FAKTOR - FAKTOR KESULITAN ANAK MENYIMAK CERITA GURU DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN USIA 4-5 TAHUN DI TK PEMBINA KI HAJAR DEWANTORO KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO SALNA Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo Rusdin Djibu, Dajani Suleman ABSTRAK SALNA. 2014. Faktor - Faktor Kesulitan Anak Menyimak Cerita Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Usia 4-5 Tahun Di TK Pembina Ki Hajar Dewantoro Kota Selatan. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Rusdin Djibu, M.Pd dan Pembimbing II Dra. Dajani Suleman, M.Hum.Penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan Faktor-Faktor Kesulitan Anak Menyimak Cerita Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Usia 4-5 Tahun di TK Negeri Pembina Kihajar Dewantoro Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. Permasalahan dalam penelitian ini adalah FaktorFaktor Apakah Yang Mempengaruhi Kesulitan Anak Menyimak Cerita Guru. Dalam Kegiatan Pembelajaran Usia 4-5 Tahun Di TK Negeri Pembina Kihajar Dewantoro Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo? Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif, serta teknik pengumpulan data adalah observasi, dokumentasi, dan wawancara dengan para informan. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempegaruhi Kesulitan Anak Menyimak Cerita Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Usia 4-5 di TK Negeri Pembina Kihajar Dewantoro Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo yakni; faktor psikologis, faktor jenis kelamin, faktor lingkungan fisik, sosial dan keluarga. Untuk itu disarankan kepada peran semua pihak membiasakan anak senantiasa menyimak cerita atau pesan-pesan dari guru, orang tua maupun orang lain dan khusus untuk TK perlu mengetahui secara pasti mengenai jumlah anak yang memiliki kesulitan anak menyimak cerita guru dan mengetahui secara jelas tingkat kesulitan anak menyimak cerita guru dalam kegiatan pembelajaran. Kata Kunci: Kesulitan Anak Menyimak Cerita Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Usia 4-5 Tahun Salna , Jurusan PG-PAUD Universitas Negeri Gorontalo, Dr. Rusdin Djibu, M.Pd, Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Universitas Negeri Gorontalo, Dra. Dajani Suleman, M.Hum, Dosen Jurusan PG-SD Unversitas Negeri Gorontalo
Pada usia TK kemampuan anak masih terbatas dalam memahami bahasa dari pandangan orang lain. Hetherington (Moeslichatoen, 2004:18). Anak belajar dan memahami sesuatu dapat diperoleh dari lingkungan sejawat bermain, lingkungan belajar dan lingkungan orang tua. Hal ini sangat memungkinkan anak belajar dari bahasa ucapan orang lain. Semakin banyak dan sering menyimak kosakata, pola kalimat, intonasi, dan sebagainya maka semakin berkembang pula keterampilan berbicara. Menyimak merupakan keterampilan berbahasa awal yang dikuasai manusia dan dasar bagi keterampilan berbahasa lain. Pada awal kehidupan manusia lebih dulu belajar menyimak, kemudian berbicara, membaca, dan menulis. Pada hakikatnya menyimak dalam kegiatan pembelajaran berarti mendengarkan dan memahami kata-kata atau kalimat. Anak yang terlibat dalam proses menyimak menunjukan respon berbeda-beda. Kemampuan yang dimiliki sesuai dengan aktivitas menangkap bahasa, sehingga anak harus memusatkan perhatian. Menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila para ahli menyimpulkan, menyimak merupakan dasar dari pada ketrampilan bahasa lainnya (Tarigan, 2008: 48). Dan menyimak sangat penting dalam interaksi komunikatif memang sangat nyata. Kegiatan anak menyimak cerita guru dalam pembelajaran banyak faktor yang mempengaruhinya, yang biasa kita jumpai dalam kegiatan pembelajaran yaitu disebabkan faktor lingkungan