EVALUASI HASIL PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN TERHADAP PENGEMBANGAN EKONOMI KELUARGA MELALUI PELATIHAN TATA BOGA (PEMBUATAN KUE KERING) DI KELURAHAN MANGGARAI SELATAN Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh: Hafiz Kurnia NIM: 102054025782
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan undang-undang yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Maret 2010
Hafiz Kurnia NIM: 102054025782
i
EVALUASI HASIL PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (PPMK) TERHADAP PENGEMBANGAN EKONOMI KELUARGA MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN KUE KERING (TATA BOGA) DI KELURAHAN MANGGARAI SELATAN
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam
Oleh:
Hafiz Kurnia NIM: 102054025782
Dibawah Bimbingan:
Dra. Nurul Hidayati,M.Pd NIP. 196903221996032001
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
ii
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul “Evaluasi Hasil Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) Terhadap Pengembangan Ekonomi Keluarga Melalui Pelatihan Pembuatan Kue Kering (Tata Boga) Di Kelurahan Manggarai Selatan” diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada 18 Maret 2010 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Kom.I) dalam bidang Pengembangan Masyarakat Islam. Jakarta, 18 Maret 2010 Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota,
Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. H. Mahmud Jalal, MA NIP: 195204221981031002
Faza Amri, S.Th.I NIP: 197807032005011006
Anggota, Penguji I
Penguji II
Dra. Mahmudah F, M.Pd NIP: 196402121997032001
Wati Nilamsari, M.Si NIP: 197105201999032002
Pembimbing
Dra. Nurul Hidayati, M.Pd NIP: 196903221996032001
iii
ABSTRAK Hafiz Kurnia Evaluasi Hasil Program Pemberdayan Masyarakat Kelurahan Terhadap Pengembangan Ekonomi Keluarga Melalui Pelatihan Tata Boga (Pembuatan Kue Kering)
Evaluasi Hasil Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) Dalam Pengembangan Ekonomi Keluarga Melalui Pelatihan Membuat Kue Kering (Tata Boga) Di Kelurahan Manggarai Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh Pelatihan Tata Boga dalam hal membuat kue kering yang dilakukan di Kelurahan Mangarai Selatan melalui Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan atau yang lebih kita kenal dengan PPMK memberikan pengaruh terhadap pengembangan ekonomi keluarga yang ada di Kelurahan Manggarai Selatan Jakarta. Pengumpulan data dilakukan melalui penelitian lapangan yang dilakukan dengan metode observasi/pengamatan termasuk wawancara. Metode Observasi adalah metode pengumpulan data yang dikumpulkan secara sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala objek yang diteliti langsung di lapangan. Pengamatan dilakukan secara langsung karena merupakan alat ampuh untuk menguji suatu kebenaran. Observasi yang dilakukan peneliti dilakukan dalam bentuk wawancara untuk memperoleh data yang luas dan valid sebagai bahan evaluasi terhadap objek yang penulis teliti. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tujuan pelatihan dapat dikatakan tercapai. Walaupun tujuan pelatihan telah tercapai namun tidak secara otomatis mempengaruhi perekonomian keluarga yang menjadi peserta pelatihan. Kebutuhan individu yang terpenuhi sebagai akibat dari pelatihan membuat kue kering ini adalah kebutuhan terkait dengan hal pangan, kebutuhan sosial di tengah masyarakat yang ditendai dengan terjalinnya silaturahmi dan hiburan yang secara tidak langsung terjadi ketika pelatihan ini dilaksanakan. Sedangkan program jangka panjang yang tampak dari pelatihan ini hampir dikatakan tidak ada.
iv
KATA PENGANTAR ¯2lµo G¡+Ýo ¯2Ù{´ Puji dan syukur hanyalah bagi Allah penguasa langit dan bumi beserta seluruh isinya yang tampak maupun tak tampak, di utara, selatan, timur maupun di barat. Karena kasih dan sayangNya pulalah, setelah tertunda sekian tahun akhirnya peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini guna mencapai gelar Sarjana Sosial Islam pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Univesitas Islam Negeri Jakarta. Tak luput sebagai sopan santun logika cinta dan kemestian sejarah, sajaksajak sholawat dan bait-bait salam terpuisikan bagi Baginda tercinta Nabi Muhammad SAW, sang suri teladan agung kaum akhir zaman. Semoga kita semua masuk dalam umat yang mendapat restu cintanya di akhir nanti, berkumpul dan bertemu dengannya untuk memenuhi hasrat kangen rindu agung sebagai umat yang mencintainya dengan dalam dan jujur. Karena berbagai sebab-musabab tugas skripsi ini tertunda sekian lama. Namun akhirnya, setelah lintang pukang membagi waktu dan menguatkan niat, peneliti berhasil juga menyelesaikan tugas akhir ini. Peneliti menyadari bahwa penyusunan skirpsi ini terwujud bukan semata-mata atas upaya pribadi peneliti, melainkan berkat bantuan dan dorongan dari semua pihak. Oleh karena itu, sebagai rasa syukur kepada Allah, dalam kesempatan yang berbahagia ini peneliti ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang terdalam dan tak terhingga kepada: 1.
Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.
Dosen penasehat akademik Ibu Wati Nilamsari, M.Si yang dengan keikhlasan dan kesabarannya membimbing dan membantu peneliti selama studi di kampus.
4.
Dosen pembimbing Ibu Dra. Nurul Hidayati, M.Pd yang telah meluangkan waktu serta kesabaran Beliau yang tidak pernah merasa lelah sedikit pun untuk memberikan bimbingan, membantu dan mengarahkan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
v
5.
Seluruh Dosen jurusan Pengembangan Masyarakat Islam UIN yang telah mendidik dan mendewasakan peneliti tentang berbagai wawasan dan ilmu perguruan yang sangat berguna selama mengikuti studi di kampus.
6.
Seluruh staf dan karyawan perpustakaan utama dan perpustakaan Dakwah yang membantu peneliti dalam peminjaman buku untuk menyelesaikan skirpsi ini.
7.
Lurah Manggarai Selatan beserta seluruh jajarannya yang telah ikhlas meluangkan waktu dan memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian di wilayahnya.
8.
Ayahanda dan Ibunda yang selalu memberikan semangat, doa dan kasih sayangnya. Salam mahabbah dan ta’dzim ananda sepanjang masa.
9.
Kakak dan adikku tercinta, tetap semangat dalam ikatan ukhuwah.
10. Terima kasih yang tiada berbatas kepada “Pembangkit Semangat Jiwa dan Pujaan Hati Pencari Ridho Ilahi” yang kucinta “Nur Fariza” yang mendampingi setiap langkahku dengan penuh kecermatan, keikhlasan dan kesabarannya. Semoga tahta pelaminan kita menjadi tangga yang meneduhkan setiap kesetiaan yang engkau berikan. 11. Motivator dan sahabatku di Asrama Putra Pesantren As-Syafi’iyah, Bung Idrus, Kang Aep, dan Ust. Anwar yang tiada henti membakar semangat peneliti untuk menyelesaikan studi ini. Terima kasih untuk teguran halus dan kasar Anda semua. 12. Teman-teman seperjuangan
yang meninggalkanku sendirian sebagai
anak bungsu S.Kom.I. 13. Bagi semua pihak yang membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya peneliti menyadari bahwa skripsi ini sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik sangatlah diharapkan. Semoga Allah memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala bantuannya kepada peneliti.
Penulis DAFTAR ISI
vi
SURAT PERNYATAAN PENULIS.............................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING...............................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI.........................................................
iii
ABSTRAKSI...................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR……………………………………………………....
v
DAFTAR ISI………………………………………………………………...
vii
DAFTAR TABEL...........................................................................................
ix
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .............................................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................
7
D. Metodologi Penelitian ....................................................................
8
E. Sistematika Penulisan .....................................................................
14
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................
16
A. Evaluasi ..........................................................................................
16
1. Pengertian Evaluasi .................................................................
16
2. Model Evaluasi ........................................................................
17
B. Monitoring Evaluasi .......................................................................
21
1. Pengertian Monitoring .............................................................
21
2. Teknik dan Alat Monitoring .....................................................
22
C. Pengembangan Masyarakat Islam ..................................................
23
1. Pengertian Pengembangan Masyarakat Islam ..........................
23
2. Ruang Lingkup Pengembangan Masyarakat ............................
26
3. Tahap-tahap Pengembangan Masyarakat .................................
30
D. Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) .............
37
1. Pengertian PPMK ....................................................................
37
2. Hakekat PPMK .......................................................................
38
3. Program PPMK ........................................................................
39
4. Pengelolaan PPMK ..................................................................
39
E. Ekonomi Keluarga ........................................................................
39
1. Pengertian Ekonomi Keluarga ................................................
40
2. Kesejahteraan Keluarga ..........................................................
42
vii
F. Keterampilan Pembuatan Kue Kering ...........................................
43
1. Mengenal Membuat Kue Kering .............................................. 43 2. Jenis-Jenis Pelatihan Tata Boga ..............................................
44
BAB III GAMBARAN UMUM ...................................................................
46
A. Latar Belakang Sejarah Berdirinya PPMK Manggarai Selatan.....
46
B. Visi, Misi, dan Tujuan PPMK Manggarai Selatan ........................
48
C. Azas dan Prinsip Dasar PPMK Manggarai Selatan .......................
49
D. Gambaran Umum Tentang Kelurahan Manggarai Selatan ............
50
1. Letak Geografis dan Komposisi Penduduk ..............................
50
2. Kondisi Sosial Ekonomi dan Pendidikan .................................
53
3. Kondisi Sosial Keagamaan .......................................................
55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA .......................................
59
A. Analisa Tujuan-Tujuan Sudah Dicapai ........................................... 59 B. Analisa Program Yang Memberikan Pengaruh ...............................
62
C. Analisa Kebutuhan Individu Yang Telah Terpenuhi ......................
65
D. Analisa Hasil Jangka Panjang .........................................................
67
BAB V. PENUTUP ........................................................................................
69
A. Kesimpulan .....................................................................................
69
B. Saran-saran ..................................................................................... 70 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 72 LAMPIRAN ....................................................................................................
74
viii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1
: Penduduk menurut jumlah yang lahir, mati, datang dan pindah
52
Tabel 2
: Mobilitas penduduk berdasarkan kewarganegaraan
52
Tabel 3
: Jumlah penduduk tiap rukun warga
53
Tabel 4
: Penduduk menurut mata pencaharian
54
Tabel 5
: Penduduk menurut tingkat pendidikan
55
Tabel 6
: Jumlah penduduk menurut agama
57
ix
1
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan Nasional merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat. Fenomena yang terjadi di Indonesia dalam konteks pembangunan Nasional yang dilakukan oleh pemerintah, relative belum berhasil direalisasikan. Hal ini terbukti dengan adanya ketimpangan pembangunan kota dan desa, pembangunan perekonomian Negara dan pembangunan sosial politik. Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera secara merata baik material maupun spiritual berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Berdasarkan pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 tersebut, maka hakekat
pembangunan Nasional dapat dilaksanakan secara
menyeluruh dalam arti dilaksanakan secara bertahap, terencana dan berkelanjutan. Dalam proses pembangunan yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh dua dimensi. Dimensi pertama adalah dimensi makro yang menggambarkan bagaimana institusi Negara melalui kebijakan dan peraturan
yang
dibuatnya
memengaruhi
proses
perubahan
suatu
2
masyarakat. Dimensi kedua adalah dimensi mikro, yaitu individu dan kelompok masyarakat memengaruhi proses pembangunan itu sendiri. 1 Menurut Syaiful Arif, kemiskinan dapat digolongkan menjadi dua kategori yaitu kemiskinan kultural dan kemiskinan struktural. Kemiskinan cultural dipahami sebagai akibat dari adanya karakter budaya masyarakat dan etos kerja yang lemah, sedangkan kemiskinan struktural bisa terjadi karena adanya struktur dan kebijakan pemerintah yang timpang sebagai akibat dari terjadinya ketidak adilan dalam kehidupan masyarakat. 2 Tingginya angka kemiskinan dan pengangguran ini memberikan dampak yang signifikan dalam kehidupan politik dan ekonomi bangsa Indonesia. Terlebih lagi, krisis ekonomi yang dialami bangsa Indonesia yang dimulai pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan gejolak sosial politik yang luar biasa. Dampak terhadap perekonomian nasional pun sampai saat ini belum bisa dipulihkan. Daya beli masyarakat yang begitu rendah ditambah dengan kebijakan pemerintah yang kontroversial dengan menaikan tarif dasar listrik, telepon dan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), hal ini menjadi kajian publik yang akhirnya mendorong munculnya lembaga kemasyrakatan yang dibentuk oleh partisipasi dan keswadayaan masyarakat yang sekarang dikenal dengan lembaga swadaya masyarakat. (LSM).
1
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pembangunan Masyarakat dan Intervensi Komunutas (Pengantar Pada Pemikiran Dan Pendekatan Praktis), Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2003, cet 1, h. 1 2 Syaiful Arif, “Menolak Pembangunanisme”, Yogyakarta: Pusaka Pelajar, 2000, cet. 1, h. 289.
3
Upaya
pemerintah
untuk
mengentaskan
kemiskinan
dan
menanggulangi pengangguran dengan memberikan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) sudah sering dilakukan. Program-program tersebut antara lain Jaringan Pengaman Sosial (JPS), Proyek Pengentasan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), Inpres Desa Tertinggal (IDT), Bantuan Langsung Tunai (BLT), Kredit Usaha Rakyat (KUR) PNPM Mandiri, Penanggulangan Dampak Kekeringan dan Masalah Ketenaga Kerjaan (PDKMK), dan lain sebagaimya. Akan tetapi, program-program tersebut relatif belum optimal dilaksanakan. Hal ini disebabkan oleh faktor baik dari masyarakat sebagai sasaran penerima program maupun dari unsur pengelola program itu sendiri. Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) adalah suatu model pembangunan kelurahan yang menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat di tingkat rukun warga (RW), dimana masyarakat diberi kepercayaan untuk mengelola dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk merencanakan, melaksanakan dan mengawasi sendiri program pembangunan di kelurahan masing-masing yang meliputi pembinaan tiga bidang pembinaan yaitu bina ekonomi berupa dana pinjaman bergulir, bina sosial berupa pelatihan keterampilan masyarakat dan bina pembangunan fisik lingkungan yang berupa pembangunan sarana dan prasarana yang bermanfaat bagi masyarakat.
4
Konsep dasar PPMK bukan hanya program yang hanya menyalurkan dana kepada masyarakat, melainkan masyarakat dituntut sebagai pelaksana program tersebut. Hal ini akan mendorong upaya pemberdayaan atau pengembangan masyarakat itu sendiri. Masyarakat harus berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan program tersebut dari mulai identifikasi masalah, kebutuhan, perencanaan aksi pelaksanaan program sampai pada tahap monitoring atau evaluasi. Secara
naluri,
setiap
orang
berusaha
untuk
memenuhi
kebutuhannya, bentuk usaha tersebut adalah dengan bekerja disuatu tempat baik sektor-sektor swasta maupun sektor dalam negeri. Jerih payah itu dihargai dengan uang yang sering kali disebut dengan pendapatan. Pendapatan
pribadi
(personal
income)
menunjukan
semua
jenis
pendapatan, baik diperoleh karena fungsi produksi maupun tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima oleh penduduk suatu negara. 3 Dengan kesejahteraan
demikian, individu,
ruang
keluarga
lingkup dan
kesejahteraan
masyarakat.
Yang
meliputi intinya
kesejahteraan dapat dirasakan apabila terpenuhinya kebutuhan lahir dan bathin serta kebutuhan social. Bentuk kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh PPMK itu sendiri dalam implementasinya dilakukan melalui keterampilan pelatihan Tata Boga atau Pelatihan Membuat Kue Kering. Dan keadaan ekonomi 3
151.
Paul A, Samuelson dan William D, Nordhaus, Ekonomi, Jakarta: Erlangga, 1991. h.
5
peserta pelatihan tata boga, keadaan ekonominya mayoritas mencukupi untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari dan mereka hidup dengan keadaan sederhana. Adapun peneliti memilih PPMK sebagai objek dalam penelitian ini, karena peneliti melihat eksistensi yang diperlihatkan oleh PPMK dengan bentuk programnya dalam pengembangan ekonomi keluarga melalui pelatihan tata boga atau membuat kue kering mempunyai peranan yang positif dalam upaya membantu mengembangkan ekonomi keluarga yang ada di kelurahan Manggarai Selatan. Setidaknya, melalui program yang dilakukan oleh PPMK ini dapat membekali masyarakat dengan suatu keahlian hidup sehingga nantinya masyarakat mampu menjalankan kehidupannya secara mandiri dan siap menghadapi setiap momentum yang meresahkan seperti krisis ekonomi yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Adapun alasan peneliti mengangkat permasalahan dan judul karena diantaranya: 1.
Permasalahan ekonomi merupakan salah satu permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini, oleh karena itu melalui penelitian ini penulis ingin menggugah kesadaran kita untuk mengamati permasalahan ekonomi yang berada di sekitar lingkungan kita dan mencoba mencari solusinya secara bersamasama. Karena, permasalahan ekonomi merupakan permasalahan bersama yang harus dilakukan secara bersama-sama.
6
2.
PPMK merupakan sebuah lembaga yang bergerak dalam kegiatankegiatan sosial yang salah satu programnya yaitu mengembangkan ekonomi keluarga, dimana hal itu sangat berhubungan dan sejalan dengan keilmuan Jurusan Pengembangan Masyarakt Islam (PMI) dalam penelitian mengembangkan ekonomi keluarga. Atas dasar alasan-alasan tersebut, peneliti memberi judul Skripsi
ini dengan judul “Evaluasi Hasil Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Dalam Pengembangan Ekonomi Keluarga Melalui Pelatihan Tata Boga (Pembuatan Kue Kering) Di Kelurahan Manggarai Selatan “
B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah Dalam penelitian ini peneliti akan membatasi hanya pada masalah evaluasi hasil pada program kegiatan pelatihan Tata Boga (membuat kue kering). Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1.
