KEANEKARAGAMAN JENIS HERPETOFAUNA DI JALUR CIKAWENI PUSAT PENDIDIKAN KONSERVASI ALAM BODOGOL (PPKAB), RESORT BODOGOL, TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO Oleh: Isniatul Wahyuni (E34120017), Rizki Kurnia Tohir1) (E34120028), Yusi Widyaningrum1) (E34120048), Ulva Prabawati1) (E3412005), Raina Lydiasari1) (E34120116) 1) Departeman Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. 1)
ABSTRACT Inventory of herpetofauna species diversity is held on 2014, December 12 from 7.20 pm till 9.20 pm at Cikaweni, Bodogol Conservation and Education Centre, Gunung Gede Pangrango National Park. The method used at the time of observation, i.e. Visual Encounter Surveys Methods (VES), and time search. Visual Encounter Surveys methods (VES), namely the taking of wildlife species based on the direct encounter on the track in the area of terrestrial or aquatic. Time search is a method of data retrieval with full time length of time predetermined by the time to record the animals are not counted. Herpetofauna have an important role in the ecosystem as a bioindikator environment, predators of pests and insects that harm humans. Therefore, the herpetofauna inventory activities necessary to assess the quality of an environment. The result of inventory are 4 species of reptile Gonocephalus chamaeleontonus, Dendrelapis pictus, Cyrtodactylus marmoratus and 1 species of amphibi Rhacophorus margaritifer. Value of the type property of reptile 2,164 and amphibi 0 . Index of diversity base on Shannon-Wiener is 1,3862 for reptile and 0 for amphibi, index of Evennes is 1 for reptile and 0 for amphibi. Value of dominant species are 25 % for reptile and 100% for amphibi. Keywords : Diversity in Cikaweni PPKAB Bodogol, Dominance, Inventory, Herpetofauna, VES with Time Search methods PENDAHULUAN Bodogol adalah pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB) yang sudah ada sejak tahun 1998. Organisasi ini merupakan hasil kerjasama antara tiga lembaga, yaitu: Conservation International Indonesia (CII), Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Yayasan Alam Mitra Indonesia. Luas areanya mencakup 200 hektar. Di Bodogol terdapat berbagai macam satwaliar termasuk diantaranya jenis yang langka yaitu Elang Jawa, Owa Jawa dan Surili. Praktikum inventarisasi satwaliar di Bodogol merupakan salah satu sarana bagi mahasiswa untuk menerapkan metode inventarisasi satwaliar. Herpetofauna merupakan hewan berdarah dingin yang untuk mengatur suhu tubuhnya sangat tergantung pada kondisi lingkungan tempat tinggalnya. Herpetofauna terdiri dari reptilia dan amphibia merupakan dua kelas potensi keanekaragaman hayati hewani yang kurang dikenal dan jarang diketahui. Herpetofauna sangat menyukai tempat-tempat yang kondisi kelembabannya relatif tinggi dan dekat dengan badan air. Herpetofauna merupakan salah satu hewan eksotik dan komoditas ekspor (Kusrini dan Alford 2006). Herpetofauna mudah dijumpai terutama pada malam hari saat suhu udara rendah dengan kelembaban udara tinggi. Herpetofauna memiliki peranan penting dalam ekosistem sebagai bio-
indikator lingkungan, predator hama dan serangga yang merugikan manusia (Duelman dan Trueb 1976). Oleh karena itu diperlukan kajian tentang keanekaragaman jenis herpetofauna di beberapa lokasi dengan sumber air untuk mengetahui kondisi lingkungan terkini di jalur Cikaweni, PPKAB Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Tujuan praktikum ini adalah menerapkan metode inventarisasi herpetofauna menggunakan metode Visual Encounter Survey (VES) with Time Search di Bodogol dan memperoleh database mengenai herpetofauna di Bodogol meliputi populasi, kondisi habitat, serta penyebaran. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Praktikum pengamatan herpetofauna dilaksanakan pada tanggal 12 Desember 2014 pukul 19.20-21.20 WIB di jalur Cikaweni Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB), Resort Bodogol, Taman Nasional Gunung GedePangrango. Alat dan bahan Obyek pengamatan adalah jenis herpetofauna di sepanjang Jalur Cikaweni Resort Bodogol. Alat dan bahan yang digunakan selama praktikum adalah plastik spesimen, kaliper,
