Perspektif jusuf sutanto
Tan Hana Dharma Mangrwa
Unity Is DiversityDiversity Is Unity
Jusuf Sutanto
Jusuf
Faculty of Psychology, Universitas Pancasila, Jakarta Peneliti Senior Pusat Studi Pancasila – Universitas Pancasila THE jusuf sutanto CENTER Anggota Masyarakat Neurosains Indonesia MNI E-mail:
[email protected] Web: www.jusufsutanto.com
Percakapan dengan Jusuf Sutanto bulan ini tentu saja masih mengenai Kearifan Timur. Kali ini lebih mendalam tentang Kearifan Timur yang dapat menunjukkan jalan bagaimana seseorang dari nothing menjadi something, lalu kembali dengan selamat ke nothing lagi. Selamat mengikuti. Redaksi MANAGERS’ SCOPE: Mengapa masalah di atas muncul justru dari Indonesia?
JUSUF SUTANTO: Indonesia, negara kepulauan, semenjak ribuan tahun lalu sampai sekarang telah dikunjungi berbagai tradisi besar dari Timur dan Barat. Saat ini juga sudah banyak generasi muda yang lulus dari perguruan tinggi terkemuka di dunia. Seharusnya bisa mempertemukan antara kearifan kuno dengan masyarakat modern. Kearifan Timur kaya dalam menggunakan metafora yang mempunyai landasan filsafat seperti “If an old dog barks, he gives counsel”. Orang tua yang sudah meniti jalan lebih panjang, makan nasi dan membaca buku lebih banyak. Sudah mengalami keberhasilan, kegagalan dalam hidup, dan tetap survive. Kalau dia bicara tidak ada maksud lain kecuali memberi konsultasi demi kebaikan yang muda. Karena sudah tidak mempunyai gigi untuk menggigit, jangan takut untuk mendengarkannya. Buku “Kisah-Kisah Kebijaksanaan China Klasik - Inspirasi bagi Para Pemimpin”, karangan Michael Tang,
14
Juni 2015
Gramedia tahun 2004, dibuka dengan Kata Pengantar sebagai berikut: “Setelah mengetahui bahwa pembimbingnya, Chang Cong, sakit keras, Lao Tzu mengunjunginya. Terlihat jelas bahwa Chang Cong sedang mendekati akhir hidupnya. Ia berkata, “Guru, apakah mempunyai kata-kata bijak terakhir untukku?” “Sekalipun kau tak bertanya, aku pasti akan mengatakan sesuatu kepadamu,” jawab Chang Cong. “Apa itu?” “Kau harus turun dari keretamu ketika melewati kota kelahiranmu” “Ya Guru, Ini berarti orang tidak boleh melupakan asalnya” “Bila melihat pohon yang tinggi, kau harus maju dan mengaguminya” “Ya, Guru. Ini berarti aku harus menghormati orang yang lebih tua” “Sekarang, lihat dan katakan apakah kau dapat melihat lidahku?” Kata Chang Cong sambil menundukkan dagunya dengan susah payah. “Apakah kau melihat gigiku?” “Tidak ada gigi yang tersisa” “Kau tahu kenapa?” tanya Chang Cong. “Aku rasa,” kata Lao Tzu setelah berpikir sejenak, “Lidah tetap ada karena lunak. Gigi rontok karena mereka keras. Benar tidak?” “Ya anakku,” angguk Chang Chong, “Itulah kebijaksanaan di dunia. Aku tidak punya apa-apa lagi untuk diajarkan kepadamu.” Di kemudian hari Lao Tzu dalam Kitab Tao Te Ching mengatakan, “Tidak ada sesuatupun barang di dunia yang selunak air. Namun, tidak ada yang mengunggulinya dalam mengalahkan yang keras. Yang lunak mengalahkan yang keras, yang lembut mengalahkan yang kuat. Setiap orang tahu itu, tetapi sedikit saja yang bisa mempraktikkannya.” (Shuo Yuan, abad 1 SM) Lao Tzu hidup sekitar 600 tahun Sebelum Masehi. Shuo Yuan menuliskan kembali ajarannya di abad 1 SM. Orang tua yang diberi stigma “You cannot teach a new trick to an old dog” ternyata masih diperlukan karena pengalaman adalah guru yang terbaik. Bahkan ideanya terus dikembangkan karena memang bermanfaat. Juni 2015
MS: Bagaimana relevansinya dengan zaman sekarang?
