HUBUNGAN ANTARA TIPE KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN KECEMBURUAN PADA PASANGAN BERPACARAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi diajukan untuk memenuhi prasyarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi
Disusun Oleh : Nenden Damayanti 102070025971
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M
HUBUNGAN ANTARA TIPE KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN KECEMBURUAN PADA PASANGAN BERPACARAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Psikologi
Oleh : Nenden Damayanti NIM : 102070025971
Di Bawah Bimbingan :
Pembimbing I
Neneng Tati Sumiati, M.Si.,Psi NIP. 19730328 200003 2 003
Pembimbing II
Drs. Rachmat Mulyono, M.Si.,Psi NIP. 19650220 199903 1 003
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Skripsi yang berjudul “ HUBUNGAN ANTARA TIPE KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN KECEMBURUAN PADA PASANGAN BERPACARAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 09 Agustus 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi.
Jakarta, 09 Agustus 2010 Sidang Munaqasyah Dekan / Ketua merangkap anggota,
Pembantu Dekan / Sekretaris merangkap anggota,
Jahja Umar, Ph.D NIP. 130 885 522
Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 1956 1223 198303 2 001 Anggota
Ikhwan Lutfi, M.Si.,Psi NIP. 1973010 200501 1 006
Neneng Tati Sumiati, M.Si.,Psi NIP. 19730328 200003 2 003
Drs. Rachmat Mulyono, M.Si.,Psi NIP. 19650220 199903 1 003
Motto Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tentram (QS Al-Ruum 30:21) Cinta adalah melepaskan diri dari ketakutan (Gerald Jampolsky) Keberanian seseorang makin terukur ketika dia sangat yakin untuk rela dicintai (Sigmund Freud) Ingat selalu kebaikan orang lain kepada kita dan lupakanlah kebaikan kita pada orang lain (Ali bin Abi Thalib r.a)
Skripsi ini saya persembahkan kepada bapak dan ibu tercinta serta keluarga, saudara dan sahabat
iv
ABSTRAKSI (A) (B) (C) (D)
Fakultas Psikologi Agustus 2010 M / Syaban1431 H Nenden Damayanti Hubungan Antara Tipe Kelekatan (Attachment Style) Dengan Kecemburuan Pada Pasangan Berpacaran Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta (E) xiii + 85 halaman + Lampiran Berkembangnya saling ketergantungan dalam hubungan percintaan dan memasuki tahapan hubungan yang semakin erat, pada satu sisi menjawab kebutuhan emosional satu sama lain. Di sisi lain, dapat berarti bentangan masalah yang menimbulkan ketegangan-ketegangan, antara lain kecemburuan. Salah satu yang mempengaruhi kecemburuan adalah perbedaan pandangan seseorang tentang hubungan percintaan dan ancaman yang ada. Pada tipe kelekatan orang dewasa, yang menyatakan pandangan adanya perbedaan keistimewaan dari suatu hubungan yang akrab/intim termasuk didalamnya reaksi cemburu terhadap ancaman kehilangan. Hubungan romantis biasanya menjadi hubungan attachment, individu dengan perbedaan kecemburuan biasanya tersambung dengan perbedaan pada perilaku attachment. Dengan kata lain kecemburuan merupakan perasaan yang bangkit ketika sebuah hubungan attachment itu terancam oleh orang ketiga. Untuk contoh bahwa cemburu diterima lebih terbuka pada individu tipe insecure, lalu pada tipe secure individu lebih senang memperlihatkan kecemburuan dengan marah (Sharpsteen & Kirkpatrick, 1997). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi hubungan antara tipe kelekatan dengan kecemburuan pada pasangan berpacaran mahasiswa fakultas Psikologi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak 65 mahasiswa dengan status berpacaran. Pengumpulan data menggunakan model skala Likert, yang terdiri dari skala tipe kelekatan dengan 36 item, dan skala kecemburuan dengan 32 item. Reliabilitas pada skala kecemburuan adalah 0.841, dan pada skala tipe kelekatan adalah 0.788. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment, diperoleh rhitung (0.265) lebih besar dari r-tabel (0.250) pada signifikansi 0.05. hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara tipe kelekatan (attachment style) dengan kecemburuan pada pasangan berpacaran mahasiswa fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Diantara saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini untuk penelitian selanjutnya adalah untuk mendapatkan informasi mengenai
v
hubungan romantis baik itu tipenya, maupun kejadian-kejadian yang terjadi didalam baiknya menggunakan sampel yang telah memiliki hubungan cinta yang telah stabil, misalnya pada pasangan yang sudah menikah. Kata kunci : Tipe kelekatan (attachment style), kecemburuan, mahasiswa berpacaran (F)
Daftar bacaan : 25 buku (1993-2010) + 10 jurnal + 3 internet + 1 skripsi
vi
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji hanya bagi Allah SWT di setiap saat dan waktu. Dengan mengucap rasa syukur kehadirat Ilahi Rabbi atas Rahmat dan Inayah-NYA penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tetap tercurah kepada hamba yang paling mulia di atas sekalian para hamba, Rasulullah SAW, beserta keluarga, para sahabat serta orang-orang yang menjadi pengikutnya hingga akhir zaman. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini juga tidak dapat selesai tanpa adanya bimbingan dan dukungan yang penuh ketulusan, baik secara moril maupun materil dari semua pihak. Oleh karena itu, pantas penulis haturkan ucapan terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian ini. Diantaranya kepada : 1) Dekan Fakultas Psikologi, Jahja Umar, Ph.D., Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si, Pembantu dekan bidang akademik Fakultas Psikologi Para dosen dan segenap civitas Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala ilmu, dan pengalaman, serta kelancaran akademik yang telah diberikan kepada penulis. 2) Dosen pembimbing I, Neneng Tati Sumiati, M.Psi, Psi dan dosen pembimbing II, Drs. Rachmat Mulyono, M.Si, Psi. serta penguji I, Ikhwan Lutfi, M.Si, Psi terima kasih atas kesabaran dan segala bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini. 3) Dosen Pembimbing Akademik Abdul Rahman Shaleh, M.Si, terima kasih atas dukungan tanpa henti untuk menyelesaikan tugas penulis. 4) Bapak dan Ibu tercinta, yang senantiasa sabar dan tabah untuk selalu memberi dukungan baik materi maupun moral, doa yang tak henti juga kepercayaan penuh untuk anak-anaknya, untuk teh Tuti, teh Ida, teh Lilis, a Asep, dan a Ayep
beserta
keluarganya
begitu
vii
berharga
segala
dukungan
dan
kepercayaannya yang terus mendampingi penulis hingga akhir. Terima kasih dan mohon maaf sebesar-besarnya keluargaku untuk segalanya. 5) Sri Nurhayati, Enur Nuraini, Eva Verawati, kak Mitri teman segala suka dukaku, Ana, Udloh, Ai, Teteh, Ina, Athap, mba Ami, Neneng, Yoga, Chami, Dwi, Rika, Hanana, Munajat, Rita dan seluruh teman-teman mahasiswa di fakultas Psikologi UIN khususnya angkatan 2002/B, Ida, mba Mur, Nuri, Murni, Linda para penghuni kosan pak Lubis Semanggi. Terima Kasih untuk semua atas segala kebersamaannya. 6) Seluruh pihak yang tak tertera namun tanpa mengurangi rasa hormat telah berjasa dan terlibat dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga Allah meridhoi dan memberikan pahala yang tak henti-hentinya sebagai balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan ketidaksempurnaan. Harapan penulis, semoga skripsi ini memberi manfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pembaca. Amin
Terima Kasih
Jakarta, Agustus 2010 Penulis
Nenden Damayanti
viii
DAFTAR ISI Halaman Judul ................................................................................................. i Halaman Persetujuan ...................................................................................... ii Halaman Pengesahan ....................................................................................... iii Motto ................................................................................................................. iv Abstrak .............................................................................................................. v Kata Pengantar ................................................................................................ vii Daftar Isi ........................................................................................................... ix Daftar Tabel....................................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................1 – 15 1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................... 12 1.2.1 Pembatasan masalah .......................................................... 12 1.2.2 Perumusan masalah ........................................................... 13 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 13 1.3.1 Tujuan penelitian ............................................................... 13 1.3.2 Manfaat penelitian ............................................................. 14 1.4 Sistematika Penulisan .................................................................. 14
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ..................................................................... 16 – 43 2.1. Kecemburuan .............................................................................. .16 2.1.1. Pengertian Kecemburuan ................................................. .16
ix
2.2
2.1.2
Faktor-faktor Kecemburuan ............................................ 17
2.1.3
Komponen/Aspek kecemburuan ..................................... 20
2.1.4
Proses Kecemburuan ....................................................... 22
2.1.5
Tipe-tipe Kecemburuan……………………..................... 24
2.1.6
Gender dan kecemburuan…………......... ........................ 25
Attachment/kelekatan…………… …………………………….. 26 2.2.1
Pengertian Attachment/Kelekatan.……………................ 26
2.2.2
Model Mental Kelekatan ……………...……………….. 29
2.2.3
Tipe Kelekatan/ Attachment Style……………………... 32
2.3 Kecemburuan, Tipe Kelekatan/Attachment Style Dan Hubungan Romantis………………………………………………………….. 36 2.4 Kerangka Berpikir........................................................................... 39 2.5 Hipotesis ....................................................................................... . 43
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 44-62 3.1 Jenis Penelitian ............................................................................. 44 3.1.1. Pendekatan dan metode penelitian ................................... 44 3.2 Variabel Penelitian ………………………………………………. 44 3.2.1 Definisi konseptual .......................................................... 45 3.2.2 Definisi operasional variable ……………………………. 45 3.3
Pengambilan Sampel…………………………………………… 46 3.3.1
Populasi dan sampel…………………………………… 46
3.3.2 Teknik pengambilan sampel ............................................. 47
x
3.4
Teknik pengumpulan data............................................................ 48 3.4.1 Metode dan instrumen pengumpulan data ........................ 48 3.4.2 Skala Kecemburuan............................................................ 49 3.4.3
Skala Tipe kelekatan ........................................................ 53
3.5
Teknik analisis data .................................................................... 59
3.6
Prosedur penelitian …………………………………………….. 61 3.6.1
Persiapan ……………………………………………….. 61
3.6.2
Pelaksanaan ……………………………………………. 61
3.6.3
Pengolahan data ………………………………………. 61
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA .......................................... 63-79 4.1 Gambaran Umum Responden ...................................................... 63 4.1.1
Berdasarkan Usia ………………………………………. 63
4.1.2
Berdasarkan Tingkat Semester ………………………… 64
4.1.3 Berdasarkan lama hubungan …………………………… 64 4.2
Deskripsi Data penelitian ………………………………………. 65 4.2.1
Deskripsi Skor Statistik Responden…………………….. 65
4.2.2
Deskripsi Statistik Tipe Kelekatan dan Kecemburuan …. 66
4.2.3 Deskripsi Statistik Hubungan Tipe Kelekatan (Attachment Style) dengan Kecemburuan ……………………………..68
xi
4.3
Uji Hipotesis …………………………………………………… 71
4.4
Pembahasan Hasil ........................................................................ 76
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ..................................... 79-86 5.1. Kesimpulan .................................................................................. 78 5.2. Diskusi ......................................................................................... 78 5.3. Saran ............................................................................................. 84 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL Gambar 1
Skema Proses Hubungan Tipe Kelekatan Dengan Kecemburuan.... 55
Tabel 3. 1
Skor alternatif jawaban kategori pernyataan kecemburuan............. 50
Tabel 3.2
Blue print kecemburuan try out ……………...................................50
Tabel 3.3
Blue print kecemburuan penelitian…….......................................... 52
Tabel 3.4
Skor alternatif jawaban pada kategori pernyataan Tipe Kelekatan/Attachment style ..................................................... 54
Tabel 3.5.
Blue print attachment style try out................................................... 55
Tabel 3.6.
Blue print attachment style penelitian……....................................... 57
Tabel 4.1.
Jumlah sampel terpilih...................................................................... 63
Tabel 4.2
Gambaran umum responden berdasarkan rentang usia .................... 64
Tabel 4.3
Gambaran umum responden berdasarkan tingkat semester ............. 64
Tabel 4.4
Gambaran umum responden berdasarkan lama hubungan................ 65
Tabel 4.5
Deskripsi statistik Kecemburuan dan Tipe Kelekatan …………… 65
Tabel 4.6
Deskripsi Statistik Secure, Avoidant, dan Ambivalent ……………. 66
Tabel 4.7
Deskripsi Data penelitian Tipe kelekatan (Attachment style) ……..67
Tabel 4.8
Deskripsi Skor Kategori Avoidant, Secure, dan Ambivalent………. 67
Tabel 4.9
Deskripsi Data Penelitian Kecemburuan ………………………….68
Tabel 4..10 Deskripsi Skor Kategori Kecemburuan…………………………... 68 Tabel 4.11 Aman/secure * kecemburuan Crosstabulation …………………… 68 Tabel 4.12 Menghindar/Avoidant * kecemburuan Crosstabulation ………….. 69 Tabel 4.13 Cemas/Ambivalent * kecemburuan Crosstabulation……………… 70 Tabel 4.14 Uji Hipotesis Tipe Kelekatan dan Kecemburuan ………………… 72
xiii
Tabel 4.15 Korelasi Kecemburuan dengan secure, avoidant dan ambivalent…73 Tabel4.16 Korelasi Parsial secure terhadap avoidant dan ambivalent ……… 74 Tabel 4.17 Korelasi Parsial avoidant terhadap secure dan ambivalent……….. 75 Tabel 4.18 Korelasi Parsial ambivalent terhadap secure dan avoidant ………. 75
xiv
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Usia 18-24 merupakan usia rata-rata para mahasiswa menjalani kehidupan
di kampus. Bloom (dalam Saragih dan Irmawati, 2000 ) menyatakan bahwa dalam kehidupan di kampus mahasiswa menghadapi berbagai permasalahan, baik itu permasalahan yang berhubungan dengan perkuliahan itu sendiri ataupun permasalahan dengan kehidupan sosial mereka.
Dengan semua permasalahan yang dihadapi mahasiswa di kampus, akan lebih baik jika mahasiswa mempunyai teman dekat untuk menolong mereka mengatasi segala tekanan. Ditemukan pada mahasiswa yang memiliki tingkat pergaulan yang tinggi dikampus memiliki derajat lebih tinggi dalam hal dukungan/dorongan, keterlibatan dan prestasi di perguruan tinggi (Berger dalam Pham, 2009).
Salah satu hubungan pertemanan yang biasa dijalani oleh mahasiswa diantaranya adalah berpacaran. Bird Melville (1994, dalam Nisa, 2010) menyatakan bahwa pacaran adalah pertemuan-pertemuan antara dua orang yang sama secara khusus diarahkan untuk menjalin komitmen ke arah pernikahan. Pada umumnya berpacaran yang serius akan bertujuan kejenjang pernikahan. Oleh
1
2
karena itu, masa berpacaran adalah masa untuk membangun suatu hubungan yang kuat dengan saling menerima setiap kelebihan dan kekurangan pasangan kita.
Begitu juga hal mahasiswa berpacaran ini berlaku di universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta termasuk di fakultas Psikologi. Pada tahun 2008 berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Rizki Amaliah diperoleh hasil 32 dari 56 mahasiswi fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki status berpacaran dengan rata-rata lama hubungan diatas 6 bulan dengan intensitas pertemuan minimal 3 sampai 5 kali dalam seminggu.
Fenomena gaya berpacaran mahasiswa yang salah satunya adalah menghabiskan waktu bersama dengan pasangan seperti pergi dan pulang dari kampus bersama, makan bersama, jalan-jalan dan lainnya secara tak langsung akan membuat suatu keterikatan dan ketergantungan satu pasangan terhadap pasangan lainnya. Berkembangnya saling ketergantungan dalam hubungan percintaan dan memasuki tahapan hubungan yang semakin erat, yang pada satu sisi menjawab kebutuhan emosional satu sama lain, dan di sisi lain juga dapat berarti bentangan masalah yang menimbulkan ketegangan-ketegangan. Hal yang mungkin timbul seiring dengan berkembangnya komitmen antara lain selain kecewa dan kebohongan, adalah cemburu (Widyarini, 2009). Sebagaimana berdasarkan hasil penelitian oleh Knox dan Zusman (2009) terhadap 1319 mahasiswa Amerika diperoleh hasil 41,7% menyatakan dirinya sebagai orang yang pecemburu (Knox dan Schacht, 2010).
3
Kecemburuan merupakan kumpulan atau kerjasama dari berbagai macam perbedaan kata-kata, pengertian, dan gambaran. Salah satunya Menurut Pines (1998) kecemburuan adalah reaksi yang rumit dalam merespon ancaman yang terlihat, dimana akan mengakhiri atau menghancurkan suatu hubungan yang dianggap penting (dalam Demirtas dan Donmez, 2006). Hal serupa dikemukan Clanton (1981) bahwa kecemburuan adalah reaksi protektif terhadap ancaman yang hadir pada suatu hubungan yang berharga (dalam Hansen, 1985).
Dalam konteks hubungan romantis White dan Mullen (1989) mendefinisikan kecemburuan sebagai pikiran, emosi, dan tindakan kompleks yang berasal dari kehilangan akan (loss of), ancaman (threat to), harga diri (self-esteem) dan keberlangsungan ataupun kualitas dari hubungan romantis. Penerimaan akan kehilangan atau ancaman dihasilkan oleh persepsi akan potensi adanya ketertarikan romantis antara salah satu pasangan dengan saingan ( dalam White, 1999). Hal senada diungkapkan Guerrero dan Anderson (1998), serta Teismann dan Mosher (1978)
yakni
kecemburuan merupakan sebuah set dari emosi,
kognisi, dan respon-respon yang berasal dari sebuah penerimaan adanya ancaman terhadap hubungan oleh saingan (Fleischmann et.al, 2005)
Secara relevan beberapa penelitian kecemburuan berfokus pada konstruksi yang kompleks yang terjadi pada individu ketika menghadapi ancaman terhadap hubungan atau pada sikap possesif. Kecemburuan terjadi pada ranah emosi (emotional jealousy) dan kognisi (cognitive jealousy), dan kemudian berpotensi
4
berkembang pada perilaku komunikatif (behavioral jealousy). Emotional jealousy termasuk didalamnya menyiapkan sederet emosi seperti marah, perasaan tidak aman, ketakutan, dan kesedihan (Pfeiffer dan Wong; dalam Bevan dan Lannuti, 2002). Cognitive jealousy diartikan sebagai pikiran-pikiran individu akan kekhawatiran, kecurigaan, dan berkenaan dengan kemungkinan hubungan yang dijalani pasangan dengan saingan. Behavioral jealousy diartikan sebagai aksi/aktifitas detektif dan protektif, aksi detektif meliputi menanyakan, memeriksa dan mencari keberadaan pasangan, dan aksi protektif mencakup pada strategi untuk turun tangan memastikan bahwa tidak terjadi keakraban antara pasangan dengan saingan (Pfeiffer dan Wong; dalam Hinde, 1997).
Kecemburuan bisa muncul disebabkan oleh faktor eksternal berupa kecenderungan pada perilaku pasangan yang mengikat yang bisa diinterpretasikan sebagai suatu ketertarikan emosional maupun seksual pada orang lain atau sesuatu yang lain dan kurangnya ketertarikan emosional maupun seksual pada pasangan utama. Selain itu kecemburuan dipengaruhi juga oleh faktor
internal berupa
kecenderungan pada karakteristik tiap individu yang menempatkan mereka pada perasaan-perasaan cemburu, perilaku yang membebaskan dari pasangan. Contohnya termasuk menjadi kurang percaya, memiliki self esteem yang rendah, semakin tingginya keterlibatan dan ketergantungan terhadap hubungan, dan tidak menerima keberadaan pasangan alternatif (Pines, 1992; dalam Knox dan Schacht, 2010).
5
Intensitas hubungan memiliki pengaruh juga terhadap kecemburuan , contohnya, menurut Mathes dan Severa (1981) kecemburuan lebih umum terjadi pada individu yang sedang jatuh cinta, yang sangat bergantung secara emosional, dan pasangannya yang kurang memberikan waktu, uang dan emosi (White, 1981). Berbagai penemuan tersebut konsisten dengan teori evolutionary dalam konsep kecemburuan sebagai pelindung pasangan, ungkapan dari komitmen, atau usaha untuk mendapatkan pertanda dari salah satu pasangan (Guerrero dalam Fleischmann et.al., 2005).
Inti yang paling mendekati pada kecemburuan adalah lebih kepada perasaan emosional dan perilaku yang timbul ketika hubungan yang berharga terancam oleh saingan. Dalam kecemburuan dibutuhkan sebuah segitiga hubungan sosial antara tiga karakter yaitu; orang yang cemburu, orang yang bersama dengan individu yang berkeinginan cemburu dalam hubungan (pasangan), dan orang yang mengancam akan mengambil tempat orang yang cemburu dalam hubungan dengan pasangan (pesaing) (Kazdin, 2000). Selain itu kecemburuan berhubungan dengan kehilangan kasih sayang, penolakan, kecurigaan, perasaan tidak aman dan kecemasan (Perreti dan Pudowski; dalamFleischmann et.al., 2005). Bisa juga pandangan seseorang tentang hubungan percintaan dan ancaman yang ada saling mempengaruhi. Orang yang memandang hubungan secure, membutuhkan ancaman yang sangat kuat untuk dapat membuatnya cemburu. Namun, bagi individu yang merasa insecure pada suatu hubungan, kecemburuan bisa timbul meskipun ancamannya sangat lemah ( Aditya & Sarwono, 2009).
