ANALISIS PERBANDINGAN PERENCANAAN PAJAK UNTUK PENGADAAN AKTIVA DENGAN CARA SEWA GUNA USAHA (LEASING) DAN PEMBELIAN TUNAI DALAM RANGKA PENGHEMATAN PAJAK PADA PT. ELS INDONESIA PRIMA Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk memenuhi Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: HIDAYATULLAH 106082002613
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M i
ii
iii
iv
SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama Mahasiswa : Hidayatullah NIM
: 106082002613
Jurusan
: Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain. Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat, maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 30 November 2010
Hidayatullah
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI Nama
: Hidayatullah
Tempat/Tanggal Lahir
: Tangerang/6 Agustus 1988
Alamat
: Jl. Karayawan 3 No 23 Rt 001/07 ciledug, Tangerang
Anak ke
: 3 (tiga) dari 4 bersaudara
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Telepon
: 08989115018
E-mail
:
[email protected]
Kewarganegaraan
: WNI
Hobi
: Travelling
PENDIDIKAN FORMAL 1.
SD N 11 Pagi Joglo
: 1994-2000
2.
SMP Nur Insan
: 2000-2003
3.
MAN 10 Jakarta
: 2003-2006
4.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
: 2006-2010
PENDIDIKAN NON-FORMAL 1. KKS di Desa Gunung Datar, Pandeglang : 2009 2. Training Sertifikasi ISO 9000:2008
: 2009
3. Brevet A & B UIN Angkatan 2
: 2010
vi
ABSTRACT Cash purchasing is the amount of capital money paid to obtain fixed asset including invoice price and all cost that is paid until the fixed asset is ready to use. On the other hand, leasing is all company's payment activities in the form of providing capital goods to be used by a company within a certain period that is based on occasional payments and the company's option to purchase the capital goods or to prolong the leasing period according to the residual value, which has already been agreed on. One of the many kinds of leasing is financial lease, which is a leasing activity where the lessee at the end of the contract period has the option to purchase the leasing object based on the residual value that has been agreed on. Leasing is governed in the Standard of Financial Accounting Number 30 and in the Decree of Finance Ministry Number 1169/KMK.01/1991. The purpose of this study is to analyze the comparison of the gain of fixed asset in cash purchasing and leasing in determining the amount of taxation money that could be saved by the Els Indonesia Prima Ltd. Keywords: Tax planning, acquisition asset, leasing, cash purchasing
vii
ABSTRAKSI
Pembelian tunai adalah sejumlah uang kas yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap termasuk harga faktur dan semua biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tersebut siap untuk digunakan. Sedangkan Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaranpembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. Salah satu jenis leasing adalah financial lease yaitu suatu kegiatan leasing dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. Sewa Guna Usaha (Leasing) diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan Nomor 30 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbandingan perolehan aktiva tetap secara pembelian tunai dan sewa guna usaha (leasing) dalam menentukan besarnya penghematan pajak yang dapat diperoleh PT. Els Indonesia Prima Kata kunci: Perencanaan pajak, pengadaan aktiva, sewa guna usaha, pembelian tunai.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘alamiin, tak ada kata yang pantas penulis ucapkan selain ungkapan puja dan puji serta rasa syukur atas karunia yang tak terhingga yang diberikan Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi untuk memenuhi syarat-syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi, penulis mempersembahkan skripsi dengan judul “Analisis Perbandingan Perencanaan Pajak Untuk Pengadaan Aktiva Dengan Cara Sewa Guna Usaha (Leasing) dan Pembelian Tunai Dalam Rangka Penghematan Pajak pada PT. Els Indonesia Prima”. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, juga kepada keluarga, sahabat dan ummatnya yang senantiasa mengikuti jejak dan langkah beliau sampai hari akhir nanti, amiin. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada: 1. Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Kedua orang tuaku tercinta, Yusuf, Alm. Suhaimah dan pamanku Dahlan Alwan yang telah dan selalu memberi dukungan, baik do’a maupun finansial serta kasih sayang yang berlimpah kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 3. Keluargaku, kakakku Yanti, Fauzi, adikku Umi, saudara-saudaraku, dan sahabat terdekatku wiwi beserta keluarga yang telah dan selalu memberikan do’a, menyemangati dan memberikan banyak inspirasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. 5. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Ibu Fitri Damayanti SE. Ak.,Msi selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam
ix
penulisan skripsi ini, serta selalu setia mendampingi dan membantu penulis selama sidang skripsi berlangsung, dan juga ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama proses perkuliahan. 7. Bapak Afif Sulfa, SE.,Ak.,M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan saran kepada penulis dalam penulisan skripsi ini, terutama di seminar proposal. 8. Tim penguji komprehensif, Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku penguji ahli, Bapak Drs. Abdul hamid cebba MBA, Ak, CPA, selaku ketua dan Ibu Yusro, SE.,M.Si, selaku sekretaris yang telah memberikan dukungan dan saran dalam mengembangkan ilmu akuntansi yang telah dipelajari menjadi lebih luas lagi dan telah memberikan kelulusan kepada penulis. 9. Tim penguji skripsi, Bapak Prof. Azzam Jasin.,MBA selaku penguji ahli I dan Ibu Yessi Fitri SE.,Ak.,M.Si selaku penguji ahli II dan selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak masukan dan telah memberikan kelulusan kepada penulis. 10. Bapak iskandar yusuf, selaku direktur utama PT. ELS Indonesia prima, Terima kasih atas kebaikan hatinya dalam memberikan arahan, waktu dan data-data yang Penulis butuhkan untuk penulisan skripsi. 11. Seluruh staf pengajar dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri, Pa Ismed, Bu siska dan Bu Dewi yang telah memberikan bantuan dan arahan kepada penulis dalam mengurus administrasi dengan lancar. 12. Teman-teman seperjuanganku Akuntansi Perpajakan, Akuntansi Pajak, Akuntansi Manajemen angkatan 2006, khususnya Akuntansi C (Heri, Irfan, feri, Fajar, Jamal, Ajik, Febi, Huda, Hasim, Reza, Ibnu, Fery, fenti, fika, Intan Dewinta, Maul, Fitri, Izumi, Herty, Isti, Nia, dan semua anak2 kelas C, Makasih untuk rasa kebersamaan yang kalian berikan selama ini dan Akuntansi Pajak A (Sukma, Tomi, Syahrul, Mufti, Zenal Makasih untuk semangatnya).
x
13. Sahabat-sahabat SMA ku, Tomi dan Bakri, serta sahabat-sahabat yang selalu memberikan
semangat
selama
pembuatan
skripsi
ini,
Makasih
untuk
dukungannya. 14. Semua teman-teman penulis yang belum disebut di atas, terima kasih atas segala bantuannya selama proses penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, Juni 2010
Hidayatullah
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...................................................................................................... i Lembar Pengesahan Skripsi ................................................................................ ii Lembar Pengesahan Uji Skripsi .......................................................................... iii Lembar Pengesahan Uji Komprehensif .............................................................. iv Lembar pernyataan skripsi .................................................................................. v Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................... vi Abstract .................................................................................................................. vii Abstrak .................................................................................................................. viii Kata Pengantar ..................................................................................................... ix Daftar Isi ................................................................................................................ xii Daftar Tabel .......................................................................................................... xv Daftar Gambar ...................................................................................................... xvii Daftar Lampiran .................................................................................................. xviii BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1 B. Perumusan Masalah Penelitian ................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6 D. Kegunaan Penelitian.................................................................................... 7 Bab II
Landasan Teori
A. Dasar-Dasar Perpajakan .............................................................................. 8 1. Pengertian Pajak ................................................................................... 8 2. Unsur Pajak .......................................................................................... 9 3. Fungsi Pajak ......................................................................................... 10 4. Pengelompokkan Pajak ........................................................................ 11 5. Sistem Pemungutan Pajak .................................................................... 13 6. Hambatan Pemungutan Pajak .............................................................. 13 B. Pengertian Manajemen dan Perencanaan Pajak .......................................... 14 1. Aspek-aspek dalam Perencanaan Pajak ............................................... 16 2. Tahapan Perencanaan Pajak ................................................................. 16 3. Strategi Umum Perencanaan Pajak ...................................................... 17
xii
C. Aktiva Tetap dan Penyusutannya ................................................................ 18 1. Pengertian Aktiva Tetap....................................................................... 18 2. Penyusutan Aktiva Tetap ..................................................................... 20 3. Metode Penyusutan .............................................................................. 23 D. Harga Perolehan Aktiva Tetap .................................................................... 26 1. Perolehan Aktiva Tetap Dengan Pembelian Secara Tunai ..................... 26 2. Perolehan Aktiva Tetap Dengan Pembelian Secara angsuran ................ 27 3. Perolehan Aktiva Tetap Dengan Cara Pertukaran .................................. 27 4. Aktiva Tetap Ditukar Dengan Surat-Surat Berharga ............................. 27 5. Aktiva Tetap Yang Diperoleh Dari Pemberian atau Hadiah .................. 28 E. Sewa Guna Usaha {Leasing) ...................................................................... 28 1. Definisi Leasing, Lessor, Lessee ............................................................ 28 2. Jenis-Jenis Sewa Guna Usaha {Leasing) ............................................... 30 3. Pelaksanaan Transaksi Leasing .............................................................. 32 4. Perlakuan Akuntansi Oleh Perusahaan Leasing (Lessor)....................... 33 F. Penelitian Sebelunya................................................................................... 35 G. Kerangka Pemikiran.................................................................................... 38 Bab III Metodologi Penelitian A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 39 B. Metode Penelitian Sampel........................................................................... 39 C. Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 40 1. Penelitian lapangan (Field Research) ..................................................... 40 2. Penelitian kepustakaan (Library Research) ............................................ 40 D. Metode Analisis Data .................................................................................. 41 E. Definisi Operasional Variabel ..................................................................... 41 Bab IV Pembahasan A. Latar belakang perusahaan .......................................................................... 43 1. Misi Perusahaan ..................................................................................... 45 2. Visi Perusahaan ...................................................................................... 46 B. Penerapan Metode Sewa Guna Usaha (Financial Lease) Atas Aktiva Tetap Perusahaan ........................................................................................ 46 1. Asumsi Penentuan Leasing .................................................................... 48
xiii
2. Penentuan Besarnya Biaya Leasing ....................................................... 51 3. Perhitungan Leasing ............................................................................... 51 4. Penerapan Leasing dalam Perusahaan .................................................... 58 5. Keseragaman Metode Akuntansi dan Perpajakan Atas Aktiva Tetap Perusahaan .................................................................................... 62 C. Perbandingan Alternatif Financial Lease Dan Pembelian Tunai Serta Implikasinya Terhadap Penghematan Pajak ...................................... 63 1. Prosedur Penentuan Dalam Analisis Perbandingan ............................... 63 2. Perbandingan Perhitungan Lease dan Pembelian Atas Aktiva Tetap .... 65 3. Hasil Perbandingan terhadap Penghematan Pajak ................................. 78 4. Penilaian Atas Hasil Perbandingan Dalam Pengambilan Keputusan ..... 87 Bab V Kesimpulan Dan Saran A. Kesimpulan ................................................................................................. 90 B. Saran ............................................................................................................ 91 Daftar pusrtaka ..................................................................................................... 92 Lampiran-lampiran .............................................................................................. 94
xiv
DAFTAR TABEL
No
Keterangan
Halaman
2.1
Penelitian terdahulu...........................................................................
36
4.1
Tingkat suku bunga yang digunakan.................................................
49
4.2
Objek perhitungan leasing.................................................................
51
4.3
Perhitungan financial lease atas mesin WSB 4500H.......................
53
4.4
Perhitungan financial lease atas mesin IC4 4832 R..........................
56
4.5
Keseragaman metode akuntansi dan pajak.......................................
62
4.6
Perhitungan biaya leasing mesin WSB 4500H – alternatif lease......
66
4.7
Perhitungan biaya penyusutan atas nilai opsi mesin WSB 4500H – alternatif lease...................................................................................
69
4.8
Perhitungan biaya mesin WSB 4500H – alternatif pembelian..........
71
4.9
Perhitungan biaya leasing mesin IC4 4832 R – alternatif lease........
72
4.10 Perhitungan biaya penyusutan atas nilai opsi mesin IC4 4832 R – alternatif lease...................................................................................
75
4.11 Perhitungan biaya penyusutan atas nilai opsi mesin IC4 4832 R – alternatif lease...................................................................................
77
4.12 Perbandingan deductible expenses per tahn - mesin WSB 4500H...
79
4.13 Total Perbandingan Harga Perolehan dan Deductible expenses Mesin WSB 4500 H………………………………………………..
80
4.14 Tabel Perbandingan Penghematan Pajak Lease dan Pembelian mesin WSB 4500 H………………………………………………...
81
4.15 Perbandingan Deductible expenses Per Tahun - Mesin IC4 4832 R
81
4.16 Perbandingan Deductible expenses Per Tahun - Mesin IC4 4832 R
83
4.17 Total Perbandingan Harga Perolehan dan Deductible expenses Mesin IC4 4832 R…………………………………………………. 4.18
Tabel Perbandingan Penghematan Pajak Lease dan Pembelian -
xv
84
Mesin IC4 4832 R………………………………………………….
85
4.19 Perbandingan Nilai Penghematan Pajak Per Tahun - Mesin IC4 4832 R……………………………………………………………...
xvi
86
DAFTAR GAMBAR
No
Keterangan
2.1 Kerangka pemikiran............................................................................
xvii
Halaman 38
DAFTAR LAMPIRAN No
Keterangan
Halaman
1
Surat izin riset.....................................................................
94
2
Daftar kendaraan dan mesin PT. Els Indonesia Prima........
95
3
Suku bunga BI.....................................................................
96
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelian aktiva tetap, perusahaan harus mempertimbangkan alternatif
pembiayaan
mana
yang
paling
menguntungkan
agar
dapat
meminimalkan pengeluaran perusahaan dan dengan demikian keuntungan yang diperoleh dapat semakin meningkat. Beberapa alternatif pembiayaan pembelian aktiva tetap antara lain adalah pembiayaan secara tunai, kredit atau secara leasing. Usaha leasing diperkenalkan untuk pertama kali di indonesia pada tahun 1974 dengan dikeluarkannya keputusan bersama tiga menteri: menteri keuangan, menteri perdagangan, dan menteri perindustrian dengan No.Kep-122/MK/2/1974, No.32/M/SK/2/1974, dan No.30/Kpb/1974 tanggal 7 februari 1974 tentang perizinan usaha leasing. Leasing adalah suatu perjanjian yang mempunyai sifatsifat tersendiri, yang berbeda dengan perjanjian–perjanjian seperti pembelian dengan angsuran maupun pinjaman uang dari bank (Hakim, 2007:49). Pembiayaan tunai merupakan salah satu jenis pembiayaan dengan memanfaatkan kas atau uang tunai yang dapat dipakai oleh suatu perusahaan. Kecenderungan yang terjadi selama ini adalah pembiayaan secara tunai dilakukan untuk pembelian peralatan atau barang modal yang nilai harga perolehannya tidak terlalu besar. Pembiayaan secara tunai dilakukan dengan memperhatikan posisi
1
saldo kas minimum sehingga tidak menganggu posisi kas yang digunakan untuk biaya operasional jangka pendek. Pengertian leasing (sewa guna usaha) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran berkala. Pengertian lain dari leasing (sewa guna usaha) adalah suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (pemakai barang modal), dimana lessor memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan barang modal selama jangka waktu tertentu, dengan suatu imbalan berkala dari lessee, dan lessee diberikan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut tetap menjadi milik lessor selama jangka waktu kontrak leasing (Lubis, 2007:33). Jenis sewa guna usaha (leasing) dibedakan menjadi sewa guna usaha dengan hak opsi dan sewa guna usaha tanpa hak opsi. Sewa guna usaha dengan hak opsi (finance/capital lease) adalah sewa guna usaha dimana penyewa (lessee) pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli. Kegiatan sewa guna usaha yang digolongkan sebagai sewa guna usaha dengan hak opsi apabila memenuhi semua kriteria sebagai berikut: a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor
2
b. Masa sewa guna usaha ditetapkan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk barang modal golongan 1, 3 (tiga) tahun untuk barang modal golongan II, III dan 7 (tujuh) tahun untuk golongan bangunan. c. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee. Sedangkan sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) adalah sewa guna usaha dimana penyewa atau lessee pada akhir masa kontrak tidak mempunyai hak opsi membeli obyek sewa guna usaha tersebut. Kegiatan sewa guna usaha yang digolongkan sebagai tanpa hak opsi apabila memenuhi semua kriteria sebagai berikut: a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama tidak dapat menutupi harga perolehan barang modal yang dsewa guna usahakan ditambah keuntungan yang diperhitungkan oleh lessor. b. Perjanjian sewa guna usaha tidak memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee (Lubis, 2007: 34). Keuntungan pembiayaan dengan sistem sewa guna usaha atau leasing antara lain karena adanya pembiayaan jangka panjang atau menengah. Dilihat dari perspektif ekonomi, pembiayaan jangka panjang atau menengah ini sesuai dengan adanya umur ekonomis barang modal. Selain itu, leasing memungkinkan pengoptimalan dana investasi karena dana investasi barang modal dapat dialihkan untuk investasi hasil cepat lainnya, misalnya modal kerja atau investasi surat-surat berharga.
3
Leasing juga dianggap lebih mempunyai nilai fleksibilitas dalam struktur kontrak, sehingga dapat dilakukan beberapa pembaharuan perjanjian yang dianggap masih menguntungkan perusahaan. Selain memilih alternatif pembiayaan yang paling menguntungkan bagi perusahaan, harus diupayakan bagaimana cara meminimalkan pajak supaya beban pajak perusahaan dapat ditekan serendah mungkin. Perencanaan pajak (tax planning) adalah upaya untuk menghemat pajak dengan cara merekayasa agar beban pajak serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada. Perencanaan pajak merupakan upaya legal yang bisa dilakukan wajib pajak. Tindakan tersebut legal karena penghematan pajak hanya dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur. Dengan pembiayaan secara tunai, jumlah yang dapat dibiayakan dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak adalah biaya penyusutannya dan biaya penyusutannya ditentukan oleh metode penyusutan dan umur ekonomis yang telah ditetapkan oleh peraturan perpajakan. Sedangkan pembelian melalui kredit, jumlah yang boleh dibebankan sebagai biaya dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak adalah sebesar biaya penyusutan, biaya bunga atas pinjaman pada bank, ditambah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan dan untuk penyelesaian administrasi kredit bank. Besarnya biaya penyusutan antara lain ditentukan oleh masa manfaat (umur ekonomis) dan metode penyusutan yang telah ditetapkan oleh peraturan perpajakan (Suandy, 2001: 56).
