Abstract Paraquat dichloride is a chemical compound used to control broadleaf weeds in several crops. The presence of paraquat dichloride in the aquatic ecosystems has effects on the aquatic ecosystems, including non-target organisms such as periphytic algae. Periphytic algae have a significant role in aquatic ecosystems and make extensive contributions to the diversity in aquatic ecosystems due to large amounts of their species, and as one of the sensitive biological indicators of water quality. The research aimed to determine the effect of paraquat dichloride on the periphytic algae communities, in terms of the amount of chlorophyll-a, species richness, density, diversity index and dominance index of periphytic algae. A liter of water from Rawa Pening lake enriched with leaf fertilizer was used for growing periphytic algae in an aquarium. Paraquat dichloride at 0, 0.01, 0.02, 0.04, 0.08 and 0.16 mg/l was added into the aquariums and illuminated with 1,522 lux. An object glass was placed on the bottom of the aquarium and used as an artificial substrate. Object glass was taken on the 7th and 14th after the treatment. Measured parameters were the amount of chlorophyll-a, species richness, diversity index, dominance index and density of periphytic algae. The data obtained were analyzed using two-way analysis of variance with α 5% to determine the effect of the herbicide paraquat dichloride on the parameters measured. The results of this study indicated the presence of the interaction effect of paraquat dichloride and duration of exposure to the amount of chlorophyll-a, density, diversity and dominance index of periphytic algae (p<0.05). The concentration of paraquat dichloride affected the value of species periphytic algae. Keywords: chlorophyll-a, species richness, diversity index, density and dominance index.
1
Pendahuluan Herbisida merupakan suatu bahan atau senyawa kimia yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan dengan mempengaruhi satu atau lebih proses-proses seperti pembelahan sel, perkembangan jaringan, pembentukan klorofil fotosintesis, respirasi, metabolisme nitrogen dan aktivitas enzim yang sangat diperlukan tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (Riadi dkk 2011). Herbisida banyak digunakan dalam sistem pertanian, pengolahan lahan dan penggunaan herbisida mewakili 50-60% dari penggunaan pestisida (Qian dkk 2009). Salah satu herbisida yang banyak digunakan dan dipasarkan adalah parakuat diklorida (Soenardjo 2004). Senyawa parakuat diklorida adalah bahan aktif herbisida dengan jangkauan yang luas karena digunakan untuk mematikan gulma tanaman baik di lahan pertanian maupun bukan lahan pertanian (Soenardjo 2004). Parakuat (1,1'-dimetil-4,4'-bipiridilium) merupakan herbisida golongan bipiridilium dan salah satu herbisida yang paling banyak digunakan untuk mengendalikan gulma berdaun lebar pada beberapa tanaman karena diserap sangat cepat oleh daun gulma dan menghambat fotosintesis dengan cara menerima elektron dari fotosistem I pada gulma (Ginting dkk 2012; Qian dkk 2009). Kegiatan pertanian berpotensi menghasilkan residu pestisida yang berlebihan, yang kemudian masuk ke dalam perairan, sehingga menyebabkan terjadinya pecemaran pada ekosistem perairan. Pestisida memasuki ekosistem perairan melalui aliran air permukaan tanah atau aliran irigasi secara terus menerus dan hujan lebat, sebagai akibatnya telah menjadi bahan pencemar yang masuk ke dalam ekosistem perairan (Qian dkk 2009). Pencemaran herbisida dalam ekosistem perairan berdampak bagi lingkungan ekosistem perairan, termasuk ke organisme bukan sasaran seperti alga perifiton (Qian dkk 2009). Komunitas alga perifiton memiliki manfaat yang besar bagi ekosistem akuatik, antara lain sebagai penghasil oksigen, salah satu produsen primer, dan bioindikator di ekosistem perairan (Boney 1983; Lee 1980; Parrish 1985). Alga perifiton juga memiliki kontribusi yang luas terhadap keanekaragaman di ekosistem kuatik karena kekayaan spesiesnya (França dkk 2011). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sáenz dkk (2008) diketahui bahwa herbisida parakuat sangat toksik bagi Scenedesmus acutus dengan nilai EC50 pada 96 jam dan NOEC masing-masing sebesar 0,04 mg/l dan 0,02 mg/l. Konsentrasi parakuat yang menghambat pertumbuhan total Scenedesmus acutus yaitu pada konsentrasi 0,8 mg/l. Sáenz dkk (2008) juga 2
menunjukkan bahwa klorofil-a dan kadar protein menurun pada saat konsentrasi herbisida parakuat meningkat. Seluruh alga perifiton memiliki klorofil-a yang berperan dalam proses fotosintesis (Campbell dkk 2003). Jika akumulasi parakuat diklorida di perairan terus-menerus dibiarkan maka dapat berdampak negatif bagi kondisi perairan khususnya alga perifiton. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh herbisida parakuat diklorida terhadap terhadap jumlah kandungan klorofil-a, kekayaan spesies, kepadatan, indeks keanekaragaman dan indeks dominansi alga perifiton . Bahan dan Metode Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013 sampai Maret 2014. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Biologi Molekuler dan Laboratorium Biologi dan Manajemen Lingkungan, Fakultas Biologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen di laboratorium dengan rancangan percobaan acak lengkap (RAL). Akuarium dan seluruh peralatan yang terbuat dari kaca dibersihkan dengan direndam dengan asam klorida 10% selama 24 jam, lalu dibilas sampai bersih dengan menggunakan air PDAM. Media pertumbuhan alga perifiton yang digunakan adalah air Rawa Pening dan objek yang digunakan pada penelitian ini adalah alga perifiton yang melekat pada substrat buatan (gelas benda) yang diletakkan di dasar akuarium (25 X 16 X 17,5 cm dengan volume 6,8L) dengan pemaparan 2 buah lampu 40 watt (1.522 lux). Jarak antara lampu dengan akuarium adalah 30 cm dan penyinaran diberikan selama penelitian berlangsung dan waktu pemberian paparan cahaya lampu adalah 10 jam (pukul 07.00 – 17.00 wib). 1. Preparasi Media Larutan parakuat diklorida dengan konsentrasi 0, 0,01, 0,02, 0,04, 0,08, 0,16 mg/l ditambahkan ke dalam masing-masing akuarium dengan 3 ulangan untuk setiap perlakuan dan ditambahkan pupuk 0,6 mg. Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk terhadap karakteristik alga perifiton, penelitian ini juga menggunakan kontrol berupa 1 liter air Rawa Pening yang telah disterilisasi dengan menggunakan autoklaf tanpa ditambah dengan pupuk daun 0,6 mg, 3
dan 1 liter air Rawa Pening steril ditambah dengan 0,6 mg pupuk daun. Diketahui bahwa tidak ada pengaruh pemberian pupuk terhadap kandungan klorofil-a. Gelas benda dengan ukuran 5x2,5cm diletakkan di dasar masing-masing akuarium dengan kemiringan gelas benda 45° untuk mempermudah pengambilan gelas benda dan dapat diperoleh sampel alga perifiton yang tumbuh di kelima sisi gelas benda. Pengambilan sampel dilakukan pada hari ke7 dan hari ke-14. Setelah 7 dan 14 hari satu gelas benda di ambil dari masing– masing konsentrasi untuk diamati kekayaan spesies, kepadatan, indeks keanekaragaman dan indeks dominansi alga perifiton. Satu gelas benda yang lain digunakan untuk pengukuran kandungan klorofil-a. Gelas benda yang telah digunakan tidak dikembalikan ke dalam akuarium. 