FAKTOR RESIKO LINGKUNGAN FISIK RUMAH TERHADAP KEJADIAN TB PARU DI KECAMATAN LIKUPANG BARAT KABUPATEN MINAHASA UTARA Sindy T.T Bawole*, A J. M Rattu*, Jimmy Posangi** * Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi * Fakltas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Propinsi Sulawesi Utara tahun 2013 menunjukkan bahwa tiga Kabupaten dengan TB Paru tertinggi dari 15 Kabupaten/ Kota yang ada di Sulawesi Utara, yaitu Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (0,6%), Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Kabupaten Minahasa Utara sebesar 0,5%, dengan kata lain dari rata-rata 100.000 penduduk terdapat 5000 penderita TB Paru. Faktor risiko TB Paru dapat dikelompokkan kedalam 2 kelompok faktor resiko yaitu faktor kependudukan dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan meliputi kepadatan hunian, lantai rumah, ventilasi, pencahayaan, kelembaban dan suhu. Kecamatan Likupang Barat merupakan salah satu Kecamatan yang memiliki banyak temuan kasus baru TB Paru, tercatat tahun 2010 jumlah kasus baru TB Paru sebanyak 58 kasus, tahun 2011 sebanyak 55 kasus, tahun 2012 sebanyak 30 kasus, tahun 2013 sebanyak 24 kasus, dan tahun 2014 sebanyak 49 kasus (terjadi kenaikan sebesar 104,16 % dari tahun 2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko lingkungan fisik rumah terhadap kejadian Tuberkolosis Paru di Kecamatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan kasus kontrol yang dilaksanakan di Kecamatan Likupang Barat. Populasi ialah seluruh kasus baru TB Paru (+) di Puskesmas Mubune yang tercatat dalam buku register TB Paru Puskesmas Mubune Tahun 2014 (sebanyak 49 orang) dan Kontrol ialah TB Paru (-) di Puskesmas Mubune Tahun 2014 yang memenuhi syarat inklusi (sebanyak 49 orang), jumlah keseluruhan sampel yaitu 98. Variabel bebas yang diteliti yaitu kepadatan hunian, ventilasi rumah, pencahayaan, suhu dan kelembaban. Variabel terikat yaitu kejadian TB Paru. Data primer diperoleh dari hasil observasi, pengukuran, dan wawancara sedangkan data sekunder diperoleh dari buku register Kecamatan, Puskesmas serta literatur lainnya. Data yang diperoleh dari hasil penelitian lalu dilakukan perhitungan uji ChiSquare untuk analisis bivariat dan uji regresi logistik untuk analisis multivariat dengan mengunakan program komputer (SPSS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kepadatan hunian, luas ventilasi, kelembaban, suhu, dan pencahayaan dengan Kejadian TB Paru. Luas ventilasi merupakan faktor resiko yang paling dominan terhadap kejadian TB Paru di Kecamatan Likupang Barat. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu faktor resiko lingkungan fisik rumah terhadap kejadian TB Paru di Kecamatan Likupang Barat ialah kepadatan hunian, luas ventilasi, kelembaban, suhu, dan pencahayaan. Saran, Puskesmas harus mensosialisasikan kepada masyarakat agar dapat merubah kebiasaan buruk terutama kebiasaan menutup jendela atau ventilasi, juga penyuluhan tentang faktor resiko TB Paru lainnya (kepadatan hunian, kelembaban, suhu, dan pencahayaan). Selain itu, diharapkan bagi masyarakat yang sedang dan akan membangun atau merenovasi rumah agar dapat memperhatikan syarat rumah sehat terutama luas ventilasi agar sinar matahari dapat masuk dan sirkulasi udara berjalan normal. ABSTRACT The result of the 2013 Basic Health Research (RISKESDAS) showed that the number of new cases of pulmonary tuberculosis were as many as 176, 677 cases and the number of new cases in North Sulawesi Province were 5, 266 cases. Three regencies with the highest number of pulmonary tuberculosis from 15 regencies/cities in North Sulawesi is South Bolaang Mongondow Regency (0.6 %), North Bolaang Mongondow Regency and North Minahasa Regency (0.5%). In other words, from the average of 100,000 population there were 5,000 pulmonary tuberculosis victims. The risk factor of pulmonary tuberculosis could be grouped into two risk factor groups, that is, population's factor and environmental factor. Environmental factor comprises occupancy or dwelling density, house's floor, ventilation, lighting, dampness, and temperature. West Likupang District is one of the districts where many new cases of pulmonary tuberculosis found. In 2010, there were 58 new cases
102
of pulmonary tuberculosis, in 2011 as many 55 cases were recorded, in 2012 there were 30 cases, in 2013 24 cases, and in 2014 there were 49 casessssss (there was an increase of 104.16% from 2013). This research aimed to find out the risk factor of physical house's environment towards pulmonary tuberculosis occurence in West Likupang District. This research is an observational analytic with case control plan which was carried out in West Likupang District. The population in this research are all the pulmonary tuberculosis patients in Puskesmas Mubune (Mubune Community Health Center) who were recorded in pulmonary tuberculosis registry book of Puskesmas Mubune in 2014 (49 people) and the control were the patients with Pulmonary TB (-) in Puskesmas in 2014 who met the inclusion criteria (49 people), the total sample were 98. Free variable studied is occupancy density, house's ventilation, lighting, temperature, and dampness. Bound variable is pulmonary tuberculosis occurence. The primary data are taken from the results of the observation, measurement and interview, and the secondary data are taken from the registry book of District, Puskesmas and others literature. The data obtained were analyze by Chi-Square test for bivarious analysis and logistic regression test for the multivarious analysis by using computer programe (SPSS). The result of the research shows that there is a correlation with occupancy density, ventilation, dampness, temperature and lighting with pulmonary tuberculosis. Ventilation is the most dominant risk factor toward the occurence of pulmonary tuberculosis in West Likupang District. The conclusion of this research is that occupancy density, ventilation, dampness, temperature and lighting are the risk factors of pulmonary tuberculosis in West Likupang District. The most dominant risk factor is ventilation. The suggestion proposed is that the Puskesmas have to socialize to the people of West Likupang District that they have to change their bad habits, especially closing windows or ventilation which causes air and sunlight cannot enter into their house's and other risk factors should also be informed to them (occupancy density, dampness, temperature, and lighting). The local people should be more aware of the prerequisite to have a healthy house. They should let sunlight and fresh air enter and circulate normally in their houses who lives in densely populated living with bad ventilation.
mulai dari yang paling sering ialah paru-paru maupun organ selain paru-paru
PENDAHULUAN
seperti kulit, tulang, selaput otak, usus
Pembangunan Milenium (Millenium
serta ginjal (Chandra, 2013).
