PERENCANAAN SISTEM PEMIPAAN AIR PANAS DENGAN HOT WATER BOILER PADA BANGUNAN FASHION HOTEL JALAN GUNUNG SAHARI 12/2 JAKARTA
__________________________________________________ Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Mesin
Disusun Oleh : Nama
: Risman
NIM
: 0130311-065
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008
Perencanaan Sistem Pemipaan Air Panas Dengan Hot Water Boiler Pada Bangunan Fashion Hotel Jalan Gunung Sahari 12/2 Jakarata
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Mesin
Disusun Oleh : Nama
: Risman
NIM
: 0130311-065
Fakultas Teknologi Industri Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercu Buana Jakarta 2008
i
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA
Menyetujui, Dosen Pembimbing
( Ir. Yuriadi Kusuma, MSc )
Disahkan Oleh, Koordinator Tugas Akhir
( Nanang Ruhyat, ST, MT )
ii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: RISMAN
NIM
: 0130311-065
Fakultas
: Teknik Industri
Jurusan
: Teknik Mesin
Universitas
: Mercu Buana
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil Sekripsi / Tugas Akhir ini adalah hasil karya penulisan sendiri, bukan foto copy atau bajakan dari hasil Laporan Kerja Praktek atau Tugas Akhir Orang lain. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, dan saya bersedia menerima sangsi apapun, baik administrasi maupun akademis apabila hasil Tugas Akhir ini tidak benar adanya atau isinya sama dengan hasil penulisan Tugas Akhir / Laporan Kerja Prakek Orang lain.
Jakarta, Mei 2008
(Risman)
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, kasih sayang serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “Perencanaan Sistem Pemipaan Air Panas Dengan Hot Water Boiler Pada Bangunan Fashion Hotel Jalan Gunung Sahari 12/2 Jakarata”
yang merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik pada program studi Teknik Mesin Universitas Mercubuana.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesainya tugas akhir ini juga atas bimbingan bantuan serta saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat : 1. Kedua orang tua yang telah mengasuh, mendidik dan memberikan banyak kasih sayangnya kepada penulis. 2. Bapak Dr. Ir. Suharyadi, MS, selaku rektor Universitas Mercu Buana. 3. Bapak Ir. Yenon Orsa, MT, selaku Direktur Program Kuliah Sabtu Minggu Universitas Mercu Buana. 4. Bapak Ir. Yuriadi Kusuma MSc, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Mercu Buana dan Dosen pembimbing. 5. Bapak Ir. Rully Nutantra, M Eng, selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercu Buana.
iv
6. Para Dosen Fakultas Teknologi Industri Universitas Mercu Buana yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu, yang telah melaksankan tugasnya ; menyampaikan ilmu, memberikan bimbingan, dorongan dan motifasi kepada para mahasiswa termasuk penulis. 7. Istri serta anak-anakku tercinta, yang telah memberikan dorongan serta kesabarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan belajar pada program studi Teknik Mesin Universitas Mercu Buana. 8. Karyawan / karyawati PT. Adhicipta, yang telah memberikan arahan, masukan serta bantuanya, sehingga penulis dapat belajar lebih mendalam tentang sistem pemipaan air panas. Terimakasih atas kerjasamanya selama ini. 9. Rekan-rekan mahasiswa, yang telah memberikan saran-saran berharga sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Buat Purnomo, Chaerul, Andy terimakasih banyak atas dorongan dan bantuannya selama belajar maupun dalam penyelesaian tugas akhir ini. Semoga Allah SWT selalu membalas serta melipat gandakan budi dan amal baik bapak-bapak serta teman-teman semua. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa isi dari penulisan ini masih banyak kekurangan, maka saran dan kritik demi kesempurnaan tulisan ini sangat diharapkan. Semoga saja hasil penulisan ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam merencanakan sistem air panas.
Jakarta, Mei 2008
Risman
v
ABSTRAK
Perencanaan sistem pemipaan air panas bangunan Fashion Hotel adalah dihitung berdasarkan laju aliran pada jumlah dan jenis alat plambing yang digunakan. Alat pemanas yang direncanakan menggunakan hot water boiler dengan bahan bakar gas LPG. Dengan menggunakan teori-teori dasar tentang mekanika fluida dan perpindahan panas, maka penulis melakukan perhitungan kapasitas alat pemanas (hot water boiler), menentukan diameter pipa air panas berdasarkan grafik Hazen-Williams serta menentukan kapasitas dan head pompa sirkulasi air panas. Dari perhitungan perencanaan pada tugas akhir ini, maka didapat suatu hasil yatu : •
Laju aliran air panas 5454 kg/jam, sehingga kapasitas hot water boiler adalah 327240 kcal/jam
•
Diameter pipa yang cukup ekonomis dengan menggunakan pipa polypropylene tanpa isolasi dan mempunyai permukaan yang sangat halus sepert pipa PVC
•
Kapasitas pompa sirkulasi sesuai kerugian panas pada pipa utama adalah 40 liter/menit, dengan head total 11 meter.
Kata Kunci : Kapasitas hot water boiler, system pemipaan, pompa sirkulasi
vi
DAFTAR ISI
Halaman Judul.............................................................................................. i Lembar Pengesahan ...................................................................................... ii Surat Pernyataan .......................................................................................... iii Kata Pengantar ............................................................................................. iv Abstrak......................................................................................................... vi Dafrar Isi ...................................................................................................... vii Daftar Tabel.................................................................................................. ix Daftar Rumus ............................................................................................... x Daftar Gambag ............................................................................................. xi Daftar Gambar Perencanaan Sistem Air Panas .............................................. xiii Notasi-notasi................................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1 1.2 Tujuan Penulisan ......................................................................... 1 1.3 Pembatasan Masalah.................................................................... 2 1.4 Metodology ................................................................................. 3 1.5 Sistematika Penulisan .................................................................. 3
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Penyediaan Air Panas.................................................... 5 2.2 Cara Pemanasan ....................................................................... 7 vii
2.3 Kualitas Air Panas .................................................................... 10 2.4 Laju Aliran Air Panas ............................................................... 13 2.5 Kontruksi dan Kapasitas Alat Pemanas Air............................... 16 2.6 Sistem Pemipaan Air Panas ...................................................... 33 2.7 Pompa Sirkulasi........................................................................ 46 2.8 Head Total Pompa .................................................................... 49
BAB III PENGUMPULAN DATA 3.1 Data Bangunan ......................................................................... 54 3.2 Jumlah Alat Plambing Pada Setiap Pipa Utama ........................ 55 3.3 Panjang Pipa Dan Jumlah Fiting Pada Setiap Pipa Utama ........ 57
BAB IV PERHITUNGAN PERENCANAAN 4.1 Diagram Alur Perencanaan ....................................................... 59 4.2 Laju Aliran Air Panas ............................................................... 61 4.3 Menentukan Ukuran Pipa Air Panas ......................................... 61 4.4 Kapasitas Alat Pemanas............................................................ 68 4.5 Pompa Sirkulasi........................................................................ 70
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan .............................................................................. 78 5.2 Saran ........................................................................................ 79 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 80 LAMPIRAN ............................................................................................... 81
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tekanan relative dan temperatur didih air ................................ 11
Tabel 2.2
Standar temperatur air panas menurut jenis pemakaiannya ....... 12
Tabel 2.3
Pemakaian Air Panas Hunian, Komersial dan Industri ............. 14
Tabel 2.4
Pemakaian Air Panas Pada Alat Plambing ............................... 15
Tabel 2.5
Faktor pemakaian (%) dan jumlah alat plambing ..................... 15
Tabel 2.6
Jenis dan nilai kalor bahan bakar atau sumber kalor lainnya,..... 20 efisiensi dan pemakaian udara (teoritis) dari alat pemanas
Tabel 2.7
Pembakaran batu bara dan minyak bakar .................................. 21
Tabel 2.8
Koefisien perpindahan kalor untuk koil pemanas ..................... 28 (kcal/m2/jam/oC)
Tabel 2.9
Permukaan dalam pipa koil pemanas ....................................... 29
Tabel 2.10 Unit alat plambing untuk air panas, menurut jeis alat .............. 41 plambing dan jenis penggunaan gedungnya Tabel 2.11 Faktor kecepatan untuk berbagai jenis pipa .............................. 42 Tabel 2.12 Kecepatan air didalam sistem pipa yang disarankan ................. 42 Tabel 2.13 Tekanan yang dibutuhkan alat plambing .................................. 51 Tabel 2.14 Kerugian Tekanan ................................................................... 52 Tabel 2.15 Panjang ekivalen untuk katup dan perlengkapan lainya ............ 53
ix
DAFTAR RUMUS Rumus 2.1 Kapasitas pemanasan ............................................................... 19 Rumus 2.2 Sumber kalor dan pemakaian kalor .......................................... 19 Rumus 2.3 Kapasitas ketel pemanas dengan bahan bakar padat ................. 20 Rumus 2.4 Panjang koil/pipa pada pemansan tak langsung dengan ........... 27 uap sebagai sumber kalor Rumus 2.5 Panjang koi pamanas ............................................................... 27 Rumus 2.6 Kapasitas koil/pipa pada pemanasan tak langsung dengan ....... 27 Air panas sebagai sumber kalor Rumus 2.7 Rumus Hazen-Williams ........................................................... 40 Rumus 2.8 Laju aliran pompa sirkulasi ...................................................... 46 Rumus 2.9 Luas rata-rata penampang silinder ........................................... 47 Rumus 2.10 Jumlah panas yang diserap atau dikeluarkan pada silinder ....... 49 berlubang Rumus 2.11 Head total pompa ..................................................................... 50 Rumus 2.12 Kerugian gesek dalam pipa ..................................................... 50 Rumus 2.13 Bilangan Reynolds ................................................................... 50 Rumus 2.14 Koefisien kerugian gesek pada aliaran laminer ........................ 51 Rumus 2.15 Koefisien kerugian gesek pada aliran turbulen ......................... 51
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Contoh sistem pemanasan langsung ..................................... 8
Gambar 2.2
Ketel pemanas air satu jalan ................................................ 9
Gambar 2.3
Contoh pemanas tidak langsung .......................................... 10
Gambar 2.4
Contoh kontruksi pemanas air sesaat dengan gas, ................ 17
Gambar 2.5
Contoh kontruksi pemanas air sesaat dengan listrik ............. 18
Gambar 2.6
Contoh pemanas air untuk minum ....................................... 21
Gambar 2.7a
Contoh kontruksi ketel pemanas air dengan ........................ 22 bahan bakar gas
Gambar 2.7b
Contoh kontruksi ketel pemanas air dengan ........................ 22 bahan bakar minyak
Gambar 2.8
Contoh pemanas air dengan listrik, kapasitas sedang ........... 23
Gambar 2.9
Contoh pemanas air dengan listrik, kapasitas besar .............. 23
Gambar 2.10
Contoh kontruksi tangki pemanas air ukuran besar .............. 24 horizontal
Gambar 2.11
Contoh kontruksi tangki pemanas air ukuran besar .............. 25 Vertical
Gambar 2.12
Koefisien perpindahan kalor dari koil penukar kalor............. 28
Gambar 2.13
Contoh kontruksi penukar kalor dengan pipa jamak ............. 30
Gambar 2.14
Contoh pemanas air tenaga surya ......................................... 31
Gambar 2.15
Contoh ukuran luar pemanas air energi surya tipe ............... 32 yang bersirkulasi
Gambar 2.16
Contoh kontruksi pemanas air energi surya tipe.................... 32 yang bersirkulasi
xi
DAFTAR GAMBAR PERENCANAAN SISTEM AIR PANAS
Judul Gambar
Nomor
Skala
Gambar PL-101
DIAGRAM SISTEM AIR PANAS
NTS
PL-201
DENAH INSTALASI AIR PANAS LANTAI SEMI
1:200
BASEMENT PL-203
DENAH INSTALASI AIR PANAS LANTAI DASAR
1:200
PL-204
DENAH INSTALASI AIR PANAS LANTAI 2A
1:200
PL-205
DENAH INSTALASI AIR PANAS LANTAI 3
1:200
PL-206
DENAH INSTALASI AIR PANAS LANTAI 3A
1:200
PL-207
DENAH INSTALASI AIR PANAS LANTAI 4A
1:200
PL-208
DENAH INSTALASI AIR PANAS LANTAI 5
1:200
PL-209
DENAH INSTALASI AIR PANAS LANTAI 5A
1:200
PL-210
DENAH INSTALASI AIR PANAS LANTAI 6
1:200
PL-211
DENAH INSTALASI AIR PANAS LANTAI 7
1:200
PL-212
DENAH INSTALASI AIR PANAS LANTAI 8
1:200
PL-213
DENAH INSTALASI AIR PANAS LANTAI 9
1:200
PL-301
DETIL STANDAR INSTALASI PIPA AIR PANAS
1:50
UNTUK KAMAR HOTEL PL-302
DETIL RUANG BOILER
1:50
xii
NOTASI-NOTASI A
Luas bidang rangka bakar
m²
A
Luas permukaan dalam dari koil pemanas
m²
Ā
Luas rata-rata penampang silinder
m²
Ao
Luas penampang luar
m²
Ai
Luas penampang dalam
m²
C
Koefisien pembakaran per satuan luas bidang bakar
N/m².detik
C1
Koefisien faktor kecepatan pada pipa
tidak ada
d
Diameter dalam pipa
m
E
Efisiensi alat pemanas
tidak ada
FU
Nilai beban setiap unit alat plambing
tidak ada
f
Koefisien perpindahan kalor dari koil pemanas
kcal/jam.m².K
S
Faktor keamanan
tidak ada
g
Percepatan gravitasi
9,8 m/detik²
H
Nilai kalor dari sumber kalor
kcal/kg
H
Head total pompa
m
ha
Head statik
m
∆hp
Perbedaan tekanan yang bekerja
m
pada kedua permukaan air hf
Berbagai kerugian head dalam pipa,
m
belokan, katup, sambungan dll K
Koefisien perpindahan kalor
kcal/jam.m².K
k
Konduktivitas bahan
kcal/jam.m.K)
L
Panjang pipa
m xiii
L
Panjang koil pemanas
m
l
Panjang per m² permukaan koil
m/m²
Q
Debit aliran air
m3/detik
q
Pemakaian kalor atau daya pemanasan per jam
kcal/detik
qk
Laju perpindahan kalor konduksi
kcal/detik
q
Kapasitas pemanasan
kcal/detik
Re
Bilangan Reynolds
tidak ada
ro
Jari-jari luar
m
ri
Jari-jari dalam
m
S
Gradien hidrolik
tidak ada
th
Temperatur air panas
K
tc
Temperatur air dingin
K
ts
Temperatur uap
K
ti
Temperatur dalam pipa
K
to
Temperatur luar / temperatur ruangan
K
W
Laju aliran air panas
N/detik
v
Viskositas kinematik zat cair
m2/detik
υ
Kecepatan rata-rata dalam pipa
m/detik
λ
Koefisien kerugian gesek
tidak ada
γ
Massa jenis
kg/m3
xiv
Bab I Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Perkembangan
teknologi
yang
semakin
maju,
sehingga
perlu
dipertimbangkan dalam merencanakan sesuatu baik dari segi biaya maupun dampak dari sistem yang dipilih. Termasuk dalam merencanakan sistem air panas untuk berbagai keperluan. Dengan banyaknya alat pemanas yang telah tersedia , perencana harus bisa memilih sistem yang tepat sesuai keperluan dan lokasi proyek. Dengan krisis Bahab Bakar Minyak ( BBM ), perlu mencari solusi yang tepat untuk memilih Boiler dengan bahan bakar yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Demikian juga dalam merencanakan sistem pemipaan perlu memilh bahan pipa yang mempunyai kerugian panas kecil, mudah dipasang, tidak mudah korosif serta tahan lama. Tentunya dengan diameter pipa yang sesuai dan hemat pula.
