KEANEKARAGAMAN JENIS MAMALIA DI JALUR CIPADARANTEN 1 PUSAT PENDIDIKAN KONSERVASI ALAM BODOGOL (PPKAB), RESORT BODOGOL, TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO Oleh : Isniatul Wahyuni1) (E34120017), Rizki Kurnia Tohir1) (E34120028), Yusi Widyaningrum1) (E34120048), Ulva Prabawati1) (E3412005), Raina Lydiasari1) (E34120116) 1) Departeman Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. ABSTRACT Wildlife is one of the important factors in wildlife conservation activities . Inventory of wildlife is one of the means used to know all the information related to wildlife species . The number of wildlife in its habitat is one form of diversity of natural resources (biodiversity ) because it is necessary safeguards . Practical observations of mammals held on December 13, 2014 in Cipadaranten 1 Nature Conservation Education Center Bodogol ( PPKAB ) , Resort Bodogol , National Park of Mount Gede Pangrango . The method used is the line transect method is to make a long line to be investigated based on the location of the track width is not measured . Based on observations , obtained five species of mammals , among others Javan gibbon ( Hylobates moloch , palm squirrels ( Callosciurus notatus ) , slow loris Java , monkey Black . Worth of mammals in lane 1 of 1.02 Cipadaranten . Diversity of mammal species found in the track Cipadaranten 1 is low . this is evident from the index value of 1.28 . value evenness index ( E ) in Cipadaranten lane 1 is high , it is seen from the values obtained evenness index is equal to 0.92 . type black monkey dominance index value most notably at 42.11 . Based on the results of data analysis , it can be concluded that the location at Cipadaranten track 1 has a wealth and diversity of mammals are low , but has a high equity value . Keyword
: Inventory, Population density, diversity, dominance PENDAHULUAN
Informasi mengenai satwaliar merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan konservasi satwaliar. Inventarisasi satwaliar merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui semua informasi yang berkaitan dengan spesies satwaliar. Misalnya populasi, kondisi habitat, dan penyebarannya. Informasi satwaliar tersebut pada akhirnya akan dapat digunakan untuk menetapkan strategi konservasi. Jumlah satwaliar pada habitatnya merupakan salah satu bentuk keanekaragaman sumberdaya alam hayati (biodiversity) karena itu perlu dilakukan usaha perlindungan. Sebelum melakukan usaha perlindungan perlu diketahui jumlah dan sebaran di habitatnya. Penentuan jumlah satwaliar tersebut dapat dilakukandengan berbagai metoda sampling yang memudahkan kita untuk melakukan perhitunan populasinya. Walaupun belum dapat diketahui jumlahnya secara pasti, namun metode ini merupakan cara untuk mendata populasi mendekati jumlah sebenarnya di habitat hidup satwaliar. Bodogol adalah pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB) yang sudah ada sejak tahun 1998. Organisasi ini merupakan hasil kerjasama antara tiga lembaga, yaitu :
Conservation International Indonesia (CII), Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Yayasan Alam Mitra Indonesia. Luas areanya mencakup 200 hektar. Di Bodogol terdapat berbagai macam satwaliar termasuk diantaranya jenis, Owa Jawa,Surili, dan Lutung Hitam. Praktikum inventarisasi satwaliar di Bodogol merupakan salah satu sarana bagi mahasiswa untuk untuk menerapkan metode inventarisasi satwaliar. Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode jalur garis (line). Namun, praktikan melakukan pemasangan trap pada jalur. Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui kekayaan, keanekaragaman, kemerataan jenis mamalia dan jumlah populasi mamalia yang berada di kawasan sampling dengan menggunakan metode jalur garis (line). METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Praktikum pengamatan mamalia dilaksanakan pada tanggal 13 Desember 2014 di Jalur Cipadaranten 1 Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB), Resort Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango. Pengamatan dilakukan pada pagi hari pukul 06.30-08.30 WIB dan sore hari pukul 15.00-16.30 WIB. Kondisi vegetasi di lokasi pengamatan terbilang sangat rapat dan ditumbuhi oleh beberapa jenis pohon diantaranya yaitu pohon Kaliandra,
pohon Pinus, pohon Agathis, pohon Sikat Botol rasamala, dan saninten. Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan selama praktikum adalah meteran gulung, buku panduan lapang mamalia, binokuler, tallysheet, alat penunjuk waktu, kepala ikan asin sebagai umpan, trap dan kamera. Metode Garis (Methods Line Transect) Metode transect adalah salah satu bentuk metode inventarisasi yang berbasis pada jarak (distance methods) (Buckland et al. 2001). Metode line transect merupakan metode inventarisasi yang paling banyak digunakan dalam pendugaan kepadatan ukuran populasi. Cara kerja metode garis adalah membuat garis panjang berdasar lokasi yang akan diteliti dengan lebar jalur tidak diukur. Garis transek merupakan suatu petak contoh, dimana seorang pengamat berjalan sepanjang garis transek tersebut. Kemudian seluruh organisme yang ada di dalamnya dihitung, dicatat berdasarkan jenisnya, diukur jarak antara satwa dan pengamat, serta arah azimuthnya.
