaran dan siswa semangat dalam belajar dan juga siswa tidak jenuh dalam belajar.
1
Pengamatan penulis pada hari Rabu, tanggal 02 September 2009, jam 10.00 WIB di SMP PGRI 1 Ciputat
49
Guru
pendidikan
agama
Islam
ketika
mengajar
pertama-tama
menggunakan metode ceramah, untuk lebih mudah dipahami siswa, kemudian guru pendidikan agama Islam menggunakan metode demonstrasi, untuk lebih meningkatkan ingatan atau pemahaman siswa guru pendidikan agama Islam juga Memberikan tugas rumah. Dalam proses pembelajaran kadang-kadang guru pendidikan agama Islam menyelinginya dengan humor-humor kecil yang tujuannya adalah agar proses belajar mengajar tidak terlalu tegang, dan menghilangkan kejenuhan bisa juga untuk menghilangkan rasa kantuk dari beberapa siswa sehingga memotivasi siswa lebih semangat lagi dalam belajar dan proses belajar mengajar tidak menjenuhkan. 2
c. Siswa diberikan kebebasan berpikir dan berpendapat dalam proses pembelajaran sehingga suasana belajar lebih hidup Pertama-tama sebelum melakukan diskusi, guru pendidikan agama Islam membagi siswa kedalam beberapa kelompok, kemudian guru pendidikan agama Islam memberikan arahan kepada siswa tentang tata cara berdiskusi yang baik. Setelah itu guru pendidikan agama Islam memberikan materi pelajaran kepada masing-masing kelompok untuk didiskusikan, sebelum kelompoknya maju kedepan untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, setelah didiskusikan materinya oleh kelompok masing-masing, guru pendidikan agama Islam meminta perwakilan
dari
masing-masing
kelompok
untuk
maju
kedepan
untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan yang tidak maju diminta untuk membantu perwakilan kelompoknya untuk menjawab dari pertanyaan kelompok lain yang diberikan kepadanya. Dalam berdiskusi guru pendidikan agama Islam bertindak sebagai fasilitator, sementara yang lebih aktif adalah siswa, dalam berdiskusi siswa diharapkan mampu mengeluarkan pendapatnya, dengan berdiskusi dapat melatih ketajaman berpikir siswa dan dapat mengembangkan pengetahuan siswa. 2
Pengamatan penulis pada hari Senin, tanggal 14 September 2009, jam 07.00 WIB di SMP PGRI 1 Ciputat
50
Selanjutnya guru pendidikan agama Islam juga menggunakan metode Problem solving dalam pembelajarannya agar siswa mampu menyelesaikan masalah yang ada disekitarnya dan untuk lebih meningkatkan kedewasaan berpikir siswa. Metode problem solving merupakan pemberian suatu masalah kepada siswa dan diharapkan siswa mampu memecahkan masalah itu dan menemukan jalan untuk penyelesaian. Pertama-tama guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok, kemudian guru memberikan suatu masalah kepada siswa dan menyuruh siswa untuk mendiskusikannya bersama teman kelompoknya, dan menuliskan kesimpulan dari hasil diskusi mereka, setelah itu guru meminta agar salah seorang dari perwakilan kelompok untuk maju kedepan membacakan hasil dari diskusinya Metode problem solving ini bertujuan untuk menyiapkan diri siswa agar mampu hidup ditengah-tengah masyarakat serta mampu menyikapi dengan dewasa segala permasalahan yang akan mereka temui di lingkungan masyarakat, selanjutnya penggunaan metode problem solving ini juga dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa dalam kehidupan bermasyarakat. 3
d. Proses belajar mengajar tidak hanya dilakukan di dalam kelas bisa juga di luar kelas. Guru pendidikan agama Islam dalam melaksanakan proses belajar mengajar bukan hanya dilakukan di dalam kelas tetapi juga membawa siswa keluar kelas seperti ke lapangan sekolah untuk mempraktekkan tentang materi ibadah haji. Pertama-tama guru pendidikan agama Islam masuk ke dalam kelas, memeriksa kebersihan kelas, dan kerapihan siswa-siswanya, setelah itu guru pendidikan agama Islam mengabsen untuk mengetahui siswa-siswa yang tidak masuk, setelah itu guru pendidikan agama Islam menanyakan kembali materi sebelumnya, sebelum dilanjutkan ke materi berikutnya, setelah itu guru 3
Pengamatan penulis pada hari Selasa, tanggal 02 November 2009, jam 08.30 WIB di SMP PGRI 1 Ciputat
51
pendidikan agama Islam menjelaskan tentang materi ibadah haji, dengan menggunakan metode ceramah dan visual gambar orang yang sedang melaksanakan ibadah haji, setelah siswa memahami materi ibadah haji, kemudian guru pendidikan agama Islam memberitahukan kepada siswa bahwa belajar pada pertemuan kali ini dilakukan di luar kelas untuk mempraktekkan ibadah haji. a). Guru ketika di luar kelas Ketika berhadapan dengan kelompok siswa, guru pendidikan agama Islam ketika seorang siswa bertanya tentang sesuatu yang belum dimengerti siswa, guru pendidikan agama Islam menjawabnya dengan senang hati, serta menjelaskan dengan lemah lembut, serta menggunakan bahasa yang mudah dimengerti siswa guru pendidikan agama Islam menjelaskan sampai siswa memahami. b). Guru ketika diminta pendapat Ketika guru guru pendidikan agama Islam dimintai pendapat oleh muridnya, maka guru pendidikan agama Islam memberikan pendapatnya dengan baik, serta menjeaskannya dengan sepenuh hati dan penuh semangat serta tulus ikhlas. c). Guru Ketika jam istirahat Ketika jam istirahat guru pendidikan agama Islam duduk di tempat piket, dan tempat lalu lalangnya siswa, dan guru menyapa siswa serta bercanda-canda serta bercengkrama bersama-sama hal ini bermanfaat untuk menambah keakraban guru dengan siswa sehingga terjalin hubungan yang harmonis. Dengan keakraban yang terjalin, membuat siswa tidak malu dan sungkan- sungkan untuk menceritakan permasalahan yang mereka hadapi dan mempertanyakan suatu hal kepada guru tentang suatu hal yang tidak dimengerti siswa. d). Guru Ketika melihat siswa yang merokok dan berpakaian tidak rapih Guru pendidikan agama Islam ketika melihat muridnya merokok, guru pendidikan agama Islam langsung menegur siswa tersebut dan menasehatinya.
52
Apabila siswa tidak mau diberi nasehat sampai tiga kali, maka guru pendidikan agama Islam memberikan hukuman agar siswa jera dan tidak mengulanginya lagi. Ketika guru pendidikan agama Islam melihat seorang siswa yang tidak rapi ketika berada disekolah, guru pendidikan agama Islam langsung menegurnya agar selalu rapi saat berada dilingkungan sekolah, dan apabila siswa tidak mematuhinya maka siswa dikenakan hukuman. 4
B. Deskripsi Data Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam (X) sebagai variabel bebas, dan prestasi belajar siswa (Y) sebagai variabel terikat. Setiap variabel penelitian akan dijelaskan dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Data statistik yang akan dianalisis adalah skor- skor dari penyebaran angket siswa yang ditemukan di lapangan. Data yang diperoleh kemudin dianalisa dengan menggunakan tabel didtribusi frekuensi dan menghitung prosentase setiap alternatif jawaban. Untuk menghitung prosentase setiap alternatif jawaban, peneliti menggunakan rumus:
P = F/N X 100 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel- tabel berikut ini:
4
Pengamatan penulis pada hari Kamis, tanggal 03 Desember 2009, jam 11.20 WIB di SMP PGRI 1 Ciputat
53
a.
Pengaruh Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Tabel 10 Siswa memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru agama Islam Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
31
93,93%
Sering
2
6,06%
Kadang-Kadang
-
-
Tidak Pernah
-
-
33
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa selalu memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru agama Islam. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 93,93%, yang menjawab sering sebesar 6,06%.
