6
2 TINJAUAN PUSTAKA Pemasaran Karet Rakyat Pemasaran atau tataniaga merupakan aktivitas atau kegiatan dalam mengalirkan produk mulai dari petani sampai ke konsumen akhir.Sistem pemasaran merupakan suatu kegiatan yang produktif, sangat kompleks, sesuai dengan ketetapan, dan menimbulkan biaya (Downey et al, 1981). Efisiensi suatu sistem pemasaran sangat diperlukan bagi kesejahteraan lembaga pemasaran yang terkait didalamnya. Permasalahan utama yang sering dihadapi dalam kegiatan pemasaran karet adalah harga di tingkat petani yang rendah meskipun harga di pasar domestik dan pasar internasional cukup tinggi selain itu posisi tawar petani yang lemah terkait dengan informasi yang diterima dan pengetahuan petani tersebut. Beberapa studi yang dilakukan memperlihatkan bahwa pemasaran karet belum dapat diatasi dengan baik. Limbong (1993) mengemukakan bahwa pemasaran karet sangat erat kaitannya dengan keterampilan petani yang rendah, penanganan pasca panen, pengetahuan tentang kualitas dan standarisasi, dan informasi pasar. Beragam pola pemasaran tidak saja dipengaruhi oleh faktorfaktor ekonomi, tetapi juga faktor-faktor non-ekonomi. Studi terhadap pemasaran karet pada perkebunan karet rakyat di Kabupaten Rokan Hilir dilakukan oleh Hutabarat (2007) menemukan empat macam saluran pemasaran yang dilalui oleh petani. Analisis terhadap data yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin panjang saluran pemasaran maka margin pemasaran semakin besar dan saluran pemasaran semakin tidak efisien. Permasalahan utama yang sering dihadapi petani adalah tingkat harga yang masih rendah meskipun harga di pasar domestik dan pasar internasional sudah cukup tinggi. Petani umumnya kurang memperhatikan kualitas karet dan kurang mendapatkan akses terhadap informasi pasar yaitu harga jual karet setiap harinya. Kondisi tersebut menyebabkan rendahnya pendapatan petani yang pada akhirnya berakibat bagi kesejahteraan petani dan kondisi perekonomian wilayah tersebut. Napitupulu (2007) meneliti tentang pemasaran karet rakyat dalam bentuk bokar di Provinsi Jambi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa rendahnya farmer share disebabkan oleh panjangnya rantai pemasaran, besarnya margin pemasaran, tidak adanya standar harga yang jelas di tingkat petani, kurangnya insentif harga yang diterima petani dengan kualitas bokar yang baik, dan perilaku petani pada panen dan penanganan pasca panen yang cenderung menghasilkan bokar kualitas rendah. Suatu sistem pemasaran karet yang efisien dapat dilihat dari berbagai aspek, terutama margin pemasaran dan farmer share. Penelitian yang dilakukan oleh Tarmizi (2009) tentang efisiensi saluran pemasaran bokar di Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi mengungkapkan bahwa petani lebih memilih menjual karetnya ke pasar lelang, hal ini dikarenakan tidak adanya potongan penjualan seperti yang terjadi pada pedagang desa, sehingga penerimaan petani menjadi lebih tinggi dibandingkan jika menjual ke pedagang desa. Pada saluran pemasaran KUD/ pasar lelang, harga yang diterima petani lebih tinggi dibandingkan dengan menjual karet ke pedagang desa.Keuntungan bersih peserta lelang lebih besar Rp. 300/kg karet kering sedangkan keuntungan bersih yang diterima pedagang desa lebih kecil Rp. 150/kg karet kering.
7 Penelitian oleh Yuprin (2009) menemukan bahwa lembaga pemasaran karet rakyat ditingkat desa cenderung terkonsentrasi serta terdapat hambatan masuk bagi lembaga pemasaran lain. Hambatan bagi lembaga pemasaran lain masuk pasar antara lain disebabkan: (1) petani dan pedagang desa memiliki hubungan dalam bentuk langganan dan terikat karena petani sebelumnya telah berhutang dengan pedagang, baik dalam bentuk barang maupun uang; (2) pedagang tingkat bawah juga memiliki hubungan dalam bentuk pinjaman modal (berupa uang maupun barang) tanpa bunga, melainkan hanya jaminan kepercayaan, dalam hal ini tidak mudah memberikan kepercayaan kepada pedagang baru yang belum dikenalnya. Hambatan kedua seperti yang telah diuraikan di atas, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nazari (1996) bahwa faktor penghambat pedagang karet lain untuk masuk pasar adalah kesulitan permodalan, keterkaitan pedagang tingkat bawah dengan pedagang tingkat atas, kurangnya pengetahuan mengenai pasar, dan persaingan tidak sehat antar pedagang. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Giroh et al. (2010) dalam pasar karet alam di Nigeria yang menunjukkan bahwa adanya dominasi pelaku pemasaran yang menentukan harga dan petani cenderung sebagai penerima harga (price taker). Kondisi tersebut menyebabkan rendahnya farmer share yang diterima petani karet. Fluktuasi harga karet ditingkat petani tidak terlepas dari pengaruh fluktuasi harga karet di pasar dunia. Fluktuasi harga tersebut juga disebabkan oleh kondisi permintaan bahan baku oleh negara produsen produk berbasis karet. Kondisi ini menurut Allen et al. (1987) menyebabkan negara produsen sangat bergantung pada kondisi pasar produk hilir yang dihasilkan oleh negara konsumen. Pemasaran karet di Indonesia seharusnya lebih dikembangkan mengingat potensi yang diperoleh dari komoditas karet sangat besar di Indonesia. Harga karet alam yang relatif tinggi saat ini harus dijadikan momentum bagi Indonesia, untuk mendorong percepatan peremajaan karet yang kurang produktif dengan menggunakan klon-klon unggul dan perbaikan teknologi budidaya lainnya. Pengembangan agribisnis karet di Indonesia menurut Anwar (2006) perlu dilakukan dengan cermat dengan melalui perencanaan dan persiapan yang matang, antara lain dengan penyedian kredit peremajaan yang layak untuk karet rakyat, penyedian bahan tanam karet klon unggul dengan persiapan 1-1.5 tahun sebelumnya, pola kemitraan peremajaan, aspek produksi, pengolahan dan pemasaran dengan perkebunan besar negara atau swasta. Pada tingkat kebijakan nasional perlu adanya lembaga yang membantu pengembangan industri karet di Indonesia dalam semua aspek, mulai dari penggunaan bibit unggul, produksi, pengolahan bahan baku, industri produk karet, serta pemasaran karet.