1.1. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut : a. Tujuan umum : •
Menambah wawasan bagi kalangan mahasiswa maupun pembaca yang lain, tentang perencanaan utilitas bangunan khususnya pemipaan air panas.
1
Bab I Pendahuluan •
Mengaplikasikan sebagian disiplin ilmu yang telah didapat untuk kemaslahatan dalam rangka peran serta mengisi pembangunan, terutama dibidang perencanaan utilitas bangunan.
b.
Tujuan khusus : •
Mepermudah dalam mendalami perencanaan system air panas diantaranya dalam menentukan : -
Kapasitas alat pemanas
-
Merancang system pemipaan
-
Menentukan pompa sirkulasi, baik kapasitas maupun total headnya.
•
Menjadikan hasil penulisan ini sebagai salah satu pedoman dalam perencanaan system air panas yang sistemtis dan cepat.
1.2.
Pembatasan Masalah Perencanaan sistem air panas merupakan sistem yang komplek dari segi
penggunaan dan alat pemanasnya. Pada penulisan sistem air panas ini penulis membatasi hanya pada : •
Menentukan kapasitas hot water boiler ( bukan kontruksi )
•
Menentukan diameter pipa dengan Grafik Hazen-Williams.
•
Kapasitas dan head pompa sirkulasi air panas
pada bangunan FASHION HOTEL di jalan Gunung Sahari 12/2 Jakarta.
2
Bab I Pendahuluan 1.3. Metodology Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah: •
Metode Pustaka, dengan pencarian data dari beberapa buku panduan.
•
Metode persuasif, yaitu pendekatan dengan designer atau engineer dan pengelola hotel ( hotel operator ), cara ini cukup efektif untuk mendapatkan informasi penting, karena kita bisa mendapatkan ilmu dan penjelasan yang mendetail tentang perencanaan sistem air panas.
•
Konsultasi dan diskusi dengan dosen pembimbing serta temanteman mahasiswa.
1.4.
BAB I
Sistematika Penulisan
: PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai Latar belakang Penulisan, Tujuan Penulisan,
Pembatasan
Masalah,
Metodelogi
Penulisan
dan
Sistematika Penulisan.
BAB II
: DASAR-DASAR PERENCANAAN Pada bab ini diuraikan teori-teori dari beberapa disiplin ilmu dan dasar referensi yang digunakan dalam perhitunga-perhitungan kapasitas alat pemanas, ukuran diameter pipa air panas dan kapasitas pompa sirkulasi.
3
Bab I Pendahuluan BAB III
: PENGUMPULAN DATA Pada bab ini diuraikan data-data mengenai jumlah dan jenis alat plambing yang menggunakan air panas, panjang dan jumlah fitingfiting pada pipa utama. Data-data di atas akan digunakan dalam perhitungan-perhitungan kapasitas alat pemanas, ukuran diameter pipa air panas dan kapasitas pompa sirkulasi.
BAB IV
: PERHITUNGAN PERENCANAAN Pada bab ini adalah perhitungan berdasarkan uraian pada BAB II dan data-data bangunan Fashion Hotel yang dikumpulkan pada BAB III.
BAB V
: KESIMPULAN Berisi kesimpulan dari hasil perhitungan dan saran-saran dalam merencanakan system air panas agar lebih efisien sesuai dengan lokasi, jenis dan fungsi bangunannya.
DAFTAR PUSTAKA Pada bab ini terdapat daftar buku yang digunakan sebagai referensi dalam penulisan ini.
LAMPIRAN Lampiran yang terdapat dalam laporan ini digunakan sebagai pelengkap dari isi tiap bab. Lampiran ini berisi gambar-gambar dan table. 4
Bab II Landasan Teori
BAB – II LANDASAN TEORI
2.1.
Sistem Penyediaan Air Panas Sistem penyediaan air panas adalah instalasi yang menyediakan air
panas dengan menggunakan sumber air bersih, dipanaskan dengan berbagai cara, baik langsung dari alat pemanas maupun melalui sistem pemipaan. Seperti halnya untuk instalasi air bersih, peralatan air panas juga harus memenuhi syarat sanitasi. Dalam garis besarnya ada dua macam instalasi, yaitu instalasi lokal dan sentral. Instalasi mana yang akan dipilih pada tahap perancangan bergantung pada beberapa faktor, antara lain : •
ukuran dan jenis penggunaan gedung
•
cara pemakaian air panas
•
harga peralatannya.
2.1.1. Instalasi Lokal Pada jenis pemanasan ini, air panas dapat diperoleh lebih cepat. Hal ini dikarenakan pemasangan alat pemanas berdekatan dengan alat plambing (plumbing fixture), sehingga kehilangan kalor pada pipa sangat kecil. Pemasangan instalasi dan perawatanya sederhana dan harganya cukup rendah. Cara ini banyak digunakan pada rumah tinggal dan gedung-gedung kecil.
5
Bab II Landasan Teori Instalasi jenis lokal dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu : a. Pemanasan sesaat Pada jenis ini air dipanaskan dalam pipa-pipa yang dipasang didalamnya dengan sumber kalor dari listrik atau gas. Air yang telah dipanaskan melalui pipa-pipa didalamnya kemudian disalurkan langsung kedalam alat plambing. b. Pemanasan simpan Air bersih dipanaskan dalam suatu tangki yang dapat menyimpan air panas. Dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Volume tangki biasanya tidak lebih dari 100 ltr. Sumber kalor yang digunakan dari listrik, gas atau uap panas. c. Pencampuran uap panas dengan air Cara ini dapat dilakukan apabila didalam gedung telah tersedia sumber uap panas. Uap panas tersebut dicampurkan langsung dengan air dalam suatu tangki atau melalui katup ke dalam pipa air.
2.1.2. Instalasi Sentral Pada jenis ini, air panas dibangkitkan disuatu tempat dalam gedung, kemudian dialirkan melalui pipa keseluruh alat plambing yang membutuhkan air panas. Bahan bakar yang digunakan biasanya dari bahan bakar minyak atau gas. Dengan tenaga listrik jarang digunakan karena harga listrik cukup mahal. Dari alat pemanas air panas disimpan dalam tangki yang besar, kemudian dialihkan ke alat-alat plambing melalui pipa distribusi. Distribusi air
6
Bab II Landasan Teori panas dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu sistem langsung dan sistem sirkulasi. Sistem langsung atau sistem terbuka, pipa hanya mengalirkan air panas dari tangki penyimpanan ke alat plambing, sehingga apabila air lama tidak digunakan, air didalam pipa menjadi dingin, apalagi jika instalasi pipanya panjang. Sistem sirkulasi atau sistem tertutup, jaringan pipa tertutup jika kerankeran tidak ada yang dibuka, air panas didalam pipa utama akan disirkulasikan oleh pompa menuju alat pemanas kembali. Dengan demikian air panas didalam pipa akan selalu terjaga panasnya meskipun alat plambing yang dilayani cukup jauh.
2.2.
Cara Pemanasan Cara pemanasan air dapat dilakukan dengan cara pemanasan langsung
dan pemanasan tidak langsung. 2.2.1. Cara Pemanasan Langsung a. Ketel pemanas air ( storage hot water boiler ) Seperti terlihat pada Gambar. 2.1 (a), air dipanaskan oleh dinding ruang bakar ketel dan kemudian didistribusikan. Proses pema- nasan air terjadi secara konveksi. Cara ini mempunyai efisiensi yang tinggi, tetapi mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya : •
Pada waktu air panas digunakan, maka air dingin akan masuk ke dalam ketel. Dinding ketel akan mengalami perubahan temperatur
7
Bab II Landasan Teori yang cukup besar sepanjang waktu pemakaian air panas, sehingga akan menimbulkan perubahan tegangan pada dinding ketel yang pada akhirnya akan memperpendek umur ketel. •
Kalau air dingin yang masuk ke dalam ketel mempunyai kualitas yang kurang baik, dapat menimbulkan kerak pada dinding, sehingga lama kelamaan akan mengurangi efisiensi pemanasan.
•
Tekanan air masuk ketel berpengaruh langsung pada kekuatan dinding ketel, sehingga tekanan kerja dinding ketel harus lebih besar dari tekanan air dingin masuk.
Gambar. 2.1 Contoh sistem pemanasan langsung. b. Kombinasi ketel pemanas air dan tangki penyimpan Dalam cara ini, seperti terlihat pada Gambar 2.1 (b), air panas keluar dari ketel dimasukan lebih dahulu ke tangki penyimpan sebelum didistribusikan. Sehingga menmpunyai efisiensi yang kurang baik. c. Pemanas satu jalan ( once through )
8
Bab II Landasan Teori Cara pemanasn ini termasuk sistem pemanasan sesaat, seperti terlihat pada Gambar. 2.2
Gambar. 2.2 Ketel pemanas air satu jalan.