6
Para akademis telah menguji kecemburuan secara mendasar, faktor-faktor yang mengantar pada kecemburuan, dan hasil dari kecemburuan dalam berbagai konteks dan tipe dari hubungan interpersonal. Fenomena studi yang luas ini telah diujikan dalam hubungannya pada variasi yang lebih luas dari faktor psikologis termasuk insecurity, low self-esteem (White, 1981; Melamed, 1991), emotional dependence (Mathes dan Severa, 1981; Buunk, 1982; White dan Mullen, 1989), dan trust (Ellis dan Weinstein, 1986) dan adult romantic jealousy (Sharpsteen dan Kirkpatrick, 1997).
Jika kembali pada faktor cemburu yang dipengaruhi oleh cara pandang terhadap hubungan dan ancaman yang ada, memilki konsep terkait dengan tipe kelekatan khususnya tipe kelekatan orang dewasa, yang menyatakan adanya perbedaan pandangan keistimewaan dari suatu hubungan yang akrab/intim termasuk didalamnya perbedaan reaksi cemburu terhadap ancaman kehilangan (Sharpsteen & Kirkpatrick, 1997).
Dalam teori kelekatan cinta terlihat sebagai bentuk dasar dari kelekatan, kedekatan, ikatan emosional yang terus menerus, yang berakar semenjak masa bayi (Hazan dan Shaver, 1987; Shaver, 1984; Shaver, Hazan, dan Bradshaw, 1988), para peneliti menganggap bahwa cinta romantis dan kelekatan antara bayi dan pengasuh memiliki kesamaan dinamika emosi (Strong et.al, 2005).
7
Attachment/kelekatan merupakan ikatan emosional yang terus menerus, termasuk kecenderungan untuk mencari dan memelihara kedekatan paada orang tertentu, terutama ketika mendapat tekanan (Potter-Efron, 2005). Sedangkan kelekatan pada orang dewasa didefinisikan sebagai kecenderungan yang stabil pada individu untuk berusaha keras mencari dan memelihara kedekatan dengan seseorang atau orang tertentu/khusus yang memberikan potensi subjektif rasa aman dan terlindungi terhadap fisik maupun psikis (Berman dan Sperling; dalam Potter-Efron, 2005). Hendrick menambahkan kelekatan pada dewasa sebagai kelekatan romantis yang diartikan sebagai perilaku yang melibatkan kedekatan dan ikatan dengan seorang pasangan romantis (McGuirk dan Pettijohn, 2008).
Bowbly (dalam Bush, 1991) menyatakan bahwa fungsi dari attachment adalah memelihara kedekatan pada figur attachment. Hasil observasinya mengatakan bahwa ketika figur attachment ada individu merasa senang dan merasakan aman. Jika hubungan attachment terancam maka timbul kecemasan, protes dan berusaha membangun kembali hubungan (Bush, 1991).
Selain itu kelekatan juga berperan dalam kehidupan emosi manusia. Dimana kebanyakan emosi yang biasanya timbul terjadi selama pembentukan, pemeliharaan, ketidak teraturan dan pembaharuan pada hubungan attachment. Pembentukan pada ikatan dijabarkan sebagai jatuh cinta, pemeliharaan ikatan sebagai mencintai seseorang, dan kehilangan pasangan sebagai kesengsaraan berlebih seseorang. Kesamaannya pada ancaman kehilangan meningkatkan
8
kecemasan dan benar-benar kehilangan memberikan penderitaan ketika pada situasi ini menimbulkan kemarahan (Fraley dan Shaver, 2000).
Mikulincer dan Horesh (1999) mengasumsikan bahwa orang-orang yang berbeda pola kelekatannya memiliki kecenderungan berpikir, merasakan, dan bertindak secara spesifik didalam hubungan mereka. Sehingga paling tidak sebagian gaya kelekatan seseorang memiliki efek pada perilaku yang disebabkan oleh perbedaan dalam persepsi sosial dan perbedaan kemampuan mengatur efek (Mikulincer dan Sheffi, 2000; dalam Baron dan Byrne, 2005). Dengan kata lain tipe kelakatan/attachment style didefinisikan sebagai suatu tingkah laku hubungan antara dua orang dan bukan suatu sifat yang diberikan kepada bayi oleh orang yang memberi perhatian. Tipe kelekatan ini merupakan jalan dua arah antara bayi dan orang yang memberi perhatian yang harus responsif satu sama lain dan masing-masing harus mempengaruhi tingkah laku orang lain (Semiun, 2006).
Perbedaan utama antara kelekatan pada orang dewasa dengan kelekatan pada bayi adalah bahwa sistem perilaku lekat pada orang dewasa saling timbal balik. Dengan kata lain pasangan orang dewasa tidak ditugaskan atau menset aturan mengenai figur lekat, kedua perilaku dan pelayanan kelekatan sebagi figur lekat seharusnya (Crowell dan Treboux, 1995).
Dipengaruhi oleh berbagi permasalahan yang ada dalam hubungan romantis, pasangan-pasangan akan mengembangkan kelekatan satu sama lain
9
yang dapat berbeda-beda antara pasangan yang satu dengan yang lain. Tipe kelekatan ini akhirnya menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu hubungan romantis. Studi tentang tipe kelekatan orang dewasa secara umum partisipan dikelompokkan kedalam salah satu dari tiga kategori, berdasarkan laporan self mereka yaitu secure, avoidant dan ambivalent. Partisipan juga ditanyai tentang pengalaman masa anak-anak mereka dengan orang tua, masa lalu mereka dan sejarah hubungan romantis mereka serta kepuasaan. Penelitian mencoba menghubungkan laporan self tipe kelekatan responden untuk melaporkan tentang hubungan personal mereka (Mischel dkk, 2004).
Hazan dan Shaver (1987), memaparkan tiga tipe kelekatan yang terdiri dari secure dengan ciri memiliki kesiapan untuk berhubungan erat, merasa nyaman bergantung terhadap pasangan, dan tidak ada kekhawatiran bahwa pasangan akan meninggalkannya. kemudian avoidant dengan ciri tidak nyaman dalam kedekatan/keintiman dan kurang percaya terhadap pasangan, sulit mengizinkan diri sendiri untuk bergantung pada pasangan, gugup ketika orang lain terlalu dekat. Dan ambivalent memiliki ciri-ciri mempersepsikan pasangan terlalu jauh, bahwa pasangan tidak mencintai, dan ingin meninggalkan, ingin meleburkan diri sepenuhnya dengan pasangan, merasa pasangan tidak menginginkan kedekatan sebesar keinginannya. Ketiga tipe tersebut merupakan adaptasi dari tiga kategori yang dikemukakan oleh Ainsworth yang dibuat sebagai dasar gambaran dari pengaturan perbedaan individu dalam hal bagaimana orang dewasa berpikir, merasa, dan bertindak dalam suatu hubungan romantis. Utamanya mereka
10
berpendapat
bahwa
ketiga
tipe
tersebut
mempunyai
kualifikasi
untuk
membedakan tipe romantis atau ikatan yang diperbaharui (Fraley dan Shaver, 2000). Sekitar 56% orang dewasa yang bertipe kelekatan aman, ditemukan mereka memiliki kepuasan yang paling besar dan paling berkomitmen terhadap hubungan dibanding dengan tipe kelekatan lain (Shaver dkk, 1988; dalam Pistole, Clark, & Tubbs, 1995; dalam Strong, 2003). 23- 24% orang dewasa bertipe kelekatan avoidant (Hazan dan Shaver, 1987) Dan sebanyak 19-20% orang dewasa diidentifikasi sebagai tipe anxious-ambivalent (Shaver dkk, 1988; dalam Pistole, Clark, & Tubbs, 1995; dalam Strong, 2003).
Penelitian yang bersifat replikasi kemudian dilakukan di berbagai negara seperti Amerika, Israel dan sebagainya, antara lain Trust (Mikuliner, 1990), Depresi dan distress (Buren&Cooley, 2002), Self (Mikuliner, 1995), Kepribadian (Heaven dkk, 2004) ada pun di Indonesia ada tipe kelekatan berkaitan dengan gaya hubungan romantis (Helmi, 1992) dan Gaya berpacaran pada remaja (Sulistiyani, 2002).
Menurut Santrock (1999), cinta romantis sangat penting diantara para mahasiswa. Penelitian tentang cinta juga lebih banyak menggunakan mahasiswa sebagai subjek penelitiannya (Brigham, 1986; Brehm, 1992; Santrock, 1999; Taylor dkk, 2000 dalam Saragih dan Irmawati, 2000). Oleh karena hal tersebut peneliti tertarik memilih mahasiswa sebagai subjek, dan juga berdasarkan
11
penelitian Rizki Amaliah yang menyatakan 32 dari 56 mahasiswi fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki status berpacaran dengan rata-rata lama hubungan diatas 6 bulan dengan intensitas pertemuan minimal 3 sampai 5 kali dalam seminggu. selanjutnya peneliti memilih untuk fokus pada subjek mahasiswa psikologi yang berstatus berpacaran.
Hasil dari penelitian-penelitian mengenai tipe kelekatan pada orang dewasa diatas dapat ditarik kesimpulan umum yaitu, pertama tipe kelekatan pada masa anak-anak tampaknya bermanfaat untuk menjelaskan gaya interaksi sosial pada masa dewasa. Kedua orang dewasa dengan tipe kelekatan berbeda akan mempunyai kualitas hubungan romantis yang berbeda pula. Ketiga perbedaan tipe kelekatan berakar dari model kognisi diri dan orang lain.
Cemburu sering dijabarkan sebagai suatu ungkapan yang terjadi ketika seorang individu merasa takut kehilangan pasangan mereka dan sistem kelekatan bekerja berasal dari tiga golongan kejadian yang terfokus pada kehilangan (Sharpsteen &Kirkpatrick, 1997). Dua dari tiga golongan kejadian itu adalah adanya kecemburuan. Pertama salah satu cara untuk mengaktifkan sistem attachment/kelekatan adalah melalui perpisahan dengan figur lekat dan kedua ancaman berpisah dengan figur lekat. Perpisahan dari pasangan individu bisa jadi menyebabkan timbulnya sistem kelekatan mereka, dan tipe mereka akan menunjukkan bagaimana ungkapan cemburu mereka. Cemburu dan sistem
12
kelekatan dipicu oleh kejadian sama, penerimaan fungsi yang sama, dan termasuk emosi yang sama (Sharpsteen & Kirkpatrick, 1997).
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana Tipe kelekatan dengan Kecemburuan pada Pasangan Berpacaran Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta”.
1.2
Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1
Pembatasan Masalah Agar pembatasan masalah lebih terarah, maka diperlukan pembatasan pada
ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas guna menghindari adanya salah pengertian sehingga tidak menyimpang ke masalah lain. Karena itu pokok bahasan dari penelitian ini dapat diberi penjeasan sebagai berikut : 1. kecemburuan disini adalah reaksi kompleks berupa emosi, pikiran dan perilaku yang disebabkan kemungkinan atau adanya ancaman dari orang ketiga terhadap hubungan berharga yang sedang dijalani. Aspek emosi diukur sebagai respon apa yang mereka rasakan ketika didalam situasi yang menimbulkan kecemburuan. Aspek kognisi mengukur bagaimana variasi pemikiran mereka yang mengarah pada kecurigaan pada pasangan. Dan aspek perilaku mengukur bagaimana keterikatan mereka terhadap macam-macam tindakan memata-matai dan protektif.
13
2. tipe kelekatan (Attachment style) adalah perbedaan individu dalam hal bagaimana berpikir, merasa, dan bertindak dalam suatu hubungan romantis yang dipengaruhi oleh berbagi permasalahan yang ada dalam hubungan romantis. Dimana perbedaan ini dimasukkan dalam tiga kategori yaitu secure dengan ciri memiliki kesiapan untuk berhubungan erat, merasa nyaman bergantung terhadap pasangan, dan tidak ada kekhawatiran bahwa pasangan akan meninggalkannya. kemudian avoidantdengan ciri tidak nyaman dalam kedekatan/keintiman dan kurang percaya terhadap pasangan. Dan ambivalent memiliki ciri-ciri mempersepsikan pasangan terlalu jauh, bahwa pasangan tidak memcintai, dan ingin meninggalkan. 3. Mahasiswa dalam penelitian ini adalah mahasiswa reguler fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang berpacaran 1.2.2
Perumusan masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara tipe kelekatan (attachment style) dengan kecemburuan pada pasangan berpacaran mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta?”
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1
Tujuan Penelitian
Mengetahui
signifikansi
hubungan
antara
tipe
kelekatan
(menghindar/avoidant, aman/secure dan cemas /ambivalent) dengan kecemburuan
14
pada pasangan berpacaran mahasiswa di fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.3.2
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini dibagi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis •
Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dari teori psikologi pada umumnya, dan khususnya psikologi sosial dan kepribadian berdasarkan tipe kelekatan pada mahasiswa dengan dampak kecemburuan terhadap hubungan.
•
Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai tipe kelekatan dengan kecemburuan pasangan berpacaran pada mahasiswa.
1.4
Sistematika penulisan Pada penulisan laporan penelitian ini, penulis menggunakan Pedoman
Penyusunan dan Penulisan Skripsi yang dikeluarkan oleh Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut:
15
Bab 1
Pendahuluan Pada bab ini penulis akan menyampaikan uraian latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, sistematika penulisan.
Bab 2
Kajian Pustaka Pada bab ini penulis akan membicarakan tentang landasan teori yang berkaitan dengan masalah penelitian yang digunakan untuk melihat permasalahan yang diteliti, meliputi teori tentang kecemburuan, teori tipe kelekatan, kerangka berpikir, dan hipotesa
Bab 3
Metodologi Penelitian Pada bab ini penulis akan mengemukakan tentang metode penelitian yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian, meliputi pendekatan penelitian dan metode penelitian, definisi konseptual dan definisi operasional variabel, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, metode dan instrumen penelitian, teknik uji instrumen penelitian, teknik analisa data, dan prosedur penelitian.
Bab 4
Hasil Penelitian Pada bab 4 ini penulis mengemukakan tentang gambaran umum responden penelitian, deskripsi skor responden, dan uji hipotesis.
Bab 5
Kesimpulan, diskusi, dan saran Pada bab ini penulis mengemukakan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, diskusi dan saran-saran yang perlu diperhatikan untuk penelitian lebih lanjut.
16
16
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dipaparkan teori-teori pendukung yang berkaitan dengan tipe kelekatan (Attachment style) dan kecemburuan. Secara rinci, bab ini akan mengulas mengenai teori tipe kelekatan, teori kecemburuan, tipe kelekatan, kecemburuan dan hubungan romantis, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
2.1
Kecemburuan
2.1.1
Pengertian Kecemburuan
Secara tata bahasa kata kecemburuan (jealousy) diambil dari bahasa Perancis jalousie, dibentuk dari kata jaloux (jealous) berasal dari bahasa latin zelosus (full of zeal), yang berasal dari bahasa yunani zelosus yang berarti fervour (menyalanyala), warmth (memanas), ardour (panas perasaan) atau keinginan yang intens (Buss, 2000).
Menurut Encyclopedia Of Psychology
(2000) kecemburuan merupakan
emosi, perasaan dan perilaku yang timbul ketika hubungan yang bernilai terancam oleh saingan.
Pines (1998) menyebutkan kecemburuan adalah reaksi yang rumit dalam merespon ancaman yang terlihat, dimana akan mengakhiri atau menghancurkan suatu hubungan yang dianggap penting (Demirtas dan Donmez, 2006). Hampir
16
17
senada dengan teori dikemukakan oleh Clanton (1981) yang menyebutkan bahwa kecemburuan adalah reaksi protektif untuk menghadapi ancaman pada hubungan yang berharga (dalam Hansen, 1985).
White dan Mullen (1989) melengkapi dengan mendefinisikan kecemburuan sebagai ”a complex thoughts, emotions, and actions that follows the loss of, or threat to, self-esteem and/or existence or quality of the romantic relationship” Yang diterjemahkan pikiran, emosi, dan tindakan kompleks yang berasal dari kehilangan akan (loss of), ancaman (threat to) terhadap harga diri (self-esteem) dan keberlangsungan ataupun kualitas dari hubungan romantis (dalam White, 1999).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kecemburuan merupakan reaksi emosi, pikiran dan perilaku sebagai respon dari adanya ancaman terhadap suatu hubungan yang dianggap penting atau berharga, dimana disini ancaman tersebut adalah orang ketiga pada suatu hubungan romantis.
2.1.2
Faktor-faktor Kecemburuan
Kecemburuan bisa muncul disebabkan oleh faktor-faktor berikut : 1. faktor eksternal faktor eksternal cenderung pada perilaku pasangan yang mengikat yang bisa diinterpretasikan sebagai :
18
a. Suatu ketertarikan emosional maupun seksual pada orang lain atau sesuatu yang lain. b. Kurangnya ketertarikan emosional maupun seksual pada pasangan utama.
2. faktor internal Menurut Pines (1992) faktor internal dari kecemburuan cenderung pada karakteristik tiap individu yang menempatkan mereka pada perasaanperasaan cemburu, perilaku yang membebaskan dari pasangan. Contohnya termasuk menjadi kurang percaya, memiliki self esteem yang rendah, semakin tingginya keterlibatan dan ketergantungan terhadap hubungan, dan tidak menerima keberadaan pasangan alternatif (dalam Knox dan Schacht, 2010).
Penjelasan selanjutnya dari faktor internal adalah sebagai berikut : a. Mistrust (ketidak percayaan), jika individu pernah dikhianati pada hubungan sebelummya, individu tersebut kemungkinan akan belajar untuk kurang mempercayai hubungan selanjutnya. Sebagaimana kurang
percaya
itu
berkembang
dengan
sendirinya
dalam
kecemburuan. b. Low self-esteem, individu yang memiliki self esteem rendah menekankan untuk menjadi cemburu karena kurangnya rasa self-worth dan dari sini sulit untuk mempercayai siapapun untuk bisa menghargai
19
dan mencintai mereka (Khanchandani, 2005 ; dalam Knox dan Schacht, 2010). Perasaan tidak berharga mungkin mengkontribusi pada kecurigaan bahwa orang lain lebih berharga. c. Anxiety, secara umum individu yang mengalami kecemasan tertinggi juga memperlihatkan kecemburuan yang lebih (Khanchandani, 2005 ;dalam Knox dan Schacht, 2010). d. Lack of perceived alternatives, individu yang tidak memiliki alternatif pasangan lain atau tidak merasa tertarik lagi pada orang lain kemungkinan cepat merasa cemburu. Mereka merasa demikian karena jika mereka tidak menjaga pasangannya yang sekarang maka mereka akan sendiri. e. Insecurity, individu yang merasa tidak aman dalam hubungan dengan pasangannya kemungkinan mengalami tingkat kecemburuan yang tinggi. Khancandani (dalam Knox dan Schacht, 2010) menemukan bahwa individu yang memiliki hubungan
dengan jangka waktu
sebentar, yang kurang berkomitmen pada hubungan, dan yang kurang merasa puas dengan hubungannya, biasanya lebih mudah untuk cemburu.
Intensitas hubungan memiliki pengaruh juga terhadap kecemburuan, contohnya, kecemburuan lebih umum terjadi pada individu yang sedang jatuh cinta, yang sangat bergantung secara emosional (Mathes dan Severa
dalam
Guerrero dan Anderson, 1998), dan pasangannya yang kurang memberikan waktu,
20
uang dan emosi. Berbagai penemuan tersebut konsisten dengan teori evolutionary dalam konsep kecemburuan sebagai pelindung pasangan, ungkapan dari komitmen, atau usaha untuk mendapatkan pertanda dari salah satu pasangan (White, 1981; Guerrero et.al., 2004 dalam Fleischmann et.al., 2005).
kecemburuan bisa berhubungan dengan kehilangan kasih sayang, penolakan, kecurigaan, perasaan tidak aman dan kecemasan (Perreti dan Pudowski, dalam Fleischmann et.al., 2005). Selain itu pandangan seseorang tentang hubungan percintaan dan ancaman yang ada juga saling mempengaruhi. Orang yang memandang hubungan secure, membutuhkan ancaman yang sangat kuat untuk dapat membuatnya cemburu. Namun, bagi individu yang merasa insecure pada suatu hubungan, kecemburuan bisa timbul meskipun ancamannya sangat lemah ( Aditya & Sarwono, 2009).