2. Identifikasi Alga Perifiton Tiga buah gelas benda masing-masing ulangan dari setiap perlakuan ditetesi larutan FAA pada salah satu sisi 5cmx2,5cm, kemudian ditutup dengan gelas penutup dan diusahakan tidak terdapat gelembung udara di dalamnya. Preparat alga perifiton diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400X dan dan diidentifikasi hingga tingkat spesies dengan menggunakan buku acuan identifikasi karangan van Heurck (1984), Streble dan Krauter (1974), dan Timotius dkk (1979). Data yang diperoleh selanjutnya akan digunakan untuk mengestimasi kekayaan spesies, kepadatan, indeks keanekaragaman dan indeks dominansi alga perifiton. 3. Indeks Keanekaragaman Alga Perifiton Indeks keragaman jenis (H') diestmasi dengan menggunakan rumus Shannon index of general diversity (Odum, 1971): H’ = - ∑ Pi ln Pi Keterangan: H’ : indeks keanekaragaman ni : jumlah individu jenis ke-i N : jumlah total individu Pi :
4
4. Indeks Dominansi Alga perifton Indeks dominasi alga perifiton dihitung dengan menggunakan rumus Odum (1971):
Keterangan: C : indeks dominansi s : jumlah total Spesies ni : jumlah individu jenis ke-i N : jumlah total individu Pi : 5. Kepadatan Alga Perifiton Kepadatan alga perifiton dihitung dengan menggunakan rumus (Smith 1950): JI = Keterangan JI = jumlah individu per mm2 Pi = jumlah total individu yang telah diidentifikasi 5 = jumlah bidang pandang mikroskop A = luas bidang pandang mikroskop (0,786 mm2) 3 = jumlah ulangan 6. Kekayaan spesies Kekayaan spesies dilihat dari banyaknya jumlah total spesies dalam suatu komunitas (Brown dkk 2007). 7. Analisis Kandungan Klorofil-a Pengukuran kandungan klorofil-a menggunakan metode Schwoerbel (1972) yang telah dimodifikasi. Sampel diambil dari 5 sisi gelas benda. Substrat diuapkan pada waterbath pada suhu 80°C selama 45 detik untuk merusak klorofilasenya, dikering udarakan dan dimasukan ke dalam cawan petri. Selanjutnya, 25 ml aceton 90% ditambahkan untuk melarutkan klorofilnya. Sampel kemudian disimpan pada suhu 4°C selama 20 jam dalam keadaan tertutup. Kandungan klorofil dalam aseton diukur dengan SHIMADZU UV-Vis 5
spektofotometer 1201 pada panjang gelombang (λ) = 664 nm, 647 nm, dan 630 nm. Estimasi kandungan klorofil dilakukan mengikuti rumus Price dkk (1998): y = 11,85(OD664) – 1,54(OD647) – 0,08(OD630) Keterangan : y : kandungan klorofil (mg/l) OD664 : nilai absorbansi pada λ 664 nm OD647 : nilai absorbansi pada λ 647 nm OD630 : nilai absorbansi pada λ 630 nm Kandungan klorofil per area contoh diestimasi dengan menggunakan rumus Price dkk (1998):
Keterangan: Z : Y : kandungan klorofil (mg/l) V : volume aceton (l) A : luas permukaan objek glass (m2)
(mg/l)
Analisis Data Data yang didapatkan dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam dua arah (Two Way ANOVA) dengan α 5% untuk mengetahui pengaruh parakuat diklorida terhadap parameter yang diukur, diikuti dengan uji posterior Tukey. Jika data yang diperoleh tidak memenuhi asumsi analisis sidik ragam dua arah dan telah ditransformasi, data akan diuji dengan uji Kruskal-Wallis, dilanjutkan dengan Mann Whitney U. Hasil dan Pembahasan 1. Efek parakuat diklorida terhadap kepadatan dan kandungan Klorofil-a Alga Perifiton Nilai kepadatan alga perifiton menunjukkan bahwa kepadatan alga perifiton semakin berkurang dengan meningkatnya konsentrasi parakuat diklorida. Interaksi konsentrasi parakuat diklorida dan lamanya paparan berpengaruh signifikan terhadap kepadatan alga perifiton (p<0,05). Gambar 1 dan 2 6
menunjukkan rata-rata nilai kepadatan dan kandungan klorofil-a alga perifiton yang terpapar herbisida parakuat diklorida selama 7 dan 14 hari. 200 180 160 140 Kepadatan alga 120 100 perifiton (ind/mm²) 80 60 40 20 0
Hari ke 7 Hari ke 14
0
0,1
0,2
0,4
0,8
0,16