2.2.2. Cara Pemanasan Tidak Langsung Dalam cara ini uap panas atau air sangat panas (tekanan tinggi) dialirkan ke dalam suatu jaringan pipa di dalam tangki penyimpan air panas, sehinggga terjadi pertukaran panas di dalam tangki tersebut. Pemanasan tidak langsung menghasilkan efisiensi yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan cara pemanasan langsung. Pemanasan tidak langsung yang terjadi pada tangki penyimpan bekerja berdasarkan pertukaran kalor ( Heat Exchanger ). Untuk mencegah air air dingin yang masuk ke dalam tangki terlalu panas, maka pipa air dingin disambungkan pada pipa balik air panas pada sistem pipa sirkulasi.
9
Bab II Landasan Teori
Gambar. 2.3
2.3.
Contoh system pemanas tidak langsung.
Kualitas Air Panas
2.3.1. Sifat-sifat Air Air mempunyai sifat anomaly, yaitu mempunyai volume tetap pada temperatur 4°C (241 K), dan akan bertambah pada temperatur yang lebih rendah maupun lebih tinggi. Apabila dipanaskan terus dari 4 sampai 100°C (373 K), volumenya akan bertambah sekitar 4,3%. Sehingga dalam perencanaan, faktor ini juga harus dipertimbangkan. Pada bejana tertutup harus dipasang pipa atau katup ekspansi untuk melepaskan tekanan yang timbul akibat pertambahan volume. Sedangkan air apabila dipanaskan terus, pada suatu temperatur tertentu akan mulai mendidih, dan titik didihnya berubah tergantung pada tekanan dalam air tersebut. Hubungan tekanan dan titik didih air dapat dilihat pada Tabel 2.1
10
Bab II Landasan Teori Tabel 2.1 Tekanan 2
Tekanan relatif dan temperatur didih air.1 Temperatur
Tekanan 2
Temperatur
N/m
o
K( C)
N/m
K ( oC )
0
373 (100)
2,94 x 10-3
416 (143)
0,49 x 10-4
384 (111)
3,43 x 10-3
420 (147)
9,8 x 10-4
393 (120)
3,90 x 10-3
424 (151)
1,47 x 10-3
400 (127)
4,41 x 10-3
429 (156)
1,98 x 10-3
406 (133)
4,9 x 10-3
431 (158)
2,45 x 10-3
411 (138)
5,39 x 10-3
434 (161)
2.3.2. Temperatur Air Panas Air panas di dalam alat plambing biasanya digunakan untuk mencuci muka dan tangan, mandi, mencuci pakaian dan alat-alat dapur dan sebagainya. Air panas yang digunakan untuk berbagai keperluan mempunyai temperatur berbedabeda, seperti tercantum pada tabel 2.2.
1
Tabel 2.1 : Soufyan M. Nurbambang & Takeo Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal. 104
11
Bab II Landasan Teori Tabel 2.2
Standar temperatur air panas menurut jenis pemakaiannya.2 Temperatur (oC)
Jenis Pemakaian 1
Minum
50-55
2
Mandi : dewasa anak-anak
42-45 40-42
3
Pancuran mandi
40-43
4
Cuci muka dan cuci tangan
40-42
5
Cuci tangan untuk keperluan pengobatan
43
6
Bercukur
46-52
7
Dapur: * macam-macam keperluan * untuk mesin cuci proses pencucian proses pembilasan
8
45 45-60 70-80
Cuci pakaian * macam-macam pakaian * bahan sutra dan wol * bahan linen dan katun
60 33-49 49-60
9
Kolam renang
21-27
10
Cuci mobil (di bengkel)
24-30
2.3.3. Pengaruh Kualitas dan Temperatur Air Panas Selain oksigen, air biasanya juga mengandung garam-garaman dan zatzat yang dapat menimbulkan karat atau kerak pada logam ketel, tangki penyimpan dan pipa. Kualitas bisa dikatakan baik jika kandungan zat-zat perusaknya sedikit. Disamping zat perusak, temperatur juga berpangaruh terhadap proses pengkaratan, makin tinggi temperaturnya, makin cepat prosesnya. Secara umum dapat dikatakan bahwa dengan peningkatan temperatur setiap 10°C, kecepatan pengkaratan berlipat dua kali. Oleh karena itu pemanasan air secara berlebihan tidak dianjurkan. Berdasarkan percobaan-percobaan telah ditemukan bahwa pipa baja mempunyai proses pengkaratan maksimum pada temperatur 70°C. Oleh
2
Tabel 2.2 : Soufyan M. Nurbambang & Takeo Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal. 109
12
Bab II Landasan Teori karena itu harus dihindarkan pemanasan air lebih tinggi dari temperatur yang diperlukan.
2.4.
Laju Aliran Air Panas. Banyaknya air panas yang digunakan bergantung pada jenis pemakaian
gedung, jumlah orang, banyaknya alat plambing dan lain-lain. Ada dua cara yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan air panas, yaitu : d. Berdasarkan jumlah orang atau penghuni e. Berdasarkan jumlah dan jenis alat plambing. 2.4.1. Perhitungan Berdasarkan Jumlah Orang ( Penghuni ) Untuk setiap jenis pemakaian gedung, jumlah kebutuhan air panas dapat dihitung berdasarkan jumlah orang dan kebutuhan air panas setiap orang setiap harinya. Jumlah pemakaian air panas setiap orang setiap hari dapat dilihat pada Tabel 2.3.
2.4.2. Perhitungan Berdasarkan Jenis dan Jumlah Alat Plambing Metode ini digunakan apabila kondisi pemakaian alat plambing dapat diketahui penggunaan gedung dan jumlah dari setiap alat plambing. Laju aliran air panas maksimum pada jenis alat plambing yang diperlukan dapat dihitung berdasarkan Tabel 2.4 dan faktor keserempakan pemakaian pada Tabel 2.5.
13
Bab II Landasan Teori Tabel 2.3. Jenis bangunan
Pemakaian Air Panas Hunian, Komersial dan Industri3 Maksimum dalam sejam
Maksimum dalam sehari
Rata-rata dalam sehari
Asrama pria Asrama wanita
3.8 gal (14.4 L)/siswa 5.0 gal (19 L)/siswa
22.0 gal (83.4 L)/siswa 26.5 gal (100.4 L)/siswa
13.1 gal (49.7 L)/siswa 12.3 gal (46.6 L)/siswa
Motel : jumlah unit Kurang dari 20 60 Lebih dari100
6.0 gal (22.7 L)/unit 5.0 gal (19.7 L)/unit 4.0 gal (15.2 L)/unit
35.0 gal (132.6 L)/unit 25.0 gal (94.8 L)/unit 15.0 gal (56.8 L)/unit
20.0 gal (75.8 L)/unit 14.0 gal (53.1 L)/unit 10.0 gal (37.9 L)/unit
Kamar perawat
4.5 gal (17.1 L)/tempat tidur
30.0 gal (113.7 L)/tempat tidur
18.4 gal (69.7 L)/tempat tidur
Gedung Kantor
0.4 gal (1.52 L)/Orang
2.0 gal (7.6 L)/Orang
1.0 gal (3.79 L)/Orang
11.0 gal (41.7 L)/Orang/jam 6.0 gal (22.7 L)/Orang/jam
2.4 gal (9.1 L)/Orang/jam/hari 0.7 gal (2.6 L)/Orang/jam/hari
Restauran -Type A- restaurant 3x makan 1.5 gal (5.7 L)/Orang/jam -Type B-dengan palayanan antar, 0.7 gal (2.6 L)/Orang/jam dengan pembatas ruangan,tempat makan siang, toko makanan ringan dan minuman Apartmen : jumlah unit Kurang dari 20 50 75 100 Lebih dari 200
12.0 gal (45.5 L)/unit 10.0 gal (37.9 L)/unit 8.5 gal (32.2 L)/unit 7.0 gal (26.5 L)/unit 5.0 gal (19 L)/unit
80.0 gal (303.2 L)/unit 73.0 gal (276.7 L)/unit 66.0 gal (250 L)/unit 60.0 gal (227.4 L)/unit 50.0 gal (195 L)/unit
42.0 gal (159.2 L)/unit 40.0 gal (151.6 L)/unit 38.0 gal (144 L)/unit 37.0 gal (140.2 L)/unit 35.0 gal (132.7 L)/unit
Elemntary schools
0.6 gal (2.3 L)/siswa
1.5 gal (5.7 L)/siswa
0.6 gal (2.3 L)/siswa
Junior and senior schools
1.0 gal (3.8 L)/siswa
3.6 gal (13.6 L)/siswa
1.8 gal (6. L)/siswa
3
Tabel 2.3. : Stein / Reynolds / Mc Guinness, Mechanical And Electrical Eguipment for Building 7th Editioan, hal. 529
14
Bab II Landasan Teori Pemakaian Air Panas Pada Alat Plambing4
Tabel 2.4.
Alat Plambing
Jumlah air panas sekali pakai
Jumlah pemakaian per jam
Pemakaian air panas per jam
(liter)
(/jam)
(liter/jam)
Bak cuci tangan (pribadi)
7,5
1
7,5
Bak cuci tangan (untuk umum)
4
2-8
10 - 40
Bak mandi rendam (bath tub)
100
1,3
100 - 300
Pancuran mandi (Shower)
50
1-6
50 - 300
Bak cuci dapur ( kitchen sink)
15
3–5
45 - 75
Bak cuci kecil, dapur ( Pantry sink)
10
2–4
20 - 40
Bak cuci pakaian (laundry sink)
15
4–6
60 - 90
Bak cuci pel (slop sink)
15
3–5
45 - 75
Keterangan
Untuk rumah pribadi dan rumah susun saja
Kalau mesin cuci, tergantung kebutuhan mesin cuci
Catatan :. Faktor pemakaian alat plambing untuk Rumah sakit, hotel 25% Rumah pribadi, rumah susun dan kantor 30% Abrik, sekolah : 40%
Tabel 2.5
Faktor pemakaian (%) dan jumlah alat plambing5
1
2
4
8
12
16
24
32
40
50
70
100
Kloset, degelontor ngan katup
1
50
50
40
30
27
23
19
17
15
129
10
satu
2
3
4
5
6
7
7
8
Alat biasa
1
100
75
55
48
45
42
40
39
38
35
33
dua
3
5
6
7
10
13
16
19
25
33
plambing
10
4
Tabel 2.4 : Soufyan M. Nurbambang & Takeo Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal. 113
5
Tabel 2.5 : Soufyan M. Nurbambang & Takeo Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal. 66
15
Bab II Landasan Teori
2.5.
Kontruksi dan Kapasitas Alat Pemanas Air
2.5.1. Alat Pemanas Sesaat ( instantaneous water heater ) Alat pemanas jenis ini tidak menyimpan air panas dan biasanya menggunakan gas atau listrik sebagai sumber kalornya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk jenis pemanas gas sesaat, yaitu : •
Tekanan air dingin yang masuk 0,7 – 4 kg/cm2, atau dinyatakan oleh pabrik pembuatnya.
•
Katup gas akan terbuka jika aliran air cukup, apabila aliran air terlalu kecil atau alat plambing dilayani mempunyai tekanan aliran cukup besar, katub gas kadang-kadang tidak mau membuka.
•
Penyediaan udara harus cukup, penyediaan udara mempengaruhi syarat mutlak untuk jenis pemanas ini. Biasanya disediakan lubang pada dinding untuk memasukan udara luar, dan pipa pembuangan dari hasul pembakaran.
Sedangkan untuk alat pemanas listrik sesaat biasanya dipasang apabila daya listrik relative murah atau apabila tidak memungkinkan jika dipasang alat pemanas air gas. Pada pemanas air jenis ini, daya listrik hanya akan mengalir ke dalam elemen pemanas apabila keran air panas dibuka. Alat pemanas ini dilengkapi dengan yang akan mengurangi arus listrik untuk mengatur temperatur air apabila laju aliran airnya kecil, serta alat pengaman pemutus arus pada waktu temperaturnya telah berada pada batas panas maksimum yang direncanakan.