sekitar misalnya suasana kelas yang ribut dapat menyulitkan anak menyimak cerita guru, media yang digunakan guru kurang medukung dan secara mental anak belum siap memulai pembelajaran. Dari beberapa faktor tersebut akan menyulitkan anak dalam menyimak cerita guru dan apabila kesulitan menyimak tersebut tidak ditangani oleh guru akan berdampak langsung maupun tidak langsung dalam perkembangan belajar anak. Berdasarkan hasil penelitian Di kelompok A TK Pembina Ki Hajar Dewantoro Kota Selatan anak yang berkesulitan menyimak cerita yang diceritakan guru sangat memprihatinkan karena terdapat 10 anak yang berkesulitan menyimak cerita yang diceritakan guru dari 20 anak usia Taman Kanak-Kanak kelompok A., Anak belum
mampu menceritakan kembali cerita yang disampaikan oleh guru, Anak tidak mendengarkan guru pada saat bercerita dan lebih memilih bermain dengan teman temanya yang satu meja dan Anak masih sulit menerima pesan secara lisan. Rumusan Masalah,masalah dalam penelitian ini yakni: Faktor - Faktor Apakah Yang Menjadi Kesulitan Anak Menyimak Cerita Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Di TK Pembina Ki Hajar Dewantoro Kota Selatan? Tujuan Penelitian, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan faktor - faktor Kesulitan Anak Menyimak Cerita Guru dalam Kegiatan Pembelajaran di TK Pembina Ki Hajar Dewantoro Kota Selatan. Manfaat penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada : Bagi guru untuk dapat memberikan kontribusi guru bagi dalam meningkatkan keterampilan anak khususnya anak TK kelompok A dalam menyimak dan keterampilan berbahasa lainya pada umumnya, bagi anak yang menjadi objek penelitian dalam mengembangkan kemampuan menyimak anak. Bagi sekolah yaitu : Hasil penelitian ini akan dijadikan kontribusi yang baik pada sekolah itu sendiri dalam rangka mengatasi kesulitan anak dalam menyimak cerita yang diceritakan guru dan bagi peneliti, penelitian ini sangat bermanfaat untuk menamba wawasan dalam penelitian. 1. Pengertian Menyimak Bagi Anak Usia Dini Menurut Nurbiana Dhieni, dkk (2009:4.10) Menyimak bagi anak usia dini merupakan berbahasa lisan yang bersifat reseptif, menyimak adalah proses mendengarkan secara aktif dan kreatif untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang disampaikan secara lisan. Perkembangan kemampuan menyimak pada anak berkaitan erat satu sama lain dengan keterampilan berbahasa khususnya berbicara. Anak yang berkembang ketrampilan menyimaknya akan berpengaruh terhadap perkembangan ketrampilan berbicaranya. Kedua ketrampilan berbahasa tersebut merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang bersifat langsung dan dapat merupakan komunikasi yang bersifat tatap muka (Brooks, dalam Nurbiana Dhieni, dkk 2009:3.16). Kemampuan menyimak melibatkan proses mengintegrasikan dan menerjemahkan suara yang didengar
sehingga memiliki arti tertentu. Kemampuan ini melibatkan proses kognitif yang memerlukan perhatian dan konsentrasi dalam rangka memahami arti informasi yang disampaikan. Sebagian besar anak dapat menyimak informasi dengan tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuannya dalam membaca. Menurut permen 58 tahun 2009 tingkat pecapaian perkembangan anak usia 45 tahun adalah sebagai berikut: 1. Menyimak perkataan orang lain(bahasa ibu atau bahasa lainnya). 2. Mengerti dua perintah yang diberikan bersamaan. 3. Memahami cerita yang dibacakan, 4. Mengenal perbendaharaan kata mengenai kata sifat (nakal, pelit, baik hati berani, baik, jelek, dan lain sebagainya.) Proses menyimak memerlukan perhatian serius dari anak. la berbeda dengan rnendengar atau mendengarkan. Menurut pendapat Tarigan (2008:27) pada kegiatan rnendengar mungkin si pendengar tidak memahami apa yang didengar.