Analisis Sistem Pemasaran dengan Pendekatan Structure, Conduct, Performance (SCP) Sistem pemasaran gula tebu (cane sugar) diteliti oleh Rosiana (2012) dengan pendekatan struktur, perilaku dan kinerja. Hasil analisis menunjukkan bahwa analisis struktur pasar (market structure) industri gula di Provinsi Lampung yang terbentuk memiliki nilai pangsa pasar sebesar 86.40 persen didominasi perusahaan swasta. Pasar gula di Provinsi Lampung menghadapi pasar
8 yang terkonsentrasi dengan tingkat persaingan yang kecil.Struktur pasar industri gula di Provinsi Lampung cenderung oligopoli. Struktur pasar yang terbentuk akan berpengaruh pada perilaku pasar (market conduct) gula tebu PTPN VII UU BUMA. Kegiatan pembelian gula milik petani yang dilakukan cenderung menimbulkan kolusi oleh pedagang besar yang menyebabkan penentuan harga gula petani didominasi pihak tersebut. Hasil analisis kinerja pasar (market performance) gula tebu menunjukkan semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat maka margin pemasaran semakin tinggi. Hal ini menyebabkan farmer share yang diterima semakin rendah. Penelitian analisis pemasaran dilakukan oleh Yuprin (2009) yaitu pemasaran karet di Kabupaten Kapuas. Penelitian ini menggunakan konsep struktur, perilaku dan kinerja pasar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) saluran pemasaran karet terdiri dari enam macam dan dapat diidentifikasi satu macam saluran terbaik, yaitu petani–pedagang kecamatan–eksportir. Petani sebagian besar memasarkan karet melalui saluran pemasaran yang dikategorikan sedang, yaitu petani–pedagang desa–pedagang Kabupaten–eksportir (2) struktur pasar di tingkat desa, kecamatan, dan Kabupaten bersifat oligopsoni konsentrasi sedang yang menunjukkan bahwa pedagang memiliki tingkat kekuasaan yang sedang dalam mempengaruhi pasar. Struktur pasar di tingkat eksportir adalah monopsoni yang menunjukkan adanya kekuasaan tunggal eksportir dalam mempengaruhi pasar; (3) perilaku pasar ditunjukkan dengan tidak sempurnanya keterpaduan harga karet pada pasar yang satu dengan harga karet pada pasar yang lain, baik secara horisontal maupun vertikal; dan (4) penampilan pasar ditunjukkan dengan margin pemasaran yang relatif besar dan didominasi oleh share keuntungan yang besar dan tidak merata. Fadla (2008) menganalisis integrasi pasar dalam mengukur efisiensi pemasaran komoditas beras, kacang tanah kupas, dan kedelai kuning di Provinsi NAD (Nangroe Aceh Darussalam). Dengan menggunakan model ekonometrika dalam analisis integrasi pasar secara horizontal, vertikal, jangka pendek dan jangka panjang, serta dari hasil analisis SCP, Hasil analisis dengan pendekatan SCP menunjukkan terjadinya inefisiensi dalam sistem pemasaran komoditas pangan (beras, kacang tanah, dan kedelai kuning) hal ini disebabkan juga faktor sosial politik yang tidak kondusif di Provinsi yang sangat mempengaruhi keadaan pasar dan perekonomian masyarakat. Hasil analisis elastisitas transmisi harga menunjukan rata-rata koefisien elastisitas harga tergolong dalam kategori yang elastis.Artinya di daerah penelitian, perubahan harga di tingkat pasar konsumen selalu diikuti dengan perubahan harga di tingkat pasar produsen yang lebih besar, dimana pasar produsen lebih berperan dari pada pasar konsumen dalam mengendalikan harga. Hal ini menunjukkan proporsi keuntungan yang lebih besar diperoleh pedagang di pasar tingkat produsen. Analisis integrasi pasar dan efisiensi pemasaran dengan pendekatan SCP belum memberikan hasil yang memuaskan, dikarenakan penelitian hanya menggunakan data sekunder. Analisis sistem pemasaran komoditas rumput laut di Provinsi Sulawesi Selatan dilakukan oleh Hidayati (2009). Penelitian menunjukkan bahwa struktur pasar rumput laut di tingkat pedagang pengumpul, pedagang besar yang berada di lokasi ibukota kabupaten dan eksportir yang berada di ibukota provinsi dan bersifat oligopsoni (banyak penjual sedikit pembeli). Antara pedagang pengumpul dengan nelayan memiliki kesepakatan yang tidak tertulis yaitu pedagang besar
9 tidak diizinkan untuk melakukan pembelian langsung ke nelayan agar tidak terjadi permainan harga. Komponen pembentukan lembaga penunjang tersebut terdiri dari pengaturan pasar, informasi pasar, penyuluhan dan pelatihan serta sumber dana. Saat ini, komponen terseebut belum dikelola dengan baik sehingga kinerja lembaga penunjang belum optimal. Penerapan konsep struktur, perilaku dan kinerja dalam pemasaran juga digunakan oleh Wahyuningsih (2013) yang meneliti sistem pemasaran rumput laut di Kepulauan Tanekke Kabupaten Takkalar Provinsi Sulawesi Selatan. Berdasarkan hasil analisis empat pedagang pengumpul terbesar di Kepulauan Tanekke, diperoleh nilai CR4 yang cukup tinggi yaitu 52 persen. Artinya struktur pasar rumput laut didominasi oleh empat pedagang pengumpul terbesar di Kepulauan Tanekke. Maka pasar rumput laut di Kepulauan Tanekke bersifat oligopsoni. Berdasarkan hasil analisis nilai MES pada tingkat pedagang pengumpul sebesar 26.04 persen. Hal ini menunjukkan bahwa hambatan masuk pasar rumput laut di di Kepulauan Tanekke cukup besar, sehingga tidak mudah bagi pedagang pengumpul baru untuk masuk ke dalam pasar tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat empat macam saluran pemasaran. Hasil analisis integrasi pasar menunjukkan bahwa dalam jangka pendek integrasi yang terjadi antara petani dan pedagang pengumpul bersifat lemah, namun pada jangka panjang integrasi yang terjadi antara petani dan pedagang pengumpul terjadi integrasi yang kuat. Sejalan dengan penelitian Putri (2013) bahwa pendekatan SCP pada pemasaran kopi arabika gayo telah menunjukkan bahwa pola pergerakan harga kopi ditingkat petani tidak megikuti pergerakan kopi ditingkat eksportir. Kondisi ini menggambarkan bahwa sistem pemasaran kopi arabika gayo di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah belum efisien. Hal ini ditujukkan dengan struktur pasar yang bersifat olipopsoni, besarmya ketergantungan petani dengan kolektor disebabkan keterbatasan petani dalam akses permodalan, informasi pasar dam alternatif saluran pemasaran. Analisis integrasi pasar menunjukkan bahaw pasar kopi di tingkat petani tidak terintegrasi dengan pasar kopi arabika gayo ditingkat kolektor, koperasi dan eksportir. Hal ini menunjukkan bahwa dalam jangka pendek maupun jangka panjang petani cenderung sebagai penerima harga.