Konsentrasi paraquat diklorida (mg/l)
Gambar 1. Rata-rata nilai kepadatan alga perifiton yang terpapar herbisida parakuat diklorida selama 7 dan 14 hari Hasil analisis statistik juga menunjukan adanya pengaruh interaksi penambahan konsentrasi parakuat diklorida dan waktu paparan terhadap kandungaan klorofil-a (p<0,05). Semakin tinggi konsentrasi parakuat diklorida maka jumlah klorofil-a semakin berkurang (Gambar 2). 0,025
0,02 Jumlah klorofil a (mg/m²)
0,015 Hari ke 7
0,01
Hari ke 14
0,005
0 0
0,01
0,02
0,04
0,08
0,16
Konsentrasi paraquat diklorida (mg/l)
Gambar 2. Rata-rata jumlah klorofil-a alga perifiton yang terpapar herbisida parakuat diklorida selama 7 dan 14 hari Nilai kepadatan alga perifiton memiliki pola yang sama dengan pola jumlah klorofil-a. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin lama waktu paparan, nilai kepadatan dan jumlah kandungan klorofil-a 7
mengalami peningkatan untuk semua perlakuan dan kontrol, akan tetapi peningkatan yang terjadi pada media yang mengandung parakuat diklorida tidak sebesar peningkatan yang terjadi pada perlakuan kontrol. Hal ini menunjukkan adanya hambatan parakuat diklorida terhadap komunitas alga perifiton. Meningkatnya nilai kepadatan dan jumlah klorofil-a pada hari ke-14 dikarenakan pertumbuhan alga perifiton yang sudah tumbuh pada hari sebelumnya pada masing-masing perlakuan dan munculnya beberapa spesies baru yang mampu tumbuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yimpoolsap dkk (2014) nilai kepadatan alga perifiton yang meningkat pada masing-masing perlakuan akan menyebabkan produksi klorofil terus meningkat. Nilai kepadatan dan jumlah klorofil-a alga perifiton tertinggi terdapat pada kontrol, baik hari ke-7 ataupun hari ke-14 dengan nilai kepadatan masingmasing 34,55 dan 167,99 ind/mm2 dan jumlah klorofil-a berturut-turut adalah 0,0053 dan 0,0204 mg/m2. Pada penelitian ini toksisitas herbisida parakuat diklorida mulai berpengaruh terhadap nilai kepadatan dan kandungan klorofil-a alga perifiton pada kosentrasi 0,01 mg/l. Pemberian paparan parakuat diklorida pada konsentrasi 0,01 mg/l mampu menurunkan nilai kepadatan dan jumlah, kandungan klorofil-a, semakin tinggi konsentrasi parakuat diklorida yang diberikan maka nilai kepadatan dan jumlah klorofil-a semakin menurun. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sáenz dkk (2008) diketahui bahwa herbisida parakuat diklorida sangat toksik bagi Scenedesmus acutus dengan nilai EC50 dan NOEC masing-masing sebesar 0,04 mg/l dan 0,02 mg/l dan konsentrasi parakuat yang menghambat pertumbuhan total Scenedesmus acutus yaitu pada konsentrasi 0,8 mg/l. Sedangkan menurut Yimpoolsap dkk (2014) paraquat diklorida dengan konsentrasi 0,02 mg/l dapat menyebabkan penghambatan sintesis klorofil-a dan klorofil-c pada Scenedesmus quadricauda, sedangkan konsetrasi paraquat diklorida yang mampu menghambat pertumbuhan total spesies Navicula osterari dan Phaedactylum tricormutum berturut-turut adalah dengan konsentrasi 0,1 dan 100 mg/l. Hal ini sesuai dengan pernyataan Riadi dkk (2011) bahwa parakuat diklorida memiliki efek dalam menghambat sintesis klorofil-a pada alga perifiton, dan penghambatan dalam langkah-langkah reduksi pada jalur biosintesis pigmen-pigmen fotosintesis. 2. Efek parakuat diklorida terhadap Indeks Keanekaragaman, Indeks Dominansi Alga Perifiton dan kekayaan spesies Pada penelitian ini hasil analisis statistik menunjukkan adanya efek interaksi herbisida parakuat diklorida dan waktu paparan terhadap indeks 8
keanekaragaman alga perifiton (p<0,05). Gambar 3 menunjukkan rata-rata indeks keanekaragaman alga perifiton yang terpapar herbisida parakuat diklorida selama 7 dan 14 hari.