2.1.3
Komponen/Aspek Kecemburuan
Berdasarkan konsep analisa dari White (dalam Hinde, 1997), bahwa kecemburuan berisi tiga komponen yaitu pikiran, perasaan dan perilaku. Pfeiffer dan Wong (1989) menambahkan bahwa antara kognisi, afeksi, dan perilaku yang terdapat pada kecemburuan tidak saling mengikuti satu sama lain, tetapi bisa juga saling mensimulasi dan berinteraksi satu sama lain ( dalam Hinde, 1997). Cognitive jealousy
yang diartikan sebagai pikiran-pikiran individu akan
kekhawatiran, kecurigaan, dan berkenaan dengan kemungkinan hubungan yang dijalani pasangan dengan saingan. Emotional jealousy termasuk didalamnya
21
menyiapkan sederet emosi seperti marah, perasaan tidak aman, ketakutan, dan kesedihan (Pfeiffer dan Wong 1989; dalam Bevan dan Lannuti, 2002). Hal sama dikemukakan berdasarkan beberapa hasil penelitian bahwa kecemburuan berkorelasi dengan perasaan-perasaan seperti marah, sedih, cemas, sakit hati, terancam, merasa dikhianati, tertekan, bingung, tidak aman, tidak tertolong, malu, ditolak, ketidak percayaan frustasi, dan iri (Guerrero dan Anderson, 1998; dalam Brown dan Amatea, 2000). Behavioral jealousy diartikan sebagai aksi/aktifitas detektif dan protektif, aksi detektif meliputi menanyakan, memeriksa dan mencari keberadaan pasangan, dan aksi protektif mencakup pada strategi untuk turun tangan memastikan bahwa tidak terjadi keakraban antara pasangan dengan saingan
(Pfeiffer dan Wong, 1989; Hinde, 1997). Adapun konsep
perilaku/tindakan pada cemburu adalah perilaku mengikuti secara protektif dan bertindak menyelidiki. Sebagai contoh tindakkan protektif dengan cara turut serta dalam kegiatan pasangan sebagai cara untuk memantau dan memastikan pasangan tidak berinteraksi dengan pesaing (Pfeiffer & Wong, 1989). Spitzberg dan Eloy (1995) memperkenalkan respon komunikasi (communicative responses) sebagai bagian dari komponen dimensi kognisi pada cemburu. Terdapat dua belas tipe respon komunikasi dan respon komunikasi yang telah dibagi dua, yaitu interactive responses dan general responses. Interactive responses cenderung pada komunikasi langsung (face to face communication) atau pasangan mengarahkan komunikasi dengan bertanya pada pasangan tentang dimana keberadaannya dan dengan siapa. General responses terdiri dari komunikasi eksternal (tidak seara langsung) seperti mengecek e-mail, handphone (sms, telepon masuk, dan lain-
22
lain) pasangan secara diam-diam/ tidak meminta izin. Respon komunikasi (communicative responses) lainnya antara lain negative affect expression (misalnya meperlihatkan raut wajah terluka), integrative communication (misalnya, meminta maaf), distributive communication (misalnya, kekerasan secara verbal), manipulation attempts (misalnya, mencibir), third party contact (mengancam pesaing), dan surveillance behavior (misalnya, memata-matai) (dalam Pfeiffer & Wong, 1989)
2.1.4
Proses Kecemburuan
Kecemburuan yang dialami seseorang melalui suatu proses dengan melalui tahapan-tahapan. Menurut White ( Brehm, 1992; dalam Aditya & Sarwono, 2009) proses kecemburuan melewati lima tahap dibawah ini : 1. Tahap awal (primary appraisal) Saat
seseorang
merasakan
adanya
ancaman
pada
hubungan
percintaannya, maka dimulailah tahap ini. Tahap ini pula yang menunjukkan ambang kecemburuan seseorang. Setiap orang memiliki ambang
kecemburuan
yang
berbeda-beda.
Ambang
kecemburuan
merupakan suatu titik ketika seseorang mulai cemburu. Dalam tahap awal ini, pandangan seseorang tentang hubungan percintaan dan ancaman yang ada saling mempengaruhi. Orang yang memandang hubungan secure, membutuhkan ancaman yang sangat kuat untuk dapat membuatnya cemburu. Namun, bagi individu yang merasa
23
insecure pada suatu hubungan, kecemburuan bisa timbul meskipun ancamannya sangat lemah. 2. Tahap kedua (secondary appraisal) Pada tahap kedua ini, individu berusaha untuk memahami situasi dengan lebih baik dan berpkir mengenai cara mengatasi rasa cemburunya. Namun, seringkali dalam tahap ini melibatkan pula pikiran catastrophic, yaitu
pengambilan
kesimpulan
secara
ekstrem
dan
berdasarkan
kemungkinan yang terburuk. Contohnya adalah seseorang yang sedang cemburu karena pasangannya tidak membalas SMS, dalam tahap ini mengambil kesimpulan bahwa pasangannya sedang bermesraan dengan orang lain padahal pasangannya tersebut sedang ada kegiatan yang tidak dapat diganggu. 3. Tahap ketiga Tahap ketiga ini melibatkan reaksi emosional. Seseorang yang sedang mengalami kecemburuan biasanya tidak menyadari bahwa yang mereka pikirkan adalah hal yang tidak rasional. Jenis-jenis emosi yang dirasakan saat seseorang sedang mengalami kecemburuan antara lain adalah marah terhadap pasangan dan/atau orang ketiga, cemas akan kehilangan hubungan percintaannya, depresi, dan sedih akan kehilangan yang dialami. 4. Tahap keempat Tahap keempat adalah tahap coping. Menurut Bryson (dalam Brehm, 1992), perilaku coping terhadap kecemburuan dapat dibagi ke dalam dua orientasi tujuan. Pertama adalah usaha untuk mempertahankan hubungan.
24
Usaha ini dapat menghasilkan perilaku baik yang konstruktif maupun destruktif. Contoh usaha yang konstruktif adalah membicarakan masalah itu dan bersama-sama mencarikan jalan keluarnya sedangkan usaha yang destruktif adalah menghindari konflik seolah-olah tidak ada masalah sama sekali. Kedua adalah usaha untuk mempertahankan self-esteem. Usaha ini juga bersifat konstruktif namun bisa pula bersifat destruktif. Contoh usaha yang bersifat konstruktif adalah memutuskan hubungan percintaan dengan baik-baik sedangkan contoh usaha yang bersifat destruktif adalah menyerang pasangan baik secara verbal maupun nonverbal. 5. Tahap kelima Tahap kelima adalah hasil dari perilaku coping. Perilaku coping yang konstruktif terhadap kecemburuan akan segera mengurangi rasa sakit yang ditimbulkan oleh rasa cemburu dan berguna juga untuk efek jangka panjang seperti kesejahteraan orang-orang yang terlibat dan kualitas hubungan tersebut.
2.1.5
Tipe-tipe Kecemburuan
Bringle dan Buunk (Miller dkk, 2007 ; dalam Aditya & Sarwono, 2009), menyatakan bahwa terdapat dua tipe kecemburuan (Aditya & Sarwono, 2009). 1. Reactive jealousy yang terjadi ketika seseorang menjadi sadar terhadap tekanan yang actual pada suatu hubungan yang bernilai (Bringle & Buunk, 1991; Parrott, 1991; Miller dkk, 2007;dalam Aditya & Sarwono, 2009).
25
2. Suspicious jealousy terjadi ketika salah satu orang dari pasangan tidak berbuat kesalahan dan salah seorang lainnya merasa curiga namun tidak memiliki bukti (Bringle & Buunk, 1991; Miller dkk, 2007; dalam Aditya & Sarwono, 2009). Suspicious jealousy menyebabkan rasa khawatir, tidak percaya, waspada, dan tingkah laku memata-matai pasangan untuk menguatkan hal-hal yang ia curigai.
2.1.6
Gender dan kecemburuan
Hubungan antara kecemburuan dan gender telah mendapat perhatian dari para ahli, diantaranya adalah Pines dan Aronson (1983) yang meneliti tingkat kecemburuan partisipan dengan sebuah skala dengan nilai 7, dan mereka menemukan indikasi bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan di tingkatan kecemburuan. Hal tersebut menjelaskan perlunya penelitian lebih lanjut untuk mengeneralisasikan keadaan tersebut, sampai akhirnya beberapa studi menemukan perbedaan yang signifikan dalam reaksi menghadapi cemburu dalam kajian gender (Buunk et al., 1991; Erber dan Erber, 2001; Shetel-Neuber, Byrson, dan Young, 1978). Penelitian-penelitian tersebut memperlihatkan bahwa wanita lebih cenderung pada reaksi emosional dan lakilaki cenderung pada reaksi permusuhan (dalam Demirtas dan Donmez, 2006).
26
Selain itu hasil penelitian memperlihatkan bahwa wanita lebih pecemburu dibanding pria (DeWeerth & Kalma, 1997 dalam Edalati & Redzuan, 2010). Buunk (1984) wanita menjadi lebih cemburu dibanding pria ketika mereka berpikir bahwa hubungan pernikahan mereka rusak. Dibanding pria, wanita lebih menyukai membuat percobaan besar untuk mempertahankan hubungan ( Bryson, 1991). Wanita ketika cemburu memakai lebih banyak reaksi emotionalstimulating position (DeWeerth & Kalma, dalam Edalati & Redzuan, 2010). Sheet & Wolfe (2001) menemukan bahwa pria lebih cepat bereaksi dalam hal sexual jealousy, dimana pria akan mengalami distress jika pasangannya melakukan hubungan seksual dengan orang lain. Sementara wanita memperlihatkan lebih kepada emotional jealousy (dalam Edalati & Redzuan, 2010). Selain itu wanita akan mengalami distress saat pasangannya berbagi perhatian dengan orang lain, meskipun pasangannya tersebut belum tentu melakukan hubungan seksual dengan orang lain (Aditya & Sarwono, 2009).
2.2
Attachment/kelekatan
2.2.1
Pengertian Attachment/Kelekatan
Teori attachment dimulai dari sebuah seminar dengan judul “The Influence Of Early Environment In The Development Of Neurosis And Neurotic Character” yang diberikan oleh Jhon Bowbly (1907-1990) seorang psikiater di The British Psychoanalytic Society pada tahun 1939. Setelah satu periode paper ini diperluas menjadi tiga seri volume, attachment and loss (1969, [direvisi 1982], 1973, 1980) dan dua buku perkuliahan, The Making And Breaking Of Affectional Bonds (1979)
27
dan The Secure Base (1988). Ditahun yang sama Ainsworth membantu mengembangkan teori tersebut, lebih penting lagi mengadakan sebuah set metode empiris yang sangat akurat untuk mempelajari proses attachment pada bayi.
Dalam kamus lengkap psikologi karangan JP Chaplin (2005) attachment diartikan sebagai pelengketan, perkaitan, relasi, ikatan, tersangkut satu sama lain, hubungan pelekatan, satu daya tarik atau ketergantungan emosional antara dua orang.
Bowlby menyatakan bahwa atttachment adalah bentuk tingkah laku yang dapat mengekal, ataupun mendapatkan individu lain (Hasan et.al, 2006). Attachment/kelekatan merupakan ikatan emosional yang terus menerus yang termasuk didalamnya kecenderungan untuk mencari dan memelihara kedekatan dengan orang yang khusus/istimewa. Attachment/kelekatan juga disebutkan sebagai suatu ikatan yang intens dan terus menerus yang secara biological berakar dari fungsi perlindungan dari bahaya (Wilson, 2001; dalam Potter-Efron, 2005).
Menurut Flanagan (2003) attachment diartikan sebagai “An emotional bond between two people especially mother and infant” atau sebuah ikatan emosional antara dua orang, utamanya ibu dan anak. Cox (2001) menyebutkan kelekatan sebagai sebuah ikatan emosional yang kuat dengan orang lain. Hendrick (2004) mendefinisikan attachment sebagai sebuah bagian dari interaksi dengan pengasuh
28
yang melibatkan kedekatan fisik, yang secara tak langsung juga kedekatan afeksi emosional (McGuirk dan Pettijhon, 2008).
Bowlby dan Ainsworth menambahkan attachment sebagai ikatan afektif yang terus menerus yang dikarakteristikan oleh kecenderungan untuk mencari dan memelihara kedekatan pada figur khusus, terutama ketika dibawah tekanan (Colin, 1996).
Kelekatan pada orang dewasa didefinisikan sebagai kecenderungan yang stabil pada individu untuk berusaha keras mencari dan memelihara kedekatan dengan seseorang atau orang tertentu/khusus yang memberikan potensi subjektif rasa aman dan terlindungi terhadap fisik maupun psikis (Berman dan Sperling; dalam Potter-Efron, 2005). Hendrick menambahkan kelekatan pada dewasa sebagai kelekatan romantis yang diartikan sebagai perilaku yang melibatkan kedekatan dan ikatan dengan seorang pasangan romantis (McGuirk dan Pettijohn, 2008).
Dari definisi-definisi yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa attachment/kelekatan adalah kecenderungan yang stabil dari perasaan, pemikiran dan perilaku untuk mencari dan memelihara kedekatan dengan seseorang atau orang tertentu/khusus yang memberikan potensi subjektif rasa aman dan terlindungi terhadap fisik maupun psikis
29
2.2.2
Model Mental Lekat (Internal Working Model ) Merujuk pada Bowlby (1982) berdasarkan hubungan antara bayi dengan
pengasuh, bayi mengembangkan model lekat (internal working model). Yang merupakan gambaran mental terhadap orang lain, self, atau terhadap hubungan yang membimbing pada pengalaman dan perilaku selanjutnya (Mistchel et.al, 2003). Model mental lekat dapat dikonsep sebagai produk pengulangan pengalaman hubungan kelekatan. Mereka berakar dari proses otak yang sama, yang secara umum membentuk skema untuk mengatur dan memproses informasi yang akan melampaui kapasitas kognisi (Fiske dan Taylor, 1991). Tidak seperti skemata pada kognisi yang sederhana, bagaimanapun juga model mental lekat adalah pemikiran yang memasukkan afeksi dan perlindungan sebaik sebagaimana mendeskripsikan komponen kognitif (Betherton, 1985; Main et al., 1985). Model mental lekat konsisten mengakumulasi pengetahuan mengenai self, figur lekat, dan hubungan kelekatan. Berfungsi secara terpisah diluar dari kesadaran mereka melengkapi individu dengan heuristic (cara memecahkan persoalan lewat pengalaman) untuk mengantisipasi dan menginterpretasi perilaku dan intensitas orang lain, utamanya figur lekat (Rothbard dan Shaver, 1994).
Simpson (1995 dalam Helmi, 1999) berpendapat bahwa sistem kelekatan berevolusi secara adaptif sejalan dengan berkembangnya hubungan antar bayi dengan pengasuh utama; dan akan membuat bayi bertahan untuk tetap dekat dengan orang yang merawat dan melindunginya. Pengalaman kelekatan ini akan mempengaruhi model mental (working models) diri apakah sebagai orang yang
30
berarti atau tidak berarti, apakah sebagai orang yang bergantung atau mandiri pada orang (Helmi, 1999).
Anak yang memiliki model mental positif, merasakan kepuasaan akan pengalaman dengan orang lain di sekeliling mereka yang mengembangkan model mental satu sama lain sebagai keterlibatan dan saling memberi, dan menjadikan diri mereka sebagai yang ahli dan berjasa dalam ikatan kasih sayang (Mischel dkk, 2003).
Sementara bayi bertumbuh dan berinteraksi dengan orang lain di dalam dan di luar keluarga, sikap dasar mengenai self tetap konstan, dan sikap dasar mengenai pengasuh digeneralisasikan pada individu lain. Sebagai akibatnya, interaksi kita dengan anggota keluarga, orang asing, teman sebaya, sahabat, pasangan romantis, dan pasangan hidup, hingga derajat tertentu dipengaruhi oleh apa yang kita pelajari pada masa awal bayi (Hazan & Shaver, 1990; dalam Baron & Bryne, 2003).
Selama
perkembangan
sebelumnya,
model
mental
cenderung
mengakomodasi (pengaturan untuk dirinya sendiri) untuk informasi baru mengenai figur lekat, lingkungan sekitar dan self (Rothbard dan Shaver, 1994).
Model mental lekat dalam hubungan kelekatan merupakan konsep dari pikiran dan perasaan yang berkembang dalam rangkaian perjalanan perilaku
31
berinteraksi antara anak dengan orang tua. Awalnya tipe kelekatan dapat menggambarkan pengharapan akan perilaku orang tua dalam berbagai situasi. Secara epat bayi mengintisarikan pengaharapan tersebut kedalam dalil mengenai seberapa dekat hubungan bekerja dan seberapa berfungsi dalam kehidupan seharihari dan dalam situasi yang menekan (Crowell dan Treboux, 1995).
Berdasarkan konseptualisasinya mengenai interaksi antara ibu dan anak dan skema yang ada dipelajari, bowbly (1982) mengatakan bahwa bayi membentuk satu dari tiga gaya kelekatan secure aman, insecure avoidant tidak aman menghindar dan insecure ambivalent tidak aman cemas. Gaya yang sama ini dapat diobservasi lebih jauh dari masa bayi pada interaksi antara ibu dan anak (Ainsworth et al, 1978; dalam Baron dan Byren, 2003). Dalam paradigma Ainsworth ibu dan anak diobservasi didalam situasi yang terkontrol, dan ibu diinstruksikan untuk meninggalkan ruangan dalam waktu singkat pada dua kesempatan dan mereka lalu kembali pada anak mereka. Ketiga gaya kelekatan dapat diobservasi pada respon anak terhadap situasi tersebut. Anak-anak yang secure/aman sedikit terganggu oleh ketidak hadiran ibu, namun dengan cepat tenang saat ibunya kembali. Anak yang avoidant cenderung menolak ibu dan menunjukkan kontrol serta kekangan emosi ketika mereka sekali lagi bersama emosi. Anak yang ambivalent menunjukkan keadaan konflik mereka menangis ketika dipisahkan dari ibunya, tetapi kembalinya ibu justru mendorong bayi untuk semakin menangis dan semakin marah.
32
2.2.3
Tipe Kelekatan/ Attachment Style
Berdasarkan konsep dasar dari pemikiran Bowlby, Ainsworth dan para koleganya (1978) menciptakan penelitian paradigma yang dikenali sebagai situasi asing (The strange situation), yang menimbulkan perilaku attachment pada bayi melalui pengulangan perpisahan dengan figur lekat dan interaksi dengan orang asing, dan juga menimbulkan perilaku menjelajah dengan memberikan mainan yang menarik. Berdasarkan reaksi bayi terhadap perpisahan dan pertemuan kembali pada situasi yang asing, Ainsworth dan kawan-kawan mengidenfikasi tiga tipe dasar dari kelekatan, satu secure dan dua insecure (Rothbard dan Shaver, 1994).
Teori attachment/kelekatan diformulakan untuk menjelaskan tipe tertentu dari perilaku, karakteristik yang tidak hanya pada bayi, ataupun anak-anak, tapi juga remaja dan orang dewasa, hal tersebut yang mendasari konsep dasar ketergantungan
(dependency)
dan
ketergantungan
yang
berlebih
(over
dependency) (Bowbly, 1988). Tipe kelekatan/attachment style didefinisikan sebagai suatu tingkah laku hubungan antara dua orang dan bukan suatu sifat yang diberikan kepada bayi oleh orang yang memberi perhatian. Tipe kelekatan ini merupakan jalan dua arah bayi dan orang yang memberi perhatian harus responsif satu sama lain dan masing-masing harus mempengaruhi tingkah laku orang lain (Semiun, 2006).
33
Tipe kelekatan lebih cenderung pada model mental utama dari kelekatan yang menentukan perilaku manusia sebagai respon terhadap kenyatan atau bayangan akan perpisahan dan pertemuan kembali dengan figur lekat mereka. Tipe kelekatan merupakan ketentuan yang dibentuk melalui aksesbilitas dan respon yang diberikan figur lekat, dan saling melengkapinya aspek pada self, semuanya disampaikan dalam model lekat attachment atau internal working model (Berman dan Sperling, 1994). Beberapa sumber menemukan dengan tipe kelekatan anak dan beberapa darinya kemungkinan ada hingga dewasa. Studi tentang kelekatan pada dewasa menganggap bahwa setiap invidu kemungkinan membawa dengan mereka tipe kelekatan yang spesifik dalam hubungan disepanjang hidupnya (e.g Fraley & Shaver, 1997; Kobak & Sceery, 1988; dalam Mischel dkk, 2003).
Satu penelitian memperlihatkan bahwa kita bisa membawa satu tipe kelekatan untuk hidup; tipe ini memberi kita kecenderungan untuk menyikapi dengan yakin dalam hubungan percintaan (Shaver dkk, 1988). Dalam penelitian lainnya peneliti menemukan suatu kesatuan yang signifikan antara tipe kelekatan dengan kepuasan dalam berhubungan (Brennan & Shaver, 1995; dalam Strong dkk, 2004).
Studi tentang tipe kelekatan orang dewasa secara umum partisipan dikelompokkan kedalam salah satu dari tiga kategori, berdasarkan laporan self mereka yaitu secure, avoidant dan ambivalent. Partisipan juga ditanyai tentang pengalaman masa anak-anak mereka dengan orang tua, masa lalu mereka dan sejarah hubungan romantis mereka serta kepuasaan. Penelitian mencoba
34
menghubungkan laporan self tipe kelekatan responden untuk melaporkan tentang hubungan personal mereka (Mischel dkk, 2004), dan berikut jenis hubungan yang diperoleh : Pertama pada tipe kelekatan aman/secure dewasa dijelaskan bahwa mereka memiliki keluarga yang mendukung menjadi pribadi yang dapat dipercaya, hangat, orang tua yang bahagia, bisa mentolerir perpisahan dengan pasangan, dapat
memberikan
pasangan
dukungan
emosional
ketika
mereka
membutuhkannya, secara umum bentuk positif hubungan romantis, mempercayai hubungan cinta romantis itu ada dan bisa berlangsung lama (Mischel dkk, 2004). Sekitar 56% orang dewasa yang bertipe kelekatan aman, ditemukan mereka memiliki kepuasan yang paling besar dan paling berkomitmen terhadap hubungan dibanding dengan tipe kelekatan lain (Shaver dkk, 1988; dalam Pistole, Clark, & Tubbs, 1995; dalam Strong, 2003).
Kedua tipe kelekatan menghindar/avoidant dewasa, dilaporkan mereka memiliki hubungan keluarga yang jauh, memiliki jarak emosional dengan orang tua, tidak merasa hangat, tidak dekat atau percaya pada orang tua, cenderung takut akan keintiman, sulit menemukan komitmen secara emosional, tidak dapat memberikan dukungan emosional yang tinggi pada pasangan, sinis terhadap cinta romantis dan meragukannya dapat berlangsung lama (Mischel dkk, 2004) Dan ketiga tipe kelekatan cemas/ambivalet dewasa dilaporkan mereka memiliki hubungan romantis tapi tidak bertahan lama, mencemaskan, ketakutan akan kehilangan pasangan, siap dan ingin sekali untuk mengganti self untuk
35
menyenangkan pasangan, tertekan dengan perpisahan dengan pasangan, mempercayai bahwa jatuh cinta itu mudah tapi tidak akan berlangsung lama (Mischel dkk, 2004) mempercayai bahwa orang lain tidak menginginkan kedekatan seperti yang diinginkannya, mereka khawatir pasangan mereka tidak benar-benar
mencintainya
dan
akan
meninggalkannya,
mereka
selalu
menginginkan penggabungan yang utuh dengan orang lain yang terkadang membuat mereka ketakutan orang lain itu pergi, pengalaman mereka dalam cinta sering terobsesi dan ditandai oleh hasrat untuk menguasai, memiliki tingkatan tinggi pada ketertarikan seksual dan kecemburuan, biasanya hubungan mereka bertahan sekitar 6 tahunan, dan sekitar 19-20% orang dewasa diidentifikasi sebagai tipe anxious-ambivalent (Shaver dkk, 1988; dalam Pistole, Clark, & Tubbs, 1995; dalam Strong, 2003).
