1
MS Word Export To Multiple PDF Files Software - Please purchase license.PERANAN GURU DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA PADA ANAK KELOMPOK B DI PAUD ANDINI KELURAHAN BULOTADAA KECAMATAN SIPATANA KOTA GORONTALO Yurnaningsih Urdin (Mahasiswa Jurusan SI PAUD FIP UNG) Pembimbing; Dajani Suleman, Samsiah
ABSTRAK Penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan Peranan Guru dalam Menumbuhkan Minat Baca pada anak kelompok B di PAUD Andini Keluarahan Bulotadaa Timur Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo.Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan sumber data primer 3 (tiga) orang guru, dan seluruh orang anak didik dan sumber data sekunder berupa dokumen, tulisan serta arsip-arsip yang mendukung penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya data di analisis dengan langkah-langkah reduksi data, penyajian data dan verifikasi dan pengumpulan keputusan.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peranan guru dalam menumbuhkan minat baca pada anak kelompok B di PAUD Andini Kelurahan Bulotadaa Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo Berdasarkan uraian pada pembahasan yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan yaitu; kemampuan membaca anak dapat dilatih dengan berbagai upaya guru dengan mengajarkan anak teknik mengajak anak untuk ke perpustakaan dengan mengenal buku yang ada di perpustakaan tersebut, faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan minat baca pada anak adalah keterbatasan pendidikan oleh guru pengajar yang mempengaruhi proses pembelajaran membaca minimnya media pembelajaran dan fasilitas yang digunakan pada saat proses pembelajaran, serta kurangnya dukungan dan motivasi dari orang tua. Dengan begitu maka memperoleh gambaran bahwa kemampuan menumbuhkan minat baca pada anak Kelompok B di PAUD Andini Kelurahan Bulotadaa Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo sudah baik. Kata kunci : Peranan Guru, Menumbuhkan Minat Baca PENDAHULUAN Guru merupakan panutan bagi anak usia dini dalam membimbing dan mengasuh sehingga menjadi anak yang berkualitas. Karena guru adalah pengganti orang tua di sekolah. Untuk meningkatkan mutu pendidikan anak, sangat diperlukan pemahaman yang mendasar mengenai perkembangan diri anak, terutama yang terjadi dalam pembelajarannya. Hal ini dimaksudkan agar kita dapat mengetahui ada atau tidaknya kesulitan yang dialami oleh si anak dalam proses belajar. Maimunah Hasan (2010:15). Di dalam proses pembelajaran, salah satu faktor yang sangat penting harus dimiliki oleh anak dalam mendukung tercapainya tujuan pendidikan yaitu minat. Minat merupakan suatu kondisi yang relative menetap pada anak dalam kegiatan pembelajaran. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan minat seorang anak akan melakukan sesuatu yang diminatinya termasuk aktifitas belajar. Adapun yang menjadi tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini, yaitu sebagai berikut: (1) membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang
2
sesuai dengan tingkat perkembangannya, sehingga memiliki kesiapan yang optimal untuk memasuki pendidikan dasar nanti serta mengarungi kehidupan mereka dewasa kelak. (2) membantu menyiapkan anak untuk mencapai kesiapan belajar (akademik) disekolah, Maimunah Hasan (2010:17). Keberhasilan seorang anak tidak terlepas dari bagaimana kemampuan seorang guru untuk senantiasa berinovasi mencari solusi setiap masalah yang timbul. Keberhasilan seorang anak sangat tergantung pada keberhasilan guru mengajar, membimbing dan melatih. Seperti yang dikemukakan oleh Andi Yuda (2009:16) “Guru mempunyai peran yang sangat besar dalam tumbuh kembang seorang anak”. Keberhasilan anak saat dewasa apakah dia menjadi seorang yang baik atau jahat, pintar atau bodoh, sukses atau gagal, dipengaruhi oleh didikan guru, selain didikan keluarga dan lingkungannya. Minat pada setiap anak selalu berbeda termasuk tingkat pemikiran dan tingkah lakunya dalam mengembangkan minat yang telah dimiliki oleh setiap anak yang dilakukan melalui proses pendidikan. Kondisi belajar mengajar yang efektif ditandai dengan adanya minat dan perhatian anak dalam belajar membaca. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang dan besar pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya, sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan suatu aktifitas. Andi Yuda (2009:18). Dari beberapa pandangan di atas tentang minat dapat dapat digaris bawahi bahwa minat merupakan masalah yang penting dalam pendidikan, apa lagi dikaitkan dengan aktivitas seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Minat yang ada pada diri seseorang akan memberikan gambaran dalam aktivitas untuk mencapai tujuan. Banyak anak yang kurang berminat dalam hal membaca dan yang berminat terhadap pembelajaran, termasuk di dalamnya adalah aktivitas praktek maupun teori untuk mencapai suatu tujuannya. Dengan diketahuinya minat seseorang akan dapat menentukan aktivitas apa saja yang dipilihnya dan akan melakukannya dengan senang hati. Andi Yuda (2009:19) Membaca merupakan kegiatan yang produktif untuk dilakukan, mengingat membaca begitu penting untuk dilaksanakan dalam kehidupan manusia. Namun perlu diingat orang tua dalam melaksanakannya untuk tetap memperhatikan perkembangan diri anak, sehingga tidak terdapat unsur pemaksaan. Minat membaca pertama kali harus ditanamkan melalui pendidikan, keluarga dan dari lingkungan. Doman (2004:55) Menurut Doman (2004:53), hal terpenting dalam mengajari anak agar bisa cepat membaca adalah terciptanya suasana yang mengasyikkan ketika mengajar mereka. Tanamkan sebuah kesan bagi anak bahwa mereka bisa menemukan suatu keasyikkan dengan
cara
membaca.