2. Indeks kemerataan jenis Kemerataan jenis digunakan untuk mengetahui dominansi diantara setiap jenis dalam suatu lokasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai Evennes (Brower & Zar 1997) adalah : 𝐸=
H′ ln (𝑆)
Keterangan : E = Indeks kemerataan jenis H' = Indeks Shannon-Wiener S = Jumlah jenis Besaran nilai E yang mendekati 1 menunjukkan bahwa persebarannya merata. 3. Indeks kekayaan Margalef (Dmg) 𝐷𝑚𝑔 =
𝑆−1 ln(𝑁)
dengan : Dmg : indeks kekayaan Margalef S : jumlah jenis yang ditemukan N : jumlah total individu 4. Indeks dominansi 𝐷=
𝑛 𝑥 100 % N
dengan : D : indeks dominansi n : jumlah jenis yang ditemukan N : jumlah total individu Gambar 2. Pengamatan dengan transek garis Keterangan: * Posisi pencatat Satwa yang terlihat α Sudut pandang, yaitu sudut yang terbentuk antara arah transek dengan posisi satwa. Analisis Data 1. Indeks keanekaragaman jenis Keanekaragaman jenis yang ditemukan pada saat pengamatan ditentukan dengan menggunakan persamaan indeks ShannonWiener (Brower&Zar 1997) sebagai berikut : ni
H' Pi ni N
H' = -Σ Pi Ln Pi, 𝑃𝑖 = N Keterangan: = Indeks diversitas Shannon-Wiener = Proporsi jenis ke-i = Jumlah individu ke-i = Jumlah total individu
5. Metode line transect Persamaan Poole (Poole Methods) : Σxi. (2Σxi + 1) 2. Σ𝐿𝑗. 𝑑𝑗 Σri. Sinθi 𝑑𝑗 = nj 𝑃 = 𝐷. 𝐴
𝐷=
Keterangan: D = Kepadatan populasi (indiv/km2) P = Populasi dugaan (individu) A = Luas wilayah (km2) xi = jumlah individu pada kontak ke-i Lj = panjang transek jalur ke-j (m) dj =rata-rata lebar kiri atau kanan jalur ke-j (m) nj = jumlah kontak pada jalur ke-j
6. Capture-mark-recapture (CMR ) Pendugaan Petersen
𝑁=
n1. n2 m2
N = Pendugaan populasi n1 = Jumlah individu yang ditemukan pada pengamatan pertama n2= Jumlah individu yang ditemukan pada penangkapan ke-2 Kepadatan = N/A
Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan 5 jenis mamalia antara lain Owa Jawa (Hylobates moloch, Bajing kelapa (Callosciurus notatus), Kukang Jawa, Lutung Hitam . Nilai dari indeks kekayaan, Indeks keanekaragaman, dan Indeks kemerataan dapat dilihat pada tabel 1. Kepadatan populasi dan pendugaan populasi mamalia di Jalur Cipadaranten 1 dilakukan pada pagi hari, sore, dan malam hari. Nilai kepadatan dan pendugaan populasi tersebut dapat dilihat pada tabel 2.
HASIL Tabel 1 Indeks kekayaan, Indeks keanekaragaman, Indeks kemerataan, dan indeks dominansi jalur Cipadaranten 1. No Nama Jenis D (%) Dmg H′ E 1 Owa jawa (Hylobates moloch) 21,05 2 Kukang Jawa 10,53 3 Callosciurus notatus 26,32 1,02 1,28 0,92 4 Lutung Hitam 42,11
Tabel 2 Kepadatan populasi dan pendugaan populasi pengamatan pagi hari.