JS: Generasi gadget, telah membuat kemerdekaan menjadi hak setiap orang sehingga gaya centrifugal, yang menjauhi pusat, telah membuat diversity menjadi demikian dahsyat. Lantas kebingungan bagaimana mengelolanya? Ini membutuhkan gaya centripetal, yang menuju pusat, dalam skala dunia yang besarnya sebanding supaya peradaban kita tidak cerai berai. Kesadaran HAM, peran media sosial telah menjadi keniscayaan yang tak bisa dihindarkan bahkan ada yang mengklaim “vox populivox dei (suara rakyat adalah suara Tuhan)”, kecuali bisa diarahkan ke hal yang positif dan konstruktif bagi kemaslahatan bersama.
Tantangan ini berlipat kali dari diversity yang terjadi saat dirumuskan Soempah Pemoeda (1928) sampai 1945 dengan lahirnya Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dan dasar Negara Republik Indonesia. Apakah pengalaman menemukan unity dalam diversity ini bisa disebarkan kepada dunia, inilah tantangan untuk digali. Kitab tentang Perubahan I CHING 5.000 tahun lalu, sudah mengatakan bahwa alam semesta adalah tarian agung energi kosmis welas asih “Bhinneka Tunggal Ika” untuk memberikan kehidupan bagi seluruh mahluk hidup di muka bumi. Ditanggapi oleh orang bijak di India Vimalakirti (500 SM): “Di Gunung Semeru tumbuh biji mustard (terkecil di dunia). Dalam setiap biji mustard bersembunyi seluruh alam semesta. Karena dunia menderita, saya ikut menderita. Karena manusia sakit, saya ikut merasa sakit.”
Seng Chao (384-414) “Langit dan bumi berasal dari akar yang sama. Ribuan mahluk di dunia dan aku terbuat dari bahan yang satu. Oh bunga kecil, seandainya kumengerti siapa engkau, akarmu dan semua. Semua dalam semua, semestinya lalu aku memahami siapa Tuhan dan manusia.”
Zhang Zai (1020-1077) “Langit adalah ayah dan bumi adalah ibu saya. Meski mahluk kecil seperti saya ini, telah menemukan tempatnya yang intim di antaranya. Karena itu semua isi alam semesta saya anggap seperti tubuh saya sendiri. Dan yang mengarahkan alam semesta sebagai bagian alamiah dari saya. Semua orang adalah kakak laki-laki 15
dan perempuan saya dan semua benda adalah sahabat saya.”
Wang Yangming (1472- 1529) “Ketika anak kecil atau orang biasa melihat anak yang akan jatuh ke sumur, ia tidak bisa acuh saja, tapi merasa cemas dan kasihan. Kemanusiaannya membentuk satu tubuh dengan anak itu. Ketika ia melihat tangis kasihan dan raut ketakutan burung atau binatang yang akan disembelih, ia tidak tahan merasakan “ketidakberdayaan mereka menanggung” derita. Ini menunjukkan kemanusiaannya membentuk satu tubuh dengan burung dan binatang. Ketika ia melihat tanaman yang dipatahkan dan dihancurkan, ia tidak tahan merasa kasihan. Ini menunjukkan, kemanusiaannya membentuk satu tubuh dengan tanaman. Bahkan ketika ia melihat ubin dan batu diremukkan dan dihancurkan, ia tak tahan merasa menyesal. Menunjukkan kemanusiaannya membentuk satu tubuh dengan batu dan ubin. Itu berarti bahkan pikiran orang kecil sekalipun pasti memiliki kemanusiaan yang menyatu dengan semua mahluk” Karena itu hidup setiap orang harus berbuah untuk menjalankan “titah ngaurip” menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta atau hamemayu hayuning bawana. Memperhatikan tahun-tahun kehidupan orang bijak tersebut, betapa konsisten pandangannya terus diperluas dan diperdalam dari generasi ke generasi. Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya menyatukan yang berbeda-beda, tapi menyadari yang berbeda-beda itu berasal dari yang satu. Merembes ke bahasa Indonesia menjadi sebagai berikut: Aku/Kamu/Dia tidak pernah stand alone selalu hidup bersama dalam kelompok Kami/ Kalian/Mereka dan bersatu dalam Kita. Demikian pula sebaliknya: Kita pasti terdiri dari kami/kalian/ mereka dan aku/kamu/dia. Tidak ada diversity tanpa unity - Tidak ada unity tanpa diversity. Bahkan unity is diversity - diversity is unity. Inilah yang dimaksud Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa. Bahasa Indonesia adalah satusatunya bahasa yang menggunakan aksara Latin sehingga mempunyai kandungan budi pekerti atau pendidikan humanisme universal.