Belajar
membaca
dengan
cara
mengasyikkan,
akan
memudahkan anak untuk menguasai materi dengan lebih cepat. Metode sehebat apapun jika tidak didukung oleh suasana yang mengasyikkan, maka akan menyebabkan rasa
3
malas bagi anak untuk diajak membaca. Membaca dengan cara mengasyikkan akan memudahkan anak untuk menguasai apa yang akan dibaca oleh anak tersebut. Mengingat dalam membelajarkan anak untuk membaca perlu beberapa tahap yang harus diketahui baik guru maupun orang tua. Yang pertama adalah perkenalkan huruf terlebih dahulu sebelum anak-anak dapat membaca tetapi harus dibarengi dengan gambar yang ada kaitannya dengan bentuk huruf yang akan diperlihatkan. Misalnya huruf A maka diperlihatkan gambar ayam. Maka anak akan lebih mudah mengingat apa yang di contoh oleh guru tersebut. Selain itu sebagai seorang pendidik maka guru perlu memperhatikan tahap membaca bagi anak. Doman (2004:55) Berdasarkan hasil studi di PAUD Andini Kelurahan Bulotadaa Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo bahwa peranan Guru dalam Menumbuhkan Minat Baca pada anak kelompok B masih belum maksimal disisi lain sesuai dengan UU RI No. 14 Tahun 2005 bahwa guru dituntut untuk memiliki Kompetensi, maksudnya adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Dalam kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi sosial yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. KAJIAN TEORI Menurut Syaiful, (2005:1) Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai berbicara pada bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang professional yang harus menguasai betul seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan. Pendidikan usia dini sangat menentukan perkembangan kecerdasan dan kepribadian anak dalam jangka panjang. Maka, ketika seorang guru berhasil menjalankan tugasnya dengan baik, maka pribadi-pribadi dengan berbagai keunikan, kelebihan, keluarbiasaan, dan kedahsyatan siap berkembang menjadi unggulan. Tidak mudah untuk menjadi guru TK-PAUD. Dibutuhkan keseriusan dan kesabaran dalam menghadapi kenakalan, kebandelan, tangisan, dan hal-hal yang menyebalkan, yang hanya sanggup dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kepribadian yang luar biasa. Selain itu, juga dituntut
4
keterampilan dan pengetahuan dalam menjalankan peran tersebut. Fakhruddin (2010 : 297). Menurut Mulyasa. (2008:36) bahwa Minat, bakat, kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan dalam belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini guru harus kreatif, profesional, dan menyenangkan, dengan memposisikan diri. Mulyasa (2008:36), sebagai berikut ; (1) Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya, (2) Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik, (3) Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan, dan bakatnya, (4) Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya, (5) Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab, (6) Membiasaka peserta didiknya untuk saling
berhubungan
(bersilaturahmi)
dengan
orang
lain
secara
wajar,
(7)
Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antarpeserta didik, orang lain, dan lingkungannya, (8) Mengembangkan kreativitas, (9) Menjadi pembantu ketika diperlukan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, “Peranan berarti sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan yang terutama”. Peranan adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. “Peranan dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil “(Barbara, 2008 : 25). Dalam kamus sosiologi, “Peranan adalah perilaku yang di harapkan dari seseorang yang mempunyai status”. Bahkan dalam suatu status tunggal pun orang dihadapkan dengan sekelompok peran yang disebut sebagai perangkat peran. Istilah seperangkat peranan digunakan untuk menunjukkan bahwa satu status tidak hanya mempunyai satu peran tunggal, akan tetapi sejumlah peran yang saling berhubungan dan cocok. Konsepsi peran mengandaikan seperangkat harapan. Kita diharapkan untuk bertindak dengan cara-cara tertentu dan mengharapkan orang lain untuk bertindak dengan cara-cara tertentu pula. (Barbara, 2008 : 25). Beberapa peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar Sardiman (2005:144) sebagai berikut: 1. Guru sebagai Pendidik dan Pembimbing Seseorang dikatakan sebagai guru tidak cukup “tahu” suatu materi yang akan diajarkan, tetapi pertama kali ia harus merupakan seorang yang memegang memiliki “kepribadian guru”, dengan segala ciri tingkat kedewasaannya. Dengan kata lain bahwa untuk menjadi pendidik atau guru, seorang harus berpribadi. Masalahnya yang penting adalah mengapa guru itu dikatakan sebagai ”pendidik”. Guru memang seorang “pendidik” sebab dalam pekerjaannya ia tidak hanya “mengajar” seseorang agar tahu beberapa hal,