4
Berdasarkan ketentuan perpajakan yang ditetapkan pemerintah, leasing dianggap dapat digunakan sebagai penghematan pengeluaran pajak. Besarnya penghematan pajak pada leasing dilakukan dengan menghitung jumlah biaya yang dapat dikurangkan dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak. Dengan leasing, biaya yang dapat dikurangkan adalah seluruh lease fee dan biaya penyusutan sebesar nilai opsi. Biaya yang harus dikeluarkan tiap bulan beserta bunga apabila dijumlahkan maka biaya leasing akan lebih mahal dibandingkan dengan pembelian secara tunai, tetapi penghematan pajaknya jauh lebih besar karena semua lease fee dapat dibiayakan dan jangka waktu sewa guna usaha (lease term) lebih pendek dari umur ekonomis. Keringanan pajak pada alternatif pembiayaan secara leasing adalah tentang keberadaan barang modal. Pada neraca yang mencatat keberadaan aktiva tetap, antara lessee dengan lessor berbeda, tergantung adanya hak opsi atau tidak ada hak opsi. Berdasarkan pencatatan aktiva tetap pada neraca tersebut akan timbul suatu penyusutan yang pada akhirnya akan mempengaruhi pengenaan pajak Penelitian ini akan melihat bagaimana penerapan perencanaan pajak untuk menentukan pembiayaan yang mempunyai penghematan pajak terbesar di PT. Els Indonesia Prima yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan analisa terhadap perusahaan yang menggunakan pembelian tunai dalam pengadaan atau perolehan aktiva tetapnya untuk dibandingkan dengan alternatif pembiayaan leasing atau sewa guna usaha dalam tugas akhir ini dengan judul: ”Analisis Perbandingan Perencanaan 5
pajak untuk pengadaan aktiva dengan cara sewa guna usaha (leasing) dan pembelian tunai dalam rangka penghematan pajak pada PT. Els Indonesia Prima”.
B. Perumusan Masalah Penelitian Sesuai dengan judul penelitian ini, yang akan menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini berkaitan dengan analisis perbandingan perencanaan pajak untuk pengadaan aktiva dengan cara sewa guna usaha (leasing) dan pembelian tunai dalam rangka penghematan pajak. Penulis mencoba untuk merumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan atas pengadaan aktiva pada PT. Els Indonesia Prima ? 2. Adakah perbedaan secara signifikan atas penerapan sewa guna usaha dan pembelian tunai dalam penghematan pajak pada PT. Els Indonesia Prima?
C. Tujuan Penelitian Dari permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini antara lain: 1. Untuk mengetahui penerapan metode sewa guna usaha (leasing) atas aktiva tetap perusahaan. 2. Untuk mengetahui besarnya perbedaan yang signifikan antara penerapan sewa guna usaha (leasing) dan pembelian tunai dalam penghematan pajak.
6
D. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah: 1. Perusahaan Sebagai saran dan masukan bagi pihak yang berkepentingan dalam perusahaan dalam menilai dan meningkatkan kinerja perusahaan secara optimal di masa yang akan datang. 2. Penulis Menambah pengetahuan yang lebih mendalam baik teori maupun praktek yang diterapkan dalam bidang akuntansi dan perpajakan khususnya transaksi sewa guna usaha (leasing).
7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Dasar-Dasar Perpajakan 1. Pengertian pajak Pengertian pajak menurut Mardiasmo dalam buku “Perpajakan” (2009:1) “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”. Menurut Adriani, “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturanperaturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran umum berhubung tugas negara menyelenggarakan pemerintahan”. Menurut Feldman “Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontrapestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluara umum” (Siti Resmi, 2003:1).
8
2. Unsur pajak Dari ketiga definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur : a. Iuran dari rakyat kepada Negara. Artinya bahwa yang berhak melakukan pemungutan pajak adalah Negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, iuran tersebut berupa uang (bukan barang). b. Berdasarkan undang-undang. Artinya bahwa walaupun Negara mempunyai hak untuk memungut pajak, namun pelaksanaannya harus memperoleh persetujuan dari wakil-wakil rakyat, yaitu dengan menyetujui undang-undang. Oleh karena pemungutan pajak berdasarkan undang-undang berarti pelaksanaannya dapat dipaksa. c. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari Negara yang secara langsung dapat ditunjuk secara individual. Artinya bahwa imbalan atau kontraprestasi oleh Negara atau pembayar pajak tersebut tidak diperuntukkan bagi rakyat secara individual atau tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan besarnya pajak. d. Untuk membiayai pengeluaran pemerintah baik rutin maupun pengeluaran pembangunan. e. Penyelenggaraan pemerintah secara umum merupakan prestasi dari Negara, jika masih surplus digunakan untuk public investment.
9
f. Pajak dipungut disebabkan karena suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu kepada seseorang. g. Pajak dapat pula mempunyai tujuan yang non budgeter yaitu mengatur.
3. Fungsi pajak Menurut Mardiasmo (2009:1) fungsi pajak terbagi menjadi dua, yaitu: Fungsi penerimaan (budgeter), dan fungsi mengatur (regular). a. Fungsi penerimaan (budgeter) Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang di peruntukan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Contoh : di masukannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. b. Fungsi mengatur (regular) Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh yaitu di kenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minimum keras sehingga konsumsi minuman keras dapat di tekan. Demikian pula terhadap barang mewah.
10
4. Pengelompokkan pajak Pengelompokkan pajak dibagi berdasarkan: a. Menurut Soemarso (2007:15) pajak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: pajak langsung dan pajak tidak langsung. 1) Pajak Langsung Dalam pengertian ekonomis, pajak langsung adalah pajak yang bebanya harus dipikul sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak boleh dilimpahkan kepada orang lain. Dalam pengertian administratif, pajak langsung adalah pajak yang dipungut secara berkala. Contoh : Pajak Penghasilan (PPh) 2) Pajak Tidak Langsung Dalam pengertian ekonomis, pajak tidak langsung adalah pajak-pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada pihak ketiga atau konsumen. Dalam pengertian administrative, pajak tidak langsung adalah pajak yang dipungut setiap terjadi peristiwa atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang, pembuatan akte. Contohnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Bea materai.
11
b. Menurut Soemarso (2007:16) sifat pajak dapat dibagi menjadi dua yaitu: pajak subjektif dan pajak objektif. 1) Pajak Subjektif (bersifat perorangan) Pajak subjektif adalah pajak yang memperhatikan pertama-tama kesadaran pribadi Wajib Pajak untuk menetapkan pajaknya harus ditemukan alasan-alasan yang objektif yang berhubungan erat dengan keadaan materialnya, yaitu yang disebut daya pikul. 2) Pajak Objektif (bersifat kebendaan) Pajak Objektif pertama-tama melihat kepada objeknya baik itu berupa benda, dapat pula berupa keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar, kemudian barulah dicari subjeknya (orang atau badan hukum) yang bersangkutan langsung, dengan tidak mempersoalkan apakah subjek pajak ini berkedudukan di Indonesia ataupun tidak. c. Lembaga Pemungut dapat dibagi 2 yaitu: pajak pusat dan pajak daerah. 1) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai. 2) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
12
5. Sistem pemungutan pajak Sistem pemungutan pajak menurut waluyo (2006:17) dikelompokkan menjadi tiga yaitu: official assessment system, self assessment system, dan with holding system a. Official Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. b. Self Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. c. With Holding System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
6. Hambatan pemungutan pajak Hambatan terhadap pemungutan pajak menurt mardiasmo (2003:7) dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: perlawanan pasif danperlawanan aktif. a. Perlawanan pasif
13
Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan antara
lain:
1) Perkembangan intelektual dan moral masyarakat. 2) Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat. 3) Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik. b. Perlawanan aktif Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak. Bentuknya antara lain : 1) Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar Undang-undang. 2) Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar Undang-undang (menggelapkan pajak)
B. Pengertian Manajemen dan Perencanaan Pajak Pada umumnya, perencanaan pajak (tax planning) merujuk kepada proses merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak agar utang pajak berada dalam jumlah yang minimal, tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Namun demikian, perencanaan pajak juga dapat diartikan sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap, benar, dan tepat waktu sehingga dapat secara optimal menghindari pemborosan sumber daya.
14
Perencanaan Pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Manajemen pajak itu sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar, tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Langkah
selanjutnya
adalah
pelaksanaan
kewajiban
perpajakan
(tax
implementation) dan pengendalian pajak (tax control). Pada tahap perencanaan pajak ini, dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan. Tujuannya adalah agar dapat dipilih jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya, penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimimalisasi kewajiban pajak. Untuk dapat meminimalisasi kewajiban pajak, dapat dilakukan berbagai cara, baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan (lawful) maupun yang melanggar peraturan perpajakan (unlawful), seperti tax avoidance dan tax evasion. Perencanaan pajak umumnya selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu transaksi atau kejadian mempunyai dampak perpajakan. Apabila kejadian tersebut mempunyai dampak pajak, apakah dampak tersebut dapat diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi jumlah pajaknya. Selanjutnya, apakah pembayaran pajak tersebut dapat ditunda. Pada dasarnya, perencanaan pajak harus memenuhi syarat-syarat berikut: -
Tidak melanggar ketentuan perpajakan.
-
Secara bisnis dapat diterima, dan 15
-
Bukti-bukti pendukungnya memadai.
1. Aspek-aspek dalam Perencanaan Pajak a. Aspek Formal dan Administratif 1) Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP); 2) Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan; 3) Memotong dan/atau memungut pajak; 4) Membayar pajak; 5) Menyampaikan Surat Pemberitahuan. b. Aspek Material Basis penghitungan pajak adalah objek pajak. Dalam rangka optimalisasi
alokasi
sumber
dana,
manajemen
akan
merencanakan
pembayaran pajak yang tidak lebih dan tidak kurang. Untuk itu, objek pajak harus dilaporkan secara benar dan lengkap.
2. Tahapan perencanaan pajak a. Menganalisis informasi yang ada (analyzing the existing data base). b. Membuat satu atau lebih model kemungkinan jumlah pajak (designing one or more possible tax plans). c. Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan pajak (evaluating a tax plan).
16
d. Mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana pajak (debugging the tax plans). e. Memutakhirkan rencana pajak (updating the tax plan).
3. Strategi umum perencanaan pajak a. Tax Saving Tax saving merupakan upaya efisiensi beban pajak melalui pemilihan alternatif pengenaan pajak dengan tarif yang lebih rendah. Misalnya, perusahaan yang memiliki penghasilan kena pajak lebih dari Rp 100 juta dapat melakukan perubahan pemberian natura kepada karyawan menjadi tunjangan dalam bentuk uang. b. Tax Avoidance Tax avoidance merupakan upaya efisiensi beban pajak dengan menghindari pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan merupakan objek pajak. Misalnya, perusahaan yang masih mengalami kerugian, perlu mengubah tunjangan karyawan dalam bentuk uang menjadi pemberian natura karena natura bukan merupakan objek pajak PPh Pasal 21. c. Menghindari Pelanggaran atas Peraturan Perpajakan Dengan menguasai peraturan pajak yang berlaku, perusahaan dapat menghindari timbulnya sanksi perpajakan berupa: 1) Sanksi administrasi: denda, bunga, atau kenaikan; 2) Sanksi pidana: pidana atau kurungan. 17
d. Menunda Pembayaran Kewajiban Pajak Menunda pembayaran kewajiban pajak tanpa melanggar peraturan yang berlaku dapat dilakukan melalui penundaan pembayaran PPN. Penundaan ini dilakukan dengan menunda penerbitan faktur pajak keluaran hingga batas waktu yang diperkenankan, khususnya untuk penjualan kredit. Dalam hal ini, penjual dapat menerbitkan faktur pajak pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan barang. e. Mengoptimalkan Kredit Pajak yang Diperkenankan Wajib Pajak sering kurang memperoleh informasi mengenai pembayaran pajak yang dapat dikreditkan yang merupakan pajak dibayar dimuka. Misalnya, PPh Pasal 22 atas pembelian solar dan/atau impor dan Fiskal Luar Negeri atas perjalanan dinas pegawai.
C. Aktiva Tetap dan Penyusutannya 1. Pengertian aktiva tetap Aktiva tetap merupakan aktiva yang menjadi hak milik perusahaan dengan nilai yang relatif besar dan dipergunakan secara terus menerus dalam kegiatan operasional perusahaan, yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan melainkan untuk digunakan dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa, dimana masa manfaatnya lebih dari satu periode akuntansi. adalah aktiva yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara terus menerus dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa perusahaan. Pengertian 18
aktiva tetap yang diberikan Erly Suandy (2001:35) yaitu : “Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.” Dan menurut Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) nomor 16 aktiva tetap didefinisikan sebagai berikut, “Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa aktiva tetap mempunyai beberapa kriteria umum sebagai berikut: a. Berwujud Dalam hal ini aktiva tetap memiliki bentuk fisik yang nyata dan dapat diamati dengan menggunakan panca indera. b. Digunakan untuk operasi perusahaan Aktiva tetap digunakan untuk melaksanakan atau membantu produksi suatu barang atau memberi jasa kepada perusahaan atau pelanggannya. Jika kriteria ini tidak tercakup maka aktiva tersebut tidak dapat dimasukkan sebagai aktiva tetap melainkan diartikan sebagai investasi perusahaan. c. Tidak dimaksudkan untuk diperjual belikan 19
Sifat inilah yang membedakan aktiva tetap dari barang dagang sehingga dapat dikatakan bahwa aktiva tetap bersifat non monetary yaitu masa manfaat aktiva tetap ini timbul dari penggunaan atas jasa yang dihasilkan dan bukan dari pengkonversian aktiva tetap tersebut ke dalam sejumlah uang. d. Memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi Walau
tidak
ada
kriteria
standar
mengenai
jangka
waktu
pemakaianminimal yang dapat dipergunakan untuk membedakan mana yangaktiva
tetap
atau
perusahaanmenggunakan
mana dasar
yang
pemakaian
bukan, lebih
tetapi dari
biasanya
satu
periode
akuntansisebagai pedoman. e. Jumlahnya yang cukup material Meski dalam hal ini tidak terdapat pedoman berupa jumlah uang yangpasti untuk aktiva tetap, namun setiap perusahaan mempunyai pedoman tersendiri.
2. Penyusutan aktiva tetap Definisi
penyusutan
dalam
buku
Intermediate
Accounting
menyebutkan, “Pengalokasian harga perolehan aktiva tetap yang dibebankan pada suatu periode tertentu”, dan pengertian penyusutan menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 17 Yaitu, “Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi.” 20
ciri utama aktiva tetap adalah bahwa aktiva tetap digunakan untuk menghasilkan pendapatan selama lebih dari satu periode akuntansi. Ciri lainnya adalah umur ekonomis dan masa manfaat yang terbatas bersamaan dengan berlalunya waktu, semua aktiva tetap (kecuali tanah), akan kehilangan kemampuannya menghasilkan jasa. Dengan demikian, harga perolehan aktiva semacam ini harus dipindahkan ke perkiraan beban secara teratur selama masa manfaat yang diharapkan. Penurunan manfaat secara periodik ini disebut penyusutan (depreciation). Faktor-faktor
yang
menyebabkan
penurunan
manfaat
atau
berkurangnya nilai aktiva menurut baridwan (2000:308) dapat dibagi dalam 2 (dua) kategori yaitu: faktor fisik dan faktor fungsional. a. Faktor fisik, yang mengurangi fungsi aktiva tetap karena pemakaian, aus, atau karena kerusakan. b. Faktor fungsional, yang meliputi ketidakmampuan aktiva untuk memenuhi kebutuhan produksi sehingga perlu diganti karena adanya perubahan permintaan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan atau teknologi sehingga aktiva tersebut tidak ekonomis lagi jika dipakai. Menurut baridwan (2000:309) ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban penyusutan setiap periode. Faktor-faktor itu ialah: harga perolehan,nilai sisa, dan taksiran umur keguanaan. a. Harga Perolehan
21
Yaitu uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul dan biaya-biaya lain yang terjadi dalam memperoleh suau aktiva dan menempatkannya agar dapat digunakan. b. Nilai sisa (residu) Nilai sisa suatu aktiva yang didepresiasi adalah jumlah yang diterima bila aktiva itu dijual, ditukarkan atau cara-cara lain ketika aktiva tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi, dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat menjual/menukarnya. c. Taksiran umur kegunaan Taksiran umur kegunaan suatu aktiva dipengaruhi oleh cara-cara pemeliharaan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dianut dalam reparasi. Taksiran umur ini bisa dinyatakan dalam satuan periode waktu, satuan hasil produksi atau satuan jam kerjanya. Dalam menaksir umur aktiva, harus dipertimbangkan sebab-sebab keausan fisik dan fungsional. Dari faktor-faktor diatas dapat dihitung biaya depresiasi tiap tahun. Biaya depresiasi ini merupakan suatu taksiran yang ketelitiannya sangat tergantung pada ketelitian penentuan ke-3 faktor di atas. Ketelitian biaya depresiasi ini akan mempengaruhi besarnya laba rugi perusahaan setiap periode. Apabila depresiasi tidak dihitung dengan teliti maka jumlah laba rugi perusahaan juga menjadi tidak teliti. Kriteria Aktiva yang dapat disusutkan adalah: a. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi 22
b. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas c. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang dan jasa, untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi.
