Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id
BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : Fax. : E-mail : Website :
+62 61 3818163 +62 21 3818206 (sirkulasi) +62 21 3452489
[email protected] http://www.bi.go.id
LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia
Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II-2010 Laporan Kebijakan Moneter dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Januari, April, Juli, dan Oktober. Selain dalam rangka memenuhi ketentuan pasal 58 UU Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, laporan ini berfungsi untuk dua maksud utama, yaitu: (i) sebagai perwujudan nyata dari kerangka kerja antisipatif yang mendasarkan pada prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan dalam perumusan kebijakan moneter, dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan kebijakan yang melandasi keputusan kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
Dewan Gubernur
Darmin Nasution
Deputi Gubernur Senior
Hartadi A. Sarwono
Deputi Gubernur
S. Budi Rochadi
Deputi Gubernur
Muliaman D. Hadad
Deputi Gubernur
Ardhayadi Mitroatmodjo
Deputi Gubernur
Budi Mulya
Deputi Gubernur
Halim Alamsyah
Deputi Gubernur
i
LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia
ii
LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia
Langkah-langkah Penguatan Kebijakan Moneter dengan Sasaran Akhir Kestabilan Harga (Inflation Targeting Frameworks) Mulai Juli 2005 Bank Indonesia telah mengimplementasikan penguatan kerangka kerja kebijakan moneter konsisten dengan Inflation Targeting Framework (ITF), yang mencakup empat elemen dasar: (1) penggunaan suku bunga BI Rate sebagai policy reference rate, (2) proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif, (3) strategi komunikasi yang lebih transparan, dan (4) penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Langkah-langkah dimaksud ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Strategi Kebijakan Moneter Prinsip Dasar
Kebijakan moneter dengan ITF menempatkan sasaran inflasi sebagai tujuan utama (overriding objective) dan jangkar nominal (nominal anchor) kebijakan moneter. Dalam hubungan ini, Bank Indonesia menerapkan strategi antisipatif (forward looking) dengan mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi jangka menengah ke depan.
Penerapan ITF tidak berarti bahwa kebijakan moneter tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Paradigma dasar kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balance) antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan, baik dalam penetapan sasaran inflasi maupun respon kebijakan moneter, dengan mengarahkan pada pencapaian inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka menengah-panjang.
Sasaran Inflasi
Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK setiap tahunnya. Berdasarkan KMK No.1/KMK.011/2008 sasaran inflasi untuk periode tahun 2008 – 2010, masingmasing sebesar 5,0%, 4,5%, dan 4,0% dengan deviasi ±1%. Namun demikian, berdasarkan perkembangan terkini, Bank Indonesia mengusulkan kepada Pemerintah tentang perubahan sasaran inflasi tahun 2010-2012 menjadi sebesar 5% ± 1%, 5% ± 1%, dan 4,5% ± 1%.
Instrumen dan Operasi Moneter
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate merupakan suku bunga sinyaling dalam rangka mencapai sasaran inflasi jangka menengah panjang, yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu.
Dalam rangka implementasi penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter, terhitung sejak tanggal 9 Juni 2008 Bank Indonesia melakukan perubahan sasaran operasional dari suku bunga SBI 1 bulan menjadi suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N).
BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter yang tercermin pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditas di pasar, operasi moneter harian dilakukan dengan menggunakan seperangkat instrumen moneter dan koridor suku bunga (standing facilities).
Proses Perumusan Kebijakan
BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur melalui mekanisme Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG mingguan. Perubahan dalam BI Rate pada dasarnya menunjukkan respons kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mengarahkan prakiraan inflasi ke depan agar tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi yang telah ditetapkan.
Transparansi
Kebijakan moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar, website, maupun penerbitan Laporan Kebijakan Moneter (LKM). Transparansi dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan sekaligus pembentukan ekspektasi masyarakat atas prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan serta respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
Koordinasi dengan Pemerintah
Untuk koordinasi dalam penetapan sasaran, pemantauan dan pengendalian inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesia telah membentuk Tim yang melibatkan pejabat-pejabat dari berbagai instansi terkait. Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim membahas dan merekomendasikan kebijakan-kebijakan yang diperlukan baik dari sisi Pemerintah maupun Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam rangka pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkkan.
iii
LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia
iv
LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia
Kata Pengantar
Sampai dengan triwulan II 2010, pemulihan ekonomi global terus berlanjut meskipun masih diwarnai oleh tekanan di pasar keuangan global dan kekhawatiran terhadap sustainabilitas pemulihan ekonomi Eropa. Berbagai indikator terkini menunjukkan pemulihan ekonomi di negara maju, khususnya Amerika Serikat dan Jepang, terindikasi akan lebih kuat pada tahun 2010 ini. Demikian pula, pemulihan ekonomi di negara-negara emerging economies, khususnya Asia termasuk China, India dan ASEAN-5, tetap membaik dan menjadi daya dukung pemulihan ekonomi global. Sejauh ini dampak krisis yang terjadi di Eropa lebih banyak terasa pada tekanan volatilitas pada pasar keuangan global dan belum terlihat berpengaruh signifikan pada pemulihan ekonomi global pada tahun 2010. Di sisi domestik, perekonomian menunjukkan kinerja yang terus membaik disertai dengan tetap terjaganya stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan. Perbaikan ekonomi global yang terus berlangsung berdampak positif bagi kinerja sektor eksternal dan investasi Indonesia selama triwulan II-2010. Dengan perkembangan tersebut pemulihan ekonomi domestik menjadi lebih kuat karena tidak bertumpu hanya pada konsumsi, tetapi didukung juga oleh investasi dan ekspor. Perkembangan ekonomi yang membaik tersebut di dukung oleh terjaganya sistem keuangan yang tercermin pada pertumbuhan industri perbankan yang tetap stabil dan mulai meningkatnya pertumbuhan kredit. Perbaikan kinerja sektor eksternal tercermin pada Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang tetap solid didukung oleh neraca transasksi berjalan dan neraca transaksi finansial yang diperkirakan mencatat surplus yang lebih besar dari perkiraan semula. Surplus yang terjadi baik pada neraca transaksi berjalan maupun transaksi modal dan finansial tesebut sejalan dengan perbaikan ekonomi global disertai meningkatnya arus modal asing karena perbaikan outlook credit rating dan persepsi positif internasional terhadap Indonesia. Hal ini didukung oleh implementasi paket kebijakan yang dikeluarkan Bank Indonesia pada tanggal 16 Juni 2010 yang secara umum direspons positif oleh pelaku pasar baik domestik maupun internasional, dan penguatan manajemen moneter serta pendalaman pasar keuangan di dalam negeri. Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai sekitar 6% pada triwulan II-2010. Ke depan, perkembangan ekonomi global dan domestik yang membaik selama triwulan II-2010 tersebut diperkirakan akan terus berlanjut. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 diperkirakan akan cenderung menuju ke batas atas kisaran proyeksi 5,5%-6,0%. Kenaikan ekspor dan investasi diperkirakan akan terus terjadi dan semakin
v
LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia
memperkuat kenaikan konsumsi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada tahun 2010 dan 2011. Untuk 2011, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan mencapai kisaran 6,0%-6,5%. Di sisi harga, Bank Indonesia mencermati adanya tanda-tanda tekanan inflasi yang cenderung meningkat intensitasnya. Dalam beberapa bulan ke depan hingga akhir tahun 2010 tekanan inflasi diperkirakan meningkat, terutama karena dampak kenaikan TDL, datangnya Ramadhan dan Idhul Fitri, serta kenaikan harga-harga bahan makanan terkait dengan ketidakpastian musim. Sementara untuk tahun 2011, tekanan inflasi dapat terjadi dengan semakin terbatasnya respons sisi penawaran terhadap peningkatan permintaan yang diperkirakan akan terus berlanjut. Bank Indonesia akan terus mewaspadai peningkatan tekanan inflasi tersebut dan menyesuaikan respons kebijakan moneter yang diperlukan untuk memastikan agar inflasi tetap berada pada kisaran sasaran yaitu 5%±1% pada tahun 2010 dan 2011.
vi
Jakarta, Juli 2010
Pjs. Gubernur Bank Indonesia
Dr. Darmin Nasution
LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia
Daftar Isi
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009
Daftar Isi
1. Tinjauan Umum............................................................................. 1
2. Perkembangan Makroekonomi Terkini....................................... 4
Perkembangan Ekonomi Dunia ....................................................... 4 Pertumbuhan Ekonomi..................................................................... 7 Neraca Pembayaran Indonesia.......................................................... 13
3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2010 ........ 15
Nilai Tukar Rupiah............................................................................ 15 Inflasi............................................................................................... 17 Kebijakan Moneter . ........................................................................ 19
4. Perekonomian Indonesia ke Depan............................................. 28
Asumsi dan Skenario yang Digunakan . ........................................... 28 Prospek Pertumbuhan Ekonomi........................................................ 30 Prakiraan Inflasi................................................................................ 38 Faktor Risiko.................................................................................... 39
5. Respon Kebijakan Moneter Triwulan II-2010.............................. 41
Tabel Statistik.................................................................................... 42
vii
LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009
viii
Daftar Isi
Tinjauan Umum
1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia pada triwulan II-2010 menunjukkan penguatan ekonomi yang terus berlanjut. Optimisme tersebut didukung oleh kinerja investasi dan ekspor yang tumbuh lebih tinggi, seiring dengan perbaikan ekonomi global. Kondisi perekonomian yang semakin menunjukkkan suasana optimis tersebut mendukung prospek ekonomi lebih baik dari perkiraan semula. Perekonomian Indonesia di tahun 2010 diperkirakan akan tumbuh menuju batas atas kisaran 5,5%-6,0% dan pada tahun 2011 mencapai 6,0%-6,5%. Dari sisi harga, tekanan inflasi sepanjang triwulan II-2010 menunjukkan peningkatan yang disebabkan oleh kelompok volatile food, yaitu dari aneka bumbu dan beras. Sementara itu, kelompok administered prices dan inflasi inti memberi kontribusi yang menimal terhadap perkembangan harga sepanjang triwulan II-2010. Dengan demikian, secara keseluruhan tahun, inflasi IHK tahun 2010 akan tetap berada pada kisaran sasaran inflasi sebesar 5%±1%. Pemulihan ekonomi global masih terus berlanjut, meskipun diwarnai tekanan di pasar keuangan global dan kekhawatiran terhadap sustainabilitas pemulihan ekonomi Eropa. Laju pemulihan ekonomi global pada triwulan II-2010 diperkirakan moderat dibandingkan dengan triwulan I-2010. Meskipun demikian, perkembangan tersebut tetap menimbulkan optimisme yang positif terhadap proses pemulihan global. Kondisi tersebut didukung oleh membaiknya kondisi di negara maju, terutama AS dan Jepang, serta sejumlah negara di Asia. Di kawasan Asia, pertumbuhan ekonomi menunjukkan peningkatan kecuali China yang sedikit melambat, terkait kebijakan yang ditempuh pemerintah China untuk mengatasi gejala overheating. Krisis Eropa memicu tekanan di pasar keuangan global sepanjang triwulan II-2010, tercermin dari anjloknya bursa saham global dan melonjaknya CDS serta yield spread PIIGS (Portugal, Italy, Ireland, Greece, and Spain). Di Asia, flight to quality terindikasi dari posisi jual neto investor asing di bursa saham, pelemahan mata uang regional, serta meningkatnya CDS sovereign. Sejauh ini dampak krisis di Eropa lebih banyak terasa pada tekanan di pasar keuangan global dan belum berpengaruh signifikan terhadap prospek pemulihan ekonomi global secara keseluruhan. Berbagai upaya yang ditempuh negara yang mengalami krisis di Eropa seperti austerity program, bantuan EU dan IMF sejauh ini mampu meredam gejolak pasar keuangan global yang terjadi sepanjang triwulan II-2010. Kinerja ekonomi domestik triwulan II-2010 diperkirakan lebih baik dari proyeksi sebelumnya. Pada triwulan II-2010, ekonomi domestik diperkirakan tumbuh 6,0%, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya sebesar 5,7%. Optimisme tersebut didukung oleh kinerja investasi yang tumbuh lebih tinggi. Pertumbuhan investasi diperkirakan mencapai 10% (yoy) pada triwulan II-2010, sebagai respons dari permintaan domestik dan eksternal yang semakin kuat. Iklim investasi yang lebih baik juga didukung oleh sovereign credit rating Indonesia yang terus meningkat sejalan dengan semakin membaiknya fundamental ekonomi. Secara sektoral, kinerja ekonomi tahun 2010 terutama didukung oleh sektor perdagangan hotel dan restoran (PHR) serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Akselerasi perekonomian domestik yang lebih tinggi membutuhkan dukungan terutama terkait implementasi percepatan program-program infrastruktur.
1
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010
Pertumbuhan ekonomi yang terus membaik, tercermin pula pertumbuhan ekonomi daerah yang terus menguat. Kinerja perekonomian daerah terutama ditopang oleh perekonomian di Jakarta, Jawa Bagian Barat, Jawa Bagian Timur serta Sulawesi, Maluku dan Papua. Kinerja perkembangan ekonomi daerah yang membaik tersebut terutama didukung oleh membaiknya kinerja konsumsi, investasi dan ekspor. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga di daerah yang tetap kuat ditunjukkan oleh pertumbuhan kredit konsumsi yang meningkat, pertumbuhan penjualan eceran yang tetap tinggi, dan stabilnya nilai tukar petani di berbagai wilayah. Selain itu, penyelenggaraan Pilkada, yang terkonsentrasi di triwulan II2010, berperan pula dalam meningkatkan konsumsi daerah. Dari sisi investasi, peningkatan terutama terjadi pada investasi bangunan. Kegiatan investasi bangunan yang tumbuh cukup tinggi terjadi di Sumatera, Jakarta serta Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Kegiatan investasi bangunan di daerah-daerah tersebut terutama pada sektor properti untuk komersial dan residensial. Dari sisi ekspor, pertumbuhan yang tetap tinggi terjadi di Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua dan Sumatera untuk komoditas hasil tambang dan Jakarta serta Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara untuk produk manufaktur. Dari sisi harga, tekanan inflasi sepanjang triwulan II-2010 menunjukkan peningkatan yang bersumber dari faktor nonfundamental. Kenaikan harga komoditas bumbubumbuan dan beras sepanjang triwulan II-2010 memberi tekanan pada inflasi IHK cukup signifikan. Inflasi IHK pada Juni 2010 tercatat sebesar 0,97 (mtm), lebih tinggi dari bulan-bulan sebelumnya yaitu 0,15% di Mei dan -0,14% di April 2010. Dengan perkembangan tersebut, selama triwulan II-2010 inflasi IHK tercatat sebesar 1,41 (qtq) atau mencapai 5,05% (yoy), meningkat signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 0,99% (qtq) atau 3,43% (yoy). Tingginya inflasi komoditas bahan makanan terjadi karena kendala pasokan yang dipicu oleh gangguan produksi dan distribusi akibat tingginya curah hujan di beberapa daerah. Sementara itu, perkembangan harga kelompok administered prices berdampak relatif kecil pada inflasi IHK. Dari sisi faktor fundamental, tekanan inflasi inti masih relatif rendah, ditopang oleh terkendalinya ekspektasi inflasi, minimalnya tekanan eksternal dan masih memadainya respons penawaran terhadap kenaikan permintaan. Meskipun tekanan inflasi pada triwulan II-2010 meningkat, secara keseluruhan tahun inflasi IHK diperkirakan akan tetap berada pada kisaran sasaran inflasi 5%±1%. Kondisi ekonomi global yang semakin kondusif dan fundamental ekonomi domestik yang cukup kuat mendukung neraca pembayaran Indonesia (NPI) triwulan II-2010 tetap solid. Transaksi berjalan diperkirakan akan mencatat surplus, terutama disebabkan oleh perbaikan ekonomi global yang terus berlanjut dan tren kenaikan harga komoditas global. Dari sisi neraca transaksi modal dan finansial (TMF) triwulan II-2010 diperkirakan juga mencatat surplus. Surplus neraca TMF didukung oleh kembali masuknya arus modal asing sejalan dengan gejolak pasar keuangan global yang mereda dan perbaikan outlook credit rating Indonesia. Dengan perkembangan tersebut cadangan devisa pada akhir Juni 2010 mencapai 76,3 miliar dolar AS, atau setara dengan 5,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Sejalan dengan kinerja NPI yang solid dan faktor risiko yang terjaga, nilai tukar rupiah berada pada tren menguat. Jika dibandingkan dengan triwulan I-2010, secara
2
Tinjauan Umum
rata-rata rupiah menguat sebesar 1,58% (qtq), mencapai Rp9.110 per dolar AS. Penguatan rupiah pada triwulan II tersebut diikuti oleh volatilitas yang turun dari 0,57% pada triwulan I-2010 menjadi 0,47% pada triwulan II-2010. Pada akhir triwulan II-2010 rupiah ditutup pada level Rp9.060 per dolar AS, atau menguat 0,33% (ptp) dibandingkan dengan triwulan I-2010. Paket kebijakan yang dikeluarkan Bank Indonesia pada tanggal 15 Juni 2010 secara umum direspons positif oleh pelaku pasar baik domestik maupun internasional sehingga tekanan terhadap nilai tukar rupiah mereda, dan semakin memperkuat manajemen moneter dan pendalaman pasar keuangan. Kinerja pasar keuangan secara keseluruhan pada triwulan II-2010 membaik, meski sempat tertekan pada Mei 2010. Kondisi pasar SUN dan pasar modal berangsur membaik, setelah sempat tertekan sentimen negatif krisis utang di Eropa pada Mei 2010. Membaiknya pasar modal dan SUN pada triwulan II-2010 ditopang oleh kembali masuknya dana investor asing dan meredanya tekanan bubble di pasar saham. Di pasar uang antarbank, kondisi likuiditas selama triwulan II-2010 cukup baik. Pelebaran koridor suku bunga PUAB O/N per 17 Juni 2010 berdampak pada penurunan suku bunga PUAB O/N. Sejalan dengan perbaikan kondisi global dan fundamental domestik, transmisi kebijakan moneter terus membaik. Hal tersebut tercermin dari penurunan suku bunga deposito dan kredit, serta pertumbuhan kredit yang meningkat diperkirakan mencapai 18,6% pada Juni 2010. Di sisi mikro perbankan, kondisi perbankan nasional tetap stabil. Hal itu tercermin dari masih terjaganya rasio kecukupan modal (CAR) per Mei 2010 sebesar 17,8%. Sementara itu, rasio gross non-performing loan (NPL) tetap terkendali pada 3,6% dengan rasio neto sebesar 1%. Selain itu likuiditas perbankan, termasuk likuiditas di pasar uang antar bank kian membaik dan dana pihak ketiga (DPK) yang masih meningkat. Dengan mempertimbangkan bahwa tingkat BI Rate 6,5% masih konsisten dengan sasaran inflasi tahun 2010 sebesar 5%±1% dan arah kebijakan moneter saat ini juga dipandang masih kondusif bagi proses pemulihan perekonomian di tengah masih tingginya risiko global yang bersumber dari krisis utang di sejumlah negara Eropa, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 5 Juli 2010 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,5% dengan koridor suku bunga PUAB O/N sebagai sasaran operasional kebijakan moneter sebesar ±100 bps.
3
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010
2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Berlanjutnya proses pemulihan ekonomi global turut mendukung kinerja perekonomian domestik. Selama triwulan II-2010, pemulihan ekonomi global semakin merata yang didukung oleh tetap solidnya perekonomian di kawasan Asia. Kondisi tersebut memberikan dampak positif pada perkembangan ekonomi di dalam negeri. Pada triwulan II-2010, perekonomian akan tumbuh lebih baik dari prakiraan semula yang didorong oleh adanya perbaikan ekspor serta didukung oleh adanya indikasi peningkatan investasi. Membaiknya permintaan negara mitra dagang yang disertai oleh masih tingginya harga komoditas berdampak positif pada kinerja ekspor. Sejalan dengan itu, optimisme pelaku usaha terhadap membaiknya kondisi perekonomian yang disertai dengan perbaikan iklim investasi domestik dan berbagai rencana proyek infrastruktur pemerintah berdampak pada perbaikan kinerja investasi. Sementara itu, konsumsi rumah tangga berada dalam arah yang membaik ditopang oleh masih kuatnya daya beli masyarakat serta terjaganya optimisme konsumen. Di sisi penawaran, membaiknya kinerja ekspor dan impor diprakirakan mendorong peningkatan kinerja sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Membaiknya permintaan ekspor akan memberikan kontribusi positif terhadap sektor industri pengolahan, sementara kenaikan impor akan berdampak positif terhadap kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Di sisi lain, sektor pertanian diperkirakan tumbuh melambat pada triwulan II-2010 terutama dipengaruhi oleh adanya pergeseran masa panen ke awal triwulan II-2010. Sektor lainnya yang diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi adalah sektor pengangkutan dan komunikasi terkait dengan penetrasi bisnis usaha telekomunikasi.
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA Proses pemulihan ekonomi global pada triwulan II-2010 terus berlangsung di tengah meningkatnya gejolak di pasar keuangan global, akibat krisis utang Eropa. Kondisi ini tercermin dari berbagai indikator ekonomi di AS, Jepang dan negara berkembang yang terus menunjukkan perbaikan. Secara umum, perbaikan ekonomi negara berkembang berjalan lebih cepat dibandingkan dengan negara maju. Sektor manufaktur menjadi motor utama pemulihan seiring rendahnya level inventory yang disertai optimisme di sektor rumah tangga. Masih berlangsungnya proses pemulihan ekonomi global menyebabkan hargaharga komoditas yang secara tahunan masih meningkat. Walaupun terdapat kecederungan meningkatnya tekanan inflasi, terutama di negara berkembang, secara umum kebijakan moneter global masih bersifat akomodatif. Namun demikian, prospek pemulihan ekonomi gloabal masih dibayangi oleh kondisi krisis Eropa yang dikhawatirkan dapat menjalar ke negara inti Eropa. Selain itu, perlu dicermati upaya pengetatan fiskal Eropa yang dibarengi dengan melambatnya ekonomi China serta masih lemahnya konsumsi negara maju. Faktorfaktor tersebut menjadi faktor risiko bagi pemulihan ekonomi global.