Pada
kegiatan mendengarkan sudah ada unsur kesengajaan, tetapi belum diikuti unsur pemahaman karena itu belum menjadi tujuan. Menurut Tadkiroatun Musfiroh dan Dwi Hanti Rahayu (2004:5), menyimak merupakan kegiatan mendengarkan bunyi bahasa secara sungguh-sungguh, seksama, sebagai upaya untuk memahami dan memperoleh informasi yang disampaikan oleh pembicara dengan melibatkan segenap aspek mental kejiwaan, seperti mengidentifikasi, menginterpretasi, mereaksi, dll. Menyimak dibedakan dari mendengar dan mendengarkan. Menurut Poerwadarminta (2012) mendengar atau memperhatikan baik - baik apa yang diucapkan atau dibaca orang”. Kegiatan menyimak mencakup mendengar, mendengarkan, dan disertai usaha untuk memahami bahan simakan.
Menyimak
adalah cara mendengar dan menerima perasaan serta memberi tanggapan yang bertujuan menunjukkan bahwa kita sungguh-sungguh telah menangkap pesan serta perasaan yang terkandung di dalamnya. Tindakan dalam menyimak diperlukan sebagai cermin, dengan memantulkan kembali, menamai perasaan, serta mengulangi inti pesan yang diungkapkan anak sehingga ia merasa didengar, dipahami dan
didukung.
Menyimak
menurut
Moeliono
(Ed) (2007:1066) mempunyai arti
mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang lain. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah mendengarkan perkataan orang lain dengan sengaja dan penuh perhatian disertai pemahaman, untuk memperoleh pesan, informasi, menangkap isi, dan merespon makna yang terkandung di dalamnya. Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan menyimak tak pernah terlewati. Secara sadar atau tidak sadar perbuatan menyimak yang dilakukan mempunyai tujuan tertentu. Menyimak dilakukan untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, dan memahami komunikasi. Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan atau memahami bahan simakan. Karena itu dapatlah disimpulkan bahwa "tujuan utama menyimak adalah menangkap, memahami, atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan" (Tarigan, 2008:4) 2. Tujuan Menyimak Bagi Anak Usia Dini Menurut Nurbiana Dhieni, dkk (2009:4.9) Bagi anak Usia Dini tujuan mereka menyimak pada umumnya adalah sebagai berikut: 1. Belajar Bagi anak usia dini tujuan mereka menyimak adalah untu belajar. Misalnya belajar
untuk
membedakan
bunyi-bunyi
yang
diperdengarkan
guru,
mendengarkan cerita, permainan bahasa. Jadi, anak TK melakukan kegiatan menyimak lebih cenderung bukan karena keinginan anak itu sendiri tetapi karena ditugaskan sehubungan dengan kegiatan pembelajaran. 2. Untuk mengapresiasi Artinya menyimak bertujuan untuk dapat memahami, menghayati, dan menilai bahan yang disimak. Bahan yang disimak biasanya berbentuk cerita dongeng. 3. Untuk menghibur diri Menyimak yang bertujuan untuk menghibur diri artinya dengan menyimak anak
merasa senang dan gembira. 4. Memperbaiki kemampuan berbicara Tujuan menyimak yang terakhir adalah memperbaiki kemampuan berbicara. Dengan menyimak pembicaraan yang terpilih, kita dapat memperbaiki kemampuan berbicara. 3. Fungsi Menyimak Bagi Anak Kegiatan pembelajaran sangat membutuhkan perhatian dan konsentrasi anak didik. Bromley (dalam Nurbiana Dhieni, dkk 2009:4.7) menjelaskan fungsi menyimak bagi anak sebagai berikut: 1. Memberikan kesempatan pada anak untuk mengapresiasi dan menikmati lingkungan sekitar mereka; 2. Membantu anak memahami keinginan dan kebutuhan mereka sehubungan dengan kebutuhanya untusk bersosialisasi; 3.