3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Konseptual Konsep Pemasaran Pemasaran produk pertanian menurut Kohl dan Uhl (2002), merupakan keragaan dari semua aktivitas bisnis dalam aliran barang atau jasa komoditas pertanian mulai dari titik produksi (petani) sampai ke tangan konsumen. Limbong dan Sitorus (1987) menyatakan bahwa pemasaran mencakup segala aktivitas yang diperlukan dalam pemindahan hak milik yang menyelenggarakan saluran fisiknya termasuk jasa-jasa dan fungsi-fungsi dalam menjalankan distribusi barang dari produsen sampai ke konsumen termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan-perubahan bentuk dari barang yang ditujukan
10 untuk mempermudah penyaluran dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumen. Pemasaran merupakan aktivitas perpindahan barang dan jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen. Hal ini sejalan dengan Dahl dan Hammond (1977) yang mendefinisikan pemasaran sebagai rangkaian urutan fungsi-fungsi yang dilakukan ketika produk bergerak dari titik produksi sampai ke konsumen akhir. Menurut Downey et al (1981) pemasaran merupakan proses aliran produk dari produsen ke konsumen akhir. Kompleksitas saluran pemasaran tergantung pada masing-masing komoditas. Pemasaran melibatkan banyak perbedaan aktivitas yang dapat memberikan nilai tambah terhadap suatu produk sebagai perubahan melalui suatu sistem. Dengan kata lain pemasaran merupakan serangkaian fungsi yang diperlukan untuk menggerakkan produksi mulai dari produsen utama hingga sampai ke konsumen akhir. Lamb et al (2001) menyatakan pemasaran dari segi ekonomi merupakan tindakan atau kegiatan produktif yang menghasilkan pembentukan kegunaan yaitu kegunaan waktu, bentuk, tempat, dan kepemilikan. Kotler (1993) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses sosial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran produk-produk yang bernilai. Pemasaran ditinjau dari dua perspektif yaitu perspektif makro dan mikro (Schaffner, et.al dalam Asmarantaka, 2009). Perspektif makro menganalisis sistem pemasaran setelah dari petani yaitu fungsifungsi pemasaran untuk menyampaikan produk/jasa yang berhubungan dengan nilai guna, waktu, bentuk, dan tempat, dan kepemilikan kepada konsumen serta kelembagaan yang terlibat dalam sistem pemasaran. Perspektif mikro menekankan pada aspek manajemen dimana perusahaan secara individu, pada setiap tahapan pemasaran dalam mencari keuntungan. Menurut Solomon, et al. (2006), basis gagasan pemasaran adalah berangkat dari upaya untuk mengirimkan values (nilai-nilai) kepada setiap orang yang mampu dipengaruhi dalam sebuah transaksi. Sedangkan Levens (2010) pemasaran adalah sebuah fungsi organisasi dan kumpulan sebuah proses yang dirancang dalam rangka untuk merencanakan, menciptakan, mengkomunikasikan, dan mengantarkan nilai-nilai (values) kepada pelanggan dan untuk membangun hubungan yang efektif dengan pelanggan dengan adanya benefit yang dirasakan oleh organisasi dan para stakeholdernya. Tujuan dari pemasaran yaitu agar barang dan jasa yang dihasilkan oleh petani maupun perusahaan sebagai produsen sampai ke konsumen.Kegiatan yang dilakukan agar barang dan jasa dapat berpindah dari sektor produksi ke sektor konsumsi disebut sebagai fungsi pemasaran. Kohl dan Uhl (2002) mendefinisikan pasar sebagai suatu arena untuk mengatur dan menfasilitasi aktivitas bisnis serta untuk menjawab pertanyaanpertanyaan dasar ekonomi mengenai: produk apa yang dihasilkan, berapa banyak produksi, bagaimana cara memproduksi, dan bagaimana produk didistribusikan. Sedangkan menurut Dahl and Hammond (1977), secara garis besar pasar merupakan sejumlah lingkungan atau tempat dimana, (1) kekuatan permintaan dan penawaran saling bertemu, (2) terbentuk harga serta perubahan harga terjadi, (3) terjadinya perpindahan kepemilikan sejumlah barang dan jasa dan, (4) beberapa susunan fisik dan institusi dibuktikan. Terdapat beberapa pendekatan untuk menganalisis sistem pemasaran Kohl dan Uhl (2002), yaitu: (1) Pendekatan serba fungsi, adalah pendekatan yang mempelajari jenis usaha yang dilakukan
11 oleh pelaku pemasaran yang terlibat dalam pemasaran, bagaimana cara melakukan kegiatan pemasaran, mengapa dilakukan, dan siapa pelaku pemasaran yang terlibat. (2) Pendekatan serba lembaga, adalah pendekatan yang mempelajari berbagai macam lembaga pemasaran yang melakukan tugas pemasaran, bagaimana tugas tersebut dilakukan, dan barang apa yang dikendalikan. (3) Pendekatan serba barang adalah pendekatan yang mempelajari berbagai barang yang dipasarkan dan sumber barang. Menurut Abbott dan Makeham (1990) bahwa terdapat beberapa hal yang dapat menunjang keberhasilan suatu proses pemasaran yaitu (1) Pengaturan pasar. Pemasaran dapat berjalan dengan baik apabia ada kekuatan legal yang memaksa dalam perjanjian dan adanya perlindungan yang melawan praktek kecurangan. (2) Informasi pasar. Informasi sangat diperlukan bagi produsen, pedagang dan konsumen untuk terjadinya efisiensi dalam mekanisme pasar. (3) Penelitian pasar. Membangun dan meningkatkan pemasaran sangat diperlukan penelitian pasar, karena penelitian pasar dapat mengarahkan invesatasi dan kebijakan pemasaran serta