4
Perkembangan Makroekonomi Terkini
Selama triwulan II-2010, pasar keuangan global mengalami pelemahan akibat memburuknya krisis Yunani. Optimisme yang timbul pada awal triwulan I-2010 tertahan, seiring memburuknya krisis utang Eropa. Penurunan rating negara-negara PIIGS dan melemahnya indikator fundamental ekonomi Eropa memicu kepanikan di pasar keuangan global. Untuk meredam gejolak tersebut, Pemerintah Eropa dan IMF mengumumkan paket bantuan kepada Yunani sebesar €110 pada Mei 2010. Namun demikian, kebijakan tersebut belum mampu meredakan kekhawatiran terhadap contagion effect krisis Yunani ke negara Eropa lainnya sehingga memaksa Pemerintah Eropa dan IMF kembali mengumumkan paket bantuan sebesar €750 miliar melalui skema European Stabilization Mechanism. Di tengah gangguan pasarkeuangan global, pertumbuhan ekonomi dunia selama triwulan II-2010 membaik, ditopang oleh sektor manufaktur. Berdasarkan data komposit dari realisasi growth dan perkiraan Consensus Forecast beberapa negara, selama triwulan II-2010 ekonomi dunia akan tumbuh sebesar 4,9% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang diperkirakan akan sedikit melambat, seiring dengan perlambatan perekonomian China sebagai akibat kebijakan pengetatan yang ditempuh negara tersebut. Perekonomian negara-negara maju diperkirakan mengalami perbaikan pertumbuhan, didorong oleh pertumbuhan ekonomi AS, Kanada, Jepang dan Jerman. Perkiraan pertumbuhan tersebut sejalan dengan berbagai leading economic indicator berbagai negara yang tumbuh positif serta indikator PMI global yang berada pada teritori ekspansi (indeks PMI > 50). Pertumbuhan ekonomi AS selama triwulan II-2010 diperkirakan akan tumbuh cukup tinggi ditopang oleh aktivitas industri. Produksi manufaktur berperan sebagai motor utama pemulihan ekonomi AS seiring pulihnya permintaan dari eksternal. Menguatnya sektor industri1 meningkatkan penyerapan tenaga kerja, meskipun angka pengangguran secara umum masih cukup tinggi. Menguatnya penjualan eceran memicu turunnya level inventory yang direspons dengan peningkatan produksi sebagaimana tercermin dari meningkatnya Purchasing Manager Index (PMI), utilisasi kapasitas serta industrial production. Di sisi rumah tangga, tren konsumsi terus membaik, tercermin dari meningkatnya penjualan eceran dan menguatnya keyakinan konsumen. Namun demikian, tingginya pengangguran dan ketatnya kredit perbankan masih membayangi perbaikan sisi konsumsi RT. Berdasarkan perkembangan tersebut, ekonomi AS diperkirakan akan tumbuh sebesar 3,6% yoy. Perekonomian Eropa secara umum membaik kecuali di negara-negara PIIGS (Portugal, Ireland, Italy, Greece, dan Spain). Sisi produksi Eropa secara umum mengalami perbaikan sebagaimana terlihat dari menguatnya industrial production, capacity utilization, dan PMI sektor manufaktur. Perbaikan ini terutama ditopang oleh sektor industri negara-negara utama Eropa (Jerman dan Perancis). Sementara itu, indeks produksi negara-negara PIIGS mengalami penurunan sejalan dengan melemahnya konsumsi domestik. Konsumsi rumah tangga Eropa masih menghadapi tantangan dari meningkatnya pengangguran, sementara opsi stimulus fiskal semakin terbatas akibat pengetatan pengeluaran fiskal. Dengan berbagai tantangan yang sedang dihadapi, pemulihan Eropa diperkirakan berjalan lambat, tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan masih berkisar 1,0% (yoy). 1
Berdasarkan rilis data terakhir data nonfarm payroll AS bulan Mei mengalami peningkatan namun lebih didorong penyerapan dari sektor publik. Sektor privat malah mengurangi penyerapan tenaga kerjanya menjadi 41.000 orang dari 218.000 orang.
5
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010
Ekonomi Asia masih melanjutkan tren pertumbuhan meskipun pertumbuhan ekonomi China terindikasi melambat. Meningkatnya kinerja ekspor dan permintaan domestik yang solid menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Asia. Beberapa faktor utama yang mendorong peningkatan permintaan domestik di antaranya adalah positive wealth assets, seiring meningkatnya harga rumah dan bursa saham Asia serta kebijakan bank sentral yang mempertahankan suku bunga pada level yang akomodatif. China dan India adalah negara Asia yang melanjutkan tren pertumbuhan positif pada perekonomiannya dengan bertumpu pada permintaan domestik. Namun demikian, perlambatan ekonomi China berpotensi memengaruhi perekonomian negara Asia lainnya seiring upaya China mengurangi ketergantungan pada sektor eksternal dan memperketat kredit perbankan. China dan India, masih menjadi motor utama perekonomian Asia, diperkirakan masingmasing tumbuh sebesar 10,7% (yoy) dan 8,7% (yoy) pada triwulan II-2010 Inflasi dunia selama triwulan II-2010 meningkat meski masih dalam level yang rendah. Tekanan inflasi dunia selama bulan Mei 2010 masih berada pada level 3,2% (yoy) relatif tidak berubah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan konsumsi yang masih lemah. Inflasi negara maju relatif masih rendah. Inflasi IHK di AS pada bulan Mei tercatat sebesar 2,0% (yoy), relatif menurun dibandingkan inflasi bulan Maret 2010 sebesar 2,3% (yoy). Di kawasan Euro, inflasi Mei 2010 tercatat sebesar 1,6% (yoy), masih berada dalam target ECB sebesar 2,0%. Berbeda dengan kondisidi atas, Jepang tercatat masih mengalami deflasi. IHK Jepang pada Mei 2010 tumbuh sebesar -0,9% (yoy). Di sisi lain, tekanan inflasi di negara berkembang terus meningkat. Dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat, tekanan inflasi di kawasan Asia semakin menguat tercermin dari perkembangan harga konsumen di China dan India. Inflasi China bulan Mei mencapai 3,1% (yoy), melewati target bank sentral sebesar 3,0% (yoy). Hal yang sama juga terjadi di India. Pertumbuhan Wholesales Price Index India mencapai 10,16% (yoy) melewati target Bank sentral sebesar 5,0%. Tekanan inflasi di negara Asia lainnya juga meningkat meskipun pada bulan Mei sedikit mereda Kebijakan moneter global masih cenderung akomodatif untuk menopang pertumbuhan ekonomi meskipun beberapa bank sentral terutama di negara emerging market mulai melakukan pengetatan. Selama triwulan II-2010, bank sentral utama seperti the Fed, BoJ dan ECB masih mempertahankan suku bunga untuk mendorong pemulihan ekonomi domestik. The Fed menahan suku bunga pada kisaran 0%-0,25% dilatarbelakangi oleh tingginya angka pengangguran dan perkiraan inflasi yang masih terjaga. Sementara itu, ECB mempertahankan suku bunga yang rendah pada level 1,0% untuk memberikan iklim kondusif bagi penyelesaian krisis fiskal Eropa. ECB juga melanjutkan lelang SSB serta melakukan pembelian private debts guna melonggarkan likuditas serta menahan cost of borrowing perbankan dan korporasi. Bank sentral Jepang, BoJ, berupaya mendorong inflasi ke teritori positif dengan menyuntikkan likuiditas sebesar ¥2 trilliun ($21,8 miliar) serta memberikan paket bantuan sebesar ¥3 triliun yen ($33 miliar) bekerja sama dengan Pemerintah Jepang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain,
6
Perkembangan Makroekonomi Terkini
beberapa bank sentral mulai menaikkan suku bunga seperti Australia (+50bps), Kanada (+25bps), New Zealand (+25bps) dan Norwegia (+25bps) seiring pulihnya perekonomian domestik dan meningkatnya tekanan inflasi. Beberapa bank sentral negara berkembang mulai menormalisasi kebijakannya disertai menajemen likuiditas dan kebijakan makroprudential di sistem keuangan. Sinyal kebijakan normalisasi dilakukan oleh China, India, dan Brazil yang menaikkan Giro Wajib Minimumnya (Reserve Requirement). Beberapa bank sentral lain juga menaikkan suku bunga acuan di antaranya Malaysia, India, dan Brazil.
PERTUMBUHAN EKONOMI Permintaan Agregat Perekonomian pada triwulan II-2010 diperkirakan tumbuh sebesar 6,0% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2010 sebesar 5,7% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan tersebut didorong oleh membaiknya permintaan domestik dan semakin kuatnya permintaan eksternal (Tabel 2.1). Berlanjutnya pemulihan ekonomi global, mendorong pertumbuhan ekspor dan impor tumbuh tetap tinggi, meskipun agak melambat dibandingkan dengan sebelumnya. Selanjutnya, investasi tumbuh membaik seiring meningkatnya permintaan, perbaikan iklim investasi domestik, dan inisiasi proyek pemerintah. Meningkatnya permintaan baik dari domestik maupun eksternal mendorong masih tingginya pertumbuhan impor. Peningkatan permintaan domestik tersebut sejalan dengan masih kuatnya daya beli masyarakat, peningkatan pembiayaan bank serta membaiknya tendensi bisnis pelaku usaha. Sejalan dengan perkembangan beberapa indikator yang cukup positif, konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2010 diprakirakan tumbuh meningkat. Meningkatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga terindikasi dari perkembangan indikator penuntun konsumsi rumah tangga yang menggambarkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang berada dalam siklus ekspansi (Grafik 2.1). Peningkatan konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2010 yang cukup kuat terlihat dari tingginya pertumbuhan penjualan kendaraan bermotor, produk elektronik, dan impor konsumsi makanan dan nonmakanan sampai dengan bulan Mei 2010. (Grafik 2.2). Sumber peningkatan konsumsi selain dari pendapatan hasil ekspor, juga berasal dari perbaikan pendapatan yang bersumber dari realisasi kenaikan gaji PNS, TNI Tabel 2.1 Pertumbuhan Ekonomi - Sisi Permintaan Indikator
2007
2008
I
II
III
IV
2008
2009 I
II
III
IV
2009
2010 I
II* 4.0
Total Konsumsi
4.9
5.5
5.5
6.3
6.4
5.9
7.3
6.3
5.4
5.9
6.2
2.5
Konsumsi Swasta
5.0
5.7
5.5
5.3
4.8
5.3
6.0
4.8
4.7
4.0
4.9
3.9
4.9
Konsumsi Pemerintah
3.9
3.6
5.3
14.1
16.4
10.4
19.2
17.0
10.3
17.0
15.7
-8.8
-1.5
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
9.4
13.9
12.2
12.3
9.4
11.9
3.5
2.4
3.2
4.2
3.3
7.9
10.0
Ekspor Barang dan Jasa
8.5
13.6
12.4
10.6
2.0
9.5
-18.7
-15.5
-7.8
3.7
-9.7
19.6
14.6
Impor Barang dan Jasa
9.0
18.0
16.1
11.1
-3.7
10.0
-24.4
-21.0
-14.7
1.6
-15.0
22.6
15.8
PDB
6.3
6.2
6.3
6.2
5.3
6.0
4.5
4.1
4.2
5.4
4.5
5.7
6.0
* Angka Proyeksi
7
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010
dan Polri sebesar 5%, UMP 2010 dan penyelenggaraan Pemilukada ����������������������������������������������������������
���
�����
�������������������������������
���
������������������������������
��� ���
�����
pertumbuhan konsumsi swasta juga didukung oleh faktor musiman
�����
berupa liburan sekolah pada akhir triwulan II-2010. Dengan
�����
perkembangan tersebut, konsumsi masyarakat triwulan II-2010
�����
��� ��� �� ���������������
�����������������������������������
��
��
��
��
����
��
����
��
��
����
��
��
����
��
��
��
����
��
��
����
��
����
��
��
����
��� �
diperkirakan tumbuh sebesar 4,9% (yoy), meningkat dibandingkan
����
triwulan sebelumnya
����
����������
��
2010 yang akan dimulai pada triwulan II-2010. Tren peningkatan
��
����
Optimisme konsumen semakin membaik ditopang oleh
����
menguatnya kepercayaan akan kondisi ekonomi dan ekspektasi
��
penghasilan ke depan. Indikasi tersebut tercermin dari Indeks
����
Keyakinan Konsumen (IKK) – Survei Konsumen Bank Indonesia pada
Grafik 2.1
bulan Juni 2010 sebesar 111,4 atau menguat 1,5 poin dibandingkan
Indikator Penuntun Konsumsi Rumah Tangga
dengan bulan sebelumnya. Kenaikan IKK tersebut didukung oleh persepsi konsumen yang semakin optimis terhadap kondisi ekonomi saat ini dan kondisi ekonomi pada 6 bulan mendatang terkait dengan
��
perkiraan meningkatnya pendapatan rumah tangga. Searah dengan
����� ��
���������
����������
optimisme IKK BI, Indeks Tendensi Konsumen BPS pada triwulan
��
��
II-2010 juga meningkat menjadi 106,49 dibandingkan dengan ITK
��
triwulan I-2010 sebesar 102,58. Peningkatan tersebut terutama
��
didorong oleh perkiraan konsumen akan meningkatnya pendapatan rumah tangga.
�
Terkait investasi, akselerasi pertumbuhan investasi diperkirakan
���
berlanjut pada triwulan II-2010 sejalan dengan peningkatan ���
� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � ���� ���� ����
Grafik 2.2
permintaan domestik, semakin tingginya permintaan ekspor, dan iklim usaha yang cukup kondusif. Membaiknya pertumbuhan investasi didukung oleh iklim investasi domestik
Pert. Penjualan Barang Elektronik
yang kondusif serta penyempurnaan berbagai peraturan investasi. Indikasi positif peningkatan investasi non-bangunan tercermin dari meningkatnya kenaikan pertumbuhan impor barang modal,
����� ����� �����
�����
����������������
����������������
����������������������������
������������
��
������������������ �����
��
sama juga terlihat dari masih tingginya konsumsi semen terkait
��
dengan realisasi investasi sektor bangunan dan proyek infrastruktur.
��
Sementara itu, perkembangan sentimen bisnis negara mitra dagang
�� ����
�
��� ����� ������
�
�� ��� �� �
�� ��� �� � �� ��� �� �
�� ��� �� �
�� ��� �� � �� ��� �� � ���
����
����
����
����
����
Grafik 2.3 Indikator Investasi
����
����
bahan baku, dan penjualan kendaraan niaga (Grafik 2.3). Pola yang
juga terus membaik. Sentimen bisnis yang membaik tersebut akan
�
memengaruhi ekspor, yang selanjutnya mendorong optimisme
��
pelaku usaha terhadap tingginya order barang dari luar negeri dan
���
memicu peningkatan aktivitas usaha lebih lanjut terutama pada
���
sektor industri. Tren peningkatan aktivitas usaha pada triwulan II-2010 tercermin pada perkembangan leading indicator investasi terkini yang mengindikasikan pertumbuhan investasi yang meningkat (Grafik 2.4). Perkembangan berbagai prompt indicator mengonfirmasi
8
Perkembangan Makroekonomi Terkini
potensi peningkatan pertumbuhan investasi di triwulan II2010. Konsumsi semen yang meningkat menunjukkan prospek
�����������������������������������������������������������
���
�������������������������������
���
������������������������������
���
�������
investasi bangunan yang lebih baik (Grafik 2.5). Investasi bangunan
���
yang sedang marak terjadi di sektor properti dan proyek infrastruktur.
���
Penurunan tingkat bunga kredit investasi pada triwulan I-2010 juga
���
berpotensi mendorong akselerasi pertumbuhan investasi lebih lanjut
���
(Grafik 2.6). Membaiknya dukungan pembiayaan dari perbankan dan
��
perusahaan pembiayaan terefleksi dari pertumbuhan kredit investasi ��������������������������������������������
��
dan leasing yang menunjukkan perbaikan. Sementara itu, realisasi
����������������������������� ��
�� �� ����
�� �� ����
�� �� ����
�� �� ����
�� �� ����
�� �� ����
�� �� � ��� ���� ����
�
PMA dan PMDN yang cenderung membaik hingga kuartal I-2010
��� ����
diperkirakan akan terus berlanjut.
Grafik 2.4
Ekspor pada triwulan II-2010 diperkirakan tumbuh tinggi,
Indikator Penuntun Investasi
walaupun melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perlambatan ekspor tersebut seiring dengan melambatnya volume perdagangan dunia dan harga komoditas
�������
����������������������������������������������������������������
internasional. Perkembangan World Trade Volume, Baltic Dry Index
������� ��
�� ������������
��
��������������������������������������
��
��������
�� �� �� �
��
ekspor pada triwulan II-2010 (Grafik 2.7). Perlambatan ekspor di
��
triwulan II-2010 diperkirakan dipicu oleh penurunan daya serap
��
ekspor ke China, India dan Eropa. Meskipun melambat, ekspor
�
diperkirakan masih tumbuh di level tinggi sejalan dengan sentimen
�
���
�
���
�
���
�
�
�� ��� ����
��
�
�� ��� ����
��
�
�� ��� ����
��
�
�� ��� ����
��
�
�� ��� ����
��
� ����
dan harga komoditas mengonfirmasi perlambatan pertumbuhan
bisnis dan keyakinan konsumen global yang masih cenderung tinggi. Impor pada triwulan II-2010 diprakirakan tetap tumbuh tinggi meskipun melambat. Pertumbuhan impor diprakirakan
Grafik 2.5
masih tinggi terkait dengan masih tingginya kegiatan ekspor dan
Investasi Bangunan-Nonbangunan
investasi non bangunan serta peningkatan konsumsi swasta. Indikasi tersebut didukung oleh pergerakan indikator penuntun impor yang mengindikasikan pertumbuhan impor masih berada pada fase
��
ekspansi (Grafik 2.8). Perlambatan impor terutama terindikasi pada
�����
impor bahan baku dan menurunnya impor dari Eropa dan China.
��
Sementara itu, pertumbuhan PPN impor juga masih menunjukkan
��
pertumbuhan yang tinggi meskipun sedikit melambat (per April
��
2010).
� ��� ������ ���
Operasi Keuangan Pemerintah
�������
� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � ���� ���� ����
Realisasi APBN sampai dengan triwulan II-20102 mencatat surplus yang tinggi. Kondisi tersebut merupakan implikasi dari
Grafik 2.6
meningkatnya kinerja penerimaan negara dibandingkan belanja
Pertumbuhan Kredit Investasi dan Leasing
negara. Selama triwulan II (data April dan Mei 2010), realisasi APBN mencatat surplus sebesar Rp43 triliun, jauh lebih tinggi dari surplus
2
2 Penggunaan data triwulan II-2010 menggunakan realisasi sampai dengan Mei 2010, kecuali dinyatakan lain.
9
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010
periode sama tahun 2009 yang hanya mencapai Rp5,8 triliun. Dengan �����
����� ���
���� ����������������
���
���������
������������
����
tambahan surplus sebesar Rp18,2 triliun di triwulan I-2010, realisasi APBN selama Januari-Mei mengalami surplus sebesar Rp61,1 triliun, atau 1,0% dari PDB. Sampai dengan Mei 2010, penerimaan negara
���
����
���
����
���
���
tercatat sebesar 26,2% dari target APBNP, atau lebih rendah dari
�
�����
tahun sebelumnya sebesar 28,7% dari target APBNP.
����
�����
����
��������� ��� ��������� ������������ ������������ ������������ ������������ ������������ ������������ ������������ ������ ��� ����
����
����
����
����
����
����
����
����
�����
����
telah mencapai 35,9% dari target APBNP, atau lebih tinggi dari tahun 2009 sebesar 33,9%. Di sisi lain, penyerapan belanja negara
Di sisi penerimaan, kinerja penerimaan negara yang membaik khususnya didorong Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Secara nominal, penerimaan SDA Migas mencatat peningkatan
Grafik 2.7
signifikan dari Rp8,7 triliun di triwulan I menjadi Rp34,9 triliun di
WTV, Baltic Dry Index dan Ekspor
triwulan II. Dengan demikian total penerimaan SDA Migas selama Januari-Mei 2010 telah mencapai Rp43,6 triliun, lebih tinggi dari pencapaian periode sama tahun lalu sebesar Rp27,9 triliun. Tingginya
�������������������������������������������������������� �����
penerimaan SDA Migas terutama akibat kenaikan harga minyak
�������������������������������
�����
������������������������������
�����
mentah di pasar internasional. Selain dari SDA Migas, kenaikan PNBP
��� ��������������
���
��������������
��� ���
�����
juga ditopang oleh penerimaan PNBP Lainnya. Kebijakan perbaikan
���
�����
pelayanan dan penyesuaian tarif pada beberapa Kementerian dan
���
����� ����
��
�������
��
����
���������
��
����
������������������������������������������������������������������������� �� ����������������������������������������������������������������������������������������������� ���� ���������������������������������������������������������� ���� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ����
����
����
����
����
����
����
����
����
Grafik 2.8
Lembaga (K/L) berdampak positif terhadap kinerja penerimaan PNBP Lainnya. Dengan berbagai kondisi tersebut, realisasi PNBP sampai dengan triwulan II-2010 telah mencapai 32,5% dari target APBNP.. Dari sisi pajak, penerimaan negara dari sektor perpajakan sampai dengan triwulan II-2010 tercatat sebesar 37,1% dari target APBNP, atau relatif sama dengan tahun 2009 yang mencapai 36,8%. Terkait dengan belanja Pemerintah, realisasi belanja Pemerintah
Indikator Penuntun Impor
Pusat sampai dengan Mei 2010 tercatat sebesar 22,4% dari target APBNP. Selain itu, selama lima bulan pertama, realisasi transfer ke daerah mencapai 34,7% dari target APBNP. Di sisi pembiayaan, pencapaian penerbitan SUN berjalan cukup baik. Pemenuhan defisit APBN melalui penerbitan SBN diperkirakan tidak menghadapi kendala seiring dengan minat pasar yang tinggi terhadap SBN. Penerbitan SUN secara neto hingga Juni 2010 telah mencapai 66,9% dari target APBNP.
Penawaran Agregat Sejalan dengan meningkatnya permintaan domestik dan tingginya pertumbuhan ekspor dan impor, kinerja sisi produksi juga diperkirakan membaik. Sektor-sektor yang terkait dengan kegiatan konsumsi dan ekspor/impor seperti sektor industri pengolahan serta sektor transportasi dan komunikasi diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi di triwulan II-2010. Sejalan dengan hal tersebut, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor keuangan persewaan, dan jasa diperkirakan masih akan tumbuh tinggi, sebagaimana di triwulan I-2010. Sektor industri pengolahan, sektor pengangkutan, dan sektor perdagangan diperkirakan masih akan menjadi motor pertumbuhan pada triwulan II-2010 (Tabel 2.2).
10
Perkembangan Makroekonomi Terkini % Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
Tabel 2.2 Pertumbuhan Ekonomi - Sisi Penawaran Indikator
2007
2008
IV
2008
2009 IV
2009
2010
I
II
III
I
II
III
I
II*
Pertanian
3.4
6.4
4.8
3.2
5.1
4.8
5.9
2.9
3.3
4.6
4.1
2.9
4.1
Pertambangan dan Penggalian
2.0
-1.6
-0.4
2.3
2.4
0.7
2.6
3.4
6.2
5.2
4.4
3.5
3.6
Industri Pengolahan
4.7
4.3
4.2
4.3
1.8
3.7
1.5
1.5
1.3
4.2
2.1
3.6
4.0
Listrik, Gas, dan Air Bersih
10.3
12.3
11.8
10.4
9.3
10.9
11.2
15.3
14.5
14.0
13.8
7.2
8.7
Bangunan
8.6
8.2
8.3
7.8
5.9
7.5
6.2
6.1
7.7
8.0
7.1
7.3
8.0
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
8.4
6.7
7.7
7.6
5.5
6.9
0.6
0.0
-0.2
4.2
1.1
9.3
9.1
Pengangkutan dan Komunikasi
14.0
18.1
16.6
15.6
16.1
16.6
16.8
17.0
16.4
12.2
15.5
11.9
11.5
Keuangan, Persewaan, dan Jasa
8.0
8.3
8.7
8.6
7.4
8.2
6.3
5.3
4.9
3.8
5.0
5.5
5.8
Jasa-Jasa
6.6
5.5
6.5
7.0
5.9
6.2
6.7
7.2
6.0
5.7
6.4
4.6
4.6
PDB
6.3
6.2
6.3
6.2
5.3
6.0
4.5
4.1
4.2
5.4
4.5
5.7
6.0
* Angka Proyeksi
Pertumbuhan sektor industri pengolahan sampai di triwulan II-2010 diperkirakan meningkat. Perkembangan kinerja sektor industri pengolahan yang membaik ini sejalan dengan indikasi yang diberikan oleh pergerakan indikator penuntun sektor industri pengolahan. Demikian halnya dengan composite prompt indicator sektor industri pengolahan yang sampai dengan awal triwulan II-2010 mengindikasikan arah kinerja sektor industri pengolahan yang masih baik. Perkembangan indikator terkini sektor industri pengolahan (Mei 2010) juga mengonfirmasi membaiknya pertumbuhan sektor industri pengolahan. Ekspor sektor industri pengolahan pada bulan April 2010 masih tercatat tumbuh tinggi. Sementara itu, indikator permintaan domestik sektor industri pengolahan seperti penjualan mobil dan penjualan motor juga menunjukkan pertumbuhan yang masih tinggi. Produksi semen juga tercatat tumbuh tinggi. Indikator produksi sektor industri pengolahan seperti indeks produksi, utilisasi kapasitas, dan penggunaan input produksi berada dalam tren yang meningkat. Indeks dan utilisasi kapasitas produksi serta impor bahan baku industri pengolahan juga terlihat masih tumbuh tinggi. Senada dengan kinerja sektor industri pengolahan, kredit perbankan yang disalurkan kepada sektor industri pengolahan mulai meningkat pertumbuhannya (posisi per April 2010). Sektor perdagangan pada triwulan II-2010 diperkirakan masih melanjutkan pertumbuhan yang tinggi di triwulan I-2010. Masih tingginya pertumbuhan sektor perdagangan juga diindikasikan oleh pergerakan indikator penuntun yang masih dalam fase ekspansi serta composite prompt indicator sektor perdagangan yang tetap tumbuh tinggi. Masih tingginya impor serta membaiknya kinerja sektor tradable menjadi faktor pendorong masih tingginya kinerja sektor perdagangan. Total impor dan PPN impor pada bulan Mei 2010 tercatat masih tumbuh tinggi Meningkatnya pertumbuhan sektor tradable yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan, dan sektor pertambangan berkontribusi positif terhadap peningkatan jumlah barang yang diperdagangkan. Subsektor hotel dan restoran juga masih menunjukkan kinerja yang baik. Tingkat hunian hotel dan kunjungan wisatawan mancanegara tercatat masih tumbuh tinggi. Pertumbuhan sektor perdagangan juga didukung oleh perkembangan di sisi pembiayaan perbankan yang masih memperlihatkan pertumbuhan yang relatif stabil (April 2010).