Tujuan-tujuan manakah yang sudah dicapai PPMK dari kegiatan pelatihan Tata Boga (membuat kue kering) ?
2.
Apakah program pelatihan Tata Boga (membuat kue kering) berpengaruh pada pengembangan ekonomi keluarga ?
3.
Kebutuhan individu manakah yang telah terpenuhi sebagai akibat dari program pelatihan Tata Boga (membuat kue kering) ?
4.
Hasil jangka panjang apakah yang nampak sebagai akibat dari kegiatan pelatihan Tata Boga (membuat kue kering) ?
7
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : a.
Untuk mengetahui tujuan-tujuan manakah yang sudah dicapai PPMK dari kegiatan pelatihan Tata Boga (membuat kue kering).
b.
Untuk mengetahui apakah program pelatihan Tata Boga (membuat kue kering) berpengaruh pada pengembangan ekonomi keluarga.
c.
Untuk mengetahui kebutuhan individu manakah yang telah terpenuhi sebagai akibat dari program pelatihan Tata Boga (membuat kue kering).
d.
Untuk mengetahui hasil jangka panjang apakah yang nampak sebagai akibat dari kegiatan pelatihan Tata Boga (membuat kue kering).
2.
Manfaat Penelitian a.
Manfaat Akademik, yaitu untuk memberikan kontribusi secara teoritis dalam proses pengembangan yang diharapkan masyarakat
Manggarai
Selatan
dalam
pengembangan
ekonomi keluarga. b.
Manfaat praktis, yaitu sebagai masukan pengetahuan bagi pembaca pada umumnya dan khususnya bagi masyarakat
8
Manggarai Selatan bahwa PPMK mempunyai potensi dalam pengembangan ekonomi keluarga melalui pelatihan Tata Boga (membuat kue kering). c.
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi bagi pihak PPMK dalam pengembangan masyarakat secara berkelanjutan.
D.
Metodologi Penelitian a.
Pendekatan yang digunakan Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini digunakan karena beberapa pertimbangan yaitu bersifat terbuka,
serta memberi kemungkinan bagi
perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik dan unik di lapangan. Sedangkan peneliti memilih pendekatan kualitatif dalam melakukan penelitian karena peneliti berharap dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini didapatkan hasil penelitian yang menyajikan data yang akurat dan digambarkan secara jelas dari kondisi sebenarnya. 4 b.
Tempat dan Waktu Penelitian Peneliti mengambil tempat penelitian ini di Kelurahan Manggarai Selatan Jl. Rambutan No. 1 Kecamatan Tebet Jakarta
4
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif,, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, cet. ke 2, h. 39.
9
Selatan. Adapun waktu penelitian dilakukan selama September 2008 s.d Oktober 2009.
c.
Model Evaluasi Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model evaluasi hasil. Dengan model evaluasi hasil ini peneliti berusaha untuk mengetahui tujuan-tujuan apa saja yang telah dicapai PPMK dari kegiatan pelatihan membuat kue kering, mengetahui respon masyarakat Manggarai Selatan dalam kegiatan pelatihan membuat kue kering dan mengetahui apakah program kegiatan pelatihan membuat kue kering berpengaruh pada pengembangan ekonomi keluarga.
d.
Metode Penelitian Dalam penelitian ini metode yang peneliti gunakan yaitu metode observasi (pengamatan). Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang dikumpulkan secara sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala objek yang diteliti langsung di lapangan, karena metode observasi merupakan salah satu teknik penelitian yang sangat penting bagi seorang peneliti yang meneliti secara langsung di lapangan. Pengamatan dilakukan secara langsung karena merupakan alat ampuh untuk
10
menguji suatu kebenaran. Dalam hal ini pengamatan diartikan sebagai proses mengenal dunia luar dengan menggunakan indera. 5 Wawancara yang dilakukan peneliti dilakukan dalam bentuk wawancara baku terbuka. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu
pewawancara
yang
mengajukan
pertanyaan
dan
terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang disajikan.
Bentuk
wawancara
baku
terbuka
ini
berarti
menggunakan kata-kata dan tata cara yang sama untuk tiap responden. Wawancara ini dilakukan untuk memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain. Peneliti membagi menjadi 3 kategori nara sumber, yaitu: 1. Mewakili Pejabat Kelurahan/Dekel adalah Bapak Wahyono dan Bpak Bachri. 2. Mewakili Pelatih Tata Boga adalah Ibu Yuyun dan Ibu Emi Zulkarnain. 3. Mewakili Peserta adalah Ibu Ismalia, Ibu Eha, Ibu Larasati Slamet, Ibu Misni, Ny. F. Sumaryani, Ibu Puji Mulyaningsih, Mba Sulistiyani, Ibu Suryani, dan Ibu Tien Sudjono. Observasi lain yang digunakan adalah melalui penglihatan dan pendengaran secara langsung dengan menganalisa masalahmasalah yang terjadi. Termasuk juga mengobservasi data-data yang ada di lembaga tersebut yang diperkirakan berguna sebagai
5
Agus Sujanto, Psikologi Umum, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000, cet. ke 2, h. 21.
11
bukti pengujian dan memperoleh sumber yang stabil, kaya dan mendorong. 6 Instrumen yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah manusia (peneliti) itu sendiri. Manusia (peneliti) menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian. Jika menggunakan alat yang bukan manusia maka sangat tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan. e.
Teknik Pencatan Data Teknik pencatatan data menggunakan catatan lapangan yang berisi hasil wawancara selama observasi berlangsung dengan menggunakan bahasa objektif. Alat bantu yang digunakan peneliti dalam pencatatan data berupa alat tulis dan tape recorder. Dalam teknik penentuan subyek penelitian ini peneliti menentukan subyek penelitian berdasarkan tipologi masing-masing perwakilan RT yang ada di Kelurahan Manggarai Selatan. Sedangkan sumber datanya, peneliti dapatkan dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peserta pelatihan dengan peneliti. Selain wawancara, ada juga dokumentasi berupa pengumpulan data-data tertulis mengenai halhal yang berhubungan dengan masalah yang peneliti lakukan.
f.
6
Teknik Analisa Data
Lexy J. Meleong, Metedologi Penelitian Kualitatif,, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2004), cet. ke 20, edisi revisi, h. 189-190.
12
Pada saat menganalisa data hasil observasi, peneliti menginterpretasikan
catatan
lapangan
yang
ada
kemudian
menyimpulkannya. Setelah itu peneliti menganalisa kategorikategori yang nampak pada data tersebut. Analisa data melibatkan upaya mengidentifikasi ciri-ciri suatu objek dan kejadian. Kategori dan analisa data diperoleh berdasarkan fenomena yang nampak pada pelatihan Tata Boga (membuat kue kering) dalam pengembangan ekonomi keluarga di Kelurahan Manggarai Selatan. Modus yang digunakan dalam analisa data adalah hermeneutic yaitu landasan filosofi pada pemahaman manusia untuk interpretativisme. g.
Keabsahan Data Teknik keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut: 1)
Kredibilitas (derajat kepercayaan) dengan teknik triangulasi yaitu
teknik
pemeriksaan
keabsahan
data
yang
memanfaatkan sesuatu yang lain, hal ini dapat dicapai dengan jalan : (a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. Misalnya untuk mengetahui perasaan peserta pelatihan Tata Boga (membuat kue kering). (b) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang
13
lain. Misalnya, dalam hal ini peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh pengurus PPMK dengan yang diberikan kepada peserta pelatihan Tata Boga (membuat kue kering). (c) Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan pada masalah yang diajukan peneliti dalam memanfaatkan dokumen atau data sebagai bahan pertimbangan. 7 2)
Ketekunan
atau
keajegan
pengamatan.
Ketekunan
pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsurunsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari kemudian memusatkan diri pada hal tersebut secara rinci. Maksudnya peneliti hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja. 3)
Kepastian dengan teknik pemeriksaan audit kepastian. Auditor dalam hal ini adalah dosen pembimbing. Disini pemastian bahwa sesuatu itu adalah objektif atau tidak tergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapatan dan penemuan seseorang, dapatlah dikatakan bahwa pengalaman seseorang itu subjektif,
7
Siti Maimunah, Skripsi Evaluasi Hasil Program PPMK Melalui Pelatihan Tanaman Hias, h. 15, UIN, 2007.
14
sedangkan jika disepakati oleh beberapa orang barulah dapat dikatakan objektif. 8 h.
Sistematika Penulisan Penyajian dalam skripsi ini dijabarkan atas lima bab, dimana antara bab yang satu dengan yang lainya saling berkaitan dengan masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab. Untuk lebih jelas, berikut adalah sistematikanya : Bab I. Pendahuluan, terdiri dari : Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Sistematika Penulisan. Bab II. Landasan Teori terdiri dari : 1. Pengertian Evaluasi, Model Evaluasi. 2. Pengembangan Masyarakat Islam: Pengertian PMI, Ruang Lingkup PMI, Tahap-tahap PMI. 3. Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) : Pengertian PPMK, Hakekat PPMK, Pengelolaan PPMK, 4. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat. 5. Ekonomi Keluarga : Pengertian Ekonomi Keluarga, dan Kesejahteraan Ekonomi Keluarga. 6. Pelatihan Tata Boga (membuat kue kering) : Mengenal Pelatihan Tata Boga (membuat kue kering), dan Jenis-jenis Pelatihan Tata Boga (membuat kue kering). Bab III
Gambaran Umum Tentang PPMK Manggarai
Selatan : Sejarah Berdirinya PPMK Manggarai Selatan, Visi, Misi
8
Ibid, h. 17
15
dan Tujuan PPMK Manggarai Selatan, Azas dan Prinsip PPMK Manggarai
Selatan,
Gambaran
Umum
Tentang
Kelurahan
Manggarai Selatan. Bab IV.
Analisis Tentang Evaluasi Hasil Program
Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Dalam Pengembangan Ekonomi Keluarga Melalui Pelatihan Tata Boga (membuat kue kering), dimana didalamnya akan dibahas mengenai tujuan-tujuan manakah yang sudah dicapai PPMK dari kegiatan pelatihan Tata Boga (membuat kue kering), Program Pelatihan Tata Boga Berpengaruh Pada Pengembangan Ekonomi Keluarga, Kebutuhan Individu Manakah Yang Telah Terpenuhi Sebagai Akibat Dari Program Pelatihan Tata Boga, Hasil Jangka Panjang Apakah Yang Nampak Sebagai Akibat Dari Kegiatan Pelatihan Tata Boga (membuat kue kering) Bab V. Sebagai penutup akan diisi dengan kesimpulan dan saran-saran.
16
BAB II LANDASAN TEORITIS
A.
EVALUASI 1.
Pengertian Evaluasi Secara etimologi, evaluasi artinya penilain, sehingga mengevaluasi artinya memberi penilaian atau menilai.1 Secara terminologi, Suharsimi Arikunto mengartikan evaluasi sebagai suatu
kegiatan
yang
bertujuan
untuk
mengukur
tingkat
keberhasilan suatu kegiatan. Dengan demikian, penelitian evaluasi dilakukan dalam rangka mengetahui tingkat efektifitas pelaksanaan program dengan cara mengukur hal-hal yang berkaitan dengan keterlaksanaan program tersebut. 2 Sedikit
berbeda
dengan
Suharsimi
Arikunto,
Viji
Srinivasan mengatakan bahwa mengevaluasi berarti menguji dan menentukan suatu nilai, kualitas, kadar kepentingan jumlah, derajat atau keadaan. Ia juga mengartikan evaluasi sebagai “proses penentuan keputusan tentang lingkup perhatian, pemilihan informasi yang perlu, serta pengumpulan dan analisis informasi guna memberi ringkasan data yang berguna bagi para pengambil
1
Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Jakarta: Balai Pustaka, 1995, cet. ke-4 2 Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, Jakarta: PT Bina Aksara, 1998. cet. ke-1, h. 8
17
keputusan dalam memilih berbagai alternatif yang ada”. 3 Dapat dikatakan evaluasi dimaksudkan untuk menyusun nilai-nilai indicator dalam mencapai suatu sasaran. Dengan kata lain kegiatan evaluasi adalah “suatu cara atau kegiatan untuk mengecek kekuatan dan kelemahan sebuah program serta suatu cara untuk menentukan ukuran-ukuran perbaikan bagi para pengambil keputusan”. 4 Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa evaluasi adalah penilaian pada efektifitas dan efisiensi pelaksanaan suatu program dengan memperhatikan indikator-indikator atau faktor-faktor pendukung dan penghambat terhadap pelaksanaan suatu program. Ketika evalusi dilakukan maka akan terlihat faktorfaktor apa saja yang perlu dipertahankan, diperbaiki atau dihilangkan sama sekali. Dengan melihat berbagai indikator yang sudah disepakati dalam suatu evalusi maka hasil suatu program dapat disimpulkan. Hasil evaluasi ini akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam
mengambil keputusan
terhadap
suatu
program. Apakah program itu dilanjutkan, diperbaiki, atau dihentikan tergantung dari hasil evaluasi pelaksanaan program tersebut. 2.
3
Model Evaluasi
Viji Srinivasan, Metode Evaluasi Pertisipatoris, Dalam Walter Fernandes dan Rajesh Tandon (Editor), Risset Partisipatoris-Riset, Jakarta:Gramedia Putaka Utama,1993, h. 68 4 Ibid, h. 71
18
Dalam proses evaluasi, biasanya dikaitkan dengan modelmodel evaluasi yang akan digunakan. Banyak model yang ditawarkan
berbagai
penulis
dalam
hal
proses
evaluasi.
Sebagaimana setiap kasus memiliki karakteristik, maka model evaluasipun demikian. Ada model yang cocok untuk suatu kasus ada juga yang tidak. Salah satu yang penulis ambil adalah apa yang ditulis Isbandi Rukminto Adi. Ia mengambil dari Pieterzak, Ramler, Renner, Ford dan Gilbert yang mengemukakan bahwa model evaluasi meliputi: a). Evaluasi Input, b). Evaluasi Proses dan c). Evaluasi Hasil. 5 a. Evaluasi Input Evaluasi ini dilakukan pada berbagai unsur yang masuk dalam pelaksanaan suatu program. Unsur atau bisa juga dikatakan variable adalah bagian yang menjadi syarat berjalannya suatu program. Tanpa variable ini, program tak akan terlaksana. Jikapun bagian ini kurang atau hilang salah satunya, kemungkinan program akan berajan timpang bahkan gagal. Dalam hal PPMK ada tiga variabel utama yang terkait dengan Evaluasi Input ini, yaitu: 1) Masyarakat, yaitu personal atau keluarga yang masuk dalam program yang dilaksanakan oleh PPMK. 5
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis) Edisi Revisi, Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2003. h. 189
19
2) Pengurus PPMK, yaitu Tim atau Staf yang meliputi aspek demografi staf seperti latar belakang pendidikan dan pengalaman staf dalam mengelola sebuah program. 3) Program yang meliputi lama waktu pelaksanaan program dan sumber-sumber rujukan yang tersedia. 6 Terkait dengan tiga variable input ini, ada empat kriteria yang dapat dikaji, yaitu: 1) Tujuan Program 2) Penilaian terhadap kebutuhan komunitas 3) Standar dari suatu praktek yang berkualitas 4) Biaya untuk pelaksanaanprogram b. Evaluasi Proses Evaluasi Proses berarti menilai bagaimana pelaksanaan suatu program ketika program tersebut sudah atau sedang berjalan dilapangan. Ketika program itu telah selesai dilaksanakan maka evaluasi ini dilakukan untuk menilai bagaimana proses kegiatan yang telah dilaksanakan, apakah telah sesuai dengan rencana yang dirumuskan. 7 Evaluasi ini memfokuskan pada aktifitas program yang melibatkan interaksi langsung antara peserta program dengan fasilitator. Tipe evaluasi ini diawali dengan analisis terhadap system pemberian bantuan atau kegiatan program seperti, 6
Ibid, h.189 Elly Irawan. Dkk, Pengembangan Masyarakat, Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 1995. cet. ke-1, h. 18. 7
20
bagaimana pendampingan itu dilakukan, kebijakan lembaga dan kepuasan peserta program. 8 c. Evaluasi Hasil Dalam tahap ini, evaluasi dilaksanakan pada hasil akhir dari pelaksanaan suatu program yang telah berjalan atau telah selesai. Evaluasi ini dilakukan untuk menilai seberapa jauh tujuan-tujuan yang sudah direncanakan telah tercapai. Dengan demikian, evaluasi ini diarahkan pada dampak keseluruhan dari suatu program terhadap masyarakat yang menjadi peserta program ketika program itu telah selesai. Untuk mempermudah mengevaluasi hasil, maka dimunculkan pertanyaan-pertanyaan utama yang terkait hasil dari suatu program. Pertanyaan tersebut adalah: 1) Kapan suatu program bisa dikatakan telah berhasil mencapai tujuannya? 2) Bagaimana perubahan masyarakat (terutama yang menjadi peserta program) setelah menerima “bantuan” program tersebut? Adapun kriteria-kriteria keberhasilan suatu program ini bisa berorientasikan pada dua hal, yakni: a. Berorientasi pada program.
8
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, edisi revisi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI. 2003. h. 190
21
Kriteria keberhasilan pada umumnya dikembangkan berdasarkan cakupan ataupun hasil dari suatu program. Misalnya, persentase cakupan program terhadap populasi sasaran. b. Berorientasi pada masyarakat. Kriteria
keberhasilan
dikembangkan
berdasarkan
pada pada
umumnya perubahan
juga prilaku
masyarakat. Misal, munculnya sikap kemandirian dan lain sebagainya 9 setelah program yang dicanangkan itu bergulir.
B.
Monitoring Evaluasi 1.