5
tetapi guru juga melatihkan beberapa keterampilan dan terutama sikap mental anak didik. “Mendidik” sikap mental seseorang tidak cukup hanya “mengajarkan” sesuatu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan itu bisa dididikan dengan guru sebagai idolanya. Sardiman (2005:146). Mendidik berarti mentransfer nilai-nilai kepada anak didiknya. Nilai-nilai tersebut harus diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari. Oleh karena itu pribadi guru itu sendiri merupakan perwujudan dari nilai yang akan ditransfer. Mendidik adalah mengantarkan anak didk agar menemukan dirinya, menemukan kemanusiaannya. Mendidik adalah memanusiakan manusia. Dengan demikian secara esensial dalam proses pendidikan, guru itu bukan hanya berperan sebagai “pengajar” yang transfer of knowledge tetapi juga “pendidik” yang transfer of value. Ia bukan saja membawa ilmu pengetahuan, akan tetapi juga menjadi contoh bagi seorang pribadi manusia. 2. Guru sebagai Demonstrator Melalui peranannya sebagai Demonstrator, lecturer atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh anak didik. Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini berarti bahwa guru harus belajar terus menerus. Dengan cara yang demikian ia akan memperkaya dirinya denganberbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis. Maksudnya agar apa yang disampaikannya itu betul-betul dimiliki oleh anak didik. Juga seorang guru hendaknya mampu dan terampil dalam merumuskan TPK, memahami kurikulum, dan dia sendiri sebagai sumber belajar terampil dalam memberikan informasi kepada kelas. Sebgai pengajar ia pun harus membantu perkembangan anak didik untuk dapat menerima memahami, serta menguasai ilmu pengetahuan. Untuk itu guru hendaknya dapat mencari cela untuk menggabungkan antara pendidikan moral dan mata pelajaran lainnya untuk membentuk manusia yang bermoral. 3.
Guru sebagai Mediator Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagia penengah dalam kegiatan belajar
siswa. Misalnya menengahi atau memberikan jalan keluar kemacetan dalm kegiatan diskusi anak. Mediator juga diartikan penyedia media. Bagaimana cara memakai dan mengorganisasi penggunaan media. 4.
Guru sebagai Fasilisator Berperan sebagia fasilisator, guru dalam hal ini akan membarikan fasilitas atau
kemudahan dalam proses belajar mengajar, misalnya saja dengan menciptakan suasana
6
kegiatan belajar yang sedemikian rupa, serasi denga perkembangan anak, sehingga interaksi belajar mengajar akan berlangsung secara efektif. Hal ini akan begayut dengan semboyan “Tut Wuri Handayani”. 5.
Guru sebagai Efaluator Dengan menekan pencapaian tujuan pengajaran, guru dapat mengatahui apakah
proses belajar mengajar yang dilakukan cukup efektif memberi hasil yang baik dan memuaskan, atau sebaliknya. Jadi, jelaslah bahwa guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh anak setelah ia melaksanakan proses belajar. Menurut Aizid (2011: 93-94), bahwa untuk mengasah minat baca anak sejak dari dalam kandungan maka bisa memulainya dengan cara mengajaknya berbicara atau berkomunikasi, termasuk membacakan dongeng atau cerita sambil mengelus-elus dan memberikan setuhan padanya, memang di zaman yang serba canggih ini, kegiatan mendongeng di mata anak-anak sudah tidak popular lagi. Sejak bangun hingga menjelang tidur, mereka dihadapkan pada televise yang menyajikan beragam acara, mulai dari film kartun, kuis, hingga sinetron yang biasanya bukan tontonan yang pas untuk anak-anak. Padahal perlu diketahui bahwa bercerita atau mendongeng dapat membangun dan mengembangkan kepribadian anak. Minat membaca adalah kemauan dan keinginan seseorang untuk mengenali huruf dan dapat menangkap makna dan tulisan tersebut. Mengartikan minat membaca adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga dapat mengarahkan seseorang untuk membaca dengan kemauannya sendiri. Minat membaca juga diartikan sebagai sikap positif dan adanya rasa keterikatan dalam diri terhadap aktivitas membaca dan tertarik terhadap buku bacaan. Dyah (2006:11), minat baca dapat ditumbuhkan dan dikembangkan, sehingga menjadi kebiasaan melalui penguasaan teknik membaca yang tepat. Teknik membaca yang tepat dapat membuat membaca lebih efisien, efektif, serta menarik. Minat membaca meliputi perasaan senang terhadap buku bacaan, kesadaran akan manfaat membaca, jumlah buku bacaan yang pernah dibaca, dan perhatian terhadap buku bacaan. Rahayu (2009:94). Rouf (2009:40), mendefinisikan bahwa membaca sebagai pemrosesan kata-kata, konsep, informasi, dan gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh pengarang yang berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman awal pembaca. Dengan demikian, pemehaman diperoleh apabila pembaca mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dengan apa yang terdapat di dalam bacaan. Rouf (2009:41), menyatakan bahwa “membaca adalah suatu proses yang bersifat fisik atau yang disebut proses mekanis, berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual,
