1
STRATEGI KOMUNIKASI BADAN NARKOTIKA PROVINSI DKI JAKARTA DALAM MENSOSIALISASIKAN KESADARAN ANTI NARKOBA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh : BADRU TAMAM ALWAHDI NIM. 10605100178
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/ 2010 M
2
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 Agustus 2010
Badru Tamam Al wahdi
3
4
5
ABSTRAK Badru Tamam Alwahdi Strategi Komunikasi Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta Dalam Mensosialisasikan Kesadaran Anti Narkoba Penyalahgunaan narkoba yang terjadi di masyarakat semakin meningkat setiap tahunnya, hal ini sangat meresahan. Dampak yang timbulkan oleh narkoba tidak hanya berpengaruh pada penggunanya saja, tetapi juga pada stabilitas sosial. Penyalahgunaan narkoba bisa menyebabkan kanker paru-paru, hepatitis dan HIV AIDS. Penyalahgunaan narkoba juga dilarang oleh Islam, seperti terdapat dalam surat Al Maidah, ayat 90. Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta, sebagai badan yang menanggulangi peredaran dan penyalahgunaan narkoba di wilayah Jakarta, diharuskan memiliki strategi komunikasi yang efektif, sehingga kesadaan warga akan bahaya yang ditimbulan narkoba terus meningkat. Strategi komunikasi merupakan salah satu kunci keberhasian dalam mensosialisasikan kesadaran anti narkoba di masyarakat. Penelitian ini bertujuan menjawab pertanyaan berikut ini. Pertama, Bagaimana Strategi komunikasi Badan Narkotika provinsi DKI Jakarta dalam mensosialisasikan anti narkoba? Kedua, Strategi komunikasi apa yang lebih efektif, yang diterapkan Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta dalam mensosialisasikan kesadaran anti narkoba? Metode yang digunakan penulis dalam mencari data yang diperlukan adalah metode deskriptif analisis melalui pendekatan kualitatif, yaitu dengan cara melalui pengamatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi di Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta secara langsung. Untuk memudahkan dalam menganalisis data-data yang diperoleh dari penelitian, penulis menggunakan teori-teori strategi, komunikasi, dan strategi komunikasi. Selain itu penulis juga menggunakan teori Fred R David yang membagi strategi menjadi tiga tahapan, perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi starategi. Tahapan-tahapan ini diharapkan mampu menjadi pisau analisis dari data yang dikumpulkan dalam penelitian strategi komunikasi Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta ini. Strategi komunikasi Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta dalam mensosialisasikan kesadaran anti narkoba menggunakan dua cara, penyuluhan dan strategi komunikasi menggunakan media cetak (majalah, stiker dan leaflet). Dalam pelaksanaannya, BNP lebih sering melakukan penyuluhan dalam mensosialisaikan kesadaran anti narkoba, hal ini terbukti dengan terlaksananya program penyuluhan dan penyuluhan yang tidak terprogram di awal tahun. Sedangkan strategi melalui media cetak, dalam pelaksanaannya tidak berjalan mulus. Faktor anggaran menjadi kendala utama disamping proses pengumpulan materi majalah yang cukup panjang.
6
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
segala puji marilah kita panjatkan kepada Dzat Yang
Maha Kuasa, segala puji atas Dzat Yang Maha Suci, serta syukur kepada Dzat Yang Maha Ghafur. Yang masih memberikan kesempatan kepada penulis untuk beribadah kepada-Nya dan untuk bersholawat kepada kekasih-Nya, serta dengan izin-Nya pula penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa terucap kepada manusia yang agung. Semoga rahmat Allah selamanya mengalir keharibaan sang pemimpin kita semua, Muhammad ibn Abdullah. Dialah rosul kemanusiaan. Dialah teladan hidup penuh ketakwaan dan kebahagiaan bagi seluruh umat manusia. Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tidak mudah jalan yang ditempuh untuk bisa merampungkan tugas akhir ini. Sifat malas, proses perizinan, pengumpulan materi dan data merupakan tantangan yang kerap kali dihadapi oleh penulis. Dengan anugrah yang Allah berikan, penulis mampu melewati semua tantangan, dan dapat menyeselaikan skripsi ini. Penulis persembahkan skripsi ini kepada bapak (Mahmud Ali) dan kepada ibu (Romlah). Setiap tetes keringat dan air mata yang mengalir adalah doa yang tak pernah terputus. Kalian adalah anugrah terindah yang Allah berikan kepada penulis. Untuk kakakku dan pasangannya (Linda & Supri) dan adikku (khaerunnasihin), kalian adalah pelengkap dari kekosongan hidup ini.
7
Selanjutnya penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi, rasa terima kasih penulis ucapkan kepada: 1. Bapak Dr. Arief Subhan M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pudek I, bapak Drs. H. Mahmud Djalal, M.A selaku Pudek II dan bapak Drs. Study Rizal LK, M.A selaku Pudek III. 2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi bapak Drs. Jumroni. M.Si dan Seketaris Jurusan ibu Umi Musyarrofah. MA. 3. Bapak H. Zakaria. MA sebagai pembimbing skripsi yang selalu setia dan sabar membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Seluruh staff BNP DKI Jakarta, khususnya Pak Indar Taufiq (Kabag Litbang) dan Ibu Ratih Wulandari (Kasubag Komunitas, Bidang Prevensi). Yang telah meluangkan waktu extra untuk mendampingi penulis di tengah padatnya program BNP. 5. Keluarga Besar KPI B angkatan 2006 (Asep, Azra, Besse, Dafiq, Deni, Desti, Devi, Dian P, Dian K, Didi, Dini, Eko, Eki, Eri, Erza, Fahmi, Fathonah, Fikri, Fifit, Fitri, Fitriani, Gita, Halimah, Hari, Hambali, Hamiludin, Heni, Ida, Nisfi, Nunu, Selli). Kalian pemberi makna dalam sebuah persahabatan.
8
6. Keluarga Besar Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) INSTITUT, khususnya (M.S Wibowo, Dede S, Agnes, Lilis, Tyo Zulfan, Hanif dan Akhwani) untuk pengalaman berorganisasi dan persahabatan 7. Keluarga Besar KKN Puraseda Bogor, 2009. Juga Keluarga besar Paviliun Sedap Malam (Mukhtar fauzi, Rahmat Bewox, Lukman, Arsil, Kikim, Azra, Lelew, Biang, Daviek, Ust Fikri, Diput, Said). 8. Semua pihak yang terlibat membantu dalam penulisan skripsi ini. Pada akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Hanya ucapan inilah yang dapat penulis berikan, semoga Allah yang akan membalas semua kebaikan keluarga dan sahabat-sahabatku tercinta. Amin ya Rabbal Alamin.
Jakarta, 23 Agustus 2010
Badru Tamam Al Wahdi
9
DAFTAR ISI
ABSTRAK......................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
v
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................
7
D. Metodologi Penelitian .........................................................
8
E. Tinjauan Pustaka ................................................................. 12 F. Sistematika Penulisan.......................................................... 12 BAB II
TINJAUAN TEORITIS A. Strategi Komunikasi 1. Pengertian Strategi ........................................................ 14 2. Tahapan-tahapan Strategi .............................................. 16 3. Pengertian Komunikasi…………………………………. 18 4. Strategi Komunikasi……………………………………. 25 5. Fungsi Strategi Komunikasi……………………………. 29 B. Narkoba 1. Pengertian Narkoba ....................................................... 30 2. Jenis-jenis Narkoba ....................................................... 31
10
BAB III
GAMBARAN UMUM BADAN NARKOTIKA PROVINSI
DKI JAKARTA A. Sejarah Berdiri Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta ....... 36 B. Visi dan Misi ...................................................................... 38 C. Struktur Organisasi ............................................................. 40 D. Fungsi dan Tugas ................................................................ 42 BAB IV
PENEMUAN DATA DAN ANALISIS A. Strategi Komunikasi Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta Dalam Mensosialisasikan Kesadaran Anti Narkoba ............ 46 B. Strategi Komunikasi Efektif, Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta Dalam Mensosialisasikan Kesadaran Anti Narkoba ............................................................................. 74
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................................... 76 B. Saran................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 79 LAMPIRAN
11
DAFTAR TABEL
TABEL 1 .........................................................................................................
9
TABEL 2 ......................................................................................................... 49 TABEL 3 ......................................................................................................... 55 TABEL 4 ......................................................................................................... 67
12
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Kehidupan akan tampak “hampa” atau tiada kehidupan sama sekali apabila tidak ada komunikasi. Dengan adanya komunikasi berarti adanya interaksi antar manusia. 1 Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan komunikasi antara satu dengan lainnya. Melalui komunikasi
seseorang
mampu
memenuhi
kebutuhan
hidupnya,
mampu
menyampaikan apa yang ada dalam benaknya dan melalui komunikasi seseorang tidak akan terasing dari lingkungan sekitarnya. Menurut Barelson dan Steiner seperti yang dikutip dalam buku Raudhonah, komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka dan lain-lain. 2 Proses penyampian pesan ini dilakukan oleh komunikator kepada komunikan, komunikator bisa berupa perorangan atau lembaga. Agar komunikasi berjalan dengan baik dan pesan yang disampaikan komunikator sampai pada komunikan maka dibutuhkan strategi yang baik. Strategi pada hakikatnya adalah perpaduan antara planning (perencanaan) dan management (manejemen) untuk mencapai suatu tujuan. Strategi tidak hanya
1
Raudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h.12
2
Raudhonah, ilmu komunikasi, h. 21
13
berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan peta arah saja melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.3 Dalam upaya mencapai keberhasilan, suatu instansi pemerintah seperti Badan Narkotika Provinsi DKI
Jakarta
yang
bergerak dalam bidang
penanggulangan penyalahgunaan narkoba di masyarakat, harus memiliki strategi komunikasi yang baik dan metode yang strategis. Hal ini diperlukan agar sosialisasi mengenai pentingnya menjauhi narkoba dapat diterima oleh masyarakat sehingga sosialisasi ini menuai hasil yang positif. Menurut William F. Gluek yang dikutif dalam buku Amirullah, strategi adalah cara suatu lembaga untuk menjawab suatu tantangan lingkungan. Strategi dirancang untuk meyakinkan bahwa sasaran dasar perusahaan atau organisasi akan
dicapai
dengan
pelaksanaan
yang
tepat
oleh
organisasi
yang
melaksanakannya. 4 Hal ini menegaskaan, untuk menjawab tantangan lingkungan Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta membutuhkan strategi komunikasi yang efektif. Strategi ini bisa berupa melakukan penyuluhan di sekolah-sekolah baik mulai tingkat SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Bisa juga menggunakan media massa, seperti memasang iklan layanan masyarakat yang berisikan bahaya penggunaan narkoba atau juga melalui poster yang dapat ditempel di sekolahsekolah dan tempat umum lainnya.
3
Onong Uchyana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 1992), h. 32 4
h.4
Amirullah dan Sri Budi Cantika, Manajemen Strategis, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2000),
14
Narkoba kepanjangan dari narkotika, psikotropika dan bahan zat adiktif adalah sekelompok obat, bahan atau zat bukan makanan yang jika diminum, diisap, ditelan atau disuntikkan akan berpengaruh pada kerja tubuh, terutama otak dan sering menimbulkan ketergantungan. Karena pengaruhnya pada kerja otak, narkoba mengubah perasaan, cara berpikir dan perbuatan seseorang.5 Pengguna narkoba semakin meningkat setiap tahunnya. Di kalangan Sekolah Menengah Pertama saja pengguna narkoba pada tahun 2007 mencapai 7.486 orang dan meningkat tajam pada tahun 2008 dengan pengguna 10.819 orang. Sedangkan pada tingkat Sekolah Menengah Atas pengguna narkoba pada tahun 2007 mencapai 23.727 dan meningkat tajam pada tahun 2008 dengan pengguna 28.470.6 Maraknya penggunaan narkoba di masyarakat merupakan penyalahgunaan obat. Penyalahgunaan obat sendiri adalah pemakaian obat bukan untuk tujuan pengobatan, melainkan untuk dapat menikmati pengaruhnya. Pengaruh yang ditimbulkan narkoba adalah, timbulnya rasa senang, percaya diri, mudah menjalin hubungan akrab, ingin bergerak terus (tripping). Hal ini yang menyebabkan banyak pengguna narkoba tertarik untuk mencoba.7 Program
sosialisasi
yang
dilakukan
BNP
DKI
Jakarta
dalam
mensosialisasikan kesadaran anti penyalahgunaan narkoba dianggap penting, 5
Lidya Harlina Martono, Menangkal Narkoba Dan Kekerasan, (Jakarta: Balai Pustaka,
2006), h. 19 6
Data diperoleh dari Badan Narkotika Nasional, Buku Petunjuk Teknis Advokasi Bidang Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Lembaga Dan Instansi Pemerintah 7
h. 5
Danny I. yatim, Kepribadian, Keluarga Dan Narkotika, (Jakarta: Penerbit Arcan, 1986),
15
karena narkoba memiliki efek samping yang mengerikan. Penggunaan narkoba yang berlebihan dapat menyebabkan kematian. Pemakaian narkoba menyebabkan kerusakan beberapa organ tubuh (hati, jantung, paru-paru) dan menimbulkan berbagai macam penyakit berbahaya seperi kanker paru, HIV/AIDS, hepatitis, bahkan gangguan jiwa.8 Selain itu, efek samping yang ditimbulkan dari penyalahgunaan narkoba tidak hanya berpengaruh pada penyalahgunanya saja tapi juga mengganggu stabilitas keluarga dan lingkungan sosial. Penyalahguna akan melakukan apa saja agar kebutuhan untuk mengkonsumsi narkoba dapat terpenuhi. Termasuk dengan menjual benda-benda yang berada di dalam rumah, juga mencuri benda-benda berharga masyrakat untuk dijadikan uang. Sosialisasi anti penyalahgunan narkoba juga dianggap penting karena penyalahgunaan narkoba merupakan hal yang diharamkan dalam Islam. Islam sebagai agama yang diwahyukan oleh Allah kepada nabi Muhammad SAW, telah jauh sekali memperhatikan bahaya penggunaan hal-hal yang dapat memabukkan. Bahaya narkoba termasuk kedalam hal-hal yang memabukkan, dan dianalogikan seperi khamer (minuman keras).9 Seperti yang tertera dalam Al Quran, surat Al Maidah ayat 90:
8
Lidya Harlina Martono, Menangkal Narkoba Dan Kekerasan, h. 21
9
Jefri Al-Bukhari, Sekuntum Mawar Untuk Remaja, (Jakarta: Al-Mawardi, 2005), h.27
16
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”. (QS. Al Maidah: 90)
Hal ini juga dipertegas oleh sabda Rosulullah SAW: (ﻛُﻞﱡ ﻣُﺴْﻜِﺮٍ ﺧَﻤْﺮٌ وَﻛٌﻞﱡ ﺧَﻤْﺮٍ ﺣَﺮَامٌ )ﻣﺴﻠﻢ “Setiap yang memabukkan itu khamer dan setiap khamer adalah haram”. (HR. Muslim).
Hukum hadis tersebut berkaitan dengan keburukan yang diakibatkannya. pengaharaman khamr di dalam Islam disebabkan terdapat hal-hal yang memabukkan dan hilangnya akal sehat. Dengan demikian kedudukan obat terlarang yang kedudukannya sama dengan khamr di dalam agama Islam dianggap sesuatu yang haram. 10 Karena baik minuman keras, ganja, heroin dan zat adiktif lainnya dapat memabukkan dan menyebabkan kehilangan kesadaran. Pengunaan narkoba yang marak terjadi di masyarakat tidak hanya menyebabkan kerusakan pisik bagi penggunanya tapi juga melanggar hal yang diharamkan oleh agama. Maka Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta harus memiliki berbagai strategi untuk memberikan kesadaran masyarakat bahwa pentingnya menjauhkan diri, anak dan keluarga dari narkoba. selain untuk menjauhkan diri dari bahan zat berbahaya juga melaksanakan perintah Allah dengan menjauhi hal-hal yang diharamkan oleh-Nya.