Tabel 11 Guru agama Islam meminta pendapat anda dalam belajar pada suatu pembahasan Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
6
18,18%
Sering
7
21,21%
Kadang-Kadang
18
54,54%
Tidak Pernah
2
6,06%
33
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru agama Islam kadang-kadang meminta pendapat siswa dalam belajar pada suatu pembahasan. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 18,18%, yang menjawab sering sebesar 21,21%, yang menjawab kadang-kadang sebesar 54,54%, yang menjawab tidak pernah 6,06%.
54
Tabel 12 Guru agama Islam memberikan tugas rumah dari materi yang disampaikan Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
19
57,57%
Sering
11
33,33%
Kadang-Kadang
3
9,09%
Tidak Pernah
-
-
33
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru agama Islam selalu memberikan tugas rumah dari materi yang disampaikan. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 57,57%, yang menjawab sering sebesar 33,33%, yang menjawab kadang-kadang sebesar 9,09%.
Tabel 13 Sebelum memulai materi baru guru agama Islam mengingatkan kembali materi sebelumnya Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
19
57,57%
Sering
9
27,27%
Kadang-Kadang
5
15,15%
Tidak Pernah
-
-
33
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru agama Islam selalu mengingatkan kembali materi sebelumnya, sebelum memulai materi baru. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 57,57%, yang menjawab sering sebesar 27,27%, yang menjawab kadang-kadang sebesar 15,15%.
55
Tabel 14 Guru agama Islam mengarahkan bakat yang saya miliki Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
10
30,30%
Sering
4
12,12%
Kadang-Kadang
14
42,42%
Tidak Pernah
5
15,15%
33
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru agama Islam kadang-kadang mengarahkan bakat yang dimiliki siswa. Hal terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 30,30%, yang menjawab sering sebesar 12,12%, yang menjawab kadang-kadang sebesar 42,42%, yang menjawab tidak pernah 15,15%.
Tabel 15 Media pembelajaran yang digunakan sesuai dengan keperluan pengajaran Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
20
60,60%
Sering
7
21,21%
Kadang-Kadang
6
18,18%
Tidak Pernah
-
-
33
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa media pembelajaran yang digunakan selalu sesuai dengan keperluan pengajaran. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 60,60%, yang menjawab sering sebesar 21,21%, yang menjawab kadang-kadang 18,18%.
56
Tabel 16 Nilai pendidikan agama Islam anda selalu bagus Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
10
30,30%
Sering
9
27,27%
Kadang-Kadang
14
42,42%
-
-
33
100%
Tidak Pernah Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kadang-kadang nilai pendidikan agama Islam siswa bagus. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 30,30%, yang menjawab sering 27,27%, yang menjawab kadangkadang 42,42%.
Tabel 17 Anda merasa nyaman belajar di sekolah anda Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
27
81,81%
Sering
4
12,12%
Kadang-Kadang
2
6,06%
Tidak Pernah
-
-
33
100%
Jumlah
Dari tabel diatas terlihat bahwa siswa selalu merasa nyaman belajar di sekolah. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 81,81%, yang menjawab sering sebesar 12,12%, yang menjawab kadang- kadang sebesar 6,06%.
57
Tabel 18 Guru agama Islam selalu memberikan semangat dalam belajar Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
26
78,78%
Sering
5
15,15%
Kadang-Kadang
2
6,06%
Tidak Pernah
-
-
33
100%
Jumlah
Dari tabel diatas terlihat bahwa guru agama Islam selalu memberikan semangat dalam belajar. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 78,78%, yang menjawab sering sebasar 15.15%, yang menjawab kadangkadang sebesar 6,06%.
Tabel 19 Guru agama Islam selalu membimbing anda dalam belajar Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
28
48,48%
Sering
5
15,15%
Kadang-Kadang
-
-
Tidak Pernah
-
-
33
100%
Jumlah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa guru agama Islam selalu membimbing siswa dalam belajar. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 48,48%, yang menjawab seringsebesar 15,15%.
58
Tabel 20 Guru agama Islam menyuruh anda mengulang pelajaran di rumah Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
12
36,36%
Sering
11
33,33%
Kadang-Kadang
10
30,30%
-
-
33
100%
Tidak Pernah Jumlah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa guru agama Islam selalu menyuruh siswa mengulang pelajaran di rumah. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 36,36%, yang menjawab sering sebesar 33,33%, yang menjawab kadang- kadang sebesar 30,30%.
Tabel 21 Anda mengerjakan tugas rumah yang diberikan oleh guru agama Islam Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
19
57,57%
Sering
6
18,18%
Kadang-Kadang
8
24,24%
Tidak Pernah
-
-
33
100%
Jumlah
Dari tabel diatas terlihat bahwa siswa selalu mengerjakan tugas rumah yang diberikan guru agama Islam. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 57,57%, yang menjawab sering sebesar 18,18%, yang menjawab kadang-kadang sebesar 24,24%.
59
Tabel 22 Anda selalu bertanya kepada guru agama Islam tentang apa yang anda belum mengerti Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
3
9,09%
Sering
5
15,15%
Kadang-Kadang
21
63,63%
Tidak Pernah
4
12,12%
33
100%
Jumlah
Dari tabel diatas terlihat bahwa siswa kadang- kadang bertanya kepada guru agama Islam tentang pa yang belum dimengerti. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 9,09%, yang menjawab sering sebesar 15,15%, yang menjawab kadang- kadang sebesar 63,63%, yang menjawab tidak pernah sebesar 12,12%. Tabel 23 Terbayang oleh anda, ketika guru agama Islam menceritakan sesuatu pada anda Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
12
36,36%
Sering
12
36,36%
Kadang-Kadang
8
24,24%
Tidak Pernah
1
3,03%
33
100%
Jumlah
Dari tabel diatas terlihat bahwa selalu terbayang oleh siswa ketika guru agama Islam menceritakan sesuatu kepada siswa. Hal ini terlihat bahwa jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 36,36%, yang menjawab sering sebesar 36,36%. Yang menjawab kadang- kadang sebesar 24,24%, yang menjawab tidak pernah sebesar 3,03%.
60
Tabel 24 Siswa bisa menyimpulkan pelajaran yang disampaikan oleh guru agama Islam Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
11
33,33%
Sering
4
12,12%
Kadang-Kadang
16
48,48%
Tidak Pernah
2
6,06%
33
100%
Jumlah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa siswa kadang- kadang bisa menyimpulkan pelajaran yang di sampaikan oleh guru agama Islam. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 33,33%, yang menjawab sering sebesar 12,12%, yang menjawab kadang- kadang
sebesar
48,48%, yang menjawab tidak pernah sebesar 6,06%.
b. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Tabel 25 Guru agama Islam dalam mengajar menggunakan alat peraga Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
3
9,09%
Sering
-
-
Kadang-Kadang
6
18,18%
Tidak Pernah
24
72,72%
33
100%
Jumlah
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa guru agama Islam dalam mengajar tidak pernah mengunakan alat peraga, hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu 9,09%, yang menjawab kadang- kadang sebesar 18,18%, yang menjawab tidak pernah sebesar 72,72%.
61
Tabel 26 Saya memperoleh pengetahuan yang belum saya ketahui setelah proses pembelajaran Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
15
45,45%
Sering
8
24,24%
Kadang-Kadang
8
24,24%
Tidak Pernah
2
6,06%
33
100%
Jumlah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa siswa selalu memperoleh pengetahuan yang belum di ketahui setelah proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 45,45%, yang menjawab sering sebesar 24,24%, yang menjawab kadang- kadang sebesar 24,24%, yang menjawab tidak pernah sebesar 6,06%.