Indeks keanekaragaman alga perifiton (ind/mm²)
3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0
hari ke 7 hari ke 14
0
0,1
0,2
0,4
0,8
0,16
Konsentrasi paraquat diklorida (mg/l)
Gambar 3. Rata-rata nilai indeks keanekaragaman (H’) alga perifiton yang terpapar herbisida parakuat diklorida selama 7 dan 14 hari Menurut Odum (1996) nilai rata-rata indeks keanekaragaman (H’) tinggi jika nilai H’≥3 dan ketegori sedang jika nilai keanekaragaman 1
terpapar parakuat diklorida pada hari ke-14 dengan seri konsentrasi yang sama didapatkan nilai rata-rata keanekaragaman secara berturut-turut adalah 2,75; 2,88; 2,94; 2,94; 2,87 dan 2,12 ind/mm2. Secara keseluruhan nilai indeks keanekaragaman menunjukkan kategori sedang karena memiliki nilai 1
0,05). Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukan bahwa indeks keanekaragaman pada hari ke-7 dan hari ke-14 masuk dalam kategori keanekaragaman sedang. Nilai indeks keanekaragaman berkaitan erat dengan nilai indeks dominansi karena apabila suatu komunitas didominansi oleh satu atau sejumlah kecil spesies maka indeks keanekaragaman alga perifiton akan rendah, demikian sebaliknya (Odum 1996). Menurut Odum (1996) indeks dominansi berkisar 0–1, dengan kategori nilai 0˂C≤0,50 indeks dominansi rendah, nilai 0˂C≤0,75 indeks dominansi sedang dan nilai 0,75˂C≤1 indeks dominansi tinggi. Nilai indeks dominansi yang mendekati 0 menunjukan bahwa tidak ada spesies yang mendominasi dalam komunitas tersebut (Odum 1993). Pada penelitian ini hasil analisis statistik menunjukkan adanya efek interaksi herbisida parakuat diklorida dan waktu paparan terhadap indeks dominansi alga perifiton (p<0,05). Gambar 4 menunjukkan rata-rata indeks dominansi alga perifiton yang terpapar herbisida parakuat diklorida selama 7 dan 14 hari. 0,2 0,15 Indeks dominansi (C) alga perifiton (ind/mm²)
0,1
Hari ke 7 Hari ke 14
0,05 0 0
0,1
0,2
0,4
0,8
0,16
Konsentrasi paraquat diklorida (mg/l)
Gambar 4. Rata-rata nilai indeks dominansi (C) alga perifiton yang terpapar herbisida parakuat diklorida selama 7 dan 14 hari Rata-rata nilai indeks dominansi alga perifiton yang terpapar parakuat diklorida pada hari ke-7 dan hari ke-14 dengan konsentrasi 0; 0,01; 0,02; 0,04; 0,08 dan 0,16 mg/l berturut-turut adalah 0,08; 0,05; 0,06; 0,08; 0,13 dan 0,11 ind/mm2 sedangkan nilai indeks dominansi hari ke-14 berturut-turut adalah 0,17; 0,11; 10
0,08; 0,06; 0,06 dan 0,13 ind/mm2. Kriteria nilai indeks dominansi pada hari ke7 dan hari ke-14 menunjukan bahwa secara keseluruhan indeks dominansi tersebut dikategorikan rendah, hal ini sesuai dengan hasil analisis uji T diketahui bahwa indeks dominansi antara hari ke-7 dan hari ke-14 tidak ada beda nyata (p>0,05). Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa nilai indeks dominansi dari spesies yang ada mendekati nilai 0, ini berarti tidak ada spesies yang mendominansi sehingga penyebaran spesies alga perifiton pada setiap perlakuan lebih merata. Bukti tidak adanya satu spesies yang mendominansi adalah ditemukannya beragam spesies alga perifiton yang hidup pada kontrol dan berbagai konsetrasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Odum (1996) yang mengatakan nilai indeks dominansi yang mendekati 0 menunjukan bahwa tidak ada spesies yang mendominasi dalam setiap perlakuan. Nilai kekayaan spesies diestimasi berdasarkan jumlah total spesies yang ada dalam komunitas alga perifiton dari masing-masing perlakuan parakuat diklorida. Analisis statistik menunjukan tidak ada perbedaan signifikan, antara perlakuan hari ke-7 dengan perlakuan hari ke-14 (p>0,05), Rata-rata kekayaan spesies alga perifiton selama 7 dan 14 hari dapat dilihat pada gambar 5.