16
MS: Bagaimana kaitannya dengan yang terjadi di Barat?
JS: Ini bukan barang tambang yang berada khusus di suatu tempat tapi buah dari dialog peradaban selama ribuan tahun yang terjadi di Nusantara. Diperkenalkan oleh Mpu Tantular, pada abad ke-14. Posisi Indonesia sangat unik karena tidak ada satupun negara di dunia yang pernah dikunjungi oleh budaya besar (Timur dan Barat) yang demikian lengkap. Apakah pengalaman ini bisa memberi kontribusi pada dunia dalam membangun peradaban?
Cara memandang ini juga ditemukan di Barat dengan pendekatan ilmu pengetahuan seperti dikatakan dua ilmuwan besar:
C.G. Jung (1875-1961) psikolog, “Cepat atau lambat, fisika nuklir dan psikologi bawah sadar akan saling menarik untuk mendekati karena keduanya, meski masing-masing mandiri dan bertentangan, terdorong maju menuju ke suatu tempat yang mengatasi perbedaan (transcendental territory) .... Jika penelitian ilmiah ingin maju lebih jauh, kita akan sampai pada kesepakatan akhir antara konsep fisik dan psikologi.” (Fritjof Capra, “The Turning Point”)
Werner von Heisenberg (1932) fisikawan kuantum, “In der Geschichte des menschlichen Denken, die fruechtbarsten Entwicklung sollte ergeben haben, in dem die zwei verschiedenen Denkweise miteinander treffen (Dalam sejarah pemikiran umat manusia, hasil yang maksimal akan diperoleh bila dua pola pikir yang berbeda dapat dipertemukan).” Dalam buku Memorial Niels Bohr (1967) dikatakan “Contraria sunt Complementa” Dan melahirkan revolusi teknologi informasi sehingga terjadi globalisasi!
Awal Titik Balik (Dari bumi sebagai pusat ke kosmos sebagai pusat alam semesta) Ketika tahun 1960 NASA (Lembaga Antariksa Amerika Serikat) untuk pertama kalinya menerbitkan foto bumi dilihat oleh astronaut dari ruang angkasa, maka bumi kelihatan hanya seperti perahu kecil yang berlayar, tanpa sekat-sekat, di tengah samudera luas alam semesta yang tak bertepi. Maka pada saat itu sedang terjadi perubahan dahsyat, mengoreksi anggapan bumi Juni 2015
sebagai pusat, ternyata kosmos sebagai pusat. Selama ini kita mengamati alam semesta dari bumi melalui observatorium seperti layaknya dari tribun menonton pertandingan sepak bola. Padahal bumi tempat berdirinya observatorium itu ikut bergerak bersama dengan seluruh alam semesta, terus menari tanpa henti barang sekejabpun dari masa lalu tanpa awal menuju masa depan tanpa akhir. Hasilnya menjadi bias karena sang pengamat dan tempat di mana berada juga bergerak: kebolehjadian seperti dalam fisika kuantum.
In the sky, there is no distinction of east and west; People create distinctions out of their own minds and then believe to be true. Sebelum belajar mengenai Timur, kita harus tahu tentang Barat dan sebaliknya. Demikian pula dengan Utara dan Selatan. Tapi T-B-U-S baru bisa diketahui setelah ditentukan dulu pusatnya. Pusat psikologi adalah self dan tidak boleh menjadi terisolasi tapi terus bertransformasi.
Rudyard Kipling (1865-1936) “East is East- West is West and never the twain shall meet till earth and sky stand presently at God’s great Judgment Seat. But there is neither east nor west, border, nor breed, nor birth. When the two strong men face to face, though they come from the ends of the earth.” Kalau demikian halnya, maka yang dimaksud dengan orang kuat adalah yang sudah mempelajari hukum-hukum yang mengakibatkan alam semesta terus berubah sehingga bisa berselancar dalam perubahan.
“Bunga-bunga layu dengan cepat, tapi mereka tidak pernah berhenti mekar. Air sungai terus mengalir, namun sungai tampak tak pernah berubah. Makna hidup baru dapat disadari dalam proses kehidupan. Perubahan adalah kebenaran abadi” Juni 2015
MS: Bagaimana kaitannya dengan yang terjadi di Barat?
