PENDIDIKAN KERUKUNAN BERAGAMA (Studi Analisis Terhadap Penanaman Nilai-Nilai Kerukunan Beragama di SMP Muhammadiyah Salatiga Tahun 2010)
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: PUSPO NUGROHO 111 06 026
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 1431 H/2010 M
DEPARTEMAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id E-mail:
[email protected]
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi saudara : Puspo Nugroho dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 06 026 yang berjudul PENDIDIKAN KERUKUNAN BERAGAMA (Studi Analisis Terhadap Penanaman Nilai-Nilai Kerukunan Beragama di SMP Muhammadiyah Salatiga tahun 2010) telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada hari selasa dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.).
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 2 Tlp 323706 Fax. 323433 Kode Pos 50721 Website :http//www.salatiga.ac.id, e-mail :
[email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara : Nama : Puspo Nugroho NIM : 11106026 Jurusan : Tarbiyah Program studi : Pendidikan Agama Islam Judul : PENDIDIKAN KERUKUNAN BERAGAMA (Studi Analisis Terhadap Penanaman Nilai-Nilai Kerukunan Beragama di SMP Muhammadiyah Salatiga tahun 2010) telah kami setujui untuk dimunaqosahkan. Salatiga 27 Agustus 2010 Pembimbing
Yedi Efriadi, M.Ag NIP : 19720721 200112 1 002
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Puspo Nugroho
NIM
: 11106026
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Salatiga, 31 Agustus 2010 Yang Menyatakan
Puspo Nugroho NIM : 11106026
MOTO Prinsip Resiprokalitas…"Jika Ingin Disayang Maka Sayangilah, Jika Ingin Dihormati Maka Hormatilah & Jika Tidak Ingin Dimusuhi Maka Jangan Mengganggu" (Ulil Absor Abdala) ÈÏŠ u’Í
"Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (QS. Al Kafirun 6) و ا ا ئ ى. ا ا ل ا "Sesungguhnya Segala Amal Itu Tergantung Niatnya Dan Sesungguhnya Setiap Orang Mendapatkan Apa Yang Diniatkannya" (Hr. Buckori) ا و ا Barang Siapa Bersungguh Sungguh Maka Ia Akan Berhasil
PERSEMBAHAN Tiada ungkapan yang bisa menterjemahkan setiap kucuran darah, peluh keringat dan setiap tetes air mata dari sebuah karya yang tercipta sebagai tanda kasih, ucapan terima kasih dan do’a. Kupersembahkan karya ini untuk : Ibu-Ibu-Ibunda tercinta serta Almarhum Ayahanda tersayang, hormat ta’dzim tak terhingga kepada beliau yang senantiasa berjuang demi anaknya. Perjuangan mereka tak lapuk oleh teriknya matahari dan tak luntur pula tersiram oleh hujan. Merekalah yang telah melinangi sekujur tubuhnya dengan darah, keringat serta air mata. Mereka jualah yang senantiasa membasahi bibirnya dengan do’a. Demi mengenalkan ananda tentang arti sebuah kehidupan. Semua familiku yang terkasih (kakek, nenek, budhe, pakdhe, bulik, paklik dan saudara-saudara sepupuku semua) yang memberiku kasih sayang, support dan mendo’akanku dalam menempuh studi. Generasi dambaan umat Islam (Sabar & Syukur…)Tersenyum dan berterima kasihlah kepada Tuhan bahwa kita masih hidup ! Life is a gift Live it...Enjoy it... Celebrate it... And ful fill it.
KATA PENGANTAR
" م ور ا وآ#ا . ' ا' ف ا )ء وا+ " م#" ة وا- وا. $ ا& رب ا. ا ا ا# $ ا$ & ا. ا وا+ و Segala puji bagi Allah Swt tuhan sekalian alam atas segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi dan Rasul termulia, sang pelita kehidupan, penyibak kabut kegulitaan hati, penerang jalan menuju Illahi, Nabi Muhammad Saw beserta keluarganya dan para sahabatnya yang mulia. Amma ba'du Kehidupan ini bagaikan perahu yang sedang berlayar di samudra, kadang kala perahu itu harus menghadapi ombak dan badai. Demikian pula dengan keadaan yang dialami oleh penulis di dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan dan rintangan yang dihadapi. Namun Al-hamdulillah, dengan izin Allah dan kerja keras, akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan meskipun jauh dari kesempurnaan. Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada : 1. Dr.Imam Sutomo,M.Ag selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. 2. Bp Suwardi,M.Pd selaku Ketua Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.
3. Dra. Siti Asdiqoh, M.SI selaku Ketua Progdi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. 4. Dosen Pembimbing, Bpk Yedi Efriadi, M.Ag yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dengan tulus yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyempurnaan penyusunan skripsi ini. 5. Dosen Penguji 1. Dr. H. M Zulfa Mahasin, M.Ag & Dosen Penguji 2. Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag, Sukron Jazakumullah Ahsanal Jaza' Jaza an Katsiro 6. Kepala Sekolah di SMP Muhammadiyah Salatiga (Drs. Yudi Haryono, S.Pd), yang telah mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian di Sekolah yang dipimpinnya. 7. Bapak/Ibu Guru di SMP Muhammadiyah Salatiga, serta semua pihak yang telah memberikan pelayanan, bantuan yang baik serta motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini terselesaikan. 8. Pimpinan dan Petugas Perpustakaan (STAIN) Salatiga, Perpustakaan Umum Salatiga yang telah memberikan fasilitas dan pelayanan untuk mendapatkan buku-buku yang diperlukan sampai skripsi ini terselesaikan. 9. Bapak/Ibu Dosen yang telah mengajarkan dan memberikan ilmunya kepada penulis selama dalam perkuliahan. 10. Semua Ustadzku di Madrasah Pon-Pes Sunan Giri, Krasak, Kel. Ledok, Kec. Argomulyo Salatiga 11. Ibunda dan Ayahanda tercinta (Painem dan Sukarman {Almarhum}), yang telah membiayai, mengasuh, mendidik, membimbing dan memberikan
dorongan, do'a dan pengorbanan usaha, kerja keras, motivasi serta kasih sayang yang tak terhingga baik secara moril maupun materil kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini. 12. Rekan-rekan dewan Asatidz-Asatidzah TPQ Al Hidayah & MADIN Hidayatut Tholibin yang tak henti-hentinya mensuport serta adik-adikku tercinta yang telah menjadi inspairing perjalanan hidupku 13. Sahabat-sahabatku tercinta, (bolu) terlebih keluarga besar PAI A '06 (Rina, Widya, Anis, ifah, Mita, Farid, Roifatul, Mutmainnah, Zaenal, Ali, Uliss, Lilis, Joko, Fiqni, Kamidi, Qotibi, Tri, Rozikin, Elisa, Badrus, Aini, Adi, Ema Kusmi, Fatma,Umi) semua temanku di kampus tercinta STAIN Salatiga angkatan 2006 serta teman-temanku yang saya kenal yang tak mungkin dapat saya sebutkan semuanya yang telah memberikan saran, doa, motivasi serta dan humornya. 14. Keluarga besar IPNU-IPPNU An-Cab Argomulyo Salatiga serta REMAS Al Hidayah Juranggunting yang selalu menemani jalannya kehidupan ini dalam menegakkan syi'ar Islam di tanah kelahiran Kota Salatiga tercinta 15. Keluarga besar Biro konsultasi “TAZKIA” STAIN Salatiga Mudah-mudahan segala bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak yang disebutkan di atas, senantiasa mendapat ganjaran pahala yang berlipat ganda dari Allah Swt. Meskipun penulis telah berupaya menyajikan yang terbaik, tetapi karena keterbatasan kemampuan kami, mungkin saja masih banyak kekeliruan dan kesalahan di dalamnya. Dengan berpegangan bahwa Tiada gading yang tak retak, maka dengan kerendahan hati segala pandangan dan saran sangat penulis
harapkan demi untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga apa yang disajikan dalam skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca. Akhirnya
penulis
ucapkan
“Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin”, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri
khususnya
dan pembaca pada umumnya. Akhir kata Sukron
Jazakumullah Ahsanal Jaza'Ankatsiiro.... Wallahul Muwafiq Ila Aqwamith Thariq " م ور ا وآ#وا Salatiga, 31 Agustus 2010 M Ramadhan 1431 H Penulis
Puspo Nugroho
Abstrak Nugroho, Puspo.
[email protected] 2010. Pendidikan Kerukunan Beragama (Studi Analisis Terhadap Penanaman Nilai-Nilai Kerukunan Beragama di SMP Muhammadiyah Salatiga Tahun 2010). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing :Yedi Efriadi, M.Ag Kata Kunci : Pluralitas , Agama , Penanaman Nilai-Nilai Kerukunan Beragama Kekayaan akan keanekaragaman-agama, etnik, dan kebudayaan-ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi kekayaan ini merupakan khasanah yang patut dipelihara serta dapat memberikan nuansa dan dinamika bangsa, tetapi dapat pula merupakan titik pangkal perselisihan, konflik vertikal dan horizontal. Penelitian ini diharapkan untuk mengetahui sejauh mana peranan lembaga pendidikan Islam khususnya Muhammadiyah dalam kerukunan beragama. Pertanyaan pokok yang ingin ditemukan melalui penelitian ini adalah (1) bagaimanakah model kurikulum pendidikan kerukunan beragama / tasamuh yang diterapkan di SMP Muhammadiyah Salatiga?,(2) bagaimanakah pemahaman guru terkait kerukunan beragama di SMP Muhamadiyah, dan (3) bagaimanakah proses penanaman nilai-nilai kerukunan beragama tersebut?. Untuk menjawab beberapa pertanyaan dan permasalahan diatas, penelitian ini menggunakan langkah pendekatan kualitatif dengan metode Grounded Teory yaitu sebuah pendekatan yang refleksif dan terbuka, dimana pengumpulan data, pengembangan konsep teoritis serta ulasan literatur berlangsung dalam proses siklus berkelanjutan. Dalam pemilihan sampel informan, peneliti menggunakan teknik Purposif Sampling dengan variasi Sampling Rujukan Berantai atau Snowball Sampling yaitu salah satu informan yang mengetahui secara mendetail terhadap tema kajian yang nantinya akan mengusulkan nama-nama individu lain yang mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam yang mendukung riset tersebut Dalam temuannya, penelitian ini menunjukkan terkait dengan kurikulum pendidikan kerukunan beragama yang diterapkan biasa disebut dengan Integreated Curiculum dimana term kerukunan beragama masuk menjadi satu bagian didalam pembahasan akhlaq terpuji. Selain itu kurikulum yang digunakan mengacu pada peraturan pusat sesuai dengan apa yang tertuang dalam buku Al Islam dan Kemuhammadiyahan. Adapun pemahaman guru-guru tentang toleransi sebagian besar telah menerapkan sikap toleransi baik itu sesama umat Islam sendiri juga sesama umat yang berlainan agama, adapun terkait dengan proses penanamannya masih bersifat verbalistik dan masih tergantung guru bidang studi yang erat kaitannya dengan tema/ materi kajian yang diajarkan
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN……………………………..…..…………… iii MOTO…………………………………………………………………….. v PERSEMBAHAN………………………………………………………... vi KATA PENGANTAR…………….…………………..…………………. vii ABSTRAK………………………………………………………………... xi DAFTAR ISI……………………………………………………………… xii
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah…………………………………………….. 1
B.
Rumusan Masalah………………………………...………………… 5
C.
Fokus Penelitian…………………………………...……………….. 5
D.
Tujuan Penelitian ………………………………………………….. 7
E.
Kegunaan Penelitian……………………………………………….
F.
Penegasan Istilah…………………………………………………… 8
G.
Alasan pemilihan judul………………………………………….…. 10
H.
Metode Penelitian………………………………………………….
12
I.
Sistematika Penulisan……………………………………………...
20
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.
Esensi Pendidikan…………………………………………………
22
B.
Kerukunan Umat Beragama Dalam Perspektif Islam……………
27
C.
Sejarah Islam Klasik Tentang Kerukunan Beragama…………….
35
D.
Peranan Agama-agama Dalam Masyarakat Plural……………….
39
E.
Tujuan dan Manfaat Pentingnya Pendidikan Kerukunan Beragama di Indonesia…………………………………………………………..
44
BAB III HASIL PENELITIAN A.
Gambaran Umum SMP Muhammadiyah Salatiga………………..
47
1.
Setting Geografis SMP Muhamadiyah Dan Profil Kota Salatiga… 47
2.
Profil SMP Muhammadiyah Salatiga……………………………… 49 a. Sejarah Berdirinya…………………………………………….
49
b. Visi dan Misi SMP Muhammadiyah…………………………
52
c. Program-program unggulan yang sedang dikembangkan oleh Sekolah
B.
SMP Muhammadiyah…………………………………………
54
d. Keadaan Guru, Pegawai dan Siswa…………………………...
55
e. Struktur Organisasi……………………………………………
64
f.
65
Fasilitas Sekolah………………………………………………
g. Bidang Kesiswaan……………………………………………..
67
h. Kegiatan Ekstra Kurikuler……………………………………..
67
Model
Kurikulum
Pendidikan
Kerukunan
Beragama
di
SMP
Muhamadiyah……………………………………………………… 68 C. D.
Pemahanam Guru Agama Terhadap Kerukunan Beragama ……... 72 Proses
Penanaman
Nilai-Nilai
Kerukunan
Beragama
di
Muhammadiyah Salatiga tahun 2010…………………………….....81
SMP
BAB IV PEMBAHASAN A.
Kurikulum Pendidikan Kerukunan Beragama di SMP Muhammadiyah.....85
B.
Pemahaman Guru Tentang Kerukunan Beragama…………………….......91
C.
Penanaman Nilai-Nilai Kerukunan
Beragama di SMP Muhammadiyah
Salatiga…………………………………………………………………...102 BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan………………………………………………………………111
B.
Saran-Saran / Rekomendasi……………………………………………..112
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Puspo Nugroho Alamat : Juranggunting Rt 01/05 Ledok Argomulyo Salatiga Jawa Tengah Tempat/ tanggal lahir : Salatiga, 29 April 1987 No telpon : 085727015655 PENDIDIKAN 1. Lulus 2. Lulus 3. Lulus
SD Negeri Ledok 6 Salatiga SMP Negeri 06 Salatiga SMK Muhammadiyah Salatiga
Tahun 1999 Tahun 2002 Tahun 2005
PENGALAMAN ORGANISASI 1. Staf Departemen Kaderisasi lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal STAIN Salatiga, 2006-2007 2. Ketua Remas RT 1 Juranggunting 2005 3. Humas Pemuda/ Remas se-kota Salatiga, 2008 4. Santri Madrasah Sunan Giri Salatiga, 2006-sekarang 5. Bendahara Ikatan Pelajar Nahdhatul Ulama An-Cab Argomulyo Salatiga, 2009-sekarang 6. Staf pengembangan Kesenian Islam Rebbana "Hidayatun Nada" Salatiga 2004-sekarang 7. Bendahara merangkap Staf Penelitian dan Pengembangan TPQ Al Hidayah & Madin Hidayatut Tholibin Juranggunting Salatiga, 2005- sekarang 8. Sekretaris pengurus Masjid Baiturrahman Juranggunting Salatiga, 2009sekarang 9. Humas Remaja Masjid Al Hidayah Salatiga, 2004 - sekarang 10. Staf Pendidikan Rw 05 Ledok Salatiga, 2009- sekarang 11. Pengajar PAUD Insan Mandiri Salatiga, 2009 - sekarang 12. Staf Marketing/tenaga lepas lembaga Biro Konsultasi TAZKIA STAIN Salatiga, 2010 Salatiga,31 Agustus 2010 Hormat saya
Puspo Nugroho
1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Dalam sejarah kehidupan berbangsa dan bernegara, Indonesia melebihi kebanyakan negara-negara lain, merupakan negara yang tidak saja multisuku, multi-etnik, multi - budaya tetapi juga multi-agama. Kemajemukan tersebut pada satu sisi merupakan kekuatan sosial dan keragaman yang indah apabila satu sama lain mampu bersinergi dan saling bekerja sama untuk membangun bangsa ini. Namun, pada sisi lain, kemajemukan tersebut apabila tidak dikelola dan dibina dengan tepat dan baik akan menjadi ancaman dan pemicu konflik serta kekerasan yang dapat menggoyahkan sendi-sendi kehidupan berbangsa. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk, adanya perbedaan merupakan sebuah keniscayaan dan Sunnatullah yang harus tetap dijaga keharmonisannya sehingga cita-cita bangsa ini untuk mewujudkan masyarakat Madani yang sejahtera adil dan makmur dapat tercapai. Kerukunan merupakan nilai yang universal, yang dapat ditemukan dalam setiap ajaran agama. Selain itu setiap agama selalu mengajarkan pula kepada umatnya untuk saling mengasihi sesama makhluk hidup dan bersikap positif terhadap alam. Agama sesungguhnya merupakan panduan moralitas manusia, yang dengan panduan itu manusia akan menemukan nilai-nilai kemanusiaannya. Kesadaran beragama akan membangkitkan kesadaran
2
tentang betapa pentingnya dan bernilainya kehadiran manusia lain, yang mungkin memiliki perbedaan, keunikan tersendiri, dan bahkan tidak seperti yang kita pahami. Islam adalah agama yang universal, bukan sekedar untuk suatu kaum atau bangsa tertentu dan bukan sekedar untuk manusia yang mendiami bagian bumi tertentu pula. Islam adalah Rahmatan Lil 'alamin, Islam untuk umat manusia sepanjang jaman dan seluruh alam Islam sebagai agama Samawi yang bersumber dari Allah SWT adalah ajaran
yang
menyentuh
segala
aspek
kehidupan
manusia
dalam
hubungannya dengan sesama manusia, alam sekitar serta hubungan dengan Allah SWT sebagai penciptanya. Dalam hubungannya sesama manusia itulah tersirat kewajiban yang dibebankan ke pundak manusia tentang hidup rukun. Mengingat masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk dalam suku, adat, budaya dan agama. Agama menjadi sangatlah penting untuk dikaji dan difahami serta diamalkan mengingat banyaknya kasus yang terjadi di tanah air kita yang mengancam keutuhan bangsa ini, Peristiwa Ambon dan Poso, misalnya, merupakan contoh kekerasan dan konflik horizontal yang telah menguras energi dan merugikan tidak saja jiwa dan materi tetapi juga mengorbankan keharmonisan antar sesama masyarakat Indonesia. Disintegrasi bangsa menjadi ancaman yang berbahaya apabila semua elemen masyarakat tidak mampu mengelola pluralitas tersebut. untuk itu. adanya pluralitas harus difahami secara tepat. Maka, disinilah titik temu dari implementasi kerukunan beragama menemukan tempatnya yang berarti dan
3
tentu saja pendidikan menjadi satu faktor penting dalam usaha penanaman nilai-nilai kerukunan beragama. Pendidikan dianggap memiliki berbagai macam keunggulan yang handal yang dapat dimanfaatkan untuk memperkuat dasar-dasar persatuan kebangsaan Indonesia. Berkaitan dengan upaya pengembangan sikap toleransi beragama di Indonesia, peran institusi pendidikan formal, termasuk institusi pendidikan yang dimiliki dan dikelola oleh organisasi keislaman, sangatlah penting. Oleh karena itu, sumbangan mereka bagi pembentukan karakter anak didik yang intelek, religius, dan sekaligus nasionalis perlu terus dikembangkan. Salah satu di antara lembaga pendidikan di Indonesia yang berperan aktif dan dapat dikatakan sebagai "raksasa" dalam dunia pendidikan islam adalah Muhammadiyah. Sebagai salah satu dari amal usahanya, sekolahsekolah yang berada dalam naungan lembaga ini merupakan aset nasional yang perlu dijaga kualitasnya, baik manajemen pengelolaan maupun kualitas penyelenggaraan akademiknya. Setidaknya, jika kualitas lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah meningkat, akan meningkat pula prospek lembaga pendidikan Islam dalam mengemban misi nasional mencerdaskan bangsa sekaligus memperkuat dasar-dasar persatuan dan kesatuan Negara Indonesia tercinta ini.
Tokoh pendiri perserikatan Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan, berkeinginan lembaga pendidikan Muhammadiyah mampu menanamkan nilai-nilai intelektualitas, keimanan, dan keterampilan di kalangan anak didik beragama Islam sehingga mereka siap bersaing dengan kelompok
4
masyarakat lain, sampai waktu kapan pun. Latar belakang historis kelahiran Muhammadiyah pada 1912 ini perlu dipahami oleh setiap pengelola pendidikan Muhammadiyah agar mereka dapat memperjuangkan cita-cita luhur tokoh pendirinya. Salah satu wujud Amal Bakti Muhammadiyah dalam bidang kependidikan yang telah berdiri cukup lama di kota Salatiga adalah lembaga pendidikan SMP Muhammadiyah yang beralamat di Jl. Cempaka 5-7 Salatiga.
Untuk itu harus ada upaya memahami pola hubungan yang dikembangkan di SMP Muhammadiyah dalam kaitanya dengan pendidikan nilai-nilai Kerukunan beragama di lingkungan sekolah, tidak saja dengan komunitas beragama Islam, melainkan juga dengan komunitas agama, ideologi, dan keyakinan yang lain. Kenyataan objektif berupa adanya usaha sebagian daerah di Indonesia untuk memisahkan diri dari naungan NKRI hendaknya menjadi pelajaran berharga bagi seluruh komponen bangsa akan arti pentingnya memperkukuh batu sendi persatuan bangsa, dengan sikap toleransi/ kerukunan beragama sebagai salah satu fondasinya yang paling kokoh. Dengan diberlakukannya Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional, sekarang tercipta iklim yang cukup kondusif bagi pengembangan wawasan keagamaan secara lebih luas dan bertanggung jawab. Lahirnya Muhammadiyah sebagai organisasi besar islam di Indonesia diantaranya adalah sebagai realisasi perintah Allah “Amar Ma’ruf Nahi Munkar” guna terwujudnya Baldatun Toyyibatun Warobbun Ghofur
5
Disinilah timbul suatu pertanyaan pendidikan semacam apakah yang mampu menumbuhkan nilai-nilai kerukunan beragama?, bagaimanakah pemahaman para penerus generasi Muhammadiyah terhadap kerukunan beragama? dan melalui pendidikan, nilai-nilai apakah dan bagaimanakah yang perlu ditanamkan pada anak didik agar mampu menjaga kerukunan beragama konteks Indonesia?
Melihat permasalahan di atas, akhirnya penulis tertarik untuk membahasnya dengan judul skripsi: "PENDIDIKAN KERUKUNAN BERAGAMA"
(Studi Analisis Terhadap penanaman Nilai-Nilai
Kerukunan Beragama Di SMP Muhammadiyah Salatiga Tahun 2010) B.
Rumusan Masalah 1.
Bagaimanakah Model Kurikulum pendidikan kerukunan beragama di SMP Muhammadiyah Salatiga ?
2.
Bagaimana Pemahaman Guru Agama terhadap Kerukunan Beragama ?
3.
Bagaimanakah Proses penanaman nilai-nilai kerukunan beragama di SMP Muhammadiyah Salatiga?
C.
Fokus Penelitian Ada sebagian orang beranggapan apabila berbicara tentang kerukunan beragama tentu tidak akan terlepas dari yang namanya pluralisme dan pluralitas. Namun dalam pembahasan ini penulis membatasinya dalam konteks kerukunan beragama. Dalam penelitian ini kami tidak membahas dalam konteks teologi agama tentang pluralisme yang mengacu kepada teori atau sikap memandang bahwa semua agama itu sama, Tidak menghendaki
6
usaha sinkritsme agama-agama, bukan “melompat-lompat” dari agama satu ke agama lain. Kami menghendaki seseorang memeluk dengan konsekuen agama yang diyakini,
tanpa
menyalahkan
agama
lainnya.