Pengertian Monitoring Secara sederhana yang dimaksud dengan monitoring adalah pemantauan terhadap sesuatu. Jika yang menjadi sasaran adalah suatu program maka monitoring ini ditujukan untuk memantau suatu program yang menjadi objeknya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan dan disepakati. Prof. DR. Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin Abdul jabar dalam buku Evaluasi Program Pendidikan mengatakan bahwa pemantauan memiliki dua fungsi, yaitu untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan program dengan rencana program dan untuk mengetahui seberapa pelaksanaan program yang sedang
9
Ibid, 190.
22
berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang diinginkan. Fungsi kedua merupakan fungsi terpenting, mengingat pemantauan harus dapat mengenali sejak dini peluang terjadinya perubahan positif sesuai dengan harapan. 10 Sasaran pemantauan terhadap suatu program adalah untuk menemukan hal-hal diantaranya: a. Sejauh mana pelaksanaan program telah sesuai dengan rencana program. b. Sampai seberapa jauh pelaksanaan program telah menunjukkan tanda-tanda tercapainya tujuan program c. Apakah terjadi dampak tambahan atau lanjutan yang positif meskipun tidak direncanakan d. Apakah terjadi dampak sampingan yang negatif, merugikan, atau kegiatan yang mengganggu. 2.
Teknik dan alat Monitoring Fungsi pokok pemantauan adalah mengumpulkan data tentang
pelaksanaan
suatu
program.
Untuk
melaksanakan
pengumpulan data yang berlaku dalam sebauh program tersebut diperlukan teknik dan alat. Adapun teknik dan alat monitoring yang diperlukan adalah sebagai berikut: a.
Teknik
pengamatan
menggunakan 10
lembar
partisipatif
dengan
pengamatan,
catatan
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007, h. 90.
23
lapangan, dan alat perekam elektronik. Yang dimaksud
pengamatan
partisipatif
adalah
pengamatan yang dilakukan oleh orang yang terlibat secara aktif dalam proses pelaksanaan program. b.
Teknik wawancara, secara bebas atau tersetruktur dengan alat pedoman wawancara dan perekaman wawancara.
c.
Teknik pemanfaatan dan analisis data dokumentasi yang terkait dengan program yang telang menjadi objek penelitian.
Hasil dalam bentuk data yang diperoleh melalui monitoring ini harus segera dianalisis untuk diinterpretasikan atau dimaknai sehingga dapat segera diketahui dari data tersebut apakah tujuan program yang diharapkan telah tercapai atau belum.
C.
Pengembangan Masyarakat Islam 1.
Pengertian Pengembangan Masyarakat Islam Secara etimologi, Pengembangan berarti membina dan meningkatkan kualitas. Sedangkan masyarakat Islam berarti kumpulan manusia yang beragama Islam. Secara terminologi, Pengembangan Masyakarat Islam berarti mentransformasikan dan melembagakan semua segi ajaran Islam dalam kehidupan keluarga, kelompok sosial, dan masyarakat.
24
Amrullah Ahmad mengatakan bahwa Pengembangan Masyarakat Islam adalah suatu sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif model pemecahan masalah ummah dalam bidang sosial, ekonomi dan lingkungan dalam perspektif Islam. 11 Dengan demikian, pengembangan Masyarakat Islam merupakan model empiris pengembangan prilaku individual dan kolektif dalam dimensi amal shaleh, dengan titik tekan pada pemecahan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Sasaran individualnya adalah setiap individu muslim, dengan orientasi sumber daya manusia. Sasaran komunalnya adalah kelompok muslim dengan orientasi pengembangan sistem masyarakat. Sasaran institusionalnya adalah organisasi Islam dan pranata sosial kehidupan dengan orientasi pengembangan kualitas dan Islamisitas kelembagaan. 12 Dalam
buku
Islam
Konsep
Implementasi
Pemberdayaan, Syahril Harahap mengemukakan bahwa yang ingin dikerjakan dengan pengembangan masyarakat melalui dakwah
Islam
adalah
menggerakkan
masyarakat
yang
tradisional atau transisi menjadi masyarakat yang modern, masyarakat yang berorientasi pada masa lalu menjadi masyarakat 11
yang
berorientasi
pada
masa
depan,
dari
Amrullah Ahmad, Strategi Dakwah Islam di Tengah Reformasi Manuju Indonesia Baru dalam Memasuki Abad ke-21, Bandung: Makalah pada Sarasehan Nasional SMF Dakwah, IAIN 1999, h. 9 12 Nanih Machendrawaty dan Agus A.Syafe’i, Pengembangan Masyarakat Islam: Dari Idiologi, strategi sampai tradisi, Bandung: Rosda Karya, 2001, cet. ke-1, h. 44
25
masyarakat yang pasrah pada takdir menjadi masyarakat yang dinamis, dari masyarakat yang stagnan menjadi masyarakat yang memiliki perencanaan dalam hidupnya. Jika hal ini terlaksana, maka masyarakat akan memberikan partisipasi maksimal terhadap usaha memerangi kemiskinan. Dengan demikian, masyarakat kita akan memiliki kekuatan untuk mengembangkan diri sendiri untuk bangkit. Dalam surah Al-Insyiroh ayat 7-8 sudah jelas bahwa Islam mengarahkan manusia agar merencanakan kehidupan dengan beroriantasi pada masa depan. “maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguhsungguh (urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap” . Oleh
karena
itu
manusia
mesti
merencanakan
peningkatan taraf hidup dan tidak menyerah pada takdir Tuhan 13
dalam
kemampuan
arti
manusia
takdir-takdir dalam
yang
memilih
terkait dan
dengan
mengambil
keputusan. Dalam bukunya Pedoman Pendidikan Masyarakat Islam Modern, Muhammad Amin Al-Misri mengatakan bahwa masyarakat Islam ialah masyarakat yang berbeda dari masyarakat-masyarkat lainnya. Mereka meemilik aturan khas 13
Syahril Harahap, Islam Konsep Implementasi Pemberdayaan, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya,1999, cet.. ke 1, h. 132.
26
berupa perundang-undangan yang bersifat Qur’aniyah dan individu-individunya sama-sama berada dalam satu kaidah serta sama-sama menghadap satu kiblat. Masyarakat ini, mesti terbentuk dari beraneka ragam kaum umum dan tradisi-tradisi yang sama. Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa Pengembangan
Masyarakat
Islam
adalah
upaya-upaya
mengembangkan seluruh potensi masyarakat secara Islami dalam rangka membangun kemampuan untuk menghadapi masa kini dan masa mendatang, menjadikan masyarakatnya dinamis dan terus berkembang ke arah yang lebih baik, tidak mudah menyerah pada keadaan dan memiliki kegigihan untuk bangkit dan bertahan. 2.
Ruang Lingkup Pengembangan Masyarakat Islam Edi
Soeharto
dalam
Metodologi
Pengembangan
Masyarakat mengatakan bahwa Ruang lingkup pengembangan masyarakat atau Community Development mencakup segala aspek kehidupan sosial masyarakat yang hampir tidak ada batas waktunya, karena selalu dituntut untuk terus melakukan perbaikan
atau
pengembangan
diberbagai
aspek
untuk
mencapai kesejahteraan bersama, terutama dalam proses pengentasan kemiskinan. Walaupun titik tekannya adalah pengentasan kemiskinan hal ini tidak bisa dibangun secara
27
parsial dengan menitik beratkan pada pembangunan bidang ekonomi saja sebab pembangunan ekonomi secara langsung dan tak langsung berkaitan dengan berbagai aspek yang lainnya. Itu sebabnya secara umum pengembangan masyarakat meliputi berbagai bidang pembangunan seperti pembangunan dibidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, keagamaan juga kebudayaan. 14 Beberapa bidang yang hingga saat ini masih berpotensi untuk dikembangkan antara lain adalah bidang-bidang yang terkait dengan usaha kesejahteraan sosial terhadap anak, perempuan, keluarga, perlindungan/advokasi, sektor industri kecil, golongan masyarakat yang tertindas dan lain-lain. 15 Arif Budimanta mengatakan bahwa ruang lingkup pengembangan masyarakat mencakup beberapa hal, yaitu: 16 a.
Community Services, yakni pelayanan sosial terhadap
masyarakat
untuk
memenuhi
kepentingan mereka seperti pembangunan fasilitas umum (pembangunan atau peningkatan sarana transportasi, pendidikan, kesehatan, peribadatan, dan 14
perbaikan
sanitasi
lingkungan).
Edi Soeharto, Metodologi Pengembangan Masyarakat, Jurnal Comdev, Jakarta: BEMJ PMI,2004, vol.1, h. 3 15 Isbandi Rukminto Adi, Makalah tentang Pengembangan Masyarakat yang disampaikan pada Work Shop “Program Com-Dev Comite” Fakultas Dakwah dan Komunikasi tanggal 23 September 2003 16 Bambang Rudito (ed), Akses Peran Serta Masyarakat; Lebih Jauh Memahami Community Developmnet. Jakarta: ICDS,2003. cet. ke 1, h. 43.
28
Pengembangan kualitas SDM dan pendidikan seperti penyediaan guru dan operasi sekolah. Dibidang kesehatan seperti penyediaan bantuan medis, obat-obatan. Dibidang lingkungan seperti penyuluhan tentang peningkatan kualitas sanitasi lingkungan pemukiman. Dibidang keagamaan seperti penyediaan ustadz, pastur dan lain sebagainya. b.
Community Empowering, yakni program-program pengembangan masyarakat yang menyangkut pemberian
akses
yang
lebih
luas
kepada
masyarakat untuk menunjang kemandiriannya. Program tersebut meliputi pengembangan atau penguatan
kelompok-kelompok
swadaya
masyarakat, masyarakat adat, serta peningkatan kapasitas usaha masyarakat yang berbasiskan pada sumber daya setempat atau lokal (Resaurces Based) c.
Community Relation, yakni kegiatan-kegiatan yang menyangkut pengembangan komunikasi dan informasi kepada pihak-pihak yang terkait seperti penyuluhan dan konsultasi publik.
29
Ada juga pendapat lain yang dikatakan oleh Surna T. Djajadiningrat.
Ia
mengatakan
bahwa
ruang
lingkup
Pengembangan Masyarakat ditentukan oleh hal-hal sebagai berikut: 17 a.
Wilayah
yang
terkena
dampak
negatif
pembangunan baik itu dampak fisik maupun dampak sosial. b.
Wilayah yang memiliki potensi sumber daya alam (SDA) yang selama ini belum dikembangkan.
c.
Wilayah dimana terdapat kelompok masyarakat terbelakang dalam kehidupan ekonomi maupun sosial seperti suku terasing atau pedalaman. Hal ini berkaitan dengan tujuan dari pengembangan masyarakat itu sendiri yang memfokuskan pada pengembangan kehidupan sosial kemasyarakatan dengan cara meningkatkan taraf hidup masyarakat secara luas.
d.
Wilayah dimana terdapat masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan. Dengan demikian dapat membantu meningkatkan pendapatan dan pendidikan yantg diperlukan bagi masyarakat tersebut.
17
Ibid, h. 29
30
Menurut
Agus
Efendi,
setidaknya
terdapat
tiga
kompleks pengembangan atau pemberdayaan yang mendesak untuk segera diperjuangkan dalam konteks pengembangan masyarakat Islam. Kompleks pengembangan masyarakat tersebut meliputi pengembangan pada tataran ruhiyah, tataran intelektualitas masyarakat, dan pengembangan pada tataran ekonomi masyarakat. 18 3.
Tahap-tahap Pengembangan Masyarakat Upaya dalam rangka merealisasikan Pengembangan Masyarakat Islam harus dilakukan secara gradual atau bertahap. Dengan mengklasifikasikan proyek Pengembangan Masyarakat Islam dalam beberapa tahap, maka target yang harus dipenuhi akan mudah untuk dievaluasi. Hal ini dilakukan untuk mempermudah mencapai hasil dimana setiap tahap bisa dikelola dengan maksimal hingga sampai pada tujuan puncaknya. Pembagian dalam tahap-tahap tertentu ini dilakukan guna mengantisipasi terjadinya akumulasi problem atau menumpuknya
kendala
yang
dihadapi
dalam
upaya
Pengembangan Masyarakat Islam. Jika dilakukan secara bertahap, maka setiap kendala, problem atau bahkan kesalahan implementasi dapat dikoreksi, dievaluasi serta diantisipasi 18
Nanih Machendrawaty, Agus Ahmad Syafe’ie. Pengembangan Masyarakat Islam Dari Idiologi, Strategi Sampai Tradisi. Bandung: Rosda Karya, 2001. h. 44.
31
sejak dini. Tentu saja hal ini juga diorientasikan untuk mencapai efektifitas serta efisiensi dalam pelaksanaan program pengembangan. Merujuk pada apa yang dicontohkan Rosulullah ketika membangun masyarakat, setidaknya mesti ditempuh tiga tahap atau proses Pengembangan Masyarakat Islam. Tahap-tahap itu adalah takwin, tanzim, taudi. 19 1.
Tahap Takwin Tahap ini merupakan tahap pertama dan utama dalam proses pembentukan masyarakat Islam. Kegiatan pokok dalam tingkat ini adalah dakwah bil lisan sebagai ikhtiar sosialisasi aqidah, ukhuwah serta ta’awun. Ketiga aspek itu kemudian ditata sehingga membentuk sebuah instrument sosiologis. Adapun proses sosiologisnya dilakukan secara strategis dan taktis, dimulai dari unit terkecil
dan
terdekat
hingga
mencapai
sebuah
kesepakatan lalu kemudian melangkah ke unit yang lebih besar dan luas. Sasaran utama tahap pengembangan ini adalah adalah terjadinya internalisasi ajaran Islam dalam kepribadian masyarakat yang kemudian diekspresikan dalam bentuk motivasi, komitment serta konsistensi untuk
19
Ibid, h. 31-34.
32
membela dan mempertahankan keimanan dari tekanan struktur. Menurut Amrullah Ahmad, pada tahap tanwin ini, fundamental sosial Islam dalam bentuk aqidah, ukhuwah Islamiyah dan ta’awun diharapkan telah tertanam pada kesadaran tiap personal muslim. Demikian juga tauhid, mesti sudah menjadi instrument sosiologis dalam pembentukan persatuan komunitas muslim dalam sebuah motivasi dan komitmen yang besar terhadap Islam. Jika kita bercermin pada sejarah Nabi Muhammad SAW, maka tahap ini ditandai dengan upaya Beliau untuk menanamkan kesadaran sosial masyarakat Arab untuk tidak
tunduk
pada
system
yang
menindas
serta
diskriminatif. Caranya adalah dengan menanamkan kesadaran tauhid dalam masing-masing individu muslim sehingga mereka memiliki komitmen dan motivasi untuk keluar dari segala bentuk system yang menindas sebagai jalan mengekpresikan keimanan mereka. Sebab pada tahap seperti ini, tentunya mereka sudah memandang bahwa manusia berada dalam garis sejajar akan hak dan martabatnya sebagai manusia dihadapan Tuhan. Karena keyakinan akan persamaan ini maka mereka akan berusaha keluar dari tataran yang diskrimatif.
33
Penindasan yang dihidupkan oleh sebuah sistem yang tidak adil harus ditumbangkan karena bertentangan dengan aqidah mereka yang sudah menginternal didalam jiwa. Dalam tahap ini seorang muslim sudah memiliki karakter keislaman mendalam yang tercermin dalam pemikiran, perkataan dan prilakunya. Sehingga setiap pemikiran, perkataan dan tindakan menjadi sebuah ekspresi pencerminan prinsip dasar ajaran Islam. Inilah sasaran yang paling fundamental bagi seorang individu muslim, internalisasi nilai dalam tataran pribadi dan akan memancar dalam tiap perkataan dan tindakan mereka. Apabila tahap pada unit terkecil (Individu) ini sudah mewujud maka untuk meningkat pada lingkup yang lebih besar lagi akan lebih mudah. Keluarga akan lebih mudah dibentuk sebab ia adalah lingkup dari beberapa individu yang tentunya sudah terbentuk aqidahnya. Masyarakat juga akan lebih mudah dibentuk karena merupakan satuan-satuan keluarga yang sudah terbentuk dengan baik. 2.
Tahap Tanzim Setelah
melalui
tahap
takwin,
proses
Pengembangan Masyarakat Islam menginjak pada tahap selanjutnya, yaitu tahap tanzim. Yang dimaksud dengan
34
tahap tanzim adalah pembinaan dan penataan masyarakat. Pada tahap ini proses internalisasi prinsip Islam dilakukan secara komprehensif dan mendalam pada realita sosial masyarakat. Berkaca pada sejarah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW, tahap tanzim dilakukan sejak periode hijarh ke Madinah. Pasca hijrah ini Rosulullah secara intensif melakukan proses institusionalalisasi Islam. Hal ini dilakukan oleh Rosulullah dengan beberapa tahap. Pertama pembangunan Masjid Quba’ dan Masjid Nabawi di Madinah. Hal ini dimaksudkan untuk menjadikan masjid sebagai pusat dan tempat proses implementasi dakwah
Islam
secara
sistematis,
terarah
dan
terkonsentrasi. Kedua, membantuk lembaga Ukhuwah Islamiyah antara Muhajirin dan Anshor. Langkah ini adalah titik kulminasi penguatan komunitas muslim dalam sebuah ikatan sosial yang kuat dan bersatu. Ketiga, membuat piagam Madinah sebagai sistem penataan kemasyarakatan dalam bidang politik yang disetujui oleh berbagai suku yang ada di Madinah termasuk kaum Yahudi. Dalam pandangan pembangunan masyarakat, langkah yang ditempuh oleh Beliau dapat disebut sebagai
35
menciptakan memorandum of agreement antara da’i dan mad’u sebagai landasan kerja untuk membangun dan mengembangkan masyarakat di Madinah. Meninjau taktik yang dilakukan oleh Nabi di Madinah itu, maka pengembangan masyarakat Islam dewasa ini dapat menempuh cara yang serupa. Tentunya dengan perangkat, metode serta orientasi yang lebih kontemporer dan aktual. Dalam tahap ini, yang menjadi titik tekan adalah proses institusionalnya. Hal ini agar proses pengembangan masyarakat Islam tidak lagi bergerak pada tataran individual secara personal. Akan tetapi bergerak lebih maju dan luas dengan ditunjang dan dirancang dalam sebuah sistem yang teratur dan terarah serta terimplementasi melalui sebuah lembaga formal yang memiliki visi dan misi yang jelas. 3.