Mengubah dan mengontrol perilaku maupun sikap pembicara, dimana cara menyampaikan pesan akan berdampak pada isi dan bentuk pesan yang diterima;
4. Membantu
perkembangan
kognitif anak,
melalui
belajar
menerima
informasi dan mendapatkan pengsetahuan baru; 5. Memberikan pengalaman pada anak untuk berinteraksi secara langsung dengan orang lain; 6. Membantu anak mengepresikan keunikan dirinya sebagai
individu yang
berpikir dan memperhatikan orang lain. 4. Faktor-Faktor yansg Mempengaruhi Kesulitan Anak Dalam Menyimak Tadkiroatun Musfiroh dan Dwi Hanti Rahayu (2004:25) Faktor yang mempengaruhi kemampuan dan kesulitan menyimak seseorang dapat terjadi dari faktor internal dan eksternal penyimak. 1. Faktor internal meliputi kondisi fisik penyimak dan kondisi psikologi penyimak. a.
Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor penting yang turut menentukan keberhasilan serta kualitas dalam menyimak. Penyimak harus memiliki kondisi fisik yang baik dan sehat terutama bagian alat indra
pendengaran, karena dalam proses menyimak yang paling penting adalah alat pendengaran. Oleh sebab itu menyimak harus membutuhkan kondisi yang fit, sehingga mampu melakukan aktivitas menyimak dengan baik. Selain itu jika penyimak merasa lelah, lapar, atau sakit, maka dia akan mengalami kesulitan saat menyimak. Oleh karena itu, faktor-faktor fisik yang dapat mengganggu dan menghambat proses kelancaran menyimak perlu dihilangkan atau diminimalkan. b. Kondisi psikologis juga turut mempengaruhi proses menyimak. Kondisi psikologis yang positif akan memberi pengaruh yang baik, sedangkan kondisi psikologis yang negatif akan memberi pengaruh yang buruk terhadap kegiatan menyimak. Faktor negatif itu antara lain prasangka buruk, kurang simpati, keasikan terhadap hal pribadi, pandangan yang kurang luas, kebosanan dan kejenuhan. Sedangkan faktor positif yang menguntungkan bagi kegiatan menyimak, antara lain pengalaman masa lalu yang menyenangkan sehingga dapat menentukan minat dan pilihan, serta kepandaian yang beraneka ragam. c. Faktor jenis kelmin Berdasarkan beberapa penelitian, para pakar menarik kesimpulan bahwa pria dan wanita pada umumnya mempunyai perhatian yang berbeda, dan cara mereka memusatkan perhatian pada sesuatu pun berbeda pula. misalnya, menemui fakta-fakta bahwa gaya menyimak pria pada umumnya bersifat objektif, aktif, keras hati, analitik, rasional, keras kepala atau tidak mau mundur, menetralkan, intrusif (bersifat mengganggu), dapat menguasai/ mengendalikan emosi; sedangkan gaya menyimak wanita cenderung lebih subjektif, pasif, ramah/simpatik, difusif (menyebar), sensitif, mudah dipengaruhi/gampang terpengaruh, mudah mengalah, reseptif, bergantung (tidak berdikari), dan emosional. 2. Faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan (lingkungan fisik dan lingkungan sosial).
a) Faktor
lingkungan
berpengaruh
besar
terhadap
keberhasilan
proses
menyimak. Faktor lingkungan berupa lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik menyangkut pengaturan dan penataan ruangan serta sarana dalam pembelajaran menyimak. Lingkungan fisik yang bising, gaduh, panas, hujan, dll akan juga mempengaruhi dalam kegiatan menyimak. b) Lingkungan sosial mencakup suasana yang mendorong anak-anak untuk mengekspresikan ide-ide mereka, dan juga mengetahui bahwa sumbangansumbangan mereka akan diterima dan dihargai. Anak-anak yang sering didengarkan akan lebih siap lagi untuk mendengarkan apabila orang lain sedang berbicara. Selain itu, menurut Bromley (dalam nurbiana, dkk 2009:4.6 ) masih ada beberapa faktor penting dalam keterampilan menyimak di antaranya : 1. Unsur Pembicara Pembicara haruslah menguasai materi, penuh percaya diri, berbicara sistematis dan kontak dengan penyimak juga harus bergaya menarik/bervariasi. 2. Unsur Materi Unsur yang diberikan haruslah aktual, bermanfaat, sistematis dan seimbang. Materi yang disusun pun sebaiknya memperhatikan tingkat perkembangan anak. Tema materi yang dipergunakan sebaiknya bervariatif. Dengan demikian, anak kita tidak akan jenuh belajar dan pembelajaran menyimak menjadi menyenangkan. 3. Unsur Penyimak/anak a. Kondisi anak dalam keadaan baik; b. anak harus berkonsentrasi; c. Adanya minat anak dalam menyimak; d. Penyimak harus berpengalaman luas. 4. Unsur Situasi a. Waktu penyimakan; b. Saran unsur pendukung; c. Suasana lingkungan.