Karena
sikap
menyalahkan seperti ini dirasakan sebagai hal yang salah, ofensif dan menunjukkan pandangan yang sempit. Karena tuntutan kebenaran (truth claim dan salvation claim) terhadap agama sendiri secara berlebihan seperti itu, secara sosiologis menurut cendikiawan Budhy Munawar dalam Sukidi (2001: 5) hal tersebut hanya akan memicu berbagai konflik sosial dan politik juga akan memancing perang suci antaragama. Menjadikan seseorang eksklusif dan menimbulkan hubungan tidak serasi antar umat beragama. Disini kami lebih menitik beratkan kepada adanya pluralitas dan bagaimana menghargai adanya pluralitas tersebut. Selain itu dengan ini kami berharap bahwa statmen-statmen yang akhir-akhir ini kerap muncul terhadap Islam dengan nada negatif seperti Islam itu identik dengan teroris, menghalalkan darah demi jihad, serta tindakan kekerasan lainya dapat terbantahkan karena sesugguhnya Islam adalah agama damai, Islam bukan agama kekerasan dan Islam adalah agama Rahmatan Lil 'alamin. Dalam pembahasan ini kami bermaksud ingin mengetahui pendidikan semacam apakah yang mampu menumbuhkan nilai-nilai kerukunan beragama?, dan melalui pendidikan, nilai-nilai apakah dan bagaimanakah
7
yang perlu ditanamkan pada anak didik agar mampu menjaga kerukunan beragama tersebut? D.
Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini mengacu pada permasalahan tersebut di atas adalah sebagai berikut: a.
Untuk mengetahui bagaimanakah Model Kurikulum pendidikan nilainilai kerukunan beragama di SMP Muhammadiyah Salatiga.
b.
Untuk mengetahui bagaimana pemahaman Guru khususnya guru agama terhadap Kerukunan Beragama.
c.
Untuk mengetahui bagaimanakah proses pendidikan nilai-nilai kerukunan beragama di SMP Muhammadiyah Salatiga.
E.
Kegunaan Penelitian Manfaat ataupun kegunaan daripada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu secara teoritis dan secara praktis sebagai berikut: i)
Secara Teoritis a.
Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya wacana keilmuan khususnya kajian pendidikan dalam bidang PAI dan juga menambah bahan pustaka bagi Perpustakaan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga
ii)
Secara Praktis a.
Secara praktis manfaat penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dan masukan untuk meningkatkan kualitas kurikulum serta pengajaran guru di obyek penelitian. Selain itu sebagai
8
konsep perlu tidaknya penerapan kurikulum PAI berbasis kemajemukan (kerukunan Beragama) b.
Digunakan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan Tarbiyah Ilmu Keguruan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.
F.
Penegasan Istilah 1.
Pendidikan Para pakar pendidikan banyak mendevinisikan pengertian pendidikan diantaranya menurut John Dewey (dalam Mansur, 2005: 84) pendidikan diartikan sebagai social continuity of life. Adapun menurut Langeveld dalam buku yang sama, pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing kepada yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan. Selain itu menurut A.D Marimba pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Menurut Mansur (2005: 84-85) pendidikan dalam arti luas adalah meliputi perbuatan atau usaha generasi tua untuk mengalihkan/ melimpahkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah. Sehingga dapat disimpulkan bahwasanya pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh orang yang lebih
9
faham akan sesuatu dalam rangka membimbing dan mengarahkan generasi yang lebih muda atau yang belum mengerti menuju terbentuknya insan khamil 2.
Kerukunan Beragama Kata kerukunan dari kata rukun berasal dari bahasa Arab, ruknun (rukun) jamaknya arkan berarti asas atau dasar (Depag RI, 2003: 5), misalnya rukun Islam, asas Islam atau dasar agama Islam. Kerukunan Beragama, berarti perihal hidup rukun yaitu hidup dalam suasana baik dan damai, tidak bertengkar, bersatu hati dan bersepakat antar umat yang berbeda-beda agamanya atau antara umat dalam satu agama.
3.
Nilai Nilai merupakan prinsip yang telah disepakati bersama yang dijadikan tolo ukur untuk menemukan baik dan buruk, salah dan benar, berguna atau tidak berguna, indah atau tidak indah dst (Kansil, 2005: 23). Adapun nilai tersebut terkandung di dalam suatu hal yang bersifat abstrak, umum dan unifersal yang nantinya perlu dijabarkan menjadi norma-norma yang bersifat aplikatif. Pendidikan nilai-nilai bertujuan untuk membentuk sikap positif manusia sesuai dengan nilai yang terkandung didalamnya. Menurut Kansil (2005: 70) Menilai berarti menimbang yaitu kegiatan manusia menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang selanjutnya mengambil keputusan. Sesuatu dikatakan mempunyai nilai apabila
10
sesuatu itu berguna, berharga (nilai kebenaran), indah (nilai estetika), baik (nilai moral dan etis) religius (nilai agama) 4.
Analisis Analisis adalah usaha suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga menjadi jelas hierarkinya atau susunannya (Sudjana, 2005: 27). Berfikir analitis merupakan suatu proses memecahkan masalah atau gagasan menjadi bagian-bagian yang memungkinkan adanya saling keterkaitan dan kecocokan antara satu sama lain yang kemudian mengkombinasikannya dengan cara-cara baru. Dengan analisis seseorang mempunyai pemahaman yang komperhensif dan dapat memilah integritas menjadi bagian bagian yang tetap terpadu untuk beberapa hal dalam memahami prosesnya, memahami cara kerjanya dan untuk memahami sistematikanya. Diharapkan dengan berfikir analitis ini seseorang akan mudah dalam memahami antara bagian satu dengan yang lain
G.
Alasan Pemilihan Judul Masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk dengan kondisi rakyat yang multi etnik, multi agama dan multi budaya serta kondisi masyarakat yang mudah terprofokasi oleh pihak ketiga yang ingin merusak watak bangsa Indonesia yang suka damai dan rukun mengandung potensi konflik karena setiap warga atau kelompok umat beragama, etnis memiliki kepentingan yang berbeda yang harus dipenuhi dan dalam pemenuhannya terkadang ada yang harus dikorbankan.
11
Namun
kemajemukan
dan
keragaman
tersebut
tidak
mesti
menghasilkan konflik atau perpecahan, sebaliknya keragaman justru menimbulkan dinamika dan kreatifitas kelompok untuk secara kompetitif menciptakan suasana dinamis, berbuat lebih banyak amal kebajikan serta karya-karya sosial. Ketika kita tidak mampu mengelola pluralitas tersebut, maka tidak tertutup kemungkinan munculnya konflik yang berujung pada tindakan-tindakan inklusif radikal dalam masyarakat. Dalam terminologi yang digunakan oleh Pemerintah secara resmi, konsep kerukunan hidup beragama mencakup 3 kerukunan. yaitu: kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat yang berbeda-beda agama, dan kerukunan antara (pemuka) umat beragama dengan Pemerintah. Tiga kerukunan tersebut biasa disebut dengan istilah "Tri Kerukunan". Konsep serupa disampaikan oleh K.H Achmad Siddiq (2007: 275) salah seorang tokoh Ulama' NU tentang Tri Ukhuwah yaitu Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam), Ukhuwah Wathaniyah (persaudaraan sebangsa), dan Ukhuwah Basyariyah (persaudaraan sesama manusia). Ketiga ukhuwah tersebut baik itu dalam konsep Tri kerukunan maupun Tri Ukhuwah haruslah diwujudkan secara serentak dan proporsional sehingga dapat tercipta hubungan antar umat beragama yang harmonis sebagai satu bangsa, serta dapat mencegah munculnya benih-benih pertentangan antar umat beragama dan perpecahan bangsa. Agenda-agenda seperti pemberantasan korupsi, serta usaha-usaha dalam meningkatkan dan memajukan bangsa ini dapat terlaksana dengan baik. Disinilah letak
12
pentingnya alasan pemilian judul sebagai kajian skripsi kami. Selain itu alasan mengapa peneliti mengambil tempat penelitiannya tersebut di Kota Salatiga peneliti berargumen bahwa Salatiga sebagai kota transito yang memungkinkan terjadinya interaksi antara orang yang berbeda – beda baik keyakinan, ras, suku dan lain sebagainya. selain itu melihat keadaan lingkungan di sekitar SMP Muhammadiyah khususnya Kota Salatiga merupakan kota kecil yang multi etnik, multi agama, realita menunjukkan bahwa agama yang dianut oleh sebagian masyarakat bermacam-macam meskipun prosentase pemeluk Islam lebih dominan. H.
Metode Penelitian 1.
Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research) dalam pelaksanaanya menggunakan metode pendekatan kualitatif diskriptif analitis yang umumnya menggunakan strategi multi metode yaitu wawancara, pengamatan, serta penelaahan dokumen/ studi documenter yang antara satu dengan yang lain saling melengkapi, memperkuat dan menyempurnakan (Sukmadinata, 2005: 108). Lebih spesifiknya penelitian ini mengadopsi pendekatan Grounded Teory, menurut Daymon dan Holloway (2008: 180-181) yaitu sebuah pendekatan yang refleksif dan terbuka, dimana pengumpulan data, pengembangan konsep teoritis serta ulasan literatur berlangsung dalam proses siklus berkelanjutan. Adapun data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Dalam laporan penelitian
13
ini data memungkinkan berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya 2.
Waktu Penelitian Penelitian
dan
pengumpulan
data
–
data
di
SMP
Muhammadiyah Salatiga ini dimulai pada tanggal 27 April s.d. 30 Juni 2010 yang disertai dengan kegiatan akhir berupa penyusunan skripsi. 3.
Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di SMP Muhammadiyah Salatiga. Adapun alasan pemilihan tempat penelitian adalah di SMP Muhammadiyah. berkaitan dengan upaya pengembangan sikap toleransi beragama di Indonesia, peran institusi pendidikan formal, termasuk
institusi
pendidikan
keagamaan, khususnya Islam
yang
dikelola
oleh
organisasi
sangatlah penting. Oleh karena itu,
sumbangan mereka bagi pembentukan karakter anak didik yang intelek, religius, dan sekaligus nasionalis perlu terus dikembangkan. Salah satu di antara lembaga pendidikan keislaman adalah Muhammadiyah karena lembaga ini merupakan aset nasional yang perlu dijaga kualitasnya, sehingga akan meningkat pula dalam mengemban
misi
nasional
mencerdaskan
bangsa
memperkuat dasar-dasar persatuan kebangsaan Indonesia.
sekaligus
14
4.
Sumber data Data merupakan suatu fakta atau keterangan dari obyek yang diteliti. Menurut Lofland dan Lofland (1984: 47) (dalam Moleong, 2007: 157) Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah katakata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen lain (sumber data tertulis, foto dan statistik). Sumber data dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu : a. Data primer Sumber dan jenis data primer penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan subjek serta gambaran ekspresi, sikap dan pemahaman dari subjek yang diteliti sebagai dasar utama melakukan interpretasi data. data atau informasi tersebut diperoleh secara langsung dari orang-orang yang dipandang mengetahui masalah yang akan dikaji dan bersedia memberi data atau informasi yang diperlukan. Sedangkan untuk pengambilan data dilakukan dengan bantuan catatan lapangan, bantuan foto atau bila memungkinkan dengan bantuan rekaman suara tape recorder dan observasi mendalam oleh peneliti di SMP Muhammadiyah Salatiga. Dalam pemilihan sampel informan, peneliti menggunakan teknik Purposif Sampling dengan variasi Sampling Rujukan Berantai atau Snowball Sampling yaitu salah satu informan yang mengetahui secara mendetail terhadap tema kajian yang nantinya
15
akan mengusulkan nama-nama individu lain yang mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam yang mendukung riset tersebut (Daymon,2002 :251). Data ini diperoleh melalui Kepala Sekolah/ Wakil Kepala Sekolah, Kepala Bagian Kurikulum dan Kesiswaan, Guru BP, guru pengajar /staf pendidikan, para siswa. Sementara itu observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung segala aktifitas di SMP Muhammadiyah Salatiga. a. Data sekunder Data sekunder adalah data atau informasi yang diperoleh dari sumber-sumber lain selain data primer. Diantaranya bukubuku literatur, internet, majalah atau jurnal ilmiah, arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini.
Data tersebut diantaranya seperti buku-buku
referensi. Menurut Mestika Zed (2004: 10) buku-buku referensi ialah koleksi buku yang memuat informasi spesifik, paling umum serta paling banyak dirujuk untuk keperluan cepat. Yang termasuk buku-buku referensi diantaranya kamus baik umum atau biografi, ensiklopedi, buku indeks, buku bibliografi yang berisi informasi buku-buku bidang atau aspek tertentu, buku atlas dan sebagainya. 5.
Prosedur Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, digunakan metodemetode sebagai berikut: a.
Metode Wawancara Mendalam (depth interview)
16
Metode wawancara digunakan untuk memperoleh data tentang pendidikan kerukunan beragama di lokasi penelitian. Dalam metode ini penulis menggunakan dua teknik yaitu teknik kuesioner yaitu dengan membuat daftar pertanyan secara tertulis dengan tujuan pokok untuk memperoleh data informasi yang releven dengan tujuan penelitian dan teknik interview guide yaitu cara mengumpulkan data dengan menyampaikan secara langsung daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya
guna
memperoleh jawaban yang langsung pula dari seorang responden (Koentjaraningrat, 1986: 138). Dalam
penelitian
ini wawancara
dilakukan
secara
mendalam yang diarahkan pada masalah tertentu dengan para informan yang sudah dipilih untuk mendapatkan data yang diperlukan. Teknik wawancara yang digunakan ini dilakukan secara tidak terstruktur, dimana peneliti tidak melakukan wawancara dengan struktur yang ketat dan formal agar informasi yang diperoleh memiliki kapasitas yang cukup tentang berbagai aspek dalam penelitian ini. b.
Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara membaca dan mengutip dokumen-dokumen yang ada dan dipandang relevan. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti
17
buku-buku, majalah, dokument, peraturan rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 1989: 131). Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang sejarah sekolah, struktur organisasi, keadaan guru, siswa, dan karyawan, serta sarana dan fasilitas yang dimiliki sekolah dan data-data dan informasi lain yang menunjang. c.
Metode Observasi/ Pengamatan Metode observasi ialah teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung kepada obyek penelitian (Surakhmad, 1994 : 164) Metode ini digunakan untuk mengetahui situasi obyek pada umumnya dan kondisi lingkungannya. Pengamatan disini termasuk juga didalamnya peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun langsung diperoleh dari data (Moleong, 2007: 174). Observasi ini dilakukan dengan melakukan serangkaian pengamatan dengan menggunakan alat indera penglihatan dan pendengaran secara langsung terhadap obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik observasi berperan pasif dimana observasi bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
d.
Kepustakaan Dalam hal ini, Mestika (2004:1) menyatakan bahwa Teknik ini digunakan sebagai langkah awal untuk menyiapkan
18
kerangka penelitian (research design) dan/ proposal guna memperoleh informasi penelitian sejenis, memperdalam kajian teoritis atau mempertajam metodologi. Pelaksanaannya dengan memanfaatkan berbagai macam pustaka yang releven dan mendukung terhadap tema kajian yang diteliti. Dengan cara ini penulis memiliki acuan yang tegas berdasarkan prosedur ilmiah 6.
Metode Analisis Data Metode analisis adalah suatu cara penanganan terhadap objek ilmiah tertentu dengan jalan memilah, memilih antara pengertian yang satu dengan yang lain untuk mendapatkan pengertian yang baru. Data yang berhasil dihimpun akan dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan menerapkan metode berfikir induktif pada awalnya namun menjadi deduktif pada tahap selanjutnya karena sejalan dengan kemajuan riset (Cristine, Daymon 2008: 369). Menurut Sukandarrumidi (2004: 38-40) dalam bukunya telah menjelaskan kedua pola berfikir tersebut sebagai berikut: a. Metode induktif, yaitu suatu metode berfikir yang bertolak dari fenomena yang khusus, yang konkrit, dan kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum. b. Metode deduktif yaitu pola berfikir yang bertitik tolak dari pernyataan yang bersifat umum, dan menarik kesimpulan yang bersifat khusus.
19
7.
Pengecekan Keabsahan Data Dalam hal pengecekan keabsahan data penelitian terdapat beberapa kiriteria keabsahan data yang nantinya akan dirumuskan secara tepat, teknik pemeriksaanya yaitu dalam penelitian ini harus terdapat adanya Kredibilitas yang dibuktikan dengan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulas, pengecekan sejawat kecukupan referensia, adanya kriteria kepastian dengan teknik uraian rinci dan audit kepastian. Untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan dalam penelitian memiliki tingkat kebenaran atau tidak, maka dilakukan pengecekan data yang disebut dengan validitas data. Untuk menjamin validitas data akan dilakukan trianggulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2006: 330). Validitas data akan membuktikan apakah data yang diperoleh sesuai dengan apa yang ada di lapangan atau tidak. Dengan demikian data yang diperoleh dari suatu sumber akan dikontrol oleh data yang sama dari sumber yang berbeda.
I.
Sistematika Penulisan Dalam menyusun skripsi ini penulis membagi kedalam beberapa bab dan masing-masing bab mencakup beberapa sub bab yang berisi sebagai berikut :
20
•
BAB I
: Merupakan Pendahuluan yang menjelaskan : A. Latar Belakang
Masalah, B. Rumusan Masalah, C. Fokus penelitian D. Tujuan Penelitian, E. Kegunaan Penelitian F. Penegasan Istilah G. Metodologi Penelitian yang terdiri dari : 1. Pendekatan dan jenis penelitian 2. Waktu penelitian/ kehadiran penelitian 3. Tempat/ lokasi penelitian 4. Sumber Data 5. Prosedur pengumpulan data 6. Teknik analisa data 7. Pengecekan keabsahan data dan H. Sistematika Penulisan. •
BAB II
: Kajuan Pustaka. dalam bab ini dibahas tentang A. Esensi
pendidikan B. Kerukunan umat beragama dalam perspektif islam C. Sejarah islam klasik tentang kerukunan beragama D. Peranan agama dalam masyarakat E. Tujuan dan manfaat pendidikan kerukunan beragama di Indonesia •
BAB III : Hasil penelitian yang terdiri dari gambaran umum objek penelitian, terdiri dari : 1. Sejarah singkat SMP Muhammadiyah Salatiga 2. Visi dan Misi SMP Muhammadiyah Salatiga 3. Struktur organisasi di SMP Muhammadiyah Salatiga 4. Keadaan lingkungan sosial sekitar 5. Biodata Guru dan Karyawan SMP Muhammadiyah Salatiga 7. Deskripsi data hasil penelitian
•
BAB IV
: Pembahasan pokok permasalahan dari data hasil temuan-
temuan mengenai 1) Model kurikulum kerukunan beragama, 2) pemahaman guru terhadap kerukunan beragama dan, 3) Proses penanaman nilai-nilai kerukunan beragama di SMP Muhammadiyah •
BAB V : Bab ini merupakan bab penutup atau bab akhir dari penyusunan
21
skripsi yang penulis susun. Dalam Bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dari seluruh hasil penelitian, saran-saran ataupun rekomendasi dalam rangka meningkatkan proses pendidikan kerukunan beragama khususnya di lingkungan SMP Muhammadiyah
22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Esensi Pendidikan Pendidikan dalam arti Islam sebagaimana dikemukakan oleh Daulay (2004: 31) pada dasarnya adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim yang seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani. Maksud dari ungkapan diatas menerangkan bahwa pribadi muslim yang seutuhnya adalah manusia yang mencakup akal pikiran dan roh yang dengan pendidikan diharapkan dapat membentuk manusia sejati/ insan khamil. Adapun beberapa definisi pendidikan diantaranya dalam bukunya Team Dosen FKIP Malang (1998: 79) telah menerangkan " Education is the getting and giving of know lage so as to pass on or culture from one generation on the next", dalam hal ini pendidikan dimaksudkan sebagai usaha memperoleh serta menyampaikan pengetahuan sehingga memungkinkan terjadinya transmisi kebudayaan dari satu generasi ke generasi yang lain. Transformasi budaya yang dimaksud adalah nilai-nilai kebaikan yang terdapat dari adanya pluralitas yang hal tersebut sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah agama. Pendidikan sebagai lembaga konservatif mempunyai fungsi-fungsi yang beragam diantaranya Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi, Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warganegara, Fungsi kontrol sosial, Fungsi pelestarian budaya Masyarakat serta fungsi-fungsi yang lainnya. Dilihat
23
dari segi makna pendidikan, pendidikan mempunyai tiga fungsi yaitu 1) menumbuh kembangkan kreatifitas subjek didik. 2) memperkaya khasanah moralitas budaya manusia dengan jalan mengembangkan nilai-nilai insani dan nilai-nilai Ilahi. 3) menyiapkan tenaga kerja yang memiliki produktifitas. Melihat fungsi-fungsi diatas pendidikan dianggap paling handal kaitannya dalam penanaman nilai-nilai kerukunan beragama. a. Pendidikan Sebagai Proses Pembentukan Pribadi Sebagai proses pembentukan pribadi menuju terbentuknya insan sejati, pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Betapa penting dan kuatnya peranan pendidikan sebagai proses pembinaan mental kepribadian/ moralitas, pengembangan kepribadian seseorang disini haruslah sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki sehingga diharapkan dengan bakat yang ia miliki serta didukung dengan kepribadian yang baik dan terarah (matang) dapat menyumbangkan secara optimal kemampuannya untuk diri sendiri, masyarakat serta negara. (Team Dosen FKIP Malang:1998. 83). Pendapat yang lebih spesifik diutarakan oleh salah seorang pakar pendidikan H.A.R Tilaar (2008.27) Bahwa pengembangan kepribadian bukan hanya berarti pengembangan kepribadian dalam arti personal tetapi perkembangan kepribadian yang menyangkut aspek-aspek personal dan sosial. Maksudnya untuk selanjutnya dari kedua perkembangan tersebut harus mampu menciptakan simbiosis yang saling mengisi antara kepribadian yang berkembang dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari perkembangan
24
kepribadian tersebut. Disinilah pentingnya pendidikan nilai-nilai moral atau akhlaq, kerukunan bagi peserta didik serta peranan pendidik khususnya guru sebagai pelopornya. b. Pendidikan Sebagai Proses Penyiapan Warganegara Pendidikan sebagai Proses penyiapan warga negara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik. Menurut Tilaar & Riant Nugroho (2008.31) Setiap negara dan warga negara mempunyai hak dan tanggung jawab masing-masing, negara bertanggung jawab melindungi serta memfasilitasi perkembangan individu sepenuhnya, sebaliknya setiap warga negara bertanggung jawab untuk memelihara ketertiban dalam masyarakat. jika hal tersebut dapat terlaksana negara dapat menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya dalam melindungi serta memfasilitasi perkembangan individu warga negaranya termasuk penyelenggaraan pendidikan yang dibutuhkan. Tujuan ini sejalan dengan citacita penciptaan suasana damai dalam sebuah hubungan kemasyarakatan yang plural seperti di Indonesia. Selain fungsi diatas fungsi pendidikan masyarakat dipaparkan oleh (Cordero, dkk, hlm : 355) dalam Sumartana (2005: 255) diantaranya: 1.
Menjaga kebudayaan suatu masyarakat dan dapat memindahkannya kepada generasi berikutnya
2.
Sekolah adalah agen sisoal yang utama untuk menanamkan nilai, norma serta harapan dari masyarakat terhadap seseorang.
25
3.