3. Metode penyusutan Menurut Baridwan (2000:309) penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yaitu sebagai berikut: a. Metode garis lurus (Straight Line Method) Metode ini adalah metode penyusutan yang paling sederhana dan banyak digunakan. Dalam cara ini beban penyusutan tiap periode jumlahnya sama. Penyusutan tiap tahun dihitung dengan rumus sebagai berikut : Penyusutan = HP – NS n Keterangan : HP = Harga Perolehan NS = Nilai sisa (residu) n = Taksiran umur kegunaan b. Metode saldo menurun ganda (Double Declining Balance Method) Dalam metode ini, beban penyusutan tiap tahunnya menurun. Untuk dapat menghitung beban penyusutan, dasar yang digunakan adalah persentase penyusutan dengan cara garis lurus. Persentase ini dikalikan dua dan setiap tahunnya dikalikan pada nilai buku aktiva tetap. Karena nilai buku selalu menurun maka beban penyusutan juga selalu menurun. 23
c. Metode jumlah angka tahun (Sum Of The Year Digits Method) Di dalam metode ini penyusutan dihitung dengan cara mengalikan bagian pengurang yang setiap tahunnya selalu menurun dengan harga perolehan dikurangi nilai residu. Bagian pengurang ini dihitung sebagai berikut: Pembilang = bobot untuk tahun yang bersangkutan Penyebut = jumlah angka tahun selama umur ekonomis aktiva atau Jumlah angka bobot. Contoh: Mesin yang harga perolehannya Rp. 100.000.000, residu Rp 10.000.000 ditaksir umur ekonomisnya 3 tahun, maka; Tahun
Bobot
Bagian pengurang
1
3
3/6
2
2
2/6
3
1
1/6
6
6/6
Keterangan: Penyebut dalam bagian pengurang dihitung dengan cara menjumlahkan angka bobot = 3+2+1 = 6. Pembilang dalam bagian pengurang adalah angka bobot tahun yang bersangkutan. Untuk tahun pertama: 3; dan seterusnya. d. Metode jumlah unit produksi (Productive Output Method) Dalam metode ini umur kegunaan aktiva ditaksir dalam satuan jumlah unit hasil produksi. Beban penyusutan dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga penyusutan tiap periode akan berfluktuasi sesuai dengan 24
fluktuasi hasil produksi. Untuk dapat menghitung beban penyusutan periodik, pertama kali dihitung tarif penyusutan untuk tiap unit produk, kemudian tarif ini akan dikalikan dengan jumlah produk yang dihasilkan dalam periode tersebut. Besarnya tarif penyusutan per unit produk dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Penyusutan/unit = HP – NS n Keterangan: HP = Harga perolehan NS = Nilai sisa n
= Taksiran hasil produksi (unit)
e. Metode jam jasa (Service Hours Method) Dalam metode ini beban penyusutan dihitung dengan dasar satuan jam jasa. Beban penyusutan periodik besarnya akan sangat tergantung pada jam jasa yang digunakan. Besarnya penyusutan per jam dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Penyusutan per jam = HP – NS n
Keterangan: HP = Harga perolehan NS = Nilai sisa n
= Taksiran jam jasa 25
D. Harga Perolehan Aktiva Tetap Menurut Baridwan (2000:204) aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masingmasing cara perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan. Berikut beberapa cara perolehan aktiva tetap : 1. Perolehan aktiva tetap dengan pembelian secara tunai Pembelian tunai memerlukan uang kas, jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap termasuk harga faktur dan semua biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tersebut siap untuk digunakan, seperti biaya angkut, premi asuransi dalam perjalanan, biaya balik nama, biaya pemasangan dan biaya percobaan. Semua biaya-biaya yang disebutkan dikapitalisasi sebagai harga perolehan aktiva tetap. Apabila dalam pembelian aktiva tetap ada potongan tunai maka potongan tunai tersebut merupakan pengurangan terhadap harga faktur. Apabila pembelian aktiva tetap dibeli sekaligus dengan harga borongan (lump sum), maka harga perolehannya harus dialokasikan untuk masing-masing jenis aktiva tetap. Dasar alokasi yang digunakan sedapat mungkin dilakukan dengan harga pasar masing-masing aktiva. Apabila harga pasarnya tidak diketahui, alokasi harga perolehan dapat ditentukan dengan harga penilaian menurut lembaga penilaian yang objektif.
26
2. Perolehan aktiva tetap dengan pembelian secara angsuran Jika aktiva tetap diperoleh dengan pembelian angsuran, maka harga perolehannya tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran harus dikeluarkan dari harga perolehan dan dibebankan sebagai biaya bunga. 3. Perolehan aktiva tetap dengan cara pertukaran Apabila aktiva tetap diperoleh dengan cara tukar-menukar, atau sering disebut “tukar tambah” aktiva yang lama digunakan untuk membayar harga aktiva yang baru baik seluruhnya maupun sebagian, dimana kekurangannya dibayar tunai. Dalam keadaan seperti ini prinsip harga perolehan tetap harus digunakan, yaitu aktiva baru dikapitalisasikan dengan jumlah sebesar harga pasar aktiva lama ditambah uang yang dibayarkan atau dikapitalisasikan sebesar harga pasar aktiva baru yang diterima. Jika harga pasar aktiva lama maupun yang baru tidak dapat ditentukan, maka nilai buku lama akan digunakan sebagai dasar pencatatan pertukaran tersebut. Disamping itu, laba atau rugi pertukaran akan dipisahkan menjadi 2 (dua), yaitu pertama untuk penukaran aktiva tetap yang sejenis, dan yang kedua untuk pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis. 4. Aktiva tetap ditukar dengan surat-surat berharga Jika aktiva tetap diperoleh dengan cara mengeluarkan saham/obligasi, maka aktiva tersebut harus dicatat sebesar harga pasar saham/obligasi pada saat pembelian. Nilai saham / obligasi dicatat seharga nilai pari. Jika harga pasar lebih besar dari harga pari selisihnya dicatat sebagai premium (agio saham) dan 27
jika harga pasar lebih kecil dari harga pari maka selisihnya dicatat sebagai discount (disagio saham). 5. Aktiva tetap yang diperoleh dari pemberian atau hadiah Jika aktiva tetap diperoleh dengan cara dihadiahkan atau ditentukan sendiri maka transaksi ini disebut non reciprocal transfer atau transfer yang tidak memerlukan umpan balik. Aktiva tetap dicatat sebesar harga pasar yang wajar atau berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh pihak perusahaan penilai yang independent (Appraisal Company) dan dikredit modal donasi (Donated Capital).
E. Sewa Guna Usaha (Leasing) 1. Definisi leasing, lessor, Lessee Menurut Harahap (2000:170) sewa guna usaha (Leasing) adalah suatu cara untuk memperoleh hak untuk menggunakan aktiva berwujud tertentu dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Menurut Harahap (2000:170) dalam buku akuntansi aktiva tetap, mengutip dari PSAK No. 30 tentang akuntansi sewa guna usaha mendefinisikan leasing, leasing company, dan Lessee sebagai berikut: a. Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaranpembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut untuk 28
membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. b. Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing Company / Lessor) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentukpenyediaan barang modal baik secara finance lease maupun operating lease untuk digunakan oleh Penyewa Guna Usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. c. Penyewa Guna Usaha (Lessee) adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang modal dengan pembiayaan dari pihak lessor. Dari berbagai definisi tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bhwa bsewa guna usaha merupakan suatu kontrak atau persetujuan sewa menyewa dan menjadi objek sewa guna usaha adalah barang modal. Dari segi pandangan hukum, kegiatan sewa guna usaha memiliki 5 (lima) ciri yaitu: 1) Perjanjian antara lessor dengan pihak Lessee 2) Berdasarkan perjanjian sewa guna usaha, lessor mengalihkan hak 3) penggunaan barang kepada pihak Lessee. 4) Lessee membayar kepada lessor uang sewa atas penggunaan barang (asset). 5) Lessee mengembalikan barang tersebut kepada lessor pada akhir periode yang ditetapkan lebih dahulu dan jangka waktunya kurang dari umur ekonomi barang tersebut.
29
2. Jenis-Jenis Sewa Guna Usaha (Leasing) Menurut Harahap (2000:175) jenis-jenis leasing yang sudah dikenal secara umum, termasuk dua jenis leasing yang tercantum dalam Keputusan Menteri Keuangan adalah sebagai berikut: a. Finance Lease / Capital Lease (Sewa Guna Usaha Pembiayaan) Finance Lease adalah suatu kegiatan leasing dimana Lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. Dalam lease ini, lessor adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Lessee biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama lessor sebagai pemilik barang nodal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi leasing. Selama masa lease, Lessee melakukan pembayaran leasing secara berkala dimana jumlah seluruhnya ditambah dengan pembayaran nilai sisa (residual value) mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang dibiayai serta bunganya, yang merupakan pendapatan bagi lessor. b. Operating Lease (Sewa-Menyewa Biasa) Operating lease adalah suatu kegiatan leasing dimana Lessee tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek leasing. Dalam leasing ini, lessor membeli barang modal dan selanjutnya di sewagunausahakan kepada Lessee. Berbeda dengan finance lease, jumlah seluruh pembayaran leasing tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal 30
tersebut berikut dengan bunganya. Perbedaan ini disebabkan karena lessor mengharapkan keuntungan justru dari penjualan barang modal yang disewagunausahakan atau melalui beberapa kontrak leasing lainnya. Dalam leasing ini dibutuhkan keahlian khusus dari lessor untuk memelihara dan memasarkan kembali barang modal yang disewagunausahakan, sehingga lessor biasanya bertanggungjawab atas biaya-biaya pelaksanaan leasing seperti asuransi, pajak maupun pemeliharaan barang modal yang bersangkutan. c. Sales-Type Lease (Sewa Guna Usaha Penjualan) Leasing ini merupakan transaksi pembiayaan secara langsung (direct financial lease) dimana dalam jumlah transaksi termasuk laba yang diperhitungkan oleh pabrikan atau penyalur yang juga merupakan lessor. Leasing ini seringkali menjadi suatu jalur pemasaran bagi produk perusahaan tertentu. d. Leveraged lease Transaksi leasing jenis ini melibatkan setidaknya tiga pihak yakni Lessee, lessor dan kreditur jangka panjang yang membiayai bagian terbesar dari transaksi leasing.
31
3. Pelaksanaan Transaksi Leasing Ditinjau dari teknis pelaksanaannya, transaksi leasing dapat dibagi menjadi dua yaitu: direct Lease dan sale and leaseback. a. Direct Lease (Sewa Menyewa Usaha Langsung) Dalam transaksi ini Lessee belum pernah memiliki barang modal yang menjadi objek leasing sehingga atas permintaannya lessor membeli barang modal tersebut. b. Sale and Leaseback (Penjualan dan Penyewaan Kembali) Dalam transaksi ini, Lessee terlebih dahulu menjual barang modal yang sudah dimilikinya kepada lessor dan atas barang modal yang sama ini kemudian dilakukan kontrak leasing antara Lessee (pemilik semula) dengan lessor. Dalam hal-hal tertentu dikenal Sewa Guna Usaha (Syndicated Lease) dimana beberapa perusahaan leasing secara bersama melakukan transaksi leasing dengan satu Lessee. Leasing ini dilakukan karena nilai transaksi yang terlampau besar atau karena faktor-faktor lain. Salah satu perusahaan leasing akan ditunjuk sebagai koordinator sehingga Lessee cukup berkomunikasi dengan perusahaan ini untuk melaksanakan segala sesuatu yang menyangkut transaksi leasing. Pelaksanaan transaksi ini dapat dilakukan baik melalui direct lease maupun sale and leaseback.
32
4. Perlakuan Akuntansi Oleh Perusahaan Leasing (Lessor) Menurut PSAK NO. 30 (2004:306) perlakuan oleh perusahaan leasing ada beberapa macam yaitu: a. Finance Lease Adapun yang dimaksud dengan finance lease: 1. Penanaman neto dalam aktiva yang disewa guna usahakan harus diperlakukan dan dicatat sebagai penanaman neto sewa guna usaha. Jumlah penanaman neto tersebut terdiri dari jumlah piutang lease ditambah nilai sisa (harga opsi) yang akan diterima oleh lessor pada akhir masa lease dikurangi pendapatan lease yang belum diakui (unearned lease income) dan simpanan jaminan (security deposit) 2. Selisih antara Piutang leasing ditambah nilai sisa (harga opsi) dengan harga perolehan aktiva yang disewa guna usahakan diperlakukan sebagai pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui (unearned lease income) 3. Pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui harus dialokasikan secara konsisten sebagai pendapatan tahun berjalan berdasarkan suatu tingkatan pengemabalian berkala (periodic rate of return) atas penanaman neto perusahaan leasing 4. Apabila perusahaan leasing menjual barang modal kepada Lessee sebelum berakhirnya masa lease, maka perbedaan antara harga jual dengan penanaman neto dalam leasing pada saat penjualan dilakukan harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian periode berjalan. 33
5. Pendapatan lain yang diterima sehubungan dengan transaksi leasing harus diakui dan dicatat sebagai pendapatan periode berjalan. b. Operating Lease Adapun yang dimaksud dengan operating lease: 1. Barang modal yang di sewa guna usahakan harus diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva leasing berdasarkan harga perolehan. 2. Pembayaran lease payments selama tahun berjalan yang diperoleh dari Lessee diakui dan dicatat sebagai pendapatan sewa. Pendapatan sewa harus diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus sepanjang masa lease meskipun pembayaran leasing mungkin dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap periode. 3. Penyusutan aktiva yang disewa guna usahakan harus dilakukan dalam jumlah yang layak berdasarkan taksiran masa manfaatnya. 4. Jika aktiva yang disewagunakan dijual maka perbedaan antara nilai buku dan harga jual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian tahun berjalan.
34
F. Penelitian Sebelumnya Lukman Hakim (2007) melakukan penelitian tentang “Kredit Bank Dan Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi Sebagai Sumber Pendanaan Alternatif Atas Perolehan Aktiva Tetap Dalam Rangka Penghematan Pajak”. Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa tujaun penelitian ini untuk mencari solusi yang tepat untuk memperoleh modal usaha berupa aktiva tetap yang murah dan tidak membebani arus kas keluar serta dapat menghemat pembayaran pajak. Pemilihan alternatif pembiayaan kali ini penulis menoba untuk membandingkan dua pilihan yaitu kredit bank dengan sewa guna usaha. Teknik analisa yang digunakan adalah: 1. Menentukan nilai angsuran (anuitas) 2. Membebankan semua biaya fiskal yang melekat pada aktiva tetap, 3. Menghitung penghematan pajaknya, 4. Menghitung arus kas yang telah dikeluarkan, 5. Mengakumulasikan Net Preset Value. Semakin kecil net present value-nya maka semakin hemat biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tersebut. Uji kasus dilaksanakan pada CV. Hasta Corporation yang rencananya akan membeli aktiva tetap berupa Web Server Mainframe Machine, dengan harga perolehan Rp. 999.000.000,-. Untuk memperoleh mesin tersebut pajak manajemen CV. Hasta Corporation
35
menentukan dua pilihan yaitu melalui kredit bank atau sewa guna usaha lebih menguntungkan dari pada kredit bank, keuntungan yang diperoleh adalah berupa penghematan pajak sebesar Rp. 20.214.877,- sehingga berakibat pada net present value-nya menjadi lebih kecil. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu.
Peneliti 1. Lukman Hakim (2007)
Judul
Vaiabel
Hasil penelitian
Kredit Bank Dan Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi Sebagai Sumber Pendanaan Alternatif Atas Perolehan Aktiva Tetap Dalam Rangka Penghematan Pajak
1. Kredit Bank 2. Leasing 3. Aktiva Tetap 4. Biaya Fiskal 5. Penghema tan Pajak 6. Net Persent Value
Alernatif pendanaan dengan leasing menghasilkan penghematan pajak yang lebih besar dibandingkan dengan alternatif pendanaan dengan kredit bank
Bersambung ke halaman selanjutnya 36
Tabel 2.1 (Lanjutan) Peneliti 2. Listia Tri Wahyuni (2004)
Judul Perbandingan Kredit Perusahaan Pembiayaan Dan Analisis Perpajakan Atas Transaksi Sewa Guna Usaha
Variabel Perbadingan Kredit Perusahaan Pembiayaan Analisis Perpajakan Transaksi Sewa Guna Usaha
Hasil penelitian Dalam leasing terdapat perbedaan pengakuan beban angsuran leasing Penyusutan aktiva tetap leasing jika dilihat dari perlakuan akuntansi menurut komersial dan fiskal, atas perbedaan tersebut akan mempengaruhi penghasilan kena pajak bagi perusahaan.
3. Ardiansy ah Lubis (2007)
Leasing ditinjau dari aspek perpajakan
Leasing Aspek Perpajakan
Adanya perbedaan perlakuan antara standar akuntansi keuangan dengan peraturan perpajakan terhadap transaksi leasing, sehingga utukkepentingan fiskal maka transaksi leasingperlu dilakukan koreksi fiskal sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku.
37
G. Kerangka Pimikiran Kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah membandingkan penerapan pembelian tunai dan leasing dalam perolehan aktiva tetap pada perusahaan dalam rangka menentukan besarnya penghematan pajak. Alur kerangka pemikiran disajikan di dalam skema kerangka berpikir, sebagaimana terlihat pada gambar berikut Aktiva tetap
Sewa guna usaha
Pembelian tunai
Amortisasi hak sewa guna usaha
Biaya penyusutan
Bandingkan
Penghematan pajak
Metode analisis
Kesimpulan Gambar 2.1 Kerangka pemikiran
38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Lokasi penelitian yang telah diteliti adalah PT. Els Indonesia Prima. Penelitian ini dilakukan dengan observasi langsung pada PT. Els Indonesia Prima. yang berlokasi di Jl. Meruya Ilir Raya-Kembangan, Jakarta -Indonesia untuk mandapatkan data yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian perencanaan pajak untuk pengadaan aktiva dengan cara sewa guna (leasing) usaha dan pembelian tunai dalam rangka penghematan pajak pada PT. Els Indonesia Prima.. Ruang lingkup dalam penelitian ini hanya dibatasi pada seberapa besar pengaruh perencanaan pajak untuk pengadaan aktiva dengan cara sewa guna usaha dan pembelian tunai pada PT. Els Indonesia Prima.