11
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010
Pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan II-2010 diperkirakan lebih baik dibanding triwulan sebelumnya. Adanya pergeseran masa tanam padi yang terjadi pada akhir 2009 berpengaruh pada konsentrasi panen padi yang bergeser ke bulan April 2010. Hal ini mempengaruhi pertumbuhan sektor pertanian yang membaik pada triwulan II-2010. Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) I BPS tahun 2010, produksi padi tahun 2010 diprakirakan meningkat sebesar 0,88% dari tahun sebelumnya yaitu menjadi 64,9 juta ton. Prakiraan produksi padi ini diprakirakan masih mampu untuk memenuhi kebutuhan domestik. Sementara itu, kinerja subsektor perkebunan yang baik turut mendorong kinerja sektor pertanian. Kinerja subsektor perkebunan tercermin dari meningkatnya permintaan ekspor komoditas perkebunan seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian global. Ekspor sektor pertanian dan komoditas perkebunan per April 2010 tercatat masih tumbuh tinggi. Dari sisi pembiayaan, kinerja sektor pertanian juga didukung oleh perkembangan kredit perbankan kepada sektor pertanian yang tumbuh meningkat pada bulan April 2010. Perkembangan beberapa indikator terkini mengindikasikan kinerja sektor pertambangan pada triwulan II-2010 yang membaik. Membaiknya sektor pertambangan terutama dipengaruhi oleh membaiknya kinerja lifting minyak mentah per Juni 2010. Sementara itu, pertumbuhan subsektor non-migas terlihat masih melambat per Mei 2010. Perlambatan subsektor non-migas juga dikonfirmasi oleh melambatnya pertumbuhan ekspor komoditas utama non-migas seperti batu bara, alumunium dan nikel. Namun demikian, secara keseluruhan kinerja subsektor migas dapat mengkompensasi melambatnya pertumbuhan subsektor non-migas. Hal ini mengingat besarnya pangsa subsektor migas terhadap pembentukan PDB pertambangan yaitu sekitar 55%. Perkembangan kinerja sektor pertambangan searah dengan dukungan perkembangan kredit sektor pertambangan per April 2010 yang masih meningkat. Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan II-2010 berada dalam arah yang membaik. Perkembangan beberapa indikator terkini sektor pengangkutan menguatkan indikasi masih kuatnya pertumbuhan di sektor ini. Di subsektor komunikasi, jumlah pelanggan seluler diperkirakan masih meningkat sebagaimanayang terjadi di triwulan I-2010. Hal ini antara lain didorong oleh mulai menggeliatnya komunikasi data seiring kembali gencarnya operator telekomunikasi mempromosikan trafik data internet Kuatnya pertumbuhan trafik data tercermin dari pertumbuhan penjualan data yang lebih tinggi. Sementara itu, perkembangan indikator subsektor pengangkutan juga menunjukkan ada peningkatan. Jumlah penumpang angkutan udara tercatat tumbuh membaik. Sementara itu, angkutan kargo kereta api per Mei 2010 dan angkutan kargo pada lima pelabuhan utama (Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Balikpapan dan Makassar) diperkirakan juga akan meningkat sejalan dengan masih tingginya kegiatan ekspor-impor. Di sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit perbankan yang disalurkan kepada sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami sedikit peningkatan pada awal triwulan II-2010. Kinerja sektor bangunan pada triwulan II-2010 diperkirakan membaik. Membaiknya kinerja sektor bangunan terindikasi dari konsumsi semen yang masih tumbuh tinggi dan impor semen yang tumbuh meningkat. Berdasarkan survei Properti Komersial Bank Indonesia, sampai dengan Tw I-2010 jumlah pasokan properti masih meningkat terutama pada retail
12
Perkembangan Makroekonomi Terkini
sewa, apartemen jual, dan lahan industri. Selain itu terdapat beberapa proyek pusat ritel yang diperkirakan akan selesai pada triwulan II-2010. Di sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan kepada sektor bangunan hingga April 2010 masih terlihat meningkat.
Perekonomian Daerah Membaiknya pertumbuhan ekonomi nasional di triwulan II-2010 didorong oleh perkiraan perbaikan pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah, terutama di Jakarta, Jawa Bagian Barat, Jawa Bagian Timur, serta Sulawesi, Maluku dan Papua. Membaiknya pertumbuhan ekonomi daerah secara umum didukung oleh kinerja konsumsi dan investasi, dan masih tingginya pertumbuhan ekspor. Konsumsi di berbagai daerah diperkirakan masih tumbuh tinggi di berbagai daerah dengan didukung membaiknya daya beli dan terjaganya optimisme. Di beberapa daerah, konsumsi Pemda diperkirakan meningkat dibanding tahun sebelumnya (Jakarta, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara). Selain itu, pelaksanaan Pilkada di berbagai daerah juga turut memberi pengaruh positif terhadap konsumsi. Investasi swasta di berbagai daerah diperkirakan mengalami peningkatan terutama di Jakarta dan Sumatera sebagai respons terhadap menguatnya permintaan dan ekspektasi membaiknya kondisi bisnis kedepan. Kinerja ekspor daerah diperkirakan masih tumbuh tinggi terutama untuk komoditas SDA. Sementara itu, ekspor produk manufaktur di Jawa diperkirakan masih tumbuh tinggi. Di sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah didorong oleh meningkatnya kinerja sektor pertanian karena adanya pergesaran konsentrasi panen dan mulainya masa panen sawit di Sumatera. Sektor industri pengolahan di Jawa ditopang kuatnya permintaan domestik dan internasional. Di sektor perdagangan, kinerja sektor perdagangan seiring dengan menguatnya permintaan domestik dan tingginya kegiatan ekspor/impor. Terkait perkembangan harga-harga, kenaikan inflasi di daerah terutama bersumber dari volatile food karena kendala produksi akibat curah hujan yang tinggi dan banjir di beberapa sentra produksi, serta berkurangnya pasokan impor. Bawang putih merupakan komoditas yang mengalami peningkatan harga signifikan, terutama dipengaruhi oleh terbatasnya pasokan dari China yang merupakan pemasok utama bawang putih nasional (90%).
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI) Neraca Pembayaran Indonesia diperkirakan masih akan tetap solid selama triwulan II-2010. Neraca Transaksi Berjalan dan Neraca Transaksi Modal dan Finansial diperkirakan masih mencatat surplus yang cukup tinggi. Masih solidnya kinerja NPI pada Triwulan II-2010 ditopang oleh berlanjutnya pemulihan ekonomi global, masih tingginya harga komoditas, membaiknya kondisi fundamental ekonomi domestik, serta persepsi internasional terhadap ekonomi Indonesia yang tetap positif. Dengan kondisi tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir triwulan II-2010 tercatat sebesar USD76,3 miliar. Besarnya cadangan devisa tersebut setara dengan 5,9 bulan impor dan pembayaran ULN pemerintah.
13
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010
Transaksi Berjalan Pada triwulan II-2010, transaksi berjalan diperkirakan masih akan mencatat surplus yang cukup tinggi. Berlanjutnya pemulihan ekonomi global mendorong perbaikan kinerja ekspor sehingga menopang kinerja transaksi berjalan. Data selama Januari-Mei 2010 menunjukkan ekspor non migas yang berada dalam tren meningkat. Ekspor ke negara maju seperti AS dan Jepang tetap berada dalam level meningkat sejalan dengan semakin solidnya pemulihan ekonomi AS dan Jepang. Sementara itu, kinerja ekspor Indonesia ke negara tujuan utama ekspor lainnya seperti China dan India diperkirakan masih akan meningkat. Dilihat dari sisi volume, hampir semua komoditi mengalami pertumbuhan volume yang positif. Kinerja ekspor triwulan II-2010 juga ditopang oleh perkembangan harga komoditas. Sejak awal tahun 2010, mayoritas harga komoditas ekspor utama nonmigas Indonesia berada dalam tren meningkat sejalan dengan berlanjutnya proses pemulihan ekonomi global. Meski penurunan harga minyak di bulan Mei berpengaruh terhadap indeks komoditas lainnya, terutama harga komoditas pertambangan, namun secara keseluruhan harga komoditas ekspor masih tumbuh positif. Sejalan dengan meningkatnya kegiatan ekonomi domestik, impor berada dalam tren meningkat, terutama barang modal yang terkait dengan peralatan transportasi untuk industri. Impor bahan baku juga tercatat meningkat sejalan dengan respons sektor industri terhadap meningkatnya permintaan. Peningkatan impor pada triwulan II-2010 diperkirakan masih akan lebih kecil daripada kenaikan ekspor, sehingga surplus neraca perdagangan tetap terjaga.
Neraca Modal dan Finansial Neraca Modal dan Financial pada triwulan II-2010 diperkirakan masih akan mencatat surplus yang cukup tinggi, ditopang persepsi internasional yang positif terhadap ekonomi domestik. Sejalan dengan membaiknya prospek ekonomi, inflow FDI ke Indonesia di triwulan II-2010 diperkirakan masih akan tinggi. Peningkatan arus modal masuk yang tinggi juga terjadi dalam bentuk penerbitan obligasi valas sektor swasta. Dari sisi investasi portofolio, krisis Yunani, sempat menyebabkan gejolak pasar keuangan global yang berujung pada ‘capital reversal’ pada Mei 2010. Namun demikian, persepsi positif terhadap ekonomi domestik yang membaik (positive rating outlook), kembali memicu aliran dana asing masuk ke Indonesia di akhir triwulan terutama pada SUN.
Cadangan Devisa Dengan kondisi tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir triwulan II-2010 tercatat sebesar USD76,3 miliar. Besarnya cadangan devisa tersebut setara dengan 5,9 bulan impor dan pembayaran ULN pemerintah. Posisi cadangan devisa Indonesia tersebut secara umum masih lebih tinggi dari peer groups.
14
Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2010
3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2010 Nilai tukar rupiah bergerak menguat selama triwulan II-2010 didukung oleh kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang solid dan terjaganya faktor risiko. Perbaikan di sisi eksternal yang diikuti dengan masih tingginya imbal hasil rupiah serta membaiknya persepsi terhadap risiko domestik mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah sehingga secara rata-rata terapresiasi sebesar 1,6% ke level Rp9.110 per dolar AS. Penguatan nilai tukar rupiah tersebut juga diiringi oleh tingkat volatilitas yang menurun dari triwulan sebelumnya. Paket kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada pertengahan Juni 2010 mendapatkan respon positif dari pasar dan meningkatkan efektivitas pengelolaan moneter. Di sisi harga, tekanan inflasi pada triwulan II-2010 mulai menunjukkan tandatanda peningkatan karena faktor nonfundamental. Secara tahunan, inflasi IHK pada triwulan II-2010 mencapai 5,05% (yoy) atau lebih tinggi dari triwulan I-2010 yang sebesar 3,43% (yoy). Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya tekanan inflasi dari faktor non-fundamental khususnya inflasi volatile food, sementara tekanan inflasi dari faktor fundamental yang terlihat pada inflasi inti masih minimal. Di sisi lain, transmisi kebijakan moneter melalui berbagai jalur masih terus berlangsung. Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga masih berlangsung walaupun magnitude-nya semakin terbatas. Penurunan suku bunga kredit lebih besar dibandingkan dengan penurunan suku bunga simpanan. Di jalur kredit, transmisi kebijakan moneter mengalami perbaikan pada triwulan II-2010. Pertumbuhan kredit sampai dengan Juni 2010 diindikasikan meningkat menjadi 18,6% (yoy), lebih tinggi dari pencapaian triwulan sebelumnya yang sebesar 10,7% (yoy). Sementara itu, transmisi kebijakan moneter di pasar modal, pasar SUN, dan pasar reksadana juga positif. Di pasar saham, IHSG masih meningkat dan merupakan salah satu yang tertinggi dibandingkan dengan bursa di beberapa negara di kawasan regional. Di pasar SUN, yield SUN menunjukkan penurunan di hampir seluruh tenor. Sementara itu, pasar reksadana juga menunjukan perkembangan �����
yang baik searah dengan kinerja aset di masing-masing pasar
������ �����
�����
�����������������
�����
��������������������
����� �����
�����
�����
NILAI TUKAR RUPIAH ����
�����
����
��� �
����
Nilai tukar rupiah sepanjang triwulan II-2010 bergerak ����
��� �
���� ����
(underlying asset).
�����������
���
���
����
���
���
����� ���
���
����
���
���
���
����
���
menguat. Selama triwulan II-2010, nilai tukar rata-rata rupiah terapresiasi sebesar 1,6% ke level Rp9.110 per dolar AS (Grafik 3.1). Dalam perjalanannya, rupiah sempat tertekan pada pertengahan triwulan II-2010 oleh sentimen negatif di pasar keuangan global
Grafik 3.1
akibat masalah fiskal di beberapa negara di Eropa. Namun,
Rata-Rata Nilai Tukar Rupiah
berlanjutnya kinerja perekonomian domestik yang solid memberikan dukungan yang positif sehingga pada bulan Juni pergerakan nilai
15
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010
tukar rupiah stabil. Pada akhir triwulan II-2010, rupiah ditutup pada �
������
�����
�����������
�����������������
��
���������������������
level Rp9.060 per dolar AS, menguat 0,3% (ptp) dibandingkan
�����
�
dengan triwulan sebelumnya. Selain menguat, volatilitas rupiah di
�����
�
triwulan II-2010 menurun menjadi 0.47% dibandingkan dengan
�
�����
�
�����
�
�����
�
����
� ����� �
���� ����
���� ����
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ����
�
���� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ����
triwulan sebelumnya sebesar 0,57% (Grafik 3.2). Bergejolaknya pasar keuangan global selama triwulan II-2010 disebabkan oleh memburuknya krisis Yunani. Penurunan rating negara-negara PIIGS dan melemahnya indikator fundamental ekonomi Eropa memicu kepanikan di pasar keuangan global. Untuk meredam gejolak tersebut, pemerintah Eropa dan IMF mengumumkan paket bantuan kepada Yunani. Kombinasi antara sentimen positif pemulihan ekonomi serta kekhawatiran terhadap krisis di Eropa membuat nilai tukar kawasan Asia bergejolak sepanjang triwulan II-2010. Untuk mengatasi hal tersebut beberapa bank sentral melakukan langkah intervensi sehingga volatilitas nilai
�
��� �����������
���
�����������
tukar dapat diredam. ���
Di sisi domestik, penguatan rupiah juga turut didukung oleh kinerja
���
perekonomian domestik yang positif. Laju inflasi yang terkendali,
������������������ ���
������������ �������������
���
���
���
���
���
���
tingkat pertumbuhan PDB triwulan I-2010 yang mencapai 5,7% (yoy), serta kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang positif mampu meredam dampak dari sentimen negatif yang ditimbulkan dari kondisi eksternal. Kinerja positif ini juga tercermin dari meningkatnya kepercayaan asing yang terlihat dari peningkatan rating outlook
���
���
������
������ ������
������
������
������ ������
������ ������
Indonesia oleh Moody‘s.
������������������
Grafik 3.3
Kepercayaan investor asing meningkat tercermin dari
Indikator Persepsi Risiko
membaiknya persepsi terhadap risiko domestik. Indikator Credit Default Swap (CDS) Indonesia masih berada pada level rendah sejalan dengan penurunan yang dialami indikator risiko lainnya yaitu yield spread antara Government Bond Indonesia dan US T Note (Grafik
��
�
3.3). Sementara itu, premi swap (salah satu indikator ekspektasi �������� �������� �������� ���������
arah pergerakan rupiah) tetap bergerak stabil untuk semua tenor (Grafik 3.4).
��
Membaiknya faktor risiko domestik membuat daya tarik
��
investasi dalam rupiah tetap positif. Indikator imbal hasil rupiah yang ditunjukkan oleh selisih suku bunga dalam negeri dan luar
�
negeri (UIP – Uncovered Interest Parity) berada pada level 6,07%, � ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ������������������������
Grafik 3.4 Premi Swap Berbagai Tenor
16
masih merupakan yang tertinggi dibandingkan negara kawasan Asia lainnya (Grafik 3.5). Jika memperhitungkan membaiknya premi risiko maka daya tarik investasi dalam rupiah semakin besar, hal tersebut ditunjukkan oleh indikator CIP (Covered Interest Parity) yang berada dalam tren meningkat selama tahun 2010. Pada akhir Juni 2010,
Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2010
indikator CIP sedikit menurun sehingga berada pada level 3,88%, ����
namun tetap yang tertinggi dibandingkan Korea, Filipina dan Malaysia
�
(Grafik 3.6).
��� ��������� ���
����
INFLASI
��� ����
��������� ���
�����
���
����
Tekanan inflasi mencatat peningkatan pada triwulan II-2010
����
dipicu faktor nonfundamental karena gangguan pasokan
��������
dan distribusi kelompok volatile food. Secara tahunan, inflasi
���� ��� ��� ������������ ������ ��� ������ ��� ��� ��� ������ ��� ��� ������ ��������� ��� ����
����
IHK pada triwulan II-2010 tercatat sebesar 5,05% (yoy), meningkat
����
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 3,43% (yoy)
Grafik 3.5
(Grafik 3.7). Inflasi IHK di bulan Juni 2010 tercatat sebesar 0,97%
Perbandingan UIP Beberapa Negara
(mtm), lebih tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya, yaitu 0,15% di Mei dan -0,14% di April.
���
Lebih tingginya inflasi IHK pada triwulan II-2010 dibandingkan
�
��� ����
��� ���
����
���
����
���
����
��� ���� ���� ����
pada kelompok bahan makanan yang bergejolak (volatile food). Menurunnya produksi beberapa bahan makanan utama, seperti aneka bumbu dan beras, yang disertai dengan adanya gangguan pada beberapa jalur distribusi akibat cuaca yang tidak kondusif mendorong
���������
���������
peningkatan inflasi kelompok volatile food dibandingkan periode
��������
�����
sebelumnya. Selama periode laporan, inflasi volatile food tercatat
����
��� ��� ��� ��������� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ������ ��� ����
dengan triwulan sebelumnya terutama disebabkan oleh tekanan
����
sebesar 4,61% (qtq) atau 11,51% (yoy), meningkat signifikan dari triwulan sebelumnya (1,83% qtq atau 4,41% yoy).
����
Grafik 3.6
Jika dilihat berdasarkan kelompok pengeluarannya, tekanan
Perbandingan CIP Beberapa Negara
inflasi pada triwulan I-2010 terutama berasal dari kelompok bahan makanan (Grafik 3.8). Peningkatan inflasi kelompok ini bersumber dari gangguan beberapa bahan pangan, khususnya ��
��
������
aneka bumbu. Produksi yang menurun pada komoditas cabe
��� ���������������� ������������� ������������������
merah dan bawang merah menyebabkan tingginya laju inflasi komoditas tersebut. Selain itu, gangguan pasokan juga diperburuk oleh terkendalanya distribusi di beberapa daerah akibat tingginya
��
curah hujan. Kedua komoditi tersebut masing-masing memberikan �
sumbangan inflasi sebesar 0,35% (qtq) dan 0,07% (qtq). Sementara
�� � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � ��
����
����
����
����
untuk komoditas bawang putih, tingginya kenaikan harga komoditas selama periode laporan dipengaruhi oleh penurunan pasokan impor dari Cina. Sebagian besar kebutuhan bawang putih nasional (90%)
Grafik 3.7
dipenuhi melalui impor, sehingga apabila tidak ada kebijakan untuk
Perkembangan Inflasi
memperbaiki pasokan bawang putih, tekanan kenaikan harga bawang putih berpotensi akan berlangsung cukup lama.
17
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010
Disagregasi Inflasi Inflasi inti tetap terkendali pada triwulan II-2010. Didukung
������ ����
������������ ������� ����������������������� ���������� ���
������������� ��������� ��������� ��������������������������������������
���� ����
oleh ekspektasi inflasi yang terkendali, nilai tukar yang menguat, serta respons sisi penawaran yang memadai, pergerakan inflasi
����
inti relatif terkendali dan masih pada level yang rendah. Dengan
���
perkembangan tersebut, inflasi inti pada triwulan II-2010 tercatat
���
sebesar 0,68% (qtq), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan
���
sebelumnya sebesar 0.89% (qtq). Secara tahunan, inflasi inti tercatat
���� ����
sebesar 3,97% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � ����
����
����
����
sebelumnya yang mencapai 3,56% (yoy). Peningkatan tersebut dipengaruhi kenaikan tekanan inflasi inti pada akhir triwulan II-2010
Grafik 3.8
yaitu pada Juni 2010. Hal tersebut disebabkan oleh kenaikan harga
Inflasi per Kelompok
emas internasional yang diikuti oleh kenaikan komoditas tersebut di pasar domestik serta nilai tukar rupiah yang sempat melemah. (Grafik 3.9). Kondisi tersebut tercermin juga pada beberapa indikator
��
�
seperti inflasi komoditas impor dan inflasi IHPB impor yang meningkat
������ ���
�� �������������������������� �� ��
����������������������������������
Pertumbuhan ekonomi yang membaik dan nilai tukar
���
rupiah yang menguat memberikan pengaruh positif pada
���
� ��
���
���
�
���� ������������������������������� � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � �
����
����
����
����
����
(Grafik 3.10).
����
����
perkembangan ekspektasi inflasi. Hal tersebut sejalan dengan hasil survei Consensus Forecast (CF) pada bulan Juni 2010 yang menunjukkan terjadinya penurunan ekspektasi inflasi untuk tahun 2010, sedangkan untuk tahun 2011 ekspektasi inflasi sedikit meningkat (Grafik 3.11). Survei lainnya yaitu Survei Konsumen juga menunjukkan ekspektasi konsumen yang terjaga (Grafik 3.12).