Mikulincer dan Horesh (1999) mengasumsikan bahwa orang-orang yang berbeda pola kelekatannya memiliki kecenderungan berpikir, merasakan, dan bertindak secara spesifik didalam hubungan mereka. Sehingga paling tidak sebagian gaya kelekatan seseorang memiliki efek pada perilaku yang disebabkan oleh perbedaan dalam persepsi sosial dan perbedaan kemampuan mengatur efek (Mikulincer dan Sheffi, 2000; dalam Baron dan Byrne, 2005). Inti elemen cinta yang hadir sama pada anak maupun orang dewasa adalah kebutuhan untuk merasakan secara emosional perasaan terlindungi dan aman. Ketika pasangan merespon akan kebutuhan hal ini, orang dewasa akan memandang dunia sebagai tempat yang aman. Respek ini tidaklah berbeda jauh dari anak (Strong, 2004).
36
2.3 Kecemburuan, Tipe Kelekatan/Attachment Style Dan Hubungan Romantis Kecemburuan biasanya berhubungan dengan hubungan romantis (White dan Mullen, 1989), suatu kebiasaan kompleks yang sering berupa pengalaman menyakitkan pada suatu hubungan (Sheets dan Wolfe, 2001). Dalam konteks hubungan romantis White dan Mullen (1989) mendefinisikan kecemburuan sebagai pikiran, emosi, dan tindakan kompleks yang berasal dari kehilangan akan (loss of), ancaman (threat to), harga diri (self-esteem) dan keberlangsungan ataupun kualitas dari hubungan romantis. Penerimaan akan kehilangan atau ancaman dihasilkan oleh persepsi akan potensi adanya ketertarikan romantis antara salah satu pasangan dengan saingan (dalam White, 1999).
Kecemburuan bisa muncul disebabkan oleh faktor eksternal berupa kecenderungan pada perilaku pasangan yang mengikat yang bisa diinterpretasikan sebagai suatu ketertarikan emosional maupun seksual pada orang lain atau sesuatu yang lain dan kurangnya ketertarikan emosional maupun seksual pada pasangan utama. Selain itu kecemburuan dipengaruhi juga oleh faktor
internal berupa
kecenderungan pada karakteristik tiap individu yang menempatkan mereka pada perasaan-perasaan cemburu, perilaku yang membebaskan dari pasangan. Contohnya termasuk menjadi kurang percaya, memiliki self esteem yang rendah, semakin tingginya keterlibatan dan ketergantungan terhadap hubungan, dan tidak menerima keberadaan pasangan alternatif (Pines, 1992; dalam Knox dan Schacht, 2010).
37
Bryson (1991) menekankan kecemburuan sebagai sebuah kombinasi emosi daripada sebagai satu emosi. Banyak peneliti berargumen bahwa kecemburuan merupakan sejenis kekhawatiran akan ancaman pada hubungan (White dan Mullen, 1989; dalam Edalati dan Redzuan, 2010).
Smith, Parrot, Gerrod, dan Edvard (1999) menjelaskan ketika salah satu pasangan tertarik pada siapa saja yang dianggap menarik, salah satunya bisa cemburu karena mereka ingin memelihara hubungan khusus dan berharga tersebut sebagai hubungan yang penting untuk harga dirinya. Kecemburuan romantis secara signifikan dan positif berhubungan dengan permintaan hubungan alternatif, penerimaan informasi ancaman terhadap self dan hubungan romantis (Rydell, McConnel, dan Bringle, 2004). Clanton (1981) berargumen bahwa fungsi kecemburuan adalah untuk melindungi hubungan yang berharga. Kecemburuan juga berhubungan dengan sisi gelap dari hubungan (dalam Buss, 2000). Hal tersebut melibatkan tiga individu yaitu, cemburu, yang tersayang/pasangan, dan saingan/pesaing (Parrot, 1991). Untuk kecemburuan yang hadir, salah satu pasangan beresiko kehilangan cinta salah satu pasangan dan menderita karena kehilangan orang dimilikinya. Guerrero dan kawan-kawan (2004) menekankan bahwa wanita lebih menyukai mencari dukungan dari orang lain daripada pria, berusaha untuk memperbaiki hubungan, meminta komitmen pada pasangan, mengekspresikan efek negatif, memanfaatkan komunikasi integral menggunakan bahasa verbal sebagai isyarat kepemilikan dalam merespon perasaan cemburu (dalam Edalati dan Redzuan, 2010).
38
Para psikolog telah tertarik mengenai ikatan attachment antar individu. Mengikuti teori attachment yang dikemukan Bowbly (1980) perilaku kelekatan (attachment behaviour) merupakan bentuk dari berbagai perilaku yang termasuk didalamnya pencarian kedekatan seseorang dengan individu lainnya. Tujuan dari perilaku adalah memelihara ikatan yang telah terbentuk dengan figur lekat. Beberapa teori beragumentasi bahwa kelekatan membantu spesies untuk dapat bertahan, dikatakan demikian karena kemampuan bayi untuk menghindari bahaya dengan tetap dengan pengasuhnya. Walaupun biasanya berkembang untuk menjelaskan hubungan bayi dengan pengasuh, tipe kelekatan juga bisa dihubungkan dengan perkembangan hubungan romantis (Bowbly, 1980; PistolShi, 2003; Oliver dan Shirkey, 2008).
Teori kelekatan membantu kita untuk memahami bagaimana hubungan orang dewasa berkembang, permasalahan apa yang bisa terjadi padanya, dan apa yang bisa dilakukan ketika permasalahan itu datang. Pada teori ini cinta dilihat sebagai bentuk dari kelekatan, kedekatan, ikatan emosional yang terus menerus yang ditemukan berakar dari semenjak bayi (Hazan dan Shaver, 1987; Shaver, 1984; Shaver, Hazan dan Bradshaw, 1988; dalam Strong et al., 2003).
Diasumsikan bahwa orang-orang yang berbeda pola kelekatannya memiliki kecenderungan berpikir, merasakan, dan bertindak secara spesifik didalam hubungan mereka. Sehingga paling tidak sebagian gaya kelekatan seseorang memiliki efek pada perilaku yang disebabkan oleh perbedaan dalam persepsi
39
sosial (Mikulincer dan Horesh, 1999), dan perbedaan kemampuan mengatur efek (Mikulincer dan Sheffi, 2000; dalam Baron dan Byrne, 2005). Dipengaruhi oleh berbagi permasalahan yang ada dalam hubungan romantis, pasangan-pasangan akan mengembangkan kelekatan satu sama lain yang dapat berbeda-beda antara pasangan yang satu dengan yang lain. Tipe kelekatan ini akhirnya menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu hubungan romantis (Mischel et.al, 2004)..
Sebagaimana Sharpsteen dan Kirkpatrick (1997) tekankan bahwa hubungan romantis biasanya menjadi hubungan attachment, individu dengan perbedaan kecemburuan biasanya tersambung dengan perbedaan pada perilaku attachment. Dengan kata lain cemburu merupakan perasaan yang bangkit ketika sebuah hubungan attachment itu terancam oleh orang ketiga. Untuk contoh bahwa cemburu diterima lebih terbuka pada individu tipe insecure, lalu pada tipe secure individu lebih senang memperlihatkan kecemburuan dengan marah (Lagerstee, 2010).
2.4 Kerangka Berpikir Pada tipe kelekatan orang dewasa, yang menyatakan pandangan adanya perbedaan keistimewaan dari suatu hubungan yang akrab/intim termasuk didalamnya reaksi cemburu terhadap ancaman kehilangan (Sharpsteen & Kirkpatrick, 1997). Dimana untuk mengaktifkan sistem attachment/kelekatan adalah melalui perpisahan dengan figur lekat dan kedua ancaman berpisah dengan figur lekat. Perpisahan dari pasangan individu bisa jadi menyebabkan timbulnya
40
sistem kelekatan mereka, dan tipe mereka akan menunjukkan bagaimana ungkapan cemburu mereka. Cemburu dan sistem kelekatan dipicu oleh kejadian sama, penerimaan fungsi yang sama, dan termasuk emosi yang sama (Sharpsteen & Kirkpatrick, 1997). Diantara kejadian, fungsi dan emosi yang sama itu, yakni; (1) berfungsi untuk memelihara kedekatan dalam hubungan, (2) dipicu oleh ancaman berpisah dari figur lekat, (3) memasukkan tingkatan emosi termasuk takut, marah dan kesedihan, (4) menggambarkan kegelisah-kegelisahan yang terjadi pada hubungan dan stabilitas model mental lekat individu (Sharpsteen dan Kirkpatrick, 1997; dalam Potter-Efron, 2005).
Dimana dalam penelitian ini tipe kelekatan merupakan perbedaan individu dalam hal bagaimana berpikir, merasa, dan bertindak dalam suatu hubungan romantis yang dipengaruhi oleh berbagi permasalahan yang ada dalam hubungan romantis. Dimana permasalahan disini adalah kecemburuan, yang timbul karena adanya ancaman berpisah dengan pasangan mereka, dan tipe mereka akan menunjukkan bagaimana ungkapan cemburu mereka. Apabila seorang mahasiswa menilai positif atau negatif tentang kecemburuan , maka penilaian itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik dari mahasiswa itu sendiri dan tipe kelekatan mereka terhadap pasangan. Oleh sebab itu, reaksi pada setiap mahasiswa dapat berbeda-beda.
Hazan dan Shaver (1987), memaparkan tiga tipe kelekatan yang terdiri dari secure dengan ciri memiliki kesiapan untuk berhubungan erat, merasa nyaman
41
bergantung terhadap pasangan, dan tidak ada kekhawatiran bahwa pasangan akan meninggalkannya. kemudian avoidant dengan ciri tidak nyaman dalam kedekatan/keintiman dan kurang percaya terhadap pasangan, sulit mengizinkan diri sendiri untuk bergantung pada pasangan, gugup ketika orang lain terlalu dekat. Dan ambivalent memiliki ciri-ciri mempersepsikan pasangan terlalu jauh, bahwa pasangan tidak mencintai, dan ingin meninggalkan, ingin meleburkan diri sepenuhnya dengan pasangan, merasa pasangan tidak menginginkan kedekatan sebesar keinginannya. Ketiga tipe tersebut merupakan adaptasi dari tiga kategori yang dikemukakan oleh Ainsworth yang dibuat sebagai dasar gambaran dari pengaturan perbedaan individu dalam hal bagaimana orang dewasa berpikir, merasa, dan bertindak dalam suatu hubungan romantis (Fraley dan Shaver, 2000). Dipengaruhi oleh berbagi permasalahan yang ada dalam hubungan romantis, pasangan-pasangan akan mengembangkan kelekatan satu sama lain yang dapat berbeda-beda antara pasangan yang satu dengan yang lain. Tipe kelekatan ini akhirnya menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu hubungan romantis (Mischel et.al, 2004).
Secara relevan beberapa penelitian kecemburuan berfokus pada konstruksi yang kompleks yang terjadi pada individu ketika menghadapi ancaman terhadap hubungan atau pada sikap possesif. Kecemburuan terjadi pada ranah emosi (emotional jealousy) berupa menyiapkan sederet emosi seperti marah, perasaan tidak aman, ketakutan, dan kesedihan, kemudian pada ranah kognisi (cognitive jealousy) diartikan sebagai pikiran-pikiran individu akan kekhawatiran,
42
kecurigaan, dan berkenaan dengan kemungkinan hubungan yang dijalani pasangan dengan saingan, dan pada perilaku komunikatif (behavioral jealousy diartikan sebagai aksi/aktifitas detektif dan protektif, aksi detektif meliputi menanyakan, memeriksa dan mencari keberadaan pasangan, dan aksi protektif mencakup pada strategi untuk turun tangan memastikan bahwa tidak terjadi keakraban antara pasangan dengan saingan) .
Hasil riset menunjukkan bahwa tipe kelekatan secure mengekpresikan cemburu dengan kemarahan pada pasangan yang agak lebih dibanding dengan tipe insecure, pada tipe anxious ambivalent mereka memiliki kecemburuan yang lebih tapi mereka menekan amarah mereka, lalu pada tipe avoidant kecemburuan mereka rendah tapi lebih mengekspresikan kemarahan terhadap saingan (Salovey dan Rodin, 1989; White dan Helbick, 1988; Sharpsteen dan Kirkpatrick, 1997; Guerrero dan Anderson, 1998; dalam Brown dan Amatea, 2000). Tabel 2.1 Bagan kerangka berfikir
Tipe kelekatan Secure Avoidant ambivalent
Adanya ancaman berpisah dengan pasangan
Kecemburuan ( reaksi; Emosi, kognisi, behaviour)
43
2.5 Hipotesis Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat ditarik kesimpulan sementara yang harus diuji lagi kebenarannya yaitu sebagai berikut : Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara Tipe kelekatan dengan Kecemburuan pada pasangan berpacaran mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah. H1
: Ada hubungan antara Tipe kelekatan dengan Kecemburuan pada pasangan berpacaran mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah.
44
BAB 3 METODE PENELITIAN
Pada bab ini penulis akan memaparkan pendekatan dan metode penelitian, variabel penelitian, pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisa data dan prosedur penelitian. 3.1
Jenis Penelitian
3.1.1 Pendekatan penelitian dan metode penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan dua jenis variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) yakni tipe kelekatan melingkupi tipe avoidant, tipe secure dan tipe ambivalent dan variabel terikat (dependent variable) yakni cemburu, dimana data yang dihasilkan dari hasil penelitian adalah berwujud data kuantitatif (Prasetyo dan Jannah, 2005). Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian metode deskriptif dengan jenis penelitian korelasional untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi (Subana dan Sudrajat, 2005).
3.2
Variabel Penelitian Variabel adalah suatu karakteristik yang dimiliki dua atau lebih nilai atau sifat
yang berdiri sendiri-sendiri (Sevilla,et al, 1993). Variabel terbagi dua macam, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent
44
45
variable). Dalam penelitian ini yang menjadi kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Variabel bebas
: Tipe kelekatan
2.
Variabel terikat
: Kecemburuan
3.2.1 Definisi konseptual 1. kecemburuan disini adalah reaksi kompleks berupa emosi, pikiran dan perilaku yang disebabkan kemungkinan atau adanya ancaman dari orang ketiga terhadap hubungan berharga yang sedang dijalani. 2. tipe kelekatan (Attachment style) adalah perbedaan individu dalam hal bagaimana berpikir, merasa, dan bertindak dalam suatu hubungan romantis yang dipengaruhi oleh berbagi permasalahan yang ada dalam hubungan romantis. 3. Mahasiswa dalam penelitian ini adalah mahasiswa reguler fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang berpacaran
3.2.2 Definisi operasional variabel Skor kecemburuan mengacu pada aspek kecemburuan yang dikemukakan oleh White (1984) yang terdiri dari komponen emosi, kognisi dan perilaku. Aspek emosi diukur sebagai respon apa yang mereka rasakan ketika didalam situasi yang menimbulkan kecemburuan. Aspek kognisi mengukur bagaimana variasi pemikiran mereka yang mengarah pada kecurigaan pada pasangan. Dan aspek
46
perilaku mengukur bagaimana keterikatan mereka terhadap macam-macam tindakan memata-matai dan protektif.
Skor tipe kelekatan didasarkan tiga tipe kelekatan yang dikembangkan oleh Hazan dan Shaver (1987), yang terdiri dari secure dengan ciri memiliki kesiapan untuk berhubungan erat, merasa nyaman bergantung terhadap pasangan, dan tidak ada kekhawatiran bahwa pasangan akan meninggalkannya. kemudian avoidant dengan ciri tidak nyaman dalam kedekatan/keintiman dan kurang percaya terhadap pasangan, sulit mengizinkan diri sendiri untuk bergantung pada pasangan, gugup ketika orang lain terlalu dekat. Dan ambivalent memiliki ciri-ciri mempersepsikan pasangan terlalu jauh, bahwa pasangan tidak mencintai, dan ingin meninggalkan, ingin meleburkan diri sepenuhnya dengan pasangan, merasa pasangan tidak menginginkan kedekatan sebesar keinginannya.
3.3
Pengambilan Sampel
3.3.1
Populasi dan sampel
Menurut Arikunto (2002) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Pada penelitian ini yang menjadi populasinya adalah seluruh mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 20042009.
47
Penggunaan sampel dalam suatu penelitian sangat membantu penulis, khususnya dalam prinsip efisiensi. Menurut Ferguson (dalam Sevilla, 1993) sampel adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan yang ditarik dari populasi. Untuk memperoleh yang lebih mencerminkan kondisi populasi, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan (dalam Sevilla, 1993), yaitu : 1. Jumlah sampel (number of sample) merupakan banyaknya kelompok sampel yang dibutuhkan dalam suatu penelitian. Jumlah sampel ini ditentukan oleh metode penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu metode korelasi, maka jumlah sampelnya yang dibutuhkan adalah satu yaitu mahasiswa yang memiliki status hubungan berpacaran. 2. Besar anggota sampel (sample size), karena besar anggota sampel akan mempengaruhi representatif tidaknya sampel terhadap populasi. Secara umum
dijelaskan
bahwa
makin
besar
anggota
sampel
makin
mencerminkan keadaan populasinya (Kerlinger dalam Sevilla et al, 1993 ). Dengan demikian sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 65 subjek terpilih.
3.3.2 Teknik pengambilan sampel Sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling Nonpeluang (nonprobability sampling) dengan purposive sampling (Judgmental sampling). Adapun
purposive
sampling
yaitu
pengambilan
sampel
berdasarkan
pertimbangan, karena dalam pelaksanaannya digunakan pertimbangan hal-hal tertentu yang dikenakan pada sub kelompok (Sevilla, 1993). Atau teknik sampling
48
yang digunakan dengan menentukan kriteria khusus terhadap sampel (Prasetyo dan Jannah, 2005). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, yaitu mahasiswa laki-laki dan perempuan yang memiliki pacar/berpacaran. Dimana dalam pelaksanaan penarikan sampel yang sesuai karakteristik yang telah ditetapkan ini, penulis sebelum memberikan angket menanyakan terlebih dahulu pada responden apakah mereka mempunyai pacar atau tidak, kemudian jika jawabannya ya maka penulis meminta kesedian responden untuk mengisi angket.
3.4
Teknik pengumpulan data
3.4.1 Metode dan instrumen pengumpulan data Pada penelitian ini terdapat 2 variabel penelitian, yaitu variabel tipe kelekatan (x) dan cemburu (y). Untuk mendapatkan data dari kedua variabel tersebut digunakan kuesioner dan skala Likert untuk mengukur variabel tipe kelekatan dan variabel kecemburuan.
Kuesioner yang digunakan bersifat langsung dan tertutup. bersifat langsung karena kuesioner ini diisi langsung oleh responden dan tidak dapat diwakili. Sedangkan bersifat tertutup karena pernyataan yang dibuat oleh penulis mempunyai jawaban yang telah disediakan, sehingga responden tidak mempunyai kebebasan dalam menjawab kecuali memilih jawaban yang telah disediakan dan disesuaikan dengan keadaan dirinya.
49
Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model likert dengan menggunakan derajat persetujuan dan ketidak setujuan (strongly agreestrongly disagree). Skala kedua variabel tersebut telah disusun berdasarkan teoriteori yang mendasarinya. Kedua variabel tersebut adalah variabel dependen yaitu kecemburuan (y) dan variabel independen yaitu perbedaan tipe kelekatan (x). Untuk skala Likert dengan mengukur derajat persetujuan dan ketidak setujuan (strongly agree-strongly disagree) akan diterapkan pada variabel dependen yaitu kecemburuan (y) yang menggambarkan sikap positif dan negatif subyek terhadap objek sikap. Objek sikap dalam penelitian ini adalah pasangan subyek. Dalam skala ini, skor akhir subyek merupakan skor total dari jawaban pada setiap pernyataan . Biasanya ada enam alternatif jawaban untuk subyek, yaitu sangat setuju (SS), Setuju (S), Agak setuju (AS), Agak Tidak Setuju (ATS), Tidak Setuju (STS), dan Tidak Setuju (TS). Subyek diminta memilih derajat kesetujuan atau ketidak setujuan untuk setiap pernyataan.
Sikap yang ditampilkan subyek mudah diinterpretasikan, hanya dengan melihat jumlah skor total subyek. Sikap positif atau menyetujui terhadap objek sikap akan terlihat dari jumlah keseluruhan yang tinggi. Sedangkan sikap yang negatif atau tidak menyetujui objek sikap akan terlihat dari jumlah total keseluruhan yang rendah. 3.4.2 Skala Kecemburuan Skala ini disusun berdasarkan aspek/komponen pada kecemburuan dikemukakan oleh White yaitu emosi, pikiran dan perilaku.
yang
50
Skoring yang digunakan untuk kategori kecemburuan pada penelitian ini untuk setiap aitem adalah berdasarkan norma pada tabel 3.1. Tabel 3. 1 Skor alternatif jawaban pada kategori pernyataan kecemburuan Pernyataan
STS
TS
ATS
AS
S
SS
Favourable
1
2
3
5
6
7
Unfavourable
7
6
5
3
2
1
Sebelum melakukan penelitian (field test), penulis terlebih dahulu melakukan uji coba (try out) terhadap angket sebanyak 67 subjek di fakultas psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 juli 2009. Berikut ini blue print skala kecemburuan. Tabel 3.2 Blue print kecemburuan try out NO ASPEK-
INDIKATOR
ASPEK 1.