Lingkungan yang mempengaruhi tersebut memberikan kenyataan bahwa siswa dapat menyimak bahan dengan baik atau tidak. Harus dihindari faktor lingkungan yang akan berpengaruh buruk bagi keberhasilan pengembangan kompetensi menyimak. Faktor tersebut misalnya minimnya fasilitas (tidak ada laboratorium), suasana menyimak tidak nyaman (ruangan telalu lebar, kelas di sebelah kita terlalu berisik). METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dalam (Sugiono 2011;19), proses penelitian kualitatif dilakukan dengan cara membaca berbagai informasi tertulis, gambar-gambar, berfikir dan melihat obyek serta aktivitas orang yang ada disekelilingnya, dan melakukan wawancara setelah melalui prosedur tersebut, peneliti akan mengumpulkan dokumen yang memperkuat pernyataan informasi. Dengan menggunakan pendekatan deskritif. Pemilihan jenis dan pendekatan ini dilakukan untuk menjaga objektivitas dalam penelitian. Sedangkan sumber data yang di wawancarai yaitu pimpinan TK dan guru kelompok A dan orang tua anaks. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini ditempuh melalui langkah-langkah, yaitu: Obsevasi, wawancara dan dokumentasi. HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian dari observasi dan wawancara diperoleh bahwa kesulitan anak dalam menyimak cerita guru banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal adan faktor eksternal. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara di lapangan faktor internal dan eksternal sangat berpengaruh pada kesulitan anak menyimak cerita guru, faktor internal meliputi : faktor psikologis dimana permasalahan psikologis anak yang bersifat temporer seperti yang dijelaskan diatas bisa saja luput dari pengamatan guru, hal ini tentu sangat merugikan anak. Karena seorang anak dalam kondisi mengalami permasalahan emosi dan pikiran tentu
tidak akan maksimal melakukan dan menerima sesuatu. Akan tetapi di Tk ini anak yg mempunyai psikologis yang memprihatinkan hampir 100% tidak ada hanya saja terdapat anak yang mengalami tekanan-tekanan psikoloogi yang ringan, misalnya anak yang mengalami ejekan dan anak yang tidak siap hadir di TK. Dan faktor jenis kelamin dari hasil wawancara dari beberapa nara sumber anak perempuan lebih pemalu dan canggung dalam menyimak cerita guru dibandingkan anak laki-laki. Sedangkan faktor eksternal yang meliputi faktor lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Dari hasil penelitian faktor lingkungan fisik dari 20 anak atau 100% anak terdapat 15 atau 75% anak yang benar- benar mengalami kesulitan menyimak cerita guru dikarenakan ruangan yang panas dan kurang kondusif. Dan dari hasil penelitian jika dilihat dari faktor lingkungan sosial dari 20 atau 100% anak terdapat 10 anak atau 50% anak yang mengalami kesulitan karena hal itu. PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk untuk mendeskripsikan faktor - faktor Kesulitan Anak Menyimak Cerita Guru dalam Kegiatan Pembelajaran di TK Pembina Ki Hajar Dewantoro Kota Selatan yang dipengaruhi oleh: Pertama adalah faktor psikologis, anak yang belajar di TK Kihajar Dewantoro tidak ada yang mengalami gangguan psikologis secara permanen, semua anak normal dari sisi kejiwaan. Namun sering ditemui anak yang mengalami tekanan ringan pada perasaan, misalnya anak mengalami ejekan temannya. Menurut guru kelas anak yang memiliki beban atau tekanan psikologi yang bersifat temporer kelihatan kurang fokus dalam menyimak cerita guru pada kegiatan pembelajaran. Hal lain adalah faktor kesiapan anak sendiri, rasa bosan atau kejenuhan pada anak dalam pembelajaran, persolannya bisa karena pembelajaran yang monoton. Menformulasikan kurikulum sehingga anak tidak mengalami rasa bosan menjadi penting. Penuturan lain Ibu Rina bahwa anak yang mengalami rasa capek dan bosan secara kasat mata sama-sama pasif, tapi sebetulnya berbeda karena setalah anak sudah pulih dari rasa capek maka anak tersebut kembali aktif lagi. Guru pahan betul perlunya menyiapkan materi cerita, cara penyampaian