7
sedangkan proses psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi”. Dalam Buku Besar Bahasa Indonesia bahwa membaca didefinisikan sebagai melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis, yang dibaca secara lisan atau dalam hati. Secara linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan proses menerjemahkan sandi atau simbol-simbol yang tertulis terhadap teks bacaan dengan memanfaatkan kemampuan melihat (mata) yang dimiliki oleh pembaca, dan menerapkan pola berfikir dan bernalar mengolah teks bacaan secara kritis dan kreatif untuk mendapatkan pesan baik secara tersirat maupun tersurat. Adapun tujuan dalam menumbuhkan minat baca antara lain sebagai berikut; (1) mendorong minat dan kebiasaan membaca agar tercipta masyarakat yang berbudaya membaca, (2) meningkatkan layanan perpustakaan, (3) menciptakan masyarakat informasi yang siap berperan serta dalam semua aspek pembangunan, (4) memiliki pengetahuan yang terkini, bukan yang sudah “basi”, (5) meningkatkan kemampuan berpikir, dan (6) mengisi waktu luang. Supriyono (2002:74). Banyak manfaat yang diperoleh dari membaca. Dengan membaca anak dapat memperluas cakrawala ilmu pengetahuan, menambah informasi bagi diri sendiri, meningkatkan pengetahuan serta menambah ide. Jadi jelas pengaruh bacaan sangat besar terhadap peningkatan cara berfikir seorang anak. Menurut Supriyono, 2002:75 menyebutkan beberapa manfaat membaca, antara lain: (1) Meningkatkan pengembangan diri anak, dengan membaca anak dapat meningkatkan ilmu pengetahuan, sehingga daya nalarnya berkembang dan berpandangan luas yang akan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain; (2) Memenuhi tuntutan intelektual; (3) Dengan membaca buku maupun sumber-sumber bacaan lain seperti surat kabar maupun berita dan artikel-artikel di internet, pengetahuan bertambah dan perbendaharaan katakata meningkat, melatih imajinasi dan daya pikir sehingga terpenuhi kepuasan intelektual; dan (4) Memenuhi kepentingan hidup, dengan membaca anak akan memperoleh pengetahuan praktis yang berguna dalam kehidupan mereka sehari-hari. Menurut Aizid (2011:192), bahwa keuntungan dari kebiasaan membaca bagi anak-anak, antara lain; (1) menstimulasikan dan mengembangkan kemampuan berbicara mereka, (2) menstimulasi ingatan dan daya imajinasi anak, (3) memberikan informasi mengenai lingkungan sekitar mereka, (4) memperkaya kosakata mereka, (5) memperkenalkan angka, kata-kata, warna dan bentuk.
8
Menurut Dana, (2007:84) Beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk menumbuhkan minat baca anak sejak usia ini antara lain dilakukan dengan cara:
1) Proses pembelajaran di sekolah harus dapat mengarahkan kepada peserta didik untuk
rajin membaca buku dengan memanfaatkan literatur
yang ada di
perpustakaan atau sumber belajar lainnya. Disinilah peran guru sebagai pendidik dan pengajar memberikan motivasi melalui pembelajaran mata pelajaran yang relevan memberi tugas kepada peserta didik.
2) Menekan harga buku bacaan maupun buku pelajaran agar terjangkau oleh daya beli masyarakat. Minat membeli buku masyarakat rendah, karena harga buku-buku saat ini relatif cukup mahal. Dengan demikian apabila harga buku dapat terjangkau, maka minat membeli buku bacaan oleh masyarakat akan menjadi tinggi. Dengan banyak memiliki buku, maka minat membaca buku akan menjadi meningkatkan secara bertahap.
3) Buku bacaan dikemas dengan gambar-gambar yang menarik. Bahkan seorang penulis Henny Supolo Sitepu mengemukakan bahwa komik adalah salah satu bentuk bacaan yang bisa menjadi salah satu “pintu masuk” untuk kesenangan anak membaca. Pesan yang disampaikan mudah dicerna anak. Komik, semisal Tintin, dari gambar tokohnya sudah bisa “berbicara” dan bikin tertawa. Bahkan anak yang belum bisa baca-tulis pun akan menangkap ceriteranya.
4) Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuhnya minat baca anak-anak. Baik di rumah maupun di sekolah. Di sekolah, guru memberikan tugas kepada anak untuk menceriterakan kembali buku yang telah dibaca, mengadakan lomba meresensi buku, bedah buku, pameran buku bekerjasama dengan penerbit dan masyarakat pecinta buku. Di rumah oranglah yang harus dapat menciptakan kondisi lingkungan agar anak gemar membaca. Para orang tua hendaknya menyediakan bacaan di rumah, seperti majalah, koran, kamus, buku ilmu pengetahuan, dsbnya.