Development) adalah hasil kesepakatan Kepala-Kepala Negara dan perwakilan
Menurut data dari WHO (2014),
dari 189 negara anggota Perserikatan
tahun 2013 ada 9 miliar kasus baru
Bangsa-Bangsa (PBB)
yang mulai
tuberkolosis (termasuk 1,1 miliar kasus
dijalankan pada bulan September 2000,
yang ditemukan pada penderita HIV) dan
yang berisi tentang 8 tujuan yang akan
1,5 miliar kematian disebabkan oleh
dicapai pada tahun 2015. Salah satu yang
penyakit ini. Hal ini menyebabkan
menjadi tujuan dari MDG’s (Millenium
tuberkolosis menjadi salah satu penyakit
Development Goal’s) ialah menurunkan
menular penyebab kematian terbesar di
penyakit tuberkolosis (Wikipedia, 2015).
dunia. Indonesia termasuk 10 negara
Tuberkolosis adalah penyakit menular
tertinggi penderita tuberkolosis di dunia.
yang disebabkan oleh Mycobacterium
Menurut World Health Organization
Tubercolosis yang dapat menyerang pada
dalam Global
berbagai organ tubuh
diketahui bahwa prevalensi tuberkolosis
Report
tahun 2011,
di Indonesia diperkirakan sebesar 289 kasus per 100.000 penduduk dengan
103
insidensi tuberkolosis sebesar 189 kasus
8m² per orang dikategorikan sebagai
per 100.000 penduduk, dan angka
tidak
kematiannya sebesar 27 kasus per
RISKESDAS Propinsi Sulawesi Utara
100.000 penduduk (Tatangindatu, 2014).
Tahun 2013 diketahui bahwa ada 5
Hasil Riset Kesehatan Nasional
padat
Kabupaten/
dan
berdasarkan
Kota
dengan
data
proporsi
(RISKESNAS) tahun 2014 menunjukkan
terbesar yang termasuk ke dalam kriteria
bahwa jumlah kasus baru tuberkolosis
rumah tangga kategori tidak padat, yaitu
paru adalah sebanyak 176.677 dan
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang
jumlah kasus baru di Propinsi Sulawesi
Biaro (90,3%), Kabupaten Minahasa
Utara adalah sebanyak 5.226 kasus
Induk
(Kemenkes RI, 2015). Berdasarkan hasil
(87,7%), Kota Tomohon dan Kabupaten
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
Kepulauan
Propinsi Sulawesi Utara tahun 2013
86,1%. Sedangkan untuk rumah tangga
diketahui bahwa prevalensi penduduk
kategori padat proporsi terbesar adalah
yang didiagnosis TB Paru oleh tenaga
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
kesehatan sebesar 0,3%, lebih rendah
dengan proporsi
dari angka Nasional (0,4%). Namun
Bolaang Mongondow Selatan dengan
demikian jika dibandingkan dengan
proporsi 36,0%, dan Kabupaten Bolaang
RISKESDAS tahun 2007, prevalensi
Mongondow dengan proporsi 34,4%.
penduduk Propinsi Sulawesi Utara yang
Kabupaten Minahasa Utara tergolong
di diagnosis TB Paru oleh tenaga
dalam kategori rumah tangga tidak padat
kesehatan terjadi peningkatan sebesar
dengan proporsi sebesar 82,2%. Proporsi
0,1%. Tiga Kabupaten dengan TB Paru
rumah tangga berdasarkan ketersediaan
tertinggi dari 15 Kabupaten/ Kota yang
jendela dan jendela ruang tidur dibuka
ada di Sulawesi Utara, yaitu Kabupaten
tiap hari yang terendah adalah Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan (0,6%),
Bolaang Mongondow Selatan (60, 2%),
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
Kota Manado (61,5%), dan Kabupaten
dan Kabupaten Minahasa Utara sebesar
Bolaang Mongondow Timur (66,1%),
0,5%, dengan kata lain dari rata-rata
sedangkan proporsi untuk Kabupaten
100.000
Minahasa Utara sebesar 79,9%. Untuk
penduduk
terdapat
5000
penderita TB Paru.
(88,3%),
proporsi
Kota
Talaud
Kotamobagu
masing-masing
50,9%,
rumah tangga
Kabupaten
berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI
keadaan ventilasi cukup, terendah adalah
No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang
Persyaratan
Biaro (42,0%), Kota Manado (43,8%),
Kesehatan
Perumahan
menyebutkan bahwa kepadatan hunian ≥
dan
105
Kabupaten
Minahasa
Selatan
(44,8%), sedangkan untuk Kabupaten
Penelitian ini
Minahasa Utara proporsi rumah tangga
analitik observasional dengan rancangan
berdasarkan keadaan ventilasi cukup
kasus
adalah sebesar 81,6%. Proporsi rumah
study).Penelitian
tangga berdasarkan pencahayaan alami
Kecamatan Likupang Barat. Populasi
cukup, terendah ialah Kota Manado
yang akan diteliti adalah TB Paru/
(70,4%),
BTA(+) di Kecamatan Likupang Barat
Kota
Tomohon
(75,8%),
merupakan penelitian
control
control
dilakukan
(49
Tahun
Biaro (77,7%) dan untuk Kabupaten
pengambilan sampel yaitu total sampling
Minahasa Utara proporsi rumah tangga
(kasus), yaitu sebanyak 49 responden
berdasarkan pencahayaan alami cukup
yang
sebesar 91,2%.
sedangkan untuk kontrol jumlah sampel
memenuhi
kasus).
di
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang
Kecamatan Likupang Barat adalah
2014
(case
syarat
Teknik
inklusi,
yaitu 49 responden dan memenuhi syarat
salah satu Kecamatan yang berada di
inklusi.
Wilayah Kabupaten Minahasa Utara yang memiliki banyak temuan kasus baru
HASIL DAN PEMBAHASAN
TB Paru. Tercatat tahun 2010 jumlah
1. Hasil Analisis Univariat Penelitian
kasus baru TB Paru sebanyak 58 kasus,
a.
tahun 2011 sebanyak 55 kasus, tahun
Karakteristik
Responden
Berdasarkan Umur
2012 sebanyak 30 kasus, tahun 2013
Penelitian ini dilakukan dengan cara
sebanyak 24 kasus, dan tahun 2014
mengunjungi rumah-rumah responden
sebanyak 49 kasus. Tahun 2014 terjadi
baik untuk kelompok kasus maupun
kenaikan sebesar 104,16 % dari tahun
untuk
2013 dan sampai saat ini belum diketahui
responden dalam penelitian ini ialah 98
apa saja faktor resiko lingkungan fisik
responden
rumah yang dapat mempengaruhi TB
sebanyak 49 responden dan kelompok
Paru di Kecamatan Likupang Barat. Hal
kontrol
inilah yang mendasari penulis untuk
berdasarkan kriteria inklusi. Berdasarkan
melaksanakan penelitian tentang faktor
hasil penelitian menunjukkan bahwa
resiko lingkungan fisik rumah terhadap
responden paling banyak berada pada
kejadian
Kecamatan
kelompok umur ≤ 55 tahun dengan
Likupang Barat Kabupaten Minahasa
kelompok kasus sebesar 32,7% dan
Utara.
kelompok
METODE PENELITIAN
Penelitian yang pernah dilakukan oleh
TB
Paru
di
kelompok
dengan
sebanyak
kontrol
kontrol.
Jumlah
kelompok
49
kasus
responden
sebesar
32,7%.