16
17 Bab II Landasan Teori
Gambar. 2.4. Contoh kontruksi pemanas air sesaat dengan gas, kapasitas besar
18 Bab II Landasan Teori
Gambar. 2.5. Contoh kontruksi pemanas air sesaat, dengan listrik
Bab II Landasan Teori 2.5.2. Ketel Pemanas Satu Jalan ( Once Through ) Air masuk ke dalam rangkaian pipa dalam ruangan api ketel dan keluar sebagai air panas. Hanya sebagian kecil air yang tersimpan dalam rangkaian pipa. Sumber kalor yang digunkan adalah gas atau minyak bakar. a. Kapasitas pemanasan (kcal/jam) q = W (Th − Tc )
(2.1)6
di mana : q : Kapasitas pemanasan (kcal/detik) W : Laju aliran air panas (kg/detik) Th : Temperatu air panas (338 K) Tc : Temperatur air dingin (278 – 288 K)
b. Sumber kalor dan pemakain kalor. Sumber-sumber kalor yang umum digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.6, sedangkan pemakaian kalor atau dayanya dapat dihitung dengan Rumus : q=
W (Th − Tc ) ( H )( E )
(2.2)7
di mana : q : Pemakaian kalor atau daya pemanas per detik H : Nilai kalor dari sumber kalor (Tabel 2.6) E : Efisiensi alat pemanas (Tabel 2.6)
6
Rumus 2.1 : Soufyan M. Nurbambang & Takeo Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal. 104
7
Rumus 2.2 : Soufyan M. Nurbambang & Takeo Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal 163
19
Bab II Landasan Teori c. Kapasitas ketel pemanas dengan bahan bakar padat yang sering dinyatakan dengan luas bidang rangka bakar yaitu : A=
W (Th − Tc ) (C )( H )( E )
(2.3)8
di mana : A : Luas bidang rangka bakar (m2) C : Koefisien pembakaran bidang rangka bakar (N/m2/detik), lihat Tabel 2.7. W, H, Th, Tc dan E sama seperti Rumus 2.1 dan 2.2.
Tabel 2.6 Jenis dan nilai kalor bahan bakar atau sumber kalor lainnya, efisiensi dan pemakaian udara (teoretis) dari alat pemanas.9 Bahan bakar atau sumber kalor
Satuan pemakaian
Nilai kalor H
Efisiensi E (%)
Pemakaian udara teoritis
Batu bara
kg/jam
4000 – 7500 kcal/kg
35 – 65
4,5 – 9,0 Nm3/kg
Kokas
kg/jam
5000 – 7000 kcal/kg
Minyak bakar
kg/jam
10000 kcal/kg
50 – 70
10,0 – 11,5 Nm3 /kg
Minyak solar
kg/jam
10000 kcal/kg
50 – 70
10,0 – 11,5 Nm3/kg
Minyak tanah
kg/jam
11000 kcal/kg
50 – 70
12,0 Nm3/kg
65 – 75
4,6 Nm3/kg 1)
3 1)
8,9 – 9,0 Nm3/kg
Gas kota
m3/jam
3600 - 11000 kcal/m
Gas alam
m3/jam
8000 - 11000 kcal/m3 1)
65 – 75
(tergantung komposisinya)
LPG
kg/jam
11000 - 12000 kcal/kg
65 – 75
1,3 Nm3/kg
Listrik
kW/jam
860 kcal/kW
98
Uap panas (dalam pipa)
kg/jam
Kalor laten uap, kcal/kg 2)
97
Uap panas (disemprotkan)
kg/jam
Kalor total uap, kcal/kg, sampai temperatur air panas.
100
Catatan :
8
9
2
Tergantung kualitas gas yang disediakan untuk sesuatu kota.
3
Kalau uap panas direncanakan akan mencair dalam pipa.
4
Untuk gas kota yang nilai kalornya 5000 kcal/kg
Rumus 2.3 : Soufyan M. Nurbambang & Takeo Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal. 164 Tabel 2.6 : Soufyan M. Nurbambang & Takeo Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal. 163
20
Bab II Landasan Teori Tabel 2.7 Pembakaran batu bara dan minyak bakar10 Bahan bakar
Ukuran ketel
Kecil
Sedang
Besar
Minyak bakar
Nilai “C” (kg/m²/jam)
1,2
1,4
1,7 – 2,2
Batu bara
Luas rangka bakar (m²) Nilai “C” (kg/m²/jam)
< 0,5 23
< 1,0 27
2,0 atau lebih 32
2.5.3. Tangki Pemanas Untuk Minum Jenis pemanas ini biasanya dipasang dalam kantor untuk menyediakan air panas untuk membuat minuman, pada temperatur 80 – 90oC. Sumber kalor yang digunakan listrik, gas, atau uap panas ( steam ). Bahan tangki biasanya dari plat tembaga atau baja tahan karat.
Gambar. 2.6 Contoh pemanas air untuk minum.
10
Tabel 2.7 : Soufyan M. Nurbambang & Takeo Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal. 164
21
Bab II Landasan Teori 2.5.4. Tangki Pemanas Air Pemanas jenis ini berfungsi juga sebagai penyimpan air panas, dan sumber kalor yang digunakan gas, minyak bakar, atau listrik.
Gambar 2.7a Contoh konstruksi ketel tangki pemanas air, dengan bahan bakar gas
22
Gambar 2.7b Contoh konstruksi ketel tangki pemanas air, dengan bahan bakar minyak
Bab II Landasan Teori
Gambar. 2.8 Contoh tangki pemanas air dengan listrik kapasitas sedang.
Gambar. 2.9 Contoh tangki pemanas air dengan listrik kapasitas besar.
23
24
Bab II Landasan Teori
Gambar. 2.10. Contoh kontruksi tangki pemanas air ukuran besar, horizontal
Bab II Landasan Teori
25
Bab II Landasan Teori 2.5.5. Tangki Penyimpan Air Panas. Dilihat dari konstruksinya tangki penyimpan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tangki penyimpan mendatar dan tegak. Ditinjau dari segi pemanasannya, tangki mendatar lebih baik dari tangki tegak. Oleh karena itu tangki tegak biasanya digunakan apabila tempatnya tidak memungkinkan untuk dipasang tangki mendatar. Dinding tangki biasanya terbuat dari pelat baja, baja tahan karat, atau pelat baja dilapis baja tahan karat. Walaupun demikian bahan-bahan tersebut akan tetap berkarat, tergantung pada kuwalitas dan temperature airnya ( makin tunggi temperatur air, makin cepat tingkat pengkaratannya). Sedangkan koil pemanas dalam tangki biasanya terbuat dari tembaga. Koil pemanas ini harus dapat dicabut dari tangki untuk pemeriksaan, pembersihan, dan perawatan. Oleh arena itu harus tersedia ruang yang cukup untuk mencabut koil dari tangki.
2.5.6. Penukar Kalor Alat penukar kalor yang sering digunakan adalah penukar kalor jenis pipa jamak ( multitubular ) untuk mamanaskan air dengan uap panas (steam). Kapasitas koil/pipa pada pemanasan tak langsung dengan uap panas sebagai sumber kalor dapat dihitung dengan rumus dibawah ini. a. Kapasitas koil / pipa pada pemanasan tak langsung dengan uap panas sebagai sumber kalor.
26
Bab II Landasan Teori
A=
W (Th − Tc ) T − Tc f (Ts − h ) 2
(2.4)11
Dan L = ( A)(l )( S )
(2.5)12
di mana : A:
Luas permukaan dalam dari koil pemanas (m2)
L:
Panjang koil pemanas
f:
Koefisien
perpindahan
(kcal/detik.m2.K), lihat
kalor
dari
koil
pemanas
Tabel 2.8 untuk uap
Ts :
Temperatur uap (K)
l:
Panjang per m2 permukaan koil (m/m2), lihat Tabel 2.9
S:
Faktor kamanan ( 1,2 – 1,3 )
b. Kapasitas koil/pipa pada pemanasan tak langsung dengan air panas sebagai sumber kalor A=
W (Th − Tc ) T − Tc k (Ts − h ) 2
(2.6)13
di mana : k:
Koefisien perpindahan kalor (kcal/(m2.Jam.oC), lihat Gambar 2.12. A, W, Th, Tc dan Ts sama seperti Rumus 2.1 sampa 2.3.
11
Rumus 2.4 : Soufyan M. Nurbambang & Takeo Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal. 164
12
Rumus 2.5 : Soufyan M. Nurbambang & Takeo Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal. 164
13
Rumus 2.6 : Soufyan M. Nurbambang & Takeo Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal. 166
27
Bab II Landasan Teori
Gambar 2.12 Koefisien perpindahan kalor dari koil penukar kalor.14 Catatan : Kalau pipa koil diisi air diluarnya uanp panas, maka :
tm = ts
(t h − t c ) 2
Kalau diluarnya pipa adalah air panas bertemperatur tinggi, maka koefisien perpindahan kalor menjadi kurang dari setengahnya nilai yang diperoleh dari grafik diatas
Tabel 2.8
Koefisien perpindahan kalor untuk koil pemanas (kcal/m2/jam/oC).15 Uap
Air panas 80oC
Pipa tembaga dan pipa kuningan
1170 (1100)
490 (750)
Pipa baja
780 (750)
330 (480)
Bahan koil pemanas
Catatan : Angak-angka dalam tanda kurung menyatakan contoh pada alat pamanas yang dibuat sesuatu pabrik
14
15
Gambar 2.12 : Soufyan M. Nurbambang & Takeo Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal. 167 Tabel 2.8 : Soufyan M. Nurbambang & Takeo Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal. 165
28
Bab II Landasan Teori Tabel 2.9 Permukaan dalam pipa koil pemanas.16 Pipa tembaga dan campuran tembaga (JIS H 3300-1977 Copper and copper alloy seamless pipes and tubes) Tebal pipa (mm)
Diameter dalam (mm)
Luas tiap panjang 1 m (m²/m)
Panjang tiap luas 1 m² (m²/m)
19
1,5
16
0,050
20
25
1,5
22
0,069
14,5
32
2,0
28
0,088
11,4
Diameter luar (mm)
Pipa baja (JIS 6 3461-1978 Pipa baja karbon untuk ketel dan penukar kalor) Tebal pipa (mm)
Diameter dalam (mm)
Luas tiap panjang 1 m (m²/m)
Panjang tiap luas 1 m² (m²/m)
19
2,0
15
0,047
21,3
25,4
2,0
2,14
0,067
14,9
31,8
2,9
26
0,082
12,2
Diameter luar (A) (mm)
16
Tabel 2.9 : Soufyan M. Nurbambang & Takeo Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal. 166
29
30
Bab II Landasan Teori
Gambar. 2.13. Contoh kontruksi penukar kalor, dengan pipa jamak.
Bab II Landasan Teori 2.5.7. Pemanas Air Tenaga Surya Pada alat pemanas ini, air dalam pipa-pipa pengumpul dipanaskan oleh radiasi surya. Pelat yang menutup pengumpul tenaga surya harus sangat bening dan tahan cuaca, biasanya terbuat dari plastik temper atau jenis plastik tertentu. Alat pemanas surya biasanya dikombinasikan dengan pemanas listrik atau gas. Pemanas listrik atau gas bekerja secara otomatis pada saat cuaca mendung atau hujan, sehingga air panas tetap tersedia.
Gambar. 2.14 Contoh pemanas air energy surya.
31
Bab II Landasan Teori
Gambar. 2.15 Contoh ukuran luar pemanas air energy surya tipe yang bersirkulasi.
Gambar. 2.16 Contoh konstruksi pemanas air energy surya tipe yang bersirkulasi.
32
Bab II Landasan Teori 2.6.
Sistem Pemipaan Air Panas
2.6.1. Sistem Penyedian Air Panas Sistem penyediaan air panas dapat dibagi menjadi beberapa klasifikasi berdasarkan sistem pemipaan dan cara penyediaannya : c. Menurut sistem penyediaannya ada dua macam, yaitu : •
Sistem aliran ke atas ( up feed ) : air panas dialirkan ke alat-alat plambing melalui pipa cabang dari pipa utama yang dipasangkan pada lantai terbawah gedung.
•
Sistem aliran ke bawah ( down feed ) : air panas dialirkan ke alat-alat plambing melalui pipa cabang, dari pipa utama yang ditempatkan pada lantai paling atas gedung.
d. Menurut cara penyediaannya ada dua macam, yaitu : •
Sistem pipa tunggal
•
Sistem sirkulasi atau sistem dua pipa
e. Menurut cara sirkulasinya ada dua macam, yaitu : •
Sirkulasi secara alami
•
Sirkulasi paksaan, dengan menggunakan pompa.