10
Adnan Hasan Baharits, Bahaya Obat Terlarang Terhadap Anak Kita (Jakarta: Gema
Insani, 2004), Cet. ke-6, h. 5
17
BNP sebagai badan yang menanggulangi penyalahgunaan narkoba dalam pelaksanaan sosialisasi anti narkoba menggunakan dua cara. Strategi komunikasi publik (penyuluhan) dan strategi komunikasi melalui media cetak (majalah, stiker dan leaflet). Dengan menggunakan dua strategi itu, BNP diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa bahaya narkoba tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja melainkan tanggung jawab kita bersama. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian ini diberi judul ”Strategi Komunikasi Badan Narkotika Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Dalam Mensosialisasikan Kesadaran Anti Narkoba”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, Peneliti mengkonsentrasikan penelitian ini hanya pada strategi komunikasi publik (penyuluhan) dan strategi komunikasi melalui media cetak (majalah, stiker dan leaflet) yang diterapkan Bidang Prevensi dan bidang Litbang-info Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta dalam mensosialisasikan kesadaran anti narkoba. Mengacu pada pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimana strategi komunikasi yang diterapkan Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta dalam mensosialisasikan kesadaran anti narkoba? 2. Strategi komunikasi mana yang lebih efektif, yang diterapkan Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta dalam mensosialisasikan kesadaran anti narkoba?
18
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi yang diterapkan Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta dalam mensosialisasikan pentingnya kesadaran anti narkoba. Juga untuk mengetahui strategi komunikasi mana yang lebih efektif, yang diterapkan Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta dalam mensosialisasikan anti narkoba. 2. Manfaat Penelitian a. Segi Akademis Penelitian ini diharapkan menjadi stimulus penelitian lebih lanjut dan lebih sempurna guna memperkaya teori-teori komunikasi yang berkaitan dengan strategi
komunikasi.
Juga
dapat
memberikan
tambahan
referensi
dan
perbandingan bagi studi-studi selanjutnya. Dengan demikian akan menambah wawasan dan pengetahuan mengenai strategi komunikasi. Penelitian ini juga diharapakan pada saatnya dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menemukan terori-teori baru mengenai ilmu komunikasi. b. Segi Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan input yang positif bagi Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta dalam proses penyampaian komunikasi kepada masyarakat baik secara langsung maupun melalui media massa. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan strategi komunikasi dalam memberikan informasi mengenai bahaya narkoba di masyarakat. Dengan begitu strategi komunikasi bisa sampai kepada masyarakat secara baik.
19
D. Metodelogi Penelitian 1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif, Sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau lembaga yang diamati. Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Disini lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman kualitas data bukan kuantitas data. a. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta, beralamatkan gedung bekas Walikota Jakarta Selatan, Jl. Trunojoyo 1 No. 1, Jakarta Selatan. Tlp (021) 72793133 – Fax (021) 7268977). Penelitian ini hanya difokuskan pada dua bidang yang terdapat dalam BNP, Bidang Prevensi dan Bidang Litbang-Info. Dalam penelitian kualitaf, subjek penelitian ditentukan dengan purposive sampling. Menurut Nurul Zuriah dalam bukunya Metodelogi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Pemilihan subjek dalam purposive sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan populasi yang diketahui sebelumnya. Dengan kata lain, unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kariteris-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian.11
11
Nurul Zuriah, Metodelogi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara,
2007), h.124
20
Dalam penelitian ini bidang prevensi dan litbang memiliki keterkaitan yang kuat dan dapat merepresentasikan kegiatan sosialisasi anti narkoba di BNP DKI Jakarta. Dalam proses penyuluhan yang dilakukan BNP DKI Jakarta, fokus sosialisasi pencegahan dan penyalahgunaan narkoba terdapat dalam dua bidang ini, sedangkan bidang yang lain fokus terhadap supremasi hukum dan rehabilitasi. Sedangkan objek penelitian ini adalah strategi komunikasi Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta dalam mensosialisasikan kesadaran anti narkoba. Juga strategi komunikasi mana yang lebih efektif dalam pelaksanaan sosialisasi anti narkoba. 2. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Peneliti melakukan teknik wawancara bebas terpimpin. Yaitu peneliti mempersiapkan beberapa pertanyaan yang kemudian dijawab dengan bebas dan terbuka secara tatap muka langsung dengan Bidang Prevensi Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta. Wawancara ini dilakukan guna memperoleh informasi mengenai company profile dan strategi komunikasi yang diterapkan Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta, sehingga data yang digunakan menjadi lebih akurat dalam penelitian ini. b. Observasi Peneliti melakukan obsevasi langsung ke Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta. Observasi ini sebagai bentuk pengamatan langsung di lapangan, berguna
21
untuk menjelaskan, memerikan dan merinci12 strategi komunikasi yang diterapkan Badan Narkotika provinsi DKI Jakarta dalam sosialisasi bahaya narkoba. Hal ini bertujuan untuk melengkapi data wawancara. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable13 dengan melakukan teknik pengumpulan data dan menginvestasi dokumen-dokumen yang relevan serta memiliki keterkaitan dengan permasalahan yang diteliti oleh peneliti. Dalam hal ini peneliti mendatangi langsung Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta untuk memperoleh dokumen-dokumen yang terkait dengan kebutuhan penelitian. 3. Analisa Data Adapun teknik digunakan peneliti dalam menganalisa data adalah analisis deskriptif. Fungsi analisis deskriptif yaitu memberikan gambaran umum tentang data yang telah diperoleh. Gambaran umum ini bisa menjadi acuan melihat karakteristik data yang diperoleh. Ciri dari analisis ini adalah menitikberatkan pada observasi. Peneliti bertindak sebagai pengamat. Secara singkat, hasil penelitian ini diolah dan disajikan dengan cara melaporkan data dengan menerangkan dan memberi gambaran mengenai data yang terkumpul secara apa adanya, kemudian data tersebut disimpulkan.
12
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) h. 84 13 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rhineka Cipta, 1998) h. 206
22
Table 1 Kerangka Sampling Strategi Komunikasi Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta Dalam Mensosialisasikan Kesadaran Anti Narkoba Sumber Data Data primer
Subjek Kasubag Komunitas, Bidang prevensi. Ibu Ratih wulandari
Kabag Litbang Bpk. Indar Taufiq
Data Sekunder
-Profil dan kinerja BNP DKI Jakarta -Materi-materi penyuluhan -Foto dokumentasi -Modul pencegahan narkoba
Alasan mengambil data Bidang prevensi merupakan bidang yang fokus dalam menangani sosialisasi anti penyalahgunaan narkoba. Penyuluhan adalah strategi yang digunakan Bid. Prevensi untuk sosialisasi. Bidang Litbang selain melakukan penelitian dan informasi juga turut membantu dalam sosialisasi anti narkoba dengan menerbitkan majalah, stiker dan leaflet.
Data yang dicari -Program kerja Bid prevensi selama satu tahun -program-program yg terlaksana -Jadwal, materi, dan jumlah peserta penyuluhan
- Sosialisasi menggunakan media cetak. (majalah, stiker dan leaflet). -proses distribusi majalah, stiker dan leaflet
23
E. Tinjauan Pustaka Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai strategi komunikasi terutama pada mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi diantaranya: Skripsi yang berjudul strategi dinas kebersihan Daerah Khusus Ibukota Jakarta dalam mensosialisasikan kesadaran bersih lingkungan (skripsi UIN Jakarta 2009). Skripsi ini menjelaskan strategi yang digunakan Bidang Pengembangan Peran Serta Masyarakat Dan Usaha Kebersihan, yang terdapat dalam Dinas Kebersihan dalam sosialisasi kebersihan lingkungan. Strategi komunikasi Direktorat Diplomasi Publik Departemen Luar Negeri dalam pencitraan Islam Indonesia di dunia internasional (skripsi UIN Jakarta 2009). Skripsi ini menerangkah langkah-langkah yang dilakukan diplomasi publik dalam membangun citra Islam di dunia interasional. Namun penelitian tentang strategi komunikasi Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta, penulis menemukan belum ada yang meneliti. F. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pemahaman terhadap keseluruhan skripsi ini, maka peneliti membuat sistematika penulisan pada skripsi sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Bab ini peneliti menguraikan latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika
24
penulisan yang merupakan gambaran umum dalam penulisan skripsi. BAB II
TINJAUAN TEORITIS Bab ini menjelaskan teori-teori yang relevan digunakan dalam penulisan skripsi untuk menganalisa dan merancang sistem yang diperoleh dari berbagai sumber seperi buku referensi maupun internet yang menjadi landasan penulisan skripsi ini. Diantaranya terdapat teori tentang startegi dan komunikasi.
BAB III
GAMBARAN UMUM BADAN NARKOTIKA PROVINSI DKI JAKARTA Bab ini menjelaskan tentang sejarah umum berdirinya Badan Narkotika Provinsi DKI jakarta, serta visi dan misinya. Juga membahas tentang tugas, fungsi, wewenang dan struktur organisasi dari lembaga pemerintah ini.
BAB IV
TEMUAN HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hasil dari temuan data dan analisa data yakni strategi komunikasi yang diterapkan Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta dalam mensosialisasikan kesadaran anti narkoba. Juga untuk mengetahui strategi komunikasi mana yang lebih efektih yang diterapkan BNP DKI Jakarta dalam mensosialisasikan kesadaran anti narkoba.
BAB V
PENUTUP Meliputi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran.
25
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Strategi Komunikasi 1. Pengertian Strategi Strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu strategos, yang berarti “komandan militer” pada zaman demokrasi Athena. Selain itu juga kata strategi diartikan sebagai seni berperang. Pada awalnya strategi digunakan dalam dunia militer, yaitu memenangkan suatu peperangan. Suatu strategi mempunyai dasardasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju.14 Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan, strategi adalah ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu di perang dan damai, atau rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.15 Sandra Oliver dalam bukunya strategy public relation mendefinisikan strategi sebagai sebuah cara untuk mencapai sebuah hasil akhir. Hasil akhir menyangkut tujuan dan sasaran organisasi, ada strategi yang luas untuk keseluruhan organisasi dan strategi kompetitif untuk masing-masing aktivitas. Dia juga menggambarkan, strategi adalah jalan yang dipilih oleh organisasi untuk diikuti dalam mencapai misinya.16 14
Komarudin, Ensiklopedi Manajemen, ( Jakarta:Bumi Aksara, 1994), Cet ke-1, h. 539 Pusat Bahasa Depertemen Pendidikan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 1092 15
16
Sandra oliver, Strategi Public Relation, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 2
26
Sedangkan menurut Sthepanie K. Marrus, seperti yang dikutip dalam buku Husein Umar, strategi adalah sebuah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dicapai.17 Menurut Steiner dan Miner strategi adalah penempatan misi perusahaan, penempatan sasaran organisasi dalam mengikat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dalam memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran organisasi akan tercapai.18 Adapun definisi strategi menurut pakar ilmu komunikasi, Onong Uchyana Effendi, strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan menejemen (management) untuk mencapai suatu tujuan tersebut. Strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan saja yang hanya menunjukkan peta arah saja melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. 19 Dari beberapa definisi di atas, terlihat jelas kesamaan antara satu definisi dengan definisi lainnya. Para ahli pada intinya menjelaskan bahwa strategi adalah rencana atau sebuah cara untuk mencapai suatu tujuan. Strategi bukan hanya sekedar
planning
saja,
strategi
juga
menunjukkan
bagaimana
mengimplementasikan langkah-langkah yang akan dituju sehingga memudahkan
17
Husein Umar, Strategic Management in Action, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka utama, 2001), h. 31 18
19
George Steiner dan Minnner, Manajemen Strategik, (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 20
Onong Uchyana Efffendi, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992), h. 32
27
dalam proses pelaksanaannya. Strategi menjadi acuan untuk mencapai hasil yang diharapkan oleh sebuah perusahaan atau organisasi. 2. Tahapan-tahapan Strategi Untuk melaksanakan strategi maka dibutuhkan tahapan-tahapan di dalamnya. Secara garis besar strategi melalui tiga tahapan, yaitu:20 a. Perumusan Strategi Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan strategi yang akan dilakukan. Sudah termasuk di dalamnya adalah pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal, menetapkan kekuatan kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektivitas, menghasilkan strategi alternatif dan memilih strategi untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam proses kegiatan. b. Implementasi strategi. Setelah kita memilih dan merumuskan strategi yang telah ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerjasama dari seluruh unit, tingkat dan anggota organisasi. Tanpa adanya komitmen dan kerjasama dalam pelaksanan strategi, maka proses formulasi dan analisis strategi hanya akan menjadi impian yang sangat jauh dari kenyataan. Implementasi strategi bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian sumber daya
20
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 30
28
yang ditampakkan melalui struktur organisasi dan mekanisme kepemimpinan yang dijalankan bersama budaya perusahaan dan organisasi. c. Evaluasi Strategi Tahap akhir dari strategi adalah evaluasi implementasi strategi. Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai dapat diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi tolok ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang telah dicapai. Ada tiga macam mendasar untuk mengevaluasi strategi: 1. Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi. Adanya perubahan yang ada akan menjadi satu hambatan dalam pencapaian tujuan, begitu pula dengan faktor internal yang diantaranya strategi tidak efektif atau hasil implementasi yang buruk dapat berakibat buruk pula bagi hasil yang akan dicapai. 2. Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang akan diharapkan dengan kenyataan). Prosesnya dapat dilakukan dengan menyelidiki penyimpangan dari rencana, mengevaluasi prestasi individual dan menyimak kemajuan yang dibuat ke arah pencapaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi harus dapat diukur dengan mudah dibuktikan, kriteria yang meramalkan hasil lebih penting dari kriteria yang mengungkapkan apa yang terjadi. 3. Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana. Dalam hal ini tidak harus berarti bahwa staregi yang ada
29
ditinggalkan atau harus merumuskan kembali strategi yang baru. Tindakan korektif diperuntukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan yang dibayangkan semula atau pencapaian yang diharapkan. 3. Pengertian Komunikasi a. Definisi Komunikasi Komunikasi secara etimologi berasal dari bahasa latin, communis yang berarti sama atau communicare yang berarti membuat sama. Membuat sama dimaksudkan, komunikasi bertujuan untuk menyamakan makna atau simbol sesuatu. Secara terminologi, komunikasi menurut pandangan beberapa ilmuan memiliki pengertian sebagai berikut: 1. Komunikasi menurut Everet M. Rogers dan D. Lawrence Kincaid (1981), adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang dalam. 2. Komunikasi menurut Harold D. Lasswell (1948), adalah siapa, berkata apa, melalui saluran apa, kepada siapa dan bagaimana efeknya (who says what in which channel to whom with what effect). 3. Komunikasi menurut Astrid Susanto (1978), adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti/makna. 4. Komunikasi menurut Barelson dan Steiner, adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain.
30
Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka dan lain-lain. 21 Komunikasi menyentuh semua aspek kehidupan manusia, komunikasi hadir dimana saja dan kapan saja. Dengan adanya komunikasi manusia bisa berinteraksi antara satu dengan lainnnya. Kodrat manusia sebagai makhluk sosial dapat terhubung melalui komunikasi. Komunikasi merupakan suatu proses sosial, komunikasi selalu melibatkan manusia untuk selalu beriteraksi. Artinya komunikasi akan selalu melibatkan satu orang dengan orang lainnya atau satu lembaga dengan lembaga lainya. Dalam proses komunikasi akan ada komunikator dan komunikan, komunikator adalah sumber pengirim pesan sedangkan komunikan adalah penerima pesan. Keduanya memainkan peranan penting dalam proses komunikasi. Dewasa ini komunikasi dianggap sebagai obat mujarab bagi semua permasalahan sosial. Menurut Fisher, yang dikutip oleh Anwar Aripin, tidak ada persoalan sosial
dari waktu ke waktu yang tidak melibatkan komunikasi.
Permasalahan yang hadir di tengah masyarakat baik dalam bidang, militer, politik, sosial dan ekonomi membutuhkan komunikasi untuk mengatasinya.22 b. Unsur-unsur Komunikasi Dari pengertian komunikasi yang telah dijelaskan di atas, maka proses komunikasi membutuhkan unsur-unsur komunikasi, yaitu: 21
22
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pres, 2005), h. 19.
Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas, (Jakarta: Rajawali Pres, 1998), h. 20.
31
1. Komunikator Pengirim pesan yang dimaksud di sini adalah manusia yang mengambil inisiatif
dalam
berkomunikasi.