Ashar dan Perwitasari menggunakan
106
referensi umur produktif 15-54 tahun, menemukan
bahwa
c.
penderita
Karakteristik
Responden
Berdasarkan Kepadatan Hunian
tuberkulosis paru di Sulawesi Utara
Hasil penelitian ini menunjukkan
terbanyak pada kelompok umur yang
bahwa sebagian besar responden tinggal
produktif (Ashar dan Perwitasari, 2013).
dengan kepadatan yang tidak memenuhi
b.
Karakteristik
Responden
syarat.
Berdasarkan Jenis Kelamin
Kepadatan
hunian
ruangan
didapati bahwa sebanyak 77,6% dari total
Berdasarkan hasil penelitian yang
responden yang ada tinggal dengan
dilakukan diketahui bahwa dari 98
kepadatan hunian kamar tidur < 4
responden
responden
m2/jiwa. Sebanyak 43 responden (43,9%)
terbanyak berjenis kelamin laki-laki.
dari kelompok kasus tinggal dengan
Pada kelompok kasus sebanyak 33 orang
kepadatan hunian yang tidak memenuhi
(33,7%) yang berjenis kelamin laki-laki,
syarat, sedangkan pada kelompok kontrol
begitu juga dikelompok kontrol. Jenis
hanya sebanyak 33,7% (33 responden).
Kelamin perempuan hanya sebanyak 16
Data
orang (baik pada
responden
yang
ada,
kelompok kasus
juga
menunjukkan yang
bahwa
tinggal
dengan
maupun pada kelompok kontrol) atau
kepadatan hunian yang memenuhi syarat
hanya sebesar 16,4%. Hasil yang sama
sebanyak 6,1% (6 responden) mengalami
juga didapatkan dari penelitian yang
kejadian tuberkulosis paru (kelompok
dilakukan
di
kasus) sedangkan yang tidak mengalami
Puskesmas Depok 3, dimana sebanyak
(kelompok kontrol) sebanyak 16,3% (16
36 responden dari 60 responden berjenis
responden).
oleh
Sejati
kelamin
laki-laki
berjenis
kelamin
(2015)
sedangkan
yang
perempuan
hanya
Berdasarkan
observasi
yang
dilakukan, sebagian besar dari responden
sebanyak 24 responden. Hasil penelitian
yang
dari
Nigeria
bersama
dengan
mendapatkan hasil yang sama yaitu jenis
keluarga
yang lain sehingga
kelamin
banyak
seharusnya 1 kamar dianjurkan hanya
perempuan.
ditempati oleh 2 orang dewasa menjadi
Namun, hasil yang berbeda didapatkan
overcrowded. Hasil penelitian yang
oleh Sari (2014) dimana
dari 67
berbeda ditunjukkan oleh Izzati (2015),
responden
Surabaya
dimana berdasarkan penelitian yang
kelamin
dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas
Ogboi
laki-laki
dibandingkan
sebanyak
(2010)
di
lebih
dengan
penelitian 77,6%
di
berjenis
perempuan.
ada
menempati
kamar
beberapa
tidur
anggota yang
Andalas Padang didapatkan bahwa dari 66 responden yang ada sebanyak 56
107
responden tinggal dengan kepadatan
responden
hunian yang memenuhi syarat dan
sebanyak 30 responden tinggal dengan
sebanyak
kelembaban yang memenuhi
27
responden
tersebut
mengalami TB Paru.
pada
kelompok
kasus,
syarat
sedangkan 19 responden lainnya masih tinggal dengan kelembaban yang tidak memenuhi
d.
Karakteristik
Responden
tinggal
Berdasarkan penelitian ini diketahui sebagian
memiliki syarat.
ventilasi Sebagian
Untuk kelompok
kontrol, sebanyak 40 responden telah
Berdasarkan Ventilasi
bahwa
syarat.
dengan
kelembaban
yang
memenuhi syarat sedangkan hanya 9
besar
responden
responden saja yang tinggal dengan
yang
memenuhi
kelembaban yang tidak memenuhi syarat.
besar
responden
Secara
keseluruhan,
sebanyak
70
memiliki luas ventilasi > 10% dari luas
responden (71%) dari total 98 responden
lantai, dari 49 responden kasus diketahui
tinggal dengan kelembaban ruangan
bahwa masih banyak yang tinggal
yang memenuhi syarat sedangkan 28
dengan
tidak
responden lainnya masih tinggal dengan
responden)
kelembaban yang tidak memenuhi syarat.
luas
ventilasi
memenuhi
syarat
sedangkan
pada
(29
yang
kelompok
kontrol
sebagian besar telah tinggal dengan luas ventilasi yang memenuhi syarat (43
f.
responden). Namun secara keseluruhan, sebagian
besar
responden
penelitian ini (baik kasus
Karakteristik
Responden
Berdasarkan Suhu Ruangan
dalam
Berdasarkan
penelitian
ini
maupun
menunjukkan bahwa responden memiliki
kontrol) telah memiliki luas ventilasi
suhu ruangan yang tidak memenuhi
yang
98
syarat, sebagian besar responden tinggal
responden, sebanyak 63 responden yang
pada suhu ruangan 18ºC-30ºC. Sebanyak
telah memiliki ventilasi yang memenuhi
63 responden (64,3%) tinggal dengan
syarat).
suhu ruangan yang tidak memenuhi
e.
memenuhi
syarat
Karakteristik
(dari
Responden
syarat.
Berdasarkan Kelembaban Ruangan
Menurut
pengamatan
yang
dilakukan, hal ini disebabkan karena
Sebagian besar responden memiliki
sebagian besar rumah dari responden
kelembaban ruangan yang memenuhi
yang ada tidak memasang langit-langit
syarat, kelembaban dalam ruangan kamar
(plafond)
tidur responden antara 40% - 70%. Data
mengakibatkan uap panas yang berasal
hasil penelitian menunjukkan dari 49
dari atap rumah yang terbuat dari bahan
108
dalam
ruangan
sehingga
seng langsung masuk ke dalam ruangan
Paru dibandingkan dengan orang yang
sehingga mengakibatkan suhu udara
tinggal dengan cahaya matahari masuk
dalam ruangan naik.
ke dalam rumah.
g.