Perbandingan antara sistem pipa tunggal dan sistem sirkulasi : Pada sistem pipa tunggal, dimana pipa hanya menghantarkan air panas dari tangki penyimpan atau dari pemanas tanpa pipa balik. Sehingga apabila tidak ada pemakaian, air akan diam di dalam pipa dan mengalami kerugian panas melalui dinding pipa, kemudian air panas akan mengalami penurunan temperatur.
33
Bab II Landasan Teori Dengan demikian sistem pipa tunggal cocok untuk gedung dengan pipa hantar yang cukup pendek, misalnya : untuk rumah tinggal dan juga pada gedunggedung yang pemakaian air panasnya cukup tinggi, sehingga air panas tidak diam di dalam pipa. Pada sistem sirkulasi ada dua pipa, yaitu pipa hantar dan pipa balik. Dalam keadaan dimana tidak terdapat pemakaian, air akan tetap mengalir (disirkulasikan) dari pipa hantar ke tangki penyimpan atau pemanas air. Laju aliran air yang disirkulasikan adalah sedemikian agar penurunan temperatur air dalam pipa hantar akibat kehilangan panas melalui dinding-dinding pipa masih dalam batas yang direncanakan. Sehingga setiap saat keran dibuka air tetap pada keadaan temperatur minimum yang direncanakan. Untuk menjaga agar air panas mempunyai keseragaman temperatur atau perbedaan yang tidak terlalu besar disetiap pipa cabang, perlu dipasang katupkatup pembalans dan merancang pipa balik yang dibalik (reverse return), seperti terlihat pada Gambar 2.7 dan 2.8.
34
35 Sumber : Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal. 118 (Soufyan M. Nurbambang & Takeo Morimura )
Bab II Landasan Teori
Gambar. 2.17. Contoh sistem pipa pengisi ke atas (tangki air panas di lanatai bawah)
36 Sumber : Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal. 119 (Soufyan M. Nurbambang & Takeo Morimura )
Bab II Landasan Teori
Gambar. 2.18. Contoh sistem pipa pengisi ke atas (tangki air panas di lanatai atap)
37 Sumber : Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal. 121 (Soufyan M. Nurbambang & Takeo Morimura )
Bab II Landasan Teori
Gambar. 2.19. Contoh sistem pipa pengisi ke bawah
Bab II Landasan Teori
Gambar. 2.20 Contoh sistem ‘reverse return’.
Gambar. 2.21 Contoh sistem ‘reverse return’ dengan pompa sirkulasi. Sumber : Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal. 123 (Soufyan M. Nurbambang & Takeo Morimura )
38
Bab II Landasan Teori 2.6.2. Pemasangan Katup Dari pipa utama ( tegak maupun mendatar) menuju pipa cabang, hendaklah dipasang katup-katup pemisah untuk mempermudah perawatan
/
perbaikan serta untuk pembalans. Untuk mempermudah perbaikan, maka jemis sambungan pada katup menggunakan jenis flens, bukan jenis sambungan ulir. Apabila katup yang dipasang berfungsi sebagai pemisah pipa cabang dan juga merangkap untuk mengatur laju aliran / pembalans maka jenis katup yang dipasang hendaknya katup bola ( Globe Valve ). Katup-katup pemisah ini hendaknya dipasang pada tempat yang mudah dalam mengoperasikannya. Kalau pipa dipasang dalam suatu cerobong (Shaft), maka ukuran cerobong harus cukup luas, untuk mempermudah dalam pengoperasian, perawatan atau penggantian katup apabila diperlukan.
2.6.3. Penentuan Ukuran Pipa Ukuran pipa air panas dapat dilakukan dengan menentukan laju aliran air dalam setiap bagian pipa yang biasanya digunakan dengan dua cara yaitu: .1 Dengan mengalikan laju aliran pada beban puncak sebesar 1,5 s/d 2 kalinya. .2 Dengan menghitung jumlah unit beban alat plambing (fixture unit / FU ) seperti yang terdapat pada Tabel 3.5, kemudian dihubungkan dengan Gambar 3.1, sehingga didapat laju aliran air panas. Pada umumnya cara yang kedua sering digunakan dalam perencanaan menentukan laju aliran air panas.
39
Bab II Landasan Teori Cara yang sederhana dalam mencari diameter dalam pipa adalah dengan menggunakan Rumus Hazzen-Williams yang sudah dituangkan ke diagramdiagram pada Gambar 2.23, 2.24 atau 2.25, sesuai dengan jenis pipa yang akan digunakan. Kecepatan rata-rata didalam pipa yang dijinkan sesuai pada Tabel 2.12. Adapun rumus Hazzen-Williams yang digunakan adalah : Q = 0,2785C1d2.63 . S0.54
( 2.7)17
dimana : Q : Debit aliran air (m3/detik) C1 : Koefisien faktor kecepatan pada pipa (Tabel 3.5 ) S : Gradien hidrolik ( S =
hf L
)
d : Diameter dalam pipa ( m ) L : Panjang pipa ( m )
17
Rumus 2.7 Ranald V. Giles / Ir. Herman Widodo Soemitro, Mekanika Fluida & Hidraulika Edisi Kedua, hal 121
40
Bab II Landasan Teori Tabel 2.10 Unit alat plambing untuk air panas, menurut jenis alat plambing dan jenis penggunaan gedungnya18 Temperatur air panas 60OC. Rumah susun
Klub
Olah raga
Rumah sakit
Hotel dan asrama
0,75
0,75
0,75
0,75
0,75
1
1
1
1
1,5
-
1,5
1,5
Bak cuci tangan (pribadi) Bak cuci tangan (untuk umum)
-
Pabrik
Kantor
Sekolah
Penginapan pemuda
0,75
0,75
0,75
1
1
1
1
-
-
-
-
Bak mandi rendam (bath tub)
1,5
Mesin cuci piring
1,5
Bak cuci dapur ( kitchen sink)
0,75
1,5
-
3
1,5
3
-
0,75
3
-
2,5
-
2,5
2,5
-
2)
2,5
2,5
Bak cuci pel
1,5
2,5
-
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
Pancuran mandi1)
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
3
-
1,5
1,5
Bak cuci kecil, dapur ( Pantry sink)
5 (untuk setiap 250 tempat duduk ruang makan)
Untuk terapi Pengobatan : Bak cuci rendam
-
-
-
5
-
-
-
-
-
Bak cuci bulat
-
2,5
2,5
2,5
-
4
-
2,5
2,5
Bak cuci setengah bulat
-
1,5
1,5
2,5
-
3
-
1,5
1,5
Catatan :. Kalau pemakaian utama air panas adalah untuk pancuran mandi, misalnya dalam klub atau pabrik ( waktu pergantian giliran pekerja ), maka faktor pemakaian dianggap 1. . Dalam gedung kantor yang dilengkapi dengan “dapur kecil “ ( pantry ), dapat digunakan angka untuk klub.
Gambar 2.22 Pengaliran serentak, berdasarkan unit alat plambing air panas19 18
19
Tabel 2.10 : Soufyan M. Nurbambang & Takeo Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal. 124 Gambar 3.1 : Soufyan M. Nurbambang & Takeo Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal. 125
41
Bab II Landasan Teori Berdasarkan Rumus 2.9 diatas dibuatlah diagram-diagram aliran untuk beberapa jenis pipa, seperti baja karbon, PVC, Baja dengan lapisan PVC, dan tembaga, dapat dilihat pada Gambar 2.23, 2.24 dan 2.25.
Tabel 2.11 Faktor kecepatan untuk berbagai jenis pipa20. C
Jenis Pipa
140
Pipa baru: kuningan, tembaga, timah, besi tuang, baja (dilas atau ditarik ), baja atau besi dilapis semen. Pipa asbes-semen ( selalu “licin” dan sangat lurus )
130
Pipa baja baru ( lurus tanpa perlengkapan, dilas atau ditarik), pipa besi tuang baru ( biasanya angka ini yang dipakai ), pipa tua : kuningan, tembaga, timah hitam. Pipa PVC- keras.
110
Pipa dengan lapisan semen yang sudah tua, pipa keramik yang masih baik.
100
Pipa besi tuang atau pipa baja yang sudah tua.
Tabel 2.12 Kecepatan air di dalam sistem pipa yang disarankan.21 Kecepatan air ( m/detik)
Jenis pelayanan
20
21
Pipa keluar pompa
2,4 – 3,6
Pipa isap pompa
1,2 – 2,1
Pipa kumpul ( header )
1,2 – 4,5
Pipa naik
0,9 – 3,0
Pelayanan umum
1,5 – 3,0
Pipa buang
1,2 – 2,1
Air kota
0,9 – 2,1
Tabel 2.11 : Soufyan M. Nurbambang & Takeo Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing hal. 71, Tabel 2.12 : Wiranto Arismunandar & Heizo Saito, Penyegaran Udara, hal 207
42
Bab II Landasan Teori
Gambar 2.23 Kerugian gesek dalam pipa baja karbon.22
22
Gambar 2.23 : Soufyan M. Nurbambang & Takeo Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal. 72
43
Bab II Landasan Teori
Gambar 2.24 Kerugian gesek dalam pipa PVC kaku.23
23
Gambar 2.24 : Soufyan M. Nurbambang & Takeo Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, ,hal. 73
44
Bab II Landasan Teori
Gambar 2.25 Kerugian gesek dalam pipa tembaga.24
24
Gambar 2.25 : Soufyan M. Nurbambang & Takeo Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal. 75
45
Bab II Landasan Teori 2.7.
Pompa Sirkulasi Pompa sirkulasi digunakan pada sistem sirkulasi atau dua pipa dengan
cara sirkulasi paksaan. Dalam sistem sirkulasi dipasang sebuah pompa pada sisi pipa balik, sehingga laju aliran air panas dalam pipa balik relatif konstan walaupun laju aliran dalam pipa hantar berubah-rubah sesuai pamakaian. Karena laju aliran air sirkulasi hanya untuk mengatasi kerugian panas dalam pipa utama, maka tekanan pompa ditentukan untuk mengatasi kerugian gesek pada pipa utama yaitu berkisar 3 – 5 m kolom air. Kerugian pada pipa cabang tidak dihitung karena air sirkulasi tidak masuk ke dalam pipa cabang. Pada pipa balik perlu dipasang termostat untuk mengatur jalannya pompa dengan pengaturan temperatur yang direncanakan. Pada instalasi dengan laju aliran yang besar biasanya digunakan pompa jenis sentrifugal. Sebaliknya pada instalasi yang laju alirannya kecil, digunakan pompa satu garis ( one line ) pada pipa balik. Laju aliran pompa sirkulasi dapat ditentukan dengan rumus: W =
q C P γ (Ti − To )
( 2.8 )25
Diamana :
25
W
: Laju aliran pompa sirkulasi ( m3/detik )
q
: Jumlah kalor yang dilepaskan ( kcal/detik )
Cp
: Kalor spesifik air ~ 1 kcal/kg oC
γ
: Massa jenis air (103 kg/m3)
Rumus 2.8 : Wiranto Arismunandar & Heizo Saito, Penyegaran Udara, hal 202
46
Bab II Landasan Teori Ti - To : Beda temperatur pada pipa hantar dengan pipa balik ( K ) 283 K untuk sirkulasi alam 278 K untuk sirkulasi paksaan Sedangkan untuk mencari kerugian panas atau kalor yang dilepaskan melalui dinding pipa dapat dicari berdasarkan teori perpindahan panas konduksi untuk silinder berlubang.
A=
2π (ro − ri ) L Ao − Ai = ln(ro / ri ) ln( Ao / Ai )
( 2.9 )26
Diamana :
26
Ā
: Luas rata-rata penampang silinder ( m2 )
ro
: Jari-jari luar ( m )
ri
: Jari-jari dalam ( m )
Ao
: Luas penampang luar ( m2 )
Ai
: Luas penampang dalam ( m2 )
L
: Panjang pipa ( m )
Rumus 2.9 : Frank Kreith / Arko Prijono M. Sc, Prinsip-prinsip Perpindahan Panas Edisi III, hal 30
47
Bab II Landasan Teori
Gambar 2.26 Distribusi suhu dalam silinder berlubang27 Luas Ā yang didefinisikan oleh Rumus 3.8 disebut luas rata-rata logaritmik. Maka laju konduksi panas melalui silinder berpenampang lingkaran yang berlubang dapat dinyatakan pada persamaan 3.9.