Sekolah adalah tempat dimana orang mempelajari “prinsip-prinsip” yang akan mendasari perilakunya sebagai warga masyarakat Dilihat dari segi komponen, menurut Noeng Muhajir dalam Toto
(2006: 111) menjelaskan suatu aktifitas dapat dikategorikan pendidikan bila mencakup lima komponen pokok yaitu adanya tujuan pendidikan, pendidik dan peserta didik, kurikulum, metode dan konteks pendidikan. Kelima komponen tersebut bergabung membentuk sebuah sistem/ satu kesatuan yang berdiri sendiri namun antara satu dengan yang lain mempunyai kaitan yang sangat erat dalam proses pendidikan. Dengan adanya kelima komponen tersebut diharapkan proses pendidikan dapat berjalan sesuai dengan tujuannya. Dengan pendidikan sebuah Negara dapat mencapai puncak kejayaan atau kemajuannya, namun apabila pendidikan tidak dikelola dengan baik alhasil yang akan terjadi adalah kehancuran bangsa tersebut, pendidikan adalah pondasi utama dalam terbentuknya sebuah Negara yang besar. Melihat
pendidikan
saat
ini
tidak
terlepas
oleh
adanya
pengklasifikasian jenis ilmu yang dipelajari. Menurut Az Zarnuji dalam kitabnya Ta’lim al Muta’alim (hlm 4), Pendidikan yang paling pokok dari semua ilmu serta menjadi dasar dari segala ilmu adalah pendidikan islam/ agama. Dalam pendidikan agama diajarkan berbagai tata cara berkehidupan, (ilmu hal) bertingkah laku atau bermu’amalah yang baik antar sesama manusia, namun dalam kenyataannya dilapangan pendidikan agama sering kali dinomer duakan. Melihat apa yang terjadi akhir-akhir ini atas ketegangan– ketegangan yang terjadi di negara khususnya Indonesia sudah seharusnya para pemikir dan
26
penatalaksana
pendidikan
mulai
merubah
mainsett
mereka
dengan
menempatkan pendidikan agama sebagai subordinate dari segala ilmu di lembaga - lembaga pendidikan sehingga tujuan inti dari esensi pendidikan dapat tercapai serta pembentukan karakter building generasi penerus bangsa dapat terwujud. Pendidikan yang bersumber pada agama (Islam, Kristen, Hindu, Buda dll) menurut Ki Hajar Dewantoro dalam Sumartana (2005: 278) hendaknya digunakan untuk mengisi adab kesusilaan (etika, moral), dengan harapan nantinya anak-anak dapat terbangun rasa penghargaan, cinta dan keisyafan terhadap semua agama terutama agama sendiri. Dalam sejarahnya, setiap agama merupakan ajaran yang universal yang selalu mengajarkan akan adanya nilai-nilai kebaikan, cinta damai, saling menghargai dan bersikap adil kepada sesama baik itu dalam satu agama ataupun berbeda agama. Namun dalam kenyataanya konflik berlatar belakang perbedaan agama marak terjadi akhir-akhir ini yang justru banyak mendatangkan kerugian di semua pihak baik kerugian moril, materil maupu imaterill. Untuk itulah pendidikan mempunyai tugas penting di samping tugas untuk mempersatukan dan melestanikan budaya-budaya etnik yang beraneka ragam demi kepentingan nasional, juga harus mampu menanamkan nilai-nilai kebaikan serta mewariskannya kepada generasi yang akan datang dengan tujuan tetap terpeliharanya nilai-nilai yang terkandung dalam bangsa yang masih layak dipertahankan demi tercapainya tetapnya keutuhan NKRI. Oleh
27
karena itu lembaga pendidikan baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta harus mampu menanamkan nilai-nilai akhlaqul karimah, nilai budi luhur yang dapat menjadikan anak mampu berfikir positif, tidak berpandangan sempit serta mencintai bangsa dan tanah airnya, yang dalam Islam cinta tanah air tersebut merupakan bagian dari pada iman. Kesemuanya tersebut terkumpul menjadi satu kesatuan dalam diri seorang anak yang membentuk menjadi sebuah kepribadian yang utuh. Hal tersebut hanya dapat dicapai salah satunya dengan jalan pendidikan. B. Kerukunan Umat Beragama Dalam Perspektif Islam Dalam bab awal telah diterangkan secara singkat tentang kerukunan beragama, singkat kata Kerukunan berasal dari bahasa Arab kata rukun, ruknun (rukun) jamaknya arkan berarti asas atau dasar. Kerukunan Hidup Umat Beragama, berarti perihal hidup rukun walaupun antar maupun intern umat beragama. Adapun menurut Yustiani (2008: 72) dalam penelitiannya terdahulu yang berjudul "Kerukunan Antar Umat Beragama Islam Dan Kristen Di Soe NTT" menjelaskan Pengertian kerukunan umat beragama adalah terciptanya suatu hubungan yang harmonis dan dinamis serta rukun dan damai diantara sesama umat beragama di Indonesia. Dalam Islam kerukunan diberi istilah "Tasamuh" atau Toleransi. Yang dimaksud dengan toleransi ialah kerukunan sosial kemasyarakatan. Toleransi dalam penelitiannya Mawardi (2008: 94) adalah suatu bentuk akomodasi yang tidak membutuhkan penyelesaian dari fihak lain karena kedua belah fihak saling menyadari dan mengharapkan situasi yang kondusif dalam kehidupan
28
bermasyarakat. Menurut Mukti Ali (2006: 87), Toleransi berasal dari bahasa latin tolerare yang berarti menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang lain berpendapat berbeda, berhati lapang dan tenggang rasa / tepo seliro (jawa) terhadap orang yang berlainan pandangan, keyakinan, dan Agama. Menurut Baidhawy (2005: 79) Toleransi adalah kesiapan dan kemampuan batin untuk kerasan bersama orang lain yang berbeda secara hakiki mekipun terdapat konflik dengan pemahaman anda tentang apa yang baik dan jalan hidup yang layak. Toleransi disini bukanlah dalam bidang Aqidah Islamiyah (keimanan), karena aqidah telah digariskan secara tegas dalam Al Qur'an dan As Sunah. Fuad menambahkan (2006: 244) yang dilarang dalam hal toleransi adalah toleransi yang berarti mendukung keyakinan pemeluk agama lain dengan mengorbankan keimanan Islam (akidah). Adapun dalam bidang aqidah atau keimanan seorang muslim hendaknya meyakini bahwa Islam adalah satusatunya agama yang benar dan keyakinan yang dianutnya sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al Qur'an Surat Ali Imron 19 dan 85 ∩⊇∪ ………………… 3 ÞΟ≈n=ó™M}$# «!$# y‰ΨÏã šÏe$!$# ¨βÎ)
Artinya : Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.. ∩∇∈∪ zƒÌÅ¡≈y‚ø9$# zÏΒ ÍοtÅzFψ$# ’Îû uθèδuρ çµ÷ΨÏΒ Ÿ≅t6ø)ムn=sù $YΨƒÏŠ ÄΝ≈n=ó™M}$# uöxî ÆtGö;tƒ tΒuρ
Artinya : Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi..85
29
Sebagaimana kita ketahui dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu dihadapkan dengan fenomena pluralitas. Plutralitas warna kulit (kulit putih, kuning, hitam, sawo matang dan sebagainya. Pluralitas etnik (etnik Cina, Arab, Jawa, Sunda, Banjar dan sebagainya). Pluralitas agama (Kristen-Katolik, Kristen Protestan, Islam, Hindu, Budha, Konghuchu, Tao dan sebagainya). Pluralitas bahasa (bahasa Inggris, bahasa Prancis, Jerman, Indonesia dan sebagainya). Adanya perbedaan seperti yang telah dijelaskan diatas merupakan kehendak Allah Swt atau Sunnatullah dikarenakan jika Tuhan menghendaki, manusia di muka bumi ini akan memeluk satu agama dan beriman semuanya. Salah satu dari beberapa ayat Al Qur'an secara eksplisit menyatakan bahwasanya perbedaan merupakan Sunnatullah yaitu Al Qur’an Surat Yunus ayat 99: (#θçΡθä3tƒ 4®Lym }¨$¨Ζ9$# çνÌõ3è? |MΡr'sùr& 4 $èŠÏΗsd öΝßγ=à2 ÇÚö‘F{$# ’Îû tΒ ztΒUψ y7•/u‘ u!$x© öθs9uρ
∩∪ šÏΖÏΒ÷σãΒ
Artinya : "Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ?" Kita sebagai makhluk sosial yang mendiami sebagian bumi Indonesia yang mayoritas berpenduduk plural dimana semua kelompok keagamaan dan peradaban saling bersentuhan secara intens serta tidak akan lepas oleh interaksi
30
dengan orang lain yang mungkin tidak sepaham dan sekeyakinan dengan kita, terlebih di era globalisasi saat ini. Sebagai makluk sosial kita saling dan selalu membutuhkan orang lain baik dalam kegiatan perniagaan atau yang lainnya. Kerjasama yang baik selalu dibutuhkan tanpa mencampuri urusan internal seseorang seperti keyakinan agama. Kita pun tidak boleh memaksakan kepada seseorang yang berlainan pandangan dan keyakinan dengan kita untuk ikut kepada pandangan dan keyakinan kita sebagaimana diterangkan dalam firman Allah SWT dalam Al Qur’an Surat Al Baqoroh ayat 256 sebagaimana dibawah ini : ωs)sù «!$$Î/ -∅ÏΒ÷σãƒuρ ÏNθäó≈©Ü9$$Î/ öà#õ3tƒ yϑsù 4 Äcxöø9$# zÏΒ ß‰ô©”9$# t¨t6¨? ‰s% ( ÈÏe$!$# ’Îû oν#tø.Î) Iω
∩⊄∈∉∪ îΛÎ=tæ ìì‹Ïÿxœ ª!$#uρ 3 $oλm; tΠ$|ÁÏ#Ρ$# Ÿω 4’s+øOâθø9$# Íοuρóãèø9$$Î/ y7|¡ôϑtGó™$#
Artinya :Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. [162] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah swt. Kerukunan Umat Beragama dibagi menjadi dua macam yaitu Kerukunan intern umat Islam dan Kerukunan Antar Umat Beragama.
31
Kerukunan intern umat Islam di Indonesia harus berdsasarkan atas semangat Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama muslim) yang tinggal di Negara Republik Indonesia, sesuai dengan firman Allah dalam Qs Al Hujurat (49) ayat 10 bahwasanya kesatuan dan persatuan umat Islam diikat oleh kesamaan aqidah (keimanan), akhlaq dan sikap beragamnya berdasarkan atas Al Qur'an dan Al Hadist. Adanya perbedaan pendapat diantara umat Islam adalah Rahmat asalkan perbedaan pendapat itu tidak membawa kepada perpecahan dan permusuhan (konflik). Adalah suatu yang wajar terhadap adanya perbedaan pendapat yang disebabkan masalah politik yang kemudian memunculkan partai-partai Islam yang semuanya menjadikan Islam sebagai asas politiknya. Adapun dengan Kerukunan Antar Umat Beragama, Kerukunan umat Islam dengan penganut agama lain di Indonesia didasarkan atas Falsafah Pancasila dan UUD 1945 dimana Hal-hal yang terlarang adanya toleransi tersebut adalah adanya dalam masalah aqidah dan ibadah, sesuai dengan firman Allah dalam Qs Al Kafirun (109) ayat 6 yang artinya "Bagimu Agama-Mu Dan Bagiku Agama-Ku" Sesungguhnya adanya berbagai agama merupakan ujian dari Allah kepada hambanya yang mau berfikir, mencari, mempertimbangkan akan sebuah kebenaran hakiki sebagaimana ajaran tauhid yang disampaikan oleh nabi-nabi terdahulu sebelum Baginda Nabi Muhammad SAW yaitu kalimat “ Laa Ilaa Ha Illa Allah “.
32
Dalam Islam juga tidak terlepas oleh adanya penyebaran misi seperti agama-agama lain yang mempunyai kebenaran eksklisif yang mewajibkan umatnya untuk menyampaikan pesan-pesan islam “ballighu ‘ani walau aayah” yang bernama “dakwah” amar ma’ruf nahi munkar, akan tetapi dalam da’wah tersebut tidak harus melibatkan sikap pemaksaan terhadap orang lain sebagaimana firman Allah Q.S Al Baqoroh 256 di atas (laa ikroo ha fiddiini) Dakwah adalah mengajak, mangajak kepada kebenaran,menuut Asep (2007: 104) jika dirasa ajakan tersebut diyakini mempunyai kebenaran, haruslah dilakukan dengan cara-cara yang penuh dengan ke’arifan, kesopanan, tutur kata yang baik serta dasar argument yang masuk akal. Islam
melarang
umatnya
berbantah-bantahan
(debat)
dengan
kelompok lain melainkan dengan cara-cara yang baik, termasuk menjaga kesopanan serta tenggang rasa, kecuali terhadap mereka yang berlaku aniaya/ dzolim kepada kita. Sekalipun kita sebagai umat Islam mengetahui orang lain menyembah sesembahan selain Allah Yang Maha Esa, umat Islam tetap dilarang berlaku tidak sopan terhadapnya. Umat Islam tidak dibenarkan memaksakan serta menyalahkan kehendak satu atas kehendak lainnya. Al Qur’an sendiri telah menjelaskan kepada kita bahwa Kehendak Allah atas adanya bermacam-macam agama bukan untuk saling bersaing mencapai tujuan-tujuan duiawi, akan tetapi hendaknya umat Islam berangkat dari konsep berlomba-lomba mengerjakan kebaikan yang banyak (Fastabikul khoirot) meskipun itu terhadap orang yang berbeda pandangan dan keyakinan dengan
33
kita. Hal tersebut nyata dalam firman Allah Al Qur’an Surat Al Ma’idah : 48 yang artinya sebagaimana dibawah ini ( ϵø‹n=tã $ΨÏϑø‹yγãΒuρ É=≈tGÅ6ø9$# zÏΒ Ïµ÷ƒy‰tƒ š÷t/ $yϑÏj9 $]%Ïd‰|ÁãΒ Èd,ysø9$$Î/ |=≈tGÅ3ø9$# y7ø‹s9Î) !$uΖø9t“Ρr&uρ
öΝä3ΖÏΒ $oΨù=yèy_ 9e≅ä3Ï9 4 Èd,ysø9$# zÏΒ x8u!%y` $£ϑtã öΝèδu!#uθ÷δr& ôìÎ6®Ks? Ÿωuρ ( ª!$# tΑt“Ρr& !$yϑÎ/ ΟßγoΨ÷t/ Νà6÷n$$sù
(#θà)Î7tFó™$$sù ( öΝä38s?#u !$tΒ ’Îû öΝä.uθè=ö7uŠÏj9 Å3≈s9uρ Zοy‰Ïn≡uρ Zπ¨Βé& öΝà6n=yèyfs9 ª!$# u!$x© öθs9uρ 4 %[`$yγ÷ΨÏΒuρ Zπtã÷Å°
∩⊆∇∪ tβθà#Î=tFøƒrB
ϵŠÏù óΟçGΨä. $yϑÎ/ Νä3ã∞Îm6t⊥ãŠsù $Yè‹Ïϑy_ öΝà6ãèÅ_ötΒ «!$# ’n<Î) 4 ÏN≡uöy‚ø9$#
Artinya : Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji
kamu
terhadap
pemberian-Nya
kepadamu,
Maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah
34
kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu.
Sikap ketidak sopanan kepada orang yang berbeda keyakinan dengan kita justru akan berbalik menyerang dan berlaku tidak sopan yang sama terhadap agama kita, kepada Allah Yang Maha Esa sebagai akibat dari dorongan rasa permusuhan tanpa pengetahuan yang memadahi (Asep, 2007: 104). Untuk itu pergaulan yang baik, cinta damai tetap harus dijaga tanpa adanya sikap fanatik sempit terhadap agama lainnya. Disinilah berlaku firman Allah “ lakum di nukum waliyadin = bagimu agamamu dan bagiku agamaku” Disini, Al Qur’an menegaskan kaum muslimin untuk hidup damai bersama pihak-pihak lain yang barang kali berbeda dengan kita serta berlaku adil selama mereka tidak memusuhi kaum muslimin. Prinsip ini telah diterangkan dalam Al Qur’an melalui firman-NYA : óΟèδρ•y9s? βr& öΝä.Ì≈tƒÏŠ ÏiΒ /ä.θã_Ìøƒä† óΟs9uρ ÈÏd‰9$# ’Îû öΝä.θè=ÏG≈s)ムöΝs9 tÏ%©!$# Çtã ª!$# â/ä38yγ÷Ψtƒ āω
∩∇∪ tÏÜÅ¡ø)ßϑø9$# =Ïtä† ©!$# ¨βÎ) 4 öΝÍκös9Î) (#þθäÜÅ¡ø)è?uρ
Artinya : “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu Karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (Q.S.Al Mumtahanah: 8)
35
Dengan demikian, jelas bahwa Islam mengakui hak-hak hidup agama lain untuk menjalankan ajaran-ajaran agama sebagaimana ajaran yang mereka anut. Disinilah letak dasar ajaran Islam tentang toleransi/ kerukunan beragama. C. Sejarah Islam Klasik Tentang Kerukunan Beragama Sejak Islam pertama kali datang bersama Rasulullah Saw di tanah Arab, wajah Islam yang toleran dan cinta damailah yang diperkenalkan oleh Nabi kepada umatnya. Umat Islam sudah memiliki pengalaman untuk membangun harmonisasi kehidupan antar penganut agama. Di tengah keragaman atau pluralitas keberagamaan pada masa kenabian Muhammad Saw, beliau tidaklah menghalangi untuk mengembangkan sikap-sikap toleransi antar pemeluk agama atau kepercayaan yang berbeda. Bahkan, baginda Nabi Muhammad pernah suri tauladan yang sangat inspiring dihadapan para pengikutnya dalam hal toleransi. Bukan hanya kepada saudara seagama, namun juga antar agama dan keyakinan. Sejarah mencatat bahwa, Nabi pernah dikucilkan dan bahkan diusir dari tumpah darahnya (Makkah Al Mukaromah). Beliau terpaksa hijrah ke Madinah untuk beberapa lama dan kemudian kembali ke Makkah. Peristiwa itu dikenal dalam Islam dengan Fathul Makkah. Dalam peristiwa yang penuh kemenangan ini, Nabi tidak menggambil langkah balas dendam kepada siapapun juga yang telah mengusirnya dahulu dari tanah kelahirannya. Peristiwa itu sangat memberi kesan yang mendalam terhadap penganut agama Islam di mana pun mereka berada. Nabi telah memberi contoh kongkret dan sekaligus contoh pemahaman dan penghayatan kerukunan
36
keagamaan yang amat riel dihadapan umatnya. Ketika sesampainya di kota Madinah yang sangat plural kondisi penduduknya, yaitu adanya kemajemukan dalam agama dan kepercayaan serta pluralitas dalam kesukuan Nabi Muhammad SAW membuat suatu dokumen Konstitusi Madinah sebagai aturan pokok tata kehidupan bersama di Madinah (Alim, 2001: hlm 7) Dalam piagam tersebut secara tegas dinyatakan hak-hak penganut agama lain untuk hidup berdampingan secara damai dengan kaum muslimin. Nabi dalam melaksanakan ajaran-ajarannya dengan tetap menjaga dan menghormati hubungan sosial dalam masyarakat. Hidup berdampingan dalam keadaan damai, rukun serta harmonis. Diterangkan dalam bukunya Alim. (Alim, 2001: hlm 58) Pada pasal 45 dalam konstitusi Madinah bahwa ada ajakan damai, maka ajakan tersebut harus diterima asal pihak lainnya betul-betul memenuhi serta melaksanakan isi perdamaian dengan kekecuali orang-orang yang memerangi Islam. Agama lain tetap diakui, meminjam istilah Ruslani (2006: 216) Nabi tidak menuntut ataupun menonjolkan “truth claim” dan salvation claim secara berlebihan dengan menggunakan system referensi sendiri untuk menilai system referensi orang lain. Beliau tidak menuntut adanya pembenaran atas nama dirinya maupun atas nama agama yang dianutnya. Nabi mengambil sikap agree in disagreement : setuju dalam tidak persetujuan, maksudnya Sikap setuju untuk suatu doktrin agama yang dianut dan diyakini oleh umatnya meskipun ia sendiri tidak setuju dengan doktrin dan ajaran agama lain tersebut Sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an Surat. Al-Kafirun : 1-6)
37
∩⊂∪ ߉ç7ôãr& !$tΒ tβρ߉Î7≈tã óΟçFΡr& Iωuρ ∩⊄∪ tβρ߉ç7÷ès? $tΒ ß‰ç6ôãr& Iω ∩⊇∪ šχρãÏ#≈x6ø9$# $pκš‰r'‾≈tƒ ö≅è%
∩∉∪ ÈÏŠ u’Í
Artinya : Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah.4. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah.6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." Sejarah mencatat ketika pasukan muslim melakukan expansi ke wilayah Bizantium Kristen, kaum muslimin mempertahankan apa yang diajarkan Al Qur’an dan yang dicontohkan Rasul. Dan tatkala expansi tersebut membuahkan hasil dengan takluknya kota Yarussalem yang dipimpin oleh Umar Ibn Khothob, kholifah kedua ini menerima kunci kota langsung dari Uskup Agung dilanjutkan dengan membacakan pengumuman penandatanganan surat perjanjian. Adapun isi dari surat perjanjian tersebut oleh Asep (2007: 144) dalam bukunya dijelaskan sebagai berikut “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Perjanjian ini diberikan oleh Umar, hamba Allah dan Amir al mu’minin, kepada penduduk Aelia. Dia (Umar) menjamin keamanan jiwa dan harta mereka, menjaga gereja-gereja dan salibsalib mereka, serta menjaga para penganut agama Kristen. Gereja mereka tidak akan dijarah ataupun dihancurkan, atau harta benda tidak akan dikurangi dalam bentuk apapun, mereka tidak akan dipaksa dalam bentuk apapun kaitan dengan agama mereka, dan mereka haruslah terpelihara dari bahaya…….
38
Pada zaman dahulu hal yang sama telah dicontohkan Nabi Saw tentang dialog dan sikap saling menghargai antar agama. Dalam bukunya Mahmud (2004: 76) dijelaskan tentang peristiwa tatkala Nabi mengadakan dialog dengan utusan Bani Najran yang beragama Kristen di Masjid Nabawi. Utusan itu berjumlah lima belas orang dibawah pimpinan Abu Al Harits. Sebelum dialog dimulai, Nabi Saw mengizinkan mereka melaksanakan Rangkaian ibadah mereka di salah satu bagian masjid Nabawi. Diterangkan oleh Zakiyuddin Baidhawy (2005: 48) suatu ketika Rasulullah bersama para sahabat sedang berdiskusi tentang keberadan Allah, secara tiba-tiba datang seorang badui ke tengah-tengah mereka, lalu berkata: “Tuhan Allah, menurut pendapatku berada di atas sana”. Umar bin Khotob marah mendengar perkataan badui seraya mencabut pedang hendak membunuhnya. Rasulullah melarang tindakan umar seraya berkata: “jangan kau bunuh, biarkan dia, pendapatnya tidak salah karena baru tahap itulah pemahamannya tentang keberadaan Allah”. Pada kesempatan lain Sahabat Umar ra melarang muslim shalat di Gereja dengan maksud agar suatu saat kelak jangan sampai terjadi muslim mengklaim gereja menjadi masjid secara sewenang-wenang. Melihat beberapa pengalaman sejarah Nabi serta para sahabat sudah sepantasnya kita dapat meneladani guna terwujudnya masyarakat yang cinta damai. Adanya perbedaan tidak seharusnya dipandang sebagai sebuah ancaman, melainkan dapat dijadikan sebagai potensi dalam membangun kehidupan kebangsaan yang jauh lebih baik.
39
D.