JS: Ilmu Psikologi Industri dan Organisasi PIO yang digunakan sekarang ini dalam perusahaan berdasarkan cara pandang Newtonian (1687) bahwa alam semesta terdiri dari materi yang bertebaran atau struktur organisasi yang digerakkan oleh standard operating procedure yang dibuat konsultan seperti mesin digerakkan oleh strom yang berasal dari aki. Bilamana aki bermasalah, mesinnya pincang atau mogok. Organisasi yang diharapkan menjadi jejaring organisme menjadi kotak-kotak ego sektoral raja-raja kecil.
Melalui teknologi informasi dengan roh kearifan kuno, diharapkan bisa dibangun semangat kekitaan seperti dikemukakan Fritjof Capra dalam buku “The Web of Life”. “Di semua lingkup gerak alam, Kita menemukan sistem-sistem kehidupan yang bertengger pada sistem-sistem kehidupan lain. Jaringan-Jaringan bergantungan pada jaringan lain. Batas-batas sistem kehidupan bukan merupakan batas pemisah, melainkan hanya batas identitas saja. Semua sistem kehidupan berinteraksi satu sama lain dan saling berbagi sumber daya melewati batasbatasnya”. Dalam kehidupan bermasyarakat, kitab “Chung Yung - Tengah Sempurna” malah sudah mengatakan bagaimana alam semesta mengajar budi pekerti bagi pemimpin dan yang sudah menjadi besar: Langit yang tak terbatas, dapat menampung planet dan galaksi dalam alam semesta tanpa merasa sesak. Segenggam tanah, setelah menjadi bumi, bisa memikul gunung dan membawa air tanpa pernah bocor. Sesendok air, setelah menjadi laut, bisa memberi kehidupan pada biota laut yang tak terhingga. Setumpuk batu dan segenggam jerami, setelah menjadi gunung, bisa menumbuhkan dan menghidupi flora dan fauna yang tak terhingga.
17
MS: Lantas apa sebenarnya yang sudah dicapai oleh sekolah kepemimpinan modern?
JS: Kita baru mengajarkan setengah jalan dan sampai pada tahap membuat seseorang dari nothing menjadi something. Kelanjutannya belum dibahas yaitu membuat kembali lagi menjadi nothing tanpa hingar bingar dan keributan seperti syair bahasa bunga sbb.:
Silently a flower blooms, in silence it falls away; Yet here, now, at this moment, at this place The whole of the flower, the whole of the world is blooming. This is the talk of the flower, the truth of the blossom, The glory of eternal life is fully shining here - (Z. Shibayama) Berbeda dengan yang terjadi pada yang disebut pemimpin dampaknya malah akan menyusahkan dirinya sendiri (post power syndrome) dan orang di sekelilingnya.
18
Kita bisa membayangkan bagaimana menderitanya kalau orang yang hidupnya terus makan dan minum tapi tidak bisa mengeluarkannya kembali. Inilah alasan mengapa Kearifan Timur unik karena mengajarkan siklus kehidupan penuh yang harus dijalani semua orang. Managers’ Scope menjadi titik temu mendapatkan keduanya. Semua ini untuk pertama kali digulirkan dalam seminar di Institut Manajemen Prasetya Mulya pada 2002 dan hasilnya diterbitkan menjadi buku oleh PPM “Visi Baru Kehidupan- Kontribusi Fritjof Capra dalam Revolusi Ilmu Pengetahuan dan Implikasinya pada Kepemimpinan” dan seminar-seminar berikutnya. Ketika pendiri Salim Group ditanya di usianya yang sudah senja mengenai tujuan hidup, dijawab singkat: “Makan 3 x sehari dan kalau malam berdoa supaya bisa tidur nyenyak! Lebih dari itu malah jadi sakit. Kok begitu sederhana? Meski di ranjang emas, kalau harus minum obat dulu supaya bisa tidur, padahal abang becak bisa langsung tidur pulas di atas becaknya. Satu-satunya yang bisa dikerjakan adalah berdoa. Bagaimana dengan warisan untuk anak? Kalau anaknya rajin dan mau belajar, bisa mencari sendiri lebih banyak lagi. Kalau malas, tidak mau belajar dan hanya foya-foya, berapapun besarnya warisan akan habis juga.” Kalau sekolah manajemen, (Soedono Salim salah satu pendirinya), bisa mendidik sampai tuntas, sehingga menghasilkan pemimpin yang bisa kembali mulus menjadi nothing, akan menjadi contoh bagi dunia pendidikan kepemimpinan. Bukankah Tuhan yang menjadi omnipresent berarti ‘present in all places at all times’, unity in diversity masa lalu - kini - dan akan datang?
Juni 2015