Gambar 2.27 Sketsa yang melukiskan nomenklatur untuk konduksi melalui silinder berlubang28
27
Gambar 2.26 : Frank Kreith / Arko Prijono M. Sc, Prinsip-prinsip Perpindahan Panas Edisi III, hal 30
28
Gambar 2.27 : Frank Kreith / Arko Prijono M. Sc, Prinsip-prinsip Perpindahan Panas Edisi III, hal 28
48
Bab II Landasan Teori
qk =
k A(Ti − To ) (ro − ri )
( 2.10 )29
Diamana : qk
: Jumlah panas yang serap atau dikeluarkan ( kcal/jam )
Ā
: Sama seperti Rumus 3.8
k
: Konduktivitas bahan (kcal/jam.m .K)
Ti
: Temperatur dalam ( K )
To
: Temperatur luar ( K )
ro
: Jari-jari luar ( m )
ri
: Jari-jari dalam ( m ) Spesifikasi bahan pipa yang akan digunakan adalah pipa Polypropylene
Random (PP-R) PN 20. Pipa ini mempunyai konduktivitas (k) 0,22 W/.m.K (0,189 kcal/jam.m.K). Tabel dimensi dan ketebalan pipa ada lembar lampiran.
2.8.
Head Total Pompa Head total pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan jumlah air
seperti yang direncanakan, dapat ditentukan dari kondisi instalasi yang akan dilayani oleh pompa. Head total pompa dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :
29
Rumus 2.10 : Frank Kreith / Arko Prijono M. Sc, Prinsip-prinsip Perpindahan Panas Edisi III, hal 30
49
Bab II Landasan Teori
H = ha + ∆h p + h f +
υ d2
(2.11)30
2g
Dimana H
: Head Total Pompa (m)
ha
: Head statik (m)
∆hp : Perbedaan tekanan yang bekerja pada kedua hf
permukaan air
: Berbagai kerugian head di pipa, belokan, katup, sambungan dll. (m)
υd2 2g g
: Head kecepatan keluar (m) : Percepatan gravitasi (= 9,8 m/s2)
Head total pompa sirkulasi pada system pemipaan air panas dihitung untuk mengatasi kerugia-kerugian gesek pada pipa, belokan, katup dan lainlain.Kerugian gesek dalam pipa dapat dicari dengan menggunakan Rumus 3.2
hf = λ
L υ2 D 2g
(4.12)31
Untuk aliran laminar dan turbulen, mempunyai rumus yang berbeda, sehingga perlu dicari terlebih dahulu jenis aliran di dalam pipa dengan Rumus : Re =
υD ν
hf
: Head kerugian gesek dalam pipa (m)
(2.13)32
Dimana
30 31 32
Rumus 2.11 : Sularso / HaruoTahara, Pompa & Kompresor, hal26 Rumus 2.12 : Sularso / HaruoTahara, Pompa & Kompresor, hal28 Rumus 2.13 : Sularso / HaruoTahara, Pompa & Kompresor, hal28
50
Bab II Landasan Teori
λ
: Koefisien kerugian gesek
L
: Panjang pipa (m)
D
: Diameter pipa (m)
υ
: Kecepatan rata-rata dalam pipa (m/s)
ν
: Viskositas kinematik zat cair (m2/s) Pada Re < 2300, aliran bersifat laminar Pada Re > 4000, aliran bersifat turbulen Pada Re = 2300 – 4000 daerah transisi, aliran dapat bersifat laminar atau turbulen.
64 Re
Aliran laminar :
λ=
Aliran turbulen :
λ = 0,020 +
(2.14)33
0,0005 D
(2.15)34
Tabel 2.13 Tekanan yang dibutuhkan alat plambing.35 Jenis pelayanan
Tekana yang
Tekanan standar 2
dibutuhkan (kg/cm ) Katup gelontor kloset
0,7
Katup gelontor peturasan
0,4
Keran otomatis
0,7
Pancuran mandi
0,7
Keran biasa
0,3
Pemansa air langsung,
0,25- 0,7
dengan bahan bakar gas
33 34
Rumus 2.16 : Sularso / HaruoTahara, Pompa & Kompresor, hal29 Rumus 2.17 : Sularso / HaruoTahara, Pompa & Kompresor, hal29
51
(kg/cm2)
1,0
Bab II Landasan Teori Tabel 2.14 Kerugian Tekanan.36 Komponen
Kerugian tekanan
(mm H 2 O) Mesin refrigerasi kompresi Evaporator
3-8
Kondensor
5-8
Mesin refrigerasi kompresi Evaporator
4-10
Kondensor
5-14
Menara pendingin
2-8
Penukar kalor
2-5
Unit koil-kipas udara
1-2
Katup dengan pengatur
3-5
otomatk
35
36
Tabel 2.13 : Soufyan M. Nurbambang & Takeo Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal. 50 Tabel 2.14 : Wiranto Arismunandar & Heizo Saito, Penyegaran Udara, hal 202
52
Bab II Landasan Teori
Tabel 2.15 Panjang ekivalen untuk katup dan perlengkapan lainya.37 Diameter nominal (mm)
37
Panjang ekivalen (m) T-90o aliran lurus
Katup sorong
Katup bola
Katup sudut
Katup satu arah
0,18
0,12
4,5
2,4
1,2
1,2
0,24
0,15
6,0
3,6
1,6
0,54
1,5
0,27
0,18
7,5
4,5
2,0
1,2
0,72
1,8
0,36
0,24
10,5
5,4
2,5
40
1,5
0,90
2,1
0,45
0,30
13,5
6,6
3,1
50
2,1
1,2
3,0
0,60
0,39
16,5
8,4
4,0
65
2,4
1,5
3,6
0,75
0,48
19,5
10,2
4,6
80
3,0
1,8
4,5
0,90
0,63
24,0
12,0
5,7
100
4,2
2,4
6,3
1,2
0,81
37,5
16,5
7,6
125
5,1
3,0
7,5
1,5
0,99
42,0
21,0
10,0
150
6,0
3,6
9,0
1,8
1,2
49,5
24,0
12,0
200
6,5
3,7
14,0
4,0
1,4
70,0
33,0
15,0
250
8,0
4,2
20,0
5,0
1,7
90,0
43,0
19,0
Belokan 90o
Belokan 45o
15
0,60
0,36
20
0,75
0,45
25
0,90
32
T-90o aliran cabang 0,90
Tabel 2.15 : Soufyan M. Nurbambang & Takeo Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal. 76
53
Bab III Pengumpulan Data
BAB – III PENGUMPULAN DATA
3.1.
No.
Data Bangunan Nama proyek
: FASHION HOTEL
Jenis bangunan
: Bangunan hotel
Lokasi
: Jl. Gunung Sahari 12/2, Jakarta Utara.
Temperatur ruang
: 298 K (25oC)
Lantai
Fungsi
Luas (m2)
Elevasi
Jumlah sanitair yang menggunakan air panas SH
1.
Basement
Fasilitas penunjang & parker
1157
-3,38
2.
Dasar
Ruanga tunggu, penerimaan & penujang.
1294
0,00
3.
Mezzanine
Restauran & penunjang.
743
+4,64
4.
2 (Dua)
Pakir
1304
+8,30
5.
2A (Dua A)
Parkir
1304
+10,79
6.
3 (Tiga)
Parkir
1294
+13,28
7.
3A (Tiga A)
Hotel
478
+15,77
8.
4 (Empat)
Parkir
1294
+18,26
9.
4A (Empat A)
Hotel
1043
10.
5 ( Lima)
Kolam renang & Cafetaria
11.
5A (Lima A)
12.
LV
KS 1
12
1
2
1
1
17
17
+20,75
16
16
1043
+23,24
9
7
Fitness
1043
+26,89
4
6
6 (nam)
Ruang pijat
1043
+30,37
40
1
13.
7 (Tujuh)
Hotel
938
+33,86
24
24
14.
8 (Delapan)
Karaoke
938
+37,35
17
2
15.
9 (Sembilan)
Karaoke
938
+40,83
13
2
16
Jumlah
116
10
112
54
BT
4
1
3
3
Bab III Pengumpulan Data Keterangan : SH
: Shower (Pancuran mandi)
LV
: Lavatory
KS
: Kitchen Sink
BT
: Bathub (Bak mandi rendam)
3.2.
Jumlah Alat Plambing Pada Setiap Pipa Utama
3.2.1. Pipa Utama Dari Ruang Boiler ke Lantai 9 Pancuran mandi (shower)
:112 buah
Bak cuci tangan (lavatory)
: 116 buah
Bak cuci dapur (kitchen sink) : 10 buah Bak mandi rendam (bath tub)
: 3 buah
3.2.2. Pipa Tegak – 1 Bak cuci tangan : 4 buah Pancuran mandi : 6 buah 3.2.3. Pipa Tegak – 2 Bak cuci tangan : 16 buah Pancuran mand : 22 buah 3.2.4. Pipa Tegak – 3 Bak cuci tangan : 16 buah Pancuran mandi : 22 buah
55
Bab III Pengumpulan Data 3.2.5. Pipa Tegak - 4 Bak cuci tangan
: 9 buah
Pancuran mandi
: 9 buah
Bak mandi rendam
: 2 buah
3.2.6. Pipa Tegak – 5 Bak cuci tangan
: 8 buah
Pancuran mandi
: 9 buah
Bak mandi rendam
: 1 buah
3.2.7. Pipa Tegak – 6 Bak cuci tangan : 11 buah Pancuran mandi : 11 buah 3.2.8. Pipa Tegak – 7 Bak cuci tangan : 9 buah Pancuran mandi : 8 buah
3.2.9. Pipa Tegak – 8 Bak cuci tangan : 4 buah Pancuran mandi : 4 buah
56
Bab III Pengumpulan Data 3.2.10. Pipa Tegak – 9, 10, 11 & 12 (tipikal) Bak cuci tangan : 2 buah Pancuran mandi : 2 buah
3.3.
Panjang Pipa dan Jumlah Fitting Pada Setiap Pipa Utama
3.3.1. Pipa Utama Dari Ruang Boiler ke Lantai 9 Panjang pipa lurus
: 53 m
Belokan 90o
: 6 buah
Tee aliran lurus
: 9 buah
Tee aliran cabang
: 3 buah
Katup sorong
: 1 buah
3.3.2. Pipa Horisontal di Lantai 4A Panjang pipa lurus
: 30,5 m
Belokan 90o
: 3 buah
Tee aliran lurus
: 2 buah
Tee aliran cabang
: 1 buah
3.3.3. Pipa Horisontal di Lantai 8 Panjang pipa lurus
: 28 m
Belokan 90o
: 3 buah
Tee aliran lurus
: 3 buah
57
Bab III Pengumpulan Data 3.3.4. Pipa Horisontal di Lantai 9 Panjang pipa lurus
: 30 m
Belokan 90o
: 2 buah
Tee aliran lurus
: 3 buah
Tee aliran cabang
: 1 buah
58
Bab IV Perhitungan Perencanaan
BAB – IV PERHITUNGAN PERENCANAAN 4.1.
Diagram Alur Perencanaan
START
PENGAMBILAN DATA
PRELIMINARI DESAIN
-
Membuat gambar denah Instalasi Menentukan lokasi peralatan utama
Perhitungan ukuran-ukuran pipa air panas dengan Grafik HazenWilliams
Y
Perubahan gambar arsitektur; fungsi ruangan dan jumlah alat plambing
T Perhitungan laju aliran pompa sirkulasi dengan menghitung kerugian panas konduksi pada pipa-pipa utama
a 59
- Perhitungan kebutuhan air panas dan laju aliran air panas - Membuat gambar diagram system - Memilih jenis alat pemanas dan bahan bakar yang akan digunakan - Perhitungan kapasitas alat pemanas
Bab IV Perhitungan Perencanaan
a
Head pompa sirkulasi: dengan menghitung kerugian gesek pada pipapipa utama
Cek jenis aliran
Re =
Turbulen λ = 0,020 +
0,0005 D
υD ν
Laminer
Pada Re < 2300, aliran bersifat laminar Pada Re > 4000, aliran bersifat turbulen Pada Re = 2300 – 4000 daerah transisi
Total head pompa sirkulasi
hf = λ
L υ2 D 2g
Membuat spesifikasi teknis peralatan
STOP
END
60
λ=
64 Re
Bab IV Perhitungan Perencanaan 4.2.