menurunkan biaya sehingga meningkatkan efisiensi. (4) Penyuluhan dan pelatihan. Bertujuan untuk meningkatkan kinerja lembaga pemasaran sehingga proses pemasaran lebih terorganisir sehingga akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas pada sistem pemasaran tersebut. (5) Promosi produk. Konsep Saluran Pemasaran Menurut Kotler (1993) saluran pemasaran adalah suatu rangkaian dari lembaga-lembaga yang saling memiliki ketergantungan satu sama lain dalam sebuah proses agar menciptakan produk barang atau jasa yang siap digunakan oleh konsumen. Dalam saluran pemasaran terjadi suatu proses pemindahan barang dan jasa yang berasal dari produsen hingga ke konsumen. Proses tersebut meniadakan terjadinya kesenjangan yang ada di antara produsen dan konsumen, yaitu waktu, tempat dan kepemilikan. Sampainya produk ke tangan konsumen dapat berupa saluran pemasaran yang panjang atau pun pendek, hal ini tergantung kebijakan pada perusahaan atau pihak yang akan menyalurkan produk tersebut. Rantai distribusi atau saluran pemasaran dapat digolongkan atas dua tipe yaitu saluran pemasaran langsung dan saluran pemasaran tidak langsung. Saluran pemasaran langsung yaitu produk disalurkan dari tangan produsen langsung ke tangan konsumen tanpa melalui perantara. Sedangkan saluran pemasaran tidak langsung yaitu penyampaian produk dari produsen ke tangan konsumen melalui perantara. Perantara merupakan individu atau kelompok yang membeli suatu produk kemudian menjualnya kembali kepada perantara lain ataupun konsumen. Lembaga pemasaran merupakan pihak-pihak yang terlibat dalam proses penyaluran barang dari produsen hingga konsumen. Menurut Rahim dan Hastuti (2007) lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditas dari produsen kepada konsumen akhir, serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Munculnya lembaga pemasaran disebabkan oleh adanya keinginan konsumen untuk memiliki barang atau produk sesuai dengan waktu, tempat, dan bentuk tertentu. Lembaga pemasaran memiliki tugas yaitu melakukan fungsi-fungsi pemasaran serta mengupayakan agar keinginan konsumen dapat terpenuhi semaksimal mungkin. Margin merupakan balas jasa yang diberikan oleh
12 konsumen kepada lembaga pemasaran atas keinginannya yang telah dipenuhi oleh lembaga pemasaran. Saluran pemasaran adalah rute yang dilalui oleh produk pertanian ketika produk bergerak dari farm gate yaitu petani produsen ke pengguna atau pemakai terakhir. Produk pertanian yang berbeda akan mengikuti saluran pemasaran yang berbeda pula. Umumnya saluran pemasaran terdiri atas sejumlah lembaga pemasaran dan pelaku pendukung. Mereka secara bersama-sama megirimkan dan memindahkan hak kepemilikan atas produk dari tempat produksi hingga ke penjual terakhir Swastha (2005) mendefinisikan saluaran pemasaran sebagai sekelompok pedagang dan agen perusahaan yang mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu. Konsep Efisiensi Pemasaran Efisiensi pemasaran menurut Soekartawi (2002) merupakan nisbah antara total biaya dengan total nilai produk yang dipasarkan. Faktor yang menjadi ukuran efisiensi pemasaran yaitu keuntungan pemasaran, harga yang diterima petani, tersedianya fasilitas fisik pemasaran, dan kompetisi pasar. Efisiensi pemasaran dapat dilakukan dengan beberapa pengukuran, yaitu: (1) efisiensi operasional dan (2) efisiensi harga. Efisiensi operasional berhubungan dengan pelaksanaan aktivitas pemasaran yang dapat meningkatkan atau memaksimumkan rasio outputinput pemasaran. Analisis yang digunakan dalam kajian efisiensi operasional adalah margin pemasaran dan farmer share. Sedangkan efisensi harga menekankan pada kepada kemampuan sistem pemasaran dalam mengalokasikan sumberdaya dan mengkoordinasikan seluruh produksi pertanian dan pemasaran sehingga efisien yang sesuai dengan keinginan konsumen. Efisiensi harga dapat tercapai apabila pihak-pihak yang terlibat dalam pemasaran responsif terhadap harga yang berlaku. Menurut Soekartawi (2002) bila keuntungan yang diperoleh sebagai akibat pengaruh harga maka dapat dikatakan bahwa pengalokasian faktor produksi memenuhi efisiensi harga. Efisiensi pemasaran tercipta ketika pihak-pihak yang terlibat baik produsen, lembaga-lembaga pemasaran maupun konsumen memperoleh kepuasan (Limbong dan Sitorus 1987). Apabila terjadi suatu perubahan yang menyebabkan biaya input untuk menghasilkan suatu barang dan atau jasa meningkat dengan tidak mengurangi kepuasan konsumen dikatakan sebagai peningkatan efisiensi. Sedangkan jika terjadi perubahan yang menyebabkan adanya penurunan biaya input tetapi tidak mempertahankan atau tidak diikuti dengan peningkatan kepuasan konsumen maka dikatakan terjadi penurunan efisiensi. Hobbs (1997) pilihan saluran pemasaran ditentukan oleh biaya transaksi. Biaya pemasaran yang tinggi akan membuat sistem pemasaran menjadi tidak efisien (Kohls dan Uhl 2002). Pasar yang tidak efisien disebabkan oleh tingginya biaya pemasaran dibandingkan dengan nilai produk yang dijual (Soekartawi 2002). Downey dan Steven dalam Rahim dan Hastuti (2008) menyatakan efisiensi pemasaran merupakan peningkatan rasio output-input yang dapat dicapai dengan cara, yaitu; (1) output konstan dan input mengecil (2) peningkatan output dan input konstan (3) peningkatan output yang jumlahnya lebih tinggi dari pada peningkatan input (4) penurunan input yang lebih rendah dibandingkan penurunan