5) Menumbuhkan minat baca sejak dini. Bahkan sejak anak mengenal huruf. Glenn Doman dalam bukunya “Mengajar Bayi Anda Membaca” menyebutkan bahwa anak usia 18 bulan hingga empat tahun memiliki “rasa ingin tahu” yang amat besar. Keingintahuan tersebut tidak hanya muncul ketika melihat simbol yang tertera dalam buku.
6) Meningkatkan frekuensi pameran buku di setiap kota/kabupaten dengan meli-batkan penerbit, LSM, perpustakaan, masyarakat pecinta buku, Depdiknas, dan sekolahsekolah. Dengan mewajibkan siswa untuk berkunjung pada pameran buku tersebut.
9
7) Di rumah orang tua memberikan contoh membaca untuk anak-anaknya. Ada beberapa tips yang dapat dilakukan oleh orang tua agar orang tua dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya sebagaimana diuraikan berikut ini: Menurut Aizid (2011:197-200), Untuk bisa menumbuhkan minat baca berikut adalah beberapa tips praktis dan sederhana dalam mengasah minat baca pada anak sejak dalam kandungan adalah sebagai berikut; 1). Memperdengarkan music klasik atau musik-musik yang menenagkan dapat meragsang perkembangan otak janin, khususnya yang berkaitan denagn minat bacanya. 2)
Kebiasaan berdongeng saat hamil juga dapat menumbuhkan minat baca anak tehadap buku, sebab dengan berdongeng, berarti orang tua telah mengenalkan dunia buku kepada janin.
3)
Bacakan Buku sejak anak lahir, sebaiknya anak dikenalkan dengan buku sedini mungkin, yaitu sejak anak masih bayi, bahkan ketika masih di dalam kandungan. Berdasarkan hasil penelitian, bayi yang terbiasa diajak komunikasi dan dibacakan cerita (bahkan sejak dalam kandungan) akan mempunyai bahasa yang lebih tinggi dibandingkan bayi yang hanya didiamkan saja. Jadi, untuk mengenalkan buku pada anak, jangan sampai anak bisa membaca sendiri.
4)
Memberikan suplemen atau nutrisi yang cukup untuk perkembangan otak , ini sangat berpengaruh pada kecerdasannya.
5)
Dorong anak bercerita tentang apa yang
telah didengar atau dibacanya. Anak
sangat suka ketika diajak untuk mendiskusikan apa yang baru saja mereka baca atau kita ceritakan. 6)
Ajak anak ketoko buku/perpustakaan. Jadikan toko buku sebagai tempat singgah yang
menyenangkan
bagi
anak
dengan
membiasakan
mereka
untuk
mengunjunginya. 7)
Beli buku yang menarik minat anak. Dan harus peka dengan minat anak dan memfasilitasinya dengan buku yang sesuai minat mereka supaya minat baca mereka berkembang, asalkan buku tersebut masih masuk dalam kategori buku bermutu.
8)
Sisihkan uang untuk membeli buku, sediakan anggaran khusus untuk membeli buku, jadikan buku sebagai kebutuhan yang penting bagi anak daripada membelikan anak bermacam-macam mainan yang manfaatnya masih dipertanyakan.
9)
Nonton filmnya dan belilah bukunya, menurut surya (dalam Aizid 2011:198) seorang fisikawan Indonesia, anak-anak akan antusias jika mereka bisa membaca buku-buku dari tokoh film yang sudah mereka kenal atau nonton filmnya.
