PENGARUH PENGELOLAAN MODAL KERJA, LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN AKTIVITAS TERHADAP RENTABILITAS PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh Arisyi Masturina NIM : 106081002388
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431/2010 M
PENGARUH PENGELOLAAN MODAL KERJA, LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN AKTIVITAS TERHADAP RENTABILITAS PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE DI BURSA EFEK INDONESIA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh Arisyi Masturina NIM: 106081002388
Di bawah Bimbingan Pembimbing I
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
Pembimbing II
Indo Yama Nasaruddin, SE, MAB
NIP. 19620203 200112 1 003 NIP. 19741127 200112 1 002
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431/2010
Hari ini Kamis Tanggal 2 Bulan Desember Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Sidang atas nama Arisyi Masturina NIM: 106081002388 dengan judul
skripsi
“PENGARUH
LIKUIDITAS,
PENGELOLAAN
SOLVABILITAS,
RENTABILITAS
PADA
DAN
PERUSAHAAN
MODAL
AKTIVITAS PROPERTY
KERJA,
TERHADAP DAN
REAL
ESTATE DI BURSA EFEK INDONESIA“. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 2 Desember 2010
Tim Penguji Ujian Sidang Skripsi
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
Indo Yama Nasarudin, SE, MAB
Ketua
Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Herni Ali, HT, SE, MM
Penguji Ahli I
Penguji Ahli II
Ela Patriana, MM, AAAIJ Penguji Seminar Proposal
Hari ini Jumat, Tanggal Tigabelas Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Arisyi Masturina NIM: 106081002388 dengan judul skripsi “Pengaruh Pengelolaan Modal Kerja, Likuiditas,
Solvabilitas
dan
Aktivitas
Terhadap
Rentabilitas
Pada
Perusahaan Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia”. Memperhatikan penampilan dan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 13 Agustus 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Amir Syarifuddin, SH, MM
Titi Dewi Warninda, SE, M.Si
Ketua
Sekretaris
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Penguji Ahli
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Mahasiswa
: Arisyi Maturina
NIM
: 106081002388
Jurusan
: Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain. Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau replikasi, maka skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggungjawab saya.
Jakarta, 18 November 2010
(Arisyi Masturina)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI Nama
: Arisyi Masturina
Nim
: 106081002388
Tempat & Tgl Lahir
: Jakarta, 4 Desember 1988
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Perumahan Batan Indah Blok N-47 Setu – Tangerang Selatan 15313
Telepon
: 085618749583 / 95345702
II. PENDIDIKAN FORMAL 1. SDN Batan Indah
: 1994 s/d 2000
2. SMPN 4 Serpong
: 2000 s/d 2003
3. SMAN 1 Cisauk
: 2003 s/d 2006
4. Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta
: 2006 s/d 2010
i
ABSTRACT
The purpose of this research is analyzing the influence between working capital of management, liquidity, solvency, and activity concerning level of rentability on property and real estate companies. This research use secondary data of financial statement on 37 kind of property and real estate companies that registered on Bursa Efek Indonesia (BEI) during 2005 till 2009 years periode. Company’s samples are obtained by applying purposive sampling. Data analysis with multi linier regression of ordinary least square and hypotheses test used partial t - test, simultan F – test at level of significance 5% and R2. Based on multi linear regression results show that there are significant solvency’s (debt to equity ratio) and activity (total assets turnover), while variable working capital of management (working capital turnover), and liquidity (current ratio) does not significantly influence rentability. This research also show that solvency’s ratio have a most dominant influence concerning level of rentability property and real estate company. Keywords : working capital of management, liquidity, solvency, activity, rentability
ii
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh antara pengelolaan modal kerja, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas terhadap rentabilitas pada perusahaan property dan real estate. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan dari 37 perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2005 sampai tahun 2009. Sampel perusahaan diperoleh dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda dan uji hipotesis menggunakan uji t secara parsial, uji F secara simultan dengan level of significance 5% dan uji koefisien determinasi Berdasarkan hasil regresi berganda menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan varibel solvabilitas (debt to equity ratio) dan aktivitas (total assets turnover terhadap rentabilitas (return on equity). Sedangkan variabel pengelolaan modal kerja (working capital turnover), dan likuiditas (current ratio) tidak berpengaruh signifikan rentabilitas (return on equity). Penelitian ini menunjukkan bahwa rasio solvabilitas memiliki pengaruh paling dominan terhadap rentabilitas perusahaan property dan real estate. Kata Kunci: Pengelolaan Modal Kerja, Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Rentabilitas.
iii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Pengelolaan Modal Kerja, Likuiditas, Solvabilitas, dan Aktivitas Terhadap Tingkat Rentabilitas Pada Perusahaan Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi ini diajukan umtuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata-1 (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, hal ini dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini. Selama menyusun skripsi ini maupun dalam mengikuti kegiatan akademik di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, banyak pihak yang turut memberikan bantuan kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, motivasi, doa, serta semangat yang sangat berarti dalam penyusunan skripsi ini.
iv
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada: 1. Mama dan Papa tercinta yang selama ini selalu mendo’akan, memberikan cinta dan kasih sayang, inspirasi, motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan saran, petunjuk, ilmu pengetahuan, dan meluangkan waktunya hingga terselesaikannya skripsi ini. 4. Bapak Indoyama Nasaruddin, SE, MAB, selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing serta memberikan petunjuk dan nasihat yang sangat berarti dalam penyusunan skripsi ini. 5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama belajar di bangku kuliah. Kepada seluruh staff bagian Akademik dan Keuangan, serta staff Perpustakaan, terima kasih atas segala bantuannya. 6. Abang ku tersayang Iska Diantoro dan M. Williem Asri Hasibuan, my special.. terimakasih atas motivasi, doa, inspirasi, pengertiannya, serta dukungan yang sangat berarti selama proses penyusunan skripsi ini 7. Sahabat-sahabat terdekat Dhania, Syahrani, dan Lily yang telah mengisi harihari indah dikampus tercinta. Terimakasih untuk kalian yang selalu
v
mendengarkan keluh kesah, serta selalu memberikan motivasi, ide, dan do’a. Semoga kita tetap terus bersama. 8. Kawan-kawan terdekat yang telah menemani di masa-masa akhir kuliah Hana, Mia, Sesy, Wulan, tetap semangat kawan, berusaha dan terus berusaha. Citra, Chandra, dan Dhea yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi. K’ana dan Arie yang telah berjasa tak henti-hentinya membantu dan memberikan ide penulis dalam penyusunan skripsi. 9. Teman-teman tercinta Manajemen A, Manajemen B, Manajemen Keuangan dan semua teman seperjuangan Manajemen 2006 terima kasih telah memberikan rasa kebersamaan, keakraban, kepedulian dan silaturahmi yang telah terjalin selama ini. 10. Sahabat-sahabat kecil Tya, Renti, Tina terimakasih atas motivasi dan do’anya. 11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini. Akhir kata, semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya untuk membalas kebaikan dari semua pihak yang telah membantu penulis selama ini dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak.
Jakarta, Oktober 2010
Penulis
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... i ABSTRACT ................................................................................................... ii ABSTRAK ...................................................................................................... iii KATA PENGANTAR ................................................................................... iv DAFTAR ISI ................................................................................................... vii DAFTAR TABEL .......................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii Bab I : PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A. Latar Belakang Penelitian ............................................................ 1 B. Perumusan Masalah ..................................................................... 14 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 14 Bab II : TINJUAN PUSTAKA ..................................................................... 17 A. Modal Kerja .................................................................................. 17 B. Likuiditas ...................................................................................... 27 C. Solvabilitas ................................................................................... 34 D. Aktivitas ....................................................................................... 37 E. Rentabilitas ................................................................................... 41 F. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 49 G. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 53
vii
H. Rumusan Hipotesis ....................................................................... 56 Bab III : METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 58 A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 58 B. Metode Penentuan Sampel ........................................................... 58 C. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 59 D. Metode Analisis Data ................................................................... 60 E. Definisi Operasional Variabel ...................................................... 65 Bab IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 68 A. Gambaran Umum Objek Penelitian .............................................. 68 1. Sejarah singkat Bursa Efek Indonesia .................................... 68 2. Lembaga-lembaga yang terkait di Bursa Efek Indonesia ...... 73 3. Perusahaan Property dan Real Estate...................................... 76 B. Analisis Deskriptif ........................................................................ 77 C. Hasil dan Pembahasan .................................................................. 88 1. Uji Asumsi Klasik ................................................................... 88 a. Uji Normalitas .................................................................... 88 b. Uji Multikolinearitas .......................................................... 89 c. Uji Heterokedastisitas ........................................................ 90 d. Uji Autokerelasi ................................................................. 91 2. Pengujian Regresi Linier Berganda ........................................ 93 3. Pengujian Hipotesis ................................................................ 95 a. Uji Simultan (Uji-F) ........................................................... 96 b. Uji Parsial (Uji-t) ................................................................ 96
viii
c. Uji Koefisien Determinasi (R2) .......................................... 98 4. Interpetasi ................................................................................ 99 BAB V : KESIMPULAN DAN IMPLIKASI .............................................. 104 A. Kesimpulan ................................................................................... 104 B. Implikasi ....................................................................................... 105 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 107 LAMPIRAN .................................................................................................... 110
ix
DAFTAR TABEL
No. Keterangan 4.1
Hal
Perusahaan Property dan Real Estate .................................................... 76
4.2 Working Capital Turnover Tiap Perusahaan Selama Periode Penelitian
79
4.3
Current Ratio Tiap Perusahaan Selama Periode Penelitian .................. 81
4.4
Debt to Equity Ratio Tiap Perusahaan Selama Periode Penelitian ........ 83
4.5
Total Assets Turnover Tiap Perusahaan Selama Periode Penelitian ..... 85
4.6 Return on Equity Tiap Perusahaan Selama Periode Penelitian ............... 87 4.7
Hasil Uji Normalitas Data ..................................................................... 89
4.8
Hasil Matrix Correlation ........................................................................ 89
4 .9 Hasil Uji Heterokedastisitas ................................................................... 90 4.10 Hasil Uji Autokorelasi ........................................................................... 92 4.11 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ........................................................ 93
x
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan
Hal
1 .1 Return Indeks Saham Sektoral BEI 2007 .............................................. 7 2.1
Kerangka Pemikiran .............................................................................. 55
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan
Halaman
1
Rasio Keuangan Tahun 2005 ................................................................. 110
2
Rasio Keuangan Tahun 2006 ................................................................ 111
3
Rasio Keuangan Tahun 2007 ................................................................. 112
4
Rasio Keuangan Tahun 2008 ................................................................. 113
5
Rasio Keuangan Tahun 2009 .................................................................. 114
6
Uji Asumsi Klasik ................................................................................. 115
7
Analisis Regresi Berganda...................................................................... 118
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Perekonomian Indonesia pada saat ini sedang menuju pada era globalisasi yang memberikan peluang bagi perusahaan-perusahaan untuk mengembangkan usahanya. Dengan bertambah dewasanya perusahaan, perusahaan juga berkembang untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar yang berubah-ubah dan bersaing memperoleh manajemen berkemampuan terbaik. Kondisi
finansial
dan
perkembangan
perusahaan
yang
sehat
dan
mencerminkan efisiensi dalam kinerja perusahaan menjadi tuntutan utama untuk bisa bersaing dengan perusahaan lainnya. Pada dasarnya masyarakat luas mengukur keberhasilan perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan yang dilihat dari kinerja manajemen. Dari sudut pandang investor, analisis laporan keuangan digunakan untuk memprediksi masa depan, sedangkan dari sudut pandang manajemen, analisis laporan keuangan digunakan untuk membantu mengantisipasi kondisi di masa depan dan yang lebih penting, sebagai titik awal untuk perencanaan tindakan yang akan mempengaruhi peristiwa di masa depan (Brigham dan Houston, 2006: 94). Analisis rasio keuangan didasarkan pada data keuangan historis yang tujuan utamanya adalah memberi suatu indikasi kinerja perusahaan pada masa yang akan datang. Laporan keuangan dimanfaatkan oleh investor dalam pengambilan keputusan ekonominya. Dalam menanamkan modalnya, 1
investor terlebih dahulu melihat bagaimana keadaan perusahaan tersebut terutama yang berhubungan dengan pengelolaan modal kerja, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas. Investor akan menghubungkan pengelolaan modal kerja, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas perusahaan, apakah berpengaruh dengan tingkat rentabilitas dari perusahaan yang bersangkutan. Rentabilitas disini adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu (Abdullah Amrin, 2009:206). Hubungan antara pengelolaan modal kerja, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas dengan tingkat rentabilitas adalah sebagai berikut: 1. Modal Kerja. Modal kerja diperlukan perusahaan untuk membiayai kegiatan operasional. Perusahaan yang tidak mempunyai cukup modal kerja, tidak akan mampu membayar kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Investasi modal kerja merupakan proses terus-menerus selama perusahaan beroperasi. Karenanya, perusahaan perlu menjaga agar modal kerja tetap tersedia (Husein Umar, 2003:162). Apabila perusahaan tidak dapat memperhitungkan tingkat modal kerja yang memuaskan, maka perusahaan kemungkinan mengalami insolvency (tak mampu memenuhi kewajiban jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus dilikuidasi. Aktiva lancar harus cukup besar untuk dapat menutup hutang lancar sedemikian rupa, sehingga menggambarkan adanya tingkat keamanan (margin safeti) yang memuaskan. Sementara itu, jika perusahaan menetapkan modal kerja yang berlebih akan menyebabkan perusahaan overlikuid sehingga menimbulkan dana mengaggur yang akan 2
mengakibatkan inefisiensi perusahaan, dan membuang kesempatan memperoleh laba. (Lukman Syamsuddin, 2007:201). Indikator adanya manajemen modal kerja yang baik adalah adanya efisiensi modal kerja. Modal kerja dapat dilihat dari perputaran modal kerja (working capital turnover), perputaran piutang (receivable turnover), perputaran persediaaan (inventori turnover). Perputaran modal kerja dimulai dari saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Makin pendek periode perputaran modal kerja, makin cepat perputarannya sehingga perputaran modal kerja makin tinggi dan perusahaan makin efisien yang pada akhirnya rentabilitas semakin meningkat (Tunggal:1995) dikutip oleh Ima Hernawati (2007:2). 2. Likuiditas. Likuiditas kewajiban
adalah
jangka
kemampuan
pendeknya.
perusahaan
Rasio
Likuiditas
untuk
memenuhi
membandingkan
kewajiban jangka pendek dengan sumber daya jangka pendek (atau lancar) yang tersedia untuk memenuhi kewajiban tersebut (James Van Horne dan John Wachowicz, 2009:206). Dalam penentuan kebijakan modal kerja yang efisien, perusahaan dihadapkan pada masalah adanya pertukaran (trade off) antara faktor likuiditas dan profitabilitas. Jika perusahaan memutuskan menetapkan modal kerja dalam jumlah yang besar, kemungkinan tingkat likuiditas akan terjaga namun kesempatan untuk memperoleh laba yang besar akan menurun yang pada akhirnya berdampak pada menurunnya laba perusahaan (rentabilitas). Sebaliknya jika perusahaan ingin memaksimalkan rentabilitas, kemungkinan
3
dapat mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Makin tinggi likuiditas, maka makin baiklah posisi perusahaan di mata kreditur. Oleh karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa perusahaan akan dapat membayar kewajibannya tepat pada waktunya. Di lain pihak ditinjau dari segi sudut pemegang saham, likuiditas yang tinggi tak selalu menguntungkan karena berpeluang menimbulkan dana-dana yang menganggur yang sebenarnya dapat
digunakan
untuk
berinvestasi
dalam
proyek-proyek
yang
menguntungkan perusahaan (Tunggal:1995) dikutip oleh Ima Hernawati
(2007:3). 3. Solvabilitas Solvabilitas dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua hutang-hutangnya (baik jangka pendek maupun jangka panjang) apabila sekiranya pada saat tersebut perusahaan dilikuidasi. Suatu perusahaan yang solvabel berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya (Bambang Riyanto, 2001:36). Solvabilitas menunjukkan proporsi atas penggunaan uang sebagai modal untuk membiayai aktiva perusahaan yang berasal dari modal pemilik atau modal pinjaman. Perusahaan dengan rasio utang yang relatif tinggi memiliki pengembalian yang lebih tinggi dalam situasi perekonomian normal, tetapi mereka menghadapi resiko kerugian ketika perekonomian berada dalam masa resesi. Dilihat dari rasio modal asing (pinjaman) dengan total aktiva, semakin tinggi rasio ini berarti semakin kecil modal sendiri yang digunkan untuk membiayai aktiva perusahaan, jika rasio 75% berarti 25% aktiva
4
perusahaan dibiayai dari modal sendiri. Dengan proporsi penggunaan hutang (modal pinjaman) yang tepat maka aktiva perusahaan dapat dibiayai secara efisien sehingga dapat memaksimalkan laba perusahaan/ rentabilitas (Ayu Astrea, 2008:5).
4. Aktivitas Aktivitas perusahaan menggambarkan tingkat pendayagunaan harta atau sarana modal yang dimiliki perusahaan. Atau dengan kata lain rasio ini
bertujuan
untuk
mengukur
efektivitas
perusahaan
dalam
mengoperasikan dana. (Arief Sugiono, 2009:73). Jika perusahaan memiliki terlalu banyak aktiva, maka biaya modalnya akan menjadi terlalu tinggi dan akibatnya laba akan menurun. Disisi lain jika aktiva terlalu rendah maka penjualan yang menguntungkan akan hilang dan berakibat menurunya tingkat laba/rentabilitas (Brigham dan Houston, 2006: 97). Alasan mengapa topik ini menarik untuk diteliti, karena perusahaan pada umumnya lebih mengutamakan masalah laba daripada masalah rentabilitas, laba yang besar bukan berarti bahwa perusahaan itu telah bekerja dengan efisien. Efisiensi barulah dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh itu dengan kekayaan modal yang menghasilkan laba, dengan kata lain menghitung rentabilitasnya. Dengan demikian maka yang harus diperhatikan oleh perusahaan ialah tidak hanya bagaimana usaha untuk memperbesar laba, tetapi yang lebih penting ialah usaha mempertinggi rentabilitas. Berhubung dengan itu maka bagi perusahaan pada umumnya
5
usaha lebih diarahkan untuk mendapatkan titik rentabilitas maksimal daripada laba maksimal (Bambang Riyanto 2001:37). Penulis memilih untuk meneliti perusahaan property dan real estate dikarenakan investasi di sektor properti banyak diminati masyarakat, hal ini dikarenakan harga tanah yang cenderung naik. Penyebab kenaikan adalah supply tanah bersifat tetap, sedangkan demand akan selalu terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Kenaikan yang terjadi pada harga tanah diperkirakan sekitar 40%, selain itu tanah bersifat rigid, artinya penentu harga bukanlah pasar melainkan orang yang memiliki tanah. Pada umumnya investasi di sektor properti dan real estate memiliki sifat jangka panjang dan akan terus bertumbuh sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, sehingga menarik investor untuk menanamkan modalnya (Rachbini dalam Minda, 2006). Perkembangan industri properti saat ini menunjukkan pertumbuhan yang sangat meyakinkan. Hal ini ditandai dengan maraknya pembangunan perumahan, apartemen, perkantoran dan perhotelan. Disamping itu, perkembangan sektor properti juga dapat dilihat dari menjamurnya real estate di kota-kota besar. Para pelaku bisnis tetap optimistis peluang bisnis properti masih tetap terbuka lebar. Keyakinan ini dilandasi oleh masih banyaknya wilayah bisnis properti yang belum disentuh dan para usahawan masih mempunyai energi cukup untuk menggarap peluang tersebut. Para investor asing pun tengah menanti giliran menggarap sejumlah proyek besar yang disukai pasar. Dari perspektif makro ekonomi, industri properti memiliki cakupan usaha yang amat luas sehingga bergairahnya bisnis properti pada 6
gilirannya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan terbukanya lapangan kerja. Properti juga menjadi indikator penting kesehatan ekonomi sebuah negara. Sebab, ia yang pertama memberi sinyal jatuh atau sedang bangunnya perekonomian sebuah negara (Budi Santosa, 2005) Gambar 1.1
Sumber: Economic Review, No. 210, Desember 2007. Sektor perumahan masih cukup dilirik, mengingat akumulasi pertumbuhan tahun lalu sektor konstruksi, properti dan real estate adalah sebesar 103,26%, Meskipun hal ini lebih disebabkan oleh banyaknya perusahaan saham di sektor ini yang IPO. Pada kenyataannya harga-harga saham disektor ini justru tertekan cukup dalam pada tahun lalu akibat krisis subprime mortgage di Amerika. Sektor ini tetap direkomendasikan karena harga sahamnya yang sudah tertekan cukup dalam, sedangkan secara riil sektor properti di Indonesia pada umumnya memiliki kinerja yang baik. Sementara pengaruh dari krisis subprime mortgage juga dirasakan semakin berkurang dengan banyaknya negara-negara yang membantu Amerika untuk
7
mengurangi dampak krisis yang ditimbulkannya. Secara khusus sektor konstruksi juga perlu diperhatikan karena diprediksikan pada tahun ini banyak
proyek-proyek
pemerintah
yang
akan
direalisasikan
untuk
mendukung kemajuan sektor ini (Tryfino:2007). Penelitian ini mengambil perusahaan yang listed di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel. Karena Bursa Efek Indonesia dianggap sebagai tempat yang tepat bagi peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan berupa laporan keuangan dan secara rasionalisme bahwa Bursa Efek Indonesia merupakan pasar saham atau pasar modal terbesar yang paling representative yang ada di Indonesia. Dalam hal ini perusahaan yang dijadikan sampel penelitian adalah perusahaan yang listed di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2005 sampai dengan 2009. Aminatuzzahra (2010) menguji pengaruh variabel Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Total Asset Trunover (TAT), dan Net Profit Margin (NPM) terhadap Return on Equity (ROE) pada perusahaan manufaktur yang listed di BEI. Hasil analisis menunjukkan bahwa data CR, DER, TAT, NPM secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap ROE perusahaan manufaktur di BEI periode 2005-2009. Sementara secara simultan (CR, DER, TAT, dan NPM) terbukti signifikan berpengaruh terhadap ROE perusahaan manufaktur di BEI .