timbangan, tallysheet, buku identifikasi herpetofauna, senter/ headlamp, termometer, alat penunjuk waktu, dan spidol permanen. Jenis data Data herpetofauna meliputi reptil dan amfibi yang diambil adalah jenis, jumlah individu, waktu perjumpaan, aktivitas, penggunaan habitat, aktivitas pada saat ditemukan dan posisi penemuan satwa di lingkungan habitatnya (posisi horizontal dan vertikal terhadap badan air). Metode pengumpulan data Metode Visual Encounter Survey (VES), yaitu pengambilan jenis satwa berdasarkan perjumpaan langsung pada jalur di daerah terestrial maupun akuatik (Heyer dkk, 1994). Metode yang digunakan adalah time search. Time search merupakan suatu metode pengambilan data dengan waktu penuh yang lamanya waktu telah ditentukan sebelumnya dengan waktu untuk mencatat satwa tidak dihitung. Lama waktu pengambilan data selama dua jam di habitat terrestrial maupun akuatik. Metode VES merupakan modifikasi dari metode jelajah bebas dan belt transek. Metode tersebut dilakukan dengan cara menyusuri berbagai badan air dan mendata jenis yang ditemukan serta keadaan daerah tempat jenis tersebut ditemukan. Susanto (2006) menyatakan bahwa metode ini cocok untuk digunakan mendata jenis dan mikrohabitat amfibi. Akan tetapi, data yang didapatkan tidak dapat mencerminkan keadaan populasi seperti kepadatan. Pengamatan dan penangkapan spesimen herpetofauna dilakukan di sepanjang Jalur Cikaweni. Cara pengambilan data saat pengamatan malam adalah dengan cara menyorotkan sinar senter pada tempat-tempat yang umumnya dipakai oleh amfibi dan reptil beraktivitas. Tempat tersebut adalah lubang-lubang pada tanah, dahan-dahan pohon atau daun, diantara serasah, di bawah atau celah bebatuan, dan pada kubangan air. Individu yang diamati lalu ditangkap dan dimasukkan dalam plastik spesimen. Metode ini umumnya digunakan untuk menentukan kekayaan jenis suatu daerah, untuk menyusun suatu daftar jenis, serta untuk memperkirakan kelimpahan relatif jenis-jenis satwa yang ditemukan. Metode ini biasa dilakukan disepanjang suatu jalur, dalam suatu plot, sepanjang sisi sungai, sekitar tepi kolam, dan seterusnya, selama sampel reptil dan amfibi bisa terlihat. Analisis data Hasil data yang didapat dianalisis menggunakan indeks kekayaan jenis Margalef,
indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, indeks kemerataan dan dominansi.
Indeks kekayaan Margalef (Dmg) πβ1 π·ππ = ln(π) dengan : Dmg : indeks kekayaan Margalef S : jumlah jenis yang ditemukan N : jumlah individu seluruh jenis Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (Hβ²) π» β² = β β ππ ln ππ ni ππ = N dengan : Hβ² : Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener ni: Jumlah individu jenis ke-i N : Jumlah individu seluruh jenis Indeks kemerataan (E) πΈ=
Hβ² ln(π)
dengan: E : Indeks kemerataan jenis Hβ²: Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener S : Jumlah jenis yang ditemukan Indeks ini menunjukkan pola sebaran satwa, yaitu merata atau tidak. Jika nilai indeks kemerataan relatif tinggi, keberadaan setiap jenis satwa dalam kondisi merata. Besaran nilai Eβ0 kemerataan spesies rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki masing-masing spesies sangat jauh berbeda. E=1 menunjukkan kemerataan antarspesies relatif merata atau jumlah individu masing-masing relatif sama (Fachrul 2012). Indeks dominansi jenis (D) ππ π· = π₯ 100 % N dengan : D : indeks dominansi ni : jumlah individu suatu jenis N : jumlah individu seluruh jenis HASIL Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan lima jenis individu herpetofauna baik amphibi maupun reptil yang terdiri dari empat individu jenis reptil antara lain Gonocephalus sp. ,Gonocephalus chamaeleontonus, ular lidah api (Dendrelapis pictus), cicak hutan (Cyrtodactylus marmoratus) dan satu individu jenis amphibi yaitu katak pohon