Pesan
disampaikan
komunikator
untuk
mewujudkan motif komunikasi. Sumber peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia, sumber terdiri dari satu orang. Tetapi juga bisa dari satu kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber disebut juga komunikator atau juga disebut sender.23 2. Pesan Pesan pada dasarnya bersifat abstrak. Untuk membuatnya konkret agar dapat dikirim dan diterima oleh komunikan, manusia dengan akal budinya menciptakan sejumlah lambang komunikasi berupa, suara, mimik, gerak gerik, lisan dan tulisan. Pesan bersifat abstrak, seorang komunikan tidak akan tahu apa yang ada di dalam benak seorang komunikator, hingga seorang komunikator mewujudkannya dalam lambang-lambang komunikasi.24 Pesan merupakan inti atau perumusan tujuan dan maksud dari komunikator kepada komunikan. Pesan merupakan unsur yang sangat menentukan dalam proses komunikasi. Agar pesan dapat diterima dengan baik, maka pesan
23
24
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 24
Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi: Pendekatan Taksonomi Konseptual, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), h. 23.
32
yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.25 Pesan yang disampaikan dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda.
Pesan biasanya disebut juga
messege, atau content. 3. Saluran dan Media Komunikasi Saluran komunikasi adalah jalan yang dilalui pesan komunikator untuk sampai ke komunikannya. Ada dua jalan agar pesan komunikator sampai pada komunikannya, yaitu tanpa media yang berlangsung tatap muka dan komunikasi yang menggunakan media.
Media yang dimaksud ialah media komunikasi,
artinya ini menggunakan teknologi media komunikasi. 4. Komunikan Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai dan bangsa. Penerima juga biasa disebut komunikan. Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menimbulkan berbagai masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan dan saluran.
25
Mondry, Pemahaman Teori dan Praktek Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), Cet. Ke-1. hal 8
33
5. Efek Komunikasi Efek komunikasi dapat diartikan sebagai pengaruh yang ditimbulkan pesan komunikator dalam diri komunikannya. Terdapat tiga tataran pengaruh dalam diri komunikan, yaitu kognitif (seseorang menjadi tahu tentang sesuatu), afektif (sikap seseorang terbentuk, misalnya setuju dan tidak setuju terhadap sesuatu), dan konatif (tingkah laku yang membuat seseorang melakukan sesuatu). c. Macam-macam Komunikasi 1. Komunikasi Massa Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner, seperti yang dikutip oleh Elvinaro Ardianto “komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.26 Dari definisi yang dikemukakan oleh Bittner, jelas menunjukkan bahwa komunikasi massa haruslah menggunakan media massa. jadi, meskipun komunikasi yang disampaikan di depan khalayak ramai, seperti seminar atau kampanye tetapi tidak menggunakan media massa maka komunikasi tersebut bukanlah komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah: radio, televisi, keduanya digolongkan sebagai media elektronik. Sedangkan majalah, surat kabar, buku digolongkan sebagai media cetak. Seiring dengan perkembangan jaman maka hadirlah media baru yang dikenal dengan internet. 26
Elvinaro Ardianto, dkk., Ilmu Komunikasi Massa (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), cet. Ke-3, h. 3.
34
Definisi komunikasi massa yang lebih teperinci dikemukakan oleh Gerbner (1967). Menurut Gerbner yang juga dikutip oleh Elvinaro, komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.27 Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap misalnya harian, mingguan, dwi mingguan dan bulanan. Proses produksi pesan tidak dapat dilakukan perorangan, melainkan harus oleh lembaga, dan akan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri. Sedangkan menurut Defleur dan Dennis yang dikutip dalam buku Sasa Djuarsa Sandjaya, komunikasi massa adalah suatu proses dalam mana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas dan secara terus menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda melalui berbagai cara.28 Definisi ini menggambarkan bagaimana media massa mengemas dan menyajikan isi pesan. Dengan cara dan gaya tertentu menciptakan makna terhadap suatu peristiwa, sehingga mempengaruhi khalayak. Contohnya Koran 27
28
Elvinaro Ardianto, dkk., Ilmu Komunikasi Massa, h. 4.
Sasa Djuarsa Sandjaya, Pengantar Komunikasi (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), cet. Ke-9, h. 7.5
35
kompas, dengan jumlah oplah setiap harinya yang dibaca oleh 300.000 pembaca, dengan pengemasan dan cara penyajian berita akan mempengaruhi penilaian dan intrepretasi pembaca terhadap berita yang dimuatnya.
2. Komunikasi Publik Komunikasi publik ialah komunikasi yang melibatkan khalayak yang relatif besar, dan karenanya sulit untuk mengenal secara dalam satu persatu.29 Komunikan berkumpul di tempat dan waktu yang sama, misalnya auditorium, masjid, aula atau lapangan terbuka. Contoh dari komunikasi publik, tabligh akbar, kuliah umum, kampanye, penyuluhan dan seminar. Dalam komunikasi publik, proses komunikasi bersifat linear, satu arah. Dalam berbicara di depan publik, para pembicara biasanya memiliki tiga tujuan utama dalam benak mereka, memberi informasi, menghibur dan membujuk. Tujuan yang terakhir merupakan inti dari komunikasi-retorika. banyak dari prinsip-prinsip persuasi seperti analis khlayak, kredibilitas pembicara dan penyampaian pesan merupakan bagian dari retorika. Komunikasi publik banyak mengambil prinsip-prinsip dari retorika. Seorang komunikator yang berbicara di depan publik harus menguasai seni berbicara, seperti definisi retorika, seni atau kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mempengaruhi khalayaknya.30
29
Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi: Pendekatan Taksonomi Konseptual, h.
31. 30
Richard West, Pengantar Teori Komunikasi Analisis Dan Aplikasi, (Jakarta: Salemba Humanika, 2008), h.40
36
Kualitas yang membedakan komunikasi publik dengan komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok adalah sebagai berikut:31 a. Komunikasi publik berorientasi pada pembicara atau sumber. Sedangkan pada komunikasi interpersonal dan kelompok terdapat hubungan timbal balik diantara si pembicara dan penerima. Pada komunikasi publik pembicara mendominasi komunikasi. b. Pada komunikasi publik kurang terdapat interakasi antara si pembicara dan pendengar. Hal ini menjadikan kurangnya interaksi secara langsung si pembicara dan pendengar. c. Bahasa yang digunakan dalam komunikasi publik lebih umum supaya dapat dipahami oleh pendengar. 4. Strategi Komunikasi Strategi komunikasi merupakan panduan perencanaan komunikasi (communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi ini harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilaksanakan, dalam arti kata bahwa pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi.32 Para ahli komunikasi seperti Everet M rogers dan Barelson, dalam tahuntahun terakhir ini menumpahkan perhatiannya yang besar terhadap ilmu komunikasi. Fokus perhatian ahli komunikasi ini memang penting untuk ditujukan 31
Arni Muhammmad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet. Ke-10,
32
Onong Uchyana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, h. 32
h. 197
37
kepada ilmu komunikasi, karena berhasil tidaknya kegiatan secara efektif banyak ditentukan oleh komunikasi. Dalam strategi komunikasi, peran komunikan sangatlah penting. Strategi komunikasi haruslah bersifat dinamis, sehingga komunikator sebagai pelaksana dapat segera mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor yang memengaruhi. Suatu faktor yang menghambat komunikasi dapat datang sewaktu-waktu, terlebih jika komunikasi langsung melalui media massa. Menurut R. Wayne Peace, Brent D. Petterson dan M Dallas Burnet dalam bukunya techniques for effective communication, seperti yang dikutip oleh Onong Uchana Effendi, tujuan sentral strategi komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama, yaitu”33 a) To secure understanding: Memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterima. Andaikata ia sudah dapat mengerti dan menerima, maka penerimaannya itu harus dibina. b) To establish acceptance: Setelah komunikan mengerti dan menerima pesan maka pesan ini harus dilakukan pembinaan. c) To motivation action: setelah penerimaan itu dibina maka kegiatan ini harus dimotivasikan. -Langkah-langkah Dalam Strategi Komunikasi Dalam rangka melaksanakan strategi komunikasi diperlukan langkahlangkah strategis yang perlu dijalankan. Untuk menyusun langkah-langkah 33
Onong Uchyana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori Dan Prektek, h. 32
38
tersebut dibutuhkan suatu pemikiran dengan memperhitungkan
komponen-
komponen komunikasi serta faktor pendukung dan faktor penghambat komunikasi. Kita mulai berturut-turut dari komunikasi sebagai sasaran komunikasi, media, pesan, komunikator.
a. Mengenali Sasaran Komunikasi Sebelum kita melancarkan komunikasi, kita perlu mempelajari siapa-siapa yang akan menjadi sasaran komunikasi kita. Hal ini akan sangat bergantung pada tujuan komunikasi, apakah tujuan komunikasinya hanya pada sebatas agar komunikan mengetahui (dengan metode informatif) atau agar komunikan melakukan tindakan tertentu dengan metode persuasif. Apapun tujuannya, metodenya dan banyaknya sasaran pada diri komunikan perlu diperhatikan faktorfaktor sebagai berikut:34 1. Faktor Kerangka Referensi Pesan komunikasi
yang akan disampaikan pada komunikan harus
disesuaikan dengan kerangka kerangka referensi (frame of reference-nya). Kerangka referensi seseorang terbentuk berdasarkan hasil dari perpaduan pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status sosial, ideologi, dan cita-cita. Kerangka referensi seseorang ada yang berbeda secara ekstrem seperti antara murid SMP dengan mahaisiswa. Ada juga perbedaan yang gradual saja seperti seorang sarjana dengan sarjana lain yang sama-sama lulusan universitas. 34
Onong Uchyana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, h. 35
39
Dalam situasi komunikasi antarpribadi mudah untuk mengenal kerangka referensi komunikan karena ia hanya satu orang. Yang sukar ialah mengenal kerangka referensi komunikan dalam komunikasi kelompok. Ada kelompok yang idividu-individunya sudah dikenal seperti keompok karyawan. Ada juga yang tidak dikenal seperti pengunjung rapat RW. Komunikasi harus disesuaikan dengan kerangka referensi mereka. Lebih sulit lagi mengenali kerangka referensi komunikan dalam komunikasi massa sebab sifatnya heterogen. Oleh karena itu pesan yang disampaikan kepada khalayak melalui media massa hanya bersifat informatif dan umum, yang dapat dimengerti oleh semua orang. 2. Faktor Situasi Dan Kondisi Yang dimaksud dengan situasi disini ialah situasi komunikasi pada saat komunikan akan menerima pesan yang akan disampaikan. Agar komunkasi berjalan dengan efektif, tempat penyampaian pesan komunikasi haruslah diperhatikan. Kita perlu mengatur tempat dan ruangan dimana komunikasi akan berlangsung, sehingga hambatan yang datang dapat diminimalisir. Yang dimaksud dengan kondisi disini ialah state of personality komunikan, yaitu keadaan pisik dan psikis komunikan pada sat ia menerima pesan komunikasi. Komunikasi kita tidak akan efektif apabila komunikan sedang marah, sedih, bingung sakit atau lapar. Dalam menghadapi komunikan dengan kondisi seperti itu, kita diharapkan sebisa mungkin untuk menciptakan suasana yang menyenangkan. Akan tetapi tidak jarang pula kita harus melakukannya pada saat itu juga
40
b. Pemilihan Media Komunikasi Media komunikasi banyak jumlahnya, pemilihan media komunikasi akan sangat bergantung pada komunikasi yang akan dituju. Untuk menyampaikan pesan terhadap masyarakat perkotaan maka media yang lebih efektif untuk digunakan adalah media cetak, audio dan audio visual. Sedangkan untuk masyarakat pedesaan media yang sering digunakan adalah papan pengumuman atau juga radio baik radio komersial maupun radio komunitas. Karena masyarakat sering mendengarkan radio terlebih radio bergenre dangdut. c. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi Pesan komunikasi mempunyai tujuan tertentu. Ini menetukan teknik yang harus diambil, apakah itu teknik informasi, teknik persuasi, atau teknik instruksi. Pesan komunikasi terdiri atas isi pesan dan lambang. Isi pesan komunikasi bisa satu, tetapi lambang yang dipergunakan bisa macam-macam. Lambang yang bisa dipergunakan untuk menyampaikan isi komunikasi ialah bahasa, gambar, warna, kial (gesture) dsb. Lambang yang banyak digunakan dalam komunikasi ialah bahasa. Karena hanya bahasalah yang mampu mengungkapakan pikiran dan perasaan, fakta dan opini, hal yang kongkrit dan abstrak, pengalaman yang suda lalu dan kegiatan yang akan datang. Oleh karena itu dalam komunikasi bahasa memegang peranan yang sangat penting. Meskipun bahasa nonverbal pun memiliki peran yang juga penting untuk berkomunikasi dalam keadaaan jarak yang cukup jauh dan juga untuk berkomunikasi dengan para tuna wicara. 5. Fungsi Strategi Komunikasi
41
Strategi komunikasi sangat diperlukan dalam proses komunikasi, karena berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Tanpa strategi komunikasi, media massa yang semakin modern yang kini banyak dipergunakan di negara-negara yang sedang berkembang karena mudahnya diperoleh dan relatif mudah dioperasionalkan bukan tidak mungkin akan tidak efektif penggunannya. Strategi komunikasi baik secara makro (planned multy-media strategi) maupun mikro (single communication medium strategi) mempunyai fungsi ganda: 1. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperolah hasil maksimal. 2. Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media massa begitu ampuh yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.35 B. Narkoba 1. Pengertian Narkoba Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan zat adiktif lainnya. Namun tidak semua jenis narkoba berdampak negatif bila digunakan. Banyak narkotika dan psikotropika yang memberi manfaat besar bila digunakan dengan baik dan benar dalam bidang kedokteran.