Kekayaan alga perifiton
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Hari ke 7 Hari ke 14
0
0,01
0,02
0,04
0,08
0,16
Konsentrasi paraquat diklorida (mg/l)
Gambar 5. Rata-rata nilai kekayaan spesies alga perifiton yang terpapar herbisida parakuat diklorida selama 7 dan 14 hari Rata–rata kekayaan spesies alga perifiton yang terpapar kosentrasi parakuat diklorida pada hari ke-7 secara berturut–turut sebanyak 34; 29; 25; 22; 18; dan 15 spesies, sedangkan rata-rata nilai kekayaan spesies alga perifiton pada hari ke-14 berturut-turut adalah 36; 30; 26; 19; dan 16 spesies. Tidak adanya perbedaan signifikan antara hari ke-7 dan hari ke-14, dikarenakan adanya 11
paparan parkuat diklorida menyebabkan beberapa spesies yang sensitif tidak dapat tumbuh pada substrat buatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Indriani (2009), salah satu faktor yang menyebabkan penurunan kekayaan spesies adalah adanya gangguan dari faktor kimia, jika tingkat paparan parakuat diklorida tinggi maka dapat mengakibatkan jumlah jenis yang dapat beradaptasi sedikit dan kekayaan jenisnya menjadi rendah. Pada penelitian ini spesies dengan jumlah terbanyak berasal dari kelas Bacillariophyceae. Hal ini dikarenakan Bacillariophyceae memiliki sifat yang kosmopolitan serta mempunyai toleransi dan daya adaptasi yang tinggi karena mampu menyesuaikan kondisi lingkungan sekitar dibandingkan dengan kelas lainnya (Hasanah 2013). Spesies yang ditemukan dalam jumlah banyak baik pada hari ke-7 maupun hari ke-14 adalah Flagilaria crotonensis (kelas Bacillariophyceae). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan spesies alga perifiton diduga bersifat sensitif dan toleran, spesies alga perifiton bersifat sensitif karena hanya ditemukan pada kontrol adalah Synedra femelica, Crucigenia rectangularis, Kirchneriella lunaris, Tribonema monochloron, Oscillatoria chlorina, Synedra nitzschioides, Tribonema vulgare. Spesies alga perifiton yang diduga toleran karena mampu bertahan hidup atau memiliki kemampuan beradaptasi di konsentrasi parakuat diklorida terendah hingga tertinggi antara lain Fragilaria crotonensis, Scenedesmus quadricauda, Tetraedron incus, Pediastrum simplex, Gloeocystis rupestris, Kirchneriella obesa, Staurastrum tetracerum, Tribonema viride, Scenedesmus obliquus, Scenedesmus acustus, Cyclotella kutzingiana, Melosira crenulata, dan Oscillatoria lauterbornii. Kesimpulan Adanya efek interaksi parakuat diklorida dan lamanya waktu paparan terhadap jumlah klorofil-a, kepadatan, indeks keanekaragaman, dan indeks dominansi alga perifiton. Herbisida parakuat diklorida pada konsentrasi 0,01 mg/l telah memberikan pengaruh signifikan pada jumlah klorofil-a dan indeks kepadatan dan perhitungan indeks keanekaragaman (H’) dan Indeks dominansi (C) dapat disimpukan memiliki keanekaragaman dalam kategori sedang dan dominansi dalam kategori rendah
12