Tahap Taudi’ Tahap
Taudi’
adalah
keterlepasan
dan
kemandirian. Pada tahap ini masyarakat Islam telah mengalami keterlepasan dari segala bentuk problematika fundamental yang mengikat baik itu sosial, politik maupun lingkungan hidup. Disini ummat telah siap menjadi masyarakat yang mandiri terutama secara menejerial. Hal ini berlaku baik secara personal atau
36
individu maupun masyarakat, dalam arti terlepasnya kebergantungan
dari
individu
maupun
komunitas.
Tahapan ini dapat disebut sebagai tahap puncak. Jika tahap ini telah dicapai maka proses pengembangan masyarakat Islam dapat disebut telah berhasil dengan baik. Abdul Munir Mulkan mengatakan 20 bahwa pada fase ini problem agama seharusnya tidak lagi berkutat pada pemujaan terhadap Tuhan. Problem mendasar agama pada tahap ini adalah pembebasan manusia dan dunia dari kemiskinan, konflik etis, dan juga penindasan atas nama Negara, ideologi, politik, bahkan atas nama agama. Pada tahap ini agama harus dipahami sebagai wacana kebudayaan sebab bagaimanapun wahyu Tuhan akan berubah menjadi masalah kebudayaan begitu disentuh oleh manusia. Lebih jauh, ia menilai bahwa praktek keagamaan dan dakwah terkadang bisa menjadi tidak manusiawi serta tidak memperdulikan persoalan kongkrit yang dihadapi manusia. Tentu saja hal ini jika agama dipahami secara terbatas atau tekstual buta. Seharusnya praktek keagaaman serta orientasi dakwah tidak lagi terjebak pada paradigma yang demikian.
20
Abdul Munis Mulkan, Humanisasi Agama dan Dakwah, Yogyakarta: 1999, h. 1.
37
Konsep dan strategi dakwah harus diarahkan pada pemecahan
masalah
ini
dan
diharapkan
mampu
menciptakan tiga kondisi sebagai berikut: 21 a.
Tumbuhnya kepercayaan dan kemandirian ummat
serta
masyarakat
sehingga
berkembang sikap optimis. b.
Tumbuhnya kepercayaan terhadap kegiatan dakwah guna mencapai tujuan kehidupan yang lebih ideal.
c.
Berkembangnya
suatu
kondisi
ekonomi-budaya-politik-iptek
sosialsebagai
landasan peningkatan kualitas sumber daya ummat. Tahap ini merupakan parameter untuk mengukur puncak keberhasilan proses pengembangan masyarakat Islam.
Bila kondisi seperti ini tercapai maka proses
pengembangan masyarakat Islam dapat dinilai telah mencapai kesuksesan.
D.
Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) 1.
Pengertian Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK)
21
Abdul Munir Mulkan, Teologi Kebudayaan dan Demokrasi Modernisasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995. h. 56.
38
PPMK merupakan system dan pola proses perubahan yang dikehendaki dan direncanakan secara konseptual untuk memberdayakan masyarakat yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat yang ada di Kelurahan. Program Pembedayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) adalah suatu model pembangunan Kelurahan yang menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat ditingkat Rukun Warga (RW), dimana masyarakat diberi kepercayaan untuk mengelola dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk merencanakan, melaksanakan dan mengawasi sendiri program pembangunan yang ada di keluarahan masing-masing. Program ini meliputi pembinaan tiga bidang pembangunan, yakni bina ekonomi berupa pinjaman bergulir, bina sosial berupa pelatihan keterampilan masyarakat dan bina fisik lingkungan berupa pembangunan sarana dan prasarana yang bermanfaat bagi masyarakat. 22 2. Hakikat Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) Hakikat PPMK adalah memberikan peranan jauh lebih besar kepada masyarakat untuk merencanakan, melaksanakan dan mengawasi serta diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat baik dalam bentuk pemikiran, tenaga maupun 22
Modul Pelatihan TPK RW, Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK), Jakarta: Lembaga Daya Sejahtera Bersama, 2004, h. 54
39
financial dalam membangun pemberdayaan masyarakat itu sendiri. PPMK ini dirancang untuk mempercepat upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat yang berbasis komunitas seperti Dewan Kelurahan, RW dan lembaga kemasyarakatan lainnya. 3. Program PPMK Sebagaimana telah disinggung diatas, Program PPMK terdiri atas tiga binaan pembangunan masyarakat (Tribina), yaitu: Program ekonomi pinjman bergulir, program sosial pelatihan keterampilan masyarakat dan program pembangunan fisik wilayah. 23 4. Pengelolaan PPMK PPMK dikelola oleh organisasi pelaksana PPMK yang terdiri atas: Gubernur DKI Jakarta sebagai Pembina PPMK, Walikotamadya dan Bupati kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu,
Kepala
Administrasi
BPM
Kepulauan
kotamadya Seribu,
termasuk Camat,
kabupaten
Lurah,
LSM
Pendamping, Fasilitator Kelurahan, Tim Pelaksana Kegiatan Rukun
Warga
(TPK-RW),
Unit
Pengaduan
Masyarakat
(DUMAS), dan lain-lain.
E.
Ekonomi Kelurga 23
Petunjuk Teknis Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan, Jakarta: Badan Pemberdayaan Masyarakat Kotamadya Jakarta Selatan, 2008, h. 1.
40
1.
Pengertian Ekonomi Keluarga Untuk mendapat pemahamann yang baik dan mendasar tentang Ekonomi Keluarga maka penulis memisahkan dua kata tersebut untuk kemudian menguraikannya dengan terperinci. Secara Etimologi, ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu oikonomia. Kata Oikonomia itu sendiri terdiri atas dua kata, yakni oikos yang artinya rumah tangga dan nomos yang artinya aturan. Dengan demikian, ekonomi memiliki arti mengatur rumah tangga. Dalam bahasa Inggris ia disebut economic. 24 Pengertian secara terminologi dikatakan bahwa ekonomi adalah pengetahuan tentang peristiwa dan persoalan yang berkaitan dengan upaya manusia secara perseorangan dan kelompok dalam memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas yang dihadapkan pada sumber yang terbatas. 25 Pengertian lain dikemukakan oleh Anshori. Dimana ia mengartikan ekonomi adalah kegiatan manusia dan kegiatan masyarakat untuk mempergunakan unsur-unsur produksi seperti kekayaan alam, modal, tenaga kerja dan skill dengan sebaikbaiknya guna memenuhi berbagai macam kebutuhan. 26
24
Murasa Sarkaniputra, Pengantar Ekonomi Islam, Bahan Pengajaran Ekonomi dan Perbankan Syariah di IAIN Syahid Jakarta, 1999, h. 5. 25 Ahmad Muhammad Al-Assal dan Fathi Ahmad Abdul Karim, Sistem Prinsip dan Tujuan Ekonomi Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 1999, cet. ke 1, h. 143. 26 Endang Syaifuddin Anshori, Wawasan Islam, Pokok-pokok Pokiran Tentang Islam dan Ummatnya, Bandung: CV Pustaka Perpustakaan Salman ITB, 1983, h. 145.
41
Sedangkan para ahli ekonomi Islam mendefinisikan ekonomi sebagai sesuatu yang berkenaan dengan perilaku manusia yang berhubungan dengan kegiatan mendapatkan uang dan
membelanjakannya 27
sehingga
dapat
meningkatkan
kesejahteraan. 28 Ekonomi menerangkan bagaimana individu dan masyarakat memilih untuk menggunakan sumber daya yang langka dan barang-barang material dengan sebaik-baiknya untuk memuaskan keinginan mereka. 29 Dari berbagai pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ekonomi adalah pengetahuan tentang upaya manusia baik secara individu maupun kelompok dalam rangka memenuhi kebutuhan dan membangun tingkat kesejahteraan kehidupan mereka melalui pembuatan berbagai aturan rumah tangga yang baik melalui pemaksimalan penggunaan berbagai sumber daya yang ada. Sedangkan pengertian keluarga adalah satuan terkecil dalam sebuah masyarakat yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Didalam satuan terkecil ini terdapat berbagai komitmen yang mengikat mereka untuk hidup bersama dan membangun kebahagiaan. 27
Fuad Muhammad Fachruddin, Ekonomi Islam, Jakarta: Penerbit Mutiara, 1982, h.75 M. Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995, h. 23. 29 Maskur Wiratmo, Pengantar Ekonomi Makro, Seri Diktat Guna Darma, Jakarta: Guna Darma,1994, h. 1. 28
42
Jika demikian, yang dimaksud Ekonomi keluarga adalah upaya sebuah keluarga (satuan terkecil masyarakat) untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka sekaligus upaya dalam rangka membangun tingkat kesejahteraan kehidupan mereka melalui pembuatan berbagai aturan rumah tangga yang baik dengan memaksimalkan penggunaan berbagai sumber daya yang mereka miliki. 2.
Kesejahteraan Keluarga Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan keluarga dengan berbagai tingkatannya menentukan sejahtera atau tidaknya sebuah keluarga. Sebuah keluarga dapat dikatakan sejahtera manakala kebutuhan pokok mereka terpenuhi. Diantara kebutuhan-kebutuhan pokok tersebut adalah: 4.
Kebutuhan Vital Biologis atau kebutuhan jasmani, seperti: makanan, pakaian, kesehatan, pendidikan dan seterusnya.
5.
Kebutuhan rohani, seperti filsafat hidup, agama, moral dll
6.
Kebutuhan
social
cultural,
seperti:
pergaulan,
kebudayaan, dll Kebutuhan-kebutuhan ini saling terkait satu sama lain. Secara minimal kebutuhan ini mesti terpenuhi untuk dapat dikatakan sebagai keluarga yang sejahtera.
43
Dalam pengertian lahiriyah, sebuah keluarga yang sejahtera biasanya diukur dari segi kecukupan pangan, sandang, papan, pendidikan, pemeliharaan kesehatan, terpenuhi kebutuhan hiburan dan rekreasi. Sedangkan dalam pengertian bathiniyah, keluarga sejahtera adalah sebuah keluarga yang dapat memberikan rasa bahagia, puas, aman dan syukur secara menyeluruh. Didalam keluarga yang sejahtera biasanya juga sudah terdapat aturan yang jelas dalam pembagian tugas antara kepala keluarga, ibu rumah tangga dan anak-anaknya. Dimana mereka juga saling mengerti akan tanggung jawab masing-masing dan saling mendukung demi menciptakan sebuah keharmonisan keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah. Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa keluarga sejahtera adalah keluarga yang tercukupi kebutuhan lahir dan bathin mereka. Hal ini tergambar dengan sebuah aturan yang berlaku dalam keluarga
tersebut
sehingga
menciptakan
harmonisasi
bagi
kehidupan mereka.
F.
Keterampilan Membuat Kue Kering 1.
Mengenal Keterampilan Membuat Kue Kering Program
keterampilan
membuat
kue
kering
ini
dilaksanakan oleh Dewan Kelurahan PPMK. Pelaksanaan pelatihannya dilakukan satu kali seminggu. Program PPMK
44
dalam hal pengadaan pelatihan membuat kue kering merupakan bagian dari program Bina sosial yang dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran, sikap, dan kelembagaan social di tengah masyarakat. Tujuan Bina Sosial didalam PPMK sendiri adalah sebagai berikut: a.
Meningkatkan daya saing anggota masyarakat
b.
Meningkatkan peran serta lembaga kemasyarakatan dalam
menghimpun
dan
mengembangkan
kemampuan masyarakat c.
Meningkatkan kesetiakawanan social, kepedulian social dan kerja sama antar unsur masyarakat.
PPMK memilih program pelatihan membuat kering berdasarkan proposal ajuan dari masyarakat sebagaimana diatur dalam mekanisme operasional pembuatan program
PPMK.
Adapun yang menjadi peserta program dalam pelatihan ini adalah masyarakat yang semuanya kaum perempuan dari berbagai usia. 2.
Jenis-jenis pelatihan Tata Boga Banyak jenis kue kering dengan berbagai aneka bahan bakunya. Dalam Program Pelatihan PPMK di Kelurahan Manggarasi selatan ini, tiem memilih dalam pelatihan membuat jenis kue kering diantaranya adalah Kue Nastar dengan berbagai variannya, Putri salju dan Choko Chese.
45
Pelatihan dilakukan secara berkelompok dan berkala. Setelah hasil yang diinginkan trercapai peserta dipersilahkan untuk mencoba sendiri dirumah dan mengajarkanya kepada orang lain. 30
30
Wawan Budi Rahman, S.Sos (Lurah Manggarai Selatan), Wawancara Pribadi, Tebet, Maret 2009.
46
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PPMK MANGGARAI SELATAN
A.
Latar belakang sejarah berdirinya PPMK Manggarai Selatan Globalisasi yang melanda berbagai Negara di dunia ternyata mendorong terjadinya perubahan yang cepat. Good governance, HAM, demokratisasi, Transparansi dan akuntabilitas pun menjadi beberapa aspek yang menjadi tuntutan dalam tatanan kehidupan bernegara. Proses perubahan nilai-nilai tersebut harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan berbagai gejolak yang dapat merugikan tatanan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Dalam proses perubahan tersebut pemerintah yang dalam hal ini memiliki fungsi pelayanan dan pengaturan pemberdayaan rakyat jelas memiliki fungsi yang sangat strategis. Sejalan dengan undang-undang nomor 34 tahun 1999 tentang pemerintahan provinsi Daerah Khusus Ibu kota Negara Republik Indonesia Jakarta dan perda nomor 5 tahun 2001 tentang Dewan Kelurahan, maka Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) ini dalam konteks di atas sangat tepat. Dengan alasan bahwa interaksi antar warga di tingkat RW masih cukup kuat maka PPMK memanfaatkan institusi kemasyarakatan di Kelurahan-kelurahan yang berbasiskan masyarakat RW tersebut. Tentu saja hal ini juga mempertimbangkan asumsi bahwa anggota Dewan Kelurahan merupakan representasi masyarakat yang ada di tiap RW.
47
PPMK dapat menggantikan forum musbag yang selama ini dilakukan setiap tahun. Program ini memberikan peran yang lebih besar kepada masyarakat untuk merencanakan,melaksanakan, dan mengawasi program ini. Program ini diprediksikan dapat meningkatkan kesejahteraan semua komponen masyakarat yang ada. Dengan demikian diharapkan akan merangsang keterlibatan anggota masyarakat dari semua strata baik dalam bentuk pemikiran, tenaga maupun financial. Program PPMK ini merupakan dana bantuan langsung kepada masyarakat dengan menggunakan pendekatan tribina yang mendekati bina sosial, ekonomi dan fisik lingkungan sebagai model pendekatan dalam pemberdayaan dan pembangunan masyarakat RW di kelurahan. Alokasi dari ketiga pendekatan ini akan dilihat dari prioritas kebutuhan dasar masyarakat masing-masing RW di kelurahan khususnya kelurahan Manggarai Selatan, melalui identifkasi bersama-sama masyarakat dan fasilitator kelurahan yang korelasinya terwujud dalam penggunaan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Bantuan kepada masyarakat ini diberikan dalam bentuk dana yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan yang diusulkan, dilaksanakan dan diawasi oleh masyarakat itu sendiri dengan pendampingan LSM. Dana tersebut dapat dimanfaatkan sebagai modal usaha produktif, pembangunan sarana dan prasarana dasar lingkungan serta pengembangan sumberdaya manusia dalam penguatan kelembagaan yang disalurkan kepada Kelompok-kelompok Masyarakat Pemanfaat (KOMAT) di RW-RW
48
melalui kelembagaan Dewan Kelurahan (Dekel) dan TPK RW di tiap-tiap kelurahan. Lurah sendiri, dalam hal ini berfungsi sebagai pembantu pimpinan proyek. 1 Pemerintah propinsi DKI Jakarta memandang perlu untuk memberikan bantuan masyarakat dengan pendekatan Bantuan Langsung Masyarakat
(BLM)
melalui
Program
Pemberdayaan
Masyarakat
Kelurahan (PPMK). Maka dalam hal ini, PPMK memiliki tujuan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berbasis RW dalam cakupan tiap kelurahan. Program tersebut bersifat strategis karena dalam kegiatan ini disiapkan landasan berupa institusi masyarakat yang memperkuat perkembangan masyarakat di masa mendatang.
B.
Visi, Misi, dan Tujuan PPMK Adapun visi dari PPMK Manggarai Selatan antara lain terwujudnya kemandirian dan partisipasi masyarakat untuk mengatasi masalah-masalah masyarakat yang ada di Kelurahan Manggarai selatan. Sedangkan misi dari PPMK Manggarai selatan adalah pemberdayaan masyarakat
dan
penguatan
institusi
lokal
untuk
meningkatkan
kesejahteraan sosial, ekonomi dan pemeliharaan lingkungan. PPMK bertujuan mempercepat upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui hal-hal berikut:
1
Sutiyoso, PPMK Manual Proyek Propinsi DKI Jakarta, 2001, h. 1
49
1. Memberdayakan masyarakat yang berbasis komunitas RW, mengatasi masalah yang ada dengan melaksanakan kegiatan yang dikelola secara demokratis, transparan dan akuntabel. 2. Meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan pendekatan tribina (sosial, ekonomi, dan fisik) 3. Memberdayakan institusi di masyarakat, Dewan Kelurahan, Ketua RW dan Forum Warga di tingkat RW. 4. Menggerakkan partisipasi masyarakat
C.