B. Metode Penelitian Sampel Menurut Sugiyono (2005:55) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.”
39
Sampel adalah sebagian dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya ada keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat mengambil sampel dari populasi tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Els Indonesia Prima, dengan sampel aktiva pada PT. Els Indonesia Prima.
C. Metode Pengumpulan Data Dalam rangka mengumpulkan data-data yang diperlukan, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : 1. Penelitian lapangan (Field Research) Penulis mencari data primer yang bersifat praktis, yaitu dengan mengadakan peninjauan ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data-data sekunder yang diperlukan. Adapun pelaksanaan penelitian lapangan ini, digunakan teknik pengamatan yang dilakukan untuk menambah data-data yang actual. 2. Penelitian kepustakaan (Library Research) Penulis mencari data-data dan informasi tambahan yang bersifat teoritis dari buku-buku acuan dan literature yang diperoleh dari perpustakaan.
40
D. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah anallisis deskriptif. Adapun yang dimaksud dengan analisis deskriptif kualitatif adalah proses pengumpulan, pengujian dan meringkas berbagai karakteristik data, dalam upaya untuk menggambarkan data tersebut secara memadai (Santoso, 2002).
E. Definisi Operasional Variabel Adapun beberapa variabel yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini, antara lain: 1. Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. 2. Pembelian tunai adalah sejumlah uang kas yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap termasuk harga faktur dan semua biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tersebut siap untuk digunakan. 3. Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.
41
4. Financial lease adalah suatu kegiatan leasing dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. 5. Penghematan pajak adalah bagian dari perencanaan pajak guna mengurangi aliran pembayaran/pengeluaran kas perusahaan dengan cara meminimalisasi beban pajak yang harus dibayar perusahaan.
42
BAB IV PEMBAHASAN
A. Latar belakang perusahaan PT. ELS Indonesia Prima pertama kali didirikan oleh Bapak Iskandar Yusuf dimulai pada tahun 2001. Yang merupakan satu-satunya distributor produk elektrolux terbesar di Indonesia. Dengan misi dan visi serta dukungan pengalaman di bidang elektronik maka pada tahun 2001 Bapak Iskandar Yusuf secara resmi mendirikan PT. ELS Indonesia Prima di Rukan Taman Meruya Blok M/15 Jl. Meruya Ilir Raya - Kembangan, Jakarta 11620 – Indonesia. PT. ELS Indonesia Prima adalah Distributor Sistem Electrolux laundry di Indonesia dengan komitmen untuk membangun Bisnis bagi pelanggan yang berharga, memberikan pelayanan kepada Pemerintah dan kepentingan pribadi baik perusahaan lokal maupun asing dan investor. Kami memiliki kompetensi dan keandalan untuk melakukan penilaian bisnis dan penasehat, menyediakan dan menginstal, pelatihan dan layanan setelah penjualan. Untuk memberikan jasa, kami bekerja sama dengan produsen yang telah memiliki sertifikasi internasional tentang Standar Sistem Manajemen lingkungan (ISO 14001:1996) dan Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001:2000).
43
Kami bertujuan untuk mencapai kualitas terbaik, pengiriman, pelayanan dan hubungan jangka panjang bagi klien kami. Kami mengupayakan untuk memberikan layanan yang terbaik untuk mencapai kepuasan kepada klien kami dengan cara yang profesional, ketepatan waktu standar dan dukunganya. Tujuan kami adalah membantu klien kami yang mencari solusi dengan cara saling menguntungkan untuk mencapai nilai optimal, sehingga semua pihak yang terlibat akan dapat mewujudkan tujuan masing-masing dari transaksi. PT. ELS Indonesia Prima mempekerjakan anggota profesional untuk memperoleh sebutan profesional yang akan menambah kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan klien dan mencapai kepuasan klien. Adapun keunggulan PT. ELS Indonesia Prima selain dari segi produktifitas, pengalaman dan keragaman juga terjaminnya kelangsungan penyediaan pasokan dari elektrolux sendiri yang terintegrasi dengan bisnis elektronik, sehingga dalam menghadapi gejolak perubahan situasi ekonomi dan moneter. PT. ELS Indonesia Prima dapat mempertahankan komitmennya sebagai Distributor System Electrolux laundry yang dapat diandalkan. Adapun mesinmesin yang dimiliki oleh PT. ELS Indonesia Prima adalah, sebagai berikut: • WSB 4500H • IC4 4832 R • Dryer Highcap • Ironder Bedtype
44
• Hydro Rigid • Barier Pullman • Washer 4130 • W4240H Frontload • W4130N Frontload Dan juga berbagai ragam mesin dengan teknologi tinggi yang cukup dikenal elektronik seperti flatwork ironer, hydro extractors dan front load washer. Dengan di tunjang peralatan laboratorium, proses quality control yang ketat serta tenaga kerja yang berpengalaman, PT. ELS Indonesia Prima telah menguasai teknologi dibidang drying dan finishing. PT. ELS Indonesia Prima juga melakukan penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas.
1. Visi Perusahaan PT. ELS Indonesia Prima adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri “Distributor Sistem Electrolux laundry di Indonesia “ dengan tujuan menjadi perusahaan bertaraf internasional dan memimpin pasar di Indonesia dengan visi meningkatkan kualitas dan mutu produk yang dapat diandalkan. Visi ini dituangkan dalam motto perusahaan adalah “ Kualitas produksi, kami jadikan perhatian yang pertama. “ Dalam usaha untuk mencapai visi perusahaan, PT. ELS Indonesia Prima menuangkan dalam bentuk kebijakan mutu sebagai berikut:
45
a. Mengutamakan kepuasan pelanggan b. Melakukan perbaikan berkesinambungan terhadap sistem manajemen mutu.
2. Misi Perusahaan Untuk dapat mencapai visi, perusahaan membuat misi yaitu dengan meningkatkan mutu atau kualitas dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Untuk dapat menghasilkan kualitas atau mutu yang baik PT. ELS Indonesia Prima membuat target atas setiap kegiatan yang ada diperusahaan.
B. Penerapan Metode Sewa Guna Usaha (Financial Lease) Atas Aktiva Tetap Perusahaan. Sejak tahun delapan puluhan leasing atau sewa guna usaha telah dikenal luas di kalangan bisnis di Indonesia, meskipun baru diperkenalkan pada tahun 1974. Konsep ini merupakan salah satu bentuk pembiayaan yang dapat dijadikan alternatif oleh perusahaan untuk memperoleh aktiva tetap yang dibutuhkan. Sewa guna usaha memang menjadi suatu transaksi yang menguntungkan bagi perusahaan. Jika PT. Els Indonesia Prima menerapkan sewa guna usaha khususnya Financial Lease (PT. Els Indonesia Prima sebagai lessee), ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan antara lain : • Perusahaan akan terhindar dari kebutuhan dana besar dan biaya bunga yang
46
tinggi. Jika perusahaan melakukan pembelian secara tunai, perusahaan harus mengeluarkan sejumlah besar kas pada saat itu juga. Pengeluaran kas dalam jumlah yang cukup besar pada saat membeli aktiva tetap itu dapat menjadi tidak menguntungkan, karena bisa saja perusahaan tiba-tiba membutuhkan kas yang cukup besar untuk hal yang lebih penting tetapi sejumlah besar kas tersebut telah terpakai untuk membeli aktiva tetap. Biaya bunga yang tinggi terjadi
jika
perusahaan
dalam
melakukan
pembelian aktiva tetapnya
meminjam dana melalui bank dengan pembebanan bunga yang cukup tinggi atas pinjamannya. • Sewa guna usaha mengurangi resiko keusangan karena sebagian besar biaya atas aktiva
tetap sebelum hak opsi digunakan (untuk financial lease)
ditanggung oleh pihak perusahaan (lessor). • Perjanjian sewa guna usaha memungkinkan lessee untuk mengetahui jumlah pembayaran leasing sehingga lessee dapat dengan akurat memperkirakan kebutuhan kas untuk aktiva tetap tersebut. • Dari segi perlakuan pajak, kantor pajak tidak menganggap transaksi leasing sebagai pembelian, tetapi sebagai sebuah pengurang pajak. Dengan demikian, lessee dapat mengurangi pendapatan perusahaan dengan pembayaran leasing. Penerapan alternatif leasing yang dilakukan oleh penulis atas aktiva tetap yang dimiliki oleh PT. Els Indonesia Prima bertujuan untuk melihat perbandingan penghematan pajak yang dapat diperoleh perusahaan dengan
47
pembelian tunai. Dalam penerapan metode leasing ini, penulis melakukan perhitungan lease atas aktiva tetap yang nilainya cukup material. Karena analisis ini bertujuan untuk menghitung penghematan pajak, maka ketentuan leasing yang digunakan adalah ketentuan berdasarkan peraturan perpajakan. 1.
Asumsi Penentuan Leasing Perhitungan leasing menggunakan sejumlah rumus yang berlaku umum dan digunakan oleh semua perusahaan leasing. Hal-hal yang perlu ditentukan lebih dahulu dalam perhitungan leasing: a. Menentukan Tingkat Suku Bunga Yang Digunakan Langkah pertama dalam analisis ini adalah menentukan tingkat suku bunga yang akan digunakan. Suku bunga yang dimaksud terdiri dari dua macam. Pertama, suku bunga pinjaman yang digunakan sebagai discount factor dalam menghitung nilai tunai. Kedua, suku bunga leasing yang dikaitkan dengan besarnya bunga atas transaksi leasing. Suku bunga pinjaman diperoleh dari data statistik Bank Indonesia atas bank-bank swasta nasional secara rata-rata pada tahun terjadinya perolehan aktiva. Suku bunga leasing ditentukan berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan-perusahaan leasing yang menjadi sampel dalam penelitian. Tingkat bunga leasing rata-rata adalah 10% di atas bunga pinjaman, karena sebagian besar perusahaan leasing sumber dananya berasal dari pinjaman bank dan selisih antara suku bunga pinjaman dengan suku bunga leasing merupakan keuntungan bagi lessor. Berikut di bawah ini 48
tabel suku bunga yang digunakan dalam perhitungan: Tabel 4.1 Tingkat Suku Bunga yang Digunakan Aktiva Tahun tetap Perolehan WSB 4500H 2009 IC4 4832 R 2009 Sumber : Bank Indonesia
Suku Bunga Pinjaman 14,38% 14,28%
Suku Bunga Leasing 14,68% 14,68%
b. Menentukan Periode Lease / Lease Term Period Berdasarkan KMK 1169/KMK.01/1991, masa sewa guna usaha untuk financial lease ditentukan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk barang modal kelompok I dan 3 (tiga) tahun untuk barang modal kelompok II dan III, serta 7 (tujuh) tahun untuk golongan bangunan. Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa periode leasing (lease term) yaitu 4 (empat) tahun untuk mesin WSB 4500H dan mesin IC4 4832 R. c. Present Value Interest Factor of Annuity (PVIFA) Untuk menghitung pembayaran leasing secara periodik, dipergunakan rumus anuitas yang mencerminkan serangkaian pembayaran yang jumlahnya sama selama sejumlah periode tertentu. Rumus (1) Rumus (2) Keterangan: k = suku bunga leasing (%)
49
n = jangka waktu leasing (tahun/bulan) Rumus (1) merupakan rumus anuitas untuk periode tahunan. Rumus (2) merupakan rumus anuitas untuk periode bulanan (rumus ini merupakan rumus yang paling sering digunakan oleh perusahaan leasing karena pembayaran leasing yang harus dibayar lessee biasanya dalam periode bulanan). d. Angsuran Perbulan (Payment) Angsuran perbulan merupakan jumlah pembayaran leasing secara anuitas yang harus dibayar oleh lessee. Rumus Angsuran Perbulan = e. Angsuran Bunga (Interest) Angsuran bunga merupakan bunga yang dibayar lessee kepada lessor. Rumus Angsuran Bunga = k x saldo nilai leasing f. Angsuran Pokok Rumus Angsuran Pokok = Angsuran Perbulan - Angsuran Bunga
Perhitungan leasing dilakukan terhadap aktiva tetap yang jumlahnya material. Aktiva tetap yang dipilih oleh penulis akan digunakan sebagai bahan perbandingan dengan alternative sewa guna usaha guna menentukan penghematan pajak yang dapat diterima perusahaan. Dari daftar aktiva tetap yang dimiliki perusahaan, yang akan dipilih sebagai objek
50
perhitungan leasing antara lain: Tabel 4.2 Objek Perhitungan Leasing Aktiva Tetap Tahun WSB 4500H 2009 IC4 4832 R 2009 Sumber : PT. Els Prima Indonesia Prima
Harga Perolehan 520.000.000 446.052.000
2. Penentuan Besarnya Biaya Leasing Dengan mengasumsikan bahwa harga pasar aktiva tetap yang dileasing sama dengan harga perolehan, maka perlu diketahui setelah harga perolehan atau harga pasar aktiva yang dileasing diperoleh, nilai opsi sebesar 10% dari harga perolehan perlu ditentukan, sehingga nilai leasing yang akan digunakan dalam perhitungan adalah 90% dari harga perolehan. Nilai leasing ini sudah termasuk executory cost (biaya eksekusi/biaya pra-leasing) yang meliputi biaya asuransi, biaya pemeliharaan, dan biaya lainnya.
3. Perhitungan Leasing a. Perhitungan Leasing Atas Mesin WSB 4500H Harga perolehan mesin
Rp. 520.000.000
Nilai opsi (10%)
Rp. 52.000.000
Nilai leasing (90%) Bunga leasing
Rp. 468.000.000 14,68 % pertahun atau 1,22 % perbulan
51
Lease term
4 tahun atau 48 bulan
Nilai leasing atas Mesin WSB 4500H di atas sudah termasuk executory cost (biaya eksekusi/biaya pra-leasing). Berdasarkan data diatas, sebelum menghitung angsuran perbulan terlebih dahulu harus menentukan PVIFAk,n sebagai dasar perhitungan pembayaran leasing. Berdasarkan perhitungan matematis diperoleh nilai PVIFA sebagai berikut: =
= 36,1418
Pembayaran lease atau angsuran perbulan dihitung sebagai berikut: Angsuran perbulan =
= Rp. 12.948.995
Angsuran perbulan sebesar Rp. 12.880.852 merupakan jumlah pembayaran setiap bulan yang harus dibayar oleh perusahaan selaku lessee sampai periode leasing selama 48 bulan berakhir dan perusahaan dapat menggunakan hak opsinya untuk memiliki mesin tersebut.
52
Data perhitungan leasing untuk Mesin WSB 4500H dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.3 Perhitungan Financial Lease Atas Mesin WSB 4500H Angsuran pokok
Angsuran bunga
1 12.948.995 7.225.355 2 12.948.995 7.313.721 3 12.948.995 7.403.168 4 12.948.995 7.493.709 5 12.948.995 7.585.357 6 12.948.995 7.678.126 7 12.948.995 7.772.029 8 12.948.995 7.867.081 9 12.948.995 7.963.295 10 12.948.995 8.060.687 11 12.948.995 8.159.269 12 12.948.995 8.259.057 13 12.948.995 8.360.065 14 12.948.995 8.462.308 15 12.948.995 8.565.802 16 12.948.995 8.670.562 17 12.948.995 8.776.603 18 12.948.995 8.883.941 19 12.948.995 8.992.592 20 12.948.995 9.102.571 21 12.948.995 9.213.895 22 12.948.995 9.326.581 23 12.948.995 9.440.646 24 12.948.995 9.556.105 25 12.948.995 9.672.976 26 12.948.995 9.791.276 27 12.948.995 9.911.024 28 12.948.995 10.032.235 29 12.948.995 10.154.930 30 12.948.995 10.279.124 Bersambung ke halaman selanjutnya
5.723.640 5.635.274 5.545.827 5.455.286 5.363.638 5.270.869 5.176.966 5.081.914 4.985.700 4.888.308 4.789.726 4.689.938 4.588.930 4.486.687 4.383.193 4.278.433 4.172.392 4.065.054 3.956.403 3.846.424 3.735.100 3.622.414 3.508.349 3.392.890 3.276.019 3.157.719 3.037.971 2.916.760 2.794.065 2.669.871
Periode
Angsuran perbulan
Saldo nilai leasing 468.000.000 460.774.645 453.460.924 446.057.756 438.564.047 430.978.691 423.300.565 415.528.536 407.661.455 399.698.160 391.637.473 383.478.204 375.219.148 366.859.083 358.396.775 349.830.972 341.160.410 332.383.807 323.499.866 314.507.274 305.404.703 296.190.807 286.864.226 277.423.581 267.867.476 258.194.500 248.403.224 238.492.200 228.459.965 218.305.035 208.025.911
53
Tabel 4.3 (Lanjutan) Angsuran Angsuran perbulan pokok 31 12.948.995 10.404.838 32 12.948.995 10.532.089 33 12.948.995 10.660.897 34 12.948.995 10.791.279 35 12.948.995 10.923.257 36 12.948.995 11.056.848 37 12.948.995 11.192.074 38 12.948.995 11.328.953 39 12.948.995 11.467.506 40 12.948.995 11.607.753 41 12.948.995 11.749.716 42 12.948.995 11.893.415 43 12.948.995 12.038.872 44 12.948.995 12.186.107 45 12.948.995 12.335.143 46 12.948.995 12.486.002 47 12.948.995 12.638.706 48 12.948.995 12.793.277 jumlah 621.551.760 468.060.820 Sumber : Data yang diolah
Periode
Angsuran bunga 2.544.157 2.416.906 2.288.098 2.157.716 2.025.738 1.892.147 1.756.921 1.620.042 1.481.489 1.341.242 1.199.279 1.055.580 910.123 762.888 613.852 462.993 310.289 155.718 153.490.940
Saldo nilai leasing 197.621.073 187.088.984 176.428.087 165.636.807 154.713.550 143.656.702 132.464.629 121.135.676 109.668.170 98.060.417 86.310.701 74.417.286 62.378.414 50.192.307 37.857.164 25.371.162 12.732.457 0
Tabel perhitungan lease di atas, diperoleh jumlah keseluruhan dari angsuran perbulan, angsuran bunga dan angsuran pokok selama 48 bulan yaitu : Angsuran perbulan
Rp. 621.551.760
Angsuran bunga
(Rp. 153.490.940)
Angsuran pokok
Rp. 468.060.820
Saldo nilai leasing yang pada periode awal berjumlah Rp. 468.060.820 akan terus menurun setiap periode setelah dikurangi dengan angsuran pokok.