Peranan Agama-agama Dalam Masyarakat Plural
Keanekaragaman agama dan juga etnis, menyebabkan susunan masyarakat dunia, termasuk Indonesia, menjadi plural. Kondisi demikian, seringkali menimbulkan konflik antar umat beragama dan antar etnis. Konflik “abadi” antara Israel dengan Arab ( umat Yahudi dengan Muslim dan Kristiani) di Palestina, dan rangkaian konflik bernuansa agama di Indonesia, memberi kesan seakan - akan agama merupakan salah satu faktor penyebab munculnya berbagai konflik tersebut. Jika kondisi demikian dibiarkan, maka pada akhirnya Agama tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang diperlukam dalam kehidupan bermasyarakat
Pandangan negatif terhadap agama seperti diatas haruslah mulai sejak dini dikikis dan dihilangkan dalam kehidupan masyarakat. Prinsip-prinsip pokok yang berhubungan dengan kemanusiaan dan kehidupan bermasyarakat, pada hakekatnya sama pada semua agama. Dalam penelitiannya terdahulu oleh M khusna Amal yang berjudul Komitmen Agama Merajut Kerukunan Autentik Di Perkotaan telah memaparkan bahwasannya pada masyarakat Indonesia agama diyakini sebagai way of life
(pegangan hidup) yang memberikan
arahan, tuntunan dan pendidikan bagi masyarakat dalam berpandangan, bersikap serta berperilaku, ajaran agama yang memuat nilai-nilai seperti keadilan, amanah, persamaan, kedamaian, kasih sayang, tanggung jawab, kemandirian, moralitas serta kerukunan dalam mensikapi perbedaan sangat potensial dimanfaatkan sebagai konsep pokok bersama antar umat beragama
40
guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, politik yang bersih dan demokratis, serta tatanan kehidupan social yang plural menuju terbentuknya keharmonisan serta penuh kerukunan. Dalam sebuah hadis yang diambil dari Shahih Muslim, hlm. 466 bab. Al Ilm, serta syarah As Sunnah juz 1 hlm 158 dalam (Husna.2006: 2) sesungguhnya agama itu sebagai jalan petunjuk :
Artinya : Nabi Muhammad Bersabda "siapa yang mengajak ke jalan petunjuk baginya pahala sebanyak pahala orang-orang yang mengikutinya. Siapa yang mengajak kesesatan, ia akan berolah dosa sebanyak dosa orang-orang yang mengikutinya".
Menurut Jedida T. Posumah-Santoso dalam Sumartana (2005: 275) menjelaskan bahwa agama dipandang sangat dibanggakan dan diandalkan pertama sebagai kekuatan sepiritual masyarakat bangsa yang dianggap mampu untuk menjadikan masyarakat yang adil, beradab, berakhlaq, baik dan terpuji. Kedua sebagai potensi dasar membentuk tradisi berfikir, bersikap dewasa, terbuka dan Toleran. Ketiga, menjawab basic need / kebutuhan dasar masyarakat dari generasi ke generasi untuk bisa hidup secara dinamis dan rukun dalam keberbagaian agama, etnik dan budaya.
Era globalisasi saat ini dapat membuat peluang besar untuk terbentuknya masyarakat pluralistik terutama dari segi agama dan etnis. masa keterbukaan dan informasi serta komunikasi yang maju seperti sekarang ini, memungkinkan terjadinya mobilisasi penduduk dari satu daerah ke daerah
41
yang lain dengan berbagai alasan. Proses pembentukan masyarakat pluralistik seperti ini akan terus berlangsung pada era globalisasi, mengingat batas-batas wilayah atau negara tidak mampu lagi mencegah terjadinya perpindahan penduduk dan menyebabkan tumbuhnya masyarakat plural diberbagai kawasan dunia. Keadaan yang plural hendaknya dimanfaatkan untuk hal-hal yang bersifat positif, menurut Imarah (1999: 36) jika tidak ada pluralitas, perbedaan, dan perselisihan niscaya tidak ada motivasi untuk berlomba, saling dorong dan berkompetisi diantara individu, umat, pemikiran, filsafat serta peradaban, selain itu hidup pun akan menjadi stagnan dan tawar serta mati tanpa dinamika.
Kemajemuk masyarakat dari segi etnis dan agama, sesungguhnya merupakan anugrah dan kehendak Tuhan. Tuhan Yang Maha Kuasa telah menetapkan hukum-hukum-Nya, selain berupa doktrin agama juga berupa ketentuan yang berlaku pada alam dan manusia yang lazim disebut hukum alam (sunnatullah). Sebagaimana yang diajarkan oleh agama, manusia diciptakan dari yang satu (pasangan), nenek moyang manusia itu adalah serang laki-laki (Adam) dan seorang perempuan (Hawa), ∩⊄⊇⊂∪…………………..y Zοy‰Ïn≡uρ Zπ¨Βé& â¨$¨Ζ9$# tβ%x.
Artinya : Manusia itu adalah umat yang satu. QS Al Baqoroh 213 Kemudian dari keduanya lahirlah manusia yang banyak dalam berbagai etnis yang berbeda-beda sebagai pengaruh geografis di mana manusia
42
lahir dan dibesarkan. Adanya perbedaan tersebut tidak lantas menjadi ajang untuk saling bermusuhan satu sama lain melainkan lebih sebagai pendorong agar saling mengenal, bergandeng tangan, bersikap rukun serta saling membantu. Hal tersebut telah dijelaskan dalam Al Qur’annul Karim : ö/ä3tΒtò2r& ¨βÎ) 4 (#þθèùu‘$yètGÏ9 Ÿ≅Í←!$t7s%uρ $\/θãèä© öΝä3≈oΨù=yèy_uρ 4s\Ρé&uρ 9x.sŒ ÏiΒ /ä3≈oΨø)n=yz $‾ΡÎ) â¨$¨Ζ9$# $pκš‰r'‾≈tƒ
∩⊇⊂∪ ×Î7yz îΛÎ=tã ©!$# ¨βÎ) 4 öΝä39s)ø?r& «!$# y‰ΨÏã
Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”(Q.S Al Hujurat: 13)
Keragaman agama, diyakini sebagai kehendak Allah untuk mengutus berbagai Rasul dan Nabi yang bertugas menyampaikan agama kepada umatnya. Nabi dan Rasul itu sangat banyak, walaupun di dalam kitab suci Islam hanya disebutkan 25 orang. Namun demikian masih banyak di antara mereka yang tidak disebutkan. Kemungkinan diantara nabi/rasul yang tidak disebutkan itu, termasuk pembawa agama Hindu dan Budha. Jadi keragaman
43
agama yang pernah dan masih ada di dunia ini berasal dari dan atas kehendak Allah.
Meskipun berbilang banyaknya, namun agama-agama mempunyai misi yang sama. Segala bentuk ibadah dan ketentuan berupa perintah dan larangan yang terdapat pada semua agama sesungguhnya dimaksudkan untuk keselamatan bagi umat manusia. Dengan demikian keselamatan manusia merupakan sesuatu yang mendasar dalam semua agama dan bersifat universal.
Misi
keselamatan
itu
menyangkut
keselamatan
pribadi
dan
keselamatan orang lain, keselamatan di dunia dan keselamatan di akhirat. Semua agama meyakini adanya hari akhirat. Keselamatan orang lain, baik yang seagama maupun orang yang tidak seagama dengan kita. Keselamatan pribadi sangat tergantung pada ibadah dan kepatuhan terhadap ajaran kemanusiaan dari agama yang dianut.
Dalam masyarakat plural, perbedaan dalam hal doktrin, peranan institusi keagamaan, dan pengetahuan serta pemahaman agama berpotensi untuk menimbulkan konflik baik internal maupun eksternal, konflik horizontal maupun vertikal. Perbedaan doktrin yang tidak dapat dihindari itu tidak akan berkembang menjadi konflik apabila umat beragama yang berada dalam suatu masyarakat
berjiwa
toleran
dengan
membolehkan,
membiarkan
dan
menghargai doktrin dan ajaran agama yang berlainan dengan agamanya atau pahamnya sendiri.
44
Pembinaan umat sejak dini melalui penanaman nilai-nilai agama harus dilakukan dalam suatu proses yang dimulai dengan pemberian dasar pengetahuan agama dilanjutkan dengan pelaksanaan agama dan terciptanya fungsi agama. Beragama secara formal sangat penting untuk menampakkan eksistensi agama itu dalam masyarakat dan untuk mewujudkan fungsi agama. Untuk mewujudkan fungsi agama itu diperlukan beragama secara fungsional. Dalam masyarakat plural, patut diingat bahwa agama berbeda secara formal, tetapi bersatu secara fungsional yaitu untuk kedamaian dan ketentraman diri sendiri dan masyarakat.
Sesungguhnya jika fungsi agama berupa integrasi sosial, kedamaian dan ketentraman dapat terwujud, maka konflik sosial dapat dicegah. Selain fungsionalisasi agama dalam kehidupan pribadi dan masyarakat, kesamaan misi agama yaitu keselamatan (salvation) dapat menjadi perekat dalam kehidupan sosial.
E. Tujuan Dan Manfaat Pentingnya Pendidikan Kerukunan Beragama Di Indonesia Dalam Negara Republik Indonesia kita tercinta ini perihal tentang kerukunan beragama juga telah diatur baik itu, sebagai landasan Idiil, yaitu Pancasila sila pertama yaitu ketuhanan yang Maha Esa serta landasan konstitusional, yaitu UUD 1945 pasal 29 ayat 1 :"Negara berdasar atas ketuhanan yang Maha Esa". Dan pasal 29 ayat 2 :"Negara menjamin
45
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayannya itu (Depag RI.2003:7) Kajian penelitian dengan tema Kerukunan Umat Beragama telah banyak dilakukan oleh para peneliti, diantaranya adalah Yustiani (2008: 72) yang memfokuskan Kerukunan umat beragama antara umat Kristen dengan Islam di daerah Soe NTT, definisinya mengenai pengertian kerukunan umat beragama adalah terciptanya suatu hubungan yang harmonis dan dinamis serta rukun dan damai diantara sesama umat beragama di Indonesia. Adapun maksud dari pada kerukunan tersebut diantaranya ialah hubungan harmonis antar umat beragama, antar umat yang berlainan agama, dan antara umat beragama dengan pemerintah dalam usaha memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa serta meningkatkan amal untuk bersama-sama membangun bangsa serta masyarakat yang sejahtera lahir dan batin. Kerukunan umat beragama bertujuan untuk memotifasi dan mendinamisasikan semua umat beragama agar dapat ikut serta dalam pembangunan Bangsa. Kerukunan umat beragama sangat kita perlukan, agar kita semua bisa menjalani kehidupan beragama dan bermasyarakat di bumi Indonesia ini dengan damai, sejahtera, dan jauh dari kecurigaan kepada kelompok-kelompok lain. Dengan begitu, agenda-agenda kemanusiaan yang seharusnya dilakukan dengan kerja sama antaragama memotifasi dan mendinamisasikan semua umat beragama agar dapat ikut serta dalam pembangunan Bangsa seperti memberantas
kemiskinan,
memerangi
kebodohan,
mencegah
korupsi,
membentuk pemerintahan yang bersih, serta memajukan bangsa, dapat segera
46
dilakukan dengan sebaik-baiknya. Agenda-agenda tersebut, jelas tidak dapat dilaksanakan dengan optimal jika masalah kerukunan umat beragama belum mengakar dalam diri pribadi bangsa. Fakta menjelaskan meskipun setiap agama mengajarkan tentang kedamaian dan keselarasan hidup, realitas menunjukkan pluralisme agama bisa memicu pemeluknya saling berbenturan dan bahkan terjadi konflik (http://www.hupelita.com) Keragaman bangsa Indonesia dianggap sebagai kebanggaan dan anugerah dari Yang Maha Kuasa dan bukanlah bahan dari pemecah kesatuan bangsa. Anggapan tersebut bukan hanya sebuah konsep namun harus diterapkan dan ditanamkan kepada setiap lapisan masyarakat. Disamping itu kesadaran-kesadaran akan pentingnya menghormati dan menghargai orang lain perlu ditanamkan sejak dini. Pada pendidikan formal hendaknya ditanamkan pendidikan kerukunan beragama yaitu pendidikan tentang kesadaran akan adanya perbedaan suku dan agama baik dalam konteks beda agama maupun dalam satu agama sehingga pencapaian kesadaran atas perbedaan semakin kuat pengaruhnya dalam diri bangsa Indonesia yang plural ini. Letak pentingnya peranan lembaga pendidikan Sekolah sebagai Agent Of Change yang bertujuan mengupayakan manusia menuju pribadi yang baik harus diupayakan secara maksimal. Upaya tersebut dengan cara membimbing generasi yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan guna menanamkan nilai-nilai akhlaqul karimah baik dalam tataran intern umat beragama maupun antar umat beragama, sehingga dapat disimpulkan usaha tersebut sebagai upaya preventif meredam munculnya berbagai konflik.
47
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah Salatiga 1. Setting Geografis SMP Muhamadiyah Dan Profil Kota Salatiga
Kota Salatiga secara geografis berada di tengah-tengah kawasan segitiga kota besar yang terkenal dengan sebutan "Joglo Semar" yaitu (http://www.uksw.edu/id/about.asp?m=salatiga) Yogyakarta (± 100 km), Solo (± 50 km) dan Semarang (± 45 km). Sebagai kota kecil yang sejuk Salatiga terdiri atas 4 kecamatan, yakni Argomulyo, Tingkir, Sidomukti, dan Sidorejo., kota transit antara kota Semarang dan Solo yang juga dikenal sebagai Kota Pelajar ketiga dengan adanya lembaga-lembaga pendidikan dari tingkat Play Group, PAUD, TK, SD, SMP, SMA, SMK, sampai Perguruan Tinggi seperti STAIN, UKSW, STIE”AMA” serta lembaga pendidikan dan pelatihan lainnya yang menambah semaraknya dunia pendidikan yang tersebar di wilayah Salatiga.
Dengan adanya Salatiga sebagai kota Transito, kota ini tak lepas akan adanya percampuran serta pertemuan interaksi antara masyarakat Salatiga sendiri dengan masyarakat luar kota yang bercorak dan berlatar belakang berbeda. Salatiga menjadi salah satu daerah yang cukup penting di Indonesia. Salatiga menjadi tempat tujuan belajar dari para pelajar dan mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah dan kota di sekitar Salatiga. Dalam masyarakat
48
yang seperti inilah, PP Muhammadiyah pusat melalui lembaga pendidikan SMP Muhamadiyah
hadir dan menempatkan diri sebagai sebuah sekolah
menengah yang berada di tengah-tengah masyarakat yang multikultur, SMP Muhamadiyah telah berupaya mengembangkan wawasan keislaman yang terbuka. Berbagai tantangan yang dihadapi membuat Lembaga ini terus berbenah, bukan hanya dari segi fisik namun terlebih adalah pada persoalan paradigma. Di tengah mayoritas umat Islam yang menganggap adanya dikotomi keilmuan, SMP Muhamadiyah berupaya keras untuk menghilangkan anggapan tersebut dan membangun epistemologi penyatuan ilmu umum dan agama. Hal itu dibuktikan dengan adanya pendidikan yang diajarkan tidak hanya ilmu agama melainkan mencakup juga ilmu umum.
Dilihat secara geografis letak SMP Muhamadiyah sangat strategis berada di pusat Kota Salatiga yang dikenal sejuk karena secara geografis kota ini berada pada ketinggian ± 600 meter di atas permukaan laut dan terletak di lereng Gunung Merbabu. Melihat sejarahnya Kota Salatiga adalah bekas Staatgemente yang dibentuk berdasarkan Staatblad 1923 No.393 yang kemudian dicabut dengan Undang-Undang No.17 Tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kecil Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Adapun Jumlah penduduk Salatiga ± 100.000 jiwa, 90 % diantaranya suku Jawa. Ada juga sedikit WNI keturunan dan sukusuku lain dari berbagai daerah di Indonesia. Bahasa Jawa merupakan bahasa percakapan sehari-hari di kota ini, selain Bahasa Indonesia yang umum digunakan. (http://mikolei.wordpress.com/profil-kota-salatiga/)
49
Ditinjau dari segi administratife pemerintah dikaitkan dengan kondisi fisik dan fungsi Kotamadya Daerah Tingkat II, keberadaan wilayah Daerah Tingkat II Salatiga yang memiliki luas 17,82 Km dengan 75% luasnya merupakan wilayah terbangun adalah tidak efektif. Berkat kesadaran bersama dan didorong kebutuhan areal pembangunan demi pengembangan daerah, muncul gagasan mengadakan pemekaran wilayah yang terealisir tahun 1992. Berdasarkan
amanat
Undang-Undang
No.22
Tahun
1999
Tentang
Pemerintahan Daerah, Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga berubah penyebutanya menjadi Kota Salatiga.
2. Profil SMP Muhammadiyah Salatiga a. Sejarah Berdirinya Dalam
wujud
bukti
nyata
Amal
Usaha
Persyarikatan
Muhammadiyah untuk masyarakat Salatiga dengan mengemban visi dan misi berperan serta memajukan dan meningkatkan sumber daya manusia melalui bidang pendidikan, Pemimpin Muhammadiyah Daerah Salatiga dan Kabupaten Semarang pada waktu itu bekerja sama dengan instansi terkait dan tokoh-tokoh agama Islam di Salatiga dan Kabupaten Semarang dengan GKBI (Gabungan Koperasi Batik Indonesia) sebagai penyandang dana, mendirikan bangunan gedung SMP Muhammadiyah di Jalan Cempaka No. 5-7 Kelurahan Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga kode pos 50714 sebagai sarana pendidikan tingkat menengah yang sekarang menjadi SMP Muhammadiyah Salatiga pada tanggal 5 Januari 1974.
50
Gedung
SMP
Muhammadiyah
Salatiga
ini
diresmikan
penggunaannya pada hari Sabtu tanggal 12 Juli 1975 M dan bertepatan dengan tanggal 3 Rajab 1395 H, yang pada waktu itu bertepatan dengan Hari Koperasi ke XXIII. Dengan demikian sarana pendidikan ini sudah digunakan sebagai tempat proses belajar mengajar sejak tahun 1974 dengan membuka pendaftaran siswa baru kelas I. Sekolah Menengah Pertama Muhamadiyah yang berdiri sejak tahun 1974 yang berciri khas Islam ini dimaksudkan adalah bimbingan, pembinaan dan materi pelajaran dikaitkan dengan Al-Qur’an dan al-Hadits. Materi pelajaran agama diberikan secara rinci sesuai dengan kaidah-kaidah ajaran agama Islam yakni al-Qurían, hadits, aqidah, akhlak, fiqih, sejarah kebudayaan Islam (Tarikh) dan Bahasa Arab, selain itu ditambah dengan kegiatan penunjang pelajaran seperti: yang paling pokok do’a sebelum belajar, dan do’a-do’a pendek atau sejenisnya Dalam kurun waktu perkembangan dunia pendidikan, Sekolah Menengah
Pertama
Muhamadiyah
berusaha
beradaptasi
dengan
perkembangan dunia pendidikan dewasa ini. Dengan berkembangnya dunia pendidikan, berkembang pula ide dan kreativitas para pendidik serta praktisi pendidikan yang ada di Sekolah Menengah Pertama Muhamadiyah ini, salah satunya perhatian khusus dan serius terhadap lembaga pendidikan tingkat Menengah. Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah merupakan lembaga pendidikan yang menggunakan sistem pembelajaran terpadu antara ilmu pengetahuan umum dan pendidikan agama Islam.
51
Sejarah SMP Muhammadiyah Salatiga tidak dapat dilepaskan dari awal berdirinya PP Muhammadiyah di Indonesia dan Salatiga khususnya, karena secara historis SMP Muhammadiyah Salatiga adalah Sekolah Menengah Swasta
yang bernaung dibawah Lembaga
Perserikatan
Muhamadiyah. Lembaga pendidikan SMP Muhammadiyah yang dipimpin oleh Bpk H. Yudi Haryono.S.Pd ini berdiri di atas tanah seluas 1194 m² dengan gedung milik sendiri serta bangunan berlantai dua (sumber tata usaha). Pada saat ini SMP Muhammadiyah telah mengalami perubahan dari tahun ke tahun dan telah menghasilkan lulusan yang banyak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Bahkan ada salah satu guru serta karyawan di SMP tersebut yang dulunya juga alumni murid di SMP tersebut. Untuk menghadapi kemajuan Zaman serta memasuki era globalisasi, SMP Muhammadiyah dengan kepengurusan yang baru siap menghadapi perubahan disemua sektor, baik tenaga pengajarnya, pegawai/ karyawan, maupun sarana dan prasarana untuk melayani peserta didik agar menghasilkan mutu lulusan yang siap menghadapi tantangan zaman. b. Visi dan Misi SMP Muhammadiyah Visi, Misi dan beberapa program unggulan SMP Muhammadiyah bersesuaian dengan visi dan misi kota Salatiga di mana sekolah tersebut berlokasi. Kesesuaian tersebut dapat ditilik dari beberapa penjelasan berikut.
Visi dan misi Kota Salatiga menjadi pedoman, arah kebijakan Pembangunan Daerah yang dijabarkan dalam program dan kegiatan
52
pembangunan. Dengan memperhatikan issue strategis, kondisi, potensi, dan masalah yang dihadapi, maka dirumuskan Visi dan Misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2007-2012 yaitu Salatiga Lebih Maju dan Harmonis,Dengan Tata Kelola Pemerintahan Yang Lebih Baik .(http://mikolei.wordpress.com/profil-kota-salatiga/)
Sesuai dengan visi dan misi Kota Salatiga diatas, SMP Muhamadiyah berusaha mengimbanginya serta turut andil dalam usaha merealisasikan visi dan misi Kota Salatiga tersebut dengan berbagai cara dan usaha sehingga mampu mengikuti tuntutan perkembangan kemajuan jaman.
i. Visi SMP Muhammadiyah 1.
Meningkatkan ketaqwaan terhadap Allah SWT.
2.
Meningkatkan kecerdasan siswa dalam berfikir dan bertindak.
3.
Menanamkan norma dan tata nilai dalam meningkatkan sikap akhlakul karimah/ budi pekerti luhur dan keteladanan.
4.
Meningkatkan daya fikir kreatif, terampil, berdedikasi selaras intelektual dan emosional dalam situasi yang kondusif serta cinta tanah air.
5.
Meningkatkan semangat untuk berprestasi, kinerja, kebersamaan, berpijak pada nilai-nilai ukhuwah dan jalinan silaturahmi.
53
6.
Meningkatkan terpenuhinya kelengkapan fasilitas sarana prasarana penunjang belajar mengajar sesuai dengan standar pelayanan minimal yang dipersyaratkan.
ii. Misi SMP Muhammadiyah
1.
Menggiatkan dan memotivasi dalam beribadah (mahdhoh maupun ghoiru mahdhoh).
2.
Membentuk generasi yang tangguh, cerdas, dan cinta tanah air.
3.
Mewujudkan sikap akhlakul karimah/ berbudi luhur dalam kehidupan sehari-hari.
4.
Membentuk generasi yang cerdas, terampil, kreatif, dan berdedikasi yang tinggi.
5.
Menciptakan keselarasan, keseimbangan emosi, intelektual untuk menumbuhkan jalinan ukhuwah, silaturahmi, dan keteladanan.
6.
Secara bertahap memenuhi kelengkapan sarana prasarana kegiatan belajar
mengajar
sesuai
standar
pelayanan
minimal
yang
dipersyaratkan
c. Program-program unggulan yang sedang dikembangkan oleh Sekolah SMP Muhammadiyah Beberapa program unggulan yang sempat diutarakan oleh Bpk kepala sekolah (Sumber TU & Wawancara,24/5/2010) diantaranya mencakup beberapa hal yaitu:
54
1.
Mengingat visi dan misi merupakan tujuan jangka panjang, maka tujuan yang akan dicapai selama 5 tahun mendatang adalah : ∼
Menanamkan bahwa ibadah itu bermanfaat bagi dirinya untuk keselamatan fiddun ya wal akhirat sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan As-Sunnah (target 90 %).