35
Onong Uchana Effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003) Cet. Ke-3, h. 300
42
Narkotika dan psikotropika dapat menyembuhkan banyak penyakit dan mengakhiri penderitaan. Jasa narkotika dan psikotripika sangat besar dalam kehidupan di masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Tindakan operasi (pembedahan) yang dilakukan oleh dokter harus didahului dengan pembiusan. Padahal, obat bius tergolong narkotika. Orang yang mengalami stress dan gangguan jiwa diberi obat-obatan yang tergolong psikotropika oleh dokter agar dapat sembuh.36 2. Jenis-Jenis Narkoba 1. Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa. Zat ini dapat mengurangi bahkan menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika memiliki daya adiksi (ketagihan) yang sangat berat, juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual (kebiasaan) yang sangat tinggi. Ketiga sifat narkotika inilah yang menyebabkan pemakai narkoba tidak dapat lepas dari cengkramannya.37 a. Narkotika alami.38 36
Andi Hamzah dan R M. Surahman, Kejahatan Narkotika dan Psikotropika (Jakarta: Sinar Grapika, 1999), h. 3 37
Data dipeloreh dari buku terbitan Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta, Jenis Dan Efek Penggunaan Narkoba. 38
Data diperoleh dari Badan Narkotika Nasional, Buku Petunjuk Teknis Advokasi Bidang Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Lembaga Dan Instansi Pemerintah
43
1. Ganja: Tanaman perdu dengan daun menyerupai daun singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu halus. Jumlah jarinya selalu ganjil, 5, 7, 9. Tumbuhan ini banyak tumbuh di beberapa daerah di Indonesia, seperi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Pulau Jawa. Daun ganja sering digunakan sebagai bumbu penyedap masakan. Bila digunakan sebagai bumbu masak, daya adiktifnya rendah. Namun, tidak demikian bila dengan cara dibakar dan asapnya dihirup. Cara penyalahgunaannya dengan dikeringkan dan dicampur dengan tembakau atau dijadikan rokok lalu dibakar dan dihisap. 2. Hasis: Tanaman serupa ganja yang tumbuh di Amerika Latin dan Eropa. Daun ganja, hasis, dan mariyuana juga dapat disuling dan diambil sarinya. Dalam bentuk cair, harganya sangat mahal. Gunanya adalah untuk disalahgunakan oleh pemadat-pemadat kelas tinggi. 3. Koka: Tanaman perdu mirip pohon kopi. Buahnya yang matang berwarna merah seperti biji kopi. Dalam masyarakat Indian kuno, biji koka sering digunakan untuk menambah kekuatan orang yang berperang atau berburu binatang. Koka kemudian diolah menjadi kokain. 4. Opium: Bunga dengan bentuk dan warna yang indah. Dari getah bunga opium dapat dihasilkan candu (opiat). Di Mesir dan Cina, opium dulu digunakan untuk mngeobati beberapa penyakit,
44
memberi kekuatan, menghilangkan rasa sakit pada tentara yang terluka sewaktu berperang atau ketika sedang berburu. b. Narkotika Semisintetis. Narkotika semisintetis adalah narkotika alami yang diolah dan diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat sehingga dimanfaatkan untuk kepentingan kedokteran. 1. Morfin: Dalam dunia kedokteran dipakai untuk menghilangkan rasa sakit atau pembiusan pada operasi (pembedahan). 2. Kodein: Dipakai untuk obat penghilang batuk. 3. Heroin: Tidak dapat dipakai dalam dunia pengobatan karena daya adiktifnya sangat besar dan manfaatnya secara medis belum ditemukan. Dalam perdagangan gelap, heroin diberi nama putaw, atau petai. Bentuknya seperti tepung terigu, halus, putih dan agak kotor. 4. Kokain: Hasil olahan biji koka. c. Narkotika Semisintetis Narkotika sintetis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan kimia. Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi orang yang menderita ketergantungan narkoba (subtitusi). Selain pembiusan, narkotika sintetis diberikan oleh dokter untuk menghentikan kebiasannya melawan sugesti atau sakaw. Narkotika sintetis berfungsi sebagai pengganti sementara. 1. Petidin: Obat bius lokal (operasi kecil, sunat dan sebagainya) 2. Methadone: Untuk pengobatan pecandu narkoba
45
3. Naltrexon: Untuk pengobatan pecandu narkoba 2. Psikotropika: Adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintetis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan perilaku. Psikotropika adalah obat yang digunakan oleh dokter untuk mengobati gangguan jiwa. Berdasarkan ilmu farmalogi, psikotropika dikelompokkan ke dalam tiga golongan. Yaitu: 1. Kelompok depresan/penekan syaraf pusat (penenang atau obat tidur. Jika diminum obat ini dapat memberi rasa tenang, damai, tentram, mengantuk. Obat ini juga dapat menghilangkan rasa gelisah. Contohnya adalah BK, Valium, rohipol dll. 2. Kelompok stimulan/perangsang syaraf pusat (anti tidur). Bila diminum obat ini mendatangkan rasa gembira, ingin selalu aktif, badan terasa fit dan tidak merasa lapar. Daya kerja otak menjadi serba cepat, namun kurang terkendali. Contohnya adalah amfetamin, ekstasi dan shabu. 3. Kelompok halusinogen adalah obat, zat, tanaman, makanan atau minuman yang dapat menimbulkan khayalan. Bila diminum dapat mendatangkan khayalan tentang peristiwa yang mengerikan, khalayalan tentang kenikmatan seks dsb. Kenikmatan didapat pemakai setelah ia sadar bahwa peristiwa mengerikan ukan kenyataan atau kenikmatan-kenikmatan yang dialami walaupun
46
hanya khalayalan. Contohnya adalah kecubung, getah tanaman kaktus dan ganja. 3. Bahan adiktif lainnya Adalah bahan lain yang bukan narkotika dan psikotropika yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya: 1. Rokok 2. Kelompokan alkohol dan minuman lain yang dapat memabukkan dan menimbulkan ketagihan. 3. Thinner dan zat-zat lain, seperti lem kayu, penghapus cair, aseton, cat, bensin, yang bila dihisap, dihirup dan dicium dapat memabukkan.
47
BAB III GAMBARAN UMUM BADAN NARKOTIKA PROVINSI DKI JAKARTA A. Sejarah Berdiri BNP DKI Jakarta Program kampanye anti narkoba yang dilancarkan oleh pemerintah gencar dilaksanakan. Dengan adanya kampanye anti penyalahgunaan narkoba, banyak masyarakat Indonesia kini mengetahui bahaya penyalahgunaan narkoba. Sosialisasi
untuk
meningkatkan
kesadaran
masyarakat
akan
bahaya
penyalahgunakan narkoba bukanlah merupakan hal baru. Indonesia sejak tahun 1971 telah melaksanakam tindakan-tindakan yang bertujuan menanggulangi bahaya narkotika, kala itu pemerintahan Soeharto mengantisipasi dengan menerbitkan Instruksi Presiden Nomor: 6/1971 yang menginstruksikan kepada Kabakin untuk mendirikan Badan Koordinasi, Bakolak Inpres 6/1971 yang menangani 6 (enam) masalah nasional, yang diantaranya adalah penanggulangan penyalahgunaan narkoba. Dengan berkembangnya permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba yang semakin meningkat dan berdasarkan amanat Undang-Undang nomor 22 tahun 1997 tentang pemerintah Indonesia membentuk lembaga baru melalui Keppres Nomor 116 tahun 1999 yaitu Badan Koordinasi Narkotika Nasional (BKNN) dan strategi serta mengkoordinasikan semua lembaga departemen maupun nondepartemen. Pada periode ini didasarkan struktur organisasi belum berjalan dengan baik dan koordinasi hanya sebatas administrasi. Sedang operasionalisasi masih sporadis dan sektoral pada masing-masing anggota departemen/ lembaga BNN.
48
Karena lembaga yang ada hanya bersifat koordinatif dan administratif, maka dinilai kurang efektif sehingga memerlukan lembaga yang lebih operasional. Untuk itu berdasarkan Keppres nomor 17 tahun 2002 dan Inpres Nomor 3 tahun 2002, Undang-Undang nomor 5 tahun 1997, Undang-Undang nomor 22 tahun 1997, dan ketetapan MPR nomor IV / MPR / 2002 tentang Rekomendasi atas laporan pelaksanaan keputusan MPR RI tahun 2002, Badan Koordinasi Narkotika Nasional (BKNN) diubah menjadi Badan Narkotika Nasional (BNN) dengan memiliki 25 anggota di departemen serta lembaga pemerintah terkait dengan Kapolri selaku ketua Ex. Officio yang bertanggung jawab langsung kepada presiden. Tugas pokoknya adalah mengkoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam menyusun kebijaksanaan dan pelaksanaan dibidang ketersediaan dan P4GN (pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika) dengan membentuk satgas-satgas yang bersifat operasional.39 Sejak perubahan status kelembagaan menjadi BNN pada tahun 2002 maka Polri secara khusus telah memperbantukan satu Direktorat yaitu Direktorat IV Narkoba Bareskrim Polri untuk mendukung tugas operasional dibawah kendali BNN. Disamping itu BNN pun sudah diakui sebagai vocal point untuk masalah Narkoba oleh badan-badan internasional atau dunia. Sebagai pelaksanaan lebih lanjut pasal 11 keputusan Presiden no 17 tahun 2002 tentang Badan Narkotika Nasional, maka dibentuklah Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta sesuai dengan keputusan Gubernur DKI Jakarta no 54 tahun 39
Data diperoleh dari arsip profil Badan Narkotika Nasional
49
2002. Didirikannya Badan Narkotika Provinsi ini sebagai bentuk nyata dari keseriusan pemerintah dalam menanggulangi bahaya penyalahgunaan narkoba. Dasar hukum yang manjadi acuan didirikannya Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta adalah, keputusan bersama Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Menteri Dalam Negeri dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia selaku ketuan
BNN
nomor:
04/SKB/M.PAN/12/2003
dan
nomor:
01/SKB/XII/2003/BNN. Tentang pedoman kelembagaan Badan Narkotika Provinsi dan Badan Narkotika Kabupaten/Kotamadya.40 Selain
Badan
Kabupaten/Kotamadya,
Narkotika untuk
Provinsi
membantu
dan
Badan
penanggulangan
Narkotika
penyalahgunaan
narkoba di tingkat kecamatan dibentuk Unit Narkotika Kecamatan (UNK). sedangkan di tingkat terkecil yakni kelurahan dibentuk Pos Penanggulangan Narkotika Kelurahan (P2NK). Hal ini agar penanggulangan penyalahgunaan narkoba dapat berjalan dengan optimal hingga lingkup terkecil, yakni kelurahan. Dengan adanya koordinasi antara Badan Narkotika Provinsi dengan Badan Narkotika Kabupaten, kecamatan
dan
kelurahan,
diharapkan
pencegahan,
pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika (P4GN) mencapai hasil yang optimal. B. Visi dan Misi Dalam sebuah organisasi Visi dan Misi adalah sebagai arah dan tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi tersebut. Baik berupa tujuan jangka pendek 40
Data diperoleh dari Arsip Profil Dan Kinerja Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta
50
maupun dalam jangka panjang dalam bentuk program-program kerja sesuai dengan visi dan misi organisasi tersebut. Dengan adanya visi dan misi dalam sebuah organisasi tentu akan mempermudah kerja anggota organisasi. Adapun visi Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta adalah “terwujudnya masyarakat DKI Jakarta bebas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba tahun 2015, guna meningkatkan derajat kesehatan dan lainnya dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat provinsi DKI Jakarta”. Sedangkan misi Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta adalah: 1. Meningkatkan pencegahan dan penyalahgunaan narkoba secara terpadu dan lintas bidang atau sektor. 2. Menegakkan pengawasan,
supremasi
hukum
pengendalian
yang
ketersediaan
berhubungan dengan dan
pemberantasan
penyalahgunaan narkoba. 3. Melaksanakan dan meningkatkan kualitas terapi dan rehabilitasi secara
terpadu
meningkatkan
kualitas
penelitian
dan
pengembangan sistem informasi. 4. Meningkatkan kelembagaan Badan Narkotika Provinsi (BNP), Badan Narkotika Kotamadya (BNK), Unit Narkotika Kecamatan (UNK), dan Pos Penanggulangan Narkotika Kelurahan (P2NK) disertai dengan peningkatan dan pemeliharaan sarana/prasarana. 5. Meningkatkan peran serta kemasyarakatan, tokoh masyarakat, pelajar, mahasiswa, pekerja, serta lembaga-lembaga lainnya yang ada di masyarakat.
51
C. Struktur organisasi.
52
53
D. Fungsi dan Tugas Adapun fungsi dan tugas Badan Narkotika Provinsi adalah: 1. Membantu Gubernur dalam melakukan koordinasi, pengawasan, pengendalian dan mendorong peran serta masyarakat yang berhubungan dengan ketersediaan, pencegahan, penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. 2. Pengkoordinasian instansi pemerintah terkait dalam kegiatan pengadaan, pengendalian, dan pengawasan di bidang narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya. 3. Pelaksanaan
kegiatan
pengawasan
untuk
imigrasi/kewarganegaraan, interdiksi untuk darat, laut dan udara, penjara rumah/tahanan, pencucian uang dan pengendalian yang berhubungan dengan ketersediaan, pencegahan, penyaahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. 4. Pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penegakan hukum yang berhubungan dengan penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya pada lingkungan khusus (komplek TNI dan Polri), perguruan tinggi, tempat hiburan skala nasional dan internasional, kawasan industri dan perkantoran. 5. Pelaksanaan dorongan peran serta masyarakat yang berhubungan dengan
pengawasan
ketersediaan,
penanggulangan
serta
pemberantasan, penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.
54
Bidang-Bidang Yang Terdapat Dalam Badan Narkotika provinsi DKI Jakarta a. Bidang Prevensi Sejak berdirinya BNP DKI Jakarta, upaya Bidang Prevensi yang efektif dilakukan secara terus menerus melalui aksi intensive campaign dengan menggunakan berbagai media seperti televisi, radio, leflet, poster, banner, stiker serta wawancara dan talkshow melalui radio Trijaya FM, Metro TV. Bidang
prevensi
difokuskan
untuk
meningkatkan
pencegahan
penyalahgunaan narkoba di berbagai sasaran tersebut. Seiring dengan kegiatan tersebut, juga telah disusun berbagai modul pelatihan, seperti modul untuk SKTA, modul untuk mahasiswa, untuk guru SMP dan SMA, modul orang tua dan tokoh masyarakat. Untuk memberikan bekal pengetahuan penanggulangan narkoba, bidang prevensi mengadakan kegiatan dasar pembekalan dasar melalui pelatihan drug education di tingkat SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Pelatihan yang sama diberikan kepada security tempat hiburan, pelatihan manager tempat hiburan dan PUREK III. Salah satu program unggulan bidang prevensi dalam mensosialisasikan kesadaran anti narkoba, mengadakan jambore pelajar anti narkoba. Dalam memeperingati hari anti madat Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta menyelenggarakan kegiatan bersifat preventif yang disebut dengan “jambore
55
pelajar anti narkoba”. Kegiatan ini akan mengarahkan sejumlah 1500 pelajar SMA di seluruh wilayah DKI Jakarta dan kepulauan seribu. Tujuan jambore pelajar anti narkoba adalah: 1. Mendorong para pelajar tingkat SMA untuk mengetahui bahaya narkoba yang dampaknya terhadap pribadi dan masa depan bangsa. 2. Menumbuhkan kesadaran dari dan dalam diri pelajar akan bahaya penyalagunaan narkoba. 3. Sebagai langkah yang preventif dan efektif dalam mendidik upaya penanggulangan P4GN 4. Menumbuh dan mengembangkan daya cipta, kreasi, kerja sama, antar pelajar dengan membentuk jaringan komunikasi. b. Bidang Represi Aspek utama dari bidang Represi (penegakan hukum) BNP DKI Jakarta adalah meningkatkan supremasi hukum yang berhubungan dengan pengawasan, pengendalian katersediaan, pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan kapasitas kelembagaan, meningkatkan kualitas individu aparat, membangun mentalitas penegak hukum yang professional. c. Bidang LITBANG- Info Program bidang litbang-info lebih mengarah pada pengembangan penelitian, penyususnan sistem database dan pelayanan informasi
di bidang
pencegahan, pengawasan, pengendalian serta penyalahgunaan yang bersifat aktual dan mudah diakses masyarakat. Program ini dimaksudkan agar mampu
56
mendukung tercapainya sistem penanggulangan yang berbasis pada penyususnan program kegiatan yang sistematik, terstruktur, professional serta akuntabel. Disisi lain BNP DKI Jakarta dipandang perlu untuk menjadi pelopor dan motivator dalam bentuk jaringan kerja sama dengan Negara-negara lain melalui terciptanya forum kerja sama regional ASEAN di bidang penanganan masalah narkoba. d. Bidang Terapi dan Rehabilitasi Bidang terapi dan rehabilitasi lebih diarahkan untuk meningkatkan kualitas terapi dan rehabilitasi dengan mengoptimalkan sarana dan prasarana rumah sakit, puskesmas, klinik serta panti rehabilitasi milik pemerintah dan swasta. Dalam penyelenggaraan rehabilitasi berpedoman pada standarnisasi pelayanan terapi dan rehabilitasi yang telah ditentukan. Program yang dilakukan oleh bidang terapi dan rehabilitasi adalah, mensosialisasikan standar T&R
ke puskesmas dan rumah sakit untuk
meningkatkan pemahaman dokter puskesmas dan rumah sakit di Jakarta dalam mewujudkan standar terapi dan rehabilitasi di Jakarta. Mengadakan Pelatihan peer educator melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan peer educator khusus konselor untuk dapat menjadi petugas yang dapat diandalkan dalam penanganan dan penyalahgunaan narkoba.41
41
Data diperoleh dari pak Indar Taufiq (kabag Litbang-info) pada saat penelitian.