yang menarik, perlunya materi selingan. Dan pada dasarnya anak usia dini penuh keluguan tapi sesungguhnya sangat cerdas. Kedua faktor jenis kelamin, pada dasarnya setiap anak laki-laki dan perempuan memiliki kemampuan yang sama, dalam hal kemampuan dan kesulitan menyimak cerita guru, keduanya tidak dapat diukur secara jelas. Menurut Ibu Risna di TK Kihajar Dewantoro terdapat anak perempuan dan juga laki-laki yang kurang konsen menyimak cerita guru. Perbedaan anak laki-laki dan perempuan terlihat hanya saat mereka awal masuk TK, anak perempuan lebih pemalu dari anak laki-laki dan kadang-kadang sifat canggung atau malu. Perbedaan jenis kelamin dalam hal kesulitan menyimak cerita guru dalam kegiatan pembelajaran kami melihatnya secara umun, setiap masalah yang sama yang dialami oleh anak diselesaikan dengan cara yang sama pula. Ke tiga faktor lingkungan, faktor ini diklasifikasi dalam dua sub yaitu lingkungan keluarga dan sekolah dan fisik. Dalam hal lingkungan keluarga, orang tua memandang anak usia dini adalah usia bermain, hampir setiap kesempatan dan keadaan anak hanya suka bermain. Orang tua dan guru juga sangat paham kalau anak-anak memang sangat gemar bermain. Anak usia dini memiliki pola belajar bermain, pada anak usia dini dalam kesehariannya dilewatkan dengan banyak bermain, hanya ketika istrahat mereka tidak bermain. Sehingga dapat dikatakan berjar pada anak usia dini adalah bermain dan bermain adalah belajar Keadaan ini menyulitkan anak untuk konsen menerima cerita guru, namum dengan kerja sama guru dan orang tua dapat mendorong dan membiasakan anak menyimak cerita gurunya. Kegemaran anak bermain juga dimanfaatkan guru dalam menyampaikan cerita dengan gaya yang menarik perhatian anak-anak. Cerita guru yang mengandung nilai-nilai sangat baik untuk anak-anak, sehingga orang tua berusaha membimbing anak untuk betul-betul memperhatikan cerita gurunya. Peran orang tua dalam lingkungan keluarga sangat penting dalam membimbing anak. Menurut Yulin Taher bahwa respon anak yang baik sangat diperlukan dalam menyimak cerita guru, karena akan menjadi kebiasan anak. Orang
tua berusaha membantu agar anak tidak acuh terhadap guru termasuk ketika guru sedang menyampaikan pesan. Kebiasaan yang baik dan buruk dapat terbawah dilingkungan lain termasuk dirumah. Orang tua terus mengajak anak-anak untuk selalu serius dalam tiap keadaan, terus membimbing, mengajak, memberi contoh, bahwa memperhatikan guru, orang tua dan bahkan orang tua lain yang bercerita wajib bagi anak. Upaya lain melatih anak agar efektif menyimak cerita guru yaitu pembiasaan untuk mendengarkan cerita dari orang tua, lalu melihat kembali respon anak dengan meminta untuk menyampaikan sesuatu yang dapat ditangkap dari cerita yang disampaikan. Melatih anak dengan mendengarkan orang lain membaca, membiasakan anak menyimak cerita mendongeng. Dan faktor fisik (lingkungan fisik) yakni disini peneliti
melihat adanya