mamalia
No Jenis 1 Lutung hitam 2 Owa Jawa (Hylobates moloch) 3 Bajing kelapa (Callosciurus notatus) Tabel 3 Kepadatan populasi dan pendugaan populasi pengamatan sore-malam hari. No Jenis 1 Lutung hitam 2 Bajing kelapa (Callosciurus notatus) 3 Kukang Jawa PEMBAHASAN Karakter habitat dari lokasi pengamatan yaitu lokasi pengamatan memiliki jenis pohon diantaranya yaitu pohon Kaliandra, pohon Pinus, pohon Agathis, pohon Sikat Botol, pohon Rasamala, dan pohon Saninten. Tutupan vegetasi jalur Cipadaranten 1 terbilang rapat. Suhu awal yang tercatat pada saat pengamatan pagi di lokasi tersebut sebesar 22⁰C dan pada sore hari tercatat sebesar 23⁰C. Cuaca pada saat pengamatan pagi berkabut dan gerimis sedangkan pada sore hari mendung dan hujan. Kondisi lantai hutan berserasah dan ditumbuhi semak, paku-pakuan dan tumbuhan bawah lainnya serta struktur tanah liat. Kekayaan jenis menunjukkan perbandingan jumlah jenis yang ditemukan di suatu lokasi dengan
di
jalur
D (indiv/ha) 105,08 4,766 92,95
mamalia
di
mamalia
Cipadaranten
di
1
pada
1
pada
P (individu) 68 18 27,5 jalur
D (indiv/ha) 29,577 11,304 54,787
Cipadaranten
P (individu) 3 49,998 49,999
jumlah dari masing-masing jenis yang ditemukan. Hasil analisis menunjukkan nilai kekayaan jenis mamalia di jalur Cipadaranten 1 sebesar 1,02 Indeks keanekaragaman digunakan untuk mengetahui keanekaragaman hayati mamalia pada lokasi yang diteliti. Helvoort (1981) menjelaskan bahwa keanekaragaman berhubungan dengan banyaknya jenis dan jumlah individu tiap jenis sebagai komponen penyusun komunitas. Oleh karena itu keanekaragaman jenis menyangkut dua hal yaitu kekayaan dan sebaran keseragaman. Pada prinsipnya, nilai indeks makin tinggi, berarti komunitas di lokasi tersebut makin beragam dan tidak didominasi oleh satu atau lebih individu.
Berdasarkan hasil analisis data, keanekaragaman jenis mamalia yang terdapat di Jalur Cipadaranten 1 sebesar 1,28 (Tabel 1). Satwa yang ditemukan dilokasi pengamatan sebagian besar hanya berupa suara seperti pada jenis Owa Jawa dan Bajing. Namun pada beberapa titik kelompok 17 menemukan tujuh individu Lutung Hitam. Jenis bajing juga jarang ditemukan karena penglihatan pengamat terhalang oleh kabut. Nilai kemerataan yang didapat yaitu sebesar 0,92 (Tabel 1). Nilai kemerataan yang tinggi menunjukkan bahwa kelimpahan individu spesies mamalia pada lokasi penelitian tersebut hampir merata karena mendekati nilai 1, tidak ada dominasi spesies mamalia yang sangat menonjol. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi habitat di jalur Cipadaranten memiliki ketersediaan sumber hidup seperti pakan, tempat berlindung dan berkembang biak yang cukup bagi spesies-spesies mamalia yang ditemukan di lokasi tersebut (Iskandar 1998). Indeks dominansi masing- masing jenis berbeda dan jenis Lutung hitam memiliki nilai indeks dominansi yang paling besar yaitu sebesar 42,11. Hal itu berarti keberadaan Lutung hitam mendominasi pada jalur Cipadaranten 1. Kepadatan populasi mamalia pada pagi hari dicari dengan metode line transek. Nilai dari kepadatan populasi masing-masing jenis antara lain Lutung hitam sebesar 105,08 ; Owa jawa sebesar 4,766 dan Bajing sebesar 92,95. Namun pada malam hari ditemukan jenis Kukang jawa dengan nilai kepadatan sebesar 54,787. Kondisi lapang sangat mempengaruhi keberadaan satwa terutama mamalia. Kondisi lapang yang sangat mempengaruhi keberadaan satwa yaitu cuaca dan pakan. Cuaca sangat mempengaruhi keberadaan satwa karena apabila cuaca mendung dan hujan satwa cenderung lebih sering di sarang daripa keluar. Sedangkan untuk ketersediaan pakan juga akan mempengaruhi keberadaan dan tingkat keanekaragaman satwa sesuai dengan ketersediaan pakan yang ada di tempat tersebut.