Laju Aliran Air Panas Sehubungan dengan fungsi bangunan yang bermacam-macam, sehingga
perhitungan kebutuhan air panas berdasarkan jumlah dan jenis alat plambing dengan menggunakan Tabel 2.4. Pancuran mandi (shower)
:112 x 4,86x10-6 m 3/detik = 5,44x10-3 m3/detik
Bak cuci tangan (lavatory)
: 116 x 2,08x10-6 m 3/detik = 2,42x10-4 m3/detik
Bak cuci dapur (kitchen sink) : 10 x 2,08x10-5 m 3/detik = 2,08x10-4 m3/detik Bak mandi rendam (bath tub) : 3
x 5,55x10-5 m 3/detik = 1,67x10-4 m3/detik = 6,06x10-3 m3/detik
Jumlah Laju aliran air panas maksimum : Q = 6,06x10-3 m3/detik x 0,25 = 1,515x10-3 m3/detik W=1,515x10-3 m3/detik x 103 kg/m3 x 60 W = 5454 kg/jam
4.3.
Menentukan Ukuran Pipa Air Panas Dalam perencanaan sistem air panas pada bangunan Fashion Hotel, pipa
yang digunakan adalah jenis Polypropelene. Permukaan dalam pipa Polypropelene mempunyai permukaan yang hampir sama dengan pipa PVC, sehingga dalam menentukan diameter pipa bisa menggunakan Gambar 2.24. 4.3.1. Ukuran Pipa Utama Qh
= 1,515x10-3 m3/detik
61
Bab IV Perhitungan Perencanaan Q
= 1,515x10-3 m3/detik x 2 = 3,03x10-3 m3/detik
v
= 1 m/detik (Table 2.12 untuk pipa naik)
d
= 65 mm(lihat Gambar 2.24)
4.3.2. Ukuran Pipa Tegak – 1 Bak cuci tangan : 4 x (0,75) x 2,08x10-6 m3/detik = 6,24x10-6 m3/detik Pancuran mandi : 6 x (0,75) x 4,86x10-5 m3/detik = 2,19x10-4 m3/detik 2,25x10-4 m3/detik
Qt1
= 2,25x10-4 m3/detik x 2 = 4,5x10-4 m3/detik ( 27 liter/menit )
v
= 1,5 m/ detik (Tabel 2.12 untuk pelayanan umum)
dt1
= 25 mm (lihat Gambar 2.24)
4.3.3. Ukuran Pipa Tegak – 2 Bak cuci tangan : 16x(0.45) x 2,08x10-6 m3/detik = 1,49x10-5 m3/detik Pancuran mand : 22x(0.45) x 4,86x10-5 m3/detik = 4,81x10-4 m3/detik 4,96x10-4 m3/detik Qt2
= 4,96x10-4 m3/detik x 2 = 9,92x10-4 m3/detik (59,52 liter/menit)
v
= 1,5 m/ detik ((Tabel 2.12 untuk pelayanan umum)
62
Bab IV Perhitungan Perencanaan dt2
= 32 mm(lihat Gambar 2.24)
4.3.4. Ukuran Pipa Tegak – 3 Bak cuci tangan : 16x(0.45) x 2,08x10-6 m3/detik = 1,50x10-5 m3/detik Pancuran mandi : 22x(0.45) x 4,86x10-5 m3/detik = 4,81x10-4 m3/detik 4,96x10-4 m3/detik Qt3
= 4,96x10-4 m3/detik x 2 = 9,92x10-4 m3/detik (59,52 liter/menit)
v
= 1,5 m/ detik (Tabel 2.12 untuk pelayanan umum)
dt3
= 32 mm (lihat Gambar 2.24)
4.3.5. Ukuran Pipa Tegak - 4 Bak cuci tangan : 9 x (0.55) x 2,08x10-6 m3/detik = 1,03x10-5 m3/detik Pancuran mandi : 9 x (0.55) x 4,86x10-5 m3/detik = 2,41x10-4 m3/detik Bak mandi rendam : 2 x(1)x 5,55x10-5 m3/detik = 1,11x10-4 m3/detik 3,62x10-4 m3/detik
Qt4
= 3,62x10-4 m3/detik x 2 = 7,24x10-4 m3/detik (43,44 liter/menit)
v
= 1,5 m/ detik (Tabel 2.12 untuk pelayanan umum)
dt4
= 32 mm (lihat Gambar 2.24)
4.3.6. Ukuran Pipa Tegak – 5
63
Bab IV Perhitungan Perencanaan Bak cuci tangan : 8x(0.55) x 2,08x10-6 m3/detik = 1,03x10-5 m3/detik Pancuran mandi : 9x(0.55) x 4,86x10-5 m3/detik = 2,41x10-4 m3/detik Bak mandi rendam : 1x (1) x 5 ,55x10-5 m3/detik
= 5,55x10-5 m3/detik 2,97x10-4 m3/detik
Qt5
= 2,97x10-4 m3/detik x 2 = 5,94x10-4 m3/detik (35,64 liter/menit)
v
= 1,5 m/ detik (Tabel 2.12 untuk pelayanan umum)
dt5
= 25 mm (lihat Gambar 2.24)
4.3.7. Ukuran Pipa Tegak – 6 Bak cuci tangan : 11x(0.48) x 2,08x10-6 m3/detik = 1,10x10-5 m3/detik Pancuran mandi : 11x(0.48) x 4,86x10-5 m3/detik = 2,57x10-4 m3/detik 2,68x10-4 m3/detik Qt6
= 2,68x10-4 m3/detik x 2 = 5,36x10-4 m3/detik (32,16 liter/menit)
v
= 1,5 m/ detik (Tabel 2.12 untuk pelayanan umum)
dt6
= 25 mm (lihat Gambar 2.24)
4.3.8. Ukuran Pipa Tegak – 7 Bak cuci tangan : 9x(0.55) x 2,08x10-6 m3/detik = 1,03x10-5 m3/detik Pancuran mandi : 8x(0.55) x 4,86x10-5 m3/detik = 2,14x10-4 m3/detik 2,24x10-4 m3/detik
64
Bab IV Perhitungan Perencanaan
Qt7
= 2,24x10-4 m3/detik x 2 = 4,48x10-4 m3/detik (26,88 liter/menit)
v
= 1,5 m/ detik (Tabel 2.12 untuk pelayanan umum)
dt7
= 25 mm (lihat Gambar 2.24)
4.3.9. Ukuran Pipa Tegak – 8 Bak cuci tangan : 4x(0,75) x 2,08x10-6 m3/detik = 6,24x10-6 m3/detik Pancuran mandi : 4x(0,75) x 4,86x10-5 m3/detik = 1,46x10-4 m3/detik 1,52x10-4 m3/detik Qt8
= 1,52x10-4 m3/detik x 2 = 3,04x10-4 m3/detik (18,24 liter/menit)
v
= 1,5 m/ detik (Tabel 2.12 untuk pelayanan umum)
dt8
= 20 mm (lihat Gambar 2.24)
4.3.10. Ukuran Pipa Tegak – 9, 10, 11 & 12 (tipikal) Bak cuci tangan : 2x(1) x 2,08x10-6 m3/detik = 4,16x10-6 m3/detik Pancuran mandi : 2x(1) x 4,86x10-5 m3/detik = 9,72x10-5 m3/detik 1,01x10-4 m3/detik Q t9-12 = 1,01x10-4 m3/detik x 2 = 2,02x10-4 m3/detik (12.12 liter/menit)
65
Bab IV Perhitungan Perencanaan v
= 1,5 m/ detik (Tabel 2.12 untuk pelayanan umum)
d t9-12 = 20 mm (lihat Gambar 2.24) 4.3.11. Ukuran Pipa Pembagi Horisontal untuk Pipa Tegak 1 sampai 4 Bak cuci tangan : 45 x (0.39) x 2,08x10-6 m3/detik = 3,65x10-5 m3/detik Pancuran mandi : 59 x (0.38) x 4,86x10-5 m3/detik = 1,09x10-3 m3/detik Bak mandi rendam : 2x(1) x 2,08x10-5 m3/detik
= 4,08x10-5 m3/detik 1,17x10-3 m3/detik
Qh1-4 = 1,17x10-3 m3/detik x 2 =
2.34x10-3 m3/detik (140,40 liter/menit)
v
= 1,5 m/ detik (Tabel 2.12 untuk pipa pengumpul)
d h1-4
= 50 mm (lihat Gambar 2.24)
4.3.12. Ukuran Pipa Pembagi Horizontal untuk Pipa Tegak 5 sampai 7 Bak cuci tangan : 28 x (0.42) x 2,08x10-6 m3/detik = 2,45x10-5 m3/detik Pancuran mandi : 28 x (0.42) x 4,86x10-5 m3/detik = 5,71x10-4 m3/detik Bak mandi rendam : 1 x (1) x 5,55x10-5 m3/detik
= 5,55x10-5 m3/detik 6,51x10-4 m3/detik
Q h5-7 = 6,51x10-4 m3/detik x 2 = 1,30x10-3 m3/detik (78,12 liter/menit) v
= 1,5 m/ detik (Tabel 2.12 untuk pipa pengumpul)
dh5-7
= 40 mm (lihat Gambar 2.24)
66
Bab IV Perhitungan Perencanaan
4.3.13. Ukuran Pipa Pembagi Horizontal untuk Pipa Tegak 8 sampai 10 Bak cuci tangan : 10 x (0.55) x 2,08x10-6 m3/detik = 1,14x10-5 m3/detik Pancuran mandi : 10 x (0.55) x 4,86x10-5 m3/detik = 2,67x10-4 m3/detik 2,78x10-4 m3/detik Qh8-10 = 2,78x10-4 m3/detik x 2 = 5,56x10-4 m3/detik (33,36 liter/menit) v
= 1,5 m/ detik (Tabel 2.12 untuk pipa pengumpul)
dh8-10 = 25 mm (lihat Gambar 2.24)
4.3.14. Ukuran Pipa Pembagi Horizontal untuk Pipa Tegak 11 dan 12 Bak cuci tangan : 8 x (0.55) x 2,08x10-6 m3/detik = 9,15x10-6 m3/detik Pancuran mandi : 8 x (0.55) x 4,86x10-5 m3/detik = 2,14x10-4 m3/detik 2,23x10-4 m3/detik Qh11-12 = 2,23x10-4 m3/detik x 2 = 4,46x10-4 m3/detik (26,76 liter/menit) v
= 1,5 m/ detik (Tabel 2.12 untuk pipa pengumpul)
dh11-12 = 25 mm (lihat Gambar 2.24)
67
Bab IV Perhitungan Perencanaan
4.4.
Kapasitas Alat Pemanas
4.4.1. Kapasitas Ketel Pemanas (Hot Water Boiler) Laju aliran air panas (W)
: 5454 kg/jam
Temperatur air panas (Th)
: 338 K
Temperatur air dingin (Tc)
: 278 K
Dengan menggunakan Rumus 2.1 yaitu : q = W (Th − Tc ) q = 5454kg / jam(338 − 278 o C ) q = 327240 kcal / jam
4.4.2. Pemakaian Kalor Apabila Menggunakan Gas LPG H : 12000 kcal/kg (lihat Tabel 2.6) E : 0,7 (lihat Tabel 2.6) Q=
W (Th − Tc ) ( H )( E )
Q=
5454kg / jam(338 − 278K ) (12000kcal / kg )(0,7)
Q = 38,96kg / jam
4.4.3. Luas Bidang Rangka Bakar Pada Ketel Pemanas Dengan Menggunakan Solar H : 10000 kcal/kg (lihat Tabel 2.6)
68
Bab IV Perhitungan Perencanaan E : 0,6 (lihat Tabel 2.6) C : 1,4 kg/m2/jam (lihat Tabel 2.7) A=
W (Th − Tc ) (C )( H )( E )
A=
5454kg / jam(338 − 278 K ) (1,4kg / m 2 / jam)(10000kcal / kg )(0,6)
A = 38,96m 2
4.4.4. Panjang Pipa Koil Pada Pemanasan Tidak Langsung, Menggunakan Air Panas Diameter pipa koil tembaga : 32 mm (asumsi) k : 2400 kcal/m2/jam/K (lihat Gambar 2.12) Ts : 373 K l : 11,4 m/m2 (lihat Tabel 2.19) S : 1,2 A=
A=
W (Th − Tc ) T − Tc k (Ts − h ) 2
5454kg / jam(338 − 278K ) 338 − 278K 2400kcal / m 2 / jam / K (373K − ) 2
A = 1,95m 2 L = ( A)(l )( S )
L = (1,95m 2 )(11,4m / m 2 )(1,2)
69
Bab IV Perhitungan Perencanaan L = 26,67 m
4.5.