Karakteristik
Responden
2. Hasil Analisis Bivariat Penelitian
Berdasarkan Pencahayaan Alami Berdasarkan
a.
antara
Kepadatan
ini
Hunian Ruangan dengan Kejadian
menunjukkan bahwa sebagian besar
Tuberkulosis Paru di Kecamatan
responden
Likupang
dalam
penelitian
Hubungan
kelompok
kasus
memiliki pencahayaan alami ruangan
Barat
Kabupaten
Minahasa Utara
yang tidak memenuhi syarat, dari 49 responden didapati bahwa 43 responden
Hasil penelitian ini menunjukkan
tinggal dengan pencahayaan alami yang
bahwa sebagian besar responden tinggal
tidak
dengan kepadatan yang tidak memenuhi
memenuhi
syarat,
begitupun
dengan kelompok kontrol. Dari 49
syarat,
responden pada kelompok kontrol, hanya
menunjukkan nilai p = 0,029. Nilai p <
20 responden saja yang tinggal dengan
0,05 yang berarti bahwa kepadatan
pencahayaan alami (sinar matahari) yang
memiliki hubungan yang signifikan
memenuhi
29
dengan kejadian tuberkulosis paru di
responden lainnya masih tinggal dengan
Kecamatan Likupang Barat Kabupaten
pencahayaan alami yang tidak memenuhi
Minahasa Utara. Hasil ini menunjukkan
syarat. Secara keseluruhan, sebanyak 72
bahwa kepadatan hunian yang tidak
responden (73,5%) masih tinggal dengan
memenuhi syarat akan menjangkitkan
pencahayaan alami dibawah 60 lux
tuberkulosis paru. Kepadatan hunian
walaupun banyak yang memiliki luas
dalam
ventilasi yang memenuhi syarat.
berpengaruh
syarat
sedangkan
dari
hasil
ruangan
uji
yang
terhadap
Chi-Square
padat
akan
perkembangan
Masuknya cahaya matahari ke dalam
bibit penyakit. Kepadatan hunian kamar
rumah dapat membunuh kuman TB yang
tidur salah satu faktor yang dapat
dikeluarkan oleh penderita saat batuk,
meningkatkan insiden penyakit TB paru
sehingga dapat mengurangi penularan
dan penyakit menular lainnya.
terhadap
anggota
keluarga
lainnya.
Ruangan yang semakin padat
Menurut hasil penelitian dari Simbolon
akan meningkatkan suhu ruangan yang
(2007) di Kabupaten Rejang Lebong,
disebabkan oleh pengeluaran panas
diketahui bahwa orang yang tinggal
badan
cahaya matahari yang tidak masuk ke
kelembaban
dalam rumah beresiko 5 kali terkena TB
pernapasan
109
yang
akan akibat
meningkatkan uap
tersebut.
air
dari
Minimnya
pengetahuan
dan
membangun
rumah
menyebabkan Ruangan
biaya sehat
kepadatan
yang
padat
untuk
Semarang (OR=2,4; 95% CI: 1,09-5,47).
dapat
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh
hunian.
juga
Mawardi
akan
dan
Indah
mendapatkan hasil
(2014)
dan
kepadatan hunian
menghalangi proses pertukaran udara
berhubungan dengan kejadian Tb paru di
bersih sehingga kebutuhan udara bersih
wilayah kerja UPT Puskesmas Dadahup.
tidak terpenuhi dan dapat menjadi
Begitupun
penyebab terjadinya TB paru. Semakin
Abdulah, dkk (2013) yang mendapatkan
banyak
jumlah
ruangan
hasil kepadatan hunian berhubungan
semakin
cepat
ruangan
dengan TB Paru di wilayah kerja
mengalami pencemaran dan jumlah
Puskesmas Namlea dengan OR=3,01;
bakteri di udara akan semakin bertambah.
95%
Kandungan
dalam
penelitian yang dilakukan oleh Rosiana
ruangan akan menurun dan terjadi
(2012) mendapatkan hasil yang berbeda,
peningkatan gas CO2 sehingga daya
dimana hasil penelitian yang dilakukan di
tahan tubuh penghuninya akan menurun.
wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu
Selain itu ruangan yang sempit akan
Kota Semarang yaitu tidak ada hubungan
membuat nafas semakin sesak dan
antara kepadatan hunian dengan kejadian
mudah terjangkit penyakit dari penghuni
TB Paru (p value = 0,163). Penelitian
lain dari ruangan tersebut. Adanya
Dotulong, dkk (2015) juga mendapatkan
kontak serumah dengan penderita TB
hasil
Paru (sumber penularan) beresiko 3,9
penelitian yang didapatkan yaitu tidak
kali (Simbolon, 2007).
ada hubungan antara kepadatan hunian
penghuni udara
Oksigen
di
bebas
dengan
hasil
CI=1,62-5,58.
yang
penelitian
Namun,
berbeda,
dimana
hasil
hasil
Penelitian yang dilakukan oleh
dengan kejadian Tb paru di Desa Wori.
Safitri (2011) menunjukkan bahwa ada
Demikian juga hasil penelitian yang
hubungan
hunian
dilakukan oleh Halim, dkk (2015) yang
dengan kejadian TB Paru di wilayah
mendapatkan bahwa tidak ada hubungan
kerja Puskesmas Kema, berdasarkan
antara kepadatan hunian dengan kejadian
hasil penelitian yang dilakukan didapat
Tb anak usia 1-5 tahun di Kabupaten
hasil OR=2,789 dengan 95% CI: 1,51-
Kebumen. Penelitian yang dilakukan
5,15. Hasil penelitian ini juga sama
oleh
dengan hasil penelitian yang dilakukan
mendapatkan bahwa tidak ada hubungan
oleh Ratnasari (2005) yang memperoleh
antara kepadatan hunian rumah dengan
hasil adanya hubungan antara kepadatan
tuberculosis di Puskesmas Depok 3
hunian dengan kejadian TB Paru di
Kabupaten Sleman.
antara
kepadatan
110
Sejati
dan
Sofiana
(2015)
b. Hubungan antara Ventilasi Ruangan
keringat. Kelembaban dalam ruangan
dengan Kejadian Tuberkulosis Paru
tertutup dimana banyak terdapat manusia
di Kecamatan Likupang Barat
didalamnya lebih tinggi kelembabannya dibandingkan di luar ruangan. Ventilasi
Hasil penelitian ini menunjukkan
juga mempengaruhi proses pengenceran
bahwa sebagian besar responden tinggal
konsentrasi kuman TB dan kuman lain.
dengan ventilasi yang memenuhi syarat.
Kuman-kuman tersebut akan terbawa
Hasil uji Chi-Square menunjukkan nilai
dan mati karena sinar ultra violet.
p = 0,000. Nilai p < 0,05 menunjukkan
Adanya
hubungan
antara
bahwa ventilasi memiliki hubungan yang
ventilasi dengan TB paru karena ventilasi
signifikan dengan kejadian tuberkulosis
bermanfaat bagi sirkulasi atau pergantian
paru di kecamatan Likupang Barat
udara dalam rumah serta mengurangi
Kabupaten Minahasa Utara, hasil ini
kelembaban sehingga bisa mengurangi
menunjukkan bahwa ventilasi hunian
konsentrasi kuman Tb. Adanya ventilasi
yang tidak memenuhi syarat akan
yang baik akan berpengaruh terhadap
menjangkitkan tuberkulosis paru.
pertukaran udara yang bisa membuat
Fungsi dari ventilasi ialah untuk membebaskan
udara
dari
konsetrasi
berbagai
sehingga
macam bakteri, virus dan kuman. Luas
akan
dapat
dapat
dikurangi
mengurangi
resiko
seseorang terinfeksi kuman TB.
ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan
kuman
Adanya
pergantian
udara
mengakibatkan
terhadap ventilasi yang memenuhi syarat
terhalangnya proses pertukaran udara
bisa mengurangi kemungkinan penularan
dan sinar matahari ke dalam rumah dan
pada
berakibat
ini
berkurangnya konsentrasi kuman yang
tuberkulosis, yang ada didalam rumah
ada di ruangan tersebut. Ruangan dengan
tidak dapat keluar dan ikut terhisap
luas ventilasi yang tidak memenuhi
bersama udara pernafasan.
syarat bisa menyebabkan kuman dalam
kuman,
dalam
hal
Selain sebagai pergantian udara,
orang
konsentrasi
lain
tinggi
seiring
sehingga
dengan
akan
ventilasi juga bermanfaat mengurangi
memperbesar resiko penularan kepada
kelembaban dimana salah satu yang
orang lain. Ventilasi rumah yang tidak
mempengaruhi
adalah
baik bisa berakibat udara tidak terjaga
banyak
sehingga kelembaban udara di dalam
ruangan,
ruangan naik dan kondisi ini menjadi
kelembaban semakin tinggi karena uap
media yang baik bagi perkembangan
air baik dari pernafasan maupun dari
kuman
kelembaban
keringat
manusia.
manusia
dalam
Semakin satu
111
Tb.
Untuk
memungkinkan
pergantian
udara
diperlukan
minimum
secara
lancar
TB Paru dengan p value=0,569. Hasil
luas
lubang
penelitian Butiop, dkk (2015) juga
ventilasi 10% dari luas lantai.
mendapatkan hasil yang bertentangan
Perilaku responden yang sering
dengan penelitian ini, dimana didapatkan
menutup jendela dan ventilasi yang
hasil
didesain memiliki lubang yang kecil
berhubungan
berakibat
cahaya
value=0,278). Penelitian yang dilakukan
matahari dan tidak terjadi sirkulasi udara.
oleh Kartini dan Purbaningsih (2014)
Jika ventilasi atau jendela tidak dibuka
mendapatkan bahwa luas ventilasi tidak
maka tujuan utama untuk pertukaran
berhubungan dengan Tb paru pada
udara tidak dapat berjalan dengan baik.
anggota keluarga kontak Tb positif di
tidak
masuknya
Penelitian yang dilakukan oleh
bahwa
luas
ventilasi
dengan
TB
tidak
Paru
(p
Kelurahan Tamansari Bandung.
Kurniasari, dkk (2012) mendapatkan
c. Hubungan
antara
Kelembaban
bahwa luas ventilasi merupakan faktor
Ruangan
resiko
Tuberkulosis Paru di Kecamatan
yang
berhubungan
dengan
kejadian tuberculosis. Penelitian yang
dengan
Kejadian
Likupang Barat
dilakukan oleh Tesema, et al (2015) mendapatkan bahwa jumlah jendela
Hasil penelitian ini menunjukkan
dalam rumah merupakan faktor utama
bahwa sebagian besar responden tinggal
yang
dengan kelembaban yang memenuhi
berkaitan
dengan
resiko
tuberculosis di Ethiopia. Hasil penelitian
syarat,
yang sama juga didapatkan oleh Fatimah
menunjukkan nilai p = 0,044. Nilai p <
(2008),
berhubungan
0,05 menunjukkan bahwa kelembaban
dengan TB Paru dengan OR= 4,93 dan
memiliki hubungan yang signifikan
95% CI=1,71-14,17. Penelitian yang
dengan kejadian tuberkulosis paru di
dilakukan
&
kecamatan Likupang Barat Kabupaten
Kusnoputranto (2011) di Palembang
Minahasa Utara. Kelembaban hunian
mendapatkan
yang tidak memenuhi syarat akan
luas
ventilasi
oleh
bahwa
Versitaria
ada
hubungan
hasil
uji
Chi-Square
antara luas ventilasi dengan TB Paru (p
menjangkitkan
value=0,002).
Penelitian dari
Kelembaban dalam penelitian ini adalah
Rosiana (2013) bertentangan dimana
kelembaban udara dalam kamar yang
menurut penelitian yang dilakukan di
diukur dengan alat hygrometer dan
wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu
dinyatakan dalam persen.
Hasil
tuberkulosis
paru.
Kota Semarang, didapatkan hasil bahwa
Kelembaban udara berpengaruh
luas ventilasi tidak berhubungan dengan
terhadap konsentrasi kuman TB di udara.
112
Kelembaban memiliki hubungan yang
paru di Kabupaten Bangli tahun 2012.
terbalik dengan suhu udara. Kelembaban
Hasil
udara akan semakin rendah jika suhu
didapatkan oleh Fatimah (2008), dengan
udara
p value=0,024 dan OR=2,57 dan 95%
makin
tinggi.
Kelembaban
penelitian
yang
sama
pula
merupakan sarana
yang baik
bagi
mikroorganisme
termasuk
TB.
Hasil penelitian Rosiana (2013)
Kelembaban rumah yang tinggi dapat
juga sama yaitu terdapat hubungan antara
mempengaruhi penurunan daya tahan
kelembaban
tubuh
infeksi.
value=0,03; OR=4,03; 95% CI=1,07-
bisa
15,08). Penelitian yang dilakukan oleh
terhadap
Kelembaban
penyakit
yang
tinggi
CI=1,19-5,54.
dengan
(p
Hamida,
kelembaban yang tidak memenuhi syarat
hubungan
ditambah dengan perilaku tidak sehat,
kelembaban
misalnya dengan penempatan yang tidak
tuberkulosis
tepat pada berbagai barang seperti
OR=3,79; 95% CI=1,86-7,71). Hasil
pakaian yang berserakan serta kepadatan
penelitian yang berbeda didapatkan oleh
hunian ruangan ikut berperan dalam
Bachtiar (2012), dimana hasil penelitian
penularan penyakit berbasis lingkungan
di Kota Bima Propinsi NTB didapatkan
seperti
bahwa kelembaban tidak berhubungan
kuman
tuberculosis
(memudahkan berpindah
dari
baru).
Kondisi
ini
yang
mendapatkan
bermakna dengan
paru
(p
antara kejadian
value=0,00;
dengan kejadian TB Paru.
reservoir ke barang di sekitarnya sampai pejamu
(2015)
Paru
meningkatkan hidup kuman TB. Tingkat
tuberkulosis
dkk
TB
d. Hubungan antara Suhu Ruangan
akan
dengan Kejadian Tuberkulosis Paru
dipertegas dengan perilaku kebersihan
di Kecamatan Likupang Barat
diri dari orang yang hidup di dalam rumah tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian ini
Penelitian yang dilakukan oleh
menunjukkan bahwa sebagian besar
Lestari, dkk (2011) mendapatkan bahwa
responden tinggal dengan suhu ruangan
kelembaban rumah bisa meningkatkan
yang tidak memenuhi syarat. Hasil uji
resiko tuberkulosis pada anak yang hidup
Chi-Square
dengan orang dewasa yang menderita
0,035. Nilai p < 0,05 menunjukkan
tuberculosis
bahwa suhu ruangan memiliki hubungan
aktif.