54
b. Perhitungan Leasing Atas mesin IC4 4832 R Harga perolehan mesin
Rp. 446.052.000
Nilai opsi (10%)
Rp. 44.605.200
Nilai leasing (90%)
Rp. 401.446.800
Bunga leasing
14,68 % pertahun atau 1,22% perbulan
Lease term
4 tahun atau 48 bulan
Nilai leasing atas Mesin mesin IC4 4832 R di atas sudah termasuk executory cost (biaya eksekusi/biaya pra-leasing). Berdasarkan data diatas, sebelum menghitung angsuran perbulan terlebih dahulu harus menentukan PVIFAk,n sebagai dasar perhitungan pembayaran leasing. Berdasarkan perhitungan matematis diperoleh nilai PVIFA sebagai berikut: =
= 36,1418
Pembayaran lease atau angsuran perbulan dihitung sebagai berikut: Angsuran perbulan = =
. 11.107.548
Angsuran perbulan sebesar Rp 11.107.548 merupakan jumlah pembayaran setiap bulan yang harus dibayar oleh perusahaan selaku lessee sampai periode leasing selama 48 bulan berakhir dan perusahaan dapat menggunakan hak opsinya untuk memiliki mesin tersebut.
55
Data perhitungan leasing untuk Atas Mesin IC4 4832 R dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.4 Perhitungan Financial Lease Atas Mesin IC4 4832 R Angsuran Pokok
Angsuran Bunga
1 11.107.548 6.197.854 2 11.107.548 6.273.653 3 11.107.548 6.350.380 4 11.107.548 6.428.045 5 11.107.548 6.506.660 6 11.107.548 6.586.237 7 11.107.548 6.666.786 8 11.107.548 6.748.321 9 11.107.548 6.830.853 10 11.107.548 6.914.395 11 11.107.548 6.998.958 12 11.107.548 7.084.555 13 11.107.548 7.171.199 14 11.107.548 7.258.903 15 11.107.548 7.347.679 16 11.107.548 7.437.541 17 11.107.548 7.528.502 18 11.107.548 7.620.576 19 11.107.548 7.713.776 20 11.107.548 7.808.115 21 11.107.548 7.903.608 22 11.107.548 8.000.269 23 11.107.548 8.098.113 24 11.107.548 8.197.153 25 11.107.548 8.297.404 26 11.107.548 8.398.881 27 11.107.548 8.501.599 28 11.107.548 8.605.574 29 11.107.548 8.710.820 30 11.107.548 8.817.353 Bersambung ke halaman berikutnya
4.909.694 4.833.895 4.757.168 4.679.503 4.600.888 4.521.311 4.440.762 4.359.227 4.276.695 4.193.153 4.108.590 4.022.993 3.936.349 3.848.645 3.759.869 3.670.007 3.579.046 3.486.972 3.393.772 3.299.433 3.203.940 3.107.279 3.009.435 2.910.395 2.810.144 2.708.667 2.605.949 2.501.974 2.396.728 2.290.195
Periode
Angsuran Perbulan
Saldo Nilai Leasing 401.446.800 395.248.946 388.975.293 382.624.913 376.196.867 369.690.207 363.103.970 356.437.184 349.688.863 342.858.010 335.943.615 328.944.657 321.860.103 314.688.904 307.430.001 300.082.322 292.644.781 285.116.278 277.495.702 269.781.927 261.973.812 254.070.203 246.069.934 237.971.821 229.774.669 221.477.265 213.078.384 204.576.785 195.971.211 187.260.391 178.443.037
56
Tabel 4.4 (Lanjutan) Angsuran Angsuran Angsuran Perbulan Pokok Bunga 31 11.107.548 8.925.190 2.182.358 32 11.107.548 9.034.345 2.073.203 33 11.107.548 9.144.835 1.962.713 34 11.107.548 9.256.676 1.850.872 35 11.107.548 9.369.885 1.737.663 36 11.107.548 9.484.479 1.623.069 37 11.107.548 9.600.474 1.507.074 38 11.107.548 9.717.888 1.389.660 39 11.107.548 9.836.738 1.270.810 40 11.107.548 9.957.041 1.150.507 41 11.107.548 10.078.816 1.028.732 42 11.107.548 10.202.080 905.468 43 11.107.548 10.326.851 780.697 44 11.107.548 10.453.148 654.400 45 11.107.548 10.580.990 526.558 46 11.107.548 10.710.396 397.152 47 11.107.548 10.841.384 266.164 48 11.107.548 10.973.974 133.574 jumlah 533.162.304 401.498.952 131.663.352 Sumber : Data yang diolah
Periode
Saldo Nilai Leasing 169.517.847 160.483.503 151.338.668 142.081.992 132.712.107 123.227.628 113.627.154 103.909.266 94.072.528 84.115.487 74.036.671 63.834.592 53.507.741 43.054.593 32.473.602 21.763.206 10.921.822 0
Tabel perhitungan lease di atas, diperoleh jumlah keseluruhan dari angsuran perbulan, angsuran bunga dan angsuran pokok selama 48 bulan yaitu : Angsuran perbulan
Rp. 533.162.304
Angsuran bunga
(Rp. 131.663352)
Angsuran pokok
Rp. 401.498.952
57
4. Penerapan Leasing dalam Perusahaan Jika perusahaan menerapkan leasing atas perolehan aktiva tetapnya, maka atas penerapan sewa guna usaha (leasing) ini perlu diperhatikan setiap ketentuan mengenai prosedur dan perlakuan leasing baik dari sisi akuntansi maupun pajak. Perlakuan leasing menurut akuntansi dan pajak memiliki sedikit perbedaan. Perbedaan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. a. Perlakuan Leasing Menurut Akuntansi Bagian ini hanya memberikan gambaran mengenai penerapan leasing menurut akuntansi jika perusahaan melakukan transaksi lease serta bagaimana perlakuan akuntansi terhadap aktiva tetap yang dileasing. Gambaran ini tidak menguraikan secara lebih mendalam karena penerapan leasing akan lebih difokuskan pada penghematan pajak yang diatur berdasarkan ketentuan perpajakan. Berdasarkan perlakuan akuntansi untuk leasing (dalam hal ini financial lease), nilai dari aktiva leasing akan tercantum di dalam laporan keuangan. Transaksi leasing menurut akuntansi diatur dalam PSAK No. 30. Aktiva tetap yang dileasing dikapitalisasi sesuai dengan jangka waktu leasing dan disajikan dalam neraca sebagai bagian dari aktiva tetap sebesar jumlah seluruh pembayaran leasing selama masa lease ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar pada akhir periode leasing. Oleh karena itu timbul pembebanan biaya amortisasi atas aktiva tetap leasing yang dihitung berdasarkan taksiran masa manfaat yang diterapkan untuk aktiva tetap 58
sejenis melalui kepemilikan langsung. Untuk memberikan gambaran mengenai perlakuan akuntansi atas leasing, maka yang akan digunakan sebagai contoh dari objek aktiva tetap yang akan dileasing adalah WSB 4500H. Dengan melihat hasil perhitungan leasing pada Tabel 4.3 maka penentuan jumlah yang tercatat menurut akuntansi adalah sebagai berikut: Nilai leasing
Rp. 468.000.000
Nilai opsi
Rp.
Jumlah tercatat
Rp. 520.000.000
52.000.000
Jumlah nilai perolehan keseluruhan sebesar Rp. 520.000.000 merupakan jumlah nilai mesin yang pada awal lease akan dicatat sebagai berikut. Jurnal pada awal periode lease: Mesin lease Hutang lease
Rp 520.000.000 Rp. 520.000.000
Pembayaran yang berupa angsuran perbulan dicatat sebagai berikut. Jurnal pembayaran lease bulan pertama: Hutang lease
Rp. 7.225.355
Beban bunga
Rp. 5.723.640
Kas
Rp. 12.948.995
59
Jurnal pembayaran lease bulan kedua: Hutang lease
Rp. 7.313.721
Beban bunga
Rp. 5.635.274
Kas
Rp. 12.948.995
Jurnal tersebut juga digunakan untuk mencatat pembayaran leasing pada bulan ketiga dan seterusnya sampai transaksi lease berakhir sesuai dengan periode leasing. Berdasarkan angsuran perbulan yang merupakan pembayaran lease secara berkala, maka jika pembayaran lease dari bulan pertama sampai bulan kedua belas akan dijurnal sebagai berikut: Jurnal pembayaran lease pertama: Hutang lease
Rp. 92.780.852
Beban bunga
Rp. 62.607.088
Kas
Rp. 155.387.940
Pada setiap akhir tahun selama periode lease, mesin leasing tersebut harus dikapitalisasi dengan melakukan amortisasi lease sesuai dengan taksiran masa manfaat aktiva yaitu 16 tahun. Amortisasi yang dilakukan berdasarkan metode garis lurus dimana nilai amortisasi pertahun yaitu : Rp. 520.000.000/16 tahun = Rp. 32.500.000/tahun. Jurnal amortisasi mesin lease pertahun: Beban amortisasi mesin lease Akumulasi amortisasi mesin lease
Rp. 32.500.000 Rp. 32.500.000
60
Kemudian pada laporan laba rugi tahun 2009 akan nampak biaya amortisasi sebesar Rp. 32.500.000 dan biaya bunga sebesar Rp. 62.607.088
b. PerlakuanLeasing Menurut Pajak Jika dibandingkan dengan penerapan leasing menurut akuntansi sebelumnya, perbedaan lease menurut pajak terutama terletak pada pembebanan biaya penyusutan (amortisasi) yang dilakukan oleh akuntansi pada saat periode lease. Menurut pajak hal tersebut tidak diperkenankan. Berdasarkan KMK 1169/KMK.01/1991 pembebanan biaya penyusutan hanya dapat dilakukan jika lessee telah menggunakan hak opsinya untuk membeli aktiva tetap tersebut. Dasar penyusutan yang digunakan adalah sebesar nilai opsi dari aktiva tetap yang telah dileasing. Atas perbedaan ini maka akan dilakukan koreksi fiskal karena adanya biaya yang tidak dapat dikurangkan menurut pajak, yaitu biaya penyusutan tersebut. Karena
penerapan
leasing
hanya
difokuskan
pada
unsur
penghematan pajak berdasarkan ketentuan pajak, maka penerapan leasing menurut pajak pada bagian ini tidak akan diuraikan, karena akan disajikan pada bagian-bagian selanjutnya terutama dalam menentukan besarnya penghematan pajak yang akan diterima perusahaan.
61
5. Keseragaman
Metode
Akuntansi
dan
Perpajakan
Atas
Aktiva
Tetap Perusahaan. PT. Els Indonesia Prima memiliki kebijakan dalam menetapkan metode penyusutan, taksiran masa manfaat, serta tarif penyusutan atas aktiva tetap. Kebijakan tersebut adalah dengan melakukan keseragaman antara metode akuntansi dengan perpajakan, dimana metode penyusutan, tarif penyusutan serta masa manfaat disesuaikan dengan metode perpajakan. Dengan demikian tidak mengakibatkan perbedaan atas biaya penyusutan dan tidak perlu dilakukan rekonsiliasi fiskal atau koreksi atas biaya penyusutan. Keseragaman antara metode akuntansi dengan metode perpajakan dapat dilihat dibawah ini: Tabel 4.5 Keseragaman Metode Akuntansi dan Pajak Keterangan Jenis Aktiva
Akuntansi Metode Tarif
Masa Manfaat 20 tahun
Bangunan Garis lurus 5% Peralatan Garis lurus 25% 4 tahun kantor Mesin Garis lurus 6,25% 16 tahun Kendaraan Garis lurus 12,50% 8 tahun Sumber PT. Els Indonesia prima
Garis lurus
Pajak Tarif Masa Manfaat 5% 20 tahun
Garis lurus
25%
Metode
Garis lurus Garis lurus
Kelompok Permanen
4 tahun
Kelompok 1
6,25% 16 tahun 12,50% 8 tahun
Kelompok 2 Kelompok 3
62
C. Perbandingan
Alternatif Financial Lease Dan
Pembelian
Tunai
Serta
Implikasinya Terhadap Penghematan Pajak. 1. Prosedur Penentuan Dalam Analisis Perbandingan Perhitungan lease atas beberapa aktiva tetap di atas hanya merupakan contoh perhitungan yang bertujuan untuk memberikan gambaran terlebih dahulu mengenai komposisi perhitungan financial lease. Pada bagian ini, penulis akan melakukan analisis perbandingan guna melihat nilai penghematan pajak yang dapat diterima oleh perusahaan. Perbandingan yang dilakukan penulis adalah membandingkan alternatif financial lease dengan alternatif pembelian tunai yang biasa dilakukan oleh perusahaan, dengan demikian akan dapat diketahui alternatif mana yang akan memberikan peranan dan kontribusi yang menguntungkan bagi perusahaan dalam hal penghematan pajak. Dalam melakukan perbandingan guna memperoleh penghematan pajak, selain nilai nominal akan digunakan juga nilai tunai berdasarkan Present Value Interest Factor (PVIF) untuk memudahkan analisis yang akan dilakukan. Present Value Interest Factor menggambarkan tentang berapa biaya yang akan dikeluarkan sehingga bagi perusahaan tidak berbeda antara mengeluarkan biaya pada saat ini atau mengeluarkan biaya beberapa waktu lagi. Rumus (1)
PVIFk,n = 1 / ( 1 + i )n
Rumus (2)
PVIFk,n = 1 / ( 1 + i / 12 )n
Keterangan: i = tingkat suku bunga pinjaman ( % ) 63
n = periode (tahunan / bulanan) Rumus (1) untuk periode tahunan. Rumus (2) untuk periode bulanan. Tingkat suku bunga (i) pada PVIF yang akan digunakan dalam perhitungan adalah tingkat suku bunga pinjaman bank secara rata-rata pada tahun perolehan aktiva tetap, yang diperoleh dari data statistik Bank Indonesia. Sebelum
melakukan
perhitungan,
analisis
perbandingan
yang
melibatkan perhitungan antara alternatif leasing dengan alternatif pembelian tunai ini lebih didasarkan pada peraturan perpajakan yang berlaku guna memperoleh nilai penghematan pajak. Karena ketentuan pajak dalam perhitungan ini hanya memiliki sedikit perbedaan dengan standar akuntansi, hasil perhitungan atas analisis ini diharapkan mampu memberikan informasi yang berguna dari sudut pandang akuntansi maupun perpajakan. Hal pokok yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis perbandingan antara lain: a. Apabila membeli
secara tunai,
maka jumlah yang
dapat dibiayakan
(deductible expenses) dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak adalah biaya penyusutan. b. Besarnya biaya penyusutan antara lain ditentukan oleh metode penyusutan dan umur ekonomis yang telah ditetapkan oleh peraturan perpajakan. c. Apabila membeli secara lease, maka semua biaya yang dikeluarkan untuk membayar lease tersebut dapat dibiayakan yang bersangkutan. d. Masa lease ditentukan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk barang 64
modal golongan I, 3 (tiga) tahun untuk barang modal golongan II dan III dan 7 (tujuh) tahun untuk golongan bangunan. e. Dalam pasal 16 KMK 1169/KMK.01/1991
diatur mengenai ketentuan
perpajakan untuk lessee yang melakukan transaksi financial lease sebagai berikut: 1) Lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang dileasing sampai saat lessee membeli barang tersebut. 2) Setelah lessee menggunakan hak opsinya membeli barang modal yang dileasing maka lessee boleh melakukan penyusutan dengan dasar adalah harga opsi barang modal yang bersangkutan. 3) Pembayaran lessee yang dibayar atau terutang oleh lessee kecuali pembebanan atas tanah merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto lessee.
2. Perbandingan Perhitungan Lease dan Pembelian Atas Aktiva Tetap Setelah
menentukan
semua
hal
yang
diperlukan
dalam
analisis, kemudian dilakukan perbandingan perhitungan atas alternatif leasing dan alternatif
pembelian
untuk
mengetahui
hasil
analisis
dan
pengaruhnya terhadap penghematan pajak yang dapat diperoleh perusahaan.
65
a. Alternatif Financial Lease dan Pembelian Tunai Atas Mesin WSB 4500 H 1) Alternatif Financial Lease Harga perolehan mesin
Rp. 520.000.000
Nilaiopsi (10%)
Rp.