Pompa Sirkulasi
4.5.1. Kapasitas Pompa Sirkulasi Dalam perhitungan kapasitas pompa sirkulasi adalah dengan menghitung kerugian panas pada pipa-pipa utama (main pipe), yaitu : -
pipa utama dari boiler ke lantai 9 : dia 65 mm
-
Pipa pembagi horizontal pada lantai 8 : dia 50 mm
-
Pipa pembagi horizontal pada lantai 9: dia 40 mm
-
Pipa pembagi horizontal pada lantai 4A : dia 25 mm
Bahan pipa yang digunakan adalah jenis pipa polypropelene PN 20 yang mempunyai nilai konduktifitas 0.22 W/(m.K) tanpa menggunakan isolasi.
Pipa Utama Supplai dari Boiler ke lantai 9. Panjang pipa
: 49 + 24 = 53
Jari-jari dalam(ri)
: 32,5 mm (0,0325 m)
Jari-jari Luar (ro)
: 45 mm (0,045 m)
Temperatur luar (To)
: 298 K
Temperatur dalam (Ti)
: 338 K
Konduktifitas Bakar (k) : 0,189 kcal/(jam.m. K)
A=
2π (ro − ri )l ln(ro / ri )
A=
6,28(0,045 − 0,0325)53 ln(0,045 / 0,0325)
70
Bab IV Perhitungan Perencanaan
A=
4,160 0,807
A = 5,155m 2
qk =
k A(Ti − To ) ( ro − ri )
qk =
0,189 x5,155(338 − 298) (0,045 − 0.0325)
qk =
38,972 0,0125
q k = 3117,744kcal / jam
Pipa Pembagi Horisontal di lantai 4A. Panjang pipa (L)
: 30,5 m
Jari-jari dalam (ri)
: 13,3 mm (0,0133m)
Jari-jari Luar (ro)
: 20 mm (0,020 m)
Temperatur Luar (To)
: 298 K
Temperatur Dalam (Ti)
: 333 K
Konduktifitas Bakar (k) : 0,189 kcal/(jam.m.K)
A=
2π (ro − ri )l ln(ro / ri )
A=
6,28(0,020 − 0,0133)30,5 ln(0,020 / 0,0133)
A=
6,28(0,020 − 0,0133)30,5 ln(0,020 / 0,0133)
71
Bab IV Perhitungan Perencanaan
A=
1,283 0,408
A = 3,144m 2
qk =
k A(Ti − To ) ( ro − ri )
qk =
0,189 x3,144(333 − 298) (0,020 − 0.0133)
qk =
20,80 0.0067
q k = 3104,477 kcal / jam
Pipa Pembagi Horisontal di lantai 8. Panjang pipa (L)
: 28 m
Jari-jari dalam (ri)
: 25 mm (0,025m)
Jari-jari Luar (ro)
: 37,5 mm (0,0375 m)
Temperatur Luar (To)
: 298 K
Temperatur Dalam (Ti)
: 333 K
Konduktifitas Bakar (k) : 0,189 kcal/(jam.m.K)
A=
2π (ro − ri )l ln(ro / ri )
A=
6,28(0,0375 − 0,025)28 ln(0,0375 / 0,025)
A=
2,198 0,405
72
Bab IV Perhitungan Perencanaan A = 5,427 m 2
qk =
k A(Ti − To ) ( ro − ri )
qk =
0,189 x5,427(333 − 298) (0,0375 − 0.025)
qk =
35,899 0.0125
q k = 2871,92kcal / jam
Pipa Horisontal di lantai 9. Panjang pipa (l)
: 30 m
Jari-jari dalam (ri)
: 21 mm (0,021 m)
Jari-jari luar (ro)
: 31,5 mm (0,0315 m)
Temperatur luar (To)
: 298 K
Temperatur dalam (Ti)
: 328 K
Konduktifitas Bakar (k) : 0,189 kcal/(jam.m.K)
A=
2π (ro − ri )l ln(ro / ri )
A=
6,28(0,0315 − 0,021)30 ln(0,0315 / 0,021)
A=
1,978 0,405
A = 4,884 m 2
73
Bab IV Perhitungan Perencanaan
qk =
k A(Ti − To ) ( ro − ri )
qk =
0,189 x 4,884(328 − 298) (0,0315 − 0.021)
qk =
27,692 0,0105
q k = 2637,360kcal / jam Qtotal
= 3117,744 + 3104,477 + 2871,920 + 2637,360 (kcal/jam) = 11731,501 kcal/ jam
Maka laju aliran pompa sirkulasi adalah : W =
q C P γ (Ti − To)
W =
11731,501kcal / jam 1x1x5 K
W = 2,35m 3 / jam = 6,5 x10 −4 m 3 / det ik
4.5.2. Total Head Pompa Sirkulasi Air Panas Total head pada pompa sirkulasi hanya untuk mengatasi kerugian gesek pada pipa, dapat dicari dengan Rumus 3.11 s/d 3.14
Kerugian gesek pada pipa utama dari ruang boiler ke lantai 9 Diameter pipa
: 65 mm (0,065m)
74
Bab IV Perhitungan Perencanaan Panjang pipa lurus
: 53 m
Panjang pipa ekivalen (lihat Tabel 3.13) Belokan 90o (Elbow)
: 6 x 2,4 = 14,4 m
Tee aliran lurus
: 9 x 0,75 = 6,75 m
Tee aliran cabang
: 3 x 3,6 = 10,8 m
Katup sorong
: 1 x 0,45 = 0,45 m
Total panjang ekivalen
:
32,4 m
Total panjang
:
85 m
Re =
υD ν
Re =
1x0,065 = 11732,85 , aliran bersifat turbulen sehingga : 0,554 x10 −6
λ = 0,020 +
hf = λ
0,0005 0,0005 = 0,020 + = 0,028 D 0,065
L υ2 D 2g
h f = 0,028
85 12 = 1,87 m 0,065 2 x9,8
Kerugian gesek pada pipa pembagi horizontal di lantai 4A Diameter pipa
: 25 mm (0,025m)
Panjang pipa lurus
: 30,5 m
Panjang pipa ekivalen (lihat Tabel 3.13) Belokan 90o (Elbow)
: 3 x 0,90 = 2,70 m
75
Bab IV Perhitungan Perencanaan Tee aliran lurus
: 2 x 0,27 = 0,54 m
Tee aliran cabang
: 1 x 1,50 = 1,50 m
Total panjang ekivalen
:
4,74 m
Total panjang
:
35,24 m
λ = 0,020 +
hf = λ
0,0005 0,0005 = 0,020 + = 0,04 D 0,025
L υ2 35,24 1,5 2 = 0,04 = 2,87m D 2g 0,065 2 x9,8
Kerugian gesek pada pipa pembagi horizontal di lantai 8 Diameter pipa
: 50 mm (0,05m)
Panjang pipa lurus : 28 m Panjang pipa ekivalen (lihat Tabel 3.13) Belokan 90o (Elbow)
: 3 x 2,10 = 6,30 m
Tee aliran lurus
: 3 x 0,60 = 1,80 m
Total panjang ekivalen
:
8,10 m
Total panjang
:
36,10 m
λ = 0,020 +
hf = λ
0,0005 0,0005 = 0,020 + = 0,03 D 0,05
L υ2 36,10 1,5 2 = 0,03 = 2,48m D 2g 0,05 2 x9,8
Kerugian gesek pada pipa pembagi horizontal di lantai 9 Diameter pipa
: 40 mm (0,04m)
76
Bab IV Perhitungan Perencanaan Panjang pipa lurus
: 30 m
Panjang pipa ekivalen (lihat Tabel 3.13) Belokan 90o (Elbow)
: 2 x 1,50 = 3,00 m
Tee aliran lurus
: 3 x 0,45 = 1,35 m
Tee aliran cabang
: 1 x 2,10 = 2,10 m
Total panjang ekivalen
:
6,45 m
Total panjang
:
36,45 m
λ = 0,020 +
hf = λ
0,0005 0,0005 = 0,020 + = 0,0325 D 0,04
L υ2 36,45 1,5 2 = 0,0325 = 3,40m D 2g 0,04 2 x9,8
Total head pompa sirkulasi : 1,87 + 2,87 + 2,48 + 3,40 = 10,62 m ~ 11 m
77
Bab V Penutup
BAB – V PENUTUP
5.1.
Kesimpulan Setelah melakukan perhitungan pada Bab IV, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan yaitu : 5.1.1. Kapasitas Alat Pamanas (Hot Water Boiler) Kapasitas hot water boiler = 327240 kcal/jam (533 kW) 5.1.2. Diameter pipa Pipa servis
Laju aliran (m3/detik)
Kecepatan dalam pipa ( m/detik)
Diameter pipa ( mm)
Pipa utama
3,03x10-3
1
65
Pipa tegak - 1
4,50x10-4
1,5
25
Pipa tegak – 2 & 3
9,92x10-4
1,5
32
Pipa tegak - 4
7,24x10-4
1,5
32
Pipa tegak - 5
5,94x10-4
1,5
25
Pipa tegak - 6
5,36x10-4
1,5
25
Pipa tegak - 7
4,48x10-4
1,5
25
Pipa tegak - 8
3,04x10-4
1,5
20
Pipa tegak – 9, 10, 11 & 12
2,02x10-4
1,5
20
Pembagi untuk Pipa Tegak 1 sampai 4
2.34x10-3
1,5
50
Pembagi untuk Pipa Tegak 5 sampai 7
1,30x10-3
1,5
40
Pembagi untuk Pipa Tegak 8 sampai 10
5,56x10-4
1,5
25
Pembagi untuk Pipa Tegak 11 dan 12
4,46x10-4
1,5
25
78
Bab V Penutup 5.1.3. Pompa Sirkulasi Kapasita = 6,5x10-4 m3 /detik Total head = 11 m
5.2.
Saran Untuk merencanakan sistem penyediaan air bersih yang efisien dan ramah
lingkungan, disarankan : -
Gunakan alat pemanas (hot water boiler) minimal 2 unit agar dalam pemakaian lebih hemat dan apabila ada kerusakan, yang satu dapat digunakan sementara yang satunya lagi diperbaiki (bergantian).
-
Pilih jenis alat pemanas yang hemat bahan bakar dan ramah lingkungan.
-
Perencanaan system pemipaan terutama pipa-pipa utama usahakan sesederhana mungkin, sehingga kerugian panas bisa lebih kecil dan kapasitas pompa sirkulasi tidak terlalu besar.
-
Pergunakan pipa air panas yang mudah didapat, mudah dipasang, tidak mudah korosif dan memiliki kondutivitas yang baik sehingga kerugian panas dapat diminimalis.
79
Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
Frank Kreith/ Arko Prijono M.Sc : “Prinsip-Prinsip Perpindahan Panas” Edisi III, Erlangga 1986 Ronald V. Giles/ Ir Herwan Widodo Soemitra : “Mekanika Fluida & Hidraulika” Edisi Kedua, Erlangga 1986 Soufyan M Noer Bambang/ Takeo Morimura : “Perancangan Dan Pemeliharaan Sistem Plambing” Cetakan Pertama, Pradnya Paramita 1985 Stein/ Reynold/ Mc Guinness : “ Mechanical And Electrical Equitment For Building 7th Edition”, John Wiley & Sons, Inc 1986 Sularso/ Haruo Tahara : “ Pompa Dan Kompresor”, Cetakan Kesembilan, Pradnya Paramita 2006 Wilbert F. Stoecker/ Jerold W. Jones/ Ir Supratman Hara : “Refrigerasi Dan Pengkondisian Udara” Edisi Kedua, Erlangga 1992 Wiranto Aris Munandar/ Heizo Saito : “ Penyegaran Udara” Cetakan Ketujuh, Pradnya Paramita 2005
80