EMOSI
NO AITEM
JML
Favorable Unfavorable a. Cemas
27*
29*
b. Marah
4*, 5*, 8*
6*, 7, 23
c. Takut
28*
30*
d. Sedih
2*
1*,
e. Khawatir
31*, 32*
33*, 34
f. Kecewa
46*
47
g. Frustrasi
18*,
19*
h. Sakit hati
15*, 16*
17*
i. Merasa tidak aman 14*
13
j. Merasa
10, 25
nyaman
tidak 9
36
51
2.
KOGNISI
k. Iri hati
20*, 24*
21*
l. Kesal
11*, 22*
12*, 26*
a. Curiga
36*, 31*
38*, 39*
b. Membandingkan
41*
40*
42
43*
diri
dengan
pesaing c. Menyalahkan diri d. Keinginan
untuk 44*
10
45*
diperlakukan secara khusus 3.
BEHAVIOUR/
a. Mengikuti
PERILAKU
48
49
50*
51*
53
52, 35*
kegiatan pasangan b. Memantau keberadaan pasangan c. Memata-matai d. Bertanya
pada 54*
55*
pasangan
20
e. Bertanya
pada 56*
57*
teman pasangan f.
Memeriksa barang 59*, 60*, pribadi
58*,61, 63*
pasangan 62*, 64*
(handphone, lemari, tas, dompet dll) g. Mengancam
66*
65
33
33
pesaing JUMLAH Keterangan *= aitem yang valid
66
52
Pada pelaksanaan try out dujikan sebanyak 66 aitem untuk mengukur sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur pada skala cemburu. Berdasarkan koefisien korelasi taraf signifikansinya 0.05 dengan r table = 0.250 setelah diuji validitas dan reliabilitasnya menggunakan SPSS versi 15.00 for windows aitem total ditemukan hanya 15 aitem yang tidak valid dan untuk penelitian peneliti hanya memakai 32 aitem dengan nilai validitas tertinggi dan aitem cemburu tersebut dianggap dapat mewakili setiap aspek cemburu. Dari hasil try out diperoleh reliabilitas Alpha Cronbach untuk skala cemburu sebesar 0,885, Pelaksanaan penelitian (field test), dilakukan pada 65 mahasiswa berpacaran di fakultas psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 7 Agustus 2009. Berikut ini blue print skala cemburu. Tabel 3.3 Blue print kecemburuan penelitian NO ASPEK-
INDIKATOR
ASPEK 1.
EMOSI
NO AITEM
JML
Favorable Unfavorable a. Cemas
13
15
b. Marah
3
4
c. Takut
14
16
d. Sedih
2
1
e. Khawatir
17
18
f. Frustrasi
8
9
g. Sakit hati
6
7
h. Iri hati
10
11
i. Kesal
5
12
18
53
2.
KOGNISI
a. Curiga
19
20
b. Membandingkan diri 22
21
dengan pesaing
3.
BEHAVIOUR/ PERILAKU
c. Keinginan untuk 23 diperlakukan secara khusus a. Memantau keberadaan 25
24
6
26
pasangan b. Bertanya pada
27
28
29
30
pasangan c. Bertanya pada teman
8
pasangan d. Memeriksa barang
32
31
16
16
pribadi pasangan (handphone, lemari, tas, dompet dll). JUMLAH
32
Dari hasil penelitian diperoleh reliabilitas Alpha Cronbach untuk skala cemburu sebesar 0,841.
3.4.3 Skala Tipe kelekatan Pada skala ini disusun berdasarkan tolak ukur dari Hazan dan Shaver (1987) yang memakai tiga tipe kelekatan yang berbeda, diantaranya tipe kelekatan aman (secure style), tipe kelekatan menghindar (avoidant style) dan tipe kelekatan cemas (ambivalent/anxious style).
54
Aitem yang dibuat sebanyak 66 aitem. Pada aitem tipe menghindar/avoidant berisi aitem yang mengungkap tentang prasangka pada diri sendiri dan pada pasangannya,
tipe aman/secure aitemnya mengungkap mengenai pandangan
positif terhadap diri sendiri dan terhadap pasangan, dan tipe cemas/ambivalent aaitemnya mengungkap kecemasan-kecemasan dalam diri dan kecemasan terhadap pasangan. Setiap tipe kelekatan akan diukur menggunakan skala penghitungan likert dengan range nilai 1-7, yaitu terdiri sangat setuju (SS), Setuju (S), Agak setuju (AS), Agak Tidak Setuju (ATS), Tidak Setuju (STS), dan Tidak Setuju (TS). Bersifat favourable memiliki nilai 1 untuk “sangat tidak setuju” sampai dengan 7 :sangat setuju. Dan nilai kebalikannya untuk aitem yang bersifat unfavourable. Skoring yang digunakan untuk
kategori tipe kelekatan pada
penelitian ini untuk setiap aitem adalah berdasarkan norma pada tabel 3.4 dibawah ini. Tabel 3. 4 Skor alternatif jawaban pada kategori pernyataan Tipe Kelekatan/Attachment style Pernyataan
STS
TS
ATS
AS
S
SS
Favourable
1
2
3
5
6
7
Unfavourable
7
6
5
3
2
1
Sebelum melakukan penelitian (field test), penulis terlebih dahulu melakukan uji coba (try out) terhadap angket sebanyak 67 subjek di fakultas psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 juli 2009. Berikut ini blue print skala Tipe kelekatan pada tabel 3.5.
55
Tabel 3.5 Blue print attachment style try out N
ASPEK-
INDIKATOR
O
ASPEK
1.
AMAN/
a. Memiliki dorongan
SECURE
diri untuk dekat
NO ITEM
JML
Favorable Unfavorable 2*, 5*
3*, 4*
1*, 6*, 7
8*
9*
10
dengan pasangan b. Merasa nyaman jika bergantung dengan pasangan c. Tidak merasa khawatir
22
ditinggalakan oleh pasangan d. Mencari dan
11*
12*
13, 14*
15*, 16*,
memberi dukungan pada pasangan e. Nyaman berbagi pikiran dan perasaan
17*, 18*
dengan pasangan f. Merasa pasangan
19*, 20*
21*, 22*
23, 24*
25, 26*
sebagai orang yang layak diberi perhatian dan dia juga merasa diperhatikan oleh pasangan 2.
MENGHINDAR / AVOIDANT
a. Kurang nyaman mengalami hubungan yang
56
terlalu akrab/intim b. Enggan untuk percaya dan
27*,
29, 30*, 32*
22
28*, 31
bergantung pada pasangan c. Menjaga agar
33*, 34
35, 36*
38*, 39*
37*, 40
41*, 44*
42, 43*
45*,
49, 50*
hubungan tidak terlalu akrab/intim d. Melibatkan sedikit emosi dalam menjalin hubungan e. Tidak ingin berbagi perasaan dan pikiran dengan pasangan 3.
CEMAS/
a. Meleburkan diri
AMBIVALENT
dengan pasangan
46*,
b. Takut diabaikan
47, 48*
51
c. Tidak sanggup
52*
55*, 56*
berdiri sendiri tanpa
53*
pasangan d. Khawatir pasangan
54*, 60*
tidak mencintainya e. Menjadi putus asa
57*, 58*, 59*
62*
63*
65*, 66*
61, 64*
33
33
22
ketika hubungan romantisme berakhir f. Merasa cemas ditinggalkan oleh pasangan JUMLAH
66
57
Pada pelaksanaan try out dujikan sebanyak 66 aitem untuk mengukur sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur pada skala tipe kelekatan. Berdasarkan koefisien korelasi taraf signifikansinya 0.05 dengan r table = 0.250, setelah diuji validitas dan reliabilitasnya menggunakan SPSS versi 15.00 for windows aitem total ditemukan hanya 11 aitem yang tidak valid dengan Alpha Cronbach sebesar 0,777. Untuk tipe kelekatan secara masing-masing terdapat 3 aitem yang tidak valid pada skala tipe kelekatan secure dengan alpha crobach sebesar 0,820, terdapat 5 aitem yang tidak valid pada skala tipe kelekatan avoidant dengan Alpha Cronbach sebesar 0,734, serta sebanyak 3 aitem yang tidak valid pada skala tipe kelekatan ambivalent dengan Alpha Cronbach sebesar 0,748. Dan untuk penelitian peneliti hanya memakai 36 aitem dengan nilai validitas tertinggi dan aitem tipe kelekatan tersebut dianggap dapat mewakili setiap aspek tiap tipe kelekatan.
Pelaksanaan penelitian (field test), dilakukan pada 65 mahasiswa di fakultas psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 7 Agustus 2009. Berikut ini blue print skala tipe kelekatan pada tabel 3.6. Tabel 3.6 Blue print attachment style penelitian N
ASPEK-ASPEK
INDIKATOR
NO AITEM
O 1.
Favorable AMAN (SECURE)
a. Memiliki diri
untuk
dorongan 2 dekat
Unfavorable 1
JML
58
dengan pasangan b. Merasa nyaman jika
3
4
c. Mencari dan memberi 5
6
bergantung
dengan
pasangan dukungan
pada
pasangan d. Nyaman
berbagi 7
8
pikiran dan perasaan dengan pasangan e.
Merasa sebagai
pasangan 9, 10
orang
11, 12
yang
layak diberi perhatian
12
dan dia juga merasa diperhatikan
oleh
pasangan 2. MENGHINDAR (AVOIDANT)
a. Kurang nyaman
13
14
b. Enggan untuk percaya 15
16
mengalami hubungan yang terlalu akrab/intim dan bergantung pada pasangan c. Menjaga
agar
hubungan tidak terlalu 17
18
akrab/intim d. Melibatkan
sedikit 20, 21
19, 22
emosi dalam menjalin hubungan e. Tidak ingin berbagi 23 perasaan dan pikiran dengan pasangan
24
12
59
3. CEMAS
a. Meleburkan diri
(AMBIVALENT)
25, 26
dengan pasangan b. Tidak sanggup berdiri
27
29, 30
28
31, 32
33
34
36
35
18
18
sendiri tanpa pasangan. c. Khawatir pasangan tidak mencintainya. d. Menjadi putus asa
12
ketika hubungan romantisme berakhir e. Merasa cemas JUMLAH
36
Dari hasil penelitian diperoleh reliabilitas Alpha Cronbach untuk skala tipe kelekatan sebesar 0,788, secure 0.888, avoidant 0.884, dan ambivalent 0.859
3.5
Teknik analisis data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis statistik yang meliputi : 1. Uji validitas dan reliabilitas Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu alat ukur mampu menghasilkan data yang akurat dan sesuai dengan tujuan ukurannya. Untuk menguji validitas skala, peneliti menggunakan SPSS versi 15,0 for Windows.
60
Menurut Azwar (2003), reliabilitas mengacu pada sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Dalam menguji reliabilitas pada penelitian ini penulis menggunakan Alpha Cronbach. 2. Kategorisasi tingkat tipe kelekatan dan kecemburuan Tujuan kategorisasi ini adalah untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur (Azwar, 2004). Untuk melihat subjek ke dalam kategori rendah, sedang, dan tinggi pada tingkat tipe kelekatan dan kecemburuan, maka rumusnya adalah :
( µ - 1,0 σ ) ≤ ( µ + 1,0 σ ) ≤
X < ( µ - 1,0 σ ) X < ( µ + 1,0 σ ) X
= Rendah = Sedang = Tinggi
Keterangan : µ
= Mean teoritis
σ
= Satuan deviasi standar
3. Korelasi antar variabel Dalam penelitian deskriptif korelasional, besar atau tingginya hubungan antar variabel dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi. Koefisien korelasi adalah besaran yang dapat menunjukkan kekuatan hubungan antara dua variabel dan dapat diketahui berdasarkan nilai r hasil analisis korelasi product moment Pearson. Sebagai kriteria korelasi antar variabel, penulis menggunakan signifikasi 0.05 dengan batasan r ≥ 0,250. Perhitungan korelasi mengggunakan formula Pearson Product Moment. Selain itu
61
penulis juga menggunakan korelasi parsial. Semua analisis statistik diolah secara komputerisasi dengan menggunakan program SPSS 15.0 for windows. 3.6
Prosedur penelitian
3.6.1 Persiapan 1.
Penulis melakukan perumusan masalah dan menentukan variabel yang akan diteliti.
2.
Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan gambaran dan landasan teori yang tepat mengenai variabel penelitian.
3.
Menyusun, dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian yaitu angket dalam bentuk skala Likert.
4.
Meminta izin untuk melaksanakan penelitiannya kepada Pembantu dekan bagian fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.6.2 Pelaksanaan 1.
Penelitian dilaksanakan di fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 7 Agustus 2009, pada pukul 09.00 WIB sampai dengan 15.00 WIB.
2.
Subjek sampel yang berada di fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dipilih secara purposive sampling (Judgmental sampling), sebanyak 65 orang.
3.6.3 Pengolahan data. 1.
Pada tahap ini penulis melakukan skoring terhadap hasil kuesioner yang telah diisi oleh subjek.
62
2.
Penulis menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh, kemudian membuat tabel data.
3.
Penulis melakukan analisis data statistik dengan menggunakan program SPSS 15.0 for windows.
63
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISA DATA
Pada bab ini akan dibahas tentang hasil penelitian hubungan tipe kelekatan dengan kecemburuan pada pasangan berpacaran mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Secara rinci bab ini akan mengulas mengenai gambaran umum responden, presentasi data, analisa data, serta pembahasan hasil. 4.1
Gambaran Umum Responden Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 65 orang, terdiri dari 33 responden
laki-laki dan 32 responden perempuan. Tabel 4.1 Jumlah Sampel Terpilih Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase
Laki-laki
33
50,8%
Perempuan
32
49,2%
Jumlah
65
100%
Selanjutnya gambaran umum responden akan diuraikan secara rinci berupa gambaran umum frekuensi dan persentase dari usia, semester, dan lama hubungan. 4.1.1
Berdasarkan Usia
Responden yang diambil dari penelitian ini adalah mahasiswa dengan rentang usia 18-25 tahun.
63
64
Tabel 4.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Rentang Usia
4.1.2
Usia
Frekuensi
Persentase
18-20
24
36,92%
21-23
38
58,46%
24-25
3
4,61%
Jumlah
65
100%
Berdasarkan Tingkat Semester
Responden yang diambil dalam penelitian dihitung dari tingkat semester 3-9. Tabel 4.3 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Tingkat Semester Semester
4.1.3
Frekuensi
Persentase
3
43
66,2%
5
15
23,1%
7
4
6,2%
9
3
4,6%
Jumlah
65
100%
Berdasarkan lama hubungan
Responden yang diambil memiliki masa lama hubungan lebih dari satu hari, lebih dari satu minggu, lebih dari satu bulan dan lebih dari satu tahun.
65
Tabel 4.4 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Lama Hubungan Lama Hubungan
4.2
Frekuensi
Persentase
lebih dari satu minggu
11
16.9%
lebih dari satu bulan
28
43.1%
lebih dari satu tahun
26
40%
Total
65
100%
Deskripsi Data penelitian
4.2.1
Deskripsi Skor Statistik Responden
Deskripsi skor statistik pada skala tipe kelekatan dan skala kecemburuan serta hasil yang diperoleh dengan menggunakan program SPSS 15.0 for windows dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.5 Deskripsi statistik Kecemburuan dan Tipe Kelekatan Std. N
Jumlah
Minimum
Maximum
Mean
Deviation Aitem
Kecemburuan 65
82.00
182.00
134.3538
24.43770
32
Kelekatan
98.00
185.00
142.3846
19.52858
36
65
66
Tabel 4.6 Deskripsi Statistik Secure, Avoidant, dan Ambivalent Std.
Jumlah Aitem
N
Minimum
Maximum
Mean
Deviation
Secure
65
34.00
83.00
65.2615
12.06399
12
Avoidant
65
16.00
70.00
37.0923
11.20090
12
Ambivalent
65
17.00
72.00
40.0308
12.62311
12
Dari penghitungan nilai rerata tipe kelekatan dan kecemburuan, dihasilkan nilai rerata terbesar pada variabel kelekatan, dengan mean sebesar 142.3846 kemudian diikuti kecemburuan dengan mean 134.3538. Untuk tipe kelekatan tersendiri rerata tertinggi terdapat pada variabel tipe secure dengan mean 65,2615 diikuti rerata dari variabel ambivalent dengan mean 40.0308 dengan nilai rerata terkecil diperoleh pada tipe kelekatan menghindar/avoidant dengan mean sebesar 37.0923.
4.2.2
Deskripsi Statistik Tipe Kelekatan dan Kecemburuan
Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh Sembiring (1994; dalam Helmi, 1999) bahwa bahwa variabel tipe kelekatan bukanlah variabel-variabel bebas secara ortogonal, artinya dalam setiap individu mempunyai ketiga macam tipe kelekatan tersebut, hanya saja kadarnya yang berbeda. Oleh karena itu sebagai data tambahan
menentukan tingkat tipe kelekatan (attachment style)
terhadap tingkat kecemburuan, subyek dibagi dalam tiga kategori yakni rendah, sedang, dan tinggi berdasarkan jumlah aitem-aitem yang terpilih. Dalam hal ini
67
peneliti menggunakan kategorisasi jenjang (ordinal) yaitu menempatkan subjek ke dalam kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (dalam Azwar, 2004). Rumus yang dipakai adalah sebagai berikut:
( µ - 1,0 σ ) ≤ ( µ + 1,0 σ ) ≤
X < ( µ - 1,0 σ ) = Rendah X < ( µ + 1,0 σ ) = Sedang X = Tinggi
Keterangan : µ
= Mean teoritis
σ
= Satuan deviasi standar Tabel 4.7 Deskripsi Data penelitian Tipe kelekatan (Attachment style) Menghindar/avoidant
Aman/secure
Cemas/ambivalent
X Min
28
57
49
X Max
46
73
31
Standar Deviasi
9
8
9
Mean
37
65
40
Tabel 4.8 Deskripsi Skor Kategori Avoidant, Secure, dan Ambivalent Kategori
Avoidant Frek
%
Secure Frek
%
Ambivalent Frek
%
Rendah
19
29,2%
17
26,2%
21
32,3%
Sedang
30
46,2%
28
43,1%
26
40%
Tinggi
16
24,6%
20
30,8%
18
27,7%
Jumlah
65
100%
65
100%
65
100%
68
Tabel 4.9 Deskripsi Data Penelitian Kecemburuan Perolehan X Min
82
X Max
182
Standar Deviasi
17
Mean
134
Tabel 4..10 Deskripsi Skor Kategori Kecemburuan Kategorisasi
4.2.3
Frekuensi
Persentase
Rendah
17
26,2%
Sedang
29
44,6%
Tinggi
19
29,2%
Jumlah
65
100%
Deskripsi Statistik Hubungan Tipe Kelekatan (Attachment Style) dengan Kecemburuan Tabel 4.11 aman/secure * kecemburuan Crosstabulation Kategori
Kecemburuan
Rendah Frek %
Kategori Secure Sedang Tinggi Frek % Frek %
Jumlah Frek
%
Rendah
3
4,6%
8
12,3%
6
9,2%
17
26,2%
Sedang
6
9,2%
16
24,6%
7
10,8%
29
44,6%
Tinggi
8
12,3%
4
6,2%
7
10,8%
19
29,2%
Jumlah
17
26,2%
28
43,1%
20
30,8%
65
100%
69
Berdasarkan ilustrasi diatas dapat digambarkan bahwa mahasiswa yang memiliki tipe kelekatan aman/secure rendah dengan kecemburuan rendah sebanyak 3 orang (4,6%), aman/secure rendah dengan kecemburuan sedang sebanyak 6 orang (9,2%), aman/secure rendah dengan kecemburuan tinggi sebanyak 8 orang (12,3%). Kemudian mahasiswa yang memiliki tipe kelekatan aman/secure sedang dengan kecemburuan rendah sebanyak 8 orang (12,3%), aman/secure sedang dengan kecemburuan sedang sebanyak 16 orang (24,6%), dan aman/secure sedang dengan kecemburuan tinggi sebanyak 4 orang (6,2%). Selanjutnya mahasiswa dengan tipe kelekatan aman/secure tinggi dengan dengan kecemburuan rendah sebanyak 6 (9,2%), aman/secure tinggi dengan kecemburuan sedang 7 orang (10,8%), aman/secure tinggi dengan kecemburuan tinggi sebanyak 7 orang (10,8%). Dari tingkat tipe kelekatan secure mahasiswa mayoritas memiliki tipe kelekatan secure sedang dengan tingkat kecemburuan sedang.