Nilai leasing (90%)
Rp. 468.000.000
Bunga leasing
14,68%p.a atau 1,22 %per month
Discount factor
14,38%p.a atau 1,20% per month
Lease term
4 tahun atau 48 bulan
52.000.000
Tabel perhitungan biaya leasing atas Mesin WSB 4500 H adalah sebagai berikut: Tabel 4.6 Perhitungan Biaya Leasing Mesin WSB 4500 H - Alternatif Lease Periode
Angsuran perbulan
Angsuran pokok
1 12.948.995 7.225.355 2 12.948.995 7.313.721 3 12.948.995 7.403.168 4 12.948.995 7.493.709 5 12.948.995 7.585.357 6 12.948.995 7.678.126 7 12.948.995 7.772.029 8 12.948.995 7.867.081 9 12.948.995 7.963.295 10 12.948.995 8.060.687 11 12.948.995 8.159.269 12 12.948.995 8.259.057 13 12.948.995 8.360.065 14 12.948.995 8.462.308 15 12.948.995 8.565.802 Bersambung ke halaman selanjutnya
Angsuran bunga 5.723.640 5.635.274 5.545.827 5.455.286 5.363.638 5.270.869 5.176.966 5.081.914 4.985.700 4.888.308 4.789.726 4.689.938 4.588.930 4.486.687 4.383.193
Saldo nilai Discount Present value leasing factor 468.000.000 14,36% 460.774.645 1,00000 12.948.995 453.460.924 0,98413 12.743.460 446.057.756 0,98367 12.737.591 438.564.047 0,98320 12.731.454 430.978.691 0,98270 12.725.031 423.300.565 0,98218 12.718.301 415.528.536 0,98164 12.711.244 407.661.455 0,98107 12.703.835 399.698.160 0,98047 12.696.048 391.637.473 0,97983 12.687.853 383.478.204 0,97917 12.679.219 375.219.148 0,97846 12.670.110 366.859.083 0,97772 12.660.485 358.396.775 0,97693 12.650.302 349.830.972 0,97610 12.639.510
66
Tabel4.6 (Lanjutan) Angsuran Angsuran perbulan pokok 16 12.948.995 8.670.562 17 12.948.995 8.776.603 18 12.948.995 8.883.941 19 12.948.995 8.992.592 20 12.948.995 9.102.571 21 12.948.995 9.213.895 22 12.948.995 9.326.581 23 12.948.995 9.440.646 24 12.948.995 9.556.105 25 12.948.995 9.672.976 26 12.948.995 9.791.276 27 12.948.995 9.911.024 28 12.948.995 10.032.235 29 12.948.995 10.154.930 30 12.948.995 10.279.124 31 12.948.995 10.404.838 32 12.948.995 10.532.089 33 12.948.995 10.660.897 34 12.948.995 10.791.279 35 12.948.995 10.923.257 36 12.948.995 11.056.848 37 12.948.995 11.192.074 38 12.948.995 11.328.953 39 12.948.995 11.467.506 40 12.948.995 11.607.753 41 12.948.995 11.749.716 42 12.948.995 11.893.415 43 12.948.995 12.038.872 44 12.948.995 12.186.107 45 12.948.995 12.335.143 46 12.948.995 12.486.002 47 12.948.995 12.638.706 48 12.948.995 12.793.277 jumlah 621.551.760 468.060.820 Sumber : Data yang diolah
Periode
Angsuran bunga 4.278.433 4.172.392 4.065.054 3.956.403 3.846.424 3.735.100 3.622.414 3.508.349 3.392.890 3.276.019 3.157.719 3.037.971 2.916.760 2.794.065 2.669.871 2.544.157 2.416.906 2.288.098 2.157.716 2.025.738 1.892.147 1.756.921 1.620.042 1.481.489 1.341.242 1.199.279 1.055.580 910.123 762.888 613.852 462.993 310.289 155.718 153.490.940
Saldo nilai Discount Present value leasing factor 341.160.410 0,97521 12.628.054 332.383.807 0,97427 12.615.873 323.499.866 0,97327 12.602.895 314.507.274 0,97220 12.589.041 305.404.703 0,97106 12.574.221 296.190.807 0,96983 12.558.331 286.864.226 0,96851 12.541.252 277.423.581 0,96709 12.522.846 267.867.476 0,96555 12.502.955 258.194.500 0,96389 12.481.393 248.403.224 0,96208 12.457.942 238.492.200 0,96010 12.432.344 228.459.965 0,95793 12.404.292 218.305.035 0,95555 12.373.419 208.025.911 0,95291 12.339.278 197.621.073 0,94998 12.301.325 187.088.984 0,94671 12.258.887 176.428.087 0,94302 12.211.122 165.636.807 0,93883 12.156.966 154.713.550 0,93405 12.095.047 143.656.702 0,92853 12.023.575 132.464.629 0,92209 11.940.159 121.135.676 0,91448 11.841.540 109.668.170 0,90533 11.723.157 98.060.417 0,89416 11.578.417 86.310.701 0,88018 11.397.431 74.417.286 0,86220 11.164.653 62.378.414 0,83822 10.854.169 50.192.307 0,80464 10.419.308 37.857.164 0,75424 9.766.681 25.371.162 0,67018 8.678.174 12.732.457 0,50185 6.498.422 - 0,00000 0 567.236.606
67
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 4.6, total lease fee secara nominal adalah sebesar Rp 621.551.760, sedangkan nilai tunai (present value) dengan discount rate 14,38% adalah sebesar Rp. 567.236.606. Semua lease fee ini dapat diakui sebagai deductible expenses. Selain lease fee biaya yang masih dapat dikurangkan adalah biaya penyusutan. Setelah mengambil alih mesin yang dileasing dengan hak opsi, maka nilai perolehan aktiva sebesar nilai opsi dapat disusutkan oleh perusahaan sesuai dengan metode dan umur aktiva bersangkutan yang telah ditetapkan. Perhitungan
biaya
penyusutan
berdasarkan
nilai
opsi
yang
diambil perusahaan, disajikan seperti berikut ini. Nilai aktiva (nilai opsi)
Rp. 52.000.000
Umur aktiva
16 tahun
Metode penyusutan
Garis lurus
Discount rate
14,38% pertahun atau 1,20% perbulan
68
Tabel 4.7 Perhitungan Biaya Penyusutan Atas Nilai Opsi Mesin WSB 4500 H Alternatif Lease Nilai buku Biaya Saldo Aktiva tetap (Rupiah) (Rupiah) (Rupiah) tahun 1-4 tidak ada penyusutan karena leasing 5 52.000.000 3.250.000 48.750.000 6 48.750.000 3.250.000 45.500.000 7 45.500.000 3.250.000 42.250.000 8 42.250.000 3.250.000 39.000.000 9 39.000.000 3.250.000 35.750.000 10 35.750.000 3.250.000 32.500.000 11 32.500.000 3.250.000 29.250.000 12 29.250.000 3.250.000 26.000.000 13 26.000.000 3.250.000 22.750.000 14 22.750.000 3.250.000 19.500.000 15 19.500.000 3.250.000 16.250.000 16 16.250.000 3.250.000 13.000.000 17 13.000.000 3.250.000 9.750.000 18 9.750.000 3.250.000 6.500.000 19 6.500.000 3.250.000 3.250.000 20 3.250.000 3.250.000 Jumlah 52.000.000 Sumber : data yang diolah Tahun
Discount factor 14,38%
Present Value (Rupiah)
0,874279 0,446580 0,390436 0,341349 0,298435 0,260915 0,228112 0,199434 0,174361 0,152440 0,133275 0,116519 0,101870 0,089063 0,077866 0,068077
2.841.406 1.451.386 1.268.916 1.109.386 969.912 847.974 741.365 648.160 566.673 495.430 433.144 378.688 331.079 289.455 253.065 221.249 12.847.287
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, total biaya penyusutan adalah sebesar nilai opsi Rp.52.000.000, dengan nilai tunai berdasarkan discount rate 14,38% yaitu sebesarRp.12.847.287 Tabel 4.6 dan 4.7 di atas, jumlah nilai perolehan keseluruhan mesin (lease fee dan nilai opsi) dan total nilai tunai yang dapat dibiayakan adalah sebagai berikut: Jumlah Angsuran Perbulan (Lease Fee)
Rp. 621.551.760
Biaya Penyusutan (Nilai Opsi)
Rp. 52.000.000
69
Jumlah Nilai Perolehan Keseluruhan
Rp. 673.551.760
Present Value Lease Fee
Rp. 567.236.606
Present Value Biaya Penyusutan
Rp.
12.847.287
Rp. 580.083.893 2) Alternatif pembelian Tunai Jika perusahaan melakukan pembelian secara tunai, maka yang dapat diakui sebagai biaya adalah biaya penyusutan. Untuk menghitung biaya penyusutan, metode yang digunakan adalah metode garis lurus, karena perusahaan menerapkan metode garis lurus untuk penyusutannya. Sedangkan umur aktiva 16 tahun sesuai dengan ketentuan. Besarnya biaya penyusutan dapat dilihat pada tabel berkut ini. Harga Perolehan
Rp. 520.000.000
Umur Aktiva
16 tahun
Metode Penyusutan
Garis Lurus
Discount Rate
14,38% at pertahun 1,20% perbulan
70
Perhitungan biaya penyusutan dengan alternatif pembelian tunai atas Mesin WSB 4500 H sebagai berikut. Tabel 4.8 Perhitungan Biaya Mesin WSB 4500 H - Alternatif Pembelian Tahun
Nilai Buku Aktiva Tetap (rupiah) 520.000.000 487.500.000 455.000.000 422.500.000 390.000.000 357.500.000 325.000.000 292.500.000 260.000.000 227.500.000 195.000.000 162.500.000 130.000.000 97.500.000 65.000.000 32.500.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Jumlah Sumber : Data yang diolah
Biaya
Saldo
(rupiah) 32.500.000 32.500.000 32.500.000 32.500.000 32.500.000 32.500.000 32.500.000 32.500.000 32.500.000 32.500.000 32.500.000 32.500.000 32.500.000 32.500.000 32.500.000 32.500.000 520.000.000
(rupiah) 487.500.000 455.000.000 422.500.000 390.000.000 357.500.000 325.000.000 292.500.000 260.000.000 227.500.000 195.000.000 162.500.000 130.000.000 97.500.000 65.000.000 32.500.000 -
Discount factort 14,38% 0,874279 0,764363 0,668267 0,584251 0,510798 0,446580 0,390436 0,341349 0,298435 0,260915 0,228112 0,199434 0,174361 0,152440 0,133275 0,116519
Present Value (rupiah) 28.414.058 24.841.807 21.718.663 18.988.165 16.600.948 14.513.856 12.689.155 11.093.859 9.699.124 8.479.738 7.413.655 6.481.600 5.666.725 4.954.297 4.331.437 3.786.883 199.673.971
Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa nilai nominal dari akumulasi penyusutan adalah sebesar harga perolehan mesin yaitu Rp. 520.000.000 dan nilai tunainya sebesar Rp. 199.673.971.
71
b. Alternatif Financial Lease dan Pembelian Tunai Atas Mesin IC4 4832 R 1) Alternatif Financial Lease Harga perolehan mesin
Rp. 446.052.000
Nilai opsi (10%)
Rp.
Nilai leasing (90%)
Rp. 401.446.800
Bunga leasing
14,68% pertahun atau 1,22 % perbulan
Discount factor
14,28% pertahun atau 1,19 % perbulan
Lease term
4 tahun atau 48 bulan
44.605.200
Tabel perhitungan biaya leasing atas mesin IC4 4832 R adalah sebagai berikut: Tabel 4.9 Perhitungan Biaya Leasing mesin IC4 4832 R - Alternatif Lease Angsuran Pokok
Angsuran Bunga
1 11.107.548 6.197.854 2 11.107.548 6.273.653 3 11.107.548 6.350.380 4 11.107.548 6.428.045 5 11.107.548 6.506.660 6 11.107.548 6.586.237 7 11.107.548 6.666.786 8 11.107.548 6.748.321 9 11.107.548 6.830.853 10 11.107.548 6.914.395 11 11.107.548 6.998.958 12 11.107.548 7.084.555 13 11.107.548 7.171.199 14 11.107.548 7.258.903 15 11.107.548 7.347.679 Bersambung ke halaman selanjutnya
4.909.694 4.833.895 4.757.168 4.679.503 4.600.888 4.521.311 4.440.762 4.359.227 4.276.695 4.193.153 4.108.590 4.022.993 3.936.349 3.848.645 3.759.869
Periode
Angsuran Perbulan
Saldo Nilai Leasing 401.446.800 395.248.946 388.975.293 382.624.913 376.196.867 369.690.207 363.103.970 356.437.184 349.688.863 342.858.010 335.943.615 328.944.657 321.860.103 314.688.904 307.430.001 300.082.322
Discoun t Factor 14,36% 1,00000 0,98413 0,98367 0,98320 0,98270 0,98218 0,98164 0,98107 0,98047 0,97983 0,97917 0,97846 0,97772 0,97693 0,97610
Present Value 12.948.995 12.743.460 12.737.591 12.731.454 12.725.031 12.718.301 12.711.244 12.703.835 12.696.048 12.687.853 12.679.219 12.670.110 12.660.485 12.650.302 12.639.510
72
Tabel 4.9 (Lanjutan) Angsuran Angsuran Perbulan Pokok 16 11.107.548 7.437.541 17 11.107.548 7.528.502 18 11.107.548 7.620.576 19 11.107.548 7.713.776 20 11.107.548 7.808.115 21 11.107.548 7.903.608 22 11.107.548 8.000.269 23 11.107.548 8.098.113 24 11.107.548 8.197.153 25 11.107.548 8.297.404 26 11.107.548 8.398.881 27 11.107.548 8.501.599 28 11.107.548 8.605.574 29 11.107.548 8.710.820 30 11.107.548 8.817.353 31 11.107.548 8.925.190 32 11.107.548 9.034.345 33 11.107.548 9.144.835 34 11.107.548 9.256.676 35 11.107.548 9.369.885 36 11.107.548 9.484.479 37 11.107.548 9.600.474 38 11.107.548 9.717.888 39 11.107.548 9.836.738 40 11.107.548 9.957.041 41 11.107.548 10.078.816 42 11.107.548 10.202.080 43 11.107.548 10.326.851 44 11.107.548 10.453.148 45 11.107.548 10.580.990 46 11.107.548 10.710.396 47 11.107.548 10.841.384 48 11.107.548 10.973.974 Jumlah 533.162.304 401.498.952 Sumber : Data yang diolah
Periode
Angsuran Bunga 3.670.007 3.579.046 3.486.972 3.393.772 3.299.433 3.203.940 3.107.279 3.009.435 2.910.395 2.810.144 2.708.667 2.605.949 2.501.974 2.396.728 2.290.195 2.182.358 2.073.203 1.962.713 1.850.872 1.737.663 1.623.069 1.507.074 1.389.660 1.270.810 1.150.507 1.028.732 905.468 780.697 654.400 526.558 397.152 266.164 133.574 131.663.352
Saldo Nilai Leasing 292.644.781 285.116.278 277.495.702 269.781.927 261.973.812 254.070.203 246.069.934 237.971.821 229.774.669 221.477.265 213.078.384 204.576.785 195.971.211 187.260.391 178.443.037 169.517.847 160.483.503 151.338.668 142.081.992 132.712.107 123.227.628 113.627.154 103.909.266 94.072.528 84.115.487 74.036.671 63.834.592 53.507.741 43.054.593 32.473.602 21.763.206 10.921.822 0
Discoun t Factor 0,97521 0,97427 0,97327 0,97220 0,97106 0,96983 0,96851 0,96709 0,96555 0,96389 0,96208 0,96010 0,95793 0,95555 0,95291 0,94998 0,94671 0,94302 0,93883 0,93405 0,92853 0,92209 0,91448 0,90533 0,89416 0,88018 0,86220 0,83822 0,80464 0,75424 0,67018 0,50185 0,00000
Present Value 12.628.054 12.615.873 12.602.895 12.589.041 12.574.221 12.558.331 12.541.252 12.522.846 12.502.955 12.481.393 12.457.942 12.432.344 12.404.292 12.373.419 12.339.278 12.301.325 12.258.887 12.211.122 12.156.966 12.095.047 12.023.575 11.940.159 11.841.540 11.723.157 11.578.417 11.397.431 11.164.653 10.854.169 10.419.308 9.766.681 8.678.174 6.498.422 0 567.236.606
73
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 4.9, total lease fee secara nominal adalah sebesar Rp. 533.162.304, sedangkan nilai tunai (present value) dengan discount rate 14,36% adalah sebesar Rp. 567.236.606. Semua lease fee ini dapat diakui sebagai deductible expenses. Selain lease fee biaya yang masih dapat dikurangkan adalah biaya penyusutan. Setelah mengambil alih mesin yang dileasing dengan hak opsi, maka nilai perolehan aktiva sebesar nilai opsi dapat disusutkan oleh perusahaan sesuai dengan metode dan umur aktiva bersangkutan yang telah ditetapkan. Perhitungan biaya penyusutan berdasarkan nilai opsi yang diambil perusahaan, disajikan seperti berikut ini. Nilai aktiva (nilai opsi)
Rp. 44.605.200
Umur aktiva
16 tahun
Metode penyusutan
Garis lurus
Discount rate
14,36% pertahun atau 1,19 % perbulan
74
Tabel 4.10 Perhitungan Biaya Penyusutan Atas Nilai Opsi Mesin IC4 4832 R – Alternatif Lease Nilai Buku Tahun Aktiva Biaya Saldo Tetap (Rupiah) (Rupiah) (Rupiah) tahun 1-4 tidak ada penyusutan karena leasing 5 44.605.200 2.787.825 41.817.375 6 41.817.375 2.787.825 39.029.550 7 39.029.550 2.787.825 36.241.725 8 36.241.725 2.787.825 33.453.900 9 33.453.900 2.787.825 30.666.075 10 30.666.075 2.787.825 27.878.250 11 27.878.250 2.787.825 25.090.425 12 25.090.425 2.787.825 22.302.600 13 22.302.600 2.787.825 19.514.775 14 19.514.775 2.787.825 16.726.950 15 16.726.950 2.787.825 13.939.125 16 13.939.125 2.787.825 11.151.300 17 11.151.300 2.787.825 8.363.475 18 8.363.475 2.787.825 5.575.650 19 5.575.650 2.787.825 2.787.825 20 2.787.825 2.787.825 Jumlah 44.605.200 Sumber : Data yang diolah
Discount factor
Present Value
14,28%
(Rupiah)
0,875044 0,448930 0,392833 0,343746 0,300793 0,263207 0,230318 0,201538 0,176355 0,154318 0,135035 0,118162 0,103397 0,090477 0,079171 0,069278
2.439.469 1.251.538 1.095.151 958.305 838.559 733.775 642.086 561.853 491.646 430.212 376.454 329.414 288.251 252.233 220.715 193.135 11.102.795
Berdasarkan Tabel 4.10 di atas, total biaya penyusutan adalah sebesar nilai opsi Rp. 44.605.200, dengan nilai tunai berdasarkan discount rate 14,28 % yaitu sebesar Rp. 11.102.795.