Tabel 27 Guru agama Islam anda memahami apa yang anda inginkan dalam belajar Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
15
45,45%
Sering
4
12,12%
Kadang-Kadang
14
42,42%
-
-
33
100%
Tidak Pernah Jumlah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa guru agama Islam selalu memahami keinginan siswa dalam belajar. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 45,45%, yang menjawab sering sebesar 12,12%, yang menjawab kadang-kadang sebesar 42,42%.
62
Tabel 28 Siswa bersemangat dalam belajar karena metode yang digunakan guru agama Islam berbeda-beda dan sesuai sehingga mudah dipahami Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
25
75,75%
Sering
4
12,12%
Kadang-Kadang
2
6,06%
Tidak Pernah
2
6,06%
33
100%
Jumlah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa siswa selalu bersemangat dalam belajar karena metode yang digunakan guru agama Islam berbeda-beda dan sesuai sehingga mudah dipahami. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 75,75%, yang menjawab sering sebesar 12,12%, yang menjawab kadang- kadang sebesar 6,06%, yang menjwab tidak pernah sebesar 6,06%.
Tabel 29 Siswa selalu mendapatkan nilai yang bagus Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
9
27,27%
Sering
9
27,27%
Kadang-Kadang
15
45,45%
-
-
33
100%
Tidak Pernah Jumlah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa siswa kadang- kadang mendapatkan nilai yang bagus. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 27,27%, yang menjawab sering sebesar 27,27%. Yang menjawab kadang- kadang sebesar 45,45%.
63
Tabel 30 Guru agama Islam mendemonstrasikan di depan kelas cara shalat yang baik Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
11
33,33%
Sering
5
15,15%
Kadang-Kadang
4
12,12%
Tidak Pernah
13
39,39%
33
100%
Jumlah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa guru agama Islam tidak pernah mendemontrasikan di depan kelas cara shalat yang baik. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 33,33%, yang menjawab sering sebesar 15,15%, yang menjawab kadang- kadang sebesar 12,12%, yang menjawab tidak pernah sebesar 39,39%.
Tabel 31 Guru anda selalu menegur dan mengingatkan anda ketika berbuat kesalahan Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
17
51,51%
Sering
11
33,33%
Kadang-Kadang
3
9,09%
Tidak Pernah
2
6,06%
33
100%
Jumlah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa guru agama islam selalu menegur dan mengingatkan siswa ketika berbuat kesalahan. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 51,51%, yang menjawab sering sebesar 33,33%, yang menjawab kadang- kadang sebesar 9,09%, yang menjawab tidak pernah sebesar 6,06%.
64
Tabel 32 Guru agama Islam memberikan tugas kelompok Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
1
3,03%
Sering
1
3,03%
Kadang-Kadang
9
27,27%
Tidak Pernah
22
66,66%
33
100%
Jumlah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa guru agama Islam tidak pernah memberikan tugas kelompok kepada siswa. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 3,03%, yang menjawab sering sebesar 3,03%, yang menjawab kadang- kadang sebesar 27,27%, yang menjawab tidak pernah sebesar 66,66%.
Tabel 33 Guru agama Islam membiasakan murid-murid untuk membaca al-quran sebelum belajar Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
9
27,27%
Sering
6
18,18%
Kadang-Kadang
9
27,27%
Tidak Pernah
9
27,27%
33
100%
Jumlah
Dari jawaban diatas dapat dilihat bahwa guru agama Islam ada yang selalu membiasakan murid-muridnya untuk membaca al-Qur’an, ada yang sering, ada yang kadang - kadang, ada yang tidak pernah. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 27,27%, yang menjawab sering sebesar 18,18%, yang menjawab kadang- kadang sebesar 27,27%, yang menjawab tidak pernah sebesar 27,27%.
65
Tabel 34 Guru agama Islam membantu siswa yang bermasalah dalam belajar Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
22
66,66%
Sering
5
15,15%
Kadang-Kadang
6
18,18%
Tidak Pernah
-
-
33
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru agama Islam selalu membantu siswa yang bermasalah dalam belajar. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 66,66%, yang menjawab sering sebesar 15,15%, yang menjawab kadang- kadang sebesar 18,18%.
Tabel 35 Guru agama Islam selalu menggunakan metode yang sesuai dengan materi pembelajaran Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
19
57,57%
Sering
7
21,21%
Kadang-Kadang
6
18,18%
Tidak Pernah
1
3,03%
33
100%
Jumlah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa guru agama Islam selalu menggunakan metode yang sesuai dengan materi pembelajaran. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 57,57%, yang menjawab sering sebesar 21,21%, yang menjawab kadang- kadang sebesar 18,18%, yang menjawab tidak pernah sebesar 3,03%.
66
Tabel 36 Dalam berdiskusi guru agama Islam mengarahkan kami cara berdiskusi yang baik Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
17
51,51%
Sering
6
18,18%
Kadang-Kadang
9
27,27%
Tidak Pernah
1
3,03%
33
100%
Jumlah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dalam berdiskusi guru agama islam selalu mengarahkan siswa cara berdiskusi yang baik. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 51,51%, yang menjawab sering sebesar 18,18%, yang menjawab kadang- kadang sebesar 27,27%, yang menjawab tidak pernah sebesar 3,03%.
Tabel 37 Guru agama Islam dalam menyampaikan materi wudhu menggunakan media gambar Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
1
3,03%
Sering
2
6,06%
Kadang-Kadang
8
24,24%
Tidak Pernah
22
66,66%
33
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru agama Islam tidak pernah menggunakan media gambar dalam menyampaikan materi wudhu. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 3,03%, yang menjawab sering sebesar 6,06%, yang menjawab kadang- kadang sebesar 24,24%, yang menjawab tidak pernah sebesar 66,66% .
67
Tabel 38 Guru agama Islam meminta anda menyelesaikan sebuah soal di papan tulis Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
11
33,33%
Sering
11
33,33%
Kadang-Kadang
10
30,30%
Tidak Pernah
1
3,03%
33
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada siswa yang menjawab guru agama Islam selalu meminta siswa menyelesaikan soal di papan tulis, ada yang menjawab sering dan ada yang menjawab kadang- kadang dan sedikit sekali yang menjawab tidak pernah. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 33,33%, yang menjawab sering 33,33%. Yang menjawab kadang- kadang sebesar 30,30 %, yang menjawab tidak pernah 3,03%.
Tabel 39 Apakah guru agama Islam menggunakan OHP/Laptop dalam mengajar Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
-
-
Sering
-
-
Kadang-Kadang
-
-
33
100%
33
100%
Tidak Pernah Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru agama Islam tidak pernah menggunakan OHP/Laptop dalam mengajar. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab tidak pernah sebesar 100%.