Gill et all (2010) melakukan penelitian tentang hubungan antara manajemen modal kerja dengan profibilitas, dengan mengambil sampel 88 perusahaan-perusahaan Amerika terpilih yang terdaftar di New York Stock Exchange periode 2005-2007. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat 8
hubungan yang signifikan antara manajemen modal kerja (cash conversion cycle) dengan profitabilitas (gross operating profit). Dan temuan ini menyimpulkan
bahwa profitabilitas dapat ditingkatkan dengan cara
mengelola modal kerja secara efisien. Nazir dan Afza (2009) penelitian ini menyelidiki hubungan antara tingkat agresivitas investasi modal kerja dan
kebijakan pembiayaan dan
dampaknya terhadap profitabilitas, sampel 204 perusahaan Pakistan yang dibagi menjadi 16 kelompok industri untuk periode 1998-2005. Studi ini menemukan hubungan negatif antara profitabilitas perusahaan dengan tingkat agresivitas investasi modal kerja dan kebijakan pembiayaan. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian-penelitian
sebelumnya,
fenomena ini mungkin disebabkan oleh kondisi perekonomi Pakistan yang tidak konsisten. Mutia Desanti (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh antara perputaran modal kerja, profit margin, operating assets turnover, dan ukuran perusahaan terhadap tingkat rentabilitas pada perusahaan manufaktur selama periode 2003 hingga 2007. Hasil uji regresi ini menunjukkan bahwa perputaran modal kerja memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat rentabilitas, sementara varibel independen lainnya (profit margin, operating assets turnover, dan ukuran perusahaan) memiliki pengaruh positif terhadap tingkat rentabilitas. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa profit margin memiliki pengaruh paling dominan terhadap tingkat rentabilitas perusahaan manufaktur.
9
Epri Ayu (2007) meneliti pengaruh variabel Working Capital to Total Asset (WCTA), Current Liabilities To Inventory (CLI), Operating Income to Total Assets (OITL), Total Asset Turnover (TAT), Net Profit Margin (NPM) dan Gross Profit Margin (GPM) terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) periode penelitian 2001 sampai dengan 2005. Dari hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel Total Asset Turnover (TAT), Net Profit Margin (NPM) dan Gross Profit Margin (GPM) secara persial berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan variabel Working Capital to Total Asset (WCTA), Current Liabilities To Inventory (CLI) dan Operating Income to Total Assets (OITL) tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Keenam variabel yang digunakan dalam penelitian ini (WCTA, CLI, OITL, TAT, NPM dan GPM) secara bersama-sama berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Ima Hernawati (2007) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh efisiensi modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas terhadap profitabilitas pada perusahaan barang konsumsi di BEI periode 2002-2005. Rasio-rasio yang digunakan adalah rasio Working Capital Turnover (WCT), Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DTA) dan Return on Investment (ROI). Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda linier yang hasilnya menunjukkan bahwa secara parsial hanya variabel efisiensi modal kerja (working capital turnover) yang mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas (return on investment) sedangkan variabel likuiditas (current ratio) dan solvabilitas (total debt to total capital assets) tidak mempunyai pengaruh 10
terhadap profitabilitas (return on investment). Sedangkan secara simultan semua variabel tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Ni Putu Era dan Agung (2007) melakukan pengujian tentang pengaruh pemoderasi pertumbuhan laba terhadap hubungan antara ukuran perusahaan, debt to equity ratio dengan profitabilitas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pertumbuhan laba tidak berpengaruh terhadap hubungan antara ukuran perusahaan dengan profitabilitas, sedangkan pertumbuhan laba berpengaruh terhadap hubungan antara Debt To Equity Ratio (DER) dengan profitabilitas. Vedavinayagam Ganesan (2007) dalam penelitiannya tentang analisa efisiensi pengelolaan modal kerja pada industri perlengkapan telekomunikasi selama periode 2001 – 2006 dengan menggunakan Uji ANOVA pada analisis regresi, mengemukakan bahwa efisiensi pengelolaan modal kerja memiliki hubungan negatif dengan tingkat profitabilitas pada perusahaan industri perlengkapan telekomunikasi di USA. Yuni Nurmala (2007) meneliti pengaruh CR, DER, dan TATO secara simultan dan parsial terhadap perubahan laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta tahun 2001 sampai dengan tahun 2004. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa CR, DER, dan TATO secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap perubahan laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Dari keempat rasio tersebut, secara parsial CR dan DER yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan laba. Sedangkan TATO tidak mempunyai pengaruh terhadap perubahan laba.
11
Kesseven Padachi (2006) melakukan penelitian tentang trend dalam pengelolaan modal kerja dan implikasinya terhadap perusahaan manufaktur di Mauritius, Afrika selama periode 1998-2003. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa tingginya tingkat investasi dalam persediaan dan piutang usaha berhubungan dengan rendahnya tingkat profitabilitas pada perusahaan manufaktur. Sasangko dan Silfia (2004) meneliti tentang pengaruh perubahan modal kerja terhadap perubahan profitabilitas pada 50 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ periode 1999-2001. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik perubahan modal kerja berpengaruh terhadap perubahan profitabilitas, dimana perubahan modal kerja berpengaruh signifikan terhadap rasio Gross Profit Margin (GPM) dan Operating Income Ratio (OPM) sedangkan perubahan modal kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan Net Profit Margin (NPM), Return On Investment (ROI), dan Return On Equity (ROE). Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang telah dilakukan oleh Ima Hernawati (2007). Adapun perbedaan dalam penelitian ini terletak pada: 1. Penambahan variabel dependen, yaitu ratio aktivitas yang diukur menggunakan Total Assets Turnover (TAT). 2. Variabel independen yang diteliti oleh Ima Hernawati (2007) adalah Return On Investment (ROI) sedangkan pada penelitian ini menggunakan rasio Return On Equity (ROE)
12
3. Periode observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah tahun 2005 – 2009. Periode ini merupakan lanjutan dari periode penelitian yang telah dilakukan oleh Ima Hernawati (2007) yang melakukan penelitian pada periode tahun 2002 – 2005. 4. Perusahan yang diteliti oleh Ima Hernawati (2007) merupakan perusahaan barang konsumsi sedangkan dalam penelitian ini menggunakan perusahaan property dan real estate. Dengan dasar itulah maka penulis merasa tertarik untuk menganalisa masalah diatas. Untuk itu penulis memberi judul skripsi ini “PENGARUH PENGELOLAAN MODAL KERJA, LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN
AKTIVITAS
TERHADAP
RENTABILITAS
PADA
PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE DI BURSA EFEK INDONESIA”. Penulis mengidentifikasi beberapa masalah yang terdapat pada penelitian ini, yaitu antara lain: rentabilitas perusahaan dipengaruhi oleh beberapa variabel diantaranya modal kerja, likuditas, solvabilitas, dan aktivitas; serta mengidentifikasi dari keempat variabel independen tersebut yang paling dominan dalam mempengaruhi tingkat rentabilitas perusahaan property dan real estate. Dalam penulisan ini, terdapat batasan-batasan yang perlu ditentukan agar pembahasan penelitian ini lebih terfokus dan tidak mencakup hal yang lebih luas. Pembatasan masalah dalam penelitian ini antara lain: menganalisis tingkat rentabilitas perusahaan yang tergolong ke dalam sektor property dan real estate selama periode penelitian, yaitu mulai tahun 2005 hingga 2009; 13
kemudian menganalisis pengaruh variabel pengelolaan modal kerja, likuditas, solvabilitas, dan aktivitas terhadap tingkat rentabilitas perusahaan property dan real estate dengan menggunakan metode regresi linier berganda; selanjutnya data keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana pengaruh pengelolaan modal kerja, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas secara parsial dan simultan terhadap rentabilitas dan seberapa besar pengaruhnya ?
2.
Variabel independen mana yang paling dominan berpengaruh terhadap rentabilitas?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Untuk dapat melaksanakan penelitian ini dengan baik dan mengenai sasaran, maka peneliti harus mempunyai tujuan, adapun tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk menganalisis pengaruh pengelolaan modal kerja, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas terhadap rentabiltas, baik secara simultan maupun secara parsial pada perusahaan. 14
b. Menganalisis
variabel
independen
yang
paling
dominan
mempengaruhi tingkat rentabilitas perusahaan. 2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaat oleh beberapa pihak sebagai berikut: a. Bagi internal perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan berguna dalam mengevaluasi pengelolaan modal kerja, aktivitas, likuiditas, dan solvabilitas dalam meningkatkan rentabilitas perusahaan dan sebagai informasi untuk menilai kinerja manajemen dalam memaksimalkan sumber daya ekonomi yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien. b. Bagi pihak eksternal, penelitian ini diharapkan berguna untuk dapat mengevaluasi sampai sejauh mana perusahaan mengelola modal kerja, aktivitas, likuiditas, dan solvabilitas serta hubungannya dengan tingkat rentabilitas perusahaan, sehingga dapat memberikan informasi yang relevan kepada pihak investor sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi suatu perusahaan. c. Bagi penulis, untuk mengetahui lebih jauh mengenai pengaruh pengelolaan modal kerja, aktivitas, likuiditas, dan solvabilitas terhadap tingkat rentabilitas perusahaan, serta sebagai bahan perbandingan atau referensi khususnya untuk pengkajian topik-topik yang berkaitan dengan masalah pengelolaan modal kerja, aktivitas, likuiditas, dan solvabilitas dan rentabilitas perusahaan.
15
d. Bagi akademisi, sebagai bahan referensi yang dapat membantu dalam penelitian sejenis serta menambah wawasan pembaca. e. Bagi peneliti berikutnya, sebagai perbandingan dan acuan untuk penelitian-penelitian yang akan datang.
16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Modal Kerja Setiap perusahaan membutuhkan modal kerja untuk membiayai kegiatan operasionalnya sehari-hari. Modal kerja tersebut diharapkan dapat kembali dalam jangka pendek, biasanya kurang dari satu tahun, sehingga dapat dipergunakan kembali untuk membiayai kegiatan operasional selanjutnya. Dengan demikian modal kerja tersebut terus menerus akan berputar selama perusahaan itu berjalan. Pengelolaan modal kerja meliputi usaha mendapatkan dan menyediakan dana yang dibutuhkan serta usaha untuk menggunakan dana tersebut secara efektif dan efisien dengan tetap mempertahankan arus pendapatan guna kelangsungan perusahaan dalam membiayai operasi selanjutnya. Oleh karena itu, diperlukan manajemen yang baik terhadap pengelolaan modal kerja. Banyak perusahaan mengalami kesulitan karena pimpinan perusahaan kurang mengetahui pergertian modal kerja dan fungsinya dalam suatu perusahaan, dimana modal kerja sering sekali digunakan untuk membeli aktiva tetap sehingga akan menimbulkan kesulitan bagi perusahaan. Untuk menghindari hal yang demikian, maka perlu diketahui pengertian dari modal kerja.
17
1. Pengertian modal kerja Definisi modal kerja banyak dijelaskan oleh para ahli ekonomi. Menurut J.Fred Weston dan Thomas E.Copeland dalam Syahsunan (2003) memberikan pengertian modal kerja sebagai berikut, “Working capital is defined as curreilt assets minus current liabilities. Thus, working capital represents the firm's investment in cash, marketable securities, accounts receivable, and inventories less the current liabilities used to finance the current assets.” Dari pengertian diatas, modal kerja adalah selisih antara aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan demikian modal kerja merupakan investasi dalam kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan dikurangi hutang lancar yang digunakan untuk melindungi aktiva lancar. Weston dan Brigham (1993) dalam Hadori Yunus (2005), “Working Capital is a firm’s investment in short term asset-cash, marketable securities, inventory, and account receivables, working capital is current asset minus current liabilities while gross working capital is defined as current assets”. Dan Wild, etc (2004) mengemukakan bahwa “Working capital is defined as the excess of current assets over current liabilities”. Definisi-definisi di atas menjelaskan net working capital, yaitu aktiva yang benar-benar dapat digunakan oleh perusahaan tanpa mengurangi likuiditasnya. Prinsip modal kerja yang dimaksud adalah selisih aktiva lancar (current assets) di atas hutang lancar (current liabilities). Secara umum, aktiva lancar terdiri dari: kas atau uang tunai, surat-surat berharga (marketable securities), piutang (account receivable),
18
dan persediaan (inventory). Sedangkan hutang lancar terdiri dari: hutanghutang jangka pendek (short-term liabilities), hutang wesel (notes), hutang usaha, dan hutang-hutang pada bank yang berusia kurang dari satu tahun, serta hutang jangka panjang (long-term liabilities) yang jatuh tempo. Berkaitan dengan pengertian modal kerja ini dapat dikemukakan beberapa
konsep
modal
kerja.
Bambang
Riyanto
(2001:57-58)
mengemukakan tiga konsep pengertian modal kerja, yaitu: konsep kuantitatif, konsep kualitatif, dan konsep fungsional. a. Konsep kuantitatif Konsep kuantitatif berdasarkan pada kuantitas yang dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja merupakan keseluruhan dari jumlah aktiva lancar (gross working capital). b.
Konsep kualitatif Menurut konsep kualitatif modal kerja merupakan sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahan tanpa menunggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar di atas utang lancarnya. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja netto (net working capital).
19
c.
Konsep fungsional Modal kerja menurut konsep ini menitikberatkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada sebagian dana yang digunakan dalam satu periode akuntansi tertentu yang menghasilkan pendapatan pada periode tersebut (current income). Sementara itu, ada pula dana yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan pada periode-periode selanjutnya atau dimasa yang akan datang, misalnya bangunan, mesinmesin, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya yang disebut future income. Jadi modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada saat ini sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modal kerja
merupakan kekayaan atau aktiva yang diperlukan perusahaan sehari-hari dan selalu berputar. Dengan demikian modal kerja berupa investasi dari aktiva jangka pendek perusahaan yaitu kas, efek-efek jangka pendek, piutang dagang dan persediaan. Perlu diperhatikan bahwa kebutuhan akan jumlah modal kerja setiap perusahaan tidak sama, umumnya perusahaan yang berhasil menyediakan modal kerja lebih dari cukup. Menurut Munawir (2004:116-117) keuntungan yang lain dari modal kerja sebagai berikut:
20
a.
Melindungi perusahaan terhadap krisis modal hanya karena turunnya nilai dari aktiva lancar.
b.
Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban – kewajiban tepat pada waktunya.
c.
Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan, semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
d.
Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumen.
e.
Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para pelanggan.
f.
Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.
2. Jenis-jenis modal kerja Penetapan besarnya modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan berbeda-beda, salah satunya tergantung pada jenis perusahaan. W.B Taylor dikutip oleh Sawir (2001:132) menggolongkan jenis-jenis modal kerja: a. Modal kerja permanen (permanent working capital) Modal kerja permanen merupakan modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen dibedakan dalam:
21
1) Modal kerja primer (primary working capital) Modal kerja primer merupakan jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usaha. 2) Modal kerja normal (normal working capital) Modal kerja normal merupakan jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal dalam artian yang dinamis. b. Modal kerja variabel (variable working capital) Modal kerja variabel merupakan modal kerja yang jumlahnya berubahubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini dibedakan dalam: 1) Modal kerja musiman (seasonal working capital) Modal kerja musiman merupakan modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim. 2) Modal kerja siklis (cyclical working capital) Modal kerja siklis merupakan modal kerja yang jumlahnya berubahubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur. 3) Modal kerja darurat (emergency working capital) Modal kerja darurat merupakan modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena keadaan darurat yang tidak diketahui
sebelumnya
(misalnya:
pemogokan
buruh,
banjir,
perubahan keadaan ekonomi yang mendadak).
22
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja Modal kerja suatu perusahaan harus cukup jumlahnya, atau dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari. Penentuan besarnya jumlah modal kerja yang cukup bagi perusahaan merupakan hal yang tidak mudah, karna modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagaimana dikemukakan oleh Munawir (2004:134-135) sebagai berikut : a. Sifat atau type dari perusahaan Modal kerja dari suatu perusahaan jasa akan lebih rendah bila dibandingkan dengan perusahaan industri. Sifat dari perusahan jasa biasanya memiliki atau harus menginvestasikan modal-modalnya sebagian besar pada aktiva tetap yang digunakan untuk memberikan pelayanan atau jasanya kepada masyarakat. Sedangkan perusahaan industri harus mengadakan investasi yang cukup besar dalam aktiva lancar agar perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam operasinya sehari-hari. Oleh karena itu apabila dibandingkan dengan perusahaan jasa, perusahaan industri membutuhkan modal kerja yang lebih besar. Perusahaan yang memproduksi barang akan membutuhkan modal kerja yang lebih besar daripada perusahaan perdagangan. b. Waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual serta harga per satuan dari barang tersebut.
23
Makin panjang waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau memperoleh barang tersebut, maka makin besar pula modal kerja yang dibutuhkan. Disamping itu harga pokok produksi barang juga akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan, semakin besar harga pokok produksi barang yang dijual akan semakin besar pula kebutuhan akan modal kerja. c. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan Jika syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian menguntungkan, semakin sedikit uang kas yang harus diinvestasikan dalam persediaan bahan atau barang dagangan. d. Syarat penjualan Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para pembelinya akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam piutang. e. Tingkat perputaran persediaan Tingkat perputaran persediaan menunjukkan beberapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dijual kembali. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka modal kerja yang dibutuhkan (terutama yang diinvestasikan pada perusahaan) semakin rendah. 4. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Analisa sumber dan penggunaan modal kerja sangat penting bagi penganalisa intern dan ekstern. Maksud utama dari analisa ini adalah untuk mengetahui dari mana modal tersebut dipergunakan. Dengan kata lain,
24
analisa sumber dan penggunaan modal kerja erat kaitannya dengan dana yang diperoleh dan dapat dipergunakan oleh perusahaan dalam kegiatan operasinya sehari-hari dalam suatu periode tertentu. Sumber modal kerja perusahaan pada umumnya diperoleh melalui (Syahyunan, 2003): a. Penambahan jumlah hutang tidak lancar Pengeluaran obligasi misalnya akan mengakibatkan pertambahan kas (harta lancar) tanpa diikuti oleh pertambahan dalam hutang jangka pendek. b. Penambahan modal saham. Pengeluaran saham biasanya akan mengakibatkan pertambahan kas atau harta lancar tanpa dibarengi oleh pertambahan dalam hutang jangka pendek. Pengecualian dalam hal ini ialah bila pengeluaran saham baru disertai dengan penurunan dalam hutang jangka panjang misalnya obligasi dikonversikan kepada modal saham. c. Penambahan jumlah laba yang ditahan. Suatu
pertambahan
dalam
jumlah
laba
yang
ditahan
akan
mengakibatkan penambahan dalam modal kerja. Dalam hal ini pendapatan atau laba bersih merupakan sumber modal kerja. d. Pengurangan harta tidak lancar. Suatu pengurangan dalam jumlah harta tidak lancar biasanya akan merupakan suatu pertambahan dalam jumlah modal kerja. Penjualan gedung, mesin, dan peralatan berat lainnya akan mengakibatkan
25
pertambahan kas tanpa diikuti oleh pertambahan dalam jumlah hutang jangka pendek. Sedangkan penggunaan-penggunaan modal kerja perusahaan secara umum meliputi (Syahyunan, 2003): a. Pengurangan jumlah hutang tidak lancar Pengurangan dalam jumlah hutang tidak lancar biasanya akan mengurangi jumlah modal kerja. Misalnya pelunasan hutang jangka panjang akan mengurangi kas tanpa diikuti oleh pengurangan dalam hutang jangka pendek. b. Pengurangan jumlah modal saham Suatu pengurangan jumlah modal saham akan mengakibatkan berkurangnya modal kerja. Pembelian dan pemilikan kembali sahamsahamnya oleh perusahaan akan memerlukan penggunaan modal kerja. c. Pengurangan jumlah laba yang tidak dibagi Pengurangan dalam jumlah laba yang tidak dibagi biasanya mengakibatkan pengurangan jumlah modal kerja. Misalnya pembayaran dividen akan mengurangi modal kerja, tetapi pengeluaran stock dividen tidak akan mempengaruhi jumlah modak kerja karena hanya akan mengurangi jumlah laba yang tidak dibagi di satu pihak dan penambahan modal saham di lain pihak dengan jumlah yang sama. d. Penambahan harta tidak lancar Suatu pertambahan dalam harta tidak lancar akan mengakibatkan pengurangan modal kerja, misalnya pembelian mesin dan peralatan-
26
peralatan baru akan mengurangi kas atau harta lancar tanpa diikuti pengurangan yang sama dalam jumlah hutang jangka pendek. Jika jumlah modal kerja pada suatu saat lebih besar dari pada jumlah modal kerja pada saat sebelumnya berarti ada kenaikan modal kerja. Hal ini disebabkan karena sumber-sumbernya lebih besar dari penggunaannya sehingga mempunyai efek netto yang positif terhadap modal kerja. Sebaliknya kalau penggunaannya lebih besar dari sumbernya maka efek nettonya akan memperkecil modal kerja. Kalau besarnya sumber persis sama dengan besarnya penggunaan berarti tidak ada efek nettonya terhadap modal kerja sehingga besarnya modal kerja tidak berubah. Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi modal kerja adalah : 1. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover) Rasio ini memperlihatkan adanya keefektifan modal kerja dalam pencapaian penjualan. Formulasi dari working capital turnover adalah sebagai berikut:
Penjualan Working Capital Turnover = (Aktiva Lancar - Hutang Lancar) (Bambang Riyanto,2001: 335)
B. Likuiditas Likuiditas suatu usaha bisnis didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya yang sudah jatuh tempo. Yaitu, apakah perusahaan memiliki sumber dana yang cukup untuk
27
membayar kreditur saat kewajiban tersebut jatuh tempo (Keown et all, 92:2001). Rasio likuiditas (liquidity ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber daya jangka pendek (atau lancar) yang tersedia untuk memenuhi kewajiban tersebut (James Van
Horne dan John Wachowicz, 2009:205) Bambang Riyanto (2001) menerangkan definisi likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran (alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu memiliki kemampuan membayar. Kemampuan membayar baru terdapat pada perusahaan apabila kekuatan membayarnya adalah demikian besarnya sehingga dapat memenuhi semua kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi. Dengan demikian maka kemampuan membayar itu dapat diketahui setelah membandingkan kekuatan membayar-nya di satu pihak dengan kewajiban-kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi di lain pihak. Suatu perusahaan yang mempunyai kekutan membayar sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera
28
harus dipenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah likuid, dan sebaliknya yang tidak mempunyai kemampuan membayar adalah illikuid. Sedangkan menurut Munawir (2004:31) likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Sehingga dapat disimpulkan bahwa likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya yang segera harus dipenuhi. Untuk menilai likuiditas perusahaan terdapat beberapa rasio yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisa dan menilai posisi likuiditas perusahaan, yaitu : 1. Current Ratio Current ratio merupakan salah satu indikator dari rasio likuiditas. Current ratio merupakan rasio antara lancar dengan hutang lancar yang dimiliki oleh perusahaan. rasio ini mengukur aktiva yang dimiliki perusahaan dalam hutang lancar perusahaan (Suad Husnan, 1998). Menurut Weston dan Copeland (1995) dikutip oleh Aminatuzzahra (2010) bahwa Current ratio digunakan untuk mengukur penyelesaian jangka pendek. Sejauh mana tagihan kreditur jangka pendek dapat dipenuhi oleh aktiva yang diharapkan dapat dikonversi ke kas dalam jangka waktu yang kira-kira sama dengan jatuh tempo tagihan. Current yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya di bandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang.