57
BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN A. Strategi Komunikasi Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta Dalam Mensosialisasikan Kesadaran Anti Narkoba Untuk melaksanakan kebijakan atau rencana yang cermat mengenai kegiatan diperlukan adanya strategi. Hal ini diperlukan untuk dapat mencapai tujuan yang direncanakan sebuah lembaga atau perusahaan. Begitu juga dalam sosialisasi anti narkoba, sosialisasi erat hubungannya dengan komunikasi. Dalam sosialisasi anti narkoba peran komunikasi sangat besar, karena komunikasi menjadi salah satu penentu keberhasilan dalam melakukan sosilasisai anti narkoba. Untuk tercapainya komunikasi yang baik dan efektif, diperlukan strategi dalam menjalankannya. Sesuai dengan pendapat Fred R. David, dalam bukunya Manajemen Strategi Konsep yang dikutip dalam bab 2 skiripsi ini, maka strategi memerlukan tahapan-tahapan dalam proses pelaksanaannya. Tahapan-tahapan tersebut adalah, perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi. Ketiga hal tersebut tidak dapat dipisahkan dalam melaksanakan strategi komunikasi. 1. Perumusan Strategi Sebelum melaksanakan strategi komunikasi untuk mensosialisasikan kesadaran anti narkoba dibutuhkan perumusan strategi agar strategi dapat berjalan dengan lancar dan efektif. Sebelum melakukan srategi Bidang Prevensi Badan Narkotika Nasional menentukan program besar di awal tahun. Program besar ini
58
yang nantinya akan menjadi acuan bidang prevensi dalam melaksanakan strategi komunikasi setahun ke depan. Misalnya untuk sosialisasi pada lingkungan sekolah, artinya sosilisasi bisa saja diberikan kepada siswa SMA, SMP, SD, dan TK, juga guru-guru. Untuk komunitas program pelatihannya seperti, pelatihan kader di lingkungan organisasi dan pelatihan bagi pemuda. Program besar yang telah dibuat awal tahun hanya dijadikan acuan perencanaan untuk satu tahun ke depan, sedangkan untuk memudahkan dalam pelaksanaannya dilakukan rapat triwulan. Fungsi dari rapat ini untuk lebih memerinci program yang akan dilaksanakan dan menentukan sasaran dari program besar yang telah dibuat awal tahun. Jika di dalam program besar belum ditentukan, apakah yang menjadi sasaran sosialisasi itu siswa sekolah atau guru sekolah, maka dalam rapat triwulan ini sudah ditentukan sasaran sosialisasinya. Dengan mengetahui sasaran sosialisasi, bidang prevensi dapat menentukan pula materi apa yang akan diberikan dan siapa narasumber untuk sosialisasi itu. Untuk menentukan sasaran mana yang akan diberikan sosialisasi, biasanya tergantung channel dan ketersediaan data. Data ini menetukan sekolah atau instansi mana saja yang tersedia link dan nomor teleponnya. Selain menentukan program, bidang prevensi juga menentukan budget (anggaran) yang tersedia untuk setiap programnya. Penentuan budgeting dari awal sudah ditentukan batasannya. Artinya program-program yang sudah direncanakan awal tahun dan disetujui mendapat anggaran sesuai dengan pengajuan program, sedangkan sosialisasi yang di luar program tidak mendapat anggaran.
59
Dalam rapat perencanaan hanya melibatkan bidang prevensi dengan mitra sosialisasi, Jadi tidak melibatkan bidang-bidang lain selain bidang prevensi. Seperti sosialisasi dengan para perwakilan organisasi pemuda, yang dilibatkan dalam perencanaan hanya bidang prevensi dan ketua dari tiap-tiap organisasi pemuda yang mengikuti sosialisasi. Tujuannya perencanaan ini agar bidang prevensi mengetahui sasaran sosialisasi dan materi apa yang tepat untuk diberikan kepada peserta sosialisasi. Selain melaksanakan program-program yang telah ditentukan awal tahun, bidang prevensi juga kerap kali menjalankan sosialisasi di luar program yang telah ditentukan. Sosialisasi di luar program ini merupakan kerjasama antara bidang prevensi dengan sekolah dan instansi-instansi lain. Sekolah atau instansi terkait menjadi pelaksananya, sedangkan bidang prevensi hanya menjadi supervisinya. Proses perencanaan untuk sosialisasi di luar program sama dengan kegiatan sosialisasi yang sudah terprogram. Artinya bidang prevensi bertemu dengan mitra yang mau melaksanakan program penyuluhan. Hal ini dilakukan untuk menentukan materi yang akan diberikan. Untuk
mensukseskan
sosialisasi
anti
narkoba,
Bidang
prevensi
bekerjasama dengan instansi-instansi lain. Bidang prevensi, bidang yang bergerak dalam mensosialisasilkan anti narkoba memiliki tiga bagian. Untuk bagian lingkungan sekolah, bidang prevensi bekerja sama dengan Dinas Pendidikan. Dinas pendidikan yang nantinya akan mencari sasaran sosialisasi, untuk acara dan pembicara akan ditangani langsung oleh bidang prevensi. Berbeda dengan
60
lingkungan sekolah, bagian komunitas, bekerja langsung dengan sasarannya. Seperti ibu-ibu PKK dan organisasi pemuda. BNP juga bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan untuk mensponsori acara-acara besar seperti, peringatan hari anti narkoba internasional. kerjasama ini biasanya berupa barang, seperti buku, modul, leaflet, poster. Desain ditentukan oleh BNP, dan barang-barang tersebut digunakan untuk membantu program sosialisasi. Table 2 Program Kerja Bidang Prevensi Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta 2010 WAKTU PELAKSANAAN
PROGRAM KERJA 1. Rakor 2. Life Skill Feer Educator Bagi Siswa SlTP
Triwulan pertama
3. Life Skill Dasar Konseling Bagi
(Januari, Februari dan Maret)
Pembina SATGAS Sekolah 4. Community Base Unit Tempat Ibadah 5. Life Skill Penyuluh Di Organisasi Sosial 6. Parenting Skill 1. Life Skill Feer Educator Bagi Siswa SLTP 2. Life Skill Dasar Konseling Bagi Pembina Satgas Sekolah
Triwulan Kedua (April, Mei dan Juni)
3. Life Skill Media Komunikasi, Informasi Dan Edukasi Perguruan Tinggi 4. Life Skill Pencegahan Bagi Guru TK Dan SD
61
5. Life Skill Bagi Pemuda 6. Parenting Skill 7. Life Skill Kader Penyuluh Bagi Lingkungan Kerja 1. Rakor 2. Life Skill Feer Educator Bagi Siswa SLTP 3. Life Skill Dasar Konseling Bagi Pembina Satgas Sekolah 4. Life Skill Media Komunikasi, Triwulan Ketiga (Juli, Agustus dan September)
Informasi Dan Edukasi Perguruan Tinggi 5. Community Base Unit Perguruan Tinggi 6. Life Skill Pencegahan Bagi Guru TK Dan SD 7. Life Skill Bagi Pemuda 8. Parenting Skill 9. Life Skill Kader Penyuluh Bagi Lingkungan Kerja 1. Life Skill Feer Educator Bagi Siswa SLTP 2. Life Skill Dasar Konseling Bagi
Triwulan keempat (Oktober, November dan Desember)
Pembina Satgas Sekolah 3. Life Skill Pencegahan Bagi Guru TK Dan SD 4. Life Skill Konseling Bagi Pemuda 5. Monitoring dan Evaluasi
62
2. Implementasi Strategi Setelah merumuskan dan memilih strategi yang telah ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi sangat membutuhkan komitmen dan kerjasama dari seluruh unit, tingkat dan anggota organisasi. Ada beberapa cara yang dilakukan BNP dalam sosialisai anti narkoba sebagai berikut. a. Penyuluhan Bidang prevensi yang berada di bawah naungan Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta, merupakan bidang yang fokus menangani masalah pencegahan dan penyalahgunaan narkoba. Salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan bidang prevensi dalam mensosialisasikan kesadaran anti penyalahgunaan narkoba adalah dengan melakukan penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat. -Penyuluhan dan Pelatihan Bagi Kader di Lingkungan Kelurahan Cibubur Penyuluhan bagi masyarakat di lingkungan Cibubur dilaksanakan tanggal 15 April 2010. Penyuluhan dilakukan di kantor kelurahan Cibubur. Penyuluhan ini dihadiri 50 peserta. Peserta merupakan kader-kader pos penanggulangan narkotika kelurahan (P2NK). Tema pada penyuluhan ini adalah dampak penyalahgunaan narkoba, dasar informasi HIV/AIDS. Materi dalam penyuluhan ini menjelaskan HIV (Human Immunodeficiency Virus) menyerang daya tahan tubuh atau sistem kekebalan tubuh. Hal ini berarti bahwa bila seseorang terinfeksi virus HIV, maka tubuhnya tidak mampu melawan virus-virus lain yang datang. Pad akhirnya kondisi ini bisa sangat serius sehingga
63
tubuh mudah terinfeksi bahkan terkena kanker. Perkembangan ini disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Penularan HIV dapat terjadi melalui darah, cairan vagina dan air susu ibu. Untuk dapat kotak dengan cairan-cairan tersebut dapat terjadi dengan melakukan hubungan seksual (anal dan vaginal) yang tidak aman dengan penderita HIV. Juga dapat terkena dengan bertukar menggunakan jarum atau alat suntik, seperti pangguna narkoba dan transfuse darah yang terkontaminasi HIV. Tanda dan gejala penderita HIV/AIDS akan tergantung dengan tahap penyakitanya. Bila seseorang terkena HIV pertama kalinya kemungkinan akan timbul gajala-gejala flu, demam, pembengkakan kelenjar dan kulit kemerahan. Seseorang bahkan tidak merasakan apapun saat terinfeksi. Perkembangan penyakit selanjutnya akan ditandai dengan rasa kelelahan yang amat sangat pembengkakan kelenjar (leher dan ketiak), keringat di malam hari, penurunan berat badan secara cepat dan diare berkepanjangan. Dalam kondisi ini gejala AIDS berkembang. -Penyuluhan Bagi Mahasiswa/i Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Penyuluhan bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) dilaksanakan tanggal 17 Mei 2010. Penyuluhan dilakukan di sekolah tinggi tersebut. Penyuluhan ini dihadiri 200 peserta. Peserta merupakan representatif dari berbagai jurusan yang ada di sekolah tinggi ilmu kesehatan. Tema pada penyuluhan ini adalah, life skill media komunikasi, informasi dan edukasi. Pencegahan penyalahgunaan narkoba.
64
Materi dalam penyuluhan ini menjelaskan pentingnya komunikasi, informasi dan edukasi yang efektif bagi pencapaian perilaku masyarakat dalam upaya pencagahan dan penyebaran virus HIV/AIDS. Pengelolaan K.I.E yang direncanakan dengan baik , sangatlah penting dalam mendukung pelayanan bagi masyarakat dan lingkungan perguruan tinggi. K.I.E diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat akan bahaya penyalahgunaan narkoba. Juga untuk memotivasi masyarakat dan membantu mereka untuk mampu meneruskan informasi dan memotivasi orang lain. Dalam menyusun media komunikasi, informasi dan edukasi ada prinsipprinsip yang harus diperhatikan, karena akan menentukan efektif atau tidaknya K.I.E, yaitu: 1. Prinsip integrated: dalam menyusun K.I.E narkoba, penyusun harus bekerja sama dengan berbagai pihak dalam hal ini melibatkan kelompok sasaran atau kelompok dimana K.I.E akan dikembangkan. 2. Prinsip mencerminkan nilai yang berlaku di masyarakat. K.I.E haruslah sesuai dengan kelompok sasaran. Kelompok sasaran di Jakarta misalnya tidak akan sesuai dengan kelompok sasaran di Bali. Pada akhirnya pesan tidak akan efektif. 3. Prinsip menghormati martabat, harkat dan susila. Dalam menyusun K.I.E jangan menampilkan seserang yang sedang kecanduan, kurus, jelek dan menyertakan kata-kata “hanya orang-orang yang tidak beriman dan sampah masyarakat yang menggunakan narkoba. Atau “orang penderita AIDS sepentasnya dikucilkan”.
65
4. Prinsip sesuai dengan tingkat ekonomi, sosial, edukasi dan geografi. Masyarakat bervariasi menurut tingkat ekonomi, sosial, edukasi dan geografi. Masyarakat petani di pedesaan yang hanya tamat SD akan sangat berbeda dengan masyarakat kota Jakarta yang berpendidikan tinggi. Masing-masing kelompok memiliki gaya hidup dan kebutuhan yang berbeda. 5. Prinsip menarik dan tidak menakut-nakuti. Dalam membuat K.I.E sebaiknya jangan menakut-nakuti karena hanya akan membuat penasaran untuk mencoba. Kemungkinan besar juga kelompok sasaran akan menolak untuk membaca dan meilihatnya sehingga pesan yang disampaikan menjadi terhambat. -Penyuluhan Dan Pelatihan Bagi Mahasiswa/I Universitas Islam Assifii’ah (UIA) Penyuluhan bagi mahasiswa Universitas Islam Assyafii’ah (UIA) dilaksanakan tanggal 27 Mei 2010. Penyuluhan bertempat di Universitas Islam Assafii’ah, Jati Bening. Penyuluhan ini dihadiri 100 peserta. Peserta merupakan representatif dari berbagai jurusan yang ada di Universitas Islam Assifi’ah. Tema pada penyuluhan ini adalah, make better solution, mengungkap perbedaan pria dan wanita agar sukses membina hubungan. Materi pada penyuluhan ini
menjelaskan bagamana perbedaan yang
terdapat antara pria dan wanita, tujuannya agar hubungan dapat terjalin dengan baik. Dalam mempresentasikannya pun lebih banyak menggunakan visualisasi gambar dari pada tulisan. Ini merupakan salah satu tekhnik agar peserta tidak
66
jenuh. Dibawah ini terdapat tabel yang menjelaskan perbedaan antara pria dan wanita. Tabel 3 Materi Make Better Solution (Perbedaan Antara Pria dan Wanita)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pria Berterus terang Bicara apa adanya Kurang menyukai kontak mata Memiliki keterampilan ruang yang bagus Berbelanja = terror pria Bila tertekan tidak mau bicara Bila mendengar curhat selalu menawarka solusi Suka mengganti saluran televisi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Wanita Tidak berterus terang Berbicara dengan perasaan Berbicara dengan kontak mata Memiliki kemempuan ruang yang terbatas Mendapat kesulitan membaca peta atau petunjuk jalan Berbelanja=kegembiraan wanita Bila curhat hanya ingin disimak Menonton dengan tekun
Gambar 1 Gambar yang digunakan dalam presentasi make better solution (cara pria dan wanita menyimak)
67
Gambar 2 Gambar yang digunakan dalam presentasi make better solution (otak pria dan wanita)
ALLAN + BARBARA PEASE
ALLAN + BARBARA PEASE
68
-Penyuluhan Dan Pelatihan Bagi Guru BP se-DKI Jakarta Pada bulan Juni, bidang prevensi BNP DKI Jakarta
melakukan
penyuluhan dan pelatihan bagi para guru BP (bimbingan dan penyuluhan) se-DKI Jakarta di POLDA Metro Jaya. Kegiatan ini merupakan salah satu program rutin yang dilakukan secara kontinu selama bulan Juni. Pelatihan dilaksanakan pada setiap hari sabtu, tanggal 5, 12, 19, dan 26. Hal ini bertujuan agar para guru mampu mendeteksi siswa yang menggunakan narkoba dan bisa mengambil langkah yang baik dalam menangani penggunaan narkoba di kalangan siswa sehingga tidak mengganggu program belajar mengajar di sekolah. Materi yang diberikan dalam penyuluhan dan pelatihan bagi para guru ini beragam, dan berganti setiap minggunya. Bahkan materi yang diberikan tidak hanya pada sebatas pengetahuan saja tetapi juga langkah-langkah yang harus diambil ketika menghadapi siswa atau anak yang menggunakan narkoba. Penyuluhan pertama bagi para guru BP se-DKI Jakarta dihadiri 50 peserta. Materi pertama yang diberikan pada penyuluhan dan pelatihan pertama tanggal lima Juni ini adalah, dampak penyalahgunaan narkoba pada stabilitas keluarga.42 Pada Materi ini dijelaskan bahwa dampak penyalahgunaan narkoba pada stabilitas keluarga seperti: Mengganggu kebiasaan rutin dalam keluarga. Seperti tidak jadi berangkat ke pengajian karena harus menunggu anak yang menjadi penyalahguna narkoba
42
Data diperoleh dari modul pencegahan penyalahgunaan narkoba Badan Narkotika provinsi DKI Jakarta
69
pulang. Karena selalu mengurus dan mengkhawatirkan penyalahguna, usaha dan pekerjaan jadi terbengkalai. Selain mengganggu kebiasaan rutin, dampak yang timbul pada stabilitas keluarga, berubahnya waktu kebersamaan dalam keluarga seperti kebiasaan makan bersama, pergi bersama, dsb. Dalam hal ini keluarga tidak mampu mengambil keputusan untuk mengikutsertakan penyalahguna narkoba atau tidak. Juga mengubah pola interaksi keluarga, seperti pola komunikasi antar anggota keluarga menjadi berkurang, konflik mudah terjadi, tidak ada lagi kehangatan, keluarga menarik diri dari lingkungannya. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dan masalah keseluruhan anggota keluarga. Hal itu terjadi karena ada perasaan tidak berdaya, berfikir sempit, selalu fokus pada masalah penyalahgunaan narkoba yang dilakukan salah seorang atau beberapa anggota keluarga. Setelah mengetahui dampak yang ditimbulkan salah seorang atau beberapa orang pengguna narkoba pada stabilitas keluarga maka materi kedua pada penyuluhan dan pelatihan pencegahan dan penyalahgunaan narkoba yang kedua tanggal 12 Juni adalah, pendidikan pencegahan penyalahgunaan narkoba. Pada penyuluhan dan pelatihan ini dihadiri oleh 80 peserta. Pada materi ini dijelaskan bahwa ketika anak memasuki masa remaja, terjadi perubahan yang sangat pesat secara pisik, baik mental emosional maupun sosial. Akan tetapi perubahan pisik yang cepat tidak diikuti dengan kecepatan ekosional dan sosialnya. Perilakunya sangat labil atau mudah berubah-ubah. Kadang-kadang ia tampak bertanggung jawab, kadang-kadang tampak masa
70
bodoh. Maka langkah yang harus dilakukan adalah mengembangkan rasa percaya diri pada anak. Ada tiga poin yang harus dilakukan. 1. Jangan bertindak kasar atau memaksakan pemikiran dan kehendak. Hindari sikap reaktif menyikapi anak yang bermasalah dengan rasa percaya
dirinya.