13 input. Ukuran tingkat kepuasan konsumen relatif dan sangat sulit ditentukan terhadap masing-masing konsumen, namun kepuasan konsumen, produsen serta semua lembaga-lembaga yang terlibat dalam kegiatan penyaluran barang dari petani hingga kepada konsumen akhir merupakan ukuran efisiensi suatu pemasaran (Kohl dan Uhl 2002). Pengurangan biaya dalam kegiatan pemasaran tanpa mengubah nilai kegunaan produk dapat meningkatkan efisiensi pemasaran dapat dilakukan dengan meningkatkan nilai kegunaan produk dariproses pemasaran tanpa meningkatkan biaya pemasaran akan menghasilkan peningkatan efisiensi pemasaran. Secara makro efisiensi pemasaran dianalisis dengan menggunakan pendekatan S-C-P (Structure-Conduct-Performance). Pendekatan S-C-P diawali dengan menganalisis kondisi dasar pasar yaitu keadaan sosial dan politik, elastisitas teknologi dan harga input. Analisis struktur pasar dilakukan dengan mengidentifikasi konsentrasi pasar, ukuran distribusi, jumlah lembaga pemasaran, hambatan masuk, integrasi vertikal, struktur biaya, diferensiasi produk dan sebagainya. Perilaku pasar mengidentifikasi keadaan harga, keadaan produk, kebijakan keuangan, inovasi, promosi, dan sebagainya. Sedangkan keragaan pasar menganalisis profitabilitas, tingkat pertumbuhan, kemuhtahiran teknologi, dan sebagainya. Konsep SCP (Structure, Conduct, Performance) Paradigma SCP pada awalnya merupakan salah satu pendekatan untuk mengkaji pembentukan organisasi industri. Carlton dan Perlof (2000) mengemukakan bahwa dalam perkembangannya kerangka SCP telah menjadi karengka umum pendekatan kajian organisasi industri. Pendekatan SCP pertama kali diperkenalkan oleh Edward S. Mason dan di kembangkan oleh Joe S. Bain dari Harvard Universitty pada tahun 1940 dalam buku “Industrial Organization” (Purcell 1979). Model mikroekonomi digunakan untuk menjelaskan berbagai interaksi yang kompleks antar komponen dalam kerangka SCP. Pendekatan SCP dikenal dengan pendekatan strukturalis mempunyai postulat bahwa kinerja (P) selalu linear dengan perilaku (C) perusahaan yang berada pada suatu industri dan perilaku kemudian ditentukan oleh struktur pasar (S) dimana perusahaan itu berada. Namun dalam perkembangannya, pendekatan ini kemudian mengalami evolusi, dimana suatu waktu berada pada sistem dimana S (structure) dan C (conduct) adalah penentu dari P (performance) kemudian sebaliknya. Konsep analisis pemasaran dengan struktur, perilaku dan kinerja pasar mulanya dikembangkan di Amerika Serikat yang digunakan untuk menganalisis organisasi pasar barang industri. Kemudian konsep ini banyak digunakan dalam bidang pertanian. Konsep ini dianggap lebih lengkap dari pada konsep studi pemasaran sebelumnya karena dapat menganalisis suatu sistem pemasaran baik itu untuk barang industri mapun digunakan untuk produk pertanian. Apalagi produk pertanian tersebut menyerupai produk industri (Melania 2007). Paradigma SCP dicetuskan oleh Mason tahun 1939 yang mengemukakan bahwa struktur suatu industri akan menentukan bagaimana pelaku industri berperilaku, yang pada akhirnya menentukan keragaan atau kinerjaindustri tersebut. Philips dalam Asmarantaka (2009) mengajukan konsep yang bersifat dinamis, keterkaitan hubungan dua arah yang bersifat timbal balik dan sifat hubungan endogenous diantara variabel-variabel SCP serta memperhitungkan
14 waktu. Pendekatannya menunjukkan bahwa struktur (S), perilaku (C), dan performance (P) dalam suatu waktu berada pada sistem dimana S dan C adalah faktor penentu dari P, dilain waktu S dan C ditentukan oleh P. Melalui pendekatan SCP dimana tipe perbedaan dari pasar digolongkan dalam kelompok market structure. Praktik bisnis yang dilakukan dikelompokkan dalam market conduct, sedangkan pengaruh terhadap harga dan output digolongkan dalam market performance. Hal ini menunjukkan suatu sistem dinamis yang mengembangkan respon penyesuaian dari perusahaan terhadap kondisi pasar dan keadaan yang memungkinkan. Wardiyati dalam Sri (2004) mengemukakan bahwa terdapat beberapa indikator dalam menentukan efisiensi pemasaran dengan pendekatan SCP. Indikator dalam struktur pasar seperti jumlah pedagang, hambatan masuk, ada tidaknya kolusi pasar, dan konsentrasi pasar. Sedangkan indikator dari analisis perilaku pasar yaitu penentuan dan pembentukan harga. Analisis kinerja pasar yang menjadi indikator yaitu share produsen, distribusi margin, integrasi pasar, dan elastisitas transmisi harga. Indikator pada analisis pemasaran dengan pendekatan SCP (struktur, perilaku dan kinerja) terlihat pada Tabel 2. Tabel 2 Indikator dan analisis pemasaran SCP Analisis
Indikator
Jumlah pedagang Struktur pasar Hambatan masuk pasar Konsentrasi pasar Perilaku pasar
Kinerja Pasar
Praktek kolusi Penentuan harga Pembentukan harga Share produsen Distribusi margin Integrasi pasar Elastisitas transmisi harga
Efisien Banyak Mudah Menyebar Tidak ada Ditentukan banyak orang Standarisasi Besar Adil Terintegrasi Elastis