29
Tunggal (1995) dikutip oleh Ima Hernawati (2007) Current Ratio biasanya digunakan sebagai alat untuk mengukur keadaan likuiditas suatu perusahaan, dan juga merupakan petunjuk untuk dapat megetahui dan menduga sampai dimanakah kiranya kita, apabila memberikan kredit berjangka pendek kepada seorang nasabah, dapat merasa aman atau tidak. Dasar perbandingan tersebut dipergunakan sebagai alat petunjuk, apakah perusahaan yang mandapat kredit itu kira-kira akan mampu ataupun tidak untuk memenuhi kewajibannya untuk melakukan pembayaran kembali atau pada pelunasan pada tanggal yang sudah ditentukan. Dasar perbandingan itu menunjukan apakah jumlah aktiva lancar itu cukup melampaui besarnya kewajiban lancar, sehingga dapatlah kiranya diperkirakan bahwa, sekiranya pada suatu ketika dilakukan likuiditas dari aktiva lancar dan ternyata hasilnya dibawah nilai dari yang tercantum di neraca, namun masih tetap akan terdapat cukup kas ataupun yang dapat dikonversikan menjadi uang kas di dalam waktu singkat, sehingga dapat memenuhi kewajibannya. Current ratio yang tinggi maka makin baiklah posisi para kreditor, oleh karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa utang perusahaan itu akan dapat dibayar pada waktunya. Hal ini terutama berlaku bila pimpinan perusahaan menguasai pos-pos modal kerja dengan ketat/dengan semestinya. Dilain pihak ditinjau dari sudut pemegang saham suatu current ratio yang tinggi tak selalu paling menguntungkan, terutama
30
bila terdapat saldo kas yang kelebihan dan jumlah piutang dan persediaan adalah terlalu besar. Munawir (2004:72) menyatakan current ratio 200% kadang sudah memuaskan bagi suatu perusahaan, tetapi jumlah modal kerja dan besarnya rasio tergantung pada beberapa faktor, suatu standar atau rasio yang umum tidak dapat ditentukan untuk seluruh perusahaan. Current ratio 200% hanya merupakan kebiasaan atau rule of thumb dan akan digunakan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian atau analisa yang lebih lanjut. Current ratio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut. Tetapi suatu perusahaan dengan current ratio yang tinggi belum tentu menjamin akan dapat dibayarnya hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan, misalnya jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan yang akan datang sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over investment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang mungkin sulit untuk ditagih. Bambang Riyanto (2001:26-27) menyatakan bahwa bagi perusahaan bukan kredit, current ratio kurang dari 2:1 dianggap kurang baik, sebab apabila aktiva lancar turun misalnya sampai lebih dari 50% maka jumlah aktiva lancarnya tidak akan cukup lagi menutup utang lancarnya. Pedoman
31
current ratio 2 : 1, sebenarnya hanya didasarkan pada prinsip “hati-hati”. Pedoman current ratio 200% bukanlah pedoman mutlak. Apabila pedoman current ratio 2 : 1 atau 200% sudah ditetapkan sebagai ratio minimum yang akan dipertahankan oleh suatu perusahaan, maka perusahaan dalam penarikan kredit jangka pendeknya juga harus selalu didasarkan pada pedoman tersebut. Setiap saat perusahaan harus mengetahui berapa kredit jangka pendek maksimum yang boleh ditarik supaya pedoman current ratio tersebut tidak dilanggar. Batas maksimum kredit jangka pendek yang boleh diambil supaya tidak mengganggu atau melanggar pedoman current ratio tertentu ialah apa yang disebut “the line of credit” atau “maximum current indebtedness” Apabila perusahaan menetapkan bahwa current ratio yang harus dipertahankan adalah 3:1 atau 300% ini berarti bahwa setiap utang lancar sebesar Rp.1,00 harus dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp.3,00 atau dijamin dengan net working capital sebesar Rp.2,00. Dengan demikian maka ratio modal kerja dengan utang lancar adalah 2:1, karena modal kerja tak lain adalah kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancar. Formulasi dari current ratio adalah sebagai berikut:
Aktiva Lancar Current Ratio = Hutang Lancar (Sawir, 2001: 8)
32
2. Quick Ratio Rasio ini disebut juga sebagai acid test ratio, yaitu perbandingkan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan utang lancar (Munawir 2001: 74). Lukman Syamsuddin (2007:45-46) menyatakan acid-test ratio hampir sama dengan current ratio hanya saja jumlah persediaan (inventory) sebagai salah satu komponen dari aktiva lancar harus dikeluarkan. Alasan yang melatarbelakangi hal tersebut adalah persediaan merupakan komponen aktiva lancar yang paling tidak likuid atau sulit diuangkan dengan segera tanpa menurunkan nilainya, sementara dengan acid-test ratio dimaksudkan untuk membandingkan aktiva yang lebih lancar (Quick assets) dengan utang lancar. Acid-test ratio sebesar 1,0 pada umumnya sudah dianggap baik, berapa besar acid test ratio yangseharusnya, sangat tergantung pada jenis usaha
dari
masing-masing
perusahaan. Acid-test
ratio ini
akan
memberikan gambaran likuiditas yang lebih tepat hanya apabila inventory sulit untuk dijual dengan segera tanpa menurunkan nilainya, maka penggunaan current ratio lebih disukai sebagai pengukuran tingkat likuiditas perusahaan secara menyeluruh (overall liquidity of the firm). Formulasi dari quick ratio adalah sebagai berikut:
Aktiva Lancar - Persediaan Quick Ratio = Hutang Lancar (Sawir, 2001: 10)
33
C. Solvabilitas Menurut Ross, et all (2010:51) mengemukakan “Long-term solvency ratios are intended to address the firm's long-run ability to meet its obligations or, more generally, its financial leverage. These ratios are sometimes called financial leverage ratios or just leverage ratios”. Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya apabila perusahaan sekiranya saat ini dilikuidasikan (Bambang Riyanto, 2001: 32). Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Rasio ini mengukur likuiditas jangka panjang perusahaan dan dengan demikian memfokuskan pada sisi kanan neraca (Hanafi dan Halim, 2005:81). Sedangkan
menurut
Munawir
(2002:
32)
solvabilitas
adalah
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Suatu perusahaan yang solvabel berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua utangutangnya, tetapi tidak dengan sendirinya berarti bahwa perusahaan tersebut likuid. Sebaliknya perusahaan yang insolvabel (tidak solvabel) tidak dengan
34
sendirinya bahwa perusahaan tersebut adalah juga likuid. Dalam hubungan antara likuiditas dan solvabilitas terdapat 4 kemungkinan yang dapat dialami perusahaan yaitu (Bambang Riyanto, 2001: 32): 1. Perusahaan yang likuid tetapi insolvable. 2. Perusahaan yang likuid dan solvable. 3. Perusahaan yang solvabel tetapi illikuid 4. Perusahaan yang insolvabel dan illikuid Baik perusahaan yang insolvabel maupun illikuid, kedua-duanya pada suatu waktu akan menghadapi kesukaran finansiil yaitu pada waktu tiba saatnya untuk memenuhi kewajibannya. Perusahaan yang insolvabel tetapi likuid tidak segera dalam keadaan kesukaran finansiil, tetapi perusahaan yang illikuid akan segera dalam kesukaran karena segera menghadapi tagihan-tagihan dari krediturnya. Perusahaan yang insolvable tapi likuid masih dapat bekerja dengan baik, dan sementara itu masih mempunyai kesempatan atau waktu untuk memperbaiki solvabilitasnya. Tetapi apabila usahanya tidak berhasil, maka pada akhir perusahaan tersebut akan menghadapi kesukaran juga (Bambang Riyanto, 2001: 33).
Solvabilitas dapat diukur dengan rasio antara lain: 1. Debt to Equity Ratio Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri
35
perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya (Sawir,2001: 13). Para kreditor secara umum akan lebih suka jika rasio ini lebih rendah. Semakin rendah rasio in, semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham, dan semakin besar perlindungan bagi kreditor jika terjadi penyusutan nilai aktivaatau kerugian besar (James Van
Horne dan John Wachowicz, 2009:209). Formulasi dari debt to equity ratio adalah sebagai berikut:
Total Hutang Debt Equity Ratio = Modal Sendiri (Sawir, 2001: 13)
2. Debt to Total Asset Rasio ini memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi hasil presentasenya, cenderung semakin besar risiko keuangannya bagi kreditor maupun pemegang saham (Sawir, 2001: 13). Sedangkan Menurut James Van Horne dan John Wachowicz (2009:129), rasio debt to total asset menekankan pada peran penting pendanaan utang bagi perusahaan untuk menunjukkan presentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan utang. Jadi, 45% dari aktiva perusahaan didanai oleh utang (dari berbagai jenis), sementara 55% pendanaan berasal dari ekuitas pemegang saham. Semakin besar persentase pendanaan yang disediakan oleh ekuitas pemegang saham, semakin besar jaminan perlindungan yang didapat oleh kreditor 36
perusahaan. Sehingga semakin tinggi rasio debt to total asset, semakin besar risiko keuangannya, semain rendah rasio ini maka akan semakin rendah risiko keuangannya. Formulasi dari debt to total asset adalah sebagai berikut:
Total Hutang Debt to Total Asset = Total Aktiva (Sawir,2001: 13)
D. Aktivitas Menurut Lawrence (59:2006), “Activity ratios measure the speed with which various accounts are converted into sales or cash-inflows or outflows”. Rasio ini melihat pada beberapa aset kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Dana berlebih tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif (Hanafi dan Halim, 2005:78). Rasio aktivitas menunjukkan seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber daya (harta modal) yang dimilikinya. Penggunaan sumber saya perusahaan untuk menghasilkan penjuaalan. Sebaliknya jika rendah maka menandakan ketidakefektifan perusahaan dalam menggunakan sumber daya, sehingga dapat dikatakan kinerja perusahaan rendah (Rodoni dan Herni, 2010:180). Rasio Aktivitas bertujuan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktivita perusahaan dalam menggunakan dana-dan secara efektif dan efisien,
37
Rasio ini dapat mengukur efisiensi kegiatan operasional suatu perusahaan karena rasio ini didasarkan pada perbandingan antara pendapatan dengan pengeluaran pada periode waktu tertentun (Fredy Rangkuti, 2004:74). Brigham dan Houston (2006: 97) menyatakan jika perusahaan memiliki terlalu banyak aktiva, maka biaya modalnya akan menjadi terlalu tinggi dan akibatnya laba akan menurun. Disisi lain jika aktiva terlalu rendah maka penjualan yang menguntungkan akan hilang. Rasio aktivitas berisikan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi dalam berbagai harta. Untuk mengukur rasio aktivitas dapat digunakan rasio sebagai berikut: 1. Total Assets Turnover (Rasio Perputaran Total aktiva) Hanafi dan Halim (2005:81), rasio ini menghitung efektivitas penggunaan total aktiva. Rasio yang tinggi biasanya menunjukkan manajemen yang baik, sebaliknya rasio yang rendah harus membuat manajemen mengevaluasi strategi, pemasarannya dan pengeluaran modalnya (investasi). Total Assets Turnover menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan “revenue” (Bambang Riyanto, 2001:334) Formulasi dari total asset turnover adalah sebagai berikut:
Penjualan Total Asset Turnover = Total Aktiva (Hanafi dan Halim, 2005:81)
38
2. Fixed Assets Turnover (Rasio Perputaran Aktiva Tetap) Fixed Assets Turnover mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasikan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana efektivitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio ini berarti akan semakin efektif penggunaan aktiva tetap tersebut. Pada beberapa industri seperti industri yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang tinggi, rasio ini cukup penting diperhatikan. Sedangkan pada beberapa industri yang lain seperti industri jasa yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang kecil, rasio ini mungkin relatif tidak begitu penting untuk diperhatikan (Hanafi dan Halim, 2005:81). Formulasi dari fixed asset turnover adalah sebagai berikut:
Penjualan Fixed Asset Turnover = Aktiva Tetap (Hanafi dan Halim, 2005:81) 3. Inventory Turnover (Rasio Perputaran Persediaan) Inventory Turnover adalah kemampuan dana yang tertanam dalam inventory berputar dalam suatu periode tertentu, atau likuiditas dari inventory dan tendensi untuk adanya “overstock” (Bambang Riyanto, 2001: 334). Lukman Syamsuddin (2007:48) menyatakan, semakin tinggi turnover
yang
diperoleh,
semakin
efisien
perusahaan
di
dalam
melaksanakan operasinya. Hal ini dapt diterima sampai titik tertentu, tetapi
39
diluar itu, tingginya turnover dapat menimbulkan problem. Misalkan inventory turnover dapat ditingkatkan dengan menahan persediaan sekecil mungkin. Keadaaan seperti ini tentu saja mengandung resiko yang tidak kecil, karena adanya kekurangan persediaan sehingga permintaanpermintaan terhadap produk perusahaan tidak lagi dapat dipenuhi. Lebih jauh lagi hal ini akan dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan dari para pelanggan perusahaan sehingga akan mengganggu volume penjualan dimasa-masa akan datang. Untuk masing-masing jenis usaha biasanya ada suatu skala inventory turnover yang dianggap baik sehingga jika inventory berada dibawah titik ini akan menandakan keadaan yang illikuid atau “inactive inventory” sedangkan di atas titik ini akan menunjukkan jumlah inventory yang terlalu kecil, sehingga bisa menyebabkan kekurangan persediaan. Formulasi dari inventory turnover adalah sebagai berikut:
Harga Pokok Penjualan Inventory Turnover = Persediaan (Hanafi dan Halim, 2000:80) 4. Day’s Receivable for Collection Period (Rasio Rata-rata Penagihan Piutang). Rata-rata umur piutang melihat berapa lama yang diperlukan untuk melunasi piutang (merubah piutang menjadi kas). Semakin lama rata-rata piutang berarti semakin besar dana yang tertanam pada piutang (Hanafi dan Halim, 2005:78).
40
Formulasi dari day’s receivable for collection period adalah sebagai berikut:
Piutang Day’s Receivable for Collection Period = Penjualan / 365 (Hanafi dan Halim, 2005:79) E. Rentabilitas Rentabilitas adalah kemampuan dalam menghasilkan laba, baik dengan menggunakan data eksternal maupun dengan data internal. Dari kedua pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu yang dinyatakan dalam prosentase Bawsir (1997) dalam Puji Ananingsih (2007). Menurut Bambang Riyanto (2001) rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode. Jumlah modal yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan keuntungan yang semakin meningkat merupakan suatu faktor yang sangat perlu diperhatikan dalam menganalisis nilai rentabilitas suatu perusahaan. Rentabilitas sering digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi penggunaan modal kerja dalam suatu perusahaan dengan membandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam operasi. Oleh karena itu, keuntungan yang besar tidak menjamin bahwa perusahaan tersebut rentabel, sehingga
41
bagi manajemen atau pihak-pihak lain, rentabilitas yang tinggi lebih penting daripada keuntungan yang besar. Berhubungan dengan pernyataan tersebut maka bagi perusahaan pada umumnya dalam menjalankan kegiatan lebih diarahkan untuk mendapatkan titik rentabilitas maksimal daripada laba maksimal. Jadi yang penting bagi perusahaan adalah bagaimana caranya untuk meningkatkan rentabilitas perusahaan. Berbeda dengan pengertian laba, maka rentabilitas di dalam faktor modal atau aktiva telah diperhitungkan juga sehingga dengan demikian bahwa rentabilitas ekonomi menunjukkan efisiensi penggunaan modal dalam perusahaan. Rasio ini mencerminkan keuntungan yang diperoleh tanpa mengingat dari mana sumber modal dan menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam melaksanakan operasi perusahaan. Dua cara penilaian rentabilitas: 1. Rentabilitas Ekonomi Rentabilitas ekonomis adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut yang dinyatakan dalam persentase. Oleh karena pengertian rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan maka rentabilitas ekonomis dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modalnya yang ada untuk menghasilkan laba.
42
Tinggi rendahnya rentabilitas ekonomis ditentukan oleh 2 (dua) faktor yaitu: a. Profit margin yaitu perbandingan antara net operating income dengan net sales. b. Turnover of operating assets (tingkat perputaran aktiva usaha) yaitu kecepatan perputarannya operating assets dalam suatu periode tertentu. Turnover tersebut dapat ditentukan dengan membagi antara net sales dengan operating assets. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usahan dalam hubungannya dengan sales, sedangkan operating assets turnover dimaksudkan untuk mengetahui esisiensi perusahaan dengan melihat kepada kecepatan perputaran operating assets dalam suatu periode tertentu. Hasil akhir dari percampuran kedua efisiensi profit margin dan operating assets turnover menentukan tinggi rendahnya earning power. Oleh karena ini makin tinggi tingkat profit margin atau operating assets turnover masing-masing atau kedua-duanya akan mengakibatkan naiknya earning power. 2. Rentabilitas Modal Sendiri Rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan antara jumlah laba dengan modal sendiri di pihak lain. Atau dengan kata lain bahwa rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan.
43
Namun dalam perhitungan laba di sini ada perbedaan dengan rentabilitas ekonomis, yaitu laba yang diperhitungkan adalah laba yang berasal dari operasi perusahaan. Sedangkan laba yang diperhitungkan dalam rentabilitas modal sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing atau bunga pinjaman dan pajak perseroan. Masalah penggunaan modal asing maupun modal sendiri mempunyai pengaruh besar terhadap besar kecilnya rentabilitas ekonomis dan rentabilitas modal sendiri, karena dengan menghitung kedua rentabilitas tersebut dapat diketahui apakah perusahaan telah menggunakan modal secara efisien atau tidak. Pengaruh dari perubahan rentabilitas ekonomi terhadap rentabilitas modal sendiri pada berbagai tingkat penggunaan modal asing, secara teoritis dapatlah dikatakan bahwa semakin tinggi rentabilitas ekonomi (dengan tingkat bunga tetap), penggunaan modal asing yang lebih besar akan mengakibatkan kenaikan rentabilitas modal sendiri. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa dalam keadaan yang demikian suatu perusahaan yang menggunakan modal asing lebih besar akan memperoleh kenaikan rentabilitas modal sendiri yang lebih besar daripada perusahaan lain yang mempunya jumlah modal asing yang lebih kecil. Sebaliknya dalam situasi ekonomi yang memburuk dimana rentabilitas ekonomi perusahaan pada umumnya menurun, perusahaan yang mempunya modal asing yang besar akan mengalami penurunan rentabilitas modal sendiri yang lebih besae daripada perusahaan lain yang mempunyai jumlah modal asing yang lebih sedikit.
44
Dengan demikian maka jelaslah perbedaan antara rentabilitas ekonomis dengan rentabilitas modal sendiri baik dari segi modal yang diperhitungkan ataupun dari laba yang dipergunakan untuk menentukan tingkat rentabilitas bagi suatu perusahaan. Semua perusahaan dalam menjalankan usaha baik dalam industri maupun jasa akan selalu memerlukan modal kerja. Modal kerja merupakan jumlah yang digunakan oleh perusahaan untuk melakukan kegiatan usaha perusahaan. Tujuan dari usaha tersebut adalah mendapatkan laba setinggitingginya. Laba yang dihasilkan dari kegiatan/perputaran modal kerja tersebut yang akan dijadikan dasar penentuan tingkat rentabilitas perusahaan. Menurut Munawir (2004), hubungan rendahnya rentabilitas dengan modal kerja dapat ditunjukkan dengan kemungkinan sebagai berikut: 1. Adanya over investment dalam aktiva yang digunakan dalam hubungannya dengan volume penjualan yang diperoleh dalam aktiva tersebut. 2. Adanya efisiensi baik dalam produksi, pembelian maupun pemasaran. 3. Adanya kegiatan ekonomi yang menurun. Karena
tingkat
rentabilitas
mencerminkan
kemampuan
modal
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, maka dengan demikian tingkat rentabilitas yang tinggi merupakan pencerminan efisiensi yang tinggi pula. Berikut ini adalah beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur rentabilitas adalah sebagai berikut
1. Gross Profit Margin (GPM)
45
Gross Profit Margin merupakan presentase dari laba kotor (sales-cost of goods sold) dibandingkan dengan sales. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa cost of goods sold relatif lebih rendah dibandingkan dengan sales. Demikian sebaliknya, semakin rendah gross profit margin semakin kurang baik operasi perusahaan (Lukman Syamsuddin, 2007:61). Menurut Sawir (2001:18) rasio gross profit margin atau margin keuntungan kotor berguna untuk mengukur efisirnsi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Dalam memgevaluasi dapat dilihat margin per unit produk, bila rendah maka perusahaan tersebut sensitif terhadap pesaingnya. Formulasi dari gross profit margin adalah sebagai berikut:
Penjualan – Harga Pokok Penjualan Gross Profit Margin = Penjualan (Sawir, 2001:18) 2. Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin (NPM) merupakan ratio antar laba bersih (net profit) yaitu penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh expenses termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan. Semakin tinggi net profit margin, semakin baik operasi suatu perusahaan. Suatu net profit margin yang dikatakan baik akan sangat tergantung dari jenis industri di dalam mana perusahaan berusaha (Lukman Syamsuddin, 2007:62).