Tabel 4.12 Menghindar/Avoidant * kecemburuan Crosstabulation Kategori Kecemburuan
Kategori Avoidant Rendah Sedang Tinggi Frek % Frek % Frek %
Jumlah Frek
%
Rendah
4
6,2%
6
9,2%
7
10,8%
17
26,2%
Sedang
5
7,7%
20
30,8%
4
6,2%
29
44,6%
Tinggi
10
15,4%
4
6,2%
5
7,7%
19
29,2%
Jumlah
19
29,2%
30
46,2%
16
24,6%
65
100%
70
Berdasarkan ilustrasi diatas digambarkan bahwa terdapat 4 orang (6,2%) yang memiliki tipe kelekatan menghindar/avoidant rendah dengan kecemburuan rendah, terdapat 5 orang (7,7%) memiliki menghindar/avoidant rendah dengan kecemburuan
sedang,
dan
10
(15,4%)
mahasiswa
yang
memiliki
menghindar/avoidant rendah dengan kecemburuan tinggi. Selanjutnya terdapat 6 orang (9,2%) yang memiliki tipe kelekatan menghindar/avoidant sedang dengan kecemburuan
rendah,
terdapat
20
orang
(30,8%)
yang
memiliki
menghindar/avoidant sedang dengan kecemburuan sedang, terdapat 4 orang (6,2%) yang memiliki menghindar/avoidant sedang dengan kecemburuan tinggi. Dan terdapat 7 orang (10,8%) yang memiliki tipe kelekatan menghindar/avoidant tinggi dengan kecemburuan rendah, terdapat 4 orang (6,2%) yang memiliki menghindar/avoidant tinggi dengan kecemburuan sedang, serta terdapat 5 orang(7,7%) yang memiliki menghindar/avoidant tinggi dengan kecemburuan tinggi. Mayoritas mahasiswa memiliki tipe kelekatan menghindar avoidant sedang dengan tingkat kecemburuan sedang. Tabel 4.13 Cemas/Ambivalent * kecemburuan Crosstabulation Kategori Rendah Kecemburuan Frek %
Kategori Ambivalent Sedang Tinggi Frek % Frek %
Jumlah Frek
%
Rendah
12
18,5,6%
3
4,6%
2
3,1%
17
26,2%
Sedang
7
10,8%
16
24,6%
6
9,2%
29
44,6%
Tinggi
2
3,1%
7
10,8%
10
15,4%
19
29,2%
Jumlah
21
32,3%
26
43,1%
18
30,8%
65
100%
71
Berdasarkan ilustrasi diatas digambarkan bahwa terdapat 12 orang (18,5%) yang memiliki tipe kelekatan cemas/ambivalent rendah dengan kecemburuan rendah, terdapat 7orang (10,8%) memiliki cemas/ambivalent rendah dengan kecemburuan sedang, dan 2 orang (3,1%) mahasiswa yang memiliki cemas/ambivalent rendah dengan kecemburuan tinggi. Selanjutnya terdapat 3 orang (4,6%) yang memiliki tipe kelekatan cemas/ambivalent sedang dengan kecemburuan rendah, terdapat 16 orang (24,6%) yang memiliki cemas/ambivalent sedang dengan kecemburuan sedang, terdapat 7 orang (10,8%) yang memiliki cemas/ambivalent sedang dengan kecemburuan tinggi. Dan terdapat 2 orang (3,1%)
yang
memiliki
tipe
kelekatan
cemas/ambivalent tinggi dengan
kecemburuan rendah, terdapat 6 orang (9,2%) yang memiliki cemas/ambivalent tinggi dengan kecemburuan sedang, serta terdapat 10 orang (15,4%) yang memiliki cemas/ambivalent tinggi dengan kecemburuan tinggi.dari hasil tabulasi diperoleh mayoritas mahasiswa memiliki tipe kelekatan ambivalent sedang dengan tingkat kecemburuan sedang.
4.3
Uji Hipotesis Data penelitian ini berupa data interval dengan menggunakan uji statistik
parametrik serta teknik penelitian korelasional. Sehingga untuk melihat ada tidaknya korelasi antara dua variabel yaitu dengan menganalisis skor tipe kelekatan dan skor kecemburuan.
72
Dalam penelitian ini peneliti mengajukan hipotesa yaitu apakah ada hubungan antara tipe kelekatan terhadap kecemburuan. Untuk menguji hipotesa ini maka digunakan perhitungan korelasi menggunakan formula Pearson Product Moment Dalam penghitungannya, peneliti menggunakan program SPSS 15.0 for Windows. Dari uji statistik yang dilakukan didapatkan hasil berikut.
Tabel 4.14 Uji Hipotesis Tipe Kelekatan dan Kecemburuan
kecemburuan
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Tipe Kelekatan Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
kecemburuan
Kelekatan
1
.265(*)
65
.033 65
.265(*)
1
.033 65
65
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Tabel diatas menegaskan bahawa berdasarkan hasil perhitungan statistik, diperoleh tipe kelekatan dengan kekecemburuanan nilai koefisien korelasi r Hitung 0,265 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara tipe kelekatan dengan kecemburuan.
Selanjutnya, peneliti ingin melihat hasil uji hipotesis antara tipe kelekatan secure, tipe kelekatan avoidant dan tipe lekatan ambivalent dengan kecemburuan dapat dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
73
Tabel 4.15 Korelasi Kecemburuan dengan secure, avoidant dan ambivalent kecemburuan Secure Avoidant Pearson 1 -.282(*) -.269(*) Correlation Sig. (2.023 .030 tailed) N 65 65 65 Secure Pearson -.282(*) 1 -.031 Correlation Sig. (2.023 .808 tailed) N 65 65 65 Avoidant Pearson -.269(*) -.031 1 Correlation Sig. (2.030 .808 tailed) N 65 65 65 Ambivalent Pearson .527(**) -.087 -.185 Correlation Sig. (2.000 .489 .140 tailed) N 65 65 65 * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). kecemburuan
Ambivalent .527(**) .000 65 -.087 .489 65 -.185 .140 65 1
65
Menurut table diatas, berdasarkan hasil perhitungan statistik, diperoleh tipe kelekatan menghindar/avoidant dengan kecemburuan memiliki nilai koefisien korelasi r Hitung -0.269 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara tipe kelekatan menghindar/avoidant dengan kekecemburuanan. Kemudian untuk tipe kelekatan aman/secure dengan kekecemburuanan diperoleh nilai koefisien korelasi r Hitung sebesar -0.282 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara tipe kelekatan aman/secure dengan kekecemburuanan. Dan untuk tipe kelekatan cemas/ambivalent dengan kecemburuan diperoleh nilai koefisien korelasi r Hitung
74
sebesar 0.527 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara tipe kelekatan cemas/ambivalent dengan kekecemburuanan. Selain menggunakan korelasi Pearson Product Moment, selanjutnya untuk mengetahui kekuatan hubungan antar variabel kelekatan dengan kecemburuan, digunakan penghitungan korelasi Parsial dengan siginifikasi 0.05 yang tersaji pada tabel 4.16, 4.17 dan tabel 4.18. Tabel 4.16 Korelasi Parsial avoidant dan ambivalent terhadap kecemburuan dan secure Control Variables
Kecemburuan Secure Kecemburuan Correlation
Avoidant & Ambivalent
Secure
1.000
-.295
Significance (2-tailed)
.
.019
df
0
61
-.295
1.000
.019
.
61
0
Correlation Significance (2-tailed) df
Pada tabel diatas variabel kontrol avoidant dan ambivalent memiliki nilai t hitung sebesar -0.295 dengan probabilitas sebesar 0,19. Karena yang digunakan adalah sig t < 5 % (0,19 < 0,05). Kesimpulan yang dapat diambil bahwa ada hubungan antara avoidant dan ambivalent dengan kecemburuan dan secure .
75
Tabel 4.17 Korelasi Parsial secure dan ambivalent terhadap kecemburuan dan avoidant Control Variables Kecemburuan Correlation Significance (2-tailed) Secure & df Ambivalent Avoidant Correlation Significance (2-tailed) df
Kecemburuan Avoidant 1.000 -.228 . .072 0 61 -.228 1.000 .072 . 61 0
Data pda tabel diatas menjelaskan bahwa variabel kontrol secure dan ambivalent memiliki nilai t hitung sebesar -0.295 dengan probabilitas sebesar 0,072. Karena yang digunakan adalah sig t > 5 % (0,072 > 0,05). Kesimpulan yang dapat diambil tidak ada hubungan antara secure dan ambivalent dengan kecemburuan dan avoidant
Tabel 4.18 Korelasi Parsial secure dan avoidant terhadap kecemburuan dan ambivalent
Control Variables
Kecemburuan Ambivalent
Secure & Kecemburuan Correlation Avoidant Significance (2-tailed)
1.000
.501
.
.000
0
61
Correlation
.501
1.000
Significance (2-tailed)
.000
.
61
0
df Ambivalent
df
Tabel diatas menggambarkan variabel kontrol secure dan avoidant yang memiliki nilai t hitung sebesar 0.501 dengan probabilitas sebesar 0.00 Karena
76
yang digunakan adalah sig t < 5 % (0,00 < 0,05). Kesimpulan yang dapat diambil ada hubungan antara secure dan avoidant dengan kecemburuan dan ambivalent korelasi ini juga menunjukkan signifikasi paling kuat dibanding dengan variabel secure maupun avoidant
4.4
Pembahasan Hasil Berdasarkan rerata skor statistik tipe kelekatan secara umum diperoleh
(mean=142,3846) memperoleh kategori secure/sedang dan untuk kecemburuan (mean=134,3538)
juga
masuk
kategori
sedang.
untuk
tipe
kelekatan
menghindar/avoidant (mean=37,0923) masuk kategori sedang, untuk subyek memiliki skor tipe kelekatan aman/secure (mean=65,2615) dengan kategori tinggi dan tipe kelekatan cemas/ambivalent (mean=40,0308) dengan kategori sedang.
Dari hasil uji hipotesis secara umum diperoleh hasil bahwa tipe kelekatan memiliki korelasi positif dengan kekecemburuanan (r Hitung 0,265). Secara khusus pada tipe kelekatan menghindar/avoidant memiliki korelasi yang negatif terhadap kecemburuan (r Hitung -0,269) semakin tinggi skor tipe kelekatan menghindar/avoidant maka tingkat kecemburuan subyek semakin rendah. Kemudian tipe kelekatan aman/secure memiliki korelasi yang negatif dengan kecemburuan (r Hitung -0.282) hal ini menandakan bahwa semakin tinggi skor tipe kelekatan aman/secure semakin rendah tingkat kecemburuan subyek. Dan tipe kelekatan cemas/ambivalent memiliki korelasi positif dengan kecemburuan (r
77
Hitung 0.527) hal tersebut menyatakan bahwa semakin tinggi skor tipe cemas/ambivalent maka tingkat kecemburuan subyek semakin tinggi. Untuk uji hipotesis diperoleh tipe kelekatan dengan kecemburuan memiliki niai koefisien korelas r Hitung 0,265 maka H1 diterima, artinya ada hubungan yang signifikan antara tipe kelekatan dengan kekecemburuanan. Pada uji hipotesis tambahan diperoleh tipe kelekatan menghindar/avoidant dengan kecemburuan nilai koefisien korelasi r Hitung -0,269 maka H1 dterima, artinya ada hubungan antara tipe kelekatan menghindar/avoidant dengan kecemburuan Kemudian untuk aman/secure dengan kecemburuan diperoleh nilai koefisien korelasi r Hitung sebesar -0,282 maka H1 diterima, artinya ada hubungan antara tipe kelekatan aman/secure dengan kecemburuan. Dan untuk cemas/ambivalent dengan kecemburuan diperoleh nilai koefisien korelasi r Hitung sebesar 0,527 dan H1 diterima, artinya ada hubungan antara tipe kelekatan cemas/ambivalent dengan kecemburuan.
Pada penghitungan korelasi Parsial diperoleh, variabel kontrol avoidant dan ambivalent memiliki nilai t hitung sebesar -0.295 dengan probabilitas sebesar 0,19. Karena yang digunakan adalah sig t < 5 % (0,19 < 0,05) yang artinya ada hubungan antara avoidant dan ambivalent dengan kecemburuan dan secure. Untuk variabel kontrol secure dan ambivalent memiliki nilai t hitung sebesar 0.295 dengan probabilitas sebesar 0,072. Dengan sig t > 5% (0,072 > 0,05), hal ini menyatakan bahwaa tidak ada hubungan antara secure dan ambivalent dengan kecemburuan dan avoidant. Dan terakhirVariabel control secure dan avoidant
78
nilai t hitung sebesar 0.501 dengan probabilitas sebesar 0.00 Karena yang digunakan adalah sig t < 5 % (0,00 < 0,05). Kesimpulan yang dapat diambil ada hubungan antara secure dan avoidant dengan kecemburuan dan ambivalent Dengan demikian hubungan antara tipe kelekatan dengan kekecemburuanan pada mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang berpacaran memiliki keterkaitan, dimana untuk hubungan signifikan yang paling kuat berdasarkan hasil penghitungan korelasi Pearson Product Moment maupun korelasi Parsial diantara tipe kelekatan terhadap kecemburuan adalah tipe cemas/ambivalent.
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dari hasil penelitian, diskusi, serta saran tentang Hubungan tipe kelekatan/ attachment style dengan kecemburuan pada pasangan berpacaran mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syraif Hidayatullah Jakarta.
5.1.
Kesimpulan Berdasarkan dari hasil analisa data yang telah dilakukan, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tipe kelekatan dan kecemburuan pada pasangan berpacaran mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan signifikasi 0.05 dan perolehan r hitung 0.265.
5.2.
Diskusi
Berdasarkan rerata skor statistik tipe kelekatan secara umum diperoleh (mean=142,3846) memperoleh kategori secure/sedang dan untuk kecemburuan (mean=134,3538)
juga
masuk
kategori
sedang.
untuk
tipe
kelekatan
menghindar/avoidant (mean=37,0923) masuk kategori sedang, untuk subyek memiliki skor tipe kelekatan aman/secure (mean=65,2615) dengan kategori tinggi dan tipe kelekatan cemas/ambivalent (mean=40,0308) dengan kategori sedang.
79
80
Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan signifikasi 0.05 diperoleh bahwa tipe kelekatan dengan kecemburuan memiliki hubungan yang signifikan dengan r hitung 0.265. selain itu, masing-masing tipe kelekatan memiliki hubungan yang signifikan pula dengan kecemburuan tetapi dengan jenis korelasi berbeda seperti pada tipe menghindar/avoidant memiliki korelasi negatif dengan kecemburuan dengan r hitung -0.269, dimana semakin tinggi skor menghindar/avoidant maka kecemburuan seseorang semakin rendah, lalu pada tipe kelekatan aman/secure juga memiliki jenis korelasi negatif dengan kecemburuan dengan r hitung -0.282, dimana orang yang memiliki tingkat aman/secure yang tinggi maka memiliki tingkat kecemburuan rendah. Sebaliknya untuk cemas/ambivalent memiliki jenis korelasi positif dengan cemburu dengan
r hitung 0.527, dimana semakin tinggi
tingkat cemas/ambivalent maka ia semakin pecemburu.
Untuk uji hipotesis diperoleh tipe kelekatan dengan kecemburuan memiliki niai koefisien korelas r Hitung 0,265 maka H1 diterima, artinya ada hubungan yang signifikan antara tipe kelekatan dengan kekecemburuanan. Pada uji hipotesis tambahan diperoleh tipe kelekatan menghindar/avoidant dengan kecemburuan nilai koefisien korelasi r Hitung -0,269 maka H1 dterima, artinya ada hubungan antara tipe kelekatan menghindar/avoidant dengan kecemburuan Kemudian untuk aman/secure dengan kecemburuan diperoleh nilai koefisien korelasi r Hitung sebesar -0,282 maka H1 diterima, artinya ada hubungan antara tipe kelekatan aman/secure dengan kecemburuan. Dan untuk cemas/ambivalent dengan kecemburuan diperoleh nilai koefisien korelasi r Hitung sebesar 0,527 dan H1
81
diterima, artinya ada hubungan antara tipe kelekatan cemas/ambivalent dengan kecemburuan.
Dengan demikian hubungan antara tipe kelekatan dengan kekecemburuanan pada mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang berpacaran memiliki keterkaitan, dimana untuk hubungan signifikan yang paling kuat diantara tipe kelekatan terhadap kecemburuan adalah tipe cemas/ambivalent.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Sharpsteen & Kirkpatrick, (1997). adanya perbedaan keistimewaan dari suatu hubungan yang akrab/intim termasuk didalamnya reaksi cemburu terhadap ancaman kehilangan. Dimana untuk mengaktifkan sistem attachment/kelekatan adalah melalui perpisahan dengan figur lekat dan kedua ancaman berpisah dengan figur lekat. Perpisahan dari pasangan individu bisa jadi menyebabkan timbulnya sistem kelekatan mereka, dan tipe mereka akan menunjukkan bagaimana ungkapan cemburu mereka. Cemburu dan sistem kelekatan dipicu oleh kejadian sama, penerimaan fungsi yang sama, dan termasuk emosi yang sama (Sharpsteen & Kirkpatrick, 1997). Selain itu dengan signifikasi terkuat pada ambivalent hal ini membuktikan bahwa individu dengan tipe insecure pada suatu hubungan, kecemburuannya mudah timbul meskipun ancamannya sangat lemah ( Aditya & Sarwono, 2009).
82
Berdasarkan data yang diperoleh berdasarkan rentang usia, dapat diketahui bahwa lebih dari separuh responden dalam penelitian ini berada dalam rentang usia 19 – 22 tahun. Dengan jumlah responden yang berpacaran mayoritas dari semester 3 sejumlah 43 orang (66,2%) dan memiliki mayoritas lama hubungan lebih dari sebulan sebanyak 28 orang (43,1%). Hal ini sesuai dengan beberapa kesimpulan dari beberapa penelitian bahwa kecemburuan lebih sering timbul pada hubungan romantis yang masih baru. Hasil penelitian dari Knox dan Zusman (2009) menyebutkan bahwa mahasiswa yang yang telah berpacaran kurang dari satu tahun secara signifikan dilaporkan memiliki tingkat kecemburuan lebih tinggi dibanding yang telah berpacaran 13 bulan ke atas. Selain itu tipe hubungan (menikah versi belum menikah) dipercaya memiliki hubungan yang dekat dengan kecemburuan. Guerrero (1993) menemukan bahwa individu yang belum menikah memperlihatkan
intensitas
reaksi
emosional
maupun
kognisi
terhadap
kecemburuan ketika dibandingkan dengan individu yang telah menikah. Penelitian yang sama memperkirakan bahwa individu yang belum menikah lebih sering mengalami destructive coping mechanisms dibanding dengan individu yang belum menikah. Adapun hasil dari penelitian yang telah penulis lakukan memiliki kesamaan dengan hasil penelitian diatas dimana mayoritas sample yang memiliki kecemburuan berusia 19-20, dan berstatus belum menikah.
Pada tipe kelekatan secure memiliki frekuensi tertinggi pada aspek perilaku kecemburuan dengan kategori sedang (33,8), begitu pula pada tipe avoidant dan
83
ambivalent frekuensi tertinggi pada aspek kecemburuan adalah perilaku dengan kategori sedang masing-masing 36,9%.
Baik laki-laki maupun perempuan mayoritas bertipe kelekatan secure. Begitupun dalam hal tingkat cemburu keduanya sama mayoritas ada pada kategori sedang, hanya berbeda aspek kecemburuannya, perempuan lebih cenderung pada aspek emosi dan kognisi, sedangkan laki-laki pada aspek perilaku. Hubungan antara kecemburuan dan gender telah mendapat perhatian dari para ahli, diantaranya adalah Pines dan Aronson (1983) yang meneliti tingkat kecemburuan partisipan dengan sebuah skala dengan nilai 7, dan mereka menemukan indikasi bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan di tingkatan kecemburuan. Hal tersebut menjelaskan perlunya penelitian lebih lanjut untuk mengeneralisasikan keadaan tersebut, sampai akhirnya beberapa studi menemukan perbedaan yang signifikan dalam reaksi menghadapi cemburu dalam kajian gender (Buunk et al., 1991; Erber dan Erber, 2001; Shetel-Neuber, Byrson, dan Young, 1978). Penelitian-penelitian tersebut memperlihatkan bahwa wanita lebih cenderung pada reaksi emosional dan laki-laki cenderung pada reaksi permusuhan (Demirtas dan Donmez, 2006).
Sesuai dengan hasil yang diperoleh dari penelitian-penelitian sebelumnya yang menyatakan, penelitian pada cemburu berdasarkan perspektif social exchange
telah
mempelajari
faktor
yang
memiliki
keterkaitan
seperti
ketergantungan, tingkat perbandingan alternative, investasi, dan komitmen.
84
Dalam penelitian in, dapat diketahui bahwa seluruh responden mayoritas berjenis kelamin laki-laki di banding perempuan. Faktor kesediaan menjadi responden ikut mempengaruhi dalam pengambilan sampel. Berdasarkan rentang usia, dapat diketahui bahwa lebih dari separuh responden dalam penelitian ini berada dalam rentang usia 19 – 22 tahun. Dengan jumlah responden yang berpacaran mayoritas dari semester
3 sejumlah 43 orang (66,2%) dan memiliki mayoritas lama
hubungan lebih dari sebulan sebanyak 28 orang (43,1%). Disertai perolehan tipe kelekatan tertinggi pada responden adalah tipe avoidant sebanyak 30 responden (46,9%), dan tingkat kecemburuan tertinggi pada kategori sedang sebanyak 29 responden (44,6%). Hasil ini mungkin tidak sama dengan hasil sebagaimana Hazan dan Shaver peroleh yaitu 43% responden bertipe secure, hal ini tidak menutup kemungkinan disebabkan oleh masih lemahnya komitmen pada pasangan berpacaran yang menjadikan kelekatan mereka terhadap pasanganpun tidak begitu erat.
5.3.
Saran
Penulis menyadari bahwa dalam proses penelitian ini terdapat beberapa kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu bagi para peneliti selanjutnya yang berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan tema masalah yang sama disarankan untuk dapat menutupi segala kekurangan dan kelemahan dari penelitian ini agar hasilnya lebih representatif dan komprehensif.