Kriteria Tidak Efisien Sedikit Sulit Terkonsentrasi Ada Ditentukan Satu/sedikit orang Tidak normal Kecil Tidak adil Tidak terintegrasi Tidak elastis
Sumber: Kohl dan Uhl (2002)
Menurut Baye (2010), paradigma SCP terdiri atas tiga aspek analisis yang saling berhubungan. Identifikasi market structure terdiri dari berapa jumlah perusahaan yang bersaing dalam pasar, penggunaan teknologi, konsentrasi pasar, kondisi pasar, dan hambatan keluar masuk pasar. Sedangkan market conduct merupakan bentuk perilaku pasar terhadap struktur pasar yang terjadi. Adapun indikatornya yaitu proses penentuan harga, kegiatan integrasi dan merger, penentuan perlklanan, dan penentuan keputusan untuk research and development. Sedangkan market performance merupakan keuntungan dan social welfare yang akan diterima industri dalam suatu pasar sebagai efek dari terbentuknya suatu struktur, perilaku, dan kinerja pasar. Pada gambar 2 terlihat bahwa paradigma SCP yang dibangun berdasarkan aspek analisis yang saling berhubungan (Waldman dan Jensen 2007). Tanda panah menunjukkan basic market condition yang dipengaruhi oleh kondisi
15 penrmintaan dan penawaran yang akan menentukan struktur pasar yang terjadi. Struktur pasar (market structure) menunjukkan perilaku pasar (market conduct) dan perilaku pasar akan menunjukkan kinerja pasar (market performace). Sedangkan kebijakan pemerintah dalam pasar persaingan tidak sempurna dapat mempengaruhi struktur, perilaku dan kinerja pasar. Soekartawi (2002) menjelaskan dalam meningkatkan efisiensi pemasaran dan memperhatikan welfare society, pendekatan SCP merupakan pendekatan yang dapat digunakan untuk mengurangi tidak efisiennya suatu pemasaran. KONDISI PASAR Kondisi permintaan dan penawaran
Struktur pasar Jumlah penjual dan pembeli Diferensiasi produk Hambatan keluar dan masuk pasar Konsentrasi pasar Teknologi
Perilaku pasar Strategi produk dan penetapan harga Iklan dan investasi bangunan Kolusi dan merjer Penelitian dan pengembangan
Pemerintah
Kinerja pasar Efisiensi alokasi dan teknis Efisiensi, tingkat teknologi Kualitas dan pelayanan Ekuitas Gambar 2 The structure-conduct-performance paradigm Sumber : Manson (1940) dalam Waldman dan Jensen (2007)
Struktur pasar yang tercipta dalam suatu pasar akan menentukan bagaimana pelaku industri berperilaku. Akibat dari terbentuknya suatu struktur dan perilaku pasar yaitu adanya penilaian terhadap suatu sistem pemasaran yang disebut sebagai kinerja pasar. Jika struktur pasar yang terjadi adalah pasar
16 persaingan sempurna yang dicirikan dengan banyaknya jumlah pedagang, barang relatif homogen, mudah untuk keluar masuk pasar, dan konsentrasi pasar tidak terletak pada satu orang, maka perilaku pasar yang terjadi adalah akan mencerminkan struktur pasar yang berlaku. Adanya perbedaan harga di tingkat produsen dan konsumen akan menentukan seberapa besar margin pemasaran, farmer share, dan integrasi pasar yang merupakan indikator dari kinerja pasar. Struktur Pasar (Market structure) Struktur pasar merupakan deskripsi jumlah pelaku dalam suatu pasar. Struktur pasar merupakan karakteristrik pasar yang merujuk pada jumlah dan distribusi perusahaan dalam suatu pasar. Struktur pasar merupakan elemen strategis yang relatif permanen dari lingkungan perusahaan yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perilaku dan kinerja di dalam pasar. Struktur pasar adalah bahasan penting untuk mengetahui perilaku dan kinerja industri. Struktur pasar (market structure) dapat diartikan sebagai karakteristik dari produk maupun institusi yang terlibat pada pasar tersebut yang merupakan suatu resultan atau saling mempengaruhi perilaku dan keragaan pasar. Dalam struktur pasar, terdapat kekuatan yang dimiliki industri (Cramer et al. 2001). Struktur pasar merupakan tipe atau jenis pasar yang didefinisikan sebagai hubungan antara pembeli (calon pembeli) dan penjual (calon penjual) yang secara strategi mempengaruhi penentuan harga dan pengorganisasian pasar. Beberapa ukuran melihat struktur pasar (Mc Kie 1970) adalah: 1. Market concentration (konsentrasi pasar). Market concentration diukur berdasarkan persentase dari penjualan/asset/pangsa pasar. 2. Exit-Entry (kebebasan keluar masuk calon penjual). Exit-Entry yaitu perusahaan yang besar mempunyai kelebihan dalam menentukan control harga, dalam rangka mempertahankan konsentrasinya di dalam pasar. 3. Product differentiation (diferensiasi produk). Pada perusahaan yang mempunyai konsentrasi pasar yang tinggi mempunyai kelebihan menentukan product differentiation untuk usaha meningkatkan keuntungannya. Usaha ini dilakukan dengan jalan mengubah kurva permintaan yang elastis menjadi tidak elastis, artinya dengan sejumlah produk tertentu dia akan menerima harga yang lebih tinggi. Dengan kata lain produsen berusaja agar konsumen lebih loyal tehadap produk tersebut. Kemampuan beberapa individu maupun perusahaan untuk mempengaruhi pihak lain dalam mengambil keputusan digambarkan pada Economic power. Hal ini dapat diartikan sebagai seperangkat pilihan perilaku yang terbatas, dimana makin sedikit batasan maka economic power yang tercipta akan semakin besar. market power merupakan kemampuan untuk mempengaruhi harga pasaratau mematikan pesaing.Perusahaan memiliki kemampuan tersebut tetapi belum tentu dipergunakan. Kemampuan tersebut baru akan digunakan apabila pesaing dianggap telah merugikan perusahaan secara signifikan sehingga diperlukan langkah-langkah untuk dapat mempertahankan perusahaan. Kemampuan ini dipengaruhi oleh struktur pasar yang nantinya akan mempengaruhi besaran permintaan dan penawaran didalam pasar. Baye (2010) membagi aturan persaingan ke dalam lima faktor kekuatan, di dalam industri yang menghasilkan produk maupun jasa, yaitu: masuknya pesaing baru, ancaman dari produk pengganti (substitusi), kekuatan tawar menawar