68
Responden 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Ade S
4
3
3
4
4
3
4
4
4
4
3
4
2
3
3
1
2
3
3
4
3
4
1
2
4
4
2
3
3
1
X 92
Anggi A
4
2
4
4
1
2
4
4
4
4
3
3
2
2
4
1
4
2
4
2
4
4
1
4
4
3
3
2
3
1
89
Andika SP
4
3
3
3
4
2
4
4
3
4
3
4
2
3
2
1
3
3
4
4
3
4
1
3
3
3
2
1
4
1
88
Bella AW
4
2
3
2
2
3
3
4
4
4
3
3
2
2
2
1
3
3
4
3
1
2
2
3
2
3
2
1
2
1
76
Cahyo EP
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
3
4
2
3
2
1
4
4
4
3
1
1
1
1
3
4
4
1
4
1
89
Dicky P
4
2
2
2
4
2
2
4
3
3
3
2
2
1
3
1
3
2
4
3
1
4
3
3
4
3
2
1
3
1
77
Dimas AN
4
2
3
2
1
4
2
3
4
4
2
2
1
3
1
4
3
2
4
2
1
4
1
2
4
4
3
3
4
1
80
Dewi KN
4
2
4
4
2
4
2
4
3
4
3
4
4
2
2
2
4
4
4
2
3
3
2
2
4
4
4
1
2
1
90
Dewi M
4
2
3
4
3
4
4
4
4
4
4
2
3
4
3
1
4
3
4
4
1
4
1
2
4
2
2
1
2
1
88
Dhea
4
4
2
4
3
4
2
3
4
4
4
2
3
4
2
1
4
4
4
2
3
4
1
4
4
4
4
1
2
1
92
Dewi A
4
2
4
3
3
4
3
4
4
4
4
4
2
3
2
4
4
4
4
3
4
4
1
4
4
4
2
1
4
1
98
Eria
4
2
2
3
4
4
2
4
4
4
4
4
2
2
2
1
1
4
4
2
4
4
2
4
4
4
4
4
4
1
94
Firman MR
4
3
4
2
2
4
2
4
4
4
2
4
2
4
2
1
4
4
4
2
4
4
2
2
4
4
4
2
4
1
93
Gilang RP
4
2
4
4
2
4
2
4
4
4
4
4
2
4
4
1
2
2
4
4
1
3
1
4
4
4
4
1
3
1
91
No soal
Gladis C
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
3
2
1
4
4
4
2
4
4
2
2
2
4
4
1
1
1
95
Igusti ABA
4
2
4
4
2
4
2
4
4
4
4
4
2
4
2
1
4
2
4
2
2
3
1
4
4
4
4
1
4
1
91
Irfan D
3
3
4
3
2
3
2
3
3
4
2
2
3
3
4
2
2
4
1
3
2
2
1
2
2
4
2
1
3
1
76
Jiman NA
4
2
3
3
1
4
3
4
4
4
2
4
2
4
2
1
2
2
3
3
2
4
2
1
4
4
1
1
2
1
79
Luthfiani ZP
4
3
3
4
2
3
4
4
4
4
4
4
2
3
4
2
1
4
4
4
4
3
1
2
1
4
4
2
3
1
92
Meri Juniarti M. Abbi AlAzzis
4
2
4
3
2
4
4
4
3
4
2
3
1
4
2
2
3
2
4
2
2
4
1
4
4
2
3
2
3
1
85
3
2
4
3
2
3
2
3
4
4
2
2
3
4
4
2
2
4
1
3
2
2
1
1
4
4
4
1
2
1
M Rakkha
4
2
4
4
2
4
4
4
4
4
2
4
2
4
4
2
2
4
3
2
1
3
2
3
3
3
4
1
3
1
79 89
69
Novia I
4
2
4
4
2
4
2
4
4
3
2
4
2
4
1
1
4
2
4
2
4
4
1
4
4
3
3
2
3
1
88
Putri M
4
1
4
4
1
2
4
2
4
3
2
4
1
4
4
1
3
2
2
4
1
3
1
1
2
2
2
1
3
1
73
R Atika SW
4
2
4
4
1
2
4
4
4
4
3
4
2
3
2
1
4
2
4
4
4
4
1
3
2
4
3
2
4
1
90
Shena Y DK
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
2
4
1
4
4
1
2
4
4
4
4
1
1
1
2
4
4
1
4
1
91
Sunny S
4
3
3
4
4
4
2
4
4
3
3
4
2
2
4
1
4
2
4
2
4
3
4
4
4
2
4
2
2
1
93
Teguh S
4
2
3
2
4
4
3
4
4
4
3
4
2
3
2
1
4
4
4
3
1
4
1
1
4
4
4
1
2
1
87
Trisna K
4
2
4
4
2
4
2
4
2
3
3
2
2
2
4
1
4
2
3
2
4
4
1
2
4
3
4
2
4
1
85
Rizki A
4
4
2
4
4
4
3
4
2
4
4
2
2
2
2
1
3
4
2
3
1
3
1
1
4
4
3
1
2
1
81
Windi PS
4
1
4
4
1
2
4
2
4
4
4
3
2
2
3
1
2
2
4
3
1
3
1
1
2
2
2
1
3
1
73
Yuni K
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
3
1
2
4
4
4
4
4
2
3
3
1
1
3
4
2
1
4
1
93
Zulfikar
4
3
4
3
2
3
3
4
4
4
3
3
4
3
2
1
3
2
4
2
1
3
2
3
4
1
4
1
2
1
83 2860
70
C. Prestasi Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Prestasi belajar siswa merupakan tingkat keberhasilan siswa untuk mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk scor yang diperoleh dari hasil test mengenai sejumlah materi pelajaran. Jadi seorang guru harus dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, sehingga memperoleh nilai yang lebih tinggi. Maka dari itu penulis menganalisa data yang telah diperoleh dari nilai raport sebagaimana disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 40 Prestasi hasil belajar pendidikan agama Islam siswa No Responden
Kelas
1
VIII-1
2
Ade
VIII-1
3
Anggi Andika
4
Bella
VIII-1
5
Cahyo
VIII-1
6
Dicky
VIII-1
7
Dimas
VIII-1
8
Dewi
VIII-1
9
Dewi
VIII-1
10
Dhea
VIII-1
11
Dewi
VIII-1
12
Erina
VIII-2
13
Firman
VIII-2
14
Gilang
VIII-2
15
Gladis
VIII-2
16
Igusti
VIII-2
17
Irfan
VIII-2
VIII-1
Skor/ nilai 89 85 82 77 84 70 70 81 76 77 77 70 81 83 70 73 70
No
Responden Kelas
18
Jiman
VIII-2
19
Luthfiani
VIII-2
20
Mery
VIII-2
21
M abbi
VIII-2
22
Rakha
VIII-2
23
Novia
VIII-3
24
putri
VIII-3
25
Atika
VIII-3
26
Shena
VIII-3
27
Suny
VIII-3
28
Teguh
VIII-3
29
Trisna
VIII-3
30
Rizki
VIII-3
31
Widi
VIII-3
32
Yuni
VIII-3
33
Zulfikar
VIII-3
Skor/ nilai 66 79 70 74 77 73 93 84 70 80 93 81 70 81 70 77
71
D. Analisa Data Seperti yang penulis ungkapkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah antara variabel X (kreativitas guru pendidikan agama Islam), dan variabel Y (prestasi belajar) terdapat hubungan yang positif dan signifikan. Untuk itu menggunakan rumus korelasi product moment untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif yang signifikan atau tidak diantara kedua variabel tersebut. Adapun untuk mencari angka indeks korelasi “r” product moment tersebut, maka langkah yang ditempuh adalah: a. Menghitung berdasarkan skor aslinya untuk variabel (X) kreativitas guru pendidikan agama Islam b. Menghitung berdasarkan skor aslinya untuk variabel (Y) prestasi belajar siswa c. Scoring, diteliti jumlahnya kemudian dimasukan kedalam tabel kerja atau tabel perhitungan yang terdiri dari enam kolom:
Responden
X
X2
Y
Y2
XY
1
92
8464
89
7921
8188
2
89
7921
85
7225
7565
3
88
7744
82
6724
7216
4
76
5776
77
5929
5852
5
89
7921
84
7056
7476
6
77
5929
70
4900
5390
7
80
6400
70
4900
5600
8
90
8100
81
6561
7290
9
88
7744
76
5776
6688
10
92
8464
77
5929
7084
11
98
9604
77
5929
7546
12
94
8836
70
4900
6580
13
93
8649
81
6561
7533
14
91
8281
83
6889
7553
15
95
9025
70
4900
6650
72
16
91
8281
73
5329
6643
17
76
5776
70
4900
5320
18
79
6241
66
4356
5214
19
92
8464
79
6241
7268
20
85
7225
70
4900
5950
21
79
6241
74
5476
5846
22
89
7921
77
5929
6853
23
88
7744
73
5329
6424
24
73
5329
93
8649
6789
25
90
8100
84
7056
7560
26
91
8281
70
4900
6370
27
93
8649
80
6400
7440
28
87
7569
93
8649
8091
29
85
7225
81
6561
6885
30
81
6561
70
4900
5670
31
73
5329
81
6561
5913
32
93
8649
70
4900
6510
33
83
∑N=33
2860
6889 249332
77 2553
5929 199065
6391 221348
d. setelah diketahui N = 33 sikma X dan seterusnya Xy, maka dapatlah dicari indeks korelasinya, dengan menggunakan rumus: rxy =
N ∑ Y − (∑ X )(∑ Y ) [ N ∑ X − (∑ X ) ][ N ∑ Y 2 − (∑ Y ) ] 2
2
2
Keterangan:
Rxy
= angka indeks korelasi "r" produk moment
N
= Number of cases (jumlah sampel keseluruhan)
∑xy
= jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y
∑x
= jumlah seluruh skor x
∑y
= jumlah seluruh skor y
73
Diketahui: N
= 33
X
= 2860
Y
= 2553
XY
= 221348
X2
= 249332
Y2
= 199065
=
(33 X 221348) − (2860 X 2553) (33 X 279332) − (8179600)(33 X 199065) − (6517809)
=
(7304484) − (7301580) (8227956 − 8179600)(6569145 − 6517809)
=
=
=
2904
(48356)(52336) 2904 2482403616
2904 49823,7254
= 0,05828549 = 0,06 Dari perhitungan diatas ternyata angka korelasi antara variabel X dan variabel Y bertanda positif dengan memperhatikan besarnya rxy yang diperoleh sebesar 0,06. Apabila hasil tersebut diinterpretasikan secara kasar atau sederhana dengan mencocokan hasil perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” Product Moment ternyata besarnya rxy (yaitu 0,06) yang besrnya sekitar antara 0,00 – 0,20 berarti korelasi positif antara variabel X dan variabel Y itu adalah termasuk korelasi positif yang lemah atau rendah. Selanjutnya untuk mengetahui apakah hubungan itu signifikan atau tidak, maka “r” hasil perhitungan dibandingkan dengan “r” tabel dan sebelum dibandingkan terlebih dahulu dicari derajat kebebasannya atau df (degree of freedom) dengan menggunakan rumus sebagai berikut: df = N – nr = 33 – 2 = 31
74