46
Margin Laba Bersih adalah ukuran laba perusahaan dari penjualan setelah memperhitungkan semua biaya dan pajak penghasilan. Margin tersebut memberitahu kita penghasilan bersih perusahaan per satu dolar penjualan (James Van Horne dan John Wachowicz, 2009:224) Formulasi dari net profit margin adalah sebagai berikut:
Laba Setelah Pajak Net Profit Margin = Penjualan (Sawir, 2001:18) 3. Return on Investment (ROI) Return on Investment atau return on assets merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Semakin tinggi ratio ini, semakin baik keadaan suatu perusahaan (Lukman Syamsuddin, 2007:63). Analisa Return On Investment (ROI) dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh/komprehensif. Analisa Return On Investment (ROI) ini sudah merupakan tehnik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Return On Investment (ROI) itu sendiri adalah salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian Return On Investment (ROI) menghubungkan
47
keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (Net Operating Income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (Net Operating Assets). Sebutan lain untuk ROI adalah “Net Operating profit Rate Of Return” atau “Operating Earning Power” (Munawir, 2004:89). Formulasi dari return on investment adalah sebagai berikut:
Laba Setelah Pajak Return on Investment = Total Aktiva (Sawir, 2001:19) 2. Return on Equity (ROE) Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut sebagai rentabilitas usaha (Sawir, 2001:20). Pengukuran ringkasan lainnya atas kinerja keseluruhan perusahaan adalah pengembalian atas ekuitas (return on equity). ROE membandingkan laba bersih setelah pajak (dikurangi deviden saham biasa) dengan ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham perusahaan. Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku
para
pemegang
saham,
dan
sering
kali
digunakan
dalam
membandingkan dua atau lebih perusahaan dalam sebuah industri yang sama. ROE yang tinggi sering kali mencerminkan permintaan perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif. Akan
48
tetapi, jika perusahaan tersebut telah memilih untuk menerapkan tingkat utang yang tinggio berdasarkan standar industri, ROE yang tinggi hanyalah merupakan hasil dari asumsi resiko keuangan yang berlebihan (James Van
Horne dan John Wachowicz, 2009:226). Menurut Lukman Syamsuddin (2007:64) ROE merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dala perusahaan. Semakin tinggi return penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan. Formulasi dari return on equity adalah sebagai berikut:
Laba Setelah Pajak Return on Equity = Modal Sendiri (Sawir, 2001:20) F. Penelitian Terdahulu Aminatuzzahra (2010) menguji pengaruh variabel Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Total Asset Trunover (TAT), dan Net Profit Margin (NPM) terhadap Return on Equity (ROE) pada perusahaan manufaktur yang listed di BEI. Hasil analisis menunjukkan bahwa data CR, DER, TAT, NPM secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap ROE perusahaan manufaktur di BEI periode 2005-2009. Sementara secara simultan (CR, DER, TAT, dan NPM) terbukti signifikan berpengaruh terhadap ROE perusahaan manufaktur di BEI .
49
Gill et all (2010) melakukan penelitian tentang hubungan antara manajemen modal kerja dengan profibilitas, dengan mengambil sampel 88 perusahaan-perusahaan Amerika terpilih yang terdaftar di New York Stock Exchange periode 2005-2007. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara manajemen modal kerja (cash conversion cycle) dengan profitabilitas (gross operating profit). Dan temuan ini menyimpulkan
bahwa profitabilitas dapat ditingkatkan dengan cara
mengelola modal kerja secara efisien. Nazir dan Afza (2009) penelitian ini menyelidiki hubungan antara tingkat agresivitas investasi modal kerja dan
kebijakan pembiayaan dan
dampaknya terhadap profitabilitas, sampel 204 perusahaan Pakistan yang dibagi menjadi 16 kelompok industri untuk periode 1998-2005. Studi ini menemukan hubungan negatif antara profitabilitas perusahaan dengan tingkat agresivitas investasi modal kerja dan kebijakan pembiayaan. Hasil penelitian
ini
bertentangan
dengan
penelitian-penelitian
sebelumnya,
fenomena ini mungkin disebabkan oleh kondisi perekonomi Pakistan yang tidak konsisten. Mutia Desanti (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh antara perputaran modal kerja, profit margin, operating assets turnover, dan ukuran perusahaan terhadap tingkat rentabilitas pada perusahaan manufaktur selama periode 2003 hingga 2007. Hasil uji regresi ini menunjukkan bahwa perputaran modal kerja memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat rentabilitas, sementara varibel independen lainnya (profit margin, operating
50
assets turnover, dan ukuran perusahaan) memiliki pengaruh positif terhadap tingkat rentabilitas. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa profit margin memiliki pengaruh paling dominan terhadap tingkat rentabilitas perusahaan manufaktur. Epri Ayu (2007) meneliti pengaruh variabel Working Capital to Total Asset (WCTA), Current Liabilities To Inventory (CLI), Operating Income to Total Assets (OITL), Total Asset Turnover (TAT), Net Profit Margin (NPM) dan Gross Profit Margin (GPM) terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) periode penelitian 2001 sampai dengan 2005. Dari hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel Total Asset Turnover (TAT), Net Profit Margin (NPM) dan Gross Profit Margin (GPM) secara persial berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan variabel Working Capital to Total Asset (WCTA), Current Liabilities To Inventory (CLI) dan Operating Income to Total Assets (OITL) tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Keenam variabel yang digunakan dalam penelitian ini (WCTA, CLI, OITL, TAT, NPM dan GPM) secara bersama-sama berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Ima Hernawati (2007) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh efisiensi modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas terhadap profitabilitas pada perusahaan barang konsumsi di BEI periode 2002-2005. Rasio-rasio yang digunakan adalah rasio Working Capital Turnover (WCT), Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DTA) dan Return on Investment (ROI). Dalam
51
penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda linier yang hasilnya menunjukkan bahwa secara parsial hanya variabel efisiensi modal kerja (working capital turnover) yang mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas (return on investment) sedangkan variabel likuiditas (current ratio) dan solvabilitas (total debt to total capital assets) tidak mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas (return on investment). Sedangkan secara simultan semua variabel tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Ni Putu dan Agung (2007) melakukan pengujian tentang pengaruh pemoderasi pertumbuhan laba terhadap hubungan antara ukuran perusahaan, debt to equity ratio dengan profitabilitas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pertumbuhan laba tidak berpengaruh terhadap hubungan antara ukuran perusahaan dengan profitabilitas, sedangkan pertumbuhan laba berpengaruh terhadap hubungan antara Debt To Equity Ratio (DER) dengan profitabilitas. Vedavinayagam Ganesan (2007) dalam penelitiannya tentang analisa efisiensi pengelolaan modal kerja pada industri perlengkapan telekomunikasi selama periode 2001 – 2006 dengan menggunakan Uji ANOVA pada analisis regresi, mengemukakan bahwa efisiensi pengelolaan modal kerja memiliki hubungan negatif dengan tingkat profitabilitas pada perusahaan industri perlengkapan telekomunikasi di USA. Yuni Nurmala (2007) meneliti pengaruh CR, DER, dan TATO secara simultan dan parsial terhadap perubahan laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta tahun 2001 sampai dengan tahun 2004. Hasil penelitian
52
menyimpulkan bahwa CR, DER, dan TATO secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap perubahan laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Dari keempat rasio tersebut, secara parsial CR dan DER yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan laba. Sedangkan TATO tidak mempunyai pengaruh terhadap perubahan laba. Kesseven Padachi (2006) melakukan penelitian tentang trend dalam pengelolaan modal kerja dan implikasinya terhadap perusahaan manufaktur di Mauritius, Afrika selama periode 1998-2003. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa tingginya tingkat investasi dalam persediaan dan piutang usaha berhubungan dengan rendahnya tingkat profitabilitas pada perusahaan manufaktur. Sasangko dan Silfia (2004) meneliti tentang pengaruh perubahan modal kerja terhadap perubahan profitabilitas pada 50 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ periode 1999-2001. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik perubahan modal kerja berpengaruh terhadap perubahan profitabilitas, dimana perubahan modal kerja berpengaruh signifikan terhadap rasio Gross Profit Margin (GPM) dan Operating Income Ratio (OPM) sedangkan perubahan modal kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan Net Profit Margin (NPM), Return On Investment (ROI), dan Return On Equity (ROE). G. Kerangka Berpikir Dalam penelitian ini akan membahas mengenai pengaruh pengelolaan modal kerja (working capital turnover), likuiditas (quick ratio), solvabilitas (debt
53
equity ratio), aktivitas (total assets turnover) terhadap tingkat rentabilitas
(return on equity) perusahaan. Salah satu upaya untuk menganalisa hubungan tersebut adalah dengan melakukan analisa rasio keuangan. Dimana dengan penerapan tersebut, terdapat beberapa hal yang diketahui yaitu apakah pengelolaan modal kerja sudah efisien atau belum dalam memperoleh laba. Selain itu juga untuk mengetahui apakah likuiditas (current ratio), solvabilitas (debt equity ratio), aktivitas (total assets turnover) mempengaruhi tingkat
rentabilitas bagi perusahaan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t yaitu mengetahui apakah ada pengaruh atau tidak secara parsial (secara individu) variabel independen terhadap variabel dependen dan uji F dilakukan untuk mengetahui apakah secara bersama-sama (simultan) ada pengaruh atau tidak antara variabel independen terhadap variabel dependen. Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen, variabel dependen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji multikoliniearitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara satu variable bebas dengan variable bebas yang lain. Uji heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dari model regresi tidak terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan dengan pengamatan yang lain. Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya.
54
BEI
Perusahaan Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2005 - 2009
Modal kerja
Likuiditas
Solvabilitas
Aktivitas
(WCT)
(CR)
(DER)
(TAT)
Rentabilitas (ROE)
Analisis Uji Asumsi Klasik Regresi Berganda Normalitas Multikolinieritas Heteroskedastisitas Autokorelasi Analisis Uji Statistik Regresi Berganda Uji Simultan (Uji F) Uji Parsial (Uji t) Uji Koefiseien Determinasi (R2)
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
55
H. Rumusan Hipotesis Berdasarkan landasan teori, penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis yang ada pada dasarnya merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah yang harus dibuktikan kebenarannya. Adapun hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ho : βi = 0, pengelolaan modal kerja tidak mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat rentabilitas perusahaan. Ha : βi ≠ 0, pengelolaan modal kerja mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat rentabilitas perusahaan. 2. Ho : βi = 0, likuiditas tidak mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat rentabilitas perusahaan. Ha : βi ≠ 0, likuiditas mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat rentabilitas perusahaan. 3. Ho : βi = 0, solvabilitas tidak mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat rentabilitas perusahaan. Ha : βi ≠ 0, solvabilitas mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat rentabilitas perusahaan. 4. Ho : βi = 0, aktivitas tidak mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat rentabilitas perusahaan. Ha : βi ≠ 0, aktivitas mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat rentabilitas perusahaan.
56
5. Ho : βi = 0, pengelolaan modal kerja, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas tidak mempunyai pengaruh positif bersama-sama terhadap tingkat rentabilitas perusahaan. Ha : βi ≠ 0, pengelolaan modal kerja, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas mempunyai pengaruh positif bersama-sama terhadap tingkat rentabilitas perusahaan.
57
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengelolaan modal kerja (working capital turnover), likuiditas (current ratio), solvabilitas (debt equity ratio), aktivitas (total assets turnover) sebagai variabel independen terhadap tingkat rentabilitas (return on equity) sebagai variabel
dependen. Dalam penelitian ini mengambil populasi seluruh perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005 - 2009. Objek yang diteliti adalah perusahaan property dan real estate pada Bursa Efek Indonesia. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi berganda. Data yang digunakan adalah data historis keuangan berupa laporan keuangan tahunan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
B. Metode Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini, yaitu perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode observasi tahun 2005 hingga 2009. Dasar pertimbangan dalam menentukan populasi dalam penelitian ini yaitu karena perusahaan property dan real estate merupakan perusahaan yang dalam kegiatan operasionalnya banyak membutuhkan dana
58
investasi yang cukup besar sehingga dengan sendirinya modal kerja yang digunakan juga sangat besar. Berpijak dengan kondisi perusahaan saat ini banyak memerlukan modal kerja yang cukup besar, maka diperlukan evaluasi terhadap efektivitas pengelolaan modal kerja tersebut dan faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi tingkat rentabilitas perusahaan. Metode penentuan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling dimana populasi yang akan dijadikan sampel penelitian adalah populasi yang memenuhi kriteria sampel tertentu sesuai dengan yang dikehendaki oleh peneliti dan sampel yang dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan rancangan penelitian, peneliti akan berusaha agar dalam sampel terdapat wakil-wakil segala lapisan populasi. Sample dalam penelitian ini berjumlah 37 perusahaan property dan real estate. Adapun kriteria dalam pengambilan sampel adalah : 1. Perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2005-2009. 2. Perusahaan property dan real estate yang menerbitkan laporan keuangannya selama periode 2005-2009. 3. Laporan keuangan telah diaudit oleh Auditor Independent dan telah dipublikasikan di Pusat Referensi Pasar Modal di Bursa Efek Indonesia
C. Metode Pengumpulan Data Sumber data sebagai salah satu bagian penelitian yang merupakan salah satu bagian terpenting. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data
59
sekunder, yaitu berupa laporan keuangan tahunan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 20052009. Data variabel-variabel perusahaan tersebut diperoleh dari PT. Bursa Efek Indonesia, yaitu antara lain dari Indonesian Capital Market Directory, JSX Financial Report, dan JSX Annual Report. Data-data pendukung juga diperoleh dari internet (www.idx.co.id). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan. Studi kepustakaan ini dilakukan untuk menunjang materi pembahasan pada penelitian ini. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dengan cara mengumpulkan informasi-informasi melalui buku-buku, jurnal, literaturliteratur lain yang berkaitan dan mendukung penelitian ini.
D. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi Klasik Dalam penelitian ini memakai beberapa uji asumsi klasik yang harus dipenuhi sebagai prasyarat untuk melakukan uji regresi sehingga nantinya dapat diperoleh penelitian yang bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimators). Berbagai uji asusmsi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah (Agus Widarjono, 2007:109) : a. Uji Normalitas Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen, variabel dependen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
60
adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk mendeteksi apakah residual mempunyai distribusi normal atau tidak, salah satu salah metode yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan uji Jarque-Bera (J-B). Uji normalitas residual metode OLS secara formal dapat dideteksi dari metode yaang dikembangkan oleh Jarque-Bera (J-B). Metode JB ini didasarkan pada sampel besar yang diasumsikan bersifat asymptotic. Uji statistik dari J-B ini menggunakan perhitungan skewness dan kurtosis. Rumus yang digunakan dalam uji statistik Jarque-Bera adalah:
JB = N – k
S2 +
6
K-3 4
Dimana S adalah skewness, K adalah kurtosis, dan k menggambarkan
banyaknya
koefisien
yang
digunakan
dalam
persamaan. b. Multikolinearitas. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara satu variabel bebas dengan variabel bebas yang lain. Pengujian ini dilakukan dengan cara melihat gejala-gejala yang biasa dipakai untuk melihat adanya multikolinearitas
yaitu
dengan
melihat
koefisien
korelasinya.
Multikolinearitas terjadi apabila nilai korelasi antar variabel independen
61
di dalam koefisien persamaan regresi yang dapat dilihat dari matriks korelasi lebih dari 0,8. c. Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dari model regresi tidak terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan dengan pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah model regresi yang homokedastisitas, dimana nilai variable independen tertentu masing-masing kesalahan mempunyai varians yang sama. Jika nilai model yang diperoleh ternyata tidak memenuhi asumsi tersebut maka dalam model tersebut terjadi heterokedastisitas. Pada penelitian ini, pengujian dilakukan dengan menggunakan uji White. Suatu model dikatakan terdapat gejala heterokedastisitas jika nilai chi square hitung lebih kecil dibandingkan dengan nilai chi square kritis. Sebaliknya suatu model dikatakan tidak terdapat masalah heterokedastisitas jika nilai chi square hitung lebih kecil dari nilai kritis chi square, dan dapat juga dilihat dari nilai probabilitas chi square yang lebih besar dari α=5%. d. Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya. Jika terjadi
korelasi,
maka
dinamakan
ada
masalah
autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
62
berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena ada masalah residual atau kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu atau time series karena “gangguan” pada seorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi gangguan” pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya. Pada data crosssection atau silang waktu, masalah autokorelasi relativ jarang terjadi karena “gangguan” pada observasi yang berbeda berasal dari individu atau kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Pada penelitian ini, masalah autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Breusch Godfrey (LM test). Jika nilai probabilitas obs*R2 uji LM < 0.05, maka tidak terdapat masalah autokorelasi. Dan dapat dilihat dari nilai chi square hitung yang lebih besar kecil dibandingkan chi square kritis. 2. Metode Analisis Data Analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan statistik analisis regresi berganda untuk melakukan analisis terhadap variabel independen yaitu pengelolaan modal kerja, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas terhadap variabel dependen yaitu tingkat rentabilitas, maka digunakan persamaan regresi berganda seperti di bawah ini: Y = a +β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + ε
63
Dimana: Y
= Variabel dependen Rentabilitas
a
= Konstanta
β
= Koefisien regresi dari variabel independen ke i.
i
X
= Variabel Independen Pengelolaan Modal Kerja
X
= Variabel Independen Likuiditas
X
= Variabel Independen Solvabilitas
X
= Variabel Independen Aktivitas
ε
= Estimasi Error
1
2
3
4
3.
Pengujian Hipotesis Penelitian a. Uji Statistik F Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen dalam regresi. Adapun rumus dari F hitung adalah sebagai berikut : R2/k F hitung = (1 – R)/(n – k – 1) b. Uji Statistik t Uji t digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen dalam regresi. Adapun rumus dari uji t adalah sebagai berikut : r√ n – k – 1 t hitung = √ 1 – r2
64
c. Uji R2 (Koefisien Determinasi) Koefisien Determinasi yang dinotasikan dengan R2, merupakan suatu
ukuran
yang
penting
dalam
regresi,
karena
dapat
menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang terestimasi. Atau dengan kata lain, angka tersebut dapat mengukur seberapa dekatkah garis regresi yang terestimasi dengan data sesungguhnya. Koefisien Determinasi (R2) menunjukan kemampuan model untuk menjelaskan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Nilai R2 akan selalu berada di antara 0 dan 1. Semakin mendekati 1, berarti semakin besar kemampuan variabel independen untuk menjelaskan (pengaruhnya) kepada variabel dependen. R2 dihitung dengan rumus: R2 =
ESS RSS = 1− TSS TSS
E. Definisi Operasional Variabel Untuk lebih memperjelas variabel yang akan diuji, maka dibawah ini diterangkan variabel-variabel yang akan digunakan : 1. Variabel Bebas (independent variable) a. Pengelolaan Modal Kerja (X ) 1
Modal kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah modal kerja konsep kualitatif yaitu kelebihan aktiva lancar diatas utang lancar yang harus dibayar. Variabel pengelolaan modal kerja ini diukur dengan melihat tingkat perputaran modal kerja (working capital turnover). 65
Working Capital Turnover, yaitu rasio yang memperlihatkan adanya keefektifan modal kerja dalam pencapaian penjualan. Penjualan Working Capital Turnover = (Aktiva Lancar - Hutang Lancar)
b. Likuiditas (X ) 2
Variabel likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan current ratio (CR). Current ratio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of
safety) kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut. Aktiva Lancar Current Ratio = Hutang Lancar
c. Solvabilitas (X ) 3
Variabel solvabilitas dalam penelitian ini diukur dengan debt to equity ratio (DER). Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal
sendiri
perusahaan
tersebut
untuk
memenuhi
seluruh
kewajibannya. : Hutang Lancar + Hutang Jangka Panjang Debt Equity Ratio = Modal Sendiri
66
d. Aktivitas (X ) 4
Variabel aktivitas dalam penelitian ini diukur dengan total assets turnover (TAT). Total assets turnover menunjukkan bagaimana tingkat efektivitas perusahaan dalam menggunakan seluruh aktiva untuk menciptakan dan mendapatkan laba. Penjualan Total Assets Turnover = Total Aktiva
2. Variabel Terikat (dependent variable) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat rentabilitas. Tingkat rentabilitas yaitu membandingkan antara laba dengan jumlah modal yang digunakan. Variabel rentabilitas dalam penelitian ini diukur menggunakan return on equity (ROE). Return on equity merupakan pengukuran kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi investor. Laba Setelah Pajak Return on Equity = Modal Sendiri
67
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia Objek penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan yang berakhir setiap tanggal 31 Desember pada perusahaan-perusahaan property dan real estate yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia dan telah diaudit oleh mauditor independen. Alasan Bursa Efek Indonesia dipilih sebagai sumber dari objek penelitian ini karena Bursa Efek Indonesia merupakan Bursa tertua yang ada di Indonesia. Sejarah Bursa Efek Indonesia awalnya pada saat pemerintahan Hindia Belanda mendirikan di Batavia pada tanggal 14 Desember 1912 yang diselenggarakan oleh Vereniging Voor de Effectenhandel. Pada tanggal 11 Januari 1925 dibuka Bursa Efek di Surabaya, dan disusul dengan pembukaan Bursa Efek di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Kemudian pada tahun 1956 pemerintah mengaktifkan pasar modal sebagai sarana pembiayaan ekonomi. Pada tanggal 13 Juli 1992 Bursa Efek Indonesia diswastakan kemudian pada tahun 1995 Bursa Efek Indonesia meluncurkan sistem perdagangan yang disebut JATS (Jakarta Automated Trading System) sistem ini memberikan fasilitas pada perdagangan saham secara fair dan transparan sehingga informasi dapat diserap oleh investor dengan cepat,
68
dan pada tahun 2002 Bursa Efek Indonesia juga mulai menerapkan sistem perdagangan jarak jauh yang disebut Remote Trading System (RTS), sebagai upaya meningkatkan akses pasar, kecepatan, dan frekuensi perdagangan. Pada tahun 2007 dilakukan penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) yang kemudian berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Bursa Efek Indonesia dipimpin oleh Direktur Utama Erry Firmansyah, mantan direktur utama BEJ. Mantan Direktur Utama BES Guntur Pasaribu menjabat sebagai Direktur Perdagangan Fixed Income dan Derivatif, Keanggotaan dan Partisipan. Menurut Jogianto (2003) era pasar modal di Indonesia dibagi menjadi enam periode: a. Periode Pertama (1912-1942): Periode Zaman Belanda. Pada tanggal 14 Desember 1912, suatu asosiasi 13 broker dibentuk di Jakarta. Asosiasi ini diberi nama Belandanya sebagai “Vereniging voor Effectenhandel” yang merupakan cikal bakal pasar modal pertama di Indonesia. Setelah perang dunia I, pasar modal di Surabaya mendapat giliran dibuka pada tanggal 1 Januari 1925 dan disusul di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. karena masih dalam zaman penjajahan Belanda dan pasar-pasar modal ini juga didirikan oleh Belanda, mayoritas saham-saham yang diperdagangkan di sana juga merupakan saham-saham perusahaan Belanda dan afiliasinya yang tergabung dalam Dutch East Indies Trading Agencies.