85
Berdasarkan hasil uji hipotesis dan keterbatasan dalam penelitian, berikut ini ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan sebagai saran praktis dan teoritis: 1. Berdasarkan hasil penelitian dinyatakan bahwa mayoritas responden memiliki tipe kelekatan avoidants sedang dengan kata lain rata-rata responden memiliki keinginan untuk tidak meleburkan diri atau memiliki kedekatan yang cukup intim dengan pasangan, maka untuk penelitian selanjutnya penulis menganjurkan
bila ingin meneliti variabel
kecemburuan maupun tipe kelekatan, salah satunya disarankan untuk menggunakan variable yang dapat meneliti sikap mana mampu mempengaruhi ketergantungan maupun kedekatan terhadap pasangan misalnya dependency ataupun intimacy. 2. Untuk mengetahui signifikansi korelasi antara tipe kelekatan dengan cemburu dan untuk mendapatkan informasi mengenai hubungan romantis baik itu tipenya, maupun kejadian-kejadian yang terjadi didalam, baiknya menggunakan sampel yang telah memiliki hubungan cinta yang telah stabil, misalnya pada pasangan yang sudah menikah. 3. Bagi para mahasiswa di fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatulllah Jakarta, jika mereka memilih hubungan berpacaran sebagai salah satu hubungan sosial yang mereka bangun ketika menjalaninya mereka memiliki pengertian dan kepercayaan terhadap pasangannya. Karena disini kita membicarakan mengenai tipe kelekatan yang pada tiap orang memilikinya dengan kecenderungan berbeda, maka saran dari penulis untuk pasangan adalah mendominankan sikap secure (merasa aman dan
86
menerima) pada pasangan sehingga tercipta hubungan interpersonal yang baik dengan mengizinkan hadirnya cemburu yang wajar sebagai bumbu dari hubungan, bagaimanapun kecemburuan juga menunjukkan kecintaan. Untuk selanjutnya pasangan jangan terlalu menonjolkan sikap ambivalent (mencemaskan secara berlebihan) yang berujung pada sifat posesif dan mengekang pasangan, yang mana tentu saja sifat itu dapat mengundang kecemburuan yang sangat bahkan mungkin cemburu buta dan hubungan yang dibinapun akan rawan menghadapi perpisahan. Kemudian untuk sikap avoidant (menghindar, tidak peduli) tidak begitu diharapkan untuk lebih cenderung dibanding sikap yang lainnya, karena hal ini dapat menekan kecemburuan pasangan atau bahkan tak ada cemburu sama sekali, bila ini terjadi maka tujuan dari membina hubungan interpersonal untuk mendapat dukungan dari pasangan tak akan tercapai.
Dengan mengetahui sikap mana yang dapat membuat suatu hubungan interpersonal berkembang baik maka timbul harapan bahwa hubungan ini bisa menjadi salah satu motivasi yang membangun, sebagaimana dari hasil beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa dengan berpacaran dapat menjadi motivasi untuk berprestasi. Selain itu hubungan sosial ini bisa dijadikan sebagai bekal pengalaman kelak ketika memasuki jenjang hubungan yang lebih serius dan berjangka waktu lama serta penuh tanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA Aditya,P., dan Sarwono, S.W. (2009). Kecemburuan Pada Kaum Homoseksual Pria (Gay) Di Jakarta. Jurnal Mind Set hal 55-62 Amaliah, R (2008). Pengaruh Pendidikan Teman Sebaya Tentang Kanker Serviks Terhadap Kesadaran Diri Akan Perilaku Pacaran Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta : Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azwar, S. (2004). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Baron, R.A., dan Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial. Ratna Juwita (tej), Jakarta: Erlangga Bevan, J.L., dan Lannuti, P.J (1999). The Experience And Expression Of Romantic Jealousy In Same Sex And Opposite-Sex Romantic Relationship. Communication Research Reports, vol 19, no 3, hal 258-268 Brown, N.M., dan Amatea, E.S (2000). Love And Intimate Relationships: Journey Of The Heart. USA: Taylor & Francis Bush, R., Bush, C., Joseph P .(1991). Quality of realtionship and romantic jealousy : Effects of adult attachment and depression. San Francisco, US: Departement Of Education Buss, D.M (2000). The Dangerous Passion: Why Jealousy Is As Necessary As Love And Sex. New York: The Free Press Chaplin, J.P. (2005). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Colin, V.L (1996). Human attachment. Philadelphia, USA: Temple university press Cox, E (2001). Psychology for A level. New York, USA: Oxford university press
Crowell, J.A., dan Treboux, D (1995). A Review Of Adult Attachment Measures Implications For Theory And Research. Social Development, no 4 hal 294327 Demirtas, A., dan Donmez, A (2006). Jealousy In Close Relationships: Personal, Relational, And Situational Variables. Turkish Journal of Psychiatry, vol 17, no 3 Edalati, A., Redzuan, M. (2010). The Relationship Between Jealousy And Agression : A Review Of Literatures Related To Wive’s Agression. European Journal Of Scientific Research vol 39 no 4(2010) hal 498-504 Fleischmann, A.A., et.al (2005). Tickling The Monster: Jealousy Induction In Relationships. Journal Of Social And Personal Relationship, vol 22, no 1, hal 49-73 Fraley, R.C., dan Shaver, P.R (2000). Adult Romantic Attachment : Theoritical Developments, Emerging Controversies, And Unanswered Questions. Review Of General Psychology, vol 4, hal 132-154 Guerrero, L.K., dan Andersen, P.A (eds). (1998). The Darkside Of Close Relationships. USA: Lawrence Erlbaum Associates Inc Hansen, G.L. (1985). Dating Jealousy Among College Student. Mississippi, Sex Roles. vol 12. no 7/8. hal 713 Helmi, A.f. (1999). Gaya Kelekatan dan Konsep Diri. Jurnal Psikologi no 1 9-17. Univeritas Gajah Mada Hinde, R.A (1997) “ Relationships A Dialectical Perspective” United Kingdom: Psychology Press Publisher Kazdin, A.E (2000). Enclopedia of psychology. volume 4, USA: American Psychological Association Knox, D., dan Schacht, C (2010). Choices In Relationships: An Introduction To Marriage And The Family. Belmont, USA: Wadsworth cengage learning Legerstee, M et.al., (eds) (2010) “ Handbook Of Jealosy: Theory, Research, And Multidisciplinary Approaches” United Kingdom: Wiley-blackwell McGuirk, E.M., dan Pettijohn II, T.F (2008). Birth order and romantic relatinship style and attitudes in college students. North american of journal psychology, vol 10, no 1, hal 37-52 Nisa, A. (2010). Konflik Pacaran Jarak Jauh pada Individu Dewasa Muda. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma diunduh dari
www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/.../Artikel_10501257.pdf pada 2 Juni 2010 Pham, P.T. (2009). Effects Of Romantic Relationship On Academic Performance In College.Diunduh dari http://clearinghouse.missiouriwestern.edu/manuscripts/392.asp. Pada 22 Februari 2009 Potter-Efron, R.T (2005). Handbook Of Anger Management: Idividual, Couple, Family And Group Approachs. USA: The Haworth Clinical Practice Press Prasetyo, B., dan Jannah, L.M., (2005). Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada. Rothbard, J.C., dan Shaver, P.R (eds) (1994). Attachment In Adults: Cl Yor inical And Developmental Perspectives. New York: Guilford Publications Inc Saragih, J.I., Irmawati. (2005). Fenomena Jatuh Cinta Pada Mahasiswa. Ejurnal USU, Vol 1 Diunduh dari ejournal.usu.ac.id/component/jdownloads/?task=finish&cid=768. pada 4 April 2009 Semiun, Y (2006). Teori Kepribadian Dan Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta: Kanisius Sevilla, et all. (1993). Pengantar metode penelitian. Jakarta: UI Sharpsteen, D.J., dan Kirkpatrick, L.A (1997). Romantic Jealousy And Adult Romantic Attachment. Journal of Personality and Social Psychology. Vol 72(3), Mar 1997, 627-640. Strong, B., et al (2005). Human sexuality : Diversity in contemporary America. New York, USA: The McGraw-Hill Companies, Inc Subana, M., Sudrajat. (2001). Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia White, G.L (eds). (1999). Handbook Of Interpersonal Commitment And Relationship Stability. New York: Kluwer Academic/Plenum Publishers Widyarini (2009). Psikologi Populer: Menuju Perkawinan Harmonis. Jakarta: Elex Media Komputindo
ITEM KECEMBURUAN TRYOUT NO 1 2
3 4 5
6
7
8
9
10 11
12
13 14 15
16 17
PERNYATAAN SS Saya tidak sedih jika pasangan saya pergi dengan lawan jenis. Saya merasa sedih jika pasangan saya lebih perhatian pada temantemannya dibanding saya. Saya tidak sedih jika pasangan tidak jujur Saya marah jika pasangan memuji lawan jenis lain Saya marah jika pasangan saya tersenyum ramah pada lawan jenis lain Saya tidak marah jika pasangan saya lebih memilih curhat pada sahabatnya daripada saya. Saya tidak marah jika pasangan mengagumi lawan jenis lain selain saya Saya marah jika pasangan saya tidak melibatkan saya dengan kegiatannya. Saya sangat tidak nyaman jika pasangan saya terlalu mengagumi seorang artis Saya merasa nyaman jauh dari pasangan saya Saya kesal jika pasangan saya terlalu akrab dengan sahabat yang berlawanan jenis. Saya tidak kesal jika pasangan saya tidak menenemani saya saat bepergian. Saya merasa aman bergaul dengan teman lawan jenis pasangan saya Saya selalu merasa pasangan saya akan direbut oleh lawan jenis lain. Saya merasa sakit hati jika pasangan membandingkan saya dengan lawan jenis lain. Saya merasa sakit hati jika pasangan mencela saya Saya tidak sakit hati jika pasangan tidak perhatian
S
AS ATS
TS
STS
18 19 20 21
22
23
24 25
26 27 28
29 30 31 32
33
34
35
Saya merasa frustrasi jika diabaikan pasangan saya Pasangan selingkuh tidak membuat saya frustrasi Saya merasa iri jika pasangan saya sibuk dengan hobinya. Saya tidak iri jika pasangan memberikan perhatian pada temantemannya Saya kesal jika pasangan saya bersemangat menceritakan wanita/laki-laki yang baru dikenalnya Saya tidak marah pada pasangan jika dia memeluk dan mencium lawan jenis lain. Saya merasa iri mendengarkan kisah cinta masa lalu pasangan saya Saya merasa nyaman pergi ke tempat-tempat dimana pasangan saya menjadi pusat perhatian Saya tidak kesal jika ada no baru di handphone pasangan saya Saya merasa cemas bila pasangan saya terlihat sangat cantik/tampan Saya takut jika ada lawan jenis yang mencoba akrab dengan pasangan saya. Saya tidak cemas jika pasangan melirik lawan jenis lain Saya tidak takut jika ada lawan jenis lain yang merayu pasangan saya Saya khawatir seseorang akan merebut pasangan saya Ketika pasangan saya tidak berada dalam pandangan saya, saya khawatir bahwa dia akan tertarik pada orang/lawan jenis lain Saya tidak khawatir pasangan saya akan meninggalkan saya untuk orang lain Saya tdak khawatir bahwa pasangan tidak sungguh-sungguh mencintai saya saya tidak pernah menyuruh orang
36
37 38
39 40 41
42
43 44 45 46 47
48
49 50 51 52 53
untuk memata-matai kegiatan pasangan saya Saya curiga pasangan saya diamdiam menyimpan foto mantan kekasihnya. Saya pikir ada lawan jenis lain yang merayu pasangan saya Saya tidak pernah berpikir pasangan saya diam-diam menyukai lawan jenis lain Saya tidak curiga pasangan saya selingkuh degan lawan jenis lain Teman lawan jenis pasangan saya tidak lebih baik dari saya Saya merasa minder jika dibandingkan dengan teman lawan jenis pasangan saya Saya merasa kurang menarik dimata pasangan maka wajar jika dia tertarik dengan lawan jenis lain Kesalahan bukan ada pada saya jika pasangan tidak perhatian pada saya Saya ingin pasangan lebih perhatian pada saya daripada ke temannya Saya tidak memerlukan perhatian khusus dari pasangan saya Saya kecewa jika pasangan berbohong tentang kegiatannya Saya tidak kecewa jika pasangan berterus terang pada saya bahwa dia tertarik dengan lawan jenis lain Saya selalu mengikuti kegiatan pasangan saya yang melibatkan banyak orang Saya tidak perlu mengikuti kemanapun pasangan saya pergi Saya selalu memastikan dimana keberadaan pasangan Saya tidak perlu mencek dimana keberadaan pasangan saya Saya tidak ingin selalu mengawasi pasangan saya Saya kadang-kadang secara diamdiam mengikuti kemana pasangan saya pergi
54 55 56
57
58 59 60 61 62 63 64
65
66
Saya menanyakan pada pasangan apa saja kegiatannya Saya tidak menanyakan pada pasangan apakah dia selingkuh Saya bertanya pada teman pasangan apakah pasangan saya sedang tertarik dengan lawan jenis lain Saya tidak perlu bertanya pada teman pasangan saya untuk mengetahui keberadaan pasangan saya Saya tidak memeriksa laci pasangan Saya memeriksa saku pasangan Saya memeriksa handphone pasangan Saya tidak memeriksa lemari pasangan Saya memeriksa tas pasangan Saya tidak memeriksa dompet pasangan Saya memeriksa dan mengahapus no atau sms yang mencurigakan di handphone pasangan saya Saya tidak akan mengancam lawan jenis yang saya curigai pasangan saya tertarik padanya Saya mengancam lawan jenis yang saya curigai mencoba merayu pasangan saya
ITEM KECEMBURUAN PENELITIAN NO PERNYATAAN SS 1 Saya tidak sedih jika pasangan saya pergi dengan lawan jenis. 2 Saya merasa sedih jika pasangan saya lebih perhatian pada teman-temannya dibanding saya. 3 Saya marah jika pasangan memuji lawan jenis lain 4 Saya tidak marah jika pasangan saya lebih memilih curhat pada sahabatnya daripada saya. 5 Saya kesal jika pasangan saya terlalu akrab dengan sahabat yang berlawanan jenis. 6 Saya merasa sakit hati jika pasangan membandingkan saya dengan lawan jenis lain. 7 Saya tidak sakit hati jika pasangan tidak perhatian 8 Saya merasa frustrasi jika diabaikan pasangan saya 9 Pasangan selingkuh tidak membuat saya frustrasi 10 Saya merasa iri jika pasangan saya sibuk dengan hobinya. 11 Saya tidak iri jika pasangan memberikan perhatian pada teman-temannya 12 Saya tidak kesal jika ada no baru di handphone pasangan saya 13 Saya merasa cemas bila pasangan saya terlihat sangat cantik/tampan 14 Saya takut jika ada lawan jenis yang mencoba akrab dengan pasangan saya. 15 Saya tidak cemas jika pasangan melirik lawan jenis lain 16 Saya tidak takut jika ada lawan jenis lain yang merayu pasangan saya 17 Ketika pasangan saya tidak berada dalam pandangan saya, saya khawatir bahwa dia akan tertarik pada orang/lawan jenis lain 18 Saya tidak khawatir pasangan saya akan meninggalkan saya untuk orang lain 19 Saya curiga pasangan saya diam-diam menyimpan foto mantan kekasihnya.
S AS ATS
TS
STS
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
30
31 32
Saya tidak pernah berpikir pasangan saya diam-diam menyukai lawan jenis lain Teman lawan jenis pasangan saya tidak lebih baik dari saya Saya merasa minder jika dibandingkan dengan teman lawan jenis pasangan saya Saya ingin pasangan lebih perhatian pada saya daripada ke temannya Saya tidak memerlukan perhatian khusus dari pasangan saya Saya selalu memastikan dimana keberadaan pasangan Saya tidak perlu mencek dimana keberadaan pasangan saya Saya menanyakan pada pasangan apa saja kegiatannya Saya tidak menanyakan pada pasangan apakah dia selingkuh Saya bertanya pada teman pasangan apakah pasangan saya sedang tertarik dengan lawan jenis lain Saya tidak perlu bertanya pada teman pasangan saya untuk mengetahui keberadaan pasangan saya Saya tidak memeriksa dompet pasangan Saya memeriksa dan mengahapus no atau sms yang mencurigakan di handphone pasangan saya
AITEM ATTACHMENT STYLE TRYOUT NO 1 2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20 21 22
PERNYATAAN Saya merasa nyaman dekat dengan pasangan Saya tidak merasa sulit untuk dekat dengan pasangan Saya memerlukan keberanian besar untuk dekat dengan pasangan saya Saya merasa tidak nyaman ketika dekat dengan pasangan Sangat mudah bagi saya untuk dekat dengan pasangan Saya merasa nyaman bergantung pada pasangan Saya mendapatkan ketenangan hati ketika bergantung pada pasangan Saya mengalami kesulitan ketika meminta kenyamanan dan bantuan dari pasangan Saya tidak khawatir pasangan akan meninggalkan saya Saya khwatir jika harus meninggalkan pasangan Saya memberikan dukungan ketika pasangan membutuhkannya Saya tidak mencari pasangan ketika saya butuh bantuan atau dukungan Saya mudah memberikan kasih sayang pada pasangan Saya biasa membicarakan masalah dan kesusahan saya pada pasangan Saya tidak nyaman berbagi pikiran dan perasaan dengan pasangan Saya tidak pernah membicarakan kesulitan dan kecemasan saya pada pasangan Saya tidak memberikan kasih sayang sepenuhnya pada pasangan Saya tidak bisa terbuka tentang berbagai hal pada pasangan Saya merasa pasangan sangat perhatian Saya sangat perhatian pada pasangan Pasangan saya tidak perlu diberi perhatian berlebih Pasangan saya tidak mengerti akan
SS
S AS ATS
TS
STS
23 24
25 26
27 28 29 30 31 32
33 34 35
36 37 38
39
40
kebutuhan emosional saya Saya gugup ketika pasangan ingin lebih akrab/intim Pasangan saya menginginkan hubungan yang lebih akrab/intim, lebih dari yang saya rasakan nyaman melakukannya Saya merasa nyaman ketika pasangan mengutarakan perasaannya Saya tidak gelisah ketika pasangan menginginkan untuk lebih dekat dengan saya Saya sulit untuk membiarkan diri saya bergantung pada pasangan Saya menemui kesulitan untuk mempercayai pasangan Saya merasa tidak nyaman ketika berbohong pada pasangan Saya tidak merasa kesulitan bergantung pada pasangan saya Bagi saya pasangan bukanlah orang yang bisa diandalkan Saya merasa tidak sulit menjadikan pasangan sebagai orang yang dapat diandalkan Hubungan romantisme saya selalu dangkal dan tidak terlalu intim Saya menarik diri ketika pasangan ingin lebih dekat/intim dengan saya Saya tidak menghindar ketika pasangan mencoba untuk lebih akrab/intim dengan saya Saya tidak menjaga jarak dengan pasangan agar tidak terlalu akarab/intim Saya berusaha untuk menunjukkan perasaan terdalam saya pada pasangan Saya mungkin akan membiarkan hubungan romantisme yang agak mendalam dibandingkan yang biasa orang lain lakukan Untuk menghargai pasangan, maka tidak salah jika saya melibatkan hanya sedikit emosi dalam hubungan Emosi adalah hal penting yang harus dilibatkan dalam suatu hubungan romantisme
41 42 43
44 45
46
47 48
49
50
51
52
53 54 55 56
57