Semakin
tertekan,
anak
semakin
tak
mampu
mengembangkan percaya dirinya. 2. Lakukan pendekatan kasih sayang pada anak. Kita harus membangun interaksi dan komunikasi yang didasarkan pada kasih sayang terhadap anak. Pendekatan yang didasarkan kasih sayang dapat menciptakan hubungn harmonis antara orang tua dan anak. 3. Sentuhlah titik peka anak. Selain itu dijelaskan juga sikap yang harus diambil orang tua/guru ketika mengetahui anaknya/siswanya menggunakan narkoba. 1. Bersikapalah tenang, kendalikan emosi, marah, tersinggung dan merasa bersalah tidak ada gunanya. 2. Jangan tunda masalah. Hadapi kenyataan, adakan dialog. Kemukakan apa yang anda ketahui tanpa sikap menuduh. Jangan lakukan saat ia masih dalam pengaruh narkoba. 3. Dengarkan anak. Dialog dengan anak adalah kunci pemecahan masalah. Beri dorongan nonverbal kepadanya. Jangan memberi nasihat atau ceramah, jangan menghina, mencaci-maki, menghajar atau melakukan tindakan kekerasan. 4. Jika ia mau mengakuinya, hargai kejujurannya.
71
5. Tingkatkan hubungan dalam keluarga 6. Bangunlah kehidupan berdisiplin, hiduplah secara tertib dan teratur jauhkan anak dari lingkungan rawan narkoba. Memasuki minggu ketiga penyuluhan dan pelatihan bagi para guru BP seDKI Jakarta yang bertempat di POLDA di hadiri oleh 100 peserta. Materi yang diberikan adalah, pengetahuan dasar mengenai terapi dan rehabilitasi, upaya pemulihan adiksi. Materi ini menjalaskan upaya yang dapat membantu pemulihan adiksi, yaitu: Detoksifikasi, terapi awal dari penyalahgunaan narkoba yang bertujuan menghilangkan pengaruh intoksifikasi narkoba yang berada dalam tubuh si penyalahguna. Dengan berhentinya masukan narkoba tubuh mengalami putus zat/sakaw. Detoksifikasi tidak menyelesaikan masalah ketergantungan, hanya langkah awal bagi pengguna narkoba untuk menjalani pemulihan berikutnya. Tahap kedua yang harus dijalani penyalahguna dalam rehabilitasi adalah, perawatan residensial. Pada program ini penyalahguna tinggal di tempat rehabilitasi. Program ini dilakukan dengan merehabilitasi pisik terlebih dahulu dan kemudian dilanjutkan dengan rehabilitasi sosial. Program ini dapat berjangka pendek (3-6 bulan), jangka penjang (9-12 bulan) bahkan ada yang masuk program bina lanjut (16-18 bulan). Yang terakhir dalam terapi dan rehabilitasi adalah, perawatan non residensial. Pada program ini, penyalahguna tidak tinggal di suatu panti rehabilitasi, melainkan cukup menjalankan program secara intensif konseling,
72
terapi kelompok, dll. Dalam program ini penyalahguna masih dapat berinteraksi dengan masyarakat. Minggu keempat merupakan pelatihan dan penyuluhan terakhir bagi para guru BP se-DKI Jakarta. Pada penyuluhan ini terakhir ini dihadiri oleh 80 peserta, materi yang diberikan bidang prevensi adalah, peran keluarga dalam proses pemulihan anak penyalahguna narkoba. Keluarga dapat berperan pada setiap tahap dalam pemulihan, antara lain: Tahap detoksifikasi, pada tahap ini penyalahguna merasa sangat tidak nyaman, sehingga kaluarga perlu memahami bahwa nasihat, saran dan sikap menyalahkan tidak ada manfaatnya bagi penyalahguna. Peran keluarga memberikan dukungan kepada penyalahguna bahwa hal ini dapat dilewati. Tahap pemulihan awal (early recovery), tahap ini dimana proses pemulihan penyalahguna baru dimulai, umumnya berangsung 18 bulan bersih dari narkoba. Keluarga harus berperan untuk mendorong penyalahguna menjalankan pola hidup yang bersih dan waras. Keluarga juga diharapkan memberi kesempatan pada penyalahguna untuk membangun pemulihan mereka sendiri. Tahap pemulihan menengah (middle recovery), penyalahguna berada dalam proses pengintegrasian nilai-nilai yang telah didapat dari proses pemulihan ke dalam kehidupannya dan sekaligus membangun hubungan sosial yang lebih luas di masyarakat. Yang harus dilakukan, keluarga perlu mengenal cara berkomunikasi yang baik, cara mengungkapkan perasaan dan cara mewujudkan kegiatan gembira bersama seperti rekreasi, berkebun dll.
73
Tahap pemulihan lanjut (late recovery), pada tahap ini, fokus pemulihan untuk memperluas kehidupan yang telah di dapat dalam tahap-tahap sebelumnya. Inilah tahap dimana penyalahguna untuk membangun kehidupan sehat dan membuat kehidupan normal selamanya. Yang harus dilakukan keluarga, memberi dukungan kepada penyalahguna untuk hadir kegiatan kelompok bantu diri, seperti Narcotic Anonymous (NA). Kehadiran penyalahguna dalam kegiatan ini untuk memperkuat ketahanan diri agar tidak relapase. -Penyuluhan Bagi Organisasi Pemuda Penyuluhan bagi organisasi pemuda dilaksanakan tanggal 6 Juli 2010, bertempat di gedung pegadaian. Penyuluhan ini dihadiri 125 peserta yang berasal dari berbagai organisasi pemuda, diantaranya: Sentral Komunikasi (SENKOM), KNPI, Karang Taruna, Ikatan Pemuda Nahdatul Ulama (IPNU) dan Purna Caraka Muda Indonesia (IPMI). Materi pada penyuluhan kali ini adalah, materi dasar penyalahgunaan narkoba. Materi ini menjelaskan beberapa alasan mengapa narkoba perlu dihindari bagi siapapun, selain dapat merugikan diri sendiri narkoba juga merugikan orang lain. Narkoba dapat merubah kepribadian seseorang secara drastis, si penyalahguna menjadi pemurung, pemarah, bahkan melawan terhadap apa dan siapapun. Narkoba juga menyebabkan semangat belajar menjadi menurun, tidak ragu melakukan hubungan seks bebas karena pandangannya terhadap normanorma masyarakat, hukum dan agama sudah dilanggar. Katika putus zat/sakaw penyalahguna tak segan-segan menyiksa diri karena ingin menghilangkan rasa nyeri karena putus zat.
74
Dalam lingkungan keluarga si penyalahguna tidak akan segan mencuri uang atau menjual barang-barang di rumah yang dapat dijadikan uang. Si pemyalahguna mulai berani melawan orang tua, mencemarkan nama baik keluarga dan keharmonisan keluarga akan berkurang. Sedangkan dalam lingkungan masyarakat, si penyalahguna dapat berbuat tidak senonoh dengan orang lain. Mengambil milik orang lain demi memperoleh uang untuk membeli narkoba. Menimbulkan bahaya bagi ketentraman umum dan keselamatan orang lain. -Penyuluhan Bagi Pegawai Subdinas Di Wilayah Kotamadya Penyuluhan bagi pegawai subdinas kotamadya dilaksanakan tanggal 13 Juli 2010, bertempat di gedung pegadaian, jl. Keramat 162. Penyuluhan ini dihadiri 80 peserta yang berasal dari lima wilayah kotamadya DKI Jakarta. Peserta merupakan representatif dari lima wilayah yang berada di DKI Jakarta. Tema pada penyuluhan kali ini adalah, life skill di lingkungan kerja, dengan materi teknik dasar konseling. Materi dalam penyuluhan ini menjelaskan bahwa konseling adalah bagian dari program pemulihan untuk penyalahguna narkoba dan keluarganya. Konseling sangat membantu untuk menyelesaikan berbagai macam masalah dan situasi yang dicapai penyalahguna dan keluarga. Konseling merupakan aktivitas yang dilakukan dalam rangka memberikan berbagai alternatif pemecahan masalah klien. Konseling dirancang untuk membantu klien memehami dan memperjelas masalah yang dihadapinya sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna sebagai pemecahan masalah yang dihadapinya.
75
Konseling narkoba merupakan hubungan antara konselor dengan penyalahguna dalam rangka membantu meningkatkatkan kesadaran akan masalah yang dialaminya. Menunjukkan pada penyalahguna kekuatan-kekuatan yang dimilinya yang dapat digunakan dalam melakukan perubahan perilaku, mengatasi kesulitan dan menentukan keputusan. Dalam konseling dibutuhkan proses, antara lain, Membangun hubungan (relationship building). Dalam konseling membangun hubungan adalah tahap pertama yang sangat penting. Karena akan menentukan berhasil atau tidaknya pelaksanaan tugas-tugas berikutnya. Waktu dan energi harus dicurahkan untuk mengembangkan suatu hubungan ayang efektif. Hubungan ini memiliki karakteristik saling percaya, keterbukaan, rasa nyaman untuk melanjutkan sesisesi berikutnya. Kondisi ini diperlukan agar dapat menggali lebih dalam masalah yang dialami mantan penyalahguna narkoba. Setelah berhasil membangun hubungan, tahap selanjutanya adalah pengungkapan ruang lingkup masalah. Konselor seharusnya membantu keluarga untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan problem yang ingin diselesaikan. Tahap terakhir dari konseling adalah evaluasi. Evaluasi adalah suatu proses yang dilakukan secara terus menerus sepanjang kontak, evaluasi terdiri dari, eveluasi proses. Evaluasi ini dilakukan konselor dengan mantan penyalahguna narkoba untuk melihat apakah proses konseling berjalan sesuai rencana atau tidak. Sedangkan evaluasi hasil dilakukan untuk melihat apakah tujuan sudah tercapai atau tidak.
76
-Penyuluhan Bagi Guru TK/SD se-DKI Jakarta Penyuluhan bagi guru TK/SD se-DKI Jakarta dilaksanakan tanggal 14 Juli 2010, bertempat di gedung pegadaian. Penyuluhan ini dihadiri 50 peserta yang berasal dari lima wilayah kotamadya DKI Jakarta. Tema pada penyuluhan kali ini adalah, life skill bagi guru TK/SD, dengan materi pendidikan anak usia dini dan pencegahan penyalahgunaan narkoba sejak dini. Materi
pada
penyuluhan
kali
ini
menjelaskan
tahapan-tahapan
perkembangan usia anak dan pola interaksi yang sesuai dengan usia anak. Tahapan pertama adalah, saat usia bayi baru lahir hingga 1,5 tahun. Sejak lahir hingga 1,5 tahun anak membutuhkan rasa aman, kasih sayang, suasana hangat dan mesra. Sehingga dikembangkan rasa percaya pada dirinya, percaya pada orang lain, percaya akan masa depannya dan pada kebaikan-kebaikan dalam hidup. Ibu perlu memberikan ASI (air susu ibu) kepada bayinya. Jika terpaksa memberikan susu botol, perlakukanlan bayi seperti minum ASI, dengan cara memeluknya. Si ibu diharuskan sering-sering berbicara kepada si bayi, mengajak si bayi tersenyum dan menirukan mimik dan gerakannya. Senandung dan anyunkan saat sehingga bayi tidur dengan nyaman. Perkenalkanlah pada bunyibunyian, seperti musik klasik dan seriosa, hal ini akan mempercepat perkembangan mental bayi. Tahap kedua adalah ketika anak memasuki usia 1,5 sampai dengan 3 tahun. Pada usia ini, anak sedang mengembangkan kemampuan berotonomi, yaitu sebagai manusia yang bebas, yang mempunyai kemauan sendiri. Dalam tahapan ini orang tuan dianjurkan untuk memberi keluasan agar anak dapat bergerak bebas
77
dan berlatih melakukan hal-hal yang diperkirrakan mampu dikerjakannya, sehingga menimbulkan rasa kemampuan diri.
Namun, harus tegas untuk
melindungi dari bahaya, karena kemapuan anak belum diimbangi dengan kemampuan menjaga dirinya. Belajarlah berbicara kepada anak dengan kalimat pendek yang mudah dimengerti. Bacakan buku cerita atau dongeng setiap hari dan doronglah agar dia mau menceritakan apa yang dia lihat dan dia dengar. Doronglah dia agar membereskan mainannya setelah bermain. Biarkan si anak membantu pekerjaan rumah yang ringan, hal ini agar si anak mempunyai rasa bertanggung jawab. Orang tua juga diharapkan agar tidak terlalu banyak memberikan larangan. Namun, orang tua pun jangan terlalu terbiasa menuruti segala permintaan anak. Bujuklah dan terangkan ketika si anak kecewa dengan cara memeluknya dan mengajaknya berbicara. Usahakan agar si anak mau bermain dengan anak lainnya, dengan begitu ia akan belajar mengikuti aturan permainan. Tahap terakhir ketika anak memasuki usia 3 s.d 6 tahun. Pengembangan kemampuan inisiatif terjadi waktu anak berumur 3 s.d 6 tahun. Pada usia ini anak selalu ingin tahu, banyak bicara dan meniru orang-orang yang berada di sekitarnya. Anak mulai melibatkan diri dalam kegiatan bersama dan menunjukkan inisiatif untuk mngerjaan sesuatu tanpa memikirkan hasilnya. Namun anak-anak mudah bosan dan berpindah-pindah kegiatan. Pada usia ini anak mulai menyadari bahwa ada perbedaan antara alat kelamin laki-laki dan perempuan. Jawablah secara sederhana sesuai dengan alam pikir anak. Jangan membuat jawaban yang aneh dan tidak masuk akal. Misalnya,
78
anak menanyakan bagaimana cara adik keluar dari perut ibu, jangan katakana “ dibelah dari perut ibu”, sebab hal itu akan membuat si anak cemas. Katakanlah bahwa adik keluar melalui jalan lahir. Yang harus dilakukan orang tua dalam beriteraksi dengan anak pada usia ini adalah, mengisi waktu bersama dengan anak. Orang tua memberi perhatian penuh kepada anak, bermain bersama, membaca buku, jalan-jalan. Hal ini dapat membangun kasih sayang dan mengurangi pengaruh kelompok. Beri kesempatan anak untuk menyalurkan inisiatifnya, sehingga ia beroleh kesalahan dan belajar dari keselahannya. Hargai anak dan dengarkan pendapatnya. Tabel 4 Jadwal Kegiatan Program Penyuluhan Yang Terlaksana Tahun 2010 NO
Tgl, Tmpt Penyuluhan
1
15 April 2010 Kelurahan Cibubur
Peserta Penyuluhan
Materi penyuluhan Dampak Penyalahgunaan
50 warga Cibubur
Narkoba, Dasar Informasi HIV/AIDS.