Daftar Pustaka Bassi M, Corradi MG, Favali MA. 1990. Effects of Chromium in Freshwater Alga and Macrophytes. Dalam: Wang W, Gorsuch JW, Lower WR (eds), Plants for toxicity assessment. Philadelphia: American Sosiety for Testing and Material. p 204-224. Boney AD. 1983. Phytoplankton. 3rd Ed. London: Edward Arnold Ltd Brower JE, Zar JH. 1990. Field and laboratory methods for general ecology. 3rd Ed. Waveland Press: USA, Inc. Brown RL, Jacobs LA, Peet RK. 2007. Species richness: small scale. Dalam: Wiley J (ed), Encyclopedia of life sciences. Canada: John Willey and Sons Ltd. p 1-8. Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2004. Biologi Jilid III. Jakarta: Erlangga. França RCS, Lopes MRM, Ferragut C. 2011. Structural and successional variability of periphytic algal community in a Amazonian lake during the dry and rainy season. Acta Amazonica 41:257-266. Ginting AW, Franciscus G, Endang S, Saut M, Tambar K, Armon R, Josua G. 2012. Intoksikasi herbisida (Paraquat). Reading Assigment. Hasanah U. 2013. Keanekaragaman Jenis Crustaceae Makroskopis di Kawasan Mangrove Pantai Maron Kota Semarang. Semarang : IKIP PGRI. Indriani R. 2009. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Pada Area Bantaran Kali Pembuangan di Kecamatan Karangtengan Kabupaten Demak. Semarang: IKIP PGRI Press. Lee RE. 1980. Phycology. Cambridge: Cambridge University Press. Odum EP. 1971. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. _____. 1996. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Parrish PR. 1985. Acute toxicity tests. New York: Hemisphere Publishing Corporation. Price DJ, Birge WJ, Kercher MD. 1998. Periphyton monitoring in the Bayou system. Lexington: KRECC. Qian H, Wei C, Liwei S, Yuanxiang J, Weiping L, Zhengwei F. 2009. Inhibitory effects of parakuat on photosynthesis and the respone to oxidative stress in Chlorella vulgaris. Ecotoxicology 18:537-543. Riadi M, Rinaldi S, Elkawakib S. 2011. Herbisida dan apikasinya. Program Studi Agroteknologi Jurusan budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. 13
Sáenz M, Juan A, María del CT. 2008. Toxicity of parakuat to a green alga scenedesmus acutus. Journal of Environmental Science and Health, Part B: Pesticides, Food Contaminants, and Agricultural Wastes. B 28(2), 193-204 (1993). Schwoerbel J.1972. Methods of Hydrobiology. Oxford: Pergamon Press. Smith GM. 1918. A second list of algae found in Wisconsin lakes. Transactions of the Wisconsin Acadademy of Science Arts and Letters 19: 614-654. ________. 1950. Freshwater alga of the United States of America, 2nd ed. New York: McGraw-Hill. Soenardjo N. 2004. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Karang Pendegradasi Senyawa Herbisida Parakuat Di Perairan Pantai Teluk Awur Jepara. Semarang: Universitas Dipenegoro. Stein J.1973. Phycologycal Method. New York: Cambridge University Press Streble H, Krauter D. 1974. Das Leben im Wasser-tropfen. Frankh’sche Verlagshandlvng: Kosmos Naturführer. Timotius KH, Kristianto M, Widhiasmara.1979. Species Composition and Diversity of Phytoplankton in Rawa Pening Lake. Salatiga: UKSW Press. van Heurck H. 1984. A treatise on the diatomaceae. London: William Wesley and Son. Weitzel RL. 1979. Periphyton Measurement and Application, in Methods and Measurement of Periphyton Community, American Society for Testing and Animals Philadelphia 261p. Wetzel RG. 1983. Periphyton of Fresh Water Ecosystem. Toronto: Junk Publishers. Wong PK. 2000. Effects of 2,4-D, glyphosate and paraquat on growth, photosythesis and chlorophyll-a synthesis of Scenedesmus quadricauda Berb 614. Chemosphere 41. 177-182. Yimpoolsap S, Natha H, Bundit A. 2014. The effects of paraquat used in upland rice and maize fields on biomass of attached algae. Science and Technology 19 : 1.
14