Dengan memeriksa tabel nilai “r” Product Moment ternyata bahwa dengan df sebesar 31, pada taraf signifikansi 5% diperoleh r tabel = 0,349 sedangkan pada tarif signifikansi 1% diperoleh r tabel sebesar 0,449. Jika dilihat dari harga r tabel, rxy lebih kecil dari pada harga r tabel baik pada taraf signifikansi 5% (0,06 ≤ dari 0,349), maupun pada taraf signifikansi 1% (0,06 ≤ 0,449). Dengan demikian. Hipotesa alternatif (Ha) diterima. Artinya, terdapat pengaruh positif yang signifikan antara pengaruh kreaativitas guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa, meskipun hubungan positif itu hanya pada taraf lemah atau rendah saja. Setelah uji hipotesis di lakukan, maka untuk mengetahui berapa besar pengaruh variabel X dan variabel Y yang dinyatakan dalam persen, digunakan rumus koefisien tertentu (determinasi) dengan r = 0,06 KD = r2 x 100% = 0,062 x 100% = 0,0036 x 100% = 0,36 Dari hasil penelitian koefisien determinasi diatas, nampaklah bahwa r2 diperoleh sebesar 0,36. Ini berarti X memberikan konstribusi yang lemah atau rendah. E.
Interpretasi Data Setelah penulis mengolah data, didapatkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara
pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi hasil belajar siswa. Sehingga menjawab rumusan masalah yang terdapat dalam bab satu bahwa kreativitas guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa mempunyai pengaruh yang (tidak bertanda negatif). Hal ini diperkuat dengan kreativitas guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, serta diperolehnya prestasi belajar siswa yang baik pada diri siswa. Dengan kreativitas yang positif, menjadikan siswa termotivasi lagi untuk lebih meningkatkan prestasi belajarnya dalam pelajaran pendidikan agama Islam, sehingga tujuan dari kreativitas guru pendidikan agama Islam untuk mengingkatkan prestasi belajar siswa dapat terwujud. Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment, didapatkan r hitung sebesar 0,06 sehingga dapat dikatakan bahwa pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa memiliki tingkat korelasi yang lemah karena rentang nilai 0,00- 0,200 adalah tingkat korelasi lemah.
75
Hal ini menunjukan bahwa Pengaruh Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa sebesar 0,06% sedangkan 99,94% Dipengaruhi oleh faktor lain. Kemungkinan ini bisa terjadi karena faktor psikologis siswa yang terkadang suka malas membaca buku. Sehingga kurang meningkatnya prestasi belajar siswa, keterbatasan kreativitas guru dalam mengajar, kreativitas guru hanya dilakukan kadang-kadang saja, keadaan lingkungan keluarga hanya menyerahkan anaknya untuk didik di sekolah saja tanpa mendidik dan melatih anaknya belajar di rumah disebabkan oleh kesibukan orang tua, lingkungan masyarakat yang kurang mendukung dalam proses belajar mengajar dan proses peningkatan prestasi belajar siswa serta pengaruh globalisasi yang begitu cepat. Sesuai dengan r hitung yang didapatkan yaitu 0,06 maka uji hipotesis yang menyatakan: Ha
: Terdapat korelasi pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam dalam peningkatan prestasi belajar siswa.
Ho
: Tidak terdapat korelasi pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam dalam peningkatan prestasi belajar siswa. Berdasarkan data di atas, dinyatakan bahwa terdapat korelasi pengaruh kreativitas guru
pendidikan agama Islam dalam peningkatan prestasi belajar siswa, sehingga guru mempunyai konstribusi dalam mencapai tujuan pendidikan agama Islam dan keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar. Sesuai dengan permasalahan yang terdapat dalam bab satu, yaitu “apakah kreativitas guru pendidikan agama Islam berpengaruh positif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa?” dapat dijawab bahwa kreativitas guru pendidikan agama Islam berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Hal ini berkaitan erat dengan pembahasan yang terdapat dalam bab dua sekaligus dengan kerangka berpikir yang menyatakan bahwa kreativitas guru pendidikan agama Islam adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada pelajaran pendidikana agama Islam. Dengan kreativitas guru pendidikan agama Islam dalam mengajar, motivasi yang diberikan guru pendidikan agama Islam dalam mengajar terhadap siswa, sangat efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa teori- teori terbukti dengan fakta yang penulis dapatkan dari hasil penelitian di SMP PGRI 1 Ciputat, khususnya mata pelajaran pendidikan agama Islam berupa kreativitas guru dalam mengajar sehingga teori- teori yang ada bisa dikatakan diterima dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dari data diatas, dapat terlihat
76
perkembangan siswa, sehingga kreativitas guru pendidikan agama Islam dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan r hitung sebesar 0,06 yang menyatakan terdapat tingkat korelasi yang lemah/ rendah antara pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan jawaban responden yang menyatakan respon yang positif terhadap semua pertanyaan yang buat penulis. Pemantauan juga dilakukan guru bidang studi pada saat proses belajar mengajar berlansung karena kedisiplinan dan kesungguhan siswa dalam belajar juga merupakan penilaian dari kreativitas guru. Dengan kreativitas guru pendidikan agama Islam, adanya peningkatan prestasi belajar siswa sehingga siswa lebih berprestasi dengan baik. Menurut teori yang dikemukakan oleh Utami Munandar: ”Kreativitas adalah kemampuan seseorang dalam menciptakan sesuatu yang baru, namun apa yang diciptakannya itu tidak perlu sesuatu yang baru sama sekali tetapi merupakan pengembangan dari suatu yang sudah ada sebelumnya atau dapat berupa gabungan (kombinasi) berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya, akan tetapi hasilnya merupakan hasil yang sama dan dapat dimengerti serta dapat dibuat lain waktu”. 5 Dengan landasan teori diatas, dapat disimpulakan bahwa kreativitas guru pendidikan agama Islam membuat siswa lebih bersungguh- sungguh dalam belajar, hal ini memberikan motivasi kepada siswa agar dapat meningkatkan prestasi belajar sendiri karena guru pendidikan agama Islam hanya memberikan arahan dan siswa yang melaksanakannya. Kesadaran siswa dalam mengarahkan dirinya untuk meningkatkan prestasi dalam belajar, membuat ia menjadi lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, sehingga teori yang dikatakan Utami Munandar dapat diterima kebenarannya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Dalam pelaksanaannya, kreativitas guru terhadap peningkatan prestasi belajar siswa mempunyai faktor pendukung dan faktor penghambat. Adapun faktor pendukung dalam kreativitas guru yaitu sarana dan prasarana sekolah yang memadai seperti (buku pelajaran yang cukup dan berstandar nasional, ruangan belajar yang cukup memadai, tersedianya alat-alat pembelajaran dan tersedianya komputer), perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang mengharuskan guru untuk kreatif dalam mengajar seperti (adanya laptop, LCD), sumber daya guru yang memadai untuk melakukan kreativitas seperti (latar belakang pendidikan yang memadai, keterampilan dalam menggunakan fasilitas yang ada), antusias belajar murid yang 5
Utami Munandar, Menegmbangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Petunjuk bagi Orang Tua, (Jakarta: PT. Gramedia, 1999) Cet ke – 3, h.