jawa (Rhacophorus margaritifer). Nilai dari dominansi, indeks kekayaan, indeks
keanekaragaman, dan indeks kemerataan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1 Dominansi, indeks kekayaan, indeks keanekaragaman, dan indeks kemerataan reptil metode VES. Nama Jenis Jumlah D(%) Dmg H' E Gonocephalus sp 1 25 Gonocephalus chamaeleontinus 1 25 Ular lidah api (Dendrelapis pictus) 1 25 Cicak hutan (Cyrtodacthylus marmoratus) 1 25 3,28 1,39 1 Jumlah 4 100 3,28 1,39 1 Tabel 2 Indeks kekayaan, indeks keanekaragaman, indeks kemerataan, dan dominansi amphibi metode VES. Jumlah Nama jenis D (%) Dmg H' E 1 Katak pohon jawa (Rhacophorus margaritifer) 100 0 0 0 Nilai dominansi masing-masing jenis reptil tersebut sama yaitu sebesar 25 %. Hal itu dikarenakan masing-masing jenis hanya ditemukan satu individu. Gonocephalus sp. berbeda dengan Gonocephalus chamaeleontonus sehingga terhitung beda jenis. Untuk nilai dominansi amphibi didapatkan hasil sebesar 100 % karena hanya ditemukan satu individu jenis yaitu Rhacophorus margaritifer. PEMBAHASAN Pengamatan herpetofauna yang dilakukan di Jalur Cikaweni pada pukul 19.20 hingga pukul 21.20 WIB dengan metode Visual Encounter Survey (VES) with Time search ditemukan lima jenis herpetofauna yang terdiri dari empat jenis reptil yaitu Gonocephalus sp. , Gonocephalus chamaeleontnus, ular lidah api (Dendrelapis pictus), cicak hutan (Cyrtodactylus marmoratus) dan satu jenis amfibi yaitu katak pohon jawa (Rhacophorus margaritifer). Kekayaan jenis menunjukkan perbandingan jumlah jenis yang ditemukan di suatu lokasi dengan jumlah dari masing-masing jenis yang ditemukan. Hasil analisis menunjukkan nilai kekayaan jenis reptil sebesar 3,28 dan kekayaan jenis amphibi sebesar 0. Hal itu menujukkan bahwa jalur cikaweni memiliki kekayaan jenis reptil dan amphibi yang rendah. Indeks keanekaragaman digunakan untuk mengetahui keanekaragaman hayati herpetofauna pada lokasi yang diteliti. Helvoort (1981) menjelaskan bahwa keanekaragaman berhubungan dengan banyaknya jenis dan jumlah individu tiap jenis sebagai komponen penyusun komunitas. Oleh karena itu keanekaragaman jenis menyangkut dua hal yaitu kekayaan dan sebaran keseragaman. Pada prinsipnya, nilai indeks makin tinggi, berarti komunitas di lokasi tersebut makin beragam dan tidak didominasi oleh satu atau lebih individu. Berdasarkan hasil analisis data, keanekaragaman jenis herpetofauna yang terdapat di jalur cikaweni tergolong sedang. Hal ini terlihat dari nilai indeks
keanekaragaman reptil sebesar 1,39 (Tabel 1) dan nilai indeks keanekaragaman amphibi sebesar 0. Menurut Fachrul (2012), indeks keanekaragaman tergolong rendah apabila nilai Hβ² < 1. Habitat amphibi dan reptili dapat dibagi menjadi 2 (dua) habitat besar, yaitu akuatik dan terestrial. Habitat akuatik meliputi kolam-kolam dan sungai, sementara habitat teresrial meliputi lantai hutan maupun pepohonan (arboreal). Keanekaragaman habitat akan berpengaruh terhadap keanekaragaman jenis suatu hewan. Semakin beranekaragam struktur habitat maka semakin besar keanekaragaman jenis hewan, hal ini karena habitat menyediakan sumberdaya yang cukup, khususnya sebagai tempat untuk mencari makan, berlindung, dan berkembang biak (Kurnia 2003). Indeks kemerataan jenis reptil di Jalur Cikaweni sebesar 1. Menurut Fachrul (2012) yang menyatakan bahwa kemerataan jenis akan tergolong tinggi apabila nilai E=1. Nilai kemerataan yang tinggi menunjukkan bahwa jumlah individu masing-masing spesies reptil pada lokasi penelitian tersebut relatif sama, tidak ada spesies reptil yang sangat menonjol. Namun, Indeks kemerataan jenis amphibi di Jalur