17 pembeli, kekuatan daya tawar penyedia input atau sumberdaya, dan persaingan di antara pesaing-pesaing yang ada. Pasar Persaingan Sempurna (PPS) adalah kondisi pasar ideal dan kompetitif yang berjalan dengan efektif dan efisien dengan beberapa asumsi yang harus terpenuhi yaitu: (1) ada sangat banyak penjual dan pembeli di pasar, (2) tidak ada pelaku pasar yang dominan yang dapat mempengaruhi pesaingnya di pasar, (3) penjual dan pembeli hanya price taker serta tidak ada persaingan di luar harga, (4) tidak ada hambatan untuk masuk/keluar pasar dan (5) jenis produk homogen dan identik, serta (6) semua partisipan pasar mempunyai cukup informasi dan pengetahuan tentang produk dan harga. Menurut Dahl dan Hammond (1977) pasar bersaing tidak sempurna dapatdilihat dari dua sisi yaitu sisi pembeli dan sisi penjual. Sisi pembeli terdiri daripasar monopoli, oligopsoni, dan sebagainya. Dari sisi penjual terdiri dari pasarpersaingan monopolistik, pasar monopoli, oligopoli, duopoli dan sebagainya. Perilaku Pasar (Market Conduct) Perilaku pasar merupakan tingkah laku lembaga pemasaran dalam struktur pasar tertentu yang dihadapinya, yang meliputi kegiatan pembelian dan penjualan, penentuan harga, dan siasat pemasaran seperti potongan harga (Kohls dan Uhl 2002). Perilaku pasar mencerminkan perilaku yang dilakukan oleh perusahaan yang berkaitan dengan produk yang dihasilkan, harga produk tersebut, tingkat produksi, promosi, dan beberapa variabel operasional lainnya. Menurut Dahl dan Hammond (1977), perilaku pasar merupakan pola tingkah laku dari lembagalembaga pemasaran dalam struktur pasar tertentu, meliputi kegiatan pembelianpenjualan, penentuan dan pembentukan harga, kerjasama lembaga pemasaran, dan praktek fungsi pemasaran. Tindakan produsen dalam menjalankan suatu pasar memiliki ciri tersendiri untuk menjalankan usahanya dalam suatu pasar sehingga hal ini akan berpengaruh pada perbedaan strategi yang dijalankan dalam melaksanakan penetrasi pasar. Menurut Teguh (2010), pasar yang berstruktrur oligopoli cenderung memiliki perilaku kolusi, meskipun perilaku ini juga dapat terjadi pada pasar monopoli. Setiap pesaing yang berada pada pasar oligopoli pada dasarnya memiliki dua pilihan untuk berkolusi, yaitu menganut kolusi formal atau kolusi informal. Kolusi formal ditandai dengan adanya perjanjian-perjanjian yang bersifat mengikat. Perjanjian ini dapat meliputi persetujuan harga, produksi, wilayah pasar dan lainnya yang sifatnya saling menguntungkan. Disamping itu pada persekutuan yang bersifat formal diberlakukan pula ancaman-ancaman yang dikenakan kepada setiap anggota yang melakukan pelanggaran perjanjian yang telah disepakati. Kohl dan Uhl (2002), menjelaskan bahwa dalam menggambarkan perilakupasar, terdapat empat hal yang harus diperhatikan yaitu (1) Input-output system, sistem input-output ini menerangkan bagaimana tingkah laku perusahaan dalam mengelola sejumlah input menjadi satu set output, (2) Power system, sistem kekuatan ini menjelaskan bagaimana suatu perusahaan dalam suatu sistem tataniaga, misalnya kedudukan perusahaan dalam suatu sistem tataniaga sebagai perusahaan yang memonopoli suatu produk sehingga perusahaan tersebut dapatsebagai penentu harga, (3) Communications system, sistem komunikasi ini mempelajari tentang perilaku perusahaan mengenai mudah tidaknya mendapatkan informasi dan, (4) System for adapting to internal and external change, sistem adaptif menerangkan bagaimana perilaku perusahaan dalam beradaptasi pada
18 suatu sistem tataniaga agar dapat bertahan di pasar. Perilaku pasar dapat diketahui melalui pengamatan terhadap penjual dan pembeli yang dilakukan tiap lembaga pemasaran, sistem penentuan harga dan pembayaran, serta kerjasama diantara berbagai lembaga pemasaran. Perilaku pasar adalah seperangkat strategi dalam pemilihan yang ditempuh baik oleh penjual maupun pembeli untuk mencapai tujuannya masing-masing. Ada tiga cara mengenali perilaku pasar yakni (1) Penentuan harga dan setting level of output yaitu menetapkan harga dimana hargaa tersebut tidak berpengaruh terhadap perusahaan lain, ditetapkan secara bersama-sama penjual dan penetapan harga berdasarkan pemimpin harga (2) Product promotion policy melalui pameran dan iklan atas nama perusahaan (3) Predatory and exclusivenary tactics. Strategi ini bersifat ilegal karena bertujuan mendorong perusahaan pesaing untuk keluar dari pasar. Kinerja Pasar (Market Performance) Kinerja pasar menurut Dahl dan Hammond (1977) merupakan keadaan sebagai akibat dari struktur dan perilaku pasar dalam kenyataan sehari-hari yang ditunjukkan dengan harga, biaya, dan