Penelitian
dilakukan oleh Lanus,
yang
dkk (2012)
yang
menunjukkan nilai p =
signifikan
di
kejadian
mendapatkan hasil yang sama yaitu
tuberkulosis
terdapat hubungan bermakna antara
Likupang Barat Kabupaten Minahasa
kelembaban rumah dengan kejadian Tb
Utara, dari hasil ini menunjukkan bahwa
113
paru
dengan
Kecamatan
suhu ruangan yang tidak memenuhi
(OR 2,674). Namun hal ini bertolak
syarat akan menjangkitkan tuberkulosis
belakang
paru.
dilakukan Suhu ruangan dipengaruhi oleh
dengan
penelitian
yang
(2012)
yang
suhu
tidak
Wahyuni
menyatakan
bahwa
suhu udara luar, pergerakan udara dan
berhubungan dengan kejadian Tb paru
kelembaban
juga
BTA positif di Puskesmas Ciputat Kota
mempengaruhi penularan penyakit yang
Tangerang Selatan. Hasil penelitian yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
serupa juga dilakukan oleh Butiop, dkk
tuberculosis. Bakteri ini berkembang
(2015)
mendapatkan
biak maksimal apabila suhu tersedia juga
ruangan
tidak
optimum untuk kehidupannya. Paparan
kejadian tuberkolosis paru di Desa Wori.
sinar matahari selama 5 menit dapat
e. Hubungan
ruangan.
Suhu
bahwa
berhubungan
antara
suhu dengan
Pencahayaan
membunuh Mycobacterium tuberculosis.
Ruangan
dengan
Kejadian
Bakteri ini dapat tahan hidup pada tempat
Tuberkulosis Paru di Kecamatan
gelap, dan perkembangbiakan bakteri
Likupang Barat
lebih banyak di rumah yang gelap. Pada penelitian ini, rumah-rumah responden
Berdasarkan hasil penelitian ini
suhunya bervariasi. Berdasarkan hasil
menunjukkan bahwa sebagian besar
observasi
ruangan
responden tinggal dengan suhu ruangan
dipengaruhi oleh keadaan ventilasi dan
yang memenuhi syarat. Dari hasil uji
jendela
sehingga
Chi-Square menunjukkan nilai p = 0,003.
mempengaruhi pergerakan udara yang
Nilai p < 0,05 menunjukkan bahwa
masuk ke dalam ruangan tersebut.
pencahayaan
peneliti,
yang
Penelitian Heriyani,
dkk
suhu
ditutup
yang (2013)
dilakukan
hubungan
ruangan
yang
memiliki
signifikan
dengan
mendapatkan
kejadian tuberkulosis paru di Kecamatan
bahwa suhu udara merupakan faktor
Likupang Barat Kabupaten Minahasa
resiko terhadap kejadian Tb paru di Kota
Utara. Dari hasil ini menunjukkan bahwa
Banjarmasin,
pencahayaan
Kalimantan
Indonesia.
ruangan
yang
tidak
Hasil ini sesuai dengan penelitian Safitri
memenuhi syarat akan menjangkitkan
(2011) yang menyatakan bahwa suhu
tuberkulosis paru.
berhubungan dengan kejadian TB paru
Rumah yang sehat memerlukan
(p<0,05). Selanjutnya, Fatimah (2008)
cahaya matahari yang cukup, tidak
yang melakukan penelitian di Kabupaten
kurang
Cilacap
Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam
mendapatkan
bahwa
suhu
berhubungan dengan kejadian TB Paru
ruangan,
114
dan
tidak
terutama
terlalu
cahaya
banyak.
matahari
disamping kurang nyaman, juga akan
Perilaku
ini
menyebabkan
menjadi bertumbuhnya bakteri patogen,
ruangan tidak mendapat pencahayaan
sebaliknya terlalu banyak cahaya yang
yang baik. Pencahayaan yang kurang
masuk
ke
dalam
ruangan
akan
baik akan mempengaruhi kelembaban
silau
sehingga
dapat
rumah. Pada malam hari, rumah yang
merusak mata. Jendela dapat berfungsi
sehat setidaknya memperoleh cahaya
sebagai ventilasi dan jalan masuknya
yang cukup. Cahaya pada malam hari
cahaya ke dalam ruangan (Notoatmodjo,
dapat diperoleh dari api, listrik, lampu
2003).
minyak
menyebabkan
dan
sebagainya.
Sebaiknya
Pencahayaan alamiah didapat
rumah sehat menggunakan listrik sebagai
dari sinar matahari yang masuk melewati
sumber pencahayaan pada malam hari.
ventilasi dan jendela yang ada di rumah.
Pencahayaan dalam rumah sebaiknya
Sinar matahari yang adekuat merupakan
berkisar 60 lux sampai 100 lux.
fakor yang penting dalam kesehatan
Penelitian yang dilakukan oleh
karena sinar matahari dapat membunuh
Rukmini
bakteri yang tidak baik bagi tubuh di
mendapatkan
dalam rumah misalnya Mycobacterium
tersedianya energi penerangan dengan
tuberculosis. Sinar matahari juga bisa
kejadian tuberculosis. Hasil penelitian
membunuh bakteri patogen yang bisa
serupa juga didapatkan dari penelitian
menyebabkan berbagai penyakit lainnya,
yang dilakukan oleh Heriyani, et., al
selain itu sinar ultra violet yang ada
(2013) yang mendapatkan bahwa ada
dalam sinar matahari dapat mematikan
hubungan antara pencahayaan alami
hidup tungau. Dalam penelitian ini,
dengan kejadian Tb di Kota Banjarmasin,
pencahayaan yang kurang diakibatkan
demikian juga hasil penelitian dari
oleh perilaku menutup jendela dan pintu
Wulandari (2012) yang menyatakan
serta
bahwa responden yang tinggal dengan
ventilasi
udara.
Hal
ini
dan
Chatarina
ada
(2011)
hubungan
menyebabkan kuman dapat berkembang
pencahayaan
biak di dalam rumah dan menginfeksi
syarat di Wilayah Kerja Puskesmas
penghuni
Bandarharjo
rumah.
Kurangnya
sinar
yang
Kota
tidak
antara
memenuhi
Semarang
dapat
matahari yang masuk ke dalam rumah
terjangkit TB Paru sebesar 11,7 kali
cenderung menciptakan suasana yang
dibandingkan dengan responden yang
lembab dan gelap sehingga kuman dapat
tinggal
tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan
memenuh syarat (p value=0,001; 95%
di dalam rumah (Fahreza, 2012).
CI=2,91-47,45).
dengan
pencahayaan
sedangkan
yang
hasil
penelitian yang berbeda didapatkan dari
115
penelitian yang dilakukan oleh Sari dan
Kesimpulan yang dapat diambil dari
Fauziah
penelitian ini ialah sebagai berikut.
(2014)
di
wilayah
kerja
Puskesmas Petamburan.