69
b. Periode Kedua (1952-1960): Periode Orde Lama. Setelah Jepang meninggalkan Indonesia, pada tanggal 1 September 1951 dikeluarkan Undang-Undang Darurat no. 12 yang kemudian dijadikan Undang-Undang No. 15 tahun 1952 tentang Pasar Modal.Melalui keputusan Menteri Keuangan No. 289737/UU tanggal 1 Nopember 1951, Bursa Efek Jakarta (BEJ) akhirnya dibuka kembali pada tanggal 3 Juni 1952. Tujuan dibuka kembali bursa efek ini untuk menampung obligasi pemerintah yang sudah dikeluarkan pada tahun-tahun sebelumnya. Tujuan lainnya adalah untuk mencegah saham-saham perusahaan Belanda yang dulunya diperdagangkan di pasar modal di Jakarta pergi ke luar negeri. Kepengurusan bursa efek ini kemudian diserahkan kepada Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE) yang terdiri dari 3 bank dengan Bank Indonesia sebagai anggota kehormatan. c. Periode Ketiga (1977-1988): Periode Orde Baru. Bursa Efek Jakarta dikatakan lahir kembali pada tahun 1977 dalam periode orde baru sebagai hasil Keputusan Presiden No. 52 tahun 1976. Keputusan ini menetapkan pendirian Pasar Modal, pembentukan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan PT. Danareksa. Presiden Soeharto meresmikan kembali Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tanggal 10 Agustus 1977. PT. Semen Cibinong merupakan perusahaan pertama yang tercatat di BEJ.
70
d. Periode Keempat (1988-1995): Periode Bangun dari Tidur yang Panjang. Setelah tahun 1988, selama tiga tahun yaitu sampai tahun 1990, jumlah perusahaan yang terdaftar di BEJ meningkat sampai dengan 127 perusahaan. Kemudian pada tahun 1996 jumlah perusahaan yang terdaftar meningkat menjadi 238 perusahaan. Pada periode ini, Initial Public Offering (IPO) menjadi peristiwa nasional. e. Periode Kelima (mulai 1995): Periode Otomatisasi. Peningkatan kegiatan transaksi yang dirasakan sudah melebihi kapasitas manual, maka BEJ memutuskan untuk mengotomatisasikan kegiatan transaksi di bursa. System otomatisasi yang diterapkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) di beri nama Jakarta Automated Trading System (JATS) dan mulai beroperasi pada hari senin tanggal 22 Mei 1995. Selain itu, untuk mengantisipasi jumlah anggota bursa dan transaksi yang meningkat, maka pada tanggal 19 September 1996 BES menerapkan system otomatisasi yang disebut Surabaya Market Information and Automated Trading System (S-MART). f. Periode Keenam (mulai Agustus 1997): Kritis Moneter. Pada bulan Agustus 1997, krisis moneter melanda Negara-negara di Asia, termasuk Indonesia. Krisis moneter yang terjadi ini dimulai dari penurunan nilai-nilai mata uang Negara-negara Asia tersebut relatif terhadap Dolar Amerika. Untuk mencegah permintaan dolar Amerika
71
yang berlebihan dan mengakibatkan nilainya meningkat, serta pengaruh turunnya nilai Rupiah, Bank Indonesia menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Tingginya suku bunga deposito berakibat negatif terhadap pasar modal. Investor tidak tertarik lagi untuk menanamkan dananya di pasar modal, karena total return yang diterima lebih kecil dibandingkan dengan pendapatan dari bunga deposito. Akibatnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun, begitupun halnya dengan harga saham-saham di pasar modal. Untuk mengurangi kelesuan permintaan sekuritas di pasar modal Indonesia,
pemerintah
berusaha
meningkatkan
aktivitas
perdagangannya melalui transaksi investor asing. Pada tanggal 3 September 1997 pemerintah tidak lagi memberlakukan pembatasan 49% pemilikan asing. Ini berarti investor asing boleh memiliki sahamsaham yang jumlahnya tidak terbatas. Selain itu, untuk memperbaiki perekonomian yang bergejolak, pemerintah pada tanggal 1 Nopember 1997 mengumumkan likuidasi 16 bank swasta nasional. Pengumuman yang mengejutkan ini tidak banyak membantu memperbaiki lesunya pasar saham. Bahkan IHSG untuk bulan Nopember merosot tajam. BEJ proaktif memantau pergerakan harga saham dan melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan terhadap transaksi-transaksi saham yang mengalami fluktuasi harga yang signifikan tanpa didukung informasi yang jelas. Perbaikan dalam hal tingkat respon BEJ mencerminkan
komitmen
BEJ
dalam
menjalankan
mekanisme
72
kepengawasan maupun pengendalian, untuk senantiasa menjaga integritas dan kredibilitas Bursa. 2. Lembaga-lembaga yang terkait di Bursa Efek Indonesia Bursa Efek Indonesia melibatkan banyak lembaga, masing-masing pihak mempunyai peranan dan fungsi yang berbeda-beda dan saling menunjang kepentingan pihak lain. Pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan Bursa Efek Indonesia adalah : a. Perusahaan yang go public (Emiten) Adalah perusahaan yang melakukan emisi atau yang telah melakukan penawaran dalam surat berharga. Pihak ini membutuhkan dana guna membelanjai operasi rencana investasi. b. Perusahaan Efek Perusahaan efek adalah perusahaan yang telah memperoleh izin usaha untuk beberapa kegiatan seperti penjamin emisi efek, perantara perdagangan efek, manajer investasi, atau penasehat investasi. c. Lembaga kliring dan penyelesaian penyimpanan Adalah suatu lembaga yang menyelenggarakan kliring dan penyelesaian transaksi yang terjadi di Bursa Efek, penyimpanan efek serta penitipan harta untuk pihak lain. d. Perusahaan Reksadana Adalah pihak yang kegiatan utamanya melakukan investasi, investasi kembali (reinvestasi).
73
e. Lembaga Penunjang Pasar Modal Lembaga penunjang meliputi tempat penitipan harta, wali amanat atau penanggung yang menyediakan jasa. Tempat penitipan harta adalah pihak yang menyelenggarakan penyimpanan harta dalam penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak tanpa mempunyai hak kepemilikan atas harta tersebut. f. Profesi Penunjang. Terdiri dari Akuntan publik, notaris, perusahaan penilai (appraisal) dan konsultan hukum. Akuntan publik adalah pihak yang memiliki keahlian dalam bidang akuntansi dan pemeriksaan (auditing). Fungsi akuntan adalah memberi pendapat atas kewajaran laporan keuangan emiten dan calon emiten. Notaris adalah pejabat yang berwenang membuat akte otentik sebagaimana dimaksudkan dalam Staad Glad 1860 No.3 tentang pengaturan jabatan notaris. Peranan notaris adalah membuat perjanjian, menyusun anggaran dasar dan perubahannya, perubahan milik modal dan lain-lain. Penilaian
appraisal
menandatangani
adalah
laporan
pihak
penilai.
yang
Laporan
menerbitkan penilai
dan
mencakup
pendapatan atas aktiva yang disusun berdasarkan pemeriksaan menurut keahlian penilai. Konsultan hukum adalah ahli hukum yang memberikan dan menandatangani pendapat hukum mengenai emisi atau emiten. Fungsi utama konsultan hukum adalah melindungi
74
pemodal atau calon pemodal dari segi hukum. Tugasnya antara lain meneliti akte pendirian, izin usaha dan lain-lain. g. Pemodal (investor) Adalah pihak perorangan maupun lembaga yang menanamkan modalnya dalam efek-efek yang diperdagangkan. h. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Badan Pengawasan Pasar Modal (BAPEPAM) merupakan lembaga pemerintah yang mempunyai tugas sebagai berikut : 1) Memonitor dan mengatur pasar modal sebagai tempat sekuritassekuritas dapat diterbitkan dan diperdagangkan secara teratur, wajar, dan efesien dengan maksud untuk melindungi kepentingan para pemodal dan masyarakat. 2) Mengawasi dan memonitor pertukaran sekuritas, kliring, dan lemabaga-lembaga penyimpanan reksadana, perusahaan sekuritas dan para pialang, berbagai lembaga pendukung pasar modal dan para professional. 3) Untuk memberikan rekomendasi tentang pasar modal kepada menteri keuangan. Dengan fungsi tersebut diharapkan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) lebih bisa melaksanakan fungsi pengawasan karena kegiatan pendanaan efek dan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan yang diselenggarakan oleh Bursa Efek sendiri, selain itu peraturan
75
mulai dilakukan oleh Badan Pengawasan Pasar Modal (BAPEPAM) secara konsisten. 3. Perusahaan Property dan Real Estate Penelitian ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan property dan real estate yang laporan keuangannya dipublikasikan di BEI. Laporan keuangan yang digunakan sebagai objek penelitian berasal dari neraca dan laporan laba (rugi). Perusahaan-perusahaan property dan real estate manufaktur yang dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak 37 perusahaan, antara lain: Tabel 4.1. Perusahaan Property dan Real Estate NO
Nama Perusahaan
1
Bakrieland Development Tbk.
2
Bhuwanatala Indah Permata Tbk.
3
Bintang Mitra Semestaraya Tbk.
4
Bukit Darmo Property Tbk.
5
Bumi Serpong Damai Tbk.
6
Ciputra Property Tbk.
7
Ciputra Surya Tbk.
8
Citra Kebun Raya Agri Tbk.
9
Dayaindo Resources Internasional Tbk.
10
Duta Anggada Realty Tbk.
11
Duta Pertiwi Tbk.
12
Gowa Makassar Tourism Tbk.
13
Indonesia Prima Property Tbk.
14
Jakarta Internasional Hotel & Development Tbk.
15
Jakarta Setiabudi Internasional Tbk.
76
16
Jaya Real Property Tbk.
17
Kawasan Industri Jababeka Tbk.
18
Laguna Cipta Griya Tbk.
19
Lamicitra Nusantara Tbk.
20
Lippo Cikarang Tbk.
21
Lippo Karawaci Tbk.
22
Mas Murni Indonesia Tbk.
23
Metro Supermarket Realty
24
Modernland Realty Tbk.
25
New Century Development Tbk.
26
Pakuwon Jati Tbk.
27
Pembangunan Jaya Ancol Tbk.
28
Perdana Gapuraprima Tbk.
29
Pudjiadi & Sons Tbk
30
Pudjiadi Prestige Limited Tbk.
31
Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk.
32
Royal Oak Development Asia Tbk.
33
Sentul City Tbk.
34
Summarecon Agung Tbk.
35
Surya Semesta Internusa Tbk.
36
Surya Inti Permata Tbk
37
Suryamas Duta Makmur Tbk.
B. Analisis Deskriptif Statistik Penelitian ini menggunakan jumlah sampel sebanyak 37 perusahaan. Data deskriptif dari penelitian ini adalah seluruh data baik itu variabel terikat maupun variabel bebas dengan periode pengamatan 2005-2009. Berikut akan disajikan descriptive statistics data variabel independen dan variabel dependen yang dipakai dalam penelitian:
77
1. Varibel Pengelolaan Modal Kerja (Working Capital Turnover)
Pada Tabel 4.2. menunjukkan besarnya working capital turnover (WCT) setiap perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode penelitian. Besarnya working capital turnover (WCT) tertinggi tahun 2005 pada penelitian dimiliki oleh Surya Inti Permata Tbk yakni sebesar 457,661. Tahun 2006 oleh
Mas Murni Indonesia Tbk yakni
sebesar 7,194. Tahun 2007 oleh Metro Supermarket Realty Tbk yakni sebesar 5,159. Tahun 2008 oleh Metro Supermarket Realty Tbk yakni sebesar 65,028. Tahun 2009 oleh Jakarta Setiabudi Internasional Tbk yakni sebesar 96,938. Besarnya working capital turnover (WCT) terendah selama tahun 2005 pada penelitian dimiliki oleh Surya Semesta Internusa Tbk yakni sebesar -17,761. Tahun 2006 oleh Surya Semesta Internusa Tbk yakni sebesar -25,618. Tahun 2007 oleh Pakuwon Jati Tbk yakni sebesar 101,087. Tahun 2008 oleh Surya Semesta Internusa Tbk yakni sebesar 42,839. Tahun 2009 oleh Pakuwon Jati Tbk yakni sebesar -37,634. Working capital turnover (WCT) pada tahun 2005 memiliki nilai mean sebesar 12,3343 dan nilai standar deviasi sebesar 75,668 . Nilai mean pada tahun 2006 sebesar -1,406 dan nilai standar deviasi sebesar 5,528. Nilai mean pada tahun 2007 sebesar -3,031 dan nilai standar deviasi sebesar 16,838. Nilai mean pada tahun 2008 sebesar 1,040 dan nilai standar deviasi sebesar 13,636. Nilai mean pada tahun 2009 sebesar 4,474 dan nilai standar deviasi sebesar 19,707.
78
Tabel 4.2. Working Capital Turnover Tiap Perusahaan Selama Periode Penelitian N Nama Perusahaan O 1 Bakrieland Development Tbk. 2 Bhuwanatala Indah Permata Tbk. 3 Bintang Mitra Semestaraya Tbk. 4 Bukit Darmo Property Tbk. 5 Bumi Serpong Damai Tbk. 6 Ciputra Property Tbk. 7 Ciputra Surya Tbk. 8 Citra Kebun Raya Agri Tbk. 9 Dayaindo Resources Internasional Tbk. 10 Duta Anggada Realty Tbk. 11 Duta Pertiwi Tbk. 12 Gowa Makassar Tourism Tbk. 13 Indonesia Prima Property Tbk. 14 akarta Internasional Hotel & Development Tbk. 15 Jakarta Setiabudi Internasional Tbk. 16 Jaya Real Property Tbk. 17 Kawasan Industri Jababeka Tbk. 18 Laguna Cipta Griya Tbk. 19 Lamicitra Nusantara Tbk. 20 Lippo Cikarang Tbk. 21 Lippo Karawaci Tbk. 22 Mas Murni Indonesia Tbk. 23 Metro Supermarket Realty Tbk. 24 Modernland Realty Tbk. 25 New Century Development Tbk. 26 Pakuwon Jati Tbk. 27 Pembangunan Jaya Ancol Tbk. 28 Perdana Gapuraprima Tbk. 29 Pudjiadi & Sons Tbk 30 Pudjiadi Prestige Limited Tbk. 31 Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk. 32 Royal Oak Development Asia Tbk. 33 Sentul City Tbk. 34 Summarecon Agung Tbk. 35 Surya Semesta Internusa Tbk. 36 Surya Inti Permata Tbk 37 Suryamas Duta Makmur Tbk. Nilai Minimum Nilai Maximum Nilai Mean Nilai Std. Deviasi
Working Capital Turnover (WCT) 2005 2006 2007 2008 2009 0,369 3,149 0,036 0,036 0,590 ‐0,419 ‐1,585 ‐0,577 ‐0,424 ‐0,431 3,160 ‐1,667 1,631 0,285 45,862 ‐1,509 0,095 ‐0,025 1,329 0,176 ‐10,030 ‐2,633 ‐4,570 1,845 1,292 ‐13,321 ‐14,195 0,192 0,212 0,236 0,856 0,763 0,903 1,192 0,706 0,081 0,189 0,328 0,059 0,017 0,972 ‐2,677 ‐2,142 3,031 ‐8,284 ‐0,903 ‐0,840 ‐0,334 ‐0,253 ‐0,189 ‐1,020 ‐2,031 ‐2,601 5,333 ‐2,369 ‐0,896 ‐1,088 ‐1,250 ‐1,300 ‐1,870 ‐0,609 ‐0,504 ‐0,627 ‐0,511 ‐0,696 0,828 2,229 ‐0,783 ‐1,345 96,938 ‐5,136 ‐9,368 ‐2,559 ‐15,615 ‐9,131 2,050 2,998 4,722 7,297 5,462 0,991 0,833 ‐1,015 ‐0,684 ‐0,478 0,404 0,798 0,271 0,096 0,092 0,467 0,335 0,759 0,949 1,017 2,994 0,235 0,322 0,557 0,687 2,966 1,232 0,923 0,943 1,066 4,305 7,194 3,630 5,598 6,459 ‐1,906 ‐3,975 5,159 65,028 24,804 ‐2,014 ‐0,238 ‐1,028 ‐1,353 ‐1,236 0,284 0,241 0,185 0,011 0,009 35,681 ‐1,634 ‐101,087 ‐11,917 ‐37,634 4,910 3,504 2,246 2,077 2,715 0,664 0,732 0,639 0,492 0,538 8,309 3,558 ‐4,757 6,374 4,062 ‐0,722 ‐5,656 2,543 1,667 1,839 0,197 0,292 0,440 0,404 0,155 0,082 0,128 0,073 0,067 0,155 0,167 0,070 0,304 0,053 0,109 ‐15,711 ‐6,841 ‐1,093 9,915 2,987 ‐17,761 ‐25,618 ‐13,409 ‐42,839 30,215 457,661 0,075 0,574 0,267 0,005 ‐0,071 ‐0,119 ‐0,162 ‐0,386 ‐0,356 ‐17,761 ‐25,618 ‐101,087 ‐42,839 ‐37,634 457,661 7,194 5,159 65,028 96,938 12,334 ‐1,406 ‐3,031 1,040 4,474 75,668 5,528 16,838 13,636 19,707
Sumber : Data diolah
79
2. Varibel Likuiditas (Current Ratio)
Pada Tabel 4.3. menunjukkan besarnya current ratio (CR) setiap perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode penelitian. Besarnya current ratio (CR) tertinggi selama tahun 2005 pada penelitian dimiliki oleh Citra Kebun Raya Agri Tbk yakni sebesar 80,16. Tahun 2006 oleh Citra Kebun Raya Agri Tbk yakni sebesar 22,89. Tahun 2007 oleh Bintang Mitra Semestaraya Tbk yakni sebesar 113,60. Tahun 2008 oleh Citra Kebun Raya Agri Tbk yakni sebesar 77,83. Tahun 2009 oleh Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk dan Royal Oak Development Asia Tbk yakni sebesar 21,08. Besarnya current ratio (CR) terendah selama tahun 2005 pada penelitian dimiliki oleh Surya Inti Permata Tbk yakni sebesar 0,01. Tahun 2006 oleh Suryamas Duta Makmur, Tbk yakni sebesar 0,07. Tahun 2007 dan tahun 2008 oleh Indonesia Prima Property Tbk yakni sebesar 0,11. Tahun 2009 oleh Indonesia Prima Property Tbk yakni sebesar 0,17 . Current ratio (CR) pada tahun 2005 memiliki nilai mean sebesar 3,94 dan nilai standar deviasi sebesar 13,301. Nilai mean pada tahun 2006 sebesar 2,99 dan nilai standar deviasi sebesar 5,424. Nilai mean pada tahun 2007 sebesar 5,48 dan nilai standar deviasi sebesar 18,526. Nilai mean pada tahun 2008 sebesar 4,32 dan nilai standar deviasi sebesar 12,653. Nilai mean pada tahun 2009 sebesar 3,38 dan nilai standar deviasi sebesar 5,407.
80
Tabel 4.3. Current Ratio Tiap Perusahaan Selama Periode Penelitian NO
Nama Perusahaan
2005 1 Bakrieland Development Tbk. 2,10 2 Bhuwanatala Indah Permai Tbk. 0,14 3 Bintang Mitra Semestaraya Tbk. 1,30 4 Bukit Darmo Property Tbk. 0,31 5 Bumi Serpong Damai Tbk. 0,95 6 Ciputra Property Tbk. 0,81 7 Ciputra Surya Tbk. 1,70 8 Citra Kebun Raya Agri Tbk. 80,16 9 Dayaindo Resources Internasional Tbk 1,74 10 Duta Anggada Realty Tbk. 0,53 11 Duta Pertiwi Tbk. 0,64 12 Gowa Makassar Tourism Tbk. 0,70 13 Indonesia Prima Property Tbk. 0,21 14 Jakarta Inernasional Hotel & Development Tbk. 1,29 15 Jakarta Setiabudi Internasional Tbk. 0,78 16 Jaya Real Property Tbk. 1,46 17 Kawasan Industri Jababeka Tbk. 2,63 18 Laguna Cipta Griya Tbk. 1,85 19 Lamicitra Nusantara Tbk. 1,87 20 Lippo Cikarang Tbk. 1,07 21 Lippo Karawaci Tbk. 1,22 22 Mas Murni Indonesia Tbk. 2,92 23 Metro Supermarket Realty Tbk. 0,26 24 Modernland Realty Tbk. 0,69 25 New Century Development Tbk. 1,15 26 Pakuwon Jati Tbk. 1,04 27 Pembangunan Jaya Ancol Tbk. 1,63 28 Perdana Gapuraprima Tbk. 1,46 29 Pudjiadi & Sons Tbk 1,36 30 Pudjiadi Prestige Limited Tbk. 0,35 31 Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk. 7,25 32 Royal Oak Development Asia Tbk. 20,11 33 Sentul City Tbk. 2,22 34 Summarecon Agung Tbk. 0,94 35 Surya Semesta Internusa Tbk. 0,87 36 Surya Inti Permata Tbk 0,01 37 Suryamas Duta Makmur Tbk. 0,07 Nilai Minimum 0,01 Nilai Maximum 80,16 Nilai Mean 3,94 Nilai Std. Deviasi 13,301
Current Ratio (CR) 2006 2007 2008 1,15 3,14 2,49 0,79 0,44 0,16 0,89 113,60 4,14 13,91 2,82 1,97 0,83 0,85 1,37 0,83 11,82 9,66 2,24 2,53 1,79 22,89 4,70 77,83 0,46 0,54 1,85 0,41 0,23 0,25 0,76 0,78 1,12 0,71 0,75 0,76 0,11 0,11 0,11 1,04 0,75 0,74 0,85 0,61 0,90 1,26 1,18 1,11 2,96 0,70 0,50 1,40 4,56 9,60 1,50 1,30 1,29 3,54 2,58 2,13 1,35 1,44 1,45 2,01 2,63 1,86 0,47 1,56 1,03 0,62 0,71 0,78 1,16 1,37 1,35 0,51 0,98 0,91 2,38 2,65 3,17 1,41 2,07 1,93 1,69 0,74 1,42 0,86 1,56 1,94 10,47 4,93 8,10 22,04 14,81 5,34 3,88 6,57 5,56 0,86 0,76 1,12 0,90 0,83 0,95 1,52 5,02 2,80 0,07 0,18 0,36 0,07 0,11 0,11 22,89 113,60 77,83 2,99 5,48 4,32 5,424 18,526 12,653
2009 1,66 0,23 1,09 4,29 1,54 11,94 1,84 16,50 0,83 0,29 0,77 0,83 0,17 1,01 0,85 1,12 0,43 7,27 1,36 1,80 1,39 1,47 1,13 0,66 1,35 0,95 1,97 1,99 1,49 1,61 21,08 21,08 4,07 1,31 1,08 6,35 0,35 0,17 21,08 3,38 5,407
Sumber : Data diolah
81
3. Varibel Solvabilitas (Debt to Equity Ratio)
Pada Tabel 4.4. menunjukkan besarnya debt to equity ratio (DER) setiap perusahaan yang terdaftar di BEI pada periode penelitian. Besarnya debt to equity ratio (DER) tertinggi selama tahun 2005 pada penelitian
dimiliki oleh Perdana Gapura Prima Tbk yakni sebesar 36,51. Tahun 2006 oleh Bukit Darmo Property Tbk yakni sebesar 28,80. Tahun 2007 oleh Suryamas Duta Makmur Tbk yakni sebesar 6,32. Tahun 2008 oleh Duta Anggada Realty Tbk yakni sebesar 3,35. Tahun 2009 oleh Duta Anggada Realty Tbk yakni sebesar 3,83. Besarnya debt to equity ratio (DER) terendah selama tahun 2005 pada penelitian dimiliki oleh Citra Kebun Raya Agri Tbk yakni sebesar 0,02. Tahun 2006 oleh Mas Murni Indonesia yakni sebesar 0,02. Tahun 2007 oleh Bintang Mitra Semestaraya Tbk yakni sebesar 0,01. Tahun 2008 Royal Oak Development Asia oleh Tbk yakni sebesar 0,02. Tahun 2009 oleh Ristia Bintang Mahkotasejati yakni sebesar 0,05. Debt to equity ratio (DER) pada tahun 2005 memiliki nilai mean
sebesar 3,40 dan nilai standar deviasi sebesar 7,902. Nilai mean pada tahun 2006 sebesar 2,06 dan nilai standar deviasi sebesar 4,731. Nilai mean pada tahun 2007 sebesar 1,24 dan nilai standar deviasi sebesar 1,266. Nilai mean pada tahun 2008 sebesar 1,09 dan nilai standar deviasi sebesar 0,946. Dan nilai mean pada tahun 2009 sebesar 1,01 dan nilai standar deviasi sebesar 0,810.