10
10) Ciptakan perpustakaan keluarga, jika memungkinkan, buatlah perpustakaan keluarga di rumah tidak harus mewah dan lengkap, mulailah dari yang sederhana dulu. Kumpulkan buku anak dalam satu lemari khusus yang mudah untuk mereka akses. 11) Hilangkan penghambat seperti televisi atau play station. Menonton televise atau play station yang pada umumnya disukai anak, tapi sebaiknya dibatasi. Sehingga, waktu anak bisa dialokasikan untuk membaca buku. 12) Berilah anak hadiah (reward) untuk memperbesar semangat membacanya. Anak akan sangat bersemangat jika diberi penghargaan/hadiah. Pakailah cara itu untuk merangsang minat baca anak. 13) jadikan kegiatan membaca sebagai kebiasaan setiap hari. Kegiatan membaca setiap hari akan menumbuhkan minat baca anak, sekaligus membentuk kebiasaan membaca pada anak. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa guru adalah teladan bagi anak didik, maka dari itu jadilah teladan yang baik bagi anak. Teladan orang tua lebih berdampak daripada kata-kata. Biarkan anak melihat anda membaca, jika hal tersebut sering anak lihat, maka anak akan menjadi terbiasa dengan kegiatan membaca tersebut. Menurut Aizid (2011: 96-97) Faktor penyebab kurangnya minat baca pada anak menurut adalah sebagai berikut; (1) masih rendahnya kemahiran membaca pada anak di sekolah seperti dalam mengenal huruf menjadi suatu kata, (2) sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat anak-anak/siswa/mahasiswa harus membaca buku (lebih banyak lebih baik), mencari informasi/pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan, mengapresiasi karya-karya ilmiah, filsafat, sastra dan sebagainya, (3) banyaknya jenis hiburan, permainan (game) dan tayangan TV yang mengalihkan perhatian anak-anak dan orang dewasa dari buku. Berdasarkan temuan suatu penelitian, menunjukkan bahwa waktu bermain anak-anak Indonesia banyak dihabiskan untuk melihat acara-acara di TV. Bandingkan dengan di AS, jumlah jam bermain anak-anak antara 3-4 jam per hari. Bahkan di Korea dan Vietnam, jam bermain anak-anak sehari hanya satu jam. Selebihnya anak-anak menghabiskan waktu untuk belajar atau membaca buku, sehingga tidak heran budaya baca sudah demikian tinggi, (4) Banyaknya tempat hiburan yang menghabiskan waktu seperti taman rekreasi, tempat karaoke,night club, mall, supermarket, play station. Di negeri kita, yang sebagian besar waktunya dihabiskan untuk menonton sinetron, membaca masih merupakan sesuatu yang eksklusif. Oleh karena itu, tidak perlu heran jika pemandangan di mall lebih rame ketimbang Di perpustakaan, (5) Budaya baca memang belum pernah diwariskan nenek moyang kita. Kita terbiasa mendengar dan belajar berbagai dongeng, kisah, adat-istiadat secara verbal dikemukakan orangtua, tokoh masyarakat, penguasa pada zaman dulu. Anak-anak
11
didongengi secara lisan, diajar membuat banten dengan melihat cara memotong janur, menata buah-buahan dan lain-lain sajian. Tidak ada pembelajaran (sosialisasi) secara tertulis. Jadi tidak terbiasa mencapai pengetahuan melalui bacaan, (6) sarana untuk memperoleh bacaan, seperti perpustakaan atau taman bacaan, masih merupakan barang aneh dan langka, (7) harga buku yang relatif masih mahal yang tidak sebanding dengan daya beli masyarakat. Oleh karena dengan mahalnya harga buku yang tidak terjangkau oleh daya beli masyarakat, maka sedikit sekali masyarakat yang memiliki koleksi buku di rumahnya, (8) belum adanya lembaga atau institusi yang secara formal khusus menangani minat baca. Sehingga program menumbuhkan minat baca hanya dilakukan secara sporadis, oleh LSM, organisasi pencinta buku, organisasi penerbit, dsbnya, yang tidak terkoordinasi walaupun potensi sumber daya manusia ada tetapi belum merupakan kekuatan dapat secara sinergis menjadi instrumen yang efektif untuk menumbuhkan minat baca masyarakat Indonesia. Sering tidak disadari bahwa minat merupakan faktor yang penting dalam aktivitas belajar. Minat merupakan unsur pendorong yang kuat yang sering menjadi alasan seseorang mengapa ia melakukan sesuatu. Di dalam belajar minat sangat diperlukan. Sebab, jika aktivitas belajar seseorang yang didasari oleh adanya minat maka akan menimbulkan suasana batin yang sangat kondusif dalam belajar. Pendek kata bahwa seseorang yang penuh dengan minat belajar akan melakukan aktivitas belajar tanpa perasaan terpaksa, karena belajar menjadi suatu kebutuhan. Purwanto (2010:107) menyatakan bahwa minat merupakan salah satu aspek psikologi pada diri individu yang mampu mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar anak. Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap aktivitas seseorang, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang kehendaki. Menurut Slameto (2003:59) minat memiliki beberapa karakteristik yakni sebagai berikut a) Perhatian, b) Perasaan, c) Motif. Perhatian sangatlah penting dalam mengikuti kegiatan dengan baik, dan hal ini akan berpengaruh pula terhadap minat siswa dalam belajar. Menurut Suryabrata (2005:39) perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan.” Aktivitas yang disertai dengan perhatian intensif akan lebih sukses dan prestasinya pun akan lebih tinggi. Maka dari itu sebagai seorang guru harus selalu berusaha untuk menarik perhatian anak didiknya sehingga mereka mempunyai minat terhadap pelajaran yang diajarkannya. Oleh karena itu seorang siswa yang mempunyai perhatian terhadap suatu pelajaran, ia pasti akan berusaha keras untuk memperoleh nilai yang bagus yaitu dengan belajar. Suryabrata (2005:39). Unsur yang tak kalah pentingnya adalah perasaan dari anak didik terhadap pelajaran yang diajarkan oleh gurunya. Perasaan didefinisikan “sebagai gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya
12
berhubungan dengan gejala-gejala mengenal dan dialami dalam kualitas senang atau tidak dalam berbagai taraf.” Tiap aktivitas dan pengalaman yang dilakukan akan selalu diliputi oleh suatu perasaan, baik perasaan senang maupun perasaan tidak senang. Perasaan umumnya bersangkutan dengan fungsi mengenal artinya perasaan dapat timbul karena mengamati, menganggap, mengingat-ingat atau memikirkan sesuatu. Yang dimaksud dengan perasaan di sini adalah perasaan senang dan perasaan tertarik. “Perasaan merupakan aktivitas psikis yang di dalamnya subjek menghayati nilai-nilai dari suatu objek”. Suryabrata (2005:40) Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Oleh karena itu, anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar. Membaca adalah salah satu inti dari belajar. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan dalam PP RI No. 19 Tahun 2005 Pasal 21 ayat 2 bahwa “pelaksanaan
proses
pembelajaran
dilakukan
dengan
mengembangkan
budaya
membaca dan menulis”. Kemampuan membaca tidak hanya memungkinkan seseorang meningkatkan keterampilan kerja dan penguasaan bberbagai bidang akademik, tetapi juga memungkinkan berpartisipasi dalam kehidupan sosial budaya, politik, dan memenuhi kebutuhan emosional Membaca juga juga bermanfaat untuk rekreasi atau untuk memperoleh kesenangan. Mengingat banyaknya manfaat kemampuan membaca, maka anak harus belajar membaca dan kesulitan belajar membaca kalau dapat harus diatasi secepat mungkin. Membaca merupakan aktivitas kompleks yang memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah, mencakup penggunaan pengertian, khayalan, pengamatan, dan ingatan. Manusia tidak mungkin dapat membaca tanpa menggerakan mata dan menggunakan pikiran. Abdurrahman (2001:200) mengemukakan bahwa: “ Membaca merupakan pengenalan simbol-simbol bahasa tulis yang merupakan stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca, untuk membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang telah dimiliki.” Bertolak dari berbagai definisi membaca yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan aktivitas kompleks yang mencakup fisik dan mental. Aktivitas fisik yang terkait dengan membaca adalah gerak mata dan ketajaman penglihatan. Aktivitas mental mencakup ingatan dan pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika mampu melihat huruf-huruf dengan jelas. Mampu menggerakkan mata secara lincah, mengingat simbol-simbol bahasa dengan tepat, dan memiliki penalaran yang cukup untuk memahami bacaan.
13
Menurut Abdurrahman (2001:77), ada lima tahap perkembangan membaca yaitu: a) kesiapan membaca, b) membaca permulaan, c) keterampilan membaca cepat, d). membaca luas, dan e) membaca yang sesungguhnya. Tahap perkembangan kesiapan membaca mencakup rentang waktu dari sejak dilahirkan hingga pelajaran membaca diberikan, Kesiapan menunjuk taraf perkembangan yang diperlukan untuk belajar
secara
efisien.
Sedangkan
faktor
yang
memberikan
sumbangan
bagi
keberhasilan membaca adalah: (1) kematangan mental, (2) kemampuan visual, (3) kemampuan medengarkan, (4) perkembangan wicara dan bahasa, (5) keterampilan berpikir dan memperhatikan, (6) perkembangan motorik, (7) kematangan sosial dan emosional, dan (9) motivasi dan minat. Tahap membaca permulaan umumnya dimulai sejak anak masuk sekolah, yaitu pada saat berusia sekitar enam tahun. Meskipun demikian, ada anak yang sudah belajar membaca lebih awal dan ada pula yang baru belajar membaca pada usia tujuh atau delapan tahun. Sudah lama terjadi perdebatan anatar peneliti yang menekankan penggunaan pendekatan pengajaran yang menekankan pada pengenalan simbol dengan yang menekankan pada pengenalan kata atau kalimat secara utuh. Tahap keterampilan membaca cepat atau membaca lancar umunya terjadi pada saat anak-anak duduk di kelas dua atau tiga. Untuk menguasai keterampilan membaca cepat menurut Abdurrahman “diperlukan pemahaman tentang hubungan simbol bunyi”. Bagi anak-anak kelas satu mungkin lebih tepat digunakan metode yang menakankan pada pengenalan huruf-huruf sedangkan bagi anak-anak yang duduk di kelas dua atau tiga digunakan metode tiga tahap. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada ketiga orang guru di PAUD Andini Kelurahan
Bulotadaa Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo,
diperoleh kesimpulan bahwa peranan guru dalam menumbuhkan minat baca pada anak kelompok
B,
sudah
optimal.