77
tinggi seperti (rasa keingintahuan siswa, dan semangat siswa dalam menerima pelajaran), materi pelajaran yang akan disampaikan seperti (materi pelajaran yang membantu siswa dalam mencapai cita-citanya, kecintaan guru terhadap profesinya yang sangat tinggi seperti (keinginan untuk mengembangkan profesionalitas guru, dan melakukan terobosan baru dalm pendidikan kearah yang lebih baik). Sedangkan faktor penghambat kreativitas guru yaitu keterbatasan sarana dan prasarana sekolah seperti (tidak tersedianya buku yang cukup, keterbatasan alat elektronik sebagai penunjang proses pembelajaran seperti komputer dll), kurangnya kesiapan guru dalam mengajar seperti (guru kurang mempersiapkan diri untuk melakukan pembelajaran, kurangnya penguasaan diri terhadap materi yang akan disampaikan), lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat yang kurang mendukung dalam proses belajar untuk meningkatkatkan prestasi belajar siswa seperti (keadaan keluarga yang kurang baik, kurangnya perhatian orang tua disebabkan kesibukan, dan lingkungan masyarakat yang kurang berpartisipasi dalam kelancaran dalam proses belajar mengajar), kurangnya semangat siswa dalam belajar dan membaca buku seperti (kurang membaca buku karena malas, tidak menggunakan waktu dengan sebaik baiknya, kurangnya motivasi dalam belajar), kurangnya kemampuan siswa dalam menerima pelajaran seperti (ada masalah sehingga siswa tidak fokus belajar, kurangnya ketekunan dalam belajar, kurangnya motivasi dari diri sendiri untuk belajar) 6 . Tidak ada sesuatu yang sempurna dalam teknisnya, Faktor penghambat yang ada, tidak menyurutkan langkah, tetapi sebagai bahan evaluasi untuk mencapai ketuntasan dalam belajar yang lebih baik lagi dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa. Dalam hal ini, guru sebagai pendidik diharapkan dapat memberikan motivasi yang positif sehingga terwujudnya prestasi belajar yang baik.
6
Wawancara dengan guru pendidikan agama Islam, hari Senin tanggal 26 Oktober 2009, jam 09.30 di SMP PGRI 1 Ciputat
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan terhadap pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa, penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut: Berdasarkan rumusan masalah yang terdapat pada bab satu, yaitu “Apakah Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Berpengaruh Positif
Terhadap
Peningkatan Prestasi Belajar Siswa”, jawabannya adalah berpengaruh positif karena terlihat dari hasil instrumen yang di buat penulis. Dari hasil pengolahan data, menunjukkan skor lemah terhadap pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa di SMP PGRI I Ciputat. Setelah penulis melakukan pengolahan data, didapatkan bahwa hipotesis nihil yang berbunyi “tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kreativitas guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa”, ditolak. Sehingga hipotesis alternatif yang berbunyi “terdapat pengaruh yang signifikan antara kreativitas guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa” diterima. Jadi terdapat korelasi yang tidak bertanda negatif antara pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa karena r hitung < dari r tabel, r hitung = 0,06, termasuk ke rentang nilai 0,00 sampai dengan 0,20 yang mengatakan tingkat korelasi tidak bertanda negatif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa di SMP PGRI I Ciputat memiliki korelasi yang lemah.
B. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan kumpulan data, maka penulis dapat mengemukakan saran- saran sebagai berikut:
78
79
1. Hendaknya kreativitas
guru pendidikan agama Islam dapat berpengaruh
positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. 2. Guru hendaknya sebelum melaksankan pengajaran, membuat skenario kreativitas agar waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan baik sehingga dapat meminimalisir kelebihan waktu yang digunakan. 3. Hendaknya kreativitas dapat dijadikan bahan referensi bagi guru untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik sehingga dapat ditingkatkan lagi prestasi belajar peserta didik kearah yang lebih baik, agar kreativitas yang dilakukan dalam pembelajaran dapat ditingkatkan pula. 4. Hendaknya dilaksanakan
pelaksanaan dengan
kreativitas
fasilitas
yang
guru
pendidikan
memadai,
supaya
agama
Islam
memudahkan
tercapainya tujuan pembelajaran. 5. Hendaknya pelaksanaan kreatifitas guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa dapat membantu guru dalam memantau prestasi belajar setap peserta didik. 6. Hendaknya kreatifitas guru pendidikan agama Islam dapat menjadi pegangan buat para pendidik agar bisa mengatasi kesulitan belajar siswa dalam mencapai prestasi belajar yang baik. 7. Hendaknya kreatifitas guru pendidikan agama Islam dalam proses belajar mengajar harus dilakukan setiap pembelajaran dan bervariasi, sehingga peserta didik tidak jenuh dalam mengikuti pelajaran. 8. Hendaknya peserta didik tidak hanya mendengarkan saja dalam belajar tetapi ikut kreatif dalam menyumbangkan pendapatnya dalam proses belajar mengajar. 9. Hendaknya dalam proses belajar mengajar guru tidak hanya kreatif dalam mengajar tetapi juga harus kreatif dalam menentukan metode atau cara dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. 10. Hendaknya pendidik menggunakan sarana dan prasarana yang ada, ketika melakukan kreativitas dalam proses belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA Anwar, Dessy. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Karya Abditama, Cet ke- 1. 2001. Arifin, Zaenal. Evaluasi Hasil Instruksional, Prinsip, Teknik, Prosedur , Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1990. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rimeka Cipta, Cet. Ke- 10. 1996. Buchori, Mochtar. Ilmu Pendidikan Dan Praktek Pendidikan Dalam Renungan, Jogja: PT Tiara Wacana, Cet. Ke- 1, 1994. Campbell, David. disadur oleh A. M Mangunharjo, Mengembangkan Kreativitas, Yogyakarta: Kanisius, 1986. Candra, Julius. Kreativitas Bagaimana Menanam, Membangun, dan Mengembangkan, Yogyakarta: Kanisius, Cet. Ke- 1. 1994. Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: PT Raja Grafindo Utama, 2002. Depag RI, Al-Quran dan Terjemah. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depaertemen Agama RI tahun 2006, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, Jakarta: 2006.
Fadilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan Dalam Persepektif Islam Jakarta: UIN Jakarta Press, Cet. Ke- 1. 2005. Indrakusuma, Amier Dain. Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1973. Iska, Neni Zikri. Psikologi Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta: Kizi Brothers, Cet ke- 1. 2006. Jalaluddin dan Abdullah, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Prana, 1997. John M. Echols, dan Hasan Shadily. Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1982. Langgulung, Hasan. Kreativitas dan Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna, Cet. Ke- 1. 1991. Marimba, Ahmad. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al-Ma’arif, Cet. Ke-8, 1989. MP, Samuel. Mari Mempertinggi Kreativitas, Jakarta: PT. Gunung Agung, 1987.
80
81 Mulyasa, E. Kurikulum Yang Disempurnakan, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, Cet. Ke- 1. 2006. Munandar, Utami. Memupuk Bakat Kreativitas Siswa Sekolah Menengah, Jakarta: PT Gramedia, Cet. ke- 1, 1984. ____________. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Petunjuk bagi Orang Tua, Jakarta: PT. Gramedia, Cet ke- 3. 1999. ____________. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Jakarta: Gramedia, Cet. Ke- 3. 1999. ____________. Mengembangkan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta: Gramedia, 1997. N.K, Roestiyah. Didatik Metodik, Jakarta: Bina Aksara 1986. ____________. Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: Bina Aksara, 1989.
Nashori, Fuad dan Rachmy Diana Mucharan. Mengembangkan Kreativitas Dalam Perspektif Psikologi Islami, Yogyakarta: Menara Kudus, Cet. Ke- 1. 2002. Nata, Abuddin. Persepektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru dan Murid, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. Ke- 1. 2001. ____________. Filsafat pendidikan Islam I, Jakarta: Logos Wacana. Ni’am, Asrorun. Membangun Profesionalitas Guru, Jakarta: Elsas, Cet. Ke- 1. 2006. Oslon, Robert. Seni Berfikir Kreatif, Sebuah Pedoman Praktis, alih Bahasa oleh Alfonsus Samosir, Jakarta: Erlangga, 1992. Sabri, M. Alisuf. Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005. _____________. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet. Ke- 2. 1996. _____________. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet ke- 2. 1996. ______________. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet.ke- 2. 1996. ______________. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet. Ke- 2. 1996. ______________. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: UIN Pers, Cet. ke-1, 2005.
82 Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1998. ___________. Penilaian Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet ke- 4. 1992. Sujiono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Grafindo Persada 2005. Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, Cet. Ke- 4. 2007. ______________________. Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, Cet. Ke- 4. 2007. Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. Ke- 3. 2004. Thontowi, Ahmad. Psikologi Pendidikan, Bandung: Aksara, 1993. WJS. Purwanirata, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1979.
HASIL WAWANCARA Nama Interviwee
: Cartam, S.Pd. M.Pd.
Jabatan
: Kepala Sekolah
Hari/ Tanggal
: Senin, 26 Oktober 2009
Pukul
: 09.00 – 10.00 WIB
Tempat
: SMP PGRI 1 Ciputat.
1. Apakah guru mengajar siswa dengan latar belakang pendidikannya? Jawab: Ia karena sesuai dengan bidangnya masing-masing akan lebih fokus dan lebih terarah sesuai dengan pendidikan yang dimilikinya. Apabila tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya maka proses pembelajarannya tidak akan berhasil dengan semaksimal mungkin. 2. Apakah kepala sekolah mendistribusikan guru dalam mengikuti penataran/pelatihan pembelajaran kreatif? Jawab: Disini sekolah mengadakan pelatihan baik secara intern di sekolah sendiri, kerja sama dengan Diknas, ada yang mengikuti penataran berskala gugus yaitu di kecamatan, kabupaten, bahkan tingkat Provinsi dan Nasional guna menambah wawasan dan mengikuti pembaruan dalam dunia pendidikan. 3. Langkah-langkah apa saja yang telah dilakukan kepala sekolah untuk meningkatkan kreativitas guru? Jawab: Disini ada langkah-langkah: MGMP (Musyawarh Guru Mata Pelajara) yaitu, untuk membentuk kelompok guru, dan guru diberikan tanggung jawab dalam rangka meraih keunggulan prestasi seperti bina prestasi, bina prestasi ini ada Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Bahasa Inggris, dan sebagainya ini adalah langkah-langkah untuk meningkatkan kretivitas yang dilakukan oleh pihak sekolah dan disini juga banyak kretivitas guru mulai dari KKM, RPP, Bedah LKS, Bedah buku paket dan lain-lain.
4. Bagaimana tentang penyediaan dana untuk kegiatan kreativitas guru? Jawab: Kami merencanakan melalui dana RAPBS, kas intern sekolah yang tersedia dari pemerintah dan alhamdulillah sekolah kita hampir setiap tahun baik dari APBD maupun dari APBN mendapatkan tunjangan untuk meningkatkan mutu. 5. Sarana dan prasarana apa saja yang tersedia untuk meningkatkan kreativitas guru? Jawab: Sarana disini ada Lab Bahasa, Lab Komputer, Perpustakaan, Ruang Audio Visual, dan disini juga kalau ada kegiatan yang tidak bisa dilakukan di dalam sekolah, kita mengadakan kerja sama dengan dunia luar seperti dengan gelanggang olah raga, ada renang, atletik, seperti di ragunan, senayan, dan kolam renang yang ada di sekitar Ciputat ini. 6. Program apa saja yang Bapak persiapkan untuk memajukan kreativitas guru di sekolah ini? Jawab: Programnya yaitu ada peningkatan SSN dari sekolah rintisan menjadi sekolah SSN dan untuk jangka panjangnya menjadi SBI ini adalah kreativitas guru untuk ditingkatkan karena menunjang untuk keberhasilan sekolah. 7. Desain lingkungan belajar seperti apa yang dipersiapkan oleh Bapak untuk pengembangan kreativitas siswa? Jawab: Ada yang kurikulum, ada yang ekstrakurikuler, ada yang disini juga pengembangan bakat dan minat bahkan ekstrakurikuler ada yang sifatnya wajib dan tidak wajib, atau berupa pilihan PMR, PRAMUKA, merupakan kewajiban ekstrakurikuler wajib, sedangkan olah raga, ada Foot Ball, Basket Ball, Futsal, Volley Ball, merupakan pilihan, kenapa demikian dalam rangka membentuk siswa yang mengembangkan bakatnya sesuai dengan minat dan bakatnya. 8. Bagaimana tanggapan para guru disini terhadap kebijaksanaan Bapak dalam program pengembangan kreativitas yang telah Bapak laksanakan? Jawab: Alhamdulillah baik secara pribadi maupun kelompok tanggapannya cukup antusias dalam rangka menegakan kedisiplinan dan meningkatkan mutu pendidikan misalnya dalam rangka kebersihan atau dalam rangka Rohis yang dibina setiap hari jum’at para guru senantiasa sigap untuk melaksanakannya dan alhamdulillah pada tahun 2009 ini setelah adanya studi banding ke Kunignan dan Cibinong alhamdulillah
sekolah kita bisa meningkatkan terutama adalah di bidang kedisiplinan Rohis bahkan diberbagai bidang prestasi lainnya. 9. Bagaimana Bapak mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan kreativitas guru? Jawab: Apa bila ada maslah yang sifatnya perlu dimusyawarahkan dengan jalan musyawarah dan mencari solusi baik secara internal berupa konsultasi dengan pihak-pihak lembaga yang berkaitan misalnya masalah kesehatan kita bekerja sama dengan Puskesmas, masalah ketertiban dengan Kodim, dan masalah keamanan dengan Kepolisian dan dengan para alumni yang menjabat Lurah atau yang menjabat lembaga-lembaga yang lainnya. Alhamdulillah permasalahan ini seperti pengadaan tanah kita juga bisa benar-benar diakui dan untuk secara kelembagaan kerja sama dengan Dinas yang ada di kabupaten kota, Propinsi, maupun secara Nasional, dan untuk kretivitas guru hasilnya dari sertifikasi hampir 40% guru disini sudah disertifikasi karena kreativitas yang dimilki guru tersebut sudah memenuhi syarat, tanpa ditunjang kreativitas.