82
Tabel 4.4. Debt to Equity Ratio Tiap Perusahaan Selama Periode Penelitian NO
Nama Perusahaan
2005 1 Bakrieland Development Tbk. 1,01 2 Bhuwanatala Indah Permai Tbk. 0,58 3 Bintang Mitra Semestaraya Tbk. 0,11 4 Bukit Darmo Property Tbk. 28,94 5 Bumi Serpong Damai Tbk. 1,83 6 Ciputra Property Tbk. 0,17 7 Ciputra Surya Tbk. 0,97 8 Citra Kebun Raya Agri Tbk. 0,02 9 Dayaindo Resources Internasional Tbk 0,48 10 Duta Anggada Realty Tbk. 4,05 11 Duta Pertiwi Tbk. 1,65 12 Gowa Makassar Tourism Tbk. 2,54 13 Indonesia Prima Property Tbk. 2,38 14 Jakarta Inernasional Hotel & Development Tbk. 1,03 15 Jakarta Setiabudi Internasional Tbk. 1,20 16 Jaya Real Property Tbk. 0,41 17 Kawasan Industri Jababeka Tbk. 0,24 18 Laguna Cipta Griya Tbk. 0,51 19 Lamicitra Nusantara Tbk. 1,31 20 Lippo Cikarang Tbk. 1,50 21 Lippo Karawaci Tbk. 1,21 22 Mas Murni Indonesia Tbk. 0,05 23 Metro Supermarket Realty Tbk. 0,47 24 Modernland Realty Tbk. 1,06 25 New Century Development Tbk. 2,46 26 Pakuwon Jati Tbk. 20,00 27 Pembangunan Jaya Ancol Tbk. 0,40 28 Perdana Gapuraprima Tbk. 36,51 29 Pudjiadi & Sons Tbk 1,95 30 Pudjiadi Prestige Limited Tbk. 0,67 31 Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk. 0,12 32 Royal Oak Development Asia Tbk. 0,05 33 Sentul City Tbk. 0,44 34 Summarecon Agung Tbk. 1,23 35 Surya Semesta Internusa Tbk. 1,42 36 Surya Inti Permata Tbk 0,15 37 Suryamas Duta Makmur Tbk. 6,60 Nilai Minimum 0,02 Nilai Maximum 36,51 Nilai Mean 3,40 Nilai Std. Deviasi 7,902
Debt to Equity Ratio (DER) 2006 2007 2008 0,79 0,36 0,70 0,72 0,67 0,81 0,12 0,01 0,04 28,80 0,15 0,45 2,18 1,84 1,11 0,65 0,12 0,08 0,64 0,41 0,44 0,03 0,23 0,04 0,44 1,82 0,46 2,77 4,04 3,35 1,48 1,37 0,81 2,33 2,21 2,09 1,96 1,80 2,51 1,87 2,53 3,16 1,31 1,37 1,46 0,55 0,63 0,75 0,18 0,52 0,86 0,70 0,13 0,12 2,01 2,81 2,62 1,60 1,80 1,96 1,76 1,43 1,54 0,02 0,05 0,05 0,32 0,29 0,26 1,36 1,36 0,77 2,31 1,67 1,75 1,93 1,99 2,46 0,32 0,57 0,51 7,07 1,45 1,64 1,81 1,72 1,81 0,31 0,25 0,17 0,08 0,20 0,10 0,03 0,05 0,02 0,21 0,12 0,16 1,25 1,01 1,31 1,24 1,51 2,02 0,10 1,14 1,27 4,84 6,32 0,50 0,02 0,01 0,02 28,80 6,32 3,35 2,06 1,24 1,09 4,731 1,266 0,946
2009 1,25 0,96 0,60 0,36 0,96 0,07 0,46 0,05 0,96 3,83 0,62 1,92 1,47 1,75 1,15 0,87 0,98 0,15 2,20 2,11 1,40 0,06 0,28 0,67 1,74 1,94 0,58 1,33 1,28 0,25 0,05 0,08 0,22 1,59 1,87 0,96 0,52 0,05 3,83 1,01 0,810
Sumber : Data diolah
83
4. Varibel Aktivitas (Total Asset Turnover)
Pada Tabel 4.6. menunjukkan besarnya total asset turnover (TAT) setiap perusahaan yang terdaftar di BEI pada periode penelitian. Besarnya total asset turnover (TAT) tertinggi selama tahun 2005 pada penelitian dimiliki oleh Lamicitra Nusantara Tbk yakni sebesar 1,15, tahun 2006 oleh Surya Semesta Internusa Tbk yakni sebesar 0,81. Tahun 2007 oleh Surya Semesta Internusa Tbk yakni sebesar 0,79. Tahun 2008 oleh Surya Semesta Internusa Tbk yakni sebesar 0,78. Tahun 2009 oleh Bintang Mitra Semestaraya Tbk yakni sebesar 1,55. Besarnya total asset turnover (TAT) terendah selama tahun 2005 pada penelitian dimiliki oleh Perdana Gapuraprima Tbk yakni sebesar 0,002. Tahun 2006 oleh Bintang Mitra Semestaraya Tbk yakni sebesar 0,001. Tahun 2007 oleh Bukit Darmo Property Tbk yakni sebesar 0,030. Tahun 2008 dan tahun 2009 oleh New Century Development Tbk yakni sebesar 0,002. Total asset turnover (TAT) pada tahun 2005 memiliki nilai mean
sebesar 0,23 dan nilai standar deviasi sebesar 0,233. Nilai mean pada tahun 2006 sebesar 0,20 dan nilai standar deviasi sebesar 0,176. Nilai mean pada tahun 2007 sebesar 0,24 dan nilai standar deviasi sebesar 0,176. Nilai mean pada tahun 2008 sebesar 0,22 dan nilai standar deviasi sebesar 0,190. Dan nilai mean pada tahun 2009 sebesar 0,24 dan nilai standar deviasi sebesar 0,275.
84
Tabel 4.5. Total Asset Turnover Tiap Perusahaan Selama Periode Penelitian N Nama Perusahaan O 1 Bakrieland Development Tbk. 2 Bhuwanatala Indah Permai Tbk. 3 Bintang Mitra Semestaraya Tbk. 4 Bukit Darmo Property Tbk. 5 Bumi Serpong Damai Tbk. 6 Ciputra Property Tbk. 7 Ciputra Surya Tbk. 8 Citra Kebun Raya Agri Tbk. 9 Dayaindo Resources Internasional Tbk 10 Duta Anggada Realty Tbk. 11 Duta Pertiwi Tbk. 12 Gowa Makassar Tourism Tbk. 13 Indonesia Prima Property Tbk. 14 Jakarta Inernasional Hotel & Development Tbk. 15 Jakarta Setiabudi Internasional Tbk. 16 Jaya Real Property Tbk. 17 Kawasan Industri Jababeka Tbk. 18 Laguna Cipta Griya Tbk. 19 Lamicitra Nusantara Tbk. 20 Lippo Cikarang Tbk. 21 Lippo Karawaci Tbk. 22 Mas Murni Indonesia Tbk. 23 Metro Supermarket Realty Tbk. 24 Modernland Realty Tbk. 25 New Century Development Tbk. 26 Pakuwon Jati Tbk. 27 Pembangunan Jaya Ancol Tbk. 28 Perdana Gapuraprima Tbk. 29 Pudjiadi & Sons Tbk 30 Pudjiadi Prestige Limited Tbk. 31 Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk. 32 Royal Oak Development Asia Tbk. 33 Sentul City Tbk. 34 Summarecon Agung Tbk. 35 Surya Semesta Internusa Tbk. 36 Surya Inti Permata Tbk 37 Suryamas Duta Makmur Tbk. Nilai Minimum Nilai Maximum Nilai Mean Nilai Std. Deviasi
2005 0,13 0,06 0,01 0,01 0,31 0,21 0,13 0,07 0,22 0,25 0,19 0,19 0,21 0,10 0,21 0,24 0,29 0,12 1,15 0,13 0,32 0,06 0,35 0,31 0,03 0,21 0,68 0,002 0,53 0,18 0,11 0,06 0,06 0,43 0,77 0,25 0,04 0,002 1,15 0,23 0,233
Total Asset Turnover (TAT) 2006 2007 2008 0,16 0,14 0,13 0,07 0,08 0,14 0,001 0,61 0,04 0,01 0,03 0,21 0,29 0,40 0,32 0,19 0,08 0,09 0,17 0,16 0,14 0,15 0,21 0,03 0,10 0,48 0,72 0,30 0,19 0,13 0,24 0,28 0,24 0,22 0,22 0,21 0,23 0,29 0,25 0,04 0,10 0,18 0,25 0,30 0,34 0,24 0,28 0,29 0,23 0,15 0,16 0,13 0,15 0,06 0,09 0,15 0,18 0,10 0,12 0,20 0,22 0,20 0,22 0,07 0,07 0,08 0,37 0,34 0,24 0,05 0,16 0,13 0,03 0,04 0,00 0,14 0,14 0,13 0,70 0,60 0,64 0,19 0,32 0,22 0,45 0,58 0,62 0,17 0,26 0,20 0,16 0,22 0,23 0,12 0,11 0,03 0,03 0,18 0,03 0,44 0,34 0,35 0,81 0,79 0,78 0,35 0,16 0,06 0,07 0,08 0,06 0,001 0,030 0,002 0,81 0,79 0,78 0,20 0,24 0,22 0,175 0,176 0,190
2009 0,09 0,16 1,55 0,03 0,28 0,09 0,17 0,02 0,61 0,10 0,23 0,21 0,27 0,41 0,37 0,26 0,12 0,07 0,22 0,20 0,21 0,09 0,24 0,17 0,002 0,20 0,59 0,23 0,41 0,21 0,10 0,02 0,06 0,27 0,66 0,002 0,06 0,002 1,55 0,24 0,275
Sumber : Data diolah
85
5. Variabel Rentabilitas (Return On Equity)
Pada Tabel 4.6. menunjukkan besarnya return on equity (ROE) setiap perusahaan yang terdaftar di BEI pada periode penelitian. Besarnya return on equity (ROE) tertinggi selama tahun 2005 pada penelitian dimiliki oleh Pakuwon Jati Tbk yakni sebesar 7,97. Tahun 2006 oleh Duta Anggada Realty Tbk yakni sebesar 0,307. Tahun 2007 oleh Duta Anggada Realty Tbk yakni sebesar 0,201. Tahun 2008 oleh Pudjiadi & Sons Tbk yakni sebesar 0,246. Tahun 2009 oleh Pudjiadi & Sons Tbk yakni sebesar 0,279. Besarnya return on equity (ROE) terendah selama tahun 2005 pada penelitian dimiliki oleh New Century Development Tbk yakni sebesar 2,018. Tahun 2006 oleh Bhuwanatala Indah Permai Tbk yakni sebesar 0,244. Tahun 2007 oleh Suryamas Duta Makmur Tbk yakni sebesar 0,583. Tahun 2008 oleh Pudjiadi & Sons Tbk yakni sebesar 0,364. Tahun 2009 oleh Pudjiadi & Sons Tbk yakni sebesar -0,220. Return on equity (ROE) pada tahun 2005 memiliki nilai mean sebesar 0,206 dan nilai standar deviasi sebesar 1,363. Nilai mean pada tahun 2006 sebesar 0,053 dan nilai standar deviasi sebesar 0,093. Nilai mean pada tahun 2007 sebesar 0,028 dan nilai standar deviasi sebesar 0,125. Nilai mean pada tahun 2008 sebesar 0,018 dan nilai standar deviasi sebesar 0,098. Dan nilai mean pada tahun 2009 sebesar 0,053 dan nilai standar deviasi sebesar 0,089.
86
Tabel 4.6. Return on Equity Tiap Perusahaan Selama Periode Penelitian NO
Nama Perusahaan
2005
1 Bakrieland Development Tbk. 0,074 2 Bhuwanatala Indah Permai Tbk. ‐0,073 3 Bintang Mitra Semestaraya Tbk. ‐0,010 4 Bukit Darmo Property Tbk. 0,006 5 Bumi Serpong Damai Tbk. 0,040 6 Ciputra Property Tbk. ‐0,0004 7 Ciputra Surya Tbk. 0,127 8 Citra Kebun Raya Agri Tbk. 0,001 9 Dayaindo Resources Internasional Tbk 0,004 10 Duta Anggada Realty Tbk. 0,712 11 Duta Pertiwi Tbk. 0,039 12 Gowa Makassar Tourism Tbk. 0,088 13 Indonesia Prima Property Tbk. ‐0,102 14 Jakarta Inernasional Hotel & Development Tbk. ‐0,100 15 Jakarta Setiabudi Internasional Tbk. ‐0,115 16 Jaya Real Property Tbk. 0,068 17 Kawasan Industri Jababeka Tbk. 0,084 18 Laguna Cipta Griya Tbk. 0,020 19 Lamicitra Nusantara Tbk. 0,010 20 Lippo Cikarang Tbk. 0,008 21 Lippo Karawaci Tbk. 0,133 22 Mas Murni Indonesia Tbk. 0,008 23 Metro Supermarket Realty Tbk. 0,071 24 Modernland Realty Tbk. 0,035 25 New Century Development Tbk. ‐2,018 26 Pakuwon Jati Tbk. 7,970 27 Pembangunan Jaya Ancol Tbk. 0,193 28 Perdana Gapuraprima Tbk. 0,310 29 Pudjiadi & Sons Tbk 0,043 30 Pudjiadi Prestige Limited Tbk. 0,017 31 Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk. ‐0,015 32 Royal Oak Development Asia Tbk. ‐0,021 33 Sentul City Tbk. ‐0,022 34 Summarecon Agung Tbk. 0,018 35 Surya Semesta Internusa Tbk. 0,126 36 Surya Inti Permata Tbk 0,146 37 Suryamas Duta Makmur Tbk. ‐0,242 Nilai Minimum ‐2,018 Nilai Maximum 7,970 Nilai Mean 0,206 Nilai Std. Deviasi 1,363
Return on Equity (ROE) 2006 2007 2008 0,051 ‐0,244 ‐0,017 0,005 0,071 0,000 0,156 0,005 ‐0,006 0,307 0,044 0,092 0,091 ‐0,043 ‐0,035 0,080 0,023 0,015 0,006 0,007 0,110 0,020 0,060 ‐0,004 0,038 0,235 0,175 0,067 0,133 0,002 0,001 0,003 0,007 0,172 0,036 0,150 0,133 ‐0,244 0,307 0,053 0,093
0,033 0,060 ‐0,032 ‐0,364 0,014 ‐0,052 0,005 0,001 0,084 0,108 0,026 0,058 0,136 0,103 0,010 0,012 0,050 0,012 0,201 0,158 0,034 0,018 0,091 0,086 0,057 ‐0,182 ‐0,180 ‐0,037 0,026 ‐0,057 0,097 0,120 0,019 ‐0,039 0,015 ‐0,004 0,018 0,053 0,024 0,030 0,084 0,082 ‐0,088 0,006 0,042 ‐0,015 0,041 0,002 ‐0,011 ‐0,023 0,083 ‐0,009 0,173 0,150 0,067 0,022 0,171 0,246 0,034 0,019 0,006 0,009 ‐0,004 ‐0,008 0,038 ‐0,007 0,106 0,060 0,019 ‐0,016 0,149 0,070 ‐0,583 ‐0,017 ‐0,583 ‐0,364 0,201 0,246 0,028 0,018 0,125 0,098
2009 0,029 ‐0,220 ‐0,040 ‐0,011 0,132 0,022 0,039 ‐0,001 0,025 0,045 0,086 0,129 0,278 0,211 0,075 0,142 0,010 ‐0,007 0,068 0,052 0,079 0,005 0,013 0,002 0,005 0,127 0,142 0,056 0,279 0,031 0,001 0,0003 0,001 0,097 0,023 0,052 0,002 ‐0,220 0,279 0,053 0,089
Sumber : Data diolah
87
C. Hasil dan Pembahasan Sebelum melakukan pengujian dengan analisis regresi berganda terlebih dahulu dilakukan uji asumsi dasar klasik yaitu uji Normalitas data, Autokorelasi, Multikolinieritas, dan Heteroskedastisitas untuk menghindari penyimpangan dalam model regresi. 1. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik diperlukan agar model regresi yang diperoleh memenuhi kriteria BLUE (best linier unbiased estimator). Adapun uji asumsi klasik meliputi normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. a. Uji Normalitas Uji signifikansi variabel independen terhadap variabel dependen melalui uji t hanya akan valid jika residual yang kita dapatkan mempunyai distribusi normal. Dalam penelitian ini uji normalitas data menggunakan metode Jarque-Bera(J-B). Jika residual didistribusikan secara normal maka diharapkan nilai statistik J-B akan sama dengan nol. Jika nilai probabilitas dari statistik J-B besar atau dengan kata lain jika nilai statistik dari J-B ini tidak signifikan maka kita menerima hipotesis bahwa residual mempunyai distribusi normal karena nilai statistik J-B mendekati nol. Sebaliknya jika nilai probabilitas dari statistic JB kecil atau signifikan maka kita menolak hipotesis bahwa residual mempunyai distribusi normal karena nilai statistic J-B tidak sama dengan nol (Agus Widarjono, 2007:54).