Azas dan Prinsip Dasar PPMK Azas Dasar Pelaksanaan PPMK adalah sebagai berikut: 1. Keadilan
: Manfaat merata yang dirasakan masyarakat tanpa membedakan suku, ras dan agama.
2. Kejujuran
: Membuka hati nurani untuk mengangkat nilai-nilai positif dalam masyarakat.
3. Kemitraan
: Menjalin kerja sama seluruh komponen masyarakat.
4. Kesederhanaan
: Prosedur sederhana teknis.
dan secara
langkah-langkah administrasi
yang maupun
50
Sedangkan Prinsip dasar PPMK adalah sebagai berikut: 1. Demokratis
: Program
ini
berasal
dari
masyarakat,
dilaksanakan oleh masyarakat dan untuk masyarakat. 2. Partisipasi
: Program PPMK menghendaki partisipasi masyarakat.
3. Transparansi
: Dalam
pelaksanaan
PPMK
dibutuhkan
adanya keterbukaan baik dari segi dana maupun administrasi lainnya. 4. Desentralisasi
: Dalam pelaksanaan PPMK ditangani oleh salah satu organisasi dalam hal ini adalah Dewan Kelurahan.
5. Keberlanjutan
: PPMK
dilaksanakan
terus-menerus
di
masyarakat.
D.
Gambaran Umum Tentang Kelurahan Manggarai Selatan 1.
Letak Geografis dan Komposisi Penduduk Kelurahan Manggarai Selatan adalah sebuah kelurahan yang terletak di wilayah Kecamatan Tebet Kotamadya Jakarta Selatan. Terdiri atas 10 RW dan 128 RT. Luas wilayah Manggarai Selatan sendiri adalah +51,43 Ha dengan keseluruhan kompsisi tanah adalah tanah daratan. 2 Luas wilayah ini digunakan
2
Pemerintah Propinsi DKI Jakarta, Laporan Tahunan 2008, Kelurahan Manggarai Selatan, h. 2
51
diantaranya sebagai perumahan 46,80 Ha, fasilitas umum 3,6 Ha, dan lainnnya seluas 1,0 Ha. 3 Kelurahan Manggarai Selatan diapit oleh lima kelurahan lainnya dengan posisi geografis sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan langsung dengan Keluarahan Manggarai, Sebelah Timur berbatasan langsung dengan Kelurahan Bukitduri, Sebelah Barat dibatasi oleh jalan KH Abdullah Syafi’ie yang menjadi bahu kelurahan Tebet barat, bagian Barat daya berbatasan dengan Kelurahan Menteng Dalam dan sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Menteng Atas. Kedua kelurahan terakhir ini dipisah dengan bentangan Jalan DR Sahardjo dari arah Pasar Minggu sampai dengan terminal Manggarai. Komposisi penduduk menurut laporan tahunan kelurahan Manggarai Selatan tahun 2008 memetakan bahwa jumlah pendudukan di kelurahan ini sebanyak 28.098 jiwa yang terdiri atas 6.201 Kelapa Keluarga (KK) dengan komposisi 14.864 laki-laki dan 13.238 perempuan. Jumlah ini tersebar dalam cakupan wilayah adminitrasi 10 Rukun Warga (RW) dan 128 Rukun tetangga (RT). 4
Untuk memperjelas hal tersebut tabel-tabel berikut merinci
komposisi kependudukan menurut kelahiran dan kematian, kewarganaegaraan dan sebaran penduduk ditiap Rukun Warga yang ada di kelurahan Manggarai Selatan. 3 4
Ibid, h. 3. Ibid, h. 3, 4.
52
Tebel 1. Penduduk menurut jumlah yang lahir, mati, datang dan pindah berdasarkan data bulan Januari s.d Desember 2008 No
RW
1 01 2 02 3 03 4 04 5 05 6 06 7 07 8 08 9 09 10 10 Jumlah
Lahir LK 15 14 11 11 10 8 14 16 11 8 118
PR 9 15 8 10 11 12 15 7 8 5 100
Datang LK 8 14 15 17 11 10 18 17 18 19 147
Mati
PR 12 18 10 19 15 19 11 13 17 9 143
LK 12 14 13 11 11 12 12 5 5 7 102
PR 9 10 5 9 5 4 8 8 7 8 73
Pindah LK 25 20 13 23 16 26 33 30 25 53 264
PR 20 25 23 21 25 23 36 25 23 36 257
Keterangan
Tebal 2. Mobiltas Penduduk berdasarkan kewarganegaraan
No 1 2 3 4 5
Mobilitas Penduduk Akhir tahun 2008 Kelahiran Kematian Pendatang Pindah Jumlah
WNI
WNA
LK PR 14,864 13,234 14 8 6 7 8 11 9 9
Jumlah 28,098 22 13 19 18
LK 0 0 0 0 0
14,901 13,269
28,098
0
Catatan : data pada row 2,3,4 dan 5 sudah termasuk pada row 1
Total PR Jumlah 0 0 28,098 0 0 22 0 0 13 0 0 19 0 0 18 0
0
28,098
53
Tabel 3. Jumlah Penduduk tiap Rukun Warga
No
RW
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10
Jumlah
2.
WNI LK 1,102 2,465 1,250 1,417 2,321 1,014 1,853 1,092 1,055 1,295
WNA
Jumlah Total
PR 994 1,427 1,919 1,356 1,326 987 1,504 1,024 1,190 1,507
Jumlah 2,096 3,892 3,169 2,773 3,647 2,001 3,357 2,116 2,245 2,802
LK 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
PR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14,864 13,234
28,098
0
0
LK 1,102 2,465 1,250 1,417 2,321 1,014 1,853 1,092 1,055 1,295
PR 994 1,427 1,919 1,356 1,326 987 1,504 1,024 1,190 1,507
Total 2,096 3,892 3,169 2,773 3,647 2,001 3,357 2,116 2,245 2,802
14,864 13,234
28,098
Kondisi Sosial Ekonomi dan Pendidikan Kondisi sosial ekonomi di perkotaan sangat kompleks. Hal ini dikarenakan masyarakat kota yang plural dengan latar belakang pendidikan masyarakat, daerah asal dan budaya mereka yang beragam. Bila dilihat dari segi tingkat ekonomi secara umum jika dibandingkan antara penduduk yang kaya dengan yang miskin maka perbandingannya jauh. Penduduk yang kaya apalagi konglomerat (super kaya) jumlahnya sangat sedikit. Mayoritas tingkat ekonomi penduduk kota adalah menengah ke bawah. Dalam hal ini tak terkecuali, terlihat juga pada tingkat ekonomi masyarakat kelurahan Manggarai Selatan. Wilayah
kelurahan
Manggarai
Selatan
sebagaimana
tergambar dari data laporan tahunan 2008 memiliki komposisi
54
mata pencaharian sebagai berikut: karyawan (negeri,TNI dan swasta) sebanyak 3.624 orang, sektor pendidikkan 531 orang, pedagang 3.689, buruh 261 orang dan jasa 75 orang. Tabel di bawah ini secara jelas menggambarkan bagaimana komposisi mata pencaharian masyarakat Manggarai Selatan sebagaimana tersebut di atas.
Tabel 4. Penduduk menurut mata pencaharian
No 1
5 6 7 8 9 10 11 12
Pekerjaan Karyawan 1. Pegawai Negeri Sipil 2. TNI 3. Swasta Pendidikan Pedagang Tani Pertukangan Nelayan Pemulung Buruh Jasa
Jumlah
Keterangan
870 78 2,676 531 3,689 0 0 0 0 261 75
Tingkat pendidikan suatu masyarakat jelas memainkan peran penting dalam arus perubahan suatu masyarakat dalam segala bidang. Tak terkecuali didalamnya (bahkan yang utama) adalah tingkat perekonomian keluarga. Tingkat pendidikan akan menentukan model perekonomian suatu keluarga dari mulai jenis
55
pekerjaannya, jumlah pendapatannya dan pola-pola usaha yang dimainkan dalam memutar roda ekonomi mereka. Tingkat
pendidikan
masyarakat
Manggarai
selatan
didominasi oleh tingkat SD untuk kemudian disusul oleh SMP dan selanjutnya SMA. Pada tabel di bawah hal ini terlihat jelas bagaimana strata pendidikan masyarakat Manggarai Selatan. Tabel 5. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No 1 2
3
4
Tingkat Pendidikan Taman Kanak-kanak Lulus Pendidikan Umum 1. Sekolah Dasar 2. SMP/SLTP 3. SMA/SLTA/SMK 4. Akademi (D1-D3) 5. Sarjana (S1-S3) Lulusan Pendidikan Khusus 1. Pondok Pesantren 2. Madrasah 3. Pendidikan keagamaan lainnya Buta huruf (latin)
Jumlah
3.
Jumlah
Keterangan
399 12,661 8,053 5,561 557 575 95 197 0
28,098
Kondisi Sosial Keagamaan Sebagaimana diketahui bahwa penduduk beragama Islam menjadi pendudk mayoritas di Indonesia termasuk di Kota Jakarta. Di kelurahan Manggarai Selatan agama Islam juga menjadi agama yang dipeluk oleh mayoritas penduduk. Dari kompsisi ini maka
56
tidak aneh jika rutinitas kegiatan keagamaan, dalam hal ini Islam, sangat
terasa
di
keluarahan
Manggarai
selatan.
Kegiatan
keagamaan dalam berbagai perayaan dan skala seperti maulid, pengajian-pengajian, dakwah, takblig akbar dll, sangat mudah dijumpai di kelurahan ini dalam setiap kondisi dan situasi. Beberapa ulama terkenal dan cukup berpengaruh di masyarakat bertempat tinggal di keluarahan Manggarai Selatan. Di antara mereka yang menonjol adalah KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafi’ie, KH. Saman Husni dan KH. Zaki Mubarok MA. Mereka ini mengayomi kehidupan masyarakat Manggarai Selatan dalam tiap kesempatan di masjid dengan rutin pada jadwal pengajian yang mereka buat atau dalam berbagai acara. Pergesekan budaya atau salah paham terutama dalam hal agama tidak pernah terjadi di kelurahan ini. Adapun sesekali keributan terjadi seperti tawuran lebih dikarenakan hal sepele yang terjadi antar satu kelompok atau satu sekolah yang sama sekali alasannya bukan agama. Di Manggarai Selatan masyarakat yang berbeda agama dapat hidup dengan rukun dan damai penuh harmoni dengan masyarakat lainnya.
57
Tabel di bawah ini memperjelas komposisi agama yang dipeluk penduduk Manggarai selatan.
Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Agama No 1 2 3 4 5
Agama Islam Kristen Protestan Kristen Katolik Hindu Budha
Jumlah
Jumlah
Keterangan
27,110 563 340 35 50
28,098
Analisis Gender dan kontribusi Terhadap Ekonomi Keluarga Kegiatan membuat kue kering secara umum diikuti oleh kaum perempuan baik perempuan yang sudah menikah maupun yang belum menikah. Alasan mereka mengikuti kegiatan pelatihan tata boga (membuat kue kering) ini cukup beragam. Namun secara rata-rata dapat dibagi menjadi tiga alasan. Ada yang mengikuti untuk menambah skill atau keterampilan. Alasan ini biasanya datang dari mereka yang belum menikah. Ada yang bertujuan membantu ekonomi keluarga dalam hal ini menambah pemasukan karena suaminya memiliki pendapatan kecil. Jelas sekali pendapatan suami yang kecil tidak mencukupi untuk memutar roda
58
kehidupan di rumah. Ada juga yang menjadikan pelatihan sebagai sarana yang pada waktunya menjadi mata pencaharian utama. Alasan yang terakhir ini dilontarkan oleh mereka yang single parent (orang tua tunggal yang ditinggal mati suaminya atau telah bercerai) atau oleh istri yang memiliki suami pengangguran (tidak bekerja).
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A.
Tujuan – tujuan yang sudah dicapai PPMK dari kegiatan pelatihan Tata Boga (Pembuatan Kue Kering) Sebagaimana diketahui dan telah dijelaskan dalam landasan teori skripsi ini bahwa PPMK merupakan sebuah sistem dan pola proses perubahan yang dikehendaki dan direncanakan secara konseptual untuk memberdayakan masyarakat yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat yang ada di Kelurahan. Terkait dengan hal ini ada tiga jenis aspek yang diberdayakan dalam pembinaan melalui PPMK yang disebut dengan Tribina. Aspek-aspek tersebut yaitu pembinaan sosial, pembinaan fisik dan pembinaan ekonomi. Pelatihan tata boga dalam hal ini pelatihan khusus membuat kue kering yang menjadi objek penelitian peneliti ini sendiri merupakan bagian dari program Bina sosial. Tujuan Bina Sosial di dalam PPMK sendiri adalah dalam rangka meningkatkan daya saing anggota masyarakat, meningkatkan peran serta lembaga kemasyarakatan dalam menghimpun dan mengembangkan kemampuan masyarakat dan meningkatkan kesetiakawanan sosial, kepedulian sosial dan kerja sama antar unsur masyarakat.
59
Setelah program PPMK ini dilaksanakan, apakah tujuan-tujuan tersebut telah tercapai? Kalau memang tercapai mana saja yang berhasil dicapai? Setelah menganalisis hasil wawancara dan observasi, peneliti di lapangan selama penelitian ini ada temuan yang dapat peneliti tarik terkait dengan tujuan-tujuan PPMK dalam hal pelatihan membuat kue kering. Bapak Wahyono selaku pejabat kelurahan mengatakan bahwa tujuan pelatihan ini diharapkan dapat berimbas pada peningkatan ekonomi masyarakat 1 . Pak Bahcri selaku TPK di tingkat RW yang secara langsung bersinggungan dengan peserta pelatihan mengatakan secara lebih spesifik bahwa tujuan dari pelatihan ini dalam rangka pemberdayaan masyarakat melalui usaha 2 . Namun pandangan kedua orang ini sama yaitu peningkatan ekonomi sebagai standar pencapaian akhir. Sedikit berbeda dengan dua orang di atas, dua pelatih yang terlibat memberikan pelatihan membuat kue kering yaitu Ibu Yuyun dan Ibu Emi, mengatakan sama bahwa tujuan pelatihan ini adalah agar peserta pelatihan mampu membuat kue kering dan lain sebagainya yang terkait tata boga dengan baik, tepat, terukur 3 . Artinya, dua pelatih ini memiliki fokus pada peningkatan kemampuan peserta dalam hal keterampilan tata boga. Fakta di atas secara tertulis berbeda. PPMK sendiri tujuan utamanya pemberdayaan masyarakat. Sedangkan tujuan aspek bina sosialnya diantaranya meningkatkan daya saing dan kemampaun 1
Bapak Wahyono, Wawancara Pribadi, Pejabat Kelurahan Manggarai Selatan, 20 Oktober 2009. Bapak Bachri, Wawancara Pribadi, Tim Pemantau Kegiatan Tingkat RW, 9 Oktober 2009. 3 Ibu Yuyun dan Ibu Emi, Wawancara Pribadi, Pelatih Tata Boga, 9 Oktober 2009. 2
60
masyarakat. Hal ini berbeda dengan pejabat kelurahan dan TPK yang mengatakan bahwa tujuannya peningkatan ekonomi. Bahkan dua pelatih itu sendiri mengatakan tujuan pelatihan ini adalah meningkatkan keterampilan peserta dalam hal tata boga. Setelah menganalisis lebih dalam akhirnya peneliti menemukan benang merah pada data ini. Fakta ini sama sekali tidak bertentangan. Setidaknya dapat peneliti konklusikan (simpulkan) begini, tujuan PPMK adalah pemberdayaan masyarakat. Salah satu indikator masyarakat yang berdaya adalah kondisi peningkatan ekonominya. Dalam hal peningkatan ekonomi itulah pelatihan ini berperan. Peserta yang ikut serta dalam pelatihan diharapkan memiliki keterampilan atau mengalami peningkatan keterampilan dalam bidang tata boga. Tentu saja dalam hal ini termasuk keterampilan membuat kue kering. Dengan pembekalan keterampilan inilah peserta diharapkan dapat meningkatkan ekonominya yang pada akhirnya dapat dikatakan telah berdaya. Menjawab pertanyaan di atas tentang tujuan mana yang sudah tercapai dalam hal pelatihan membuat kue kering, maka menjadi absah kalau
penulis
menyimpulkan
inti
dari
pelatihan
ini
bertujuan
meningkatkan keterampilan atau kemampuan peserta dalam hal membuat kue kering. Karena kemampuan ini akan berimbas pada peningkatan ekonomi sebagai salah satu indicator berdayanya masyarakat. Tercapaikan tujuan tersebut?
61
Peneliti meneliti 10 peserta yang telah mengikuti pelatihan ini. Dari data ril di lapangan melalui observasi dan wawancara, peneliti menemukan bahwa delapan (8) di antara sepuluh (10) peserta mengalami peningkatan kemampuan dalam hal keterampilan membuat kue kering bahkan lebih dari itu. Sedangkan sisanya, (2) dua orang lagi tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini mungkin dikarenakan motivasi mereka yang kurang. Berdasarkan data ini maka peneliti berkesimpulan bahwa tujuan dari pelatihan membuat kue kering ini telah tercapai. Tujuan Bina Sosial di dalam PPMK dalam rangka meningkatkan daya saing anggota masyarakat, meningkatkan peran serta lembaga kemasyarakatan dalam menghimpun dan mengembangkan kemampuan masyarakat dan meningkatkan kesetiakawanan sosial, kepedulian sosial dan kerja sama antar unsur masyarakat dengan sendirinnya telah terpenuhi.
B.
Pengaruh Program Pelatihan Tata Boga (Pembuatan Kue Kering) Pada Pengembangan Ekonomi Keluarga Apakah dengan terpenuhi tujuan pelatihan sebagaimana dibahas diatas secara otomatis memberikan kontribusi pada tingkat ekonomi peserta? Harapan awal memang demikian. Sebagaimana judul penelitian ini, apakah program PPMK dalam hal ini pelatihan membuat kue kering akan memberikan pengaruh terhadap pengembangan ekonomi keluarga.