Saya merasa tidak nyaman berbagi pikiran dan perasaan dengan pasangan Saya memilih untuk selalu berbagi suka dan duka dengan pasangan Saya mudah mengungkapkan apa yang ada di hati dan pikiran saya pada pasangan Saya ingin akrab/intim dengan pasangan tapi saya sering menarik diri Saya ingin menyatu sepenuhnya dengan pasangan, dan dorongan ini kadang membuat pasangan menjauhi saya Keinginan saya untuk dekat dengan pasangan lebih besar dibandingkan keinginan pasangan Pasangan tidak ingin selalu dekat dengan saya sesering yang saya mau Saya ingin menjalin hubungan yang mendalam/serius dengan pasangan, tapi hal tersebut membuat pasangan saya menghindar Saya tidak pernah menekan pasangan saya untuk lebih menunjukkan perhatian dan keakraban pada saya Saya tidak pernah memikirkan bahwa keinginan saya untuk lebih dekat dengan pasangan membuat takut pasangan Saya tidak merasa bahwa pasangan akan mengabaikan keinginan saya untuk lebih akarab/intim Saya merasa pasangan enggan untuk lebih perhatian seperti yang saya inginkan Saya lebih menyukai memiliki pasangan daripada menjadi single/jomblo Ketika pasangan tidak ada ketika saya membutuhkannya, saya menjadi frustasi Saya tidak merasa cemas ketika tidak memiliki pasangan Mudah bagi saya memberikan kesempatan/waktu pada pasangan untuk sendiri Jika pasangan saya tidak berada di dekat saya sesering yang saya mau, saya jadi cemas dan mudah marah
58 59
60
61
62 63
64 65 66
Saya sering merasa khawatir pasangan tidak sungguh-sungguh mencintai saya Saya tidak khawatir pasangan tidak sungguh-sungguh ingin memiliki hubungan romantis dengan saya Saya banyak menghabiskan waktu untuk mengkhawatir hubungan romantisme saya Saya tidak khawatir pasangan tidak mencintai saya sebesar cinta saya padanya Saya merasa putus asa ketika pasangan menyatakan putus Berakhirnya suatu hubungan romantis tidak menjadikan saya merasakan sedih yang berkepanjangan Saya tidak selalu merasa khawatir akan ditinggalkan pasangan Saya sering cemas jika memikirkan akan kehilangan pasangan Saya gelisah jika membayangkan jika saya tidak bersama dengan pasangan saya lagi
AITEM ATTACHMENT STYLE PENELITIAN NO PERNYATAAN SS 1 Saya memerlukan keberanian besar untuk dekat dengan pasangan saya 2 Sangat mudah bagi saya untuk dekat dengan pasangan 3 Saya merasa nyaman bergantung pada pasangan 4 Saya mengalami kesulitan ketika meminta kenyamanan dan bantuan dari pasangan 5 Saya memberikan dukungan ketika pasangan membutuhkannya 6 Saya tidak mencari pasangan ketika saya butuh bantuan atau dukungan 7 Saya biasa membicarakan masalah dan kesusahan saya pada pasangan 8 Saya tidak memberikan kasih sayang sepenuhnya pada pasangan 9 Saya merasa pasangan sangat perhatian 10 Saya sangat perhatian pada pasangan 11 Pasangan saya tidak perlu diberi perhatian berlebih 12 Pasangan saya tidak mengerti akan kebutuhan emosional saya 13 Pasangan saya menginginkan hubungan yang lebih akrab/intim, lebih dari yang saya rasakan nyaman melakukannya 14 Saya tidak gelisah ketika pasangan menginginkan untuk lebih dekat dengan saya 15 Saya sulit untuk membiarkan diri saya bergantung pada pasangan 16 Saya tidak merasa kesulitan bergantung pada pasangan saya 17 Hubungan romantisme saya selalu dangkal dan tidak terlalu intim 18 Saya tidak menjaga jarak dengan pasangan agar tidak terlalu akarab/intim 19 Saya berusaha untuk menunjukkan perasaan terdalam saya pada pasangan 20 Saya mungkin akan membiarkan hubungan romantisme yang agak mendalam dibandingkan yang biasa
S
AS ATS TS
STS
21
22
23 24
25
26
27
28
29 30
31
32 33 34
35 36
orang lain lakukan Untuk menghargai pasangan, maka tidak salah jika saya melibatkan hanya sedikit emosi dalam hubungan Emosi adalah hal penting yang harus dilibatkan dalam suatu hubungan romantisme Saya merasa tidak nyaman berbagi pikiran dan perasaan dengan pasangan Saya mudah mengungkapkan apa yang ada di hati dan pikiran saya pada pasangan Saya ingin menyatu sepenuhnya dengan pasangan, dan dorongan ini kadang membuat pasangan menjauhi saya Keinginan saya untuk dekat dengan pasangan lebih besar dibandingkan keinginan pasangan Saya lebih menyukai memiliki pasangan daripada menjadi single/jomblo Ketika pasangan tidak ada ketika saya membutuhkannya, saya menjadi frustasi Saya tidak merasa cemas ketika tidak memiliki pasangan Mudah bagi saya memberikan kesempatan/waktu pada pasangan untuk sendiri Jika pasangan saya tidak berada di dekat saya sesering yang saya mau, saya jadi cemas dan mudah marah Saya sering merasa khawatir pasangan tidak sungguh-sungguh mencintai saya Saya merasa putus asa ketika pasangan menyatakan putus Berakhirnya suatu hubungan romantis tidak menjadikan saya merasakan sedih yang berkepanjangan Saya tidak selalu merasa khawatir akan ditinggalkan pasangan Saya sering cemas jika memikirkan akan kehilangan pasangan
Jealousy Reliability Try Out Cronbach's Alpha .885
N of Items 66
Item-Total Statistics
NO_1 NO_2 NO_3 NO_4 NO_5 NO_6 NO_7 NO_8 NO_9 NO_10 NO_11 NO_12 NO_13 NO_14 NO_15 NO_16 NO_17 NO_18 NO_19 NO_20 NO_21 NO_22 NO_23 NO_24 NO_25 NO_26 NO_27 NO_28 NO_29 NO_30 NO_31 NO_32 NO_33 NO_34
Scale Mean if Item Deleted 260.7910 260.2239 260.1194 261.2985 261.5970 261.0597 260.8358 262.1045 261.2537 260.3134 260.9701 261.5970 261.8060 261.5373 260.4478 260.4776 260.5970 261.2239 260.5373 260.9701 261.3731 261.0000 260.4478 261.1940 261.0299 260.9701 262.2687 260.5672 261.1493 260.8657 260.7164 261.5970 261.5373 261.2985
Scale Variance if Item Deleted 1625.683 1643.964 1647.258 1612.910 1628.638 1648.299 1680.624 1650.640 1674.677 1669.673 1644.575 1645.214 1680.644 1613.161 1630.069 1629.708 1623.456 1649.479 1618.010 1633.181 1638.631 1644.636 1667.857 1639.007 1685.363 1614.151 1646.987 1629.249 1654.341 1630.270 1622.600 1624.578 1630.222 1669.576
Corrected Item-Total Correlation .425 .392 .297 .511 .455 .311 .085 .370 .132 .171 .332 .364 .091 .534 .416 .429 .514 .280 .483 .433 .427 .319 .123 .349 .065 .481 .321 .432 .269 .449 .431 .503 .426 .160
Cronbach's Alpha if Item Deleted .882 .883 .884 .881 .882 .884 .886 .883 .886 .885 .883 .883 .886 .881 .882 .882 .881 .884 .881 .882 .882 .883 .886 .883 .886 .881 .883 .882 .884 .882 .882 .881 .882 .885
NO_35 NO_36 NO_37 NO_38 NO_39 NO_40 NO_41 NO_42 NO_43 NO_44 NO_45 NO_46 NO_47 NO_48 NO_49 NO_50 NO_51 NO_52 NO_53 NO_54 NO_55 NO_56 NO_57 NO_58 NO_59 NO_60 NO_61 NO_62 NO_63 NO_64 NO_65 NO_66
262.2537 261.2239 261.4328 261.5672 261.8060 262.0746 261.5224 261.8209 260.9851 260.7313 260.7313 259.9403 261.6119 262.0746 262.4776 261.1642 261.6866 262.3433 262.5373 260.7612 261.2687 261.8507 261.8358 262.1045 262.1791 261.2985 262.3134 261.9254 261.6119 262.1642 262.9104 262.2388
1654.556 1637.692 1621.734 1644.007 1646.401 1723.100 1652.071 1668.331 1651.560 1656.866 1659.533 1657.330 1677.211 1672.555 1675.162 1658.018 1636.340 1680.986 1666.646 1626.912 1648.139 1654.402 1639.412 1650.368 1654.240 1634.303 1670.188 1647.100 1631.999 1644.442 1685.992 1638.882
Scale Statistics Mean 265.2836
Variance 1692.812
Std. Deviation 41.14380
Jealousy Reliability Statistics Cronbach's Alpha .841
N of Items 32
N of Items 66
.275 .340 .454 .347 .323 .287 .278 .171 .285 .263 .289 .275 .099 .160 .138 .260 .365 .127 .173 .511 .320 .273 .375 .274 .268 .390 .149 .288 .401 .364 .097 .350
.885 .883 .882 .883 .883 .890 .884 .885 .884 .884 .885 .884 .886 .885 .885 .884 .883 .885 .885 .881 .883 .884 .883 .884 .885 .883 .886 .884 .882 .883 .885 .883
Jealousy Item-Total Statistics
NO_1 NO_2 NO_3 NO_4 NO_5 NO_6 NO_7 NO_8 NO_9 NO_10 NO_11 NO_12 NO_13 NO_14 NO_15 NO_16 NO_17 NO_18 NO_19 NO_20 NO_21 NO_22 NO_23 NO_24 NO_25 NO_26 NO_27 NO_28 NO_29 NO_30 NO_31 NO_32
Scale Mean if Item Deleted 129.0308 129.5538 130.1846 129.1077 130.0769 130.3538 128.6154 130.2308 130.3846 130.4154 130.1077 130.2308 129.0462 130.7231 131.2615 130.2769 130.2923 128.5846 130.2308 130.0000 131.5231 129.9692 131.0462 130.0462 128.6000 130.2923 130.5231 130.9385 131.4000 130.0615 131.4462 130.4154
Scale Variance if Item Deleted 576.030 586.720 571.653 569.723 551.760 546.482 565.865 535.305 560.678 573.309 575.566 540.118 554.482 581.922 581.321 578.547 541.398 561.028 535.305 576.500 572.378 564.468 557.357 543.732 562.056 540.960 564.503 559.684 573.119 575.840 577.938 570.840
Jealousy Scale Statistics Mean 134.3538
Variance 597.201
Std. Deviation 24.43770
N of Items 32
Corrected Item-Total Correlation .235 .070 .231 .258 .500 .569 .302 .687 .381 .215 .198 .655 .372 .129 .121 .176 .634 .363 .687 .157 .269 .343 .443 .604 .373 .639 .337 .414 .242 .215 .188 .242
Cronbach's Alpha if Item Deleted .840 .845 .840 .840 .832 .830 .838 .826 .836 .841 .841 .828 .836 .843 .844 .842 .828 .836 .826 .843 .839 .837 .834 .829 .836 .828 .837 .835 .840 .841 .841 .840
Attachment Reliability Try Out Reliability Statistics Cronbach's Alpha .777
N of Items 66
Item-Total Statistics
NO_1 NO_2 NO_3 NO_4 NO_5 NO_6 NO_7 NO_8 NO_9 NO_10 NO_11 NO_12 NO_13 NO_14 NO_15 NO_16 NO_17 NO_18 NO_19 NO_20 NO_21 NO_22 NO_23 NO_24 NO_25 NO_26 NO_27 NO_28 NO_29 NO_30 NO_31 NO_32 NO_33
Scale Mean if Item Deleted 257.8507 257.8060 257.7463 258.3134 257.7463 257.7612 257.9403 257.4179 256.7313 257.6716 258.1493 258.5970 257.7313 257.7910 257.4627 258.0000 257.5522 257.2090 258.0149 257.5075 257.4478 257.1493 257.5522 257.9552 257.6716 257.7164 257.4179 257.2836 257.9254 257.8060 258.3284 258.4776 257.9104
Scale Variance if Item Deleted 925.190 924.522 941.223 925.309 953.738 953.215 962.754 914.368 932.563 917.194 925.220 948.759 926.139 1004.289 922.555 923.212 943.100 893.410 914.833 914.920 907.312 900.099 934.009 939.862 932.981 955.782 944.489 933.570 972.797 979.219 966.709 951.344 930.204
Corrected Item-Total Correlation .314 .301 .370 .326 .288 .371 .200 .399 .261 .106 .337 .159 .220 .357 .312 .316 .268 .554 .394 .413 .462 .498 .235 .195 .252 .360 .337 .435 .289 .445 .237 .338 .281
Cronbach's Alpha if Item Deleted .771 .772 .776 .771 .778 .769 .780 .769 .773 .776 .771 .776 .779 .760 .771 .771 .773 .763 .769 .768 .767 .765 .774 .775 .773 .769 .772 .766 .778 .765 .781 .774 .772
NO_34 NO_35 NO_36 NO_37 NO_38 NO_39 NO_40 NO_41 NO_42 NO_43 NO_44 NO_45 NO_46 NO_47 NO_48 NO_49 NO_50 NO_51 NO_52 NO_53 NO_54 NO_55 NO_56 NO_57 NO_58 NO_59 NO_60 NO_61 NO_62 NO_63 NO_64 NO_65 NO_66
256.9851 257.6269 257.9851 257.6567 257.2537 257.7313 258.0597 258.3582 258.3881 257.8358 257.5224 256.3582 257.0896 257.6716 257.8657 257.5224 256.5075 256.5224 256.7463 257.1940 256.6119 256.9701 257.2239 257.1045 257.1493 257.1493 257.2687 256.7761 257.0149 257.3731 256.8806 257.0299 256.9701
940.439 982.540 982.076 963.956 974.950 946.199 943.936 948.445 943.726 949.624 928.859 954.900 935.537 933.194 946.057 912.344 909.223 913.011 930.192 939.492 902.423 911.090 979.389 965.610 951.917 967.432 949.412 955.328 939.621 932.450 919.743 926.454 937.151
Scale Statistics Attachment Mean 261.4776
Variance 965.708
Std. Deviation 31.07584
Secure reliability try out Cronbach's Alpha .820
N of Items 22
N of Items 66
.188 .172 .278 .294 .309 .334 .217 .139 .239 .403 .282 .377 .291 .241 .352 .437 .462 .153 .314 .393 .528 .490 .345 .326 .298 .344 .122 .062 .223 .295 .357 .349 .294
.775 .785 .785 .775 .784 .773 .779 .776 .775 .768 .772 .768 .772 .774 .773 .768 .767 .778 .772 .769 .765 .767 .770 .771 .775 .772 .777 .779 .774 .772 .770 .771 .774
Item-Total Statistics
NO_1 NO_2 NO_3 NO_4 NO_5 NO_6 NO_7 NO_8 NO_9 NO_10 NO_11 NO_12 NO_13 NO_14 NO_15 NO_16 NO_17 NO_18 NO_19 NO_20 NO_21 NO_22
Scale Mean if Item Deleted 79.2836 79.2388 79.1791 79.7463 79.1791 79.1940 79.3731 78.8507 78.1642 79.1045 79.5821 80.0299 79.1642 79.2239 78.8955 79.4328 78.9851 78.6418 79.4478 78.9403 78.8806 78.5821
Scale Variance if Item Deleted 338.934 339.124 344.846 347.707 349.846 351.280 360.904 330.826 345.806 331.489 330.762 350.090 338.745 375.843 335.883 326.825 347.076 320.506 327.433 324.421 317.713 320.277
Scale Statistics Mean 82.9104
Variance 368.810
Std. Deviation 19.20443
Avoidant reliability Cronbach's Alpha .734
N of Items 22
N of Items 22
Corrected Item-Total Correlation .368 .343 .274 .254 .225 .385 .073 .476 .282 .208 .527 .293 -.145 .508 .381 .524 .265 .599 .525 .599 .676 .602
Cronbach's Alpha if Item Deleted .813 .815 .818 .818 .820 .814 .826 .808 .817 .819 .806 .816 .836 .807 .813 .805 .818 .801 .805 .802 .798 .801
Item-Total Statistics
NO_23 NO_24 NO_25 NO_26 NO_27 NO_28 NO_29 NO_30 NO_31 NO_32 NO_33 NO_34 NO_35 NO_36 NO_37 NO_38 NO_39 NO_40 NO_41 NO_42 NO_43 NO_44
Scale Mean if Item Deleted 77.1343 77.5373 77.2537 77.2985 77.0000 76.8657 77.5075 77.3881 77.9104 78.0597 77.4925 76.5672 77.2090 77.5672 77.2388 76.8358 77.3134 77.6418 77.9403 77.9701 77.4179 77.1045
Scale Variance if Item Deleted 230.300 233.192 227.859 230.091 224.485 220.057 243.981 243.756 229.416 233.512 228.345 231.492 236.895 240.067 230.942 238.654 229.491 228.233 233.572 238.969 231.823 229.034
Scale Statistics Mean 81.0597
Variance 251.936
Std. Deviation 15.87248
Ambivalent Reliability Statistics Reliability Statistics Cronbach's Alpha .748
N of Items 22
N of Items 22
Corrected Item-Total Correlation .168 .267 .163 .340 .384 .479 .065 .376 .187 .370 .356 .214 .195 .163 .314 .359 .323 .176 .302 .187 .276 .329
Cronbach's Alpha if Item Deleted .734 .726 .733 .720 .716 .709 .742 .718 .732 .720 .719 .728 .732 .733 .722 .719 .722 .733 .724 .732 .725 .721
Item-Total Statistics
NO_45 NO_46 NO_47 NO_48 NO_49 NO_50 NO_51 NO_52 NO_53 NO_54 NO_55 NO_56 NO_57 NO_58 NO_59 NO_60 NO_61 NO_62 NO_63 NO_64 NO_65 NO_66
Scale Mean if Item Deleted 92.3881 93.1194 93.7015 93.8955 93.5522 92.5373 92.5522 92.7761 93.2239 92.6418 93.0000 93.2537 93.1343 93.1791 93.1791 93.2985 92.8060 93.0448 93.4030 92.9104 93.0597 93.0000
Scale Variance if Item Deleted 236.999 228.016 229.516 240.974 223.615 215.404 224.493 225.419 226.449 216.355 227.121 253.101 229.270 229.028 239.270 226.091 228.310 232.831 221.972 214.083 224.299 229.242
Scale Statistics Mean 97.5075
Variance 247.557
Std. Deviation 15.73394
Attachment Reliability Statistics Cronbach's Alpha .788
N of Items 36
N of Items 22
Corrected Item-Total Correlation .149 .294 .301 .366 .063 .512 .166 .377 .305 .500 .331 .351 .305 .289 .296 .349 .096 .288 .452 .521 .398 .255
Cronbach's Alpha if Item Deleted .749 .740 .739 .734 .755 .723 .724 .734 .739 .724 .737 .772 .739 .740 .737 .736 .753 .740 .729 .722 .733 .743
Attachment Item-Total Statistics
NO_1 NO_2 NO_3 NO_4 NO_5 NO_6 NO_7 NO_8 NO_9 NO_10 NO_11 NO_12 NO_13 NO_14 NO_15 NO_16 NO_17 NO_18 NO_19 NO_20 NO_21 NO_22 NO_23 NO_24 NO_25 NO_26 NO_27 NO_28 NO_29 NO_30 NO_31 NO_32 NO_33 NO_34 NO_35 NO_36
Scale Mean if Item Deleted 136.5385 137.1692 136.6769 137.0308 137.1385 136.6308 137.0923 137.1692 136.7692 136.9846 137.2154 136.9385 139.9077 139.2000 139.3846 139.0154 139.1538 139.2000 139.3385 139.2000 139.4462 139.0308 139.1692 139.4769 138.5846 139.3538 139.2923 138.8923 138.9692 139.2308 138.6154 139.2462 139.1538 139.3692 138.5077 139.3692
Scale Variance if Item Deleted 368.190 361.393 360.691 369.499 372.246 361.549 356.585 361.393 357.649 356.109 366.047 371.152 375.366 371.788 354.709 355.109 347.226 357.725 361.509 367.256 366.063 365.312 356.299 356.535 368.153 363.138 362.085 378.941 350.343 355.774 366.772 360.157 362.695 361.768 363.348 365.205
Corrected Item-Total Correlation .258 .268 .359 .177 .121 .367 .371 .268 .370 .360 .222 .142 .112 .116 .459 .397 .495 .351 .300 .187 .230 .211 .360 .406 .145 .270 .271 -.007 .414 .367 .156 .310 .235 .300 .206 .258
Cronbach's Alpha if Item Deleted .784 .783 .780 .786 .788 .780 .779 .783 .779 .779 .785 .788 .788 .789 .776 .778 .773 .780 .782 .786 .784 .785 .779 .778 .789 .783 .783 .795 .776 .779 .788 .781 .784 .782 .786 .783
Attachment Scale Statistics Mean 142.3846
Variance 381.365
Std. Deviation 19.52858
N of Items 36
Secure Reliability Cronbach's Alpha .888
N of Items 12
Secure Item-Total Statistics
NO_1 NO_2 NO_3 NO_4 NO_5 NO_6 NO_7 NO_8 NO_9 NO_10 NO_11 NO_12
Scale Mean if Item Deleted 59.4154 60.0462 59.5538 59.9077 60.0154 59.5077 59.9692 60.0462 59.6462 59.8615 60.0923 59.8154
Scale Variance if Item Deleted 126.497 117.763 122.251 121.366 130.015 124.316 130.874 117.763 122.107 119.652 122.866 126.934
Secure Scale Statistics Mean 65.2615
Variance 145.540
Std. Deviation 12.06399
Avoidant Reliability Cronbach's Alpha .844
N of Items 12
N of Items 12
Corrected Item-Total Correlation .659 .684 .702 .696 .395 .674 .334 .684 .625 .639 .601 .497
Cronbach's Alpha if Item Deleted .877 .874 .874 .874 .890 .876 .894 .874 .878 .877 .879 .885
Avoidant Item-Total Statistics
NO_13 NO_14 NO_15 NO_16 NO_17 NO_18 NO_19 NO_20 NO_21 NO_22 NO_23 NO_24
Scale Mean if Item Deleted 34.6154 33.9077 34.0923 33.7231 33.8615 33.9077 34.0462 33.9077 34.1538 33.7385 33.8769 34.1846
Scale Variance if Item Deleted 117.709 109.804 107.929 103.828 106.621 105.429 109.982 103.023 107.226 104.727 100.235 106.528
Corrected Item-Total Correlation .272 .397 .523 .591 .457 .536 .407 .607 .520 .532 .684 .550
Cronbach's Alpha if Item Deleted .846 .840 .831 .825 .836 .830 .839 .824 .831 .830 .818 .829
Avoidant Scale Statistics Std. N of Mean Variance Deviation Items 37.0923 125.460 11.20090 12 Ambivalent Reliability Cron bach's Alpha .859
N of Items 12
Ambivalent Item-Total Statistics
NO_25 NO_26 NO_27 NO_28 NO_29 NO_30 NO_31 NO_32 NO_33 NO_34 NO_35 NO_36
Scale Mean if Item Deleted 36.2308 37.0000 36.9385 36.5385 36.6154 36.8769 36.2615 36.8923 36.8000 37.0154 36.1538 37.0154
Scale Variance if Item Deleted 134.837 135.656 132.527 143.659 133.709 135.641 136.665 135.254 133.506 134.765 132.351 138.765
Corrected Item-Total Correlation .510 .594 .650 .312 .541 .545 .442 .583 .564 .633 .551 .550
Cronbach's Alpha if Item Deleted .850 .844 .840 .863 .848 .847 .855 .845 .846 .842 .847 .847
Ambivalent Scale Statistics Mean 40.0308
Variance 159.343
Std. Deviation 12.62311
N of Items 12
Tests of Normality
Jealousy Attachment Secure Avoidant Ambivalent
Kolmogorov-Smirnov(a) Statistic df Sig. .064 65 .200(*) .097 65 .200(*) .124 65 .015 .069 65 .200(*) .112 65 .041
Statistic .981 .975 .948 .968 .952
Shapiro-Wilk df 65 65 65 65 65
Sig. .407 .211 .009 .090 .014
*
This is a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction
Model Summary Adjusted R Std. Error of R R Square Square the Estimate .647(a) .419 .380 19.24406 a Predictors: (Constant), Ambivalent, Secure, Avoidant, Attachment Model 1
ANOVA(b)
Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 16000.831 22220.030 38220.862
df 4 60 64
Mean Square 4000.208 370.334
F 10.802
Sig. .000(a)
a Predictors: (Constant), Ambivalent, Secure, Avoidant, Attachment b Dependent Variable: Jealousy Coefficients(a) Unstandardized Coefficients
Model 1
(Constant) Attachment Secure Avoidant Ambivalent
B 119.581 .286 -.514 -.479 .638
a Dependent Variable: Jealousy
Std. Error 21.247 .126 .194 .199 .192
Standardized Coefficients Beta .249 -.263 -.249 .367
t B 5.628 2.275 -2.649 -2.401 3.319
Sig. Std. Error .000 .027 .010 .019 .002