88
Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Data Jarque Bera
Probabilitas
1.372151
0.503548
Sumber: Data diolah, Output Eviews Berdasarkan uji statistik J-B, nilai statistiknya sebesar 1.372151 dengan probabilitas sebesar 50.35%. Oleh karena itu, berarti hipotesis nol diterima karena residual didistribusikan secara normal. b. Uji Multikolineritas Multikolinearitas adalah adanya hubungan antara variabel independen dalam satu regresi. Model regresi yang baik adalah model yang tidak mempunyai masalah multikolinearitas. Penelitian ini membahas masalah multikolinearitas dengan melakukan uji korelasi parsial antar variabel independent dengan bantuan Eviews 5. Masalah multikolinearitas dengan uji korelasi parsial antar variabel independen dapat dilihat dengan nilai korelasi antar variabel. Jika koefisen korelasi lebih dari 0.8 dapat disimpulkan terdapat multikolinearitas pada model. Sebaliknya jika nilai koefisien korelasi lebih kecil dari 0.8 maka diduga model tidak mengandung masalah multikolinearitas (Agus Widarjono, 114:2007). Tabel 4.8. Hasil Matrix Correlation LOG(WCT)
LOG(WCT) 1.000000
LOG(CR) 0.604689
LOG(DER) 0.175039
LOG(TAT) 0.617812
LOG(CR)
0.604689
1.000000
‐0.535327
‐0.230509
LOG(DER)
0.175039
0.535327
1.000000
0.016408
LOG(TAT) 0.617812 0.230509 Sumber: Data diolah, Output Eviews
0.016408
1.000000
89
Tabel 4.8. Terlihat bahwa nilai korelasi antar variabel independen tidak lebih dari 0.8. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat masalah multikolinearitas pada model regresi tersebut. c. Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians residual satu pengamatan
ke
pengamatan
yang
lain
tetap,
maka
disebut
homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Pada penelitian ini uji heterokedastisitas dilakukan dengan menggunakan
uji
White
untuk
mengidentifikasi
masalah
heterokedastisitas. Hasil uji White dengan bantuan software Eviews 5.0 adalah sebagai berikut: Tabel 4.9. Hasil Uji Heterokedastisitas White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared
1.593153 12.25688
Probability Probability
0.138896 0.140105
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 08/31/10 Time: 14:07 Sample (adjusted): 1 184 Included observations: 94 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LOG(WCT) (LOG(WCT))^2
0.643297 0.032531 0.115039
0.850299 0.218294 0.054884
0.756553 0.149026 2.096036
0.4514 0.8819 0.0391
90
LOG(CR) (LOG(CR))^2 LOG(DER) (LOG(DER))^2 LOG(TAT) (LOG(TAT))^2
0.709292 -0.102695 0.353448 0.087228 -0.058475 -0.018980
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.130392 0.048547 2.026989 349.2383 -195.0658 1.754161
0.384949 0.081573 0.196598 0.092643 0.608163 0.099315
1.842560 -1.258938 1.797815 0.941548 -0.096150 -0.191114
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
0.0689 0.2115 0.0758 0.3491 0.9236 0.8489 1.468220 2.078059 4.341826 4.585333 1.593153 0.138896
Sumber: Data diolah, Output Eviews Tabel 4.9. Menunjukkan bahwa model tidak mengandung heterokedastisitas, karena nilai probabilitas chi squares sebesar 14.01% lebih besar dari 0.05 atau 5%. Selain itu nilai chi square hitung sebesar 12.25688 sedangkan nilai kritis chi square pada α = 5% dengan df sebesar 8 adalah 15.5073. Karena nilai chi squares hitung lebih kecil dari nilai kritis chi square maka dapat disimpulkan tidak ada masalah heterokedastisitas. d. Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah adanya korelasi antara anggota observasi dengan observasi lain yang berlainan waktu. Jika terjadi korelasi antara satu residual dengan residual yang lain maka model mengandung masalah autokorelasi (Agus Widarjono, 155:2007). Penelitian ini menggunakan Metode Breusch-godfrey atau yang lebih dikenal dengan metode Langrange Multiplier (LM) untuk mendeteksi adanya masalah autokorelasi jika probabilitas obs*R2 uji
91
LM < 0.05 maka terdapat gejala autokorelasi dalam model yang digunakan. Hasil deteksi autokorelasi dengan menggunakan metode LM dapat dilihat pada tabel 4.10. Berikut: Tabel 4.10. Hasil Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
1.927507 3.988456
Probability Probability
0.151674 0.136119
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 08/31/10 Time: 14:26 Presample and interior missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LOG(WCT) LOG(CR) LOG(DER) LOG(TAT) RESID(-1) RESID(-2)
0.011810 -0.015826 -0.015298 0.016186 -0.007418 0.228191 -0.014223
0.329297 0.108866 0.165720 0.101993 0.141795 0.133683 0.137764
0.035866 -0.145369 -0.092309 0.158697 -0.052316 1.706957 -0.103239
0.9715 0.8848 0.9267 0.8743 0.9584 0.0914 0.9180
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.042430 -0.023609 1.232495 132.1567 -149.3928 2.046835
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
4.72E-17 1.218198 3.327507 3.516901 0.642502 0.695913
Sumber: Data diolah, Output Eviews Tabel 4.10. Tersebut diatas menunjukkan probabilitas obs*R2 uji LM sebesar 0.136119 lebih besar dari α sebesar 0.05. Selain itu dapat pula dilihat dari nilai chi square kritis dengan df 4 pada α=5% sebesar 9.43773 sedangkan nilai chi square hitung sebesar 3.988456 lebih kecil
92
dari nilai chi square kritis artinya model tidak mempunyai masalah autokorelasi. 2. Pengujian Regresi Linier Berganda Adapun hasil regresi linier berganda dengan pengaruh pengelolaan modal kerja, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas terhadap rentabilitas pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia adalah sebagai berikut: Tabel 4.11. Hasil Uji Regresi Linier Berganda Dependent Variable: LOG(ROE) Method: Least Squares Date: 08/31/10 Time: 14:52 Sample (adjusted): 1 184 Included observations: 94 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LOG(WCT) LOG(CR) LOG(DER) LOG(TAT)
-2.450502 0.147325 -0.174905 0.434160 0.291765
0.332382 0.109238 0.166196 0.100622 0.142685
-7.372547 1.348659 -1.052405 4.314768 2.044813
0.0000 0.1809 0.2955 0.0000 0.0438
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.405558 0.378841 1.245273 138.0127 -151.4306 1.630602
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
-3.429932 1.580022 3.328311 3.463592 15.18003 0.000000
Sumber: Data diolah, Output Eviews Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk tingkat rentabilitas perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia sebagai berikut:
93
Persamaan: Y = -2.450502 + 0.147325 X1 – 0.174905 X2 + 0.434160 X3 + 0.291765 X4 + ε Keterangan: Y1 = Variabel dependen Rentabilitas a = Konstanta β = Koefisien regresi dari variabel independen ke i. i
X = Variabel Independen Pengelolaan Modal Kerja 1
X = Variabel Independen Likuiditas 2
X = Variabel Independen Solvabilitas 3
X = Variabel Independen Aktivitas 4
ε = Estimasi Error Koefisien-koefisien pada persamaan regresi linier berganda di atas dapat diartikan sebagai berikut: a. Tanda pada koefisien regresi mencerminkan hubungan antara variabel independen (pengelolaan modal kerja, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas) dengan variabel dependen (rentabilitas) pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia. Tanda (+) berarti terdapat hubungan yang positif atau searah antara variabel independen dengan
variabel
dependen.
Semakin
meningkat
nilai
variabel
independen (pengelolaan modal kerja, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas) maka semakin meningkat pula nilai variabel dependen
94
(rentabilitas) pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia, begitu juga sebaliknya. b. Nilai
konstanta
pada
persamaan
regresi
sebesar
-2.450502
menunjukkan bahwa jika variabel dependen lainnya bernilai nol, maka tingkat rentabilitas mengalami penurunan sebesar 245.0502 %. c. Koefisien
regresi
variabel
solvabilitas
(X3)
sebesar
0.434160
menunjukkan bahwa jika variabel solvabilitas (X3) meningkat satu kali perputaran maka tingkat rentabilitas mengalami peningkatan sebesar 43.4160 % dengan ketentuan variabel lain konstan. d. Koefisien regresi variabel aktivitas (X4) sebesar 0.291765 menunjukkan bahwa jika variabel aktivitas (X4) meningkat satu kali perputaran maka tingkat rentabilitas mengalami peningkatan sebesar 29.1765 % dengan ketentuan variabel lain konstan. 3. Pengujian Hipotesis Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah ditetapkan diterima atau ditolak secara statistik. Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan Uji Statistik F dan Uji Statistik t. Uji F digunakan untuk menguji apakah semua variabel independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen, sedangkan Uji t digunakan untuk menguji apakah variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.
95
a. Uji Simultan (Uji F) Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen yang terdiri dari pengelolaan modal kerja, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas terhadap variabel independen yaitu rentabilitas pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia secara simultan atau bersama-sama. Berdasarkan hasil pengujian regresi simultan pada tabel 4.11 tersebut menunjukkan bahwa variabel independen (pengelolaan modal kerja, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas) berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen (rentabilitas). Pernyataan ini didukung oleh hasil pengujian hipotesis, bahwa nilai F hitung sebesar 15.18003 dengan probabilitas (sig-F) sebesar 0.000000. Sedangkan F tabel sebesar 2.42. Dengan demikian F hitung lebih besar dibandingkan dengan F tabel, ,maka Ha diterima. Dengan adanya hal itu, hasil pengujian dengan Uji F dapat disimpulkan bahwa variabel independen (pengelolaan modal kerja, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen (rentabilitas) pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia b. Uji Parsial (Uji t) Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (modal kerja, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas) terhadap rentabilitas pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia secara parsial.
96
Dengan interval keyakinan α = 5%, maka akan diperoleh t-tabel senilai 1,684. Dengan melihat nilai estimasi pada tabel sebesar 1,684 serta melihat hasil regresi pada tabel diatas maka akan ditarik kesimpulan : 1) Uji t terhadap variabel Pengelolaan Modal Kerja (WCT) Hasil regresi tabel 4.11. Nilai t-hitung WCT
lebih kecil
daripada yang dihasilkan t-tabel (1.348659 < 1.684). Nilai probabilitas
t-hitung WCT lebih besar dari α (0.1809 > 0,05).
Dengan demikian H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak signifikan. Variabel WCT tidak sesuai dengan hipotesis, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel modal kerja (WCT) secara statistik tidak mempengaruhi rentabilitas pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2) Uji t terhadap variabel Likuiditas (CR) Hasil regresi tabel 4.11. Nilai t-hitung CR lebih kecil daripada yang dihasilkan t-tabel (-1.0524405 < 1.684). Nilai probabilitas thitung CR lebih besar dari α (0.1809 > 0,05). Dengan demikian H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak signifikan. Variabel CR tidak sesuai dengan hipotesis, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel liquiditas (CR) secara statistik tidak mempengaruhi rentabilitas pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3) Uji t terhadap variabel Solvabilitas (DER)
97
Hasil regresi tabel 4.11. Nilai t-hitung DER lebih besar daripada yang dihasilkan t-tabel (4.314769 > 1.684). Nilai probabilitas t-hitung DER lebih kecil dari α (0.0000 < 0,05). Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti berpengaruh signifikan. Variabel DER sesuai dengan hipotesis, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel solvabilitas (DER) secara statistik mempengaruhi rentabilitas pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 4) Uji t terhadap variabel Aktivitas (TAT) Hasil regresi tabel 4.11. Nilai t-hitung TAT lebih besar daripada yang dihasilkan t-tabel (2.044813 > 1.684). Nilai probabilitas t-hitung CR lebih kecil dari α (0.0438 < 0,05). Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti berpengaruh signifikan. Variabel TAT sesuai dengan hipotesis, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel aktivitas (TAT) secara statistik mempengaruhi rentabilitas pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. c. Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) menunjukkan kemampuan model untuk menjelaskan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Semakin mendekati 1, berarti semakin besar kemampuan variabel independen untuk menjelaskan (pengaruhnya) kepada varibel dependen (Wing Wahyu W, 2007:4.21).
98
Berdasarkan hasil output pada tabel 4.11, menunjukkan bahwa koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0.405558, hal ini berarti kemampuan variabel independen (pengelolaan modal kerja, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas) dalam menjelaskan variabel dependen (rentabilitas) sebesar 40.56%, sedangkan sisanya sebesar 59,44% dijelaskan oleh faktor lain di luar model. 4.
Interprestasi Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah variabel independen (pengelolaan modal kerja, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas) secara parsial dan simultan berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas, serta mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap rentabilitas. Pengujian ini menggunakan perhitungan statistik dengan program EVIEWS 5. Hasil penelitian dapat diuraikan sebagai berikut: Variabel Pengelolaan modal kerja (WCT) pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI adalah tidak signifikan terlihat dari nilai t-statistik WCT yang lebih kecil dari t-tabel (1.348659 < 1.684), serta nilai probabilitas t-statistik WCT lebih besar dari α = 5% (0.1809 > 0,05). Hasil uji tersebut konsisten dengan hasil penelitian Nazir dan Afza (2009) terdapat hubungan negatif antara profitabilitas perusahaan dengan tingkat agresivitas investasi modal kerja dan kebijakan pembiayaan pada 204 perusahaan di Pakistan, Mutia Desanti (2008) menyatakan terdapat hubungan negatif antara variabel working capital turnover dengan tingkat rentabilitas pada perusahaan manufaktur yg terdaftar di BEI periode 2003-2007. Ganesan (2007) bahwa
99
efisiensi pengelolaan modal kerja memiliki hubungan negatif dengan tingkat profitabilitas pada perusahaan industri perlengkapan telekomunikasi. Hasil penelitian ini juga sependapat dengan hasil penelitian Padachi (2006) bahwa tingginya investasi dalam pengelolaan modal kerja berhubungan dengan rendahnya tingkat profitabilitas pada perusahaan manufaktur. Sedangkan hasil temuan Gill et all (2010) menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara manajemen modal kerja (cash conversion cycle) dengan profitabilitas (gross operating profit) dan hasil penelitian Ima Hernawati (2007) menunjukkan bahwa secara parsial variabel efisiensi modal kerja (working capital turnover) mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas. Perbedaan ini dimungkinkan karena perbedaan perusahaan yang diteliti, perbedaan analisis data, dan perbedaan tahun penelitian. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa modal kerja yang berlebih menunjukkan adanya dana yang tidak produktif, dan hal ini akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena adanya kesempatan memperoleh keuntungan telah disia-siakan sehingga akan berdampak pada menurunnya tingkat rentabilitas (Munawir, 2004:114).
Variabel Likuiditas (CR) pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI adalah tidak signifikan terlihat dari nilai t-statistik CR yang lebih kecil dari t-tabel (-1.0524405 < 1.684), serta nilai probabilitas t-statistik CR lebih besar dari α = 5% (0.2955 > 0.05). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Puji Ananingsih (2007) yang menyatakan variabel likuiditas yang dilihat dari Current ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas pada Koperasi Republik Indonesia (KPRI) Unit Simpan
100
Pinjam di Kabupaten Temanggung Tahun 2003-2005 . Ima Hernawati (2007) menyatakan secara parsial likuiditas (CR) tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdafatar di BEJ dari tahun 2002-2005 .Sedangkan hasil penelitian Aminatuzzahra (2010)
berbanding terbalik dengan hasil penelitian diatas CR menunjukkan secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap ROE, dan menurut Yuni
Nurmala (2007) menyatakan CR secara parsial berpengaruh positif terhadap perubahan laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Likuiditas dengan indikator current ratio tidak berpengaruh terhadap Rentabilitas. Current Ratio menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaaan untuk membayar hutanghutang tersebut. Tetapi suatu perusahaan dengan current ratio yang tinggi belum tentu menjamin akan dapat dibayarnya hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan, misalnya jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan yang akan datang sehingga menimbulkan over investment dalm persediaan atau adanya saldo piutang yang besar yang sulit untuk ditagih, hal-hal tersebut akan berdampak pada tingkat laba/rentabilitas (Munawir, 2004:72). Varibel Solvabilitas (DER) pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI adalah berpengaruh signifikan terlihat dari nilai t-hitung DER yang lebih besar dari t-tabel (4.314768 > 1.684), serta nilai probabilitas t-hitung DER
lebih kecil dari α = 5% (0.0000 < 0.05). Penelitian ini
101
konsisten dengan penelitian Aminatuzzahra (2010) yang menyatakan bahwa secara parsial variabel DER berpengaruh signifikan positif terhadap ROE . Yuni Nurmala (2007) menyatakan DER secara parsial berpengaruh positif terhadap perubahan laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Hasil pengujian Ni Putu dan Agung (2007) menunjukkan bahwa pertumbuhan laba berpengaruh terhadap hubungan antara Debt To Equity Ratio dengan profitabilitas. Sedangkan menurut Ima Hernawati (2007) menyatakan secara parsial solvabilitas (DTA) tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdafatar di BEJ dari tahun 2002-2005. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa, perusahaan dengan
DER yang tinggi akan mengalami kesulitan untukn mendapatkan tambahan dana dari luar. Kewajiban bukan sesuatu yang jelek jika dapat memberikan keuntungan kepada pemiliknya dan dimanfaatkan dengan efektif serta laba yang didapat cukup untuk membayar biaya bunga secara periodik. Dengan DER yang tinggi perusahaan menanggung resiko kerugian yang tinggi tetapi juga berkesempatan untuk memperoleh laba yang meningkat. DER yang tinggi berdampak pada peningkatan perubahan laba, berarti memberikan efek keuntungan bagi perusahaan (Kuswadi 2005:90) dikutip oleh Yuni Nurmala (2007). Varibel Aktivitas (TAT) pada perusahaan property dan real estate yg terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah berpengaruh signifikan terlihat dari nilai t-hitung TAT yang lebih besar dari t-tabel (2.044813 > 1.684), serta nilai probabilitas t-hitung TAT lebih kecil dari α = 5% (0.0438 < 0.05). Hasil
102
penelitian ini sesuai dengan penelitian Epri Ayu (2007) TAT berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba. Dan menurut Aminatuzzahra (2010) menyatakan terdapat pengaruh signifikan positif antara TAT dengan ROE. Sedangkan menurut Puji Ananingsih (2007) menyatakan baik secara
simultan maupun secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio aktivitas terhadap rentabilitas. Yuni Nurmala (2007) menyatakan TATO secara parsial tidak berpengaruh terhadap perubahan laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian ini mengindikasikan manajer perusahaan perlu menambah asset karena perputaran asset perusahaan dalam menghasilkan laba sangat efektif, dimana perubahan TAT mempunyai pengaruh yang positif terhadap perubahan ROE. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi ratio total assets turnover berarti semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva di dalam menghasilkan penjualan, dan berdampak pada meningkatnya laba perusahaan (Lukman Syamsuddin, 2007:62).
103
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Berdasarkan analisis hasil penelitian yang meguji pengaruh pengelolaan modal kerja, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas terhadap rentabilitas pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Berdasarkan pengujian secara parsial dengan menggunakan Uji t menunjukkan bahwa variabel solvabilitas (debt to equity ratio) dan aktivitas (total asset turnover) berpengaruh signifikan terhadap tingkat rentabilitas (return on equity), sedangkan variabel pengelolaan modal kerja (working capital turnover) dan likuiditas (current ratio) tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat rentabilitas (return on equity) pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dan berdasarkan pengujian simultan dengan menggunakan Uji F menunjukkan bahwa variabel independen yaitu modal kerja (working capital turnover), likuiditas (current ratio), solvabilitas (debt to equity ratio) dan aktivitas (total asset turnover) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu rentabilitas (return on equity). 2. Dari keempat variabel independen, yaitu modal kerja (working capital turnover), likuiditas (current ratio), solvabilitas (debt to equity ratio) dan aktivitas (total asset turnover) hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
104
solvabilitas (debt to equity ratio) merupakan variabel yang paling dominan dan signifikan mempengaruhi tingkat rentabilitas perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia
B. Implikasi Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian, penulis mengemukakan implikasi yang bisa bermanfaat yaitu antara lain: 1. Pengelolaan modal kerja berdasarkan rasio working capital turnover dan likuiditas berdasarkan rasio current ratio memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat rentabilitas perusahaan property dan real estate, sehingga kecepatan perputaran modal kerja dan likuiditas memiliki hubungan berbanding terbalik dengan tingkat rentabilitas perusahaan. Hal ini dapat memberikan pertimbangan bagi investor dalam pengelolaan modal kerja dan pengelolaan utang jangka pendek guna pengaruhnya terhadap tingkat rentabilitas perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia. 2. Solvabilitas berdasarkan rasio debt to equity ratio memiliki pengaruh paling dominan terhadap tingkat rentabilitas perusahaan, selain variabel aktivitas berdasarkan rasio total asset turnover yang juga memiliki pengaruh positif terhadap tingkat rentabilitas perusahaan property dan real estate. Hal ini mengindikasikan bahwa solvabilitas (debt to equity ratio) merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam peningkatan rentabilitas perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia. 3. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi potensial bagi para pengguna laporan keuangan dan investor khususnya yang berkaitan
105
dengan pengelolaan modal kerja dan likuiditas terhadap tingkat rentabilitas perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu, diharapkan untuk penelitian selanjutnya diarahkan pada faktor-faktor lain yang mampengaruhi tingkat rentabilitas, seperti: kebijakan investasi modal kerja, aktiva tetap, serta strategi penjualan.
106
DAFTAR PUSTAKA Aminatuzzahra. “Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Asset Turnover, Net Profit Margin Terhadap ROE”, Skripsi Universitas Diponegoro. 2010. Amrin, Abdullah. “Bisnis, Ekonomi, Asuransi, dan Keuangan Syariah”, PT. Gramedia Widiasaran Indonesia, 2009. Ananingsih, Puji. “Analisis Rasio Likuiditas dan Rasio Aktivitas Terhadap Rentabilitas Ekonomi Ekonomi Pada Koperasi Republik Indonesia (KPRI) Unit Simpan Pinjam di Kabupaten Temanggung Tahun 2003-2005”, Skripsi Universitas Negeri Semarang. 2007. Astrea, Ayu. “Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas, Solvabilitas, dan Aktivitas Terhadap Pertumbuhan Laba Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2002-2005”, Skripsi Universitas Muhamaddiyah Surakarta. 2008. Ayu, Epri. “Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba”, Tesis Universitas Diponegoro. 2007. Brigham dan Hauston. “Dasar-dasar Manajemen Keuangan”, Edisi Kesepuluh. Jakarta, Salemba Empat, 2006. Desanti, Mutia. “Analisis Pengelolaan Modal Kerja, Profit Margin, Operating Assets Turnover, dan Ukuran Perusahaan Serta Pengaruhnya Terhadap Tingkat Rentabilitas Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”, Skripsi UIN Jakarta. 2008. Flora, Minda. “Analisis Faktor-Faktor Fundamental yang Mempengaruhi Hrga Saham Industri Property dan Real Estate” Thesis Universitas Terbuka.2006. Ganesan, Vedavinayagam. “An Analysis of Working Capital Management Efficiency in Telecommunication Equipment Industry”, Rivier Academic Journal, Volume 3, Number 2, Fall 2007. Gill Amarjit, Biger Nahum, Mathur Neil. “The Relationship Between Working Capital Management And Profitability: Evidence From The United States”, Business and Economics Journal, Volume 2010: BEJ-10, Juli 2010. Hamid, Abdul. “Buku Panduan Skripsi”, Jakarta, FEIS UIN Pers. 2007. Hanafi, Mamduh dan Abdul Halim. ”Analisis Laporan Keuangan”, UPP AMPYKPN, Yogyakarta, 2004.
107
Hartono, Jogiyanto. “Pasar Efisien Secara Keputusan”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005. Hernawati, Ima, “Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas, dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas”,Skripsi Universitas Negeri Semarang. 2007. Husnan, Suad. “Manajemen Keuangan : Teori dan Penerapan Keputusan Jangka Pendek”, BPFE, Yogyakarta, 1998. James Van Horne dan John M Wachomicz,JR. “Fundamentals of Financial Management: Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan”, Salemba Empat, Jakarta, 2009. Keown, Martin, Petty, Scott,JR. “Dasar-dasar Manajemen Keuangan”. Edisi Ketujuh, Jilid 1, Salemba Empat, Jakarta, 2001. Lawrence, J.Gitman. “Principles of Managerial Finance”, Addison Weasley, Pearson, 2006. Marberya, Ena, Ni Putu dan Suaryana, Agung. “Pengaruh Pemoderasi Pertumbuhan Laba Terhadap Hubungan Antara Ukuran Perusahaan, Debt to Equity Ratio, Dengan Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di PT. Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Ekonomi Akuntansi Universitas Udayana. 2007. Munawir. “Analisis Laporan Keuangan”, Liberty, Yogyakarta, 2004. Nachrowi D, “Ekonometrika”. Cetakan Pertama. LP-FEUI, 2006. Nazir, Sajid, Mian dan Talat Afza. “Impact of Aggressive Working Capital Management Policy on Firms’ Profitability”, The IUP Journal of Applied Finance, Vol. 15, No. 8, 2009. Nurmala, Yuni. “Pengaruh Current Ratio, dan Total Assets Turn Over Terhadap Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”, Skripsi Universitas Negeri Semarang. 2007. Padachi, Kesseven. “Trends in Working Capital Management and It’s Impact on Firms’ Performance: An Analysis of Mauritian Small Manufacturing Firms”, International Review of Business Research Papers Vol.2 No.2, October 2006. Rangkuti, Freddy. “Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004.
108
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. “Manajemen Keuangan”, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2010.
Ross, Westerfield, Jaffe. “Corporate Finance”, Ninth Edition, The Mc Graw-Hill Companies, 2010. Riyanto, Bambang. “Dasar-Dasar Yogyakarta, 2001.