∼
Meningkatkan minat dan hasil belajar serta prestasi sekolah dengan indikator kenaikan rata-rata nilai komulatif kenaikan kelas dan ujian menjadi 7,00.
∼
Memiliki etos kerja, motivasi belajar yang tinggi dan mampu berkompetensi, percaya diri dalam berbagai aktifitas.
∼
Memiliki prestasi dan keterampilan yang dapat diandalkan seperti kepramukaan, drum band, olah raga, MTQ, dan bidang kesenian lainnya (target tiga besar).
∼
Menumbuh kembangkan rasa ukhuwah, cinta tanah air, dan rasa kebersamaan.
∼
Menyiapkan
ketersediaan
luas
lahan/tanah
sekolah,
gedung/ruang kelas, ruang penunjang, alat peraga/media pembelajaran dan sarana prasarana sesuai ukuran minimal yang dipersyaratkan. ∼
Yang paling pokok serta yang bersifat umum dan ideal dari program unggulan adalah pelayanan kepada masyarakat dengan sikap yang terbuka terhadap masyarakat sebagai stakeholder serta pengguna fasilitas pendidikan
55
2.
Meningkatkan prestasi akademis dengan membuka peluang seluasluasnya sesuai dengan bakat dan minat peserta didik diantaranya olahraga dan kesenian
3.
Mewujudkan manusia indonesia yang taat beragama serta berakhlaqul karimah, yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produkif, kreatif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (Tasamuh), menjaga
keharmonisan
secara
personal
dan
sosial
serta
mengembangkan budaya Islami dalam komunitas sekolah sesuai dengan Al Qur’an dan Al Hadist. d. Keadaan Guru, Pegawai dan Siswa 1. Keadaan Guru dan Pegawai Mengenai para guru dan pegawai di SMP penulis mengamati selama penulis terjun di lapangan sikap para pegawai serta para guru kepada orang lain ataupun kepada sesama guru sangat baik, welecome, sopan bahkan kami sempat saling bercanda. Namun ada salah satu guru ketika ditemui untuk diwawancarai perihal tema kerukunan beragama antara guru satu dengan yang lain terkesan saling lempar melempar kepada guru yang lain. Guru yang berada di SMP Muhamadiyah Salatiga ini berjumlah 22 orang. Sebagian besar bidang studi yang dipegang dan diajarkan sesuai dengan lulusannya atau pendidikan dan keahlian yang dimiliki. Khusus untuk pemberian amanah mengajar kepada para guru telah sesuai dengan kualifikasi lulusan masing-masing guru sehingga dirasa job tersebut tidak terlalu memberatkan.
56
Guru bertanggung jawab atas bidang studi yang diajarkan dengan membuat Program Satuan Pelajaran demi tercapainya target kurikulum, menetapkan jadwal evaluasi belajar bagi mata pelajaran masing-masing. Saat ini, SMP Muhamadiyah Salatiga memiliki sumber daya manusia yang tidak kalah dibanding lembaga sejenisnya di Salatiga sebagaimana dijelaskan dalam tabel berikut ini. TABEL 1 Daftar kepegawaian (Personalia) SMP Muhamadiyah NAMA
TEMPAT TGL LAHIR
L / P
JBTN
TM T
G O L
1
Yudi Haryono,S.Pd
Magelang, 22 Sep1957
L
KepSek / Guru
1983
-
S1 Pend. Matematika
Matematika
2
Thoniek Fathonah,BA
Sragen, 05 Juli 1959
P
Guru
1983
-
Sarmud Pend. Ekonomi
B. Indonesia
3
Khadzikkul Fikri
Salatiga, 12 Okt 1962
L
Guru
1983
-
PGSMTP Ket. Jasa
Ket. TIK. & Senirupa
4
Suci Rahayu,S.Pd
Klaten, 10 Agst 1966
P
Guru
1991
-
S1 Pend. B. Inggris
B. Inggris
5
Sri Harmoni,Amd. Pd
Wonosobo, 15 Nop1967
P
Guru
1993
-
D III / PKn
PPKn
6
Emy Setyowati,S.Pd
Semarang, 24 April 1970
P
Guru
1996
-
S1 Pend. Biologi
Biologi
7
Sriyono,S.Pd
Salatiga, 07 Agst 1969
L
Guru
1999
-
S1 Penjaskes
Olahraga & Kesehatan
8
Bambang Susmoyo,S.Ag
Kab. Smg, 4 Agst 1958
L
Guru
1981
IV a
S1 PAI
B. Indo’ Agama
9
Drs. Mulyono
Boyolali, 20 juni 1960
L
Guru
1993
VI a
S1 IAIN F.Tarbiyah
PAI
NO
Pendidikan. Terakhir
Mengajar
57
10
Suparmi
KarangAny ar, 11 Juni 1951
11
Sri Suryani,S.Pd
Magelang, 09 April 1955
P
Guru
1981
VI a
S1 PKn
PKn dan Seni Musik
12
Nur Indah Widyastuti
Semarang, 12 Juli 1960
P
Guru
1985
VI a
D II KET. JASA
B. Indonesia
13
Noor Khanah,BA
Salatiga, 19 April 1953
P
Guru
1986
VI a
D II Dikdak Kurikulum
B. Jawa
14
Puji Hastuti
Klaten, 15 Jan1962
P
Guru
1984
III d
D II Ket. Jasa
Ekonomi
15
Neni Junaeda, S.Pd
Semarang, 04 Agst1968
P
Guru
1990
VI a
S1 Pend. Matematika
16
Raharjo,S.Pd
Salatiga, 02 Nop 1970
L
Guru
2007
III a
S1 Pend. Matematika
Matematika
17
Savitri Dewi,S.Psi
Salatiga, 23 Des1976
P
Guru
2005
-
S1/ PSIKOLOG
BP/BK Dan Agama
18
Tri Rahayu,S.Pd
Salatiga, 15 Agst 1968
P
Guru
2005
-
S1 Pend. Matematika
Fisika
19
Sri Wuryantini,S.P d
Kab. Smg, 22 Juli 1981
P
Guru
2005
-
S1 FKIP FISIKA
Fisika & Matematika
20
Khaliyatul Husna,S.Pd.I
Semarang, 1 Mart 1983
P
Guru
2005
-
S1 Pend. B. Inggris
B. Inggris
21
Mursyidatun Ni'mah, S.Pd.I
Semarang, 01 Des 1980
P
Guru
2005
-
S1 TARBIYAH PAI
Agama Islam
22
Taufikur Rahman, S.Pd
Kab. Smg, 13 Mei 1977
L
Guru
2005
-
S1 Geografi
Geografi
23
Nova Tri Juhana
Salatiga, 10 Nov 1985
L
TU/Guru
2005
-
SMK
TIK
24
Supono
Salatiga, 01 Des 1955
L
Tata Usaha
1976
-
PGAP
P
Guru
1977
VI a
PGSLP TATA BUKU
Geografi, Sejarah
Matematika
-
58
25
Siti Arofah
Salatiga, 21 Mart 1958
P
Tata Usaha
1996
-
PGAP
-
26
Yuli Pratiwi
Salatiga, 13 Juli 1969
P
Tata Usaha
1991
-
SMA
-
27
Kuncoro Broto Prasetyo
Salatiga, 01 Jan1981
L
Tata Usaha
2007
-
SMK
Tapak Suci
(Profil Kepegawaian, Sumber Tata Usaha SMP Muh Salatiga 2009-2010) Berdasarkan data statistik di atas dapat dilihat bahwa jumlah tenaga pengajar SMP Muhamadiyah sebanyak 22 orang. Sementara itu, dari jenjang pendidikan terakhir kebanyakan berpendidikan S-1, yaitu sebanyak 15 orang, sementara D-3 4 orang, D-2 sebanyak 5 orang dan sisanya berpendidikan D-1/SM 3 orang. Untuk guru yang sudah berstatus PNS ada 8 orang dengan golongan VIa sebanyak 6 orang, IIIa 1 orang IIId 1 orang. Mengenai Pegawai Tata Usaha di SMP Muhamadiyah secara keseluruhan sebanyak 5 orang dengan kualifikasi pendidikan terakhir SMA/ Sederajat sebanyak 3 orang dan sisanya berpendidikan SMP. Adapun yang telah berstatus pegawai tetap sebanyak 3 orang dan yang berstatus pegawai tidak tetap sebanyak 2 orang seperti dijelaskan pada tabel berikut ini. Tabel 2 Pegawai Tata Usaha SMP Muhammadiyah Ijazah Terakhir
Pegawai Tetap (PT)
Jumlah Pegawai Tidak Tetap (GTT)
Seluruhnya
S-1 D-3(Sarmud)
-
-
-
D-2 D-1 SMA/SMK SMP
1 2
2 -
3 2
SD Jumlah
3
2
5
(Keadaan Pegawai TU, Sumber Tata Usaha SMP Muh Salatiga 2009-2010)
59
2. Keadaan Siswa Tabel 3 Keadaan Siswa SMP Muhamadiyah Tahun Ajaran 2009 / 2010 No Jumlah JumlahPeserta Didik Kelas . Rom Bel Laki-laki Perempuan Seluruhnya 1 VII 4 83 55 138 2 VIII 3 60 47 107 3 IX 6 110 90 200 13 253 192 445 Jumlah Keadaan Siswa, Sumber Tata Usaha SMP Muh Salatiga 2009-2010 Keadaan siswa SMP Muhamadiyah berdasarkan data statistik tahun ajaran 2009-2010 keseluruhan berjumlah 445 siswa yang terdiri dari siswa laki-laki 253 orang (56,8 %) dan perempuan 192 orang (43,2 %). Kesemuanya terbagi menjadi 3 kelas dengan jumlah rombongan masingmasing kelas yaitu pada kelas VII berjumlah 4 rombongan belajar, pada kelas VIII berjumlah 3 rombongan belajar dan pada kelas IX berjumlah 6 rombongan belajar dengan total kesemuanya berjumlah 13 rombongan belajar. Kebanyakan siswa tinggal di sekitar sekolah dan tidak jauh dari wilayah Salatiga. Untuk lebih jelasnya keadaan siswa SMP Muhamadiyah dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Sesuai dengan hasil observasi, pengamatan, wawancara serta study dokumentasi dan telaah pustaka di lokasi penelitian penulis mendapatkan beberapa hal diantaranya : 1) Proses KBM dan Keseharian di Lingkungan SMP. Kegiatan
belajar
mengajar
yang
berlangsung
di
SMP
Muhammadiyah Salatiga selain hari jum’at dimulai dari jam 07.00 pagi
60
sampai jam 12.10 siang, sebelum jam pelajaran dimulai ditambah dengan kegiatan penunjang pelajaran seperti: yang paling pokok adalah pembacaan do’a sebelum belajar, dan do’a-do’a dan surat pendek atau sejenisnya, namul hal tersebut sifatnya masih sangat tergantung dari guru yang pertama kali masuk kelas. Menurut pemaparan salah satu staf pengajar penggolongan kelas menjadi dua model yaitu kelas khusus dan kelas regular. Perbedaannya pada jumlah jam pelajaran, Apabila pada kelas khusus jumlah jam pelajarnya sampai pukul dua siang, perbandingan akademis antara kelas khusus dan regular apabila kelas khusus nilai akademisnya jauh lebih tinggi levelnya dibandingkan dengan kelas regular. Peserta didik diberi kelonggaran waktu untuk istirahat selama 2 kali istirahat yaitu mulai jam 09.00-09.15 WIB dan 11.15-11.30 WIB. Sedangkan untuk hari jum’at proses KBM dimulai dari jam 07.00 WIB sampai dengan jam 11.15 WIB. Dalam satu hari kegiatan belajar terdiri dari rata-rata 7-8 jam pelajaran. Dalam satu minggunya mencakup 13 mata pelajaran. Setiap hari Senin pagi selalu diadakan upacara bendera guna memupuk semangat Nasionalisme pada diri pribadi peserta didik. Di sini ketika waktu istirahat anak-anak tidak diperkenankan keluar dari lingkungan sekolahan dikarenakan menurut pemaparan beberapa guru (Wawancara,25/5/1020) ada sebagian warga masyarakat yang komplain lingkungannya kotor akibat sampah-sampah sisa jajanan serta membuat jalanan ramai. Pelarangan tersebut terkecuali ketika masuk waktu shalat
61
dzuhur, hal tersebut dikarenakan terdapat keterbatasan tempat ibadah di SMP yang memaksa para siswa untuk melaksanakan ibadah di Masjid kompleks masyarakat yang berada persis di depan SMP. 2) Karakteristik Murid di Sekolah Di lihat secara geografis letak SMP Muhammadiyah di Jalan Cempaka No. 5-7 Kelurahan Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga sangat mempengaruhi perkembangan karasteristik para siswa yang cenderung masih alami baik dalam bertingkah laku, bertutur kata dijaga kualitasnya. Melihat lingkungan sekitar menurut pemaparan salah satu guru dan karyawan di SMP sebagian besar masyarakat di lingkungan sekitar SMP mayoritas beragama non muslim. hal tersebut disiasati oleh kepala sekolah beserta para dewan guru dengan diterapkannya program sekolah yang dikembangkan serta sistem yang dibuat di SMP dengan pelarangan keluar bagi para peserta didik ketika jam belajar ataupun istirahat. Sebagian besar murid-murid berasal dari daerah yang notabennya jauh dari lokasi SMP, sekalipun ada itupun sangat sedikit. Kebanyakan berasal dari daerah pinggiran atau luar kota seperti canden, grogol, soko, blotongan dan daerah sekitarnya. Menurut pemaparan salah seorang guru SMP Muhammadiyah ditinjau dari luas bangunannya jika dibandingkan dengan banyaknya siswa sangat tidak sebanding, kurang ideal antara bangunan dan ruangan dengan banyaknya siswa. Adapun ditinjau dari segi akademis, siswa siswi SMP Muhammadiyah sangat majemuk,
62
terdapat jarak yang jauh antara anak yang mempunyai nilai akademis tinggi dengan anak yang nilai akademisnya kurang. 3) Kehidupan Sosial dan Sikap Keberagamaan di Sekolah Siswa-siswi SMP Muhammadiyah seluruhnya memeluk agama Islam, sehingga dalam kehidupan sosial di lingkungan sekolah dapat tercipta suasana yang agamis. Sopan dalam bertutur kata dan berperilaku dengan guru serta teman. Adapun tentang sikap keberagamaan siswa-siswi penulis mendapati ada beberapa hal diantaranya sesuai dengan penggolongan kelas menjadi dua model reguler dan khusus. Hubungannya dengan kegiatan shalat berjamaah dzuhur kebanyakan pada kelas yang khusus yang sampai pukul dua siang. Adapun untuk kelas regular biasanya anak langsung pulang sebelum masuk waktu Dhuhur. untuk siswa yang menempati kelas khusus mendapatkan porsi KBM yang lebih dibandingkan kelas Reguler yaitu dengan penambahan jam pelajaran sampai ± pukul dua siang. Untuk itu memungkinkan anak-anak untuk menjalankan ibadah Shalat Dzuhur berjamah di kompleks SMP Muhammadiyah. Kegiatan shalat tersebut juga tidak bisa berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan para guru dikarenakan terbatasnya ruangan Mushola sehingga memaksa guru untuk mensiasatinya dengan membagi menjadi dua bagian, bagian pertama melaksanakan shalat di Masjid Darut at Taqwa yang terletak tidak jauh dengan lokasi SMP Muhammadiyah dan
63
untuk bagian yang lain melaksanakan sholat di mushola yang terdapat di dalam lingkungan SMP. Selain itu kegiatan sejenis seperti terlaksananya kegiatan sholat Dhuha secara bersama-sama akan tetapi keadaannya juga tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan Sholat Dzuhur. Fenomena lain terkait sikap keberagamaan di SMP adanya sebagian siswi yang tidak memakai kerudung ketika di dalam lingkungan sekolah, terlebih ketika masuk ruangan dan menemui salah seorang guru. Adapun mengenai busana yang dikenakan siswa siswi hampir sama dengan SMP pada umumnya, bedanya hanya terletak pada kewajiban memakai kerudung. Akan tetapi keharusan tersebut belum sepenuhnya direalisasikan, sebagai bukti nyata dalam lampiran dokumentasi ketika kegiatan olahraga banyak yang belum berkerudung. e. Struktur Organisasi Suatu organisasi mempunyai struktur dan perencanaan yang dilakukan dengan penuh kesadaran. Di dalamnya terdapat kumpulan orang yang saling berpengaruh satu sama lain dengan baik, guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Struktur SMP Muhamadiyah memiliki jenjang kerja dan kewenangan yang terorganisir. Kepala SMP Muhamadiyah dibantu oleh Kepala urusan kesiswaan dan kurikulum yang mempunyai tugas berbedabeda namun secara umum bertanggung jawab terhadap jalannya pendidikan dan pengajaran serta pelaksanaan kurikulum, serta dibantu pula oleh beberapa staf yang mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sesuai
64
dengan bidangnya. Skema struktur organisasi SMP Muhamadiyah dapat dilihat pada lampiran. f. Fasilitas Sekolah Fasilitas sekolah penting untuk menunjang pelaksanaan kegiatan belajar siswa demi tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. SMP Muhamadiyah secara bertahap menyediakan dan terus berusaha melengkapi fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan. Adapun fasilitas-fasilitas tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Adapun yang membidangi dan bertanggung jawab terhadap fasilitas sekolah dipimpin dan dikoordinatori oleh WAKA sarana dan parasarana yang pada tahun pelajaran ini diamanahkan pada Ibu Thoniek Fathonah, B.A. Pada kolom di bawah ini dapat dilihat rincian fasilitas yang tersedia di SMP Muhammadiyah Salatiga TABEL 3 Sarana-Prasarana SMP Muhamadiyah Salatiga No.
Ruang
Jumlah
Luas/m²
1 2
R. Teori/Kelas Perpustakaan
15 1
675 70
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Lab. IPA Laboratorium Bahasa Lab. Komputer R. Ketrampilan R. Media (Audio Visual) R. BK R. Ibadah / Musholla R. Kepala Sekolah R. Guru R. Tata Usaha KM/WC Kepsek KM/WC Guru/Pegawai KM/WC Peserta Didik
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 13
48 48 48 30 12 20 18 56 18 4 6 26
Ket
a. b.
Jumlah Judul Buku Jumlah Buku
65
16 R. UKS 1 12 17 Studio Musik 18 Aula 19 Gedung Olahraga 20 Gudang Olahraga 21 Gudang Umum 1 24 22 (Lapangan Olahraga) 23 (Tempat Parkir) 1 21 24 (Taman Sekolah) 1 18 Sar-Pras, Sumber Tata Usaha SMP Muh Salatiga 2009-2010
Untuk mengetahui tata ruang SMP Muhammadiyah dapat dilihat pada Lampiran tentang denah lokasi SMP Muhammadiyah Salatiga. g. Bidang Kesiswaan Bidang kesiswaan mengurusi segala urusan yang terkait dengan siswa baik itu kegiatan ekstra maupun kegiatan intra kurikuler. Pada tahun pelajaran ini dipimpin dan dikoordinatori oleh seorang WAKA urusan kesiswaan yang dijabat oleh Bpk. Mulyono, S.Pdi. Selain itu pada siswa diberlakukan sebuah sistem aturan yang harus dipatuhi oleh seluruh peserta didik. Adapun untuk mengetahui tata tertib siswa yang berlaku di SMP Muhammadiyah dapat dilihat pada lampiran Tentang tata tertib siswa SMP Muhammadiyah Salatiga h. Kegiatan Ekstra Kurikuler Sebagai pusat pelatihan untuk menjadi seorang kader atau pemimpin sekolahan memberikan peluang untuk mengembangkan minat serta bakat pada peserta didik dalam bentuk kegiatan ekstra kurikuler yang di pegang oleh sie kesiswaan. Adapun beberapa macam kegiatan ekstra kurikuler yang diadakan di SMP Muhamadiyah diantaranya adalah pendidikan komputer, OSIS, PMR, Pramuka, dan Rohis, Kesenian Drum Band dan Tapak Suci. Dari kesemua kegiatan ekstra tersebut telah beberapa
66
kali membuahkan hasil berkat ketekunan serta keuletan peserta didik sehingga menghantarkannya menjadi juara pada iven olahraga di tingkat Jawa Tengah. Siswa diusahakan harus mengikuti kegiatan yang telah disediakan. B.
Model Kurikulum Pendidikan SMP Muhamadiyah Bidang kurikulum dipimpin oleh seorang WAKA urusan Kurikulum, untuk Tahun Pelajaran ini dijabat oleh Bpk Bambang Susmoyo, S.Ag. Secara umum model kurikulum yang digunakan oleh SMP Muhamadiyah adalah menggunakan (KTSP) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang dikembangkan oleh sekolah dan Majelis Dikdasmen/ Komite Sekolah, berpedoman pada standar isi dan standar kompetensi lulusan pendidikan Al Islam Dan Kemuhammadiyahan serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP dan pedoman Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah serta diperkaya dengan pendekatan pembelajaran agama Islam sesuai dengan AD dan ART dan visi-misi lembaga pendidikan Muhamadiyah sendiri. Standar isi dan kompetensi dasar pendidikan Al Islam dan Kemuhamadiyahan merupakan pengembangan dari standar kompetensi dan kompetensi dasar pendidikan agama Islam untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK berdasarkan peraturan perundang Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2005. Didalamnya terdapat beberapa ruang lingkjup pendidikan diantaranya mencakup pendidikan akhlaq, aqidah fiqih, tarekh, sejarah islam dan kemuhammadiyahan, model kurikulum seperti ini bisa
67
dikatakan dengan integreated curiculum maksudnya materi tidak berdiri membentuk sub sendiri namun masuk di dalam 1 pokok bahasan Selain hal itu, Kurikulum yang dikembangkan SMP Muhamadiyah dengan mengacu dan didasarkan pada dokumen kurikulum yang dikembangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, sebagai konsekuensi logis eksistensi sekolah sebagai bagian yang integral dalam satu sistem pendidikan Nasional. Tujuan pengembangan kurikulum adalah sebagai media yang tidak hanya berfungsi Transfer of Knowledge atau pemindahan pengetahuan dari buku ke murid, melainkan juga Transfer of Value atau pengenalan serta penanaman nilai-nilai kehidupan yang kemudian menjadi sesuatu yang intern pada diri anak didik, sehingga dapat bermanfaat bagi diri anak didik dalam kehidupannya. Dengan perluasan cakupan dan pendalaman ini diharapkan pada satuan pendidikan Muhammadiyah siswa siswi akan mendapatkan bekal yang lebih sebagai warga masyarakat, warga bangsa, dan warga negara yang baik berdasarkan nilai-nilai pedoman hidup Islam warga Muhammadiyah serta matan, keyakinan, dan cita-cita hidup (MKCH) Muhammadiyah. Oleh karenanya, para pelaksana kurikulum dapat mengembangkan ciri khas keislaman dari berbagai bidang studi yang diajarkan dan selanjutnya diperkenalkan nilai-nilai Islam melalui konsep-konsep keilmuan khususnya. Sebagai
salah
satu
realisasinya,
konsep
dikembangkan berdasarkan prinsip sebagai berikut :
Kurikulum
yang
68
a.
Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
b.
Beragam dan terpadu, Kurikulum yang dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat serta status sosial ekonomi dan gender
c.
Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
d.
Releven dengan kebutuhan kehidupan, maksudnya pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan masyarakat (stakeholder) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan termasuk didalamnya kehidupan bermasyarakat, dunia usaha dan dunia kerja.
e.
Menyeluruh dan berkesinambungan, substansi kurikulum mencakup keseluruha dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan, dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antara semua jenjang pendidikan.
f.