62
Secara teoritis tertulis, peningkatan skill individu seseorang yang didapat dari pelatihan atau apapun itu pasti akan berimbas secara langsung atau tak langsung pada peningkatan perekonomian atau kualitas keberdayaan suatu keluarga. Bagaimanakah fakta di lapangan? Apakah dengan terpenuhinya tujuan pelatihan secara otomatis perekonomi keluarga terpengaruh. Fakta di lapangan, sebagai hasil observasi peneliti mengatakan bahwa dari sepuluh (10) peserta yang mengikuti pelatihan ini, lima (5) diantaranya merasakan ekonomi keluarganya terpengaruhi. Tentu saja tingkat pengaruh ini tidak sama, bertingkat-tingkat. Tentang apa saja yang terpengaruh oleh pelatihan ini, akan di jawab pada point C dalam skripsi ini. Jika lima di antara sepuluh peserta menyatakan bahwa ekonomi keluarganya terpengaruh setelah mengikuti pelatihan ini maka sebaliknya, 5 di antara peserta tersebut mengatakan bahwa ekonomi keluarganya tidak terpengaruh. Baik sebelum atau sesudah, ekonomi mereka tidak terdorong ke tingkat yang lebih baik oleh adanya pelatihan ini. Jadi sebelum atau sesudah pelatihan membuat kue kering, ekonomi 5 peserta ini stagnan, tidak berubah atau dengan kata lain tidak terpengaruh. Pertanyaannya, kenapa hal ini sampai terjadi. Banyak faktor yang memang mempengaruhi perkembangan ekonomi keluarga. Tetapi bukan tempatnya untuk menganalisis secara general atau spasifik dalam skripsi ini. Peneliti hanya melihat faktor yang terkait dengan pelatihan ini.
63
Dari hasil analisis, peserta yang ekonominya terpengaruh adalah mereka yang setelah mengikuti pelatihan menindak lanjuti kemampuannya ini dengan mulai memproduksi kue-kue dan menjualnya. Tetapi faktor ini bukan satu-satunya. Selain pemasukan dari produksi kue-kue yang dijual, mereka juga menambahkan faktor lain seperti kekerabatan dan moment. Faktor kekerabatan misalnya, mereka memasarkan kue-kue hasil produksinya ke kantor-kantor karena adanya keluarga atau kawan sejawat yang bekerja di kantor tersebut. Sedangkan faktor moment, sebagaimana kita ketahui, lebaran adalah moment penjualan kue yang paling signifikan memberikan pengaruh. Bahkan ada peserta yang mengatakan bahwa hanya terpengaruh dikarenakan moment lebaran ini. Dua faktor ini mendorong proses penjualan yang nantinya akan berimbas pada pemasukan. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang tak mengalami perubahan atau dengan kata lain tidak terpengaruh kondisi perekonomiannya setelah mengikuti pelatihan ini. Faktor pertama jelas modal. Membuat kue perlu modal. Inilah yang mereka tidak punya. Sebenarnya hal ini sangat aneh. Dalam wawancara dengan pejabat kelurahan Drs. Wahyono, Beliau mengatakan bahwa peserta bisa meminjam dana bergulir selama setahun dari PPMK sub bina ekonomi. Apakah peserta ini tidak tertarik mengambil pinjaman atau ada sesuatu lebih mendalam dan mendetail. Faktor kedua, wanan dengan yang diatas. Mereka tidak memiliki jaringan untuk memasarkan hasil-hasil produksi kue-kue tersebut. Faktor ketiga karena niat peserta yang memang hanya sekedar iseng dalam mengikuti pelatihan
64
ini. Jadi, setelah selesai mengikuti pelatihan selesai begitu saja. Mereka hanya menggunakan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri. Bahkan ada yang mengikuti pelatihan ini hanya sekedar iseng sambil berniat mengembangkan wawasan dan memenuhi rasa ingin tahu.
C.
Kebutuhan Individu Yang Telah Terpenuhi Setelah Mengikuti Progaram Pelatihan Tata Boga (Pembuatan Kue Kering) Pangan, sosial dan hiburan. Ketiga kebutuhan akan hal itulah yang terpenuhi sebagai akibat dari pelatihan ini. Bukan berarti terpenuhi secara maksimal tetapi terpenuhi secara berkala dan bertingkat. Antara satu peserta dengan peserta lainnya berbeda tingkat pemenuhan kebutuhannya. Perlu diketahui bahwa peserta-peserta yang mengikuti pelatihan ini adalah peserta yang tingkat ekonominya lumayan kalau enggan dikatakan mapan. Suami mereka semuanya rata-rata bekerja, bahkan ada diantara mereka yang sudah memiliki usaha dan kegiatan mendiri selain sebagai Ibu Rumah Tangga. Hal ini sesuai dengan pengakuan mereka ketika diwawancarai. Peneliti sendiri melihat kondisi keluarga mereka dalam kondisi yang baik, sehat dan cukup. Jika demikian, fungsi pelatihan ini memang benar-benar dalam rangka meningkatkan perekonomian, bukan memberdayakan dalam arti yang sesungguhnya. Sebab kenyataan di lapangan peneliti simpulkan sudah cukup berdaya. Mereka bukan orang miskin tapi orang yang cukup. Namun tidak menutup kemungkinan untuk ditingkatkan.
65
Dalam hal pangan, peserta mengatakan bahwa pemasukan ekonomi mereka sebagi akibat dari pengaruh pelatihan ini ikut serta menambah kebutuhan akan pangan. Bukan cuma sekedar untuk tambah-tambah uang belanja tapi juga bisa buat jajan anak-anaknya. Terkait dengan kebutuhan sosial, peneliti berasumsi bahwa kebutuhan ini adalah kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Kebutuhan ini berupa kebutuhan pergaulan dan pengakuan oleh masyarakat bahwa dirinya ada dan diakui sebagai anggota dari komunitas tersebut. Dari mana peneliti menarik kesimpulan bahwa kebutuhan individu akan hal sosial ini terpenuhi ketika terjdi pelatihan? Silaturahmi. Itulah jawabannya. Dalam pelatihan ini, semua peserta mengakui bahwa hubungan mereka baik-baik saja, ada peningkatan dan lebih bisa saling menghargai. Artinya
ada ketersambungan silatuhrami antara anggota masyarakat
terutama yang menjadi peserta dalam pelatihan ini. Hal ini sebagai efek tidak langsung dengan adanya pelatihan ini. Orang-orang saling bertemu baik yang sudah kenal atau belum, mengadakan kegiatan bersama, bercengkrama dan bergaul. Secara langsung hal ini mempererat tali silaturahmi social kemasyarakatn mereka, menambah pemahan dan menambah perasaan saling memiliki dan menghargai. Bagimana dengan hiburan? Analisis peneliti terhadap fakta di lapangan mengatakan bahwa, hampir sama dengan hal kebutuhan social, kegiatan ini bukan kegiatan wajib yang menuntut banyak hal. Mereka
66
cukup datang, mendaftar dan ikut. Tak ada tuntutan apapun atau mesti bagaimana peserta nantinya. Cukup datang saja dan mulai berlatih. Lalu apa hubungannya? Rutinitas rumah jelas membuat banyak kaum ibu jemu. Untuk menghilangkan
daya
tekan
stress
dan
kejenuhan
setiap
orang
membutuhkan kelenturan diri, mengekpresikan emosi, tertawa atau dalam pengertian yang lebih umum, refresing. Refresing menjadi agenda hiburan yang penting buat mempertahankan daya berpikir dan ketangguhan seseorang dalam menghadapi berbagi rutinitas kerjanya. Dalam hal inilah pelatihan ini, secara tidak langsung memberikan hal itu. ibu-ibu berlatih bersama, sejenak melupakan rutinitas rumah, berkumpul, tertawa, bercanda. Sungguh sebuah refresing, coolingdown yang murah, dekat dan sederhana. Belum lagi, setelah mengikuti pelatihan ini mereka mendapat tambahan keterampilan dan dapat menjalin hubungan silaturahmi. Maka dari fakta ini penulis menarik kesimpulan itu, kseimpulan bahwa kebutuhan akan hiburan secara tidak langsung terpenuhi oleh adanya pelatihan ini. D.
Hasil
Jangka
Panjang
Dari
Kegiatan
Pelatihan
Tata
Boga
(Pembuatan Kue Kering) Dari wawancara dengan pejabat kelurahan dan juga dengan dua orang pelatih dapat diambil kesimpulan bahwa program jangka panjang yang mereka harapkan adalah:
67
1. Adanya pelatihan jangka panjang yang berkala dan terus menerus dengan berbagai resep dan variasi kegiatan lainnya. 2. Adanya kelompok usaha bersama yang dikelola secara profesional Bagaimanakah fakta di lapangan? Apakah dua program jangka panjang terpenuhi? Dari hasil wawancara, terbukti fakta yang membuat peneliti kurang bergairah. Ternyata dua program jangka panjang yang diharapkan terjadi ini tidak terpenuhi atau belum terwujud sama sekali. Untuk tetap mempertahankan kemampuan dari skill yang sudah dibina atau mengembangkannya, para peserta mengajarkan anak-anak mereka dan juga tetangga mereka prihal keterampilan membuat kue yang didapat datri pelatihan. Disamping itu, ada di antara peserta yang mencoba resep-resep baru sendiri dengan membeli majalah dan mencobanya. Berbekal keterampilan awal saat pelatihan Alhamdulillah, kemampuan itu terus berkembang.
68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis pada bab IV tentang evaluasi hasil dari pelatihan membuat kue kering, peneliti menarik kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut: 1.
Tujuan pelatihan membuat kue kering yaitu dalam rangka meningkatkan skill individu dalam membuat kue kering dapat dikatakan tercapai bahkan maksimal. Hal ini ditandai dengan pengakuan seluruh peserta pelatihan bahwa kemampuan mereka mengalami peningkatan setelah mengikuti pelatihan membuat kue kering.
2.
Walaupun tujuan pelatihan telah tercapai namun tidak secara otomatis
mempengaruhi
perekonomian
keluarga
yang
menjadi peserta pelatihan. Tercatat hanya setengah dari peserta pelatihan yang ekonominya terpengaruh sebagai akibat dari adanya pelatihan ini. Sisanya sama sekali tidak terpegaruh oleh adanya pelatihan ini. 3.
Kebutuhan individu yang terpenuhi sebagai akibat dari pelatihan membuat kue kering ini adalah kebutuhan terkait dengan hal pangan, kebutuhan sosial di tengah masyarakat yang ditendai dengan terjalinnya silaturahmi dan hiburan
69
yang secara tidak langsung terjadi ketika pelatihan ini dilaksanakan. 4.
Sedangkan program jangka panjang yang tampak dari pelatihan ini hampir dikatakan tidak ada. Peserta yang ikut serta
dalam
pelatihan
ini
hanya
mengambangkan
kemampuannya untuk kebutuhan individu dan mengajarkan keluarga serta tetangga dekat. Untuk membuka usaha secara berkelompok dan pelatihan secara berkala dan bertingkat sama sekali belum terwujud.
B.
Saran Berdasarkan analisis dan kesimpulan peneliti diatas terkait Program PPMK dalam pelatihan membuat kue kering, maka saran-saran berikut perlu peneliti ajukan, yaitu: 1.
PPMK dalam hal ini pelatihan membuat kue kering (tata boga) hendaknya tidak berhenti dengan berakhirnya pelatihan. Perlu diadakan pendampingan setelah pelatihan terhadap peserta tersebut untuk terus mengambangkan talenta mereka. Karena disamping tujuan pelatihan yang berupa peningkatan kemampuan masih ada yang perlu di selesaikan yaitu memberdayakan/meningkatkan ekonomi keluarga peserta secara kongkrit dengan memanfaatkan
70
kemampuan peserta tersebut yang diperoleh dari pelatihan ini. 2.
Memberikan pinjaman modal secara bergulir kepada peserta untuk mengembangkan usaha sebagai akibat dari kelanjutan pelatihan ini. Tentunya dengan diadakan pendampingan secara profesional. Di samping itu harus dilakukan dengan mudah, efisien, efektif dan tepat sasaran.
3.
Hendaknya
pelatihan
dilakukan
secara
berkala
dan
bertingkat. Bahkan kalau perlu diadakan juga pelatihan wirausaha
sebagai
kemapuan
tambahan
untuk
mengambangkan usaha peserta dengan modal kemampuan membuat kue kering dari pelatihan ini. 4.
Pihak Keluarahan/dekel atau yang terkait khusus PPMK hendaknya mengadakan kerja sama atau membangun jaringan dengan pihak lain untuk mengadakan kerja sama mutualisme terkait pengembangan usaha dari pelatihan ini (kue kering).
5.
Bisa juga pihak kelurahan mengadakan sebuah event khusus/pameran hasil-hasil pelatihan membuat kue kering. Dengan cara ini diharapkan hasil produksi peserta dikenal masyarakat luas. Bukankah dengan begitu pasar akan tercipta dengan sendirinya.
71
72
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Amrullah. Strategi Dakwah Islam di Tengah Reformasi Manuju Indonesia Baru dalam Memasuki Abad ke-21. Bandung: Makalah pada Sarasehan Nasional SMF Dakwah IAIN, 1999. Al-Assal, Ahmad Muhammad dan Fathi Ahmad Abdul Karim. Sistem Prinsip dan Tujuan Ekonomi Islam. Bandung: CV Pustaka Setia, 1999. Anshori, Endang Syaifuddin. Wawasan Islam Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam dan Ummatnya. Bandung: CV Pustaka Perpustakaan Salman ITB, 1983. Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rieneka Cipta, 1996. _______________. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rieneka Cipta, 1993. _______________. Penilaian Program Pendidikan, Jakarta: PT Bina Aksara, 1998. Fachruddin, Muhammad Fuad. Ekonomi Islam. Jakarta: Penerbit Mutiara, 1982. Harahap, Syahril. Islam Konsep Implementasi Pemberdayaan. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1999. Irawan, Elly. Dkk. Pengembangan Masyarakat, Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka. 1995 Machendrawaty, Nanih dan Agus A. Syafe’ie. Pengembangan Masyarakat Islam: Dari Idiologi, strategi sampai tradisi. Bandung: Rosda Karya, 2001. Mannan, Muhammad Abdul. Teori dan Praktek Ekonomi Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995. Munis Mulkan, Abdul. Humanisasi Agama dan Dakwah, Yogyakarta: 1999. __________________. Teologi Kebudayaan dan Demokrasi Modernisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995. Murasa Sarkaniputra, Pengantar Ekonomi Islam. Bahan Pengajaran Ekonomi dan Perbankan Syariah di IAIN Syahid Jakarta. 1999 Pemerintah Propinsi DKI Jakarta. Laporan Tahunan 2008, Kelurahan Manggarai Selatan, 2008.
73
Petunjuk Teknis Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan. Jakarta: Badan Pemberdayaan Masyarakat Kotamadya Jakarta Selatan, 2008. Rudito, Bambang (ed). Akses Peran Serta Masyarakat; Lebih Jauh Memahami Community Developmnet. Jakarta: ICDS, 2003. Rukminto Adi, Isbandi. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis) Edisi Revisi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2003. ___________________. Makalah tentang Pengembangan Masyarakat yang disampaikan pada Work Shop “Program Com-Dev Comite, Fakultas Dakwah dan Komunikasi tanggal 23 September 2003. Sutiyoso. PPMK Manual Proyek Propinsi DKI Jakarta, 2001. Soeharto, Edi. Metodologi Pengembangan Masyarakat: Jurnal Comdev. Jakarta: BEMJ PMI, 2004. Srinivasan, Viji. Metode Evaluasi Partisipatoris, Dalam Walter Fernandes dan Rajesh Tandon (Editor). Risset Partisipatoris-Riset. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993. Tim penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1995. Wiratmo, Maskur. Pengantar Ekonomi Makro, Seri Diktat Guna Darma. Jakarta: Guna Darma, 1994.
Suasana pelatihan Tata Boga PPMK Kelurahan Manggarai Selatan
1
Lampiran hasil wawancara Hasil wawancara 1 Nama lengkap
: Drs H Wahyuno
Jenis kelamin
: Laki-laki
Tempat tanggal lahir : Yogyakarta, 12 juni 1945 Agama
: Islam
Pendidikan
: S1
Posisi Narasumber
: Dekel/Pejabat kelurahan
Alamat
: Jl. DR Sahardjo No.3A
Telpon
: 08888609976
Pelaksanaan
: 20 Oktober 2009
Apa tujuan diadakannya kegiatan pelatihan membuat kue kering? Tujuan utama dari pelatihan PPMK (membuat kue kering) itu sendiri adalah peningkatan ekonomi masyarakat terutama yang menjadi peserta pelatihan ini. Kami percaya akan ada peningkatan itu setelah peserta ikut pelatihan ini. Karena kemampuan yang mereka dapatkan dari pelatihan ini bisa digunakan sebagai sarana pemerolehan pendapatan tambahan. Apa saja tujuan yang sudah dicapai oleh Dewan Kelurahan dalam
hal
PPMK dari kegiatan pelatihan membuat kue kering ini? Pendapatan mereka bertambah. Memang tidak secara signifikan. Tetapi setidaknya telah ikut berkontribusi terhadap peningkatan itu. Lagipula program PPMK itu sendiri tidak hanya terbatas pada pelatihan membuat kue kering. Masih ada yang lainnya. Sehingga untuk mengukur tujuan yang sudah di capai PPMK kita tidak bisa hanya melihatnya dari pengaruh pelatihan membuat kue kering ini. Menurut bapak pelatihan ini berhasil? Ya. Berhasil Apa bukti atau wujud keberhasilan itu? Kemajuan, peningkatan. PPMK ini kan programnya Tribina yaitu sosial, fisik dan ekonomi. Pelatihan kue kering/tata boga ini masuk ke dalam program sosial. Selain pelatihan ini seperti yang sudah saya katakan, juga masih banyak.