1. Ada hubungan antara kepadatan
f. Variabel yang Paling Dominan
hunian
dengan
Kejadian
Berhubungan dengan Kejadian
Tuberkulosis Paru di Kecamatan
Tuberkulosis Paru di Kecamatan
Likupang
Likupang Barat
Minahasa Utara
Keterpaparan Tuberkulosis
paru
2. Ada
penyakit BTA
(+)
di
Kejadian
penelitian
alami
jendela saat pagi hari sampai siang hari
Kecamatan
ruangan
matahari)
Tuberkulosis
dengan Paru
Likupang
di
Barat
paling dominan berhubungan dengan
yang
kejadian
mengakibatkan kondisi ruangan menjadi Kondisi
Barat
6. Ventilasi merupakan variabel yang
matahari tidak bisa masuk, membuat
lembab.
di
Kabupaten Minahasa Utara.
paru. Perilaku ini dapat berakibat sinar
gelap
Likupang
(sinar
Kejadian
sangat
beresiko terhadap kejadian tuberculosis
menjadi
Paru
5. Ada hubungan antara pencahayaan
tetapi perilaku responden yang menutup
ruangan
Barat
Kabupaten Minahasa Utara.
dimiliki sebagian besar memenuhi syarat,
responden
Likupang
Tuberkulosis
Kecamatan
didapat ventilasi dan jendela yang
membuat
Kecamatan
4. Ada hubungan antara suhu dengan
Likupang Barat Kabupaten Minahasa
yang
Kabupaten
Kabupaten Minahasa Utara.
kejadian tuberkulosis paru di Kecamatan
hasil
Barat
dengan Kejadian Tuberkulosis Paru
paling
berpengaruh terhadap tingginya angka
Berdasarkan
Kejadian
3. Ada hubungan antara kelembaban
Ventilasi yang tidak memenuhi syarat
Utara.
ventilasi
Minahasa Utara.
karakteristik dan faktor sosial lainnya.
yang
antara
dengan
Likupang
faktor seperti lingkungan, status gizi,
faktor
Kabupaten
Tuberkulosis Paru di Kecamatan
seseorang dipengaruhi oleh beberapa
merupakan
hubungan
hunian
pada
Barat
Kecamatan
lembab
tuberkulosis
paru
Likupang
di
Barat
Kabupaten Minahasa Utara.
merupakan kondisi ideal bagi bakteri tuberculosis untuk berkembang biak dan
DAFTAR PUSTAKA
menyebar. Abdulah, A. Z., A. Abas dan R. Nawi.
KESIMPULAN
2013. Faktor Resiko Tuberkolosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas
116
Namlea Kabupaten Buru Propinsi
Likupang
Maluku Tahun 2007-2009. Jurnal
Mubune
Barat
Tahun
2014.
Masyarakat Epidemiologi Indonesia ------------.
1 (3) : 175-181.
2015b.
Tuberkolosis
Temukan Obati Sampai Sembuh. Anonimous. 1999. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik
Pusat
Data
dan
Informasi
Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.
Indonesia
Nomor 829 Tahun 1999 Tentang ------------. 2015c. Data dan Informasi
Persyaratan Kesehatan Perumahan.
Tahun
Departemen Kesehatan RI. Jakarta
2014
(Profil
Kesehatan
Indonesia). Jakarta --------------. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan
------------.
Tuberkolosis.
2016.
Puskesmas
Jakarta
Likupang
Profil
Mubune Barat
Kesehatan Kecamatan
Tahun
2015.
Mubune
--------------. 2013a. Panduan Penulisan Proposal, Hasil Penelitian, Tesis. Pascasarjana
Universitas
Bachtiar, I. 2012. Hubungan Perilaku
Sam
dan
Ratulangi. Manado
Kondisi
Rumah -------------. 2013b. Riset Kesehatan Dasar
Propinsi
Sulawesi
Lingkungan
dengan
Fisik
Kejadian
Tuberkulosis Paru di Kota Bima
Utara
Provinsi
Tahun 2013. Kemenkes RI. Jakarta
NTB
(online)
(http://repository.unhas.ac.id/handle/ 123456789/3935) diakses tanggal 1
-------------. 2014a. Profil Kesehatan Dinas
Kesehatan
Oktober 2015.
Kabupaten
Minahasa Utara. Airmadidi
Butiop, H. M. L., G. D Kandou, dan H. M. F Palandeng. 2015. Hubungan
------------. 2014b. Kecamatan Likupang
Kontak Serumah, Luas Ventilasi dan
Barat dalam angka 2014. Badan
Suhu Ruangan dengan Kejadian
Pusat Statistik Kabupaten Minahasa
Tuberkolosis Paru di Desa Wori.
Utara. Airmadidi.
Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik III (4a): 247-254.
----------------------------------------. 2014c.
Pedoman
Nasional
Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan
Pengendalian Tuberkolosis. Jakarta ------------.
2015a.
Puskesmas
Profil
Mubune
Lingkungan. EGC. Jakarta
Kesehatan Kecamatan
117
------------------------.
2013.
Kontrol
Hamida., G. D Kandou, dan J. Posangi.
Penyakit Menular pada Manusia.
2015.
Hubungan
EGC. Jakarta
Lingkungan Fisik Rumah dengan Kejadian
Dotulong, J. F .J., M. R Sapulete, dan G.
Kualitas
Tuberkolosis
Paru
di
Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan
D Kandou. 2015. Hubungan Faktor
Siko Kecamatan Ternate Utara Kota
Risiko Umur, Jenis Kelamin dan
Ternate Propinsi Maluku Utara.
Kepadatan Hunian dengan Kejadian
Jurnal Biomedik 3 (3) : 856-864.
Penyakit TUBERKOLOSIS Paru di Desa Wori Kecamatan Wori. Jurnal
Heriyani, F., A. H. Sutomo, dan Y. D.
Kedokteran Komunitas dan Tropik 3
Saleh. 2013. Risk Factors of the
(2) : 57-65
Incidence
Fatimah.
2008.
Faktor
Lingkungan
Kalimantan, Indonesia. International
Yang
Journal of Public Health Science 2
Berhubungan Dengan Kejadian TB Paru
di
Kabupaten
(Kecamatan
:
Pulmonary
Tuberculosis in Banjarmasin Ciry,
Kesehatan
Rumah
of
(1): 1-6
Cilacap
Sidareja,
Cipari,
Izzati, S., M. Basyar, dan J. Nazar. 2015.
Patimuan,
Faktor Resiko Yang Berhubungan
Gandrungmangu, Bantarsari) Tahun
Dengan Kejadian Tuberkolosis Paru
2008. Tesis. Program Pascasarjana
di
Universitas Diponegoro. Semarang.
Andalas
Kedungreja,
Wilayah
Kerja
Tahun
Puskesmas
2013.
Jurnal
Kesehatan Andalas 4 (1): 262-268
Fahreza, E. U. 2012. Hubungan Antara Kualitas Fisik Rumah Dan Kejadian
Kartini., Budiman, dan W. Purbaningsih.
Tuberkolosis Paru Dengan Basil
2014. Hubungan Kepadatan Hunian,
Tahan
Pencahayaan dan Ventilasi Rumah
Asam
Positif
Di
Balai
Kesehatan
Paru
Masyarakat
dengan
Suspek
Tb
Paru
pada
Semarang.