75
Tabel 4.9 dan 4.10 di atas, jumlah nilai perolehan keseluruhan mesin (lease fee dan nilai opsi) dan total nilai tunai yang dapat dibiayakan adalah sebagai berikut:
Jumlah Angsuran Perbulan (Lease Fee)
Rp. 533.162.304
Biaya Penyusutan (Nilai Opsi)
Rp. 44.605.200
Jumlah Nilai Perolehan Keseluruhan
Rp. 577.767.504
2) Alternatif Pembelian Tunai Jika perusahaan melakukan pembelian secara tunai, maka yang dapat diakui sebagai biaya adalah biaya penyusutan. Untuk menghitung biaya penyusutan, metode yang digunakan adalah metode garis lurus, karena perusahaan menerapkan metode garis lurus untuk penyusutannya. sedangkan umur aktiva 16 tahun sesuai dengan ketentuan. Besarnya biaya penyusutan dapat dilihat pada tabel berkut ini. Harga Perolehan
Rp. 446.052.000
Umur Aktiva
16 tahun
Metode Penyusutan
Garis Lurus
Discount Rate
14,36% pertahun atau 1,19 % perbulan
76
Perhitungan biaya penyusutan dengan alternatif pembelian tunai atas mesin Mesin IC4 4832 R sebagai berikut. Tabel 4.11 Perhitungan Biaya Penyusutan Mesin IC4 4832 R -Alternatif Pembelian
Tahun
Nilai Buku Aktiva Tetap (Rupiah) 446.052.000 418.173.750 390.295.500 362.417.250 334.539.000 306.660.750 278.782.500 250.904.250 223.026.000 195.147.750 167.269.500 139.391.250 111.513.000 83.634.750 55.756.500 27.878.250
Biaya
(Rupiah) 1 27.878.250 2 27.878.250 3 27.878.250 4 27.878.250 5 27.878.250 6 27.878.250 7 27.878.250 8 27.878.250 9 27.878.250 10 27.878.250 11 27.878.250 12 27.878.250 13 27.878.250 14 27.878.250 15 27.878.250 16 27.878.250 Jumlah 446.052.000 Sumber : Data yang diolah
Saldo
Discount factor
(Rupiah) 418.173.750 390.295.500 362.417.250 334.539.000 306.660.750 278.782.500 250.904.250 223.026.000 195.147.750 167.269.500 139.391.250 111.513.000 83.634.750 55.756.500 27.878.250 -
14,28% 0,875044 0,765702 0,670022 0,586299 0,513037 0,448930 0,392833 0,343746 0,300793 0,263207 0,230318 0,201538 0,176355 0,154318 0,135035 0,118162
Present value (Rupiah) 24.394.688 21.346.420 18.679.051 16.344.987 14.302.579 12.515.382 10.951.507 9.583.048 8.385.586 7.337.755 6.420.856 5.618.530 4.916.460 4.302.117 3.764.541 3.294.138 172.157.646
Berdasarkan Tabel 4.11 diketahui bahwa nilai nominal dari akumulasi penyusutan adalah sebesar harga perolehan mesin yaitu Rp. 446.052.000 dan nilai tunainya sebesar Rp. 172.157.646.
77
3. Hasil Perbandingan terhadap Penghematan Pajak Besarnya perbandingan penghematan pajak antara sewa guna usaha (leasing) dengan pembelian langsung secara tunai dilakukan dengan cara membandingkan jumlah biaya yang dapat dikurangkan dalam rangka menghitung panghasilan kena pajak. Untuk leasing biaya yang dapat dikurangkan adalah seluruh lease fee dan biaya penyusutan sebesar nilai opsi. Sedangkan untuk pembelian tunai biaya yang dapat dikurangkan adalah biaya penyusutannya saja. Disamping dihitung berdasarkan nilai nominal juga dihitung berdasarkan nilai tunai. a. Nilai Penghematan Pajak Atas Mesin WSB 4500 H Deductible expenses (biaya yang dapat dikurangkan) merupakan unsur yang menentukan besarnya penghematan pajak yang dapat diperoleh perusahaan. Oleh karena itu perlu untuk melihat hasil perbandingan antara alternatif lease dengan alternatif pembelian tunai untuk menentukan deductible expenses.
78
Tabel 4.12 Perbandingan Deductible expenses Per Tahun - Mesin WSB 4500 H Leasing Keterangan Biaya Pengurangan Lease Fee Penyusutan PPh Tahun 1 155.387.940 46.616.382 Tahun 2 155.387.940 46.616.382 Tahun 3 155.387.940 46.616.382 Tahun 4 155.387.940 46.616.382 Tahun 5 3.250.000 975.000 Tahun 6 3.250.000 975.000 Tahun 7 3.250.000 975.000 Tahun 8 3.250.000 975.000 Tahun 9 3.250.000 975.000 Tahun 10 3.250.000 975.000 Tahun 11 3.250.000 975.000 Tahun 12 3.250.000 975.000 Tahun 13 3.250.000 975.000 Tahun 14 3.250.000 975.000 Tahun 15 3.250.000 975.000 Tahun 16 3.250.000 975.000 Tahun 17 3.250.000 975.000 Tahun 18 3.250.000 975.000 Tahun 19 3.250.000 975.000 Tahun 20 3.250.000 975.000 Jumlah 621.551.760 52.000.000 202.065.528 Sumber : data yang diolah
Pembelian Tunai Biaya Pengurangan penyusutan PPh 32.500.000 9.750.000 32.500.000 9.750.000 32.500.000 9.750.000 32.500.000 9.750.000 32.500.000 9.750.000 32.500.000 9.750.000 32.500.000 9.750.000 32.500.000 9.750.000 32.500.000 9.750.000 32.500.000 9.750.000 32.500.000 9.750.000 32.500.000 9.750.000 32.500.000 9.750.000 32.500.000 9.750.000 32.500.000 9.750.000 32.500.000 9.750.000 520.000.000 156.000.000
79
Tabel 4.13 Total Perbandingan Harga Perolehan dan Deductible expenses -Mesin WSB 4500 H
Keterangan
Leasing dengan Bunga Present Value (disc. Nominal Rate 14,38%)
Harga perolehan Lease fee 621.551.760 Nilai opsi 52.000.000 Harga mesin WSB 4500 H Jumlah 673.551.760 Biaya yang boleh dibiayakan: Lease fee 621.551.760 Biaya penyusutan 52.000.000 Jumlah 673.551.760 Pengurangan pph karena biaya 202.065.528 Sumber : Data yang diolah
Beli secara Tunai Nominal
Present Value (disc. Rate 14,38%
619.236.606
520.000.000 520.000.000
520.000.000 520.000.000
567.236.606 12.847.287 580.083.893
52.000.000 52.000.000
199.673.971 199.673.971
174.025.168
15.600.000
59.902.191
567.236.606 52.000.000
Perhitungan pada Tabel 4.12 merupakan perhitungan atas harga perolehan dan deductible expenses pertahun. Sedangkan perhitungan pada Tabel 4.13 merupakan perhitungan total atas harga perolehan dan deductible expenses yang nilai-nilainya dapat dilihat pada tabel-tabel perbandingan sebelumnya yaitu Tabel 4.6, 4.7 dan 5.8. Pada perhitungan yang dilakukan pada Tabel 4.13 dapat diketahui besarnya pengurangan pajak penghasilan karena unsur biaya yaitu secara nominal Rp. 202.065.528 dan Rp. 15.600.000, serta secara tunai Rp. 174.025.168 dan Rp. 59.902.191. Penghematan pajak secara total dapat dilihat pada Tabel 4.14 di bawah ini, yang diperoleh dari selisih pengurangan PPh karena biaya antara alternatif
80
lease dengan pembelian. Tabel 4.14 Tabel Perbandingan Penghematan Pajak Lease dan Pembelian - mesin WSB 4500 H Pengurangan PPh karena Nominal biaya Leasing (bunga 14,68%) 202.065.528 Pembelian tunai 156.000.000 Penghematan Pajak 46.065.528 Sumber : Data yang diolah
PV disc. Rate 14,38% 174.025.168 59.902.191 114.122.977
Penghematan pajak dihasilkan dari kelebihan pengurangan PPh atas biaya dari alternatif leasing yang lebih besar dari pada alternatif pembelian. Nilai penghematan pajak secara nominal adalah sebesar Rp.46.065.528 dan berdasarkan nilai tunai yaitu sebesar Rp. 114.122.977. Untuk mengetahui hasil analisis mengenai penghematan pajak lebih mudah dan sederhana, di bawah ini akan dihitung nilai penghematan pajak pertahun antara alternatif lease dan pembelian tunai yang dapat dijadikan sebagai informasi bagi perusahaan dalam menentukan nilai penghematan pajak yang dapat diperolehnya pertahun.
Tabel 4.15 Perbandingan Nilai Penghematan Pajak Per Tahun - WSB 4500 H Pengurangan PPh Leasing Pembelian Tahun 1 46.616.382 9.750.000 Tahun 2 46.616.382 9.750.000 Tahun 3 46.616.382 9.750.000 Tahun 4 46.616.382 9.750.000 Tahun 5 975.000 9.750.000 Tahun 6 975.000 9.750.000 Bersambung kehalaman selanjutnya Keterangan
Penghematan Pajak Leasing Pembelian 36.866.382 36.866.382 36.866.382 36.866.382 8.775.000 8.775.000
81
Tabel 4.15 (Lanjutan) Pengurangan PPh Leasing Pembelian Tahun 7 975.000 9.750.000 Tahun 8 975.000 9.750.000 Tahun 9 975.000 9.750.000 Tahun 10 975.000 9.750.000 Tahun 11 975.000 9.750.000 Tahun 12 975.000 9.750.000 Tahun 13 975.000 9.750.000 Tahun 14 975.000 9.750.000 Tahun 15 975.000 9.750.000 Tahun 16 975.000 9.750.000 Tahun 17 975.000 Tahun 18 975.000 Tahun 19 975.000 Tahun 20 975.000 Jumlah 202.065.528 156.000.000 Sumber : Data yang diolah
Keterangan
Penghematan Pajak Leasing 8.775.000 8.775.000 8.775.000 8.775.000 8.775.000 8.775.000 8.775.000 8.775.000 8.775.000 8.775.000 975.000 975.000 975.000 975.000 151.365.528 105.300.000
Tabel di atas, dapat diketahui nilai penghematan pajak per tahun yang dapat diterima oleh perusahaan dari kedua alternatif. Berdasarkan tabel, pembebanan biaya karena leasing pada empat tahun pertama akan memberikan nilai penghematan pajak yang cukup besar karena lease fee bersifat deductible expenses. Kemudian pada tahun kelima sampai dengan tahun keenam belas nilai penghematan pajak yang lebih besar akan diberikan oleh alternatif pembelian tunai karena pembebanan biaya penyusutannya lebih besar dari pada pembebanan biaya penyusutan atas nilai opsi yang telah diambil perusahaan dalam alternatif leasing. Tetapi pada tahun ketujuh belas sampai dengan tahun kedua puluh, nilai penghematan pajak akan
82
dihasilkan kembali dari alternatif lease, karena masih adanya pembebanan biaya penyusutan, sedangkan pada alternatif pembelian, umur ekonomis sudah habis sehingga tidak ada biaya penyusutan yang dapat dibebankan. Secara matematis, walaupun leasing lebih mahal daripada pembelian tunai, tetapi penghematan pajaknya juga lebih besar karena semua lease fee dapat dibiayakan (deductible expenses) dan atas pembebanan biaya penyusutannya pun cukup menguntungkan dalam penghematan pajak. b. Nilai Penghematan Pajak Atas Mesin IC4 4832 R Perhitungan atas perbandingan deductible expenses dan nilai penghematan pajak pertahun dapat dilihat pada Tabel 4.16, sedangkan total perhitungan atas perbandingan deductible expenses dan nilai penghematan pajak disajikan pada Tabel 4.18. Tabel 4.16 Perbandingan Deductible expenses Per Tahun - Mesin IC4 4832 R Leasing Biaya Pengurangan Lease Fee Penyusutan PPh Tahun 1 133.290.576 39.987.173 Tahun 2 133.290.576 39.987.173 Tahun 3 133.290.576 39.987.173 Tahun 4 133.290.576 39.987.173 Tahun 5 2.787.825 836.348 Tahun 6 2.787.825 836.348 Tahun 7 2.787.825 836.348 Tahun 8 2.787.825 836.348 Tahun 9 2.787.825 836.348 Tahun 10 2.787.825 836.348 Tahun 11 2.787.825 836.348 Bersambung ke halaman selanjutnya Keterangan
Pembelian Tunai Biaya Pengurangan Penyusutan PPh 27.878.250 8.363.475 27.878.250 8.363.475 27.878.250 8.363.475 27.878.250 8.363.475 27.878.250 8.363.475 27.878.250 8.363.475 27.878.250 8.363.475 27.878.250 8.363.475 27.878.250 8.363.475 27.878.250 8.363.475 27.878.250 8.363.475
83
Tabel 4.16(Lanjutan) Leasing Biaya Pengurangan Lease Fee Penyusutan PPH Tahun 12 2.787.825 836.348 Tahun 13 2.787.825 836.348 Tahun 14 2.787.825 836.348 Tahun 15 2.787.825 836.348 Tahun 16 2.787.825 836.348 Tahun 17 2.787.825 836.348 Tahun 18 2.787.825 836.348 Tahun 19 2.787.825 836.348 Tahun 20 2.787.825 836.348 Jumlah 533.162.304 44.605.200 173.330.251 Sumber : Data yang diolah
Keterangan
Pembelian Tunai Biaya Lease Fee Penyusutan 27.878.250 8.363.475 27.878.250 8.363.475 27.878.250 8.363.475 27.878.250 8.363.475 27.878.250 8.363.475 446.052.000 133.815.600
Tabel 4.17 Total Perbandingan Harga Perolehan dan Deductible expenses - Mesin IC4 4832R
Keterangan
Leasing dengan Bunga Present Value (disc. Nominal Rate 14,38%)
Harga perolehan Lease Fee 533.162.304 Nilai opsi 44.605.200 Harga mesin IC4 4832 R Jumlah 577.767.504 Biaya yang boleh dibiayakan: Lease fee 533.162.304 Biaya penyusutan 44.605.200 Jumlah 577.767.504 Pengurangan PPh Karena Biaya 173.330.251 Sumber : Data yang diolah
Beli secara Tunai Present value (disc. Nominal Rate 14,38%
486.571.196 44.605.200 531.176.396
446.052.000 446.052.000
446.052.000 446.052.000
531.176.396 531.176.396
446.052.000 446.052.000
172.157.646 172.157.646
159.352.919
133.815.600
51.647.294
84
Perhitungan pada Tabel 4.16 merupakan perhitungan atas harga perolehan dan deductible expenses pertahun. Sedangkan perhitungan pada Tabel 4.17 merupakan perhitungan total atas harga perolehan dan deductible expenses yang nilai-nilainya dapat dilihat pada tabel-tabel perbandingan sebelumnya yaitu Tabel 4.9, 4.10 dan 4.11. Pada perhitungan yang dilakukan pada Tabel 4.17 dapat diketahui besarnya pengurangan pajak penghasilan karena unsur biaya yaitu secara nominal
Rp 173.330.251 dan Rp.
133.815.600, serta secara tunai Rp. 159.352.919 dan Rp. 51.647.294. Penghematan pajak secara total dapat dilihat pada Tabel 4.18 di bawah ini, yang diperoleh dari selisih pengurangan PPh karena biaya antara alternatif lease dengan pembelian. Tabel 4.18 Tabel Perbandingan Penghematan Pajak Lease dan Pembelian - Mesin IC4 4832 R Pengurangan PPh karena Nominal biaya Leasing bunga (bunga 14,68%) 173.330.251 Pembelian tunai 133.815.600 Penghematan pajak 39.514.651 Sumber : data yang diolah
PV disc. Rate 14,38% 159.352.919 51.647.294 107.705.625
Penghematan pajak dihasilkan dari kelebihan pengurangan PPh atas biaya dari alternatif leasing yang lebih besar dari pada alternative pembelian. Nilai penghematan pajak secara nominal adalah sebesar Rp. 39.514.651 dan berdasarkan nilai tunai yaitu sebesar Rp. 107.705.625 Untuk mengetahui hasil analisis mengenai penghematan pajak lebih mudah dan
85
sederhana, di bawah ini akan dihitung nilai penghematan pajak pertahun antara alternatif lease dan pembelian tunai yang dapat dijadikan sebagai informasi bagi perusahaan dalam menentukan nilai penghematan pajak yang dapat diperolehnya pertahun. Tabel 4.19 Perbandingan Nilai Penghematan Pajak Per Tahun - Mesin IC4 4832 R Pengurangan PPh Leasing Pembelian Tahun 1 39.987.173 8.363.475 Tahun 2 39.987.173 8.363.475 Tahun 3 39.987.173 8.363.475 Tahun 4 39.987.173 8.363.475 Tahun 5 836.348 8.363.475 Tahun 6 836.348 8.363.475 Tahun 7 836.348 8.363.475 Tahun 8 836.348 8.363.475 Tahun 9 836.348 8.363.475 Tahun 10 836.348 8.363.475 Tahun 11 836.348 8.363.475 Tahun 12 836.348 8.363.475 Tahun 13 836.348 8.363.475 Tahun 14 836.348 8.363.475 Tahun 15 836.348 8.363.475 Tahun 16 836.348 8.363.475 Tahun 17 836.348 Tahun 18 836.348 Tahun 19 836.348 Tahun 20 836.348 Jumlah 173.330.260 133.815.600 Sumber : Data yang diolah
Keterangan
Penghematan Pajak Leasing Pembelian 31.623.698 31.623.698 31.623.698 31.623.698 7.527.128 7.527.127 7.527.127 7.527.127 7.527.127 7.527.127 7.527.127 7.527.127 7.527.127 7.527.127 7.527.127 7.527.127 836.348 836.348 836.348 836.348 129.840.184 90.325.525
86
Tabel di atas, dapat diketahui nilai penghematan pajak per tahun yang dapat diterima oleh perusahaan dari kedua alternatif. Berdasarkan tabel, pembebanan biaya karena leasing pada empat tahun pertama akan memberikan nilai penghematan pajak yang cukup besar karena lease fee bersifat deductible expenses. Kemudian pada tahun kelima sampai dengan tahun keenambelas nilai penghematan pajak yang lebih besar akan diberikan oleh alternatif pembelian tunai karena pembebanan biaya penyusutannya lebih besar daripada pembebanan biaya penyusutan atas nilai opsi yang telah diambil perusahaan dalam alternatif leasing. Tetapi pada tahun ketujuh belas sampai dengan tahun kedua puluh, nilai penghematan pajak akan dihasilkan kembali dari alternatif lease, karena masih adanya pembebanan biaya penyusutan, sedangkan pada alternatif pembelian, umur ekonomis sudah habis sehingga tidak ada biaya penyusutan yang dapat dibebankan. Secara matematis, walaupun leasing lebih mahal daripada pembelian tunai, tetapi penghematan pajaknya juga lebih besar karena semua lease fee dapat dibiayakan (deductible expenses) dan atas pembebanan biaya penyusutannya pun cukup menguntungkan dalam penghematasn pajak.