Grafik 3.9
Di sisi kesenjangan output, meningkatnya permintaan masih
Inflasi Mitra Dagang dan Nilai Tukar
dapat direspon oleh sisi penawaran secara memadai. Hal tersebut menyebabkan tekanan dari sisi kesenjangan output pada inflasi relatif minimal. Permintaan masih terindikasi meningkat seiring
��
dengan membaiknya kinerja ekonomi domestik. Hal itu terlihat dari
������
������
��
��
�� ����������������������� ��
��
�� �����������������������
�
� � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � �
��
���
����
����
����
����
����
����
yang tetap positif sejak triwulan III 2009 hingga periode laporan (Grafik 3.13). Sementara itu, indikator sisi penawaran yang terlihat dari indeks produksi sektor pengolahan menunjukkan tren meningkat (Grafik 3.14). Kondisi itu sejalan dengan kapasitas produksi terpakai
������������ �
hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang menunjukkan pertumbuhan
di sektor industri pengolahan yang juga berada pada tren yang meningkat (Grafik 3.15). Inflasi kelompok volatile food menjadi faktor yang dominan mendorong kenaikan inflasi IHK pada triwulan II-2010. Produksi
Grafik 3.10
yang menurun pada komoditas cabe merah dan bawang merah serta
Inflasi Komoditas Impor, inflasi inti dan IHPB Impor
penurunan pasokan impor bawang putih dari China menyebabkan tingginya inflasi volatile food. Selain aneka bumbu, kenaikan harga
18
Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2010
beras yang tercatat di sepanjang triwulan II-2010 memberikan ������
sumbangan inflasi sebesar 0,06%. Tekanan kenaikan harga beras
� ��������������������������
terkait dengan penurunan produksi akibat mundurnya panen serta
��������������������������
�
hambatan distribusi. Namun, penyaluran beras bagi rakyat miskin (Raskin) yang berjalan lancar dapat menahan kenaikan harga beras
� ���
���
���
��� ���
�
���
���
����
����
����
���� ����
�
���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
lebih lanjut. Pada kelompok administered prices, tekanan inflasi pada triwulan II-2010 relatif minimal sejalan dengan tidak adanya kebijakan yang bersifat strategis. Sumbangan inflasi dari
� �
�
�
�
���������������������������
�
�
�
�
�
��
��
��
�
�
����
� � ����
�
�
kelompok ini terutama dari kenaikan harga komoditas rokok, yaitu rokok kretek sebesar 0,06%. Relatif lancarnya pelaksanaan
Grafik 3.11
program konversi bahan bakar rumah tangga juga turut menopang
Ekspektasi Inflasi – Consensus Forecast
rendahnya inflasi kelompok tersebut. Menurut data dari Pertamina, realisasi program konversi di bulan Juni mengalami peningkatan dibandingkan dengan bulan sebelumnya tanpa disertai oleh kendala
���
������
�
��
��� ��
���
yang berarti. Selama periode laporan, kelompok administered prices mencatat inflasi sebesar 0,57% (qtq), menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencatat 0,71% (qtq).
��� ���
��
KEBIJAKAN MONETER
��� �
��� ��� ���
������������������������������������������ �������������������������������� � � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � �
����
����
����
Suku bunga Stance kebijakan moneter ditransmisikan dengan baik
������������������������������������������
����
����
�
����
melalui jalur suku bunga PUAB berbagai tenor. Sepanjang triwulan II-2010 suku bunga PUAB O/N bergerak stabil di sekitar
Grafik 3.12.
BI rate dengan rata-rata harian mencapai 6,14%, menurun 4 bps
Ekspektasi Inflasi Konsumen (SK-BI)
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,18%). Dengan perkembangan tersebut, rata-rata relative spread suku bunga PUAB O/N terhadap BI Rate selama triwulan II-2010 sebesar 66,5%, meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 63,6%. Terkait dengan ketentuan pelebaran koridor suku bunga
���
PUAB O/N dari +/- 50bps menjadi +/-100bps per 17 Juni 2010, rata-
������������������������������������������
rata tertimbang suku bunga PUAB O/N sempat menurun hingga ke 5,98%, didorong oleh penurunan tingkat diskonto FASBI menjadi
���
5,5%, namun kembali meningkat. Di akhir triwulan II-2010, suku bunga PUAB O/N ditutup pada level 6,25% (Grafik 3.16). Sejalan
���
dengan pergerakan suku bunga PUAB O/N, rata-rata suku bunga PUAB tenor yang lebih panjang pada akhir triwulan II-2010 sedikit �� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� �� � �
����
����
����
����
����
����
meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Peningkatan suku bunga PUAB tersebut masih sejalan dengan kondisi BI Rate saat ini dan
Grafik 3.13
lebih disebabkan oleh upaya BI untuk mengembalikan pergerakan
Pertumbuhan Penjualan Riil
suku bunga PUAB O/N di sekitar BI Rate menjelang akhir periode. Pada awal triwulan II-2010, rata-rata suku bunga PUAB tenor > 30
19
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010
hari menurun signifikan terkait dengan tingginya ekses likuiditas perbankan dalam jangka pendek (Grafik 3.17).
��� ������������������������������������������
Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga deposito terus berlanjut, namun melambat di triwulan II-2010.
���
Suku bunga deposito berbagai tenor di triwulan II-2010 menurun sebesar 12bps, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
���
yang menurun sebesar 57bps. Struktur suku bunga deposito di awal triwulan II-2010 semakin membaik dibandingkan akhir triwulan ��
sebelumnya sejalan dengan penurunan suku bunga deposito yang
� � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� �� � �
����
����
����
����
����
����
lebih kecil pada tenor yang lebih panjang. Dengan perkembangan
Grafik 3.14
tersebut, suku bunga deposito 1, 3, 6, 12 dan 24 bulan di awal
Indeks Produksi Sektor Industri Pengolahan (SP-BI)
triwulan II-2010 masing-masing menurun menjadi 6,89%, 6,98%, 7,14%, 8,24% dan 8,33% (rata-rata sebesar 7,52%). Berdasarkan kelompok banknya, penurunan suku bunga deposito terbesar terjadi di bank asing dan campuran. Pada triwulan II-2010, bank asing dan campuran tercatat menurunkan
���
suku bunga deposito sebesar 20bps. Namun demikian, sampai
������������������������������������������
dengan akhir triwulan II-2010 diperkirakan kelompok bank persero melakukan penurunan suku bunga yang lebih agresif sehingga
���
melampaui kelompok bank lainnya. Dengan perkembangan tersebut, secara level di awal triwulan II-2010 suku bunga deposito terendah
���
berada pada kelompok bank persero (7,09%) diikuti oleh kelompok bank asing dan campuran (7,13%). Sementara kelompok bank swasta dan BPD masih menawarkan suku bunga deposito yang lebih
�� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� �� ��
����
����
����
����
����
tinggi masing-masing sebesar 8,01% dan 8,51%.
����
Grafik 3.15
Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga kredit
Kapasitas Produksi Terpakai Industri Pengolahan (SP-BI)
membaik. Berdasarkan jenis penggunaannya, suku bunga kredit terus menurun di seluruh kategori (Kredit Investasi-KI, Kredit Modal Tabel 3.1
Perkembangan Berbagai Suku Bunga Suku Bunga (%)
20
Triwulan II-2009 Apr
Mei
Triwulan III-2009
Triwulan IV-2009
Triwulan I-2010
Triwulan II-2010
Juni
Juli
Agt
Sept
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
BI Rate
7.50
7.25
7.00
6.75
6.50
6.50
6.50
6.50
6.50
6.50
6.50
6.50
6.50
6.50
6.50
Penjaminan Deposito
7.75
7.75
7.50
7.25
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
Dep 1 bulan (Weighted Average)
9.04
8.77
8.52
8.31
7.94
7.43
7.38
7.16
6.87
7.09
6.93
6.77
6.89
n.a
n.a
Dep 1 bulan (Counter Rate)
7.72
7.64
7.44
7.30
7.17
7.00
6.92
6.85
6.81
6.75
6.71
6.66
6.60
6.54
6.55
Base Lending Rate
13.78 13.64
13.40
13.20 13.00
13.07
12.96
12.94
12.83
12.65
12.66
12.65 12.62
12.58
12.50
Kredit Modal Kerja (KMK)
14.82 14.68
14.52
14.45 14.30
14.17
14.09
13.96
13.69
13.75
13.68
13.54 13.42
n.a
n.a
Kredit Investasi (KI)
14.05 13.94
13.78
13.58 13.48
13.2
13.12
13.03
12.96
13.24
13.21
12.72 12.62
n.a
n.a
Kredit Konsumsi (KK)
16.48 16.57
16.63
16.66 16.62
16.67
16.53
16.47
16.42
16.32
16.36
15.42 15.34
n.a
n.a
Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2010
Kerja-KMK dan Kredit Konsumsi-KK), hal ini turut mendorong �
�
peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit khususnya di KMK dan �������
�������������������
KI. Penurunan suku bunga kredit yang paling besar terjadi pada KMK,
���������
��������
hal ini mengindikasikan adanya perbaikan persepsi resiko ekonomi
��� �
oleh perbankan, sedangkan suku bunga Kredit Konsumsi (KK)
���
mengalami penurunan paling tipis terkait dengan karakteristiknya
�
yang tidak terlalu elastis dengan perubahan suku bunga. Secara
���
keseluruhan, suku bunga KMK, KI dan KK di awal triwulan II-2010 masing-masing menurun sebesar 12, 10 dan 8bps menjadi 13,42%,
�
� � � �� �� �� � �� �� �� � ������ ��� � � ��� �� �� � �� �� �� � �� �� �� � �� �� �� �� � �� �� �� � �� �� �� � � �� �� �� � ��� ��� �� ���
���
��� ����
���
���
���
���
��� ����
���
���
���
12,62% dan 15,34%. Di akhir triwulan II-2010 suku bunga kredit diperkirakan akan terus berlanjut.
Grafik 3.16
Penurunan suku bunga kredit terbesar terjadi pada kelompak
Suku Bunga PUAB O/N & Instr. Moneter
bank asing dan campuran. Kelompok tersebut mencatat penurunan sebesar 25bps di awal triwulan II-2010 dibandingkan akhir triwulan sebelumnya. Sementara itu kelompok bank persero �
dan bank swasta hanya mencatatkan penurunan masing-masing
� ����
������ ������ ������ ������
��� �
sebesar 10 dan 6bps di periode yang sama.
����
���
Dana, Kredit, dan Uang Beredar
����
����
�
Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada triwulan II-2010
����
���� ���
relatif lambat dibandingkan dengan pertumbuhan kredit
�
yang terus akseleratif. Sampai dengan April 2010, pertumbuhan
�
���
��������
������
���������
����������
���������
DPK mencapai 11,2% (yoy), tidak jauh berbeda dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 11,0% (yoy). Dengan perkembangan
�����������������������
tersebut, posisi DPK pada tahun 2010 (sampai dengan April) hanya
Grafik 3.17
meningkat sebesar Rp7,4 triliun menjadi Rp1.980,5 triliun. Tingkat
Suku Bunga PUAB Berbagai Tenor
pertumbuhan yang minim tersebut sesuai dengan pola pergerakan tahunan DPK yang memiliki kecenderungan lebih rendah jumlahnya di awal tahun. Terdapat indikasi bahwa pertumbuhan DPK yang
����������
�����������
��
terjadi lebih disebabkan oleh pertambahan giro. Hal tersebut
���
mengisyaratkan adanya peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat
��
�
��
���
di triwulan II-2010.
�� ��
���������
��
������������
�������
�� �� �� �� �� � � �
���
��� ��� ��� ����
���
���
���
���
��� ��� ����
���
���
��� ��� ��� ����
�
Transmisi kebijakan melalui jalur kredit pada triwulan II-
���
2010 menunjukkan perkembangan yang positif. Pada triwulan
�
II-2010,1 pertumbuhan kredit (dengan channeling) diindikasikan
���
mencapai 18,6% (yoy), meningkat dibandingkan dengan akhir
�
triwulan sebelumnya sebesar 10,7% (yoy) (Grafik 3.18). Dengan perkembangan tersebut, pertambahan kredit sampai dengan awal
����������������������������������
Grafik 3.18
triwulan II-2010 (April 2010) mencapai Rp45,2 triliun (3,1%, ytd).
Pertumbuhan Dana, Kredit dan BI Rate
Kinerja pertumbuhan kredit tersebut lebih baik dibandingkan tahun 2009 dan 2007, bahkan terdapat indikasi bahwa pertumbuhan kredit
1
Data LHBU sampai dengan akhir Juni 2010
21
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010
tahun ini akan menyamai pencapaian kredit pada tahun 2008 yang cenderung ekspansif. Perbaikan transmisi kebijakan moneter melalui jalur kredit berasal baik dari sisi permintaan (demand side) maupun sisi penawaran (supply side). Dari sisi permintaan, membaiknya kondisi ekonomi domestik mendorong meningkatnya permintaan terhadap kredit. Sementara itu, dari sisi penawaran kredit perbankan, salah satu faktor yang berkontribusi terhadap meningkatnya penyaluran kredit adalah suku bunga kredit yang terus menurun. Pertumbuhan kredit yang lebih akseleratif dibandingkan dengan pertumbuhan DPK merupakan indikasi positif dari meningkatnya fungsi intermediary perbankan ke sektor riil. Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit investasi (KI) dan kredit modal kerja (KMK) tumbuh positif, kredit konsumsi (KK) stabil. Sampai dengan April 2010, pertumbuhan kredit konsumsi masih menjadi penopang pertumbuhan kredit total yaitu mencapai 28,2% (yoy), relatif stabil bila dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya (27,8%, yoy). Sementara itu, pertumbuhan kredit investasi menunjukkan peningkatan sebesar 17,9% (yoy) di awal triwulan II-2010, lebih ��
tinggi dibandingkan akhir triwulan sebelumnya sebesar 13,1%
���������� ���
��
(yoy). Pertumbuhan kredit modal kerja terus meningkat mencapai
��
��
5,4% (yoy) lebih tinggi bila dibandingkan dengan akhir triwulan �����
sebelumnya 1,9% (yoy) (Grafik 3.19).
��
�����
Berdasarkan sektoral, penyaluran kredit ke sektor lainnya
��
����
masih dominan. Peningkatan penyaluran kredit ke sektor lainnya
��
seiring dengan peningkatan kredit konsumsi. Sektor pertambangan,
�
jasa sosial, pengangkutan dan listrik, air dan gas tercatat tumbuh
��� ���
��� ��� ����
���
���
��� ��� ����
��� ���
��� ��� ����
���
��� ��� ����
di level yang cukup tinggi (24% - 82%, yoy), sementara sektor
Grafik 3.19
perdagangan dan industri pengolahan diharapkan akan semakin
Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Penggunaan
meningkat seiring dengan perbaikan kondisi ekonomi domestik dan eksternal. Berdasarkan valuta, penyaluran kredit rupiah pada triwulan II-2010 merupakan penyumbang utama pertumbuhan kredit. Berbagai perkembangan tersebut mencerminkan penyaluran
����� �� ��
�
�� ����������������������� ��
kredit untuk pembiayaan ekonomi sektor riil yang meningkat. Transmisi kebijakan melalui jalur likuiditas perekonomian khususnya M1 melambat akibat tingginya setoran pajak.
��
Pertumbuhan likuiditas perekonomian khususnya M1 di awal
��
triwulan II-2010 (bulan April) sebesar 8,3% (yoy) lebih rendah bila
�� �
dibandingkan dengan rata-rata triwulan sebelumnya sebesar 12,1%
�
(Grafik 3.20). Penurunan M1 tersebut, khususnya disebabkan oleh
�
� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � ���� ���� ���� ���� ���� ����
penurunan posisi giro milik sektor swasta, seiring dengan batas waktu pembayaran pajak Badan yang terjadi pada April 2010. Sementara
Grafik 3.20
itu, giro milik pemerintah juga menurun cukup signifikan. Hal
Pertumbuhan Uang Beredar Nominal
tersebut memberikan indikasi adanya peningkatan belanja Pemda yang lebih cepat dari pola tahun sebelumnya.
22
Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2010
Pertumbuhan M2 cenderung membaik sejalan dengan �����������
��
����� �������������������
��
�����
��������������������
��
�����
�
�����
� �����
�
�����
�
���
� ���
�
��
��� ����
��
�
�� ��� ����
��
�
��
��� ����
��
�
����
mencatat sedikit peningkatan di awal triwulan II-2010, menjadi sebesar 11,8% (yoy) dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 11,4% (yoy). Perkembangan M2 yang semakin membaik tersebut tak lepas dari pertambahan kredit2 yang terus meningkat selama tahun 2010. Sementara itu, faktor luar negeri (NFA) menunjukkan peningkatan terkait dengan kondisi ekonomi global. Selain itu, adanya indikasi pergeseran
�
��
akselerasi pertumbuhan ekonomi. Rata-rata pertumbuhan M2
dana dari giro menjadi deposito dan simpanan valas seiring dengan menguatnya nilai tukar, berdampak pada pertumbuhan uang kuasi
Grafik 3.21
yang cenderung meningkat sehingga mendorong pertumbuhan M2.
IHSG dan Net Beli Asing
Secara umum pertumbuhan M1 dan M2 masih berada di bawah rata-rata level historis (2006-2008). Hal tersebut mengindikasikan aktivitas perekonomian masih di bawah kondisi sebelum krisis.
�����������
�
��
Pasar Keuangan
��
Di tengah ketidakpastian kondisi eksternal, IHSG tetap
�
��
menunjukkan kinerja yang positif. IHSG mengalami penguatan
�
��
sebesar 4,9% selama triwulan II-2010 dan ditutup pada level
��
2.913,7. Pencapaian tersebut jauh lebih baik dibandingkan
��
dengan indeks beberapa negara di kawasan dan regional yang
�
cenderung tumbuh negatif pada triwulan II-2010. Kinerja ini
�
didukung oleh kebijakan makro yang diambil Bank Indonesia untuk
��
����������������������������
�
�����������
�
� � � � � �
�
�� ��� ����
��
�
��
���
��
�
����
��
���
��
����
�
�� ����
mempertahankan BI Rate serta 6 Paket Kebijakan Pendalaman Pasar
Grafik 3.22
Keuangan. Selain itu, stabilitas nilai tukar, inflasi yang rendah,
IHSG dan Volume Perdagangan
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, serta kenaikan Outlook oleh Moody’s dari stabil menjadi positif menyebabkan penguatan IHSG di triwulan II-2010 terus berlangsung. Pada Mei 2010
�� �� �� ��
IHSG sempat terkoreksi 5,8% menyusul tingginya kekhawatiran
� ����������
terjadinya rambatan krisis utang Eropa ke Emerging Market,
����������������������
termasuk Indonesia.
�����������
Membaiknya kinerja IHSG didukung oleh terjaganya faktor
��
fundamental mikro emiten. Fundamental emiten yang kuat
��
tersebut tercermin dari indikator Return on Asset (ROA) beberapa
��
perusahaan yang sudah menyampaikan laporan keuangannya
� �
kepada publik pada triwulan I-2010. Secara umum rata-rata ROA ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ���� ����
naik dari posisi Desember 2009 sebesar 7,1 menjadi 7,9 pada Maret 2010. Relatif terjaganya fundamental emiten tersebut pada akhirnya
Grafik 3.23 Yield SUN, BI Rate dan SBI 1 Bulan
2
mendorong emiten untuk menyisihkan sebagian laba dalam bentuk dividen. Kredit konsep moneter dalam monetary survey
23
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010
Peningkatan kinerja IHSG selama triwulan II-2010 belum
�
���� �����������������������
��
����
���������������������
���
��
���
Sektor barang konsumsi merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi, mencapai 29,9%. Penguatan sektor barang konsumsi didorong oleh beberapa emiten unggulan yang bergerak di bidang rokok dan makanan. Sementara itu, sektor yang paling dalam terkoreksi pertumbuhannya adalah sektor agrobisnis dan
�� ��� �
diikuti secara merata oleh perkembangan di sisi sektoral.
��� ��� ��� ���
��� ��� ��� ��� ��� ���
����
����
positif di triwulan sebelumnya, namun terkena dampak volatilitas
�
��� ��� ��� ��� ���
pergerakan harga komoditi global sehingga pada triwulan ini
����
������������������
pertambangan. Sektor tersebut sempat mengalami pertumbuhan
mencatat pertumbuhan negatif.
���������������������
Grafik 3.24
Masuknya arus modal asing dan membaiknya likuiditas
Yield SUN dan CDS
pasar saham turut menopang laju IHSG selama triwulan II-2010. Net beli asing selama triwulan II-2010 tercatat sebesar Rp2,5 triliun, turun sebesar Rp1,3 triliun dibandingkan triwulan
�
����
sebelumnya. Meskipun mencatat penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, aksi beli asing di pasar saham cukup mampu
�� ���
����������������������� �����������
��
���
��
���
menopang kinerja IHSG untuk tetap tumbuh positif (Grafik 3.21). Hal ini bertolak belakang dengan kinerja IHSG pada Mei 2010, dimana tekanan jual asing sebesar Rp1,65 triliun menyebabkan IHSG terkoreksi sebesar 5,8%. Selain kondisi makro ekonomi dan faktor fundamental perusahaan, masuknya asing di pasar saham
�
����
����
������������������
juga berkaitan dengan rencana BI untuk menerapkan SBI 1 Month-
�
� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � �
Holding Period. Aktivitas asing tersebut pada akhirnya berpengaruh
����
positif pada perbaikan market confidence, sebagaimana terlihat
���������������������
Grafik 3.25
dalam kenaikan volume perdagangan saham. Pada triwulan II-2010,
Yield SUN dan EMBIG
volume perdagangan saham mencapai Rp4,8 triliun per hari atau naik tipis dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp4,1 triliun per hari (Grafik 3.22).
��
����������
�
��
����
��
����
�
����
��
����
�� ����
�
����
��
����
��
� ��������� �����������
�
��� ���
����������
�
����� ���������������������
� �
��
��� ����
��
�
��
���
��
����
�
�� ����
Perbaikan kinerja SBN selama triwulan II-2010 didorong oleh faktor kebijakan dan cukup kuatnya fundamental makro. Stabilitas nilai tukar, inflasi yang rendah, perbaikan rating serta prospek pertumbuhan ekonomi yang positif menjadi faktor dibalik penguatan kinerja SBN. Disamping itu, kinerja SBN juga ditopang oleh relatif terbatasnya risiko fiskal serta kesinambungan fiskal
�
yang masih terjaga. Dari sisi kebijakan, hal ini dilatarbelakangi
�
oleh kebijakan BI untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,5%
�
serta rencana penerapan one month hoding period SBI. Dalam perkembangannya, yield SBN sempat bergerak naik pada Mei
Grafik 3.26
2010 akibat pemburukan risiko eksternal. Namun demikian, secara
Yield SBN dan Aktivitas Asing
keseluruhan triwulan yield jangka pendek, menengah dan panjang masing-masing terus menurun sebesar 53,2bps, 63,3bps dan
24
Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2010
40,1bps sehingga secara umum yield turun 54,8bps dan ditutup ��
����������
�
��
pada level 8,2% (Grafik 3.23).
��
Kinerja pasar SBN membaik di tengah terjadinya pemburukan
��
beberapa indikator risiko eksternal. Di satu sisi, yield SBN untuk
��
tenor 10 tahun telah bergerak turun sebesar 71,7bps selama triwulan
��
II-2010, namun di sisi lain faktor risiko eksternal seperti EMBIG
��
dan CDS justru bergerak naik masing-masing sebesar 92,5bps dan
�
27,7bps. Kondisi tersebut berbeda dengan perilaku historis SBN.
�
Sebagai contoh, pada triwulan I-2010, penurunan EMBIG dan CDS
����������������������������
�
�����������
� � � � � � � � �
�
��
���
��
�
��
����
���
��
�
����
�� ��� ����
��
�
��
masing-masing sebesar 33,1bps dan 29,3 diikuti oleh penurunan yield
����
SUN dengan tenor 10 tahun sebesar 96,4bps. Selain karena cukup
Grafik 3.27
kuatnya fundamental fiskal dan makro ekonomi secara keseluruhan,
Yield SBN dan Vol Perdagangan Harian
perilaku tersebut juga tidak terlepas dari indikasi awal atas beralihnya intensi masuk dari SBI ke SBN (Grafik 3.24 dan Grafik 3.25). Peningkatan arus modal masuk di pasar SBN selama triwulan
���
II-2010 semakin mendorong membaiknya kinerja SBN. Dalam ���
hal ini, pelaku pasar asing masih mempersepsikan positif terhadap
���
relatif tingginya imbal hasil yang ditawarkan. Sementara itu, return
���
yang diperoleh oleh yield seeking investor menjadi lebih optimal3 akibat ekspektasi akan menurunnya faktor risiko volatilitas nilai
���
Kebijakan tersebut mendorong beralihnya dana SBI ke SUN jangka
��������������� ���� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
�
tukar pasca-implementasi kebijakan one month hoding period SBI.
������������������
��
����
����
����
����
����
����
pendek. Dengan perkembangan tersebut, posisi asing pada Obligasi Negara meningkat sebesar Rp29,4 triliun selama triwulan II-2010
Grafik 3.28
atau naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai
Indeks Reksadana Campuran, Pendapatan Tetap dan Saham
Rp24,1 triliun (Grafik 3.26). Sejalan dengan kondisi tersebut, volume perdagangan naik dari Rp4,1 triliun per hari pada triwulan I-2010 menjadi Rp5,3 triliun per hari pada triwulan II-2010 (Grafik 3.27).
Kinerja positif SBN selama triwulan II-2010 direspon positif oleh produk reksadana pendapatan tetap. Dengan perkembangan tersebut, reksadana saham, campuran, dan pendapatan tetap masing-masing tumbuh sebesar -0,7%. -1,7% dan 3,6%. Dalam hal ini, secara umum kinerja manajer investasi terlihat belum memadai baik dari sisi return maupun pengelolaan risiko. Dari sisi return, kinerja manajer investasi belum mampu mengungguli kinerja benchmark (IHSG) yang tumbuh sebesar 4,9% pada triwulan II-2010. Sementara itu, dari sisi risiko, portfolio yang dikembangkan oleh para manajer investasi tampaknya belum mampu menahan shock yang terjadi. Kondisi tersebut terlihat pada tekanan pasar keuangan Mei 2010, yang menyebabkan reksadana saham turun sebesar 11,3% atau lebih besar dari penurunan IHSG pada periode yang sama, yaitu sebesar 9,2% (Grafik 3.28).
3
Meskipun dalam kondisi yang berlawanan, potensi double gain asing dari selisih kurs juga menjadi minimal.
25
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010
BOKS: Paket Kebijakan Penguatan Manajemen Moneter dan Pengembangan Pasar Keuangan Paket Kebijakan Dewan Gubernur Bank Indonesia tanggal 15 Juni 2010 merupakan kelanjutan dari kebijakan perpanjangan profil jatuh tempo (maturity profile) SBI yang mulai diterapkan secara penuh bulan Juni 2010. Arah kebijakan ini ditempuh guna merespons dan mengantisipasi berbagai dinamika pasar keuangan, baik yang berasal dari domestik maupun global. Secara keseluruhan kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter, memperkuat stabilitas sistem keuangan, dan mendorong pendalaman pasar keuangan, yang pada gilirannya mendukung kesinambungan stabilitas makroekonomi dan memperkuat momentum pemulihan ekonomi. Kebijakan ini bukan merupakan kontrol devisa dan tetap dalam koridor sistem devisa bebas yang secara konsisten dianut Indonesia selama ini. Paket kebijakan yang diambil secara umum berupa kebijakan untuk memperkuat operasi moneter dan menyempurnakan aspek prudensial perbankan, terdiri dari penambahan instrumen dan penyempurnaan beberapa ketentuan baik di pasar uang rupiah maupun valas, penguatan aspek prudensial perbankan, serta pendalaman pasar keuangan. Kebijakan tersebut mencakup: 1. Pelebaran koridor suku bunga PUAB O/N. Kebijakan pelebaran koridor suku bunga PUAB O/N dilakukan dengan menyesuaikan suku bunga instrument standing facilities terhadap suku bunga acuan BI Rate. Suku bunga Repo O/N (standing lending facility) dinaikkan dari BI Rate + 50 bps menjadi BI Rate + 100 bps dan suku bunga FASBI O/N (standing deposit facility) diturunkan dari BI Rate -50 bps menjadi BI Rate -100 bps. Kebijakan ini mulai berlaku 17 Juni 2010. 2. Penyempurnaan Ketentuan Mengenai Posisi Devisa Netto (PDN). Penyempurnaan ini ditujukan untuk meningkatkan transaksi dan kedalaman pasar valas dalam negeri agar tetap kondusif bagi kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah dangan tetap memerhatikan aspek prudensial bank. Pembatasan PDN on Balance Sheet maksimal 20% dari modal, dipapuskan dan PDN keseluruhan (overall) tetap maksimum 20% dari modal. Kebijakan ini berlaku 1 Juli 2010. 3. Penerapan minimum one month holding period Sertifikat Bank Indonesian (SBI). Kebijakan ini mewajibkan pembeli SBI baik di pasar primer maupun di pasar sekunder memegang kepemilikan SBI selama minimal 1 bulan (28 hari). Selama periode tersebut, pemilik SBI tidak diperbolehkan melepas kepemilikan atas SBI baik secara Outright maupun repo kepada pihak lain, kecuali repo kepada Bank Indonesia. Kebijakan ini berlaku 7 Juli 2010.
26
Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2010
4. Penambahan instrument moneter non-securities dalam bentuk term deposit. Term deposit merupakan instrumen pengelolaan likuiditas oleh Bank Indonesia tanpa underlying surat berharga. Term deposit tidak dapat dipindahtangankan, namun dapat dicairkan sebelum jatuh tempo dengan persyaratan tertentu. Bagi bank, instrumen ini dapat digunakan untuk keperluan manajemen likuiditas jangka pendek. Kebijakan ini mulai berlaku 7 Juli 2010 5. Penerbitan SBI berjangka waktu 9 dan 12 bulan. Penerbitan SBI tersebut akan dilakukan secara regular bulanan dengan mekanisme lelang dan perhitungan yang sama seperti penerbitan SBI jangka waktu lainnya. Penerbitan SBI 9 bulan mulai dilakukan pada lelang SBI bulanan minggu II Agustus 2010, sementara SBI 12 bulan dilakukan mulai minggu II September 2010. 6. Penerapan mekanisme triparty repurchase (repo) Surat Berharga Negara (SBN). Triparty repo SBN merupakan kegiatan pengelolaan likuiditas oleh Bank Indonesia melalui transaksi reverse repo dengan underlying asset SBN yang diperoleh dari pihak lain yang ditetapkan antara lain Dana Pensiun dan Asuransi. Dalam rangka implementasi kebijakan ini Bank Indonesia akan bekerja sama dengan Pemerintah dan berbagai instansi terkait untuk mempersiapkan ketentuan dan mekanisme yang diperlukan. Kebijakan ini diharapkan dapat mulai dilakukan pada tahun 2011.
27
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010
4. Perekonomian Indonesia ke Depan Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan mengarah pada batas atas kisaran 5,5%6,0% pada tahun 2010. Prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih optimis didukung oleh kondisi eksternal yang lebih baik, iklim investasi yang semakin kondusif, serta daya beli masyarakat yang tetap kuat. Perekonomian dunia diprakirakan masih berada dalam tren pemulihan pascakrisis tahun 2009.Pemulihan yang terjadi akan meningkatkan volume perdagangan dunia, sehingga ekspor Indonesia dapat terakselerasi. Sementara itu, iklim investasi diprakirakan semakin baik seiring dengan kondisi fundamental perekonomian yang kuat dan ekspektasi ekspansi ekonomi Indonesia ke depan. Pendapatan dari ekspor yang meningkat serta investasi yang membaik akan menopang kepercayaan konsumen sehingga daya beli masyarakat tetap kuat. Ekspansi perekonomian berpotensi terus berlanjut pada tahun 2011. Pertumbuhan ekonomi diprakirakan dapat mencapai 6,0%-6,5%. Kinerja ekspor Indonesia diprakirakan tetap kuat karena meningkatnya volume ekspor ke negara-negara berkembang. Prospek investasi dalam negeri diprakirakan semakin baik, diimbangi dengan konsumsi rumah tangga yang tumbuh tinggi. Tingginya pertumbuhan konsumsi rumah tangga didorong oleh berbagai faktor yang kondusif, seperti suku bunga yang rendah, penyaluran kredit yang tinggi, serta harga yang terkendali. Namun, prakiraan tersebut masih mengandung risiko yang bersumber dari kemungkinan terhambatnya pemulihan ekonomi dunia akibat krisis keuangan yang melanda Eropa. Prospek perkembangan harga diprakirakan mengalami peningkatan namun masih tetap terjaga pada sasaran yang ditetapkan sebesar 5%±1% pada tahun 2010 dan 2011. Tekanan inflasi pada paruh kedua 2010 cenderung meningkat terutama bersumber dari volatile food dan administered price. Gangguan pasokan untuk beberapa Tabel 4.1
komoditas merupakan faktor pendorong tekanan inflasi volatile
Proyeksi PDB Dunia (% yoy) 2008
2010
2011
Namun, gangguan pasokan akibat ketidakpastian iklim tersebut diperkirakan hanya bersifat sementara dan akan membaik pada
PDB Dunia
3.0
-0.6
4.2
4.3
tahun 2011. Sementara itu, inflasi administered prices diperkirakan
Negara Maju
0.5
-3.2
2.3
2.4
Amerika Serikat
0.4
-2.4
3.1
2.6
meningkat seiring dengan adanya kebijakan Pemerintah menaikkan
Kawasan Euro
0.6
-4.1
1.0
1.5
tarif dasar listrik (TDL) pada semester II-2010. Pada tahun 2011,
Jepang
-1.2
-5.2
1.9
2.0
tekanan inflasi dari sisi eksternal bersumber dari berlanjutnya
Negara Maju Lainnya
1.7
-1.1
3.7
3.9
pemulihan ekonomi dunia yang mendorong peningkatan inflasi
Negara Berkembang
6.1
2.4
6.3
6.5
mitra dagang. Sementara itu, dari sisi domestik inflasi didorong oleh
Afrika
5.5
2.1
4.7
5.9
Eropa Timur dan Tengah
3.0
-3.7
2.8
3.4
akselerasi kegiatan ekonomi.
Negara Persemakmuran
5.5
-6.6
4.0
3.6
Negara Berkembang Asia
7.9
6.6
8.7
8.7
China
9.6
8.7
10.0
9.9
India
7.3
5.7
8.8
8.4
BEBERAPA ASUMSI YANG DIGUNAKAN
Negara Timur Tengah
5.1
2.4
4.5
4.8
Asumsi Perekonomian Internasional
Amerika Latin
4.3
-1.8
4.0
4.0
Tren pemulihan ekonomi global terus berlanjut, dan dapat
Sumber : MF, World Economic Outlook Update Januari 2010
28
2009
food di samping faktor musiman Ramadhan dan perayaan Idul Fitri. Proyeksi
tumbuh lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya. Perkembangan
Perekonomian Indonesia ke Depan
terkini menunjukkan bahwa sektor manufaktur global tumbuh tinggi sebagai respons terhadap pemulihan kegiatan ekonomi dunia. Pemulihan ekonomi dunia berlangsung pesat terutama di negara berkembang Asia, Amerika Serikat, dan Jepang. Sementara itu, ekonomi Eropa juga berpotensi tumbuh semakin cepat ditopang oleh solidnya kinerja ekspor. Namun, ketidakpastian terkait krisis Eropa berpotensi menimbulkan tekanan pada sistem keuangan dan sistem perbankan global. Apabila eskalasi krisis tersebut meluas, maka dampaknya berpotensi menghambat pemulihan ekonomi global. Optimisme terhadap perkembangan ekonomi global tercermin pada laporan IMF dalam publikasi World Economic Outlook bulan April 2010. Pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2010 diprakirakan tumbuh 4,2%, dan berlanjut menjadi 4,3% pada tahun 2011. Proyeksi tahun 2010 mengalami revisi ke atas dari publikasi sebelumnya di WEO Update bulan Januari 2010 (pertumbuhan ekonomi dunia mencapai 3,9%). Pertumbuhan ekonomi global dimotori oleh ekspansi baik di negara maju maupun berkembang. Negara-negara maju diprakirakan tumbuh 2,3% dan 2,4% pada tahun 2010 dan 2011. Sementara itu, negara-negara berkembang tumbuh sebesar 6,3% (2010) dan 6,5% (2011). Dominasi negara berkembang di Asia diprakirakan tetap kuat, dengan pertumbuhan ekonomi China yang diproyeksikan mencapai 10,0% pada tahun 2010 dan 9,9% pada tahun 2011. India juga diprakirakan mencatat pertumbuhan yang tinggi sebesar 8,8% dan 8,4% pada tahun 2010-2011. Sejalan dengan pemulihan perekonomian dunia tersebut, volume perdagangan dunia diprakirakan meningkat di atas prakiraan sebelumnya. IMF dan World Bank pada bulan Januari 2010 merevisi ke atas prakiraan pertumbuhan volume perdagangan dunia pada tahun 2010 menjadi sebesar 5,8% dan 4,3% (yoy), melonjak tajam dibandingkan dengan prakiraan sebelumnya sebesar masing-masing 2,5% dan 3,8%. Sementara untuk tahun 2011, lembaga-lembaga tersebut memprakirakan volume perdagangan dunia kembali meningkat menjadi sebesar 6,3% dan 6,2% (yoy). Lembaga internasional lainnya yaitu World Trade Organisation (WTO) memprakirakan volume perdagangan dunia pada tahun 2010 meningkat sangat tajam menjadi sebesar 9,5% (yoy).
Asumsi Kebijakan Fiskal Pada akhir Mei 2010, DPR menyetujui RAPBNP 2010 yang disampaikan oleh Pemerintah untuk menjadi APBNP dengan defisit yang sama sebesar 2,1% dari PDB. Meskipun defisit per PDB sama, namun berbagai perubahan asumsi makroekonomi berdampak pada perubahan postur APBN. Prospek perekonomian domestik yang lebih positif membuat Pemerintah merevisi ke atas pertumbuhan ekonomi, menurunkan proyeksi inflasi dan suku bunga SBI 3 bulan serta mengakomodir nilai tukar rupiah yang menguat. Dari eksternal, perkembangan harga minyak yang terus meningkat diakomodir dengan merevisi ke atas asumsi harga minyak. Berbagai perubahan tersebut ditambah beberapa kebijakan baru berdampak pada meningkatnya penerimaan dan belanja negara dari angka RAPBNP. Pemerintah mengakomodir beberapa kebijakan baru di dalam APBNP 2010. Dari sisi pendapatan, Pemerintah melanjutkan pemberian stimulus fiskal di bidang perpajakan yang bertujuan untuk: (i) meningkatkan daya beli masyarakat, (ii) menjaga daya tahan dunia
29
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010
usaha untuk menghadapi krisis global, dan (iii) meningkatkan daya saing dunia usaha dan industri. Stimulus fiskal tersebut disalurkan berupa penghematan pembayaran perpajakan dan insentif kepada dunia usaha. Pemerintah juga melakukan stimulus untuk penghematan pembayaran perpajakan melalui penurunan tarif PPh badan, penurunan PPh perusahaan masuk bursa, pembebasan fiskal bagi pemilik NPWP dan pelaksanaan amandemen UU PPN. Sementara itu Pemerintah memberikan insentif kepada dunia usaha berupa pajak ditanggung Pemerintah (DTP) untuk berbagai jenis PPN, PPh panas bumi dan bahan bakar nabati serta bea masuk industri. Dari sisi pengeluaran, selain sebagai dampak dari perubahan asumsi makro, perubahan belanja juga disebabkan oleh berbagai kebijakan seperti: (i) perubahan komposisi pembiayaan utang dan adanya penurunan asumsi yield, (ii) kenaikan harga pembelian beras, (iii) kebijakan stabilisasi harga komoditas pokok yang diantaranya ditempuh melalui kenaikan volume raskin dan penundaan kenaikan dasar listrik (TDL) serta (iv) berbagai program prioritas baru. Selanjutnya, di dalam Pokok-pokok Kebijakan Fiskal 2011, Pemerintah menetapkan arah defisit tahun 2011 sebesar 1,7% dari PDB. Di tahun 2011, Pemerintah terus mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan, khususnya dari perpajakan yang semakin dominan menopang penerimaan negara. Berbagai usaha Pemerintah terus dilanjutkan melalui program ekstensifikasi dan intensifikasi yang ditopang dengan reformasi birokrasi. Di sisi belanja, kebijakan alokasi anggaran diarahkan untuk melaksanakan program-program pembangunan, guna mencapai sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2011, yaitu pembangunan kesejahteraan, perkuatan pembangunan demokrasi dan penegakan hukum. Sementara di sisi pembiayaan, sumber-sumber dari dalam negeri terus diupayakan dan didukung oleh pembiayaan luar negeri dengan tetap mempertahankan penurunan rasio utang terhadap PDB secara berkesinambungan.
PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI Berbagai perkembangan terkini menunjukkan arah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berpotensi meningkat. Pada tahun 2010, pertumbuhan ekonomi diprakirakan berada YOY, Tahun Dasar 2000
Tabel 4.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Kom pone n
2008
2009
5.3
Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
Konsumsi Rumah Tangga
2010*
2011*
I
II
4.9
3.9
4.9
10.4
15.7
(-8.8)
(-1.5)
6.5 - 7.5
4.8 - 5.8
11.9
3.3
7.9
10.0
9.9 - 10.5
11.4 - 12.1
4.6 - 5.0
5.1 - 5.5
Ekspor Barang dan Jasa
9.5
-9.7
19.6
14.6
11.4 - 12.4
8.1 - 9.1
Impor Barang dan Jasa
10.0
-15.0
22.6
15.8
16.1 - 17.1
10.7 - 11.7
PDB
6.0
4.5
5.7
6.0
5.5 - 6.0
6.0 - 6.5
* Angka Proyeksi Bank Indonesia
30
2010
Perekonomian Indonesia ke Depan
dalam kisaran 5,5%-6,0%, dengan kecenderungan menuju batas atas. Faktor eksternal maupun kondisi domestik diprakirakan mendukung proses ekspansi kegiatan perekonomian. Ekspor diprakirakan tetap dapat tumbuh tinggi. Kapasitas produksi dalam negeri diprakirakan meningkat seiring dengan peningkatan kegiatan investasi. Hal itu akan menjaga daya beli masyarakat sehingga konsumsi rumah tangga turut menopang pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Ekspansi kegiatan ekonomi diprakirakan berlanjut pada tahun 2011. Pertumbuhan ekonomi berpotensi mencapai kisaran 6,0%-6,5% pada tahun 2011. Sumber pertumbuhan dari sisi domestik diprakirakan semakin dominan dengan maraknya kegiatan investasi dan konsumsi. Sementara itu, ekspor tetap dapat tumbuh tinggi. Dengan perkembangan ini, siklus pemulihan ekonomi Indonesia dapat berlangsung lebih seimbang. Berdasarkan lapangan usaha, sejalan dengan membaiknya perbaikan ekonomi global dan domestik, sektor-sektor yang terkait kegiatan ekspor dan impor tumbuh lebih tinggi. Sektor perdagangan, yang pada tahun 2009 mencatat pertumbuhan sangat rendah diprakirakan akan menjadi motor pertumbuhan di 2010. Selain itu, sektor pengangkutan dan telekomunikasi juga diprakirakan masih tetap tumbuh tinggi. Pada tahun tahun 2011, kinerja sektor industri diprakirakan mengalami perbaikan sejalan dengan tingginya pertumbuhan investasi.
Prospek Permintaan Agregat Konsumsi rumah tangga menunjukkan fase ekspansi, dengan pertumbuhan yang diprakirakan mencapai 4,6%-5,0% pada tahun 2010. Tren pertumbuhan yang kuat diprakirakan tetap terjadi pada tahun 2011 (sebesar 5,1%-5,5%). Perbaikan di sektor eksternal yang tercermin pada akselerasi ekspor akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Potensi pertumbuhan ekspor yang tinggi pada periode ke depan akan menyebabkan daya beli masyarakat tetap kuat. Indikasi tersebut tercermin pada beberapa indikator awal di Triwulan II-2010. Di bidang otomotif, penjualan mobil pada periode April-Mei 2010 tumbuh 90,3% dan penjualan motor tumbuh 53,9%. Pertumbuhan tersebut merupakan capaian tertinggi setelah mengalami kontraksi sebagai imbas krisis global pada tahun 2009. Konsumsi rumah tangga didukung oleh sumber pembiayaan yang semakin murah. Level suku bunga kebijakan saat ini sebesar 6,50% tercatat merupakan suku bunga kebijakan terendah di Indonesia. Suku bunga yang rendah tersebut telah memicu rendahnya suku bunga kredit di masyarakat dan mendorong peningkatan penyaluran kredit konsumsi. Selain dari perbankan, penyaluran kredit yang bersumber dari perusahaan pembiayaan baik dalam bentuk kartu kredit maupun pembiayaan konsumen juga tercatat terus mengalami pertumbuhan yang meningkat. Kinerja perekonomian yang stabil memberi dorongan terhadap iklim investasi yang kondusif. Stabilitas domestik tersebut selanjutnya menopang kepercayaan konsumen Indonesia. Hal tersebut tercermin pada hasil survei konsumen Bank Indonesia yang memperlihatkan bahwa indeks kepercayaan konsumen berada pada level yang optimis. Selain itu, ekspektasi penghasilan untuk periode enam bulan ke depan juga berada pada level tinggi.
31
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010
Pada tahun 2011, konsumsi rumah tangga diprakirakan tetap dapat tumbuh tinggi. Faktorfaktor yang menopang daya beli masyarakat seperti suku bunga kredit konsumsi yang terus menurun, penyaluran kredit yang tinggi, serta tingkat harga yang terkendali diprakirakan tetap berlanjut. Selain itu, pendapatan dari kinerja ekspor yang tetap kuat akan memberikan income effect yang turut mendukung kuatnya daya beli masyarakat. Konsumsi Pemerintah secara riil diprakirakan tumbuh 6,5%-7,5% pada tahun 2010 dan 4,8%-5,8% pada tahun 2011. Setelah mengalami ekspansi pada tahun 2009 dengan adanya stimulus fiskal untuk mendorong kegiatan perekonomian, konsumsi Pemerintah diprakirakan mengalami pertumbuhan yang melambat pada tahun 2010. Perlambatan terjadi pada konsumsi pemerintah pusat dan daerah. Perlambatan pertumbuhan pengeluaran pemerintah pusat terutama terjadi pada belanja barang dan belanja lainnya. Sementara itu, perlambatan pertumbuhan konsumsi pemerintah daerah terjadi pada alokasi dana ke daerah. Pada tahun 2011, defisit fiskal yang semakin kecil berkonsekuensi pada semakin melambatnya pertumbuhan pengeluaran pemerintah baik di level pusat maupun daerah. Konsolidasi fiskal yang terjadi akan mengakibatkan pengeluaran pemerintah secara riil kembali mengalami perlambatan. Pertumbuhan investasi diprakirakan mengalami akselerasi seiring dengan prospek perekonomian yang semakin kondusif. Pertumbuhan investasi diprakirakan mencapai 9,9%-10,5% pada tahun 2010 dan 11,4%-12,1% pada tahun 2011. Kegiatan ekonomi Indonesia yang berpotensi tumbuh tinggi pada tahun-tahun mendatang menjadi salah satu daya tarik bagi masuknya aliran modal untuk investasi. Kondisi untuk investasi diprakirakan akan semakin kondusif didukung oleh pelaksanaan kebijakan moneter yang konsisten menjaga stabilitas makro dan kebijakan fiskal yang prudent. Pada tanggal 21 Juni 2010, lembaga pemeringkat internasional Moody’s melakukan revisi outlook sovereign credit rating yang saat ini berada di level Ba2 local and foreign currency sovereign rating, dari stable menjadi positive. Revisi outlook berlaku pula untuk Ba1 foreign currency bond ceiling dan Ba3 foreign currency deposit ceiling. Positive outlook menunjukkan besarnya kemungkinan Indonesia memperoleh peningkatan rating dalam 1 (satu) tahun ke depan, di mana Indonesia masih membutuhkan 2 (dua) notch lagi menuju investment grade dari Moody’s. Revisi oleh Moody’s merupakan kelanjutan peningkatan credit rating sebelumnya oleh Fitch Ratings dan S&P. Berbagai revisi dan perbaikan rating tersebut mengonfirmasi bahwa iklim investasi Indonesia diprakirakan semakin baik pada periode-periode mendatang. Dengan berbagai capaian tersebut, peringkat Indonesia berpotensi mencapai investment grade dalam kurun waktu satu atau dua tahun mendatang. Apabila investment grade dapat segera tercapai, maka pertumbuhan investasi diprakirakan dapat tumbuh lebih tinggi pada tahun 2011. Optimisme perbaikan investasi juga tercermin pada hasil survei Bank Indonesia. Survei Persepsi Pasar menunjukkan bahwa 79,1% dari responden berpendapat bahwa tahun 2010 adalah tahun yang tepat untuk melakukan investasi. Indikasi lainnya tercermin pada impor barang modal pada awal triwulan II-2010 yang menunjukkan pertumbuhan yang meningkat tajam
32
Perekonomian Indonesia ke Depan
sebesar 48,6%. Sebagian besar barang modal yang diimpor berupa alat-alat telekomunikasi, transportasi, mesin-mesin listrik, serta konstruksi. Hal itu berarti bahwa pelaku usaha melakukan investasi baik untuk nonbangunan maupun bangunan. Optimisme untuk melakukan investasi juga datang dari pelaku usaha luar negeri. Berdasarkan hasil Consensus Forecast edisi Mei 2010, aliran modal langsung (Foreign Direct Investment/ FDI) ke Indonesia pada tahun 2010 diprakirakan meningkat menjadi 1,1%PDB dari 1,0%PDB pada tahun 2009. Jumlah tersebut kembali meningkat menjadi 1,2%PDB pada tahun 2011. Secara nominal, aliran modal masuk ke Indonesia tersebut termasuk yang tertinggi di kawasan Asia. Jumlah FDI ke Indonesia hanya lebih rendah dari aliran FDI ke China dan India. Ekspor diprakirakan tumbuh 11,4%-12,4% pada tahun 2010, dan 8,1%-9,1% pada tahun 2011. Seiring dengan perkembangan kondisi global yang masih dalam masa pemulihan, ekspor barang dan jasa diprakirakan tetap tumbuh tinggi. Perekonomian global yang masih dalam proses pemulihan dari krisis akan mendorong aktivitas volume perdagangan dunia, baik di negara maju maupun berkembang. Seiring dengan peningkatan kegiatan perekonomian dunia, permintaan barang-barang dari Indonesia diprakirakan meningkat dan dapat tumbuh tinggi. Kegiatan perekonomian yang semakin tinggi terutama di negara-negara berkembang akan direspons oleh ekspor Indonesia. Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, pangsa ekspor Indonesia ke negara-negara berkembang terus menunjukkan peningkatan. Negara berkembang yang menjadi partner dagang Indonesia terutama adalah China dan India. Pada tahun 2005, pangsa ekspor nonmigas Indonesia ke China dan India berkisar 6% dan 4%. Namun, saat ini pangsa tersebut meningkat menjadi sekitar 9% dan 7%. Kondisi ini menyebabkan ekspor dari Indonesia mempunyai potensi untuk terakselerasi pada periode mendatang, karena negara-negara berkembang cenderung menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibanding dengan negara-negara maju. Prospek negara berkembang yang dapat tumbuh tinggi tercermin pada publikasi WEO oleh IMF edisi April 2010. Dalam publikasi tersebut, IMF merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan ekonomi negara berkembang. Pada tahun 2010, PDB negara berkembang diproyeksikan tumbuh sebesar 6,3% (dari sebelumnya 6,0% pada publikasi WEO edisi Januari 2010). Lalu pada tahun 2011, proyeksi pertumbuhan PDB negara berkembang adalah lebih tinggi lagi yaitu sebesar 6,5% (revisi ke atas dari proyeksi sebelumnya sebesar 6,3%). Sementara itu, negara-negara maju diprakirakan tumbuh sebesar 2,3% pada tahun 2010 dan 2,4% pada tahun 2011. Impor barang dan jasa diprakirakan tumbuh sebesar 16,1%-17,1% pada tahun 2010. Selanjutnya pada tahun 2011, impor diprakirakan tumbuh 10,7%-11,7%. Untuk memenuhi kebutuhan produksi barang-barang ekspor, dibutuhkan barang input baik dari dalam negeri maupun dari impor. Dalam kondisi tersebut, pertumbuhan ekspor yang tinggi akan mendorong pertumbuhan impor. Berdasarkan penggunaannya, impor bahan baku diprakirakan tetap mendominasi impor barang pada tahun-tahun mendatang. Bahan baku yang diimpor dapat berupa bahan baku primer atau olahan untuk industri manufaktur, dan termasuk juga bahan makanan serta minuman untuk industri makanan. Bahan baku tersebut
33
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010
selanjutnya akan digunakan oleh industri dalam negeri untuk memproduksi barang-barang kebutuhan ekspor serta konsumsi dalam negeri. Seiring dengan kegiatan investasi yang diprakirakan tetap kuat pada tahun-tahun mendatang, kebutuhan impor barang modal juga diprakirakan meningkat. Pangsa impor barang modal dibanding dengan total impor diprakirakan semakin besar. Kebutuhan bahan baku dan barang modal yang tinggi akan menyebabkan akselerasi impor barang, sebagaimana yang terlihat pada tingginya pertumbuhan impor barang pada awal triwulan II-2010.
Prospek Penawaran Agregat YOY, Tahun Dasar 2000
Tabel 4.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Kom ponen
2008
2009
2010
I
II*
2010*
2011*
Pertanian
4.8
4.1
2.9
4.1
3.4 - 4.0
3.9 - 4.2
Pertambangan & Penggalian
0.7
4.4
3.5
3.6
3.2 - 3.6
3.5 - 3.8
Industri Pengolahan
3.7
2.1
3.6
4.0
3.4 - 4.0
4.2 - 4.7
Listrik, Gas & Air Bersih
10.9
13.8
7.2
8.7
8.7 - 9.2
10.7 - 11.1
Bangunan
7.5
7.1
7.3
8.0
7.5 - 8.0
8.2 -8.6
Perdagangan, Hotel & Restoran
6.9
1.1
9.3
9.1
8.6 - 9.1
8.4 - 9.1
Pengangkutan & Komunikasi
16.6
15.5
11.9
11.5
11.0 - 11.5
10.8 - 11.3
Keuangan, Persewaan & Jasa
8.2
5.0
5.5
5.8
5.5 - 5.9
6.0 - 6.4
Jasa-jasa
6.2
6.4
4.6
4.6
4.4 - 4.8
4.7 - 5.0
PDB
6.0
4.5
5.7
6.0
5.5 - 6.0
6.0 - 6.5
* Angka Proyeksi Bank Indonesia
Berdasarkan lapangan usaha, sektor-sektor dalam perekonomian berprospek tumbuh tinggi pada tahun 2010 dan 2011. Sebagai respons terhadap pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pelaku usaha diprakirakan melakukan investasi untuk meningkatkan kapasitas perekonomian. Seiring dengan hal tersebut, sektor industri pengolahan diprakirakan tumbuh meningkat. Sektor industri pengolahan cenderung padat karya, sehingga diprakirakan dapat menyerap tenaga kerja yang lebih banyak dan berpotensi mengurangi angka pengangguran nasional. Sektor tradable lainnya, yaitu sektor pertanian dan pertambangan diprakirakan tumbuh melambat pada tahun 2010. Sementara itu, kontribusi sektor-sektor nontradable diprakirakan meningkat dalam struktur pertumbuhan ekonomi. Sektor pertanian diprakirakan tumbuh 3,4%-4,0% pada tahun 2010 dan meningkat menjadi 3,9%-4,2% pada tahun 2011. Fenomena El Nino, yang terjadi sejak akhir 2009 berdampak pada pertumbuhan produksi padi tahun 2010 yang lebih rendah dari prakiraan sebelumnya. Kondisi iklim tahun 2010 diprakirakan dapat menyebabkan turunnya pertumbuhan produksi beras. Anomali cuaca berupa hujan deras dan panas yang tiba-tiba dan tidak bisa diprediksi menyebabkan tanaman menjadi lebih mudah terserang hama. Beberapa lokasi sentra padi di Jawa Barat, Jawa Tengah dan jawa Timur mengalami gagal panen, baik rusak karena banjir ataupun rusak terkena hama, terutama hama wereng coklat.
34
Perekonomian Indonesia ke Depan
Badan Pusat Statistik memprakirakan bahwa produksi beras (GKG) tahun 2010 (aram I 2010) sebesar 64,9 juta ton atau hanya meningkat 0,88% dari produksi tahun 2009 yang mencapai 64,33 juta ton. Meskipun pertumbuhan produksi padi di bawah prakiraan sebelumnya, ketahanan pangan nasinal diprakirakan tetap terjaga. Dari sisi subsektor perkebunan, prospek perkebunan karet ke depan cukup menjanjikan. Hasil produksi karet sebagian besar terserap oleh industri ban. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penjualan mobil dan motor, permintaan ban diprakirakan juga akan meningkat. Selain itu, proses perbaikan ekonomi dunia yang terus berlangsung, khususnya di China akan berdampak pula pada kinerja karet ke depan. Peluang Indonesia untuk dapat memanfaatkan momen ini cukup besar mengingat Indonesia memiliki potensi sumber daya yang sangat memadai untuk meningkatkan produksi. Indonesia, bersama dengan Thailand dan Malaysia, memegang peran utama dalam menentukan harga karet di pasar internasional. Di antara tiga negara besar penghasil karet tersebut, Indonesia memiliki lahan terbesar yaitu mencapai 3,4 juta ha, sementara Thailand dan Malayasia hanya memiliki 2,7 juta ha dan 1,0 juta ha. Namun dari sisi produktivitas, Indonesia masih kalah. Hal itu disebabkan karena tanaman karet yang sudah tua dan rusak di Indonesia cukup banyak mencapai sekitar 400-an ribu ha. Sehubungan dengan itu, Pemerintah akan melakukan peremajaan sekitar 50.000 ha tanaman karet. Dengan upaya ini diprakirakan pada tahun 2011 nanti Indonesia akan mampu menjadi produsen karet terbesar di dunia. Peremajaan karet akan dilakukan di sentra-sentra perkebunan karet di Sumatera,antara lain di Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu. Secara umum upaya peningkatan produktivitas pertanian tidak hanya pada tanaman karet tetapi juga pada tanaman–tanaman lain. Pemerintah dalam hal ini sedang berupaya untuk dapat membangun sektor pertanian yang berkelanjutan. Saat ini Indonesia telah dapat mencapai swasembada pangan (beras) namun keberhasilan ini dinilai masih perlu terus ditingkatkan. Dari sisi anggaran, pemerintah akan melakukan penyempurnaan alokasi anggaran sektor pertanian. Saat ini alokasi anggaran pertanian masih tertuju pada pemberian subsidi pupuk. Ke depan Pemerintah akan memperbesar alokasi anggaran untuk riset dan infrastruktur pertanian, termasuk irigasi agar produktivitas sektor pertanian dapat meningkat dan berkelanjutan. Sektor pertambangan diprakirakan tumbuh 3,2%-3,6% dan 3,5%-3,8% pada tahun 2010-2011. Kinerja sektor pertambangan pada tahun 2010 diprakirakan lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2009. Perlambatan sektor pertambangan tercermin dari produksi minyak dan gas Indonesia yang cenderung di bawah prakiraan. Kinerja sektor pertambangan sangat tergantung pada kinerja subsektor minyak dan gas, karena subsektor ini mempunyai pangsa 54,8% dalam pembentukan nilai tambah di sektor pertambangan. Produksi minyak nasional sepanjang tahun 2010 masih belum bisa mencapai target dalam APBN-P 2010, yaitu rata-rata 965 ribu barel per hari (bph). Dari Januari hingga Juni 2010 rata-rata produksi masih di bawah 960,20 ribu bph. Sementara itu, pertumbuhan investasi di sektor perminyakan diprakirakan terus berlanjut. Tahun ini pengeboran sumur minyak dan gas yang baru ditargetkan dapat mencapai sekitar 200-300 sumur. Upaya ini diprakirakan dapat meningkatkan produksi minyak dan
35
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010
gas nasional. Namun demikian, rasio kesuksesannya cukup sulit diprediksi. Keberhasilan pengeboran sangat tergantung pada kondisi tiap-tiap sumur. Sektor industri pengolahan diprakirakan tumbuh meningkat mencapai 3,4%-4,0% pada tahun 2010 dan 4,2%-4,7% pada tahun 2011 seiring dengan ekspansi kegiatan ekonomi. Pemulihan ekonomi global telah mendorong kinerja sektor industri menunjukkan perkembangan yang membaik terutama sejak triwulan IV 2009. Kinerja yang membaik tersebut tercermin pada perbaikan indeks produksi sektor industri. Namun demikian perkembangan kinerja sektor industri pengolahan, terutama yang berorientasi ekspor masih dibayangi oleh proses pemulilhan ekonomi global yang belum stabil di negara maju. Untuk dapat terus mendorong peningkatan kinerja industri pengolahan, Pemerintah berupaya untuk mempercepat program standarisasi produk manufaktur Indonesia (Standar Nasional Indonesia/SNI). Hal itu dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing industri, menjamin mutu hasil industri, menciptakan persaingan usaha yang sehat dan adil serta melindungi konsumen di era perdagangan bebas. Terhitung mulai 18 Juli 2010 produk kaca lembaran yang beredar di seluruh wilayah kepabeanan Indonesia wajib memiliki SNI. Wajib SNI atas produk kaca lembaran telah dinotifikasi Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) pada awal tahun 2010. Beberapa produk industri pengolahan lainnya yang akan segera masuk dalam daftar wajib SNI antara lain baja dingin, setrika listrik, pompa listrik, semen, ban mobil, kabel listrik, tangki air, meteran air, pelek kendaraan bermotor dan baja lembaran tipis lapis timah. Optimisme akan perkembangan ekonomi Indonesia telah mendorong pelaku ekonomi berinvestasi untuk meningkatkan kapasitas produksi. Salah satunya adalah industri semen. Berbagai aktivitas pembangunan fisik seperti infrastruktur, pembangunan pabrik dan properti telah mendorong industri semen berinvestasi untuk meningkatkan kapasitas produksi, agar bisa memenuhi lonjakan permintaan di masa mendatang. Pengeluaran biaya modal (capex) industri semen setidaknya mencapai 646 juta dolar AS dalam rangka ekspansi pabrik, yang dilakukan oleh sekitar 5 pabrik semen di tahun 2010. Optimisme akan prospek ekonomi Indonesia ke depan juga terlihat pada industri sepeda motor. Prospek sektor industri ke depan yang lebih baik juga didukung oleh perkembangan industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Stimulus Pemerintah dalam bentuk pemberian diskon sebesar 10% terhadap total harga pembelian mesin baru TPT tahun ini mendapat respons yang positif. Perusahaan yang berminat mendapat fasilitas ini sampai dengan Juni 2010 sudah mencapai 153 perusahaan. Minat perusahaan TPT dalam peremajaan/restrukturisasi mesin, didorong oleh iklim usaha yang sudah lebih kondusif. Setelah mengalami perlambatan karena imbas krisis global pada tahun 2009, sektor perdagangan, hotel dan restoran diprakirakan tumbuh tinggi pada tahun 2010 dan 2011 (mencapai kisaran 8,6%-9,1% dan 8,4%-9,1%). Peningkatan kegiatan subsektor perdagangan tercermin pada indeks penjualan eceran yang berada dalam tren yang meningkat. Seiring dengan berlakunya pasar bebas ACFTA, para pedagang akan mempunyai sumber pasokan yang lebih besar untuk diperdagangkan. Hal itu tercermin pada impor barang konsumsi yang menunjukkan lonjakan signifikan pada triwulan I-2010.
36
Perekonomian Indonesia ke Depan
Lonjakan tersebut direspons dengan pertumbuhan yang signifikan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran. Untuk melindungi pasar domestik dari dampak buruk pasar bebas, Pemerintah telah memberlakukan wajib label berbahasa Indonesia. Regulasi tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 22/M-DAG/PER/5/2010 yang merupakan hasil revisi dari Permendag sebelumnya No. 62/M-DAG/PER/12/2009 tentang Kewajiban Pencantuman Label pada Barang. Permendag tersebut akan berlaku pada 1 September 2010. Peraturan tersebut akan menjadi dasar bagi kepabeanan untuk melakukan kontrol terhadap barang yang masuk ke Indonesia. Dengan demikian pasar domestik akan terlindung dari barang ilegal, demikian juga konsumen domestik, akan terlidung dari barang impor yang tidak terjamin kualitasnya. Produk yang telah terkena wajib label berbahasa Indonesia antara lain produk makanan, obat, jamu dan kosmetik. Sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tumbuh tinggi dalam kisaran 11,0%-11,5% pada tahun 2010, dan 10,8%-11,3% pada tahun 2011. Sektor pengangkutan dan komunikasi menjadi sektor yang tetap mampu tumbuh tinggi mencapai dua digit, dimotori oleh subsektor komunikasi. Penyedia jasa telekomunikasi kini memfokuskan pada perluasan penetrasi layanan data. Operator seluler bertumpu pada trafik data dalam meningkatkan pendapatan rata-rata pelanggannya (average revenue per user/ ARPU). Dalam layanan seluler, operator kini tidak hanya menyediakan fasilitas telepon dan SMS, tetapi kini juga dilengkapi dengan layanan transfer data. Pelanggan data yang terus tumbuh tersebut mendorong optimisme terhadap peningkatan kontribusi layanan data terhadap total pendapatan operator. Menyadari bahwa layanan data menjadi perhatian masyarakat, industri telekomunikasi mulai intens mengembangkan broadband dalam rangka perluasan penetrasi internet. Pengembangan mobile broadband tersebut mendapat dukungan Pemerintah. Oleh karena itu pada Juli 2009 lalu Pemerintah telah mengeluarkan 8 WiMax (worldwide interoperability for microwave access) licenses. Satu di antaranya akan mulai beroperasi pada September 2010. Pada saat itu Indonesia akan mulai diperkanalkan dengan layanan internet 4G WiMax. Sejalan dengan perkembangan ekonomi yang membaik, aktivitas di bidang transportasi juga meningkat. Pengembangan layanan transportasi kini tidak hanya terfokus di Indonesia bagian Barat, tetapi mulai dikembangkan di Indonesia bagian Timur. Hal itu tercermin dari program Pemerintah yang memberikan prioritas pada pengembangan jalur transportasi penyeberangan di lintas kawasan Timur Indonesia (KTI) khususnya rute kapal di provinsi Maluku, Maluku Utara dan Papua. Pemerintah akan melakukan proses penambahan armada kapal ke daerah tersebut secara bertahap dan akan diperhitungkan pada setiap perencanaan anggaran tahunan. Sektor bangunan diprakirakan dapat tumbuh meningkat sebesar 7,5%-8,0% pada tahun 2010 dan 8,2%-8,6% pada tahun 2011. Kinerja sektor bangunan tahun 2010 diprakirakan lebih banyak ditopang oleh pembangunan properti. Hal tersebut tercermin pada maraknya pengembangan komplek perumahan, perkantoran, apartemen dan pembangunan proyek pusat ritel. Maraknya pembangunan sektor properti seiring dengan prospek perekonomian ke depan yang cukup baik.
37
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010
Sektor keuangan, persewaan dan jasa diprakirakan tumbuh 5,5%-5,9% pada tahun 2010, dan meningkat sebesar 6,0%-6,4% pada tahun 2011. Sektor keuangan, persewaan dan jasa 2010 terus menunjukkan perbaikan kinerja, seiring dengan kondisi perekonomian yang kian membaik. Kegiatan ekonomi yang lebih aktif mendorong peningkatan permintaan akan jasa intermediasi sektor keuangan. Penurunan BI Rate sebesar 275 basis poin sejak Januari hingga September 2009 telah direspons oleh perbankan. Optimisme perbankan akan prospek ekonomi ke depan yang terus membaik tercermin pada keinginan perbankan merevisi ke atas target penyaluran kreditnya di tahun 2010 menjadi sekitar 22%-24%. Selain perbankan, subsektor persewaan dan jasa juga berkontribusi dalam peningkatan pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa. Propek ekonomi ke depan yang cukup cerah telah mendorong peningkatan aktivitas dunia usaha. Permintaan baru untuk sektor perkantoran di berbagai pusat bisnis lain menunjukkan peningkatan yang cukup pesat. Sementara itu, penyelenggaraan piala dunia diprakirakan meningkatkan belanja iklan di berbagai media.
PRAKIRAAN INFLASI Perkembangan inflasi pada tahun 2010 dan 2011 diprakirakan tetap berada dalam sasaran yang ditetapkan sebesar 5%±1%. Berdasarkan faktor fundamental, tekanan inflasi inti bersumber dari sisi eksternal maupun domestik. Pada tahun 2010, tekanan inflasi dari eksternal diprakirakan relatif moderat. Meningkatnya harga komoditas, inflasi mitra dagang, serta pertumbuhan ekonomi global menjadi faktor pendorong bagi hal tersebut. Selain itu, harga impor diprakirakan sedikit meningkat bersumber dari peningkatan ongkos angkut (freight cost). Namun, dampak tekanan inflasi dari sektor eksternal diprakirakan dapat berkurang seiring dengan tren apresiasi nilai tukar rupiah yang terus berlangsung. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi yang meningkat pada tahun 2010 diprakirakan belum memberikan tekanan berarti pada inflasi 2010. Hal tersebut sebagaimana terindikasi oleh total kapasitas utilisasi yang terlihat relatif stabil. Ekspektasi inflasi cenderung membaik, sebagaimana terlihat dari hasil survei Consensus Forecast bulan Mei dan Juni 2010. Berdasarkan faktor nonfundamental, tekanan inflasi dari volatile food diprakirakan meningkat pada tahun 2010. Gangguan pasokan untuk beberapa komoditas merupakan faktor pendorong tekanan inflasi volatile food. Gangguan pasokan berasal dari masalah cuaca berupa curah hujan yang tinggi dan berkurangnya pasokan impor. Namun, kendala pasokan diprakirakan dapat diatasi secara gradual. Selain komoditas aneka bumbu, kondisi pasokan dan distribusi komoditas lainnya relatif terkendali. Faktor nonfundamental lainnya yaitu inflasi administered diprakirakan meningkat pada semester kedua tahun 2010. Meningkatnya inflasi administered bersumber dari kenaikan tarif dasar listrik (TDL) untuk rumah tangga dan industri. Selanjutnya pada tahun 2011, tekanan inflasi inti bersumber dari perbaikan ekonomi dunia yang mendorong peningkatan inflasi mitra dagang. Selain itu, tekanan inflasi juga
38
Perekonomian Indonesia ke Depan
berasal dari sisi domestik yang didorong oleh akselerasi ekonomi Indonesia. Berdasarkan faktor nonfundamental, diprakirakan tidak terdapat kenaikan harga barang/jasa administered yang bersifat strategis. Selain itu, membaiknya pasokan bahan makanan diprakirakan mendorong perbaikan inflasi volatile food.
FAKTOR RISIKO Prospek pertumbuhan ekonomi yang diprakirakan tumbuh tinggi pada tahun 2010-2011 masih dihadapkan pada sejumlah risiko. Faktor risiko tersebut dapat mendorong pertumbuhan PDB menjadi lebih rendah atau tinggi dibandingkan dengan prakiraan. Berdasarkan kondisi terkini, faktor risiko yang memengaruhi prakiraan PDB terutama bersumber dari sisi eksternal yaitu krisis utang di Eropa. Permasalahan kondisi finansial seperti di Yunani, Irlandia, Portugis, Spanyol dan Italia dapat menurunkan kondisi perekonomian negara-negara Eropa tersebut. Kondisi perekonomian yang memburuk akan melemahkan daya beli, sehingga total permintaan barang-barang akan menurun. Dengan demikian, krisis utang di Eropa jika terus berlanjut sehingga memengaruhi sektor �
�
riil maka berpotensi memperlambat proses pemulihan ekonomi global.
�
�
Pemulihan ekonomi global yang terhambat dapat menyebabkan volume
�
�
perdagangan dunia berpotensi tumbuh lebih rendah dari asumsi yang
�
�
�
�
�
�
�
��
��� �� ����
�
�� ��� �� ����
�
�� ��� ����
��
�
��
��� �� ����
�
��
��� �� � ���� ����
digunakan. Sementara itu, berkurangnya volume perdagangan dunia akan turut mengurangi permintaan terhadap barang input primer seperti minyak. Dalam kondisi permintaan yang berkurang, harga keseimbangan akan
�
cenderung turun sebagai respons penyesuaian dengan sisi penawaran. Apabila rata-rata harga minyak dunia cenderung menurun, harga impor
Grafik 4.1
akan cenderung lebih murah sehingga inflasi dalam negeri dapat lebih
Fan Chart PDB 2010-2011
rendah. Pada tahun 2011, faktor risiko ketidakpastian volume perdagangan
�����
dunia masih berlanjut. Namun, potensi Indonesia untuk mencapai
�����
investment grade pada tahun 2011 diprakirakan cukup besar. Apabila
��
��
��
��
��
��
��
��
Berdasarkan faktor-faktor di atas, prakiraan PDB ke depan beserta
�
�
imbangan risikonya pada 2010 dan 2011 tergambar pada fan chart PDB
�
�
(Grafik 4.1). Fan chart PDB juga menggambarkan tingkat ketidakpastian/
�
�
uncertainty prakiraan pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi pada
�
�
tahun 2011 dibanding dengan prakiraan PDB 2010, tercermin pada
�
�
kisaran grafik fan chart yang semakin melebar dari tahun 2010 ke
�� ��� �� ����
�
�� ��� ����
��
� �� ��� �� ����
�
�� ��� ����
�� �
Grafik 4.2 Fan Chart Inflasi 2010-2011
�� ��� �� ����
� �� ����
rating investment grade dapat terealisasi, maka diprakirakan aliran modal masuk dari luar akan semakin tinggi.
2011 (Grafik 4.1). Seperti halnya dengan prakiraan PDB, prakiraan inflasi juga disertai oleh faktor ketidakpastian yang cukup besar, terutama risiko terjadinya
39
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010
kenaikan harga administered. Selain itu, faktor risiko juga timbul apabila produksi dan distribusi pangan lebih buruk dari yang diprakirakan. Selain faktor risiko yang dapat membawa proyeksi inflasi lebih tinggi dari yang diprakirakan, juga terdapat faktor yang dapat menurunkan tekanan inflasi yang berasal dari membaiknya ekspektasi inflasi dan harg a minyak yang lebih rendah. Imbangan risiko terhadap tekanan inflasi tergambar pada fan chart inflasi (Grafik 4.2).
40
Respons Kebijakan Moneter Triwulan II-2010
5. Respons Kebijakan Moneter Triwulan II-2010 Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 5 Juli 2010 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada tingkat 6,50%. Keputusan tersebut diambil setelah melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap kinerja perekonomian dan prospek ekonomi ke depan yang secara umum menunjukkan perkembangan yang terus membaik. Dewan Gubernur memandang bahwa BI Rate tersebut masih konsisten dengan pencapaian sasaran inflasi sebesar 5%±1% pada tahun 2010 dan 2011, dan tetap kondusif bagi upaya mendorong proses pemulihan perekonomian domestik di tengah masih tingginya risiko global yang bersumber dari krisis utang di sejumlah negara Eropa. Ke depan, perkembangan ekonomi global dan domestik yang membaik selama triwulan II-2010 tersebut diperkirakan akan terus berlanjut. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 diperkirakan akan cenderung menuju ke batas atas kisaran proyeksi 5,5%6,0%. Kenaikan ekspor dan investasi diperkirakan akan terus terjadi dan semakin memperkuat kenaikan konsumsi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada tahun 2010 dan 2011. Untuk 2011, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan mencapai kisaran 6,0%-6,5%. Di sisi harga, Dewan Gubernur mencatat adanya tanda-tanda tekanan inflasi ke depan yang cenderung meningkat intensitasnya. Dalam beberapa bulan ke depan hingga akhir tahun 2010, tekanan inflasi diperkirakan terutama berasal dari dampak kenaikan TDL, datangnya Ramadhan dan Idhul Fitri, dan kenaikan harga-harga bahan makanan terkait dengan ketidakpastian musim. Sementara itu, untuk tahun 2011 tekanan inflasi dapat terjadi dengan akan semakin terbatasnya respon sisi penawaran terhadap peningkatan permintaan yang diperkirakan akan terus berlanjut. Bank Indonesia akan terus mewaspadai meningkatnya tekanan inflasi tersebut dan menyesuaikan respon kebijakan moneter yang diperlukan untuk memastikan agar inflasi tetap berada pada kisasaran sasaran yang telah ditetapkan, yaitu 5%±1% pada tahun 2010 dan 2011.
41
Tabel Statistik Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010
Tabel 1 Suku Bunga Pasar Uang. Deposito Berjangka. dan Kredit (Persen per Tahun)
Periode
2005 Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV 2006 Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV 2007 Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV 2008 Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV 2009 Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV 2010 Trw. I Trw. II
Suku Bunga Pasar Uang Antarbank*
Suku Bunga Deposito Berjangka ** 1 bulan
3 bulan
6 bulan
12 bulan
Suku Bunga Kredit** 24 bulan
5,95 7,44 6,50 6,93 7,35 8,04 9,42 6,95 8,25 6,98 7,19 7,11 7,11 8,05 6,92 10,00 9,16 8,51 8,01 8,65 8,82 9,44 12,75 11,98 11,75 10,17 10,95 12,39 10,28 12,73 11,61 12,19 12,10 12,02 12,64 10,23 12,50 11,34 11,70 12,09 12,28 12,61 8,90 11,25 10,47 11,05 11,52 12,36 12,47 5,97 9,75 8,96 9,71 10,70 11,63 11,84 7,52 9,00 8,13 8,52 9,29 10,17 11,73 5,58 8,75 7,46 7,87 8,40 9,54 11,73 6,83 8,25 7,13 7,44 7,80 8,91 11,24 4,33 8,00 7,19 7,42 7,65 8,24 10,83 8,01 7,96 6,88 7,26 7,57 7,79 10,06 8,43 8,73 7,19 7,49 7,79 7,78 9,91 9,37 9,71 9,26 9,45 9,14 9,34 9,83 9,40 10,83 10,75 11,16 10,34 10,43 8,62 8,04 8,21 9,42 10,65 10,45 11,31 8,33 6,96 6,95 8,52 9,25 9,75 11,37 9,03 6,30 6,48 7,43 8,35 8,71 10,80 9,14 6,28 6,46 6,87 7,48 7,87 9,55 9,10 6,17 6,27 6,77 6,99 7,31 8,49 8,48 6,15 6,30 6,89 6,98 7,14 8,24 8,33
* Posisi Mei 2010 ** Posisi April 2010
42
Tingkat Diskonto SBI*
Modal Kerja
Investasi
13,31 13,36 14,51 16,23
13,78 13,65 14,47 15,66
16,35 16,15 15,82 15,07
15,90 15,94 15,66 15,10
14,49 13,88 13,31 13,00
14,53 13,99 13,45 13,01
12,88 12,99 13,93 15,22
12,59 12,51 13,32 14,40
14,99 14,52 14,17 13,69
14,05 13,78 13,20 12,96
13,54 13,42
12,72 12,62
Tabel Statistik
Tabel 2 Perkembangan Transaksi di Pasar Uang (Miliar Rupiah) Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 2) Periode Transaksi antarbank1) Penerbitan Pelunasan Posisi 2005 Trw. I
16.751
369.495
415.784
57.536
Trw. II
18.589
362.770
315.996
101.058
Trw. III
17.430
230.026
289.657
41.427
Trw. IV
20.316
183.663
150.534
74.632
2006
Trw. I
23.866
415.638
356.471
133.799
Trw. II
23.910
517.853
483.967
167.685
Trw. III
25.383
599.495
586.715
180.464
Trw. IV
27.706
665.673
636.381
209.756
2007
Trw. I
37.341
774.866
740.951
243.671
Trw. II
38.323
846.655
832.325
258.002
Trw. III
36.615
895.562
887.411
266.152
Trw.IV
32.061
777.247
795.475
247.926
2008
Trw. I
37.482
858.289
906.767
212.463
Trw. II
23.510
489.529
543.655
165.145
Trw. III
27.115
389.138
437.313
116.969
Trw. IV
14.029
404.071
340.913
180.128
2009
Trw. I
22.897
448.505
394.904
232.700
Trw. II
30.656
324.806
324.776
232.731
Trw. III
29.038
375.134
387.188
220.676
Trw. IV
24.566
631.235
592.048
259.864
2010
Trw. I
26.907
648.324
607.933
300.255
Trw. II*
21.338
230.787
230.533
300.509
*) Posisi s.d Mei 2010 1) Transaksi pagi & sore hari seluruh tenor 2) Hanya mencakup transaksi antar Bank Indonesia dengan perbankan. Sejak Maret 1994 termasuk SBPU Repo.
43
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010
Tabel 3 Posisi Kredit Perbankan dalam Rupiah dan Valuta Asing menurut Kelompok Bank dan Sektor Ekonomi1) (Miliar Rupiah)
2007 II
1 Bank Pemerintah - Pertanian - Pertambangan - Perindustrian - Perdagangan - Jasa-jasa - Lain-lain 2 Bank Umum Swasta Nasional - Pertanian - Pertambangan - Perindustrian - Perdagangan - Jasa-jasa - Lain-lain 3 Bank Pemerintah Daerah - Pertanian - Pertambangan - Perindustrian - Perdagangan - Jasa-jasa - Lain-lain 4 Bank Asing & Campuran - Pertanian - Pertambangan - Perindustrian - Perdagangan - Jasa-jasa - Lain-lain 5 Bank Perkreditan Rakyat - Pertanian - Pertambangan - Perindustrian - Perdagangan - Jasa-jasa - Lain-lain 6 Sub jumlah (1 s.d. 4) - Pertanian - Pertambangan - Perindustrian - Perdagangan - Jasa-jasa - Lain-lain
III
2008 IV
I
II
2009 III
I
II
2010 III
IV
I
II*
301.186 314.427 348.973 350.232 394.065 432.850 461.877 466.605 495.440 504.649 533.945 538.874 546.079 26.805 28.433 30.281 30.711 32.381 35.153 37.409 38.367 42.041 41.313 45.091 38.196 40.473 9.006 6.556 10.647 13.371 14.922 14.778 13.807 13.363 11.923 14.205 16.795 18.014 18.002 69.959 69.450 72.810 72.706 81.038 88.181 96.838 98.660 99.825 92.634 92.485 89.580 90.074 68.172 75.722 85.601 79.209 92.719 98.865 102.017 103.408 113.130 118.580 129.497 84.803 84.832 44.868 47.465 55.587 55.271 64.182 77.295 87.505 83.540 88.540 91.532 93.320 97.790 97.797 82.376 86.801 94.047 98.964 108.823 118.578 124.301 129.267 139.981 146.385 156.757 210.490 214.900 367.168 394.451 432.595 451.967 500.718 534.599 552.617 530.642 529.687 549.349 593.400 590.026 603.932 12.053 12.467 15.533 15.571 18.298 18.169 19.150 18.722 19.353 19.112 21.359 19.504 20.453 7.321 7.076 10.678 9.621 10.137 10.850 11.137 8.979 9.697 10.861 15.013 14.263 14.847 63.319 68.670 73.840 77.952 84.610 90.896 97.042 93.414 84.488 86.575 92.738 90.203 91.099 95.549 100.883 108.726 111.756 123.057 125.908 130.687 120.114 121.956 124.949 134.434 134.721 137.058 90.497 98.503 110.144 115.400 131.115 143.486 148.332 144.072 145.936 151.281 162.535 145.152 152.086 98.429 106.852 113.674 121.667 133.501 145.290 146.269 145.341 148.257 156.571 167.321 186.183 188.390 65.123 70.937 71.921 75.065 85.339 93.991 96.440 100.817 110.968 119.552 120.701 123.518 126.170 2.130 2.248 2.274 2.379 2.710 3.067 3.182 3.143 3.289 3.749 3.706 3.651 3.480 58 55 43 53 182 187 270 312 388 615 675 632 618 520 543 631 710 770 787 814 829 943 1.082 1.146 2.051 2.086 8.762 9.295 9.617 10.191 11.504 12.042 12.055 12.638 14.006 14.898 15.278 16.078 15.017 7.747 9.850 8.879 8.615 10.831 13.456 13.356 13.153 15.716 18.790 17.565 17.097 17.400 45.906 48.946 50.477 53.117 59.342 64.452 66.763 70.742 76.626 80.418 82.331 84.009 87.570 121.509 127.445 141.622 151.908 161.998 178.061 189.245 184.654 168.614 168.509 170.748 181.232 185.886 5.460 5.933 7.817 7.449 6.425 6.505 6.419 7.020 6.669 5.535 5.236 6.243 6.313 2.540 2.629 3.972 4.591 3.910 4.478 5.327 6.081 4.712 6.235 9.076 8.937 9.623 51.029 51.259 56.527 60.265 65.896 68.739 74.458 71.358 61.420 58.833 59.314 57.532 60.730 9.035 10.379 11.726 11.383 13.022 14.256 13.246 15.113 13.598 13.364 12.873 17.743 18.933 31.540 34.679 37.831 43.878 46.763 56.523 60.766 57.418 53.919 55.326 52.828 57.275 58.708 21.905 22.566 23.749 24.342 25.982 27.560 29.029 27.664 28.296 29.216 31.421 33.500 31.580 121.509 20.334 20.469 21.592 23.856 25.706 25.413 25.333 26.382 27.434 28.014 29.503 30.217 5.460 1.294 1.339 1.498 1.672 1.769 1.733 1.774 1.915 1.934 2.002 2.129 2.217 2.540 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 51.029 324 333 367 391 436 426 433 456 486 505 532 541 9.035 7.831 7.664 7.973 8.866 9.516 9.307 8.998 9.368 9.746 9.801 10.265 10.433 31.540 2.084 2.093 2.185 2.433 2.684 2.672 2.705 2.861 2.935 3.054 3.250 3.369 21.905 8.801 9.040 9.569 10.494 11.301 11.275 11.423 11.782 12.333 12.652 13.327 13.657 854.986 913.158 1.004.178 1.038.912 1.148.891 1.249.970 1.313.873 1.308.051 1.331.091 1.369.493 1.446.808 1.463.153 1.492.284 46.448 49.654 57.203 57.562 61.413 64.623 67.828 69.026 73.267 71.643 77.394 69.724 72.936 18.925 16.310 25.336 27.634 29.151 30.293 30.541 28.735 26.720 31.916 41.559 41.846 43.090 184.827 190.242 204.141 212.000 232.705 249.039 269.578 264.694 247.132 239.610 246.188 239.898 244.530 181.518 192.985 214.804 211.719 235.898 249.762 259.953 260.271 272.058 281.537 301.883 263.611 266.272 174.652 188.838 210.561 221.123 249.700 286.740 306.141 300.888 306.972 319.864 329.302 320.564 329.360 248.616 275.129 292.133 308.874 340.024 369.513 379.832 384.437 404.942 424.923 450.482 527.510 536.097
* Data April 2010 1) Tidak termasuk pemerintah pusat, bukan penduduk, nilai lawan valas, RDI dan kredit kelolaan
44
IV
Tabel Statistik
Tabel 4 Uang Beredar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi (Miliar Rupiah) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar
M2 M1
Akhir Periode Jumlah 1)
Jumlah2)
Uang Kartal
Uang Giral
Uang Kuasi
Aktiva Luar Negeri Bersih
Tagihan Tagihan Pada Tagihan Pada Lembaga Perusahaan Bersih Pemerintah Pemerintah Swasta dan BUMN Pusat3) Perorangan
Lainnya Bersih4)
2004
1.033.877
245.946
109.028
136.918
785.261
253.260
500.318
13.908
605.927
2005
1.202.762
271.140
123.991
147.149
929.343
301.573
495.686
17.220
733.183
-87.639
2006
1.382.493
347.013
150.654
196.359 1.032.865
401.710
507.337
27.648
821.649
-107.498
2007
1.649.662
450.055
182.967
267.089 1.196.119
509.843
507.120
39.891
1.005.739
-102.955
2008
1.895.839
456.787
209.747
247.040 1.435.772
593.137
387.248
47.949
1.314.049
-98.144
-90.113
2008
Trw. I
1.594.390
409.768
164.609
245.159 1.181.322
533.323
385.570
33.669
1.053.869
-94.992
Trw. II
1.703.381
453.047
189.040
264.007 1.247.213
550.015
371.647
36.516
1.159.311
-113.902
Trw. III
1.778.139
479.738
222.805
256.934 1.295.292
509.659
360.756
45.375
1.253.456
-93.287
Trw. IV
1.895.839
456.787
209.747
247.040 1.435.772
593.137
387.248
47.949
1.314.049
-98.144
2009
Trw. I
1,916,752
448,034
186,119
261,914 1,466,364
691,465
363,536
46,541
1,303,006
-108,550
Trw. II
1,977,533
482,621
203,406
279,215 1,491,950
655,440
399,395
48,996
1,319,240
-102,181
Trw. III
2,018,031
490,022
210,343
279,679 1,525,204
658,645
390,288
55,139
1,347,876
-107,445
Trw. IV
2,141,384
515,824
226,006
289,818 1,622,055
679,448
429,406
66,589
1,403,686
-119,293
2010
Trw. I
2,111,350
494,461
205,083
289,378 1,610,640
728,656
370,908
79,813
1,399,757
-157,295
Trw. II*
2,106,188
490,928
207,638
283,289 1,608,306
776,617
315,637
82,423
1,411,582
-146,921
* Posisi April 2010 1) M1 + uang kuasi + surat berharga selain saham dgn sisa jk.waktu s.d 1 thn 2) Uang Kartal ditambah uang giral 3) Termasuk rekening khusus pemerintah 4) Termasuk derivatif keuangan
45
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010
Tabel 5 Uang Primer dan Faktor-faktor yang mempengaruhi (Miliar Rupiah)
2007 2008 2009 2010
II I. Uang Primer
III
IV
I
II
III IV
I
II
III
289.727 310.265 379.582 325.044 349.649 392.136 344.688 304.718 322.994 0
0
173.888 189.221 220.785 198.940 224.342 270.243 264.391 226.672 244.634
273.744 279.029 250.612 262.752
- Uang kartal di masyarakat
146.715 160.327 183.419 164.995 189.453 223.166 209.378 186.538 203.838
210.822 226.382 205.083 216.456
- Kas bank umum
27.173
0
0
0
0
0
0
0
47.077
55.013
40.134
40.796
62.923
52.646
45.529
46.296
c. Saldo Giro Positif Bank
115.524 120.740 158.452 125.705 124.811 121.302
79.648
77.404
77.744
79.920
89.903
85.666
90.433
d. Giro Sektor Swasta
650
642
616
633
601
539
591
315
304
345
399
34.889
0
354.297 402.118 374.406 391.848
b. Uang yang diedarkan
33.945
0
II*
37.366
0
I
a. Statutory Reserve Shortfall
28.894
0
IV
496
591
II. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Uang Primer
a. Net International Reserve 1)
330.295 337.523 356.883 351.874 351.561 355.967 338.692 354.727 356.930
b. Net Domestic Assets
-40.569
-27.258
22.699 -212.380 -192.491 -137.121 -213.668 -323.022 -259.388 -211.887 -183.794 -246.168 -259.435
- Tagihan Bersih pada Pemerintah
187.081 184.961 249.069 128.907 117.614 123.797 172.012 105.571 136.202
- Bantuan Likuiditas
18.136
18.136
8.847
8.838
8.800
8.800
8.711
8.715
8.715
8.715
8.665
8.660
8.660
- Kredit Likuiditas
10.366
10.206
9.994
9.751
9.353
9.227
9.009
8.783
8.622
8.458
8.231
8.103
8.060
- Tagihan Lainnya
5.389
5.357
3.074
3.089
3.295
3.155
3.815
2.546
2.472
2.415
2.415
-7.491
-574
- Operasi Pasar Terbuka
-264.280 -254.096 -281.164 -219.099 -191.525 -152.563 -233.866 -257.701 -267.412 -242.991 -289.892 -322.962 -287.917
144.747 200.956 144.792
81.523
- SBI (net) 2)
-257.998 -265.034 -247.688 -212.463 -165.145 -116.967 -179.879 -232.700 -232.731 -220.676 -226.887 -262.661 -262.437
- FASBI
-21.615
-4.750
-48.933
-5.737
-4.989
- Lain-Lain 3)
15.333
15.688
15.457
-899
-21.391
- Net Other Items
-1.403
-4.223
-15.288
-28.277
-22.824 -36.416
-43.845
-26.626
-34.193 -49.764
-9.714
-6.404
509 -26.589
-13.502
2.539
-121.610 -131.204 -130.752 -134.388 -128.873 -119.769 -169.102 -186.713 -142.982 -123.163 -82.139
-77.271
-69.186
* Posisi Mei 2010 1) sebelum Juni 1997 menggunakan NFA, setelah Juni 1997 menggunakan NIR dengan kurs tetap Rp. 7.000,- per US $ sejak juni 1998 s.d. Maret 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 10.000,- per US $ sejak April 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 7.500,- per US $ sejak 21 November 1999 menggunakan kurs Rp. 7.000,- per US $ sejak 25 Mei 2000 untuk perhitungan NIR menggunakan konsep IRFCL(Int’l Reserve and Foreign Currency Liquidity) 2) sejak Maret 2000 termasuk SBI Syariah 3) termasuk di dalamnya adalah SUN dan FTO (Fine Tune Operation)
46
376.681 403.858 445.181 479.784
Tabel Statistik
Tabel 6 Neraca Pembayaran Indonesia 1) (Juta $)
I. Transaksi Berjalan A. Barang bersih (Neraca Perdagangan) 1. Ekspor f.o.b 2. Impor f.o.b B. Jasa-jasa (bersih) C. Pendapatan (bersih) D. Transfer Berjalan II. Transaksi Modal dan Finansial A. Transaksi Modal B. Transaksi Finansial 1. Investasi Langsung a. Ke Luar Negeri (bersih) b. Di Indonesia/FDI (bersih) 2. Investasi Portfolio a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 3. Investasi Lainnya a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 2) III. Jumlah (I + II) IV. Selisih Perhitungan V. Neraca Keseluruhan (III + IV) VI. Lalu Lintas Moneter 3) a. Perubahan Cadangan Devisa b. IMF: Penarikan Pembayaran Memorandum: Posisi Cadangan Devisa 4) Transaksi Berjalan (% PDB) Rasio Pembayaran Utang (%) 5) a.l. Sektor Terkait Pemerintah dan Otoritas Moneter 6)
2007
2008
II
III
III
IV
Total
I
II
IV
Total
I
II
2009* III
IV
2010**
Total
I
2.271 2.152 3.431 10.492 2.742 -1.013 -967 -637 126 2.508 2.480 2.157 3.602 10.746 1.554 8.108 7.488 9.448 32.754 7.536 5.443 5.771 4.166 22.916 6.884 8.365 8.488 11.395 35.133 7.930 29.202 30.009 32.177 118.014 34.412 37.345 38.081 29.768 139.606 24.179 28.130 31.273 35.899 119.480 34.292 -21.095 -22.521 -22.729 -85.260 -26.876 -31.902 -32.309 -25.603 -116.690 -17.295 -19.765 -22.784 -24.504 -84.347 -26.362 -2.991 -2.764 -2.922 -11.841 -3.071 -3.387 -3.313 -3.227 -12.998 -2.743 -3.310 -3.509 -4.546 -14.108 -3.572 -4.023 -3.811 -4.527 -15.525 -3.093 -4.425 -4.756 -2.881 -15.155 -2.742 -3.776 -4.072 -4.551 -15.140 -3.965 1.178 1.240 1.432 5.104 1.371 1.356 1.331 1.305 5.364 1.109 1.201 1.248 1.303 4.861 1.160 2.029 -934 661 3.592 -529 2.105 2.370 -5.822 -1.876 1.593 -1.822 2.507 1.270 3.548 4.297 127 255 122 547 17 62 187 29 294 19 29 34 14 96 18 1.902 -1.189 539 3.045 -546 2.043 2.184 -5.850 -2.170 1.574 -1.851 2.474 1.255 3.453 4.279 1.426 764 309 2.253 630 197 1.871 720 3.419 453 400 472 988 3.419 1.939 392 -1.427 -2.358 -4.675 -1.730 -1.436 -1.517 -1.217 -5.900 -1.451 -1.047 -515 26 -5.900 -636 1.034 2.191 2.667 6.928 2.360 1.633 3.388 1.937 9.318 1.904 1.447 987 962 9.318 2.575 3.810 466 -1.200 5.567 1.984 4.188 -74 -4.377 1.721 1.859 1.959 2.988 3.298 1.721 6.218 -1.897 -1.257 -764 -4.415 -823 60 -65 -467 -1.294 133 362 -331 -403 -1.294 -351 5.707 1.723 -437 9.982 2.807 4.128 -9 -3.910 3.015 1.726 1.597 3.319 3.701 3.015 6.569 -3.334 -2.419 1.430 -4.775 -3.160 -2.342 387 -2.194 -7.309 -829 -4.144 -970 -2.896 -7.309 -3.877 -2.283 -2.360 262 -4.486 -2.672 -1.974 -1.610 -4.498 -10.755 -307 -2.271 -6.325 -3.729 -10.755 -4.176 -1.051 -59 1.168 -289 -489 -367 1.998 2.304 3.446 -522 -1.873 5.355 833 3.446 299 4.300 1.218 4.092 14.085 2.213 1.091 1.404 -6.459 -1.750 4.101 658 4.664 4.872 14.294 5.851 -664 -38 -572 -1.369 -1.181 233 -1.493 2.246 -195 -146 394 -1.118 -918 -1.788 770 3.637 1.179 3.520 12.715 1.032 1.324 -89 -4.212 -1.945 3.955 1.052 3.546 3.954 12.506 6.621 -3.637 -1.179 -3.520 -12.715 -1.032 -1.324 89 4.212 1.945 -3.955 -1.052 -3.546 -3.954 -12.506 -6.621 -3.637 -1.179 -3.520 -12.715 -1.032 -1.324 89 4.212 1.945 -3.955 -1.052 -3.546 -3.954 -12.506 -6.621 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
50.924 2.1 21.4
52.875 1.9 15.2
56.920 3.0 21.2
56.920 2.4 19.4
58.987 2.3 16.2
59.453 -0.8 17.8
57.108 -0.7 15.2
51.639 -0.5 24.2
51.639 0.0 18.1
54.840 2.2 23.4
57.576 1.9 24.4
62.287 1.5 19.3
66.105 2.4 23.9
66.105 2.0 22.7
71.823 1.0 21.2
9.4
5.1
9.0
7.3
4.4
7.7
4.7
9.2
6.4
6.0
10.0
5.2
8.5
7.5
5.1
*) Angka sementara **) Angka sangat sementara 1) Format baru sejak publikasi Januari 2004 2) Tidak termasuk pinjaman IMF 3) Negatif berarti surplus dan positif berarti defisit. Sejak kuartal pertama 2004, perubahan cadangan devisa untuk data realisasi hanya mencakup data transaksi. 4) Sejak 1988, posisi cadangan devisa berdasarkan aktiva luar negeri menggantikan cadangan devisa resmi. Sejak 2000, posisi cadangan devisa memakai konsep Internasional Reserve and Foreign Currency Liquidity (IRFCL). 5) Perbandingan antara pembayaran pokok dan bunga utang luar negeri terhadap ekspor barang dan jasa. 6) Terdiri dari Pemerintah, BUMN di luar bank, dan Bank Indonesia.
47
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010
Tabel 7 Perkembangan Perubahan Indeks Harga Konsumen Menurut Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa (Persen)1)
Kelompok/Sub Kelompok
II
2007 2008 2009 2010 III IV
I
II III
IV
I
II
III
IV
I
I. Bahan Makanan A. Padi-padian. umbi-umbian dan hasil-hasilnya B. Daging dan hasil-hasilnya C. Ikan segar D. Ikan diawetkan E. Telur. susu dan hasil-hasilnya F. Sayur-sayuran G. Kacang-kacangan H. Buah-buahan I. Bumbu-bumbuan J. Lemak dan minyak K. Bahan makanan lainnya II. Makanan jadi. Minuman. Rokok dan Tembakau A. Makanan jadi B. Minuman yang tidak beralkohol C. Tembakau dan minuman beralkohol
-1,21 4,00 4,43 5,91 1,28 4,75 0,60 1,44 -1,76 4,94 -0,67 1,67 -6,50 0,69 3,48 2,59 2,11 0,60 0,91 2,76 -0,75 1,06 3,17 6,90 5,12 9,08 -2,04 4,14 0,29 13,94 -4,64 2,39 -0,26 6,47 -4,14 0,72 -2,71 4,65 2,11 5,84 2,01 12,12 2,94 2,25 -2,52 4,63 -3,25 0,09 0,39 3,06 0,73 7,87 1,84 8,04 4,32 2,24 -0,88 1,60 0,14 0,44 4,05 11,46 0,26 6,88 -0,19 8,94 -2,51 -0,34 -0,54 1,57 -0,51 0,01 -1,04 2,17 7,39 2,42 1,68 3,79 6,60 2,59 -5,97 6,34 -0,97 4,13 2,61 4,49 7,90 28,51 1,84 5,93 0,42 0,18 -2,59 1,18 0,47 -18,67 1,39 2,87 1,79 1,38 0,89 7,30 1,68 0,71 3,11 8,14 -1,81 0,34 -8,06 -0,43 25,17 2,85 -0,07 -10,49 8,28 1,66 -8,24 23,17 0,07 -4,89 12,79 7,09 6,71 15,72 1,47 -1,65 -6,81 -0,81 0,12 -1,30 -1,57 0,85 1,50 0,75 -1,47 2,02 1,00 3,57 1,20 1,62 0,61 2,37 -1,40 0,67 1,19 1,33 1,85 4,02 1,33 2,62 2,43 2,40 1,18 2,12 1,90 2,62 1,00 1,35 2,36 5,50 1,63 2,83 2,35 1,59 1,03 1,46 1,42 2,69 0,20 0,46 -0,20 1,47 1,06 2,15 1,50 5,39 2,15 5,61 2,46 2,86 2,60 1,85 2,28 1,89 0,73 2,60 3,70 2,42 0,82 1,06 3,13 1,81 III. Perumahan 0,75 1,27 0,97 2,79 1,14 3,58 1,00 0,42 0,26 0,47 0,67 0,67 A. Biaya tempat tinggal 0,83 1,11 1,58 2,22 1,67 2,16 0,73 1,00 0,12 0,53 0,70 0,83 B. Bahan bakar. penerangan dan air 0,15 1,92 -0,45 4,69 -0,12 8,94 1,66 -1,48 0,29 0,55 0,83 0,51 C. Perlengkapan rumah tangga 0,52 0,57 1,05 1,45 0,97 1,66 1,10 0,95 0,68 0,75 0,67 0,31 D. Penyelenggaraan rumah tangga 1,79 1,61 1,30 2,71 0,86 1,71 1,08 1,00 0,53 -0,21 0,25 0,62 IV. Sandang 0,39 2,34 4,78 4,30 0,49 0,77 2,58 4,48 -1,88 1,06 2,31 -0,66 A. Sandang laki-laki 0,29 1,29 1,70 0,81 0,27 3,02 0,35 0,38 0,55 2,49 0,45 1,02 B. Sandang wanita 0,71 0,94 1,45 0,68 0,46 2,15 0,30 0,44 0,29 1,24 0,49 0,44 C. Sandang anak-anak 0,32 1,34 0,86 0,56 0,64 2,13 0,23 0,26 0,39 1,67 0,37 0,69 D. Barang pribadi dan sandang lainnya 0,35 5,53 13,60 12,66 0,59 -2,46 7,26 13,49 -6,30 -0,37 6,13 -2,88 V. Kesehatan 0,71 1,03 1,12 3,00 0,83 1,64 1,10 1,27 1,20 0,77 0,59 0,58 A. Jasa kesehatan dan obat-obatan 0,45 0,32 0,44 5,12 0,47 1,07 0,69 1,60 1,72 0,85 0,69 0,52 B. Obat-obatan 0,82 1,08 1,46 1,96 1,31 2,19 1,60 1,14 1,39 0,42 0,86 0,65 C. Jasa perawatan jasmani 1,85 0,61 0,73 1,15 1,10 2,36 1,61 1,39 0,73 1,38 1,38 0,84 D. Perawatan jasmani dan kosmetik 0,80 1,56 1,52 2,32 0,90 1,76 1,26 1,01 0,42 0,83 0,41 0,57 VI. Pendidikan. Rekreasi dan Olah Raga 0,01 7,97 0,43 0,14 0,44 3,77 0,82 0,22 0,22 2,94 0,48 0,18 A. Biaya pendidikan 0,03 12,73 0,36 0,09 0,18 6,76 0,70 0,04 0,06 4,86 0,62 0,03 B. Kursus dan pelatihan 0,26 0,87 0,48 0,72 0,45 4,95 0,32 0,59 0,46 1,27 0,77 0,77 C. Perlengkapan/peralatan pendidikan 0,36 1,58 0,66 0,30 0,72 1,14 1,11 0,37 0,16 0,74 0,19 0,30 D. Rekreasi -0,23 0,01 0,64 0,20 0,92 0,51 1,02 0,48 0,55 0,74 0,30 0,37 E. Olah raga 0,36 0,35 2,23 0,47 0,20 0,91 0,49 0,51 0,33 0,52 0,75 0,87 VII. Transpor dan Komunikasi 0,46 0,15 0,42 0,37 8,72 0,92 -2,94 -4,66 0,32 1,16 -0,44 0,34 A. Transpor 0,60 0,00 0,49 0,27 12,98 1,03 -4,46 -6,95 0,54 1,70 -0,73 0,50 B. Komunikasi dan pengiriman 0,01 -0,02 0,00 0,01 -0,12 0,02 0,20 -0,07 -0,31 -0,32 -0,23 -0,40 C. Sarana dan penunjang transpor 0,24 2,43 1,27 1,40 0,84 1,34 1,64 1,38 0,34 0,87 1,07 0,96 D. Jasa Keuangan 0,01 0,00 0,00 4,90 0,01 3,89 0,00 0,00 0,00 0,65 0,00 0,00 U M U M 0,17 2,28 2,09 3,41 2,46 2,88 0,54 0,36 -0,15 2,07 0,49 0,99 Keterangan : 1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2002 (2002 = 100). * Mulai 1 Juli 2008, perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100), data triwulan II-2008 adalah data inflasi mtm (month to month) bulan Juni 2008 Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)
48
II 4,05 1,24 2,02 -1,92 0,55 1,12 8,96 24,27 4,43 30,95 -0,63 1,14 0,00 1,32 -1,59 2,27 0,00 0,44 0,45 0,42 0,32 0,00 0,74 0,61 0,98 5,39 0,00 0,32 0,18 0,34 0,43 0,00 0,02 0,17 0,24 0,15 0,23 0,00 0,27 -0,06 0,55 0,04 1,41
Tabel Statistik
Tabel 8 Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota (Persen)1) Kota 1. Lhokseumawe 2. Banda Aceh 3. Padang Sidempuan 4. Sibolga 5. Pematang Siantar 6. M e d a n 7. Padang 8. Pekanbaru 9. Batam 10. Jambi 11. Palembang 12. Bengkulu 13. Bandar Lampung 14. Pangkal Pinang 15. Dumai 16. Tanjung Pinang 17. Jakarta 18. Tasikmalaya 19. Serang 20. Tangerang 21. Cilegon 22. Bogor 23. Sukabumi 24. Bekasi 25. Depok 26. Bandung 27. Cirebon 28. Purwokerto 29. Surakarta 30. Semarang 31. Tegal 32. Yogyakarta 33. Jember 34. Sumenep 35. Kediri 36. Malang 37. Probolinggo 38. Madiun 39. Surabaya 40. Denpasar 41. Mataram 42. Bima 43. Maumere 44. Kupang 45. Pontianak 46. Singkawang 47. Sampit 48. Palangka Raya 49. Banjarmasin 50. Balikpapan 51. Samarinda
2007 2008 2009 2010
II
III
IV
I
II*
III
IV
-2,16 -1,67 -2,34 -0,29 -0,55 -0,51 -1,96 -1,49 -0,34 -1,22 0,85 -0,88 0,12 -0,98 - - 0,51 -0,04 - - - - - - - -0,26 0,15 1,33 -0,34 0,52 1,24 0,18 0,78 - -0,11 0,13 - - 0,90 0,29 1,00 - - -0,39 1,14 - 0,39 -0,14 -0,66 0,39 0,52
5,34 5,85 3,76 1,15 3,78 1,96 2,06 1,92 2,15 2,57 3,23 3,10 3,40 0,67 - - 1,85 1,65 - - - - - - - 2,48 2,22 2,21 0,99 1,98 2,84 3,17 2,13 - 1,55 2,12 - - 2,02 1,36 1,14 - - 0,90 2,12 - 1,84 2,38 2,60 4,54 4,84
-1,05 1,94 2,51 2,69 1,97 3,23 3,05 3,31 1,56 2,75 3,28 1,37 2,22 0,33 - - 1,61 2,20 - - - - - - - 1,82 2,06 0,26 1,42 1,72 2,88 2,59 2,91 - 2,76 2,28 - - 2,12 1,95 2,78 - - 2,47 2,49 - 4,38 4,95 2,39 1,40 1,85
4,84 3,49 4,65 4,63 3,07 2,19 4,35 4,15 2,91 2,16 3,11 4,09 3,29 6,53 - - 3,51 2,57 - - - - - - - 2,81 3,52 3,60 2,74 4,18 2,72 2,85 2,73 - 2,94 4,06 - - 3,59 3,35 3,23 - - 3,33 4,21 - 1,60 4,48 4,12 3,75 3,97
4,38 2,75 2,53 2,31 2,88 2,07 4,09 2,46 2,29 4,19 3,41 4,14 2,93 4,20 3,80 2,45 1,94 2,54 2,21 3,04 2,11 1,15 2,80 1,24 2,45 2,76 3,33 2,75 2,13 2,40 1,82 2,51 3,46 1,62 2,11 2,77 1,81 4,05 2,00 1,78 3,21 4,94 2,24 2,31 2,27 2,94 2,87 2,22 2,48 2,88 3,32
2,92 1,36 1,27 3,06 1,37 1,21 2,04 3,17 1,72 1,76 3,20 3,61 4,95 4,26 3,04 3,33 2,54 3,64 4,50 3,21 0,88 2,38 3,42 3,82 3,49 2,28 4,04 3,53 1,74 2,83 2,36 3,16 2,77 2,83 3,10 2,93 3,85 2,27 2,56 3,14 3,23 3,16 6,66 0,46 3,21 2,73 1,72 3,62 2,23 1,84 2,96
2,97 1,39 1,56 2,22 1,33 2,26 2,07 0,55 0,58 -0,19 -0,29 0,34 0,74 0,13 1,22 1,19 - - - 0,00 1,57 0,46 1,32 0,03 0,18 -0,07 0,19 1,16 0,13 0,18 0,45 - - 1,05 -0,35 0,38 0,00 -0,32 0,14 - - 0,77 -2,44 - - 0,02 - - - - -
I
II
-0,56 0,35 -0,03 -0,52 -0,20 -0,84 0,04 0,48 0,64 0,26 -0,06 0,09 0,92 -0,78 -0,74 0,32 - - - 0,32 0,63 0,79 1,67 0,01 -0,87 0,11 0,91 0,78 1,06 0,72 1,05 - - 0,25 0,90 1,28 0,60 1,02 1,06 - - 2,41 0,39 - - 0,38 - - - - -
-0,37 0,14 -1,07 -0,01 0,10 -0,17 -1,34 -0,54 -0,43 -0,72 0,09 -0,74 -1,29 -0,74 -0,77 -0,73 - - - -0,06 0,36 -0,27 0,35 -0,26 -0,20 -0,14 0,04 0,11 0,19 0,06 1,05 - - 0,14 0,02 0,16 0,07 0,00 -0,41 - - -1,12 1,10 - - -0,90 - - - - -
III 4,37 4,12 2,66 3,45 3,26 3,35 2,79 1,70 1,76 2,37 1,57 4,06 4,85 3,16 3,52 1,29 - - - 2,03 1,89 1,72 1,25 1,76 2,43 1,64 2,49 1,17 1,21 1,96 3,15 - - 1,90 2,04 1,38 1,84 1,52 1,97 - - 2,06 3,47 - - 2,44 - - - - -
IV 0,53 -1,08 0,33 -1,28 -0,41 0,38 0,59 0,30 -0,09 0,58 0,25 -0,48 -0,25 0,57 -1,14 0,55 0,58 1,15 -0,07 0,19 0,20 -0,08 0,18 0,41 -0,03 0,50 0,62 0,73 0,14 0,41 0,47 0,30 1,35 0,42 0,61 0,54 1,00 0,82 0,74 1,02 -0,65 0,71 0,19 2,39 -0,88 -0,74 1,09 1,66 1,41 0,69 0,29
I -0,09 0,44 0,38 1,21 1,04 1,05 1,02 0,79 1,72 1,53 0,58 1,35 0,15 1,37 0,26 0,80 0,92 1,33 0,31 0,74 0,87 1,11 0,61 1,26 0,75 0,84 0,36 1,11 0,68 1,02 0,62 1,00 -0,02 0,52 0,63 1,00 0,72 0,83 0,63 1,42 2,33 1,53 2,11 3,25 2,51 3,55 1,62 1,32 1,50 2,55 2,07
II 1,17 -0,33 2,13 2,60 2,89 2,12 2,41 1,72 1,67 3,22 1,18 2,15 2,53 0,41 2,60 2,12 1,21 0,82 1,87 1,32 1,60 1,44 1,02 2,08 2,23 0,47 1,25 1,23 1,58 1,23 1,48 1,65 1,99 1,44 1,95 1,23 1,82 1,15 1,29 1,26 2,70 1,15 2,52 2,24 0,03 0,11 2,02 2,21 2,87 0,76 0,74
49
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010
Tabel 8 Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota (lanjutan) (Persen)1) Kota 52. Tarakan 53. Manado 54. P a l u 55. Watampone 56. Makassar 57. Parepare 58. Palopo 59. Kendari 60. Gorontalo 61. Mamuju 62. Ambon 63. Ternate 64. Manokwari 65. Sorong 66. Jayapura NASIONAL
II
2007 2008 2009 2010 III
IV
I
II*
III
IV
I
II
III
IV
- - - - 2,48 5,54 0,82 0,53 1,34 3,52 1,66 -0,43 3,45 3,46 1,04 3,63 3,02 0,17 1,18 -2,08 0,74 2,50 1,87 1,60 3,84 1,49 2,44 5,01 -0,63 1,78 -0,36 3,35 0,87 - - - - 6,26 3,62 0,27 2,14 0,84 2,85 0,87 0,51 3,38 -0,54 4,45 3,39 3,50 - - - - 1,00 - - - - 2,76 4,21 0,43 0,40 -0,53 1,85 -0,32 - - - - 3,15 3,50 1,16 1,14 -0,12 2,00 1,11 2,20 0,15 2,94 2,91 6,49 3,30 0,74 2,99 -0,34 2,20 -0,28 0,46 3,22 4,51 -0,04 2,59 4,01 0,16 2,33 0,59 0,85 0,53 - - - - 3,04 5,86 -0,29 -0,35 0,06 1,45 0,62 0,51 2,38 1,07 2,92 1,76 5,06 -4,80 2,26 -2,43 1,82 4,81 2,06 0,44 5,21 4,71 1,17 4,30 -0,92 1,25 -0,27 1,32 1,54 - - - - 5,78 8,31 0,62 3,52 0,36 2,39 1,07 - - - - 5,72 7,29 -1,86 0,77 0,52 0,42 0,87 0,15 0,52 4,45 6,49 5,86 2,88 0,31 -0,06 -0,36 1,55 0,78 0,17 2,28 2,09 3,41 2,46 2,88 0,54 0,36 -0,15 2,07 0,49
I
II
2,89 0,72 -0,64 1,42 1,01 0,48 0,75 -0,20 1,59 0,84 2,84 1,79 -0,44 1,34 1,31
-1,77 0,20 1,66 0,47 0,62 0,59 0,02 0,70 -0,25 0,60 0,26 -1,26 1,58 1,84 1,03
0,99
1,41
Keterangan : 1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2002 (2002 = 100). * Mulai 1 Juli 2008, perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100) dengan jumlah kota menjadi 66 kota, data triwulan II-2008 adalah data inflasi mtm (month to month) bulan Juni 2008 Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)
50
Tabel Statistik
Tabel 9 Perubahan Indeks Harga Perdagangan Besar (Persen) 1)
Akhir
Pertanian
Pertambangan
Industri
Impor
Periode
Total
Ekspor Nonmigas
Umum
Migas
2005 Trw.I
3,80
3,00
8,04
9,11
10,73
4,61
24,20
8,02
Trw.II
0,00
0,70
1,34
0,69
1,43
0,00
5,13
1,38
Trw.III
2,76
0,70
1,32
6,85
9,15
3,28
20,49
4,08
Trw.IV
4,03
13,19
22,22
0,64
-3,87
2,38
-13,77
9,15
2006
Trw.I
3,87
0,61
1,60
-0,64
-1,34
-4,65
3,29
-1,20
Trw.II
4,97
1,83
2,11
5,13
8,84
6,50
13,64
4,85
Trw.III
5,33
2,40
2,58
0,61
0,00
2,29
-3,60
2,31
Trw.IV
6,74
3,51
1,51
1,82
-5,00
1,49
-16,18
0,56
2007
Trw.I
6,32
3,39
3,47
3,57
2,63
3,68
1,49
3,93
Trw.II
2,97
1,64
3,35
5,75
7,05
2,84
14,63
4,32
Trw.III
7,69
1,61
3,70
3,26
1,80
-0,69
6,38
3,63
Trw.IV
7,59
3,70
5,80
11,05
10,00
2,08
24,40
8,50
2008
Trw.I
7,05
4,08
7,17
6,64
5,88
5,44
6,43
6,45
Trw.II
7,75
10,78
12,60
15,56
14,14
5,16
28,10
12,55
Trw.III
4,68
3,54
1,40
-9,23
-5,31
2,45
-15,09
-1,92
Trw.IV
0,00
4,27
-4,14
-11,86
-13,55
9,58
-47,22
-6,67
2009
Trw.I
2.93
7.52
-0.26
5.28
2.44
13.96
-31.67
1.80
Trw.II
3.07
-0.40
1.23
0.54
-0.81
-5.30
21.28
0.99
Trw.III
5.19
1.22
1.13
-0.37
-2.86
n.a
n.a
0.79
Trw.IV
1.19
1.05
0.53
0.60
1.88
n.a
n.a
0.91
2009
Trw.I
2.05
0.60
1.57
0.22
0.27
n.a
n.a
1.17
Trw.II
2.25
0.80
0.60
0.81
6.91
n.a
n.a
3.31
Keterangan : 1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya. Perhitungan IHPB menggunakan tahun dasar 2000 (2000 = 100). Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS diolah)
51