Belajar sepanjang hayat, maksudnya kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya
g.
Seimbang antara Kepentingan Nasional dan Kepentingan Daerah untuk memperlancar proses jalannya pembangunan kehidupan
69
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang harmonis, aman dan damai. Dalam hal pelaksanaanya, Kurikulum di SMP Muhammadiyah mempunyai beberapa prinsip diantaranya: a.
Pelaksanaan kurikulum berdasarkan pada potensi perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya
b.
Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan lima pilar belajar yaitu, 1. Belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, 2. Belajar untuk memahami dan menghayati, 3.
Belajar untuk mampu
melaksanakan dan berbuat secara efisien, 4. Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, 5. Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri dengan proses KBM yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. c.
Kurikulum memungkinkan peserta didik mendapatkan pelayanan yang bersifat pengayaan dan percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi yang berdimensi ketauhidan dan kemandirian, kesosialan dan moral.
d.
Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dengan pendidik (guru) yang saling menerima, menghargai, akrab, terbuka, hangat dengan prinsip uswatun khasanah, ing ngarso sung tulodo, ing mady mangun karso, tut wuri handayani (di depan memberi contoh,
70
ditengah membangun semangat, di belakang memberi daya dan kekuatan) konteks amar ma’ruf nahi munkar. e.
Kurikulum
dengan
menggunakan
pendekatan
multistrategi dan
multimedia, sumber belajar dan tegnologi yang memadai dan memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber bahan belajar. f.
Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial, budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dan seluruh muatan bahan kajian.
g.
Kurikulum mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran muatan lokal. Lampiran-lampiran
yang
berhubungan
dengan
bidang
kurikulum antara lain Lampiran tentang kalebder pendidikan, Standar isi dan
standar
kompetensi
lulusan
pendidikan
Al
Islam
dan
Kemuhammadiyahan SMP Muhammadiyah tahun Pelajaran 2010-2011 terkait tema kerukunan beragama. C. Pemahaman Guru Guru Terhadap Kerukunan Beragama Sebelum masuk ke bagian ini penulis berusaha menjelaskan gambaran beberapa Informan yang terkait langsung dengan tema. Dibawah ini penulis sajikan data informan yang dapat penulis wawancarai dalam pengumpulan data penelitian : 1. Yudi Haryono,S.Pd (YH) Beliau adalah Kepala Sekolah di SMP Muhammadiyah Salatiga. Selain sebagai kepala sekolah beliau sebagai pengampu mata
71
pelajaran Matematika. Beliau beralamat di Perum Tegalrejo Permai VII/225 RT 04 RW IX Argomulyo Salatiga. Beliau penulis pilih sebagai informan kunci (key informan) karena selaku kepala sekolah beliau sebagai perumus kebijakan sekolah. Beliau yang mengarahkan penulis harus kemana ketika menggali data yang berkaitan dengan tema sehingga penulis tidak merasa kebingungan. 2. Mursyidatun Ni'mah,S.Pd.I (MN) Beliau sebagai pengajar mata pelajaran agama khususnya akhlaq. Beliau beralamat di Isep-isep RT 02 RW 03 Cebongan Salatiga. Penulis memilih beliau sebagai informan karena guru muda yang aktif yang sering melakukan inovasi-inovasi pembelajaran oleh karena tugas beliau terkait langsung dengan tema kajian penelitian. Sebagai sarjana pendidikan agama, beliau merasa bahwa mengajar PAI adalah tugas yang begitu besar sebagai pewaris tugas Nabi Muhammad SAW.sebagai pengajar akhlaq beliau merasa bahwa karakteristik murid di SMP Muhammadiyah berbeda dengan Murid di sekolah menengah lainya.
3. Savitri Dewi,S.Psi (SD) Selain sebagai pengajar BP/BK beliau juga diberi tugas mengajar mata pelajaran agama khususnya Aqidah Islam. Beliau beralamat di Jl. Purbaya Raya No. 16 Perumda Karang Alit Salatiga.
72
Beliau penulis pilih sebagai informan karena tugas beliau tersebut sangata erat kaitannya dengan tema kajian 4. Puji Hastuti (PH) Sebagai seorang guru pengajar Ekonomi, beliau harus menanamkan pentingnya ekonomi sebagai bekal untuk beribadah kepada Allah SWT. Beliau termasuk guru senior dari guru-guru yang linnya yang syarat akan pengalkaman mengajar. Beliau beralamat di Perum Manunggal I No.183 RT 02 RW VII Karang Tengah Kec. Tuntang Kab. Semarang 5. Drs. Mulyono (M) Guru yang satu ini termasuk salah satu guru senior yang berada di SMP ini, beliau mengajar mata pelajaran Agama Islam. Selain sebagai seorang pengajar, beliau disampiri tugas untuk mengelola bagian kesiswaan RT 02/IV Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang Beliau penulis pilih sebagai informan karena tugas dan tanggung jawab beliau sangat erat kaitannya dengan tema yang Penulis teliti dikarenakan beliau lebih denkat dengan guru guru juga terhadap murid baik secara fisik maupun organisasi. Sehingga penulis banyak mendapatkan data dari beliausendiri maupun guru lain yang kami peroleh dari beliau 6. Bambang Susmoyo,S.Ag (BS) Guru senior ini selain mengajar pendidikan Agala Islam, Beliau juga mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia. Oleh kepala
73
sekolah pada tahun ini beliau diamanahi tugas tambahan untuk mengelola bagian kurikulum. Beliau beralamat di RT 01 RW V Kebumen Banyubiru Kab. Semarang 7. Sri Harmoni,Amd.Pd (SH) SH adalah sosok guru yang sudah lama mengabdikan dirinya di SMP. Beliau diamanahi untuk mengajar mata pelajaran PPKN. Beliau beralamat di Jl. Kemiri Raya No. 11 RT 02/IX Salatiga 8. Sri Suryani,S.Pd (SS) SS adalah tipe guru yang sangat sabar dan keibuan. Beliau termasuk guru yang paling senior, beliau diamanahi untuk mengampu mata pelajaran PKn dan Seni Musik. Beliau beralamat di Jl. Kemiri III gang Bambu No.6 RT 03 RW XI Salatiga 9. Taufikur Rahman,S.Pd (TR) Guru senior ini diamanahi sebagai pengampu mata pelajaran Geografi. Beliau beralamat di Ngepos RT 1 RW VII Tingkir Salatiga 10. Suparmi (S) S sebagai guru pengampu mata pelajaran Geografi dan Sejarah, Walaupun berangkat dari latar belakang pendidikan umum, beliau sangat memahami akan pentingnya agama sebagai perahu mengarungi lautan dunia ini. Sebagai salah seorang guru senior, pengalamannya tak diragukan lagi baik itu berhubungan dengan mengajar bmaupun pengalaman-pengalaman pendidikan lainnya. Beliau beralamat di Cabean RT 04 RW 14 Mangunsari Salatiga
74
Berkaitan dengan pemahaman guru terhadap kerukunan beragama, dibawah ini beberapa informan yang dapat diwawancarai oleh penulis: Adapun pemahaman tentang kerukunan beragama di salatiga menurut TR menjelaskan keadaan kota salatiga : “…keadaan Salatiga bisa dibilang kondusif, artinya gesekan antar agama yang mengacu kepada konflik berlatar belakang sara seperti poso, ambon tidak sampai terjadi…”. Tambahnya :“…toleransi agama di kota salatiga bisa dikatakan sangat tinggi..” Menurut SS menerangkan tentang toleransi: “Prinsip agama Islam sebagai pegangan dan dasar, adapun tentang toleransi hanya sebatas dalam hubungan bermu’amalah, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara” hal tersebut juga dipertegas oleh pemaparan SH yang menyatakan : "..toleransi tersebut sebatas dalam hubungan muamalah kemasyarakatan,jika itu kok sudah masuk pada bidang ibadah / agama kami sangat menolak dang sangat tidak setuju.." Pendapat diatas diakui juga oleh S selaku guru sejarah : “..yang penting sikap kita terhadap umat agama lain harus tetap baik selagi mereka tidak mengganggu dan mencampuri agama kita.” Ungkapan yang sama terlontar dari M : “Kita sebagai umat Islam harus tetap bersikap baik selama tidak dimusuhi dan mengganggu agama kita”
MN menegaskan : “Bahwasanya kebolehan berbuat baik tersebut hanya sebatas dalam hubungan bermu’amalah. Adapun urusan Aqidah dan ibadah sangat dilarang dalam Islam.”
75
Senada dengan penuturan PH : “..Dalam berhubungan dengan umat agama lain kita sebagai seorang muslim harus baik. Islam mengajarkan “hablum minannas wa hablum minallah”, dalam hal hablum minannas dengan sesama manusia kita sebagai seorang muslim harus berlaku baik sekalipun itu berlainan agama.” Pendapat SS diatas diiyakan oleh pemaparan PH : Untuk menjaga agar tidak terjebak oleh cara-cara misionaris, kita sebagai seorang muslim harus mempunyai dasar landasan/ fondasi iman yang kuat, kita harus faham betul terlebih dahulu dengan prinsip agama kita sendiri” Pendapat M sebagai seorang guru pengampu mata pelajaran Agama Islam menuturkan ”..kami sebagai warga Muhammadiyah apa yang diteladankan oleh nabi itu lah yang kami jalankan. Adapun hubungan kita dengan satu agama Islam walaupun terdapat perbedaan khilafiah, kita juga harus tetap baik. kita tetap menghargai dengan kelompok lain, hubungan antar ormas Islam ukuwah islamiyah tetap dijaga, diatur dalam kepribadian Muhamadiyah namanya “mu’amalah duniawiyah” bagaimana manusia itu berhubungan menambahkan
dengan “...yang
orang
lain”(wawancara,M.8/6/2010)
sekarang
sangat
berbahaya
beliau itu
apa
namanya,..liberalisme dan apa itu..pluralisme. kita harus berhati hati betul. Kalau pluralisme memandang agama semua baik/benar jelas tidak setuju. kalau udah menyangkut faham dan menyangkut aqidah, Muhammadiyah/ kami tetap menolak, yang jelas aqidah kami sesuai Al Qu’ran Hadis...”
76
Dalam bersikap terhadap fihak yang banyak orang mendengung dengungkan menjadikan Islam bersatu M Menegaskan : ".islam hendaknya bersatu..!..Ora iso mas.. andaikata panjenengan dewe wes, wong sekarang saja upomo dilebur menjadi satu islam tok, mesti akan muncul perbedaan, ibarat seperti juga Sunatullah mungkin y mas.hehe... ya yang sudah legal dan diterima oleh masyarakat, pemerintah yang sudah berumur lama ada itu kita tekuni bener. Tapi kita tidak boleh menjelek-jelekan apabila ada perbedaan.”
YH Sebagai Kepala Sekolah menuturkan “Kami (guru agama SMP Muh) dilibatkan pada kegiatan kerohanian di SMP Kristen Stela Matutina Salatiga dengan tujuan memberikan pendidikan agama Islam, hal tersebut menurut (Kepsek SMP K Stella) dilakukan mengingat banyaknya murid-murid yang beragama Islam yang berada di SMP Stella."
Beliau menambahkan pada kesempatan lain kami juga sempat mengikuti kegiatan nyata : "..beberapa kali kami melakukan kerjasama pada kegiatan MGMP yang melibatkan semua lapisan guru umum se-Kota Salatiga baik yang se-agama juga yang berbeda agama."
Menanggapi beberapa bentuk kerja sama tersebut M menerangkan kegiatan tersebut agaknya ada rasa was-was dari perwakilan Muhammadiyah. Hal itu ditegaskan ketika wawancara kepada salah seorang guru memaparkan tatkala perwakilan SMP Kristen Stella menemuinya :“...sebelumnya maaf, kegiatan ini njenengan lakukan semata –mata untuk menarik masa / minat
77
sehingga lebih simpatik dengan SMP Stella atau ada niatan baik yang lain ?”...tanyanya kepada perwakilan SMP Stella...”
Tidak ada salahnya jika perasaan tersebut tidak lantas menimbulkan ketersinggungan. Ditegaskan oleh PH : “...memang nyata bahwa misionaris itu ada dengan cara dan rayuan yang sangat lembut, bahkan pendekatannya sangat jauh lebih baik dibandingkan dengan umat Islam sendiri..”
PH menceritakan pengalamannya tatkala menjadi pengajar di salah satu sekolah milik non islam. Beliau juga menyampaikan sebuah pengalaman ketika mengajar di SMP Kristen 3 Salatiga, ketika diwawancarai tandasnya ketika itu beliau sempat sakit hati dan menangis, selain itu beliau juga sempat marah di depan kepala sekolah waktu itu: Ujarnya
“
..Saya
disini
bekerja
sama
untuk
mencari
dan
menyampaikan ilmu itu nyata sekali, kepala sekolah sering sekali memanggil saya, apa kebutuhan saya selalu dicukupi, yang namanya kata-kata sopan, ramah, halus dari orang nasrani saya akui sangat bagus, ketika itu saya dipanggil untuk tanda tangan perpanjang kontrak, anehnya saya juga dipertemukan dengan beberapa pastur. Saya pun sempat ditanya, “Anda bekerja disini sudah lama tapi sayangnya kenapa ibu tidak masuk kristen saja” kata salah seorang perwakilan. PH Menuturkan :"... seketika itu saya berontak, seranya marah bercampur tangis, semua saya luapkan di depan kepala sekolah dan beberapa pastur. Saya berkata “kalau masalah agama saya tidak mau diganggu gugat”
78
seketika itu SK saya dicabut dan beberapa guru islam disana yang tak mau untuk dibaptis satu persatu SK Mengajar mereka dicabut. Untuk menjaga keutuhan NKRI, Kerukunan sangat diperlukan sekali, hal tersebut ditegaskan oleh S salah seorang pengampu mata pelajaran IPS Geografi menuturkan : “Yang paling dominan timbulnya konflik perpecahan NKRI yaitu hal-hal yang berlatar belakang agama dan Etnis, kurang adanya sikap mau menghargai orang lain” Hal tersebut diperkuat oleh pemaparan BS, menurutnya sikap ketidak sopanan kepada orang yang berbeda keyakinan dengan kita justru akan berbalik menyerang dan berlaku tidak sopan terhadap agama kita, kepada Allah SWT D. Proses Penanaman Nilai - Nilai Kerukunan Beragama Menurut pemaparan M salah seorang staf pengajar, kerukunan intern umat Islam dalam pelajaran Fiqih mereka tanamkan dengan cara : “... cara menyampaikan kepada anak anak saya kemukakan yang aslinya dengan menjelaskan
sejarahnya
yang
benar
seperti
contoh
sholat
terawih
menyampaikan anak iki lho dasarnya Aisyah .ra meriwayatkan bulan romadhon nabi tidak melakukan lebih dari 11 rekaat, : "..Aisyah ki sopo to..?, sopo yang paling dekat dengan nabi, Aisyah sebagai istri nabi opo Sahabate..? tetapi nabi juga berkata setelah peninggalanku ikutilah para sahabatku."., sekarang dikembalikan kepada murid untuk membandingkan : ".. kalau ini sahabat sama istri
Nabi lebih kuat/dekat mana...?, tapi, jika kamu sudah
terbiasa dengan itu ya jangan sampai kamu menyalahkan menentang
79
lingkunganmu". Dalam mengenalkan pada anak kami kemukakan aslinya dulu, : "..kalau kamu belum memiliki dasar dan sejarahnya ikutilah ttpi jangan sampai menentang.., asal orang itu komit dengan apa yang ia yakini.” Menambahkan perihal pemberian ucapan selamat atas hari raya umat lain, beliau menuturkan : “Kami tidak mengajarkan serta tidak membenarkan pemberian ucapan selamat natal atau sejenisnya yang intinya ucapan selamat terhadap umat agama lain atas perayaan hari raya mereka, karena bila kita memberi selamat berarti kita secara tidak langsung ikut mengiyakan dan membenarkan agama mereka.” Senada dengan pernyataan M, SD yang juga guru agama : "Dalam proses KBM kita mengenalkan sejarahnya, asal mula suatu peristiwa seperti budaya Valentine yang disponsori Barat (non Islam) yang katanya hari kasih sayang tetapi bukti nyatanya banyak madhorotnya dari pada manfaatnya yang hal tersebut sangat kental dan sudah sangat membudaya di kalangan anak muda (ABG), memberikan arahan yang baik tentang bagaimana harus bersikap bijak sebagai seorang muslim sehingga anak akan lebih faham bagaimana harus mensikapinya. Tambah dari salah seorang guru pengampu mata pelajaran PKN pada wawancara tanggal 31/5/2010 menerangkan tentang toleransi : "Untuk menjaga agar tidak terjebak oleh cara-cara misionaris, kita sebagai seorang muslim harus mempunyai dasar landasan/ fondasi iman yang kuat, kita harus faham betul terlebih dahulu dengan agama kita sendiri”
80
Adapun mengenai cara dan metode penanaman nilai tersebut Menurut salah seorang guru menjelaskan cara-cara/ metode yang digunakan berbedabeda tergantung guru yang mengajar diantaranya Menurut SH salah seorang pengampu PKN : "Cara-cara penanaman nilai-nilai toleransi biasanya melalui pembiasaan yang bersifat kecil dahulu sesama muslim, pemberian contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari dengan metode cerita Contextual Learning (CTL)" MN sebagai pengampu akhlaq mengungkapkan : “..Anak disuruh untuk menulis pengalaman-pengalaman keseharian baik pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain disekitarnya seperti sebuah tugas portofolio yang nantinya dijadikan bahan diskusi. anak diajak berangan-angan serasa terjun langsung dalam kehidupan yang akhirnya serta memberi tanggapan baik buruk tentang permasalahan tersebut.” Selain itu guru juga membuat beberapa pernyataan yang berkaitan dengan tema kajian yang nantinya sang anak didik harus memberikan tanggapannya. Guru menyampaikan dalil-dalil baik itu dalil naqli maupun dalil aqli tentang tema kajian serta bagaimana kita sebagai hamba Allah SWT mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip pokok dari pengajaran nilai-nilai karakter kerukunan beragama yang mereka tanamkan pada diri anak didik adalah menerapkan prinsip Resiprokalitas yaitu ibarat sebuah hubungan timbal balik seperti contoh apabila tidak mau dicubit maka jangan mencubit. Hal itu sejalan dengan sebuah Sikap ketidak sopanan kepada orang yang berbeda keyakinan dengan kita justru akan
81
berbalik menyerang dan berlaku tidak sopan terhadap agama kita, kepada Allah Yang Maha Esa. Tentunya kita sebagai seorang muslim tidak menginginkan hal tersebut terjadi karena secara tegas islam adalah agama damai. Bahkan agama-agama yang ada kesemuanya tersebut mengajarkan kedamaian dan cinta damai.
82
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam tubuh SMP Muhammadiyah, Wawasan Kerukunan beragama atau dalam Islam diistilahkan Tasamuh/ Toleransi sudah bukan barang baru lagi di lembaga yang bernaung dibawah Organisasi Islam ini. Dijelaskan dalam Buku standar isi pendidikan Al Islam dan Kemuhamadiyahan, tujuan dari pada pendidikan di SMP Muhamadiyah salah satunya mewujudkan manusia indonesia yang
taat
beragama
serta
berakhlaqul
karimah,
yaitu
manusia
yang
berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produkif, kreatif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (Tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya Islami dalam komunitas sekolah sesuai dengan Al Qur’an dan Al Hadist. Pendidikan
Al
Islam
dan
Kemuhammadiyahan
menekankan
keseimbangan, keselarasan dan keserasian hubungan manusia dengan Allah SWT, Hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri dan hubungan manusia dengan alam sekitar sesuai dengan Al Qur’an dan As Sunnah. Sesuai dengan tujuan tersebut penulis membahasnya menjadi beberapa point permasalahan yang diangkat guna mengetahui sejauh mana peranan lembaga Islam Muhammadiyah dalam mempertahankan keutuhan NKRI berkaitan dengan tema kerukunan beragama. Adapun yang penulis bahas diantaranya bagaimanakah aslinya kurikulum yang diterapkan di SMP Muhammadiyah terkait tema tersebut, selanjutnya juga akan dilihat dari segi
83
bagaimana pemahaman para generasi Muhammadiyah khususnya para pendidik terkait isu kerukunan beragama dan cara penanamannya kepada peserta didik sehingga oleh peserta didik dapat mereka terapkan pada kehidupan nyata. A. Kurikulum Pendidikan Kerukunan Beragama di SMP Muhammadiyah Sebagaimana kurikulum yang tergambar bab III, peneliti mengamati implementasi dari kurikulum tersebut dalam kegiatan belajar mengajar maupun iklim pergaulan antar siswa sudah terlaksana secara baik. Pokok bahasan tentang penanaman nilai-nilai kerukunan beragama atau yang lebih dikenal dengan istilah tasamuh/ toleransi telah masuk dalam kurikulum pendidikan di tingkat SMP Muhammadiyah. Bias dikatakan model kurikulum yang dipakai di SMP Muhammadiyah berjenis Integreated Curriculum dikarenakan pokok bahasan kerukunan beragama masuk menjadi satu bagian di dalam pada ruang lingkup mata pelajaran agama akhlaq yang menerangkan tentang akhlaq terpuji Di SMP Muhammadiyah, Kepala Sekolah membuka berbagai kegiatan yang intinya dapat menunjang tumbuh kembang peserta didik sesuai minat dan bakat mereka yang tentunya selalu berlandaskan Asas Islam. Kegiatan tersebut diantaranya organisasi Osis, kesenian drum band, tapak suci, kepramukaan, kegiatan santunan anak yatim piatu serta kegiatan sosial keagaman lainnya yang selama ini telah berjalan. Sesuai dengan Visi dan Misi SMP Muhamadiyah, setiap program studi diharuskan melakukan dialog dengan persoalan dan situasi lokal, regional, nasional, maupun global. Setiap kurikulum dan silabi mata pelajaran mesti dibuat dalam interkoneksitas dan integrasi dengan ilmu-ilmu lain yang
84
memuat nilai-nilai kemanusiaan, budi pekerti dan yang paling penting nilainilai akhlaqul karimah sesuai dengan program unggulan yang sedang dicanangkan. Dengan kata lain kurikulum dan silabi mestilah memuat nilainilai kerukunan beragama, adanya sikap saling menghargai dan kasih sayang antar sesama. Di antara mata Pelajaran yang memuat nilai-nilai kerukunan beragama
adalah
Akhlaq,
Tarikh
dan
sejarah
Islam,
PPkn
serta
Kemuhamadiyahan yang mengulas kaitan Islam dengan berbagai budaya serta agama yang berkembang. Sesuai dengan tujuan tersebut dan hasil dari Observasi di bagian kurikulum pokok bahasan tentang kerukunan beragama telah masuk dalam kurikulum dan silabi pendidikan di tingkat SMP khususnya pada mata pelajaran Agama Islam. Pada mata pelajaran Agama misalnya, pada lembaga Islam di SMP Muhamadiyah terbagi menjadi 6 ruang lingkup mata pelajaran agama yang mencakup Al-Qur’an dan Hadist, Aqidah, Akhlaq, Fiqih (ibadah dan mu’amalah), Tarikh dan kebudayaan Islam, serta Kemuhammadiyahan. Dari ke enam ruang lingkup mata pelajaran Agama Islam tersebut terdapat beberapa mata pelajaran yang silabinya memuat nilai-nilai Kerukunan beragama. Hal tersebut tercantum dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar pada kelas IX mata pelajaran Akhlaq seperti membiasakan berperilaku terpuji Tasamuh/ toleransi dan Tarikh kebudayaan Islam kelas VII seperti misi Nabi Muhammad Saw sebagai Rahmatan lil Alamin, membawa kedamaian. Kesejahteraan dan kemajuan untuk membangun peradaban umat manusia. Adapun dalam Mata Pelajaran PKN, nilai-nilai seperti itu ada masuknya dalam
85
term hak asasi manusia namun sudah sangat sedikit ditemui. Hal tersebut ditegaskan oleh salah seorang guru pengampu PKN ketika penulis temui dan memaparkan secara jelas tentang bagaimana kaitannya materi PPKN yang sekarang dengan nilai-nilai budi pekerti. Menurut pemaparannya : “..begini mas, khusus untuk mapel PKN, materinya sebatas permasalahan tata kepemerintahan, tata kenegaraan seperti ketetapan, Tap MPR, MPR, DPR Lembaga Legeslatif maupun Yudikatif. Hal tersebut sangat berbeda jauh dengan PKN yang dahulu ketika masih bernama PMP yang banyak memuat P4 yang syarat akan nilai budi pekerti” (wawancara,SH.31/5/2010) Tambahnya : "materi yang sekarang terkesan sangat menjenuhkan dan kurang cocok bila diajarkan pada anak usia SMP. Tapi harus bagaimana lagi, kita juga terikat dengan sistem” Selain dari hasil tersebut, penulis mengkomparasikan dengan bukti autentik buku paket PPkn bahwasanya materi-materi budi pekerti yang terkait dengan kerukunan beragama serta akhlaqul karimah memang minim, kalaupun ada hanya sebatas hak asasi manusia yang sifatnya sangat sedikit. Keadaan tersebut tidak membatasi guru-guru untuk tetap menanamkan nilai-nilai budi pekerti kerukunan beragama. Selain oleh guru PPKN, tanggung jawab pengajaran serta penanaman nilai-nilai keislaman diantaranya nilai-nilai kerukunan beragama juga merupakan tanggung jawab bersama semua lapisan di lingkungan SMP. Menurut para guru inti pokok dari kehidupan kita di dunia tak lain adalah mencari bekal untuk keselamatan dunia dan akhirat. Dalam hal ini Islam mengatur semua tata cara berkehidupan, bersosial, mempererat Ukuwah Islamiyah, selain Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Wathoniyah serta Ukuwah
86
Basyoriyah/insaniyah pun tak boleh ketinggalan. Agama pun menjadi penting kaitannya
dengan
terciptanya
sebuah
kedamaian.