2
Ada pelatihan satpam,latihan mengemudi mobil,salon,pelatihan kemamuan manajeman dan pelatihan computer. Khusus menyangkut pelatihan tata boga, peserta bisa terus mengembangkannya. Caranya dengan mengambil pinjaman bergulir. Hal ini bisa dilakukan karena ada bagian Tribina PPMK bina Ekonomi. Pada bagian ini, salah satunya kami menyediakan pinjaman bergulir selama satu tahun. Dengan begitu Insya Allah akan ada kemajuan terutama dalam hal ini dengan adanya peningkatan ekonomi. Ekonomi yang meningkat itu seperti apa? Peningkatan pendapatan yang berimbas pada kesejahteraan. Skub usahanya juga berkembang dengan baik. Misalnya, ada warga yang usaha awalnya kecil-kecilan lalu mulai dikembangkan skala usahanya. Dengan begini secara logika pendapatannya juga meningkat. Indikatornya seperti apa pak? Ada usaha sendiri. Pendapatannya mengalami peningkatan yang pada akhirnya mendorong kesejahteraan. Berapa persenkah peserta kegiatan pelatihan membuat kue kering yang ekonominya berkembang? Kalau hal itu datanya belum jelas. Tapi ada. Kebutuhan individu mana yang sudah terpenuhi dari wujud kegiatan pelatihan membuat kue kering? Uang belanja. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti jajan anak-anak, biaya sekolah. Seperti apa contoh atau bukti kebutuhan individu yang telah terpenuhi menurut bapak? Ya, itu tadi. Dulu mungkin sulit memenuhi kebutuhan sekarang bisa. Apa saja target jangka panjang yang ada pada kegiatan pelatihan membuat kue kering? Jangka panjangnya kami ingin ada usaha yang berkepanjangan dalam bentuk yang tidak hanya individual tetapi juga kelompok usaha. Sejauh yang bapak lihat, apakah hasil itu sudah tampak di lapangan?
3
Mereka membuka usaha secara mandiri dengan skub kecil sekali. Untuk membuka usaha yang lebih besar kelihatannya belum ada. Kendalanya fasilitas. Yang kedua usaha ini tidak digeluiti secara professional. Namun secara umum, terkait pendapatan kami melihat adanya peningkatan. Ini juga merupakan jangka panjang yang kami harapkan terjadi secara berkesinambungan, berkelanjutan. Apakah hal itu dirasakan oleh peserta atau hanya oleh Dewan Kelurahan PPMK? Tentu saja oleh peserta. Dekel belum pernah karena tidak ada sosialisasi dari PPMK.
Hasil Wawancara 2 Nama lengkap
: Bachri
Jenis kelamin
: Laki-laki
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 28 Januari 1990 Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Posisi Narasumber
: TPK (Tim Perencana Kegiatan)
Alamat
: Balimatraman, RT 005/06, Manggarai Selatan
Telpon
: 021-83792374
Pelaksanaan
: Jum’at 9 Oktober 2009 pukul 15.00 s.d 16 WIB
Tanya: Apa tujuan diadakannya kegiatan pelatihan membuat kue kering? Jawab: Memberdayakan masyarakat dalam usaha, dagang, ya untuk meningkatkan ekonomi Tanya: Apa saja tujuan yang sudah dicapai oleh Dewan Kelurahan dalam PPMK dari kegiatan pelatihan membuat kue kering ini? Jawab: Ada hasilnya dalam kegiatan membuat kue kering Tanya: Apa bukti keberhasilan itu? Jawab: Bukti kebersamaan dan peningkatan ekonomi
hal
4
Tanya: Menurut Bapak ekonomi yang meningkat itu seperti apa? Jawab: Dibuka usaha, dagang, berkembang, menambah penghasilan Tanya: Kalau ciri peningkatan ekonomi masyarakat itu sendiri seperti apa? Jawab: Usaha maju, dagang dikembangkan Tanya: Berapa persenkah peserta kegiatan pelatihan membuat kue kering yang ekonominya berkembang? Jawab: Wah yang itu tanya aja ke peserta Tanya: Kebutuhan individu mana yang sudah terpenuhi dari wujud kegiatan pelatihan membuat kue kering? Jawab: ……? Tanya: Seperti apa contoh atau bukti kebutuhan individu yang telah terpenuhi menurut bapak? Jawab: Meminjam uang dana PPMK untuk tambah usaha sehingga usahanya meningkat Tanya: Apa saja target jangka panjang yang ada pada kegiatan pelatihan membuat kue kering? Jawab: Para peserta semoga bisa menjalankan usaha secara mandiri Tanya: Apa saja program jangka panjang yang sudah tampak dari hasil kegiatan keterampilan membuat kue kering? Jawab: ………..? Tanya: Apakah hasil tersebut bisa dirasakan oleh peserta atau hanya oleh Dewan Kelurahan PPMK? Jawab: Dirasakan oleh peserta aja, kalaupun kelurahan hanya laporan aja.
Hasil Wawancara 3
Nama lengkap
: Emi Zulkarnain
Jenis kelamin
: Perempuan
Tempat tanggal lahir : 08 November 1957 Agama
: Islam
Pendidikan
: Sekolah Farmasi
5
Posisi Narasumber
: Pelatih
Alamat
: Jl. Sawo III RT 01/09
Telpon
: 021-8351043
Pelaksanaan
: Jum’at 9 Oktober 2009
Tanya: Apa standar keberhasilan dari pelaksanaan pelatihan membuat kue kering? Jawab: Kemampuan. Mereka mampu membuat kue dengan tata cara yang baik. Tapi kalau sekali pelatihan memang tidak cukup. Perlu dilakukan berulang-ulang sampai mereka mahir. Tanya: Apa ada tujuan yang sudah dicapai dari pelatihan membuat kue kering? Jawab: Oh ada. Ada peningkatan ekonomi keluarga.memang tidak terlalu tinggi. Tapi ada lah. Tanya: Tujuan apa saja yang belum tercapai? Jawab: Kami belum bisa mengadakan kegiatan rutin dari pelatihan tersebut. Juga kami belum punya kelompok usaha bersama. Hanya home industri aja. Itu pun sifatnya mandiri. Tanya: Menunurut ibu sendiri apakah pelatihan membuat kue kering ini berpengaruh terhadap ekonomi keluarga? Jawab: Tentu saja ada. Setelah pelatihan ini mereka bisa produksi kue atau makanan sendiri. Hasilnya bisa dipasarkan ke perkantoran atau tetanggatetangga. Biasanya moement tersebut ada ketika mau lebaran. Tanya: Apa standar bahwa ekonomi keluarga peserta meningkat karena pengaruh dari pelatihan ini? Jawab: Pendapatannya ada peningkatan. Tanya: Kaitannya dengan pelatihan ini, bagaimana bu? Jawab: Mereka yang sudah mengikuti pelatihan kan memiliki kemampuan untuk membuat kue. Nah, mereka bisa produksi sendiri untuk kemudian di jual. Hasil penjualan ini tentu saja memberikan pengaruh terhadap ekonomi keluarga. Artinya, pendapatan keluarga ini bertambah. Tanya: Apa yang paling dominan terpengaruh oleh pelatihan ini? Jawab: Urusan dapur mungkin ya (tertawa)
6
Tanya: Apa yang dilakukan setelah peserta mengikuti pelatihan? Jawab: Disamping mereka membuat kue sesuai dengan apa yang diajarkan pada waktu pelatihan, mereka juga ada yang mulai mengembangkannya sendiri dengan mencari resep-resep baru. Biasanya mereka juga kalau lebaran buat kue sendiri. Disamping buat konsumsi sendiri
mereka juga
menjualnya. Tanya: Program jangka panjangnya bagaimana? Jawab: Terus diadakan pelatihan dengan resep-resep berbeda. Tanya: Apakah hasil pelatihan ini dapat dirasakan oleh Peserta? Jawab: Ya. Tanya: Apa saja hasil yang dirasakan itu? Jawab: Tergantung pada niat awal mereka ikut pelatihan. Peserta itu ada yang ikut karena ingin tahu. Ada yang karena ingin menambah wawasan, ada juga yang ingin meningkatkan harga jual. Mereka bisa dapatkan itu setelah pelatihan yang mereka ikuti.
Hasil Wawancara 4
Nama lengkap
: Yuyun S
Jenis kelamin
: Perempuan
Tempat tanggal lahir : Bandung, 16 Juli 1960 Agama
: Islam
Pendidikan
: SMEA
Posisi Narasumber
: Pelatih dan Ketua PKK
Alamat
: Jl. Balimatraman, RT 007/06 No.34
Telpon
: 021-8356315
Pelaksanaan
: Jum’at 9 Oktober 2009
Tanya: Apa standar keberhasilan dari pelaksanaan pelatihan membuat kue kering? Jawab: Mereka sudah bisa buat (kue) untuk diri sendiri. Itu standar minimal
7
Tanya: Apa ada tujuan yang sudah dicapai dari pelatihan membuat kue kering? Jawab: Ada, peserta sudah bisa membuat kue untuk pribadi dan bisa dipasarkan keluar untuk memenuhi pendapatan ekonomi kelaurga Tanya: Contohnya? Jawab: Nastar, Kastengele, Sagu keju, salju mede dan lain sebagainya. Nah kuekue ini mereka bias buat sendiri setalah pelatihan. Diantara mereka ada yang membuat dan dipasarkan. Apalagi moment lebaran kemarin, kue-kue seperti itu banyak yang mesen. Tanya: Tujuan apa saja yang belum tercapai? Jawab: Inginnya punya kelompok usaha bersama untuk dipasarkan bersama. Tapi ibu-ibu nggak mau buat usaha bersama karena untungnya dibagi-bagi. Tanya: Menunurut ibu sendiri apakah pelatihan membuat kue kering ini berpengaruh terhadap ekonomi keluarga? Jawab: Sebagian ada. Ini berasal dari pemesanan orang. Keuntungannya mereka gunakan untuk jajan orang rumah. Saya sendiri (narasumber) punya pemasaran untuk City bank, bank Mandiri sampai 400 toples. Bahkan untuk untuk bank Bumi Putera sudah berjalan 6 tahun. Biasanya ini untuk musim lebaran. Sumber dana untuk usaha ini dari diri sendiri. Tanya: Apa standar bahwa ekonomi keluarga peserta meningkat karena pengaruh dari pelatihan ini? Jawab: Ya kalau dilihat penerimaan banyak. Bisa beli kulkas,TV dsb Tanya: Kaitannya dengan pelatihan ini, bagaimana bu? Jawab: Begini. Untuk 4 toles kue modalnya kira-kira Rp 30.000. harga jualnya bias mencapai Rp 50.000,- Bayangkan kalau di kali 400 toples dengan keuntungan 30% . Pernah kita keluar modal 8 juta habis terjual sampai 16 juta. Tanya: Apa yang paling dominan terpengaruh oleh pelatihan ini? Jawab: Ibu-ibu itu antusias ya. Semangatnya dan keingintahuan mereka sangat besar. Tanya: Apa yang dilakukan setelah peserta mengikuti pelatihan?
8
Jawab: Sebagian ada yang selesai begitu saja. Sebagian ada yang masih terima pesanan. Tanya: Program jangka panjangnya bagaimana? Jawab: Ingin mengajari ibu-ibu membuat roty bakery, diberikan modal dan fasilitas, ingin mengajarkan masakan China, membuat Bakso pakai terigu Tanya: Apakah hasil pelatihan ini dapat dirasakan oleh Peserta? Jawab: Tentu. Mereka jadi punya ilmu buat diri sendiri dan hal itu satu kebanggan buat pelatih Tanya: Apa saja hasil yang dirasakan itu? Jawab: Buat diri sendiri, menambah penghasilan keluarga.
Hasil Wawancara 5 Nama lengkap
: Eha
Jenis kelamin
: Perempuan
Tempat tanggal lahir : Cikampek, 21 Juli 1954 Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Posisi Narasumber
: Peserta
Alamat
: Jl. Hanjuang RT 002/06 No.20, Manggarai Selatan
Telpon
: 021-8353469
Pelaksanaan
: Jum’at 9 Oktober 2009
Tanya:
Setiap ibu mengikuti pelatihan membuat kue kering (Tata boga), apa ibu pernah meninggalkan sholat yang lima waktu?
Jawab:
Tidak pernah lah. Masa sudah tua ninggalin sholat (ketawa) kan malu.
Tanya:
Saat mengikuti pelatihan, kemudian waktu sholat dating, apa ibu mengajak peserta yang lainnya untuk sholat?
Jawab:
Iya, Ibu yang mengingatkan. Bahkan acara di kelurahan pun kalau terdengar adzan dihentikan semetara. Maklum kelurahan kita kan bersebelahan dengan masjid.
9
Tanya:
Dari peserta pelatihan ini, apa ada pengajian khusunya (khusus peserta)?
Jawab:
Khusus peserta tidak ada. Tapi PKKnya ada setiap minggu. Format pengajiannnya sendiri seperti yasinan,ratib,maulid dan tausiyah.
Tanya:
Bagaimana hubungan silaturahmi antara ibu dengan peserta lainnya?
Jawab:
Akrab sekali. Sebelum ini kita juga sudah ada acara arisan. Jadi sudah pada kenal.
Tanya:
Setelah diadakan pelatihan membuat kue kering apa keterampilan ibu meningkat?
Jawab:
Tentu saja
Tanya:
Seperti apa?
Jawab:
Setelah pelatihan ini saya banyak terima pesanan. Seperti kua Nastar, Kua Keju dan Kua Coklat.
Tanya:
Keterampilan apa saja yang ibu dapat dari pelatihan ini?
Jawab:
selain membuat kue-kue saya juga belajar Hiasan pengantin dan Hiasan bunga, bunga lilin.
Tanya:
Bagaimana kondisi ekonomi kelauarga ibu saat ini?
Jawab:
Masih stabil. Kalau ada pesanan ya ada peningkatan. Kalau gak ada biasa saja.
Tanya:
Apakah kondisi ekonomi keluarga ibu ada perubahan setelah mengikuti pelatihan membuat kue kering?
Jawab:
Ada. Bisa membeli kebutuhan dari hasil penjualan kue kering
Tanya:
Apa usaha ibu sekarang?
Jawab:
Ketua PAUD. Tapi kalau usaha, terima pesanan kue kering.
Tanya:
Apa ibu dapat membuka usaha dengan hasil keterampilan yang ia peroleh dalam pelatihan membuat kue kering ini?
Jawab:
Membuka usaha secara Nampak tidak. Tapi kalau terima pesanan iya.
Tanya:
Apakah ibu menularkan kemampuan ibu dalam membuat kue kering kepada keluarga lain atau tetangga?
Jawab:
Iya. Banyak yang nanya cara dan resep membuat kue dan hiasa.
10
Hasil Wawancara 6
Nama lengkap
: Tien Soedjono
Jenis kelamin
: Perempuan
Tempat tanggal lahir : Banjar Negara, 17 Juli 1947 Agama
: Islam
Pendidikan
: SLTA
Posisi Narasumber
: Peserta
Alamat
: Jl. Manggis II no.27 RT 006/04
Telpon
: 021-8307228
Pelaksanaan
: 16 Oktober 2009
Tanya:
Setiap ibu mengikuti pelatihan membuat kue kering (Tata boga), apa ibu pernah meninggalkan sholat yang lima waktu?
Jawab:
Tidak pernah
Tanya:
Saat mengikuti pelatihan, kemudian waktu sholat datang, apa ibu mengajak peserta yang lainnya untuk sholat?
Jawab:
(Tertawa)
Tanya:
Dari peserta pelatihan ini, apa ada pengajian khusunya (khusus peserta)?
Jawab:
Gak ada. Tapidi PKK ada.
Tanya:
Bagaimana hubungan silaturahmi antara ibu dengan peserta lainnya?
Jawab:
Baik dan membaur
Tanya:
Setelah diadakan pelatihan membuat kue kering apa keterampilan ibu meningkat?
Jawab:
Jelas meningkat. Seperti resep baru, kualitas rasa, dan cara-cara membuatnya. (kue)
Tanya:
Contohnya rilnya seperti apa?
Jawab:
Masak ikan, capcay, buat kue kering seperti nastar, kue salju dll
Tanya:
Bagaimana kondisi ekonomi keluarga ibu saat ini?
11
Jawab:
Baik-baik saja
Tanya:
Apakah kondisi ekonomi keluarga ibu ada perubahan setelah mengikuti pelatihan membuat kue kering?
Jawab:
Lumayan ada. Ya buat tambah-tambah. Pernahkeuntungan itu saya gunakan untuk beli sound system.
Tanya:
Apa usaha ibu sekarang?
Jawab:
usaha sih tidak ada. Tapi saya aktif di keluarahan sampai wali kota. Termausk di PKK keluarahan dan mengurus lansia, anak yatim.
Tanya:
Apa ibu dapat membuka usaha dengan hasil keterampilan yang ibu peroleh dalam pelatihan membuat kue kering ini?
Jawab:
Pernah. Tapi jarang-jarang. Biasanya terima pesanan itu lebaran.
Tanya:
Apakah ibu menularkan kemampuan ibu dalam membuat kue kering kepada keluarga lain atau tetangga?
Jawab:
Iya. Kepada anak-anak.
Hasil Wawancara 7
Nama lengkap
: Sulistyani
Jenis kelamin
: Perempuan
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 15 Juli 1970 Agama
: Islam
Pendidikan
: S1
Posisi Narasumber
: Peserta
Alamat
: Jl. Sawo III No.08
Telpon
: 021-8315923
Pelaksanaan
: 17 Oktober 2009
Tanya:
Setiap ibu mengikuti pelatihan membuat kue kering (Tata boga), apa ibu pernah meninggalkan sholat yang lima waktu?
Jawab:
Tidak pernah.
12
Tanya:
Saat mengikuti pelatihan, kemudian waktu sholat datang, apa ibu mengajak peserta yang lainnya untuk sholat?