Pembelanjaan
Perusahaan”,
BPFE,
Santosa, Budi. “Prospek Kredit Properti 2005”, Economic Review Journal, No.199, Maret 2005. Sasangko, Noer dan Silfia Kusumangtyas. “Pengaruh Perubahan Modal Kerja Terhadap Perubahan Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol.8.No.2, Desember 2004. Sawir, Agnes. “Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan”, Gramedia, Jakarta, 2004. Sugiono, Arief. “Manajemen Keuangan Untuk Praktisi Keuangan”, PT. Gramedia Widiasaran Indonesia, 2009. Syahyunan. “Analisis Modal Kerja”, Digitized by USU digital library, 2003. Syamsuddin, Lukman.”Manajemen Keuangan Perusahaan”, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007. Tryfino. “Prospek Investasi di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008”, Economic Review, No.210, Desember 2007. Umar Husein. “Business an Introduction”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003. Widarjono, Agus. “Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis”, Ekonisia Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta, 2007. Wild, John J., Submanyam, K.R., Halsey, Robert F. “Financial Statement Analysis”, Mc Graw-Hill, New York, 2004. Wing Wahyu W. “Analisis Ekonometrika den Statistika dengan Eviews”, UPP STIM YKPN, 2007. Yunus, Hadori. “Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, 2005.
109
Lampiran 1: Rasio Keuangan Tahun 2005 N
Variabel
Nama Perusahaaan
WCT
CR
DER
TAT
ROE
0,369
2,10
1,01
0,13
0,074
2 Bhuwanatala Indah Permai Tbk.
‐0,419
0,14
0,58
0,06
‐0,073
3 Bintang Mitra Semestaraya Tbk.
3,160
1,30
0,11
0,01
‐0,010
4 Bukit Darmo Property Tbk.
‐1,509
0,31
28,94
0,01
0,006
5 Bumi Serpong Damai Tbk.
‐10,030
0,95
1,83
0,31
0,040
6 Ciputra Property Tbk.
‐13,321
0,81
0,17
0,21 ‐0,0004
7 Ciputra Surya Tbk.
0,856
1,70
0,97
0,13
0,127
8 Citra Kebun Raya Agri Tbk.
0,081
80,16
0,02
0,07
0,001
9 Dayaindo Resources Internasional Tbk
0,972
1,74
0,48
0,22
0,004
1 Bakrieland Development Tbk.
10 Duta Anggada Realty Tbk.
‐0,903
0,53
4,05
0,25
0,712
11 Duta Pertiwi Tbk.
‐1,020
0,64
1,65
0,19
0,039
12 Gowa Makassar Tourism Tbk.
‐0,896
0,70
2,54
0,19
0,088
13 Indonesia Prima Property Tbk.
‐0,609
0,21
2,38
0,21
‐0,102
0,828
1,29
1,03
0,10
‐0,100
‐5,136
0,78
1,20
0,21
‐0,115
16 Jaya Real Property Tbk.
2,050
1,46
0,41
0,24
0,068
17 Kawasan Industri Jababeka Tbk.
0,991
2,63
0,24
0,29
0,084
18 Laguna Cipta Griya Tbk.
0,404
1,85
0,51
0,12
0,020
19 Lamicitra Nusantara Tbk.
0,467
1,87
1,31
1,15
0,010
20 Lippo Cikarang Tbk.
2,994
1,07
1,50
0,13
0,008
21 Lippo Karawaci Tbk.
2,966
1,22
1,21
0,32
0,133
22 Mas Murni Indonesia Tbk.
4,305
2,92
0,05
0,06
0,008
23 Metro Supermarket Realty Tbk.
‐1,906
0,26
0,47
0,35
0,071
24 Modernland Realty Tbk.
‐2,014
0,69
1,06
0,31
0,035
0,284
1,15
2,46
0,03
‐2,018
14 Jakarta Inernasional Hotel & Development Tbk 15 Jakarta Setiabudi Internasional Tbk.
25 New Century Development Tbk. 26 Pakuwon Jati Tbk.
35,681
1,04
20,00
0,21
7,970
27 Pembangunan Jaya Ancol Tbk.
4,910
1,63
0,40
0,68
0,193
28 Perdana Gapuraprima Tbk.
0,664
1,46
36,51 0,002
0,310
29 Pudjiadi & Sons Tbk
8,309
1,36
1,95
0,53
0,043
‐0,722
0,35
0,67
0,18
0,017
31 Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk.
0,197
7,25
0,12
0,11
‐0,015
32 Royal Oak Development Asia Tbk.
0,082
20,11
0,05
0,06
‐0,021
33 Sentul City Tbk.
0,167
2,22
0,44
0,06
‐0,022
34 Summarecon Agung Tbk.
‐15,711
0,94
1,23
0,43
0,018
35 Surya Semesta Internusa Tbk.
‐17,761
0,87
1,42
0,77
0,126
36 Surya Inti Permata Tbk
457,661
0,01
0,15
0,25
0,146
‐0,071
0,07
6,60
0,04
‐0,242
30 Pudjiadi Prestige Limited Tbk.
37 Suryamas Duta Makmur Tbk.
110
Lampiran 2: Rasio Keuangan Tahun 2006 N
Nama Perusahaaan
1
Variabel WCT
CR
DER
TAT
ROE
Bakrieland Development Tbk.
3,149
1,15
0,79
0,16
0,051
2
Bhuwanatala Indah Permai Tbk.
‐1,585
0,79
0,72
0,07
‐0,244
3
Bintang Mitra Semestaraya Tbk.
‐1,667
0,89
0,12
0,001
‐0,017
4
Bukit Darmo Property Tbk.
0,095
13,91 28,80
0,01
0,005
5
Bumi Serpong Damai Tbk.
‐2,633
0,83
2,18
0,29
0,071
6
Ciputra Property Tbk.
‐14,195
0,83
0,65
0,19
0,000
7
Ciputra Surya Tbk.
0,763
2,24
0,64
0,17
0,156
8
Citra Kebun Raya Agri Tbk.
0,189
22,89
0,03
0,15
0,005
9
Dayaindo Resources Internasional Tbk
‐2,677
0,46
0,44
0,10
‐0,006
10 Duta Anggada Realty Tbk.
‐0,840
0,41
2,77
0,30
0,307
11 Duta Pertiwi Tbk.
‐2,031
0,76
1,48
0,24
0,044
12 Gowa Makassar Tourism Tbk.
‐1,088
0,71
2,33
0,22
0,092
13 Indonesia Prima Property Tbk.
‐0,504
0,11
1,96
0,23
0,091
14 Jakarta Inernasional Hotel & Development Tbk
2,229
1,04
1,87
0,04
‐0,043
15 Jakarta Setiabudi Internasional Tbk.
‐9,368
0,85
1,31
0,25
‐0,035
16 Jaya Real Property Tbk.
2,998
1,26
0,55
0,24
0,080
17 Kawasan Industri Jababeka Tbk.
0,833
2,96
0,18
0,23
0,023
18 Laguna Cipta Griya Tbk.
0,798
1,40
0,70
0,13
0,015
19 Lamicitra Nusantara Tbk.
0,335
1,50
2,01
0,09
0,006
20 Lippo Cikarang Tbk.
0,235
3,54
1,60
0,10
0,007
21 Lippo Karawaci Tbk.
1,232
1,35
1,76
0,22
0,110
22 Mas Murni Indonesia Tbk.
7,194
2,01
0,02
0,07
0,020
23 Metro Supermarket Realty Tbk.
‐3,975
0,47
0,32
0,37
0,060
24 Modernland Realty Tbk.
‐0,238
0,62
1,36
0,05
‐0,004
25 New Century Development Tbk.
0,241
1,16
2,31
0,03
0,038
26 Pakuwon Jati Tbk.
‐1,634
0,51
1,93
0,14
0,235
27 Pembangunan Jaya Ancol Tbk.
3,504
2,38
0,32
0,70
0,175
28 Perdana Gapuraprima Tbk.
0,732
1,41
7,07
0,19
0,067
29 Pudjiadi & Sons Tbk
3,558
1,69
1,81
0,45
0,133
30 Pudjiadi Prestige Limited Tbk.
‐5,656
0,86
0,31
0,17
0,002
31 Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk.
0,292
10,47
0,08
0,16
0,001
32 Royal Oak Development Asia Tbk.
0,128
22,04
0,03
0,12
0,003
33 Sentul City Tbk.
0,070
3,88
0,21
0,03
0,007
34 Summarecon Agung Tbk.
‐6,841
0,86
1,25
0,44
0,172
35 Surya Semesta Internusa Tbk.
‐25,618
0,90
1,24
0,81
0,036
36 Surya Inti Permata Tbk
0,075
1,52
0,10
0,35
0,150
37 Suryamas Duta Makmur Tbk.
‐0,119
0,07
4,84
0,07
0,133
111
Lampiran 3: Rasio Keuangan Tahun 2007 N
Variabel
Nama Perusahaaan
WCT
CR
DER
TAT
ROE
1 Bakrieland Development Tbk.
0,036
3,14
0,36
0,14
0,033
2 Bhuwanatala Indah Permai Tbk.
‐0,577
0,44
0,67
0,08
‐0,032
3 Bintang Mitra Semestaraya Tbk.
1,631
113,60 0,01
0,61
0,014
4 Bukit Darmo Property Tbk.
‐0,025
2,82
0,15
0,03
0,005
5 Bumi Serpong Damai Tbk.
‐4,570
0,85
1,84
0,40
0,084
6 Ciputra Property Tbk.
0,192
11,82 0,12
0,08
0,026
7 Ciputra Surya Tbk.
0,903
2,53
0,41
0,16
0,136
8 Citra Kebun Raya Agri Tbk.
0,328
4,70
0,23
0,21
0,010
9 Dayaindo Resources Internasional Tbk
‐2,142
0,54
1,82
0,48
0,050
10 Duta Anggada Realty Tbk.
‐0,334
0,23
4,04
0,19
0,201
11 Duta Pertiwi Tbk.
‐2,601
0,78
1,37
0,28
0,034
12 Gowa Makassar Tourism Tbk.
‐1,250
0,75
2,21
0,22
0,091
13 Indonesia Prima Property Tbk.
‐0,627
0,11
1,80
0,29
0,057
14 Jakarta Inernasional Hotel & Development Tbk.
‐0,783
0,75
2,53
0,10
‐0,180
15 Jakarta Setiabudi Internasional Tbk.
‐2,559
0,61
1,37
0,30
0,026
16 Jaya Real Property Tbk.
4,722
1,18
0,63
0,28
0,097
17 Kawasan Industri Jababeka Tbk.
‐1,015
0,70
0,52
0,15
0,019
18 Laguna Cipta Griya Tbk.
0,271
4,56
0,13
0,15
0,015
19 Lamicitra Nusantara Tbk.
0,759
1,30
2,81
0,15
0,018
20 Lippo Cikarang Tbk.
0,322
2,58
1,80
0,12
0,024
21 Lippo Karawaci Tbk.
0,923
1,44
1,43
0,20
0,084
22 Mas Murni Indonesia Tbk.
3,630
2,63
0,05
0,07
‐0,088
23 Metro Supermarket Realty Tbk.
5,159
1,56
0,29
0,34
0,042
24 Modernland Realty Tbk.
‐1,028
0,71
1,36
0,16
0,041
25 New Century Development Tbk.
0,185
1,37
1,67
0,04
‐0,011
‐101,087
0,98
1,99
0,14
0,083
27 Pembangunan Jaya Ancol Tbk.
2,246
2,65
0,57
0,60
0,173
28 Perdana Gapuraprima Tbk.
0,639
2,07
1,45
0,32
0,067
29 Pudjiadi & Sons Tbk
‐4,757
0,74
1,72
0,58
0,171
30 Pudjiadi Prestige Limited Tbk.
2,543
1,56
0,25
0,26
0,034
31 Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk.
0,440
4,93
0,20
0,22
0,006
32 Royal Oak Development Asia Tbk.
0,073
14,81 0,05
0,11
‐0,004
33 Sentul City Tbk.
0,304
6,57
0,12
0,18
0,038
34 Summarecon Agung Tbk.
‐1,093
0,76
1,01
0,34
0,106
35 Surya Semesta Internusa Tbk.
‐13,409
0,83
1,51
0,79
0,019
36 Surya Inti Permata Tbk
0,574
5,02
1,14
0,16
0,149
37 Suryamas Duta Makmur Tbk.
‐0,162
0,18
6,32
0,08
‐0,583
26 Pakuwon Jati Tbk.
112
Lampiran 4: Rasio Keuangan Tahun 2008 N
Variabel
Nama Perusahaaan
WCT CR
DER
TAT
ROE
1 Bakrieland Development Tbk.
0,036
2,49
0,70
0,13
0,060
2 Bhuwanatala Indah Permai Tbk.
‐0,424
0,16
0,81
0,14
‐0,364
3 Bintang Mitra Semestaraya Tbk.
0,285
4,14
0,04
0,04
‐0,052
4 Bukit Darmo Property Tbk.
1,329
1,97
0,45
0,21
0,001
5 Bumi Serpong Damai Tbk.
1,845
1,37
1,11
0,32
0,108
6 Ciputra Property Tbk.
0,212
9,66
0,08
0,09
0,058
7 Ciputra Surya Tbk.
1,192
1,79
0,44
0,14
0,103
8 Citra Kebun Raya Agri Tbk.
0,059
77,83 0,04
0,03
0,012
9 Dayaindo Resources Internasional Tbk
3,031
1,85
0,46
0,72
0,012
10 Duta Anggada Realty Tbk.
‐0,253
0,25
3,35
0,13
0,158
11 Duta Pertiwi Tbk.
5,333
1,12
0,81
0,24
0,018
12 Gowa Makassar Tourism Tbk.
‐1,300
0,76
2,09
0,21
0,086
13 Indonesia Prima Property Tbk.
‐0,511
0,11
2,51
0,25
‐0,182
14 Jakarta Inernasional Hotel & Development Tbk.
‐1,345
0,74
3,16
0,18
‐0,037
15 Jakarta Setiabudi Internasional Tbk.
‐15,615 0,90
1,46
0,34
‐0,057
16 Jaya Real Property Tbk.
7,297
1,11
0,75
0,29
0,120
17 Kawasan Industri Jababeka Tbk.
‐0,684
0,50
0,86
0,16
‐0,039
18 Laguna Cipta Griya Tbk.
0,096
9,60
0,12
0,06
‐0,004
19 Lamicitra Nusantara Tbk.
0,949
1,29
2,62
0,18
0,053
20 Lippo Cikarang Tbk.
0,557
2,13
1,96
0,20
0,030
21 Lippo Karawaci Tbk.
0,943
1,45
1,54
0,22
0,082
22 Mas Murni Indonesia Tbk.
5,598
1,86
0,05
0,08
0,006
23 Metro Supermarket Realty Tbk.
65,028
1,03
0,26
0,24
‐0,015
24 Modernland Realty Tbk.
‐1,353
0,78
0,77
0,13
0,002
25 New Century Development Tbk.
0,011
1,35
1,75
0,00
‐0,023
‐11,917 0,91
26 Pakuwon Jati Tbk.
2,46
0,13
‐0,009
27 Pembangunan Jaya Ancol Tbk.
2,077
3,17
0,51
0,64
0,150
28 Perdana Gapuraprima Tbk.
0,492
1,93
1,64
0,22
0,022
29 Pudjiadi & Sons Tbk
6,374
1,42
1,81
0,62
0,246
30 Pudjiadi Prestige Limited Tbk.
1,667
1,94
0,17
0,20
0,019
31 Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk.
0,404
8,10
0,10
0,23
0,009
32 Royal Oak Development Asia Tbk.
0,067
5,34
0,02
0,03
‐0,008
33 Sentul City Tbk.
0,053
5,56
0,16
0,03
‐0,007
9,915
1,12
1,31
0,35
0,060
‐42,839 0,95
2,02
0,78
‐0,016
34 Summarecon Agung Tbk. 35 Surya Semesta Internusa Tbk. 36 Surya Inti Permata Tbk
0,267
2,80
1,27
0,06
0,070
37 Suryamas Duta Makmur Tbk.
‐0,386
0,36
0,50
0,06
‐0,017
113
Lampiran 5: Rasio Keuangan Tahun 2009 N
Variabel
Nama Perusahaaan
WCT
1 Bakrieland Development Tbk.
CR
DER
0,590 1,66 1,25
TAT 0,09
ROE 0,029
2 Bhuwanatala Indah Permai Tbk.
‐0,431 0,23 0,96
0,16 ‐0,220
3 Bintang Mitra Semestaraya Tbk.
45,862 1,09 0,60
1,55 ‐0,040
4 Bukit Darmo Property Tbk.
0,176 4,29 0,36
0,03 ‐0,011
5 Bumi Serpong Damai Tbk.
1,292 1,54 0,96
0,28
0,132
6 Ciputra Property Tbk.
0,236 11,94 0,07
0,09
0,022
7 Ciputra Surya Tbk.
0,706 1,84 0,46
0,17
0,039
8 Citra Kebun Raya Agri Tbk.
0,017 16,50 0,05
0,02 ‐0,001
9 Dayaindo Resources Internasional Tbk
‐8,284 0,83 0,96
0,61
0,025
10 Duta Anggada Realty Tbk.
‐0,189 0,29 3,83
0,10
0,045
11 Duta Pertiwi Tbk.
‐2,369 0,77 0,62
0,23
0,086
12 Gowa Makassar Tourism Tbk.
‐1,870 0,83 1,92
0,21
0,129
13 Indonesia Prima Property Tbk.
‐0,696 0,17 1,47
0,27
0,278
14 Jakarta Inernasional Hotel & Development Tbk.
96,938 1,01 1,75
0,41
0,211
15 Jakarta Setiabudi Internasional Tbk.
‐9,131 0,85 1,15
0,37
0,075
5,462 1,12 0,87
0,26
0,142
‐0,478 0,43 0,98
0,12
0,010
16 Jaya Real Property Tbk. 17 Kawasan Industri Jababeka Tbk. 18 Laguna Cipta Griya Tbk.
0,092 7,27 0,15
0,07 ‐0,007
19 Lamicitra Nusantara Tbk.
1,017 1,36 2,20
0,22
0,068
20 Lippo Cikarang Tbk.
0,687 1,80 2,11
0,20
0,052
21 Lippo Karawaci Tbk.
1,066 1,39 1,40
0,21
0,079
22 Mas Murni Indonesia Tbk.
6,459 1,47 0,06
0,09
0,005
23 Metro Supermarket Realty Tbk.
24,804 1,13 0,28
0,24
0,013
24 Modernland Realty Tbk.
‐1,236 0,66 0,67
0,17
0,002
0,009 1,35 1,74
0,002
0,005
25 New Century Development Tbk. 26 Pakuwon Jati Tbk.
‐37,634 0,95 1,94
0,20
0,127
27 Pembangunan Jaya Ancol Tbk.
2,715 1,97 0,58
0,59
0,142
28 Perdana Gapuraprima Tbk.
0,538 1,99 1,33
0,23
0,056
29 Pudjiadi & Sons Tbk
4,062 1,49 1,28
0,41
0,279
30 Pudjiadi Prestige Limited Tbk.
1,839 1,61 0,25
0,21
0,031
31 Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk.
0,155 21,08 0,05
0,10
0,001
32 Royal Oak Development Asia Tbk.
0,155 21,08 0,08
0,02 0,0003
33 Sentul City Tbk.
0,109 4,07 0,22
0,06
0,001
34 Summarecon Agung Tbk. 35 Surya Semesta Internusa Tbk. 36 Surya Inti Permata Tbk 37 Suryamas Duta Makmur Tbk.
114
2,987 1,31 1,59
0,27
0,097
30,215 1,08 1,87
0,66
0,023
0,005 6,35 0,96
0,002
0,052
‐0,356 0,35 0,52
0,06
0,002
Lampiran 6 :Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas
14 Series: Residuals Sample 1 184 Observations 94
12 10 8 6 4 2 0 -2.50
-1.25
0.00
1.25
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
4.72e-17 0.074726 3.161108 -3.316179 1.218198 -0.295808 2.981931
Jarque-Bera Probability
1.372151 0.503548
2.50
Uji Multikolinearitas
LOG(WCT)
LOG(CR)
LOG(DER)
LOG(TAT)
LOG(WCT)
1.000000
0.604689
0.175039
0.617812
LOG(CR)
0.604689
1.000000
‐0.535327
‐0.230509
LOG(DER)
0.175039
0.535327
1.000000
0.016408
LOG(TAT)
0.617812
0.230509
0.016408
1.000000
115
Uji Heteroskedastisitas White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared
1.593153 12.25688
Probability Probability
0.138896 0.140105
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 08/31/10 Time: 14:07 Sample (adjusted): 1 184 Included observations: 94 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LOG(WCT) (LOG(WCT))^2 LOG(CR) (LOG(CR))^2 LOG(DER) (LOG(DER))^2 LOG(TAT) (LOG(TAT))^2
0.643297 0.032531 0.115039 0.709292 -0.102695 0.353448 0.087228 -0.058475 -0.018980
0.850299 0.218294 0.054884 0.384949 0.081573 0.196598 0.092643 0.608163 0.099315
0.756553 0.149026 2.096036 1.842560 -1.258938 1.797815 0.941548 -0.096150 -0.191114
0.4514 0.8819 0.0391 0.0689 0.2115 0.0758 0.3491 0.9236 0.8489
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.130392 0.048547 2.026989 349.2383 -195.0658 1.754161
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
116
1.468220 2.078059 4.341826 4.585333 1.593153 0.138896
Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
1.927507 3.988456
Probability Probability
0.151674 0.136119
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 08/31/10 Time: 14:26 Presample and interior missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LOG(WCT) LOG(CR) LOG(DER) LOG(TAT) RESID(-1) RESID(-2)
0.011810 -0.015826 -0.015298 0.016186 -0.007418 0.228191 -0.014223
0.329297 0.108866 0.165720 0.101993 0.141795 0.133683 0.137764
0.035866 -0.145369 -0.092309 0.158697 -0.052316 1.706957 -0.103239
0.9715 0.8848 0.9267 0.8743 0.9584 0.0914 0.9180
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.042430 -0.023609 1.232495 132.1567 -149.3928 2.046835
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
117
4.72E-17 1.218198 3.327507 3.516901 0.642502 0.695913
Lampiran 7: Analisis Regresi Berganda Dependent Variable: LOG(ROE) Method: Least Squares Date: 08/31/10 Time: 14:52 Sample (adjusted): 1 184 Included observations: 94 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LOG(WCT) LOG(CR) LOG(DER) LOG(TAT)
-2.450502 0.147325 -0.174905 0.434160 0.291765
0.332382 0.109238 0.166196 0.100622 0.142685
-7.372547 1.348659 -1.052405 4.314768 2.044813
0.0000 0.1809 0.2955 0.0000 0.0438
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.405558 0.378841 1.245273 138.0127 -151.4306 1.630602
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
118
-3.429932 1.580022 3.328311 3.463592 15.18003 0.000000