Sesuai
dengan
pemaparannya, guru-guru pun juga meyakini dan berpendapat meskipun berbilang banyaknya, agama-agama mempunyai misi yang sama, yaitu keselamatan (salvation) bagi umat manusia. yang selalu mengajarkan akan adanya nilai-nilai kebaikan, cinta damai, saling menghargai dan bersikap adil kepada sesama baik itu dalam satu agama ataupun berbeda agama. Menurut sebagian guru kita perlu memberikan andil dalam mempersiapkan generasi sebagai bagian dalam upaya mempertahankan keutuhan NKRI. Dari hasil olah data pengamatan dan wawancara ditemukan bahwa para penerus Muhammadiyah di lingkungan SMP sangat menginginkan terciptanya keutuhan NKRI. Menanggapi sebagian ormas yang berusaha menjadikan negara ini menjadi negara Islam, hal tersebut tidak mereka setujui, tegasnya salah seorang perwakilan guru memaparkan: “..ya ndak bisa mas...hal tersebut jelas tidak mungkin karena Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang’45 selain itu melihat keadaanya indonesia ini kan sangat majemuk..”(wawancara, M.24/5/2010) Fenomena tersebut mirip dengan apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW ketika membina masyarakat Madinah untuk hidup saling berdampingan dengan penganut agama yang lain. Keadaan Madinah pada waktu itu hampir persis dengan keadaan bangsa Indonesia sekarang ini, di mana penduduknya terdiri dari multi religi. Di Indonesia hal yang terkait dengan tata aturan kepemerintahan serta hubungan masyarakat didasarkan atas falsafah Pancasila dan UUD ’45 karena
87
di Indonesia ini bukan negara Islam, adapun mengubah negara Indonesia yang berbentuk Republik ini salah satu hal yang tidak mungkin dan bisa-bisa mengakibatkan perpecahan bangsa serta menciderai cita-cita para pejuang bangsa yang telah mengorbankan jiwa dan raga mereka demi kemerdekaan negara ini. Di Kota Salatiga yang terkenal sebagai kota transit yang tak mungkin bisa terlepas akan sebuah interaksi sosial baik itu yang sepaham dengan kita ataupun yang berbeda faham tak bisa terelakkan lagi. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup membutuhkan orang lain, saling membantu, hidup bermasyarakat, berorganisasi dan berinteraksi meskipun terdapat adanya perbedaan sehingga menempatkan toleransi/tasamuh menjadi hal penting dan sangat urgent dalam kehidupan era globalisasi saat ini. SMP Muhamadiyah berusaha menginterpretasikan nilai-nilai toleransi tersebut lewat Susunan kurikulum yang terpadu dan berkesinambungan guna mewujudkan indonesia yang aman dan damai. Dengan muatan kurikulum serta silabi yang sarat akan nilai-nilai toleransi diharapkan anak didik mampu mengapresiasikan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut penjelasan salah seorang staf pengajar menuturkan bahwa: “…keadaan Salatiga bisa dibilang kondusif, artinya gesekan antar agama yang mengacu kepada konflik berlatar belakang sara seperti poso, ambon tidak sampai terjadi…”(wawancara,TR.21/6/2010) Tambah salah seorang guru : “…toleransi agama di kota salatiga bisa dikatakan sangat tinggi..” Berkaitan dengan keadaan lingkungan SMP Muhammadiyah sendiri menurut pemaparan sebagian staf guru menjelaskan bahwa mayoritas
88
masyarakat di lingkungan
sekitar SMP beragama Non Islam. Walaupun
demikian pihak sekolahan tetap menjunjung tinggi sikap toleransi, salah seorang guru menambahkan : “…kita (pihak sekolah) juga berhubungan baik dengan warga sekitar, ada salah satu warga sekitar yang yang beragama non mempunyai warung yang biasa sebagai tempat kongko-kongko, kami melakukan kerjasama dengan fihak RT RW terkait guna memberikan pengertian ..”(wawancara guru pkn.26/5/2010) Melihat keadaan yang seperti diatas bias disimpulkan sikap pihak sekolah telah menerapkan sikap toleransi sehingga dengan sikap seperti itu diharapkan akan terjalin komunikasi dan hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar. Berbicara tentang bagaimana materi yang diajarkan terkait term toleransi/ tasamuh penulis menyimpulkan pokok bahasan tentang tasamuh di SMP Muhammadiyah masih sebatas pada mata pelajaran yang secara riel erat kaitannya dan nyata menjelaskan pentingnya sikap tasamuh/toleransi. Diantara mata pelajaran yang terkait tersebut adalah Akhlaq, Tarikh kebudayaan Islam PPkn dan Kemuhammadiyahan. Akan tetapi porsi materi tasamuh yang paling banyak dan sangat jelas ada pada ruang lingkup PAI mata pelajaran Akhlaq. Adapun untuk mata pelajaran yang lain tergantung guru pengampu serta melihat situasi dan kondisi yang memungkinkan memasukkan tema tersebut namun sifatnya hanya sebagai tambahan. B. Pemahaman Guru Tentang Kerukunan Beragama Pembahasan tentang tema pendidikan kerukunan beragama serta bagaimana proses penanamannya di SMP Muhamadiyah tidak terlepas dari bagaimana pemahaman guru-guru terlebih guru agama tentang term tersebut.
89
Dalam islam term tersebut lebih familiar dengan istilah tasamuh/toleransi bukan merupakan hal baru akan tetapi permasalahnya hal tersebut selalu menggeliat serta menjadi tren center permasalah setiap saat seiring perjalanan zaman. Indonesia dilihat secara geografis serta sejarahnya merupakan negara yang tidak saja multi etnik tetapi juga multi agama menempatkan hal tersebut sebagai sebuah persoalan yang dilematis yang syarat akan bermacam akibat yang ditimbulkan apabila tidak ada jalan tengahnya. Kerukunan beragama tidak akan terlepas dari namanya pluralitas. Wawancara dengan sebagian guruguru ketika berada di ruang kantor berkenaan dengan pluralitas dan pluralisme, mereka berpendapat sangat tidak setuju tentang adanya faham pluralisme yang menganggap semua ajaran agama itu sama. Salah satu guru menegaskan: “...yang sekarang sangat berbahaya itu apa namanya,..liberalisme dan apa itu..pluralisme. kita harus berhati hati betul. Kalau pluralisme memandang agama semua baik/benar jelas tidak setuju. kalau udah menyangkut faham dan menyangkut aqidah, Muhammadiyah/ kami tetap menolak, tapi kalau pluralitasnya kami juga meyakini yang jelas aqidah kami sesuai Al Qu’ran Hadis...”(wawancara,M.8/6/2010) Melihat data-data yang penulis kumpulkan bisa dianalisa bahwa guruguru di SMP Muhammadiyah telah menerapkan toleransi beragama tersebut. Hal ini dibuktikan dengan informan yang berjumlah 22 orang guru menjawab positif serta mendukung akan adanya sikap rukun dan damai antar sesama manusia guna mewujudkan keutuhan NKRI. Di SMP Muhammadiyah terkait penanaman ajaran Islam tentang kerukunan beragama/ toleransi beragama sendiri terbagi menjadi dua macam yaitu toleransi dengan umat dalam satu agama dengan toleransi dengan umat
90
lain agama. Adapun mengenai toleransi antara umat dalam satu agama islam sendiri menurut pemaparan salah seorang guru ketika dikonfirmasi memaparkan : ”..kami sebagai warga Muhammadiyah apa yang diteladankan oleh nabi itu lah yang kami jalankan. Adapun hubungan kita dengan satu agama Islam walaupun terdapat perbedaan khilafiah, kita juga harus tetap baik. Tetapi kita menyampaikan tetap menghargai tetep dengan kelompok lain, hubungan antar ormas Islam ukuwah islamiyah tetap dijaga, diatur dalam kepribadian Muhamadiyah namanya “mu’amalah duniawiyah” bagaimana manusia itu berhubungan dengan orang lain”(wawancara,M.8/6/2010) Menurut salah seorang guru kalau ormas-ormas Islam yang ada di Indonesia dapat bersatu mestinya akan tercipta ukhuwah islamiyah yang lebih baik. Sebagai upaya pernah diselenggarakan sebuah kegiatan pengajian bersama antar NU dan Muhammadiyah, meskipun hanya sebatas sampai pada tataran atas saja yang kemudian berhenti karena permasalahan intern. Sayangnya kegiatan tersebut terhenti karena ada rasa saling curiga-mencurigai di antara sebagian anggotanya. Menurut pemaparan salah seorang guru menjelaskan apabila muslim bersatu sangat tidak mungkin, beliau menerangkan : “..banyak orang mendengung dengungkan .islam hendaknya bersatu..!..Ora iso mas.. andaikata panjenengan dewe wes, wong sekarang saja upomo dilebur menjadi satu islam tok, mesti akan muncul perbedaan, ibarat seperti juga Sunatullah mungkin y mas.hehe... ya yang sudah legal dan diterima oleh masyarakat, pemerintah yang sudah berumur lama ada itu kita tekuni bener. Tapi kita tidak boleh menjelek-jelekan apabila ada perbedaan.”(wawancara,M.8/6/2010) Penulis menyimpulkan pandangan bahwasanya berbedaan pandangan tersebut tidak bisa dijadikan menjadi satu akan tetapi menurut penulis sesuai apa yang diamati para generasi Muhammadiyah dalam hal bertoleransi/ hidup
91
rukun sudah sangat baik, ada salah satu guru yang juga menceritakan menjadi imam pengajian di daerahnya padahal daerahnya juga banyak yang berbeda faham, hal tersebut menandakan bahwa para generasi Muhammadiyah yang sekarang telah mengimplementasikan kerukunan beragama sebagai benteng menjaga agar tidak masuknya oknum yang tidak bertanggung jawab yang ingin menghancurkan kedamaian bangsa ini terlebih memecah belah Islam sendiri Adapun mengenai sikap dan pandangan di SMP Muhammadiyah terhadap umat agama lain meliputi beberapa ketentuan diantaranya: a. Sebagai seorang muslim kita tidak dibolehkan memaksa orang lain untuk masuk agama kita. Hal tersebut sebagai implementasi Firman Allah QS Al Baqoroh Ayat 256 yang berbunyi “laa ikroha fiddin. b. Kita pun juga harus mengakui atas agama lain serta jaminan akan adanya kebebasan beragama. Karena hal tersebut adalah merupakan ketentuan Allah SWT. Larangan mencela dan memaki segala sesuatu yang menjadi sesembahan kepercayaan orang lain. c. Berbuat baik selama tidak dimusuhi dan diganggu. (Sumber Buku paket Al Islam dan
Beberapa guru diantaranya ketika berada di ruang Kesiswaan menegaskan bagaimana kita sebagai generasi Islam harus bersikap terhadap umat agama lain agar tercipta kerukunan dan kedamaian memaparkan : “Kita sebagai umat Islam harus tetap bersikap baik selama tidak dimusuhi dan mengganggu agama kita” (wawancara.M .24-5-2010) Menurut pemaparan salah seorang guru tentang bagaimana sikap toleransi menambahkan :
92
“yang penting sikap kita terhadap umat agama lain harus tetap baik selagi mereka tidak mengganggu dan mencampuri agama kita.”(wawancara,S.27/5/2010) Toleransi yang diajarkan adalah perintah untuk selalu berbuat baik dan berlaku adil yang berarti sikap menghormati dan menghargai keyakinan orang lain. Menurut salah seorang guru menegaskan toleransi disini maksudnya bukan membenarkan semua keyakinan dan agama karena dalam Al Qur’an telah jelas diterangkan bahwa agama yang nantinya diterima disisi Allah hanyalah Islam (innaddiina ‘inda Allahi al islam). Untuk itu mereka menanamkan pada anak didik bahwa keyakinan yang mereka anut tidak boleh melahirkan permusuhan, kebencian, pertentangan maupun pemaksaan dalam agama.
Menurut para guru menjelaskan materi pokok-pokok toleransi antar umat yang berbeda agama yang diajarkan disini meliputi antara lain:
1. Menghargai serta menghormati keyakinan orang lain dengan tetap menjaga pokok tauhid/aqidah bahwa agama Islam adalah agama yang paling benar. 2. Berbuat baik kepada mereka yang berlainan keyakinan dan agama dalam urusan duniawi seperti perdagangan dan perjanjian jual beli selama mereka tidak memerangi dan memusuhi Islam. (Sumber Buku paket Al Islam dan
Hal tersebut diatas ditegaskan oleh salah seorang guru Agama :
93
“Bahwasanya kebolehan berbuat baik tersebut hanya sebatas dalam hubungan bermu’amalah. Adapun urusan Aqidah dan ibadah sangat dilarang dalam Islam.”(wawancara, M.2/6/2010) Salah satu bentuk toleransi yang nyata telah dilakukan oleh SMP Muhammadiyah yaitu keikutsertaan guru-guru agama dalam pendidikan tambahan yang berbentuk sebuah kerjasama yang melibatkan umat serta lembaga agama lain ketika bulan suci Ramadhan yaitu kegiatan kerohanian yang dilakukan dengan SMP Kristen Stella Matutina Salatiga. Menurut pemaparanya:
“Kami (guru agama SMP Muh) dilibatkan pada kegiatan kerohanian di SMP Kristen Stela Matutina Salatiga dengan tujuan memberikan pendidikan agama islam, hal tersebut menurut (Kepsek SMP K Stella) dilakukan mengingat banyaknya muridmurid yang beragama islam yang berada di SMP Stella.(Wawancara Kep Sek . 24/05/2010) Tambahnya...
Pada kesempatan lain kami juga sempat mengikuti kegiatan yang nyata membutuhkan adanya sikap toleransi yang telah terlaksana beberapa kali yaitu bentuk kerjasama pada kegiatan MGMP yang melibatkan semua lapisan guru umum se-Kota Salatiga baik yang se-agama juga yang berbeda agama. (Wawancara Kep Sek.24/05/2010) Namun kegiatan tersebut agaknya ada rasa was-was dari perwakilan Muhammadiyah. Hal itu ditegaskan ketika wawancara kepada salah seorang guru memaparkan tatkala perwakilan SMP Kristen Stella menemuinya;
“...sebelumnya maaf, kegiatan ini njenengan lakukan semata –mata untuk menarik masa / minat sehingga lebih simpatik dengan SMP Stella atau ada niatan baik yang lain ?”...tanyanya kepada perwakilan SMP Stella...”(wawancara, M.24/5/2010)
94
Ujarnya kepada peneliti, kita sebagai muslim harus mempunyai pemikiran bahwa agama yang nantinya diterima disisi Allah hanyalah Islam (Thrut Claim=Inna addina ‘inda Allahi al islam.) Hal tersebut harus tetap ada tanpa menyalahkan keyakinan dan agama orang lain, selain itu juga harus tetap berjaga diri akan tetapi kewaspadaan itu jangan sampai menimbulkan ketersinggungan pihak lain apalagi sampai menyalahkan agama lain.
Ditegaskan oleh salah seorang guru :
“...memang nyata bahwa misionaris itu ada dengan cara dan rayuan yang sangat lembut, bahkan pendekatannya sangat jauh lebih baik dibandingkan dengan umat Islam sendiri..”(wawancara,guru pkn.26/5/2010) Penulis menanggapi sikap seperti itu jangan sampai kita perlihatkan kepada umat agama lain yang nyata akan mengajak kebaikan, walaupun penulis juga menyadari segala bentuk pendekatan mereka sangat sempurna. Apabila sikap tersebut masih melekat sampai kapanpun yang ada adalah kecurigaan-kecurigaan yang bersifat negatif terhadap umat lain yang akan menghambat terciptanya kerukunan antara umat beragama. Intinya kita sebagai seorang muslim harus bisa menerapkan firman Allah “Lakum di nukum waliyadin”, bagimu agamamu dan bagiku agamaku tanpa menyalahkan ataupun negatif tinking terhadap orang lain.
Suatu pengajaran takkan semudah yang diinginkan apabila sang guru juga kurang faham akan tema yang dibahas. Seperti halnya term toleransi apabila sang guru tidak tahu bagaimana dan apa itu toleransi pastinya akan
95
sangat sulit. Kefahaman seorang murid tergantung bagaimana kefahaman gurunya dan bagaimana cara guru menyampaikannya. Salah satu bentuk kefahaman adalah bukti nyata sebuah peristiwa yang syarat akan sebuah nilai yang terkandung di dalamnya. Ibarat sebuah pengalaman nyata, Pengalaman adalah guru paling berharga. Seperti pemaparan salah satu guru di SMP Muhammadiyah tahun 1984, tatkala menjadi pengajar di SMP 3 Kristen Salatiga. Sebagai seorang guru beliau memaparkan menurutnya ; “..Kita tidak mungkin bisa lepas dari hubungan sosial, yang terpenting sebagai seorang muslim dalam memenuhi kebutuhan ekonomi harus dengan bekerja keras, tidak putus asa, apabila ekonomi kurang harus pandai-pandai bersyukur.” (Wawancara. PH.26/5/2010) Tambahnya ... “..Dalam berhubungan dengan umat agama lain kita sebagai seorang muslim harus baik. Islam mengajarkan “hablum minannas wa hablum minallah”, dalam hal hablum minannas dengan sesama manusia kita sebagai seorang muslim harus berlaku baik sekalipun itu berlainan agama.” Beliau juga menyampaikan sebuah pengalaman ketika mengajar di SMP
Kristen 3 Salatiga, ketika diwawancarai tandasnya ketika itu beliau
sempat sakit hati dan menangis, selain itu beliau juga sempat marah di depan kepala sekolah waktu itu: Ujarnya “ ..Saya disini bekerja sama untuk mencari dan menyampaikan ilmu itu nyata sekali, kepala sekolah sering sekali memanggil saya, apa kebutuhan saya selalu dicukupi, yang namanya kata-kata sopan, ramah, halus dari orang nasrani saya akui sangat bagus, ketika itu saya dipanggil untuk tanda tangan perpanjang kontrak, anehnya saya juga dipertemukan dengan beberapa pastur. Saya pun sempat ditanya, “Anda bekerja disini sudah lama tapi sayangnya kenapa ibu tidak masuk kristen saja” kata kepala sekolah." "... seketika itu saya berontak, seranya marah bercampur tangis, semua saya luapkan di depan kepala sekolah dan beberapa pastur. Saya berkata “kalau masalah agama saya tidak mau diganggu
96
gugat” seketika itu SK saya dicabut dan beberapa guru islam disana yang tak mau untuk dibaptis satu persatu SK Mengajar mereka dicabut". Menurut Salah seorang staf pengajar menanggapi persoalan hubungan antar manusia, beliau berpendapat: “Dalam tubuh umat Islam sendiri kerja sama sangat kurang sekali apabila dibandingkan dengan umat agama lain. Seperti kegiatankegiatan sosial, santunan fakir miskin yatim piatu dll. Hal hal seperti itulah yang dilakukan umat agama lain untuk mencari simpatik/ gerakan Misionaris yang kebanyakan sasarannya warga kurang mampu yang masih polos yang mudah sekali dibujuk dan dirayu, selain itu juga umat islam yang berada di lembaga non islam.”(wawancara,guru umum. 26/5/2010) Melihat realita tersebut, kita sebagai seorang muslim yang taat beribadah, beragama sudah selayaknya membentengi diri dengan keimanan yang kuat agar tidak terjebak dengan cara-cara misionaris ataupun yang intinya akan menggoyahkan iman kita. Melihat persoalan tersebut tambahnya : “..Kita sebagai generasi Muda Muslim jangan sampai kosong iman, panda-pandailah bersyukur serta perbanyak beribadah dan berdoa ketika keadaan ekonomi menurun.” (wawancara, PH. 26/5/2010) Beberapa keterangan yang sempat peneliti dapat dari salah seorang staf pengajar tentang SMP, dilihat secara geografis SMP ini terletak di lingkungan masyarakat yang mayoritas beragama Non Muslim. Di sekitar SMP bahkan ada juga warung makan milik orang Nasrani yang juga memelihara anjing yang juga rame didatangi murid yang terletak di belakang, biasanya tempat tersebut dijadikan kegiatan membolos. Melihat keadaan seperti itu ketika murid ketahuan makan atau berada disitu, guru-guru tidak lantas memarahi atau membentak ataupun memberi sanksi hukuman. Tutur salah
97
seorang guru hanya memberi arahan, nasehat dengan kata kata yang bernada sindiran: “wah enak ya, kenapa ndak soto saja di kantin...? jawab si murid: “bosen bu, soto melulu..lagian tempatnya penuh, keburu lapar” (wawancara, ph 26/5/2010) Melihat realita tersebut beliau berkata : “...Kami sebagai seorang guru juga kepengen anak itu nurut, baik, disiplin.. “ Tetapi beliau juga menambahkan : “..yang namanya anak itu ya seperti itu, jika sudah punya kemauan ndak bisa ditunda, apalagi hal itu berhubungan dengan makan yang sifatnya sangat mendesak/primer..”(wawancara, guru ekonomi. 26/5/2010) Beliau memaklumi sebagai pengampu mata pelajaran ekonomi sesuai dengan apa yang ia ajarkan kepada anak didik tentang kebutuhan primer, tersier maupun skunder. Dalam Islam pun juga dibolehkan bila dalam keadaan terpaksa. Kerukunan sangat kita perlukan di era globalisasi saat ini, Salah satu kata kunci yang sangat menentukan berhasil-tidaknya upaya mempertahankan Persatuan Bangsa Indonesia yang multikultural adalah toleransi beragama. Hal tersebut ditegaskan oleh pendapat salah seorang guru. Menurut pemaparan salah seorang guru di lembaga islam Muhammadiyah berpendapat: “Toleransi itu sangat perlu sekali, bila tidak ada toleransi bisa memecah persatuan dan kesatuan bangsa”(wawancara, S.27/5/2010) Memasuki era globalisasi saat ini yang sangat syarat akan berbagai kebutuhan baik itu kebutuhan primer, tersier maupun skunder takkan terelakkan lagi. Melihat realita yang ada sebagai seorang muslim kita tidak mungkin menjauh bahkan menutup diri terhadap umat agama lain atau yang
98
berbeda faham dan keyakinan. Selama ini kita juga ikut merasakan dan menikmati produk buatan orang lain yang berbeda keyakinan dan agama. Hal tersebut nyata sekali sesuai dengan pengamatan penulis di lokasi penelitian serta tanggapan beberapa guru. Seperti halnya Sepeda Motor, Handphone, Komputer serta berbagai teknologi bahkan sampai bahan makanan ataupun makanan yang sudah jadi yang secara tidak langsung ataupun secara tidak sadar telah kita rasakan manfaatnya dan kita pun tidak mungkin bisa lepas dari hal tersebut. Kenyataan tersebut nyata sebagai bukti bahwa kita tidak boleh bersifat fanatik sempit, berpandangan eksklusif terhadap umat lain. Adanya sikap toleransi yang ada pada lembaga pendidikan Muhammadiyah akan menjadikan lembaga ini disegani di kancah perkembangan kemajuan pendidikan dewasa ini. Dalam realitanya meskipun setiap agama selalu mengajarkan tentang kedamaian, keselarasan hidup, namun kenyataanya menunjukkan bahwa adanya pluralitas agama bisa memicu pemeluknya saling berbenturan bahkan terjadi konflik seperti halnya kasus di Poso. Hal tersebut juga ditegaskan oleh salah seorang staf pengajar di SMP Muhammadiyah menuturkan : “Yang paling dominan timbulnya konflik perpecahan NKRI yaitu hal-hal yang berlatar belakang agama dan Etnis, kurang adanya sikap mau menghargai orang lain” (wawancara. Guru geografi. 27/5/2010) Dari sinilah dapat dimengerti bahwa Keutuhan NKRI sangat penting dan perlu tetap dipertahankan dengan berlandaskan Al Qur’an dan As Sunnah sebagai dasar agama serta Pancasila dan UUD ’45 sebagai dasar negara. Karena sebagai generasi penerus perjuangan para pejuang dan pendiri
99
negara kita tercinta sangat penting menjaga kesatuan dan persatuan negara Indonesia yang amat plural ini. Nasionalisme harus tetap ditanamkan guna mewujudkan cita-cita para pejuang. C. Penanaman Nilai-Nilai Kerukunan Beragama di SMP Muhammadiyah Salatiga Demi tujuan mulia, Pendidikan sebenarnya dianggap sebagai instrumen penting. Sebab pendidikan sampai sekarang diyakini mempunyai peran besar dalam membentuk karakter individu-individu yang dididiknya, dan mampu menjadi “guiding light” bagi generasi muda penerus bangsa. Melalui sistem pendidikanya, sebuah pendidikan yang berbasis toleransi akan berusaha memelihara dan berupaya menumbuhkan pemahaman yang inklusif pada peserta didik. Dengan suatu orientasi untuk memberikan penyadaran terhadap para peserta didiknya akan pentingnya saling menghargai, menghormati dan bekerja sama dengan agama-agama lain melalui ajaran aqidah, perlu menekankan pentingnya “persaudaraan” umat beragama. Dalam mata Pelajaran aqidah, seharusnya bukan sekedar menuntut pada setiap peserta didik untuk menghafal sejumlah materi yang berkaitan denganya, seperti iman kepada Allah SWT, Nabi Muhamad SAW, dll. Tetapi sekaligus menekankan arti pentingnya penghayatan implementasi keimanan tadi dalam kehidupan sehari-hari. Intinya, aqidah harus berbuntut dengan amal perbuatan yang baik atau akhlak al-Karimah pada peserta didik, memiliki akhlak yang baik pada Tuhan, alam dan sesama umat manusia. Salah seorang guru yang terkait dengan hal ini menjelaskan :
100
“..saya hanya sebatas menerangkan iman iman ..rukun iman. Itupun waktunya saja sangat kurang, habis di materi. Jadi untuk memasukkan nilai kerukunan belum sempat..kalau masalah toleransi itu pada mata pelajaran akhlaq yang iampu oleh ibu Ni’mah..” (wawancara, SD. 32/5/2010) Melihat realita tersebut, Maka di sinilah perlunya penambahan waktu pelajaran serta menampilkan pendidikan agama yang fokusnya adalah bukan semata kemampuan ritual dan keyakinan tauhid, melainkan juga harus sampai pada tataran akhlak sosial dan kemanusiaan.