2
17 Mei 2010 STIKES
Life Skill Media Komunikasi, 200 Mahasiswa/i
Informasi Dan Edukasi (K.I.E)
STIKES
Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
3
27 Mei 2010 Universitas Islam
Make Better Solution, 100 Mahasiswa/I UIA
Assyafi’ah
Mengungkap Perbedaan Pria dan Wanita Agar Sukses Membina Hubungan
4
5 Juni 2010
50 Guru BP se-DKI
Dampak Penyalahgunaan
Polda Metro jaya
Jakarta
Narkoba Pada Stabilitas Keluarga
79
5
6
12 Juni 2010
80 Guru BP se-DKI
Pendidikan Pencegahan
Polda Metro Jaya
Jakarta
Penyalahgunaan Narkoba
19 Juni 2010
100 Guru BP se-DKI
Pengetahuan Dasar Mengenai
Polda Metro Jaya
Jakarta
Terapi Dan Rehabilitasi, Upaya Pemulihan Adiksi
7
26 Juni 2010
80 Guru BP se-DKI
Peran Keluarga Dalam Proses
Polda Metro Jaya
Jakarta
Pemulihan Anak Penyalahguna Narkoba
8
6 Juli 2010
125 Orang Perwakilan
Materi Dasar Penyalahgunaan
Gd. Pegadaian
dari Organisasi
Narkoba
pemuda 9
10
13 Juli 2010
80 Pegawai Subdinas
Teknik Dasar Konseling
Gd. Pegadaian
Kotamadya
14 Juli 2010
50 Guru TK/SD
Life Skill Bagi para Guru
Gd. Pegadaian
Se-DKI jakarta
TK/SD
Tabel di atas merupakan jadwal kegiatan penyuluhan yang terlaksana pada pada tahun 2010. Dalam pelaksanaannya banyak program-program yang telah direncanakan awal di tahun tidak dapat dilaksanakan dengan alasan belum turunnya kucuran dana dari PEMDA DKI Jakarta. Program-program pada triwulan pertama sama sekali tidak berjalan, dan BNP baru melaksanakan program sosialisasi pada triwulan kedua. Sedangkan pada triwulan ketiga masalah yang sama terjadi. Belum selesainya laporan pertanggung jawaban menyebabkan dana Anggaran dari pemerintah daerah untuk BNP tidak turun lagi, sehingga menyebabkan program triwulan ketiga mundur dari rencana yang telah ditetapkan.
80
Tidak lancarnya arus kucuran dan dari Pemda DKI Jakarta ke BNP menyebabkan terbengkalainya program-program yang telah ditetapkan di awal tahun. Seharusnya pemerintah setempat bisa lebih fokus jika ingin masalah narkoba ini dapat ditanggulangi dengan baik. Tanpa adanya kinerja yang baik dari pemerintah, visi bersihnya jakarta dari narkoba sulit untuk diwujudkan. Lambannya kinerja pemerintah tidak bisa juga dijadikan kambing hitam terus menerus. BNP sebagai badan pememrintah yang telah berpengalaman dalam penanggulangan narkoba seharusnya mempunyai trik agar program dapat terus berjalan, meski tidak harus sesuai dengan program yang telah diagendakan di awal tahun. BNP bisa saja mensiasatinya dengan bekerja sama dengan instansiinstransi yang memiliki concern di bidang narkoba, dengan begitu program sosialisasi anti narkoba dapat tetap berjalan. b. Strategi Komunikasi Melalui Media Selain melakukan penyuluhan dan pelatihan terhadap masyarakat, bidang prevensi Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta juga melakukan sosialisasi anti penyalahgunaan narkoba melalui media komunikasi massa, seperti majalah, buku, stiker dan leaflet. -Majalah Strategi komunikasi lain yang dilakukan bidang prevensi selain penyuluhan untuk mensosialisasikan kesadaran anti penyalahgunaan narkoba adalah menggunakan media massa cetak. Cara ini mudah dan efektif. Pembuatan majalah tidak berada di bawah teritorial bidang prevensi, melainkan bidang penelitian, pengembangan dan informasi (litbang info).
81
Keuntungan dari menggunakan majalah sebagai media sosialisasi, bidang prevensi bisa mensosialisasikan mengenai bahaya penyalahgunaan narkoba ke banyak orang secara serempak. Biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan majalah lebih murah dari pada tarif iklan di televisi. Majalah yang diterbitkan bidang litbang ini memiliki nama Jakarta Drugs Free. Filosofi yang terdapat dibalik nama tersebut,
Jakarta diharapkan bisa
menjadi provinsi bersih dari narkoba. Majalah Jakarta Drugs Free terbit tiga bulan sekali. Triwulan pertama (Jan, Feb dan Mar), triwulan kedua (April, Mei Dan Juni), triwulan ketiga (Juli, Agus dan Sept) dan triwulan keempat (Okt, Nov Dan Des). -Stiker dan leaflet Stiker dan leaflet juga digunakan Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta dalam melakukan sosialisasi anti narkoba. Untuk pembuatan stiker dan leaflet merupakan tanggung jawab bidang litbang info dan tata usaha. Pembuatan stiker dan leaflet bertujuan, agar sosilisasi lebih mudah diterima. Bentuknya yang kecil ditabah dengan desain yang menarik, dan dapat ditempel di tempat-tempat tertentu, stiker mudah diingat oleh penerimanya. Baik stiker, leaflet dan majalah yang telah dibuat bidang litbang info dan tata usaha, didistribusikan pada saat penyuluhan berlangsung. Selain dibagikan kepada peserta sosialisasi, BNP juga memberikan stiker, leaflet dan majalah kepada BNK dan UNK. Agar ketika BNK dan UNK melakukan sosialisai, stiker, leaflet dan majalah dapat didistribusikan juga.
82
3. Evaluasi Strategi Tahap akhir dari strategi adalah evaluasi impelementasi strategi. Evaluasi diperlukan untuk mengukur seberapa besar keberhasilan yang telah dicapai dan seberapa besar kegagalan yang diperoleh. Dengan mengetahui tingkat keberhasilan dan tingkat kegagalan dari program yang telah direncanakan, hal ini mampu menjadi tolok ukur untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang dituju tercapai. Evaluasi yang dilakukan bidang prevensi dalam sosialisasi baru sebatas tahap jangka pendek. Sebelum melaksanakan penyuluhan peserta terlebih dahulu diberi pretes dan setelah penyuluhan juga diberi tes, hal ini untuk melihat apakah mereka mengerti atau tidak
mengenai materi yang diberikan. Jika nilai dari
questioner yang diberikan kepada mereka lebih tinggi setelah dilaksanakannya penyuluhan berarti pengetahuan mereka mengenai narkoba bertambah dan penyuluhan berjalan dengan efektif. Dan sebaliknya, jika nilai rata-rata peserta tidak berubah dari nilai sebelum penyuluhan dilakukan maka penyuluhan dianggap tidak berjalan efektif, karena materi yang disampaikan tidak sampai pada peserta. Hasil yang didapatkan dari setiap evaluasi jangka pendek ini sangat memuaskan. Peserta rata-rata mengetahui dan kesadaran akan bahaya narkoba meningkat. Jika dibandingkan dengan tahun 2003, masyarakat akan sulit sekali mendefinisikan narkoba tapi sekarang jika ditanyakan perihal narkoba sudah
83
banyak yang bisa menjelaskan narkoba dengan bahasanya sendiri.43 Sedangkan untuk evaluasi jangka panjang, sampai saat ini belum terlaksana. Menurut Ibu. Ratih (Kasubag Komunitas. Bidang Prevensi), salah satu yang menjadi kelemahan BNP, karena koordinasi tingkat provinsi seringkali program hit and run, artinya satu kali BNP mengadakan penyuluhan untuk sekolah di wilayah ini, selanjutnya harus melakukan penyuluhan ke tempat lain. Jadi dalam kurun waktu lima tahun BNP belum tentu dapat melakukan sosialisasi kembali tempat awal pertama kali penyuluhan diberikan. Kecuali ada inisiatif dari sekolah-sekolah swasta atau instansi-instansi yang siap menjadi pelaksana acara penyuluhan dan BNP hanya sebagai supervisinya.44 Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengajukan proposal kerja sama antara lembaga yang ingin mengadakan sosialisasi dengan BNP. Hambatan yang hadir dalam proses sosialisasi adalah, seringkalinya kemauan mitra BNP dengan program BNP yang telah direncanakan tidak sesuai. Seharusnya setelah adanya sosialisasi dasar mengenai narkoba, maka materi selanjutnya adalah sosialisasi tingkat lanjut. Artinya dalam penyuluhan ini tidak lagi membicaran definisi narkoba dan bahaya narkoba, tapi telah masuk pada materi komunikasi efektif dan feer educator. Untuk penyuluhan di masyarakat seringkali terjadi kesalahan seperti ini. Para peserta yang telah mendapatkan materi dasar dan memasuki materi tingkat lanjut, tidak hadir pada materi lanjutan
43
Hasil wawancara dengan Ibu. Ratih Wulandari, Kasubag komunitas. Bidang Prevensi, tanggal 09 Agustus 2010 44
Hasil wawancara dengan Ibu. Ratih Wulandari, Kasubag komunitas. Bidang Prevensi, tanggal 09 Agustus 2010
84
sehingga tidak bisa dilakukan materi lanjutan. Dengan begitu BNP harus memulai sosialisasi dari awal lagi. Hambatan lainnya dalam proses sosialisasi adalah besarnya wilayah dengan anggaran. Walaupun anggaran yang disedikan untuk BNP DKI Jakarta ini sudah yang paling besar dibandingkan dengan BNP daerah lain se-Indonesia ini. Berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya, untuk beberapa tahun terakhir ini anggaran untuk sosialisasi dan pengadaan acara mengenai narkoba yang berada di instransi-instansi pemerintah seluruhnya di alokasikan ke BNP. Sehingga instansi yang ingin mengadakan acara mengenai narkoba bisa bekerja sama dengan BNP dalam pelaksanaannya. Meskipun anggaran yang berada di instansi-instansi sudah dialokasikan ke BNP, tapi anggaran yang disediakan untuk sosialisasi masih dirasa belum cukup untuk mengcover semua wilayah di DKI Jakarta ini. Berbeda dengan bidangbidang lain yang berada di BNP, sekali mengadakan pelatihan anggaran yang disediakan bisa mencapai 300 juta, sedangkan untuk bidang prevensi dana yang disediakan hanya 50 juta. Dana yang sediakan seringkali habis untuk menyewa tempat, seminar kit, dll. Ada beberapa perencanaan strategi yang sudah direncanakan tapi belum dapat direalisasikan. Dalam sosilisasi anti narkoba ke depannya BNP hanya akan melaksanakan sosialisasi pada perguruan tinggi saja. Untuk SMA sosialisasi ditangani langsung oleh BNK. Sampai saat ini belum terwujud karena sumber daya manusia di BNK sangat terbatas sehingga program ini belum terlaksana. Terlebih dengan diberlakukannya UU no 35, yang menjadikan BNP menjadi
85
BNNP (badan narkotika nasional provinsi), banyak program-program yang telah direncanakan harus ditiadakan Dalam setiap pelaksanaan strategi komunikasi, BNP berharap hal ini menjadi motivasi bagi daerah lain untuk lebih giat lagi membrantas penyalahgunaan narkoba yang terjad di Indonesia. Dengan adanya kerjasama antar daerah, hal ini akan sangat membantu pencegahan dan penyalahgunaan narkoba di Indonesia. Sehingga target Indonesia bersih narkoba tahun 2015 dapat terwujud. B. Strategi Komunikasi Efektif, Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta Dalam Mensosialisasikan Kesadaran Anti Narkoba Dalam pelaksanaan strategi komunikasi sosialisasi anti narkoba, Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta melakukan penyuluhan secara langsung dan juga menggunakan media cetak (majalah, stiker dan leaflet). Dilihat dari intensitasnya, penyuluhan merupakan alternatif yang lebih sering digukanakan BNP dalam sosialisasinya. Faktor anggaran sangat berpengaruh terhadapat dua strategi yang dilakukan BNP. Biaya yang cukup besar dalam setiap pembuatan majalah menjadi pertimbangan untuk BNP menerbitkannya setiap triwulan. Dalam perencanaan, majalah Jakarta Drugs Free terbit tiga bulan sekali, tetapi dalam pelaksanaannya tidak sesuai. Dalam setahun, hanya satu atau dua kali. Untuk penyuluhan dana yang dikeluarkan tidak selalu besar, bahkan beberapa penyuluhan tidak mengeluarkan biaya sama sekali. Seperti penyuluhan yang bekerja sama dengan POLDA, BNP hanya menyiapkan narasumber dan
86
seminar kitnya saja. Sedangkan tempat disediakan oleh POLDA selaku panitia acara. Pelaksanaan penyuluhan tidak selalu terikat dengan program, artinya banyak panyuluhan dilakukan diluar program yang sudah direncanakan. Penyuluhan di luar program ini merupakan kerja sama BNP dengan instansi, sekolah dan komunitas yang ingin mengadakan penyuluhan anti narkoba ini. Proses penyuluhan lebih mudah dari pembuatan majalah Jakarta Drugs Free. Dalam pembuatan majalah dibutuhakan waktu untuk mengumpulkan isi materi majalah. Hal ini yang menjadi salah satu alasan, BNP lebih sering melakukan penyuluhan dari pada pembuatan majalah Jakarta Drugs Free dalam sosialisasi anti narkoba. Selain itu penyuluhan dianggap lebih efektif dari pada sosialisasi mengunakan media cetak. Dalam penyuluhan antara peserta dan narasumber dapat bertatap muka langsung, materi yang tidak dipahami dapat ditanyakan pada sesi tanya jawab. Sedangakan pada media cetak hanya bersifat satu arah. Sehingga jika terdapat hal yang tidak dimengerti tidak dapat ditanyakan langsung dengan narasumber. Ini menunjukkan keapa sosialisasi melalui penyuluhan lebih efektif dari pada sosialisasi menggunakan media cetak.
87
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian mengenai strategi komunikasi Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta dalam mensosialisasikan kesadaran anti narkoba, bahwa strategi komunikasi yang diterapkan bidang prevensi dan litbang-info cukup berhasil. Dari hasil penelitian, dibuat beberapa catatan sebagai kesimpulan akhir, diantaranya: 1. Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta, membuat tahapan-tahapan strategi komunikasi sebelum melaksanakan sosialisasi anti narkoba. Tahapan-tahapan tersebut terbagi tiga, perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi. a. Perumusan strategi yang dilakukan BNP
DKI
Jakarta sebelum
melaksanakan sosialisasi anti narkoba ialah, membuat program besar di awal tahun. Tahap selanjutnya, implementasi strategi. Strategi komunikasi yang digunakan BNP DKI Jakarta dalam mensosialisasikan kesadaran anti narkoba terbagi dua, penyuluhan dan sosialisasi melalui media cetak (majalah, stiker dan leaflet). b. Tahap akhir dari strategi ialah, evaluasi strategi. Evaluasi yang dilakukan BNP DKI Jakarta terhadap program-program sosialisasi masih sebatas jangka pendek. Evaluasi ini dilakukan dengan cara memberikan peserta penyuluhan pratest berbentuk questioner dan setelah penyuluhan berakhir
88
peserta juga mendapatkan questioner yang berbeda. Tujuannya untuk mengetahui, apakah pengetahuan mereka mengenai narkoba meningkat setelah dilakukan penyuluhan. Evaluasi untuk jangka panjang sampai saat ini belum terwujud. 2. Dilihat dari implementasinya, strategi komunikasi yang diterapkan oleh BNP lebih sering menggunakan penyuluhan dalam mensosialisasikan kesadaran anti narkoba ketimbang menggunakan media cetak. selain anggran yang menjadi kendala utama, proses pengumpulan materi dan editing yang membutuhkan waktu cukup panjang juga menjadi salah satu penghambat dalam menggunakan majalah sebagai media sosialisasi. apat disimpulkan, penyuluhan merupakan strategi yang lebih dominan dari sosialisasi melalui media cetak. B. Saran-Saran Efektivitas sosialisasi merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan utama BNP, yakni menyadarkan masyarakat akan bahaya penyalahgunaan narkoba. berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka ada beberapa saran yang hendak peneliti sampaikan. Tentunya saran-saran ini bertujuan agar kiprah BNP DKI semakin meningkat dan target Jakarta bersih narkoba 2015 dapat terwujud. 1. Penyuluhan yang diberikan kepada masyarakat biasanya seputar bahaya atau dampak yang ditimbulkan penyalahgunaan narkoba. Hal itu hanya menjelaskan terganggunya stabilitas lingkungan keluarga dan sosial. Materi yang diberikan hendaknya juga berisikan ajaran-ajaran agama. Dalam Islam penggunaan narkoba diharamkan, juga menurut agama-
89
agama lain penggunaan narkoba dilarang. Dengan menyentuh nilai religius, diharapkan peserta penyuluhan semakin kuat mentalnya untuk menolak menggunakan narkoba. 2. Pengunaan media massa seperti surat kabar, televisi dan internet, menjadi alternatif yang baik untuk melakukan sosialisasi anti penyalahgunaan narkoba. Masyarakat perkotaan seperti Jakarta adalah masyarakat informasi yang salah satu kebutuhannya adalah menkonsumsi informasi dari surat kabar, televisi dan internet. Dengan anggaran yang minim, hendaknya BNP melakukan kerja sama dengan stasiun televisi yang mempunyai siaran tentang program pemerintah. Seperti penyuluhan keluarga berencana (KB). Dengan begitu, tidak menghabiskan anggaran untuk program BNP lainnya. 3. Sulitnya kucuran dana dari pememrintah daerah menyebabkan programprogram sosialisasi yang teleh ditetapkan di awal tahun banyak yang tidak terleksana. Hal ini menuntut BNP untuk menjalin koneksi yang erta dengan instansi-instansi yang memiliki concern di narkoba. Sehingga program sosialisasi dapat terus berjalan tanpa harus terganggu dengan anggran daerah.