10. Berapa kali dalam sebulan Bapak melakukan pengawasan kesetiap kelas untuk melihat perkembangan kreativitas guru? Jawab: Untuk pengawasan ini berjenjang ada yang dilakukan oleh Wakil Kepala Sekolah, ada yang dilakukan wakil kepala urusan, ada yang langsung dilakukan oleh Kepala Sekolah, kepala sekolah kita adalah minimal sebulan sekali mendapat laporan dari para urusan, dan seminggu sekali menapat laporan dari para wakil dan untuk supervisi itu adalah sebulan sekali bahkan kami mengadakan breefing pada tahun ajaran ini selama 15 menit sebelum masuk senantiasa breefing untuk menyatukan visi dan misi dan mengatasi permasalahan-permasalahan itu yang ada lebih cepat, lebih baik teratasi dan solusinya untuk bisa dicarikan dan penyelesaiannya dengan baik Insya Allah dengan kreativitas kebersamaan semua instrumen yang ada di sekolah dapat menciptakan situasi sekolah yang kondusif, bermutu, dan berkuallitas.
HASIL WAWANCARA Nama Interviwee
: M. Syarifuddin, S.Pd.I
Jabatan
: Guru Pendidikan Agama Islam
Hari/ Tanggal
: Senin, 26 Oktober 2009
Pukul
: 10.00 – 11.00 WIB
Tempat
: SMP PGRI 1 Ciputat
1. Sejak kapan Bapak mengajar sebagai guru? Jawab: Saya sebenarnya sudah mengajar sejak masih kuliah sekitar tahun 1993 mengajar di lembaga-lembaga privat dan majelis-majelis taklim, Sejak tahun 1998 baru saya mengajar jadi guru di SMP PGRI 1 Ciputat. 2. Kenapa Bapak mau menjadi guru? Jawab: Saya mau menjadi guru karena ada beberapa alasan. a. Karena panggilan jiwa. b. Ingin mengamalkan ilmu. c. Karena saya suka sama anak-anak. d. Karena ingin menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain. e. Karena menjadi guru memiliki ibadah. 3. Menurut Bapak apa yang dimaksud dengan kreativitas? Jawab: Kretivitas adalah usaha seseorang untuk dapat menampilkan sesuatu yang berbeda guna memberikan suatu kreasi dalam memberikan suatu materi agar suasana belajar lebih kondusif. 4. Apakah Bapak kreatif dalam mengajar? Jawab: Tidak terlalu kreatif tapi saya berpenampilan menarik, simpatik, enerjik, dan humoris dan selalu memberikan kenyamanan dan anak-anak merasa merugi jika tidak mengikuti pelajaran saya, dan saya selalu berkata I love You Full.
5. Apa yang mendukung kreativitas Bapak dalam mengajar? Jawab: Materi pelajaran yang akan saya sampaikan Karena kecintaan saya terhadap profesi saya menjadi guru. 6. Kendala apa saja yang menghalangi kreativitas Bapak? Jawab: Semangat murid dalam belajar dan membaca buku. Kemampuan siswa dalam belajar. 7. Apakah dalam mengajar Bapak menggunakan metode yang sesuai dengan materi pelajaran? Jawab: Ya, itu penting agar materi yang akan saya sampaikan dapat diterima dengan baik oleh para siswa dan siswi. 8. Hal apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa? Jawab: Memberikan motivasi kepada para siswa/siwi dalam menuntut ilmu. Memberikan pengarahan akan pentingya belajar. Menanamkan rasa tanggung jawab terhadap kewajibannya sebgai murid. Mengajarkankan rasa hormat dan bakti kepada kedua orang tua. 9. Menurut Bapak apakah kreativitas Bapak berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa? Jawab: Sedikit atau banyak pasti berpengaruh terhadap prestasi siswa dan jika disertai dengan pendekatan yang intensif didalam memberikan motivasi dalam meningkatkan prestasi siswa. 10. Apakah kepala sekolah guru lain serta karyawan turut membantu bapak dalam kreativitas belajar kreatif? Jawab: Ya, khususnya kepala sekolah banyak mengadakan Raker, Seminar dan lain-lain.
BIOGRA AFI PENU ULIS TAR RJONO, diilahirkan di sebuah desaa yang damai tepatnya di Blok Kaarang Any yar I, Desa Patrol Baruu, Kecamataan Patrol, Kabupaten K Inndramayu 45257 4 Jaw wa Barat, pada hari Rabbu tanggal 22 2 Juli 19833, adalah maahasiswa Jurrusan Pen ndidikan Aggama Islam angkatan taahun 2005. Pada tahunn 1990 ia mulai m mem masuki penddidikan dassarnya di SDN S Patrol Lor III Suukra, Indram mayu, sam mpai tahun 1996. 1 Kemuudian setelahh ia lulus, anak a pertam ma dari pasaangan seorrang ayah yaang bernamaa Muarih dann ibunya yanng bernama Karniti, memilih men neruskan penndidikannyaa di MTS Al--Hidayah Paatrol Baru, Sukra, Indram mayu, dari tahuun 1996 sam mpai1999. Kemudian K s setelah ia lulus, ia meelanjutkan pendidikanny p ya di Pondok Pesantren P Takhsinul T Akkhlak, Winoong, Cirebonn, tidak sam mpai 1 tahunn kembali puulang dan menneruskannya di SMK Muhammadiy M yah Kandanng haur, Inddramayu tahhun 1999 saampai 2002. Seetelah lulus ia berkelanaa berbekal doa d restu daan ijazah SM MK ia mencari jati dirii dan pengalam man hidup hiingga sampaai di kota yaang sejuk yaiitu kota kem mbang Banduung, ia bekerrja di sebuah toko t onderd dil motor selama s bebeerapa tahunn sampai taahun 2004, yang kemuudian melanjutkkan pendidiikannya di Perguruan P T Tinggi Univeersitas Islam m Negeri Syaarif Hidayattullah Jakarta, Fakultas F Ilm mu Tarbiyah dan d Keguruaan, Jurusan Pendidikan P A Agama Islam m. Selam ma menjadi mahasiswa m i cukup aktiif diberbagaii organisasi ekstra mauppun intra kam ia mpus. Berawal dari ketika ia i pertama kali k menjadi seorang mahhasiswa baruu, pada tahunn 2005, ia masuk m ke organiisasi Persatu uan Mahasisw wa Indramayyu (PERMA AI-AYU) DK KI Jakarta, Forum Mahassiswa Tarbiyahh Xtensi (FO ORMAT X), yang y mengirrimkan angggotanya ke Joogja untuk membantu m koorban gempa Joogja, ia ikut pula pada peerkaderan Himpunan Maahasiswa Islam (HMI). Selainn aktivitasn nya sebagai mahasiswa, ia juga pernah ikut membantu mengajar di d MI NURUN NAJJAH II Pondok P Ranjji, Rengas, Ciputat C Timuur Tangeranng Selatan. Kemudian K iaa pun melaksannakan kegiattan Praktek Profesi P Keguuruan Terpadu (PPKT) di d SMP PGR RI 1 Ciputat. Dan diakhir kuliahnya, k ia i tertarik menulis skrripsi dengann judul: Peengaruh Krreativitas Guru G Pendidik kan Agama a Islam Terh hadap Peniingkatan Prrestasi Belaajar Siswa di d SMP PG GRI 1 Ciputat. Hal ini ia mengharapka m an semoga guru g Pendidikan Agama Islam semakkin kreatif dalam d menyamppaikan mateeri pelajarann sehingga lebih menaarik dan lebbih memotivvasi siswa untuk u belajar aggama sehing gga cita-cita dan tujuan pendidikan p n nasional dapaat tercapai.