4. Penilaian Atas Hasil Perbandingan Dalam Pengambilan Keputusan Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dibahas sebelumnya, yaitu antara alternatif leasing dan alternatif pembelian, dapat dikatakan bahwa alternatif leasing adalah alternatif terbaik yang dapat diambil oleh perusahaan 87
dalam
menentukan
besarnya
penghematan
pajak.
Alternatif
leasing
menghasilkan unsur pengurangan pajak yang lebih besar karena adanya biaya yang bersifat deductible expense yang lebih tinggi dibandingkan dengan alternatif pembelian tunai. Unsur pengurangan pajak inilah yang akan membawa manfaat berupa penghematan pajak yang dapat diterima oleh perusahaan. Meskipun alternatif leasing secara keseluruhan lebih mahal daripada pembelian tunai, tetapi manfaat yang diberikannya terhadap perusahaan juga besar. Selain penghematan pajak, perusahaan juga tidak perlu untuk menyiapkan sejumlah dana kas yang besar untuk membeli aktiva tetap. Pembiayaan sekaligus dalam membeli aktiva tetap yang biasanya dilakukan perusahaan akan kurang menguntungkan dari segi arus kas, ini merupakan salah satu keunggulan leasing dari pada pembelian tunai. Setiap
objek
perhitungan
aktiva
tetap
di
atas
yang
telah
diperbandingkan, dapat dikatakan bahwa alternatif leasing akan sangat bermanfaat jika objek aktiva tetapnya memiliki nilai perolehan yang cukup besar atau material. Semakin besar nilai perolehan aktiva, maka semakin besar pula jumlah penghematan pajak yang dapat diterima oleh perusahaan karena adanya nilai dari pembebanan biaya yang cukup tinggi. Hasil dari pada analisis ini hanya dibatasi dalam hal penghematan pajak yang menjadi tujuan dari sebagian besar perusahaan. Penghematan pajak sangat bermanfaat bagi perusahaan yang memperoleh laba yang cukup 88
tinggi dimana unsur pengurangan labanya kecil dan berpengaruh terhadap pajak yang harus dibayar oleh perusahaan. Jika perusahaan mencapai laba kotor yang cukup tinggi, kemudian unsur pengurangan laba dari beban operasional termasuk biaya penyusutannya juga kecil, maka laba kena pajak yang dimiliki perusahaan akan tetap besar. Perusahaan biasanya melakukan strategi tentang bagaimana agar dapat meminimalisasi pajak dengan cara-cara yang legal, dan alternatif leasing ini menjawab hal itu. Jadi dapat dikatakan perencanaan pajak akan lebih bermanfaat bagi perusahaan yang memiliki laba tahun berjalan yang cukup besar, meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa kebijakan manajemen perusahaan akan tetap menjalani strategi. Penghematan pajak dalam kondisi rugi pada tahun berjalan dengan pertimbangan bahwa perusahaan akan tetap going concern dan memperoleh future benefit.
89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Seluruh pembahasan mengenai perbandingan alternatif leasing dengan pembelian tunai di atas, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut: 1. PT. Els Indonesia Prima telah menerapkan alternatif sewa guna usaha (leasing) khususnya pada jenis financial lease dalam perolehan atau pengadaan aktiva. Dengan melakukan transaksi sewa guna usaha (leasing) dengan jenis financial lease perusahaan dapat hak opsi untuk membeli objek leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama dan dapat menghemat arus kas dengan menghindari kebutuhan dana besar yang perlu dikeluarkan untuk membeli aktiva tetap secara tunai. 2. Ada perbedaan signifikan antara
pengadaan aktiva secara leasing
khususnya pada jenis financial lease jika dibandingkan dengan membeli aktiva tetap secara pembelian tunai. Hal ini disebabkan karena adanya biaya leasing atau lease fee dan biaya penyusutan pada alternatif lease yang dapat dibebankan (deductible expenses) dengan jumlah yang lebih besar contohnya pada mesin WSB 4500H memiliki deductible expense sebesar Rp 673.551.760 nilai ini lebih besar dari pada alternatif pembelian 90
tunai yang hanya memiliki deductible expense sebesar Rp 520.000.000, sehingga unsur pengurangan pajak yang timbul dari biaya ini akan lebih besar dan akan menghemat jumlah pajak yang harus dibayar oleh perusahaan. Semakin besar atau material nilai perolehan aktiva tetap yang di lease, maka semakin besar juga nilai penghematan pajak yang dapat diterima oleh perusahaan.
B. Saran Beberapa saran berkenaan dengan pokok pembahasan yang telah disajikan adalah sebagai berikut: 1. Karena PT. Els Indonesia Prima sudah menerapkan metode sewa guna usaha (leasing), khususnya pada jenis financial lease, maka perusahaan sudah mengambil metode pengadaan aktiva yang terbaik bagi perusahaan ini. Selain itu metode sewa guna usaha (leasing) juga memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan metode pembelian tunai. Oleh karena itu penerapan metode sewa guna usaha (leasing) dalam pengadaan aktiva harus terus diterapkan di perusahaan ini. 2. Selain bertujuan untuk melakukan penghematan pajak, dana menganggur yang tersedia sebagai akibat dari pengadaan aktiva tetap melalui leasing, sebaiknya di inventasikan. Hal ini dapat dilakukan jika perusahaan tidak sedang memerlukan dana untuk operasional sehari-hari.
91
DAFTAR PUSTAKA
Arthur J. Keown, David F. Scott, John D, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Buku Dua, Jakarta: Salemba Empat, 2000. Baridwan, Zaky, Intermediate Accounting, Edisi Ketujuh, Yogyakarta: BPFE, 2000. Don R. Hansen, Maryanne M. Mowen, Management Accounting, Buku Dua, Jakarta: Salemba Empat, 2004. Gade, Djamaluddin dan Muhammad Gade, Hukum Pajak, Edisi Keempat, Jakarta: FEUI, 2004. Gunadi, Akuntansi Pajak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000. Hakim. Lukman, kredit bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi sebagai sumber pendanaan alternatif atas perolehan aktiva tetap dalam rangka penghematan pajak, surabaya: Surabaya genteng, 2007 Hamid, Abdul, “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS, Jakarta, 2007. Harahap, Sofyan Syafri, Akuntansi Aktiva Tetap, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000. Http://www.bankindonesia.com Http://www.bi.go. Id. Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba Empat, 2004. Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1169/KMK.01/1991 Tanggal 27 November 1991, Kegiatan Sew a Guna Usaha (Leasing). Lubis. Ardiansyah, leasing ditinjau dari aspek perpajakan, bandung: Arun N.G.L, 2007 Mardiasmo, Perpajakan, Edisi Revisi, Yogyakarta: Andi, 2009. Meliala S. Widianti, Oetomo. Francisca, Perpajakan Dan Akuntansi Pajak, Edisi 5, Jakarta: Semesta Media, 2008 Primadita Fitriandi, Tejo Birowo, Yuda Aryanto, Kompilasi UU Perpajakan Terlengkap. Jakarta: Salemba Empat, 2009
92
Profil PT. Els Indonesia Prima Resmi, Siti., “Perpajakan: Teori dan Kasus”, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta, 2005. Siamat, Dahlan, Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Keempat, Jakarta: FEUI, 2004. Suandy, Erly, Perencanaan Perpajakan, Edisi Revisi, Jakarta: Salemba Empat, 2003. Sugiono, Statistika Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2009 Waluyo, Perpajakan Indonesia, Jakarta: Salemba Empat, 2010
93
ELS INDONESIA PRIMA, pt Representative Electrolux Laundry Systems
Head Office : Rukan Taman Meruya Blok M/15 Jl. Meruya Ilir Raya – Kembangan Jakarta 11620 – Indonesia Phone :+62-21-5853336 (Hunting) Fax :+62-21-5853341 E-Mail :
[email protected] Website :Www.Elsindonesia.Com
Daftar mesin dan kendaraan PT. Els Indonesia Prima no
Jenis Aktiva Tetap
1 2 3
Mesin: WSB 4500 T4900 IC4 4832 R
1 2 3 4 5
Kendaraan: Mitsubishi (colt L 300) Daihatsu (grandmax) Daihatsu (xenia) Daihatsu (Xenia) Suzuki (carry)
Tahun Perolehan
Harga Perolehan
15 April 2009 28 April 2009 7 May 2009
520.000.000 125.937.000 446.052.000
4 Februari 2003 20 Maret 2008 12 Desember 2008 9 Januari 2009 11 Juni 2009
140.000.000 130.000.000 145.000.000 145.000.000 55.000.000
Logistic & Sparepart Centre: Komplek Pergudangan Taman Tekno Sector XI Blok L1 No. 2, BSD City – Tangerang, Phone : +62-21-75880513-14, Fax :+62-21- 75880515
I.31 SUKU BUNGA PINJAMAN RUPIAH YANG DIBERIKAN MENURUT KELOMPOK BANK (Persen per tahun) 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2008
11
12
13
14
15
Feb
Mar
Apr
May
2009
Kelompok Bank dan Jenis Pinjaman 2004 1
2007
2008
Aug
Sep
2004 2005 2006 2007
2008
1-Aug
1-Sep
Bank Persero
2005
2006
Oct
Nov
Dec
Jan
#### #### #### #### #### #### #### ####
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2
Pinjaman Modal Kerja Yang Diberikan
14.32
15.71
15.36
13.47
14.61
13.33
13.61
14.14
14.52
14.61
14.59
14.48
14.45
14.38
14.28
3
Pinjaman Investasi Yang Diberikan
14.10
14.98
14.98
12.93
13.85
12.86
13.12
13.47
13.82
13.85
13.83
13.66
13.55
13.51
13.39
4
Pinjaman Konsumsi Yang Diberikan
14.62
15.23
15.26
14.03
13.84
13.59
13.57
13.68
13.76
13.84
13.90
13.91
13.92
13.92
13.91
5
Bank Pemerintah Daerah
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
6
Pinjaman Modal Kerja Yang Diberikan
17.54
16.85
16.60
15.33
14.43
14.57
14.47
14.44
14.50
14.43
14.44
14.32
14.29
14.21
14.16
7
Pinjaman Investasi Yang Diberikan
16.24
15.51
15.28
14.61
13.52
13.51
13.44
13.39
13.34
13.52
13.55
13.48
13.32
13.29
13.25
Pinjaman Konsumsi Yang Diberikan
15.10
14.19
14.16
13.82
14.06
13.92
13.96
14.02
14.02
14.06
14.07
14.10
14.12
14.17
14.22
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
8 9
Bank Swasta Nasional
10
Pinjaman Modal Kerja Yang Diberikan
13.13
16.95
15.41
12.96
15.90
13.75
14.42
15.29
15.81
15.90
15.99
15.84
15.69
15.48
15.32
11
Pinjaman Investasi Yang Diberikan
13.91
16.23
15.42
13.11
14.85
12.85
13.48
14.21
14.61
14.85
14.83
14.72
14.52
14.58
14.52
12
Pinjaman Konsumsi Yang Diberikan
15.93
16.06
17.20
14.69
15.91
14.61
14.86
15.24
15.62
15.91
15.95
16.19
16.27
16.48
16.61
13
Bank Asing dan Bank Campuran
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
9.33
14.50
11.42
10.23
14.58
11.67
12.60
13.81
14.56
14.58
14.46
14.14
14.11
13.73
13.45
Pinjaman Investasi Yang Diberikan
11.44
15.55
13.21
10.56
15.00
12.41
13.16
14.11
15.26
15.00
14.95
14.75
14.40
14.24
13.74
Pinjaman Konsumsi Yang Diberikan
32.90
32.01
35.74
36.24
35.32
35.59
35.25
35.17
35.22
35.32
35.41
35.39
34.99
34.76
35.09
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
14
Pinjaman Modal Kerja Yang Diberikan
15 16 17
Bank Umum
18
Pinjaman Modal Kerja Yang Diberikan
13.41
16.23
15.07
13.00
15.22
13.42
13.93
14.67
15.13
15.22
15.23
15.08
14.99
14.82
14.68
19
Pinjaman Investasi Yang Diberikan
14.05
15.66
15.10
13.01
14.40
12.86
13.32
13.88
14.28
14.40
14.37
14.23
14.05
14.05
13.94
20
Pinjaman Konsumsi Yang Diberikan
16.57
16.83
17.58
16.13
16.40
15.78
15.87
16.05
16.24
16.40
16.45
16.53
16.46
16.48
16.57
Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia Indonesian Financial Statistics
86
Bank Indonesia
I.31 INTEREST RATE OF RUPIAH LOANS BY GROUP OF BANKS (Percent Per Annum) 16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul *
Aug *
2010 Group of Banks and Type of Loans Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
#### 1-Jul #### #### #### #### #### #### #### #### #### #### #### 1-Jul #### -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
State Banks
1
14.16
14.17
14.08
14.03
14.00
13.90
13.63
13.05
13.02
13.63
13.52
13.33
13.28
13.36
13.64
Working Capital Loans
2
13.28
13.18
13.21
12.78
12.66
12.58
12.56
12.04
11.99
12.11
11.97
11.87
11.78
11.71
11.09
Investment Loans
3
14.06
14.02
14.00
13.98
13.92
13.90
13.88
13.87
13.91
13.66
13.62
13.61
13.45
13.39
13.28
Consumer Loans
4
Regional Government Banks
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
14.16
14.16
14.14
14.10
14.07
14.02
13.91
13.79
13.79
13.67
13.70
13.65
13.68
13.69
13.47
Working Capital Loans
6
13.20
13.13
12.81
12.76
12.66
12.59
12.54
12.74
12.82
12.79
12.79
12.74
12.49
12.50
12.52
Investment Loans
7
14.23
14.23
14.25
14.25
14.24
14.22
14.17
14.14
14.31
14.34
14.32
14.22
14.22
14.21
14.29
Consumer Loans
8
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
15.15
15.07
14.89
14.67
14.56
14.38
14.09
14.95
14.88
13.98
13.84
13.71
13.55
13.57
13.52
Working Capital Loans
10
14.33
14.14
13.94
13.80
13.70
13.62
13.51
14.58
14.54
13.38
13.34
13.30
13.60
13.49
13.26
Investment Loans
11
16.66
16.77
16.71
16.82
16.62
16.58
16.22
16.58
16.56
14.91
14.91
14.68
14.45
14.37
14.18
Consumer Loans
12
Private National Banks
5
9
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Foreign Banks and Joint Banks
13
13.27
12.90
12.57
12.34
12.20
12.17
11.73
11.34
11.04
11.02
10.82
10.67
10.52
10.56
10.55
Working Capital Loans
14
13.53
12.74
12.58
12.27
12.51
12.34
12.22
12.52
12.37
12.21
12.07
12.16
11.96
11.74
11.69
Investment Loans
15
35.23
35.39
35.37
35.28
35.24
34.97
35.59
35.96
35.32
35.24
34.82
33.86
32.71
32.48
32.35
Consumer Loans
16
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
14.52
14.45
14.30
14.17
14.09
13.96
13.69
13.75
13.68
13.54
13.42
13.26
13.17
13.21
13.19
Working Capital Loans
18
13.78
13.58
13.48
13.20
13.12
13.03
12.96
13.24
13.21
12.72
12.62
12.59
12.70
12.60
12.40
Investment Loans
19
16.63
16.66
16.62
16.67
16.53
16.47
16.42
16.32
16.36
15.42
15.34
15.23
14.99
14.92
14.83
Consumer Loans
20
Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia Indonesian Financial Statistics
87
Commercial Banks
17
Bank Indonesia
Keterangan harga perolehan lease fee nilai opsi harga mesin WSB 4500 H jumlah biaya yang boleh dibiayakan: lease fee biaya penyusutan jumlah pengurangan PPh karena biaya
Leasing dengan Bunga Present Value (disc. Rate Nominal 14,38%)
Beli s nominal
621,551,760 52,000,000
567,236,606 52,000,000
673,551,760
619,236,606
520,000,000 520,000,000
621,551,760 52,000,000 673,551,760 202,065,528
567,236,606 12,847,287 580,083,893 174,025,168
520,000,000 520,000,000 156,000,000
ecara Tunai present value (disc. Rate 14,38%
520,000,000 520,000,000
199,673,971 199,673,971 59,902,191
Keterangan harga perolehan lease fee nilai opsi harga mesin IC4 4832 R jumlah biaya yang boleh dibiayakan: lease fee biaya penyusutan jumlah pengurangan PPh karena biaya
Leasing dengan Bunga Present Value Nominal (disc. Rate 533,162,304 44,605,200
486,571,196 44,605,200
577,767,504
531,176,396
533,162,304 44,605,200 577,767,504 173,330,251
531,176,396 531,176,396 159,352,919
Beli secara Tunai present value nominal (disc. Rate
446,052,000 446,052,000
446,052,000 446,052,000
446,052,000 446,052,000 133,815,600
172,157,646 172,157,646 51,647,294