lingkungan fisik dapat menghambat anak dalam menyimak cerita guru, suara yang bising yang datang dari luar kelas dan suasana ruangan yang terlalu panas dan terlalu dingin sehingga menimbulkan anak kehilangan konsentrasi dalam menyimak cerita guru. Faktor berikut yaitu lingkungan sekolah, TK sebagai lembaga pendidikan formal menjadi barometer masyarakat dalam menilai keberhasilan pendidikan. Namun disisi lain TK mempunyai kesempatan yang terbatas dalam bersentuhan langsung dengan anak didik. Dalam mengimplementasikan kurikulum, TK meminimalisir kesulitan anak dalm kegiatan pembelajaran termasuk kesulitan anak menyimak cerita guru misalnya, dengan memperhatikan suasana dan iklim kelas. Sebagai penyelenggara kurikulum pendidikan, keberhasilan kurikulum dapat dilihat dari keberhasilan anak-anak memahami materi. Tugas TK melaksanakan kurikulum supaya dapat berhasil, materi kurikulum khususnya yang disampaikan dengan menggunakan metode cerita dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh anak-anak. Sebaik apapun kurikulum sangat tergantung pada pelaksanaanya di TK. Oleh karena pengembangan dan inprofisasi materi perlu untuk memperkaya suasana
cerita, guru berperan penting untuk melaksanankan itu, guru harus membuat kegiatan pembelajaran lebih diinamis termasuk ketika dengan menggunakan metode cerita. SIMPULAN DAN SARAN 1.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya,
maka pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa “Sebagian anak usia dini di TK Negeri Pembina Kihajar Dewantoro Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo memiliki kesulitan menyimak cerita guru dalam kegiatan pembelajaran yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi faktor psikologis anak, faktor jenis kelamin anak dan faktor eksternal yaitu meliputi faktor lingkungan, yakni lingkungan sosial dan lingkungan fisik.” 2.
Saran Yang menjadi saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Untuk mendukung meningkatkan kampuan anak menyimak cerita guru dalam kegiatan pembelajan di TK Negeri Pembina Kihajar Dewantoro Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo, maka yang terpenting adalah peran semua pihak membiasakan anak senatiasa menyimak cerita atau pesan-pesan dari guru, orang tua maupun orang lain. 2. TK perlu mengetahui secara pasti mengenai jumlah anak yang memiliki kesulitan anak menyimak cerita guru dan mengetahui secara jelas tingkat kesulitan anak menyimak cerita guru dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga dapat secara tepat mencegah dan mengatasi tingkat kesulitan yang dimiliki anak dalam menyimak cerita.
DAFTAR PUSTAKA Kleang .2010. Pengertian, Defenisi Dan Fungsi Menymak Anak Usia Dini.http://kleang.blogspot.com/2010/02/pengertian-definisi-dan-fungsi,diakses tanggal 3 Januari 2013 Risantia melin.2013. Menyimak Kritis Anak Usia Dini. http://risantiamelin.wordpress.com/2013/12/08/menyimak-kritis, di akses tanggal 12 agustus 2013 Musfiroh, Tadkiroatun dan Rahayu, Dwi Hanti. 2004. Menyimak Komprehensif dan Kritis anak usia dini. Yogyakarta: UNY Mositoh, 2006. Strategi pengajaran di taman kanak-kanak,. Jakarta: Universitas Terbuka Moeslichatoen,2004. Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak, Jakarta: Rineka Cipta Sugiyono, Dr. 2010. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Penerbit ALFABETA Tarigan, H.G. 2008. Menyimak Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa Bromley, 2013. Perkembangan Membaca Dan Menyimak Anak Usia Dini. http://melyloelhabox.blogspot.com/2013/06/membaca-dan-menyimak-pada-anak usia-dini.html, di akses tanggal 6 agustus 2013 Ariefulmunir. 2012. Problem Kesulitan Menyimak. http://ariefulmunir.wordpress.com/2012/12/11/pengertian-menyimak-daribeberapa ahli-bahasa