volume produksi yang pada akhirnya akan memberikan penilaian baik atau tidaknya suatu sistem pemasaran. Deskripsi kinerja pasar dapat dilihat dari (1) Harga dan penyebarannya ditingkat produsen dan tingkat konsumen. (2) Margin pemasaran dan penyebarannya pada setiap tingkat lembaga pemasaran. Kinerja pasar merupakan gabungan antara struktur pasar dan perilaku pasar yang menunjukkan terjadi interaksi antara struktur pasar, perilaku pasar, dan kinerja pasar yang tidak selalu linier, tetapi saling mempengaruhi. Adapun elemen kinerja pasar terdiri atas margin pemasaran, farmer share, R/C Rasio, dan integrasi pasar. Menurut Sudiyono (2002), keragaan pasar merupakan hasil keputusan akhir yang diambil dalam hubungan dengan proses tawar menawar dan persaingan harga. Keragaan pasar dapat digunakan untuk melihat sejauh mana pengaruh struktur dan tingkah laku pasar dalam proses pemasaran suatu komoditas pertanian. Sedangkan menurut Cramer et al. (2001) Market performance merupakan refleksi /dampak dari structure dan conduct pada harga produk, biaya, dan jumlah output. Teguh (2010) mengemukakan bahwa kinerja pasar merupakan hasil-hasil atau prestasi yang muncul di dalam pasar sebagai reaksi akibat terjadinya tindakan-tindakan para pesaing pasar yang menjalankan berbagai strategi dan menguasai kondisi pasar. Kinerja pasar dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti harga, keuntungan, dan efisiensi. Harga sering dijadikan sebagai faktor terpenting dalam pembedaan kinerja pasar yang bersaing sempurna dengan pasar yang tidak bersaing. Pada pasar persaingan sempurna harga jual yang terjadi di pasar cenderung lebih rendah karena mengikuti gejolak pasar yang berlangsung dikarenakan di dalam pasar tidak ada satupun produsen yang dapat mengendalikan pasar. Sebaliknya pada pasar yang tidak bersaing seperti monopoli harga jual di pasaran cenderung tinggi karena produsen monopolis memiliki kemampuan penuh guna mengendalikan pasar sehingga monopolis dapat menentukan harga jual yang tinggi sesuai kehendaknya dibanding harga jual yang ditentukan oleh persaingan pasar sempurna. Dalam hal keuntungan, pasar persaingan sempurna akan menerima keuntungan normal.
19 Kerangka Pemikiran Operasional Sistem pemasaran karet rakyat sangat erat kaitannya dengan perkembangan permintaan, penawaran dan faktor lain yag berkaitan dengan pemasaran karet rakyat tersebut. Salah satu yang menjadi permasalahan dalam pemasaran karet rakyat adalah fluktuasi harga karet yang pada akhirnya berkaitan dengan pendapatan petani. Fluktuasi harga karet internasional berdampak pada harga karet di dalam negeri. Salah satu daerah yang menjadi sentra produksi karet yang merasakan perubahan harga karet internasional yaitu Provinsi Jambi. Fluktuasi harga karet dunia memiliki pola yang sama dengan harga karet di Provinsi Jambi. Fluktuasi harga karet dunia yang segera direspon dengan cepat oleh Provinsi Jambi cenderung membentuk pasar yang terintegrasi dan memiliki sistem pemasaran yang efisien. Artinya, perubahan harga tersebut dapat ditransmisikan ke Provinsi Jambi. Namun, perubahan harga karet tersebut apakah dapat tertransmisi hingga ke tangan petani atau hanya dirasakan pada tingkat pabrik crumb rubber? Perbedaan harga dapat dipengaruhi oleh struktur pasar yang berlaku. Jika struktur pasar yang berlaku adalah persaingan sempurna maka harga ditentukan oleh mekanisme pasar bukan oleh pembeli ataupun penjual. Arti kata lain baik pembeli ataupun penjual sebagai penerima harga (price taker). Akibat dari suatu struktur pasar yang berlaku, maka akan berpengaruh pada perilaku pasar. Kinerja pasar merupakan interaksi antara struktur dan perilaku pasar. Hal ini menunjukkan hasil keputusan akhir yang diambil dalam proses tawar menawar dan persaingan harga yang akan menentukan margin pemasaran, farmer share, dan seberapa besar perubahan harga di tingkat konsumen dapat ditransmisikan dengan baik ke tingkat petani. Pendekatan SCP yang digunakan dalam penelitian ini dapat menunjukkan bagaimana pola pembentukan harga di tingkat petani. Hasil analisis ini memberikan implikasi dan rekomendasi kebijakan bagi peningkatan agribisnis karet rakyat khususnya sistem pemasaran karet rakyat yang dapat memperbaiki kondisi pemassaran karet rakyat di Provinsi Jambi. Adapun kerangka pemikiran operasional penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
20
Perkembangan harga karet di tingkat dunia dan tingkat pabrik crumb rubber tidak diikuti dengan perkembangan harga karet ditingkat petani
Perlu kajian sistem pemasaran karet rakyat di Provinsi Jambi dengan pendekatan Structure, Conduct dan Performance
Harga
Struktur pasar (Market structure) 1. Pangsa pasar 2. Konsentrasi pasar 3. Hambatan masuk pasar
1. 2. 3. 4.
Perilaku pasar (Market Conduct) 1. Sistem penentuan harga 2. Praktek penjualan dan pembelian 3. Kerjasama lembaga pemasaran
Kinerja pasar (Market performance) Margin pemasaran Farmer share Integrasi pasar vetikal Elastisitas transmisi harga
Pola pembentukan harga di tingkat petani
Rekomendasi kebijakan
Alur Pemikiran Saling Mempengaruhi
Peubah yang diteliti Pengaruh terhadap harga
Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional