Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id
BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Grup Kebijakan Moneter Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : Fax. : E-mail : Website :
+62 61 3818163 +62 21 3818206 (sirkulasi) +62 21 3452489
[email protected] http://www.bi.go.id
LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia
Laporan Kebijakan Moneter Triwulan IV 2012
Laporan Kebijakan Moneter dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Desember, April, Juli, dan Oktober. Selain dalam rangka memenuhi ketentuan pasal 58 UU Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, laporan ini berfungsi untuk dua maksud utama, yaitu: (i) sebagai perwujudan nyata dari kerangka kerja antisipatif yang mendasarkan pada prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan dalam perumusan kebijakan moneter, dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan kebijakan yang melandasi keputusan kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
Dewan Gubernur
Darmin Nasution
Gubernur
Hartadi A. Sarwono
Deputi Gubernur
Ardhayadi Mitroatmodjo
Deputi Gubernur
Budi Mulya
Deputi Gubernur
Halim Alamsyah
Deputi Gubernur
Ronald Waas
Deputi Gubernur
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
i
LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia
ii
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia
Langkah-langkah Penguatan Kebijakan Moneter dengan Sasaran Akhir Kestabilan Harga (Inflation Targeting Framework) Mulai Juli 2005 Bank Indonesia telah mengimplementasikan penguatan kerangka kerja kebijakan moneter konsisten dengan Inflation Targeting Framework (ITF), yang mencakup empat elemen dasar: (1) penggunaan suku bunga BI Rate sebagai policy reference rate, (2) proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif, (3) strategi komunikasi yang lebih transparan, dan (4) penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Langkah-langkah dimaksud ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Strategi Kebijakan Moneter Prinsip Dasar Kebijakan moneter dengan ITF menempatkan sasaran inflasi sebagai tujuan utama (overriding objective) dan jangkar nominal (nominal anchor) kebijakan moneter. Dalam hubungan ini, Bank Indonesia menerapkan strategi antisipatif (forward looking) dengan mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi jangka menengah ke depan. Penerapan ITF tidak berarti bahwa kebijakan moneter tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Paradigma dasar kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balance) antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan, baik dalam penetapan sasaran inflasi maupun respon kebijakan moneter, dengan mengarahkan pada pencapaian inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka menengah-panjang. Sasaran Inflasi Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK setiap tahunnya. Berdasarkan PMK No.143/PMK.011/2010 sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode 2010 – 2012, masing-masing sebesar 5,0%, 5,0%, dan 4,5% dengan deviasi ±1%. Untuk tahun 2013, 2014, dan 2015, sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode 2013-2015 berdasarkan PMK no.66/PMK.011/2012 masing-masing sebesar 4,5%, 4,5%, dan 4% dengan deviasi +1%. Instrumen dan Operasi Moneter BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate merupakan suku bunga sinyaling dalam rangka mencapai sasaran inflasi jangka menengah panjang, yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu. Dalam rangka implementasi penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter, terhitung sejak tanggal 9 Juni 2008 Bank Indonesia melakukan perubahan sasaran operasional dari suku bunga SBI 1 bulan menjadi suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter yang tercermin pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditas di pasar, operasi moneter harian dilakukan dengan menggunakan seperangkat instrumen moneter dan koridor suku bunga (standing facilities). Proses Perumusan Kebijakan BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur melalui mekanisme Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG mingguan. Perubahan dalam BI Rate pada dasarnya menunjukkan respons kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mengarahkan prakiraan inflasi ke depan agar tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi yang telah ditetapkan. Transparansi Kebijakan moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website, maupun penerbitan Laporan Kebijakan Moneter (LKM). Transparansi dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan sekaligus pembentukan ekspektasi masyarakat atas prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan serta respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia. Koordinasi dengan Pemerintah Untuk koordinasi dalam penetapan sasaran, pemantauan dan pengendalian inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesia telah membentuk Tim yang melibatkan pejabat-pejabat dari berbagai instansi terkait. Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim membahas dan merekomendasikan kebijakan-kebijakan yang diperlukan baik dari sisi Pemerintah maupun Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam rangka pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkan. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
iii
LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia
iv
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia
Kata Pengantar
Di tengah kondisi ekonomi dan pasar keuangan global yang masih lemah, sepanjang triwulan IV 2012 dan untuk keseluruhan tahun, perekonomian Indonesia tetap tumbuh kuat dan terjaga stabil. Konsumsi rumah tangga dan investasi swasta menjadi penopang utama pertumbuhan, sementara kinerja ekspor dan impor menurun sejalan dengan lemahnya permintaan eksternal. Ke depan, pertumbuhan ekonomi diprakirakan akan meningkat didorong oleh tetap kuatnya aktivitas domestik dan peningkatan kinerja eksternal seiring dengan prospek pemulihan ekonomi global. Di sisi sektoral, sumber utama pertumbuhan diperkirakan masih didominasi oleh sektor-sektor pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, serta pengangkutan dan komunikasi. Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diprakirakan akan mengalami surplus yang semakin meningkat pada triwulan IV 2012. Defisit neraca transaksi berjalan diprakirakan cenderung menurun, meski belum secepat yang diprakirakan. Sementara neraca transaksi modal dan finansial mencatat surplus yang lebih besar didukung oleh kenaikan investasi langsung dan portofolio. Berdasarkan perkembangan tersebut, cadangan devisa sampai dengan akhir November 2012 mencapai 111,3 miliar dolar AS atau setara dengan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Selama tahun 2012, nilai tukar rupiah terdepresiasi dengan volatilitas yang tetap terjaga. Sumber tekanan nilai tukar rupiah berasal baik dari eksternal maupun domestik. Masih tingginya ketidakpastian penyelesaian krisis utang dan fiskal di Eropa, masih lemahnya perekonomian negara maju, serta menurunnya harga komoditas sebagai basis ekspor, melambatnya ekspor di tengah masih tingginya kinerja impor memberikan tekanan pada pergerakan nilai tukar rupiah. Namun, berlanjutnya aliran dana asing ke pasar keuangan domestik akibat kondisi fundamental perekonomian Indonesia yang masih baik mampu menahan pelemahan nilai tukar rupiah lebih lanjut. Inflasi IHK sepanjang tahun 2012 tetap terkendali dan diprakirakan akan berada di kisaran sasaran inflasi tahun 2012 yang sebesar 4,5%±1%. Sampai dengan November 2012, inflasi IHK tercatat sebesar 0,07% (mtm) atau 4,32% (yoy). Rendahnya inflasi tersebut akibat terkoreksinya harga beberapa komoditas pangan, terjaganya pasokan, serta berbagai langkah kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia dan Pemerintah untuk menjaga stabilitas harga.
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
v
LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia
Stabilitas keuangan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi perbankan yang kian membaik. Kinerja industri perbankan yang baik tercermin dari tingginya rasio kecukupan modal dan terjaganya rasio kredit bermasalah. Kegiatan intermediasi perbankan berupa penyaluran kredit untuk meningkatkan kapasitas perekonomian nasional terus berlanjut. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 11 Desember 2012 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,75%. Tingkat suku bunga tersebut dinilai masih konsisten dengan tekanan inflasi yang rendah dan terkendali sesuai dengan sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014, sebesar 4,5% ± 1%. Evaluasi terhadap kinerja tahun 2012 dan prospek tahun 2013-2014 secara umum menunjukkan bahwa perekonomian domestik tumbuh tetap baik dengan stabilitas yang terjaga. Ke depan, dengan mencermati risiko perekonomian global, Bank Indonesia akan memperkuat kebijakan untuk mengelola keseimbangan eksternal ke tingkat yang berkesinambungan dengan tetap memberikan dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi domestik. Bank Indonesia meyakini bahwa penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta dukungan koordinasi dengan Pemerintah akan mampu menjaga kestabilan ekonomi makro dan kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional. Demikianlah gambaran perekonomian Indonesia pada triwulan IV 2012 serta prospek ke depannya. Saya berharap laporan ini dapat menjadi bahan referensi yang mampu memberikan manfaat bagi kita semua.
Gubernur Bank Indonesia
Dr. Darmin Nasution
vi
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia
Daftar Isi
Daftar Isi
1. Respons Kebijakan Moneter Triwulan IV 2012........................... 1
2. Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan.................. 3
Asumsi Yang Mendasari Perkiraan Ekonomi .................................... 3 Prospek Pertumbuhan Ekonomi........................................................ 4 Prospek Inflasi.................................................................................. 10
3. Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini ............... 12
Perkembangan Ekonomi Dunia......................................................... 13 Pertumbuhan Ekonomi . .................................................................. 16 Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) ................................................. 23 Nilai Tukar Rupiah............................................................................ 25 Inflasi............................................................................................... 27 Disagregasi Inflasi............................................................................. 27 Perkembangan Pasar Keuangan....................................................... 29 Kondisi Perbankan........................................................................... 36
Tabel Statistik ................................................................................... 37
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
vii
LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia
Daftar Isi
viii
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Respons Kebijakan Moneter Triwulan IV 2012
1. Respons Kebijakan Moneter Triwulan IV 2012 Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 11 Desember 2012 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,75%. Tingkat suku bunga tersebut dinilai masih konsisten dengan tekanan inflasi yang rendah dan terkendali sesuai dengan sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014, sebesar 4,5% ± 1%. Evaluasi terhadap kinerja tahun 2012 dan prospek tahun 2013-2014 secara umum menunjukkan bahwa perekonomian domestik tumbuh tetap baik dengan stabilitas yang terjaga. Ke depan, dengan mencermati risiko perekonomian global, Dewan Gubernur akan memperkuat kebijakan untuk mengelola keseimbangan eksternal ke tingkat yang berkesinambungan dengan tetap memberikan dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi domestik. Bank Indonesia meyakini bahwa penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta dukungan koordinasi dengan Pemerintah akan mampu menjaga kestabilan ekonomi makro dan kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional. Dewan Gubernur mencatat bahwa perekonomian dunia tahun 2012 tumbuh lebih lambat dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Eropa mengalami kontraksi terkait dengan berlarut-larutnya penyelesaian krisis di kawasan tersebut. Sementara itu, ekonomi AS tumbuh cukup baik meskipun dibayangi kekhawatiran terhadap ancaman jurang fiskal (fiscal cliff). Di kawasan Asia, China dan India, sebagai mitra dagang utama Indonesia, juga mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi global yang melambat dan harga komoditas yang turun cukup tajam menyebabkan tekanan inflasi global menurun. Sejalan dengan itu, respons kebijakan negara-negara maju dan juga beberapa negara emerging markets secara umum masih cenderung akomodatif. Pada tahun 2013 dan 2014, Bank Indonesia memprakirakan ekonomi dunia akan tumbuh lebih tinggi dan harga komoditas dunia juga akan mengalami kenaikan. Dewan Gubernur menilai bahwa perekonomian Indonesia tahun 2012 tumbuh cukup baik. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2012 diprakirakan sekitar 6,2% sehingga keseluruhan tahun 2012 mencapai sekitar 6,3%. Kinerja pertumbuhan ditopang oleh kuatnya permintaan domestik, terutama konsumsi rumah tangga dan investasi, sementara penurunan kinerja ekspor masih berlanjut. Ke depan, pertumbuhan ekonomi diprakirakan akan kembali meningkat didorong oleh tetap kuatnya permintaan domestik serta peningkatan ekspor seiring dengan prospek pemulihan ekonomi global dan perbaikan harga komoditas internasional. Aktivitas ekonomi yang meningkat juga akan didorong oleh persiapan Pemilu dan daya beli yang membaik. Di sisi lain, investasi tetap kuat seiring dengan iklim usaha yang kondusif dan optimisme terhadap fundamental dan prospek ekonomi Indonesia. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang mengalami defisit pada triwulan I dan II 2012 kembali mengalami surplus pada triwulan III 2012 dan akan semakin meningkat pada triwulan IV 2012. Defisit transaksi berjalan cenderung terus menurun ke tingkat yang sustainable, meskipun tidak secepat yang diperkirakan. Akan tetapi defisit transaksi berjalan tersebut dapat diimbangi oleh surplus pada Transaksi Modal dan Finansial (TMF)
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
1
Respons Kebijakan Moneter Triwulan IV 2012
yang lebih besar, ditopang oleh peningkatan investasi langsung dan portofolio. Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa sampai dengan akhir November 2012 meningkat menjadi 111,3 miliar dolar AS, atau setara dengan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Ke depan, Bank Indonesia meyakini kinerja neraca pembayaran akan tetap mengalami surplus, didukung oleh penurunan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang sustainable serta surplus neraca modal dan finansial yang tetap besar. Nilai tukar yang mengalami tekanan depresiasi pada triwulan II dan III 2012, kembali bergerak stabil pada triwulan IV 2012. Tekanan depresiasi rupiah pada triwulan II dan III 2012 terutama akibat ketidakpastian ekonomi global dan tekanan pada neraca pembayaran Indonesia. Pada triwulan IV 2012 intensitas depresiasi menurun dan rupiah bergerak stabil sejalan dengan kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan tingkat fundamentalnya. Pada November 2012, rupiah secara point-to-point menguat sebesar 0,12% (mtm) ke level Rp9.594 per dolar AS atau secara rata-rata melemah 0,25% (mtm) menjadi Rp9.617 per dolar AS. Ke depan, nilai tukar rupiah akan bergerak stabil didukung oleh kondisi neraca pembayaran yang diprakirakan akan tetap surplus. Inflasi sepanjang tahun 2012 tetap terkendali dan diprakirakan pada akhir tahun akan berada di bawah titik tengah sasaran inflasi tahun 2012 sebesar 4,5%±1%. Rendahnya tingkat inflasi didukung oleh penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta koordinasi kebijakan dengan Pemerintah melalui forum TPI (Tim Pengendalian Inflasi) dan TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah). Inflasi IHK pada November 2012 tercatat sebesar 0,07% (mtm) atau 4,32% (yoy). Di samping inflasi kelompok volatile foods dan administered prices yang rendah, inflasi inti juga terkendali dengan rendahnya imported inflation sejalan dengan penurunan harga komoditas pangan dan energi global dan terjaganya stabilitas rupiah, cenderung menurunnya ekspektasi inflasi, serta respons sisi penawaran yang memadai. Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran yang telah ditetapkan, yaitu 4,5% ± 1% pada tahun 2013 dan tahun 2014. Stabilitas sistem keuangan dan fungsi intermediasi perbankan tetap terjaga dengan baik. Kinerja industri perbankan yang solid tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%. Sementara itu, pertumbuhan kredit hingga akhir Oktober 2012 mencapai 22,8% (yoy), sedikit melambat dari 22,9% (yoy) pada bulan sebelumnya. Perlambatan terutama pada kredit konsumsi yang tumbuh sebesar 18,9% (yoy), sementara kredit modal kerja tumbuh stabil sebesar 22,0% (yoy). Namun, kredit investasi tetap tumbuh tinggi sebesar 30,3% (yoy), dan diharapkan dapat meningkatkan kapasitas perekonomian nasional. Ke depan, Bank Indonesia meyakini stabilitas sistem keuangan akan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi perbankan yang akan meningkat seiring dengan peningkatan kinerja perekonomian nasional.
2
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
2. Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan Pada tahun 2012, perekonomian Indonesia diprakirakan tumbuh cukup baik (6,3%) meskipun lebih rendah dari tahun sebelumnya akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia. Perlambatan ekonomi global telah berdampak pada kinerja ekspor sebagaimana terlihat dari lebih rendahnya pertumbuhan ekspor dibandingkan dengan tahun 2011. Di sisi lain, permintaan domestik diperkirakan masih tetap kuat, terutama dari sisi permintaan rumah tangga dan investasi. Pada tahun 2013, ekonomi global diperkirakan mulai meningkat secara gradual sehingga kinerja ekspor diperkirakan akan membaik. Meningkatnya ekspor juga diiringi oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga yang didukung oleh kuatnya daya beli, terjaganya keyakinan konsumen, serta dampak diselenggarakannya Pemilu 2014. Potensi pasar yang besar dan stabilitas makroekonomi menjadi daya tarik yang cukup kuat untuk kesinambungan laju investasi. Dengan permintaan domestik yang masih kuat dan kinerja ekspor yang meningkat, impor diperkirakan juga akan mengalami peningkatan. Sementara secara sektoral, pertumbuhan perekonomian masih didominasi oleh sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor transportasi dan komunikasi. Inflasi sepanjang tahun 2012 tetap terkendali dan pada akhir tahun akan berada di bawah titik tengah sasaran inflasi sebesar 4,5% ± 1%. Rendahnya tingkat inflasi didukung oleh penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta koordinasi kebijakan dengan Pemerintah melalui forum TPI (Tim Pengendalian Inflasi) dan TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah). Ke depan, inflasi diperkirakan akan tetap terkendali dalam kisaran yang telah ditetapkan yaitu 4,5% ± 1% pada tahun 2013 dan 2014.
ASUMSI YANG MENDASARI PERKIRAAN EKONOMI Asumsi Perekonomian Internasional Setelah tumbuh terbatas pada tahun 2012, perekonomian global diprakirakan akan meningkat secara gradual. Pada tahun 2012 perekonomian global diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 3,2%, lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2011 yang mencapai 3,8%. Relatif rendahnya pertumbuhan perekonomian di negara maju akibat krisis utang di Eropa dan masalah jurang fiskal (fiscal cliff) di AS menyebabkan tertahannya pertumbuhan perekonomian negara-negara emerging markets melalui penurunan harga komoditas dan volume perdagangan. Sejalan dengan langkah-langkah kebijakan perbaikan ekonomi di AS dan Eropa, ekonomi dunia pada tahun 2013 diperkirakan akan membaik mencapai 3,6%.
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
3
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
Kinerja perekonomian global yang lebih baik akan diikuti
Tabel 2.1
oleh peningkatan aktivitas perdagangan internasional.
Proyeksi PDB Dunia (% yoy) 2010
2011
Proyeksi 2012
2013
Meningkatnya perdagangan antar negara tersebut pada gilirannya akan meningkatkan harga komoditas internasional sebagaimana yang telah diprediksi oleh beberapa lembaga internasional. IMF
PDB Dunia
5,1
3,8
3,3
3,6
Negara Maju
3,0
1,6
1,3
1,5
memperkirakan terjadi kenaikan volume perdagangan dunia
Amerika Serikat
2,4
1,8
2,2
2,1
dari 3,2% di tahun 2012 menjadi 4,5% di tahun 2013. Sejalan
Kawasan Eropa
2,0
1,4
-0,4
0,2
Jepang
4,5
-0,8
2,2
1,2
Negara Maju Lainnya
5,9
3,2
2,1
3,0
Negara Berkembang
7,4
6,2
5,3
5,6
Eropa Timur dan Tengah
4,6
5,3
2,0
2,6
Negara Persemakmuran
4,8
4,9
4,0
4,1
Negara Berkembang Asia
9,5
7,8
6,7
7,2
9,2
7,8
8,2
dengan hal tersebut, indeks harga komoditas di tahun 2013 juga diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
Asumsi Kebijakan Fiskal
China
10,4
India
10,1
6,8
4,9
6,0
Pada tahun 2013 defisit APBN diperkirakan mencapai 1,65%
ASEAN-5*
7,0
4,5
5,4
5,8
dari PDB, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya
Amerika Latin & Karibia
6,2
4,5
3,2
3,9
Timur Tengah & Afrika Utara
5,0
3,3
5,3
3,6
sejalan dengan upaya pemerintah menjaga kesinambungan
* Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam Sumber: IMF, World Economic Outlook, Oktober 2012
fiskal sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi. Langkah yang diambil pemerintah untuk mengurangi defisit diantaranya dengan mengurangi beban subsidi energi melalui penyesuaian tarif
tenaga listrik sebesar 15%. Salah satu catatan penting dalam APBN 2013 adalah adanya peningkatan alokasi anggaran untuk pembangunan infrastruktur yang tertinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Alokasi belanja infrastruktur pada tahun 2013 akan digunakan untuk membangun sarana dan prasarana pengairan dan irigasi, transportasi, perumahan dan pemukiman, komunikasi dan informatika, pertanahan dan penataan ruang. Peningkatan anggaran untuk pembangunan dan peningkatan kualitas infrastruktur tersebut diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi yang pada gilirannya akan meningkatkan daya saing, memperluas kesempatan kerja dan menekan angka kemisikinan. Selain peningkatan alokasi belanja modal, dalam RAPBN 2013 pemerintah juga menetapkan untuk meningkatkan batas Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) menjadi 24 juta per tahun. Di satu sisi kebijakan ini akan mengurangi pendapatan pemerintah, namun di sisi lain akan meningkatkan daya beli masyarakat untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Selain dari sisi konsumsi, pemerintah dalam APBN 2013 telah menganggarkan Rp528 triliun berupa transfer daerah untuk memberikan dorongan kepada pemerintah daerah dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih merata.
PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI Pada tahun 2012, perekonomian diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,3%. Perlambatan ekonomi global telah berdampak pada kinerja ekspor sebagaimana terlihat dari pertumbuhan ekspor yang diperkirakan lebih rendah di triwulan IV 2012. Di sisi lain,
4
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
permintaan domestik diperkirakan masih tetap kuat, dengan meningkatnya kontribusi konsumsi pemerintah terkait penyerapan yang lebih baik. Secara umum, di tahun 2012, sumber pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha berasal dari sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Pertumbuhan perekonomian domestik tahun 2013 akan lebih baik dibandingkan dengan tahun 2012 sejalan dengan kinerja perekonomian dunia yang diperkirakan meningkat secara gradual. Permintaan domestik diperkirakan akan tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan, baik dari sisi konsumsi maupun investasi. Selain itu, kegiatan terkait dengan persiapan Pemilu 2014 turut menjadi faktor pendorong aktivitas ekonomi. Pertumbuhan perekonomian dunia yang lebih tinggi akan meningkatkan permintaan produk ekspor. Peningkatan volume ekspor yang ditunjang dengan tingkat harga yang lebih baik akan menyebabkan kontribusi sektor eksternal meningkat dibandingkan tahun 2012. Dari sisi lapangan usaha, sektor-sektor utama, yakni sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR); serta sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan masih akan mendominasi perkembangan perekonomian nasional. Secara umum, perkembangan sektor-sektor akan membaik seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian domestik dan global. Seiring dengan berlanjutnya akselerasi pertumbuhan perekonomian global serta kegiatan terkait Pemilu, perekonomian domestik pada tahun 2014 diperkirakan akan lebih baik dibandingkan dengan tahun 2013 melalui permintaan domestik yang semakin kuat dan peningkatan ekspor. Secara sektoral, sektor-sektor utama, yakni sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR); serta sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan masih akan menjadi kontributor utama perkembangan perekonomian nasional. Secara umum, perkembangan secara sektoral akan membaik seiring dengan kondisi perekonomian domestik dan global yang lebih baik.
Prospek Permintaan Agregat
��������������������������������������
Pada tahun 2013, konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap
���
tumbuh kuat. Pertumbuhan tersebut didukung oleh meningkatnya pendapatan masyarakat dan inflasi yang relatif terkendali sehingga
�������
���
akan meningkatkan optimisme dan daya beli masyarakat. Selain itu,
��� �������
aktivitas terkait dengan Pemilu 2014 dan perekonomian global yang membaik (yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan
��
��
masyarakat melalui pertumbuhan ekspor) juga akan meningkatkan sisi konsumsi masyarakat. � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� ��
����
����
�������������������������������� ��������������������������������
����
����
����������������������������� ���������������������������������������������
Grafik 2.1 Indeks Ekspektasi Konsumen – SK BI
Terdapat beberapa sumber utama yang menjadi pendorong peningkatan pendapatan masyarakat. Sampai dengan November 2012, sudah terdapat penetapan kenaikan UMP tahun 2013 untuk beberapa provinsi. Besaran kenaikan UMP tersebut berbeda-beda,
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
5
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
sesuai dengan tingkat inflasi dan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) provinsi-provinsi tersebut. Secara umum, besaran kenaikan UMP 2013 lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan UMP 2011. Meskipun demikian, dengan meningkatkan efisiensi dan produktivitas, dampak kenaikan UMP tersebut diperkirakan tidak akan sepenuhnya ditransmisikan ke harga jual. Selain UMP, pendapatan pegawai baik swasta maupun aparat negara juga diperkirakan akan meningkat. Hal itu dikonfirmasi oleh hasil survei yang mengindikasikan adanya peningkatan penghasilan pada tahun 2013. Selain itu, Pemerintah pada tahun 2013 juga akan menaikkan batas Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) menjadi Rp24 juta per tahun. Kebijakan ini akan meningkatkan daya beli masyarakat sehingga dapat meningkatkan pengeluaran dalam bentuk konsumsi dan investasi. Pada tahun 2013, kontribusi konsumsi riil diprakirakan lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Perkiraan peningkatan tersebut sejalan dengan upaya pemerintah untuk memperbaiki kualitas belanja yang tercermin dari meningkatnya belanja modal. Di samping itu, adanya aktivitas yang terkait dengan Pemilu juga menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan pola tahun 2008 – 2009, penyelenggaraan Pemilu memiliki dampak terhadap kenaikan pertumbuhan ekonomi. Investasi pada tahun 2013 diprakirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal itu didasarkan pada tren pertumbuhan konsumsi rumah tangga domestik yang menguat serta prospek kinerja ekspor ke depan yang membaik. Selain itu, perkiraan meningkatnya investasi juga didukung oleh adanya alokasi belanja modal pemerintah yang lebih tinggi, relatif rendahnya suku bunga, serta membaiknya iklim usaha domestik. Pada RAPBN 2013, Pemerintah telah meningkatkan alokasi belanja modal. Pembangunan infrastruktur yang direncanakan pada RAPBN-2013 meliputi pembangunan jalan, pelabuhan, penyediaan sarana dan prasarana transportasi sungai, danau dan penyeberangan, pembangunan dan rehabilitasi bandara udara, pembangunan jalur kereta api baru, pembangunan terminal transportasi jalan pada 24 lokasi, dan pembangunan prasarana 61 dermaga penyeberangan, serta pengembangan pembangunan dan pengelolaan pelabuhan perikanan di 25 lokasi. Selain itu, sebagai pendukung pembangunan infrastruktur, Pemerintah juga mengalokasikan anggaran untuk peningkatan kapasitas pembangkit listrik dan perluasan jaringan transmisi. Pemerintah juga merencanakan peningkatan kapasitas jalan Lintas Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Papua sepanjang 4.431 km. Agenda akselerasi pembangunan infrastruktur pada RAPBN-2013 juga didukung dengan penerbitan Perpres 70/2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Perpres 71/2012 tentang Tata Cara Pengadaan Tanah untuk Pembangunan dan Kepentingan Umum. Kedua Perpres ini diharapkan dapat mengakselerasi pembangunan infastruktur sehingga target pembangunan dan pemerataan pertumbuhan dapat tercapai. Pertumbuhan ekspor berpotensi meningkat pada 2013. Pertumbuhan ekspor barang dan jasa diprakirakan lebih tinggi dari tahun 2012 terkait pertumbuhan perekonomian global yang diperkirakan lebih baik diikuti dengan peningkatan harga komoditas. Kinerja
6
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan %Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
Tabel 2.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 2011
Kompo nen
2012 I
II
III
IV*
2012*
Konsumsi Rumah Tangga
4,7
4,9
5,2
5,7
5,6
Konsumsi Pemerintah
3,2
5,9
7,4
-3,2
12,9
5,4 6,4
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
8,8
10,0
12,3
10,0
10,5
10,7
Ekspor Barang dan Jasa
13,6
7,9
2,2
-2,8
-1,8
1,1
Impor Barang dan Jasa
13,3
8,0
10,9
-0,5
1,9
4,9
PDB
6,5
6,3
6,4
6,2
6,2
6,3
Sumber : BPS * Proyeksi Bank Indonesia
ekspor Indonesia diperkirakan meningkat terkait membaiknya pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia seperti China dan India. Pertumbuhan impor barang dan jasa pada tahun 2013 diperkirakan juga meningkat. Dengan perkiraan laju pertumbuhan ekspor yang mulai meningkat, pelaku produksi akan menambah penggunaan bahan baku dan barang modal impor untuk keperluan produksi barang-barang ekspor.
Prospek Penawaran Agregat Dari sisi lapangan usaha, struktur perekonomian tahun 2013 masih didominasi oleh sektor industri pengolahan; perdagangan, hotel dan restoran, serta pengangkutan dan komunikasi. Sebagai mesin pertumbuhan ekonomi, peran ketiga sektor tersebut mencapai 63%. Dominasi ketiga sektor tersebut diperkirakan masih berlanjut pada tahun 2014. %Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
Tabel 2.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Sektor
2011
2012 I
II
III
IV*
2012*
Pertanian
3,0
4,3
3,6
4,8
3,1
4,0
Pertambangan & Penggalian
1,4
2,8
2,9
-0,1
-0,1
1,2
Industri Pengolahan
6,2
5,7
5,5
6,4
6,4
6,0
Listrik, Gas & Air Bersih
4,8
5,2
5,9
5,6
5,2
5,5
Bangunan
6,7
7,2
7,1
8,0
8,2
7,6
Perdagangan, Hotel & Restoran
9,2
8,3
8,9
6,9
6,9
7,7
Pengangkutan & Komunikasi
10,7
10,3
10,1
10,5
10,7
10,4
Keuangan, Persewaan & Jasa
6,8
6,3
7,0
7,4
7,5
7,1
Jasa-jasa
6,7
5,5
5,7
4,4
5,6
5,3
PDB
6,5
6,3
6,4
6,2
6,2
6,3
Sumber : BPS * Proyeksi Bank Indonesia
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
7
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
Membaiknya kondisi ekonomi global, dan investasi yang ������
������
�
��
cukup tinggi beberapa tahun terakhir memperkuat kinerja
�
��
sektor industri di tahun 2013. Kondisi global yang membaik
�
��
membawa harapan akan perbaikan pasar komoditas ekspor
�
�
Indonesia. Ekspor yang diperkirakan membaik menjadi pemacu
�
�
aktivitas di sektor industri pengolahan dari sisi permintaan.
�
��
Dukungan terhadap kinerja sektor industri pengolahan dari sisi
�
��� ���
� ����
���� ����
���� ����
����������
���� ����
���� ����
�����������
���� ����
permintaan yang lain datang dari konsumsi masyarakat, serta tingginya aktivitas di sektor-sektor lain, antara lain sektor bangunan. Pertumbuhan konsumsi masyarakat yang terjaga pada level cukup
����
��������������������
tinggi mendorong aktivitas di sektor industri pengolahan tetap
Grafik 2.2
bergairah, di tengah kelesuan ekonomi global (Grafik 2.2). Dari sisi
Pertumbuhan Ekspor, Manufaktur & Konsumsi
penawaran, investasi yang relatif tinggi beberapa waktu terakhir memungkinkan sektor industri pengolahan mampu merespons dengan baik peningkatan permintaan, baik dari sisi eksternal maupun dari sisi domestik (Grafik 2.3). Dengan didukung oleh
��
faktor-faktor yang lebih kondusif sektor industri pengolahan
������������������������������ ��
��
��
tahun 2012.
�� ��
��
Subsektor industri makanan, minuman dan tembakau
�� ��
diperkirakan mampu tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan
(mamin) diperkirakan akan berperan cukup penting dan
��
tumbuh tinggi di tahun 2013. Selain didukung oleh pasar
��
domestik yang luas dengan kemampuan daya beli yang masih solid, ��
���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
kinerja subsektor makanan dan minuman akan diuntungkan oleh persiapan pemilihan umum (Pemilu) tahun 2014. Aktivitas terkait Pemilu 2014 diperkirakan sudah dimulai pada triwulan III 2013
Grafik 2.3
dan akan mencapai puncaknya pada triwulan I 2014. Hal tersebut
Perkembangan Investasi
didasarkan pada kondisi yang terjadi pada masa persiapan pemilu tahun 2009. Pada saat itu, krisis ekonomi global yang merebak di tahun 2008 telah memengaruhi kinerja ekonomi domestik. Namun, sektor industri pengolahan masih mampu menunjukkan pertumbuhan positif, kendati mengalami perlambatan yang cukup tajam. Hal tersebut didukung terutama oleh subindustri mamin yang tumbuh tinggi terkait dengan kegiatan persiapan pemilu tahun 2009 (Grafik 2.4) Subsektor industri lain yang diperkirakan menjadi mesin pendorong kinerja sektor industri di tahun 2013 yaitu industri semen, otomotif dan besi baja. Pembangunan infrastruktur terkait Program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang masih berlangsung, serta proyek pembangunan properti (untuk bisnis dan tempat tinggal) yang cukup marak mendorong tingginya permintaan pada industri semen, besi dan baja. Kondisi ini juga tercermin pada sektor bangunan yang diperkirakan akan mengalami pertumbuhan lebih tinggi dari tahun 2012. Sementara itu, prospek industri otomotif masih tetap optimis. Pasar domestik yang cukup besar dan
8
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
komposisi penduduk kelas menengah yang sedang bertumbuh
������
����
serta didukung oleh daya beli yang memadai telah menciptakan
������
kondisi yang cukup kondusif bagi berkembangnya industri otomotif
����
di tanah air.
����
Kuatnya permintaan domestik menjadi pendukung kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Pada tahun
���
2013, sektor ini diperkirakan tumbuh lebih tinggi. Besarnya potensi
���
pasar yang tersedia di Indonesia serta daya beli yang cukup tinggi, ����
� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����������������� ������������������������������������ ������������
Grafik 2.4 Pertumbuhan Makanan, Minuman, dan Tembakau
menjadi faktor pendorong berkembangnya aktivitas di sektor PHR. Potensi tersebut telah dimanfaatkan oleh pelaku usaha di bidang ritel untuk berekspansi lebih dekat kepada konsumen. Hal tersebut terlihat dari banyaknya gerai-gerai mini market, yang dibangun di sekitar tempat tinggal. Seiring dengan semakin dekatnya pelaku pedagang eceran kepada masyarakat, nilai penjualan eceran menunjukkan kecenderungan meningkat.
Perkembangan di sektor PHR juga didukung oleh kinerja sektor pariwisata, yang kian mendapat perhatian dari pemerintah karena besarnya potensi sumbangannya terhadap perekonomian. Seiring dengan meningkatnya kemampuan ekonomi masyarakat, pola konsumsi masyarakat mulai bergeser ke arah konsumsi nonmakanan, termasuk berwisata di dalamnya (Grafik 2.5). Perkembangan pariwisata tidak hanya didukung oleh wisatawan domestik, tetapi juga wisatawan asing. Kondisi perekonomian global yang diperkirakan lebih baik akan mendorong optimisme meningkatnya kedatangan wisatawan asing ke tanah air (Grafik 2.6). Untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi kreatif (Kemenparekraf) berencana untuk mengembangkan tujuh wisata minat khusus. yaitu wisata budaya dan sejarah; alam dan ekowisata; olahraga rekreasi, seperti sepeda, golf, selancar , kapas pesiar; belanja dan kuliner; kesehatan dan kebugaran serta kegiatan konferensi (meeting, incentive, convention and ���
event/mice). Dengan perkembangan ini, kegiatan usaha terkait
�
��
penyediaan akomodasi menjadi menarik. Sehingga daerah-daerah
��
yang memiliki potensi besar sebagai daerah tujuan wisata banyak
��
melakukan ekspansi di bidang penyediaan akomodasi.
�� �� ��
Perekonomian Indonesia yang diperkirakan akan tetap tumbuh
��
tinggi pada tahun 2013 akan mendorong meningkatnya arus
��
penumpang dan barang serta kebutuhan masyarakat akan
��
jasa komunikasi. Hal tersebut menjadi faktor yang mendorong
� ���� ����
���� ����
����
���� ���� ����
�������
���� ���� ����
���� ����
�����������
kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi. Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan akan lebih
Grafik 2.5
tinggi dibandingkan dengan tahun lalu. Mobilitas penumpang dan
Proporsi Konsumsi Makanan dan Nonmakanan
barang yang diperkirakan akan meningkat telah diantisipasi oleh berbagai maskapai penerbangan melalui penambahan frekuensi
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
9
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
terbang, penambahan rute baru dan sebagai konsekuensinya ������
melakukan penambahan armada (Grafik 2.7). Apabila Indonesia
����������
dapat mencapai peringkat (rating) ‘One’ dari Federal Aviation
������
Administration (FAA) dalam industri penerbangan pada tahun
�����
2013, jangkauan wilayah terbang industri penerbangan Indonesia
�����
akan semakin luas.
�����
Selanjutnya, untuk mendukung aktivitas ekonomi yang cukup
�����
tinggi, ketersediaan informasi yang tepat dan cepat semakin
�
����
����
����
����
�����
�����
�����
��������� ������������
dibutuhkan. Dengan kondisi tersebut penggunaan internet dan komunikasi data akan terus meningkat. Peningkatan jaringan broadband, terutama jaringan generasi ketiga (third generation/3G)
Grafik 2.6
dikembangkan oleh hampir semua operator komunikasi untuk
Jumlah Wisatawan Asing
meningkatkan layanan kebutuhan informasi data masyarakat. Selain tiga sektor utama di atas, sektor lain yang juga tumbuh tinggi dan keberhasilannya akan ikut memengaruhi kinerja sektor-sektor lain di masa mendatang, yaitu sektor bangunan. Dengan semangat membangun konektivitas antar-koridor ekonomi terkait pelaksanaan program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi (MP3EI), aktivitas pembangunan fisik, terutama infrastruktur meningkat. Dukungan pemerintah dalam membangun infrastruktur tercermin dari peningkatan anggaran infrastruktur dan berbagai insentif kemudahan. Kendala utama klasik yang hingga kini masih membayangi
���
����������
pembangunan infrastruktur yaitu sulitnya pembebasan lahan.
��
Pada tahun 2014, proses pemulihan kondisi ekonomi global
�� ��
diperkirakan berjalan lebih baik. Hal itu akan berdampak positif
��
bagi perekonomian domestik. Kinerja perekonomian domestik
�� ��
diperkirakan akan lebih baik dari tahun 2013. Kinerja ekonomi yang
��
lebih baik tersebut, selain didukung oleh kondisi global yang membaik
��
juga adanya penyelenggaraan pemilihan umum. Apabila kondisi
��
keamanan kondusif, berbagai aktivitas terkait penyelenggaraan
� ����
����
�����
�����
������������ ��������������������������������
pemilu, mulai dari persiapan hingga pelaksanaan akan turut mendorong pertumbuhan usaha-usaha yang terkait dengan kegiatan
Grafik 2.7 Jumlah Penumpang Pesawat Terbang
pemilu, seperti kegiatan promosi/iklan, usaha makanan, minuman dan rokok. Namun dari sisi struktur, peran pertumbuhan ekonomi masih akan didominasi oleh sektor industri pengolahan, PHR, pengangkutan dan komunikasi.
PROSPEK INFLASI Inflasi tahun 2013 diprakirakan akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran yang telah ditetapkan yaitu 4,5%±1%. Optimisme untuk membawa inflasi pada kisaran targetnya tersebut antara lain dilandasi oleh keberhasilan dalam mengendalikan inflasi di tahun 2012. Penguatan bauran kebijakan yang terus ditempuh Bank Indonesia telah
10
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
mampu mengendalikan tekanan inflasi baik yang berasal dari faktor eksternal maupun domestik sekaligus menjaga ekspektasi inflasi. Pada saat bersamaan, komitmen Pemerintah untuk menjaga kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi bahan pangan, termasuk kebutuhan pokok bagi golongan masyarakat miskin, serta tersedianya Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) turut mendukung tetap terkendalinya inflasi kelompok volatile foods di tahun 2012. Melalui penguatan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, inflasi tahun 2013 diprakirakan akan tetap terjaga dalam kisaran 4,5% ± 1%.
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
11
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
3. Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini Ekonomi dunia selama tahun 2012 diliputi ketidakpastian dan mengalami perlambatan. Ekonomi global yang melemah dipengaruhi oleh penyelesaian krisis di Eropa yang cenderung berlarut-larut, koreksi pertumbuhan ekonomi Asia (China, Jepang, dan India), dan masih rentannya pertumbuhan AS yang dibayangi risiko terkait jurang fiskal. Perdagangan dunia tahun 2012 lebih rendah dari prakiraan awal dan disertai dengan anjloknya harga komoditas global sehingga berdampak pada kinerja sektor eksternal negara-negara emerging markets Asia yang cenderung melemah. Sejalan dengan perlambatan ekonomi dunia, tekanan inflasi global cenderung mereda. Pasar keuangan global mengalami tekanan dibayangi permasalahan krisis utang kawasan Eropa khususnya pada paruh pertama tahun 2012. Respons kebijakan otoritas di negara maju secara umum masih akomodatif guna mendorong aktivitas perekonomian. Hal yang sama juga terjadi pada respons kebijakan otoritas di negara berkembang yang secara umum cenderung akomodatif. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV 2012 diprakirakan tetap solid di tengah ketidakpastian kondisi perekonomian global. Sumber pertumbuhan berasal dari kinerja konsumsi rumah tangga yang tetap kuat dan peningkatan investasi. Kinerja ekspor mulai mengalami pemulihan meski masih terbatas sejalan dengan masih lemahnya permintaan eksternal. Di sisi lain, impor masih relatif tinggi seiring dengan masih kuatnya permintaan domestik dan perbaikan ekspor. Tekanan depresiasi pada nilai tukar rupiah masih berlanjut pada triwulan IV 2012 namun dengan intensitas yang lebih moderat dan tingkat volatilitas yang lebih terjaga. Pelemahan rupiah terutama disebabkan oleh masih tingginya permintaan valuta asing di pasar valuta asing domestik sejalan dengan masih tingginya impor di tengah perbaikan ekspor yang masih terbatas. Namun, tekanan depresiasi cenderung berkurang seiring dengan arus masuk modal asing dalam bentuk investasi portofolio yang meningkat. Di sisi harga, inflasi IHK tetap terkendali sesuai dengan kisaran sasarannya. Tetap rendahnya inflasi IHK didukung oleh semua faktor baik fundamental maupun nonfundamental. Inflasi inti tetap terjaga pada level yang didukung oleh memadainya kemampuran sisi penawaran dalam merespons permintaan dan volatilitas nilai tukar yang terjaga. Sementara itu, inflasi volatile food dan inflasi administered price tercatat rendah sejalan dengan peningkatan produksi pangan dan relatif minimalnya gangguan distribusi serta tidak adanya kebijakan Pemerintah di bidang harga barang dan jasa yang bersifat strategis.
12
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
Di pasar keuangan, perkembangan suku bunga PUAB selama tahun 2012 cenderung bergerak di batas bawah koridor. Sementara itu, suku bunga kredit dan suku bunga deposito menunjukkan tren yang menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kinerja pasar saham dan pasar Surat Berharga Negara (SBN) mencatat pertumbuhan yang positif didukung oleh fundamental ekonomi domestik yang kuat serta persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi Indonesia.
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA Perekonomian dunia selama tahun 2012 masih diwarnai dengan ketidakpastian dan diprakirakan tumbuh melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Selama tahun 2012, perekonomian dunia diwarnai oleh perlambatan aktivitas ekonomi di sejumlah negara Eropa, sementara pertumbuhan ekonomi Asia seperti China, Jepang, dan India juga tidak sebaik prakiraan awal. Hal tersebut berdampak pada pertumbuhan volume perdagangan dunia yang menurun dan diikuti dengan anjloknya harga komoditas global. Dengan kondisi tersebut, inflasi dunia juga cenderung menurun. Di pasar keuangan, krisis utang di kawasan Eropa mengakibatkan tertekannya pasar keuangan dunia terutama pada semester pertama tahun 2012. Sementara itu, respons kebijakan moneter negara maju dan berkembang selama tahun 2012 cenderung longgar dan akomodatif disertai dengan kebijakan nonkonvensional seperti pembelian surat-surat berharga oleh European Central Bank (ECB), Federal Reserve, dan Bank of Japan (BoJ) untuk meredakan gejolak di pasar keuangan dan mendorong aktivitas perekonomian. Sementara di Asia, di samping memotong suku bunga, bank sentral China dan India menurunkan reserve requirement dengan harapan mendorong ekspansi kredit ke sektor riil. Pada tahun 2013, ekonomi dunia diprakirakan tumbuh lebih baik meski beberapa risiko masih harus dicermati seperti adanya jurang fiskal AS, ketidakpastian penyelesaian krisis utang dan dampak penghematan anggaran di Eropa, serta berakhirnya fiskal stimulus Jepang. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, perekonomian AS tumbuh lebih baik pada tahun 2012. Respons kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif disertai dengan meredanya gejolak
������ ��
sektor perumahan berkontribusi pada prospek ekonomi AS yang
��������
��
diprakirakan tumbuh lebih tinggi pada tahun 2012 sebesar 2,0%
��
(yoy). Namun, pertumbuhan tersebut masih rentan sebagaimana
��
tercermin pada aktivitas sektor industri sepanjang tahun 2012
��
yang terindikasi menurun seiring dengan melemahnya permintaan
���������
��
�� ������
��������������
������������
��������
global. Hal tersebut juga didukung oleh PMI manufaktur yang sempat berada di fase kontraksi (indeks di bawah level 50) dan
������
������
������
������
������
������
������
������
������
moderatnya pertumbuhan indeks produksi (Grafik 3.1). Dari sisi konsumsi, lambatnya penyerapan tenaga kerja, yang tercermin
������������������
Grafik 3.1
dari indikator nonfarm payroll yang tumbuh tidak setinggi
Survey ISM - PMI Manufaktur dan Jasa AS
pada tahun 2011 (Grafik 3.2), mendorong tertekannya kinerja penjualan eceran.
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
13
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
������
�
Perekonomian kawasan Eropa pada tahun 2012 diprakirakan ���
mengalami resesi dan tumbuh relatif stagnan pada
��
���
tahun 2013. Kebijakan penghematan fiskal yang diterapkan
�
���
oleh beberapa negara di kawasan Eropa berdampak pada
��
���
���
tertekannya aktivitas ekonomi. Hal tersebut pada akhirnya
�
����
berimbas pada terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
�
����
dan meningkatnya pengangguran. Tingkat pengangguran
����
Eropa melonjak naik mencapai 11,6% pada September 2012
�
� �
���������������������������������������������� ��������������������
���
����
���
���
����
������������
���
���
����
����
���
atau tertinggi sepanjang sejarah berdirinya kawasan Eropa. Meningkatnya level pengangguran tersebut memicu pelemahan
�����������������
kinerja konsumsi yang tercermin dari keyakinan konsumen yang
Grafik 3.2
melemah (Grafik 3.3) dan penjualan eceran yang hanya tumbuh
Nonfarm Payroll dan Tingkat Pengangguran AS
moderat. Sementara itu, sektor industri juga memburuk yang tercermin dari PMI manufaktur yang masih berada pada fase kontraksi. Namun, positifnya pertumbuhan ekspor disertai
���
dengan pelemahan mata uang Euro mampu mencatatkan
������
surplus neraca perdagangan. Dengan perkembangan tersebut,
���
pertumbuhan ekonomi kawasan Eropa untuk keseluruhan tahun
���
������ ������� �������� ������ �������� �����
��� �� �� �� ���������
��
2012 diprakirakan sebesar -0,5% (yoy). Perekonomian Asia diprakirakan tumbuh melambat terimbas dari kondisi pelemahan ekonomi global. Hampir sebagian besar kinerja industri Asia mengalami perlambatan yang terindikasi dari indikator PMI manufaktur yang sempat
��
����������������� �� ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������
berada dalam fase kontraksi. Penurunan aktivitas industri
����������������������������
tersebut ditengarai akibat tertekannya kinerja ekspor seiring
Grafik 3.3
dengan melambatnya permintaan global dan menurunnya
Indeks Keyakinan Konsumen Eropa
harga komoditas internasional. Namun, masih cukup kuatnya permintaan domestik dan didukung dengan kebijakan yang cenderung longgar mampu menahan perlambatan aktivitas
�����
����������
�� ������
�� ��
��������
��
��
��
�����
��
�����
��
�����
���
����������������� ���
���
���
���
��� ��� ��� ��� ���� ���� �����������������
14
���
���
���
��� ��� ��� ���� ����
���
���
���
���
��� ��� ����
���
���
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ����
yang cukup signifikan. Upaya yang dilakukan pemerintah China
��
untuk mengurangi ketergantungan pada sektor eksternal dan mencegah asset price bubble di sektor perumahan berdampak
���
���
Ekonomi China pada tahun 2012 mengalami perlambatan
� ���
���������
���
���
ekonomi Asia.
�����
�����������
pada penurunan aktivitas ekonomi China. Perekonomian China
���
diprakirakan tumbuh sebesar 7,7% (yoy) pada tahun 2012,
���
menurun bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
���
tercatat sebesar 9,3% (yoy). Kinerja investasi sebagai penyokong utama pertumbuhan ekonomi China berada dalam tren menurun
Grafik 3.4
yang dikontribusi oleh sektor properti. Sektor produksi China
Indeks Produksi Negara Asia
juga mengalami penurunan yang tercermin dari indikator PMI
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
manufaktur China yang sempat berada pada fase kontraksi. Hal tersebut sejalan dengan pertumbuhan indeks produksi yang tumbuh moderat. Tertekannya produksi manufaktur China juga terkonfirmasi dari perlambatan kinerja ekspor China akibat melemahnya permintaan global. Dari sisi konsumsi, penjualan eceran juga tumbuh melambat sejalan dengan tren pelemahan keyakinan konsumen. Namun, dampak pelonggaran kebijakan moneter seperti penurunan suku bunga dan Reserve Requirement Ratio (RRR) terindikasi mulai memberikan dampak positif terutama pada paruh kedua tahun 2012. Harga komoditas internasional diprakirakan tumbuh negatif pada tahun 2012 sejalan dengan masih lemahnya permintaan global. Sampai dengan November 2012, Indeks Harga Komoditas Ekspor (IHEx) nonmigas tumbuh sebesar -11,9% (yoy) yang dikontribusi oleh anjloknya harga komoditas pertanian. Dampak quantitative easing III (QE III) belum mampu mengangkat harga komoditas dunia seiring dengan menurunnya permintaan dunia yang disertai dengan melimpahnya pasokan. IHEx untuk keseluruhan tahun 2012 diprakirakan tumbuh sebesar -14,8% (yoy). Di sisi lain, harga minyak pada tahun 2012 diprakirakan relatif tidak berubah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pasokan minyak dunia yang meningkat seiring dengan meredanya krisis geopolitik Middle East and North Africa (MENA) disertai dengan tren bearish pasar keuangan internasional mendorong harga minyak dunia untuk turun cukup dalam pada pertengahan tahun 2012. Sementara stimulus moneter QE III pada September 2012 belum mampu mendorong kenaikan harga minyak cukup signifikan terutama pada akhir tahun 2012. Memasuki akhir tahun 2012, tekanan inflasi global mereda. Tekanan inflasi global (komposit) sempat mencetak level tertinggi pada Januari 2012 sebesar 3,6% (yoy) namun kemudian berangsur-angsur mereda menjadi ke level 3,1% (yoy) pada Oktober 2012. Meredanya tekanan inflasi dunia disebabkan oleh melambatnya aktivitas ekonomi dunia yang disertai dengan menurunnya harga komoditas dunia. Sementara laju inflasi dunia untuk keseluruhan tahun 2012 berdasarkan Consensus Forecast November 2012 diprakirakan mencapai 3,28% (yoy) yang dikontribusi oleh inflasi IHK di negara maju dan berkembang yang masing-masing diprakirakan mencapai 2,0% (yoy) dan 4,9% (yoy). Respons kebijakan moneter bank sentral negara maju masih akomodatif disertai dengan berbagai kebijakan nonkonvensional lainnya yang dapat mendorong aktivitas perekonomian. Hampir sebagian besar kebijakan bank sentral negara maju masih akomodatif yang ditandai dengan tertahannya suku bunga pada level yang sangat rendah oleh bank sentral AS (Federal Reserve), Jepang (BoJ), dan Inggris (BoE). Bank sentral Eropa (ECB) memotong suku bunga pada Juli 2012 sebesar 25bps menjadi 0,75%, sedangkan Bank Sentral Australia (RBA) telah memotong suku bunganya sebesar 125bps menjadi ke level 3,0% (yoy). Bank sentral Eropa lainnya seperti Swedia dan Norwegia menurunkan suku bunga acuannya masing-masing sebesar 50bps dan 25bps. Di samping itu, beberapa bank sentral utama seperti AS, Inggris, Jepang, dan Eropa mengumumkan kebijakan nonkonvensional seperti pembelian Surat-surat Berharga (SSB) dengan harapan dapat mendorong aktivitas ekonomi sektor riil. Federal Reserve pada 13 September 2012 mengumumkan kebijakan Quantitative Easing tahap
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
15
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
III dengan pembelian SSB jenis mortgage backed securities sebesar 40 miliar dolar AS tiap bulannya tanpa ada batasan waktu. Bank of England (BoE) mengumumkan tambahan Asset Purchase Program (APP) sebesar 50 miliar poundsterling yang menjadikan total APP sebesar 375 miliar poundsterling. Pada 6 September 2012, ECB juga mengumumkan pembelian SSB melalui mekanisme Outright Monetary Transactions (OMT) tanpa menyebutkan jumlah total pembelian. Bank of Japan mengumumkan penambahan pembelian SSB sebesar 11 triliun yen dan menjadikan total sebesar 91 triliun yen yang difokuskan pada pembelian SSB milik pemerintah (government bond) dan diprakirakan akan berakhir pada akhir tahun 2013. Hampir sebagian besar bank sentral negara emerging markets juga melakukan pelonggaran kebijakan moneter dengan cara menurunkan suku bunga dan suplemen kebijakan lainnya. Beberapa bank sentral Asia yang menurunkan suku bunganya sepanjang tahun 2012 yaitu Filipina (-75bps), China (-56bps), India (-50bps), Korea (-50bps), Indonesia (-25bps), dan Thailand (-25bps). Bank sentral Malaysia tidak mengubah suku bunganya sehingga tetap di level 3,0%. Bank sentral kawasan Amerika Latin yang memotong suku bunganya yaitu Brazil (-325bps) dan Kolombia (-50bps). Di samping pemotongan suku bunga, bank sentral China dan India juga menempuh penurunan reserve requirement dengan harapan dapat mendorong laju ekspansi kredit perbankan. Beberapa bank sentral di kawasan emerging markets juga menempuh kebijakan makroprudensial sebagai upaya meredam gejolak di pasar valas seperti: (i) Bank sentral Turki menaikkan proporsi GWM dalam bentuk valas menjadi 55% dari 50% (Juli 2012), (ii) Bank sentral Peru membuka fasilitas repo valas sejak April 2011 sebesar 50 juta dolar AS dengan rate 5,5% (Mei 2012), (iii) Bank sentral Brazil membuka fasilitas swap valas sebesar 2,4 miliar dolar AS dengan tenor 40 hari (Mei 2012).
PERTUMBUHAN EKONOMI Permintaan Agregat Perekonomian Indonesia pada triwulan IV 2012 diprakirakan tumbuh stabil di level 6,2% (yoy) (Tabel 3.1). Permintaan domestik yang tetap kuat masih menjadi penopang pertumbuhan. Konsumsi rumah tangga masih tumbuh kuat sejalan dengan keyakinan konsumen yang masih baik dan adanya potensi perbaikan daya beli masyarakat. Konsumsi pemerintah diprakirakan terakselerasi pada triwulan IV 2012 sesuai dengan pola historisnya. Kinerja investasi diprakirakan sedikit meningkat sejalan dengan optimisme yang masih baik dan iklim usaha yang kondusif. Ekspektasi pemulihan perekonomian dunia mendorong perbaikan kinerja ekspor meskipun masih terbatas. Merespons perbaikan ekspor dan masih kuatnya permintaan domestik, impor juga berpotensi kembali menunjukkan peningkatan. Untuk keseluruhan tahun, perekonomian Indonesia tahun 2012 diprakirakan tumbuh sebesar 6,3% (yoy), melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perlambatan ekonomi tersebut disebabkan oleh menurunnya kinerja eksternal sejalan dengan kinerja perdagangan internasional yang memburuk terutama mulai paruh
16
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini %Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
Tabel 3.1 Pertumbuhan Ekonomi – Sisi Permintaan 2011
Indikator
I
II
Konsumsi Rumah Tangga
4,5
Konsumsi Pemerintah
2,8
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
2011
2012
III
IV
4,6
4,8
4,9
4,5
2,8
2,8
7,3
9,3
7,1
11,5
Ekspor Barang dan Jasa
12,2
17,2
17,8
7,9
13,6
7,9
Impor Barang dan Jasa
14,4
15,3
14,0
10,1
13,3
8,0
PDB
6,4
6,5
6,5
6,5
6,5
6,3
6,4
III
IV*
2012*
I
II
4,7
4,9
5,2
5,7
5,6
3,2
5,9
7,4
-3,2
12,9
6,4
8,8
10,0
12,3
10,0
10,5
10,7
2,2
-2,8
-1,8
1,1
10,9
-0,5
1,9
4,9
6,2
6,2
6,3
5,4
Sumber :BPS * Proyeksi Bank Indonesia
kedua tahun 2012. Namun, masih kuatnya permintaan domestik mampu menopang pertumbuhan ekonomi sehingga tetap tumbuh tinggi di atas 6%. Konsumsi rumah tangga tumbuh tinggi mencapai titik tertingginya sejak krisis finansial global tahun 2008/2009. Hal tersebut didukung oleh keyakinan konsumen yang terus menguat dan daya beli yang relatif terjaga. Peranan konsumsi pemerintah juga mengalami peningkatan terkait adanya upaya peningkatan belanja pemerintah. Kinerja investasi tumbuh meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya didukung oleh optimisme pelaku usaha dan iklim usaha yang kondusif. Sementara itu, ekspor tumbuh melemah seiring dengan masih terpuruknya proses pemulihan perekonomian dunia. Kinerja impor juga mengalami pelemahan merespons kinerja ekspor yang menurun namun masih relatif tinggi didorong oleh masih kuatnya permintaan domestik. Konsumsi rumah tangga pada triwulan IV 2012 diprakirakan tetap tumbuh tinggi yaitu sebesar 5,6% (yoy) dan secara keseluruhan tahun tumbuh sebesar 5,4% (yoy). Masih kuatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga sejalan dengan berkurangnya level pengangguran terbuka serta didukung oleh optimisme konsumen yang meningkat. Dorongan meningkatnya keyakinan akan penghasilan, lapangan kerja saat ini, serta ekspektasi konsumen
������
ke depan mendorong Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Bank
��� ����������������
���
Namun, Indeks Tendensi Konsumen (ITK) BPS pada triwulan
����������
���
laporan diprakirakan sedikit menurun, namun masih tetap
�� ���
���
Indonesia pada November 2012 terus menguat (Grafik 3.5).
tumbuh pada level yang tinggi.
�� ��������� �� ��
Pergerakan indikator-indikator dini konsumsi rumah tangga mengonfirmasi masih kuatnya pertumbuhan
�
��
��� �� � �� ��� �� ���� ���� ��������������������������������������������������
�
��
��� ����
���
��� ��� ��� ��� ����
konsumsi rumah tangga. Indeks penjualan eceran riil pada triwulan IV 2012 masih tumbuh pada level tinggi meski sedikit
Grafik 3.5
lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya akibat
Indeks Keyakinan Konsumen – SK BI
faktor musiman berupa hari raya (Grafik 3.6). Lebih rendahnya pertumbuhan penjualan eceran pada triwulan laporan bersumber
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
17
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
��
dari kelompok makanan dan minuman, perlengkapan rumah
������
tangga, dan bahan bakar. Penjualan mobil dan sepeda motor pada Oktober 2012 relatif stabil. Perkembangan profit margin
�� ��������� ������������
��
�������
��
peningkatan, dimana hal tersebut menunjang penghasilan
����������
konsumen kelas menengah atas khususnya para pelaku usaha.
�����
��
������� �������� ��������� ��������
� ��� ���
dan Return of Equity (ROE) hingga triwulan III 2012 mengalami
Kinerja investasi pada triwulan IV 2012 diprakirakan mengalami kenaikan sejalan dengan optimisme yang masih
����������� �
��
����
���
��
�
��
����
����
���
���
��� ����
����
����������������������������������
tinggi dan iklim usaha yang kondusif. Masih kuatnya investasi didukung oleh kinerja konsumsi yang berpotensi tetap kuat pada dua triwulan ke depan dan adanya ekspektasi pemulihan
Grafik 3.6
ekspor. Hasil Survei Keyakinan Dunia Usaha (SKDU) menunjukkan
Indeks Penjualan Eceran
nilai investasi yang diprakirakan masih tinggi pada semester II 2012, meskipun sedikit turun. Investasi tersebut didominasi oleh investasi baru. Namun, optimisme pelaku usaha menurut Indeks Tendensi Bisnis (ITB) BPS diprakirakan sedikit menurun pada triwulan laporan setelah naik tajam pada triwulan sebelumnya (Grafik 3.7). Persepsi positif terhadap investasi turut didukung oleh kenaikan peringkat Indonesia menjadi investment grade dari lembaga Rating & Investment (R&I) pada Oktober 2012. Motor utama pertumbuhan investasi masih ditopang oleh investasi nonbangunan. Tetap tingginya konsumsi rumah tangga pada paruh kedua tahun 2012 disertai dengan potensi perbaikan kinerja ekspor secara bertahap mampu mendorong peningkatan investasi. Namun, terdapat risiko lebih rendahnya pertumbuhan investasi terkait impor barang modal yang melambat pada triwulan IV 2012 terutama impor mesin dan peralatan transportasi untuk industri. Meskipun impor melambat, namun prospek perbaikan ekspor diprakirakan akan meningkatkan rencana investasi baru khususnya produsen kendaraan bermotor. Sementara itu, pertumbuhan investasi bangunan mengalami kenaikan sebagai akibat dari aktivitas ekonomi domestik yang masih kuat. Hal tersebut tercermin dari indikator rata-rata penjualan semen dan impor bahan bangunan yang mengalami peningkatan. Selain itu, akselerasi penyerapan belanja modal pemerintah pada akhir tahun turut mendukung tumbuhnya kinerja investasi. Di sisi pembiayaan, kredit investasi secara riil tumbuh stabil di kisaran 25% didukung oleh menurunnya suku bunga investasi riil (Grafik 3.8). Sementara suku bunga deposito riil satu bulan yang tetap rendah diperkirakan juga akan memberikan efek peningkatan investasi. Kinerja konsumsi pemerintah diprakirakan tumbuh meningkat pada triwulan IV 2012 terkait pemenuhan serapan anggaran pada akhir tahun. Secara total, serapan belanja pemerintah sampai dengan Oktober 2012 telah mencapai 69,3% dari APBN-P, lebih baik daripada periode yang sama tahun sebelumnya (67,7%). Perbaikan terjadi terutama pada belanja modal. Percepatan belanja khususnya belanja barang dan modal diprakirakan akan terjadi pada triwulan IV 2012 sesuai dengan pola historisnya.
18
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
Kinerja ekspor pada triwulan IV 2012 diprakirakan membaik ������
������ ���
���
���
meskipun masih terbatas. Penurunan kinerja ekspor yang lebih
���
dalam berpotensi tertahan di penghujung tahun didorong oleh
���
���
�� ���
��
��
�
��
��� ����
��
�
��� ����
��
���������������������������������
��
����������
�
��
��� ����
�������������������
���
perkiraan mulai membaiknya volume perdagangan dunia dan harga komoditas internasional meskipun dalam kisaran yang sangat moderat. Kembali meningkatnya pertumbuhan ekspor
��
nonmigas secara rata-rata triwulan terutama pada komoditas
��
pertambangan dan industri dapat mendorong peningkatan ekspor
��
pada triwulan IV 2012. Dilihat dari komponennya, pertumbuhan ekspor industri pada awal triwulan IV 2012 tumbuh membaik,
���������
terutama pada komoditas logam dasar besi dan baja serta
������������
Grafik 3.7
produk kimia (Grafik 3.9). Pada kelompok pertanian, berlanjutnya
Indeks Tendensi Bisnis - BPS
perlambatan ekspor terjadi pada komoditas utama seperti ikan, udang, kopi, dan kakao sementara komoditas karet alam tercatat membaik. Kondisi tersebut disebabkan oleh rendahnya harga komoditas pertanian disertai dampak tertundanya musim
��
������
�
��
��
��
��
�
��������������� ���������������� �����������
��
������ ��������������
��
� � ��������������� �������������� �����������
� �
� ��
�
�
�
� � �� ���� �����������������������������������������
�
�
�
� ����
�
��
�
�
berlanjut hingga awal tahun 2013. Hal tersebut disebabkan oleh lifting minyak yang masih belum mencapai target karena faktor penyusutan produksi tambang lama dan gangguan produksi.
�
�� ��
tanam. Di sisi lain, kontraksi ekspor migas diprakirakan masih
� � ����
�
Impor pada triwulan IV 2012 diprakirakan kembali meningkat merespons kinerja permintaan domestik dan perbaikan ekspor, meskipun masih terbatas. Prakiraan tersebut didukung oleh indikasi positif perkembangan investasi dan konsumsi rumah tangga yang tumbuh kuat. Kinerja impor terutama ditunjang oleh impor nonmigas yaitu kelompok impor
Grafik 3.8
bahan baku yang tumbuh tinggi terkait dengan tingginya investasi
Kredit Investasi & Suku Bunga Kredit Investasi Riil
nonbangunan (Grafik 3.10). Impor barang konsumsi dan barang modal hingga awal triwulan IV 2012 tercatat tumbuh melambat. Perlambatan impor barang konsumsi terutama terjadi pada
��
komoditas makanan dan peralatan transportasi non industri.
������
Sejalan dengan hal tersebut, impor barang modal tumbuh melambat terutama akibat merosotnya impor barang selain
�� ���� ���� ���� ����
��
���� ���
����
���
���������
���
����� ���� ����������
����
�
����
���
�������� ���������� ������������ �����
perlengkapan transportasi dan perlengkapan transportasi untuk
���
industri. Di sisi migas, kenaikan impor didorong oleh peningkatan ����
konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri.
��� ���
�
��
����
���
��
�
��
����
���
��
�
��
������������
Grafik 3.9 Ekspor Nonmigas
���
��� ����
���� ���� ����
Operasi Keuangan Pemerintah Kinerja operasi keuangan pemerintah sampai dengan November 2012 diprakirakan tetap baik meski penerimaan terindikasi melambat di tengah belanja yang relatif stabil. Menurunnya penerimaan negara terutama disebabkan
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
19
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
oleh melambatnya perekonomian global dan domestik. Di sisi
������ ��
lain, penyerapan belanja negara relatif stabil dengan sumber
��
pengeluaran berasal dari pembayaran subsidi dan bantuan sosial.
��
Di sisi pembiayaan, realisasi pembiayaan defisit diprakirakan lebih
��
�� �
���� ����
���� ����
���
���� ���� ���� ���� ����
���
����� ���� �
��
��� ����
��
�
��
��� ����
��
�
��
���
yang relatif memenuhi target APBN-P, pemerintah tidak lagi
������ ��� ��������
��� ���
tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan hasil penerbitan
������ ����� �����
��
��� ����
���
����
melakukan penerbitan SBN baru.
����
Penerimaan negara tercatat menunjukkan perlambatan ���� ���� ����
akibat masih rendahnya realisasi penerimaan perpajakan maupun nonpajak. Melambatnya perekonomian global dan
Grafik 3.10
domestik memengaruhi kinerja penerimaan sektor perpajakan.
Nilai Impor Riil Nonmigas
Penurunan penerimaan pajak nonmigas dipengaruhi oleh potensi melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik. Ketidakpastian perekonomian global juga berdampak pada menurunnya ekspor Indonesia. Namun, masih terdapat sejumlah komponen penerimaan yang menunjukkan peningkatan di tengah perlambatan komponen penerimaan lainnya. Pajak migas mengalami kenaikan sejalan dengan perkembangan ICP yang meningkat pada tahun 2012. Kondisi tersebut mengindikasi bahwa potensi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) SDA migas untuk meningkat di sisa tahun masih besar. Peningkatan kinerja juga terjadi pada PPN yang ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang cukup tinggi, sementara kenaikan cukai terjadi sejalan dengan kebijakan kenaikan tarif cukai. Kinerja belanja negara relatif stabil bersumber dari pembayaran subsidi dan bantuan sosial. Realisasi belanja negara sampai dengan November 2012 diprakirakan meningkat dari realisasi periode yang sama tahun sebelumnya. Besarnya pembayaran subsidi terkait dengan tidak adanya kebijakan kenaikan administered price pada tahun 2012, lebih tingginya harga minyak, serta pelampauan kuota volume konsumsi BBM sebesar 40 juta kiloliter. Namun, di sisi lain terdapat perkembangan positif dari belanja negara yaitu penyaluran bantuan sosial yang membaik, realisasi belanja modal yang lebih cepat, dan belanja barang yang lebih efisien. Penyerapan belanja barang mengalami penurunan yang diprakirakan antara lain akibat program penghematan dan efisiensi belanja operasional. Di sisi pembiayaan, realisasi pembiayaan defisit sampai dengan November 2012 diprakirakan lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya. Hal tersebut sejalan dengan pembiayaan melalui penerbitan SBN akibat perkembangan imbal hasil SBN yang menurun. Dari sisi efektivitas pembiayaan, operasi keuangan pemerintah menunjukkan perbaikan dimana kelebihan pembiayaan atau dana pinjaman yang belum digunakan lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Penawaran Agregat Kinerja sisi penawaran pada triwulan IV 2012 diprakirakan masih baik didukung oleh aktivitas domestik yang masih kuat (Tabel 3.2). Sumber pertumbuhan
20
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini %Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
Tabel 3.2 Pertumbuhan Ekonomi – Sisi Penawaran Sektor
2011 IV
2011
2012 I
II
IV*
III
2012*
I
II
III
Pertanian
3,7
3,6
2,6
1,9
3,0
4,3
3,6
4,8
3,1
4,0
Pertambangan & Penggalian
4,4
1,0
0,6
-0,3
1,4
2,8
2,9
-0,1
-0,6
1,2
Industri Pengolahan
5,0
6,2
6,9
6,7
6,2
5,7
5,5
6,4
6,4
6,0
Listrik, Gas & Air Bersih
4,3
3,9
5,2
5,8
4,8
5,2
5,9
5,6
5,2
5,5
Bangunan
5,2
7,5
6,3
7,8
6,7
7,2
7,1
8,0
8,2
7,6
Perdagangan, Hotel & Restoran
7,9
9,3
9,2
10,2
9,2
8,3
8,9
6,9
6,9
7,7
Pengangkutan & Komunikasi
13,4
10,9
9,5
9,2
10,7
10,3
10,1
10,5
10,7
10,4
Keuangan, Persewaan & Jasa
7,0
6,7
6,9
6,7
6,8
6,3
7,0
7,4
7,5
7,1
Jasa-jasa
7,0
5,7
7,8
6,5
6,7
5,5
5,7
4,4
5,6
5,3
PDB
6,4
6,5
6,5
6,5
6,5
6,3
6,4
6,2
6,2
6,3
Sumber :BPS * Proyeksi Bank Indonesia
sisi penawaran diprakirakan masih berasal dari sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor industri pengolahan dan PHR diprakirakan masih tumbuh kuat didukung oleh masih kuatnya permintaan domestik dan potensi pemulihan kinerja ekspor. Sementara itu, kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tumbuh meningkat didorong oleh kinerja angkutan udara dan komunikasi data yang masih baik. Sektor bangunan diprakirakan tumbuh meningkat sejalan dengan aktivitas investasi yang masih tinggi dan pemenuhan belanja modal pemerintah pada akhir tahun. Di sisi lain, sektor pertambangan dan penggalian diprakirakan akan terkontraksi akibat masih lemahnya ekspor batubara dan menurunnya produksi minyak. Sektor pertanian juga diprakirakan akan tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya namun masih tetap tinggi didukung oleh subsektor tanaman bahan makanan (tabama). Sektor pertanian pada triwulan IV 2012 diprakirakan tumbuh melambat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perlambatan tersebut disebabkan mundurnya musim tanam di beberapa daerah ke triwulan laporan sehingga berdampak pada lebih sedikitnya panen yang dihasilkan pada triwulan laporan. Selain itu, curah hujan yang cenderung di bawah normal juga berdampak pada kinerja subsektor tanaman bahan makanan (tabama). Subsektor perkebunan utamanya produksi kelapa sawit tumbuh melambat pada awal triwulan IV 2012. Ke depan, kinerja subsektor perkebunan diprakirakan membaik didukung oleh kondisi cuaca yang kondusif. Subsektor perikanan juga diprakirakan masih akan tumbuh baik. Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) II 2012 BPS, produksi pada triwulan IV 2012 melambat cukup dalam akibat mundurnya musim tanam sebagai imbas dari terlambat datangnya musim hujan. Namun, produksi padi untuk keseluruhan tahun 2012 diprakirakan tumbuh sebesar 4,87% (yoy), meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar -1,07% (yoy). Kenaikan produksi padi tersebut diperkirakan terjadi karena peningkatan luas panen seluas 268,01 ribu hektar (2,03%) dan produktivitas sebesar 1,39 kuintal/hektar (2,79%).
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
21
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
Sektor pertambangan pada triwulan IV 2012 diprakirakan kembali mencatat kontraksi terkait penurunan kinerja subsektor migas dan melambatnya kinerja subsektor nonmigas. Penurunan pertambangan subsektor migas terkait dengan penurunan produksi alamiah disamping adanya gangguan produksi. Beroperasinya beberapa Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) migas baru pada triwulan sebelumnya belum dapat menahan laju penurunan produksi migas. Sementara itu, kinerja pertambangan nonmigas juga melambat yang terindikasi dari tajamnya penurunan ekspor pertambangan khususnya batubara. Sektor industri pengolahan pada triwulan IV 2012 diprakirakan tumbuh stabil pada level yang tinggi. Tingginya pertumbuhan sektor industri pengolahan ditopang oleh permintaan domestik yang kuat dan diiringi oleh pemulihan ekspor manufaktur. Aktivitas manufaktur yang membaik terindikasi dari Purchasing Manager Index (PMI) yang masih menunjukkan ekspansi hingga Oktober 2012. Peningkatan tersebut didorong oleh pesanan baru domestik dan eksternal yang meningkat. Kinerja subsektor alat angkut diperkirakan masih tetap tinggi yang terlihat dari pertumbuhan penjualan mobil dan sepeda motor yang stabil. Kinerja subsektor makanan dan minuman menunjukkan peningkatan yang terindikasi dari meningkatnya produksi Crude Palm Oil (CPO). Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) pada triwulan IV 2012 diprakirakan tumbuh relatif stabil dan pada level yang tinggi didukung oleh aktivitas ekonomi domestik yang masih baik. Hal tersebut tercermin dari indeks penjualan riil hingga Oktober 2012 yang masih tumbuh tinggi. Perkiraan masih baiknya pertumbuhan sektor PHR juga sejalan dengan hasil SKDU. Kinerja subsektor hotel kembali menunjukkan peningkatan pada Oktober 2012 sejalan dengan masih naiknya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Sektor bangunan pada triwulan IV 2012 diprakirakan tumbuh meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Meningkatnya kinerja sektor bangunan sejalan dengan masih tingginya aktivitas konstruksi dan investasi. Kinerja sektor bangunan yang masih baik sejalan dengan prospek membaiknya kinerja konstruksi dan investasi. Penjualan semen dan alat berat pada Oktober 2012 sedikit melambat, namun impor bahan bangunan terutama semen mengalami peningkatan. Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV 2012 diprakirakan mengalami peningkatan. Hal tersebut ditopang oleh kinerja subsektor angkutan udara dan kereta api yang tumbuh meningkat pada awal triwulan IV 2012. Selain itu, faktor masuknya musim liburan sekolah dan tahun baru 2013 berdampak positif pada kinerja subsektor pengangkutan. Kinerja subsektor komunikasi terindikasi masih baik, terutama berasal dari penggunaan internet dan komunikasi data. Di samping itu, kinerja subsektor komunikasi juga didukung oleh meningkatnya penjualan telepon seluler dan komputer tablet pada triwulan III 2012 yang masing-masing tumbuh sebesar 14% (yoy) dan 248% (yoy) (data International Data Corporation / IDC Indonesia dan Growth for Knowledge / GfK).
22
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
���
Perekonomian Daerah
������
���
Perekonomian daerah pada triwulan IV 2012 diprakirakan
���
masih cukup kuat sejalan dengan prakiraan pertumbuhan
���
nasional. Pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur
���
Indonesia (KTI) diperkirakan mengalami peningkatan,
���
sehingga kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi
����� �����
��������
����
��������
����������
���������
����������
������������ �������
�����������
meskipun melambat, Selain itu, pertumbuhan ekonomi di
����������
menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional,
����� �����������
nasional meningkat. Di sisi lain, perekonomian Jawa masih
����� ����������
�����
���
Kalimantan juga terindikasi melambat pada triwulan IV 2012. Untuk keseluruhan tahun 2012, prospek pertumbuhan ekonomi
Grafik 3.11
Jawa yang relatif stabil dan Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang
Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Berdasarkan Wilayah
lebih tinggi dapat menopang perekonomian nasional untuk tumbuh di kisaran 6,3%. Di sisi inflasi, realisasi inflasi pada
November 2012 terutama dipengaruhi oleh deflasi yang terjadi di Sumatera dan cukup rendahnya inflasi yang terjadi di Jawa dan Jakarta (Grafik 3.11). Berbeda dengan tiga kawasan lainnya, tekanan inflasi di KTI justru kembali mencatat peningkatan. Koreksi harga yang terjadi pada kelompok bahan makanan dan sandang yang cukup besar terjadi di Sumatera sehingga menyebabkan kawasan ini secara keseluruhan mengalami deflasi. Sementara itu, tekanan inflasi di Jawa dan Jakarta masih relatif terkendali pada level yang cukup rendah. Inflasi di dua kawasan ini terutama bersumber dari kenaikan biaya transportasi, khususnya angkutan udara, dan beberapa komoditas kelompok makanan jadi. Tekanan inflasi di KTI justru dipicu oleh kenaikan harga kelompok komoditas bahan makanan, terutama sayur-sayuran, buah-buahan, dan aneka bumbu. Kenaikan inflasi bahan makanan paling tinggi di kawasan ini terutama terjadi di Kalimantan.
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI) Kinerja NPI pada triwulan IV 2012 diprakirakan membaik dan mencatat surplus yang lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Membaiknya kinerja NPI didorong oleh prakiraan pencapaian surplus neraca transaksi modal dan finansial yang lebih tinggi dan defisit transaksi berjalan yang menurun. Transaksi berjalan diprakirakan masih mengalami defisit akibat penurunan kinerja ekspor nonmigas karena koreksi harga komoditas ekspor nonmigas yang lebih tajam di tengah masih tingginya impor untuk mendukung kuatnya permintaan domestik. Selain itu, tekanan defisit transaksi berjalan juga berasal dari penurunan neraca perdagangan migas akibat lebih tingginya impor minyak seiring dengan turunnya produksi minyak. Di sisi lain, transaksi modal dan finansial diprakirakan mengalami peningkatan surplus sejalan dengan derasnya aliran masuk modal asing terutama pada investasi portofolio. Aliran masuk berupa investasi langsung (FDI) diprakirakan tetap kuat. Dengan kondisi tersebut, cadangan devisa pada akhir November 2012 mencapai 111,3 miliar dolar AS atau setara dengan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri (ULN) pemerintah.
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
23
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
Rasio defisit transaksi berjalan (TB) terhadap pertumbuhan
������
ekonomi (PDB) diprakirakan lebih rendah dibandingkan
�� ��
������������
��
����������������
dengan triwulan sebelumnya. Defisit pada TB disebabkan
��
������������
oleh relatif rendahnya kinerja ekspor sementara impor masih
��
tetap tinggi. Rendahnya kinerja ekspor disebabkan oleh lemahnya
��
permintaan global dan penurunan harga komoditas global. Di
�
sisi lain, berlanjutnya ekspansi ekonomi domestik disertai dengan
��� ���
�����
tingginya kinerja konsumsi dan investasi mendorong impor masih
���
tetap tinggi. Data terbaru menunjukkan ekspor pada Oktober
��� ������
������
������
������
������
������
������
������
2012 turun menjadi sebesar 10,6% (yoy), terutama dipicu oleh penurunan ekspor nonmigas (Grafik 3.12). Pada periode yang
Grafik 3.12
sama, impor masih tumbuh sebesar 9,8% (yoy) terjadi baik pada
Pergerakan Ekspor Indonesia
impor nonmigas maupun migas. Sejalan dengan masih tingginya impor dan berlanjutnya aliran masuk dana asing selama tahun 2012, defisit neraca jasa dan neraca pendapatan masih tinggi.
�����
�������������
Transaksi modal dan finansial pada triwulan IV 2012
������������������������������������
����� �����
����������������������������������������
diprakirakan mencatat surplus yang lebih tinggi
�������������������������
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kondisi
����� �����
perekonomian domestik yang masih kondusif di tengah kondisi
�����
pasar keuangan global yang penuh ketidakpastian mendorong
������
berlanjutnya aliran masuk dana asing, baik dalam bentuk
�����
portofolio maupun investasi langsung (Foreign Direct Investment/
����� �
FDI) (Grafik 3.13). Selain itu, kondusifnya perekonomian domestik �
��
��� ����
��
�
��
��� ����
��
�
��
��� ����
��
�
�� ��� �����
Grafik 3.13 Investasi Langsung (FDI)
��
�
�� ����
���
tersebut juga meningkatkan kepercayaan investor global/lembaga internasional untuk memberikan pinjaman kepada Pemerintah maupun institusi swasta. Aliran masuk dana asing pada triwulan laporan diprakirakan masih tetap tinggi dengan dominasi terutama dalam bentuk investasi langsung dan investasi lainnya
(Other Investment/OI). Sementara itu, aliran masuk dana asing dalam bentuk portofolio diprakirakan juga masih akan berlanjut pada triwulan IV 2012. Untuk keseluruhan tahun 2012, kinerja NPI diprakirakan masih mencatat surplus meski lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sepanjang tahun 2012, transaksi berjalan mencatat defisit akibat penurunan kinerja ekspor di tengah impor yang masih tinggi dan disertai dengan defisit neraca jasa dan pendapatan yang tinggi. Melemahnya ekspor merupakan dampak dari penurunan permintaan negara mitra dagang utama dan tren penurunan harga komoditas internasional. Selain itu, melemahnya ekspor juga disebabkan oleh kinerja neraca migas yang memburuk dipicu oleh kenaikan impor minyak dan penurunan ekspor Liquefied Natural Gas (LNG). Di sisi lain, transaksi modal dan finansial pada tahun 2012 mencatat surplus yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Masih baiknya kinerja ekonomi domestik dan imbal hasil investasi rupiah, serta kebijakan stimulus ekonomi yang dilakukan oleh beberapa negara mendorong tingginya aliran masuk modal asing
24
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
selama tahun 2012. Selain itu, investasi langsung juga masih
�������
���� ����
����
cukup kuat seiring dengan fundamental dan prospek ekonomi
����
����
����
���� ����
���� ���� ���� ����
����
���� ����
NILAI TUKAR RUPIAH
���� ����
����
�����������
���� ����
���� ����
Indonesia yang cukup baik.
����
Selama tahun 2012, nilai tukar rupiah mengalami tekanan
�����������������
depresiasi namun dengan volatilitas yang tetap terjaga.
���� ����
Secara rata-rata, rupiah terdepresiasi sebesar 6,09% dari Rp8.768
����
������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ����� ����� ����� ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ����� ����� ����� ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������
����
per dolar AS pada tahun 2011 menjadi Rp9.336 per dolar AS pada tahun 2012.1 Sementara itu, secara point-to-point, rupiah
Grafik 3.14
melemah sebesar 5,48% dan ditutup pada level Rp9.594 per
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
dolar AS (akhir November 2012) dengan volatilitas yang terjaga rendah, bahkan jika dibandingkan dengan kawasan (Grafik 3.14 dan 3.15) Beberapa faktor utama yang menjadi sumber tekanan
� ��
pergerakan rupiah berasal baik dari eksternal maupun
�����
��
domestik. Dari sisi eksternal, pelemahan nilai tukar dipengaruhi
����
oleh melambatnya aktivitas perekonomian global akibat masih
�
tingginya ketidakpastian penyelesaian krisis utang dan fiskal di
����
�
�
Eropa, belum solidnya pemulihan ekonomi AS, melemahnya
����
���� �
perekonomian China serta menurunnya harga komoditas sebagai
���� ����
basis ekspor. Sementara itu, dari sisi domestik, depresiasi nilai tukar dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan ekspor
� ���
���
���
���
���
���
���
di tengah masih tingginya permintaan akan komoditas impor Grafik 3.15
yang menyebabkan ketidakseimbangan di pasar valuta asing
Volatilitas Nilai Tukar Kawasan
domestik dan defisit neraca transaksi berjalan serta meningkatnya ekspektasi depresiasi rupiah. Namun, terus berlanjutnya aliran dana dari luar negeri ke pasar keuangan domestik yang didorong oleh persepsi positif investor terhadap fundamental
��� ��� ���
� ���������������
���������������
���
����������� ������������������������
���
perekonomian Indonesia dan perolehan status Investment Grade
���
mampu menahan pelemahan nilai tukar rupiah lebih lanjut.
���
���
���
���
Melambatnya pertumbuhan ekspor di tengah laju impor yang tetap tinggi guna mendukung peningkatan aktivitas
���
���
���
���
ekonomi domestik, memberikan tekanan pada nilai tukar
���
rupiah. Perlambatan pertumbuhan ekspor selama tahun 2012
���
disebabkan oleh melemahnya permintaan dari negara mitra
���
dagang di tengah tingginya ketidakpastian global serta koreksi
��� ��� ��� ��� ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������������������
������ ������ ������ ������ ������
harga komoditas. Di sisi impor, permintaan domestik yang masih
Grafik 3.16
kuat pada akhirnya menyebabkan Indonesia mengalami defisit
Indeks Risiko Global (VIX dan MSCI World)
transaksi berjalan dan memberikan tekanan pada pergerakan nilai tukar rupiah.
1
Data per 30 November 2012
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
25
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
Faktor risiko domestik mengalami peningkatan hingga �
�
�
���������
���������
���������
����������
triwulan II 2012 kemudian mengalami konsolidasi pada paruh kedua 2012 seiring dengan mulai membaiknya faktor risiko global. Hal itu sebagaimana tercermin dari meningkatnya
�
CDS dan yield spread Indonesia hingga paruh pertama 2012 yang
�
kemudian bergerak turun menjelang akhir tahun (Grafik 3.16).
�
Selain itu, premi swap juga tercatat masih berada di level tinggi
�
hingga akhir tahun (Grafik 3.17).
�
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ����
�������������������������
����
Imbal hasil berinvestasi di aset keuangan rupiah yang masih relatif lebih kompetitif dibandingkan peer menjadi daya tarik bagi investor. Indikator imbal hasil sebagaimana
Grafik 3.17
tercermin dari selisih suku bunga dalam negeri dan luar negeri
CDS Negara-negara Eropa
(UIP – Uncovered Interest Parity) masih relatif lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan regional (Grafik 3.18). Posisi imbal hasil Indonesia juga semakin kompetitif seiring dengan kebijakan bank sentral lain yang menurunkan
����
�
suku bunga kebijakannya. Hingga November 2012, Filipina telah
����
melakukan pemotongan suku bunga kebijakan sebesar 25 bps
����
sebanyak 4 kali, Korea Selatan sebanyak 2 kali dan Thailand 1
����
kali. Bahkan jika memperhitungkan premi risiko (CIP – Covered
���� ���� ����
Interest Parity), daya tarik investasi dalam rupiah pun tetap lebih
����
tinggi dibandingkan Korea, Malaysia dan Filipina (Grafik 3.19).
���� �����
���������
�����
���������
�����
��������
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
����
����
����
Fundamental perekonomian domestik yang terjaga dan perolehan peringkat investasi menjadi faktor yang menjaga persepsi investor terhadap perekonomian Indonesia
Grafik 3.18
selama tahun 2012. Setelah Fitch Ratings pada Desember 2011
Uncovered Interest Parity (UIP)
menaikkan peringkat investasi Indonesia, pada Januari dan Oktober 2012 peringkat investasi kembali diraih Indonesia dari Moody’s Investor Service dan Rating and Investment Information, Inc (R&I). Di samping itu, afirmasi peringkat layak investasi (investment grade)
����
juga diperoleh dari Fitch Ratings dan Japan Credit Rating Agency,
�
Ltd. (JCR) pada November 2012. Perolehan peringkat investasi
����
tersebut memberikan optimisme bagi investor atas prospek
����
perekonomian Indonesia dan menjadi penopang terus berlanjutnya
���� ����
aliran dana asing ke pasar keuangan domestik, terutama obligasi
����
pemerintah. Di sisi fundamental, terjaganya kinerja perekonomian
����
domestik dengan potensi kuatnya permintaan dari dalam negeri
����� �����
���������
��������
�����
��������
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ����
Grafik 3.19 Covered Interest Parity (CIP)
26
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
menjadi penopang keyakinan investor terhadap perekonomian Indonesia. Hal itu didukung pula oleh sustainabilitas fiskal yang terjaga, cadangan devisa yang cukup kokoh dalam berjaga-jaga menghadapi tekanan eksternal serta kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan tingkat fundamentalnya.
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
INFLASI Tekanan inflasi IHK tetap terkendali. Sampai dengan
������ ��
��� ������������
November 2012, inflasi IHK tercatat sebesar 3,73% (ytd) atau
��������������������������� ����������������������
secara tahunan sebesar 4,31% (yoy) (Grafik 3.20). Secara
��
bulanan, inflasi di November 2012 tercatat rendah hanya sebesar
� �
����
0,07% (mtm). Hal tersebut terutama didorong oleh terkoreksinya
���� ���� ����
harga beberapa komoditas pangan, terjaganya pasokan serta
�� ����
berbagai langkah kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia dan Pemerintah untuk menjaga stabilitas harga.
�������������������������� �������������������������� �������������������������� �������������������������� �������������������������� ����������������������� ����
����
����
����
����
Secara fundamental, stabilitas inflasi inti tetap terjaga
����
pada level yang rendah. Hal itu didukung oleh kemampuan
Grafik 3.20
sisi penawaran yang dapat merespons permintaan dengan
Perkembangan Inflasi
baik, volatilitas nilai tukar yang terkendali serta ekspektasi inflasi yang membaik. Kondisi tersebut didukung oleh berbagai kebijakan yang ditempuh Pemerintah dan Bank Indonesia dalam memperkuat kapasitas perekonomian dan mengarahkan nilai tukar sesuai fundamentalnya. Hal tersebut juga disertai dengan komunikasi kebijakan yang semakin efektif. Di sisi lain, inflasi volatile food dan administered price tercatat rendah. Peningkatan produksi pangan terutama beras serta minimalnya gangguan distribusi menyebabkan deflasi pada kelompok volatile food. Selain itu, deflasi juga didorong oleh penurunan harga CPO global yang menyebabkan turunnya harga minyak goreng serta penurunan harga cabe dan daging ayam sejalan dengan pasokan yang mencukupi di akhir tahun. Sementara itu, inflasi administered price cenderung stabil pada level yang rendah seiring dengan tidak adanya kebijakan Pemerintah di bidang harga barang dan jasa yang bersifat strategis.
DISAGREGASI INFLASI ��
������
������ ����������
� � � � �
� � �
��������� � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����������������������������������� ���� �������������
����������������������������� �����������������������������������
Grafik 3.21
Inflasi Inti, Nilai Tukar dan Harga Komoditas
Inflasi inti tetap terjaga pada level yang rendah dan stabil
���
sepanjang tahun 2012. Sampai dengan November 2012,
��
inflasi inti tercatat sebesar 4,11% (ytd) atau secara tahunan
��
sebesar 4,40% (yoy) (Grafik 3.21). Berbagai faktor baik dari
��
eksternal maupun internal memengaruhi pergerakan inflasi inti.
��
�
�
���
�
Dari sisi eksternal, pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat
���
menyebabkan tekanan harga komoditas global menurun. Di
���
samping itu, kebijakan Bank Indonesia untuk menjaga kestabilan
���
nilai tukar rupiah sebagaimana tercermin pada tingkat volatilitas nilai tukar yang rendah turut mendukung stabilnya inflasi inti. Sementara itu, di sisi domestik, terkendalinya inflasi inti didukung oleh kemampuan sisi penawaran yang memadai dalam merespons permintaan domestik yang tetap kuat serta ekspektasi inflasi yang
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
27
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
membaik. Peningkatan permintaan konsumen mampu direspons �
������
��� ����������������������������������������������� ����������������������������������������������������� ��
���
oleh produsen dengan memanfaatkan kapasitas produksi yang
���
masih cukup besar, seiring dengan tingginya pertumbuhan
���
investasi dalam beberapa tahun terakhir (Grafik 3.22).
���
��
��
Ekspektasi inflasi semakin membaik sebagaimana
���
��
���� ��������������� ����������� ���� ����������� ���� ��������������� ����������� ���� ����������� ���� ����������� ���� �������������� ��� � ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
��
ditunjukkan oleh berbagai hasil survei (Grafik 3.23 dan
��
3.24). Meskipun pada paruh pertama tahun 2012 ekspektasi
��
inflasi sempat mengalami peningkatan yang dipengaruhi oleh
��
perkiraan perubahan kebijakan bahan bakar bersubsidi oleh Pemerintah, namun pada paruh kedua tahun 2012 ekspektasi inflasi kembali menunjukkan penurunan sejalan dengan pilihan
Grafik 3.22
keputusan pemerintah untuk tidak menaikkan harga jual BBM
Kapasitas dan Indeks Produksi
bersubsidi. Inflasi kelompok volatile food berada pada level yang
���
���
������
cukup rendah. Sampai dengan November 2012 inflasi volatile
������ �� �������������������������������� ������������������������������������������ ������������������������������������������ ��������������������������������������������������
food tercatat sebesar 5,78% (yoy) atau 3,79% (ytd). Rendahnya inflasi volatile food sepanjang tahun 2012 didukung oleh
��
produksi pangan domestik yang meningkat dan distribusi yang relatif lancar. Produksi pangan pokok meningkat didukung
���
oleh bertambahnya luas lahan tanam dan peningkatan
� ���
produktivitas. Berdasarkan perkiraan Biro Pusat Statistik (BPS), produksi gabah kering giling tahun 2012 diperkirakan tumbuh
���
� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � �� ���� ���� ���� ����
�
4,87%, jauh meningkat dibandingkan dengan tahun lalu yang turun 1%. Faktor yang memengaruhi peningkatan produksi
Grafik 3.23
tersebut adalah naiknya luas lahan tanam sebesar 2,03%
Ekspektasi Harga Pedagang Eceran
dan peningkatan produktivitas sebesar 2,79%.2 Terjaganya kesinambungan pasokan tersebut mendorong terkendalinya harga beras bahkan pada masa paceklik. Selain pada komoditas
������ ���
���
������
�������������������������������� ������������������������������������������ ������������������������������������������ ��������������������������������������������������
��
komoditas bumbu. Produksi cabai naik cukup tinggi sehingga mendorong terjadinya koreksi harga yang cukup signifikan ��
���
�
barang dan jasa yang bersifat strategis menyebabkan tekanan harga pada kelompok administered price minimal. Sampai dengan
���
� � � � � � � � � ���� �� � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � �� ���� � � � � � � � � � ���� ���� ���� ����
�
(yoy) atau 2,56% (ytd). Kebijakan yang diambil Pemerintah pada tarif kereta api, tarif tol dan tarif parkir juga hanya memberikan
Ekspektasi Harga Konsumen
dampak yang minimal terhadap inflasi IHK.
2
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
November 2012 inflasi administered price tercatat sebesar 2,70% tahun ini yaitu penyesuaian harga terkait transportasi seperti
Grafik 3.24
28
selama beberapa bulan. Sementara itu, tidak adanya kebijakan Pemerintah di bidang harga
���
���
pangan pokok, peningkatan produksi juga terjadi pada
Angka Ramalan II BPS
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
PERKEMBANGAN PASAR KEUANGAN Suku Bunga Selama tahun 2012, suku bunga di Pasar Uang Antar Bank (PUAB) cenderung bergerak di batas bawah koridor. Cenderung rendahnya suku bunga PUAB O/N selama tahun 2012 terutama dipengaruhi oleh penurunan suku bunga BI Rate sebesar 25 bps (Februari 2012) dan perubahan suku bunga Deposit Facility O/N pada Januari dan Agustus 2012. Pada November 2012, rata-rata suku bunga PUAB O/N tercatat menurun sebesar 41 bps menjadi sebesar 4,14% dibandingkan dengan akhir tahun 2011 sebesar 4,55%. Sementara itu, suku bunga PUAB dengan tenor yang lebih panjang turut bergerak searah dengan suku bunga PUAB O/N. Dari sisi risiko, persepsi risiko di PUAB tetap terjaga. Persepsi risiko yang terjaga tercermin pada selisih antara suku bunga tertinggi dan terendah PUAB O/N pada November 2012 yang tercatat kecil yakni secara rata-rata sebesar 8 bps. Sementara itu, volume transaksi di PUAB selama tahun 2012 mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Rata-rata bulanan volume transaksi PUAB pada tahun 2012 tercatat sebesar Rp9,7 triliun, lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata bulanan tahun 2011 sebesar Rp11 triliun. Selama tahun 2012, suku bunga perbankan cenderung mengalami penurunan. Baik suku bunga kredit maupun suku bunga deposito cenderung bergerak menurun sepanjang tahun 2012 diantaranya dipengaruhi oleh beberapa kebijakan Bank Indonesia seperti penurunan suku bunga BI Rate sebesar 25 bps pada Februari 2012, penurunan suku bunga Deposit Facility (koridor bawah) sebesar 50 bps pada Januari 2012 serta pemberlakuan aturan SBDK (Suku Bunga Dasar Kredit)3 pada perbankan sejak tahun 2011. Sejak awal tahun sampai dengan Oktober 2012, rata-rata suku bunga deposito telah turun sebesar 86 bps menjadi 5,49%, sedangkan rata-rata suku bunga kredit turun sebesar 59 bps menjadi 12,2%. Penurunan suku bunga deposito yang lebih besar dibandingkan dengan penurunan suku bunga kredit menyebabkan selisih antara suku bunga kredit dan suku bunga simpanan lebih besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Grafik 3.25). Hal itu mengonfirmasi masih adanya ruang yang cukup bagi penurunan suku bunga kredit yang lebih besar di masa yang akan datang sejalan dengan perbaikan efisiensi operasional perbankan dan efisiensi penyaluran dana perbankan. Penurunan suku bunga kredit selama tahun 2012 terjadi di seluruh jenis suku bunga. Sampai dengan Oktober 2012, suku bunga kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi masing-masing mengalami penurunan sebesar 43 bps, 75 bps dan 60 bps dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya menjadi 11,7%, 11,3%, dan 13,6% (Tabel 3.3 dan Grafik 3.26). Sementara itu, berdasarkan kelompok banknya, penurunan rata-rata suku bunga kredit terbesar terjadi pada kelompok bank asing dan campuran yakni sebesar 188 bps. Penurunan tersebut terutama terjadi pada jenis suku bunga kredit investasi yang turun mencapai 529 bps. Posisi berikutnya ditempati oleh kelompok bank 3
Aturan SBDK mewajibkan perbankan untuk mengumumkan / mempublikasikan suku bunga dasar kredit kepada nasabah yang berlaku sejak 31 Maret 2011
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
29
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
Tabel 3.3 Perkembangan Berbagai Suku Bunga Trw IV-2011
Suku Bunga (%)
Trw I-2012
Trw II-2012
Trw III-2012
Trw IV-2012
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
BI Rate
6,50
6,00
6,00
6,00
5,75
5,75
5,75
5,75
5,75
5,75
5,75
5,75
5,75
Okt
5,75
Nov
Penjaminan Deposito
7,00
6,75
6,75
6,50
6,00
5,50
5,50
5,50
5,50
5,50
5,50
5,50
5,50
5,50
Dep 1 bulan (Rata-rata Tertimbang)
6,75
6,56
6,35
6,26
5,97
5,66
5,42
5,35
5,39
5,39
5,42
5,40
5,49
n.a
Kredit Modal Kerja (KMK)
12,36
12,31 12,16
12,09
12,11
12,01
11,86
11,78 11,79
11,78
11,73
11,70 11,68
n.a
Kredit Investasi (KI)
12,02
11,97 12,04
11,73
11,69
11,62
11,56
11,51 11,46
11,42
11,35
11,36 11,29
n.a
Kredit Konsumsi (KK)
14,02
14,18 14,15
14,19
14,15
14,13
14,10
14,03 13,90
13,92
13,69
13,67 13,60
n.a
persero dan kelompok bank swasta dengan penurunan rata-rata suku bunga kredit mencapai 63 bps dan 49 bps. Meskipun kelompok bank asing dan campuran tercatat sebagai kelompok yang berhasil menurunkan suku bunga kredit �
terbesar, namun level suku bunga kreditnya masih tercatat sebagai
� �
yang tertinggi di antara kelompok lainnya. Rata-rata suku bunga kredit per kelompok bank masing-masing ialah 16,23% untuk
�� �
��
kelompok bank asing dan campuran, 12,36% untuk kelompok bank swasta, dan 11,26% untuk kelompok bank persero.
�
����������������� ������������������������������ ��������������������������������
�
�
��������������
Dana, Kredit, dan Uang Beredar �
� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ������������������
���������������
�������
������������
�����������������
Dana pihak ketiga (DPK) tumbuh relatif stabil selama tahun 2012. Pertumbuhan DPK sampai dengan Oktober 2012 tercatat sebesar 18,7% (yoy), relatif stabil dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya sebesar 19,0% (yoy) (Grafik 3.27). Deposito dan tabungan masih merupakan penopang dari pertumbuhan DPK,
Grafik 3.25
sedangkan kontribusi giro mengalami penurunan (Grafik 3.28).
Suku Bunga Perbankan
Selama tahun 2012, pertumbuhan kredit tercatat sedikit melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, meskipun masih relatif tinggi. Pertumbuhan kredit sempat
�
�����
�����
menjadi sebesar 22,8% (yoy). Posisi kredit selama tahun 2012 mencapai Rp2.585 triliun atau meningkat sebesar Rp386,3 triliun
��
dari posisi pada akhir tahun 2011.
�� ������
�����
�����
Grafik 3.26 Suku Bunga Kredit per Jenis Penggunaan
30
sejalan dengan perkembangan ekonomi (PDB) yang juga sedikit pertumbuhan kredit (tidak termasuk kredit channeling) melambat
�����
����
�����
�����
�����
�����
��
Setelah itu, pertumbuhan kredit perlahan mengalami perlambatan melambat sejak triwulan III 2012. Sampai dengan Oktober 2012,
�����
�����
��
�����
mencapai puncaknya pada Mei 2012 sebesar 26,3% (yoy). �����
������
�����
��
������ ������
����
������ ������
�����
��
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Penyaluran kredit perbankan masih didominasi oleh kredit untuk tujuan produktif. Kontribusi kredit produktif yang terdiri dari kredit investasi (KI) dan kredit modal kerja (KMK) terhadap
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
total kredit tercatat mencapai 70%. Sampai dengan Oktober 2012,
������
������ ��
�������������� �������������������
��
��
������������������� �������������������
��
kredit investasi tercatat tumbuh tinggi mencapai 30,3% (yoy) meski masih lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya yang sebesar 33,2% (yoy). Kredit modal kerja
�� ��
�� ��
��
turut tumbuh cukup tinggi mencapai 22,0% (yoy) atau lebih tinggi dari tahun sebelumnya sebesar 21,4% (yoy). Sementara itu, kredit konsumsi tumbuh melambat dari tahun sebelumnya.
�� �
Kredit konsumsi tercatat tumbuh 18,9% (yoy) pada Oktober
� �
� ��� ��� ��� ��� ����
��� ��� ��� ��� ��� ��� ����
��� ��� ��� ��� ��� ����
���
2012 menurun cukup signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 24,1% (yoy) (Grafik 3.29).
���
Grafik 3.27
Dilihat berdasarkan jenis valutanya, selama tahun 2012
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)
pertumbuhan total kredit ditopang oleh pertumbuhan kredit rupiah, sedangkan sumbangan kredit dalam valuta asing (valas) menurun. Sampai dengan Oktober 2012, pertumbuhan kredit rupiah tercatat sebesar 23,5% (yoy) dengan level Rp2176 triliun, relatif stabil dibandingkan dengan akhir
��
��������������������������
�� ��
��
������������
�������������������
�������������������
�������������������
��
kredit valas justru melambat secara signifikan menjadi 19,0% (yoy) dengan level Rp410 triliun dibandingkan dengan akhir tahun
������������
��
��
� ��
� �
�
� �
� ��� ��� ���
tahun 2011 sebesar 23,15% (yoy). Sebaliknya, pertumbuhan
���
��� ��� ��� ��� ���
����
���
��� ��� ��� ��� ���
����
���
���
����
2011 yang mencapai 32,1% (yoy). Perlambatan akselerasi kredit valas tersebut antara lain disebabkan oleh menurunnya kegiatan ekspor impor terkait pelemahan ekonomi global. Secara sektoral, perlambatan kredit terutama terjadi pada sektor lainnya, sektor listrik air dan gas, sektor pertambangan, sektor jasa dunia usaha dan sektor jasa
Grafik 3.28
sosial. Sampai dengan Oktober 2012, perlambatan pertumbuhan
Kontribusi Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)
kredit terjadi pada sektor lainnya, sektor listrik air dan gas, sektor pertambangan, sektor jasa dunia usaha dan sektor jasa sosial (Grafik 3.30). Dengan pangsa penyaluran kredit pada sektor-sektor tersebut yang cukup signifikan total sebesar 50,4% dari total kredit, maka perlambatan pertumbuhan kredit
����� �� ��
������������
������������������
����������������
���������������
di sektor-sektor tersebut cukup berdampak pada perlambatan pertumbuhan kredit total.
����
��
���� ��
����
stabil. Pada November 2012, pertumbuhan uang primer sebesar 13,9% (yoy) menjadi Rp648 triliun. Perkembangan tersebut
��
sejalan dengan pertumbuhan GWM yang juga cenderung stabil,
� ������������ ���
Selama tahun 2012, pertumbuhan uang primer relatif
���
��� ��� ����
���
��� ��� ����
���
��� ��� ����
���
��� ��� ����
���
��� ��� ����
Grafik 3.29 Pertumbuhan Kredit per Jenis Penggunaan
sedangkan pertumbuhan uang kartal di luar bank (currency outside bank, COB) masih meningkat sesuai dengan pola historisnya. Pertumbuhan uang kartal di luar bank (currency outside bank, COB) meningkat menjadi 20,0% (yoy) menjadi Rp335 triliun, dibandingkan dengan akhir tahun 2011 sebesar 18,0% (yoy).
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
31
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
Sejak awal tahun sampai dengan November 2012, uang primer dan � �����
���������
����
�����������
�
masing-masing sebesar Rp35 triliun dan Rp25 triliun.
��
����
����������������
��
��
����
������������
��
��
����
��������������������
������������ ������������ ������������������
��
��
����
����������
�� �� ��
����
������������
�� ��
��
����
��
��
meningkat menjadi sebesar 18,4% (yoy) dengan level Rp3.168 triliun, dibandingkan dengan akhir tahun 2011 yang hanya sebesar 16,4% (yoy). Sementara itu, akselerasi pertumbuhan
��
����
���������
meningkat. Sampai dengan Oktober 2012, pertumbuhan M2 ��
����
�������������������
Likuiditas perekonomian selama tahun 2012 cenderung
��
��
����
�����������
uang kartal di luar bank (currency outside bank) telah bertambah
��
��
��
M1 sedikit menurun menjadi 17,9% (yoy) dengan level Rp782
��
triliun, dibandingkan dengan akhir tahun 2011 sebesar 19,4%
Grafik 3.30
(yoy) (Grafik 3.31). Dari perkembangan tersebut, pertumbuhan
Pertumbuhan Kredit per Sektor Ekonomi
M2 yang berada di atas pertumbuhan M1 menunjukkan adanya indikasi perlambatan aktivitas di sektor riil sejalan dengan perkembangan PDB yang sedikit melambat. Hal tersebut dikonfirmasi oleh tingginya sumbangan deposito dan tabungan
������
(uang kuasi) terhadap pertumbuhan M2, sedangkan pertumbuhan
�
��
�� ��
��
������������������
��
��
���� �� ����
�����
���� ��
giro rupiah justru melambat. Dari sisi faktor, pertumbuhan M2 ditopang oleh kembali naiknya sumbangan Net Foreign Asset (NFA) yang tercermin pada peningkatan DPK valas di tengah menurunnya sumbangan Net Domestic Asset (NDA).
�� � ��
Pasar Saham �
�
������������ �������������������������������� ���������������������������������������
�
���
���
���
���
���
���
���
� ���
����
���
���
���
���
���
���
����
���
���
���
Di tengah masih tingginya ketidakpastian perekonomian global, pasar saham domestik mampu membukukan pertumbuhan positif selama tahun 2012. Dukungan stabilitas
����
Grafik 3.31
makroekonomi dan pertumbuhan laba emiten menjadi penopang
Pertumbuhan Likuiditas Perekonomian
kinerja pasar saham domestik. IHSG bahkan kembali mencapai level tertingginya sebesar 4.375,17 pada 26 November 2012 dan menjadi bursa dengan kinerja paling baik di negara kawasan
����
setelah Philipina dan Thailand. Dalam perkembangannya, kinerja
������� ��
pasar saham sempat terkena dampak oleh gejolak pasar keuangan
��
global menyusul berlarutnya penyelesaian krisis Eropa. Hal tersebut
�����
�
mengakibatkan kinerja pasar saham domestik selama beberapa
�����
�
periode mengalami penurunan. Sampai dengan 30 November
�����
�
2012, IHSG ditutup pada level 4.276.14 atau tumbuh sebesar
�����
�
11,9% jika dibandingkan dengan tahun 2011 (Grafik 3.32).
�����
����
�����
�������
�����
�����
����� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
�
����
����
����
����
����
����
�
Dinamika yang terjadi selama tahun 2012 menunjukan
�
peningkatan daya tahan pasar saham domestik dalam menghadapi imbas dari ketidakpastian perekonomian
Grafik 3.32
global. Peningkatan daya tahan tersebut antara lain tercermin
IHSG dan BI Rate
dari market confidence yang relatif terjaga pada saat pasar saham mengalami tekanan. Indikasi dari market confidence yang relatif
32
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
terjaga dapat dilihat antara lain dari (i) volume perdagangan yang tidak mengalami perubahan drastis sehingga pembentukan harga terjadi secara normal, (ii) reaksi investor non residen dalam melakukan aksi jual (force sale) yang bersifat temporer dan diikuti dengan aksi pembelian kembali (buy back), (iii) kecepatan pemulihan harga saham yang lebih baik. Jika dilihat lebih jauh, relatif terjaganya market confidence tersebut dilandasi oleh kepercayaan pasar terhadap komitmen yang kuat dari Pemerintah dan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas makroekonomi serta prospek emiten yang cukup baik. Dukungan kedua faktor tersebut mendorong mekanisme stabilisasi oleh pelaku pasar berjalan dengan baik sehingga pemulihan kinerja pasar dapat segera terjadi. Secara bulanan, selama November 2012 IHSG mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Penurunan indeks dipicu oleh sentimen negatif dari eksternal yang bersumber dari (1) Kekhawatiran pasar mengenai fiscal cliff (jurang fiskal) dalam bentuk kenaikan pajak dan pengurangan anggaran Federal AS yang nilainya diatas US$600 miliar sehingga dikhawatirkan akan mengganggu pertumbuhan ekonomi AS dan global, (2) Kecemasan pasar terhadap pelemahan ekonomi Eropa dan perlambatan ekonomi global, (3) Peringkat utang Perancis yang turun menjadi Aa1 dari AAA oleh Moody’s, dan (4) Kekecewaan pasar terhadap kegagalan pencapaian kesepakatan para Menkeu Eropa terkait bailout Yunani. Struktur pertumbuhan sektoral dalam IHSG semakin baik. Pada tahun 2011, pertumbuhan IHSG lebih banyak ditopang oleh sektor keuangan dan konsumsi, sedangkan selama tahun 2012, kontribusi sektor keuangan mulai berkurang meski masih memiliki porsi terbesar. Sementara itu, peran sektor infrastruktur semakin meningkat. Searah dengan perkembangan tersebut, nilai kapitalisasi emiten juga mengalami peningkatan. Perubahan perilaku sektoral pada pasar saham domestik tersebut sejalan dengan meningkatnya peran investasi pada struktur perekonomian domestik. Hal tersebut diharapkan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, sehingga akan semakin memperkuat perkembangan pasar saham (IHSG). Selama tahun 2012, sebagian sektoral mengalami pertumbuhan dengan peningkatan tertinggi dialami oleh sektor properti yang mengalami penguatan sebesar 45,1%. Penguatan juga dialami oleh sektor perdagangan, infrastruktur dan konsumsi. Sementara sektor pertambangan dan pertanian mengalami penurunan masing-masing 26% dan 10,8% (Grafik 3.33). Pelemahan yang dialami oleh sektor pertambangan dipicu oleh penurunan harga komoditas di tengah melimpahnya pasokan batubara dan menurunnya permintaan China. Secara umum, penguatan indeks sektoral tersebut ditopang oleh fundamental ekonomi yang kondusif sebagaimana tercermin dalam inflasi yang terkendali, prospek pertumbuhan ekonomi serta stabilitas nilai tukar rupiah. Sementara itu, dari sisi mikro emiten, kinerja keuangan emiten domestik diperkirakan akan terus membaik. Dinamika pasar keuangan yang terjadi selama tahun 2012 memengaruhi perilaku jual beli investor asing. Pada saat kondisi pasar mengalami tekanan, khususnya pada periode Mei 2012 dan Juni 2012, investor asing cenderung mengurangi eksposur mereka di pasar saham domestik dengan membukukan jual neto sebesar Rp7,69 triliun dan Rp1,97 triliun.
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
33
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
Tekanan jual tersebut, pada akhirnya berdampak pada penurunan harga saham. Pada kondisi tersebut, investor asing kembali merespons
�������� �����
������
��������� �����������
�����
��������
�����
������������������
eksposur mereka di pasar saham sehingga secara keseluruhan selama tahun 2012 justru membukukan beli neto sebesar Rp15,76
�����
��������������
�����
triliun (Grafik 3.34). Perilaku tersebut dikenal dengan self market
�����
�������� ������������
dengan melakukan pembelian. Investor asing kembali menambah
stabilization dimana pelaku pasar melakukan mekanisme stabilisasi
�����������������
������
�������������
sendiri.Terjadinya mekanisme self market stabilization tersebut tidak
�����
����
����� ���� ���� ����
���� ��
���
��� ���
���
���
terlepas dari ekspektasi pelaku pasar terhadap prospek pertumbuhan ekonomi ke depan serta stabilitas makro.
Grafik 3.33 IHSG dan Perkembangan Sektoral
Pasar Surat Berharga Negara Sejalan dengan kinerja pasar saham domestik, pasar SBN juga membukukan kinerja positif di tengah tingginya ketidakpastian perekonomian global dan dinamika di
������ �������� ������������������������������� �����
�������� ��������
perekonomian domestik. Pada awal tahun 2012, para pelaku
����
��������
�����
di pasar SBN merespon positif penurunan BI Rate sebesar 25 bps.
�����
Dalam perkembangan selanjutnya, memburuknya risiko eksternal
�����
�������� ����
�������� �������� �������� ��������
� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� ���� ���� ���� ���� ����
pertengahan tahun 2012. Imbal hasil SBN naik menjadi sebesar 6,52 pada Mei 2012. Namun, seiring dengan langkah-langkah
�
lanjutan yang dilakukan oleh Pemerintah dan Bank Indonesia,
������
pergerakan imbal hasil SBN kembali menurun dan sampai dengan
�������
akhir tahun ditutup pada level 5,38 atau turun sebesar 65 bps
������ �
menyebabkan tekanan di pasar SBN mengalami peningkatan pada
dibandingkan dengan tahun 2011 (Grafik 3.35).
Grafik 3.34
Pergerakan imbal hasil SBN tahun 2012 cenderung turun
IHSG dan Beli/Jual Asing Neto
untuk keseluruhan tenor. Secara rata-rata penurunan imbal hasil SBN pada 2012 mencapai 59 bps dibandingkan dengan tahun 2011. Imbal hasil SBN untuk tenor pendek, menengah dan panjang masing-masing turun sebesar 40 bps, 60 bps dan 82 bps.
��
�������
Imbal hasil SBN 10 Tahun mengalami penurunan sebesar 65 bps
���������������
ke level 5,38% dibandingkan Desember 2011 sebesar 6,03%.
��
Dibandingkan dengan negara dikawasan, imbal hasil SBN masih
��
cukup menarik.
��
Dinamika yang terjadi selama semester pertama 2012 menyebabkan investor asing melakukan aksi wait and
�
see dan baru kembali membukukan beli neto yang cukup ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������
�
besar pada paruh kedua tahun 2012. Eskalasi risiko yang terjadi pada awal tahun 2012 mendorong investor asing menahan
Grafik 3.35
aksi pembelian atau penjualan di pasar SBN. Perilaku tersebut
Imbal Hasil SBN dan BI Rate
dilakukan para investor sebagai respons atas meningkatnya ketidakpastian dan risiko eksternal. Pemulihan harga di pasar
34
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
��
����������
� �������������������� ��������������������������
�� �
SBN yang ditandai dengan penurunan imbal hasil baru terjadi ����
pada paruh kedua tahun 2012 terutama ditopang oleh pembelian
����
SBN oleh investor asing. Selama tahun 2012, investor asing
����
mencatat beli neto sebesar Rp46,99 triliun dibandingkan tahun
����
2011 yang mengalami beli neto sebesar Rp27,11 triliun. Secara
����
bulanan, selama November 2012, investor nonresiden mencatat
��� ����
���
dengan fundamental ekonomi domestik yang membaik dengan
����
pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang stabil serta imbal hasil
���
��� ��� ��� ��� ��� ���
���� ��� ��� ��� ���
(Grafik 3.36). Aksi beli asing terjadi pada seluruh tenor seiring
��� ���
���
��� ��� ��� ��� ��� ���
net beli sebesar Rp19,52 triliun dibandingkan bulan sebelumnya
��� ��� ��� ���
���
����
����
yang cukup menarik dibandingkan negara di kawasan.
Grafik 3.36
Pergerakan imbal hasil SBN sepanjang tahun 2012
Imbal Hasil SBN dan Jual/Beli Neto Asing
menunjukkan adanya penguatan daya tahan dibandingkan dengan perilakunya pada tahun 2008 saat terjadinya krisis finansial global. Indikasi penguatan daya tahan tersebut antara lain tercermin dari kenaikan imbal hasil yang relatif terbatas saat terjadi gejolak nilai tukar dan kenaikan harga minyak (WTI). Daya tahan pasar SBN juga ditunjukkan oleh volume perdagangan dan selisih imbal hasil antar tenor yang relatif terjaga yang menjadi indikasi ekspektasi terkelola dengan baik.
Pasar Reksadana Kinerja reksadana sampai dengan Oktober 2012 menunjukkan penurunan dibandingkan dengan tahun 2011. Secara umum, kinerja reksadana yang tercermin dalam NAB turun
Tabel 3.4. Kinerja Reksadana (Pertumbuhan NAB per produk) Periode 2012
Jenis Reksadana
Saham Pasar Uang Mixed Fixed Income Terproteksi Indeks ETF-Saham ETF-Fixed Income Syariah-Mixed Syariah-Mixed Syariah-Fixed Income Syariah-Terproteksi Syariah-Indeks RDPT-Saham RDPT-Mixed RDPT-Fixed Income
Jan
Feb
58,04 10,19 20,69 31,69 42,16 0,24 0,03 0,56 0,92 1,71 0,68 0,55 0,00 0,17 0,82 0,14 168,60
59,35 11,07 21,43 33,44 41,44 0,25 0,06 0,60 0,97 1,83 0,69 0,54 0,00 0,17 13,52 8,99 194,34
Mar 58,46 11,92 21,33 33,32 40,64 0,29 0,05 0,60 1,02 1,79 0,69 0,48 0,00 1,06 16,13 9,24 197,01
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
58,64 12,67 21,97 33,62 41,31 0,33 0,05 1,13 1,14 1,88 0,73 0,48 0,00 0,17 13,90 8,99 196,99
58,23 12,03 21,01 31,40 41,50 0,30 0,05 1,10 1,10 1,80 0,74 0,19 0,00 0,17 13,23 8,52 191,36
62,15 11,15 21,31 31,67 42,06 0,31 0,06 1,13 1,17 1,89 0,66 0,18 0,00 1,11 4,32 0,31 179,49
63,36 12,23 21,70 32,97 42,18 0,32 0,08 1,12 1,17 2,10 0,67 0,18 0,00 0,17 0,79 0,28 179,32
59,82 12,95 20,58 32,79 42,17 0,30 0,07 1,10 1,96 1,50 0,71 0,18 0,00 0,17 0,69 0,00 175,00
Sep
Okt
62,57 11,71 21,24 32,32 41,80 0,34 0,07 1,15 2,12 1,72 0,73 0,18 0,00 0,17 0,69 0,25 177,05
62,44 12,26 20,89 32,50 41,81 0,44 0,08 1,18 2,17 1,97 0,72 0,18 0,00 0,17 1,09 0,28 178,16
Bulanan Tw - III
Ytd
-0,20% 0,67% 2,05% 4,63% 5,04% 24,63% -1,66% -0,34% 0,06% 0,56% 2,03% 12,33% 0,04% -0,62% -0,05% 30,41% 8,79% 82,86% 4,16% 11,38% 117,61% 2,61% 1,91% 121,89% 2,40% 81,69% 133,45% 14,66% -9,25% 18,75% -1,00% 10,74% 18,50% -1,77% -1,58% -69,06% 0,00% 0,00% 0,00% 0,65% -84,83% -83,72% 58,08% -84,07% -93,24% 8,47% -18,21% -97,05% 0,63% -1,36% -8,03%
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
35
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
sebesar 8,03% dibandingkan dengan Desember 2011, sedangkan secara bulanan NAB Oktober naik sebesar 0,63% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sampai dengan Oktober 2012, peningkatan NAB reksadana ditopang oleh produk reksadana pasar uang dan pendapatan tetap yang tumbuh sebesar 24,6%, 12,3% (ytd).
KONDISI PERBANKAN Stabilitas sistem keuangan dan fungsi intermediasi perbankan tetap terjaga dengan baik. Kinerja industri perbankan yang solid tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%. Sementara itu, pertumbuhan kredit hingga akhir Oktober 2012 mencapai 22,8% (yoy), sedikit melambat dari 22,9% (yoy) pada bulan sebelumnya. Perlambatan terutama pada kredit konsumsi yang tumbuh sebesar 18,9% (yoy), sementara kredit modal kerja tumbuh stabil sebesar 22,0% (yoy). Namun, kredit investasi tetap tumbuh tinggi sebesar 30,3% (yoy), dan diharapkan dapat meningkatkan kapasitas perekonomian nasional.
Tabel 3.5 Kondisi Umum Perbankan 2011
Suku Bunga (%)
Apr
Mei
Jun
Jul
(T Rp)
3.371,5
3.651,8
3.598,7
3.628,1
3.708,7
3.745,1
3.827,5
3.891,1
3.902,5
3.923,8
4.009,4
DPK
(T RP)
2.544,9
2.784,1
2.742,3
2.763,9
2.826,0
2.841,4
2.909,0
2.955,8
2.961,4
2.984,1
3.050,0
Kredit*
(T Rp)
2.079,3
2.199,1
2.160,2
2.203,0
2.266,2
2.317,2
2.386,1
2.452,9
2.470,1
2.510,6
2.555,9
LDR*
(%)
81,7
79,0
78,8
79,7
80,2
81,6
82,0
83,0
83,4
84,1
83,8
NPL Bruto*
(%)
2,7
2,2
2,4
2,3
2,3
2,3
2,3
2,2
2,2
2,2
2,1
NPL Neto*
(%)
0,6
0,4
0,5
1,0
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,7
0,6
CAR
(%)
16,7
16,1
18,4
18,5
18,3
18,0
17,9
17,5
17,3
17,2
17,3
NIM
(%)
0,5
0,5
0,5
0,4
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
ROA
(%)
3,1
3,0
3,7
3,4
3,1
3,0
3,0
3,2
3,1
3,0
3,1
Total Aset
Sep
2012
Des
Jan
* tanpa channeling
36
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Feb
Mar
Agt
Sep
Tabel Statistik
Tabel Statistik
Tabel 1 Suku Bunga Pasar Uang, Deposito Berjangka, dan Kredit (Persen per Tahun)
Periode
2007 Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV 2008 Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV 2009 Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV 2010 Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV 2011 Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV 2012 Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV*
Suku Bunga Pasar Uang Antarbank*
Tingkat Diskonto SBI
Suku Bunga Deposito Berjangka * 1 bulan
3 bulan
6 bulan
12 bulan
Suku Bunga Kredit* 24 bulan
10,28 12,73 11,61 12,19 12,10 12,02 12,64 10,23 12,50 11,34 11,70 12,09 12,28 12,61 8,90 11,25 10,47 11,05 11,52 12,36 12,47 5,97 9,75 8,96 9,71 10,70 11,63 11,84 7,52 9,00 8,13 8,52 9,29 10,17 11,73 5,58 8,75 7,46 7,87 8,40 9,54 11,73 6,83 8,25 7,13 7,44 7,80 8,91 11,24 4,33 8,00 7,19 7,42 7,65 8,24 10,83 8,01 7,96 6,88 7,26 7,57 7,79 10,06 8,43 8,73 7,19 7,49 7,79 7,78 9,91 9,37 9,71 9,26 9,45 9,14 9,34 9,83 9,40 10,83 10,75 11,16 10,34 10,43 8,62 8,04 8,21 9,42 10,65 10,45 11,31 8,33 6,96 6,95 8,52 9,25 9,75 11,37 9,03 6,30 6,48 7,43 8,35 8,71 10,80 9,14 6,28 6,46 6,87 7,48 7,87 9,55 9,10 6,20 6,72 6,83 6,91 7,10 7,15 7,95 6,03 7,36 6,82 6,95 7,15 7,08 7,27 5,40 6,28 6,83 7,05 7,39 7,04 6,61 4,55 5,04 6,35 6,81 7,19 7,06 6,33 3,76 3,83 5,66 6,31 6,69 6,71 6,31 3,95 4,32 5,39 5,76 6,14 6,42 6,00 4,07 4,67 5,40 5,69 5,91 6,16 5,97 4,13 4,75 5,49 5,66 5,93 6,12 5,80
Modal Kerja
Investasi
16,35 16,15 15,82 15,07
15,90 15,94 15,66 15,10
14,49 13,88 13,31 13,00
14,53 13,99 13,45 13,01
12,88 12,99 13,93 15,22
12,59 12,51 13,32 14,40
14,99 14,52 14,17 13,69
14,05 13,78 13,20 12,96
12,32 12,24 12,39 12,18
12,18 12,13 12,06 12,04
12,01 11,79 11,71 11,69
11,62 11,46 11,36 11,30
* Data Okt-12
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
37
Tabel Statistik
Tabel 2 Perkembangan Transaksi di Pasar Uang (Miliar Rupiah) Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 2) Periode Transaksi antarbank1) Penerbitan Pelunasan Posisi 2007 Trw. I Trw. II Trw. III Trw.IV 2008 Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV 2009 Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV 2010 Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV 2011 Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV 2012 Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV*
37.341 774.867 38.323 846.655 36.615 895.563 32.061 777.250 37.482 871.303 23.510 496.338 27.115 389.140 14.029 404.072 22.897 448.505 30.656 324.806 29.038 375.134 24.566 631.235 26.907 648.324 30.615 322.322 28.553 199.589 23.142 153.809 30.401 86.480 36.788 51.790 30.061 19.822 30.262 51.641 16.541 26.600 34.559 14.607 32.241 29.475 10.804 56.478
* Data Okt 2012 1) Transaksi pagi & sore hari seluruh tenor 2) Termasuk SBIS (SBI Syariah)
38
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
740.952 832.325 887.770 795.475
243.671 258.002 266.152 247.926
906.767 543.656 437.315 340.913
212.463 165.145 116.969 180.128
394.904 324.776 387.188 592.048
232.700 232.731 220.676 259.864
607.933 351.475 218.152 203.835
300.255 271.103 252.540 203.110
56.066 96.325 57.593 79.605
233.524 188.988 151.217 123.253
51.790 19.822 51.641 35.000
98.064 92.849 70.682 71.942
Tabel Statistik ```
Tabel 3 Posisi Kredit Perbankan dalam Rupiah dan Valuta Asing menurut Kelompok Bank dan Sektor Ekonomi1) (Miliar Rupiah) 1 Bank Pemerintah - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 2 Bank Umum Swasta Nasional - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 3 Bank Pemerintah Daerah - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 4 Bank Asing & Campuran - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 5 Bank Perkreditan Rakyat - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 6 Sub jumlah (1 s,d, 5) - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain
2009 III
2010 IV
I
II
III
2011 IV
I
II
2012 III
IV
I
II
III
504.649 533.945 536.273 578.525 595.131 630.148 644.289 698.315 732.981 761.373 776.340 837.231 871.892 41.313 45.091 42.832 46.878 49.215 48.438 47.383 50.807 54.201 64.679 65.447 75.401 78.497 14.205 16.795 17.812 21.118 20.736 25.560 25.067 29.661 29.793 32.732 29.174 31.581 30.448 92.634 92.485 93.920 99.944 93.060 93.695 93.217 97.836 102.021 107.849 107.349 119.518 131.156 14.101 14.523 8.885 10.379 13.483 17.326 17.127 22.057 33.700 20.433 33.357 28.496 37.445 24.537 25.372 19.330 20.374 21.096 20.384 22.125 24.441 26.864 27.536 29.098 33.887 36.559 118.580 129.497 109.766 111.038 114.918 110.981 107.948 110.903 121.305 131.263 128.238 166.246 162.221 28.685 28.358 29.287 29.310 24.856 26.826 27.732 29.955 28.579 33.166 32.427 35.743 37.211 20.793 21.447 14.597 12.962 13.413 18.598 18.459 20.566 27.092 29.788 33.208 37.991 37.978 3.416 3.620 37.752 47.795 57.597 73.129 77.552 91.101 85.628 79.941 79.043 66.331 54.480 146.385 156.757 162.093 178.727 186.758 195.211 207.678 220.989 223.797 233.987 238.998 242.037 265.898 549.349 593.400 611.724 672.726 715.217 775.323 801.246 864.006 926.563 1.001.042 1.032.022 1.115.711 1.155.306 19.112 21.359 20.429 25.254 26.403 30.199 31.246 32.635 32.589 36.114 37.417 41.093 41.266 10.861 15.013 14.721 18.435 19.827 21.247 24.580 25.692 28.560 32.877 32.140 30.430 30.191 86.575 92.738 92.197 97.471 103.688 114.203 118.350 131.180 141.472 154.543 160.581 170.221 179.911 6.422 7.493 8.191 9.014 9.984 10.646 11.459 12.017 13.356 17.470 18.462 19.497 21.494 24.421 26.551 24.598 27.084 29.701 29.811 30.969 31.502 32.781 34.552 38.072 40.751 43.513 124.949 134.434 144.298 160.841 164.959 185.508 182.418 199.463 211.302 228.294 233.391 261.329 270.478 30.473 33.043 35.358 35.394 36.756 35.841 38.252 41.482 44.124 48.506 50.792 56.639 57.758 80.377 85.260 64.168 78.847 63.336 71.266 74.634 84.593 89.819 95.767 100.916 107.475 112.204 9.588 10.188 22.833 35.565 62.127 62.394 62.318 65.667 69.748 73.021 72.978 76.577 79.032 156.571 167.321 184.932 184.821 198.437 214.209 227.020 239.774 262.813 279.899 287.274 311.700 319.460 119.552 120.701 123.087 132.512 138.961 143.067 149.005 161.201 169.764 175.489 181.837 198.114 207.693 3.749 3.706 3.595 3.639 4.359 4.488 4.910 5.389 5.633 6.113 9.005 10.498 8.458 615 675 645 712 755 992 947 1.076 1.247 1.279 1.571 2.168 2.173 1.082 1.146 2.100 2.373 2.751 2.890 2.869 3.326 3.493 3.687 3.634 4.267 4.417 723 787 890 1.188 1.243 1.408 1.548 1.689 1.810 2.204 2.740 2.837 2.611 9.783 7.693 7.137 8.611 9.983 9.145 8.264 9.561 11.679 10.258 8.360 10.734 13.555 14.898 15.278 15.686 16.047 16.263 17.337 17.962 19.732 20.618 21.077 20.707 22.260 22.341 1.832 1.887 1.685 1.745 1.686 1.832 1.934 2.311 2.571 2.832 2.840 3.120 3.256 4.647 5.264 2.471 2.411 2.049 2.088 2.179 2.151 1.965 2.516 2.653 3.315 3.235 1.805 1.934 5.061 5.809 6.546 6.476 6.519 6.199 6.231 6.254 5.934 5.893 9.027 80.418 82.331 83.816 89.977 93.326 96.411 101.873 109.766 114.516 119.268 124.393 133.022 138.620 168.509 170.748 170.328 189.463 195.410 201.368 204.704 211.713 231.851 244.699 257.789 282.402 300.980 5.535 5.236 5.423 6.712 6.803 6.797 7.062 6.764 7.478 6.173 6.381 8.294 7.545 6.235 9.076 8.579 10.633 11.567 12.660 13.503 12.616 16.945 18.579 23.202 26.267 28.536 58.833 59.314 55.649 62.401 58.905 63.065 62.023 64.710 75.612 76.340 85.688 92.253 102.704 1.860 1.091 1.252 2.447 3.930 4.230 3.513 4.437 4.953 5.404 5.513 6.194 6.552 4.050 4.149 3.572 3.735 3.183 3.828 3.306 3.229 3.164 2.547 3.187 4.745 4.492 13.364 12.873 16.417 18.921 20.176 21.848 20.166 24.469 22.659 21.450 27.829 33.051 38.093 10.452 9.714 10.122 10.534 11.184 10.415 9.566 10.004 11.108 10.081 11.432 13.407 13.613 38.428 37.036 34.547 39.673 42.591 44.534 49.916 48.834 52.370 52.096 57.078 60.208 61.907 536 838 2.339 3.708 5.475 3.982 5.136 4.530 4.732 19.064 4.291 4.348 4.162 29.216 31.421 32.429 30.699 31.596 30.010 30.513 32.120 32.829 32.965 33.188 33.635 33.376 27.434 28.014 29.476 31.491 32.832 33.695 35.566 38.018 39.650 41.082 43.552 46.571 48.408 1.934 2.002 2.125 2.302 2.390 2.602 2.714 2.967 2.985 3.132 3.453 3.635 3.739 0 0 0 0 0 36 39 48 46 65 70 66 96 486 505 531 545 589 476 517 561 575 584 621 635 670 0 0 0 0 0 14 18 20 23 26 27 38 31 0 0 0 0 0 257 344 416 478 617 708 840 950 9.746 9.801 10.255 10.845 11.233 10.553 11.193 11.815 12.085 12.426 13.238 14.052 14.480 0 0 0 0 0 575 680 705 897 901 983 995 1.094 2.935 3.054 0 0 0 96 161 166 211 250 275 283 302 0 0 3.247 3.561 3.823 4.011 4.020 4.205 3.981 3.911 4.139 3.994 4.221 12.333 12.652 13.317 14.238 14.795 15.072 15.879 17.115 18.369 19.169 20.039 22.033 22.826 1.369.493 1.446.808 1.470.888 1.604.717 1.677.551 1.783.601 1.834.810 1.973.253 2.100.808 2.223.685 2.291.541 2.480.029 2.584.278 71.643 77.394 74.404 84.786 89.170 92.525 93.315 98.562 102.886 116.210 121.704 138.922 139.505 31.916 41.559 41.758 50.898 52.885 60.495 64.136 69.093 76.592 85.532 86.157 90.512 91.443 239.610 246.188 244.397 262.735 258.993 274.330 276.975 297.613 323.174 343.002 357.873 386.893 418.857 23.106 23.894 19.218 23.028 28.640 33.625 33.667 40.221 53.842 45.538 60.099 57.062 68.133 62.791 63.765 54.636 59.804 63.962 63.426 65.009 69.150 74.966 75.510 79.427 90.956 99.069 281.537 301.883 296.423 317.691 327.549 346.226 339.688 366.382 387.969 414.509 423.402 496.937 507.613 71.442 73.002 76.452 76.984 74.482 75.488 78.163 84.457 87.279 95.486 98.474 109.906 112.932 147.180 152.061 115.782 133.893 121.389 136.582 145.349 156.310 171.456 180.418 194.129 209.272 215.626 15.345 16.580 71.232 96.438 135.568 149.992 155.546 171.702 170.320 182.191 166.385 157.143 150.922 424.923 450.482 476.586 498.461 524.913 550.913 582.963 619.763 652.325 685.288 703.891 742.428 780.180
1) Tidak termasuk pemerintah pusat, bukan penduduk, nilai lawan valas, RDI dan kredit kelolaan
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
39
Tabel Statistik
Tabel 4 Uang Beredar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi (Miliar Rupiah) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar
M2 M1
Akhir Periode Jumlah 1)
Jumlah2)
Uang Kartal
Uang Giral
Uang Kuasi
Aktiva Luar Negeri Bersih
Tagihan Tagihan Pada Tagihan Pada Lembaga Perusahaan Bersih Pemerintah Pemerintah Swasta dan BUMN Pusat3) Perorangan
Lainnya Bersih4)
2008 Trw. I
1.594.390
409.768
164.609
245.159 1.181.322
533.323
385.570
33.669
1.053.869
-94.992
Trw. II
1.703.381
453.047
189.040
264.007 1.247.213
550.015
371.647
36.516
1.159.311
-113.902
Trw. III
1.778.139
479.738
222.805
256.934 1.295.292
509.659
360.756
45.375
1.253.456
-93.287
Trw. IV
1.895.839
456.787
209.747
247.040 1.435.772
593.137
387.248
47.949
1.314.049
-98.144
2009
Trw. I
1.916.752
448.034
186.119
261.914 1.466.364
691.465
363.536
46.541
1.303.006
-108.550
Trw. II
1.977.533
482.621
203.406
279.215 1.491.950
655.440
399.395
48.996
1.319.240
-102.181
Trw. III
2.018.031
490.022
210.343
279.679 1.525.204
658.645
390.288
55.139
1.347.876
-107.445
Trw. IV
2.141.384
515.824
226.006
289.818 1.622.055
679.448
429.406
66.589
1.403.686
-119.293
2010
Trw. I
2.112.083
494.461
205.083
289.378 1.611.373
726.192
370.121
79.813
1.397.656
-153.773
Trw. II
2.231.144
545.405
222.828
322.577 1.680.374
756.588
304.728
97.067
1.511.482
-116.738
Trw. III
2.274.955
549.941
229.825
320.117 1.720.039
824.481
283.694
97.679
1.583.468
-139.665
Trw. IV
2.471.206
605.411
260.227
345.184 1.856.720
865.121
368.717
99.369
1.684.207
-121.460
2011
Trw. I
2.451.357
580.601
241.618
338.984 1.862.788
911.389
318.001
91.980
1.727.537
-149.448
Trw. II
2.522.784
636.206
261.504
374.702 1.876.446
970.573
216.791
96.052
1.864.834
-129.049
Trw. III
2.643.331
656.096
279.224
376.872 1.973.573
918.902
237.643
105.744
1.989.000
-81.378
Trw. IV
2.877.220
722.991
307.760
415.231 2.139.840
912.174
351.177
102.594
2.118.376
-29.895
2012
Trw. I
2.911.920
714.258
287.046
427.212 2.182.891
926.120
297.113
108.407
2.189.236
1.779
Trw. II
3.050.355
779.416
314.670
464.746 2.254.329
925.568
284.336
116.927
2.361.812
15.087
Trw. III
3.125.533
795.518
325.566
469.952 2.318.559
975.633
298.898
116.428
2.471.071
15.597
1) M1 + uang kuasi + surat berharga selain saham dgn sisa jk,waktu s,d 1 thn 2) Uang Kartal ditambah uang giral 3) Termasuk rekening khusus pemerintah 4) Termasuk derivatif keuangan
40
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Tabel Statistik
Tabel 5 Uang Primer dan Faktor-faktor yang mempengaruhi (Miliar Rupiah)
2009 IV
2010 I
II
2011
III
IV
I
II
2012 III
IV
I
I. Uang Primer
402.118 374.406 401.435 423.809 518.447 506.785 541.624 565.149 613.488
a. Kekurangan Giro Wajib Minimum
0
0
0
0
0
0
0
0
0
II
III
IV*
586.034 627.359 638.869 648.106 0
0
0
0
279.029 250.612 269.372 288.846 318.575 290.466 315.539 336.521 372.972
340.602 374.431 384.840 392.116
- Uang kartal di masyarakat
226.382 205.083 222.828 229.871 260.715 242.118 265.196 279.224 307.735
287.046 314.670 325.566 332.842
- Kas bank umum
52.646
45.529
46.544
58.975
c. Saldo Giro Positif Bank
89.903
85.666
92.287
93.665 159.106 174.569 183.427 189.546 207.538
d. Giro Sektor Swasta
539
578
b. Uang yang diedarkan
601
497
57.860
484
48.349
460
50.343
530
57.297
473
65.237
116
53.556
59.761
59.274
59.274
209.747 215.349 219.865 222.131 359
330
912
1.062
n.a
n.a
II. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Uang Primer
a. Cadangan Devisa Bersih 1)
403.858 445.181 487.742 537.312 585.097 620.282 675.926 656.574 619.981
b. Aktiva Dalam Negeri Bersih
629.539 599.058
-183.794 -246.168 -258.716 -314.736 -310.837 -380.067 -453.626 -411.166 -352.386 -395.860 -341.092 -384.146 -377.799
- Tagihan Bersih pada Pemerintah 200.956 144.792 103.254
72.816 160.777 105.983
23.206
38.676 166.928
94.654
64.873
78.161
63.554
- Bantuan Likuiditas
8.665
8.660
8.660
8.659
8.466
8.465
7.965
8.470
8.199
8.199
2.877
2.877
2.775
- Kredit Likuiditas
8.231
8.103
7.932
7.838
7.682
7.739
7.638
7.609
7.364
7.328
7.298
7.286
7.266
- Tagihan Lainnya
-97.524
-73.835
-61.865
-74.968
-64.702
- Operasi Pasar Terbuka
-315.420 -322.962 -307.132 -319.912 -417.012 -433.933 -402.578 -362.498 -403.347 -353.429 -254.567 -269.416 -249.160
-62.992 -84.989
-96.336 -120.391 -143.629 -159.388 -200.354 -199.665
- SBI (net) 2)
-226.887 -262.661 -231.905 -211.739 -162.828 -192.235 -146.860 -112.608
- FASBI
-35.034
-43.845
-27.628
-23.110 -101.256
- Lain-Lain 3)
-24.765
-13.502
-43.758
-76.124 -145.863 -172.167 -168.812 -126.802
11.296
-10.926
-9.566
- Lainnya Bersih
-9.170
-6.049
-49.218 -58.451
-5.329
-4.868
-62.738 -55.600
-37.430
-39.144
-87.835 -169.916 -211.103 -120.703
-69.536
-60.268
-7.086
-90.391
-73.974
10.184
-6.638
-69.754
-60.601
-11.139
-8.983
-2.184
-2.701
-2.569
* Data Okt-12 1) sebelum Juni 1997 menggunakan NFA, setelah Juni 1997 menggunakan NIR dengan kurs tetap Rp. 7.000,- per US $ sejak juni 1998 s.d. Maret 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 10.000,- per US $ sejak April 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 7.500,- per US $ sejak 21 November 1999 menggunakan kurs Rp. 7.000,- per US $ sejak 25 Mei 2000 untuk perhitungan NIR menggunakan konsep IRFCL(Int’l Reserve and Foreign Currency Liquidity) 2) sejak Maret 2000 termasuk SBI Syariah 3) termasuk di dalamnya adalah SUN dan FTO (Fine Tune Operation)
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
41
Tabel Statistik
Tabel 6 Neraca Pembayaran Indonesia 1) (Juta US$)
IV
2009 Total
2010 I
II
III
2011* IV
Total
I
II
III
2012** IV
Total
I
II
III
I. Transaksi Berjalan 3.781 10.628 1.891 1.342 1.043 870 5.144 2.947 265 766 -2.301 1.677 -3.126 -7.688 -5.336 A. Barang bersih (Neraca Perdagangan) 10.455 30.932 6.954 6.848 7.593 9.232 30.627 9.264 9.223 9.700 6.596 34.783 3.810 818 3.039 1. Ekspor f.o.b 36.004 119.646 35.088 37.444 39.712 45.830 158.074 45.901 51.810 52.376 50.701 200.788 48.353 47.538 45.572 2. Impor f.o.b -25.549 -88.714 -28.134 -30.596 -32.119 -36.598 -127.447 -36.637 -42.587 -42.676 -44.105 -166.005 -44.543 -46.720 -42.534 B. Jasa-jasa (bersih) -3.344 -9.741 -2.106 -2.275 -2.155 -2.787 -9.324 -1.822 -3.133 -2.562 -3.115 -10.632 -2.075 -2.893 -2.449 C. Pendapatan (bersih) -4.551 -15.140 -4.038 -4.329 -5.547 -6.876 -20.790 -5.525 -6.784 -7.416 -6.959 -26.684 -5.898 -6.473 -6.740 D. Transfer Berjalan 1.221 4.578 1.080 1.098 1.151 1.301 4.630 1.029 960 1.045 1.176 4.211 1.037 860 815 II. Transaksi Modal dan Finansial 2.414 4.852 5.662 3.767 7.464 9.728 26.620 4.813 11.641 -3.294 372 13.532 2.373 5.054 5.960 A. Transaksi Modal 14 96 18 2 4 26 50 1 4 5 23 33 6 3 7 B. Transaksi Finansial 2.399 4.756 5.644 3.765 7.460 9.702 26.571 4.813 11.636 -3.299 349 13.499 2.368 5.052 5.952 1. Investasi Langsung 779 2.628 2.556 2.368 1.764 4.419 11.106 3.781 2.508 2.119 3.120 11.528 1.587 3.735 3.583 a. Ke Luar Negeri (bersih) 239 -2.249 -427 -982 -1.191 -64 -2.664 -1.529 -2.526 -1.350 -2.308 -7.713 -2.932 542 -1.953 b. Di Indonesia/FDI (bersih) 540 4.877 2.983 3.350 2.955 4.483 13.771 5.311 5.034 3.469 5.428 19.241 4.518 3.194 5.536 2. Investasi Portofolio 3.521 10.336 6.159 1.089 4.517 1.437 13.202 3.325 4.936 -4.650 426 4.037 2.704 4.038 3.847 a. Aset (bersih) -307 -144 -409 -152 -1.597 -353 -2.511 -311 -731 154 -110 -998 -408 55 -60 b. Kewajiban (bersih) 3.828 10.480 6.569 1.241 6.114 1.789 15.713 3.636 5.667 -4.804 536 5.035 3.112 3.982 3.907 3. Investasi Lainnya -1.900 -8.208 -3.072 308 1.179 3.846 2.262 -2.294 4.192 -768 -3.197 -2.066 -1.922 -2.721 -1.477 a. Aset (bersih) -2.735 -12.002 -2.764 552 -1.960 2.447 -1.725 -1.479 2.548 -3.211 -4.896 -7.037 -2.937 -2.994 -1.024 b. Kewajiban (bersih) 2) 834 3.794 -308 -244 3.139 1.400 3.987 -815 1.644 2.442 1.699 4.971 1.014 272 -453 III. Jumlah (I + II) 6.195 15.481 7.552 5.108 8.507 10.597 31.765 7.760 11.905 -2.528 -1.929 15.209 -752 -2.634 624 IV. Selisih Perhitungan -2.241 -2.975 -932 312 -1.552 692 -1.480 -94 -29 -1.432 -1.797 -3.352 -281 -178 210 V. Neraca Keseluruhan (III + IV) 3.954 12.506 6.621 5.421 6.955 11.289 30.285 7.666 11.876 -3.960 -3.726 11.857 -1.034 -2.811 834 VI. Lalu Lintas Moneter 3) -3.954 -12.506 -6.621 -5.421 -6.955 -11.289 -30.285 -7.666 -11.876 3.960 3.726 -11.857 1.034 2.811 -834 a. Perubahan Cadangan Devisa -3.954 -12.506 -6.621 -5.421 -6.955 -11.289 -30.285 -7.666 -11.876 3.960 3.726 -11.857 1.034 2.811 -834 b. IMF: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Penarikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Pembayaran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memorandum: Posisi Cadangan Devisa 4) 66.105 66.105 71.824 76.322 86.551 96.207 96.207 105.709 119.655 114.503 110.123 110.123 110.493 106.502 110.172 (dalam bulan impor dan pembayaran utang luar negeri) 6,5 6,5 6,7 6,0 6,9 7,2 7,2 7,5 7,9 7,1 6,5 6,5 6,2 5,8 6,0 Transaksi Berjalan (% PDB) 2,5 2,0 1,2 0,8 0,6 0,5 0,7 1,49 0,12 0,34 -1,07 0,2 -1,43 -3,48 -2,38 5) Rasio Pembayaran Utang (%) 24,6 23,2 21,2 23,2 20,3 23,7 21,7 18,4 21,9 19,8 26,2 21,7 30,3 34,1 34,7 a.l. Sektor Terkait Pemerintah dan Otoritas Moneter 6) 8,5 7,5 5,0 7,2 4,8 6,2 5,8 2,1 4,0 2,0 4,0 3,0 2,1 4,2 2,1 *) Angka sementara **) Angka sangat sementara 1) Format baru sejak publikasi Januari 2004 2) Tidak termasuk pinjaman IMF 3) Negatif berarti surplus dan positif berarti defisit, Sejak kuartal pertama 2004, perubahan cadangan devisa untuk data realisasi hanya mencakup data transaksi, 4) Sejak 1988, posisi cadangan devisa berdasarkan aktiva luar negeri menggantikan cadangan devisa resmi, Sejak 2000, posisi cadangan devisa memakai konsep Internasional Reserve and Foreign Currency Liquidity (IRFCL), 5) Perbandingan antara pembayaran pokok dan bunga utang luar negeri terhadap ekspor barang dan jasa, 6) Terdiri dari Pemerintah, BUMN di luar bank, dan Bank Indonesia,
42
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
Tabel Statistik
Tabel 7 Perkembangan Perubahan Indeks Harga Konsumen Menurut Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa (Persen)1)
Kelompok/Sub Kelompok
2009 IV
2010 I
II
III
2011 IV
I
II
III
2012 IV
I. Bahan Makanan A. Padi-padian. umbi-umbian dan hasil-hasilnya B. Daging dan hasil-hasilnya C. Ikan segar D. Ikan diawetkan E. Telur. susu dan hasil-hasilnya F. Sayur-sayuran G. Kacang-kacangan H. Buah-buahan I. Bumbu-bumbuan J. Lemak dan minyak K. Bahan makanan lainnya II. Makanan jadi. Minuman. Rokok dan Tembakau A. Makanan jadi B. Minuman yang tidak beralkohol C. Tembakau dan minuman beralkohol
I
II
-0,67 1,67 4,05 5,65 3,46 -0,12 -0,94 2,83 1,86 0,77 1,55 3,17 6,90 1,24 9,78 6,81 -2,42 0,83 7,77 4,27 2,74 -0,82 -4,14 0,72 2,02 12,83 -7,24 -1,71 2,18 4,66 -0,62 0,41 2,03 -3,25 0,09 -1,92 7,47 -1,67 3,91 1,31 3,45 -1,75 3,24 0,45 0,14 0,44 0,55 1,41 0,74 4,05 3,23 2,11 -0,92 2,32 2,06 -0,51 0,01 1,12 2,71 0,55 1,89 0,95 0,74 1,53 1,63 -0,02 -0,97 4,13 8,96 1,08 4,47 -2,92 1,67 5,48 0,48 -1,62 0,65 0,47 -18,67 24,27 3,27 0,66 3,83 -0,39 2,81 -0,63 0,25 1,54 -1,81 0,34 4,43 3,46 1,41 1,70 1,01 2,21 1,57 -0,33 1,39 0,07 -4,89 30,95 -1,06 20,90 -4,32 -19,05 -12,71 12,43 -7,83 15,55 -1,57 0,85 -0,63 2,05 6,59 5,85 -0,05 1,13 -1,34 2,33 -0,62 -1,40 0,67 1,14 2,96 0,62 0,44 1,39 4,77 0,32 1,46 1,98 1,90 2,62 1,00 1,86 1,31 1,28 0,83 1,36 0,96 1,46 1,51 1,42 2,69 1,32 1,92 1,08 1,19 0,80 0,96 0,71 1,13 0,94 2,46 2,86 -1,59 1,91 1,72 0,55 -0,53 1,13 0,75 1,46 3,03 3,13 1,81 2,27 1,48 1,63 2,25 2,23 2,88 1,76 2,33 1,96 III. Perumahan 0,67 0,67 0,43 2,11 0,82 1,18 0,77 0,78 0,71 1,02 0,78 A. Biaya tempat tinggal 0,70 0,83 0,44 0,82 1,12 1,72 0,83 0,96 0,98 1,35 0,95 B. Bahan bakar. penerangan dan air 0,83 0,51 0,45 6,03 0,10 0,30 0,47 0,44 0,16 0,55 0,68 C. Perlengkapan rumah tangga 0,67 0,31 0,42 0,70 0,47 0,69 0,71 0,78 0,32 0,49 0,43 D. Penyelenggaraan rumah tangga 0,25 0,62 0,32 0,90 1,05 0,99 1,09 0,79 0,73 0,75 0,83 IV. Sandang 2,31 -0,66 2,28 1,05 3,75 0,45 1,97 4,71 0,29 1,29 -0,29 A. Sandang laki-laki 0,45 1,02 0,74 1,78 0,56 1,11 1,02 1,78 1,46 1,14 0,57 B. Sandang wanita 0,49 0,44 0,61 1,20 0,35 0,28 0,69 0,88 1,19 0,84 0,47 C. Sandang anak-anak 0,37 0,69 0,98 1,64 0,31 0,25 0,99 1,51 1,49 1,06 0,61 D. Barang pribadi dan sandang lainnya 6,13 -2,88 5,39 0,61 9,44 0,31 3,79 11,56 -1,30 1,59 -1,42 V. Kesehatan 0,59 0,58 0,33 0,77 0,49 1,54 1,30 0,75 0,60 0,81 0,62 A. Jasa kesehatan dan obat-obatan 0,69 0,52 0,32 0,51 0,50 1,79 1,07 0,72 0,33 0,89 0,52 B. Obat-obatan 0,86 0,65 0,18 0,41 0,47 1,56 0,98 0,35 0,65 0,69 0,56 C. Jasa perawatan jasmani 1,38 0,84 0,34 2,07 0,75 2,35 1,32 0,80 1,17 1,31 0,91 D. Perawatan jasmani dan kosmetik 0,41 0,57 0,43 1,01 0,50 1,36 1,72 1,00 0,70 0,69 0,68 VI. Pendidikan. Rekreasi dan Olah Raga 0,48 0,18 0,09 2,39 0,60 0,72 0,28 3,69 0,41 0,30 0,19 A. Biaya pendidikan 0,62 0,03 0,02 4,42 0,64 0,51 0,12 6,74 0,63 0,15 0,08 B. Kursus dan pelatihan 0,77 0,77 0,17 0,69 0,73 0,50 1,13 2,32 0,54 0,56 0,27 C. Perlengkapan/peralatan pendidikan 0,19 0,30 0,24 1,06 -0,03 0,39 0,32 1,16 0,13 0,43 0,38 D. Rekreasi 0,30 0,37 0,15 -0,03 0,56 1,18 0,23 0,29 0,13 0,55 0,41 E. Olah raga 0,75 0,87 0,23 0,53 0,47 1,89 0,63 0,29 0,69 0,37 0,34 VII. Transpor dan Komunikasi -0,44 0,34 0,21 2,45 -0,32 0,55 0,36 1,15 -0,14 0,40 0,31 A. Transpor -0,73 0,50 0,27 1,59 -0,51 0,81 0,51 1,81 -0,26 0,47 0,41 B. Komunikasi dan pengiriman -0,23 -0,40 -0,06 -0,10 -0,11 -0,16 -0,37 -0,37 -0,18 -0,10 -0,10 C. Sarana dan penunjang transpor 1,07 0,96 0,55 15,77 0,42 0,64 0,84 0,40 0,62 1,01 0,64 D. Jasa Keuangan 0,00 0,00 0,04 0,00 0,00 0,09 0,03 0,01 0,00 0,00 0,01 U M U M 0,49 0,99 1,41 2,79 1,59 0,70 0,36 1,89 0,79 0,88 0,90
III IV* 2,23
-0,56
1,26 3,27 3,35 1,80 0,83 7,02 11,01 6,64 -9,81 1,23 1,40
0,63 -1,60 -1,48 -1,16 0,02 -2,35 -0,18 -0,18 2,73 -2,39 -0,81
2,14 1,94 2,38 2,58
0,58 0,56 0,20 0,96
0,77 0,83 -0,04 0,79 1,92
0,57 0,91 0,08 0,11 0,39
2,53 0,96 1,21 1,20 4,83
0,84 0,21 0,20 0,16 1,56
0,80 0,65 0,59 0,86 1,00
0,46 0,42 0,39 0,61 0,50
3,36 5,27 0,99 0,72 0,47 0,23
0,27 0,41 0,07 0,17 0,15 0,53
1,00 1,39 -0,07 0,49 1,48
0,21 0,22 -0,03 0,58 0,00
1,68
0,23
* Data s.d Nov 2012 Keterangan : 1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ) Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100). Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
43
Tabel Statistik
Tabel 8 Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota (Persen)1) 2009 Kota 1. Lhokseumawe 2. Banda Aceh 3. Padang Sidempuan 4. Sibolga 5. Pematang Siantar 6. M e d a n 7. Padang 8. Pekanbaru 9. Batam 10. Jambi 11. Palembang 12. Bengkulu 13. Bandar Lampung 14. Pangkal Pinang 15. Dumai 16. Tanjung Pinang 17. Jakarta 18. Tasikmalaya 19. Serang 20. Tangerang 21. Cilegon 22. Bogor 23. Sukabumi 24. Bekasi 25. Depok 26. Bandung 27. Cirebon 28. Purwokerto 29. Surakarta 30. Semarang 31. Tegal 32. Yogyakarta 33. Jember 34. Sumenep 35. Kediri 36. Malang 37. Probolinggo 38. Madiun 39. Surabaya 40. Denpasar 41. Mataram 42. Bima 43. Maumere 44. Kupang 45. Pontianak 46. Singkawang 47. Sampit 48. Palangka Raya 49. Banjarmasin 50. Balikpapan 51. Samarinda
44
IV
0,53 -1,08 0,33 -1,28 -0,41 0,38 0,59 0,30 -0,09 0,58 0,25 -0,48 -0,25 0,57 -1,14 0,55 0,58 1,15 -0,07 0,19 0,20 -0,08 0,18 0,41 -0,03 0,50 0,62 0,73 0,14 0,41 0,47 0,30 1,35 0,42 0,61 0,54 1,00 0,82 0,74 1,02 -0,65 0,71 0,19 2,39 -0,88 -0,74 1,09 1,66 1,41 0,69 0,29
2010 I -0,09 0,44 0,38 1,21 1,04 1,05 1,02 0,79 1,72 1,53 0,58 1,35 0,15 1,37 0,26 0,80 0,92 1,33 0,31 0,74 0,87 1,11 0,61 1,26 0,75 0,84 0,36 1,11 0,68 1,02 0,62 1,00 -0,02 0,52 0,63 1,00 0,72 0,83 0,63 1,42 2,33 1,53 2,11 3,25 2,51 3,55 1,62 1,32 1,50 2,55 2,07
2011
II
III
IV
1,17 -0,33 2,13 2,60 2,89 2,12 2,41 1,72 1,67 3,22 1,18 2,15 2,53 0,41 2,60 2,12 1,21 0,82 1,87 1,32 1,60 1,44 1,02 2,08 2,23 0,47 1,25 1,23 1,58 1,23 1,48 1,65 1,99 1,44 1,95 1,23 1,82 1,15 1,29 1,26 2,70 1,15 2,52 2,24 0,03 0,11 2,02 2,21 2,87 0,76 0,74
0,05 1,47 0,82 2,67 1,08 1,52 0,74 1,83 1,76 2,37 2,50 3,88 4,39 5,18 2,21 1,66 2,63 1,80 1,54 2,46 1,69 2,74 2,96 2,85 2,52 2,21 3,52 2,20 1,91 3,33 2,65 2,91 2,35 3,69 2,23 2,57 3,46 2,39 3,93 3,77 3,34 2,23 3,02 3,08 4,75 4,61 2,65 3,64 2,86 4,14 3,28
5,99 3,01 3,92 4,89 4,37 2,76 3,47 2,48 2,05 3,02 1,65 1,43 2,57 2,15 3,71 1,45 1,32 1,48 2,33 1,44 1,82 1,15 0,75 1,47 2,25 0,93 1,44 1,37 2,33 1,37 1,83 1,63 2,60 0,97 1,83 1,75 0,54 2,02 1,32 1,44 2,28 1,31 0,60 1,06 1,03 -1,24 2,91 2,01 1,54 -0,21 0,75
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
I 0,62 0,26 0,87 0,79 1,19 0,32 1,46 1,51 0,70 -0,80 -0,27 0,20 1,11 1,92 -0,25 1,28 0,68 0,77 -0,40 0,53 0,30 0,50 0,32 0,94 0,55 0,26 -0,31 0,69 -0,83 0,37 0,39 1,14 0,80 0,11 -0,15 0,73 1,20 0,80 1,25 1,26 -0,07 0,63 0,86 2,32 1,42 2,31 0,72 0,06 0,47 2,38 2,77
II -0,46 -0,15 -1,07 -0,90 -0,39 0,04 -0,89 -0,30 0,50 -0,16 1,15 0,27 0,15 0,45 -0,31 -0,61 0,65 0,25 0,07 0,66 -0,33 0,79 0,54 -0,37 -0,18 0,27 0,07 0,38 0,03 0,02 -0,08 0,10 -0,77 0,87 0,52 0,24 0,29 0,02 0,34 0,82 0,33 1,12 1,42 0,07 0,39 -0,05 0,20 1,36 0,77 2,15 1,19
2012
III
IV
2,61 2,03 3,49 2,02 2,76 3,46 3,17 2,30 2,06 3,22 2,00 3,66 2,30 4,06 2,56 1,99 1,89 1,62 2,07 1,75 0,95 0,78 2,31 1,26 1,74 0,69 2,09 1,43 1,61 1,76 1,95 1,73 1,39 1,58 2,19 1,90 1,63 1,75 2,23 0,82 4,08 1,89 2,04 0,75 3,32 4,55 1,64 3,40 1,74 1,98 2,36
0,76 1,15 1,35 1,77 0,64 -0,28 1,57 1,50 0,45 0,52 0,86 -0,18 0,62 -1,44 1,08 0,64 0,70 1,46 1,03 0,80 1,42 0,75 1,03 1,58 0,81 1,50 1,34 0,86 1,14 0,70 0,31 0,85 1,00 1,57 1,03 1,14 0,61 0,88 0,83 0,80 1,94 3,39 2,12 1,13 -0,28 -0,19 1,00 0,39 0,95 -0,18 -0,21
I 1,20 0,16 0,36 0,82 1,60 0,52 0,09 0,66 0,23 0,31 -0,23 -0,10 0,31 2,06 -0,58 0,71 0,83 1,21 0,70 0,73 0,70 0,21 0,74 0,76 0,45 1,25 0,07 1,03 0,59 1,12 0,22 0,71 0,85 0,98 0,53 0,45 0,63 0,67 0,73 2,01 2,52 1,11 0,49 1,13 2,20 1,95 2,60 2,25 2,45 2,11 2,13
II
III
IV*
1,23 -0,09 1,18 2,33 1,93 1,44 1,25 1,11 0,64 2,62 1,27 1,38 1,36 0,76 1,28 0,00 0,64 0,55 1,38 1,08 0,96 0,41 1,08 0,61 1,44 0,50 0,51 0,85 1,00 1,19 1,23 0,91 0,83 1,22 1,21 0,87 1,73 0,58 0,82 0,63 -0,01 0,97 3,56 1,29 1,45 1,30 0,26 0,68 0,28 0,83 0,11
-0,73 0,44 0,96 -0,09 0,98 0,78 1,76 0,89 0,65 0,92 0,68 3,01 1,98 4,41 1,66 2,86 1,75 1,77 1,41 1,87 1,69 3,04 1,29 1,95 1,84 1,79 2,32 1,88 0,43 2,00 1,70 1,38 1,65 2,16 2,40 2,06 2,49 1,72 1,85 0,87 1,56 1,57 1,68 1,04 2,34 0,80 0,61 1,54 1,37 2,82 2,31
-1,60 -1,11 0,46 -0,55 -0,97 0,52 0,07 0,24 -0,17 -0,30 0,65 -0,30 -0,06 -1,65 -0,30 -0,70 0,67 0,08 0,17 0,41 -0,01 0,22 0,61 -0,42 -0,07 0,24 0,21 0,36 0,52 0,05 -0,47 0,58 0,31 0,15 0,07 0,45 0,43 0,15 0,40 0,54 -0,47 -0,63 -0,22 0,01 -0,60 -0,51 0,18 0,49 0,88 -0,44 -0,21
Tabel Statistik
Tabel 8 Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota (lanjutan) (Persen)1) 2009 Kota 52. Tarakan 53. Manado 54. P a l u 55. Watampone 56. Makassar 57. Parepare 58. Palopo 59. Kendari 60. Gorontalo 61. Mamuju 62. Ambon 63. Ternate 64. Manokwari 65. Sorong 66. Jayapura NASIONAL
IV
2010 I
II
2011 III
IV
I
II
III
2012 IV
I
II
1,66 2,89 -1,77 5,23 1,47 3,16 -0,77 0,91 3,03 2,17 0,06 2,50 0,72 0,20 3,81 1,44 1,31 -1,43 -0,05 0,86 1,59 1,28 0,87 -0,64 1,66 4,93 0,37 2,49 -0,69 0,91 1,72 0,56 1,72 0,87 1,42 0,47 4,78 -0,04 0,69 1,26 1,91 0,03 2,40 0,04 1,00 1,01 0,62 4,09 0,97 0,80 0,60 0,97 0,48 2,00 0,42 -0,32 0,48 0,59 3,35 1,27 0,36 -0,19 0,93 0,49 0,75 0,34 1,11 0,75 0,02 3,04 0,14 0,72 1,13 1,73 -0,26 1,61 0,86 -0,28 -0,20 0,70 3,77 -0,40 2,35 1,65 4,11 -2,97 2,36 1,21 0,53 1,59 -0,25 5,63 0,36 0,02 1,01 1,84 1,15 1,78 1,05 0,62 0,84 0,60 1,58 2,01 1,60 0,86 1,45 0,91 0,54 0,30 4,81 2,84 0,26 4,70 0,76 -1,25 5,58 -0,78 -0,59 4,32 3,26 1,54 1,79 -1,26 2,58 2,15 0,50 1,38 1,12 1,45 0,52 1,15 1,07 -0,44 1,58 1,89 1,58 -1,06 1,37 2,48 0,82 -1,24 3,65 0,87 1,34 1,84 5,50 -0,69 -1,47 1,77 0,17 0,46 -0,67 3,74 0,78 1,31 1,03 1,36 0,71 0,95 0,86 0,28 1,27 -0,46 0,71 0,49 0,99 1,41 2,79 1,59 0,70 0,36 1,89 0,79 0,88 0,90
III
IV*
2,62 1,40 2,62 1,43 1,65 2,15 1,89 1,50 1,31 1,91 -0,01 0,71 0,55 2,37 1,41
-0,11 1,54 -0,82 -0,55 -0,20 -0,19 -0,74 0,07 0,52 0,07 -1,83 0,10 0,00 -0,96 0,25
1,68
0,23
* Data s.d Nov 2012 Keterangan : 1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ) Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100), Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
45
Tabel Statistik
Tabel 9 Perubahan Indeks Harga Perdagangan Besar (Persen) 1)
Akhir
Pertanian
Pertambangan
Industri
Impor*
Umum*
Periode 2007 Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV 2008 Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV 2009 Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV 2010 Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV 2011 Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV 2012 Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV*
6,32 3,39 3,47 3,57 2,97 1,64 3,35 5,75 7,69 1,61 3,70 3,26 7,59 3,70 5,80 11,05 7,05 4,08 7,17 6,64 7,75 10,78 12,60 15,56 4,68 3,54 1,40 -9,23 0,00 4,27 -4,14 -11,86 2,93 7,52 -0,26 5,28 3,07 -0,40 1,23 0,54 5,19 1,22 1,13 -0,37 1,19 1,05 0,53 0,60 2,05 0,60 1,57 0,22 2,25 0,80 0,60 0,69 3,74 0,52 1,41 0,14 1,75 0,92 1,04 5,17 1,16 1,56 1,80 5,13 0,22 1,31 0,65 -0,61 3,14 0,70 1,18 2,10 0,42 1,59 0,85 1,56 1,58 1,72 1,40 4,60 1,61 0,85 0,58 -4,25 1,85 -0,66 1,04 6,67 -0,49 0,55 0,13 n,a
Keterangan : Data s.d. Nov 2012 1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ) Perhitungan IHPB sejak tahun 2009 menggunakan tahun dasar 2005 (2005 = 100). Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS diolah)
46
Ekspor*
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2012
2,63 7,05 1,80 10,00
3,93 4,32 3,63 8,50
5,88 14,14 -5,31 -13,55
6,45 12,55 -1,92 -6,67
2,44 -0,81 -2,86 1,88
1,80 0,99 0,79 0,91
0,27 2,70 -1,00 4,30
1,17 1,29 1,14 2,43
5,19 3,54 1,53 1,83
2,86 0,65 1,81 0,94
4,91 -3,20 2,39 n,a
2,65 -0,81 2,35 n,a