Metode pengamatan yang dilakukan memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode line transek antara lain dapat dengan mudah menentukan jarak dan sudut kontak dari satwa yang berkelompok melalui titik acuan atau titik pusat dengan asumsi titik pusat tersebut telah mewakili kumpulan satwa yang terdapat pada lokasi tersebut. sedangkan kekurangan dari metode ini adalah sulit dalam mendapatkan ukuran jarak yang tepat antara satwa dengan pengamat terutama pada daerah dengan vegetasi yang rapat (Bibby et al 1998). KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisi data, dapat disimpulkan bahwa lokasi di jalur Cipadaranten 1 memiliki kekayaan dan keanekaragaman jenis mamalia yang rendah, namun memiliki nilai kemerataan yang tinggi, artinya tidak ada satu atau lebih spesies yang mendominasi. Hal itu dikarenakan jalur Cipadaranten 1 memberikan sumberdaya pakan yang cukup bagi kehidupan mamalia.
DAFTAR PUSTAKA Bibby C, Jones M, Marsden S. 1998. Expedition Field Techniques: Bird Surveys. London: ExpeditionAdv. Centre. Brower JE, Zar JH.1997. Field and Laboratory Methods For General Ecology. Iowa (US) : Brown. Buckland ST et al. 2001. Introduction to Distance Sampling. Oxford: Oxford University Press. Helvoort B van. 1981. Bird Population in The Rural Ecosystem of West Java. Netherlands: Nature Conservation Departement. Iskandar DT. 1998. Amfibi Jawa dan Bali-Seri Panduan Lapangan. Bogor (ID): Puslitbang LIPI. Kurnia I. 2003. Studi keanekaragaman jenis burung untuk pengembangan wisata birdwatching di Kampus IPB Darmaga[skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN A. PENGOLAHAN DATA 1. Keanekaragaman jenis H' = -Σ Pi Ln Pi = - (-0,3513+ -0,328+ -0,3642+ -0,237 ) = 1,28 2. Kemerataan jenis H′
𝐸 = ln (𝑆) = 1,28/ln(4)= 0,92 3. Kekayaan jenis 𝑆−1
4−1
𝐷𝑚𝑔 = ln(𝑁) = ln(19)= 1,02 4. Indeks dominansi Bajing 𝑛 𝐷 = N 𝑥 100 % = 5/19.100% = 26,32 Owa jawa 𝑛
𝐷 = N 𝑥 100 % = 4/19.100% = 21,05 Lutung hitam 𝑛
𝐷 = N 𝑥 100 % = 8/19.100% = 42,11 Kukang jawa 𝑛
𝐷 = N 𝑥 100 % = 2/19.100% = 10,53 Metode line transek Pagi hari Lutung hitam Σxi.(2Σxi+1) 𝐷 = 2.Σ𝐿𝑗.𝑑𝑗 = 8 ( 18 )/ 2 (1,2 x 0,0539) = 10508 P = D/A = 10508/ 0,0065 = 68 Owa jawa
𝐷=
Σxi.(2Σxi+1) 2.Σ𝐿𝑗.𝑑𝑗
= 4 ( 10 )/ 2 (1,2 x 15,898) = 4,766
P = D/A = 4,766/ 3,7764 = 18
Bajing
𝐷=
Σxi.(2Σxi+1) 2.Σ𝐿𝑗.𝑑𝑗
= 25 (52)/ 2 (1,2 x 2,4653) = 92,95
P = D/A = 92,95/ 0,2958 = 27,5 = 28
Sore hari Bajing
𝐷=
Σxi.(2Σxi+1) 2.Σ𝐿𝑗.𝑑𝑗
= 2 (6)/ 2 (1,2 x 3,686) = 11,304
P = D/A = 11,304/ 0,442 = 4,9998
Lutung hitam Σxi.(2Σxi+1) 𝐷 = 2.Σ𝐿𝑗.𝑑𝑗 = 1( 4 )/ 2 (1,2 x 8,4524) = 2,9577 P = D/A = 2,9577/ 1,014 =3 Kukang jawa
𝐷=
Σxi.(2Σxi+1) 2.Σ𝐿𝑗.𝑑𝑗
= 2 ( 6)/ 2 (1,2 x 7,6051) = 5,4787
P = D/A =5,4787 / 0,913 = 4,999 = 5
B. FOTO
Gambar 1. Tupai
Gambar 2. Owa Jawa
Gambar 3. Lutung