90
DAFTAR PUSTAKA
Amirullah dan Sri Budi Cantika. Manajemen Strategis, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2000. Ardianto, Elvinaro. dkk. Ilmu Komunikasi Massa, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007. Arifin, Anwar. Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas, Jakarta: Rajawali pres, 1998. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rhineka Cipta, 1998. Baharits, Adanan Hasan. Bahaya Obat Terlatang Terhadap Anak Kita, Jakarta: Gema Insani, 2004. Bukhari, Jefri Al. Sekuntum Mawar Untuk Remaja, Jakarta: Al-Mawardi, 2005. Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Rajawali Pres, 2005. Djuarsa Sandjaya, Sasa. Pengantar komunikasi, Jakarta: Universitas Terbuka, 2005. Effendi, Onong Uchyana. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1992. - - - - - - - - - - - . Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003. Hamzah, Andi dan R M. Surahman. Kejahatan Narkotika dan Psikotropika, Jakarta: Sinar Grapika, 1999. Komarudin. Ensiklopedi Manajemen, Jakarta:Bumi Aksara, 1994. Martono, Lidya Harlina. Menangkal Narkoba Dan Kekerasan, Jakarta: Balai Pustaka, 2006. Mondry. Pemahaman Teori dan Praktek Jurnalistik, Bogor: Ghalia Indonesia, 2008.
91
Muhammmad, Arni. Komunikasi Organisasi, Jakarta: bumi aksara, 2009. Oliver, Sandra. Strategi Public Relation, Jakarta: Erlangga, 2007. Pusat Bahasa Depertemen Pendidikan RI. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2005. R. David, Fred. Manajemen Strategi Konsep, Jakarta: Prenhalindo, 2002. Rakhmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007. Raudhonah. Ilmu Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007. Steiner, George dan Minnner. Manajemen Strategik, Jakarta: Erlangga, 2002. Umar, Husein. Strategic Management in Action, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001. Vardiansyah, Dani. Pengantar Ilmu Komunikasi: Pendekatan Taksonomi Konseptual, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004. West, Richard. Pengantar Teori Komunikasi Analisis Dan Aplikasi, Jakarta: Salemba Humanika, 2008. Wiryanto. Teori Komunikasi Massa, Jakarta: Grasindo, 2000. Yatim, Danny I. Kepribadian, Keluarga Dan Narkotika, Jakarta: Arcan, 1986. Zuriah, Nurul, Metodelogi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007.
92
Lampiran-lampiran
93
Transkip Wawancara Dengan IBU Ratih Wulandari (Kasubag Komunitas, Bidang Prevensi) Tanggal 09 Agustus 2010
Q.
Bagaimana
penyusunan
rencana
BNP
DKI
Jakarta
sebelum
melaksanakan strategi sosialisasi anti narkoba? A. Jadi kalau program sudah ditentukan di awal tahun, jadi programnya besar. Artinya begini misalnya untuk lingkungan sekolah, SLTA, guru-guru TK dan SD. Kalau di komunitas juga begitu, beberapa programnya, pelatihan kader di lingkungan organisasi sosial, juga pelatihan bagi pemuda. Cuma nanti dibagi menjadi triwulan, kita rapat lagi dan pada saat rapat tiga bulanan ditentukan sasarannya mana. Biasanya tergantung sama channel dan ketersedian data. Jadi misalnya SMA mana saja yang sudah ada linknya dan sudah ada nomor teleponnya. Dalam rapat perencanaan hanya melibatkan bagian prevensi saja dengan mitranya. Jadi hanya melibatkan bidang prevensi dan mengundang sasaran pesertanya. Nanti kira-kira kita minta pejelasan dari mitranya. Apakah yang mau ikut ini loh, orang yang sudah pernah atau orang yang belum pernah. Sebetulnya sekarang sih kita sudah tahapnya lebih dari sosialisasi, artinya kita sudah memberikan keterampilan-keterampilan. Tapi karena banyak juga yang belum mendapatkan informasi yang cukup sehingga sosialisasi ini tetep kita berikan dan baru sedikit yang mendapatkan pelatihan keterampilan ini. Untuk acara yang diluar program, artinya jika sejalan dengan program kita, kita mau mengadakan sosialisasi di lingkungan sekolah misalnya, dan ada sekolah yang waktunya bersamaan. Tri wulan ini mereka mau mengadakan acara, yaudah kita gandeng saja. Mereka pelaksananya dan kita supervisinya. Kita undang pembicara dan budgeting bisa kita bantu. Tapi kalau sendainya nggak matc, antara acara yang sudah ditentukan dengan jadwal sosialisai BNP, maka kita bantu
94
memberikan pembicaranya saja. Karena pembicaranyakan dari sini dan sudah digaji dari BNP sehingga tidak perlu extra budget. Proses untuk perencanaan yang di luar program sama dengan kegiatan sosialisai yang sudah terprogram. Artinya bidang Prevensi bertemu dengan mitra yang mau melaksanakan program penyuluhan. Hal ini dilakukan untuk menentukan materi yang akan diberikan. Q. Bagaimana dengan budgeting untuk sosilisasi? A. Untuk budgeting dari awal sudah ditentukan batasannya, nanti tinggal pengelolaannya. Artinya program-program yang sudah direncanakan awal tahun dan disetujui mendapat anggaran sesuai dengan pengajuan program, sedangkan sosialisasi yang di luar program tidak mendapat anggaran jadi kita hanya menyiapkan pembicaranya saja. Q. Bagaimana kerja sama BNP dengan instansi lain? A. Di dalam Pevensi kita ada tiga bagian, bagian lingkungan sekolah. Untuk lingkungan sekolah biasanya kita kerjasama dengan Dinas Pendidikan. Mereka yang mencarikan peserta. Kita siapkan acaranya, materinya, pembicaranya, dan tempatnya. Untuk komunitas lain lagi, seringkali kita langsung kerja sama dengan sasarannya. Dengan ibu-ibu PKK, organisasi pemuda. Q. Apakah dalam sosialisasi membutuhkan sponsorship? A. Kebetulan untuk di BNP sendiri, budget kita agak terbatas. Kalau untuk kegiatan yang sifatnya sosialisasi kita mencukupkan diri, jadi tidak mencari sponsorship lagi. Tapi kalau acaranya, acara yang besar. Misalnya peringatan hari anti narkoba. Itu mau nggak mau kita cari sponsor, tapi biasanya sponsor ini memberikan berupa barang, satu lagi untuk sponsor mereka bisa kasih buku, modul, leaflet, poster. Mereka yang cetak tapi desain dari kita, materi dari kita, semua dari kita tapi cetak bagian mereka. Nah nanti digunakan untuk mendukung acara-acara yang kita buat. Q. Bedanya apa antara pelatihan dan ketempilan?
95
A. Kalau sosialisasi kia mulai dari pengetahuan narkoba dasar, terus kemudian setelah itu mengenai hukum penggunaan narkoba, penegakkan hukum di bidang narkoba. Biasanya sosialisasi undang-undang. Lalu setelah itu ciri-ciri pengguna narkoba, biasanya masuk dalam pengetahuan dasar narkoba. Terapi secara teoritis, agar orang-orang tahu, ketika seseorang terkena narkoba cara ngobatinnya seperti ini loh. Nggak gampang, nggak sekali masuk tempat rehab, nggak sekali masuk rumah sakit, beres. Itu perlu berkali-kali. Q. Selain penyuluhan, strategi apa saja yang digunakan untuk sosilisai anti narkoba? A. Selain penyuluhah kita menggunakan modul, leaflet, stiker, poster. Di bawah kita itu ada Badan Narkotika Kabupaten/Kotamdya (BNK) dan Unit Narkotika Kecamatan (UNK) dan biasanya kita sebar secara berjenjang. Kita juga menyebarkan jika ada sosialisasi anti narkoba, ke masyarakat juga bisa secara berjenjang kita bagikan ke kelurahan dan kecamatan. Jadi pendistribusiannya ada dua, pertama dibagikan secara berjenjang ke BNK dan UNK, yang kedua dibagikan langsung jika ada sosialisasi anti narkoba. Untuk saat ini pembuatan itu bekerja sama dengan sponsor. Q. Bagaimana cara menilai berhasil atau tidaknya penyuluhan? A. Sejauh ini kita baru tahap jangka pendek, sebelum sosialisasi kita berikan pratest berupa questioner dan setelahnya kita tes lagi. berupa questioner, sehingga kita tahu seberapa besar mereka mengetahui mengenai narkoba setelah diadakannya sosialisasi dan mereka mengerti atau tidak mengenai materi yang diberikan. Untuk mengukur berhasil tidaknya penyuluhan dilihat dari questioner yang disebar itu. Jadi hasilnya dapat di ketahui per-sosialisai. Secara jangka penjang kita belum ada penelitian langsung. Tapi yang dirasa secara perlahan- lahan itu, kepedulian masyarakat semakin meningkat. Kalau dulu yang saya rasakan tahun 2003 itu yah, apa sih narkoba itu, dan masih banyak sekali yang bertanya. Kalau dibandingkan dengan sekarang ini, kalau kita bilang narkoba ini sudah banyak yang bisa menyampaikan dengan bahasa mereka sendiri dan antusiasnya lebih tinggi.
Mereka juga sering mengadakan acara
96
sendiri, dengan mengajukan proposal ke BNP dan kita bantu dengan memberikan pembicara. Artinya kalau kita mengadakan acara lebih banyak yang datang. Secara kasarnya seperti itu tapi kalau untuk penelitiannya secara langsung belum ada. Q. Apa saja hambatan dalam sosilisasi? A. Hambatannya sosialisasi itu seringkali kemauan kita dengan mitra sosilisasi tidak nyambung, kadang-kadang juga agak sulit. Misalnya gini, kami ini udah lama bikin kegiatan jadi yang sekarang ini sosialisasi tingkat lanjutan. Artinya untuk tingkat lanjutan ini kita tidak lagi membicarakan bahaya narkoba tapi sudah masuk komunikasi effektif misalnya, terus menjadi teman sebaya (feer educator), bagaimana sih cara ngajak orang, memberi tahu orang untuk menghindari narkoba tapi jangan ditakut-takutin semacam itu yang kita sampaikan. Cuma kadangkala kesulitan di masyarakat, jadi kita minta kemarin yang sudah dilatih ya!, yang datang ternyata mulai lagi dari baru. Mereka seringkali karena tidak formal ya, karena organisasinya tidak formal udahlah seadanya orang saja yang penting mencukupi quota, 60 atau 100 peserta. Jadi akhirnya seleksi pesertanya agak sulit. Nah kalau di sekolah masih agak sama lah, karena mereka pengatahuannya sama. Misalnya kelas satu saja, kita kasih pengetahuan dasar narkoba. Kesulitannya adalah ketika kita ingin kelanjutkan sosialisasi tingkat lanjut pesertanya sudah lulus duluan. Untuk anggran, sebetulnya yang menjadi kendala adalah besarnya wilayah dengan anggaran, walaupun di DKI ini sudah yang paling besar dibandingkan dengan BNP daerah lain se Indonesia ini.
Padahal semua anggaran sudah
dialokasikan ke BNP, kalau dulu Dinas Pendidikan misalnya atau instansi pemerintah lainnya punya angggaran sendiri untuk sosialisasi narkoba jadi mereka bisa mengadakan acara sendiri, kalau sekarang budget itu dialokasikan ke BNP semua. Masalah budget tidak dialokasikan ke wilayah kotamadaya lainnya, artinya anggaran yang telah ditetukan untuk BNP hanya untuk BNP saja sedangkan BNK dan UNK memiliki anggaran sendiri untuk melaksanakan sosialisasi. Tapi masih dirasa sangat kurang, apalagi bidang prevensi mendapat anggaran yang kecil.
97
Kalau bidang lain, sekali mengadakan pelatihan anggaran yang disediakan mencapai 300 juta kalau prevensi hanya 50 juta. Dana yang sediakan seringkali habis untuk menyewa tempat, seminar kit, dll. Q. Bagaimana evaluasi dari program-program sosialisasi? A. Sebetulnya kalau saya mau jujur ya, kekurangan pasti ada, kelemahan kita karena kita koordinasi tingkat provinsi seringkali program hit and run, artinya satu kali kita pelatihan untuk sekolah disini, besoknya kita pindah sosialisasi ke tempat lain. Jadi dalam waktu lima tahun kita belum tentu dapat kembali ke tempat sosialisasi awal tempat kita memberi penyuluhan. Kecuali atas kemauan sendiri, sekolah-sekolah swasta atau instansi-instansi mereka bisa saja mengundang kita lagi berarti materinya sekarang ditingkatkan. Tapi lebih banyak dari mereka yang menunggu. Sebenarnya juga ada rencanya BNP nantinya hanya akan menangani perguruan tinggi saja, perguruan tinggi kan levelnya memang di provinsi. SMA dan SMP nantinya ditangani BNK. Kalau untuk level SD kan di kelurahan ada, jadi yang menangani P2NK. Sampai saat ini BNK nya belum sanggup karena keterbatasan SDM nya akhirnya kita juga yang turun tangan untuk sosialisasi SMA. Beberapa tahun terakhir semua program yang telah direncanakan dapat tercapai semuanya. Ada keharusan ya harus dihabiskan akan berpengaruh pada kinerja dan dapat teguran dari atasan. Berhubung tahun 2010 ini BNP pada masa transisi kita mau diikutkan dengn BNN, struktural di bawah BNN. UUD 35 kalo nggak salah. Sebetulnya bukan berdampak langsung pada program kerjanya, tapi pada kepemimpinannya. Ada pergantian pemimpin BNP, terus juga ada program yang dianggap tidak perlu dijalankan dulu. Juga banyak rapat-rapat yang difokuskan untuk memikirkan bagaimana badan ini kedepannya. Q. Mengapa materi yang diberikan berbeda? A. Karena beda sasaran, beda topik. Kalau untuk anak SMA kita sudah bisa bilang ini loh bahaya narkoba, tapi kalau untuk anak SD kita tidak bisa bilang begitu. Pertama, pikiran mereka belum sampai. Ini loh makanan yang sehat, kamu harus
98
makan makanan yang sehat yang racun jangan. Untuk itu gurunya harus diberitahu dulu bagaimana cara menyampaikannya kepada anak muridnya, agar pesan yang disampaikan sampai. Antara orang tua dan remaja juga berbeda cara materinya.
Kasubag Komunitas. Bidang Prevensi
(Ratih Wulandari)
99
100
101
102