Jurnal
Kedokteran
Anggota Keluarga Kontak Tb Positif di Kelurahan Tamansari Bandung.
Muhammadiyah 1 (1) : 9-13
Prosiding Halim, R. N., dan D. B Satrio. 2015.
Penelitian
Civitas
Akademika Unisba Gelombang 2 :
Faktor Resiko Kejadian Tb Paru
559-563.
Pada Anak Usia 1-5 Tahun di Jurnal
Konoralma, K. 2013. Analisis Faktor-
Penelitian Universitas Jambi Seri
faktor risiko kejadian tuberkolosis
Sains 17 (2) : 26-39
paru di wilayah kerja Puskesmas
Kabupaten
Kebumen.
118
Tuminting dan Puskesmas Ranotana
Mawardi dan M. F. Indah. 2014.
Weru Kota Manado. Tesis. Program
Hubungan
Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Kepadatan Hunian dengan Kejadian
Pascasarjana
TUBERKULOSIS paru di Wilayah
Universitas
Sam
Ratulangi Manado.
Kondisi
Fisik
dan
Kerja UPT Puskesmas Dadahup Kecamatan
Kurniasari, R. A. S., Suhartono, dan K.
Dadahup
Kabupaten
Kapuas. An-Nadaa 1 (1) :14-20
Cohyo. 2012. Faktor Risiko Kejadian Tuberkulosis Paru di Kecamatan Baturetno Media
Kabupaten Kesehatan
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta.
Wonogiri. Masyarakat
Ogboi, S. J., S. H. Idris., A. T. Olayinka.,
Indonesia 11(2) : 198-204.
J. Ilyas. 2010. Socio-demographic Lanus, I. N., A. N. Suyasa, dan I. N.
characteristics of patients presenting
Sujaya. 2014. Hubungan antara
pulmonary tubercolosis in a primary
Sanitasi Ruah dengan Kejadian Tb
health centre, Zaria, Nigeria. Journal
Paru di Kabupaten Bangli Tahun
Of
2012. Jurnal Kesehatan Lingkungan
Diagnosis 1 (2) : 11-14
Medical
Laboratory
and
4 (2):146-151. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Lemmeshow, S., D. W. Hosmer., J. Klar.,
2006.
Tuberkolosis
Pedoman
and S. K. Lwanga. 2007. Besar
Diagnosis dan Penatalaksanaan Di
Sampel dalam Penelitian Kesehatan.
Indonesia
Gajah
(http://www.klikpdpi.com/konsensu
Mada
University
Press.
Yogyakarta
s/tb/tb.html) diakses pada 5 Oktober 2015
Lestari, P., F. Sustini., A. Endaryanto, and R. Asih. 2011. Home Humidity
Ratnasari, N. 2005. Faktor-faktor Risiko
Increased Risk of Tuberculosis ini
TB Paru di Beberapa Unit Pelayanan
Children Living with Adult Active
Kesehatan Kota Semarang (online)
Tuberculosis
(http://www.fkm.undip.ac.id)
Cases.
Universal
Medicina 30 (3): 138-145.
diakses pada 1 Oktober 2015
Maryani, L dan R. Muliani. 2010.
Rosiana, A. M. 2013. Hubungan Antara
Epidemiologi Kesehatan Pendekatan
Kondisi
Penelitian. Graha Ilmu.Yogyakarta
Kejadian
Fisik
Rumah
Dengan
Tuberkolosis.
Unnes
Journal Of Public Health 2 (1): 1-9
119
Rukmini dan U. W. Catharina. 2011. Faktor-faktor
yang
Penderita TB Paru BTA (+). Jurnal Berkala Epidemiologi 2 (2) : 274-285
Berpengaruh
terhadap Kejadian Tuberkulosis Paru Sejati, A, dan L. Sofiana. 2015. Faktor-
Dewasa di Indonesia (Analisis Data
faktor
Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010).
(2): 122-128.
14 (4) : 320-331. 2010.
Analisis
Simbolon, D. 2007. Faktor Risiko
Spasial
Tuberkolosis Paru Di Kabupaten
Sebaran Kasus Tuberkulosis Paru
Rejang Lebong. Jurnal Kesehatan
Ditinjau Dari Faktor Lingkungan Dalam
Dan
Kabupaten
Luar
Rumah
Pekalongan.
Pascasarjana
Masyarakat Nasional 2 (3) : 112-119
Di
Program
Tatangindatu. 2014. Pengaruh Faktor
Universitas
Lingkungan Dengan Kejadian Tb
Diponegoro. Semarang
Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Tahuna Timur Kabupaten Sangihe.
Safitri, S. 2011. Faktor-faktor Risiko
Tesis. Program Studi Ilmu Kesehatan
Tuberkolosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kema
Masyarakat Pascasarjana Unversitas
Kabupaten
Sam Ratulangi. Universitas Sam
Minahasa Utara. Tesis. Program
Ratulangi Manado.
Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pascasarjana Ratulangi.
Universitas Universitas
Sam
Tesema,
Sam
Tadesse.,
M.
and Host-related Determinants of Tuberculosis in Metema District,
Resiko yang Berhubungan dengan
North
Kejadian Tb Paru BTA (+) di Kerja
Jakarta
Ethiopia.
Drug,
95.
Pusat
Versitaria, H. U, dan H. Kusnoputranto.
Kesehatan 10 (2): 70-80.
2011.
Tuberkolosis
Palembang,
Sari, R. M. 2014. Hubungan Antara Kontak
West
Healthcare and Patient Safety 7 : 87-
Puskesmas
Tahun 2012. Jurnal Kedokteran
Karakteristik
T.
Weldegebral. 2015. Environmental
Sari, I. K, dan M. Fauziah. 2014. Faktor
Petamburan Kota
C.,
Gebrehiwot., A. Tsegaw, and F.
Ratulangi Manado.
Wilayah
Tuberkulosis.
Jurnal Kesehatan Masyarakat 10
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Ruswanto,
Terjadinya
Jurnal
Dengan
Sumatera
Kesehatan
Nasional 5 (5) : 234-240
Adanya Gejala TB Pada Kontak
120
Paru
di
Selatan.
Masyarakat
Wahyuni, D. S. 2013. Hubungan Kondisi Fisik
Rumah
Individu
dan
Karakteristik
dengan
Kejadian
Tuberkulosis Paru BTA Positif di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2012. BIMKMI 1 : 18. WHO.
2014.
Tubercolosis
(online)
(http://www.who.int/topics/tubercul osis/en/) diakses pada 1 Oktober 2015 Wijaya, A. 2011. Tuberkolosis (online) (http://repository.usu.ac.id/bitstrea m/123456789/29530/4/Chapter%20 II.pdf) diakses tanggal 1 Oktober 2015 Wikipedia. 2015. Tujuan Pembangunan Milenium
(online)
(https://id.wikipedia.org/wiki/Tujua n_Pembangunan_Milenium) diakses pada 1 Oktober 2015 Wulandari,
S.
2012.
Hubungan
Lingkungan Fisik Rumah Dengan Tuberkolosis Paru. Unnes Journal Of Public Health 1 (1) : 41-44
121