Hal
ini
dibuktikan
dengan
hasil
wawancara
menginformasikan bahwa kemampuan guru dalam menumbuhkan minat baca pada anak seperti menyusun puzzle huruf, bermain pias-pias huruf dan lain sebagainya, minat baca anak sudah mampu di atasi oleh guru. Pada
dasarnya
kemampuan-kemampuan
kesiapan
membaca
yang
akan
dikembangkan antara lain sebagai berikut; (1) kemampuan membedakan auditorial yakni anak-anak harus belajar untuk memahami suara-suara umum dilingkungan mereka dan membedakan diantara suara-suara tersebut, mereka harus memahami konsep volume, lompatan, petunjuk, durasi, rangkaian, tekanan, tempo dan seterusnya dan kontras (suara) membedakan suara-suara huruf alphabet ditaman kanak-kanak, terutama suarasuara yang dihasilkan oleh konsonan awal dalam kata. Anak harus mampu membedakan
14
suara huruf dari d dari suara t, suara m suara n. (2) kemampuan diskriminasi visual yaitu anak-anak harus belajar untuk memahami objek dan pengalaman umum dengan gambar-gambar pada foto, lukisan, dan pantomime. Anak harus belajar untuk melakukan identifikasi warna-warni dasar dan bentuk-bentuk geometris dan mampu menggabungkan objek-objek berdasarkan warna, bentuk, atau ukuran. Di Taman kanak-kanak anak belajar sambil bermain dan bermain seraya belajar artinya anak-anak di Taman kanak-kanak walaupun mereka bermain namun mereka dalam keadaan belajar contohnya seperti mereka bernyanyi mengenai anggota tubuh secara tidak langsung guru sudah mengenalkan pada anak anggota tubuh dengan cara bernyanyi, dan lain sebagainya. Peningkatan kemampuan menumbuhkan minat baca pada anak Kelompok B di PAUD Andini Kelurahan Bulotadaa Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah pada saat pembelajaran, guru melakukan pengungkapan secara ulang, hal ini sesuai dengan yang diungkapkan guru pada saat diwawancarai oleh peneliti bahwa pengungkapan berulang pada kegiatan kemampuan menumbuhkan minat baca pada anak Kelompok B akan membantu anak mengenal huruf-huruf yang dapat dijadikan sebuah kata ataupun kalimat. selain itu, pada saat kegiatan pembelajaran, permainan merupakan sesuatu yang sangat menyenangkan bagi anak dalam menumbuhkan minat baca, karena anak dapat dengan mudah mengingat segala pengetahuan yang masuk dalam permainan tersebut. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian pada pembahasan yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan yaitu; kemampuan membaca anak dapat dilatih dengan berbagai upaya guru dengan mengajarkan anak teknik mengajak anak untuk ke perpustakaan dengan mengenal faktor-faktor
yang
buku yang ada di perpustakaan tersebut,
mempengaruhi kemampuan
minat
baca
pada anak
adalah
keterbatasan pendidikan oleh guru pengajar yang mempengaruhi proses pembelajaran membaca minimnya media pembelajaran dan fasilitas yang digunakan pada saat proses pembelajaran, serta kurangnya dukungan dan motivasi dari orang tua.Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti akan mengemukakan saran sebagai berikut : 1. Guru-guru hendaknya lebih kreatif menggunakan media sebagi sarana yang bervariasi dalam pembelajaran agar mampu membangkitkan minat baca pada anak, sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak berjalan dengan maksimal terutama dalam belajar membaca. 2. Hasil penelitian ini hendaknya dipergunakan sebagai sarana pembelajaran yang menarik dan memotivasi semangat belajar sehingga dapat tercapai perkembangan anak yang optimal.
15
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono. 2001. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Asef Umar Fakhruddin. 2010. Sukses menjadi Guru TK-PAUD : Penerbit ; Bening. Jogyakarta. Barbara. 2008. Peran Perilaku Manusia. Bandung : Remaja Rosdakarya. Dana, D. 2007. Meningkatkan Minat Baca Anak Sekolah Minggu. PEPAK (Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen), 24 Januari 2007. Dyah, I. 2006. Minat Baca Warga Jakarta Rendah. Jakarta: Tempointeraktif. Doman,Glenn. 2004. Mengajar Bayi Anda Membaca, Penerjemah Ismail Ibrahim. Jakarta: Gaya Faforit Press. Hasan, Maimunah, 2010. Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta. Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Purwanto M. Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan.Jakarta : Rineka Cipta Rouf,
Abdul. 2009. Meode Pengajaran Membaca, (Online), (http://www.mts ppiu.sch.id/bahasa-indonesia/metode-pengajaran-membaca, diakses tanggal 12 Januari 2013)
Rahayu. 2009 Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca Bahasa Indonesia serta Minat Baca Murid. Jakarta: Pusat Pembukuan Depdiknas. Rizem Aizid. 2011. Tips Ampuh Menyiapkan Anak Gemar Baca Sejak dalam kandungan sampai masa pengasuhan: Penerbit :Diva Press. Sadirman, 2005. Peranan Guru dalam Belajar Mengajar. Surabaya: FKIP Universitas Terbuka. Saiful Alam. 2005. Pergumulan dalam Meningkatkan mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (2007-2009). Jakarta: CV.Mahamedia Cipta Caraka. Supriyono. 2002. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Slameto, 2003. Belajar Dan Faktor- Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. Suryabrata. 2005. Psikologi Kepribadian. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Yuda, andi 2009. Enam Penyebab Rendahnya Minat Baca. TOKOH, Bacaan Wanita dan Keluarga.