Dalam proses belajar mengajar, guru memegang pernanan vital. Guru turut menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran. Guru yang memiliki kualifikasi akan menghasilkan keluaran (out put) yang memadai.
Untuk membina anak didik agar menjadi manusia yang toleran, yang memiliki wawasan luas mengenai agama, dan selalu berusaha mewujudkan kehidupan keagamaan yang harmonis, diperlukan guru yang berkualitas dan memiliki kualifikasi. Beberapa hal perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas guru.
Pada lembaga pendidikan SMP Muhammadiyah, terkait penanaman Nilai-Nilai keukunan beragama secara eksplisit lebih ditekankan pada mata pelajaran tertentu. Adapun untuk mata pelajaran yang lainnya yang bersifat umum hanya sebatas menasukkan sebagai tambahan, itupun jikalau memungkinkan memasukkan tema kajian apabila yang dibahas bersinggungan dengan tema kerukunan.
101
Pada program pendidikan Akhlaq yang diampu oleh ibu Mursydatun Ni’mah S.Pdi dikaji bagaimana membiasakan berperilaku terpuji, berakhlakul karimah baik itu dengan sesama pemeluk islam ataupun tidak menutup kemungkinan dengan lain agama. Dengan mata pelajaran tersebut, diharapkan akan dapat memahami akan pentingnya kehadiran orang lain yang bahkan itu berbeda keyakinan dan ajaran agama dengan kita sehingga kemudian dapat bersikap toleran, mau menghargai hak-hak orang lain dan anggota masyarakat dalam satu negara. Sementara pada mata pelajaran Tarikh dan kebudayaan islam, yang mengkaji bahwa Islam yang dibawa oleh Nabi kita Muhammad Saw itu Rahmatan Lil Alamin. Disini ditegaskan bahwa Islam hadir untuk seluruh umat manusia tanpa terkecuali. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap para Guru, didapati jawaban bahwa sebagian mereka telah mengembangkan nilai-nilai kerukunan
dalam proses pendidikan yang berlangsung di dalam proses
pembelajaran. Tetapi sebagian dari mereka juga mengatakan bahwa isu adanya pluralitas belum secara eksplisit masuk dalam pembelajaran yang mereka kembangkan. Masih bertipe integreated curriculum. Hal tersebut baru sebatas guru tertentu yang terkait langsung dengan tema kerukunan beragama. Dari observasi yang dilakukan, ternyata proses belajar mengajar yang dilakukan itu sudah mencerminkan penanaman nilai-nilai kerukunan beragama atau belum masih tergantung pada masing-masing guru. Ada guru-guru yang mengajarkan mata pelajaran dengan kompetensi dasar yang dilihat dari
102
materinya sangat mencerminkan nilai-nilai kerukunan beragama, namun guru pengampu tidak menitik tekankan pada tujuan pembelajaran tersebut. Namun secara tidak langsung melalui pengamatan penulis, terkadang secara tidak sadar guru telah memasukkan nilai-nilai tersebut. Hal ini dapat dimengerti karena dari segi kebijakan tidak ada panduan khusus dan penekanan tertentu kepada para guru ketika mengajar. Term kerukunan tersebut lebih dititik beratkan kepada guru agama karena sesuai dengan silabi serta materi yang diajarkan walaupun tidak menutup kemungkinan guru yang lain pun memasukkan Term kerukunan beragama pada mata pelajaranya, namun hal tersebut sifatnya terbatas. Menurut pemaparan sie kurikulum Bpk Bambang Susmoyo,S.Ag penanaman nilai-nilai beragama pada anak didik mereka tanamkan pada kegiatan pembelajaran (KBM) dan kegiatan-kegiatan kesiswaan. Mengenai sikap dan pandangan para penerus Muhammadiyah tentang kerukunan beragama, hal itu disampaikan pada forum-forum silaturahmi keluarga besar Muhammadiyah. Menurut pemaparan salah seorang staf pengajar, kerukunan intern umat islam dalam pelajaran Fiqih mereka tanamkan dengan cara: “... cara menyampaikan kepada anak anak saya kemukakan yang aslinya dengan menjelaskan sejarahnya yang benar seperti contoh sholat terawih menyampaikan anak iki lho dasarnya Aisyah .ra meriwayatkan bulan romadhon nabi tidak melakukan lebih dari 11 rekaat, Aisyah ki sopo to..?, sopo yang paling dekat dengan nabi, Aisyah sebagai istri nabi opo Sahabate..? tetapi nabi juga berkata setelah peninggalanku ikutilah para sahabatku.., sekarang dikembalikan kepada murid untuk membandingkan. kalau ini sahabat sama istri Nabi lebih kuat/dekat mana...?, tapi, jika kamu sudah terbiasa dengan itu ya jangan sampai kamu menyalahkan
103
menentang lingkunganmu. Dalam mengenalkan pada anak kami kemukakan aslinya dulu, :..kalau kamu belum memiliki dasar dan sejarahnya ikutilah ttpi jangan sampai menentang.., asal orang itu komit dengan apa yang ia yakini.”(wawancara,M.8/6/2010) Dengan cara tersebut penulis menarik simpulan hal tersebut dilakukan dengan tanpa memaksa sesuai dengan tata cara Muhammadiyah sendiri sehingga anak akan lebih tahu, lebih mengerti dan lebih dapat bersikap toleran terhadap sesama umat islam yang berbeda cara beribadah karena tahu seperti apa dasarnya.
Untuk itu, agar tercipta hubungan yang harmonis antar umat beragama harus ada unsur-unsur yang diwujudkan. Para guru menanamkan kepada anak didik sikap menghormati hak dan keyakinan orang lain, berlapang dada menerima adanya sebuah perbedaan serta berusaha menumbuhkan sikap saling pengertian antar sesama manusia.
Adapun toleransi yang berhubungan dengan agama lain seperti halnya menanggapi isu-isu yang merebak seperti ketika datang hari raya Natal ataupun hari raya umat agama lain dengan maksud menghargai seperti memberikan ucapan selamat hari raya kepada umat agama lain, hal itu tidak diperkenankan. Menurut pemaparan salah seorang guru selaku pengampu mata pelajaran PAI pada kesempatan yang sama menuturkan : “Kami tidak mengajarkan serta tidak membenarkan pemberian ucapan selamat natal atau sejenisnya yang intinya ucapan selamat terhadap umat agama lain atas perayaan hari raya mereka, karena bila kita memberi selamat berarti kita secara tidak langsung ikut mengiyakan dan membenarkan agama mereka.”(wawancara, M.24/5/2010)
104
Dalam proses KBM kita mengenalkan sejarahnya, asal mula suatu peristiwa seperti budaya Valentine yang disponsori Barat (non islam) yang katanya hari kasih sayang tetapi bukti nyatanya banyak madhorotnya dari pada manfaatnya yang hal tersebut sangat kental dan sudah sangat membudaya di kalangan anak muda (ABG), memberikan arahan yang baik tentang bagaimana harus bersikap bijak sebagai seorang muslim sehingga anak akan lebih faham bagaimana harus mensikapinya. Tambah dari salah seorang guru pengampu mata pelajaran PKN (SS/SH) pada wawancara tanggal 31/5/2010 menerangkan tentang toleransi: “Prinsip agama Islam sebagai pegangan dan dasar, adapun tentang toleransi hanya sebatas dalam hubungan bermu’amalah, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara” Untuk menjaga agar tidak terjebak oleh cara-cara misionaris, kita sebagai seorang muslim harus mempunyai dasar landasan/ fondasi iman yang kuat, kita harus faham betul terlebih dahulu dengan agama kita sendiri” Khusus untuk Mata Pelajaran PKN yang sekarang menurut para pengampu PKN materinya terkesan sangat menjenuhkan, yang isinya hanya menerangkan tentang permasalahan tata kepemerintahan, paparnya hal tersebut sangat berbeda jauh dengan materi PKN dahulu ketika masih bernama PMP/ Pendidikan Budi Pekerti yang syarat akan nilai-nilai moral kemanusiaan. Menurut beliau solusinya pada KBM tertentu yang memungkinkan tema bisa dikaitkan dengan nilai moral kemanusiaan seperti kerukunan beragama mereka sisipkan, akan tetapi hal tersebut sifatnya sangat terbatas karena sang guru juga terpaku pada target akhir pada silabi. Penanaman nilai nilai tasamuh beragama di SMP Muhammadiyah terkesan masih sangat terbatas pada mata pelajran Pendidikan Agama Islam
105
ruang lingkup Akhlaq. Hal tersebut dikarenakan terkadang guru secara tidak sadar
telah
menanamkan
sikap
menghargai
orang
lain.
Di
SMP
Muhammadiyah tasamuh diajarkan melalui beberapa cara. Hal tersebut tergantung guru yang mengajar serta tergantung situasi dan kondisi. Adapun mengenai cara dan metode penanaman nilai tersebut Menurut salah seorang guru menjelaskan cara-cara/ metode yang digunakan berbedabeda tergantung guru yang mengajar diantaranya: Cara-cara penanaman nilai-nilai toleransi biasanya melalui pembiasaan yang bersifat kecil dahulu sesama muslim, pemberian contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari dengan metode cerita Contextual Learning (CTL)(wawancara,SH.31/5/2010) Adapun guru lain menambahkan : “..Anak disuruh untuk menulis pengalaman-pengalaman keseharian baik pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain disekitarnya seperti sebuah tugas portofolio yang nantinya dijadikan bahan diskusi. anak diajak berangan-angan serasa terjun langsung dalam kehidupan yang akhirnya serta memberi tanggapan baik buruk tentang permasalahan tersebut.” (wawancara,MN.2/6/2010) Selain itu guru juga membuat beberapa pernyataan yang berkaitan dengan tema kajian yang nantinya sang anak didik harus memberikan tanggapannya. Guru menyampaikan dalil-dalil baik itu dalil naqli maupun dalil aqli tentang tema kajian serta bagaimana kita sebagai hamba Allah SWT mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip pokok dari pengajaran nilai-nilai karakter kerukunan beragama yang mereka tanamkan pada diri anak didik adalah menerapkan prinsip Resiprokalitas yaitu ibarat sebuah hubungan timbal balik seperti contoh apabila tidak mau dicubit maka jangan mencubit. Hal itu sejalan dengan sebuah Sikap ketidak sopanan kepada orang yang berbeda keyakinan dengan kita justru akan
106
berbalik menyerang dan berlaku tidak sopan terhadap agama kita, kepada Allah Yang Maha Esa. Tentunya kita sebagai seorang muslim tidak menginginkan hal tersebut terjadi karena secara tegas islam adalah agama damai. Bahkan agama-agama yang ada kesemuanya tersebut mengajarkan kedamaian dan cinta damai. Hal tersebut ditegaskan oleh pendapat sebagian guru: “..Meskipun berbilang banyaknya, agama-agama mempunyai misi yang sama, yaitu keselamatan dunia dan akherat bagi umat manusia yang menganutnya. yang selalu mengajarkan akan adanya nilainilai kebaikan, cinta damai, saling menghargai“ (observasi &wawancara guru.25/5/2010) Melalui suasana pendidikan seperti itu, tentu saja akan terbangun suasana harmonis dalam kehidupan beragama secara dewasa, tidak ada perbedaan yang berarti diantara “perbedaan”manusia yang pada realitasnya memang
berbeda.
Tidak
dikenal
superior
ataupun
inferior,
serta
memungkinkan terbentuknya suasana dialog yang memungkinkan untuk membuka wawasan spritualitas baru tentang keagamaan dan kemaslahatan kehidupan masing-masing.
107
BAB V PENUTUP A.
KESIMPULAN Secara
ringkas
penulis
menyimpulkan
berkenaan
dengan
pokok
permasalahan yang tertera pada bab pertama dengan demikian penulis sajikann masing-masing kesimpulan : 1.
Model
Kurikulum
Pendidikan
Kerukunan
Beragama
di
SMP
Muhammadiyah sesuai dengan analisis penulis terhadap dokumen-dokumen serta beberapa temuan data penulis menyimpulkan bahwasannya pada lembaga pendidikan SMP Muhammadiyah term kerukunan beragama belum sepenuhnya secara exsplisit menjadi 1 bagian mata pelajaran tersendiri akan tetapi masuk pada bagian ruang lingkup mata pelajaran PAI umumnya dan materi kelas IX semester 1 tentang materi akhlaq terpuji, selain itu juga terdapat pada mata pelajaran PPkn tentang Bagaimana menghargai Hak-Hak Asasi Manusia. Intinya model kurikulumnya berjenis Integreated Curiculum serta materinya sesuai dengan silabi yang dibawa oleh masing-masing guru yang terkait dengan term tersebut 2.
Pemahaman guru-guru terlebih guru PAI tentang term kerukunan beragama sesuai dengan data-data pada bab III dan Analisis Bab IV pemahaman para generasi penerus Muhammadiyah sudah sangat baik dengan dibuktikannya dengan kegiatan kerjasama antar umat beragama dalam hal kegiatan kerohanian yang berhubungan dengan murid Islam di sekolah non Islam, menurut saya beliau-beliau telah menerapkan contoh sikap kerukunan
108
beragama baik itu sesama umat Islam sendiri juga sesama umat yang berlainan agama 3.
Cara-cara
penanaman
nilai-nilai
kerukunan
beragama
di
SMP
Muhammadiyah masih dominan bersifat verbalistik dan tergantung guru bidang studi yang erat kaitannya dengan tema/ materi kajian yang diajarkan, yakni mata pelajaran Agama khususnya Akhlak. Sementara peran guru-guru yang lain terbatas pada memberikan arahan yang sifatnya kecil, itupun bersifat sebagai tambahan. Ini dikarenakan keterbatasan cakupan materi dan waktu yang dimiliki guru-guru di luar bidang studi Agama. Menurut penulis cara-cara penanaman nilai-nilai kerukunan beragama meskipun dominan bersifat verbalistik namun ada kalanya tergantung guru melakukan inovasi –inovasi metodologi pengajarannya yang terkadang diimbangi dengan cerita nyata dan studi kasus (CTL). Hal tersebut sudah sangat baik mengena terhadap hati murid-murid, dikarenakan dengan mengenalkan dasardasar dari beberapa sumber yang kemudian diputuskan secara mandiri oleh peserta didik untuk memilihnya. Sementara sang guru ikut memberi arahan yang baik sehingga anak dapat lebih faham. Sang anak ibarat diajak terjun langsung kepada situasi nyata yang seperti itu lebih mengena dirasakan oleh sang anak. B.
SARAN-SARAN/ REKOMENDASI Berdasarkan uraian kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan
beberapa saran-saran bila tujuan akhir pendidikan adalah perubahan perilaku dan sikap serta kualitas seeorang, maka pengajaran harus berlangsung sedemikian rupa sehingga tidak sekedar memberi informasi atau pengetahuan melainkan harus
109
menyentuk pula hati, sehingga akan mendorongnya mengambil keputusan untuk berubah, adapun saran tersebut sebagai berikut 1.
Kepala sekolah harus mampu memberikan contoh menjalankan disiplin yang baik bagi para guru, bagaimana cara bersikap dan bertindak, dan kepala
sekolah
harus
terus
berusaha
mengembangkan
dan
meningkatkan kedisiplinan sehingga dapat membantu kelancaran dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. 2.
Kepala sekolah harus mampu memberikan contoh menjalankan disiplin yang baik bagi para guru, bagaimana cara bersikap dan bertindak, dan kepala
sekolah
harus
terus
berusaha
mengembangkan
dan
meningkatkan kedisiplinan sehingga dapat membantu kelancaran dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. 3.
Kepada para guru PAI disarankan agar lebih meningkatkan disiplin kerjanya, baik berupa keteladanan, kemampuan, keadilan dan ketegasan serta keramahan guru terhadap siswa-siswanya. Selain itu Guru-guru lain pun
hendaknya dapat menerapkan sikap dan perilaku disiplin terkait
term kerukunan beragama yang dimilikinya kepada para siswa dalam proses belajar mengajar Berkaitan dengan cara penanaman nilai-nilai budi pekerti/ karakter terkait kerukunan beragma seorang guru hendaknya menggunakan pendekatan telaah yaitu menanamkan nilai-nilai mengharghai orang lain dan dengan pendekatan respek yaitu diskusi dan dialog
110
4.
Bagi Guru lain, hendaknya proses pembelajaran harus lebih ditingkatkan, agar tujuan dari pendidikan dan budi pekerti mengenai nilai-nilai toleransi kerukunan beragama dapat tercapai. Yakni bukan hanya menyentuh aspek kognitif semata, tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik siswa. Bagi Sekolah, hendaknya
selalu menciptakan
lingkungan yang
Islami,
sehingga dapat mewarnai akhlak/sikap siswa menjadi menjadi lebih baik. 2.
Bagi Orang Tua, harus senantiasa menunjukkan sikap yang baik dan berakhlak mulia, sehingga dapat menjadi contoh dan panutan bagi peserta didik di rumah.
3.
Bagi Masyarakat, Agar dapat menciptakan suasana/lingkungan yang Islami, cinta damai saling bergotong royong baik yang seagama ataupun yang berbeda agama dan selalu memberikan contoh dan teladan yang baik untuk berakhlakul karimah, terutama bagi anak-anak remaja seperti, dengan mengadakan
pengajian
remaja dan
perlombaan-perlombaan
ataupun jenis bakti sosial yang dapat meningkatkan kreatifitas dan akhlak mereka. 4.
Bagi peserta didik, hendaknya dapat melaksanakan dan mengamalkan akhlak yang mulia dalam kehidupannya dan menjauhi penyimpangan moral. Akhlaq mulia, hidup rukun baik itu terhadap sesama umat islam ataupun yang berlainan agama sebagai implementasi penerapan nilai-nilai islam guna mewujudkan cita-cita perjuangan para pejuang, mengisi kemerdekaan dengan ikut partisipasi aktif dalam pembangunan bangsa sesuai dengan posisinya.
111
Hal ini dikarenakan mereka adalah tulang punggung harapan bangsa kelak. Karena
itu akhlak/sikap yang mulia yang berlandaskan toleransi
saling menghargai, cinta damai harus dapat tercermin dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia maupun alam lingkungan. 5.
Bagi Pustakawan, diharapkan penelitian ini dapat meramaikan khazanah Ilmu Pengetahuan (Karya Ilmiah), sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama yang berkecimpung dalam dunia Pendidikan. Bagi Kaum Muda dan Masyarakat Terpelajar, agar senantiasa mengamalkan akhlak yang mulia tasamuh/ toleransi ataupun kerukunan antar umat beragama di manapun mereka berada.
6.
Bagi Pemerhati Pendidikan, Agar
lebih memperhatikan pelaksanaan
pendidikan, baik pendidikan agama maupun umum, dengan memberikan saran-saran serta masukan yang dapat meningkatkan mutu pendidikan, terutama Pendidikan Akhlak (Budi Pekerti Tasamuh). 7.
Dan Bagi Pemerintah, diharapkan dapat lebih mendorong pelaksanaan Pendidikan sehingga
Akhlak tasamuh, Kerukunan beragama Pendidikan
kehilangan jati dirinya.
Budi
(Budi
Pekerti),
Pekerti terkait toleransi beragama tidak