Jawab:
Break dulu. Tapi masing-masing aja
Tanya:
Dari peserta pelatihan ini, apa ada pengajian khusunya (khusus peserta)?
Jawab:
Tidak ada.
Tanya:
Bagaimana hubungan silaturahmi antara ibu dengan peserta lainnya?
Jawab:
Silaturahminya baik-baik saja.
Tanya:
Setelah diadakan pelatihan membuat kue kering apa keterampilan ibu meningkat?
Jawab:
Pasti.
Tanya:
Contohnya seperti apa?
Jawab:
Buat kue dan tips agar kue enak. Seperti kue nastar, kue basah juga.
Tanya:
Bagaimana kondisi ekonomi keluarga ibu saat ini?
Jawab:
Alhamdulillah. Cukup
Tanya:
Apakah kondisi ekonomi keluarga ibu ada perubahan setelah mengikuti pelatihan membuat kue kering?
Jawab:
Tidak ada
Tanya:
Apa usaha ibu sekarang?
Jawab:
Wiraswasta
Tanya:
Apa ibu dapat membuka usaha dengan hasil keterampilan yang ia peroleh dalam pelatihan membuat kue kering ini?
Jawab:
Belum. Sebatas di rumah saja, untuk keluarga sendiri.
Tanya:
Apakah ibu menularkan kemampuan ibu dalam membuat kue kering kepada keluarga lain atau tetangga?
Jawab:
Iya. Buat adik, kakak. Biasanya kalau mereka buat kue Tanya ke saya.
Hasil Wawancara 8
Nama lengkap
: Puji Mulyaningsih
13
Jenis kelamin
: Perempuan
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 21 juli 1964 Agama
: Islam
Pendidikan
: SLA
Posisi Narasumber
: Peserta
Alamat
: Balimatraman Rt 007/06 No. 33
Telpon
: 085885671940
Pelaksanaan
: 21 Oktober 2009
Tanya:
Setiap ibu mengikuti pelatihan membuat kue kering (Tata boga), apa ibu pernah meninggalkan sholat yang lima waktu?
Jawab:
Gak pernah
Tanya:
Saat mengikuti pelatihan, kemudian waktu sholat datang, apa ibu mengajak peserta yang lainnya untuk sholat?
Jawab:
Iya. Kadang-kadang kita sama-sama saling ngingetin. Lagi pula waktunya sudah diatur.
Tanya:
Dari peserta pelatihan ini, apa ada pengajian khusunya (khusus peserta)?
Jawab:
Gak ada.
Tanya:
Bagaimana hubungan silaturahmi antara ibu dengan peserta lainnya?
Jawab:
Oh alhamdulillah ya sejauh ini baik
Tanya:
Setelah diadakan pelatihan membuat kue kering apa keterampilan ibu meningkat?
Jawab:
Iya. Wawasan mengenai buat kue jadi bertambah.
Tanya:
Contohnya seperti apa?
Jawab:
Buat kue kering, kue basah. Sus, black forest
Tanya:
Bagaimana kondisi ekonomi keluarga ibu saat ini?
Jawab:
Baik.
Tanya:
Apakah kondisi ekonomi keluarga ibu ada perubahan setelah mengikuti pelatihan membuat kue kering?
14
Jawab:
Tidak ada peningkatan. Karena saya kan tidak focus ke urusan kue ya. Biasa, Cuma iseng aja.
Tanya:
Apa usaha ibu sekarang?
Jawab:
Saya Ibu rumah tangga. Aktif juga di PKK. Kadang buat pesanan kue tapi jarang banget.
Tanya:
Apa ibu dapat membuka usaha dengan hasil keterampilan yang ia peroleh dalam pelatihan membuat kue kering ini?
Jawab:
Pernah. Tapi bukan hasil pelatihan. Resep sendiri seperti buat kue pastel.
Tanya:
Apakah ibu menularkan kemampuan ibu dalam membuat kue kering kepada keluarga lain atau tetangga?
Jawab:
Iya. Tapi keluarga aja.
Hasil Wawancara 9
Nama lengkap
: Ismailia
Jenis kelamin
: Perempuan
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 20 Januari 1974 Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Posisi Narasumber
: Peserta
Alamat
: Jl. Balimatraman RT 001/06 No.27
Telpon
:-
Pelaksanaan
: 21 Oktober 2009
Tanya:
Setiap ibu mengikuti pelatihan membuat kue kering (Tata boga), apa ibu pernah meninggalkan sholat yang lima waktu?
Jawab:
Tidaklah (Tertawa)
Tanya:
Saat mengikuti pelatihan, kemudian waktu sholat datang, apa ibu mengajak peserta yang lainnya untuk sholat?
15
Jawab:
Tidak. Waktu khususnya sudah ada, pas istirahat.
Tanya:
Dari peserta pelatihan ini, apa ada pengajian khusunya (khusus peserta)?
Jawab:
Gak ada. Kalaupun arisan dan pengajian termasuk program PKK
Tanya:
Bagaimana hubungan silaturahmi antara ibu dengan peserta lainnya?
Jawab:
Biasanya aja. Alhamdulillah baik.
Tanya:
Setelah diadakan pelatihan membuat kue kering apa keterampilan ibu meningkat?
Jawab:
Iya. Saya jadi lebih tahu cara buatkue kering
Tanya:
Contohnya seperti apa?
Jawab:
Seperti buat macaroni, skutel, nastar, putri salju
Tanya:
Bagaimana kondisi ekonomi keluarga ibu saat ini?
Jawab:
Cukup.
Tanya:
Apakah kondisi ekonomi keluarga ibu ada perubahan setelah mengikuti pelatihan membuat kue kering?
Jawab:
Gak ada perubahan.
Tanya:
Apa usaha ibu sekarang?
Jawab:
Ngurus PKK, sekretaris disana. Saya juga pengajar PAUD. Intinya sih Ibu rumah tangga.
Tanya:
Apa ibu dapat membuka usaha dengan hasil keterampilan yang ia peroleh dalam pelatihan membuat kue kering ini?
Jawab:
belum pernah saya buka usaha
Tanya:
Apakah ibu menularkan kemampuan ibu dalam membuat kue kering kepada keluarga lain atau tetangga?
Jawab:
Iya. Keluarga aja.
Hasil Wawancara 10
Nama lengkap
: Larasati Slamet
16
Jenis kelamin
: Perempuan
Tempat tanggal lahir : Tanjung karang, 11 Desember 1945 Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Posisi Narasumber
: Peserta
Alamat
: Jl. Keselamatan RT 001/03 No.05
Telpon
: 021-8308804
Pelaksanaan
: 20 Oktober 2009 (Wawancara Via Telepon)
Tanya:
Setiap ibu mengikuti pelatihan membuat kue kering (Tata boga), apa ibu pernah meninggalkan sholat yang lima waktu?
Jawab:
Oh tidak dong. Kita ada waktu khusus sholat. Jam 12.00
Tanya:
Saat mengikuti pelatihan, kemudian waktu sholat dating, apa ibu mengajak peserta yang lainnya untuk sholat?
Jawab:
Tak perlu di ajak juga otomatis. Waktu Isoma memang sudah disiapkan.
Tanya:
Dari peserta pelatihan ini, apa ada pengajian khusunya (khusus peserta)?
Jawab:
Ada
Tanya:
Bagaimana hubungan silaturahmi antara ibu dengan peserta lainnya?
Jawab:
Baik. Alhamdulillah masih berjalan sampai saat ini.
Tanya:
Setelah diadakan pelatihan membuat kue kering apa keterampilan ibu meningkat?
Jawab:
Biasa-biasa saja.
Tanya:
Bagaimana kondisi ekonomi keluarga ibu saat ini?
Jawab:
Agak lumayan. Tutup lubang gali lubang.
Tanya:
Apakah kondisi ekonomi keluarga ibu ada perubahan setelah mengikuti pelatihan membuat kue kering?
Jawab:
Ada setelah dipasarkan. Hanya saat itu Cuma buat keluarga.
Tanya:
Apa usaha ibu sekarang?
17
Jawab:
Catering, Wirausaha baju, job kue kering juga. Eh saya begini ini (sudah tua 65 tahun) masih aktif di PKK, ngurusin lansia di yayasan Chairunnisa.
Tanya:
Apa ibu dapat membuka usaha dengan hasil keterampilan yang ia peroleh dalam pelatihan membuat kue kering ini?
Jawab:
Buat usahanya hanya satu tahun sekali. Pas lebaran. Kan maklum kalau lebaran itu banyak pesanan kue.
Tanya:
Apakah ibu menularkan kemampuan ibu dalam membuat kue kering kepada keluarga lain atau tetangga?
Jawab:
Iya. Tapi Cuma ke anak-anak.
Hasil Wawancara 11
Nama lengkap
: Sri Wahyuti Joko
Jenis kelamin
: Perempuan
Tempat tanggal lahir : 25 Agustus 1965 Agama
: Islam
Pendidikan
: SLTA
Posisi Narasumber
: Peserta
Alamat
: Jl. Rusa RT 001/08 No.15 Manggarai Selatan.
Telpon
: 081319633437
Pelaksanaan
: 19 Oktober 2009
Tanya:
Setiap ibu mengikuti pelatihan membuat kue kering (Tata boga), apa ibu pernah meninggalkan sholat yang lima waktu?
Jawab:
Waktunya khusus sholat sudah ada. Jadi Alhamdulillah lancar.
Tanya:
Saat mengikuti pelatihan, kemudian waktu sholat dating, apa ibu mengajak peserta yang lainnya untuk sholat?
Jawab:
Iya. Kan waktunya sudah ada. Kita pelatihan itu star jam 07.00 s.d 16.00 WIB.
18
Tanya:
Dari peserta pelatihan ini, apa ada pengajian khusunya (khusus peserta)?
Jawab:
Gak ada karena momentnya jarang. Kalaupun ada tidak khusus peserta. Biasanya ibu PKK
Tanya:
Bagaimana hubungan silaturahmi antara ibu dengan peserta lainnya?
Jawab:
Hubungannya perkelompok. Alhamdulillah baik-baik saja.
Tanya:
Setelah diadakan pelatihan membuat kue kering apa keterampilan ibu meningkat?
Jawab:
Ya. Kita lebih mengerti seperti cara membuat kue dan meningkatkan mutu kue.
Tanya:
Contohnya seperti apa?
Jawab:
Misal, carapenyajiannya. Bagaimana kita mengemas kue-kue kering itu dalam toples dengan bagus.
Tanya:
Bagaimana kondisi ekonomi keluarga ibu saat ini?
Jawab:
Alhamdulilllah.
Tanya:
Apakah kondisi ekonomi keluarga ibu ada perubahan setelah mengikuti pelatihan membuat kue kering?
Jawab:
tentu ada peningkatan. Saya pernah menjual sampai 80 toples.
Tanya:
Apa usaha ibu sekarang?
Jawab:
Di rumah. Kalau kue tunggu pesanan. Saya juga aktif di PKK.
Tanya:
Apa ibu dapat membuka usaha dengan hasil keterampilan yang ia peroleh dalam pelatihan membuat kue kering ini?
Jawab:
Pernah. Saya pernah buka
Tanya:
Apakah ibu menularkan kemampuan ibu dalam membuat kue kering kepada keluarga lain atau tetangga?
Jawab:
Ya. Teman-teman di PKK pernah saya ajarkan.
Hasil Wawancara 12
Nama lengkap
: F Sumaryani P
Jenis kelamin
: Perempuan
19
Tempat tanggal lahir : Yogyakarta, 20 Maret 1953 Agama
: Kristen Katolik
Pendidikan
: S1
Posisi Narasumber
: Peserta
Alamat
: Jl Rusa No.09 RT015/08
Telpon
: 021-8305233
Pelaksanaan
: 19 Oktober 2009
Tanya:
Setiap ibu mengikuti pelatihan membuat kue kering (Tata boga), apa ibu pernah meninggalkan sholat yang lima waktu?
Jawab:
x
Tanya:
Saat mengikuti pelatihan, kemudian waktu sholat datang, apa ibu mengajak peserta yang lainnya untuk sholat?
Jawab:
x
Tanya:
Dari peserta pelatihan ini, apa ada pengajian khusunya (khusus peserta)?
Jawab:
x
Tanya:
Bagaimana hubungan silaturahmi antara ibu dengan peserta lainnya?
Jawab:
Baik. Dan masih berlanjut dalam bentuk latihan kelompok kecil
Tanya:
Setelah diadakan pelatihan membuat kue kering apa keterampilan ibu meningkat?
Jawab:
Meningkat. Bahkan kemampuan itu bisa digunakan untuk produksi kue-kue yang bisa dijual.
Tanya:
Contohnya seperti apa?
Jawab:
Buat sirup, nughet, kue-kue kering, inovasi coco crunt. Banyaklah mas.
Tanya:
Bagaimana kondisi ekonomi keluarga ibu saat ini?
Jawab:
Meningkat. Tapi bukan dari penjualan kue.
Tanya:
Apakah kondisi ekonomi keluarga ibu ada perubahan setelah mengikuti pelatihan membuat kue kering?
20
Jawab:
Tidak ada.
Tanya:
Apa usaha ibu sekarang?
Jawab:
Saya di rumah saja. Job pesanan ada tapi jarang.
Tanya:
Apa ibu dapat membuka usaha dengan hasil keterampilan yang ia peroleh dalam pelatihan membuat kue kering ini?
Jawab:
Iya. Menerima pesanan. Targetnya super market.
Tanya:
Apakah ibu menularkan kemampuan ibu dalam membuat kue kering kepada keluarga lain atau tetangga?
Jawab:
Iya ke anak-anak,adik sama tetangga.
Hasil Wawancara 13
Nama lengkap
: Misni
Jenis kelamin
: Perempuan
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 24 September 1956 Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Posisi Narasumber
: Peserta
Alamat
: Balimatraman RT 005/04 No.04, Manggarai Selatan
Telpon
: 021-83792374
Pelaksanaan
: Jum’at, 9 Oktober 2009
Tanya:
Setiap ibu mengikuti pelatihan membuat kue kering (Tata boga), apa ibu pernah meninggalkan sholat yang lima waktu?
Jawab:
nggak
Tanya:
Saat mengikuti pelatihan, kemudian waktu sholat datang, apa ibu mengajak peserta yang lainnya untuk sholat?
Jawab:
iya
Tanya:
Dari peserta pelatihan ini, apa ada pengajian khusunya (khusus peserta)?
21
Jawab:
enggak
Tanya:
Bagaimana hubungan silaturahmi antara ibu dengan peserta lainnya?
Jawab:
Alhamdulillah baik.
Tanya:
Setelah diadakan pelatihan membuat kue kering apa keterampilan ibu meningkat?
Jawab:
Sekedar tahu cara membuat kue
Tanya:
Seperti apa?
Jawab:
Kue-kue kering, seperti kue sagu, keju
Tanya:
Bagaimana kondisi ekonomi keluarga ibu saat ini?
Jawab:
biasa
Tanya:
Apakah kondisi ekonomi keluarga ibu ada perubahan setelah mengikuti pelatihan membuat kue kering?
Jawab:
enggak
Tanya:
Apa usaha ibu sekarang?
Jawab:
Ibu runah tangga aja
Tanya:
Apa ibu dapat membuka usaha dengan hasil keterampilan yang ia peroleh dalam pelatihan membuat kue kering ini?
Jawab:
enggak
Tanya:
Apakah ibu menularkan kemampuan ibu dalam membuat kue kering kepada keluarga lain atau tetangga?
Jawab:
Pernah, keluarga aja dengan praktek.
Hasil Wawancara 14
Nama lengkap
: Suryani
Jenis kelamin
: Perempuan
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 22 Juni 1965 Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Posisi Narasumber
: Peserta
22
Alamat
: Jl. Hanjuang RT 006/03 No.04, Manggarai Selatan
Telpon
: 081383709842
Pelaksanaan
: Jum’at, 9 Oktober 2009
Tanya:
Setiap ibu mengikuti pelatihan membuat kue kering (Tata boga), apa ibu pernah meninggalkan sholat yang lima waktu?
Jawab:
(ketawa) Alhamdulillah tidak.
Tanya:
Saat mengikuti pelatihan, kemudian waktu sholat dating, apa ibu mengajak peserta yang lainnya untuk sholat?
Jawab:
Mengejak berhenti sementara untuk sholat.
Tanya:
Dari peserta pelatihan ini, apa ada pengajian khusunya (khusus peserta)?
Jawab:
Sabtu ketiga (PKK)
Tanya:
Bagaimana hubungan silaturahmi antara ibu dengan peserta lainnya?
Jawab:
Baik. Setiap ada pertemuan komunikasi berjalan lancar.
Tanya:
Setelah diadakan pelatihan membuat kue kering apa keterampilan ibu meningkat?
Jawab:
Iya. Tadinya gak bisa buat kue sekarang bisa. Kalau lebaran sekarang buat kue sendiri.
Tanya:
Seperti apa?
Jawab:
Membuat kue basah dan kering. Seperti bolu kukus, lapis pelangi, sus basah. Kue nastar, keju dan putrid salju.
Tanya:
Bagaimana kondisi ekonomi keluarga ibu saat ini?
Jawab:
Lumayan.
Tanya:
Apakah kondisi ekonomi keluarga ibu ada perubahan setelah mengikuti pelatihan membuat kue kering?
Jawab:
Iya. Bias menambah pengahsilan keluarga. Bias sekolahin anak, walalupun sampai lulus SMA
Tanya:
Apa usaha ibu sekarang?
Jawab:
Buka wariung kecil-kecilan
23
Tanya:
Apa ibu dapat membuka usaha dengan hasil keterampilan yang ia peroleh dalam pelatihan membuat kue kering ini?
Jawab:
Iya. Saya pernah masukin kue-kue saya ke kantor-kantor
Tanya:
Apakah ibu menularkan kemampuan ibu dalam membuat kue kering kepada keluarga lain atau tetangga?
Jawab:
Iya. Ilmu kan mesti dibagi-bagi dengan cara dipraktekkan.