Cikaweni sebesar 0 sehingga tergolong rendah. Hal ini sesuai dengan Fachrul (2012) yang menyatakan bahwa kemerataan jenis akan tergolong rendah apabila niai Eβ0. Kemerataan jenis menunjukkan komposisi jumlah individu per jenis dalam suatu habitat tertentu. Semakin merata suatu persebaran satwa di suatu lokasi tertentu maka semakin baik pula kondisi lingkungan tersebut sehingga mampu mendukung kelangsungan hidup beberapa jenis herpetofauna. Nilai dominansi yang diperoleh untuk masing-masing jenis repti sebesar 25% karena hanya ditemukan satu individu pada masing-masing jenis tersebut. Namun nilai dominansi untuk amphibi diperoleh sebesar 100% karena hanya
ditemukan satu jenis amphibi yaitu Rhacophorus margaritifer. Cuaca pada saat pengamatan gerimis tetapi lantai hutan tetap kering. Kelebihan metode VES adalah sangat cocok digunakan untuk mendata jenis dan mikrohabitat amfibi, metode ini juga memiliki kelemahan yaitu data yang didapatkan tidak dapat mencerminkan keadaan populasi seperti kepadatan (Heyer dkk 1994). KESIMPULAN Pengamatan herpetofauna dilaksanakan di Jalur Cikaweni, Resort Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan menggunakan metode Visual Encounter Survey (VES) dan Time Search. Hasil pengamatan berhasil menemukan empat jenis reptil yaitu Gonocephalus sp. ,Gonocephalus chamaeleontonus, ular lidah api (Dendrelapis pictus), cicak hutan (Cyrtodactylus marmoratus) dan satu jenis amphibi yaitu katak pohon jawa (Rhacophorus margaritifer). Indeks kekayaan jenis reptil sebesar 3,28 dan amphibi sebesar 0. Indeks keanekaragaman jenis reptil dan amphibi berturut-turut sebesar 1,39 dan 0. Indeks kemerataan jenis reptil sebesar 1 dan amphibi sebesar 0. Nilai dominansi masing-masing jenis reptil sebesar 25 % sehingga tidak ada jenis yang mendominasi, sedangkan nilai dominansi amphibi sebesar 100% karena hanya ditemukan satu individu jenis amphibi. Kondisi Jalur Cikaweni saat pengamatan terjadi gerimis namun lantai hutan tetap kering. DAFTAR PUSTAKA Duellman WE dan Trueb L. 1976. Biology of Amphibians. New York (USA). McGrawhill Book Company. Fachrul MF. 2012. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara. Helvoort B van. 1981. Bird Population in The Rural Ecosystem of West Java. Netherlands: Nature Conservation Departement Heyer dkk. 1994. Measuring and Monitoring Biological Diversity: Standard Methods for Amphibians. Washington: Smithsonian Institution Press. Kurnia I. 2003. Studi keanekaragaman jenis burung untuk pengembangan wisata birdwatching di Kampus IPB Darmaga[skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Kusrini DM dan Alford AR. 2006. Indonesiaβs Export of Frogs Legs. Dalam: Traffic Bulletin vol. 21 July 2006, Thanet Press
Ltd,Union Crescent, Margate,Kent, UK. Halaman: 17-28. Susanto D. 2006. Struktur komunitas amfibi di Kampus Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat [skripsi]. Depok (ID): Departemen Biologi, FMIPA, UI.
LAMPIRAN Tabel 1 Daftar jenis herpetofauna yang ditemukan menggunakan metode VES di jalur Cikaweni. Waktu Jenis SVL (cm) W (g) Aktivitas X (m) Y (m) Substrat 19.34 Gonocephalus sp 3.02 5 tidur β 0.45 Daun Gonocephalus 20.32 chamaeleontinus 4.71 8.5 tidur β 0.5 Daun Ular lidah api 20.55 (Dendrelapis pictus) - tidur β 1 Dahan Cicak hutan (Cyrtodacthylus Batang 21.00 marmoratus) 4.62 4.8 diam β 1 paku Katak pohon jawa (Rhacophorus 21.12 margaritifer) 6.61 12.7 diam β 1 Semak Pengolahan data Reptil 1. Dominansi ππ 1 π· = π₯ 100 % = π₯ 100% = 25% N 4 2. Indeks kekayaan jenis πβ1 4β1 π·ππ = = = 3,28 ln(π) ln(4) 3. Indeks Keanekaragaman π» β² = β β ππ ln ππ = βΞ£(0,35 + 0,35 + 0,35 + 0,35) = 1,39 4. Indeks Kemerataan Hβ² 1,39 πΈ= = =1 ln(π) ln(4)
Keterangan Tertangkap Tertangkap Tak tertangkap
Tertangkap
Tertangkap
DOKUMENTASI PENGAMATAN
Gambar 1. Gonocephalus Sp.
Gambar 2. Katak Pohon Jawa
Gambar 3. Cicak Hutan